oyeckpunkerz
Semprot Addict
- Daftar
- 6 Dec 2010
- Post
- 426
- Like diterima
- 2.383
BAGIAN 32
Kembali ke pertarungan antara Jalu Samudra dan Raja Iblis Pulau Nirwana.
Sebelum hari ini --bagi Raja Iblis Pulau Nirwana yang selama puluhan tahun malang melintang di rimba persilatan secara tersembunyi-- kalau ada orang yang dalam dua jurus sudah bisa memaksanya mengeluarkan jurus pamungkas, dia pasti mendengus saja, bahkan kalau perlu tertawa sampai menangis. Namun hari ini, pada akhirnya dia tahu kalau hal ini bisa menjadi kenyataan.
Selain sama sekali tidak lucu atau menggelikan, bahkan cenderung menakutkan!
Dan yang lebih menjengkelkannya, yang sanggup memaksanya kali ini cuma orang buta!
Jdarr! Derr!!
Berulang pukulan-pukulan sakti yang dilancarkan oleh Si Pemanah Gadis dan Raja Iblis Pulau Nirwana saling serang dan saling tumbuk hingga mengakibatkan beberapa bagian Istana Jagat Abadi menjadi lebur menjadi debu terkena pukulan nyasar dan tanah terbongkar disana-sini.
Jalu Samudra sendiri selain bergerak cepat dengan jurus ‘Kilat Tanpa Bayangan’ dengan beraninya memapaki serangan lawan.
Plakk! Plakk!
Glerrr ... !!
Raja Iblis Pulau Nirwana dibuat kaget saat Pukulan ‘Api Dendam Kegelapan’ dan Pukulan ‘Tongkat Es’ di tahan dengan mudah oleh si pemuda buta.
“Gila! Pemuda macam apa lawanku sekarang ini?” Raja Iblis Pulau Nirwana berdesis. “Hawa tenaga dalam yang digunakan untuk menahan dua pukulanku barusan seperti sengatan petir dan hawa panasnya seperti panggangan terik mentari.”
Sementara itu, melihat dua jenis pukulan yang baru saja digunakan oleh sosok momok persilatan itu membuat beberapa orang yang ada di tempat itu terperanjat kaget.
“Bukankah itu ... Pukulan ‘Api Dendam Kegelapan’ tingkat akhir?” seru si gundul klimis dengan raut muka tidak percaya. “Bagaimana mungkin pukulan saktiku bisa dikuasainya, bahkan lebih sempurna dan lebih dahsyat dari yang aku kuasai?”
“Bukan hanya itu kawan! Lihat tangan kirinya! Benda panjang yang memancarkan sinar redup itu adalah Pukulan ‘Tongkat Es’! Ilmu andalan perkumpulanku,” desis kawannya sebelah kiri.
Terdengar suara kaget dimana-mana kala Raja Iblis Pulau Nirwana mengumbar pukulan-pukulan maut yang ternyata adalah salah satu dari ilmu andalan dari orang-orang yang pernah menjadi tawanan di penjara bawah tanah Istana Jagat Abadi. Bahkan Nyi Tirta Kumala sendiri pucat wajahnya waktu Pukulan ‘Jambu Surya’ yang hanya dimiliki Perguruan Sastra Kumala dengan entengnya dilontarkan begitu saja oleh raja banci itu.
Kitab Pengelana atau Ketua Aliran Danau Utara geleng-geleng kepala melihatnya banyak orang terkejut saat ilmu-ilmu andalan perguruan atau perkumpulan mereka di umbar seenaknya oleh Raja Iblis Pulau Nirwana, katanya, “Rupanya raja banci itu berniat menguasai rimba persilatan dengan cara mencuri ilmu-ilmu sakti dari tiap perguruan, perkumpulan mau pun orang-orang yang dianggap memiliki berilmu tinggi. Benar-benar manusia yang berbahaya.”
Desss!! Derrr ... !
Si Pemanah Gadis menambahkan satu tingkat lagi. Sontak seberkas cahaya biru keemasan menyelimuti sosok pemuda baju biru.
Tingkat ke delapan dari Ilmu ‘Tenaga Sakti Kilat Matahari’!
Pyarrr ... !!
Begitu mencapai tingkat delapan penuh, Jalu Samudra berkelit cepat sambil menerobos masuk daerah pertahanan dari Raja Iblis Pulau Nirwana yang baru saja melepaskan jurus ‘Ranting Merah’.
Wutt ... ! Derr!!
Lawan langsung tersentak melihat pemuda bertongkat hitam telah sejarak setengah tombak dari dirinya!
Jurus ‘Anak Kepiting Menggoyangkan Empat Kaki’ menggedor keras dada dengan telak.
Bughh! Bughh!
Duuesss ... !
Raja Iblis Pulau Nirwana langsung melayang jauh terkena empat tendangan beruntun sekaligus. Beruntunglah bahwa Ilmu ‘Dewi Air Penakluk Api’ yaitu sejenis ilmu yang merupakan inti sari dari imu-ilmu kesaktian para tokoh persilatan yang berhasil dicernanya sudah dalam tataran tinggi hingga begitu serangan si Pemanah Gadis masuk, sembilan bagian langsung dinetralisir hingga tidak membahayakan jiwa.
Tanpa banyak kata, kembali si pemuda memburu cepat sambil menggerakkan tongkat di tangan kanannya dalam jurus ‘Kepiting Membersihkan Sisik Ikan’!
Cratt! Cratt!
Baju dua warna yang dipakai oleh Raja Iblis Pulau Nirwana koyak di beberapa bagian, namun hasilnya sungguh di luar dugaan murid tunggal Dewa Pengemis. Jangankan sobek, kulit yang ada di bagian baju yang tersentuh ujung tongkat itu lentur laksana karet dan lunak bagaikan bulu ayam.
Lapp!
Jalu Samudra yang melihat dua serangan kilatnya tidak membuahkan hasil, bergerak mundur menjauh.
“Hemm! Banci sinting ini terlalu hebat! Tingkat ke delapan tidak sanggup merobohkannya,” pikirnya sambil membelintangkan tongkat di belakang punggung. “Entah seberapa tinggi kesaktian yang dimilikinya. Apakah ‘18 Jurus Tapak Naga Penakluk (Xiang Long Shi Ba Zhang)’ harus kugunakan sekarang?”
Terlihat jelas kebimbangan tergambar di wajah tampan Jalu Samudra antara menggunakan ilmu pamungkas atau tidak. Bagaimana pun juga, ilmu ‘18 Jurus Tapak Naga Penakluk (Xiang Long Shi Ba Zhang)’ terlalu berbahaya bagi orang sekitarnya. Terutama efek daya ledak yang seringkali menggelora.
“Jika dilihat kemungkinannya, memang tidak ada jalan lain!” desis Jalu pada akhirnya. “Namun aku harus berusaha seminimal mungkin mengatasi daya ledak. Kasihan orang-orang yang tidak bersalah.”
“Hi-hi-hik! Bagaimana anak muda!? Kau menyerah?” suara Raja Iblis Pulau Nirwana berubah menjadi suara perempuan. Genit dan manja. “Kau tidak akan mampu menembus Ilmu ‘Baju Besi Merak’ yang telah menyatu raga denganku.” Dalam hatinya ia memaki panjang pendek, “Bangsat! Sedari tadi tidak satu pun jurus atau ilmu yang sanggup aku sadap dari pemuda ini, naga-naganya Ilmu ‘Peniru Gerak’ gagal. Aku merasakan adanya suatu kekuatan gaib yang melindunginya dan memberikan daya tolak. Hanya jurus miring-miring macam orang gila saja yang bisa aku sadap! Huh! Buat apa jurus tidak berguna itu?”
“Ilmu ‘Baju Besi Merak’!?” desis Kitab Pengelana mendengar jenis ilmu yang disebutkan lawan si pemuda buta baju biru. “Celaka dua belas!”
“Ada apa dengan ilmu itu, sobat? Mengapa kau begitu kaget begitu mendengarnya?”
“Ilmu ‘Baju Besi Merak’ adalah sebuah ilmu sakti yang pada ratusan tahun lalu dimiliki oleh Iblis Mara Kahyangan. Ilmu ini menyerupai ilmu kebal segala macam senjata dan pukulan sakti. Konon kabarnya, Iblis Mara Kahyangan sendiri hanya sanggup sampai ke tingkat lima belas dari dua puluh tingkat yang ada,” tutur Kitab Pengelana. “Entah darimana manusia satu itu bisa memiliki ilmu sesat itu?”
“Benar-benar berbahaya kalau begitu!” ujar si Tangan Golok. “Apa ada tokoh silat yang sanggup menandinginya pada jaman dulu?”
“Tidak ada!”
“Tidak ada?” tanya heran si Tangan Golok. “Masa’ dari sekian ribu pendekar dunia persilatan tidak ada satu pun yang melawannya?”
“Kalau yang melawannya ... banyak! Bahkan sampai membuat persekutuan pendekar. Tapi yang sanggup menandingi atau seimbang dengannya ... tidak ada!” jawab Kitab Pengelana.
“Terus ... bagaimana sampai ia bisa mati?” kejar si Tangan Golok penasaran.
“Dari apa yang aku dengar, Iblis Mara Kahyangan mati karena usia tua!” jawab Ki Gegap Gempita.
“Gendeng!”
“Apakah Iblis Mara Kahyangan punya murid?” sela Nyi Tirta Kumala.
“Hingga menjelang kematiannya ... ia tidak memiliki satu pun murid yang mewarisi semua kesaktiannya, Nyi.”
Di arena pertarungan, Raja Iblis Pulau Nirwana terus saja mengumbar keangkuhan.
“Anak muda! Jika kau bergabung denganku, maka ... seluruh ilmu kesaktian yang aku miliki akan aku turunkan kepadamu lengkap dengan kekuasaan tunggal ditanganmu,” kata Raja Iblis Pulau Nirwana membujuk. “Bagaimana?”
“Huh, buat apa kekuasaan tunggal kalau toh pada akhirnya dimusuhi banyak orang,” jawab Jalu Samudra. Lalu dua jari telunjuk dan tengah diacungkan ke depan membentuk huruf ‘V’. “Aku kan orang cinta damai! Ngga mau, ah!”
Melihat lagak tengil pemuda di depannya, membuat Raja Iblis Pulau Nirwana meradang gusar.
“Buta tolol! Diberi kekuasaan justru meminta kematian! Aku kabulkan keinginanmu!” bentak Raja Iblis Pulau Nirwana.
Ilmu ‘Dewi Air Penakluk Api’ dibagi menjadi dua sifat ilmu yang berbeda yaitu Ilmu ‘Dewa Api Membakar Dunia’ yang membersitkan hawa panas membara dan Ilmu ‘Dewi Air Memusnahkan Bumi’ yang memancarkan hawa dingin yang mengalir. Sosok tubuh Raja Iblis Pulau Nirwana sisi kanan menerbitkan sinar biru berhawa dingin yang semakin tebal, demikian pula dengan sisi kiri tubuhnya berwarna merah pekat dengan pancaran hawa panas semakin menggelora.
Woshhh ... wosshh ... !!
Pancaran hawa sanggup mendesak para tokoh persilatan bergerak menjauhi kalangan pertempuran. Beda Kumala yang memiliki tenaga dalam tinggi pun dibuat mengempos hawa tenaga perlindungan, bahkan sampai-sampai menggunakan jurus ke tujuh dari Ilmu ‘Kepompong Ulat Sutera Perak’ yang bernama jurus ‘Benang Sutera Menahan Hawa’ dimana jurus ini sanggup melingkupi area sejauh sepuluh tombak di kiri kanan gadis cantik mungil dari Perguruan Sastra Kumala ini.
Sementara itu, mayat-mayat yang ada di tempat itu langsung membeku dengan diselimuti butir-butir es dan sebagian lagi terbakar hangus begitu saja tanpa terkena sengatan panas membara.
“Gila! Dia benar-benar bertaruh nyawa rupanya,” desis Jalu Samudra, lalu ia sisipkan tongkat kayu hitam ke pinggang. “Langsung saja ke tingkat sembilan!”
Baru saja ia mengambil sikap, sebuah suara mengiang di telinganya.
“Muridku! Jangan kau gunakan tingkat akhir Ilmu ‘Tenaga Sakti Kilat Matahari’! Terlalu berbahaya bagimu dan orang-orang sekitar!”
“Lalu apa yang harus saya lakukan, Guru?” bisik Jalu Samudra mengenal pemilik suara tanpa ujud.
Siapa lagi jika bukan Dewa Pengemis adanya?
“Muridku! Gunakan Ilmu ‘Tapak Sembilan’ pada jurus ‘Perisai Roh’ berturut-turut dengan ‘Sesekali Mengendarai Enam Naga (Shi Cheng Liu Long)’, ‘Naga Bertempur Di Alam Liar (Long Zhan Yu Ye)’ dan terakhir ‘Naga Terbang Di Langit (Fei Long Zai Tian)’!” perintah suara tanpa wujud. “Cepat lakukan!”
“Baik, Guru!” meski dalam hatinya ia sempat bertanya-tanya, “Aneh! Kenapa Guru justru memintaku mengerahkan jurus ‘Perisai Roh’? Apakah manusia setengah jadi ini membekal senjata gaib? Ah, bodo amat! Manut ajalah!”
Jalu segera menudingkan jari telunjuk kanan ke atas sedang telunjuk kiri menuding ke bawah, lalu di putar didepan dada hingga posisi jari telunjuk berganti posisi.
Ratt!
Hawa lembayung dari jurus ‘Perisai Roh’ segera membungkus rapat sosok Si Pemanah Gadis.