Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Quest

Final battle Satria vs Wira kapan nih....
 
========
QUEST#05
========​

“Namanya Samantha Wanandi... Masih muda dan kaya berkat warisan suaminya yang meninggal setahun yang lalu... Lahirnya bulan Februari...? Lho, mas dia bukan berzodiak Leo...” kata Hellen membaca data-data wanita incaranku itu. Bergantian dipandanginya wajahku dan layar monitornya. Berharap tiba-tiba akan ada perubahan. Entah di mukaku atau angka di layar.
“Bukan Leo?...” lemasku. Aku yang paling stres harusnya mendapati kenyataan ini.
“... Jadi dia pemilik core istimewa yang bukan Leo...” pikirku keras berusaha mencari sisi positif dari penemuan ini.
“Ya... mungkin saja ia sejenis dengan siapa... yang meminjami mas Satria... ROSE DROP itu?” tebak Hellen mencoba membesarkan hatiku.
“Mbak Susan... Mungkin juga... kalau jenisnya bukan ZODIAC CORE tapi core istimewa tipe yang lain...” pikirku membenarkan.
“Yah... Terpaksa mas Satria harus mencari lagi, kan? Versemeter-ku belum bisa dipergunakan, mas...” sesal Hellen.
“Gak pa-pa... Pekerjaan ini memang tidak mudah... Lagipula ini kali pertamanya kita salah mencari ZODIAC CORE... Mengingatkanku kalau ada begitu banyak core istimewa di luar sana yang menunggu untuk ditemukan...” menghibur diri sendiri.
“Apa mas Satria mau mengumpulkan core istimewa sebanyak-banyaknya?” korek Hellen. Keningnya berkerut-kerut menggodaku.
“Eh... enggak... enggak, kok...” gugupku. Memang godaan itu selalu akan ada. Kemungkinan itu selalu ada seharusnya.
“Kalau mau juga gak pa-pa, kok... Itu hak mas sendiri... Kalau yang punya core itu perempuan... cantik dan seksi pula... Apa salahnya, kan?” goda Hellen. Ia menyenggolku dengan bahunya.
“Kalau laki-laki?” candaku.
“Kalau mas juga doyan... juga gak pa-pa...” balasnya.
“Yee... gak sudi...” Hellen tertawa terbahak-bahak lalu menutup mulutnya dengan tangannya sendiri karena Tommy; cowoknya masuk kamar.
--------​
Aku jadi penasaran... Ini kali pertamanya aku salah dalam mencari ZODIAC CORE... Empat kali mencari ZODIAC CORE dari ARIES, TAURUS, GEMINI dan CANCER selalu tepat.
Tapi kali ini, core istimewa pertama yang kutemukan adalah core istimewa lain bukan ZODIAC CORE.
Apa lebih baik kusatroni lagi si Samantha itu... Siapa tau, nih ada sesuatu yang menarik yang bisa kutemukan.
--------​
Dari data yang didapat Hellen, aku sudah berhasil menemukan rumahnya.
Rumah mewahnya berada agak di luar kota. Asri dengan berbagai pohon-pohonan di lingkungannya. Suasana kampung juga terasa sekali dengan aroma tanah dan rumput dari persawahan di kanan-kiri jalan menuju rumahnya.
Angin juga bertiup segar di daerah ini... Aku bisa betah di sini.
Dari bagian samping rumah yang masih persawahan, aku mendekati rumah itu. Dengan mudah aku menyamarkan diriku dengan kehijauan pepohonan yang meneduhi rumah mewah ini. Aku memang tidak bisa menipu mata Wira tapi aku bisa melewati orang-orang biasa, para pembantu rumah tangga Samantha.
Si Wira itu juga berada di sini. Aku sudah menduganya, lagipula aku sudah menemukan panjang gelombangnya yang beragam di samping milik Samantha yang 1554 Hz. Milik Wira kali ini 2318 Hz. Entah SHINY GEMS apa yang dipakainya kali ini.
Tunggu dulu... Gelombang SHINY GEMS Wira tidak berada dekat dengan milik SAMANTHA... Padahal mereka kan sedang berbincang berdekatan... Wah... Benar ini adalah sesuatu yang menarik. Untung aja aku coba-coba melacak lagi. Lagi pula Wira juga tetap mendekati Samantha. Berarti...
Aku mengikuti asal feed back gelombang core istimewa 1554 Hz itu. Berasal dari dalam rumah... Mengendap-endap aku masuk ke dalam rumah yang sepertinya sedang sepi. Umpan balik panjang gelombang core istimewa itu berasal dari lantai atas. Aku naik tetap mengendap-endap menyusuri tangga. Segera aku berhadapan dengan susunan rumah luas nan asri yang sudah dipersiapkan matang-matang agar nyaman bagi penghuninya.
Ini pasti kamar utama rumah ini. Ukurannya yang paling besar juga ada lukisan Samantha dengan lelaki tua di atas ranjang besar.
Asal gelombang itu...
??Dari kandang kucing??
--------​
Aku terduduk lemas...

Leony
Kucing itu memandangiku yang ngelongsor di lantai...

Akal sehatku mulai bekerja...
Jadi kucing ini yang sebenarnya memiliki core istimewa itu, bukannya Samantha... Tentu aja. Core dimiliki oleh semua mahluk hidup. Mahluk bernyawa. Lalu kenapa tidak seekor kucing? Bukan salahnya kalau ia punya core istimewa. Aku saja yang salah paham kalau mengira kalau pemiliknya; Samantha yang mempunyai core istimewa itu. Ternyata piarannya sendiri.
Tapi ini kucing loh? Apa yang harus aku lakukan?
--------​
Hellen tertawa-tawa geli mendengar ceritaku tentang kucing yang memiliki core istimewa ini. Kucing bernama Leony.
“Jadi... jadi mas Satria... harus... ‘ngentotin kucing itu... Ha... ha... ha...” ia tertawa geli sekarang. Mungkin ia membayangkan bagaimana aku menyetubuhi binatang itu.
Jatuh sekali harga diriku... masa harus mengentoti kucing.
“Udah ah... Malas aku ngomong aku bicara denganmu...” aku pergi dari kamarnya. Aku ngeloyor pergi begitu saja pulang.
Hellen mengejarku dan minta maaf...
--------​
Putri dan Dewi juga sama tertawa geli mendengar penemuanku ini. Aku jadi semakin bete... Ditambah lagi keempat kembar lima itu juga datang dan ikut tertawa...
“Kalian... gak mendukung lagi... Bosan aku... Aku pergi aja ah...” aku jadi marah dan ngambek mendengar tertawaan seperti ini.
“Jangan dong... Ya... Satria kok begitu aja ngambek... Kita kan cuma becanda... Sini-sini... Cayang-cayang... Nenen dulu, gih...” Dewi menarik tanganku agar jangan pergi dan masih sempat-sempatnya bercanda lagi. Gak tau apa orang lagi bingung.
“Kalau gitu mas Satria jadi kucing aja...” usul Aphrodite.
“Jadi kucing?” ulang Diva.
“Ya... kalau jadi kucing... mas Satria kan bisa mengentoti kucing itu... Adit pernah lihat pepek kucing... pepeknya kecil... kalau kontol mas Satria yang gede itu masuk ke sana... dia bisa mati... tapi kalau jadi kucing juga... kontol mas Satria pasti muat, deh..” jelasnya.
Memang masuk akal juga usul Aphrodite ini... Tapi bagaimana caranya aku jadi kucing?
“Kenapa mas? Mas mau nyoba jadi kucing?” tanya Athena. Entah bercanda atau apa.
“Kalau masalah seperti itu... kita akan perlu bantuan kak Sheila atau bang Eros...” cetus Dewi.
Benar...
--------​
Sementara menunggu kak Sheila atau bang Eros datang, Dewi membantuku menelepon Samantha.
“Halo... mbak Samantha... Ini saya Dewi... Ingat tidak?” buka Dewi.
“Dewi? Dewi... Oo... Anaknya ibu Tami, kan?” ingatnya.
“Iya... Apa kabar, mbak? Boleh bicara sebentar? Gak mengganggu, kan?” basa-basinya.
“Nggak, kok... saya sedang enggak ada kerjaan kok... Ada apa, tuh?” tanyanya.
“Saya tertarik dengan masalah silsilah kucing juga sertifikatnya si Leonny itu loh, mbak...” mulai Dewi.
“Kenapa dengan silsilah dan sertifikat Leonny, Wi?”
“Nggak... gini loh, mbak... Ada yang mau menjual anjing Rotweiller pada saya... Ia bilang anjing itu juga ada silsilah yang bagus juga sertifikat asli... Nah saya kan tidak mengerti masalah begituan... Makanya Dewi mau menanyakan itu sama mbak Samantha...” Dewi mulai mengarang.
“Oh begitu... Silsilah itu juga bisa dilihat dari sertifikatnya... Sertifikat hewan itu ada dua... Dari persatuan penyayang binatang Indonesia... satu lagi dari dokter hewan... Kalau hewan itu dari luar negeri juga ada dokumen karantinanya dari Imigrasi dan Departemen Kesehatan... Begitu...” jelasnya.
“Wah... repot juga ya, mbak... Jadi seperti akte kelahiran manusia juga ya, mbak?”
“Iya benar... Leonny juga sebentar lagi berulang tahun, loh...” terangnya. Itu dia!
“Kapan, mbak?” Dewi berantusias mendengarnya. Usahanya mengarang cerita tidak sia-sia. Ditepuk-tepuknya bahuku dengan tangannya yang tak memegang HP.
“Tanggal 10 Agustus...” jawabnya. Langsung saja kucatat tanggal itu. Aku meringis karena Dewi menjawil lenganku.
“Wah... Kalau gitu... Nama Leonny itu dari bintang Leo-nya itu, mbak?” tebak Dewi sambil menjambak rambutku. Ini anak tambah ngelunjak.
“Benar... saya yang ngasih namanya... Ia sudah saya rawat sejak masih kecil sekali... Jadi saya sangat sayang padanya... Ia juga sangat sayang pada saya...” kenangnya.
“Memangnya umurnya sudah berapa tahun?” tanya Dewi mengorek lebih dalam. Aku menghindar ketika ia berusaha menculek mataku. Ini udah kebangetan malah.
“Tanggal 10 Agustus nanti... jadi 3 tahun...” jawabnya.
“Mm... Ini mbak... Kucing mbak Samantha itu kan betina... apa dia tidak pernah melahirkan... Soalnya kucing itu kan kalau melahirkan anaknya sampai banyaaak... gitu..” pancing Dewi mengerling padaku.
“O... Kalau Leonny tidak pernah kuizinkan didekati kucing jantan... Dia juga tidak suka, kok... Di rumah ini juga... Semua pembantu sudah saya perintahkan jangan biarkan ada kucing lain masuk... Apalagi kucing jantan... Kalau kelihatan akan langsung diusir...” ia tiba-tiba berapi-api.

“Kau dengar itu... Kalau elo benar-benar bisa jadi kucing... Elo harus hati-hati di rumah itu... Mungkin mereka memasang perangkap atau yang lebih ekstrim lagi... mereka akan main tembak saja! DOR! Satria kucing mati terkapar jadi bangkai dan dibuang ke jalan untuk dilindas mobil-mobil...” Dewi menakut-nakutiku.
“Aku gak takut!” lalu aku bungkam walau ia terus menakut-nakuti aku... Mereka semua tertawa-tawa.

========
QUEST#05
========​

Satu jam kemudian, bang Eros datang dan langsung saja aku mengutarakan keinginanku. Hanya berdua dengannya. Di beranda lantai dua.
Ia terdiam sebentar...
--------​
“Kalau Satria benar-benar mau... Abang hanya bisa bilang kalau itu betul-betul berat...” kata bang Eros.
“Berat bagaimana, bang?” tanyaku penasaran.
“Begini...” ia mengeluarkan sebuah boneka PUPPET MASTER-nya.
“Kau lihat ini... Sewaktu abang memakai boneka ini sebagai PUPPET...” ia mengaktifkan boneka itu. Ia berkembang menjadi sebuah boneka setinggi manusia perempuan dan memakai sarung tinju di kedua tangannya.
“... Abang memasukkan jiwa abang ke dalam boneka ini... Tapi tidak seluruh jiwa... hanya seperlunya... Kalau BOXER ini hanya memerlukan 1/16 jiwaku... Lalu ia hidup... karena boneka itu sebenarnya adalah abang sendiri...” jelasnya. PUPPET MASTER bernama BOXER itu bergerak sesuai gerakan bang Eros. Begitu ternyata cara kerjanya. Tapi cuma bang Eros yang bisa melakukan ini.
“Nah... kenapa abang bilang berat... kalau Satria mau menjadi kucing... Satria cari seekor kucing... lalu Satria memasukkan jiwa Satria ke dalam raga kucing itu... Tapi tidak bisa 1/16, 1/8, ¼ atau ½ jiwamu... Tapi seluruhnya... Dan jiwa kucing itu dipindahkan ke tubuhmu...” jelas bang Eros.
Mengerikan sekali... Ternyata sesulit itu.
“Tidak ada jalan yang lain, bang?” cobaku. Siapa tau aja ada cara yang lebih mudah.
“Itu sudah yang paling mudah... Kalau sudah selesai... Satria bisa memindahkan jiwa Satria kembali ke tubuh aslimu...” kata bang Eros.
“Ada yang lain... tapi lebih sulit lagi... Kau harus memakan hati dari lebih dari 30 siluman kucing... Kau akan menjadi kucing pada siang hari dan siluman kucing pada malam hari... Mereka dapat ditemukan di hutan kecil di delta yang ada di antara sungai dan laut...” jelas bang Eros.
“Wah... itu lebih sulit lagi... Masa aku harus jadi siluman kucing, sih, bang?” tolakku mentah-mentah.
“Itu terserahmu... Bagaimana? Mau? Pilih yang mana?” tawar bang Eros.
“Aku pikir-pikir dulu, bang...”
--------​
Jadi kucing?... Memang apa enaknya jadi kucing? Selain bisa seenaknya juga bisa kemana-mana dengan memanjati rumah-rumah orang. Mencari makan sesukanya. Kawin seenaknya. Keluyuran malam hari dan tidur seharian...
Apa itu enak?
--------​
Aku memperhatikan sekelompok kucing yang berebut makanan di tempat sampah belakang sebuah restoran Padang. Kucing berbagai ukuran dan warna, jantan dan betina berbaur menjadi satu. Berebut tulang ikan dan ayam. Bila beruntung mungkin mendapat potongan daging.
Ini nasib kucing jalanan. Harus berebut makanan dan berjuang demi kelangsungan hidup. Kadang mereka harus berkelahi sesamanya atau sekedar menggertak menunjukkan siapa yang paling kuat.
Sepertinya ada aturan yang baru kutangkap kalau ada sedikit hierarki dalam kelompok kucing ini. Kebanyakan kucing adalah betina. Kalau ada jantan, itupun masih muda dan masih segan pada betina lain yang lebih tua. Mungkin itu adalah induk atau saudaranya.
Aku tidak melihat adanya jantan dewasa. Kucing jantan dewasa akan memiliki kepala yang lebih besar dan berbulu lebih tebal.
Lalu ada seekor kucing jantan belang hitam putih dengan ekor pendek yang datang. Entah dari mana datangnya tapi ia berjalan dengan tenang dan pelan. Tetapi semua kucing yang ribut berebut itu minggir dan memberinya jalan.
Dengan masih tenang, ia mengais-ngais sampah dan mencari makanan. Memakannya dengan tenang sementara kucing lain menunggu di sekitarnya tanpa suara.
Kucing jantan dewasa itu terus makan sampai ia merasa cukup lalu perlahan pergi meninggalkan tempat itu setelah menjilati kaki depan dan mukanya.
Setelah ia pergi, kucing-kucing yang tadi menyingkir, lalu kembali ribut dan berebut makanan.
Hebat sekali pengaruh kucing itu... Kalau aku jadi kucing... aku mau menjadi kucing seperti dia aja...
Kuikuti kemana kucing itu pergi. Berjalan di pinggir jalan tanpa rasa takut tetapi tetap waspada terlihat dari kedua kupingnya yang selalu bergerak-gerak mengenali suara kalau-kalau ada bahaya.
Kalau ada manusia melintas lewat, ia akan minggir dan berhenti memperhatikan lalu kembali meneruskan perjalanan.
Kucing jantan belang hitam putih itu lalu memanjat sebuah pohon, menitinya dan tiba di beranda lantai dua sebuah rumah.
Ternyata ia tidur...
Ini pasti bukan rumah pemilik kucing ini karena ia kucing liar. Ia memilih tidur disini karena teduh, tenang dan sepi dari gangguan.
Kalau aku mengambil kucing ini, pasti tidak ada yang akan kehilangan.
--------​
Aku kembali mengikuti kucing jantan itu pada kegiatan malam harinya.
Ia berkeliling sekitar tempat itu dan kucing-kucing liar lain masih segan padanya dan minggir.
Tiba-tiba saja ia bersikap waspada dan berhenti. Rupanya ada seekor kucing jantan lain yang seukuran dengannya. Nampaknya perkelahian tidak bisa dihindarkan karena perebutan daerah kekuasaan.
Keduanya memasang sikap siaga dan siap bertarung. Baik kucing belang hitam putih dan kucing kuning itu mengangkat punggungnya, bulu-bulu mengembang.
Selanjutnya perkelahian seru terjadi. Mereka bergulung-gulung dan suara ribut perkelahian dari benda terjatuh juga suara raungan keduanya memenuhi gang kecil ini.
Kucing belang hitam putih itu di tanah masih siaga sementara lawannya, kucing kuning di atasnya dengan suara erangan yang bersahutan. Mereka tak bergerak menjaga jarak dan nafas.
Kembali mereka bertarung, saling cakar, tendang dan gigit. Kucing kuning itu akhirnya pergi dengan lari sekencang-kencangnya.
Dia menang... Memang kucing jagoan! Ia mengeong-ngeong mengumumkan kemenangannya pada seluruh kucing yang ada di tempat ini. Ia kembali berjalan dan terus mengeong.
Ada dua ekor kucing sedang makan di tong sampah. Yang seekor langsung ngibrit melihatnya datang tetapi yang satu lagi hanya bersembunyi dengan penuh hati-hati.
Ia mendatangi kucing betina itu dengan eongan yang semakin keras.
Kucing betina itu menunduk-nunduk dan ekornya terangkat...
Si belang hitam putih mengendusi bagian belakang betina itu... Beberapa saat mereka berputar-putar di tempat itu. Si belang putih itu terus mengendusi pantat si betina yang juga menyahuti eongan si jantan.
Hingga pada satu kesempatan yang bagus, si belang hitam putih itu menindih si betina ketanah, tengkuknya digigit dan ia mendorongkan penis merahnya ke vagina kucing betina itu.
Hanya sebentar saja... sekitar setengah menit ia menekankan penisnya.
Si betina lalu menjauh sedikit dan bergulingan di tanah. (Mungkin merasa keenakan...) Sementara si jantan belang hitam putih tetap menunggu. Penis merahnya masih menjulur keluar sesekali. Ia kembali mendekati si betina itu, lalu kembali mengulanginya.
Sampai tiga kali mereka kawin dan mereka berpisah...
Si jantan hitam putih itu kembali mengeong-ngeong mengumumkan kemenangannya tadi.
Saat bertemu betina lain, kembali ia mengawininya lagi...
Wah... kalau di sini ada sepuluh betina saja... ia bisa mengawini mereka semua satu malam ini saja... Pasti ada lebih dari 10 kucing betina di sini.
Hebat juga kucing ini... Dia lebih punya banyak koleksi dan pengalaman seks dari pada aku...
--------​
Di rumah, aku menceritakan penyelidikanku hari ini mengikuti kucing jantan belang hitam putih itu pada Putri dan Dewi.
Rupanya mereka juga tidak kalah meneliti tentang kucing. Mereka membeli buku-buku tentang kucing. Perawatan dan Prilaku Kucing sehari-harinya. Ada juga buku tebal tentang asal-muasal kucing yang dipinjam Diva dari perpustakaan.
Aku disuruh membaca itu semua... Padahal boro-boro aku membaca buku sebanyak itu, buku pelajaranku aja jarang kusentuh.
 
========
QUEST#05
========​


Si kucing belang hitam putih jantan itu sudah kami tangkap dan akan segera dilakukan perpindahan jiwa. Jiwaku dipindahkan ke tubuh kucing dan jiwa kucing dipindahkan ke tubuhku.
Ini untuk menjaga agar tubuh tidak mati dan jiwa atau nyawa pergi ke alam lain.
Karena aku belum pernah melakukan ini sebelumnya, prosesi perpindahan jiwa ini dilakukan oleh bang Eros.
Sebelum kami lakukan proses pemindahan jiwa ini, tangan dan kakiku diikat agar nanti bila jiwa kucing masuk ke tubuhku ia tidak akan shok dan melakukan tindakan yang berbahaya seperti melukai orang-orang disini atau melukai tubuhnya sendiri.
Kucing itu memang sudah dikurung dalam kandang kucing dan masih dalam keadaan bingung dan takut.
--------​
“Kau sudah siap, Satria?” tanya bang Eros sebelum memulai proses pemindahan jiwa.
“Siap!” yakinku.
“Eh... Tunggu... Tunggu bentar... Gini... Kalau Satria jadi kucing... dan kucing jadi Satria... Gimana dia bisa pergi sekolah... Bertemu orang-orang... Kita bahkan belum memberitau Mama tentang ini...” cemas Putri.
“Benar juga... Badanku yang dipakai jiwa kucing pasti akan bertingkah seperti kucing... Gawat itu!” cemasku juga.
“Hm... Kudengar kau bisa menduplikat tubuhmu, Satria... Kenapa tidak kau lakukan itu?” usul bang Eros.
Menduplikat tubuh? Benar juga... Tubuh duplikatku yang ditukarkan jiwanya dengan kucing ini... Tapi..
“Tapi... waktu MULTIPLICITY dengan GEMINI hanya bertahan sebentar saja, bang... Paling lama satu jam...” jelasku tentang kelemahan MULTIPLICITY, kekuatan ZODIAC CORE GEMINI.
“O... Begitu... Tidak apa-apa... Nanti akan kubantu agar bisa tahan lebih lama...” kata bang Eros.
“Maksudnya... gimana?” aku tidak mengerti.
“Biar nanti bang Eros yang menyamar menjadi dirimu... Nanti akan kubuat boneka dirimu dan akan abang pakai... Cuma beberapa hari saja, kan?” jelas bang Eros.
“Ya... Sekarang tanggal 02 Agustus... Satria perlu bentuk kucing ini sampai 10 Agustus... ulang tahun kucing itu... Jadi... sekitar sembilan hari... Kurang lebih, bang...” kataku.
“OK... Sembilan hari tidak masalah... Abang juga tidak ada kerjaan selama sembilan hari nanti... Jadi rasanya abang pengen merasakan kehidupan menjadi anak SMA lagi... Kemaren itu kurang puas... Nampaknya jadi Satria asik juga, ya?” katanya.
Biar saja bang Eros menjadi diriku. Dia kan orang baik lagipula ia abang sepupuku sendiri. Dia sendiri sudah dewasa dan tidak akan merusak identitas atau reputasiku. Masalah sekolah, biar dia beradaptasi sendiri dengan teman-temanku.
--------​
Prosesi perpindahan jiwa dimulai...
Bang Eros meletakkan tangannya di atas kepala kucing dan kepalaku dan ia berkonsentrasi.
“Satria... Pandangi mata kucing itu dalam-dalam dan berkonsentrasi... Tatap yang dalam...” perintah bang Eros.
Aku menatap lekat bola mata kuning kucing jantan belang hitam putih itu. Ia juga melakukan hal yang sama...
Keadaan disekelilingku menjadi hening lalu gelap. Pandanganku menjadi kabur dan bergoyang-goyang. Lalu bumi terasa berputar-putar dalam suatu pusaran yang menyeretku ke dalam intinya...
--------​
“Satria... Satria... Sadar... bangun...” suara-suara saudaraku berusaha membangunkanku. Tubuhku digoyang-goyangkan.
“Sudah selesai?...” aku membuka mata dan berusaha bangkit. Wajah-wajah saudaraku yang sangat kukenali yang pertama sekali kulihat. Putri, Dewi dan bang Eros...
Kenapa mereka besar sekali?

Satria Anima
Ek! Lenganku berbulu putih dan tanganku belang hitam!
Kuraba seluruh tubuhku. Muka badan, kakiku... dan aku punya ekor!
Aku... aku sudah jadi kucing...
“Wah berhasil... Satria sudah jadi kucing... Hebat... Tapi dia cuma bisa mengeong... Tidak bisa mengerti apa yang dikatakannya...” kata Dewi.
“Ya, tentu saja... Memangnya siapa yang bisa mengerti bahasa kucing...” kata bang Eros.
Aku hanya bisa memandangi mereka saja.
Tubuhku?... Aku melihat tubuhku sendiri yang berisi jiwa kucing itu masih meringkuk terikat. Rasanya aneh melihat badan sendiri. Tidak seperti di cermin karena tidak bergerak sesuai pergerakan kita...
“Berani sekali ada kucing yang masuk ke rumah ini...” aku mendengar suara. Suaranya terdengar berat dan tegas.
“Wolfgang?”
Dia binatang peliharaan papaku. Seekor Tayra berbadan logam.

Melihat hewan lain?... Jadi begini perspektif pandang hewan. Hewan berkaki empat akan terlihat berdiri bak manusia dengan bentuk khas hewaninya.
Wolfgang terlihat dewasa dengan otot logamnya yang sempurna. Lengannya berisi dan cakar tangan serta kakinya runcing. Ekor panjangnya menjuntai di belakang.

“Kau tau namaku... Bagus... Sekarang keluar dari sini sebelum kumakan kau seperti kucing-kucing lain...” gertaknya.
“Tunggu... tunggu sebentar... aku sebenarnya bukan kucing... aku hanya memakai tubuh kucing ini... aku sebenarnya manusia... itu tubuh asliku...” tunjukku pada tubuh manusiaku yang terbaring di lantai.
“Omong kosong apa itu...” jawabnya.
“Wah... Satria sedang ngobrol dengan Wolfgang, ya? Dia memanggil Wolfgang apa, ya? Pantasnya dia manggil oom sama Wolfgang... Dia kan sudah ada sejak kita belum lahir...” kata Dewi menggendongku.
“Wolfgang... Baik-baik, ya sama Satria... Ingat Satria, kan... Anak laki-laki semata wayang Papa Buana... Dia memindahkan jiwanya pada kucing ini dan jiwa kucing ini pada tubuhnya...” kata Putri.
“Apa dia bisa mengerti?” ragu bang Eros.
--------​
“Kau memindahkan jiwamu pada tubuh kucing jelek ini?” tanya Wolfgang ragu berpaling padaku.
“Benar... benar, oom... Oom Wolfgang...” jawabku meyakinkannya.
Ia memandangiku agak lama lalu ngeloyor pergi.
Fuh... Untung saja ia tidak jadi memakanku...
Tubuh kucingku digendong Dewi untuk dibawa ke kamar mandi... Aku akan dimandikan dengan shampo khusus kucing agar bersih dari kutu dan kotoran.
Tubuh manusiaku dikurung di kamarku.
Bang Eros katanya akan membuat boneka samaranku dulu dan ia pulang sebentar menyiapkan peralatannya.
Di bath tub, aku dimandikan Dewi dan Putri bersama-sama. Tetap saja mereka iseng dan menyuruhku menjilat-jilat puting susu mereka...
Bulu tebal ini dikeringkan dengan hair dryer... Rasanya nggak enak sekali.
“Baru kali ini kulihat ada kucing di dalam rumah ini...” seekor cicak di dinding menyapaku.

========
QUEST#05
========​

Setelah mereka lelah bermain denganku dan tidur, aku menyelinap keluar. Aku bermaksud untuk menjelajahi tempat ini dengan tubuh kucingku.
Rumah yang besar ini terasa semakin besar saja. Malam hari, rumah ini sepi karena semua sudah tidur. Hanya ada suara jangkrik yang terdengar di taman luar.
Kususuri lorong yang menuju kamarku. Aku mau melihat bagaimana keadaan tubuhku yang diisi jiwa kucing di kamar.
Sia-sia... Pintunya dikunci dan aku tidak bisa membukanya karena pegangan pintunya terlalu tinggi.
--------​
“Satria... kemari!” terdengar suara dari ujung lorong.
Itu Wolfgang. Kuping sensitif dan mata tajam kucing ini meyakinkan juga sangat hebat. Indra kucing ini sangat mengagumkan. Aku bahkan bisa mendengar langkah kaki serta degup jantungnya saat aku sudah dekat dengannya.
“Ada apa, oom?” ia diam saja dan terus berjalan dengan tenang.
Ia membuatku terus mengikutinya. Aku juga harus bersusah payah memanjat dinding dan meniti pagar.
Terdengar kepakan sayap burung. Burung yang sangat besar.
Burung besar itu mendarat dan bertengger di cabang pohon. Ia Anta, piaraan oom Ron.
“Selamat malam oom Anta...” sapaku.
Ia hanya menganggukkan kepalanya.
Oom Anta sangat gagah sekali. Sayapnya yang lebar dan kuat terlipat kesamping tubuhnya. Kakinya yang kuat mencengkram dahan dengan mantap.
“Aku dengar dari Wolfgang... kau adalah Satria... anak laki-laki Buana... Ada apa sampai kau mau menukar tubuhmu dengan tubuh kucing ini?” tanya Anta.
“Aku sedang melaksanakan sebuah tugas mencari core... Karena core itu dimiliki seekor kucing betina... makanya aku harus berubah menjadi kucing... “ jelasku singkat.
“Kenapa harus jadi kucing? Tidak tetap menjadi manusia saja... Dunia hewan ini sangatlah berbahaya...” nasehatnya.
“Begini, Oom Anta... Cara untuk mendapatkan core itu adalah dengan menggunakan seks... Jadi aku harus berbentuk seperti ini untuk melakukannya, kan?” sambungku.
“Seks? Apa kau kira mudah untuk memikat seekor kucing betina... Selama ini... sepanjang hidupku aku sudah banyak melihat kucing kawin... dan biasanya mereka akan berkelahi dulu...” jelas burung elang itu.
Burung elang tidak memiliki masalah seperti itu karena elang adalah hewan monogami yang hanya mempunyai satu pasangan seumur hidupnya.
“Gini oom... Aku punya cara agar kucing betina itu bisa kudekati dengan mudah... Saat masih menjadi manusia... ini sudah terbukti berhasil pada banyak wanita...” jelasku lagi.
“Apa caranya...?” tanya oom Anta lagi.
“Istilahnya adalah CHARM... Dengan itu... semua lawan jenisku akan tertarik denganku...” oom Anta sepertinya sudah mengerti apa yang kumaksud. Mungkin pengalaman hidupnya membuatnya mudah memahami hal-hal sulit seperti ini.
“Baiklah... Pesanku... berhati-hati saja... Dunia hewan ini sangatlah berbahaya... Ada bahaya dimana-mana... Satu kesalahan kecil saja bisa membahayakan nyawamu... Kalau perlu bantuan atau mau bertanya... carilah kami berdua...” ia lalu mengepakkan sayapnya dan pergi terbang menjauh.
“Ng... oom Wolfgang... Bagaimana cara mencari kalian berdua... Kalian, kan jarang ada di rumah...” tanyaku pada Tayra yang juga akan beranjak pergi itu.
“...” ia terdiam cukup lama. Memang ia jarang bicara.
“... kau lihat itu?” ia melihat pada atap rumahku yang tertinggi. “... berdirilah di sana... kami akan melihatmu...” lalu ia pergi sama sekali, memanjat pohon dimana oom Anta tadi bertengger lalu berpindah ke pohon-pohon lalu hilang dikegelapan malam.
Dengan tubuh kucing jantan begini, ada juga pengaruh sifat kucing yang mempengaruhiku yaitu keinginan untuk keluar malam seperti yang biasa kucing lakukan.
Saat ini aku punya keinginan yang sangat kuat untuk menjelajahi lingkungan rumahku ini.
Aku memanjat pagar luar rumah menuju keluar. Dengan hati-hati aku menitinya dan mencari tempat yang aman untuk turun ke bawah.
Sayup-sayup aku mendengar desahan khas percintaan... Ada yang sedang main? Kucing? Aku jadi pengen melihatnya...
Di sebuah gang kecil, aku melihat dua ekor kucing, jantan dan betina sedang bercinta. Yang jantan sedang menindih betinanya yang menungging.
Penis jantan itu dibenamkan sedalam-dalamnya sementara keduanya mendesah-desah keenakan. Sang jantan menciumi tengkuk sang betina. Begitu caranya...?
Akhirnya sang jantan mengakhirinya dengan ejakulasi di dalam vagina betina. Mereka segera berpisah dan saling pandang. Keduanya lalu bergulingan di tanah merasakan sisa kenikmatan yang memenuhi seluruh sendi tubuh.
Sang jantan tiba-tiba awas... Akan kehadiranku!
“Siapa di situ! Jangan mengganggu aku!” bentaknya.
Mungkin ia kucing jagoan di sini. Badannya besar dan terlihat kuat dan dewasa. Tapi aku tidak takut.
“Ini aku... Maaf kalau aku mengganggu... Aku hanya ingin melihat caramu bercinta dengan nona cantik ini...” kataku.
Kucing betina itu tersipu mendengar pujianku.
“Hmm... Kau orang baru rupanya... Tidak ada kucing jantan yang berani menggangguku di wilayahku ini... Sepertinya kau minta dihajar, ya?” gertaknya.
Dengan badannya yang besar ia mengembangkan tubuhnya untuk membuatku takut. Kuku-kuku tajamnya dikembangkan.
“Ooh... Tolong... tolong pergi... Cepat... Kau bisa mati dibuatnya... Cepat...” mohon wanita itu.
“Jangan kau bela dia! Kau suka padanya, ya?” si jantan itu malah jadi marah pada wanita itu.
“Hei! Kau jangan kurang ajar pada wanita, ya?” belaku.
“Apa pedulimu! Dia itu milikku! Aku berhak melakukan apa saja padanya... Kau mau menantangku!” gertaknya lagi.
Sepertinya aku harus melakukan sesuatu... Kehebohan di dunia binatang tidak akan sampai di telinga dunia.
“Wah... kau hebat sekali... Kau membuatnya lari ketakutan tanpa disentuh sama sekali... Siapa namamu... Kau orang baru?” wanita itu memuja-mujaku setengah mati. Ia mengelus-eluskan badannya padaku. Minta digauli?
“Itu hal yang biasa... Itu tidaklah seberapa...?” aku berusaha merendahkan diri atas apa yang baru saja kulakukan tadi.
Aku jadi menyesal menggunakan kekuatan TAURUS untuk menakut-nakuti kucing jantan tadi. Dengan kekuatan ZODIAC CORE kedua itu aku membesarkan tubuhku sehingga terlihat sangat menyeramkan.
Sebenarnya aku ingin juga mencoba bercinta dengan wanita kucing ini, tapi aku enggan karena ia baru saja bercinta dengan kucing lain hingga aku jadi nggak selera...
Ia memperkenalkan dirinya sebagai Siti. Ia bersumpah untuk setia padaku dan bersedia melakukan apa saja asal dijadikan selirku.
Selir?
Ia juga berjanji akan mempersembahkan betina-betina lain untuk melayaniku sebagai selir juga. Ia mengatakan kalau ia punya lima anak betina dewasa yang sudah pasti menuruti apa katanya. (Fiuh)
Aku hanya mengiyakan apapun yang dikatakannya agar ia senang.
Lalu kami bertemu seekor wanita kucing lain. Ia juga cukup cantik dan seksi. Segera ia juga terpengaruh cerita Siti tentang larinya jagoan daerah ini saat kugertak tadi.
Ia, Ana, juga memohon padaku untuk dijadikan selirnya. Ia bahkan lebih agresif dari Siti. Dengan tanpa sungkan ia menjilati pantat dan penis kucingku. Woohh... Enak sekali.
Sampai-sampai penis itu mengacung keras dan segera saja Ana menyambutnya dengan menunggingkan pantatnya.
Segera saja kuhujamkan penisku ke vagina kucing betina itu! Whuup! Enak sekali...
Masih terasa seret walaupun wanita kucing ini pasti sudah pernah beberapa kali melahirkan anak-anak kucing.
Ana mendesah-desah keenakan saat kupompakan penis kucingku ini. Memang enaknya tidak berbeda dengan keadaanku sewaktu jadi manusia.
“Aahh... Apa... apa ini?...” Ana sedikit heran saat aku membalikkan badannya dari posisi menunggingnya itu. Aku membuatnya berbaring.
“Ini cara baru... Seperti cara manusia...” kataku sembarangan karena terlalu bernafsu. Kugenjot kucing betina ini dengan mengangkangkan kakinya lebar-lebar.
Ana mengeong-ngeong keenakan. Suaranya bising sekali seperti sedang berkelahi.
Setengah jam kemudian Ana sudah terkapar kelelahan. Siti yang dari tadi pasti menonton dengan penuh nafsu langsung saja kutarik dan langsung kutindih. Aku gemas sekali melihat kucing-kucing betina yang seksi ini.
Dengan tiada henti aku memompakan penis kucingku pada Siti hingga ia juga mengeong-ngeong kenikmatan,
Karena keributan yang kami buat di tengah malam ini, beberapa ekor kucing lainnya berdatangan dan menonton kami.
Aku jadi tambah bersemangat. Seekor kucing betina lainnya segera kugarap begitu Siti KO, lalu betina berikutnya dan berikutnya sampai ada enam kucing betina kugenjot malam ini.
Keenam betina itu menjilati penisku yang terasa panas dan ngilu. Mereka mau melakukan itu karena aku perintahkan. Siti, Ana dan empat betina yang tak kukenal ini bersumpah akan setia padaku.
Wah... surga kucing ini sangat memabukkan. Bayangkan saja... tanpa harus memikirkan hal-hal berat seperti sekolah, PR, keluarga, kehamilan atau anak, aku bisa seenaknya menggauli kucing-kucing hareem-ku yang akan terus bertambah.
Godaan ini sangat berat...
Pagi-pagi sekali aku baru kembali ke rumahku...
“Selamat pagi, Satria...” Dewi menyambutku yang baru memasuki kamar mereka. Ia langsung menggendongku dan membawaku menaiki ranjang.
“Pasti kau bertanya-tanya... bagaimana keadaan tubuh manusiamu? Kata Dewi mengelus-elus kepalaku.
“...Putri sedang memandikan tubuhmu di bathtub kamar mandi...” tunjuk Dewi ke kamar mandi di dalam kamar ini.
Dewi membawaku kesana, terdengar suara tertawa dan air yang berkecipak.
“...Wi... Dia pintar juga... Dia bisa tahan lama juga goyangnya, lho...” kata Putri kesenangan di pangkuan tubuhku.
Aneh juga melihat tubuh sendiri tetapi bukan melalui cermin dan sedang melakukan hal yang tidak kita inginkan.
Ia tampak merem-melek keenakan digenjot Putri yang dengan bernafsunya menggoyang badannya naik turun.
“Liat, kan... kucing itu rupanya juga suka sekali ngeseks seperti manusia... Apa mungkin karena ia memakai tubuhmu, ya, Satria?” kata Dewi bersandar di pintu menggendongku.
Bukannya mereka harus pergi sekolah... Kenapa sempat-sempatnya Putri ngeseks pagi begini.
 
Wkakakk... Asli nih ceritanya jd kocak gini... Kereenn bgt sumpah... Semangat trus suhu updatenya...
 
satria jadi kucing,apakah satria akan mengerahkan pasukan kucing untuk menembus rumah samanta
 
buset dah satria... penulisnya lg sarap sampai harus jadi kucing segala.. wkwkwkkw.. tapi fantasinya kena banget
 
Sebagai SR ane terpaksa harus bersuara gara2 cerita ini.

Mantap suhu ceritanya imajinasinya kiar bak kucing mengeong
 
Bimabet
Wkakakk... Asli nih ceritanya jd kocak gini... Kereenn bgt sumpah... Semangat trus suhu updatenya...

ikut ngakak juga... ane juga senyum-senyum waktu memutuskan memakai skenario kucing ini. pilihannya kemaren antara kucing sama anjing. menurut ane anjing kurang seksi kalau dibuat penggambaran karena ukurannya gak seragam.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd