Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Quest

Bimabet
Core-nya blom ketahuan siapa yang punya....?
 
========
QUEST#06
========​

Segera kami memasuki kota yang kunilai agak kusam ini. Kota ini sangat ramai. Banyak mahluk-mahluk aneh yang berkeliaran di sini. Kebanyakan adalah serangga.
Nyamuk, kecoak, lipan, kaki seribu, semut, belalang, laron, ngengat... dan banyak lagi yang tak kuketahui jenisnya.
Bangunan-bangunan di sini terbuat dari ranting-ranting yang dijalin dan diikat menjadi satu. Jumlahnya sangat banyak hingga cukup layak disebut kota yang cukup besar.
Kehidupan malam di LAVOZE sangatlah ramai dengan para penduduk malamnya.
Kami juga menemukan peri-peri lain yang berseliweran dengan berbagai aktifitas mereka.
Di depan sebuah bangunan yang besar, Neirant berbisik...
“Di sini banyak peri yang diperjual belikan...” bisiknya.
“Ini tempat apa?” tanyaku.
“Ini tempat yang kotor...” seru Vlasq. Ia berjalan mendahului kami.
“Ini rumah bordil Madamme Naita... Ratu kerajaan malam... Badannya bagus sekali... Pelacurnya kebanyakan adalah para peri malam...” jelas Neirant.
Benar saja, tak lama beberapa penghuni tempat itu keluar.
4 peri berdiri di depan bangunan itu, menjajakan dirinya. Neirant menjelaskan padaku jenis-jenis peri itu.
Yang pertama adalah peri gunung. (yang ini aku sudah tau) Kulitnya yang coklat muda dan rambutnya juga coklat sangat khas jenis gunungnya. Ia tidak memakai kulit pohon sebagai pakaiannya melainkan meniru peri pohon dengan kelopak bunga besar. Dadanya yang sekal terlihat jelas di transparan bahan itu. Tubuhnya tetap berisi seperti saudara-saudaranya di gunung.
Yang kedua adalah peri laut. Cantik sekali. Wajahnya imut dengan mata yang besar dan bulu mata yang lentik. Rambutnya berwarna biru muda dan berombak. Kupingnya lancip dan runcing tinggi. Kulitnya berwarna abu-abu kebiruan. Ia memakai pakaian transparan berwarna biru laut. Menampakkan dadanya yang mancung.Tubuh peri jenis ini lebih langsing dari yang lain.
Yang ketiga adalah peri api. Yang paling menonjol adalah rambut keritingnya yang berwarna merah menyala. Kupingnya runcing kecil. Kulitnya sedikit lebih gelap dari pada peri gunung tetapi perawakannya tidak sekekar peri gunung. Bibirnya merekah merah dan tebal. Seksi sekali dengan tubuh jangkung dan dada mengkal.
Yang keempat adalah peri malam. Rambutnya berwarna hitam mengkilap. Panjang dan lurus. Kupingnya runcing keatas lalu lebar ke samping. Kulitnya berwarna ungu muda. Dadanya sekal mendongak keatas dan pinggulnya lebar. Seksi sekaligus menggairahkan. Kulitnya yang mungkin paling mulus diantara yang lainnya.

Kami lalu berlalu sambil terus melihat ke belakang. Keempatnya memanggil dan menggoda setiap orang yang lewat.
Vlasq berjalan di depan kami hingga kami harus mengejarnya. Jangan sampai barang bagus seperti dia diculik di kota bebas seperti ini.

Di ujung jalan, Vlasq memasuki sebuah bangunan. Kata Neirant ini adalah penginapan sekaligus restoran.
Sebelum masuk ke restoran itu, ia bertanya, “Kalian punya uang, kan?”
Kalau aku jelas tidak punya, tetapi Neirant punya. Vlasq lalu meneruskan langkahnya memasuki restoran itu.
Ia dengan hati-hati memilih meja yang terletak di belakang agar tidak menyolok dan duduk di sana. Kami mengikutinya.
Restoran berlantai tiga ini cukup ramai. Lantai 2 dan 3 diperuntukkan untuk penginapan. Pengunjungnya cukup ramai.
Kebanyakan mereka adalah mahluk-mahluk malam seperti serangga yang banyak kujumpai di luar tadi.
Mereka duduk dan makan sambil berbincang. Ada juga yang berdiri mengerumuni temannya yang bercerita. Beberapa serangga juga duduk di bar sambil menikmati minuman.
“Hei, lihat! Ada peri pohon bersama semut dan mahluk aneh...” seru seseorang (sesuatu).
Spontan mata semua pengunjung di sini tertuju pada kami bertiga yang duduk di sudut.
“Kalian pasti membayarnya mahal sekali hingga mau mengikuti cecunguk...” kata mahluk itu. Ia duduk memangku dua peri laut yang cantik dan seksi. Badannya gemuk sekali tetapi aku tidak tahu, mahluk apa ini?
“Jangan ladeni dia... Dia itu salah satu Borw...” bisik Neirant.
Borw? Seingatku... itu adalah jenis mahluk yang mengalahkan peri dalam perang setelah LAILEB menghilang. Jadi ini yang namanya Borw.
Badannya yang gempal dan kepala yang kecil tanpa leher. Matanya sipit dan hidungnya lebar. Bibirnya tebal dan berambut jarang. Kulitnya sedikit bersisik berwarna orange. Tangannya ada dua pasang.
“Hei... dimana kalian mendapat peri pohon itu? Apa mau kalian tukar dengan dua peri laut-ku?” teriaknya lagi.
Kembali kami mendiamkan mahluk menyebalkan itu. Vlasq memanggil pelayan.
“Saya pesan madu Gestar...” kata Vlasq pada jangkrik pelayan itu.
“Aku minta salad saja... Kau apa?” tanya Neirant padaku.
“Aku masih kenyang...” jawabku berkilah. Gimana aku bisa makan?... Mulutku, ’kan gak ada lubangnya.
Si jangkrik itu mencatat pesanan mereka di daun keringnya.
SPAAKK!
Jangkrik itu mengaduh karena membentur meja bar. Sesuatu memukulnya telak sekali.
“Aku tidak suka... kalau ada yang tidak memperdulikan aku!” rupanya si gemuk Borw itu. Ia menggebrak meja kami.
“Apalagi itu mahluk-mahluk lemah seperti semut seperti kalian ini!” cerocosnya lagi.
“Saya meminta kamu untuk tidak mengganggu kami... Kami datang kemari dengan damai...” kata Vlasq.
“Aku tidak memintamu berbicara... Peri biasanya hanya mengangkang di depanku! Aku bertanya pada dua semut ini!” serunya gusar sekali.
“Mereka berdua adalah pengawalku... Jadi kalau mau bicara... bicaralah padaku!” kata Vlasq tak kalah. Dia tangguh juga.
“Peri mempunyai pengawal?... Aku baru dengar... Hargamu memangnya berapa?” tawarnya sambil mengeluarkan pundi uangnya. Ia menaburkan beberapa kepingan logam seperti emas di meja kami.
“Wah... 6000 Geri!” Neirant mendelik melihat mata uang dunia fantasi ini.
“Ambil uangmu ini atau...” jawab Vlasq.
“Atau apa? Apa yang bisa diperbuat dua keroco-keroco seperti mereka berdua ini?...” Ia menepuk kepala Neirant. Ia juga akan menepuk kepalaku...
“Akh!” jeritnya terjajar mundur.
Ia mendelik ketakutan melihat tangannya yang kutebas dengan pisau patahan cutter.
Aku menancapkan benda yang telah memotong tangan Borw itu di meja kayu restoran ini.
Biar sekalian saja kalau ada yang mau maju lagi akan kuladeni. Bring it on, you scum!
Borw gempal itu langsung lari terbirit-birit meninggalkan tempat ini.
“Lumayan... ia meninggalkan 6000 Geri-nya di meja kita...’” kata Neirant. Buru-buru ia meraup uang itu dan menyimpannya.
“Terima kasih... padahal aku tidak memintamu melakukan itu... Aku hanya akan mengatakan... kalau tidak ‘pengawalku Dhrasti akan menghajarmu’...”
“Jangan bangga dulu... aku tidak melakukannya untukmu... Di tempatku... sangat tidak sopan menyentuh kepala orang lain... Untung saja yang putus itu tangannya... bukan kepalanya...” kataku.
Wajah Vlasq memerah malu.
Memang tadi itu murni emosi dan harga diri. Biasa aja, ya? Gak usah maen ngeplak kepala!
Pesanan Vlasq dan Neirant datang. Mereka menikmati makan malam itu.
“Sebaiknya kalian menyelesaikannya dengan cepat... Karena sebentar lagi... kawan-kawan si Borw tadi akan datang memenuhi tempat ini...” prediksiku. Ini sangat masuk akal, karena tidak mungkin ia hanya sendirian di kota sebesar ini.
--------​
Neirant dan Vlasq yang sadar segera menghentikan makan dan bersiap akan beranjak dari meja saat terdengar keributan di luar restoran.
Semua pengunjung restoran sekaligus pekerjanya berhamburan keluar.
“Mereka sudah datang...” kataku. Vlasq dan Neirant terlihat sangat gelisah. Pisauku kembali kusarungkan. Restoran ini sudah lengang. Hanya terdengar derap langkah banyak orang di jalan.
“Kalian jangan keluar dari restoran ini... Biar aku saja yang meladeni mereka...” kataku beranjak dari kursi.
Aku lalu berjalan perlahan keluar melewati pintu. Potongan tangan Borw gemuk tadi kupungut. Kemudian kulempar begitu saja ke jalan. Rupanya bangsa Borw ini jumlahnya cukup banyak. Ada sekitar 30-an. Bentuknya dan ukurannya beragam. Tapi mereka rata-rata memang bertubuh gempal dan sangar. Mereka membawa beragam senjata runcing dari kayu dan batu.
Si Borw yang tangannya kupotong tadi, berdiri di dekat salah satu Borw terbesar. Mungkin pemimpin mereka. Ia membisikkan sesuatu.
“Apa kau yang memimpin mereka semua ini?” tanyaku pada Borw terbesar itu.
“Kau tak berhak bertanya begitu pada mahluk terkuat di LAVOZE ini...” jawabnya.
“Mahluk terkuat macam apa kalian jika sekali tebas saja... sudah putus begitu... Kalian ini sama saja dengan ranting kayu bagiku...” tantangku.
Mendengar itu, keseluruhan gerombolan Borw ini gusar sekali. Mendengar ras mereka diejek dan dihina begitu. Mereka kasak-kusuk ingin mengamuk. Menunggu perintah.
“Kau mahluk apa...? Aku belum pernah melihat mahluk yang sejenis denganmu sebelumnya...” tanya Borw itu penasaran dengan rupaku.
Jelas saja tak ada yang tahu jenisku karena aku ini hanya boneka yang berisi jiwa manusia... Kalau dijelaskan pun, tidak ada yang akan paham.
“Katakan saja... kalau aku ini adalah jenis baru...” jawabku asal saja.
Ia sepertinya belum puas mendengarnya saat ia kembali dibisiki Borw gemuk itu.
“Kudengar kau membawa peri pohon yang sangat cantik... Serahkan dia padaku... dan kau akan kulepaskan!” tawarnya.
“Untuk apa kuserahkan padamu... Lebih baik ia kunikmati sendiri saja...” kilahku.
Baginya itu mungkin lebih dari sebuah tantangan dari pada penolakan yang cukup untuk membuatnya berang.
Ia langsung menghambur maju sambil berteriak keras mengacungkan senjata mirip gada itu...
WRAACKK!
Dadanya kubelah dengan potongan pisau cutter tajam ini dari iga kanan hingga bahu kiri dengan santai.
Ia terjajar mundur, melihat luka menganga itu. Isi perutnya terburai dan darah yang berwarna kuning mengucur.
Ia lalu mengalihkan pandangannya pada alat pemotong yang kupegang di tangan kananku.
“Apa... itu?” gemetarnya menahan sakit.
Ia lalu terjerembab tak bergerak lagi. Mati.
Borw-Borw lain yang menyaksikan kejadian itu terbengong melihatnya. Padahal mereka juga sudah bersiap menyerangku.
“Ada lagi yang mau merasakan ini... Kubelah seperti dia?” tantangku.
Mereka ragu-ragu. Tapi aku ragu kalau mereka akan mundur, mengingat jumlah mereka yang banyak.
Pasti mereka akan kembali berani kalau ada yang memerintah lagi.
Aku memperhatikan gerakan mereka satu persatu. Tetap waspada...
“Serang! Rebut senjatanya!” seru salah satu Borw. Ia hampir sebesar Borw yang baru saja kubelah. Mungkin wakilnya... Terpaksa!
MARVELOCITY!
Aku bergerak cepat secara zig-zag kesana kemari untuk menyabet dan menusukkan senjataku ini. Kepala, dada, bahu, perut adalah bagian-bagian tubuh mematikan yang kutuju.
Sebentar saja... ke-30 Borw besar ini sudah bergelimpangan di depan restoran ini.
Borw gemuk yang kupotong tangganya itu tidak termasuk karena ia lari saat aku mulai bergerak tadi.
Mereka mau merebut pisauku rupanya... Enak saja!
Aku kembali masuk ke restoran... Vlasq dan Neirant tidak terlihat... Di bawah meja ternyata.
“Sudah... Sudah aman, kok. Kita bisa pergi sekarang..” teriakku pada mereka.
Vlasq dan Neirant akhirnya keluar dari bawah meja itu demi mendengar suaraku.
“Kau membunuh semua Borw ini, Satria?” tanya Neirant.
“Ya... Daripada aku yang mati... Lebih baik aku yang membunuh mahluk-mahluk tak berharga ini!” seruku menyarungkan pisau.
“Kau memakai senjata itu melawan mereka semua...” tanya semut itu lagi.
“Iya... memakai pisau ini...” jawabku.
“Sebenarnya itu senjata apa? Aku belum pernah melihat yang seperti itu sebelumnya...” ia kembali bertanya.
“Ini, kan pisau...” jawabku kembali mencabut pisau dari sarungnya. Aku menunjukkan senjata itu padanya.
“Ya... aku tau ini pisau... tetapi bahannya... apa? Pisau ini tipis dan berkilat... tajam lagi...” katanya.
“... Ya... dari besi? Pisau ini dari besi...” jawabku... Mati aku...
Selama berada di dunia dimensi ini... Sekalipun aku belum pernah melihat bahan metal atau sejenisnya.
Jadi potongan pisau cutter yang banyak dijual di duniaku ini... adalah logam pertama yang terlihat disini...
Pantas saja para Borw itu ingin merebut senjataku ini.
“Kau sebenarnya apa dan datang dari mana?” tanya Vlasq.
“Kau tak tau apa-apa tentang kami dan kami juga tak tau apa-apa tentangmu...” lanjut Ratu peri pohon itu.
Aku hanya bisa menunduk... Berpikir keras... Aku tidak bisa berpikir.
“Aku tidak bisa mengatakannya... sekarang... Aku dan kalian belum siap... Kita harus pergi dari sini... Mungkin akan ada lebih banyak Borw yang datang...” alasanku.
Kami beranjak dari restoran itu.
“Kau sudah bayar makanan tadi, Neirant?” pastiku.
“Eh... iya... Belum...” ia buru-buru kembali masuk dan meletakkan beberapa keping Geri di meja kasir yang kosong. Lalu secepatnya kembali.
“Kita harus mencari penginapan yang lain... Penginapan yang kecil saja dan tidak mencolok...” kataku.
“Aku tau tempat seperti itu...” seru Neirant.
Vlasq dan Neirant berjalan dari tepi bangunan agar tidak menginjak bangkai-bangkai Borw itu. Sedang aku melangkahi mereka.
Kami melewati gang-gang kecil menuju tempat yang dimaksud Neirant tadi. Ini agar kami tidak bertemu masalah lagi.
Borw adalah mahluk kuat dunia ini sehingga mereka akan ada di tempat-tempat utama. Jadi aku pikir di pinggiran kota, jumlah mereka akan berkurang.
Jalan yang kami tempuh memang berliku untuk menuju penginapan kecil itu...
--------​
“Aku merasa kalau kita diikuti...” kataku santai saja.
“Ya... Kita sudah diikuti sejak dari restoran tadi...” kata Neirant yang rupanya juga tahu.
“Ada dua yang mengikuti kita... Mereka sedang bersembunyi di balik pagar itu...” kata Vlasq yang lebih detail.
“... Sebentar... aku akan menemui mereka... Apa maunya?...” kataku langsung MARVELOCITY mundur dan memergoki keduanya yang bersembunyi.
“Kalian...?” kenalku.

Peri Laut
Ternyata mereka berdua adalah dua peri laut imut yang dipangku Borw gemuk di restoran tadi.
“Kalian disuruh mengikuti kami, ya?” ancamku.
“Tidak... Kami tidak disuruh siapa-siapa...” kata peri laut yang berkalung kerang itu.
“Kami mengikuti kalian karena... uang itu..” kata peri laut satunya yang berkalung bintang laut.
“Uang apa?” tanyaku lagi.
“Uang yang Togod taburkan di meja kalian tadi...” jawab salah satu peri laut itu.
“Togod? Siapa Togod?” aku tak mengerti. Vlasq dan Neirant datang menyusul.
“Dia Borw yang kau potong tangannya tadi...” jawabnya.
“Oo...” aku baru ingat. 6000 Geri yang ditaburkan Borw di meja kami tadi saat ia menawar harga Vlasq.
“Ada apa, Satria?” tanya Neirant melihat aku tidak melakukan apa-apa pada para penguntit ini.
“Uang itu ada padanya...” tunjukku pada Neirant. “Lalu... ada apa dengan uang itu rupanya?” tanyaku.
“Uang 6000 Geri itu adalah pinjaman kami dari Togod... Kami harus menemaninya selama seminggu sebelum ia menyerahkan uang itu...” kata peri laut berkalung kerang.
“Kalian meminjam uang pada Borw? Apa jaminannya?” kaget Neirant.
“Kami menjaminkan DESTAS... Desa kami... Kami harus mengembalikan uang itu dua kali lipat... Dua Terang Bulan lagi...” jawab peri berkalung bintang laut.
“Itu namanya pemerasan... Kenapa kalian mau menjaminkan desa kalian demi uang sebanyak itu? Untuk apa uang itu?” Vlasq penasaran.
“Desa kami hancur karena badai beberapa minggu lalu... Hampir semua rumah kami rusak karenanya... Karena itu kami meminjam uang pada Togod untuk kembali membangun desa...” jawabnya.
“Neirant... berikan uang 6000 Geri itu pada mereka berdua...” kataku.
“Apa? Memberikan 6000 Geri ini..?” sepertinya semut itu menjadi serakah dan ingin menguasai uang itu.
“Ya... Berikan uang 6000 Geri itu pada kedua peri laut ini... Lagipula... itu bukan uangmu, kan?” kataku lagi.
Dengan berat hati, ia mengembalikan uang sebanyak itu pada kedua peri laut imut itu.
Mereka berpandangan sebentar...
“Kami ingin meminta pertolongan padamu, ksatria...” kata peri laut berkalung bintang laut.
“Togod tidak tau kalau kami meminta uang ini kepada kalian... Tapi sebentar lagi dia akan segera tau... Karenanya kami ingin segera kembali ke desa...” lanjutnya.
“Ya... Para Borw itu pasti akan mengejar... dan kami pasti tertangkap...” sambung yang memakai kalung kerang.
“Kami meminta pertolongan padamu, ksatria... untuk menemani perjalanan pulang kami...” katanya.
“Menemani kalian pulang... Itu artinya mengawal kalian hingga selamat ke desa, kan?” pasti Neirant.
Kedua peri imut mengangguk pasti.
“Aku tidak bisa menjawabnya... karena sekarang ini... aku sedang mengawalnya...” tunjukku pada Vlasq.
“Namaku Blas dan ia bernama Phemy... Salam kenal...” kenal mereka menunduk. Lumayan sopan.
“Anda peri pohon bukan?” tanya Blas sesopan mungkin.
“Ya... Namaku Vlasq dari VERBRANCHT...” jawab Ratu itu tak kalah sopan. Ia membungkuk dan melebarkan tangan dan sayapnya.
“Anda pasti Ratu karena mempunyai sayap seperti itu...” sadar Phemy tentang sayap Vlasq. Gawat.
“Bagaimana kau tau tentang sayap Ratu peri pohon...” Vlasq tak kalah kaget.
“Kepala desa kami juga bersayap begitu... Dia setara dengan Ratu bila berada di VERBRANCHT...” jelas Phemy.
“Kalian benar-benar peri laut, kan? Bagaimana mungkin kepala desa kalian mempunyai sayap seperti milikku ini?” selidiknya.
“Kami memang peri laut... tapi kepala desa kami bukanlah peri laut... Dia seperti peri pohon tetapi kulitnya lebih gelap dari Anda...” jawab Blas.
“Seperti peri pohon tetapi lebih gelap... Jenis peri apa dia?” heran Vlasq.
“Kepala desa kami juga tidak tau ia jenis peri apa... Kami para peri laut tidak terlalu mempermasalahkannya... Bagi kami yang penting adalah... kami bisa hidup aman dan damai... Siapapun yang memimpin...” jelas Blas lagi.
Pasti Vlasq kebingungan mendengar fakta ini kalau sekarang ada peri jenis baru yang mirip dengan peri pohon.
“... Bagaimana dengan permintaan kami tadi... Maukah?” Phemy bertanya lagi tentang pengawalan kembali ke desa mereka.
Keputusannya ada di tangan Vlasq.
“Sebenarnya... dia bukanlah pengawalku... Aku hanya minta ditemani sampai LAVOZE ini saja... Setidaknya sampai para pengawalku yang sebenarnya tiba...” kata Vlasq.
“Lalu...” sepertinya para peri laut ini sangat buru-buru.
“Aku sudah tiba di kota ini... berarti aku tidak perlu dikawal lagi... Satria... kau bebas sekarang... Terserah padamu...” kata Vlasq.
Terserah padaku...?
--------​
Kenapa ini? Aku sudah jauh sekali melenceng dari misiku. Aku menjadi kecil di dalam tubuh boneka ini untuk mencari ZODIAC CORE keenam... VIRGO yang jejaknya kutemukan masuk ke VANGUARZH. Lalu aku harus melarikan diri hingga memasuki gua TRENCH dan berakhir di kota LAVOZE ini...
Apa sebenarnya yang kulakukan?
Entah bagaimana aku merasa kalau peri pohon di VANGUARZH-lah pemilik core VIRGO itu.
Tapi aku belum sekalipun mendapatkan jejaknya.
Peri pohon pertama yang kusetubuhi langsung sekarat. Dan lampu Coremeter-ku tidak menyala saat itu.
Apa aku harus melakukannya pada ratusan peri pohon VANGUARZH dan mereka semua mati. Pada satu itu saja, aku sudah menyesal sekali.
Bagaimana cara aku menemukan VIRGO kalau begini caranya...?
Dan kini aku harus membantu 2 peri laut imut ini kembali ke desa mereka... Aku sudah betul-betul bingung.
Apalagi satu-satunya alasanku kemari, Vlasq, bermaksud tetap tinggal di LAVOZE menunggu para pengawalnya tiba.
--------​
“Kau membiarkan aku pergi begitu saja...?” tanyaku pada Vlasq yang menunggu keputusanku.
“Secara pribadi aku melepaskanmu pergi... Tetapi secara hukum, tidak! Kau akan tetap menjadi buronan VERBRANCHT sampai hukuman GOSAS dikenakan padamu... Aku sarankan agar kau pergi saja... karena bila Dhrasti tiba di sini... ia tidak akan semurah hati aku padamu...” kata Vlasq.
“Kalau begitu... keadaannya sama untukku, kan?” potong Neirant menyadari status buronannya juga.
“Benar... Tidak ada yang bebas dari hukum VERBRANCHT!” jawab Vlasq tegas.
“Satria... kemanapun kau pergi... aku ikut denganmu!” sumpah semut itu.
“Neirant... lebih baik kau pergi saja kembali ke kolonimu... Mereka pasti akan melindungimu...” tolakku. Ia bisa menjadi beban.
“Tidak... sudah kubilang aku sudah tidak punya koloni... aku sudah diusir dari sana...” ia tetap bersikeras.
“Terserahmulah...” jawabku.
--------​
Tapi, aku belum memutuskan apa-apa. Tetap di sini tetapi nantinya harus berhadapan dengan pengawal peri pohon dan ketuanya Dhrasti... juga kemungkinan para Borw lagi...
Atau ke desa para peri laut yang demokratis itu. Mengawal mereka dari serangan Borw juga.
Eh... Aku jadi penasaran dengan ketua desa peri laut yang berkulit gelap itu...
Bukannya peri imut pertama yang sempat kesetubuhi itu juga menjadi berkulit gelap...?
Apa dia juga pernah diperkosa dan mendapat cara tetap hidup hingga menjadi jenis peri pohon yang baru?
Tetap di sini juga tidak mendapatkan perkembangan yang bagus... Memang lebih baik aku mencoba ke desa peri laut ini dan melihat peri pohon jenis baru itu...
--------​
“Baiklah... Aku akan mengantar kalian berdua kembali ke desa...” putusku.
Blas dan Phemy tersenyum manis berseri-seri mendengar kesediaanku. Mereka senang sekali sampai berpelukan dan melompat-lompat. Rambut berombak, dada dan pantat mereka bergoyang-goyang. Menggairahkan juga.
“Tapi aku harus menyelesaikan sedikit lagi tugasku... Aku harus mengantar Vlasq sampai penginapan hingga benar-benar aman...” kataku.
“Tidak apa-apa... Ayo kita ke penginapan sekarang...” ajak Phemy. Kami lalu kembali melanjutkan perjalanan ke penginapan tujuan kami yang bernama GEOGEINN itu.
Bangunan ini tidak seperti penginapan pada umumnya karena lebih mirip rumah biasa. Tetapi saat kami masuk, ada banyak kamar-kamar yang mengingatkan pada bentuk penginapan.
Beberapa ekor capung nampak duduk terdiam di semacam lobby sempit tempat ini. Capung memang mahluk siang. Mungkin mereka tidur.
Vlasq memesan satu kamar dan langsung menuju ke sana. Katanya ia ingin segera beristirahat karena sudah lelah sekali. Kami mengantarnya hingga ke depan pintunya.
“Terima kasih karena kalian mau mengantarku sampai kemari... Kemungkinan Dhrasti dan yang lainnya akan sampai kemari besok pagi... Sebaiknya kalian sudah jauh saat itu...” katanya di depan pintu kamar.
“Terutama padamu, Satria... Kau-lah yang paling banyak menolong... Tanpamu... entah bagaimana nasibku... Terima kasih...” ia membungkuk dan mengembangkan tangan dan sayapnya agak lama. Kaki kanan ditekuk menyilang dengan kaki kiri agak menjinjit.
“Oke... Kami pergi, ya?... Baik-baiklah di sini... Hati-hati! Jangan sampai bertemu Borw lagi...” kataku. Neirant dan kedua peri laut itu tak mengatakan apa-apa.
Kami lalu pergi keluar dari penginapan itu dan berniat keluar dari LAVOZE.
--------​
“Apa nama desa kalian tadi?” tanyaku lagi pada Blas dan Phemy.
“Nama desa kami DESTAS... Ada jauh di timur LAVOZE ini...” jawab Blas.
Kalau sudah tiba di sana... kita akan aman... sebab tidak semua mahluk bisa masuk seenaknya ke sana..” kata Phemy.
“Kenapa?” tanya Neirant.
“Karena kita harus melewati pusaran air yang sangat besar... Tapi jangan khawatir... Karena hanya penghuni DESTAS tau cara melewatinya...” kata Blas.
Blas sepertinya tau kecemasan kami mendengar kata pusaran air. Apalagi bagi serangga seperti Neirant.
Kami berjalan perlahan untuk menghindari kecurigaan siapapun.
“Kita kemana? Bukannya keluar dari kota ini...” tanya Neirant menyadari.
“Kami mau mengambil barang-barang kami di penginapan... Kita baru bisa pergi besok pagi, kan?” kata Phemy.
“Bukannya kalian peri malam... Kenapa menunggu pagi?...” curigaku.
“Kalau kita berangkat malam begini... teman kami PIRAA tidak akan ada... Ia baru keluar pagi hari...” jelas Phemy.
“Apa itu PIRAA?” tanyaku. Aku akan terus jadi orang bego seperti ini setiap mendengar kata atau nama aneh.
“PIRAA itu nama ikan...” rupanya Neirant tau.
“Agak di utara LAVOZE ini ada sungai... Di sana ada keluarga peri air yang membuka transportasi air yang murah dengan menggunakan ikan PIRAA sebagai alatnya...” jelas Neirant.
“Ikan PIRAA itu kenalan kami warga DESTAS yang bekerja di keluarga peri air itu... Hanya saja ia hanya bisa aktif saat hari terang... Begitu...” jelas Phemy lagi.
“Dengan PIRAA kita bisa menghemat waktu hingga setengah hari sampai mencapai desa TEFRA di pinggir laut...” sambung Blas.
“... Dan siangnya kita bisa langsung masuk ke DESTAS...” tebak Neirant.
Mereka berdua mengangguk.
“Baiklah... kita sekarang ke penginapan kalian... dan menunggu pagi...” putusku.
Kami kembali menyusuri gang-gang kecil untuk mencapai penginapan para peri-peri laut ini.
Saat sampai di sana kami juga menjumpai beberapa ekor capung yang duduk diam di lobby penginapan. Kamar Blas dan Phemy ada di lantai tiga, dan kami ke sana. Barang-barang bawaan mereka tidak banyak. Hanya dua tas berisi madu dan air diletakkan begitu saja di lantai.
Keduanya tanpa canggung membuka pakaian berbahan kulit itu di depanku dan Neirant. Segera saja tubuh berwarna abu-abu kebiruan itu sudah kami pelototi karena indahnya.
Blas yang pertama sekali maju dan mendorong Neirant yang sudah konak. Ternyata dia didorong keluar dari pintu. Mukanya lucu sekali, terbengong seperti itu.
Pintu dikunci.
Phemy menarikku ke tempat tidur. Ia langsung mencium mulutku. Harum sekali...
“Phemy... untuk apa ini?” tanyaku basa-basi.
“Ini adalah ungkapan terima kasih kami karena kau sudi mengantar dan mengawal kami kembali ke DESTAS...” kata Blas yang duduk ke pangkuanku di sebelah kiri. Phemy menyusul duduk di kananku.
Mereka suka dipangku... Tanganku dibimbing mereka ke arah vagina. Tak perlu diajari lagi, aku segera mempermainkan belahan vagina dua peri laut ini.
Mulutku bergantian mencium bibir kedua peri itu lalu beralih mengemot dada mancung mereka. Mereka mendesah keenakan kuperlakukan begitu.
“Apa Borw jelek itu sempat menyenangkan kalian?” godaku.
“... Hh... Belum... Togod hanya sempat meremas dada dan mencolek kemaluan kami... Kau keburu memotong tangannya...” desah Blas. Phemy cekikikan tertawa mengingat Borw malang itu.
Kedua peri laut nakal ini menggerayangi tubuhku dan sebentar saja aku sudah telanjang seperti mereka.
Phemy langsung saja mempermainkan penisku yang menegang dengan lidahnya. Sedang aku masih menjilati dada Blas.
“Apa kalian sudah sering melakukan ini?” tanyaku diantara emutanku pada dada peri berkalung kerang itu.
“Jarang... Ini adalah hal yang mahal di DESTAS... Kami harus mengundang laki-laki dari luar desa untuk kami entot seperti ini...” kata Phemy melepas sebentar penisku.
“Kenapa kalian tidak membawa banyak pria dan tinggal di DESTAS... kalian bisa sering-sering melakukan ini...” heranku. Dadanya juga kulepas. Aku sekalian ingin mengorek keterangan tentang keadaan desa itu. Jangan-jangan nanti mereka akan melakukan hal yang sama seperti kejadian di kubah DOFRAJ tadi.
“Tidak ada yang mau tinggal di desa miskin seperti DESTAS... Kami hanyalah nelayan miskin yang bekerja hanya untuk makan desa kami saja...” kata Phemy menjilat batang tegangku.
“Lalu rencananya... bagaimana kalian akan membayar hutang kalian itu?” tanyaku lebih dalam.
“Kami tak berniat membayarnya... Jadi kami berniat mengorbankan diri selama seminggu untuk ditiduri Togod... Kalau ia menagih hutangnya... silahkan saja coba datang ke DESTAS...” kata Blas.
“Wah... licik sekali... Jadi kalian juga mengorbankan diri padaku agar dikawal sampai pulang, ya?” kataku agak menggigit puting kecilnya.
Blas tertawa-tawa mendengarnya. Ia semakin menekankan dadanya pada mukaku.
Phemy lalu membuatku berbaring terlentang di tempat tidur kasar ini. Ia lalu berusaha memasukkan penis bonekaku ke vaginanya yang lembab.
“Ooohhh... Enak sekali, ksatriaku... Mmmp...” desah Phemy menggoyang-goyang tubuhnya.
Blas menjejalkan vagina kecilnya untuk kujilati. Sepertinya ia suka caraku mempermainkan lidah.
Dua vagina peri laut ini segera menjadi bulan-bulanan penis dan lidahku yang sudah gatal sejak pertama kali aku menginjak dunia dimensi bernama MYTHRAL ini.
Rasa nikmatnya tetap tidak berubah walaupun tidak memakai tubuh organik. Tetap senikmat kala aku menjadi manusia...
Aku menggenjot vagina Phemy dan menghisap vagina Blas dengan gemasnya. Peri-peri imut ini sangat membuat aku mabuk kepayang.
Gantian, sekarang vagina Blas yang kubobol menelentang sedang Phemy berdiri di depanku, dadanya kujilati.
Sayangnya aku tidak bisa membawa cincin pengganda penisku. Aku bisa menghajar mereka bersamaan. Sayang, ya...
Keduanya berganti-gantian kugarap hingga aku dan keduanya puas. Kedua peri laut itu tidur terlelap.
Pada keduanya, lampu Coremeterku tidak menyala. (
Aku keluar dari kamar itu dan turun mencari Neirant. Mungkin dia marah padaku. Ternyata semut itu sedang duduk di lobby dan berbincang dengan seekor capung.
“Hei, Satria... Dia ini saudaranya Onfa!” serunya begitu dilihatnya aku turun.
“Saudara Onfa...?” aku jadi teringat capung malang yang dihisap kering oleh Lomke.
Aku bergabung duduk bersama mereka. Setidaknya berbasa-basi. Penginapan ini masih saja kedatangan tamu malam-malam begini. Seekor capung juga. Saat ia melihat saudara Onfa, mungkin temannya, ia langsung saja menyapa kami.
“Bukannya kau mau ke penginapan GEOGEINN?” tanya saudara Onfa itu.
“Payah... Bandit-bandit itu mengusirku sebelum aku sempat masuk... Katanya mereka sedang mencari peri pohon berambut pink di sana... Sepertinya mereka sedang mengepung penginapan itu...” jelas capung yang baru tiba ini.
Bandit-bandit di penginapan GEOGEINN? Peri pohon berambut pink? Ratu Vlasq!
Aku dan Neirant saling berpandangan.
“Penginapan Vlasq namanya memang GEOGEINN!” seru Neirant.
“Kurang ajar Borw-Borw itu!” geramku.
“Neirant! Bangunkan Blas dan Phemy... dan segeralah kalian ke pelabuhan sungai ikan PIRAA itu... Tunggu aku di sana!” perintahku dan langsung menuju pintu keluar.
--------​
Tak ayal lagi aku langsung memakai semua kecepatan penuh MARVELOCITY dan sayap XOXAM. Menuju penginapan Vlasq! Aku masih merasa bertanggung jawab atas keselamatannya kerena akulah yang menyebabkan dia sampai ke kota ini dan mendapat berbagai kesulitan berat dan berbahaya.
Untung saja tidak terlalu jauh.
Benar saja, aku melihat banyak mahluk Borw besar itu mengepung penginapan. Mereka kini membawa panah dan tombak. Sekitar seratusan Borw sangar siap untuk menangkap Vlasq.
Tanpa pikir panjang aku segera menjebol dinding ranting untuk mencapai lobby dengan SHADOW STRIKE. Ternyata di dalam sudah ada beberapa Borw yang mengendap-endap masuk.
“Hei, kau!” teriak salah satunya. Semuanya lalu menghambur menyerangku. Tak ada waktu untuk meladeni mereka. Aku langsung kabur menuju kamar di mana Vlasq berada. Borw-Borw itu mengejar dan berteriak-teriak ribut.
Begitu mencapai kamar itu, tanpa sungkan aku mendobrak pintu itu agar lebih cepat.
“Vlasq! Vlasq!” teriakku.
Ternyata Ratu peri pohon itu sedang tidur. Masa dia tidak mendengar keributan ini?
Ia membuka rompi pemberianku juga kelopak bunga penutup tubuh bawahnya hingga ia terbaring telanjang dengan indahnya. Rambut pinknya digerai, dadanya membusung dan vaginanya membukit.
Ah! Tak ada waktu mengagumi tubuh indah itu!
Segera saja tubuh telanjang dan pakaiannya kusambar dan kusiapkan sesuatu... Kembali kugunakan SHADOW STRIKE untuk menjebol dinding kamar ini menuju keluar.
Herannya walau dibawa secara kasar begini, Vlasq tak kunjung bangun. Biarlah, mungkin ia lelah sekali...
Teriakan-teriakan Borw yang mengetahui kami berhasil melarikan diri tak kupedulikan.
Panah dan tombak yang menghujaniku pun tak kuindahkan. Beberapa anak panah berhasil menggores kemejaku. Tapi senjata primitif itu tak akan bisa melukai kulit Kevlarku.
Sebentar saja aku sudah menjauh dari kota LAVOZE ini dengan kecepatan tinggi MARVELOCITY.
Karena dinginnya udara malam ini, aku memakaikan kembali baju ke Vlasq yang tetap tertidur di dekapanku. Empuk sekali...
Aku harus ke utara. Ke pelabuhan sungai ikan PIRAA itu.
Benar saja, ada sungai yang cukup besar di sini... Aku tinggal mengikuti sungai ini sampai menemukan pelabuhan itu.
Tepat di utara kota LAVOZE, aku menemukan sebuah bangunan. Berkat cahaya bulan yang menerangi malam ini.
Pelabuhan ini sepi... sepertinya Neirant, Blas dan Phemy belum tiba. Aku duduk di bangku tunggu.
“Ada yang bisa kubantu, bung?” seekor laba-laba mendekati kami.
Aku mencoba senormal dan setenang mungkin, “Aku sedang menunggu teman dan pagi nanti akan ke desa TEFRA dengan PIRAA...” jawabku.
“Oo... akan ke TEFRA rupanya... Kau tau, kan harus menunggu sampai pagi... Karena sekarang ini para ikan sedang tidur... Majikanku yang peri air juga sedang tidur seperti temanmu itu... Aku penjaga malam di sini...” jelasnya. Ia rupanya juga memperhatikan Vlasq yang tertidur pulas di pangkuanku.
Ia lalu pergi berkeliling katanya.
Aku merasa aman di sini hingga aku juga tertidur duduk.
Menjelang subuh, ada yang membangunkanku. Ternyata Neirant beserta dua peri laut; Blas dan Phemy.
 
========
QUEST#06
========​

“Kami berusaha terbang secepatnya kemari... Tapi para Borw itu menjaga setiap jalan keluar dari LAVOZE... Untung kami bisa menyelinap keluar dari gang yang tidak terjaga...” kisah Neirant.
“Kau berhasil menyelamatkannya keluar... Kau memang hebat, ksatria...” kata Blas.
“Kau memang pantas disebut ksatria...” puji Phemy juga.
Kedua peri laut itu kembali merangkuli aku. Mungkin masih merasakan nikmat di vagina mereka yang kugempur malam tadi.
--------​
Kabut rawa dimana kota LAVOZE berada perlahan memudar dengan mulai terbitnya matahari. Kota itu terlihat jelas sekali dari pelabuhan ikan PIRAA ini sekarang. Bangunan-bangunan tinggi buatan mahluk dunia MYTHRAL ini diterangi matahari pagi.
Membangunkan mahluk siang yang tadinya tertidur pada malam hari untuk meneruskan kehidupan dunia yang sangat menarik ini.
Sangat menarik bagiku... karena aku bisa mengetahui dunia lain yang sebenarnya sangat dekat dengan duniaku.
Mahluk-mahluk yang menakjubkan ini. Serangga, peri dan Borw hidup berdampingan. Entah mungkin masih ada jenis ras lain yang berkoeksis dan membentuk dunia menjadi seperti ini.
Dunia yang indah dan misterius. Masih banyak yang harus dipelajari...
Di dunia ini pula... Perasaan brutalku kembali terasah. Aku tanpa segan telah membunuh beberapa Borw tanpa kasihan.
Aku tidak mengerti sama sekali. Karena saat itu, aku menganggap mereka hanyalah mahluk aneh yang tak ada harganya. Seperti memukul nyamuk yang mengganggu kala kita sedang santai. Mereka mati tertepuk dan dibuang begitu saja.
Ternyata mereka sangat berarti di sini. Nyawa mereka sangat dihargai, setidaknya oleh masyarakatnya dan sejenisnya.
Itu memberiku kesadaran, walau sekecil apapun kehidupan itu, ia mempunyai andil dan hak di kehidupan.
Pembelaan diri bukanlah alasan yang tepat untuk membunuh suatu nyawa...
Aku menyesal...
Juga pada peri pohon yang kuperkosa itu. Ia kini menunggu kematiannya sebentar lagi. Semuanya karena ulahku...
“Sudah terang...” kata Neirant.
Vlasq terasa bergerak di pangkuanku. Sinar matahari pagi mulai menjamah tubuhnya. Kulit cerah bersihnya, berkilauan di cahaya mentari pagi ini. Rambut pink-nya gemerlapan tersentuh sapaan pagi. Ia membentangkan tangannya tanpa beban sama sekali. Seolah lupa dengan kejadian kemarin...
“Selamat pagi, Vlasq...” sapaku.
“... Selamat pagi...” jawabnya sedikit kaget. Lalu ia melihat sekeliling.
“Dimana aku ini... Bukannya tadi malam aku tidur di GEOGEINN?” herannya.
“Para Borw itu datang lagi saat Anda tertidur... Satria datang dan menyelamatkan Anda dengan datang kemari...” terang Blas.
“Borw...? Datang lagi?” ulangnya mulai mencerna.
“Lalu bagaimana kalau para pengawalku datang dan tak menemukanku di LAVOZE... Mereka tidak akan bisa menemukanku...” pikirnya.
“Jangan khawatir... Kami sudah menitip pesan pada beberapa capung untuk memberi tahu arah kepergian kita... pada para pengawalmu itu...” kata Phemy.
“Capung-capung itu... mereka adalah saudara-saudara Onfa...” sambung Neirant.
“Jadi... aku harus ikut ke DESTAS... desa peri laut ini?” simpul Vlasq.
“Terpaksa begitu, Vlasq... Aku baru diberi tau mereka kalau Borw itu bisa aktif pada siang dan malam hari... Berarti kita tidak aman lagi berada di LAVOZE... Mereka akan selalu mencari kita...” jelasku pada Ratu peri pohon ini.
“Benar... kota itu tidak aman lagi...” sadarnya.
“Kalian tidak tidur? Kalian, kan peri malam...” tanya Neirant pada dua peri laut itu.
“Nanti saja... kami akan tidur di perjalanan nanti...” jawab Blas.
“Kami sudah mulai biasa hidup di dua waktu... Ini berkat kepala desa kami yang bisa hidup di siang dan malam hari juga...” jelas Phemy.
Percakapan kami terhenti dengan dibukanya pintu pelabuhan ini.
Ada dua peri yang baru kali ini kulihat, yang menjalankan bisnis transportasi sungai. Kata Neirant, mereka adalah peri air.
Peri air berambut putih dan kulit semi transparan terang berwarna biru muda. Kupingnya kecil runcing dan agak turun. Keduanya cantik dan imut dengan dada besar dan tinggi langsing. Keduanya bersaudara.
Kami dipersilahkan masuk oleh keduanya dengan sopan setelah terlebih dahulu membayar tiket.
Kami diminta berdiri menunggu di semacam dermaga di tepi sungai lebar.
Entah dari mana asalnya, tiba-tiba seekor ikan raksasa mendekati dermaga. Aku belum pernah melihat jenis ikan seperti ini sebelumnya.
Punggungnya tinggi tanpa sirip hingga menonjol di permukaan air. Ia merapatkan dirinya di dermaga.
Kedua peri air bersaudara itu terlihat di dalam sungai sedang menarik semacam dua sampan yang digabung dengan renggang, menghampiri sang ikan raksasa.
Salah satu peri memberi kode sang ikan untuk lebih menunduk, kemudian sampan itu diletakkan di atas punggung ikan raksasa itu. Hingga saat ia kembali ke permukaan, renggangan gabungan dua sampan itu tepat di punggungnya yang tipis.
Dua peri air itu lalu naik ke dermaga dan mengambil tangga.
Kami diminta segera menaiki tangga untuk duduk di dalam salah satu sampan, karena perjalanan akan segera dimulai.
Begini rupanya transportasi air-nya... Memanfaatkan mahluk sungai sebagai alat transportasi. Tidak jelek... Kreatif juga.
Blas dan Phemy berbincang-bincang untuk beberapa lama dengan ikan PIRAA itu. Mereka juga membicarakan tentang kerusakan desa DESTAS karena badai beberapa minggu lalu.
Ikan itu berjanji akan menjenguk kesana kalau ada waktu, sekalian ikut membantu perbaikan desa yang rusak.
Setelah itu, kedua peri laut itu tidur di bangku-bangku sampan yang kosong ini. Mereka membentangkan kain untuk menutupi tubuh mereka dari sinar matahari langsung.
--------​
Vlasq nampak merenung memandangi air sungai yang jernih hingga terlihat bebatuan dan tanaman air di dalamnya.
“Kau memikirkan rakyat dan kerajaanmu, Vlasq?” tanyaku membuyarkan lamunannya.
“Aku tidak terlalu memikirkan keadaan VERBRANCHT... Masih ada 12 menteri tetua yang bisa memimpin saat aku tak ada... Aku memikirkan enam peri pohon yang keluar dari TRENCH... Apakah mereka selamat? Apakah mereka sempat keluar dari sana dan kembali ke VERBRANCHT?...” sahutnya.
“Perkiraanku... mereka bertemu Dhrasti dan pengawal lainnya di dalam TRENCH... Kalau si Dhrasti bisa berpikir logis, ia akan mundur keluar dahulu menunggu terang...” tebakku.
“Dhrasti tidak suka masuk ke tempat gelap seperti TRENCH... Kemungkinan besar... ia akan memimpin yang lain mendaki gunung agar cepat sampai ke LAVOZE...” ungkap Vlasq.
“... Begitu rupanya... Yah... kita hanya bisa berharap saja mereka bisa terbang dengan cepat dan sampai di VERBRANCHT dengan selamat, Vlasq...” hiburku.
--------​
Sepanjang perjalanan menuju TEFRA, kami beberapa kali singgah di pelabuhan-pelabuhan yang juga dikelola peri air lainnya dalam jaringan usaha ini.
Tetapi tidak terlalu banyak yang naik ikan PIRAA ini. Hingga kami masih bisa duduk dengan leluasa.
Dari pembicaraan para penumpang ikan PIRAA ini, dapat kutangkap kalau transportasi lewat sungai ini kalah cepat dengan transportasi baru, yaitu lewat udara.
Penumpang itu menceritakan bagaimana peri angin memanfaatkan burung-burung sebagai pekerja mereka untuk alat transportasi. Mulai dari burung kecil seperti merpati hingga burung yang besar seperti angsa dan pelikan. Baru saja diceritakan, seekor angsa terlihat terbang tinggi di angkasa. Disebutkan kalau itu adalah contoh aslinya.
Bagus... Lebih kreatif.
Menjelang tengah hari, kami sudah tiba di TEFRA. Penumpang yang tertinggal hanya kami berlima karena penumpang yang lain sudah turun di pelabuhan sebelumnya.
--------​
Blas dan Phemy sudah dibangunkan dan kami menuju desa tepi laut, TEFRA. Desa ini penghuninya tidak banyak karena termasuk desa nelayan kecil. Kebanyakan adalah peri laut dan peri malam yang bekerja sebagai nelayan. Selebihnya adalah serangga-serangga biasa.
Kami makan sebentar di satu-satunya restoran di desa ini lalu melanjutkan perjalanan ke dermaga. Kata Blas dan Phemy, mereka menambatkan perahu mereka di sana. Kami akan melanjutkan perjalanan dengan perahu.
Tanpa banyak halangan kami sudah mengarungi lautan menuju DESTAS. Laut tidak begitu berombak hingga perahu kecil berisi kami berlima ini tidak begitu terombang-ambing. Hanya Neirant agak mual karena tidak terbiasa. Blas dan Phemy menertawakan semut itu. Mereka dengan sigap terus mengayuhkan dayung menuju DESTAS.
Perahu kami menuju gugusan karang. Kata Blas, kami harus melewati celah karang itu untuk mendekati pusaran air di seberangnya. Dengan hati-hati dan terampil, keduanya melewati karang-karang tajam itu. Gelombang tidak terlalu terasa di dalam gua karang ini.
Sebentar saja kami sudah keluar dari gugusan karang dan pusaran air itu terlihat.
Pusaran air yang besar sekali! Kami sampai kaget melihatnya. Untung saja Blas dan Phemy memberitahu kami cara mengatasi pusaran air itu.
Mereka melepas kalung kerang dan bintang laut yang mereka pakai, lalu mengacungkannya ke arah pusaran air. Secara ajaib dan mengherankan, pusaran air itu bergeser seperti memberi jalan bagi perahu kecil kami ini.
Blas dan Phemy kembali mengayuhkan dayungnya melewati pusaran air itu. Dan begitu kami lewat, pusaran air itu kembali lagi ke posisinya.
Pantas saja mereka berdua berani menjaminkan desa mereka pada Togod, Borw gemuk itu. Siapa yang berani menagih hutang kalau tidak bisa melewati pusaran air yang sangat berbahaya itu. Sungguh cerdik.
Lalu tak lama kami sudah melihat desa DESTAS yang kami tuju di pantai di kejauhan sana. Beberapa penghuni desa yang melihat kedatangan kami langsung bersorak sorai penuh kegembiraan.
Peri-peri cantik berpakaian seadanya itu berkumpul di tepi pantai... Benar... Mereka tidak hanya peri laut saja. Juga ada peri api, peri gunung, peri malam, peri air. Hanya peri pohon dan peri angin yang tidak ada.
Desa ini bisa dikatakan tempat berbaurnya berbagai jenis peri. Bangunan-bangunan rusak diterjang ombak terlihat di sepanjang pantai teluk ini. Bangunan tidak banyak di desa ini. Kuhitung ada sekitar belasan bangunan yang terbuat dari kayu dan tanah liat yang dikeraskan.
Terlihat berbagai alat nelayan seperti perahu, pancing dan jala digantung di beberapa tiang kayu untuk diperbaiki. Sebuah bangunan yang paling besar berada di tengah-tengah desa ini. Mungkin di sana sang kepala desa itu berada.
Kami akhirnya mendarat di pantai berpasir putih itu dengan lancar. Blas dan Phemy dielu-elukan karena berhasil membawa uang yang mereka perlukan untuk memperbaiki desa ini. Keduanya dipeluk beramai-ramai oleh teman-teman sedesanya.
Kalau semua penduduk desa ini berkumpul, paling hanya berjumlah 50 peri saja. Ini jauh lebih sedikit dari jumlah penduduk di desa TEFRA atau bahkan kota LAVOZE.
Mungkin karena kegaduhan yang disebabkan penyambutan Blas dan Phemy yang kembali dari LAVOZE, sang kepala desa sudah bergabung.
“Kepala desa... kami sudah berhasil mendapatkan 6000 Geri yang kita butuhkan...” lapor Blas di kerumunan itu.
“Kami berhasil karena dibantu mereka, kepala desa...” Phemy juga melapor. Kami hanya bisa mendengar suara mereka karena kerumunan penduduk desa,
Para penduduk desa memberi ruang agar kepala desa itu bisa melihat kami bertiga...
Wow...
Benar, kepala desa ini seperti Vlasq yang ratu peri pohon. Perbedaannya hanyalah kulitnya lebih gelap, mendekati warna kulit peri gunung yang coklat muda.
Selain itu, rambut panjang pink-nya lebih gelap. Dadanya sebesar Vlasq lalu pinggangnya sesempit dan pinggulnya selebar Vlasq. Sayap lebar berwarna-warninya lebih gelap. Sedikit perbedaan lagi, kepala desa ini bertubuh lebih kekar dari Vlasq. Mungkin karena pekerjaannya sebagai nelayan selama ini.
Vlasq sendiri kaget melihat peri aneh itu.
Kepala desa itu tak kurang kagetnya. Ia mendatangi kami.
“Apakah anda... Vlasq?” tanya kepala desa itu.
“Apa saya mengenalmu?” selidik Vlasq.
“Aku Verdla... Kita lahir dari ranting yang sama... Ingat?” ia mengaku bernama Verdla.
Tunggu? Dari ranting yang sama? Berarti ia memang peri pohon...
“Tidak! Verdla sudah mati 3 periode Lunar yang lalu... Kami sudah menghukum GOSAS penjahat kerajaan GEWORG itu!” seru Vlasq.
“Tidak, Vlasq... Aku belum mati... Apa kau tau apa yang terjadi pada MROW peri pohon di VERBRANCHT?...” tanya Verdla.
“... Dikuburkan di akar VANGUARZH...” jawabnya.
“Dikubur di akar VANGUARZH itu bagi yang mati karena sakit, perang atau kematian normal lainnya... Tapi bagi MROW tidak... Saat itu tubuhku dibuang begitu saja setelah 2 hari hukuman GOSAS dilaksanakan... Tubuhku di buang ke sungai...” jelas Verdla.
“Aku beruntung tidak tenggelam dan ditarik oleh burung bangau untuk dimakan... tetapi karena badanku yang hangat... Aku malah dijadikan penghangat untuk anak-anaknya yang sering ditinggal pergi... di sarangnya di pinggir sungai...”
“Selama sebulan aku bersama anak-anak burung bangau itu... sarang itu semakin sempit... aku ditendang keluar dari sarang dan kembali hanyut... sampai ke danau MIRAKE SOUJE... Entah keajaiban apa di air danau itu... Aku malah jadi seperti ini... Walau sembuh dari perkosaan itu... warna tubuhku tidak bisa kembali seperti dulu lagi...” kisahnya.
“Sedikit demi sedikit kami membangun desa ini dari nol... Bersama dengan peri-peri lain yang terbuang dari asalnya... Tapi tidak mengapa... Sekarang inilah rumah kami... DESTAS!” tuntasnya.
Keajaiban macam apa yang ada di danau MIRAKE SOUJE hingga Verdla bisa kembali aktif dari perkosaan itu? Apa aku bisa melakukannya pada peri imut yang meradang sekarat itu?
“Blas dan Phemy bilang... kalau kalian membantu mereka mendapatkan uang sebanyak 6000 Geri di kota LAVOZE untuk perbaikan desa ini...” katanya lagi.
“Saya... atas nama desa ini... mengucapkan banyak terimakasih...” katanya sambil membungkuk dan mengembangkan tangan dan sayapnya agak lama. Kaki kanan ditekuk menyilang dengan kaki kiri agak menjinjit. Seperti cara Vlasq.
“Verdla...” hambur Vlasq sambil terisak memeluk peri itu.
“Verdla... Verdla... Ini memang kau... Kau yang mengajariku cara hormat kerajaan seperti itu... Hu...hu...” tangisnya. Air matanya menetes.
Baru kali ini aku melihat Vlasq menangis. Padahal telah melewati berbagai masalah.
“Ush... ush... Sudah Vlasq... Tidak ada yang perlu ditangisi lagi... Yang penting... kita sudah bertemu...” hibur Verdla. Tapi Vlasq tetap merangkulnya dan terus menangis tersedu.
--------​
Verdla mengundang kami ke rumah yang sekaligus menjadi tempatnya mengatur DESTAS. Kami disuguhi berbagai makanan khas laut seperti asinan rumput laut dan teripang.
Dari jendela yang besar-besar di rumah ini, aku dan Neirant bisa melihat kesibukan para penduduk DESTAS di lapangan pasir.
Para peri itu mengumpulkan kayu bakar di tengah-tengah lapangan...
Upacara Terang Bulan?
Aku dan Neirant berpandangan mengingat itu.
“Jangan khawatir... Upacara Terang Bulan DESTAS... tidak seperti yang kalian pikirkan...” kata Verdla yang duduk di lantai di samping Vlasq.
“Upacara Terang Bulan ini adalah untuk merayakan uang 6000 Geri yang telah kita dapatkan... Juga merayakan hari jadi desa ini yang ke-3...” jelas Verdla.
“Jadi tidak ada... acara makan-memakan mahluk lain?” tanya Neirant ragu-ragu.
“Tidak... Kami tidak perlu begitu... Kami lebih suka makan hasil tangkapan kami dari laut... Kami tidak pernah kekurangan makanan... Lagipula tidak semua peri kegelapan melakukan hal jelek seperti itu... Itu hanya kebiasaan kaum peri barbar...” jelas Verdla arif.
Setidaknya penjelasan Verdla itu telah menenangkan hati kami berdua. Mengingat tingkah kedua peri laut, Blas dan Phemy di LAVOZE tadi.
Mungkin saja Upacara Terang Bulan malam nanti juga akan berakhir dengan pesta seks.
Soalnya kata Blas dan Phemy, seks di DESTAS ini adalah hal yang mahal. Dengan dua jantan nganggur seperti aku dan Neirant, apa mereka sanggup lepaskan?

Menunggu upacara malam nanti, aku ada banyak waktu untuk mengorek rasa penasaranku dari Neirant.
“Jadi... MROW itu... artinya peri pohon yang ternoda, ya?” mulaiku.
“MROW? Oh... Bukan hanya peri pohon... Setiap peri siang yang ternoda akan dinamakan MROW... Itu setara dengan peri malam yang baru lahir...” jelasnya.
“Aku merasa sangat bersalah pada peri yang kunodai itu...” pancingku.
“Aku berpikir... bagaimana kalau kuusulkan pada Vlasq untuk memasukkan para MROW itu ke danau MIRAKE SOUJE... Mungkin keajaibannya terletak pada air danau itu...” argumenku.
“Kau juga berpikiran begitu, Satria...” katanya mulai terpancing.
“Iya... Rasa bersalahku setidaknya bisa berkurang dengan cara ini... Aku sangat menyesal kalau ia sampai dibuang dan mati begitu saja... Ia begitu cantik...” terawangku.
“Aku juga sangat menyukainya... Tiba-tiba saja ia menjadi begitu tanpa diketahui siapa pelakunya... Aku dengar isu... kalau aku memberinya madu ratu peri pohon... ia bisa sembuh... Ternyata tidak...” ia juga menerawang.
“Kalau peri imut itu bisa sembuh... aku akan minta maaf padanya... Kalau perlu bersujud padanya juga tidak apa-apa...” khayalku.
“Aku akan memintanya untuk menjadi ratuku...” khayal Neirant juga.
Jadi begitu... Semut ini mencuri madu kerajaan untuk menyembuhkan peri pohon yang disukainya itu...
Begitu rupanya... Tragedi yang romantis...
--------​
Target kedua...
“Verdla... boleh kutau... di mana danau MIRAKE SOUJE itu?” tanyaku memotong kedua peri pohon itu.
“Agak jauh dari sini... Terus saja ke barat sampai bertemu dua gunung karang... Danau itu tepat di antara gunung itu...” tunjuk Verdla.
“Untuk apa kau menanyakan danau itu?” ia balik bertanya.
“Aku mau mencoba keajaibanmu itu pada MROW di VERBRANCHT... Siapa tau mereka bisa sembuh sepertimu...” cobaku.
Vlasq sepertinya terpancing.
“Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu?” tanya Vlasq.
“Buktinya... Verdla bisa sembuh dan sehat-sehat saja sampai sekarang... Bukankah ini kesempatan yang bagus... Kalau mereka tidak mati... kami tidak perlu menjadi buronan VERBRANCHT selamanya...” jelasku.
Ide ini bisa jadi pembelaan terbaik buatku.
“Apa kau perlu air dari danau itu?” tanya Verdla.
“Kalau bisa... para MROW di VERBRANCHT... juga direndam di danau itu... Siapa tau...” usulku.
“Kami sudah membuktikannya... Ada beberapa peri air di DESTAS ini... Mereka terusir dari masyarakatnya karena kelebihan penduduk... Mereka tetap menjadi peri air biasa walaupun sudah beberapa kali ngeseks setelah meminum air danau MIRAKE SOUJE...” kata Verdla.
“Peri air bisa melakukan hubungan kotor itu... dan tidak menjadi MROW... karena meminum air danau itu?” kaget Vlasq.
“Dengan meminum air itu...” kata Verdla menekankan.
Vlasq tercenung.
“Benar... air yang kau minum itu...” kata Verdla lagi.
“Air ini?” Vlasq hampir mendelikkan matanya yang indah itu pada gelas kayu berisi air itu.
“... Ha... ha... Kalian, kan tamu... Jadi kusuguhkan air terbaik desa ini... Biasanya kami hanya meminum air hujan yang ditampung... Kami mempunyai persediaan air danau itu untuk keperluan khusus... contohnya tamu seperti kalian ini...” kata Verdla menggaruk kepalanya.
“Enak, kan? Air itu segar sekali...” sambung kepala desa DESTAS itu.
Neirant juga meminum air itu seperti juga Vlasq.
... Jadi... Kalau Vlasq saat ini ngeseks... dia tidak akan berubah menjadi... MROW... He... he... Aseek.
--------​
Vlasq meminta diri untuk keluar sebentar dari ruangan itu. Tinggal kami bertiga, Verdla, Neirant dan aku.
“Kudengar... seks di desa ini... mahal, ya?” pancingku.
“Ya... sangat mahal bahkan... Atas kesepakatan bersama seluruh penduduk desa... perayaan hari jadi Periode Lunar lalu... kami mengundang 5 jantan dari bangsa Vastey... Itu jadi pesta yang sangat dikenang semua penduduk desa ini...”
“Kami berpesta sepanjang malam... dan menghabiskan kas desa sebanyak 1000 Geri untuk satu malam saja...” kenang Verdla.
“Karena itu disebut mahal?” sambut Neirant.
“... Bagaimana kalau kalian berdua kubayar 100 Geri... dan ngeseks dengan seluruh penduduk desa... Kami sangat haus hiburan dan seks yang hebat...” tawar Verdla.
“Tadi... beberapa penduduk sudah memintaku menanyakan ini langsung... kepada kalian... Bagaimana?” ia terlihat serius.
Aku memberi kode pada Neirant, apa ia mau. Ia mengangguk cepat. Siapa yang bisa menolak tawaran seperti ini. Apalagi Neirant sangat suka uang. Ia akan dapat 50 Geri.
“Boleh... Kami terima...” jawabku mewakili Neirant juga.
“Bagus... Aku akan memberitau para penduduk...” ia beranjak dari duduk bersilanya hendak keluar.
“O ya... Penduduk desa ini ada 62 peri... Terdiri dari 20 peri laut, 17 peri gunung, 11 peri malam, 8 peri api, 5 peri air dan 1 peri pohon... Itu aku sendiri...” hitungnya dengan jari.
“Ingat... 62 peri... Mungkin si Vlasq... akan bergabung juga... Lihat saja...” lalu ia menghilang di balik pintu.
--------​
“Yahuuu...” seru Neirant senang sekali. Aku mesem saja.
“Apa sudah kau bayangkan, Satria? 62 peri... Kalau kita bagi dua... masing-masing kita akan dapat 31 peri... Wah... Aku tidak pernah bermimpi seperti ini...” khayalnya. Ini mimpi yang akan menjadi kenyataan nanti malam.
“Apa kau kuat melayani 31 peri satu malam saja...?” tanyaku.
Neirant merenung sebentar...
“Iya juga, ya... Aku pernah masuk ke rumah bordil Madamme Naita dan main dengan satu peri malam... aku cepat sekali KO-nya...” kenangnya tentang petualangannya.
“Makanya jangan senang dulu... Tapi begini saja... Kau ladeni saja berapa yang kau sanggup... Sisanya serahkan saja padaku... OK?” kataku.
“Kau sanggup?” tanyanya dengan nada mengejek.
“Mudah-mudahan...” jawabku sekenanya.
--------​
Kami diminta keluar oleh s(esu)atu peri laut. Katanya dipanggil Verdla.
Ternyata untuk membantu memasang beberapa tiang untuk tenda acara nanti malam.
Tiang-tiang dipasang mengelilingi kayu api unggun. Kami bahu membahu bersama para peri nelayan ini.
Verdla yang kepala desa tidak segan untuk turun tangan. Ia juga ikut berpeluh-peluh dengan kami.
“Aku tidak melihat Vlasq dari tadi... Kemana dia?” tanyaku saat aku mendirikan tiang di dekat Verdla.
“Dia ada di pohon itu... Mungkin ia teringat dengan VANGUARZH... ibu kami...” tunjuk Verdla pada pohon terbesar di sekitar situ.
Ia duduk di dahannya dan memeluk batang pohon itu...
“Ia memang rindu pada VANGUARZH...” kataku.
“Kalian, kan lahir bersamaan... Kapan itu?” tanyaku basa-basi. Eh... Siapa tau aku bisa tau zodiak peri-peri ini...?
“Kami lahir... pada hari keenam perayaan Terang Bulan... Sekarang hari ketiga... Jadi 3 hari lagi kami akan berulang Lunar...” pikirnya sejenak.
Hebat... jadi kedua peri pohon ini berzodiak VIRGO! Aku akan ‘memeriksanya’ pertama sekali nanti malam... Kalau bisa... Vlasq juga.
Para peri ini memakai penanggalan bulan atau Lunar. Deviasi penanggalan bulan dan matahari berkisar 10 sampai 12 hari. Jadi karena tiga hari lagi adalah ulang Lunar mereka, bisa dipastikan kalau mereka berdua ini setara dengan zodiak VIRGO.
“Kemarin lusa malam kami juga mengadakan upacara ulang Lunar bagi peri malam, lalu kemarin untuk peri gunung, malam ini bertepatan dengan ulang Lunar bagi peri laut... Karena itu kami menjadikan ulang Lunar peri laut sebagai hari jadi desa ini... Karena mereka yang terbanyak di sini...” jelasnya terus bekerja.
“Besok untuk peri air... trus peri api besoknya lagi... Lalu... untukku... peri pohon yang terakhir... karena disini tidak ada peri angin yang terakhir sekali lahir...” sambungnya.
Jadi begitu... Peri-peri ini hanya lahir pada urutan Perayaan Terang Bulan... Hari pertama bagi jenis peri malam, lalu peri gunung, peri laut, peri air, peri api, peri pohon dan terakhir peri angin.
Seperti yang sempat kusaksikan di DOFRAJ, kota para peri gunung. Benda berdenyut di tengah kubah yang disebut mereka ibu itu, melahirkan peri-peri gunung baru.
Seperti itu...
Kalau begitu... Semua peri di dunia ini berzodiak VIRGO... Aseek-aseek-Joss!
 
Akhirnya ada kesempatan ngwseks dg ratu Vlasq
 
Bimabet
Hajar semua satria jangan ad yg ketinggalan, aku mendukung mu :klove:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd