Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

Cerita 49 – BinOr Tetanggaku

Mbak Dinar


Sebelumnya perkenalkan.. nama saya Wawan –Samaran..– Saya sekarang berprofesi sebagai seorang konsultan di Kota S.
Bagi para pembaca yang memerlukan jasa konsultasi penulisan ilmiah –skripsi/thesis..– bisa kontak e-mail saya, pasti akan saya bantu sampai selesai.
Okay.. saya akan memulai menceritakan pengalaman saya waktu masih kuliah dahulu.

Hari itu adalah malam Jum'at Pon.. kira-kira 7 tahun yang lalu.
Hari itulah awal yang mengubah kehidupanku.. dari seorang mahasiswa yang lurus-lurus saja.. pokoknya serba lurus deh..!
Apalagi kalau si kecil lagi tegang.. wah lurus sekali..! Ha..ha..ha..

Waktu itu aku masih kuliah di satu-satunya PTN yang ada di kota S.
Sebagai seorang anak rantau aku kost di belakang kampus yang cukup jauh dari keramaian.

Pertimbanganku untuk memilih kost di tempat itu adalah disamping harganya murah..
aku juga berharap dapat menghindari godaan keramaian yang ditawarkan kota S itu.

Maklum.. misiku ke kota S ini adalah untuk menimba ilmu demi masa depan.
Berkali-kali orangtuaku menyuruhku agar hidup prihatin.. karena mereka pun harus hidup prihatin demi menyekolahkanku.

Dengan memilih tempat itu rasanya aku sudah berusaha memenuhi permintaan orangtuaku, yaitu agar hidup prihatin.
Namun ternyata nasib membawaku lain dan melenceng dari misi semula ini.

Sudah dua taun aku kost di daerah itu.. sehingga aku sudah kenal baik dengan semua masyarakat penghuni kampung itu.
Aku sudah dianggap sebagai warga karena kesupelanku dalam bergaul.

Nah.. dari kesupelanku itulah aku sudah terbiasa bercanda dengan setiap penduduk dari anak kecil hingga nenek-nenek.
Suatu hari pada saat liburan semester.. aku tinggal di tempat kost sendiri karena memang aku tidak pulang.. maklum aku aktif di kegiatan kampus.

Waktu itu sedang musim kemarau.. sehingga banyak sumur penduduk yang kering..
Jadi hanya sumur di tempat kostku itulah yang masih cukup banyak airnya.. sehingga banyak tetangga yang ikut minta air dan bahkan ikut mandi di kost-ku.

Dan di antara mereka ada satu tetanggaku yang waktu itu umurnya mungkin hanya terpaut 7 atau 8 tahun di atasku..
namanya Mbak Dinar – samaran..–

Perawakannya sedang tidak begitu tinggi – tingginya sekitar 158 - 160 cm..– tetapi bodynya tidak kalah dengan pesenam aerobik deh.
Kulitnya sawo matang khas wanita Jawa dan wajahnya manis sekali.. terutama pada saat tersenyum.. aduh makk..!

Dia sudah punya suami dan dua orang anak yang masih kecil.. yang pada saat itu umurnya baru 4 dan 2 tahunan.
Dia berjualan barang-barang kelontong di dekat kost-ku.

Nah suatu hari.. seperti biasa pagi pagi sekali Mbak Dinar ketok-ketok pintu tempat kostku.. biasa mau ikutan ambil air dan sekaligus mandi.

"Dik.. Dik.. cepet tolong bukain pintunya..!" Dia berteriak agak tak sabaran.
"Iya bentar Mbak..” jawabku sambil setengah mengantuk.

"Kok lama banget to Dik..?” Suaranya terdengar tak sabar.
"Ada apa sih Mbak kok nggak sabar sekali..?” Tanyaku saat kubuka pintu untuknya.

Wajahnya nampak meringis menahan sesuatu. Rupanya dia sudah mulas dan hendak buang hajat daritadi.
"Anu Dik.. aku sakit perut nih..” katanya agak malu.

Begitu pintu terbuka ia langsung lari terbirit-birit masuk KM dan membanting pintu. Rupanya sang beban sudah hampir keluar.. pikirku.

"Sorry ya Dik.. tadi Mbak nggedor-nggedor..” katanya.. usai melepaskan hajatnya.
"Habis perut Mbak udah mulas dan di rumah nggak ada air.. itu lho bapaknya anak-anak semalam enggak pulang..
jadi Mbak belum sempat ngisi air di rumah.. maafin Mbak ya..”

"Ah enggak apa-apa kok Mbak, saya malah harus berterimakasih udah dibangunin sama Mbak..”

Sejak itu hubunganku dengan Mbak Dinar jadi tambah akrab.
Hingga pada suatu siang, aku ingat hari Kamis, Mbak Dinar datang ke tempat kostku.

Siang itu ia kelihatan manis sekali dengan memakai baju kaos lengan panjang warna krem ketat yang mencetak tubuhnya.

"Eh Dik Wawan.. hari ini ada acara enggak..?” Tanyanya begitu kutemui di teras depan.
"Mm.. kayaknya enggak Mbak.. memang ada apa Mbak..?” Tanyaku agak penasaran.

"Anu Dik.. kalau tidak keberatan nanti adik Mbak ajak pergi ke Gml mencari bapaknya anak-anak, Dik Wawan enggak keberatan kan..?”
"Lho memangnya Mas Gun di sana di rumah siapa Mbak..?” Tanyaku semakin penasaran.

"Anu Dik.. katanya orang-orang Mas Gun sudah punya istri simpanan di sana.. jadi Mbak mau melabrak..
tapi Mbak nggak berani sendirian.. jadi Mbak minta tolong Dik Wawan nganter Mbak ke sana..”

"Baiklah Mbak.. tapi saya enggak mau ikut campur dengan urusan Mbak lho.." kataku menyanggupi permintaannya.

Sorenya kami berdua dengan sepeda motor milik Mbak Dinar berboncengan ke arah Gml, + 27 KM sebelah utara kota S arah ke Pwd.
Mbak Dinar membawa sebuah tas yang cukup besar. Aku jadi curiga, tetapi tetap diam saja.. pokoknya wait and see-lah prinsipku.

Kami tak banyak bicara saat dalam perjalanan. Hingga setelah sampai ke Gml aku baru bertanya letak rumahnya.
"Oh.. itu.. itu masih terus ke utara Dik..” jawabnya agak tergagap.

Kecurigaanku makin mendalam tetapi tetap diam saja sambil kuikuti permainannya.
I'll follow the game..! Begitu pikirku, toh tidak ada ruginya dengan wanita yang cukup menarik ini.

Kami terus ke utara hingga sampai ke tempat di mana terdapat gerbang bertuliskan ‘Obyek Wisata Gn Kmks..?

"Lho kok ke sini to Mbak.. apa enggak kebablasan..?” Tanyaku agak bingung.
"Anu.. anu sebenarnya Mbak enggak mencari Mas Gun kok Dik.. tapi Mbak mau ziarah ke sini..” Jawabnya agak khawatir kalau aku marah.

Aku kasihan juga melihatnya saat itu yang begitu ketakutan. Aku Cuma menghela napas.. tapi tidak ada ruginya kok bagiku.
Toh Mbak Dinar orangnya cukup manis dan menarik jadi berlama-lama berdekatan dengannya juga tidak rugi pikirku menghibur diri.

Singkat cerita aku dan Mbak Dinar mengikuti ritual yang harus dilakukan di sana.
Ternyata bukan hanya kami berdua yang ada di sana. Ratusan bahkan mungkin ribuan orang datang ke sana sore itu.
Semuanya mempunyai tujuan yang sama ‘Berziarah’ –atau berzinah barangkali lebih tepatnya.. hehe..–

Soalnya yang aku dengar kalau berziarah ke sana untuk mencari berkah harus berpasangan yang bukan suami-istri..
dan harus ‘Tidur’ bersama di sekitar cungkup –makam..– yang ada di sana..
–Mungkin ini ritual mencari kekayaan yang paling nikmat di dunia.. he.. he.. he..–

Setelah mengikuti berbagai ritual dan prosesi, selesailah sudah acara mohon berkah. Sekarang tinggal 'finishing'-nya, yaitu tidur bersama..!
Aku sendiri menjadi panas dingin membayangkan aku harus tidur dengan seorang wanita..!

Gila.. ini benar-benar pengalaman pertama bagiku. Seumur-umur belum pernah berdekatan dengan wanita.. apalagi harus tidur bersama..!
Dan katanya harus 7 kali malam Jum'at berturut-turut pula..! Wuaduhh.. Gila..! Benar-benar tur gila.. asyiik..!

"Eh Dik Wawan sudah punya pacar belum..?” Tanya Mbak Dinar memecah kesunyian.
"Eh.. mm. anu.. bbel.. belum Mbak.." jawabku agak tergagap.. soalnya lagi ngelamun yang lain.. lagian pikiranku sedang bingung.

Mbak Dinar mungkin tau apa yang kurasakan.. jadi dia Cuma diam saja dan menggandengku mencari tempat untuk menggelar tikar..
–Rupanya Mbak Dinar sudah mempersiapkan segalanya dari rumahnya.. Sontoloyo..! Makiku dalam hati..
Tapi aku juga senang membayangkan mau tidur dengan wanita semanis Mbak Dinar ini..–
Rupanya mencari tempat yang ‘Sesuai’ –dalam artian sepi dan aduhai..– di sekitar cungkup pada malam itu susah juga.

Aku yang baru kali itu mengunjungi Gn Kmks.. takjub sekali dengan pemandangan yang kulihat di sana.
Bukan keindahan alamnya yang kukagumi.. tetapi begitu banyaknya pasangan yang memenuhi lokasi sekitar cungkup..
bak ikan bandeng dijajar-jajar.

Gilanya semua mungkin bukan pasangan suami-istri yang sah..
–Kalau boleh kukatakan ini namanya ‘Perzinahan masal’ bukannya ‘Perziarahan masal’.. Haha.. –

Cukup lama kami mencari tempat untuk bermalam di tempat terbuka.
Rupanya malam Jum'at Pon ini adalah hari ‘Raya’-nya Gn Kmks. Ramainya mungkin malah melebihi keramaian di Kota S.

Dan semua pasangan itu rela ‘Tidur’ bersama di tempat terbuka..
berjajar-jajar tanpa sekat pelindung yang membatasi privasi dengan pasangan lain di sebelahnya.

Akhirnya.. setelah cukup lama mondar-mandir melewati jalan setapak nan gelap dan di kanan-kirinya bergelimpangan pasangan yang sedang melakukan 'Laku' tidur bersama.. kami menemukan tempat yang kami anggap 'sesuai' bagi kami.

"Di sini saja Dik Wawan.. tempatnya masih longgar.." kata Mbak Dinar sambil melepas gandengannya dan mulai menggelar tikar yang dibawanya.

Di sebelah kanan dan kiriku ada pula pasangan yang sudah terlebih dahulu menempati kapling mereka.
Jadi aku dan Mbak Dinar termasuk datang agak terlambat.

Setelah basa-basi sejenak dengan tetangga kanan-kiri kami pun rebahan sambil berpelukan dalam gelap di tempat terbuka lagi.

Aku yang masih lugu tak tau harus berbuat apa. Soalnya seumur-umur baru kali inilah aku memeluk seorang wanita dewasa.
Tanganku diam saja sementara debar jantungku tak teratur.

Mbak Dinar yang semula hanya memeluk.. perlahan-lahan mulai mengelus dadaku.. sementara itu salahsatu pahanya ditumpangkannya di atas pahaku.
Kontan saja batang kemaluanku mengeras.. tapi aku tak berani berbuat apa-apa.

Saat itu kurasakan kalau tubuh bagian bawah Mbak Dinar terbungkus sarung.. karena salahsatu pahanya menindih pahaku.
Napasku semakin memburu dan jantungku berdebar kian keras saat ia mulai meraba-raba puting dadaku.

"Dik.. ikutan masuk sarung aja biar hangat.." bisiknya pelan.. seolah takut terdengar pasangan yang ada di samping kami.
"Ba.. baik Mbak..” Jawabku juga pelan.

Lalu dengan hati-hati sekali aku mulai ikut memasukkan tubuh bagian bawahku ke sarung yang dipakai Mbak Dinar.
Jadi sekarang satu sarung berdua..!

Aku sangat terkejut saat tubuh bagian bawahku masuk ke dalam sarung.
Ternyata Mbak Dinar tidak memakai selembar kain pun pada tubuh bagian bawahnya.
Celana panjang yang tadi dipakainya sekalian celana dalamnya.. rupanya sudah dilepaskannya secara diam-diam saat mengenakan sarung tadi.

Aku jadi serba salah.. mau gerak tak berani.. mau diam kok seperti ini..!?
Batang kemaluanku yang daritadi sudah keras menjadi semakin keras.. memberontak dalam celanaku.

Apalagi tanpa dapat kucegah.. tangan Mbak Dinar mulai meraba-raba batang kemaluanku dari luar celanaku.
Napasku kian memburu mendapat perlakuan seperti itu.

"Ayoo.. pegang dada Mbak.. Dik..” bisik Mbak Dinar dengan napas yang juga sudah mulai memburu.
Aku dengan 'terpaksa' –karena gak kuat menahan napsu..– mulai menggerakkan tanganku dan meraba-raba dada Mbak Dinar dari luar gaunnya..

Hmm.. Kurasakan dadanya begitu sekal dan kenyal.. mungkin semua wanita begitu kali ya..

Napas kami semakin memburu tangan kami saling meraba dalam gelap..
–Mungkin.. ini yang dimaksud dengan peribahasa 'sedikit bicara banyak bekerja' kali ya..?
Pinter juga tuh orang yang bikin peribahasa ini.. atau mungkin dia nemu peribahasa gini saat lagi begituan kali..! Hahaha..–

"Mbak.. ahkk..” bisikku pelan-pelan tanpa berani bersuara keras-keras..

"Masukkan tanganmu Dik.. remas tetek Mbak.. ayoo..” bisik Mbak Sum yang menyadarkanku.

Sebenarnya tanpa disuruh pun aku sudah ingin meraba langsung bukit menggairahkan itu.
Segera dengan semangat 45 –Ini kan jamannya tujuh-belas Agustusan..– bak pejuang kita dahulu, aku menyusupkan tanganku ke dalam kaos ketatnya dari bagian bawah dan mulai mencari-cari bukit kenyal di dada Mbak Dinar.

Tanganku terus meraba dan bergerak liar di dalam kaus Mbak Dinar dan terpeganglah apa yang kudambakan.
Kusibak BH yang masih menempel dan tanganku bergerak liar di balik BH itu.
Begitu gemas rasanya aku meremas dan meraba –boso jowone ‘Ngowol’..– kedua bukit kembar itu bergantian.

"Och.. ter.. terushh.. Dikk.. ouch..” Kudengar Mbak Sum berbisik pelan sekali di telingaku dengan napas yang semakin memburu.

"Ayo lepaskan celanamu itu Dik..” bisiknya lagi.

Dengan hati berdebar keras membayangkan apa yang akan terjadi kuturuti permintaan Mbak Dinar.
Kuhentikan aktivitasku di dada Mbak Dinar dan melepas celanaku pelan sekali.

Soalnya takut ketahuan tetangga di sebelahku.. yang sempat kulirik mereka juga sedang krusak-krusuk sendiri dalam gelap.
Aku tau itu dari bunyi gemerisik kain yang bergeser-geser.

Setelah melepas celanaku dan menyimpannya di tas Mbak Dinar aku mulai beraktivitas lagi.. dan Mbak Dinar juga.
Kami saling meraba lagi. Batang kemaluanku yang sudah sangat keras.. –dalam bahasa Jawanya 'ngaceng berat'..– diurut dan diremas dengan lembut oleh Mbak Dinar.. menimbulkan rasa geli yang luar biasa..

Aku sempat tak bisa bernapas merasakan hal ini..

Tanganku pun sekarang mulai berani bergerak sendiri. Sasaranku sekarang adalah bagian bawah Mbak Dinar.
Dari perutnya yang sudah agak gendut sedikit tanganku bergeser turun dan tersentuhlah gumpalan rambut pekat di selangkangan Mbak Dinar.

"Terushh.. Dikk.. hhkk, ya.. itt.. itu..” bisik Mbak Dinar sambil terus menjilat lubang telingaku.

Tanganku terus menyisir celah celah di tengah rimbunan rambut itu yang sudah basah dan panas.
Celah itu kurasakan begitu licin dan basah.. lalu dengan rasa ingin tau.. kumasukkan jari ku di tengah-tengah celah sempit itu.

Aku kaget.. karena tiba-tiba jariku seolah tersedot dan terdorong oleh gerakan celah di selangkangan Mbak Dinar itu.
Dengan naluri alami tanganku mulai meraba dan meng'obok-obok' selangkangan Mbak Dinar yang semakin basah.

–Jadi bukan cuma Yoshua yang bisa 'ngobok-obok' aku juga bisa kok. Hayoo siapa di antara pembaca –cewek tentunya..– yang mau di'obok-obok' silakan kirim e-mail..–

Mbak Dinar semakin kelimpungan saat jari-jariku yang nakal mulai memasuki liang hangat dan basah di selangkangan Mbak Dinar.
Jariku terus bergerak masuk ke celah-celah hangat dan licin itu hingga sampai pangkal.. dengan cepat kuhentak tarik keluar.. srett..

Mbak Dinar hampir memekik kalau tidak buru-buru menggigit leherku saat kutarik jariku dengan cepat dari jepitan liang kemaluannya.

Lalu pelan-pelan kudorong jariku masuk dalam jepitan kehangatan liang kemaluan Mbak Dinar.. kutarik lagi cepat dan kodorong pelan-pelan.. begitu terus kulakukan berulang ulang hingga akhirnya Mbak Dinar berkelejat dan tubuhnya seolah tersentak.

"Ohk.. shh.. akhh.." bisik Mbak Dinar sambil terus menggigit keras leherku.

Karena kukira Mbak Dinar merintih kesakitan.. spontan kuhentikan gerakan jariku.

"Terush.. Dikk.. ter.. ouch..” rintihnya pelan sekali saat kuhentikan gerakan jariku di liang hangat di selangkangannya yang semakin licin oleh lendir yang keluar dari liang kemaluannya.

Mendengar permintaannya, otomatis jariku mulai bergerak semakin liar di dalam kehangatan liang kemaluan Mbak Dinar yang semakin berlendir dan licin.
Tubuhnya meliuk liuk dan tersentak berkejat-kejat seiring dengan gerakanku.

Gerakannya semakin lama-semakin lemah dan berhenti.. jariku tetap terjepit kehangatan liang kemaluannya..
lalu kedua tangan Mbak Dinar memegang kedua pipiku dan diciumnya bibirku dengan mesra sekali.

"Kamu pintar Dik..” bisiknya mesra. "Mbak rasanya seolah mengawang tadi.."

"Kukira tadi Mbak Dinar kesakitan.. makanya kuhentikan gerakanku.." bisikku.

"Enggak.. Mbak enggak sakit kok.. justru nikmat sekali..” bisiknya manja.

"Sekarang biar Mbak yang gantian memuaskan kamu.." balasnya.

Kemudian dengan pelan.. karena takut ketahuan pasangan di sebelah –Yang aku yakin juga sedang melakukan hal yang sama dengan kami..–
Mbak Dinar mulai menaiki tubuhku. Dikangkangkannya kakinya dan dipegangnya batang kemaluanku yang sudah ngaceng berat seperti meriamnya Pak tentara yang siap menggempur GAM.

Lalu digesek-gesekkannya Palkonku –kepala kontol 'Palkon'..– di celah hangat di selangkangannya yang sudah sangat licin dan basah.

"Hkkh..!” Napasku seolah terhenti saat batang kemaluanku mulai terjepit erat dalam kehangatan liang kemaluan Mbak Dinar.

Sensasi terhebat dalam hidupku. Dan barangkali inilah awal sejarah hilangnya keperjakaanku.
Yang selanjutnya akan mengubah kehidupanku..! –Akan kuceritakan kelak di lain kesempatan..–

Dengan pelan tetapi pasti.. Slepp.. alon-alon asal kelakon.. batang kemaluanku mulai menyeruak masuk dalam jepitan kehangatan liang kemaluan Mbak Dinar.
Mataku terbeliak menahan nikmat yang tiada tara.. –Mungkin inilah yang namanya sorga dunia ya..? Hihi..–

"Mbak..” bisikku di telinga Mbak Dinar.. "Geli Mbakk.."

"Hushh.. diam saja nikmati saja.." balas Mbak Dinar mesra.

Aku menggigit bibir menahan nikmat yang tiada tara. Mbak Dinar terus berkutat di atas perutku, bergoyang dan berputar pelan.
Hingga akhirnya seluruh batang kemaluanku tertelan dalam kehangatan liang kemaluan Mbak Dinar.

Seluruh batang kemaluanku masuk sampai ke pangkalnya sampai kurasakan palkonku menumbuk sesuatu di dalam sana. Mbak Dinar pun mungkin merasakan hal yang sama denganku, kutahu itu dari napasnya yang tersengal-sengal.

Gesekan demi gesekan dari kedua kemaluan kami menghangatkan dinginnya malam di Gn Kmks itu.
Kami sudah tidak peduli lagi dengan pasangan-pasangan lain di sekitar kami.

Yang kami tau adalah bagaimana mereguk nikmat dan menuntaskan hasrat yang sudah hampir mencapai klimaksnya.

Mbak Dinar terus bergerak pelan. Lama-lama gerakannya sudah mulai tidak teratur dan kurasakan Mbak Sum menggigit leherku lagi.
Aku pun hampir saja berteriak menahan sesuatu yang hampir meledak dari dalam diriku.

Kurasakan dorongan semakin kuat mengehentak bagian bawah perutku.
Gerakan Mbak Dinar semakin tidak teratur dan gigitannya semakin kencang.

"Ouchkk.. Dikk.. Mbak mau kelu.. arrghh.." bisiknya sambil tubuhnya mengejat-ngejat di atas perutku.

Akupun sepertinya tidak mampu lagi menahan dorongan yang menghentak dan akhirnya tanpa dapat kupertahankan jebollah sudah pertahananku.

Crrt.. crett.. crett.. crett.. crett.. keluarlah lahar panas dari ujung palkonku yang membasahi dan menyiram rahim Mbak Dinar.
Tubuhku seolah melayang dan terhentak seperti terkena arus listrik.

Kurasakan puncak sensasi bersetubuh yang ruarr biasa..
Tanganku mencengkeram bongkahan pantat Mbak Dinar yang masih saja bergerak liar untuk mencoba menghentikannya.

Tetapi semakin erat kutahan semakin liar gerakannya hingga aku pasrah saja dan menikmati sensasi semampuku.
"Mbak sud..sudah.. Mbak.. ohh.." bisikku di telinganya.

Rupanya saat aku mencapai orgasme tadi Mbak Dinar juga sedang mencapai orgasme.. sehingga sulit kuhentikan gerakannya.
"Kamu hebat Dikk..” bisiknya mesra sekali. "Mbak puas sekali..”

Kami masih terus berpelukan beberapa saat.
Mbak Dinar masih menindihku dan batang kemaluanku masih erat terjepit dalam liang kemaluannya.

Dan secara perlahan kurasakan batang kemaluanku mulai terdorong keluar akibat kontraksi liang kemaluannya..
lalu tubuh kami sama-sama tersentak saat batang kemaluanku terlepas sendiri dari jepitan liang kemaluannya.

Kami saling berpandangan mesra dan tersenyum.. Duh manisnya Mbak Dinar kalau tersenyum..
–Aku membatin.. andai saja Mbak Dinar ini jadi istriku betapa bahagianya aku..–

"Mbak aku kok jadi sayang sekali sama Mbak.." bisikku mesra.
"Mbak juga kok Dik..” balasnya.

"Nanti kita pulangnya mampir dulu istirahat di losmen di depan stasiun Blp.. mau kan..?” Lanjutnya.
"Mau dong.. masa mau menolak rejeki.." jawabku nakal.

"Memang Mas Gun enggak marah..?” Tanyaku.
"Enggak kok.. malah dia yang nyuruh aku untuk ke sini melakukan ritual.. malahan dia yang memilihkan pasangannya.. ya Dik Wawan itu.." jawabnya santai.

–Sialan.. gerutuku dalam hati. Rupanya aku mau dijadikan tumbal pesugihannya..! Tapi biarin dah, yang penting nikmatt..–

Mulai detik itu aku berjanji dalam hati akan mengerjai istrinya habis-habisan atas keputusannya menjadikanku sebagai tumbal pesugihannya.
Dan janjiku akan kubuktikan sebentar lagi.

Pagi sekali.. kira-kira jam 04.00 pagi satu per satu pasangan yang telah menjalani laku gila ini mulai beranjak pulang.
Kami pun ikut pulang ke tempat kami.

Dinginnya udara pagi tak kurasakan.. karena Mbak Dinar yang kubonceng memeluk erat tubuhku sepanjang perjalanan.
Tubuhku jadi hangat.. apalagi dada Mbak Dinar yang kenyal menekan erat punggungku.

Kupacu kendaraanku kencang-kencang takut kesiangan.
Sementara Mbak Dinar tetap erat memelukku dan tangannya tak ketinggalan dimasukkan ke dalam celanaku dan meremas-remas batang kemaluanku sepanjang perjalanan itu.

Mendapat perlakuan itu, tentu saja adik kecilku bangkit berdiri dan memberontak seolah hendak menyeruak keluar dari sarangnya.
Remasan dan pelukan Mbak Dinar membuatku melupakan dinginnya udara pagi dan lamanya perjalanan dari Gml ke kota S yang kira-kira sejauh 30 Km itu.

Selang setengah jam kemudian kami pun sampai ke kota S, dan kami pun menuju daerah sekitar stasiun Blp untuk mencari penginapan yang ‘Sesuai’ –sepi dan asoy..–

Setelah berputar-putar beberapa saat.. kami pun menemukan sebuah losmen yang cukup bersih dan letaknya agak tersembunyi.
Kami memilih kamar yang mempunyai kamar mandi di dalam agar privasi kami lebih terjaga.

Setelah check in aku langsung masuk kamar mandi dan mulai membuka seluruh pakaianku untuk mandi.
Sementara itu Mbak Dinar langsung tiduran sambil menonton acara televisi pagi.

Sedang asyik-asyiknya menyabuni tiba-tiba Mbak Dinar masuk kamar mandi..
Dan sudah telanjang bulat.. tanpa selembar benangpun yang menutupi tubuhnya yang indah itu.

Aku terpana dan tanpa sadar menghentikan kegiatanku.
Mulutku melongo menyaksikan pemandangan yang terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja.

Ya.. walaupun kami pernah bersetubuh, tetapi aku belum pernah melihat seluruh tubuhnya sejelas ini.
Tadi malam kami bersetubuh dalam gelap dan itupun kami masih terbalut pakaian atas kami masing-masing.

Benar-benar luar biasa pemandangan yang terpampang di hadapanku ini.
Walaupun perutnya agak berlemak, namun keindahan tubuh Mbak Dinar masih sangat mempesona.

Kulitnya yang khas wanita Jawa berwarna sawo matang tampak mulus tanpa cacat.
Rambutnya yang hitam lurus, sebahu panjangnya tampak indah tergerai.
Dan payudaranya yang masih cukup kencang menggantung indah dengan puting yang mencuat kecoklatan.

Sedikit turun ke bawah bulu-bulu hitam keriting memenuhi gundukan bukit kecil di bawah perutnya.
Luar biasa..! Aku sampai melongo dibuatnya. Apalagi tubuhnya tersorot lampu neon dari kamar tidur dan dari kamar mandi sekaligus..

"Lho.. kok mandinya berhenti..?” Tanya Mbak Dinar mengejutkanku hingga membuatku gelagapan.

"Eh.. anu.. eh.. Mbak.. kok ma..masuk ke sini Mbak..?” Tanyaku gagap.. dan otomatis tanganku menutupi batang kemaluanku yang sudah penuh sabun.

"Kenapa emangnya..? Apa enggak boleh mandi bareng-bareng..?” Katanya santai terus dimintanya sabun yang sedang kupegang.
"Sini Mbak mandiin biar bersih..”

Aku pun mandah saja dan kunikmati elusan tangan Mbak Dinar yang menyabun seluruh tubuhku.
Digosoknya punggungku dengan sabun terus ke bawah hingga pantatku pun tak lupa digosok-gosoknya.
Aku merem melek menikmati remasan tangan Mbak Dinar di kedua belahan buah pantatku.

"Hayo.. sekarang depannya..” tiba-tiba Mbak Dinar menyuruhku untuk menghadapinya.
Tangannya mengusap leherku terus ke bawah dan beberapa saat memainkan jarinya di kedua tetekku bergantian.

Aku menahan napas ketika tangannya terus merayap ke bawah dan mulai menyabuni selangkanganku.
Diremasnya batang kemaluanku dengan lembut. Kontan adik kecilku terbangun dan mengeras seketika.

"Lho.. kok terus kencang..?” Gurau Mbak Dinar demi melihat batang kemaluanku berdiri tegak bak petarung yang siap laga.
Aku jadi jengah dan sedikit malu. "Iya soalnya dia tau ada lawan mendekat.." balasku untuk menghilangkan kekakuan.

"Dia tau sebentar lagi mau disuruh kerja.. he.. he.. he.." gurauku.
"Ah maunya..!" Mbak Dinar memonyongkan bibirnya.

Aku yang sudah sangat terangsang dengan elusan dan remasan tangannya di selangkanganku langsung saja memeluknya..
Dan tanpa ba Bi Bu lagi kusergap bibirnya yangs sedang monyong itu.

Kupeluk tubuh telanjangnya dan dengan ganas kucium bibirnya.
"Mphhf..” Mbak Dinar gelagapan saat bibirnya kuserobot dan tanganku erat memeluknya.

Sambil terus menciumnya tanganku dengan beraninya berkeliaran mengelus punggung Mbak Dinar..
Lalu terus ke bawah ke arah bongkahan pantatnya yang padat.

Kuremas kedua belah buah pantatnya bergantian. "Dikk.. ohh.." Mbak Dinar Cuma bisa melenguh dan menggelinjang dalam dekapanku.
Tangannya semakin liar mengurut dan meremas batang kemaluanku.

Aku sendiri tidak peduli kalau tubuhku masih penuh dengan busa sabun dan bau keringat Mbak Dinar yang belum mandi sejak kami bersetubuh semalam.

"Dik.. Mbak.. Mbak be.. belum mandi..” napas Mbak Dinar tersengal-sengal saat dengan ganasnya kuciumi lehernya.

"Biar Mbak mandi dulu.. ughh.." Mbak Dinar melenguh minta kulepaskan.

Mungkin ia risih dengan bau keringatnya sendiri. Lalu kulepaskan pelukanku. Kusiram tubuh Mbak Dinar dengan air dingin.

"Sini Mbak biar gantian kumandiin.." kuraih sabun yang dipegangnya. Lalu kubalik tubuh Mbak Dinar dan kusabun punggungya.
Kugosok bagian punggungnya dan tanganku yang nakal bergeser terus ke bawah.

Begitu tanganku menyentuh bagian pantatnya yang padat.. tanganku mulai meremas dengan gemas.
Kuelus dan kugosok ke dua belah bongkahan pantat Mbak Dinar.

Setelah puas bermain-main dengan pantatnya.. tanganku mulai menyabun tubuh Mbak Dinar bagian depan.
Namun saat itu posisiku masih di belakang Mbak Dinar.. jadi tanganku menggosok bagian depannya sambil memeluknya dari belakang.

Saking ketatnya pelukanku.. tubuh bagian bawah kami saling menempel ketat.
Batang kemaluanku yang sudah sangat keras tergencet antara bongkahan pantat Mbak Dinar dengan perutku sendiri.
–Pembaca bisa bayangin gimana rasannya..– Luar biasa..!

Apalagi pantat Mbak Dinar dan batang kemaluanku sangat licin karena penuh busa sabun. Rasanya syurr..!
Apalagi Mbak Dinar sengaja menggoyang-goyangkan pantatnya hingga batang kemaluanku tergesek-gesek. Oughh.. Nikmatt..!

Kedua tangan Mbak Dinar diangkat ke atas kepalanya.. seolah-olah membiarkanku untuk semakin mudah menggosok kedua payudaranya dari belakang.
Sementara pantatnya yang menggencet batang kemaluanku sebentar-sebentar digoyang.. menambah desir nikmat di tubuh kami.

Aku semakin terangsang hebat dengan perlakuannya itu. Lalu tanganku kugeser ke arah selangkangannya.
Kugosok gundukan bukit kecil di selangkangan Mbak Dinar yang lebat dengan rambut.
Kusabun dan gundukan bukit itu dengan arah dari atas ke bawah mengikuti alur celah hangat di selangkangan Mbak Dinar.

"Ouchh.. ter.. rushh Diikk.." sekarang Mbak Dinar sudah berani bersuara agak keras karena kami hanya berdua.
Tidak seperti keadaan semalam di mana kami hanya bisa berbisik-bisik takut ketahuan pasangan lain.

Aku semakin semangat bermain-main dengan bukit kecil di selangkangannya.
Tanganku yang jahil sekali-sekali menusuk masuk ke celah hangat di selangkangannya.

Hal ini membuat Mbak Dinar semakin liar menggerakkan pantatnya.
Akibatnya aku sendiri yang melenguh kenikmatan karena batang kemaluanku tergencet pantatnya yang licin.

"Akhh.. terr.. ushh..” Mbak Dinar semakin liar menggumam tak karuan saat kukorek-korek liang kemaluannya dengan jariku.
Kumainkan jariku di dalam liang kemaluan Mbak Dinar.

Dan Mbak Dinar semakin meronta dan menggelinjang saat jariku memainkan dan menggosok tonjolan daging kecil dalam liang kemaluannya. Kepalanya mendongak ke atas dan mulutnya setengah terbuka menahan nikmat. Kugosok terus dan sesekali kutarik tonjolan daging itu.

"Terush.. Dikk.. ohh.. ter.***ushh.." Mbak Dinar terus menceracau.

Dan dengan diakhiri lenguhan panjang tiba-tiba tubuhnya mengejang.. kepalanya terhentak dan tubuhnya meliuk.
Mungkin dia mencapai orgasme saat kumainkan tonjolan daging di selangkangannya.

Kemudian setelah beberapa saat ia terdiam dan matanya terpejam seolah menikmati sensasi yang baru saja dirasakannya.
Setelah napasnya mulai teratur diraihnya gayung dan disiraminya tubuhnya dan tubuhku dengan air.

Sambil menyirami sisa busa sabun di tubuhku tangannya mengelus dan mengurut batang kemaluanku yang sudah sangat kencang..!
–Ngaceng habis-habisan..–

"Dik.. kamu tiduran saja di lantai biar Mbak yang servis sekarang.." disuruhnya aku berbaring di lantai kamar mandi.

Aku pun menurut saja apa maunya. Kubaringkan tubuhku di lantai kamar mandi yang dingin.. aku saat itu berbaring sambil berdiri pembaca..! Bayangkan berbaring sambil berdiri..! Aku memang berbaring.. tapi adik kecilku berdiri tegak menunjuk langit-langit kamar mandi..!

Setelah aku berbaring, Mbak Dinar merangkak di atas tubuhku. Ia lantas 'duduk' di atas perutku dan mulai mencium keningku.
Aku memejamkan mata merasakan sensasi luar biasa. Antara napsu dan sayang.

Napsu.. soalnya selangkangan Mbak Dinar yang hangat menempel ketat di atas perutku dan batang kemaluanku menempel pantatnya.
Sayang.. karena aku seolah-olah sedang dimanja.

Ya aku sedang dimanja karena aku tidak diperbolehkan bergerak dan disuruh menikmati layanan total yang hendak diberikannya padaku.

Dari keningku perlahan bibirnya bergerak turun dan mulai menjilati telingaku kanan dan kiri bergantian.
Rasa geli yang luar biasa menerpaku saat lidah Mbak Dinar menyapu-nyapu lubang telingaku.

"Akhh.. Mbaak..” bisikku mesra.

Tubuhnya terus bergeser ke bawah saat bibir Mbak Dinar beranjak turun ke bibirku. Kami saling memagut dan dorong mendorong lidah.
Aku yang belum berpengalaman ikut saja permainan yang diberikan Mbak Dinar.

Lidahnya menyapu-nyapu lidahku dan kusedot kencang-kencang lidah Mbak Dinar.
Akibatnya tubuh bagian bawahnya yang sekarang menindih batang kemaluanku semakin ketat menekanku.

Rasa hangat menjalar dari batang kemaluanku yang terjepit gundukan bukit di selangkangan Mbak Dinar yang kurasakan makin licin.
Sementara bibir kami saling berpagutan, kemaluan Mbak Dinar yang menjepit kemaluanku digesek-geseknya dengan pelan.
Kembali lagi kurasakan sensasi luar biasa.

Betapa tidak.. walaupun batang kemaluanku belum memasuki liang yang semestinya..
Namun karena bibir kemaluan Mbak Dinar sudah sangat licin.. jadi kemaluanku yang terjepit di antara bibir kemaluannya dan perutku sendiri seperti diurut.

Batang kemaluanku mulai berdenyut-denyut. Gerakanku sudah mulai liar tak terkendali.
Namun permainan belum berakhir.. The game was just begun..! Permainan baru dimulai..!

Bibir Mbak Dinar terus menjilat seluruh tubuhku. Leherku sudah basah oleh liur Mbak Dinar.
Dari leher bibirnya terus merangsek ke bawah, kedua puting dadaku pun habis dipermainkan lidahnya.
Dari sini bibirnya terus ke bawah hingga pusarku pun dijilatinya habis-habisan.

Lagi-lagi sensasi luar biasa menyerbuku saat lidah Mbak Dinar mengais-ngais pusarku..
sementara kedua payudaranya menempel ketat di batang kemaluanku.

Edann..! Kali ini batang kemaluanku terjepit di tengah-tengah belahan payudaranya yang kenyal.
Sensasi nikmat semakin meningkat saat tanpa dapat kucegah bibir Mbak Dinar mulai menciumi batang kemaluanku dari ujung hingga pangkalnya. Gilaa..!

"Upff.. Mbaak..” aku setengah memekik saat ujung kemaluanku serasa terjepit benda hangat.

Ternyata batang kemaluanku sedang dikulum Mbak Dinar.
Dia mengulum batang kemaluanku seperti anak kecil yang sedang menjilati 'magnum' .. es krim yang terkenal itu.
Sambil dikocok batang kemaluanku diisapnya habis-habisan.

Tidak puas menjilat batang kemaluanku.. Mbak Dinar mulai menjilat kantung pelerku.. –gaber..–
Ya gaberku..! –Gaber adalah bahasa Banyumas untuk kantong peler - bukan pamannya Donal Bebek..–

Dikuakkannya lipatan gaberku dan dijilatinya inci demi inci gaberku itu..! Batang kemaluanku semakin berdenyut kencang.
Kocokan tangan Mbak Dinar pada batang kemaluanku semakin kencang. Sekali lagi batang kemaluanku jadi bulan-bulanan mulut Mbak Dinar. Dikulumnya lagi batang kemaluanku yang semakin berdenyut hingga hampir seluruhnya masuk ke dalam mulutnya.

Mataku semakin membeliak menahan sesuatu yang mendesak dari perut bagian bawahku.
Aku mencoba bertahan dengan mencoba memegang kepala Mbak Dinar agar diam.

Namun semakin kencang aku memegang kepalanya.. semakin kencang pula kepalanya bergoyang..
hingga batang kemaluanku dikocok-kocok dengan mulutnya.

"Aarghh..” aku melenguh kencang saat aku tak mampu lagi menahan desakan lahar yang menyembur keluar dari ujung kemaluanku..!

Crat.. cret.. cret.. crett.. crett hampir lima kali aku menyemburkan air maniku untuk yang keduakalinya hari ini..!
Namun kali ini aku mengeluarkannya di mulut Mbak Dinar.

Tubuhku bergetar dan mengejat-ngejat.
Semakin ketat kutekan kepala Mbak Dinar agar batang kemaluanku semakin dalam terbenam dalam mulutnya.
Akibatnya.. hampir semua air maniku tertelan olehnya..!

"Bagaimana Dik Wawan..?” Tanya Mbak Dinar menggodaku.. "Enak..?”

"Uf.. luar biasa Mbak.." jawabku agak malu dan penuh rasa bersalah karena aku mengeluarkan air maniku di mulutnya.

"Sorry ya Mbak aku.. aku.. kel.. keluar di mulut Mbak..”

"Enggak apa apa Dik..” kata Mbak Dinar yang mencoba menenangkanku. "Malah Mbak senang bisa buat jamu.. hik.. hik.. hik..”

"Ayo sekarang istirahat dulu..” ajaknya sambil menarikku agar bangkit.

Setelah membersihkan diri dan mengeringkan tubuh kami, kamipun berbaring di tempat tidur sambil menonton TV berita pagi.
Kami masih sama-sama telanjang bulat dan berpelukan di tempat tidur.

Mungkin karena terlalu mengantuk dan capai setelah semalaman tidak tidur ditambah ejakulasi dua kali membuatku langsung terlelap.
Aku tidak tau telah berapa lama tertidur sambil memeluk tubuh telanjang Mbak Dinar.

Aku tersadar saat tubuh bagian bawahku terasa geli.. perlahan kubuka mataku dan kulihat Mbak Dinar sedang menciumi tubuh bagian bawahku. Aku diam saja pura-pura tertidur.. padahal si kecil sudah bangun sedaritadi.

Batang kemaluanku berdenyut-denyut saat seluruh batang kemaluanku masuk dalam kuluman mulut Mbak Dinar yang hangat dan bergelora.
Lidahnya yang kasar dan panas menyapu-nyapu ujung kemaluanku yang membuatku tak sadar menggelinjang..
hingga Mbak Dinar tau kalau aku hanya pura-pura masih tidur!

"Rupanya kamu nakal ya.." katanya sambil memencet batang kemaluanku yang sudah sangat keras itu. "Awas kamu..” ujarnya lagi.

"Adaoww..!" Jeritku manja.

Rasanya sakit tapi enak juga dipencet oleh tangan Mbak Dinar yang halus itu..!
Pembaca gak percaya..? –Boleh dicoba ntar kuminta Mbak Dinarku memencet pembaca yang penasaran..! Ha.. ha.. ha..–

Aku semakin menggelinjang kegelian campur sedikit ngilu saat mulut Mbak Dinar menyedot buah pelerku kencang-kencang.
Geli tapi ngilu.. ngilu tapi geli.. pembaca bisa bayangin gimana rasanya.. pokoknya campur aduk deh.. sulit digambarkan dengan kata-kata..

Tiba-tiba Mbak Dinar membalikkan posisinya.. mulutnya masih sibuk melumat batang kemaluanku..
tetapi sekarang tubuh bagian bawahnya digeser ke atas.. sehingga gundukan bukit di bawah perutnya yang lebat ditumbuhi bulu hitam sekarang tepat berada di hadapan wajahku.
Kedua kakinya mengangkangi wajahku.. sehingga jelas kulihat belahan merah jambu segar di tengah-tengah gundukan itu.

Ada bau khas semacam bau cumi-cumi segar menyeruak lubang hidungku..
Ooo.. rupanya seperti inikah bau kemaluan wanita.. seperti bau cumi-cumi..
Orang Korea bilang katanya bau Ojingo.. atau bahasa kitanya cumi-cumi..! Segar dan sedikit amis.. gitu..!

Aku yang baru kali ini melihat dari dekat bentuk kemaluan wanita dewasa menjadi terpesona melihat pemandangan seperti itu.

Mengetahui aku diam saja.. Mbak Dinar yang tadinya asyik menjilati batang kemaluanku berhenti melakukan aksinya lalu diturunkannya pantatnya pelan-pelan.. sehingga lubang kemaluannya menekan hidung dan mulutku.

Aku yang sedang melongo jadi gelagapan.. karena tiba-tiba kejatuhan memek..! Pas di mulut dan hidungku lagi..!
–Pembaca pernah enggak kejatuhan memek..? Kalau belum.. bisa dicoba.. suruh aja cewek pembaca ngangkang di atas dan melakukan aksi seperti itu..! Pasti ditanggung kaget tapi nikmat..! Ha.. ha.. ha..–

Begitu liang kemaluan Mbak Dinar yang sudah basah dan panas menekan mulutku..
otomatis tanpa disuruh bibirku melahap seluruh cairan yang membasahi liang kemaluan Mbak Dinar.. rasanya.. sedikit agak asin..

Lidahku menyeruak masuk ke dalam liang kemaluan Mbak Dinar hingga kepala Mbak Dinar terdongak dan pantatnya semakin menekan wajahku.
"Shh.. terusshh Diikk.. ohh.." Lidahku terus menerobos liang kemaluannya dan masuk sedalam-dalamnya.

Aku semakin gelagapan susah bernapas karena kemaluan Mbak Dinar begitu ketat menekan mulut dan hidungku.
Tekanan pantatnya semakin ketat saat tubuhnya meliuk-liuk dan berkejat-kejat saat kusedot tonjolan daging di sela-sela liang kemaluannya.

Mbak Dinar menjerit dan semakin kuat menekankan pantatnya hingga hidung dan mulutku seolah amblas ditelan bongkahan liang kemaluannya yang menindihku.

"Upf.. brr..!
Karena tak tahan susah bernapas kusembur kencang-kencang liang kemaluannya hingga menimbulkan bunyi aneh seberti kain robek. Brrtt..!

"Iihhh..!” Mbak Dinar menjerit kaget atas kenakalanku itu.

"Awas ya.. entar Mbak balas kamu..” jeritnya manja.

"Abis.. aku enggak bisa bernapas.. Mbak juga sih..” balasku tak kalah manja sambil meremas-remas bongkahan pantatnya yang sekal dengan gemas.

Mbak Dinar pun membalas aksiku tadi.
Kini disedotnya kuat-kuat lubang saluran kencingku.. aku sempat mengawang merasakan kenikmatan yang tiada tara ini.

Aku pun balas lagi kutekan pantatnya dan kudekatkan bibir kemaluannya ke mulutku dan mulai mlumat bibir kemaluannya dengan gemas.
Kembali Mbak Dinar menggelinjang dan akhirnya tak tahan sendiri. "Oh.. su.. sudah diikk..!" desisnya, "Mbak sudah enggak kuat..”

Lantas ia mengubah posisinya. Sekarang kami berhadap-hadapan dan Mbak Dinar masih di atas tubuhku.
Dengan tangannya batang kemaluanku dicocokkannya ke liang kemaluannya yang sudah sangat licin.

Setelah tepat kemudian ditekannya pantatnya pelan-pelan hingga batang kemaluanku mulai menyeruak kehangatan liang kemaluannya.
Aku menggigit bibirku agar tidak melenguh.
Hingga bless.. hampir seluruh batang kemaluanku terbenam dalam kehangatan liang kemaluan Mbak Dinar.

Mbak Dinar menghentikan gerakannya dan kami menikmati keindahan saat-saat menyatunya tubuh kami.
Kami saling bertatap pandang dan tersenyum mesra. Oh.. alangkah mesranya.

"Aku sayang kamu Dikk..” bisik Mbak Dinar di telingaku dengan mesra.

"Aku juga Mbak..” balasku tak kalah mesra. Kemudian bibir kami saling berpagutan. Lidah kami saling bertaut.

Dengan pelan Mbak Dinar mulai menggoyangkan pantatnya naik-turun di atas tubuhku.
Batang kemaluanku semakin kencang tergesek-gesek dalam jepitan liang kemaluannya.
Tanganku tak tinggal diam. Kuremas buah pantat Mbak Dinar dengan gemas.

Semakin lama semakin cepat Mbak Dinar menggoyangkan pantatnya di atas tubuhku. Mulutnya tak henti-hentinya mendesis dan merintih.
Aku pun mengimbangi gerakannya dengan memutar pinggulku menuruti instingku.

Mbak Dinar semakin liar menggoyangkan pantatnya dan mulutnya semakin kencang merintih. "Ouch.. terushh.. Diikk..” mulutnya terus merintih.

"Mbak mau kell .. oohh..” belum habis ia bicara ternyata Mbak Dinar sudah sampai ke puncak pendakiannya.

Tubuhnya meliuk dan berkejat-kejat bak terkena aliran listrik yang dahsyat.
Aku pun semakin kencang memutar pantatku mengimbangi gerakannya dan terdorong keinginan untuk memuaskan hasrat wanita yang kusayangi ini.

"Kamu.. hebb..bathh..” bisik Mbak Dinar mesra. Beberapakali ia menggelepar di atas tubuhku dan akhirnya tubuhnya ambruk di atas perutku.

Ia terdiam beberapa saat. Kubiarkan Mbak Dinar untuk menikmati keindahan yang baru diperolehnya.
Aku yang sudah duakali mengeluarlan air mani selama satu malam itu merasa belum apa-apa.

Setelah napasnya mulai teratur kubisikkan agar Mbak Dinar mengubah posisi.
Sekarang kuminta Mbak Dinar tengkurap di ranjang dan kujulurkan kedua kakinya ke lantai hingga pantatnya yang indah menungging di tepi tempat tidur.
Perutnya kuganjal dengan bantal hingga posisi menunggingnya agak tinggi. Indah sekali pemandangan yang terpampang di hadapanku.

Betapa tubuh telanjang Mbak Dinar dengan pantatnya yang indah tengkurap dengan posisi menungging.
Kunikmati pemandangan ini beberapa saat hingga Mbak Dinar mengomel manja.

"Ayo.. tunggu apa lagi..?" Dia mengomel dengan manja.

Aku pun lantas menempatkan posisiku tepat di belakangnya.
Dengan berdiri kucocokkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya dari arah belakang.

Kugesek-gesek liang kemaluannya dengan kepala batang kemaluanku agar licin.
Setelah licin.. Slepp.. dengan pelan kutekan batang kemaluanku hingga menyeruak liang kemaluan Mbak Dinar.

Clebb.. slebb.. clebb.. slebb.. Beberapakali kukocok batang kemaluanku sebelum kubenamkan seluruhnya.

Mbak Dinar mulai mendesis dan dengan pelan mulai menggoyangkan pantatnya mengimbangi gerakanku.

Setelah beberapakali kocokan.. Jlebb..!
Dengan sekuatnya kutekan pantatku hingga seluruh batang kemaluanku amblas ke dalam liang kemaluan Mbak Dinar.

“Nggghhhh..aaahhh..” Kepala Mbak Dinar terdongak saat tulang kemaluanku beradu dengan pantatnya.

Selanjutnya.. Plok.. plok.. plok terdengar bunyi beradunya tulang kemaluanku dengan pantatnya hingga menimbulkan gairah tersendiri bagiku.

Apalagi mulut Mbak Dinar kembali mendesis dan merintih saat batang kemaluanku mengocok liang kemaluannya.
Aku semakin bersemangat memacu dan mengayunkan batang kemaluanku dalam jepitan liang kemaluannya.

Mbak Dinar semakin liar menggoyangkan pantatnya membuat mataku terbeliak menahan nikmat.
Karena dengan gerakannya itu batang kemaluanku seolah-olah diremas-remas dan dipelintir.
Jlegh.! Kutekan pantat Mbak Dinar agar tidak terlalu kencang berputar.

Aku bisa menahan napas lega begitu aku dapat mengontrol diriku agar tidak terbawa permainan Mbak Dinar.
Aku ingin berlama-lama merendam batang kemaluanku dalam jepitan kehangatan liang kemaluannya. Aku tidak ingin cepat-cepat selesai.

"Ayoo.. kok pelan..” protes Mbak Dinar begitu aku memperlambat tempo.

Pantatnya semakin kencang.
Kembali ia memutar pantatnya semakin lama semakin cepat hingga aku kembali merasakan desakan yang sangat dahsyat menekan dari perut bagian bawahku.
Aku harus berusaha keras menahan desakan yang menggelegak dan kembali kutekan pantat Mbak Dinar agar tidak terlalu cepat berputar.

Batang kemaluanku yang terjepit dalam kehangatan liang kemaluannya seolah-olah terpelintir dan terjepit kian erat.
Ujung kemaluanku terasa berdenyut-denyut seperti mau meledak. Semakin lama denyutan di ujung batang kemaluanku semakin kuat.

Apalagi pantat Mbak Dinar bukan hanya berputar, tetapi sesekali diselingi dengan gerakan maju-mundur mengikuti ayunan pantatku.
Rasanya aku sudah tidak kuat lagi untuk mengeluarkan air maniku.

"Akhh.. Mbaak.. aku.. aku.. ma ..” napasku kian tersengal hampir tak kuat lagi menahan gejolak.

Mbak Dinar semakin liar memutar pantatnya. Payudaranya berguncang-guncang seiring dengan gerakan tubuhnya yang liar.
Bunyi beradunya pantat Mbak Dinar dengan tulang kemaluanku semakin keras bercampur dengan deru dengusan napas dan rintihan kami.

Aku semakin cepat mengayunkan pantatku maju-mundur disambut dengan gerakan meliuk dan maju-mundur pantat Mbak Dinar.
Gerakanku semakin tak teratur saat desakan yang sudah tak mampu lagi kubendung meledak.
Ujung batang kemaluanku berdenyut kian kencang dalam jepitan liang kemaluan Mbak Dinar.

"Arghh..” aku melenguh kuat. Mataku terbeliak dan tubuhku tersentak seperti terkena aliran listrik.

Kucengkeram buah pantat Mbak Dinar dan kutekan dengan kuat hingga batang kemaluanku semakin dalam menghujam ke dalam liang kemaluannya.
Cratt.. cratt.. cratt.. cratt.. cratt.. Hampir limakali mungkin.. kusemburkan air maniku ke dalam rahim Mbak Dinar.

"Ouch.. shhh..” Mbak Dinar pun rupanya mengalami orgasme pada saat yang bersamaan denganku.

Tubuhnya meliuk dan ikut berkelejat dan beberapa saat kemudian tubuh kami ambruk.
Sementara batang kemaluanku masih terjepit erat dalam liang kemaluan Mbak Dinar.

Kubiarkan saja batang kemaluanku di sana. Aku rasanya sudah tak punya tenaga untuk menariknya.
Kutindih tubuh telanjang Mbak Dinar yang masih nungging di atas tempat tidur empuk itu.

Kami sama-sama mengatur napas setelah berpacu dalam nikmat..
–Mirip acarany Mas Koes Hendratmo aja. Cuma dia bikinnya 'Berpacu dalam Melody' Ha.. ha.. ha..–

Kami sama-sama terdiam. Kupeluk tubuh Mbak Dinar. Tubuh kami sama-sama basah dengan keringat.
Aku masih sempat merasakan liang kemaluan Mbak Dinar berdenyut-denyut menjepit batang kemaluanku yang sengaja tidak kulepas.

Perlahan-lahan batang kemaluanku mulai terdorong keluar oleh denyutan liang kemaluan Mbak Dinar.
Plep.. akhirnya batang kemaluanku terlepas dari jepitan liang kemaluan Mbak Dinar dengan sendirinya.

Kugigit ujung telinga Mbak Dinar sebagai ungkapan rasa sayangku. Kami bertatapan dan saling tersenyum mesra.

"Kamu cepat pintar.. sayang.." bisik Mbak Dinar mesra.
"Siapa dulu dong instrukturnya..” balasku sambil mencium bibirnya.

Kembali bibir kami saling bertautan. Batang kemaluanku yang baru saja 'terlempar' keluar dari liang kemaluan Mbak Dinar mulai berlagak lagi.
Perlahan namun pasti ia mulai mengeras. Gila..! Baru berdekatan aja sudah bertingkah.

Mungkin cape dengan posisi nungging.. Mbak Dinar pun menggulingkan tubuhnya dan kini kami saling menindih.. dengan posisi saling berhadapan lagi.
Bibir kami masih tetap saling melumat dan lidah kami pun saling dorong mendorong.

Batang kemaluanku yang sudah keras kembali menempel ketat pada gundukan di selangkangan Mbak Dinar yang hangat dan mulai basah lagi.

Tanganku pun tak mau diam.
Kedua payudara Mbak Dinar yang sekal menjadi bulan-bulanan tanganku yang sibik remas sana remas sini.. raba sana raba sini..

Mendapat perlakuanku yang agak kasar.. tubuh Mbak Dinar menggelinjang di bawah tindihan tubuhku.
Napasnya mulai memburu. Lalu tangannya mencari-cari dan akhirnya terpeganglah batang kemaluanku yang sudah sempurna dan siap tempur.

Dibimbingnya batang kemaluanku ke celah-celah di selangkangannya dan digesek-gesekkannya di celah hangat dan sempit itu.
Setelah licin tiba-tiba kedua tangan Mbak Dinar memegang pantatku dan ditariknya hingga.. Blessepp..!
Batang kemaluanku kembali menghujam liang kemaluannya dan bersarang di sana.

Kembali kami mengulang persetubuhan kami. Entah berapa babak kami bertempur hari itu.
Kami baru pulang ke rumah kami masing-masing setelah waktu check out habis, antara jam 1 atau jam 2 siang itu.
Kami pun berjanji akan meneruskan ritual di Gn Kmks malam Jum'at berikutnya.

Sampai di sini dulu kisahku. Kelak akan kuceritakan pengalaman lain dengan Mbak Dinarku. Untuk itu mohon pembaca sedikit bersabar.. (. ) ( .)
----------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Mantap suhu..
Sayang sekarang udh musim ujan,jadi mbak Dinar gak ngungsi lagi nih..
Makasih suhu...Lancrootin trus suhu...
 
Cerita 5o – Ngeseks dengan Istri Teman Kosku

Nita


Cerita ini diawali dari aku yang kuliah di kota Y kota gudeg dan kota pelajar.
Sebelumnya aku dari Kalimantan.. namaku Iwan. Saat masa SMA aku belum pernah melakukan hubungan ML..
Paling cuma sebatas grepe-grepe dan sebatas petting saja sama mantan-mantan pacarku.

Nah inilah yang menyebabkan aku bisa mengisahkan ceritaku.. dan ceritaku di sini mulai dari kosku yang berada di wilayah Sleman.
Lokasinya yang nyaman dan tenang, jauh dari hiruk pikuk kota.. membuatku betah tinggal lama di sini sejak tahun 2002..
Dari aku masuk kuliah sampai tahun 2003 aku diterima bekerja oleh kenalanku di sebuah perusahaan besar.

Jadi aku mengambil kuliah malam karena paginya aku harus bekerja hingga sampai aku lulus kuliah, aku belum pernah pindah.
Tetangga-tetangga pun heran mengapa aku betah tinggal di situ.. padahal bu kostku terkenal orangnya kolot dan masih memegang tradisi lama.
Orangnyapun alim dan tidak suka anak kostnya berbuat macam-macam.. hingga kalau ketahuan.. sudah pasti diusir dari rumah kostnya.

Rumah kostku 2 lantai.. yang disewakan hanya 5 kamar dengan ukuran sedang dan kostnya nyampur..
baik untuk putra maupun putri.. yang masih single maupun yang sudah berkeluarga.

Kamar mandi untuk anak kost disedakan ada 2 di dalam rumah satu dan yang di luar juga ada.
Ibu koskupun tinggal di situ.. cuman dia tinggal di kamar sebelah dalam bersama anak semata wayangnya, Mas Rano.

Kejadian ini terjadi sekitar taun 2005.. saat kuliahku waktu itu sudah tersisa sedikit SKS.. jadi gak terlalu padat jadwal kuliah.
Rumah kost hanya terisi dua.. satu untukku dan sebelahnya lagi keluarga Mas Hendra.. berasal dari Magelang.

Mas Hendra umurnya 2 tahun di atasku.. jadi waktu itu sekitar 26 tahun.
Istrinya bernama Nita.. seumuran denganku. Nita orangnya manis putih tinggi sekitar 165 cm ukuran payudara sekitar 34 C.
Mereka sudah dikaruniai satu orang anak masih berumur 2 tahun bernama Rara.

Mas hendra orangnya penggangguran. Jadi untuk keperluan, Nita-lah yang bekerja dari pagi sampai malam di sebuah Supermarket terkenal sebagai SPG sebuah produk susu untuk Balita.
Karena keperluannya yang begitu banyak.. Nita –menurut pengakuannya..– sampai meminta pihak manajemen untuk bisa bekerja 2 shift.

Nah.. tentunya keluarga macam ini biasanya rentan masalah dan sering cekcok.
Nita mengganggap Mas Hendra orangnya pemalas.. bisanya hanya minta duit untuk beli rokok.
Padahal jerih payah Nita seharusnya untuk beli susu buat Rara putrinya.

Mas Hendra pun sering membalas omelan-omelan Nita dengan tamparan dan tendangan.. bahkan dilakukan di depan anaknya.
Aku sendiri jelas tidak betah melihat pertengkaran mereka itu.

Suatu saat.. Mas Hendra dapat pekerjaan sebagai ABK dan tentunya harus meninggalkan keluarganya dalam waktu yang cukup lama.
Nita senang bukan main mendengarnya karena tak perlu membiayai suaminya lagi. Akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama.

Pada malam itu.. aku ngobrol dengan Nita di kamarnya sambil nonton TV.
Si Rara muter-muter sambil bermain maklum umur segitu masih lucu-cucunya.

“Sekarang sepi ya, Nit.. nggak ada Mas Hendra lagi..” kataku.

“Lebih baik gini mas.. enakan kalo Mas Hendra nggak ada..” Keluh Nita kepadaku.

“Emangnya Kenapa..?” Tanyaku.

“Mas Hendra tuh kerja nggak kerja tetep nyusahin. Wajar kan kalo aku minta duit ke Mas Hendra..?
Aku kan istrinya. Eh.. Dianya marah-marah. Besoknya aku diomelin juga ama ibu mertuaku.
Katanya aku nggak boleh minta duitnya dulu.. biar bisa buat nabung. Gombal..!!
Aku nggak percaya Mas Hendra bisa nabung..!!” Dia jawab dengan nada marah-marah.

“Sabar ya..” Aku mencoba untuk menenangkannya apalagi Rara dah minta bobo’.

“Seandainya Mas Iwan yang jadi suamiku mungkin aku tidak akan merana. Mas Iwan dah dapat pekerjaan tetap sambil kuliah lagi..
pintar membagi waktu dan biaya hidup.. sedangkan suamiku Mas Hendra hanya pekerja kasar di kapal.. itupun sebulan sebelumnya penggangguran..” keluhnya lagi.

“Udah.. jangan berandai-andai.. biarkan hidup mengalir saja..” Jawabku sekenanya.

“Mas.. Tiba-tiba Nita duduk di sebelahku mengapit tanganku dan menyandarkan kepalanya.

Jrengg..! Aku sungguh terkejut. Aku tau Nita butuh kasih sayang.. butuh belaian.. butuh perhatian.
Bukan tendangan dan tamparan. Aku balas dia dengan pelukan di bahunya. Sayang sekali Wanita semanis Nita disia-siakan oleh laki-laki.
Tapi Aku juga laki-laki normal punya nafsu terhadap wanita.

Justru inilah kesempatanku untuk mengerjai Nita.. apalagi ibu kostku menjengguk keluarganya di Surabaya selama seminggu..
dan baru berangkat kemarin malam.. Mas Rano dapat jatah kerja Shift malam di sebuah Mall.

Yuhuyyy.. akhirnya kesempatan itu tiba..!!

Kutoleh Nita yang saat itu sedang memakai daster.. tanpa basa-basi aku langsung merengkuh tubuh Nita yang montok itu ke dalam pelukanku
dan langsung kucium bibirnya yang tipis itu.

Respon Nita sangat positif. Ia balas memeluk tubuhku erat-erat.. Nita sangat pandai memainkan lidahnya..
terasa hangat sekali ketika lidahnya menyelusup di antara bibirku.

Tanganku asyik meremas susu Nita yang tidak seberapa besar tapi kencang, pentilnya kupelintir membuat Nita memejamkan matanya karena geli.

Dengan sigap aku menarik daster Nita.. dan tidak seperti biasanya.. Nita ternyata sudah tak mengenakan apa-apa di balik dasternya itu.
Hehe.. rupanya sosodara.. Nita memang sudah merencanakan semuanya tanpa sepengetahuanku.

Glekkk..! Tubuh Nita benar-benar aduhai dan merangsang seleraku.. tubuhnya semampai..
Putih.. dengan susu yang pas dengan ukuran tubuhnya.. ditambah memek yang tak berambut mencembung.

“Eh gimana kalo si Rara bangun..?” Tanyaku waswas.
“Tenang aja Mas Iwan.. Susu yang diminum Rara tadi dah aku campurin CTM..” jawabnya dengan gaya yang manja.

Walahh..! Benar-benar persiapan yang sempurna.

Ketika kubentangkan bibir memeknya.. itilnya yang sebesar biji salak langsung menonjol keluar.
Ketika kusentuh dengan lidahku, Nita langsung menjerit lirih.

Aku langsung mencopot baju dan celanaku sehingga kontolku yang sepanjang 15 cm langsung mengangguk angguk bebas.

Ketika kudekatkan penisku ke wajah Nita.. dengan sigap pula Nita menggenggamnya dan kemudian mengulumnya.
Kulihat bibir Nita yang tebal itu sampai membentuk huruf O karena penisku yang berdiameter 3 cm itu hampir seluruhnya memadati bibir mungilnya.

Nita sepertinya sengaja memamerkan kehebatan kulumannya.. karena sambil mengulum kontolku ia berkali-kali melirik ke arahku.
Aku hanya dapat menyeringai keenakan dengan servis Nita ini.

Mungkin posisiku kurang tepat bagi Nita yang sudah berbaring itu sementara aku sendiri masih berdiri di sampingnya..
maka Nita melepaskan kulumannya dan menyuruhku berbaring di sebelahnya.

Setelah aku berbaring.. dengan agak tergesa-gesa Nita merentangkan kedua kakiku lalu mulai lagi menjilati bagian peka di sekeliling kontolku..
Mulai dari pelirku.. terus naik ke atas sampai ke Lubang kencingku semuanya dijilatinya..
Bahkan Nita dengan telaten menjilati liang duburku yang membuat aku benar-benar blingsatan.

Aku hanya dapat meremas-remas susu Nita serta merojok memeknya dengan jariku.
Aku sudah tak tahan dengan kelihaian Nita ini.. kusuruh dia berhenti tetapi Nita tak mempedulikanku.
Malahan ia makin lincah mengeluar-masukkan kontolku ke dalam mulutnya yang hangat itu.

Tanpa dapat dicegah lagi.. crott.. crott.. crott.. crott..!
Air maniku menyembur keluar.. yang disambut Nita dengan pijatan-pijatan lembut di batang penisku..
Errggghh.. seakan-akan dia ingin memeras air maniku agar keluar sampai tuntas.

Ketika Nita merasa kalau air maniku sudah habis keluar semua.. dengan pelan dia melepaskan kulumannya..
Sambil tersenyum manis ia melirik ke arahku.
Kulihat di tepi bibirnya ada sisa air maniku yang masih menempel di bibirnya.. sementara yang lain rupanya sudah habis ditelan oleh Nita.

Nita langsung berbaring di sampingku dan berbisik.. “Mas Iwan diam saja ya.. biar aku yang memuaskan Mas..”
Aku tersenyum sambil menciumi bibirnya yang masih berlepotan air maniku sendiri itu.

Dengan tubuh telanjang bulat Nita mulai memijat badanku yang memang jadi agak loyo juga setelah tegang untuk beberapa waktu itu.
Pijatan Nita benar-benar nyaman.. apalagi ketika tangannya mulai mengurut kontolku yang setengah ngaceng itu..

Tuinkk..! Tanpa diisap atau diapa-apakan.. kontolku ngaceng lagi..
Mungkin karena memang karena aku masih kepengen main beberapakali lagi maka nafsuku masih bergelora.

Aku juga makin bernafsu melihat susu Nita yang pentilnya masih kaku itu..
Apalagi ketika kuraba memeknya ternyata itilnya juga masih membengkak menandakan kalau Nita juga masih bernafsu..
hanya saja penampilannya sungguh kalem.

Melihat penisku yang sudah tegak itu.. Nita langsung mengangkangi aku dan menepatkan kontolku di antara bibir memeknya..
Kemudian.. Slebb.. pelan-pelan ia menurunkan pantatnya.. sehingga akhirnya kontolku habis ditelan memeknya itu.

Setelah kontolku habis ditelan memeknya.. Nita bukannya menaik-turunkan pantatnya..
Dia justru memutar pantatnya pelan-pelan sambil sesekali ditekan..

Ughhh.. aku merasakan ujung penisku menyentuh dinding empuk yang rupanya leher rahim Nita.

Setiapkali Nita menekan pantatnya, aku menggelinjang menahan rasa geli yang sangat terasa diujung kontolku itu.
Putaran pantat Nita membuktikan kalau Nita memang jago bersetubuh.. kontolku rasanya seperti diremas-remas sambil sekaligus diisap-isap oleh dinding memek Nita.

Hebatnya memek Nita sama sekali tidak becek.. malahan terasa legit sekali.. seolah-olah Nita sama sekali tak terangsang oleh permainan ini.
Padahal aku yakin seyakin-yakinnya bahwa Nita juga sangat bernafsu.. karena kulihat dari wajahnya yang memerah serta susu dan itilnya yang mengeras seperti batu itu.

Aku makin lama makin tak tahan dengan gerakan Nita itu..
kudorong ia ke samping hingga aku dapat menindihinya tanpa perlu melepaskan jepitan memeknya di batang kontolku.

Begitu posisiku sudah di atas.. Slepp.. langsung kutarik kontolku dan.. Blessep..! Kutekan dan kuhentak sedalam-dalamnya memasuki memek Nita.

"Nghhhh.." Nita mengerang.. menggigit bibirnya sambil memejamkan mata.. kakinya diangkat tinggi-tinggi serta sekaligus dipentangnya pahanya lebar-lebar hingga batang kontolku berhasil masuk ke bagian yang paling dalam dari memek Nita.

Rojokanku sudah mulai tak teratur karena aku menahan rasa geli yang sudah memenuhi ujung kontolku..
Sementara Nita sendiri sudah merintih-rintih menahan nikmat.. sambil menggigiti pundakku.

Mulutku menciumi susu Nita dan mengisap pentilnya yang kaku itu..
Ketika Nita memintaku untuk menggigit mesra susunya.. tanpa pikir panjang aku mulai menggigitnya sangat lembut daging empuk itu dengan penuh gairah.

"Nghhh.. ahhh.. hhhh.."
Nita makin keras merintih rintih.. kepalaku yang menempel di susunya ditekan keras-keras membuatku hampir tak bisa bernafas lagi..
Saat itulah tanpa permisi lagi kurasakan memek Nita mengejang seperti memeras batang kontolku di dalamnya..
Lalu.. srrr.. srrr.. srrr.. memek yang legit itu menyemprotkan cairan hangat.. membasahi seluruh batang kontolku di kekapannya.

Ketika aku mau menarik pantatku untuk memompa memeknya.. Nita dengan keras menahan pantatku agar terus menusuk bagian yang paling dalam dari memeknya.. sementara pantatnya bergoyang terus di atas ranjang.. merasakan sisasisa kenikmatannya.

Dengan suara agak gemetar merasakan kenikmatannya Nita menanyaiku apakah aku sudah keluar..
Ketika aku menggelengkan kepala.. baru Nita menyuruhku mencabut kontolku dari jepitan liang memeknya yang telah banjir itu.

Ketika kontolku kucabut.. Plop..! Nita langsung menjilati kontolku.. hingga cairan lendir yang berkumpul di situ menjadi bersih.
Kontolku saat itu warnanya sudah merah padam.. dengan gagahnya tegas ke atas dengan urat-uratnya yang melingkar-lingkar di sekeliling batang penis.
Nita sesekali menjilati ujung kontolku dan juga buah pelirku.

Ketika Nita melihat kontolku sudah bersih dari lendir yang membuat licin itu.. dia kembali menyuruhku memasukkan kontolku..
Tetapi kali ini Nita yang menuntun penisku.. bukannya ke lubang memeknya melainkan ke lubang duburnya yang sempit itu.

Aku menggigit bibirku merasakan sempit serta hangatnya lubang dubur Nita..
Ketika kontolku sudah menyelusup masuk sampai ke pangkalnya.. Nita menyuruhku memaju-mundurkan kontolku..
Rrrbbb.. segera aku mulai menggerakkan kontolku.. pelan-pelan sekali.

Kurasakan betapa ketatnya dinding dubur Nita menjepit batang kontolku itu.. terasa menjalar di seluruh batangnya.. bahkan terus menjalar sampai ke ujung kakiku.

Benar-benar rasa nikmat yang luar biasa.. baru beberapakali aku menggerakkan kontolku.. aku menghentikannya karena aku kuatir kalau air maniku memancar.. rasanya sayang sekali jika kenikmatan itu harus segera lenyap.

Nita menggigit pundakku ketika aku menghentikan gerakanku itu, ia mendesah minta agar aku meneruskan permainanku.

Setelah kurasa agak tenang.. aku mulai lagi menggerakkan penisku menyelusuri dinding dubur Nita itu..
Akan tetapi.. dasar sudah lama menahan rasa geli di kemaluanku.. tanpa dikomando lagi air maniku tiba-tiba memancar dengan derasnya..
"Errghh.." aku melenguh keras sekali.. sementara Nita juga mencengkeram pundakku.

Aku jadi loyo setelah duakali memuntahkan air mani yang aku yakin pasti sangat banyak. Tanpa tenaga lagi aku terguling di samping tubuh Nita..
Kulihat kontolku yang masih setengah ngaceng itu berkilat oleh lendir yang membasahinya.

Nita langsung bangun dari tempat tidur.. dengan telanjang bulat ia keluar mengambil air dan dibersihkannya penisku itu..
Aku tau kali ini dia tak mau membersihkannya dengan lidah.. karena mungkin dia kuatir kalau ada kotorannya yang melekat.

Setelah itu disuruhnya aku telungkup agar memudahkan dia memijatku.. aku jadi tertidur..
Di samping karena memang lelah.. pijatan Nita benar-benar enak.. sambil memijat sesekali dia menggigiti punggungku dan pantatku.
Aku benar-benar puas menghadapi pertempuran kelamin dengan perempuan satu ini.

Aku tertidur cukup lama, ketika terbangun badanku terasa segar sekali.. karena selama aku tidur tadi Nita terus memijit tubuhku.
Ketika aku membalikkan tubuhku.. ternyata Nita masih saja telanjang bulat..

Tuinkk..! Kontolku mulai ngaceng lagi melihat tubuh Nita yang sintal itu.. tanganku meraih susunya dan kuremas dengan penuh gairah..
Nitapun mulai meremas remas kontolku yang tegang itu.

“Yuk kita ke kamar mandi..” ajakku
“Sapa takut..!” Balas Nita menantang.

Aku menarik tangan Nita keluar kamar sambil bugil tapi aku sempatkan menyambar 2 buah handuk kemudian berjalan mengendap masuk..
takut ketauan tetangga sebelah rumah kost dan mengunci pintu kamar mandinya dari dalam.

”Nit.. kamu seksi banget..” desisku sambil lebih mendekatinya dan langsung mencium bibirnya yang ranum.
Nita membalas ciumanku dengan penuh gairah.. aku mendorong tubuhnya ke dinding kamar mandi.

Tanganku membekap dadanya dan memainkan putingnya. Nita mendesah pelan.
Ia menciumku makin dalam. Kujilati putingnya yang mengeras dan ia melenguh nikmat.

Aku ingat.. pacarku paling suka kalau aku berlama-lama di putingnya.
Tapi kali ini tidak ada waktu.. karena sudah menjelang pagi. Nita mengusap buah zakarku.

Kunaikkan tubuh Nita ke bak mandi. Kuciumi perutnya dan kubuka pahanya.
Bulu kemaluannya rapi sekali. Kujilati liangnya dengan nikmat, sudah sangat basah sekali.
Ia mengelinjang dan kulihat dari cermin.. ia meraba putingnya sendiri, dan memilin-milinnya dengan kuat.

Kumasukan dua jari tanganku ke dalam liangnya, dan ia menjerit tertahan.
Ia tersenyum padaku.. tampak sangat menyukai apa yang kulakukan.
Jari telunjuk dan tengahku menyolok-nyolok ke dalam liangnya dan jempolku meraba-raba kasar klitorisnya.

Ia makin membuka pahanya, membiarkan aku melakukan dengan leluasa.
Semakin aku cepat menggosok klitorisnya.. semakin keras desahannya.
Sampai-sampai aku khawatir akan tetangga sebelah rumah dengar.. karena dinding kamar mandi bersebelahan tepat dengan dinding rumah tetangga.

Lalu tiba-tiba ia meraih kepalaku dan seperti menyuruhku menjilati liangnya.
”Ahhh.. ahhh.. Mas.. Arghhhh..uhhh.. Maaasss..”
Ia mendesah-desah girang ketika lidahku menekan klitorisnya kuat-kuat dan jari-jariku makin mengocok liangnya.

Semenit kemudian.. Nita benar-benar orgasme dan membuat mulutku basah kuyup dengan cairannya.
Ia tersenyum.. lalu mengambil jari-jariku yang basah dan menjilatinya sendiri dengan nikmat.
Ia lalu mendorongku duduk di atas toilet yang tertutup.. Ia duduk bersimpuh dan mengulum kontolku yang belum tegak benar.

Jari-jarinya dengan lihai mengusap-ngusap bijiku dan sesekali menjilatnya.
Baru sebentar saja, aku merasa akan keluar. Jilatan dan isapannya sangat kuat, memberikan sensasi aneh antara ngilu dan nikmat.

Nita melepaskan pagutannya dan langsung duduk di atas pangkuanku.
Ia bergerak-gerak sendiri mengocok penisku dengan penuh gairah.
Dadanya naik-turun dengan cepat.. sesekali kucubit putingnya dengan keras.

Ia tampak sangat menyukai sedikit kekerasan. Maka dari itu aku memutuskan untuk berdiri dan mengangkat tubuhnya..
hingga sekarang posisiku berdiri.. dengan kakinya melingkar di pinggangku. Kupegang pantatnya yang berisi dan mulai kukocok dengan kasar.

Nita tampak sangat menyukainya. Ia mendesah-desah tertahan dan mendorong kepalaku ke dadanya.
Karena gemas, kugigit dengan agak keras putingnya. Ia melenguh.. ”Oh.. gitu masshh.. gigit seperti itu.. aghhh..”

Kugigit dengan lebih keras puting kirinya, dan kurasakan asin sedikit di lidahku.
Tapi tampaknya Nita makin terangsang. kontolku terus memompa liangnya dengan cepat, dan kurasakan liangnya semakin menyempit..

Kontolku keluar-masuk liang memeknya dengan lebih cepat, dan tiba-tiba mata Nita merem melek..
Ia semakin menggila.. lenguhan dan desahannya semakin kencang hingga aku harus menutup mulutnya dengan sebelah tangannku.

”Ah mashh.. Ehmm.. Arghh.. Arghhh.. Ohhhhh uhhhhhh..” Nita orgasme untuk kesekiankalinya dan terkulai ke bahuku.

Karena aku masih belum keluar, aku mencabut penisku dari liangnya yang banjir cairannya..
Lalu kubalikkan tubuhnya menghadap toilet. Biasa kalau habis minum staminaku memang suka lebih gila.

Nita tampak mengerti maksudku, ia menunggingkan pantatnya, dan langsung kutusuk kontolku ke liangnya dari belakang.
Ia menggeram senang.. dan aku bisa melihat seluruh tubuhnya dari cermin di depan kami. Ia tampak terangsang, seksi dan acak-acakan.

Aku mulai memompa liangnya dengan pelan, lalu makin cepat, dan tangan kiriku meraih puting payudaranya.. memilinnya dengan kasar.. sementara tangan kananku sesekali menepuk keras pantatnya.

Kontolku makin cepat menusuk-nusuk liangnya yang semakin lama semakin terasa licin.
Tanganku berpindah-pindah, kadang mengusap-ngusap klitorisnya dengan cepat.

Badan Nita naik-turun sesuai irama kocokanku.. dan penisku semakin tegang dan terus menghantam liangnya dari belakang.
Ia mau orgasme lagi, rupanya, karena wajahnya menegang dan ia mengarahkan tanganku mengusap klitorisnya dengan lebih cepat.
Penisku terasa makin becek oleh cairan liangnya.

“Nithh..aku juga mau keluar nih..” ujarku di sela dengus napasku yang memburu.

”Oohh.. tahan dulu masss.. kasih akuhh.. kontolmuhh.. tahan..!!“

Nita langsung membalikkan tubuhnya, dan mencaplok kontolku dengan rakus.
Ia mengulumnya naik-turun dengan cepat seperti permen, dan dalam itungan detik, menyemprotlah cairan maniku ke dalam mulutnya.

”ArGGGhhhh!! Oh yes..!!” Erangku tertahan.

Nita menyedot kontolku dengan nikmat, menyisakan sedikit rasa ngilu pada ujung penisku.. tapi ia tidak peduli..
tangan kirinya menekan buah zakar ku dan kanannya mengocok kontolku dengan gerakan makin pelan.

Kakiku lemas dan aku terduduk di kursi toilet yang tertutup. Nita berlutut dan menjilati seluruh kontolku dengan rakus.
Setelah Nita menjilat bersih kontolku.. ia memakaikan handukku.. lalu memakai handuknya sendiri.

Ia memberi isyarat agar aku tidak bersuara.. lalu perlahan-lahan membuka pintu kamar mandi.
Setelah yakin aman.. ia keluar dan aku mengikutinya dari belakang.

Setelah kejadian itu aku sama Nita semakin gila-gilaan dalam bermain seks.. sampai dengan ibu kosku kembali dari Surabaya..
Tentunya aku hanya bisa melakukannya di malam hari. Haha.. (. ) ( .)
------------------------------------------
 
Cerita 51 – Menantu Tetangga

Mbak Nurul


Sejak kepindahan kostku ke daerah Depok.. aku bertetangga dengan keluarga Pak Rusdi.
Pegawai Pemda DKI ini tinggal bersama istrinya dan menantunya yang biasa dipanggil Mbak Nurul oleh para tetangga lainnya.

Mbak Nurul yang telah mempunyai anak dua itu tinggal bersama mertuanya karena suaminya mencari nafkah ke Kuwait hampir setahun yang lalu.
Usia Mbak Nurul aku taksir sekitar awal 30 tahunan.. atau tepatnya 31 tahun ketika aku tak sengaja mendengar salah seorang ibu tetangga menanyakan usia menantu Pak Rusdi ini.

Satu hal yang menarik dari menantu Pak Rusdi ini adalah pakaian yang dikenakannya sehari-hari.
Ibu muda ini selalu berpakaian menutup rapat sekujur tubuhnya.. kecuali wajahnya dan telapak tangannya.

Ibu Muda beranak dua ini selalu kulihat memakai jilbab yang lebar dan pakaian yang panjang longgar hingga mata kaki..
bahkan sepasang kakinya selalu kulihat memakai kaos kaki.. kadangkala berwarna krem atau putih.

Sebenarnya aku tidak terlalu mempedulikan menantu Pak Rusdi yang kelihatan alim itu..
Namun kalau aku berangkat kuliah.. aku sering ketemu Mbak Nurul pulang dari belanja di pasar.

Setiapkali bertemu Mbak Nurul selalu menyapaku ramah dan melempar senyum manisnya..
Yang membuat aku menyadari Mbak Nurul mempunyai paras wajah yang cantik.
Wajah wanita tetanggaku yang selalu terbalut jilbab lebar ini mirip sekali dengan aktris Marissa Haque..
– Kalo artis/seleb masa kini.. mirip Tiara Dewi, editor.. Harap pembaca search ndiri, ya.. hehe..

Satu setengah bulan sudah aku kost di Depok.. hingga kadangkala aku berpikiran tentang Mbak Nurul yang cantik itu.
Apakah Mbak Nurul tidak merasa kesepian ditinggal begitu lama oleh suaminya..
Namun melihat Mbak Nurul yang alim itu.. aku nggak berani berpikir kotor kepada wanita ini.

‘Keindahan yang tersembunyi’ .. Gumamku kalau mengingat Mbak Nurul yang berwajah mirip aktris Tiara Dewi.. namun tubuhnya selalu tersembunyi dalam pakaian dan jilbab panjangnya yang rapat.

Tubuh Mbak Nurul pun kulihat cukup tingi untuk ukuran wanita..
Aku pernah melihat ibu muda ini sama tinggi dengan mertuanya, Pak Rusdi ketika dia berjalan bersama Pak Rusdi..
Dan aku tahu tinggi mertua Mbak Nurul ini 165 cm.. berarti tinggi Mbak Nurul juga 165 cm.

Senja itu aku baru pulang dari praktikum kimia. Hari sudah mulai gelap.. termasuk daerah di sekitar kostku.
Waktu aku lewat di samping rumah Pak Rusdi.. aku melewati salahsatu jendela di rumah Pak Rusdi yang memang sedang diperbaiki.
Mungkin karena sedang diperbaiki.. jendela itu tidak tertutup sempurna.

Aku melihat ada beberapa lubang kecil pada jendela yang tengah diperbaiki itu dari sinar lampu dalam rumah yang keluar lewat lubang-lubang kecil itu.
Melihat lubang-lubang kecil itu timbul rasa isengku untuk mengintip ke dalam.

Dengan hati-hati aku segera menempelkan mataku pada lubang-lubang kecil tersebut..
Beberapa saat kemudian aku menemukan lubang yang cukup besar untuk mengintip.
Ternyata jendela tersebut adalah jendela sebuah kamar.. entah kamar siapa.

Beberapa saat aku mengintip melalui lubang tersebut.. namun keadaan kamar yang terang benderang itu terlihat sepi.
Ketika aku hendak mengakhiri aktivitas mengintipku.. tiba-tiba aku melihat pintu kamar itu terbuka dan aku lihat seorang masuk ke dalam kamar.

Aku belum begitu jelas siapa orang itu.. namun setelah orang itu sampai ke tempat yang lebih terang..
Akku baru dapat melihat ternyata orang tersebut adalah seorang wanita muda.
Agaknya wanita itu baru selesai mandi.. ketika aku melihat rambut panjang ikalnya yang basah serta handuk yang melilit tubuhnya.

Untuk sesaat aku heran.. karena aku tak mengenal.. dan seingatku tak pernah melihat perempuan berkulit putih ini sebelum-sebelumnya.
Namun sekejap kemudian darahku terkesiap.. ketika aku mengamati wajah perempuan ini lebih seksama.

Splash..! “Mbak Nurul..!!” Desisku tertahan. Wajah cantik Mbak Nurul yang mirip Tiara Dewi itu teramat mudah dikenali.
Tubuhku sesaat menggigil.. menyadari perempuan yang tengah kuintip ini adalah Mbak Nurul yang alim dan selalu berpakaian tertutup itu.

Aku tak pernah melihat tubuhnya.. kecuali hanya wajahnya yang terbalut jilbab lebar serta telapak tangannya yang putih terlihat halus.
Namun saat ini.. perempuan berhijab itu aku lihat hanya berlilitkan handuk pada tubuhnya. Wattaaww..!!

Mendadak timbul keinginanku untuk mengintip Mbak Nurul.. yang agaknya hendak berganti pakaian setelah dia mandi.
Dengan jantung berdebar-debar aku berusaha lebih jelas melihat melalui lubang kecil tersebut..

Namun aku harus kecewa.. karena dari lubang pengintip itu aku hanya mampu melihat tubuh Mbak Nurul sampai dari kepala hingga ke pinggangnya.. sebab pandangan dari sebagian lubang pengintip itu memang tertutup sebuah lemari buku. Uhh.. siall..!!

Walaupun hanya sebagian tubuh Mbak Nurul yang terlihat.. tubuhku sudah menggigil menahan birahi.
Mataku membuka lebar-lebar ketika aku lihat Mbak Nurul melepas handuk putih yang melilit tubuhnya.

Aku yakin tubuh menantu Pak Rusdi saat ini telanjang bulat. Sayangnya aku hanya mampu melihat dari kepalanya hingga ke pinggangnya.

Tak pelak.. aku harus menelan ludah berkali-kali melihat keindahan tubuh Mbak Nurul yang hanya terlihat lewat lubang pengintip.
Mataku seolah tersihir.. lekat menatap leher jenjang ibu muda ini yang terlihat mulus menggiurkan..
Lantas mataku menyusuri ke bawah hingga kulihat sepasang buah dada Mbak Nurul yang telanjang.

Nafasku mulai terengah dan kemaluanku pun mulai tegang ketika mataku lekat di dada Mbak Nurul.
Sepasang payudara ibu muda yang cukup montok ini masih terlihat kencang.. walaupun tidak sekencang payudara seorang perawan.

Kulitnya yang putih mulus dengan puting susu yang kecoklatan membuat buah dada Mbak Nurul terlihat menggiurkan dan membangkitkan birahiku.

Namun aku hanya mampu menikmati keindahan payudara Mbak Nurul saja..
Karena.. ketika mataku menyusuri ke bawah payudaranya.. lemari buku sialan itu menghalangi pandanganku..
Padahal aku tahu Mbak Nurul tengah telanjang bulat saat ini.

Nafasku terengah-engah melihat Mbak Nurul yang kemudian mengenakan BH untuk menutupi sepasang buah dadanya yang sedang menjadi santapan mataku.

Aku mengakhiri keasyikanku ketika Mbak Nurul telah mengenakan pakaian.. sebuah jubah panjang berbunga-bunga.
Akhirnya aku kembali ke tempat kostku yang terletak di samping rumah Pak Rusdi dengan birahi yang memuncak.

Rasa seganku kepada Mbak Nurul yang berjilbab itu berganti rasa birahi yang membakar.
Ketika aku di kamar.. aku mengocok kemaluanku sembari membayangkan kedua buah dada Mbak Nurul kulihat telanjang tadi.

Nghh.. Aku membayangkan yang sedang mengocok-ngocok kemaluanku adalah tangan Mbak Nurul dengan dada montoknya yang telanjang..

“Mmmm..” Aku cuma bisa mendesah-desah dan menggigit bibirku menahan nikmat.. sampai akhirnya aku mencapai puncak kenikmatanku.. ketika tubuhku bergetar hebat disertai muncratnya air mani kental dari ujung penisku dan eranganku menyebut nama wanita tetanggaku itu.. membayangkan keindahan yang kuintip tadi.

“Ohhhh.. mmm.. ahhhh.. sshhhh.. Mbaak Nuruuullll.. ahhhhh.. enaaaaakkkk.. ahhhhhhh..!!!”
Desahku di ujung kenikmatanku sebelum aku tergeletak lemas usai melepas nikmat.

Sejak saat itu rasa seganku kepada wanita berjilbab ini lenyap.. Justru aku selalu membayangkan tubuh Mbak Nurul dalam onaniku.
Aku mengkhayalkan keindahan tubuh di balik pakaian jubah panjang dan jilbab lebar yang selalu dikenakan ibu beranak dua ini.

Setiapkali aku ketemu Mbak Nurul dalam jilbab lebar dan jubah panjangnya mataku lekat menatap sekujur tubuhnya..
Sementara benakku membayangkan tubuh di balik pakaian yang menutup rapat tubuhnya itu.

Beberapakali aku menelan ludah ketika 'hanya' melihat cetakan garis BH dan sekan-akan kulihat belahan buah dada yang montok itu di dada yang tertutup jilbab lebar itu.

Sejak itu akupun sekarang senang mengamati Mbak Nurul ketika dia menyapu halaman rumahnya saat sore hari.
Melalui sela-sela jendela kamar kostku.. aku melihat Mbak Nurul tengah membungkuk menyapu.
Pinggulnya yang terbungkus jubah pakaiannya nampak sangat menggiurkan.

Aku harus berulangkali menelan ludah ketika melihat celana dalam yang dipakai Mbak Nurul tercetak jelas pada jubahnya saat dia membungkuk untuk menyapu.
Belahan pantatnya pun samar terlihat membuatku jakunku naik-turun menahan getaran birahi.

Rasa-rasanya aku ingin menyingkap jubah yang dipakai Mbak Nurul ke atas.. sehingga aku dapat melihat pantatnya yang montok itu.
Namun aku hanya mampu membayangkan saja yang kemudian diakhiri dengan onani.

Hampir seminggu sejak aku pertamakali aku mengintip Mbak Nurul.. yang membuatku akhirnya menyimpan birahi kepada wanita berjilbab tetanggaku itu.
Rasa penasaranku bercampur birahi untuk melihat tubuh Mbak Nurul di balik pakaiannya yang rapat kian menggebu.

Aku selalu mencari celah untuk mengintipnya seperti seminggu lalu..
Namun ternyata tak ada sebuah lubang apapun di rumahnya untukku dapat mengintipnya dalam keadaan tak berjilbab dan berjubah itu.

Ternyata aku hanya punya kesempatan mengintip sekali itu.. karena jendela itu selesai diperbaiki sehari setelah aku mengintip melalui lubang-lubang pada jendela yang rusak itu dan aku tak melihat ada celah untuk mengintip Mbak Nurul lagi.

Sampai siang itu.. Faiz.. anak pertama Mbak Nurul yang sering bermain ke tempat kostku.. tertidur di kamar kostku setelah dia lelah bermain.
Aku biarkan bocah laki-laki yang baru berusia 4 tahun ini lelap dalam tidurnya.. sementara aku mengutak-atik komputer yang kebetulan rusak di kamarku.

Setelah mengutak atik komputerku beberapa saat.. aku harus membeli beberapa kabel baru.
Ketika aku melangkah ke arah pintu berniat membeli kabel-kabel itu.. aku mendengar ketukan dan suara salam seorang wanita di pintu.

Akupun membuka pintu seraya menjawab salam..
Dan aku tertegun.. ketika ternyata Mbak Nurul yang ada di depan pintu kostku dengan wajah pucat dan terlihat lelah.
Siang ini dia mengenakan jilbab putih lebar dengan jubah biru bermotif bunga serta kaus kaki krem yang membungkus kedua kakinya.

“Maaf dik.. lihat Faiz anak saya nggak..? Saya sudah ke mana-mana mencarinya namun nggak ada..” tanya Mbak Nurul terdengar cemas.
Aku tersenyum mendengar kecemasannya.

“Ada kok mbak.. lagi tidur di kamar saya..” Mbak Nurul menarik nafas dalam-dalam.

“Syukurlah.. biar saya ambil sekarang..”

”Terserah.. Mbak Nurul..” kataku seraya melangkah masuk.. dikuti wanita berjilbab ini..

Splass..! Mataku sempat melirik ke dada Mbak Nurul yang montok.. membuat kembali terbayang kemulusan buah dada montok yang telanjang di dada ibu muda ini saat kuintip seminggu lalu.
Glekk.. Aku menelan ludah melihat dada Mbak Nurul yang tertutup jilbab putih lebar itu.. terlihat begitu montok menggiurkan.

“Tuh.. masih tidur..” kataku sambil menunjuk Faiz yang tengah lelap di atas tempat tidurku.

Sesaat wajah cantik Mbak Nurul tampak bimbang melihat anak pertamanya itu lelap dalam tidurnya.

“Mungkin saya nitip anak saya dulu dik.. kasian kayaknya dia lelap sekali tidurnya.. nanti sore aku ambil..” desisnya lirih.

Aku tersenyum mengangguk.. tapi sedetik kemudian aku ingat aku harus membeli kabel buat komputerku.

“Nggak papa mbak.. tapi sebentar aku mau pergi beli kabel.. boleh aku minta mbak di sini dulu sebentar..?” Tanyaku.. ” Sampai aku kembali..”

Mbak Nurul tersenyum lantas mengangguk.. namun wajah cantiknya tampak kuyu letih.

“Mm.. Mbak Nurul kayaknya letih yah.. biar aku buatkan minum buat Mbak Nurul sebentar..
Mbak khan tamu di rumah ini.. apalagi baru pertamakali berkunjung..” kataku spontan.

Wajah yang terbalut jilbab putih lebar itu tersenyum. “Terserah adik.. mbak memang haus..”

Tak berapa lama kemudian.. aku mengambil sebuah gelas yang aku tuangi dengan sirup ABC jeruk serta air dingin dari kulkas.
Ketika aku tengah mengaduk minuman untuk Mbak Nurul.. mataku menangkap beberapa bahan kimiawi praktikum di mejaku.
Aku tahu beberapa bahan kimia itu mempunyai efek sebagai obat tidur.

Sesaat aku merasa bimbang ketika timbul keinginanku untuk mencampur minuman untuk Mbak Nurul dengan bahan kimiawi tersebut.
Aku berhenti mengaduk.. mataku melirik Mbak Nurul yang tengah duduk di karpet ruang tamu sambil membaca sebuah majalah komputer milikku.

Wajah cantik yang terbalut jilbab itu begitu mempesona..
Apalagi ketika kulihat ternyata ujung pakaian jubahnya agak tertarik ke atas tanpa disadarinya..
Membuat salahsatu betisnya terlihat nyaris separuhnya.

Walaupun betis Mbak Nurul saat ini terbalut kaus kaki krem..
namun betis yang terlihat nyaris separuh itu terlihat begitu indah dan keindahan.. apalagikah ketika ujung jubah itu kian tertarik ke atas..

Tanpa sadar aku menelan ludah membayangkannya.. apalagi ketika teringat keindahan buah dada Mbak Nurul yang pernah kulihat telanjang.. membuat otakku kian dipenuhi birahi terhadap wanita berjilbab yang kini duduk di karpet ruang tamu kost.

Akhirnya.. tanpa ragu aku mencampurkan bahan kimia itu ke dalam minuman dingin untuk Mbak Nurul..
Cukuplah untuk membuat wanita ini terlelap.

“Silakan diminum Mbak.. aku pergi beli kabel sebentar..” kataku dengan dada berdebar-debar tegang.

Mbak Nurul tersenyum sambil mengucapkan terimakasih..
namun dia terlihat agak gugup ketika tahu mataku tengah memperhatikan betisnya yang tersingkap nyaris separuh itu.

“Terimakasih dik.. ngerepotin aja..” kata Mbak Nurul sembari membenahi ujung jubahnya yang tertarik ke atas dengan sedikit tergesa.. sehingga betis itu kembali tertutup.
Aku tersenyum penuh arti ketika tangan Mbak Nurul membenahi ujung jubahnya dengan sedikit gugup dan wajah yang bersemu merah.

Beberapa saat kemudian Honda GL ku meluncur meninggalkan tempat kostku.
Tak sampai 15 menit kemudian aku pun kembali.
Deg-deg-deg..! Jantungku berdegup kencang ketika aku memarkirkan sepeda motorku di teras.. Lantas aku membuka pintu dengan tergesa-gesa.

Aku nyaris terlonjak dengan jantung berdegup kian kencang ketika mataku menatap ke ruang tamu kostku yang hanya berlapis karpet biru itu.
Mataku terbelalak melihat Mbak Nurul ternyata telah tergeletak pulas di atas karpet ruang tamu.

“He he he he.. ternyata bahan kimia itu bekerja baik..” kataku sambil mendekati tubuh Mbak Nurul yang tergeletak pulas..
sementara gelas minuman yang kuberikan untuknya terlihat kosong.. tanpa setitik air pun di dalamnya.
Aku tersenyum penuh nafsu.. memandang wanita berjilbab tetanggaku yang terlihat pulas terlentang di atas karpet ruang tamu kostku.

Dengan jantung berdegup kian kencang aku menghampiri Mbak Nurul.. lantas berlutut di sampingnya.
Mataku lekat menatap wajah Mbak Nurul yang mirip Tiara Dewi ini.

Wajah cantik berbalut jilbab putih lebar itu kian terlihat cantik saat pulas tertidur membuatku kian bernafsu.
Kemudian mataku menatap dadanya yang naik-turun dengan teratur seiring nafasnya.

Sepasang buah dada montok yang tertutup jilbab putih lebar itu membuatku menelan ludah..
Sehingga sesaat kemudian 'memaksa' tanganku untuk terulur menjamahnya.

Ughhh.. Serasa bermimpi ketika tanganku dengan sedikit gemetar meraba-raba bukit montok di dada Mbak Nurul yang masih tertutup jilbab lebar itu.

“Ohh.. montoknya..” desisku dengan nafas mulai tersengal..
Lantas sedetik kemudian tanganku mulai meremas buah dada Mbak Nurul yang masih tertutup jilbab putih yang lebar itu.
Aku nyaris tak percaya kalau siang ini aku dapat meremas dada montok wanita berjilbab tetanggaku yang terlihat alim itu.

“Ohh.. Mbak Nurul..!!” Desahku ketika kemudian tanganku meremas-remas sepasang payudara kenyal di dada ibu muda beranak dua ini.

Semakin lama tanganku kian liar meremas buah dada Mbak Nurul membuat jilbab putih yang dikenakannya kusut tak karuan.
Tanganku kemudian menyingkapkan jilbab putih yang menutupi dada montok itu ke atas.

Aku tersenyum ketika aku melihat tiga kancing pada bagian atas jubah yang dipakai ibu muda ini.
Tanganku terasa gemetar ketika jemariku meraih tiga buah kancing yang rapat itu.. lantas mulai membukanya satu per satu.

Perlahan-lahan kulit mulus di dada Mbak Nurul yang putih mulai terlihat merangsang birahiku.
Jakunku naik-turun dengan dada yang berdegup kian kencang.

Birahiku kian liar bergolak.. ketika tanganku semakin lebar menyingkap bagian atas jubah Mbak Nurul yang terbuka itu.

Belahan payudara Mbak Nurul yang montok itu membuatku kemaluanku kian mengeras..
Dan.. mataku seakan tak berkedip ketika melihat keindahan di dada wanita berjilbab ini.

Mataku pun mulai melihat BH warna krem yang membungkus sepasang payudara Mbak Nurul.. saat aku menyingkapkan semakin lebar bagian dada jubah yang dipakai wanita berjilbab ini.
Kemudian jubah yang dipakai Mbak Nurul aku tarik ke bawah.. sampai bagian atasnya tertarik ke bawah melewati pundaknya..

Blubb..! Maka tersembullah sepasang buah dada Mbak Nurul yang montok dan mulus menggiurkan.
Buah dada Mbak Nurul itu masih ketat terbungkus beha warna krem yang dikenakannya.

“Ooohh.. Mbak Nurul.. montoknya..” desisku sambil menahan birahi yang kian menggelegak.

Mataku 'bersinar liar' melihat gundukan buah dada Mbak Nurul yang masih tertutup BH warna krem.
Kemudian dengan nafsu yang kian menggelegak.. tanganku menarik cup BH itu ke atas.. yang membuat buah dada ibu muda ini tak tertutup lagi.

“Glekk.. Ohh.. Mbak Nurul..” desahku menahan birahi melihat payudara Mbak Nurul yang kini telanjang di depanku.

Payudara telanjang di dada wanita berjilbab ini begitu indah bentuknya.
Walaupun Mbak Nurul telah beranak dua.. namun sepasang buah dadanya masih terlihat kencang.

Kulitnya putih mulus dan puting susu kecoklatan yang terlihat mulai tegak membuat buah dadanya ini kian menggiurkan nafsuku.
Dengan gemetar tanganku mencoba menjamah buah dada ibu muda menantu tetanggaku ini.

Aku seakan tak percaya mampu menjamah payudara seorang wanita alim seperti Mbak Nurul yang sehari-hari kulihat selalu menutup rapat sekujur tubuhnya dengan jilbab yang lebar dan jubah panjang nan longgar.

Namun ketika tanganku merasakan kehangatan dan kekenyalan payudara Mbak Nurul yang montok.. tubuhku mengigil menahan birahi kian menggelegak.
Kemudian dengan penuh nafsu tanganku mulai meremas-remas payudara montok yang telanjang itu.

Ahhh.. Imajinasi dan obsesiku mesumku selama ini seolah mendapatkan muaranya..
Sepasang payudara yang selama ini tersembunyi di balik jubah dan jilbab lebar yang selalu dikenakannya..
kali ini ada dalam remasanku yang kian liar.

“Mmm.. Mbaak Nuruulll.. mmmm..” desisku sembari mempermainkan puting susu kecoklatan di dada Mbak Nurul dengan jari-jariku.

Aku merasakan puting susu ibu muda yang aku pelintir ini kian terasa tegak dan mengeras.
Nafasku memburu jalang.. tubuhku menggigil menahan birahi menggelegak ketika tanganku bermain di dada telanjang wanita cantik ini.

Beberapa lama aku meremas-remas buah dada Mbak Nurul yang telanjang itu dengan tanganku..
sebelum aku mulai menjilati payudara wanita berjilbab itu dengan lidahku dan menciuminya penuh nafsu.

Aku merasakan sepasang buah dada Mbak Nurul yang telanjang itu kian kencang mengeras ketika aku menciuminya dan menjilatinya..
Bahkan ketika aku mengulum puting susu yang kecoklatan itu aku sempat terkejut oleh rintihan dari mulut Mbak Nurul.

Aku menatap wajah Mbak Nurul yang masih terbalut jilbab putihnya itu..
Namun kulihat wajahnya masih lelap dalam tidurnya.. hanya bibirnya memang mulai mendesah dan mengerang lirih.

“Oohhh.. mulai terangsang..” desisku melihat keadaan wanita berjilbab ini.

Desahan yang keluar dari bibir Mbak Nurul membuatku nafsu birahiku kian liar.
Mulutku kian liar menciumi dan menjilati payudara telanjang di dada wanita berjilbab ini.
Puting susu yang kecoklatan itu aku kulum dan aku isap dengan bibir dan mulutku.. membuat desahan Mbak Nurul kian sering terdengar.

Birahiku semakin terasa menggelegak jalang mendengar rintihan dan desahan wanita berjilbab ini.
Sempat terbayang beberapa hari lalu.. Mbak Nurul terlihat begitu anggun dengan jubah dan jilbab lebarnya.

Waktu itu aku hanya menelan ludah melihat tonjolan montok di dada yang tertutup jilbab lebar itu.
Namun saat ini.. payudara wanita berjilbab itu dapat aku nikmati sepuas birahiku.

Cukup lama aku memuaskan nafsuku pada kedua payudara montok Mbak Nurul yang telanjang tanpa penutup itu.

Aku melihat Mbak Nurul semakin jalang mendesah dan merintih dalam tidurnya tiapkali aku mengisap dan menjilati serta menciumi kedua buah dadanya yang montok mengiurkan itu.
Gila.. baru pertamakali ini aku melihat seorang wanita berjilbab merintih begitu jalang dan liar oleh birahi yang mencengkeramnya.

Setelah aku puas dengan payudara Mbak Nurul.. mataku beralih menatap bagian bawah tubuh ibu muda berjilbab ini.

Aku melihat walaupun beberapakali Mbak Nurul menggeliat dan mengejang menahan rangsangan birahi dariku.. namun ujung jubah yang dikenakan Mbak Nurul tidak sampai tersingkap..
Bagian bawah Mbak Nurul masih rapi tertutup oleh jubah panjang yang dipakainya.. sehingga hanya terlihat kakinya yang terbungkus kaus kaki warna krem.

Sesaat terbayang dalam benakku.. rasa penasaranku selama ini yang membuatku ingin menyingkap jubah yang dipakainya.

Perlahan kemudian aku mendekati kaki Mbak Nurul yang masih tertutup jubah yang dipakainya.
Dengan sedikit gemetar.. tanganku terulur menyingkap jubah biru kembang yang dipakai Mbak Nurul dengan.

Jantungku berdegup makin kencang ketika jubah itu mulai aku singkap ke atas..
Tadaaa..! Mataku mulai melihat sepasang betis Mbak Nurul yang indah bentuknya.

Sepasang betis yang indah ini masih terbungkus kaus kaki warna krem yang agak tipis.
Tanganku semakin gemetar ketika ujung jubah biru itu aku singkap semakin ke atas menyusuri kaki Mbak Nurul.

Mataku kian membesar melihat ujung jubah yang tengah aku tarik ke atas itu mulai melewati lutut wanita berjilbab ini.
Aku baru tahu.. ternyata kaos kaki katun yang dipakai Mbak Nurul cukup panjang..
hampir seluruh betisnya tertutup oleh kaus kaki krem yang dipakainya.

Nafasku kian mendengus kasar menahan nafsu birahiku saat ujung jubah itu aku singkap ke atas melewati kedua lututnya..
dan mataku nyaris tak berkedip melihat keindahan yang terpampang di balik jubah yang aku singkap semakin ke atas.

Akhirnya ujung jubah biru yang semula rapat menutup tubuh ibu muda ini tersingkap hingga ke pinggangnya.
Sepasang kaki wanita berjilbab itu kini tidak lagi tertutup jubah panjang itu.

“Ohh.. Mbak Nurul..” Desisku dengan mata nyaris tak berkedip melihat pemandangan di depanku.

Sepasang paha putih Mbak Nurul yang telanjang itu tampak mulus menggiurkan. Paha putih mulus itu masih terlihat kencang dan bulat padat.

Tetapi yang membuat tubuhku menggigil hebat menahan birahi.. ketika mataku menatap pangkal paha Mbak Nurul yang telanjang.
Mataku melotot melihat kemontokan bukit kemaluan wanita berjilbab yang masih tertutup celana dalam itu.

Celana dalam biru yang dipakai Mbak Nurul termasuk tipis untuk menyembunyikan gundukan kemaluan ibu muda ini..
sehingga mataku secara samar mampu melihat bayangan bulu-bulu kemaluan dan belahan bibir kemaluan ibu muda berjilbab ini.

Sontak tubuhku gemetar melihat keindahan yang luar biasa ini dan batang kemaluanku terasa kian keras.

“Ohh.. mbak Nuruuulll.. Ohhh..” Desisku gemetar dengan mulut ternganga melihat keindahan di depan mataku.

Terbayang kembali beberapa hari lalu.. aku selalu melihat Mbak Nurul adalah seorang wanita berjilbab lebar dan berjubah panjang membuatnya terlihat begitu alim.

Beberapa menit yang lalu sebelum pulas terpengaruh oleh minuman dariku Mbak Nurul masih gugup dan terlihat malu ketika ujung jubahnya tersingkap.. yang hanya memperlihatkan separuh betisnya.

Namun saat ini hampir tak kupercaya.. kalau aku telah melihat keindahan yang selama ini tersembunyi di balik jilbab lebar dan jubah panjang Mbak Nurul itu.

Aku menelan ludah berkali-kali dengan birahi kian menggelegak melihat pemandangan di depanku.
Seorang perempuan berparas cantik dengan jilbabnya yang lebar serta jubah biru bermotif bunga tergolek..

Dengan sepasang buah dada yang menyembul telanjang dan bagian bawah jubahnya tersingkap hingga ke perut..
memperlihatkan kemulusan sepasang pahanya dan celana dalam yang dikenakannya.
Arrghh.. Tubuhku menggigil penuh birahi yang menggelegak melihat keindahan yang langka ini.

Mbak Nurul masih terlihat pulas dalam pengaruh obat tidur yang kucampurkan dalam minuman untuknya.
Kedua mata di wajah cantiknya yang terbalut jilbab lebar putih masih tertutup dengan rapat..
walaupun wanita berjilbab ini sempat merintih dan mengerang saat kurangsang sepasang payudara di dadanya.

Berulangkali aku menelan ludah sementara penisku sudah mengeras oleh desakan birahi melihat keadaan Mbak Nurul saat ini.
Ibu muda tetanggaku yang selama ini tak pernah kulihat kecuali wajah cantiknya dan telapak tangannya..
saat ini kulihat setengah telanjang tergeletak di depanku.

Jilbab putih lebar yang beberapa menit lalu masih rapi menyembunyikan kemontokan dadanya saat ini tersingkap ke atas..
dengan jubah yang terbuka pada bagian dadanya dan BH yang tersingkap..
sehingga sepasang buah dada wanita berjilbab beranak dua yang selama ini tersembunyi.. terpampang menggiurkan tanpa penutup.

Dengan birahi yang menggelegak.. aku bergeser mendekati kaki Mbak Nurul yang terbuka itu.
Aku melihat sepasang betis yang indah itu masih terbungkus kaus kaki warna krem yang cukup panjang hampir menutupi betisnya.

Dengan sedikit gemetar.. aku mengulurkan tanganku melepas sepasang kaus kaki warna krem itu dari kaki Mbak Nurul.
Aku kembali menelan ludah melihat kemulusan betis Mbak Nurul yang kini telanjang di depanku.

Aku sempat tersenyum teringat beberapa menit lalu.. ketika Mbak Nurul gugup terlihat separuh betisnya olehku karena jubah yang dipakainya tersingkap.
Namun setelah wanita berjilbab ini pulas dalam pengaruh obat tidurku.. aku bukan hanya mampu melihat betisnya namun juga menjamahnya bahkan lebih.

Telapak kaki Mbak Nurul terlihat putih kemerahan.. ketika tanganku meraihnya terasa halus di tanganku.
Beberapa saat aku mengelusnya sebelum kemudian bibirku mulai menciumi telapak kaki yang bersih dan halus itu.

Nafasku memburu kian cepat ketika dengan bernafsu aku menciumi dan menjilati telapak kaki wanita ini.
Telapak kaki wanita cantik yang kini telanjang itupun terlihat berkilat oleh bekas jilatanku yang liar.
Kemudian dengan penuh birahi.. bibirku menyusuri kaki Mbak Nurul semakin ke atas.

Aku menciumi dan menjilati sepasang betis wanita berjilbab ini yang tak pernah kulihat sebelumnya karena selalu tertutup oleh pakaian panjangnya.
Betis putih mulus yang indah dan ditumbuhi rambut-rambut halus itu terasa hangat di bibirku dan lidahku yang menjilatinya.

Libidoku kian menggelegak saat bibir dan lidahku menciumi serta menjilati betis indah Mbak Nurul yang tak pernah kulihat sebelumnya ini.
Nafasku terengah-engah oleh desakan birahiku yang kian liar.
Saat bibir dan lidahku menciumi dan menjilati kemulusan betis Mbak Nurul.. tanganku menyusuri kaki wanita berjilbab ini kian ke atas.

Tanganku mengelus-elus paha mulus Mbak Nurul yang telanjang dan bulat padat ini.
Begitu halus.. lembut dan hangat kulit Mbak Nurul aku rasakan.

Ketika menyentuh paha yang ditumbuhi bulu-bulu halus.. betapa kurasakan kehangatan yang makin terasa mengalir ke telapak tangan.
Kemaluanku menjadi kian menegang keras dan membuat celanaku terasa sesak dan ketat.
Jantungku makin berdegup kencang ketika aku meneruskan belaian tanganku makin jauh ke arah pangkal kaki wanita berjilbab yang mulus.

Kulit tanganku merasakan hawa yang makin hangat dan lembab ketika tanganku makin jauh menggerayangi pangkal kaki Mbak Nurul yang bak belalang itu.

Gerakan tanganku terhenti ketika tanganku mulai menyentuh gundukan daging yang begitu lunak dan hangat.. namun terasa masih terbungkus kain celana dalam.

Beberapa saat aku meraba-raba gundukan daging lunak hangat itu mengelus-elusnya.. yang ternyata kembali membuat Mbak Nurul merintih dan mengerang oleh rabaanku pada gundukan di selangkangannya.

Bahkan semakin lama aku semakin gemas.. sehingga kemaluan montoknya yang masih terbungkus celana dalam itu bukan hanya aku elus-elus.. namun tanganku lantas meremas-remasnya penuh nafsu.

Aku sempat melirik wajah Mbak Nurul yang masih terbalut jilbabnya.. ketika wanita cantik ini merintih bahkan tubuhnya menggeliat.
Aku hanya menyeringai ketika aku melihat wanita berjilbab ini tidak menunjukkan tanda-tanda sadar dari pengaruh obat tidurku.

Akupun kembali menciumi dan menjilati kaki telanjang ibu muda berjilbab yang tak pernah kulihat mulusnya saat sebelumnya.
Tanganku masih meremas-remas kemaluan montok di selangkangan Mbak Nurul ketika aku menciumi dan menjilati sepasang paha mulusnya.

Sepasang paha putih ibu muda menantu tetanggaku yang mulus itu terasa hangat di bibir dan lidahku membuatku semakin terangsang oleh birahi.
Sebentar saja paha yang bulat indah dan ditumbuhi bulu-bulu halus itupun terlihat mengkilat oleh jilatan lidahku dan ciuman bibirku.

Aku melihat Mbak Nurul masih merintih-rintih dan tubuhnya menggeliat-geliat..
Bahkan kini kian lama rintihan wanita berjilbab itu kian terdengar jalang membuatku kian bernafsu.

Akhirnya ciuman dan jilatanku terhenti ketika bibirku telah merasakan lembab dan hangatnya pangkal paha Mbak Nurul.
Aku menghentikan remasanku pada gundukan kemaluan Mbak Nurul yang masih tertutup celana dalam biru.

Celana dalam yang dipakai ibu muda ini terlihat kusut karena remasan jari-jariku yang liar dan bernafsu.
Dengan birahi yang menggelegak tanganku kini menarik celana dalam krem yang menutupi bagian tubuh Mbak Nurul yang paling pribadi ini.

Mataku seakan tak berkedip ketika celana dalam yang dipakai Mbak Nurul aku tarik ke bawah.
Bermula dari tersembulnya rambut kemaluan yang cukup lebat dan hitam itu.. aku terus menarik turun celana dalam itu.

Dan aku seakan terpukau ketika aku menarik celana dalam itu kian ke bawah..
Belahan kemaluan ibu muda tetanggaku yang kemerahan itu pun tersembul begitu menggiurkan.

Ahhhh.. Akhirnya sesaat kemudian.. bagian tubuh wanita berjilbab yang paling tersembunyi inipun terpampang tanpa penutup di depanku.
Tubuhku mengigil oleh birahi melihat kemaluan telanjang Mbak Nurul di depanku ini.

Terbayang kembali di benakku.. akan sebuah hasrat yang menjadi angan-anganku selama ini untuk menyingkap jubah Mbak Nurul dan melihat keindahan di baliknya.

Aku tak mengira bahwa keinginanku akan terwujud siang ini tanpa kesulitan sedikitpun.
Mataku lekat menatap kemaluan Mbak Nurul yang ditumbuhi rambut cukup lebat namun terlihat rapi.

Dengan libido semakin menggelagak.. aku membuka kedua paha wanita berjilbab ini.. lantas perlahan namun pasti kubenamkan mukaku di antara kedua paha putih mulus itu.

Bibirku segera menciumi kemaluan wanita berjilbab yang ditumbuhi rambut cukup lebat itu.
Nafasku terengah-engah di antara kedua paha mulus Mbak Nurul. clrupp.. clrupp.. clrupp.. clrupp..

Bibirku dengan bernafsu menciumi permukaan kemaluan ibu muda ini dengan liar.
Mbak Nurul makin jalang merintih dan mengerang..
Ttubuhnya mulai menggeliat menahan rangsangan birahi di bagian tubuhnya yang paling rahasianya itu.

Lidahkupun bergantian menjilati permukaan kemaluan wanita berjilbab ini.. sehingga rambut kemaluan Mbak Nurul terlihat basah.
Sambil membelai-belai rambut dan menjilati yang mengitari kemaluan Mbak Nurul..

Kuhirup-hirup aroma harum khas kemaluan yang menyengat dari kemaluan wanita berjilbab ini..
lantas aku pun meneruskan dengan jilatan ke seluruh sudut selangkangan Mbak Nurul.

Sehingga kini kemaluan wanita berjilbab di depanku basah oleh air liurku.
Tangankupun membuka bibir kemaluan Mbak Nurul lantas aku julurkan lidahku ke arah klitoris dan menggelitik bagian itu dengan ujung lidahku.

Mbak Nurul yang masih belum tersadar dari pengaruh obat tidurku makin jalang merintih..
dan tubuhnya makin kerap menggelinjang ketika bagian kewanitaan yang paling sensitif ini aku jilati.

Aku merasakan ada pijitan-pijitan lembut dari lubang vagina Mbak Nurul yang membuat lidahku seperti dijepit-jepit.

Makin lama lubang itu makin basah oleh cairan bening yang agak lengket yang terasa asin di lidahku.
Mbak Nurul kini makin keras mengerang dan terengah-engah dalam tidurnya.

Rupanya ia merasakan kenikmatan dalam mimpi ketika kemaluannya aku ciumi dan aku jilati.
Pinggulnya mulai menggelinjang dan kakinya ikut menggeliat.

Melihat tingkah Mbak Nurul yang begitu merangsang menggairahkan.. aku tak mampu menahan gelegak birahiku.
Aku segera menurunkan celana training beserta celana dalamku.. sehingga mencuatlah batang penisku yang besar dan panjang serta tegak mengeras kemerahan.

Perlahan-lahan kedua kaki Mbak Nurul kutarik melebar.. sehingga kedua pahanya terpentang.
Kedua lututku melebar di samping pinggul wanita berjilbab ini lantas tangan kananku menekan pada karpet.. tepat di samping tangan Mbak Nurul..
Sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas wanita ini.

Tangan kiriku memegang batang penisku.
Perlahan-lahan kepala penisku kuletakkan pada belahan bibir kemaluan Mbak Nurul yang telah basah itu.

Plepp.. plepp.. plepp.. Kepala penisku yang besar itu kugosok-gosok dengan hati-hati pada bibir kemaluan wanita berjilbab tetanggaku ini.

"Ngghhhh.." Terdengar suara erangan perlahan dari mulut Mbak Nurul dan badannya agak mengeliat.. tapi matanya masih tetap tertutup.

Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku untuk kemudian membelah bibir kemaluan ibu muda berjilbab yang cantik ini.

Sleeppph.. Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara bibir kemaluan Mbak Nurul.

Dari mulut wanita berjilbab ini tetap terdengar suara mendesis perlahan.. akan tetapi badannya kelihatan mulai gelisah..
Agaknya Mbak Nurul mulai sadar.

Aku tidak mau mengambil risiko.. sebelum Mbak Nurul sadar aku sudah harus menanamkan penisku ke dalam kemaluan ibu muda tetanggaku ini.

Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing penisku.. kutekan perlahan-lahan tapi pasti pinggulku ke bawah.. Slebb..
Hingga kini kepala penisku mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan wanita berjilbab ini.

Jlebbh.. Kelihatan sejenak kedua paha Mbak Nurul bergerak melebar.. seakan-akan tak mampu menampung desakan penisku ke dalam lubang kemaluannya.

Badannya tiba-tiba mulai bergetar menggeliat.. dan lantas kedua matanya mendadak terbuka..
Ia terbelalak bingung.. memandangku yang sedang bertumpu di atasnya. Mulutnya terbuka seakan-akan dia siap untuk berteriak.

Dengan cepat aku memagut bibir Mbak Nurul untuk mendekap mulutnya agar jangan berteriak.
Karena gerakanku yang tiba-tiba itu.. posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi..

Akibatnya.. seluruh berat pinggulku langsung menekan ke bawah..
Blesseph..! Tidak dapat dicegah lagi.. penisku seketika menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan Mbak Nurul dengan cepat.

Badan Mbak Nurul tersentak ke atas.. kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan..
sedangkan kedua tangannya secara refleks mendorong ke atas.. menolak dadaku yang rubuh meneduhi tubuhnya.

Dari mulutnya keluar suara jeritan.. tapi tertahan oleh bekapan bibirku yang melumat mulutnya.
“Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmmffhh..” desahnya tidak jelas.

Beberapa detik kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat dan meronta-ronta..
Kelihatan Mbak Nurul sangat kaget luar biasa melihatku tengah menindihnya.

Meskipun Mbak Nurul meronta-ronta hebat.. akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat.

Karena gerakan-gerakan wanita berjilbab ini dengan kedua kakinya yang meronta-ronta itu.. penisku yang telah terbenam di dalam vagina Mbak Nurul terasa dipelintir-pelintir.. dan seakan-akan dipijit-pijit oleh otot-otot dalam vagina ibu muda ini.
Hal ini justru menimbulkan kenikmatan bagiku yang sukar dilukiskan.

Cukup lama wanita berjilbab ini meronta-ronta hebat sebelum akhirnya rontaan Mbak Nurul ini mulai melemah.
Nafasnya memburu dengan mata yang menyorot tajam ke arahku penuh kemarahan dan kebencian.

Wajah yang masih terbalut jilbab putih lebarnya itu kini terlihat merah padam..
Namun kemudian mata yang menyorot tajam itu terpejam.. bahkan airmatapun mengalir deras dari kedua matanya.. membasahi jilbab putih yang masih membalut wajahnya.

Aku tidak mempedulikan semua itu.. bahkan aku justru mulai menggerakkan penisku yang terjepit dalam kemaluan Mbak Nurul.
Clebb..slebb..clebb..slebb..clebbb.. slebb.. clepp.. slebb.. clebb..

Aku terus menggerak-gerakkan penisku naik-turun perlahan di dalam liang kemaluan ibu muda yang hangat itu.
Liang itu terasa berdenyut-denyut.. seperti mau melumat kemaluanku. Rasanya nikmat luar biasa.

Sembari terus menggerakkan pinggulku naik-turun memompa batang penisku di liang kemaluannya..
tanganku kembali menggerayangi payudara putih mulus yang sudah mengeras bertambah liat itu.
Kuremas perlahan sambil sesekali kupijit-pijit bagian puting susu yang sudah mencuat ke atas dengan penuh perasaan.

Beberapa menit kemudian aku melihat kian lama airmata dari mata Mbak Nurul yang terpejam mulai menyusut..
Bahkan kembali aku merasakan wanita berjilbab ini mulai kembali terengah seperti sebelum tersadar dari pengaruh obat tidurku.

Dengan dada berdebaran melihat perubahan pada Mbak Nurul aku melepaskan lumatan bibirku pada mulutnya..
Dan aku nyaris terpekik ketika aku melepaskan bibirku dari mulut Mbak Nurul.

Ternyata mulut Mbak Nurul tengah merintih dan mengerang..
Hal itu jadi semacam pemicu.. membuatku kian liar menggerakkan penisku naik-turun pada kemaluan ibu muda ini.

Seakan aku baru menyadari kalau wanita cukup lama ditinggal suaminya mencari nafkah ke luar negeri..
sehingga walaupun mungkin hatinya menolak perlakuanku.. namun tubuhnya tidak bisa menyembunyikan kenikmatan yang didapatnya.

Bahkan semakin lama aku merasakan pinggul Mbak Nurul ikut bergoyang mengikuti gerakan penisku yang keluar-masuk di dalam jepitan kemaluannya.

Semakin lama rintihan Mbak Nurul kian jalang dan tubuhnyapun menggelinjang merasakan nikmat yang lama tak didapatinya.. walaupun matanya masih terpejam.
Dan akupun merasakan semakin nikmat luar biasa pula yang seolah memelintir batang penisku dalam vagina ibu muda berjilbab ini.

Cukup lama tubuhku naik-turun menyetubuhi ibu muda berjilbab tetanggaku ini.
Nafasku terengah disertai desahan kenikmatan di atas tubuh Mbak Nurul yang juga merintih dan menggelinjang dengan jalang.

Semakin lama aku semakin merasakan nikmat pada penisku.. hingga beberapa menit kemudian aku merasakan hendak sampai ke puncak kenikmatanku.

Dengan sepenuh tenaga aku menekan pinggulku kuat-kuat.. sehingga ujung penisku tandas menyentuh dasar kemaluan Mbak Nurul..
Lalu dengan geraman yang cukup keras.. “Errgghh..!” Crett.. crett.. crett.. crett..!

Ohhh.. Akhirnya aku menuntaskan kenikmatan luar biasa yang kurasakan..
saat penisku memuntahkan cairan hangat cukup banyak dalam liang kemaluan Mbak Nurul.

Aku mendesahkan kepuasan penuh kenikmatanku..
“Ahhhhh.. Mbak Nuruuullll.. Ahhhhhh.. Enaaakk..” geramku sambil memeluk Mbak Nurul erat-erat.

Beberapa saat aku menikmati orgasmeku sebelum akhirnya aku lunglai di atas tubuh wanita berjilbab ini.
Nafasku terengah-engah letih.. namun aku merasakan kenikmatan yang luar biasa yang sulit terlukiskan.

Baru sekejap aku lunglai.. aku tersentak ketika aku merasakan tubuh Mbak Nurul bergetar hebat..
Lantas tanpa aku duga.. tangannya memelukku kuat-kuat diiringi kedua pahanya melingkar memeluk pinggangku dengan ketat.

Wanita berjilbab ini mengerang kenikmatan ketika kurasakan penisku yang masih terjepit dalam kemaluannya terasa tersedot-sedot..
sebelum akhirnya.. srrr.. srrr.. srrr.. srrr.. terguyur cairan hangat yang membasahi batang penisku di dalamnya.

“Ahhh.. sssahhhh.. enaaaaak.. ahhhhhhh..!” Pekik Mbak Nurul yang masih berbalut jilbab putih sambil memelukku tubuhku kuat-kuat.
Rupanya wanita berjilbab ini telah sampai pada puncak kenikmatannya.

Beberapa saat aku merasakan ibu muda berjilbab ini dalam orgasme.. hingga akhirnya kedua tangannya yang semula memelukku terkulai lemas dan kedua kakinya yang semula menjepit pinggangku kembali tergolek lemas.

Aku pun segera mencabut kemaluanku dan terlentang di sebelah Mbak Nurul yang terpejam kenikmatan.
Beberapa saat suasana sunyi.. hanya terdengar nafasku dan nafas Mbak Nurul yang berangsur normal.

Namun beberapa saat kemudian kembali aku dikagetkan oleh Mbak Nurul yang tiba-tiba menjerit histeris.

Aku tergagap bangun dan kulihat wanita berjilbab ini duduk dengan menatapku penuh kebencian dan kemarahan..
Bibirnya terlihat gemetar dengan wajah yang merah padam. Tubuhnya pun terlihat menggigil hebat dengan nafas yang memburu.

“Kenapa Mbak..? Bukankah Mbak Nurul juga ikut menikmati..?” Ujarku sambil tersenyum penuh arti kepada wanita tetanggaku ini.

“Tidaaaaaaaaaaaak..!!!” Pekik Mbak Nurul membuatku kaget.

Tapi belum sempat aku berkata kembali.. tiba-tiba Mbak Nurul telah bangkit lantas membenahi jilbab dan pakaiannya dengan tergesa-gesa.

Aku hanya mampu memandangnya ketika wanita berjilbab ini kemudian berlari keluar dari rumahku.
Wajah cantiknya terlihat merah padam dan aku lihat air mata mengalir menyusuri pipinya.

Beberapa saat aku termangu-mangu memandang kibaran jilbab putih yang lebar yang dipakai Mbak Nurul..
saat ibu muda ini berlari keluar dari rumahku menuju rumahnya.

Setelah wanita berjilbab itu hilang dari pandanganku aku menyeringai puas..
“Ternyata aku tak hanya mampu melihat keindahan tubuh yang selalu tertutup jilbab dan pakaian panjang itu..
bahkan aku juga mampu menikmatinya hehehehe..” bisikku sambil terkekeh.

Aku masih tenggelam dalam lamunanku ketika akhirnya aku dikagetkan suara Faiz yang rupanya bangun dari tidurnya di kamarku.
“Oom.. Faiz mau pulang..” katanya. Aku tersenyum memandang anak sulung Mbak Nurul ini.

“Ya hati-hati yah.. salam buat ibumu.. Ibumu memang cantik.. mulus.. sintal dan hebat luar biasa.. cah bagus.. hehehehehehe!!”
Kataku sambil terkekeh membuat bocah cilik ini terheran-heran. (. ) ( .)
-------------------------------------------------------
 
Makasih suhu atas updatenya..

Mbak Nurulnya kira2 mau lagi gak ya diajak ena ena..hehehe...
 
Makasih suhu atas updatenya..

Mbak Nurulnya kira2 mau lagi gak ya diajak ena ena..hehehe...

Siaaapppp..! Masama brada.. :beer:

:berbusa: Haaaaaa.. nggak tau juga yaaa..
Sebenernya Cerita ini lumayan nginspirasi Nubi..
Makanya pingin nyoba 'ngelanjutin' .. jadi semacam sekuel gitu deh..
Cuman sayangnya Nubi nggak tau siapa penulis aslinya..
Karenanya Nubi 'belum berani' ngejabanin.. hehe..

Sebab nggak etis rasanya kalo sembarangan ngelanjutin tanpa izin dari Authornya..
Malah dapet kualat Nubi ntar.. hehe..
 
Cerita 52 – Kuperkosa Istri Tetanggaku

Maryati


Awalnya aku tak terlalu tertarik dengan pasangan suami-istri muda yang baru tinggal di samping rumahku itu.
Suaminya yang bernama Bram.. berusia sekitar 32 tahun.. merupakan seorang pria dengan wajah tirus dan dingin. Sangat mahal senyum.
Sedang istrinya.. seorang wanita 23 tahun.. bertubuh sintal yang memiliki sepasang mata membola cantik.. raut wajah khas wanita Jawa.

Tak beda jauh dengan suaminya.. dia juga terlihat kaku dan tertutup.
Tapi watak itu.. agaknya lebih disebabkan oleh sikap pendiam dan pemalunya.

Sehari-harinya.. dia selalu mengenakan pakaian kebaya.
Latar belakang kehidupan pedesaan wanita berambut ikal panjang ini.. terlihat masih cukup kental.. Jakarta tak membuatnya berubah.

Aku hanya sempat bicara dan bertemu lebih dekat dengan pasangan ini.. di hari pertama mereka pindah.
Saat mengangkat barang-barangnya.. aku kebetulan baru pulang dari jogging dan lewat di depan pintu pagar halaman rumah yang mereka kontrak.
Setelah itu.. aku tak pernah lagi kontak dengan keduanya. Aku juga tak merasa perlu untuk mengurusi mereka.

Perasaan dan pikiranku mulai berubah.. khususnya terhadap si Istri yang bernama Maryati..
ketika suatu pagi bangun dari tidur aku duduk di balik jendela.

Dari arah sana.. secara kebetulan.. juga melalui jendela kamarnya.. aku menyaksikan si Istri sedang melayani suaminya dengan sangat telaten dan penuh kasih.

Mulai menemani makan.. mengenakan pakaian.. memasang kaos kaki.. sepatu.. membetulkan letak baju..
sampai ketika mencium suaminya yang sedang bersiap-siap untuk turun kerja.. semua itu kusaksikan dengan jelas.
Aku punya kesimpulan wanita lumayan cantik itu sangat mencintai pasangan hidupnya yang berwajah dingin tersebut.

Entah mengapa.. tiba-tiba saja muncul pertanyaan nakal di otakku.
Apakah Istri seperti itu memang memiliki kesetiaan yang benar-benar tulus dan jauh dari pikiran macam-macam terhadap suaminya..?

Sebutlah misalnya berkhayal pada suatu ketika bisa melakukan petualangan seksual dengan lelaki lain..?
Apakah seorang istri seperti itu mampu bertahan dari godaan seks yang kuat..
jika pada suatu ketika dia terposisikan secara paksa kepada suatu kondisi yang memungkinkannya bermain seks dengan pria lain..?

Apakah dalam situasi seperti itu.. dia akan melawan.. menolak secara total meski keselamatannya terancam..?
Atau apakah dia justru melihatnya sebagai peluang untuk dimanfaatkan.. dengan dalih ketidakberdayaan karena berada di bawah ancaman..?

Pertanyaan-pertanyaan itu.. secara kuat menyelimuti otak dudaku yang memang kotor dan suka berkhayal tentang penyimpangan seksual.
Sekaligus juga akhirnya melahirkan sebuah rencana biadab.. yang jelas sarat dengan risiko dosa dan hukum yang berat.

Aku ingin memperkosa Maryati..! Wuah..! Tapi itulah memang tekad yang terbangun kuat di otak binatangku.
Sesuatu yang membuatmu mulai hari itu.. secara diam-diam melakukan pengamatan dan penelitian intensif terhadap pasangan suami istri muda tersebut.

Kuamati.. kapan keduanya mulai bangun.. mulai tidur.. makan dan bercengkrama.
Kapan saja si Suami bepergian ke luar kota lebih dari satu malam.. karena tugas perusahaannya sebuah distributor peralatan elektronik yang cukup besar.
Dengan kata lain.. kapan Maryati.. wanita dengan sepasang buah dada dan pinggul yang montok sintal itu tidur sendirian di rumahnya.

Untuk diketahui.. pasangan ini tidak punya pembantu. Saat itulah yang bakal kupilih untuk momentum memperkosanya.
Menikmati bangun dan lekuk-lekuk tubuhnya yang memancing gairah..
sambil menguji daya tahan kesetiaannya sebagai istri yang bisa kukategorikan lumayan setia.

Sebab setiap suaminya bepergian atau sedang keluar.. wanita ini hanya mengunci diri di dalam rumahnya.
Selama ini bahkan dia tak pernah kulihat meski hanya untuk duduk-duduk di terasnya yang besar.
Itu ciri Ibu Rumah Tangga yang konservatif dan kukuh memegang tradisi sopan-santun budaya wanita timur yang sangat menghormati suami.

Meski mungkin mereka sadar.. seorang suami.. yang terkesan sesetia apapun.. jika punya peluang dan kesempatan untuk bermain gila.. mudah terjebak ke sana.

Aku tau suaminya.. si Bram selalu bepergian keluar kota satu atau dua malam.. setiap hari Rabu.
Apakah benar-benar untuk keperluan kantornya.. atau bisa jadi menyambangi wanita simpanannya yang lain.

Dan itu bukan urusanku. Yang penting.. pada Rabu malam itulah aku akan melaksanakan aksi biadabku yang mendebarkan.
Semua tahapan tindakan yang akan kulakukan terhadap wanita yang di mataku semakin menggairahkan itu.. kususun dengan cermat.

Aku akan menyelinap ke rumahnya hanya dengan mengenakan celana training minus celana dalam..
serta baju kaos ketat yang mengukir bentuk tubuh bidangku.
Buat Anda ketahui.. aku pria macho dengan penampilan menarik yang gampang memaksa wanita yang berpapasan denganku biasanya melirik.

Momen yang kupilih.. adalah pada saat Maryati akan tidur.
Karena berdasarka hasil pengamatanku.. hanya pada saat itu.. dia tidak berkebaya..
cuma mengenakan daster tipis yang.. –mungkin– tanpa kutang.

Aku tak terlalu pasti soal ini.. karena cuma bisa menyaksikannya sekelebat saja lewat cara mengintip dari balik kaca jendelanya dua hari lalu.

Kalau Maryati cuma berdaster.. berarti aku tak perlu disibukkan untuk melepaskan stagen.. baju.. kutang serta kain yang membalut tubuhnya kalau lagi berkebaya.
Sedang mengapa aku cuma mengenakan training spack tanpa celana dalam.. tau sendirilah.

Aku menyelinap masuk ke dalam rumahnya lewat pintu dapur yang terbuka petang itu.
Saat Maryati pergi mengambil jemuran di kebun belakangnya.. aku cepat bersembunyi di balik tumpukan karton kemasan barang-barag elektronik yang terdapat di sudut ruangan dapurnya.
Dari sana.. dengan sabar dan terus berusaha untuk mengendalikan diri.. wanita itu kuamati sebelum dia masuk ke kamar tidurnya.

Dengan mengenakan daster tipis dan ternyata benar tanpa kutang.. kecuali celana dalam di sebaliknya.
Si Istri Setia itu memeriksa kunci-kunci jendela dan pintu rumahnya. Dari dalam kamarnya terdengar suara acara televisi cukup nyaring.

Nah.. pada saat dia akan masuk ke kamar tidurnya itulah aku segera memasuki tahapan berikut dari strategi memperkosa wanita bertubuh sintal ini.

Dia kusergap dari belakang.. sebelah tanganku menutup mulutnya.. sedang tangan yang lain secara kuat mengunci kedua tangannya.
Maryati terlihat tersentak dengan mata terbeliak lebar karena terkejut.. sekaligus panik dan ketakutan. Dia berusaha meronta dengan keras.

Tapi seperti adegan biasa di film-film yang memperagakan ulah para bajingan..
aku cepat mengingatkannya untuk tetap diam dan tidak bertindak bodoh melakukan perlawanan.
Hanya bedanya.. aku juga mengutarakan permintaan maaf.

"Maafkan saya Mbak. Saya tidak tahan untuk tidak memeluk Mbak. Percayalah.. saya tidak akan menyakiti Mbak.
Dan saya bersumpah hanya melakukan ini sekali. Sekali saja..”
Bisikku membujuk.. dengan nafas memburu.. akibat nafsu dan rasa tegang luar biasa.

Maryati tetap tidak peduli.
Dia berusaha mengamuk.. menendang-nendang saat kakiku menutup pintu kamarnya hingga tubuhnya kepepetkan ke dinding.

"Kalau Mbak ribut.. akan ketahuaan orang. Kita berdua bisa hancur karena malu dan aib. Semua ini tidak akan diketahui orang lain.
Saya bersumpah merahasiakannya sampai mati.. karena saya tidak mau diketahui orang lain sebagai pemerkosa..”
Bisikku lagi.. dengan tetap mengunci seluruh gerakan tubuhnya.

Tahapan selanjutnya.. adalah menciumi bagian leher belakang dan telinga wanita beraroma tubuh harum merangsang itu.
Sedang senjataku yang keras.. tegang.. perkasa dan penuh urat-urat besar kutekankan secara keras ke belahan pantatnya dengan gerakan memutar.. membuat Maryati semakin terjepit di dinding.

Dia mencoba semakin kalap melawan dan meronta..
Namun apalah artinya tenaga seorang wanita di hadapan pria kekar yang sedang dikuasai nafsu binatang seperti diriku.

Aksi menciumi dan menekan pantat Maryati terus kulakukan sampai lebih kurang sepuluh menit.
Setelah melihat ada peluang lebih baik.. dengan gerakan secepat kilat.. dasternya kusingkapkan.

Celana dalamnya segera kutarik sampai sobek ke bawah..
Dan sebelum wanita ini tau apa yang akan kulakukan.. belahan pantatnya segera kubuka dan lubang anusnya kujilati secara buas.

"Aiihhh.!" Maryati terpekik.
Sebelah tanganku dengan gesit kemudian menyelinap masuk di antara selangkangannya dari belakang.. dan meraba serta meremas bagian luar kemaluannya.. tapi membiarkan bagian dalamnya tak terjamah. Strategiku mengingatkan.. belum waktunya sampai ke sana.

Aksi menjilat dan meremas serta mengusap-usap ini kulakukan selama beberapa menit.
Maryati terus berusaha melepaskan diri sambil memintaku menghentikan tindakan yang disebutnya jahanam itu.

Dia berulang-ulang menyebutku binatang dan bajingan. Tak soal. Aku memang sudah jadi binatang bajingan.
Dan sekarang sang bajingan sudah tanpa celana.. telanjang sebagian.

"Akan kulaporkan ke suamiku..!” Ancamnya kemudian dengan nafas terengah-engah.

Aku tak menyahut.. sambil bangkit berdiri serta menciumi pundaknya.. kutempelkan batang perkasaku yang besar.. tegang dan panas di antara belahan pantatnya.. lalu menekan dan memutar-mutarnya dengan kuat di sana.

Sedang kedua tanganku menyusup ke depan.. meraba.. meremas dan memainkan puting buah dada besar serta montok wanita yang terus berjuang untuk meloloskan diri dari bencana itu.

"Tolong Mas Dartam.. lepaskan aku. Kasihani aku..” ratapnya.

Aku segera menciumi leher dan belakang telinganya sambil berbisik untuk membujuk.. sekaligus memprovokasi.

"Kita akan sama-sama mendapat kepuasan Mbak. Tidak ada yang rugi.. karena juga tidak akan ada yang tau. Suamimu sedang keluar kota.
Mungkin juga dia sedang bergulat dengan wanita lain. Apakah kau percaya dia setia seperti dirimu..” bujukku mesra.

"Kau bajingan terkutuk..!!” Pekiknya dengan marah.

Sebagai jawabannya.. tubuh putih yang montok dan harum itu.. –ciri yang sangat kusenangi– kali ini kupeluk kuat-kuat..
lalu kuseret ke atas ranjang.. kemudian menjatuhnya di sana.

Untuk kemudian kubalik tubuhnya.. secepat kilat kedua tangannya kurentangkan ke atas.
Selanjutnya.. ketiak yang berbulu halus dan basah oleh keringat milik wanita itu.. mulai kuciumi.

Dari sana.. ciumanku meluncur ke sepasang buah dadanya.
Menjilat.. menggigit-gigit kecil.. serta menyedot putingnya yang terasa mengeras tegang.

"Jangan Mas Dartam. Jangan.. Tolong lepaskan aku..” rintihnya menghiba.

Wanita itu menggeliat-geliat keras. Masih tetap berusaha untuk melepaskan diri.
Tetapi aku terus bertindak semakin jauh. Kali ini yang menjadi sasaranku adalah perutnya.

Kujilat habis.. sebelum pelan-pelan merosot turun lebih ke bawah lalu berputar-putar di bukit kemaluannya yang ternyata menggunung tinggi.. mirip roti.
Sementara tanganku meremas dan mempermainkan buah dadanya.. kedua batang paha putih dan mulusnya yang menjepit rapat.. berusaha kubuka.

Maryati dengan kalap berusaha bangun dan mendorong kepalaku. Kakinya menendang-nendang kasar.
Aku cepat menjinakkannya.. sebelum kaki dan dengkul yang liar itu secara telak membentur dua biji kejantananku.
Bisa celaka jika itu terjadi. Kalau aku semaput.. wanita ini pasti lolos.

Setelah berjuang cukup keras.. kedua paha Maryati akhirnya berhasil kukuakkan.
Kemudian.. dengan keahlian melakukan cunnilingus yang kumiliki dari hasil belajar.. berteori dan berpraktek selama ini..
liang dan bibir kelamin wanita itu mulai menjadi sasaran lidah dan bibirku.

"Aahhhh..!" Tanpa sadar Maryati terpekik.. saat kecupan dan permainan ujung lidahku menempel kuat di klitorisnya yang mengeras tegang.

Kulakukan berbagai sapuan dan dorongan lidah ke bagian-bagian sangat sensitif di dalam liang senggamanya..
sambil tanganku terus mengusap.. meremas dan memijit-mijit kedua buah dadanya.

Maryati menggeliat.. terguncang dan tergetar.. kadang menggigil.. menahan dampak dari semua aksi itu.
Kepalanya digeleng-gelengkan secara keras. Entah pernyataan menolak.. atau apa. Aku tidak peduli.

Sambil melakukan hal itu.. mataku berusaha memperhatikan permukaan perut si Istri Setia ini.
Dari sana aku bisa mempelajari reaksi otot-otot tubuhnya terhadap gerakan lidahku yang terus menyeruak masuk dalam ke dalam liang senggamanya.

Dengan sentakan-sentakan dan gelombang di bagian atas perut itu.. aku akan tau.. di titik dan bagian mana Maryati akan merasa lebih terangsang dan nikmat.

Gelombang rangsangan yang kuat itu kusadari mulai melanda Maryati secara fisik dan emosi ketika perlawanannya melemah dan kaki serta kepalanya bergerak semakin resah.

Tak ada suara yang keluar.. karena wanita ini menutup bahkan menggigit bibirnya.
Geliat tubuhnya bukan lagi refleksi dari penolakan.. tetapi –mungkin– gambaran dari seseorang yang mati-matian sedang menahan kenikmatan.
Berulangkali kurasakan kedua pahanya bergetar. Kemaluannya banjir membasah.

Ternyata benar analisis otak kotorku beberapa pekan lalu..
Bahwa sesetia apapun seorang Istri.. ada saat di mana benteng kesetiaan itu ambruk oleh rangsangan seksual yang dilakukan dalam tempo relatif lama secara paksa.. langsung.. intensif serta tersembunyi oleh seorang pria ganteng yang ahli dalam masalah seks.

Maryati telah menjadi contoh dari hal itu. Mungkin juga ketidakberdayaan yang telah membuatnya memilih untuk pasrah.
Tetapi rasanya aku yakin lebih oleh gelora nafsu yang bangkit ingin mencari pelampiasan akibat rangsangan yang kulakukan secara intensif dan ahli di seluruh bagian sensitif tubuhnya.

Aksiku selanjutnya adalah dengan memutar tubuh berada di atas Maryati.. memposisikan batang kejantananku tepat di atas wajah wanita yang sudah mulai membara dibakar nafsu birahi itu.
Aku ingin mengetahui.. apa reaksinya jika terus kurangsang dengan batang perkasaku yang besar dan hangat tepat berada di depan mulutnya.

Wajahku sendiri masih berada di antara selangkangannya.. dengan lidah dan bibir terus menjilat serta mengisap klitoris dan liang kewanitaannya.
Paha Maryati sendiri.. entah secara sadar atau tidak.. semakin membuka lebar.. sehingga memberikan kemudahan bagiku untuk menikmati kelaminnya yang sudah membanjir basah.
Mulutnya berulangkali melontarkan jeritan kecil tertahan.. yang bercampur dengan desisan.

Aksi itu kulakukan dengan intensif dan penuh nafsu.. sehingga berulangkali kurasakan paha serta tubuh wanita cantik itu bergetar dan berkelojotan.

Beberapa menit kemudian mendadak kurasa sebuah benda basah yang panas menyapu batang kejantananku.. membuatku jadi agak tersentak.
Aha.. apalagi itu kalau bukan lidah si Istri Setia ini.
Berarti.. selesailah sudah seluruh perlawanan yang dibangunnya demikian gigih dan habis-habisan tadi. Wanita ini telah menyerah.

Namun sayang.. jilatan yang dilakukannya tadi tidak diulanginya.. meski batang kejantananku sudah kurendahkan sedemikian rupa.. sehingga memungkinkan mulutnya untuk menelan bagian kepalanya yang sudah sangat keras.. besar dan panas itu.

Boleh jadi wanita ini merasa dia telah menghianati suaminya jika melakukan hal itu.. mengisap batang kejantanan pria yang memperkosanya..!
Tak apa. Yang penting sekarang.. aku tau dia sudah menyerah.

Aku cepat kembali membalikkan tubuh.
Memposisikan batang kejantananku tepat di depan bukit kewanitaannya yang sudah merekah dan basah oleh cairan dan air ludahku.

Aku mulai menciumi pipinya yang basah oleh air mata dan lehernya. Kemudian kedua belah ketiaknya.
Maryati menggelinjang liar sambil membuang wajahnya ke samping. Tak ingin bertatapan denganku.

Tanpa buang waktu.. buah dadanya kujilati dengan buas.. kemudian berusaha kumasukkan sedalam-dalamnya ke rongga mulutku.
Seketika tubuh Maryati mengejang menahan nikmat. Tindakan itu kupertahankan selama beberapa menit.

Beberapa saat kemudian batang kejantananku semakin kudekatkan ke bibir kemaluannya.
Ah.. wanita ini agaknya sudah mulai tidak sabar menerima batang panas yang besar dan akan memenuhi seluruh liang sanggamanya itu.

Karena kurasakan pahanya membentang semakin lebar.. sementara pinggulnya agak dia angkat..
Gerakan tubuhnya itu membuat lubang sanggamanya semakin menganga merah.

"Mbak Mar sangat cantik dan merangsang sekali. Hanya lelaki yang beruntung dapat menikmati tubuhmu yang luar biasa ini..”
gombalku sambil menciumi pipi dan lehernya.

"Sekarang punyaku akan memasuki punya Mbak. Aku akan memberikan kenikmatan yang luar biasa pada Mbak.
Sekarang nikmatilah dan kenanglah peristiwa ini sepanjang hidup Mbak..”

Setelah mengatakan hal itu.. sambil menarik otot di sekitar anus dan pahaku agar ketegangan kelaminku semakin meningkat tinggi..
liang kenikmatan wanita desa yang bermata bulat jelita itu mulai kuterobos.

Slebbb..! “Aiihh..!!” Maryati terpekik.. tubuhnya menggeliat.. tapi kutahan.

Lalu.. Blessebb..!
Batang kejantananku terus merasuk semakin dalam dan dalam.. sampai akhirnya tenggelam penuh di atas bukit kelamin yang montok berbulu itu.

Untuk sesaat.. tubuhku juga ikut bergetar menahan kenikmatan luar biasa.. pada saat liang kewanitaan wanita ini berdenyut-deyut menjepitnya.

Perlahan tubuhku kudorongkan ke depan dengan pantat semakin ditekan ke bawah.. membuat pangkal atas batang kejantananku menempel dengan kuat di klitorisnya.

Maryati melenguh gelisah. Tangannya tanpa sadar memeluk tubuhku dengan punggung melengkung.
Kudiamkan dia sampai agak lebih tenang.. kemudian mulailah gerakan alamiah untuk coitus yang membara itu kulakukan.
Slepp.. Kutarik cepat batang kejantananku hingga sebatas lehernya.. lalu blessebb.. kuhujamkan lagi dengan perlahan.

"Ngggaaahhh..!" Maryati kembali terpekik sambil meronta dengan mulut mendesis dan melenguh.

Tembakan batang kejantananku kulakukan semakin cepat dengan gerakan berubah-ubah..
Baik dalam hal sudut tembakannya.. maupun bentuknya dalam melakukan penetrasi di liang kemaluannya yang serasa mengepit kejantananku.
Kadang lurus.. miring.. juga memutar.. membuat Maryati benar-benar seperti orang kesurupan.

Wanita ini kelihatanya sudah total lupa diri.
Tangannya mencengkram pundakku.. lalu mendadak kepalanya terangkat ke atas.. matanya terbeliak.. giginya dengan kuat menggigit pundakku.
Dia orgasme..!

Gerakan keluar-masuk batang kejantananku kutahan.. dan hanya memutar-mutarnya.. mengaduk seluruh liang sanggama Maryati..
agar bisa menyentuh dan menggilas bagian-bagian sensitif di sana.

Wanita berpinggul besar ini meregang.. mengerang dan berkelojotan berulangkali.. dalam tempo waktu sekitar duapuluh detik.
Semuanya kemudian berakhir.

Mata dan hidungnya segera kuciumi. Pipinya yang basah oleh air mata.. kusapu dengan hidungku.
Tubuhnya kupeluk semakin erat.. sambil mengatakan permintaan maaf atas kebiadabanku.

Maryati cuma membisu. Kami berdua saling berdiaman.

Kemudian aku mulai beraksi kembali.. dengan terlebih dahulu mencium dan menjilati leher.. telinga.. pundak.. ketiak serta buah dadanya.
Kocokan kejantananku kumulai secara perlahan lagi. Kepalanya kuarahkan ke bagian-bagian yang sensitif atau G-Spot wanita ini.
Hanya beberapa detik kemudian.. Maryati kembali gelisah.

Kali ini aku bangkit.. mengangkat kedua pahanya ke atas dan membentangkannya dengan lebar..
Lalu.. jlegh..!
Aku menghujamkan batang perkasaku sedalam-dalamnya di liang nikmat yang megap-megap seolah menyedot benda yang menjejalinya itu.

“Argghh..!”
Maryati terpekik dengan mata terbeliak.. menyaksikan batang kejantananku yang mungkin jauh lebih besar dari milik suaminya itu.. berulang-ulang keluar-masuk di antara lubang berbulu basah miliknya.

Matanya tak mau lepas dari sana. Kupikir.. wanita ini terbiasa untuk berlaku seperti itu.. jika bersetubuh.

Wajahnya kemudian menatap wajahku. "Mass..” bisiknya.

Aku mengangguk dengan perasaan lebih terangsang oleh panggilan itu..
Kocokan batang kejantananku kutingkatkan semakin cepat dan cepat.. sehingga tubuh Maryati terguncang-guncang dahsyat.

Pada puncaknya kemudian.. wanita ini menjatuhkan tubuhnya di tilam.. lalu menggeliat.. meregang sambil meremas sprei.
Aku tau dia akan kembali memasuki saat orgasme keduanya.

Dan itu terjadi saat mulutnya melontarkan pekikan nyaring.. mengatasi suara Krisdayanti yang sedang menyanyi di pesawat televisi di samping ranjang.

Pertarungan seru itu kembali usai. Aku terengah dengan tubuh bermandi keringat.. di atas tubuh Maryati yang juga basah kuyup.
Matanya kuciumi dan hidungnya kukecup dengan lembut. Detak jantungku terasa memacu demikian kuat.
Kurasakan batang kejantananku berdenyut-denyut semakin kuat. Aku tau.. ini saat yang baik untuk mempersiapkan orgasmeku sendiri.

Tubuh Maryati kemudian kubalikkan.. lalu punggungnya mulai kujilati. Dia mengeluh.
Setelah itu.. pantatnya kubuka dan kunaikkan ke atas.. sehingga lubang anusnya ikut terbuka.

Jilatan intensifku segera kuarahkan ke sana.. sementara jariku memilin dan mengusap-usap klitorisnya dari belakang.
Maryati berulangkali menyentakkan badannya.. menahan rasa ngilu itu.
Namun beberapa menit kemudian.. keinginan bersetubuhnya bangkit kembali.

Tubuhnya segera kuangkat dan kuletakkan di depan toilet tepat menghadap cermin besar yang ada di depannya.
Dia lantas kuminta jongkok di sana.. dengan membuka kakinya agak lebar.

Setelah itu dengan agak tidak sabar.. batang kejantananku yang terus membesar keras kuarahkan ke kelaminnya.
Jlebb..! Kusorong masuk kejantananku.. kembali membelah lepitan bibir kemaluannya.. menjelajah lorong hangat bergerinyal vagina.. setandasnya sampai ke pangkalnya.

“Akkhh..!” Maryati kembali terpekik.
Dan pekik itu semakin kerap terdengar ketika batang kejantananku keluar-masuk dengan cepat di liang sanggamanya.
Slepp-clebb-slebb-clepp-slepp-clebb-slepp-clebb-slebb-clepp..

Bahkan wanita itu benar-benar menjerit berulangkali dengan mata terbeliak-beliak.. sehingga aku khawatir suaranya bisa didengar orang di luar.
Wanita ini kelihatannya sangat terangsang dengan style bersetubuh seperti itu.

Selain batang kejantananku terasa lebih dahsyat menerobos dan menggesek bagian-bagian sensitifnya.. dia juga bisa menyaksikan wajahku yang tegang dalam memompanya liang nikmatnya dari belakang.

Dan tidak seperti sebelumnya.. Maryati kali ini dengan suara gemetar mengatakan dia akan keluar.
Mendengar itu.. aku cepat mengangkat tubuhnya kembali ke ranjang.
Menelentangkannya di sana.. kemudian menyetubuhinya habis-habisan.. karena aku juga sedang mempersiapkan saat orgasmeku.

Aku akan melepas bendungan sperma di kepala kejantananku.. pada saat wanita ini memasuki orgasmenya.
Dan itu terjadi.. sekitar lima menit kemudian. Maryati meregang keras dengan tubuh bergetar. Matanya yang cantik terbeliak.

Maka orgasmeku segera kulepas dengan hujaman batang kejantanan yang lebih lambat namun lebih kuat serta merasuk sedalam-dalamnya ke liang kewanitaan perempuan ayu nan menawan itu setandasnya.

Kedua mata wanita itu kulihat terbalik.. crett.. crett.. crett.. crett.. crett.. crett.. "Erggghhh.."
Maryati meneriakkan namaku saat spermaku menyembur berulangkali dalam tenggang waktu sekitar delapan detik ke dalam liang sanggamanya.
Tangannya dengan kuat merangkul tubuhku.. dan tangisnya segera muncul. Kenikmatan luar biasa itu telah memaksa wanita ini menangis.

Aku memejamkan mata sambil memeluknya dengan kuat.. merasakan nikmatnya orgasme yang bergelombang itu.
Ini adalah orgasmeku yang pertama dan penghabisanku dengan wanita ini.

Aku segera berpikir untuk berangkat besok ke Kalimantan.. ke tempat pamanku. Mungkin seminggu.. sebulan atau lebih menginap di sana.
Aku tidak boleh lagi mengulangi perbuatan ini. Tidak boleh.. meski misalnya Maryati memintanya. (. ) ( .)
-------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd