Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT True Detective

Bimabet
Bab 6 : Kepala Batu

Jum’at, 3 April 2020

Jam 3.30

Hotel Z, Kota Bonjormo


Setelah membersihkan sisa-sisa darah hasil melaksanakan tugas semalam aku kembali ke hotel. Sarung tangan berwarna hijau kuletakkan di tas kecilku. Hanya ada tiga benda di tas kecilku : sarung tangan hijau, minyak zaitun, dan hand sanitizer. Apabila bau darah sudah merembes masuk sampai sarung tangan aku pasti mengoleskan pembersih tangan untuk menghilangkan bau amis.

“ Kok sudah bangun, Nikita, kenapa?” Tanyaku pada Nikita saat melihatnya sudah terbangun.

“ Terima kasih ya, Mas,” Jawabnya.

“ Buat apa?”

Aku meletakkan tas kecil di meja kamar hotel.

“ Kamu pasti tidak percaya apa yang terjadi?” Tanya Nikita. Raut wajahnya sangat serius.

“ Apa yang terjadi?” Tanyaku.

“ Barusan temanku telpon, katanya teman-teman satu Bus yang sama-sama berangkat ke acara Pergantian Pimpinan semalam… Mereka dikarantina semua.”

Aku kaget mendengar berita itu. “Apa?? Dikarantina?”

“ Iya. Satu diantara temanku tiba-tiba jatuh pingsan kesulitan bernafas di dalam Bus. Pimpinan mencurigai temanku yang jatuh itu kena Virus Corona.. Jadi.. Kami semua.. Maksudku teman temanku satu Bus semua harus dikarantina…”

Aku melongo tak percaya.

“ Sebegitu mengerikannya kah penyakit yang bernama Corona itu?” Tanyaku.

Nikita menggeleng. Aku yakin yang menanyakan pertanyaan dan yang ditanya sama-sama tidak paham terhadap persoalan ini.

“ Kayak Zombie mungkin, Mas.” Jawab Nikita polos.

“ Apa?” Sambil kembali rebah di ranjang Aku mendengarkan Nikita bicara. Aku belum tidur dari semalam. Bayangkan saja sehabis melayani nafsu Nikita di ranjang aku langsung disuruh membunuh orang : empat orang sekaligus. Rasanya baru ini aku rasakan badanku terasa amat sangat lelah.

Nikita menyusulku rebah di ranjang. Dia serta merta memelukku hanya mengenakan bath robe hotel yang kebesaran di tubuhnya.

“ Cara orang menangani penyakit ini maksudku. Mas pernah lihat film Zombie?” Nikita melendot ditubuhku.

Aku berusaha mengingat-ingat salah satu film tentang zombie yang pernah kusaksikan kemudian menjawab, “ Yah… Film Zombie kan biasanya tentang wabah penyakit. Wabahnya Bikin orang jadi mayat hidup. Terus gigit orang seperti ini,” aku menggigit nakal Nikita di lehernya.

“ Auuuuhhhhh…. Nakal…. Mas…. lepasiiinnn apaaan sih.”

Nikita berusa berontak dari pergulatan main-mainku. Jujur aku senang bermain-main di tubuh mungilnya yang sexy.

“ Aku serius, Mas.” Katanya setelah pelukanku dilepas paksa.

“ Iya,” jawabku. Rasa kantuk telah melandaku parah.

“ Di Film Zombie itu kan wabah selalu meluas, terus bikin orang jadi mayat hidup semakin banyak. Mereka gigit sana gigit sini… Bikin orang ketularan…”

Kulihat wajah manis Nikita yang menghidupkan kembali kecantikan Sally Marcelina muda. Kuperhatikan gairah luar biasanya ketika bercerita. Bagaimana Dia mengerahkan seluruh perhatiannya menyampaikan teori Zombie konspirasi yang menurutnya mirip virus Corona.

***

Aku sedang berada di Terminal Bus Way. Sepertinya aku sudah membeli tiket karena aku sudah menunggu di depan pintu gerbang penumpang.

Disampingku berdiri Nikita. Dia telanjang bulat. Tanpa satu helai baju pun. Aku heran melihatnya. Tapi para penumpang lain disekitarku terlihat biasa saja.

“ Kenapa tanganmu diborgol begitu?” tanyaku bingung, melihat dalam keadaan telanjang, kedua tangan Nikita melingkar di belakang punggungnya dengan posisi terborgol.

“ Biarin aja,” jawabnya lempeng. “ Aku suka diborgol.”

Alisku terangkat heran. Kuperhatikan para penumpang disekitarku sama sekali tidak terganggu melihatku bersama seorang wanita yang telanjang bulat begini.

“ Para penumpang silakan bersiap naik! Bus sudah datang! Waspada dan perhatikan jalan,” laki-laki yang bertugas menaik turunkan penumpang berujar. “ Tolong dahulukan penumpang yang akan turun dahulu,” perintahnya.

Nikita bersamaku naik setelah para penumpang yang lain turun.

Sesampainya di dalam banyak sekali bangku kosong. Tidak seperti yang kulihat di ruang tunggu tadi yang banyak sekali orang, di dalam rupanya hanya ada enam penumpang : Empat laki-laki. Dua perempuan.

Aku tidak habis pikir kenapa kami berdua tidak duduk saja di Bus yang lowong seperti itu. Kami malahan berdiri berdua di tengah bus dalam posisi tangan bergelantungan ke atas.

Tunggu… Bukankah tangan Nikita tadi terborgol, kok Dia bisa bergantungan?

“ Eh, kamu kan diborgol?” Tanyaku.

Nikita memintaku melihat posisi kedua tangannya di atas tiang pegangan. Kedua tangannya tetap terborgol tapi di atas tiang itu.

Kok cepat sekali Dia memindahkan borgol. Pikirku.

“ Mas,” katanya.

“ Ya.”

“ Cumbu aku donk!” Nikita memintaku.

“ Tapi disini ada banyak orang. Ada enam orang ditambah Pak Supirnya.”

“ Biarkan saja. Mereka semua pasti senang melihat kita.”

Bodohnya Aku nurut saja mencumbunya. Penisku ereksi tiba-tiba saat bibirku mencium bibir Nikita. Gairahku tiba-tiba meluap-luap. Sama sekali aku tidak mempedulikan ada orang lain disana yang terpenting hanya bagaimana segera memperturutkan hawa nafsuku.

Tubuh Nikita yang sekarang di terborgol erat di antara tiang bus way masih sexy seperti sebelumnya. Bedanya hanya gairahku yang berkobar-kobar lebih dahsyat.

Buktinya, aku bukan hanya mencium tapi menjilati seluruh tubuh Nikita yang masih terborgol erat. Lucunya, saat aku asyik menjilati tubuhnya, aku masih sempat melirik ekspresi penumpang lainnya. Mereka semua tidak antusias melihat kelakuan kami berdua. Mereka berenam seperti tengah tenggelam dalam pikirannya masih-masing.

Bahkan ketika aku tengah mengeyot-ngeyot payudara Nikita bagaikan bayi, dan yang punya payudara itu mendesah keras mereka sama sekali tidak peduli.

Barangkali apabila aku mencoba melakukan oral pada Wanitaku ini mereka baru peduli, pikirku. Tapi sayangnya tidak. Mereka tetap tidak peduli dan tetap sibuk dengan urusannya masing-masing.

“ Mas,” Panggil Nikita mesra di tengah kegiatan oralku kepadanya.

“ Ya?”

“ Jangan hanya di oral donk. Coba di finger.” Harapnya.

Aku mengangguk. Seketika merubah aktifitasku dari menggunakan lidah menjadi jari. Awalnya aku mencoba memasukkan satu jari ke dalam vagina Nikita. Yang punya kemudian mendesah. “Tambahin donk!” perintahnya. Maka kutambahkan satu jari lagi.

Setelah itu Wanitaku itu menyuruh lagi, “ Kocok donk.” Katanya.

Tanpa menunggu lama aku melaksanakan perintahnya.

“ Lebih kenceng Mas ngocoknya.”

Kuturuti lagi kedua jariku berusaha mengobok-obok liang vaginanya semakin keras.

“ Aaaagghh lagi donk, Mas… Yang kenceng ngocoknya,” rengeknya.

Permintaan ini pun kuturuti lagi. Sekarang menggunakan otot-otot lengan bisepku.

“ Laaaggii… Lagiiii… Aaaagggghhhh.”

Rasanya lelah sekali tanganku mengocok ke dalam vagina Nikita sampai akhirnya Wanitaku itu kurasakan mulai mengeluarkan cairan hangat dari dalam area intimnya.

“ Crrriiitttt…. Crrriiitttt…. Crrriiiitttt.”

“ Aaaauuuuggghhh…. Aaaahhhhh,” jerit Nikita.

Kuperhatikan enam orang penumpang Bus menjadi berubah sangat tertarik melihat adegan ini. Salah seorang dari dua wanita yang berumur tampak maju mendekatiku lalu menuding, “ darah!!” katanya. “ DARAH!!!”

Aku kaget. Apa yang darah? Dari mana? Aku mencoba memperhatikan tanganku sendiri yang kedua jarinya masih mengobok-obok vagina Nikita dan disitu ternyata benar mengeluarkan darah. Lebih tepatnya bukan jariku yang berdarah tapi cairan yang keluar dari vagina Wanitaku tadi rupanya bukan air tapi darah. Darah kental berwarna merah keunguan yang mengalir terus menerus.

“ Darah.” Kata penumpang yang laki-laki.

“ Darah merah,” sahut penumpang laki-laki yang lain sambil menudingku.

“ BERARTI KAMU PEMBUNUH!” Jerit penumpang wanita yang satunya lagi.

“ PEMBUNUH.” Tuding penumpang laki-laki yang lainnya lagi tepat di mukaku.

“ PEMBUNUH…. PEMBUNUH…. PEMBUNUH….” Setelah itu keenam penumpang lain sama sama menudingku.

Mereka menyudutkanku. Menghakimi. Melontarkan tuduhan tidak berdasar yang membuatku bangkit dan berteriak keras, “ TIDAK!! KALIAN SALAH AKU BUKAN PEMBUNUH!” Bantahku.

“ PEMBUNUH…. PEMBUNUH…. PEMBUNUH….” balas mereka lagi.

“ Aku bukan pembunuh!” Kataku berusaha membela diri. “Bukan pembunuh.”

“ PEMBUNUH.”

Aku tidak tahan lagi dan berteriak lantang, “ AKU BUKAN PEMBUNUH.”

Keringat dingin membasahi tubuhku.

Teriakan kalimat itu masih terngiang-ngiang saat aku bangun. Sebuah mimpi aneh lagi. Lebih mengerikan dari sebelum-sebelumnya. Tidak biasanya aku melihat darah. Bahkan ketika aku harus melenyapkan nyawa sesorang aku tidak melihat darah.

Sejenak aku perhatikan tubuh Nikita yang masih tertidur disampingku menggunakan bath robe nya. Untuk sesaat aku bersyukur ada Dia disampingku. Setidaknya aku tidak sendirian ketika menghadapi mimpi yang semakin hari jadi semakin buruk.

***

Jum’at, 3 April 2020

Jam 10.30

Hotel Z, Kota Bonjormo


[/URL
]

Nikita

“ Aku ikut Mas!” Kata Nikita pada saat kami menjelang check out.

“ Apa? Tidak!,” Jawabku refleks. “ Tidak! Tidak! Tidak!”

Nikita menedekatiku lalu tanpa awalan apa pun langsung mencengkram bajuku dan berkata lantang , “Mas, kamu dengar, ya! Teman-temanku semua yang naik Bus kemarin malam sedang dikarantina. Kantor memintaku melakukan karantina mandiri terhadap Virus Corona. Aku bahkan tidak tau apa karantina mandiri itu, Mas… Tolonglah… Aku tidak mau tinggal sendirian di saat seperti ini. Tolong bawa aku, Mas. Kemana saja. Katanya waktu karantina itu 14 hari. Aku ingin karantina itu kulakukan bersamamu! Titik!”

Aku menepis cengkraman tangan Nikita dan berkata tak kalah lantang , “ Kamu tidak tau apa yang sedang kamu bicarakan.”

“ Aku sangat tau apa yang sedang kubicarakan, Mas. Aku sangat tau apa yang kuinginkan.”

“ Memangnya apa yang kamu inginkan?”

“ Sederhana saja : Aku ingin menghabiskan karantina mandiri selama 14 hari bersamamu. Mudah kan?”

“ Rupanya kamu benar-benar sudah gila.”

“ Benar aku memang gila!,” tantangnya. “ Tapi itu kan resikonya Mas. Siapa suruh Mas berani meniduri seorang Detektif Wanita? Semalam kan Aku sudah tanya : Mas serius tidak sama ajakan Mas kepadaku? Mas terus jawab : Kalo tidak serius Aku tidak akan terus memegang tanganmu?? Ayok sekarang mau ngomong apa? Buktikan ucapanmu sendiri!” Nikita ganti memelototiku dengan posisi kedua tangan memegangi pinggangnya.

“ Keras kepala banget kamu tuh!” Jawabku kesal.

“ Itulah, Aku,Mas. Salah sendiri mengajakku tidur bareng.” kata Nikita bangga sambil mendangakkan wajah. “ Salah kamu sendiri, kan!”

Belum pernah aku kalah berdebat melawan wanita tapi pagi ini, hari jum’at pagi aku kalah telak melawan Dia.

Tapi Aku masih mencoba membujuknya, “Helmku hanya satu,” kataku kepada Nikita setibanya kami diparkiran. “ Kamu yakin mau ikut?”

“ Ikut. Aku harus ikut. Tidak boleh tidak.”

“ Tidak ada Detektif Wanita yang boleh tidak pakai helm kalo naik motor,” bujukku lagi.

“ Ada. Helmnya ada. Sebentar!” Nikita berjalan santai ke arah satpam, melobby sebentar, dan sudah bisa mendapatkan helm dari satpam itu.

“ Nih aku sudah dapat.” Serunya bangga.

Aku menggeleng resah tak tau harus berusaha bagaimana lagi, “ Ayolah. Kamu jangan ikutlah! Please!” Kataku putus asa.

Nikita menggeleng keras , “ Tidak aku harus ikut.”

Aku benar-benar menyesal memilihnya sebagai wanita yang kutiduri semalam setelah merasakan betapa keras wataknya yang rupanya benar-benar kepala batu. “ Oke. Terserahlah! Naik!”

Nikita memboncengku ala boncengan laki-laki. Dia tidak berupaya duduk menyamping seperti biasanya wanita. Padahal Dia masih pakai gaun bekas semalam tapi asal saja ditumpanginya bangku belakang motor Varioku begitu saja.

“ Jalan, Mas!” Perintahnya.

Aku mendengus kesal dan jalan meninggalkan hotel.

Sebenarnya tempat tinggal sementaraku yang kusebut sebagai safe house tidak boleh diakses oleh orang lain. Namun dengan perkembangan keadaan terbaru aku tidak punya pilihan. Rumah itu terletak di perbatasan Kota Bonjormo dan memiliki halaman luas berpagar tinggi sangat cocok sebagai rumah aman untuk para tukang jagal sepertiku.

Diperlukan lebih dari setengah jam perjalanan menuju kesana termasuk melewati Taman Kota Bonjormo tempat berlangsungnya kebiadabanku semalam.

“ Mas jangan lewat sana!” Kata Nikita saat kami mendekati Taman Kota. “ Banyak teman-temanku Detektif disana. Aku takut dikenali.”

Sedikit Aku tersenyum melihatnya takut. Karena rupanya Nikita masih punya rasa ngeri saat berhadapan dengan teman-temannya sesama Detektif.

“ Sepertinya ada yang dibunuh, Mas,” kata Nikita sambil memeluk pinggangku setelah kami meninggalkan Taman Kota.

“ Kok tau?”

“ Itu Divisi Kriminal semua yang turun. Padahal kemarin lusa juga ada yang mati, satu orang. Jaman milenial kok masih banyak banget orang jahat.” Sambil berkata Nikita mengelendotkan tubuhnya di punggungku. Aku bisa merasakan kenyalnya payudara Nikita yang seolah secara sengaja Dia sandarkan ke punggungku.

Dalam kehidupanku yang hina ini, baru kali ini aku merasakan seolah-olah membawa pacar sendiri. Ya dilendot pacar di sepeda motor baru pertama kali kualami. Kata orang, adegan yang kami berdua lakukan bagaikan dunia ini hanya milik berdua. Mau mobil mengklakson, mau dunia ini kiamat kami tidak peduli karena manisnya cinta membuat kami terlena.

Nikita pun kurasa sangat menikmati melendot di punggungku. Malahan Dia terlalu menikmati sampai kurasakan dengan ilmu kepekaan rasa ada bahaya datang mendekat.

“ Aawwaaass…. Nikita!!! awasss….” Aku kaget bukan main tapi bisa merasakan bahaya sebelum bahaya itu mendekat.

Saat kami berdua asyik berboncengan mendekati perbatasan Kota Bonjormo sebuah mobil Daihatsu Luxio warna hitam tiba-tiba melaju kencang dari belakang, lalu mendadak memperlambat kecepatannya dan berusaha memepet kami.

Nikita yang kaget refleks mengarahkan kaki kanannya mendang pintu samping mobil itu dan berteriak, “ HEEEII…. MATAMU DIMANA?? BRENGSEK.”

Kontrol tubuhku sangat terganggu dengan pepetan mobil Luxio. pegangan tanganku mulai kehilangan kendali sehingga motor kupaksakan mulai masuk ke pinggiran jalan yang berkerikil.

“ BRENGSEK!” Nikita menendang lagi. Dia merogoh tas kecilnya membukanya cepat kemudian melakukan hal yang tidak pernah kuduga : Nikita mengambil Pistol di tasnya dan menodongkan ke arah mobil Luxio itu. “ MAU MATI, KAMU!” Bentak Nikita lagi.

Aku yang mempunyai ilmu kepekaan rasa bisa merasakan penumpang mobil ini ingin membunuhku. Bukan bukan hanya Aku tapi juga Nikita pada saat yang bersamaan.

“ NIKITA!” Teriakku masih berupaya mengendalikan motor yang mulai bergerak ke kerikil-kerikil pinggiran jalan.

“ Apa???” Tanyanya masih menodongkan pistol.

“ BUKA PENGAMAN PISTOLNYA! BERSIAP MENEMBAK!”

“ APA??” Tanyanya tanpa mengalihkan pandangan.

“ KALO PINTU MOBIL ITU TERBUKA!!! TEMBAK!! LANGSUNG TEMBAK!!”

Aba-abaku tepat waktu. Di detik berikutnya mobil Luxio terbuka pintu sampingnya dan Nikita menuruti perintahku langsung menembak.

“ DOOOORRR.”

“ TEMBAK LAGI!!!”

“ DOOOR….DORRR….DORRRRR…..”

Pada saat itu, Nikita dan aku melihat hal yang sama : setelah pintu samping Luxio terbuka, ada satu orang bersiap menembakkan senapan serbunya untuk membunuh kami tapi keduluan oleh tembakan Nikita dan mati seketika. Selanjutnya, ada tiga orang lagi di dalam mobil itu yang berupaya meneruskan pekerjaan temannya untuk menembak kami juga kalah cepat oleh Nikita yang menembak cepat dalam jarak dekat.

Melihat teman-temannya tertembak sopir Luxio panik membanting mobil dengan ekstrem mengakibatkan mobil sliding secara prematur dan terguling.

Aku bisa mengendalikan motor menghindari manuver mobil itu namun dengan segera bisa merasakan bukan hanya mobil yang mengejar kami. Di belakang mobil tadi ternyata telah mengejar juga puluhan motor yang tujuannya adalah melenyapkan kami.

“ PEGANG ERAT-ERAT, NIKITA!” Perintahku. “ MOTOR-MOTOR ITU NGEJAR KITA!”

Aku berusaha memacu motor Vario secepat mungkin. Sayangnya motorku memang benar-benar pelan. Para pengejar kami yang motornya kebanyakan motor balap segera saja mengejar. Dalam waktu singkat beberapa diantara mereka bahkan sudah berhasil memepet motor kami dan mulai mengancam, bahkan menyentuh tubuh Nikita.

“ BANGSAT!” Teriak Nikita sebelum mengarahkan senjatanya ke arah pengendara motor yang berani menyentuhnya.

Sebenarnya aku sangat tenang apabila ancaman dan gangguan mereka hanya ditujukan kepadaku seorang. bagiku itu hal yang biasa karena pembalasan dendam bagi profesiku yang seorang pembunuh ibarat garam di dalam nasi. Tapi masalahnya Nikita yang diganggu. Walaupun wanitaku ini terlalu berangasan sifatnya. Terlalu emosional. Aku tetap tidak mau sesuatu yang buruk menimpanya.

Sejenak memikirkan hal ini aku memutuskan membuat satu maneuver tajam tiba-tiba berkelok ke kiri dan menuju lapangan kosong yang tidak terpakai di ujung perbatasan Kota Bonjormo yang aku tau lokasinya.

Sesampainya disana aku parkirkan motorku diiringi oleh rombongan motor pengejar yang juga tiba.

“ Bangsat orang ini!” kata Nikita langsung turun dari motor sambil menodongkan pistol ke arah mereka.

“ Jangan!” Perintahku.

“ Jangan apa, Mas?”

“ Kamu tidak usah bunuh orang lagi!”

“ Tapi mereka orang jahat! Mereka mau bunuh kita, Mas!”

“ Ssssstttt,” Kataku sambil memeluknya. “ Sudah. Kamu sudah terlalu luar biasa membantuk. Berikutnya, biar Aku yang membereskan mereka.”

“ Apa?? Apa yang mau kamu lakukan? Kamu mau melawan mereka? Kamu gila ya? Mereka banyak sekali.” Nikita memberondongku dengan pertanyaan ngeri. “ Mas…”

“ Biar aku yang hadapi!” Kataku berjalan ke arah para rombongan motor pengejar. “ Kamu disana saja!”

Pandangan Nikita penuh kekhawatiran.

Kekhawatiran yang sama juga menyergapku karena aku merasakan satu penyesalan : Kenapa aku harus membawa Nikita terlibat pada sebuah kondisi biadab : Kondisi dimana orang saling memangsa satu sama lain bagaikan kanibal.

***

Jum’at, 3 April 2020

Jam 11.00

Sebuah Lapangan Kosong di Perbatasan Kota Bonjormo


Di lapangan aku tidak percaya dengan pemandangan yang aku lihat : Orang-orang bermotor yang ingin memakan dagingku hidup-hidup atas nama apa pun, dan akan segera kucari tau penyebabnya, adalah anak-anak tanggung. Umurnya kebanyakan paling baru menginjak 20 tahun tapi sudah mau membunuhku. Hebat mereka. Anak kemarin sore.

Aku menjadi kesal memikirkannya : Siapa pun yang merekrut anak bau kencur untuk mencoba membunuhku sangat keterlaluan. Apa alasan mereka? Apa ada yang tau kalo aku yang melakukan salah satu pembunuhan dari banyak yang telah kulakukan? Tapi bukankah seharusnya Sang Suara yang melindungiku dari mereka. Kemana Sang Suara? Aku masih terus mempertanyakan banyak sekali hal yang melintas dalam pikiranku sambil menghitung jumlah penyeranngku yang mengendarai sepeda motor.

Kuhitung mereka 40 orang yang turun dari motor. Yang lima masih di motor barangkali guna berjaga-jaga. Masing-masing dari setiap 40 orang itu kompak menghunus senjatanya masing-masing. Ada yang bawa parang, samurai. Ada yang mengeluarkan rantai, belati, pisau lipat, tombak panjang, macam-macam. Ini ciri khas pengeroyok. Sama seperti yang kujumpai di Taman Kota. Mereka akan segera memamerkan senjata. Tujuannya untuk membuat mental lawan ciut.

Anak-anak ini… aku tidak habis pikir melihat mereka.

“ Ayoooo bunuh Dia! Habis itu perkosa pacarnya!!” Kata salah seorang dari mereka.

Apakah ini perkataan seorang manusia? Atau perkataan binatang? Tapi tidak ada binatang yang ingin memperkosa binatang lainnya. Keterlaluan.

Aku menunggu mereka datang ke tengah lapangan.

Mereka tersebar maju dari depan, kiri, kanan, belakangku datang bak air bah sembari menghunus senjatanya masing-masing. Aku mengenakan dahulu sarung tangan hijauku sambil bersyukur : kebetulan di bawah kakiku ada batu besar yang biasa dipakai anak-anak buat bikin gawang waktu main bola. Aku ambil batu yang muat ditanganku itu lalu kugenggam kuat.

Setelahnya aku menunggu orang pertama mendekatiku yang membawa belati. Aku membiarkannya menyerang duluan, membiarkannya mengayunkan belatinya ke udara lalu kuelakkan menggunakan pola merundukkan badan sambil cepat mengangkat tubuh kembali, langsung disusul mengayunkan tangan kanan berbatu ke pelipis mata orang pertama tadi.

“ Praaaaaaaak.”

Pukulanku tidak pernah meleset. Matanya kena. Seketika merobohkannya dengan teriakan nyaring, sekaligus memberiku ruang gerak memutar badan untuk menangkis tusukan penyerang kedua yang datang membawa senjata yang sama dengan cara menghantam tangannya dan mengambil belati itu dari tangannya. Tangan si pemegang belati kuhantam pakai batu sampai berbunyi. Setelah itu batu tadi juga kugunakan menghajar wajahnya sampai patah hidungnya.

Kuperhatikan sejenak perkembangan situasi yang berubah dalam hitungan detik : belati sudah berhasil kugenggam maka batu kuletakkan di tanah.

Satu kelemahan dari orang-orang yang menyerangku secara bersaamaan ini adalah mereka semua ingin mengunci tubuhku lalu membantingnya ala pemain UFC. Masalahnya aku sudah memegang belati dan tau cara menggunakannya. Setiap mereka yang datang baik itu penyerang ketiga, keempat, sampai kelima belas semua kutusuk di bagian terlemah tubuhnya dari leher, dada, perut, sampai pinggang. Kecepatan tanganku disambut kecepatan gerakan mereka sendiri menimbulkan efek ngeri berantai. Kebetulan pisau ini tajam sekali karena habis diasah oleh pemilik sebelumnya sehingga aku bisa menusuk dan menariknya cepat sekali tanpa membuang waktu.

“ Adddddduuuuuh…………. Aaaaaaaaaaaaaaaghhhhhh…….. Oh My God……………..”

Sabetan pisauku menghantam tanpa ampun dan menjatuhkan lima belas orang membuat mereka meraung raung di tanah. Sisa 25 orang penyerangku.

“ TUNGGU APA LAGI?? BANTAI DIA!!!” Teriak mereka yang masih berdiri di belakang gelombang penyerang pertama.

Kuhitung ada sepuluh anggota gank bersamurai yang maju.

Sepuluh samurai. Aku merasakan diriku sebentar lagi akan menjadi Batosai si pembantai. Bedanya pedangku pedang mini. Seperti pedang G String.

Mereka yang bersamurai semuanya berlari dalam nafsu membunuh yang sama. Nafsu kebinatangan yang membuat mereka menjadi manusia yang sulit dibedakan dari binatang.

Aku memang hanya punya belati mini tapi ini sudah cukup melindungi diri. Kedua mataku mengamati cepat menghitung penyerang yang paling cepat datang. yaitu Dia yang berlari dari sebelah kiriku.

Tebasan samurai dari jauh seketika dilayangkannya ke arahku namun aku menghadapinya ala atlet anggar professional. Aku perhitungkan momentum terbangnya orang itu, tebasan pedangnya yang menyamping, ketinggiannya, lalu aku merunduk sebagaimana dilakukan pemain anggar professional lalu melenting cepat menusukkan belati tepat di pinggang laki-laki itu menggunakan belati, seketika mengenai pingganya membuat luka tusuk dalam.

“ Anjingggggggggggg……….” Makinya.

Aku tidak punya waktu mencabut samurai miniku, jadi kutinggalkan saja, dan kuganti dengan samurainya yang otomatis terlepas waktu pertama kali merasakan nyerinya tertembus pisau.

Sekarang Aku punya samurai. Batosai si pembantai lahir dengan parang panjang.

Maka aku hitung momentum dari sembilan penyerangku tersisa yang berlari dalam kecepatan berbeda. Penyerang kedua yang harusnya datang paling cepat adalah yang datang tepat di hadapanku jadi kuayunkan samuraiku ke hadapannya yang pasti dia tangkis.

“ Klaaaanggggggggggg.” Bunyi samurai bertumbukan.

Tanganku bergetar saat kedua samurai beradu dan kuarahkan tenaga getaran yang ada itu ke pembawa samurai paling cepat berikutnya yaitu yang datang dari sebelah kanan. Samuraiku itu begitu cepat menebasnya sampai-sampai Dia tidak siap dan tangannya putus tersambar samuraiku.

“ Yaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh,” raungnya saat melihat tangannya copot.

Disaat tangan putus itulah aku mengayunkan lagi ke orang yang sebelumnya beradu samurai dan kini dia tidak siap. Dengan mudah aku bisa menyayat tubuh depannya. Membuat luka goresan lebar yang pasti membuatnya menjerit jerit.

“ Biaaadaabbbbbbbbbbbb.” Makinya.

Mereka tidak tau : Aku tidak pernah berniat menyerang orang yang kubidik pertama tapi hanya menggunakannya sebagai tembok untuk memantulkan seranganku kepada mereka yang sial karena tidak siap. Jadi berikutnya kuulangi lagi metode serangan memantulku ini kepada empat, lima, enam, sampai sepuluh penyerang berikutnya kemudian mereka jatuh berurutan dengan darah dimana mana mengunakan jurus pantulan samuraiku yang memantulkan serangan dari satu titik ke titik berikutnya.

Saat orang kesepuluh juga jatuh karena pahanya kusayat dia menjerit jerit seperti anak kecil , “ anjjjjaaaaaaaaaayyyyyy kampreeeeeeeeeeeeeetttttttttttt.”

Jatuhnya penyerang kesepuluh di gelombang serangan yang kedua membuat total dua puluh lima orang sudah jatuh. Tinggal 15 orang lagi dan lima orang masih duduk di atas motor. Sejenak kulirik Nikita. Dia baik-baik saja.

“ Bangsaaattt! Habisi dia!!! Maju semua kalian!!!”

Ada sembilan samurai yang tergelak di sekitarku dan sebelum mereka bergerak kulemparkan satu demi satu samurai itu ke arah mereka menggunakan teknik lempar lembingku yang sudah kugunakan di taman Kota bebeapa jam sebelumnya.

“ Yaaaaaaaaaaaaaa Makkkk.”

“ MaaaaaaMaaaaa.”

“Setaaaannnnnnnnnnn.”

“ Babi hutaaaaaaaaaaaaaaaaann.”

“ Kaaaaampreeettttttttt.”

Bidikanku membuat kesembilan samurai itu menancap semua di titik yang aku inginkan. Di orang yang aku incar.

Sembilan orang lagi roboh. Total 34 orang.

Tinggal 6 orang lagi. Termasuk lima di motor.

Mereka kompak saling memandang. Melihat banyak sekali teman-temannya selesai di tanganku nyalinya ciut.Termasuk yang di atas motor. Seperti tanpa harus dikomando lagi kesebelas orang tersisa dari mereka semua kompak kabur berboncengan ke atas motor lalu menjauh sekencang-kencangnya.

***

Jum’at, 3 April 2020

Jam 13.00

Safe House di Perbatasan Kota Bonjormo


Aku membawa Nikita menuju Safe Houseku di perbatasan Kota Bonjormo.

“ Mas, Bangsat sekali mereka. Siapa, sih?” Tanya Nikita.

Sambil menggeleng aku membuka sapu tangan hijauku dan mencuci tangan seperti biasa kulakukan. “ Aku akan segera mencari tau,” janjiku.

“ Empat orang mampus ditanganku mereka menodongkan pistol mau bunuh kita, Mas.”

Aku mengangguk, “ terima kasih, Nikita.” kataku tulus. “Kalo gak ada kamu kita pasti sudah mati.”

“ Mas siapa sih mereka?”

Dengan kebingungan yang sama aku menggeleng, “Aku tidak tau.”

“ Mas aku ini Detektif lho, kamu harus jujur kepadaku. Siapa mereka? Biar kukontak orang kantor buat mengejar mereka.”

Pada saat itulah aku menghentikan pembicaraan Nikita dan berkata pelan kepadanya.

“ Jangan! Jangan kamu telpon orang kantormu!”

Nikita terus mendesakku dengan kekerasan argumennya yang khas namun kembali kuhentikan.

“ Pokoknya jangan!” tegasku.

“ Tapi kenapa, Mas? Kan harus ada alasannya!!”

“ Ya Nikita.” Kataku sambil memikirkan barangkali Inilah arti dari mimpiku semalam. “ Tolong dengar baik-baik..”

“ Apa, Mas?”

“ Mereka ingin mengejarku.”

“ Iya karena apa??”

“ Karena aku adalah seorang pembunuh.”
 
Mantap, another armpit fetish story with cool theme. Lanjutgan
:):) thank you, Suhu
Mantap

Thanks update nya om
:semangat::semangat: thank you, Suhu
"Bab 6 : Kepala Batu"

mantul updetnya hu @john robert
Thank you, Suhu
Keren apdetnya, makasih bang jon
Thank you, Suhu Sherly
Mantab... keren suhu suwun
Thank you, Suhu
Mantab... Menarik ceritanya
Thank you, Suhu
Makasih update bab 6 nya @john robert ... :beer:
Thank you, Suhu
ini keren meski prolognya kurang nikmat hehehe
:):) thank you, Suhu
 
Para Suhu sekalian pembaca Kisah ini terima kasih sudah setia membaca karya ane yang benar-benar jauh dari sempurna. Mendapatkan satu pembaca saja rasanya ane sudah bersyukur sekarang mendapatkan pembaca yang banyak ane menjadi sangat bersyukur. Terima kasih banyak, Para Suhu semuanya.

O ya, Tak terasa kita sudah memasuki tiga episode terakhir. Semoga Para Suhu berkenan dengan tiga episode terakhir Kisah Mini Seri ini yang kita akan segera mulai, dari Episode KeTujuh ini :



Bab 7 : Amerika

Sabtu, 4 April 2020

Jam 9.00

Kantor Divisi Kriminal, Ruangan Detektif Donie, Kantor Detektif Kota Bonjormo


Di Kantor Detektif Kota Bonjormo waktu kerjanya adalah dari hari senin sampai sabtu dengan jam kerja resmi dari jam 7.00 pagi sampai jam 16.00 sore. Tapi waktu kerja tidak resmi adalah selama 24 jam Non Stop. Selama ada kasus yang terjadi, Para Detektif harus tetap ngantor apa pun hambatannya, termasuk ketika wabah Corona melanda.

Sebenarnya banyak Detektif Kota Bonjormo yang ingin bisa Work From Home (Bekerja di Rumah) selama pandemic virus Corona merebak. Sayangnya terjadi kasus lima pembunuhan berturut-turut di Kota Bonjormo yang tidak hanya menyedot perhatian dari dalam Kota tapi juga sudah merebak ke tingkat pusat.

Banyak Pimpinan Tinggi Detektif di level pusat yang sudah menekan agar kedua kasus ini segera bisa dituntaskan. Sebab bukan main derasnya pemberitaan wartawan yang menyoroti kedua kasus tersebut membuat gerah para Pimpinan Detektif.

Wartawan atau pemburu berita memang telah mengendus banyak sekali kejanggaan dalam kasus ini. Yang pertama, korban yang ditemukan tewas kemarin lusa ternyata punya latar belakang pemerkosa kambuhan. Bahkan ada keluarga korban yang melaporkan telah terjadi pemerkosaan yang dilakukan oleh pelaku yang sama hanya beberapa jam sebelum pelaku itu sendiri dibunuh oleh seseorang misterius.

Fakta ini membuat pemberitaan yang keluar di media on line menjadi tumpang tindih. Biasanya pemberitaan orang dibunuh akan diiringi rasa simpati besar dari masyarakat kepada orang yang terbunuh. Masalahnya tidak demikian dalam kasus ini. Masyarakat malah seperti berpihak kepada si pembunuhnya : masyarakat mengatakan pembunuhan yang dilakukan itu memang sudah selayaknya dilakukan kepada orang jahat seperti si pemerkosa tadi.

Yang kedua, Para wartawan juga sudah menulis di harian on line satu jam lalu bahwa keempat korban yang dibunuh jum’at dini hari kemarin adalah para begundal tengik yang menggelisahkan masyarakat. Mereka terkenal suka membuat onar termasuk gemar melakukan pemerasan, pemalakan, kejahatan jalanan, sampai diduga telah membunuh beberapa orang yang bertentangan dengan mereka.

Bahkan lebih jauh, wartawan mulai mencium kebusukan lain dari empat orang anggota gank motor yang tewas kemarin : mereka disinyalir merupakan para penimbun masker di tengah mewabahnya virus Corona. Fakta-fakta tersebut membuat tidak ada simpati sama sekali kepada mereka berempat. Bahkan lebih parah, kembali masyarakat menanggapi antusias aksi pembunuh berdarah dingin yang mampu melenyapkan nyawa sampah masyarakat seperti mereka.

Masalahnya tidak boleh ada orang yang tindakannya boleh berada di atas hukum. Hukum diciptakan untuk ditaati, bukan untuk dilanggar sampai diinjak-injak seperti sekarang. Tindakan main hakim sendiri tidak pernah dibenarkan terjadi di Kota Bonjormo.

Oleh karena berbagai perkembangan berita yang terjadi, ditambah tekanan dari media dan tuntutan penagakan hukum, hari sabtu paginya rapat terbatas digelar di Ruang Detektif Donie khusus membahas kedua kasus yang terjadi kemarin.

Ada lima orang yang diundang rapat : Detektif Donie sebagai Pimpinan Rapat, Tiga Orang staff di Divisi Kriminal : Faisal, Fahri, dan Fajri, dan satu lagi adalah Anne. Faisal rambutnya gondrong dikuncir sebagaimana layaknya intelijen. Fahri berkacamata. Fajri kurus sekali orangnya.

Anne diminta duduk di sebelah Donie.

“ Baiklah kita mulai rapatnya,” Kata Donie.

“ Perkembangan kasus pembunuhan yang terjadi dalam dua hari berturut-turut harus kita selesaikan. Ada Corona atau tidak, kita harus menyelesaikannya. Sampai dengan detik ini perkembangan paling aktual dari kedua kasus tersebut garis besarnya, seperti ini :

“ Pertama, Pembunuhan pertama, dimana yang terbunuh adalah seorang laki-laki berusia lima puluh tahun ternyata berujung pada fakta baru bahwa korban adalah pelaku pemerkosaan terhadap sejumlah wanita. Bahkan ada satu keluarga korban melaporkan hanya beberapa jam sebelum tewas si korban juga memperkosa anak gadisnya.

“ Kedua, Pembunuhan kedua, ketiga keempat, dan kelima, dimana yang terbunuh adalah para anggota gank motor ternyata membuka tabir baru bahwa korban, semuanya adalah remaja sadis yang suka menganiyaya dan menyakiti korbannya

“ Ketiga, akibat Corona, penyidikan kita menjadi terhambat dan kita belum bisa menemukan fakta jelas mengenai pelaku pembunuhan dari kedua kasus tersebut. Kita bahkan masih kalah ulet dari para wartawan yang pencarian faktanya sudah menyamai kita dalam hal data dan keakuratan informasi. Itulah sebabnya rapat ini sengaja saya buat untuk mendiskusikan dari kaca mata kalian masing-masing mengenai perkembangan kasusnya. Jadi silakan siapa diantara kalian yang punya masukan, silakan!”

Detektif Donie menutup kalimatnya dan mempersilakan peserta rapat memberikan masukan.

Diantara seluruh peserta rapat, Faisal yang penampilannya berambut gondronglah yang pertama kali mengacung.

“ Senior, ijin.”

“ Silakan.”

“ Kalo menurut saya, kasus kedua adalah bisa jadi persengketaan antar gank biasa. Kasus pertama merupakan tindak balas dendam dari orang dekat korban yang merasa tidak terima.”

“ Apa alasanmu, Faisal?” Tanya Donie sedikit kesal karena kebodohan anak buahnya. Saking jengkelnya Donie sebenarnya ingin menanyakan apakah anak buahnya tidak pernah baca berita di Hpnya.

Sambil tangannya ikut bergerak, Faisal menjawab, “ perang gank diantara para gank motor adalah hal biasa, Komandan. Ini biasa terjadi dan pelakunya pasti dari anggota Gank lain yang bertentangan dengan gank mereka…”

“ Mohon maaf, Senior Faisal,” Anne menyela. “ Tapi di kasus kedua, salah seorang korban, maksud saya saksi yang telah melapor kepada kita menyatakan hanya ada satu pelaku yang menghabisi para anggota gank motor tadi.”

Faisal tampak tidak senang dipotong oleh Anne. “ Kamu anak baru! Jangan potong bicaraku! Kamu…”

“ Faisal!” Bentak Donie. “Anne benar! Coba kamu dengar pendapatnya! Jangan asal tersinggung, Kamu!”

Faisal kaget melihat atasannya Donie yang tampak memproteksi anak baru ini jadi dia hanya menjawab, “ Siap. Mohon maaf saya belum dengar ada saksi, Senior. Coba kamu jelaskan apa yang dikatakan sama saksi itu?” Donie menunjuk Anne masih dengan perasaan kesal.

“ Ijin, Senior Faisal. Saksi yang tepatnya juga korban ini mengatakan Dia dianiyaya dan hendak dirampok motor dan harta bendanya oleh para korban tewas kemarin. Dengan demikian kesaksian saksi tadi membuat teori tentang tawuran antar gank motor menjadi gugur, Senior.”

Donie sebagai pimpinan rapat memberikan sinyal kepada Anne untuk diam lalu berkata, “Ada masukan lain?”

Fajri yang tubuhnya kurus mengacung. “ Senior. Memang untuk kasus kedua kita punya satu saksi yang bisa memberikan gambaran sekilas tentang pelaku tapi apakah Dia ingat wajahnya?” Fajri memberi sinyal kepada Anne agar menjawab lagi.

Anne tanggap terhadap sinyal itu dan menjawab cepat, “ Menurut saksi, apabila Dia diberikan kesempatan sekali lagi melihat Pelaku, Dia pasti ingat, Senior.”

“ Berarti permasalahan berikutnya : Petunjuk apa yang membuat kita bisa menangkap pelaku yang jejaknya sama sekali tidak kita punya.” Susul Fajri.

Fahri yang berkaca mata kemudian minta ijin bicara. “ Senior, ijin, apakah ada kemungkinan pelaku dari kasus pertama adalah juga pelaku di kasus kedua?”

Faisal gondrong menanggapi, “Berarti pelaku tunggal?”

“ Juga pembunuh berantai.” Tambah Fajri.

“ Kalo itu benar, bisakah semua pembunuhan ini telah direncanakan?” Tanya Fahri kaca mata.

“ Bagaimana bisa direncanakan sedangkan yang satu kasus membunuh pemerkosa yang kasus kedua membunuh empat anggota gank motor?” Donie sebegai Pimpinan rapat juga ikut nimbrung.

Fahri kembali meminta ijin bicara, “ ini hanya sebuah hipotesa, Senior : Mungkinkah kedua kasus ini berkaitan.”

“ Tapi, Senior.” Giliran Anne menyela. “ Apabila betul berkaitan bukankah pembunuhnya berarti seorang pembunuh yang berdarah dingin?”

Faisal gondrong mengangguk dan menanggapi, “ Bisa jadi.”

“ Mungkin pembunuh bayaran,” Timpal Fahri.

“ Atau Psikopat,” susul Fajri.

“ Betul para Senior,” Anne kembali. “ Kita harus membayangkan : bagaimana seorang pelaku tunggal melakukan pembunuhan di Kota yang sama, di satu hari berselang. Apakah ada orang biasa yang sanggup melakukannya? Atau memang pelakunya adalah orang Profesional yang bisa melakukan pembunuhan berantai sesadis ini.”

Fahri yang ditunjuk mengangguk singkat dan menjawab, “ Kenapa tidak?”

“ Ini kan hanya sebuah hipotesa,” kata Donie kembali nimbrung.

“ Tapi bisa jadi benar, Senior,” sanggah Faisal.

“ Dan pelakunya bisa jadi betul pembunuh Profesional,” simpul Fajri.

Tiba-tiba hening sejenak. Masing-masing peserta rapat duduk terdiam di kursinya masing-masing memikirkan masak-masak topik yang tengah dibahas.

“ Barangkali kita bisa menarik sebuah kesimpulan.” Donie memecah kesunyian.

“ Kita bisa mengambil hipotesanya Detektif Fahri, Senior.” Jawab Faisal. “ Dan mulai mempersempit bukti : Dapatkah kedua kasus dikerucutkan menjadi satu pelaku tunggal.”

“ Betul, agar fokus, Senior.” Usul Fajri.

“ Dan cepat menemukan pelakunya.” Simpul Fahri yang melempar hipotesa pertama kali.

Detektif Donie menarik nafas panjang, menoleh sejenak pada Anne dan memberikan intruksi, “ Anne jadikan ini sebagai kesimpulan rapat hari ini. Dan mudah mudahan kita bisa mengerucutkan bukti kalo memang benar ada palaku tunggal dari dua pembunuhan yang terjadi dalam dua hari berturut-turut..”

***

Sabtu, 4 April 2020

Jam 10.00

Kantor Divisi Kriminal, Ruangan Detektif Donie, Kantor Detektif Kota Bonjormo


“ Akang sudah bilang ke Pimpinan Detektif yang lebih tinggi, Anne,” Kata Donie setelah rapat selesai dan hanya mereka berdua yang tinggal di ruangan tertutup. “ Bukan Pimpinan Detektif kita yang Baru tapi yang lebih Tinggi lagi supaya kasus suamimu benar-benar ditutup.”

Mereka berdua duduk seperti layaknya sepesang kekasih. Tampaknya hubungan panas mereka semalam berbekas di hati masing-masing.

Anne mendengarkan serius. “ Terus bagaimana, Akang” Tanyanya

Donie berpikir panjang untuk menjawab pertanyaan Anne. Bukan jawaban yang mudah rupanya jadi Donie harus terbatuk dulu dua kali sebelum menjawab, “Pimpinan Tinggi menyanggupi permohonanmu sepanjang kamu mau melayaninya juga, Anne. Secara seksual.” Donie berkata tanpa melihat wajah Anne secara langsung.

Anne tercekat kaget bukan main. “ Apa??? Apa maksudnya, Akang?? Kemarin malam kan Anne sudah memenuhi permintaan Akang. Kenapa lagi?? Sama orang lain lagi??? Apa maksudnya, Akang???” Anne panik bukan main. “ Anne kan bukan pelacur…”

Donie tidak menjawab.

“ Akang minta Anne melayani sepenuh hati, Anne total melayani Akang. Akang minta Anne dandan, Anne penuhi. Tapi kenapa??? Anne minta tolong sama Akang.. Tapi Akang malah lempar Anne ke mulut buaya yang lainnya…. Akang jahat!!!!” Anne menjadi histeris dan setengah berteriak ketika mengatakan kalimat itu.

Donie mencoba menenangkannya. “ Dengar! Akang juga sudah memenuhi permintaanmu. Akang langsung melapor ke Pimpinan yang lebih Tinggi karena Akang tau hanya Dia yang bisa menutup kasus suamimu. Tapi Dia bilang Dia naksir berat sama kamu dari dulu dan memerlukan pelayanannmu sebagai imbalannya. Sebagai bawahannya aku harus bilang apa?”

Mata Anne berlinang. Dia tidak kuat untuk tidak menangis. Anne sama sekali tidak percaya akan tenggelam pada tindak pemerasan untuk kali kedua berturut turut sebagaimana kasus pembunuhan yang tengah ditanganinya.

Donie tidak lagi mencelanya sebagai wanita yang cengeng. Sekarang melihat Anne menangis, Donie memeluknya.

“ Akang jahat banget sama, Anne….” Anne menumpahkan kesedihannya di pelukan Atasannya.

“ Akang hanya berupaya melaksanakan perintahmu, Anne. Tapi dalam hirarki Kantor Detektif kita, kapasitasku kan hanya bisa melaporkan saja. Untuk pengambilan keputusan adalah menjadi ranah Pimpinan Tinggi Detektif. Kamu juga harus pahamlah posisiku Anne.”

Anne tidak menjawab hanya bisa melepaskan perasaan sedih di pelukan Donie.

“ Kalo kamu tidak mau melayani Pimpinan Tinggi juga tidak apa. Dia tidak memaksa.”

“ Tapi nasib Suamiku bagaimana, Akang?”

Donie mengangguk mengelus rambut pendek Anne, kemudian menjawab, “ Itulah masalahnya. Tidak ada jaminan apa pun terhadap nasib suamimu kalo kamu tidak mau melayani Pimpinan Tinggi.”

Lama Anne tenggelam dalam diam. Hanya memeluk Donie sambil menumpahkan perasaannya. Baru beberapa menit kemudian setelah dirasakan perasaannya kembali pulih Dia bertanya,“ Apa yang sebaiknya Anne lakukan, Akang?”

“ Semua terserah padamu, Anne. Sebenarnya berkat lobbyku kemarin malam, Pimpinan Tinggi bahkan menawarimu Program studi detektif ke Amerika selama satu tahun, sepanjang kamu mau melayaninya bersama seluruh fantasynya.”

“ Apa maksudnya bersama seluruh fantasinya, Akang?”

Donie mengangkat bahunya, “Pimpinan Tinggi punya fantasy seksual yang menyimpang.”

“ Dan Anne harus melayani fantasy menyimpangnya itu??”

“ Sebenarnya semua terserah padamu! Tapi Pimpinan Tinggi menawarkan penutupan kasus suamimu secara total bila kamu bersedia melayaninya, termasuk yang Akang katakan tadi : bonus kamu boleh studi ke Amerika. Tapi… Kalo kamu menolak pun tak apa. Kamu tidak akan rugi apa-apa, maksudku, kalo suamimu diangkat kasusnya, emangnya apa yang akan terjadi? Kalo toh gara-gara Daniel nanti diusut kasusnya kamu sampai cerai sama suamimu, aku siap menjadi suamimu,kok!” Untuk pertama kalinya Donie bersikap terang-terangan.

“ Akang, jangan begitu…. Anne masih sayang sama Daniel.”

Donnie geleng-geleng kepala, “sayang sama laki-laki impoten yang gak bisa menghamilimu? Kamu sadar sama yang kamu omongkan?”

“ Daniel tidak begitu…”

Donie mendekatkan wajahnya kepada Anne, “ Akang tidak akan mau mengantarkanmu ke Rumah Pimpinan Tinggi Detektif apabila kamu nanti menjawab bersedia melayaninya. Tapi sebagai Seniormu, Akang menyarankan kamu jangan memenuhi permintaannya. Lebih baik kamu biarkan saja Suamimu itu masuk ke dalam lubang yang Dia gali sendiri.”

“ Tapi Anne sayang sama suami… Anne sayang sama Daniel, Akang..”

Donie menatap mata Anne lekat-lekat. “ Kamu yakin sama ucapanmu itu?”

Anne menjawab pasti, “ Anne yakin, Akang…”

“ Walaupun Anne sudah tidur bareng sama Akang? Walaupun hubungan kita semalam itu sudah seperti pasangan yang saling mencintai.

Tertunduk Anne menjawab lirih, “ Iya, Akang, Anne masih sayang sama Suami…”

“ Huh baiklah,” Donie mendengus kesal bangkit berdiri. “Menurut Akang, kamu sudah tau sendiri keputusan apa yang akan kamu ambil kan?”

Anne menjawab lirih, “ Iya, Akang… Maafkan, Anne…. Maafkan, Anne, Akang….”

Donie tidak bisa menyembunyikan raut kesal dari wajahnya, dikesampingkan permohonan maaf Anne sambil menjawab dengan dingin, “ Baiklah! Aku akan hubungi Pimpinan Tinggi menyampaikan kesediaanmu. Nanti kukabari kamu detailnya. Cintamu kepada Suamimu memang…… Tak bertepi..”

***

Sabtu, 4 April 2020

Jam 20.00

Di Sebuah Rumah Mewah di Perbatasan Kota Bonjormo


[/URL
]
Anne

Malamnya Anne sendirian berangkat ke Rumah Pimpinan Tinggi Detektif yang terletak di perbatasan Kota Bonjormo. Kata Donie, Anne, diminta berpakaian sexy dan diminta mendandani dirinya secantik mungkin. Jadi sepanjang hari Anne melaksanakan perintah ini dengan mempersiapkan dirinya sebaik mungkin, bahkan lebih baik dari yang kemarin ketika akan melayani Donie.

Rumah Pimpinan Tinggi itu seperti Rumah yang teramat besar dengan penjagaan ekstra ketat berlokasi di Perbatasan Kota. Apabila dihitung baik-baik hanya ada lima rumah di sekitarnya dan di depan rumah ada lebih dari sepuluh orang bersiap siaga lengkap dengan anjing penjaga dan senjata terlintang di dadanya.

Anne datang seorang diri mengenakan gaun warna hitam yang memiliki belahan paha tinggi di tengah paha dan menimbulkan rasa ingin tau sekaligus gairah menyala-nyala bagi kaum laki-laki yang melihatnya.

Gaun malam panjang itu hanya dibatasi oleh dua utas tali yang melekat di leher dan karena tanpa lengan membuat Anne tidak mungkin menggunakan bra yang secara otomatis memamerkan puting susunya dari balik gaun hitamnya.

Anne sadar diminta berpenampilan sexy, bahkan lebih sexy daripada semalam ketika bertemu dengan Donie, agar bisa memenuhi selera Pimpinan Tinggi Detektif yang katanya memiliki fantasy seksual menyimpang.

Sebagai seorang istri yang berjuang untuk keberlanjutan karier suaminya, Anne menurut saja berdandan sesexy mungkin mempersiapkan dirinya tanpa mempedulikan keanehan sexual seperti apa yang akan ditemuinya sebentar lagi.

Tapi bagaimana pun hasil jerih payah Anne berdandan memang terlihat nyata : Ketika Anne diantarkan masuk ke Rumah besar itu menuju ke ruang kusus Pimpinan Tinggi oleh seorang pengawal, para pengawal lain kompak menelan ludah dan menghamburkan pandangan terpukau atas hadirnya Bidadari teramat cantik di rumah mewah ini.

“ Silakan masuk, Pimpinan tinggi sudah menunggumu di dalam!” Perintah Pengawal yang mendampinginya masuk sesampainya mereka di depan pintu yang sangat besar dan engselnya saja terbuat dari emas.

Anne melangkah ragu ke ruangan tersebut yang cahanya redup remang-remang. Di dalam ruangan sudah ada lima orang. Tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan.

Laki-laki pertama adalah Pimpinan Tinggi yang duduk di kursi sofa mewah sambil menghisap cerutu yang mahal. Kedua laki-laki lain sudah bertelanjang dada dan berdiri di belakang Pimpinan Tinggi bagaikan dua orang pengawal yang memilik tubuh kekar. Satunya berambut pirang. Yang satu lagi berkulit hitam. Anne melihat betapa kekarnya mereka lengkap dengan guratan otot six pack yang tergambar di perut masing-masing.

Di sisi kanan ruangan ada sofa berwarna kuning yang diduduki oleh dua wanita Chinese berbaju sexy. Mereka hanya mengenakan Bra dan G String berwarna merah dan tampak sudah menunggu Anne sedari tadi.

“ Detektif Anne, kamu sudah siap?” Tanya Pimpinan Tinggi menyambutnya sambil menghembuskan asap cerutunya.

“ Siap, Pimpinan Tinggi.” Jawab Anne merunduk gemetaran melihat sosok Pimpinan Tinggi yang ternyata usianya sudah tua. Mungkin 57 tahun. Tubuhnya masih terlihat bugar tapi sudah botak, gemuk dan kumis melintang di atas bibirnya.

“ Kamu sudah tau konsekuensi datang kesini, kan? Donie sudah menjelaskannya padamu kuyakin.”

“ Siap sudah, Pimpinan Tinggi.”

“ Tidak usah khawatirkan imbalannya! Aku bisa janjikan suamimu aman. Aku bisa janjikan kamu bisa ke Amerika setelah pandemic Corona ini berakhir tapi kamu harus layani apa pun yang aku inginkan malam ini, mengerti?”

“ Siaap, Pimpinan Tinggi.”

“ Detektif Donie sudah menerangkan semuanya, kan?” Pimpinan Tinggi bertanya.

“ Emmm tentang cara bermainnya, Pimpinan Tinggi?”

“ Ya.”

“ Emmm…. Aku harus pasrah melepaskan semua nafsu dan gairahku apa pun yang terjadi,” Jawab Anne.

“ Kamu tau apa taruhannya kalo kamu tidak total, kan?”

Anne mengangguk lalu menjawab, “ nasib dari suamiku, Pimpinan Tinggi.”

Pimpinan Tinggi menghirup cerutu kubanya dan menunjuk agar Anne duduk di sofa diantara dua wanita yang setelah Anne perhatikan adalah kedua wanita Chinese berusia matang.

Keduanya berbadan montok dan mirip. Mereka sama sama mengenakan pakaian ala pelayan berwarna hitam, bedanya yang satu memiliki tato di lengan kanan, yang satu rambutnya dikuncir.

“ Kamu sudah siap, Detektif Anne?” tanya Pimpinan Tinggi setelah Anne duduk disofa dan dihimpit oleh kedua wanita Chinese.

“ Emmmm,Siaap, Pimpinan Tinggi” Anne semakin merinding.

“ Ok. Balik badanmu, Anne! Angkat gaun hitammu itu. Nungging! Biarkan mereka mengerjai tubuhmu!”

Anne pasrah menuruti keinginan Pimpinan tinggi. Gaun malam berwana hitamnya yang berbelahan tinggi diangkat naik oleh kedua wanita Chinese sampai ke batas pantat.

“ Kamu rebahan yang nyaman di sofa!” Suruh Cici yang bertato. “ Ayuk tunggingkan pantatmu!”

Cici yang berkuncir mengelus pantat Anne, menamparnya keras di kedua bongkahan sekal pantatnya dan menarik-narik G String hitam agar menggesek vagina Anne.

“ Mmmmmmmmmm.” Desah Anne saat merasakan vaginanya tergesek ngilu oleh G Stringnya sendiri.

Cici yang berkuncir mengambil gunting dan menggunting G String itu tepat di talinya membuat Anne tidak punya pertahanan apa pun di bawah sana.

Posisi pantat Anne nungging menghadap ke arah Pimpinan Tinggi yang bisa melihat jelas lekuk pantatnya termasuk belahan Vagina Anne yang rupanya telah dicukur habis tanpa bulu.

“ Olesi pantatnya dengan minyak pelumas!” Perintah Pimpinan Tinggi yang langsung dilaksanakan oleh Cici berkuncir.

“ Emmmmh mau diapain….” Bisik Anne perlahan saat meraskaan pantatnya diolesi oleh minyak pelumas.

“ Aaaaggggghhh Mau diaapaaaiinnnn….” Desahan Anne menjadi semakin keras saat Cici berkuncir mulai mengolesi lubang anusnya dengan pelumas dan mulai mencolok-coloknya dengan jari.

Cici bertato yang melihat Anne mulai mengerang-ngerang mengambil wajahnya dan mulai mencium bibirnya. “ Kamu diam aja! Tugasmu hanya pasrah saja! Gak usah ngelawan! Gak usah banyak tanya!” Serunya sebelum mencium bibir Anne.

Anne sangat risih dicium bibirbnya oleh sesama wanita tapi tidak kuasa menolak. Pegangannya di Sofa semakin erat karena Anne mulai menahan sakit nikmat saat tubuhnya dikunci oleh kedua Cici tadi.

“ Hhhhmmmmmmm Hhhhhhhmmm Hhhhhhhmmmmmmm.”
Anne semakin belingsatan saat satu jari Cici berkuncir sukses menembus masuk ke lubang anusnya.

“ Eeeehhhmmmm…. Uuuuhmmmm….Emmmmm” Anne masih dicium bibirnya tapi desahannya semakin kencang terdengar saat kedua jari Cici berkuncir sudah masuk seutuhnya ke lubang analnya dan mengobok-ngobok di dalam.

Kedua Cici tadi tampak senang saja melihat reaksi Anne.

“ Tahan sebentar lagi biar otot Analnya lemes dulu,” kata Cici berkuncir.

“ Biar nanti pas Kamu di anal,” tambah Cici bertato yang melepaskan ciumannya dari Anne, sejenak melihat wajah cantik yang ada di depan matanya sebentar lalu membungkam mulutnya lagi dengan bibirnya.

Pimpinan Tinggi menyuruh satu diantara ajudannya yang tidak mengenakan baju di belakangnya maju, “kamu masukkan butt plug ini ke pantatnya Anne!”

“ Baik, Pimpinan.”

Laki-laki muda kekar yang berambut Pirang itu maju. Dia menggenggam butt plug berukuran sedang yang berwarna perak.

Anne gelisah menyadari kedatangannya. Dia mencoba meronta tapi kedua tangannya ditahan oleh kedua Cici.

“Pasrah saja!” Kata Cici bertato. “Hadiahnya kan sebanding dengan yang kamu inginkan!” Katanya lagi sambil mencium bibir Anne sembari menghisap lidahnya.

“ JAaaggghhh…. Tolong….Emmmmmmmm…… AAAAAAAAHHHHHHHHHHHH.”

Tak tahan Anne menjerit. Pantatnya yang dipaksa menungging oleh kedua Cici sudah terlumasi banyak sekali cairan pelumas kini ditusuk oleh Laki-laki berambut pirang.

“ Slleeeeeppppp……….”

“ AAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHH.”

“Sllllllllllliiiiiiiiiiipppppppppppp……………”

Lubang anus Anne sudah berhasil dimasuki oleh Butt Plug.

“Oke kalian berdua,” tunjuk Pimpinan Tinggi pada dua Cici, “Pastikan butt plug itu tertanam di anusnya!”

“ Baik, Pimpinan.” Kata Cici berdua kompak.

Mendapat perintah dari Pimpinan Tinggi mereka berdua bergantian menjilati vagina maupun anal Anne yang tersumpal seolah ingin membangkitkan rasa nikmat dari balik siksaan yang sebenarnya tengah terjadi.

“ Di tahan sebentar lagi,” Kata Cici bertato. “ Lemesin! lemesin terus! Nanti juga enak, kok. awalnya memang panas tapi lama-kelamaan kamu bakal dapat yang namanya anal orgasme. Uhhhh nikmat sekali rasanya,” tambahnya.

“ Iya pasrah aja. sebentar lagi,” timpal Cici yang berkuncir.

Bibir Anne terus dikecup sekarang bergantian oleh kedua Cici dan payudaranya juga mulai dijamah. Rupanya kedua Cici melolosi gaun malam Anne tadi pada saat Butt Plug masuk ke analnya sehingga Anne sudah telanjang bulat.

“ Bagaimana?” Tanya Pimpinan Tinggi pada dua Cici.

“ Sudah tertanam, Pimpinan,” jawab Cici berkuncir.

“ Udah terbiasa dia, Pimpinan,” timpal Cici bertato. “Butt Plug ini sudah pas masuk lubang analnya.”

“ Bagus sekarang dudukkan dia di kursi siksaan!” Perintah Pimpinan Tinggi.

“ Baik, Pimpinan!!”
***

Kursi siksaan adalah kursi yang terdiri dari alat untuk mengangkankan kedua kaki sehingga terbuka lebar. Selain itu, kursi siksaan juga punya alat pengikat tangan ke atas kepala yang sudah di setel sesuai tinggi badan Anne.

Anne dibawa ke kursi itu masih dalam keadaan disumpal butt plug pantatnya oleh kedua Cici.

Rasa nyeri tapi nikmat begitu terasa saat Anne harus berjalan beberapa meter sebelum akhirnya didukkan dalam keadaan kaki mengangkang lebar. Setelah duduk, tangan Anne baru diangkat tinggi dan diikat di atas kursi.

Pimpinan Tinggi berdiri saat Anne sudah diikat.

Dengan gagah Pimpinan Tinggi untuk pertama kalinya berjalan ke arah Anne, mendekatinya, mengelus wajahnya lalu, “ Plaaaaaaaaaaaakk,” menampar wajahnya .

“ Kamu sudah siap?” Tanyanya.

“ Siap, Pimpinan… Emmmmm….”

Anne membuang mukanya. Dia mencoba menyembunyikan raut wajahnya yang pasti sudah acak-acakan akibat dikerjai oleh kedua Cici tadi dan ditampar barusan.

“ Ini untuk suamimu, kan? Kamu menyesal melakukan ini??”

Anne menggeleng-geleng.

Pimpinan Tinggi mengelus Anne dengan tangan kirinya sambil mencelupkan satu jari tangan kanannya agar dihisap oleh Anne.

“ Hisap jariku!”

Anne menghisap jari yang ditawarkan dalam posisi tak berdaya. Tangannya diikat tinggi.

“ Ini pengorbanan seorang istri untuk suaminya! Tidak usah disesali! Nikmati saja!”

Setelah itu Pimpinan Tinggi pergi menjauh dan memerintahkan kepada kedua laki-laki dibelakangnya. “ Kalian siksa dia!” Perintahnya.

Kedua laki-laki kekar itu mengangguk. Mereka mengambil satu tas penuh berisi mainan seks berbagai macam dan membawanya ke samping kursi siksaan.

Kedua laki-laki tadi satu berambut pirang. Satu berkulit hitam legam. Dua duanya sama sama ganteng. Sama sama kekar. Seperti dua orang Gigolo professional.

Yang berkulit hitam maju ke hadapan Anne serta merta mengelus rambut pendeknya.
Anne resah. Tidak nyaman dielus-elus seperti itu.

Laki-laki berkulit hitam itu kemudian menjambak rambut Anne dan menamparnya dua kali.
“ Plak… Plakkk…”

Anne terkejut ditampar. Dia kesakitan. Tapi ini jenis tamparan yang tidak berbekas. Hanya tamparan ringan yang membuat nyeri singkat.

Laki-laki hitam itu lalu mengambil penutup mata dan menutup mata Anne.
“ Selamat datang di malam siksaan!” katanya.

Bibir Anne dicolok. Dipikirnya ini adalah jari lain untuk diemut tapi benda ini terlalu besar.
“ Hisap! Hisap kontol ini!!!”Teriak Si Hitam membuat Anne sadar dia dipaksa mengemut dildo yang panjang.

Di saat bersamaan, saat Anne baru saja mengemut Dildo, laki-laki rambut pirang mengambil jepitan putting payudara dan menjepit kedua putting payudara Anne bersamaan…”

“ Hhhhhhheeeeeeeeeggggh……… Heeeeeeeeeegggggggghhhhhhh.”
Anne merintih-rintih tapi suaranya tidak bisa keluar.

“ Plakkk………” tampar si hitam. “ HISAP TERUS!” Teriaknya. “JANGAN BERHENTI! HISAP KONTOL INI!”
Dildo itu ditusuk tusukkan terus ke mulut Anne.

Dari arah bawah Si Pirang sekarang memegangi dildo yang satunya lagi : Sebuah dildo getar berduri.

“ Olesi Dildo itu sama pelumas!” Perintah Pimpinan Tinggi terdengar di telinga Anne kepada si Pirang.

“ Tampar memeknya!”

Si Pirang menurut. Vagina Anne ditampar tampar.

“ Heeeggghhh…. Heeegggghhhh,” Anne mengerang tertahan.
“ Sudah kamu olesi Dildonya?” Tanya Pimpinan Tinggi.

“ Sudah, Pimpinan!”

“ Colok Dia!”

Maka Dildo panjang itu ditusukkan oleh si Pirang ke vagina Anne secara langsung.

Tadi Dildo getar itu sudah diolesi pelumas lebih dahulu sehingga masuk dengan mudah ke vagina Anne. Ditembus seluruh lubangnya sekaligus dalam satu kesempatan membuat air mata Anne banjir keluar tak tertahan.

“ Eeeeeeeeeeeeeeemmmmmmmmmm……….Emmmmmmmmmmmm.” Anne menangis tak kuasa menghentikan siksaan yang menimpa tubuhnya. Dia berusaha berontak. Tapi tidak berdaya. Tangannya masih terikat ketat di atas kepala.

Bibir sexynya sedang dipaksa menelan dildo. Payudaranya dijepit oleh penjepit. Analnya ditusuk dan vaginanya diberondong oleh dildo getar.Semua lubang di tubuhnya sudah disumpal secara bersamaan.

“ Lecehkan Dia!” Perintah Pimpinan Tinggi kemudian. “ Lecehkan secara verbal!”
Si Hitam dan Si Pirang mengangguk kompak.

“ Kamu mau ini cepat selesai, Pelacur?” tanya si hitam mulai melecehkan. “ MAU CEPAT SELESAI, PELACUR??”

“ Eeeeggghh……….Egggggghhh………..Egggghhhhhhhh,” Anne mengangguk angguk. Ludahnya sudah tumpah kemana-mana membasahi payudara dan perutnya.

“ kamu harus squirt sebanyak-banyaknya! Baru ini semua akan berhenti, mengerti! Dasar pelacur! Plaaaakkkkk.” Si Hitam menampar lagi.

Perintah tadi dibarengi oleh siksaan yang disertai pelecehan yang semakin beragam.
Alat seks Vibrator getar juga dikeluarkan dan diarahkan ke ketiak dan payudara Anne membuat si detektif wanita semakin tersiksa.

“ Ayo squirt , Pelacur!!” Kata si hitam setelah lebih dari lima belas menit siksaan itu berlangsung.

“ Ayo keluarkan semua cairanmu, Lonte!” sambung Si Pirang yang tak kenal lelah menusukkan dildo hitam panjang di bawahnya.

Dildo hitam yang dipegang Si Pirang bergerigi dan memiliki ujung lancip yang menyerang klitoris Anne bersamaan.

Perlahan namun pasti Anne memang merasakan rasa nikmat yang aneh. rasa nikmat yang muncul dari kondisi tak berdaya dan seluruh tubuh yang ramai-ramai diserang oleh laki-laki. Anne merasakan seluruh titik tubuhnya meningkat sensifitasnya. Ketiaknya terangsang karena digetarkan oleh vibrator. Putting payudaranya mencuat akibat dijepit erat oleh penjepit. Bibirnya terangsang karena harus disumpal oleh Dildo. Lubang analnya meningkat kepekaannya akibat sedang disumbat oleh butt plug.

Dalam kondisi yang multirangsangan inilah akhirnya Anne merenggangkan lagi kedua kakinya mencoba pasrah memenuhi permintaan mereka untuk squirt sebanyak banyaknya.

“ Lapor Pimpinan lonte kita ini siap squirt. Dia lagi siap-siap banjir!” Kata Si Pirang.

Pimpinan Tinggi mendekati mereka

“ Ayo, keluarin semuanya, Pelacurku!” seru si hitam

“ eeeeeeeeeghhhhhh……….eeeeeeeghhhhhh………eeeeeeeeggghhhhh.”
Saat Anne berkontraksi maksimal kepalanya bergeser cepat dalam kedaan mulut masih tersumpal. Anne sendiri memang tidak tahan menghadapi sensasi yang menyerang semua tubuhnya. Maka tanpa tertahan lagi tumpahlah cairan squirtnya ke segala arah.

“ crrrrrrrrrrit……….Criiiiiiiiiiit………….. criiiiiiiiiiiitttttttt………….”

“ Tuh air mata tadi munafik, Pimpinan,” kata Si Pirang sambil tertawa lebar karena berhasil melaksanakan tugas. “ Air mata aja keluar kayak orang kesakitan gak taunya demen juga Dia… Ha ha ha… dasar munafik, Lonte!!”

Anne banjir dengan multi rangsangan di tubuhnya dan pelecehan verbal yang terus menerus diterima.
***

Sebabis squirt dari kursi siksaan, Anne dibuka semua ikatannya dan dibawa ke atas matras. Penutup matanya juga di buka agar Anne bisa melihat siksaan yang tengah terjadi.

Si Pirang kemudian yang pertama menyetubuhinya menggunakan kondom dengan posisi woman on top.

“ Kamu munafik kan, Lonte, cuuuhhh,” Kata si pirang sambil menarik wajah Anne dan meludahinya.

“Aaaagggggghhhhhh………Aaaagggggggghhhhhh……..” Anne mendesah lepas saat merasahan vaginanya dipenetrasi sedemikian cepat oleh si Pirang. Tidak adanya lagi dildo di mulut membuat Anne bisa bebas mendesah.

“ Kamu nangis tapi squirt. Munafik kamu!! kamu itu Lonte tau!! Lonte!!!” Kata si Pirang sekarang bergeser menggigiti puting Anne kasar.

“ Aaadddduhhhh………. Aaddddddduhhh…………. Aaaaggggghhhhh.”

“ Kamu munafik, kan?” tanya Si Pirang sambil menjambak rambut Anne lagi dan menampar wajahnya.

“ Plaaak………..Plaaaakkkkkkk… Bilang!! Kamu munafik, kan!!! Plakkk…. Plakkkk!!!”

“ Iya…. Aaaahhhhhh……….. Aaaahhhhhhhh. Aaahhhhhhhhhh……..aku munafik………..”

“ Kamu menikmatinya kan wanita jalang!!! heeeggghhhhh…….. kamu menikmatinya, kan! Plak!! Plak!!” Si Pirang menampar lagi sekarang lebih keras.

“ Eeeggghmmmm……. yaaaaaaaaahhhhhhhh……. aku menikmatinyaaaa……… Aku…. menikmatinya…. Eggghhhhhh….” Jawab Anne meracau sambil mulai melambai-lambaikan rambutnya di udara terlihat sangat menikmati.

“ Hitam, Kamu cabut Butt Plug itu dari pantatnya, dan kamu penetrasi Dia dari belakang!” perintah Pimpinan Tinggi kepada Si Hitam.

Si Hitam patuh. Pantat Anne dipegangi lalu dicabut dildo merah itu dari pantatnya.

“ Plllooooooop.” Bunyi Dildo dicaabut.

“ Haddduuuuuhhhhh,” Desah Anne lega saat akhirnya lubang pantatnya dilepaskan dari penyumbatnya.

Si Hitam bersiap. Penisnya diacungkan : sudah tegak maksimal. Berikutnya si hitam tinggal bersiap : dipeganginya pinggang Anne agar diam dan dia bersiap.

“ Kapan lagi aku bisa nyicipin pantatnya Detektif…. huhhh… yang pelacur…. Agggghhhhh,” kata si hitam.

“ Aaagggghhhhh………jangan………..aaagggggghhhhh. Aku belum pernah….. Ampuuunn…..”

“ Gak usah kamu munafik lagi, Lonte!. Sudahlah kamu itu kan munafik! Sudah biar saja penis hitam gedenya Si Hitam menembus lubang bool mu,” kata si Pirang menghina.

Pimpinan Tinggi meyela mereka, “ Hitam, kamu harus berterima kasih sama Anne, berkat Dialah kamu bisa merasakan lubang bool perawan.”

“ Oooooooh,” jerit si hitam saat merasakan nikmatnya mencoba menusukkan batangnya ke lubang perawan anal Anne.

“ Aaammmpuunn…. Aaaaggghh… Jaaangaaannn…” Anne mencoba meronta tapi dipegangi oleh Si Hitam dan Si Pirang.

“ Ooooow yeessss nikmat…. Yessss…..” Raung Si Hitam setelah berhasill melakukan penetrasi ke anus Anne yang karena lubang anusnya sudah melar dibuka oleh butt plug tadi sehingga mudah dimasuki oleh batangnya.

“ Ayo kita nikmati malam siksaan ini ya, Pelacur!” Kata Si Hitam setelah berhasil melakukan pentrasi sembari menjambak rambut Anne sampai kepalanya tertengadah.

“ Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhh toooolongggggggg……….”

“ Ooooooooowww Yeeessssssss,” Desah si hitam merem melek. Rambut Anne tetap dijambaknya.

Mereka bertiga lalu mendaki gunung kenikmatan itu bersama-sama.

Di bawah Si Pirang tidak berhenti terus memompa cepat dengan penetrasi kecepatan tinggi. kata kata kasar terus dialamatkannya kepada Anne membuat Anne terluka secara verbal namun suka tidak suka harus menikmati persenggamaan threesome yang tengah terjadi.

Di belakangnya Anne sedang ditusuk anusnya oleh penis besar panjang Si Hitam. sensasi anal orgasme belum pernah dialami oleh Anne tapi sekarang mulai dirasakannya : Anusnya seperti penuh bergesek gesek tiada henti. Ditambah tusukan dari arah vagina kenikmatan itu bertemu saling menumbuk satu sama lain dan…

“ Crrrrrrrrit……..Eeeeeeeeeegh……. Crrriiiiiiiiit.” Anne orgasme. Orgasme akibat double pentrationnya yang pertama.

“ Anjiiiiiiing…….. baaabbbbbi…….pantatnya ngempot ngempot……..Orgasme Pelacur ini……..Anjingggggg………..aku gak kuat………Crooooooottttttt…….” Tetap menjambak rambut Anne si hitam menyusul menyemburkan cairan nikmat.

“ Aku juga………Maaauuuuuuuu………..Agggggggggggghhhh…………Croooot………” di bawah si pirang juga tidak tahan lagi. Dia muncrat banyak sekali karena dijepit oleh vaginan Anne yang terus berdenyut denyut akibat mengalami orgasme berantai.

Sama-sama mengalami orgasme dahsyat, mereka bertiga kemudian roboh bersamaan ke lantai kamarnya Pimpinan Tinggi.

“ Bagus!” Puji Pimpinan Tinggi. “ Hebat! Bravo!” Pimpinan Tinggi bertepuk tangan.

“ Pertunjukkan seksual yang sangat mendebarkan!”

Anne masih terengah-engah saat Pimpinan Tinggi mendekatinya lalu mengelus rambut pendeknya .

“ Kamu hebat, Anne! Kamu hebat.”

“ Huuhh… Huuhhh… Siaap, Pimpinan…”

“ Tapi,” Pimpinan Tinggi mengelus rambutnya. “ Kamu baru mulai. Malam masih panjang!”

Anne masih terengah engah.

“ Masih kuat, kan? Demi suamimu?”

Sambil memaksakan tubuhnya bangkit Anne menjawab, “ Siaap….huhh… masih….kuat… Pimpinan….”

“ Bagus! Detektif Wanita pintar!” Puji Pimpinan Tinggi kepadanya. “ Kalian berdua!” Pimpinan Tinggi menyeru kepada kedua Cici.

“Siap, Pimpinan,” Kata Cici Bertato dan Berkuncir bersamaan.

“ Sekarang bawa Anne ke ranjang siksaan! Kalian yang siksa Dia sambil Hitam dan Pirang istirahat! Kita mainkan babak kedua!”
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd