Chapter 16 : The Paper (Part - 1)
Maret 2014, Minggu pertama
Sudah beberapa hari ini Reno tampak sangat tidak baik. Tubuhnya lemah dan lesu, wajahnya pucat pasi, tidak ada semangat dalam menjalani aktivitas. Bahkan di setiap malamnya dia sama sekali tidak bisa memejamkan mata, hanya sekitar 4 jam dia bisa memasuki alam mimpinya. Itupun ketika dia terbangun di pagi hari, tidak terlihat segar sebagaimana orang lain menikmati tidur mereka.
Kakaknya, Angel yang sudah keluar dari rumah sakit dan dinyatakan sehat meskipun belum diijinkan untuk melakukan aktivitas yang berat, tidak bisa tinggal diam melihat adiknya yang terlihat seperti mayat hidup. Hingga akhirnya dia mengajaknya untuk pergi ke dokter atas saran papanya yang kebetulan sehari sebelumnya telah kembali ke Singapura, namun kali ini dia mengajak serta istrinya, yang juga mama dari Reno dan Angel. Dan untuk saat ini hanya mereka berdua yang tinggal di rumah.
"Kamu mikirin apa sih? Lihat itu wajahmu. Menyedihkan." ejek Angel
"Entahlah, aku juga tidak tahu" jawab Reno lirih
"Melody lagi?? Tenang dia pasti baik-baik saja disana" tukas Angel
"Ya kuharap juga begitu, sepertinya aku benar-benar perlu ke dokter kak" ujar Reno sambil menghembuskan nafasnya yang terdengar berat
Angel terdiam dan tidak menjawab. Dia berusaha untuk fokus menyetir sementara Reno bersandar dengan wajah yang memprihatinkan.
Setelah selesai diperiksa, Reno menunggu di ruang tunggu lantai 1 sementara kakaknya, Angel menebus resep di apotek yang berada di lantai 2. Dengan kepala yang bersandar pada sofa, sayup-sayup dia mendengar percakapan seorang gadis melalui ponsel.
"Aku lagi di dokter nanti aku hubungi"
Reno terperanjat, dia terkejut melihat gadis yang berbicara melalui ponsel.
"Jessie!!" panggil Reno, namun Jessie terus berlalu tanpa mendengar panggilannya. Reno berusaha bangkit untuk mengejar Jessie, namun langkahnya berat, seperti ada tangan yang sedang menahannya. "Dia akan membunuhmu" tiba-tiba sebuah suara terngiang di telinganya dan benar saja, Jessie berbalik arah dan kembali ke arahnya dengan sebuah pistol di tangan kanan. Dia panik dan tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Tubuhnya seperti di cengkeram oleh tangan-tangan yang berotot dengan tenaga besar. Dia tidak bisa bergerak, tidak bisa melawan dan pasrah. Sementara itu Jessie terus berjalan ke arahnya dan berhenti pada satu titik, mengarahkan pistolnya ke arahnya. Ekspresi dingin terlukis di wajah Jessie, wanita cantik itu tampak tersenyum. Bibirnya bergerak seperti sedang berbicara namun sama sekali tak terdengar oleh Reno yang sudah tidak berdaya. Sebuah lesatan peluru mengkahiri kejadian itu, dan pada akhirnya hanya ada satu yang tersenyum. Senyum kemenangan..
.....
Reno membuka matanya dengan segera setelah dia tersadar dari tidurnya. Dengan mencoba mengembalikan kesadarannya, Reno menatap kosong ke arah langit-langit kamar tidurnya. Dia mencoba mengingat kembali kejadian itu, apakah nyata atau hanya sekedar bunga tidurnya?? Tapi dia tersadar, jika kejadian itu nyata, seharusnya dia tidak berada di tempat ini, di kamar tidurnya sendiri.
"Aku bahkan tidak ingat kapan aku tertidur dan mulai bermimpi seperti itu. Tidak, aku tidak tertidur. Aku kehilangan kesadaran" gumamnya dalam hati
"Sudah bangun?? Kalau kuat berjalan, segera ke meja makan ya. Kau perlu mengisi tenaga" ujar Angel yang tiba-tiba muncul di pintu kamarnya
"Iya kak sepertinya aku mau mandi dulu" jawab Reno dengan pelan
"Sudah mendingan?? Masih tidak bisa tidur nyenyak??" tanya Angel
"Sepertinya jauh lebih baik" jawab Reno dengan sedikit semangat di wajahnya
"Obatnya manjur sepertinya, cepat mandi lalu sarapan. Jangan lupa obatnya" ujar Angel sambil meninggalkan Reno yang masih terduduk di tempat tidurnya
Di ruang makan rumah keluarga Reinhart hanya ada mereka berdua, Reno dan Angel. Hanya Reno yang tengah menikmati sarapan sedangkan Angel nampak sudah mulai beres-beres.
"Oh iya Ren, mama tadi menghubungi kakak. Anak teman papa yang dari luar kota akan menginap di rumah. Sepertinya seumuran denganmu. Mungkin nanti bisa kamu temenin ya" ujar Angel tiba-tiba
"Baiklah, cewek atau cowok?? Dia ke kota ini ngapain?? Liburan??" tanya Reno dengan sedikit penasaran
"Cewek, katanya sih ada urusan di rumah temannya, mungkin sekalian liburan" jawab Angel
Reno hanya mengangguk sambil terus melahap sarapannya. Sementara Angel yang sudah selesai beres-beres segera menuju ke kamarnya.
Setelah selesai sarapan, Reno terduduk di kursi ruang tamu sambil melihat acara di televisi yang semakin tidak jelas tiap harinya. Seandainya tidak ada masalah dengan penyedia layanan televisi kabel, pasti dia sudah bisa melihat pertandingan sepak bola favoritnya
"Kakak keluar dulu ya, kamu mau titip sesuatu?" ujar Angel seraya mengambil tasnya yang tergeletak di meja
"Ah, tidak kak, aku tidak suka makanan restoran itu. Dan juga salam buat kak Charles" jawab Reno
"Baiklah" jawab Angel. Belum sampai di pintu utama dia berbalik dan bertanya "Darimana kamu tahu? Charles cerita?"
"Mudah saja sih, kakak kalau mau beli makanan di restoran dekat rumah biasanya pakai sepatu kesayangan kakak itu bukan?? Tapi sepatu itu terlihat bersih dari biasanya, padahal jalannya sedang di perbaiki dan kebetulan sedikit berlumpur" jawab Reno
"Hmm.." gumam Angel sambil menanti penjelasan lanjut oleh adiknya
"Ya itu berarti kakak enggak ke restoran dekat rumah. Dandanan kakak juga lebih suka aku sebut dengan dandanan kencan daripada hanya sekedar beli makanan untuk makan siang nanti" jawab Reno
"Dan darimana kamu tahu kakak akan pergi dengan Charles??" tanya Angel
"Baru saja aku menghubungi kak Charles, mau ngajak main bola. Tapi ternyata enggak bisa ada urusan lain. Apa yang lebih penting dari sepakbola bagi seorang kak Charles? Aku hampir melupakannya sampai saat aku mendengar suara kakak dari bawah." jelas Reno
Angel terdiam mendengar penjelasan adiknya, tanpa banyak bicara dia akhirnya pamit dan berlalu meninggalkan Reno yang masih terduduk diruang tamu. "Dasar wanita.." ujarnya dengan tertawa
Tidak lama berselang terdengar ponsel milik Reno berbunyi, rupanya Kira yang menghubunginya. Kira bercerita bahwa suatu hal yang tidak beres terjadi di kampus mereka. Mereka janjian untuk bertemu selepas petang, tentu saja hanya mereka berdua yang datang.
- Gedung Fakultas Arsitektur dan Desain -
Hari mulai gelap saat Reno memarkirkan mobilnya di minimarket yang terletak di depan pintu gerbang kampusnya. Dia berjalan memasuki kampus dan menuju gedung tempat dirinya menerima ilmu selama ini. Di sebuah taman gedung fakultas yang gelap dan hanya sedikit sinar lampu dari lobby gedung yang menyinarinya, Kira tengah menunggu dengan seseorang yang ternyata adalah Yona.
"Maaf tadi ada sesuatu dijalan. Jadi ada apa sebenarnya disini?? Eh loh?? Kok ada Yona??" tanyanya kepada Kira yang terus mengamati secarik kertas yang dipegangnya
"Justru aku tahu dari dia. Kau tahu apa artinya ini??" ujar Kira sambil menyodorkan sebuah kertas bertuliskan huruf yang sama sekali tidak bisa menjadi sebuah kalimat ataupun kata
GLOLMTZPK
"Apa ini??.. GLOLMTZPK??!!" ujar Reno terus membaca huruf-huruf ini berulang-ulang.
"Lalu, di belakangnya ada tulisan ini" ujar Kira sambil menunjukkan kata dibalik lembaran kertas yang tadi
"Apa lagi ini?? M sama dengan N??" ujar Reno sedikit heran
"Nah, aku enggak ngerti apa maksudnya" jawab Kira
"Kamu nemuin ini dimana??" tanya Reno pada Kira
"Coba tanya dia" jawab Kira sambil menunjuk Yona
"Kertas itu tergeletak begitu saja didepan pintu toilet" jelas Yona. "Dan juga di ujung kertas ini tampak ada bercak darah yang mengering. Aku sempat sedikit takut hingga akhirnya waktu itu aku lihat kak Kira yang berada di taman dan akhirnya memberitahunya" lanjut Yona
"Hmm, toilet ya?? Lantai berapa??" tanya Reno
"Lantai 3, aku melihatnya berteriak memanggil namaku dari lantai 3. Awalnya aku tidak terlalu menganggap ini serius, tapi aku juga dengar dari anak-anak katanya gedung ini kalau malam berisik" sela Kira
"Begitu ya, bercak darah ini hanya di ujung kertas saja. Mungkin darah itu tertempel pada tangannya dan dia tidak tahu bahwa itu membekas di kertas ini sewaktu menulis huruf-huruf ini" ujar Reno pada mereka berdua yang hanya mengangguk
"Tapi kenapa seseorang menulis huruf seperti ini??" tanya Yona tiba-tiba
"Apa bukan perbuatan anak-anak yang iseng??" ujar Kira bergurau
Reno terdiam beberapa saat sambil terus mengamati huruf-huruf aneh tersebut. Pikirannya bekerja keras namun tidak mengecewakan. Beberapa menit kemudian dia tersenyum. Senyumnya mengembang pertanda bahwa sepertinya dia telah menemukan sesuatu.
"Kalian berdua, segera ke pos satpam di depan gerbang utama, katakan pada mereka seseorang membutuhkan pertolongan di gedung FAD ini. Jika mereka tidak percaya tunjukkan kertas itu pada mereka" jawab Reno sambil menuju ke arah tangga yang menuju ke lantai 2 gedung FAD namun terkunci.
"Bagaimana mereka akan percaya dengan kertas yang bertuliskan huruf yang tidak bisa dibaca ini??" tanya Kira sedikit bingung
"Itu bisa dibaca kok, coba di balik urutan alfabetnya" jawab Reno sambil memperhatikan keadaan sekitar yang gelap dan minim cahaya
"Kalian ada kertas??" tanya Reno
Dengan segera Yona mengeluarkan sebuah kertas A4 yang kemudian dia lipat lagi menjadi ukuran yang lebih kecil, dan kemudian mengeluarkan sebuah alat tulis.
"Dibalik, urutannya dibalik. Alfabet biasa dimulai dari huruf A sampai Z, sekarang kita balik dari huruf Z sampai A, lalu sejajarkan letaknya, kita tarik huruf alfabet yang urutan sebenarnya yang terletak di baris atas dengan huruf alfabet yang dimulai dari Z sampai A yang kita buat. Tinggal cocokkan saja" jelas Reno panjang lebar
"Nah, huruf M memiliki posisi yang sama dengan huruf N, makanya disini tertulis M=N" ujar Reno seraya melihat catatan yang ditulis oleh Yona
"Benar juga ya, berarti ini" ujar Yona sambil menulis ulang huruf-huruf tersebut
"Bagaimana?? Dengan ini tampaknya mereka akan mempercayai kalian" kata Reno
"TOLONG AKU.. Begitu bunyinya.."ujar Yona seraya menunjukan buku catatan itu kepada Reno dan Kira
"Segeralah bergegas, ada sesuatu yang ingin ku pastikan di tempat ini" ujar Reno sembil menuju sisi lain dari gedung fakultas
"Apa kau tahu dimana kertas ini berasal?? Ini kertas artpaper kan??" tanya Kira kepada Reno
"Ah aku ingat.. Beberapa hari yang lalu aku sempat membantu seorang dosen memindahkan Artpaper ini dari sebuah gudang kedalam ruang kelas.. Tapi aku lupa soalnya tempatnya sedikit membingungkan. Masuk di suatu ruangan" jawab Yona
"Coba ingat-ingat lagi Yon" ujar Reno
"Waktu itu aku keluar dari ruang KaProgdi yang berada di lantai 2 dan ngobrol sebentar dengan teman-teman, kemudian aku melihat dosen mata kuliah di lantai atas, berarti di lantai 3. Lalu dosen itu memanggil untuk minta bantuanku" cerita Yona
"Lalu??" tanya Reno
"Itu dia aku lupa ruangan yang mana" sesal Yona
"Ketika mengobrol dengan teman-temanmu, apakah berada di pojokan??" tanya Reno sambil mendekat ke arah Yona
"Ah iya, waktu itu aku berdiri didekat tangga pojokan, sehingga terlihat dari lantai atas" cerita Yona
Reno terdiam, kali ini dia sudah paham kemana harus melangkah. Tempat itu, tidak salah lagi.
"Gedung Fakultas ini menghadap ke utara. dan memanjang dari arah timur ke barat. Waktu itu Yona berada di sisi gedung sebelah utara, dan terletak di barat pojok kanan kalau kita menghadap ke barat. Ruang KaProgdi ada di lantai 2. Jadi pada saat itu dia terlihat oleh dosen di atasnya. Berarti ruangan itu terletak diatas posisi Yona atau beberapa ruangan setelahnya, dan yang pasti di lantai 3" ujar Reno
"Ruang lab CAD?!" seru Yona
"Tapi kenapa orang ini berada di tempat itu?? Dan siapa orang itu??" ucap Kira
"Apapun alasan orang itu berada di situ, dia butuh bantuan kita. Kita harus menolongnya" ujar Reno
"Tapi apa tidak aneh kalau penjaga gedung ini tidak tahu ada seseorang didalam ruangan itu??" tanya Yona
Suasana menjadi hening karena Yona dan Kira sedikit heran melihat Reno berlalu pergi dari mereka
"Itu dia alasannya. Orang ini adalah penjaga gedung fakultas kita. Aku tidak tahu kenapa dia berada di tempat itu" ujar Reno setelah kembali dari sebuah ruangan yang terletak di lorong gedung fakultas
"Kamu darimana tadi??" tanya Yona
"Kita tidak sendiri disini. Sebaiknya kalian segera ke pos satpam di depan gerbang" ujar Reno
"Eh eh?? Yang bener dong ngomongnya, kok jadi serem gini sih" ujar Yona dengan raut muka sedikit panik
"Tadi aku merasa ada seseorang yang mengawasi kita, lalu aku melihat pintu di ruangan itu terbuka. Dan aku kesana, tapi pintu sudah kembali tertutup" ujar Reno
"Mungkin kamu salah lihat" ujar Kira
"Tidak, dinding kaca di ruangan itu sedikit berembun, mungkin seseorang melihat dan menempelkan pipinya ke jendela itu ketika aku sadar akan kehadirannya dan berlari ke ruangan itu, lalu sebelum aku sampai di ruangan itu dia melihat pintu sedikit terbuka dan kembali menutupnya" jelas Reno
"Kalau benar begitu, ini bahaya" ujar Kira
Bahaya?? oh ya beberapa minggu yang lalu kalau tidak salah waktu itu penjaga gedung fakultas pernah berkata sesuatu kepada Reno
"Kalau bertemu dengan pegawai baru sebaiknya berhati-hati, aku punya firasat buruk tentangnya"
"Lho maksud bapak??"
"Bapak sendiri juga belum yakin.. Tapi berhati-hatilah"
"Pegawai baru itu??Siapa namanya?? Sial aku lupa " gumam Reno dalam hatinya.
"Kalau bertemu dengan pegawai baru sebaiknya berhati-hati, aku punya firasat buruk tentangnya.."
"Lho maksud bapak??.."
"Bapak sendiri juga belum yakin.. Tapi berhati-hatilah.."
"Memangnya nama pegawai baru itu siapa pak??.."
"Kalau tidak salah namanya....."
"Namanya........."
"Oh, jadi itu namanya??.. Nama yang bagus"
"Ya begitulah. Hari ini kamu gak ada jam kuliah??.."
"Dosennya cuma datang buat ngasih tugas pak.. Ini pak kopinya sebelum dingin.."
"Sudah biasa nak, bapak mau ngecek ke ruang dosen dulu .."
"Sebenarnya dia cukup cantik untuk ukuran seorang pegawai tata usaha, tubuhnya yang ramping dan rambutnya yang pendek.."
"Kalau tertarik, ajak kenalan saja nak.."
"Ah tidak pak.. hehehe.."
Reno terlihat seperti orang yang kebingungan, sambil memegang kepala dia berusaha mengingat nama pegawai baru itu, tapi percuma yang dia ingat hanyalah seorang wanita dengan tubuh ramping dan berambut pendek sebahu.
"Kamu kenapa kak??" tanya Yona menepuk pundak Reno
"Ah. Aku hanya bingung bagaimana kita ke ruangan itu?? Tangga menuju lantai atas di lantai 1 telah dikunci" jawab Reno
"Iya sih, gimana dong??" ujar Yona
Reno mendatangi tangga yang terkunci oleh pagar yang berada di lantai 1 dan memperhatikan sekeliling mungkin ada sesuatu yang bisa dipanjat. Terlihat tanah bekas jejak kaki di tembok ini, tingginya tak lebih dari setengah tinggi badan Reno, dan juga diatasnya terdapat sebuah penyangga dari kayu yang cukup tebal, dan bersih dari sarang laba-laba jika dibandingkan dengan penyangga di sisi lainnya..
"Mungkin bisa kalau lewat sini.." pikir Reno
Dengan memperhatikan kemana penyangga kayu itu berakhir. Ternyata memang bisa jika dia melompat dari penyangga itu ke lantai 2. Gedung ini hanya tangga di lantai 1 saja yang di pagar dan dikunci, di lantai 2 dan seterusnya tidak dikunci.
"Kalian ke pos satpam di gerbang utama, ceritakan semuanya. Kalau mereka tidak peduli, segeralah ke pos polisi terdekat. Aku pikir masih ada yang berjaga disana" ujar Reno seraya menghampiri Kira dan Yona yang masih terduduk di sebuah tempat duduk yang terbuat dari beton yang memang sengaja dibuat di taman yang terletak di sebelah timur bangunan ini
"Terus kak Reno??" tanya Yona
"Ada sesuatu yang harus aku kerjakan.. Sudah cepat sana, Kira yang nemenin" ujar Reno
"Baiklah, kita harus bergegas jika memang ada seseorang yang butuh pertolongan. Ayo, aku mengandalkanmu sob, kalau ada apa-apa segera hubungi saja" ujar Kira
"Tenang saja. Eh senternya mana??" tanya Reno yang memang tampaknya membutuhkan penerangan lebih
"Nih.. Hati-hati ya kak" ujar Yona seraya melempar senternya.
Reno memanjat dinding tembok itu dan melompat ke penyangga yang terbuat dari kayu tersebut dan melompat tepat ke lantai 2. Suasana sangat gelap dan sepi. Sesaat kemudian dia merasakan bulu kudunya berdiri. "Bodoh, tidak ada yang namanya setan disini" ujarnya menenangkan diri
"Fiuh.. seperti pemain sirkus saja.." lanjutnya setelah mendarat di lantai 2
Reno berjalan menaiki tangga yang menuju ke lantai 3, benar-benar sepi suasana di gedung fakultas ini. Sesampainya dilantai 3 dia hanya mengintip dibalik dinding tempat berakhirnya anak tangga dari lantai 2 menuju lantai 3 ini. Kakinya berjalan menuju ruangan laboratorium CAD, ruangan yang dipakai untuk mendesain menggunakan komputer. Tapi belakangan ini ruangan jarang dipakai karena sedang di renovasi, dan yang dia ingat di dalam ruangan ini terdapat sebuah gudang untuk menyimpan kertas artpaper yang mereka temukan.
Reno membuka pintu Lab CAD yang terbuat dari kayu yang terbilang cukup bagus. Suasana sangat sepi, hingga terdengar suara hewan malam yang menemaninya melawan sedikit rasa takut.
"Sepertinya memang direnovasi, beberapa unit komputer telah dipindahkan. Itu dia gudangnya" ujar Reno setelah masuk ke dalam Lab Cad tersebut
Reno membuka pintu gudang yang ternyata tidak terkunci dan melihat seseorang duduk terikat dengan mulut dilakban, seperti dugaannya orang itu adalah penjaga gedung fakultas di kampus ini, pak Joko
"Tenang pak semuanya aman, polisi segera kesini" ujar Reno seraya membuka lakban yang menutup mulut penjaga gedung kampus ini. Bapak itu tidak menjawab dan terlihat sangat lemas, setelah ikatan dan penutup mulutnya terbuka, Reno memapah pak Joko keluar dari ruangan.
"Baiklah pak tenang dulu, kunci pintu pagar lantai 1 dimana pak??" tanya Reno mengajak bicara pak Joko.
"Bapak tidak membawanya. Kamu tahu darimana bapak berada di tempat itu??" tanya pak Joko lemah
"Dari sandi yang bapak tuliskan di Art Paper, kami menemukannya dan berhasil memecahkan kode yang bapak tulis" jawab Reno sambil duduk di sebelah pak Joko dan membuka ponselnya
"Art paper?? kode?? Bapak tidak bisa menulis karena tangan bapak diikat seperti ini" jawab Pak Joko dengan sedikit kaget
"Lho ?? Pesan di Art Paper itu bukan dari bapak??" tanya Reno dengan sedikit keheranan
"Bukan, bapak tidak bisa menulis dengan keadaan tangan terikat seperti tadi" jawab Pak Joko
Reno terdiam, kalau dipikir-pikir benar juga, tidak mungkin Pak Joko dengan keadaan terikat dan mulut di lakban bisa menulis sandi tersebut. Lagipula dari bekas ikatan di tangan pak Joko sepertinya memang sudah lama terikat disini. Jadi siapa yang menulis di Art Paper itu?? Lagipula pak Joko juga tidak mungkin mengetahui metode sandi yang seperti itu.
**To Be Continued**