Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mama Sayang Kamu Bagas (TAMAT)

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Mama Sayang Kamu Bagas | Part 5
Sebuah Kehidupan Baru



Beberapa hari kedepan, sebuah senyum tak pernah hilang dari wajahku. Dan kuakui jika senyum baruku itu membuat aura dan wajahku terlihat lebih muda beberapa tahun.
Tiga hingga empat rekan kerja dikantorpun merasa, ada sebuah keceriaan baru pada diriku. Meskipun mereka tak bisa menebak apa yang baru saja aku dapatkan, tetap saja, sebagai rekan yang baik, mereka memberi selamat buatku.

“Iya.. Terimakasih buat ucapannya…”
“Aku baru menjalani bahtera rumah tangga baru…”
“Dinikahi pria idaman…”
“Oleh putra kandungku sendiri….”

Ingin rasanya aku menyampaikan itu semua kepada mereka. Namun tentu saja. Tak mungkin.

Setelah berkali-kali bercinta dengan putraku, aku mengira ada sebuah penyesalan yang muncul di diriku. Ya. Memang. Rasa sesal itu muncul. Namun tak lebih dari sehari, rasa itu hilang. Berganti, karena tertumpuk oleh tebalnya nafsu yang selalu berhasil mengalahkan akal sehatku.

Terkadang, aku ingin mengatakan jika aku begitu merasa bersalah karena melakukan hubungan sedarah bersama Bagas. Atau paling tidak ada sedikit penyesalan.

Tapi itu bohong.

Karena jujur, aku tak merasakan penyesalan apapu. Karena apa yang aku rasakan setelah bercinta dengan putra kandungku sendiri, adalah sebuah perasaan yang sangat damai. Tenang dan kelegaan yang luar biasa.

Dan ketika melihat apa yang aku rasakan bersama Bagas, aku merasakan luapan cinta yang tak terbantahkan. Seolah mendapatkan kembali cinta mas Damian, namun dalam versi terbaru. Yang jauh lebih energik, jantan, dan menggairahkan. Selain itu, aku merasa, hubungan sedarah yang baru saja terjadi padaku, adalah sebuah hubungan baru ibu dan anak yang lebih intens. Lebih privat dan lebih sakral. Oleh karenanya, tak ada sesal ketika aku mempersembahkan semua akses tubuhku untuk dapat dinikmati sepenuhnya oleh putraku.

Ini adalah caraku, mengasuh buah hatiku, dengan cara yang asyik dan unik.

Seperti ketika bangun pagi, aku bisa langsung merasakan luapan semangat ketika ada pria tercintaku yang memeluk dari belakang. Mengecup tengkuk leherku dengan mesra. Sekaligus mengusap dan meremas lembut payudaraku dengan penuh kasih sayang.

Atau ketika membangunkan pagi putraku dengan cara merayap dibawah selimut. Meraih batang penisnya yang lembek, lalu memasukkannya kedalam mulut. Merasakan penis itu tumbuh dan memanjang didalam kebasahan lidahku, adalah sebuah keseksian baru yang memang harus aku syukuri.

Iya, aku perlu bersyukur karena masih ada lelaki yang mau menerimaku apa adanya.

Dan mungkin, ini adalah sebuah ritual baru yang tak pernah aku lakukan bersama mendiang suamiku.

“Bagas tak pernah mengira Maa… Jika mulut seorang wanita bisa terasa lembut seperti ini…Ooohh…” Desah Bagas ketika ia membuka karena hisapan dan jilatan lidahku pada batang penisnya.
“Mama juga tak mengira.. Jika Mama harusnya… Dari dulu bisa memberikanmu kenikmatan setiap pagi seperti ini…”
“Iya Ma… Sama… Bagas juga nyesel…”
“Nyesel…?”
“Iya… Kenapa kita ga ngelakuin hal ini dari dulu…” Erang putraku yang kemudian mengejangkan otot kakinya. Pertanda jika gelombang orgasmenya akan datang.

Kupercepat jilatan dan kocokan tanganku, hingga tak lama kemudian. Gumpalan-gumpalan gurih menyemprot kencang dari penis Bagas. Semburat masuk kedalam mulutku.

CROOOT CROOTT CROOCOOT CROOT CROOTT

Kukatupkan kedua bibirku rapat-rapat. Berusaha menahan air maninya supaya tak terbuang sia-sisa keluar dari mulutku.
“Huuuoooohhh… Mamaaaa… Isep terus pejuh Bagas Maaa… Sedot yang kenceng…” Erang putraku sambil menyodokkan batang penisnya kedalam kerongkonganku.

Terkadang, aku merasa heran. Dengan betapa banyak stok sperma di kantung zakarnya. Meskipun setiap pagi dan malam selalu kuperah hingga tetes terakhir, tetap aja sperma itu keluar begitu banyak di kesempatan selanjutnya.

SLUUURRRP
“Aaahh… Udah bersih nih kontolmu Sayang… CUUUPPP….” Senyumku lebar sambil mengecup kepala penis putra kandungku.
“Makasih Maa..” Ucap Bagas yang langsung menarik tubuhku dan mendekapnya erat, “Makasih banyak istri tercintaku… Yang selalu kucintai sampai ku mati…”

“Hihihi.. Gombal…” Manjaku mendengar bualan Bagas, “Karena abis Mama isep aja kontolmu… “
“Enggak laaahh…” Balas Bagas, “Ya emang karena Mama wanitaku tersayang…”

***​

Suatu malam, Bagas tiba-tiba menyusulku kekantor. Dengan mobil barunya, Bagas berhenti tepat di depan pintu masuk.

“Manda… Pacar barumu datang tuh…” Celetuk Mira heboh ketika melihat sesosok lelaki tampan yang masuk ke pekarangan kantor, “Sepertinya ia datang pake mobil baru…”
“Hah…? Pacar baru…?” Tanyaku Asih tak kalah heran sambil mengintip keluar jendela kantor, “Sejak kapan kamu pacaran lagi…?”
“Pacar…?” Tanyaku yang ikut-ikutan heran, akan sosok lelaki itu.

“Mama ada mba…?” Tanya suara yang sepertinya aku kenal, ketika ia masuk ke lobby.
“Bagas…?” Tanyaku kearah sosok itu.

“Haaah…? Bagas…?” Tanya teman-temanku berbarengan yang melihatku dan Bagas secara bergantian, “Ini Bagas anakmu yang dulu itu Nda…?”
“Iya… Ini Bagas…” Jawabku tak dipercaya, ”Bagas.. Sini masuk Nak… Salim ama tante Mira dan tante Asih…” Sambungku sambil melambai kearahnya.

“Aiiisshh.. Mandaa… Panggil Mba aja Bagas… Jangan Tante… Hihihi….” Kekeh Mira kegenitan ketika bersalaman dengan putraku.
“Iya… Iiihhsss.. Masa masih muda gini dikata Tante… Mama kamu kadang suka ngaco deh ahh… “ Sambung Asih yang langsung merebut tangan Bagas dari Mira.

“Ngggg.. Maaa… Udah siap…?” Tanya Bagas tak merespon kegenitan rekan kerjaku.
“Iya Sayang… Yuk…” Jawabku manja, sambil mengerling tipis ke Mira dan Asih yang menatap iri kepadaku.

***​

“Btw.. Gimana Ma…? Mobil baru Bagas…?”
“Beneran ini mobil kamu Sayang…?”
“Iya dong… “
“Hmmm… Kok kamu bisa sih beli mobil seperti ini…?”
“Semua karena Mama…” Senyum teduh Bagas yang seolah menghipnotisku supaya tak bertanya lagi lebih jauh ,”Kita rayakan malam ini yuk Maa…”
“Rayakan…?”
“Iya… Kita kencan yuk….”

***​


Malam itu, seperti malam pertama aku kencan bersama orang terkasihku. Malam malam romantis di sebuah restoran mewah, yang menurutku sayang sekali menghabiskan begitu banyak pengeluaran jika makan disitu. Hanya saja, karena ajakan putraku yang susah sekali aku tahan, akhirnya aku mengiyakan semua permintaannya.

Toh, ini juga hasil jerih payahnya. Demi diriku, Bagas bekerja begitu keras hingga bisa menaikkan taraf hidupku ke level yang lebih baik.

“Abis makan malam… Kita nonton yuk Ma…” Ajak Bagas yang langsung menggandengku masuk theater. Tanpa persetujuanku.
“Ayuk Sayang…” Senyumku mengiyakan.

***​


Dalam theater, Bagas sengaja memilih duduk di tempat yang paling jauh dari pengunjung lain. Paling ujung. Paling pojok. Meskipun aku tak menanyakan sebabnya, akan tetapi aku sudah tahu alasannya, kenapa putraku memilih bangku itu.

Bagas meraih tanganku saat lampu studio mulai meredup. Meremasnya pelan sambil sesekali mengecupnya lembut. Ohhh. Aku meleleh karena sikapnya.

Beberapa menit berlalu, kami menyaksikan film dalam rasa bosan yang sama. Dan terjebak. Aku merasa jika film yang sedang aku tonton ini adalah sebuah film yang bagus. Eh salah, film itu bagus, sebearnya. Hanya saja bagusnya pas ditayangkan dalam bentuk cuplikan trailer.

5 menit kemudian, aku mulai menguap karena serangan rasa kantuk pada mataku.

Mendadak, dari rasa kantukku yang amat sangat, aku mendapat sebuah ide yang begitu menantang.
Sesaat kulihat wajah Bagas yang begitu antusias menonton layar lebar didepannya. Kemudian kulihat sekelilingku.

Sepi. Kataku dalam hati.

Dengan perlahan, tanganku mulai bergerilya. Merayap kebangku sebelah. Ke area tempat duduk. Atau lebih tepatnya kearea orang yang duduk disitu. Perlahan, tanganku menarik resleting celana Bagas. Dan begitu sudah terbuka, aku selipkan tanganku kedalam lubang celananya.

“Ehhh… “ Kaget Bagas ketika aku berusaha mengeluarkan batang penisnya yang masih tertidur lembek, “Mama mau apa…?”
“Mama laper Sayang…”
“Bagas pesenin cemilan ya…?”
“Gausah Sayang… Kan cemilan Mama ada disini…” Ucapku sambil mencondongkan tubuh kesebelah dan langsung melahap batang kemaluan Bagas.

HAPP

“Oohhh.. Mama… Kamu nakal banget siihh…”
“Hihihihi… Suka…?”
“Banget Maaa… Ooohhh…” Ucap Bagas sambil merem melek mengusap kepalaku.
“Kamu ga malu kan punya Mama nakal kaya gini…?” Tanyaku memperkuat hisapan mulutku dipenisnya, “Punya Mama kaya pelacur gini…?”

SLUURRP SLUURRP

“Oohhsss Mama... Jujur, Bagas bahagia Ma… Karena bisa mewujudkan imajinasi nakalku bareng orang yang kucinta…?”
“Imajinasi…? Emang kamu berimajinasi seperti apa…?”
“Ya seperti yang Mama lakuin sekarang…” Jelas Bagas terus menggeliat menahan geli di kemaluannya
“Berbuat tak senonoh di area umum…?”
“Hoo’ooh Maaa.. Ooohhhh…”

Mendenga kejujuran Bagas, tiba-tiba sebuah ide nyeleneh, muncul di benakku.

Bercinta di bioskop.
Ide yang sama, yang pernah aku utarakan dulu, ketika mas Damian masih hidup. Ide yang langsung ditolaknya mentah-mentah. Ide yang dianggap gila oleh mendiang suamiku.

Namun sekarang, berbeda 180 derajat. Putra kandungku malah memiliki imajinasi yang sama denganku. Entah ini kebetulan? Atau emang ini jalan ceritanya.

Tanpa berpikir dua kali, aku melepas hisapan di penis Bagas. Sedikit celingukan ke arah sekitar lalu mengangkat pantatku. Dengan gerakan supercepat, aku lepas celana dalamku yang sudah benar-benar becek dan langsung memasukkannya ke dalam tas.

“Ehhh…? Mama mau ngapain…?” Tanya Bagas heran melihat tingkah laku ibunya.
“Nikmatin aja ya Sayang…” Ucapku yang kemudian beranjak dari kursi yang aku duduki, lalu berpindah ke kursi Bagas.
“Oooooohhh… Serius Ma…?” Bingung Bagas yang ragu, “Mama mau ngentot….? Disini…?”
“Kamu pasti akan menyukai hal ini…” Ucapku yang kemudian meraih batang penisnya yang sudah begitu tegang. Kuarahkan ke liang vaginaku, lalu kududukinya pelan

CLEEEEEPPPP
“Huoohhh… Becek banget memek Mama…” Erang putraku ketika kepala penisnya membelah vaginaku yang sudah membanjir, “Becek… Tapi sempit…”
“Nikmati aja Sayang… Nikmati pertunjukan barumu…” Ucapku sambil terus menurunkan pantatku. Hingga dalam beberapa detik kemudian, aku telah duduk di pangkuan putra kandungku.
“Uuuhhh.. Mentok lagi Maaa…” Desah Bagas ketika merasakan ujung kepala penisnya menubruk mulut rahimku.
“Iya Sayang… Mama gabisa masukin batang kontolmu lebih dalam lagi…”

Bagas mengecup punggungku. Berusaha mengerti keterbatasanku.

“Yaudah… Gapapa Maa…” Ucap Bagas sedikit mengerti. Karena penisnya yang jumbo, ia tak pernah bisa memasukkan seluruh batang panjangnya ke dalam tubuhku. Walau dipaksa seperti apapun, batang penis Bagas masih tersisa 1/3. “Yang penting Mama puas…”

“Ohhhh… Bagasku…” Batinku yang kemudian meremasi kantung penisnya dibawahku sambil mulai menggerakkan pinggulku maju mundur dengan teratur.

SLEEP SLEP SLEEEP…SLEEP SLEP SLEEEP…
"Bagas mencintaimu Maa… “ Dengusnya pelan, menyambut gesekan kelamin kami berdua ditempat umum, ”Amat sangat mencintaimu…”
"Dasar anak durhaka… Apa bukti mencintai Mama tuh seperti ini…?” Godaku sambil terus menggoyangkan pinggulku dengan gerakan yang makin cepat, “Masa bukti cinta tuh dengan cara ngentotin Mama ditempat umum gini Sayang…? Oohhh…”

SLEEP SLEP SLEEEP…SLEEP SLEP SLEEEP…
"Ya Tuhan…Enak banget Maaa…” Erang putraku yang kemudian melepas kaitan bra yang kukenakan dari luar baju kerjaku. Menyusupkan kedua tangannya masuk dari depan, lalu menarik penyangga payudaraku kebawah.
“Uuuhhh.. Anak Mama mulai nakal…Shhhh…” Desahku ketika Bagas mulai memainkan jemari mesumnya di kedua payudaraku. Meremasnya pelan sambil sesekali mencubit putingku keras.

“Oooohh.. Anjing….” Raungku tertahan. Bercinta di tempat umum memang memiliki sensasi tersendiri. Rasa takut, cemas, terangsang, sekaligus penasaran bercampur menjadi satu. Membuat gelombang orgasmeku datang dengan tanpa ditunggu-tunggu.

SLEEP SLEP SLEEEP…SLEEP SLEP SLEEEP…
“Ohhh… Bagas… Mama mau keluar Sayang…” Raungku yang entah kenapa, langsung merasa semburan lendir kenikmatanku, keluar dengan deras membasahi batang penis putraku.

CREEET CREET CREECEETT CREEET CREEEEETT
“Ooohh Bagaassss..” Jeritku sambil menggigit bibir bawahku. Berusaha tak mengeluarkan desahan ataupun teriakan orgasme diantara gelapnya ruang theater ini. “Ooooohhhhhh…. Ssssssshh… Mama keluaaarrrr…..”

Tubuhku mengejat. Menggeliat-geliat dengan dahsyat. Sampai-sampai aku menghentak-hentakkan pinggulku guna bisa melahap batang penis Bagas yang masih mengaduk liang senggamaku. Kakiku menendang-nendang bangku depan, sehingga membuat sedikit kegaduhan disekitarku.

DUKDUK BUKBUK

Beberapa pasang mata, melirik kearahku. Seolah berusaha mencari tahu, kegaduhan apa yang sedang terjadi ditempat dudukku.

“Manda… Jangan berisik… Banyak orang yang melihat kearahmu…” Jerit hati kecilku mencoba memperingatkan, supaya aku lebih kalem. Hanya saja, gejolak rasa orgasme ini, memang benar-benar nikmat. Tak bisa kutahan-tahan. Atau kututup-tutupi.

CREEET CREET CREECEETT CREEET CREEEEETT

“Ooohh. Bagas…” Teriakku spontan. Ketika merasakan gelombang orgasme keduaku keluar. Entah, apa yang menyebabkannya. Yang jelas, aku merasa ada luapan kenikmatan susulan yang muncul setelah orgasme pertamaku. Membuatku makin gaduh dan berisik.


“ArRGGH… BAGAS…. Mama.... Oohh… KELUAR LAGI Sayang…Mama KELUAARR…” Pekikku spontan.

Aku berusaha mendekap mulutku yang tak mampu mengatup rapat. Sebisa mungkin aku diam. Namun, suara hentakan tubuhku yang mengejat karena orgasme, tak mampu menutupi kegaduhan yang kualami. Walhasil, suara-suara itu kembali membuat beberapa pengunjung lain melirik lagi kearahku.

“Ssssttttt….” Desis pengunjung lain yang mencoba meminta kami tak membuat gaduh.

Melihat kegusaran orang sekitar, membuatku makin acuh. Semakin orang melihat kemesuman yang kulakukan, entah kenapa, aku malah jadi makin semangat. Makin membuat eksistensiku memuncak.
Terlebih ketika mendengar ucapan Bagas yang juga mau ejakulasi, membuatku bertindak lebih gila.

“Keluar di mulut Mama Sayang…” Desahku yang kemudian berdiri. Melepas vaginaku dari tusukan batang penjang Bagas. Lalu tanpa rasa malu, aku jongkok didepan selangkangan putraku dan melahap penisnya yang masih belepotan lendir kenikmatanku.

“Ooohh Mamaaaaa…. BAGAS KELUAR MAAA….Bagas Keluaarr…” Erang lelaki tercintaku.
“Aaaaaaa….” Aku buka mulutku lebar-lebar. Seolah mempersiapkan tempat sebagai sarana pembuangan sperma putraku.

“Terima ini Ma… Terima pejuh anakmu….” Erang Bagas yang kemudian mengarahkan kepala penisnya tepat di depan mulutku. Dan

CROOOT CROOT CROOOTTTTCROOOTTTT CROOOTTTT CROOTT…”
Jutaan benih kehidupan, memancar kencang dari mulut penis Bagas. Menyembur deras ke mulutku tanpa bisa ia kendalikan. Saking nikmatnya, Bagas tak dapat mengontrol arah tembakan spermanya. Sehingga, banyak gumpalan-gumpalan sekresi kemaluannya yang menembak ke wajah, leher, hingga rambutku.

“OOOHHH… Mamaaaa.. Enak sekali Maaaaaa….” Erang Bagas seolah sedang berada di kamar rumahku. Menepuk-nepukkan batang penisnya yang masih lengket itu kewajahku. Membuat gumpalan spermanya semakin membaur rata, bersama makeup tipisku.

Bersamaan dengan keluarnya sperma Bagas di wajahku, lampu theater pun menyala dengan terang.
Terang sekali, sampai-sampai mataku yang masih belepotan tersiram sperma kental putraku, merasa silau karenanya.

Aku yakin, jika banyak dari pengunung theater yang pada akhirnya mengetahui mengenai perbuatan mesum kami barusan. Karena terlihat dari cibiran dan bisikan mereka yang bernada negatif tentang kami ketika melewati kursi dudukku.

Bahkan, beberapa dari mereka, ada yang memphoto wajahku yang masih belepotan benih kehidupan Bagas. Tanpa ijin sedikitpun. Hanya demi pelampiasan rasa tak suka mereka terhadapku.

”Ahhhh… Namun, bodo amat…” Ucapku dalam hati. Menggandeng tangan putraku yang masih sibuk memasukkan batang penisnya, turun dari theater. Keluar. Meninggalkan sindiran mereka yang tak mengena dihatiku.
“Mama…Pejuh Bagas masih ada dirambut dan pipi Mama…” Ucap putraku berusaha mengambil lelehan spermanya diwajahku.
“Gausah Sayang… Biarin aja…” Ucapku pelan sambil terus menggandeng tangan anakku.
“Nanti keliatan orang…” Gusarnya lagi.
“Beneran… Gapapa kok Sayang…” Jelasku mencoba menenangkan putraku, “Anggep aja… Ini pembuktian rasa sayang Mama ke kamu…”

Benar, aku tak peduli sama sekali mengenai lirikan orang-orang yang berpapasan denganku. Bagiku, cipratan sperma Bagas diwajahku adalah makeup terbaruku.

Alih-alih malu, mendadak, ada rasa bangga dihati yang begitu meluap-luap.
Begitu membuatku makin bersemangat. Menunjukkan eksistensi kemesumanku bersama Bagas Hendrianto. Putra kandung tercintaku.


Bersambung,
by Tolrat
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd