Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Love Is More - The Organization

Bimabet
Chapter 17 : The Paper (Part - 2)


"Siapa yang melakukan ini pada bapak??" tanya Reno dengan serius

"Tidak tahu nak, waktu itu bapak sedang berkeliling untuk mengunci ruangan. Lalu masuk keruangan Lab Cad itu. Tiba-tiba pintu tertutup dan seseorang memukul bapak dari belakang. Ketika bapak bangun bapak sudah terikat dan mulut dilakban" terang pak Joko

"Begitu ya, baiklah ayo kita segera keluar dari gedung ini pak. Kalau tidak salah satpam penjaga di gerbang depan akan segera kesini" ajak Reno sambil membantu pak Joko untuk berdiri

"Satpam penjaga?? Seharusnya sudah tidak ada penjaga karena sudah larut seperti ini. Darimana kau tahu ada satpam penjaga??" tanya pak Joko

"Ha?? Yang benar saja!! Aku tadi melihat 2 orang satpam penjaga di pos dekat gerbang utama sewaktu aku menuju gedung ini" ujar Reno terkejut

"Jam 9 malam semua portal gerbang telah ditutup dan di kunci, tidak boleh ada aktivitas lagi di kampus ini. Dan sudah pasti satpam penjaga juga sudah pulang. Kamu salah lihat mungkin" elak pak Joko

Reno memegang kepalanya, kemudian melihat jam di ponselnya."Jam setengah 2 malam. Tadi juga ketemu dengan Kira dan Yona diatas jam 9 malam. Siapa yang kulihat di pos satpam?? Hantu??" gumam Reno

"Nak, bagaimana?? Sebaiknya kita segera keluar dari gedung ini" ujar pak Joko memecah pikiran Reno

"Oh iya, Yona dan Kira!!" teriak Reno

"Siapa itu nak??" tanya pak Joko

"Aku kesini tidak sendirian, aku dan dua temanku. Mereka aku suruh untuk melapor ke satpam penjaga di pos depan gerbang. Dan sampai sekarang mereka tidak ada kabar" ujar Reno mulai panik

"Sudahlah kita keluar saja dari ini, bagaimana caramu bisa sampai ke lantai 3??" tanya pak Joko

"Dari lantai 1 aku memanjat pak. Bapak masih bisa memanjat kan??" tanya Reno

"Bapak masih punya sisa tenaga" jawab pak Joko

"Baiklah kita keluar, ayo pak" ajak Reno sambil membantu pak Joko berdiri dan membopongnya

Mereka berjalan keluar ruangan dengan perlahan dan Reno tetap memperhatikan keadaan sekitar. Ketika keadaan sudah cukup aman, Reno berjalan keluar sambil tetap membantu pak Joko berjalan. Hingga sebuah suara mengagetkan mereka berdua

"Apa kau yakin ingin meninggalkan teman-temanmu??" ujar sesosok tubuh yang besar dengan penutup kepala berwarna hitam sambil menunjukkan sebuah foto kepada Reno dan pak Joko

Reno terkejut mendapati Yona dan Kira yang mulutnya di lakban dan tangan mereka terikat kebelakang. Hal ini membuat Reno berhenti melangkah dan tidak mampu berbuat apa-apa

"Apa yang kau inginkan??" tanya pak Joko kepada orang tersebut

"Kau tahu apa yang kami inginkan bukan??" ujar orang itu kepada pak Joko

"Baiklah, jika kalian ada perlu denganku sebaiknya lepaskan anak-anak itu. Mereka tidak ada hubungannya dengan ini semua" pinta pak Joko

"Akan kubiarkan mereka berdua di tempat yang sama, kau dan anak yang bersamamu ikutlah denganku" ujar pelaku tersebut

"Kenapa dia juga ikut??" tanya pak Joko

"Dia sudah terlalu banyak tahu. Cepatlah aku tidak punya banyak waktu!!" bentak pelaku tersebut

Pak Joko dan Reno berjalan menghampiri pelaku tersebut, dengan pistol yang ditodongkan ke arah kepala mereka. Pelaku mengikuti kemana arah langkah kaki pak Joko berjalan, hingga akhirnya sampai ke sebuah ruangan yang biasanya dipakai untuk mahasiswa melakukan sidang tugas akhir mereka. Setelah mereka bertiga masuk, pak Joko menuju ke sebuah sudut ruangan dengan lukisan yang tergantung di dindingnya. Dia melepas lukisan tersebut dan tampak sebuah brankas yang menempel di dalam dinding, sepertinya isi dari brankas tersebut yang dicari-cari oleh pelaku tersebut.

"Di dalamnya berisi dokumen penting yang menyangkut tentang fakultas ini, untuk apa kalian menginginkannya??" tanya pak Joko

"Kalian tidak perlu tahu!!" bentak pelaku sambil memukul bagian belakang kepala pak Joko hingga dia jatuh tersungkur

"Pak Jokooo!!!" teriak Reno yang mencoba melawan, namun apadaya kekuatan pelaku jauh lebih besar dari Reno sehingga dia terkena pukulan di perutnya, mengakibatkan dia juga jatuh tersungkur.

"Sial..!!" gumam Reno dalam keadaan setengah sadar dan sempat melihat pelaku membuka brankas dan mengambil semua yang berada di dalam brankas. Beberapa detik kemudian Reno mulai kehilangan kesadaran, sayup-sayup terdengar olehnya suara tembakan 2 hingga 3 kali. Dan selanjutnya?? Baik Reno maupun pak Joko sama-sama tak sadarkan diri.


Maret 2014, Minggu pertama - akhir pekan

Reno membuka mata dengan pandangan langit-langit yang tidak asing baginya. Dia mengambil kain yang mengkompres dahi nya. Dia tidak ingat sudah berapa lama terlelap, hanya saja kepalanya masih terasa sakit ketika dia mencoba untuk bangkit dari tempat tidurnya. Ya, Reno terbangun di kamar tidurnya, dengan kondisi yang tidak baik.

"Kamu sudah bangun??" tanya seorang gadis yang sedang membereskan meja makan

"Kamu siapa?? Kenapa ada di rumahku??" tanya Reno sambil menuruni tangga

"Oh aku Naomi, anak dari teman om Carlo, papamu. Kemarin malam aku barusan datang kesini, waktu itu katanya kamu lagi sakit jadi kita enggak ketemu" ujar gadis itu

281545580ffe1ae16716f37693508a4aa3018ec3.jpg


Wajahnya kebingungan sambil menerka-nerka sudah berapa hari dia tertidur, dan juga...

"Kira?! Yona?!" teriak Reno tiba-tiba sambil berlari ke arah kamar dan mengambil ponselnya. Siapa lagi yang dia coba hubungi jika bukan Kira dan Yona.

Naomi nampak terkejut dengan perilaku Reno dan hanya melihatnya saja. Sambil menyiapkan sarapan untuk Reno, dia menghubungi Angel.

"Halo kak Angel?? Reno sudah bangun kak, kayaknya kakak harus cepetan balik kerumah deh" ujar Naomi melalui ponselnya. Tidak lama berselang panggilannya kepada Angel terputus dan dia menunggu di meja makan sambil sesekali memakan cemilan.

"Hei kamu, apa kakakku tidak berkata sesuatu??" tanya Reno tiba-tiba

"Kamu ini, bikin kaget aja. Lagian aku juga punya nama !!" seru Naomi

"Baiklah-baiklah. Bagaimana?? Apa kakakku berkata sesuatu?? Menitipkan pesan misalnya??" tanya Reno

"Dia hanya berkata bahwa kau sedang sakit, dan minta tolong padaku untuk merawatmu. Jadi sekarang makanlah bubur ayam ini . Aku sudah capek-capek masak buat kamu tolong dimakan ya." ujar Naomi seraya tersenyum

"Cuma itu??" tanya Reno

"Ya, lagipula sebentar lagi kakakmu juga akan pulang. Ayo cepat dimakan, apa perlu aku suapin??" ujar Naomi

Tanpa menjawab perkataan Naomi, dia langsung menyambar bubur ayam yang berada di depannya. Dengan lahap dia menghabiskannya tanpa tersisa. Senyum lebar menghiasi wajah cantik Naomi yang melihat Reno begitu lahap memakan bubur ayam buatannya. "Terima kasih ya, ini enak.." ujar Reno sambil membereskan mangkuk sisa sarapannya. "Eh enggak usah sini biar aku aja yang bersihin" pinta Naomi sambil mengambil mangkuk dari tangan Reno dan berlalu menuju tempat cuci piring.

Pertemuan dengan Naomi cukup membuat Reno sejenak melupakan kejadian yang menimpanya, sekembalinya dia ke kamar tidurnya, Reno masih berusaha menghubungi Yona dan Kira. Keduanya dihubungi secara bergantian melalui ponsel, tersambung namun tidak ada jawaban. Di percobaan yang kelima akhirnya ada jawaban dari nomor Kira.

"Bro?? Kau dimana sekarang??" ujar Reno memulai pembicaraan

"Halo bro, aku lagi di rumah nih ada apa?? Bagaimana keadaanmu?? Sudah sehat??" jawab Kira

"Syukurlah, aku baik-baik saja. Bagaimana dengan Yona??" lanjut Reno

"Yona?? Bukankah dia juga baik-baik saja?? Kenapa bertanya seperti itu??" tanya Kira

Reno terdiam, respon Kira diluar dugaan. Kira sama sekali tidak membahas kejadian yang terjadi di gedung fakultas mereka. Reno menahan dirinya untuk tidak membahas hal itu melalui ponsel, baginya saat ini yang penting adalah keadaan kedua sahabatnya baik-baik saja. Tidak lama kemudian Reno menutup panggilannya dan tenggelam di tempat tidurnya. Pikirannya melayang tak tentu arah. Baginya kejadian tersebut sangat jelas dan nyata. Tidak mungkin hanya bunga tidur dikala dia sedang sakit bukan?? Tapi apa yang terjadi barusan, menjelaskan bahwa semuanya tidak nyata, tidak terjadi apa-apa.

"Apa yang sebenarnya terjadi??" gumam Reno seraya mengambil ponselnya kembali dan mengirim beberapa pesan singkat untuk Yona.



**To Be Continued**
 
Chapter 18 : Violinum (Part - 1)


Maret 2014, Minggu ketiga

Sudah 2 minggu berlalu sejak kejadian itu terjadi, namun masih saja menyisakan tanda tanya besar bagi Reno. Terlebih lagi dia masih belum bertemu dengan Kira dan juga Yona. Terkadang dia melamun sesaat mengingat kembali kejadian itu dan berujung dengan rasa gelisah di wajahnya. Sampai-sampai Naomi terkadang menegurnya, mengembalikan jiwa Reno yang terbang melayang ke dalam lamunannya sendiri. Ya, Naomi adalah anak dari teman papa Reno yang kebetulan menginap di rumahnya.

"Hai, kamu ngelamun lagi!!" ujar Naomi mengagetkan Reno yang di balas dengan tatapan tanpa ekspresi kemudian meninggalkan Naomi menuju ke kamarnya. "Yah, kok ditinggal.." ujar Naomi cemberut.

Perasaan gusar tidak dapat di sembunyikan dari wajah Reno, dia terlihat sangat memikirkan kejadian yang membuatnya bingung.

"Renooo, ayo jalan-jalan. Temenin aku kemana gitu" teriak Naomi dari depan kamar Reno

"Urusanmu sendiri sudah beres??" tanya Reno sambil memejamkan matanya kembali

"Rencananya besok sih. Ya sudah deh, aku telfon tante Stella dulu yaa.." ujar Naomi dengan nada sedikit mengancam

Tidak lama berselang terdengar pintu kamar Reno yang terbuka, "Ayo ke minimarket, aku juga mau beli sesuatu.." ujar Reno tiba-tiba kemudian menggandeng tangan Naomi dan mengajaknya ke minimarket. Naomi yang melihat tingkah Reno hanya tersenyum lucu, tanpa disadari, dia mulai terlihat ada sedikit rasa kepada Reno.

Setelah dari minimarket mereka berdua menuju taman yang terletak di komplek perumahan mereka. Naomi dengan lahap memakan es krim yang dibelinya tadi, sedangkan Reno hanya terdiam dan sesekali meminum minuman kaleng yang di pegangnya.

"Mi, kamu sampai kapan di sini??" tanya Reno tiba-tiba

"Ya setelah urusanku selesai sih, kenapa emang?? Kamu enggak suka aku disini??" tanya Naomi

"Justru sebaliknya, aku jadi ada temennya dirumah. Lagipula masakanmu juga enak" ujar Reno


Naomi terdiam, wajahnya merah. Gadis mana yang tidak tersipu malu mendengar pujian seperti itu? Tanpa menjawab dia kembali memakan es krimnya, mulutnya kering dengan tiba-tiba.

"Kamu denger kan aku ngomong apa??" tanya Reno lagi

"Denger kok, cuma mungkin gak bisa selamanya aku disini.." lanjut Naomi

Mereka berdua larut dalam obrolan yang mampu memberi sinyal bahwa ada ketertarikan di antara mereka berdua

"Bisa kok, cuma satu caranya.." jawab Reno

Pikiran Naomi tidak karuan, terbang melayang membayangkan bahwa Reno akan menyatakan perasaan padanya. "Apakah ini benar?? Kami baru kenal beberapa hari, mungkinkah secepat ini??" tanya Naomi dalam hatinya

Belum sempat Reno melanjutkan terdapat seseorang laki-laki yang menghampiri mereka berdua, dengan setelan kemeja biru serta sebuah tas koper di tangannya. Dia tampak seperti seorang pegawai kantoran.

"Maaf nak, apa kamu kesini sekitar dua hari yang lalu??" tanya orang itu dengan sedikit terengah-engah

"Oh maaf, kami baru siang ini ke taman. Soalnya kalau jam segini kami jarang berada di rumah, ini pun karena kami semua sedang libur" jawab Reno

"Oh begitu ya, terima kasih kalau begitu" ujar laki-laki tersebut kemudian berlalu

Keadaan kembali menjadi hening, mereka berdua tidak berkata apa-apa sampai akhirnya Naomi mengajak Reno untuk kembali pulang. "Kamu duluan enggak apa-apa kan mi? Ada sesuatu yang harus aku lakukan" ujar Reno yang ternyata berlari menuju laki-laki yang tadi menghampiri mereka

Waktu menunjukkan pukul 5 sore ketika Angel sudah tiba di rumah namun hanya ada Naomi yang telah menyiapkan makan malam. "Wah Shinta, ngapain repot-repot. Kamu bukan pembantu disini" ujar Angel yang memeluk Naomi dan memijat pundaknya. "Aduh, enggak apa-apa kak, kebetulan Shinta kan anaknya suka masak jadi ya sekalian" jawab Naomi yang membalas pelukan Angel. "Aku incip boleh nih?? Hmm, ini enak loh!! " seru Angel yang mencicipi masakan Naomi. "Shinta belajar masak dimana?? Boleh dong aku diajarin haha" ujar Angel seraya tertawa. "Ayo kak kapan-kapan kita masak bareng aja." jawab Naomi.

"Eh, Reno mana ya Shin??" tanya Angel tiba-tiba setelah mendapati adik laki-laki kesayangannya tidak berada di rumah

"Oh iya belum pulang kayaknya, tadi siang ke taman komplek sama Shinta sih. Cuma Shinta disuruh pulang duluan." jawab Naomi

"Enak banget itu hidup bocah, dasar. Sebentar biar kakak telfon" jawab Angel yang kemudian menghubungi Reno

Tiba-tiba suara pintu terbuka terdengar dan Reno muncul dengan ekspresi wajah yang riang "Enggak usah kak, Reno udah pulang ini"

"Kamu darimana aja?? Shinta ini sendirian dirumah, bantu masak tadi daripada kamu keluyuran main enggak jelas kan enak" ujar Angel sedikit menceramahi Reno

"Reno tadi enggak main kok, cuma bantu orang yang lagi kesusahan" jawab Reno

Setelah mendengar penjelasan Reno, mereka akhirnya makan malam bersama. Angel tanpa henti memuji masakan Naomi yang enak begitu juga dengan Reno. "Kalau begini, kakak mau telfon papa supaya secepatnya ngobrol sama orangtua kamu Shin. Siapa tahu, kamu sama Reno jodoh" ujar Angel tiba-tiba

Reno yang mendengar itu tiba-tiba tersedak dan dengan segera mengambil minum namun sialnya gelas minumnya sedang kosong. Dengan cepat Naomi mengambilkan minuman untuk Reno dan membantu meredakan batuknya karena tersedak. "Kalau makan pelan-pelan Ren.." celetuk Angel. "Habisnya enak sih.." ujar Reno membela diri.

"Shinta sudah punya pacar?? "tanya Angel tiba-tiba

"Eh?? Be..belum kak" jawab Naomi dengan muka sedikit merah

"Cewek cantik kayak kamu kok belum punya pacar sih Shin?? " tanya Angel lagi dengan sedikit bercanda

"Ah iya kak, habisnya enggak ada yang deketin jadinya ya sendiri dulu aja.." ujar Naomi sambil tersenyum

"Ya udah sama Reno aja, gimana?? " tanya Angel kembali

Reno kembali tersedak, namun kali ini tidak seperti saat pertama dia tersedak. Dengan cepat Reno menenangkan diri, "Makan ku udah selesai nih, aku mau telfon Yona sebentar ya.." ujar Reno yang kemudian meninggalkan meja makan

"Heeei enak aja, jangan lupa cuci piring!!" teriak Angel

Waktu menunjukkan jam 8 malam, sayup-sayup terdengar suara di dapur. Reno keluar dari kamarnya dan mendapati Naomi tengah mencuci piring sisa makan malam tadi. "Hei, kamu enggak usah cuci piring. Kamu bukan pembantu disini.."ujar Reno sambil menarik badan Naomi menjauh dari tempat cuci piring. "Enggak apa-apa kok, sekalian.." jawab Naomi. "Hussh sudah kamu duduk istirahat di ruang tamu ya, ini biar aku yang selesaikan." jawan Reno. Tanpa menjawab Naomi meninggalkan Reno yang tengah mencuci piring. 30 menit berlalu, akhirnya semua piring telah selesai dicuci, Reno berlalu menuju ruang tamu dan melihat Naomi tertidur di sofa coklat dengan televisi yang masih menyala.

"Wah dia ketiduran, capek sepertinya. Bangunin enggak ya? Tapi pasti sakit kalau dia tidur kayak gitu.." ujar Reno dalam hati

"Mi, Naomi.. Bangun Mi.." ujar Reno sambil menggoyang-goyangkan badan Naomi berusaha membangunkannya

Sudah hampir 5 menit namun Naomi juga belum terbangun, "Nih anak tidur apa pingsan sih??" ujar Reno dalam hati

Akhirnya Reno meninggalkan Naomi dan duduk di taman samping yang terdapat kolam disana. Pikirannya mulai berjalan perlahan menuju hal-hal yang dia temui tadi siang. Ya, laki-laki yang menghampiri mereka tadi siang ternyata sedang dalam keadaan benar-benar kesusahan.

"Reno.." tiba-tiba suara Naomi membangunkan Reno dari pikirannya yang sedang berjalan jauh

"Eh, kok bangun?? Kamu kecapekan ya? Tidur gih, kan sudah dibilang kamu disini bukan pembantu jadi jangan lakukan pekerjaan yang berat-berat. Tadi aku mau bangunin kamu, cuma kamu tidurnya lelap banget jadi enggak tega.." jawab Reno

"Ah iya maaf ya tadi aku capek banget. Kamu ngapain disini?? Aku boleh duduk?? " tanya Naomi

"Boleh, kamu duduk sini. Bentar aku buatin coklat panas ya kamu mau??" tanya Reno menawarkan

"Ah boleh. Terima kasih" jawab Naomi sambil tersenyum

Setelah hampir 10 menit Reno kembali dengan membawa 2 gelas berisi coklat panas dan es coklat. "Nih buat kamu yang panas aja biar bisa cepet tidur.." ujar Reno memberikan gelas yang berisi coklat panas kepada Naomi

"Terima kasih ya, oh iya, mmm anu. Tadi telfon Yona ya?? Pacarmu??" tanya Naomi

"Eh?? Bukan kok, dia adik tingkat di kampusku. Aku udah janji mau ngirim beberapa referensi desain via email, tapi aku lupa alamat emailnya. Jadinya aku telfon dia" jawab Reno

"Oh begitu" jawab Naomi sambil tersenyum. "Eh iya tadi siang kamu kemana??" tanyanya lagi

"Oh itu, kamu ingat kan laki-laki yang menghampiri kita tadi?? Dia lagi dalam masalah yang menurutku berat sih." jawab Reno

"Oh ya? Kenapa dengan dia ??" tanya Naomi penasaran

"Namanya Evan Scott dan dia seorang pegawai kantor di bagian marketing, 2 hari yang lalu ditemukan dirumahnya bahwa pembantunya telah meninggal dunia dengan luka tusukan di punggung. Polisi menjadikan Evan sebagai tersangka utama karena dari kesaksian cuma dia yang diyakini berada di rumah pada hari kejadian." ujar Reno

"Ih, kok pembunuhan gitu sih. Serem.." ujar Naomi

"Ya emang gitu ceritanya, dilanjutin??" tanya Reno

"Iya deh lanjutin aja" jawab Naomi

"Istri dan anak-anaknya berada dirumah orangtuanya untuk liburan sekitar 4 hari sebelum kejadian dan rencanya 2 minggu berada disana. Evan tidak ikut karena ada urusan pekerjaan yang membuatnya harus stay di kota ini. Oh iya rumah orang tuanya berada di luar kota sih." ujar Reno

"Oh, berarti cuma dia dan pembantunya yang berada dirumah?? Apa dia punya alasan untuk membunuh pembantunya??" tanya Naomi

"Dari ceritanya sepertinya dia tidak punya alasan untuk membunuh pembantunya, lagipula menurut dia pembantunya bekerja dengan sangat baik. Dia dan istri beserta anak-anaknya sangat suka dengan pekerjaannya." lanjut Reno

"Mmm, mungkin dirampok??" tanya Naomi

"Sepertinya tidak, aku bertanya kepada polisi yang bersama dia tadi siang. Tidak ada barang berharga yang hilang. Tidak ada kerugian secara materi. Dan dia pergi ke taman tadi siang hanya untuk mencari orang yang melihatnya tertidur di taman 2 hari yang lalu. Kalau dia menemukan orang itu, dia bisa dinyatakan tidak bersalah dan bebas dari segaa tuduhan" jawab Reno

"Wah, emangnya waktu kejadian laki-laki itu ada dimana??" tanya Naomi

"Dia bilang malam hari sebelum kejadian dia sudah menghubungi pembantunya dan berkata bahwa dia tidak akan pulang karena dia harus lembur. Dia bercerita keluar kantor sekitar pukul 1 dini hari dan pergi ke bar di daerah komplek sini untuk minum melepas penat. Seingatnya dia sampai pagi waktu itu dan berjalan menuju arah taman lalu tertidur. Dia sadar saat matahari sudah tinggi dan ketika kembali kerumah sudah ada mobil polisi." ujar Reno

"Dan dia ditetapkan sebagai tersangka beberapa jam setelah dia pulang. Namun pengacaranya berhasil meyakinkan polisi yang menangani kasus tersebut untuk membiarkan kliennya mencari orang yang dilihatnya di taman. Laki-laki itu berkata melihat seseorang yang membawa anjing hitam. Namun wajahnya tidak terlalu jelas." lanjut Reno

"Terus? Kamu sudah menemukan sesuatu ??" tanya Naomi yang tiba-tiba menyandarkan kepalanya di pundak Reno

"Beberapa sih, diantaranya jenis anjing yang dilihat laki-laki itu. Dia melihatnya sambil tiduran dan cuma mengangkat kepalanya tapi tidak sampai terbangun dan melihat bagian atas kepala anjing itu dan punggungnya. Serta seseorang disampingnya, tapi wajah orang itu tidak terlalu jelas." lanjut Reno

"Lalu menurutmu itu jenis anjing apa??" tanya Naomi

"Labrador retriever, anjing yang laki-laki itu lihat adalah jenis Labrador. Tempat tertidurnya di taman itu tingginya sekitar 15-20 cm, sedangkan tinggi anjing Labrador sekitar 50-55 cm dan memanjang sekitar 30-40 cm. Jadi dengan posisinya yang tertidur dan hanya menganggkat kepala saja wajar jika dia hanya melihat bagian atas kepala dan punggung anjing itu. Jadi sekarang kita tinggal fokus mencari seseorang yang memiliki anjing itu disekitar sini. Mungkin dia juga tinggal disekitar sini." ujar Reno

"Orang disini banyak lho, enggak ada cara lain yang lebih efektif?? " tanya Naomi

"Dua hari yang lalu itu hari sabtu, jadi mungkin kita bisa menemukannya di hari sabtu, karena Labrador itu jenis anjing yang senang jika diajak jalan-jalan, dan kemungkinan jadwal jalan-jalan anjing itu sama setiap minggunya.." jelas Reno

Reno terdiam dan berhenti bercerita, sayup-sayup terdengar suara nafas Naomi yang tertidur di pundaknya. "Dasar, sudah tahu capek masih aja mau dengerin ceritaku.." gumam Reno dalam hati. "Dan aku mau saja bercerita masalah ini dengannya.." gumam Reno sambil tersenyum.

Beberapa menit kemudian dengan terpaksa Reno mencoba untuk memindahkan tubuh Naomi, namun tangannya langsung memeluk tangan Reno seakan tidak ingin lepas. Hingga akhirnya dia terpaksa membangunkan Naomi dan menggendongnya ke dalam kamar karena Naomi sendiri masih setengah sadar.

281545706618a062ac336748d246375bae47d4e1.jpg



**To Be Continued**
 
Chapter 19 : Violinium(Part - 2)


Maret 2014, Minggu ketiga - satu hari setelah pertemuan

"Aku pergi dulu ya" ujar Reno berpamitan kepada Naomi

"Iya, hati-hati ya" jawab Naomi sambil membereskan meja makan

"Eh" ujar Reno tiba-tiba

"Kenapa??" ujar Naomi yang kemudian menoleh ke arah Reno

"Terima kasih sarapannya" ujar Reno sambil tersenyum

"I..iya sama-sama" jawab Naomi dengan wajah yang terlihat memerah

"Daah.."

Pagi itu waktu menunjukkan pukul 8 pagi, bisa dikatakan siang untuk penghuni rumah keluarga Reinhart. Hanya Reno saja yang keluar rumah waktu itu, Angel sang kakak sudah beraktivitas pagi hari sebelum jam 6. Angel harus mengurus pekerjaan barunya sebagai sekretaris di perusahan ternama yang berkecimpung di bidang teknologi dan informasi.

Sedangkan Reno? Dia mahasiswa semester 4 jurusan Arsitektur yang sedang mencoba membantu seorang laki-laki yang sedang kesusahan.

Jalanan komplek yang dilalui Reno pagi itu terlihat sepi, hanya beberapa daun-daun kering yang berjalan karena dorongan angin. Sesekali terlihat satpam komplek yang sedang melakukan patroli rutin dengan sepeda angin menyapa Reno. Setelah menyusuri hampir 3 blok tanpa hasil, Reno beristirahat sebentar di bawah pohon yang berada di persimpangan jalan komplek. "Ini komplek perumahan atau apa sih kok sepi. Jangan-jangan cuma keluarga ku aja yang tinggal disini.." gumam Reno dalam hati.

Gukk guk gukguk..

Tiba-tiba terdengar suara gonggongan seekor anjing tidak jauh dari tempat Reno beristirahat. Dengan segera dia bangkit dan berlari menuju sumber suara tersebut. "Akhirnya ketemu!!!" seru Reno yang menemukan seekor anjing didalam rumah yang berpagar hitam. Tidak lama kemudian seorang gadis keluar dari dalam rumah itu. Dia sangat cantik dan berkulit putih bersih, dengan tinggi sekitar 165cm.

28154573dc1b81c32491c9ff0c4604bb22f46dd1.jpg


"Ayo sini ciko.." ujar gadis itu dengan lembut

Anjing itupun menghampiri gadis itu dan bermanja-manja dengannya. Hingga akhirnya gadis itu tersadar dengan kehadiran Reno di depan pagar rumahnya.

"Lho ada tamu rupanya.. Cari siapa kak??" ujarnya dengan ramah sambil menghampiri Reno dan membuka pagar rumahnya

"Mmm, sebenarnya aku cuma lewat kok. Terus lihat anjing itu lucu sekali" ujar Reno sambil mengelus-ngelus kepala anjing Labrador hitam ini.

"Oh, ini namanya ciko.. Ayo ciko beri salam pada teman baru kita ini" ujarnya kepada anjing itu

Anjing itu pun berbaring dan menganggukan kepalanya seperti mengerti apa maksud dari gadis tersebut.

"Wah, pintarnya" ujar Reno

"Aku melatihnya setiap hari, dia yang selalu menemaniku, meskipun aku sedikit lebih sibuk tapi aku tidak lupa untuk mengajaknya jalan-jalan" ujar gadis itu

"Wah, akhirnya anjingku ada teman mainnya kalau begini" ujar Reno sambil mengelus-ngelus kepala anjing itu

"Kamu tinggal di komplek ini juga?? Kok aku enggak pernah kelihatan ya??" tanya gadis itu sedikit terkejut

"Iya sih aku jarang ada di rumah. Oh iya, aku Reno" ujar Reno sambil mengulurkan tangannya

"Oh, aku Shania. Salam kenal ya" ujar gadis itu

"Salam kenal juga. Jadi kapan kira-kira Ciko main sama Dolby??" tanya Reno

"Dolby?? Anjingmu namanya Dolby?? Labrador juga??" tanya Shania

"Ah iya, mungkin saja mereka bisa cocok" ujar Reno sambil setengah tertawa

"Tapi aku biasanya mengajak ciko jalan-jalan hari minggu sore, bagaimana??" tanya Shania

Reno sedikit terkejut mendengar penuturan dari Shania, hanya dalam sepersekian detik saja dia sadar bahwa bukan anjing ini yang dia cari.

"Ohya, apa selalu hari minggu sore??" tanya Reno kembali mencoba mencari celah

"Iya, soalnya aku hari biasa ada kuliah sampai sore, ini juga mau berangkat sih sebenarnya. Terus hari sabtu ada les piano juga, makanya aku cuma bisa ngajak ciko jalan-jalan hari minggu sore. Kamu enggak bisa ya??" ujarnya dengan sedikit kecewa

"Oh bukan-bukan, aku bisa kok hehe. Oh ya apa di sekitar sini kamu sering lihat anjing Labrador hitam yang lainnya??" tanya Reno

"Sepertinya sih enggak, tapi kalau komunitasnya ada, di komplek sebelah. Aku kenal dengan pendiri komunitas Labrador di daerah ini. Tapi rata-rata rumahnya enggak disini" jelas Shania

Sudah 30 menit berlalu obrolan mereka tentang komunitas anjing Labrador, diakhiri dengan saling bertukar nomor telfon. Reno tahu bukan Shania orang yang di cari begitu juga dengan anjing tersebut.

Reno berpamitan dan kembali menyusuri jalanan komplek dengan pikiran yang terisi penuh hingga tanpa disadari olehnya..

Bruaaaaak....

"Aduh.." ujar Reno dan seseorang gadis hampir bersamaan

"Eh maaf-maaf, aku enggak lihat. Aku melamun tadi. Maaf ya" ujar Reno

"Ah enggak apa-apa kok, aku juga melamun tadi" ujar gadis yang dia tabrak tadi

Entah karena apa Reno tidak fokus dan menabrak seorang gadis yang membawa tas biola di tangan kanannya. Tas tersebut jatuh namun beruntung tidak terjadi apa-apa dengan isinya, begitu juga dengan mereka berdua.

"Loh, kak Reno" ujar gadis itu yang ternyata adalah Yona

"Yona??" jawab Reno dengan sedikit terkejut

"Kakak gimana keadaannya?? Sehat kan??" ujar Yona yang secara reflek memeluk Reno

"Eh, aku baik-baik saja kok. Kamu sendiri gimana??" tanya Reno

"Baik kok kak, waktu mendengar kakak demam dan tidak sadarkan diri aku jadi cemas. Meskipun waktu itu sudah banyak petugas kepolisian" ujar Yona

"Eh?? Waktu itu?? Petugas kepolisian??" tanya Reno yang sedikit bingung

"Kakak ingat waktu kita kumpul di kampus karena selembar art paper?? Waktu kakak menyuruhku dan kak Kira untuk ke pos satpam melaporkan hal tersebut, aku dihubungi kakakku dan bertanya dimana aku. Ya aku bilang lagi di kampus karena kejadian itu, aku ceritakan semuanya. Terus kakakku melarangku untuk berbuat apa-apa, karena sebentar lagi petugas polisi akan tiba di kampus" jelas Yona

Reno terkejut mendengar penuturan Yona, ternyata kejadian itu benar-benar terjadi. "Terus apa yang terjadi selanjutnya, Yon??"

"Ternyata petugas satpam itu juga pelakunya, dan kami berdua sempat tertangkap. Walaupun akhirnya kami berhasil lepas karena bantuan kakakku. Setelah itu aku, kak Kira dan kakakku menghampiri kak Reno di gedung fakultas. Ternyata sudah dibereskan semuanya oleh petugas kepolisian dan satu wanita cantik. Sepertinya dia mengenal kak Reno. Mungkin dia agen khusus dari kepolisian karena tidak memakai seragam polisi seperti yang lainnya"

"Apa kamu melihatku atau yang lain disitu??" tanya Reno lagi

"Enggak, kata wanita itu kakak sudah dibawa ke rumah sakit dengan korban yang lain. Lalu aku mendengar kabar dari kak Kira kalau ternyata kak Reno lagi sakit. Dan aku jadi khawatir lagi, sampai kakak telfon aku kemarin. Rasanya masih enggak percaya" jelas Yona

"Begitu ya, syukur deh. Kamu juga enggak apa-apa kan??" tanya Reno seraya memeluk Yona lagi

Suasana menjadi hening, Yona tidak tahu harus berbuat apa. Perasaannya jadi tidak menentu, dan serba salah. Wajahnya memerah tersipu malu. Kemudian dia membalas pelukan Reno dengan erat seraya berbisik di telinganya, "Aku sekarang jadi tenang, mengetahui kalau kak Reno baik-baik saja"

Beberapa saat kemudian Reno melepas pelukannya, sambil melihat ke arah Yona dia bertanya, "Kamu dari mana ini?? Kok bawa tas biola??"

"Oh ya kak kebetulan banget nih kak, bisa minta tolong?? Kak Reno masih ingat waktu main biola di acara kampus??" tanya Yona

"Hmm, biola ya?? Di kampus?? Masih ingat kayaknya" jawab Reno sambil mengorek kembali ingatannya

"Bagus deh! Gini kak, aku minta ajarin main biola yang waktu itu kakak mainin di acara kampus, bisa??" pinta Yona

"Eh?? Waktu itu kalau enggak salah Air On The G String ya??" ujar Reno mengingat-ingat

"Iya kak, bisa ya??" ujar Yona dengan wajah sedikit memelas

"Boleh aja kok, cuma mungkin enggak hari ini ya. Atau gini aja deh, mungkin besok aku kabari lagi kita latihannya kapan. Ngomong-ngomong kamu les biola??" tanya Reno

"Asiiikk.. Bener ya kak?? Iya aku les biola di seberang komplek kak di sebelahnya Mings Lounge and Bar itu.." jawab Yona sambil memberikan nomor ponselnya

"Oh disitu ya, besok deh aku hubungi lagi kapan belajar biola bareng. Aku duluan ya, ada urusan soalnya" ujar Reno dengan gestur tergesa-gesa

"Baik kak, makasih ya kak" ujar Yona sambil tersenyum kemudian mereka berdua berpisah berlawanan arah.


Setelah makan malam, Angel pergi keluar dengan Charles. Tersisa Reno dan Naomi di dalam rumah. Karena tiba-tiba kepikiran dengan permintaan Yona, Reno mengambil biolanya dan mulai bermain lagu Air On The G String.

"Biola ya.. Air On The G String.." gumamnya sambil menikmati alunan nada dari permainan biolanya sendiri

"Itu Air On The G String bukan??" sebuah suara mengagetkan Reno yang tengah bermain biola di ruang keluarga

"Eh. Iya Mi, kok tahu??" tanya Reno

"Aku suka lagu itu" ujarnya seraya menghampiri sebuah piano dan mulai memainkannya.

"Kamu kok enggak bilang bisa main piano??" tanya Reno

"Kamu enggak pernah tanya sih" ujarnya sambil terus bermain piano. "Kalau sudah bereskan ya, nanti dimarahin kak Angel" lanjut Naomi sambil memberikan tas biola berwarna hitam itu.

Reno mengangguk dan menerima tas biola tersebut. Dan tanpa sengaja Reno terdiam mematung sambil melihat ke arah kaca lemari yang berada di salah satu sudut ruang keluarga. Cukup lama dia terdiam, hingga Naomi kembali menyadarkannya. Reno tersadar kemudian dengan raut wajah yang sangat ceria dia menghampiri Naomi dan memeluknya. "Terimakasih kamu memang seorang penyelamat!!" ujar Reno


Maret 2014, Minggu ketiga - dua hari setelah pertemuan

"Baiklah nak, apa kau sudah menemukan anjing itu dan pemiliknya??" tanya petugas polisi

"Tentu saja, hanya saja bisakah kalian tiduran dengan posisi yang sama dengan kakak itu saat dia mabuk??" pinta Reno kepada petugas polisi itu

"Untuk apa?? Kamu sedang tidak bercanda bukan??" tanya polisi itu lagi

"Kalau kalian mengikuti instruksi ku, kalian akan melihat apa yang sebenarnya kakak itu lihat" jelas Reno

Dengan sedikit terpaksa akhirnya polisi itu menuruti perkataan Reno, mereka berbaring bersama dengan Evan di tempat yang sama pada saat kejadian. Sekitar 10 menit berbaring akhirnya Reno memberikan aba-aba kepada mereka. "Sekarang kalian angkat kepala kalian, dan coba lihat apa yang lewat di depan tempat kalian berbaring" pinta Reno

Mereka berdua mengangkat kepala mereka selama beberapa detik untuk melihat apa yang ada didepan mereka. Selang beberapa detik kemudian raut wajah mereka tampak berubah sedikit keheranan dengan apa yang berada didepan mereka.

"Ah, i..itu anjingnya!!" seru Evan

"Iya benar itu anjingnya!! Ta..tapi.." ujar polisi itu terbata-bata

"Inilah yang sebenarnya dilihat kak Evan itu ketika mabuk dan berbaring disini. Dengan kondisi mata terpejam dan tiba-tiba terbangun, fokus mata belum sempurna sehingga kak Evan mengira dia sedang melihat seekor anjing, padahal yang dia lihat adalah ini" ujar Reno seraya mengangkat barang yang dibawa oleh orang tersebut

"Tas biola???!!!!!!!" teriak petugas polisi itu dan Evan hampir bersamaan

"Ya, dan aku telah mengkonfirmasikan hal ini dengan gadis yang lewat dijalanan taman ini pada jam yang sama, benar begitu Yona?? Dan juga kak Evan sendiri tidak bercerita kalau dia mendengar gonggongan seekor anjing, dia hanya bilang bahwa dia melihat seekor anjing. Padahal Labrador anjing yang sering menggonggong apalagi saat diajak jalan-jalan" jelas Reno

"Iya benar, aku melihat orang itu tertidur di tempat ini pada hari sabtu jam 9 kurang, tepat saat aku berjalan menuju tempat les biola di seberang komplek" jelas Yona

"Bagaimana pak polisi?? Apa sudah cukup jelas??" tanya Reno

"Sebenarnya tadi aku juga mengira sedang melihat seekor anjing hitam, tapi ternyata itu tas biola. Baiklah, aku akan melapor kepada kantor. Dan juga bisa aku minta bantuan kepada nona ini untuk menjadi saksi" kata polisi itu yang kemudian menjawab panggilan dari ponselnya

"Tentu saja dengan senang hati jika aku bisa membantu" jawab Yona dengan tersenyum

"Terima kasih nak. Kau sangat menolong. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi untuk berterima kasih padamu" ujar Evan seraya memeluk Reno dengan erat

"Eh iya tidak masalah. Senang rasanya bisa membantu" jawab Reno

"Baru saja aku mendapat telfon dari kantor pusat, ternyata pelaku yang sebenarnya sudah ditemukan dan sedang buron. Untuk itu kemungkinan anda terbebas dari status tersangka sangat besar. Namun untuk saat ini anda berdua tetap akan dimintai keterangan di kantor polisi. Saya harus bergegas. Terima kasih atas bantuannya" ujar petugas polisi itu kemudian berlalu meninggalkan mereka bertiga

"Eh Yona, terima kasih sudah membantu. Aku sempat enggak percaya kalau tas biola itu bisa jadi anjing" ujar Reno sambil sedikit tertawa

"Iya, aku juga enggak tahu kalau kakak itu terlibat kasus, kalau saja kak Reno enggak menghubungi, mungkin dia masuk penjara bukan karena kesalahannya" jawab Yona

Mereka larut dalam obrolan selama beberapa menit, hingga akhirnya Evan pamit untuk kembali bekerja. Dia berjanji akan mentraktir mereka berdua ketika hari libur kantornya. Tentu saja baik Reno maupun Yona sangat antusias dengan ajakannya. Hingga akhirnya mereka berdua kembali pulang dan akan berpisah di persimpangan

"Eh kak, boleh tanya sesuatu yang pibadi??" tanya Yona tiba-tiba

"Tanya apa??" ujar Reno

"Kak Reno masih sama kak Melody??" tanya Yona dengan sedikit malu

"Oh, kenapa emangnya??" tanya Reno

"Bukan apa-apa kok kak" jawab Yona

"Kalau jodoh enggak akan kemana, sekalipun bukan jodoh aku juga bersyukur pernah dipertemukan dengannya. Eh aku lewat jalan ini, kamu kesana kan??" tanya Reno yang menunjukkan jalan yang berlawanan dengan arah menuju rumahnya

"Iya kak, sampai jumpa ya. Oh iya kakak masih punya hutang sama aku.." teriak Yona di ujung jalan

"Ah, iya. Aku enggak akan lupa kok. Sampai jumpa.." teriak Reno dengan lambaian tangan yang dibalas oleh Yona seraya tersenyum


281545839f4defe6e856df671d26b64bcfe6226f.jpg



**To Be Continued**
 
Chapter 20 : The Blue Ocean (Part - 1)


April 2014, Minggu kedua

"Baiklah, silahkan semua merapat kebarisan masing-masing. Kita akan mulai perjalanan kita"

Terdengar suara dari pengeras yang menghimbau agar para pemegang tiket dapat dengan segera memasuki kapal pesiar, karena tour akan segera dimulai. Hari ini dan 2 hari ke depan, Reno dan Naomi akan berlibur dengan kapal pesiar. Naomi menepati janjinya setelah beberapa hari yang lalu mereka sempat bertaruh dan dia kalah. Dan akhirnya disinilah mereka berdua.

"Jadi ini liburan yang kamu janjikan?? Kamu dapet tiketnya darimana??" tanya Reno sedikit heran

"Aku dapet dari papa. Dua lembar tiket langsung loh!!" ujar Naomi dengan perasaan senang yang tampak dari ekspresi wajahnya

Hari itu Naomi dan Reno akan mengikuti tour dari salah satu perusahaan tempat papa Naomi bekerja. Tour 3 hari 2 malam dengan kapal pesiar yang baru saja di produksi dan di launching seminggu yang lalu.

"Baiklah kita sudah masuk ke dalam kapal, aku mau telfon kak Angel sebentar ya" ujar Reno sambil mengambil ponselnya

Naomi hanya mengangguk dan kembali melihat-lihat di dalam kapal pesiar tersebut. Kapal mewah ini tidak terlalu besar karena tujuan utamanya adalah untuk kualitas penumpang, sehingga hanya dibatasi 150 penumpang. Namun untuk fasilitas tidak perlu diragukan, semua fasilitas tergolong mewah dan kelas satu dengan kelengkapan yang sempurna.

"Kapal pesiar ini merupakan salah satu proyek uji coba dari Royal Umbrella dengan visi misi mengedepankan kualitas dari pelayanan terhadap penumpang. Sehingga dari segi jumlah penumpang kami tidak terlalu memaksimalkan, karena bagi kami yang terpenting adalah optimal" ujar seorang laki-laki paruh baya kepada Naomi

"Royal Umbrella kalau enggak salah anak perusahaan Umbrella Corporation ya??" tanya Naomi

"Ya benar sekali, sepertinya anda tahu banyak mengenai perusahaan Umbrella Corporation??" tanya laki-laki paruh baya

"Aku pernah membaca artikel di internet tentang perusahaan ini. Senang bisa berbincang dengan anda" ujar Naomi sambil menyalami laki-laki paruh baya tadi

"Senang juga rasanya berbincang dengan nona cantik seperti anda, silahkan nikmati tournya. Kalau ada sesuatu silahkan bertanya kepada pelayan yang ada disini. Dan jangan sungkan-sungkan" ujar laki-laki paruh baya itu dan kemudian pergi meninggalkan Naomi

Dua jam berlalu setelah kapal pesiar berangkat dari pelabuhan terdekat, terlihat Naomi duduk di kamarnya yang berada di dek 2 sambil membereskan beberapa pakaiannya. Terdengar suara pintu diketuk dengan pelan, dengan segera Naomi membuka pintu dan ternyata Reno yang berdiri di hadapannya

"Bosen di kamar terus, kita jalan-jalan yuk ke cafe di dek 1" ajak Reno

"Baru juga aku mau ajak kamu, sebentar ya" ujar Naomi sambil menutup kembali pintunya

28154592ab2efaefd138a0cd9a3758821137b2ba.jpg


Di dalam cafe itu terdengar suara Naomi yang melantunkan lagu berbahasa Jepang yang bercampur dengan bahasa Inggris. Suara merdunya mampu membuat pengunjung cafe terpana dan bertepuk tangan. "Aku enggak tahu kamu bisa bahasa jepang! Suaramu juga sangat bagus!!" puji Reno kepada Naomi namun hanya di balas dengan senyuman olehnya. Menyadari ada yang salah, Reno menjadi sedikit panik dan salah tingkah. "Kamu kepikiran sesuatu??" tanya Reno. "Enggak kok, bukan apa-apa. Aku cuma.." ujar Naomi terdiam dan segera berlari menuju kamar mandi meninggalkan Reno yang kebingungan dibuatnya.

"Bro, sepertinya kamu tidak mengerti arti dari lagu yang kekasihmu bawakan barusan??" ujar seseorang pria muda yang tiba-tiba mendatangi Reno

"Ah? Sepertinya begitu. Dan juga dia bukan.." ucapan Reno terpotong dengan sodoran ponsel dari pria itu yang berisi beberapa teks lirik lagu dalam bahasa inggris, yang tampak seperti lagu yang di bawakan oleh Naomi


The last kiss tasted like tobacco

A bitter and sad smell

Tomorrow, at this time

Where will you be?

Who will you be?

You are always gonna be my love

Even if i fall in love with someone else once again

I'll remember to love

You taught me how

You are always gonna be the one

It's still a sad song

Until i can sing a new song

The pause time is about to start moving

There's many things that i don't want to forget about

Tomorrow, at this time

I will probably be crying

I will probably be thinking about you

You will always be inside my heart

You will always have your own place

I hope that i have a place in your heart too

Now and forever you are still the one

It's still a sad song

Until i can sing a new song

You are always gonna be my love

Even if i fall in love with someone else once again

I'll remember to love

You taught me how

You are always gonna be the one

It's still a sad song

Now and forever

-First Love ~ Utada Hikaru-

Naomi membuang tisu yang dia pakai untuk menyeka air mata yang membasahi pipinya. Ditatapnya cermin yang berada disana, dia melihat dirinya begitu rapuh dan tidak tahu apa yang sedang merasuki dirinya, Dia rapuh, lemah dan hilang, mengingat semua pembicaraannya dengan Reno sebelum dia bernyanyi di cafe tersebut. Dia melihat dari mata Reno bagaimana rasa cintanya untuk gadis yang kini berada jauh darinya, padahal dia tahu gadis itu tidak mengingat sama sekali apa yang pernah terjadi diantara mereka. Satu hal yang dia tahu, perasaannya kini mungkin tidak akan terbalas. Tapi setidaknya dia sudah mencoba mengutarakan kepada Reno.

Kini Naomi merasa lebih baik, setelah memastikan tidak ada bekas air mata di wajahnya dia keluar dari kamar mandi.

"Tunggu.." sebuah suara mengagetkan Naomi dan menggapai tangannya sehingga dia berbalik, ternyata sosok Reno hadir disana. Beberapa detik mereka bertatap mata, hingga akhirnya Naomi tak kuasa lagi untuk tidak memeluk Reno. Dipeluknya tubuh laki-laki yang kini sepenuhnya dicintai olehnya. Reno terdiam dan membalas pelukan Naomi dan menyadari bahwa kini air matanya menetes kembali

28154599f2ffd5def7afb9a4c6e70c467c62390e.jpg



"Maaf Ren.." ujar Naomi terbata-bata

"Terima kasih lagunya. Suaramu bagus. Aku suka" bisik Reno di telinga Naomi

"Terima kasih, i'll always love you" ujar Naomi sambil mengecup pipi Reno

Terdengar iringan tepuk tangan dari pengunjung cafe yang sepertinya salah paham dengan apa yang terjadi sebenarnya. Mereka bertepuk tangan dengan wajah bahagia seperti melihat sepasang kekasih yang saling mengutarakan cintanya.

Beberapa saat kemudian suasana kembali seperti sebelumnya, para pengunjung kembali menikmati suasana di cafe tersebut dengan hidangan yang disajikan. Begitu juga Reno dan Naomi kembali duduk di tempat mereka dan menikmati hidangan mereka. Tiba-tiba datang kembali pria muda yang sebelumnya menghampiri Reno. Dia memberi selamat kepada Reno dan Naomi dengan menyalami mereka. Sepertinya malam ini sedikit berkesan bagi Naomi, setidaknya itu yang dia rasakan setelah ungkapan perasaannya tersampaikan. Walaupun dia tahu Reno belum bisa membalasnya.

"Terima kasih, malam ini aku sedikit merasa senang" ujar Naomi kepada Reno yang mengantarkannya ke kamar

"Sedikit??" tanya Reno

"Iya, tapi itu sudah cukup. Aku tahu dimana posisiku sekarang, jadi.. Terima kasih" ujar Naomi sambil tersenyum dan berbalik hendak masuk ke dalam kamar

"Kamu ada di hadapanku sekarang" jawab Reno tiba-tiba

Naomi terdiam dan menoleh, sambil tersenyum dia berkata "Tapi aku bisa lihat hatimu enggak ada disana untukku"

"Kau tahu, aku akan selalu ada untukmu. Ah, tidak. Aku akan berusaha untuk selalu ada" jawab Reno

"Maksudmu??" tanya Naomi sedikit bingung

"Kau tahu, terakhir aku berjanji untuk selalu ada kepada seseorang, sesuatu terjadi padanya. Dan aku tidak ingin itu terjadi padamu"

Naomi terdiam, perlahan raut wajahnya mulai menampakkan kesedihan yang tertahan. Dia menghampiri Reno seraya memeluknya. Mereka berdua larut dalam pelukan hangat yang kemudian di sambut dengan sesenggukan tangis air mata Naomi yang tertahan.

"Aku mulai menyayangimu semenjak pertama kali aku melihatmu. Terdengar bodoh memang. Tapi itu yang aku rasa sampai sekarang. Maaf jika harus seperti ini" ujar Naomi sambil mengecup pipi Reno, kemudian dia menutup pintu kamar dan meninggalkan Reno yang masih diam mematung.


April 2014, Minggu kedua - hari kedua pelayaran

Hari kedua di kapal pesiar dilalui Naomi dengan cukup menggembirakan, terlebih dari Reno sendiri sudah mulai membuka hati terhadap Naomi. Mereka sedang menikmati makan siang ketika tiba-tiba terjadi sedikit keributan karena sebuah helikopter datang dan menurunkan beberapa agen khusus dari kepolisian. Terutama hadirnya seseorang yang tidak asing bagi Reno membuatnya terkejut dan sedikit penasaran dengan apa yang terjadi di kapal ini.

"Apa ada sesuatu yang terjadi Ren??" tanya Naomi tiba-tiba kepada Reno yang sedaritadi terus melihat ke arah kerumunan kepolisian yang datang

"Ah entahlah, tapi disana ada kak Charles, mungkin nanti saja aku akan berbicara dengannya" jawab Reno sambil kembali menyantap hidangan di depannya dengan gelagat yang tidak tenang. Pikiran dan perasaannya sangat penasaran dengan apa yang terjadi di kapal ini. Naomi sadar dengan perilaku Reno, dia paham betul pasti Reno sangat memikirkan kejadian tersebut. Rasa penasarannya tidak akan berhenti sebelum mengetahui apa yang terjadi. Beberapa menit kemudian Naomi meletakkan perlatan makannya dan memegang tangan Reno, "Sudahlah, pergi sekarang aja. Daripada makanmu enggak enak karena kepikiran terus" ujar Naomi kemudian disambut dengan ekspresi sedikit terkejut dari Reno, "Enggak apa-apa kok, aku mau nemenin kamu makan." jawab Reno. "Reno, sekarang aja enggak apa-apa. Aku bisa makan sendiri kok" jawab Naomi sambil tersenyum. "I'll be back" ujar Reno yang tersenyum seraya mencium kening Naomi dan meninggalkannya menuju kerumunan petugas kepolisian.

"As always, no matter what" gumam Naomi sambil tersenyum

Reno menemui Charles yang rupanya memimpin proses investigasi di kapal ini. Mereka mendapat laporan kalau ada bom yang telah di pasang di kapal, dan langsung melakukan investigasi. Kapten kapal sendiri mendapatkan surat ancaman pagi hari tadi di depan pintu kamarnya. Surat ancaman itu berisi bahwa pelaku akan meledakkan kapal jika tidak menyiapkan uang jaminan sebesar 1 milyar rupiah.

"Tolong jangan menyebarkan kabar ini terlebih dahulu, sebelum kami memastikan apakah ada bom di dalam kapal ini" ujar Charles kepada Reno

"Mungkinkah pelaku merupakan salah satu penumpang kapal ini??" tanya Reno tiba-tiba

"Kami sudah memeriksa data para penumpang dan menganalisa beberapa penumpang yang berpotensi menjadi pelaku, diantaranya adalah mereka yang mengikuti tour seorang diri dan latar belakang pekerjaan serta dari perusahaan mana dia bekerja. Aku sempat terkejut melihat namamu ada di daftar para penumpang, beruntung kamu tidak sendiri." jelas Charles

"Begitu ya, iya aku bersama dengan seorang teman. Dia mendapatkan tiket dari papanya, dan aku tentu saja tidak bisa menolak ketika dia mengajakku. Lagipula tampaknya aku juga butuh sedikit liburan kak." ujar Reno

"Sudahlah tidak apa-apa. Kami akan memanggil beberapa penumpang yang berpotensi menjadi pelaku dan menggeledah kamarnya. Kamu nikmati saja liburanmu. Oh ya, kamu beruntung berteman dengannya" ujar Charles yang melihat kearah Naomi.


.....

Hari menjelang sore, belum ada perkembangan berarti dari investigasi agen kepolisian. Tenggat waktu yang di berikan oleh pelaku adalah sampe pukul 10 malam ini, satu malam sebelum kapal berlabuh di pelabuhan. Sementara dari pihak Royal Umbrella sebagai perusahaan pemilik kapal pesiar ini sudah menyiapkan uang yang diminta oleh pelaku. Selain itu, belum ditemukannya bom di dalam kapal ini yang menyebabkan pihak kepolisian belum berani bertindak. Mereka hanya meminta para penumpang dan kru yang tidak berkepentingan untuk berkumpul di Ballroom dengan alasan akan ada jamuan spesial dari pihak perusahaan pembuat kapal pesiar.

"Mmm Ren, apa enggak sebaiknya aku telfon papa??" tanya Naomi yang menemani Reno bertemu dengan agen kepolisian dan Charles

"Oh iya, sekalian bisa kamu tanyakan sesuatu pada papamu?? Aku pikir dia tahu sesuatu tentang ini" ujar Reno menyodorkan selembar kertas kepada Naomi

Naomi menuju resepsionis dan hendak meminjam telfon satelit kepada kru yang bertugas, sementara Reno melihatnya dari kejauhan di tempat Charles dan agen kepolisian yang lainnya berada. Terdapat 3 penumpang yang diduga sebagai pelaku. 2 orang pria dan 1 orang wanita dicurigai sebagai pelaku teror bom ini.

"Loh, sudah selesai telfonnya??" tanya Reno kepada Naomi yang kembali

"Enggak bisa di telfon. Ya sudah ini kertasnya. Itu apa emangnya??" tanya Naomi penasaran

"Ah bukan apa-apa sih" jawab Reno sambil mengantongi kembali kertas tersebut

Tiba-tiba seorang kru dari resepsionis datang dengan wajah panik, "Maaf, ada telfon dari seseorang yang ingin berbicara dengan kapten. Katanya ini tentang keselamatan para penumpang". Mendengar hal tersebut Charles dengan cepat menyuruh anak buahnya untuk memanggil kapten.

"Halo dengan kapten John disini, dengan siapa saya berbicara??"

"Halo kapten, bagaimana?? *Srekk..srekk* Sudah anda *srekkk..srekkkk* uang yang saya minta..*srekk..srekkk*"

"Maaf, saya tidak bisa mendengar dengan jelas suara anda"

"Jangan *sreekk..srekkk* dengan *srekk..srekk*. Saya bisa menghancurkan *srekk...srekkk* dengan sekali tekan!!"

"Mohon maaf dengan sangat, tapi saya sama sekali tidak bisa mendengar suara anda"

"Sudah anda siapkan uangnya??!! Saya akan menghancurkan kapal ini jika uangnya belum tersedia!!"

"Soal uang itu sudah kami persiapkan, kemana kami harus mentransfernya??"

"Tidak perlu ditransfer, cukup masukkan dalam kantung besar kedap air. Dan taruh di salah satu lifeboat yang ada di kapal ini. Untuk lifeboat yang mana akan ku kabari selanjutnya"

"Maaf, tapi uangnya tidak berada di kapal ini. Kami tidak tahu akan ada hal semacam ini jadi mana mungkin kami mempersiapkan uang sebanyak itu di atas kapal ini. Yang jelas pihak perusahaan sudah menyiapkan uangnya. Kalau memang harus diantar ke posisi kapal ini berada, itu akan memakan waktu."

"Kalau begitu lakukan saja yang menurut kalian bisa kalian lakukan. Jam 10 malam ini jika uangnya tidak berada di tempat yang aku minta, kamu sebagai kapten bisa memanjatkan doa sebanyak-banyaknya agar diampuni atas tindakan menghilangkan nyawa seluruh penumpang"

Kapten John menutup telfonnya dan berbicara kepada Charles dan agen kepolisian lainnya, mereka sadar ada yang tidak beres dengan apa yang terjadi di kapal ini. Sekali lagi, mereka melakukan pemeriksaan di seluruh bagian kapal untuk mencari barang yang dicurigai sebagai bom seperti yang dikatakan pelaku teror. Untuk berjaga-jaga, Charles sudah meminta pasukan khusus untuk menyusul kapal pesiar ini. Setelah memberikan laporan tentang adanya ancaman teror bom dan juga titik koordinat kapal, pasukan khusus diperkirakan paling cepat bisa mencapai titik lokasi kapal kurang lebih 4 jam, 1 jam lebih cepat dari ancaman peledakan bom oleh pelaku teror. Begitu juga dengan uang yang diminta pelaku, akan dikirim bersama dengan pasukan khusus.

"Kamu darimana saja??" tanya Reno kepada Naomi yang terlihat kembali ke ruangan. "Maaf, aku dari toilet. Terus ketemu dengan seorang bapak paruh baya, dan kami ngobrol sebentar. Aku bertemu dengannya saat pertama kali naik kapal ini kemarin. Dari ceritanya kemarin kayaknya dia tahu betul tentang kapal ini dan perusahaan yang membuatnya." ujar Naomi

"Dimana kamu bertemu dengannya??" tanya Reno

"Di Hall, waktu itu dia bersama dengan seorang wanita yang memakai pakaian ketat, seperti baju selam. Dan juga wajahnya memakai masker sehingga aku tidak bisa melihat wajahnya. Oh iya, rambutnya pendek sebahu dan berwarna sedikit coklat keemasan." jelas Naomi

Reno tampak lega mengetahui bahwa tidak terjadi apa-apa dengan Naomi mengingat bahwa pelaku teror kemungkinan besar berada di dalam kapal ini. "Lain kali, bilang ya kalau mau kemana. Kondisinya lagi bahaya" ujar Reno sambil mengusap kepala Naomi.

"Sebaiknya kalian ikut berkumpul dengan penumpang lain di Ballroom, kami akan menangani hal ini." ujar Charles tiba-tiba kepada Reno dan Naomi. "Baiklah. Tolong ya kak." ujar Reno sambil menggandeng tangan Naomi dan berlalu menuju Ballroom

Di dalam Ballroom ternyata memang ada jamuan dengan hidangan yang spesial, semua tamu tampak menikmati hidangan dan sesekali berbicara dengan yang lainnya. Tidak ada satupun penumpang yang tahu tentang ancaman teror bom terhadap kapal ini, kecuali Reno dan Naomi.

"Semua orang menikmatinya, kamu juga harus menikmatinya" ujar Reno kepada Naomi sambil memberikan segelas minuman

"Terima kasih, tapi aku sedikit takut. Bagaimana kalau mereka gagal??" ujar Naomi dengan wajah gelisah

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kak Charles orang yang berkompeten dan berpengalaman. Oh ya ngomong-ngomong apa kamu lihat bapak-bapak yang di Hall tadi di sini??" tanya Reno

"Kenapa bisa seyakin itu?? Kayaknya aku enggak lihat deh, dimana ya dia??" ujar Naomi sambil melihat sekeliling Ballroom

"Untuk saat ini, jika yang dipikirkan kak Charles sama dengan yang aku pikirkan maka tidak lama lagi mereka akan menangkap pelakunya. Mmm bapak-bapak itu mungkin ada di Bridge." jelas Reno

"Benarkah?? Semoga saja cepat tertangkap pelakunya dan kita bisa menikmati sisa liburan kita. Oh iya, bridge itu apa??" tanya Naomi

"Ya semoga saja. Bridge itu istilah dalam pelayaran kapal pesiar yang merujuk pada tempat kemudi kapal dan atau navigasi." jelas Reno

"Oh iya aku baru ingat, di dada sebelah kanan bapak itu terdapat name tag. Kalau enggak salah bacanya Chief Officer deh." ujar Naomi mengingat-ingat

Reno tiba-tiba terdiam, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya setelah mendengar penjelasan Naomi. Beberapa menit kemudian terlihat Charles dan beberapa agen kepolisian memasuki Ballroom seperti hendak mencari sesuatu di dalam Ballroom. Mereka menyebar dan berkeliling sambil terus memperhatikan para pengunjung yang tengah menikmati hidangan. Beberapa orang mulai tampak curiga dengan apa yang dilakukan Charles dan agen kepolisian lainnya, hingga akhirnya seseorang memberanikan diri bertanya padanya. Dan tentu saja Charles berkata bahwa semuanya baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Beberapa orang percaya dan yang lainnya sedikit tidak mempercayainya. Bahkan ada yang meminta untuk kembali ke kamarnya masing-masing, menyebabkan situasi menjadi sedikit panik.

"Apa yang terjadi kak??" tanya Reno yang mendekati Charles

"Pelaku mengirimkan surat dan meninggalkannya di depan pintu Bridge. Chief Officer yang menggantikan kapten John mengaku tidak melihat siapapun karena dia fokus memegang kemudi kapal." ujar Charles

"Apa isi suratnya kak??" tanya Reno

281546199a0546938f09da82c744e349d1ee43bc.jpg



"Pelaku menantang pihak kepolisian??" ujar Reno sedikit heran

"Terlihat seperti itu, tapi prioritasku sekarang adalah keamanan penumpang. Aku sempat berpikir untuk menghentikan kapal, tapi kata kapten hal itu akan memperbesar resiko keselamatan kapal. Jadi aku meminta kapten supaya kapal kita kembali ke arah pemberangkatan. Hal ini tentu akan memperpendek jarak yang harus di tempuh oleh kapal pasukan khusus yang sedang berusaha menyusul kita." jelas Charles kemudian memerintahkan anak buahnya untuk memeriksa kabin penumpang apakah ada yang belum berkumpul di Ballroom dan juga memeriksa toilet.

"Reno.. Anterin aku ke kamar dong. Aku agak sakit kepala pengen istirahat.." ujar Naomi tiba-tiba menggandeng tangan Reno dan memeluknya. "Ah baiklah, nanti aku bilang kru kapal untuk membawakan obat sakit kepala untukmu" ujar Reno sambil membopong Naomi pergi menuju kamarnya. "Hei, aku membawa obat sakit kepala. Ambillah siapa tahu bisa meredakan sakit kepalanya." ujar seorang laki-laki yang menghampiri Reno. "Tentu saja akan membantu, terima kasih. Siapa nama anda??" tanya Reno. "Panggil saja Stefan. Ku kira pacarmu butuh istirahat lebih. Segeralah" ujar Stefan. Reno hanya mengangguk dan mengantar Naomi ke kamarnya dan setelah meminum obat dia membiarkannya istirahat. "Jangan buka pintunya untuk siapapun kecuali aku yang meminta ya." bisik Reno kepada Naomi. "Iya, kamu mau kemana??" tanya Naomi lirih. "Kita harus menemukan pelaku secepatnya. Jadi aku akan segera kembali. Cepat sembuh" ujar Reno seraya mencium kening Naomi.



**To Be Continued**
 
Chapter 21 : The Blue Ocean (Part - 2)


Sebuah langkah kecil dan pelan terdengar samar-samar dari depan kabin bernomor 207. Helaan nafas yang terdengar seperti deburan ombak di pantai, saling memburu dengan cepat. Dia berusaha membuka pintu kabin menggunakan kunci yang dia keluarkan dari saku celana jeansnya. Pintunya terbuka, hanya cahaya sinar rembulan yang masuk menerangi lewat jendela membuatnya berhati-hati dalam melangkahkan kakinya. Seseorang yang terlihat berada dibalik selimut tempat tidur membuat dirinya tidak bersabar, di keluarkannya saputangan yang sebelumnya telah di lumuri oleh obat bius. Tangan kanannya menarik selimut tersebut sedangkan tangan kirinya bersiap dengan saputangan yang akan melumpuhkan siapapun yang menghirupnya.

"Sayang sekali, obat yang kamu berikan belum aku minumkan kepadanya" ucap Reno dari salah sudut kamar yang diikuti oleh lampu yang menyala

Tangannya tiba-tiba diborgol oleh Charles yang ternyata berada di balik selimut dan dengan cekatan melumpuhkannya. "Kau ditangkap atas dugaan percobaan pembunuhan berencana" tegas Charles

"Hei hei, apa yang kalian maksud?? Aku tidak mengerti!!" ujar lelaki tersebut

"Stefan?? Bener kamu Stefan??" tanya Naomi yang juga berada di dalam kamar tersebut

"Kamu baru menyadarinya?? Dasar perempuan jalang!!" ujar Stefan yang hendak menghampiri Naomi namun tertahan oleh borgol ditangannya

"Jaga bicaramu!!" jawab Reno yang tampak mulai sedikit emosi

Reno yang hendak menghajar Stefan dihentikan dengan cekatan oleh petugas polisi lainnya. Suasana yang mulai memanas memaksa Charles dan petugas kepolisian lain memindahkan Stefan ke sebuah ruangan di dek 1. Mereka mencecar Stefan dengan berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan ancaman bom di kapal tersebut. Sementara Reno menenangkan Naomi yang sedikit terguncang. "Sudah tenang ya, ini air putih" ujar Reno yang datang dengan segelas air putih. "Terima kasih, apa benar dia pelakunya??" tanya Naomi "Aku harap juga begitu. Kamu tunggu disini sebentar ya. Pak polisi, tolong jaga nona ini sebentar ya. Aku ingin menemui kak Charles" ujar Reno

Di ruangan tersebut Stefan terdengar mengelak terhadap segala tuduhan yang diberikan padanya, terlebih lagi mengenai ancaman bom terhadap kapal ini. Dia sama sekali tidak tahu tentang adanya ancaman bom tersebut.

"Apa hubunganmu dengan gadis itu??" tanya Charles

"Gadis?? Siapa?? Naomi?? Tanyakan saja padanya" ujar Stefan mengelak

"Tidak perlu kak Charles, biar aku jelaskan. Dia merupakan salah satu mantan kekasih adik Naomi, Sinka namanya. Dia mengkhianati Sinka dan hal itu diketahui oleh Naomi. Namun Sinka masih mempercayainya hingga memaksa Naomi melakukan hal yang tidak terduga. Dia menjebaknya, di depan mata Sinka hingga akhirnya mereka berpisah. Dan mungkin saat ini kamu hendak balas dendam padanya." ujar Reno

"Wanita itu akhirnya bercerita ya?? Sungguh sangat disayangkan, padahal malam itu aku berencana membuat masa depannya hancur!!" jelas Stefan dengan tawa iblis yang keluar dari mulutnya

"Sekarang katakan pada kami, dimana kamu pasang bom di kapal ini??!!" tanya Charles

"Sudah aku bilang, aku tidak tahu apapun soal bom!! Aku baru mengetahuinya dari pertanyaan kalian!!" elak Stefan

"Lalu apa tujuanmu di kapal ini?? Hanya untuk balas dendam kepada gadis itu??" tanya Charles

"Tentu saja, tidak ada yang perlu diragukan. Aku merencanakan ini jauh-jauh hari ketika tahu bahwa dia akan berlibur dengan kapal pesiar. Aku menghubungi temanku yang kebetulan menjual tiket kapal pesiar ini dan berharap dia mengenaliku. Ternyata dia sama sekali tidak mengenaliku ketika aku berpapasan dengannya di koridor dek 1. Dan aku memastikannya sekali lagi dengan menawarinya minuman sewaktu berada di Ballroom yang sudah aku campur dengan obat yang mengakibatkan sakit kepala. Dan memberinya obat tidur yang aku bilang sebagai obat penghilang sakit kepala" jelas Stefan dengan sorot mata yang mengarah kepada Reno

"Ya, aku beruntung mengingat beberapa penjelasan kak Charles tentang salah satu penumpang pria bernama Stefan Wishkolt yang membawa beberapa butir obat yang diakui sebagai obat sakit maag. Pria yang berlibur sendiri dan mengaku dari perusahaan yang berkecimpung di bidang teknologi dan informasi." ujar Reno

"Baiklah aku mengaku telah berbohong. Tapi hanya soal obat itu, memang obat tidur dan soal aku ingin membalas dendam pada Naomi. Selebihnya tentang bom dan apapun yang berkaitan dengan hal itu aku sama sekali tidak tahu!!" jelas Stefan dengan penuh keyakinan

"Kalau begitu katakan padaku siapa yang menulis surat ini!!" Charles menunjukkan surat ancaman kepadanya. Stefan terdiam dan membaca dengan wajah terkejut. Dia tidak berkata apa-apa, dia terlihat sangat syok dan benar-benar terkejut. "Apa yang terjadi di sini?? Aku sama sekali tidak tahu apapun tentang itu semua!!" jelas Stefan

"Benarkah?? Baiklah kalau begitu kita kembali ke Ballroom. Kau juga sebaiknya kembali ke Ballroom" ujar Charles kepada Reno

"Aku disini aja kak, menjaga pria malang ini" ujar Reno sambil tersenyum

"Baiklah, akan ada petugas kepolisian yang berjaga di depan pintu. Oh iya, kemana gadis itu??" tanya Charles

"Dia sedang bersama anggota polisi yang lain kak. Aku meminta pak polisi itu untuk menjaganya." ujar Reno

"Begitu ya, baiklah aku akan menyuruhnya untuk kembali ke Ballroom juga. Kalau ada apa-apa segeralah menghubungiku atau petugas polisi yang berjaga di depan. Ini untukmu" ujar Charles yang meletakkan pistolnya kemudian meninggalkan ruangan tersebut.

Kini hanya tersisa mereka berdua, Reno dan Stefan. Reno mengambil kursi dan menempatkannya di dekat posisi Stefan terikat. "Pada siapa kamu membeli tiket kapal pesiar ini?? Ini adalah Inaugural Voyage yang tiketnya tidak diperjualbelikan oleh pihak perusahaan." tanya Reno dengan sorot mata tajam kepada Stefan

"Kamu menyadarinya ya?? Aku tidak membelinya, aku hanya menukarkan uangku dengan pemegang pertama tiket tersebut. Dan dia tidak keberatan. Apa aku yang salah??" tanya Stefan

"Begitu ya, kalau begitu kamu pasti tidak asing dengan nama ini" ujar Reno sambil menunjukkan kertas yang dia ambil dari saku celananya. Didalamnya terdapat sebuah tulisan nama seseorang. Stefan membacanya dan sedikit terkejut namun berusaha untuk menguasai dirinya. Dia menggeleng tanda bahwa dia tidak mengetahu apa-apa tentang nama yang tertulis pada kertas tersebut. Mendengar jawaban yang tidak diharapkan, Reno berdiri dan mengambil pistol yang ditinggalkan Charles dan hendak meninggalkan Stefan di dalam ruangan tersebut.

"Apa kau sudah menidurinya?? Bagaimana rasanya?? Aku jadi ingin mencobanya. Setelah adiknya, mungkin kakaknya juga tidak jauh berbeda dengan adiknya. Hahaha" ujar Stefan dengan tertawa

Tawa Stefan berganti dengan jerit ketakutan setelah Reno melepas sebuah tembakan yang untungnya tidak mengenai tubuhnya. Stefan memaki-maki Reno namun hanya dibalas dengan todongan pistol tepat di kening Stefan. "Wanita bukan hal yang bisa kau permainkan. Kau seharusnya membusuk di penjara atas perbuatanmu" ujar Reno yang mulai dikuasai oleh amarah. Stefan terdiam tanpa adanya kata yang terucap dan dengan wajah yang ketakutan. Beberapa detik kemudian Reno terlihat mulai bisa menguasai dirinya, diturunkannya todongan pistol dari kening Stefan, kemudian beranjak menuju pintu ruangan.

"Na..nama itu, dia adalah pimpinan perusahaan pesaing dari perusahaan yang papa Naomi pimpin. Dia juga adalah ayahku." Ucapan Stefan membuat langkah Reno terhenti, "Sudah aku duga, nama ini tertera di manifest yang ada di resepsionis. Tanda tangannya berbeda dengan namanya, yang sama hanya huruf yang terbaca seperti Wishkolt. Namun goresan sebelum itu sama sekali tidak terbaca sebagai Richard, namun lebih ke namamu. Dan jika aku tidak salah duga, kamu yang menawarkan diri untuk membalaskan dendam ayahmu kepada papa Naomi melalui anaknya. Kamu berhasil melakukannya pada Sinka, dan sekarang kamu hendak melakukannya kepada Naomi." jelas Reno

"Sepertinya kamu tahu banyak. Dari siapa kamu mengetahuinya??" tanya Stefan

"Aku beruntung punya 'mata' yang bisa melihat apa saja. Kakekmu, pendiri perusahaan 3W. William Wishkolt World-cruise yang bergerak pada pelayaran kapal pesiar kelas dunia. Kapal yang kalian gunakan semuanya merupakan kerjasama dengan perusahaan Royal Umbrella. Namun semua terhenti karena.."

"Reno, sudah. Jangan diteruskan.." sela Naomi yang tiba-tiba berada di dalam ruangan tersebut


Mereka berdua terkejut dengan kehadiran Naomi didalam ruangan tersebut. Naomi menghampiri Reno seraya memegang tangannya. "Aku mohon jangan diteruskan.." pinta Naomi

"Semua terhenti karena papa gadis itu lebih memilih bekerja sama dengan perusahaan lain sebelum akhirnya memutuskan untuk mengembangkan bisnis pelayaran sendiri. Hal ini membuat perusahaan yang waktu itu ayahku pimpin menjadi rugi dan bangkrut tidak lama setelahnya. Namun balas dendam kami hanya kepada Naomi, aku dan ayahku sama sekali tidak berniat untuk memasang bom seperti apa yang dikatakan oleh polisi tadi!!" jelas Stefan

Tidak ada yang benar-benar tahu siapa pelaku teror bom sebenarnya, begitu juga Reno dengan otaknya yang masih dipenuhi dengan berbagai misteri. Termasuk juga surat ancaman itu..

"Surat ancaman itu. EPIRB. Emergency Position-indicating Radio Beacon. Benarkah orang itu??" gumam Reno dalam hatinya

"Renoooo!!!" teriakan Naomi mengagetkan Reno yang tengah berpikir dan mendapati seorang laki-laki tengah mendekap Naomi dengan pistol yang mengarah ke pelipis kepalanya

Suasana menjadi tegang, mulut Naomi yang dibekap oleh tangan pelaku serta pistol yang mengarah ke kepalanya membuat Reno maupun Stefan tidak bisa berbuat apa-apa. Petugas kepolisian pun masih berada di Ballroom dan kemungkinan tidak mengetahui maupun mendengar apa yang terjadi di ruangan ini. Tidak beberapa lama kemudian kedatangan Kapten John dengan segelas kopi di tangan kanannya sedikit membuat laki-laki tersebut panik dan memaksa Naomi untuk ikut keluar bersamanya hingga sekarang mereka berada di Hall, beberapa petugas polisi melihatnya dan melaporkan ke Charles yang ternyata sudah menemukan bom yang di pasang di bawah meja hidangan. Beberapa penumpang sempat panik namun beberapa petugas kepolisian berusaha menenangkan dan memindahkan bom itu ke suatu ruangan dan sedang berusaha dijinakkan.

"Tenanglah, gadis itu tidak ada hubungannya dengan ini semua. Katakan kepada kami apa maumu" ujar Charles merayu laki-laki tersebut

"Justru ini semua tentang gadis ini, akhirnya aku mempunyai kesempatan untuk melakukannya. Setelah ini kalian bisa menangkapku, tapi tentu saja setelah aku membunuh gadis ini" ujar laki-laki itu

Doorr..!!!!!

Sebuah peluru melesat mengenai betis Naomi yang masih berada dalam dekapan laki-laki berambut gondrong yang berpakaian serba hitam itu. Tubuh Naomi hampir terjatuh dan terlihat pingsan tidak sadarkan diri.

"Kak Charles sekarang saatnya" teriak Reno yang ternyata menembakan peluru dari pistol yang dia ambil

Tanpa banyak bicara Charles yang berada paling dekat dengan orang laki-laki itu segera menyerangnya. Laki-laki itu tampak kesusahan menopang tubuh Naomi yang ambruk. Charles memukul bagian kepala laki-laki itu dan saat itu tubuh Naomi yang terlepas hampir jatuh ke lantai. Disaat yang tepat Reno berhasil menopang tubuh Naomi dan Charles yang berjibaku dengan laki-laki itu berhasil menendang jauh pistol yang dibawanya. Tanpa kesulitan dia berhasil membekap laki-laki itu dengan dibantu beberapa petugas polisi yang berada di ruangan. Sedangkan Reno menggendong tubuh Naomi dan membawanya ke sofa yang berada di salah satu sudut Hall kemudian meminta kotak P3K kepada kru kapal yang berada disana.

"Bagaimana keadaannya??" tanya Charles yang sedikit panik mengenai keadaan Naomi

"Dia tidak apa-apa, hanya luka lecet pada betis kanannya. Dia pingsan hanya karena syok, sebentar lagi dia akan tersadar." ujar Reno sambil membalut luka lecet pada betis Naomi

"Reno, kamu enggak apa-apa??" ujar Naomi yang mulai sadar

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu, tapi sepertinya kamu baik-baik saja. Syukurlah" ujar Reno kemudian duduk di sebelah Naomi yang tertidur di sofa

"Itu tadi siapa?? Dia pelaku yang sebenarnya??" tanya Naomi

"Ya, dia pelaku sebenarnya. Kamu istirahat ya, semuanya akan baik-baik saja" ujar Reno

Naomi mengangguk dan melihat ke arah bekas luka di betis kanannya, dengan spontan Reno meminta maaf, "Soal luka itu aku minta maaf ya, aku enggak berniat untuk melukaimu. Dan mungkin enggak akan bisa". "Benarkah? Kamu janji enggak akan melukaiku lagi??" tanya Naomi dengan wajah serius. "Janji.." jawab Reno sambil menyentuh ujung hidung Naomi dengan jari telunjuknya dan dengan sedikit dorongan lembut yang membuat wajah Naomi sedikit memerah. "Sudah ya, aku mau lihat pelaku yang tertangkap. Untuk saat ini sudah 2 orang pelaku yang tertangkap. Entah mereka saling mengenal atau tidak. Sebaiknya kamu ikut berkumpul di Ballroom biar lebih aman" ujar Reno

Pelaku yang tertangkap setelah Stefan merupakan salah satu mantan karyawan di perusahaan Royal Umbrella, motif yang mendorongnya untuk melakukan ini semua karena cinta yang bertepuk sebelah tangan terhadap Naomi. Dia merasa sakit hati hingga tidak ada yang berhak mendapatkan Naomi selain dirinya, untuk itulah dia melakukan hal ini. Namun dari pernyataannya dia sama sekali tidak tahu tentang surat ancaman dan bom yang berada di kapal ini.

"Ini aneh, kalian tidak mengenal satu sama lain?? Kalian bertindak atas dasar keinginan sendiri??" tanya Charles mempertegas pernyataan mereka

"Aku sama sekali tidak diperintah oleh siapapun. Aku memang berniat membunuh nona Naomi karena bagiku tidak ada satu orang pun di dunia ini yang berhak memilikinya selain aku!!" ujar lelaki itu

Seluruh kru dan petugas kepolisian hanya terdiam mendengar pengakuan pilu darinya, sepertinya semua tersadar akan sakitnya rasa yang bertepuk sebelah tangan.

"Kak Charles, kurang 1 jam dari tenggat waktu yang tertulis di surat ancaman. Bagaimana dengan pasukan khusus?? Apakah mereka sudah datang??" tanya Reno tiba-tiba

"Seharusnya sudah dekat, apalagi kita terbantu dengan arah kapal yang memutar kembali ke arah keberangkatan.." Charles terdiam dan menyadari suatu hal, wajahnya sedikit panik dan meminta anak buahnya untuk segera pergi memeriksa Bridge tempat seharusnya Chief Officer berada. Tidak lama berselang terdengar bunyi ledakan yang bersumber dari lambung kapal yang menyebabkan mesin kapal tiba-tiba terhenti. Hal ini menimbulkan kepanikan dari penumpang yang berada di Ballroom. Ketika sampai di Bridge, mereka mendapati bahwa pintu telah terkunci dari dalam. Charles mengintip dari porthole dan melihat tubuh Kapten John tergeletak dengan tubuh penuh luka tembak dan darah yang menggenang. Tidak jauh dari tubuhnya terlihat seseorang yang juga tergeletak dengan memegang pistol di tangan kanannya. Terlihat genangan darah keluar dari daerah sekitar kepalanya. Dengan segera Charles dan bantuan beberapa petugas kepolisian mendobrak pintu beberapa kali hingga akhirnya terbuka. Mereka segera memeriksa kedua tubuh tersebut dan memastikan bahwa Kapten John dan Chief Officer telah meninggal 1 jam yang lalu. "Hello, I am Will W. Chief Officer" ucap Reno membaca name tag di dada Chief Officer yang memegang pistol dengan peredam di tangan kanannya. Setelah memeriksa tubuh kedua korban mereka memasukkannya dalam kantong mayat dan mencoba memakai radio satelit untuk meminta bantuan. Dengan kondisi mesin kapal yang mati, Chief Engineer melaporkan bahwa telah terjadi kebakaran di bagian mesin yang di curigai berasal dari ledakan yang terdengar sebelumnya. Mesin yang tidak bisa dihidupkan kembali dan terlebih lagi menimbulkan lubang yang cukup besar yang dapat membuat kapal tenggelam. Mengetahui hal itu Charles beserta petugas kepolisian lain dan dibantu oleh kru kapal memerintahkan untuk evakuasi menggunakan lifeboat sambil menunggu bantuan datang.

"Reno, apa yang kau lakukan??!! Cepat menuju lifeboat, kita tidak punya banyak waktu lagi!!" perintah Charles yang melihat Reno masih terdiam di Bridge.

"Ini aneh, masih kurang setengah jam dari waktu yang ditentukan berdasarkan surat ancaman" jawab Reno sambil mencari sesuatu. Setelah beberapa menit mencari akhirnya Reno menemukan suatu alat dengan tulisan E.P.I.R.B di tengah-tengahnya. Setelah menyalakan alat tersebut Reno begegas menuju boatstation dimana telah banyak penumpang yang mengantri untuk dievakuasi. Suasana yang menjadi ramai dan panik karena ketakutan penumpang membuat beberapa lifeboat tidak terisi penuh. Ditengah-tengah keadaan yang runyam, Reno berhasil menemukan Naomi yang ternyata juga mencarinya.

"Kamu darimana aja?? Aku takut" ujar Naomi sambil memeluk Reno

"Sudah tidak apa-apa, kami menemukan Kapten John dan Chief Officer yang kau temui telah meninggal. Dari dugaan ku sepertinya Kapten John ditembak oleh Chief Officer yang bernama Will. Dia membawa pistol di tangan kanannya dan terdapat lubang bekas tembakan di pelipis kanannya" ujar Reno

"Benarkah?? Apa dia yang melakukan semua ini??" tanya Naomi

"Sepertinya, dan sekarang kita tidak punya waktu lagi. Kapal akan tenggelam dan kita harus segera pergi dari sini" ujar Reno sambil tetap menggandeng tangan Naomi menuju antriandan akhirnya mereka naik di salah satu lifeboat yang tersisa.

"Mmm, Ren. Kamu bilang tuan Will memegang pistol di tangan kanannya??" tanya Naomi tiba-tiba

"Iya kami menemukannya seperti itu" jawab Reno

"Kok aneh ya, aku pikir dia kidal. Sewaktu berbicara denganku saat pertama kali dia sangat aktif menggunakan tangan kirinya. Begitu juga dengan jam tangan yang dia kenakan di tangan kanannya. Bahkan waktu kami bersalaman dia menggunakan kedua tangannya, mungkin untuk menghormatiku karena jika menggunakan tangan kiri terlihat tidak sopan" jelas Naomi

"Kamu yakin??!!" tanya Reno dengan sedikit terkejut

"Iya aku sangat yakin" jawab Naomi dengan mantap

28154660b96634f781c0292e183778a662b17a56.jpg


"Aku akan segera kembali" pamit Reno kepada Naomi kemudian dia melompat dari lifeboat kembali ke kapal. Naomi tidak bisa mencegahnya dan hanya berteriak memanggil-manggil nama Reno. Dia kemudian mencari Charles dan bertanya dimana Stefan dan pelaku yang bersamanya berada. "Ada apa?? Bukankah kamu sudah naik lifeboat ??" tanya Charles setelah memberitahu ruang mana tempat Stefan di tahan. "Aku hanya ingin memeriksa sesuatu" jawab Reno seraya meninggalkan Charles yang masih membantu mengatur proses evakuasi penumpang



**To Be Continued**
 
Chapter 22 : The Blue Ocean (Part - 3)


Kapal pesiar ini terlihat kosong karena hampir seluruh penumpang sudah berhasil di evakuasi menggunakan lifeboat. Hanya tersisa beberapa petugas kepolisian dan Charles yang masih membantu evakuasi kru kapal dan beberapa petugas kepolisian. Hingga akhirnya tersisa Charles dan 4 anggota kepolisan dan 1 lifeboat.

"Kalian bawa 2 orang tahanan kemari, aku akan mencari Reno yang kembali masuk ke dalam kapal. Kita bertemu 10 menit lagi di tempat ini.

"Siap!!" seru petugas kepolisian yang tersisa

Keempat petugas polisi menuju ruangan tempat dimana Stefan dan pelaku lainnya di tahan tanpa mereka ketahui bahwa sebenarnya kedua orang itu telah tewas oleh racun yang ditembakkan melalui jarum suntik pada pangkal pahanya. Sedangkan Charles akhirnya menemukan Reno yang jatuh tersungkur di pintu Bridge dan membantunya. Terlihat seorang wanita dengan memakai baju selam seraya melepas masker di wajahnya menodongkan pistol ke arah mereka berdua.

"Siapa kau??!!" tanya Charles

281546738d7addd923f622128c452915666c470e.jpg


"Aku hanya membereskan hal-hal yang berantakan disini" jawab wanita itu

"Dia orang yang membunuh Kapten John dan Chief Officer Will." ujar Reno

"Sepertinya kau punya cerita yang harus diceritakan padaku. Jika memang seperti itu, berarti wanita ini sangat berbahaya" bisik Charles

Wanita itu semakin mendekat dan dengan tiba-tiba Charles menyerangnya dengan tangan kosong dan berhasil menjauhkan pistol dari tangan wanita itu. Perkelahian tangan kosong terjadi diantara mereka berdua, namun ternyata wanita tersebut cukup kuat dan mampu mengimbangi teknik bela diri dari Charles. Bahkan dia terlihat mampu membuat salah satu agen kepolisian tersebut kewalahan. Dan dengan sekali bantingan, dia mampu membuat Charles tidak sadarkan diri.

"Hanya segini kemampuan agen kepolisian??" ujar wanita itu seraya bangkit dari tempatnya

"Chief Officer Will, dia adalah kakek dari Stefan Wishkolt. Pendiri dari perusahaan 3W, William Wishkolt World-cruise. Salah satu perusahaan penyedia jasa pelayaran kelas dunia yang bekerja sama dengan Royal Umbrella sebagai pembuat kapal pesiar. Ketika pimpinan perusahaan di berikan kepada ayah Stefan yaitu Richard Koeman Wishkolt, Royal Umbrella menghentikan kerja sama dengan mereka. Sehingga perusahaan 3W mengalami kerugian dan bangkrut. Tuan Richard dan Stefan berniat untuk membalaskan dendam kepada Royal Umbrella, yang pada saat itu tengah dipimpin oleh papa Naomi yaitu tuan Joseph Arkin" jelas Reno sambil memegang dadanya yang tengah kesakitan

"Kau sudah hampir mati, omonganmu sama sekali tidak berguna" wanita itu berucap sambil mengambil pistol yang tergeletak tidak jauh dari tempatnya berdiri

"Biar kutebak, tuan Joseph yang memerintahkanmu untuk melindungi Naomi dan menghentikan rencana keluarga Wishkolt bukan?? Siapa kamu sebenarnya?? tanya Reno dengan wajah serius

"Aku orang ketiga di setiap hubungan. Mereka yang memberiku upah dengan layak pantas mendapatkan apa yang aku bisa lakukan. Jadi apa permintaan terakhirmu??" tanya wanita itu

"Slayer Merah??" tanya Reno

Wanita itu terkejut mendengar pertanyaan dari Reno, dan tanpa menjawab mereka berdua dikejutkan oleh suara helikopter yang mendekat. Terdengar melalui pengeras suara yang berasal dari helikopter meminta wanita itu untuk menyerahkan diri. Namun tentu saja permintaan itu diabaikan olehnya. Beberapa detik kemudian terdengar suara derap langkah kaki yang menuju tempat mereka berdua. Tanpa banyak bicara wanita itu menembak Reno namun beruntung ada Charles yang mendorongnya sehingga tembakannya meleset. Menyadari bahwa dirinya sedang terdesak, dia memutuskan untuk melarikan diri dan menceburkan diri ke laut.

"Kau tidak apa-apa Ren??!!" tanya Charles yang mencemaskan keadaan Reno

"Tidak apa-apa, hanya sedikit nyeri dibagian perut" jawab Reno sambil membuka tangannya yang di pakai untuk menutup luka tembak yang diberikan oleh wanita itu

"Kita harus membawamu segera!!" seru Charles

"Ya, tentu saja.." ujar Reno yang kemudian tidak sadarkan diri


April 2014, Minggu Ketiga

4 hari berlalu semenjak kejadian di kapal pesiar yang menewaskan 2 anggota keluarga Wishkolt. Sehari sebelumnya terdengar kabar bahwa tuan Richard Koeman Wishkolt, ditemukan bunuh diri menggunakan pistol dengan peredam diujungnya. Selain itu ditemukan pula surat yang berisi pengakuan bahwa kejadian yang terjadi di kapal pesiar tersebut merupakan rencananya, dan dia menyesal sehingga memutuskan untuk melakukan bunuh diri. Kepolisian setempat menutup kasus tersebut dengan pelaku utama tuan Richard Koeman Wishkolt yang akhirnya ditemukan tewas.

Di sebuah kamar rumah sakit, terlihat Reno yang sudah sedikit sembuh dari luka tembak yang dia dapatkan. Ditemani Naomi yang sedang mengupas buah, mereka tampak ceria.


"Eh Ren, papaku ingin ketemu sama kamu. Mungkin sebentar lagi dia sampai." ujar Naomi

Reno hanya tersenyum menanggapi perkataan Naomi, karena dia tidak tahu maksud kedatangan papa Naomi sebenarnya. Tidak lama berselang terdengar sebuah ketukan pintu, dan seseorang masuk membawakan sebuah bingkisan.

"Papa?? Akhirnya datang juga. Ini Reno pa" ujar Naomi mengenalkannya pada Reno

"Hai nak Reno. Bagaimana keadaanmu??" tanya papa Naomi

"Saya baik-baik saja om, kebetulan nanti sore sudah boleh pulang. Senang bertemu dengan anda dan terima kasih sudah menjenguk" jawab Reno

"Baiklah, aku ke kamar mandi sebentar ya pa" ujar Naomi kemudian meninggalkan mereka berdua

Keadaan menjadi hening selama beberapa menit. Papa Naomi bangkit dari tempat duduknya dan melihat ke arah luar jendela.

"Terima kasih sudah melindungi putri kesayanganku" ucap papa Naomi

"Tidak perlu repot-repot tuan Joseph, sudah sewajarnya saya melindungi wanita yang sedang dalam bahaya" jawab Reno

"Begitu ya, jadi memang benar kata Shinta, lagi-lagi aku berhutang kepada keluarga Reinhart. Dan sepertinya kamu tahu bahwa orang tua akan melakukan apa saja untuk melindungi keluarga dan anak-anak kesayangannya" ujar papa Naomi

"Saya sangat mengerti. Yang tidak saya mengerti adalah kenapa keluarga Wishkolt??" tanya Reno mulai memancing

"Shinta tidak pernah bercerita padamu tentang Sinka?? Dia anak yang baik, periang. Tiada hari tanpa keceriaan yang bisa kulihat dan kuharapkan sepanjang hidupnya. Namun lelaki itu merusak semuanya. Dia merenggut keceriaan dari wajah Sinka. Dari awal aku sudah curiga terhadapnya ketika kutahu nama Wishkolt melekat di nama belakang pria itu."

"Bagaimana keadaan dia sekarang??" tanya Reno

"Sinka maksudmu?? Dia baik-baik saja. Semuanya kembali normal" ujar papa Naomi

Suasana kembali menjadi hening, kemudian papa Naomi kembali duduk di kursi samping tempat tidur Reno. "Apa saja yang kamu ketahui tentang kejadian di kapal pesiar itu??" bisiknya kepada Reno

"Aku bisa mengambil kesimpulan bahwa anda sudah mengetahui rencana keluarga Wishkolt untuk balas dendam kepada anda. Selanjutnya anda memberikan tiket kapal pesiar itu kepada tuan Richard Wishkolt yang ternyata memberikan tiket dan mandatnya untuk balas dendam kepada Stefan Wishkolt . Lalu anda dengan sadar menunjuk tuan William Wishkolt sebagai wakil kapten pada pelayaran itu karena anda tahu mereka akan menyabotasenya. Anda mengetahui bahwa tuan William menyewa seseorang yang mempunyai keahlian khusus dan membajaknya dengan iming-iming upah yang lebih tinggi. Naomi melihat tuan William dan agen sewaan itu beberapa saat sebelum tewasnya tuan William"

"Teruskan.." ujar papa Naomi

"Kapten John melihat agen sewaan tersebut membunuh tuan William dan sial baginya dia juga harus tewas di tangan agen sewaan tersebut. Dia membuat seolah-olah tuan William bunuh diri setelah membunuh Kapten John. Kejadian itu terjadi setelah agen sewaan anda memasang bom namun terlambat untuk meledakkannya. Hal itu yang membuat aku curiga bahwa ada orang lain dan bukan tuan William yang meledakkan bom di kapal." jelas Reno

"Anda ingin memberikan kesan bahwa keluarga Wishkolt menyabotase kapal anda dan bunuh diri bersama tenggelamnya kapal. Lalu anda dengan mudah bisa menuntut keluarga Wishkolt yang tersisa. Mungkin anda mengira bahwa yang tersisa adalah Stefan Wishkolt yang tidak anda sangka ternyata menggantikan peran ayahnya. Kemudian jika saya tidak salah duga, kematian tuan Richard Wishkolt masih ada hubungannya dengan anda." lanjut Reno

"Analisa yang menarik, kuharap kepolisian memiliki anggota sepertimu. Pasti semua kasus akan dengan mudah terpecahkan. Baiklah aku akan meninggalkan kalian berdua" ujar papa Naomi

"Maaf tuan Joseph, satu pertanyaan lagi" pinta Reno

"Ya, Reinhart??"

"Slayer Merah??"

"No need to talk" jawab papa Naomi sambil beranjak dari tempat duduknya

"Loh papa mau kemana?? Sudah mau balik??" tanya Naomi yang kembali ke kamar

"Iya nak, papa masih ada urusan. Kamu masih ingin disini bukan?? Jangan lama-lama, papa juga bisa kangen dengan anak kesayangan papa" ujar papa Naomi sambil mencium kepala Naomi

"Ah iya pa, nanti aku pasti kembali pulang. Papa hati-hati ya" ujar Naomi yang melihat papanya keluar dari ruangan

Joseph meninggalkan mereka berdua di dalam kamar dan Naomi kembali melanjutkan kegiatannya mengupas buah dan menyuapi Reno. Mereka tertawa dan bercanda hingga waktu jenguk telah habis serta tanpa sadar akan kehadiran Angel. Hingga akhirnya Naomi berpamitan dan berjanji akan datang lagi besok.

"Maaf ya Ren, menyusahkanmu lagi" ujar Angel tiba-tiba

"Untung saja kakak segera memberitahuku tentang salah satu anggota organisasi di kapal itu sebelum kami berangkat" jawab Reno

"Sebuah kebetulan ketika aku menemukan informasi tentang misi yang dia jalankan. Dan ketika kulihat nama kapalnya sama seperti nama kapal yang hendak kalian tumpangi, aku langsung menghubungimu" jelas Angel

"Ya, untung saja. Sampai kapan kakak akan tetap di organisasi??" tanya Reno

"Selama memungkinkan. sebelum kami tahu siapa orang utama yang berada di balik organisasi tersebut, tugas ku belum selesai" jawab Angel

"Kami??" tanya Reno penasaran

Angel terdiam tanpa menjawab apa yang Reno ucapkan, dia mengambil buku dalam tasnya dan mulai membaca. 10 menit berlalu dalam keheningan, Reno kembali melontarkan pertanyaan.

"Wanita itu siapa kak??" tanya Reno

"Anggota organisasi??" Angel balik bertanya

"Iya, dia cukup kuat bahkan mampu membuat kak Charles pingsan" kenang Reno

"Benarkah?? Kasian sekali Charles, sebaiknya besok aku menjenguknya. Oh ya, kami memanggilnya 'Mete'. Cantik namun mematikan" terang Angel

281546916fa9f75b1fa7d1dd283c8d856e975978.jpg





**To Be Continued**
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd