Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG A Diary of Dick (Season 2) - Multiple Strikes

Bimabet
Habus baca marathon season 2 ini, sumpah bikin cenat cenut hu ceritanya..
D tunggu kabar updet selanjutnya..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Aku lalu melongo menatap Dini, kami saling tatap. Tatapan Dini begitu tajam dan... nakal.

“Waduh reunian nih yeee”, sahut Vany yang tiba-tiba muncul di hadapan kami. Aku sempat kaget sekali, tapi Dini langsung bersikap tenang.

“Iya nih teteh, biasa, ngegosipin temen-temen SMP dulu”, jawab Dini tenang. “Gimana jadinya mau yang merah maroon apa silver ? Eh aku teh juga ada warna... bla... bla..”, lanjut Dini lalu mengajak istriku kembali ke ruang tamu.

“Hati-hati ya, makasih udah main-main kesini”, ujar Dini saat aku dan Vany hendak pulang, ia juga sempat mencolek pantatku sebelum aku pulang tadi, dan mengedipkan matanya. Aku tidak tau sejak kapan Dini jadi genit begini, dari dulu dia memang dikenal bawel dan playgirl semasa SMP, pacarnya banyak, tapi kalau sekarang jadi segenit ini aku pun tidak menyangka.

Pada chatting-chatting selanjutnya, Dini makin agresif, sementara aku yang memang sedang gila seks pun merespon tak kalah agresif. Kalaupun ini adalah sebuah jebakan, rasanya aku sudah terjerembab, aku sudah begitu larut dalam nafsu untuk bisa menikmati tubuh Dini. Aku cuma berpikir kalau aku memang sedang dapat rejeki nomplok urusan seks, sehingga mudah sekali aku mendapatkan kenikmatan seks dari wanita-wanita selain istriku.

“Jadi kapan kita bisa ketemu lagi Man ?”, tanya Dini dalam suatu chatting.

“Main dong sini ke Bekasi”, jawabku yang memang sedang di kosan.

“Kamu tuh Bekasi-nya dimana sih Man ?”

“Di Bekasi timur Din, di Bulak Kapal”,

“Alamat lengkapnya dong Man”

“Idih buat apaan ? Kalo kamu mau main ke Bekasi kan kita bisa tinggal janjian dimana gitu”

“Ya kan aku biar bisa surprise tiba-tiba nongol di kosan kamu”

“Ah yang bener Din kamu mau kesini ?”

“Kebanyakan nanya ya gak jadi ah kesitunya”, jawab Dini.

“Eeehhh iya deh, di RT 5 RW 3, 10 nomer kosanku, jalan cinta, yang tingkat pagernya ijo tosca deket warung”, aku menjelaskan ciri kosanku.

“Hmmm... di Bekasi kejauhan denk Man, di rumah kamu atuh di Garut”

“Ah kamu Din, udah disebutin alamatnya malah ga jadi, ayo boleh nanti weekend, sekalian ngobrol sama Vany lagi, dia mau belajar bisnis online kayak kamu tuh katanya”

“Iiiihhh Armand mah...”

“Ih kenapa ?”

“Jangan ada istri kamu atuh”

“Kenapa jangan ada ?”, aku mancing Dini.

“Ya gapapa sih... mmm...”

“Kenapa sih Din...”

“Ya kan kalo kita bisa ketemu berdua aja, jadi reuniannya tuh lebih kerasa gitu”

“Idih, dimana-mana reunian mah mana ada yang cuma berdua, banyakan dong, ngajak temen-temen yang lain”

“Ah Armand mah”, Dini mulai BT.

“Hahahahaha, ayo atuh Din”, jawabku. Namun lama tidak dibalas, akhirnya aku chat lagi dengan lebih berani.

“Ya gak bisa lah Din, di rumah kan ada Vany ama anakku, di hotel atuh yuk”

“Gak ah, gak mau di hotel, di rumah kamu dong Armaaaannndddd... Biar ada sensasinya gitu :p

“Sensasi apa tuh Din ?”

“Ey kepo, mau tauuu aja, makanya ayo ajak aku main ke rumah kamu Man”

“Ntar deh aku coba kondisikan lagi Din, suami kamu gimana ?”

“Alah gampang dia mah”, jawab Dini.

Aku bingung juga, gimana caranya biar bisa membawa Dini ke rumah. Vany sama anakku kan di rumah, kalaupun weekend dan aku sedang pulang di Garut biasanya kami bakal menginap di rumah orang tuaku atau di mertua. Masalahnya kalau aku sedang di Garut pasti Vany sudah kayak perangko, nempel terus kemana aku ada, namanya juga jarang ketemu suami jadi tidak mau ditinggal kalau sedang ada. Curi-curi waktu 1-2 jam harusnya sih bisa, oke kucoba nanti pas pulang.

Namun memang jalan maksiat buatku sedang terbuka lebar, dalam video call malam itu Vany meminta izinku bahwa lusa ia harus pergi ke Bandung untuk menghadiri rapat guru, tidak sampai nginep sih cuma acaranya dari pagi sampai sore, kemungkinan habis maghrib baru sampai lagi di Garut, anak kami akan dititipkan ke mertuaku. Langsung saja kukabari Dini untuk kuajak ke rumahku lusa, dan karena lusa adalah hari rabu alias tengah pekan, maka aku rencana izin ke kantor, alasan standar : kakek meninggal, padahal kakekku memang sudah meninggal dari aku kecil, maafkan cucumu yang playboy tengik ini kek.

“Dah ayah sayang, bobo yah, tuh si ade juga udah tidur”, ujar Vany di video call selasa malam.

“Iya bunda sayang, bunda juga langsung tidur yah, besok kan pagi-pagi ke Bandung, jangan instagram-an dulu”, jawabku.

“Iya ayah bawel, dadah, mmmmmmuuuuuuaaaacccchhhh”, jawab Vany lalu menutup telponnya.

Usai menutup telpon, aku langsung bergegas bersiap meluncur ke Garut malam itu, urusan kontol memang merepotkan, tapi memek Dini tak boleh dilewatkan.

Istriku sebenarnya malam ini sudah tidur di rumah orang tuanya dengan anakku, jadi rumahku kosong. Tapi, kalau aku tidur di rumahku malam ini, bisa jadi omongan tetangga, nanti ada yang laporan ke istriku : “Si bapak semalem pulang ya bu Vany ? Ada mobilnya tuh di rumah”. Kan gawat. Jadi, aku sudah menyusun rencana menginap di rumah salah satu temanku di Garut, besok aku pinjam motormya karena mobilku sudah dikenali tetangga.

Dan aku pun sampai di Garut malam itu sesuai rencana, aku menginap di rumah temanku. Sempat juga ketemu dengan adik perempuannya yang masih SMA, seksi juga, apa aku embat juga ? Ah Armand kontolmu tak bisa dikontrol !!! Hehehe

Pagi hari aku sempat mengecek keberadaan Vany, dia mengabariku ketika sudah di jalan menuju Bandung. Kulihat juga di sosial medianya dia meng-upload foto bersama teman-teman guru-guru yang kebanyakan nenek-nenek itu menuju Bandung di dalam bis. Situasi aman terkendali.

Sesuai perjanjian juga kujemput Dini siang hari sekitar jam 1 di titik yang sudah kami diskusikan sebelumnya. Cuaca Garut yang sudah memasuki musim hujan juga jadi perhitunganku, hujan di Garut biasanya selepas jam 12 lewat, dan prediksiku benar. Langit mendung awan hitam menggantung siang itu saat aku menjemput Dini. Sengaja menunggu mendung karena supaya membantu menyamarkan kedatanganku ke rumah dari para tetangga, biasanya kalau hujan kan mereka pasti di dalam rumah, jadi kecil kemungkinan ada yang melihatku. Tricky.

“Maaf ya Din dijemputnya pake motor”, ujarku. Padahal motor yang kupakai adalah Yamaha R-25, hasil minjem. Hehehe.

“Iya gapapa ih, udah ayo buruan jalan”, jawab Dini.

Dini tampak menggoda dengan kemeja lengan panjang belang hitam putih ketat yang menunjukkan lekuk tubuhnya, bahannya agak tebal tapi tidak cukup tebal untuk menutupi tali tanktopnya yang tampak menerawang. Aku punya kemeja dengan bahan serupa, gerah sebenernya, dan pasti selama menungguku tadi Dini mungkin sudah berkeringat, membayangkan tubuh mulusnya basah oleh keringat makin menaikkan birahiku. Celana jeans ketat berwarna biru tua dan sendal wedges lumayan tinggi, tampak gelang kakinya melingkar di kaki putih mulusnya, Vany juga pakai gelang seperti itu, sementara hijabnya menutup kepalanya dengan ketat juga, hijab kekinian dengan bagian bawah dimasukkan ke balik kerah kemejanya. Tubuh Dini kecil tapi berisi, seperti Vany, tipe enak buat diangkat-angkat. Kacamata besar ala anak muda tidak menutupi matanya yang bulat, bibirnya yang merah muda benar-benar menggoda untuk kulumat.

Hujan benar-benar turun beberapa meter sebelum kami sampai ke rumah, kami pun sampai dan kami masuk lewat pintu samping di belakang rumah, untungnya rumahku tipe hook jadi bisa punya pintu samping. Motor ku parkir diluar di samping rumah.

“Haaaahhhh sampe juga”, ujarku saat kami masuk ke rumah.

“Iya Man, hmm... disini ternyata rumah kamu, enak juga ya, pasti gak terlalu rame disini”, ujar Dini.

“Ah nggak juga, kalo malem rame Din, rame sama suara kodok ama jangkrik, tuh di belakang kan masih sawah”, jawabku. Dini lalu tertawa.

Kami lalu duduk di ruang tamuku, hujan diluar cukup deras dan waktu menunjukkan pukul setengah 2 siang. Kami menyeruput teh hangat, Dini yang buat tadi. Berduaan dengan seorang wanita bukan muhrim di dalam rumahku hujan, dingin dan sepi begini benar-benar membuat nafsuku menggelegar seperti petir di luar, aku memberanikan diri duduk mepet disamping Dini. Melihat pakaiannya yang sedikit kebasahan karena sempat kehujanan tadi makin membuatku nafsu, tanktopnya kini jelas terlihat di balik kemeja ketatnya, sementara di bagian depan tampak belahan dadanya menerawang sedikit karena basah.

“Apa sih Armand nempel-nempel aku”, ujar Dini.

“Ya kan kangen, sama temen lama, kan niatnya kita reunian Din”, kilahku. Speak-speak iblis ini pun dimulai, mukaku sebenarnya sudah menunjukkan kalau aku sange sekali.

“Ah dasar kamu Man, aduh gak enak ya kemeja aku agak basah, aku buka kemeja ya Man”, ujar Dini. Aku menelan ludah.

“Idih malah bengong, bantuin dong, ini kancing yang bawah agak susah dilepas Man”, pinta Dini.

Aku lalu membantu Dini melepas kancingnya satu persatu, dan lepaslah kemeja ketat Dini. Kini ia dibalut tanktop biru dongker, namun masih bercelana jeans dan berhijab. Kulitnya putih mulus dan berbulu lebat tapi tipis, seperti Rara, pasti besar nafsunya. Aku tanpa ragu merangkul tubuhnya dan Dini nurut saja.

“Ah Armand, gak apa-apa nih kita berduaan begini, kamu udah beristri loh Man”, ujar Dini sambil mendekatkan wajahnya padaku.

“Ya kamu juga udah bersuami, kenapa atuh pengen main ke rumah aku, minta berduaan pula”, jawabku.

“Ih, aku kan pengen reuni sama kamu Man, berdua, kan yang temen SMP aku itu kamu, bukan istri kamu, bukan suami aku juga, ini mah temen sama temen”, jawab Dini, tapi tangannya mengelus-elus selangkanganku dimana kontolku sudah menonjol.

“Reuni kok ngelus-ngelus kontol”, ujarku.

“Ini mah gak sengaja kepegang tadi Man, kok keras ya ? berdiri ya Man ? kok bisa sih Maaannn”, tanya Dini sambil agak mendesah di telingaku, ia lalu menjilat daun kupingku.

“Yaaa namanya laki-laki normal Din, berduaan sama perempuan kayak kamu siapa sih yang gak nafsu”, jawabku. Tanganku kini sudah bergerilya ke toketnya.

“Sssshhhh.... nafsu apa Armaaannndddd”, ujar Dini kali ini menatapku dan mengulum bibir bagian bawahnya, lipstik merah merona-nya tampak sensual sekali. “Aku kan udah ibu-ibu anak dua”, lanjutnya. Tangan Dini menekan tanganku yang sedang meremas toketnya.

“Aku juga bapak-bapak anak satu Din, kamu ibu-ibu tapi kok nakal ya”, ujarku menatap matanya penuh nafsu.

“Kamu juga bapak-bapak kok nakal ya Man”, tanya Dini sambil menatap penuh nafsu juga.

“Terus kalo sama-sama nakal gini enaknya gimana ?”, tanyaku.

Dini tak menjawab, melainkan langsung mencumbu bibirku dengan hot sekali. Dini kemudian rebahan di sofa sementara aku di atas tubuhnya dan kami masih bercumbu panas. Kemudian cumbuan kami terhenti dan kami saling menatap, lalu berujar :

“Ngentot yuk”, ujar kami kompak bersamaan, lalu sama-sama senyum menyeringai. Dini lalu melepas tanktopnya.

Kugendong badan Dini dan kupeluk tubuh mungil berisinya, ia melingkarkan tangannya di leherku dan kakinya di pinggulku sambil kami berciuman, kugendong ia sambil berjalan ke arah dinding sementara Dini melepas BH-nya dan melemparkannya, kusandarkan tubuhnya ke dinding di ruang tamu.

“Aaaaaahhhhh.... haaaahhhhh Armaaanndddd eeemmmmpppphhhh”, desah Dini saat kuhisap-hisap kedua putingnya bergantian, toketnya besar namun sedikit lebih kecil bila dibandingkan Vany.

Faktor utama kesensualan Dini adalah dari wajahnya yang benar-benar menunjukkan kebinalannya, plus didukung tubuhnya yang aduhai dengan selera fashionnya yang berhijab tapi ketat. Tante Rani juga tipikalnya sama, cuma beda di umur, Dini jauh lebih muda dan lebih seger, ibu-ibu muda anak 2 di kisaran usia di bawah 30 tahun emang lagi sedap-sedapnya, jauh lebih sedap dibanding gadis perawan yang belum pengalaman.

Puas menjamahi dada hingga perut bahkan ketiak Dini, aku lalu membopongnya masuk ke dalam kamar tidurku, tempat biasa aku dan Vany ngentot. Ada sensasi tersendiri yang menaikkan libidoku ketika memikirkan bahwa kini aku membawa wanita lain untuk kunikmati tubuhnya di kamar ini.

Kurebahkan tubuh Dini di atas ranjang, seketika ia langsung berbalik menimpa tubuhku. Dini lalu mencumbu bibirku ganas hingga kami beradu lidah, kemudian ia menciumi leherku dan gilanya... ia memberikan ‘tanda cinta’ di leherku.

“Din... din... Dini”, ujarku sambil menggoyang pundaknya. Dini kemudian berhenti mencumbu leherku lalu menatapku.

“Kenapa Man ?”, tanya Dini dalam nafas yang tersengal.

“Anu... jangan nyupang dong, takut gak bisa ilang, ntar hari jumat aku pulang lagi kesini, kalo keliatan Vany gimana”

Dini lalu menatapku tajam, kurasa ia agak kesal.

“Culun banget sih kamu Man, udah lepasin aja nafsu kamu kenapa sih ! ribet banget, yang nanti mah gimana nanti aja”, hardik Dini.

Aku menelan ludah, baru kali ini aku dimarahi perempuan saat ngentot. Namun ide untuk ‘melepas semua nafsu’ itu oke juga, cupangan mah nanti aku akalin, dikerok bawang putih atau kalo mentok dikerok balsem sekalian biar disangka masuk angin juga bisa. Iya juga ya, hah, jadi nyesel aku sudah merusak mood Dini.

Dini masih menatapku tajam, aku kemudian merangkul tubuhnya dan mengelus pundak serta meremas toketnya perlahan. Tatapan tajam Dini perlahan melembut bahkan ia memejamkan matanya seiring aku mengangkat kepalaku untuk mencumbui lehernya, agak ribet karena masih ada hijabnya, tapi bisa lah. Kemudian dengan gerakan mendadak kuhempas tubuhnya ke kasur, kini aku yang diatas. Kulepas kausku lalu menghisapi dan meremas-remas lagi toket Dini, kubenamkan wajahku di toketnya. Aku pun tak mau kalah, kuberi juga ia ‘tanda cinta’ di dadanya, sekitar ada 3 tanda merah di sekitar toket dan bawah lehernya.

Dini tak mau kalah, ia membalik lagi tubuhku sehingga kini ia di atas lagi, dan menambah jumlah ‘tanda cinta’di leherku, bahkan di dadaku hingga ke perutku, ia juga tak ragu menjilati dan mencumbui tubuhku.

Di sela cumbuannya, tangan mungilnya beraksi melucuti celanaku mulai dari membuka sabuk, resleting dan menurunkan celanaku hingga kini aku hanya memakai celana dalam. Dini lalu naik lagi mencumbui leherku seakan belum puas menandaiku, tanganku pun bergerilnya melepas celana jeans ketatnya, juga celana dalamnya. Tanganku pun beraksi di memeknya yang becek. Mulanya kuusap-usap memeknya, kemudian 1 jari masuk, lalu 2 jari masuk.

“Uuuaaaahhhhhhh.... Ssssshhhhhh”, desah Dini. Kukobok seisi liang memeknya dengan jari-jariku, sementara Dini menempelkan toketnya ke wajahku yang kusambar dengan hisapan bergantian di putingnya.

Badan kami sudah penuh dengan peluh meskipun udara dingin karena hujan besar di luar, tubuh mulus Dini yang berkeringat sungguh bikin nafsu senafsu-nafsunya, tetesan keringatnya berjatuhan di tubuhku.

“Aaaaahhhh... Ah ! Ah ! Ah ! Armaaaaannnddddd oooouuuugggghhhhh...”, racau Dini sambil menjepitkan toketnya di wajahku, kukocok cepat memeknya dengan jariku. Bunyi irama kocokan terdengar jelas seiring memeknya yang makin becek.

“AAAAAAAAAAAAUUUUUUUUUGGGGGGGGGHHHHHHH !!!”, jerit Dini kala mencapai orgasme, telapak tanganku basah oleh cairannya.

Dini lalu ambruk di tubuhku, kami sama-sama basah kuyup oleh keringat, padahal belum sampai ngentot tapi sudah begini. Kurasakan deru nafasnya terengah-engah di telingaku, kulihat matanya terpejam. Aku melirik ke jendela, hujan masih deras sekali, dan jam menunjukkan jam 2 siang, berarti foreplay tadi sudah berlangsung sekitar setengah jam.

Dini lalu bangkit dalam posisi bersimpuh, kedua tangannya menopang tubuhnya dengan mencengkeram bahuku. Ia tampak mengamati dada dan leherku yang dipenuhi bekas cupangan, begitu pula kuperhatikan dada hingga perutnya yang juga penuh bekas cupangan.

“Banyak juga ya Man merah-merahnya”, ujar Dini, ia lalu tertawa dan menutup mulut dengan sebelah tangannya.

“Iya kamu juga Din, tuh jelas banget gede-gede”, balasku.

“Ah iya ya, kamu mah ih gede-gede nyupang aku teh, ini gimana dong kalo suami aku tau”

“Idih, kamu kan tadi udah diingetin Din, malah ngambek tadi”

“Eh iya Man maaf, kalo lagi nafsu aku suka lupa daratan, ayeeyyy”, jawab Dini sambil mencolek daguku.

Aku lalu menjilati tanganku yang basah oleh cairan Dini, lalu kuterjang dia dan kuposisikan 69.

“Yang nanti mah gimana nanti aja Din”, ujarku meniru ucapan Dini, Dini tertawa lalu melepas celana dalamku.

Boooiiiinnnngggg ! Kontol besarku tepat dihadapan wajahnya.

“Anjrit gede banget Man”, ujar Dini terkejut.

“Gedean mana ama suamimu”

“Gausah dibandingin lah yaaa... Sssllllllluuuuuurrrrrrrrppppppppp... Aaaaahhhhh”, Dini mulai mengulum penisku.

Aku pun juga mulai menjilati memek Dini yang basah karena sudah orgasme barusan, ujung lidahku kumainkan di sekitar belahan memeknya, tubuh Dini menggelinjang akibat rangsanganku. Dini meremas remas pantatku sambil menekannya supaya kontolku makin masuk ke dalam mulutnya. Aku tak mau kalah, ku tahan kedua paha Dini dengan masing- masing lenganku, kemudian agak kuangkat sedikit sehingga aku makin leluasa mengakses lubang memeknya. Aku berusaha menjangkau lubangnya lebih dalam dengan lidahku, kuputar lidahku, kujulurkan sepanjang mungkin. Kami menggila untuk membuat lawan jenis kami meraih kenikmatan seksual.

Puas dengan 69, kami pun memulai eksekusi utama. Aku dan Dini saling bertatapan tajam dan menyeringai, kami sama-sama larut dalam nafsu birahi yang tinggi. Dini mengangkangkan kakinya lebar-lebar, kulihat memek hitamnya tampak kontras dengan kulitnya yang putih mulus, bibir memeknya tampak keriput dan bergelambir keluar. Sudah keseringan dipake kayanya.

“Ayo sini Armand sayaaaaannngggg, mana cik kontol kamu teh, aku pengen rasain”, rayu Dini, hijabnya telah dilepas sehingga rambut coklat bergelombangnya tampak berantakan.

Tanpa banyak bicara kuarahkan kontolku ke liang memeknya dan blessss...

“Auuuuuhhhhhh”, desah Dini sambil menarik rambut di bagian belakang kepalaku, tatapan nakalnya tajam mengarah padaku, aku menggoyangkan kontolku sambil menekan ke dalam liang memeknya seperti gerakan mesin bor.

JELEGEEEERRRR !!! Petir menyambar di luar seiring penetrasi kontolku di memek Dini.

Kesan pertama yang kurasakan dari memek Dini adalah : longgar. Ya, longgar sekali, bahkan memek tante Rani yang pengalaman atau Rara yang doyan ngentot saja tidak selonggar ini. Apa mungkin karena sudah melahirkan 2 anak ? atau memang keseringan dientot ? Kalau diibaratkan di sepakbola, memek Vany, Lisma dan Silvy itu pintu locker pemain alias sempit, lalu Ayu, Rara dan tante Rani hmmm... gawang kali ya, nah Dini ini ibarat gerbang utama stadion, lebaaaaaaaarrrrrr coy !

“Longgar ya Man ?”, tanya Dini seakan bisa membaca pikiranku, aku cuma senyum saja.

“Iya nih udah lama gak ratus vagina, aku lagi fokus ngebentuk badan Man, nih hasilnya, seksi kaaaaannnn ?”, ujar Dini sambil berpose manja.

Aku tak menjawab dengan kata-kata, melainkan dengan genjotan kuat ke dalam memek Dini, kupompa ganas memeknya. Sementara Dini merangkulkan tangannya di leherku dan menyeringai menatapku, ia tampak begitu senang menerima genjotanku.

“Ayo aaaaaaaaahhhhhh.... ah... oh... Armand, lebih ganas lagi, lebih aaahhhh... leb.. lebih nafsu lagi uuuuuuuuuuhhhhhhh”, ujar Dini.

5 menit dalam posisi standar, kuangkat tubuh Dini dan kini kami berpelukan dalam posisi duduk, kali ini kunaik turunkan tubuh mungilnya dalam ritme genjotan kontolku dari bawah, seraya kubenamkan wajahku di toket bulatnya yang licin oleh keringat. Dini memelukku erat sambil menengadah ke atas dengan nafas tersengal.

“Ah... oh... ah... uuuuhhhh .... haaahhhh oooohhhh...”, bersahutan suara desahan kami dalam gerakan penuh kenikmatan. Kami sesekali bercumbu mesra seiring larutnya tubuh kami dalam birahi.

JELEGEEEEERRRRR !!! Petir diluar menyambar lagi.

Aku seperti tersengat, tersengat nafsu sehingga tenagaku meningkat. Kuangkat tubuh Dini dan kubopong keluar dalam posisi berhadapan dan kontolku masih tertancap. Dini melingkarkan kakinya di bahuku dan menggoyang pelan pinggulnya.

Perlahan aku melangkah membawanya keluar kamar, sempat kuentot dia sambil mengelilingi ruang tamu rumahku yang kecil, lalu kusandarkan pada dinding dekat area dapur. Kaki kiri Dini kuangkat dan kutahan dengan lenganku sementara kaki kanannya menjulur kebawah dalam posisi berdiri dan bersandar ke dinding, satu tanganku bertumpu pada dinding di belakang Dini sementara kedua tangan Dini melingkar di leherku. Kupompa kontolku di dalam memeknya.

“Ssssshhhh.... aaaahhhhh.... uuuuhhhh”, desah kami sambil saling bertatapan, Dini tak hentinya tersenyum menyeringai padaku tanda ia menikmati sekali hubungan seks ini, Sesekali kami bercumbu beradu lidah, sesekali pula kami memandangi kelamin kami yang beradu di bawah.

“Ding !”, bunyi ponsel Dini, rupanya ada pesan masuk. Kami sontak melirik ke HP Dini yang ada di atas rak disamping kami.

“Ibu, ayah kayaknya pulang telat, soalnya barangnya teh masih belum datang kejebak hujan, paling bisa pulang jam 8an wengi, jangan ngambek yah, nanti ayah bawain martabak”, ujar pesan singkat dari suami Dini.

Dini melotot melihat pesan itu lalu berkata, “Terserah lu aja kampret”, lalu tersenyum menatapku. Aku cumbu bibirnya dan kupercepat genjotanku di memeknya, luar biasa rasanya, suaminya sedang kerja, istrinya sedang ngentot dengan laki-laki lain.

Tak lama kemudian Dini mengisyaratkan ganti posisi, aku pun melepaskannya. Ia sempat mengambil minum dan pergi ke dapur. Dapurku bersebelahan dengan taman kecil di belakang namun masih di dalam rumah.

“Enak ya Man rumah kamu punya taman belakang rumah”, ujar Dini memandangi tamanku.

Taman kecilku berhias rumput hijau, batu koral serta tanaman merambat di kawat atas yang menutupi area taman, sehingga tamanku basah namun tidak banjir karena air hujan mengalir di sela-sela tanaman yang menjadi atapnya.

“Tapi rumahku kecil Din, gak sebesar rumah kamu uuuuhhhhhh”, jawabku sambil menyodok memek Dini dari belakang. Ia membelakangiku sambil tangannya bertumpu pada pinggiran bak cuci piring.

“Ssssshhhh.... aaaaahhhhh....”, desah Dini menikmati tusukanku sambil kucumbui pundak dan lehernya. Badan telanjang kami yang penuh keringat kini terasa sejuk karena udara di sekitar taman.

“Gapapa Man, rumah kamu gak sebesar rumah punya suami aku, tapi kontol kamu lebih gede dari kontol suami aku”, jawab Dini di sela genjotanku.

Pompaanku berjalan lambat sambil menikmati suasana hujan yang syahdu, tanganku meremas-remas toket Dini dari belakang sementara Dini membelai lembut rambutku, terkadang meremasnya. Pinggulnya menggoyang kontolku seiring irama genjotanku.

Perlahan kupercepat genjotanku, Dini mulai meracau dan mendesah keras, namun suara hujan dan petir menutupi lengkingannya. Ia lalu menggeser badannya dari rak piring, aku mengikutinya sambil masih memompa kontolku di memeknya.

“Mau kemana sih Din ?”, tanyaku.

“Aaahhhh... mau ke eeemmmpppphhhhhh mau ke situ”, jawab Dini sambil menunjuk ke hamparan rumput tamanku. Rupanya mau main hujan-hujanan dia, boleh saja. Kuentot Dini seiring ia berjalan perlahan menuju taman, lalu ia berlutut pelan hingga akhirnya menungging sempurna di atas hamparan rumput hijau yang basah.

Tubuh kami perlahan basah oleh tetesan air hujan yang jatuh dalam butiran butiran kecil dari sela tanamam rambat di atas kami, rambut Dini tampak lepek namun seksi diatambah tubuh putih mulusnya yang aduhai. Dari posisi doggy style, nampak pinggangnya yang ramping terhubung ke pinggulnya yang besar juga punggungnya yang bidang dan penuh rambut-rambut halus. Pantatnya memerah bekas tepukan-tepukan tanganku yang gemas dengan bokong seksinya.

“Ahhhh... aaahhhhhh ooooooouuuuuggggghhhhh Armaaaaannndddd oooohhh”, racau Dini saat kupercepat genjotanku, kuremas-remas pantatnya. Di bawah tetesan hujan tubuh kami yang basah bersenggama, seiring tingginya birahi dan bunyi aduan kelamin kami. Nafas kami memburu, berlomba meraih puncak kenikmatan yang tak lama lagi akan kami raih.

“Din... Aku mau sampe Din... ah... hah...”, ujarku kepada Dini.

“Jangan posisi begini Man, ooooouuuuhhhhh kayak.... aaaahhhh kayak posisi awal aja ta... tadi”, jawab Dini terbata-bata.

Aku mengerti, kucabut kontolku dan Dini segera membalik tubuhnya, kakinya mengangkang lebar sehingga nampak jelas memeknya yang segera kusodok lagi.

“Oooouuggghhh !!!”, suara kami berbarengan saat kelamin kami beradu kembali.

“Aku juga mau sssshhhhh.... lagi Maaaaannnn”, ujar Dini.

Kupompa cepat memek Dini sambil tangan dan mulutku menjamahi toketnya, sedangkan tangan Dini melingkar memeluk kepalaku.

“Di dalem aja Man”, ujar Dini saat kami kemudian saling bertatapan. Segara kami bercumbu mesra dan makin kupercepat genjotanku. Becek sekali memek Dini.

JELEGEEEEERRRRRRRR bunyi petir lagi lagi menyambar, disusul oleh jeritan kami.

“AAAAAAAAAAAARRRRRRGGGGGGGHHHHHHHHHHH !!!! AH ! AH ! UH ! OOOUUUUGGGGHHHHH !!!”, jerit kami kala mencapai orgasme.

Crot ! crot ! crot ! spermaku tumpah di dalam memek Dini, kuhujam dalam-dalam kontolku di liang memeknya.

Nafas kami tersengal-sengal, aku pun ambruk diatas tubuh Dini. Dini memelukku dan mencumbu keningku sambil masih mengangkang, air hujan mengguyur tubuh lemas kami.

Tak lama kemudian kami bangkit dan membersihkan diri, lalu segera berpakaian. Aku sempat membereskan rumah yang agak berantakan dibantu Dini, menghilangkan barang bukti lah. Hujan masih lumayan lebat diluar, untung di motor ada 2 jas hujan yang sudah kusiapkan. Jam menunjukkan pukul setengah 5 sore, kami lalu meluncur pulang, kuantar Dini ke tempat pengeteman angkot, lalu aku meluncur ke rumah temanku. Selepas maghrib aku langsung menuju Bekasi lagi. Di jalan aku menerima kabar dari Vany kalau ia sudah sampai di rumah mertuaku, mau nginep disana karena capek. Oke, semua aman.

Sebenarnya aku masih bertanya-tanya, kenapa Dini tiba-tiba muncul dan dengan mudahnya kuentot ? Apa ada rencana di balik ini ? Tapi aku tidak mau pusing, yang penting aku sudah merasakan nikmatnya tubuh teman SMP-ku itu yang adalah ibu muda 2 anak dan istri orang lain. Aku juga tidak menanyakan langsung kepada Dini, takutnya dia malah marah, jadi ya biarkan saja, mungkin dia memang menginginkan seks dengan pria lain, seperti aku ingin seks dari wanita lain.
 
Halah sdh longgar...jangan jangan Dini sudah kebanyakan dientot bule....dan terkena HIV......haduhhh jangan sampe nih Arman ketularan
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd