reinhartreno
Kakak Semprot
- Daftar
- 3 Sep 2019
- Post
- 166
- Like diterima
- 295
Chapter 1 - Have We Met Before??
November 2013, Minggu pertama
"Engghh.... mmmphh terus Ren, terus.. Mppphhh"
"Ini enak banget sayang... Mmmpphhhh" ujarnya sambil memaju-mundurkan pinggangnya menghujam lubang surgawi milik gadis tersebut.
"Ahhh... terus... Mpppphhhh...Bentar lagi aku sampai.. Engghhh" lenguhan gadis itu membuatnya menaikkan tempo gerakan pinggulnya
"Aaaakuuu jugaaaaa... sebentar lagiii... Mmmmppppphhhh"
"Kkkkkyaaaaaaaaaaa....." teriak gadis itu yang diikuti dengan tubuhnya yang menggelinjang hebat
"KRIIIINGGGGG......KRIIIIIIINGGGGGG......KRIINNGGGGGGGGG!!"
Suara dering telepon membangunkannya, laki-laki dengan rambut lurus dan potongan shaggy berwarna hitam itu tampak sedikit kecewa karena menyadari bahwa yang terjadi sebelumnya adalah ingatan tentang mantan kekasihnya di dalam alam mimpi. Hari itu masih terlihat terang saat laki-laki tersebut beranjak dari kursi malas yang membuatnya tertidur karena semalaman mengerjakan tugas kuliah yang tidak kunjung selesai dan terus menghantuinya. Setelah sedikit sadar, dia menuju sumber suara telepon tersebut.
"Gila, kenapa kejadian dengan Acha kembali berputar di ingatanku" ujarnya dengan langkah gontai menuju meja dengan telepon rumah di atasnya
"Gimana kabarnya ya?? Terakhir kali seperti itu memang dengan dia seorang" gumamnya yang terduduk di kursi dan terdiam sejenak, mengacuhkan dering telepon yang terus berbunyi sedaritadi
"Halo" akhirnya dia mengangkat panggilan itu
"Selamat siang, benar ini dengan rumah keluarga Reinhart?"
"Iya kenapa?"
"Bisa bicara dengan kak Reno?"
"Iya saya sendiri, maaf ini dengan siapa ya??"
"Ini dari kantor majalah Rhythm ingin menkonfirmasi jadwal wawancara"
"oh, baiklah"
Laki-laki itu bernama Reno Navle Reinhart, seorang mahasiswa di salah satu kampus yang tidak terlalu terkenal, namun tetap memiliki kebanggan tersendiri bagi mereka yang berhasil menjadi bagian daripadanya.
"Begini mas cuma mau mengkonfirmasi nanti jam 8 malam ke kantor untuk wawancara di lantai 3, kalau bisa personel bandnya harus lengkap ya."
"Oh begitu ya, baik kak nanti saya sampaikan kepada teman-teman"
"Baik kak ditunggu kedatangannya. Terima kasih."
Sambungan telepon terputus dan Reno kembali ke teras samping rumahnya. Dia duduk di lantai yang menggunakan perkerasan batu alam dan memandang ke arah kolam ikan yang terdapat beberapa ikan hias. Suara gemericik air dan juga hembusan angin menemani Reno siang itu.
"Hai ikan, apakah kau tak punya masalah?? Kau berenang seperti itu membuatku iri.." ujar Reno seakan mengajak ngobrol ikan-ikan tersebut. Namun mereka tetap diam membisu dan berenang berkelompok. Ditengah-tengah lamunan Reno terdengar bunyi panggilan dari ponselnya yang sempat membuat kaget. Dengan wajah sedikit kesal dia menjawab panggilan itu.
"Halo sob lama amat angkat teleponnya, lagi terjebak kenangan mantan?"
"Ya seperti itu kira-kira, ada apa??" jawab Reno dengan sedikit bercanda
"Hahaha, gini sob nanti wawancaranya jadi jam berapa? Sepertinya aku enggak bisa bareng harus nganter nyokap dulu"
"Oh iya tadi orang dari majalah itu menghubungiku dan bilang kalau wawancaranya jam 8. Tapi mungkin aku sudah standby di sana jam 7."
"Baiklah aku akan kesana tidak sampai jam 8. Sudah dulu ya sob."
Reno menutup panggilan dan melempar ponselnya ke sofa yang berada di sampingnya. Tidak lama berselang dia kembali mengambil ponselnya dan menghubungi teman-teman yang lainnya.
"Halo Putri? Nanti jadi wawancara ya jam 7. Kumpul di rumahku jam 6 ya."
"Oke siap pak boss." jawab Putri melalui panggilan ponsel Reno.
"Oke sekarang tinggal Bahari yang belum ku kabari." ujar Reno
Sesaat setelah menghubungi Putri, Reno langsung mencari kontak Bahari, teman satu fakultas dan satu jurusan dengan Reno dan Kira, sedangkan Putri merupakan mahasiswi Desain Komunikasi Visual di fakultas yang sama dengan mereka.
"Ah aku lupa, ponsel Bahari sedang rusak. Apa aku ke tempat kosnya sekarang aja ya sekalian jemput dia?. Sepertinya lebih baik begitu." ujar Reno dalam hati.
Reno segera bersiap-siap dan langsung menuju tempat kos Bahari yang terletak cukup dekat dengan rumahnya. Setibanya dari menjemput Bahari, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 6 lebih 15 menit, mereka duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi sambil menunggu Putri yang rencananya akan datang jam 6 sore.
"Hampir setengah 7 ini sob, dimana Putri?" tanya Bahari
"Entahlah, kita tunggu sebentar lagi" ujar Reno sambil mencoba menghubungi Putri
Tidak lama berselang terdengar seperti suara memanggil Reno dari luar. Reno dan Bahari segera beranjak keluar rumah dan mendapati Putri tengah berdiri di depan gerbang Rumah Reno. Tanpa pikir panjang Reno segera mengambil mobil dan mereka segera menuju ke tempat wawancara tersebut. Setelah perjalanan sekitar 30 menit akhirnya mereka sampai juga di sebuah gedung berlantai 5 yang merupakan tempat wawancara dengan sebuah majalah di kota itu.
"Jam 7 lewat 5 menit. Kalian ke atas dulu saja aku mau menunggu Kira" ujar Reno kepada Bahari dan Putri
Bahari dan Putri hanya mengangguk dan langsung menuju ke lantai 3 tempat wawancara itu berlangsung, sedangkan Reno duduk di loby gedung sambil memainkan ponselnya. Tidak lama berselang karena rasa lapar yang menyerang Reno beranjak keluar dari gedung tersebut dan memutari komplek gedung sambil berharap ada penjual makanan yang lewat.
"Aah .." tiba-tiba langkah Reno terhenti pada sebuah halte bis yang tidak jauh dari gedung tersebut
Matanya tertuju pada senyum manis seorang gadis di halte bis.
"Kak, nunggu bis juga?" uja Reno basa-basi seraya menghampirinya
"Mmm iya, kakak nunggu bis juga?" dia menjawab dengan senyum kecil di bibirnya.
"Ah jangan panggil kak, kita seumuran deh kayaknya. Panggil saja Reno", seloroh Reno sok kenal.
"Ah iya kak Reno", jawab gadis itu
"Lho sudah dibilang jangan panggil kak, Reno aja. Kalau si cantik ini namanya siapa?" tanya Reno
"Melody. Panggil aja Melody" jawab gadis itu
"Ooh Melody, pantes aja " jawab Reno sambil melihat sekeliling
"Kenapa emangnya?" tanya Melody
"Kayak pernah lihat deh, eh bukan maksudku.." jawab Reno dengan sedikit gugup
Selang beberapa menit mereka berdua mulai asik mengobrol sampai terdengar bunyi panggilan dari ponsel mereka berdua. Melody segera menjawab panggilan tersebut namun Reno tetap membiarkan ponselnya berdering.
"Mel, aku udah di depan kampusmu, kamu balik ke kampus ya pulang sama aku", suara dari telepon itu terdengar oleh Reno karena mereka berdekatan
"Gak usah aku bisa pulang sendiri. Jangan hubungi aku lagi!!", begitu perkataan yang keluar dari mulut Melody. Tak lama berselang Melody segera menutup panggilan tersebut dan memasukkan ponselnya ke dalam tas.
"Mmm dari pacarnya ya,Mel?", tanya Reno memulai pembicaraan lagi
Gadis itu tidak menjawab dan memalingkan wajahnya dari hadapan Reno.
"Eh maaf kok bukan bermaksud apa-apa, sori-sori Mel".
"Oh gak apa-apa kok..", jawab Melody sambil berusaha tersenyum
Setelah kejadian itu mendadak suasana canggung, Reno tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana lagi karena takut salah. Begitu juga dengan Melody yang hanya diam. Tidak lama berselang bis yang ditunggu Melody pun tiba. Dia hanya tersenyum lalu masuk menuju bis meninggalkan Reno yang masih terpana, entah karena senyuman gadis itu begitu menawan atau karena Reno masih bingung dengan kejadian yang baru saja terjadi.
"Aaaah bodoh kenapa aku tidak meminta nomor ponselnya..", gerutu Reno
Senyumannya begitu sedap dipandang, menyejukkan hati orang yang melihatnya..
Itu awal pertemuan mereka. Pertemuan yang akan membawanya melalui pengalaman baru yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Namun dia tidak tahu, yang sudah dia ketahui untuk saat ini adalah seorang gadis yang bernama Melody berserta senyumnya yang paling indah. Dan sejak saat itu dia memanggilnya dengan "Si Senyum Renyah"

November 2013, Minggu kedua
"Melody, panggil aja Melody.."
Suara itu terus terngiang di pikiran dan membuatnya tidak bisa tidur dengan tenang selama 3 hari terakhir. Tampak rasa penasarannya bertambah besar seiring dengan hilangnya jejak gadis itu. Sedikit penyesalan di hatinya bahwa pada hari itu mereka bertemu untuk berpisah.
"Sudah pagi ternyata. Sepertinya aku benar-benar butuh tidur lebih" ujarnya seraya mengusap matanya yang masih lengket dan melihat jam dinding yang menempel pada dinding sisi kanan dari tempat tidurnya. Dia terbelalak dan kaget melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 7 lewat 15 menit. Dengan tergesa-gesa dia pergi ke kamar mandi dan pergi ke kampus, karena hari itu adalah deadline pengumpulan tugas.
Sesampainya di kampus, dia dan temannya yang bernama Kira yang memilih untuk melewati lobby gedung fakultas mereka karena tertarik dengan kerumunan mahasiswa disana.
"Desain Agriculture dan Desain Agrobisnis 2013 bersama Univ.Atmakarya Sentosa", ucap Kira membaca spanduk di loby fakultas
"Atmakarya Sentosa? Sepertinya aku pernah tahu universitas itu" ujar Reno
"Kampusnya beberapa blok di sebelah kampus kita. Seharusnya kau menyadarinya" ujar Kira sedikit sinis
"Oh benar kah? Sepertinya aku kurang fokus haha." ujar Reno tertawa
"Sepertinya kau butuh hiburan sob." ujar Kira masih dengan nada sinis
Reno tidak menjawab perkataan Kira, dia diam termenung seperti memikirkan sesuatu.
"... Mel aku udah di kampusmu„ cepet balik ke kampus..." tiba-tiba kalimat itu terlintas di pikirannya.
"Eh sob, gedung tempat kita wawancara kemarin letaknya di sekitar kampus??" tanya Reno kepada Kira
"Iya sob, tepatnya di seberang kampus kita. Kemarin kan kita lewat jalan yang baru saja di perbaiki, jadi enggak lewat jalanan depan kampus" jelas Kira
"Gedung yang ada halte bis itu diseberang kampus kita?" tanya Reno penasaran
"Iya sob, coba aja cek pake peta yang ada di ponsel pintarmu." ujar Kira sambil memainkan ponselnya
Tanpa menjawab perkataan Kira, Reno langsung membuka ponsel pintarnya dan mengecek peta sekitar kampus mereka. "Hahaha aku baru sadar kalau gedung kemarin, kampus kita dan Universitas Atmakarya Sentosa itu masih satu kawasan" ujar Reno pada Kira
"Makanya kalo ngampus itu yaa lihat sekitar„ jangan wanita saja yang kau lihat." seloroh Kira sambil menuju ke kelas.
"Namanya juga jomblo sob hahaha" timpal Reno sambil tertawa
Mereka berdua masuk ke dalam kelas dan setelah mengumpulkan tugas, Reno mengajak Kira untuk melihat-lihat pameran yang berada di loby fakultas. Pameran itu sendiri bisa dibilang cross major study karena melibatkan 2 program studi yang berbeda dalam hal disiplin ilmu. Sambil melihat-lihat, perhatian Reno tertuju pada sosok seorang gadis dengan rambut yang dikuncir dan memakai kemeja putih serta dipadukan dengan celana skinny jeans. Karena penasaran Reno akhirnya mendekati gadis tersebut.
"Maaf kak kalau boleh tahu ini pameran apa ya?" tanya Reno kepada gadis tersebut
"Ini pameran..." jawab gadis itu dengan sedikit wajah terkejut setelah mengetahui bahwa Reno yang bertanya
"Kok bengong aja kak? Mmm maksudku Melody" ujar Reno yang memastikan apakah pikiran gadis tersebut masih berada ditempat itu atau tengah berjalan-jalan ke dalam ingatannya sendiri.
"Kamu yang waktu itu ya? Di halte bis??" ujar Melody sambil menunjukkan ekspresi wajah tidak percaya
"Iya aku yang di halte bis waktu itu. Kamu kuliah di Universitas Atmakarya Sentosa??" tanya Reno
"I..iya. Kamu kuliah disini?? Jurusan apa?" tanya Melody dengan sedikit gugup
"Ya begitulah, aku kuliah jurusan arsitektur. Ini acara mu ?" tanya Reno
"Wah calon arsitek ya kereeen!! Iya ini acaraku ayo ramein ya haha ." ujar Melody sambil tertawa
"Kalau gitu boleh join nih??" tanya Reno sambil mengambil bolpoint dan menuliskan namanya di form yang tertera di atas meja
"Boleh-boleh ayo join ajak teman-teman mu. Nanti siang ada seminarnya juga loh dan pembicaranya juga orang keren!!" ujar Melody merayu
Reno hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya tanda bersedia. Setelah menulis namanya di form tersebut dia memberikannya kepada Melody.
"Loh aku pikir namamu Reno, kok ditulis Rein Hart??" tanya Melody dengan heran
"Ah benarkah? Maaf maaf aku pikir kamu lupa namaku." ujar Reno sambil menambahkan kata 'Reno' di depan kata Reinhart.
"Aku bukan tipe orang yang pelupa kok. Kamu tenang aja" ujar Melody sambil mengecek kembali nama yang ditulis oleh Reno
"Baguslah, sekarang susah cari cewek yang cantik dan daya ingatnya kuat. Oh ya berarti kamu sampai sore disini??" tanya Reno
Wajah Melody tiba-tiba memerah karena perkataan Reno barusan. "Iya sampai sore kok aku Ren" jawabnya
"Kalau gitu nanti habis seminar aku ajak lihat-lihat kampusku ya, siapa tahu kamu berminat untuk pindah supaya kita gampang ketemunya" ujar Reno seraya tersenyum
"Bisa aja kamu Ren, iya deh aku mau nanti aku tunggu disini aja ya" jawab Melody sambil tersenyum
"Kita tukeran nomor ponsel aja Mel biar enak, biar gak nyari-nyari gitu nanti." usul Reno
"Boleh, nih nomorku" ujar Melody sambil mengeja nomor ponselnya Setelah mereka bertukar nomor ponsel, Reno pergi meninggalkan Melody karena dia harus melanjutkan kelas kuliahnya.
Acara seminar telah berakhir, Reno mengajak Melody untuk melihat-lihat kampusnya hingga akhirnya mereka berhenti di kantin pusat dan memesan makanan dan minuman. Mereka mulai mengobrol dan bercanda seperti sudah saling kenal sejak lama.
"Oh iya waktu itu ngapain kamu ada di halte bis, Ren??" tanya Melody sambil menikmati waffle pesanannya
"Oh itu aku lagi nyari kunang-kunang, Mel" jawab Reno singkat
"Ha? kunang-kunang?? terus dapet gitu ??" tanyanya dengan rasa penasaran
"Enggak sih„ tapi aku nemu sesuatu" cerita Reno yang rupanya membuat Melody sedikit penasaran
"Nemu apaan???" tanyanya dengan penasaran
"Nemu gadis cantik penunggu bis" ujar Reno setengah meledek
"Hiii, apaan yaa penunggu bis. Situ juga penunggu bis ah" ujarnya tak mau kalah
"Hahaha bercanda-bercanda, Mel" kata Reno menenangkan
Mereka berdua mengobrol sampai hari menjelang gelap. Tanpa mereka sadari, sepasang mata tengah menatap dan mengamati mereka. Seseorang yang sudah lama mengenal Reno, yang datang dengan sebuah maksud dan tujuan.
**To Be Continued**