Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG My Sex Logbook...

enak..kamu heri... punya 2 istri, gimana kalau update berikut nya mereka berdua isi... kayak nya makin rame nih suara anak kecil di rumah heri.

Kandungan nya sama pula cuma beda beberapa hari...Jadi makin hot baca ngentot 2 bumil...

Ayo suhu update lagi....hehehehe... Ditunggu...
 
Broken Heart

"Dasar binatang!"
"Berani-beraninya kamu selingkuh dengan teman baikku!"
"Dasar Anjing!"

Aku hanya terdiam...

4 hari sebelumnya...

Aku sedang memeriksa beberapa laporan bersama Helen di kantor cabang yang dipegangnya. Sejujurnya aku tidak begitu fokus memeriksa laporan. Bukan hanya karena aku rindu banget sama Helen,tapi sejak kantor ini diurusnya hampir semua masalah beres. Deadline pekerjaan hampir 85% selesai dibawah waktu yang ditentukan. Jadi,apalagi yang harus kuperiksa? Tinggal tubuhnya yang belum kuaudit.

Gaun pesta oleh2 dari Lia baru tadi kuserahkan. Hampir sebulan kepulanganku dari SG baru hari ini aku bisa berkunjung ke kantornya ini. Selain tidak ada alasan untuk bertandang,minus masalah jadi halangan buatku. Apa yang mo kuselesaikan kalau semua sudah beres ditangannya? Please Helen,jangan terlalu pinter. Nanti aku jadi gak bisa bersamamu.

Waktunya pulang kantor. Aku diantar Helen dengan mobil dinasnya ke hotel tempatku menginap. Bisa saja aku menginap di rumah dinasnya. Tapi kurasakan fasilitas hotel dari kantor jadi mubazir. Lagipula gimana mo indehoi dengan Helen kalau ada pembokat di rumah dinasnya? Mau diajak threesome? Ogah. Wong pembokatnya lahir di akhir jaman Orde lama.

"Ri,ntar malam aku balik lagi ya. Aku pulang dulu. Ntar aku bawain makan malam sekalian"
"Kamu pengen makan apa?"
tawar Helen.
"Apa aja,Len. Asal jangan makan perasaan" Helen tertawa sambil menjalankan mobilnya.

Sesampainya di kamar, aku mandi terus kulanjutkan menelepon kedua permaisuriku. Biasa,wajib lapor kalau aku jauh dari mereka. Obrolan dilanjutkan oleh anak2ku yang berebut telepon. Tak lama kututup sambungan telepon terus aku molor dengan sukses diranjang hotel. Siapa suruh perusahaan ngasih fasilitas hotel bintang 5.

Aku tidak tahu berapa lama aku tertidur. Aku dikejutkan oleh ringtone hp dan bunyi bel di kamar. Helen!
Aku bangkit dan menuju ke pintu. Begitu pintu terbuka,aku terpukau oleh dandanan Helen.

Gaun pesta yang kuberikan melekat ditubuhnya. Lipstik merah cerah terlukis di bibirnya yang menyungging senyuman. Ditangan kanannya tergantung 2 bungkus nasi padang. Benar2 kombinasi yang 'pas' dan bikin aku pengen tertawa.

Helen masuk mendahuluiku. Aku benar benar terkesima melihat tubuhnya dalam balutan gaun pesta pilihan Lia. Belahan dadanya begitu menggoda. Punggungnya yang mulus terpampang begitu jelas. Dan setiap langkahnya mempertunjukkan samping paha dan betisnya yang putih dan mulus. Aku khawatir jangan2 ini 'jebakan' dari kedua istriku.

Sambil menyantap nasi padang Helen ngelendot di pundakku. Aku yang hanya mengenakan sarung cap gajah wasir tanpa dalaman asik juga menikmati nasi padang dengan lauk paha ayam goreng. Sesekali aku menyuapi Helen. Benar benar pemandangan yang 'pas' kan? Gaun pesta,sarung dan nasi padang di hotel bintang 5. Wardi pasti ngakak sampai lambungnya jebol kalau dia tau.

Bangun tidur kuterus makan. Tidak lupa mencuci tangan. Habis makan kucium Helen.Membersihkan bibir seksinya....
(Monggo dinyanyikan pakai irama lagu anak2 yang ngetop di jaman dulu)


Helen masih betah ngelendot di pundakku. Sambil menonton tv kami ngobrol banyak hal. Sesekali dielusnya dadaku. Kadang diciumnya pipiku. Aku masih mempertahankan level Cool-ku. Padahal otong dibalik sarung sudah mengadakan pemberontakan.

Malam sudah semakin larut. Helen beranjak mematikan lampu kamar. Suasana jadi gelap gelita. Helen perlahan melepaskan gaunnya. Remang remang mataku masih bisa menangkap siluet tubuhnya. Cd nya menjadi lembaran terakhir yang dilepaskan Helen. Apa kabar,apem gundulku?

Helen kemudian naik keatas pangkuanku. Tangannya melingkar di pundakku. Bibirnya menciumku. Sedetik kemudian lidahnya mulai menjelajahi wajahku.
Kunaikkan sedikit tubuhnya. Kupaskan payudaranya yang menggantung didepan mulutku. Aku ingin nyusu. Kukenyot payudara berikut putingnya. Kedua tanganku mendarat di pantatnya. Selain meremas aku juga menahan supaya Helen tidak merosot dari pangkuanku.

Bosan,aku menggendong Helen dan membaringkannya ke ranjang. Rasa rindu yang sudah memuncak membuatku jadi tidak sabaran. Kukocok2 penisku dengan tempo 4/4. Setelah kurasakan penisku cukup keras langsung kuarahkan ke vagina Helen. Kutekan palkonku terus menembus kedalam vaginanya. Vagina Helen yang sudah lama 'non-job' masih terasa begitu sempit.
Helen sedikit meringis saat penisku menyeruak masuk kedalam vagina. Aku sedikit menyesal kurang merangsangnya tadi. Tapi sudahlah. Kuteruskan penetrasiku. Tarikan dan dorongan pinggulku perlahan berbuah nikmat. Dikamar yang gelap ini aku masih mampu melihat bayang bayang payudara yang berguncang. Tanganku maju dan mencengkram payudaranya. Kuremas dengan lembut.

Aku 'nembak'. Kucabut penisku dari vagina Helen. Spermaku mengalir keluar membasahi pahanya. Helen belum orgasme. Ketika tanganku hendak mengocok vaginanya,Helen menolak.
"Gak pa pa,Ri. Gak masalah kok. Aku emang pingin berdua begini. Aku rindu,Ri"senyum Helen. Kami terlelap kemudian. Jam 4 pagi Helen dan aku terbangun. Rasa bersalah karena Helen belum orgasme menghantuiku. Kuajak dia ke kamar mandi. Kupeluk Helen kemudian aku berlutut didepannya. Sebelah kakinya kunaikkan dan kutumpangkan di kloset. Kini vaginanya dalam kekuasaan mulutku. Jilatan,ciuman,sedotan bergantian menghajar vaginanya. Helen terus menggelinjang. Kakinya bergetar antara menahan posisi berdirinya dan menahan rangsangan yang kuberikan.

Service-ku memang maut. Helen kelojotan menikmati orgasmenya di pagi buta ini. Kepalaku yang berada di depan kelaminnya ditahannya dengan tangan. Sisi positifnya,kini wajahku berlumuran 'masker organik cair' yang berkhasiat untuk menghilangkan kerut dan flek.

Waktu yang tersisa kami habiskan dengan minum teh instant yang tersedia di kamar sambil mengobrol. Tepat jam 6 pagi Helen pulang untuk bersiap2 balik menjemput dan ke kantor bersamaku.

Selama 4 hari Helen bersamaku terus menerus. Siang hari dia menemaniku di kantor. Malam harinya dia menemaniku di hotel. Sekaligus memuaskan dahagaku akan dirinya. Di hari terakhir dia menyempatkan membeli oleh2 untuk kami sekeluarga.

Dan oleh2 itu masih ditanganku ketika aku turun dari taksi dan harus menghadapi kenyataan...

Kenyataan Pak Hardi tetanggaku yang hanya berselang beberapa rumah,sedang bertengkar dengan istrinya karena ketahuan selingkuh...
Aku terdiam...
 
Wah...dah update lagi...Seperti tersadar heri dengan kejadian pak hardi tetangga nya yg sedang bertengkar sama istri nya, seperti nya hardikan di awal part itu pertengkaran pak hardi dengan istri nya yang kedapatan selingkuh.

Mending jujur saja sama kedua istri mu heri dan legalkan helen buat jadi istri ketiga biar makin enak ah..uh..ah..uh.. nya...
 
Jujur aja gan. Nambah bini satu lagi masih kuat kan
 
Widih, ini sih bikin dilema bagi Suhu @boobscom antara mau melegalkan yg BM/illegal ato tetep melanjutkan Selingan Indah Keluarga Utuh :aduh:

Ntar klo dilegalkan bakalan makin tipis isi dompet n bertambah tagihan bulanan dong :mati:
 
Gue kirain salah satu istri selingkuh eh tetangga hahaha

Eh tapi bisa jadi tetangga selingkuhnya sama salah satu bini tuh
 
Wow, bini tetangga bakal diembat jg nih. Habis lama lama persediaan tai macan kang heri wkwkwk
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
HoneyMoon

Ini sepenggal kisah yang tercecer dari pernikahanku dengan Lia. Karena kesibukanku bekerja,akhirnya beberapa waktu kemudian aku baru bisa menyelenggarakan event bulan madu bersama istri baruku itu.

Itupun karena desakan Lina yang melihatku sudah melupakan program wajib ini dari setiap pernikahan. Bagaimana tidak lupa,rumah baru dengan interior yang lebih mewah dan istri baru yang tidak kalah cantiknya. Plus izin dari Lina untuk menambah 'aset' semakin membuatku lupa daratan. Untungnya aku tidak lupa kewajibanku dan alamat kantorku.

Waktu yang terbatas,membuat kami tidak bisa berbulan madu ke paris ataupun paris van java. Pilihan terakhir daerah wisata yang dekat dengan rumah. Syaratnya,harus daerah dingin dan punya room yang romantis. Ajaibnya yang namanya rezeki emang tak kemana. Kecuali Rizeki yang tukang sayur keliling komplek yang jadi idola para pembokat.

Kembali ke 'rezekiku'. Pak Abidin,salah satu owner perusahaan tempatku mengabdi adalah salah satu dari sekian sedikit yang menyayangiku. Prestasi demi prestasi yang kucetak membuatku perhatiannya kepadaku menjadi berlebih. Umurnya nyaris 70 tahun. Bijaksana. Tinggal bersama anak cucunya sejak kematian istrinya. Yang jelas,KAYA!

Pak Abidin sewaktu mendengar aku akan mengambil cuti beberapa hari sempat memanggilku. Dia menanyakan keperluanku. Tak heran,aku yang jarang cuti ini pasti jadi pertanyaan kalau mendadak mengajukan cuti.
Ya aku sampaikan saja kalau aku ingin berlibur dengan istriku. Lagipula aku sedikit lelah dan jenuh. Pembicaraan mengalir sampai kemana daerah tujuan wisataku. Yang kusyukuri, izin cutiku langsung di approved plus bonus dapat pinjaman villa di perkebunannya di gunung sana. Hanya informasi mengenai Lia tetap menjadi konsumsi kalangan sendiri. Kira kira kalau di FBI atau CIA udah distempel CLASSIFIED.

Hari yang ditunggu telah tiba. Setelah menurunkan anak2 dan Lina di rumah orang tuanya,aku dan Lia melanjutkan perjalanan ke villa Pak Abidin. Jaraknya lumayan jauh. Kira2 beberapa kali singgah pipis di SPBU dan sekali makan siang di restoran pinggir jalan. Silakan hitung sendiri berapa kilometer jaraknya dengan deskripsi seperti itu. Hahaha...

Dimobil sesekali kupegang tangan Lia dan kuelus lembut pahanya yang dicover oleh celana jeans berwarna biru muda. Serasi dengan kaus putih bertuliskan Don't Touch Me. Jangan berharap oral atau acara remes tete. Jalan gunung yang berkelok dan menanjak membuatku harus konsentrasi penuh kalau tidak mau terjun bebas ke dalam jurang.

Tibalah kami didepan gerbang perkebunan pak Abidin. Pak Sunardi,salah satu pegawai perkebunan menjemput kami di gerbang yang selalu tertutup. Diarahkannya kami ke villa utama di tengah2 kebun. Villanya sendiri cukup besar dan terpisah jauh dari perumahan pegawai. Villanya didesain dengan style modern. Lantai 2 nya dikelilingi kaca yang bisa melihat ke seluruh penjuru perkebunan. Kamar tidur yang berjumlah 5 hanya ada di lantai 1. Lantai 2 merupakan gabungan dari dapur,ruang makan dan ruang keluarga.

Lina pernah memasak didapur villa ini bersama almarhumah istri Pak Abidin. Waktu itu Robert masih berusia 7 bulan ketika kami diajak Pak Abidin menginap di villa ini sewaktu weekend. Masakan itik gulai khas Bu Abidin begitu nikmat disantap ditengah hawa sejuk dan suara tangisan bayiku,Robert.

1 lagi,dibelakang villa ini juga tersedia kolam renang yang dikelilingi oleh pepohonan yang rindang. Otak JAV ku segera liar berfantasi.

Dibantu Pak Nardi,kami menurunkan tas dan bahan makanan untuk konsumsi kami selama disini. Restoran terdekat berjarak belasan kilometer dari villa ini. Dan aku berniat memanfaatkan setiap detik yang ada bersama Lia,istriku.

Selesai acara unloading muatan dari mobil,aku dan Lia memasuki kamar. Seketika kupeluk dan kucium Lia begitu pintu kamar tertutup. Rawon yang kami santap tadi siang masih terasa aromanya di mulut kami. Kami saling meraba dan melepaskan pakaian kami. Yang masih melekat hanya tinggal celana dalam Lia yang berwarna merah muda dan celana dalamku. Sambil berdiri kuusap dan kulumat payudaranya.

"Papa masih capek ya? Mau mami pijitin?"Lia menawarkan sambil tersenyum nakal.
Tawaran yang sayang untuk dilewatkan. Tidak perlu ditanya 2x,aku langsung menerjang tempat tidur dan merebahkan tubuhku.
Pijatan Lia begitu nyaman. Dimulai dari kepala,turun ke pundak dan aku akhirnya tertidur. Aku terbangun dengan Lia tertidur memelukku. Diluar sudah gelap.

Kucium kening istriku. Lia terbangun. Masih memelukku,dia mencium dadaku.
"Mami,papa lapar. Mami lapar gak?"
"Lapar juga,Pa. emang papa mau makan apa? biar mami masakkin"


Berdua dengan memakai kimono mandi yang dibawa dari rumah kami naik ke lantai 2 sambil membawa beberapa bungkus mi instan. Aku memilih mi instan karena selain waktu sudah malam,aku pun tidak mau menunggu terlalu lama. Masih ada yang mau 'kukerjakan' setelah ini. Kuhidupkan lampu di dapur dan ruang makan. Sambil menunggu Lia memasak mie instan dengan tambahan telur,aku melihat sekeliling. Suasana hening dan gelap khas pegunungan begitu terasa. Beberapa titik lampu dan obor menambah suasana tenang dan romantis. Di kejauhan cahaya lampu yang ramai menerangi perumahan pegawai.


Sambil menyantap mie instan,aku dan Lia mengobrol.
"Pa,mami kemaren udah diskusi sama mama (Lina maksudnya). Kami berdua kepengen bikin cafe aja dirumah yang didekat mall itu."
Rumah yang dimaksud Lia adalah rumah warisan dari Irwan,sahabatku sekaligus suami Lia terdahulu.

"Papa agak keberatan,Mi. Anak2 kan masih kecil. Lagian papa gak suka kalau anak2 diurus pembantu. Iya kalau pembantunya bisa ngedidik anak2. If not?" ujarku sok keren pakai bahasa dari kampungku.

"Yah,Pa" ada nada kecewa dari mulut Lia.
"Kan mama dan mami bisa bergantian ngejagain anak2"
"Bisa aja,Mi. Cuma gimana kalau kita nunggu anak2 mulai bersekolah?"
"Selain waktu kalian berdua lebih banyak juga gak gitu repot mengurus bisnis berdua"

Ujarku sambil bangkit dari kursi dan menuju ke arah Lia.
Kubelai bahunya. Lia bangkit dan menjatuhkan kimononya. Dilolosinya cd hingga jatuh kebawah kaki.
Tubuh Lia yang telanjang begitu sempurna. Walau remang remang karena semua lampu yang sudah kupadamkan tadi. Aku tidak mau ada mata yang menyaksikan konser kami berdua.

Tanganku memeluk pinggangnya. Payudaranya yang membulat kencang menekan tubuhku yang masih berbalut kimono. Lia mendesah ketika aku mencumbu leher dan tengkuknya.

Tali kimono disentak Lia. Kemudian dibukanya dan dilemparkannya kimonoku. Penisku yang masih disimpan didalam cd ku dirogoh Lia. Jari tangannya yang halus membelai lembut 2 butir mutiara hitamku dikegelapan malam. Seiring waktu penisku mulai menampakkan tabiat aslinya. Berdiri tegak seakan menantang. "Lubang sedalam apapun kan kuterjang,"seolah penisku bisa berbicara dengan pongahnya.

Elusan,remasan,belaian dan entah apalagi sebutannya terus menerus jatuh di tubuh kami berdua. Seolah tidak ada puasnya kami saling menyentuh tubuh polos kami.

Sejenak kutatap mata Lia. Matanya membalas tatapanku. "Berikanlah dirimu padaku seutuhnya,"matanya seakan berkata menembus pikiranku.

Kubaringkan Lia di permadani dibawah kami. Terlentang. Hembusan nafasnya menerpa wajahku ketika aku memberikan dia ciuman dari seorang pria yang begitu mengasihinya. "Lupakan dukamu. Bahagiamu kan kuantar sampai di dalam relung hatimu,"bisikan dari jariku ketika menyentuh kulit tubuhnya.

Kejantananku kudorong sampai didepan kemaluannya. Kupegang erat pinggangnya dengan tanganku. Kami akan kembali mereguk cinta di tengah dinginnya malam.

Kedua tangannya memeluk leherku. Kakinya mengait di pinggangku begitu eratnya. Seolah tidak rela melepaskan kenikmatan dan kebahagiaan yang sedang kami arungi.

Layarku jatuh,aku dan Lia hilang kendali. Kami tiba di pelabuhan yang kami impikan. Tubuhnya menegang. Aku sendiri mematung. Menikmati saat saat kami jatuh dari langit. Kami begitu terbuai dihempaskan dengan begitu kuatnya ke tanah.

"Aku selalu dan akan selalu mencintaimu..."bisikku mesra ke telinganya.
Lia memejamkan mata dan meresapi untaian kata yang terdengar memasuki setiap jengkal didalam tubuhnya.

Paginya Lia membuat roti bakar dengan selai coklat untuk sarapan. Rencananya sehabis sarapan kami akan berkeliling perkebunan dengan motor yang sudah disiapkan pak Nardi.

Hembusan angin dan pelukan hangat Lia yang duduk di belakang motor membuat perjalanan kami berkeliling perkebunan begitu mengasyikkan. Sesekali kami berhenti untuk berfoto dan berselfie ria. Walau berhawa sejuk tapi terang dan teriknya matahari memaksa kami berdua kembali ke villa. Paling kalau kami ingin kembali 'berpetualang' kami memilih sore hari dikala sang surya sudah mulai kembali ke peraduannya. Seingatku view dari lantai 2 saat matahari terbenam pun tidak kalah indahnya dibandingkan dengan view sunset di pegunungan Alpen. Btw,pegunungan Alpen dimana aku kurang jelas. Sunsetnya seperti apa aku juga kurang paham.

Menu makan siang kali ini,telur steam dengan jahe,ayam goreng saus bangkok dan sup bening. Masakan Lia lebih berasa manis. Sedangkan masakan Lina lebih cenderung asin. Tapi apapun rasanya,makan masakan kedua istriku plus disuapin tetap lebih baik daripada makan di warteg. Mau disuapin mas mas kang ojek yang nongkrong di warteg penghujung jalan?

Selesai makan aku membantu Lia mencuci dan membereskan peralatan dapur.

Kemudian kami bersantai diruang keluarga. Aku duduk di sofa bed ditemani Lia yang ngelendot di pundakku.

Pengumuman-pengumuman
Siapa yang mau bantu
Tolong aku kasihani aku
Tolong carikan diriku kekasih hatiku
Siapa yang mau...


Kunyanyikan lagu Cari Jodohnya Wali dengan gaya Luciano Pavarotti.
Lia terbahak melihat cara bernyanyiku. Sisa waktu kami terus bernyanyi dengan karaoke set yang tersedia di ruang keluarga ini.
Lia mencium bibirku. Kebahagiaan sekali lagi tergambar di wajahnya. Rasa bahagia yang sama ketika Irwan melamarnya. Irwan,sang negosiator ulung. Irwan sahabatku yang kini telah tiada.

Selesai menyumbangkan suara emas ku,kuajak Lia berenang. Dengan antusias kami berganti pakaian renang didalam kamar.

Beruntung,sore ini cuaca agak sedikit panas. Aku dan Lia segera menceburkan diri kedalam kolam. Lia yang memang mahir,berenang dengan berbagai gaya. Gaya bebas,kupu-kupu dan gaya dada. Aku yang cuma bisa gaya ikan sapu-sapu menempel di pinggir kolam sambil memperhatikan Lia. Iseng,aku menyelam.

Disaat dia melewatiku,kuraih dan kutarik tali pengikat cd renang nya hingga terlepas. Refleks Lia menjerit dan gelagapan mulutnya kemasukan air. Segera kutangkap dan kupeluk dia.
Lia berontak. Tubuhnya kembali tenggelam kedalam air yang setinggi dada kami berdua.
Aku cemas,
Aku khawatir.
Dan aku salah!

Mendadak anuku terasa ngilu.refleks kedua tanganku membekap anuku didalam air. Tubuhku terbungkuk.
Lia keluar dari dalam air sambil menjulurkan lidahnya. Aku meringis,anuku disentilnya.

Kurasakan pandanganku semakin gelap. Tiba2 aku terjembab kedalam air. Lia panik. Dia berusaha menangkap tubuhku. Tiba2 Aku menyeringai. Aku berbalik. Kupeluk tubuhnya erat dan kusandarkan Lia di tembok kolam.

Aku kembali menyelam. Kali ini kucumbu kemaluannya didalam air. Sesekali aku naik ke permukaan untuk mengambil nafas. Disaat aku di permukaan,Lia tersenyum kepadaku. Kakinya semakin direnggangkan agar aku mudah mengoralnya.

Kemudian kuangkat kedua kaki Lia dan kukaitkan di pinggangku. Tubuh Lia masih bersandar di tembok kolam. Kudorong penisku memasuki liang vaginanya. Air kolam ikut menerobos masuk seiring penisku masuk dan mentok didalamnya.

Lia yang berpegangan ke tepi kolam menyodorkan bibirnya. Kucium dan kulumat bibirnya seiring kemaluanku yang di dalam air terus menerus memompa kemaluannya. Air yang masuk kedalam rongga vaginanya menggelitik kepala penisku. Membuatku semakin bernafsu menggenjot vaginanya.

Payudara Lia yang sebagian besar terendam air, berguncang menimbulkan ombak di permukaan. Lia terus mendesah. Namun aku terus melumat bibirnya. Aku tak ingin desahan terdengar sampai keluar villa.

Tiba2 tangan Lia mendekapku erat. Dagunya menopang di bahuku. Nafasnya terengah engah. Aku merasakan sensasi hangat di penisku bercampur dengan dinginnya air kolam. Lia sudah sampai di 'puncak'.

Kuteruskan pendakianku dengan kejantananku masih dalam cengkraman kemaluannya. Dan akhirnya penisku menumpahkan semua lahar putih didalam rongga vaginanya. Kubiarkan penisku tertanam disana hingga akhirnya melayu dan terlepas sendiri.

Hari sudah sore. Kugendong Lia kedalam kamar. Kami saling mengeringkan badan kami. Dengan kembali memakai kimono kami naik ke ruang keluarga di lantai 2.

Saatnya kami menikmati indahnya sunset di penghujung hari. Aku bersandar di sofa bed. Lia merebahkan kepalanya di dadaku. Kepeluk dia. Kuberikan dia kehangatan di saat dingin mulai merasuk.

Tak bisa hatiku menafikkan cinta
Karena cinta tersirat bukan tersurat
Meski bibirku terus berkata tidak
Mataku terus pancarkan sinarnya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd