Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG A Diary of Dick (Season 2) - Multiple Strikes

babymaker

Semprot Kecil
Daftar
3 Aug 2017
Post
74
Like diterima
250
Bimabet
Selamat malam suhu-suhu semuanya, akhirnya rilis juga season 2 ini, selamat menikmati ya, jangan lupa like dan comment juga. Oh iya, buat yang belum baca season 1, bisa follow link ini :

https://v1.semprot.com/threads/a-diary-of-dick-the-babymaker.1239710/

Salam crrrrooooooootttttttt !!!

Update ke 1 : https://v1.semprot.com/threads/a-diary-of-dick-season-2-multiple-strikes.1241347/

Update ke 2 : https://v1.semprot.com/threads/a-diary-of-dick-season-2-multiple-strikes.1241347/page-3

Update ke 3 : https://v1.semprot.com/threads/a-diary-of-dick-season-2-multiple-strikes.1241347/page-6

Update ke 4 : https://v1.semprot.com/threads/a-diary-of-dick-season-2-multiple-strikes.1241347/page-9

Update ke 5 : https://v1.semprot.com/threads/a-diary-of-dick-season-2-multiple-strikes.1241347/page-10

Update ke 6 : https://v1.semprot.com/threads/a-diary-of-dick-season-2-multiple-strikes.1241347/page-12

Update ke 7 : https://v1.semprot.com/threads/a-diary-of-dick-season-2-multiple-strikes.1241347/page-13

Update ke 8 : https://v1.semprot.com/threads/a-di...tiple-strikes.1241347/page-15#post-1896705042

Update ke 9 : https://v1.semprot.com/threads/a-diary-of-dick-season-2-multiple-strikes.1241347/page-17

Update ke 10 (final) : https://v1.semprot.com/threads/a-diary-of-dick-season-2-multiple-strikes.1241347/page-19

Bekerja di sebuah perusahaan konstruksi swasta asing memang ada enaknya, seperti yang kualami sekarang. Hatiku sedang berbunga-bunga, bukan, bukan karena perempuan, apalagi karena Lisma, biarkan dia hidup tenang dengan suami dan anak buatanku. Hatiku senang karena bonus proyekku akhirnya cair, juga ditambah komisi hasil permainanku dengan para sub-contractor dan supplier, ditambah lagi hasil jual sisa material proyek. Setelah ditotal semuanya mencapai nilai yang bisa membuatku membeli sebuah Pajero Sport edisi terbaru varian tertinggi. Namun aku tidak tertarik, aku sudah cukup puas dengan mobilku sekarang, juga harta dan bisnis kecil-kecilanku, aku tabung saja uangnya, tapi ya dipakai untuk senang-senang sedikit rasanya oke lah ya.

Sore itu di kosanku di Bekasi, aku sedang menghitung uang pemberian salah satu sub-cont secara cash tadi siang, sambil ‘dihibur’ oleh Ayu. Aku tiduran agak duduk di kasurku dengan celana yang kupelorotkan sedikit sambil disepong Ayu yang sudah telanjang.

“Slllluuuurrrrppp... ssssslllllllllluuuuurrrrrrpppp... aaahhh”, suara sepongan Ayu di kontolku. Sudah terlatih dia supaya gigi tonggosnya tidak kena kontolku.

“Bos e aaaaahhhhhhhhhhhh... minta uang dong bos...”, ujar Ayu sambil diselingi menjilat kepala kontolku.

“Ah kamu, baru nyepong sebentar udah minta duit, beresin dulu”, ujarku.

“Aaaahhh mas bos, seret aku nyepong bae maaassss”, rengek Ayu, kali ini sambil mengocok kontolku dengan tangannya.

“Ih rewel banget, iya nanti dikasi, sini nungging ngadep sini sebentar”, ujarku.

“Ah mas bos, kontol ora ngasi, duit juga ora ngasi”, sewot Ayu.

Ayu lalu memutar badannya dengan pantat yang dihadapkan ke arahku, kumasukkan jari tangan kananku ke liang memeknya dan kukocok. Ayu lalu mendesah.

“Ah mas booosss eeeeemmppppphhh... pake kontol dong ojo pake tangan aaaaaahhhhh”, desah Ayu. Aku cuek saja sambil masih mengocok, tak lama kucabut tanganku yang basah oleh cairan Ayu, kupakai untuk menghitung uang supaya lebih mudah.

“Duit masih fresh dari bank pada rapet begini, nah kan kalo dibasahin sedikit gampang ngitungnya”, ujarku sambil serius menghitung uang. “Oke sip, semuanya 20 juta, lumayan lah buat jajan, nih Yu 2 juta”, ujarku sambil melempar uang ke Ayu.

“Horeeee makasih mas bos e, dadi aku tuku hape baru”, ujar Ayu kegirangan.

“Hape mulu diurusin, pake buat operasi gigi sana”, ujarku meledek.

“Eh jangan salah mas e, gigiku ini jimat, kata mbahku kalo”

“Alah bawel, udah gak penting cerita gigimu, mana sini aku pengen nyusu”, ujarku memotong omongan Ayu. Ayu lalu naik ke badanku dan menyodorkan toketnya ke wajahku sambil tangannya menopang ke kasur. Puting coklat tua-nya menonjol besar, dengan toket besar ditambah kulitnya yang coklat khas perempuan jawa, pantat Ayu pun padat, walaupun mukanya pas-pasan. Sekilas Ayu membuatku membayangkan seorang Nicki Minaj, bahenol tapi ya... Jangan liat wajahnya, liat bodinya saja.

“Ssssshhhhhhh aaaahhhhhhh mas boooossss...”, desah Ayu saat kujilati dan kukenyoti putingnya bergantian, tanganku pun bergerilya ke lubang memeknya yang kemudian kumainkan lagi dengan jariku. Ayu menggelinjang geli, nikmat juga kayaknya.

“Aaauuuhhhh !!! Ah maaaaasssssssss...”, desah Ayu.

“Berisik ih Ayu !”, hardikku, lalu lanjut nyusu lagi. Dipikir-pikir mau-maunya ya si Ayu ini jadi mainanku, padahal sering kubentak dan kuentot seenaknya. Ayu juga sering kusuruh-suruh, seperti beli makanan atau membereskan kamarku. Dia tahu aku sudah punya istri dan anak dan tidak masalah kuperlakukan seperti ini, tapi aku juga tidak mau terlalu dekat dengannya dalam hal diluar seks, takutnya dia macam-macam kalau terlalu banyak tahu tentangku. Menurutku, Ayu itu suka padaku, dan dia tahu tidak mungkin memiliki aku, jadi sekedar pemuas nafsu pun tak masalah lah.

Puas menyusu, kusuruh Ayu membalikkan badah. Ia tiduran terlentang di badanku, lalu tanganku dari belakang meremas-remas toket besarnya, kakinya mengangkang memudahkan 1 tanganku memainkan memeknya. Dengan pose ini, Ayu nampak memang sekedar mainan buatku.

“Oooooouuuuuugggghhhhhhh mas e... aaaaaaaahhhhhhh mas Armand”, desah Ayu saat kumainkan semua alat vitalnya. Kucumbu lehernya dari belakang, hingga ke telinganya. 5 menit tubuhnya kuparemainkan, dan Ayu menggelinjang seperti cacing kepanasan.

“Eeeeeemmmmmppppphhhhhhh maaasssss... Sodok tempikku tho maaaassss...”, pinta Ayu. Aku lalu mendorong badan Ayu, lalu bangkit dari posisi tiduran. Ayu yang mengerti lalu nungging, kuremas pantat besarnya sambil kuarahkan kontolku dan bleeeessss....

“Oooouuuuhhhh uenake kontolmu maaaassss”, desah Ayu. Aku tak menjawab, langsung ku genjot saja kontolku dengan speed medium. Pemandangan lekuk punggung Ayu yang berkeringat menambah nafsuku.

“Uh... oh... uh... oh... aaahhhh maaaasss”, racau Ayu. 5 menit kugenjot nampak ia akan orgasme.

“AAAAAARRRRRGGGGGHHHHHH MAAAAAAAAAASSSSSSSSSS !!!! Ah ! ah !”, jerit Ayu, sambil tanganku membekap mulutnya. Ayu lalu ambruk di kasur dengan badan penuh keringat, badannya agak kejang. Kini giliranku memuaskan kontolku.

Tanpa menunggu Ayu stabil, kukangkangkan pahanya dan langsung kucolok kontolku di memeknya yang berjembut tebal itu. Langsung kugenjot habis-habisan dia.

“Haaaaaahhhhhh... hoh.. huh... hohh”, desahku memompa memek Ayu. Ayu sendiri sudah lemas dan pasrah dalam posisi terlentang, kulihat toket besarnya bergoyang-goyang mengikuti irama genjotanku. Kuremas dan kujilati kedua toket itu, pokoknya sepuasnya kulampiaskan nafsuku ke badan Ayu.

“Aaaahhh... kang mas Booossss... eeemmmppphhhh”, desah Ayu lemah. Aku makin ganas menggenjotnya. Namun kudengar handphone ku berdering tak jauh dari kasur, tampak panggilan video call dari istriku. Rupanya sudah jam-nya telponan dengan anak istriku, tapi tanggung.

Kupercepat genjotanku, Ayu yang mengerti situasi berusaha menggoyangkan pinggulnya. Mantap sekali, biarpun mukanya jelek tapi memek Ayu benar-benar nikmat, ada sensasi ‘nyedot’ setiap dientot. Maklum, orang Jawa kampung, mungkin ada ramuan khusus yang bisa membuat memek ngempot begini.

“Ah... Aaaahhh maaasss booossss”, racau Ayu sambil menggenggam tanganku yang meremas toketnya. Kulihat HP-ku berdering lagi, okay kali ini tidak pakai ditahan. Ku cabut kontolku dan aku segera menggeser badanku ke atas. Selangkanganku berhadapan dengan mulut Ayu. Mulut Ayu menganga lebar lalu melahap kontolku yang kuarahkan ke mulutnya, kugenjot kontolku di dalam mulutnya sementara Ayu menghisap kontolku sambil memainkan lidahnya. Dan kemudian...

Crooootttttt !!! croottt !!! croootttt !!! Semburan spermaku kutumpahkan di mulut Ayu, Ayu menghisap kontolku kuat-kuat dan menelan spermaku di mulutnya. Nikmat sekali rasanya. Kucabut kontolku dan tampak Ayu masih berusaha menelan spermaku di mulutnya, ku sodorkan tisu untuknya, setelah bersih Ayu masih sempat mengulum kontolku untuk membersihkan sperma dan liur yang menempel.

“Nitip beli makan sama jajanan di supermarket ya Yu”, ujarku sambil memberikan selembar 100 ribuan untuk Ayu, Ayu segera berpakaian dan pergi. Segera kutelpon balik istriku.

“Ayah kemana aja lama banget ngangkatnya”, ujar Vany sewot.

“Iya maaf bunda sayang, barusan ayah lagi diluar ngobrol, hp-nya di kamar, kedenger telpon dari bunda langsung ayah lari ke kamar, nih makanya ngos-ngosan begini”, ujarku ngeles.

Selanjutnya seperti biasa aku telponan dengan anak dan istriku, sambil kunyalakan TV. Kulihat seseorang yang ku kenal di sebuah acara infotainment, seseorang yang aku kenal...

Hari lalu berganti, aku sedang di Garut akhir pekan selanjutnya, kali ini aku anak dan istriku sedang menginap di rumah mertuaku. Rumahku, rumah orang tuaku dan rumah mertuaku semuanya di kota ini, cuma berbeda kecamatan saja. Makanya tiap aku pulang dari Bekasi, bisa silaturahmi semuanya sekaligus. Kebetulan, di rumah mertuaku sedang ramai persiapan syukuran selamatan renovasi rumah, jadi ya aku sedang lumayan sibuk bantu-bantu.

Keluarga Vany ramai berdatangan, salah satu yang paling mencolok adalah Rara, sepupu Vany, mahasiswi salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung, umurnya 19 tahun. Alasan kubilang mencolok adalah karena bocah 1 ini dikenal di kalangan keluarga sebagai bocah badung, dia merokok, dan seorang penikmat dunia malam. Keluarga bibi-nya Vany memang orang kaya, makanya walau masih bau kencur tapi Rara kemana-mana sudah bawa mobil sendiri. Soal pakaian jangan ditanya, kalau sedang ketemu di rumah mertuaku dia pasti pakai hotpants dan kaos ketat, bodi-nya sintal memang, walaupun wajahnya yang menurutku standar, sebagai ilustrasi dia mirip Aurel Hermansyah, tapi versi setelah oplas ya. Sering ditegur tapi dia tidak peduli, tapi biar begitu secara sosial anaknya baik, dia juga sering main ke rumahku untuk curhat pada istriku. Aku juga sering bercanda dengan dia, namun reaksinya belakangan agak aneh, kalau sedang mengobrol berdua denganku dia suka mengarah ke hal cabul.

Hari H selamatan pun tiba, aku sudah berpakaian rapi sedang menyusun toples-toples kue, sementara istriku sedang menggendong anakku dan ngobrol dengan ibu dan ayahku yang juga datang, aku melirik Rara. Ya ampun anak ini, acara sakral begini dia memakai kemeja terusan yang agak longgar tapi diatas lutut, sehingga betis dan pahanya yang mulus dan montok itu jelas terlihat, ada tato di betisnya, kemejanya walau longgar tapi agak menerawang dengan warna cream, terlihat garis tanktopnya di balik kemeja, aku cuma geleng-geleng kepala.

“Yah, cepet berangkat gih sebentar sana, mumpung tamunya belom pada dateng”, sahut Vany membuyarkan lamunanku, aku segera menoleh.

“Woooo, ngelamun terus si abang mah”, sahut Rara yang ternyata melihatku.

“Oh iya bun, ampir ayah lupa, oke ayah jalan dulu ya”, aku pun segera pergi dengan mobilku sebentar.

Sampai di tempat tujuan aku parkirkan mobilku di pinggir jalan, menyeberang membantu saudaraku yang mau kujemput. Dia-lah Silvy, yang sempat kusinggung sedikit di kisah season 1, aku jemput dia bersama neneknya yang sudah tua renta dan sudah kurang pendengarannya. Orang tua Silvy tinggal jauh di Tasikmalaya dan tidak merestui pernikahannya.

Di mobil, Silvy diam dan tatapannya kosong di kursi depan denganku, sementara neneknya duduk di belakang. Silvy ini manis sekali, wajahnya seperti agak ke-timur tengah-an, dengan pipi chubby dan bibir tipis pink-nya, kulitnya putih kemerahan dan lembut, aku tahu karena tadi aku sempat menyentuh tangannya waktu membantu menyeberang. Hari itu dia memakai kaos hitam lengan panjang ketat, dengan kerudung ‘instan’ berwarna abu, bawahnya ia memakai rok lebar hijau tua, perutnya yang membuncit karena hamil tercetak jelas seperti toketnya yang besar.

“Udah berapa bulan sekarang Vi?”, aku mulai basa-basi.

“Udah 6 bulan a...”, jawab Silvy dengan ekspresi datar.

“Ooo, semoga sehat terus ya dede bayinya, eh udah sempet cek lagi ke dokter belum?”

“Ke dokter sih belum a, paling cuma ke bidan aja, ke bibi Rani”, ujar Silvy.

Bidan Rani yang disebut Silvy tidak lain dan tidak bukan adalah bibi kandungku, dari keluarga ibuku.

“Oh ke bibi, iya bener ke dia aja Vi, dia baik kok, dulu Vany juga kalo cek-cek rutin doang juga ke bibi aja”

“Iya a, tapi Silvy suka ga enak sebenernya, bibi suka nolak dibayar”, ujar Silvy.

“Ya, bibi kan emang gitu orangnya Vi, dia dasarnya baik, lagian dia mah pasiennya banyak, gak kamu kasi uang juga udah kaya raya hehehe”

Silvy lalu menunduk, aku melihat air mata menetes di pipinya.

“Eh maaf Vi, aku gak maksud nyinggung kamu atau gimana, kamu jangan sedih, kasian dede bayinya”, aku meminta maaf.

Silvy lalu menyeka air matanya, duh, wajah putihnya kemerahan karena nangis, innocent sekali.

“Gak apa-apa kok a, yah a Armand juga tau kondisi ekonomi Silvy sekarang gimana, sejak Fildan dibui, Silvy sama emak cuma ngandelin warung di rumah”, lirih Silvy.

Aku kasihan melihat perempuan ini, dimusuhi orang tua, suami dipenjara, sedang hamil dan jatuh miskin pula. Mendiang mertua Silvy, yang juga paman istriku, adalah mantan bos dodol yang bangkrut karena uangnya dipakai pengobatan semasa hidup dulu, puncaknya paman meninggal ketika Fildan dibui karena kasus kepemilikan narkoba sebarat puluhan kilogram sebagai pengedar.

Aku ingin membantu Silvy, tapi melihat body-nya yang semok apalagi sedang hamil, otak kotorku mulai berencana. Kami pun tiba di rumah mertuaku, dan acara pun berjalan.

Selesai acara, aku kebelet pengen kencing, aku lari ke kamar mandi lantai dua karena yang dibawah sedang dipakai, sampai di depan kamar mandi kulihat pintunya juga menutup.

“Yah dipake juga”, keluhku. Namun samar-samar aku dengar suara orang di dalam, suara desahan, perlahan aku mendekat, dan suaranya makin jelas.

“Aaaaaaaaaaaarrrrrgggggggghhhhhhh... oooooooouuuuuugggghhhhhhhh, eeeemmmppppppphhhhhh...”.

Suara Rara, gila banget dia mendesah kenceng begini mana sedang banyak orang di lantai bawah, walaupun memang di bawah sedang berisik orang mengobrol, aku pun mengetuk pintunya.

Dok... dok.. dok... dok... “Raaa, ini Rara ya, ngapain woi !”, sahutku iseng. Seketika suara tadi berhenti.

“Raaaaa..., cepetan abang mau kencing nih kebelet”

Lalu tidak lama suara desahan tadi berlanjut lagi, “Uuuuuuuuuuuuuhhhhhhhhh oooooogggggghhhhhhh”, malah makin keras. Ini anak sengaja atau gimana. Tak lama pintu malah dibuka.

Kulihat Rara sedang masturbasi, kemeja terusannya terlihat kusut dengan kancing-kancingnya terbuka, ia meremas toketnya yang besar itu sambil berusaha menjilati putingnya, sementara tangannya sedang memainkan memeknya. Matanya menatapku. Aku melotot mengamati tubuhnya.

“Yaudah cepet kencing sini bang, aku lagi nanggung nih”, sahut Rara sewot. Aku melongo, bisa-bisa perempuan kepergok masturbasi tapi gak ada tampang bersalah begini.

“Cepetan mau kencing kagak bang”, sentak Rara. Aku lalu ngeloyor masuk ke kamar mandi dan pipis di hadapannya, Rara sedikit menutup pintu. Aku sempat menengoknya, ia tampak melihat kontolku sambil menggigit bibirnya. Setelah selesai aku lalu ngeloyor pergi, namun Rara sempat menahanku.

“Udah beres bang ? Gak mau pipis enak ?”, goda Rara. Aku cuma diam berjalan pergi. Kudengar dibelakangku Rara ketawa cekikikan. “Sial, aku digodain bocah”, gerutuku.

Jujur, ini kesekian kalinya Rara menggodaku. Dia beberapa kali menginap di rumahku dan tidur di kamar atas, aku pernah melihat dia mondar mandir hanya pakai tanktop dan bra ketika aku mau ambil jemuran di atas, tapi dia tidak berani begitu kalau di depan Vany. Pernah juga waktu aku sekeluarga menginap di rumah orang tuanya di Bandung, malam-malam aku masih nonton TV bertiga dengan ayah mertuaku dan Rara, awalnya kami ngobrol biasa walaupun Rara pakai hotpants andalannya, setelah mertuaku pamit tidur, Rara yang tinggal berdua denganku menggaruk-garuk bagian memeknya di hadapanku sambil ngobrol. Aku yang waktu itu masih culun langsung pamit tidur ke kamar.

Namun, godaan ini yang paling ekstrim, aku mulai kepikiran kalo dia sengaja menggodaku karena memang pengen dientot olehku, tapi gimana ya, masih saudara soalnya, ditambah dia kelewat agresif, jadi malah risih rasanya.

Aku lalu disuruh istriku mengantar pulang Silvy dan neneknya, dan kini kami sudah di mobil.

“Silvy, kamu sakit ? Dari tadi pas masih di rumah juga kamu keliatan diem aja”, aku membuka percakapan.

“Ngga a, Silvy sehat aja”, ujar Silvy lirih. Kami lalu terdiam cukup lama, kebetulan jalan agak macet jadi waktu di mobil jadi lama.

“A Armand...”

“Iya kena Vi ?”

“Mmm... sebelumnya Silvy minta maaf, Silvy juga malu bilang gini teh, tapi da gimana atuh...”

“Kenapa sih Vi bilang aja, santai... Kenapa sok ayo”, jawabku slow.

“A Armand kira-kira ada uang dingin gak, Silvy mau pinjam a...”

“Oh gitu, perlu berapa Vi ?”

“Mmm... kira-kira 5 juta ada gak a..”

“Oh, ada lah, ada banget, perlu kapan ? Sekarang ?”

Tiba-tiba Silvy menunduk, menangis lagi. Aku jadi bingung. Dia lalu cerita sebenarnya dia bingung mau pinjam siapa lagi, mertuaku sebenarnya siap membantu, tapi Silvy tidak enak karena sebelumnya mertuaku yang membayar sejumlah uang supaya Fildan mendapat keringanan hukuman, mau minta orang tuanya jelas tidak mungkin. Ia pun juga bingung apakah uang 5 juta ini cukup untuk biaya perawatan kehamilannya dan bersalinnya nanti, tapi kalau pinjam terlalu besar, ia takut tidak bisa mengganti.

“Yaudah gini aja Silvy, kamu jangan nangis, jangan sedih, nih ini pegang dulu”, ujarku. Lalu aku mengeluarkan uang cash 1 juta untuknya. Silvy menatapku.

“Ini kamu pegang uangnya, ini 1 juta, gausah kamu pulangin, a Armand kasi buat Silvy”, ujarku, mata Silvy berbinar dan tersenyum padaku, manis sekali, ingin kukulum bibir merah mudanya itu.

“Terima kasih a”, ujar Silvy lirih.

“Nah untuk uang 5 jutanya, a Armand kasi 2 opsi”

“Opsi gimana a”, tanya Silvy. Nah, akhirnya akal bulusku mulai beraksi, kepacu juga gara-gara si Rara barusan.

“Ehmmm, sebelumnya ini sih terserah Silvy ya, a Armand gak maksa, jadi uang 5 juta itu bisa aa kasi pinjam, kamu bisa pulangin yah sekitar habis kamu lahiran lah, itu opsi pertama”

“Terus opsi kedua a ?”

“Opsi kedua, nah ini ehmmm...”, aku jadi grogi, kontolku juga ngaceng dan memberontak di balik celanaku. “Jadi opsi kedua adalah, uang 5 jutanya a Armand kasi ke Silvy, gausah dipulangin, tapi ya ada timbal baliknya, sedikit hehehe...”

“Apa a timbal baliknya”, muka Silvy polos menatapku, omaygaaaattt pengen sekali kusembur wajahnya dengan pejuhku.

“Ya, Silvy tau lah kebutuhan laki-laki normal gimanaaa”, Silvy lantas mengerutkan keningnya. “Kebutuhan laki-laki gimana a?”, Silvy mendesak.

“Ya kebutuhan laki-laki Vi, nafsu birahi, ngewe, kita ngentot gitu”, aku jawab jujur aja, udah tanggung nyeplos ini.

“Maksud a Armand apa ?”, dia makin sewot. Aku jadi gelagapan.

“Ngga Vi, jadi gini... aduh... mmm... ya gitu, aduh”. Silvy lalu menunduk, dia nangis lagi, ah cengeng banget cewek ini.

“Aku ngerti maksud a Armand, aa pengen aku ngelayanin nafsu birahi a Armand kan ? Apakah aku sampe serendah ini di mata aa ? Sampe untuk minjemin uang aja aku harus bayar dengan badanku ?”, lirih Silvy sambil nangis.

“Ya bukan gitu Vi, aa gak bermaksud ngerendahin kamu, cuma ya, namanya juga laki-laki Vi, kamu boleh pinjam uangnya dan nanti dibalikin lagi silahkan, gak usah ngentot, kalo kamu mau cari pinjaman ke orang lain juga silahkan, aa gak maksa kok, tapi ya kalo kamu mau uang cuma-cuma ya syaratnya itu tadi”, ujarku.

“Aku bilangin teh Vany loh a, aku gak nyangka a Armand kayak gini”, Silvy mengancam.

“Ya silahkan kalo kamu mau rusak rumah tangga orang, lagian kamu gak punya bukti kok kalo aa macem-macem sama kamu, dan aa emang gak macem-macem sama kamu, nawarin bantuan malah, kalo kamu cerita kemana-mana, malah bakal nyusahin diri kamu sendiri nantinya, pikirin deh”, ujarku. Silvy menyeka air matanya, dia lalu merenung.

“Pikirin deh Vi, uang yang bakal kamu dapet dari aa, kamu bisa pinjam orang lain tapi kamu harus pulangin, tapi kalo ini kamu gak usah pulangin, asal...”, aku menambahkan.

“Iya aku tau a...”, lirih memotong ucapanku Silvy sambil menunduk.

Lalu kami pun sampai di rumah Silvy, aku cuma mengantar bantu dia memapah tubuhnya dan tubuh neneknya, rumahnya masuk ke dalam gang sempit yang tidak masuk mobil. Setelah sampai, aku pamitan, tapi Silvy sempat memegang tanganku sebelum pergi.

“Nanti aku kabarin yah a”, ujar Silvy menatap mataku. Aku senyum lalu pergi.
 
Terakhir diubah:
Pertamax diamankan suhu, ijin gelar tiker dulu ya... tar kalo bagus bangun gubuk... nyahahahaha...
 
lanjutkan suhuuu... nunggu rara di ekse nih kyknya kecil2 binal tuh :Peace:
 
LANJUTKAANNNN!!!!

session yang sangat nubei tunggu2!!!
 
Anjaaay season 2 tag nya incest .. Jadi rara apa silvi ... Maen sama silvi Aman dia udh bunting .. tapi rara .. daun muda yg seksi Dan pastinya binal .. hahaha
 
Cakep suhu. Main halus saja.. Rara biarin aja lah. Hehe...

Keep it up!
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd