Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis



Episode 9 – A taste of honey

POV Deya

Sebuah email muncul kembali di hape-ku. Nomor yang sama yang terus menghubungiku...


Dear Deyara


Sekarang aku bersama 12 gadis lain baru tiba di bandara Los Angeles. Dengar-dengar kami akan dibawa ke sebuah club malam di pusat kota Los Angeles.


Nanti aku kabari lagi yah, kalo perlu share location. Soalnya ini hanya kirim cepat-cepat pake wifi bandara.


Untung aku sempat simpan hp ini, Dinah gak tauh kalo aku menyimpan beberapa foto dan video tentang rencana mereka di hp ini. Aku akan cari cara supaya bisa kirim ke kamu. File-nya gede sih!


Deyara, hanya kamu yang bisa aku andalkan untuk menyelamatkan kami, dan aku tahu kamu bisa.


Sari


-----

Aku membaca kembali email Sari yang dikirim tengah malam. Aku gak tahu bisa buat apa untuk mereka, coba kalo Rivo atau Kak Doni ada disini. Apa aku ngomong aja sama Kak Ryno? Tapi aku takut ia akan marah dan justru menjauhiku.


Tadi malam juga ada kejadian lain, Kak Ryno terbangun berteriak ketakutan… dan ia memanggil namaku berulang-ulang.


“Deya… don’t go, don’t leave me alone. I love you Deya, I can’t live without you!”


“Deya, stay here darling, don’t go away from me!”


“Deya, I will always love you…”


“Deya, I love you very much, you’re the light of my life”


“Kak Ryno? Kenapa kak? Aku disini kak!” Aku menggoyang tubuhnya berulang-ulang. Terasa dingin dan basah dengan keringat… mungkin sekali ia mendapat mimpi buruk.


Sayang sekali Kak Ryno gak mau ngomong tentang itu. Dari tadi terus menerung sendirian, gak mau makan. Aku merasa dicuekin… Kak Ryno menghayal terus…


‘Ahhh… bosan kalo gini terus. Ternyata gak ada Kak Titien gak rame juga!’ Aku keluar kamar dan turun ke lantai bawah. Tak terasa aku menuju ke sebuah piano besar yang diletakkan di ruang keluarga.


Aku baru menyadari piano ini keknya pernah ku kenal. Ku buka penutupnya, dan merasa bentuk dan tut-nya yang familiar.


“Ting… ting… ting..” Aku menekan beberapa tuts… coba ah!


Aku memainkan beberapa melodi yang aku tahu, salah satunya adalah lagu “fur Elize” music ciptaan Bethoven, yang menyatakan cintanya kepada seorang wanita. Lagu ini juga biasanya menjadi salah satu lagu favorit dalam pelajaran piano level 2 atau 3, ah lupa lagi.


Jari-jari kecil semakin lancar, walau awalnya masih banyak salah. Akhirnya aku bisa mengakhiri lagu itu dengan sempurna… eh bukan sempurna sih, tapi cowoknya gak ada not yang salah.


Aku memang gak punya bakat musik, beda dengan Kak Anita yang jago main piano. Eh, tunggu pantesan piano-nya terasa familiar. Ini persis piano milik Kak Anita, yang dibawa dari Australia.


“Deya… ternyata kamu jago music juga yah?” Kak Ryno memuji, tapi aku tahu ia hanya basa basi. Gak mungkinlah dewa music seperti ia menilai permainanku bagus.


“Piano-nya yang bagus, Kak!”


“Ini milik Titien, kok!” Katanya sambil berlalu ke belakang.


“Ohhh!” Aku gak nyangka kalo Kak Titien suka main music, kebanyakan cuma dengar doang. Ia memang hobi dengar lagu klasik seperti Kak Anita, tapi gak tahu main piano… mungkin lebih parah dariku.


‘Eh, tunggu… Kak Anita mewariskan piano-nya ke Kak Titien’ Aku baru ingat!


Piano itu cukup lama ditaruh di rumah dan terus dimainkan Kak Anita. Aku sempat diajarinya beberapa lagu, termasuk fur Elize yang tadi. Sayangnya aku gak tahu kenapa, piano ini dikasih ke Kak Titien sebelum ia meninggal. Ia sempat mewanti-wanti Kak Titien gak boleh menjual piano tersebut.


‘Eh, tunggu apa ini pianonya?’ Aku ingat sesuatu.


“Ini Piano Deyana???”


Aku ingat, waktu mengunjungi Kakak ku di Australia, ia pernah membuka piano ini didepanku. Ada sebuah laci kecil tempat isi surat, dan katanya ia akan menuliskan wasiat-nya disini.


Dengan gemetar aku membuka tutup piano, menekan beberapa tuts supaya lacinya nampak dikit. Ah benar saja, ada laci di situ… Kak Anita menamainya laci hati. Tempatnya cukup tersembunyi sih, agak gelap, tapi aku bisa meraba dengan jariku…


‘Tunggu, apa ini?’ Aku merasa ada secarik kertas yang ditaruh di laci itu. Aku buka, terlihat sebuah kertas yang dirobek dari diari. Ada tulisannya, kek-nya tulisan tangan.


Aku ingat lagi, ini tulisan tangan Anita, kakakku… yah benar, aku mengenalnya. Apalagi kertas ini dirobek dari buku diarinya…



“Dear Romeo,


Maaf sayang, aku harus pulang duluan. Aku meninggalkanmu bukan karena aku marah atau kecewa. Pertengkaran kita itu yang kemarin itu gak berarti apa-apa, aku terus mengingat kamu sebagai cowok yang paling baik, paling menyayangiku dan paling aku sayang…. Eh paling ganteng juga paling nakal, dan sama paling enak di sayang.


Aku sengaja pergi karena aku tidak mau Romeo melihatku menangis, karena aku pasti tidak tahan mengucapkan selamat tinggal. Kalau kau menemukan surat ini--aku tahu hanya keajaiban yang bisa membuat kamu menemukan surat ini, tapi aku percaya pada cinta kita yang abadi. Semoga Tuhan memberikan keajaiban itu--Jadi kalau kamu temukan, ingatlah aku seorang gadis yang sangat mencintaimu, maaf aku gak bisa menemanimu terus di dunia ini, tapi kita akan bersatu di akhirat.


Romeo, aku dianggap keluargaku sakit AIDS. Orang tuaku terhasut temannya yang di Australia, yang bilang aku sudah tinggal serumah dengan seorang cowok bule, dan aku suka gonta-ganti cowok. Ia bilang kamu membuat aku terjangkit AIDS dan aku hanya membawa malu keluarga. Salah satu alasan kenapa aku memaksa pulang lebih awal adalah untuk membersihkan namamu. Aku tak mau ada orang yang memaki cowokku, dan aku harus menyatakan yang sebenarnya. Doakan aku yah!


Mungkin sekali waktu kau baca surat ini aku telah tiada. Tapi aku ingin kamu datang ke Manado, temui orang tuaku. Terimalah maaf mereka … dan kalau boleh, cari kuburku dan letakkan sepucuk bunga mawar untukku. Eh, tapi aku harap kau bawa cewek baru ke kuburku… Romeo harus cepat membenahi hati dan move on. Eh, tapi kalau kamu belum ada cewek, aku akan perkenalkan dengan adik sepupuku… aku yakin kalian cocok kok. Ia cantik lho, pasti kamu langsung jatuh cinta.


Mohon maaf kesalahanku, dan aku tidak menyesal bisa menjadi pendamping mu selama 2 tahun di Australia. Masa-masa yang terindah dalam hidupku. Aku rindu kamu, senyummu, suaramu, pandangan matamu, ciumanmu, dan kontolmu juga… hehehe… I always love you, my dear.


Deyana


-----

Glek…


Tak terasa mataku mulai basah dengan air mata… lama ku baca surat dari kakak kandungku yang sudah tiada. Deyana alias Anita, terbisa sekitar 7 tahun dari ku. Walaupun kami lama terpisah, tapi aku mengaguminya… sosok kakak yang baik dan sangat membanggakan…


Sayangnya ia gak memperhatikan aku… selalu menganggapku anak kecil yang gak ikutan gossip, gak boleh tahu urusan orang dewasa.


Bener kan, Kak Anita mewariskan piano dan cowoknya ke Kak Titien. ‘Kenapa harus Titien, Kak?’


Kembali sebuah luka yang lama terbuka lagi… aku mengingat kata-kata Kak Anita kepada Kak Titien untuk mencari cowoknya, Ryno. Kak Titien harus memacari dia. Padahal waktu itu walaupun aku masih SMP aku juga sudah jatuh cinta terhadap Ryno alias Romeo.


‘Apa salahku? Apa kekuranganku?’


Aku menatap foto Kak Titien dan Kak Ryno di dinding.


“Enak benar Kak Titien… udah dapat Piano.. dapat orangnya lagi… Kenapa bukan aku? Aku kan adik kandungnya Anita…?” Tak sadar aku ngomong sendiri.


“Kenapa Kak Anita tak memilih aku?”


“Kenapa Kak Ryno gak pilih aku?”


“Mungkin saja Kak Ryno gak sayang Kak Titien, hanya karena mengikuti suruhan Kak Anita… apa bisa cinta tergantikan dengan mudah?”


‘Hal itu berarti satu hal… Kak Ryno baru sadar kalo mencintaiku… ia baru memperhatikan aku… dan ia sadar kalo Kak Titien sebenarnya tidak mencintainya. Itu sebabnya ia suruh ke Shaun mendekati Titien…’


“Yah benar….”


‘Tapi Kak Ryno masih ragu-ragu kalo aku mencintainya… dia tidak mau mengambil perawanku sebelum ia bisa tinggalkan Titien.’


Aku harus lakukan sesuatu, Aku harus buktikan kalo dia satu-satunya yang aku cintai. Dia adalah pria pertama dalam hidupku!


-----


“Kak… minum dulu yah!” Aku mendekatinya, Kak Ryno masih malas-malasan di tempat tidur.


“Apa itu?”.


“Ini kak, jus lemon segar, aku buat sendiri… minum dulu Kak!”


“Iya…”


“Habisin”


“Iya, bawel!”


Aku hanya tertawa, rencanaku berjalan sempurna. Sekarang saatnya untuk dandan…


Aku pergi mandi sampai segar, habis mandi langsung ku pakai lingerie yang seksi. Namun kemudian kututupi dengan kimono mandi, jangan pamer dulu, nanti ia curiga. Sempat aku mendandan wajahku, eh tipis aja kok. Justru Kak Ryno suka yang natural…


Kali ini tatapan Kak Ryno mulai berbeda… itu bagus sekali. Tapi aku bisa merasakan kalo ia menatapku dengan nafsu… celana boxernya makin menggembung, menyatakan kalo ia makin teransang.


“Kak, mandi sana!” Aku mendekat lagi, kali ini untuk menarik tubuhnya bangun.


“Eh, kamu udah mandi?”


“Ih.. udah cantik-cantik gini tanya lagi!” Aku menjawab dengan centil.


“Ini kan masih pagi!”


“Kan harus mandi pagi, nanti deh abis mandi aku kasih hadiah…!” Aku kembali memainkan mata.


“Eh… iya…” Betulkan ia kelihatan gugup.


“Jangan ngintip yah!” Ia menutup pintu, tapi aku membuka lagi…


“Kakak yang jangan coli… “


Tak lama kemudian… terdengar suara air shower dan Kak Ryno mulai berdendang kecil. Aku menunggu dia di balik selimut, kimonoku sudah kulempar jauh…


“Segerkan?” Aku bertanya ketika melihat Kak Ryno keluar hanya pake handuk. Ia segera menuju ke lemari mencari pakaian, tapi langsung ku panggil..


“Iya…!” Aku mendengar suaranya agak bergetar tapi coba ditutupi.


“Kak! Sini dong!”


“Kenapa sih?” Kak Ryno bertanya, suaranya gementar dan tatapannya lain. Sementara itu dadanya naik turun dengan agak memburu.


“Gak usah pake baju, sini… aku mau kasih hadiah…!”


“Hmmm” Kak Ryno masih bergumul. Aku menyuruhnya naik ke tempat tidur…


“Tada!” Aku membuka selimut dan menampilkan tubuh ******* yang hanya berbalut lingerie yang tipis…


“Ahhhhh!” Kak Ryno terkejut memandang tubuhku, matanya berada di bongkahan dada ku.. dadanya mulai naik turun… udah mulai sange.


“Eh… Lita, kok gini!”


“Udah kak diam aja…” Aku kembali tersenyum, menggoda dia dengan goyangan tubuhku yang membuat lingerie itu turun perlahan…. Kak Ryno tercekat… matanya gak bisa berpaling dari menatap toketku yang terekspos bebas.


Ryno terangsang… udah gk tahan lagi. Nafasnya memburu dan tangannya mulai menjamah kulitku. Aku hanya tersenyum sambil tertawa kecil. Aku malah menempelkan tangannya di kedua toketku, Kak Ryno mulai meraba… membelai… meremas… keras banget Ia kelihatan sangat bergairah.


“Aduuuuhhhh!” Aku menjerit, agak sakit sih. Kak Ryno terus meremas, toketku dipilin-pilin, dan tangannya yang satu langsung turun ke bawah.


“Eh….!” Aku kaget, serangannya agak terburu-buru… mungkin aja ia gak bisa kontrol dirinya. Kak Ryno sangat bernafsu pagi ini…


“Kak….”


Aku mengerang manja ketika dengan nafas memburu Kak Ryno mulai menciumi sekujur tubuhku. Lingerie-ku disibak, bahkan saking nafsunya aku merasa ada yang dirobek. Rasanya tubuhku akan ditelannya bulat-bulat. Mulutnya merayap menciumi sambil menjilati bagian-bagian sensitifku, sementara tangannya ikutan mengeranjangi membuat aku bergetar…


“Ahhhhhh….!”


Aku kembali mendesah mendapati bibir Kak Ryno udah tiba di bagian tubuh yang paling sensitive. Aku terus pasrah ketika CD-ku langsung ditarik kebawah… semuanya terjadi dengan cepat…


Kak Ryno benar-benar sange, ia langsung menciumi dan menjilati klitorisku dan mengisapnya kuat-kuat. Lidahnya bermain dengan cepat menjilat lobang masuk… aku makin terangsang, aku merasa memekku langsung basah.


“Kak… pelan-pelan…!”


Kak Ryno terus mengeranyangiku tanpa memperdulikan perkataanku. Aku hanya menatap dengan pasrah melihatnya mempermainkan tubuhku. Sementara itu dengan tergesa-gesa Kak Ryno membuka handuknya…. Kini aku melihat sebuah tubuh yang bugil dengan nafas memburu dan dada yang naik turun dengan cepat.


Kontolnya sudah tegang maksimal… menjulang keatas. ‘Koq kelihatannya tambah besar, nih!’


“Deya…?” Kak Ryno menatap dengan mata penuh nafsu… kontolnya digesek-gesekan ke selangkanganku. Ia mencoba menahan nafsu dengan sekuat tenaga.


“Kak…!” Aku menatapnya agak ragu…


Kak Ryno gak mau menunggu lagi. Ia langsung menarik tubuhku mendekat, posisi standar, aku tidur terlentang dengan kaki terbuka dan ia masih berdiri di pinggiran tempat tidur.


Aku menatapnya gugup… walaupun begitu besar obsesiku untuk memberinya kehormatanku, tapi ini pengalaman pertamaku dan aku tak mau terburu-buru seperti ini. Agaknya Kak Ryno gak bisa mengendalikan dirinya… Aku hanya bisa menguatkan hati menanti perampasan kehormatanku.


Kontol besar itu kini digesekkan di muara liangku. Keknya ini saatnya… palkonnya mulai menekan mencari jalan masuk. Aku merasa sebuah benda yang keras ingin masuk… We reach the point of no return.


“Aaaauuuuhhhh…” Aku merasa sakit ketika palkon gede itu menerobos liangku mencari jalan untuk masuk lebih dalam… sakit dan ngilu… aku harus merenggangkan otot vaginaku lebar-lebar… batang ini gede. Keknya cukup gini, gak bisa lebih dalam lagi…


“Deya…..” Kak Ryno menutup mata dan memelukku. Ia menciumi tubuh dan wajahku seakan ingin menghirup semerbak tubuhku. Cukup untuk mengurangi keteganganku, Tapi itu gak lama…


Ia kembali membasahi kontolnya dengan ludah. Kali ini pelan-pelan menggesek ke vagina. Aku merasa palkonnya mulai masuk, membuka lebar-lebar muara liang. Aku harus membuka selebar-lebarnya…. Pasrah.


“Ah…” Aku merasa ngilu… tapi kontolnya mulai masuk, udah hampir sepertiga didalam.


Walaupun tubuhku sudah terbiasa menahan sakit pukulan dan bantingan, tetap aja aku meringis kesakitan. Kak Ryno makin nafsu, ia terus menusuk…


“Ehhh….” Kak Ryno menghujamkan kontolnya keras-keras.


Kusukan kontolnya menembusi selembar selaput tipis. Terus masuk menyibak celah yang sempit… Kak Ryno mendorong sampai terasa mentok di mulut rahim.


“Sakit kak!” Aku mencakar punggungnya.


“Sayang… punyamu sempit sekali…!” Kak Ryno mendesak… aku masih kesakitan. Tanganku kini sudah berada di pinggulnya menahan supaya jangan bergerak… tapi Kak Ryno terus menusuk, terus sampai mentok.


“Kak….!”


Aku memeluknya dan merasa hangat, kali ini tubuh kita sudah menyatu…


Kak Ryno mulai maju mundur, menggesek lorong memekku yang masih sempit dan barusan diperawani. Sakitnya udah mulai berkurang, tapi masih aja terasa ngilu…


“Deya… enak sekali, sempit banget…! Ohhh nikmatnya….” Kak Ryno kembali memuji, kubiarkan ia menikmati gesekan-gesekan.


“Kak… terus…”


Tanpa perlu dikomando, Kak Ryno terus memompa… kali ini makin cepat… aku merasa ngilu semakin berkurang, digantikan dengan rasa geli di dinding, ketika titik-titik sensitifku disentuh.


“Ahhhh…” Aku mendesah… Kak Ryno juga.


Ternyata gini rasanya ML… aku terus menikmati penodaan tubuhku, pasrah ketika tubuhku dibolak-balik dan terus ditusuk dalam berbagai gaya. Rasanya geli-geli ngilu… tapi menyaksikan ekspresi nikmat dari Kak Ryno semua kesakitan kek hilang.


“Kak.. eh apa ini… terus…!” Aku bingung, tiba-tiba ada rasa nikmat mulai melanda tubuhku… geli sekali sampai aku jadi bergetar. Kak Ryno mempercepat pompaannya… aku makin enak.


“Kak cepat… terus….!” Aku mendesak kuat… tubuhku kelojotan dan kakiku makin menjepit memeluk pinggulnya.


“Arrrrrgggggghhhhhhhhhhhh” Aku berteriak kuat… semua rasa bercampur, geli, lega, nikmat…


“Deya…. Aku cinta kamu…..” Kak Ryno masih menusuk cepat… ia juga mengedan…


“Ahhhh” Kak Ryno berteriak kecil dan dengan cepat menarik kontolnya keluar dan menghamburkan cairan kental warna putih di perutku.


Aku masih menatapnya kecapaian ketika ia menggulingkan tubuh disampingku dan tertidur sambil menyebut-nyebu namaku


-----


POV Titien


Jam 2 sore kali ini terasa sepi, hanya satu atau dua mobil yang kami temui dalam perjalanan pulang ke New York. Mungkin orang-orang masih pulang kantor.


Suasana jalan yang sepi menggambarkan hatiku yang stress… entah kenapa. Aku merasa gak enak… dari tadi terus berdiam diri.


“Titien… udah bangun, cerita dong! Masak dari tadi kamu diam terus?” Shaun kembali bertanya untuk keempat kalinya.


Aku masih mengacuhkannya, pikiranku melayang… mengingat Romeo, sosok yang selalu memberi kedamaian yang hilang dalam perjalanan kali ini.


“Kamu mau cerita apa?”


“Eh, maaf Tien, soal Pak Beni tadi!”


“Kenapa kau mau tahu?” Aku masih kesal


“Maafkan aku Tien, aku yang salah sampai kamu jadi korban bandot tua itu….”


“Apa katamu?”


“Aku yang salah… aku minta maaf! Harusnya kulindungi kamu…!”


“Ihhhh…. Bodoh!” Aku mencubit tangannya lagi.


“Eh…!”


Aku teringat kembali apa yang terjadi di kamar Nadya. Pak Beni masuk kamar mandi sementara aku mandi shower. Ternyata dia sembunyi disitu dari tadi, aku terjebak lagi.

Aku lagi mandi di kamar Nadya...

Tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka… aku yang masih telanjang bulat jadi kaget ada laki-laki yang juga telanjang bulat masuk ke kamar mandi. Lebih kaget lagi ketika aku menyadari kalo aku mengenalnya….


Orangnya pendek, perut buncit, penambilan bersih, rambut sebagian rontok disisir kebelakang.


Itu Pak Beni…


“Ada apa ini?” Kali ini aku bergidik karena takut.


“Titien… kamu gak bisa lari lagi


“Shaun tolong…!”


“Shaun tolong aku…!’


Pak Beni mendekat dan menarik tanganku… ia memelukku dan menciumiku dengan ganas. Aku memberontak, tapi dengan mudahnya bibir dan lidahnya terus bermain di leherku. Pak Beni sudah kesetanan… udah tak bisa mengendalikan diri karena nafsu dan amarah.


Pak Beni mulai marah-marah… ia mengancam… mengeluarkan kata-kata kotor…, karena ulahku ia kehilangan muka, kelihangan pekerjaan dan karir, serta keluarganya. Tidak heran dendamnya sangat besar.


“Plak!” Tangannya mulai memukul.


“Aduh…” Aku berteriak kesakitan.


“Plak… plak… plak…”


Aku mengaduh ketika tangan pak Beni menghajarku tanpa ampun. Ia memukuliku sampai luka-luka. Tanganku coba menangkis tapi ia lebih kuat… wajahku mulai luka lebam… berdarah…


Plak… plak…


Dua kali tinjunya menghantaman pipiku… rasanya sakit, sejumput darah mengalir keluar di ujung bibirku.


“Tolong… tolong… Shaun…!”


Aku berteriak minta tolong, tapi tak ada yang mendengar. Suaraku hilang ditengah bunyi air shower…


Pak Beni terus menyiksaku, lalu membuka pintu kamar mandi. Ia menarikku dengan kasar, aku terpaksa mengikutinya keluar dan didorong ke tempat tidur.


Pak Beni menatapku lagi… mulutnya mengeriyai melihat tubuh polosku… Aku hanya membiarkan saja, walaupun hatiku sebenarnya udah hancur. Baru sekarang ada cowok memukulku…


“Kriek….” Bunyi pintu terbuka, muncul suatu harapan.


Itu Nadya!


“Nad… tolong…tolong!” Aku berseru…


Tak lama kemudian Nadya masuk, ia melihatku sudah terbaring di tempat tidur. Aku hanya bisa memandang dengan horror ketika menyadari ia berada di pihak pak Beni.


“Kenapa baru datang, lama sekali!”


“Hehehe, lagi merayu pacarnya!” Kata Nadya kepada Pak Beni.


“Hahaha… akhirnya nyerah juga cewek ini!” Nadya menatapku tersenyum.


“Nadya… astaga, ternyata kamu….”


Kata-kataku terhenti ketika mulutku dicium dengan paksa. Pak Beni mengeranyangi tubuh telanjangku sementara Nadya memegang tanganku.


Aku masih kesakitan…


'Entah kenapa aku tidak melawan... mungkin karena aku menyadari aku terlalu banyak menghancurkannya... karirnya hilang, juga reputasinya... bisa jadi keluarganya tercerai berai. Malah kontolnya hampir terbakar... Semua karena aku... '


Mungkin udah pantas kalo ia mendapatkan tubuhku...


Entah kenapa aku gak melawan, bukan karena gak ada tenaga, tapi memang aku sudah gak ada kemauan untuk memberontak. Malah kali ini aku terlentang pasrah di tempat tidur sementara tangan dan mulutnya mencoba merangsangku... menjelajah tubuhku yang polos... dan berujung diselangkanganku.


Aku justru membiarkan pahaku terbuka, membuka jalan bagi kontolnya...


Benar aja, ia langsung turun dari tempat tidur dan berdiri tepat di bawah selangkanganku...


Kali ini Pak Beni sudah berada diposisi.... palkonnya udah tepat menggesek muara liangku...


Aku menutup mata... pasrah... menanti...


"Eh... kok?"


Aku kaget, tusukan kontol yang ku tunggu tidak datang-datang. Aku hanya berharap siksaan ini cepat berlalu, aku gak melawan lagi. Tapi kok?


Aku memandang ke bawah…


Pak Beni masih menatap kontolnya setengah tidak percaya, senjata andalannya itu tidak mau ereksi… hanya terbaring loyo tanpa tenaga.


“Eh, kok?” Nadya menatap heran. Ia juga baru tahu…


“Ih… aku gak tauh kenapa…”


‘Astaga Pak Beni impoten? Apa karena kontolnya di bakar kemarin? Atau karena ia trauma melihatku’ Aku tertawa.


“Nad, bantu dong…!”


Nadya langsung turun tangan, mencoba mengocoknya… tapi tetap aja tidak bangun-bangun. Aku hanya bisa tertawa melihatnya…. Dan sementara mereka berdua sibuk membangunkan kontol yang lunglai itu, ini kesempatan bagiku untuk meloloskan diri.


Pak Beni sendiri masih memandang tak percaya. Sementara mereka sibuk, aku langsung lari keluar, menyambar handuk. Dari pintu aku sudah teriak-teriak sehingga banyak orang berkumpul.


“Tolong… tolong… tolong aku…..!”


Aku terus berteriak minta tolong dan mengedor-gedor pintu. Kali ini suaraku didengar, dan beberapa pria membuka pintu dengan paksa. Begitu melihat bekas pukulan di wajahku, mereka langsung menangkap Pak Beni. Nadya juga ikutan diseret sebagai kaki tangan…


Benar aja, semua mempersalahkan Pak Beni dan Nadya… Keduanya ditangkap.


Sejak itu reputasi Nadya menjadi hancur, ia kini dikenal sebagai gadis yang biasa dipakai bapak-bapak berduit.​


-----


Masih di mobil, perjalanan masih panjang, kami sempat terkena macet waktu mencoba keluar dari Washington tadi.


Shaun masih menunggu jawabanku… akhirnya aku memecahkan kebuntuan..


“Di mana kamu Shaun ketika aku membutuhkanmu…? Teganya kamu membiarkan aku dipukul Pak Beni” aku kesal pada cowok itu. Aku teringat bagaimana ia menghilang ketika aku membutuhkannya…


Shaun hanya bisa menyesal dan meminta-minta maaf. Tapi aku sudah gak mood mendengar kata-katanya lagi…


“Kamu menipuku Shaun… dan aku bodoh sekali mempercayaimu…”


“Eh, maksudnya?”


“Ingat gak kalo kamu bilang, cuma aku yang bisa buat kamu jadi cowok lagi? Cuma aku yang bisa buat kamu keluar dari keterpurukan cinta? Kau buat aku merasa special dimatamu…”


“Ternyata itu semua bullshit, Shaun…” Ia hanya berdiam.


“Eh, kalo maksud kamu, aku sudah terlanjur dengan Nadya, aku minta maaf… aku tergoda.” Shaun membela diri…


“Bukan cuma itu, kamu menipuku, Dickhead…”


“Tahu gak, aku punya harapan kamu menjadi cowok gentlemen seperti Ryno, tetapi kamu bukan Ryno. Kamu itu Dickhead… sukar mau berubah…” Aku kembali menumpahkan uneg-unegku. Ia hanya terdiam ketika aku ngomong terbata-bata dengan tangis.


“Jujur awalnya aku sampe terpikat dengan Shaun yang baru…” Kata-kataku meluncur dengan cepat… mengeluarkan isi hatiku.


“Aku merasa kamu layak menjadi seorang yang berarti bagiku, apalagi ketika Ryno ijinkan… Aku memberimu kesempatan”


“Kamu tahu kan kalo aku gak bisa ML tanpa cinta, Shaun… tapi kamu memaksa…” Aku kembali menangis…


“Aku senang karena sudah bisa mengubahmu… kamu sudah tampil gentlemen… tahu perasaan wanita, bahkan memperlakukan wanita dengan respek, tidak suka meledek di depan sahabat dan orang lain… dan aku pikir kamu sudah berubah!”


“Ternyata…. Aku salah karena aku memaksa kamu berubah menjadi seperti Romeo… Kamu bukan Romeo…”


“Ketika aku mau diperkosa pak Beni, aku sebut namamu…. Tapi kamu gak datang…” Aku mengingat peristiwa ketika Boy hampir memperkosaku, dan Ryno datang menyelamatkanku. Padahal waktu itu ada cewek lain yang lagi striping didepannya.


“Ryno menyelamatkanku… kamu bukan Ryno, Shaun! Ryno gak mau pergi bersenang-senang dengan cewek hanya karena menemaniku, aku panggil kamu…. Kamu gak mau…Kamu bukan Ryno…”


Shaun memegang tanganku tapi aku menariknya…


“Bodoh sekali aku bisa hampir jatuh…”


“Kemarin kamu memaksa ML padahal aku belum siap, aku sampe ngomong seperti itu, tapi kamu gak mau dengar. Kamu memaksaku….” Aku mengingat waktu pacaran dulu, berapa kali aku tidur telanjang dengan Ryno, dimana aku sudah janji ML tapi aku belum siap… Ia tidak menuntut… ia menunggu aku siap dulu… Ia respek keputusanku…


“Memang aku juga nafsu… siapa cewek gak tertarik dengan ketampananmu… aku terbius melihat kontolmu, tapi aku belum siap Shaun, kamu harus sabar.” Aku mengakui kelemahanku…


“Eh, kamu asal masuk aja, buat hatiku menjerit. Dan… disaat aku sudah pasrah dan akhirnya siap, kamu malah nyampe duluan… Kamu gak perduli kalo aku juga butuh kepuasan… Kamu buat aku seperti pelacur yang seenaknya kamu pakai…Itu yang aku rasakan Shaun!” Aku kembali berlinang air mata.


“Satu malam aku stress karena kentang!”


“Tauh gak, sejak tadi pagi aku sudah siap ML dengan kamu… Setelah pikir-pikir sepanjang malam, aku akan kasih kamu pagi hari..”


“Aku sudah tunggu waktu yang tepat, supaya ajak kamu ke kamar mandi atau gimana kek… ataupun gimana-gimana kita ML biar ada Nadya… eh kamu malah kepikat ke Nadya… kamu pilih Nadya, bukan aku.” Shaun menatapku…


“Tau gak, kemana pun aku jalan dengan Ryno biar ada cewek secantik apapun, matanya gak pernah lari dari aku… Ryno ketemu Devi karena aku yang memaksa, aku yang menyuruh dia pergi walau aku melihat dimatanya hanya ada aku….” Kembali aku membandingkan ia dengan Ryno.


“Titien.. maaf!” Hanya itu yang dapat ia bilang…


“Tunggu Shaun, aku belum selesai…”


“Aku panggil kamu dari kolam, berduaan pergi bilas… mungkin bisa quickie…. Kalo kamu mau, aku sudah siap Shaun… Eh, kamu malah main dengan Ella…

Kamu gak berubah Shaun… Kamu bukan Ryno…”


“I’m sorry Shaun, you have your chances. But you make me miss my Romeo more and more…”


“Maaf Tien… aku bodoh sekali… aku gak tahu. Akulah yang salah…”


“Udahlah Shaun gak ada yang perlu dimaafkan. Tolong jangan cerita apa-apa ke Ryno apa yang terjadi… Aku akan membencimu kalo itu terjadi… lupakan semua yang terjadi antara kita.”


“Iya Tien…”


“Ihhhh…. gemes liat kamu…!”


“Maaf yah?”


“Kamu tahu gak, satu-satunya yang membuat aku terpikat dengan kamu adalah karena taruhan mu dengan Ryno”


“Astaga kamu tahu?” Shaun kaget.


“Aku tahu semua dari awal… aku tahu hancurnya hati Ryno karena ia ingin membantumu… bahkan sampai membiarkan kamu berdua denganku…”


“Eh, ia bahkan mendorong aku ML dengan kamu …karena ia tidak ingin melihat kamu kecewa karena cinta… ia tahu hanya aku yang bisa membuat kamu lupa soal Naya…”


“Eh, ternyata kamu sama aja dengan cowok lain… tidak ada cowok seperti Ryno, yang tidak bisa dirayu wanita, kamu bukan dia, Shaun…”


Kami berdiam diri… hampir 10 menit tanpa kata-kata, hanya kesunyian. Akhirnya aku merasa tenang kembali setelah mengeluarkan seluruh ganjalan hati.


Aku memandang ke kanan melihat skyline kota Baltimore. Kota yang terkenal dengan Rumah sakit dan Universitas John Hopkins ini selalu menarik dilihat… paduan gedung-gedung tua dan beberapa gedung modern menggambarkan sisa-sisa kejayaan sebagai kota yang memiliki seaport terbesar kedua di Atlantik ini. Jalan menjadi agak macet dengan commuter yang kini memadati freeway 95, tapi kemudian segera menjadi longgar ketika kami melewati batas kota.


Aku menyuruh Shaun untuk singgah di rest area, sekadar mengisi bensin dan mencari makanan. Untung ada burger untuk mengganjal perut.


‘Mudah-mudahan Deya masak dirumah, aku tidak mau beritahu kepulangan kami karena mau kasih surprise… pasti Ryno pikir kami baru akan pulang besok atau sebentar malam.’


Setelah makan suasana hati ku agak ceria. Entah kenapa hilang semua kegalauanku soal cowok cupu ini… apa karena aku sudah mengeluarkan semua uneg-uneg sehingga langsung lega, atau apa karena udah tambah dekat dengan Ryno?


Shaun turut merasakan hal itu, dan ia kembali mendapati diriku yang dulu, penuh ceria… lincah… suka mengejek.


“Tien….” Shaun menyentuh tanganku… ia masih ingat kata-kataku.


“Udah… aku mau tidur dulu!” Aku menepis tangannya setengah tertawa, dan mengatur tempat duduk semakin bersandar kebelakang.”


“Aku cuma penasaran soal tadi!” Kata Shaun…


“Penasaran? Maksudnya?” Aku bingung


“Bener yah kamu mau ML denganku?” Shaun menatapku tajam.


“Ihhhhh….” Aku mencubit tangan Shaun kuat-kuat.


Shaun bikin malu aja…


-----



POV Ryno


“Lita…” Aku membangunkan gadis yang tidur disampingku, tapi ia masih aja menutup mata. Suatu tatapan yang puas terbayang di ujung bibir… tatapan seorang gadis yang baru mendapat orgasme.


Sekilas saja aku langsung tahu apa yang terjadi…


Aku telah menodai gadis suci ini… aku telah mengambil keperawanan saudara sepupu Titien, istriku. Yah, benar… aku mungkin telah mengacaukan masa depan gadis yang kusayang, adik Deyana… cinta pertamaku.


Kembali aku mengingat apa yang terjadi… ah, benar. Dengan egois aku telah merampas kesuciannya.


‘Eh, aku digoda, Deya yang ingin aku perawani…’ Aku coba membela diri. Ditengah kebimbanganku, aku melihat ia membuka mata sebelah.


“Deya, apa yang telah kau lakukan?” Aku marah-marah…


“Kak… jangan marah dong…”


“Kakak gak marah kamu… kakak marah diri sendiri, kenapa aku bisa lepas kontrol…”


“Sudahlah kak… yang sudah terjadi biarkan saja… gak apa-apa… lalu biarlah berlalu… sudah kubilang kan Kak Ryno yg paling cowok mendapatkan keperawananku…”


Aku memukul dadaku sendiri… “Ahhhh”


“Udah kak, jangan gitu… aku gak mau kalo kakak seperti itu…”


“Aghhhh” Dengan nakal tangannya langsung mencari kontolku…


“Eh… ahhhh!” Aku terkejut dengan serangannya, nakal sekali.


“Kak”


“Maaf, Lita… aku gak tahu kenapa aku jadi lepas kontrol!”


“Gak apa-apa kak, memang sudah harusnya seperti ini…” Lita memandangku tersenyum.


“Ini kesalahanku, ini tidak boleh terjadi, aku menyesal…”


“Kak…. Jangan biarkan kenangan yang sangat indah dirusak soal kakak menyesali diri.” Deya menghiburku.


“Eh…”


“Aku sangat menikmatinya… aku akan kenang terus seumur hidup. Makasih yah Kak…” Deya terus merayu… dan bodohnya aku biarkan saja ia mulai naik ke atas kontolku lagi..


“Tapi….”


“Hush, aku gak mau dengar kakak menyesal, nanti aku akan sedih karena perawanku hilang sia-sia…”


“Kakak ngerti kan?” Ia membujukku…


“Iya sayang…”


“I love you Kak Ryno…” Aku hanya diam dan terlambat menyadari kalo kontolku sudah kembali memasuki liang nikmat yang masih sangat sempit itu..


“Eh?”


“Hush… diam aja, nanti aku yang bergerak yah Kak?”


"Lita, kenapa jadi gini...."


"Aahhhh... sudah... nikmati aja kak!"


"Tapi aku sudah mengambil..." Belum sempat aku teruskan Deya sudah menyambung....


"Sudah kubilang kan, itu milik Kakak! Ah.... Kak, enak sekali... terus... ahhhh"

Aku gak bisa menyangkal kalo aku menikmatinya.... sempit sekali, terasa lembut menggesek... ah, bisa-bisa aku keluar cepat kalo gini.


Gerakan pinggul Deya makin liar, dan tanpa terasa kembali kontolku mentok pada suatu mulut Rahim yang sangat lembut… sarang yang sangat sempit.


“Ahhhhhh”


-----
 
Akhir nya updated jg, thanks suhu..
Tpi titien msh lolos jg yah, berharap ada full ss shaun dan titien :pandaketawa:
 
Biasana nih kalo ronde Dua .. durasinya bisa lebih lama .. smoga Aja kepergok sama titin pas Romeo sedang genjot betina muda nya yg binal .. hahaha
 
Jahat x nadya tu. Mampus si nadya.
Makasih update nya suhu
 
Lita.... ayuk kayuk terusss yg hot biar si Romeo makin klojotannn.....
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd