Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Keterusan

KETERUSAN
Part 10 – BOA


Entah ini diary keberapa yang sudah kubaca. Karena setelah berminggu-minggu aku membaca cerita istriku yang sepertinya lebih mirip stensilan ketimbang diary, membuatku benar-benar terhanyut dalam petualangannya.
Bahkan, jika ada sutradara yang mau membuatkan film ini untuknya, aku yakin, ia bisa menjadi artis porno kelas dunia, dengan nama besar beberapa tahun kedepan.

Kutatap kardus baru yang ada dilantai atas rumahku. Kubuka penutupnya, dan kuambil lagi diary lain instriku. Kupatahkan gembok pengamannya, dan mulai kubaca seksama.
Di diary yang aku pegang, tulisan Mela sudah banyak berubah. Rapi, kata-katanya tersusun, dan berwarna-warni. Dan ketika kubaca lebih serius, ternyata plot ceritanya sudah melompat beberapa tahun kedepan.

Aku tak menemukan, kisah ceritanya ketika lulus sekolah, hingga masa kuliah. Mungkin itu ada di kardus yang entah ada dimana. Yang jelas, di kardus ini, menceritakan ketika ia sudah mulai bekerja.

# DEAR DIARY
182. Kontol Idaman

Pengalaman bercumbuan didalam bioskop bersama Zaki waktu itu, adalah sebuah pengalaman baru bagiku. Meskipun perlakuan cabul di tempat umum itu begitu menantang, akan tetapi itu adalah pengalaman pertama dan terakhir bersama lelaki posesif sepertinya.

Aku memutuskan untuk tak melanjutkan cerita cintaku bersama Zaki, bukan karena aku tidak menyukainya. Kuakui, cara berpacaran Zaki belum pernah kualami sebelumnya. Pacaran yang selalu mengajak bercumbu di tempat umum benar-benar membawa sensasi birahi yang begitu erotis dan menggairahkan. bahkan, semenjak bersama Zaki, aku jadi sering menghayal jorok yang bisa membuat memekku basah.

Hal yang membuatku enggan untuk melanjutkan hubungan bersama Zaki adalah karena sikapnya secara perlahan-lahan menjadi sangat protektif. Bagi Zaki, aku sudah dianggap seperti barang yang bisa dikuasai sesuai dengan keinginannya.

Sementara bagiku, Zaki is just another Kontol. Tidak lebih. Meskipun Zaki sudah banyak sekali memberiku banyak keuntungan, akan tetapi bagitu itu tak akan merubah status hubungan kami kearah yang lebih dari sebelumnya.

Zaki sudah menjadi lelaki yang begitu posesif. Zaki mulai banyak bertanya jika melihatku dekat dengan teman pria lain. Zaki juga mulai mengatur caraku berpenampilan, supaya sesuai dengan keinginannya. Dan yang lebih parah, Zaki mulai melarang model pakaianku yang terlihat ketat atau menggoda. Padahal, salah satu pesona yang selalu kupamerkan ke orang disekitarku adalah dari keseksian tubuhku.

Perlahan, aku mulai menjaga jarak dan menghindar darinya. Beberapa kali ajakannya untuk nonton atau makanpun sering kutolak. Walau sebenarnya setiap kali ia mengajakku keluar, aku langsung membayangkan kejadian dimana aku bisa orgasme karena jilatan lidahnya di memekku. Namun jika mengingat hidupku yang semakin tidak nyaman ketika berada didekatnya, aku mencoba menguuatkan diri untuk tetap menolak semua ajakannya.

“Kamu kenapa sih, gak pernah mau lagi jalan sama aku?” Tanya Zaki kesal saat aku beberes meja kerjaku dan bergegas pulang kerumah.
“Gak apa-apa kok. Lagi males aja.” Jawabku santai. “Kalau mau jalan, kita makan aja yuk, gak usah nonton” sambungku.
“Ga percaya… Ada apa dengan hubungan kita Mel…? Gak enak loh… Pacaran seperti ini…” Jawabnya dengan nada penuh penasaran.
“Kamu beneran mau tau?” Balasku sambil menatap matanya tajam.
“Iya. Aku pengen tahu…!!” Jawab Zaki dengan sikapnya yang rikuh.

Aku mengambil nafas panjang sambil terus memperhatikan gerak-geriknya, “Oke… Kalo itu memang maumu… Denger ya Zaki-ku yang baik, lucu, ganteng.. Jujur, sebenernya aku tak enak buat mengungkapkan ini semua… Karena memang, pada awalnya aku merasa cocok denganmu… “
“Lalu, kenapa sekarang, jadi seperti ini…?” Tanya Zaki sedikit menyelidik.
“Entah kenapa, akhir-akhir ini aku mulai merasa gak nyaman aja denganmu… “
“Hah…?! Gak nyaman gimana…?”

“Ya begitulah… Kamu sekarang udah mulai ngatur-ngatur aku. Dan itu itu udah bikin aku mulai kurang nyaman….” Ucapku dengan suara yang kucoba sedatar mungkin.
“Yaelah… Kamu tuh kaya ga pernah pacaran aja…” Jawab Zaki sewot, “Khan kalo orang pacaran memang seperti itu…?”
“Nah, itu dia…” Sahutku memotong kalimat Zaki, “Mungkin… Kamu terlalu terburu-buru…”
“Buru-buru gimana…?”
“Iya, kamu terlalu PEDE, dengan status kita ini…” Jelasku, “Kamu menganggap kita pacaran… Sementara aku cuma menganggap kamu sebagai teman…”

“Apa…? Cuma teman…?” Kaget Zaki seolah tak mengira dengan ucapanku, “Kita khan udah deket banget, Mel… Kamu tahu khan…? Kita udah sering ciuman… Kamu udah sering kocokin kontolku… Dan aku juga udah jilatin memek kamu…”
“Terus…?” Tanyaku

“Kok terus…?” Jawab Zaki, “Ya itu khan artinya kita udah begitu cocok satu dengan lainnya…”
“Bagiku, itu bukan berarti kita pacaran, Zaki…”
“Kamu udah kocokin kontol aku loh…” Sahut Zaki seolah
“Dan kamu juga udah jilatin memek aku…”
“Jadi… Selama ini… Kita beneran bukan…?”

Aku menggeleng. Sedikit mencoba menyungginkan senyumku yang tiba-tiba terasa kaku. “Bagiku, hubungan kita hanya sebatas temen biasa…”
“Gila… Temen tapi udah kocokin kontol dan jilatin memek ya…?” Sindir Zaki dengan muka merah padam karena menahan emosinya, “Dasar PEREK…!! Jadi, meskipun memekmu udah dijilatin ama cowok, itu artinya masih temen biasa ya
GILA… Tahu gitu, aku gausah terlalu sering modalin kamu buat seneng-seneng atau jalan-jalan kali ya…?”

“Memangnya… Aku ga pernah minta semua itu…” Tembakku yang langsung membungkam pendapat Zaki, “Lagian, kalo ternyata kamu pada akhirnya meminta balasan atas semua perbuatanmu, apa itu bisa disebut tulus…?”
“Dasar cewek ga tahu diuntung…” Seru Zaki
“Iya bener… Apa coba untungnya… Pacaran ama cewek seperti aku…?” Sindirku
“Aaaahhh… NGENTOT… Rugi aku jadinya kenal ama LONTE sepertimu…PELACUR MURAHAN…!!!”

Kutatap tajam mata Zaki dengan emosi yang begitu panas. Hatiku benar-benar mendidih karena mendengar ucapannya yang kurang ajar. Namun aku berusaha sekuat tenaga untuk tak meledak didepannya. Bahkan, aku menyempatkan diri untuk bisa tersenyum lebar dihadapan Zaki.

“Iya deh… Aku memang PEREK.. Jadi mending sekarang kamu gausah dekat-dekat denganku lagi ya… Nanti kamu malu loh… Kalo nanti dikira punya pacar LONTE… “ Sahutku sambil tersenyum, sambil mencangklongkan tali tas kecilku kepundak. Setelah itu aku berjalan pulang. Meninggalkan Zaki yang masih begitu emosi dibelakang sana.


- - - - - - -

Keesokan harinya, aku tidak melihat Zaki di kantor. Begitupun dengan besoknya, besoknya lagi, dan besok-besoknya lagi. Bahkan hingga seminggu berjalan, aku tak mendapati Zaki. Rupanya, secara diam-diam, Zaki mengundurkan diri dari kantor tanpa berpamitan sama sekali denganku.

Sebenarnya, semenjak kepergian Zaki, aku merasa agak keteteran dalam membiayai kebutuhan hidupku. Terutama terganggu dalam hal makanan dan hiburan. Memang dengan adanya Zaki, semua keinginanku bisa ‘agak’ tercukupi. Ketika aku lapar ada yang belikan makanan. Ketika perutku keroncongan ada yang membawakan cemilan, dan ketika aku suntuk, ada yang membawa hiburan. Dan sekarang, semua sirna seiring kepergiannya.

Beruntung, beberapa minggu kemudian ada karyawan baru yang ganteng dan bertubuh atletis bernama Fadil yang menggantikan posisi Zaki. Yang secara singkat, sudah mampu mengisi keseharian, dan keceriaan hatiku. Apalagi, disekilas penglihatanku, Fadil terlihat lebih mapan daripada Zaki. Membuat kehadiran Fadil langsungn menggantikan posisi Zaki sebagai orang terdekatku.

“Hari ini… Sepulang kantor, kita makan dimana…?” Tanya Fadil yang sudah hampir dua minggu ini selalu mengantarkanku pulang dengan mobil pribadinya.
“Hmmm… Kalo Puncak…?” Jawabku sedikit menantang.
“Oke.. Siapa takut…”
“Bener nih…?” Tanyaku, “Besok weekend loh… Jadi kalo sekarang kesana. Pasti macet…”
“Demi nganterin Bidadari seperti kamu… Aku siap kok kemana aja bersamamu…”

Benar saja, Fadil langsung meluncur menuju puncak. Menerabas kemacetan Ibukota dengan tangkas. Rupanya, Fadil jago mencari rute, karena tak perlu beberapa lama, kami berdua sudah sampai di tempat tujuan. Setelah itu, Fadil memarkir mobilnya di tempat sepi. Ia matikan lampu mobil tanpa mematikan mesinnya. Lalu tanpa basa basi, ia langsung mencium bibirku.

“Ah… Lelaki baru ini, ternyata sudah tenggelam dalam nafsu birahinya. Aku pun, tak mau tinggal diam. Terlebih karena sudah cukup lama aku tak disentuh lelaki. Oleh karenanya, kuladeni ciuman Fadil dengan tak kalah ganas. Kuhisap bibirnya, kusedot liurnyam dan kujulurkan lidahku guna membelit lidah di dalam mulutnya.

Kubiarkan tangan jahil Fadil, ketika melucuti kancing bajuku. Meremas tetekku, dan menaikkan behaku hingga aset tubuhku seketika itu meloncat kebawah. Bisa kulihat, mata kagum Fadil yang melotot ketika melihat payudaraku untuk pertama kalinya.

“Pindah ke kursi belakang yuk…” Pintaku yang segera dibalas oleh anggukan Fadil.

Tak perlu menunggu lama, aku dan pacar baruku ini langsung pindah ke kursi belakang. Begitu sampai di belakang Fadil langsung melucuti kemejaku. Menyerang leherku dan memberikan begitu banyak cupangan yang membuatku menggelinjang karena terbakar birahi.

Setelah itu lidah nakalnya langsung pindah mengecupi kekedua tetekku. Menjilati putingku sambil terus menghisapnya kuat, hingga puting mungilku tegak mencuat dan keras. Mendapat reaksi ganas dari Fadil, aku hanya bisa terhenyak nikmat karena aku begitu kangen mendapat perlakuan yang seperti ini. Meskipun agak kasar, tapi entah kenapa aku suka dengan perlakuannya.

Setelah puas menyucupi tetekku, Fadil kemudian berusaha membuka celana kerjaku dengan penuh nafsu. Membuka resleting celana panjangku, lalu menarik lepas berikut celana dalamku. Dan tak lama kemudian, aku sudah telanjang tanpa tertutup pakaian sama sekali.

Lagi-lagi, aku dibuatnya suka karena tatapan mata kagum Fadil ketika melihat memekku yang polos tanpa rambut kemaluan sama sekali. Dengan iseng, Fadil mencolek lendir birahiku yang sudah begitu membanjir dengan jarinya. Lalu tanpa rasa jijik, ia jilat jari tangannya hingga lendirku tandas tak tersisa.

Setelah itu, hal yang kunanti-nantikan pun segera terjadi. Melihatku yang sudah telanjang bulat, Fadil pun mulai membuka seluruh pakaiannya. Dan ketika pacar baruku itu menarik turun boxer yang ia kenakan, jantungku seolah-seolah berhenti berdetak, karena melihat sebuah hal yang membuatku begitu takjub karenanya.

KONTOL FADIL, BESARNYA LUAR BIASA.
Meskipun aku belum menyentuhnya sama sekali, memekku sudah berdenyut-denyut membayangkan kemaluan Fadil. Kontol besarnya, seolah mengangguk-angguk memanggilku untuk segera meraih dan menghisapnya.

Namun, ternyata, Fadil tak membiarkanku untuk bertindak lebih dahulu. Karena ketika aku mencoba meraih batang kontolnya yang besar itu, ia langsung menidurkanku di jok belakang mobil. Karena mungkin sudah tak tahan lagi ingin merasakan lubang memekku, Fadil pun melebarkan kakiku sampai terbuka lebar.

Ditepuk-tepukkannya kepala kontol Fadil itu dipagar memekku. Seolah mencoba untuk sedikit melumasi helm perangnya yang sebentar lagi akan menerobos pertahanan kemaluanku.
“Aku masukin kontolku ya…” Tanya Fadil yang sama sekali tak kuindahkan. Telingaku terasa tuli, karena terhalangi oleh kenikmatan duniawi yang sebentar lagi kurasakan.

CPLEK CPLEK CPLEK .
Suara kontol Fadil terus mengais-ngais lendir memekku. Dan karena nafsunya sudah sampai di ubun-ubun, pacar baruku itu pun segera mendorongkan kontolnya ke lubang memekku, meskipun belum mendapat persetujuanku.

SIALAN
“Bangun Mela… Jangan terlena…!!!”. Batinku yang buru-buru tersadar, “ Ooohhh.. Sayang.. Jangan…. Stooopp… Jangan masukin…..!!!”
“Hhhhh…. Hhhgghh… Hhhgghh… “ Erang Fadil tanpa mempedulikan eranganku. Ia terus berusaha mendorong kepala kontolnya maju, merangsek masuk kedalam memek perawanku..
“Saayaaannggg… Nggghhh…. Please…. Jangan dimasukin…! Aku masih perawan….!”

Alih-alih menghentikan gerakannya, Fadil buru-buru melumat bibirku dengan ganas. Ia seperti ingin membungkam penolakanku supaya aku mengijinkan kontolnya terus masuk dan mengobrak-abrik selaput pertahananku.
“Jangan… Fadil… Nggghhh… Jangan… Aku masih perawan…” Erangku yang mulai merasa bimbang. Antara ingin mencoba merasakan kenikmatan senggama yang sedang kurasakan, atau menolak persetubuhan ini.

Jujur, aku merasa, sodokan kepala kontol Fadil benar-benar nikmat. Hampir saja, aku tidak kuasa untuk menolak kenikmatan yang baru kurasakan ini. Apalagi, gelitikan urat batang kontol Fadil yang terus menggesek bibir kemaluankku, semakin membuat pertahananku mengendur. Kakiku melemas, dan lubang memekku makin terbuka lebar.

Sejenak, aku merasa mulai benar-benar ketagihan untuk bisa merasakan kenikmatan dari kontol Fadil. Aku juga mulai pasrah, seandainya Fadil pada akhirnya berhasil membenamkan kontolnya, dan mengambil keperawanan memekku yang sudah kupertahankan sejauh ini.

“Hhhhh…. Hhhgghh… Hhhgghh… Arrrggghhhh…. Hhhgghh…“ Tiba-tiba, Fadil mendengus kencang. Lalu, aku merasakan ada lelehan lendir hangat yang membasahi bibir memekku.

CROOOT CROOOT CROOOCROOTTT CROOT CROOOTTTT
“HAAAARRRGGGGHHHHHHHH…” Erang Fadil sambil menggesekkan batang kontolnya di belahan bibir memekku. Tubuhnya mengejat dan meremasi kedua tetekku kencang-kencang.

“FIIUUUHHHH….” Untuk beberapa detik kemudian, aku merasa kelegaan yang amat sangat. Aku benar-benar bersyukur, memekku tak jadi disodok oleh kontol jumbo Fadil. Rupanya, karena ia sudah begitu bernafsu kepadaku, sampai-sampai pacar baruku itu tak bisa menahan desakan orgasmenya sebelum mengambil keperawananku.

Dengan gerakan supercepat, kusingkirkan tubuh Fadil yang sudah ambruk dari atas tubuhku. Lalu aku merrayap keluar dari pintu belakang mobilnya tanpa mengenakan pakaian. Kuambil tissu yang ada didalam mobil lalu kubersihkan ceceran pejuh Fadil yang membasahi selangkangan dan paha dalamku, sebelum aku kembali mengenakan pakaian kerjaku.

“Gausah pake daleman, Sayang…” ucap Fadil yang buru-buru meraih beha dan kancutku sambil tersenyum.
“DASAR COWOK GILA…” Jawabku mencoba menolak sambil terus mempertahankan pakaian dalamku.
“Ayolah, gausah dipake… Biar seru…” Senyum Fadil sambil menggoyang-goyangkan kontolnya yang seperti pentungan satpam itu didepanku.

OH FADIL
Kontolmu membuatku seolah terhipnotis karenanya.

Karena meskipun awalnya aku menolak permintaan aneh Fadil, pada akhirnya aku pun tersenyum dan mengabulkan kemauannya. Setelah itu, kupakai pakaianku secara alakadarnya dan langsung kembali masuk kedalam mobil. Karena jujur, setelah melihat kontol besar Fadil, aku tidak yakin bisa menolak jika nanti dicabulinya lagi.


***​

Sepanjang hari, aku tak dapat berkonsentrasi. Otakku tak henti-hentinya, mengingat-ingat kejadian ketika bercinta bersama Mela tadi malam. Aku tak habis pikir kenapa istriku bisa sebinal itu. Meskipun aku belum tahu benar mengenai kebenaran akan segala hal yang ia ceritakan, akan tetapi entah kenapa, aku sudah cukup mempercayainya.

Kutatap photo Mela yang ada di sudut meja kantor. Dengan wajahnya yang cantik, memang kuakui jika aku beruntung mendapatkan Mela. Senyum, dan tatapan matanya, tak pernah gagal ketika mendapatkan perhatian dari lawan jenisnya. Apalagi jika melihat asset berlebih yang istriku miliki, aku yakin, banyak pria yang rela mengejarnya mati-matian.

SREETT
Kilasan imajinasiku terbang cepat di pikiran. Melihat bibir tipis istriku, aku jadi membayangkan jika bibir itu pernah mengecup bibir pria lain. Aku juga teringat, jika lidahnya pun pernah bergulat dengan lidah lelaki lain. Dan yang paling parah, mulut Mela juga pernah disodok oleh penih lelaki lain.

Kubayangkan, mulut Mela disodok penis yang berukuran besar, keluar masuk dengan cepat, hingga kepala penisnya tenggelam masuk kedalam tenggorokannya. Dan ujung-ujungnya, jutaan benih pria lain itu meledak didalam rongga mulutnya, dan meluncur masuk kedalam tubuhnya.

ANJIMM..
Lagi-lagi, pikiran mesumku mulai mengambil alih otakku. Membuat batang penisku yang seharian tidur, mulai menggeliat tak tenang.

Jam 12.15 siang.
Suasana kantor sepi, karena banyak pegawai yang sedang istirahat makan .

Sebentar lagi jam makan siang
”Hallo, Dek…?”

“Ya.. Mas…” Sahut Mela dari ujung telephon dengan nada lemas karena kantuknya. Maklum, jam segini adalah jam dimana ibu rumah tangga sedang ingin memejamkan mata. Namun, karena ngantuknya itu, suara mela menjadi semakin terdengar seksi di telingaku.
“Kamu lagi apa dek…?” Tanyaku iseng
“Tumben-tumbenan kamu nelpon aku jam segini, Mas…?”
“Emang ga boleh…?”
“Kenapa…? Kamu takut ya..?” Selidik Mela

“Takut kenapa…?”
“Ya kali aja kamu takut, aku nerima telpon dari cowok laen…” Ledek Mela, “Kamu takut kalo jam-jam segini… Aku tak ada dirumah karena nyari kesibukan bareng lelaki lain…?”

SIAL…
Kenapa mela berkata seperti itu…?

“Hmmm.. Sekarang gitu yaaa… Jadi kalo jam-jam segini tuh ada cowok yang ngajakin istriku iseng…?”
“Hihihi… perlu aku kasih tau nggak yaaa..?"
“Ada ya…?”
“Yah… adalah… Satu dua… Hihihi…” Kekeh Mela
“Cieee..Cieee..Yang laris manis…”
“Iya dooong… Istri siapa dulu… Hihihi…”

Aneh, entah kenapa, mendengar suara Mela yang sedang membanggakan diri karena banyak ditaksir lelaki lain, membuat nafsuku mulai bangkit. Mendengar Mela yang juga tak malu-malu menceritakan hal yang tabu seperti itu, membuat penisku menggeliat.

“Aku kangen, Dek…” Ucapku lagi.
“Hmmm.. Kamu salah makan ya, Mas….?”
“Kok…?”
“Iya…. Tumben-tumbenan banget loh kamu kaya gini…”
“Serius dek… Aku kangen kamu…”
“Kangen ama aku..? Atau kangen ama cerita nakal aku…?”

ASEM
“Ya kangen ama memek kamu dong, Dek…” Sahutku mencoba bermanis-manis kata.
“Memek aku pedes, Mas…” Jawab Mela singkat
“Kok pedes…?”
“Semalem ada cowok yang ngentotin memekku dengan ganas….”
“Siapa tuhh..?”
“Ini.. Cowok yang sedang ngajak aku telponan… Hihihi… “ Kekeh Mela kegelian, “Masa baru denger cerita aku aja, dia jadi kaya kesetanan gitu mas.. Ujung-ujungnya, dia ngentotin memek akunya ganas banget..”

“Abisan, kamunya sih pake bilang pengen disodok kenceng-kenceng, Dek… Jadinya khan ngebuat aku nggak tahan buat nyiksa kamu…”
“Hehehe… Pasti kamu juga penasaran karena cerita bool aku ya, Mas..?”
“Iya… Itu juga sih…” Jawabku jujur, “Aku bener-bener jadi kepikiran… Kira-kira siapa lelaki yang dah sempet pake boolmu itu ya…?”
“Jadi kamu bener-bener mikir kalo bool aku udah pernah dipake…?”

“Emang salah…?” Sindirku singkat.
“Ngggg gimana ngomongnya ya..?” Bingung Mela
“Ntar pas pulang aj, ceritain lagi ya, Dek…”
“Buat apa…?”
“Ya buat seru-seruan aja…” Sambungku
“Ogah ahh, Mas…. Nanti ujung-ujungnya kamu ngasarin aku pas ngentot…” Gerutu istriku.

“Bukannya… Kamu malah makin seneng kalo aku entotin kasar..?” Pancingku
“Nggggg…”
“Tuhhh.. Seneng khaaannn…?”
“Sakit sih…”
“Tapi suka khan…?” Ucapku menggodaku dengan nada selembut mungkin,” Pasti Fadil cara ngentotin kamunya… Kasar kaya aku semalem ya, Dek…?”

“Yaahh… Ga bisa dibandingin langsung kaya gitu sih…”
“Kenapa…?“ Selidikku, “Karena kontol dia lebih besar dari aku ya…?”
“Ngggg.. Nggak mau banding-bandingin ah… Ntar malah kamu jadi tersinggung …”

“Tersinggung…? Buat apa…?” Jawabku sedikit berbohong. “Ayolah dek, cerita sedikit aja…”
“Nggak aahh...”
“Beneran deh… Aku ga bakalan marah kok… Khan cuman cerita aja…” Pintaku dengan nada seramah mungkin, “Cerita sedikit aja juga gapapa Dek…”

“Hhhhh….Kamu mau diceritain apa sih, Mas…?”
“Apa aja dekk.. Cerita yang terburuk juga gapapa…”
“Yakinnn…? Beneran loh… Ntar kamu bakanan sakit hati…”
“Pegang omonganku, Dek…. Aku ga bakalan emosi ketika denger ceritamu”
“Suami aneh…” Ucap Mela sedikit mengejek, namun akhirnya mulai memulai ceritanya, “Memang sih Mas, Fadil sering membanding-bandingkan dirinya denganmu..”
“Kaya gimana…?”

“Hhhh… “ Mela sedikit menjeda kalimatnya. Seolah ingin mendengar reaksiku. Namun ketika ia tahu aku tak memberi komentar apa-apa, ia melanjutkan kembali ceritanya.“Dia sering nanya tentang kamu mas…”
“Tentang aku…?”
“Iya… Tentang kontolmu, lebih tepatnya…” Sambung istriku, “Dia nanya….. Kontol siapa yang lebih besar… Kontol siapa yang lebih enak… Kontol siapa yang lebih tahan buat ngentot…”
“Terus kamu jawab apa…?” Sahutku penasaran.
“Ngggg…. Kalo itu… Gimana ya…? Aku bingung jelasinnya ke kamu kaya gimana…” Galau Mela dengan suara nan merdunya dari ujung telephone, “Walau aku tak perlu cerita, aku yakin kamu pasti udah tahu kok jawabannya seperti apa, Mas…”

KAMPRET
Memang sih, aku sudah tau jawabannya. Karena jika mendengar cerita istriku, kemampuan penis yang kumiliki tak akan bisa menandingi kemaluan selingkuhan istriku. Jujur, ada sedikit rasa tak nyaman ketika mendengar fakta dari Mela jika membandingkan diriku dan selingkuhannya. Aku tersinggung, namun, aku juga makin penasaran.

“Ehem… “ Sambungku, “Terus… Fadil suka ngapain kamu lagi…?”
“Ini kamu niatnya mau nelpon buat nanya kabar aku…? Atau mau phone sex sih, Mas…? “Heran Mela yang sepertinya tahu dengan tujuanku. “Jangan-jangan, kamu nelpon aku siang-siang gini.. Buat sekedar bahan buat coli lagi ya..?”

AH SIALAAN
Pintar sekali sih istriku dalam menebak-nebak arah pembicaraanku ini.

“Tahu banget sih kamu Dek…?” Jawabku jujur.
“Hhhhh…. Punya suami cuman satu… Tapi otaknya kok kayak udah geser ya…?”
“Heeehh… Emangnya kamu maunya punya berapa suami…?”
“Hmmm.. Mulai deeehh…. Kamu tuh yaa… Sepertinya seneng ya… Kalo aku punya suami lebih dari satu…?” Ucap Mela dengan nada bicara yang seolah-olah menantang kejujuranku.

Aku tak mampu menjawab. Mela memang jago membuat lawan bicaranya birahi tak berkutik. Karena baru mendengar percakapan mesum seperti ini saja, sudah membuat imajinasiku terbang tinggi. Membuat kocokan penisku makin cepat, intens dan kuat.

TEK TEK TEK
“Kamu beneran coli, Mas…?” Tebak Mela karena mendengar betotan kulit penisku, “Iihhhsss… Kamu tuh beneran sinting ya… Denger cerita aku aja kamu beneran coli…“
“Kamu seksi Dek…”
“Otakmu tuh yang jorok…” Ejek Mela, “Kamu pasti suka ya…? Ngebayangin aku ama lelaki laen…?”
“Ya gitu lah…” Jawabku lagi-lagi mati kutu karena tebakan istriku.

“SUAMI ANEH…”

Mendengar ejekannya, entah kenapa membuatku makin bersemangat. Karena alih-alih berhenti membetot batang kemaluanku, aku malah menurunkan celana dalamku hingga mata kaki dan melanjutkan mastrubasi dengan kuatnya.
“Ceritain lagi Dek… Kamu ama Fadil disana ngapain aja…”
“Gak mau, ah…”
“Ayolah, Sayang… Mas udah mau keluar nih…” Sahutku sambil mempercepat kocokan penisku.

TEK TEK TEK TEK TEK TEK
“Suami sinting…” Ejek Mela lagi

“Please Dek… Ceritain dikit lagi dong…”
“Hhhhh…. Mau cerita apaan…?”
“Apa aja…”
“Ga bosen cerita mulu mengenai Fadil…?”
“Emang ada lelaki lain…?” Pancingku
“Mau…? Aku ceritain tentang yang lain juga…?” Sindir Mela,”Nanti malah kamu makin penasaran loh… Terus ujung-ujungnya minta cerita buat ngocok kontol lagi…”

“Ya udah… Kalo gitu, tentang Fadil aja dulu deh…” Sahutku, “Abis gitu baru lelaki lainnya…”
“Iiihhhhssss.. Mendingan sekarang kamu pulang, Mas… Trus entotin memek aku sekarang…” Ucap Mela kesal, “Aku capek cerita-cerita gini mulu…”
“Please, Dek… Please… Aku udah mau nyampe… Ini rasanya udah diujung…”

“Suami kok imajinasinya aneh gini sih…” Ejek Mela yang meskipun kesal, namun kembali melanjutkan ceritanya, “Fadil itu brutal…. Dia sukanya bermain kasar…Dia suka meremas, dia suka menampar, mencubit, memukul, mencekek…”
“Kok kamu mau…?”
“Ya karena aku ngerasain enak… “ Sahut Mela tanpa malu-malu, “Apalagi kalo dia ngentot dari belakang… Dia bisa nyodokin kontolnya kenceng-kenceng tanpa henti selama lebih dari 20 menit loh… Sampe memek aku kerasa panas banget…”

“15 menit…?” Ucapku, sambil membatin. “Kuat sekali stamina lelaki bajingan itu. Aku yang semalem nyodok memek istriku selama 5 menit aja, sudah langsung keluar karena tak kuat menahan nikmat, ini gimana bisa lebih dari 20 menit…?”
“Selain di memek, Fadil juga suka banget semburin pejuhnya di mulut… ia suka memaksakan batang kontolnya masuk semua ke mulut aku…” Jelas Mela lagi, “Sampe kadang, membuat aku kliyengan dan pingsan karena kehabisan nafas…”
“Sekasar itu ya…?”
“Fadil kalo aku bilang ya Mas, dia adalah pejantan mutlak.. Dan stamina kontolnya juga begitu kuat… Karena setelah keluar, ga sampe 10-15 menit, kontolnya sudah pasti ngaceng lagi…”

ANJIIIMMM…
Membayangkan Mela disetubuhi dengan kasar dan tak ada hentinya oleh kontol lelaki sialan itu, membuat birahiku meledak dengan dahsyatnya. Tubuhku bergetar hebat hingga mengejat nikmat.
“Oohhh.. Melaaaa… Hhhgggghhh….Hhhgggghhh….Haarrrgghhhh”

CROOTT CROOOTT CROOOCROOOT CRRROOOT CROOOTTTTTT
Kutentak-hentakkan kocokan penisku dengan kencang, hingga ledakan spermaku membuncah dan melayang diudara. Melompat jauh dan mendarat berceceran di karpet kantorku.

“Hihihi.. Kamu udah keluar, Mas…?” Kekeh istriku dari ujung telephon,
“Hhhgggghhh…Hhhgggghhh…” Erangku sambil terus mengucuk penisku hingga kering tak tersisa, “
“Hihihihi….Cepet amat sih…” Ejeknya lagi.
“Hhhhhh….Hhhhhh….Hhhhhh….”
“Punya suami kok seneng mbayangin istrinya dientot kontol lelaki laen…”

Selama beberapa menit, aku hanya diam tak bersuara. Hanya menatap sinis kearah genangan air mani yang menggumpal di bawah kakiku. Aku tenggelam dalam pikiran jorok dan lamunan kosongku. Masih membayangkan kenapa aku baru tahu mengenai perubahan yang terjadi pada istriku.

“Mas….?” Panggil Mela dari seberang sana
“Hmmmm…” Jawabku lemas. Tak bersemangat
“Kamu masih disitu…?”
“Ho’oh…”
“Kok tiba-tiba diem aja…?” Sambung istriku lagi, “Masa segitu aja udah puas, Mas…? Hihihihi…?”

“Memangnya… Sebesar apa sih kontol lelaki Bangsat itu..?” Tanyaku penasaran disela-sela percakapan after sex-ku.
“Nnnnggg….” Jawab Mela dengan nada menggantung, seolah enggan menjelaskan padaku.
“Ayolah… Kasih tau aja segedhe apa kontol dia…” Pintaku mengabaikan rasa sakit dihati

“Aku ga pernah ngukur, Mas..” Jawab Mela diplomatis.
“Masa…? Padahal khan sering dientot…” Sindirku
“Lagian, buat apa sih coba kalo kamu tahu ukuran kontol Fadil…? Mau kontes besar-besaran kontol…?”
”Aku pengen tahu aja sih…” Ucapku lagi mencoba mencari jawaban pasti dari mulut istriku, “Kalo ga tau pasti, paling nggak, kamu tau dong besar kontol dia kalo dibandingkan dengan tanganmu…”

“Hmmmm… Segimana ya…?” Bingung Mela, “Yaaa… Kurang lebih, sejengkal lebih dikit lah Mas…”
“Coba sandingkan dengan penggaris dong…”
”Ihhhsss… Sumpah… Kamu ribet banget deh, Mas…"
“Ayolah… aku pengen tahu…” Pintaku, “Abis gitu.. Photoin ke aku ya…”

TING TING
Suara kiriman photo istriku. Segera saja, kulihat photo yang baru dikirim Mela

DEEEEEGGGG..
Ketika melihat photo Mela, mendadak aku merasa seperti ada sebuah palu raksasa, menghantam dadaku. Meruntuhkan rasa percaya diriku. Hingga hancur berkeping-keping. Aku baru sadar jika jemari Mela yang lentik, ternyata begitu panjang. Dan ketika ia merentangkan jengkalan telapan tangannya, penisku tak mampu mencapai ujung-ujung jemarinya.

ANJIIIMMMMM
Kontol lelaki bangsat itu berada di angka 24 cm. Berbeda 6 cm daripada punyaku.

“Gimana mas…? Udah nggak penasaran lagi khan…?” Tanya Mela lagi.
“Kalo tebalnya…?” Tanyaku lagi karena masih tak terima dengan kenyataan yang ada. Okelah, kalo untuk urusan panjang, mungkin aku kalah darinya, tapi kalo tebalnya, aku masih berani bertaruh, ia tak akan bisa mengamai ketebalan penisku.
“Ihhhsss... Kamu bener-bener bikin aku ribet deh... "Omel Mela, “Mendingan, besok-besok pas Fadil ngentotin memekku, kamu liat aja deh, biar sekalian ngukur dimensi kontol dia…”
“Ayolah Dek… Kasih tau doang apa susahnya sih…?”

“Hhhhhhh…. “ Mela mendengus kesal, “Aku tak pernah bisa menggenggam penuh kontol dia dengan jariku…”
“Maksudnya…?”
“Iya, tebal kontol dia mirip seperti botol aer mineral… “

BAJINGAAAANN
Aku benar-benar merasa makin hancur.

Mendengar cerita Mela, aku merasa, ukuran penisku seperti kemaluan bocah yang belum bisa berbuat apa-apa. Meskipun aku sadar jika ukuran penisku diatas rata-rata orang kebanyakan, akan tetapi tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kelamin lelaki sialan itu.

Ukuran dan kemampuan kejantananku kalah telak dari Fadil.
Lelaki yang disebut teman istriku, sebagai BOA

Si kontol raksasa.


Bersambung,
By Tolrat
 
Bimabet
Ternyata pentungan Fadil toh yang disebut Boa...
Klo memang benar 24 cm trus diameter botol air mineral, lah banyak para pembaca yang minder...

Suwun updatenya @tolrat
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd