Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Keterusan

tolrat

Tukang Semprot
Daftar
28 Jun 2011
Post
1.090
Like diterima
10.856
Lokasi
dalem gua di gunung planet Namec
Bimabet
sebuah cerita entah kenapa tiba-tiba nongol dikepala. iseng-iseng ngetik, eh tahu-tahu jadi satu chapter


ATAU....

Semisal mau liat thread ane lainnya, silakan:

01. KKB - Kisah Keluarga Bahagia
02. NBC - Nafsu Birahi Citra
03. MSKB - Mama Sayang Kamu Bagas
04. Keterusan
05. TYTD - Tamu Yang Tak Diundang


Oohiya, buat yang pengen sedikit bantu-bantu, entah itu kritik, saran, ide, donasi, ataupun apapun itu, silakan banget loh.
Karena semua sangat berarti bagi kelangsungan nafas cerita Tolrat.


Dan buat membantu keseruan cerita Keterusan ini, silakan simak aja linknya :
KTRN- part 1 | Ini Ceritaku
KTRN- part 2 | Kilasan Masa Lalu
KTRN- part 3 | Extend
KTRN- part 4 | Hanya Alasan
KTRN- part 5 | Ucapan Basi
KTRN- part 6 | Sebuah Pengakuan
KTRN- part 7 | Awal Cerita
KTRN- part 8 | Syahwat
KTRN- part 9 | Sedikit Pengakuan


Yah semoga suka,
Salam Kocok
 
Terakhir diubah:
KETERUSAN
Part 01 - Ini Ceritaku


TOK TOK TOK

“Selamat sore Pak Dimas.. Kita seafood-an yuk… Terus lanjut pulang…” Ucap Yudi dari depan pintu ruang kerjaku, sambil memperagakan tangan menyuap kearah mulut. Mengajak makan malam sembari pulang karena jam kerja kantor telah usai.
“Ntar dulu deh… Masih banyak yang kudu gw selesaikan nih…” Sahutku sambil menunjuk tumpukan berkas yang ada diujung meja kerjaku, “Maklum kerjaan…”
“General Manager….” Sahut Yudi sebelum kalimatku terselesaikan, “Iye iye.. gw tahu…”

“Tahiks. “ Sahutku kikuk, “Terus aja lo ngecengin dengan jabatan General Manager…”
“Hahahaha… Yaiyalah. Secara gitu loh.. Dimas Mulyadi, General Manager termuda di kantor multinasional abad ini…”

“Bener deh.. gue belom bisa balik cepet…”
“Ayolah Dim, sesekali ini aja kita pulang bareng. Gw traktir deeeehh…. Udah jadi GM ini, harusnya bisa bebas sedikitlah buat ngatur jam kerja…”

“Ga bisa Yudiiii, justru gw harus bisa kasih contoh terbaik buat team lainnya. Jangan kasih ccontoh hal-hal yang sekiranya….”
“Ooohh… oke oke oke oke.. “ Potong Yudi menghentikan ocehanku, “Baik pak General Manager suri tauladan kita semua… Kalo begitu, saya pulang duluan yaa Paaak “ Sambungnya terus menyindirku
“Hahahaha. Kamprettt..”

Alasan kerja, adalah alasan paling valid untuk menolak ajakan dari siapapun. Bahkan dapat dikata, itu alasan paling manjur. Dan juga, malam ini aku tak begitu lapar. Aku hanya agak malas untuk pulang cepat. Dan dengan alasan adanya kerjaan yang menanti, aku bisa tetap tinggal dikantor, sedikit lebih lama.

Kuputar kursi kerjaku kearah jendela besar yang ada disampingku. Kubuka browser di laptopku, sekedar berselancar di social mediaku. Bersenda gurau dengan teman-teman lama dunia maya, agar dapat sedikit mengurai beban penat di pikiranku.

TIT TIT… TIT TIT… TIT TIT…
Jam digital ditangan ditangan, memberikan peringatan padaku. Jika saat ini waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam.

“Fffffffhhhhhhhhhhhh…..”Aku menarik nafas panjang. Mengirup oksigen yang masih tersisa diruangan kerjaku sambil menatap lurus ke jendela gedung. Mendekat kearah dinding transparant itu dan menatap kearah jalan raya dibawah sana. Hanya mencari tahu, apakah kemacetan malam itu telah mereda atau belum.

“Fffffffhhhhhhhhhhhh…..” Lagi-lagi, aku menghirup nafas dalam-dalam. Menatap photo istiku yang sedang tersenyum ada diatas meja kerjaku. Yang seolah berbisik “Pulang sekarang aja Mas…”
Oke, kumatikan laptopku. Kututup layarnya, lalu kumasukkan kedalam tas. Kujinjing tas kerjaku, kemudian melangkah pulang.


- - - - - - -​

“Deeekk. Aku pulang…” Salamku ketika memasuki rumah.

Sunyi, tak ada jawaban. Yang ada hanyalah suara TV yang mengoceh sendirian tanpa henti. Tak jauh dari situ, terlihatlah istriku. Sedang duduk menyelonjorkan kaki diatas sofa berbentuk L yang ada disudut ruang keluarga. Menyantap mie instan yang masih mengepulkan asap panas.

“Enak banget nih makannya, sampe ga jawab salamku… Masak apa Dek…?” Sindirku basa-basi sambil menyodorkan punggung tangan kearah pipi istriku. Salim.
“Kira-kira, kalo aku sedang pegang mangkok gini, Mas jadi gabisa liat aku masak apa…?” Jawab istriku ketus. Tak menghiraukan uluran tanganku. Terus menyeruput untaian mie itu dengan lahap.
“Ohhh. Oke…” Balasku sambil meletakkan tas kantorku ke ruang kerja. Kemudian berjalan kearah dapur. Mengangkat tudung saji yang ada diatas meja, dan tak mendapati apa-apa.

“Ini… Kok kosong ya Dek? Emang ini seharian kamu ga masak?” Tanyaku lagi.
“Kamu masak aja sendiri deh Mas. Aku capek…” Jawab istriku dengan nada mulai kesal
“Hahh…? Capek…?” Sahutku lagi. Kali ini, aku berjalan mendekat kesofa ruang keluarga. Lalu memijat pundak polos istriku, dan sedikit mencoba menenangkannya.

“Uhhhh…” Desah istriku sambil memiringkan kepala. Sedikit mempersilakan tanganku untuk membantu merenggangkan otot lehernya yang jenjang.
“Emang kamu capek abis ngapain aja sih…?” Bisikku yang kali ini, mengecup tipis tengkuknya. Memberikan sedikit perhatian sambil menyusupkan tanganku dari pundak istriku, turun balik tanktop tipisnya. Mengusap payudara besarnya yang tak pernah ditutup oleh bra sama sekali, ketika sedang berada dirumah.
“Nggghhh…” Lenguh istriku samar, namun tak menolak perlakuanku “Ya capek macem-macemlah…”

“Capek macem-macem tuh capek model apa…? “ Bisikku pelan sambil terus meremas pelan kedua payudaranya, “Toh kamu pasti seharian ini nggak kerja apa-apa… “
“Nggak kerja apa-apa…?” Tanya istriku yang tiba-tiba emosi karena mendengar kalimatku, “Iya Mas, aku nggak kerja… Kan aku pengangguran… Nggak sepertimu yang selalu sibuk…. Marketing Manajer kelas dunia…” Sewot istriku sedikit menyindir. Ia lalu menggoyangkan pundaknya, seolah mengusir tanganku yang sedang asyik mempermainkan kedua payudaranya.

“Naaaahhh… Bener khan…Palingan kamu tadi seharian nonton TV….” Sahutku yang juga mulai tersulut karenanya, “Jadi kalau udah tahu dengan kesibukanku… Apa salahnya sih…? Sedikit meluangkan waktu buat menyiapkan makanan buat suamimu…?”

“Udah ah, mas… Aku kenyang…” Jawab istriku yang kemudian menghentakkan mangkok mie instan diatas meja dengan keras. Bangkit dari sofa, dan berjalan kesisiku. “Kalo kamu udah kelaperan, pesen aja gih, lewat aplikasi online…”
“Ehhh…? Kamu mau kemana..?”
“Aku ngantuk…” Jawabnya ketus sambil mengibaskan rambut hitam panjangnya kewajahku. Setelah itu ia berbelok kekanan, dan menuju kamar tidur.

BLAAMM
Suara pintu kamar tidurku terbanting, menyudahi pertengkaranku dan istriku malam itu.

Sebenarnya aku tahu, apa yang menyebabkan istriku memperlakukanku seperti ini. Akan tetapi, rasa ego dalam diri yang membuatku tidak mau mengakui kesalahan itu. Malah, aku sengaja mencari-cari alasan, guna melemparkan semua kekesalan ini kepada istriku.

“Fffffffhhhhhhhhhhhh…..” Untuk kesekian kalinya dimalam ini, aku menghela nafas.
Kuambil mangkok sisa mie instan istriku, lalu kulahap semua yang ada. Setelah itu, aku cari tontonan di saluran TV yang mungkin saja, bisa membantu mengurangi rasa kesalku saat ini.

CTIK CTIK CTIK.
Berkali-kali, aku mencoba mencari acara di berbagai saluran TV. Namun tetap saja, tak ada acara yang sesuai dengan kegundahan hatiku. Semakin aku cari, semakin kesal pula jadinya. Kulempar remote TV itu kesofa. Dan merebahkan diri menatap langit-langit rumah.

“Fffffffhhhhhhhhhhhh…..Fffffffhhhhhhhhhhhh…..” Berkali-kali, aku menghirup nafas panjang. Mencoba meredam emosiku yang tak kunjung selesai.

JGLEEEERRRRRR
Kilatan putih, tiba-tiba terlihat sekelebat didepan mata. Disusul dengan suara petir, yang terdengar begitu keras membahana. Setelah itu hujan deras.

“Sepertinya mandi air dingin, bakalan meredakan rasa kesalku hari ini” Batinku yang kemudian beranjak ke kamar tidur.

CKLEEEKKK
Aku tak dapat membuka pintu kamarku.

CKLEEEKKK CKLEEEKKK
Aku putar gagang pintuku berkali-kali, tetap saja pintu itu tak dapat terbuka. Sepertinya, pintu kamarku dikunci dari dalam.

“Sayang. Tolong bukain pintu dong, aku mau mandi…” Ucapku dari sela-sela daun pintu kamar.
“Mandi aja dikamar mandi tamu…” Jawab istriku dari dalam kamar, “Aku udah ngantuk…”

“ARRRGGGHHH…” Kesalku dalam hati. Kujambak rambutku kuat-kuat, karena tak mampu meredam emosi yang makin memuncak ini. Kupukul pintu kamar tidurku keras-keras, hingga membuat tanganku kesakitan.

DUUUGGGG
Bodohnya manusia ketika emosi. Tak ada solusi apapun yang didapat, sekuat apapun kau menyiksa diri. Yang ada, hanya tambahan rasa sakit yang terasa oleh hati.
Kusandarkan punggungku di pintu kamar tidur. Lalu melorot, turun dan terduduk dilantai. Dan secara tak sengaja, kulihat sebuah koper hitam besar disudut ruang tamu.

Pikiranku tiba-tiba langsung teringat, saat dimana istriku beberapa kali menyelipkan obrolan mengenai rencananya untuk ijin pergi kerumah Mila, sahabat dekatnya yang akan melangsungkan pernikahan di pulau Dewata. Ia mendapat calon seorang suami bule, Edward, seorang ekspatriad dari Dubai. Dan menurut ceritanya, ini adalah saat terakhir istriku bisa bertemu dengan Mila, sebelum ia diboyong oleh suaminya untuk tinggal diluar negeri.

Sebenarnya, aku agak melarang istriku hadir diacara pernikahan itu. Namun, dengan alasan karena ia dimandati oleh orangtua temannya untuk menjadi pengiring pengantin, oleh karenanya, istriku bersikeras untuk datang kesana. Aku tahu, itu hanya akal-akalan istriku saja. Akan tetapi aku tak dapat berbuat banyak untuk menahannya tetap tinggal disini. Dan lagi, biar sajalah. Mungkin dia lelah, atau sedang bosan akan kesehariannya dirumah ini bersamaku.

“Ternyata. Dia benar-benar niat pergi…” Batinku yang menyadari cara protes istriku. Ia lebih memilih untuk datang kepernikahan sahabat baiknya besok, daripada menuruti rasa keberatanku.

Ku melangkah kearah koper besar itu. Kugoyang isinya, dan ternyata berat. Sepertinya, jika melihat bobot dari koper tersebut, istriku akan pergi selama kurang lebih 3-4 hari. Dan itu artinya, akhir pekan ini, aku akan merasa kesepian tanpa dirinya.

“BODO AMAATTT…” Kesalku sambil melucuti semua pakaian yang menempel ditubuhku. Berjalan dengan sebal ke arah kamar mandi tamu. Dan sesampainya disana, kutatap tubuh telanjangku di cermin besar yang ada dibalik pintu kamar mandi.

“Wajahku tak jelek-jelek amat kok. Badanku juga ga kendor, masih ada tonjolan otot yang masih bisa kupamerkan…” Ucapku dalam hati ketika menilai penampilanku yang menurut penilaianku, cukup mampu untuk membuat banyak peremuan terkesima oleh, “Cuman… Ini semua gara-gara kamu… Iya, ini semua gara-gara kurangnya kemampuanmu….”

Seperti orang gila, aku menunjuk-nunjuk kearah penis diselangkanganku yang tergolek lemah tak berdaya. Memarahinya seolah ia adalah seseorang yang dapat disalah-salahkan

Loh? Emang kenapa aku bisa menyalahkan penisku seperti itu?
Yah panjang ceritanya.

Tapi, okelah. Aku bakal ceritain semuanya disini.

Dan, inilah ceritaku.

***

Hai. Perkenalkan, nama lengkapku, Dimas Mulyadi. Aku adalah seorang lelaki tulen, penggila kerja, pecinta wanita, dan penikmat karier. Usiaku saat ini, baru masuk 30 tahun. Menjabat posisi General Manajer di sebuah kantor ternama di ibukota.Saat ini, statusku adalah menikah. Baru menikah. Lebih tepatnya, baru menjalani kehidupan rumah tangga selama 4 tahun. Dan sampai detik ini, belum dikaruniai momongan.

Aku menikah, dengan seorang wanita cantik. Iya, wanita. Bernama Melati Putri Anggaeni, yang biasa dipanggil Mela. Sosok wanita istimewa dihidupku, yang malam ini sedang ngambek dikamar tidurku. Bagiku, Mela adalah wanita yang memiliki paket sempurna. Cantik, putih, berambut panjang, langsing dengan lekuk pinggang yang begitu mungil. Kakinya jenjang, dengan paha dan betis mulus yang selalu membuatku panas dingin ketika melihatnya. Dan satu hal yang membuatku makin lengket dengannya, adalah karena Mela memiliki sesuatu yang membuatku selalu dicemburui oleh lelaki lain.

Mela, memiliki aurat yang menurutku benar-benar sempurna. Payudara besar, dengan aerola kecil serta warna putting yang cerah. Tak seperti warna putting wanita-wanita lainnya yang aerolanya terlihat besar dan gelap. Pantatnya juga bulat dan keras, yang membuat tonjolan tubuh belakangnya terlihat begitu nungging dan semok.

Dan, yang terakhir, satu-satunya hal yang membuatku klepek-klepek karenanya, adalah karena vagina istriku. Walaupun sudah berkali-kali digunakan oleh banyak lelaki, masih saja tak berubah. Kecil, mungil dengan kulit yang tanpa ditumbuhi oleh rambut kemaluan sedikitpun.

Bagiku, tubuh Melati adalah sosok yang sempurna. Paket superduper lengkap. Yah, kecuali dengan moodnya yang sering naik turun.

Pada awalnya, menurut kesimpulan sederhanaku, aku tak merasa ada masalah apapun dalam hal pernikahan. Rumah tanggaku baik-baik saja. Materi kami cukup, sering belanja, jalan-jalan serta rekreasi. Kehidupan seks pun juga masih bisa dibilang normal. Aku dan Mela bercinta sekitar 8-10 kali per bulan. Walau sebagian besar aku lebih suka posisi misionaris, dan Mela suka posisi teratas. Tak ada masalah, masih rutin-rutin saja.

Satu-satunya yang menurutku berubah adalah, mungkin, dari durasi bercinta kami. Dari yang semula bisa 15-20 menit, akhir-akhir ini menjadi 6-8 menit. Namun bagiku, sepertinya itu bukan masalah yang cukup pelik. Karena meskipun durasi bercinta kami memendek, akan tetapi, aku dan istriku juga masih terpuaskan olehnya.

Aku bisa ejakulasi, Mela juga bisa orgasme. Kami masih sama-sama puas.

Meskipun Mela sama sekali tidak pernah mengatakan hal negatif mengenai masalah hubungan suami-istri yang terjadi diantara kami berdua, akan tetapi aku tahu, sedikit banyak masalah staminaku ini mulai membuatnya stress dan frustrasi.

Dan puncak dari permasalahan hubungan nikmat suami-istri ini, Mela jadi malas banget untuk melakukan foreplay, entah itu saling cium atau raba, tak mau memberiku oral seks, tak memperbolehkanku menjilat payudara ataupun vaginanya. Bahkan sekarang, ia selalu ingin cepat-cepat mengakhiri sesi bercinta kami, setelah dirinya mendapatkan orgasme.

Lalu, ujung-ujungnya, kami berdua tidur dengan punggung berhadap-hadapan. Tanpa cium setelah bercinta, ataupun komunikasi yang bisa mempererat hubungan kami berdua.

- - - - - - -​

TIITT TIIIT… TIITT TIIIT… TIITT TIIIT…
Alarm jam tanganku berbunyi. Menunjukkan waktu pukul 6 pagi. Matahari sudah terlihat terang dengan segala macam kesegaran udara paginya.

Kulihat pintu kamarku telah terbuka. Namun ketika kuperiksa kedalam, ternyata sudah kosong.
Tak kutemui sosok isitriku. Sepertinya, Mela pergi tanpa berpamitan denganku.

Pagi itu, aku sarapan seorang diri, hanya ditemani oleh dua telur mata sapi, dua tangkup sandwich isi daging olahan, dan segelas perasan anggur. Dan karena hari ini adalah sabtu, jadi aku bisa sedikit bermalas-malasan dirumah.

Sambil makan, aku melihat status chatt di hape. Melihat story Mela yang sedang menceritakan persiapan perjalanannya ke pulau Dewata subuh tadi ketika sedang ada dibandara. Istriku terlihat cantik dengan cardigan biru dan celana pendek berwarna senada. Ia selalu terlihat mempesona.

Kuscrool layar hapeku kebawah. Melihat chatt beberapa teman dan kolega yang sekiranya terlewat untuk aku balas. Hingga tak sengaja, mataku tertuju dengan salah satu percakapan beberapa waktu lalu dengan seorang wanita.

Dea Amartha. Seorang therapis yang mungkin bakal bisa membantuku dalam mengharmoniskan hubunganku dengan Mela.


- - - - - - -​


“Coba aja sob, kali aja masalah lu, bisa diselesaikan oleh dia. Menurut gw, dia hebat. Jago dalam mencari solusi. Dan lagi, dia cakep sob. Hahahaha…” Ucap Yudi merekomendasikan Dea dengan semangat menggebu-gebu.
“Ah. Kalo cakep aja. Keahliannya lu bagus-bagusin…” Sahutku sedikit meremehkan, “Palingan lu abis dikasih memek dia ya, biar terus merekomendasikan keahliannya ketemen-temen lu…”
“Anjiiirrr… Enak aja, beneran kali sob. Dia oke kok buat temen curhat, bijaksana banget. Lu bakalan kaget deh semisal tahu cara dia kasih solusi…” Bela Yudi terus memuji Dea, “Yahh. Walau gw juga ga nolak kalo diajak dia tidur.. Hahahahaha…”

“Tuuuhh. Ya khaaaannn…”
“Abisan toketnya tuh… Uhhhh. Anjir dah….” Seru Yudi dengan tangan yang memperagakan seperti sedang meremas-remas payudara, “Pokoknya, lu harus ketemu ama nih cewek…. Lu pasti bakalan cocok kalo udah ketemu dengannya…”
“Ahhhhsss. Basi…. Dasar mulut Marketing…” Celetukku sinis.
“Ehhhh, lu mah, selalu aja gitu. Dibilangin malah ga percaya.” Balas Yudi tak kalah singit, “Okedeh… Gini aja… Kalo dia ga bisa kasih lu solusi, gw traktir deh sesi therapis lu besok…”
“Bener ya…?” Ucapku menjulurkan tangan kearah Yudi, “Deal…!!!”


- - - - - - -

“Hai Dea, hari ini, apa ada waktu?” Ucapku yang tanpa basa-basi, langsung mengajaknya ngobrol.

Sedetik, dua detik, sepuluh detik, semenit, hingga lima menit, tak ada jawaban. Oke. Mungkin ini hari libur, jadi sepertinya therapis ini ada banyak keperluan.

TRING..TRING..
Suara notif hapeku.

“Hai Dim, hari ini aku libur” Balas Dea singkat.
Benar kan, dia sedang tak menerima pelanggan.

“Ohh Oke oke.. Maap ya semisal ngenggu, sok ajalah lanjut kalo begitu” Balasku kesal. Kulempar hapeku dan kembali melanjutkan sarapanku

TRING..TRING..
“Tapi, gapapa deh, kalo misal kamu mau ketemu hari ini, aku ready abis makan siang” Balas Dea seperti sadar dengan rasa kesalku.
“Sip. Kita ketemuan ya..” Balasku
“Oke. Nanti aku share alamatku”


- - - - - - -
KRIIIINGGG…. KRIIIINGGG….
“Halloo…?” Tanyaku
“Dimana Dim…?” Sahut Dea dari ujung telephon.

ANJIR. Dari suaranya aja, aku bisa merasakan sebuah aura yang berbeda. Suara wanita ini, terasa berat dan sedikit serak. Membuatku jadi makin penasaran dengan sosoknya.
“Aku udah didalam De, masuk aja. Aku ninggu di area non smoking…”
“Oh oke..”

Tak lama kemudian, muncul sosok wanita bertubuh mungil. Rambutnya pendek dengan kacamata besar menghiasi wajahnya. Kalo meilhat dari penampilan dan payudara besarnya, aku yakin jika wanita itu adalah Dea. Therapist yang akan membantu menyelesaikan masalahku.

“UUUHHH. SIAL…”
Apa yang dikatakan oleh Yudi, seratus persen bener.

Melihat penampilan Dea, entah kenapa, aku langsung tahu, jika nanti bakalan ada kecocokan diatara kami berdua. Sosoknya mungil, kira-kira setinggi ketiakku. Jadi mudah untuk aku angkat, balik, atau tekuk-tekuk. Mulutnya kecil, yang pastinya akan terasa sempit ketika nanti memberikanku oral seks. Lumayan, bisa ngecrot dimulutnya, karena Mela udah lama sekali tak memberikan kenikmatan mulutnya padaku.

Paha dan betis Dea kecil, tapi sepertinya masih bisa untuk aku sampirkan kebahu ketika nanti aku sodok dengan gaya misionaris. Dan payudaranya, yaaaahh. Cukup besarlah, walau tak sebesar Mela, tapi aku yakin, masih bisa aku pergunakan untuk mengocok batang penisku ketika vaginanya sudah penuh dengan pejuhku.

“AH.. KAMPRET… “ Batinku yang sudah melayang kemana-mana karena melihat penampilan Dea.

“Hai ganteng…” Sapa Dea duluan.
“Ganteng?” Tanyaku dalam hati. Woooww. Sebuah kalimat pembukaan yang benar-benar beda.

“Aku Dea” Sambung wanita mungil ini sambil menjulurkan tangannya kearahku
“Dimas…” Sahutku langsung menyalaminya. Uh. Kuat juga genggaman tangannya.
“Mau pesan apa Dim…?” Tanyanya tanpa basa-basi.

“Hmm. Dia cewek yang agresif, tahu cara membawa diri, dan terarah…” batinku menarik kesimpulan
“Jadi gimana…? Macet nggak tadi arah kesini…” Tanyanya lagi, sekedar memulai percakapan.
“Standar aja sih…”

“Ohhh. Oke… Jadi. Tenyata lu temennya Yudi ya Dim… Bla bla bla….”
Dan, beberapa menit kedepan, obrolan kami berdua mulai seru. Mulai saling membuka diri satu dan lainnya. Aku menceritakan sedikit keluh kesahku ke Dea. Dan begitupun Dea, langsung menanggapi segala macam masalahku dengan saran-saran profesionalnya.

Benar-benar tak kusangka, jika Yudi ternyata benar. Wanita mungil dihadapanku ini, sanggup memberikan banyak arahan penting dalam hubungan suami istri. Bahkan, dalam sudut pandang tertentu, aku merasa seperti seperti kalah ahli jika dibandingkan dengannya. Aku seolah menjadi seperti newbie dalam hubungan percintaan. Bersama Dea, aku merasa seolah mendapat mentor yang selalu membimbing anggota grupnya ketika mendapatkan masalah.

Hingga tak lama kemudian, obrolanku dan Dea pun mulai menjurus kearah yang jauh lebih privat dan vulgar. Dan anehnya, aku tak merasa ada keberatan sedikitpun, untuk bercerita ke wanita yang aku kenal baru-baru ini.

“Kalo boleh tau, berapa kira-kira ukuran kerismu ya?” Tanya Dea sedikit mengulik.
“Keris?” Heranku.
“Iya. Itu. Yang panjang berkelok karena urat-urat dibatangnya…” Ucap Dea sambil memonyongkan bibirnya kearah selangkanganku
“Oh.. Hahahahaha…” Tawaku terbahak-bahak. “Emang harus ya? Aku kasih tahu?”
“Ngggg. Nggak juga sih, cuman buat referensi aja…”

“Gini gini. Kisaran aja deh…” Tanya Dea, “8-10? 10-12? 13-15?…”
“16 cm….” Jawabku memotong pertanyaannya, sedikit menyombongkan diri.

“16 cm? Hmmmm. Wow…” Kaget Dea
“Kenapa De?”
“Ngggg… 16 cm ya… Hmmm… Ga kenapa-napa sih… “ Bingung Dea dengan tatapan gelisah, “Hanya saja, aku belum pernah melihat, Ngggg. Maap ya, orang lokal kita, yang punya keris sepanjang itu…”

“Berarti, kamu kurang bergaul dengan banyak orang De. Hahahaha….” Tawaku sedikit menyelipkan nada ejekan pada kalimatku, “Kamu ga percaya…?”
“Ehhh… Bukan-bukan. Maksud aku…”
“Gapapa, kalo emang kamu perlu pembuktian, biar aku kasih lihat disini…” Ucapku sambil beranjak dari posisiku dan berlagak menurunkan resleting celanaku.

“Hush Huuussssh.. Dimas. Ihhh. Malu-maluin banget ihhsss…”
“Hahahaha…”

“Udah ah. Jangan godain kaya gitu…” Ucap Dea dengan wajah yang masih merah
“Kenapa…?”
“Ntar malah aku yang pengen…”
“Hahahaha…”

Entah kenapa, sedikit banyak, aku harus berterima kasih kepada Yudi. Karena Dea membuatku merasa banyak kecocokan yang entah dari mana asalnya. Tak ada rasa malu, tak ada rasa risih, dan tak ada rasa jaim sedikitpun. Semua, mengalir begitu saja. Seolah semua rahasia pada diriku, tak mampu aku tutup-tutupin.

Setelah itu, Dea bertanya tentang hubungan pacaranku. Mantan-mantanku serta mantan-mantan istriku. Dea juga mengulik segala macam kehidupan seks dan hubungan percintaanku dan Mela. Menilai mengenai tehnik dan posisi bercinta yang sering digunakan.

Dan setelah semua kuceritakan, Dea langsung memberikan banyak saran, tentang apa-apa saja yang harus dilakukan nantinya ketika berhubungan badan dengan Mela.

Ketika berbicara, Dea tak pernah memberikan kalimat negatif ataupun sanggahan. Dia selalu setuju dengan semua pendapatku. Bahkan, ketika aku jarang menggunakan posisi doggystyle kepada Mela, Dea memberikan sedikit masukan jika itu adalah posisi yang sangat disukai banyak wanita.

Dea juga menceritakan betapa senangnya dirinya ketika ada lelaki yang bisa memberikan seks dari belakang. Entah itu dengan posisi berdiri ataupun merangkak. Dea juga mengatakan fakta jika aku tidak pernah menggunakan semua posisi seks anjurannya, adalah karena kurang percaya diri.

Bahkan, yang lebih gilanya, ketika aku menceritakan kendalaku yang mudah sekali ejakulasi, Dea dengan mudah memberikan arahan dan cara terbaik untuk mengatasinya. Sampai-sampai, wanita mungil ini memperagakan, bagaimana cara latihan, serta cara memijat penis terbaik guna membantu mengatasi masalah ejakulasiku.

Bersama Dea, pikiranku terbuka. Beban otakku jadi ringan, dan sebagian masalahku sedikit terangkat. Apalagi ketika Dea memberikan pandangan lain mengenai cara berpikir wanita, entah kenapa aku jadi makin jatuh cinta kepada istriku.

“Jadi gitulah Dim. Wanita dan segala macam seluk beluknya…” Ucap Dea mengakhiri percakapan kami berdua. Hingga tak terasa, sudah hampir 7 jam aku ngobrol bersamanya.
“Thanks De… Gw ga ngira, bisa dapet banyak saran, dan masukan dari wanita muda sepertimu…”
“Hehehe. 9 kali perceraian, membawa banyak ilmu dan pengalaman Dim…” Kekeh wanita mungil itu memamerkan deretan gigi putihnya, “Jadi… Masalah yang kamu alami, yah, masih bisalah, diatasi…”

“Siap master…” Ucapku sambil mengepalkan tangan, mirip pendekar ketika menghormati gurunya.
“Yaudah kalo gitu… Sampai ketemu lagi yaaa…” Ucap Dea pamit.
- - - - - - -
Malam itu, ketika Mela tak ada bersamaku, ada sedikit rasa tak tenang dalam hatiku. Oleh karenanya, untuk mengundang rasa kantuk, aku sedikit menungkan sedikit minuman keras dari mini bar rumahku. Meminta bantuan alkohol untuk bisa sedikit memberikan ketengangan dalam kesendirianku.

Sambil tiduran di sofa, aku kembali menscrool sosial mediaku. Sekedar menunggu rasa lelah mata supaya segera menghampiriku.

TRING..TRING..
“Melati memposting photo baru…” sebuah notif sosial mediaku tiba-tiba memberitahu.

Buru-buru, aku memeriksa postingan istriku yang semenjak pagi tadi tak kutanyakan kabarnya sama sekali. Dan ketika kulihat, di postingan terakhirnya, ada sebuah photo dimana isinya, membuat detak jantungku seketika itu meledak.

Pendamping suami Mila, adalah Fadil. Mantan pacar istriku yang seringkali ia ceritakan. Di photo tersebut , terlihat Edward menggandeng mesra Mila. Dan disampingnya, Mela menggandeng mesra Fadil. Sekilas, tak ada sesuatu yang mencurigakan dari photo yang berlatar belakang pantai pulau Dewata tersebut. Outfit pakaian renang yang mereka kenakan pun masih dalam batas yang wajar.

Meskipun ada sedikit rasa cemburu ketika Mela yang tanpa sepengetahuanku bertemu dengan mantan pacarnya. Namun, hal itu bisa aku kesampingkan, karena akupun, dengan sepengetahuan Mela, masih sering berhubungan dengan mantan-mantanku.

Hanya saja, ada satu hal, yang mana membuat emosiku langsung terbakar adalah, ketika mendapati ada tonjolan yang terlihat jelas di balik celana renang Fadil, menempel tepat di paha kiri istriku. Begitu besar, dengan ujung batang yang membonggol besar. Benar-benar terlihat mencolok mata.
Terlebih, ada postingan video boomerang yang memperlihatkan, tonjolan itu terlihat jelas menabrak-nabrak tubuh istriku. Semakin membuat emosiku semakin memuncak.

KAMPREETTT
Sepertinya, Fadil memang sengaja melakukan hal mesum itu.

Dan sepertinya, tak mungkin jika Mela tak menyadarinya.

Pikiranku seketika itu melayang-layang. Membayangkan segala macam kemungkinan yang akan dilakukan istriku bersama mantannya. Apalagi, saati ini, ia dalam kondisi emosi kesal dan jauh dari pantauanku samasekali.

“ANJIMMM… Melati… Apa sih yang pengen kamu lakukan…?” Geramku penuh dengan amarah, sambil membetulkan batang penisku yang entah kenapa, ikut-ikutan menegang karenanya.


by: Tolrat
Bersambung
 
Terakhir diubah:
Gila gila, baru 1 chapter tapi sudah sangat menggugah selera...

Ceritanya sangat promising, dari segi karakter maupun alur cerita. Bisa dibawa ke mana2 banget ini...
Can't wait for the next chapter(s), master!
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd