---------------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------------
Cerita 223 – Risiko Profesi..!!
Kisah Pertama – Permainan Kamar Sebelah
Mendung masih menggayut di luar sana.. saat kualihkan pandangan dari mikroskop keluar..
menembus jendela kaca besar yang tertutup dengan rapat..
dan gedung-gedung tinggi di kejauhan tampak samar-samar.
Mungkin sudah turun hujan di daerah sana. Masih terasa dingin juga, walaupun di luar belum turun hujan.
Jam dinding di depan sana baru menunjukkan pukul 13:45..
Berarti masih ada sekitar 15 menit lagi sebelum jam praktikum ini selesai.
Seluruh slide preparat sudah kupelajari dan rasanya tidak ada masalah. Seluruh jenis kuman yang ada sudah kukenal.
Hanya memang ada 1 preparat yang mungkin sudah tua sehingga agak sulit untuk dilihat, namun akhirnya dapat juga.
Walaupun membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mencarinya.
Tiba-tiba timbul rasa isengku untuk minta bantuan Caroline melihat preparat itu..
Soalnya pikiranku juga lagi suntuk, sekalian ingin memantapkan keyakinanku.
"Carol, bantu gue dong. Ini preparat apaan sih..? Gue susah nih ngeliatnya..” begitu pintaku pada doi.
Caroline nama lengkapnya. Biasanya kupanggil Carol saja. Doi ini anak Surabaya asli.
Tubuhnya lumayan besar.. tetapi cukup proporsional menurutku. Tinggi badannya sekitar 170 cm.
Sangat tinggi untuk cewek Indonesia.. dan yang pasti doi ini punya buah dada yang sangat besar menurutku..
Seperti buah kelapa mendekati pepaya. Nah, bingung kan anda membayangkannya?
Otak doi cukup lumayan berdasarkan pengamatan 2 tahun ini terhadapnya.
Soalnya dari angka-angka yang diumumkan pada tiapkali kami ujian.. doi berada di ranking atas kalau tidak A, ya B.
Oh ya.. sistem ujian kami adalah kenaikan tingkat, jadi tidak ada yang namanya SKS.
Pokoknya pegang saja mata kuliah pokok dan lulus, maka kami dapat naik tingkat.
Asal yang minornya tidak jeblok banget.
Terus ada enaknya lagi.. kalau sudah lulus tingkat 2 pasti jadi, maksudnya jadi dokter.
Tidak ada lagi DO. –Drop Out– Mau kuliah 10 tahun, limabelas tahun atau sampai bosan.
Tetapi sekarang sudah diganti kurikulumnya menjadi sistem SKS yang membuat semakin susah kali ya..?
"Apaan sich..? Sini..!" Pinta doi menanggapi permintaanku. Terus doi putar mikroskopku ke arahnya..
Soalnya doi duduknya di depanku.. jadi kalau doi mau membantuku tinggal putar badan terus berhadapan.
Hanya terhalang oleh ujung meja yang sedikit dibuat tinggi untuk meletakkan stop kontak dan reagen pewarnaan saja.
Jadi doi membantuku memperlihatkan mikroskop itu sambil nungging.
Busyet..!! Tuch toket sekarang pas sekali bisa kulihat dari atas bajunya, soalnya doi memakai baju yang agak longgar..
terus nungging.. jadi bisa terlihat dari ketinggian dengan leluasa.
Tetapi kuperhatikan tidak ada bra-nya.. terus turun ke bawah tetap tidak kelihatan ada bra-nya.
Tetapi pentil susunya juga tidak keliatan. Membuat penasaran saja.
Kalau bisa kuremas mau aku melakukannya, apalagi kalau diberikan gratis, betul tidak..? Jadi semakin penasaran.
Doi ini memakai bra, apa tidak ya..? Tetapi kulihat samping kanan dan kirinya juga tidak terlihat ada tali bra-nya.
Anehnya.. kalau doi tidak pakai, masa’ doi berani..? Pikirku.
Otak memang mikir tetapi adikku yang di bawah tidak mikir lagi kali ya..?
Soalnya langsung kencang saja minta perhatian yang lebih. Eh.. lama-lama sakit juga. Salah setel kali ya..?
Jadi ya gitu.. dengan gaya seadanya tetapi tanpa menarik perhatian publik tentunya..
Kukemudikan dulu ke jalur yang benar.. sehingga tidak mengganggu konsentrasi.
Kira-kira 7-8 menit, akhirnya.. "Fran.. ini kayanya BTA..? Tapi gue ngga yakin betul, eloe liat deh nih, gue udah passin..”
Begitu lapor doi. Dalam hati aku.. Memang betul BTA.. Hmm.. jadi ternyata benar keyakinanku.
Apalagi dari 32 preparat yang ada memang kuman itu yang tidak ada di sediaan lainnya.
Tetapi untuk menghormati doi, sekaligus menutup rasa dosaku sudah melihat pemandangan indah dengan gratis..
kemudian aku bangun dan memutari meja untuk melihat hasil pemeriksaan yang ditunjukkan oleh doi.
Benar.. seperti dugaanku. Ya sudah. Tidak lama terus bel bunyi.
Kemudian aku dan teman-teman lainnya mulai membereskan peralatannya dan memasukkannya ke lemari masing-masing.
Sebab baru dipertanggungjawabkan nanti di akhir semester untuk serah terima ke dosen pengajar labnya.
Tidak lama kemudian kami keluar ruangan lab praktikum.
Eh.. ketika aku sudah di dalam lift untuk turun ke bawah. Sandro, temanku menegurku.
"Fran, jadi ngga..?" Tanya Sandro. Bertanya apa memaksa.. aku jadi bingung.
"Jadi Dro..!” Seruku setelah sempat termenung sejenak.
"Tolong bilangin ke temen-temen..” lanjutku kemudian sebelum pintu lift itu tertutup.
Masih sempat kulihat Sandro mengacungkan ibu jarinya ke atas.
Yang berarti dia mengerti dan menangkap pesanku.
Sampai di bawah.. wuiiih.. ramai sekali. Semua anak-anak berkumpul.
Biasa.. jam-jam seperti ini anak FE.. FIA dan FH baru saja mau masuk kuliah.
Biasanya anak FKIP.. khususnya yang Psikologi lebih sore lagi.
Gedung FK ini tepat di tengah-tengah.. jadi anak-anak dari Fakultas lain suka berkumpul di bawah..
Mereka sedang duduk-duduk dan nongkrong di sana.
Setelah memesan makanan kesukaanku, yaitu sate kambing untuk mengisi perut..
yang hanya sempat diisi pagi tadi dengan semangkok soto Madura..
kucari tempat duduk dan kulihat ada Sandra sedang makan sendirian.
"San, kosong nich..?" Tanyaku padanya seraya duduk persis di depannya.
Sebenarnya meja ini cukup untuk berempat, tetapi doi hanya sendirian.
"He-eh..” jawabnya singkat dan cukup judes menurut ukuranku.
–Sudah baca yang judulnya ‘Dokter Jaga’ atau ‘Dokter Sandra’ rasanya sudah ada yang posting di sini.
Itu saya tulis settting ceritanya setelah yang ini beberapa tahun kemudian..–
Anak itu boleh dibilang cantik. Tidak terlalu tinggi.. sekitar 165 cm dengan tubuh sedang ideal.
Kulitnya putih dengan rambut yang selalu dipotong sebahu.
Sifatnya cukup pendiam.. kalau bicara tenang.. seakan memberikan kesan sabar.
Tetapi yang sering dibicarakan teman-teman adalah judesnya itu yang membuatku juga kadang-kadang tidak betah.
Untungnya... aku tipe orang yang easy going.. jadi jarang dimasukkan ke hati.
Percuma buat kepala pusing. Tetapi yang aku harus angkat topi sama doi, otaknya.. sangat encer.
Sebetulnya doi masih muda.. tetapi katanya waktu SD sempat loncat kelas.. jadi saat ini doi masih berusia 17 tahun.
Bayangkan.. umur 17 tahun sudah tingkat II FK. Aje gileee..!
"Kok manyun San..?" Tanyaku basa-basi sedikit sebelum mulai makan, sebab kulihat juga raut wajah doi agak sepet.
"Ngapain tadi eloe tanya-tanya ke Carol..? Apa eloe sendiri ngga bisa liat..?" Tanyanya ketus sekali.
Kaget juga aku, aku di ketusin seperti ini.
Tetapi memang benar feelingku.. anak ini rasanya agak menaruh hati padaku. Tetapi bagaimana ya..?
Masalahnya aku belum ingin.. paling tidak untuk saat ini. Sebabnya konsentrasiku saat ini adalah ingin jadi dokter dulu.
Apalagi aku masih ingin happy-happy saja dulu. Jadi aku tidak tanggapin serius pertanyaan doi.
Tetapi kujawab.. "Oh.. bener San.. soalnya tuh preparat udah lama kali yah.. jadi kaga bagus lagi dan susah bener ngeliatnya.
Tapi udah gue tandain kok. Pokoknya ada bunderan kecil di kanan bawah pake tinta hitam, itu adalah BTA.
–Basil Tahan Asam.. biangnya penyakit TBC..– Ingat lho di kanan bawah ada bunderan kecilnya. Terus .."
Belum sempat kujelaskan semua, tiba-tiba ada yang menepuk pundakku dan bilang.. "Jam berapa..?"
"Eh.. eloe Ky, bentar yah.. abis gue makan nih..” jawabku dengan penuh rasa syukur..
Karena jadi sekarang kami tidak berdua saja dengan Sandra. Minimal ada pihak ketiga. Hahaha..
"Ngga.. ngga.. ngga..” tiba-tiba Sandra nyeletuk dengan nada tinggi dan cukup keras..
Mengatasi kebisingan yang ada di kantin ini. Saat Ricky hendak duduk di sampingku.
"San, sebentar..” pinta Ricky sejurus kemudian..
Karena doi juga terkejut dengan ucapan Sandra yang demikian tajam dengan nada tinggi.
"Ngga.. ngga..!! Eloe ngerokok..!” Sahutnya ketus. Ricky memandangku meminta persetujuan.
Tetapi aku sedang malas berdebat..
Jadi aku hanya angkat bahu dan melanjutkan makan siangku secepatnya, biar tidak terlalu lama.
Selesai makan, aku cepat-cepat pergi. Peduli amat.. walaupun Sandra sepertinya masih sangat kesal..
Doi pikir aku tolol sekali ya. Tetapi tidak peduli.. yang penting aku selamat. Betul, tidak..?
Di lapangan basket tempat biasa geng aku berkumpul, sudah kulihat cukup lengkap juga anggotanya.
Siang hari yang mendung ini masih sempat kulihat si Paul melakukan lay-up terakhirnya..
sebelum kuberteriak untuk berangkat.
Kami berenam.. Sandro.. Ricky.. Paul.. Hengky.. Mardi yang sudah punya kerja sambilan.
Saat ini kami menuju tempat kostnya Mardi dan terus ke kostku sendiri.
Kami berjalan menyusuri gang-gang sempit di sekitar kampus ini.
Kemudian, tidak lama kami sampai dan langsung naik ke atas.. kamarnya Mardi ada di lantai dua.
Di atas sini.. seluruhnya ada 12 kamar. Maksudnya, 6-6 saling berhadapan.
Umumnya satu kamar untuk berdua.. tetapi Mardi mengambil 1 kamar untuk dia sendiri.
Katanya dia tidak bisa belajar serius kalau ada teman sekamar, apalagi kalau dari lain jurusan, begitu alasannya.
Bener apa tidak, silakan perkirakan sendiri.
Sebelum masuk ke kamar Mardi.. aku masih sempat memperhatikan kamar di sebelah Mardi.
Masih gelap dan sepi, barangkali mereka belum pada pulang.
Di kamar Mardi.. wuuuiiiih.. hampir seluruh dinding kamarnya.. penuh dengan poster..!!
Dari ukuran yang kecil sampai sebesar meja belajar. Gambarnya memang tidak terlalu seru, seadanya.
Kesanku sih begitu, berantakan tidak karuan. Yang penting menempel.
Di situ ada gambar Madonna.. Prince.. Michael Jackson.. terus artis-artis dari yang tidak terkenal dari Hong Kong..
Dan juga Indonesia seperti: Yatti Octavia dan beberapa gambar pemain sepakbola yang aku tidak ketahui namanya.
Maklum.. aku bukan penggemar bola.
Setelah kamar dikunci.. Mardi memberikan contoh dengan mengupas perlahan gambar poster tadi di dinding..
yang terbuat dari kayu itu.. dan segera menempelkan matanya pada lubang yang ada di balik poster itu.
Ya sudah.. kami berebutan mencari poster yang tentunya sesuai dengan ukuran tinggi tubuh kami.
Dan, Ya ampun. Hampir di balik seluruh poster yang tertempel di dinding itu..
kebanyakan ada lubang untuk mengintip ke kamar sebelah.
Aku sendiri memilih-milih lubang.. satu cukup tinggi dan satunya lagi di bawah.
Yang kalau kami lihat harus berjongkok atau setengah tiduran.
Yang lain juga sudah mendapatkan posisinya masing-masing.
-------ooOoo-------
Dari balik lubang tempatku melihat tampak kamar di sebelah tertata dengan apik.
Di seberang sana menempel ke dinding kanan ada ranjang, kemudian di sampingnya ada meja komputer.
Sedangkan yang di sebelah kiri ada pintu lagi, kamar mandi.
Dari lubang di bawah aku tidak dapat melihat banyak. Mungkin tepat di kolong meja. Meja belajar maksudnya.
"Mar, jam berapa..?" Tanyaku.. "Ngga sabar nich..” sambil tiduran di lantai..
Sementara lampu di kamar tetap padam dan suasananya hening sekali.
"Sebentar lagi.. biasanya sich jam-jam segini..” sahutnya bingung.
Eh, benar. Tidak lama terdengar pintu kamar ruang sebelah dibuka. Dan setelah kami menunggu agak lama sedikit..
perlahan-lahan kami mulai beraksi dengan membuka poster-poster sesuai pilihan kami masing-masing.
Di kamar sebelah.. kulihat ada cewek yang lagi minum langsung dari botolnya..
Dan tampak lehernya yang putih mulus dengan gerakan halus dari tulang rawan.. –Jakun pada pria..–
yang sedang bekerja melancarkan air tersebut masuk ke tenggorokannya.
Pemandangan ini membuat penisku mulai sedikit memberikan reaksi.
Gila..!! Benar-benar pemandangan yang indah sekali.
Cewek itu belum dapat kulihat dengan jelas. Yang pasti.. rambutnya hitam.. panjang sedikit melewati punggungnya.
Dengan perawakan langsing dan tinggi sekitar 160 cm.
Saat itu ia mengenakan kaos berwarna pink, tidak terlalu ketat dan rok mini yang juga berwarna pink.
Pintu kamar mandi masih terbuka dan terdengar seseorang sedang menumpahkan air di sana dan ketika dia keluar.
Ya ampun.. aku kenal dengan anak ini. Si Andre.. anak teknik seangkatan dengan aku.
Dan kukenal doi karena sama-sama satu grup saat P4 dulu. Anaknya cukup supel dan aktif.
Ketika kulihat lagi yang cewek.. ternyata aku juga mengenalnya.
Dia Irene. Anak FE.. juga seangkatan denganku dan kami semua satu grup, Andre.. Irene dan aku.
Irene sendiri sempat dekat benar dengan aku.. soalnya doi juga aktif dan sering berdiskusi dengan aku.
Lebih tepatnya berdebat dalam session di P4 itu. Pokoknya seru kalau sudah berdebat dengan dia.
Tetapi orangnya juga sportif. Kalau aku benar dalam mempertahankan pendapat..
tentunya dengan jalan pikiran yang logis, pasti dia mengakuinya.
Selama acara P4 yang 2 minggu lebih itu, Irene nempel terus ke aku.
Dari aku sendiri suka-suka saja.. soalnya aku juga belum punya banyak teman saat itu, demikian juga dia.
Apalagi memang tidak ada ruginya dekat-dekat dengan cewek cantik.
Dia dari Pontianak dan tidak banyak anak Pontianak yang masuk Jakarta untuk kuliah.
Kalau si Andre sudah dari dulu dia mendekati Irene, jadi kami berdua sering jalan bersama.
Andre adalah anak Surabaya.. sama dengan Sandra.
Hanya saat itu aku lain grup dengan Sandra, sehingga waktu itu belum dekat benar. Hanya sekedar tau saja.
Memang sudah berulangkali aku bertemu Irene sedang ngobrol bersama Andre.
Akhirnya dapat juga Andre mendekati Irene dan geli juga aku mengingatnya..
Sebab dari dulu Andre juga pernah bertanya kepadaku.. lebih tepat mancing-mancing perasaanku ke Irene.
Tetapi kubilang ambil saja kalau dia mau. Bubar P4 masih seminggu lebih lagi.. aku dekat dengan Irene.
Sebab kami sama-sama diminta menjadi anggota tim perumus akhir P4.
Sesudah itu kami bubaran karena kuliahku teratur dari pagi jam 7 sampai jam 2 siang, sedangkan doi tidak tentu.
Sesudah itu aku juga tidak terlalu memperhatikannya.
Jadi semakin lama semakin jarang bertemu.. sampai hari ini baru aku lihat lagi.
Andre sempat mengecup pipi Irene sebelum doi duduk dan sibuk di depan komputer..
Sedangkan Irene kemudian berjalan menuju ke arahku.
Semakin dekat.. dekat.. dekat.. Wah gawat, aku menjadi deg.. deg.. deg-an tidak menentu.
Saat itu Irene begitu dekat hingga bisa kulihat dengan hanya dibatasi dinding kayu.
Kalau ketahuan aku sedang mengintip kan tengsin juga aku.
Walaupun hati ini kebat-kebit, untung aku masih ingat benar ilmunya si Mardi.
Jangan sekali-kali bergerak kalau posisinya begitu.. apalagi sampai mengangkat mata dari lubang.
Karena akan ada sinar yang masuk melalui celah.. dan itu bahaya besar, bisa membangkitkan perhatian.
Kalau mungkin malah jangan berkedip. Jadi kutahan mataku untuk menutup lubang itu..
Sambil berdoa semoga tidak ketahuan, he.. he.. he..! Sudah salah masih minta selamat.. dasar manusia.. jadi manusiawi.
Setelah agak lama Irene tenggelam dalam kesibukannya dan aku merasa aman..
Perlahan kuangkat mata dari lubang itu dan kututup kembali dengan poster.
Kemudian aku pindah ke lubang yang ada di bawah meja.
Sekarang yang tampak adalah sepasang kaki yang sangat indah hingga ke pangkal paha..
putih mulus dengan posisi kaki disilangkan, yang kanan menindih yang kiri.
Cukup lama aku mengagumi hal ini dan kemudian tiba-tiba kaki tersebut bergerak.
Sekarang ganti kaki kiri yang menumpang di kaki kanan. Saat perpindahan itu sempat terlihat CD doi.
Kayanya warna pink juga.. tetapi sayangnya singkat sekali.. sehingga tidak sempat kunikmati.
Dengan sabar aku menanti kembali gerakan-gerakan..
yang tentunya kuharapkan memberikan pandangan hidup yang lebih baik lagi.
Tetapi kok tidak kunjung tiba.. sampai akhirnya penantianku membuahkan hasil.
Kakinya sedikit terbuka mengangkang dengan tubuh yang mungkin dicondongkan ke meja.
Sekarang dapat kulihat belahan paha bagian dalam terus menyusur ke dalam dengan cahaya seadanya..
–Karena di kolong meja..–
Terus ke dalam.. memberikan gairah tersendiri yang tanpa sadar penisku juga sudah mulai menegang.
Rasanya ingin segera mencari lubang itu dan menyelami dasarnya.
Doi memakai celana berwarna pink dari bahan yang tidak terlalu tebal..
sehingga masih berbayang rumput hitamnya yang cukup tebal di tengah. Uhhh.. indah sekali.
Limabelas menit sudah berlalu rasanya.. dan belum ada aktifitas lebih lanjut.
Lama-lama pegel juga mata dan bosan juga. Itu lagi itu lagi.
Dan penisku juga sudah mulai surut.. sementara yang diintip diam saja.
Lama-lama kakiku yang kesemutan sendiri. Jadi kututup lagi lubang itu.
Sekarang aku tiduran di lantai.. disusul oleh yang lain. Bosan juga rupanya mereka.
Orang tidak ngapa-ngapain kok diintip. Samar-samar masih sempat kudengar hujan mulai turun di luar.
Dan rasanya belum terlalu lama aku tidur ketika kakiku disepak-sepak Paul.
Sialan. Dalam hatiku.. baru juga mau tidur sebentar saja ada yang ganggu.
Dan eh.. langsung aku segera bangun. Karena teman-temanku sudah sedang asyik di posisi masing-masing.
Hanya aku yang ketinggalan. Rasanya aku tertidur tidak terlalu lama. Apa aku pules benar ya..?
Cepat-cepat saja kubuka lagi lubang yang punyaku dan segera kuintip.
"Hhhggg.. hggg.." desah Irene sambil mengacak rambut Andre.
Kulihat Irene duduk di tepi ranjang..
Sedangkan Andre berlutut di hadapannya sedang sibuk menjilat belahan paha bagian dalam.
Tubuh mulus bagian atas Irene sendiri sudah terbuka.
Demikian juga dengan branya yang tidak terlihat lagi ada di mana.
Buah dadanya kencang sekali, cukup besar dan menantang.
Gila.. tubuhnya putih mulus benar. Nyesel juga, kenapa dulu tidak kuhajar saja.
Saat itu penisku juga tidak tanggung-tanggung langsung bangun.. tegang sekali.
Sialan juga temen-temen yang lain, terlambat membangunkanku.
Seperti apa permulaannya kan aku tidak lihat.. Sialll..!! Gerutuku dalam hati.
"Aaaccchhh..!!" Desah nikmat Irene seraya mendongakkan kepalanya ke belakang..
Dan leher jenjangnya benar-benar mempesona. Kemudian tangannya menyibakkan rambutnya ke belakang.
Wuihhh.!! Sungguh suatu paduan gerakan alami nan menawan.
Sejurus kemudian dia membungkuk dan menarik kaos yang dikenakan Andre dan meletakkannya di lantai.
Andre sendiri kemudian bangkit kemudian melepaskan celana yang dikenakannya termasuk celana dalamnya.
Segera tampak senjata ampuh miliknya yang tentunya disayang benar.. segera dilahap ujungnya perlahan oleh Irene.
Secara perlahan Irene mulai mengocoknya berirama.. Clopp.. clopp.. clopp.. clopp.. clopp..!!
Hingga pada akhirnya seluruh batang kemaluan itu tertelan oleh mulut Irene yang dihiasi bibir mungilnya.
Milik Andre rasanya tidak sebesar punyaku.. tapi yang di sana rupanya lebih beruntung dari yang punyaku.. he he he.
"Ren.. ach.. ach.." rintih Andre yang memuncak nafsunya. Kemudian dikeluarkannya batang itu..
Segera Andre mengangkat kaki Irene.. dan menarik celana dalam serta rok mininya dan terlepas seluruhnya.
Tetapi tidak sempat kulihat dengan jelas.. karena Irene segera terbaring di ranjang..
dan tertutup oleh bayangan pantat Andre yang segera merebahkan tubuhnya di atas tubuh Irene..
Tak lama kemudian mereka mulai bergelut.
Sesaat kemudian.. Andre turun dari tubuh Irene dan perlahan membelai tubuhnya mulai dari telinga kanan..
leher.. menyusuri bahu.. berputar-putar di sana sejenak kemudian terus turun..
mendekat bukit nan menjulang sebelah kanan dan mendaki namun tidak sampai menyentuh putting.
Justru puting itu diambil dari puncaknya dengan lidah Andre yang sekarang mulai aktif memainkan peranannya.
"Ssshhh.. achhh.." rintih Irene nikmat.
Sekarang tangan kanan Andre sudah semakin menurun dan mencapai perut..
Terus turun tepat di jalur tengah menuju pusat, mulai menyibakkan rumput hitam lebat.
"Dre.. hhhggg.. hhhggg.." terdengat Irene melenguh dan mendesah meluapkan nikmatnya.
Tangan kanan Andre sekarang sibuk tepat di pusat itu dan nampak Irene sangat menikmatinya.
Perlahan kaki Irene sudah semakin terbuka lebar dan Andre pun sudah kembali mengambil posisi siap di atas.
Perlahan Andre mulai menurunkan 'kaki ketiganya' dan menembus.. membuka liang nikmat itu perlahan tetapi pasti..
Seiring dengan kaki Irene yang panjang menekuk menyambut tamunya yang memberikan kenikmatan duniawi.
Memang di sana adalah surga dunia.
Clebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. crebb..!! Andre bergerak perlahan memompa..
yang tidak lama kemudian sudah seirama dengan gerakan Irene.. diiringi nafas memburu dari Andre..
Diselang selingi erangan dan desah lirih tiada henti dari mulut Irene.
Gerakan bergelombang itu membangkitkan minat para pengintip.. termasuk aku.
Dan kuyakin di dalam sana burungku juga pasti sudah mulai kebasahan.
Pada satu kesempatan.. Andre melepaskan penisnya dari genggaman liang vagina Irene..
Kumudian berbaring di samping tubuh Irene, yang disusul oleh Irene menaiki tubuh Andre.
Setelah Irene menyibakkan rambutnya yang kusut ke belakang dia pun mulai mencari..
Lantas memberikan pengarahan kepada burung Andre untuk mencapai sarangnya.
Sesaat kemudian gerakan mereka kembali berirama.
Dapat pula kulihat rambut Irene sekarang mulai menempel di tubuhnya yang berkeringat.
Hal itu memberikan pemandangan indah tersendiri.
Terlebih ketika Irene mendongakkan kepalanya meresapi kenikmatan yang datang.
Sejurus kemudian Irene membungkukkan tubuhnya ke depan dan bertumpu pada kedua lengannya..
Sementara pinggulnya terus memainkan gerakan indah berirama turun-naik turun-naik berulang-ulang.
Irene menarik rambutnya ke depan dan menutupi buah dadanya yang sebelah kiri..
tidak terurai oleh karena sudah basah oleh keringat.
Diterangi cahaya lampu yang minim itu.. sekarang aku dapat melihat..
pundak dan punggung Irene yang putih mulus itu mulai berminyak dan timbul bintik-bintik keringat licin..
yang semakin mengoyak kesetiaan iman.
Gerakan semakin binal dan menuju puncak hingga pada suatu titik. "Ren, nyam..pe..!!" Pekik Andre tertahan.
Saat itu pula segera Irene melepaskannya dan menyambut semburan kental dari pipa milik Andre ke dalam mulutnya.
Masih sempat terlihat semburan yang pertama mengenai muka dan sedikit rambut Irene..
Sebelum seluruhnya tenggelam dalam kegelapan kerongkongan Irene.
Setelah terdiam beberapa saat.. Andre bangkit dan mengangkat kaki Irene ke atas dan segera lidah Andre terjulur..
Ia memainkan klitoris milik Irene.. mulai dari gerakan perlahan namun segera menjadi cepat..
Seiring dengan bahasa tubuh Irene menggeliat kian kemari hingga akhirnya..
"Aaaach..ccchhh..!!” Desis Irene yang disertai dengan gerakan kakinya yang mengejang keras lurus..
mirip kaki ayam disembelih. Wuaaahhhh..!! Nikmat yang tiada tara.
Dan.. Brukkk..!! Derit ranjang itu berbunyi pada saat Andre rubuh menjatuhkan tubuhnya..
Untuk saling berimpit bersentuhan dan menikmati sisa nikmat yang ada bersamanya.
Kami semua terdiam.. karena demikian terpesona menikmati live show yang baru saja diperagakan.
Wuihh,, lebih nikmat dibandingkan nonton BF yang seringkali kami lihat bersama seusai kuliah ini. Hahh..!! (. ) ( .)
---------------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------------
By Frantines