Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

-------------------------------------------------------------------

Cerita 129 – Akal Bulus..

Sumiati

Umurku
baru 28 tahun ketika diangkat jadi manager area sebuah perusahaan consumer goods.
Aku di tempatkan di Semarang dan diberi fasilitas rumah kontrakan tipe 45. Itu pada tahun 1996.

Nah.. setelah 2-3 minggu tinggal sendirian di rumah itu lama-lama aku merasa cape juga..
karena harus melakukan pekerjaan rumah tangga seperti nyapu.. ngepel.. cuci pakaian.. cuci perabot.. bersih-bersih rumah tiap hari.

Akhirnya kuputuskan cari pembantu rumah tangga yang kugaji sendiri daripada aku sakit.
Lewat sebuah biro tenaga kerja.. didapatlah berdasarkan alamat atau domisilinya pada saat itu.. tidak jauh dari rumah kontrakanku.

Maka sore itu datanglah seorang wanita sekitar 34 tahunan.. Sumiyati namanya.
Berasal dari Wonogiri dan sudah punya dua anak yang tinggal bersama ortunya di desa.
Sementara dia juga ngontrak di sebuah bedeng beberapa ratus meter dari rumah kontrakanku.

"Anaknya ditinggal dengan neneknya tidak apa-apa, Mbak..?” Tanyaku.
"Tidak, pak. Mereka kan sudah besar-besar.. sudah SMP dan SD kelas 6..” jawabnya.

"Lalu suami Mbak Sum di mana..?”
"Sudah meninggal tiga tahun lalu karena TBC, pak..”

"Ooo.. pernah kerja di mana saja, Mbak..?”
"Ikut rumah tangga, tapi berhenti karena saya tidak kuat harus kerja terus dari pagi sampai malam..
Maklum.. keluarga itu anaknya banyak dan masih kecil-kecil..
Kalau di sini kan katanya hanya bapak sendiri yang tinggal.. jadi pekerjaannya tidak berat sekali..”

Dengan janji akan kucoba dulu selama sebulan.. jadilah Mbak Sum mulai kerja hari itu juga..
Dan dia juga kusuruh pindah dari kontrakannya untuk tinggal bersamaku.
Dia kuberi satu kamar.. karena memang rumahku hanya punya dua kamar.

Tugas rutinnya.. kalau pagi sebelum aku ke kantor membersihkan kamarku dan menyiapkan sarapanku.
Setelah aku ke kantor barulah ruangan lain.. nyuci.. belanja.. masak dst.
Dia juga kubuatkan kunci duplikat untuk keluar-masuk rumah dan pagar depan.

Setelah seminggu tinggal bersama.. kami bertambah akrab.
Kalau di rumah dan tidak ada tamu dia kusuruh memanggilku ‘Mas’ bukan ‘bapak’ karena usianya tua dia.
Beruntung dia jujur dan pintar masak.. sehingga setiap pagi dan malam hari aku dapat makan di rumah, tidak seperti dulu selalu jajan ke luar.

Waktu makan malam Mbak Sum biasanya juga kuajak makan semeja denganku.
Biasanya.. selesai cuci piring dia nonton TV. Duduk di permadani yang kugelar di depan pesawat.

Kalau tidak ada kerjaan yang harus dilembur aku pun ikut nonton TV.
Aku suka nonton TV sambil tiduran di permadani.. sampai-sampai ketiduran dan seringkali dibangunkan Mbak Sum supaya pindah ke kamar.

Suhu udara Semarang yang tinggi sering membuat libidoku jadi cepat tinggi juga.
Lebih lagi hanya tinggal berdua dengan Mbak Sum dan setiap hari menatap liku-liku tubuh semoknya..

Terutama kalau dia pakai daster di atas paha.
– Kalau digambarkan bodynya sih mirip-mirip Yenny Farida waktu jadi artis dulu..–

Maka lalu kupikir-pikir rencana terbaik untuk bisa mendekap tubuhnya.
Bisa saja sih aku tembak langsung memperkosanya.. toh dia nggak bakal melawan majikan, tapi aku bukan orang jenis itu.
Menikmatinya perlahan-lahan tentu lebih memberi kepuasan daripada langsung tembak dan cuma dapat nikmat sesaat.

"Mbak Sum bisa mijit nggak..?” Tanyaku ketika suatu malam kami nonton TV bareng.
Dia duduk dan aku tiduran di permadani. "Kalau asal-asalan sih bisa, Mas..” jawabnya lugu.

"Nggak apa-apa, Mbak. Ini lho, punggungku kaku banget.. Seharian duduk terus sampai nggak sempat makan siang.
"Tolong dipijat ya, Mbak..” sambil aku tengkurap. Mbak Sum pun bersimpuh di sebelahku.

Tangannya mulai memijat punggungku tapi matanya tetap mengikuti sinetron di TV.
Uuhh.. nikmatnya disentuh wanita ini. Mata kupejamkan, menikmati.
Saat itu aku sengaja tidak pakai CD – celana dalam..– dan hanya pakai celana olahraga longgar.

"Mijatnya sampai kaki ya, Mbak..” pintaku ketika layar TV menayangkan iklan.
"Ya, Mas..” lalu pijatan Mbak Sum mulai menuruni pinggangku, terus ke pantat.

"Tekan lebih keras, Mbak..” pintaku lagi dan Mbak Sum pun menekan pantatku lebih keras.
Penisku jadi tergencet ke permadani, nikmat, greng dan semakin.. berkembang.

Aku tak tau apakah Mbak Sum merasakan kalau aku tak pakai CD atau tidak.
Tangannya terus meluncur ke pahaku, betis hingga telapak kaki. Cukup lama juga, hampir 30 menit.

"Sudah capai belum, Mbak..?”
"Belum, Mas..”

"Kalau capai, sini gantian, Mbak kupijitin..” usulku sambil bangkit duduk.
"Nggak usah, Mas..”

"Nggak apa-apa, Mbak. Sekarang gantian Mbak Sum tengkurap..”
Setengah paksa dan merajuk seperti anak-anak.. kutarik tangannya dan mendorong badannya supaya telungkup.

"Ah, Mas ini, saya jadi malu..”
"Malu sama siapa, Mbak..? Kan nggak ada orang lain..?”

Agak canggung dia telungkup dan langsung kutekan dan kupijit punggungnya supaya lebih tiarap lagi.
Kuremas-remas dan kupijit-pijit punggung dan pinggangnya.

"Kurang keras nggak, Mbak..?”
"Cukup, Mas..”
Sementara matanya sekarang sudah tidak lagi terlalu konsentrasi ke layar kaca. Kadang merem melek.

Tanganku mencapai pantatnya yang tertutup daster. Kuremas.. kutekan..
Kadang tanganku kusisipkan di antara pahanya hingga dasternya mencetak pantat gempal itu.

Kusengaja berlama-lama mengolah pantatnya.. toh dia diam saja. "Pantat Mbak empuk lo..” godaku sambil sedikit kucubit.
"Ah.. Mas ini bisa saja.. Mbak jadi malu ah.. masak pembantu dipijitin juragannya.. Sudah ah, Mas..” pintanya. Sambil berusaha berdiri.

"Sabar, Mbak, belum sampai ke bawah..” kataku sambil mendorongnya balik ke permadani.
"Aku masih kuat kok..”

Tanganku bergerak ke arah pahanya. Meremas-remas mulai di atas lutut yang tidak tertutup daster..
Lalu makin naik dan naik merambat ke balik dasternya.

Mbak Sum mula-mula diam namun ketika tanganku makin tinggi memasuki dasternya ia jadi gelisah.
"Sudah, Mas..”

"Tenang saja, Mbak.. Biar capainya hilang..” sahutku sambil menempelkan bagian depan celanaku..
yang menonjol ke samping pahanya yang kanan.. sementara tanganku memijat sisi kiri pahanya.

Sengaja kutekankan ‘tonjolanku’. Dan seolah tanpa sengaja kadang-kadang kulingkarkan jari tangan ke salahsatu pahanya..
Lalu kudorong ke atas hingga.. jdudd.. mulai menyentuh bawah vaginanya.

Tentu saja gerakanku masih di luar dasternya.. supaya ia tidak menolak. Ingin kulihat reaksinya.
Dan yang terdengar hanya eh.. eh.. eh.. tiapkali tanganku mendorong ke atas.

"Sekarang balik, Mbak, biar depannya kupijat sekalian..”
"Cukup, Mas, nanti capai..”

"Nggak apa-apa, Mbak, nanti gantian Mbak Sum mijit aku lagi.."
Kudorong balik tubuhnya sampai telentang. Daster di bagian pahanya agak terangkat naik.

Mula-mula betisnya kupijat lagi lalu tanganku merayap ke arah pahanya.
Naik dan terus naik dan dasternya kusibak sedikit sedikit sampai kelihatan CD-nya.

"Mbak Sum pakai celana item ya..?” Gurauku sampai dia malu-malu.
"Saya jadi malu, Mas, kelihatan celananya..” sambil tangannya berusaha menurunkan dasternya lagi.

"Alaa.. yang penting kan nggak kelihatan isinya to, Mbak..”
Godaku lagi sambil menahan tangannya dan mengelus gundukan CD-nya dan membuat Mbak Sum menggelinjang.

Tangannya berusaha menepis tanganku. Melihat reaksinya yang tidak terlalu menolak.. aku tambah berani.
Dasternya makin kusingkap.. sehingga kedua pahanya yang besar mengkal terpampang di depanku.

Namun aku tidak terburu nafsu. Kusibakkan kedua belah paha itu ke kiri-kanan lalu aku duduk di sela-selanya.
Kupijat-pijat pangkal paha sekitar selangkangannya sambil sesekali jariku nakal menelusupi CD-nya.

"Egh.. egh.. sudah Mas, nanti keterusan..” tolaknya lemah.
Tangannya berusaha menahan tanganku.. tapi tubuhnya tak menunjukkan reaksi menolak malah tergial-gial setiapkali menanggapi pijitanku.

"Keterusan gimana, Mbak..?”
Tanyaku pura-pura bodoh sambil memajukan posisi dudukku.. sehingga penisku hampir menyentuh CD-nya.

Dia diam saja sambil tetap memegangi tanganku supaya tidak keterusan.
"Ya deh, sekarang perutnya ya, Mbak..” Tanganku meluncur ke arah perutnya sambil membungkuk di antara pahanya.

Sambil memijat dan mengelus-elus perutnya, otomatis zakarku yang masih terbungkus celana.. menekan CD-nya.
Merasa ada tekanan di CD-nya Mbak Sum segera bangun.

"Jangan Mas.. nanti keterusan.. Tidak baik..” lalu memegang tanganku dan setengah menariknya.
Kontan tubuhku malah tertarik maju dan menimpanya.

Posisi zakarku tetap menekan selangkangannya sedang wajah kami berhadap-hadapan sampai embusan nafasnya terasa.
"Jangan, Mas.. jangan..” pintanya lemah.
"Cuma begini saja, nggak apa-apa kan Mbak..?” Ujarku sambil mengecup pipinya.

"Aku janji, Mbak.. kita hanya akan begini saja dan tidak sampai copot celana..”
Sambil kupandang matanya dan pelan kugeser bibirku menuju ke bibirnya.

Dia melengos tapi ketika kepalanya kupegangi dengan dua tangan jadi terdiam.
Begitupula ketika lidahku menelusuri relung-relung mulutnya dan bibir kami berciuman.

Namun.. beberapa saat kemudian dia pun mulai merespons dengan isapan-isapannya pada lidah dan bibirku.
Targetku hari itu memang belum akan menyetubuhi Mbak Sum sampai telanjang.

Karena itulah kami selanjutnya hanya berciuman dan berpelukan erat-erat, kutekan-tekankan pantatku.
Bergulingan liar di atas permadani. Kuremas-remas payudaranya yang montok mengkal di balik daster.

Entah berapa jam kami begituan terus sampai akhirnya kantuk menyerang dan kami tertidur di permadani sampai pagi.
Dan ketika bangun Mbak Sum jadi tersipu-sipu. "Maaf ya, Mas..” bisiknya sambil memberesi diri.

Tapi tangannya kutarik sampai ia jatuh ke pelukanku lagi.
"Nggak apa-apa, Mbak. Aku suka kok tidur sambil pelukan kayak tadi. Tiap malam juga boleh kok..” candaku.
Mbak Sum melengos ketika melihat tonjolan besar di celanaku.

Sejak saat itu hubunganku dengan Mbak Sum semakin hangat saja. Aku bebas memeluk dan menciumnya kapan saja. Bagai istri sendiri.
Dan terutama waktu tidur, kami jadi lebih suka tidur berdua. Entah di kamarku, di kamarnya atau di atas permadani.

Sengaja selama ini aku menahan diri untuk tidak memaksanya telanjang total dan berhubungan kelamin.
Dengan berlama-lama menahan diri ini lebih indah dan nikmat rasanya..
Sama seperti kalau kita menyimpan makanan terenak untuk disantap paling akhir.

Hingga suatu malam di ranjangku yang besar kami saling berpelukan. Aku bertelanjang dada dan Mbak Sum pakai daster.
Masih sekitar jam 9 waktu itu dan kami terus asyik berciuman, berpagutan, berpelukan erat-erat saling raba, pijat, remas.

Kuselusupkan tanganku di bawah dasternya lalu menariknya ke atas.
Terus ke atas hingga pahanya menganga, perutnya terbuka dan akhirnya beha putihnya nampak menantang.

Tanpa bicara dasternya terus kulepas lewat kepalanya. "Jangan, Mas..” Mbak Sum menolak.
"Nggak apa-apa, Mbak, cuma dasternya kan..” rayuku.

Dia jadi melepaskan tanganku.
Juga diam saja ketika aku terang-terangan membuka celana luarku hingga kami sekarang tinggal berpakaian dalam.

Kembali tubuh gempal janda montok itu kugeluti, kuisap-isap puncak branya yang nampak kekecilan menampung teteknya.
Mbak Sum mendesis-desis sambil meremasi rambut kepalaku dan menggapitkan pahanya kuat-kuat ke pahaku.

"Mbak Sum pingin kita telanjang..?” Tanyaku.
"Jangan, Mas. Pingin sih pingin.. tapi.. gimana ya ..”

"Sudah berapa lama Mbak Sum tidak ngeseks..?”
"Ya sejak suami Mbak meninggal.. kira-kira tiga tahun..”

"Pasti Mbak jadi sering masturbasi ya..?”
"Kadang-kadang kalau sudah nggak tahan, Mas..”

"Kalau main dengan pria lain..?”
"Belum pernah, Mas..”

"Masa’ sih, Mbak..? Masa’ nggak ada yang mau..?”
"Bukan begitu, tapi aku yang nggak mau, Mas..”

"Kalau sama aku kok mau sih, Mbak..?” Godaku lagi.
"Ah, kan Mas yang mulai.. dan lagi, kita kan nggak sampai anu..”

"Anu apa, Mbak..?”
"Ya itu.. telanjang gitu..”

"Sekarang kita telanjang ya, Mbak..”
"Eee.. kalau hamil gimana, Mas..?”

"Aku pakai kondom deh..”
"Ng.. tapi itu kan dosa, Mas..?”

"Kalau yang sekarang ini dosa nggak, Mbak..?” Tanyaku mentesnya.
"Eee.. sedikit, Mas..” jawabnya bingung.

Aku tersenyum mendengar jawaban mengambang itu dan kembali memeluk erat-erat tubuh sekalnya yang menggemaskan.
Kuremas dan kucium-cium pembungkus teteknya. Ia memeluk punggungku lebih erat.

Kuraba-raba belakang punggungnya mencari lalu melepas kaitan branya.
"Ja..jangan, Mas..” bisiknya tanpa reaksi menolak dan kulanjutkan gerakanku.

Mbak Sum hanya melenguh kecil ketika branya kutarik dan kulemparkan entah ke mana.
Dua buah semangka segar itu langsung kukemut-kemut putingnya.

Kuisap, kumasukkan mulut sebesar-besarnya, kugelegak, sambil kulepas CD-ku.
Mbak Sum terus mendesis-desis dan bergetar-getar tubuhnya. Kami bergumul berguling-guling.

Kutekan-tekan selangkangannya dengan zakarku.
"Gimana, Mbak.. sudah siap kuperawani..?” Tanganku menjangkau CD-nya dan hendak melepasnya.

"Jangan, Mas. Kalau hamil gimana..?”
"Ya ditunggu saja sampai lahir to, Mbak..” gurauku sambil berusaha menarik lepas CD-nya.

Mbak Sum berusaha memegangi CD-nya.. tapi seranganku di bagian atas tubuhnya membuatnya geli dan tangannya jadi lengah.
Srettt.. Cd-nya pun sukses merosot melewati pantatnya.

"Kalau hamil.. siapa yang ngurus bayinya..?”
"Ya, Mbaklah.. kan itu anakmu.. tugasku kan cuma bikin anak.. bukan ngurusi anak..” godaku terus.

"Dasar, mau enaknya sendiri..” Mbak Sum memukulku pelan..
Tangannya berusaha menjangkau CD dari bawah pahanya.. tapi kalah cepat dengan gerakanku melepas CD itu dari kakinya.

Buru-buru kukangkangkan pahanya lalu kubenamkan lidahku ke situ. Slep.. slep.. slep.. "Nghhh.."
Seketika Mbak Sum melenguh dan menggeliat lagi sambil meremasi kepalaku. Nampak dia berada dalam kenikmatan.

Beberapa menit kemudian, aku memutar posisi tubuhku sampai batang zakarku tepat di mulutnya..
sementara lidahku tetap beroperasi di vulvanya.

Dengan agak canggung-canggung dia mulai menjilati, mengulum dan mengisapnya.
Vulvanya mulai basah.. zakarku menegang panjang.
Eksplorasi dengan lidah kuteruskan.. sementara tanganku memijit-mijit sekitar selangkangan hingga anusnya.

"Agh.. agh.. Maas.. ak.. aku..” Mbak Sum kini tak mampu bersuara lagi..
Hanya pantatnya terasa kejang berkejat-kejat dan mengalirlah cairan maninya mengaliri mulutku.
Kugelegak sampai habis cairan bening itu.

"Isap anuku lebih keras, Mbak..!" Perintahku ketika kurasakan maniku juga sudah di ujung zakar.
Dan benar saja.. begitu diisap lebih keras sebentar kemudian.. crett.. crett.. crett.. crett..
Spermaku menyembur masuk ke kerongkongan Mbak Sum yang buru-buru melepasnya sampai mulutnya tersedak berlepotan sperma.

Kami pun terjelepak kelelahan. Kuputar tubuhku lagi dan malam itu kami tidur telanjang berpelukan untuk pertamakalinya.
Tapi zakarku tetap tidak memerawani vaginanya. Aku masih ingin menyimpan ‘makanan terenak’ itu berlama-lama.

Selanjutnya kegiatan oral seks jadi kegemaran kami setiap hari.
Entah pagi.. siang maupun malam.. bila salahsatu dari kami.. – biasanya aku yang berinisiatif..– ingin bersetubuh.. ya langsung saja tancap.

Entah itu di kamar.. sambil mandi bersama atau bergulingan di permadani.
Tiap hari kami mandi keramas dan entah berapa banyak bercak mani di permadani.

Selama itu aku masih bertahan.. dan paling banter hanya memasukkan kepala zakarku ke vaginanya.. lalu kutarik lagi.
Batangnya tidak sampai masuk.. meski kadang Mbak Sum sudah ingin sekali dan menekan-nekan pantatku.

"Kok nggak jadi masuk, Mas..?” Tanyanya suatu hari.
"Apa Mbak siap hamil..?” Balikku.
"Kan aku bisa minum pil kabe to Mas..”

"Bener nih Mbak rela..?” Jawabku menggodanya sambil memasukkan lagi kepala zakarku ke memeknya yang sudah basah kuyup.
"He-eh, Mas..” dia mengangguk.

"Mbak nggak merasa bersalah sama suami..?”
"Kan sudah meninggal, Mas..”

"Sama anak-anak..?”
Ia terdiam sesaat, lalu jawabnya lirih.. "A.a.. aku kan juga masih butuh seks, Mas..”

"Mana yang Mbak butuhkan, seks atau suami..?” Tanyaku terus ingin tau isi hatinya.
Kuangkat lagi kepala zakarku dari mulut memeknya lalu kusisipkan saja di sela-sela pahanya.

"Pinginnya sih suami, Mas.. tapi kalo Mas jadi suamiku kan nggak mungkin to..
Aku ini kan cuma orang desa dan pembantu..” jawabnya jujur.

"Jadi, kalau sama aku cuma butuh seksnya aja ya Mbak..? Mbak cuma butuh nikmatnya kan..?
Mbak Sum pingin bisa orgasme tiap hari kan..?”
Mbak Sum tersipu. Tidak menjawab malah memegang kepalaku dan menyosor bibirku dengan bibirnya.

Kami kembali berpagutan dan bergulingan.
Zakar besar tegangku terjepit di sela pahanya lalu cepat-cepat aku berbalik tubuh dan memasukkan ke mulutnya.

Otomatis Mbak Sum mengisap kuat-kuat zakarku sama seperti aku yang segera mengobok-obok vaginanya dengan tiga jari dan lidahku.
Sejenak kemudian kembali kami orgasme dan ejakulasi hampir bersamaan.

Yah.. bisakah pembaca bersetubuh seperti kami..? Saling memuasi tanpa memasukkan zakar ke vagina.
Hubungan nikmat ini terus berlangsung..
Hingga suatu sore.. sepulangku kerja Mbak Sum memberiku sekaplet pil kabe dan sekotak kondom kepadaku.

"Sekarang terserah Mas.. mau pakai yang mana..? Mbak sudah siap..” tantangnya.
Aku jadi membayangkan penisku memompa vaginanya yang menggunduk itu.

"Mbak benar-benar ikhlas..?” Tanyaku.
"Lha memang selama ini apa Mas..? Saya kan sudah pasrah diapakan saja sama Mas..”

"Mbak tidak kuatir meskipun aku nggak bakalan jadi suami Mbak..?”
Lanjutku sambil berjaga-jaga untuk menghindari risiko bila terjadi sesuatu di belakang hari.

"Saya sudah ikhlas lega lila.. mau dikawini saja tiap hari atau dinikahi sekalian terserah Mas saja.
Saya benar-benar tidak ada pamrih apa-apa di belakang nanti.. Saya hanya ingin kita berhubungan seks dengan maksimal..
Tidak setengah-setengah seperti sekarang ini..”

Haah.. ternyata Mbak Sum pun jadi berkobar nafsu syahwatnya setelah berhubungan seks denganku secara khusus selama ini.
Ternyata wanita ini memendam hasrat seksual yang besar juga. Sampai rela mengorbankan harga dirinya.

Aku jadi tak tega.. tapi sekaligus senang.. karena tidak bakal menanggung risiko apapun dalam berhubungan seks dengan dia.
Aku selama ini kan memang hanya mengejar nafsu dan nampaknya Mbak Sum pun terbawa iramaku itu.

Ya.. seks hanya untuk kesenangan nafsu dan tubuh. Tanpa rasa cinta.
Tidak perlu ada ketakutan terhadap risiko harus menikahi.. punya anak dsb.

Kapan lagi aku dapat PRT sekaligus pemuas nafsu dengan tarif semurah ini..?
– Gajinya pada masa itu.. -1990an- sebulan 150 ribu rupiah.. kadang kutambah 50 atau 100 ribu kalau ada rejeki lebih..–
Bandingkan biayanya bila aku harus cari wanita penghibur setiap hari.

Dan kayaknya yang seperti inilah yang disukai para pria pengobral zakar..
Dan mungkin sebagian besar pembaca di situs ini pun termasuk di dalamnya. Hehe..

Mau nikmatnya.. nggak mau pahitnya. Begitu, kan..? Ngaku ajalah.. nggak usah cengar-cengir kayak monyet gitu.
Soal seks kita sama dan sebangun kok. He he he..

"Sekarang aku mau mandi dulu, Mbak. Urusan itu pikirin nanti saja..” jawabku sambil melepas pakaian dan jalan ke kamar mandi bertelanjang.
Kutarik tangan Mbak Sum untuk menemaniku mandi. Pakaiannya pun sudah kulepasi sebelum kami sampai ke pintu kamar mandi.

Hal seperti ini sudah biasa kami lakukan. Saling menggosok dan memandikan sambil membangkitkan nafsu-nafsu erotis kami.
Dan acara mandi bersama selalu berakhir dengan tumpahnya sperma dan mani kami bersama-sama karena saling isep.

Dan godaan untuk bermain seks dengan tuntas semakin besar setelah ada pil kabe dan kondom yang dibeli Mbak Sum.
Esok malamnya eksperimen itu akan kami mulai dengan kondom lebih dulu.

Soalnya aku takut kalau ada efek samping bila Mbak Sum minum pil kabe. Kata orang kalau nggak cocok malah bikin kering rahim.
Kan kasihan kalau orang semontok Mbak Sum rahimnya kering.

Malam itu seusai makan malam dan nonton TV sampai jam sembilan.. kami mulai bergulingan di permadani.
Satu per satu penutup tubuh kami bertebaran di lantai.

Putingya kupelintir dan sebelah lagi kukemut dan kugigit-gigit kecil..
sementara tangan kananku menggosok-gosok pintu memek Mbak Sum sampai dia mengerang-erang mau orgasme.

"Sekarang pakai ya, Mas..” bisiknya sambil menggenggam kencang zakarku yang tegang memanjang.
"He-eh..” jawabku.. lalu dia menjangkau sebungkus kondom yang sudah kamu sediakan di sebelah TV.

Disobeknya lalu karet tipis berminyak itu pelan-pelan disarungkannya ke penisku.
Mbak Sum nampak hati-hati sekali. "Wah.. jadi gak bisa diisep Mbak nih..” kataku.
"Kan yang ngisep ganti mulut bawah, Mas..” guraunya.. membuatku tersenyum sambil terus meremas-remas teteknya.

Sleeb.. lalu karet tipis itupun digulungnya turun sampai menutupi seluruh batangku.
"Sudah, Mas..” katanya sambil menelentangkan tubuh dan mengangkangkan pahanya lebar-lebar.

Perlahan aku mengangkanginya. "Sekarang ya, Mbak..” bisikku sambil memeluknya mesra.
Mbak Sum memejamkan mata. Perlahan zakarku dipegang.. diarahkan ke lubang nikmatnya.

Kuoser-oser sebentar di depan pintunya barulah kudesakkan masuk. Slebb.. Masuk separuh.
Mbak Sum melenguh..
"Sakit Mbak..?”
"Sedikit..”
Kuhentikan sebentar lalu kudorong lagi pelan-pelan dan dia mulai melepasnya.

Bless..slepp.. kugerakkan pantatku maju-mundur naik-turun.
Matanya merem melek, tangan kami berpelukan, tetek tergencet dadaku, bibir kami saling kulum.

Kugenjot terus.. kupompa.. kubajak.. kucangkul, kumasuki.. kubenamkan.. dalam dan semakin dalam.. gencar.. cepat dan kencang.
Sampai akhirnya gerakanku terhambat ketika mendadak Mbak Sum memelukkan pahanya erat-erat ke pahaku.

"Akkh..akkhu sampai Mas.. eghh.. eghh..” Dan seerr.. terasa cairan hangat menerpa zakarku.
Kuhentikan gerakanku.. dan hanya membenamkannya dalam-dalam. Menekan dan menekan masuk.
Rasanya agak kurang enak.. karena batangku terbungkus karet tipis itu.

Kubiarkan Mbak Sum istirahat sejenak sebelum aku mulai memompanya lagi bertubi-tubi..
sambil kueksplorasi bagian sensitif tubuhnya hingga dia kembali terangsang.

"Mbak pingin keluar lagi..?” Tanyaku.
"Kk..kalau bisa, Mas.. keluar sama-sama..” ajaknya sambil mulai menggoyang dan memutar-mutar bokongnya.

Aku merasakan nikmat yang belum pernah kurasakan. Soalnya kan baru pertama kali ini zakarku menancapi lubangnya.
Ternyata hebat juga goyangannya. Goyang ngebornya Inul.. ngecornya Denada.. atau ngedennya Camelia Malik kalah jauh deh.
Soalnya.. mana mungkin aku ngrasain vagina mereka, kan..? Haha..

Dan kenikmatan itu semakin terasa di ujung batangku. Gerakan pompaku semakin cepat dan cepat.
"Mbak.. hhh.. hhh.. hhh..” dengus nafasku terus memacu gerak maju-mundur pantatku.

Sementara dengan tak kalah brutalnya.. Mbak Sum melakukan yang sama dari bawah.
"Ak..aku sudah mau Mbak..” pelukku ketat ke tubuhnya. Kutindih.. kuhujamkan dalam-dalam..
Kuhentakkan ketika sperma keluar dari ujung batangku.

Yang pasti Mbak Sum tak bakalan merasakan semburannya.. karena toh sudah tertampung di ujung kondom.
Sejenak kemudian Mbak Sum pun meregang dan berkejat-kejat beberapakali sambil membeliak-beliak matanya.

Dia orgasme lagi. Tubuhnya tetap kutelungkupi. Nafas kami memburu. Mata kami terpejam kecapaian.
"Puas, Mbak..?” Bisikku sambil mengulum telinganya. Dia mengangguk kecil.

Kami kembali tidur berpelukan. Mungkin dia tengah membayangkan tidur dengan suaminya.
– Sementara aku.. tidak membayangkan apapun.. kecuali sesosok daging mentah kenyal yang siap kugenjot setiap saat..–
Hehehe.. kasihan Mbak Sum kalau dia tau otak mesumku.

Tapi kenapa mesti dikasihani kalau dia juga menikmati..? Ya kan..? Ya kan..?
Aku sering bertanya-tanya: Bila seorang wanita orgasme ketika dia diperkosa.. apakah itu bisa disebut perkosaan..? Siapa bisa jawab..?
Sambil menunggu jawab Anda.. aku dan Mbak Sum terus mereguk kepuasan dengan pakai kondom.

Sayangnya satu kondom hanya bisa dipakai satu kali main. Kalau lebih dikuatirkan bocor.
Makanya hanya dalam sehari itu kondom satu dus habislah sudah. Anda bisa hitung sendiri berapakali aku ejakulasi.

Esoknya.. "Mbak, kondomnya habis.. mau pakai pil..?” Tanyaku.
"Boleh..” jawabnya santai.

Dan malam itu mulailah ia minum pil sesuai jadwal.. dan hasilnya ..
Ternyata.. kami lebih puas karena tidak ada lagi selaput karet tipis yang menahan semburan spermaku memasuki gua garba Mbak Sum.

"Mas.. Mas.. semprot terus Mas, enak banget..!”
Serunya ketika aku ejakulasi sambil berkejat-kejat di atas pahanya belasankali menghujamkan zakar yang menyemprot puluhan kali.

Dari crett.. critt.. crutt.. cratt.. sampai crott.. crott.. crott.. lalu crett.. crett.. crett.. lagi..!!
Soal rahim kering sudah tak kupikir lagi. Biar saja mau kering mau basah.. wong yang melakukan manggut-manggut saja tuh.

Yah.. dalam semalam minimal kami pasti sampai tigakali orgasme dan ejakulasi.
Sedangkan pagi atau siang tidak selalu kami lakukan. Kami bagaikan sepasang maniak seks.

Ditambah vCD-vCD triple-X yang kutontonkan padanya.. Mbak Sum jadi semakin ahli mengolah persetubuhan kami jadi kenikmatan tiada tara.
Anda mau coba..? Jangan ah.. Mbak Sum kan milikku seorang. Kalau nanti aku dipindah tugas ke kota lain mungkin ia akan kubawa.

Kalau tidak mau, ya aku akan cari Mbak Sum-Mbak Sum mesum yang lain.
Pasti ada deh.. namanya juga kenikmatan dunia. Siapa yang nolak sih..? Hehehe..

Eh.. Anda sudah jawab pertanyaanku di atas belum..? Kalau sudah, kirim dong ke emailku.
Yang jawabannya memuaskan akan kuberikan Mbak Sum sebagai hadiah..!

– Tapi nanti.. kalau aku sudah bosan main seks dengan dia lo.. hehehe..– (. ) ( .)
-------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
---------------------------------------------------------------------------

Cerita 130 – Sebuah Rahasia

Mbak Mita

Aduh..
mantep banget nih ternyata bini temen gue.. body-nya mulus.. rambutnya panjang.
Ya.. walaupun toketnya sih gak gede-gede banget.. tapi paslah kalau cuma sekadar buat diremas..


Gue berkata dalam hati saat melihat keindahan tubuh Mbak Mita.. sambil merekam dengan HP android yang gue pegang.
Pantes aja temen gue sampe nurut banget kalo istrinya nelpon suruh balik. Hmm.. ternyata karena ini toh.

Pemandangan indah.. dan wangi harum sabun yang tercium dari tempat gue mengintip..
membuat gue sampai berpikir yang entah ke mana arahnya seakan sudah terhipnotis oleh keadaan yang sedang gue lihat sekarang.

“Ngapain kamu..!?” Byyuuuur..! Teriakan yang cukup keras terdengar dari dalam kamar mandi..
Dengan cepat tangannya meraih handuk guna menutupi keindahan tubuh yang sedang tersuguhkan tepat di depan mata gue..
Diikuti dengan siraman air yang tepat mengenai lubang angin tempat di mana gue ngintip.

Tanpa pikir panjang.. gue langsung lari dan melompati pagar tembok yang berada tepat di belakang rumah Mbak Mita.
Karena pagar tembok itu tidak terlalu tinggi.. jadi dengan cepat gue bisa kabur dan bersembunyi di dalam kebun yang cukup rimbun.
Gue baru sadar kalau muka gue basah akibat air yang mendarat tepat di lubang angin itu.

Pintu belakang terbuka.. dan Mbak Mita keluar dengan handuk yang meliliti tubuh indahnya..
ditambah dengan rambut panjang yang basah dan terurai begitu saja.. justru membuatnya semakin sexy.
“Siapa yang udah kurang ajar ngintip saya mandi..? Dasar bajingan..!” Mbak Mita berbicara sendiri dengan perasaan yang kesal.

Karena dari tempat gue bersembunyi gue masih bisa lihat paras cantiknya Mbak Mita..
Wanita yang terbilang ramah dan baik di lingkungan tempat gue tinggal.
“Wah.. ini pasti sendal si bajingan itu nih. saya akan cari tau siapa pemiliknya..!”

Dengan nada perkataan yang diselimuti perasaan yang masih membara dengan amarah..
mbak Mita mengambil sepasang sendal jepit gue yang ketinggalan..
sambil melihat sekeliling mencari siapa pelaku dan pemilik sendal yang sekarang sudah berada di tangannya.

Aduh.. gawat gimana nih kalo emang dia sampai tau kalo itu sendal gue..
Gue baru sadar kalo ternyata pas gue kabur dan bersembunyi gue lupa pake sendal.
Dengan perasaan yang cemas.. gue coba mengusap muka gue dari sisa air yang masih ada akibat siraman lambung dari Mbak Mita.

Mbak Mita pun berlalu masuk ke dalam rumah lewat pintu belakang.. dengan satu tangan menenteng sepasang sendal..
sementara tangan yang satunya merapikan sempilan handuk yang melilit di tubuh indahnya.

Setelah mbak Mita masuk.. gue melihat sekeliling.. untuk benar-benar memastikan apakah ada orang atau tidak.
Jika ada orang dan curiga sama gue.. kelar sudah semua urusan.
Ditambah lagi cerita dari mbak Mita yang sebentar lagi pasti akan tersebar ke seluruh warga.

Gue keluar dari kebun milik tetangga.. lalu berjalan menyusuri jalan setapak menuju rumah dengan bertelanjang kaki..
di bawah keadaan jantung yang masih dag-dig-dug..
Diiringi suara-suara serangga yang terdengar bersorak-sorai karena aksi gue hari ini berakhir gagal.

O iya.. perkenalkan.. nama gue Bary. Gue tinggal di pinggiran Ibukota. Umur gue 26 Tahun..
Dengan tubuh yang bisa dibilang kuruslah. Tinggi gue 174cm dan berat badan 54Kg.

Mbak Mita itu Istri temen gue. Gue kenal mereka sejak mereka menetap dan menjadi tetangga gue.
Walaupun tetangga beda RT.. tapi jarak dari rumah gue ke rumahnya hanya berjarak 8 rumah.

Mbak Mita ini cantik.. makanya gue betah kalo pas suaminya ngajak ngopi bareng di rumahnya.
Ya.. gitulah kehidupan di sini.. bisa dekat hanya karena segelas kopi. Setiap ke rumahnya selalu disuguhkan kopi.

Kadang gue suka curi-curi pandang ke mbak Mita. Ya.. sebagai Lelaki normal..
pandangan gue gak akan bisa lepas begitu saja dari wajahnya yang cantik.
Cara berpenampilannya yang sangat feminim dan sedikit sexy.. menjadi nilai tambah pada kecantikannya.

Ketika gue sampai di kamar.. gue coba buka hasil video yang sempat gue rekam saat mbak Mita mandi.
Sungguh memang momen yang sangat indah.

Apalagi saat mbak Mita melepaskan dasternya dan terlihat sepasang payudara indah yang masih tertutup BH hitam.
Sangat kontras dengan kulit yang putih dan mulus.

Ugghh.. kurasa liurku meleleh ketika mbak Mita melepaskan celana dalamnya.. sungguh momen yang sangat mendebarkan.
Hahaha.. ini video ini bisa sangat menguntungkan buat gue.. Gue berdecak senang dalam Hati

Mbak Mita mandi seperti biasa.. tubuhnya sudah dipenuhi oleh sabun.. toket indahnya yang terus diusap dengan tangan kanannya..
sementara tangan yang kirinya pun mengusap sabun yang menempel di sela-sela pantatnya.

Ketika mbak Mita merasa toket dan pantatnya sudah bersih.. dia pun berjongkok dan mulai membersihkan memeknya..
sambil sesekali dibasahi oleh air yang diambilnya dengan gayung.

Gue putar ulang berkali-kali saat dia berjongkok dan membersihkan sisa sabun di memeknya.
Sayang sungguh sayang.. karena gue hanya bisa nikmatinya dari layar hape..

Tanpa sadar.. ternyata satu tangan gue udah berada dan mengelus-ngelus kepala kontol gue..
seakan tangan gue memberi isyarat.. “Sabar yaaa.. nanti juga kamu akan masuk ke lubang itu..”

Sedang asik menikmati adegan mandi.. tiba-tiba layar hape gue berubah jadi gambar yang menandakan ada telpon yang masuk.
“Bar.. lo di mana..?” Gue kaget bukan kepalang.. sampai-sampai hilang semua pikiran kotor yang ada di otak gue sebelumnya..
ketika gue nerima telpon dan gue angkat yang ternyata adalah suami dari mbak Mita.

Seketika kontol gue yang berdiri ngaceng tegak lurus pun langsung melemah..
seakan semuanya hilang dan tenggelam dalam palung yang dalam.

“Woy Bar.. gimana.. jadi gak lo ke rumah gue..?” Belum sempat gue menjawab.. dia sudah mengajukan pertanyaan lagi.
“i-iyyaa Mas jadi.. nanti gue ke rumah lo. Lo udah balik emangnya..?” Karena gugup akhirnya gue mengiyakan pertanyaan lelaki itu.

“Oke gue tunggu ya, soalnya gue gak bisa kerja nih kalo komputer gue mati begini..” tambah penjelasan lelaki itu dalam telpon.
“Oke.. oke siap Mas Hardi..” dengan enggan gue coba menyampaikan kalau diri gue siap untuk datang ke rumah mas Hardi.
“Oke gue tunggu.. jangan sampai enggak ya Bar..” kata-kata terakhir yang terdengar dari Mas Hardi.. sambungan telfon pun terputus.

Mas Hardi adalah suami dari Mbak Mita.. umur gue 8 tahun lebih muda dari umurnya.
Mas Hardi tau kalo gue ini memang mengerti tentang perangkat-perangkat komputer..
makanya dia meminta gue untuk datang ke rumahnya.

Tapi di satu sisi gue ragu.. kalau mbak Mita cerita tentang apa yang tadi sore terjadi.
Namun karena sudah mengiyakan dan sekalian gue mau mencari tau gimana kabar selanjutnya dari kejadian sore tadi.

Sore pun telah berubah menjadi malam.. gue datang ke rumah mas Hardi. Rumah gue dan dia cukup dengan berjalan kaki..
Tapi rasa deg-degan akan kejadian sore itu membuat hampir separuh baju gue basah karena keringat.

“Mas Hardi..”
“O iya Bar.. masuk Bar buka aja gerbangnya.. gak dikonci kok..”
Mas Hardi menunggu gue di depan teras rumahnya.. sambil bersantai.

“Duduk Bar. Lo bawa alat-alatnya kan Bar..?”
“Ya bawa dong..” jawab gue santai sambil tersenyum dan meraih bantal yang disediakan untuk duduk lesehan.

“Saaay..!” Mas Hardi memanggil istrinya.
“Iya Mas kenapa..?” Mbak Mita menghampiri sang suami yang memanggilnya.

Sungguh seorang wanita idaman. Seketika mata gue langsung memandang liar..
seakan menelanjangi tubuh indah Mbak Mita karena kejadian sore tadi yang gue lihat.

“Biasa say.. kopi hitam buat Bary..!” Seru Mas Hardi ke istrinya.. membuat lamunan gue hilang seketika.
Tanpa berucap Mbak Mita pun langsung berlalu dan meninggalkan kami berdua.

Tak lama berselang Mbak Mita pun kembali dengan membawa segelas kopi..
Kemudian menyuguhkannya di meja tepat di depan gue duduk.

Ini adalah momen yang biasa gue lihat ketika Mbak Mita meletakkan kopi..
Entah dia sadar atau tidak.. setiap dia meletakkan kopi dengan cara membungkuk.. membuat lingkar leher di dasternya menjadi turun.
Wuihh.. justru saat itu pula toket indahnya selalu gue liat dari balik bajunya.

Beuh.. ingin sesekali rasanya gue remas toket itu.. Tapi apalah daya.. tangan tak sampai.
Toket indah itu pun hilang dari pandangan.. bersama perginya Mbak Mita.

Namun pandangan lain pun muncul.. pantat bulat yang tercetak bentuk celana dalam..
seakan memanggil-manggil untuk dinikmati seiring berjalannya Mbak Mita.

Kopi sudah habis dan Mas Hardi pun langsung mengajak gue ke ruang kerja di mana komputernya yang mati berada di sana.
“Ini Bar komputernya.. lo cek aja dulu ya..” Mas Hardi memintaku untuk mengecek kondisi komputernya yang mati.

Dan tanpa menjawab.. langsung gue test untuk menyalakan komputernya. Ternyata memang ada masalah di RAM-nya.
“Mas.. ini RAM komputer lo nih yang bermasalah..”

“Terus gimana Bar..?” Tanya Mas Hardi.
“Kalo mau komputernya nyala malam ini.. ya lo harus beli RAA-nya dulu mas..”
Jawab gue dengan memberi tau RAM yang bermasalah ke Mas Hardi.

“Oke.. lo tunggu di sini dulu deh ya.. jangan ke mana-mana. Soalnya gue lagi ada deadline..” pinta Mas Hardi.
“Tuh.. tugas di kantor gue aja gue bawa semua..” ia lanjut berkata dan memberitau tugas yang berantakan di atas meja kerjanya.

Mas Hardi pun pergi untuk membeli RAM.. karena dia sangat membutuhkan komputernya untuk menyala malam ini.
Dan gue masih tetap di ruangan kerja dia sambil membersihkan debu-debu yang ada di komputernya.

Mas Hardi memang seorang yang sangat pekerja keras.. semua telihat di meja Kerjanya yang sangat berantakan..
karena tumpukan-tumpukan kertas yang selalu dibawanya dari kantor.. entahlah.

Wangi aroma terapi di ruangan ini sangat membuat gue nyaman..
ditambah udara sejuk dari pendingin ruangan.. bikin betah berlama-lama di sini.

Dari luar ruangan terdengar suara tv dan orang yang sedang tertawa.
Komputer sudah bersih.. tinggal tunggu RAM.. dan gue menghampiri sumber ketawa itu.

“Seru banget kayanya Mbak..?” Gue mencoba membuka pembicaraan.
“Eh Mas Bary.. iya nih mas.. lucu habisnya.. Duduk mas..” Mbak Mita menjawab dengan ramah dan menyilakan gue untuk duduk.
Ahh.. Sungguh wanita yang ramah dan sempurna.

Gue lantas duduk di sebelah Mbak Mita.. dengan jarak yang dibatasi oleh bantal sofa.
Wangi harum tubuhnya pun kini tercium oleh hidung gue.
Mbak Mita masih asik dengan serial TV yang seakan-akan lupa akan kehadiran gue di sampingnya.

Tiba-tiba gue ngerasa kaya ada yang aneh di celana gue..
karena posisi duduk Mbak Mita yang bersila di atas sofa.. membuat dasternya naik dan menyuguhkan paha indahnya.
Paha mulus yang membuat gue seketika ngaceng gak karuan.

Seakan sadar karena pandangan mata gue yang memperhatikan paha mulusnya..
akhirnya Mbak Mita mengubah posisi duduknya tanpa bicara.

Spontan gue coba alihkan pandangan gue ke arah TV.. sambil sesekali curi-curi pandang ke arah wajahnya yang cantik.
“Yah iklan.. padahal lagi seru banget..!!” Dengan nada sedikit berteriak.. Mbak Mita membubarkan semua khayalan indah gue.

Wangi harum alami tubuh Mbak Mita seakan-akan memacu adrenalin di dalam tubuh gue untuk bisa mencicipi tubuhnya.
Dengan cepat gue langsung menyingkirkan bantal sofa yang membatasi kita berdua duduk..

Lalu gue coba mendekati Mbak Mita dengan siasat mengambil cemilan di meja.
Mbak Mita pun ngerasa biasa aja.. sampai pas tangan kanan berada di senderan sofa tepat di belakang pundaknya..
baru Mbak Mita mulai agak bergeser ke sudut sofa.

"Loh kenapa menjauh Mbak..?” Gue bertanya untuk mencairkan suasana.
“Gak enak aja Mas.. soalnya kita cuma berdua doang di rumah..”

“Kan enak kalo berdua doang Mbak..”
Gue coba mulai 'menggoda' Mbak Mita.. karena nafsu yang sudah mulai gak bisa dijegal.

Gue udah gak peduli siapa Mbak Mita ini. Siapa suaminya.. ntah dia bakal menerima atau tidak..
Intinya.. hari ini apa yang gue lihat harus gue rasakan dan gue nikmati.

“Sudahlah Mbak.. gak usah menjauh-jauh begitu..” gue terus mencoba menggodanya.
“Aku punya rekaman pas kamu tadi sore mandi loh Mbak..”

Plakk..!! Sambil berdiri dengan reaksi terkejut.. sebuah tamparan mendarat di pipi gue.
“Ooo.. Jadi kamu bajingan yang tadi sore ngintip aku..!?” Keluar semua amarah yang sejak sore dipendam oleh Mbak Mita.

“Layani aku sekarang.. atau video ini akan tersebar ke media sosial..”
Dengan tetap santai memegang hape dan mengeluarkan kontol gue yang sudah tegang karena adrenalin yang terpacu..
gue coba mengancam perempuan yang saat ini mulai ketakutan.

“TOOOLLOOOO ..” Gue langsung berdiri dan membekap mulut Mbak Mita. Kini posisi Mbak Mita sudah berada di depan gue..
Dengan posisi mulut yang terbekap oleh tangan kanan gue.. dan tangan kiri gue menahan satu tangannya di belakang punggungnya.

“Kalo kamu sampai teriak lagi.. aku akan membuat dirimu seperti orang yang tidak punya tujuan hidup..”
Ancaman dengan nada lembut di telinga Mbak Mita membuat tenaganya mulai melemah.

Gue lepaskan tangan kiri gue dari belakang punggungnya.. tanpa melepas bekapan di mulutnya.
Telihat jelas airmata mulai mengalir di pipi tirusnya.

Takut dengan ancaman yang gue berikan..
Mbak Mita pun kini mulai pasrah ketika tangan gue yang bebas mulai menyentuh dan meremas toket.. yang sebelumnya hanya bisa gue lihat.

Gue bawa Mbak Mita duduk di pangkuan gue.
Tangan kanan yang gue gunakan untuk mebekap mulut Mbak Mita.. kini mulai bermain di area paha yang mulus.

Karena Mbak Mita hanya menggunakan daster..
dalam waktu singkat salahsatu tangan gue pun kini sudah berada di mulut surga yang masih tertutup dengan celana dalam.

Sedangkan tangan gue yang satunya terus bermain di toket dan sesekali menghapus airmata..
yang masih belum bisa berhenti menetes.. dari sepasang mata wanita cantik yang kini sudah luluh dengan ancaman dan suasana.

Mbak Mita hanya menangis nyaris tanpa suara..
Mungkin karena tangan kanan gue yang masih melingkar di perutnya sambil memainkan mulut surga yang kini mulai basah.

Uhmmm.. Kuhidu aroma tubuh Mbak Mita yang sangat harum..
Membuat gue makin bersemangat untuk memulai langkah awal menaklukan istri temen gue ini.

Dengan kedua tangan yang terus mengeksplor bagian-bagian sensitif Mbak Mita..
Mulut gue pun ikut bergerilya di area leher jenjangnya.

Sesekali terdengar desisan-desisan lirih dari bibir tipisnya..
Seakan menandakan betapa hancurnya pertahanan yang sudah ia jaga.

Tangan Mbak Mita kini mulai mengikuti gerakan tangan gue yang sedang bermain dari luar celana dalamnya.
Semakin liar tangan gue bermain.. semakin sering juga desahan indah bagaikan harmoni nafsu yang sudah berada pada puncaknya.

Gue hentikan semua permainan tangan gue.
“Kenapa berhenti Mas..? ini kan yang Mas Bary mau..?” Sambil menoleh ke arah gue.

“Aku sudah tidak peduli Mas dengan apa yang Mas Bary lakukan..” dengan tatapan penuh harapan..
“Asalkan Mas Bary janji tidak akan menyebarkan videoku publik..” Mbak Mita meminta gue untuk berjanji dengan suara lirih.

Tanpa kata-kata dan karena tergoda dengan bibir tipisnya..
dalam hitungan kurang dari satu detik kini gue dan Mbak Mita saling berciuman.

Karena nafsu benar-benar sudah berada pada puncaknya.. dengan cepat gue buka celana dalam Mbak Mita.
Gue ubah posisi duduknya agar menghadap ke arah gue.

Gue tatap matanya dalam-dalam sebagai isyarat;
Kalau kontol gue akan masuk ke lubang surganya yang ternyata kini sudah sangat basah.

Blessepph..! Mbak Mita menarik nafas panjang.. bersaman dengan gerakan kepala menghadap ke atas dan mata yang terpejam..
Seakan bersandar pada kenikmatan.. saat kontol gue menyelinap lalu masuk seluruhnya ke dalam memeknya yang terasa sangat licin dan sempit.

Gue biarkan kontol gue di dalam memeknya beberapa saat.. untuk menikmati hangatnya isi memek Mbak Mita.
Tanpa baju yang gue buka dan celana yang hanya gue turunkan selutut.. gue mulai menggerakkan pinggul..
dan mencoba memberi kenikmatan lebih pada Mbak Mita.

“Hhsss.. Hsss.. ahhh.. ahhh...” Desahan yang keluar dari bibir tipisnya..
seirama dengan gerakan kontol gue.. yang terus gue pompa keluar-masuk dengan ritme sedang di liang memeknya.

Sensasi bercinta dengan orang selain suaminya.. yang mungkin belum pernah Mbak Mita rasakan..
membuatnya seperti orang yang kehausan akan sebatang kontol perkasa.
Nafasnya pun kini mulai lebih tak beraturan.. bagaikan orang yang sedang berlari di dalam lautan nafsu.

Tiba-tiba kurasakan tubuh indah Mbak Mita bergetar hebat karena orgasme pertamanya.
Diiringi desahan panjang yang terdengar keras di telinga gue.. “Aaahhhh Maaasss aku, ahhhh..”

Tanpa peduli dengan lemasnya tubuh Mbak Mita... gue terus memompa kontol gue di memeknya dengan sangat cepat..
hingga membuat seisi ruangan hanya terdengar jeritan desah Mbak Mita dan bunyi khas selangkangan yang beradu.

"Aaahhh.. ahhhh.. ampun Mas Bary.. ampuuunn..” Mbak Mita berharap agar gue segara menyelesaikan permainan ini.
Mendengar apa yang dikatakan Mbak Mita.. justru malah makin membuat gue menjadi lebih cepat memompa memeknya..

Clebb-crebb-crebb-crebb-crekk-crekk-crekk-clebb-cleb-cleb.. “Aaah.. aah.. aah.. maaasss.. aku keluar lagiiii..”
Mbak Mita meraih orgasme keduanya yang hanya berjarak kurang dari 2 menit.

Sampai-sampai gue harus memeluk tubuhnya agar tidak terjatuh ke belakang..
Hingga membuat gue menghentikan sodokan-sodakan yang diterimanya.

Baju yang kita gunakan sudah kusut dan basah karena keringat.
Nampaknya AC pendingin di ruangan ini tidak mampu mengalahkan hawa panas nasfu kita berdua.

Akhirnya gue buka semua pakaian gue dan daster Mbak Mita.. gue lepas juga BH yang menutupi toket mungilnya..
dengan posisi Mbak Mita yang masih di pangkuan gue.. serta batang kontol yang masih menancap di liang memeknya.
Kini kita berdua sudah bugil.. tak ada satu pun benang yang menutupi tubuh kami.

Plepp.. Gue cabut kontol gue dari memeknya.. lalu gue rebahkan tubuh mulus yang sudah nampak tidak berdaya.
Hanya saja wajah cantiknya yang berkeringat dengan rambut panjangnya yang mulai basah..
semakin membuat gue tidak mau mengakhiri momen indah ini.

Gue arahkan kontol gue ke dalam surga dunia yang sudah mulai mengering dan terasa sangat kesat..
Slepp.. slepp.. dengan perlahan sambil sesekali gue gesek-gesekkan kepala kontol gue ke itilnya agar cairan alami pelicinnya keluar.

Saat bibir memeknya sudah terasa basah dan bisa menerima kontol gue dengan sangat lancar..
Jlebb.. jlebb.. jlebb.. gue mulai pompa lagi memeknya dengan kedua kakinya yang rapat dan lurus.. sampai melewati tinggi kepala gue.

Posisi ini yang kadang membuat gue makin gila untuk menggauli wanita..
Karena.. semakin dirapatkan kakinya maka semakin sempit dan kencang pula jepitan memeknya pada batang kontol gue.

Mbak Mita sudah memulai meracau dengan desahannya.
Gue coba perhatikan wajahnya yang cantik dan gue nikmati tubuhnya dengan penuh nafsu yang sudah mulai tidak bisa dikontrol..
Sampai-sampai gue harus lebarkan kedua kaki Mbak Mita agar bisa semakin cepat dan dalam gue menghujamkan kontol gue ke memeknya.

Mbak Mita mulai memainkan toketnya sendiri dengan tangannya.
Dan saat itulah gue merasa kalau gue sudah tidak sanggup lagi menjaga pertahanan di kontol gue.

“Aaah mas.. aah aaahh..” hanya kata-kata itu yang bisa gue dengar dari bibir tipisnya.
“Akkhhu mauuhh.. keluar lagggiii maaass..” pernyataan Mbak Mita seakan memecut gue untuk lebih cepat memompa memeknya.

Clebb-crebb-crebb-crebb-crekk-crekk-crekk-clebb-cleb-cleb.. Kupompa.. kusodok..
Kuentoti dengan kecepatan penuh liang memek yang tengah berkedut-kedut.. seolah memijat batangku di dalamnya itu.

“Maaass aku aaaahhhh..” Srrrr.. srrr.. srrr.. Mbak Mita mengerang-erang.. tubuhnya terkejat-kejat beberapakali.
Saat aku telah tak mampu lagi menahan tekanan yang membuat batang kontolku berdenyut-denyut membesar..

Maka kutekan.. kuhenyakkan dan kutandaskan sedalam-dalamnya kontolku di liang memek mbak Mita.
Jlegghh..!! “Erghh.. aku juga keluar Mbak..hhhhh..” Crett.. crett.. crett.. crett.. spermaku muncrat.. mengisi lubuk rahim mbak Mita.

Selesai sudah semuanya.. keluar pada saat bersamaan dan bersatu di dalam memek Mbak Mita.
Tubuh gue pun ambruk di atas tubuh Mbak Mita yang juga lemas tak berdaya.

Gue biarkan kontol gue masih menancap di dalam memeknya.. sampai gue merasa kalau kontol gue sudah menciut di dalam sana.
Gue kecup kening Mbak Mita sebagai ucapan terimakasih karena sudah memberika surga dunia yang indah.

“Mas Bary kamu janji ya.. jangan sebarkan videoku..” hela nafas yang panjang seakan menandakan betapa lega dirinya.
“Dan semoga.. aku bisa hamil karena perbuatanmu ini ya, mas..”

Jderrr..!! Gue sangat kaget seraya Mbak Mita mengatakan hal itu..
“Suamiku sudah divonis tidak akan bisa memberiku anak, mas..” dengan wajah yang pasrah Mbak Mita melanjutkan perkataannya lagi.

Gue hanya bisa terdiam mendengar semua perkataannya.
Jadi ternyata ini toh alasan kenapa mereka belum mempunyai anak.

Rasa bangga karena Mbak Mita ingin memiliki anak dari gue..
Rasa malu karena mendengar aib teman sendiri.. dan rasa bersalah karena gue menggauli istri teman gue.
Semua campur aduk.

Gue cabut kontol gue yang makin menciut dari jepitan memeknya..
Lalu gue berdiri sambil memperhatikan Mbak Mita yang sedang bersandar dengan kepala yang tertunduk hampir di atas sofa..
Seakan dia merasa berdosa telah mengkhianati suaminya.

“Mbak.. aku minta maaf.. karena tidak bisa menahan nafsuku..”
Dalam keadaan kita yang masih bugil gue duduk di samping Mbak Mita dan gue peluk tubuhnya.

Mbak Mita hanya terdiam sambil menoleh ke arah gue dengan sedikit senyum yang melebar di bibirnya.
“Sekali lagi aku minta maaf..”

“Gak perlu minta maaf mas.. aku bisa menerimanya kok..”
Sahut Mbak Mita sambil mengarahkan kepala gue yang tertunduk agar menatap wajahnya

“Pakai baju kamu ya mas, sebelum mas Hardi datang..”
Sambil Mbak Mita mengingatkan gue.. dan mengakhiri perkataannya dengan ciuman di bibir gue. Nah loh..!? (. ) ( .)
---------------------------------------------------------------------------
 
------------------------------------------------------------------------

Cerita 131 – Selingkuh

Rina

Kali ini
gue mau ceritain kisah gue selanjutnya. Percintaan selanjutnya dengan seorang gadis bernama Rina.
Tapi sebelumnya gue mau sedikit cerita kalau gue udah mendapatkan tambatan hati dan berencana menikah di tahun ini –Horeeeeee..–

Tambatan hati gue bernama Lanny. Usia lebih tua 1 tahun dari gue.. dan bekerja di luar kota.
Bagaimana pertemuan kita..? Itu semua bakal gue bahas.. tapi cerita kali ini bukan tentang Lanny.
Tapi Rina.. Gadis yang berasal dari luar pulau Jawa tapi besar di Jakarta.

Usia Rina sama dengan gue.. di tahun 2014 usia gue 26 tahun. Tapi kejadian kali ini bukan baru-baru ini.. melainkan akhir tahun 2013.
Kalau ngga salah ingat.. pertengahan di bulan Desember. Di bulan ulang tahun doi.

Rina bukanlah sosok asing di kehidupan gue.
Gue kenal Rina sejak gue masih SD.. dan bagai teman dekat.. tapi dipisahkan oleh tembok.. alias kita tetanggaan.

Sejak SD kita sering main bersama.. tapi semua berubah ketika doi.. ‘Rina’.. memasuki usia remaja.
Di usianya yang memasuki masa-masa pacaran.. Kalau nggak salah ingat saat itu doi ga pernah main keluar rumah lagi sejak kelas 2 SMP.

Sekalipun bertemu.. itupun hanya sebatas di balik pagar halaman rumahnya. Itupun hanya terlihat bagian mata ke atas.
Setelah bertahun-tahun tidak bermain bersama.. gue dengar kabar bahwa Rina melanjutkan pendidikan selanjutnya di Samarinda..
ikut orangtuanya kerja dinas keluar kota. Rumahnya di sini pun dikontrakkan selama 3-4 tahun ke depan.

Menurut gue pribadi.. Rina terlalu dimanja oleh orangtuanya. Mungkin karena doi adalah anak satu-satunya.
Sampai suatu waktu mempertemukan kita berdua. Parasnya jadi begitu cantik.. putih.. dan doi berbeda dari ‘yang lainnya’.

Maksud gue berbeda dari ‘yang lainnya’ itu bentuk badannya. Bentuk badannya bukan ‘selera gue’.
Bentuk badannya ga terlalu kurus.. dan jauh dari ‘bohay’.
Tapi menurut gue masih proporsional.. dengan tingginya sekitar 160cm dan beratnya 46kg.

Pertemuan yang gue maksud itu.. pertemuan di workshop/seminar mengenai leadership..
yang dibiayai oleh kantor kami masing-masing.. yang diadakan di salahsatu hotel di Jakarta di bilangan Sudirman.

Kami pun jadi lebih banyak ngobrol ketimbang menyimak.
Kami juga membahas masa-masa lalu yang lucu.. sampai alasan doi ga dibolehin main dengan teman-teman di lingkungan rumahnya.

"Sekarang kerja di mana Rin..?"
"Gue sekarang kerja di Bank ******..” jawabnya.
*Sorry gue sensor.. intinya doi kerja di salahsatu Bank di Jakarta.

"Wah sama dong.. gue juga kerja di Bank. Lo di bagian apa..?"
"Hmmm.. tebak dong..!" Katanya berteka-teki.

"Sales executive-kah..?" Tebakku asal.
"Hehehe.. bukan. Gue di marketing kok.."

Obrolan kami pun dihentikan sejenak oleh pembawa acara yang sedang menyampaikan kata-kata sambutan untuk para peserta workshop 3 hari ini.
Ga lama setelah kata sambutan tersebut.. kami pun melanjutkan obrolan kami.. sampai mengungkit masa lalu.

"Lucu ya dulu kita lari-larian.. main petak umpet sampai main bulutangkis.. eh taunya lo ga boleh main keluar sama bokap lo.. hahahaha.."
Ujarku bernostalgia.

"Iya.. gue sampe nangis-nangis minta main keluar waktu itu.. tapi waktu teman-teman pada manggil.. bokap malah tambah emosi.. serem.."
"Saking seremnya.. sampe bawa-bawa senapan burung gitu.. ngerilah kita. Akhirnya kapok mau ngajak main lo lagi.." Kami berduapun tertawa.

"Emang kenapa sih, Rin.. sampe lo ga boleh main keluar gitu..?" Tanyaku rada penasaran.
"Hmm.. itu gara-garanya bokap gue takut kalau main dengan kalian jadi anak ga benar.
Nilai sekolah jadi jelek.. macem-macem deh alasannya waktu itu..!” Ungkap Rina ngejelasin.

"Emangnya nilai lo menurun..?"
"Ga sih.. tapi mungkin karena bokap perhatiin kalau kita main suka lupa waktu. Waktu itu aja sampe lupa waktu.. jam 11 malem baru pulang.."

"Ya.. namanya juga anak-anak, Rin. Main emang bikin lupa waktu.. apalagi waktu kumpul main kita cuma malem doang.."
"Iya siiiihhh.. hampir semuanya ya sekolah masuk siang.. cuma gue doang yang masuk pagi.."

Kami ngobrol sampai lupa waktu.. sampai tiba akhirnya waktu Coffee Break.. 15 menit.
Obrolan kami pun terus berlanjut hingga kami bertukaran nomor handphone dan pin BB.

"Gue ga tau kalau lo udah pulang ke Jakarta. Kapan baliknya..? Ga bilang-bilang.." tanyaku mulai kepo.
"Lah.. gimana mau bilang-bilang.. gue tau nomor hape lo juga ga, Fay.. hahahaha..” balasnya.

"O iya.. hahahaha..”
"Lagipula gue udah ga tinggal di situ lagi, Fay.. udah pindah gue.." terang Rina.

"Lah..? Kok gue ga tau kalau rumah lo itu dijual..?"
"Bokap gue ngejualnya juga ke sodara gue.. adiknya bokap gue yang beli.."

"Oo.. jadi sekarang lo tinggal di mana..?"
"Mau tau aja.. Weeee..!” Jawab Rina sembari meleletkan lidahnya.. menggemaskan.

"Hmmmm.. ya udah deh..” Belum selesai gue bicara, Rina memotong perkataan gue.
"Gitu aja ngambek.. hihihihi..” ledeknya sambil ketawa cekikikan.

"Siapa yang ngambek..? Ya kalau ga mau kasih tau.. juga ga apa-apa.. daripada nanti gue di-DOR sama bokap lo.."
"Hahahahahaha.. rumah gue pindah ke Bogor.. Fayyy. Bokap juga udah ga se-killer dulu, kali.. hahahaha.."
"Ya kirain..!”

Lagi-lagi pembicaraan kita terpotong oleh dering HP miliknya.
Ternyata dapat telpon dari bokapnya.. yang memintanya untuk pulang karena nyokapnya sedang sakit.
Rina pun hanya mengikuti workshop setengah hari.

"Fay, nyokap gue sakit, gue pulang dulu ya.."
"Ooh.. oke deh. tapi lo izin dulu sama panitianya.."

“O iya.. besok kita sambung lagi ya.." kata Rina.. terlihat dia masih pingin ngobrol banyak.
"Ooh.. oke.. hati-hati ya.." kataku.

"Ya makasih ya.. by the way, anterin gue mau ga..?"
"Maksud lo.. gue ikut lo ke Bogor..?"
"Yee.. sampai lobby aja, yuk.."

Ga lama kemudian kita pun berpisah di lobby.
Gue tetap melanjutkan workshopnya dan Rina pun dalam perjalanan pulang ke rumahnya.

Dan malam menjelang.. Hape gue pun berdering. Ternyata Rina yang menelpon.
"Fayyyyyy.. lagi apa..?"
"Ya Rina.. gue lagi nonton. Kenapa..?"

"Jalan yuk.. kangen nih sama lo.."
"Asiiikkk dikangenin sama cewe cantik.."

"Huuu.. gombal..! Hihihihihi.."
"Hahahahaha.. mau jalan ke mana..? Bukannya lo lagi di Bogor..? Nyokap gimana.. udah baikan..?"

"Udah kok. Cuma minta dianter ke dokter doang. Coz bokap lagi tugas keluar kota lagi..
Lagian juga udah ada si mbak yang urus nyokap.. dan sebentar lagi gue nyampe nih ke rumah lo.. siap-siap ya..?"

"HAH..!? Gila lo ya..? Ntar ketauan sama sodara lo di sini.. dilaporin bokap lo.. di-dor deh gue.. hahahaha.."
Ga lama kemudian terdengar bunyi klakson dari luar rumah gue. Beneran deh.. pasti si Rina nih.. pikirku menebak.
*BIM*

Bingung mau pakaian apa dan ga tau mau ke mana.. jadinya gue cuma ganti celana boxer dengan celana jins..
Atasannya gue pake kaos biasa ditutupi jaket. Sembari gue jalan keluar pagar rumah.. kaca mobil Rina dibukanya.

"Wow.. rapi amat mas..!? Hihihihihi.." celoteh Rina melihat setelan yang kukenakan.
Sudahlah.. gue udah ga tanggepin kata-kata Rina, lagipula gue ambil yang ada di gantungan gue aja.

Setelah masuk ke mobilnya, kagetnya gue, ternyata si Rina hanya memakai hot pants warna pink.. baju pressbody..
–udah lumrah ya pakaian seperti ini..– warna putih polos dan sepatu kets tanpa kaos kaki.

"Besok masih ada workshop kok lo malah ngajak jalan..? Ntar besok kesiangan loh..
Apa ga capek lo, Rin pulang-pergi Jakarta-Bogor..?" Kataku mengingatkan.
"Ngapain balik lagi ke Bogor.. palingan gue nginep rumah om gue.." ujar Rina lagi.

"Baju lo gimana..? Bawa..?"
“Bawa dong.. tuh ada di bagasi..!” Ujarnya menunjuk dengan memonyongkan bibirnya.. manis sekali.

"Rumah om lo di mana emangnya Rin..? Tapi lo balikin gue ke rumah gue dulu kan..?"
"Hahahahaha.. rumah om gue.. ya di sebelah rumah lo itulah.. hahahaha.."

"Ooh.. ga tau gue. Kali aja lo punya om di lain tempat.. Eh.. emangnya kita mau ke mana..?"
"Cari makan yuk, laper nih..!”

"Nyari makan aja nyampe Jakarta.. Edan lo.."
Kami pun tertawa selama perjalanan kami juga saling tukar cerita.

Dari hubungan asmaranya, kerjaan calon suaminya yang bekerja sebagai PNS di daerah Bogor..
Juga sampai cerita bahwa Rina akan menikah akhir tahun 2013. Tepatnya tanggal 28 Desember 2013.. setelah Rina berulang tahun.
Artinya bulan itu adalah saat terakhir Rina berstatus lajang.

Di dalam perjalanan kami membicarakan kesiapan acara pernikahan.. sampai budget yang dikeluarkan dan disiapkan.
Uhh.. Kaget juga ya.. ternyata pengeluaran untuk pernikahan itu besar sekali. Ck.. ck.. ck..
Gue hanya bisa geleng-geleng kepala.. dan sempat berpikir bisa ngga ya dengan waktu tersisa ini gue mengumpulkan uang sebanyak itu.

"Fayyy..! Bengong aja..! Udah sampe tau.."
Tanpa sadar gue melamun dan ga sadar kalau mobil udah terparkir.

"Bengongin apa siiiihhh..?" Tanyanya usil.
"Lagi mikir.. uang sebanyak itu bisa ga ya tercapai..?"

"Ya ampuuunnn Fadli.. Fadli.. ya ga harus musti segitu juga kaleee. Sesuaiin aja sama kantong lo.
Gue juga sebenernya ga mau ngeluarin uang sebanyak itu cuma untuk 1 malam doang..!
Tapi karena bokap yang mau.. gue sih tinggal tunjuk aja.. hahahahaha..!”
"Halaah.. gaya lo. Iya deh yang puteri satu-satunya.. hahahaha.."

Dan kami pun keluar dari mobil dan mulai mencari tempat makan di mall G*ncy.
Entah sadar atau ga tangan Rina menggenggam tangan gue.

"Makan di sini aja ya..?"
"Ya bolehlah..”

Kami pun mulai menceritakan cerita-cerita yang lucu dalam kehidupan kita menurut versi kami masing-masing.
Dan.. makananpun datang.. baru aja mau menyantapnya tapi hape Rina bunyi..

Mungkin dari bokapnya lagi.. pikir gue saat itu. Ternyata dari calon suaminya.
"Bentar ya Fay..” sambil meletakkan jari telunjuknya di depan mulutnya.
"Sssstttt.. jangan ngomong ya Fay..”

Rina pun pergi sedikit menjauh dari gue.. entah apa yang dibicarakan mereka.
Hanya yang terdengar tawa Rina dan candaannya. Sambil makan pun gue perhatiin Rina.

Hmm.. ternyata cantik banget ya nih cewe sekarang.. Dalam hati gue. Mata gue pun jelalatan dari ujung kaki sampai ke ujung rambutnya.
Wuoihh.. begitu putih. Bahkan putih sekali kulitnya.. sampai-sampai urat-urat di pahanya terlihat.
*wow* Buah dadanya pun tidak terlalu besar dibanding wanita-wanita yang gue ‘perangi’.

Saking ‘nyaman’ memandangi Rina.. sampai lupa kalau makanan dan minuman gue udah habis.
"Lamaaaa juga telponannya..!” –Sambil gue tunjukin jam tangan gue ke arah Rina.. karena udah terlalu malam.
Terlebih lagi besok masih ada workshop.. haduuuhhh..–

"Udah dulu ya sayang.. nanti kita sambung lagi. Aku mau makan dulu.. sampe lupa makanannya udah dateng daritadi.. hahahaha.."
Ga lama kemudian ditutuplah telponnya.

"Ga panas kuping lo, Rin..?"
"Hihihihi.. keasikan ngobrol nih.. Yaaa.. gue makan sendirian dong..?"
"Lo nya yang kelamaan telponnya. Gue udah keburu laper.. udah dingin kali tuh makanan lo.. hahaha.."

Selesai makan kami pun bergegas ke mobil.. karena udah terlalu larut. Takut besok kesiangan.. apalagi bakalan macet-macetan dulu.
Sembari berjalan ke tempat parkiran mobil, gue mampir ke toko yang jual baju formal.. sepatu.. dan celana.

"Buat apaan beli itu semua..?"
"Buat besok, Rin. Udah ga mungkin lagi kalau pulang sekarang.. paginya pasti telat. Makanya gue beli ini semua.
Anter gue ke Hotel itu ya.. gue kayanya nginep di hotel aja malam ini.."

Rina pun lihat jam tangannya. "Masih jam 10 kok.. Sempetlah pulang ke rumah.." katanya.
"Sempet sih.. tapi takut ga sempet bangun pagi. Terus macet-macetan lagi.
Mending di hotel itu.. tinggal lanjut jalan kaki atau naik Transj aja.." paparku menjelaskan alasannya.

"Yaaa.. terus gue gimana..? Gue juga males kalau musti macet-macetan.. capeekkk..
Rencananya kan lo aja besok yang bawa mobil.. hehehe..” *Gedubraaakkk..!*

"Ya udah.. ikut nginep aja. Sekalian party-party.. gimana..?"
"Party apa..?"

"Pesta bujanglah..! Kan lo mau married akhir bulan ini..”
"Hmmm.. hayoo deh..” meski awalnya agak ragu.. namun akhirnya Rina setuju ikut nginap di hotel.

Sesampai di mobil kami langsung meluncur ke TKP. Di Hotel kami memesan kamar sendiri-sendiri.
Ga lupa pesan makanan dan minuman.. tapi bukan minuman keras.. karena bisa-bisa gue bangun siang nanti.

Dan.. kami pesta. Tapi hanya berdua saja. Pesta diadakan di kamar Rina..
Sambil memasang lagu keras-keras.. kami pun sambil bercerita dan bercanda.

Daaaannn.. di sinilah peristiwa ‘perang’ terjadi.
Awalnya kami main kartu.. dan kami memainkan permainan ‘Truth or Dare..!’
Yang kalah harus melakukan apapun.. atau bicara dengan jujur.

"Oke.. sekarang lo harus bicara jujur atau kalau lo ga mau bicara jujur.. lo harus melakukan apa yang diminta.
Apapun..! Dan ga bisa menolak..! Siap ya..!?"

Permainan dimulai. Gue kalah dan Rina pun mengajukan tawaran. "Truth or dare..!?"
"Truth..!!!" Pilihku di putaran pertama.

"Oke ya.. Hmmm.. lo udah pernah begituan..?"
Jdugg..! ".......!” Gue terdiam untuk beberapa saat. Bingung mau ngejawab apa.

"Ayo dong jawab.. ga boleh bohong ya..!! Curang awas lo..! Ahahhahahaha.."
Rina sepertinya senang sekali melihatku terpojok atas pertanyaannya barusam.

Kampret.. kenapa pertanyaannya kaya' gitu ya..? Pikir gue.
“Begituan gimana sih maksud lo..?" Kataku masih berusaha nge-les.

"Iiihh.. mau coba-coba mengalihkan pertanyaann ya..? Atau pura-pura ga ngerti nih..? Hihihihi.."
"Ng.. bisa ganti pertanyaan ga..?"

"Tuh kan..! Lo yang ngajak main beginian.. tapi malah mau curang..! Ga bisa..!! Jawab dong..! Hahahaha.."
“Menurut lo gimana..?" Tanyaku balik.

"Iishhh.. malah balik nanya. Jawab dong. Kalau ga mau jawab.. lo harus anterin gue Jakarta - Bogor selama sebulan penuh..!!"
Bused.. ngelunjak nih cewe.. dalam hati gue. "Iya.. iya dehhh.. udah.."
Rina terdiam sejenak mendengar itu. ".......!”

"Udeeeehhhh.. yuk lanjut.." ajakku melanjutkan permainan.
"Seriusan..?? Berapakali..?"
"Weiiitssss.. kok jadi nanya lagi..? Menangin dulu.. baru nanya lagi.." kataku berkilah.

Rina tampak antusias dan bersemangat banget setelah mendengar jawaban dari gue.
Gue juga semakin ‘dendam’ mau balas dengan pertanyaan-pertanyaan gue. Tapi gue kalah lagi.. nasib.. nasib..

"Yeaayyyy..!! Sekarang jawab pertanyaan gue..!" Rina langsung menodong.
"Hhhuufffff.. sering.." jawabku pendek saja.

"Sering tuh berapakali..??"
"Eiiitsss.. kok nanya lagi..?? Ayo lanjutin lagi.."

"Ga bisa.. lo musti jawab dengan spesifik dong..!”
Gue mulai menghitung berapa kali gue melakukan ‘peperangan’ itu.

Hmm.. Acid 2x.. Lina 3x.. Sarah berapakali ya..? Seeeddd.. udah sering banget.. sampe lupa gue.. Bicara dalam hati gue.
".. Banyak ya Fay..?" Dahi Rina mulai mengerut dan semakin penasaran dengan jawaban dari gue.
Anjriiitttt.. berapa ya..? Bodolah.. sekenanya aja..! Pikir gue dalam hati.

"Hmm.. 27 kali.." kujawab asal aja. Yang penting sudah menjawab ya ngga..? Hehe.. Rina terlihat speechless.. ".....!”
Sebab.. setelah mendengar jawaban gue itu.. Rina hanya diam. Bengong.. dan mulai lagi permainannya.

Apes banget gue.. lagi-lagi kalah..
"Sama siapa aja..?"

"Kalo itu gue ga bisa jawab.. gue pilih DARE.."
Tapi kelihatan Rina bingung dan sempat salah tingkah mau memberi tantangan apa untuk gue.

"Apa tantangan lo Rin..?"
"Emmm.. apa ya..? Jongkok aja deh.. Lo maen sambil jongkok aja.. oke.." Mendadak muka Rina memerah, entah karena apa.

Permainan pun kami lanjutkan. Untuk kesekiankalinya gue mencoba menang.. akhirnya gue menang..
"Yyyyeeeeeessssss..!!! Hahahaha.. truth or dare..!? Hehehehe.." Gue seneng banget.
"DARE..!"

"Hehehehe.. okey.. sekarang gue mau lo pake rok buat workshop besok.. tapi digulung jadi rok super mini.. n ga pake CD ya.. heheheh.."
Maka kemudian masuklah Rina ke kamar mandi..

Ga lama kemudian doi keluar dengan rok yang benar-benar mini.. dan mukanya juga jadi memerah.
"Rin, jangan marah gitu dong..!” Ujarku pura-pura takut dimarahi.

"Hmm.. gue ga marah kok..” katanya membalas.
"Muka lo merah gitu kaya udang rebus.." kataku lagi memancing.
"Oooh.. ga.. ga apa-apa.." jawab Rina kikuk.

Lantas kami lanjutkan permainan lagi. Di tengah permainan gue ga bisa nahan ‘rudal’ gue.. dan spontan gue bicara secara tanpa sadar.
"Lo jadi cantik banget, Rin.."
"Hah..??? Hmmm.. perasaan lo doang ah.."

"Haaaahhhh.. kalau aja waktu bisa berputar kembali.. mungkin gue kali ya yang bakal melamar lo.."
"Iiihh.. ngarang aja lo ah.."

Permainan pun gue menangkan untuk keduakalinya.
“Hehehehe.. mau truth or dare nih..?"
"Truth deh..!" Katanya memilih.

"Lo udah ngapain aja sama cowo lo..?"
"Pacaran aja.. kaya biasa..”

"Hmmmm.. licik deh.."
"iya.. iya.. gue cuma sebatas petting.."

Permainan semakin menarik. Tapi sayangnya kali ini giliran Rina yang menang.
“Aaahhh.. tipis banget hasilnya.." gerutu gue.. lumayan kesel.

"Tetep kalah kan..?? Hahahaha.. sekarang buka baju lo..! Hahaha..”
".......!” Mau ngga mau gue buka baju yang gue kenakan.

Waktu udah menunjukkan pukul 23:30-an saat itu. Permainan masih dilanjutkan..
Sampai ada salahsatu dari kami menyerah dan harus menerima risiko apapun.

Kali ini gue yang menang..!
"Hahaha..!” Gue ketawa senang.. senang banget..
“Puas banget lo ya kalo lo yang menang..!?"

“Iyalah.. sekarang.. lo petting paling parah ngapain..?"
"Petting ya petting.. emangnya ngapain lagi..?"

"Yaaa.. kali aja sama-sama buka baju.. tapi ga dimasukin.."
"Yeeee.. itu sih pikiran lo aja kali.. hahahahaha.. rahasia.." katanya centil.

Karena merasa dicurangi.. gue langsung kelitikin doi. Hingga tanpa sadar Rina berada di bawah gue.
‘Rudal’ gue beranjak tegang.. dan gue mulai menciumi lehernya.

"Hmmmm.. mmmmmm..!” Gue lihat bagaimana seksinya perempuan ini ketika menggigit bibir bawahnya. Hmmm.. So sexy.
Ciuman gue perlahan naik ke kupingnya, lalu ke pipi dan mendarat ke bibirnya.
Terdengar deru nafas menggebu Rina. Perlahan ciuman gue turun ke lehernya lagi.

"Haaahh.. haaaaa.. Fayyyy.. gue sebenarnya sayang sama lo.."
Mendengar kata-kata itu gue berhenti mencium dan kami sama-sama saling memandang..

Gue belai lembut pipi dan rambutnya.
"Gue sayang sama lo sejak SD.. tapi karena masih SD.. agak aneh kalau gue ngomong begitu.." ujarku terus terang.

Gue lanjutkan ciuman gue.. gue mau senikmat mungkin yang Rina rasain.
Dari leher gue turun ke perut. Perlahan gue ciumin dari arah pusar naik ke dada.

Gue singkap kaos hanya sebatas dada.. gue jilat puting dadanya sebelah kanan..
Tangan kiri gue meremas dada sebelah kiri.. dan tangan kanan gue perlahan turun ke bagian vitalnya.

Srett.. gue tarik rok mininya agar tangan gue bisa memberikan yang terbaik untuk Rina. Haha..
Erangan kian mengeras.. vaginanya pun semakin basah.

Setelah gue memainkan dadanya.. kini gue mainkan jari gue ke dalam vaginanya yang mulai banjir.
Rina mulai mengerang dan merintih.. "Aaakkhh.. hmmm.. mmmm.. teruuuus ss saayyaaaangg.. aaahhh.."

Gue masukkan 1 jari.. tak terlihat darah perawannya. Gue mulai masukkan 2 jari gue.. tangan Rina menahan tangan gue..
"Hmmmm.. pelaaann.. pelaannn.." rintihnya sendu.
"Iya sayang..” balasku menenangkannya.

Tanpa memikirkan ucapannya.. karena gue udah ngebet.. gue masukin 2 jari gue di vaginanya yang memang masih sempit itu.
"Uuuughhhhh.. mmmmmm.." kembali Rina mengerang.

Ciuman gue perlahan turun ke vaginanya.. gue lumat vagina basahnya.
“Aaaarrrghhhhh.. hebat bangeet lo Fayyy..!” Rintih Rina makin meracau.

Mulut gue udah belepotan cairannya.. lidah gue memainkan ‘kacang-nya’ membuat Rina semakin liar.
Dijambaknya rambut gue.. dan gue diminta untuk makin liar lagi.
"Hhhaaaaaahhh.. aaaahhhh.. ayoooo saayaaannnngg lebiiiihhh brutaaalll lagiiii.." erangnya makin ramai.

Sembari gue menjilati vaginanya.. jari tengah gue ga mau ketinggalan ‘mencolok-colok’ vaginanya.. sampai Rina mengerang lagi.
"Gueee maauuu punyaaa anaakk dariii loo, Faayyyy.. Pleaaseee masuuukinn Faayyyyy.. uuummmm..hhhh.. aahhh.."

Ya.. apa boleh buat.. perintah dari tuan putri. Maka segera gue mengatur posisi untuk pencoblosan.
“Ini yang lo pingin Rin..” kata gue sambil langsung melumat bibir Rina.

Perlahan gue tindih tubuhnya.. gue naikkan dulu gairahnya. Dan memang Rina gairahnya langsung naik..
Rrrbb.. slepp.. slepp.. Gue gesek-gesekin ujung penis di depan vaginanya.. terasa sangat basah.

“Ughh Fayy.. enak banget.. ahh..” kata Rina keenakan.
“Lo udah siap Rin..? Lo yakin..?” Tanya gue sambil mengarahkan ujung penis.. gue gesekin ke klitnya.

Rina semakin mengerang.. gue semakin bernafsu.. tapi gue tahan untuk tidak dulu memerawaninya.. tidak buru-buru, maksudnya.. hehe..
Gue gesek-gesak.. semakin basah vagina Rina.. slebb.. ujung penis sedikit gue arahkan ke liang vaginanya.

Sambil mengerang.. Rina membuka kedua pahanya lebih lebar lagi.. meletakkan kedua tumitnya di kasur.
Sleppp.. Pelan-pelan gue menuntun kejantanan gue memasuki gerbang kewanitaannya.
Erghhh.. Terasa kenyal banget liang yang basah oleh aneka cairan itu..

Gue mula-mula menggosok-gosokan bagian kepala dari kejantanan gue yang telah membesar itu.
“Oocch.. Rina seperti merasakan kegelian yang amat-sangat, membuatnya bergidik-bergeletar.

“Fayy.. masukin punya looo.. perawani gue..!” Perintah Rina sambil mengerang.. tak mampu lagi mengontrol kata-katanya.
“Cepetan Fayy.. entot gue..! Entot gue.. ahh.. cepat..” perintah Rina lagi.

Wuihh.. Entot..!? Kaget juga gue.. Rina ngomong sevulgar itu.. Tapi sebodohlah.. gue lanjutin aja.. daripada kentang.
Maka.. perlahan-lahan gue mendorong pantat dan pinggul gue.. ujung penis gue mencoba menyodok masuk.

Slebb.. Perlahan sekali.. mili demi mili batang-otot panas-berdenyut gue itu melesak ke dalam.
Aughhh.. Setiap mili gerakan penis gue menimbulkan percikan nikmat.. buat Rina.. gue juga tentunya.. hehe..

Tetapi.. clebb.. Nyangkut. Gue coba lagi.. gue tarik dengan cepat.. lalu dorong lagi pelan-pelan.
“Auhhh.. tunggu Fayy..!” Pekik Rina seperti menahan sakit dan nyeri.
Gue diamkan dulu penis gue supaya vaginanya terbiasa dengan hal yang baru.

Ngga lama.. gue coba pompa dengan lembut.. meski cuma sekitar 2-3 sentimeter batang penis yang terbenam di liang nikmatnya.
Namun itu telah mampu membuat kami keenakan.. dengan penuh nikmat mulailah persetubuhan ini.

“Ahh.. acchh.. acchh.. acchh..” Rina mengerang setiapkali kejantanan gue mencoba menerobos masuk.
Ughh.. Susahnya memasukkan penis gue semuanya ke dalam liang vaginanya.

Baru aja sampai kepala penis.. Rina udah mengerang dan orgasme untuk kesekiankalinya.
"Udah keluar lagi lo Rin..?"
"Mmmm-hmmm..”
"Sempit banget lubang lo..!”

Ga gue sangka-sangka.. tetiba Rina malah menggenggam penis gue.. dikeluarkannya dari jepitan liang vaginanya.
Tanpa basa-basi.. Happp.. doi langsung mengulumnya.. meludahinya dan mengocoknya.

"Uuuuughhhh.. mantaaapppo sayaaanngg.. kayanya udah pro banget lo.."
"Mmmpphhh.. mmmmppp.. aaaahhhh..!” Entah apa yang dimaksudnya.. gue udah ga konsens lagi.. hehe..

Dituntunnya kembali penis gue ke lubang vaginanya dan.. sleckk..!
Doi memaksakan untuk langsung melesakkan masuk semua batang gue di liang nikmatnya.

"Sabar sayaaanggg.. nanti vagina lo malah sakiit..” kataku menyarankan.
"Hhmmmmm.. aaaahhhhh..!” Rina seperti ngga peduli.. nafsu birahi telah menjeratnya.

Ya udah.. gue bantu penetrasi Rina dengan mencumbunya.. sembari mendorong pelan-pelan ke dalam vaginanya.
Ughhh.. Vaginanya benar-benar lebih sempit daripada punya Lina.. padahal masih sebatas petting juga.. pikir gue.
Tapi kurang lebih sama susahnya dengan Sarah.. bedanya Rina lebih sempit.

Setelah mencoba terus.. dan Rina semakin liar mencumbu gue.. gue manfaatin kesempatan ‘menggebu-gebu’ ini..
Daaann.. Bleesepphhh..! "Aaaaaarrrghhhhhh..!! Nikmaaatttnyaaaaa.. mmmmmpppp hhhh.."
Sontak Rina sambil memekik keras.. ketika batang kemaluanku berhasil membenam di liang nikmatnya.

Rina malam itu benar-benar liar.. seperti nafsu yang udah tertahan sekian lama.
Kakinya ia lengkungkan ke pinggang gue.. menekan-nekannya.. seolah ingin membenamkan seluruh batang penisku di liang nikmatnya.

Aaaaaaa.. haaaa..haaa.. hhhh.. nikkmaaaattt banggeeeettttttt.. Entootttttt gueee teruuussss Faaaayyyy.. hhhh.."
"........!” Aneh aja gue mendengar dan melihat Rina jadi seperti ini. Jadi gue sengaja hentikan genjotan gue.

"Hhhaaahhhh.. haaahhhh.. kenaapaa bereennttiiii Faaayyy..? Ayooo doonnggg.. poompaa terusss..!"
Pinta Rina menyuruhku kembali menyodok liang vaginanya.

"Oke..!” Kataku singkat. Mendengar permintaannya itu.. tanpa ampun lagi gue pompa dengan RPM tinggi.
Sampai cairan nikmatnya bermuncratan di dada gue.

Maka gue hentiin lagi sebentar.. sampai doi relaks dulu.. pinggulnya masih terlihat kejang-kejang.
"Aarrkrkkkkhhh.. hhaaahhaaa.. hhhh..” Rina mengejat-ngejat.. didera orgasmenya.

Tiba-tiba.. *KRIIIIIIINNNGGGG.. KRIIIIINGGGGGGG..*
What the..!? Lagi asik main ada telpon. Ternyata bunyi HP Rina.

Setelah gue liat.. calon suaminya Rina yang telpon. Otomatis gue diam saat itu.. gue kasih HP-nya ke Rina.
Nah.. saat gue mau lepasin penis gue dari jepitan vaginanya.. doi malah menahan dengan kakinya.
Posisi kami masih belum berubah.. Rina masih berbaring di tempat tidur.

Kaget benar-benar kaget.. Rina malah mengangkat telponnya. "Halooo sayaaanggg..”
Dan Rina pun berubah posisi.. kini posisi nungging dan me-loudspeaker HP-nya.

–"Halooo sayaaaang.. udah tidur yaa..?"– Calon suaminya bertanya.
"Hmmm.. iyaa niihh, baru bangun bobo.. kamu belum bobo..?" Balas suara Rina seperti suara orang bangun tidur..

Nah.. melihat posisi nungging begitu.. gue goda Rina dengan menggesek-gesekkan ujung penis gue di lepitan bibir vaginanya..
Sampai akhirnya Rina kesal.. tiba-tiba dia genggam batang penis gue.. lalu Slebbb.. dimasukannya ke liang nikmatnya.
“Nghh..” Rina menahan suara erangannya saat itu.

–"Lagi apa kamu sekarang.. sayang..?"–
Penis sudah menancap.. gue sengaja pompa.. hehehe..

"Aaaahhhh..!” Seketika Rina melepaskan erangannya.
–“Eeehhh.. Kenapa kamu..?"–
Suaranya jadi panik. Rina pun mencubit paha gue. Hehehe .. sensasinya asik brooo..

Sesekali gue sodok doi pas lagi ngobrol.
Ahhh.. Asiknya pas lihat doi menahan erangannya dengan menutup mulutnya sendiri memakai baju dan tangannya.

"Nngggaaakkk.. ngggaaakk apa-apaa.. cummaaa uraattt kakiii agaaakk ketariikkk ajaaa.. pas ngulett..!”
Slebb.. clebb.. clebb.. Gue sodok pelan-pelan.. gue lihat Rina juga merasa menikmatinya.

–"Besok aku ada urusan di Jakarta.. kita ketemuan yuk..!”–
"Hhmmmm.. he-eeeehhhh.. haaaaahaahh.."

–"Kamu masih ngantuk ya..? Kalo masih ngantuk, besok pagi aja aku telpon lagi..”–
"Nggaak.. nggaakkk apa-apaaaa kok.. adaaa apaa sayaaang..!”

Saat calon suaminya bicara.. gue sengaja pompa Rina lebih cepat.
Rina pun menekan tombol MUTE di HP-nya supaya tidak terdengar..
Doi mengerang keras sekali.. dan doi orgasme untuk kesekiankalinya lagi..!

–"Haloo.. halooo.. Sayang..! Kamu tidur ya..?"–
Kembali Rina menekan tombol mute-nya lagi.. “Emmmm.. iyaa.. sedikit ketiduran tadi.. maaf ya..?"

–"Ya udah.. kalau begitu besok pagi aku bangunin deh.. Maafin aku juga ya udah ganggu bobo kamu.." –
"Hmmm.. emmm.. makasih ya sayang.." balas Rina sembari menahan suara erangannya.

Begitu Rina menutupnya.. tanpa Ba-Bi-Bu lagi.. Jlebb.. jlebb.. jlebb.. gue gas poll..
Plokk-cplokk-plokk-cplokk-plokk..
"Aaahhhh.. teruusss.. teruussss saayaanggg.. aaaahhhh.. hmmmm.. hhhh.. "

Rina udah terlihat lemas, tapi ‘rudal’ ini belum mau menembak.
Jadi gue ga mau maksa Rina untuk terus ‘bertempur’ dengan gue.
Plepp.. Gue cabut penis gue dan berencana mengeluarkannya di kamar mandi.

Karena gue rasa Rina udah tertidur lemas gue tinggalkan begitu saja..
Eh.. ngga taunya Rina menyadari gue ga lagi menyodoknya dari belakang lagi.

Doi hampiri gue ke dalam kamar mandi.
"Fay.. ngapain..? Kok malah main sendiri..? Kan gue udah bilang.. gue mau punya anak dari lo, Fay.. sini..!"

Ditariknya penis gue.. karena udah kepalang tanggung gue sikat doi di kamar mandi.
Gue angkat doi.. clebb-clebb-clebb-clebb-clebb.. gue pompa sambil berdiri dan menghadapkan ke depan cermin.
Tampak kami sedang bercinta.. tapi gue ga bisa lama-lama pompa doi sambil berdiri.. pegel bro..!

"Aaaahhhhh.. enaaakkkk Faaaayyyy..!”
“Pegel gue Rin. Di bathtub aja yuk.. tapi gantian lo yang pegang kendali.."

"Hahhhh.. aahhhh.. ajariinn yaaa..”
"Gampang kok. Duduk aja.. terus naik-turunin pantatnya.. nanti gue ajarin.."

Clebb.. Dimasukannya lagi Penis gue ke lubang nikmatnya. Doi berposisi membelakangi gue.
Gue tinggal pegang pantat putihnya.. lalu menaik-turunkan ke penis gue.

Setelah diajarin sebentar.. bisa juga.. walau masih sering kelepas. Hehe..
"Uuugghhhh.. mmmmhhhhh.. hhhaaaaahhh..” kembali erangan dan desahan nikmat Rina ramai terdengar.

Sepertinya gue terlalu cepat mengajarinnya.. Rina memompanya terlalu bersemangat.
Kalau tidak gue tahan.. udah pasti kelabakan gue. "Ughh.. pelan pelaan sayang..”

Kami lanjutkan di closet.. Rina kali ini mendominasinya lagi. Antara becek dan sempit.. benar-benar nikmattt..!
"Aaahhhh.. aaahhhh.. uuggghhhh.. mmmmm.. haaaaaahhhhh.." Rina mendesah-desah nikmat.

Gue peluk Rina dari belakang.. Oughh.. begitu terasa kedutan dan jepitannya. Lalu gue selesaikan di tempat tidur.
Gue pompa tanpa henti.. dan akhirnya sampailah di mana masa klimaks itu.

"Aahhhhhh.. ahhhhhh..!”
"Gue udah mau keluar Rin..!”

"Aaahhhhhh.. keluaaaarrriinnn di daleeemmmm Faaayyyy.." pekiknya memintaku melepaskan benihku di rahimnya.
Crott.. crott.. crott.. crott.. crott.. Gue muncratkan semua amunisi kontol gue di dalam vaginanya.

Sperma gue mengisi dan menumpahi liang rahimnya dengan semburan yang entah berapakali kusemprotkan.
Benar-benar melelahkan. Tanpa sadar kami bercinta hampir 2 jam. Saking lelahnya gue udah ga sempet pake baju lagi.

Keesokan paginya gue bangun, Rina masih ada di pelukan gue. Setelah gue lihat jam, ternyata gue udah telat 2 jam.
"Rin.. bangun.. udah jam 10..!”
“Hmmm..!?” Geliat Rina malas-malasan.. kecapean akibat ‘pertempuran’ semalaman.

Karena Rina tak kunjung bangun.. dan gue masih mau main lagi dengannya.. gue putuskan untuk bolos dan gue hajar selagi Rina tidur.
"Aaaahhhh.. sakkiiiiittt.. sakiiiiiitt.. akkhh.." Gue udah ga peduliin.. gue terus pompa.
"Aaaahhhhhh.. ahhhhh.. ohhh.. ohh.. aahh.. ahh..” pekikan lirih serta erangan nikmatnya mulai lagi di pagi hari itu.

*KRIIIIINNGGG*
HP Rina bunyi lagi.. gue langsung kasih ke Rina dan di Rina Loudspeaker lagi.
–"Halo..!! Kamu ke mana aja sih, Rinaaa..!? Aku udah telpon kamu lebih dari 20 kali.. tapi ga diangkat-angkat.. kamu workshop ga sih..?"–

Rina meminta gue untuk berhenti sejenak. “Iyaaa, sayaaang.. aku ketiduran.." katanya beralasan.
–"Terus kamu ga workshop sekarang..!?"–
"Enggak..!”

–"Makanya kalau ada orang telpon tuh bangun, kan aku udah bilang kalau aku mau bangunin kamu, malah ga bangun-bangun..!!"–
Pertengkaran sepasang kekasih.. gue ga berani main-main lagi.. nanti ditendang gue.
Karena penis gue udah ga tegang lagi.. jadinya gue pergi mandi aja.

“Kan kamu yang bangunin aku malam-malam lagi tidur.. jadinya aku ga bisa tidur lagi..!!
Malah marah-marah sekarang. Ngeselin banget sih..!?" Balas Rina pada calon suaminya kesal.

–"Ya tapii ..”–
Rina langsung menutup telponnya. Rina langsung menyusul gue ke kamar mandi.

“Iiihhh.. lo nih ya.. kalo lagi ada kerjaan jangan diselesaiin setengah-setengah..!!"
Gue bingung.. karena lagi asik keramas tiba-tiba diomelin dari belakang dan dikulum-kulum dengan ganas.

Sontak penis gue yang awalnya udah lemas.. jadi on lagi. Hmm.. Bercinta di shower kayaknya asik juga nih.. pikir gue.
Segera gue balik tubuhnya.. gue bungkukin tubuhnya. Gue pompa Rina dari belakang.

"Aaahhh.. aaaahhh.. enaaak bangeeettt Fayyy..!”
“Kalo enak nikmati aja.." ujarku sambil terus menyodok-nyodokkan betang penisku di liang nikmatnya makin cepat dan mantap.

Di siang itu gue akhiri semprotan gue di balkon hotel.
Seselesainya.. gue langsung check out dan langsung kembali ke rumah.. sedangkan Rina harus menemui calon suaminya di P*M.

Bulan berganti bulan.. gue ga pernah ketemu lagi dengan Rina. Di hari pernikahannya pun gue ga diundang.
Tapi di bulan Juli.. gue diberi kabar bahwa kandungannya udah 7 bulan.

Doi bilang itu anak gue.. Dan doi senang bisa mengandung anak gue. Walahh..!? (. ) ( .)
------------------------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd