Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis



Episode 8 – To see your true color


POV Titien


Hibachi Grill Buffet yang terletak di Richmond Highway, Alexandria menjadi tempat makan malam Titien, Nadya dan Shaun malam itu. Memang sih, letaknya cukup jauh, udah di luar Washington DC, tepatnya di negara bagian Virginia. Tapi demi kenikmatan makan berjenis-jenis masakan asia, termasuk shabu-shabu dari Jepang membuat mereka bertiga rela meluangkan waktu hampir 20 menit di mobil.


Makanan yang tersaji cukup lengkap, dan uang sekitar $16 per kepala terasa cukup murah dalam restoran all you can eat ini. Dari tadi aku lihat Shaun bolak balik mengambil makanan, entah sudah berapa piring yang ludes dihantamnya.


“Tumben Shaun, dari sekian banyak makanan di sini, kamu masih aja cari kentang goreng?”


Nadya meledek Shaun yang gak bisa berpisah dari makanan sehari-harinya, French fries atau terkadang di sebut Chips di Eropa.


“Shaun memang suka dikentangin kok!” Aku meledeknya. Entah kenapa sejak peristiwa tadi aku sudah merasa akrab kembali dengan cowok itu.


“Virgin, bilang aja kalo kamu stress dikentangin tadi malam!” Shaun berbisik kepadaku, membuat wajah ku merah. Untung Nadya tidak dengar, dan ia tidak nyangka kalo Shaun tahu bahasa Indonesia, dan tahu apa artinya ‘dikentangin’.


Tak lama kemudian kami makin akrab. Nadya ternyata enak diajak hang-out, tapi tidak hari ini. Setelah ditanya-tanya, akhirnya Nadya mengerti kalo Shaun itu sebenarnya hanyalah teman, bukan pacar… ia menanggapi dengan positif.


Untunglah ia masih menganggap Shaun pdkt ke aku, tapi belum dijawab. Kalo gak repot juga menceritakan bagaimana soal permainan dildonya di kantor kemarin.


“Awas kamu nyesal loh cowok secakep ini disambet cewek lain…”Nadya meledekku.


“Bilang aja kalo kamu mau?” Aku balas memancing.


“Gak lah yah…”


“Eh, terus pacarmu dulu gimana?”


Nadya pun menceritakan soal pacarnya yang mendapat tugas ke Afrika Selatan, da berharap selesai kontrak mereka bisa bersatu kembali.


“Kamu masih mengharapkannya?”


“Aku sungguh nyesal aku ngak ikut dia, dan sekarang aku merasa terlalu hina baginya. Itu karena ulah pak Beni.”


Nadya curhat sambil nangis… dan aku kembali mendorong dia untuk balikan dengar pacar…


“Kamu harus percaya kepada kekuatan cinta, Nadya…”


“Bukan gitu Tien, tapi selama ini pacarku kira aku masih pw…!” Tangisannya makin menjadi. Rasanya aku mau memaki pejabat sok berkuasa itu lagi. Aku merasa kasian melihat Nadya merasa down kek gini.


“Kalo ia sungguh mencintaimu, pasti ia gak akan mempermasalahkan soal itu.” Aku membesarkan hatinya…


Nadya masih sangat sedih, tangannya terus kugenggam erat.


“Ia akan terima kamu apa adanya kok, percaya aja… tapi kamu ngomong… ngaku apa yang terjadi. Ingat Nadya, kamu adalah korban…”


“Apa aku ini cewek murahan?”


Nadya masih bertanya, tapi aku sedang menatap Shaun yang baru saja mendapat 1 porsi khusus kentang goreng pesanan sendiri…


“Tien, apa benar aku murahan?”


“Iya….” Aku asal aja menjawab tidak konsen dengan tingkah Shaun.


“Eh, apa kamu bilang…?” Nadya kaget dengan jawabanku…


“Eh aku jawab apa tadi? Ehhhh… gini, maksudku kamu murah senyum, gitu…!” Aku langsung meluruskan jawabanku.


“Iiiihhh, dasar….!”


-----


Setelah mempersilahkan Nadya masuk ke kamar kami, aku makin merasa dekat dengan gadis ini. Aku merasa kasihan karena soal ia harus berpisah dengan pacarnya dan menjadi korban Pak Beni.


Cukup lama kami bercakap-cakap di kamar menunggu Shaun mandi. Ternyata ada juga cowok yang mandi lama banget… Untunglah ada Nadya jadi bisa cerita-cerita.


Tak urung percakapan kami jadi ngelantur, dan mulai menabrak ke hal-hal pribadi. Nadya terus-terusan penasaran soal bagaimana aku bisa menolak rayuan bandot tua itu.


“Tien… aku penasaran, kamu udah dirayu dan dirangsang habis-habisan sama Pak Beni, koq bisa yah kamu gak sange, gitu…?”


“Hehehe… mungkin aku kurang berminat, karena kontolnya kecil, gitu…” Aku keceplos menjawab.


“Heh, kecil?” Nadya kaget, mungkin aja dia menganggap sebaliknya.


“Eh, gak kecil-kecil amat sih, maksudku standar…!” Aku mengoreksi kesalahanku.


“Wah patut dicurigai orang ini, berarti udah pernah lihat berjenis-jenis kontol dong?” Nadya meledekku sambil bertanya penasaran.


“Apaan sih… hehehe…!” Aku gak mau terpancing lagi.


“Huh, emangnya punya Shaun segede apa?” Nadya penasaran.


“Mau lihat, ngintip aja sendiri…!”


“Ihhhhhh, cape deh!” Wajah Nadya bersemu merah.


Sementara kali menertawakan hal itu, tiba-tiba pintu terbuka, dan Shaun keluar dari kamar mandi telanjang, sementara batang besar itu lagi tergantung bergoyang.


“Hahahaha… tuh, gak perlu intip, udah dikasih lihat… gratis lagi!” Aku tertawa melihat wajah Shaun kaget. Ia mungkin baru sadar ada Nadya di kamar.


Nadya sendiri gak berkata-kata, yang melongo memandang ukuran onderdil Shaun yang jauh diatas rata-rata.


“Hush… pake terpesona segala! Kalo mau sana, hajar aja…!” Aku meledek Nadya yang masih terkagum dengan pemandangan di depan matanya.


“Eh… ehhh.. enggak kok… enggak!” Nadya sampe gugup. Duh, sampe segitunya.


“Dickhead, sana… pake celana. Ada tamu tuh!” Aku ngomong ke Shaun yang sudah keasikan memamerkan senjatanya, setelah melihat reaksi Nadya.


“Kalo gak ada tamu boleh gak pake celana?” Shaun membalas.

“Iiiiihhhh” Aku tertawa mendengar jawaban khas cowok itu.


-----


‘Bodoh… bodoh… ******’ Aku membenturkan tangan kiri pelan-pelan ke kepalaku, dengan gesture seakan menyesali perbuatanku.


‘Kenapa aku mengajak Nadya tidur bersama? Sekarang ini aku yang menderita!’ aku gak tahu kenapa aku merasa berat membiarkan Shaun bercengkrama akrab dengan cowok itu.


Pada waktu mau tidur, kami sempat berebutan di tengah, tapi kemudian supaya kita bisa tidur enak, maka Shaun disuruh tidur ditengah diantara aku dan Nadya. Itu artinya aku makin dekat dengan cowok itu, dan dari tadi tubuhnya menjadi target kenakalan Shaun.


‘Ihhh bikin stress aja! Bilang aja kalo mau…’ Tapi aku juga sadar, keberadaan Nadya membuat aku gak bebas dengan Shaun. Tapi paling kurang aku bisa membalas serangan cowok itu, bukan kayak gini, tubuhku terus-menerus diserang tanpa bisa membalas. Dari tadi tangannya gak bisa diam, meraba, meremas, mencolek, mengelitik, membelai.


Kali ini Shaun gak sungkan-sungkan lagi langsung memelukku dengan erat sambil menyusupkan tangannya, yang satu mengarah ke toket dan yang satu menyerang isi CD-ku.


“Aduh…!” Aku sedikit mengaduh sambil menjaga nafas. Hampir aja aku mengeluarkan sebuah desahan…


Tangan Shaun makin bebas, sementara aku gak bisa melawan sama sekali. Aku masih terus memikirkan Nadya. Eh, bukan itu, aku gak mau harga diriku jatuh di mata Nadya… bisa jatuh reputasiku di kantor.


Terpaksalah aku membiarkan tangannya mengrepe toket kebanggaanku, sementara jarinya memelintir pentilnya… aku biarkan aja… aku gak bisa menahan.


Makin lama makin besar belahan pakaianku tersingkap, di mana tangan Shaun menyisip dengan ahli. Aku menahan nafas ketika akhirnya tangan kirinya mulai menyelinap dibalik CD.


‘Ihhhhhh…. Geli!’


“Shaun jangan dong!” Aku berbisik meminta ia mengerti posisiku.


“Udah, nikmati aja, yah sayang!” Shaun balik berbisik.


“Tapi aku gak mau!” Aku masih protes…


“Gak mau tapi udah basah!”


“Eh… tapi…!”


“Udah gak usah protes… Anggaplah untuk bayar kentangmu tadi malam…” Shaun berbisik pelan. Kali ini ia mulai mencium bibirku…


“Shaun…. Eh…”


“Iya, aku kocok pelan-pelan… kamu diam aja yah!”


Dua jari Shaun makin cepat masuk keluar ke liang nikmatku, membuat aku melayang indah. Kalo aja gak ada Nadya sudah dari tadi aku menjerit, mendesah kuat. Tapi kali ini terpaksa harus ku tutup mulutku erat-erat…


“Aduh… ahhhh” Beberapa kali desah yang tertahan sempat keluar.


“Udah, keluarkan aja…” Kali ini udah 3 jari yang masuk, Shaun makin meningkatkan serangan.


“Eh…. tapi…!”


“Gak pake tapi-tapi…” Shaun gak kasih aku waktu berpikir.


Orgasmeku udah makin dekat… tubuhku udah makin sukar dikontrol, bergerak kiri kanan, naik keatas menahan gelombang demi gelombang rasa geli yang terus datang.


Perut dan pinggulku mulai gemetar… rasanya aku mau teriak.


“Ahhhhhhh” Sempat aku keluarkan desahan, dan segera menarik kepala Shaun mendekat.


“Eh…!” Shaun terkejut ketika aku menciumnya dengan ganas. Kutumpahkan rasa geli dan nikmat dalau suatu ciuman yang kuat…


Memekku berdenyut tanda aku nyampe…. Tubuhku sempat berkelojotan, menegang… mengedan… menjemput puncak kenikmatan. Shaun kembali memberiku orgasme melalui permainan jarinya.


Aku masih terus memeluk kepala Shaun kuat-kuat dan menciuminya terus… sampai aku terkulai… lunglai… terkapar kecapean dalam perburuan nafas.


“Gimana sayang? Enak?” Shaun membelai mukaku dengan mesra. Tambah hari makin pinter juga dia memperlakukan wanita.


Aku masih terengah-engah, belum bisa menjawab.


“Kamu suka kan…?” Shaun tanya lagi.


Aku hanya bisa menangguk…


“Makasih Shaun…” Akhirnya aku bisa ngomong juga.


“Eh, gak cukup makasih doang…” Shaun menuntut…


“Eh, mau apa…?” Aku pura-pura tanya padahal udah tahu apa maunya.


Shaun menuntun tanganku memegang kontolnya… udah tegang…


“Mau di keluarin…?” Shaun membalas dengan menangguk.


Dengan perlahan-lahan, tanganku mengocok kontol besar itu, tapi gerakanku harus terhenti ketika Nadya bergerak… mudah-mudahan gak bangun. Kedengaran Shaun mendengus kecil… hehehe, kacian…


Tak lama kemudian tanganku kembali bekerja, mengocok dengan cepat. Batang Shaun sudah sangat tegak, dan orangnya mulai merem-melek menikmati permainan tanganku…


Nadya bergerak lagi, kali ini berguling ke kiri… Otomatis tanganku berhenti.


“Tien, teruskan aja… gak apa-apa!” Shaun merasa kesal…


Aku kembali ke tugasku, sementara Shaun makin menikmati kocokanku yang makin cepat. Ia sampai terengah-engah karena nikmat…


Shaun hampir dapat…


“Tien… kok terasa kayak goyang-goyang, ada gempa bumi, yah?” Nadya terbangun dari tidurnya… ia langsung duduk karena kaget.


“Eh, gak kok… ini Shaun kedinginan kali, sampe gemetaran gitu. Terus aku selimutin…” Dalam hati aku tertawa mendengar mulut Shaun menyumpah-nyumpah pelan. Pasti karena kentang, hehehe…


“Oh kirain apa!” Untung Nadya gak tahu…


“Udah Shaun tidur aja, jangan gerak-gerak lagi…” Aku sengaja meledek cowok itu yang lagi kentang banget. Shaun pasti langsung stress ketika aku menarik tanganku dari kontolnya, lalu memutar badan membelakanginya…


“Eh, belum selesai….” Shaun berbisik pelan di telingaku.


“Nadya udah bangun, nanti aja tengah malam…” Aku balas berbisik…


Untuk beberapa menit Shaun masih bengong di tempat tidur. Nadya mencoba tidur lagi dan mulai memejamkan mata.


“Grrr dingin… aku peluk kamu yah, masih dingin…!” Shaun dapat ide baru, ia memelukku dari belakang dan menutupi badan kami dengan selimut. Aku biarkan aja…


Ehhhh… aku kaget ketika pantatku merasa geli… pasti ini perbuatan Shaun. Ia mengangkat daster tidurku dan menurunkan CD-ku dibagian belakang. Tak lama kemudian, kontol jumbo itu mulai menggesek di pantatku.


“Eh Shaun, jangan….!” Aku menolaknya. Bahaya ini, bisa-bisa kontolnya masuk secelup atau dua celup…


“Udah, diam aja… hanya gesek-gesek kok!” Shaun mulai mengesekkan kontolnya di belahan pantatku. Terasa geli… memekku masih basah dengan sisa-sisa orgasme tadi.


Kontolnya makin nyosor ke pantat…


“Eh…” Aku protes lagi, kali ini tanpa kata-kata.


“Hush… diam…” Shaun setengah membentak, pasti udah gak tahan.


Gesekan kontolnya makin cepat, dan cairan memekku membuat pantatku licin. Aku merasa kontol itu menyentuh-nyentu lubang pantat dan memekku.


Eh, perasaan apa ini…. Aku jadi gak tahan. Aku baru sadar akan kelemahanku selama ini… yang biasanya terjadi setelah aku orgasme.


Ternyata aku belum sembuh total… pertahananku terbongkar juga. Tak lama kemudian terdengarlah suara yang melengking panjang dan kuat…


“Tuuuuuuttttttttt!” Aku kentut. Bikin malu aja….


“Eh, apa itu?” Nadya terbangun lagi, kali ini hampir lompat…


“Hahahaha…..” Shaun tertawa keras-keras…


“Kamu kentut yah? Ih jorok….” Nadya ngamuk-ngamuk, sementara aku diam aja. Rasanya malu sekali, ingin ngumpetin kepala dibawah bantal.


“Eh, kentut gadis cantik gak bau koq…” Aku membela diri sambil tertawa malu. Cepat-cepat aku merapihkan baju, lalu bangun dan pergi ke kamar mandi. Aku gak sadar kalau selimutnya tertarik….


“Ahhhhhhh!!!” Nadya teriak kaget. Aku membalikkan badan, ada apa lagi ini?


Ketika selimut terbuka, kontol Shaun udah tegang terekspose sempurna... Shaun gak bisa menyangkal lagi, ketahuan lagi mesum.


“Astaga, kamu buat apa ke Titien sampe terkentut-kentut seperti itu?”


Mujurlah aku sudah lolos di dalam kamar mandi.


-----


“Eh, Titien jangan tidur dong…”


Shaun masih menungguku di tempat tidur. Tampak Nadya udah kembali berbaring mencari tidur…


“Terus kontolku gimana? Masak aku kentang lagi…!” Shaun berbisik mengeluh, aku hanya tertawa. Rasain…


Aku langsung memutar badan mencari tidur… sementara Shaun kelabakan. ‘Gentian yah, supaya kamu tahu bagaimana rasanya dikentangin semalaman.’


“Tien…” Shaun menepuk tanganku.


“Minta aja sama Nadya…”


“Nad?”


“Eh… gak mau…” Aku dengar Nadya protes, tapi ia mendiamkan saja tubuhnya ketika Shaun membelainya pelan.


Aku menutup mata, tapi sebelumnya sempat aku mendengar suara Nadya mendesah… makin lama makin kuat, sementara itu aku melihat tangan Shaun bergerak-gerak dibalik selimut, tepat di permukaan tubuh Nadya. Pasti Shaun udah dapat jackpot. Mujur banget dia ada 2 cewek cantik melayani ia semalaman.


Aku mulai merasakan tempat tidur bergoyang ketika aku menutup mata… Nadya mendesah kuat, tak lama kemudian mereka berganti posisi…


“Ahhhhhhh!” Jeritan Nadya kedengaran tertahan… suatu pencampuran antara nikmat dan sakit… Kek-nya Shaun udah dapat. Mujur benar dia bisa membobok memek yang selama ini hanya dimasuki kontol standar milik pak Benik.


Nadya masih mendesah, mengerang, setengah menjerit… tapi kali ini aku gak peduli lagi. Biarin aja mereka nikmat…


Tidur dulu ah!


-----


POV Shaun


“Eh Tien, mau ke mana?” Aku kaget melihat gadis itu pagi-pagi udah memakai pakaian olahraga, keknya ia mau jogging pagi.


Sementara itu aku masih tertidur, tubuhku capek setelah tadi malam sempat keluar dengan permainan Nadya.


“Eh, Dickhead. Aku jogging dulu yah, juga mau beli makanan… kamu tidur aja terus!” Suara cerita Titien terdengar merdu, tapi aku merasa kek ada nada kecewa yang coba disembunyikan…


‘Apa Titien tahu kalo aku ngentotin Nadya semalam? Apa ia sempat bangun?’ Wah bahaya ini. Mudah-mudahan ia gak marah.


“Eh, Nadya juga sudah bangun….?” Aku kaget melihat pergerakan disampingku. Nadya membuka mata dan tangannya menyambut hari yang baru.


“Mat pagi Shaun, Eh Tien? Mau ke mana pagi-pagi?” Nadya bertanya…


“Aku mau jogging sebentar, sekalian cari sarapan buat kita…” Benar juga Suara Titien terbalut nada sumbang.


“Eh, kalo gitu kami ikut dong?”


“Udah, gak usah… kalian lanjutkan aja yang semalam…” Titien meledek kami. Ternyata ia tahu, aku merasa malu sekali.


Aku langsung bangun dari tempat tidur, dan mengejarnya di pintu. Aku sempat memegang tangannya, sebelum tubuh Titien melesat pergi. Aku mendekatinya dan berbisik ditelinga kiri…


“Aku minta maaf yah soal semalam… aku khilaf lagi!” Aku masih memegang tangannya.


“Udah, gak apa-apa koq. Lanjutin aja, masih bisa dua ronde tuh!” Titien meledekku lagi, kali ini sambil menggenggam tanganku.


“Kamu sempat terbangun semalam?” Aku penasaran.


“Iya, kamu sih goyangnya kuat banget!”


“Oh, coba kalo aku tahu!”


“Kenapa? Kamu gak berani emangnya?” Titien tertawa.


“Kalo aku tahu kamu masih tidur, sudah ku panggil threesome!” Aku berbisik balik.


“Ihhhhhhhh…. Nakal!” Titien menjewer kupingku dan segera menutup pintu.


-----


“Wow, mesra-nya, sempat dapat ciuman, gak?” Nadya meledekku waktu aku melepas Titien pergi.


“Titien bilang minta sama yang di ranjang!” Aku menatapnya tajam.


“Hahaha…. Masih sanggup emang?” Nadya balas menantang… “Tunggu yah, aku bersih-bersih dulu!”


Gadis ini nakal juga, padahal udah tiga kali tubuhnya orgasme dibawah tusukanku semalam. Gadis cantik ini gak pernah ada rasa puasnya…


Tadi malam kontolku memasuki memek lewat jalan belakang. Awalnya ia sempat kesakitan tapi gak lama kemudian udah teriak-teriak keenakan… memek yang masih sempit itu mampu mengimbangiku di ronde-ronde pertama, tapi ketika gerakanku dipercepat, Nadya langsung gak tahan.


“Ahhhhhhh!” Nadya mendapat orgasme pertamanya diatas kontolku… dan semenjak itu ia gak mampu lagi menahan…. Nadya mengalami multiple orgasme. Sayang tadi malam gak bisa ganti-ganti gaya… padahal memek mungil-nya masih fresh, enak dipake.


‘Eh… udah… koq masih ingat-ingat soal tadi malam. Itu ceweknya nantang pagi-pagi.’ Aku langsung bangun dan menyusul Nadya ke kamar mandi.


“Kreeekkk” Suara pintu terbuka.


“Eh, Shaun… udah gak tahan yah?” Nadya tersenyum ketika melihat aku masuk, ia masih mandi.


“Iya, nanti Titien datang terganggu lagi…!” Jujur aku masih risih kalo ada Titien.


Dengan cepat aku membuka pakaianku, dan telanjang seperti Nadya. Gadis ini cantik sekali, masih 25 tahun… tubuhnya yang bening mulus terlihat indah dari belakang. Bokongnya juga masih kencang, kelihatan ia belum lama lepas perawan… masih sangat segar. Kok bisa sebinal ini?


Nadya mendesah ketika ku peluk dari belakang, ia segera berbalik mempertontonkan dada yang seksi dan montok. Gundukan yang memanjang dengan putting coklat diatasnya… cukup mengundang cowok-cowok mengisap madunya. Sementara itu tubuh Nadya sungguh indah dengan perutnya yang rata dan pinggul yang berlekuk seperti gitar membuat gadis itu sangat seksi.


Dan aku sudah mencicipi tubuh indah ini semalam…


Tanpa sadar, kontolku sudah tegang… menjulang tinggi. Tanpa pikir panjang tanganku segera bergerak, meraba, membelai, meremas, memilin, memeras… Nadya hanya diam menikmati tanganku menggerayangi tubuh indahnya… Seranganku ku tambah dengan lumatan dan ciuman di bongkahan dada… Nadya jadi mengelinjang.


Toket Nadya cukup besar, ukuran 36C tapi sudah agak turun, gak sekencang milik Titien. Keknya udah biasa digrepe oleh pacarnya. Padahal memeknya masih sempit dan fresh, gak sebanding dengan toketnya. Setelah puas nenen, bibirku turun perlahan menuju ke gundukan kecil di selangkangan yang tertutup semak belukar yang dipangkas rapih. Sungguh seorang gadis idaman…


“Shaun…. Eh… pelan!” Suara Nadya mendesah ketika mulutku mencium pusat kenikmatan gadis itu. Nadya sempat bergelinjang karena geli… benerkan, memeknya masih sangat sensitive, pasti baru berapa kali dipake, eh mungkin juga belum pernah dioral…


Aku mulai melumat memeknya, mencari klitoris dan menjilatinya. Nadya makin bergelinjang, sekali-kali ia menarik vaginanya karena kegelian. Aku melihat ia gak mampu lagi berdiri… kakinya makin gemetar…


“Keenakan yah?” Aku meledeknya.


“Kamu hebat sekali… pantesan Titien tergila-gila…!” Aku hanya tertawa, justru yang terjadi sebaliknya.


“Kita lanjut di tempat tidur aja yah?” Aku menghentikan seranganku dan berdiri. Tanpa menunggu jawabannya, aku segera membuka pintu dan keluar, sambil menunggu ia ke tempat tidur.


Tak lama kemudian Nadya keluar berbalutkan handuk… masih aja malu-malu. Sementara itu aku sempat minum air dingin… keknya butuh energy tambahan pagi ini.


Nadya merebahkan tubuhnya dan tidur merayap, pasti masih malu. Ah, kesempatan aku bisa tusuk dari belakang… Aku segera mendekat dan langsung menyerang pantatnya.


“Ahhhh… Shaun, aduhhhhh…!” Lidahku mulai menyerang liang memeknya yang terekspos dari belakang. Sampe banjir bro….. Nadya menggelinjang kiri dan kanan, tapi kali ini ia gak bisa lepas. Pantatnya terus aku tahan ke bawah, sementara kakinya dibuka…


“Nadya, tahan yah… aku masuk pelan-pelan…!” Aku langsung ambil posisi tanpa memperdulikan tatapan Nadya. Ia bingung dengan posisi ini…


“Ehhhh aduh… Shaun pelan…!” Kontolku mulai masuk… Nadya mengerang, mungkin masih sakit karena sempit. Tapi memeknya udah basah kuyup, seharusnya gak lagi ada halangan.


“Shaun, pelan dong, kontolmu kebesaran…”


Nadya masih protes ketika kontolku menusuk kuat, menembus pertahanannya dan mentok sampai ke mulut rahim.


“Auuuhhhhh!” Nadya melolong, entah sakit atau keenakan.


Aku mulai bergerak memompa, awalnya pelan tapi makin lama makin cepat. Nadya mulai merasa nikmat, ia mendesah terus… orangnya ribut sekali kalo dientot… eh, persis kayak Naya…


Entah kenapa aku membayangkan Naya, gadis centil dan lincah yang menjadi pacarku selama 5 tahun terakhir. Jujur, aku merindukannya, merindukan keceriaannya dan gayanya yang manja. Seperti Naya, gadis ini punya nafsu yang besar, disentuh sedikit langsung sange.


“Shaun, terus dong… ayo… tusuk terus, jadi kan aku lontemu….!” Gak sampe 10 menit tubuhnya udah kelojotan, ia coba menggerakkan pinggulnya menghindari tusukanku karena kegelian… sementara itu aku merasa memeknya mengedan..


“Ahhhhhhhhhh!” Nadya nyampe juga.


Aku masih aja memompa terus mencari pelampiasanku juga. Kali ini aku membalikkan tubuhnya dalam gaya WOT…. Nadya masih tersandar, lunglai… menggap-menggap mencari nafas…


“Ahhhh Shaunnn…. Ooooo!” Desahannya muncul lagi, kontolku terus menyerang, menyodok dengan maksimal. Kali ini dengan kecepatan maksimal.


“Ahhhhh….” Kali ini aku mengerang ketika kontolku memuntahkan beberapa kali tembakan cairan putih kental. Untung sempat tarik keluar… terhitung 5 kali aku menembak di tubuhnya…


Nadya masih kejang-kejang… mungkin udah berapa kali ia orgasme. Bahkan sampai kontolku keluar, Nadya masih aja mengejang seperti kesetrum…


“Shaun… kau apain aku?” Tubuhnya terus bergetar menikmati orgasme beruntun yang dirasakannya.


-----


POV Titien


‘Apa mereka udah selesai, yah? Dickhead itu kalo ngentot gak lama-lama amat’ Aku mengingat kembali kenangan di Manado 5 tahun lalu ketika cowok itu pacaran dengan Naya. Hampir tiap waktu luang dipake untuk ngentot, dan aku sampe puas mendengar teriakan-teriakan keenakan dari Naya.


‘Biasanya sih 30 menit ato 40 menit udah selesai…’


Shaun memang beda dengan Ryno, suamiku. Kalo Shaun suka terburu-buru, penuh nafsu, full speed and power, main cepat dengan sodokan sampai dapat. Staminanya cukup menunjang, dan biasanya membuat cewek-cewek gak mampu bertahan. Sedangkan Ryno jago mengatur tempo, dan ia juga suka ngomong di sela-sela bercinta. Ia tahu kapan mesti genjot, kapan main halus… dan ia juga tahu teknik yang tepat serta titik-titik rangsang.


Eh, kok ngomong soal seks lagi. Aku harus menenangkan pikiranku… hidup ini bukan cuma soal nafsu dan selangkangan.


Keknya aku balik aja…


Tadi aku sempat jogging dari KBRI menuju ke National mall, sebuah hamparan taman yang menjadi pusat wisata di Washington DC. Cukup jauh juga sih… lebih 2 km. Aku menghabiskan waktu banyak jogging di jalan yang melingkari obelisk tertinggi di kota ini, Washington monument. Aku sempat melihat Capitol hill, gedung parlemen Amerika di ujung timur mall, dan Lincoln Memorial Center di ujung satunya lagi. Sementara itu di sebelah utara terdapat istana presiden, The White House.


Harusnya aku ajak Deya ikutan supaya bisa kasih tour Washington… Aku sendiri sudah berulang-ulang masuk kedalam tempat-tempat yang diceritakan dalam pengarang idolaku yang bernama Dan Brown dalam buku-nya berjudul The Lost Symbol. Entah kenapa, kota ini memiliki sejarah unik yang patut ditelusuri… terlebih oleh seorang tour guide sepertiku.


Ahhhh… aku terlalu banyak melamun. Harusnya udah balik dari tadi, aku ingin cepat pulang. Pasti Ryno akan kaget karena aku pulang hari ini… Pasti pula ia punya sambutan yang special untukku malam ini.


Dalam perjalanan pulang, aku gak berani lagi jogging karena jalanan mulai rame. Kali ini cukup jalan cepat bersama-sama dengan ratusan pedestrians di kota ini. Sambil jalan ku aktifkan earphoneku dan menelpon Doni adikku di Manado… tanya kabar darinya.


Doni ternyata baik-baik aja. Setelah asik melepas rindu, Doni akhirnya menanyakan soal Deyara…


“Kenapa emang?” Aku penasaran.


“Mau tanya aja kabarnya, soalnya aku ada berita baik untuknya…!” Kata Deya…


“Apa itu?”


“Soal Rivo dan Darla, kemarin Darla bilang kalo hasil testnya mengatakan kalo bayinya udah digugurkan. Ternyata Darla hamil di luar kandungan… tapi sekarang udah baikan!” Doni bicara cepat sekali.


“Apa? Darla hamil?”


Apa itu yang menyebabkan Deya putus dengan Rivo? Pantesan Deya stress… cowoknya menghamili cewek lain. Sayang Doni gak ngomong lagi soal itu.


Kali ini Doni dengan semangat menceritakan soal kuliahnya yang sudah hampir selesai. Akhirnya…


“Baguslah, kerjarlah cita-citamu dek, kalo sudah tamat baru kejar cintamu juga… Eh Cherry itu pantas dikejar lho!” Aku menasihatinya sambil tentu saja mengingatkannya soal pacarnya yang terpisah jauh.


‘Apa Doni sanggup LDR yah?’


“Iya Kak… Pasti ku kejar kok, liburan nanti aku ke Makassar lagi!”


“Gak pake alasan masuk rumah sakit lagi kan?” Aku mengingatkan kebohongannya dulu.


“Hehehe…”


“Aku tahu lho kenapa kamu cinta mati ke Cherry… karena goyangannya hebat, aku lihat kamu sampe gak tahan waktu ia main WOT!” Aku meledek Doni mengingat kejadian di Makassar.


“Kak Titien! Ihhhhh… kakak sama adik sama nakalnya!” Terdengar suara centil seorang gadis diseberang sana.


“Eh siapa ini?”


“Ini Cherry kak! Hehehe…”


“Ah, maaf deh! Hehehe.. tapi bener kan!” Aku meledeknya lagi…


“Hihihi…” Cherry hanya ketawa malu-malu.


“Tumben kamu ada di Manado?”


“Ia Kak, weekend ini ada acara kawinan sepupu di rumah jadi aku cuti 2 hari…” Cherry menjelaskan.


“Ada acara kondangan kok kamu sama Doni…?”


“Hehehe… kakak, kayak gak tauh aja!” Cherry kena lagi… Aku hanya tertawa.


“Kak… bulan depan aku sudah mutasi lagi…”


“Kemana? Tambah jauh yah?”


“Ke Tomohon Kak!” Cherry menyembutkan nama kota yang hanya berjarak 25 km dari Manado.


“Baguslah, supaya Doni gak perlu kejar jauh-jauh!”


“Hehehe… iya, Kak…”


Setelah menutup telpon, aku kembali teringat mengintip Doni dan Cherry main di kosnya di Makassar. Goyangan Cherry mantap banget dengan posisi WOT. Mana bisa cowok tahan?


‘Aku mau tiru ah…’


‘Eh kok pikir seks lagi… Titien, Titien.. ingat baik-baik, Ryno gak ada. Masak mau minta WOT ke Shaun… hihihi… eh, tapi kontolnya oke juga sih!’


-----


Entah kenapa aku merasa kurang sreg pagi ini… apa karena mendapati Nadya dan Shaun tadi malam… atau karena melihat Shaun masih tertidur pulas sambil telanjang… keknya capek baru habis tempur. Mungkin juga gabungan keduanya.


‘Apa aku cemburu, yah?’


Aku mulai membuka koper dan menaruh semua barang-barang kembali ke tempatnya. Setelah beres, aku juga membantu mengepak koper milik Shaun. Cowok itu gak bisa rapih… bajunya lusuh semua. Aku tambah kesal… orang capek-capek ngepak, dia-nya tidur doang…


“Shaun… bangun… ayo dong! Kita siap-siap berangkat!” Aku membangunkan cowok itu.


Shaun menggeliat kecil sambil membuka matanya, tapi kemudian tidur kembali. Ihhh gimana sih…


“Shaun cepat bangun, kita mau pulang!” Gak sadar kata-kataku terdengar ketus, kalo orang gak kenal paling pikir aku lagi marah-marah.


Akhirnya setelah menutup hidungnya selama beberapa detik, Shaun terpaksa terbangun juga. Dengan malu-malu ia menutup tubuhnya dan pergi ke kamar mandi. Mungkin sekali Shaun sudah hapal dengan gayaku yang lagi kesal, dan ia sengaja menjauh gak berani mencari perkara.


“Tok, tok, tok!” Suara pintu diketok.


Setelah mengintip keluar, aku mempersilahkan Nadya masuk. Kali ini bersama dengan salah seorang cewek, aku merasa mengenalnya sebagai salah satu pegawai di KBRI. Walaupun baru berapa kali ketemu, aku terkesan kalo ia ini anak baik-baik… eh, lupa lagi siapa namanya.


“Titien… eh, sudah mau pulang? Jangan dulu… ini anak-anak lagi pesta di kolam renang. Kan semua sudah selesai tugas, jadi mau tutup dengan acara mandi-mandi!” Nadya mengajakku.


Belum sempat aku menjawab, gadis disamping Nadya yang dari tadi terus tersenyum mengulurkan tangan.


“Titien kan? Eh, aku Deasy… Kak, temani aku yah… aku gak mau ikut kalo gak ada Kak Titien!”


“Hi Deasy… maaf, aku lupa namamu, kali ini aku absen yah, soalnya udah mau pulang. Jauh lagi, naik mobil ke New York”


“Kalo gitu aku gak jadi yah, Nad?” Terdengar Deasy juga menolak undangan dari Nadya.


“Mandi kolam renang, dengan kalian… oh hooo… aku mau… count me in!” Shaun menimpali dari belakang. Ternyata ia mencuri dengar kata-kata kami. Terlebih kaget lagi ketika melihat kebelakang, ternyata Shaun sudah memakai celana renang.


“Astaga, Shaun?”


“Udah, cepat ganti baju… ku tunggu di kolam yah…!” Shaun langsung menarik tangan Nadya menuju kolam, meninggalkan aku sendiri. Deasy menatapku sambil tertawa…


“Ihhh, dasar cowok bego!” Aku mengumpat tapi langsung mengeluarkan lagi baju renangku.


“Kak Tien, makasih yah, mau temani aku…” Deasy tertawa kesenangan.


-----


Ternyata cukup rame juga di kolam, selain ada beberapa orang pejabat setingkat atase, ada juga beberapa anak muda yang rata-rata diperbantukan dari berbagai KJRI. Seperti biasa, bapak-bapak pejabat berkerumun sendiri di teras sambil memandang ke kolam. Mereka ditemani oleh berbagai jenis minuman keras.


Sementara itu di rombongan ada 3 cowok dan 4 cewek yang lagi turun mandi.

Semuanya di panggil dari beberapa KJRI untuk tugas. Jadi kalo ditambah dengan Shaun genap jadi 4 pasang. Yang cowok ada Ella, Deasy, Nadya dan aku, sedangkan cowoknya ada Eko, Ali, Didi dan Shaun. Aku meminta Shaun jangan jauh-jauh dariku.


Kami masih terus bermain-main di kolam, yang cowok mempertunjukkan keahliannya melompat salto ke kolam, sedangkan yang cewek sibuk berjemur sambil ngerumpi. Eh, bukan cuma berjemur … mereka lagi asik mempertontonkan lekuk tubuhnya yang aduhai, dan menarik perhatian cowok-cowok… hihihi. Kali ini Nadya tampil paling berani, seksi dengan bikini kecil yang menggoda dari bahan tipis… sementara aku tampil sopan dengan kaos tipis menutupi one-piece bathing suit yang cukup tertutup.


Tak lama kemudian cewek-cewek mulai asik foto-foto, dan mulai masuk kolam. Kali ini kita makin rame bercerita sambil minum beer yang tersedia di pinggir kolam… mungkin cuma aku dan Deasy yang minum dikit, rata-rata semua ikutan minum. Untungnya gak sampe mabuk.


Suasana makin rame ketika ada yang usulkan main game. Ternyata game-nya simple… ada dua team, cowok lawan cewek. Team cewek memegang bola voli dan saling opor ke anggota team, sementara team cowok mencoba merebut bola dari kami.


Setiap kali ada yang buat kesalahan dipaksa minum bir sebotol. Dari team cewek Nadya kena sasaran, sementara dari tim cowok ada Eko dan Ali.


Ternyata meriah juga game-nya… tapi kemudian aku memperhatikan tingkah beberapa cowok yang mulai nakal. Eko mulai mengambil kesempatan memeluk dan mencolek toket Nadya, sementara Ali mencoba mengambil keuntungan pada Deasy yang terus mempertahankan asset tubuhnya.


“Eh.. Shaun…!” Aku kaget ketika Shaun mengambil kesempatan meremas toketku... aku langsung menabok kepalanya. Langsung aja semua tertawa melihat tingkah kami, sementara para cowok merasa cemburu dengan keberuntungan Shaun.


“Wah, aku rela ditabok 10 kali asal bisa remas punya Titien…” Sesumbar salah satu diantaranya, dan disambut meriah.


Setelah 15 menit permainan jadi buyar, team cewek gak mau lagi. Deasy sampe marah-marah waktu tangan Ali sempat meremas kedua bongkahan dadanya, sedangkan Ella sempat tertawa-tawa genit dan pasrah dengan serangan Didi.


Keknya cowok-cowok mulai terpengaruh dengan minuman tadi, mulai berani dan makin mesum.


Akhirnya para cewek minta ganti pertandingan, kalo dilanjutkan bahaya. Kali ini lomba renang estafet, cewek lawan cowok. Tiap-orang berdiri di ujung kolam, dan berenang ke ujung lainnya dan balik lagi. Team mana yang kalah harus membayar makan siang team yang menang.


Walaupun biasanya cowok lebih kuat, tapi team cewek memiliki satu keuntungan, tubuh yang langsing. Team cowok hanya Shaun dan Eko yang memiliki tubuh ideal, sedangkan Ali dan Didi lebih cocok dibilang overweight walaupun gak gemuk-gemuk amat. Namun tentu saja ego seorang laki-laki membuat mereka malu ditantang.


Kali ini aku yang menjadi pertama, head to head dengan Didi dari team cowok. Benar aja, Didi langsung tertinggal sampai 3 meter di belakang, dan jarak makin jauh waktu perenang kedua tampil, Deasy melawan Ali. Mungkin sekali team cowok punya strategi khusus dengan memasang dua anggota team yang gemuk-gemuk duluan.


Tampaknya team cowok akan kalah, pada perenang ketiga antara Ella dan Eko, jarak masih tetap sekitar 5 meteran walaupun Eko memaksa sampe ngos-ngosan. Team cewek makin bersemangat dan mulai mengejek cowok-cowok.


“Bikin malu cowok aja, masak kalah sama cewek…!”


“Makanya kalo renang, dayungnya yang dipake, bukan kemudinya…”


“Hahaha… jangan-jangan hanya berat dengan kemudi…”


“Kemudi-nya tadi tersangkut, makanya gak maju-maju.”


“Eh, tunggu dulu, masih ada satu orang, jangan senang dulu… lihat aja nanti…!” Shaun sesumbar didepan cewek-cewek.


Nadya langsung melesat duluan ketika Ella tiba, sekitar 4 meter didepan Eko, jarak yang cukup jauh, mengingat jarak kolam hanya 10 meter. Shaun mengejarnya dari belakang…


Nadya terus aja melaju, ia sudah balik arah dan bertemu dengan Shaun 2 meter dari ujung kolam. Cowok itu sengaja mendekat, dan tiba-tiba menarik bikini atasnya sampai lepas…


Nadya yang tak menyadarinya terus berenang kearah finish. Kali ini Shaun sudah mengejar dari belakang… Shaun cepat sekali, bisa makin mempersempit jarak mereka, sayangnya ia sudah ketinggalan jauh dari awal.


Nadya finish duluan, langsung teriak-teriak kegirangan karena menang. Ia tidak menyadari kalo penutup kain bagian atas-nya sudah lepas. Toket yang indah itu kini terpampang sempurna, bergoyang-goyang lepas dengan putting coklat menantang. Cowok-cowok sampai kaget melihatnya. Mereka sampai menahan nafas sambil mengaguminya… kapan lagi dapat pertunjukan gratis kek gini?


Ketika sampai, Shaun pun mengangkat bikini tersebut tinggi-tinggi tanda kemenangannya. Cowok-cowok menyambut riuh sambil bertepuk tangan.


“Astaga… ihhh dasar Shaun genit!” Aku berteriak kaget, baru menyadari kemana hilangnya bikini Nadya.


Nadya yang baru sadar langsung mengejar Shaun sambil mencubitinya… ia mencoba menjangkau bikini yang diangkat tinggi-tinggi oleh Shaun. Tapi postur Shaun yang tinggi membuat ia sukar menjangkau, justru hanya membuat dadanya makin terekspos.


Deasy mencoba membantu, tetapi tetap gak bisa nyampe… para cowok terus riuh mengejek cewek-cewek. Nadya udah malu sekali sambil menutupi dadanya dengan tangan. Shaun malah mengajak cowok-cowok main lempar-lemparan dengan bikini. Cowok-cowok yang laini mulai cari posisi.


Bahaya ini…


Terpaksa aku harus turun tangan. Aku lompat ke air dan langsung mengelitik tubuh Shaun, tapi tetap tidak dirasa. Aku dapat ide, tanganku menuju ke selangkangan cowok itu dan meramas batang dan bijinya…


“Aduhhhhh…..!” Shaun teriak… dan otomatis menurunkan tangannya. Bikini kembali direbut cewek-cewek…


Tapi kemenanganku harus ditebus mahal. Shaun menahan tanganku yang masih diselangkangannya supaya lama-lama disitu.


“Ehhh Shaun… jangan!” Aku berteriak membuat semua orang menyadari apa yang terajadi.


“Titien… kalo mau tunggu nanti dikamar, jangan disini…!” Shaun meledekku. Aku jadi malu sekali… tangannya yang satu sempat-sempat meremas toket kiriku, membuat cowok-cowok makin riuh memberi semangat. Ihhhh…. Langsung jatuh deh harga diriku di kantor. Aku berusaha melepaskan tanganku… tapi pegangan Shaun sangat keras.


Teriakan cowok-cowok makin riuh…


Secara tidak disangka aku menendang selangkangan Shaun dengan lututku kuat-kuat… tendangan kuat dari bawah mengenai bijinya dengan tepat…


“Aaaaduuuuh…!” Shaun terkejut, gak nyangka kalo aku main tending. Pasti ia kesakitan. Tapi lebih dari kesakitan fisik, ia tapi pasti malu sekali…


Para cowok ikutan berteriak membayangkan kalo senjata mereka dihantam kek tadi. Suasana langsung sunyi… Semua langsung diam, gak berani bersuara. Shaun mulai menjauh pelan-pelan dariku… suasana jadi agak akward.


“Hahaha… rasain, ada lagi yang mau sama lututku?” Aku menantang mereka, sambil tertawa melihat kemenangan telakku atau Shaun.


Tak lama kemudian suasana kembali ceria. Untunglah Eko mampu memecahkan kebuntuan dengan membawa beberapa botol beer yang disambut dengan sukacita. Ahh.. dasar, semuanya kembali minum… aku melihat Shaun dengan cepat mengambil satu botol untuk dirinya sendiri.


“Eh, ganti pertandingan dong”


“Iya… bahaya game yang tadi…”


“Lombah menyelam yuk?”


Suasana makin panas, game berikutnya adalah pertandingan menyelam. Cewek-cewek buat satu barisan kebelakang, masing-masing berjarak 1 meter. Mereka harus membuka kaki lebar-lebar, sementara cowok-cowok menyelam dari depan masuk ke kolong kaki dari cewek yang paling depan sampai paling belakang.


Eko yang didepan berhasil melewati Deasy, Ella dan aku, tetapi sebelum melewati selangkangan Nadya udah keburu habis nafas. Ali juga begitu, sedangkan Didi malah gak mampu menyelam jauh dan timbul sebelum melewatiku. Sekarang giliran Shaun, dan dengan menarik nafas panjang ia mulai menyelam…


“Auh…” Deasy menjerit.


“Auh..” Ella juga


Pasti Shaun mulai kenakalannya, aku menjaga vaginaku dengan dua tangan… benar juga tak lama kemudian terasa jarinya mencoba mencolek waktu ia melewatiku. Untung aku sudah mengantisipasinya….


“Dasar mesum…”


“Auhhh aduhhhh…” Shaun mampu melewati Nadya, dan keknya ia mencolek juga milik Nadya. Begitu Shaun keluar dibelakangnya, cewek itu langsung mencubitnya kuat-kuat… bukan cuma itu, Deasy dan Ella juga itu mendekat dan mencubit Shaun.


“Ihhh nakal….”


“Cowok mesum…”


“Eh ada apa ini?” Cowok-cowok bingung apa yang terjadi, tapi tak ada satupun cewek yang mau ngomong. Mereka hanya bisa mengira-ngira…


“Eh, aku kan hanya ingin mengambil hadiahku sebagai pemenang!” Shaun membela diri, tapi langsung disambut dengan “boo” dari cewek-cewek.


Sekarang giliran cewek-cewek. Para cowok sudah berbaris di posisi, Shaun paling terakhir. Pertama giliran Deasy, baru aku, terus Ella dan terakhir Nadya… Kami menyelam berurutan dengan cepat.


Deasy timbul tepat di depan tubuh Shaun, dan cepat-cepat menepi membuka jalan bagiku. Aku dapat melewati kaki Shaun… eh apa itu?


Kontol Shaun lagi tergantung memanjang kebawah, jelas terlihat waktu melewatinya. Cowok itu sengaja membuka celana, memamerkan onderdilnya kepada cewek-cewek.


Begitu keluar, aku dan Deasy langsung tertawa… ihhh dasar mesum. Ella yang juga mampu melewati Shaun sampai tertawa dan teriak karena sakit perut, sedangkan Nadya tidak mampu melewati Shaun dan dengan sengaja menabrak bijinya…


“Aduhhhh….!” Shaun teriak.


Para cewek ribut tertawa, sementara cowok-cowok gak mengerti apa yang terjadi.


“Ada apa sih, kalian ribut sekali?”


“Gak kok, tadi ada ular putih di kolam tapi udah lari dihajar Nadya!” Aku mencoba menjelaskan apa yang terjadi. Mereka makin bingung… Ella yang melihat kalo celana Shaun lagi dipegang di tangan kanannya, cepat-cepat merebut celana itu dari belakang…


“Eh, kembalikan… aduh…” Shaun teriak kaget ketika celananya hilang diambil Ella.


“Hahaha…. Titien tangkap… ayo, cewek-cewek menyebar…!” Ella berseru memberikan komando.


Dengan segera kami kembali bermain lempar-lemparan, kali ini bukan bola dan CD, dan kali ini cowok-cowok hanya diam aja menonton Shaun yang berusaha merebut satu-satunya kain penutup tubuhnya…


“Rasain kamu… dasar mesum.”


Akhirnya Shaun bisa dapat kembali celananya, ketika lemparanku sengaja keluar dari kolam. Cepat-cepat Shaun naik ke darat mengambil celananya, diiringi dengan sorak-sorai cewek-cewek menyaksikan ia telanjang.


Sementara itu cowok-cowok jadi kaget melihat ukuran senjata Shaun yang bergoyang-goyang mengikuti langkahnya.


“Astaga Tien… bisa bolong milikmu kalo yang masuk model gitu…” Ella menggodaku.


“Tien, kamu yakin bisa tampung?” Eko menimpali.


Aku diledek terus… aku hanya bertatapan dengan Nadya yang diam aja gak berani mengejek.


“Hihihi…” Deasy hanya tertawa.


Coba kalo mereka tahu ada dua kontol gini di rumah.


---


Tak terasa sudah hampir dua jam kami bermain di kolam, udah waktunya untuk bilas. Aku melihat Shaun masih asik ngomong dengan Nadya dan Ella… pasti ngomong mesum… karena aku melihat tangan kedua cewek itu gak jauh-jaun dari selangkangan Shaun.


Sebaliknya tangan Shaun kek memeluk atau malah mengrepe dua cewek genit itu. Mungkin mereka makin berani karena udah terlalu banyak minum. Kali ini aku menyadari kalo Nadya itu bukan gadis baik-baik. Sayang sekali, gadis secantik itu sudah dirusak Pak Beni.


‘Ternyata aku salah menilaimu, Nadya!”


Aku terus menemani Deasy yang terus dibayangi oleh Ali dan Didi. Akhirnya kami berempat banyak bercerita, sementara Eko bergabung sebentar dengan rombongan para pejabat.


Melihat keakraban Shaun dengan kedua cewek itu, aku kembali merasa kurang sreg… apa aku cemburu yah? Bisa jagi soalnya Nadya genit sih… terus Ella yang sudah melantur karena dikuasai oleh minuman keras. Walaupun aku asyik bercakap-cakap, pandanganku terus memantau apa yang terjadi di ujung sana.


Dari tadi tangan Shaun bergerak-gerak dan Nadya sama Ella mulai merem melek… keknya menikmati gesekan tangan Shaun… nakal… Mereka membalas dengan gerakan tangan di selangkangan Shaun. Tak lama kemudian Nadya terlihat menyelam di depan Shaun… kepalanya kelihatan bergoyang-goyang… agaknya Shaun lagi dioral… Ella pun bergantian memanjakan cowok itu sehingga ia sendiri makin terbuai.


Astaga… ini harus dihentikan… aku gak tahan melihatnya.


Kesempatan tiba ketika Deasy pamit mau ke kamar untuk bilas. Aku pun mendekati Shaun untuk menariknya pergi… Shaun masih kelihatan asyik… aku gak berani terlalu dekat.


“Shaun, ayo dong bilas… udah siang kita harus pulang!”


“Eh Tien, tunggu dulu… 15 menit lagi yah…”


“Gak bisa Shaun, kita udah terlambat… aku juga sudah gerah harus bilas sekarang!”


“Gini, kamu aja yang bilas duluan… aku nanti ikut yah?” Shaun gak mau. Wah, jatuh pamorku didepan kedua cewek itu.


“Kali aja Titien suka bilas sama-sama…” Nadya memanasi suasana.


“Ok, Shaun aku duluan. Eh, kunci kamar di mana?” Aku mulai jengkel karena Shaun tidak menyahut.


“Tien… bilas aja di kamarku, ini kuncinya…” Nadya memberikan kunci kamarnya. Dengan terpaksa aku harus meninggalkan Shaun bersama kedua cewek itu.


Dengan segera aku mengambil handuk, kimono dan shampoo yang tadi kubawa turun. Setelah itu langsung menuju ke kamar Nadya, eh bekas kamarku juga sih. Aku masuk ke kamar dan mengunci pintu, lalu masuk ke kamar mandi. Tak lama kemudian aku sudah telanjang bulat dan mulai mandi…


Waktu mandi aku membayangkan Shaun lagi main dengan Nadya dan Ella. Wah, keenakan dong cowok itu.


Tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka… aku yang masih telanjang bulat jadi kaget ada laki-laki yang juga telanjang bulat masuk ke kamar mandi. Lebih kaget lagi ketika aku menyadari kalo aku mengenalnya….


Orangnya pendek, perut buncit, penambilan bersih, rambut sebagian rontok disisir kebelakang.


Itu Pak Beni…


“Ada apa ini?” Kali ini aku bergidik karena takut.


“Titien… kamu gak bisa lari lagi


“Shaun tolong…!”


“Shaun tolong aku…!’


-----


Bersambung
 
naughty girls....
wait.....
kenapa bapak2 selalu buncit dan agak botak?
 
its oke suhu,ndak ane sering nemuin baik di hentai,dan di AV bapak2 mesum pasti selalu botak dan buncit.....
cheers suhu.....
its oke kok.....:hore:
 
Mantap suhu. Kapan yach full shaun dan titiennya lagi suhu.. Makasi updatenya suhu :ampun::adek:
 
Bimabet
Spoiler untuk berikut:

"Lita, kenapa jadi gini...."
"Aahhhh... sudah... nikmati aja kak!"
"Tapi aku sudah mengambil..." Belum sempat aku teruskan Deya sudah menyambung....
"Sudah kubilang kan, itu milik Kakak! Ah.... Kak, enak sekali... terus... ahhhh"
Aku gak bisa menyangkal kalo aku menikmatinya.... sempit sekali, terasa lembut menggesek... ah, bisa-bisa aku keluar cepat kalo gini.

Sementara itu ditempat lain

'Entah kenapa aku tidak melawan... mungkin karena aku menyadari aku terlalu banyak menghancurkannya... karirnya hilang, juga reputasinya... bisa jadi keluarganya tercerai berai. Malah kontolnya hampir terbakar... Semua karena aku... '
Mungkin udah pantas kalo ia mendapatkan tubuhku...

Entah kenapa aku gak melawan, bukan karena gak ada tenaga, tapi memang aku sudah gak ada kemauan untuk memberontak. Malah kali ini aku terlentang pasrah di tempat tidur sementara tangan dan mulutnya mencoba merangsangku... menjelajah tubuhku yang polos... dan berujung diselangkanganku.

Aku justru membiarkan pahaku terbuka, membuka jalan bagi kontolnya...

Benar aja, ia langsung turun dari tempat tidur dan berdiri tepat di bawah selangkanganku...
Kali ini Pak Beni sudah berada diposisi.... palkonnya udah tepat menggesek muara liangku...

Aku menutup mata... pasrah... menanti...
"Eh... kok?"

Selamat hari jumat gan...
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd