--------------------------------------------------------ooOoo--------------------------------------------------------
Cerita 220 – Malaikat Atau Setan..?
[Part 2] – Bakar Kalori..!!
Pemuda itu terus menggoyang dengan kencang.. sementara tangan kirinya memainkan klitoris Eva.
“Aughh..!!” Eva mengencangkan paha. Kontol Bastian jadi terasa terjepit oleh bokongnya yang cukup besar.
Jlebb.. clebb.. jlebb..!! Tetapi Bastian tak mau kalah.. gerakan menyodoknya tidak ia kurangi sedikit pun.
Cukup lama mereka bercinta dalam posisi berdiri seperti itu sambil disaksikan sosok bertanduk yang tak kasat mata.
Hingga tak terasa seperti ada yang akan dimuntahkan oleh kontol panjang Bastian.
Dia sengaja tak memberitau pada Eva, karena gadis itu memberikan sinyal bahwa akan orgasme lagi.
Dinding-dinding memeknya kian mencengkram kuat.. membuat sensasi linu yang sangat nikmat.
Nyuttt.. nyutt.. nyutt.. nyutt..!! Memek Eva makin berkedut-kedut meremas-remas seolah ingin melumat kontol Bastian.
“Huffffhh..!!” Erang Bastian. Dan sengaja ia mendiamkan tubuhnya untuk merasakan denyutan tersebut.
"”Nghhhh.. Baass.. aku mau keluar.. aahh..!" Desah Eva penuh gairah.
“Oughh.. Mbak, memekmu enak sekali..!!” Bastian menimpali dengan pujian.
Crebb-crebb-crebb-clebb-crekk-crekk-crebb-clebb-clebb-clekk-clekk..!!
Bastian memompa lagi batang kontolnya dengan kecepatan tinggi dan menyentak-nyentak kuat.
Ia dorong hingga tubuh telanjang Eva bergoyang lirih ke depan.
Eva menoleh ke belakang dengan muka penuh hawa nafsu.. mulutnya menganga dan matanya membuka menutup.
“A-aku mau.. aahh..!!” Tubuhnya lunglai dan bergetar-getar berkejat.
Clebb..!! Bokongnya makin kuat mencengkram dan seperti menyedot ke dalam.
Kontol Bastian jadi seperti terpompa ke dalam liang memeknya.
Srrr.. srrr.. srrr..!! Terasa semburan hangat mengenai batang kontol Bastian.
Dinding memek Eva seperti mengkerut.. seolah mencengkram dan hendak ‘memakan’ habis..
batang kontol yang menyumbat liang itu dengan begitu buasnya.
Sesaat kemudian tubuh Eva lunglai ke depan.. namun Bastian segera meraih dan memeluknya dari belakang.
Ia remas payudara gadis itu dengan lembut. "Mbak, aku keluarkan di dalem boleh..?" Bisik Bastian di telinga Eva.
"Hmm.. boleh..” jawab Eva dengan nada mendesah.
Mendapat izin.. jlebb..!! Bastian langsung menyentakkan kontolnya hingga terasa mentok.
Ia tarik sedikit dan dihentakkan kembali. “Aahhhh..!!” Crott.. crott.. crott.. crott..!!
Mengerang keenakan.. dengan tubuh terkejang Bastian memuntahkan spermanya di dalam memek Eva.
Ahhhh..!! Sungguh nikmat sekali.. melepas nikmat ejakulasi dan menyemrotkan pejuh di dalam memek..!
"Bas, kontol kamu bikin aku tak berdayaa.. ahhh..!! Kamu jago sekali sih..” Eva juga menikmati semburan hangat itu.
Dia membelai sendiri klitorisnya dengan tangan kanan.. menikmati setiap desiran kenikmatan yang mereka ciptakan bersama.
Plopp..!! Bastian melepas kontolnya.. lalu membalik tubuh Eva dan memeluknya. Dia kembali memberikan ciuman hangat.
"Tidur bareng yuk, Bas..?" Ajak Eva. Bastian hanya tersenyum dan mengangguk.
Bergegas mereka mengenakan pakaian masing-masing dan berjalan bergandengan tangan masuk ke dalam kamar.
Keduanya sama sekali tak tau.. kalau di halaman belakang..
Sesosok makhluk bertanduk ikut menyingkir untuk mulai mencari korban baru lagi.
Sosok bertanduk dan berekor lancip itu berjalan.. menyusuri malam dingin dan gelap.
Langkahnya mantap.. bahkan cenderung ringan. Bagaikan melayang.
Dia beredar dari rumah ke rumah.. tetapi masih belum ada korban yang mengena di hatinya.
Langkahnya baru berhenti ketika melihat sosok makhluk pucat yang berdiri di depan sebuah jendela.
Sepertinya tampak sedang mengamati sesuatu.
Dia pun lantas mendekat.
Sosok pucat itu tak hirau dengan kedatangannya.. membiarkan makhluk bertanduk ikut melihat ke dalam jendela.
-------ooOoo-------
Di dalam ruangan.. nampak dua orang manusia yang sedang asyik membakar kalori.
Seorang pria tua dengan seorang perempuan muda. Mertua dan menantu.. tebak sosok bertanduk di dalam hati.
Dahlan.. sang mertua.. tengah merebahkan tubuh Dina, menantunya di atas ranjang.
Bibirnya yang tebal melumat bibir perempuan itu dalam-dalam.. lidahnya menjilati lembut bibir tipis Dina.
Sleckk..!! Membuka celah di antara dua bibir yang mengatup-ngatup rakus.
Kedua jemarinya berjalan menelusuri tubuh molek Dina.. tubuh yang masih terbalut pakaian.
Dengan perlahan ia tarik hingga terlepas semua.
Dina menggeliat-geliat.. membantu sang mertua meloloskan pakaian yang dikrenakannya.
Tak lama mereka sudah sama-sama bugil di atas ranjang.
Penuh nafsu Dahlan menindih lalu merangkul tubuh sang menantu.
Ia kecup-kecup lagi bibir Dina yang selalu menggodanya..
Menikmati rona-rona kelembutan yang tersirat dari guratan bibir tipis itu.
Pipi Dina yang berhias maskara merah, juga ia jelajahi dengan kecupan mesra.
“Sshhhh.. bapak nafsu amat sih..!?” Dina bergumam di sela desiran napasnya yang bergemuruh.
“Lha tubuh kamu montok begini..!” Dahlan tersenyum bangga.
“Jadi jangankan salahkan aku kalau selalu ngaceng melulu..”
Lidahnya merayap turun, membasuh leher Dina yang jenjang. Dahlan menjilat-jilat sebentar..
Sebelum kemudian merayap ke bawah.. sampai menemukan dua tonjolan yang mengapit wajahnya.
Pelan dia menyapu.. membelai permukaannya yang halus dan mulus..
hingga Dina nampak menggerak-gerakkan tubuhnya karena kegelian.
Tangan Dahlan bergerak.. dengan sentuhan lembut dia meremas kedua payudara sang menantu..
Sementara lidahnya kini mengecup-ngecup puting Dina yang sudah mengacung keras.
Telunjuk dan jempolnya juga bergerak memelintir puting yang menganggur.
Dina menggerak-gerakkan tubuhnya. kedua tangan lentiknya tiada henti membelai rambut beruban Dahlan.
Lidah lelaki itu terus bergerak menjelajahi sebongkah daging yang membusung di atas dada Dina.
Dahlan mengecup-ngecup, membasahinya dengan air liur.
Mulutnya melebar untuk melahap puting beserta sebagian daging..
Ia isap-isap lembut seraya tangannya terus menerus meremas-remas.
Bergantian kiri dan kanan.. Dahlan menikmati kedua bukit payudara Dina yang selalu menantang nafsunya.
Yang selalu menyentuh relung keinginan birahi untuk selalu dinikmati..
Ya.. bahkan sejak pertamakali perempuan muda itu menjadi menantunya.
Dina menggelinjang.. embusan nafas berpadu desiran suara yang mendesah-desah..
Diiringi bisik-bisik angin yang dilepaskan oleh sosok di jendela.
Lidah Dahlan turun ke bawah.. mengincar lubang kecil yang berhias di tengah perut Dina.
Ia jilat-jilat sebentar hingga membuat Dina semakin menggelinjang..
Pinggangnya tak kuasa untuk bergerak ke kiri dan ke kanan.
Dahlan lalu menurunkan lidahnya menghadap ke sebuah lubang kenikmatan yang ditumbuhi bulu-bulu tipis.
Dina bangkit.. menahan kepala sang mertua agar berhenti sejenak.
Dia merebahkan tubuh laki-laki tua itu.. lalu memposisikan memeknya tepat di atas mulut Dahlan..
Sedangkan kontol laki-laki itu tepat di bawah kendali mulutnya.
Dengan sangat lembut.. lidahnya mulai membelai ujung kepala kontol Dahlan, menggelitik lubang kencingnya.
“Ughh..” Kaki Dahlan bergerak setengah meronta saat lidah Dina mulai menyapu dari pangkal menuju ujung.
Lidahnya terjulur untuk membalas, membelai klitoris mungil yang mengapit di belahan ujung memek sang menantu.
Dahlan menjilat-jilat pelan dan sedikit menggetarkannya. Lalu memutar lidahnya bermain-main di sisi memek.
Kaki Dina bergerak naik turun, sedikit mengejang. Lidah Dahlan kini menelusup di antara bibir memeknya..
Membasahi dengan liur setiap bagian dari liang sempit itu. Kontol Dahlan dikulum habis oleh Dina.
Perempuan beranak satu itu menaik-turunkan bibirnya.. melumuri kontol sang mertua dengan liurnya yang menetes-netes.
Menghasilkan rasa ngilu bercampur geli yang sangat nikmat..
Ahhhh.. terasa hangat dan membuat seluruh tubuh Dahlan merinding hingga tak kuasa menahan kejang.
Tangan Dahlan membelai lembut kedua paha Dina yang mengangkang di atas kepalanya.
Lidahnya bermain-main di liang memek perempuan itu..
Sesekali bibirnya mengapit bulu-bulu tipis yang berhias rapi di atas memek sang menantu..
Kemudian kembali menuju klitoris Dina yang imut dan mengemut-ngemutnya sambil diiringi dengan isapan lembut.
Jari-jemari lentik Dina menggelitik kedua paha Dahlan dengan lembut..
Hingga membuat kaki mertuanya itu bergerak ke segala arah untuk menahan rasa geli yang dihasilkan.
Kontol Dahlan terasa lebih hangat ketika Dina mempercepat kuluman.. sambil diiringi isapan-isapan yang begitu liar.
Jemari yang tadi lembut membelai paha, kini dengan kasar mencengkram erat. Lidah Dahlan semakin terpacu.
Di sela-sela desahan tak tertahan.. dia semakin buas menjilati setiap mili lubang memek sang menantu.
Rakus Dahlan mengapit bibir memek Dina..
Lalu mengemut-ngemut gemas klitorisnya dengan diiringi isapan tak kalah liar oleh Dina.
Perempuan itu kemudian bangkit.. lantas ia berbalik dan menatap Dahlan dari atas.
Dia tersenyum.. sambil seketika menjatuhkan tubuhnya di atas badan kurus Dahlan.
Dina menempelkan bibirnya di atas bibir Dahlan. Beberapa detik mereka biarkan tetap dalam posisi diam.
Menikmati setiap desiran nafas masing-masing.. yang berpadu di antara wajah yang saling tatap.
Slebbbb..!! “Ooooh..!!” Dina merintih saat kontol Dahlan dengan gagah menembus liang memeknya.
Kontol itu terasa menusuk sangat kuat.. namun begitu licin hingga Dina bisa menggerak-gerakkan pinggulnya.
Mengeluar-masukkan batang kontol itu di himpitan dinding memeknya yang berkedut-kedut kencang.
Bibir Dahlan mulai bergerak-gerak.. mencari setiap kelembutan di bibir merah sang menantu.
Punggung Dina yang halus membuat tangannya dengan lembut membelai..
berjalan-jalan di atas bidang kulit yang begitu licin dan halus.
Dina terus bergerak-gerak.. pinggulnya aktif mengkuti irama gerakan pinggul Dahlan.
Liur mereka bercampur.. begitu pula cairan kenikmatan yang teraduk-aduk oleh gerakan kelamin keduanya..
Yang dengan ganas serta liarnya saling menghujam penuh kenikmatan.
Bibir mereka terkatup-katup mengiringi gerakan lidah yang saling beradu. Dahlan membalik tubuh molek Dina..
Batang kontolnya masih menghujami liang memek perempuan itu dengan irama yang beraturan.
"Nghhhh.. ohhh ohhhh .. aahh.. ahhh.. aahh..!!" Erangan-erangan kenikmatan dari bibir mereka saling bersahutan.
Dahlan menarik kontolnya dengan sangat lembut hingga menyisakan kepalanya di dalam memek Dina.
Jlebb..!! Lalu dengan kasar ia hentakkan masuk menerobos di dinding memek.
“Oaahh..!” Dina terhenyak, melepas pagutan bibirnya. Kepalanya menengadah.. tubuhnya sedikit terangkat.
Membuat dadanya membusung hingga payudaranya terlihat lebih menonjol.
Sleppp.. Jlebbb.. clebb-jlebb-jlebb-jlebb-clebb-clebb-clebb..!! Dahlan mengulangi lagi.
Ia tarik pelan batang kontolnya lalu dihentakkan lagi dengan cepat dan kasar.
"Okkkhhhhh..!! Dina kembali terhenyak.. meronta-ronta saat berkali-kali sang mertua melakukan hal yang sama.
Bibirnya tak mampu melayani keinginan bibir hitam Dahlan.
Dia hanya fokus dengan hentakan-hentakan kasar kontol lelaki tua itu.
Sebagai gantinya.. Dahlan mengulum putting. Ia isap-isap puting Dina kuat-kuat.
Ia getar-getarkan bibir di atas puting yang semakin mengeras itu.
Terlihat sepintas oleh mata Dahlan yang telah sayu.. urat-urat tipis yang menghiasi bongkahan payudara Dina.
Menandakan kalau menantunya itu sudah berada di puncak birahi.
Terus menerus dia menghentakkan batang kontolnya yang keras kejal berurat dengan mantap..
Clebb-crebb-crebb-crebb..!! Terus kontolnya menghujani liang memek Dina yang merekah indah.
Dinding memeknya berkedut-kedut menjepit setiap hentakan batang kontol. “Bapak.. ughh.. ughhh..!!”
Dina merintih dalam nikmat. Dia menjambaki rambut Dahlan yang beruban..
Menekan-nekan kepala lelaki itu untuk lebih kasar lagi mengisap puting payudaranya.
Clrupp.. crupp.. clrupp.. clrupp..!! Dahlan menggigit-gigit kecil. Dina semakin menggelinjang.
Kedua kakinya menggesek-gesek ranjang hingga menghasilkan alunan bunyi yang dinamis.
Sementara pinggulnya bergerak-gerak tak menentu.
Dia menahan pinggul Dahlan.. membuat batang kontol laki-laki itu berhenti menghujam.
Dahlan menatap wajahnya yang dipenuhi peluh.. juga matanya yang terpejam dan bibir bawahnya yang digigit pelan.
“Aahh..” Dahlan melenguh saat merasakan kontolnya seperti diremas-remas.. ditarik-tarik agar masuk lebih dalam lagi.
Dia terpejam.. merasakan alunan kenikmatan yang semakin deras menjalar di batang kontolnya..
Terus merambat ke seluruh tubuh.. membuat bulu-bulu di tubuhnya berdiri dan bergetar semua.
“Enak, Pak..?” Dina terus meremas-remas dan 'melumat' batang kontol itu dengan dinding-dinding memeknya.
Seolah ingin mengeluarkan seluruh isi yang ada di dalam kantung pelir.
“I-iya, Din..!” Dahlan menjawab di sela rintihan kenikmatan.
Memek Dina terasa lebih kencang dalam meremas.. berkedut-kedut seperti memijat batang kontolnya.
Seketika mata Dahlan terpejam-pejam.. menikmati rasa yang terus menjalar. Kakinya menegang.
Begitupula dengan kaki Dina yang melingkar di pinggulnya.
Croottt..!! “Ahhhhh..!!” Jerit Dahlan ketika kontolnya menyemburkan sperma dengan sangat kuat..
Terasa pula di batang kontolnya sebuah cairan yang menyemprot hangat.
Keduanya serempak mengejang dengan tubuh berkejat-kejat melepaskan nikmat syahwat.
Mengiringi semburan-semburan kenikmatan yang dipancarkan oleh alat kelamin mereka.
Dahlan menancapkan kontolnya dalam-dalam.. mencoba mengais sisa-sisa kenikmatan yang masih tertinggal.
Sementara Dina berusaha terus mengedut-ngedutkan liang memeknya..
Menghabiskan sisa-sisa cairan kenikmatan pada batang kontol Dahlan. Mereka bernapas tersengal.
Dahlan merebahkan tubuhnya di samping sang menantu..
Dan langsung disambut oleh pelukan mesra dari Dina yang merasa puas.
Di luar kamar.. sosok bertanduk bertanya pada sosok yang ada di dekatnya begitu tau kalau permainan sudah selesai.
"Kamu lagi apa..? Ngintip..?"
"Mungkin iya, mungkin tidak..” jawab sosok itu acuh tak acuh.
"Kamu tau mereka sedang apa..?" Tanya sosok bertanduk lagi.
"Melakukan sebuah dosa..” jawab sosok pucat tanpa melihat ke arah si bertanduk.
Dia masih menatap bingung ke arah dua orang yang sedang membelai tubuh satu sama lain itu.
"Apa kamu kenal salah satu dari mereka..?"
"Yang laki-laki, aku bertugas mengikutinya.."
Sosok bertanduk mengerutkan kening.. kemudian mengamati penampilan makhluk di sampingnya.
Wajahnya tampan dan berwarna pucat, dengan rambut cepak yang menawan.
Berjubah putih dan memiliki sepasang sayap di punggungnya.
"Kamu malaikat..?"
Sosok bersayap itu melirik.. "Iya..” jawabnya dengan senyum malu.
Sosok bertanduk menahan tawanya, lalu bertanya lagi.
"Kalau begitu, kenapa kamu tidak menjaga agar orang itu tidak melakukan dosa..?"
"Entahlah..” jawab sosok bersayap, kembali memandangi orang di dalam ruangan yang mulai tertidur lelap.
"Aku malah senang dia melakukan dosa.. dan merasa susah jika dia melakukan hal baik yang mendatangkan pahala.."
Sosok bertanduk tidak bisa lagi menahan tawanya.. dia tertawa terpingkal-pingkal sampai berguling-guling di tanah.
Tawanya membahana dan terkesan menakutkan.
Setelah tawanya reda, dia bangkit dan kembali pada makhluk bersayap yang menampilkan wajah bingung.
"Kamu..” suara si bersayap bergetar.. "Kamu setan, ya..?"
"Ya jelaslah..!” Jawab sosok bertanduk.
"Kamu tau dari mana kalau kamu itu malaikat..?"
"Malaikat itu seperti aku mempunyai sepasang sayap di punggung dan bergaun putih.."
"Kamu benar-benar lucu..!” Sosok bertanduk kembali tertawa.
"Lalu, kalau setan tampilannya buruk seperti aku..?" Makhluk bersayap mengangguk pelan seraya menatap was-was.
"Kamu tau tidak, penampilanku ini bukan tampilan asli. Tampilan ini hanya karangan manusia..
Gambaran manusia tentang kaumku..” sosok bertanduk mengambil napas sebelum melanjutkan.
"Karena gambaran manusia itu lebih bagus dari bentuk asliku..
Maka aku mengubah penampilanku yang sangat buruk menjadi seperti ini, seperti gambaran para manusia.."
"Maksud kamu.. apa..?" Tanya makhluk bersayap menambah kerutan di dahinya yang licin.
"Manusia itu tidak pernah melihat setan. Kalau mencoba.. mereka bakal mati duluan..
karena begitu seramnya bentuk asli Setan. Manusia tak bakal sempat melihat bentuk Setan yang asli.."
"Apa manusia juga belum pernah melihat malaikat..?"
"Ya, begitulah kira-kira. Malaikat bersayap putih dan setan bertanduk tajam..
Itu hanya gambaran manusia yang absurd. Manusia tak bisa melihat malaikat karena begitu terangnya..
Manusia juga tidak bisa melihat setan karena begitu menakutkannya."
"Jadi..."
"Kamu itu bukan malaikat, tetapi setan..!" Potong sosok bertanduk cepat.
"Satu hal lagi, setan atau malaikat itu tidak tergantung pada bentuk, tetapi dari sifat, perilaku, dan elemen dasarnya.."
"Apa buktinya aku setan..?" Tanya makhluk bersayap dengan pandangan curiga.
"Kamu kan setan, pasti ingin menjerumuskan aku..!"
"Buat apa aku mengganggu malaikat..? Tugasku mengganggu manusia, bukan malaikat..”
Sosok bertanduk sudah mulai kesal dengan tingkah laku mahkluk yang baru ditemuinya ini.
"Coba, kamu keluarkan elemen dasar milikmu..!" Perintahnya seraya mempraktikkan.
Sosok bertanduk mengangkat tangan kirinya setinggi dada..
kemudian merentangkan buku-buku jarinya seperti pengemis.
Satu detik kemudian, bola api kecil muncul di atas telapak tangan itu. "Api, setan..!" Ujarnya bangga.
Makhluk bersayap yang merasa penasaran.. ia meniru apa yang dilakukan oleh kenalannya.
Dia mengangkat tangan kanan, dan menunggu sesuatu muncul.
"Benar kan..!?" Seru sosok bertanduk ketika melihat api kecil di tangan si makhluk bersayap.
"Kamu itu setan, bukan malaikat..!"
"Jadi.. aku ini setan..” makhluk bersayap bergumam tak percaya.. "Tapi ..”
Dia melihat sendiri api kecil itu muncul dan hilang di telapak tangannya. "Kenapa tampilanku seperti ini..?"
"Sudah aku bilang tadi.. semua setan bisa merubah bentuk sesuai keinginannya..” kata sosok bertanduk..
seraya memperhatikan lagi bentuk dari makhluk bersayap itu.
"Aku rasa, kamu terkena amnesia tepat saat kamu berubah jadi seperti ini.."
"Jadi.. aku setan..?" Tanya si bersayap lagi dan dijawab dengan anggukan oleh sosok bertanduk.
"Aku bisa melakukan kejahatan..!" Lanjutnya seraya tersenyum senang..
seakan-akan hal itu yang ingin dilakukannya sejak lama.
"Bukan kejahatan, tepatnya merayu manusia untuk melakukan dosa.."
"Hanya itu..?"
"Bodoh..!” Kata sosok bertanduk seraya memukul kepala makhluk bersayap karena saking jengkelnya.
"Kamu mau apalagi..? Hanya itu kemampuan kita: menggoda, merayu..
dan membisikkan hal-hal buruk agar manusia melakukan dosa sebanyak-banyaknya.."
"Kalau begitu.. aku akan pergi ke para pejabat dan merayu mereka untuk melakukan dosa..!”
Ujar makhluk bersayap berapi-api.
"Kenapa begitu..?"
"Pejabat kan orang besar, pasti dosanya besar. Kalau aku berhasil, aku bisa dengan cepat dipromosikan.."
"Kamu ambisius sekali, tapi apa untungnya..?"
"Kalau aku sudah berada di eselon atas.. aku tinggal perintah saja tanpa melakukan kerja lapangan.."
"Kamu dapat darimana ide seperti itu..?"
"Dari dia..!” Jawab makhluk bersayap seraya menunjuk pria tua yang sudah tertidur pulas di pelukan sang menantu.
"Dia itu Lurah.. selalu santai dan kalau ada perkerjaan lapangan dia tinggal menyuruh bawahannya saja. Enak kan..?"
Sosok betanduk menggelengkan kepala. "Kamu terlambat kalau mau merayu pejabat.."
"Hmm.. Kenapa..?"
"Karena teman-teman kita yang bertugas di sana sudah pulang semua. Pejabat sekarang tidak perlu dirayu.
Asalkan ada satu saja yang berbuat dosa, maka yang lain akan ikut. Seperti efek domino, begitu..!"
Sosok bertanduk mengangat bahu seraya tersenyum senang.
"Kamu akan sia-sia merayu mereka yang sudah mirip sama kita.."
"Lalu apa yang harus kulakukan agar cepat ke eselon paling tinggi..?"
"Kamu tau tidak, para eselon kita yang paling atas melakukan apa..?"
Sosok bertanduk mencondongkan tubuh ke depan.
"Mereka membuat manusia menentang ..” Matanya melihat ke atas.. ".. Dia..!"
"Kalau begitu, aku harus mengerjakan hal itu agar dapat berada di eselon teratas..?"
"Kamu itu masih muda, harus banyak belajar.."
"Kalau begitu, bisa tidak kamu mengajari aku..?"
"Baiklah..” Sosok bertanduk melihat ke sekeliling, tapi tidak menemukan apa-apa.
Malam itu memang sunyi sekali. “Mungkin sebaiknya kita berkeliling sebentar..” Sosok bersayap mengangguk.
Dan dalam satu kepulan asap samar, mereka pun lenyap tak berbekas. F(. )I( .)N
--------------------------------------------------------ooOoo--------------------------------------------------------