Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Quest

Buset kirain am majikane eh taunya kok malah ngincer kucingnya ckckck,sayang padahal majikannya beuh
 
========
QUEST#05
========​

Ada suara ribut-ribut ketika aku terbangun karena lapar.
“Satria... Satria... usir burung jelek ini!” Leonny berteriak-teriak menggemaskan.
Aku mencari apa yang dimaksud Leonny. Burung?
“Jaka! Dari mana saja kau?” saat aku mengenali burung jalak itu. Ia terbang mengepakkan sayapnya berusaha membangunkanku.
“Kau mengenal burung ini Satria?” heran Leonny.
“Ya... Namanya Jaka... Dia yang membantu aku menculikmu dari rumah Samantha kemarin... Dia burung jalak...” jelasku.
“Wah... nampaknya kalian sudah sangat akrab, ya? Sudah tidur bersama... Wah... Hebat sekali...” serunya. Ada nada mengejek.
“Ya... ya... aku tau apa maksudmu... Kau mau menagih janjiku, kan?” kataku ingat perjanjian kami kemarin.
Ia tersenyum mesem. Ia juga udah ngebet kawin pastinya.
“Kau pasti sudah tidak sabar dan tidak bisa tidur semalaman, kan?... Membayangkan bertemu sejenismu sendiri...” aku mengingatkan kembali impiannya.
“Apa yang kalian bicarakan?” Leonny penasaran ingin tau apa yang sedang kami ributkan dari tadi.
“Si Jaka ini lepas dari kandang kepunyaan manusia dan belum pernah bertemu dengan burung jalak lainnya... dan dia kepingin sekali untuk kawin...” kataku.
Jaka mengepak-kepakkan sayapnya keki.
--------​
Kembali kami meneruskan perjalanan. Kali ini bertiga bersama dengan Jaka.
Kali ini aku agak sedikit merubah rencana awal yang menuju kembali ke rumah, menuju ke tempat tujuan Jaka. Membalas budi Jaka.
Jaka mengikuti kami dengan terbang dari hinggap di pohon, bangunan dan tiang listrik.
Aku menuju Pasar Burung...
--------​
“Satria... aku mendengar banyak suara bangsa burung dari sebelah sana!” seru Jaka yang rupanya sudah menyadari kalau tempat tujuan kami sudah dekat.
“Tempat apa di sana itu?” ia penasaran.
“Itu namanya pasar burung... Segala jenis burung dijual di sana... Kau harus hati-hati... Jangan sampai kau terlihat manusia... atau kau akan ditangkap dan dikurung lagi! Ingat turuti segala perkataanku dan kau akan aman... Leonny kau juga hati-hati... di sini mereka juga menjual kucing... Kau dan Jaka adalah jenis yang harganya mahal bagi manusia...” ingatku.
--------​
Sebagai kucing, kami berdua berjalan di pasar burung ini dengan hati-hati. Leonny terus menempel padaku dengan ketat.
Tapi karena perjalanan jauh yang telah kami lakukan telah membuat bulunya yang indah menjadi kotor dan tidak mengembang megar lagi. Sehingga tidak terlalu menarik perhatian orang karena sudah mirip kucing kampung.
Berbagai macam burung ada dijual di pasar ini dari burung yang paling umum di temui di alam bebas sampai burung langka yang ilegal diperjual belikan.
Pada beberapa kios, aku memang melihat kerangkeng burung jalak, tetapi mereka semua adalah burung jantan. Aku mencari burung betina untuk Jaka, temanku.
Di sebuah kios terbesar di pasar ini, aku menyelidiki lebih jauh. Leonny kusuruh memanjat hingga berada di atas atap kios itu. Bergaul denganku selama ini membuatnya sudah mendapat kembali insting kucing yang mahir memanjat.
Kupesankan pada dia agar Jaka juga menunggu di sana bersamanya. Setelah beres, aku mengendap-endap masuk kios dan menyelidiki.
Pada pamflet di depan kios ada bacaan kalau mereka juga menyediakan burung pasangan untuk pengembang-biakan. Ini khusus bagi peternak-peternak yang berminat untuk pembibitan.
Kios ini memang sangat besar, burung-burung dipisahkan menurut jenis dan kelaminnya. Di bagian depan dipajang burung-burung andalan, termasuk burung jalak yang kucari.
Itu dia!
Burung jalak betina... Ada lima ekor... kurasa ini cukup untuk menjadi harem Jaka... Kandang mereka diletakkan di bagian paling belakang kios ini.
Penjaga kios ini sepertinya ada empat orang yang kulihat sedang asyik bertransaksi dengan pelanggan-pelanggannya.
Ada yang membeli pakan unggas, membeli sangkar, membeli bibit, membeli burung... Cukup sibuk... Mereka tidak akan memperhatikan kucing sepertiku yang mengendap-endap dengan hati-hati agar tidak ketahuan.

“Hei... cewek-cewek cantik...” aku mulai beraksi.
“Ngapain kau kucing?” seekor jalak betina yang lumayan cantik mendengar suaraku yang pelan.
“Kami nggak ada makanan untukmu!” seekor lagi yang tak kalah cantik juga menimpali.
“Aku bukan mau mencari makan... Aku sedang menolong temanku... Ia sedang kesepian...” kataku.
“Kenapa tak kau temani aja dia...” seekor lagi juga ikut ngobrol denganku. Dan kelimanya kini merapat ke pinggir kurungan.
“... Temanku itu bukan seekor kucing seperti aku... dia burung jalak seperti kalian juga... katanya ia ingin sekali berkenalan dengan cewek-cewek cantik seperti kalian...” gombalku.
“Temanmu burung jalak seperti kami...? Aneh sekali... Aku tidak pernah dengar kucing berteman dengan burung jalak...” kata jalak betina keempat.
“Aku mencari kalian untuk minta tolong... karena dengan bantuan temanku ini... kemarin aku sudah berhasil mendapatkan betina untukku sendiri...” kataku.
“Bagaimana kami bisa bertemu temanmu itu jika kami terkurung di sini?” yang kelima ikut bicara.
“Itu masalah gampang... kalau kalian mau bertemu dengan temanku itu... aku bisa membukakan kunci pintu kurungan kalian ini dengan mudah...” tawarku memberi mereka kesempatan bagus ini.
“Itu kalau kalian... cewek-cewek cantik mau...” lanjutku.
Kelimanya terdiam sebentar untuk berpikir.
“Apa temanmu hanya ingin berkenalan saja dengan kami?” jalak betina ketiga bertanya.
“O iya... Sebagai informasi saja... temanku ini masih perjaka... Namanya aja Jaka, kan? Dia belum pernah bertemu dengan burung jalak lainnya... Jadi karena ia sudah cukup dewasa... ia sangat ingin sekali untuk kawin...” jelasku.
“Kulihat kalian berlima pasti sudah siap untuk kawin... pasti ia akan sangat senang melihat kalian... burung-burung tercantik yang pernah dilihatnya...” rayuku. Aku malah mulai terdengar seperti germo.
“Dan untuk itu kami akan bebas?” pasti jalak betina kelima.
“Benar, cantik... bebas... Bebas ke alam lepas... Kalian tidak akan mendapatkan kesempatan bebas ini setiap hari...”
Burung-burung betina jalak ini tidak diperdagangkan karena suaranya tetapi untuk perkembang biakan. Suara yang indah hanya dimiliki jalak jantan untuk menarik perhatian betina.

“Cepatlah ambil keputusan... Aku tidak bisa lama-lama bersembunyi di sini... Nanti akan ketahuan para manusia itu...” desakku. Jaka dan Leonny pasti cemas di atas sana.

“Baiklah... Kami akan menemui temanmu itu... Tapi kami tidak janji kami akan kawin dengannya... Yang terpenting adalah bebas dari sini!” putus jalak betina kelima. Sepertinya ia yang paling bijaksana.
“Bagus! Itu keputusan yang sangat bagus... Tidak enak terkurung begini...” aku senang sekali mendengar jawaban itu.
“OK... Begini... Dengarkan rencanaku... Aku akan membuka semua kandang burung di sini... Jangan tanya caranya... Pokoknya setelah terbuka... kalian berlima burung jalak yang cantik... terbang keluar dari pintu itu... OK... lalu terbang ke atas... ke atas atap. Temanku ada di sana... Ia yang akan membawa kalian ke tempat yang aman...” ujarku.
Burung-burung lain yang mendengarkan rencana ini senang sekali. Mereka berseru riuh hingga orang-orang jadi bingung ada apa dengan hewan-hewan ini.
MARVELOCITY digabungkan dengan CLAMP!
Gerakanku yang cepat membabat dan memotong jeruji kandang burung yang terbuat dari kawat ini. Semua kandang terbuka!
Berhamburanlah puluhan mungkin ratusan burung besar-kecil dari kios ini. Pemilik dan pekerja kios burung ini kelimpungan berusaha menangkap burung-burung yang bisa terlepas dari kurungannya. Bagaimana bisa jeruji kurungan bisa rusak bersamaan seperti?
Dalam kericuhan inilah aku mengikuti kelima burung jalak betina itu keluar dari kios dan langsung ke atap.
Leonny dan Jaka bengong melihat banyaknya burung yang berhamburan keluar dari kios seperti air bah. Gelombang demi gelombang sebaran burung yang terbang melarikan diri menuju kebebasan.
“JAKA! CEPAT TERBANG KE SANA! BAWA MEREKA JAUH-JAUH DARI SINI!” teriakku.
Untung saja burung pintar itu segera mengerti, cepat tanggap dan terbang ke selatan diikuti kelima burung jalak betina itu. Dari mulutnya terlihat senyum tersungging. Ia melirik berkali-kali pada burung-burung jalak betina di belakangnya.
“Ayo Leonny... Kita juga menyingkir dari tempat ini...” aku mengajak Leonny menyeberangi atap-atap kios pasar burung ini yang sebagian terbuat dari terpal plastik hingga menuju tempat yang aman.
Berkali-kali kami berpapasan dengan burung yang buru-buru melarikan diri dari kios tadi. Berkali-kali juga aku mendapat ucapan terima kasih karena tindakanku barusan.


========
QUEST#05
========​

Di atas pohon aku melihat Jaka dan kelima betinanya sedang bertengger. Wah... Dikelilingi lima betina cantik. Impiannya sepertinya akan menjadi kenyataan dengan bonus berlipat ganda. Karmanya bagus. Kuharap dia tidak gugup dikelilingi lima betina cantik seperti itu.
“Leonny tunggu sebentar di sini, ya? Aku mau mengucapkan selamat sama si Jaka dulu... Jangan kemana-mana tetap di atap rumah ini aja... ya?” pesanku.
Aku melesat menuju pohon di mana Jaka dan lima betina itu bertengger dengan MARVELOCITY. Tak lama aku sudah mencapai mereka.
“Satria... Wah... Terima kasih sekali, ya... Kau sudah mempertemukan aku dengan wanita-wanita cantik ini...” kata Jaka cengar-cengir dikelilingi wanita cantik.
“Selamat ya... Tapi kalau mau kuberi nasehat... Kalian sebaiknya pergi ke hutan saja... Di sana lebih baik dari pada di kota ini... Kalian bisa tertangkap lagi sewaktu-waktu... Kalau kalian terbang sekarang ke arah Barat... kalian akan sampai di hutan sore harinya...” usulku menunjuk arah yang kumaksud. Hutan terdekat ada di sana disekitar pegunungan. Itu tempat yang ideal untuk hewan-hewan ini.
“Usulmu bagus juga, Satria... Bagaimana... kalian mau terbang bersamaku ke Barat? Menuju hutan?” tanyanya pada kelima betina itu.
Mereka semua setuju dan bersiap-siap terbang saat salah satunya berujar, “Awan itu bergerak cepat sekali, ya?”
Saat kulihat awan yang dimaksudnya...
Kurang ajar!
Itu bukan awan. Itu kabut khas MISTY DRAGON milik Wira. Ia bergulung-gulung di atas atap rumah penduduk dengan kecepatan tinggi.
Menuju ke arah Leonny!

Segera aku menghambur memotong gerakan MISTY DRAGON itu untuk menyelamatkan Leonny yang tak mengerti apa yang akan menimpanya. Ia berdiri di atas atap rumah penduduk, menunggu manis.
WUUUFF!
Kusambar tubuhnya dan kembali kurangkul agar tidak terlepas dari kepemilikanku. Saat ini Leonny hanya milikku. Tak akan kuserahkan pada siapapun.
“Leonny! Pegang yang kuat!”
Ada sesuatu yang akan menyambar... Wah!.. ini insting kucing!
KRRAAAKKK!
Aku berhasil menahannya.
Capit melawan capit!

Seekor kepiting raksasa muncul dari gumpalan kabut dan menyerangku dengan sebelah capit kanannya yang besar. Ini mungkin kekuatan CARVICE yang disebut-sebutnya saat mengambil SHINY GEMS dari Vany bulan lalu. Ia sudah mendapatkannya ternyata dari cewek lain.
“Wira...! Heaaa...!”

Aku menggabungkan penggunaan empat ZODIAC CORE sekaligus untuk menyerang kepiting monster ini.
Aku membesarkan tubuhku dengan TAURUS hingga setara kepiting raksasa dan menduplikasinya hingga 10 ekor kucing raksasa berkat MULTIPLICITY GEMINI bersamaan dengan kecepatan MARVELOCITY ARIES plus hantaman capit CLAMP CANCER. Dengan gerakan cepat, satu gebrakan serentak dari 10 tubuhku menghantam kepiting besar itu!

BRUUUUUUUUUUKKKKKKKKKK!
Kepiting itu tergencet di tengah. Terdengar derakan cangkang yang retak. Aku menggeram mundur; sepuluh tubuhku secara bersamaan.
Atap pergudangan dimana kepiting raksasa itu berdiri ambruk jadinya menerima serangan dahsyat itu karena pondasinya tak kuat menahan hantaman kekuatan kami barusan bersama-sama kabut yang melindunginya.
“Ayo, Leonny... Kita pergi dari sini...” aku lalu merangkul kucing betina itu dan terbang menggunakan sayap XOXAM.
Aku segera tiba di rumah... Aku tak bisa membuang-buang waktu dan tak memperdulikan pandangan tak percaya Leonny.
Sebentar saja kami sudah sampai di rumahku. Kami masuk lewat jendela kamar Putri.
Saat mendarat aku sudah tidak tahan lagi. Tak sadarkan diri...
 
========
QUEST#05
========​

“Satria... Satria... bangun... Bangun...” aku merasakan kepalaku dijilat-jilat. Terasa geli.
“Hng... Leonny...?” rupanya dia yang menjilati kepalaku.
Rupanya semua sudah berkumpul di sini. Putri, Dewi dan Bang Eros dengan wujudku.
Aku pingsan karena kelelahan terlalu banyak mengeluarkan energi penggunaan core. Juga karena belum makan sejak kemarin dan perjalanan jauh yang kulakukan.
“Orang-orang ini sudah memberiku makanan... dan susu... Kau sebaiknya juga makan, Satria...” kata Leonny.
Aku melihat tempat makan kucing bekas Leonny dan tempat minum susunya. Mungkin Putri atau Dewi sengaja membeli benda-benda itu khusus untuk menyambut Leonny. Juga makanan kesukaannya.
Aku tidak bisa memakan makanan kaleng milik Leonny sehingga aku memilih makan nasi, potongan ikan dan daging ayam semur. Lumayan... Kenyang juga.
Sore itu, kami berdua dimandikan Putri dan Dewi bersama-sama dalam satu bathtub. Leonny yang telah terbiasa mandi untuk kebersihan dan keindahan tubuhnya sangat menikmati mandi ini.
Selama dua hari ia sudah berkotor-kotoran di luar sana, melewati kesulitan dan bahaya.
Tetapi bagiku, mandi seperti ini lebih merupakan penyiksaan daripada kebersihan.
Setelah bulu kami dikeringkan dan Leonny disisir, aku bertemu dengan bang Eros dengan wujud tubuhku.

Eros
“Satria... Kau pasti sudah tau kalau kerjaanmu ini sudah diketahui sainganmu itu... si Wira... Kau bahkan sudah bertarung dengannya saat akan kemari tadi...” kata bang Eros.
“Dan tadi... bahkan saat kau pingsan tadi, ia juga datang kemari dengan kabut putih itu... Tapi sudah abang usir... Karena tipe serangan abang yang berbeda dengan milikmu... si Wira itu pasti akan menyadarinya... kalau yang tadi itu bukanlah dirimu yang sebenarnya...” lanjutnya.
“Tapi jangan khawatir... Abang sudah menyiapkan seri perlindungan bagi rumah ini... agar tidak ada gangguan yang bisa mengganggu rumah beserta isinya...”
“Konsepnya sama seperti pelindung rumah ini dulu sewaktu memakai kekuatan formasi oom Ron dan oom Buana... Enam kekuatan yang melindungi rumah ini secara kasat mata...”
“Tetapi karena ini adalah buatan abang... makanya berbentuk boneka juga... Mereka ditempatkan di depan, belakang, samping kanan, kiri, atas dan juga bawah... Kau mungkin bertanya untuk apa di bawah diletakkan juga?... Karena si Wira itu juga mampu menyerang dari bawah tanah...” jelas bang Eros.
--------​
Si Wira itu... benar-benar nekad... Anak itu benar-benar tidak bisa dibiarkan... Dia terang-terangan menyerangku langsung bahkan berani menyerang ke rumahku... setelah sebelumnya datang pada acara mamaku beberapa hari yang lalu.
Tapi aku harus bersabar sampai enam hari lagi karena ulang tahun Leonny pada tanggal 10 Agustus nanti.

“Lihat! Dia datang lagi...” seru bang Eros seperti dapat merasakan gangguan ini.
Kurang ajar!
Gulungan kabut berwarna putih menandai kedatangan Wira. “Biarkan dia merasakan PROTECTION GEAR SET SERIES terbaruku...” kata bang Eros. Kami berkumpul di depan gerbang untuk menyambut apapun yang akan terjadi.
Gulungan kabut itu mulai membentuk sosok yang lebih jelas. Sosok naga! Ini menjelaskan kenapa namanya MISTY DRAGON karena memang ia adalah seekor naga kabut. Seluruh kabut itu membentuk naga raksasa yang akan memakan gerbang rumahku untuk menerobos masuk. Ini mungkin kekuatan maksimal MISTY DRAGON itu.
Sedetik kemudian, kepala naga kabut itu buyar seperti menabrak sebuah tembok yang kokoh sekali. Lalu berkumpul membentuk kepala naga kembali,
Entah dari mana asalnya muncul tiga buah bola berpantulan ke sana kemari. Bola-bola itu seperti bola pantai plastik biasa yang berwarna biru, putih dan transparan.
Kemudian ketiganya berpantulan di tempat menghadang naga kabut itu. Terlihat tidak meyakinkan.
‘”QUADRA ATTACK...” Bang Eros menggumamkan sesuatu. Ia tetap berdiri di tempatnya dan menyiapkan serangan.
Ketiga bola itu berdesingan dan memijarkan energi yang saling berhubungan antar ketiganya. Lalu energinya terpancar ke arah naga kabut itu.
Bukan! Ternyata bukan ke naga kabut itu... Ada sebuah bola lain di belakang sana... Berwarna hitam...
“Bola biru menembakkan elemen es, bola putih menembakkan elemen petir dan bola transparan menembakkan elemen cahaya... ditujukan pada bola hitam yang berlemen kegelapan... akan menghasilkan DARK BEAM!...” gumam bang Eros mengenai serangan ini.
Bola pantai hitam mengumpulkan semua energi yang ditembakkan padanya lalu menghimpunnya pada satu titik yang membesar, bahkan lebih besar dari bola itu sendiri.
“DARK BEAM!” seru bang Eros begitu timing-nya tepat.
Semburan energi berwarna biru keputihan dan berpendar hitam itu memancar menyilaukan menyapu naga kabut yang mencoba memasuki pagar rumahku.
Berputar-putar naga kabut itu dalam pusaran energi yang tak terhingga besarnya itu, membakar dan menguapkan massa tubuhnya yang didominasi unsur air dan udara.
Sisa-sisa uapnya mengepul dan membumbung hingga hilang di udara.
Sosok Wira berdiri di tengah-tengah uap. Masih tak percaya apa yang terjadi pada MISTY DRAGON-nya yang hancur lebur berantakan karena DARK BEAM. Bisa dipastikan kalau naga kabut andalannya itu sudah musnah.
Ia marah sekali dan terlihat sangat gusar karena dikalahkan dengan telak. Wira terlihat mengeluarkan kotak SHINY GEMS dari kantongnya lalu ia mengambil beberapa koleksinya.
“TITANIUM SLATS! AEGIS BODY! BOOTY LEGGING! WARFARE CUIRASS! WOFRAN SHIELD!” teriaknya.
Kelima benda kecil yang diteriakannya tadi membentuk berbagai aksesoris perlindungan bagi tubuhnya untuk serangan berikutnya. Ia jadi sangat serius sekarang. Biasanya ia akan mundur kalau sudah kalah telak begitu. Kali ini tetap meradang maju.
“Apapun yang dipakainya tak akan mampu menembus PROTECTION GEAR SERIES-ku...” gumam bang Eros lagi. Bang Eros jauh lebih serius lagi dari yang pernah kuingat.
“GIANT POTION!” teriak Wira lagi...
Tak terduga ia punya SHINY GEMS seperti itu yang mampu membuat tubuhnya membesar seperti raksasa... lengkap dengan armor yang dipakainya.
“Hmm... menjadi raksasa saja tak cukup untuk melubangi kubah PROTECTION GEAR SERIES... Coba saja...” kata bang Eros dengan wajah ketat.
Ada desiran angin kencang yang mengiringi langkah pertama raksasa Wira yang akan menginjak kubah PROTECTION GEAR SERIES.
Terdengar teriakan dari jauh...
“BAAAAAYUUUUUU BAJRAAAAAAAAAAA!”
Gumpalan angin yang tak kalah besarnya menggulung raksasa Wira hingga melayang dan terbang tinggi.
Dengan kebingungan, tubuh raksasa Wira terangkat di udara. Ia tak mampu membendung gulungan energi angin ini hingga ia terbawa hingga jauh dan tak terlihat lagi. Menjadi titik sinar di cakrawala. Seperti tim Rocket yang dikalahkan Satoshi dan pokemon-pokemon-nya. Ting!
“Itu pasti Sheila...” kata bang Eros mendongak ke atas menunggu kedatangan adik kandungnya itu.
Benar saja, tak lama gadis cantik berarmor NAGA AGNI itu mendarat dengan cepat di depan kami.

Sheila
“Wow... besar sekali tadi anak itu... Ia pasti marah sekali kubuang sampai jauh... Mungkin dia akan jatuh di laut dan bermain-main dengan ikan...” kata kak Sheila mengomentari ukuran tubuh Wira tadi.
“Itu tadi jurus barumu?” tanya bang Eros.
“Ya... Namanya Bayu Bajra... NAGA AGNI baru saja mengajarkannya padaku... Nanti aku akan belajar ilmu lain... Aku saja tidak tau ada berapa banyak jurusnya...”
“OK... Baiklah untuk sementara ini... kita akan aman... Semoga saja setelah tadi... anak itu akan berpikir panjang untuk menyerang lagi...” kata bang Eros.
“Eh... Ini Satria, ya...? Wah... Lucu sekali bisa jadi kucing...” kak Sheila langsung saja memeluk tubuh kucingku.
“Ihh... Gemes sekali melihat Satria jadi begini...”

========
QUEST#05
========​

Setelah beberapa hari kejadian itu, akhirnya tiba juga. Enam hari aku menunggu hingga 10 Agustus dan tidak sekalipun aku keluar dari rumahku.
Sehari-harinya aku hanya berduaan saja dengan Leonny, apalagi kalau bukan bercinta. Semakin sering ia bercinta, semakin mahir saja ia mengimbangi bakatku. Mungkin ia ingin mengisi kekosongannya selama ini.
Kucing betina seumuran dia, seharusnya sudah beberapa kali melahirkan. Tapi setelah bertemu denganku, ia mungkin mengejar semua ketinggalannya.
Mudah-mudahan saja dengan bibit dari tubuh kucing yang kupakai ini bisa menghamili Leonny.

Pagi-pagi sekali, sebelum Putri, Dewi dan bang Eros (yang memakai bonekaku) pergi sekolah, kami dimasukkan ke sebuah kamar di lantai dua. Hanya berdua saja.
Leonny dipakaikan pita...
Dan aku memakai kalung jalinan benang dengan hiasan bulatan kecil plastik berwarna hijau muda. Alat pemicu CHARM andalanku.

“Selamat ulang tahun yang ketiga, ya... Leonny... Semoga panjang umur dan sehat selalu...” kataku. Ada buket bunga krisan dan tiga tangkai mawar merah di dekat tempat tidur Leonny. Dewi yang menyiapkannya.
“Selamat ulang tahun? Ulang tahun itu apa?” tanyanya nggak mengerti. Kepalanya sampai miring-miring mencoba mengingat momen seperti ini.
“Ulang tahun adalah tanggal yang sama tiap tahunnya kita lahir... Jadi tiga tahun lalu... tanggal ini... Leonny lahir...” jelasku.
“Wah... begitu, ya?... Jadi perayaan tiap tahun yang dilakukan Samantha itu adalah untuk ulang tahunku...?” kenangnya. “Samantha pasti sedang sedih karena tidak bisa merayakan ulang tahunku kali ini...” ingat Leonny.
“Jangan sedih... Kita akan merayakannya... berdua... Aku punya hadiah yang spesial untukmu...” kataku memulai.
“Hadiah yang spesial...? Apa itu...?” ia penasaran.

Mengingat kembali saat pertama sekali aku berkenalan dengan Carrie...

Tubuh kucing ini terasa sangat ringan... kekar dan kokoh...

“... Satria... Apa yang terjadi padamu... Kamu menjadi semakin gagah saja... Ooohh... Aahh...” desah Leonny saat ia menggesekkan kepalanya ke leherku. Belang hitam putih di bulu tubuhku berubah loreng seperti macan. Rawwrr...
Aku mulai mencumbunya seperti yang kulakukan beberapa hari ini. Dada busungnya kukulum hingga ia menggeliat. Pantatnya yang sekal kuremas dengan lembut.
Leonny mengerang-erang kenikmatan menerima pesona CHARM versi kucing-ku ini.
“Satria... Satria... Enak sekali... Enak... Satria... Ooouuhhh... mm... ouuhhh...”
Giliran vaginanya yang mendapat permainan lidahku. Jilatan-jilatan perlahan membuat Leonny bergetar. Sesekali ujung lidahku menerobos masuk ke liang sempitnya membuat kucing betina ini melolong. (kucing bisa melolong? mengeong kali, ye?)
Lalu diikuti dengan jilatan cepat dan sesekali hisapan kuat menyedot cairan yang keluar dari vaginanya yang dilingkupi bulu tebal jenis kucing siam ini.
“Enak... Enak sekali, Satria... Kali ini sangat luar biasa enak... Lagi... lagi... buat aku merasakannya lagi... oohhh...” gumamnya terlentang di lantai.
Aku menjawabnya dengan mengeluarkan penis kucing-ku yang membesar lebih dari biasanya.
Leonny meneguk ludah melihat peningkatan ukuran penis yang akan mengaduk-aduk vaginanya.
Kusodorkan penis itu ke mukanya dan langsung saja ia mengulum dan menghisapinya dengan ganas. Ia sudah terbiasa melakukan hal ini dari percintaan kami sebelumnya.
Aku memompakan penisku di dalam mulutnya sehingga aku seperti sedang mengentoti mulutnya.
Kubalik badanku hingga aku juga berhadapan dengan kelamin kucing betina yang sudah berlendir basah ini. Kembali aku bermain dengan vaginanya sementara penisku masih dikerjai Leonny juga.
Ber-69 begini untuk beberapa lama akhirnya aku hentikan. Leonny dengan tidak rela melepas dekapannya pada pinggangku. Masih ada bekas liurnya pada penisku yang menegang merah. Terasa panas.
Leonny memperbaiki posisinya, berharap aku segera memasukkan penisku ke vaginanya dengan mengangkang lebar.
Kuseka penisku dari cairan yang tak perlu dan kemudian kuhampiri kakinya yang mengangkang.
Penisku yang menegang kutempel ke bibir vaginanya dan kugosok-gosok sebentar. Leonny sangat tidak sabar, ia memajukan pantatnya agar penisku segera menerobos masuk vaginanya yang kehausan.
“Satria... Satria... Ayooo... masukkan... oohh...” rengeknya menggemaskan.
Perlahan penisku meluncur masuk. Terasa hangat dan basah. Leonny mengatupkan otot vaginanya untuk meremas penisku.
Kutusuk-tusuk perlahan agar masuk sepenuhnya. Leonny mengerang-erang dan mendesis menerima penisku di vaginanya.
Akhirnya tubuh kami sudah menyatu. Penisku masuk sepenuhnya. Leonny menahan nafasnya untuk beberapa saat menerima ukuran penisku yang lebih besar dari biasanya di liang vaginanya.
Kujilati belakang kupingnya untuk memberi sensasi kenikmatan tambahan. Ia hanya bisa membenamkan kepalanya di leherku. Nafasnya terasa berat.
“Satria... Satria... Enak... Enaaak banget... Ini lebih nikmat dari biasanya... Enak baaanget...” bisiknya.
Kutarik penisku sedikit lalu kedorong habis kembali. Kuulangi sekali lagi... dua kali... tiga kali. Dan tiap kali jaraknya semakin panjang.
Akhirnya aku memompakan penisku hanya dengan menyisakan ujung penisku saat menarik keluar. Semakin lama juga semakin cepat intensitasnya.
Tubuh Leonny terguncang-guncang menerima rojokan penisku yang mengebor vaginanya dengan gila. Ia meraung-raung seperti harimau betina penuh dengan kenikmatan. Ini memang seks terdahsyat yang pernah kuberikan padanya.
Selanjutnya aku memompa penisku dari belakang. Gaya yang seharusnya dilakukan saat sepasang kucing bercinta. Pantatku kuayun dengan cepat, menembusi vaginanya yang berlepotan cairan vaginanya.
Leonny mengerang-erang menerima tiap pompaan cepatku di tunggingan vaginanya. Pantatnya juga ikut menghentak tiap aku menekankan pinggangku.
Kucabut sebentar penisku dari liangnya lalu kumasukkan lagi dengan perlahan. Ia kembali mengerang dengan manisnya.
Begitu kuulang berkali-kali karena suka sekali mendengar erangan Leonny yang sangat seksi sekali.
--------​
Entah sudah berapa jam aku berdua dengan Leonny di kamar ini. Kami terus bercinta tanpa puas-puasnya. (Mungkin orang-orang di rumah ini sudah sangat terganggu dengan suara bising yang kami ciptakan. Maklum aja... kucing toh...)
Leonny termasuk kucing betina yang kuat juga karena sanggup meladeniku berlama-lama. Vaginanya siap menerima gempuran penisku selama apapun.

Apa ini memang sifatnya kucing, ya? Karena kalau dipikir-pikir, kalau kita mendengar kucing kawin pada malam hari, kita bisa mendengar suara ributnya dari malam sampai pagi. Kuat banget, ya?

“Satria... Hebat... hebat sekali... Aku sangat puas... Ini kado ulang tahun yang tak akan pernah bisa diberikan Samantha atau siapapun padaku...” desah Leonny tubuh dan dadanya berguncang terus-menerus saat kusodok.
“Kau yang pertama melakukan ini padaku dan aku terus ketagihan... untuk terus... terus menikmati kepuasan yang sangat dahsyat ini... Hanya padamu... hanya padamu aku akan terus menikmatinya...” katanya lagi.
“Tunggu sebentar... Leonny... Aku sedang mengusahakan sesuatu yang sangat spesial untukmu...” aku memeluk erat tubuhnya dan mencoba berkonsentrasi untuk TRIGGENCE.
Pelan-pelan kuayun pompaan penisku ke vaginanya...

Mengingat senyuman Carrie pertama padaku saat kukatakan aku mencintainya... Manis sekali...
Ekor kucing pendekku menegang keras dan terangkat tinggi. Seluruh bulu-bulu kucingku mengembang.
Kuku kaki dan tanganku mengembang dan mencengkram karpet kamar ini... Mengumpul... Bergejolak... Panas... Tak tertahankan lagi...

“AAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHH!”
CCCCCCRRRRRRRRRROOOOOOOOOOTTTTTTTT!

Tubuh kami berdua terguncang-guncang menerima TRIGGENCE yang dahsyat itu. Penisku kujejalkan sedalam dan sekuatnya ke liang Leonny.
Kucing betina seksi itu berseru nyaring dengan penuh kenikmatan menerima semburan sperma TRIGGENCE-ku.
Kami berdua berpelukan terkapar lemas menyudahi seks kucing dahsyat berjam-jam ini.

Leonny tergolek lunglai ketka aku mencabut penisku. Aku sudah maklum walau begitu banyak sperma TRIGGENCE yang kukeluarkan tadi, semuanya langsung habis untuk mengeluarkan ZODIAC CORE incaranku... LEO.
Sinar yang keluar dari vagina Leonny itu langsung saja kusambar dengan mulutku.
Berkelebat di kepalaku bayangan yang silih berganti dan akhirnya jelas bentuk SUB-HUMAN FORM-nya berbentuk wanita dengan topeng singa yang bertaring menonjol. Bersenjatakan cakar yang tajam dari logam di genggamannya.

Leo
Lalu bentuk CREATURE LEO, mahluk setinggi dua meteran lebih berwarna putih seperti gabungan Yeti dan kucing dengan rambut punk mohawk berwarna hijau.
Saat kuletakkan di tanganku untuk melihat bentuk INITIATE FORM-nya, mengingatkan kembali pada bentuk cakar hijau yang berpendar jingga.
--------​
Ada suara ribut-ribut di luar. Ada apa ini? Apa si Wira kembali lagi? Gak ada kapok-kapoknya ya tu anak?
“Tunggu... tunggu dulu sebentar... mbak Samantha boleh masuk... tapi dia tidak boleh... Anak ini tidak boleh masuk ke dalam rumahku apapun alasannya... Hanya mbak sendiri saja...” argumen Putri di depan pagar.
Samantha datang bersama Wira? Jadi begini caranya sekarang? Bawa bantuan? Sudah putus asa mungkin dia.
Pasti ini ide anak kurang ajar itu agar ia bisa mengambil Leonny dengan membawa langsung pemilik kucing betina itu. Ia pasti sudah mengarang cerita kalau kami menculik Leonny, kucingnya.
--------​
“Ayo,... Satria... kita lakukan pertukaran lagi... Kau sudah melakukannya, kan?” kata bang Eros yang masih memakai boneka tubuhku.
“Ngeong...” jawabku.
“Bagus... aku akan mengembalikan jiwamu ke tubuhmu dan jiwa kucing ini ke tubuhnya... Kita ke kamarmu...” bang Eros menggendongku menuju kamar agar bisa bergerak lebih cepat.
Kami juga menyempatkan diri menjenguk Leonny yang masih berbaring di lantai, tertidur pulas.
Di kamar, tubuh manusiaku yang berisi jiwa kucing itu berbaring tidur menelentang tak berbaju. Kedua kaki dan tangan diikat.
Di sudut kamar tubuh asli bang Eros juga duduk diam tak bergerak di kursi belajarku karena ia juga memindahkan seluruh jiwanya untuk memakai bonekaku.
Terlebih dahulu, bang Eros mengembalikan jiwanya pada tubuhnya dengan memegang dahinya untuk beberapa saat.
Saat selesai, boneka tubuhku itu jatuh dan mengecil sehingga seukuran sekitar 10 cm. Bentuknya jauh dari bentuk tubuh asliku saat aktif.
Giliran kami sekarang.
Karena sudah beberapa hari ini diperlakukan begitu, tubuhku yang berisi jiwa kucing liar itu sudah terbiasa dengan manusia dan tidak berontak ketika bang Eros memegang kepalanya untuk prosesi pemindahan kembali jiwa kami yang telah ditukar.
“Satria... seperti waktu itu... Pandang matanya lekat-lekat dan berkonsentrasi... Kita akan memulai perpindahan jiwa lagi...” kata bang Eros. Aku masih ingat semua prosesnya.
“Terus pandang... konsentrasi... pikiran jangan bercabang... Bagus...”
Aku terus menatap mataku sendiri, begitu juga tubuhku menatap mata kucing ini...
Keadaan disekelilingku menjadi hening lalu gelap. Pandanganku menjadi kabur dan bergoyang-goyang. Lalu bumi terasa berputar-putar dalam suatu pusaran yang menyeretku ke dalam intinya...
“Satria...”
Tubuhku digoyangkan.
Tubuhku terasa berbeda... lebih besar...
“Bang Eros...” suaraku parau.
“Bagus! Kita sudah berhasil...” katanya tersenyum.
“Pakai bajumu... Kita segera ke depan!” bang Eros melempar sehelai baju kaosku dan menarik tanganku.
Masih terhuyung-huyung aku mengikuti langkahnya yang cepat.
Tanganku...?
Aku... aku sudah menjadi manusia lagi... Memakai tubuhku kembali... Senangnya... Tapi selamat tinggal Leonny. Aku tidak sempat mengucapkan selamat tinggal padanya. Pun, menjelaskan apa yang sedang terjadi saat ini. Apa yang kulakukan padanya, apa yang sudah kuambil darinya dan semua alasannya.
“Satria... Apa ini kamu, Satria...?” bisik Putri saat melihatku bersama bang Eros.
“Ya... ini aku... Aku sudah kembali...” jawabku juga berbisik.
“Jadi kau sudah berhasil?” kata anak itu dari balik gerbang.
“Ya... aku sudah mendapatkannya...” jawabku setenang mungkin pada Wira.
“Bagus... Aku atas nama mbak Samantha... meminta agar Leonny segera dikembalikan... Kami tau kalau dia ada di rumah ini...” kata Wira.
“Boleh... Akan kami kembalikan... Tapi kau tak boleh masuk... Hanya mbak Samantha yang boleh masuk... Mengerti?” kataku.
“Silahkan masuk, mbak...” kami hanya membuka pintu gerbang sedikit saja hingga hanya wanita itu yang bisa melewatinya dan langsung ditutup lagi meninggalkan Wira di luar. Kalau ia nekad masuk, ia harus berhadapan kembali dengan PROTECTION GEAR SERIES milik bang Eros.
“Begini mbak Samantha... kami menemukan kucing mbak ini dua hari yang lalu di pinggir jalan... Pada saat itu kucing mbak ini sangat dekil dan kotor... gak ada tag nama juga... hingga kami tidak mengenali kalau itu Leonny... Kami hanya tau kalau dia adalah kucing siam yang pasti mahal...” jelas Dewi.
“Langsung saja kami bawa pulang... Kami mandikan dan rawat yang seharusnya didapat kucing cantik seperti Leonny ini. Baru tadi pagi kami menyadari kalau dia adalah Leonny... kucing mbak Samantha yang hilang... dari status yang mbak sebarkan di sosmed...” kata Dewi.
“Ini dia...” lanjut Dewi mengiringi datangnya Putri membawa Leonny yang masih tidur pulas.
“Nampaknya dia masih tidur, mbak...” kata Putri.
“Leonny... Ooh, manisku... Mama kangen banget... sama kamu... Ooh... sayang mama...” langsung saja ia menubruk dan mengambil Leonny dari gendongan Putri.
Kami berempat, aku, bang Eros, Putri dan Dewi berkelingan mata melihat sandiwara kami ini.
Samantha mengelus-ngelus Leonny tapi kucing betina itu tidak bangun-bangun juga. Kelelahan karena percintaan tadi membuatnya tidur pulas begitu.
Begitu mendapatkan Leonny ia tidak lagi mempermasalahkan hilangnya kucing kesayangannya itu. Ia sudah cukup puas menemukan kembali hewan yang selama ini menemani hari-harinya.
“Ng... mbak Samantha... kalau bisa... nanti Leonny diperiksa ke dokter hewan... karena selama di sini... dia selalu bersama dengan kucing jantan kami... si Bujel... Ng... kalau-kalau Leonny jadi hamil...” kata Dewi ragu-ragu.
“... kucing jantan??????” ia terlihat shock sekali mendengarnya. Wajah cantiknya tiba-tiba berubah jadi sejelek dan seangker Mak Lampir, Valak dan Sadako digabung jadi satu.
“Meong...”
Tepat sekali timing-nya. Kucing jantan belang hitam putih itu muncul di depan pintu dan terlihat jelas oleh Samantha. Ia berdiri bersandar pada ambang pintu terhuyung-huyung karena masih lemas akibat proses perpindahan jiwa barusan.
Seakan tak tau apa yang terjadi, ia mengeong-ngeong tak jelas tanpa dosa. Kebingungan. Mungkin karena terbiasa jadi manusia dan tiba-tiba menjadi kucing kembali.
“Le... Leonny bergaul dengan kucing jelek itu??” histerisnya. Kami sampe harus nutup kuping rapat-rapat.
 
akhirnya updetnya keren..waduh suhu emang liar...crita enta g0kil
 
Terakhir diubah:
akhirnya updetnya keren..waduh suhu emang liar...crita enta g0kil

thank you bro hadijbk. update kemaren nama bro dibawa-bawa disitu. gak pa-pa kan?
oya nambahin dikit, part akhir quest #04: Cancer yg belum diterjemahin kemaren, udah ditambah. jd udah ada terjemahannya sekarang.
 
Terakhir diubah:
suhu mana apdetnya i miss dgn st0ry mu yg w0w itu..ksih yg spesial pake daging 0nta..
N0 pr0blem nama ane dicntumin biar exiz dkit
 
QUEST # 06
VIRGO

13 hari lagi, aku bisa mencari ZODIAC CORE ke-6, Virgo mulai tanggal 23 Agustus nanti.
Sehari setelah aku kembali menjadi manusia, aku harus kembali melanjutkan kegiatan keseharianku, sekolah. Berkali-kali aku disindir Mama saat sarapan. Harus ingat tugas utamamu, belajar dan belajar. Urusan yang lain itu nomor dua...
Di sekolah ini, jadi banyak sekali orang yang menyapaku. Aku bahkan tidak mengenal mereka. Anak-anak kelas 3 aja yang tidak semuanya kukenal menyapaku. Apalagi kelas 1 dan 2?
Beberapa hari enggak masuk sekolah aja udah jadi selebritis...
Apa ini kerjaannya bang Eros?
--------​
“Eh... Gimana tentang cewek kelas 1-D itu?” Andrew langsung menarikku duduk begitu bisa dijangkaunya.
“Anak kelas 1-D apa?” heranku.
“Alaa... pura-pura lagi... Anak kelas 1-D yang paling manis itu... si Anggie...” katanya lagi. Anggie? Siapa dia? Cantik, ya?
“Aku tidak tau anak kelas 1-D yang namanya Anggie, Dre..” jawabku sebal.
“Ck... Masa baru satu hari kau sudah lupa... Memangnya udah berapa banyak anak sekolah sini yang udah kau gebet? Sampai kau bisa lupa...” cecar Andrew lagi.
“Anggie?” ingatku.
Sekeras apapun aku coba mengingatnya, aku tetap tidak bisa mengingat nama Anggie kelas 1-D... Wajahnya aja tidak bisa kubayangkan. Yang kebayang malah muka Mama yang tadi pagi menyindirku sambil mengoles selai blueberry ke rotinya.
... Pasti ini kerjaan bang Eros. Tidak salah lagi.
--------​
“Bang Eros? Duh... bang... Apa aja sih yang abang udah buat selama menjadi diriku beberapa hari ini?” aku langsung menelepon abang sepupuku ini.
“Kenapa? Apa cewek-cewek itu pada mengerumunimu, ya?” jawab bang Eros disana.
“Cewek-cewek? Aduh... Berapa banyak cewek yang udah abang gebet selama jadi aku...” aku jadi takut pada jumlahnya.
“Nggak banyak kok... Cuma... rasanya di tiap kelas ada...minimal satu orang... Mereka cantik-cantik dan manis-manis, lho... Gemes ngeliatnya...” jawabnya santai saja.
“Apa! Di tiap kelas ada!” jeritku histeris.
Di SMA 105 ini ada sekitar 24 kelas... kelas 1, 2 dan 3 masing-masing 8 kelas. Jika memang masing-masing kelas, bang Eros menggebet minimal satu orang... akan ada 24 cewek yang sudah digebetnya.
“Anak sekolah lain juga ada...” lalu ia menyebutkan satu persatu nama-nama sekolah tersebut...
Mati aku! Aku cuma tidak menjadi diriku selama sembilan hari dan selama itu bang Eros sudah memakai namaku untuk menggaet cewek-cewek.
Dalam sembilan hari saja, aku sudah menjelma menjadi seorang playboy kelas kakap... Dan itu semua adalah perbuatan bang Eros.
“Eh... Satria... jangan takut... Namamu tidak akan jelek... aku jamin... Karena selama menjadi dirimu... aku tidak melakukan hal yang aneh... karena mereka juga suka denganmu...” jelas bang Eros membela dirinya.
“Tapi saat itu, kan bukan aku yang bersama mereka... aku juga gak tau... apa-apa saja yang kalian bicarakan atau apa yang sudah abang janjikan pada mereka...” aku mulai panik. Aku belum pernah merasakan hal seperti ini.
“Satria... Satria... Tenang... tenangkan dirimu... Bernafas yang teratur... “ bang Eros mencoba meredakan emosiku.
Aku mencoba mengikuti sarannya dengan bernafas teratur dan hasilnya agak sedikit tenang.
“Begini... Satria... Aku sama sekali tidak memberi janji apa-apa pada mereka... Aku tidak berjanji mencintai, pacaran, memberi hati, menunggu, I love you... tidak ada kata-kata seperti itu... Abang bisa pastikan itu... Dan kau tidak perlu takut kalau mereka menuntut apapun darimu karena semuanya adalah kehendak bersama...” jelas bang Eros.
“Sekarang yang perlu kau lakukan adalah menjaga hubungan baikmu dengan mereka semua... Kalau mereka perlu... Kau aturlah waktu agar bisa bersama mereka walau sebentar...” pesan bang Eros lagi.
“Tapi masalahnya adalah aku tidak tau siapa saja yang bang Eros gebet...” lanjutku lagi mulai panik.
“Oo... Nanti abang kirimkan nama-nama orangnya... OK? Kalau ada perlu apa-apa lagi... Jangan sungkan... telepon aja abang... Tapi sekarang abang ada sedikit urusan di kampus, nih... Dagh...” ia menutup telepon.
Beberapa menit kemudian, sebuah e-mail masuk dari bang Eros dengan attachment sebuah file data Spreadsheet/Excel.
Segera saja kubuka data itu dengan program yang ada di HP-ku ini.
Sejurus kemudian aku sudah membaca nama-nama cewek yang sudah digebet bang Eros lengkap dengan data-data pribadi mereka seperti nama, tanggal lahir, alamat, nomor telepon dan foto diri yang didaftar dengan rapi.
Dilihat dari angka nomor urutnya ada... 45 orang!
Mati aku...
Bagaimana mungkin bang Eros mengumpulkan 45 cewek ini dalam waktu 9 hari saja?
Di kelas aku kembali diberondongi pertanyaan penasaran Andrew tentang cewek-cewek yang pernah ‘kukencani’. Aku diamkan saja ia nyerocos terus. Aku mencoba berkonsentrasi pada pelajaran kimia yang sudah kulupakan sembilan hari ini.
Ini perasaanku saja atau bagaimana... Kenapa guru Kimia yang biasanya killer ini... malah tersenyum manis sekali padaku. Bu guru Sriani ini belum begitu berumur. Paling-paling 30-an tahun dan lumayan manis juga kalau ikat rambutnya itu dilepas dan rambutnya digerai begini... Kapan dia mulai berdandan begini?
Buru-buru aku kembali memeriksa daftar yang dikirimkan bang Eros...
No. 32. Nama : Sriani Ningrum... fotonya... Alamak!

========
QUEST#06
========​

Begitu bel tanda sekolah selesai, aku langsung kabur sejauh-jauhnya dari tempat itu.
Pikiranku kalut sekali. Aku tidak bisa berfikir dengan jernih. Aku bahkan tidak tau apa tujuanku selanjutnya.
Kenyataan bahwa aku adalah seorang playboy yang bahkan bukan aku sendiri yang melakukannya sungguh membuatku bingung.
Aku tidak pernah berpikir akan seperti ini jadinya...
--------​
Akhirnya aku baru menyadari kalau sekarang aku berada di puncak gedung West Point BSCA milik ayahku. Duduk melamun di heli pad yang sedang kosong. Angin yang bertiup kencang di puncak gedung ini telah menyadarkanku dari lamunan aneh.
Kenapa semuanya bisa berakhir begini... Aku tidak bisa melakukan hal yang sangat mustahil seperti ini.
Sekarang ada puluhan wanita yang menaruh harapan padaku. Aku tak tau lagi harus bagaimana... Aku harus mengadu kepada siapa?
--------​
“Apa kau tidak mengetahui kericuhan yang baru saja terjadi, jagoan...” tiba-tiba seseorang sudah ikut duduk bersamaku di heli pad ini.
“Papa?...” kagetku.
“Seorang pemuda gagah berjalan tanpa tujuan... Beraura kejantanan yang sangat kuat menimbulkan kekacauan di mana-mana. Laki-laki menjadi takut... Perempuan menjadi bernafsu... Teriakan-teriakan penuh birahi wanita ada di sepanjang jalan yang dilaluinya...” kisah Papa tak kumengerti.
“Bahkan ketika ia menaiki lift menuju kemari, mobilitas perusahaan terhenti selama 5 menit karena pengaruh yang ditimbulkannya...” lanjut Papa.
“Papa sudah sering melihat hal-hal ghaib atau aneh atau luar biasa sebelumnya... tapi belum pernah mendengar hal ajaib seperti itu...” katanya lagi. Aku jadi semakin heran, apa yang sedang Papa bicarakan ini.
“Papa... ngomongin apa, sih?” tanyaku akhirnya malah jadi kepo.
“Anakku... Papa harap kau berhati-hati... Kekuatan itu mempunyai tanggung jawab yang sangat berat... Kau harus bijaksana dalam menggunakannya... Karena jika kau salah menggunakannya... itu bisa menjadi kehancuran bagi dirimu sendiri dan bagi orang lain... dan lebih parah lagi... bagi dunia...”
Aku mulai mengerti arah pembicaraan Papa. Ia kembali menasehati aku tentang pencarian GOD MAESTER CORE ini.
“Terus, Pa... tadi tentang kekacauan itu... Apa maksudnya?” aku masih belum jelas.
“Ya sudah... Lupakan saja. Itu hanya masalah kecil dibanding dengan apa yang akan kau kerjakan nantinya...” ia bangkit dari duduknya.
“Papa mau pergi dulu, ya... Masih banyak pekerjaan...” ia mulai berjalan ke arah tangga.
“O, iya... Papa dengar Satria kemarin jadi kucing, ya? Pasti sempat berbicara dengan Wolfgang, kan? Apa kabarnya?” kata Papa berhenti.
“Sepertinya ia sehat-sehat aja, Pa... tapi dia jarang bicara sama Satria... Yang sempat lumayan ngobrol... sama Oom Anta...” kataku tentang peliharaan Papa dan Oom Ron itu.
“Ha...ha... Ya... ya... Satria memang harus memanggil oom sama mereka berdua karena mereka bahkan sudah ada sejak kalian belum lahir... bahkan lebih lama lagi...” ia termangu sebentar. Mungkin mengingat masa lalunya.
“Waktu begitu cepat berlalu... OK, ya... Dag...” ia lalu kembali berjalan dan menghilang di balik tembok.
Aku kembali duduk di atap gedung ini sendirian. Hanya ditemani deru angin yang kencang. Dari ketinggian sini aku bisa melihat garis-garis horizontal dan berubah menjadi undakan bukit dan gunung di kejauhan.
--------​
Setengah jam kemudian, aku memutuskan untuk turun.
Aku melewati berbagai pos sekretaris kembali untuk menuju ke lift. Orang-orang yang mengenaliku menepi memberi jalan.
“Satria...?” seseorang yang suaranya sepertinya kukenal.
“Eh... Jessie?... Apa khabar?” orang itu ternyata Jessie. Wanita yang memberikan ZODIAC CORE kedua; TAURUS, dalam koleksiku.

Jessie
“Baik, Satria... Aya sering banget cerita tentang kamu... Apa kamu sehat-sehat aja?” tanyanya
“Sehat... Jess... Maaf, ya? Aku tidak pernah menjumpai kalian lagi... Habis aku sibuk sekali...” alasanku.
“Gak pa-pa, kok... Jessie mengerti... Coba kemari sebentar...” ia menarik tanganku agar tidak lagi menunggu pintu lift terbuka. Ia membawaku turun lewat tangga.
“Ada apa, Jess?” tanyaku ketika kami mulai menuruni tangga darurat ini. Kirain ia mau mengajakku cumbu-cumbuan dikit.
“Apa tadi Satria tidak sadar sewaktu di lift naik kemari... melakukan semacam CHARM... Di lift itu ada sepuluh orang termasuk Satria... Enam diantaranya adalah wanita... Mereka terkena pengaruh CHARM itu dan memperkosa tiga laki-laki lainnya...” jelas Jessie.
“Apa! Memperkosa tiga laki-laki itu? Karena CHARM?” kagetku mendengar cerita Jessie yang tidak masuk akal itu.
“Ya... itulah yang terjadi... Awalnya aku juga tidak percaya... tetapi karena aku juga melihat rekaman CCTV kejadian di lift itu... di ruangan secutiry dan orang yang tetap berdiri paling belakang tak bergerak adalah Satria dalam bentuk yang berbeda... bentuk CHARM yang agak berbeda...” jelas Jessie.
“Agak berbeda? Berbeda bagaimana?” aku penasaran sekali apa yang telah terjadi.
“Seingatku CHARM Satria agak berbeda dengan yang di lift tadi... CHARM yang di lift itu jauh lebih menarik dan misterius dari CHARM yang pernah Satria pakai waktu ulang tahunku...” jelas Jessie lagi.
“CHARM yang berbeda?... Lebih menarik dan misterius dari CHARM-ku yang biasa?”... aku mengulang-ulang kata-kata Jessie itu.
Tetapi aku tidak ingat berubah seperti itu...
“Jadi ini maksud Papa dengan kekacauan tadi...” gumamku.
“Satria bertemu dengan Bapak Buana?” tanya Jessie heran.
“Ya... Tadi di atas heli pad... Kenapa?” tanyaku balik.
“Bukannya Pak Buana sedang berada di New York hari ini... bagaimana Satria bisa bertemu dengannya di heli pad?” Jessie kebingungan.
Papa di New York? Hmm... Pasti Papa memakai ilmu proyeksi diri itu lagi untuk menemuiku.
“Bukan... bukan bertemu langsung begitu... pake video call, kok...” kilahku nyari alasan yang logis.
--------​
Selesai menuruni satu lantai itu, aku lalu meneruskan turun menggunakan lift kembali.
Yang membuat aku tak habis pikir, bagaimana aku berubah menjadi CHARM tanpa kusadari. Dan kata Jessie, CHARM ini agak berbeda dari biasanya... lebih menarik dan misterius.
Apa itu up-grade dari CHARM yang biasa kupakai?
Sebaiknya kutanyakan pada EBRO. Mungkin core kecil tua lucu imut-imut kuning itu tau sesuatu.
Mobilku dimana, ya?
Aku akhirnya naik angkot karena aku baru ingat kalau tadi sepulang sekolah aku langsung cabut meninggalkan mobilku di sana.
“Halo, Hellen...? Ya... Seperti biasa... Mas mo minjam EBRO milikmu... ada yang mo ditanyakan?” pintaku pada sepupu tomboy-ku itu.
“Ah... mas Satria... ngeganggu aja... Aku lagi maen sama Tommy, nih...” sewot Hellen.
“Ya... sorry...sorry... Tapi EBRO suruh kemari, yah... Penting sekali...” aku memohon untuk ia membantuku.
Aku tau saat-saat seperti ini ia tidak bisa diganggu. Katanya mengganggu konsentrasi. Apalagi ngeseks dengan cowoknya itu.
“Iya... iya... Tuh... si EBRO-nya udah pergi! Klik!” ia langsung menutup telepon.
--------​
Tak lama, core lucu berwarna kuning itu muncul di kamarku yang kecil berantakan ini.
“Seperti biasa, kan? Kau mau aku membacakan tulisan bangsa Hyperios di lembaran tembaga buku itu?” tebak EBRO.
“Iya... ini... Coba kau baca tulisan ini...” aku lalu mendekatkan INITIATE FORM LEO di lembaran kelima buku ini.

DI UTARA, SAAT BULAN MENDAKI. LEO MENITI JEMBATAN TIGA BELAS BATU. PADA BAYANGANNYA DI AIR IA BERTANYA. AKANKAH HARAPANKU TERPENUHI? BERTEMU KEKASIH HATIKU, SANG PELARI.​

Apa lagi ini?
“Apa kau mengerti apa maksud semua tulisan ini?” tanya EBRO padaku.
Aku hanya menggeleng.
“Aku hanya merasa kalau tulisan-tulisan ini mempunyai maksud tertentu... Kau harus secepatnya mengerti apa maksudnya agar semua perjuanganmu tidak sia-sia...” nasehatnya.
“Aku juga sadar itu... Tapi aku belum ada waktu untuk meneliti apa maksud semua tulisan ini... Dan aku ada pertanyaan lagi...”
“... Apa memang ada bentuk CHARM yang kedua?” tanyaku.
“Bentuk CHARM yang kedua?” ia berusaha untuk mengingatnya.
“... Aku belum pernah dengar tentang hal ini... Kenapa kau menanyakannya? Apa kau mencapai bentuk kedua CHARM?” tanya EBRO.
“Aku tidak begitu yakin kalau itu CHARM bentuk kedua... bahkan aku tidak ingat berubah menjadi CHARM dan menimbulkan sedikit kericuhan...” jelasku.
Core kuning itu mengernyitkan dahinya heran.
“Kericuhan yang kusebabkan adalah para wanita menjadi begitu birahinya hingga sanggup memperkosa pria... Kata Papa... laki-laki menjadi penakut dan para wanita menjadi bernafsu... Itu karena pengaruh CHARM yang misterius ini...” lanjutku.
“Sungguh aneh... Tapi... bagaimana kau tau kalau itu memang dari pengaruhmu... sedang kau sendiri saja tidak sadar..?” realistis EBRO.
“Ada orang yang mengenali CHARM-ku lewat rekaman... Orang itu pernah kupakaikan TRIGGENCE CHARM untuk mengambil core istimewanya...” jelasku.
“Hm... begitu... Tapi yang menjadi masalahnya... Apa benar itu memang CHARM bentuk lanjut atau sesuatu yang lain... dan bagaimana kau tiba-tiba mendapatkannya tanpa kau sadari...?” pikir EBRO.
”Coba ingat-ingat... Apa saja yang kau lakukan sebelum berubah... Ingat baik-baik!” usul EBRO.
Sebelum kejadian itu...? Iya juga... bagaimana aku tiba-tiba ada di atas gedung BSCA...? Dan menyebabkan enam wanita memperkosa tiga pria sementara aku berdiri saja bengong di belakang semua itu di dalam lift yang tertutup.
Yang samar-samar bisa kuingat adalah ketika aku pergi begitu saja saat bel tanda sekolah berbunyi tanpa memperdulikan apapun.
Lalu aku tidak ingat apapun...
Tapi kenapa aku bisa begitu?
Apa karena perasaan tak menentu yang kualami saat itu?

“Aku merasa sangat berantakan saat itu... Pikiranku tak karuan... Bingung, marah, sedih, kalut, resah, takut... Sangat menyesakkan dada...”
“Itu... itu... Itu CRAVE...!” seru EBRO terjajar mundur.
“CRAVE apa?” aku terheran melihat ketakutan core itu.
“Itu tadi adalah CRAVE...” ia terhenti di tembok.
“Apa itu CRAVE?” tanyaku lagi penasaran.
“CRAVE bukanlah bentuk kedua dari CHARM... Karena CHARM tidak memerlukan peningkatan ke lebih tinggi... Perbedaan CRAVE dan CHARM adalah sisi pengaruhnya pada dua jenis kelamin...”
“CHARM hanya mempengaruhi lawan jenis... bagimu kepada perempuan... sedang CRAVE mempengaruhi lawan jenis dan sesama jenis... sehingga padamu... para wanita menjadi bernafsu sedang para lelaki ketakutan...”
“CRAVE bisa dikatakan sangat jarang dicapai karena dalam sejarah Hyperios... hanya sekali tercatat... manusia mencapai taraf CRAVE ini...” jelas EBRO panjang lebar.
“Hanya sekali... tercatat manusia mencapai taraf CRAVE ini?” aku berpikir keras. Apa maksud semua ini?
“Ini sangat luar biasa! Kau tau mengapa? Satu-satunya manusia yang tercatat sejarah itu adalah Kaisar Agung bangsa Hyperios ke-15... Karena kekuasaannya yang sangat besar meliputi 16 kerajaan... Itu semua kerajaan yang ada... Itu sama artinya dengan menguasai dunia, kan?...” lanjut EBRO.
“Ia sangat berambisi menguasai dunia dengan kekuatan CRAVE ini... Saat ia sudah menguasai 5 kerajaan... ia mengumpulkan semua wanita yang ada di kelima kerajaan itu... dan ia lalu menggauli semua wanita itu hingga ia bisa mendapatkan kekuatan CRAVE yang terhebat!” paparnya lagi.
“Kau bayangkan saja... wanita dari 5 kerajaan itu ada berapa banyak... Di sejarah hanya disebutkan jutaan wanita saja... Tapi berapa lama ia bisa menyelesaikan menggauli... katakanlah 1 juta wanita?” EBRO terus berkisah.
“Dalam catatan sejarah tidak disebutkan berapa lama... tapi yang terpenting adalah ia berhasil menyelesaikannya dan mendapatkan kekuatan CRAVE ini...”
“Dengan CRAVE, ia bisa dengan mudah menaklukkan kerajaan-kerajaan lain dalam peperangan... karena semua musuhnya menjadi takut dan gentar... Para wanita di kerajaan yang dikalahkannya juga digaulinya hingga semakin lengkaplah kekuasaannya atas semua kerajaan dan dunia... Ia hidup sampai 200 tahun menurut sejarah... Begitulah kisah Kaisar Agung bangsa Hyperios ke-15... Setelah ia wafat, satu persatu kerajaan-kerajaan taklukannya melepaskan diri karena Kaisar berikutnya tidak mampu mencapai CRAVE lagi seperti Kaisar Agung ke-15...” EBRO mengakhiri kisah sejarah Hyperios.
“... CRAVE...?” dengungku.
“Apa kau sudah mengerti pencapaian tertinggi ini... Ini adalah salah satu VIOLENCE tertinggi yang belum ada yang bisa mendapatkannya sejak Kaisar Agung itu...” jelas EBRO.
“Tak akan ada yang bisa mengalahkanmu bila mental lawanmu telah kau kuasai... Pertarungan akan dengan mudah kau menangkan dan para wanita akan dengan mudah kau taklukkan...”
“... Tapi aku tidak bisa mengendalikannya... Dan pertanyaan besarnya... adalah... Bagaimana bisa aku mendapatkan CRAVE ini? Aku belum sampai menggauli sejuta wanita dalam hidupku... Aku juga tidak tau kalau aku bisa... melakukannya...” tandasku.
“Soal pengendalian... adalah soal bagaimana kau melatihnya... Tentang caranya juga aku tidak tau... Mungkin saja cara mendapatkannya berbeda padamu dibanding dengan sang Kaisar Agung tadi... Padamu mungkin hanya membutuhkan beberapa perawan saja... sudah cukup... Atau mungkin ada hal lain yang tidak kita ketahui... seperti... kalau kau adalah reinkarnasi Kaisar Agung itu... Mungkin saja, kan?” ia kembali berteori.
“Yang terpenting... Kau sudah mendapatkan kekuatan CRAVE... Itu yang paling penting... Dan sebanyak apapun... lawanmu... mempunyai koleksi kekuatan... si Wira itu... tidak akan ada apa-apanya dengan CRAVE ini... Jelas?” lanjutnya mengingatkan sekaligus menghiburku.
--------​
Memang benar kalau CRAVE sangat menarik dan juga misterius. Cara mendapatkannya juga sangat luar biasa. Seingatku aku sudah menjebol 11 perawan selama hidupku. Perempuan-perempuan itu adalah 5 sepupu kembar-ku, Nicole adik Carrie, Jessie dan Aya, Silva dan Silvi dan terakhir si kucing Leonny.
Bila menjebol 11 perawan saja aku sudah mendapatkan CRAVE... Apa yang akan terjadi kalau aku menjebol sejuta...? Gila aja... Pasti pengalaman yang tidak akan bisa terlupakan...
Yang harus kulakukan adalah berlatih menggunakan kekuatan baru ini.
Sejauh ini, bentuk yang baru bisa kukendalikan adalah CHARM dan juga RAGE. Sedang BEAST juga LORD dan yang terbaru CRAVE belum bisa kukendalikan.
EBRO bilang, kalau saja aku bisa mengendalikan semua wujud kekuatanku itu, aku bahkan bisa memiliki dunia ini kalau aku menginginkannya.
 
Bimabet
========
QUEST#06
========​

Selama 13 hari aku mencoba untuk mengerti tentang diriku sendiri. Selama 13 hari itu juga aku mencoba untuk mengenali ke-45 wanita dalam daftar yang diberikan bang Eros.
Seleranya memang sangat bagus. Tak satupun dari ke-45 wanita itu yang tidak ‘lezat’ rasanya.
Bahkan para guru-guru wanita yang diincarnya juga berkualitas tinggi. Kalau ada yang sudah menikahpun masih sangat enak untuk dipeluk apalagi ditiduri.
Bisa dipastikan kalau nilai-nilai pelajaranku dengan masing-masing guru wanita itu akan sangat bagus...
Apalagi para gadis-gadis remaja sebayaku... Sangat menggemaskan. Satu hari saja aku bisa kencan lebih dari empat orang. Gak semuanya harus berakhir di ranjang, kan? Lebih banyak hanya sekedar jalan atau ngafe aja.
Sekarang, aku hanya perlu mempertahankan hubungan baik dengan mereka semua agar tidak ada masalah di kedepannya.
--------​
23 Agustus... Hari pertama aku bisa mulai mencari ZODIAC CORE ke-6, VIRGO. Kesempatanku sampai 22 September bulan depan.
Sejak tengah malam, aku sudah mengaktifkan Coremeter andalanku untuk mencari core istimewa ini. Hellen belum juga menyelesaikan Versemeter yang super canggih itu.
Jadi sebenarnya dengan Coremeter ini saja kurasa masih cukup untukku. Belum ada tanda-tanda keberadaan ZODIAC CORE ke-6 ini...
--------​
Triiiiiiiiiiit... triiiiiiiiiiittt... triiit...triiiiiiiiiiiiiitttttt...
Salah seorang cewek dalam daftar bang Eros menelepon. Seorang cewek cantik kelas 2-A dari SMA Swasta Glendales. Namanya Tere.
“Halo Tere... Selamat siang, cantik...” sambutku.
“Halo Satria... Makasih...” jawabnya manja.
Beberapa hari yang lalu, aku sempat berkencan dengannya, jalan dan nonton. Ia sangat manis dan manja. Orangnya mungil tetapi penuh semangat. Rambutnya pendek dan dicat warna almond. Enak sekali merengkuhnya dalam pelukan. Harum...
“Ada apa, Tere? Ada yang bisa kubantu?” gombalku tetap menjaga hubungan baik.
“Hmm... Gini, Satria... Bisa ketemu, gak? Aku mau ngomongin sesuatu, nih...” katanya.
“Mm... boleh... Ketemu di mana, Re?” sanggupku.
“Di taman... Taman besar di depan sekolahku... Tau, kan?” katanya.
“Taman besar di depan sekolahmu...?” aku coba mengingatnya... “Ya... ya... aku tau... Terus... kita bertemu di sebelah mananya...? Taman itu, kan lumayan luas...” tanyaku kembali.
“Di... tengah-tengah taman ada pohon yang paling besar... Nanti Tere akan nunggu di bangku taman di bawah pohon itu... jam 3 sore ini... Bisa, kan?” katanya.
“OK... Jam 3, ya...” setujuku.
Kira-kira apa yang akan dibicarakannya? Apa tentang hubungan kami? Kalau benar begitu... gawat juga.
Menunggu jam 3, aku putar-putar kota sekaligus mencari ZODIAC CORE VIRGO. Siapa tau aku beruntung dan mendapat jejaknya.
Tapi sayangnya, aku tak mendapat apa-apa sampai menjelang jam 3 sore ini. Dan akupun mengarahkan mobilku menuju Taman Asri di depan sekolah Tere.
Ada lumayan banyak orang yang mengunjungi taman ini. Ada yang sedang pacaran, ada yang sedang berolah raga, ada yang bersama keluarga, ada yang santai sambil foto-foto... Macam-macam aktifitas bisa dilakukan di taman yang luas ini.
Aku segera menuju bagian tengah taman ini dimana ada pohon terbesar yang menjadi bagian utama taman ini.
Pohon ini tak kuketahui jenisnya. Hanya pasti sudah sangat tua terlihat dari ukurannya yang besar dan cabang-cabangnya yang kuat.
Rimbun daunnya, menaungi bangku-bangku taman yang mengitari akarnya yang dalam.
Itu Tere...
“Hai, Tere... Sudah lama?” sapaku. Ia sudah melihatku dari kejauhan tadi. Ia berdiri untuk menyambutku.
“Baru, kok... Sekarang, kan tepat jam 3... Kamu selalu tepat waktu, ya... Satria...” pujinya.
“Itu sudah jadi kebiasaanku...” aku langsung duduk di sampingnya tanpa minta izin dulu.
“Mm... Gini... Satria... Aku mo bilang... Tapi kamu jangan marah, ya?” ia memulainya langsung saja. Sepertinya tidak sabar lagi untuk menyampaikan maksud pertemuan ini.
“Enggak... aku nggak akan marah...” pastiku.
“... ng... Kita, kan udah jalan beberapa kali... dan kita sama-sama menikmatinya... Apa... Satria... berniat meneruskan hubungan ini... ke tingkat yang lebih serius...?” tanyanya.
Glek!
“... Terus terang aja, Re... Sebenarnya tidak...” pendek saja jawabanku. Pertanyaan seperti ini yang paling kutakutkan akhir-akhir ini.
“Fiuh... Syukurlah...” ia terlihat lega sekali setelah lumayan tegang untuk beberapa saat waktu menunggu jawabanku.
“Kenapa?”
“Aku takut kalau Satria tersinggung... Karena ada seorang cowok yang nembak aku kemarin... Aku belum bisa kasih jawaban sebelum pasti dengan Satria...” jelasnya.
“Oo... begitu... Ya, bagus dong... Kalau aku tidak keberatan... Aku dukung 100 persen!” semangatku juga lega.
“Benar? Yakin? Enggak nyesel?” godanya. Tiap kali aku menggeleng.
Beep! Beep! Beep!
Core istimewa!
Tere memperhatikan aku mengeluarkan HP-ku untuk mengetahui posisi buruanku ini.
“Siapa yang nelpon, Satria?” ia bertanya karena aku tak kunjung menjawab bunyi ring tone yang jadul itu.
Aku memberi kode agar ia jangan bertanya lagi. Ia mengerti.
--------​
Panjang gelombangnya 1619 Hz... dan sedang bergerak dari Barat... menuju ke arahku. Bagus!
Aku segera memperhatikan arah kedatangannya. Berganti-ganti aku memperhatikan layar dan arahnya.
Feedback-nya sudah sangat dekat tapi objek bergerak yang di depanku tidak ada satupun yang sinkron dengan kecepatan bergeraknya.
Di depanku ini hanya ada sepasang kekasih yang sedang bergandengan tangan, berjalan pelan. Wanita hamil dan suaminya. Juga berjalan perlahan. Hanya itu.
Sedang jejak gelombang ini bergerak konstan ke arahku tanpa jeda bak terbang meluncur, tapi aku tak dapat melihat wujudnya sama sekali. Lalu berakhir setelah melewatiku hingga ke pohon besar di belakangku dan hilang begitu saja...

“Ada apa, sih Satria...? Kamu kelihatan bingung banget..” Tere penasaran atas tingkahku.
Aku menatap ke arah pohon ini dengan tak habis pikir... Apa ini? Kenapa tidak ada yang bisa kulihat... Padahal ia tepat melewatiku tadi.
“Ah... Gak... Gak pa-pa, kok, Re... Aku hanya tidak mengenal nomor yang tadi meneleponku...” kilahku.
“Kaya’-nya tadi itu bukan telepon, deh... Masa HP canggihmu itu ringtone-nya bip bip bip... Kuno banget...” penasarannya.
“Eh... he... he... he... Iya... aku suka dengan suara yang kuno begitu... kan jadi beda dengan ringtone orang lain...” aku masih berkilah.
“Trus... Gimana, tadi...?” aku meneruskan pembicaraan dengan Tere dengan masalah cowok yang nembak dia tadi.
--------​
Setelah selesai urusan dengan Tere dan ia sudah pulang satu jam kemudian. Katanya ia mau memberi jawaban pada cowok itu. (Setidaknya satu bebanku sudah berkurang)
Aku terus mencoba Coremeter-ku ini ke arah hilangnya jejak core istimewa itu di pohon besar. Tetapi nihil. Coremeter juga bekerja dengan normal. Tidak ada yang aneh.
Tapi... apa tadi yang tertangkap oleh Coremeter ini? Hantu? Masa iya hantu juga punya core? Bukannya hanya mahluk hidup yang punya core. Hantu, kan mahluk mati... Apa iya? Aku juga tak mengerti.
Aku lebih baik minta bantuan pada saudara-saudaraku.
--------​
Pintu kamar Hellen tidak bisa dibuka walau dengan password-ku. Sepertinya dikunci dari dalam. Apa dia sedang maen dengan Tommy lagi, ya? Sehingga ia perlu menambah kunci manual di pintu.
Akhirnya aku mencoba bel darurat yang tidak semua orang tau letaknya. Hanya Tante Dara dan Oom Ron yang tau letak alat ini.
Aku pernah mengintip mereka memakai alat itu waktu Hellen keasyikan bermain game dan lupa makan.
GROONG! GROONG! GROONG!
Begitu bunyinya yang nyaring pasti menarik perhatian Hellen atau siapapun yang berada di kamar itu.

Trek!
Terbuka... Seseorang membuka pintu besi ini...
Hiiiiiii...

Hellen

Tommy
Seram sekali muka mereka berdua dari balik pintu ini. Mereka pasti kesal sekali karena diganggu...
Sesudah kemarahan mereka mereda, aku baru tahu kalau tadi mereka ketiduran setelah sibuk mengerjakan proyek Versemeter yang belum selesai juga. Katanya mereka sudah begadang 2 hari ini.
Aku minta maaf sedalam-dalamnya. Sampai menyembah-nyembah mereka. Puja kerang ajaib.:ampun:
--------​
Versemeter sudah siap 65% dan memasuki tahap paling penting dari keseluruhan proyek ini. Yaitu mengenali jenis core dari panjang gelombangnya.
Seperti yang sudah aku ketahui, kalau core istimewa itu berada di kisaran 1500 Hz. Manusia biasa hanya berada dikisaran di bawahnya.
Dikatakan penting karena, jangkauannya yang global pasti banyak mahluk hidup yang tertangkap panjang gelombang corenya. Dan karena yang diinginkan hanyalah yang termasuk kriteria istimewa atau spesial. Dengan kata lain dikisaran1500 Hz-lah yang diutamakan terbaca dan dipisahkan.
Ini semua sudah termasuk program hologram untuk memisahkan objek-objek ber-core istimewa dengan objek bukan dengan core istimewa.
Hologramnya berbentuk 3 dimensi mengikuti tekstur objeknya. Hellen bilang program hologram ini memakai engine dari game favorit Tommy dan dia. Aku tidak mengerti.
Mungkin saja karena program CHIC pemberian Oom Ron banyak membantunya membuat semua ini.
--------​
“Mas Satria... Ini adalah rekaman percobaan ke 134. Objek pencarian adalah mas Satria dengan core ROSEDROP itu... ” Hellen memutar rekaman percobaannya pada proyektor.
Rupanya objek percobaan Hellen dengan Versemeter ini selalu aku. Mungkin karena ia punya data lengkap core pinjaman ROSEDROP ini.
Bagus sekali program ini. Semua mahluk hidup dalam bentuk wireline 3 Dimensi bergerak seperti aslinya.
“Itu mas Satria...” sesosok tubuh dengan perawakanku tampak berjalan di antara orang-orang.
Lalu muncul sebuah window baru yang mendeteksi core yang ada di dalam tubuhku setelah muncul sinyal kalau terdeteksi core istimewa.
Di window itu terlihat posisi ROSEDROP yang terletak di telapak tangan kananku. Ada keterangan tentang nama core, angka panjang gelombangnya dan bentuk gelombangnya.
ROSE DROP. 1532 Hz.
Kemudian terlihat core-core lainnya.
Dua core di tengah dadaku.
XOXAM. 2500 Hz.
VOXA. 2500 Hz.

Lalu koleksi 5 ZODIAC CORE-ku.
ARIES. 1542 Hz. Di betis kananku.
TAURUS. 1590 Hz. Di lengan kananku.
GEMINI. 1562 Hz. Di bahu kiriku.
CANCER. 1543 Hz. Di lengan kiriku.
LEO. 1554 Hz. Di paha kiriku.
Jadi di sana semua posisi ZODIAC CORE itu berada. Apa posisi itu yang mempengaruhi fungsi kekuatannya, ya?
ARIES yang mempercepat gerakanku berada di kaki; untuk bergerak cepat. TAURUS yang memperkuat pukulanku berada di lengan kanan. GEMINI yang mampu menduplikasikan tubuhku di bahu. CANCER yang mengeraskan cengkramanku di lengan. Sedang LEO belum kuketahui fungsi kekuatannya.
--------​
“Ini bagus sekali, Len... Luar biasa... Ini sudah mendekati selesai, kan?” kagumku.
“Seperti yang Hellen bilang tadi... Kami memasuki tahap terpenting dari proyek ini... Percobaan ini adalah contoh yang berhasil... Tapi yang gagal lebih banyak... Kami masih belum bisa mensinkronkan program lama Coremeter yang lebih sederhana dengan program baru Versemeter yang lebih kompleks ini...”
“Kedua program ini masih sering bentrok satu sama lain. Masih banyak variabel yang harus dicoba agar keduanya bisa bekerja sama...” jelas Hellen.
“Kalau cuma mendeteksi manusia dengan core biasa... sudah bisa... Itu contohnya... Cewek itu adalah teman semejaku di sekolah... Aku dengan mudah menemukannya sedang jalan-jalan di sebuah mall sendirian... Ini bisa juga sebagai alat pelacak...” kata Hellen menjelaskan kemajuan percobaannya ini.
“Jadi untuk semuanya bekerja dengan baik... kami memerlukan waktu sekitar sebulan lagi... sampai versi 1.0-nya siap dipakai... Mas Satria sabar aja menunggu, ya?” lanjutnya.
“Ya... Aku akan sabar menunggu... Tapi bagaimana kalau kita coba Versemeter ini sekali lagi... Bagaimana?” usulku.
“Ada apa?” ia ingin tahu.
“Tadi... sewaktu aku sedang berada di Taman Asri... yang ada di depan sekolah Glendales itu... aku menemukan jejak core istimewa... Panjang gelombangnya 1619 Hz... Masalahnya adalah... saat itu aku tidak bisa melihat bentuk orangnya... Padahal ia tepat bergerak ke arahku... lalu menuju sebuah pohon besar dan hilang begitu saja...” kisahku tentang kejadian aneh itu.
“Ada di depan mas Satria... tapi tidak kelihatan... dan menghilang di pohon...? Kenapa bisa begitu?” ia juga berpikir dan mulai mengaktifkan Versemeter-nya.
“Taman Asri... di depan sekolah Glendales...” ia mengarahkan pencarian terpusat di taman itu.
“Ini tamannya... Pohon yang mana, mas?” saat ia sudah fokus di Taman itu.
“Pohon yang paling besar di tengah-tengah taman ini...” tunjukku pada sebuah pohon yang paling rindang dan besar.
“Coba kita periksa... Versemeter bekerja dengan baik... men-scan bentuk pohon... mencari core pohon ini... Ini dia... Panjang gelombangnya 3055 Hz... Cukup besar... Ini sudah termasuk istimewa... Kemungkinan ia bisa mencapai angka sebesar itu... karena umurnya yang sudah sangat tua...” teori Hellen.
Kembali kami berpikir. Hellen membuat beberapa perspektif window untuk memperhatikan pohon ini.
“Ng... Len... Ini... garis apa?” tanya Tommy.
“Garis? Garis mana?” Hellen mendekatkan matanya pada layar komputer.
“Ini... Lihat... dari sebelah manapun dilihat... garis itu selalu ada... Dari samping... ia vertikal... dari atas ia sebuah titik saja...” jelas Tommy tentang yang dilihatnya.
“Iya... benar juga... Tadinya kukira ini garis di cell layar monitor... Garis apa ini...? ia kembali memfokuskan perhatiannya pada garis aneh itu.
“Ini seperti garis pembatas energi... yang sangat tipis... Tebalnya cuma 0.03 micron... Coba kita teliti lagi...” ia kembali melakukan sesuatu yang tak kumengerti.
Mereka berdua membahas garis itu tanpa bisa kutangkap maksudnya atau arahnya.
Selama hampir satu setengah jam Hellen dan Tommy mengotak-atik garis itu, mencoba berbagai kemungkinan, garis apakah itu?
--------​
“Ok... Ini kesimpulan terbaik yang bisa kami dapatkan dari garis aneh di pohon itu... Garis dimensi... Itu nama yang paling cocok untuk menyebutnya...” kata Hellen. Tommy mengangguk.
“Ng... Garis dimensi? Maksudnya?” gelap. Maklum aja, ya?
“Bisa dikatakan kalau garis dimensi ini adalah pintu untuk menuju dimensi yang lain yang bersinergi dengan dimensi kita ini...”
“Dengan kata lain adalah... di balik garis itu ada dunia lain yang juga bergerak bersamaan dengan dunia kita... Kita tidak bisa melihat mereka... Mereka tidak bisa melihat kita... Seperti alam ghaib...” jelas Hellen mengherankan.
“Apa mungkin itu alam kematian seperti yang sering dibilang orang, ya?” tebak Tommy.
“Alam kematian?” ulang Hellen.
“Mungkin saja... core istimewa itu milik hantu... Kita kan tidak bisa melihat hantu... Dan pohon itu adalah pintu untuk menuju alam kematiannya...” spekulasi Tommy.
“Hantu?” ulangku. Aku juga sempat berpikiran begitu tadinya karena tidak bisa melihat wujud pemilik core itu.
“Kalau benar-benar hantu... dan ia menuju alam kematiannya... berarti kita tidak bisa menemuinya lagi kecuali pergi ke alam yang sama... Alam kematian...” pikir Hellen.
“Alam kematian...?” dengungku. Terbayang olehku neraka dan setan-setan yang menyiksa jiwa manusia. Ketemu lagi sama kroco-kroco si LUCIFER, deh.
“Sepertinya kita perlu piknik...” usul Hellen.

========
QUEST#06
========​

Kami membawa banyak bekal yang cukup untuk semua orang untuk piknik di Taman Asri ini.
Semua orang adalah kembar lima bersama cowok-cowok mereka. Putri, Dewi dan aku. Sedang bang Eros dan kak Sheila nanti akan menyusul.
Diva bersama Rio sedang mojok berdua di suatu tempat di taman luas ini. Athena bersama Steven pasti juga begitu. Cuma mereka berdua harus lebih hati-hati, jangan sampai ketahuan fans Steven. Venus bersama Teo sedang melihat tanaman hias yang banyak menyemarakkan taman ini. Aphrodite mencoba beberapa mainan anak-anak bersama Galang. Sedang Hellen dan Tommy masih bersama kami di tikar.
Tikar kami gelar tidak jauh dari pohon besar incaran kami.
Hellen dan Tommy sudah mempersiapkan peralatan penelitiannya tentang garis dimensi itu. Versemeter dikendalikan dari jauh dan sedang aktif. Coremeter-ku juga aktif. Ini untuk berjaga-jaga kalau-kalau core istimewa itu muncul lagi.
“Gimana, Len... Apa yang bisa kau temukan?” tanya Putri sambil menyikut Dewi yang sedang mengunyah biskuit.
“Belum ada, mbak... Masih kosong...” jawabnya.
“Di sini juga nggak ada...?” tambahku.
“Kalau benar core itu milik hantu... berarti kau harus jadi hantu juga, Satria...” kata Dewi sambil terus makan.
“Jadi hantu? Apa kau mau... jadi hantu?” tanya Putri padaku.
“Ng... Gak tau...” jawabku kosong. Aku malah bengong. Kemaren baru jadi kucing, ini harus jadi hantu?
“Kalau kau benar-benar mau jadi hantu... kau harus menguatkan mental dulu... Soalnya kata kak Sheila... dunia hantu itu sangat menyeramkan... Dia kan sering liat hantu...” kata Dewi terus makan.
“Satria mana takut sama hantu...” bela Putri.
“Itu kak Sheila datang...” potong Hellen yang melihat kakak sepupu kami itu berjalan menuju kami.
“Aloo... semuanya...” ia menubruk kami semua yang duduk di tikar.
“Aah... Kak Sheila... Makananku hampir jatuh, nih...” keluh Dewi yang dirangkul lehernya.
“Wah... aku senang sekali... sudah lama kita tidak piknik seperti ini... Yang lain kemana?” serunya.
“Itu... Mereka semua ke sana... Diva... Athena, Venus... Aphrodite... sama cowok-cowok mereka... mojok...” tunjuk Hellen.
“Trus... kalian kok gak ikut mojok juga di sana?” sindirnya pada Hellen dan Tommy.
“He...he...he... Kami kan sedang kerja...” cengir Tommy.
“Kerja? Kerja apa di taman gini? Kita kan piknik...” hardik kak Sheila.
Kini mereka berdua yang menyengir kompak.
--------​
“Jadi pohon itu?” sela kak Sheila. Aku mengangguk.
“Mm... Kalian masih ingat... salah satu iblis LUCIFER yang berbadan besar itu... BELIAL?” ungkap kak Sheila.

Belial
“Ingat... Kenapa kak?” ingat Putri.
“Rakyat si BELIAL... tinggal di pohon itu... Masih di sana sampai sekarang...” jelas kak Sheila.
“Rakyat BELIAL?” kami semua terkaget.
“Kalian jangan bising begitu...” ia sampai kaget mendengar lengkingan suara Putri.
“Aku kan pernah cerita kalau si BELIAL ini adalah raja peri... Nama aslinya LAILEB... Dulunya kerajaan LAILEB ini, VANGUARZH... terdiri dari berbagai jenis peri... Ia sendiri adalah VANGUARZH ini adalah kerajaan peri pohon... Saat kerajaannya hancur karena persekutuan dengan iblis LUCIFER keparat itu... rakyatnya jadi terpecah-pecah... Karena wujudnya bukan peri lagi... rakyatnya tidak bisa melihatnya walau ia bisa melihat mereka...” kisah kak Sheila.
“Sekarang aku mengerti... garis dimensi itu adalah dunia peri yang tidak bisa kita lihat... bukan dunia kematian... melainkan dunia peri!” seru Hellen senang sekali.
“Dunia peri?” heran Sheila.
“Mas Satria mendapat jejak core istimewa berikutnya ada di sekitar pohon besar itu, kak...” jelas Hellen.
“Jadi... kau berkesimpulan... kalau itu milik salah satu peri di pohon itu?” pasti kak Sheila. Hellen mengangguk semangat.
“Heh..he... Jadi setelah jadi kucing... kau harus jadi peri sekarang, Satria...” kata kak Sheila tak terduga.
“Jadi peri?” kataku masih kosong...
“Siapa yang mau jadi peri?” tiba-tiba bang Eros sudah bergabung duduk dengan kami tak tersadari karena kami terlalu serius. “Hei... Kenapa kalian semua ngeliatin seperti itu?” kaget bang Eros.
--------​
“Ok... Masalah bagaimana kau menjadi peri sudah bisa dipastikan bisa dibantu bang Eros... sekarang... bagaimana kau bisa masuk dan melihat dunia peri itu adalah masalahnya...” kata kak Sheila.
“...Karena terus terang aja... aku yang terbiasa melihat alam ghaib aja tidak bisa melihatnya...” lanjutnya.
“Tapi tadi kak Sheila bilang kalau si raja peri itu bisa melihatnya... tapi rakyatnya tidak...” ingat Tommy.
“Iya, kak... Bagaimana ia bisa melihat rakyatnya?” ingat Hellen juga.
“Aku juga tidak tau...” jawabnya terus mengingat.
“Apa kali ini kita harus memakai alat seperti waktu dengan AZAZEL itu, ya?” cetus Dewi yang rupanya sudah berhenti makan.
“Alat seperti AZAZEL...?” ulang kak Sheila.
“Benar juga... mungkin saja LAILEB memakai sejenis alat untuk bisa melihat rakyatnya... Benar... benar... Pasti ada alatnya...” kak Sheila ngomong sendiri. Ia mencoba mengingat-ingat sesuatu.
“Eh... ngomong-ngomong si AZAZEL apa kabarnya, bang Eros...?” tanya Dewi.
“Sehat... dia sudah punya anak, lho...” kata bang Eros.
“Wah... dia sudah kawin? Wah... Hebat, dong...” seru Dewi.
“Si AZAZEL sudah kawin? Apa maksudnya?” heran Putri.
“Si AZAZEL, kan dibawa pulang sama bang Eros... Lalu jiwanya dipindahkan ke tubuh monyet ekor panjang yang dijual di pasar burung... lalu dikasih betina... Dia, kan suka banget ngeseks...” cerita Dewi.
“Kapan-kapan aku mo liat dia, ah... Anaknya lucu, nggak?” Putri dan Dewi jadi bersemangat.
“Eh... Aku ingat sesuatu... Aku pulang dulu, ya?... Jangan bubar dulu... Aku segera kembali... Sisakan makanannya, Wi...” seru kak Sheila yang buru-buru pergi dengan berlari kecil.
“Kak Sheila ingat apa?” tanya Hellen.
Tak ada yang bisa menjawab.
Mudah-mudahan sesuatu yang bagus.
“Dia pasti cepat kembali... Dia pasti terbang dengan NAGA AGNI-nya...” kata bang Eros.
Menunggu kak Sheila kembali kami meneruskan piknik. Bang Eros tiduran. Katanya mencari ide... untuk boneka peri-ku.
--------​
Setengah jam kemudian, kak Sheila sudah datang kembali dengan berlari-lari kecil lagi. Ia membawa tas kali ini.
Begitu sampai, ia buru-buru mengeluarkan isi tasnya.
“Apa!”
Kami semua kaget melihat benda itu. Itu adalah helm BELIAL. Prajurit utama kelas satu LUCIFER yang dihancurkan kak Sheila waktu itu.
“Kak Sheila menyimpan helm BELIAL ini?” tanya Putri.
“Tenang... Benda ini sudah tidak berbahaya lagi... Lihat lubang besar ini...” tunjuknya pada lubang di dahi helm itu.
“Tanduk di lubang inilah yang berbahaya... Dan karena tanduk itu sudah tidak ada... Ini benda yang aman dan berguna untuk kita sekarang...” jelasnya.
“Berguna untuk apa, kak?” tanya Hellen.
“Itu pertanyaan yang bagus...” kak Sheila malah memakai helm di kepalanya. Kegedean...
“Hebat! Hebat sekali!” serunya dengan bergema.
“Aku bisa melihat mereka... Para peri... Para peri berterbangan di mana-mana... Wow... ini seperti dongeng saja... Dongeng tentang peri waktuku masih kecil... Hebat...” seru kak Sheila terkagum-kagum.
“Mereka cantik-cantik... bersinar...” serunya terus.
“Sheila... gambarkan terus bentuk mereka...” pinta bang Eros. Mungkin agar ia ada gambaran tentang peri yang sebenarnya.
Kak Sheila menggambarkan detail satu peri dengan serinci-rincinya, lalu beralih ke bentuk peri yang satunya. Bang Eros membayangkannya dengan mata terpejam.
“Kak... kak... Pinjam, dong... Aku mo lihat juga...” rengek Dewi pengen coba.
“Enggak bisa Dewi... Sheila itu bukan sembarangan melihat... Ia juga memakai mata bathin-nya... Abang aja juga gak bakalan bisa... Kita harus berlatih tahunan agar bisa melakukannya... sedang si Sheila itu... memang sudah berbakat dari kecil...” cegah bang Eros.
“Oo...” kami hanya bisa mengatakan itu.
--------​
“Wah... Hebat sekali helm ini... Dunia peri itu memang sangat indah... Sepertinya tak pernah ada masalah di sana... Yang ada hanya kedamaian dan ketentraman... Andai dunia kita juga seperti itu...” gumam kak Sheila setelah melepas helm BELIAL itu. Bahkan kak Sheila yang Indigo terkagum-kagum dengan dunia itu.
“Pasti ada sesuatu yang membuat helm ini bisa melihat dunia peri...” ia kembali berpikir.
Selagi ia berpikir, Dewi yang masih penasaran, mencoba memakai helm itu. Tapi tampaknya ia tidak bisa melihat apa-apa. Putri dan Hellen juga mencoba.
Malah kini jadi mainan bagi mereka. Rebutan malah.
“Hei! Apa yang kalian lakukan pada helm BELIAL-ku!” teriak kak Sheila demi melihat Hellen yang sedang mencongkel hiasan seperti bentuk air mata di bagian atas mata kiri helm itu dengan kuku.
Mereka bertiga cengengesan dimarahi kak Sheila begitu. Tommy tertawa-tawa melihat pacarnya dimarahi. Dijitak.
Tapi begitu melihat kode dari bang Eros, kak Sheila baru menyadari sesuatu.
“Apa benar benda-benda ini...?” ragu kak Sheila.
Untuk mencongkel benda seperti air mata di helm BELIAL ini diperlukan alat yang kuat. Ada tiga air mata di helm itu. Satu dibagian atas kiri dan dua di bawah kanan.
Kak Sheila tak mungkin memakai NAGA AGNI-nya di tempat umum begini. Akhirnya aku yang mengeluarkan cakar XOXAM.
Ternyata keras juga. Kak Sheila memintaku berhati-hati jangan sampai merusak benda koleksinya ini.
Aku sampai keringatan untuk mencongkel ketiga air mata berbentuk tetesan air itu dari helm BELIAL dengan hati-hati. Entah perekat apa yang digunakan untuk menyatukannya. Akhirnya berhasil juga.
Kak Sheila mencoba memakai air mata logam itu lagi di posisi yang sama di atas dan bawah matanya.
“Terlihat... Aku bisa melihat dunia peri itu... Ternyata memang air mata ini yang membuat aku bisa melihatnya...” seru kak Sheila senang.
Dengan penemuan yang sangat penting ini, kami mengakhiri piknik ini, karena hari juga sudah mulai gelap sore ini.

========​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd