Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Bunga Dikubangan Lumpur

*Update

Part 11


Udara pengap ruangan kecil ini ditambah dinginnya lantai penjara yang tidak pernah aku bayangkan sama sekali seumur hidupku, kini sudah aku lalui selama dua bulan lamanya. Selama itu, aku seakan masih tidak terima dengan semua ini, Aku sering melamun dan berdiam diri. Bu Asihlah satu - satunya orang yang selalu menghibur disaat aku mulai terlarut dalam lamunan kesedihanku, dari situ aku sedikit kuat dalam menjalani hukuman dalam penjara. Dari beliaulah juga aku belajar lebih banyak tentang arti kehidupan. Wanita yang tegar, sabar dan memegang teguh arti sebuah kehormatan dan demi rasa cintanya yang begitu luar biasa kepada mendiang suaminya membuat dia rela untuk menjalani hidup dipenjara.



---

Sedari semalam tubuhku terasa menggigil disertai kepala yang nyeri telah kutahan selama semalam, aku tidak berani bilang ini ke bu Asih ataupun ke sipir tahanan. Aku merasa tak enak hati kepada bu Asih karena beliau sangat baik kepadaku selama disini, aku bermaksud tidak ingin merepotkan beliau hanya karena aku tidak enak badan biasa.

Akan tetapi pagi ini aku serasa tidak kuat lagi untuk menahannya, rasa nyeri dikepala semakin menjadi membuatku jatuh tersungkur ketika hendak berdiri dari tempatku berbaring. Bu Asih sangat terkejut seketika melihatku terkapar tak berdaya. Dengan sigap beliau memelukku dengan perasaan yang terlihat sangat cemas,

“Kenapa kamu ndhuk? Badanmu panas sekali?” Ujarnya

“Aku tidak apa – apa bu, mungkin hanya masuk angin saja,” Ucapku lemah

“Tidak, kamu ini sakit. Badanmu pucat begini, saya panggilkan penjaga ya,” Katanya semakin panik

“Udah gak usah bu, bentar lagi juga baikan kok. Tolong bantu aku berdiri saja, aku ingin kekamar mandi,”

Bu Asih menatapku dengan tatapan yang masih khawatir,

Dituntunnya aku untuk berdiri dengan tertatih. Ketika aku hendak melangkah, tiba – tiba rasa nyeri yang ada dikepalaku kembali menjadi disertai pandanganku mulai sedikit kabur lalu berangsur gelap, aku tak sadarkan diri.

---

Hembusan pendingin ruangan seakan membelai wajahku dengan lembut disertai ketukan suara jam dinding membuat kesadaranku semakin lama semakin pulih. Ditengah antara sadar dan tidak, aku terasa sudah terbaring dengan selimut tebal yang menutupi tubuh bawahku. Rasa nyeri dikepala disertai menggigil yang kurasakan tadi sudah mereda. Aku membuka mata dengan lemah lalu menebar pandangan ke seisi ruangan.

Aku sudah terbaring diranjang dengan selimut tebal disebuah ruangan yang bercat serba putih. Jarum infus sudah tertancap di lengan kiriku. Ruangan itu kosong, tidak ada orang satupun diruangan ini. Pandanganku beralih keluar cendela yang ada di samping kanan ruangan, gelap. Sudah tidak terlihat lagi sinar matahari, lalu menuju ke jam dinding sudah menunjukkan pukul 07.35.

“Hm…Aku sudah tidak sadarkan diri hampir seharian, dimana aku sekarang? ” Hatiku bertanya - tanya

Beberapa saat kemudian terdengar langkah kaki yang semakin lama semakin mendekat kearah ruangan ini,

“Klek…” Beberapa saat kemudian pintu ruangan terbuka, sekejap pandanganku menatap kesana

“Syukurlah, bu Wulan sudah sadar,” Ucap seorang wanita yang berpakaian serba putih dengan senyum lega

“Saya sekarang ada dimana?” Ucapku sedikit gemetar dan berusaha untuk beranjak duduk dari tempat tidur

Melihat itu, wanita ini langsung mendekat dan mencegahku,

“Sebaiknya ibu istirahat dulu, kondisi ibu masih lemah,” Ucapnya seraya membaringkan tubuhku kembali ke ranjang

“Saya Dokter Selly, sekarang ibu berada di rumah sakit dan ibu sudah tak sadarkan diri hampir seharian,”

“Rumah sakit?” tanyaku sedikit terkejut,

“Iya, saya coba periksa dulu ya.” Lanjut dokter Selly sembari meletakkan stetoskop kedadaku,

“apa yang ibu rasakan sekarang?” Tanyanya

“Nyeri dikepala dok, tapi sudah agak mereda daripada tadi pagi,” Kataku

“Keadaan ibu sudah stabil, akan tetapi masih lemah, jadi ibu harus istirahat dulu,” Ucapnya setelah memeriksa kondisiku, aku hanya mengangguk pelan mendengarnya.

“Baik kalau sudah tidak ada keluhan, saya mau permisi dulu ya bu, karena masih ada beberpa pasien yang harus saya check kondisinya,” Lanjutnya yang hendak berbalik

“Tunggu dok, kalau boleh tau saya sebenarnya sakit apa ya?” tanyaku yang masih penasaran,

Dokter mengurungkan langkahnya dan kembali menatapku dengan senyum ramah

“Ibu ini mengalami sedikit gangguan fungsi otak karena depresi yang berlebihan, ya karena ibu memikirkan beban yang terlalu berat selama ini. Saran saya ibu harus istirahat dan harus bisa sedikit demi sedikit melupakan semua masalah yang ibu hadapi, agar beban pikiran ibu sedikit lebih ringan. Gejalanya ya nyeri dikepala itu,”

“Dan lagi, kalau ibu mengalami depresi yang berlebihan nanti akan berpengaruh sekali kepada janin yang ibu kandung,” Jelasnya

Bagai tersambar petir setelah aku mendengarnya, langit – langit ruangan itu seakan runtuh menerpaku menjadikanku lemas seketika disertai hatiku yang tiba – tiba bergemuruh. Aku benar – benar sangat terkejut,

“Aa..apa dok?, aku hamil?” Tanyaku dengan suara gemetar

“Loh, apa ibu belum menyadarinya?, sepertinya kehamilan ibu sudah memasuki bulan ketiga sekarang, dan selamat, sesuai pemeriksaan tadi janin ibu sangat sehat.” ucapnya

Aku seketika terdiam dan tanpa sadar air mata hendak jatuh dengan sendirinya,

“Ya sudah, saya permisi dulu ya, ibu silahkan istirahat,” Ujarnya ramah lalu berbalik meninggalkan ruangan.

Setelah dokter itu berlalu meninggalkan ruangan, tangisku pecah seketika, tanpa dapat kucegah airmata terus mengalir dengan derasnya.

Aku merasa hidupku kini sudah hancur, aku sudah tidak mempunyai siapa – siapa lagi dan harus menjalani kehamilan yang aku tidak tahu siapa ayah dari janin ini didalam penjara. Hatiku semakin bergemuruh, disertai rasa nyeri dari kepala belakangku mulai terasa lagi.

“Tuhan, apakah ini balasan atas dosaku yang telah aku perbuat selama ini..” Lirihku dalam hati

---

Setelah tiga hari aku dirawat, kondisiku kini sudah berangsur membaik, lalu aku diperkenankan untuk kembali keruang tahanan meskipun masih sedikit lemah,

“Wulan, gimana kondisimu cah ayu..” Ucap bu Asih yang seketika memelukku disaat aku masuk kembali keruang tahanan

Pertanyaan bu Asih yang terdengar cemas membuatku tidak bisa menahan air mata lagi, aku kembali menangis dipelukannya untuk beberapa saat samapi tangisku sedikit mereda,

“Aku hamil bu..” Suaraku lirih sambil masih sesenggukan

Bu Asih terlihat sangat tercekat mendengar ucapanku, dia seakan sangat tidak percaya. Matanya kini tajam menatapku,

“Apa ndhuk? Kamu serius?” Tanyanya

Aku mengangguk pelan sambil menunduk,

“Ya Tuhan, cobaanmu begitu berat ndhuk..” Ujarnya seraya kembali memelukku,

“Aku sudah hancur bu, aku sangat malu pada diriku sendiri dan aku sangat berdosa pada orang – orang yang aku sayangi, ” ucapku lirih di pelukan bu Asih,

“Sabar ya ndhuk, yakinlah semua ini pasti akan bisa kamu lalui,” katanya lirih

“Seberapa besar dosanya bu apabila aku menggugurkan janin ini, Aku seakan belum siap untuk melahirkan bayi ini dipenjara,” kataku lirih membuat bu Asih terperanjat, dia melepaskan pelukannya lalu menatapku dengan sangat tajam

“Apa katamu ndhuk? kamu gugurkan?” katak bu Asih dengan suara tegas

Aku terdiam mendengarnya sambil kembali menunduk,

“ingat cah ayu, ingat…Bayi ini sangat tidak berdosa, dan apabila dia bisa memilih, dia tidak akan memilih rahimmu untuk dia tempati dan dilahirkan atau bahkan dia tidak mau dilahirkan kedunia kalau dia tahu apa isi dunia sebenarnya,”

“Ingatlah, kamu sudah terjebak dalam lumpur dosa sebelumnya ndhuk, apa cambukan dari Tuhan ini tidak mampu merubah hatimu sedikitpun untuk menjalani hidup yang lebih baik lagi?” Ucap bu Asih tegas

Aku yang mendengar itu hanya bisa terdiam dan tangisku semakin menjadi,

“Aku seakan belum mampu menerima ini bu..” Ucapku lirih

“Tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hambanya ndhuk, kamu harus cam kan itu baik – baik,”

“Terimalah ini semua, rawat baik – baik bayimu, mungkin Tuhan memberikan cara seperti ini agar kamu bisa membersihkan lumpur dosa yang ada didiri kamu Wulan,” Ucap bu Asih seketika dia memelukku sekali lagi.

Pelukan yang penuh kasih sayang seperti ibu kepada anaknya, pelukan yang menenangkan jiwaku disaat hatiku bergemuruh didalam sana.

Berlanjut ke Part 12
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd