Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG A Diary of Dick (Season 2) - Multiple Strikes

Bimabet
hardcore abis nih rara bikin nafsu

tiba tiba ada dini bisa jadi mangsa baru juga tuh
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Fuih...ampe narik napas 2x bayangan pantai pasirnya putih, enjotan, goyangan crot..maantaf.
 
Aku melihat jam, sudah jam setengah 9 malam rupanya, eh baru jam setengah 9 malam. Kukira sudah larut malam, ternyata belum terlalu malam. Aku dan Rara lalu membersihkan diri dengan di pinggir pantai dan berpakaian, lalu pergi mencari tante Rani dan Silvy.

“Kemana aja dicariin dari tadi ?”, tanya tante Rani ketika akhirnya bertemu. Tante nampak sudah memakai bikini, berganti dari burqa-nya.

“Iya nih tante, keasikan dugem hehehe”, jawabku. “Tante pakai baju begini gak takut ketauan ama yang kenal ?”, lanjutku.

“Tenang Man, udah malem, orang-orang udah pada teler, harusnya sih udah aman hehehe”, jawab tante Rani.

“Ayo nonton lagi yuk, masih sore nih, DJ utamnya belom maen loh”, ajak Rara.

Namun akhirnya tante Rani dan Rara yang masih lanjut ingin berpesta, aku memilih pulang bersama Silvy yang tampak sudah jenuh dengan suasana berisik di pantai, ditambah angin laut yang sepoi-sepoi. Kutinggalkan mobilku supaya dipakai tante untuk pulang nanti, sementara aku dan Silvy naik mobil online kembali ke villa.

“Tadi pasti abis main sama Rara ya a”, tanya Silvy sambil bersandar di bahuku.

“Iya Vi hehehe”, jawabku sambil nyengir.

“Huh... aku gak kebagian”, keluh Silvy.

“Eits... tenang sayang, makanya a Armand ajak kamu pulang, soalnya biar kita puas berduaan. Sekarang giliran kita”, rayuku pada Silvy.

Aku pun mencumbu bibir Silvy yang tipis dan berwarna pink. Silvy ini sensasinya beda, bukan tipe ganas seperti Rara atau skillful seperti tante Rani. Silvy ini polos dan yang paling cantik, feminim pula. Tipikal wanita yang perlu dilindungi dan dilestarikan (emangnya hewan langka ?). Maksudnya, tipikal perempuan yang lembut dan suka kelembutan, maka sebagai pria harus memperlakukannya dengan penuh kasih sayang, bahkan saat ngentot. Kebetulan sekali aku habis keluar tenaga menghadapi tante Rani dan Rara, giliran Silvy nanti aku bisa main perlahan supaya tidak terlalu capek.

Sampai di villa, aku dan Silvy langsung masuk ke kamarku. Aku merebahkan diri sementara Silvy duduk di pinggir ranjang dan membelai rambutku. Senyumnya manis sekali. Ia lalu beranjak keluar kamar untuk mengambil minuman, padahal tadinya sudah mau kuserang. Aku lupa, main dengan Silvy mesti slow but sure, oh yeah baby.

Aku lalu membayangkan mau seperti apa nanti ngentot Silvy, ah... Silvy memang yang paling bisa membuatku bersemangat. Aku merasakan usapan halus di rambutku, ini tangan Silvy, tangan yang lembut. Eh tapi, tangan ini diam, tak mengelus rambutku. Aku pun menoleh dan membuka mata...

Sial... aku ketiduran, benar memang itu tadi tangan Silvy, tapi dia juga ketiduran. Ia tampak meringkuk di balik selimut sementara tangan kanannya di kepalaku. Kulihat jam menunjukkan jam 1 dinihari, sementara tadi aku ingat sampai villa sekitar jam 9 lewat sedikit, jadi sekitar 4 jam aku tertidur. Fisik memang tidak bisa dibohongi, biarpun nafsu menggebu dan sudah latihan untuk menjaga stamina, yang namanya ngentot apalagi menghadapi 3 wanita sekaligus pasti menghabiskan energi.

Sebenernya gara-gara ketiduran, sekarang badanku sudah segar dan bertenaga lagi. Sayang sparing partner-nya malah sudah tidur. Apa dibangunin aja ? Ah tapi kasihan, melihat wajah arab Silvy yang begitu manis sedang tidur, mana tega aku membangunkan cuma pengen ngajak ngentot, tapi kalau tidak ya sayang juga, 10 juta lebih aku keluar uang buat ngentot istri sepupunya istriku ini. Apa kulampiaskan ke yang lain saja ? Aku lalu bangkit keluar kamar sebentar, ternyata tante Rani sama Rara belum pulang, gila, padahal ini sudah jam 1 pagi, jadi khawatir juga aku, mudah-mudahan mobilku aman, eh orangnya juga aman denk.

Kembali ke kamar, kulihat Silvy posisinya masih miring dengan selimutnya tersingkap sedikit kebawah, rupanya ia memakai gaun tidur transparan warna ungu tua. Tampak tali gaun di pundak kanannya turun sehingga menambah keseksiannya. Beneran nafsu aku sekarang.

Aku lalu naik ke atas ranjang, tiduran dan memiringkan tubuhku. Kubelai perlahan rambut Silvy yang agak ikal dan pirang, bibir tipis pink-nya begitu... ah sudah berapa kali kuceritakan betapa menggodanya bibir Silvy, dan ketika dilumat oleh bibirku, itu benar-benar... haduh, surga dunia... lebay ya, tapi serius, memang senikmat itu sensasinya. Kulihat Silvy tersenyum dalam tidurnya, wah pasti sedang mimpi indah dia.

Tiba-tiba suara kucing ribut diluar mengalihkan perhatianku, refleks aku mengalihkan pandanganku dari wajah Silvy. Aku berusaha mendengarkan suara kucing itu sambil mengira-ngira jarak dan lokasinya dari villa, mau kuguyur air soalnya. Villa bagus begini kok ada kucing berantemnya.

Ketika aku mau beranjak untuk mengambil air, kurasakan lenganku ditahan dan kemudian ada kecupan di pipiku. Rupanya Silvy terbangun, ia menatapku dengan senyum manisnya, dan pipinya yang merah merona.

“Mau kemana a...”, tanya Silvy.

“Oh, barusan mau ambil air buat guyur kucing berantem”, jawabku.

“Jangan guyur kucing a...”, ujar Silvy lembut, kedua tangannya menggenggam kedua bahuku dan mengarahkan tubuhku untuk berbaring. Silvy yang setengah duduk lalu tersenyum kepadaku yang berbaring.

“Guyur aku aja sama air mani aa”, ujar Silvy. CIIIIHHHUUUUUUYYYY !!! Teriakku dalam hati.

Silvy lalu menundukkan kepalanya dan kami saling berciuman, bibir Silvy memang spektakuler. Kucumbu lembut bibirnya yang dibalas ciuman mesra oleh Silvy, perlahan tapi pasti ciuman mesra kami berubah menjadi ciuman penuh nafsu, dengan Silvy yang mulai lihai memainkan lidahnya beradu dengan lidahku.

Tanganku lalu menurukan kedua tali gaunnya sehingga tersingkaplah kedua toket besarnya yang kemudian kuremas perlahan, putingnya hitam dan besar kumainkan dengan jari-jariku. Aku gemas sekali, kulepas saja sekalian gaun transparan Silvy dan kulemparkan ke lantai. Silvy cuma tersenyum menatapku, aku lalu melepas semua pakaianku, kami sama-sama telanjang bulat, tapi bagian kaki Silvy masih tertutup selimut.

“A... udah nafsu ya ?”, tanya Silvy sambil menatapku lembut.

“Eh... iya Vi hehehe”, jawabku sambil garuk-garuk kepala.

“Itu tititnya udah berdiri gitu a”, tunjuk Silvy sambil tersenyum. Aku melongok kontolku yang sudah tegang, lalu senyum salting ke arah Silvy.

“Ih a Armand pake malu-malu, sini dong, mau nggak ?”, goda Silvy. Digoda wanita manis dan cantik macam Silvy, perasaanku jadi tidak karuan.

Aku lalu menghampiri dan memeluk tubuhnya perlahan, kucumbui leher mulusnya. Mata Silvy terpejam dan mendesah perlahan.

“Emmmpppphhhh...”, desah Silvy, ia lalu memegang tanganku dan mengarahkan ke perutnya yang membuncit lalu berbisik kepadaku, “A Armand, nikmatin tubuh Silvy ya, tapi hati-hati sama si dede bayi”, aku menatapnya dan mengangguk sambil tersenyum.

Kami berdua bercumbu dalam posisi duduk berhadapan dan bersandar ke pinggiran ranjang, berdua di dalam selimut berlindung dari dinginnya AC di kamarku. Tanganku meremas pelan toket Silvy, setahuku wanita hamil sensitif sekali payudara-nya, bahkan kesenggol sedikit saja rasanya sakit. Namun tangan Silvy memegang telapak tanganku dan mengarahkan agar remasanku lebih keras lagi, mungkin Silvy justru merasa nikmat dan tidak sakit, baguslah.

“Ssssshhhh.... A Armaaaanndddd aaahhh”, Silvy menikmati rangsanganku di sekitar lehernya hingga ke punggung bagian atasnya. Silvy kini duduk membelakangiku sehingga aku bisa mencumbui lehernya dan meremas kedua toketnya dari belakang.

Silvy lalu berbalik badan dan kembali mencumbu bibirku, kali ini dengan ganas dan tangannya mulai bergerilya di batang kontolku. Aku meremas kedua toketnya dari depan, lalu kuciumi area bawah lehernya dan turun ke toketnya. Namun kurasakan tanganku basah, kukira keringat atau air liurku namun ternyata bukan.

“Ssssshhhh... aaahhhh a Armand, itu air susu aku”, ujar Silvy. Aku baru ingat, di usia kehamilan seperti Silvy sekarang, air susu kekuningan yang disebut colostrum mulai keluar terutama bila ada rangsangan di payudaranya, Vany dulu juga begitu waktu hamil anak kami, Lisma juga gak ya ? Ah lupa lagi.

Aku lalu menatap puting-puting Silvy, kumainkan sedikit dengan kupencet-pencet sesekali kuremas toketnya, keluarlah cairan itu, dan langsung buru-buru kuhisap puting Silvy. Kuhisap bergantian berulang-ulang dengan rangsangan yang sama.

“Ah ! aaaahhhhh !!! eemmmppphhhhh...” desah Silvy saat kuhisap dan kujilati puting hitamnya yang mengacung. Aku sempat berhenti dan mendongak, menatap wajah Silvy, khawatir kalau dia kesakitan, tapi dia malah tersenyum dan mengecup bibirku, lalu kulanjutkan lagi ‘main’ di puting-putingnya. Silvy sesekali berusaha menjepitkan wajahku ke toketnya, atau menekankan wajahku ke toketnya, satu tangannya masih di kontolku dan mengocok perlahan.

Puas mengenyot susu, Silvy lalu mengarahkan bahuku untuk berbaring. Sempat kulihat wajahnya memerah dan tersipu malu dengan rambut yang berantakan, sensual sekali. Aku lalu rebahan dan Silvy mengecup dadaku turun hingga ke selangkangan.

Bibir pink-nya mengecupi ujung kepala kontolku, lalu menjilatnya perlahan sambil sesekali menatap wajahku. Kunikmati sensasi hisapan Silvy, aku berusaha terus bisa menatapnya, wajah arab-sundanya yang memerah, memikirkan bahwa ia adalah istri orang dan sedang hamil makin membuat nafsu birahiku bergejolak.

Hisapan Silvy tidak seganas tante Rani apalagi Rara, namun lebih deepful, Silvy memasukkan batang kontolku ke dalam rongga mulutnya dan perlahan sekali ia naik turunkan kepalanya sambil diselingi kecupan dan senyum ke arahku.

Silvy juga memainkan lidahnya di sekitar pangkal kontolku, tak ragu ia memutar-mutar lidahnya di bulu jembutku, juga menghisapi biji kontolku sambil mengocok kontolku dengan tangannya. Lalu kembali menyepong batang kontolku dengan lembut.

“Vi... udah yuk, aa pengen memek kamu”, pintaku. Jarang sekali aku sampai meminta seperti ini, kali ini aku sudah benar-benar tidak sabar ingin merasakan memeknya. Silvy tersenyum lagi padaku dan langsung memposisikan tubuhnya menungging.

“Nungging aja gapapa yah a”, ujar Silvy.

“Gak masalah sayang, asal bisa nikmatin memek kamu”, jawabku.

Aku lalu mengarahkan batang tegak kontolku ke lubang memek Silvy, kemudian setelah pas, perlahan aku menekannya supaya masuk kedalam.

“Ssssshhhhh.... uuuuuhhhhhh terus a”, pinta Silvy, makin semangat aku.

Dan masuk semua batang kontolku, terbenam di liang vagina Silvy. Aku tak langsung menggenjot, bengong dulu, menikmati denyutan memek Silvy yang entah apa yang terjadi malah terasa sempit dan menjepit. Ini memek wanita yang selama ini cuma jadi khayalanku, akhirnya kesampaian juga, walaupun aku sudah mengentotnya dari kemarin, namun malam ini terasa lebih terasa, mungkin karena kami cuma berdua jadi lebih intim ya.

Aku menggenjot perlahan memek Silvy, tusukan dalam dan panjang namun pelan, sehingga bisa kurasakan denyut rongga memek Silvy di sepanjang batang kontolku hingga kepala kontol. Kudengar rintihan Silvy di sela genjotanku, ah... seksi sekali, apalagi dengan aksinya yang sesekali menengok kebelakang menatapku dengan pandangan pasrah dan senyuman.

“Perempuan ini milikku, habis selesai liburan ini aku harus tetap bisa mengentotnya”, ikrarku dalam hati. Entah kenapa tiba-tiba lagu Versace On The Floor-nya kangmas Bruno Mars terngiang dikepalaku saat ini.

... it’s warmin up... can you feel it ? it’s warmin up... can you feel it baby? Seems like you were ready for more... more... more...

“Aaaahhh... A Armaaaanndddd... eeeemmmppphhhhh, terus a, teruuuussss”, racau Silvy. Perlahan kutambah kecepatan genjotanku, kuremas kuat kedua pantat mulusnya. Silvy membalas dengan memutar pinggulnya, menggerakkan pantatnya maju-mundur seirama genjotanku pun ia lakukan, memeknya tampak kemerahan menerima sodokan kontolku. Becek sekali, cairan memeknya basah hingga mengalir ke pahanya dan membasahi pahaku juga. Berkali-kali dalam gumamnya ia memanggil namaku, makin nafsu saja aku mendengarnya.

“Ah... uh... ah... uh... haaaahhhh”, suara desahanku menikmati spektakulernya tubuh Silvy, sedang buncit hamil saja menggairahkan begini, apalagi kalau lagi biasa, hmmmm.... Sementara Silvy lebih banyak menahan desahannya, ia hanya menggumam sesekali, tapi sikap malu-malu kucingnya inilah yang menggemaskan. Sekitar 20 menit lebih berlalu kami ngentot hanya dalam 1 posisi, doggy style, namun tetap nikmat rasanya dengan sensasi yang menakjubkan.

“Ciyeeeeee mesra banget ngewenya ciyeeeee....”, teriak Rara yang tiba-tiba nongol di pintu. Sontak aku dan Silvy kaget lalu melihat ke arah pintu.

“Ra udah jangan digangguin ah, ayo tidur, kamu tuh mabok, ayo ah ayo”, ujar tante Rani sambil menyeret badan Rara dari pintu. “Sok silahkan terusin ya hehehe”, lanjut tante Rani lalu menutup pintu.

“Ati-ati pada bapeeerrrrr, awas cinlok ya bang Armand ama Silvy, aaaannnjjjjiiiiiiinnngggggg !!!!”, teriak Rara ribut diluar kamar.

Aku menghentikan genjotanku dan saling menatap dengan Silvy yang juga menoleh kebelakang, kami lalu tertawa. Aku lalu mencabut kontolku, istirahat sebentar.

Aku rebahan disamping Silvy, Silvy memiringkan tubuhnya dan menatap wajahku sambil senyum-senyum. Kami mengatur nafas kami sejenak.

“Awas cinlok ya a”, ujar Silvy.

“Idih, ada juga kamu yang suka sama a Armand hehehe”, jawabku.

“Apaan sih aa”, rengek Silvy manja sambil mencubit dadaku. Aku lalu memeluknya dan kami berciuman mesra, lalu saling menatap.

“Coba aja kita...”, ujar Silvy tertahan saat menatap wajahku.

“Coba apaan Vi ? Hayoooo... tuh kan”, godaku pada Silvy. Silvy lalu menunduk, aku bisa melihat ia menitikkan air mata, namun menyembunyikan dalam senyumnya.

“Kenapa sih Silvy sayaaaannngggg”, ujarku sambil memeluknya yang menunduk, bersembunyi di pelukanku, kuusap lembut rambutnya.

“Jangan sayang-sayang ih aaaaaaaa”, rengek Silvy sambil memukul dadaku pelan, kudengar suaranya bergetar menahan tangis.

“Kenapa ga boleh ? takut makin sayang ya sama aa ?”, godaku. Silvy perlahan menganggukkan kepalanya dalam pelukku. “Ah, kecantol hatinya nih cewek”, ujarku dalam hati.

“Silvy gak il-feel sama tingkah aa begini ? cabul begini ?”, tanyaku, Silvy cuma diam.

“Vi, sini dong liat muka cantiknya mana, masa ngumpet sih”, godaku. Silvy sempat menolak, namun akhirnya ia mau menatapku, tampak matanya sembab karena menangis dan pipinya makin memerah, namun ia masih berusaha tersenyum. Manis sekali.

“Gak il-feel nih ?”, tanyaku lagi. Silvy menggeleng.

“Namanya juga laki-laki, buat Silvy sih gapapa a”, jawab Silvy lirih, menatap wajahku, lalu menangis lagi, kupeluk lagi deh.

“Huuuaaaa.... boleh gak aa aja yang jadi suami Silvy”, rengek Silvy.

“Eits... kok begitu, katanya kamu sayang sama Fil...”, belom beres ucapanku, Silvy langsung menaruh jarinya di bibirku, kemudian menciumku mesra.

Silvy lalu terlentang, aku membantunya mengatur bantal supaya sandarannya nyaman, ia selalu tersenyum setiap kami saling pandang, kalau begini terus bisa-bisa baper juga aku.

Lalu kumasukkan lagi kontolku ke memeknya, kali ini Silvy yang tiduran, tentu saja tidak aku tindih badannya, posisiku berlutut dan tegak sembil memompa memek Silvy.

Aku sibuk menggoyang pinggulku untuk terus melakukan penetrasi ke memek Silvy, dengan desahan yang keras, sementara Silvy masih sesekali menggumam dan terus menatap wajahku sambil tersenyum, memperhatikan ekspresiku yang keenakan. Seakan bahagia bisa memberikan kepuasan seksual padaku, pria yang ia sukai.

“Sssshhhh... A Armand... Armaaannndddd.... sayaaaaannggggg”, desah Silvy setelah 10 menit digempur kontolku. Dinginnya AC tak mampu menahan kami berkeringat, peluhku menetes di atas badan Silvy yang putih mulus.

“Eeeemmmpppphhhh a.... terus a... ayo teruuussss aa sayaaaaannggg”, racau Silvy, kayaknya mau sampai dia, pas sekali.

“Ooooohhhh A Armand sssshhhhhh aaaahhhhhh”, racau Silvy makin tidak karuan, nafasnya tidak beraturan di sela genjotanku yang makin cepat.

“Aa sayaaaaannnggggg uuuuuuuuhhhhhh.... ayo dddooooooonnggggg”, rengek Silvy.

Aku pun akhirnya mau sampai, dan...

“Silvy ! Vi.... Silvy !!! AAAAAARRRGGGGGHHHHH !!!! AH ! AH ! AH !!!”, jeritku ejakulasi sementara Silvy pun memekik memanggil namaku, badannya bergetar hebat dalam orgasmenya.

Tumpahlah spermaku di memeknya, yah, walaupun ia sedang hamil dan pasti tak akan bereaksi apapun, setidaknya aku puas bisa ejakulasi di memek Silvy.

“Ah... ah... makasih a Armand”, ucap Silvy sambil memelukku saat menghampiri badannya.

“Lain kali kalo lagi gak hamil, aa boleh keluar lagi di dalem ya Vi”, godaku. Silvy tersenyum lalu mencium bibirku mesra.

Dan malam itu, eh pagi buta itu, aku dan Silvy terlelap sambil berpelukan di kamarku.
 
fiuuhhh...arab sunda memang perpaduan yang pas dan sempurna....mantab bener suhu!!!! lanjutkan!!!
 
fiuuhhh...arab sunda memang perpaduan yang pas dan sempurna....mantab bener suhu!!!! lanjutkan!!!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd