Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Karakter dalam episode ini...

Deyara



Ryno



Titien



Shaun



Nadya
 
Terakhir diubah:


Episode 7 – What the hell!



POV Ryno



“Lita… jangan terlalu banyak minum!” aku menasihati Deyara yang kelihatannya udah mulai mabuk. Udah 3 sloki red wine yang dikonsumsinya… ternyata anak ini bandel juga kalo kemauannya gak diikuti.


‘Baru sekarang aku lihat ada cewek jadi stress karena gak dikasih kontol, hehehe…’


“Gak apa-apa, Kak. Aku mau nikmati malam ini… Kak Ryno minum juga dong, masak dari tadi Chivasnya diliatin aja…” Deya menyuruhku.


Malam ini kami berdua berada di sebuah diskotik. Udah lama aku gak pernah masuk lagi ke tempat seperti ini, terakhir sebelum ketemu Deyana. Tapi tadi setelah merengek-rengek, akhirnya ku temani juga ‘adik iparku’.


Sejak tadi sore Deya memang berbeda. Setelah tidak berhasil menggodaku eh setengah memaksaku mengambil perawannya, ia kini begaya agak liar. Tadi sudah sempat aku temani turun melantai 1-2 lagu. Sekarang minta lagi.


Aku sempat menghabiskan minumanku, harus diukur jangan mabuk. Karena aku harus membawa mobil pulang.


“Lita, tunggu bentar… aku mau ke WC dulu.” Aku menyuruhnya tetap di tempat duduk, bisa bahaya kalo nge-jam sendirian.


Ternyata cukup banyak antrian sehingga aku sampai lebih 5 menit di WC. Tempat ini makin dipenuhi dengan orang mabuk yang pipis sembarangan. Belum lagi ada beberapa yang membawa wanita ke WC, bikin antrian tambah panjang.


‘Eh mana Deya?’


Setelah beberapa saat mencari, aku menemukannya sudah turun ke lantai disco. Mungkin aja gadis itu udah gak tahan. Ia bergoyang dengan seksi, meliuk-liukan tubuhnya diantara 3 orang cowok bule yang beruntung berada didekatnya. Sementara cowok-cowok lainnya hanya bisa menatapnya keseksiannya sambil menelan ludah. She is a dancing queen for tonight.


‘Gawat juga anak ini, suka bikin sensasi’


Melihat gayanya yang mengundang, serta pakaiannya yang cukup terbuka, ketiga cowok itu mulai berani. Awalnya disenggol kiri kanan, terus main colek… tapi karena tidak ada penolakan dari cewek itu, ketiga cowok tadi mulai bergantian menggrepe Deya. Makin lama, makin berani… Eh, bukannya marah, ia hanya tertawa genit.


Seperti biasanya, ketika dibiarkan maka cowok-cowok akan mempergunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya. Mumpung ada toket gratis, yang ini malah masih segar… Tak lama kemudian mereka mengambil keuntungan menempel-nempelkan tubuh mereka sambil memeluk gadis itu… Sementara Deya tampak menutup mata menikmati belaian mereka…


“Astaga!”


Seorang cowok kini berada di belakang Deya sambil memeluknya… tangannya merayap meremas bongkahan dada gadis itu, sementara selangkangannya tergesek ke pantat Deya. Aku jadi cenat-cenut… terbakar oleh cemburu. Dari jauh rasanya mau terbang melabrak cowok tadi…


Deya hanya tertawa kecil, seakan menikmati penodaan terhadap tubuhnya. Ia menutup mata seakan terbawa suasana. Tangannya justru menekan tangan cowok itu di dada… seakan mengundang pelecehan berikutnya. Ia terus tersenyum membiarkan lehernya dicium. Dan ia hanya bisa menjerit kecil ketika tangan itu mulai menyisip memasuki pakaiannya… gaunnya mulai terangkat menampilkan paha yang indah dan stoking hitam tipis.


Aku jagi gak tahan! Ini sudah keterlaluan…


Excuse me, that’s my girl!” Cara cut-in yang paling tidak sopan. Cowok yang dibelakang kurang senang ketika tangannya kulepas paksa dari tubuh Deya.


“Lita, ayo pulang!” Aku berkata sambil menarik tangannya… ia tersenyum melihatku dan memelukku…


“Aku masih asyik!” Deya gak mau pulang.


“Tidak… kamu sudah mabuk, ayo pulang…!” Aku marah… terbakar cemburu.


Ketiga orang itu kelihatan mau melawan, tapi aku gak takut. Mereka terus-terusan protes, tapi aku gak perduli lagi apa yang terjadi, Deya harus dibawah pulang malam ini juga.


Untunglah tidak terjadi insiden, Deyara keknya cukup sadar untuk menurutiku dan tidak membuat masalah. Akhirnya dengan terhuyung-huyung ia memelukku ke mobil.


Dengan segera ku bawa ia ke rumah, dan aku mulai melepaskan pakaiannya, tersisa pakaian dalam... Aku membawanya ke kamar mandi, dan membasuh tubuhnya dengan air, setengah memandikannya… Deya membiarkan aja. Apa karena udah terlalu mabuk…


Kemudian aku membaringkan tubuh telanjangnya di kamarku… dan Deya terus memelukku tak peduli apa-apa lagi.


“Kak, entot aku… Kak Ryno. Kalo gak, aku cari cowok siapa saja….!” Suara Deya terdengar, mungkin hanya mimpi.


“Kenapa kamu sayang?”


“Aku mau kontol malam ini! Ayolah Kak Ryno….!”


Aku mencoba mengingat-ingat kelakuan Deyara sejak datang tinggal di sini. Bagaimana ia selalu minta cium, minta dipeluk, minta dipuaskan. Bagaimana ia selalu tertarik melihat kontolku…


‘Anak ini memang mau dientot… keknya ia sudah terobsesi dengan aku. Tapi, Titien nanti bilang apa yah?’ Sebagai lelaki ego-ku terusik, ini namanya rumput cari kuda… siapa tidak mau memek perawan gratis.


“Kak, ayolah Kak… masak aku harus minta ke Shaun?” Deya memaksa membuka pakaianku… aku membiarkannya.


‘Kalo aku tidak perawani malam ini, nanti ia minta ke Shaun besok-besok… mujur benar cowok itu. Ahhh, aku gak akan biarkan Shaun dapat PW-nya. Ihhhh… gimana ini?’


Aku masih terbuai dalam keragu-raguan, ketika Deya duduk dan menatapku…


“Kak! Jujur dong, kenapa sih Kak Ryno gak biarkan aku dengan cowok itu?”


“Eh, kamu sudah bangun? Gak mabuk lagi?” Aku kaget mendengar suara Deya.


“Aku gak pernah mabuk, hanya pura-pura aja!”


“Huh?”


“Aku hanya penasaran apa yang Kak Ryno akan buat kalo aku dugem dengan cowok lain. Hehehehe… ternyata …!” Deya tertawa sambil menahan mulutnya.


“Eh, kakak harus melindungimu…”


“Yehhhh, bilang aja kalo cemburu! Hehehe… Kak Ryno menyukaiku kan?” Deya menatapku sambil tersenyum. Kali ini dia duduk diatas tubuhku.


“Deya, bukan gitu… eh maksudnya…. Eh!” Deya menempelkan telunjuknya di bibirku. Aku disuruh diam…


“Kak Ryno… jawab yang jujur, ya atau tidak… Kak Ryno menyukaiku?” Ia menatapku tajam.


Aku diam saja, tapi kemudian mengangguk. Aku gak bisa menyangkal lagi… aku mengiyakan…


“Tapi aku gak bisa…!” Aku bersuara tapi segera dicegah…


“Kak Ryno tahu apa impianku selama ini? Aku mau ML pertamaku dengan orang yang sangat aku sukai, sangat aku kagumi, orang yang buat aku terobsesi terus. Dan itu kamu, Kak.” Deya menatapku…


‘Astaga… anak itu memang udah mau banget! Aku harus buat apa?’


“Aku tidak bermaksud mengganggu perkawinan Kak Ryno dengan Kak Titien. Hanya, ijinkan aku jadi istrimu untuk 1 hari saja…”


“Lita….!”


“Cup… Kak Ryno gak usah ngomong apa-apa, diam aja. Nanti aku yang gerak, yah?” Deyara mulai membuka celana boxerku, celana kebesaran kalo aku di rumah. Diturunkan perlahan lahan..


“Tapi Lita… eh!” Aku kembali disuruh diam. Cukup menikmati…


“Hush… Kak Ryno pura-pura… tuh kontolnya udah mau banget, hehehe…!” Ketika boxerku turun, sebuah kontol berukuran besar lompat menunjukkan existensinya… gagah, besar… keras!


“Eh, Lita mau apa…?” Wajah Deyara mendekat ke kontolku, mulutnya mulai mencium helmku.


Mulutnya terbuka lebar… mulai menelan ujung kontolku. Mulutnya bergerang langsung mengemutnya… Deya makin jago, mulutnya mulai mengisap, melumat dan membuat gerakan maju mundur yang tetap.


‘Wah, hebat juga anak perawan ini meng-oral! Jadi curiga aku… masakkan baru pertama kali udah skill expert gini’


Deya menatapku tersenyum… “Enak kak?”


“Ahhhhh… ahhhhh!” Aku mendesah sambil mengangguk. ‘Lita, kulumanmu mantap sekali. Bisa-bisa aku gak tahan ini…’


Kali ini Deya menunjukkan keterampilannya menggabungkan sempongan dengan kocokan tangan pada batang yang tersisa. Serangan yang makin ganas, aku harus mengerahkan stamina supaya gak keluar secepat ini…


“Kak Ryno, nikmati aja… gak apa-apa kok! Aku mau Kak Ryno puas malam ini!” Deya mendekat dan berbisik di telingaku. Kembali dadaku merasa geli bersentuhan dengan buah dada yang kenyal dan indah itu.


“Aaahhhhhh!” Aku makin mendesah kuat. Lumatannya makin kuat aja… aku gak tahan, kan udah disuruh nyemprot tadi.


“Awasssss aduhhhhh…. Aaarrrggghhhhhh! Ahhh enak…. Deya….!” Aku mengedan… kontolku berdenyut… menyemprot!


Bagaikan bendungan yang dilepaskan, demikian perasaanku yang lega setelah diberi kenikmatan. Gadis itu tersenyum padaku… ia berbaring diatas dadaku, dan memelukku…


“Kak, aku cinta kamu….!” Deya berbisik pelan.


Aku mencium pipinya, eh gak puas. Aku kembali menciumnya dan menyampaikan segenap rasaku dalam ciuman yang lembut… penuh perasaan… penuh penghayatan. Gadis ini sungguh berharga.


“Kak, sekarang giliranku dientot yah!” Deya makin vulgar aja…


“Eh?” Ternyata masih mau.


“Dengar baik-baik Kakak ku sayang, malam ini kontol besar Kak Ryno itu milikku, dan pokoknya aku gak perduli, entah pake cara apa, aku harus diperawani….” Deya memengang rahangku, menatap mataku dan mengungkapkan keinginannya… kok aku merasa terancam.


“Aku gak mau alasan macam-macam, pokoknya kalo gak mau aku kirim video tadi ke Kak Titien.” Deya tambah mengancam.


“Video apa?” Aku kaget.


“Video tadi, aku nyempong kontol kakak!” Deya tertawa kecil.


OMG! Ternyata direkam…


-----



POV Shaun


“Dickhead!” Titien malu sekali… mukanya merah kedapatan lagi main dengan dildo. Ia coba menyembunyikan diri dibalik selimut, tapi aku menarik selimutnya.


“Hehehe… udah mau yah! Kalo gini kan bagus, gak perlu dirayu lagi…” Aku mendekat sambil membuka bajuku satu per satu.


“Jangan!” Titien protes tapi gak ada suara yang keluar.


Aku membuka celanaku… Kontolku yang sudah berdiri dari tadi langsung terekspos. Titien menatapku malu-malu…


“Eh, jangan telanjang di sini…” Titien menutup mata.


“Tapi kamu kan telanjang juga?” Aku menatapnya… gadis ini binal sekali malam ini.


“Eh tapi…”


“Sudah, sini aku bantu…” Aku datang mendekat dan menarik tubuhnya mendekatiku.


“Eh.., jangan…” Titien bingung antara membiarkan atau melarang.


“Hush, kamu diam aja…” Tangan ku mulai membelai perutnya, naik perlahan ke arah dada… beruntung sekali aku bisa kembali memilin toket yang kenyal dan indah ini.


“Dickhead, ahhh” Titien hanya bisa mendesah… tak bisa lagi melarang kegiatanku.


“Hehehe… enak kan” Aku menggodanya, sedangkan Titien diam aja, pasrah. Kayaknya udah sangat terangsang. Tumben….


Titien udah menyerah… tidak ada perlawanan berarti, hanyalah kata-kata yang melarang namun tidak dibarengi tindakan apa-apa.


Aku membuka paha Titien, sehingga kakinya terkangkang lebar. Dengan cara ini aku bisa melihat langsung vagina yang masih terus terbayang dalam benakku. Belahannya pendek, bibir dalamnya berwarna merah muda tampak nongol malu-malu, sedangkan bibir luar masih kencang kek anak gadis belasan tahun. Memek yang tembem… menggunung, dihiasi dengan mahkota jembut yang tipis dipangkas rapi. Sungguh pemandangan yang menggugah selera…


“Eh, Dickhead… jangan dong… masak dilihatin gitu!” Titien menatapku protes, tangannya segera menutup lagi kemaluan yang terus aku kagumi.


Kurang dari 5 menit kemudian, bibirku kembali bertemu dengan memek tembem menggoda. Aku mulai dengan suatu kecupan panjang… Titien langsung menggeliat. Kentara kalo ia udah sangat pasrah, malah membuka pahanya ketika lidahku menjilat dan mengemut liang nikmatnya.


Gadis itu kembali mengelinjang…. Seksi sekali, aku sangat suka melihatnya dimabuk nafsu seperti ini…


“Ahhhhhhh… Dickhead… terus…. Ahhhhhhhh!” Titien terus mendesah… sementara lidah dan jariku mengambil alih. Ia makin menggelinjang… suara yang keluar udah merupakan campuran dari desahan, rintihan, erangan… dan kadang-kadang jeritan kecil.


Untuk beberapa menit lamanya aku merasa tersanjung melihat seorang gadis idolaku sementara mendesah dalam lumatanku. Aku merasa menjadi lelaki sepenuhnya… coba aja kalo Ryno melihat ini.


Titien makin bergelinjang geli. Cukup lama ia bertahan, namun kali ini ia gak sanggup lagi. Tubuhnya mulai gemetar, pinggulnya naik turun ketika kedua jariku mulai masuk kedalam liang nikmat itu dan mengocoknya dalam-dalam. Memek tembemnya nya menjepit dan memeras jariku dengan otot yang kuat tapi lembut… tapi tak lama kemudian jariku menang… dengan semangat aku terus mengocok.


Sorry sayang, aku ingin kamu merasakan nikmat sepenuhnya…


“Ehhhh ehhh…. Aduhhhh!” Sejumput air menyemprot keluar… Titien kembali bergetar.


“Woah…!” Aku sampai kaget. Ternyata Titien bisa squirt juga, hehehe….


Tapi jariku tidak berhenti, terus memberikan kenikmatan sampai ia berkelojotan hebat… pinggulnya naik turun, mengejang, mengedang… akhirnya melengkung indah menyambut orgasme dashyatnya…..


“Aaarrrggggghhhhhhhhhh… aduh…. Ahhhhhhhhhh!” Titien sampai berteriak!


Selama beberapa menit ia masih terkulai pasrah kelelahan, dengan nafas memburu. Ia baru saja mendapatkan suatu orgasme puncak. Titian menutup mata kembali membayangkan gelombang kenikmatan yang tadi menerpa sekujur tubuhnya…


Aku tersenyum… seandainya Romeo melihat bagaimana dua jariku bisa membuat Titien orgasme sedashyat ini. Belum lagi kontolku… Sorry Romeo, istrimu sungguh cantik, sungguh menggoda.


Sebelum lanjut ke babak berikutnya, aku minum dulu. Mumpung ada satu botol coca-cola yang lagi ngangur… arrggg… aku makin segar.


“Aku datang cantik, udah siapkan?” Titien masih terengah-engah.


Aku segera bersiap. Kontolku mendekat, mulai digesekkan kembali ke memek yang masih sempit itu. Aku tak boleh biarkan Titien berpikir… ini waktuku, sekarang atau tidak sama sekali.


Aku teringat setelah berkali-kali menikmati tubuh telanjangnya, bahkan menaruh kontolku di pintu lorong nikmat itu, tapi sampai sekarang ini aku belum pernah mengentotnya. Ia selalu punya cara untuk lolos.


Tidak malam ini, keputusan ku sudah bulat. Malam ini kontolku harus mampu berlabuh dalam memek tembem itu. Kalo bukan sekarang, kapan lagi…


Kepala kontolku mulai bergerak masuk, awalnya menyodok lembut klitorisnya… Ada kebanggaan kalo bisa membuat cewek ini meminta kontolku masuk. Yah, aku mau ia menyerah kalah dengan nafsu dan memohon supaya dipuaskan.


Mungkin kek di WC tadi siang… untuk pertama kalinya aku melihat gadis itu sudah sangat nafsu. Titien meminta dipuaskan… bodoh sekali aku tidak keluarkan kontolku…


Tapi sekarang aku tidak akan buat kesalahan yang sama.


Kontolku masih menggesek bagian luar memeknya. Dengan segera tubuh Titien kembali mengeliat… keknya udah pulih. Aku makin semangat mengesek dibagian kali ini menuju pintu masuk yang sempit… Titien mendesah lagi. Pasti udah nafsu.


“Ehhhh…. Dickhead, jangan…!” Titien menolak, ia menggoyangkan tubuhnya menahanku… tapi tenaganya lemah.


“Udah sayang, kamu pasrah aja yah… aku janji akan pelan-pelan…. Ayolah sayang, pasti kamu mau!” Aku menatap matanya dan merayunya.


“Dickhead… aku gak mau…!” Walaupun mulutnya menolak tapi kali ini ia tubuhnya malah mendekat, membiarkan kontolku bebas… malah pahanya semakin direnggangkan.


“Titien… gak usah malu sayang, kamu mau kan?”


Titien hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Mungkin gak mampu lagi bicara… Aku tersenyum, udah diambang kemenangan. Gadis ini keknya udah berada dibatas… nafsu udah mengendalikannya lagi.


“Shaun… jangan…!” Titien memalingkan wajah, gak mau menatapku. Ia langsung memanggil namaku, bukan lagi panggilanku seperti biasa…


Aku kembali menciumnya, meremas kedua bongkahan dada yang menantang.. mengulum putingnya kuat-kuat… membuat ia kembali bergelinjang dalam nafsu. Titien cantik sekali… aku gak tahu kenapa aku juga gak bisa mengontrol nafsuku… aku gak bisa lagi berpikir.


“Maaf Tien, kamu cantik sekali, aku gak tahan….


Posisi ku sudah tepat, gaya missionaris menjanjikan persetubuhan yang maksimal… kakinya makin terbuka membiarkan kontolku merangsak tepat di muara vagina.


Memek dibawah itu makin menyedot kepala kontolku yang udah masuk, liang itu seakan ingin mengisap dan menelan batangku… makin licin aja… otot vaginanya mulai terasa.


“Aku tusuk yah?” Aku kembali menggodanya, dan mulai menusuk. Kontolku sudah tegang maksimal… nafsu dalam tubuh ini menuntut harus dipuaskan…


Wajah Titien mengeras, dagunya terangkat dengan rahang menonjol. Dan ia seakan mencari kekuatan untuk menyatakan isi hatinya… aku mendiamkan kontolku sejenak dan mendengar apa katanya…


“Dickhead… aku gak akan melawan, aku sudah cape… tetapi perlu kamu tahu, aku tetap gak mau… aku gak mau mengkhianati Romeo. Kalau kamu masukkan berarti kamu memaksaku… kamu memperkosaku… dan aku akan ngomong ke Ryno seperti itu…”


“Tapi Tien….”


“Kalo itu maumu… aku akan pasrah, jujur aku udah terbakar nafsu. Tapi hubungan kita tak pernah lagi akan seperti dulu…”


Aku terkejut… terdiam… ‘Apa yang harus aku lakukan. Haruslah aku memaksanya?’ Tak sengaja tubuhku bergerak kecil….


Terjadi perang batin dalam hatiku… di satu pihak aku sangat menghormati gadis ini, suaminya merupakan satu-satunya sahabat yang dapat aku percaya. Bagiku mereka adalah satu-satunya keluarga yang aku miliki. Selain persahabatan yang tulus, begitu banyak bantuan yang telah ku dapat dari Ryno dan Titien. Udah beberapa bulan aku tinggal di rumah mereka, makan dan tidur gratis… dan ini balas budiku? Ancaman yang paling aku takuti adalah bila aku tidak lagi dianggap mereka…


Pada saat yang sama, aku gak tahu kenapa aku tubuhku begitu terbakar nafsu. Sungguh kuat menarik tak mampu ku bendung. Aku gak bisa lagi berpikir, nafsu binatang telah menguasaiku… kontolku sudah menuntut harus dipuaskan.


‘Aku harus bagaimana?’


“Ahhh Dickhead…” Wajah Titien kembali syahdu… melembut, pasrah… matanya udah setengah merem. Bahaya ini…


‘Wajah itu… Ah, aku gak tahan lagi… aku harus mendapatkannya. Kalo bukan sekarang, kapan lagi. Selama ini aku dibuatnya kentang, tapi tidak sekarang… maaf Titien.’


Nafsu sudah benar-benar menguasai. Aku tak tahan…. Aku mulai memompanya pelan, Titien terbelalak merasakan kontolku makin menusuk masuk.


Ihhh sempit sekali… lorong yang cukup panjang, sebanding dengan tubuhnya yang lumayan tinggi untuk ukuran gadis Asia. Kontolku masih menelusuri liang itu… sementara dindik memek itu menyedot seakan meninta lagi dan lagi… ugh! Nikmat benar…


“Shaun… jangan… aduhhhhhh!” Titien berteriak… tapi tidak ada tanda-tanda penolakan. Dan kontolku justru mendapat sambutan yang istimewa…


“Maaf sayang…. nikmatilah yah!” Aku sudah didalam… aku sudah masuk… terus kedalam


“Ahhhhh…. Ahhh……” Titien mendesah, kali ini ia memalingkan muka, menutup wajahnya dengan tangan. Aku tahu ia juga bergumul… sama denganku.


Aku sudah nafsu, desahannya justru memancingku… aku kalah.


“What the hell!”


Kontolku terus menusuk, membelah, menelusupi kedalaman liang nikmat sampai merasakan lorong panjang yang kenyal.. lembut, dan terus sampai mentok di mulut rahim yang seakan membungkus helmku dengan gel yang lembut dan menghanyutkan.. Ah… mentok juga… memek tembem ini benar-benar istimewa. Aku merasa otot vagina yang lembut tapi kuat mencengkram…


“Ahhhh Titien… kamu nikmat sekali… baru sekarang aku merasa senikmat ini!” Aku terus bersemangat. Menggedor, memompa, menusuk… sementara itu dinding memek yang lembut menyambut setiap gerakanku.


Titien menggerakkan pinggulnya… memutar indah… kontolku terasa dikocok, diremas-remas… enak sekali. Astaga… coba kalo aku tahu, udah ku perkosa kau dari dulu.


Titien masih memalingkan muka, merintih diatas bantal. Mungkin ia gak mau menikmatinya… aku gak bisa memaksanya lagi.


Tusukanku makin cepat, makin kuat bertenaga… makin bersemangat. Aku gak habis pikir, belum 5 menit aku sudah merasa di ujung… Titien mulai bergerak menyambut pompaanku.


“Astaga, kok bisa senikmat ini?’


Akhirnya dengan 20 kali tusukan cepat aku tiba ke tempat tujuan… cepat-cepat ku tarik batangku keluar. Gila baru sekarang aku orgasme secepat ini. Kontolku benar-benar mendapat perlakuan istimewa… nikmat benar memek gadis ini.


Aku mencoba bertahan dua detik, dan mencabutnya cepat-cepat. Huhhh….Untunglah…. aku menyemprot di perutnya, hampir saja terlambat.


“Aaarrrgggggggg!” Aku keluar dengan beberapa semprotan. Kontolku mengendan nikmat memuntahkan pejuh yang terkumpul selama ini.


Titien menatapku terbelalak… aku gak tahan akan tatapannya…


“Maaf Tien!” Hanya itu yang bisa ku bilang. Aku masih terus menikmati orgasmeku… sangat dahsyat… rasanya kek melayang. Makasih sayang.


Aku menatap wajah Titien, tatapanku penuh dengan kekaguman, andai saja ia benar-benar menjadi pacarku. Pasti aku gak akan cari memek lain… ini yang paling baik, paling nikmat… lembut, kenyal tapi nge-grip… Titien balas memandangku, dan kami saling bicara melalui tatapan…


“Plak-plak!” Titien menampar kedua pipiku… ia kelihatan sangat emosional.


“Eh… apa ini?” Aku sampai kaget… gak nyangka kalo akhirnya seperti ini. Padahal yang tadi itu luarbiasa indah… kok?


Titien menggeliat, meminta aku mengeluarkan kontolku cepat-cepat. Padahal aku masih aja lunglai… Aku segera berbaring di ujung, sementara Titien berdiri dan masuk ke kamar mandi. Pasti ingin membersihkan diri.


Gaya Titien kek cewek yang lagi kesal dengan cowoknya… tapi sekarang ini aku gak perduli. Aku baru saja merasakan nikmatnya memek gadis idola…


Perasaanku kali ini campur aduk. Sungguh aku menikmatinya, aku akan buat apa saja supaya boleh merasakan kembali memek senikmat itu. Tapi pada saat yang sama aku menyesal… Apa aku masih bisa berteman dengannya?


Aku terus berpikir… bingung apa musti menyesal atau tidak… Titien kembali ke tempat tidur, dan segera berbaring membelakangiku. Tak ada kata-kata apapun…


‘Apa yang harus aku lakukan?’


----


Titien masih terus menggeliat di tempat tidur, sedangkan aku sudah mencari istirahat. Tak lama kemudian aku mendengar ia memencet hape…


“Ada apa sayang?” Aku mendengar suara Ryno tengah malam. Dia masih bangun, ketika Titien telpon… yah, gadis itu masih terus berdiam diri… ia mendengar suara Ryno, tapi gak mau ngomong apa-apa… mungkin sudah rindu.


Aku masih mendengar suara Ryno bertanya-tanya kalo masih tersambung atau tidak. Dari tadi halo terus, tapi Titien tidak mau bicara. Tak lama kemudian ia menutup telpon.


Titien mulai terisak setelah itu. Agaknya ia mulai baper dengan kejadian tadi. Ia masih berbaring sebentar, cukup lama…. Ia terus memegang hapenya sampai tertidur…


Titien pasti sangat kecewa dengan perbuatanku tadi. Aku bingung mesti gimana… aku menyesal.


Aku coba menyentuhnya… Titien diam aja, agaknya gak mau ngomong. Aku hanya membelai rambutnya yang indah… sampai aku pun ikutan tertidur.


-----


Ketika aku bangun pagi, aku melihat Titien sudah mandi… udah rapi, dan siap kembali bekerja. Ini mungkin adalah hari terakhir… Aku memandang mukanya, masih tampak suatu bekas kesedihan yang mendalam.


Cepat-cepat aku melihat jam, udah jam 7.30. mungkin sekali Titien membangunkanku, tapi sengaja gak mau bicara. Tadi keknya tanganku ditarik-tarik.


“Tien, ngapain?” Aku bertanya…


Titien tidak menjawab, terus aja diam. Keknya ia akan diam sepanjang hari, menurut cerita Ryno, Titien kalo merajuk bisa seperti itu. Malah kadang sampai berhati-hari. Sahabatku sudah tahu bagaimana keras hatinya bila lagi merajuk.


Dengan cepat aku masuk kamar mandi. Terdengar bunyi dering handphone.


“Halo sayang!”


Sayup-sayup aku mendengar suara Romeo bercakap-cakap dengannya. Intonasinya seperti kembali membesarkan hati Titien.


Ryno sudah tahu…


-----


Dalam perjalanan menuju ke kantor, aku melihat Titien kembali berubah. Ia menjadi seorang gadis yang ceria, bersemangat dan ramah… mungkin pengaruh kata-kata Romeo… bukan main, hanya dengan bicara sedikit, Romeo bisa mengubah mood gadis itu.


Sayangnya adalah sampai sekarang ia gak mau bicara denganku.


Kali ini ia sibuk telponan dengan temannya, seorang bloger yang punya latar belakang media sosial. Kayaknya serius, Titien akan upload kepadanya video pelecehan seksual… yah benar… something about sexual harassment, abuse of power, slavery andpedophile?


‘Eh, apa ini? Titien lagi bicara dengan seorang hacker?’


Aku gak tahu apa yang terjadi ataupun serius bagaimana persoalan yang dia hadapi… Titien kelihatan bergumul soal hal ini. Kasian Titien, pasti saat-saat seperti ini ia butuh Ryno. Ia butuh seorang teman untuk bicara… sedangkan satu-satu temannya yang ada justru mengkhianatinya…


‘Tadi malam aku memperkosanya’


Dari tadi pagi aku sudah berkali-kali minta maaf, tapi tak digubris. Entah bagaimana aku bisa mengambil hatinya kembali.


Dalam kantor KBRI, Titien pergi menyendiri dengan Nadya. Kayaknya serius, mereka sementara berbuat sesuatu yang penting. Entah apa itu… Sementara itu keadaan kantor lagi sibuk, orang cerita sana-sini soal Pak Beni yang diserang orang tadi malam di kamarnya. Sementara ada yang membela Pak Beni, banyak juga yang mencelanya dan menganggap kejadian itu adalah akibat ulahnya sendiri.


Aku gak jelas mendengar apa yang terjadi, tapi yang pasti Pak Beni sempat dirawat di Emergency Room, ia mengalami luka bakar di bagian perut sampai ke paha…


Wah, bisa-bisa kontolnya hangus…


-----


POV Ryno


Masih tengah malam di New York, udah hampir dua jam kami bercumbu, saling memuaskan dalam foreplay yang sangat panjang. Aku berharap Deya akan puas, tapi justru makin lama ia makin panas, makin menuntut, makin sange.


‘Oh my goodness….. malam ini Deya sangat berbeda.’


Ia terus merangsangku dengan tubuhnya yang indah dan seksi. Tak puas-puasnya ia membuat aku terbuai dan terangsang hebat. Hanya pikiran tentang Titien yang bisa membuat aku bertahan untuk tidak mengentotnya… dari tadi!


Malam itu, kami saling berciuman dengan panas. Lidah Deya terkait erat dalam mulutku, saling melumat, saling membetot. Tubuhnya yang telanjang mengundang tanganku untuk terus membelai titik-titik sensitive-nya. Sementara itu pinggulnya bergerak, menggesek kemaluannya tepat ke kontolku yang sudah tegang.


Malam ini beda… Deya kini sangat menuntut. Ia benar-benar berbeda, lebih seksi, lebih meminta, lebih sange. Aku langsung tahu ia sudah siap. Malam ini akan berujung pada persetubuhan.


“Kak masukin!” Goyangan pinggul Deya makin terpusat, sedangkan kemaluannya seakan menyedot batangku masuk. Aku merasakan suatu kehangatan yang sangat membuai, seakan menghentarkan aku ke langit ke tujuh…


“Deya… ahhhhhh…!” Aku gak sadar sudah memanggilnya seperti itu.


“Kak… nikmati aja yah!” Deya terus bergoyang… kepala kontolku terasa membelah dan menyerusuk suatu lorong nikmat. Aku dapat merasakan denyutan gadis itu. Sungguh nikmat, padahal baru kepalanya…


Aku terus menghirup keharuman tubuhnya, sementara batangku terus dimanjakan oleh denyutan permukaan klitorisnya. Aku benar-benar hanyut dalam kemesraan, dan membiarkan kepala kontol itu makin masuk. Aku gak bisa tahan lagi…


“Kak…..!” Deya menatapku tajam… aku balas menatap matanya.


“Deya! Apa harus gini?”


Aku masih bertanya meminta kepastian, tapi aku tahu gadis itu sudah tak bisa berpikir lagi. Deya membalas dengan mengangguk.


“Sudah semestinya Kak, aku cinta Kak Ryno… Kakak satu-satunya orang yang berhak atas tubuhku!” Deya sudah pasrah.


Aku merasa kontolku sudah menyentuh suatu lapisan tipis yang menghalangi jalan masuk ke liang yang sangat licin itu.


“Kring… kring….!” Kami berdua terkejut mendengarkan bunyi telpon. Siapa yang telpon tengah malam gini?


Ketika melihat nama Titien di layar telpon, kami berdua langsung diam, tak berani bergerak. Deya menggulingkan tubuhnya, dan kembali tidur disampingku. Ia tampak kecewa… sangat kecewa…


“Haloooo… halooo” Tidak ada suara balasan.


Suara yang terdengar hanyalah dengus frustasi di nafas gadis yang disampingku.… Aku masih memegang hape sambil bertanya-tanya…


“Halooo, siapa ini… ada orang? Titien… kamu disitu sayang?”


‘Eh, apa ini….’ Suara Titien tidak terdengar. Aku mencoba menajamkan telinga, mencari dengar suara yang paling halus sekalipun… aku mendengar nafas Titien, panjang, penuh penyesalan, penuh kesedihan…


Titien masih saja diam. ‘Apa ia tahu apa yang terjadi disini? Apa ia sudah menduganya?’


Aku kembali mengingat kemesraan dengannya, sejak aku mendengar kata hatinya di bukit kasih… sampai ketika kami bermesraan pertama di tempat kos… bahkan waktu malam pertama di vila dengannya… Aku mencintainya?


‘Astaga, apa yang aku lakukan?’


Hanya satu pesan Titien kepadaku, jangan perawani Deya. Ia sudah tahu kalo gadis ini mengincarku… tapi kenapa aku jatuh! Aku gak becus jadi seorang suami. Aku hampir saja mengkhianatinya… 1 menit lagi dan semuanya sudah terlambat…


Hampir saja…


Aku mendengar ia menutup telpon. Aku kembali menatap Deya… kali ini pandanganku berubah…


“Kak, aku minta maaf!” Deya menatapku menyesal. Ia agak ketakutan…


“Gak apa-apa sayang, kamu gak salah… aku yang bodoh!” Aku memeluk tubuhnya… tapi kali ini bukan lagi karena nafsu.


-----


Pagi-pagi sekali, aku langsung terbangun mendapati seorang gadis telanjang tidur denganku. Aku mengecek ke bawah… mencari bukti, apa kami sudah melakukannya semalam?


Dengan lega aku menarik nafas. Untunglah tadi malam sempat dicegah… aku ingat sekali, telponku berbunyi… Titien sempat mencegahku. It’s really saved by the bell


Titien sudah bangun blum?


“Halooo….” Aku menelpon istriku. Rindu juga dengar suaranya…


“Sayang, udah bangun?” Suara Titien terdengar ceria, walaupun aku merasa ada sesuatu yang disimpannya.


“Udah dari tadi, Lita masih tidur… dikit lagi disuruh masak…!” Aku menjawabnya.


“Kamu beruntung ada yang urus, aku juga belum ngopi. Nih… Dickhead baru bangun, blom mandi” Suara Titien tampak segar, padahal tadi malam entah apa yang terjadi.


“GImana sayang”


Titien menceritakan apa yang terjadi kemarin di kantor.


“Jadi kamu udah dapat vibrator pemberianku? Hahaha… kali aja kamu butuh karena kontol Dickhead bikin kamu kentang!” Aku mendengar Titien agak tercekat dengan ejekanku.


“Eh, ngomong apa sih!” Seperti biasa, gadis itu malu-malu.


“Ayolah sayang, udah beberapa hari kan kamu sekamar dengan Dickhead. Udah dielus belum?” Aku meledeknya lagi.


“Ihhhh… nakal, koq kamu kek mau aja istrimu selingkuh!”


“Bukan gitu sayang, hitung-hitung bagi rejeki sama Dickhead. Kamu gak tauh sih beberapa minggu ini cowok itu galau terus. Ia nanti ceria ketika kamu pulang… sampe bujuk-bujuk aku untuk menjemputmu di bandara. Itu sebabnya, kasih aja…” Aku kembali menggodanya.


“Jadi kamu gak marah kalo aku ML dengan Shaun, gitu?” Titien kayak bertanya terus.


“Boleh aja, tapi jangan sampe baper, yah? Eh, tapi Dickhead doang yah, gak boleh cowok lain, karena…”


“Karena apa?” Titien penasaran.


“Hahaha…. Jangan bilang kalo kamu udah mau!”


“Ihhhh, suami gendeng!”


“Eh, kontolnya Dickhead tambah besar gak? Kamu kan dulu sudah sempat lihat? Senjata Dickhead udah pasti bisa memuaskanmu…. Kalo cowok lain belum tentu. Kan kamu udah biasa main sama batang panjang dan besar, gitu…”


“Huh?”


“Terus kalo kontol Dickhead terjamin bersih… eh, ia masih penasaran sama toket dan memekmu, lho. Kasian banget dia cerita terus soal kamu menggodanya dulu…”


“Emangnya kamu gak nyesal kalo aku ML dengan Dickhead?”


“Aku kan sudah bilang tadi, boleh tapi gak pake baper… Mungkin sekarang saat yang tepat menghiburnya…”


“Bener, gak akan cemburu?” Titien meledekku. Aku tahu sekali gayanya yang centil.


“Gak kok! Palingan kamu yang gak puas… Eh, udah yah, nih Lita mau bicara.”


“Kak Titiennnnn!” Deya mengambil telpon dan ingin bicara… aku gak bisa lagi mendengar suara Titien yang tampak tanya-tanya ke Deya.


“Kak Titien, boleh gak Kak Rynonya di share? Satu malam aja…? Boleh yah?” Suara centil Deya kembali menggoda sepupunya…


“Ihhh, Kak Titien pelit…” Deya kek kecewa…


“Udah…” Aku gak bisa dengar pecakapan mereka, tapi terus kedengaran kalo Deya menceritakan apa yang sudah kami perbuat. Aku menggeleng-gelengkan kepala, anak ini terlalu polos.


“Jadi boleh yah kak?” Ia bertanya lagi.


Suara Titien gak kedengaran…


“Bener yah!” Matanya berbinar-binar…


-----


POV Titien


Telpon dengan Ryno dan Deya membuat hariku kembali ceria. Aku mulai melupakan lagi stressnya aku tadi malam. Kontol Shaun sangat keras… mampu menjamah titik-titik sensitifku. Memang aku bilang ia memperkosaku… tapi aku gak bisa menyangkal betapa nikmatnya tusukan Shaun tadi malam. Benar-benar bertenaga, dengan kontol yang ganas dan berurat… aku menyukainya… apa lagi aku udah pasrah… jadi itu benar bukan perkosaan kok.


Sayangnya, pas aku mulai merasakan enak, baru aja mau menyambut tanda-tanda orgasme, eh…. Shaun udah nge-crot. Kentang deh….


Dan untuk menutupi kekesalan dan kegemasanku, aku menampar pipi kiri dan kanannya. Yah, cowok itu pantas ditampar… Udah ‘diperkosa’ eh dibuat kentang lagi… bego kali.


‘Titien, udah di kantor masih melamun, kamu lupa yah, tadi malam itu kamu diperkosa benaran!’ Hehehe…


Tapi aku masih malu bicara dengan Shaun. Cowok itu jelas-jelas melihat tubuhku yang sudah nafsu, dan membuat aku orgasme hanya dengan jari dan oralnya. Aku malu sekali… dari tadi aku menghindarinya, malah gak menjawab pertanyaannya… eh, biarin supaya ia gak ke-geer-an sendiri.


Nadya melihatku dan mendekat…


“Apa, kamu yakin bisa membuat Pak Beni jatuh?” Nadya bertanya


“Eh?” Aku tersadar dari lamunanku.


“Titien, sadar dong, aku lagi bicara. Kamu yakin gak bisa melawan Pak Beni?” Nadya masih gak percaya. Tadi pagi ia sempat kaget ketika aku membisikkan garis besar rencanaku.


“Kamu lihat aja apa yang akan terjadi! Kamu masih takut?”Aku bertanya hendak membesarkan hatinya. Nadya adalah korban bandot tua itu, dan matanya bercahaya membayangkan kalo ia bisa lolos dari perbudakan seks yang ternyata sudah terjadi sejak kedatangan pak Beni tahun lalu.


Eh, mungkin aja ia putus dengan cowoknya gara-gara Pak Beni… kasian sekali kamu Nadya.


“Titien… kamu tahu kan, Pak Beni itu calon wakil menteri luar negeri. Ia juga salah satu anggota dewan dari partai agama… ia punya nama besar di tanah air.” Nadya belum yakin, ia takut kena imbas perbuatanku semalam.


“Justru itu yang membuat ia jatuh, Nadya… kamu lihat aja apa yang akan terjadi sebentar siang!” Aku kembali meyakinkannya.


Nadya lupa kalo aku memegang HP dari Pak Beni, dan mendapati salah satu folder yang di-lock pake password. Setelah berkonsultasi dengan salah satu temanku tadi pagi, aku dapat membobol isinya. Benar saja, didalamnya banyak rekaman video seks antara Pak Beni dan korban-korbannya.


‘Benar-benar bajingan! Ternyata sudah banyak cewek yang dilecehkannya. Orang model gini sudah layak menerima hukuman!’ Aku berpikir.


Untunglah aku memiliki sahabat seorang pengacara yang juga pakar di media sosial. Dan ia memberikan petunjuk bagaimana aku bisa membuat video itu viral tanpa menunjukkan identitasku…


Setelah kontak sana sini, lalu upload video, aku menunggu hasilnya dalam beberapa jam kedepan. Menurut sahabatku, keknya yang terjadi jauh melampaui harapanku.


Dua jam kemudian….


Video yang aku upload itu kini menjadi trending topic di youtube dengan teaser ke beberapa media di tanah air. Langsung aja jadi topic utama breaking news di beberapa TV nasional. Link video disebar luas lewat media sosial baik fb, instragram, twit**ter, dan beberapa group WA, di-tagged ke beberapa akun yang memiliki ratusan ribu follower… Selain pake youtube, videonya juga disebarkan pada beberapa forum dewasa, termasuk yg terbesar… sempr*t.com.


Gak tanggung-tanggung, foto dan video turut juga diedarkan lewat FB milik Pak Beni sendiri, yang di-access lewat HP-nya. Teman-temannya jadi kaget semua, apa lagi karena di share ke beberapa group besar. Benar-benar hancur reputasinya.


Salah satu video yang viral menggambarkan ia main dengan anak SD! Dan hal itu terjadi dikantor DPR, di ruangannya sendiri di senayan. Wajah Pak Beni jelas kelihatan, dan video itu menggambarkan dia sebagai pedofil yang suka korbannya berteriak kesakitan. Sadis juga… Dalam sekejap… aku yakin, banyak yang desak ia dipecat dari anggota DPR.


Efeknya langsung terasa di sini, tak lama kemudian KBRI jadi gempar, orang bercerita di sini-sana. Untunglah wajah Nadya sempat di-blur, demikian juga dengan beberapa cewek yang dikenal di KBRI Washington… atau di KJRI-KJRI lainnya. Gak lama kemudian nama Pak Beni mulai dicaci-maki, dihina habis-habisan.


Tadi Pak Beni didesas-desus sebagai korban tindakan kekerasan, tapi kali ini ia menjadi terdakwa utama…


Siangnya Pak Beni gak berani nongol di KBRI lagi… alasan sakit, langsung pulang ke tanah air. Pasti ia sudah tahu… Aku masih pikir-pikir, bagaimana nanti penyambutannya di bandara?


Sorry Pak Beni… but you mess with the wrong person… you don’t know what hit you, do you?”


-----


“Titien… kamu hebat, makasih yah” Nadya menepuk pundakku pelan dari belakang. Saat itu aku lagi makan siang.


“Tuh kan, aku sudah bilang!” Aku tersenyum kepada gadis cantik itu.


“Kamu benar luar biasa, padahal tadi malam udah dijebak, tapi justru kamu yang menang!” Nadya terus memujiku.


“Ternyata udah banyak korbannya yah?”


“Iya… tapi kali ini ia ketemu batunya…!” Nadya terus mengagumi ku.


“Iya sih… hehehe!”


“Kamu hebat banget lho, padahal tadi malam aku sempat kasih perangsang, lho…” Nadya mengaku kesalahannya. Aku kaget…


“Astaga, jadi tadi malam…..” Aku tak bisa melanjutkan kata-kata. Aku baru mengerti kenapa aku tiba-tiba jadi sange tidak terkontrol… sampe main dildo. Mujur benar si Shaun.


“Maaf yah, Aku kasih dua... obatnya ditaruh di coke, satu kamu minum dan satu lagi di kamar. Memang semua coke sudah dibubuhi.” Nadya menatapku minta maaf…


Pantesan…


‘Jadi bisa-bisa Shaun minum coke yang sudah ada perangsang tadi malam?’ Aku bicara dalam hati. Aku juga melihat ia bergumul dengan nafsu. Pasti ia juga udah gak tahan…


“Tien bagaimana cara aku berterima kasih…” Nadya masih aja bertanya…


“Gampang… traktir aku! Oke…?” Cuma itu yang bisa ku bilang.


“Beres… bentar malam, mau makanan Korea atau Jepang? Kita ke Hibachi Grill buffet yah? Aku nebeng kamu yah?” Nadya penuh semangat.


Aku hanya mengangguk mengiyakan.


“Aku tidur dikamarmu malam ini yah?”


“Kenapa?”


“Aku butuh teman…”


“Oke…” Aku gak sempat pikir panjang.


“Eh, pacarmu gimana…?” Nadya baru ingat…


“Dia mah gampang…” Aku berpikir, mungkin ini cara terbaik supaya terhindar dari Shaun lagi malam ini.


“Baguslah…”


-----


Huh capek juga seharian bekerja. Awalnya aku berencana pulang sore ini, tapi karena udah capek dengan pekerjaan kantor, lebih baik ditunda aja sekalian besok pagi, tibanya nanti siang. Paling tidak aku bisa santai dulu, gak buru-buru.


Apalagi tadi Nadya mentraktir kami makan buffet. Sebaiknya aku siap-siap. Aku mulai membuka bajuku satu-per-satu lalu masuk kedalam kamar mandi. Baru aja menyalakan shower tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka.


“Titien… “ Aku terkejut… Shaun tiba-tiba masuk dan memelukku.


“Eh, Dickhead, apaan sih, lepasin!” Aku menggeliat… tubuhku lagi telanjang tak bisa bergerak ketia dipeluk kuat-kuat.


“Titien, tungguuu!” Shaun gak mau melepaskanku… aku memberontak mencoba lepas dari pelukannya, tapi ia terlalu kuat. Aku terus meronta sambil berteriak tapi pintu ditutup rapat.


“Shaunnnn uhhhhhh… belum puas kamu perkosa aku tadi malam?” Aku mulai menangis…


“Titien.. aku mohon dengarkan aku. Aku gak akan buat apa-apa asal kamu dengar aku… aku gak tahan kamu diamin terus seharian…!” Shaun membujukku.


“Uhhhh…. Tapi bukan gini caranya… kau menyakitiku, aku benci kamu…!” Aku udah lelah, tenaganya terlalu kuat.


“Kamu dengar dulu, aku hanya bicara gak lama… setelah itu aku melepaskanmu, oke…?”


Aku mengangguk, Shaun mulai melonggarkan pelukannya.


“Titien… aku minta maaf soal tadi malam. Sungguh aku gak tahu kenapa aku gak bisa menguasai diri. Aku kalah sama nafsu Titien… aku nyesal sekali udah memperkosa kamu… aku gak tahu bagaimana bisa melihat muka Ryno lagi… aku sungguh minta maaf. Kalian berdua sangat berarti dalam hidupku, dan aku mengkhianati kepercayaan kalian” Shaun mulai ngomong.


Aku memutar kepala menatapnya… ternyata Shaun juga sangat merasa bersalah.


Kali ini Shaun berpindah tempat, berdiri didepanku. Shaun menatapku, dan membungkuk berulang-ulang. Tubuhnya nampak begitu gagah dan atletis hanya berbajukan sebuah boxer tidur yang tipis.


Kali ini Shaun kelihatan sangat menyesali diri… padahal yang tadi malam ini bukan 100% salahnya. Siapa sih gak terangsang liat cewek telanjang dengan dildo di tempat tidur… apalagi dia sempat minum coke pemberian Nadya…


Aku masih terus terdiam.


“Titien… aku rasanya mau mati aja. Aku stress sekali kamu diamin seharian… lebih baik kau memukulku atau membunuhku… itu jauh lebih baik bagiku!” Shaun masih curhat, kali ini suaranya kayak tergetar.


Aku kaget juga, selama bertahun-tahun mengenal cowok ini, baru sekarang ia ngomong seperti itu. Ia sungguh-sungguh menyesal.


Aku gak bisa terus begini, walau bagaimanapun Shaun itu sahabatku. Dan yang terjadi tadi malam bukan murni kesalahannya… Tidak sepantasnya aku membuat cowok ganteng ini menyesal seperti ini.


“Dickhead, lihat aku…” Aku mengangkat kepalanya. Kami bertatapan sejenak, dan aku bisa melihat di matanya betapa ia menyesal.


Aku langsung memeluknya… erat sekali, seperti menemukan kembali seorang kawan lama.


“Aku kasih maaf, tapi lain kali jangan gitu yah!” Aku berbisik di telinganya sementara memeluk cowok itu lama-lama. Aku membiarkan ia memeluk tubuhku dan membelai-belai punggungku. Shaun memelukku kuat… rasanya tubuhku diremas-remas.


“Makasih banyak Tien, kamu benar-benar teman terbaikku…”


“Hush… yang lalu biarlah berlalu, jangan diungkit-ungkit lagi, yah!”


“Titien… boleh kah aku memelukku lagi?” Shaun terus mendekapku. Entah kenapa, aku merasa nyaman dalam pelukannya… hangat dan penuh perasaan. Aku mencium bau tubuh Shaun yang benar-benar macho… cowok ini sungguh jantan. Entah kenapa aku tersipu menyadari kalo kita berdua lagi telanjang…


‘Eh, apa ini…’ Aku merasa suatu benda mengganjal perutku.. “Astaga!”


Kontol Shaun berdiri dibalik boxer longgarnya, sangat keras mengganjal perut bagian bawah. Udah tegang lagi… nafsunya gak habis-habis.


“Ihhh, nakal!” Aku mencubit pinggangnya.


“Ehhh eh.. aduh, ampun…!” Shaun kembali mengaduh kesakitan.


“Kamu sih, baru aja dikasih maaf, udah buat lagi!” Aku tertawa melihat kelakuannya.


“Maaf sayang, kamu telanjang sih…” Aku baru sadar lagi kalo dari tadi masih pamer.


“Eh, aku kan mau mandi, kamu yang nafsu lagi!” Aku protes.


“Itu sih, aku jadi ingat lagi hangatnya memek kamu menjepit tadi malam… mantap banget!” Shaun meledekku. Ia segera lari ke keluar, sebelum aku mencubitnya…


“Ihhhhh… nakal!” Aku tertawa, tapi sebuah semburat merah kembali muncul di pipiku.


Inilah yang kutakutkan, Shaun udah tahu kelemahanku…


-----


“Jangan lihat-lihat, nanti kamu gak tahan lagi…!” Aku meledek Shaun yang semenara melihatku berganti baju. Aku masih mengenakan kimono, sementara Shaun masih tiduran hanya mengenakan boxer.


Kali ini aku gak malu-malu lagi berganti baju di depannya. Kan tadi malam udah dilihat baik-baik, hehehe…


Kami lagi siap-siap pergi makan malam bentar, tapi masih banyak waktu. Shaun terus menatapku lekat-lekat, keknya terus menggodaku lagi. Aku duduk di atas tempat tidur sementara mengenakan make-up, sedangkan Shaun mendekatiku dari belakang.


“Eh, Dickhead, mau apa?”


“Tien… maaf yah! Aku cuma mau bilang, ternyata memekmu mantap sekali… benar-benar sempit dan basah, terus bisa menyedot kuat dan menjepit gitu” Ia memegang pundakku dan memijit kecil. Aku sampai kaget mendengar kata-katanya…


“Ihhhh… kok ngomong gitu… Tadi malam itu gak boleh terjadi, itu kesalahan doang!” Aku jadi merah


“Mujur sekali Romeo bisa menikmatinya tiap hari…” Shaun terus merayu… nakal banget.


“Kamu juga sudah kan tadi malam?” Aku balas menggoda… entah kenapa aku jadi nakal. Mungkin karena aku merasa ia sudah kembali seperti dulu.


“Iya sih… tapi belum puas…” Shaun kek bingung mau ngomong apa.


“Belum puas? Udah ngecrot kan?”


“Eh, maksudnya masih mau… kapan lagi yah kita khilaf lagi kek tadi malam?”


“Ihhh maunya… Udah ngomong yang lain aja!” Aku malu juga.


“Kamu udah gak marah lagi kan?” Ia terus memijatku, kali ini aku keenakan.


“Udah gak!” Aku tertawa genit melihat kelakuannya.


“Hah, jangan-jangan kamu juga mau? Hehehe… kalo tahu kita bisa ngentot sepanjang malam lho…” Shaun menggoda lagi…


“Ihhh gak boleh”


“Kenapa emangnya?”


“Sudah kubilang, aku gak mau khianati Romeo!”


“Kan Romeo udah ijinkan?”


“Huh?” Aku kaget, ternyata Shaun juga tahu. Jangan-jangan… ahhh aku jadi bingung, keknya mereka berdua udah saling kontak.


“Tapi kalo petting bisa lagi kan?” Shaun minta lagi… Shaun menggelitik pinggangku.


Aku hanya tertawa mengiyakan… aku sih gak masalah kalo gitu, mengingat Ryno juga udah main ciuman dan pelukan dengan Deya. Pasti mereka dua lagi petting, kok. Asal jangan sampe keterusan…


“Kalo gitu bentar malam lagi yah…” Shaun nekad banget.


“Udah, udah terlambat…”


“Kenapa?”


“Aku sudah mengundang Nadya tidur di sini…” Lucu juga aku membuat ia kecewa.


“Yah rugi dong!”


“Iya… supaya kamu gak perkosa aku lagi!” Aku meledeknya.


“Bisa threesome kan?” Shaun meledek.


“Yeee… gak ahhhhh….. aku gak percaya sama cewek itu, bisa-bisa hancur reputasiku di kantor nanti”


“Yahhh rugi dong, kalo tahu aku minta dari tadi…”


“Hehehe… Salah sendiri gak minta! Padahal aku udah siap kasih lho dari tadi… pas lagi aku penasaran sama kontolmu” Aku meledeknya… nakal juga sih… untuk buat cowok ini stress…


“Kamu sih gak minta tadi, pake cuekin aku seharian…” Benar juga, Shaun langsung stress.


“Yeee…masak aku yang minta!”


“Jadi kalo aku yang minta, bisa yah?”


“Tergantung..!” Aku membuatnya penasaran terus.


“Kalo gitu aku minta sekarang aja yah!”


Shaun berkata demikian sambil memelukku tiba-tiba dari samping. Ia menarik tubuhku hingga jatuh terlentang di tempat tidur. Dalam sekejap, Shaun langsung naik ke atas tubuhku…


Aku kaget, gak menyangka kalo Shaun senekad ini…


“Ehhh… jangan… Dickhead!” Aku berteriak sambil mencari tempat berpegangan, tanpa sengaja aku memeluk tubuhnya.


“Tuh kan langsung mau!” Shaun mulai menciumku… tapi aku menghindar…


“Iiiihhhh…. Nakal. Udah ah, Dickhead… jangan… udahan dong, berat… tuh Nadya udah mo sampai…! Aku gak mau!” Aku protes tapi Dickhead terus aja menciumku…


“Hmmmpphhhhh!” Akhirnya aku membiarkan bibirku diciumnya dengan panas… cowok ini nakal banget.


Tangannya langsung menyusup di balik kimono yang kupakai dan meremas toketku… gak mau ketinggalan moment, tangannya yang satu lagi mulai mencari jalan masuk ke selangkanganku…


“Eh, kok jadi gini… udah dong, Nadya udah mau datang!”


“Masih ada 15 menit lagi…!” Dickhead meningkatkan serangan membuat aku gelagapan…


“Dickhead, jangan kita tidak punya waktu…”


“Masih cukup kok!”


“Gak!”


“Masih!”


“Kamu mau buat aku kentang lagi kek tadi malam?”


Shaun menarik kepalanya dan menatapku dalam-dalam… ia melihat nafsu uang mulai terbangkit di mataku. Aku menatapnya balik…


“Astaga! Jadi semalam kamu menamparku karena kentang yah?”


Aku hanya bisa tertawa pelan…
 
Makin penasaran ane ma titien, sebetulnya dia nafsu gak sih shaun
Apakah nanti titien ama shaun bercinta suka sama suka kAh...?
 
Titin ngegampar Shaun karena kentang .. apa ts nya juga Kita gamparin ya karena bikin kentang .. hahaha
 
mantap suhu, akhir nya shaun berhasil ngejebol jg. sayang nya titien msh kentang, semoga next titien bsa plong :pandaketawa:
 
Puas bacanya suhu. Titien ouhh titien buat shaun klepek2. Hohoho
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd