Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Keterusan

KETERUSAN
Part 09 – Sedikit Pengakuan


# DEAR DIARY
162. Kontol Baru Lagi

Petualangan mesumku dengan Dody, sempat berlanjut hingga beberapa kali. Tapi entah kenapa, aku malas untuk memainkan kontolnya lagi. Gairahku langsung hilang jika melihat kontolnya yang kecil itu. Oleh karenanya, aku lebih suka meminta Dody uuntuk menjilat memekku hingga keluar. Dan ketika nafsuku menurun setelah aku telah selesai, baru aku bisa membantunya mengocok kontolnya hingga keluar.

Petualangan mesumku bersama Doddy pun sekarang hanya sebatas oral. Gak seru. Jikapun ia bener-bener sange, aku hanya mau mengulum kontolnya sebentar untuk sekedar melicinkan batangnya yang tipis. Dan setelah itu, aku mencari-cari alasan supaya ia dapat segera pulang.

Maaf ya Dod. Meskipun dirimu gagah, ganteng dan mempesona, akan tetapi kontolmu membuatku ilfil. Dan tak lama kemudian, hubunganku dengan Dody pun berakhir. Untuk sesaat, aku sedikit merasa beruntung karena aku bisa menjauh darinya.

Bertepatan dengan perpisahanku dengan Dody, masa-masa SMA-ku pun berakhir. Dengan nilai yang tak terlalu mengecewakan. Hanya saja, ketika aku mencoba untuk meneruskan pendidikanku ke jenjang kuliah, nasibku berkata lain. Aku tak lulus masuk ke semua universitas tujuanku.

Sebenarnya, aku merasa sedih karena harus menerima keadaan seperti ini. Begitupun dengan kedua orangtuaku. Mereka seperti kecewa ketika mendapati putrinya ini, selalu gagal ketika mencoba melanjutkan pendidikannya ketingkat yang lebih jauh.

“Ayah… Ibu… Winda untuk tahun ini, gausah kuliah dulu ya…?” Tanyaku kepada kedua orangtuaku. “Winda pengen nyoba kerja aja sembari nunggu kesempatan kuliah ditahun depan.

Ayah memelukku erat disusul oleh Ibu. Biarpun awalnya mereka terlihat kaget dengan keputusanku, akan tetapi pada akhirnya mereka mencoba mengerti. Walhasil tak lama setelah kuutarakan keinginanku pada mereka, aku mendapat sebuah tawaran kerja di salah satu kantor milik saudara Ayah.

Sebulan pertama aku kerja, rasanya masih semangat. Tiap hari aku bisa berangkat dan pulang kerumah. Meskipun waktu tempuh berangkat-pulang menghabiskan hampir 4 jam perjalanan, akan tetapi aku sama sekali tak peduli. Kendala, baru terasa di bulan ke dua. Saat cuaca hampir hujan setiap hari. Disitu aku mulai merasa muncul sebuah beban ketika hendak berangkat ke kantor.

Walhasil, aku meminta ijin lagi kepada kedua orangtuaku supaya bisa nge-kos di dekat kantor. Dan untungnya, Ayah dan Ibu mengijinkan untuk keduakalinya.


- - - - - - -

“Zaki…” Kata seorang staf admin yang tiba-tiba mengajakku berkenalan.

Awalnya aku tak menganggap serius perkenalan itu. Karena memang Zaki kuanggap sebagai lelaki biasa. Ia tak tampan, tak kekar juga tak kaya raya. Ia hanya seorang pria yang mempunyai perhatian yang berlebih. Seorang laki-laki yang mampu membuat wanita terpesona dengan kemampuan diri ketika berbicara. Ya. Satu-satunya keahlian yang dimiliki Zaki, adalah karena dia jago berucap kata. Tak heran, ia ditempatnya dibagian marketing. Karena mampu merayu lawan bicaranya untuk melakukan apa yang ia inginkan.

Usiaku dan Zaki, terpaut 12 tahun. Cukup jauh memang. Namun karena sikap Zaki yang sopan, energik dan humoris membuat aku perlahan bisa betah berlama-lama ngobrol dengannya. Yah, meskipun aku tahu, alasan Zaki mengajakku ngobrol adalah payudaraku.

Aku sadar, dadaku yang berukuran 34C ini mampu membawa banyak cerita. Dan terlebih aku sudah terlalu lama sendiri, membuatku perlahan mencoba membalas goda dan rayuannya. Aku sering membusungkan dada ketika Zaki melirik ke mejaku. Aku juga sering mengangkat tanganku tinggi-tinggi seolah ingin menghilangkan pegal di punggu., Dan aku juga sering menundukkan badan didepan Zaki, setiap ada pernak-pernik mejaku yang jatuh kelantai. Semua itu kulakukan supaya dadaku semakin terekspos di depan matanya.

Benar saja, godaanku berhasil. Karena setiap kali aku melakukan gerakan-gerakan itu, kedua mata Zaki tak henti-hentinya melotot kearahku. Tak berkedip memandang dada besarku. Melotot, dengan dengus tarikan nafas panjang.

“Mel… “ Panggil Zaki selepas jam makan siang, “Nanti malem ada waktu gak…? Kalo emang kamu lagi santai, kita pergi nonton yukkk…”
Aku tak menjawab, hanya menganggukkan kepala sambil berlalu ke mejaku.

Setelah jam kerja, Zaki buru-buru menghampiriku ke meja dan tersenyum. “Yuk tuan putri, kereta kencananya sudah aku siapin…” Bisik Zaki sambil mengamit tanganku. Menggandeng tipis, dan membawaku ke parkiran.


- - - - - - -

Setibanya dibioskop, Zaki benar-benar menjamuku. Mulai tiket, hingga cemilan sudah ia siapkan. Saat film dimulai, Zaki memberanikan diri menggenggam tanganku. Kubalas genggaman tangan Zaki dengan usapan jemariku. Ia tersenyum. Lalu mengecup punggung tanganku.

Karena dirasa perlakuannya mendapat balasan positif, Zaki lalu melepas genggaman tangannya dan beralih merangkul pundakku. Mendekatkan kepalaku kearahnya, lalu memintaku supaya merebahkan diri ke dadanya.
“Kamu cantik…” Ucap Zaki standart. Yang mau tak mau juga membuatku tersenyum.

Tak henti-hentinya, Zaki mengusap bahuku. Ia juga membelai rambutku serta mengelus leherku. Hingga lama-lama, gerakan tangannya mulai turun. Dan sedikit berusaha menggapai tepi payudaraku. Kubiarkan saja lelaki tua ini sedikit bermain-main. Sekedar mencari tahu, sehebat apa permainan cintanya.

Beberapa saat kemudian, Zaki kemudian mengangkat daguku. Menaikkan hingga kepalaku terdongak ke atas dan sejajar dengan wajahnya. Kemudian,

CUUUPPP.
Zaki mencium bibirku. Namun bukan ciuman lembut, tapi langsung ciuman penuh nafsu.
“Aaahhh… Dasar pemula…” Ucapku dalam hati ketika melihat perlakuan Zaki yang buru-buru.


CUP CUP CUPPP
Meskipun tak menikmati, akan tetapi setelah mendapat ciuman bertubi-tubi dari bibir hitam Zaki, membuat nafsu birahiku perlahan bangkit. Walhasil, perlahan-lahan, aku mulai meladeni permainan lidahnya. Kulumat bibir tebalnya, sembari menggigit-gigit tipis. Dan tak lama kemudian, lidah kami berdua sudah saling lilit.

“Tetekmu besar banget, Melll…” Ucap Zaki yang tiba-tiba sudah meremas satu payudaraku dari luar kemeja. “Ssshhh.. “ Desahku kegelian karena keisengan teman kerjaku.
“Ini tetek paling besar yang pernah aku remas, Mell… “Erang Zaki yang tanpa seijinku, menyelipkan satu tangannya kebawah kemejaku. Lalu merayap naik dan mencoba menggapai payudaraku dari bawah beha.


“Masa…?” Tanyaku sambil menahan geli di payudaraku.
“Beneran… Empuk banget tetekmu, Mell… Bikin kontolku ngaceng aja…” Sahut Zaki ketika tangannya sampai di puncak payudaraku, langsung meremas kencang dan mempermainkan putingku yang makin mengeras. Selain itu, ia juga menarik tanganku dan meletakkannya di tengah selangkangannya.

“Eh…?” Kagetku sambil berusaha menarik tanganku dari selangkangannya
“Remes kontolku dong..Mel…” Pinta Zaki yang kali ini mulai membuka resleting celananya, dan mengeluarkan batang penisnya yang sudah benar-benar keras

PLAK.
Langsung saja kutepis tangannya, dan kutarik tubuhku menjauh dari dirinya. Biarpun aku penasaran dan merasakan kenikmatan dari perlakuan tangan Zaki ke payudaraku, aku tak bisa diperlakukan seperti ini. Aku harus menjaga image sebagai wanita yang GAK MURAHAN. Terlebih oleh lelaki yang tak punya modal yang menonjol seperti Zaki.

Setelah itu, kuberanjak dari dudukku, dan kutinggalkan Zaki sendiri di gelapnya bioskop.


***

Semenjak kejadian itu, hubungan kami berdua agak merenggang. Namun, Zaki masih berusaha mendekatiku tanpa henti. Tanpa rasa sungkan, ia memperlakukanku bagai seorang putri. Tanpa mempedulikan tanggapan rekan kerja sekantorku. Hampir setiap hari, Zaki selalu membelikanku sarapan, makan siang hingga cemilan sore. Sepulang kerja, ia juga membawakanku banyak jajanan dengan alasan ‘buat bekal di-kosan’. Ia bahkan membelikanku pulsa, dan mengantarkanku pulang.

Walhasil, usaha pantang menyerah dari Zaki mampu membuatku luluh. Karena tak lama, aku menerimanya lagi menjadi teman dekatku. Semenjak itu, hubunganku dengan Zaki semakin dekat. Ia juga seperti menganggapku sebagai kekasihnya. Mungkin ia menganggap jika ciuman yang sudah kuberikan padanya, adalah sebuah tanda jika setelah itu, kami resmi pacaran.

Padahal bagiku itu tidak lebih dari sekedar ciuman iseng saja.

Dua minggu kemudian, kembali Zaki mengajakku nonton bioskop. Sama seperti sebelumnya. Zaki yang sibuk mempersiapkan segalanya. Kali ini Zaki memesan 8 tiket. Ia sengaja memilih tempat duduk di ujung barisan paling belakang, Dengan ada jeda 6 kursi di sisiku, aku tahu, malam ini Zaki akan melanjutkan rencana mesumnya kemarin.

Dan benar saja, begitu lampu padam, Zaki langsung dirangkul tubuhku. Ia melumat bibirku dengan penuh nafsu. Dan tidak menunggu waktu lama tangannya langsung meremas dadaku. Kali ini kudiamkan saja karena jujur saja, aku juga sudah haus akan belaian lelaki pada dadaku.

Tak henti-hentinya, Zaki memuji tubuhku. Ia mencumbuku tanpa kenal malu. Mengecup, menjilat, dan menggerayangi tubuhku habis-habisan. Hingga perlahan ia mulai menarik tanganku kearah selangkangannya lagi, lalu memintaku untuk meremas batang penisnya yang sudah begitu keras.

Ternyata, dibalik tubuhnya yang biasa saja , aku mendapati jika kontol Zaki ternyata cukup besar. Membuatku seketika itu, mau menuruti permintaan mesumnya.

“Kocok kontolku ya Mell…” Pinta Zaki yang tanpa aba-aba, membuka celana kerjanya hingga lutut. Membebaskan pantat dan kemaluannya terekspos dihadapanku.
“Ini kontol yang kusuka…” Jeritku dalam hati ketika batang penis itu mulai kugosok dan kuremas-remas.

Karena sudah lama tak dilanda nafsu yang menggebu seperti itu, aku tak menyadari jika kancing baju kerjaku telah terbuka semua. Bahkan BH ku telah tersingkap keatas. Rupanya, aku terlalu meremehkan Zaki, karena tak beberapa lama kemudian, mulut Zaki sudah menyergap puttingku dan menghisapnya kuat.

“Oooohhhh….” Erangku menggelijang. Aku benar-benar kaget dibuatnya. Aku juga khawatir dapat terlihat oleh penonton di barisan depan. Oleh karenanya, buru-buru kudorong kepala Zaki agar menjauh dari tetekku dan memintanya untuk berhenti.

Namun, penolakan dariku, membuat Zaki semakin bernafsu. Alih-alih berhenti, Zaki malah makin menyedot puting susuku kuat-kuat. Ia juga meremas sebelah tetekku tanpa ampun, sehingga membuat tubuhku menggelinjang hebat.

Lagi-lagi, rasa malu dikepalaku menyeruak. Membuatku ragu untuk meladeni perlakuan mesum Zaki. Namun karena ia terus-terusan mencumbuku, segera saja kubuang jauh-jauh rasa itu. Meskipun aku takut perbuatan mesum ini dilihat orang, tapi rasa nikmat yang mendera tubuhku lebih kuat dari rasa takutku.

Ciuman dan jilatan lidah Zaki, perlahan mulai turun ke bawah. Aku yang merasa kegelian, hanya bisa mengerang sambil kelojotan tidak karuan. Apalagi, ketika Zaki membuka resleting celana panjangku dan menarikknya pinggang celanaku turun beserta kancutku yang basah, aku hanya bisa menatapnya pasrah.

“Ehhh…? Kamu mau apa…?” Satu-satunya kalimat yang bisa kulemparkan ke Zaki. Namun bukannya mencegah tingkah mesum Zaki, aku malah mengankat sedikit pantatku supaya Zaki lebih mudah membuka celana kerjaku.
“Percaya Deh… Nanti pasti kamu ngerasa enak…” Jawab Zaki yang sibuk melepas celana kerja yang kukenakan dari mata kakiku.

Zaki mengangkat kaki kananku hingga lolos dari celana kerjaku. Setelah itu, ia membentangkan satu pahaku dan meletakkannya pada sandaran kursi bioskop. Setelah itu Zaki berjongkok di lantai dan menghadap kearah vaginaku yang terbuka lebar.


CUUPPP CUUUPP SLUURRRPP
Dengan nafsu yang sudah begitu tinggi, Zaki langsung menjilati memekku dari bawah ke atas. Ia menjilati klitorisku. Mengobel liang kencingku. Dan menyedot-nyedot lelehan lendir kenikmatanku. Secara spontan, kubenamkan kepala Zaki ke belahan vaginaku. Kubuka pahaku lebih lebar lagi sambil terus menikmati geli birahi yang sudah lama tak kurasakan.Lidah Zaki tak henti-hentinya mengais lendir kemaluanku. Menjilat itilku dan sesekali menyedotnya kuat-kuat.

CUUPPP CUUUPP SLUURRRPP SLUURRRPP
Suara decakan lendir vagina dan lidah Zaki, terdengar begitu berisik. Bahkan suara film yang sedang diputar pun, sudah tidak kudengar lagi. Tertutup oleh rasa nikmat yang begitu dahsyat.

Hingga akhirnya aku mulai merasakan denyutan nikmat yang sudah kutunggu-tunggu. Disusul dengan gelijang tubuhku yang mengejang. Otot yang merenggang. Dan puncak kenikmatan yang sebentar lagi datang.

Lidah Zaki benar-benar juara. Organ mulutnya terasa begitu dalam menusuk liang senggamaku. Membuat otot disekitar kemaluanku lepas kendali. Dan dalam beberapa detik kemudian langsung kusembur wajah Zaki dengan lendir nikmatku.


CREEET CREET CREECREET CRETT CREETTT
”Ngggghhh… Oooghhhhh… Sssshhh… Enakkkk… Ooohhh…” Raungku ketika merasakan semprotan-semprotan kuat yang tak kunjung berhenti dari dalam rongga senggamaku. Menyembur deras hingga membasahi wajah dan leher Zaki.

“Gila…” Ucap Zaki takjub. Ia seperti tak pernah mendapati wanita dengan semburan orgasme sepertiku. Dan lebih gilanya lagi, Zaki tiba-tiba berlutut dan mendorongkan penisnya kuat-kuat kearah vaginaku “Kamu bener-bener seksi, Mel… Bikin aku ga kuat pengen ngentotin kamu…”

Aku yang awalnya terpejam sambil mengangkang karena masih menikmati gelombang orgasmeku, tiba-tiba melotot. Aku kaget dengan kelakuan Zaki yang berusaha menembus vaginaku tanpa meminja ijin. Ia ingin menyetubuhiku di bioskop.

“ZAKIIII… Jangan…” Teriakku sambil menahan pinggulnya supaya tak semakin maju.
“Sebentar aja Mel…” Erangnya yang buru-buru mendekap mulutku dan terus merangsekkan kepala penisnya ke liang senggamaku.
“Jangan Zaki… Aku masih perawan…”

Zaki tak mengindahkan penolakanku. Nafsunya seperti udah diubun-ubun. Karena setiap melihat aku mendorong tubuhnya menjauh, Zaki terus menepis tanganku.

“Ssshhh.. Susah banget sih…” Erang Zaki yang tak henti-hentinya memaksakan kepala penisnya ke memekku. Meskipun tak bisa masuk dengan sempurna, Zaki tak menyerah begitu saja. Ia terus mencoba membenamkan kepala penisnya ke memekku sambil mencengkram pinggulku erat-erat.

“Jangan Zaaaakk… Sakit… Ohhh… Jangaann….”

“Sebentar aja, Mel… Sebentar lagi masuk kok…” Erang Zaki yang karena putus asa, akhirnya ia menggesek-gesekkan batang penisnya di celah senggamaku. Tanpa memperdulikan kegaduhan yang terjadi karena ulahnya. Hingga tak beberapa lama lagi, aku merasakan semburan hangat pada perut bawahku.


CROT CROOOT CROOOCROOT CROOT CRROOOTT
Rupanya, Zaki telah sampai. Ia membuang seluruh persediaan spermanya kesekitar memekku. Kemudian tak lama kemudian, ia ambruk menimpaku

Tiba-tiba.


BLAAAAABBB
Lampu bioskop menyala dengan begitu terangnya. Menyirami tubuh setengah telanjang kami berdua dengan sinarnya.

YEAAAYYY.. Hatiku berteriak girang karena merasa terselamatkan oleh film yang telah selesai. Namun selanjutkan aku merasa malu, karena orang disekitarku dapat melihat tingkah mesum kami berdua.

Dengan panik, kukenakan pakaianku secepat mungkin. Kukancingkan kemejaku dan menaikkan celana kerjaku. Aku tak peduli dengan lelehan sperma Zaki yang masih membasahi sekitaran memekku. Yang penting, aku bisa segera kabur dari tempat ini. Secepatnya.


***

Sesampainya dirumah, aku masih tak habis pikir mengenai tingkah nakal istriku.

Pemikiran mesum di pikiranku selalu meledak-ledak ketika membayangkan Melati yang sedang dimabuk asmara. Ia bisa benar-benar lupa dengan status ia sanding. Meskipun ia masihi berstatus istriku, akan tetapi nafsu seksualnya terbakar, ia bisa melupakan diriku sama sekali.

Namun, aku pun demikian. Mendapati istriku yang sedang bermain cinta dengan lelaki lain, membuatku seolah kehilangan emosi dan rasa marah kepadanya. Tergantikan oleh gejolak birahi dan rasa penasaran yang begitu menggebu pada dirinya. Aku menjadi bernafsu dan semakin berpikir mesum pada istriku.

“Kenapa mas? Kok jadi bengong gitu ngeliat aku…?” Tanya Mela yang sedang menyisir rambutnya setelah mandi di cermin riasnya yang besar.
“Entahlah…” Jawabku sambil menatap kearah istriku, “Aku tak pernah mengira jika kamu sekarang… Bisa sebinal ini…” Sambungku yang kemudian merebahkan diri diatas kasur pengantinku.

“Aku…? Binal…?” tanya Mela. Ia lalu meletakkan sisir di meja. Kemudian ikut merebahkan diri disampingku.
“Iya… kamu binal banget…” Ucapku menyampirkan rambut di keningnya
“Ahh.. Masa sih….? Kayanya aku biasa aja deh, Mass… “ Jawab Mela dengan santainya, “Kamunya aja kali, Mas… Yang kurang meng-eksplor istrimu ini…. Hihihi…” Sambung Mela yang kali ini, tidur telentang.

“Terus Mila-nya…?” Tanyaku kembali ke topik pembicaraan.
“Kenapa ama Mila…?” Sahut istriku.
“Dia tahu mengenai kejadian kemarin…?”
“Hmmm…. Awalnya sih dia ga tahu… Tapi pas sadar suaminya ga balik-balik, dia nyusul kekamarku dan menjewer telinga suaminya kenceng-kenceng…. Hihihi…. Sumpah lucu banget deh..”

“Semisal Edward ga balik…? Kamu mau diajak threesome olehnya…?” Tanyaku sedikit memancing
“Menurutmu gimana…? Toh bukan aku yang ngajak….”
“Kamu mau ya…?”
“Awalnya sih iya….” Senyum Mela yang kemudian menatap langit-langit kamarku.

Mendengar cerita yang tak bisa diperkirakan kebenarannya, nafsuku mulai bangkit. Dan aku pun meminta lebih. Aku ingin mendengar penjelasan istriku lebih jauh. Aku ingin mengetahui secara detail apa yang ia rasakan ketika bersama selingkuhannya.

“Sayang…” Panggilku pelan
“Ya…?”

“Pas Fadil pake ngentotin memekmu… Ngggg….”
“Kenapa…?”

“Dia…. Dia pake…Nggg…. ”
“Kondom…?” Tebak Mela.
“Iya…. Dia pake pengaman atau nggak….?” Tanyaku gugup dengan perasaan yang gelisah.

Sejenak, Mela melirik kearah selangkanganku. Lalu berkata, ”Kira-kira dia pake atau nggak ya Mas..?”
“Gatau… Justru hal itu yang kutanyakan padamu….” Jawabku dengan nada penuh penasaran.

“Pas awal-awal dia nidurin aku sih… Aku selalu minta dia pake, Mas…”
“Pas awal-awal…?”
“Iya… Pas baru hari pertama… Aku selalu memintanya mengenakan pengaman…”.
“Lalu…? Dihari-hari berikutnya…?”

Mela menggeleng.

“Aku khan memang berangkat ke acara Mila tanpa persiapan untuk ngentot Mas… “ Jelas istriku. “Aku bener-benar murni ingin menghadiri acara pernikahan Mila….”
“Lalu kok kamu bilang awal-awalnya…? “
“Iya… Pikiran sehatku, selalu meminta Fadil supaya pake pengaman… Hanya saja, karena aku memang tak membawa kondom ketika kesana, gimana aku bisa memberikan pengaman itu kepadanya….”

“Emang kamu ga bisa beli di toko atau warung…?” Tanyaku menyelidik.
“Serius Mas…” Ucap Mela dengan mata bulatnya yang melirik lurus kearahku, “Villa tempat Mila bulan madu tuh memang daerah terpencil, jadi tak ada toko ataupun warung yang menjual kondom… “
“Ah itumah bisa-bisanya kamu aja…” Sindirku.
“Beneraaann kali Masss… Boro-boro kondom… Sinyal aja susah…”

Hmmm. Ada benar juga perkataan istriku.

“Terus…? Si Bangsat itu buang pejuh dimana…?” Tanyaku lagi dengan hati berdebar-debar.
“Ya dimana lagi…?”
“Di memekmu…?”

Mela mengangguk. Seolah tanpa merasa bersalah.

“SERIUS…? Terus Kamu ga melarangnya sama sekali…?”
“Mas ku Sayang… “ Ucap Mela sambil menghela nafas panjang. “Ketika kamu sudah ngentot… Trus tanggung karena ngerasain enak… Kira-kira kamu bakal sempet mikir kearah situ nggak…?”

Aku tak menjawab.

“Sama, Mas… Aku pun tak bisa memutuskan hal itu….” Jelas Mela, “Apalagi, kalo setiap kalo kontol Fadil ngentotin memekku… Selalu ada busa putih yang keluar, aku jadi ga bisa ngebedain…. Itu pejuh dia, atau lendir memek aku yang sudah mengental…. Di otakku, yang aku pengen cuman cepet-cepet keluar, Mas…. Udah… Itu saja… “ Celetuk Mela yang kemudian memutar posisi tidurnya kesamping. Sehingga ia tidur membelakangiku.

Kuusap pinggulnya yang meliuk. Kuremas pantatnya yang bulat. Lalu kukecup tengkuknya, “Jangan kesel gitu dong, Dek… Aku khan cuman pengen tahu…”
“Beneran …? Cuman pengen tahu…?” Tanya Mela yang secara tiba-tiba menengok kearah ku.

Kemudian tanpa aba-aba, ia menjulurkan tangannya ke kemaluanku dan meremasnya pelan. “Kamu sakit mas… ” Vonis Mela tanpa tedeng aling-aling. “Kontol kamu ngaceng denger cerita aku…”
“Emang kalo aku ngaceng, itu jadi sebuah masalah buatmu…?”
“Enggak…”
“Terus…? Kenapa kamu tak menceritakan lagi cerita mesummu kemarin…?”
“Sumpah…!. Otakmu sudah miring, Mas…”.

“Lelaki bajingan itu pernah memuji tubuhmu, Dek…?” Tebakku yang langsugng mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Selalu… Fadil selalu memuji pesona dan keseksian tubuhku.. Kagum dengan tetekku… Ia juga selalu memuji kebesaran dan kelembutan tetekku… Bahkan Fadil selelau terpesona setiap kali aku bisa menjilat putting dengan mulutku…”

“Ahhh… Omong kosong Itumah bisa-bisanya kamu aja…. Emang kamu bisa kamu jilat putting sendiri…?” Ejekku menyindir perkataan istriku, “ Tetek kamu nggak sebesar itu … Dek…?”
“Dasar Lelaki TOLOL…!!” Ucap Mela yang kemudian menghadap kearahku, lalu tanpa diminta, ia mengeluarkan payudara besarnya dan menjilat putingnya dengan mudah. Dan secara bergantian.

ASTAGAAAA
Penisku yang sudah keluar dua kali malam itu, mulai kemballi bergerak-gerak. Bangkit dari tidurnya, dan segera menegang dengan kerasnya.

SLUUURRRRPPP…
“Percaya khan sekarang…?”
“Kok kamu ga pernah kasih unjuk itu kepadaku…?”
“Buat apa…?”

Aku tak menjawab. Aku hanya bisa menurunkan celanaku lagi dan membebaskan penisku yang sudah siap tempur.

“Nungging, Dek…” Pintaku
“Aku capek, Mas…” Sahut istriku
“Hmmm…Gitu…?” Tanyaku sambil memaksanya menggulingkan badan. “Aku bener-bener pengen ngentoton istri binalku…” Sambungku sambil menyibakkan bawahan belakang dasternya. Melepaskan celana dalamnya, kemudian menaikkan pantatnya.

“Hhhh…. Aku mau tidur mas… Aku bener-bener ngantuk…”
“Sebentar aja kok…” Balasku tak peduli sembari menempatkan kepala penisku, tepat dibelakang vaginanya.

CLEEEPPP
Tanpa menunggu lagi, kuhunuskan kepala penisku ke vagina Mela yang ternyata sudah membanjir basah.

“Kok…? Memek kamu… Udah sange gini ya Dek…?” Kagetku ketika merasakan licinnya vagina istriku
“Ohhh… Ssshhhh… Menurut kamu…?” Jawab Mela
“Iya… Bisa basah banget gini ya memekmu…” Ucapku yang tanpa menunggu lama, segera mendorong pinggulku maju. Membenamkan seluruh batang penisku ke liang peranakan istriku.

PLEEEK.
Pahaku menabrak pantat bulat Mela.

“Ngghhh… “ Mela merintih menahan nikmat. Ia menggigit bibir bawahnya sambil melirik kearahku, “Tumben Mas, kamu jadi beringas gini…?”
“Gara-gara kamu….” Erangku yang kali ini mulai mencabut dan mendorong penisku yang sudah terbenam sempurna di vagina tanpa bulu milik istriku secara perlahan
“Kok… Gara-gara aku…?” Tanya Mela yang makin meninggikan pantatnya. Seolah mempersilakan diriku supaya makin mengencangkan sodokan penisku.

“Ohhh… Melaku Sayang…Memekmu… Enak banget Sayang…” Erangku seolah termakan suguhan vagina dari Mela. Segera mempercepat sodokkan batang penisku ke liang kemaluannya. “Sssshhh… Mela…” Seruku yang kali ini menampar satu pantat istriku dengan kencang

PLAAAAAAAKKKK
“Uuuhhhssss… Masssss…” Erang Mela kesakitan sambil menggeolkan pantatnya.

PLAAAAAAAKKKK
“Sssshhhh…. Awwww…. Sakit Mas….” Raung Mela yang bukannya memintaku berhenti, tapi malah makin meninggikan lagi pantatnya.
“Aneh…” Ucapku dalam hati ketika melihat Mela semakin binal ketika disakiti. “Apa dia suka diperlakukan seperti ini…?”

AHH…. ANJIM… MASA BODOH DENGAN PEMIKIRANKU
Karena penasaran, makin kupercepat saja genjotan penisku ke vagina istriku.

PLAK PLAK PLAK PLAK
“Ohhh… Ohhh… Ohhh… Ga ada puas-puasnya kamu, Mas…?” Lenguh Mela dengan kalimat yang terputus-putus seiring sodokan penisku, “Padahal udah keluar 3 kali loh… Ssshhhh…”

Benar juga perkataan istriku. Sore itu, aku seolah mendapat tambahan tenaga. Karena yang kulakukan lebih dari yang biasanya. Dan entah bagaimana, penisku masih punya tenaga untuk dapat melakukan persetubuhan seperti itu.

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
Kugoyangkan pinggangku maju mundur dengan brutal. Kuhentakkan penisku kuat-kuat menghajar vaginanya.

“Aaahhh.. Mass….” Erang Mela dengan tubuh yang ikut-ikutan terhentak karena sodokan kasarku.
“Enak Dek…?” Godaku sambil meremasi pantat bulatnya.
“Nggghhhhhh… Enak Mas…”
“Suka aku kasarin gini…?”
“Ooohhhssss… Hiyaaahhh…. “ Erang Mela sambil mulai mengimbangi tusukan penisku.

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
Melihat goyangan pantat istriku, entah kenapa jadi aku teringat akan cerita anal yang Mela ungkapkan kemarin. Oleh karenanya, dengan iseng, kuludahi lubang anusnya. Setelah itu, kuselipkan ibu jariku ke lubang pembuangannya yang keriput itu.

CLEEEEPPP
“Ooohhh…. Maaasssss…” Erang Mela sambil melirik kearah pantatnya.

“Lubang boolmu yang ini… Udah pernah dipake lelaki sialan itu belom…?” Godaku terus menggelitik anus Mela
“Nnnngggggghhhh Ooohh Masss….… Lelaki yang mana…?”
“Ehhh…? Kok lelaki yang mana…?” Heranku, “Memangnya ada lelaki yang lain lagi…?” Sambungku sambil makin merojohi saluran pembuangan istriku

SLEEEPP SLEEEPP SLEEEEPPP
Sejalan dengan tusukan ibu jariku pada anus Mela, tiba-tiba aku merasa kontraksi yang begitu dahsyat dari vagina istriku. Dinding-dinding kemaluannya seolah menyusut. Mengecil dan menjepit penisku dengan kekuatan yang luar biasa. Vaginanya seperti bisa mencengkram dan mengurut batang penisku dalam waktu yang bersamaan.

“GILA… Rasa memek Mela kali ini… Benar-benar nikmat…” Erangku brutal sambil terus menyodok-nyodokkan penisku pada vaginanya.
“Nggghh Maaasss….” Raung Mela sambil sesekali melirik kearahku.
“Memekmu enak banget Dekkk…” Pujiku seperti orang bodoh karena merasa takjub dengan rasa baru vagina Mela yang begitu enak ini.

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
“Nggghh.. Masss… Terus…” Desah Mela sambil makin menyodorkan lubang kemaluannya padaku.

“Terus apa…?”
“Sodok memekku lebih kenceng lagi…”
“Haahh…? Segini kurang kenceng…?”
“Hhhhhsss Iya Mas… Ooohh… Kencengin lagi Mas…”

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
“Ssshhh… Enaakkk… Kencengin lagi, Masss… Ohhh…”

GIILLAAAA.
Mau sekencang apa Mela menginginkan persetubuhan ini. Menurutku, gerakan bersetubuhku ini sudah cukup kencang. Malah, ini adalah gerakan tercepatku yang bisa kulakukan. Dan karena saking cepatnya, membuat ejakulasiku tak tertahankan lagi.

“Aku mau keluar lagi nih Sayang… Ohhh….. Ngentottt…”
“Ngghhh… Kencengin lagi Mas… “ Pinta Mela makin meninggikan pantatnya, “Jangan keluar dulu…”

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
“Aku ga tahan lagi, Dek… Ooohhh.. NGENTOT… AKU KELUAARR…”
“Jangan dulu Mas… Tunggu aku…. “ Erang Mela, “Aku juga sebentar lagi ke….”

“AARRGGHH NGEENTOTTT…”

CROOOTT CROOOT CROOOOCRTOOT CROOOT CROOOTTT…
Aku benar-benar tak mampu menahan ejakulasiku. Karena sebelum kalimat Mela selesai terucap sepenuhnya, spermaku sudah menyembur kencang kedalam celah kemaluannya. Mengosongkan kantong pelerku untuk kesekian kalinya. Meskipun tak sebanyak tadi sore, akan tetapi masih bisa memberiku rasa puas karenanya.

“Yahhh… Masss….” Desah Mela dipendakian kenikmatannya. Sambil menggoyangkan pantat. Meminta pelampiasan dariku, “Kok udah keluar duluan…”


Bersambung,
By Tolrat
 
suwun updetnya sob @tolrat
samasama soob

Makasih apdetnya
jossss

Suwun updatenya @tolrat
siappp

Asli ngacengin banget
hahaha. biar peredaran darah lancar sekitar kemaluan

Jooooooooossssssss
minuman energi

Mantuullll suhu....
Jadi keinget pernah juga celup celup di bangku bioskop...
🤭😅😂
sama. dulu juga sempet, meski ga sampe masuk.
hohohoho

mela binal banget.. apalagi dapet suami cuck..
thks suhu updatenya
mela oh mela

Aisshhh..... Makruh dehhh....
tahaaann. sebentar lagi buka kok

Selalu istimewa karya suhu yg satu ini 😍
asiihhh. apalah saya sob

Lnjutknsuhu
ngeeenngg. gas pol

Lanjutkan suhuuu mantab kali
hehehe thanks
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd