Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Bunga Dikubangan Lumpur

Update...

Part 2


Malam ini aku merasa sangat gelisah, meskipun badan terasa letih karena seharian beraktifitas, tetapi mata ini seakan masih enggan untuk terpejam. Kejadian dikamar mas Bima sore tadi seakan terus terbayang di pikiranku, penis mas Bima yang begitu besar dan panjang membuatku semakin bergairah malam ini, rasa yang sudah lama tidak pernah aku rasakan lagi semenjak hidup menjanda. Setiap kali aku membayangkan itu tiba – tiba hatiku serasa berdesir, nafsu birahiku seakan merambat naik begitu saja disertai dengan nafasku yang mulai berat.

Mungkin karena aku sudah lama tidak dijamah laki – laki, kini tiba – tiba aku merindukan saat itu, saat dimana liang vaginaku dihunjam oleh batang penis laki - laki.

“Ahh..andai saja penis mas Bima masuk di vaginaku..” Gumamku dengan mata terpejam

Ditengah pikiranku melayang kekamar mas Bima membayangkan batangnya yang tegak menantang, tanpa sadar tangan kiriku menelusup kedalam celana dalam, kuraba bibir vaginaku sudah terasa lembab dan basah. Lalu kuusap lembut kelentitnya, tubuhku semakin bergetar. Rasa geli dan nikmat yang amat sangat datang begitu saja ketika aku mengusapnya dengan lembut.

“Aaahhhhh, puasin aku malam ini mas...” Aku mulai mendesah dengan mata terpejam

Aku mebayangkan batang penis yang kekar itu mengoyak liang vaginaku. Semakin aku terlarut dalam hanyalan,nafsu birahiku semakin menjadi - jadi.

Beberapa saat kemudian aku singkap baju daster terusan yang aku pakai keatas perut lalu dengan sekejap celana dalamnyapun ikut terlepas, sehingga tubuh bagian bawahku kini sudah tidak memakai apa – apa lagi dan jari – jari lentikku akan lebih leluasa menari disana.

Aku terus mengusap kelentitnya, sesekali mari telunjukku menyeruak masuk kedalam liang vaginaku, aku semakin mendesah...

“Oooh....aaaah..”

“SShhhh....”

“pyok,pyok,pyok,,”

Jariku kini sudah keluar masuk disana, disertai cairan yang keluar dari liang vaginaku semakin deras.

“Aaaah..aaaahh...”

Karena nafsu sudah menguasai akal sehatku, sehingga aku seakan sudah tidak perduli lagi. Desahan dan suara racauanku semakin lama semakin terdengar memenuhi ruangan kamar, jadi apabila ada seseorang yang melintas didepan kamarku pasti akan mendengarnya juga dengan jelas.

“ooooh.....”

beberapa saat kemudian terasa dinding rahimku berkedut dibarengi dengan pinggulku mengejang hebat. Aku memejamkan mata dengan kepala mendongak keatas, orgasme yang begitu sangat nikmat kurasakan malam ini. Beberapa saat kemudian tubuhku terkulai lemas, tanganku masih berada diantara selakanganku, aku tersenyum puas dengan mata tetap terpejam sampai tidak terasa tertidur dengan lelapnya.

---

Ditengah aku terlelap tidur, antara sadar dan tidak terasa ada sesuatu yang menggelitik pangkal pahaku. Terasa semua bagian vaginaku di usap lembut secara beraturan, sampai akhirnya berhenti di kelentitku dengan elusan dan pijatan lembut. Aku yang masih terpejam merasakan tubuhku kembali merinding, nafsu birahiku seakan menyala sekali lagi. Bayangan penis gagah mas Bima terlintas lagi di benakku, entah kenapa aku sangat menikmatinya usapan serta pijatan lembut dibawah sana diantara setengah sadarku. Dengan mata masih terpejam, terasa kedua pahaku semakin membuka lebar dengan sendirinya, agar pijatan dan elusan itu lebih leluasa.

“Aaaah..” Diantara sadar dan tidak, aku mulai mendesah,

Mendengar itu, usapan dan elusan dikelentitku yang tadinya lembut semakin lama semakin terasa kuat dan kasar, lalu terasa ada sesuatu yang ingin mencoba masuk kedalam liang vaginaku dengan sedikit paksaan sehingga membuatku tersadar hingga terperanjat bersamaan dengan membuka mata.

Aku sangat terkejut melihat siapa yang ada didepanku, dia duduk diatas ranjang tepat di samping tubuhku bagian bawah yang sudah tidak memakai apa – apa lagi. Tangannya sudah berada dipangkal pahaku, dan dia sendiri hanya memakai celana pendek kolor tanpa memakai baju.

“Mas..I..Imam, apa yang kamu lakukan?..” Suaraku hendak berteriak tapi tertahan

Aku tidak percaya bahwa pria ini adalah mas Imam, sopir pribadi keluarga ini,

“Ssst...jangan teriak Wulan...tolong...” Suara mas Imam sedikit berbisik

Aku hanya terdiam, tapi entah mengapa aku tidak menepis tangannya yang masih berada di antara kedua pahaku, nafasku masih memburu bersamaan dengan tubuh terasa semakin bergetar melihat itu. Seolah nafsu mencegahku untuk menepis tangan mas Imam.

“Maafin aku Wulan, Aku tak sengaja melintas didepan kamarmu, terlihat pintu kamarmu tidak tertutup rapat. Aku beranikan diri untuk mengintip kedalam, dengan sangat terkejut kamu terlelap dengan bagian bawah sudah tidak memakai apa – apa lagi..” Suara mas Imam lirih

“Tolong aku Wulan, aku tahu kamu juga ingin kan ini?” Kini terdengar suaranya memelas

“Taa..tapi mas, aku takut..” Kataku gugup akan tetapi lagi - lagi aku tidak menolak perlakuan mas Imam

“Semua sudah tertidur lelap Wulan, kamu tenang saja,” Katanya dengan menatapku sayu, kemudian mendekatkannya ke kewajahku hingga bibir kami bertemu

Mas Imam mengecup bibirku lembut, aku hanya terdiam tanpa membalas ciuman itu, pikiranku sekarang campur aduk, antara nafsu dan takut. Sikap ramah dan baik mas Imam padaku selama aku disini ditambah nafsuku yang tiba – tiba menyala kembali seakan tak sanggup untuk menolak perlakuannya malam ini. Aku juga berfikir ini juga karena kecerobohanku yang tak mengunci pintu kamar sehingga mas Imam dengan nekat melakukan ini padaku, mas Imam tidak bisa disalahkan di posisi ini.

Dikecupnya bibirku sekali lagi, kini lidah mas Imam terasa hendak menyeruak masuk kedalam mulutku, entah seperti ada yang menyuruh kini lidahku menyambut lidah mas Imam, lidah kami beradu dan kita berciuman dengan panasnya.

“slrruuppp..slrrruuuuppp....”

Tangan mas Imam tak tinggal diam, yang tadinya berada di selakanganku, kini naik menelusuri payudaraku yang sudah tidak memakai BH didalamnya. Remasan lembut tangannya secara bergantian dari luar daster yang aku pakai membuat nafasku semakin memburu.

“Aaah....Aaah...Sshhh...” tanpa sadar aku mulai mendesah.

Beberapa saat kemudian, mas Imam melepaskan ciumannya, kini kedua tangannya menarik bajuku keatas hingga akhirnya aku telanjang bulat. Aku hanya bisa pasrah dengan apa yang dilakukannya kali ini. Mas Imam kembali mengecup bibirku beberapa saat lalu ciuman itu turun keleher dengan tangannya tetap menegelus payudara dengan lembut, sesekali memelintir putingnya secara bergantian. Aku sedikit menggelinjang menerima perlakuan ini, aku seperti terbuai dan gairahku seakan naik begitu saja

Serr... Terasa cairan telah merembes dari liang vagina.

“Ohh....maaas....” Aku kembali mendesah

Mendengar desahanku, ciuman mas Imam seakan semakin menjadi, dijilatnya leherku hingga turun ke payudara, dihisap putingnya secara bergantian sesekali digigitnya dengan gemas disekitar putingnya hingga meninggalkan bekas cupangan disana. Aku hanya bisa mendongak keatas dengan mata terpejam. Kedua tanganku memegang kepala mas Imam dan menariknya, sehingga kepalanya terdekap di dadaku semakin erat.

“Sssssh....oooh....” Aku mendesis

Kini ciuman dan jilatan mas Imam semakin kebawah sampai dia berhenti tepat di selakanganku, setelah tanganya membuka kedua pahaku, bibirnya didekatkan ke vaginaku. Melihat itu, sontak tanganku mencegahnya bersamaan dengannya menatap ke arahku dengan sedikit heran,

“Mas, Jangan. Mas tidak jijik melakukan itu?” Kataku pelan sambil menggelengkan kepala

Mendengar perkataanku yang polos, dia hanya tersenyum tanpa mengeluarkan kata – kata, lalu melanjutkan aktifitasnya. Aku semakin penasaran dengan perlakuannya ini, aku sudah tidak mencegahnya lagi sampai bibirnya terasa menyentuh bibir vaginaku, bersamaan dengan lidahnya menyapu lembut bagian klitorisku. Merasakan hal itu, tubuhku tiba – tiba bergetar merinding dengan sedikit mengejang. Rasa geli disertai nikmat yang belum pernah aku rasakan membuatku mendesah dengan jelas,

“Aaaaah......”

Memang, ini adalah pengalaman pertamaku dimana bibir seorang pria menyentuh bibir vaginaku, yang dulu tidak pernah dilakukan sama sekali oleh suamiku. Sungguh diluar dugaanku, rasa geli dan nikmat bercampur menjadi satu, seakan aku ingin berlama - lama di posisi ini. Aku semakin membuka lebar kedua pahaku dengan harapan mas Imam lebih leluasa memainkan lidahnya disana. Kedua tanganku menarik kepala mas imam dan terkadang tanpa sadar menjambak rambutnya membuat wajah mas Imam semakin ternanam disana,

“Slrruuuppp...slruuppp...” Suara lidahnya menjilati cairanku yang terasa semakin membanjir

“Aaaah.....aaahh....terus sayaaangg...aah...” tanpa sadar aku meracau seperti kesetanan

Pinggulku bergoyang tak beraturan merasakan sapuan lidah mas Imam disana, dan sesekali mencoba menyeruak masuk kedalam liang vaginaku...

“Ohhh..aku sudah tidak tahaaan maaasss...” Desahku seraya menjambak rambutnya lebih erat

Beberapa saat kemudian terasa dinding rahimku berkedut, pinggulku terangkat dengan sendirinya...

“Aaaaah....” Aku melenguh panjang

Cairan vaginaku meluber banyak sekali sehingga membasahi wajah mas Imam. Aku diamkan sesaat diposisi ini dengan nafas tersengal dan mata terpejam. Baru kali ini aku merasakan orgasme yang sangat nikmat sehingga terkulai lemas.

Setelah nafasku mulai teratur, terasa tubuh mas Imam beringsut keatas lalu kembali mengecup bibirku dengan lembut. Aroma cairan vagina jelas tercium dari wajah mas Imam. Sambil tetap berciuman, aku merasakan ada sesuatu yang ingin mencoba masuk keliang vaginaku. Aku sempat melirik kebawah, mas Imam sudah bersiap menancapkan penisnya, entah sejak kapan dia melepas celana kolornya, kini mas Imam sudah telanjang bulat. Batang penis itu sudah sangat keras dan kaku dengan ujungnya yang berwarna coklat tua mengkilat, akan tetapi ukurannya masih kalah dengan penis mas Bima.

Mas Imam mengarahkan batang penisnya, setelah ujung penisnya menyentuh bibir vaginaku, dia mengesek – gesekkan disana,

“Aaaah...ayo mas....masukin mas aku sudah tidak tahan...” Aku kembali mendesah, diperlakuan seperti itu Nafsuku kembali berkobar

Seakan mas Imam paham akan kegelisahanku, didorong pinggulnya perlahan sehingga batang penisnya sedikit demi sedikit masuk kedalam vaginaku,

“Bles...” kini penis itu sudah tertanam sepenuhnya

“aaah...memek kamu enak banget sayang..” lenguh mas Imam

“Aaaah......terus maaasss..” Aku hanya bisa mendesah

Mas imam memaju mundurkan pinggulnya sehingga batang penisnya kini keluar masuk dengan pelan dan semakin lama sekamin cepat,

“Plok..plok..plok..” suara paha kami saling beradu

“Ohhh...Oohh....aaaah” Suara desahan kami berdua seakan bersahutan

Sepuluh menit dengan posisi ini, mas Imam melepaskan penisnya

“Kamu nungging sayang...” katanya pelan

Seakan kerbau dicocok hidungnya, aku menuruti mas Imam dengan senyum pasrah,

Aku memposisikan tubuhku membelakanginya lalu mengambil posisi seperti bersujud. Dengan posisi ini, aku yakin mas Imam bisa melihat pantatku yang bulat menantang dengan lubang vagina yang terbuka lebih lebar siap untuk dihujamnya kembali. Benar saja, tanap menunggu lama terasa kembali batang keras itu masuk kedalam vaginaku.

Dengan posisi ini, hujaman penis mas Imam terasa semakin dalam,

“Pyok.pyok.yok...” Mas Imam memompaku dengan begitu cepat dan kasar seperti kesetanan

“Plaaaaakkkk...” Sesekali tangannya menampar pantatku yang bulat didepannya

“aaaah.....Oh....terusssss...aaaah” Aku kembali mendesah

Sekitar lima menit mas Imam menggenjotku, dinding rahimku kembali berdenyut pinggulku bergerak tidak beraturan. Seperti paham akan hal ini, mas Imampun lebih mempercepat goyangannya membuatku semakin tidak bisa menahan kenikmatan ini,

“Aaaaah, aku keluar masss......”Aku kembali mengejang, bersamaan dengan itu terasa kedua kaki mas Imam bergetar, dan semburan cairan hangat telah keluar dari ujung penis mas Imam yang masih menancap di vaginaku. Terasa banyak sekali cairan sperma mas Imam yang disemburkan, terasa sampai meleleh ke luar mengalir ke pahaku.

Kita berdua sama – sama terengah – engah, tubuhku terasa sangat lemas dan ambruk begitu saja di ranjang. Mas imam pun terlihat sama dengan ku, direbahkan tubuhnya disampingku, mas imam memandangku dengan penuh kepuasan.

“Terima kasih ya Wulan, kamu ternyata hebat banget,” Suara mas Imam membuka obrolan, kini posisiku sudah tidur dibahunya dan kita masih sama – sama telanjang.

“Hm..mas nekad banget ya masuk kamar Wulan..” celetukku

“Nanti kalau ketahuan mbak Narti atau bu Arini bisa berabe mas,” lanjutku dengan senyum sambil menatapnya

“Tenang saja, bu Arini tidak pulang malam ini, dia ada pertemuan dengan kliennya dihotel dan baru pulang besok pagi,” Katanya enteng

“Pantas nekad banget kamu mas,”

“Lagian, siapa suruh kamu tidur dengan bagian bawah tubuh sudah tidak memakai apa – apa, pintu tidak dikunci lagi,” Katanya

“Hehehe, gak sengaja mas,” Candaku sambil mendongak keatas, sehingga pandangan kami bertemu.

“Kamu baru pertama kali di oral ya?” Tanyanya

“Eem..maksud mas dicium disini?” Kataku sambil tanganku menunjuk selakanganku

“Iya..” Jawabnya singkat

Aku hanya mengangguk dengan senyum malu,

“Enak gak?” Tanyanya lagi

“Enak banget mas..” Kataku sedikit menunduk karena malu

“Mau lagi gak? Mumpung aku lagi baik hati nih,” Candanya

“Ih..maunya.” Kataku dengan kembali menatapnya, jariku mencubit hidungnya pelan. Kita berdua sama – sama tertawa dan saling berpelukan beberapa saat, lalu kembali berciuman dengan panasnya. Kita kembali memacu birahi malam itu hingga empat kali sperma mas Imam menyembur di liang vaginaku.

***

Pagi ini seperti biasa aku mempersiapkan sarapan pagi untuk mas Bima, membantunya mandi dan mengganti pakaian dilantai atas. Kejadian kemarin sore membuat mas Bima semakin manja padaku, makan pun minta disuapin dengan jari – jari tangannya juga mulai berani nakal dengan sesekali mencolek payudaraku walaupun dari luar baju. Melihat perlakuannya itu aku hanya tersenyum akan tetapi darahku kembali berdesir dan sangat bernafsu.

Setelah selesai semuanya dikamar mas Bima, aku turun kebawah untuk bersih – bersih rumah. Mbak Narti sudah tidak terlihat lagi didapur,

“Mugkin dia lagi belanja kepasar kota,” Pikirku

Aku menuju ruang tamu lalu ke teras rumah untuk menyapu lantainya. Sesampai diteras, terlihat pak Kardi sudah sibuk dengan aktifitasnya di taman depan rumah, pak Shobirin sedang duduk dengan segelas kopi hitam didepannya dipos jaga dekat pintu pagar depan. Akan tetapi pagi ini aku tidak melihat mas Imam, setelah semalam menyetubuhiku berkali – kali sampai kita berdua terkapar dikamarku, mas Imam sudah tidak terlihat lagi disampingku saat aku bangun tadi pagi.

Baru saja aku mulai menyapu lantai teras, Mbak Narti datang dengan membawa barang belanjaan di dua kantong plastik besar.

“Loh, kok mbak Narti naik ojek? Aku kira diantar mas Imam,” Tanyaku

“Mas imam lagi servis mobilnya bu Arini ke bengkel, dan sekalian mau jemput beliau katanya.” Jawab Mbak Narti

“Hayo..tumben kok nyariin mas Imam, ada apa ini?” Tanyanya dengan melirik kearahku tajam dengan senyum

“Eh..nggak ada apa – apa kok mbak..” Aku menunduk dengan senyum tersipu

“Dia kan juga duda , sepertinya kalian ini cocok loh,” Celetuknya sambil berlalu meninggalkanku

“Ah, mbak ini ada – ada aja,” kataku dengan senyum

Aku sedikit terkejut sebenarnya mendengar kata – kata mbak Narti, entah apa maksud dari kata – katanya itu.

“Apa mungkin dia semalam sempat mergoki mas Imam disaat masuk kamarku?” Aku bertanya – tanya

Belum lama setelah mbak Narti masuk kedalam, terlihat mobil sedan mewah berwarna hitam memasuki pelataran rumah. Aku mengernyitkan dahi karena penasaran siapa yang datang, karena mobil ini bukan mobil bu Arini yang biasa dibawa oleh mas Imam. Pak shobirin pun dengan tanggap membuka pintu pagar ketika mobil ini masuk. Sepertinya orang yang didalam mobil ini sudah mengenal baik dengan orang – orang disini.

Mobil berhenti tepat didepan teras, aku yang masih berdiri mematung merhatikan mobil itu. Setelah pintu mobil terbuka, terlihat bu Arini turun dan hampir bersamaan seorang pria juga terlihat turun dari pintu sebelahnya. Pria itu berusia sekitar seumuran dengan bu Arini, mereka berdua berjalan menuju kearahku. Segera aku menunduk menyambut mereka,

“Selamat pagi bu,” Sapaku

“Bima sudah sarapan dan mandi Wulan?” Tanya bu Arini

“Sudah Bu, sekarang tinggal beres – beres rumah saja,” Jawabku

“Dia siapa sayang? Kok aku tidak mengenalnya?” Suara pria itu kepada bu Arini

“Dia pembantu baru disini mas, namanya Wulan, dia yang aku beri tanggung jawab untuk merawat Bima selama masa penyembuhannya,” Jawab bu Arini

Aku mendongakkan wajahku dan menatap kearah pria itu, kita saling bertatapan. Terlihat pandangan pria ini tajam dengan senyum sedikit terpaksa. Setelah kita bertatapan beberapa saat, pandangannya beralih ketubuh bagian bawahku, pandangannya terhenti dibagian payudaraku yang menyembul dibalik kaos yang aku pakai, setelah itu tatapannya semakin kebawah, seakan tatapan itu menelanjangi tubuhku didepannya. Entah bu Arini menyadarinya atau tidak, aku hanya terdiam.

“Wulan, tolong bawakan ini kedalam ya, “ Suara bu Arini tiba – tiba,

Pandanganku kini beralih ke bu Arini yang menyodorkan tas besar ke arahku,

“Eh, ii..iya bu,” Jawabku gugup, sambil meraih sebuah tas itu, lalu aku berlalu meninggalkan mereka.

Setelah menaruh tas kekamar bu Arini aku berjalan menuju dapur, terlihat mbak Narti sedang sibuk dimeja dapur,

“Mbak, ibu udah dateng tuh,” kataku hampir bersamaan dengan mbak Narti menoleh ke arahku

“Tapi dia kok diantar seorang pria ya mbak, kelihatannya sangat akrab sekali dengan bu Arini, manggilnya sayang lagi,” Ucapku

“Oh, itu pak Johan. Dia sering datang kesini juga kok,” jawabnya sambil melanjutkan aktifitasnya

“Pak Johan itu siapa ya mbak,?” Tanyaku penasaran

“Sepertinya dia adalah teman spesial ibu,”

“Pacar bu Arini maksud mbak?” Suaraku sedikit tegas

“Hus..jangan keras – eras..nanti kedengaran orangnya bisa berabe..” Kata mbak Narti sambil mencubit pinggangku, lalu kita berdua cekikikan didapur.


Berlanjut ke Part 3
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd