Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Quest

Setelah jadi kucing satria bakal jadi peri besok" jadi apa lgi yaa kira" ikan?atai alien?
 
barusan baca episode terakhir kucing leony, eh di luar rumah juga ada kucing kawin, haha
keren banget nih imajinasi nya suhu RyuzakiKen
too infinity and beyond~
*salah jargon*
 
kalau bisa kencannya satria dengan 45 cewek itu diceritakan juga bro biar tambah seru
 
ikan kurang seksi ah. alien juga jelek". apa ya berikutnya? mmm... fantasy final belum ditentukan nih...

Bangsa orc? Atau kalau ga kurcaci? Atau cewe yang diincer itu penyihir yang biar agak susah dapetnya si satria harus tempur dlu sama penyihirnya?
 
========
QUEST#06
========​

Menunggu rencana untuk pencarianku yang kembali ganjil ini disiapkan. Aku kembali mengunjungi pohon besar itu. Siapa tahu pemilik core istimewa itu keluar lagi dari garis dimensi itu.
“Hei... kau di sini juga, Satria?...” kak Sheila juga sama denganku.
“Kak...” sapaku.
“Apa yang kau pikirkan?... Santai saja... Biarkan kami yang menyiapkan semua jalan agar kau bisa menjadi peri...” kata kak Sheila menepuk bahuku. “Yang perlu kau ketahui... bahwa peri-peri yang ada di sini... Begini!” ia mengacungkan kedua jempolnya. “Cantik-cantik... Seksi-seksi... Begini semua!” ia membuat lingkaran besar di depan dadanya.
Aku tertawa saja mendengarnya.
“Ada suatu benda... yang sangat langka... Namanya FAIRY DUST... Dengan bantuan ini dan ketiga air mata helm BELIAL... kakak dan bang Eros yakin kau bisa menjadi peri beneran dan masuk ke garis dimensi itu dan mengambil core itu dari mereka...” jelas kak Sheila.
“FAIRY DUST? Seperti di dongeng-dongeng itu, kak?” ingatku. Aku pernah mendengarnya dari dongeng waktu kami masih kecil dulu.
“Namanya aja FAIRY DUST... Debu Peri... Konon benda ini katanya adalah garam dari sublimasi keringat atau air mata para peri...... Sangat langka... kakak membelinya dari seorang teman di LATVERIA... Bila dipakai bersama dengan PEGASUS TAIL... yang juga sangat langka... kita bisa terbang seperti burung...” jelasnya.
“Jadi benda-benda seperti itu memang benaran ada, kak?” tanyaku tak percaya.
“Kalau kau hidup seperti cara kakak... Kau akan menemukan hal-hal yang seperti ini... Sihir, setan, hantu, mahluk ghaib, benda aneh... macam-macamlah...” jelasnya lagi.
Aku hanya bisa melongo.
--------​
“Teorinya begini... Kau harus bisa melihat dan dilihat... Itulah tujuan awal dari sebuah komunikasi... Untuk bisa melihat kita punya tiga air mata BELIAL ini dan untuk bisa dilihat kita memakai FAIRY DUST... Tetapi... begitu kau memakai FAIRY DUST ini... kau tidak bisa kami lihat karena kau juga memakai tiga air mata itu... Dengan begitu... Satria akan sendirian saja berusaha di dunia itu... Mengerti?” jelas kak Sheila tentang keadaanku nanti di sana.
“Tapi jangan khawatir dulu... Lihat ini...” kak Sheila mengeluarkan secarik kertas.
“Ini adalah rancangan boneka peri-mu... Boneka ini akan setinggi 5 sentimeter... Kulitnya terbuat dari bahan rajutan Kevlar yang sangat kuat tetapi cukup tipis... Bahan ini sering dipakai untuk bahan rompi anti peluru... Jadi sangat kuat di dunia sana...” ocehnya tentang rancangan tubuhku.
“Dibagian dalam adalah gel sillicon yang sering dipakai untuk pembesaran payudara... jadi cukup kenyal...”
“Dari bagian teknologi, Hellen sedang membuat suatu alat deteksi untukmu... Hanya karena terlalu kecil dan buru-buru... Coremeter-mu harus digunakan secara manual...” katanya.
“Manual? Maksudnya?” aku tak mengerti.
“Detilnya kakak juga nggak tau... Cuma... alat ini memakai batre jam karena ukurannya yang kecil... jadi akan bertahan untuk... sekitar satu bulan lebih... jika dipakai terus menerus...”
“Tentang yang manual tadi... Coremeter ini harus langsung menyentuh core yang kau cari... Tapi kali ini tidak akan ada angka digitalnya sebagai penunjuk... Karena besar panjang gelombangnya sudah diketahui... maka sebagai gantinya... hidungmu akan menyala merah bila tepat menemukan core istimewa itu...”
“Artinya...?” aku masih tidak mengerti juga maksud semua penjelasan panjang lebar tadi. Lemot abis.
“Ya ampun, Satria... Masa kamu bego banget, sih? Lihat gambar ini... Coremeter Mini itu letaknya dimana coba?” gemas kak Sheila.
“Di sini...” tunjukku pada perut rancangan boneka peri-ku.
“Nah... terus... antenanya di mana?” tanyanya membimbing.
“Di.. sini... Boneka ini kok ada tititnya juga?” tanyaku heran.
“Ya iyalah... Makanya... Coremeter ini harus langsung menyentuh core itu.. Sekarang kakak tanya... ZODIAC CORE itu biasanya ada di mana?” lanjutnya.
“Di bagian sini...” jawabku menunjuk perut. “Oo... begitu..”
“Nah... Gitu... Dah ngerti, kan?” katanya lega karena ia tidak perlu menjelaskan lebih jauh lagi.
“Jadi aku perlu ngeseks juga dengan peri-peri itu untuk mengetahui yang mana diantara mereka yang memiliki core istimewa itu, kan? Begitu, kak?” cobaku.
“Nah... kalau kau sudah menemukan core dengan panjang gelombang yang sama... maka hidungmu akan menyala merah! Begitu caranya... Nah selanjutnya adalah... lakukan tugasmu seperti yang sudah-sudah... Nikmati sepuas-puasnya!” seru kak Sheila.
“Memangnya... peri-peri di pohon itu ada berapa, kak?” tanyaku ingin tahu.
“Ng... Kakak kemarin kakak tidak menghitungnya... Mungkin ada sekitar dua puluhan gitu, deh...” katanya.
“Dua puluhan...” Glek!
“Kenapa? Kok pucat... Enak, kan? Kau punya kesempatan untuk ngeseks dengan dua puluhan peri seksi... Apa kau tidak suka itu... Satria kan jago banget kalau masalah ngeseks dengan jumlah banyak begitu... Bisa jadi orgy party yang paling ramai... Itupun yang keliatan aja...” ingat kak Sheila.
--------​
Malamnya kami berkumpul di kamar Hellen untuk melakukan tahap akhir penyempurnaan boneka peri-ku. Sebelum dimasukkan gel sillicon dan ditutup, semua teknologi Coremeter Mini yang sudah dicoba itu, di masukkan ke dalam kulit Kevlar yang sudah diberi warna kulit.
Lalu dilekatkan tiga air mata BELIAL dengan lem kuat di kepala bagian dalam juga plastik bulat berwarna hijau gelangku untuk CHARM.
Kemudian gel sillicon diisi sampai padat lalu ditutup dengan memakaikan rambut pada boneka peri-ku. Rambut itu adalah rambutku sendiri yang diminta bang Eros kemarin supaya tetap ada unsur aroma tubuhku.
Aksesoris berupa pakaian dibuat dari kain biasa seperti model Robin Hood versi hijau. Jadi ada topi, rompi, kemeja, celana panjang, sepatu juga pisau kecil.
Pisau kecil ini terbuat dari mata pisau cutter yang dipatahkan kecil-kecil. Ada juga penggantinya bila sudah aus.

Boneka Peri Satria
Dari semua tes kembali yang dilakukan, terutama tes Coremeter Mini, bekerja dengan baik saat disentuhkan pada alat listrik yang dibuat berpanjang gelombang 1619 Hz. Lampu LED merah di hidung itu menyala dengan baik.
Dari Coremeter itu juga bisa dilakukan deteksi lokasi, sehingga posisiku nanti bisa diketahui walau tak terlihat oleh mata.
Aku cukup merasa aman karena nantinya Versemeter juga bisa mengetahui posisiku dari sejumlah core koleksiku yang sudah terdata Hellen.
Lengkaplah sudah boneka peri-ku... Subuh nanti, aku akan memakai tubuh baruku. Boneka peri. Sedang tubuhku akan kembali diistirahatkan lagi. Kembali bang Eros akan memakai bonekaku dan kembali bertindak sebagai aku.
Untuk masalah ini, kembali aku mengingatkannya agar tidak mengulangi lagi, menambah jumlah wanita gebetan baru.
Ia berjanji. Tapi aku ragu...
--------​
Sebelum subuh aku sudah dibangunkan bang Eros. Prosesi pemindahan jiwa ini kembali akan dilakukannya sendiri, berdua saja denganku.
Kepalaku dipegangnya erat di tangan kanan serta boneka peri di genggam di tangan kiri.
“Pandang mata boneka ini dalam-dalam dan berkonsentrasi ... Konsentrasi... Kau akan merasakan diri tenang dan ringan...”
Keadaan disekelilingku menjadi hening lalu gelap. Pandanganku menjadi kabur dan bergoyang-goyang. Lalu bumi terasa berputar-putar dalam suatu pusaran yang menyeretku ke dalam intinya...
--------​
Badanku digoyang-goyangkan. Tubuhku terasa kaku. Pandanganku pun masih kabur.
Yang bisa kulihat adalah langit-langit kamarku. Tetapi terasa lebih jauh dari biasanya.
Kucoba untuk bangkit. Berat... Pinggangku terasa tidak nyaman.
“Satria... coba katakan sesuatu...” suara bang Eros sayup-sayup terdengar.
“Aaaa...” cobaku bersuara.
“Tidak terdengar... coba lebih kuat...” mintanya lagi.
“Aaaaaa...”
“Bagus... sudah terdengar... Sekarang abang akan membantumu berdiri...”
Kurasakan badanku diangkat dan berdiri. Tapi aku tidak dapat mengendalikan kakiku agar bisa tegak.
“Cobalah mengerahkan tenaga di bagian kaki agar kau bisa berdiri tegak...” latih bang Eros.
Memang aku sudah diberitahu bang Eros tentang tata cara memakai tubuh boneka. Ternyata lebih sulit dari kedengarannya.
Sampai matahari terang, baru aku bisa berdiri dengan tegak. Sesaat setelah bang Eros mengganti tubuhnya dengan bonekaku, Putri dan Dewi datang sudah berseragam sekolah.
“Wah... Satria... lucu, ya...” seru mereka berdua mengganggu keseimbangan tubuh yang sulit kujaga ini. Jatuh lagi.
Untuk menyingkat waktu aku diminta berlatih menyesuaikan diri nanti saja di taman.
Di jalan, saat di mobil aku kembali berlatih. Lebih berat karena getaran dan gerakan mobil sangat mengganggu usaha latihanku.
Di Taman Asri, kak Sheila rupanya sudah menunggu. Ia membawa kantung kecil. Mungkin itu berisi FAIRY DUST yang langka itu.
“Semua sudah siap, kan?” tanya kak Sheila.
“Mana Satria-nya?” aku keluar dari kantung baju seragam sekolah bang Eros.
“Wah... Satria jadi imut sekali...” ia mengambilku dari saku baju dan menimang-nimangku sebentar. Tubuh boneka periku dilempar-lemparnya ke atas dan ditangkapnya.
“Ok... kita kembali serius... Sebelum aku memakaikan FAIRY DUST ini padamu... kakak akan memberikan dua benda ini padamu dulu, Satria...” ia mengeluarkan dua benda asing dari kantung kecil yang dibawanya. Bentuknya seperti rumput.
“Yang berwarna putih keperakan ini adalah PEGASUS TAIL... Karena kau nanti sudah memakai FAIRY DUST... Satria akan bisa terbang... Pakai bila perlu... dan yang merah kehijauan ini adalah QUICKSAND GREEN... Untuk mengakhiri semua efek itu... baik FAIRY DUST ataupun PEGASUS TAIL... Jadi pergunakan ini jika semuanya sudah selesai... Dengan kata lain kau ingin pulang...” jelas kak Sheila.
“Mengerti?” tegas kak Sheila.
Aku hanya bisa mengangguk. Kedua benda berbentuk helai rumput itu diselipkan di balik bajuku.
--------​
Aku diletakkan di tanah dan kak Sheila menyiapkan FAIRY DUST. “Bersiaplah... Kau akan tidak terlihat dalam 3 hitungan... satu... dua... tiga!” Menghitung mundur dan serbuk berwarna-warni berkilauan memerciki tubuhku dari kantung kecil itu. Serbuk itu menempel di tubuhku dan terserap. Aku merasa sedikit aneh.
Lingkunganku juga berubah... Aku tidak lagi melihat taman ini... Juga kak Sheila, bang Eros, Putri dan Dewi...
Lingkunganku berganti menjadi padang rumput yang luas kecuali pohon besar di tengahnya tetap sama.
Bedanya, banyak jendela tertutup yang bermunculan di sana-sini. Seperti apartemen saja pohon itu... Ada sebuah pintu, lebih mirip gerbang di dasar dekat akar pohon.
Kemana semua peri-nya? Apakah mereka belum bangun, ya? Sudah terang begini.
Seiring pertanyaanku, sinar matahari mulai menembus daun-daunnya yang rindang dan menyinari jendela-jendela itu.
Bagai mempunyai nyawa sendiri, jendela-jendela yang tersinari matahari membuka. Lalu muncul sulur tanaman dari dalam jendela, memekarkan daun dan bunga besar berwarna-warni. Indah sekali.
Lalu dari gerbang di dasar pohon membuka lalu satu persatu muncul pula peri-peri berterbangan dengan riang gembira. Bernyanyi-nyanyi riang, menari-nari, bersenda gurau. Gembira sekali.
--------​
“Hai... Kamu siapa?” sapa seseorang (peri tepatnya).
“Uh...eh... Aku... aku... namaku Satria...” kagetku karena masih terpesona oleh kecantikan dan keindahan dunia peri ini.
“Oh... Satria... Mau ikut menari bersamaku...” tawarnya.
“Aku tidak bisa menari...” alasanku. Aku hanya melihatnya sekilas saja karena masih terpukau dunia peri.
“Aku juga tidak tau caranya...” lanjutnya.
Aku lalu melihatnya mendengar kata-katanya barusan itu.
WOW!
“Kenapa? Kenapa kau terkejut melihatku...?” herannya.

Peri Pohon
Peri ini cantik dan manis sekali... Matanya besar dengan bulu mata yang tebal lagi lentik dengan kulit hijau muda. Rambutnya panjang sampai ke punggung berwarna hijau muda. Kupingnya lebar meruncing dan condong ke bawah. Dadanya besar dan montok. Aku juga bisa melihat jembutnya yang berwarna hijau muda seperti rambutnya, yang menghiasi belahan vaginanya yang indah.
Hanya ada kelopak bunga yang kecil yang bertindak selayaknya baju baginya.
Ingin sekali rasanya aku menjamah dan meremas dada itu, lalu pantatnya yang sekal, menggosok vaginanya... menggenjotnya dengan penisku yang sudah menegang ini...
Saat aku menunduk melihat celanaku yang menonjol, ia juga melihatnya.
“Apa kau sakit? Sampai bengkak begitu?” rabanya.
“Keras...” komentarnya.
Aku tak tahan lagi. Segera saja kutarik tangannya dan kubawa ke rerumputan tinggi di sebelah sana.
Ia menurut saja. Ia mengira akan menari hingga ia menggerak-gerakkan badannya.
Aku berkesempatan meremas dadanya yang besar dari belakang. Penis bonekaku juga kugesekkan di belahan pantatnya. Enak sekali. Apalagi saat aku bisa menggosok belahan vaginanya.
Ia masih menari-nari. Erotis sekali.
Kubuka semua baju yang kupakai. Penis bonekaku mengacung tegang. Keras sekali. Bentuknya tidak jauh berbeda dengan penis manusiaku dulu. Hanya ukurannya lebih pendek. Bila tegang normal penis manusiaku akan sepanjang 20 cm. Tapi kali ini hanya sekitar 14 cm saja bila dalam ukuran manusia. Standar.
Ia juga ikut membuka kelopak bunga itu. Mengira sebagai bagian dari tari... Ide bagus. Pengertian sekali.
Aku memegang pinggulnya dan membuatnya meliuk-liukkan tubuhnya seperti ular. Seksi sekali.
Ia mengira aku akan mengajarinya menari hingga ia menuruti semua arahanku.
Aku membuatnya menungging dan tangannya bergerak berputar. Akal bulus! Aku menjilati vaginanya dari belakang.
Ia bergidik merasakan klitorisnya yang gemuk kujilat. (Hei! Peri juga rupanya punya anatomi yang persis sama dengan manusia. Hanya bedanya mereka punya sayap yang transparan seperti laron)
Karena gemas dengan ke-imut-an peri pohon ini, langsung saja kujebloskan penis bonekaku ini dari belakang. BLUSK!
“AAAAAAAaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhh!”
Teriakan peri pohon imut itu keras dan nyaring sekali. Menggema ke seluruh arah dan memekakkan telinga...
Penisku terasa sangat hangat... hangat... sangat hangat hingga malah terasa panas! Panas!
Aku menarik pantatku untuk mencabut penisku. Sialan! Tidak bisa!
Peri pohon berambut hijau muda itu tersungkur menungging di tanah. Tubuhnya gemetar tak lagi bersuara.
Penisku masih bercokol kepanasan di dalam vaginanya yang baru saja kujebol. Penis bonekaku yang kepanasan seperti dipegangi sebuah tangan kuat di dalam sana. Aku bingung sekali akan apa yang terjadi karena tiba-tiba saja aku sudah dikelilingi puluhan mungkin ratusan peri pohon sejenis berambut hijau muda.
Mereka memandangiku dengan ekspresi yang bercampur aduk antara heran, marah, takut dan lain-lainnya.
Lalu dari berbagai arah, muncul beberapa peri lain yang bentuknya agak berbeda dari semua peri ini. Tubuh mereka lebih tinggi, rambutnya lebih gelap juga diikat dan berdada lebih kecil.
Kuhitung ada 12 peri baru ini yang mengepungku. Mereka membawa tombak dari kayu runcing. Mungkin para pengawal atau prajurit...
“Orang asing! Kau telah berani-berani datang kemari dan merusak kedamaian di VERBRANCHT! Kau akan akan dihukum berat untuk ini! Tangkap dia!” seru salah satu peri pengawal itu. Mungkin kepala para pengawal ini.
“Ketua Dhrasti... Dia memasukkan benda asing ke anak ini...” lapor salah satu penjaga yang mencekal tanganku.
Sang ketua yang bernama Dhrasti itu menghampiriku lalu memperhatikan penisku yang menerobos vagina peri yang menungging ini.
“Masalah ini lagi...” gerutunya. Ia lalu meminta salah satu peri penjaga untuk memegang tombaknya. Tangannya terangkat.
BAKK! Lalu gelap...

========
QUEST#06
========​

Leherku sakit sekali... Terasa nyeri dan kepalaku pusing berat. Ugh...
Aku dimana ini?
Aku tidak memakai baju model Robin Hood itu lagi. Aku ingat melepas pakaian ketika membobol peri imut itu.
“Hei... anak muda... Kau sudah bangun?” sebuah suara yang berat dari sudut.
Samar-samar di sudut ruangan yang gelap aku melihat seekor semut sedang duduk bersandar. Ia lalu mendatangiku.
Seperti sudut pandang ketika aku menjadi kucing bulan lalu, hewan ini berjalan layaknya manusia. Serangga semut yang mempunyai 3 pasang kaki berdiri tegak dengan dua kaki belakangnya. Sepasang sisa kakinya berperan sebagai tangan.
“Kukira kau peri... seperti mereka... Tapi kau laki-laki... Jadi kau bukan peri...” ia membantuku tegak untuk duduk.
“Terima kasih...” ucapku.
“Lalu aku berpikir... mahluk apa kau ini?” tanyanya.
“... Aa...” aku sendiri tidak bisa mendefenisikan keberadaanku sekarang.
“Aku tidak tau...” jawaban itu yang bisa keluar dari mulutku.
“Hm... Kau masih baru rupanya...” simpul semut itu lagi.
“... Besok... kita akan sama-sama dihukum oleh peri-peri pohon ini...” kata semut itu kembali ke tempatnya bersandar tadi.
“Dihukum...? Hukumannya apa?” tanyaku ingin tahu.
“... Hukuman terberat di negeri peri... Bagian tubuh kita akan dipisah-pisahkan... Lalu dijemur di puncak pohon ini hingga kering... Kemudian dibuang ke batas daerah yang menuju daerah peri api...” jelasnya dengan tenang.
“Wah... Mengerikan sekali...!” aku jadi cemas mendengarnya.
“Kesalahanmu apa hingga dihukum seperti ini?” tanyaku padanya lagi.
“Aku melakukan kesalahan yang sama beratnya denganmu... Menghisap madu peri...” jawabnya tetap tenang.
“Menghisap madu peri? Memangnya peri-peri pohon ini menghasilkan madu...? Jadi kau tau kesalahanku...?” ingatku.
“Anak muda... Tenangkan dirimu... Hukuman seperti itu tidak terlalu berat daripada diusir dari koloni semut...” jelasnya.
“Jadi... Kau diusir dari kolonimu?” simpulku tentang semut ini. Ia diam saja.
Semut memang mahluk bersosial tinggi. Kehilangan koloninya bisa dikatakan mati. Apalagi diusir. Jadi kesalahannya di koloni itu menyebabkan ia diusir dan untuk menyambung hidupnya, ia mencuri madu dari para peri pohon ini.
“Apa tidak ada cara untuk memohon ampun atau pembelaan untuk kasus-kasus kita ini?” aku coba mencari celah.
“Para peri pohon tidak mengenal hal seperti itu... Mereka bahkan sudah mencabut sayapku yang sudah rusak...” jelasnya lagi.
“Sial! Padahal aku baru saja sampai di sini... Sudah mendapat masalah seperti ini... Baru enak sebentar...” gerutuku.
“Tidak ada gunanya mengeluh... Terima saja...” cetusnya lagi. Sepertinya kembali merenung. Kembali ke kegiatan awalnya.
--------​
Hukuman mati para peri ini tidak membuatku takut. Bila mereka nekat mau memisahkan bagian tubuhku yang terbuat dari bahan Kevlar kuat ini... aku bisa saja melawan mereka semua... dan melarikan diri.
Atau aku lari saja dari kurungan ini... Pasti tempat ini tidak akan terlalu kuat menahan kekuatan TAURUS-ku. Cuma dari ranting-ranting kayu ini.
Tapi memang lebih baik tidak... Lebih baik aku sedikit lebih mengenal dunia peri yang primitif ini lebih baik. Tepatnya lebih lama. Mudah-mudahan dari sana aku bisa menemukan jejak ZODIAC CORE VIRGO yang kucari. Karena terus terang saja itu tidak mungkin di situasi ini.

Lewat jendela kecil di pintu kurungan ini aku mengintip keluar. Ada beberapa ruangan kurungan lain di tempat ini.
Ada mahluk-mahluk lain yang juga dikurung di ruangan-ruangan itu. Seperti kecoak, belalang, laba-laba dan capung. Juga berbagai jenis binatang serangga lainnya.
“Mereka juga akan dihukum bersama kita karena kesalahan yang sama denganmu...” kata semut itu menjelaskannya bahkan sebelum kutanya..
“Mereka juga memperkosa peri-peri itu?” tanyaku memastikan.
“Bisa dikatakan begitu... Tapi nama kejahatan itu disebut pembunuhan... bukan pemerkosaan... Karena tiap peri pohon yang diperkosa akan segera mati dalam beberapa hari kemudian...” jelas semut itu.
“Mati? Jadi peri imut yang tadi kuperkosa itu akan mati...?” sesalku. Kenapa aku begitu bodoh menuruti hawa nafsuku tanpa pikir panjang sama sekali. Dan menyebabkan kematian bagi peri imut yang sangat kusukai tadi... Bodoh!
--------​
Paginya kami semuanya dikumpulkan. Totalnya ada 6 individu yang akan dihukum berat pagi ini. Kecoak, belalang, laba-laba, capung, semut dan aku sendiri.
Kami digiring dengan tangan dan leher diikat dan dipegang oleh satu peri agar tidak bisa meronta atau lari. Melalui lorong-lorong panjang di dalam pohon besar ini. Para penghuni pohon menyoraki kami semua dengan berkumpul di depan kamar-kamar mereka.
Kami terus digiring hingga sampai pada puncak pohon. Di sana ternyata sudah berkumpul lebih banyak peri pohon yang berambut hijau imut lainnya. Memang menggemaskan.
Ada semacam tahta bagi pemimpin tertinggi para peri pohon ini. Terletak tepat di depan sebuah arena luas yang dipersiapkan untuk eksekusi hukuman bagi kami berenam.
Kami diberdirikan berjejer menghadap tahta. Menunggu sang pemimpin datang. Beberapa saat kemudian setelah menunggu, terdengar suara gong dan terompet. Kemungkinan besar sang pemimpin sudah datang.
Dhrasti, sang pemimpin pengawal yang pertama sekali muncul dari gerbang di dahan sana. Lalu menyusul pengawal peri lainnya. Mereka semua membawa tombak kayu yang kemarin.
Lalu muncul sang pemimpin utama. Ia agak berbeda dengan peri-peri biasa lainnya karena memakai pakaian indah yang menutupi badan dan kakinya. Rambutnya juga tidak hijau melainkan pink. Tetapi ia lebih cantik dan lebih terlihat dewasa dibanding peri-peri lainnya. Sayapnya lebar dan berwarna-warni seperti sayap kupu-kupu. Ia memakai mahkota yang terbuat dari sejenis kristal.
Di belakangnya menyusul... 12 peri-peri tua. Mereka jauh dari kata cantik karena keriput dan berjalan bungkuk. Masing-masing bertopang pada tongkat dan memakai jubah panjang untuk menutupi tubuh mereka yang jelek itu (untung saja mereka sadar). Mungkin para tetua peri.
Kami berenam kasak-kusuk mengenai kedatangan peri-peri penting ini.
Dari kasak-kusuk sesama terhukum inilah aku tahu kalau pemimpin berambut pink itu disebut Ratu Vlasq dan kedua belas peri tua itu adalah para tetua peri merangkap menteri yang membidangi berbagai urusan kerajaan peri ini.
Sang Ratu duduk di tahtanya dan 12 tetua itu duduk di samping kiri dan kanannya.
Ratu Vlasq memberi kode untuk segera memulai upacara...
Dhrasti kembali maju kedepan dengan membawa selembar daun kering berbentuk gulungan.
“Atas nama ratu yang adil dan bijaksana dan 12 tetua VERBRANCHT, saya Dhrasti akan mengumumkan hukuman mati bagi 6 pengganggu keamanan kerajaan peri pohon yang kita cintai ini...” serunya membaca naskah itu.
“Keenam pengganggu keamanan ini telah melakukan kejahatan berat dengan membunuh saudara-saudara kita...”
Aku melihat para pengawal membawa 6 kerangkeng kecil yang berisi peri-peri yang menghitam. Itu termasuk peri imut yang kunodai kemarin. Mereka masih hidup... Apakah mereka akan segera mati?
Juga ada yang membawa barang-barang terhukum sebagai barang bukti. Hmm... Bagus... Mereka juga membawa pakaian dan pisauku.
“... karena itu... kita akan menghukum keenam pengganggu ini dengan hukuman terberat VERBRANCHT... yaitu GOSAS!...” serunya.
Seluruh yang hadir di puncak pohon ini berseru dengan gemuruh mendengar hukuman itu.
Capung di samping semut bergetar tubuhnya mendengar kata GOSAS diteriakkan para bangsa peri ini.
“Aku... aku tidak mau... aku tidak mau mati...” gumamnya. Pengawal yang memegang tali lehernya harus bekerja keras untuk menahannya. Akhirnya para pengawal lain datang membantu untuk menahannya. Kami yang tidak berontak-pun juga mendapat perlakuan sama, dipaksa tiarap di lantai.
“Hukuman akan segera dimulai saat daun pertama VANGUARZH gugur...” seru Dhrasti.
Daun pertama VANGUARZH gugur... Jadi pohon ini yang bernama VANGUARZH itu... VANGUARZH adalah nama kerajaan peri BELIAL dalam cerita kak Sheila.
“... Apa GOSAS itu yang kau bilang hukuman yang dipisah-pisahkan bagian tubuh kita?...” tanyaku pada semut yang tiarap di sampingku.
Ia hanya mengangguk sambil tetap memandang ke depan walau kepalanya diinjak pengawal. Matanya memandangi satu peri yang menghitam di kerangkeng itu.
Keadaannya sama dengan peri imut yang kunodai. Menghitam dan bergetar menunggu ajal.
“Kukira kau memang mencuri madu para peri ini...?” tanyaku penasaran.
“Dia memang mencuri madu peri untuk diberikan pada MROW itu...” hardik pengawal yang menginjak punggungku.
Aku tidak bisa bertanya lagi karena ia mulai menginjak leherku... Sial! Kubalas nanti kalian.
Untuk apa semut ini mencuri madu untuk diberikan pada peri yang menghitam menunggu mati ini... Pasti ada unsur asmara di balik pencurian madu peri ini... Aku harus mencari tahu. Mungkin aku bisa memperbaiki kesalahanku.
Aku sudah mempersiapkan rencanaku...
--------​
Suuuuuuuuuuiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttt...
Terdengar bunyi siulan dari bawah... Dhrasti mendengarnya. Ia menunggu kode dari sang Ratu.
Ratu mengangguk...
Dhrasti berbalik dan menghadap kepada kami berenam.
“Laksanakan!” serunya melempar lembar naskah daun kering itu ke lantai.
Empat pengawal yang mencekal seluruh bagian tubuh kecoak, menarik serangga itu lebih maju ke depan. Ia yang pertama menerima GOSAS.
Mereka lalu mengikat ketiga pasang kaki kecoak, leher, sayap dan perutnya dengan tali. Lalu tanpa ampun mulai menariknya dengan kuat.
Kecoak itu menjerit kesakitan...
Begitu rupanya cara GOSAS ini... Kecoak mulai meregang nyawa... Satu kakinya lepas!... Baik!
MULTIPLICITY... Aku menggandakan tubuhku menjadi dua. Lalu menghajar empat pengawal yang memegang tangan, kaki serta leherku.
Setelah mereka jatuh tubuhku yang kedua itu langsung menghambur ke depan dengan MARVELOCITY, ke arah peri imut yang memegang pakaian dan pisauku.
Dengan pisau terhunus, aku lalu melesat ke singgasana dimana Ratu Vlasq sedang bertahta.
Para pengawal yang kebingungan itu dengan mudah kujatuhkan. Pisauku yang tajam sudah mengancam leher sang Ratu.
Semua itu terjadi dalam sekejap mata saja.
“Jangan ada yang bergerak!... Atau Ratu kalian tidak selamat!” ancamku bangkit dari tiarapku di lantai kayu.
“Jatuhkan semua senjata kalian!” aku berteriak kepada Dhrasti yang berdiri di tengah arena.
Ia memberi kode pada semua anak buahnya untuk menjatuhkan semua tombak mereka.
Aku berjalan perlahan menuju peri imut yang masih memegang pakaianku. Kuambil dan kupakai dengan hati-hati.
Aman... kedua rumput PEGASUS TAIL dan QUICKSAND GREEN masih utuh terselip di baju ini dengan aman. Juga mata pisau cadangan tersembunyi dengan rapi.
“Lepaskan semua tahanan ini!” aku jalan mendekati kerangkeng para peri yang menghitam. Aku mengelus kepala peri imut itu. Terasa panas...
Semua tali yang mengikat kecoak, belalang, laba-laba, capung dan semut dilepaskan dan para pengawal mundur menjauh dari mereka.
“Kalian... ambil tombak itu dan persenjatai diri kalian!” perintahku pada kelima serangga itu. Mereka menurut dan bersiap menghadapi apapun.
Tubuh keduaku sudah membawa turun sang Ratu dari tahtanya. Tubuh Ratu itu didekap dari belakang dan pisau di leher.
Dengan sedikit paksa aku melucuti pakaian indah sang Ratu agar dapat bergerak dengan bebas saat aku membawanya sebagai sandera nanti.
Wow!
Ratu ini sangat montok sekali. Dadanya lebih besar dari peri pohon manapun. Pinggangnya sempit dan pinggulnya lebar sekali. Rambut kemaluannya juga berwarna pink seperti rambut panjangnya.
“Jangan ada yang coba-coba mendekat atau aku tidak menjamin keselamatan ratu kalian ini!” ancamku lagi. Aku harus berhati-hati.
Mereka terlihat sangat gusar dan marah melihat perlakuanku yang kurang ajar pada Ratu mereka.
Terutama pada si Dhrasti yang sepertinya masih penasaran. Ia tetap waspada menunggu kesempatan untuk bergerak. Dia yang harus lebih diwaspadai dari pada siapapun.
Aku kemudian mendekati si semut...” Kau sebaiknya minta tolong pada salah satu dari mereka... karena kita akan lari dari sini dengan terbang...” bisikku padanya.
“Kau bagaimana...?” tanyanya balik.
“Jangan khawatir...” jawabku pendek.
--------​
Kami mundur sampai ke tepi pelataran area puncak pohon ini. Para penjaga tetap mengikuti kami dengan jarak yang aman. Dhrasti yang memimpin mereka.
Dengan buru-buru, kecoak, capung dan belalang terbang menggunakan sayap yang mereka miliki sedang laba-laba menumpang pada belalang dan semut pada capung.
Sedang aku, tubuh keduaku juga akan segera terbang... Tapi terlebih dahulu...
“SHADOW STRIKE!” aku melancarkan satu tendangan lutut berbentuk kepala singa pada lantai kerumunan para pengawal.
Ini adalah kekuatan ZODIAC CORE LEO yang bersarang di paha kiriku. Fungsinya adalah serangan bayangan yang bisa menembus pertahanan...
Lantai kayu itu hancur berantakan.
Saat mereka kebingungan... aku memakai PEGASUS TAIL!
Rumput berwarna keperakan itu menyebabkan aku bisa terbang. Segera tubuh keduaku juga otomatis mengalaminya.

Kami terbang mengikuti arah kemana serangga-serangga itu pergi.
Aku menggabungkan diri dengan tubuh keduaku yang tetap mendekap sang Ratu.
Wah... Tubuh Ratu ini empuk sekali... Penis bonekaku sampai ‘ngaceng’ lagi dan mendesak pantatnya.
Aku tidak boleh melakukannya lagi!
Tapi dadanya yang super besar itu terasa sangat empuk di dekapanku... Lembut sekali...
WUSH!
Sial!
Para peri-peri pengawal itu mengejar dengan terbang dan melemparkan tombak. Apa mereka terlalu percaya diri akan akurasi lontaran tombak mereka dan yakin tidak akan melukai Ratu mereka sendiri.
Kemana para serangga-serangga itu terbang? Apa mereka berpencar, ya?
Aku harus berusaha sendiri...
MARVELOCITY!
Mereka tidak akan bisa mengejar dengan kecepatan seperti ini. Apalagi aku memakai sayap runcing hitam XOXAM.
Di padang seluas ini, diriku kini hanyalah siluet hijau kehitaman yang melesat cepat tak tertandingi.
Aku menuju kerimbunan hutan di sebelah utara pohon VANGUARZH itu.
--------​
“Hei!”
Serta merta aku menghentikan terbangku demi mendengar teriakan itu. Itu si semut dan capung.
“Apa mereka masih mengejarmu?” tanya si capung. Ternyata terbangnya cepat juga.
“Mereka tertinggal jauh di belakang sana... Tapi pasti segera menyusul kita... Kita sebaiknya pergi sejauhnya...” jawabku.
“Tentu saja... kau kan membawa Ratu mereka...” cetus semut. Kami bertiga memandangi kemolekan tubuh Ratu peri yang bahenol ini.
Yang dipelototi risih juga diperhatikan seperti itu dan mulai menggeliat berontak.
“Lalu bagaimana?... Apa kau mau membawa Ratu ini dalam pelarian kita... Dia bisa jadi merepotkan...” kata capung.
Benar juga... Lagian... Untuk apa tadi aku membawa Ratu ini lari bersamaku. Kan lebih baik kutinggalkan saat lari dari VANGUARZH. (Mungkin terpengaruh dekapan montok tubuhnya hingga aku enggan melepasnya...:tegang: )
“Ya sudah... Kalau kau mau membawanya... itu terserah padamu... Tapi kau sendiri yang harus mengurusnya... Apa kau tau arah tujuanmu sekarang?” tanya si semut.
“Aku tidak tau harus kemana... Kalau bisa... aku akan mengikuti kalian saja...” jawabku. Aku memang buta sama sekali tentang dunia di dimensi ini. Ini bukan sekedar dunia peri... Menurutku ini dunia fantasi yang ajaib... Seperti dongeng.
“Kalau aku setuju saja... Lagipula aku harus berterima kasih padamu karena telah menyelamatkan nyawa kami...” kata capung.
“Baiklah... Kita sebaiknya pergi ke LAVOZE... Itu kota teraman bagi setiap mahluk...” usul semut.
“Ya... ya... aku punya banyak saudara di LAVOZE... Kota netral yang tidak terikat dengan kerajaan manapun dan menerima siapapun...” kata capung setuju.
“Para pengawal peri akan tetap mengejar... walau sampai QUARVER sekalipun...” gumam Ratu Vlasq.
“Hei... dia mulai bicara...” kata capung.
“Tapi pengawalmu tidak punya wewenang di LAVOZE... Kota LAVOZE juga tidak akan menangkap kami di sana... Karena kerajaan itu kerajaan bebas... Tidak seperti VANGUARZH yang primitif...” kata semut.
“Tapi kami lebih beradab dari pada kerajaan manapun...” argumen Ratu Vlasq.
“Beradab apanya... kalian menghukum siapapun tanpa pengadilan yang adil...” balas semut.
“Kami punya hukum yang harus dipatuhi siapapun di kerajaan VERBRANCHT... tanpa kecuali...” sambung ratu Vlasq.
“... Ayo kita pergi ke TRENCH...” semut tidak lagi meneruskan debat tanpa akhir itu dan naik ke punggung capung.
“Tunggu... katanya kita akan ke LAVOZE... Kok jadinya ke TRENCH?” heranku.
“Kalau mau ke LAVOZE... kita harus melewati TRENCH dulu... gua itu satu-satunya jalan menuju LAVOZE dari sini...” jelas capung.
“O...” Cuma itu yang bisa keluar dari mulutku.
Si capung mulai terbang dengan semut di punggungnya dan aku mengikuti dengan tetap mendekap Ratu Vlasq.
Kami terbang ke barat ke dalam lebatnya hutan. Terbang di sela-sela dahan-dahan pohon yang rimbun oleh dedaunan. Bermanuver dengan hati-hati di ranting-ranting yang saling silang di kemajemukan rimba.
Untung kami tidak ditemukan oleh para pengawal peri.
Ratu Vlasq tidak lagi kudekap. Sekarang ia kuikat dan kupakaikan rompiku untuk menutupi dadanya yang sangat menggoda. Untuk bagian bawahnya, ia memilih memakai kelopak bunga seperti yang sering dipakai peri jenisnya.
Pinggangnya kuikat sulur akar gantung dan ujung talinya kupegang hingga ia bisa terbang sendiri dengan arahan arah dariku.
Tak lama kami sudah mencapai TRENCH.
--------​
“Gua ini yang namanya TRENCH?” pastiku.
“Benar... Hanya lewat dari sini kita bisa menuju LAVOZE dengan cepat...” jawab capung.
“Jalan lain adalah dengan mendaki gunung ini...” sambung semut.
Benar juga... Gua ini ada di bawah gunung ini... dan akan memakan banyak waktu untuk mendaki gunung ini. Juga si capung tidak akan sanggup terbang sampai setinggi itu.
“Eh... Kita sudah sejauh ini... tapi belum berkenalan... Kenalkan... namaku Onfa...” kata capung itu.
“Aku Neirant...” kata semut.
“Aku Satria...” kataku. “Senang sekali bertemu dengan kalian...” lanjutku.
“Kenapa...? Namaku aneh, ya?” tanyaku lagi melihat ekspresi mereka mendengar namaku,
“Nama dia lebih aneh lagi...” kata Ratu Vlasq tentang Onfa.
Si Neirant mesem saja.
Kami berempat masuk ke gua TRENCH ini untuk menuju LAVOZE. Kerajaan yang bebas.
 
========
QUEST#06
========​

Di dalam TRENCH kami berjalan beriringan. Neirant yang paling terdepan, Onfa, Ratu Vlasq dan aku yang paling belakang.
Lorong gua ini tidak terlalu besar hingga kami harus berjalan kaki. Berliku-liku.
Aku tidak mengerti dari mana asal cahaya hingga di kedalaman ini yang seharusnya gelap gulita, tapi kami masih bisa melihat dengan baik.
Baik Neirant atau Onfa sama sekali tidak mengerti.
“Cahaya ini adalah sisa cahaya bulan yang terperangkap di sini sebelum gunung ini diciptakan...” gumam Ratu Vlasq tak terduga.
“Hng...?” heran kami bertiga.
“Kau tau itu dari mana? Kau kan belum pernah kemari...” cetus Onfa.

Ratu Vlasq

“Kami para peri punya pengetahuan yang lebih baik dari pada mahluk-mahluk lain...” gumamnya lagi.
“Kalau pengetahuan kalian lebih baik... kenapa kalian bisa kalah dari bangsa Borw...?” kata Neirant.
“Itu karena Raja Agung kami menghilang...” alasan Ratu Vlasq.
“Raja Agung... Itu cuma alasan kalian saja... Kalian bahkan tidak tau siapa nama Raja kalian itu...” kata Neirant lagi terus memimpin jalan.
Ratu Vlasq sepertinya tidak mau meneruskannya dan diam.
“Bukannya Raja Agung kalian itu bernama LAILEB...” seruku dari belakang.
Dengan mimik heran, Ratu Vlasq menoleh kepadaku.
“... Benar, kan? Raja Agung kalian menyatukan semua bangsa peri dalam kerajaannya dan berniat meluaskan kekuasaannya hingga ke wilayah manusia...” lanjutku.
“Kau dengar dongeng itu dari mana? Aku belum pernah mendengar omong kosong seaneh itu sebelumnya...” kata Onfa.
Neirant dan Onfa tertawa terbahak-bahak hingga menggema di gua panjang ini.
Aneh... Apa cerita ini berbeda seperti yang diberitahu kak Sheila tentang kerajaan LAILEB itu. Atau... karena sudah terlalu lama... tidak ada yang mengetahui kisah itu lagi?
Sesekali, Ratu Vlasq melirik kebelakang kembali. Apa maunya? Aku berusaha tersenyum manis saat ia menoleh. Boneka periku seganteng itukah?
--------​
Beberapa lama kami jalan menelurusi lorong gua TRENCH ini tanpa henti. Yang kutahu bahwa cahaya di dalam gua yang menerangi perjalanan kami ini adalah dari sejenis lumut yang mengandung zat fluorescent yang berpendar karena terkontaminasi oksigen. Lumut-lumut ini banyak menyebar di bebatuan gua yang lembab.
Suara langkah kami juga kadang bergema di lorong gua yang agak melebar.
“Kau juga melihatnya, Onfa?” bisik Neirant.
“Ya... aku sudah melihat mereka dari tadi... sejak pertengahan perjalanan kita...” bisik Onfa juga.
“Siapa yang kalian lihat?... Aku tidak melihat siapa-siapa selain kita...” bisikku mendengar pembicaraan kedua serangga itu.
“Mata Onfa yang banyak itu bisa melihat berbagai tempat sekaligus... Mereka ada di mana-mana... Sekarang kita terkepung...” kata Neirant mulai mengangkat tombaknya. Onfa juga.
“Apa mereka para pengawal itu?” tanyaku juga mulai waspada.
“Bukan... Mereka ini lain... bukan peri pohon...” jawab Onfa. Ia mulai gelisah.
“... kami peri gunung...” jawab sebuah suara. Suara perempuan.
Dari balik bebatuan gua yang lembab dan gelap, bermunculan beberapa sosok tubuh. Kalau kuhitung kasar... ada sekitar 20-an.
“Tangkap mereka...!” seru salah satu sosok gelap itu.
Kami yang kalah jumlah, pasrah saja kala tangan-tangan kuat itu mencekal tangan kami dan dibetot ke belakang punggung.
“Siapa mereka ini?” bisikku pada Neirant takkala tanganku diikat. Pisauku diambil.
“Mereka ini peri gunung...” bisik Neirant.
--------​

Peri Gunung
Peri gunung agak berbeda dengan peri pohon perawakannya. Kulitnya lebih gelap dan rambutnya berwarna coklat muda. Wajahnya masih ada kesan imutnya tetapi lebih condong ke sangar. Matanya yang besar dan juga berwarna coklat. Kupingnya lebih lebar dan agak tumpul. Mereka memakai pakaian dari kulit kayu yang kasar menutupi tubuh mereka yang kekar berisi. Mungkin menyesuaikan diri dengan tempat tinggal mereka yang keras dan gelap begini.
Senjata mereka yang berupa kapak batu dan tombak bermata batu runcing, diacung-acungkan untuk mengancam kami.
Salah satu peri yang mungkin pemimpinnya maju.
“Neirant... Siapa yang kau bawa kali ini?” tanyanya. Ia mungkin sama tegasnya dengan Dhrasti.
“Mereka teman-temanku, Lomke... Kami tidak melakukan kesalahan apa-apa... Kami hanya numpang lewat TRENCH seperti yang lain..” jawab Neirant.
Peri gunung bernama Lomke ini berkeliling memperhatikan yang disebut Neirant temannya. Lomke ini sebenarnya cukup cantik dengan tubuhnya yang kekar. Rambutnya lebih tebal dan berwarna coklat tua. Dadanya cukup besar hingga tak cukup tersembunyi dibalik baju kulit kayunya. Sayap transparant gelapnya terkadang mengepak.
Ia berhenti pada Ratu Vlasq dan memperhatikannya dengan seksama.
“Sejak kapan kau berteman dengan peri pohon? Terakhir kudengar kabar kalau akan dihukum GOSAS di VERBRANCHT...” ketus Lomke.
“Kabar itu bohong...” potong Neirant cepat.
“Aku adalah Ratu Vlasq dari VERBRANCHT!” seru Ratu Vlasq tiba-tiba.
“Wah... wah... Lihat siapa yang kita dapatkan sekarang ini... Seorang peri binal yang mengaku-ngaku Ratu Vlasq dari VERBRANCHT... Kalau begitu... aku adalah Ratu JESISE... Hebat bukan...” ejek Lomke.
Pantas saja ia diejek begitu, ia sudah tidak terlihat seperti Ratu lagi dengan penampilan begini.
“Ratu JESISE tidak jelek seperti kau ini...” balas Ratu Vlasq.
“Wow... Kita dapat seseorang dengan masalah etika berhadapan dengan orang yang superior dari dirinya sendiri...” Lomke bertepuk tangan.
“Tunggu saja para pengawalku datang...” ancam Ratu Vlasq tak main-main.
Lomke sepertinya tidak senang diancam begitu. Ia mencabut kapak batu dari belakang ikat pinggangnya.
“Kau harusnya tau diri... kau berada di mana sekarang ini... Siapapun dirimu... Ratu atau cuma gembel... kau tak ada apa-apanya di dalam TRENCH ini...” Lomke mengacungkan kapak batu itu mendekati wajah imut Vlasq.
“Jauhkan kapak itu darinya...” aku sudah tidak tahan lagi.
“Heh... Ada seorang lagi yang sok pahlawan di dalam TRENCH ini... Kau ingin kepalamu melayang rupanya... Mahluk apa kau ini? Aku tidak pernah melihat mahluk seperti kau ini...” ia beralih padaku. Kapaknya digesek-gesekkan ke leherku.
“Lomke... demi Bulan yang menerangi kehidupan peri gunung... jangan ganggu teman-temanku...” Neirant angkat bicara lagi.
“Aku juga tidak mau begini... tapi peri jalang ini dan pacarnya yang memulainya! Dan aku juga tidak senang ada yang berani mengacak-acak TRENCH dan menculik anggota peri gunungku... Dengar... aku sudah mendapat mandat dari Dewan Kubah DOFRAJ untuk melakukan apa saja untuk menyelamatkan lima anggota peri gunung yang diculik itu...” cerocos Lomke.
Aku mulai mengerti. Aku memberi kode pada Ratu Vlasq untuk diam.
“Aku mengerti bagaimana perasaanmu... Tapi kami tidak tau menau tentang penculikan anggotamu itu...” Ratu Vlasq bicara lagi padahal sudah kukode agar tutup mulut saja. Mudah-mudahan tidak lagi menyinggung perasaan Lomke.
“... Dia benar Ketua Lomke...” seru seseorang lagi.
Ia seekor laba-laba yang meluncur turun dari atas gua menggunakan benangnya. Hei... Ini laba-laba yang tadi juga kuselamatkan dari hukuman GOSAS.
“Apa maksudmu Burda?... Yang kutau mereka diculik dua serangga... Ini ada dua serangga... semut dan capung...” kata Lomke.
“Memang benar mereka diculik dua serangga... tapi bukan semut dan capung... tetapi kecoak dan belalang!” seru laba-laba bernama Burda itu.
“Dimana mereka sekarang?” geram Lomke.
“Mereka sudah hampir mencapai ujung TRENCH saat ini... Kita harus segera bergegas!” kata Burda lagi.
Lomke berpikir cepat.
“Lepaskan mereka dan segera ke ujung TRENCH! Jangan sampai penculik itu keluar!” serunya sigap dan terbang dengan cepat.
Burda juga dengan cepat melompat ke punggung Lomke.
“Whoooi... Terima kasih bantuannya tadi!” Burda berteriak dari punggung Lomke tentang penyelamatan GOSAS sebelumnya.
Sisa peri gunung yang tinggal melepaskan ikatan kami dan mengembalikan pisauku. Setelah itu mereka menyusul terbang ke ujung TRENCH.
“Untung aja ada si laba-laba itu...” desah si Onfa.
“Aku penasaran... siapa para penculik itu? Akhir-akhir ini... beberapa peri pohon juga menghilang... Apa mereka juga diculik seperti peri gunung itu, ya?” gumam Ratu Vlasq.
“Kau mau memeriksanya?” tawarku.
“Kau mau melakukannya?” tanyanya kembali.
Aku mengangguk.
--------​
Ikatan di pinggangnya kulepas agar ia bisa bisa bergerak lebih bebas.
Lorong gua TRENCH ini sudah melebar hingga kami bisa kembali terbang untuk lebih cepat.
Tak lama, ada cahaya yang sangat terang di depan sana. Juga ada keributan yang terdengar. Mudah-mudahan para penculik itu sudah tertangkap.
Benar saja. Kerumunan peri gunung yang sedang mengikat dua serangga. Kecoak dan belalang.
Yang mana peri yang mereka culik? Mereka semua terlihat sama... Ratu Vlasq berjalan ke kerumunan massa itu.
“Kalian... peri pohon, kan?” sapa Ratu Vlasq.
Benar saja. Ada 6 peri berkulit cerah berambut hijau muda diantara peri-peri berambut coklat itu. Mereka peri pohon.
“Ratu...” seru mereka senang sekali. Mereka mengerumuni Ratu Vlasq yang terharu menemukan para peri pohon yang diculik.
“... Jadi benar... kau Ratu Vlasq...” Lomke mendekati kami. “Kupikir kau hanya membual... Ternyata seorang Ratu...”
Ia diam saja dan lebih tertarik untuk menghibur para peri pohon yang trauma.
“Neirant... bukannya kedua kecoak dan belalang itu juga yang kuselamatkan tadi dari VERBRANCHT?” tanyaku.
“Benar... Pasti mereka mau menjual para peri ini ke LAVOZE... Di sana harga peri sangat mahal...” bisik Neirant agar jangan sampai terdengar Ratu Vlasq.
--------​
Kedua serangga yang sudah diikat itu diseret oleh para peri gunung. Mereka meronta-ronta ingin lepas.
“Kau... kau... yang tadi menolong kami di VERBRANCHT... Tolong kami lagi... Tolong!” mereka berdua kembali memelas demi melihat diriku.
Aku tak sudi lagi.
“Kalian mau ikut ke kubah tempat kami tinggal?” tawar Lomke. Ia lebih ramah kali ini.
Tentu saja kami menerimanya.

========
QUEST#06
========​

Kubah peri gunung ini besar sekali. Sesuai namanya berbentuk setengah bola.
Cahaya pendar fluorescent juga menerangi tempat ini. Sepertinya mereka sengaja menumbuhkan lumut itu di dinding-dinding kubah agar sinarnya menerangi tempat ini.
Seperti juga VANGUARZH yang berupa pohon dengan banyak jendela dan kamar, begitu juga dengan kubah ini.
Di sekeliling kubah ini juga muncul pintu dan jendela yang melubangi dinding kubah. Tetapi tanpa daun pintu ataupun daun jendela. Jumlahnya memang tidak sebanyak VANGUARZH.
Di bagian tengah puncak kubah ada benda berdenyut yang cukup besar. Entah apa itu.
“Selamat datang di DOFRAJ... Kota peri gunung...” sambut Lomke pada kami.
Berita penangkapan para penculik peri sudah menyebar di DOFRAJ hingga para peri gunung yang berkulit gelap itu bermunculan dari tiap pintu dan jendela.
Kecoak dan belalang yang diseret sepanjang jalan dilempari kerikil dan pasir oleh peri yang marah.
“Mereka berdua akan dihukum KHUMBOB malam ini... Kalian boleh menyaksikannya kalau mau... Juga ada perayaan Terang Bulan setelahnya...” tawar Lomke lagi.
Lalu ia pergi menyusul para tahanan, kecoak dan belalang. Mungkin mempersiapkan hukuman mereka nanti malam.
“KHUMBOB itu... seperti apa?” tanyaku pada Neirant.
Ia menggeleng. Onfa juga menggeleng tidak tahu.
“KHUMBOB itu hukuman yang sangat terlarang!” cetus Ratu Vlasq tiba-tiba.
“Aku baru tau... kalau peri gunung tak bermoral ini... memakai hukuman yang sangat keji lagi barbar ini...” gumamnya.
“Juga upacara Terang Bulan yang hina itu...” sambungnya. Ia lalu pergi diikuti keenam rakyatnya. Menepi mencari tempat yang cocok untuk beristirahat.
“Kenapa dia?” tanyaku heran.
“Maklum saja... Para jenis peri ini saling menjelekkan satu sama lain... Itu sudah biasa...” jawab Onfa.
“Tetapi diantara jenis peri... yang dianggap bermoral paling tinggi adalah jenis peri pohon... lalu peri air, peri angin... peri gunung dan peri api dianggap yang bermoral paling rendah...” jelas Neirant.
Wah... kasta para peri ini sungguh membingungkan... Sebenarnya hukuman sekeji apa KHUMBOB hingga bisa dikatakan lebih hina daripada GOSAS yang kejam itu.

Kami lalu berkumpul dengan para peri-peri gunung. Senang juga bercengkrama dengan para peri ini.
Mungkin benar juga yang dikatakan Ratu Vlasq kalau peri gunung ini tak bermoral karena dari bicara saja mereka kasar dan seenaknya.
Baju dari bahan kulit kayu mereka kadang tersingkap membuat aku, Neirant dan Onfa melirik tempat yang indah itu. Dada dan selangkangan mereka bahkan dipertontonkan sembarangan dengan tidak sengaja.
Kadang terjadi perkelahian yang tidak perlu diantara mereka sendiri. Masalah yang sepele jadi masalah hidup dan mati. Lalu tanpa sebab yang jelas, mereka lalu tertawa-tawa. Sungguh aneh.
--------​
Sepertinya malam sudah tiba saat semua penduduk DOFRAJ berkumpul dan turun dari tiap pintu di dinding.
Di tengah tanah kubah ini, mereka menyiapkan kayu-kayu lalu membakarnya hingga menyala besar.
Tunggu dulu... Kedua serangga penculik itu akan dibakar? Apa ini hukuman KHUMBOB itu?
Kedua serangga, kecoak dan belalang itu masing-masing diikat pada tiang yang dipancangkan di tanah dengan posisi duduk dan kaki berselonjor. Dan tempatnya agak jauh dari api.
Lalu tanpa tau siapa yang memulainya, terdengar suara teriakan dan para peri gunung ini mulai menari-nari jejingkrakan setelah melepaskan pakaian kulit kayu itu. Mengelilingi api dan kedua terhukum itu.
Wow!
Kami bertiga melotot melihat pemandangan menakjubkan seperti ini...
Ratusan tubuh peri gunung yang indah ini terpampang tanpa penutup lagi di depan kami. Menari-nari dengan bebasnya.
Dada-dada yang indah padat itu berguncang dan bergoyangan kesana-kemari tanpa batas. Pantat-pantat yang padat itu beradu satu sama lain tanpa beban.
Kami bertiga memandangi upacara primitif ini tanpa berkedip sama sekali. Tak mau ketinggalan satupun pemandangan langka spektakuler ini.
Lalu beberapa peri tua muncul. (mereka memakai jubah) Jumlahnya ada 8 peri tua. Satu peri tua itu memberikan semacam minuman pada kecoak dan belalang dengan paksa.
Apa itu racun?
Setelah itu, kedelapan peri gunung tua itu mengelilingi kedua serangga itu. Mungkin menunggu efek minuman tadi bekerja.
Kecoak dan belalang mulai terbatuk-batuk. Otot-otot mereka mulai mengejang dan kaku.
Ini tidak terlalu kejam daripada GOSAS kukira.
Tunggu... Kenapa mereka belum kunjung mati juga?... Malah ada sesuatu yang terus menegang.
Penis kedua serangga terhukum itu menegang keras, mengacung ke atas...
Menyadari hal itu, peri tua berjubah yang memberi mereka minum, kembali mendekati mereka sambil menyingkap jubahnya.
Apa??!
--------​
Kami bertiga hampir muntah melihat tubuh telanjang peri tua itu menggenjotkan vaginanya pada penis kecoak yang tegang itu.
Kecoak berteriak-teriak antara keenakan dan kenikmatan.
Hukuman macam apa ini?
Lalu setelah selesai, ia beralih pada penis kedua, belalang. Ia juga melakukan hal yang sama padanya. Vaginanya yang keriput menelan penis belalang yang menegang itu.
Rupanya setelah ia berpindah pada belalang, peri tua kedua juga melakukan hal yang sama pada kecoak.
Peri tua kedua itu juga menyingkap jubahnya dan memompakan vagina keriputnya pada kecoak. Kembali kecoak berteriak-teriak keenakan bersamaan dengan teriakan belalang. Bersahutan.
Peri tua ketiga, keempat dan seterusnya juga sudah bersiap-siap. Mereka sudah memegangi tepi jubah mereka. Siap untuk disingkap dan menikmati penis kedua terhukum itu.
Kalau cuma kedelapan peri tua itu saja yang melakukannya, mungkin tidak akan terlalu kelewatan. Tetapi kalau keseluruhan peri gunung ini, yang jumlahnya ratusan yang melakukannya, itu bisa menjadi hukuman yang paling mengerikan yang pernah ada.
Aku terduduk menyadari bentuk hukuman ini...
--------​
“Lihat-lihat... Kedelapan peri tua itu sudah selesai... Sekarang Lomke...” bisik Onfa.
Lomke, pemimpin para peri gunung ini mengambil gilirannya.
Ia yang sudah telanjang dari tadi sejak memimpin tarian, tanpa sungkan memasukkan penis kecoak itu ke vaginanya. Lalu menggenjotnya seperti yang sudah-sudah.
Para peri gunung bersorak-sorai melihat itu.
Kecoak dan belalang masih duduk terikat dan mengangkang menerima hukuman KHUMBOB ini dengan lemas. Entah sampai kapan mereka bisa tahan dengan penis tetap mengacung tegang.
Lomke memompakan vaginanya dengan ganas dan cepat. Setelah selesai dengan kecoak, ia beralih pada belalang dan melakukan hal yang sama lagi.
Dahsyat sekali hukuman ini...
--------​
“Bagaimana... kalian sudah lihat hukuman KHUMBOB ini, kan? Bagaimana menurut kalian?” kata Lomke setelah ia selesai dan menghampiri kami. Ia duduk bersandar pada batu di samping Onfa. Kakinya mengangkang dan ada cairan bening yang mengalir dari vaginanya yang terbuka.
“Hebat sekali...” gumam Onfa tak melepaskan matanya dari vagina Lomke. Neirant diam saja tapi juga melihat.
“Ratu itu juga melihat hukuman yang katanya... tak bermoral ini... Pasti pepeknya juga gatal...” tunjuk Lomke ke belakang kami dimana Ratu Vlasq dan keenam peri gunung lainnya berada. Tapi tangannya yang satu lagi menggosok-gosok belahan vaginanya.
“Seharusnya malam-malam begini, peri pohon itu tidur... Tapi dia bangun dan menonton hukuman ini...” sambungnya.
Aku jadi heran...
“Lomke... aku mau tanya sesuatu... Boleh?” cobaku.
Ia mengangguk saja sambil tetap menggosok vaginanya.
“Kenapa kalian bisa ngeseks tetapi para peri pohon itu tidak bisa... Kami dihukum GOSAS karena ngeseks dengan peri pohon dan mereka jadi sekarat...” tanyaku.
“Aku juga tidak mengerti masalah itu... Tapi hanya beberapa jenis peri yang bisa ngeseks seperti kami ini... Pertama peri gunung; kami-kami ini, peri api, peri laut dan peri malam. Sedang mereka peri pohon, peri air, dan peri angin tidak bisa...” jelas Lomke. Ia memberi kode pada Onfa.
“... Mungkin mereka terkena kutukan... Agar tak bisa menikmati seks ini... Mungkin juga karena moral mereka yang terlalu tinggi... Aku tidak perduli...” lanjutnya dan mengarahkan kepala Onfa untuk menjilati vaginanya. Ia semakin melebarkan kakinya.
Aku memperhatikan aksi Onfa yang menjilati dengan rakus vagina Lomke. Peri gunung itu mendesah-desah keenakan.
Sementara kedua serangga terhukum itu masih terus melayani ratusan peri gunung yang bergiliran memompakan vagina mereka pada penis yang terus menegang.
Mungkin minuman yang dicekoki pada mereka sebelumnya adalah ramuan khusus agar penis mereka tetap menegang sepanjang waktu.
“Kami memang berbeda dengan dengan peri-peri bermoral tinggi itu... Kau lihat itu...” tunjuknya pada benda di atas kubah. Onfa kini mengorek dan menusukkan jarinya pada vagina Lomke.
Ia menunjuk benda besar berdenyut itu.
“Itu adalah ibu kami semua... Semua peri mempunyai ibu seperti itu... hanya bentuknya saja yang berbeda...” katanya lebih mendesah karena Onfa sedang berusaha memasukkan penisnya.
“Peri gunung, peri api, peri laut dan peri malam... lahir pada gelapnya malam... sehingga kami berwarna gelap... dan yang penting... bisa ngeseks seperti ini... Sedang peri pohon, peri air dan peri angin lahir pada waktu siang... dan mereka berwarna terang...” jelasnya sambil menerima genjotan Onfa.
Capung itu mengeluarkan penisnya dari ekornya yang panjang sehingga harus ditekuk melengkung.
Dua pasang tangannya meremas kedua dada Lomke yang besar dengan gemas.
Lomke juga memberi kode agar Neirant bergabung dengan mereka.
Semut yang sudah terangsang melihat persetubuhan itupun langsung saja menjulurkan penisnya dari ujung perutnya. Lomke mengulum dan menjilatinya.
Wah... aku juga sudah tak tahan melihat ini semua...
Pandanganku beralih pada kedua kecoak dan belalang yang sudah terkulai lemas di kayu pancang. Rupanya sudah selesai. Semua peri gunung sudah melakukan hukuman.
Ada laron... Banyak laron. Mereka berterbangan masuk dari gerbang tempat aku masuk tadi siang. Jumlahnya ratusan dan memenuhi tempat ini.
Setiap satu laron disambut oleh satu peri gunung. Dan tak terduga dan mengejutkan, mereka mulai bersenggama.
Ini Orgy Party pertama yang kusaksikan secara langsung dan pesertanya ratusan...
Ada percikan api yang membesar. Rupanya kecoak dan belalang yang sudah lemas itu dilemparkan ke dalam api oleh delapan peri tua itu.
Segera bau terbakar tercium. Tetapi tidak semerbak seharusnya. (Aku pernah membakar kecoak sewaktu masih kecil) Baunya tidak seperti ini. Ini lebih kering. Apa karena KHUMBOB tadi, tubuh kedua serangga itu menjadi kering?
Aku ingin tau... Apa jadinya pesta ini? Apa ini yang disebut perayaan Terang Bulan itu?
Lomke, Neirant dan Onfa sudah ber-threesome dengan posisi Lomke menungging. Vaginanya digenjot Onfa dari bawah dan Neirant menunggangi anusnya dari atas.
Hebat sekali dunia ini.
Kemana Ratu Vlasq dan peri-peri pohon itu? Mereka tidak ada di tempatnya semula.
Sekelebatan aku melihat gerakan mereka yang mengendap-endap menuju gerbang keluar dari kubah DOFRAJ ini. Melarikan diri?
Saat kupalingkan diri ingin bertanya pada Lomke, aku melihat satu gelagat yang aneh...
Ada beberapa benda yang jatuh dari benda berdenyut di tengah kubah. Mungkin kelahiran peri gunung.
Peri muda itu masih dalam bungkusan sejenis membran transparan. Ia lalu menggeliat bangun dan mengoyak lapisan seperti rahim yang menyimpannya.
Peri gunung muda yang baru lahir ini tidak berkulit gelap seperti yang lain. Tetapi juga tidak seterang kulit Ratu Vlasq dan rakyatnya.
Pandanganku teralih oleh satu peri gunung yang didekatku, menggigit laron leher pasangan kencannya itu lalu menghisap isi tubuhnya! Hingga yang tersisa tubuh berkulit kosong saja.
Teriakan laron itu tidak terdengar karena sudah berbaur dengan teriakan nikmat dan histeris ratusan lainnya.
Onfa... Neirant...
--------​
Terlambat! Onfa yang berada di bawah sudah mulai kering karena disedot Lomke. Penisnya juga sudah tidak menjebol vagina Lomke, terkulai lemas. Tinggal Neirant yang tak menyadari keadaan ini, terus menggenjot anus peri pohon itu.
Langsung saja kusambar semut itu dan terbang secepat kilat dengan MARVELOCITY dan sayap XOXAM dari kota DOFRAJ terkutuk ini.
Aku tidak perduli teriakan Lomke dan lainnya.
Yang kupikirkan adalah bagaimana aku segera keluar dari tempat ini... Gerbang!
Aku sudah sampai... Ratu Vlasq dan keenam peri pohonnya juga ada di sini.
“Ratu... kita harus pergi dari sini...” seruku padanya. Peri gunung di belakangku mengejar.
“Kita akan tertangkap!” jawabnya. Ia kebingungan. Ia mungkin memikirkan enam peri gunung rakyatnya itu.
“Begini saja... kalian berenam terbanglah kembali ke VERBRANCHT... dengan diam-diam... Aku akan coba mengalihkan perhatian mereka...” putusnya dengan cepat.
“Baik, Ratu Vlasq...” jawab keenamnya patuh. Mereka terbang dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi. Kecepatan maksimal peri pohon.
“Terus bagaimana...?” tanyaku.
“Kita terbang ke sana!” putusnya. Arah berlawanan dengan kepergian keenam peri pohon tadi.
Aku mengerti.
“Ayo!” ajakku. Begitu kami mulai terbang, peri-peri gunung yang kelaparan itu sudah mendekat dan mengejar kami.
Bisa dipastikan kalau semuanya mengejar kami ke arah yang berlawanan dengan enam peri pohon yang dikhawatirkan Ratu Vlasq. Rencananya berhasil
Aku terbang dengan membawa Neirant yang masih mabuk birahi tak mengerti apa yang terjadi.
--------​
Kecepatan terbang Ratu Vlasq tidak bisa mengimbangi kecepatan para peri gunung yang gesit. Tak ada jalan lain.
Beberapa kapak batu sudah berdesingan dilempar menyerang kami.
MARVELOCITY!
Ratu Vlasq langsung kusambar hingga total aku memegang dua mahluk sekaligus.
Kami dengan pasti menambah jarak hingga jauh dari para pengejar kami.
Sebentar lagi kami akan meninggalkan TRENCH ini.
Itu dia!

WAASSSSSHHHHHHHH!
Kami melesat meninggalkan gua TRENCH dengan lancar.
“Ratu Vlasq... Tolong pegang Neirant!” aku mengoper semut itu pada Ratu peri pohon itu.
“SHADOW STRIKE!” aku melepaskan tendangan Kepala Singa pada mulut gua. Lalu diulang sampai empat kali.
Mulut gua itu runtuh dan menutupi jalan keluar kami tadi.
Setelah yakin tak ada yang bisa keluar dari gua itu, aku kembali pada Ratu Vlasq yang memegang Neirant sambil tetap terbang.
“Apa kita sudah selamat...?” tanya Ratu Vlasq.
“Tunggu sebentar... Ratu sebaiknya turun ke bawah... Aku akan memeriksa sebentar... kalau-kalau ada yang sempat keluar...” aku tetap melayang dengan sayap XOXAM.
Beberapa lama, tak ada tanda-tanda kalau ada yang sempat keluar dari gua TRENCH itu. Aman...
Aku turun bergabung dengan Ratu Vlasq dan Neirant.
--------​
“Aku sudah berusaha untuk memberitahu kalian tentang upacara jahat itu...” kata Ratu Vlasq.
“Kami tidak begitu mengerti dengan pesan terselubung yang anda berikan, Ratu...” jawabku.
“Hampir saja aku ikut jadi korban...” keluh Neirant bergidik.
“Apa memang tiap peri yang lahir malam hari melakukan upacara Terang Bulan seperti itu, Ratu?” tanyaku.
“Setahuku memang begitu... Peri gunung, peri api, peri laut dan peri malam melakukan upacara Terang Bulan seperti ini tiap bulan purnama penuh seperti itu... Tapi itupun bila jumlah koloni mereka mencukupi...” jawabnya.
“Ada banyak koloni-koloni peri seperti mereka... Tapi kebanyakan kecil-kecil... Koloni peri gunung terbesar ada di kubah DOFRAJ itu... Lalu ada lagi di kubah MAGCEB di selatan... Juga koloni jenis peri lain yang banyak tersebar di seluruh dunia...” sambungnya.
“Jadi disamping memakan mahluk lain... pada bulan purnama... sehari-harinya mereka makan apa?” tanyaku.
“Mereka biasanya berburu hewan-hewan kecil...” jawab Neirant.
“Tidak ada yang tahu pasti makanan pokok mereka... Mungkin mereka memakan apa saja yang mereka temui...” potong Ratu Vlasq.
Berbahaya sekali peri-peri ini. Untung saja tubuhku sekeras Kevlar ini... Mereka tidak akan bisa memakanku.
“Ayo... kita harus pergi dari sini... Kita harus ke LAVOZE, kan?” ingat Neirant.
“Kau masih mau ikut dengan kami?” tanyaku pada Ratu itu.
“Aku lebih baik menunggu Dhrasti di LAVOZE... Sampai saat itu... aku akan ikut kalian...” putus Ratu Vlasq.
“Untuk kalian berdua... sebaiknya kalian berhenti memanggilku ratu... Aku tidak mau mendapat masalah nantinya di LAVOZE... Mengerti?” mintanya.
Memang sebutan ratu terdengar berbahaya bagi mahluk cantik dan imut seperti dia ini.
“Panggil aku Vlasq saja...”
Kami mengangguk.
“LAVOZE ada di balik hutan ini... Kita sebaiknya bergegas dengan terbang...” usul Neirant.
--------​
Aku terbang dengan membawa Neirant, sedang Vlasq terbang sendiri.
Meninggalkan gunung yang telah mengorbankan teman baruku, Onfa si capung.
Neirant menunjuk ke depan. Terlihat sebuah rawa-rawa yang berkabut dengan titik-titik cahaya. Itukah LAVOZE?
 
Bimabet
Beuhhhhh semakin seru dan seru suhu :mantap: :mantap:
Untuk yg cerita peri ini dipanjangin ya suhu buat si satria jadi harem si semut gk usah di kasih :pandajahat: :mantap:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd