Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

Bimabet
masuk gigi 5 tancap gas buruan beberapa hari ini llibur maunya nikmati cerita Suhu yg mengesankan walaupun copas tapi tambahan editannya jadi mantappppppp
Haaaaaaa... :berbusa:
Trims Adul + Komengnya brada..

Moga Terhibur n KEEP SEMPROT..!!
 

---------------------------------------------------------------------

Cerita 126 – Gairah Sepi

Anita

Halo pecinta cerita dewasa dengan tema cewek berjilbab..
Kali ini akan kuceritakan sebuah petualangan seksualku bersama seorang wanita berjilbab yang kesehariannya sebenarnya sangat alim.

Mungkin kalian tidak akan percaya kejadian ini..
Bahkan aku pun kadangkala tidak bisa mempercayai bahwa aku pernah memadu cinta dengan seorang wanita yang alim.

Oiya.. namaku adalah Erwin.. Saat itu aku masih mahasiswa tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi.. berusia 21 tahun.
Wanita itu bernama Ria Febrianita, ia biasa disapa Anita atau Nita.

Wanita yang telah berumur 28 tahun dan telah memiliki anak 1 ini adalah tetanggaku.. rumahnya hanya terpaut tiga rumah dari rumahku.
Suaminya Pak Kirno.. adalah mantan TNI yang kini tak bisa laki banyak beraktifitas..
akibat cedera yang dialaminya ketika melaksanakan tugas militernya di sebuah daerah di bagian timur Indonesia.

Sementara Anita, adalah seorang ibu muda yang energik dan mandiri..
Dia adalah ketua kelompok pengajian ibu-ibu di lingkungan RW tempat tinggalku..
Ia pernah mengenyam pendidikan pesantren entah berapa tahun.. namun di lingkunganku ia dikenal sebagai seorang wanita yang alim.

Setiap hari Jilbabnya tak pernah lepas dari kepalanya.. Pakaiannya lebar tak bebas menunjukkan lekuk tubuhnya..
Walaupun kadang-kadang juga dia memilih busana yang dikenakannya agak sempit dan agak ketat..
hingga menunjukkan bagian tubuhnya yang menarik.. seperti pantat.. pinggul dan payudaranya.

Dia terlihat ramping jika mengenakan setelan daster dan mengenakan jilbab yang dilingkarkan ke lehernya..
sebagian saja yang menutupi dada bagian kirinya.. sisanya tentu saja masih kelihatan.

Wajahnya ayu dengan mata yang sayu.. dan kebiasaannya tersenyum kepada ibu-ibu..
sering aku menyapanya dan menikmati sedikit senyumnya.. bibirnya tipis berisi, hidungnya tidak terlalu mancung, juga tidak pesek.

Aku senang memandangi pipinya yang tampak putih dan agak sedikit memerah, dia memang putih mulus.
Tingginya sekitar 162an cm.. aku masih lebih tinggi sedikit dibandingnya.

Karena dia memang akrab dengan ibuku, aku sering bertamu ke rumahnya..
Jika bertamu dia tetap mengenakan jilbab.. namun yang biasa saja dengan pakaian santai.

Pernah suatu ketika aku datang menemuinya di pagi hari ketika disuruh oleh ibuku.
Dia menerimaku dengan tetap mengenakan jilbabnya.. namun pakaian yang dikenakannya adalah pakaian tidur..!

Sehingga jelas terlihat bentuk tubuhnya.. dia masih ramping walaupun telah melahirkan..
Pantatnya berisi dan pahanya lumayan menyenangkan bentuknya.
Matanya yang sayu serta senyumnya yang anggun berpadu dengan ekspresi wajah baru bangun tidur.. tanpa make up.

Aku sangat gembira dan diam-diam memperhatikan tubuhnya,
Sesekali dia mengetahui kalau aku memperhatikan tubuhnya.. namun dia mengacuhkan dan membuyarkan lamunanku saja.

Suatu malam.. saat aku baru pulang dari acara kongkow bersama teman-temanku.. aku iseng berjalan pelan dan memperhatikan rumah Anita.
Malam cukup sepi waktu itu.. kira-kira jam 1 malam.. aku melihat ada bias cahaya dari ruang tamu Anita.

Kupikir dia belum tidur tentunya.. tidak mungkin itu suaminya, karena suaminya pasti telah tidur jam 9 atau jam 10 tadi.
Jika yang menonton itu adalah keluarganya.. tentu saja bukan.. tak ada orang yang datang ke rumahnya hari ini.
Jika ada.. tentu saja ketahuan.. sebab aku tetangganya.

Akhirnya aku iseng mendekati rumahnya.. dan mengintip apa yang dilakukan oleh Anita.. kenapa dia belum tidur pada larut malam begini.
Samar-samar suara televisi terdengar olehku.. volume televisinya disetting kecil..
Namun di malam seperti ini.. suara seperti itu dapat keluar rumah.. walaupun samar-samar.

Dari dalam kudengar suara desahan demi desahan seorang wanita yang sepertinya sedang menikmati hubungan seksual..
Beberapakali desahan terdengar sangar seksi setika wanita itu mengalami puncak kenikmatannya.

Namun ada yang aneh.. beberapakali suara desahan wanita di televisi diselingi suara desahan wanita yang lain..
Ouw.. mungkin ada dua wanita yang bercinta.. pikirku.. mulai membayangkan sesuatu yang erotis.

Hmm.. heran juga, aku.. ternyata Anita yang kukenal sebagai seorang ibu muda yang alim.. juga senang menonton Video Porno.
Lama kelamaan pendengaranku fokus pada suara-suara yang terdengar samar..

Aku mencari sesuatu yang lebih.. hingga suara desahan wanita yang lainnya dilanjutkan dengan erangan dan beberapa kata.
"Ouchhhh.. ouchhhh enak banget sayang.. pengen digituin..” Blass..! Aku terhentak.. itu suara Anita..!

Akhirnya aku mengintip dari jendela, mungkin dia sedang bercinta dengan suaminya.. Aku penasaran melihat tubuh telanjang Anita..
Tapi aku salah.. dia tidak bercinta.. tak ada seorangpun yang menemainya di sana.. dia sendirian..!

Terlihat dia tengah mengangkang.. membuka pahanya yang lebar sambil menggosok memeknya.
Dia tak mengenakah hijab. Rambutnya ternyata hitam dan sedikit berombak telah tak karuan lagi..
beberapa helai menutupi wajahnya.. dia mengenakan baju tidur merah jambu.. celananya telah lepas.

Wuihh.. pahanya terlihat putih mulus.. berisi dan menggairahkan.
Rasanya aku pingin segera masuk dan membantunya.. pikirku makin penasaran dan tentu saja ikutan horni.
Namun tentu saja aku tidak bisa melakukannya.. dia pasti akan berteriak dan bisa-bisa aku dipergoki massa.

Kulihat dia memulai lagi proses berburu kenikmatannya.. kulihat ia menengadahkan kepalanya ke atas..
lehernya yang putih terlihat olehku.. walaupun tak terlihat jelas.. aku membayangkan di sana ada bulu halus yang dapat kuciumi.

Kedua kakinya diangkat ke atas sambil dimekarkan..
tangan kirinya perlahan menggosok bibir vaginanya sambil bergoyang seperti seorang wanita sedang menari streaptise.

Dia mulai keenakan.. tangan yang satunya mulai mempermainkan dadanya sendiri dari luar.. kulihat dia mengejang kecil.
Yaaa..! Beberapakali tubuhnya mengejang.. mungkin jari tangannya dimasukkan ke memeknya dan menyentuh itilnya..
atau dia tak tahan menahan rangsangannya sendiri pada payudaranya.

Dia mengejang dengan sangat erotis.. saat ini dia tak bersandar lagi di sofanya.. dia telah terbaring.
Kakinya rapat.. dia melipat kakinya dan menjepit tangannya yang diam di selangkangannya..

Mungkin tangannya sedang mesra mengelus itilnya.
Lalu dia berguling kiri kanan.. sesekali meremas rambutnya sendiri atau mengisap jari tangan kanannya.

Saat dia berguling.. kulihat bongkahan pantatnya yang begitu membusung..
Wuihh.. ternyata dia memiliki tubuh yang hebat.. harusnya dia menjadi model.. apalagi wajahnya memang manis.

Tanpa kusadari aku telah memasukkan tanganku ke dalam celana dalamku..
Blebb.. crebb.. crebb.. pelan-pelan kukocok kontolku yang telah menegang sedaritadi.

Kuperhatikan terus perilaku Anita yang betul-betul tak sadar akan keberadaanku..
Dia mulai mendesah dicampur erangan.. aku mengocok terus penisku.. makin hangat dan nikmat terasa..

Kusesuaikan irama kocokanku dengan desahan Anita di dalam sana.
Oucchhh.. Anitaaa aku pengen memekmu sekarang..! Batinku ikutan meradang.

Di dalam sana.. Anita juga mulai berkomat kamit..
“Tuuusukhhh dongghh sayanggg, ouchhhh..!!! yang cepattt.. Ouchhh.. ouchhhh.. ahhhhh..!”

Kulihat dia mengejang sambil mempercepat gesekan tangannya pada vagina..
Dia bergerak sangat erotis.. hampir seperti kesetanan..

Aku mempercepat kocokanku.. erangannya semakin nikmat terdengar.. “Oucchhhh ouhhhh .. oooohhhhhh..!”
Dia mengejang luar biasa sambil menekuk tubuhnya sehingga dia terbaring dengan gaya pistol..

Dia tetap saja mengejang.. kedua tangannya meremas vaginanya kali ini.. kulihat mulutnya menganga tak bersuara hingga dia mendesah..
Ia melepaskan nafasnya yang tertahan.. kemudian diikuti desahan nafas yang semakin lama semakin mengecil.

Ouchhhh.. aku pun sampai.. celanaku basah saat kulihat Anita menemukan kenikmatannya.
Kubayangkan tubuhku dipeluk erat olehnya dan kontolku dijepit erat-erat di selangkangannya.
---------

Sejak malam itu, aku seperti baru mengenal Anita.
Ternyata dia adalah seorang wanita muslimah yang tidak saja alim.. tapi juga sangat seksi dan sangat menggairahkan.

Aku seringkali membayangkan dia berjalan di depanku dengan busana muslimahnya yang santun sambil membisikkan kata-kata cinta..
"Malam nanti main ke rumahku yuk.. aku punya pertunjukan yang bagus buatmu..” Kubayangkan Anita berkata begitu padaku.

Saat aku bertamu di rumahnya.. aku mulai nakal. Mataku semakin susah kukendalikan..
hingga Anita tau ada yang berubah dari caraku memandangnya.

"Ada apa, Win..?” Dia mengagetkanku saat kuperhatikan dadanya.
"Ehhh, gak papah, Mba Nita..”

"Kok, bengong begitu..?”
"Ehhh gak papa, saya pamit pulang dulu deh, yang penting pesan ibu saya sudah disampaikan. Assalamu alaikum..”
"Walaikum salam..” Dia menjawabnya dengan senyuman.

Hampir tiap malam aku berfantasi bercinta dengannya..
Ngentot habis-habisan sampai kami tak bisa bangun di pagi hari karena kelelahan.

Aku semakin sulit mengontrol gairahku.. seperti ada sesuatu yang belum lengkap dalam diriku..
ketika membayangkan tubuh seorang wanita muslimah yang alim.. namun sangat menggairahkan.
Sangat panas dan seksi.. apalagi tubuhnya sangat mengagumkan.

Kadang-kadang aku mencandai diriku sendiri.. mungkin jika bercinta dengannya;
Aku pasti sudah Ngecrooot saat dipeluk dan menjilati payudaranya..
Walaupun aku belum melihat secara langsung buah dada itu. Ahhhhhh..

Akhirnya aku tau.. bahwa dia seringkali menonton film porno di malam Minggu.
Memang.. pertamakali aku mengintipnya adalah malam Minggu.. saat itu aku pulang malam mingguan bersama teman-temanku.

Aku sudah mendapatinya 3 kali.. dan malam nanti dia pasti menonton lagi. Pikiran cerdasku mulai datang dan terkumpul menjadi rencana.
Aku akan merekamnya, agar aku bisa menikmatinya suatu saat tanpa menunggu akhir pekan.

"Tim, Pinjam handycam dong..!” Kataku lewat telepon.
"Buat apaan en kapan lu mau pake..?” Tanya Tim.. teman dekatku yang tiap malam Minggu pasti bersamaku..
dia belum pernah mendengar ceritaku soal ini.

"Ada deh.. lu gak usah tanya-tanya ah. Ntar sore guw ke situ ngambil barangnya..!”
"Ntar sore gue mo jalan sama Tiara. Lu ntar malam ikut malam Mingguan kan..?”

"Pasti dong.. emang napa..?”
"Ntar malam aja lu ambil barangnya..”
"Ouw.. oke..”
Aku tersenyum, aku bersiap-siap keluar rumah untuk membeli kaset.

Di jalan aku bertemu dengan Anita.. dia sedang ribet membawa barang-barang belanjaannya.
Tentu saja aku membantunya.. kubawakan barang-barangnya dan berjalan di belakangnya,
Kuperhatikan cara jalannya.. membayangkan pantatnya.. dan menikmati lenggak-lenggoknya.

Baru kali ini kusadari.. ternyata Anita terbiasa mendobel pakaiannya.
Misalnya.. saat dia mengenakan daster atau gamis dengan paduan rok..
Dia pasti mengenakan celana kain di bagian dalam.. sehingga jika roknya tersibak betisnya tak kelihatan.

Mungkin aku baru menyadari ini karena pikiran ngeresss.. yang belakangan ini rajin datang saat bertemu dengan Anita.
"Simpan di situ aja, Win..” Anita merunduk di depanku.. dia menaruh kantong plastik yang ia tenteng di lantai.

Sesaat kuperhatikan pantatnya yang membusung kepadaku.. mungkin Anita sadar kalau aku memperhatikannya..
sehingga dia cepat-cepat berdiri dan menghindar.

"Taruh aja di situ, Win..!” Dia menyuruhku lagi.
"Ohh iya, mba..” aku bergegas menaruhnya.

Bisa saja aku mendekapnya saat ini dan memperkosanya di dapur dengan sangat tenang.. bisikku dalam hati..
Tapi aku bergegas pergi dan tidak menghiraukan pikiranku.. aku tetap harus menghormatinya sebagai wanita suci.

Lagipula aku tak berniat merusak kecantikannya.
Tapi aku tetap ingin menikmati tubuhnya.. menghujaninya dengan air maniku. Ahhhh..
---------

Malam ini, aku pulang terlalu larut.. Timmy dan teman-temanku yang lain mengerjaiku.. sehingga aku harus pulang lebih larut dari biasanya.
Aku bergegas mendekati rumah Anita. Dia ternyata belum tidur dan sedang menghabiskan malam di depan televisi seperti biasa.

Penampilannya sudah acak-acakan.. mungkin dia akan selesain.. akhirnya cepat-cepat kukeluarkan handycam dan merekamnya.
Dia berbaring di atas sofa berbulunya.. tidur telentang dengan kaki terbuka.

Malam ini dia masih mengenakan jilbabnya yang berwarna oranye tua.. walaupun sudah tak rapi.
Dia mengenakan baju gamis dengan motif teratai kecil dengan warna dasar putih..

Roknya tersibak ke atas.. sementara tangannya memijat memeknya.. dia telah mengejang beberapakali.
Aku berhasil merekamnya hingga dia melenguh dengan luar biasanya..
Dia hampir terjatuh dari sofa karena tidak bisa mengontrol dirinya yang sedang diserbu rasa nikmat surgawi.

Setelah erangannya selesai.. aku tetap mengintipnya lebih lama.
Namun aku tak merekamnya lagi.. karena dia telah menurunkan roknya yang lebar.. sehingga dia tak tampil seperti telah bermasturbasi.

Aku memperhatikan dirinya.. dia telah tertidur pulas.. televisinya tetap menyala namun tak ada lagi permainan di dalam sana.. mungkin filemnya telah usai.
Anita mungkin pulang kemalaman dalam suatu acara di akhir pekan.. sehingga dia masih berpakaian rapi seperti itu.
Atau mungkin dia menerima tamu yang pulang kemalaman dan dia kecapean.. sehingga merasa tak usah mengganti pakaian.

Namun pemandangan semalam sangat seksi.. saat melihat dia bermasturbasi dengan pakaian muslimah seperti itu.
Aku pulang.. setibanya di rumah aku langsung menonton videonya dan beronani.
Aku tak sabar melampiaskan nafsuku dengan melihat dirinya mencapai puncak kenikmatan.

Aku merasakan onani yang sangat nikmat.. melihat dirinya sambil berfantasi bercinta dengannya..
yang masih mengenakan busana muslimah seperti itu. Ouwhh..

Aku tak bisa tidur.. pikiranku kasak kusuk hingga pikiran jahat mampir di kepalaku..
Ancam dia kalau kau akan menyebarkan videonya, kalau tidak dia harus memuaskanmu..!
Godaan dalam hatiku semakin kuat. Tapi aku tetap berusaha untuk tidur.

Keesokan paginya.. aku cepat-cepat keluar.. membeli kartu sim baru untuk meneror Anita.
Aku tak tahan lagi.. ide semalam mungkin ampuh untuk memuaskan diriku..
Dia tidak akan berani melawan lagi.. dan tidak akan mau videonya kusebarkan..

Sehingga orang-orang akan tau kelakuannya.. dia pasti akan malu sebagai wanita yang alim dan ketua pengajian ibu-ibu.
Dia pasti akan menuruti kemauanku. Begitu pikirku.

Aku: Aku melihat apa yang sering kamu lakukan di malam hari.
Anita: Maksud kamu apa..? Ini siapa..?
Aku: Tak usah mencoba menyangkal.. aku punya rekaman. Kamu seksi sekali sayang..


Anita tidak membalas SMS terakhirku.. dia malah langsung menelfon.
Aku kebingungan menjawabnya.. karena bisa saja dia kenal dengan suaraku dan kedokku ketahuan.

Akhirnya aku membiarkan teleponnya berlalu.. dadaku berdebar-debar. Tak kukira dia akan menelpon.
Berkali-kali dia menelpon tapi diselingin dengan SMS.. dia mencoba memohon padaku agar menjelaskan apa maksud SMSku.
Tapi tak kubalas lagi.

Sehari telah berlalu sejak aku mulai menerornya.. beberapakali dia masih mencoba menghubungiku.. tapi aku tidak meresponnya sama sekali.
Dia mengirimkan SMS.. tidak aku balas karena aku bingung mau membalas apa.

Hari ini.. aku mulai SMS dia lagi. Dengan strategi baru..
Aku: Tak usah khawatir.. aku akan tetap menjaga rahasia ini. Tenang saja.
Anita: Hei.. saya mohon maaf.. maksud kamu apa..? Saya tidak mengerti.

Aku: Sudah kubilang.. aku punya rekamanmu. Di gambar itu kamu kelihatan menggairahkan sekali.
Berbeda dengan sosok wanita muslimah yang selama ini kukenal.

Ops..!
Aku tidak sadar menuliskan SMS begitu.
Kusumpahi diriku.. bisa saja dia menerka-nerka dan mencurigaiku.. karena aku sering bertemu dengan Anita.

Anita: Bagaimana kalau kita ketemu saja..? Tolong jawab telepon saya. Saya mau bicara sama kamu..!
Aku: Kamu mau bertemu..? Boleh saja. Saya akan membantumu mencapai surga dunia.. nonton film biru berdua itu lebih enak.
Anita: KURANG AJAR KAMU.

Aku: terserah kamu.. tapi kamu sendiri pasti sudah lama tidak menikmati tubuh lelaki.
Anita: Tolong, bicaralah dengan jelas. Aku sudah punya suami.

Aku: Tapi suamimu tidak bisa lagi menyentuh mem*kmu kan..?
Anita: Apa..? Sebenarnya kamu ini siapa..!?

Aku: Aku ini malaikatmu.. ingin mengeluarkanmu dari siksaan batin.. hingga kau tak usah tersiksa lagi bermasturbasi di tengah malam.
Anita: Bejat kamu. Kita perlu ketemu..!


Aku kebingungan.. apakah harus kutemui dia..?
Jika dia tau siapa yang menerornya dia pasti marah dan kecewa padaku.. aku bisa terancam.

Tapi dia tak mungkin berani.. toh rekamannya ada padaku. Aku bisa mengancam dia.
---------

Aku mengambil inisiatif lain. Aku aktifkan kembali kartu sim-cardku yang asli.. dan keluar dari rumah.
Kuketuk pintu rumah Anita.. tak ada sahutan. Aku bersabar dan tetap berusaha mengetuk pintu dan memberi salam.

Akhirnya dia datang membukakan pintu dan menyapaku. Dia tetap biasa saja.. berpenampilan sebagaimana mestinya.
Jilbabnya tidak lepas.. dia mengenakan baju terusan yang halus.. tonjolan dadanya sedikit saja yang membusung.. mungkin dia melapis bajunya.

Tadi dia mengenakan pakaian seksi.. dan mendobel pakaiannya dengan longdress ini agar lebih cepat menyambutku.
Setelah dipersilakan masuk.. aku menyampaikan maksudku bahwa di rumah aku sedang suntuk.. bingung mau ngapain..
lalu datang ke rumahnya untuk ngobrol.

Kutanya apakah dia sibuk atau tidak.. ternyata sudah tidak. Pekerjaan rumahnya telah selesai dia lakukan.
Mungkin saat aku menerornya tadi dia sambil mengerjakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.

Aku bercerita banyak tentangnya.. tentang pacarku. Kuminta penilaian padanya dan berbagai obrolan lain.
"Asal kalian sama-sama suka dan saling menyayangi. Jika sudah saling sayang.. hubungan kalian pasti kuat..
godaan apapun yang akan datang kalian pasti akan bisa melewatinya..” Anita memberikan saran padaku.

Aku memintanya menceritakan pengalamannya juga.
Yaaa.. sebagai bahan cerita kataku.. padahal cuma alasan doang.. agar aku bisa tau cerita-cerita pribadi dia.

Kuminta juga dia untuk menceritakan hubungannya dengan suaminya.
Dia mungkin agak curiga kenapa aku ngotot banyak bertanya tentang suaminya..

Namun aku cepat-cepat menukar giliran..
Aku kembali yang bercerita dan setelah itu kutanyakan padanya kenapa dia jarang keluar rumah lagi bersama suaminya..?

“Apakah ada masalah..?” Tanyaku. Dia lantas menceritakan tentang cedera yang dialami suaminya..
Saat ini suaminya bisa dikatakan lumpuh, tak banyak yang bisa dikerjakannya selain di kamar.
Mungkin sekali-kali saja dia keluar kamar dan berkeliling di dalam rumah.

Dia terus bercerita bahwa dia menyayangi suaminya, walaupun dia tak bisa meminta banyak dari suaminya dia tetap melayaninya dengan baik.
Kubayangkan lagi kejadian malam-malam ketika Anita bergelut dengan dirinya sendiri..
saat dia butuh kekuatan seorang suami untuk ‘mengerjainya’ hingga puas.

Aku mulai merasa malu mendengar ceritanya.. dia sangat sayang pada suaminya.. dia sangat setia padanya..
walaupun kebutuhan seksnya tinggi.. dia tetap merawat suaminya dengan baik.

Mungkin inilah alasan kenapa dia jarang keluar rumah..
Mungkin dia takut tergoda oleh pesona lelaki yang akan membuyarkan cintanya pada sang suami tercinta.
Aku..? Aku mungkin bisa diterima karena aku dianggap lebih muda olehnya.. mungkin dia menganggapku sebagai seorang adik saja.

Akhirnya aku mohon pamit.. niatku melihat kondisinya saat dia menerima SMS teror dariku tidak lagi kuperhatikan..
Dia memang seperti tidak mendapatkan ancaman.. wajahnya tetap tenang dan auranya tetap juga sayu.

Dia manis sekali.
---------

Beberapa hari berlalu.. aku tidak menerornya lagi.. aku masih kasihan padanya yang terus menjaga kesuciannya dan cintanya pada suaminya.
Namun.. setelah 2 minggu berlalu.. tak sengaja lagi aku dapati dia begadang.. tidak seperti biasanya.. malam ini lebih larut.

Jam 3 subuh. Malam itu tak ada celah untuk mengintipnya.. dan memang dia mengubah posisi ruangan.
Aku hanya bisa mendengar desahan halusnya.. suaranya kecil sekali.. namun jika diperhatikan terdengar juga lenguhannya.

“Ouhhhhhh, ahhhhh tuhannnnn, ouhhhhh..!!” Aku tepat pada waktunya.. dia sedang tinggi-tingginya..!
“Akhhhhh..!!” Dia agak sedikit berteriak.. mungkin memang berteriak.. tapi aku yang mendengarnya samar.

“Akhhh Akhhh.. uhhhhh..!” Suaranya mulai agak keras.
“Ouhhhh iyaaaahhhh, hemmmppphhhhh..” setelah itu melemah.

Aku cepat-cepat pulang ke rumah. Kuaktifkan kartu sim terorisku dan segera melancarkan aksiku.
Kuaktifkan handycam dan memutar balik aksinya yang berhasil kurekam dulu.

Aku mengelus burungku sendiri sambil mengetik SMS. Aku : Kamu butuh bantuan malam ini..?
Anita tak menjawab. Tak ada jawaban. Aku tersiksa sekali menunggu SMSnya.

Keesokan paginya, dia baru membalas SMS-ku: KURANG AJAR..!!!
Mungkin dia langsung tertidur pulas setelah masturbasinya yang tertangkap olehku.

Aku : Semalam kamu banjir berapakali..? Sepertinya nikmat sekali yah..?
Anita : Kalau kamu memang laki-laki.. tolong temui saya di ..

Dia menyebutkan tempat di mana kami harus bertemu. Tapi aku tidak datang.
Aku masih ragu bagaimana harus bertemu dengannya.
---------

Suatu hari aku datang lagi bertamu ke rumahnya. Aku kembali meminta saran padanya.
"Aku suka pada wanita lain..” kataku. Dia kebingungan mau menjawab bagaimana.

Sebelum dia menjawab, aku sudah bertanya padanya. "Menurut mba, kalau aku suka pada wanita yang lebih tua itu bagaimana..?"
"Tidak ada masalah, umur bukan halangan, Win. Trus kamu tidak suka lagi pada pacarmu yang sekarang..? Kenapa..?"
Dia mulai bersemangat, mungkin dia memang butuh teman cerita.

"Aku suka sama pacarku, cuma rasanya aku tergoda dengan perempuan yang satu ini, mba..”
"Hehehe, kamu laki-laki yang gampang tergoda ya..? Wah bahaya itu..”

"Ahhh, mba Nita ngawur. Mungkin aku lebih suka perempuan yang lebih dewasa, pacarku kan terlalu manja..”
"Hehehe, gak apa-apa sih, selama itu memang pilihan terbaik kamu, cuma kamu bisa nyakitin perasaan pacar kamu..
Jadi kamu jangan egois dong.. kamu punya tanggungjawab terhadap perasaan dia..”
Dia tersenyum lembut. Ahhh.. damai melihat dirinya seperti ini.

Aku sangat tergoda padanya.. beberapakali aku terus bertamu di rumahnya.
Dia tidak heran.. memang betul dia suka ada temen ngobrol di rumah, soalnya dia jarang keluar rumah, kecuali memang mendesak.

Hari ini.. saat aku datang padanya.. aku meminta saran bagaimana mengatakan bahwa aku suka pada perempuan yang umurnya lebih tua itu.
"Yaa.. mungkin kamu katakan saja.. dengan suasana romantis atau sesuai kreativitasmu deh.. hehehe..”

Dia mulai terlihat bebas tertawa lebih riang di depanku.. mungkin karena sudah terbiasa ngobrol.
Sesekali dia meninggalkanku karena harus memperhatikan suaminya.

"Masalahnya mba, saya ngerasa malu ungkapin perasaan saya ke perempuan yang lebih tua..”
"Kenapa harus malu..? Kamu kan laki-laki.. tunjukin keberanian kamu dong.. biar dia tau kamu bertanggungjawab..” katanya.

"Iya.. cuma tidak biasa saja. Orang-orang kan nembaknya cewek yang lebih muda.. jadi lebih gampang.
Kayaknya perempuan dewasa memang susah diraih..”
"Iya dong, kamu perlu dewasa juga..”

"Menurut mba gimana..?”
"Kamu cukup dewasa sih.. kamu enak diajak ngobrol, nyambung dan cerdas.. cuma perlu keberanian aja.. apalagi wajahmu ganteng loh..”

Ahhh.. aku suka sekali kata-katanya ini.. Anita seperti cewek muda yang genit.. masih masa nakal-nakalnya dulu.
Aku mulai mendapatkan jalan yang bagus neh.

"Ah.. mba Nita bisa aja. Nah, kalau misalnya gini.. mba Nita di posisi cewek yang disuka sama cowok yang lebih muda.. sikap mba Nita gimana coba..?”
"Hehehe.. kok jadi mba sih..? Masa begitunya udah lewat..”

"Iya, tapi kan bisa dibayangkan. Mba Nita sukanya cowok yang kayak gimana..?”
"Emmm kayak gimana yah..? Dia harus bertanggungjawab.. berani dan menghargai orang lain termasuk pasangannya..”

"Maksudku secara fisik gimana..? Trus kalau ditembak, kira-kira pengennya kayak gimana..?”
"Yaaa.. kalau fisik sih yaa kalau boleh yang ganteng, tapi gak juga ga papa.. yang jelas sikapnya baik.. trus kalau nembaknya yaaa yang romantis.. hehehe..”

Sisi lain dari mba Nita mulai kelihatan. Dia lebih manis dan kesan keibuannya tidak nampak..
Dia seperti mahasiswi-mahasiswi di kampusku, nakal dan centil. Dia mulai merasa bebas ngomong mungkin.

"Yaaa.. yang romantis itu bagaimana mba Nita..? Apakah dia datang ke mba Nita.. duduk di samping kayak gini..
–aku mempraktekkannya.. duduk di sampingnya. Nita cuma tersenyum dan merespon ramah.. ‘kamu seperti anak umur belasan saja..’–
Trus dia bilang cinta ke mba..?”

"Yaaa itu boleh juga, cuma kurang romantis..”
"Trus baiknya gimana dong..?” Aku coba memaksanya.

Dia mulai menceritakan imajinasi romantisnya.. “Yaaa.. awalnya kita jalan-jalan ke suatu tempat yang memang romantis.. di daerh bukit misalnya.
Trus kita duduk berdua di bukit itu smbil ngobrol yang lucu-lucu..”

"Sambil cubit-cubitan atau melempar rumput ke wajah..” selorohku.
"Iyaa.. pokoknya senang.. sampai kita diam.. trus melihat pemandangan..”

"Nita.. kamu lihat pemandangannya indah, mirip seperti dirimu..” kataku.. tubuhku mulai kudekatkan padanya.. tapi dia agak risih.
"Pacarannya belum bisa sentuh-sentuh dong, hehehe..” katanya padaku saat kusentuhkan tubuhku padanya.
Dia makin manis.. aku mulai bisa menganggap dia seumuran denganku.

"Trus si cowok bercerita tentang hal-hal yang indah.. tentang masa depan, dan pelan-pelan muji aku, hehehe..”
"Iyaa.. wajahmu indah Nita.. mataku segar melihatnya. Aku senang kamu bisa riang seperti ini..” kataku.. aku makin percaya diri.

"Hehe, trus..?” Aku kebingungan dia bilang begitu..
"Andai kita bisa bersatu.. aku sangat bersyukur. Aku bisa mengorbankan diriku untuk kebahagiaanmu..”

Aku beralih ke depannya.. berlutut dan memegang tangannya.. dia kaget atas sikapku.
"Maafkan aku jika membuat kamu merasa lain.. biarkan bukit ini menjadi saksi. Duduklah di sampingku..”

Kutarik tangannya dengan lembut.. dan kududukkan di lantai berkarpet tebal. Kami duduk bersampingan di antara sofa dan meja sekarang.
Kugenggam tangannya erat-erat. Dia mengikuti begitu saja.. pasrah.

Raut wajahnya seperti kebingungan harus berbuat apa. Tak kuberi dia kesempatan untuk berpikir jernih.
"Nita.. aku ingin memelukmu dengan perasaan cinta.. penuh kasih sayang. Entah apa yang mendorongku berkata seperti ini..
tapi kau sendiri yang memupuk perasaan cinta ini, Nita..” tanganku mulai melingkar di pundaknya.. tubuhku makin erat memeluk tubuhnya.

"Emmm..” Nita kebingungan.
"Bagaimana aku harus mencintaimu Nita..? Aku ingin kita hidup bersama dan bahagia.. saling merasa dan saling memberikan kesenangan..”

Aku mengelus pundaknya.. tanganku yang satu tetap menggenggam tangannya.
"Nita, izinkan aku mengajakmu terbang di atas bukit ini..”

Dan bibirku melayang ke wajahnya. Kucium pipinya pertama.. namun dia sendiri yang mencari bibirku.
Akhirnya kami berpagutan. Nita menutup mata.. seperti sangat menikmatinya.
Bibirnya yang kecil berisi lebih agresif dariku.. namun kubiarkan.. aku mengikuti saja.

Tanganku yang nakal ke sana ke mari.. pakaiannya yang berlapis-lapis menggangguku..
apalagi dia mengenakan baju panjang.. jadi susah kuselipkan tanganku ke dalam.

Namun remasan ke dadanya dari luar saja membuatnya seperti gila.. ia memegang tanganku yang sedang meremas payudaranya.
Dia meremas tanganku dengan keras. Ciumannya makin gila.. lidah kami ikut serta.. dia masih tak membuka mata.

Tanganku meremas dadanya sambil menahan beban badan di punggungnya..
Kutarik perlahan jilbabnya.. menguakkannya sedikit.. lalu ciumanku turun ke lehernya yang putih jenjang.
Ouhhh.. betapa indahnya. Mulutnya menganga.. bibirnya merah merekah sambil mendesah.

Tangannya meremas pantatku dan menekannya rapat ke belahan di pangkal pahanya.. sehingga tubuhnya makin tertekan..
“Oughhhhh.. ahhhhhhhh.. terusinnnnn..!” Sepertinya Nita betul-betul menikmati..

Ia seolah telah kehilangan akal sehat.. terperangkap gairah birahi yang kutebar.
Aku makin buas menjilati lehernya.. sesekali kugigit pelan hingga dia menggelinjang.

Saat lidahku berjalan naik ke telingannya dia menahan dan mendorong kepalaku ke bawah.. “Oowwhhhh .. jilattinnn terusshhhh..!”
Pantatnya bergoyang.. dan tangannya makin mencengkram pantatku.. menekankannya agar ketegangan penisku menandas pangkal pahanya..
Tepat di bagian vagina.

Dari atas.. kuselipkan tanganku ke dalam bajunya.. Aku sempat bingung karena bajunya berlapis tiga..
Baju paling luar.. di dalamnya ada baju kaos dan di dalamnya ada baju tidur yang tipis.. tanpa bra.

Namun akhirnya aku menemukannya.. Walaupun aku tak melihat payudaranya.. aku bisa tau ukurannya 34b..
Tak pernah kukira dia punya payudara luar biasa bagus seperti ini.. tegang.. kenyal dan lembut.

Dari leher.. bibirku mulain turun.. saat aku kesulitan menjilati dadanya lebih ke bawah..
tangannya membantu dengan menarik V bajunya.. sehingga kancingnya lepas dan robek.

Kugapai payudara yang satunya dengan beringas.. tak sempat kunikmati dengan mata.
Kukulum begitu saja.. putingnya kupilin dengan bibirku.. ujung putingnya kujilati di dalam mulut.

“Ouchhhhhhh.. Akhh.. Uhhh Iyaahhh.. ouhh sayangggg.. uuu dahhhh laaa mahhhhh.. Aaauukkhh..!”
Erangnya nikmat.. menggencar serupa ceracau.

“Oouushhh..!” Dia berteriak sambil menekan pantatku sangat kuat.
Aku membantunya dengan menekan selangkangannya dengan ketegangan penisku yang kutandaskan.

Tangan Nita naik ke kepalaku dan menariknya.. kembali dia menciumku.. kini dengan beringas..
Bibirku sakit digigitnya.. tapi aku pasrah saja.. aku menikmatinya.

Ini permainan yang hot.. sofa yang berat ini berseger sedikit.. meja sudah jauh dari kami. “Oughhhhhhhhh.. emmphhhhhh.. ouhhhhh..!”
Ia melenguh panjang.. melepaskan seluruh nafasnya yang tertahan saat memeluk leherku dengan erat.

Dia telah terbang bersamaku.. aku memeluknya sambil mencium lehernya. Kucium dengan penuh cinta..
Kuhafal baik-baik aroma rambut dan lehernya.. entah masih adakah kesempatan lain terbang ke langit bersama Anita.

Aku mulai lagi ronde berikutnya.. Kucium bibirnya.. kami bertarung lagi.
Entah karena dia memang sangat keenakan.. sehingga belum sadar apa yang kami lakukan.

Beberapa saat berlalu.. aku berusaha mencapai orgasmeku juga.
Kugesekkan tonjolan batang kontolku yang masih di sarangnya pada selangkangan Anita..

Kuisap dengan beringas dadanya.. dia menggeliat seperti cacing kepanasan..
Meski terkesan ‘malu-malu’.. tangannya tiba-tiba sudah sampai di dalam celanaku.. mengelus kontolku..
Woww.. dia berusaha membuka celana jins yang kukenakan.

Aku makin gila mengulum putingnya.. kuremasi buah pantatnya.
Sejenak dia seperti meronta-ronta kecil berusaha menghindari kenakalan bibirku ketika leher mulusnya mulai kukecupi..

Sementara tanganku tengah meremasi kemontokan buah dada yang memang tak mengenakan bra..
Beberapakali tangan halusnya seperti menekan tanganku di dadanya.. menyuruh tanganku kembali meremas di tempat semula..

Sampai sesaat kemudian ‘perlawanannya’ berhenti dengan sendirinya.. berubah dengan desah nafas memburu dan geliatan tubuhnya..
Serangankupun kukendorkan.. Kecupan bibirku kuperlembut.. demikian juga remasan tanganku berubah menjadi elusan lembut..
pada kulit payudaranya dan gelitikan mesra pada puting susunya yang sudah mengeras..

“Winn.. sssshhh.. aku ngga tahaaan..” bisiknya pendek.. dekat sekali suara itu di telingaku..
Ooowww.. daun telingaku dikulumnya.. dijilatinya..

“Ikuti aja Nit.. nikmati aja..” bisikku mesra sambil menguak lebih lebar V-neck baju dalamnya..
sehingga memperlihatkan kesempurnaan bukit montok di dadanya.. begitu mulus dengan puting mungil mengeras berwarna merah kecoklatan..

Kembali kudaratkan jilatan ujung lidahku pada benda itu.. tubuh Anita menggeliat sambil mendesah panjang..
“Ssssssshhh.. aaahh.. Wiinn.. ooo.. aku.. takuut.. mmmmmhh..”

Tak kupedulikan lagi kalimat-kalimat Anita.. karena nafsukupun sudah di ubun-ubun..
Apalagi menghadapi kenyataan.. ternyata dari jarak sangat dekat dan rapat.. tubuh ibu muda ini memang tak layak untuk dilewatkan sesentipun..

Desah-desah resah berhamburan dari mulut Anita..
Geliatan tubuhnya sudah menunjukkan kepasrahannya kepada birahinya sendiri..

Tangannya mulai melingkar di leherku.. betapa rambutku digerumasinya..
betapa kuatnya jari lentik Anita mencengkeram kulit punggungku manakala puting susunya kukulum dalam waktu yang lama..

“Duuuh.. ampuuunn..” desahnya lirih..
Perutnya yang rata berkulit putih dihiasi lubang pusar berbentuk bagus ini menggeliat erotis manakala bibirku mengecupinya..

Tubuh atas Anita sudah setengah telanjang.. Kini tubuhnya setengah rebah dengan kepala berada di sandaran tangan sofa..
Sementara kulihat tangannya meremasi payudaranya sendiri..

Anita mengerang panjang dengan menggoyang-goyangkan kepalanya yang mendongak..
ketika lubang pusarnya kukorek-korek mesra dengan lidahku.. tubuhnya menggeliat erotis sekali..
Rupanya di situ adalah salahsatu daerah sensitifnya..

"Owww.. Erwiinn.. jangaaan.. aku gak mauu..” bisiknya sambil tangannya menahan daguku..
ketika kukecupi gundukan kemaluannya dari balik celana dalamnya yang sudah tampak bercak basah..

“Kenapa Nit..?” Tanyaku lembut..
“Ssssshh.. aku belum.. pernah.. Maluuu..” jawab Anita.. sambil berusaha menarik tubuhku ke atas..

Selanjutnya tanpa permisi atau mengindahkan permintaannya.. celana dalam standar berwarna cream itu kusingkap ke samping..
Fuuuiiihh..! Sebuah gundukan kecil yang dibelah tengah dengan rambut kemaluan ga begitu lebat..

Sebuah bentuk luar kemaluan wanita yang terlihat seperti masih orisinil saja..
Aihh.. Indah sekali belahan yang kini membasah dan kulihat berdenyut-denyut.. di hadapanku.

Tak ayal lagi.. lidahku terjulur menyapu cairan yang membasahi belahan indah itu..
“Aaaaahhh.. Erwiiinn.. kamu bandeeelll..” erang Anita dengan tubuh semakin hebat menggeliat..

Namun sepasang kaki panjangnya semakin terkangkang lebar.. kaki sebelah kiri terjuntai ke lantai yang beralaskan karpet tebal..
dan kaki sebelah kanannya ditumpangkan di atas sandaran sofa.. setelah celana dalamnya kutanggalkan.

Rambutku habis diacak-acak tangannya yang gemas.. yang kadang mencengkeram erat kulit pundakku..
Hal ini membuat aku semakin kesetanan.. ditambah aroma vaginanya yang segar..

Bibirku menciumi bibir vaginanya selayaknya menciumi bibir mulutnya..
Lidahku menyelip-nyelip memasuki liang yang basah itu sampai sedalam-dalamnya.. sesekali kukulum clitoris mungil yang sudah mengeras..

“Erwiiinnn.. ampuuuunn.. nikmaaaaat bangeeettt..” Anita merintih-rintih dengan suara seperti orang mau menangis..
pinggulnya bergerak-gerak merespon ulah lidah dan bibirku di selangkangannya..

“Ooowwh.. Wiiinn.. sudaaaaahhhh aku ga tahaaaaan..” suara Anita semakin memilukan..
Tiba-tiba tubuh Anita bangkit dan mendorong lembut tubuhku yang tengah bersimpuh di karpet tebal di sela antara meja dan sofa..

Ya.. kuikuti saja maunya.. sehingga tubuhku telentang di karpet sedangkan tubuh Nita mengikuti arah rebah tubuhku.. hingga tubuhku kini ditindihnya..
Payudaranya yang montok dan kenyal itu kini menempel ketat di dadaku..

Wajah kami begitu dekat.. dan wajah wanita yang tengah diamuk birahi memang akan semakin terlihat memikat..
seperti wajah Anita ini kulihat semakin mempesonaku..

Tiba-tiba.. “Wiinn.. ayo masukin yaaah..?” Desisnya dengan bibir indahnya kulihat gemetar..
Alis indah di wajah cantik Anita mengerinyit dan matanya yang agak sipit semakin menyipit sayu..

Srrtt.. Dengan hanya menyibakkan celana dalamnya ke samping sebagai akses masuk penisku.. perlahan Anita menurunkan pinggulnya.
Sleppp.. “Ouught.. pelaaan Wiiinn.. ssssss.. nyeriii..” keluhnya.. sambil mempererat pelukannya..

Ughh.. Kurasakan liang sanggama ibu muda ini sempit sekali ketika kepala kontolku berusaha menerobosnya..
Tapi ibu muda ini sepertinya tengah sangat bersemangat untuk menuntaskan ‘gairah binalnya’ yang selama ini mungkin tak tersalurkan..

Walaupun dengan ekspresi yang nampak kesulitan dan ‘kesakitan’ namun terlihat penuh nikmat.. diiringi geal-geol pinggulnya..
Slebb.. Jlebb..!
Akhirnya amblaslah seluruh batang kemaluanku tertanam di liang sanggamanya yang terasa masih sangat sempit..

“Sssshhh.. gilaaa.. keras banget punya kamu.. hhh.. hhh.. tunggu Wiinn..”
Tubuh sintal Anita ambruk ke tubuhku ketika penetrasi itu berhasil..

Kudiamkan sejenak tubuh sintal itu diam tak bergerak di atas tubuhku.. dengan nafas memburu tak beraturan..
Nyutt..nyutt.. nyutt.. Besutan-besutan kecil kurasakan ketika Anita mulai menggerakkan pinggulnya..

Lama kelamaan gerakan itu semakin keras.. dan besutan-besutan itu semakin nikmat kurasakan..
Aku ga bisa menahan diri lagi untuk mengcounternya.. Aku mulai mengayun batang kemaluanku..

“Erwiiin.. oooohhh.. sssshhhh..”
Hanya itu desah-desah kalimat pendek yang sering terucap dari mulut Anita yang dengan gemulai menarikan pinggulnya..

Diiringi erangan dan rintihan kami yang sangat ekspresif.. sesekali bibir kami berpagutan liar..
remasan gemas tanganku pada payudara montok yang terayun-ayun itu seakan tak mau lepas..

“Wiiiinn.. Erwiinnhh.. ssssshh.. aku hampiiirrr.. ookkkhhh..”
Gerakan tubuh Anita semakin tak beraturan.. dan rasanya akupun ga perlu menahan bobolnya tanggul spermaku untuk lebih lama..

“Tunggu Nit..” desisku pendek.. Dan bagaikan dikomandoin.. tubuh kami bisa serentak meregang..
Aku 'terpaksa' mengayunkan batang kemaluanku sehebat-hebatnya keluar-masuk liang nikmat itu.. untuk menghasilkan kenikmatanku secara maksimal..

Kucengkram kedua pinggulnya.. lalu kuangkat-turun berkali-kali pinggul dan pantatku.. menghenyak-henyakkan selangkangannya di selangkanganku.
Jlebb-jlebb-jlebb-jlebb-jlebb.. dengan mantap ‘tonggak’ batang penisku mengaduk dan menyunduli lubuk liang nikmatnya..
Crett.. crett.. crett.. crettt.. semprotan spermaku tak mampu kubendung.. memancar deras di dalam liang nikmat Anita.

Lalu beberapa detik kemudian.. “Aaaaarrgh.. Erwiinnhh.. aammmpuuuunn.. oughhh..!” Crrr.. crrr.. crrr.. crrr..
Seketika tubuh Anita menggelepar hebat di atas tubuhku.. cairan cintanya terasa hangat membelasah penisku di dalam sana.
Ughh.. betapa kejam kuku jarinya mencengkeram dadaku sebagai pelampiasan meledaknya puncak birahi betinanya..

Hening.. sesaat setelah terjadinya ledakan hebat.. baik dari kejantananku maupun liang nikmat Anita..
Hanya desah napas dan detak serta degub jantung kami yang mulai teratur terdengar di ruang itu..

Beberapa saat kemudian.. dengan lemas namun puas.. kami berbenah diri.. kembali mengenakan pakaian kami masing-masing.
Kulihat Anita hanya menundukkan mukanya.. seolah tak mampu menatap mataku.. Selintas kulihat ada gulir airmata di pipi mulusnya.

Setelah melap sisa-sisa campuran cairan cinta kami di selangkangannya.. ia merapikan pakaiannya yang kusut masai.
Rrrttt.. Baru saja aku menarik ritsleting.. mengatupnya lalu mengancing celana jinsku..
tiba-tiba suara seorang anak datang dengan ucapan salam seolah ‘menggema’ di depan pintu.

Jderr..!! Anaknya pulang..! Sontak saja.. tanpa dikomandoi kami makin bergegas..
Berantakan .. rambut Anita ke sana-ke mari.. tidak mirip Anita kelihatannya..
Tetapi seorang bidadari cantik jelita yang seksi.. penuh nafsu dan energik.

Jilbabnya dikenakan seadanya.. kami seperti langsung kompak membersihkan minuman yang tumpah.
Fuihh..! Untung saja.. tanpa disadari minuman kami tumpah saat sedang bergelut tadi.
Anita bergegas membawa gelas ke dapur. Aku sendiri memperbaiki posisiku.

Tak lama kemudian aku pulang ke rumah.. tanpa pamitan kepada Anita..
Dia tak keluar lagi menemuiku. Jadi kukira aku memang harus pulang.

Di jalan pulang.. kembali penisku berdiri tegang mengingat adegan tadi. Jelas masih terngiang-ngiang.
Senyum tak lekang dari bibirku.. kurasa..

Lemas namun senang aku melangkah pulang ke rumah. Ohhhh.. Betapa Indahnya hari ini. (. ) ( .)
---------------------------------------------------------------------
 
-----------------------------------------------------------------------------

Cerita 127 – Cicilan Utang

Darsih

Tembok
rumah itu sudah mengelupas di sana-sini.. warna catnya sudah tidak jelas.. entah putih.. krem, atau coklat muda.
Beberapa bagian atapnya ada yang bocor. Tapi pemilik rumah itu tak mengurusnya dengan baik.

Ia mengontrakkannya pada sepasang suami istri muda dengan harga sekedarnya..
dan pasangan itu terpaksa menyewanya karena tak punya pilihan lain.

Sang suami.. Darman, hanyalah seorang buruh bangunan.. dan istrinya Darsih juga bekerja serabutan.
Kadang buruh tani.. kadang mencucikan pakaian tetangganya.. dan sebagainya.

Darman berusia 30 tahun.. badannya kekar dengan kulit gelap karena sering tertimpa sinar matahari saat bekerja.
Sementara istrinya.. Darsih berkulit sawo matang.. cukup bersih dan berwajah manis. Usianya terpaut dua tahun di bawah suaminya.

Di kampung itu.. ada satu keluarga kaya. Keluarga Juragan Karyadi. Pekerjaannya selain berdagang juga sebagai pemborong bangunan.
Pada Juragan Karyadilah Darman ikut bekerja.

Kali ini.. sudah tiga minggu lamanya Darman bekerja di sebuah proyek di desa sebelah yang dikerjakan Juragan Karyadi..
dan belum sempat pulang menemui istrinya.

Darsih hanya tau kabarnya dari keluarga Juragan Darman kalau proyeknya lama.. setengah tahun.
Meski kangen sama suaminya.. Darsih bersyukur karena itu berarti suaminya akan punya uang lumayan nantinya.

Bukan apa-apa. Mereka punya utang banyak.. ini tak lain dari kebiasaan Darman dulu yang suka berjudi.. hingga harta mereka habis.
Bahkan rumah satu-satunya peninggalan orangtua Darsih juga dijual.. dan akhirnya terpaksa mengontrak.

Sejak itu Darman berubah.. dan Darsih senang dengan perubahan itu..
meski tetap saja kesengsaraan mereka masih panjang.. selama utang-utang itu belum terlunasi.
Dan utang mereka yang paling banyak itu.. adalah pada keluarga Juragan Karyadi itu.

Suatu malam.. Darsih merasa gelisah. Di luar hujan turun dengan deras.
Beberapa bagian rumah kontrakannya bocor.. untungnya tidak di kamar tidurnya.

Saat hendak memejamkan matanya.. tiba-tiba pintu depan rumahnya ada yang mengetuk.
Darsih bangkit dari ranjang dan membereskan pakaiannya.. lalu berjalan ke depan.

Setelah pintu terbuka.. tampak wajah yang dikenalnya.. Juragan Karyadi. Ia memegangi payung.
Darsih buru-buru mempersilakannya masuk.

Ia pun bergegas membuatkan minuman hangat buat majikan suaminya itu. Kedatangan orang kaya itu justru membuatnya makin gelisah.
Dan bener aja. Setelah menanyakan maksud kedatangannya.. Juragan Karyadi membawa berita yang tidak mengenakkan;

Darman bekerja ceroboh.. tembok yang dibangunnya roboh. Darman sendiri hanya terluka sedikit dan tidak apa-apa.
Namun.. Persoalannya adalah; tembok itu menimpa sebuah mobil milik orang lain.

“Saya sudah mengganti rugi kerusakan mobil itu. Tapi persoalannya adalah.. utang suamimu terpaksa bertambah..” kata Juragan Karyadi.
Darsih hanya menunduk.. airmatanya menetes.

“Saya diberi amanat sama suamimu untuk mengatakan hal ini.. dia bilang.. kalau dia yang ngomong langsung.. takutnya kamu ndak percaya..”
lanjut Juragan Karyadi.

“Iya Gan.. saya percaya kalau Juragan yang mengatakannya..” kata Darsih sambil terisak.
“Sudah.. jangan nangis.. yang penting suamimu selamat. Soal utang itu.. nggak usah terlalu dipikirkan.. bisa dicicil..” kata Juragan Karyadi juga..

“Kamu yang megang itung-itungannya kan..?” Tanyanya lagi pada Darsih.
Darsih mengangguk.. “Jadi kalau ditambahi ongkos benerin mobil itu.. berapa juragan..?” Tanyanya.

“Si Arwan bilang.. kemarin sudah habis lima juta.. nanti itungan yang benernya menyusul. Saya tunjukin kuitansinya kalau sudah beres..”
jawab Juragan Karyadi.

“Yang kemarin masih sisa berapa ya.. duabelas kalau nggak salah kan..?” Tanyanya pada Darsih.
Darsih mengangguk..

“Iya juragan.. kurang lebih segitu.. saya lihat catatan saya dulu..” kata Darsih sambil berdiri..
Tapi Juragan Karyadi meraih tangannya dan menahannya. “Nggak usah.. lain kali saja.. saya nggak berniat untuk nagih sekarang..” katanya.

Darsih mengurungkan niatnya dan duduk lagi di kursi.. tak jauh dari Juragan Karyadi.
“Saya justru akan menawari kamu cara cepat untuk melunasi utang itu..” kata Juragan Karyadi lagi sambil menatap Darsih.

Darsih melirik lelaki setengah baya yang bertubuh masih tegap.. bersih dan berpotongan wajah tampan itu.. maklumlah.. orang kaya.
“Maksud Juragan..?” Tanya Darsih sambil menunduk lagi.

“Sih.. kamu ngitung.. berapa lama kamu bisa melunasi utangmu..? Kalau si Darman lagi ada kerjaan.. sebulan kamu paling bisa bayar limaratus ribu..
Tapi apa iya kamu pernah bayar segitu..? Seingat saya cuma sekali. Dan saya sudah berbaik hati.. karena tidak pernah mengenakan bunga..”
papar Juragan Karyadi.. kemudian menarik napas sebentar.

Lalu ia melanjutkan ‘wejangannya’.. “Nah.. persoalannya sekarang adalah; utangmu nggak pernah berkurang.. karena suamimu terlalu banyak bikin ulah.
Dan utangnya sama orang lain yang memberatkan.. karena terus berbunga. Saya nggak mau nagih sebenarnya..
tapi kalau nggak maju-maju bayarannya dan malah nambah terus, gimana dong..?” Tanya Juragan Karyadi. Darsih hanya menunduk.

“Saya sebenernya kasihan sama kamu.. tapi mau gimana lagi. Itu suamimu.. dan kamu nggak mau menceraikannya kemarin-kemarin.
Memang sih.. cerai sama dia juga bukan solusi.. karena hartamu juga ikutan habis. Dan dia kelihatannya sudah sedikit berubah.
Tapi apa kamu ndak mau tenang.. bebas utang..?” Tanyanya lagi.
“Mau Juragan..” jawab Darsih.

Juragan Karyadi pindah duduknya ke sebelah Darsih.. dan tiba-tiba tangannya mendarat di paha Darsih yang tertutup daster.
Darsih segera menepisnya.

Tapi tangan lelaki itu kembali mendarat.. dan kali ini lebih berani..
Ia menarik daster Darsih hingga pahanya yang mulus tersingkap.. lalu mulai mengelusnya.

Darsih tak menepisnya.. tapi memegangi tangan itu.. “Jangan Juragan..” kata Darsih setengah berbisik.
Tiba-tiba wajah lelaki setengah baya itu mendekati wajah Darsih dan berbisik di telinga Darsih..

“Layani aku..” kata Juragan Karyadi sambil mengelus paha mulus Darsih.
“Jangan Juragan..” kata Darsih sambil mengelak menjauhkan kepalanya.

“Limaratus ribu berkurang utangmu.. setiap kau mau melayaniku.. kau boleh mancatatnya sendiri..” kata Juragan Karyadi.
Darsih melirik.. dan tangan Juragan Karyadi sudah berpindah memeluk pinggangnya.

“Saya.. saya nggak bisa Juragan..” kata Darsih.. tapi ia tak mengelak ketika tangan lelaki itu merayap naik dari pinggang ke payudaranya.
Celakanya.. Darsih tak memakai penutup dalam.. karena tadi sudah bersiap untuk tidur.

Darsih tersentak ketika tangan itu meremas teteknya dengan lembut.
“Jangan Juragan..” kata Darsih sambil memegangi tangan itu.. tapi anehnya ia tak menepisnya.

“Setengah juta Sih.. Kapan lagi kau bisa dapat duit sebanyak itu tanpa kau perlu bekerja keras..” bisik Juragan Karyadi lagi..
Lalu kembali menyosor pipi Darsih sambil meremas payudara Darsih dengan lembut.

Darsih jengah. Bukan hanya soal duit sebanyak itu yang melintas dalam pikirannya.. tapi sentuhan lembut lelaki yang usianya hampir kepala lima itu.
Sentuhannya begitu lembut.. bahkan ia sendiri tak pernah merasakannya dari suaminya yang cenderung kasar dan terburu-buru.

Tak pernah sekalipun Darman menyentuhnya seperti itu.
Apalagi.. wangi parfum Juragan Karyadi mulai menggodanya.. juga sentuhan hidungnya di pipinya.
Ia bimbang.. antara menolak atau menerima tawaran yang menggiurkan itu.

Tiba-tiba terdengar bunyi kentongan dipukul mendekat.
“Ada ronda Juragan..” kata Darsih sambil berdiri. Juragan Karyadi diam.

“Sih.. aman..?” Terdengar suara yang meronda bertanya pada Darsih.. rutin seperti itu.

Darsih melirik Juragan Karyadi.. yang langsung ditatap penuh arti oleh lelaki itu.
“Aman..!!” Teriak Darsih. Dan terdengar derap langkah para peronda itu menjauh.

Juragan Karyadi menarik tangan Darsih dan mendudukkannya di pangkuannya.
Darsih hendak beringsut.. tapi Juragan Karyadi keburu memeluk pinggangnya.. menarik tubuhnya hingga bersandar di tubuh Juragan Karyadi.

Ughh.. Segera dirasakannya Kehangatan pantat Darsih menekan pangkal kemaluannya.
Tak lama kemudian dua tangannya menclok di payudara Darsih yang masih membulat kenyal lalu mulai meremasinya perlahan.

Darsih tak bisa lagi mengelak.. apalagi ketika tangan itu menarik dasternya dari bawah dan menyusupkannya..
lalu kembali menclok di payudara Darsih yang tak tertutup apa-apa.

Tangan lembut lelaki itu membuat Darsih terlena.. apalagi ketika mulai menyentuh dan mempermainkan putingnya.
“Gan..” kata Darsih.. hanya itu yang keluar dari mulutnya.

“Setengah juta Sih..” kata Juragan Karyadi lagi.. sambil terus menggerayangi payudara sekel Darsih yang belum pernah disentuh mulut bayi.
Urutan.. ‘cakaran’ di punggung dan remasan di batang pahanya.. lalu belaian di payudara tak pelak membakar api birahi Darsih.

Nafas Darsih mulai tersengal-sengal.. tubuhnya menggelinjang semakin sering.
Juragan Karyadi meningkatkan intensitas aktivitasnya.. dengan sedikit menundukkan kepala..

Crupp.. mulutnya menyergap pentil yang tegak menantang dengan indah.. sembari tangan kanannya menyiksa payudara kiri.
“Sshhhh..” seketika Darsih melenguh disergap deraan nikmat yang makin tinggi.

Beberapa saat berlalu.. satu tangan Juragan Karyadi kemudian menaikkan lagi daster Darsih hingga ke pinggang.
Dan ternyata.. Darsih juga nggak pake celana dalam..! Plass..! Bulatan bokongnya yang indah dan mulus langsung tampak.

Tangan Juragan Karyadi kemudian melingkar ke depan selangkangan Darsih..
Slepp.. diselipkannya di sela pangkal paha yang terkatup rapat.. lalu menyentuhnya perlahan.

Ujung jarinya meraba bukit kecil yang dihiasi bulu-bulu halus yang terasa lembab di tangannya.
Hmnm.. ada sejumput bulu di situ.. Juragan Karyadi menyibaknya.. mengelusnya..
Lalu menemukan sebuah celah yang sedikit basah ketika ia menyentuhnya dengan jarinya.

Selanjutnya Juragan Karyadi membagi wilayah serangnya..
satu tangan berkonsentrasi menghajar seputar payudara yang indah menantang.. tangan satunya beroperasi pada pangkal kemaluan.

Didera nikmat.. sekujur tubuhnya merindukan penuntasan lebih dalam..
Darsih mulai tidak sabar.. seakan menunggu.. tapi dia tidak tau harus bilang apa.

Tubuh Darsih menggeliat-geliat saat tangan Juragan Karyadi meremas teteknya dengan satu tangan..
dan satu tangannya lagi mengelus-elus bibir tempiknya yang sudah tak disentuh suaminya nyaris selama sebulan.

“Uuhh..” Darsih terjengkit saat dirasakannya sebagian jemari menelusup liang pertahanannya.
Desahannya justru semakin menyemangati sang juragan yang kini tak ragu-ragu lagi menyeruak ke dalam dirinya.
Sekian lama menerima hajaran nikmat.. akhirnya Darsih tidak tahan lagi.. “Oohhh.. Gannnhh..” desahnya risau.

Bahkan ketika suaminya ada pun.. tak pernah ia melakukan hal itu.
Apalagi.. tangan Juragan Karyadi bener-bener halus dan lembut.. maklum.. tak pernah bekerja kasar seperti suaminya.

Di bawah.. di balik sarung yang terjepit oleh bokong Darsih.. kontol Juragan Karyadi mulai terbangun dan makin mengeras.
Ia lalu menggosok-gosok dan menggesek-gesekkannya di bokong Darsih.. sambil terus bergerilya dengan tangannya.

Satu tangan Juragan Karyadi lalu mengangkat bokong Darsih sedikit.. kemudian menurunkan sarung dan juga celana kolornya.
Toeweng..! Kontolnya yang berukuran lumayan besar langsung nongol.. mengangguk-angguk dengan gagah..

Saat mendudukkan lagi Darsih.. perempuan itu tampak kaget.. karena menduduki batang kontol yang sudah mengeras itu..
Tepat di bawah belahan tempiknya yang berjembut lebat.

Tanpa diminta oleh Juragan Karyadi.. Darsih tanpa sadar justru menggerakkan bokongnya maju-mundur beberapakali..
seolah sedang mengukur panjang batang kontol yang berdenyut itu pada belahan tempiknya yang mulai rembes membasah.

Juragan Karyadi kembali mengangkat sedikit bokong yang indah itu.. Tuinggg..!
Ia membebaskan tongkatnya.. kini mengacung tegak.. menantang pantat yang sedaritadi telah ‘menindasnya’.

Darsih mengangkat tubuhnya merespon.. menurut menggeser pantatnya ke satu arah..
sampai dirasakannya segumpal daging keras menempel di mulut liang kewanitaanya yang telah banjir.

Ohhh ini dia..! Dirinya menyadari akan segera dimasuki benda asing selain milik suaminya sendiri.
Tak terasa dadanya berdebar sangat keras menanti apa yang akan terjadi.. geliatannya otomatis berhenti.

Tangan Juragan Karyadi yang tadi mengangkat bokongnya.. sekarang mencengkram.. Menuntun Darsih menurunkan badannya.
Tak lama kemudian Juragan Karyadi mengangkat lagi bokong Darsih.. kini sembari memegangi batang kontolnya yang sudah tegang habis..
lalu menyentuhkan belahan tempik Darsih dengan kepala kontolnya.

Darsih di lain pihak.. dengan birahi yang membara menurunkan tubuhnya.. menekan daging keras yang mengganjal di mulut kemaluannya.
Slepp..! Masuk sedikit. Nyangkut.. terganjal. Ohh.. hangat sekali anu si Juragan Karyadi. Desah Darsih dalam hati,

Tak menyerah.. dengan bertumpu pada dua kakinya.. Juragan Karyadi berusaha lagi mendorong kontolnya..
Slebb.. terasa mulai melesak masuk ke dalam tempik Darsih yang masih lumayan peret itu. Iyaahh..! Juragan Karyadi bersorak dalam hati.

Sementara Darsih harus menarik nafas.. ketika Juragan Karyadi menohok.. lalu ditekannya kembali bagian bawah tubuhnya dengan kuat..
seolah menyambut sodokan kontol sang juragan di bawahnya..

Blesslepp..! Berhasil memaksa daging itu memasuki ke dalaman tubuhnya.
Ohh.. terasa menyesakkan.. Daging itu kenyal menyumpat liang tempiknya.. membuatnya sesak susah bernafas.
Namun.. walaupun sesak.. Darsih merasakan lega kerinduannya terobati.

Darsih menggeliat saat batang kontol yang ukurannya lebih besar dari punya suaminya itu melesak masuk dalam tempiknya..
lalu terduduk.. jleebbn.. kali ini kontan membuat batang kontol itu langsung amblas seketika sedalam-dalamnya.
“Juraganhh..” desah Darsih sambil melirik ke belakang.

Tapi Juragan Karyadi tidak mempedulikannya. Ia membuka paha Darsih lebar-lebar dengan tangannya..
mengangkat dan menahan bokong Darsih dengan tangannya.. lalu mulai menyodokkan kontolnya dari bawah.

“Ah.. si Darman harusnya bersyukur punya istri kayak kamu Sih.. punya barang legit kayak gini.. tapi masih aja dia selingkuh sama si Nunung..”
Kata Juragan Karyadi sambil terus menggenjot kontolnya berulang-ulang.. menikmati tempik legit Darsih.

Darsih sedikit tersanjung dengan pujian Juragan Karyadi.. dan mendadak sedikit emosi dengan ucapannya itu.
Tapi emosi pada suaminya yang emang pernah selingkuh dengan si Nunung.. janda kampung sebelah.
Darman sudah mengaku salah dan berubah.. tapi Darsih masih suka sakit hati.

Dan ia mulai merasa.. apa yang dilakukannya sekarang dengan Juragan Karyadi adalah sebuah balas dendam.
Toh.. itu juga dilakukannya untuk mencicil utang yang disebabkan oleh ulah suaminya juga..
tapi disamping itu.. secara jujur Darsih mengakui kalau.. ia menikmatinya..!

Sesaat kemudian Juragan Karyadi menghentikan genjotannya.. lalu mengangkat daster Darsih tinggi-tinggi dan membantu melepaskannya.
Hingga.. kini tubuh Darsih kini telanjang bulat.. mempertontonkan tubuhnya yang langsing indah.. bokong membulat..
sepasang tetek yang tidak terlalu besar tapi membulat indah.. dan kulit sawo matang yang lumayan bersih.

Darsih sudah pasrah sepasrah-pasrahnya.. pun ketika Juragan Karyadi menarik tangan kirinya dan melingkarkan di lehernya..
hingga Darsih setengah memeluk lelaki itu.

Tanpa banyak cingcong Juragan Karyadi segera menyusupkan kepalanya lalu menyosor payudara kiri Darsih dengan bibirnya.
Sementara di bawah.. batang kontolnya mulai bergerak naik-turun lagi.. menjelajahi dinding tempik Darsih yang makin membasah.

Darsih tak pernah bersetubuh dengan posisi seperti itu.. karena bersama suaminya selalu dilakukan dengan posisi umum..
Ditindih di atas kasur dengan pasrah.. berharap suaminya bisa bertahan lebih lama.

Dan ia merasa posisi itu cukup nyaman.. hingga tanpa sadar.. ketika Juragan Karyadi berhenti menggenjot dan asyik menyosor teteknya..
ia sendiri yang menaik-turunkan bokongnya.. sambil menggoyangnya sesekali.. ketika kontol Juragan Karyadi habis ditelan tempiknya.

Darsih mencari pegangan di leher Juragan Karyadi.. mulai memacu diri..
seolah menunggang kuda ala wanita bangsawan dengan kedua kaki terjuntai di sisi kiri kuda tunggangan.

Sedikit saja pinggulnya bergerak menghasilkan ledakan birahi yang hebat. Memaksanya merintih.
Tertatih-tatih Darsih memacu diri.. menunggangi batang kontol Juragan Karyadi..
Terengah-engah nafasnya.. saat liang tempiknya dalam kesesakan berupaya merejam tongkat yang terpancang di sana.

Pinggulnya diputar sekuat tenaga.. sesekali mengejan.. menahan derita nikmat.
"Shhh.. shhh.. shhh..!” Perlahan tapi pasti liang tempiknya mampu mengerami kerasnya kejantanan sang juragan.
Dengan semangat luar biasa akibat ledakan birahi kewanitaannya.. akhirnya mulai menyesuaikan dengan keperkasaan sang tongkat juragan.

Darsih memutar pinggulnya.. bila dibandingkan dengan alu menghantam lumpang.. atau ulegan menggerus atau menguleg cobek..
yang tampak adalah lumpang atau cobeg kemaluannya memutar atau menguleg alu kejantanan Juragan Karyadi.

Juragan Karyadi sudah merem melek sedaritadi.. sejak kejantanannya berhasil dibenamkan.
Sekarang dirinya 'santai saja' menikmati gerusan atau ulegan kewanitaan Darsih yang 'menguli' batang kontolnya di dalam tempik.

Dengan mesra didekapnya tubuh telanjang erat-erat seolah memberi semangat.. “Ayo uleg.. ayu uleg terus..”
Juragan Karyadi tentu saja sangat menikmati gerakan Darsih itu.. karena itu menunjukkan kalau Darsih sudah pasrah.

Sudah sejak lama sebetulnya ia ngiler dengan tubuh istri Darman itu..
terutama sejak ia melihat Darsih sedang nungging-nungging waktu menanam padi di sawahnya.

Bokong Darsih terlihat sangat menggemaskan saat itu.. dan sekarang terbukti kebenarannya.
Semok banget.. dan ternyata tempiknya juga masih sangat legit.

Soal utang.. Juragan Karyadi emang nggak pernah memikirkannya. Kekayaannya sangat banyak..
jadi utang belasan juta Darman sama sekali nggak berarti.

Ia sendiri sudah banyak memberi utang pada tetangganya.. dan tak pernah rewel menagih.
Beberapa orang janda di kampung itu dan kampung sekitarnya juga banyak yang berutang kepadanya..

Dan beberapa diantaranya berhasil dibujuknya untuk membayar utangnya itu dengan cara yang sama dengan yang dilakukannya pada Darsih.
Selama ini hanya para janda yang dibujuknya.. dan baru kali itu ia menggoda bini orang. Tapi Darsih terlalu sayang untuk dilewatkan.

Diantara para janda yang pernah mencicil utangnya dengan cara itu adalah Nunung.. yang pernah selingkuh dengan Darman.
Waktu itu.. Juragan Karyadi sebetulnya baru mau berniat membujuk janda montok bertetek besar itu..
tapi yang terjadi malah menemukan Darman sedang berselingkuh dengannya. Ia pula yang menggegerkan kejadian itu.

Setelah Darman kabur dan tak pernah kembali lagi menemui Nunung.. giliran Juragan Karyadi yang menggantikan posisinya..
menikmati tubuh montok Nunung sampai utang Nunung lunas dan kawin sama duda dari kota lain.. lalu membawanya pergi meninggalkan kampung itu.

Selain Nunung.. ada beberapa janda lain yang pernah digasak Juragan Karyadi.. antara lain Tarmi.. Warsih.. Darsem.. Sri.. Darmi dan beberapa yang lain.
Tak semua perempuan itu bertubuh montok atau berwajah cantik. Bagi Juragan Karyadi.. asal nganggur.. ia sikat saja. Mau tua.. mau muda.. ia gasruk.

Kebiasaannya ini tak lain karena istrinya.. Juragan Ningsih sangat dingin di ranjang.
Ningsih memang cantik dan menarik.. tapi Juragan Karyadi tak merasa mendapatkan kenikmatan saat bercinta dengan istrinya itu.
Makanya ia mencari kesenangan di tempat yang lain.

Untungnya.. istrinya itu tak terlalu peduli dengan apa yang dilakukannya di luar. Istrinya.. perempuan yang usianya sepuluh tahun di bawahnya itu..
lebih asyik dengan tiga kios Sembakonya di pasar juga harta yang dimilikinya.. dan tak peduli dengan apa yang dilakukan suaminya.
Dan bagi Juragan Karyadi sendiri.. Ningsih hanya dijadikannya simbol status di masyarakat, tak lebih dari itu. Sementara nafsu besarnya ia puaskan di luar.

Lagi asyik-asyiknya menikmati goyangan bokong Darsih.. tiba-tiba di luar terdengar ribut-ribut.
Juragan Karyadi dan Darsih menghentikan aksinya.

Darsih bangkit dan meraih dasternya lalu mengenakannya.
Ia meminta Juragan Karyadi bersembunyi di balik dinding. Lalu ia sendiri melongok ke luar.

Di luar tampak banyak orang dengan senter di tangan.
“Ada apa ini teh..?” Tanya Darsih.
“Ada maling Sih.. tadi dia lari ke sini.. Kamu dengar sesuatu yang mencurigakan ndak..?” Tanya seorang peronda yang dikenal Darsih.
Darsih menggeleng.

“Ya sudah, hati-hati ya.. kalau ada sesuatu yang mencurigakan pukul kentongan aja yang keras..!” Kata peronda itu.
Darsih mengangguk. Para peronda itu melanjutkan pencarian mereka.

Darsih kembali ke dalam dan menutup juga mengunci pintunya.
Saat melirik pada Juragan Karyadi yang berdiri di dinding.. terlihatlah oleh Darsih kontol besar milik lelaki itu.
Darsih bener-bener terpana.

“Kenapa bengong..?” Tanya Juragan Karyadi pada Darsih setengah berbisik..
“Ayo lanjutkan..!” Katanya lagi.
“Di kamar saja Juragan..” kata Darsih sambil berjalan menuju kamarnya. Juragan Karyadi mengikutinya.

Dan begitu masuk kamar dan menutup pintu.. Juragan Karyadi langsung memeluk tubuh Darsih dari belakang.
Ia melucuti lagi pakaian Darsih.. lalu melepaskan sarung dan celana kolornya hingga ia tinggal memakai baju kaos saja.

Juragan Karyadi merenggangkan paha Darsih.. lalu memegangi lagi kontolnya yang masih keras dan.. bleseekk..!
Kembali ia masukkan kontolnya ke dalam tempik Darsih dari belakang.

Setelah amblas.. Juragan Karyadi mulai menggenjotnya lagi sambil memegangi pinggang ramping Darsih.
Kadang ia melingkarkan tangannya memeluk tubuh Darsih dan meremasi payudaranya..
sambil terus mengebor liang tempik Darsih dengan batang kontolnya.

Makin lama tubuh Darsih makin terdorong ke depan.. dan akhirnya ia nungging dengan tangan bertumpu di tempat tidur..
Dengan Juragan Karyadi masih terus menggenjotnya. Clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. crebb.. clebb.. crebb.. clebb.. clebb..

Makin lama.. Darsih makin menyukai gaya-gaya yang dipraktekkan oleh Juragan Karyadi.
Selain posisi nungging barusan.. Darsih juga menyukai posisi saat Juragan Karyadi berbaring terlentang di atas kasur..
dan ia mengangkang di atasnya lalu bergantian bergerak.

Kadang ia yang menaik-turunkan bokongnya.. kadang Juragan Karyadi yang menyodokkan kontolnya dari bawah..
sambil meremasi bokong Darsih juga payudaranya.. sangat menggairahkannya.

Setelah setengah jam lebih bertempur dengan gaya-gaya yang baru bagi Darsih itu..
barulah mereka mempraktekkan gaya yang umum.. Juragan Karyadi menindih tubuh Darsih yang mengangkang pasrah di bawahnya.

Juragan Karyadi menggenjot dan Darsih melawannya dengan empotan tempiknya dan sesekali menggoyangkan bokongnya.
Sesekali Juragan Karyadi menciumi payudara Darsih yang membuat Darsih makin bernafsu..

Karena perasaan geli saat lidah lelaki itu menggelitiki sepasang gunung kembarnya bergantian.
Sementara di bawah.. kontolnya terus saja menusuk-nusuk merangsang syaraf-syaraf di liang senggamanya.

Hingga suatu ketika.. Darsih tak lagi bisa menahan kenikmatan itu.
Tubuhnya menggeliat.. mengejang, dan tempiknya menjepit kontol Juragan Karyadi dengan kuat..

Dan.. satu sodokan kuat dari kontol Juragan Karyadi berikutnya.. membuat pertahanan Darsih bobol.
Ia mengejang dan darahnya berdesir kuat saat sebuah perasaan nikmat melanda tubuhnya.

“Ohhhh..” Ia mencengkram tangan Juragan Karyadi dengan kuat..
Dan tanpa sadar.. ia mendesah panjang sambil menjepit kuat kontol Juragan Karyadi dengan tempiknya yang mengedut nggak karuan..
Seolah meremas dan memerah batang kenyal yang menyumbat liangnya.

Di saat yang bersamaan.. dijepit kuat oleh tempik Darsih.. batang kontol Juragan Karyadi mulai berdenyut.
Segera ia mempercepat sodokannya.. clobb-clepp-clebbb-clebb-clebb-clebb-crebb-crebb-crebb..

Tapi ketika Darsih menggoyangkan bokongnya sambil menjepit kontolnya.. batang kontol miliknya tak bisa lagi menahan dorongan amunisinya.
Maka.. Jleghh..! Juragan Karyadi menyodokkan kontolnya sekali lagi dengan mantap.. dan tempik Darsih langsung menjepitnya.

Saat itulah Juragan Karyadi mengejang.. kontolnya berdenyut-denyut.. lalu..
“Erghhh..” Crrtt.. crrtt.. crrtt.. crrtt.. crrtt.. crrtt.. lenguh Juragan Karyadi.. bagai sapi disembelih berbareng muncratnya air mani.

Ia menyemprotkan amunisinya di dalam tempik Darsih yang masih mencengkram dengan kuat..
seakan ingin menyedot habis cairan yang disemprotkan Juragan Karyadi di dalam liang nikmat itu.

Ohhhh.. Juragan Karyadi merasakan kenikmatan yang luar biasa.. melemparkan jiwanya ke awang-awang penuh warna.
Lalu sesaat kemudian tubuhnya ambruk menindih tubuh telanjang Darsih yang terengah-engah..

Beberapa waktu lamanya Juragan Karyadi menindih tubuh Darsih. Lalu setelah kontolnya melembek.. ia berguling..
kemudian berbaring di sebelah tubuh telanjang Darsih yang masih terlihat terengah-engah mengatur nafasnya.

Di bawah sana.. di selangkangan Darsih.. tampak cairan putih yang meleler turun ke bawah dari bibir tempiknya.
Darsih menyadari hal itu.. tapi tak kuasa untuk bangkit dan membersihkannya. Kenikmatan yang barusan dirasakannya masih berbekas.

Justru Juragan Karyadilah yang pertamakali bangkit.. lalu meraih celana kolor dan sarungnya.
Kemudian ia berdiri di samping tempat tidur sambil menatap tubuh telanjang Darsih yang masih tergeletak.
Lelaki itu merasa puas. Keinginannya untuk menikmati tubuh indah itu sudah tercapai.

Ia melirik Darsih.. “Kamu punya duit..?” Tanyanya.
Darsih menggeleng lalu menatapnya.. “Katanya Juragan nggak bakalan nagih..?” Tanya Darsih.

Juragan Karyadi menggeleng dan tersenyum..
“Saya nggak nagih.. Utangmu sudah berkurang setengah juta.. Catet aja..” katanya.

Ia lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan beberapa lembar uang dan melemparkannya ke ranjang.
“Itu buat kamu..” katanya.

Darsih melongo. “Buat apa Juragan..?” Tanya Darsih.
“Terserah buat apa. Buat beli sabun.. buat beli baju.. buat apa aja.. suka-suka kamu..
Tapi jangan dikasihkan sama suamimu.. nanti habis..” kata Juragan Karyadi mengingatkan.

Darsih bangkit dan duduk di tepi tempat tidur masih tanpa pakaian.. “Terimakasih Juragan..” kata Darsih.
Juragan Karyadi mengangguk lalu menjawil payudara Darsih yang mengkal..

“Mungkin besok aku ke sini lagi.. biar utangmu cepat lunas..” katanya.
Darsih.. untuk pertamakalinya sejak tadi tersenyum.. lalu menyembunyikannya dengan menunduk.

“Saya pulang dulu..” kata Juragan Karyadi.
Darsih mengangguk.. “Hati-hati Juragan.. jangan sampai keliatan orang..” kata Darsih.
Juragan Karyadi mengangguk lalu meninggalkannya.

Darsih segera memakai dasternya dan mengantar Juragan Karyadi sampai pintu.. lalu menutupnya setelah lelaki itu keluar.
Tapi.. malam belum berakhir buat Darsih.

Tak lama sejak ditinggalkan Juragan Karyadi.. dia mendapatkan kabar dari seorang peronda yang menyusul ke rumahnya.
Kabarnya bikin ia nyaris pingsan; Darman, suaminya.. tertangkap warga mencuri di rumah Juragan Karyadi..!

Rupanya ia meninggalkan proyeknya dan pulang kampung.. tapi untuk melakukan sesuatu yang konyol.
Darsih menyusul ke balai desa. Dan ia menemukan suaminya yang tergeletak dengan wajah babak belur..!

Di balai desa itu pula ia bertemu lagi dengan Juragan Karyadi. Malam itu juga.. Darman digelandang ke kantor polisi.
Darsih tak lagi mengantarnya.. tapi pulang ke rumah dan menangis sepuasnya ditemani salahsatu tetangganya yang bersimpati.

Sejak itu.. Darsih tak pernah lagi menemui suaminya yang diproses hukum dan kabarnya dipenjara selama enam bulan.
Sejak itu pula.. Juragan Karyadi makin sering mengunjunginya. Darsih tak pernah menolaknya.. kecuali saat ia berhalangan.

Bukan hanya tak menolaknya.. tapi Darsih juga merasa membutuhkannya lahir bathin.. (. ) ( .)
-----------------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
----------------------------------------------------------------------

Cerita 128 – Penyimpangan Seksku..?

Episode 1

Bi Aeni
baru saja menutup telpon.. ini kali ketiga kami terlibat dalam perselingkuhan panas yang seharusnya tidak pernah terjadi.
Ada keinginan kuat dari dalam hati untuk mengakhiri ini semua dan memulai hidup yang lurus.
Tapi aku tidak tau bagaimana menaklukkan diriku sendiri. Hawa nafsuku sedari dulu memang selalu mendominasi hidupku.

Aku mulai mengenal masturbasi ketika umurku 12 tahun. Seorang temanku meminjamkan buku cerita saru.. Nick Carter..
Cerita berseri petualangan sex agent spionase Amerika itu cukup terkenal di kalangan anak-anak muda pada tahun 80-an.

Sehabis membaca satu buku di kamar tiba-tiba ada dorongan aneh..
Aku membayangkan detail cerita hubungan seks itu sambil mengelus-elus kemaluanku yang menegang..

Dan beberapa menit kemudian sperma mudaku melesat keluar.. membanjiri celana pendek yang kukenakan.
Nah.. selanjutnya kebiasaan itu menjadi rutin.. setidaknya beberapakali dalam satu bulan.

Aku melanjutkan kuliah di salahsatu universitas swasta di Bandung ketika umurku masuk 18 tahun..
Sku menumpang di rumah adik ibuku.. tante Marni.. yang kebetulan tidak mempunyai anak setelah sekian lama menikah.

Oom Ndang yang bekerja di perusahaan migas asing sering melakukan perjalan dinas dalam dan luar negri..
Tentu saja dia merasa senang aku bisa menemani tante Marni ketika beliau pergi.

Bi Aeni adalah sepupu Oom Ndang.. yang tinggal tepat di kampung sebelah kompleks perumahan kami.
Hanya berbatas pagar tembok kompleks.. sebenarnya. Jadi kalo pagar tembok kompleks itu ‘ditiadakan’.. rumahnya hanya berkelang 3 rumah saja.

Dia tinggal bersama suaminya.. Mang Ujang.. dan kelima anak laki-laki dan perempuanya yang sudah besar, bahkan ada yang sudah menikah.
Bi Aeni saat aku mengenalnya berumur 47 tahun.. terpaut 12 tahun dari suaminya yang terlihat lebih tua dari umurnya karena kerasnya hidup.

Bi Aeni sering maen ke rumah di sela-sela waktu senggangnya di pagi hari atau menjelang sore.
Terkadang beliau terlelap hingga sore di sofa ruang tengah bersama tante Marni ketika lelah bergosip.

3 bulan sudah aku di Bandung.. aku mulai betah. Tidak hanya karena teman-teman kampusku yang gaul..
tapi juga banyaknya wanita-wanita cantik di kota kembang ini.
Aku cukup tekun belajar tapi tidak juga menahan diri untuk tidak terlibat kenakalan-kenakalan anak muda pada umumnya.

Aku mulai belajar merokok.. sesekali nyoba gemerlap Dugem.. sedikit minum-minuman keras.. mengisap *****..
dan tentu saja mengenal wanita dan dunia saru.

Tidak jarang aku juga bergaul dengan mereka-mereka yang pacaran melampaui batas.. bahkan ada yang telah mengenal prostitusi di usia dini.
Tapi sejauh itu aku masih bisa menahan diri.. aku sadar itu bisa merusak masadepan dan takut mengecewakan orangtua.

Tapi aku tetaplah pemuda tanggung.. yang kadang terjerumus rasa penasaran tentang seks dan wanita.
Untuk meredamnya.. biasanya cukup mencari inspirasi dari majalah stensilan yang berisi cerita dan gambar-gambar porno..
Atau film-film blue yang ku pinjam dari teman-teman. Masturbasi menuntaskanya.

Suatu hari di bulan Desember.. ‘penyimpangan’ itu berawal.
Minggu siang itu aku dan beberapa orang teman kumpul-kumpul di rumah Hardi.. kebetulan kedua orangtuanya sedang keluar kota..

Sehingga kami bebas melaksanakan niat kami beberapa hari sebelumnya.. pesta ***** dan film saru.
Pasangan yang pas.. halusinasi akibat daun haram itu menambah konsentrasi dan kkhayalan ketika menonton adegan-adegan seks itu.

Terkadang kami tertawa tiada henti tanpa alasan yang jelas.. dan ada saat-saatnya suasana menjadi hening..
ketika masing-masing kami terhanyut dalam lamunan erotis.

Hingga tiba di rumah sore itu.. pikiranku masih tercekam dengan adegan-adegan panas di film tadi..
Ditambah pengaruh 2 linting ***** itu masih terasa kuat.

Ketika aku masuk ke ruang tengah.. terlihat Bi Aeni sedang tertidur pulas seperti biasanya.. tapi kali ini seorang diri..
Tante Marni tadi sempat SMS bahwa dia pergi mendadak mengunjungi temannya yang jatuh sakit.

Ada sesuatu yang menarik perhatianku saat itu.. Bi Aeni.
Sebelumnya aku tidak pernah berpikir aneh tentang beliau.. tapi sore itu semuanya menjadi beda.

Harus diakui.. meskipun usianya sudah paruh baya.. Bi Aeni seperti kebanyakan perempuan Sunda.. memiliki tubuh yang masih aduhai.
Wajahnya bulat dan manis.. walau hidungnya tidak mancung.. bibirnya mungil.

Tingginya mungkin tidak sampai 160.. tubuhnya tidak gemuk.. tapi padat berisi.
Bagian paling menarik adalah pinggul.. paha dan betisnya yang sedikit lebar.. dipadukan dengan pantatnya yang membusung dengan indah.

Aku sering menyaksikan Pak Asep supir Oomku.. bandot tua itu tak henti melirik bokong Bi Aeni dari belakang ketika ada kesempatan.
Aku merasa darahku berdesir melihat belahan betis dan belakang dengkulnya dari balik roknya yang sedikit tersingkap.

Tiba-tiba saja beliau begitu menggoda kkhayalanku. Hanya ada kami berdua saat itu di rumah.
Entah datang darimana kenekatanku.. aku melangkah mendekat perlahan..
Kemudian duduk di belakang Bi Aeni yang tidur menghadap ke dinding.. jantungku berdetak keras.. pikiranku makin tidak rasional.

Beliau mendengkur halus, tanganku bergetar ketika menarik lebih ke atas roknya.. hingga mencapai pertengahan paha.
Dari belahan rok berbahan katun yang cukup lebar itu semuanya terlihat lebih jelas..

Hingga bagian celana dalam yang menutupi pantat bulat itupun terlihat. Aku menjadi sangat terangsang.
Terlintas dalam benak untuk membangunkannya dan mengajaknya berhubungan sex tapi itu sangat tidak mungkin.

Akhirnya kuputuskan untuk masturbasi dengan memandang bagian tubuh bawahnya yang terbuka.
Tanpa berpikir panjang.. aku membuka retsleting jinsku.. kemudian mengocok kejantananku yang sedaritadi berdiri tegang..

Dengan pemandangan indah itu.. tidak sampai 3 menit spermaku muncrat membasahi lantai..
dan sebagian kecil hinggap di bagian belakang baju Bi Aeni disertai seruan kenikmatanku yang tertahan.

Aku terkulai menyender di kursi, memperbaiki kembali celanaku.. setidaknya aku merasa lega.
Kemudian aku membersihkan sisa-sisa sperma di lantai dengan tisu.. merapikan kembali rok Bi Aeni dan berlalu ke kamar.

Semenjak kejadian hari itu.. sikap dan pendapatku tentang Bi Aeni berubah.
Aku makin sering menjelajahi tubuhnya ketika sedang berkunjung ke rumah.. wanita ini benar-benar menarik hasratku.
Setiapkali ketika nafsuku tak terbendung.. sosok Bi Aeni selalu menjadi objek khayalan kotorku ketika beronani.

Beberapa bulan selanjutnya kemarau berlangsung parah.. warga sekitar kompleks kesulitan memperoleh air.
Kami cukup beruntung karena kompleks ini dilengkapi air sumur bor yang masih menyuplai kami dengan baik.

Bi Aeni sekeluarga tentu saja lega karena dapat memperoleh air bersih dari rumah ini.
Jadi.. hampir tiap hari Bi Aeni dan keluarga menumpang mandi di rumah.

Salahsatu kesalahan Bi Aeni adalah teledor menjaga auratnya ketika masuk dan keluar kamar mandi.
Dengan hanya melilitkan handuk dia berlalu-lalang di hadapanku.. tanpa menyadari bahwa ada serigala buas mengawasi..
Ughhh.. betapa tubuh padat dan semok itu sangat mengganggu mata jalangku.

Pada satu kesempatan.. ketika rumah sepi di akhir minggu..
aku berhasil mengintipnya dari celah lubang kunci kamar mandi yang sudah lama rusak.

Terlihat tubuh belakangnya yang montok tanpa selembar benangpun menutupi.
Aku makin tergila-gila dengan wanita paruh baya ini. Lamunan tentang beliau menjadi makin intense.

Hingga pada suatu hari aku memutuskan mencari cara nekat untuk memperdayainya.
Dengan bertanya pada teman-temanku yang badung.. akhirnya aku menemukan jalan kebejatan itu, obat tidur.

Obat itu berbentuk cairan bening dalam silikon kecil yang bisa disusupkan dalam minuman.
Dan aku mulai menyusun rencana jahat. Butuh waktu 1 bulan untuk menemukan momen yang pas.

Long weekend.. Oom Ndang dan Tante Marni bertamasya ke Bali. Tadinya mereka bersikeras untuk mengajakku turut serta..
Tapi aku menolaknya.. dengan alasan ada acara kumpul-kumpul bareng teman sekolah di sekitar Lembang.

Dan seperti ada jalan yang memuluskan rencana jahatku..
Tante Marni menyarankan Bi Aeni untuk menginap di rumah.. menemaniku bersama dua orang cucunya.
Beliau pun setuju.. kebetulan suami dan anak-anaknya juga berencana pergi ke Sumedang selama 2 hari.. menengok orangtua Mang Ujang.

Hari pertama libur.. Bi Aeni datang ke rumah membawa 2 cucunya yang berumur 3 dan 5 tahun.
Pagi itu aku meninggalkanya di rumah.. karena ada acara ulang tahun teman kuliahku dan pulang siang hari.

Baru saja tiba kembali di rumah ketika hujan turun dengan lebatnya.
Ketika aku masuk.. kulihat Bi Aeni sedang duduk di ruang tengah seorang diri.. beliau sedang makan sambil menonton TV.

ambil tersenyum aku duduk di sofa sebelahnya. "Angga dan Putri ke mana Bik..?” Ujarku memulai pembicaraan.
"Itu barusan teh tidur di kamarmu Di. Kamu sudah makan..? Mau disiapin sekarang..?
Ada semur daging dan sambel kentang tuh.." jawab Bi Aeni dengan logat sunda yang kental.

"Nggak Bik, tadi sudah kenyang makan di rumah temen..”
Sambil menoleh pintu kamarku yang terbuka, terlihat kedua bocah itu terlelap di ranjangku.

"Gimana tadi acaranya..? Untung kamu sudah sampai di rumah.. kalo gak kehujanan Di..”
"Iya Bik.. Yah.. rame acaranya..” ujarku sambil melihat acara di TV.

Dentum geledek menggetarkan dinding rumah.. suasana ruangan gelap.. hanya diterangi cahaya dari TV.
Bi Aeni masih sibuk makan.. di sampingnya ada meja kecil.. ada segelas besar air minum miliknya di sana.

Tiba-tiba aku melihat kesempatan itu, jantungku berdegup kencang.
"Aku ke kamar sebentar yah Bik, mau ngecharge HP..”

"Iya Di.. mau Bi Aeni pindahin si Angga dan Putri biar kamu bisa tidur.. ?”
"Ow.. gak usah bik.. Rudi gak ngantuk. Nanti mau maen PS aja di lantai dua..” kilahku.

Kemudian aku berlalu ke kamar.. aku gugup membuka lemari bajuku.. mencari obat tidur itu..
Sekembalinya ke ruang tengah Bi Aeni bersiap berdiri ke dapur.

"Mo nambah dulu Di.. lauknya enak pisan..hehe..” ujarnya sambil tersenyum.
"Iya Bik.. dingin-dingin gini memang bikin laper..”

Ketika dia pergi.. buru-buru aku merogoh obat itu dari kantung celana..
menyobek ujung silicon dan memasukkan cairan itu ke dalam air putih di gelas Bi Aeni.

Aku makin berdebar ketika Bi Aeni kembali duduk di sofa.. lalu meminum sedikit air putih itu dan kembali melanjutkan makan.
Beberapa saat kemudian dia telah menghabiskan makanannya dan meneguk habis minuman itu. Aku melirik cemas dan penuh harap.

Bi Aeni kembali ke dapur, terdengar kesibukannya mencuci piring.. dan beberapa saat kemudian kembali ke ruang tengah.
"Kamu teh sekarang semester berapa Di..?” Ujarnya memulai pembicaraan.
"Sebentar lagi ujian akhir semester 2 Bik..”

"Umur kamu berapa skarang..?” Sambungnya.
"18 Bik..” jawabku.

"Oo iya.. sama dengan Cecep yah.. lupa..” jawabnya sambil tersenyum.
"Orangtua kumaha di kampung..?”

"Sehat-sehat aja Bik, rencana nanti libur panjang pulang sebentar..” jawabku.
"Ow.. iya, trus kira-kira berapa tahun lagi selesai Di..?"
"Blum tau Bik mudah-mudahan bisa cepet, tergantung berapa SKS yang bisa diambil tiap semesternya." Jawabku.

Beberapa saat beliau terdiam, matanya terlihat mengantuk dan mulai menguap.
"Wah, jadi ngantuk nih habis dahar.. Bi Eni tidur dulu yah Di..” ujarnya sambil tersenyum.

"Yah ga papa bik.. Rudi juga mau maen PSke atas nih.." jawabku.
Kayaknya bagus nih obatnya.. aku berkata dalam hati sambil berlalu.

Aku berjalan menuju tangga dan naik ke atas. Kuhidupkan perangkat PS-ku dan TV.. lalu main beberapa session.
Tapi pikiranku tidak fokus.. terpaku pada apa yang akan aku lakukan.

5 menit kemudian aku mengawasi keadaan ruang tengah dari atas. Bi Aeni terdengar mendengkur keras.. terlihat sangat lelap.
Perlahan aku bergerak turun. Sesampainya di ruang tengah.. aku berdiri mematung di belakang Bi Aeni yang tidur menghadap senderan sofa.

Aku deg-degan. Ada rasa takut bila aksi ini gagal.. was-was seandainya obat itu tidak bereaksi dengan baik.
Tapi aku sudah nekat. Perlahan aku coba menggoyang-goyangkan bahunya dengan halus, dia tidak bereaksi.

Kemudian kembali menggoncang-goncang bahunya lebih keras sambil memanggil namanya dengan lantang di kuping.
Tidak ada respon.. malah dengkuranya makin keras. Aku mulai yakin dengan kehebatan obat ini.

Aku kembali ke kamar.. mengecek kedua bocah tersebut yang ternyata masih terlelap.
Suasana ruangan masih gelap.. petir datang silih berganti, jantungku makin berdebar keras.

Aku lantas duduk di pinggir sofa dekat kaki Bi Aeni. Kuperhatikannya dengan seksama..
Daster yang dipakainya saat itu agak ketat.. sehingga lekuk tubuh bawahnya terlihat jelas.

Aku makin bersemangat menjalankan niatku.
Tanganku mulai bergerak.. aku meraba betisnya.. trus bergerak ke atas sambil menarik bagian bawah daster itu.

Tanganku terhenti ketika menyentuh bongkahan pantatnya.
Aku tertegun.. sudah lama aku membayangkan melihat dan menyentuh tubuh ini.

Darahku berdesir hebat.. kejantanku mengacung keras.
Kemudian aku menciumi seluruh bagian yang terbuka itu.. tercium bau langu dari belahan bawah pantatnya.
Aku hanya menebak-nebak.. karena aku belum pernah melakukan hubungan seks dengan wanita manapun.. mungkin itu bau kemaluannya.

Perlahan aku membalikkan tubuh Bi Aeni.. sedikit tegang karena bisa saja dia terbangun dan memergoki kelakuanku.
Apa yang bakal aku lakukan..!?

Mungkin aku langsung memperkosanya dan kabur entah ke mana menghindari kemarahan keluarga dan aib.
Tapi tidak.. Bi Aeni masih tetap mendengkur. Wuihh.. obat itu memang hebat.

Aku makin berani beraksi.. daster itu dipenuhi kancing dari bagian dada hingga ke perut.
Perlahan aku membuka satu per satu kancing itu hingga tuntas.

Terpampang di hadapanku bagian depan tubuhnya yang terbuka dan di bawahnya tersingkap lebar paha Bi Aeni yang montok.
Aku mencoba membuka bra hitam itu.. tapi aku membatalkanya.. karena yang aku inginkan hanya bagian tubuh bawahnya.

Payudara Bi Aeni tidaklah besar.. malah sudah terlihat turun dan layu.
Wajah Bi Aeni mulai berkerut di bagian pinggir pipi dan dahinya.

Rambutnya ikal keriting membentuk bulatan hingga ke bahu.
Kulitnya hitam manis, tapi di bagian dada, perut dan paha atasnya lebih bersih.

Tubuh setengah telanjang di hadapanku ini terlihat indah.. masih kencang dan bahenol.. aku tidak sabar mencicipinya.
Aku memulainya dengan mencium tengah-tengah dadanya.. bibirku gemetar ketika bergerak turun menelurusi tubuh itu.

Kedua tanganku bergerak menggulung bagian bawah daster itu ke atas.. hingga makin bebas aku menggerayanginya.
Aku makin tidak sabar.. buru-buru kutarik lepas celana dalam Bi Aeni.

Meski gelap tapi terlihat jelas gundukan bulu halus itu di antara lipatan tipis perut bawahnya.
Aku menyentuhnya dengan lembut.. menaruh ujung telunjukku di bibir vaginanya.

Ufffhh.. Terasa ada sesuatu yang licin di ujung jariku. Aku mencium aroma vagina itu dengan jelas.
Nafsuku makin memuncak. Kemudian aku menarik lepas celanaku.. kemaluanku yang sudah dipenuhi urat tegang itu seperti tidak sabar beraksi.

Perlahan kubuka lebar paha Bi Aeni.. tapi sebelumnya aku melihat sekeliling ruangan..
Untuk memastikan keadaan aman dan bocah-bocah itu masih terlihat tidur.

Kemudian aku mengarahkan penisku ke tengah-tengah selangkangan Bi Aeni. Walau dia masih mendengkur aku tetap kawatir dia terbangun.
Tapi semuanya sudah kadung.. plepp Perlahan ujung penisku menempel di bibir vagina itu..

Slepp.. Aku menekan masuk.. Ughh.. terasa sangat menjepit dan tertahan beberapakali.
Slebb.. clebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. Kucoba lagi menekan beberapakali.. hingga akhirnya seluruh batang penisku kandas.

Aku menahan tubuhku dengan tangan kiri memegang bagian atas senderan sofa dan tangan kanan mencengkram pinggiran bawah kursi.
Aku memperhatikan dengan seksama wajah Bi Aeni, benar-benar tidak ada reaksi. Gila.. obat ini sangat keras reaksinya.

Debaran dantungku terasa makin kencang.. aku mendiamkan penis itu di dalam beberapa saat.. kemudian mulai menarik mundur.
Jlebb.. Ughh.. Ketika aku kembali menusuknya terasa masih seret. Mungkin vagina itu masih kering karena tanpa rangsangan.

Tapi aku tidak menyerah. Setelah beberapakali menarik dan menusuknya ulang.. terasa sedikit lega.
Gerakanku mulai teratur.. genjotanku mulai terarah dan bertenaga. clebb..clebb.. clebb.. cleb.. crebb.. crebb.. crebb..

Oghhh.. Aku benar-benar dilanda hawa nafsu tiada terkira.. sudah sangat lama aku mengidam-idamkan tubuh ini..
Perempuan seusia ibuku ini adalah korban pertamaku.

Kuperhatikan dengan seksama ketika kejantananku perlahan keluar dan masuk selangkangan Bi Aeni..
Meski usiaku masih remaja.. tapi aku dikaruniai kejantanan yang besar dan panjang..
Ya.. melebihi dari ukuran penis teman-temanku ketika kami iseng membanding-bandingkan di saat mandi bareng sehabis berenang.

Aku merasa puas menjadi lawan sebanding perempuan tua bahenol ini dengan burung perkasaku.
5 menit kemudian aku mulai merasa seperti kebelet ingin buang air kecil. Mungkin ini yang dimaksudkan orgasme, pikirku sesaat.

Penisku terasa makin keras dan berkali-kali berkedut. Di bawahku Bi Aeni seperti mayat hidup..
Tidak bergerak sama sekali.. kecuali nafasnya yang teratur.

Tubuhnya berguncang-guncang ketika hentakanku makin menggebu dan sedetik kemudian aku mengejang..
Jleghh..! Kutekan keras kejantananku dalam-dalam. Setandasnya di liang kemaluan Bi Aeni yang terasa juga bendenyut-denyut

Selanjutnya semprotan cairan hangat itu menghujam berkali-kali di dalam vagina Bi Aeni.
Crrttt.. crrtt.. crrrtt.. crrtt.. "Ssshh.. ouuhhh..!” Aku menyeru tertahan. Kucengkram keras pinggiran dan sandaran sofa..

Oughhh.. rasanya seperti ingin menangis karena kenikmatan itu membuatku benar-benar terhanyut.
"Biiik..ouughh..biiik..!” Lirihku menyebut namanya ketika semprotan terakhir itu menyudahinya.

Dan beberapa detik kemudian aku seperti orang dilanda rasa kaget dan takut..
Buru-buru aku berdiri dan duduk di sofa sebelah, seperti baru tersadar dari apa yang sudah terjadi.

Kurapikan kembali pakaian Bi Aeni.. lalu mengelap sebagian kecil sperma yang mengalir keluar dari bibir vaginanya dengan tisu.
Memasang kembali celana dalamnya dan membalikkan tubuhnya seperti semula. Wanita ini masih tetap tertidur dengan lelap.

Aku memasang kembali celanaku di kamar mandi.. setelah membasuh bersih kemaluanku yang masih mengacung.
Uhhh.. terasa sedikit nyeri di bagian batangnya.. ternyata agak lecet.

Kemudian aku kembali ke lantai 2, hujan sudah berhenti, tapi mendung masih menyisakan gelap.
Aku duduk di luar teras atas, menarik sebatang rokok dan menghisapnya dalam-dalam, terasa sangat lega.

Aku kembali membayangkan apa yang telah terjadi, sungguh pengalaman yang mendebarkan.
Jika dibanding-bandingkan kenikmatan tadi jauh melebihi kepuasan beronani.

Spermaku lebih banyak keluar dan tiapkali berdenyut menyemprot sensasinya luar biasa.
Ditambah dengan melihat langsung wajah manis Bi Aeni.

Tapi selanjutnya ada kekhawatiran.. kenapa aku tidak mencabut penisku ketika orgasme.
Bagaimana kalo itu membuatnya hamil. Tapi aku menepisnya waktu itu.. yang penting hasratku terpuaskan.

Dua jam berlalu.. aku sempat tertidur.. hari menjelang Magrib..
Terdengar kesibukan di bawah.. Bi Aeni tengah sibuk memandikan kedua cucunya.

Aku turun menemuinya dengan deg-degan.. masih sedikit khawatir dia mengetahui apa yang terjadi.
Tapi reaksinya biasa saja.. beliau tersenyum sesaat.. tanpa bicara dan kembali sibuk dengan kedua bocah itu.

Aku memperhatikan raut mukanya dari meja makan..
Terlihat wajahnya lelah dan sesekali terdiam melamun.. seperti bingung akan sesuatu.

Hari itu aku berhasil memperoleh apa yang aku inginkan dengan cara yang nekat.
Tapi kebejatan itu belum berakhir.. aku adalah binatang jalang yang sesungguhnya.
--------------

Dua bulan berlalu.. aku menjalani hari-hari dengan normal.
Terkadang aku menyesali apa yang telah aku lakukan.. takut dengan dosa dan hukum karma.

Takut makin terperosok lebih dalam lagi dengan kejahatan itu.
Tapi sesekali juga aku menggila di kamar mandi ketika mengingat setiap detil peristiwa itu.

Hingga suatu hari ketakutanku itu terbukti. Sabtu siang.. seperti biasa Bi Aeni asik mengobrol dengan tante Marni selepas makan siang.
Kala itu aku tengah duduk di dapur membuat juice jeruk kesukaanku. Ruangan tanpa pintu itu membuatku mendengar dengan jelas obrolan mereka.

"Kemaren kak Eni teh ke bidan Mar..” ujar Bi Aeni memulai.
"Ada apa kak..? Iya.. berapa hari belakangan muka Kak Eni kok agak pucat..?” Timpal tante Marni.

Dengan sedikit berbisik Bi Aeni menjawab. "Keguguran Mar.. kak Eni juga hampir gak percaya..”
"Haa..!? Loh kok bisa..? Hehe.. emang gak KB lagi..!?” Seru tante Marni lumayang terdengar kaget.

"Itu dia.. kak Eni lupa suntik. Tapi bener-bener gak nyangka.. rasa-rasanya teh sudah lama banget gak berhubungan dengan bapaknya anak-anak.
Diabetnya kan makin parah Mar..” ujarnya masih berbisik. Aku di dapur langsung diliputi rasa panik dan takut.. jangan-jangan..

"Yang anehnya memang sudah 2 bulan belakangan gak halangan.. Seingat kak Eni teh semenjak kamu pergi ke Bali waktu itu Mar..!" Tambah Bi Aeni.
Jantungku serasa berhenti. OMG..! Seruku dalam hati. Tubuhku mendadak dingin dan menggigil.

"Trus gimana tadi di bidan Kak..?” Tanya tante Marni.
"Bener keguguran.. paginya sebelum ke rumahnya ada darah kental dan beku keluar Mar. Lumayan banyak.. tapi agak sakit.."

"Bu Lastri bilang janinnya masih belum sempurna.. mungkin juga karena capek.
Kemaren sempat bersih-bersih rumah seharian.. kali belakang meluap.. airnya masuk sampe ke dapur Mar.." sambung Bi Aeni.

"Ow, banjir..? Yah.. untung gak jadi Kak. Kalo gak.. repot nanti. Apa kata anak-anak.. hehe..” canda tante Marni.
"Iya Mar.. malu banget kalo sampe punya anak kecil lagi. Ini aja mereka gak ada yang tau..”

"Hehe.. iya.. iya.. Wuihh.. masih subur nih. Marni sampe umur sekarang aja masih belum punya hasil, sudah 38 loh kak..”
"Iya yah Mar. Yah.. mana tau nanti dapeet.. doa aja trus..”
"Amiiin..” Jawab Tante Marni.

Obrolan berakhir, Bi Aeni pamit pulang karena ada acara arisan sekitar RT nya.
Aku segera berlalu ke kamar ketika Tante Marni menutup pintu pagar di luar.

Pikiranku berkecamuk, ternyata aku hampir saja sukses menghamili Bi Aeni.
Bagaimana seandainya janin itu tetap jadi..? Bagaimana perasaanku menyaksikan bayi itu lahir dan tumbuh besar di depan mataku.
Memang tidak akan ada yang mencurigaiku.. tapi beban mentalku akan sangat berat.

Beberapa hari kemudian pikiranku masih terganggu dengan obrolan itu.. rasa sesal makin membesar.
Aku berjanji untuk mengubah diriku ke arah yang baik.. aku harus bisa menundukkan hawa nafsuku.

Tapi.. sifat dasar lelaki adalah seperti binatang liar yang tidak pernah puas.
Hanya 3 bulan aku bisa mengontrol diri.. selanjutnya aku mulai terseret ajakan teman-temanku mencicip wanita penghibur di lokalisasi.

Dan setiapkali aku menghajar perempuan-perempuan binal itu.. yang terbayang seolah-olah aku melakukanya dengan Bi Aeni.
Wanita itu benar-benar membuatku gundah.

Petualanganku makin berlanjut dengan teman-teman wanita yang menjadi sasaran cinta kilatku..
Namun.. tubuh mulus dan muda mereka itu tidak menghentikanku bermimpi tentang Bi Aeni. (. ) ( .) Contiecrott Eps. 2 Next..
----------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
------------------------------------------------------------------

Cerita 128 – Penyimpangan Seksku..?

Episode 2

Tak terasa
3 tahun berlalu. Aku telah menyelesaikan kuliah.. dan memulai karir pertamaku di sebuah pabrik garment di kota Garut.
Cerita tentang Bi Aeni telah lama usai.. aku berhasil mengalihkan pikiran dan ‘selera menyimpang’ itu dengan giat belajar..
Juga sempat menjalin cinta dengan 1 atau 2 mahasiswi yuniorku.. sewaktu masih di kampus.

Hari-hari kerjaku berlalu dengan semangat.. aku mulai bisa menabung untuk mencicil rumah kecil di pinggir kota Garut.
Hidup mandiri itu ternyata nyaman. 2 minggu sekali aku mengunjungi tante Marni di Bandung.

Satu duakali aku bertemu Bi Aeni di rumah. Beliau terlihat masih seperti dulu.
Sudah lama aku menghindari petualangan seks dan mencoba hidup dengan lebih baik.

Aku kembali ke kebiasaan lama ketika sesekali hanyut oleh hasrat itu.. self satisfaction.
Akhir tahun pertamaku di kota Garut.. malam menjelang tidur aku menerima panggilan telpon yang tidak terdaftar di HP-ku.

Ketika kuangkat.. terdengar suara berat wanita dengan logat Sunda yang kental di ujung sana.
"Di.. pa kabar..? Ini teh Bi Eni..!” Jdug..! Aku sedikit kaget.. perasaanku campur aduk.

"Heiii, Bik..pa kabar..? Wah.. tumben nih.. lagi di mana Bik..? Semua sehat..?” Jawabku ramah.
"Baik-baik aja Di. Ini.. Bik Eni rencana mau ke Garut besok.. sama si Cecep.. mau ketemu orang pinter di daerah Karang Anyar situ.. kamu tau kan..?"

"Ow iya tau Bik. Besok jam berapa.. nanti dijemput..? Nginep di sini aja.." jawabku.
"Gak usah dijemput Di.. naek travel kok. Nanti di-SMS aja alamatnya ke Cecep.. Iya.. mungkin nginep semalem nih.. gak ngerepotin kan..?”

"Gak dong.. Okay.. nanti Rudi SMS alamat rumah ke kang Cecep, bik..”
"Yah sudah.. itu aja Di.. Sampai besok yah..”

"Iya Bik.. salam untuk semua yah..”
"Nuhuun Di.. wassalam.." Bi Aeni menutup telpon.

Pikiranku mulai bercabang-cabang.. teringat ketika masa-masaku dulu tergila-gila oleh wanita paruh baya ini.
Dan Tentu saja teringat peristiwa bejat yang aku lakukan padanya.

Tapi aku coba menetralisir pikiran.. mungkin itu aku yang dulu. Sekarang aku telah banyak berubah.
Hawa terasa sangat dingin.. aku menarik selimut dan tak lama kemudian terlelap tidur.

Kebetulan Sabtu itu aku mendapat jatah libur.. jadi ketika mereka datang siang itu aku telah bersiap-siap menyambut.
Berbagai menu makanan yang aku beli direstoran tadi telah terhidang di meja makan.

Bi Aeni dan Cecep tiba beberapa saat kemudian.. aku menyambutnya di teras depan.
Mencium tangan wanita itu dan menyalami Cecep dengan hangat.

Siang itu suasana meja makan terasa hangat.. kami ngobrol ngidul hingga 2 jam.
Dari obrolan tersebut.. aku mengetahui bahwa Mang Ujang terlibat masalah.

Dia ternyata selama ini telah memiliki istri simpanan dan menghasilkan seorang anak laki-laki berumur 7 tahun.
Niat mereka untuk menemui orang pintar adalah;
Untuk mencoba mempengaruhi pikirn Mang Ujang agar menceraikan dan meninggalkan wanita beserta anaknya itu.

Tak heran.. sedaritadi di balik senyum ramahnya.. Bi Aeni terlihat masih terpukul dan sedih. Matanya masih terlihat sembab.
Setelah istirahat siang.. jam 4 sore aku mengantar mereka ke rumah orang pintar yang cukup terkenal di kota ini.

Aku hanya menunggu di luar. 1 jam kemudian mereka keluar ruangan konsultasi.. wajah Bi Aeni masih terlihat murung.
Selanjutnya aku membawa mereka kembali pulang.

Sejauh itu aku masih bersimpati dengan apa yang mereka alami. Aku tidak berani bertanya banyak.
Tapi yang jelas.. keesokan harinya mereka disyaratkan untuk kembali lagi dengan melaksanakan ritual tertentu.

Keesokan harinya aku mengantar mereka kembali..
Dari pertemuan kedua ini.. Bi Aeni diharuskan datang lagi menemui orang pintar ini tepat selepas subuh.
Cecep sepertinya bingung.. karena sore nanti dia harus pulang ke Bandung dan masuk kerja keesokan harinya.

Aku menawarkan diri untuk membantu mengantar Bi Aeni besok subuh.. dan mengantarnya ke pool travel kembali ke Bandung sore harinya.
Tanpa banyak berpikir akhirnya mereka menyetujui tawaranku.

Ada rasa takut menghinggapi sesaat kemudian.. aku hanya akan berdua dengan wanita ini nanti malam hingga esok harinya.
Takut aku tidak bisa mengontrol diri lagi. Tapi sekali lagi aku mencoba meyakinkan diri untuk tenang.. dan mengusir jauh pikiran itu.

Jam 7 malam.. mobil travel yang menjemput Cecep baru saja pergi.
Kami selanjutnya mengobrol santai di ruang tamu menunggu makan malam.

30 menit kemudian Bi Aeni selesai menghidangkan makanan yang aku beli tadi sore. Kami melanjutkan obrolan di meja makan.
Wanita di hadapanku ini mulai terlihat lebih tenang dari kemaren.. sejenak aku memperhatikan penampilannya.

Agak sedikit lebih gemuk dari dulu.. rambut ubannya mulai sedikit terlihat di atas telinganya.
Tapi beliau terlihat lebih putih. Kedua lengannya yang menyembul dari daster batik itu terlihat menarik.. padat berisi.

"Kamu teh kapan kawin Di..? Sudah ada calon belom..!?” Serunya sambil tersenyum.
"Belum tau nih Bik.. hehe.. blom ada yang cocok..” jawabku.

"Jangan lama-lama.. mumpung masih muda. Kamu juga sudah mapan Di..” lanjutnya.
"Iya Bik.. doain aja segera dapet..”
"Pasti dong.. didoain trus kok.."

Kemudian suasana hening. Bi Aeni terlihat melamun sejenak.. seperti teringat sesuatu yang membuatnya galau.
Aku mengalihkan perhatiannya dengan menanyakan kabar anak-anaknya yang lain dan juga cucunya.
Obrolan kami lancar sambil membantu Bi Aeni cuci piring.

Waktu menunjukan pukul 08.30 malam.. aku baru saja kembali dari Giant.. membeli keperluan rumah dan roti untuk sarapan esok pagi.
Bi Aeni menyambutku di ruang tengah. Wanita ini telah berganti pakaian daster.

Aku tidak bisa melupakan corak daster ini.. pakaian yang dia pakai ketika aku memperdayainya beberapa tahun silam.
Glekk.. Aku sedikit tercekat.

"Wahh.. belanjanya banyak pisan Di..” ujarnya sambil tersenyum.
"Biasa Bik.. belanja bulanan..” jawabku sambil menaruh belanjaan.

"Ini ada roti kalo Bi Eni laper malem-malem..”
"Masih kenyang pisan Di..” jawabnya sambil berlalu ke dapur membantuku membawa belanjaan.

Dari belakang tubuhnya terlihat jelas. Benar dugaanku.. wanita ini bertambah berat badanya.
Daster itu terlihat makin ketat.. mencetak lekuk-lekuk tubuhnya yang terpampang jelas. Serr.. Darahku berdesir.

Tak lama kemudian kami kembali ngobrol di ruang tamu.. pintu depan sudah terkunci. Angin dingin menyelusup masuk dari sela-sela ventilasi.
Obrolan santai itu kemudian berlanjut jadi ajang Curhat. Bi Aeni mulai menceritakan lebih detail kasus Mang Ujang.

Wanita ini sangat kecewa dan terluka dalam hatinya. Dia pun mulai tersedu.. aku menggenggam tangannya untuk menenangkan.
Perlahan aku duduk lebih merapat.. memeluknya perlahan.. kepalanya aku letakkan di dalam bahuku.

Tanganku mengusap rambutnya dengan lembut. Bi Aeni masih terisak.. sepertinya ingin melepaskan semua kegalauan hatinya.
Beberapa menit berlalu.. situasi syahdu tersebut perlahan mempengaruhi moodku.

Naluri kelaki-lakianku merambat naik.. dengan tubuh yang saling berdekapan.
Ketika Bi Aeni menengadahkan wajahnya ke arahku.. tanpa bisa kutahan.. ciumanku melumat bibir mungil itu dengan lembut.

Bi Aeni terhenyak beberapa saat.. kemudian tersentak kaget lalu melepaskan pelukanku.
"Ini teh ada apa Di..?” Tanyanya dengan wajah surprise.
"Maaf bik.. maaf..” kuyakin wajahku saat itu bersemu merah.

Beliau menggeserkan duduknya menjauh.. terdiam beberapa waktu dengan wajah kaget dan galau.
"Kenapa Di..? Bik Eni kok kecewa.. kamu lancang gitu..” ujarnya memecah kesunyian.
"Rudi terbawa suasana bik.. maaf..” jawabku gemetar.

"Yah sudah.. bik Eni tidur dulu yah Rud..” lanjutnya sambil berlalu menuju kamar.
"Bik.. tolong tunggu sebentar.. biar Rudi jelasin dulu..!” Seruku.

"Sudahlah Di.. Bibik maafin kok.." jawabnya.. tanpa menoleh sambil menutup pintu.
Aku merangsek maju mendekati kamar.. kemudian mengetok pintu.

"Bik, tolong buka pintunya sebentar..” Tidak ada jawaban.
"Bik..!” Aku kembali mengetok pintu. Masih hening.. tapi semenit kemudian gagang pintu itu bergerak perlahan.

Kulihat wajah itu kembali diliputi air mata. "Semua laki-laki itu sama Di. Sama..” ujarnya sambil terisak. Aku hanya terdiam.
"Kamu teh aneh.. kok bisa-bisanya ambil kesempatan..” lanjutnya lagi.

Aku masih berdiri mematung sambil menatap wajahnya. "Bik.. ini sebenarnya sudah lama ..” Jawabku perlahan..
Mulutku tercekat untuk melanjutkan kalimatku.

"Lama apanya Di..?”
"Iya sudah lama.. Mungkin ini gila Bik ..”

"Apa Di..? Ayo yang jelas kalo ngomong.. kamu laki-laki Di..!” Serunya dengan tegas menatap mataku.
Jantungku berdetak kencang.. aku tidak sanggup lagi melanjutkan ucapakanku.

Aku hampir menyerah. Tapi tiba-tiba kenekatanku muncul.
Sambil memegang kedua belah lengannya.. aku kembali mencium bibir itu dengan cepat dan ganas.

Bik Aeni sangat kaget.. dia mencoba melepaskan kedua tanganku.
Tapi aku tidak memberinya kesempatan.. aku malah melangkah masuk ke kamar sambil mendorong tubuhnya merapat ke dinding.

Lalu ciumanku kembali bertubi-tubi mendarat di bibir.. leher dan telinganya berulang-ulang. Nafasku menderu.
Bik Aeni yang tadinya masih melakukan perlawanan akhirnya hanya terdiam..

Ia seperti membiarkanku melakukan kenekatan itu sambil menungguku tersadar dan menyadari kesalahan.
Matanya terlihat marah. Aku menghentikan aksiku, kemudian menatap wajahnya.

"Sudah Di..? Puas..?" Ujarnya. Mata itu lekat menatap mataku.. seperti ingin menghakimi.
"Ini yang Rudi maksud Bik. Sudah lama Rudi tertarik dengan Bibik. Mungkin ini gila.. tidak waras.. tapi ini yang Rudi simpan bertahun-tahun..”

"Kamu cuci muka sana Di.. biar nyadar. Kesetanan kamu..!” Jawabnya dengan ketus.
"Kamu sudah seperti anak.. kok tega kamu berpikir aneh gitu..? Sadar Di.. bibik ini seumur ibumu..”

Kemudian dia menamparku dengan keras.
Dia keliru melakukan itu.. karena justru lebih memacu keberanianku.

Aku kembali menekannya ke dinding.. mengulangi apa yang aku lakukan tadi.
Kali ini beliau meronta.. tapi aku makin beringas.

Ketika aku berhasil menarik dan menekan tubuhnya di atas ranjang.. tangis pilu wanita itu kembali pecah.
"Terserah Di.. terserah kamu mau apain bibik.. terserah..” ujarnya sambil terisak.

Dia melepaskan cengkraman tangannya di dadaku.. kemudian tubuh itu melemah.
Aku mencium keningnya lembut.. mengusap wajahnya perlahan.

"Maaf bik.. Rudi tau ini salah. Tapi sepertinya memang harus terjadi..” Bik Aeni hanya diam pasrah menatapku.
Aku kembali menciumi bibir mungil itu dengan lembut.. kemudian perlahan-lahan mulai melumatnya kembali dengan nafsu.

Selanjutnya bibir dan lidahku menelusuri kedua sisi lehernya.. sambil jari-jemariku melepas perlahan kancing depan daster.
Perlahan ciumanku bergerak menelusuri bagian bawah leher.. dada dan belahan payudara itu.

Jemari tangan kananku kembali melanjutkan membuka satu per satu kancing yang tersisa hingga tuntas.
Kemudian lidah dan bibirku bergerak bebas membaluri perut dan pusar Bik Aeni.

Bik Aeni seperti tidak ingin melihat yang aku kerjakan.. tatapannya kosong menatap langit-langit kamar di ujung sana.
Kedua kaki Bik Aeni membujur rapat dengan kaku.

Jemariku bergerak ke sana.. membelai pinggul dan pahanya hingga ke bawah..
diikuti dengan kecupan-kecupanku di setiap inchi bagian yang telah aku sentuh.

Ketika bibirku menyentuh dengkul kirinya.. kedua pasang jemariku bergerak perlahan menyingkap ke atas bagian bawah daster itu.
Ciumanku langsung mendarat menelusuri lekukan pertemuan kedua paha montok Bik Aeni.

Aksiku terhenti ketika Bi Aeni mencoba duduk dan memulai kembali bicara.
"Di.. dengerin dulu.. Berhenti dulu..” ujarnya sambil menyentuh bahuku.

"Kamu teh yakin..? Kamu gak takut menyesal Di..?” Lanjutnya.. raut mukanya kini tidak semarah tadi. Sepertinya dia telah menyimpulkan sesuatu.
"Yakin bik. Kan tadi Rudi sudah bilang.. sudah lama menyimpan perasaan ini..” jawabku.

"Kamu sadar ini salah kan..? Dosa Di.. inget itu. Kamu juga masih muda..”
"Bibik persilaken kalo mau ngelanjutin.. tapi inget keluarga.. inget tante Marni. Bik Eni cuma mau kamu pikir itu Di..” katanya mengingatkan.

"Rudi sudah besar Bik.. kalo memang Bik Eni gak terima sesudah ini.. Rudi pasrah.
Siap menanggung malu dan kemarahan keluarga..” jawabku tanpa keraguan.

"Ini bukan soal nafsu sesaat Bik. Seperti yang tadi Rudi bilang.. sudah lama ini Rudi simpen..” paparku seadanya.
"Rudi sayang sama Bibik.. seperti laki-laki kepada perempuan dewasa biasanya.. jangan bicara soal umur.." ungkapku lagi menegaskan.

Dia mendengarkan penjelasanku dengan seksama.. menatapku dengan penuh arti sambil menarik napas yang dalam.
"Yang salah tetap salah Di. Kamu pasti paham.. Kalo kamu bener-bener pengen.. bibik mungkin cuma bisa nerima.
Tapi lebih baik jangan. Bik Eni gak akan kasih tau ini ke keluarga.. kasian sama kamu Di..” ujarnya dengan nada datar.

Aku kembali terdiam.. berpikir beberapa saat hingga akhirnya mengambil keputusan.
"Maaf Bik.. mungkin ini sudah takdirnya harus kejadian. Maafin Rudi..” ujarku dengan suara sedikit bergetar.

Bik Aeni kembali menghela napas dengan dalam.
"Hmmm.. bibik teh sudah ngingetin yah Di.. terserah kamu..” jawabnya terdengar pasrah.

Suasana kemudian hening.. mata kami saling bertatapan tanpa bicara.
Sinar mata itu begitu sendu.. mungkin benaknya sudah terlalu lelah.

Masih dengan posisi setengah duduk.. dia menunggu apa yang akan aku lakukan selanjutnya.
Hasratku sebenarnya telah surut.. aku diliputi rasa bersalah dan ingin menyumpahi diriku sendiri.

Tapi ini sudah terlanjur.. malam ini atau kemudian hari sama saja. Beliau sudah mengetahui keinginanku.
Aku tidak peduli dengan rasa malu.. ini seperti ketika seorang pria menyatakan cintanya kepada seorang gadis yang menolaknya..
tak perlu malu dengan sikap jantan itu. Aku harus menyelesaikan ini dengan tuntas.

Aku berdiri.. kemudian tanpa basa basi membuka kemejaku perlahan.
"Apapun yang terjadi.. Rudi harap bibik ikhlas..” ujarku Bik Aeni diam.. mengangguk pelan.. kemudian membaringkan tubuhnya.

Daster yang dikenakannya dibiarkannya terbuka.
Kemeja dan celana panjangku telah berguguran di lantai. Hanya celana dalam yang tersisa, kemaluanku terlihat layu.

Bi Aeni kemudian memejamkan matanya.. seperti tidak ingin lebih lama lagi melihat tubuh setengah telanjangku.
Ranjang itu berbunyi ketika diriku bergerak naik.

Pelan-pelan aku mengangkat satu per satu tangan Bik Aeni untuk meloloskan bagian atas daster itu.
Ketika telah terbebas.. kemudian aku menariknya ke bawah.. melepasnya habis melalui kaki.

Sekarang hanya bra berwarna cream dan celana dalam berenda berwarna kuning yang tersisa.
Tanpa canggung kedua tanganku menyelusup ke bawah punggungnya.. melepas jepitan bra itu..
sehingga ketika kedua tali yang menggantung payudaranya terkulai ke samping.

Aku menariknya keluar perlahan.. Bik Aeni bergerak sedikit mengangkat bahunya.. seperti ingin membantuku melepasnya.
Kutatap wajahnya dengan lembut.. beberapa detik mata kami sempat bertemu.. tetapi kemudian kembali dia terpejam.

Jantungku berdetak kencang. Selanjutnya aku mulai menindihnya.
Kembali kuciumi bibir mungilnya itu.. kedua tanganku bergerak ke kedua sisi.. menahan berat tubuh.

Bibir kami kembali berpagutan.. tidak ada reaksi dari bibir mungil itu.
Ciumanku makin deras melumat bibirnya.. darahku mulai terasa hangat.

Kemudian satu tanganku bergerak ke bawah.. memisah kedua paha itu..
agar memberikanku ruang untuk mendaratkan bagian bawah tubuhku.

Ughh.. Terasa kejantananku mulai terbangun dan mengeras.
Selanjutnya perlahan aku mulai menggesek-gesekkan benda kejalku itu di tengah-tengah selangkangan Bik Aeni.

Makin lama makin keras.. hingga nafasku makin menderu.
Meski masih ditutupi oleh celana dalam.. aku bisa merasakan hangatnya kewanitaan Bik Aeni.

Ciumanku makin beringas.. tidak hanya bibir.. tapi leher dan bagian payudaranya aku habisi.
Dan Bik Aeni mulai terganggu konsentrasinya ketika aku menyedot-nyedot kedua ujung nipplenya.
Nafasnya hangat di rambutku dan terdengar tidak teratur.

Kemudian aku kembali fokus menggesek-gesekkan kemaluan kami.
Kejantananku makin mengeras. Ketika melihat ke bawah.. nafsuku makin memuncak.
Kedua pinggul dan paha gempal itu bergoyang-goyang oleh himpitan pahaku yang bergerak maju-mundur.

Semenit kemudian aku berdiri.. melepas habis celana dalamku.
Bik Aeni membuka matanya.. menatap kejantananku yang mengacung ke depan dengan gagahnya.
Wajahnya tersirat kaget dan bingung.

Tanpa menunggu lama.. aku kembali menjorokkan tubuhku ke ranjang.. menarik perlahan celana dalam Bik Aeni dan melemparnya ke lantai.
Aku kembali bergerak naik ke peraduan itu.. bersiap untuk menggempurnya.

Tanpa basa basi.. dengan posisi menekan lututku ke ranjang dan menahan berat tubuhku dengan kedua ujung telapak kaki..
aku membuka lebar.. lalu meletakkan kedua paha Bik Aeni di atas pahaku yang tertekuk.

Perlahan aku mengarahkan ujung penisku mendekat bibir vaginya yang terbuka.
Ughh.. Gundukan rambut di sekitar bibir kemaluan Bik Aeni terlihat basah.

Sleppp.. Perlahan kepala penis itu bergerak masuk.. sleppp.. sedikit demi sedikit batang keras itu bergerak turun..
Ughh.. terasa basah.. hangat dan sempit.

Bik Aeni mendesis ketika aku berhasil melesakkan semuanya. "Shhh.. hmmphh..!”
Seru Bi Aeni sambil terpejam.. seraya kedua tangannya memegang lenganku dengan kuat.

Kuiarkan kemaluanku tenggelam beberapa saat.. terasa sensasi luar biasa.
Betapa nikmatnya lubang perempuan ini.. ujarku dalam hati.

Dan ketika aku menarik balik penisku.. bi Aeni kembali meringis.. pantatnya bergerak ke atas..
mengikuti tarikan batang kejantananku yang masih terjepit rapat di belahan nikmatnya.

Penisku selanjutnya terlepas bebas.. batangku terlihat mengkilap terpapar cairan lengket yang berasal dari dalam.
Kemudian kembali aku bergerak menusuk.. Jlebb.. Kali ini tangan bik Aeni mencengkram keras bahuku sambil menggigit bibir.

Kira-kira berlangsung 2 menit aku menarik ulur penisku di kewanitaan Bik Aeni.
Selanjutnya aku mulai menghentak-hentak selangkanganya dengan ritme pelan.

Clekk.. clekk.. clekk.. clebb.. clebb.. crekk.. crekk.. crekk.. crebb.. crebb..
Bunyi berkecipak itu mulai terdengar ketika sodokan-sodokanku mulai cepat dan bertenaga.

Dari atas terlihat wajah Bi Aeni gelisah menoleh ke kanan dan kiri.. matanya masih terpejam.
Nafasnya memburu.. sedang kedua tangannya mencengkram kedua sisi bantal.

Aku menyadari wanita paruh baya ini mulai menikmati.
Aku sudah cukup berpengalaman untuk memberikan kepuasan seks kepada wanita.

Terniat dalam hati untuk mengantarnya pada puncak gairah terlebih dahulu.. sebelum aku menuntaskannya.
5 menit berlanjut.. aku berhenti sesaat.. menarik pelan penisku.

Bi Aeni membuka matanya seolah menanti apa yang terjadi selanjutnya.
Kuletakkan kedua paha Bi Aeni di ranjang.. kemudian buru-buru aku menindihnya kembali dengan kedua tangan dan kaki menahan tubuh.

"Tolong masukin lagi bik..” ujarku memecah kesunyian.. aku ingin membuatnya menjadi bagian dalam pertempuran ini.
Bi Aeni hanya diam.. aku menunggu sesaat.

Tetapi kemudian.. perlahan tangan kirinya dengan kikuk memegang ujung penisku lalu menaruhnya di bibir liang senggamanya.
Aku sangat bahagia malam itu.. karena akhirnya aku mendapatkan perempuan ini dengan ‘sedikit kerelaan’.

Blessepp.. aku melesakkan kembali kejantanku dengan lembut.. kemudian mulai menggedor-gedor selangkanganya.
Urghhh.. Kali ini terasa lebih nikmat.. karena Bik Aeni mulai mengimbangi gerakanku dengan menaik-turunkan pantatnya dengan lembut..

Ohhh.. terasa betapa jepitan-jepitan dinding vagina itu menghadangku. "Shhh.. hmmmmm..!” Seruku penuh nikmat.
Bibir.. leher dan payudara itu kembali kucium dengan penuh nafsu.

Di bawah.. sodokan-sodokanku makin menggila. Bunyi goyangan ‘ranjang pengantin’ itu makin keras.. mengisi ruangan.
Selanjutnya kami makin beringas.. Bik Aeni mulai membalas ciuman bibirku.. kami berpagutan dengan panas.

Erangan Bik Aeni mulai liar.. dia memeluk erat leherku.. pinggulnya bergerak ke sana ke mari.
Kadang memutar.. kadang mendorong ke atas.. kemudian ke bawah dengan terpatah-patah.

Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Bagai banteng perkasa yang mengamuk. Aku menyerangnya tiada henti.
Hentakan-hentakan tubuhku makin keras menerpa selangkangan Bik Aeni.

Wanita ini makin tidak berdaya di bawahku.. mulutnya megap-megap seperti kesulitan bernafas..
Wajahnya menegang.. kedua tangannya meregang.. memegang pinggir dan kepala ranjang.

Dan sesaat kemudian dia menjerit tertahan.. Kedua tangannya bergerak panik meraih dan membekap leherku..
Raut mukanya memerah. "Diiii.. diiii.. duuuuh.. Rudiiiii..!” Serunya sambil meringis di kupingku.

Tubuh Bik Aeni mengejang hebat. Kedua tangannya kembali bergerak liar ke sana ke mari.
Kemudian terhenti ketika berhasil meraih pantatku dan menekannya keras-keras..
seperti ingin membenamkan batang kemaluanku ke dalam liang vaginanya.

"..T..trus tekan Diii.. trusss.. hhhh..!” Serunya melengking tinggi.
Aku membiarkan berat tubuhku membantu kejantananku menyumbat vagina bik Aeni lebih lama.

Wanita ini kemudian terisak.. tersiksa oleh desakan kenikmatan tiada terkira.
Dan cairan hangat itu terasa mengairi kejantananku yang masih ditelan kemaluannya..

Beberapa saat kemudian tubuh bahenol itu terkulai.
Plepp.. Perlahan aku menarik keluar penisku.. bik Aeni masih terisak dalam pelukanku.

Aku mendiamkanya beberapa saat hingga dia tenang. Selanjutnya aku melepaskan diriku.. kemudian berdiri.
Bi Aeni hanya diam terpejam sambil bernafas berat.. dadanya naik-turun.

Aku menungguinya beberapa saat.. kemudian tanpa bicara aku berlalu keluar kamar sambil menutupi bawah tubuhku dengan kain seadanya.
Beberapa saat kemudian aku menuju ruang makan.. membuka pintu samping.. menyalakan sebatang rokok dan mengisapnya dalam.

Malam kian dingin.. di luar turun gerimis. Aku melirik jam dinding.. sudah pukul 09.45 malam.
Masih terbayang apa yang barusan terjadi.. walau belum mencapai klimaks..

Aku merelakan Bik Aeni mencapai kepuasan untuk dirinya sendiri.
Setidaknya dia bisa melepaskan kegalauannya sejenak dengan persenggamaan tadi.

Aku hampir menyelesaikan sedotan rokokku yang terakhir ketika bunyi gagang pintu kamar itu bergerak perlahan.
Bik Aeni melangkah keluar kamar.. kami saling bertatapan. Wajahnya kini terlihat lebih santai.

Dia hanya melilitkan kain di tubuhnya seperti kemben. Kami masing-masing masih menahan diri untuk bicara.
Beliau meraih gelas.. mengisinya dengan air dan minum perlahan.

Kemudian dia duduk di seberang meja menghadap ke arahku.
"Kamu berani pisan Di. Bik Eni pikir kamu teh kalem, lugu..” ujarnya memulai pembicaraan.
"Yaah laki-laki Bik.. sama semua. Punya nafsu dan liar..” jawabku sambil tersenyum mencairkan keadaan.

"Sepertinya sudah pengalaman yah..?” Lanjut Bik Eni.
"Yaaa.. bisa dibilang begitu bik..” jawabku.

"Tapi memang dari dulu-dulunya Rudi suka dengan Bik Eni..” lanjutku.
"Kok bisa sih Rud..? Bibik sudah peot begini..” jawabnya dengan suara sedikit manja.

"Masih bahenol kok Bik..! Masih cantik. Kalo peot gak mungkin nafsu..” jawabanku makin berani.
"Tapi beneran kan bik Eni gak bakal marah dan lapor ke sana ke mari..?” Tanyaku dengan nada santai.

"Mmm.. gak mungkin Di. Jujur aja.. yang tadi bikin bik Eni fresh.. mulai hilang semua sakit kepalanya..” jawabnya.
"Dan sudah lama juga gak ngerasain tenaga kuda ya bik..?” Candaku

"Hehe.. iya.. kuat sekali kamu Di.. sampe kewalahan..” jawabnya.
"Mmmm ..” Aku tidak berani melanjutkan kalimatku.

"Apa Di..? Iya.. bik Eni tau kok.. kamu belum selesai..” ujarnya sambil tersenyum tipis.
"Emang Bik Eni masih mau ngelanjutin..?” Godaku.

"Untuk malem ini boleh Di.. terserah kamu..” Jawabnya serius.
"Makasih bik..”

Seraya aku meminum habis sisa air minum Bik Eni kemudian mengulurkan tanganku kepadanya.
Bi Eni menyambut uluran tangan itu.. kemudian aku menggenggam tangannya sambil melangkah ke kamar.
Aku sangat bahagia.. kami seolah sepasang pengantin baru yang lagi mabuk asmara.

Ketika tiba di ranjang aku membaringkan tubuhku.. Bi Aeni masih malu-malu berdiri di pinggir ranjang.
"Sekarang giliran bik Eni yang menyiksa Rudi. Di atas yah..?” Ujarku sambil tersenyum.
"Rudii.. Rudii.. kamu teh bisa aja.." jawabnya bersemu merah.

Bik Aeni melepas ikatan kain itu.. aku beringsut ke pinggir ranjang.. menciumi payudara dan perut wanita itu.
Kemudian dia memeluk wajahku.. selanjutnya aku menuntunnya menaiki ranjang.

Aku kembali berbaring.. Bik Aeni telah menduduki tubuhku. Kejantananku telah siap berdiri mengacung.
Bi Aeni menjorokkan tubuhnya ke depan.. menaikkan pantatnya sambil tangan kanannya bergerak ke belakang..

Perlahan ia menuntun penisku menuju bibir kemaluannya.
"Besar juga yah Di..!?” Katanya sambil tersenyum.
"Lumayan Bik..” jawabku juga sambil tersenyum.

Sedetik kemudian Bi Aeni menurunkan pantatnya.
Jlebb..! Kemaluanku langsung tertelan masuk dalam lepitan hangat vaginanya.

Ohhh.. Terasa nikmat luarbiasa yang aku rasakan. Sangat terasa kelembutan bagian dalamnya yang basah.
Selanjutnya beliau mulai menarik-turunkan pantatnya. Tatapan matanya begitu lembut.. aku makin terangsang hebat.

"Sshhh..!” Aku mendesis setiapkali benda itu menarik kulit batang kemaluanku ke atas.. mataku terpejam.
Hanya 3 menit, beliau terlihat melambat. "Biar Rudi yang bergerak Bik..” ujarku tanggap.

Kemudian kedua tanganku memegang erat kedua bongkahan pantat besar itu.
Dengan garang.. kejantananku mulai mengaduk-aduk isi vagina Bik Aeni dari bawah.

Jlebb.. jlebb.. jlebb.. crebb.. clebb.. clebb.. clebb.. crekk.. crekk..
"Duuuh.. Dii.. gelii..!” Serunya semenit kemudian.

Aku makin gencar menaik-turunkan pantatku.. posisi ini lebih menguntungkanku membuatnya cepat terangsang.
Kejantananku yang besar terasa lebih ampuh membuatnya terbuai.

Bik Aeni terguncang-guncang di atas tubuhku.. kedua tangannya mencengkram kuat kedua bahuku.
Beberapa menit kemudian aku mulai kewalahan.. terasa penisku makin hangat dan berdenyut.

Tapi aku ingin beliau mencapai orgasme sekali lagi.. sebelum aku memuntahkan isi penisku.
Kutarik lebar bagian bawah pantatnya.. sehingga anusnya terlihat jelas. Terasa batang kemaluanku lebih bebas menghajarnya.

Bik Aeni makin terbuai, eranganya kembali terdengar nyaring di telingaku.
"Uuhhh.. Dii.. tttrrruuuussss Diii.. Hhhhh.. ahh..!” Serunya tanpa sadar.

Wajahnya menengadah ke atas sambil terpejam. Tubuh itu tergoncang-goncang hebat..
Keringat mengalir dari sekitar lehernya.. membasahi belahan dada Bi Aeni.. itu membuatnya semakin menggairahkan.

Sesaat kemudian denyutan di pangkal penisku makin terasa.. aku sudah diburu waktu.
Cengkramanku di pantat Bi Aeni makin keras.. sehingga menahannya untuk bergerak.
Posisi pantatnya yang sedikit menungging makin terpedaya oleh sodokan-sodokanku yang kian buas.

Bik Aeni mengerang panjang ketika akhirnya mencapai orgasme untuk keduakalinya.
"Ouuuhhhhh.. Diiii.. ahhhhh.. aduuhh..aduuuhhhh..!!" Jeritnya sambil terisak.

Beliau menekan keras vaginanya ke bawah.. membekap batang kemaluanku dengat denyut dinding vaginanya.
Tubuhnya bersimbah keringat ketika memelukku dengan kuat.. isak tangisnya pecah di dadaku. Tubuhnya meregang.

Kejantananku masih di dalam. Dua tigakali kembali aku menyodoknya.
Sesaat kemudian desakan di ujung kemaluanku kian terasa tak tertahankan lagi..

Aku mengangkat pantatku ke atas.. crett.. crrrtt.. crrtt.. crrtt..
Tubuhku berkelojotan... belasankali sperma itu menyemprot di dalam vaginanya..

"Biiik..Biiik Eniii.. ooohhhhh.. oohhhh..!” Seruku sambil memeluk lehernya dengan kuat.
Tubuhku bergetar.. aku serasa terbang ke awan.. terpapar kenikmatan tanpa batas selama beberapa detik..

Kemudian aku terkulai lemas.. letih mulai terasa.
Kedua tubuh kami berpelukan beberapa waktu. Selanjutnya kami terbaring berdampingan sambil tersengal.

"Hhhh.. makasih bik.. enaak bangett..” ujarku sambil menatap ke langit kamar.
"Iya Di.. sama. Bik Eni juga ngerasa enak.. kamu hebat Di.. sudah lama gak ngerasain kayak gini..”
Jawabnya sambil memelukku dari samping.

"Tapi gak papa kan tadi Rudi keluarin di dalem..?” Tanyaku teringat masa lalu.
"Gak papa.. Bibik masih rutin suntik KB.. Kadang-kadang Mang Ujang masih minta jatah.. walau jarang-jarang sih..” jawabnya.

Aku tidak mempedulikan jawaban itu.. yang penting hasratku telah tuntas.
Beberapa menit kemudian kami mulai terdiam dalam penat.. sambil berpelukan kami tertidur.
Ohh.. Malam itu terasa sangat indah.. akhirnya perempuan ini jatuh dalam pelukanku.

Perselingkuhan ini kemudian berlanjut.. kami seperti sepasang remaja yang ketagihan akan seks.
Kali kedua kami bertemu dan melakukanya di rumah Tante Marni.. ketika beliau pergi keluar kota.

Dan pertemuan kami yang terakhir terjadi di sebuah hotel berbintang lima di kota Bandung.
Kami bercinta sepanjang hari hingga menjelang sore.

Dan barusan Bik Aeni menelponku untuk kembali bertemu di sebuah vila di Lembang milik adiknya.
Hatiku galau.. sampai kapan ini berakhir.

Aku makin bergantung akan kehangatan darinya.. aku mulai mencintai wanita paruh baya ini.
Tapi beliau istri orang lain.. dan usia kami terpaut sangat jauh.

Ahh.. Biarlah waktu yang menentukan ujung akhir perselingkuhan ini.. setidaknya kami menikmatinya. (. ) ( .)
---------------------------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd