VI. Sesi Pemotretan Pertama Bersama Selyn
POV Valerie
“Aaahh.. enak sayang ahh..”
Tubuhku bergoyang maju dan mundur mengikuti ritme hentakan penisnya. Dalam posisi “doggy-style” dalam posisi menungging aku membiarkan pacarku mengatur ritme persetubuhan kita. Rasanya begitu intens dan dalam, dia terus menggenjotku tanpa ampun.
“Sayang kamu suka kaya gini kamu suka kan?” tanya pacarku dengan terus memaju mundurkan penisnya.
“Suka.. aku suka sayang.. ahh..” jawabku dengan terus mendesah.
Dia memacu tubuhku dengan begitu kuat seolah birahi membakar jiwanya. Aku benar-benar harus mengatur nafas mengikuti iramanya hentakannya yang cepat. Bukan tanpa alasan, kita bercinta di tengah ruangan dengan layar tv terus memutar rekaman pribadiku.
Ini adalah hasil rekamanku dari menikmati layanan pijat tradisional. Saat pacarku mendengar hal itu dia sedikit marah yang membuatku takut karena aku pergi tanpa izin darinya, walaupun dia yang menantangku untuk bercinta dengan cowok lain ini sama saja dengan perselingkuhan. Pacarku langsung memintaku membuka rekaman ini dan duduk disampingku.
Dari tayangan video ketika aku mulai menyembunyikan kamera dan berlanjut ketika aku melucuti pakaianku, pacarku tampak begitu fokus sampai seorang pria yang masuk ke dalam ruangan dan sesi pijat dimulai. Saat itu aku benar-benar terhanyut dalam pijatan dan tubuh telanjangku menjadi objek utama rekaman itu.
Sesaat kemudian pacarku langsung menggarap tubuhku dan memaksaku ikut menonton tayangan saat aku mulai disetubuhi oleh terapis itu. Meskipun kita pernah film porno bersama rasanya begitu aneh kalau aku yang menjadi pemeran utama film tersebut. Diriku layaknya bintang porno disetubuhi oleh aktor lain dan membiarkan tubuhku dijamah olehnya.
Mendengar pembicaraan dan bagaimana aku tergila-gila dengan penis terapis itu, pacarku semakin bersemangat memacu tubuhku dan aku menikmati setiap hentakannya yang penuh semangat. Penisnya bergerak di dalam vaginaku dan hentakan demi hentakan penisnya membuatku mencapai orgasme.
Ada sebuah adegan yang sengaja aku potong dalam rekaman itu ketika terapis itu mendorong sebagai ruas jarinya ke dalam lubang anusku, untung saja aku memotong adegannya dan pacarku sama sekali tidak menyadarinya. Sejujurnya bahkan dari mantan dan Harris, tidak ada cowok yang pernah memasukan jarinya ke dalam pantatku. Aku hanya tidak ingin pacarku kecewa.
Kita bercinta sampai rekaman itu selesai karena baterai ponselku habis. Dia terus menggempur tubuhku tanpa ampun dan mengikuti tindakan yang dilakukan oleh terapis kepada tubuhku. Aku hanya bisa pasrah sekaligus gaya bercinta pacarku yang baru.
Pada akhirnya pacarku menembakan air maninya kedalam rahimku dan demi memuaskan dirinya aku membersihkan penisnya serta mengulum batangnya yang sudah lemas ke dalam mulutku. Harris benar-benar menikmati ketika tubuh pacarnya digarap oleh pria lain, dan jujur saja aku senang bisa mengabulkan hal itu.
…
Beberapa hari berselang ini adalah hari dimana aku menepati janjiku kepada Selyn untuk melakukan private photoshoot bersamanya. Setelah aku memberikan ciuman mesra kepada Harris aku langsung masuk ke dalam mobil yang sudah berhenti di depan kita berdua. Jendela depan turun dan terlihat seorang cewek sedang duduk di kursi pengemudi.
“Harris sayang aku pinjam pacarmu dulu sehari ya,” teriak Selyn.
“Hus enak aja sayang-sayang. Sayang aku berangkat ya, nanti aku kirimin hasil jadinya,” kataku setelah duduk dan menutup pintu.
Harris hanya tersenyum dan melambaikan tangan melihat persahabatan kita. Mobil pun melaju pergi dari apartemen mewah itu dan berjalan menuju lokasi tempat pemotretan. Di sampingku Selyn tampak fokus mengemudi dan melantunkan nyanyian dari musik yang diputar.
Sahabatku bernama Selyn, aku sudah mengenalnya sejak masa SMP ketika aku sekelas dengannya. Bisa dibilang dia adalah cewek yang nakal dan sulit ditebak, pengalamannya sudah jauh melampauiku baik dalam percintaan romansa maupun dalam “percintaan” seksual. Bisa dibilang dia adalah suhu di atas ranjang.
Sejak SMA aku pernah diajaknya untuk menjadi model amatir untuk sebuah majalah remaja dan sebagai sahabatnya aku tentu mengiyakan tawaran itu. Dimulailah debut sebagai model bersamanya, jujur saja aku pernah ikut audisi untuk bergabung dengan girlband yang populer saat itu namun karena aku harus putus dengan pacar (mantanku pada saat itu) aku menolak tawaran itu.
Yang berbeda adalah aku biasanya tampil sebagai model untuk produk umum, bisa dibilang hal yang paling berani kutampilkan hanya aku dalam balutan bikini dan lingerie. Itupun aku tidak sepenuhnya mengekspos tubuhku di depan kamera. Berbanding terbalik dengan Valerie dimana aku pernah mendapatkan sebuah gambar mentah saat dia di foto dalam kondisi telanjang bulat.. tanpa sehelai benang pun.
Saat itu di masa kuliah ketika aku sudah berpacaran dengan Harris. Selyn mengirimkan sesi pemotretan pribadinya saat dia membayar fotografer untuk memotretnya dalam kondisi telanjang untuk koleksi pribadinya. Jujur saja aku suka dengan estetika dan seni dari gambar itu, meskipun penasaran dan aku entah mengapa tertarik untuk tampil telanjang di depan kamera aku selalu mengurungkan niatku.
Sampai hari ini aku menepati janji masa laluku, Harris benar-benar tahu kalau aku mempunyai sisi eksibisionis yang selama ini aku tutupi dan dibandingkan memaksaku untuk tertutup dia malah membebaskanku walaupun aku pastinya akan membatasi lingkupku.
“Jadi gimana kemarin pijatannya, mantap kan?” goda Selyn yang masih fokus menyetir.
“Hmm.. pijatannya suasananya 8/10, pijatannya 9/10.. dan seksnya.. 12/10 enak banget haha,” balasku secara jujur.
“Dibanding sama pacar lo enak mana?” tanya Selyn.
“Kalau pilih jelas sama pacarku, cuman kalau untuk hiburan ons (one night stand) terapis itu oke juga,” jawabanku atas pertanyaannya. “Lo inget namanya engga? Gue langsung tidur waktu itu lupa gak nanya.”
“Engga sih, malah gue gak tahu dan gak pernah nanya. Emang kenapa? Mau lagi kan?” goda Selyn lagi.
“Dih, engga cuman nanya aja,” jawabku mengakhiri obrolan.
Kita pun melanjutkan perjalanan dan sebenarnya secara jarak tidak begitu jauh namun dengan kemacetan yang ada membuat perjalanan terasa begitu lama. Pada akhirnya kita tiba di lokasi pemotretan dan lokasi itu adalah sebuah hotel bintang lima. Kita pun turun dari basement dan dengan kartu kamar kita langsung naik ke lift ke lantai kamar tempat kita melakukan photoshoot.
“Val lo udah siap kan?” tanya Selyn.
“Siap gak siap,” balasku dan kita berdua membuka pintu dan terlihat tiga orang cowok yang mungkin seumuran dengan kita sedang menyiapkan perlengkapan kamera.
Mendengar pintu terbuka mereka bertiga langsung berhenti dan mengarahkan pandangan mereka kepadaku. Terlihat mata mereka terbuka lebar ketika melihat kita berdua masuk.
“Hi kalian, gue bawa sahabat gue nih. Kenalin namanya Valerie,” kata Selyn mengenalkanku kepada mereka bertiga.
“Halo semua kenalin nama gue Valerie. Mohon kerjasamanya ya,” kataku mengenalkan diri kepada tiga orang fotografer itu.
“Hi kenalin nama gue Angga,” kata cowok tinggi berkacamata.
“Nama gue Revan,” kata cowok dengan yang sepantaran Angga dengan rambut diwarnai pirang.
“Nama gue Dewa,” kata cowok dengan kulit gelap dibandingkan mereka berdua dengan rambut ikal.
Aku pun berjabat tangan dengan mereka bertiga dan mereka terus menyangjungku dan memberikan pujian. Mereka terus memuji penampilanku yang jauh diatas rata-rata dan sesekali membandingkannya dengan Selyn yang membuatnya sedikit jengkel, padahal Selyn juga sangat cantik dan jauh diatas rata-rata kecantikan cewek lokal.
Kita pun mulai mengobrol dan benar sesuai tebakanku kita berlima masih berkuliah. Namun mereka kuliah di universitas berbeda-beda dan aku baru tahu kalau mereka juga baru mengenal Selyn satu tahun kebelakang. Bisa dibilang aku tidak jauh tertinggal dalam circle ini. Kita pun berbincang dan tertawa.
“Kalian udah siap buat photoshoot?” tanya Angga sambil membetulkan kacamatanya.
“Gimana Val, lo udah siap?” tanya Selyn kepadaku.
Menarik nafas aku menjawabnya, “Siap dong.”
Kita pun mulai briefing dengan membasah sesi pemotretan ini. Bisa dibilang ini adalah koleksi foto pribadi kita, hanya kita berlima yang ada di kamar ini plus Harris dan tidak boleh disebar. Ini akan menjadi rahasia kita berenam.
“Kalian jangan ngintip yah!” kata Selyn dibalik pintu.
“Engga kok.. lagian nanti pasti lihat sendiri hehe,” kata Revan dengan nada bercanda.
Setelah kita selesai briefing aku mulai membuka isi koper yang dibawa oleh Selyn dan membawanya ke dalam kamar mandi. Di dalam kamar mandi aku mulai melucuti pakaianku dan mengganti ke pakaian yang dipilih oleh Selyn. Melihat ke arah cermin aku memastikan penampilanku sebaik mungkin.
“Val pake ini dulu,” kata Selyn memberikanku sesuatu.
“Ini? Seriusan?” kataku dan memakai sesuatu yang diberikan oleh Selyn.
Setelah memastikan penampilan kita berdua sesuai dengan yang kita harapkan, aku dan dan Selyn berjalan keluar menuju ruang tengah dimana mereka bertiga menunggu. Mereka bertiga tampak diam mematung sebelum memuji kita berdua.
“Kalian cantik banget dah sumpah, kayak bidadari dari kayangan,” ucap Revan.
“Lo cantik banget dah berdua, seksi banget tubuh kalian,” ucap Aldi.
“Hmm.. jadi ngiler nih haha,” ucap Dewa sambil membidikan kamera.
Saat ini aku dan Selyn sedang berdiri di hadapan mereka bertiga dengan memakai dress hitam dengan lingerie di bawahnya sedangkan Selyn memakai dress berwarna merah maroon.
Meskipun tidak terlalu frontal menunjukan keseksian tubuh kita. Postur tubuh kita yang ideal dan diatas rata-rata membuat mereka dapat berfantasi dan membayangkan apa yang ada di bawahnya. Apalagi ini pertama kalinya mereka melihat diriku selain dari gambar yang mereka dapat di sosial media.
“Oke kita mulai photoshootnya ya, gimana kalau kalian mulai dari ciuman?” tanya Revan yang sudah bersiap dengan kamera profesional di tangan kanannya.
“Hah ciuman? Kita mau langsung ciuman nih,” kata Selyn yang berpindah dari menatap mereka menjadi menatap mataku.
“Iyah ciuman, biar engga tegang kalian. Apalagi Valerie tuh,” kata Revan.
Menatap mata Selyn kita berdua mendekat hingga tubuh kita bersentuhan, “gimana Lyn, kita langsung ciuman? Hmphhh..”
“Boleh, hmphhh..” balas Selyn dan langsung merebut bibirku dan memberikan ciuman mesra.
Bibir kita bertemu dan kita berciuman. Meskipun kita berdua pernah beberapa kali berciuman rasanya tidak pernah secanggung ini. Kita harus berciuman dan bermesraan dengan dilihat oleh tiga orang, apalagi aku baru saja bertemu dengan mereka.
“Widih tahan posisinya, gila kalian mesra banget. Udah kayak lesbian aja,” kata Angga menikmati tontonan di depannya.
“Cium lagi! Peluk! Lebih intim!” kata Dewasa mencoba mengarahkan.
Aku dan Selyn semakin mesra berciuman layaknya sepasang kekasih. Kita saling membagikan saliva satu sama lain yang ku tunjukan ke depan kamera seolah melupakan ada tiga pria lain disini.
Sesi berikutnya Selyn diminta duduk dan aku dipangku olehnya. Kita masih berciuman dan aku menghadap wajah Selyn yang tampak kemerahan karena merasa malu ataupun menikmati perasaan aneh ini. Aku menjaga posisi kakiku agar Selyn tidak perlu menahan berat tubuhku.
“Selyn coba angket dress Valerie ke atas! Good!” kata Angga mengarah tangan Selyn menyingkap bagian bawah dressku.
“Wow, pantat lo putih dan bulet banget Val, bener-bener menggoda,” kata Dewa sambil mengarahkan kamera.
Aku tidak memikirkan perkataan mereka karena aku tahu banyak cowok yang selalu memberikan komentar atau pujian dalam menilai tubuhku. Aku merasa senang atas pujian mereka dan merilekskan tubuhku menikmati ciumanku.
Karena aku sudah pernah berkali-kali tampil di depan kamera aku tidak merasa begitu malu atau kaku. Apalagi saat ini aku sedang bersama Selyn dan cowok-cowok yang sudah mengenalnya aku merasa lebih nyaman mengikuti arahan mereka. Disaat aku sedang menikmati permainan lidahnya Selyn menyingkap bagian bawah dressku dan memamerkan pantatku ke arah mereka.
“Oke kita ubah posisi,” kata Revan mengakhiri ciuman mesraku dengan Selyn.
Kita pun berubah posisi kita dan kali ini aku yang dalam posisi duduk. Namun yang membedakanku dengan Selyn adalah aku diminta dalam posisi mengangkang dengan membuka lebar kedua kaki jenjangku. Selyn duduk bersimpuh di bagian bawah dan tersenyum.
“Selyn aku angkat dikit ya, nah baru mantap nih pantat lo kelihatan,” ucap Angga menyingkap bagian bawah dress Selyn.
Pada posisi ini Selyn tampak sedang menjilati area intimku. Rasanya agak sedikit malu namun aku merasa menikmati posisi ini. Mencoba merilekskan tubuhku aku mencoba bermain peran dan tema pemotretan ini dan mengikuti arahan mereka.
Menutup mulutku aku membuat seolah aku mendesah dan menikmati aksi Selyn kepada tubuhku. Aku benar-benar berpose layaknya seorang model majalah dewasa. Kita pun mengakhiri sesi pemotretan dan berpindah ke dalam kamar.
“Untuk sesi ini Selyn coba kamu di atas kasur dan Valerie dibelakangnya.. good,” ucap Revan mengarahkan Selyn dan aku di posisi berbeda.
“Sorry Val aku naikin bawahannya,” kata Angga yang menyingkap rokku dan memperlihatkan lingerie hitam dibaliknya. Dia adalah cowok pertama yang berani menyentuhku secara tidak langsung.
Mengikat rambut Selyn dan menggenggamnya. Aku berpose di belakangnya dan memamerkan tubuh belakangku menampilkan lekuk tubuhku yang sempurna. Pantatku menjadi perhatian utama mereka dan tentu saja memuaskan pandangan mereka.
Naik ke atas ranjang rasanya suasana semakin panas padahal suhu ac tidak kita turunkan. Rasanya pemotretan ini begitu intens yang membuatku bergairah.
“Val sekarang lo coba jilat pantat Selyn,” kata dewa.
“Hah? Kayak gini?” kataku sambil menjulurkan lidahku ke pantat Selyn.
“Nah kayak gitu. Gila seksi banget kalian berdua,” ucap Dewasa yang senang aku mengikuti arahan atau permintaan darinya.
“Ihh geli Val.. lidah lo,” ucap Selyn berbisik kepadaku.
“Tahan bentar,” balasku kepada Selyn dengan berbisik.
Selyn hanya bisa pasrah ketika aku terus menjilatinya. Aku tahu Selyn sangat sensitif dan dia pasti geli ketika tubuhnya dijilat. Untung saja Revan memintaku berhenti dan kita melanjutkan sesi pemotretan.
“Oke Valerie sekarang coba lo lepas dress yang lo pake, ga masalah kan?” tanya Revan.
Melihat Angga dan Dewa mereka sudah pasti menantikan momen ini, begitupun dengan Selyn yang terus tersenyum seolah berhasil membuatku menjadi cewek nakal. Hmm Selyn sayang sekali, dari awal aku adalah cewek nakal, mengiyakan arah Revan aku langsung melepas dress hitam yang melekat ditubuhku.
“Kayak gini?” tanyaku ketika mulai melucuti dress.
“Widih seksi banget tubuh lo!” sebut Angga.
“Mantap,” kata Dewa ketika melihat dadaku dibalik bra hitam ini.
“Udah, yuk lanjut fotonya,” kataku mencoba mereka fokus tidak hanya kepadaku. “Jadi aku yang ada di atas nih?”
“Benar Valerie, nah posisi nya pas.. oke 3.. 2.. 1.. good,” balas Revan.
Mengarahkan wajahku ke wajah Selyn yang berada di bawah tubuhku aku memperhatikan wajahnya secara seksama. Kemudian aku memberikan ciuman lembut ke arahnya yang dibalas balik oleh Selyn yang menciumku. Posisi ini begitu intim, aku bisa merasakan tubuhnya yang panas bersentuhan dengan kulitku.
Kita melanjutkan sesi pemotretan, membalikan tubuhku aku diminta berpose dengan gaya 69. Dalam posisi menungging pantatku berada di hadapan Selyn dan kepalaku berada di kakinya. Sekarang Selyn yang gantian menjilat pantatku yang membuatku merasa geli. Cowok-cowok ini tampak diam tidak memberikan kata-kata melihat aksi kedua wanita cantik yang sedang sibuk satu sama lain.
“Oke sekarang Selyn coba buka atasannya,” kata Revan.
“Ini yang paling ditunggu-tunggu,” kata Angga.
“Bakal ada adegan yang hot nih,” kata Dewa sudah tidak sabar atas aksi selanjutnya.
Selyn mengikuti arahannya dan membuka kaitan bra dan menunjukan payudaranya yang besar dan putih di hadapan kita berempat. Meski aku yakin mereka pernah melihat tubuh Selyn yang polos, tetap saja ini adalah pemandangan yang mereka selalu ingin lihat.
Aku diminta oleh Revan untuk menurunkan bawahan bikini Selyn dan sekarang Selyn tampil polos hanya berbalut dressnya yang sudah berantakan menempel di tubuhnya. Jari Selyn diarahkan ke mulutku dan tanpa perlu perintah aku menghisapnya ke dalam mulutku dengan penuh menggoda.
Bertukar posisi aku yang sekarang berada di bawah tubuhnya. Bibir kita bertemu dan Selyn melepaskan ikatan bra ku dan ketiga cowok itu langsung bersemangat ketika melihat diriku sudah bertelanjang dada. Meskipun mereka hanya bisa melihatnya dari samping mereka tampak bersemangat untuk menonton pertunjukan di hadapan mereka.
“Mmhhh.. lo cantik banget sih Lynn,” kataku memberikan pujian.
“Haha cantikan lo, mereka semua pada ngeliatin susu lo. Gede banget,” balas Selyn sambil meremas dadaku.
“Hihi kasian mereka pada mupeng,” kataku mencoba melirik ke arah tiga cowok yang libidonya sudah tinggi.
Sekarang aku mulai menjilati area payudara Selyn. Menghisapnya secara lembut aku mencoba tidak menunjukan areolanya ke arah kamera dan menutupi tubuhnya dan tubuhku. Selyn kemudian menarik bawahanku dan aku sedikit mundur membiarkan tangannya bergerak menyusuri area privat tubuhku.
“Ih kok ditutupin?” tanya Dewa kecewa.
“Apanya?” aku dan Selyn membalas bersamaan.
“Itulah.. putingnya..” kata Dewa ketika melihat putingku yang ditutup sebuah selotip putih yang tidak membiarkan mereka melihat putingku langsung.
“Biarin weeehh,” balasku dan Selyn.
Baik Angga dan Revan hanya bisa tersenyum mendengar jawabanku dan Selyn. Kita pun kembali melanjutkan sesi pemotretan yang semakin intens dan semakin vulgar memamerkan tubuh kita.
“Aaahh.. ahhh..” aku mendesah ketika jemari Selyn bergerak membelai bibir vaginaku.
Jari tangan Selyn bergerak membuka bibir vaginaku dan menggesekkannya dengan lembut. Berbeda dengan belaian cowok, tangan Selyn sangatlah halus dan lembut. Rasanya malah geli ketika jarinya bermain di vaginaku.
“Gila mulus banget memek lo Val, pink terus masih mulus,” kata Dewa yang malah sibuk menonton.
“Emang yang gue engga? Bukannya memek ini lo pernah masukin?” kata Selyn ketika mendengar pujian Dewa kepadaku.
“Iyasih cuman aku pertama kali lihat punya Valerie, rasanya kayak nemu model bokep baru,” ucap Dewa.
“Dewa lo mending foto deh dibanding ngebacot, lanjut foto sana,” kata Revan.
“Bener tuh dibanding lo simpen di kepala lo yang pelupa mending disimpen ke kamera,” lanjut Angga.
Dewa akhirnya melanjutkan memfoto aksi kita berdua. Pada akhirnya kita tertawa mendengar obrolan kita yang saru dan mesum. Kita pun melanjutkan sesi pemotretan dan memuaskan fantasi mereka.
“Oke done, thank you Selyn.. thank you Valerie,” kata Revan berterima kasih.
“Thank you kalian, nanti info lagi kalau mau photoshoot lagi. Oh ya Lyn nanti hasil gambar mentahnya lo bawa di sd card ya, ini udah diplukat,” kata Angga.
“Kalian kalau butuh fotografer tinggal nelpon gue, santai ga usah dibayar pake duit hehe,” kata Dewa menawarkan jasa foto.
“idih siapa yang mau,” kata Selyn bercanda.
Kita pun mengakhiri sesi pemotretan dan mengusir mereka. Ya kamar ini ini rencananya buat aku dan Selyn menginap dan kita membayar mereka untuk sesi pemotretan selama empat jam. Mereka berpamitan dan berjalan pergi.
“Val pasti lo pengen lagi ikut photoshoot kan?” tanya Selyn.
“Sama mereka?” tanyaku.
“Biasanya aku sama mereka sih, soalnya mereka yang paling bisa jaga rahasia,” balas Selyn.
“Boleh sih, tapi gue pengen yang all out gitu..” kataku.
“All out? Lo mau bugil?” tanya Selyn.
“Gitu dehh.. ahh Lynn jangan dijilat,” Selyn tiba-tiba meremas dan menjilat dadaku dan membawaku ke atas ranjang.
Kita saling berciuman mesra dan mendekatkan tubuh satu sama lain. Tubuhnya terasa panas dan keringat membasahi tubuh kita berdua, kita terus berpelukan dan mulai menggesekan tubuhku ke arah tubuhnya. Memberikan remasan lembut yang dibalas oleh Selyn.
Melepas pelukan Selyn mengambil sesuatu di dalam kopernya dan tanpa kuduga dia mengeluarkan sebuah dildo hitam lengkap dengan strapnya. Dia mulai mengikat strap itu dipinggulnya dan layaknya sebuah penis, dildonya mulai diarahkan ke bibir vaginaku. Wajah kita saling berhadapan dan aku memperhatikan wajah Selyn yang memerah.
“Val kita ngentot yuk,” ucap Selyn menggoda.
Aku hanya menganggukan kepala sebelum dia menghentakan pinggulnya dan mendorong dildo itu masuk ke dalam vaginaku. Aku mendesah dan menarik tubuhnya mendekat namun memberikannya ruang yang cukup. “Aahh.. ahh,” aku hanya bisa mendesah dan menikmati bercinta lesbian dengannya.