Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mama Sayang Kamu Bagas (TAMAT)

tolrat

Tukang Semprot
Daftar
28 Jun 2011
Post
1.090
Like diterima
10.856
Lokasi
dalem gua di gunung planet Namec
Bimabet
Hai para pembaca, para penikmat cerita, para pengikut, dan para panutan. Salam kenal, Tolrat disini.

Kali ini aku mau sekedar spill, sebuah cerita lain dari koleksi imajinasi yang memenuhi isi kepala. Cerita ini, sebenarnya sudah ada dan tayang di web premium. Sudah berjalan juga beberapa part terlebih dahulu. Tapi karena rasa terimakasihku yang terlalu besar kepada kalian semua, maka dengan berbangga hati, akan aku upload juga disini.

Mama Sayang Kamu Bagas.
Adalah sebuah cerita romansa yang membahas kisah tabu keluarga. Cerita ini adalah fiksi, namun diangkat dari curhatan beberapa teman real life, dan ditambah sedikit bumbu dari pengalaman, trick, dan wawasan diri.


Oh iya, selain cerita ini, aku juga sudah ada cerita lain yang mendahului. Ada yang sudah tamat, dan ada yang masih terus berjalan. Antara lain :

01. KKB - Kisah Keluarga Bahagia - Tamat
02. NBC - Nafsu Birahi Citra - Tamat
03. MSKB - Mama Sayang Kamu Bagas - Tamat
04. Keterusan
05. TYTD - Tamu Yang Tak Diundang



*Mohon doanya ya, supaya penulis selalu sehat, selalu waras, serta selalu kuat untuk dapat menghadapi kerasnya beban di real life. Mohon doa juga, supaya penulis bisa menyelesaikan semua judul diatas sampe tamat. Dan yang terpenting, buat pengikut setia (dan juga baru), mohon bantuan support serta cendolnya, supaya penulis bisa terus membeli kopi lemburan. Guna bisa membuat kalian semua lebih ‘bersemangat’ lahir dan batin melalui cerita-cerita terbaru ini..

Dan, tanpa menuggu lama. Selamat menikmati ucapan terimakasihku, melalui cerita berikut.
Monggo. Semoga cerita ini, dapat menghibur kalian semua.


Indeks Cerita MSKB
MSKB - part 1 | Kekaguman Seorang Ibu
MSKB - part 2 | Bagasku Sayang
MSKB - part 3 | Menikahi Mama
MSKB - part 4 | Awal mula Penantian Panjang
MSKB - part 5 | Sebuah Kehidupan Baru
MSKB - part 6 | Tawaran Seru
MSKB - part 7 | GOAL. Tamat

Yah semoga suka,
Salam Kocok
 
Terakhir diubah:
Mama Sayang Kamu Bagas | Part 1
Kekaguman Seorang Ibu


“Anakmu ganteng banget ya Nda…” Ucap Mira, salah seorang rekan kerjaku
“Masa sih…?” Ucapku sambil terus mengamati photo dirinya ketika sedang melayout undangan ulang tahun yang ke 18, beberapa waktu kemarin, di layar monitor kerjaku.
“Iya… Gagah… Dan rupawan…” Sahut Asih menimpali.
“Hmmm… Begitu ya…?”
“Anakmu cucok loh Nda… “Sahut Lauren tak mau kalah, “Mirip artis…”
“Artis…?”
“Iya coba lihat… Tubuhnya tinggi… Badannya kekar… Seksi loh Nda…” Sambung Mira.
“Bener-bener idaman wanita remaja…”
“Jangankan remaja… Emak-emak kaya kita juga doyan… Hihihi…”

“Iya.. Iya… Kalo aku ga kenal dirimu, Nda…. Udah aku kencani tuh anakmu… Hihihi….” .
“Uhhh… Brondong seksi…. Hahahaha….” Kekeh Mira, Asih dan Lauren hampir bersamaan.

“Ehhh… Tapi… Tapi….” Potong Asih, “Apa kamu… Udah pernah lihat penis Bagas Nda…?”
“Hah…?” Kagetku, “Penis….?”
“Iya… Penis Bagas….” Sahut Asih lagi, “Seperti apa penisnya…?”
“Besar…? Panjang….? Berotor…? Atau gimana…?”
“Ngggg…….………….…”

***

“Met ulang tahun ke 18 tahun ya Sayang….” Ucapku sambil mengecup kening Bagas dalam-dalam.,
“Makasih ya Ma…” Balas Bagas sambil tersenyum dan menatapku dengan pandangan teduhnya.
“Maaf ya Sayang… Mama ga bisa kasih kamu pesta yang meriah…” Jawabku lirih. Merasa sungkan karena tak dapat memberikan perayaan spesial dihari kedewasaan putra semata wayangku, seperti anak sebayanya.

Sebuah kue mungil, rasa vanila, dengan sebuah lilin kecil diatasnya. Ditambah dengan dua porsi nasi goreng dengan ekstra telur dan es the manis. Iya, hanya itu yang bisa aku berikan kepada putraku malam itu.

“Ah Mama apaan sih…” Peluk Bagas mengusap punggungku, “Diingat… Dan dirayain seperti ini aja sudah berlebih buat Bagas Maaa… Mama ga perlu berbuat banyak hanya demi membuat Bagas terkesan di hari besar ini…” Sambungnya lagi yang sedikit melegakan hatiku.

“Makasih ya Sayang….”
“Lagian… Buat apa coba… Keluar banyak uang hanya buat acara mewah sehari aja…?” Jelasnya, “Toh hari besoknya juga sama aja…. Mirip ama hari-hari sebelumnya….”

“Bagas Sayang Mama…” Peluk Bagas semakin mempererat dekapan tangannya.
“Mama juga Sayang kamu Nak….” Balasku sambil mengusap wajah teduh putra kandungku.
“Jangan pernah merepotkan diri Mama buat Bagas ya Ma…”

“Astaga… Tatapan mata itu….” Detak jantungku berdegup begitu kencang, ketika melihat tatapan mata anakku. Tatapan yang pernah aku rasakan belasa tahun lalu. Ketika aku PDKT dengan ayahnya.

“Kau memang ganteng Nak…” Sambungku dalam hati dengan hati berbunga-bunga. Detak yang berdebar-debar. Dan wajah yang malu-malu karena, kembali jatuh cinta. Untuk yang kedua kalinya.

“Kenapa Ma…?” Tanya Bagas melambai-lambaikan tangannya didepan wajahku, “Ada yang salah dengan muka Bagas…?”
“Eehh… Nnggggg….. Anu…” Kagetku ketika Bagas mendapati tatapan mataku.
“Anu…?” Tanyanya.
“Nggg….. Semoga semua doa dan harapan baikmu, segera terkabul secepatnya ya Nak…” Balasku buru-buru supaya anak semata wayangku tak menyadari perasaan baru ibunya ini.

“Doa Bagas…” Jawabnya sambil kembali tersenyum, “Selalu tentang Mama…” Sambungnya lagi dengan mata tajam menatap wajahku. Dan kemudian kembali memelukku erat.

“Ooohhh.... Bagas….” Ucapku lirih, membalas pelukan tangannya yang kekar dan mendekap tubuh tinggi besar itu lebih dekat. Lebih erat.

“Bagas sayang Mama…. ”
“Bagas Hendrianto... Anakku sayang… Mama juga sayang kamu Nak… “ Ucapku lagi yang merasa begitu bersyukur bisa memiliki darah daging yang begitu sempurna.

Saking sempurnanya, aku tak menyadari jika dalam pelukan tangannya, payudaraku terimpit kencang. Putingku mengeras dan vaginaku melembab.

“Ohhh…. Perasaan apa ini…?” Heranku yang merasakan lendir di kemaluanku mulai merembes. Keluar dari bibir kemaluan dan membasahi celana dalamku.

“Apa aku jatuh cinta pada anak kandungku…?”
Nafasku makin memburu, disertai detak jantung yang aneh didadaku.
Mirip seperti ketika aku hendak berhubungan badan dengan mendiang suamiku.

“Ooohh. Bagas… Benar kata temen-temen Mama…”
“Kamu memang tampan Nak…”
“Kamu memang seksi…”

“Maafin Mama….”
“Kalo Mama semakin ingin bercinta denganmu…”
“Mama ingin menikmati tubuh gagahmu…”
“Mama ingin merasakan semburan benih kejantananmu…”
“Didalam kemaluan mama…”


“Jangan bersedih ya Ma…” Ucap Bagas yang tiba-tiba mengusap air mataku.
“Ehhh….?” Entah sejak kapan, aku menangis. Setetes air mata mengalir di pipiku.

“Mama ga sedih kok Sayang….”
“Gausah bohong Ma… “ Ucap putraku yang lagi-lagi mengusap air mataku
“Beneran Sayang…” Bisikku lirih, “Mama cuman kangen ayahmu….”

Bagas tersenyum.

“Kalo Mama ada masalah… Atau unek-unek… Obrolin aja ama Bagas ya Ma…” Ucap putraku yang lagi-lagi mengecup keningku. “Bagas akan selalu ada buat Mama…”

“Mama hanya kangen Ayahmu Sayang…” Ucapku sedikit berbohong.
“Ada Bagas kok Ma…” Rajuk putraku, “Kalo Mama butuh apa-apa… Bilang Bagas aja Ma…. Bagas akan lakuin apa aja demi Mama…”

“Lakuin apa aja…? Termasuk memuaskan nafsu birahi Mama…?” Ucapku dalam hati.

“Jangan gila kau Amanda… ” Bisik nurani baikku.
“Gila….?” Balasku dalam hati.
“Meniduri putra kandungmu sendiri adalah bukan pikiran yang waras…”
“Kenapa tidak…?”

Aku tahu, aku benar-benar tahu. Jika apa yang kupikirkan barusan itu adalah sesuatu hal yang salah. Sakit. Dan tak pernah kupikirkan, walau di imajinasi ternakalku.

“Dia anakmu…” Bisik nuraniku lagi.
“Iya… Aku tahu….” Jawabku dalam hati
“Tak ada ibu normal yang ingin menyetubuhi putra kandungnya….”
“Iya… Aku ngerti… Tapi… Aku juga tak dapat menahan rasa aneh ini…”

TENG… TENG… TENG….
Suara lonceng jam, berdentang sembilan kali.

“Makasih makan malamnya ya Ma…” Ucap Bagas yang begitu kita selesai makan, langsung merapikan peralatan makannya
“Eeehh… Ga usah repot-repot Sayang…” Larangku sambil merebut piring-piring kotor dari tangannya.
“Gapapa Maa… Anggap aja ini cara Bagas, membalas perlakuan spesial Mama ke Bagas…” Senyum remaja nan gagah dihadapanku ini sembari menampik uluran tanganku, “Udah… Mama duduk disini aja ya Ma… Biarin Bagas yang membereskan ini semua…”.

“Ohhhh… Bagas… Kau memang lelaki yang baik hati….”

Tak henti-hentinya bibirku tersenyum melihat sosok gentlemen ini. Ganteng, gagah, baik hati, dan ringan tangan. Benar-benar lelaki idaman yang membuat lendir vaginaku makin membanjir.

Entahlah, aku benar-benar tak bisa menjelaskan, apa yang kurasakan saat ini.
“Sayang….?”
“Cinta…?”
“Atau… Nafsu…?”

Karena dimataku, Bagas benar-benar titisan mendiang suamiku. Dia begitu mirip dengan Damian, lelaki yang sudah meninggalkan kami karena kecelakaan motor, lima tahun lalu.

Posturnya sama, wajahnya sama, dan senyumnya serta tatapan mata yang sama. Semua sama.
Bahkan, batang kelaminnya pun terlihat sama.

Yup, kelamin mereka sama.
Bagaimana aku bisa tahu jika kelamin Bagas terlihat sama dengan mendiang suamiku.

Ya itu karena Bagas anak kandungku. Dan sebagai seorang ibu, tentu saja aku mengetahui, bukan lebih tepatnya ‘harus mengetahui’ pertumbuhan tubuhnya. Termasuk bagaimana kemaluannya berkembang dari yang dulu imut ketika ia bayi, remaja, hingga sekarang menjadi besar dan gagah.

“Aku yang mencebokinya ketika Bagas masih bayi…”
“Aku yang merawat lukanya ketika ia sunat…”
“Bahkan, aku yang menjelaskan padanya ketika pertama kalinya mimpi basah…”

“Ohhh…. Penis Bagas….” Desir darahku mendadak meluap ketika aku teringat kejadian beberapa waktu lalu, disaat putra kandungku mengocok batang penisnya kuat-kuat, sambil menyebut namaku dalam imajinasinya.

Duduk di kursi meja belajarnya, sambil melihat photo-photo lamaku.

Tangannya bergerak naik turun begitu cepat, mencekik batang penisnya yang begitu tebal. Saking cepatnya, sampai aku tak tega melihat jemari kekar itu meremas, mengurut dan menarik-narik batang panjang itu. Biji zakarnya yang besar juga terlihat menggelayut manja. Menjuntai panjang kebawah dalam balutan kulit yang tipis. Terombang-ambing seiring kocokan brutalnya.

TEK TEK TEK TEK
Suara betotan betotan yang dihasilkan dari tangan dan penis Bagas.
“Ohhh.. Mama….” Lenguh putra semata wayangku, dalam imajimasi mesumnya.

TEK TEK TEK TEK

Tak henti-hentinya, Bagas menyiksanya batang kemaluan besarnya dengan kocokan yang berirama, seolah mengejar sebuah kenikmatan yang amat sangat. Giginya gemeretak dan keringat ditubuhnya bermunculan, menandakan ia sedang memacu birahinya dalam kecepatan tinggi.

TEK TEK TEK TEK

Semakin kencang Bagas mengocok

TEK TEK TEK TEK

Semakin bertonjolan urat-urat penisnya.
Hingga akhirnya, tak lama kemudian.

CROT CROOT CROOOCOOT CROOT CROOTTTT.
Lima gumpalan putih, menyembur dari mulut penisnya. Menembak keluar dengan cepat. Melambung ke udara dan mendarat di lantai kamarnya.

Dalam gerakan super lambat, mataku merekam kejadian super seksi itu.
Dan, aku juga semakin yakin, jika aku akan bisa menikmatin kegagahan penis putra kandungku, beberapa waktu lagi.

“Ohhh.. Bagasku… Ternyata kau sudah benar-benar matang…”


***

Semua akal sehatku berkata, adalah hal yang tabu untuk bercinta dengan putra kandungku sendiri.

Namun dalam kenyataannya, setelah berulang kali melihat Bagas mengocok batang penisnya sambil menyebut namaku, aku jadi benar-benar yakin, jika ia juga menginginkan hal serupa denganku.
Oleh karenanya, aku bisa simpulkan dalam artian yang tak sehat, jika aku ingin menghidupkan kembali memori pernikahanku dengan satu-satunya orang yang aku cintai.

Yaitu dengan Bagas, putra kandungku sendiri.
Titisan mendiang suamiku.

***

Seemenjak melihat putra kandungku mengocok batang penisnya, aku tak pernah bisa berhenti memikirkannya. Hampir setiap saat, aku mengintai melalui celah pintu kamarnya, memperhatikan putraku dijam-jam tidur malamnya. Dan selalu berharap jika ia dapat selalu mempertunjukkan aktifitas mesumnya.

Jujur, pada awal mengintip, aku merasa begitu malu. Karena sebagai ibu kandung, tidak sepatutnya aku melakukan hal itu. Namun gejolak birahi karena ditinggalkan oleh belaian lelaki selama 5 tahun, berkata lain.

Ini kebiasaan seksi, yang ingin aku lihat setiap saat. Bahkan jika diperbolehkan, aku ingin membantu Bagas dalam menuntaskan kebiasaan onaninya. Aku ingin ikut membantu meremas batang penisnya. Aku ingin membantu mengocoknya. Dan aku ingin membantu menghisap seluruh sperma yang keluar dari mulut kemaluannya.

“Ohhhh… Rasa spermanya pasti akan terasa begitu nikmat…”

Bayangan Bagas ketika mengusap, mengocok, hingga ejakulasi, selalu memenuhi kepalaku.
Aku tak bisa tidur, karena pikiran nakalku selalu membuatku terjaga.

Kilasan visual batang penisnya yang panjang, besar dan tebal selalu merasuk imajinasiku. Semua itu membuatku selalu bimbang, hingga akhirnya, aku melampiaskan diri dengan masturbasi. Berharap rasa rileks karena nikmat orgasmeku membuatku lelah dan mengantuk. Sehingga dapat mengantarkanku tertidur lelap.

Walau itu bukan proses tidur yang mudah, setidaknya aku sudah terpuaskan dengan imajinasi mesumku sendiri.

***

Selama hampir 2 bulan belakangan ini, aku dan Bagas selalu melakukan aktifitas aneh ini.

Putraku, Bagas disetiap malam sebelum tidur, selalu membiarkan pintu kamarnya terbuka. Mengocok batang penisnya hingga ia ejakulasi sambil menyebut namaku. Sementara aku, ibunya, selalu mengintip semua kelakuan mesumnya dari luar kamar. Merabai diriku yang dilanda birahi, hingga terpuaskan oleh orgasme karena usapan jemari tanganku.

Berdua, kami yang tahu kebiasaan aneh sebelum tidur ini, hanya bisa memendam rasa. Tanpa mengkomunikasikannya sama sekali. Biarlah ini menjadi rahasia, supaya kami berdua bisa tertidur nyenyak dimalam hari.

Keesokan harinya pun, aku dan Bagas berpura-pura tak pernah terjadi apapun. Kami berlaku dan beraktifitas seperti biasa. Tanpa menyinggung kelakuan mesum masing-masing.

***

Sebukan berikutnya, pikiran anehku mulai merespon. Jika apa yang kurasakan dan kulakukan setiap malam terhadap Bagas, adalah yang yang lumrah. Adalah hal biasa, menikmati pemandangan mesum dari putra kandungku seperti itu. Bahkan, aku pun mulai sering membayangkan ketika sedang bermasturbasi, aku sedang bersetubuh dengan mendiang suamiku.

Dan karena aku merasa hal mesum itu tak mengganggu bagi kami berdua, aku mulai memberanikan untuk melangkah lebih lanjut.

“Aku harus membuat Bagas dekat denganku…” Ucap pikiran gilaku yang selalu muncul setiap kali dekat dengan putraku, “Aku harus membuat Bagas bersetubuh denganku…”
”Caranya gimana….?” Tanya ku dalam hati, “Bagas pasti tak akan memulai langkah duluan…”
“Hmmmm….”

“Sepertinya… Aku yang harus memberinya kode…”


***

“Mama tidur duluan ya Sayang…” Ucapku mengakhiri obrolan setelah makan malam.
“Tumben Ma… ? Ini baru jam 7 malem…” Jawab Bagas heran.
“Iya Sayang.. Mama ngantuk banget…”
“Ohh.. Oke… “
“Biarkan alat makannya di wastafel aja… Biar Mama yang cuci besok pagi…” Aku tersenyum, sambil mengecup wajah putraku.

Tekadku sudah bulat. Aku ingin Bagas lebih dekat mengenal diriku. Mengenal ibu kandungnya yang sudah begitu mengharapkan sentuhan kelelakiannya.

Malam itu, aku sengaja memperlakukan Bagas lebih spesial daripada malam-malam sebelumnya. Jika kemarin-kemarin aku selalu mengecup kening atau pipi Bagas ketika hendak tidur . Malam itu, aku sengaja mengecup wajah putraku ditempat lain.

Aku mencium tepat di tengah-tengah bibirnya.

CUUUP
Cium bibirku selama kurang lebih 5 detik. Tak lama memang, tapi itu cukup membuat desah nafasku memburu dan detak jantungku jadi tak karu-karuan.

“Mimpi indah ya Sayang…”Ucapku lirih sambil mengusap rahang kekarnya. Sedikit menggoda putraku, berharap ada percikan api birahi yang timbul diantara kami berdua.

Dan benar, Bagas terlihat ikut terpancing dengan ciumanku barusan. Buktinya, setelah aku berjalan menjauh, ia terlihat begitu bingung. Bahkan bukan itu saja, ia terlihat beberapa kali merogoh isi celana kolornya, seolah membetulkan posisi batang penisnya yang mulai menegang.

“Ciuman ibu kandung selalu mengundang birahi anak lelakinya….” Jelasku memberi kesimpulan.

Buru-buru aku beranjak kekamar. Melepas semua pakaian yang ada di tubuhku dan menyalakan lampu tidurku. Tak lupa, kubuka sedikit pintu kamarku untuk membiarkan diriku diintip Bagas ketika sedang bermasturbasi.

Dan benar, tak lama kemudian, aku bisa melihat bayangan putra kandungku mengendap-endap didepan pintu kamar. Berdiam mematung sambil menatap tajam kearah tubuh telanjangku.

Merasa ada yang memperhatikanku, debar jantungku makin tak karuan.

“Manda… Inilah saatnya…” Bisik nurani jahatku ketika melihat Bagas mulai meremas batang penisnya dari luar celana, “Beri pertunjukkan kepada putra kandungmu…”

“Pertunjukkan yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya….”

Segera saja, aku mulai membayangkan adegan dimana Bagas mulai menyentuh diriku.

“Cium Mama Sayang… “ Desahku sembari terus melakukan pertunjukan mesumku, membayangkan dirinya mencium bibirku, “Ohhhh Bagasss…..”

“Remes tetek Mama Sayang… Remes tetek besar mama…”
“Oohhh… Bagas…”
“Gigit putting Mama nak…”
“Jilat memek Mama…”
“Iya Sayang teruss…”
“Sedot itil Mama…”
“Ohhh Bagas Cinta Mama… Sini Sayang… Kobel memek Mama…”

Mendengar desahan-desahan birahiku, membuat putraku semakin belingsatan. Ia menurunkan celana kolornya, membuka pintu kamarku lebih lebar dan mulai mengocok batang penisnya.

TEK TEK TEK TEK
Suara tarikan batang penisnya yang terdengar lirih ditelingaku.

TEK TEK TEK TEK
“Ooohhh…Suara birahi penisnya mulai terdengar….”

TEK TEK TEK TEK

Semakin keras suara penis Bagas dikocok-kocok, semakin membuatku bersemangat dalam memupuk birahinya.

“Ohhh… Bagasku Sayang…” Desahku melanjutkan
”Tititmu terlihat begitu menggiurkan Nak…”
“Sini Sayang….”
“Masukin tititmu ke memek Mama…” Ucapku berpura-pura tenggelam dalam imajinasiku.

“Sodok memek Mamamu ini Sayang….”
“Sodok memek wanita yang udah melahirkanmu ini Sayang…”

TEK TEK TEK TEK TEK TEK
Suara betotan batang penis Bagas semakin keras terdengar dari arah pintu.

TEK TEK TEK TEK TEK TEK
Makin nyaring dan makin nyata. Bahkan jika diperhatikan, seharusnya aku dan putraku harusnya sadar akan eksistensi masing-masing. Aku dan bagas sadar jika saat ini, aku sedang diintip dan putraku sedang diberi pertunjukan.

Namun karena kami berdua masih diliputi oleh selimut malu yang begitu tebal, untuk sementara hanya ini yang bisa dilakukan oleh kami berdua.

“Oohhh…Besar sekali tititmu Sayang….” Desahku mulai memasukkan 2 jemari tanganku kedalam licinnya liang senggamaku. Membuat lendir kemaluanku semakin merembes keluar dan membasahi sekitar area selangkanganku.

“Ohhh Iya… Sodok terus Sayang…. Sodok memek gatal Mama…”
“Iya Sayang… Garuk memek Mama dengan titit besarmu Sayang…”
“Garuk… Biar gatal memek Mama menghilang…
“Ohhh Bagasku Sayang… Enak sekali garukan batang tititmu Nakk…” Ucapku yang kemudian memasukkan tiga jari tanganku dan mengobel liang kemaluanku lebih intens lagi.

CLOK CLOK CLOK CLOK
“Ohhh… Bagaaasss….” Erangku lirih sembari meremas kencang payudaraku. Memilin dan mencubit kedua putingku bergantian guna menambah sensasi nikmat persetubuhan imajiner ini.

CLOK CLOK CLOK CLOK
“Ohhh… Iya Sayang... Sodok memek Mama….” Desahku terus ketika jemari tangaku keluar masuk semakin cepat di lubang vaginaku.

CLOK CLOK CLOK CLOK
“Iya Bagasku Sayang… “
“Terus Nak… Terus genjot memek Mama…” Erangku sambil makin mempercepat mengocok liang senggamaku,”Kencengin Sayang… Kencengin…”

CLOK CLOK CLOK CLOK
“Mama udah mau sampe Sayang…. Ayo terus sodok memek Mamaa….” Raungku makin kencang, seiring kocokan jemari tangan di vaginaku.
“Terus sodok Mama Naak… Terus sodok pake titit besarmuu…”

Semakin jorok aku berkata-kata, semakin aku merasakan sesuatu sensasi aneh yang muncul di bagian bawah perutku. Rasa yang begitu hangat. Geli. Dan Nikmat.

Semua rasa berkumpul, dan bercampur menjadi satu di dalam rahimku. Perlahan membesar dan makin memenuhi di dalam area selangkanganku. Seolah mendesak keluar, tekanan nikmat itu semakin lama semakin kuat hingga membuatku menggeliat tidak karuan.

CLOK CLOK CLOK CLOK CLOK CLOK
“Terus Bagas… Sodok terus memek Mama…. Terus sodok yang kencang Sayang…. Sodok….” Erangku terus mendesah, menceracau bagaikan anak kecil yang tiba-tiba terserang demam tinggi.

Sampai akhirnya aku merasa tak mampu lagi menahan desakan di kandung kemihku. Aku begitu ingin kencing. Namun bukan kencing air seni, melainkan kencing nikmat yang rasanya begitu memabukkan raga.

“OOHHH….BAGAS… MAMA KELUAR NAK… MAMA KELUAAARRR….”
Erangku ketika sensasi nikmat itu meledak dari dalam kemaluanku.

Badanku seketikita menggigil dengan hebat. Aku merasakan ada denyut yang seolah memompa getaran aneh dari dalam rahimku. Keluar memenuhi seluruh seluruh rongga di liang vaginaku. Membasahi seluruh dinding kemaluanku. Dan dalam sekejap, aku merasakan kenikmatan yang teramat sangat.

Aku mengerang.
Tubuhku mengejat.
Otot-ototku bergetar hebat sampai aku tak mampu mengontrol semua pergerakan lengan dan kakiku

CREET CREET CREEETTT CREEECEEETT CREEETTT
Orgasmeku, mengantarkan semburat lendir vagina yang jauh lebih banyak dari sebelumnya,

“Ohhh.. Bagas… Mama mengingkanmu Nak… Mama bener-bener menginginkan bersetubuh denganmu…” Teriakku lantang, seolah aku sengaja membiarkan putra kandungku yang juga berpacu dalam birahinya, mendengarkan dengan jelas.

CREET CREET CREEETTT CREEETTT
Benar-benar lega. Benar-benar PLONG.

Aku merasa seolah beban yang ada di pikiranku hilang. Badanku meringan seperti bulu, melayang anggun diudara. Dan untuk sejenak, aku merasa begitu segar.

Tenang.
Dan matakupun menjadi berat.

Dalam setengah pejam mataku, kumelirik ke arah pintu kamar yang sengaja tak kututup rapat. Menatap nanar kearah sosok yang berdiri tak lebih dari satu setengah meter dari tempatku berada.

“Ohhh.. Seksi sekali kau Nak…” Batinku dalam hati ketika melihat sosok yang kuidam-idamkan mengocok batang penisnya dengan hebat.

Tubuhnya sampai melengkung-lengkung guna mengejar kenikmatan ejakulasinya. Dan tak sampai hitungan menit, putraku tiba-tiba mengejat dengan hebat. Memuntahkan hasrat birahinya melalu semburan spermanya yang begitu dahsyat.

“Ooohhh…. Manda Wulansari-ku… Terimalah pejuh cinta anakmu ini Maaaa….Arrrgghhh….”
CROT CROOT CROOOCOOT CROOT CROOTTTT.
Semburan demi semburan, meluncur keluar dari mulut kemaluannya. Memancar dengan hebat, ke segala arah.
Kedinding, kepintu, kelantai, hingga ke karpet kamar tidurku.

Spermanya terlihat keluar begitu banyak.
Jauh lebih banyak daripada yang biasa ia keluarkan

“Uuuhhh… Seksi sekali semburan pejuhmu Sayang….” Desahku lirih sambil tersenyum, menutup mata, dan berharap.


JIka dalam waktu singat, putra kandungku, Bagas, bersedia membuang benih kejantanannya ditubuhku.

Di wajah
Di payudara
Di perut

Atau bahkan...
Didalam vaginaku.


Bersambung,
By, Tolrat
 
Terakhir diubah:
Ch1nya udah frontal gini... Jd penasaran chch selanjutnya.. lancrotkan hu.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd