Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Love Is More - The Organization

Chapter 15 : The Girls With The Swan Tattoo



Februari 2014, Minggu ketiga

"Tidak kusangka, dia masih menyimpan dendam terhadapku"

"Bukankah sudah kuperingatkan untuk berhati-hati?? Ingat apa yang telah kau lakukan padanya?? Dan juga, bagaimana keadaanmu??"

"Ya seperti yang sudah kau lihat, begini keadaanku. Apa yang membuatmu mau menjengukku, sendirian dan di tempat umum seperti ini"

"Aku harus memastikan sesuatu"


Kecupan mesra mendarat di keningnya, seseorang mengenakan setelan jas berwarna hitam dengan kain yang menutupi lehernya nampak begitu khawatir dengan kejadian yang menimpa Angel.

"Lalu apa yang akan kau lakukan padanya??"

"Dia sudah memilih untuk lepas dari organisasi, berarti dia harus siap meninggalkan semuanya"

"Termasuk kehidupannya??"

"Semuanya. Cepat pulihkan kondisimu, karena tugas berikutnya agak sedikit lebih berat. Aku dan Macadamia sudah menyiapkan segalanya"

"Apa lagi yang akan kulakukan kali ini??"

"Kita bicara lagi nanti. Aku pergi dulu, seseorang sudah menunggu di depan pintu"

"Pistachio.."

"Ya??"

"Gadis itu bukan orang yang kau cari, dia bukan keluarga dari orang yang membocorkan tentang proyek telur"

"Benarkah demikian?? Aku harap satu dua hal tidak merubah loyalitasmu kepada organisasi"

"Kau bisa percaya padaku.."

"Aku percaya padamu, Almond"

"Organisasi masih mencurigai beberapa orang sebagai Denarios??"

"No need to talk. See you"



Laki-laki itu membuka pintu dan keluar dari kamar rawat inap Angel dan melihat ke arah Reno yang terduduk di kursi tunggu. Kontak mata antara mereka berdua tidak berlangsung lama, namun Reno berusaha untuk menyapa laki-laki itu dengan mengembangkan senyuman di wajahnya. Tanpa membalas, laki-laki tersebut berlalu meninggalkan Reno yang beranjak masuk kedalam kamar.


"Hai kak..."

"Ini dia adik kesayangannya kakak, sini peluk dulu"

"Iya kak" ujar Reno sambil membalas pelukan hangat dari kakaknya

"Itu tadi siapa kak??" tanya Reno

"Temen kakak. Kamu sendirian?? Bagaimana keadaan Melody??" tanya Angel

"Dia....."


Reno menceritakan semuanya, saat kejadian itu, dan yang terjadi setelahnya. Angel hanya terdiam. Raut wajahnya seketika berupa menjadi rasa sesal yang teramat dalam.


"Sudahlah kak, semua bisa terjadi kepada siapa saja, dan kapan saja.."

"Maaf ya Ren, gara-gara kakak..."

"Maksud kakak??..."

"Seharusnya aku tidak mengajak Melody ke toilet.. Yaa, seharusnya. Mungkin aku masih beruntung ternyata pihak kepolisian masih melindungi" ujar Angel


Suasana menjadi hening untuk beberapa menit. Mereka tampak menyembunyikan sesuatu satu sama lain, disatu sisi Reno ingin bertanya mengenai keterlibatan Angel dalam sesuatu yang berbahaya namun dilain sisi Reno masih tidak ingin mengganggu pemulihan kakaknya.


"Ren, kamu masih ingat dengan bingkisan yang kamu beri waktu itu dirumah??" tanya Angel

"Masih, kenapa memangnya kak??" tanya Reno

"Sebaiknya kamu kembalikan deh, kakak agak risih melihatnya.." jawab Angel

"Oh, gampang itu nanti pasti kubereskan. Yang penting kakak sehat dulu.." jawab Reno

"Kakak sudah merasa sembuh sih sebetulnya, tapi papa yang masih ingin kakak dirawat disini.."


30 menit berlalu dengan canda tawa dari mereka berdua, dan tiba-tiba wanita itu berkata bahwa dia ingin jalan-jalan. Rasa suntuk tampaknya sudah memuncak di kepalanya karena terus berbaring dan memandang ke pemandangan yang sama tiap jamnya. Akhirnya dengan dibantu Reno, Angel berjalan menuju taman yang berada di ujung koridor. Suasana rumah sakit saat itu cukup sepi karena mungkin belum memasuki jam besuk, sedangkan Reno kebagian menjaga kakaknya bergantian dengan mamanya. Sedangkan papa mereka merupakan orang yang sibuk, pulang kembali ke negara ini karena mendengar insiden yang menimpa Angel dan mengurus semua hal dengan pihak kepolisian yang mengenalnya dengan sangat dekat.


"Kak Angel, sebenarnya ini semua tentang apa ??" tanya Reno kepada Angel

"Maksudmu ?? Kakak gak ngerti.." jawab Angel

"Ya semuanya, yang terjadi belakangan ini. Kakak sudah hampir sebulan terbaring, banyak hal yang terjadi pada saat itu kak." ujar Reno


Angel tidak menjawab pertanyaan Reno yang dianggapnya masih kecil itu, sambil tersenyum dia mengarahkan telunjuk jarinya ke arah hidung Reno dan menyentuhnya dengan sedikit mendorong kepala Reno kebelakang.


"Aduh.." ujar Reno bereaksi dengan apa yang dilakukan kakaknya

"No need to talk.." jawab Angel sambil tersenyum

Wajahnya menekuk, jelas dia tidak suka dengan jawaban yang seperti itu. Tidak lama berselang seorang wanita datang menghampiri mereka, tidak, lebih tepatnya menghampiri Angel. Setelah berbincang sebentar dengan adiknya, dia menyuruhnya untuk kembali pulang ke rumah untuk mengembalikan bingkisan yang beberapa waktu yang lalu di terimanya dari seseorang. Kini tinggal Angel dan wanita itu yang dengan gestur tubuh dan wajah sangat ramah mendorong kursi roda sembari menikmati pemandangan taman di dalam rumah sakit tersebut.

"Sepertinya kondisimu semakin membaik. Aku terkejut mendengar kabar bahwa Steve menembakmu dan juga gadis itu, mmm.. siapa namanya aku lupa.." ujarnya sambil mengingat-ingat nama Melody

"Melody, dan aku pastikan dia tidak tahu apa-apa soal proyek itu. Dan juga, apa yang Pistachio pikirkan sampai mencurigai gadis polos seperti dia??" ujar Angel dengan penasaran

" Mmm.. yang kutahu, dia anak tunggal dari direktur utama sebuah perusahaan kontraktor yang sempat mengerjakan fasilitas organisasi di sebuah kota seberang Sydney. Jadi bisa saja bos kesayanganmu itu mencurigainya"

"Tapi fasilitas itu tidak sampai selesai, lalu dia mengganti perusahaan kontraktor itu dengan yang lainnya. Bukankah itu buang-buang uang?? Aku sempat berbicara pada Pecan untuk sedikit memberikan saran tentang kebijakannya, dan baru pertama kalinya dia tidak mendengarkanku" jelas Angel

"Hahaha.." respon wanita itu dengan tawa khasnya. "Tentu saja proyek itu lebih penting darimu, dan juga asal kau tahu saja, Pistachio melakukan itu semua supaya tidak ada yang tahu secara persis apa yang sedang dibangun di tempat itu"

"Tapi bukankah hal itu semakin membuat banyak orang yang tahu?? Karena semakin banyak pula perusahaan yang mengerjakannya"

"Oh Almond sayang, kau tidak tahu apa yang terjadi dengan perusahaan-perusahaan tersebut?? Kantor mereka terbakar habis dan tidak bersisa, kecuali.." jawabnya terpotong dan tiba-tiba berhenti berjalan bersamaan dengan terhentinya kursi roda Angel

"Kecuali perusahaan tempat ayah gadis itu bekerja??" tanyanya memastikan

"Bukan, kantor itu juga terbakar habis. Namun sama sekali tidak ada korban jiwa. Sepertinya mereka telah menyadari sesuatu yang aneh dengan proyek yang mereka kerjakan. Setelah selesai dengan jatah pekerjaan pembangunan mereka, dari beberapa informasi yang ku dapat, para pekerja diliburkan hingga waktu yang tidak ditentukan dan tentu saja dengan pesangon yang lumayan."

"Begitu ya, lalu apa yang terjadi dengan mantan pekerja itu??"

"Hal yang tidak perlu kau tanyakan, Groundnut membereskannya"

Mereka berdua diam beberapa saat hingga tiba di ujung taman, kicauan burung membuat suasana sedikit ramai. Wanita itu duduk di sebuah kursi kayu yang memanjang di pinggir taman tersebut. Sayup-sayup terdengar aliran suara dari air mancur yang tidak terlalu deras. Setelah menghela nafas panjang, wanita itu kembali berbicara

"Sampai kapan kita akan terus seperti ini??" tanyanya kepada Angel yang memetik setangkai bunga mawar putih

"Kukira tidak akan bisa lepas dengan begitu mudah. Hal seperti ini sudah di turunkan dari dulu mulai dari buyut, hingga sekarang"

"Berat ya jadi keluarga Reinhart?? Selalu membereskan segala kekacauan yang diakibatkan keluargaku"

Dia hanya tersenyum simpul dan terlihat sedikit menahan tawanya, "Dari awal sepertinya keluarga kita memang ditakdirkan seperti ini"

"Dan kurasa ini akan segera berakhir" kata wanita itu sambil menghampirinya

Angel tersenyum, lalu dengan raut wajah yang penasaran dia bertanya tentang alasannya berkata seperti itu. "Aku lihat Reno sudah cukup dewasa sekarang, apa kau sudah memberitahunya?? Aku rasa dia tipe orang yang tidak suka dengan hal-hal yang telah keluarga kita lakukan sejak dulu".

"Haha, dia masih adik kecil kesayanganku yang tidak tahu apa-apa. Setidaknya aku masih bisa beranggapan demikian" Angel terdiam sejenak, dari wajahnya yang tiba-tiba murung tergambar jelas ada sesuatu yang dia pikirkan. Setelah menghela nafas, dia melanjutkan perkataannya, "Tapi dari beberapa kejadian beberapa hari ini, aku rasa dia sudah bisa merasakan ada sesuatu yang tidak biasa di keluarga kami. Dan juga, Charles mungkin sudah mengatakan sesuatu kepadanya. At least, dia sudah tahu bahwa kakaknya bukan seorang lulusan IT biasa".

"Baguslah kalau begitu, akupun sudah lelah dengan ini semua. Yuk kita kembali ke kamar, aku rasa kau masih perlu banyak istirahat. Aku dengar-dengar tugasmu setelah ini cukup berat" ujar wanita itu sambil kembali mendorong kursi roda tanpa ada respon apapun dari Angel.

Kini mereka telah berada di dalam kamar kelas VIP yang dipesan khusus untuk Angel. Terlihat wanita itu telah membereskan barang-barangnya dan bergegas untuk pergi setelah berpamitan dengan Angel.

"Jessie, tunggu.." cegah Angel sembari menahan tangan wanita itu

28154523c7fce749b8b90e5bc5f54eb9a63259ec.jpg



"Eh?? Ada apa??"

"Kau tahu apa tugasku berikutnya??" tanya Angel dengan penasaran dan sedikit rasa kecewa karena dia belum diberi informasi mengenai tugasnya

Wanita yang bernama Jessie itu juga cukup terkejut mendengar perkataan Angel, tangannya masih menahan tangan Jessie yang mengakibatkan tato di tangan kanannya terlihat. Sebuah tato yang menggambarkan identitas keluarganya.

"Ah tato itu, akhirnya kau memakainya juga ya??" tanya Angel tiba-tiba

"Yup, seperti itu. Jika aku tidak memakainya bisa-bisa mereka curiga kepadaku. Lagipula NEOE bisa maklum bukan?? Oh iya, mengenai tugasmu aku rasa ada hubungannya dengan sebuah transaksi software baru. Masih beta sepertinya, tapi bos sangat menginginkannya. Hanya saja, bos tidak sendirian. Baiklah sampai jumpa, salam untuk Reno" ujar Jessie sambil mengedipkan matanya ke arah Angel.

"Jangan menggoda adik kecilku ya Jessie.." ujar Angel sambil memasang wajah jutek

"Adik mu sudah jadi laki-laki dewasa sekarang" ujar Jessie sedikit berteriak sambil berlalu meninggalkan Angel

Sementara itu, Reno yang tengah berada di perjalanan untuk mengembalikan bingkisan dari Bernard bertemu dengan seorang gadis manis dengan perawakan yang tidak terlalu tinggi darinya, sorot matanya yang sayu seperti menandakan bahwa dia adalah pribadi yang lembut. Begitu juga dengan potongan rambutnya yang tidak terlalu panjang dan juga tidak pendek serta warnanya yang hitam legam juga turut mempertegas karakternya yang lucu namun juga tidak centil.

"Kak Reno bukan??" sapa gadis itu

"Eh?? Maaf sebelumnya siapa ya?? Anak kampus bukan ya??" tanya Reno yang lupa-lupa ingat

"Iya kak, aku adik tingkatmu. Kita kan ambil kelas A perancangan interior. Ngomong-ngomong kakak mau kemana?? Kok jalan kaki?? Pasti enggak jauh dong"

"Eh iya juga ya namamu Yona bukan sih?? Kita beda kelompok deh kayaknya makanya aku sedikit lupa haha. Ini mau nyari angkot di depan komplek, ada sedikit urusan di rumah saudara. Kamu sendiri jalan kaki, habis darimana??"

Gadis yang memiliki nama lengkap Viviyona Apriani Anseris itu bercerita bahwa dia menuju ke rumah setelah dari perpustakaan kampus. Tanpa mereka ketahui ternyata rumah mereka berada pada satu komplek yang sama, hanya berbeda blok. Reno di blok A, sedangkan rumah Yona berada di blok H.

2815453246be440530ba14558c1899862e6ff575.jpg


"Eh kak, boleh minta nomor ponselnya?? Siapa tahu ada pengumuman penting di kelas, kebetulan aku kebagian tugas untuk meneruskan informasi dari dosen ke temen-temen"

"Oh boleh, sini ponselmu" pinta Reno

Gadis itu memberikan ponselnya dengan tangan kiri dimana Reno dapat dengan jelas melihat sebuah tato disana, sedangkan tangan kanan gadis itu memeluk buku yang baru saja dipinjamnya.

Setelah menyimpan nomornya di dalam ponsel gadis itu, Reno mengembalikannya seraya tersenyum dan berkata "Tatomu cantik, angsa putih??". Yona tersipu malu dan mengangguk, "Tato ini bukan hanya cantik, tapi juga memiliki arti. Sudah dulu ya kak, aku mau lanjut. Kak Reno juga ada urusan kan?? Sampai ketemu lagi ya kak" ujarnya berpamitan

Mereka akhirnya berpisah, Reno menuju keluar komplek, sedangkan Yona menuju ke rumahnya.




**To Be Continued**
 
Terakhir diubah:
kombinasi udang + jeruk bukanya berbahaya ya? pernah baca artikelnya, org yg baru makan udang terus langsung konsumsi jeruk yg mengandung vit c bisa kengakibatkan kematian, soalnya ada reaksi kimia gtu, cmiiw
 
kombinasi udang + jeruk bukanya berbahaya ya? pernah baca artikelnya, org yg baru makan udang terus langsung konsumsi jeruk yg mengandung vit c bisa kengakibatkan kematian, soalnya ada reaksi kimia gtu, cmiiw
Udang + Vit C, bisa menimbulkan Arsenic, tapi Arsenic dari Udang kadarnya sedikit, bisa keluar dari urine - cmiiw

===
Wah, nambah tokoh Akustik :alamak:
 
Halo halo pembaca setia thread ini :D mohon maaf bgt belum sempet update karena kesibukan di rl. Beberapa hari yang lalu mondar mandir keluar kota buat meeting dgn klien dan dikejar deadline yang bener2 bikin capek fisik dan pikiran.

Paling cepet baru bisa update Senin depan nih karena mau lanjut kerjaan yang tinggal dikit lagi selesai.

Terimakasih sudah membaca dan supportnya . Sekali lagi terimakasih
 
kombinasi udang + jeruk bukanya berbahaya ya? pernah baca artikelnya, org yg baru makan udang terus langsung konsumsi jeruk yg mengandung vit c bisa kengakibatkan kematian, soalnya ada reaksi kimia gtu, cmiiw
Yup bener, tapi konsumsi vitamin c nya harus yang tinggi kandungannya, klo satu buah jeruk doang kagak ngefek sih
 
Udang + Vit C, bisa menimbulkan Arsenic, tapi Arsenic dari Udang kadarnya sedikit, bisa keluar dari urine - cmiiw

===
Wah, nambah tokoh Akustik :alamak:
Iyaa bener kalo cuma sekali makan udang sepertinya gak ngefek apa2, beda cerita kalo udah lama bgt ngonsumsinya :D hayo coba tebak apakah pelakunya salah satu dari tokoh akustik ??? :D
 
Maaf untuk pembaca cerita absurd ini, ada sedikit perubahan di chapter 15, yang sebelumnya bercerita tentang pembunuhan dengan vitamin c dan kandungan dari udang. Setelah berkonsultasi dan sharing-sharing sana sini, sepertinya trik tersebut sangat kecil kemungkinannya bisa dilakukan. Oleh karena itu saya sedikit merubah ceritanya, menghilangkan karakter akustik band yang tidak terlalu berdampak besar bagi keseluruhan ceerita, namun tetap memasukkan karakter Jessie yang semula memang akan di masukkan pada chapter 15 versi pertama. Atas ketidaknyamanan ini saya memohon maaf. Semoga berkenan.
salam!!
 
Bimabet
Chapter 16 : The Paper (Part - 1)


Maret 2014, Minggu pertama

Sudah beberapa hari ini Reno tampak sangat tidak baik. Tubuhnya lemah dan lesu, wajahnya pucat pasi, tidak ada semangat dalam menjalani aktivitas. Bahkan di setiap malamnya dia sama sekali tidak bisa memejamkan mata, hanya sekitar 4 jam dia bisa memasuki alam mimpinya. Itupun ketika dia terbangun di pagi hari, tidak terlihat segar sebagaimana orang lain menikmati tidur mereka.

Kakaknya, Angel yang sudah keluar dari rumah sakit dan dinyatakan sehat meskipun belum diijinkan untuk melakukan aktivitas yang berat, tidak bisa tinggal diam melihat adiknya yang terlihat seperti mayat hidup. Hingga akhirnya dia mengajaknya untuk pergi ke dokter atas saran papanya yang kebetulan sehari sebelumnya telah kembali ke Singapura, namun kali ini dia mengajak serta istrinya, yang juga mama dari Reno dan Angel. Dan untuk saat ini hanya mereka berdua yang tinggal di rumah.

"Kamu mikirin apa sih? Lihat itu wajahmu. Menyedihkan." ejek Angel

"Entahlah, aku juga tidak tahu" jawab Reno lirih

"Melody lagi?? Tenang dia pasti baik-baik saja disana" tukas Angel

"Ya kuharap juga begitu, sepertinya aku benar-benar perlu ke dokter kak" ujar Reno sambil menghembuskan nafasnya yang terdengar berat

Angel terdiam dan tidak menjawab. Dia berusaha untuk fokus menyetir sementara Reno bersandar dengan wajah yang memprihatinkan.

Setelah selesai diperiksa, Reno menunggu di ruang tunggu lantai 1 sementara kakaknya, Angel menebus resep di apotek yang berada di lantai 2. Dengan kepala yang bersandar pada sofa, sayup-sayup dia mendengar percakapan seorang gadis melalui ponsel.

"Aku lagi di dokter nanti aku hubungi"

Reno terperanjat, dia terkejut melihat gadis yang berbicara melalui ponsel.

"Jessie!!" panggil Reno, namun Jessie terus berlalu tanpa mendengar panggilannya. Reno berusaha bangkit untuk mengejar Jessie, namun langkahnya berat, seperti ada tangan yang sedang menahannya. "Dia akan membunuhmu" tiba-tiba sebuah suara terngiang di telinganya dan benar saja, Jessie berbalik arah dan kembali ke arahnya dengan sebuah pistol di tangan kanan. Dia panik dan tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Tubuhnya seperti di cengkeram oleh tangan-tangan yang berotot dengan tenaga besar. Dia tidak bisa bergerak, tidak bisa melawan dan pasrah. Sementara itu Jessie terus berjalan ke arahnya dan berhenti pada satu titik, mengarahkan pistolnya ke arahnya. Ekspresi dingin terlukis di wajah Jessie, wanita cantik itu tampak tersenyum. Bibirnya bergerak seperti sedang berbicara namun sama sekali tak terdengar oleh Reno yang sudah tidak berdaya. Sebuah lesatan peluru mengkahiri kejadian itu, dan pada akhirnya hanya ada satu yang tersenyum. Senyum kemenangan..

.....

Reno membuka matanya dengan segera setelah dia tersadar dari tidurnya. Dengan mencoba mengembalikan kesadarannya, Reno menatap kosong ke arah langit-langit kamar tidurnya. Dia mencoba mengingat kembali kejadian itu, apakah nyata atau hanya sekedar bunga tidurnya?? Tapi dia tersadar, jika kejadian itu nyata, seharusnya dia tidak berada di tempat ini, di kamar tidurnya sendiri.

"Aku bahkan tidak ingat kapan aku tertidur dan mulai bermimpi seperti itu. Tidak, aku tidak tertidur. Aku kehilangan kesadaran" gumamnya dalam hati

"Sudah bangun?? Kalau kuat berjalan, segera ke meja makan ya. Kau perlu mengisi tenaga" ujar Angel yang tiba-tiba muncul di pintu kamarnya

"Iya kak sepertinya aku mau mandi dulu" jawab Reno dengan pelan

"Sudah mendingan?? Masih tidak bisa tidur nyenyak??" tanya Angel

"Sepertinya jauh lebih baik" jawab Reno dengan sedikit semangat di wajahnya

"Obatnya manjur sepertinya, cepat mandi lalu sarapan. Jangan lupa obatnya" ujar Angel sambil meninggalkan Reno yang masih terduduk di tempat tidurnya

Di ruang makan rumah keluarga Reinhart hanya ada mereka berdua, Reno dan Angel. Hanya Reno yang tengah menikmati sarapan sedangkan Angel nampak sudah mulai beres-beres.

"Oh iya Ren, mama tadi menghubungi kakak. Anak teman papa yang dari luar kota akan menginap di rumah. Sepertinya seumuran denganmu. Mungkin nanti bisa kamu temenin ya" ujar Angel tiba-tiba

"Baiklah, cewek atau cowok?? Dia ke kota ini ngapain?? Liburan??" tanya Reno dengan sedikit penasaran

"Cewek, katanya sih ada urusan di rumah temannya, mungkin sekalian liburan" jawab Angel

Reno hanya mengangguk sambil terus melahap sarapannya. Sementara Angel yang sudah selesai beres-beres segera menuju ke kamarnya.

Setelah selesai sarapan, Reno terduduk di kursi ruang tamu sambil melihat acara di televisi yang semakin tidak jelas tiap harinya. Seandainya tidak ada masalah dengan penyedia layanan televisi kabel, pasti dia sudah bisa melihat pertandingan sepak bola favoritnya

"Kakak keluar dulu ya, kamu mau titip sesuatu?" ujar Angel seraya mengambil tasnya yang tergeletak di meja

"Ah, tidak kak, aku tidak suka makanan restoran itu. Dan juga salam buat kak Charles" jawab Reno

"Baiklah" jawab Angel. Belum sampai di pintu utama dia berbalik dan bertanya "Darimana kamu tahu? Charles cerita?"

"Mudah saja sih, kakak kalau mau beli makanan di restoran dekat rumah biasanya pakai sepatu kesayangan kakak itu bukan?? Tapi sepatu itu terlihat bersih dari biasanya, padahal jalannya sedang di perbaiki dan kebetulan sedikit berlumpur" jawab Reno

"Hmm.." gumam Angel sambil menanti penjelasan lanjut oleh adiknya

"Ya itu berarti kakak enggak ke restoran dekat rumah. Dandanan kakak juga lebih suka aku sebut dengan dandanan kencan daripada hanya sekedar beli makanan untuk makan siang nanti" jawab Reno

"Dan darimana kamu tahu kakak akan pergi dengan Charles??" tanya Angel

"Baru saja aku menghubungi kak Charles, mau ngajak main bola. Tapi ternyata enggak bisa ada urusan lain. Apa yang lebih penting dari sepakbola bagi seorang kak Charles? Aku hampir melupakannya sampai saat aku mendengar suara kakak dari bawah." jelas Reno

Angel terdiam mendengar penjelasan adiknya, tanpa banyak bicara dia akhirnya pamit dan berlalu meninggalkan Reno yang masih terduduk diruang tamu. "Dasar wanita.." ujarnya dengan tertawa

Tidak lama berselang terdengar ponsel milik Reno berbunyi, rupanya Kira yang menghubunginya. Kira bercerita bahwa suatu hal yang tidak beres terjadi di kampus mereka. Mereka janjian untuk bertemu selepas petang, tentu saja hanya mereka berdua yang datang.


- Gedung Fakultas Arsitektur dan Desain -

Hari mulai gelap saat Reno memarkirkan mobilnya di minimarket yang terletak di depan pintu gerbang kampusnya. Dia berjalan memasuki kampus dan menuju gedung tempat dirinya menerima ilmu selama ini. Di sebuah taman gedung fakultas yang gelap dan hanya sedikit sinar lampu dari lobby gedung yang menyinarinya, Kira tengah menunggu dengan seseorang yang ternyata adalah Yona.

"Maaf tadi ada sesuatu dijalan. Jadi ada apa sebenarnya disini?? Eh loh?? Kok ada Yona??" tanyanya kepada Kira yang terus mengamati secarik kertas yang dipegangnya

"Justru aku tahu dari dia. Kau tahu apa artinya ini??" ujar Kira sambil menyodorkan sebuah kertas bertuliskan huruf yang sama sekali tidak bisa menjadi sebuah kalimat ataupun kata

GLOLMTZPK

"Apa ini??.. GLOLMTZPK??!!" ujar Reno terus membaca huruf-huruf ini berulang-ulang.

"Lalu, di belakangnya ada tulisan ini" ujar Kira sambil menunjukkan kata dibalik lembaran kertas yang tadi

"Apa lagi ini?? M sama dengan N??" ujar Reno sedikit heran

"Nah, aku enggak ngerti apa maksudnya" jawab Kira

"Kamu nemuin ini dimana??" tanya Reno pada Kira

"Coba tanya dia" jawab Kira sambil menunjuk Yona

"Kertas itu tergeletak begitu saja didepan pintu toilet" jelas Yona. "Dan juga di ujung kertas ini tampak ada bercak darah yang mengering. Aku sempat sedikit takut hingga akhirnya waktu itu aku lihat kak Kira yang berada di taman dan akhirnya memberitahunya" lanjut Yona

"Hmm, toilet ya?? Lantai berapa??" tanya Reno

"Lantai 3, aku melihatnya berteriak memanggil namaku dari lantai 3. Awalnya aku tidak terlalu menganggap ini serius, tapi aku juga dengar dari anak-anak katanya gedung ini kalau malam berisik" sela Kira

"Begitu ya, bercak darah ini hanya di ujung kertas saja. Mungkin darah itu tertempel pada tangannya dan dia tidak tahu bahwa itu membekas di kertas ini sewaktu menulis huruf-huruf ini" ujar Reno pada mereka berdua yang hanya mengangguk

"Tapi kenapa seseorang menulis huruf seperti ini??" tanya Yona tiba-tiba

"Apa bukan perbuatan anak-anak yang iseng??" ujar Kira bergurau

Reno terdiam beberapa saat sambil terus mengamati huruf-huruf aneh tersebut. Pikirannya bekerja keras namun tidak mengecewakan. Beberapa menit kemudian dia tersenyum. Senyumnya mengembang pertanda bahwa sepertinya dia telah menemukan sesuatu.

"Kalian berdua, segera ke pos satpam di depan gerbang utama, katakan pada mereka seseorang membutuhkan pertolongan di gedung FAD ini. Jika mereka tidak percaya tunjukkan kertas itu pada mereka" jawab Reno sambil menuju ke arah tangga yang menuju ke lantai 2 gedung FAD namun terkunci.

"Bagaimana mereka akan percaya dengan kertas yang bertuliskan huruf yang tidak bisa dibaca ini??" tanya Kira sedikit bingung

"Itu bisa dibaca kok, coba di balik urutan alfabetnya" jawab Reno sambil memperhatikan keadaan sekitar yang gelap dan minim cahaya

"Kalian ada kertas??" tanya Reno

Dengan segera Yona mengeluarkan sebuah kertas A4 yang kemudian dia lipat lagi menjadi ukuran yang lebih kecil, dan kemudian mengeluarkan sebuah alat tulis.

"Dibalik, urutannya dibalik. Alfabet biasa dimulai dari huruf A sampai Z, sekarang kita balik dari huruf Z sampai A, lalu sejajarkan letaknya, kita tarik huruf alfabet yang urutan sebenarnya yang terletak di baris atas dengan huruf alfabet yang dimulai dari Z sampai A yang kita buat. Tinggal cocokkan saja" jelas Reno panjang lebar

"Nah, huruf M memiliki posisi yang sama dengan huruf N, makanya disini tertulis M=N" ujar Reno seraya melihat catatan yang ditulis oleh Yona

"Benar juga ya, berarti ini" ujar Yona sambil menulis ulang huruf-huruf tersebut

"Bagaimana?? Dengan ini tampaknya mereka akan mempercayai kalian" kata Reno

"TOLONG AKU.. Begitu bunyinya.."ujar Yona seraya menunjukan buku catatan itu kepada Reno dan Kira

"Segeralah bergegas, ada sesuatu yang ingin ku pastikan di tempat ini" ujar Reno sembil menuju sisi lain dari gedung fakultas

"Apa kau tahu dimana kertas ini berasal?? Ini kertas artpaper kan??" tanya Kira kepada Reno

"Ah aku ingat.. Beberapa hari yang lalu aku sempat membantu seorang dosen memindahkan Artpaper ini dari sebuah gudang kedalam ruang kelas.. Tapi aku lupa soalnya tempatnya sedikit membingungkan. Masuk di suatu ruangan" jawab Yona

"Coba ingat-ingat lagi Yon" ujar Reno

"Waktu itu aku keluar dari ruang KaProgdi yang berada di lantai 2 dan ngobrol sebentar dengan teman-teman, kemudian aku melihat dosen mata kuliah di lantai atas, berarti di lantai 3. Lalu dosen itu memanggil untuk minta bantuanku" cerita Yona

"Lalu??" tanya Reno

"Itu dia aku lupa ruangan yang mana" sesal Yona

"Ketika mengobrol dengan teman-temanmu, apakah berada di pojokan??" tanya Reno sambil mendekat ke arah Yona

"Ah iya, waktu itu aku berdiri didekat tangga pojokan, sehingga terlihat dari lantai atas" cerita Yona

Reno terdiam, kali ini dia sudah paham kemana harus melangkah. Tempat itu, tidak salah lagi.

"Gedung Fakultas ini menghadap ke utara. dan memanjang dari arah timur ke barat. Waktu itu Yona berada di sisi gedung sebelah utara, dan terletak di barat pojok kanan kalau kita menghadap ke barat. Ruang KaProgdi ada di lantai 2. Jadi pada saat itu dia terlihat oleh dosen di atasnya. Berarti ruangan itu terletak diatas posisi Yona atau beberapa ruangan setelahnya, dan yang pasti di lantai 3" ujar Reno

"Ruang lab CAD?!" seru Yona

"Tapi kenapa orang ini berada di tempat itu?? Dan siapa orang itu??" ucap Kira

"Apapun alasan orang itu berada di situ, dia butuh bantuan kita. Kita harus menolongnya" ujar Reno

"Tapi apa tidak aneh kalau penjaga gedung ini tidak tahu ada seseorang didalam ruangan itu??" tanya Yona

Suasana menjadi hening karena Yona dan Kira sedikit heran melihat Reno berlalu pergi dari mereka

"Itu dia alasannya. Orang ini adalah penjaga gedung fakultas kita. Aku tidak tahu kenapa dia berada di tempat itu" ujar Reno setelah kembali dari sebuah ruangan yang terletak di lorong gedung fakultas

"Kamu darimana tadi??" tanya Yona

"Kita tidak sendiri disini. Sebaiknya kalian segera ke pos satpam di depan gerbang" ujar Reno

"Eh eh?? Yang bener dong ngomongnya, kok jadi serem gini sih" ujar Yona dengan raut muka sedikit panik

"Tadi aku merasa ada seseorang yang mengawasi kita, lalu aku melihat pintu di ruangan itu terbuka. Dan aku kesana, tapi pintu sudah kembali tertutup" ujar Reno

"Mungkin kamu salah lihat" ujar Kira

"Tidak, dinding kaca di ruangan itu sedikit berembun, mungkin seseorang melihat dan menempelkan pipinya ke jendela itu ketika aku sadar akan kehadirannya dan berlari ke ruangan itu, lalu sebelum aku sampai di ruangan itu dia melihat pintu sedikit terbuka dan kembali menutupnya" jelas Reno

"Kalau benar begitu, ini bahaya" ujar Kira

Bahaya?? oh ya beberapa minggu yang lalu kalau tidak salah waktu itu penjaga gedung fakultas pernah berkata sesuatu kepada Reno


"Kalau bertemu dengan pegawai baru sebaiknya berhati-hati, aku punya firasat buruk tentangnya"

"Lho maksud bapak??"

"Bapak sendiri juga belum yakin.. Tapi berhati-hatilah"



"Pegawai baru itu??Siapa namanya?? Sial aku lupa " gumam Reno dalam hatinya.


"Kalau bertemu dengan pegawai baru sebaiknya berhati-hati, aku punya firasat buruk tentangnya.."

"Lho maksud bapak??.."

"Bapak sendiri juga belum yakin.. Tapi berhati-hatilah.."

"Memangnya nama pegawai baru itu siapa pak??.."

"Kalau tidak salah namanya....."

"Namanya........."

"Oh, jadi itu namanya??.. Nama yang bagus"

"Ya begitulah. Hari ini kamu gak ada jam kuliah??.."

"Dosennya cuma datang buat ngasih tugas pak.. Ini pak kopinya sebelum dingin.."

"Sudah biasa nak, bapak mau ngecek ke ruang dosen dulu .."

"Sebenarnya dia cukup cantik untuk ukuran seorang pegawai tata usaha, tubuhnya yang ramping dan rambutnya yang pendek.."

"Kalau tertarik, ajak kenalan saja nak.."

"Ah tidak pak.. hehehe.."



Reno terlihat seperti orang yang kebingungan, sambil memegang kepala dia berusaha mengingat nama pegawai baru itu, tapi percuma yang dia ingat hanyalah seorang wanita dengan tubuh ramping dan berambut pendek sebahu.

"Kamu kenapa kak??" tanya Yona menepuk pundak Reno

"Ah. Aku hanya bingung bagaimana kita ke ruangan itu?? Tangga menuju lantai atas di lantai 1 telah dikunci" jawab Reno

"Iya sih, gimana dong??" ujar Yona

Reno mendatangi tangga yang terkunci oleh pagar yang berada di lantai 1 dan memperhatikan sekeliling mungkin ada sesuatu yang bisa dipanjat. Terlihat tanah bekas jejak kaki di tembok ini, tingginya tak lebih dari setengah tinggi badan Reno, dan juga diatasnya terdapat sebuah penyangga dari kayu yang cukup tebal, dan bersih dari sarang laba-laba jika dibandingkan dengan penyangga di sisi lainnya..

"Mungkin bisa kalau lewat sini.." pikir Reno

Dengan memperhatikan kemana penyangga kayu itu berakhir. Ternyata memang bisa jika dia melompat dari penyangga itu ke lantai 2. Gedung ini hanya tangga di lantai 1 saja yang di pagar dan dikunci, di lantai 2 dan seterusnya tidak dikunci.

"Kalian ke pos satpam di gerbang utama, ceritakan semuanya. Kalau mereka tidak peduli, segeralah ke pos polisi terdekat. Aku pikir masih ada yang berjaga disana" ujar Reno seraya menghampiri Kira dan Yona yang masih terduduk di sebuah tempat duduk yang terbuat dari beton yang memang sengaja dibuat di taman yang terletak di sebelah timur bangunan ini

"Terus kak Reno??" tanya Yona

"Ada sesuatu yang harus aku kerjakan.. Sudah cepat sana, Kira yang nemenin" ujar Reno

"Baiklah, kita harus bergegas jika memang ada seseorang yang butuh pertolongan. Ayo, aku mengandalkanmu sob, kalau ada apa-apa segera hubungi saja" ujar Kira

"Tenang saja. Eh senternya mana??" tanya Reno yang memang tampaknya membutuhkan penerangan lebih

"Nih.. Hati-hati ya kak" ujar Yona seraya melempar senternya.

Reno memanjat dinding tembok itu dan melompat ke penyangga yang terbuat dari kayu tersebut dan melompat tepat ke lantai 2. Suasana sangat gelap dan sepi. Sesaat kemudian dia merasakan bulu kudunya berdiri. "Bodoh, tidak ada yang namanya setan disini" ujarnya menenangkan diri

"Fiuh.. seperti pemain sirkus saja.." lanjutnya setelah mendarat di lantai 2

Reno berjalan menaiki tangga yang menuju ke lantai 3, benar-benar sepi suasana di gedung fakultas ini. Sesampainya dilantai 3 dia hanya mengintip dibalik dinding tempat berakhirnya anak tangga dari lantai 2 menuju lantai 3 ini. Kakinya berjalan menuju ruangan laboratorium CAD, ruangan yang dipakai untuk mendesain menggunakan komputer. Tapi belakangan ini ruangan jarang dipakai karena sedang di renovasi, dan yang dia ingat di dalam ruangan ini terdapat sebuah gudang untuk menyimpan kertas artpaper yang mereka temukan.

Reno membuka pintu Lab CAD yang terbuat dari kayu yang terbilang cukup bagus. Suasana sangat sepi, hingga terdengar suara hewan malam yang menemaninya melawan sedikit rasa takut.

"Sepertinya memang direnovasi, beberapa unit komputer telah dipindahkan. Itu dia gudangnya" ujar Reno setelah masuk ke dalam Lab Cad tersebut

Reno membuka pintu gudang yang ternyata tidak terkunci dan melihat seseorang duduk terikat dengan mulut dilakban, seperti dugaannya orang itu adalah penjaga gedung fakultas di kampus ini, pak Joko

"Tenang pak semuanya aman, polisi segera kesini" ujar Reno seraya membuka lakban yang menutup mulut penjaga gedung kampus ini. Bapak itu tidak menjawab dan terlihat sangat lemas, setelah ikatan dan penutup mulutnya terbuka, Reno memapah pak Joko keluar dari ruangan.

"Baiklah pak tenang dulu, kunci pintu pagar lantai 1 dimana pak??" tanya Reno mengajak bicara pak Joko.

"Bapak tidak membawanya. Kamu tahu darimana bapak berada di tempat itu??" tanya pak Joko lemah

"Dari sandi yang bapak tuliskan di Art Paper, kami menemukannya dan berhasil memecahkan kode yang bapak tulis" jawab Reno sambil duduk di sebelah pak Joko dan membuka ponselnya

"Art paper?? kode?? Bapak tidak bisa menulis karena tangan bapak diikat seperti ini" jawab Pak Joko dengan sedikit kaget

"Lho ?? Pesan di Art Paper itu bukan dari bapak??" tanya Reno dengan sedikit keheranan

"Bukan, bapak tidak bisa menulis dengan keadaan tangan terikat seperti tadi" jawab Pak Joko

Reno terdiam, kalau dipikir-pikir benar juga, tidak mungkin Pak Joko dengan keadaan terikat dan mulut di lakban bisa menulis sandi tersebut. Lagipula dari bekas ikatan di tangan pak Joko sepertinya memang sudah lama terikat disini. Jadi siapa yang menulis di Art Paper itu?? Lagipula pak Joko juga tidak mungkin mengetahui metode sandi yang seperti itu.




**To Be Continued**
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd