Singapore,I'm In Love
Pagi ini aku sedang didalam pesawat menuju Singapura. Biasa,dalam rangka dinas. Lia menemaniku. Lina menolak ikut karena harus mengurus kedua anak kami,Robert dan Melly.
Kini anak2ku semakin akrab dengan 'ibu tirinya' masing2. Seringkali aku heran,jasa dukun mana yang mereka pakai sehingga bukan cuma anak2 saja,tapi keluarga besar kami saling menyayangi kedua istriku. Walau mungkin tidak terlalu lebay ditampakkan.
Dan semakin hari kedua istriku semakin mesra. Dikala yang 1 sedang 'bocor' yang 1 lagi pasti siap sedia melayani kebutuhan biologisku. Begitu juga sebaliknya. Fatalnya,aku kedodoran melayani mereka berdua. Seringkali disaat aku jenuh dengan seks aku memilih hobiku mengutak atik mobil. Lina dan Lia sudah paham tabiatku. Bisa berhari-hari yang kupegang cuma mobil dan mobil lagi. Saatnya tidur aku juga langsung tertidur. Boro-boro kucumbu,mereka berdua bugil di dalam kamar aku juga anteng anteng saja. Bukan lemah syahwat tapi aku menahan supaya kehidupan seks kami tidak cepat meredup.
Setelah check in di hotel aku dan Lia berpisah. Aku mengurus pekerjaanku dan Lia pergi shopping. Kubekali dia dengan nomor lokal agar bisa menghubunginya kapan saja.
Malamnya kami sudah di kamar hotel. Lia memamerkan gaun tidur satin yang tipis hasil huntingnya. Lia membeli beberapa helai untuknya dan untuk Lina. "Gimana,Ri? Seksi gak?"tanya Lia sambil mematutkan gaunnya di depan cermin.
"Cantik. Pas banget buat kamu dan Lina" aku tersenyum. Padahal didalam hatiku sedikit mengutuk perancang gaunnya. Kenapa harus bikin gaun tidur yang bikin nepsong begini. Ndak heran kalau dengkulku bakal ambles 'melayani' istri2ku yang memakai gaun tidur ini. Semoga gak dibelikannya oleh2 lingerie buat Helen juga. Bisa modyar aku!
"Ri,aku ada beliin baju pesta juga buat Helen. Kebetulan tadi ada diskon gede2an. Lagian kasian ma Helen juga gak bisa shopping disana".
Aku melongo. 'Doaku' meleset 50%. Baju pestanya menampilkan pemandangan belahan dada,punggung dan sisi luar paha. Bohong kalau kubilang gak bakal 'kuterkam' Helen dalam busana kek begini.
Lama Lia membongkar dan mengetes semua pakaian yang dibelinya. Dasar wanita. Untuk apa beli baju mahal2 dan banyak2 kalau akhirnya ditelanjangi juga. Aku sampai ketiduran menunggu 'hidangan' dari Lia.
Aku terbangun gara2 kecupan di bibirku. "Ri,sorry ya,"Lia memasang tampang memelas. Tepatnya memelas manja. Plus mata ngantukku dimanjakan BH dan CD standar (standar disini maksudku bentuknya yang lebar seperti yang banyak tergantung didepartement store. Bukan yang aneh2 modelnya) berwarna hitam. Kontras dengan kulitnya yang putih. Otongku yang sudah puasa seminggu langsung bersemangat.
"Gak apa apa,"sahutku sambil tersenyum (padahal aku sudah dongkol setengah mati). Lembut Lia meremas otongku yang masih dalam kemasan boxer. Aku berniat bangkit namun ditahan Lia.
Wajah dan leherku dicumbunya. Kecupannya lembut tapi mampu menaikkan tekanan darah di otongku. Tangannya berulangkali mengusap dada dan perutku. Perlahan tangannya turun menuju kelaminku.
Tak ingin dituduh sebagai pria egois dan pemalas, aku mulai menjamah payudaranya. Masih payudara yang sama sejak aku menikahinya. Bedanya,ini ML pertama kali kami diluar negeri. Di negeri dengan biaya hidup termahal lagi. Keren kan?
Dengan BH masih menempel kukecup payudaranya. Kususuri setiap lekuk tubuhnya penuh nafsu. Tangan Lia kini sudah menggenggam otongku. Jarinya sesekali menyentuh lubang kencingku. Yang kurasakan geli2 ngilu di selangkanganku.
Kubalikkan tubuh Lia dan kini aku yang berada diatasnya. Buru2 kubuka kaitan bhnya. Payudaranya kini kuperkosa dengan mulutku.
Kuhentikan semua cumbuanku. Kutatap mata Lia. Tatapan penuh kasih sayang. Ingin kukatakan betapa aku mencintainya. Sebagaimana aku mencintai Lina dan anak2 kami. Tapi mulutku membeku. Aku hanya bisa tersenyum.
Dihadapanku,seorang wanita yang rela berbagi cinta dengan wanita lain. Wanita yang tulus ingin bersamaku selamanya. Wanita yang tidak pernah bertanya sanggupkah aku menghidupinya. Wanita yang tidak pernah bertanya apa yang bisa kuberikan padanya.
Kucium keningnya. Kuresapi pertemuan bibirku dengan keningnya. Inikah rasanya cinta? Tak heran,banyak yang bilang, cinta itu ibarat kentut. Tak bisa kau lihat, tapi bisa kau rasakan.
Kugenggam kedua tangannya. Lia terbaring pasrah. Perlahan tubuh kami menyatu dan 'bergerak'. Diluar sana hujan mulai turun. Aku dan Lia masih terus bergerak. Pelan ingin aku ajak Lia-ku 'terbang'. Tubuh kami bersentuhan. Bergesekan. Setiap tarikan nafasku disusul dengan tarikan nafasnya. Bagai simfoni alam yang begitu meneduhkan.
Kutatap wajahnya. Kuhembuskan nafasku di wajahnya. Hiruplah sebagian jiwaku. Tak hanya diriku,jiwaku pun kuberikan untukmu.
Aku dan Lia terus terbang. Terbang ke langit tak terjangkau. Dan satu ketika kami berhenti terbang. Kami berpelukan. Aku dan Lia menikmati saat-saat hening. Hanya detak jantungku dan jantungnya yang saling berbisik. 1 yang pasti,"Aku mencintaimu..."
"Kringggg.....". Alarm dengan ringtone khusus di hpku berbunyi. Mataku terbuka. Kulihat Lia tidak disampingku. Aku bangkit. Ternyata Lia sedang mandi.
Ini hari kedua kami di singapura. Pertemuan yang harus kuhadiri baru akan dimulai selepas jam makan siang. Aku mengambil sebotol air mineral terus meminumnya sambil duduk di kursi yang tersedia di kamar hotel ini.
Tak lama Lia keluar dari kamar mandi dengan handuk membelit tubuhnya. Tangannya berusaha memeras rambutnya yang basah. Sambil mendekatiku Lia tersenyum. Kemudian dia duduk di pangkuanku.
"Ri,ntar kamu jam berapa mulai meeting?"
"Anterin aku belanja yuk?"bujuknya dengan wajah penuh harap.
"Boleh,tapi cayang2an dulu yuk," ujarku seraya membuka handuk dan menggelitik perutnya. Lia tertawa geli namun tidak berusaha menghindar. Kupeluk tubuh telanjang istriku. Kukulum payudaranya. Lidahku berulang kali ngedrift diputingnya. "Oooohhh....Ri,"desah Lia sambil meremas rambutku.
Kucoba menggosok2kan tanganku di kemaluannya. Desahan istriku semakin membahana. Tangan Lia terus mengocok penisku. Pegangannya begitu kuat. Penisku serasa dibetot. Ingin aku protes tapi sensasinya begitu enak sampai aku tidak mampu menolak.
Setelah kurasa penisku sudah siap,kududukan Lia diatas pangkuanku. Kakinya mengangkang melangkahi kedua pahaku. Penisku yang terhunus menyeruak membelah vaginanya. "Semoga kursi ini tahan guncangan,"batinku penuh harap.
Lia mulai menggerakkan pinggulnya berulang kali. Berusaha memompa penisku. Aku yang ingin turut berpartisipasi juga mulai ikut menggoyangkan pinggulku. Tabrakan demi tabrakan selangkangan tak terhindarkan lagi.
Bunyi kecipak air birahi di selangkangan semakin menambah suasana sensual. Aku tergoda meremas susu istriku. Tak bosan2nya kuremas dengan penuh penghayatan.
Lia ambruk dalam pelukanku. Tanpa aba-aba payudaranya langsung menghimpit wajahku. Lia sudah orgasme. Dikepit oleh 2 payudara kenyal membakar birahiku. Kuteruskan patroli penisku di vaginanya.
Tak lama, berkedut- kedut penisku menyemprotkan benih benih generasi penerus bangsa kedalam rahimnya. Penisku yang masih tertanam didalam vaginanya merasakan aliran hangat spermaku sendiri yang mencari celah keluar dari rongga gelap vagina istriku.
Dan disinilah aku dengan tugas tambahan dari istriku.1,sebagai shopping escort. 2,cukup menjawab cantik atau tidak barang yang akan mereka beli. 3,mengurus pembayaran baik tunai maupun elektronik (kartu kredit maksudku).
Aku terlampau cepat senang ketika menikahi Lia. Harapanku aku bisa purnawirawan sebagai shopping escort Lina untuk selamanya.
Bahkan aku rela gajiku dipotong untuk cicilan mobil 'operasional' mereka.
Menenteng belanjaan istri sambil menemani mereka keluar masuk butik dan departement store memang horor. Lebih horor daripada latihan militer manapun didunia ini.
Bayangkan stop and go berjam-jam. Stop di satu butik,then go ke butik yang lain lagi. Bahkan kala kita memohon agar diberi kesempatan minum jawabnya bahkan enteng banget,"bentar ya,Pa. Nanggung nih"
Seperti hari ini,dengkulku rasanya hampir copot. Malam digodanya,siang disiksanya. Benar-benar keturunan Bengis Khan. Tobat,Bang!
Tugas no.2 selalu sukses membuatku senewen. Ketika engkau menjawab cantik,percayalah istrimu tidak akan perduli apa pendapatmu. Dan ketika engkau menjawab tidak, percayalah engkau akan berdoa semoga semua ini cepat berlalu.
Tugas no.3 akan engkau ratapi di balik meja kerja di akhir bulan. Ketika kau sadar amplop berisi tagihan dari kartu kredit ternyata lebih tebal daripada bulan bulan sebelumnya.
Quote bijak : "Pria yang sukses adalah pria yang menghasilkan lebih banyak dari yang sanggup dihabiskan istrinya"
"Iya Bro,masalahnya, bini gue 2!"