Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Bunga Dikubangan Lumpur

Update

Part 3


Enam bulan sudah aku bekerja di rumah ini. Keadaan mas Bima semakin hari semakin membaik, dia kini sudah bisa belajar berjalan walaupun masih menggunakan alat bantu. Setiap pagi aku tuntun dia untuk belajar berjalan dihalaman rumah sambil berjemur dibawah sinar matahari pagi. Aku seakan semakin dekat dengan mas Bima dan diapun terkadang semakin manja kepadaku. Meskipun dia sudah bisa berjalan dan kekamar mandi sendiri, tak jarang dia masih inginkan aku untuk memandikannya. Otomatis dia juga meminta jatah kepadaku untuk memainkan penisnya dengan tangan dan mulutku hingga spermanya menyembur.

Mas Bima juga seakan sudah menganggapku sebagai saudaranya sendiri, segala keluh kesah tanpa canggung dia ceritakan semua padaku. Dari situ aku tahu, mas Bima ini sebenarnya sangat tertekan, dia merasa di usianya kini yang seharusnya dia bisa menikmati masa mudanya seperti teman – temannya yang lain, dia seakan tidak pernah merasakannya sama sekali. Meskipun segala sesuatunya selalu dicukupi dirumah tetapi bu Arini tetap memperlakukannya seperti anak kecil, dia tidak diperkenankan sama sekali untuk bergaul dengan teman sebayanya diluaran, bahkan sampai dia duduk dibangku kuliah dia masih diawasi dengan ketat.

Sampai akhirnya, karena merasa tertekan dia nekad kabur dari rumah dengan mengendarai motor, tapi naas belum jauh dari rumah motornya melaju, dia mengalami kecelakaan yang sangat serius. Mas Bima dari dulu seakan tidak punya teman berkeluh kesah selama ini sampai akhirnya aku datang yang secara usia sebaya dengannya, menurutnya aku adalah teman baru dan satu – satunya yang bisa membuat nyaman. Mas Bima sangat senang apabila ada aku disampingnya. Bu Arini merlakukan mas Bima seperti itu karena bu Arini sangat menyayangi anak semata wayangnya ini, dan berfikiran hanya mas Bimalah satu – satunya orang yang akan meneruskan semua bisnis bu Arini, oleh karena itu bu Arini mengawasinya dengan ketat. Akan tetapi mas Bima tidak bisa menerima itu, jiwa mudanya yang selalu bertolak belakang dengan keinginan orang tua, apalagi ditambah hidupnya serba kecukupan, menurutku sangatlah wajar.

Selama ini aku dan mas Bima belum pernah melakukan hubungan badan sama sekali meskipun sudah sangat sering aku memainkan penisnya disaat ada kesempatan. Aku juga tidak tahu apa yang dipikirannya. Dia hanya memintaku untuk memainkannya dengan tangan dan mulutku saja. Aku sebenarnya sudah sangat menginginkan penis yang besar itu mengoyak liang vaginaku. Sedangkan setiap kali aku memainkannya nafsuku seakan tak terbendung lagi. Pernah aku memancingnya dengan melepas semua pakaian yang aku pakai disaat aku mengulum penisnya dan merayunya dengan nakal, akan tetapi dia hanya meraba dan memainkan vaginaku dengan jari – jarinya saja. Jadi selama itu, aku hanya melampiaskan nafsuku yang tak tertahan dengan mas Imam, dan terkadang dengan masturbasi sendiri dikamar disaat aku dan mas Imam tidak ada kesempatan untuk saling melepas birahi.

Dari mas Imamlah, aku banyak mengetahui tentang hal baru yang belum pernah aku lakukan selama berhubungan badan dengan mantan suamiku dulu. Dia dengan sangat sabar mengajariku nikmatnya bercumbu diranjang, mulai dari memuaskan pasangannya, variasi posisi bercinta yang nikmat yang belum pernah aku rasakan sebelumnya dan masih banyak lagi hal baru yang aku ketahui darinya. Dari semua itu membuatku semakin lama semakin binal diranjang, entah apa yang terjadi padaku saat ini, aku sering terangsang dengan sendirinya walaupun hanya membayangkan seorang pria. Terlebih ada sentuhan pria di bagian tubuhku, sekejap tubuhku terasa bergetar merinding dan rasa gatal di vagina yang muncul tiba – tiba disertai dengan rembesan cairan disana.

---

‘Tok..tok..tok..”

Kuketuk pelan kamar mas Bima lalu membukanya perlahan, terlihat mas Bima sedang duduk didepan meja dengan serius menatap laptop yang ada didepannya. Sadar akan kedatanganku, mas Bima mengalihkan pandangannya ke arahku dengan tersenyum,

“Mas Mandi dulu ya, sudah sore tuh. Ini baju gantinya baru aja saya setrika,” Kataku sambil meletakkan lipatan baju diranjang,

“Wulan, mama udah pulang?,” Tanyanya

“Belum mas, mas Imam saja masih dibawah belum berangkat untuk jemput ibu,” Jawabku

“Ya udah, aku kangen dimandiin nih..hehe,” Ucapnya sambil tersenyum menatapku nakal,

“hm, dasar manja banget..kangen dimandiin apa kangen dimainin?” Godaku

“Ya dua – duanya lah..” ucapnya dengan kembali tersenyum

“Ya sudah, aku tutup pintu dulu ya mas,” Aku berbalik berjalan kearah pintu lalu aku menutup dan menguncinya dari dalam.

Setelah aku mengunci pintu, aku berbalik terlihat mas Bima sudah melepaskan kaos oblongnya dan kini dia hanya memakai celana pendek. Aku berjalan medekatinya, kini terlihat mas Bima sudah tidak mengenakan celana dalam. Penisnya sudah terlihat mengacung dari balik celana. Aku yang melihat itu, tiba – tiba nafsuku sekan menyala kembali, tubuhku kembali gemetar.

“Aaaah..batang itu yang aku idam – idamkan...” Gumamku

Kugandeng mas Bima kedalam kamar mandi yang ada didalam kamarnya, lalu kududukan dia diatas closet.

“Aku kangen kamu mandikan Wulan, kangen tangan kamu menggosok tubuhku,” Katanya sambil menatapku

“Iya mas aku mandiin,,duh..tumben sih manja banget,” kataku dengan senyum sambil menyolek hidungnya

“Ini dilepas ya,” tanganku memegang celana pendeknya,

Mendengar pintaku dia hanya mengangguk dan tersenyum, dan hampir bersamaan tangannya melolosi celana hingga terlepas. Benar yang aku duga, dia sudah tidak mengenakan celana dalam lagi. Terlihat batang penisnya yang sudah tegak dengan kerasnya mengacung seakan menantangku untuk melumatnya. Aku menelan ludah melihat itu, dan hasratku seketika kembali berkobar. Tubuhku bergetar, ingin rasanya langsung melumat batang yang besar itu. Kudekatkan tubuhku ke arahnya yang sedang duduk diatas closet seraya berbisik ketelinganya,

“Mas, boleh gak kalau kita mandi bareng?” Bisikku dengan nafasku mulai berat

Mas Bima hanya mengangguk tanpa menjawab pertanyaanku.

Segera aku berdiri, kulolosi semua pakain yang aku pakai beserta daleman hingga aku telanjang bulat tepat didepannya. Aku menatap wajah mas Bima dengan senyuman nafsuku, pandangan kita sesaat bertemu. Terlihat mas Bima sedikit tertegun melihat aku telanjang bulat didepannya, meskipun sudah bukan pertama kalinya aku telanjang didepannya, tapi pandangannya sore ini sangatlah lain, disertai dengusan nafasnya yang juga mulai berat, tak kalah berat denganku.

Beberapa saat kemudian kedua tangannya meraih payudaraku yang menggantung tepat didepannya, diremasnya pelan dan sesekali jemarinya memilin putingnya,

“Aaaah....” tanpa sadar aku mendesah

Gejolak birahiku kini sudah benar – benar berkobar, tubuhku merinding diperlakukan itu oleh mas Bima.

“Aaaah......remas terus mas...aaaahhhh...” Kini tanganku mendekap tangan mas Bima yang ada didadaku, seakan tanganku menekannya mengisayaratkan untuk tidak menghentikn remasan itu,

“Ohhhh, terrrussss masss....”

Diperlakukan seperti itu, tanpa sadar aku kini sedikit menunduk, sehingga wajah kami berhadapan dengan sangat dekat hingga dengusan nafasnya sangat terasa di hidungku, kita berpandangan sesaat, pandangannya yang sayu membuatku semakin bernafsu. Kupejamkan mataku menikmati remasan dan sentuhan lembut tangan mas Bima di kedua payudaraku. Baru saja aku terpejam, terasa bibir mas Bima menyentuh bibirku dan seketika itu lidahnya hendak menyeruak masuk kedalam mulutku. Karena aku sudah sangat bernafsu kali ini, aku sambut ciuman itu dengan lidahku, kini lidah kami saling beradu dan saling melumat,

“Slrrrupppp....slrruppp....”

“Aaaahmm.............ssssluurrrpp...” Suara desahanku tertahan

Saling hisap dan saling lumat di iringi desahan tertahan kami memenuhi ruangan kamar mandi,

Tangan kanan mas Bima kini berangsur turun kecelah pangkal pahaku, jemarinya mengusap lembut kelentitku membuat tubuhku semakin bergetar hebat,

“aaaaah....” Aku melepaskan ciuman dan seketika kepalaku mendongak keatas sambil mata terpejam

Aku raih batang penisnya dengan tangan kiriku, ku elus lembut dari atas kebawah berututan, dan sesekali aku gelitik lubang di ujung penisnya,

“Aaaah...jari kamu nakal sayaaannng...” Desah mas Bima, kini dia memanggilku dengan kata sayang

Setelah sekitar lima menit diposisi itu, aku jongkok dihapannya. Mas Bima masih duduk diatas closet. Kini wajahku tepat didepan penisnya. Tak menunggu lama, batang itu segera aku lumat dengan rakus, jilatan dan hisapan mulutku dibatangnya membuat mas Bima sesekali meracau ke enakan,

“Ohhh.....aaah...hisapanmu sekarang enak sekali sayangggggg...aaaah...” desahnya

Aku hanya tersenyum mendengarnya. Ini adalah hasil dari mas Imam yang dengan sabar mengajariku selama kita memacu birahi hampir tiap ada kesempatan. Mas Imam mengajariku semuanya, hingga aku menjadi binal seperti sekarang.

Ditengah aktifitasku mengulum penis mas Bima, vaginaku terasa sangat membanjir, aku seakan sudah tidak kuat lagi menahan nafsu yang sudah di ubun- ubun. Kulepas kulumanku dan berdiri didepan mas Bima. Melihat itu, mas Bima heran karena biasanya aku mengulum penisnya hingga dia menyemburkan spermanya, ada sedikit kecewa diraut wajahnya.

“Kenapa berhenti sayang..?” Ucap mas Bima heran

“Mas, aku boleh minta sesuatu gak?” Kataku dengan senyuman penuh nafsu

“Apa itu,?”

“Aku ingin ini memasuki vaginaku, selama ini aku mengidamkan ini mas..” Bisikku sambil tanganku mengelus lembut penisnya

“Ta..tapi Wulan..aku takut...” Katanya sedikit gemetar

“Plis mas, tolong aku,” Kataku memelas,

Mendengar ini, mas Bima tidak bereaksi sama sekali, dia hanya terdiam. Aku yang sudah sangat bernafsu sudah tak perduli lagi siapa yang ada didepanku, aku langsung membalikkan badanku tanpa menunggu jawabannya. Kuturunkan pinggulku diatas paha mas Bima dan tanganku meraih batang penis mas Bima yang selama ini aku idamkan, dia masih terdiam. Setelah aku rasa ujung penis mas Bima tepat diliang vaginaku, segera kuturunkan lagi pinggulku sehingga batang penis itu sedikit demi sedikit menyeruak masuk disana.

“Aaaaah...”Aku sedikit tersentak menerima batang itu, kugigit bibir bawahku

Meskipun liang vaginaku terasa sudah sangat basah, tetapi masih terasa penuh sesak dan sedikit perih ketika penis mas Bima menerobos liang vaginaku. Aku tekan lagi pinggulku dan “Bless...”, batang itu sudah tertelan disana.

“Oh.....” Mas Bima mulai terdengar mendesah, dan aku diamkan beberapa saat

Setelah rasa perih sudah sedikit mereda, kini aku mulai menaik turunkan pinggulku, sehingga penisnya terlihat keluar masuk disana,

“aaah....aaaah...Aku selalu memimpikan kontol ini sayaaanggg..” Aku mulai meracau

“aaah..memekmu juga sempit banget Wulan..” desah mas Bima

Aku semakin mempercepat ritmenya,

“Plok.plok.plok...” Suara paha mas Bima dngan pantatku saling beradu

Baru sekitar lima menit batang itu keluar masuk di liang vaginaku, terasa dinding rahimku berkedut dengan sangat hebat, tubuhku kembali bergetar disertai cairanku keluar semakin deras disana.

“Aaaaah.....” Aku mendesah panjang

Hampir bersamaan dengan itu, terasa penis mas Bima juga terasa berkedut bersamaan dengan cairan hangat telah menyembur dari ujung penisnya didalam rahimku,

“Ohhh...aku juga keluar sayaaang...” Erang mas Bima sambil memelukku dari belakang,

Nafasku tersengal dan tubuhku sangat lemas seakan tak bertenaga sehingga tubuhku merebah bersandar didada mas Bima. Dengusan nafas mas Bima ditelingaku juga terdengar sangat berat.

Aku tatap wajah wajah mas Bima dengan senyum setelah nafas kita kembali teratur.

“Kamu sangat nekat Wulan,” Katanya lirih

“Apa sih yang mas takutkan..?” Tanyaku

“Ya aku belum siap saja,”

“Karena aku hanya seorang pembantu ya mas, sehingga mas takut?” Tanyaku

“Bukan, sungguh aku tidak punya fikiran itu sama sekali. Karena mungkin ini adalah pertama bagiku Wulan,” katanya yang kini menatapku

Mendengar itu aku hanya tersenyum, kita sama – sama berpandangan dan sesekali kembali berciuman.


Berlanjut ke Part 4
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd