Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

9 Bintang by Arczre

Bimabet
gila...... ga ada kata2 lain selain itu!!! isi dan makna ceritanya dalam banget?????
 
Sebuah karya yg indah dan membumi ...
Terima kasih Suhu @arczre sudah memghadirkan karya yg begitu menyentuh ini....
 
Sebuah karya yg indah dan membumi ...
Terima kasih Suhu @arczre sudah memghadirkan karya yg begitu menyentuh ini....
 
Cerita yg mengandung inspirasi, salut deh buat bang arczre.
 
Sambil nunggu updatetan cerita yang lagi Hot, baca-baca cerita lama yg udah tamat ternyata asyik juga. Suhu Arczhe mang mantap lah kalau bikin cerita.
 
BAB I
Kegalauan

Nayla memetik senar gitarnya. Memainkan irama-irama yang membuat hatinya tenang. Hatinya baru saja gundah. Hanya karena satu persoalan dan ia pun sebenarnya ragu untuk mengatakannya. Satu nama di dalam benaknya, yaitu Ridwan. Siapa sih dia? Seenaknya saja masuk ke dalam kehidupannya. Baginya seorang yang tiba-tiba berubah begitu saja menjadi seorang aktivis, berjenggot, berbaju gamis adalah orang yang aneh. Lagi pula dia telah mengusir lelaki itu dari kehidupannya beberapa tahun yang lalu. Ia benar-benar mengusirnya dengan perkataan, “Jangan pernah temui aku lagi.” Sebuah ucapan yang benar-benar membuat siapapun akan gentar untuk bisa bertemu lagi dengan dirinya. Dan itu manjur untuk mengusir lelaki-lelaki seperti itu. Hanya saja dia kali ini ragu, karena sekali lagi Ridwan datang tapi dalam bentuk yang lebih dewasa. Hingga ia tak tahu lagi apa yang menjadi pilihannya.

Setelah pernikahannya kandas setahun yang lalu. Kini dia menjanda dengan seorang anak perempuan. Mantan suaminya telah menandatangani surat gugatan cerainya setahun lalu dan agaknya berat bagi Nayla untuk bisa mengikhlaskan rumah tangga yang sudah dibinanya selama enam tahun. Ia harus hidup dalam lingkup hidup yang keras. Harga kebutuhan naik, belum lagi sekarang Laila sudah harus masuk taman kanak-kanak. Tagihan demi tagihan makin menumpuk tiap hari tapi penghasilannya sebagai guru musik tidak bisa diharapkan begitu saja. Meskipun begitu sang ayah tetap menyayanginya dan memberi dia nafkah. Tapi dia dengan halus menolaknya. Sebab katanya ia bisa mendapatkan penghasilan sendiri dan masih kuat. Kini setelah ia tak lagi tinggal bersama mantan suaminya dan kembali ke rumahnya yang dulu. Memory-memory tentang masa lalunya kini hinggap lagi. Terlebih ketika Ridwan, orang yang dulu pernah “melamarnya” sekarang datang lagi. Iya, melamar dalam tanda kutip. Karena dia melamar tidak datang langsung cuma bilang lewat telepon ingin melamarnya, tapi kemudian ditolak mentah-mentah olehnya lalu diberikan kata-kata ajaib itu.

Sebenarnya bisa saja Nayla tidak bertemu dengan Ridwan andai saja ketika itu di sebuah tempat wisata tidak bertemu dengan dia. Mereka pun bertemu dengan tidak sengaja, karena ternyata rombongan wisata mereka sama dan anak-anak mereka pun bermain dalam satu kelompok. Betapa canggungnya Nayla waktu itu. Ridwan pun canggung sebenarnya. Dan setelah itu dawai-dawai cinta mulai sedikit demi sedikit mengusik hatinya. Apalagi rumah orang tuanya tempat dia tinggal sekarang tetap masih yang dulu, telepon rumahnya pun tetap masih yang dulu. Dan Ridwan tahu hal itu. Perjumpaan mereka yang terlalu sering, akhirnya menumbuhkan benih-benih cinta itu lagi. Apalagi Ridwan juga tahu kini dia telah menjanda. Dan besok Ridwan akan datang ke rumahnya untuk melamarnya. Boleh dibilang Nayla kini dalam kondisi galau tingkat dewa.

Kamarnya pun diketuk. Ia sudah bisa menebak siapa yang mengetuknya.

“Nay? Kamu ngapain?” tanya Rita kakaknya.

“Nggak ngapa-ngapain koq kak,” jawab Nayla.

“Boleh masuk?” tanya Rita.

Tanpa meminta persetujuan pun Nayla sebenarnya membolehkan kakaknya untuk masuk. Rita melihat adiknya sedang bersandar di dinding kamar di atas ranjang sambil memegang gitar. Rita pun teringat bagaimana dulu adiknya ini menjadi vokalis sebuah group band. Dan kini masa-masa itu telah berlalu menyisakan sebuah kenangan gitar yang selalu dibawanya ketika dia merasa suntuk, galau dan dengan gitar itu pulalah adiknya menciptakan lagu-lagu.

“Laila pulang jam berapa dari sekolah?” tanya Rita.

“Jam sepuluh, sekarang masih jam sembilan, kan?” tanya Nayla balik.

“Jam sembilan lewat tiga puluh,” jawab Rita. “Aku ke sini mau ngobrol sedikit ama kamu.”

“Ngobrolin apa?”

Rita pun duduk di atas ranjang adiknya. “Kamu lagi galau?”

“Ah, sok tahu.”

“Kakak itu tahu kamu lagi galau. Kakak tahu gimana sih sifat adikku ini, memangnya kenapa?”

Nayla menghela nafasnya. Diletakkan gitarnya di pinggir ranjang. “Besok dia datang ke sini, kak. Aku rasanya malu banget.”

“Malu kenapa?”

“Soalnya dia itu masa lalu aku. Dan sekarang entah kenapa masuk lagi ke dalam kehidupanku,” kata Nayla sambil menerawang.

“Ya, memang jodohmu mungkin,” ujar Rita.

“Aku dulu pernah mengusir dia dengan kata-kata gini 'Jangan pernah lagi menemui aku. Dan lebih baik nggak usah menghubungi aku lagi'. Dan sekarang tanpa disangka dia malah datang,” kata Nayla.

“Lha, kamu juga sih dulu nolak dia,” kata Rita.

“Yah, dulu kan dia masih culun, kerjaan aja nggak ada. Mau nafkahin aku dari mana coba? Lagian aku masih kepingin kuliah dulu,” kata Nayla membela diri.

“Nah, sekarang? Kamu kuliah saja putus, nggak tamat. Trus dapat suami yang playboy. Dan akhirnya kandas juga, kan? Nah, sekarang dia datang lagi dengan sukarela. Masa' kamu tolak lagi?”

“Hubungannya ama istrinya juga kandas, kan? Duda beranak dua,” kata Nayla. “Entah deh, aku bingung banget menghadapi hari esok.”

“Makanya bapak nelpon aku suruh ke sini juga sama Mas Andri. Ternyata mau ada acara lamaran. Dan ternyata yang ngelamar ya yang dulu itu. Hehehe, jadi teringat bagaimana dia nelpon dirimu dulu sampai kuping panas. Toh kamu ketika SMA dulu sering curhat juga kan sama dia?”

“Iya. Masa-masa kelam,” Nayla tertawa cekikikan.

“Hush, toh sekarang kamu kena batunya juga, kan?”

“Iya sih, dulu pas curhat ama dia. Rasanya plong, seneng banget, makanya aku nyaman banget waktu ngobrol ama Ridwan. Ya gara-gara dia kepengen nikahin aku itu akhirnya aku entah kenapa jutek banget.”

“Ah, aku tahu permasalahannya. Kamu waktu itu belum siap, ibaratnya kamu masih tidak siap untuk menghadapi kehidupan. Kamu dalam hati sebenarnya takut menghadapi kenyataan di masa depan, padahal itu belum terjadi. Coba sekarang kamu rasakan sendiri seandainya lamaran Ridwan waktu itu tidak kamu tolak, kira-kira dia akan menyusahkanmu nggak sih? Kira-kira dia akan mengorbankan hidupnya nggak sih? Kamu sudah dewasa lho Nay, masa' sekarang masih seperti anak sekolahan?”

“Ridwan emang baik. Justru karena ia terlalu baik, makanya aku waktu itu menolak dia. Aku takut kak, malu kalau aku yang seperti ini, anak band, tomboy, ngomong aja masih kasar bersanding dengan orang yang agamanya baik.”

“Nah lho, bener kan? Itu salah kamu sendiri. Kamu menolak yang baik, eh akhirnya dikasih sama Allah yang jelek. Toh itu kemauanmu sendiri kan? Kakak sebenarnya sejak dari dulu ndak setuju kamu nikah ama Toni. Dan akhirnya kamu merasakannya kan?”

“Jangan sebut nama dia lagi kak. Benci aku. Bahkan lukanya saja belum hilang. Sebel banget. Aku sedih dan marah kalau denger nama dia lagi.”

“Iya, iya, kakak faham. Menurut kakak, sekarang kamu nggak perlu ragu lagi. Toh kamu juga tahu Ridwan orangnya baik. Masih muda juga. Toh dia juga sekarang sudah jadi bapak, sudah dewasa. Paling tidak ketika kalian menikah nanti yang akan kau dapatkan adalah kebahagiaan. Kakak memang ilmu agamanya cetek, tapi Allah berfirman Fa inna ma'al usri yusraa Innama'al usri yusraa. Maka sesungguhnya setelah kesulitan datang kemudahan. Sesungguhnya setelah kesulitan datang kemudahan. Memang hubunganmu dengan mantan suamimu sudah selesai, berakhir tapi kau harus membuka lembaran baru dan kakak sangat berharap Ridwan ini tidak akan mengecewakanmu. Tapi kakak yakin Ridwan ini orangnya baik. Sebab kakak melihat sendiri bagaimana dia.”

“Ah, kakak sok tahu lagi,” Nayla beranjak dari ranjangnya. Ia mengambil jilbabnya yang digantung di lemari.

“Kakak nggak bakal bilang seperti ini kalau kakak nggak mengetahui siapa Ridwan sebenarnya. Sebab Ridwan pernah kerja sama suami kakak,” kata Rita.

“Sama Mas Dani? Bohong?!”

“Beneran. Ceritanya panjang, lain kali aku ceritakan. Kalau saja Mas Dani nggak aku ceritain tentang Ridwan yang punya perusahaan IT, tentu ia tak akan tahu kalau proyek-proyeknya selama ini dipegang oleh Ridwan. Yang jelas, kakak sangat setuju seribu persen sama Ridwan dan kamu jangan nolak lamarannya!” Rita beranjak dari ranjang Nayla. “Udah ah, itu aja yang ingin kakak omongin. Segera susul Laila, biar nggak kelamaan nunggu!”

“Iya, ini juga mau berangkat,” kata Nayla.

“Hati-hati di jalan lho, jangan melamun!” kata Rita yang seolah-olah tahu bahwa Nayla bakal melamun di jalan.

“Ah, lagi-lagi kakak ini sok tahu!” Nayla sebel.

Tak butuh waktu lama bagi Nayla untuk keluar menjemput Laila, putri semata wayangnya. Dia sudah berada di jalan dengan sepeda motor matiknya. Nayla cukup siaga untuk melihat rambu-rambu dan marka jalan. Taman kanak-kanak itu tak jauh dari tempat tinggalnya. Hanya perlu waktu lima menit ia sudah sampai di tempat.

Nayla menunggu sebentar, sampai kemudian muncul wajah-wajah imut lucu anak-anak taman kanak-kanak. Dan saat itu Nayla langsung mengenali ibunya. Jilbabnya kecil yang lucu berwarna ungu itu berkibar-kibar ketika dia keluar kelas sambil membawa tas dan bekalnya.

“Bundaaaa!?” serunya.

***​
Alur cerita yg sangat baik.
 
salam kenal dan salam hormat suhu...
ijin menikmati karya'y suhu
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd