Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG A Diary of Dick (Season 2) - Multiple Strikes

Absen dulu hu... mantab... tp tuh tante lupa pulang yak? Kecantol ma kontil bule kah? Hihihi
 
Ga rugi arman ngasih silvy..bisa kejadiaan lanjut setelah liburan, mantaf...
 
Pagi hari aku bangun agak awal, ini hari terakhir, nanti sore kami pulang, sayang kalau lewat begitu saja. Kulihat jam menunjukkan pukul 5 lebih sedikit, dan Silvy masih terlelap di sampingku. Kukecup keningnya lalu aku pergi ke luar kamar, ke toilet sebentar lalu nongkrong di balkon luar villa.

“Bang... ngapain lu disini”, ujar Rara mengagetkanku.

“Eh Ra, tumben udah bangun, bukannya semalem abis mabok ?”

“Iya ini juga masih ngantuk bang... hooooaaaaaammmmm”, Rara menguap, “barusan abis pipis”.

Rara seksi juga, rambutnya berantakan dengan memakai kemeja yang kebesaran hingga tampak seperti terusan, bagian bawahnya menutupi sedikit pahanya dan kacing atasnya tidak dikaitkan sehingga belahan toketnya terlihat. Ia tampak tidak memakai apa-apa lagi dibalik kemejanya. Kebetulan ‘otong’ku bangun, selain karena memang waktunya bangun, tapi karena Rara juga.

“Gue balik tidur lagi ya bang”, ujar Rara sambil berbalik mau kembali ke kamarnya.

“Eits bentar dulu”, jawabku sambil meeraih tangannya.

Aku lalu menghampirinya yang membelakangiku, kusingkapkan bagian bawah kemejanya. Kemudian kupelorotkan celanaku sehingga keluarlah si rudal taepodong milikku, ahaydeuh. Kugesekkan kontolku ke memek Rara sementara selangkangannya kulebarkan dan kutahan kakinya dengan tanganku.

“Ah apaan sih baaaannngggg, masih ngantuk anjiiiiinnnggggg”, ujar Rara dengan nada lemah, dia memang betulan masih ngantuk, tapi aku tak peduli.

Dan bleeeesssss.... masuklah kontolku, sebenarnya agak lama prosesnya soalnya memek Rara dibikin basah dulu.

“Eeeemmmpppphhhhh haaaahhhh... anjing pagi-pagi gue dientot”, keluh Rara.

“Ah... uh... ah... uh... ah...”, desahku memompa memek Rara, seperti biasa, tusukan dalam tapi pelan ala bokep Korea dulu sebagai awalan.

Rara akhirnya mengangkat kakinya sebelah dan tangannya berpegangan pada dinding, posisi ngentot kami adalah di lorong pendek antara dapur dengan balkon belakang menuju kolam renang, kami ngentot dalam posisi berdiri dan Rara membelakangiku.

“Haaahhhh... Haaahhhh... Ooouuuhhhhh bang, aaaahhhh”, desah Rara sambil sesekali berbalik menatapku. 5 menit kugenjot Rara dalam posisi ini. Kemudian perlahan makin turun, turun hingga akhirnya tiduran di lantai. Badan Rara kutindih dari belakang sambil masih kugenjot memeknya, posisi begini gerakan kontolku jadi terbatas, tapi jepitan memek Rara jadi terasa.

“Ah Armand anjiiingggg... ooouuuhhhh”, racau Rara. Kugoyang terus pinggulku, menusuk-nusuk memeknya. Namun tak lama kemudian.

“Aduuuhhh... aduh anjing, alah goblog, stop dulu bang stoooppp”, ujar Rara, kemudian menarik pantatnya.

“Kenapa Ra ?”

“Sori bang aduh, tiba-tiba pengen boker”, jawab Rara yang langsung ngacir ke kamar mandi. Aku melongo, bisa-bisanya lagi ngentot tiba-tiba pengen boker, tapi barusan memang sempat kecium bau kentut sih, ah ya biarin lah. Segila-gilanya aku ngentot, aku masih cukup waras untuk tidak ngentot perempuan yang kebelet boker, kalo itunya keluar di tempat gimana ? emang sih ada orang yang malah terangsang ketika berhubungan seks dan ada kotoran manusia di sekitarmya, ah itu sih gangguan jiwa kronis, gak sampailah aku mah, hiiii.

“Ah, kentang...”, keluhku dalam hati.

Aku lalu berjalan masuk ke kamar, Silvy masih terlelap di atas kasur. Karena tadi nanggung sama Rara, kulampiaskan ke Silvy aja lagi. Aku pun naik ke atas ranjang dan membelai rambut Silvy, berharap dia bangun seperti semalam, kukecup keningnya juga, tapi Silvy tak bereaksi. Kuelus lengannya lembut, Silvy memang masih telanjang seperti semalam, bukannya bangun ia malah menarik selimutnya dan kini seluruh tubuhnya tertutup selimut.

“Eeeemmmppphhhhh....”, gumam Silvy dalam tidurnya. Ah kampret, aku menyerah ah. Akhirnya aku mengambil posisi di samping Silvy, dan tidur lagi.

Jam setengah 8 pagi aku bangun, Silvy sudah tidak ada disampingku. Perutku lapar, sange juga hehehe. Aku langsung menuju dapur dan kulihat para ladies sedang masak disini. Silvy memakai baju hamil terusan berwarna coklat dengan memakai bando, sementara Rara memakai kaos ketat lengan panjang berwarna pink motif polkadot hitam, rambutnya dicipol/diikat ke belakang tapi seperti ada sanggul kecil, nah tante Rani yang paling sableng, dia cuma pakai celemek dan celana dalam doang, udah, cuma celemek untuk memasak saja, mirip di film-film porno pas scene ngentot di dapur.

“Hai ladies !”, sapaku pada semuanya.

“Yooo”, jawab semuanya bareng tanpa melirikku, sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, ada yang ngupas bawang, ada yang lagi bersihin ikan, ada yang lagi ngaduk-ngaduk sup.

“Ehem... ehem... perhatian semuanya, hari ini kan terakhir, ntar sore kita pulang, jadi... ummm”, ujarku. Semuanya tampak cuek.

“Oi, kok gak ada yang nyahut sih ?”, teriakku kesal.

“Iya apa sih bang, biasa aja kali”, jawab Rara.

“Nah tu ada yang jawab, jadi hari ini aku mau ngentot ampe puasss”, ujarku.

“Mau ngentot mah ngentot aja kali, kan penguasa disini yu orang”, jawab Rara tanpa menatapku.

“Kayaknya ada yang lagi sange gara-gara tadi pagi ditinggal boker nih”, ujar tante Rani. Sontak Rara tertawa keras, sementara Silvy cekikikan. Ah kampret

“Eeeehhh tante awas ya, itu ngapain pake celemek doang ? yaudah aku entot ya”, ujarku sambil langsung menghampiri tante Rani.

Tante yang sedang membersihkan sisik ikan di wastafel langsung kuraba-raba dari belakang toket besar di balik celemeknya, tante mulanya diam tapi kemudian mulai menikmati lalu mencuci tangannya. Sementara Silvy dan Rara fokus sama kerjaannya masing-masing sambil sesekali melirik ke arahku.

“Hmmmhhhh... Armand Armand, kamu tuh gak sabaran ya”, ujar tante Rani. Aku terus memainkan toketnya, memilin-milin putingnya. Kubuka celanaku dan kugesekkan kontolku ke pantat tante Rani.

“Sssshhhh... aaaahhhh Armand...”, desah tante Rani, kini sebelah tangannya mengocok kontolku, sebelah lagi berpegangan pada pinggiran wastafel. Tangan tante Rani perlahan mengurut batang kontolku yang mengeras, gara-gara tadi pagi belum selesai dengan Rara, aku jadi nafsu begini. Aku pun mulai mencumbui leher tante Rani dari belakang, matanya terpejam menikmati rangsanganku.

“Aaaaahhhh Armand sayaaaanngggg...”, desah tante Rani, tak lama kemudian ia berbalik ke arahku dan kami pun bercumbu beradu lidah, tante melepas celemeknya dan sekarang ia telanjang bulat.

Puas bercumbu, kuciumi lehernya sambil kuremas-remas toketnya, sementara tangan tante Rani masih mengocok kontolku, kepalanya mendongak keatas karena cumbuanku yang penuh nafsu di lehernya, kemudian turun mengenyoti kedua puting hitamnya bergantian sambil kuremas.

“Haaaahhhh.... ssshhhhh.... ooouuuuggghhhhh Ar... Armand aaahhhh”, desah tante Rani. Makin nafsu aku, kemudian kulumat bibir tante Rani dan kujelajahi dadanya hingga perutnya dengan lidah dan mulutku.

Akhirnya aku tak sabar, sudah ingin tempur saja kontolku ini, kuraba memek tante yang masih terbungkus celana dalam, kuraba-raba dari luar memek tante, tapi... kok aneh, seperti ada gundukan sehingga celana dalam tante agak tebal.

“Kenapa Man ? kok kayak bingung begitu ?”, tanya tante Rani.

“Ini kok... kok kaya ada gundukan gini memek tante ? apaan nih ? pembalut ?”, tanyaku.

Tante Rani mengangguk, “Iya, tante lagi menstruasi Man, baru ketauan tadi subuh, kena deh kamyuuu”, jawab tante sambil mengedipkan matanya ke arahku.

“Huahahahahahahahahahahahahahahahahahahaha”, tawa keras Rara pecah kemudian, sementara Silvy juga cekikikan, saking berusaha menahan ketawa air matanya sampai keluar, tante juga akhirnya ketawa keras.

“Ah siaaaallll”, kutukku dalam hati, wajahku nyengir-nyengir asem sambil garuk-garuk kepala, walau tidak gatal sih. Para ladies masih menertawakan kejadian barusan.

“Ih udah ih kasian a Armand, sini a”, Silvy menarik tanganku ke ruangan kecil di pojok dapur.

“Aciyeee ama pacarnya dibelain nih yeee”, ledek Rara. Silvy menjulurkan lidahnya ke Rara.

Di ruangan itu, Silvy lalu menyingkap bagian bawah baju hamil terusannya lalu menundukkan sedikit badannya, tangannya bertumpu pada dudukan dinding.

“Sini a, ayo masukin”, pinta Silvy.

Aku masih linglung gara-gara kejadian tadi, masih kurang fokus, tapi ya disodori memek Silvy ya aku hajar saja. Kumasukkan kontolku ke memek Silvy dalam posisi berdiri.

“Eeemmmppphhhh... ayo genjot a”, lirih Silvy pelan. Kupompa kontolku di memeknya.

Namun, beneran deh, akunya tidak fokus. Jadi ngentot pun rasanya kurang nafsu, gara-gara barusan aku sudah nafsu sekali tapi kemudian dikerjai begitu, nafsuku langsung ciut, nah ini Silvy minta dientot, walaupun kontolku ngaceng, tapi rasanya kurang nikmat.

“Sssshhhh... aaahhhh a Armand aaahhhh”, desah Silvy di sela pompaanku.

10 menit berlalu, kakiku malah pegal, sementara Silvy udah mendesah tidak karuan. Kugenjot cepat kontolku di memeknya yang becek.

“Sssshhhh aaahhhh... a Armanndddd.... hhhmmmmm uuuuhhhh”, desah Silvy. Aku sekuat tenaga mempercepat genjotanku.

“HUUUUAAAAAARRRRRRGGGGGGGHHHHHHHHH !!! AH ! AH ! AH !”, aku pun ejakulasi lagi di liang memek Silvy.

Ngentot gak niat, tapi ngecrot juga, begitulah kira-kira judul ngentot pagi ini.

Kutarik kontolku dan kucumbu Silvy, lalu pergi ke ruang tamu untuk nonton TV.

Aku lalu duduk nonton TV, sudah lega karena sudah ngecrot, tinggal laparnya yang belum hilang. Tak lama para ladies datang dengan membawa sarapan, sebenarnya kalau mau mereka bisa saja beli masakan jadi, aku kasih uang ke tante Rani untuk keperluan makan kami selama liburan, tapi ya tante inginnya masak karena ada dapur, supaya lebih intim katanya, terserah lah. Aku sempat juga video call dengan istriku, biasa, setor muka, sekalian laporan hari ini pulang ke Bekasi.

“Armand, jangan ngambek ya gara-gara barusan, kan cuma bercanda, tapi tante mens-nya beneran sih, abis makan nanti tante sepongin kontol kamu ampe puaaassss”, ujar tante Rani sambil mengusap-usap kontolku, aku senyum-senyum mendengarnya.

“Iya bang, abis makan, puas-puasin juga ngentot aku ya bang”, ujar Rara lalu mencumbu bibirku.

“Lah Silvy gimana ?”, tanyaku, kami semua menatapnya.

“Kan udah tadi a, mau lagi ? iya deh ayo”, jawab Silvy. Cihuuyyyyy.

Kami pun makan bersama, ramai dan menyenangkan sekali suasananya. Aku disuapi Rara, tumben ini anak telaten sekali nyuapinnya, padahal kalau ngentot rusuh. Sesekali kami bercanda dan tertawa, aku juga berapa kali diciumi para ladies, begini ya rasanya jadi raja minyak beristri 3 hehehe.

“Ngomong-ngomong, semuanya, pada happy gak liburan ini ?”, tanyaku.

“Heeeppppiiiii, banget ya pake banget, seneng, seruuu”, ya begitulah jawaban para ladies.

“Sama 1 cowok aja puas ?”, tanyaku lagi.

“Puuaaassss, banget, gausah ditambah, jijik, jorok, gausah gausssaaaahhh !!!”, jawabannya begitu.

“Lain kali liburan begini lagi gimana ?”, tanyaku. Lalu semua terdiam.

“Nah itu dia Man, kita gak tahu apa bisa liburan kayak begini lagi, soalnya yaa, kamu tau kita ini 1 keluarga, cuma liburan ini kan bukan liburan keluarga, liburan ngentot, makanya yaa... gak tau lah apa bisa begini lagi atau nggak”, jelas tante Rani.

“Tapi, kalo ini yang pertama & terakhir kita liburan begini, aku seneng banget kok pernah ngalamin ini sama kalian”, jawab Rara.

“Iya, pengalaman gak terlupakan lah buat Silvy mah”, jawab Silvy juga.

“Iya, tante juga bahagia banget, sisi paling liar bisa kita salurin disini, yang gak mungkin kita tunjukin sembarangan lagi”, tambah tante Rani.

“Yang jelas ini rahasia kita berempat, jangan sampai bocor, dan yang pasti, yang sampe kita jadi canggung atau gimana pas nanti ketemu lagi di lain kondisi, kayak biasa lagi aja”, tambahku.

Semua mengangguk, semua setuju. Kami lalu saling menatap, mungkin berpikir sama, bagaimana saudara yang selama ini tak pernah disangka punya sisi liar, ternyata punya dan tanpa ragu muncul. Kami saling memegang rahasia satu sama lain, bukan sebagai senjata untuk menjatuhkan, tapi sebagai pengingat bagaimana kami begitu dekat. Apalagi para ladies, memek mereka dicolok kontol yang sama 2 hari belakangan, mungkin ada ikatan tersendiri.

“Man, nih minum, ramuan jamu kuat, hari ini kamu pasti pengen ngentot habis-habisan kan ?”, ujar tante Rani menyodorkan segelas minuman seperti jamu.

“Ini campurannya apa aja tante ?”, tanyaku.

“Alah minum aja, campurannya rahasia turun temurun, nanti kapan-kapan dikasi tau, tenang, aman kok, bukan racun”, jawab tante Rani. Aku nurut saja, kuminum lah jamu itu.

Selesai makan, kami tak langsung mandi, aku yang minta para ladies jangan mandi, kami ngumpul nonton film porno di ruang tengah berempat. Sepanjang nonton aku bebas meraba-raba, mencumbu atau melakukan hal-hal cabul kepada mereka bertiga, cuma memang tidak ada yang kuentot, sengaja, biar menaikkan gairah kami.

Puas nonton kami lalu main game, final sex game bertema petak umpet. Aku akan jadi kucing dan para ladies jadi tikus yang ngumpet, setiap tikus yang kutemukan boleh kuentot dengan gaya yang telah ditentukan tanpa foreplay. Rara gaya 69, Silvy yah standar, doggy style, amannya itu sih, nah tante Rani berhubung lagi mens, nyepong. Salah satu pilar di dekat kolam renang jadi titik tempat aku akan menghitung selama 30 detik waktu para tikus mencari tempat bersembunyi. Setiap menemukan tikus, aku harus teriakkan namanya keras-keras lalu kuentot kemudian dibawa ke kolam renang, tikus lain boleh menyelamatkan tikus yang sudah ditangkap di kolam renang ketika kucing sedang mencari tikus yang lain, tikus penyelamat harus meneriakkan nama tikus yang diselamatkan keras-keras kemudian ngumpet lagi. Game ini tidak ada hadiahnya, karena memang pada dasarnya game untuk memuaskan nafsuku saja hehehe.

“1..2...3...4..”, hitungku sambil menutup mata, sementara para ladies sedang mencari tempat sembunyi. Setelah hitungan ke 30, aku lalu mulai mencari para ladies. Ku datangi area tersulit, seperti di dalam lemari, di kolong dapur juga di bawah tangga.

Ketika masuk ke kamar ladies, aku menemukan Silvy lagi meringkuk di atas kasur yang dihamparkan di lantai.

“Buset dah Silvy, kamu gampang banget ketemunya, gak kreatif nih cari tempat ngumpet”, ujarku.

Silvy nyengir sambil menjawab, “Ah namanya juga lagi hamil a, males nyari tempat yang susah susah”. Silvy lalu menungging kemudian langsung kucolok lubang memeknya.

“Silvy kenaaaaaaaa !!! Silvy kenaaaaaa !!!”

“Ah... uh... ah... ssshhhh... aaaahhh”, desah Silvy. Tubuhnya berkeringat ditambah belum mandi, sehingga mengeluarkan aroma khas, tapi dasarnya sudah nafsu, aroma kurang sedap tubuh Silvy malah menaikkan libidoku.

Tak lama kemudian kupapah Silvy menuju kolam renang, kutelanjangi dia lalu kuentot lagi di pinggir kolam, liar sekali ya. Cuma 5 menit kuentot, aku sudah bosan ingin memek lain. Maka kucari lah Rara dan tante Rani.

“Silvy aman !!! Silvy amaaaannnn !!!!”, teriak Rara dari arah kolam renang, sementara aku sedang di dapur.

“Ah kampret”, gerutuku, aku segera kembali ke kolam renang dan mereka berdua sudah menghilang.

Aku lalu masuk lagi ke dalam rumah dan mencari yang lain sambil telanjang, sudah macam maniak cabul saja aku ini, permainan geje (gak jelas), tapi biarlah yang penting nafsuku terpuaskan.

Aku sebenarnya sudah males mencari, tapi ini konsekuensi permainan yang kubuat sendiri. Aku lalu duduk di ruang tamu, tiba-tiba kakiku dicolek. Aku melirik, rupanya ada tante Rani main handphone disitu.

“Ngapain tante ?”

“Ya ngumpetlah, kan kamu suruh ngumpet”, jawab tante tanpa melihatku, fokus ke handphonenya. “Dari tadi tante disini, nungguin kamu, eh kamunya dongo, malah nyari ke tempat-tempat susah”, lanjut tante. Aku lalu nyengir.

“Sini mau disepong nggak ?”, tante Rani menawarkan.

“Ya mau dong tante, keburu loyo nih”, jawabku sambil menunjukkan kontolku yang mulai menunduk.

Tante Rani lalu menaruh handphone-nya, lalu mulai mengurut kontolku perlahan sambil mengecupi kepala kontolku dan memijit perlahan biji kontolku. Aku sendiri meraba-raba toket besar tante Rani, kuputar-putar puting hitamnya. Ketika kontolku sudah tegang maksimal, tante lalu melahap kontolku, ia memaju-mundurkan kepalanya seakan kontolku ice cream batangan. Jujur, aku masih suka segan sebenarnya, karena biar bagaimanapun dia ini tanteku yang mengasuhku juga dari kecil, sekarang ia berlutut menyepong kontolku, yah di satu sisi juga menaikkan libido sih.

“Tante Rani kenaaaaaa !!! tante Rani kenaaaaaaa !!!”, teriakku.

Aku lalu mengajak tante Rani berkeliling ruangan mencari yang lain, setiap aku berhenti berjalan, tante Rani langsung buru-buru nyepong, begitu terus. Bahkan ada momen ketika aku sedang berjalan dan tante tetap nyepong sambil merangkak mundur.

“Pada kemana sih, jangan-jangan ngumpet diluar”, ujarku setelah 5 menit mencari. Kami sudah di kolam renang, tante Rani masih menyepong kontolku sambil kejambak rambutnya dan kutekan-tekan kepalanya ke kontolku sambil mataku mengawasi area sekelilingku. Bukannya marah atas perlakukan tidak sopan dan tidak senonoh keponakannya, tante malah tampak menikmati dengan memainkan lidahnya di pangkal kontolku, area ujung perbatasan dengan biji, ya disitu, nikmat dan geli.

Kemudian kutinggalkan tante Rani sendirian di kolam renang, daku ngumpet di salah satu sudut. Tak lama kulihat Rara dan Silvy muncul, mereka berjalan sambil mengendap-endap. Aku tak langsung menyergap, melainkan memperhatikan dulu.

“Ayo tante kita kabur”, ajak Rara.

“Ah ogah Ra, udahan aja yuk, kita ngewe aja”, ujar tante Rani.

“Iya Ra, ngentot aja yuk, aku teh lagi doyan-doyannya sama kontol si aa”, tambah Silvy sambil tersipu. Sontak di jawab ‘woooo’ oleh Rara dan tante Rani.

“Ah pada gak asik, padahal gue masih pengen ngisengin bang Armand”, keluh Rara. Aku mengendap-endap dari belakang, tante Rani dan Silvy yang melihat kuberi kode untuk diam.

“Haaaaa... kena juga lu !!!”, teriakku saat memeluk Rara dari belakang. Rara kaget dan sempat memberontak, tapi tenagaku lebih kuat. Kugendong dia ke ruang TV lalu kurebahkan di sofa.

“Waaaaa kampret lu baaannngggg !!!”, teriak Rara. Langsung kubungkam dengan kontolku di mulutnya, sementara aku secara liar langsung menghisap-hisap memeknya yang ternyata sudah basah, rupanya sudah sange juga dia.

Aku menggenjot kontolku di mulut Rara, ia tampak kewalahan dengan perlakuanku, agak kejam juga sih, tapi ya sekali-kali anak ini mesti dikasarin, tipenya memang suka digituin. Sementara lidahku mengobok-obok seisi memek Rara, tubuhnya menggelinjang hebat, sesekali pinggulnya naik turun sehingga membentur wajahku, kalo sudah begitu kuhentakkan pinggulku sehingga kontolku makin dalam di mulutnya.

Tanpa kusadari tante Rani dan Silvy memperhatikan kami dari tadi, kurasakan lubang pantatku geli dan... ya tante Rani beraksi disitu, menjilati lubang pantatku, kurasakan lidahnya bergerilya di lubang pantatku dan sekitarnya. Geliiii sekali. Sementara Rara malah memeluk pinggulku supaya tidak terus bergerak-gerak, aku jadi tidak knsen juga menjilati memek Rara kalau begini, bagian bawah tubuhku sedang dieksploitasi habis-habisan oleh dua wanita. Sesekali aku mendongak melihat ke arah Silvy, ia tampak berdiri di hadapanku sambil meremas-remas toketnya sendiri dan menatapku.

“Heiii... heiii... Silvy juga mau ikutan atuh”, ujar Silvy kepada ladies yang lain. Tak digubris, Silvy terus merengek, akhirnya kedua ladies berhenti. Tante Rani berusaha mangangkat tubuhku dan menggulingkan ke lantai, dan berbaringlah aku di lantai. Rara pun bebas terlentang dan sedang mengatur nafasnya, begitu pun aku.

Para ladies kemudian dengan menggotong tubuhku ke kolam renang, tubuhku lalu dibaringkan di pinggiran kolam renang, kakiku separuh masuk ke dalam kolam renang.

“Eh mau diapain nih”, tanyaku. Para ladies tak menjawab, cuma ketawa cekikikan.

“Eh kalo mau main disini, alasin dong, bisa sakit badan kalo selonjoran di lantai pinggiran kolam”, tambahku.

“Ah banyak maunya lu bang, yaudah tunggu ya”, ujar Rara, ia lalu ngacir ke dalam villa sementara kontolku disepong tante Rani yang sudah nyemplung ke kolam renang. Tak lama kemudian Rara kembali dengan membawa selimut bedcover tebal serta beberapa bantal dari kamar, kemudian dilipat dan dihamparkan di pinggir kolam sebagai alas.

“Basah dong Ra selimutnya”, keluhku.

“Alah gapapa kali bang, kan ntar kita tinggal pulang, lagian kan kita sewa villa ini, kalo ada barang rusak dikit mah tanggung jawab yang punya villa”, jawab Rara. Hmmm... iya juga sih.

Aku lalu tiduran terlentang di atas alas itu, posisiku di pinggir kolam, tante Rani yang sudah di dalam kolam mengangkangkan kakiku dan kembali memburu lubang pantatku, Silvy selonjoran memiringkan tubuhnya dimana kepalanya sejajar dengan kontolku, sementara kakinya dekat dengan kepalaku sehingga tangan kiriku bisa bergerilya di memeknya dan ia menyepong kontolku. Kepalaku menghadap ke atas ditahan bantal dari bawah, dan Rara jongkok di atas wajahku supaya aku bisa menjilati memeknya, tangan kananku meraih toketnya di atas.

“Oke semuanya siap ?”, teriak Rara, kami sudah pada posisi masing-masing.

“3...2...1... ngentoooottt uaaannnjjjiiiiinnggggg !!!!”, teriak Rara keras tanda aksi kami dimulai.

Aku digempur 3 perempuan yang mengeksploitasi badanku habis-habisan secara seksual, desahan bahkan jeritan saling bersahutan di kala kami saling merangsang gila-gilaan. Aku, tanteku, sepupu istriku dan istri sepupu istriku, kami masih dalam hubungan keluarga, mendobrak norma dan tabu hubungan seksual terlarang yang justru kami eksploitasi di luar batas, melepaskan birahi terliar kami diluar nalar.

Tante Rani yang, entah apa di pikirannya, dengan ganas melahap lubang anusku, Silvy yang pendiam, kalem dan relijius, menggila dengan melahap habis kontol dan bijiku di mulutnya, sesekali gantian dengan tante Rani melahap kontolku di mulut mereka, sementara memek basah Silvy kukobok dengan tanganku. Rara menjerit-jerit histeris sesekali tertawa menikmati lidahku yang mengobrak-abrik memeknya sementara toketnya yang menggantung kuremas bergantian.

Puas dalam posisi tersebut, aku lalu menyuruh Rara dan Silvy nungging dan saling berdampingan. Tante Rani naik dari kolam dan memeluk tubuhku dari belakang, menjilati leher dan punggungku. Kuentot memek Rara dan Silvy bergantian, kiri ke kanan, ke kiri lagi, memek Rara ke memek Silvy, ke memek Rara lagi, ke memek Silvy lagi, sesukaku.

“Ah... uh... ah... eeemppphhh aaahhh... ooooouuuggghhhh...”, desah Rara dan Silvy bersahutan. Tante Rani lalu berlutut di sampingku, kucabut kontolku yang sedang ada di memek Rara dan kumasukkan ke dalam mulut tante Rani, tanpa ragu ia melahap kontolku yang basah oleh cairan memek.

“Slllluuuurrrrppppp.... ssssllllluuuuurpppppppp”, suara hisapan tante Rani, lidahnya berputar-putar di sekitar lubang kencingku.

Tak lama kumasukkan lagi kontolku ke memek Silvy kali ini, kugoyang pinggulku dengan arah melingkar sehingga kontolku di dalam bergerak memutar, menjamah seisi memek Silvy.

“Eeemmmmmpppphhh... eeemmmmppphhhh aa Armaaaannndddd”, lenguh Silvy. Kemudian kuberi ia tusukan panjang dan dalam selama sekitar 1 menit, lalu pindah ke memek Rara.

“Haaaahhhhh anjjiiiinnngggggg kontol gobbblllloooogggg siaaaaahhhh iiisssshhhhh”, racau Rara saat kuputar kontolku seperti ke memek Silvy tadi, kemudian kutusuk juga dengan panjang dan dalam.

Kupompa cepat kedua memek itu bergantian, cairan memek mereka becek hingga menetes ke alas bedcover, sesekali kumasukkan kontolku ke mulut tante Rani dan kugenjot juga mulutnya, lalu balik lagi ke memek Silvy dan Rara. Hari makin siang dan udara makin panas, badan kami semua lengket oleh keringat dan lendir, ditambah kami semua belum mandi dari pagi membuat aroma tubuh tercium dari masing-masing badan kami, namun kami tak peduli, yang ada menit demi menit birahi kami makin meninggi dan membuncah, meminta untuk segera terpuaskan.

“HUUUAAAAANNNNJJJJJJJIIIIIIIIINGGGGGGGGGGGGG !!!!”, teriak Rara kala mencapai orgasmenya dalam pompaan cepatku, kembali ia mencapai squirt dan airnya muncrat membasahi badanku.

Rara selesai, giliran Silvy kuhajar habis-habisan dengan kontolku, goyangan dan sodokan secara maksimal kuberikan ke memeknya yang memerah, hingga akhirnya ia pun menyusul.

“AAAIIIIIIHHHH !!! AH ! AH ! AAAAHHHH !!!”, desah Silvy tertahan kala mencapai orgasmenya, tetesan air memeknya membasahi alas dan mengalir hingga ke pahaku.

“Ah tante ga bisa orgasme juga”, keluh tante Rani.

“Ntar deh lain kali, kemaren kan udah”, ujarku menghibur.

“Bener ya lain kali Man, yaudah sini”.

Aku lalu duduk diatas tubuh tante Rani yang terlentang, kontolku dijepit oleh kedua toket besarnya. Ia lalu menggoyangkan toketnya merangsang kontolku, ah nikmat sekali.

“Ahhhhh ayo Man, ayo keluar Maaaannn”, ujar tante Rani sambil menatapku dan menggoyangkan jepitan toketnya dengan tangannya. Aku merem melek menikmatinya, tak lama kemudian aku merasakan aku akan segera ejakulasi.

Aku lalu beranjak dan mengarahkan kontolku ke dalam mulut tante Rani, ia mengerti betul keinginanku yang akan segera ejakulasi. Kugenjot kontolku di dalam mulutnya dan...

Crot !!! Crot !!! Crooootttt !!!

Air maniku menyembur di dalam mulut tante Rani, ia nampak menggembungkan pipinya menampung spermaku di rongga mulutnya, tante Rani tidak menelannya. Tak lama kemudian ia bangkit sementara aku ambruk di atas bedcover.

Tante Rani rupanya menghampiri Rara dan Silvy yang terlentang lemas, ia menghampiri Silvy dan mengangkangkan kakinya, lalu mengarahkan mulutnya ke memek Silvy dan mengeluarkan sedikit spermaku di mulutnya ke memek Silvy, ia lalu berpindah ke Rara dan melakukan hal yang sama di memek Rara.

Masih ada sperma di mulutnya, tante Rani lalu mencumbu Rara dan memindahkan spermaku ke mulut Rara, Rara dengan semangat menerimanya dan bercumbu dengan tante Rani. Setelahnya Silvy bangkit dan mencumbu Rara untuk meminta spermaku juga di mulutnya, sungguh pemandangan yang erotis sekali.

Terakhir, aku bangkit dan menghampiri para ladies yang terlentang, kumasukkan kontolku ke mulut Silvy, ia lalu mengulum kontolku untuk membersihkan sisa sperma yang menempel, lalu kuhampiri Rara dan ia pun dengan ganas melahap kontolku, terakhir tante Rani yang juga menjilati dan membersihkan kontolku hingga kinclong.

Kulihat para ladies tanpa ragu menelan spermaku di mulutnya masing-masing, lalu kami saling menatap dan tersenyum puas.

Usai tenaga kami mulai pulih, kami pun mandi bersama di kolam renang. Rara membawa sabun dan shampoo dari kamar mandi untuk kami pakai bersama di kolam renang, ndeso memang, tapi peduli amat, kami terlalu males untuk mandi di kamar mandi, sekalian di kolam renang saja sambil berenang. Kami saling menggosok tubuh satu sama lain, utamanya aku, badanku disabuni dan dibersihkan oleh para ladies, ini sensasi raja minyak hehehe.

Sore hari kami berangkat pulang setelah menyerahkan kunci villa ke penjaganya, uang Silvy juga sudah kutransfer, kami sempat makan dulu di resto yang tidak jauh dari villa, aku traktir tentunya, kemudian berangkat pulang. Aku duduk di kursi tengah dengan Silvy, sementara Rara menyetir didampingi tante Rani di depan, badanku capek sekali. Memasuki kota Garut, kuantar para ladies ke rumah masing-masing, kecuali Rara yang ikut sampai Bandung, lalu aku tancap gas ke Bekasi.

Hari-hari sesudahnya berjalan seperti biasa, namun nafsu seks-ku jadi tidak biasa, makin menjadi-jadi. Di Bekasi, ada Ayu yang sedang doyan-doyannya kuentot, karena ia tidak lama lagi akan menikah dan pulang kampung ke Purwokerto, artinya dia tidak akan bisa bertemu bahkan ngentot denganku lagi.

“Ah maseeee.... oooouuuhhhh ayo bareng maseeee hhhaaaaaahhhhh”, racau Ayu malam itu kala kuentot seperti biasa. Sudah 45 menit berlalu dan aku juga sudah mau keluar, aku sedang memompa kontolku dengan high speed dan kurasakan kontolku berdenyut tanda mau sampai, aku segera bergerak menarik kontolku untuk ejakulasi di perut Ayu.

Tapi... Ayu malah melingkarkan kakinya di pinggulku sekuat mungkin, ia menahanku untuk mencabut kontolku, aku yang tidak menyangka Ayu akan melakukan itu, sudah mati langkah dan...

Croooottttt !!!! crooooottttt !!!! crrooooootttt !!!

Tumpahlah spermaku di dalam memek Ayu, hal yang belum pernah kulakukan sebelumnya. Selama ini aku selalu ejakulasi di mulut, perut, toket atau punggung Ayu, baru kali ini di dalam memeknya, jelas aku kaget.

“Gila, apa-apaan barusan Yu ? Kamu pengen hamil apa ?”, hardikku pada Ayu, Ayu malah senyum-senyum.

“Iya mas, aku pengen hamil anak mase, tenang mas, mas ora kudu tanggung jawab, kan aku bakal nikah sama juragan tua sing gendeng iku”, jawab Ayu.

Aku bengong mendengar jawaban Ayu, namun hari-hari selanjutnya aku selalu ejakulasi di dalam memeknya.

Itu di Bekasi, di Garut tak kalah edannya.

“Mmmmuuuuaaaacccchhhhh”, kecup Vany di suatu malam saat aku sedang di rumah.

“Ayah makin hari kok makin ganas ya mainnya, makin lama juga, bunda udah dua kali keluar, eh ayah baru sekali”, ujar Vany sambil telanjang bulat, kami baru saja selesai ngentot.

“Kenapa emang bunda sayaaaaanngggg... gak suka ?”, tanyaku sambil menatap istriku tercinta ini dengan mesra.

“Ya suka dong ayah, sukaaaa banget, love you ayah”, ujar Vany, lalu kami bercumbu dan... lanjut ronde kedua malam itu.

Di momen lain, aku sedang ke rumah tante Rani di suatu sore, mengantarkan kain seragam untuk nikahan salah satu saudaraku. Tiba dirumahnya, nampak sedang ramai pasien mengantri. Tante Rani memang buka jam praktek sore hari diluar jam dinasnya di rumah sakit. Sepertinya ia sibuk sekali karena pakaian dinasnya saja belum sempat diganti, tante menggunakan baju setelan dinas bidan berwarna putih dengan celana kain putih juga serta kerudung biru dongo, eh biru dongker. Pakaian dinasnya ketat sehingga pantat besar dan toket besarnya menonjol, tau lah ya gimana seksinya seragam bidan.

“Eh Armand, sendirian aja ?”, tanya tante Rani sambil memeriksa seorang ibu hamil.

“Iya tante, Vany sama si ade lagi di rumah mama, biasa lah mama kangen ama cucunya, lagian cuma mau anter kain doang, mama udah bilang kan ?”, jawabku.

“Iya, yaudah taro aja di dalem kainnya Man, makasih ya Man”, ujar tante Rani. Aku pun masuk ke ruang tengah rumah tante Rani, ruang depannya dipakai klinik.

Tak lama, aku langsung bergegas mau pulang, tiba-tiba tante Rani muncul.

“Eh tante, Armand pulang dulu ya, tuh udah ditaro d kamar kainnya”, ujarku.

“Bentar dong Man”, ujar tante Rani, ia lalu berbalik ke klinik.

“Ibu-ibu semuanya, punten yah sebentar, saya ada perlu sama keponakan, jadi klinik ditutup sebentar, nanti habis maghrib boleh silahkan kesini lagi, maaf ya ibu-ibu”, ujar tante Rani kepada para pasiennya.

Beberapa pasiennya nampak kecewa, dan tante Rani terus mengucapkan maaf. Setelah pasiennya pada pergi, ia lalu bergegas kembali menemuiku.

“Ayo ah Armand, udah gak kuat pengen dientoootttt”, rajuk tante Rani, tanpa basa-basi ia mencumbu bibirku dan mendorongku masuk ke kamarnya lalu menguncinya. Segera ia menanggalkan pakaian dinasnya, sensual sekali, ngentot bidan berseragam. Ini cuma salah satu kejadian aku ngentot tante Rani setelah liburan waktu itu.

Rara lain lagi ceritanya, yang paling kuingat adalah ketika aku sedang berkumpul bersama keluarga istriku di rumah mertuaku.

“Maaahhh, Rara hari sabtu ke Jakarta ya”, ujar Rara bercakap-cakap dengan ibunya, alias tantenya Vany. Mereka ngobrol pas di dekatku yang sedang nonton TV sambil mengasuh anakku.

“Ngapain Ra ke Jakarta ?”, tanya ibunya.

“Mau nonton konser”, jawab Rara singkat.

“Kan baru kemaren nonton konser cenah, masa mau nonton lagi ?”

“Ih da beda lagi artisnya ini mah mamaaaahhh”

“Aduh kamu mah Rara, bukannya belajar biar cepet wisuda malah main wae, kalo kesasar di Jakarta kayak waktu dulu gimana ? dasar kelakuan teh ya Armand, bandel si Rara mah”, omel tante sambil menyebut namaku.

“eeehhh kenapa tante ?”, aku kaget mendengar namaku disebut.

“Ini si Rara eh maen wae, sing banyak amit-amit Armand kamu mah, biar anak kamu kagak bandel ntar gedenya, jangan kaya si Rara nih”, omel tante ke Rara. Rara cuma cengar-cengir saja.

“Ah pokonya mau ke Jakarta ah, ntar kalo kesasar kan bisa minta tolong bang Armand”, ujar Rara melirikku sambil senyum.

“Terserah kamu weh Ra, disana nginep ?”, tanya ibunya.

“Iya di rumah temen, si Winda”, jawab Rara sambil menatapku, tatapan penuh arti.

Dan yah terjadilah, gak ada yang namanya konser, atau nginep di rumah Winda atau siapapun itu, yang ada Rara nginep di kosanku di Bekasi dan kami ngentot gila-gilaan.

“Mase, iku sopo ?”, tanya Ayu di suatu sore.

“Oh itu Yu, anu... hhmmm... yah.. saudara, iya saudara”, jawabku.

“Halah mase ojo pura-pura karo aku, aku yo ngerti, itu cewek selingkuhan mase Armand to ?”, tanya Ayu.

“Eh... saudara Yu, beneran”, jawabku.

“Saudara kok ngentot tho mas, bukan masalah itu, aku cuma pengen ngasi tau, kalo ngentot ojo berisik lah, ora penak mas, malu”, jelas Ayu. Aku cuma nyengir, biasa lah, Rara tipe ekspresif sekali kalo ngentot, suka jerit-jerit kalau keenakan.

“Oh iya mase, ojo lali sama jatah ngentotku yo mas”, goda Ayu, aku ya... nyengir lagi.

“Oi bang, ngapain disitu ? sini buruan !”, teriak Rara dari pintu kamar kosanku. “Mbak, abang saya dipinjem dulu ya, mau saya ajak mancing”, ujar Rara kepada Ayu, Ayu senyum saja. Ngentotlah kami di kamar.

Cuma Silvy yang loss contact denganku, aku mencoba menghubunginya lewat chat pun tidak ada balasan, mungkin buat dia semua sudah berakhir seiring liburan gila itu, aku juga tidak mau memaksa mendekatinya, bisa saja aku main ke rumahnya, dekat kok, tapi ya biarkan saja. Namun, kalau ingat bagaimana menunjukkan perasaannya padaku saat liburan, sikap menjauhnya sekarang dariku memang jadi aneh. Bodo amat lah.

Bukan cuma Rara yang sempat main ke Bekasi, istri dan anakku juga. Mereka datang menemaniku hadir di acara resepsi pernikahan Indah dan suaminya. Indah (season 1), kini sudah naik jabatan menjadi estimation engineer di perusahaannya, yang mana merupakan klien perusahaanku. Sebagai kontraktor, aku sering menjalin kontak dan berdiskusi dengannya, terutama akhir-akhir ini karena perusahaanku memenangkan tender proyek ekstensi dari perusahaan Indah, bukan proyek besar, tapi kalau sampai dapat bisa menjadi jembatan untuk proyek besar selanjutnya. Atas dasar kedekatan sebagai mitra kerja itulah, aku jadi dekat secara personal dan diundang di acara pernikahannya. Acaranya mewah, wajar karena Indah menikahi seorang pengusaha muda keturunan Tionghoa, Indah sendiri juga mewarisi darah Tionghoa dari ibunya, setidaknya itu yang ia ceritakan padaku.

Dalam beberapa minggu ke depan, aku ditugaskan ke Bandung selama sekitar 1 minggu untuk mengecek proses fabrikasi material untuk proyek baru di perusahaan Indah, sengaja memang mencari supplier dari Bandung karena kebetulan murah dan yah... kenalanku juga, jadi bisa ada ‘permainan’ lah ya. Walau belum resmi, namun hampir pasti proyek baru ini aku yang pegang, alasan si bos sih supaya aku belajar manajerial, karena selama ini lebih banyak mengurusi hal teknis. Selain itu juga karena ini proyek kecil, kalau proyek besar seperti sebelumnya pasti langsung dimanajeri oleh orang Jerman langsung. Aku sih senang-senang saja. Karir lagi bagus-bagusnya, kehidupan seksual lagi gila-gilanya, istriku Vany juga tidak ada curiga, yang ada malah sedang senang-senangnya karena uangku tambah banyak dan kontolku tambah kuat sehingga ia makin puas di luar dan di atas ranjang.

Ada juga cerita dengan Dini, teman SMP-ku yang tak sengaja bertemu di pantai kemarin. Beberapa hari sesudah liburan seksku, aku mendapat chat darinya. Awalnya biasa saja, tanya kabar dan bicara kenangan masa SMP, juga menawarkan tas wanita untuk Vany karena dia juga bisnis online shop. Dini ini memang temanku yang lumayan dekat waktu SMP, dia yang menjadi mak comblang sehingga aku bisa jadian dengan Putri yang sekarang jadi mega-bintang. Karena sebagai teman itulah, aku tidak punya pikiran macam-macam pada Dini, walaupun wajahnya memang binal, mirip-mirip Vega Darwanti.

Aku dan Vany lalu main ke rumah Dini yang sama-sama masih di Garut, untuk silaturahmi sekalian Vany suka dengan beberapa tas jualan Dini, jadi mau COD saja, anakku dititip ke orang tuaku. Kami sempat ngobrol sebentar, ada suami Dini juga dan kedua anaknya yang masih kecil-kecil. Lalu aku ingin numpang ke toilet, meninggalkan Vany dan Dini diruang tamu, suaminya pun juga pergi tadi keluar.

“Sssstttt... hei Armand”, sahut Dini berbisik sambil mencolek punggungku saat keluar dari toilet.

“Eh kenapa Din ? Udah ngeliatin tasnya ?”, tanyaku.

“Tuh istri kamu lagi asik milihin tas, eh Man, gimana atuh tuh si mantan kamu mau nikah tuh”, ujar Dini.

“Siapa ? Putri ? Ya biarin aja, apa urusannya sama aku atuh Din”

“Ciyeee... gak cemburu ?”

“Ya ampun Dini, Armand teh sekarang udah bapak-bapak, udah punya anak bini, udah ga ada waktu mikirin mantan ah, ngaco aja kamu mah Din”, jawabku agak kesal.

“Hmmm... jadi gitu, tapi emang cantik sih istri kamu teh, siapa namanaya tadi ? Vany ya, seksi juga biarpun pake kerudung”

Aku mengernyitkan dahi dan menatap Dini dengan heran, bingung dengan ucapan Dini tadi. Dini tersenyum menatapku, lalu tiba-tiba ia mendekatkan mulutnya ke telingaku untuk membisikkan sesuatu

“Puas gak Man sama Vany ?”, bisik Dini.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd