Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

Bimabet
Cerita 55 – Matang Dikarbit Tetangga..

Part 2

Besoknya tengah hari.. aku ke rumahnya lagi.. karena pagi-pagi tadi aku terbangun sudah tegang sekali.. terbawa ke impian segala pengalaman pertama itu.
Aku mengharapkan bisa ‘main’ lagi.. karena biasanya anak-anaknya suka dibawa jalan-jalan sama ibunya Tante Ida kalau hari Minggu.

Rupanya sudah pada pergi.. karena terlihat sepi sekali.
Wah asyik.. aku pikir. Nafasku terasa sudah terengah-engah membayangkan apa yang akan aku alami.
Kok sepi sekali..? Tidak kedengaran suara. Ah.. mungkin si tante tidur.. aku pikir.

Pelan-pelan aku ke kamarnya.. tidak ada. Ke mana ya..? Di kamar mandi aku lihat juga tidak ada.
Aku ke paviliun kamar Bu Etty ibunya Tante Ida.. mungkin lagi beres-beres di situ.. pikirku.

Tanpa mengetuk aku masuk.. dan dari balik pintu aku lihat ada bayangannya sedang membungkuk membelakangi di dekat ranjang..
Segera aku masuk dan kupeluk dari belakang sambil meremas-remas buah dadanya.

"Aiihh..!!" Jeritnya kaget akibat diremas dadanya.

Astaga..! Rupanya Bu Etty.. bukan Tante Ida sedang setengah telanjang baru mandi.
Aku ternganga dan tidak bisa bicara.. sedangkan Bu Etty lemas karena kaget.. terduduk di ranjangnya.

"Duhh nak Toto kenapa ngagetin Ibu..?" Katanya bagaikan vonis kudengar.

Dia terduduk di ranjangnya.. handuk yang sekedar menutup tubuhnya tidak cukup panjang..
sehingga bagian atas handuk turun ke perutnya.. buah dadanya menggandul lepas bebas.

Aku tambah menganga melihat itu.. Toewew..!
Penisku di dalam celana pendekku tidak tau diri.. dia masih tegak saja seperti tiang bendera tujuhbelasan.

Kami terdiam.. Bu Etty tak berusaha menutup buah dadanya yang ternyata masih sintal.
Memang ibu dan anak ini dikaruniai tubuh yang amat seksi.

Bu Etty umurnya kurasa sudah berumur.. tapi badannya amat terpelihara.. Ya seperti itu loh.. ibu-ibu yang rajin minum jamu-jamuan.
Buah dadanya sama seperti Tante Ida.. biar agak sedikit turun dan dia lebih tinggi dari Tante Ida.. jadi anggun sekali.

"Mau ngapain nyari Tante Ida..?" Tanyanya tanpa sungkan. Aku tergagap-gagap.

"Eh.. oh itu.. mm.. nyari majalah..”

"Lho kok meluk-meluk dan meremes-remes tetek orang..!?” Sergahnya.

Aku tambah pucat.. tidak sadar atau terpikir bahwa Bu Etty kok tidak berusaha menutupi payudaranya itu yang kontal-kantil di depanku.

"Itu anu.. anu .. aku.. sa..sa.. saya tidak sengaja..” gagapku.

"Mana bisa tidak sengaja.. Orang kamu sudah ngeremes-remes, sakit tau..!!" Bentaknya lagi.

"Sini kamu..!" Sergahnya pula.

"Tanganmu lancang sekali ya..? Coba, sini mana tanganmu..! Aku mesti laporin sama ayah kamu..” katanya datar.. tapi bagaikan petir di telingaku.

Saat itu kurasa wajahku sudah tambah hijau biru pucat pasi.. keringat dinginku deras mengalir di punggungku.
Penisku yang tadi sudah tegang jadi mengkerut kecil sekecil-kecilnya.. lembek di dalam celanaku seperti kura-kura kena gertak kepalanya..
masuk deh ke dalam batoknya. Malah ingin ngompol rasanya.

Kuulurkan tangan yang gemetar dingin dan dipegang oleh Bu Etty.

"Ya sudah..” katanya. "Ini ayo remas-remas lagi, kan kamu pengen..” sambil menaruh kedua telapak tanganku di atas buah dadanya.

Gubrakk..! Aku tambah takut dan bingung.. tidak percaya.
Kutarik tanganku kembali begitu menyentuh buah dadanya.. seperti kena panci panas. Bu Etty malah jadi tertawa kecil.

"Nak To.. jangan cemas. Tidak ngegigit kok buah dadaku..” derainya sambil tersenyum sekarang.

"Aku kemarin malem lihat kok kamu jam berapa pulang dari sini.. dan ya aku ngerti kok.. si Ida itu sama saja.
Memang nafsunya besar sekali. Seperti aku juga..” ujarnya.

"Ibu juga seminggu mesti sedikitnya 4 kali main..” katanya tanpa malu-malu atau tedeng aling-aling.

Aku hanya bisa mengangguk-angguk tidak tau mesti menjawab apa.
Tau dong kalian.. kalau habis begitu kan perut masih mual enek.. terkaget-kaget.. Duh.. untung aku tidak ngompol di depan dia deh.
Mana dia ngomongnya blak-blakan begitu.. seperti bukan orang Indonesia saja. Sontak aku merasa pening sakit kepala.

"Duh nak Toto kaget ya..?” Sambil berdiri ia menarikku dan dipeluknya kepalaku ke buah dadanya.

Baru aku agak tenang.. tiba-tiba terasa tangan Bu Etty turun ke pinggangku.. dan Srett..!
Sekali tarik celana kaosku sudah dipelorotnya separuh turun.

"Hi.. hi.. hi.. lihat nak.. mengkerut kecil tuh si buyung. Kasian deh kamu. Sini.. Ibu hiburin dia..” sambil ditariknya kepala penisku yang tidur..
ia membungkuk dan seketika handuknya terlepas total jatuh di kakinya.. bebaslah tubuhnya yang jangkung itu dari segala hambatan.

Beda dengan Tante Ida.. Bu Etty kulitnya kuning.. turunan Sunda sih.
Tante Ida mungkin dapat kulitnya hitam begitu dari bapaknya yang turunan Ambon.. barangkali.

Ia lantas berjongkok di depanku. Ditaruhnya penisku di tapak tangannya kemudian disaputkan ciumannya di penisku sepanjang batangnya..
Disaputkan dengan halus batangnya.. disaputkan dengan halus..
Rrrrbbb..! Nah loh..! Ketika si ‘Joni’ dikasih angin begitu.. langsung ‘dia’ tak tau diri.. mulai memanjang dan membengkak deh. Hehe..

Tangannya meremas-remas lembut sekali di buah zakarku dan aku juga masih syok karena belum pernah tau ada soal cium mencium alat vital.
Dengan jelas kemarin sama Tante Ida cuma dia kenyot sebentar saja.. Duh.. bodoh benar deh kalau ingat itu. Haha..

Tak lama kemudian didorongnya aku ke tempat tidurnya.. mulutnya sekarang mulai merekah dan lidahnya terasa kasap keluar menjilat-jilat batang penisku.

Wuahhhh..! Tak terkira nikmatnya..! Aku cuma bisa mengeluh lenguh.. "Aahh.. ahh.. ohhh..”

Kubaringkan tubuhku di tempat tidur Bu Etty dan si ibu pelan-pelan sambil terus mengisap.. menjilat..
menyedoti kepala hingga batang penisku yang makin tegang menjulang gagah seperti tiang bendera.

Secara perlahan bu Etty kemudian berputar.. dan akhirnya vaginanya di atas mulutku.
Terbelalak aku melihat rimba lebat dan mulai merekah lubangnya yang merah seperti kerang mentah itu.
Aku cuma mencium bau nafsu yang keluar dari situ.. dan kelihatan mulai basah lubangnya.

Tiba-tiba Bu Etty menurunkan pinggangnya.. dan seketika vaginanya hanya tinggal 1 cm dari mulutku.
Aku angkat kepalaku dan mencium sedikit bibir vaginanya. Crupp..!

"Ahhh..” lenguh Bu Etty.

"Terushh.. terushh To.. hhhh..”

Wahh.. langsung saja kusergap dan kukenyot kencang-kencang bibir vaginanya.
Secara naluri saja.. lidahku beputar-putar menjilat-jilat lubang dan tepian bibir vaginanya. Tidak mengerti sih mesti diapain. Haha..

Tak lama berselang bu Etty melepas penisku.. lalu ia duduk di atas bibirku sambil menggosokkan berputar di atas mulutku..
Wah.. aku hampir tidak bisa bernafas.
Paha atasnya terasa mengepit kepalaku dan terasa cairan dari lubangnya tambah banyak keluar membasah.

"Ayo To.. lidahnya jilatkan ke atas.. ke bawah.. hhh.. D-di seppanjanghh bibirhh vaginaahh Ibuuu.. hhh..” jelasnya terbata-bata.

Widihh.. tambah deh ilmuku.
Kelak ilmuku ini ternyata digemari sekali oleh wanita-wanita yang pernah kutiduri.. ya ini dapatnya waktu sama Bu Etty ini.

Eh.. ngomong-ngomong hati-hati ya kalau oral.. karena salahsatu sumber penyebaran AIDS juga dari cara ini.
–Hayo.. mau kamu kondomin gimana tuh..? Hehehe..–

Tiba-tiba kurasa tekanan pinggangnya tambah kencang.. kandas memepetkan gundukan vaginanya ke bibirku.. lantas ia menjerit-jerit kecil..
"Ahhkk.. ahhhh.. enakkhh.. hebat kamu Too.. Ibu enakk sekalii.. hhh..!” Rupanya ia orgasme dengan hebat sekali.

"Hah.. hah.. hahh.. uhh..” ia terengah-engah dengan bibir vagina dan selangkangannya menempel di wajahku..
Ia terbadai terduduk. Vaginanya masih menempel di mulutku dengan rapatnya.

Slrupp..! Kutelan cairan-cairan yang mengalir menetes dari dalam liangnya.
Lalu kudorong sedikit pantatnya itu.. sambil lidahku menjilat di sekitar sisi luar bibir vaginanya.. terus ke arah pantatnya.. aku jilat-jilat pelan.

Terasa kasarnya lidahku membuat ia bergelinjang geli.. "Ahh.. ahh.. Toto kamu kok.. pin..ter.. sekaliihh..”
Dan penisku sudah tegang keras bukan main yang tadi tersia-sia disergapnya lagi.. lalu dimasukkannya lagi ke dalam mulutnya dan disedotnya dengan kuat.

Lidahnya melilit-lilit di sekitar kepala penis.. mengikuti lekak lekuk..
Wuaduhh..! Nikmat dan wuenakknya tak terbayangkan..! Sulit kuceritakan di sini. Sungguh deh. Hehe..

Aku mengejangkan kakiku.. pinggul dan pantatku sampai terangkat-angkat dari kasur.. sehingga penisku tambah panjang terisap-isap Bu Etty.
Dengan cekatan bu Etty mengambil bantal kemudian disedakkannya di bawah pantatku..
sehingga terasa sekali penisku seperti terdorong ke atas tambah panjang.

Bu Etty terus mengenyot.. mencucup.. menyedot sampai kepalanya ikut maju-mundur sambil kedua tangannya meraba-raba zakarku.
Sekali-kali dirabanya sekitar antara pantatku dan zakar.

Kukunya yang panjang menggaruk-garuk halus dan gelinya bukan main.. menambah nafsuku.
Sampai merinding semua kulitku. Aku terengah-engah sudah tak sadar bagaimana tingkah kelakuanku.

Bu Etty masih tetap nungging di atas kepalaku dan pemandangan vaginanya menambah nikmat.
Kutarik lagi pantatnya dan kulumat-lumat dengan mulutku lagi.

"Auhh aihh..” terdengar suara Bu Etty terhalang penisku dan seketika kulitnya terasa meremang merinding di telapak tanganku..
karena geli dan nafsu.

Tiba-tiba aku merasa spermaku mulai bergelombang mau keluar.. segera kulepas ciuman dan selomotan bibirku di vagina Bu Etty..
Aku berderau parau.. "Ahh.. Buu.. terus.. terus..”

Tapi tiba-tiba Bu Etty melepaskan mulutnya.. lalu.. Ctapp..! Dicekiknya batang penisku sampai terasa sakit sekali dengan kukunya..

"Aauu..! Aduhh.. aduhh..!!" Jeritku kesakitan.

Aku terkejut sekali dan kecewa karena gelombang nikmatnya jadi hilang lenyap.. Jelas saja aku frustasi dan mau meledak marah rasanya.

Bu Etty sambil bangkit duduk di sisiku sambil tertawa dan katanya.. "Sudah ya nak Toto.. pakai bajunya gih..” ujarnya tanpa 'dosa'..

Anjritt..! Mulutku selebar Goa Gajah ternganga bingung. Sadis amat ini orang.. kok begini Bu Etty..? Pikirku dongkol. Maksudnya apa, coba..?
Mataku merah dan rasanya berkunang-kunang.. pusing rasanya kepalaku dan aku tidak tau mesti ngapain.

Nafsuku masih menggebu-gebu, nafasku terasa menderu.
Akhirnya aku gelap mata.. langsung kutubruk Bu Etty sampai terjatuh di atas ranjang.. Rrrbb.. kubuka.. kukangkangkan pahanya dengan paksa.

Terasa ia mencoba menutup pahanya melawan.. namun segera kucegah dengan kedua pahaku.
Tangannya kutekan ke kiri dan kanan di atas ranjang dan ia meronta-ronta.

Kutabrakkan penisku ke lubangnya..! Waduh susahnya.. karena ia menggelinjang-gelinjang. Mulutku mengecup dan mengisap putingnya.
Aduh gimana nih..? Aku sudah nafsu sekali tapi penisku tidak masuk-masuk. Geramku dalam hati..

Ide datang akibat kedongkolan.. Dengan tiba-tiba kucoba gigit sedikit putingnya..
Kres..! Kucengkeramkan gigiku. "Auuhh..!!" Jeritnya dan pinggangnya terdiam..

Maka langsung saja aku manfaatkan ‘kediamannya’ itu.. Jlebb..! Kepala penisku kudesakkan masuk ke lubangnya yang basah.
"Nggghhh.. aahh.." erangnya kecil ketika bibir vagina terkuak terbelah kepala penisku.

Dengan hentakan keras.. mantab dan ganas aku genjot kandas batang penisku sedalam-dalamnya di liang vaginanya..
biar Bu Etty tidak berontak-berontak lagi.. takut lepas.

Ia masih mencoba meronta-ronta dan nikmatnya hentakan ronta-rontaan itu ke vaginanya di batangku.
"Ughh.. oghh.. akkhhh.." rintihnya di sela rontaan tubuhnya.

Jlebgh..! Kupaku dengan penisku dan aku tindih dengan badan juga.. buah dadanya yang sintal lepas tertekan dadaku..
tanganku masih mencengkeram kedua tangan Bu Etty.

Setelah dia agak diam aku goyang hanya berputar-putar tanpa mencabut batangku lagi kencang-kencang.. habis takut dia berontak lagi.
Terasa buah zakarku gondal gandul bergesek-gesek menghantam menekan sisi bibir vaginanya yang tebal..
Bulunya terasa menggesek-gesek buah zakarku.. Ughhh.. geli sekali dan meledak-ledak spermaku dalam 2 menit di situ.

Aku lupa diri.. luar biasa nikmatnya.. karena tadi tidak jadi keluar waktu ‘dikaraoke’ sama Bu Etty dan badan kami kejang-kejang.
Tiba-tiba Bu Etty membalik dan ia sudah di atas.. lalu ia menggoyang-goyang pinggulnya dengan putaran kuat.
Seketika mataku terbeliak-beliak nikmat mendapat ‘uleg’an’ liang vagina yang ruaarr biasaa itu..!

Buah dadanya bergoyang-goyang liar dan kutangkap dengan kedua tanganku dan kuperah.
Bu Etty juga mendesah-desah keras.. akhirnya orgasme lagi.. akhirnya terhempas ia ke atas tubuhku yang penuh keringat.

"Nak Toto enak ya..?” Katanya sambil tersenyum dalam ringisan nikmat.
"Tadi kusengaja.. itu karena dengan gitu nikmatnyaahh.. ahh.. lebih tinggi lagi..ihhh.. ohhh..”jelasnya terbata dengan nafas kian memburu.

"Aaahh.. duh.. Ibu pintarrr sekalihh sihhh.. Erghh.. belajar di mana sih..?” Tanyaku di sela hentakan selangkangannya.

"Hihihi.. khannnhh Ibuuu..ahhh.. turr-rrunan oranghh Sun..dahhh aahh.. jugaahh nak Totohh.. oohh.. K-kalau ituhh mm-memanghh bakat alamm.. hhh.. sos..aal ginianhhh.. erghh.. Ma-makkanyahh padahh pin-pinterhh kalau jaiponghh.. hhh..”

"Ohh.. itu tadiihh.. hhh.. gerak jaipong ya Bu.. eerghh..?" Tanyaku pingin tau.
"Iyahh donghh.. okkhh..” katanya sambil mencubit pelan di buah zakarku yang sudah mengkerut keriput.

Penisku masih setengah berdiri dan kepalanya merah tua basah..
–With an apology to our Sundanese reader or is it a compliment..?
No offence meant ladies buddy.. that was my best experience ever.. viva Sundanese
..–

Kami lalu mandi bebersih bersama-sama saling menyabuni. Kemudian ya jadinya main juga sekali di kamar mandi sambil berdiri.
Aku bereksperimen diajarkan sama si ibu, memasukkan penisku dari belakang.
Bu Etty membungkuk dan goyang jaipongnya hanya di kepala penisku tanpa memasukkan seluruh batang.

Beda kemarin sama Tante Ida, kami pakai gaya klasik maju-mundur penisku biar sambil Tante Ida nungging juga.
Kemudian aku diajarkan menjilati klitorisnya tanpa menyentuh bibir vaginanya.. kakinya yang satu ditumpangkannya di tepi bak mandi..
sehingga terkuak bebas vaginanya di depan mukaku.

Kulilitkan ujung lidahku di kepala klitorisnya dan ia menggelinjang.. buah dadanya terpontal-pantil menahan geli.
Tanganku segera meraba ke atas dan berusaha kuperas-peras kedua buah dada itu. Tapi karena aku di bawah hanya dapat sedikit.

Akhirnya Bu Etty agak membungkuk dan buah dadanya bergantung bebas.
Gemas sekali aku dan kami bermain-main di dalam kamar mandi sampai hampir 1 jam.

Rupanya hari itu Tante Ida sekalian mau belanja.. jadi ia pergi sama anak-anaknya.. makanya Bu Etty yang di rumah.
Sambil istirahat kami membuat minuman hangat dari termos di kamarnya dan duduk di ranjang di kamar Bu Etty.
Kami tetap masih telanjang bulat.

"Bu.. jadi tau ya tadi malam aku main sama Tante Ida..?” Tanyaku masih penasaran.
"Iya dong nak.. kan Ibu sudah pengalaman.. dan lumrah kok. Seperti Ibu bilang tadi.. kami memang wanita yang nafsunya kuat sekali..”

"Lalu kata ibu tadi seminggu sedikitnya 4 kali.. sama siapa biasanya Bu..?"
Tanyaku sambil membaringkan badan memegang memilin-milin puting susunya.

"Oh.. Ibu sama teman-teman bertiga.. ada semacam klub kecil..”
katanya sambil tertawa renyah sambil ekspresi mukanya menahan geli dari pilinan jariku.

"Biasa kami nyari anak SMA, mahasiswa atau anak-anak muda dan kami bawa ke villa teman Ibu atau ke hotel juga..
Ibu makanya awet muda ya, itu kami selalu nyari perjaka-perjaka untuk diperawanin..” cekikiknya manja.
Tangannya juga iseng meraba-raba pantatku dan dari bawah pahaku ke belakang dijamahnya lagi buah zakarku.

"Ibu paling demen sama anak seumur kamu deh, nafsunya besar dan cepet sekali pulihnya, bentar-bentar sudah ngaceng lagi..” ujarnya.

Sambil terus meremas-remas buah zakarku dan batang penisku yang sudah mulai berdiri lagi.
Didorongnya badanku.. sehingga aku rebah dan Bu Etty naik ke atas mengangkangkan pahanya ia berjongkok di atas penisku yang separuh tegang.

"Diam ya nak To..”

Pelan-pelan dipegangnya daging sosisku dan disaputkannya kepala penisku di tepi-tepi bibir vaginanya yang ada rambutnya.
Aduhaaiii.. nikmat sekali..! Pelan diarahkannya ke lubang nikmat itu.. Blessepp..!

Mulai masuk lagi.. nikmat luar biasa.. walau penisku terasa agak perih digeber dua hari ini.
Belum tegang penuh tapi vagina Bu Etty seperti bisa menarik masuk dan tekanan pinggulnya sedemikian rupa.

"Nghhhh.. Akkhu uuhh.. sukkhha sekaliihh di.. aaahh..tas..” kata Bu Etty.. mulai terbata.
"K-karenahh bisa..aahh.. ngontrolll gerakanhh.. dannhh garukannhh batang penis ke k-klitorissskuu.. hhhh..” katanya makin bernafsu.

"Sekaranghh..aahh.. diam. N-nak Toto rasakan merem dehh..hhh.. meremhh..”
Aku merem dan senut-senut terasa sekali dinding lubangnya berdenyut-denyut kencang.

Bu Etty tidak ngapa-ngapain.. hanya merem juga waktu kuintip.
Aku merem lagi.. dan kuulurkan tanganku ke buah dadanya yang montok sekali itu. Duh.. seperti memegang melon.

"Aahhh.. Remeshh To..oohh.. remeshh..!" Keluhnya manja sekali dan penuh nafsu.
Suaranya makin berdesah-desah.. "Ahh.. ahh.. enakk.. Putingnya To.. ohhh.. putingnya ibu atuhh.. uughh..”

Pinggulnya mulai berputar pelan-pelan sekali.. gaya penari jaipong.. dan kadang sambil jongkok ia menaik-turunkan pinggulnya.
Hebatnya lagi sedotan dari dalam vaginanya itu lho..! Aku rasa kalau vacuum cleaner-nya rusak bisa tuh dipakai menyedot debu. Hahaha..
Buat aku ya enaknya buah dadanya tersaji di depan mataku.. dan tinggal ulurkan tangan saja. Aku meremas-remas buah melon yang kenyal itu.

"Bu, akku.. diajakhh ke tempat teman-teman Ibu donghh..” ujarku tiba-tiba di sela nikmat mendera.

"Aahh.. ahh.. Hah hah.. hah.. entarhh kamu apa kuatthh ngelayaniiinnhh kami-kamiihh To.. oohh..?"

"Coba deh Bu..” bisikku sambil terus meremas buah dadanya.

"G-giniihh ajaahh dehh.. L-lain kalihhh akkhuuu uuhhh.. ajak kamuhh.. t-tapiihh aaahh..aku tidak bilangin mereka.. hhh.. kamuuhh sud-dahhh pernahhh maiinn.. yaa.. aahh..
B-biarrhh lebihh serruu..uughh.. K-kemarinn.. samma..ahh nak Ida..aah.. gi-manna ahh.. ennakhh..?"

"Enak juga Bu.. tappiihh k-kayaknya..aahh bu Etty lebih jago ya.. hhh” pujiku sambil mataku terbelalak-belalak karena genjotan pinggul Bu Etty tambah seru saja.

Keringatnya sampai menetes-netes ke dadaku dan bau harum badannya tambah kuat karena hawa panas badannya.
Harum sekali si ibu ini.. pikirku sambil menikmati hentakan pinggulnya yang tambah cepat.

Dan tiba-tiba Bu Etty kandas dan vaginanya merapat lagi dengan buah zakarku.
Sekarang ia berputar-putar tanpa naik-turun.. seolah ingin ‘menelan’ dan meremat habis sepanjang batang penisku hingga ke lubuk vaginanya.

Erghhhh..! Terasa ujung penisku di dalam itu seperti diperas.. diremas dengan kuat sekali hingga ..
Crott.. crott.. crott.. crott..! Aku meledak-ledak tak terkendali lagi. Ughh.. Letih betul rasanya.. hingga kami tertidur kecapean setelah itu.
-------------------
 
Terakhir diubah:
Hehe..Makasih banyak suhu akhirnya part 2 update juga..

Eh,si tante dan oma sama2 doyan berondong ternyata..Si oma mlh sampe punya geng kecil gitu buat nikmatin berondong..
 
Cerita 55 – Matang Dikarbit Tetangga..

Part 3

Sorenya.. menjelang maghrib aku terbangun.. di sampingku Bu Etty masih telanjang bulat.
Aku pelan-pelan bangun mau beranjak pulang mencari celanaku..
Tiba-tiba aku melihat ada orang di pintu mengintip.. dia tidak melihat aku di dekat kamar mandi.

Rupanya Adelin, keponakan Tante Ida yang kuliah di kota ini berkunjung.
Aku kaget dan tidak tau mesti apa. Wah.. kalau ketahuan tidak enak juga.

Adelin cantik sekali anaknya.. dan seperti tantenya Ida dan Bu Etty, tubuhnya juga seksi sekali.
Ah.. untung dia melihat Bu Etty tidur.. lalu dia pergi lagi.

Sekarang bagaimana aku keluar nih..? Pintu paviliun Bu Etty tidak pernah dibuka dan ada lemari di depannya.
Ya sudah.. aku pakai baju kaos dan celanaku dulu deh.

Pelan-pelan aku buka pintu kamar dan kuintip..
Wah.. si Adeline lagi sama Mbak Icih di dapur.. aku mengendap-endap ke kamar tamu dan pura-pura duduk baca majalah.

"Lho ada kamu To..” ujar Adeline waktu masuk lagi dari dapur.
"Kamu ngapain..? Aku nggak lihat kamu masuknya..”

"Aku mau baca majalah nih..” sahutku sekenanya.
"Oke.. aku mau pergi dulu ya..” katanya sambil keluar.

"Tante Ida belum pulang ya..?" Adelin berputar dan alamak..!
Pinggulnya seksi banget deh.. dan aku.. karena sudah ngeres melulu 2 hari ini.. langsung merasa desiran di penisku.

Adeline pergi dan aku sendirian di ruang tamu menjelang petang dan aku jadi naik ke otak lagi.
Aku bangkit dan ngintip ke kamar Bu Etty. Wah.. masih tidur nyenyak habis diservis enak sih.. hehe..

Tiba-tiba ia bergulir miring membelakangi pintu dan aku.. selimutnya tersingkap.
Wuihhh.. pantatnya terlihat.. dari belakang bulu-bulu serta kemaluannya jadi kelihatan sudah deh.
Si ‘Ujang’ sontak merespon.. langsung menggeliat bangun dari tapanya.. dan aku jadi bingung.

Mestinya Tante Ida sebentar lagi pulang dan kalau aku main lagi takut ketahuan deh.
Bu Etty bergeser lagi dan telungkup, kakinya terbuka dan aku bisa lihat jelas vaginanya.
Lututku lemas dan nafasku menderu. Aku tidak kuat lagi, biarin ketahuan-ketahuan deh.

Aku lantas masuk dan kukunci pintu kamar perlahan. Kubuka celana pendekku dan aku dekati pelan-pelan dari belakang.
Kuendus-endus dulu sekitar vaginanya.. wah.. ternyata masih basah..

Nah.. karena Bu Etty mengangkang.. sambil terlungkup aku bisa lihat jelas dalam cahaya senja yang masuk pas di garis pantatnya yang sintal dan besar itu.

Aku lalu berlutut dan pelan-pelan kudekatkan penisku. Plepp.. Pelan kuletakkan di mulut bibir vaginanya dan aku diam.
Hmm.. tidak bereaksi.. Slebb.. kudorong pelan sekali mendesak bibir tebal itu.

Errghh.. Masuk sedikit lagi.. duh enaknya karena terasa hangat dan agak membasah.
Aku diam lagi menikmati kedutan kecil bibir tebal vagina.. perlahan kugerakkan sedikit.. halus sekali.

Tiba-tiba Bu Etty bergerak lagi menggeser pantatnya dan.. Blepssepp..!
Malah masuk lagi.. sekarang kepala penisku sukses nyungsep dan terjepit.. Eeh.. masih tidak bangun juga.

Dengan halus sekali aku dorong lagi sedikit sekali.. Rrrbb.. terasa berdenyut-denyut dinding vaginanya dan seperti ‘nggremet-gremet’.
Duhh.. enak banget ciingg..!

Aku maju lagi. Tanganku bertelekan di ranjang tanpa kena tubuh Bu Etty.. sudah rada pegel sih..
tapi nafsuku sudah menderu-deru dan aku sudah tidak peduli apa-apa lagi.. habisnya wuenak sekali..!

Maju lagi.. sudah 3/4 batang masuk terbenam.. terasa mulai ada aliran cairan ikut dari dalam.

Blapp..! Tiba-tiba pintu terbuka.. Mbak Icih masuk dengan setumpuk pakaian baru disetrika.
Dia tidak tau rupanya.. karena kamarnya gelap.. bahwa ada orang di dalam.

Aku panik dan sudah tidak bisa narik diri lagi. Mbak Icih menyalakan lampu dan dia terpana melihat kami.
Dia lihat Bu Etty tidur.. ya aku hanya bisa pucat dan diam.. karena kalau dicabut pasti bangun Bu Etty-nya.

Akhirnya aku hanya bisa meletakkan jariku di bibir.. berisyarat bilang supaya Mbak Icih diam.
Sontak terasa penisku langsung lemas dan Mbak Icih langsung keluar.. untung dia tidak menjerit.

Aku jadi hilang nafsu.. maka kutarik pelan-pelan batang yang sudah lembek itu dan aku cepetan pakai celana lagi.
Keluar dari kamar.. kulihat Mbak Icih terdiam di dekat dapur.

Aku mau mendekat ke sana.. tiba-tiba pintu depan terbuka.. kini Tante Ida yang pulang.
Dalam hati aku bersyukur juga.. kan tidak enak kalau pas lagi ‘ngegenjot’ tadi.

Rupanya waktu kukunci tidak benar masuknya.. karena pintunya belum tutup betul.
Dasar kalau sudah nafsu begitu sudah tidak jalan otak dan rasa sama sekali.
Aku panik dan Tante Ida melihat aku.. hampir saja tidak terdengar.

"To cari majalah lagi..?" Tanyanya.
"A-pa.. apa.. Tante..? Oh iya..” balasku tergagap.

"Kamu kenapa To..? Mana Ibu..?" Katanya sambil masuk ke dalam dan pantatnya disenggolkannya ke pantatku.
"Oh.. itu.. Ibu Etty tidur sore..” ujarku. Aku masih bingung bagaimana dengan Mbak Icih.

Tante Ida langsung ke dapur dan kudengar ia meminta Mbak Icih memanaskan makanan-makanan yang dibawanya.
Hmm.. aman sedikit.. kupikir.. dia sibuk.

"To, mau makan di sini..?" Tanya Tante Ida.

"Tidak deh.. aku disuruh jaga rumah kok Tante.. –he.. he..he jaga rumah malah setengah hari di rumah tetangga..
– Ayah dan ibu semua pada pergi ke Bogor.. pulangnya besok pagi-pagi..” jelasku pada tante.

"Wah kamu sendiri ya..?” Kata Tante Ida sambil mengedipkan mata.
"I.. iya.. ya..” –Wah.. tadi aku kunci rumah tidak ya..?– jawabku sekenanya.

"Ya sudah, kamu mau pulang..?"
"Iya iya..” Aku masih bingung, sudah tidak tau mesti apa tentang Mbak Icih.

"Nanti Tante ke sana deh lihat kamu..” katanya lagi sambil tersenyum berarti.
Aku lantaran bingung hanya bilang iya.. tanpa ekspresi.

"Kamu baik-baik saja To..?" Tanyanya lagi.
"Iya Tante.. pulang dulu ya.. itu majalah saya sudah rapikan lagi..” kataku cepat.. berusaha menghindari pertanyaan lagi.

Dan aku pulang sambil berdebar-debar apa yang akan terjadi nanti. Pulang aku mandi.. berusaha menenangkan diri.
Dalam hati aku menyesel kenapa mengikuti nafsu saja.. jadi kacau semua akhirnya, pikirku.
Tapi ya sudah.. kupikir semua sudah terjadi.. bagaimana nanti aja deh.

Aku belum makan tapi sudah tidak kepinginan. Selesai mandi aku bereskan buku untuk besok, berusaha mengalihkan pikiran.

Tok tok tok..! Ada yang mengetuk pintu samping. Kemudian aku ke situ.. Tante Ida.. pikirku.
Waktu itu aku tidak jadi senang.. mikir sebenarnya.. karena aku sendirian bisa main lagi sama Tante Ida di rumahku.

Kubuka pintu.. ternyata Mbak Icih membawa nampan dan katanya.. "Mas To, ini dari Tante Ida..
Beliau ada tamu luar kota mesti ditemenin ke stasiun jemput saudara.. katanya gitu.
Dan ini disuruh makan.. Mbak disuruh nemenin Mas To sampai selesai makan. Bu Etty dan anak-anak juga ikut semua..”

Aku bengong dan kupandang Mbak Icih biasa-biasa saja.

Aku ambil nampan dan kukatakan.. "Tidak usah ditemenin deh Mbak, aku bisa..”
"Ah jangan Mas To entar saya dimarahin, lagian di rumah tidak ada orang, saya rada takut sendirian..”

"Lho sudah dikunci belum rumahnya..?” Tanyaku.
"Sudah Mas..” jawab mbak Icih pasti.
"Iya sudah.. masuk deh Mbak..”

Aku makan dan Mbak Icih duduk di dingklik nonton TV.. biasa sinetron ‘blo'on’ Indonesia.
Tiba-tiba Mbak Icih cekikan pelan.. aku lihat di TV pas ada iklan.. Srimulat rupanya.

Aku masih mikir soal ketangkap tadi. Akhirnya aku ngomong to the point.
"Mbak Icih jangan cerita siapa-siapa ya soal tadi di kamar Bu Etty..”

"Oh itu tidak apa-apa kok Mas To.. di rumah situ mah bebas saja. Hanya saya ya kaget saja karena tadi saya kira tidak ada orang..”

"Maksud Mbak gimana..? Bingung aku..” ujarku kebingungan atas penjelasannya.

"Oh gini loh Mas To. Kalau laki perempuan kan lumrah suka gituan..”

Aku jadi tambah bengong saja.. ini orang ngomong apa sih..?

"Mbak Icih kan sudah pernah kawin..” lanjutnya sambil senyum-senyum.
Dan di dingklik itu ia duduk sambil cerita sedikit sembarangan.. sehingga sarungnya tersingkap di tengah.

Aku menangkap pemandangan itu kelihatan betisnya.. Eeh.. ini orang mulus juga ya.. haha..
Biasanya orang dari desa suka kurang terawat.. aku sekarang jadi melihat secara sadar.. wah.. ini orang boleh juga.

Aku tidak jelas umurnya berapa.. tapi orangnya rapi dan feminin.
Buah dadanya kulihat naik-turun di balik kaos lusuh pemberian majikannya.. barangkali kira-kira separuh Bu Etty dan Tante Ida deh.
Si ‘Ujang’ di balik celanaku terasa mulai bergerak-gerak lagi. Waktu itu sudah jam 07.00-an rasanya.

Selesai makan aku sikat gigi di kamar mandi dan kudengar Mbak Icih beres-beres dan cuci piring.
Keluar dari situ kulihat Mbak Icih masih nyuci dan kupandang dari belakang.

Mak..!! Pantatnya molek di balik ketatnya sarungnya itu tampak jelas tercetak tak-tak..!

Aku berdiri di sampingnya.. kami saling memandang dan seperti ada kontak hati saja.
Suasananya terasa seperti ada listriknya antara kami.. aku ulurkan tanganku meraba pantatnya.. lalu perlahan naik ke pinggangnya.

Kupeluk dari belakang.. kumasukkan tanganku ke depan di bawah kaosnya..
Huff.. terasa BH-nya yang kasar menutup buah dadanya.

Aku remas-remas dari luar BH-nya.. dan terasa pantat Mbak Icih mundur merapat ke penisku.. bergeser-geser menindas selangkanganku.

Crupp..! Kucium kuduknya dan ia menggelinjang.
"Entar dulu Mas To, piringnya pecah entar..” ujarnya perlahan.

"Taruh saja dulu..” jawabku nggak pedulian.
Segera kutarik BH-nya ke atas.. mulai kuraba dengan telapak tanganku.. kedua puting susunya yang segera saja mengeras sensitif sekali.

Mbak Icih lemas dan bersandar ke tubuhku dan ke tempat cuci piring.
Penisku sudah tegang keras terasa menusuk dari dalam celanaku ke pantatnya.

Kuturunkan tanganku dan kulepaskan sarungnya.. Blupp..! Jatuhlah sarungnya ke kakinya.. tinggal celana dalamnya.
Tangan kananku masuk.. telapak tanganku menangkup di atas vaginanya.. sementara tangan kiriku masih meremas-remas buah dadanya.

Celana dalamnya longgar.. langsung kudorong ke bawah sampai ke lututnya..
lalu kutarik dengan jari kakiku sampai turun ke pergelangan kakinya.

Tangan Mbak Icih juga diulur ke belakang dan mencengkeram batang yang membara sambil ia mendesah kegelian.
Kulihat lengan atasnya merinding-rinding.. Hmm.. keenakan rupanya dia.

Aku turunkan celanaku dan kemudian kuangkat pahanya sebelah dan kubisikkan.. "Mbak taruh di atas pinggir bak itu..”
Jreng.. jreng..! Jadi sekarang vaginanya pas terbuka di depan penisku yang sudah mengacung gagah ke atas.

"Ini cara apa Mas To..?” Keluhnya.. "Masukin dong mas.. Masukin..!"

Tak kupedulikan erangannya.. pinggulku hanya maju-mundur.. mengarukkan penisku di sekitar pantatnya dan lubang vaginanya.
Tanganku masih aktif meremas-remas terus buah dadanya.

Mbak Icih berusaha menggapai batangku.. tapi aku menghindar..
Mbak Icih tambah kencang desahnya..
karena jariku sekarang memilin-milin bibir vaginanya dari depan sambil berusaha mencari klitoris yang tadi diajari Bu Etty.

"Nghhh.. Mass ayo dong.. masukin.. hhhh..!" rintihnya mulai gelisah.. alias geli-geli basahh..

"Masshh.. Masshh.. Ayo dong masukin..!” Keluhnya kian mendesah-desah.. basah suaranya.. menambah seru dan panas.

Aku lepas t-shirt-ku dan kaos Mbak Icih.. BH hitamnya yang sudah tersingkap kurenggut hingga telanjang bulatlah kami.

Aku terus sengaja hanya menciumi dan menggigiti telinganya dan tiapkali merinding bulu tengkuknya..
Kelihatan pori-pori lengannya meremang.. ia menggelinjang geli.
Penisku tergosok-gosok celah di antara bukit pantatnya tiapkali ia menggelinjang.

Kupeluk terus dari belakang.. sementara pahanya masih tetap di atas bak yang sebelah.
Ujung penis kugaruk-garukkan ke tepian lubangnya.. banjir cairan kental dari lubangnya tambah banyak..
berkilap-kilap mengalir di sepanjang paha yang satu.

Ia mencoba lagi menggapai penisku.. tapi aku mundur dan tetap kupelintir klitorisnya..
kugosok-gosok lembar dalam bibir vaginanya dengan ujung kuku.

Mbak Icih tambah panik.. dan keluhannya seperti orang yang sudah mau menangis kepingin sekali.

"Ahh Mas To.. ayo dong masukinn Mass.. Mbak tidak kuat lagiihh..” kepalanya digoyang-goyangnya ke kanan ke kiri..
–Katanya, orang ekstasi juga gitu ya..? hehe.. –

P.S: Aku memang lagi iseng ingin eksperimen setelah dicakar.. dicekik kepala penisku sama Bu Etty pertamakali pas aku mau muncrat itu..
Memang loh bener lebih enak.. gayanya kalau tidak langsung digebrusin muncrat.. dan kalau high dengan narkoba gitu ya.
Amit-amit.. aku tidak pernah mencoba sekali juga.
–Habis.. menurutku ****** tuh yang main Narkoba dan obat batuk hitam.. apa urusannya.. ya aku yang ngetik..–


"Iya..” Mbak Icih membisikkanku dekat sekali telinganya dan mengembus ke lubang.. kugigit juga sedikit anak telinganya.

Kumasukkan sedikit dari bawah penisku ke mulut lubang vaginanya..
Kupegang batang penisku lalu kuputar-putar di gerbang yang mulai membasah itu tanpa aku dorong masuk.

Mbak Icih kian blingsatan.. ia berusaha memasukkan lebih dalam.. tapi kutarik kalau dia agak turun.
"Mass.. jangan disiksa dong.. tusukkin tusukkinn..!!” Jeritnya agak keras.

Aku kaget juga.. Gila ini Mbak..!? Nafsunya sudah tidak terkendali lagi.
Ya sudah.. Clebb.. Aku masukkan setengah lalu kugoyang pinggulku.. Spontan ia juga segera bergerak naik-turun.

Tangan kiriku meremas-remas buah dadanya sambil memulir-mulir puting susunya yang sudah keras seperti kerikil.
Erangan Mbak Icih menambah erotisnya.. Dan busyet..!! Empotan vaginanya bukan main..!
Beda sekali dengan Bu Etty atau Tante Ida.. agak kering tapi tetap wueenaak sekali..!

Kepala penisku terasa digenggam beludru dengan mapan sekali.. hangat.. basah namun peret.. terasa seperti menyedot-nyedot kuat.
Errghh.. Tak pelak berkunang-kunang rasanya mataku.. Tanpa sadar kugigit lagi sedikit pundaknya sambil kuciumi terus kuduknya.

Tangan Mbak Icih menjulur ke belakang dan meremas-remas bukit pantatku..
sementara tanganku satu lagi juga tidak menganggur memoles-moles.. kupetik-petik biji klitorisnya yang tambah nongol keluar.

Gila.. ada sebesar kacang Garuda yang belum dikupas. Terasa keluar dari lubang sisi atas vaginanya.. keras-keras empuk.

Mbak Icih tambah menggerung-gerung.. "Ahh.. ahh.. Mas Mass..”

Lantas dengan tiba-tiba saja ia menurunkan kakinya dari bak.. lalu dengan cepat tangannya menarik pantatku maju..

Jlebhh..! Sukses..! Masuklah.. amblas mentok sedalam-dalamnya penisku di liang vaginanya.
Diiringi lenguhan dan embusan nafas penuh nikmat serta kelegaannya.. “Ahhh..!”

Pantatnya menempel rapat sekali. Terasa lencir karena keringat kami yang sambil berdiri mengalir.
Bau badan Mbak Icih itu seperti bunga melati.. –sama dengan orang Cendana.. suka melati dia ini..–
Bersih.. biar dia orang dari kampung.. tapi sepertinya mengerti kebersihan badan.

Kupeluk buah dadanya dalam tangkupan telapak tanganku dan ia membungkuk.. berpegangan ke bak cucian..
sedang pantatnya.. pinggulnya berputar-putar menguleg-uleg batang kejal penisku di liang vaginanya..

Erghhh.. rasanya penisku mau putus diuleg-uleg seperti begitu. Dan tiapkali ia berputar tambah cepat pula ritmenya..
Hingga gelombang-gelombang sinyal kenikmatan mulai terbentuk seperti tsunami.. makin bergelora..

"Aargkkhh..!!" Ia menjerit cukup kencang.. sampai aku sempat sekilas kaget berpikir.. wah.. kalau kedengaran tetangga bisa gawat..!
Tapi semua itu langsung hilang.. karena orgasmeku sudah menjelang.

Plokk.. plekk.. plekk.. cplokk.. clpokk.. plokk.. cplokk..
Bunyi tubuh kami beradu bercampur keringat.. dan cairan.. bau.. serta aroma di sekitar situ sudah mesum sekali.. bau seks..! Edyaann..!

Maka.. tak lama berselang meletuplah Mbak Icih.. disertai erangan-erangannya terus menerus.
“NGhhh..hhh.. okkkhh.. ahhhh..” srrr.. srrr.. srrr.. srrr.. srrr..
Tiba-tiba cengkeraman vaginanya begitu kuat.. sampai aku menjerit karena agak sakit.. refleks dikendorkannya sedikit.

Aku pun tidak kuat lagi menahan.. "Mbak Icihh..” Jleghh..! Crrtt.. crett.. crett.. crett.. crett..
Kukandaskan sedalam-dalamnya batang penisku dan zakarku rapat-rapat dengan bibir vaginanya..

Sampai akhirnya.. kami saking lemasnya jatuh terduduk di depan bak cuci piring itu.
Terengah-engah dan berpelukan telanjang bulat. Spermaku bertebaran di lantai dapur.

"Mbak Mbak.. enak sekalii.. Mbak Icih hebat bangett..”
Mukanya terlihat agak merengut mungkin karena aku sengaja tidak memberi tadi tubuhnya.

"Mas To.. aduh.. saya sudah beneran mau gila tadi rasanya.. untung masih inget.. kalau tidak saya sudah teriak kencang-kencang..”
katanya sekarang sambil tertawa mengingat keadaan tadi.

"Tapi enak kan ya Mbak..? Capek tidak Mbak..?"

"Nggak Mas To..” sergahnya dengan cepat.

"Sudah.. entar tidur di sini saja deh Mbak Icih..” bujukku dengan penuh rencana.

"Entar saya kasih tau Bu Etty atau Tante Ida kalau mereka pulang.. aku bilang takut sendirian di sini..”

"Hi hi hi.. mana mereka percaya Mas To.. mereka juga taulah.. paling entar Bu Etty bilang biar dia yang temenin.. hi hi hi..”
cekikan Mbak Icih menggodaku.

"Atau Mbak dan Bu Etty yang tidur di sini Mas To..?” Eh.. ini orang jahil pisan.

"Tapi pasti dikasih deh..” ujarnya lagi.

"Saya mandi dulu ya Mas To. Apa mau sama-sama mandi..?” Godanya lagi.

"Sudah deh Mas To.. istirahat dulu. Kan sudah 2 hari ini capek..”

Lho.. kok dia tau saja ya..? Padahal kemarin kan dia tidak lihat..?
Aku belum tau dan tidak curiga lebih lanjut sampai beberapa waktu akhirnya aku mengerti.. Itu cerita lain lagi yang seru juga.

Aku manggut saja.. memang remuk rasanya badanku. terasa juga dan dengan gontai aku masuk ke kamar dan aku juga mandi.
Penisku kelihatan merah tua sekali kepalanya.. dan sekitar kulit di kepala penis kelihatan agak seperti lecet..
Tapi aku tidak merasa sakit.. malah ‘baal’ .. kebanyakan kali ya..? Hehe..

Hmm.. kemarin pagi aku masih perjaka.. Luar biasa nasibku.. Dalam 2 hari aku main dengan 3 cewek hebat-hebat.
Sambil mandi aku melamun.. Kenapa tidak dari dulu ya..? Tapi ya sudah.. memang jalannya gitu barangkali.. batinku.

Setelah mandi aku baring-baring tetap telanjang, tidak ada siap siapa.
Maksudnya menunggu Mbak Icih mandi dan Ibu Etty cs balik.. kan aku mesti menelepon mereka.

Eh.. baru 3 menit aku ketiduran.. bangun-bangun aku kaget sekali karena sudah tengah malam.
Aku bangun dan kulihat Mbak Icih masih nonton TV.. hanya pakai sarung dikembenin T-shirtnya entah ke mana.
Bahunya kuning bersih dan pinggang serta pinggulnya seksi sekali dilihat dari belakang.

"Mbak sudah makan..?"
"Sudah Mas To dan tadi Bu Etty ke sini, saya sudah kasih tau juga, Mas To takut sendiri..”

"Apa kata Bu Etty..?" Tanyaku ingin tau.
"Kata Ibu ya sudah temenin saja. Dan mereka katanya mau tidur juga.. capek..”

"Mas To mau makan lagi apa..? Mbak gorengin nasi mau, mesti makan telor Mas, buat nambah tenaga..” katanya sambil senyum nakal.

Aku rasanya lesu dan lemas badanku.
"Tidak usah Mbak Icih.. aku mau tidur lagi.. tapi Mbak Icih tidurnya di tempat saya ya..? Kan ranjangnya besar sekali..”
"Ah malu Mas To..”

"Duh Mbak.. apanya lagi yang malu..? Kan tidak ada siapa-siapa..”
"Iya deh Mas To.. entar Mbak mau nonton dulu ini sinetron ya..” katanya mengiyakan.

Sialan.. sinetron jelek gitu aja dia mau nonton..!? Mana ada sih sinetron kita yang bagus..! Bukan sekalian bikin film biru..! Munafik deh.
--------------------------
 
Cerita 55 – Matang Dikarbit Tetangga..

Part 4


Besoknya pagi-pagi telepon membangunkan aku.. Kringg..!

"Ya hallo..” sambutku.
"Oh Toto ini Tante Ida, kamu lagi sibuk tidak..? Bisa ke rumah Tante sekarang..?"

Kontan saja mendengar suaranya tante Ida.. si buyung mulai menggeliat. Dasar ngeres dan sudah ngerti. Hehe..
"Tentu Tante, aku ke sana sekarang ya..” jawabku dengan gembira ria.

Setiba di rumahnya Tante Ida sudah cantik berpakaian rapi mau pergi. Aku agak kecewa dan ia melihat itu.

"To.. aku perlu pergi ke kantor Oom mau ngambil gaji. Dan sebentar lagi Ibu Etty pulang arisan dan dia lupa bawa kunci.
Mbak Icih lagi nganter anak-anak ke pesta temen sekolah Ita.
Kamu tidak keberatan kan jagain sebentar.. paling seperempat jam lagi pulang kok Bu Etty..” ujarnya sambil memeluk pundakku.

Susunya nyengsol-nyengsol menyentuh lenganku. Uhh.. sudah ingin remas saja deh.. dan si buyung sudah separuh naik.
Sialan.. hanya mau diminta menunggu rumah.. batinku. Tadinya aku ingin tidur siang. Capai.. habis krida hari ini.

“Ya deh Tante Ida.. tapi entar aku minta oleh-oleh ya..?”
Kataku sambil meraba pantatnya.. seketika Tante Ida menggelinjang geli dan ia memeluk erat.

"Iya..” desahnya basah di daun telingaku. Aduh gelinyaa..! Si ‘Ujang’ langsung naik.

Slepp.. Kumasukkan tanganku dari bawah blusnya.. kuremas-remas bagian bawah buah dadanya.
Biar minta bonus sedikit.. sementara penisku kutempelkan di paha atas si tante biar dia tau aku sudah siap.

Tante Ida melenguh.. "To, aku mesti pergi.. entar telat.. kasirnya tutup nih..”
Ditariknya tanganku lembut dan dengan terengah-engah.. ikut nafsu juga dia rupanya.

"To.. Tante usahakan pulang secepatnya deh.. kamu sabar ya..” lenguhnya berusaha melepaskan remasanku..
tapi sambil kepingin diteruskan juga sepertinya.

Akhirnya lepas juga sambil terengah-engah.. Dengan parasnya merona merah akhirnya Tante Ida keluar.. jalannya agak terhuyung-huyung.
Aku jamin celana dalamnya sudah basah lembab tuh.. hehe..

Tinggal aku sendirian. Ya sudah.. aku ambil majalah lagi dan aku baring-baring baca di kursi malas di kamar tamu.

"Ahhh..” aku meronta-ronta dan kok keras amat si buyung dan terasa disedot-sedot orang.
Wah.. rupanya aku ketiduran dan mimpi.. kupikir.

Waktu kubuka mata.. betapa terkejutnya aku melihat wajah tak kukenal..
Dan astaga..! Aku sudah telanjang bulat..! Sementara tanganku terikat ke atas di kursi malas.. dan penisku sedang dilumat-lumat.

Aku tak tau siapa satu lagi wanita.. aku hanya melihat kepalanya dan punggungnya telanjang.
Kakiku.. kakiku.. walah.. terikat juga ke kiri dan kanan kursi malas.

Aku masih setengah mengantuk dan bingung.. sakit kepalaku rasanya terbangun tiba-tiba.
Akhirnya aku sadar betul.. Ketika kupalingkan muka ke kanan ada Bu Etty.. dan dia sudah bulat-bulat juga telanjang.

"Bu.. saya diapakan ini..!?” Kataku sambil nyengir keenakan.

"Diam saja dah kamu..” kata Bu Etty tersenyum Ia bertolak pinggang dan duh buah dadanya menantang betul.
Tapi tanganku tidak bisa mencapainya.

“Ini siapa Bu semuanya, saya mau diapakan sih..?" Tanyaku lagi penasaran.
Buah zakarku terasa geli sekali digaruk-garuk kuku wanita yang menyedoti penisku.

Aku menggelinjang geli dan Bu Etty meraba puting susuku.
"Ahh.. enakk..” dan tersiksa betul rasanya tanganku tidak bisa aktif.. sudah ingin betul meremas susu Bu Etty yang gundal-gandul di dekat bahuku.

"Ini temen-temen Ibu, To. Bu Endah dan Bu Inggit. Kita tadi ngeliat kamu ketiduran.. dan ya seperti Ibu bilang.. ini temen-temen ibu itu lho..” katanya sambil menggeserkan buah dadanya di dadaku.
Putingnya ditekannya ke putingku. Hmmm.. enak.. empuk.. hangat dan seketika aku tambah bingung..

“Lha.. tapi kenapa saya diikat..?”

"Iya.. kata Bu Etty kan kemarin itu kamu ngikat Mbak Icih. Ha ha.. ha.. Nah.. kami tadi iseng pengen ngerjain kamu nih To..”

Isapan Bu Endah terasa tambah menghebat.. lidahnya berputar-putar di sekitar kepala penisku.
Aku sendiri sudah tidak kuat lagi mau meledak. Maka kuangkat pantatku agar masuk lebih dalam.

"Ehh..” Bu Endah malah berdiri dan melepaskan mulutnya. Wah tergantung aku.

Dengan terengah-engah aku bilang.. "Bu tolong dong Bu sedot lagii.. sudah mau muncrat nihh Buu..”

Bu Endah.. Bu Etty dan Bu Inggit tertawa ramai-ramai.. aku belum sempat memperhatikan seksama buah dada mereka kontal-kantil terguncang-guncang karena mereka tertawa melihat aku yang mengeliat-geliat seperti cacing kepanasan.
Mataku masih sepet dan berkunang-kunang dari ketiduran tadi.

Bu Inggit kemudian mendekat dan mengangkang.
Pantatnya mengarah ke mukaku dan ia mulai turun sambil memegang batang penisku.. perlahan digosok-gosoknya ke mulut liang vaginanya..

“Haaahhh..” aku mendesah lagi.. karena enak sekali.. aku sudah siap meledakkan orgasmeku.

Bu Endah menggosokkan buah dadanya ke mulutku yang langsung kontan saja aku sergap dan putingnya kuisap..
ditambah lidahku berputar-putar di kacang keras itu.
Bu Endah merem melek.. kulit buah dadanya yang bening kelihatan garis-garis hijau biru halus dan meremang pori-porinya.

Bu Inggit masih hanya memasukkan separuh kepala penisku.. Aughh..!
Senut-senut kempotan bibir mulut vaginanya kurasakan di batang penisku.. hangat dan wuenak sekali.

Aku rasanya mau gila.. karena kenapa dia tidak memasukkan semuanya.
Aku berusaha menaikkan dan mengangkat-angkat pantatku mengejar.. tapi Bu Inggit selalu menjaga jaraknya.
Kurang ajar..! Makiku dalam hati. Aku rasanya mau menjerit.. tapi mulutku disumpal buah dada kenyal.

Kuku tajam jari Bu Etty terasa mulai menggaruk di sekitar duburku dan buah zakarku..
menambah kebinalan di dalam otakku yang sudah tak bisa berpikir lagi waktu itu. Aku nge-blank..!

Aku hanya bisa terengah-engah dalam siksaan ketiga ibu-ibu seksi nan sintal ini.

Bisa dibayangkan.. tidak semua mereka telanjang bulat –aku juga..– dan aku tidak bisa semauku.
Keningku rasanya terlihat kencang mengejang dan urat-urat dahiku keluar semua.

Aku menggeram.. "Ahh.. Ayo Buu.. aku pengen.. tolong dong.. masukkin Bu..”

Bu Endah menarik buah dadanya lalu ia berlutut.. perlahan diturunkannya vaginanya ke mulutku..
Aku tak berdaya.. namun bau harum aku rasakan keluar dan hawa panas-hangat dari vaginanya yang lembab.

Aku ulurkan keluar lidahku.. langsung kujilat-jilat apa yang terhampar di depanku.
Bu Endah melenguh. "Uuhh sedapnya..” pantatnya segera maju-mundur.. menggeruskan vaginanya di atas mulutku.

Terus dia gerus-geruskan bibir vaginanya ke mulutku.. slrupp.. terasa cairan-cairan dari dalam vaginanya meleleh masuk.
Lidahku makin aktif menjilati liangnya dan klitorisnya yang sebesar kacang ijo. Kalo Bu Etty sih sebesar kacang merah.. nongol.

Bu Inggit sementara hanya berputar di atas kepala penisku. Telapak tangannya bertopang di atas pahaku sambil meraba-raba dengan halus.
Gilaa.. pahaku digarisnya dengan kukunya yang panjang.. "Alamakk.. gelii Bu..”

Bu Etty menungging lalu merangkak ke dekat pantatku.. mulutnya mulai menjilat-jilat daerah yang digaruk-garuknya tadi..
Sekarang dijilatnya dengan lidahnya yang hangat.. buah zakarku dikulum-kulum seperti sedang makan cupacup..
Snipp.. snipp.. dijilatnya pelan-pelan seperti orang makan biji salak.

Akhirnya aku tidak kuat lagi.. pantatku kunaikkan.. kakiku terkejang.. seluruh otot tubuhku serasa mengejang.
Sontak Bu Inggit terkejut.. dengan cepat ia membenamkan penisku dalam-dalam ke liang vaginanya.
Setelah itu diputir-putirnya pantatnya sampai mengandaskan batang penisku di lubuk rahimnya.

“Errgghhh..!” Crott.. crott.. crott.. crott..! Seketika letupan orgasmeku membanjir deras di dalam vagina Bu Inggit..

Sedangkan Bu Inggit sendiri menggarukkan klitorisnya di batangku dengan cepat.. pantatnya yang sintal berputar-putar..
sebentar kemudian ia pun menahan jeritannya..

"Aughhhh..!"
Kemudian diangkatnya naik-turun.. aku melihat bibir vaginanya keluar-masuk merekah belah oleh batang penisku yang basah mengkilap.
Bulu kemaluannya basah kuyup dan bersatu. "Uugghhhh.. Aahh.. hhhh..”

Bu Inggit kemudian bangkit.. Plop..! Bunyi sewaktu penisku masih setengah tegang lepas dari genggaman erat vaginanya.
Spermaku terlihat meleleh sepanjang pahanya yang putih mulus.

Sisi lain.. Bu Etty masih di bawah situ mengecup buah zakarku dan tertetes-tetes di pipinya beberapa gumpalan spermaku.
Kami terengah-engah semua. Ahhhh.. aku merasa nikmat yang luar biassa saat itu.

Sepanjang beberapa jam berikutnya itu aku gantian ditunggangi oleh Bu Endah.. kemudian terakhir Bu Etty..
Karena dia nyonya rumah.. jadi mendapat jatah terakhir. Hehe..

Aku sendiri diservis demikian merasa sesuatu pengalaman yang lain dari yang lain.
Belum pernah aku dimanjakan oleh 3 wanita sekaligus begitu.

Malam itu aku ketiduran di antara ketiganya dalam keadaan telanjang bulat.
Lemas rasanya segala otot dan urat-urat di sekujur tubuhku.. Lemes bangets.. namun Nikkmaaatt..! (. ) ( .)
---------------------------------

End of Cerita 55 - Matang Dikarbit Tetangga..
:beer:
Moga Terhibur n KEEP SEMPROT..!

PS:
Sebenernya Nubi mo 'sedikit' ngembangin SS 4S di part ini..
Namun harap dipaklumi.. RL di ujung tahun terlalu sadis menekan.
So.. Mohon dimangapkan kalo dengan sangat terpaksa Nubi izin..
sementara waktu belum dapat nge-posting cerita2 lainnya..

Sampai jumpa tahun depan.. Adios..:ampun:
 
Oke siap suhu..Nubie juga ngerti klo RL diujung tahun sangat menyita waktu..
Hanya ucapan terima kasih yg bisa nubie berikan atas kesediaan suhu berbagi cerita dgn kami..

Sampai jumpa tahun depan juga suhu @Pecah Utak
Semoga tahun depan kita semua akan lebih baik lagi dari tahun ini..Aamiin...
 
Oke siap suhu..Nubie juga ngerti klo RL diujung tahun sangat menyita waktu..
Hanya ucapan terima kasih yg bisa nubie berikan atas kesediaan suhu berbagi cerita dgn kami..

Sampai jumpa tahun depan juga suhu @Pecah Utak
Semoga tahun depan kita semua akan lebih baik lagi dari tahun ini..Aamiin...

:beer: Siaapp.. Sama2 brada @Sonic110
Aamiin..

Mudah2an di tahun depan Nubi bisa cepet posting cerita di trit ini lagi.
Paling tinggal 15-18 Cerita lagi deh yang masih harus nubi edit.
Terutama buat SS n 'penghalusan' penulisan + tampilannya.
Biar brada2 n sista2 --kalo ada, sih..-- yang nge-read via hape bisa lebih 'enjoy' n nggak capek.
Nggak ribet ngebaca tulisan tanpa jeda.. gitu.
 
Cerita 56 – Mbak Ana Sayang

Namaku Andi.. mahasiswa di sebuah universitas terkenal di Surakarta.
Di kampungku sebuah desa di pinggiran kota Sragen ada seorang gadis.. Ana namanya.

Ana merupakan gadis yang cantik.. berkulit kuning dengan body yang padat didukung postur tubuh yang tinggi membuat semua kaum Adam menelan ludah dibuatnya.

Begitu juga dengan aku yang secara diam-diam menaruh hati padanya walaupun umurku 5 taun di bawahnya.. tapi rasa ingin memiliki dan nafsuku lebih besar dari pada mengingat selisih umur kami.

Kebetulan rumah Mbak Ana tepat berada di samping rumahku.. dan rumah itu kiranya tidak mempunyai kamar mandi di dalamnya.. melainkan bilik kecil yang ada di luar rumah.

Kamar Mbak Ana berada di samping kanan rumahku.. dengan sebuah jendela kaca gelap ukuran sedang.
Kebiasaan Mbak Ana jika tidur lampu dalam rumahnya tetap menyala.. itu kuketahui karena kebiasaan burukku yang suka mengintip orang tidur..

Aku sangat terangsang jika melihat Mbak Ana sedang tidur dan akhirnya aku melakukan onani di depan jendela kamar Mbak Ana.
Ketika itu aku pulang dari kuliah lewat belakang rumah karena sebelumnya aku membeli rokok di warung yang berada di belakang rumahku.

Saat aku melewati bilik Mbak Ana.. aku melihat sosok tubuh yang sangat kukenal yang hanya terbungkus handuk putih bersih.. tak lain adalah Mbak Ana.

Aku lantas menyapanya.. "Mau mandi Mbak..?” Sambil menahan perasaan yang tak menentu.
"Iya Ndik, mau ikutan..?" Jawabnya dengan senyum lebar.. aku hanya tertawa menanggapi candanya.

Terbersit niat jahat di hatiku.. perasaanku menerawang jauh membayangkan tubuh Mbak Ana bila tidak tertutup sehelai benangpun.
Niat itupun kulakukan walau dengan tubuh gemetar dan detak jantung yang memburu.. kebetulan waktu itu keadaan sunyi dengan keremangan sore membuatku lebih leluasa.

Kemudian aku mempelajari situasi di sekitar bilik tempat Mbak Ana mandi.. setelah memperkirakan keadaan aman aku mulai beroperasi dan mengendap-endap mendekati bilik itu.

Dengan detak jantung yang memburu aku mencari tempat yang strategis untuk mengintip Mbak Ana mandi.. dan dengan mudah aku menemukan sebuah lubang yang cukup besar seukuran dua jari.
Dari lubang itu aku cukup leluasa menikmati kemolekan dan keindahan tubuh Mbak Ana.

Dan seketika itu juga detak jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya.. tubuhku gemetar hingga kakiku terasa tidak dapat menahan berat badanku.

Kulihat tubuh yang begitu sintal dan padat dengan kulit yang bersih mulus begitu merangsang setiap nafsu lelaki yang melihatnya.. apalagi sepasang panyudara dengan ukuran yang begitu menggairahkan.. kuning langsat dengan puting yang coklat tegak menantang setiap lelaki.

Kupelototi tubuhnya dari atas ke bawah tanpa terlewat semilipun.

Tepat di antara kedua kaki yang jenjang itu ada segumpal rambut yang lebat dan hitam, begitu indah dan saat itu tanpa sadar aku mulai menurunkan ritsletingku dan memegangi kemaluanku..
Aku mulai membayangkan seandainya aku dapat menyetubuhi tubuh Mbak Ana yang begitu merangsang birahiku.

Terasa darahku mengalir dengan cepat dan dengusan nafasku semakin memburu tatkala aku merasakan kemaluanku begitu keras dan berdenyut-denyut.

Aku mempercepat gerakan tanganku mengocok kemaluanku.. tanpa sadar aku mendesah hingga mengusik keasyikan Mbak Ana mandi hingga aku begitu terkejut juga takut ketika melihat Mbak Ana melirik lubang tempatku mengintipnya mandi sambil berkata.. "Ndik ngintip yaa..!?"

Seketika itu juga nafsuku hilang entah ke mana berganti dengan rasa takut dan malu yang luar biasa.
Kemudian aku istirahat dan mengisap rokok yang kubeli sebelum pulang ke rumah, kemudian kulanjutkan kegiatanku yang terhenti sesaat.

Setelah aku mulai beraksi lagi.. aku terkejut untuk keduakalinya.. seakan-akan Mbak Ana tau akan kehadiranku lagi.
Ia sengaja memamerkan keindahan tubuhnya dengan meliuk-liukkan tubuhnya dan meremas-remas payudaranya yang begitu indah dan ia mendesah-desah kenikmatan.

Di saat itu juga aku mengeluarkan kemaluanku dan mengocoknya kuat-kuat.
Melihat permainan yang diperlihatkan Mbak Ana, aku sangat terangsang ingin rasanya aku menerobos masuk bilik itu tapi ada rasa takut dan malu.
Terpaksa aku hanya bisa melihat dari lubang tempatku mengintip.

Mbak Ana mulai meraba-raba seluruh tubuhnya dengan tangannya yang halus disertai goyangan-goyangan pinggul, tangan kanannya berhenti tepat di liang kewanitaannya dan mulai mengusap-usap bibir kemaluannya sendiri sambil tangannya yang lain di masukkan ke bibirnya.

Kemudian jemari tangannya mulai dipermainkan di atas kemaluannya yang begitu menantang dengan posisi salahsatu kaki diangkat di atas bak mandi, pose yang sangat merangsang kelelakianku.

Aku merasa ada sesuatu yang mendesak keluar di kemaluanku dan akhirnya sambil mendesah lirih.. "Aahhkkhh..” aku mengalami puncak kepuasan dengan melakukan onani sambil melihat Mbak Ana masturbasi.

Beberapa saat kemudian aku juga mendengar Mbak Ana mendesah lirih..
"Oohh.. aahh..” dia juga mencapai puncak kenikmatannya dan akhirnya aku meninggalkan tempat itu dengan perasaan puas.
----------

Di suatu sore aku berpapasan dengan Mbak Ana.
"Sini Ndik..” ajaknya untuk mendekat, aku hanya mengikuti kemauannya, terbersit perasaan aneh dalam benakku.

"Mau ke mana sore-sore gini..” tanyanya kemudian.
"Mau ke luar Mbak, beli rokok..” jawabku sekenanya.

"Di sini aja temani Mbak Ana ngobrol, Mbak Ana kesepian nih..” ajak Mbak Ana.

Dengan perlahan aku mengambil tempat persis di depan Mbak Ana..
dengan niat agar aku leluasa memandangi paha mulus milik Mbak Ana yang kebetulan cuma memakai rok mini di atas lutut.

"Emangnya pada ke mana, Mbak..?" Aku mulai menyelidik.
"Bapak sama Ibu pergi ke rumah nenek..” jawabnya sambil tersenyum curiga.

"Emang ada acara apa Mbak..?” Tanyaku lagi sambil melirik paha yang halus mulus itu ketika rok mini itu semakin tertarik ke atas.

Sambil tersenyum manis ia menjawab.. "Nenek sedang sakit Ndik, yaa.. jadi aku harus nunggu rumah sendiri..”
Aku hanya manggut-manggut.

"Eh.. Ndik ke dalam yuk, di luar banyak angin..” katanya.
"Mbak punya celana dalam bagus lho..” katanya lagi.

Tanpa menunggu persetujuanku ia langsung masuk ke dalam, menuju TV yang di atasnya ada VCD player dan aku hanya mengikutinya dari belakang, basa-basi aku bertanya.. "Filmnya apa Mbak..?"

Sambil menyalakan VCD, Mbak Ana menjawab.. "Titanic Ndik, udah pernah nonton..?"
Aku berbohong menjawab.. "Belum Mbak, filmnya bagus ya..?" Mbak Ana hanya mengangguk mengiyakan pertanyaanku.

Setelah film terputar, tanpa sadar aku tertidur hingga larut malam dan entah mengapa Mbak Ana juga tidak membangunkanku.
Aku melihat jam yang tergantung di dinding tembok di atas TV menandakan tepat jam 10 malam.

Kutebarkan pandangan ke sekeliling ruangan yang nampak sepi dan tak kutemui Mbak Ana.
Pikiranku mulai dirasuki pikiran-pikiran yang buruk dan pikirku sekalian tidur di sini aja.

Memang aku sering tidur di rumah teman dan orangtuaku sudah hafal dengan kebiasaanku, akupun tidak mencemaskan jika orang tuaku mencariku.

Waktu berlalu, mataku pun tidak bisa terpejam karena pikiran dan perasaanku mulai kacau, pikiran-pikiran sesat telah mendominasi sebagian akal sehatku dan terbersit niat untuk masuk ke kamar Mbak Ana.

Aku terkejut dan nafasku memburu, jantungku berdetak kencang ketika melihat pintu kamar Mbak Ana terbuka lebar..
dan di atas tempat tidur tergolek sosok tubuh yang indah dengan posisi terlentang dengan kaki ditekuk ke atas setengah lutut..

Hal tersebut memperlihatkan sepasang paha yang gempal dan di tengah selangkangan itu terpampang dengan jelas celana dalam yang berwarna putih berkembang terlihat ada gundukan yang seakan-akan penuh dengan isi hingga mau keluar.

Nafsu dan darah lelakiku tidak tertahan lagi, kuberanikan mendekati tubuh yang hanya dibungkus dengan kain tipis dan dengan perlahan kusentuh paha yang putih itu, kuusap dari bawah sampai ke atas dan aku terkejut ketika ada gerakan pada tubuh Mbak Ana dan aku bersembunyi di bawah kolong tempat tidur.

Sesaat kemudian aku kembali keluar melihat keadaan dan posisi tidur Mbak Ana yang menambah darah lelakiku berdesir hebat, dengan posisi kaki mengangkang terbuka lebar seakan-akan menantang supaya segera dimasuki kemaluan laki-laki.

Aku semakin berani dan mulai naik ke atas tempat tidur, tanpa pikir panjang aku mulai menjilati kedua kaki Mbak Ana dari bawah sampai ke belahan paha tanpa terlewat semilipun.

Seketika itu juga ia menggelinjang kenikmatan dan aku sudah tidak mempedulikan rasa takut dan malu terhadap Mbak Ana.
Sampai di selangkangan, aku merasa kepalaku dibelai kedua tangan yang halus dan akupun tidak menghiraukan kedua tangan itu.

Lama-kelamaan tangan itu semakin kuat menekan kepalaku lebih masuk lagi ke dalam kemaluan Mbak Ana yang masih terbukus celana dalam putih itu.

Dia menggoyang-goyangkan pantatnya, tanpa pikir panjang aku menjilati bibir kemaluannya hingga celana dalam yang semula kering menjadi basah terkena cairan yang keluar dari dalam liang kewanitaan Mbak Ana dan bercampur dengan air liurku.

Aku mulai menyibak penutup liang kewanitaan dan menjilati bibir kemaluan Mbak Ana yang memerah dan mulai berlendir hingga Mbak Ana terbangun dan tersentak.

Secara refleks dia menampar wajahku duakali dan mendorong tubuhku kuat-kuat hingga aku tersungkur ke belakang dan setelah sadar ia berteriak tidak terlalu keras..

"Ndik kamu ngapaiin..!?"

Dengan gemetar dan perasaan yang bercampur aduk antara malu dan takut,
"Maafkan aku Mbak, aku lepas kontrol..” dengan terbata-bata dan aku meninggalkan kamar itu.

Dengan perasaan berat aku menghempaskan pantatku ke sofa biru yang lusuh.
Sesaat kemudian Mbak Ana menghampiriku, dengan tergagap aku mengulangi permintaan maafku, "Ma..ma..afkan.. aku Mbak..”

Mbak Ana cuma diam entah apa yang dipikirkan dan dia duduk tepat di sampingku.
Beberapa saat keheningan menyelimuti kami berdua dan kamipun disibukkan dengan pikiran kami masing-masing sampai tertidur.
-----

Pagi itu aku bangun, kulihat Mbak Ana sudah tidak ada lagi di sisiku dan sesaat kemudian hidungku mencium aroma yang memaksa perutku mengeluarkan gemuruh yang hebat. Mbak Ana memang ahli di bidang masak.

Tiba-tiba aku mendengar bisikan yang merdu memanggil namaku,
"Ndik ayo makan dulu, Mbak udah siapin sarapan nih..” dengan nada lembut yang seolah-olah tadi malam tidak ada kejadian apa-apa.
"Iya Mbak, aku cuci muka dulu..” aku menjawab dengan malas.

Sesaat kemudian kami telah melahap hidangan buatan Mbak Ana yang ada di atas meja, begitu lezatnya masakan itu hingga tidak ada yang tersisa, semua kuhabiskan.

Setelah itu seperti biasa, aku menyalakan rokok kesayanganku,

"Ndik maafkan Mbak tadi malam ya..” Mbak Ana memecah keheningan yang kami ciptakan.
"Harusnya aku tidak berlaku kasar padamu Ndik..” tambahnya.

Aku jadi bingung dan menduga-duga apa maksud Mbak Ana, kemudian akupun menjawab,
"Seharusnya aku yang meminta maaf pada Mbak, aku yang salah..” kataku dengan menundukkan kepala.

"Tidak Ndik.. aku yang salah, aku terlalu kasar kepadamu..” bisik Mbak Ana.

Akupun mulai bisa menangkap ke mana arah perkataan Mbak Ana. "Kok bisa gitu Mbak, kan aku yang salah..” tanyaku memancing.

"Nggak Ndik.. aku yang salah..” katanya dengan tenang,
"Karena aku teledor, tapi nggak pa-pa kok Ndik..” Aku terkejut mendengar jawaban itu.

"Ndik, Mbak Ana nanya boleh nggak..” bisik Mbak Ana mesra.
Dengan senyum mengembang aku menjawab, "Kenapa tidak Mbak..”

Dengan ragu-ragu Mbak Ana melanjutkan kata-katanya, "Kamu udah punya pacar Ndik..?" suara itu pelan sekali lebih mirip dengan bisikan.

"Dulu sih udah Mbak tapi sekarang udah bubaran..” Kulihat ada perubahan di wajah Mbak Ana.

"Kenapa Ndik..?"

Akupun mulai bercerita tentang hubunganku dengan Maria teman SMP-ku dulu yang lari dengan laki-laki lain beberapa bulan yang lalu, Mbak Ana pun mendengarkan dengan sesekali memotong ceritaku.

"Kalo Mbak Ana udah punya cowok belum..?” tanyaku dengan berharap.
"Belum tuh Ndik, lagian siapa yang mau sama perawan tua seperti aku ini..” jawabnya dengan raut wajah yang diselimuti mendung.

"Kamu nggak cari pacar lagi Ndik..” sambung Mbak Ana.
Dengan mendengus pelan aku menjawab, "Aku takut kejadian itu terulang, takut kehilangan lagi..”

Dengan senyum yang manis dia mendekatiku dan membelai rambutku dengan mesra,

"Kasian kamu Andi..” lalu Mbak Ana mencium keningku dengan lembut, aku merasa ada sepasang benda yang lembut dan hangat menempel di punggungku.

Sesaat kemudian perasaanku melayang entah ke mana, ada getaran asing yang belum pernah kurasakan selama ini.

"Ndik boleh Mbak jadi pengganti Maria..” bisik Mbak Ana mesra.
Aku bingung, perasaanku berkecamuk antara senang dan takut.. "Andik takut Mbak..” jawabku lirih.

"Mbak nggak akan meninggalkanmu Ndik, percayalah..” dengan kecupan yang lembut.
"Bener Mbak, Mbak Ana berani sumpah tidak akan meninggalkan Andik..” bisikku spontan karena gembira.
Mbak Ana mengangguk dengan senyumnya yang manis, kamipun berpelukan erat seakan-akan tidak akan terpisahkan lagi.

Setelah itu kami nonton Film yang banyak adegan romantis yang secara tidak sadar membuat kami berpelukan, yang membuat kemaluanku berdiri.

Entah disengaja atau tidak, kemudian Mbak Ana mulai merebahkan kepalanya di pangkuanku dan aku berusaha menahan nafsuku sekuat mungkin tapi mungkin Mbak Ana mulai menyadarinya.

"Ndik kok kamu gerak terus sih capek ya..”
Dengan tersipu malu aku menjawab, "Eh.. nggak Mbak, malah Andik suka kok..”

Mbak Ana tersenyum, "Tapi kok gerak-gerak terus Ndik..”
Aku mulai kebingungan, "Eh.. anu kok..”
Mbak Anak menyahut, "Apaan Ndik, bikin penasaran aja..”

Kemudian Mbak Ana bangun dari pangkuanku dan mulai memeriksa apa yang bergerak di bawah kepalanya dan iapun tersenyum manis sambil tertawa.. "Hii.. hii.. ini to tadi yang bergerak..” tanpa canggung lagi Mbak Ana membelai benda yang sejak tadi bergerak-gerak di dalam celanaku.

Aku semakin tidak bisa menahan nafsu yang bergelora di dalam dadaku.

Kuberanikan diri.. kubelai wajahnya yang cantik dan Mbak Ana seperti menikmati belaianku hingga matanya terpejam dan bibirnya yang sensual itu terbuka sedikit seperti menanti kecupan dari seorang laki-laki.

Tanpa pikir panjang, kusentuhkan bibirku ke bibir Mbak Ana dan aku mulai melumat habis bibir yang merah merekah dan kami saling melumat bibir.

Aku begitu terkejut ketika Mbak Ana memainkan lidahnya di dalam mulutku dan sepertinya lidahku ditarik ke dalam mulutnya.. sementara tangan kiri Mbak Ana memegang tanganku dan dibimbingnya ke belahan dadanya yang membusung dan tangan yang lain sedaritadi asyik memainkan kemaluanku.

Akupun mulai berani meremas-remas buah dadanya dan Mbak Anapun menggelinjang kenikmatan, "Te.***s.. Ndik aahh..” dengan tangan yang satunya lagi kuelus dengan lembut paha putih mulus Mbak Ana.. semakin lama semakin ke atas.

Tiba-tiba aku dikejutkan tangan Mbak Ana yang semula ada di luar celana dan sekarang sudah mulai berani membuka ritsletingku dan menerobos masuk meremas-remas buah zakarku sambil berkata.. "Sayang.. punyamu besar juga ya..”

Akupun jadi mulai berani mempermainkan kemaluan Mbak Ana yang masih terbungkus celana dalam dan iapun semakin menggeliat seperti cacing kepanasan.. "Aaahh lepas aja Ndik..”

Sesaat kemudian celana dalam yang melindungi bagian vital Mbak Ana sudah terhempas di lantai dan akupun mulai mempermainkan daging yang ada di dalam liang senggama Mbak Ana.

"Aaahh enak, enak Ndik masukkan aja Ndik..” jariku mulai masuk lebih dalam lagi, ternyata Mbak Ana sudah tidak perawan lagi, miliknya sudah agak longgar dan jariku begitu mudahnya masuk ke liang kewanitaannya.

Satu demi satu pakaian kami terhempas ke lantai sampai tubuh kami berdua polos tanpa selembar benangpun.
Mbak Ana langsung memegang batang kemaluanku yang sudah membesar dan tegak berdiri, kemudian langsung diremas-remas dan diciumnya.

Aku hanya bisa memejamkan mata merasakan kenikmatan yang diberikan Mbak Ana saat bibir yang lembut itu mengecup batang kemaluanku hingga basah oleh air liurnya yang hangat.
Lalu lidah yang hangat itu menjilati hingga menimbulkan kenikmatan yang tak dapat digambarkan.

Tidak puas menjilati batang kemaluanku, Mbak Ana memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya yang sensual itu hingga amblas separuhnya, secara refleks kugoyangkan pantatku maju-mundur dengan pelan sambil memegangi rambut Mbak Ana yang hitam dan lembut yang menambah gairah seksualku dan aroma harum yang membuatku semakin terangsang.

Setelah puas, Mbak Ana menghempaskan pantatnya di sofa. Akupun paham dan dengan posisi kaki Mbak Ana mengangkang menginjak kedua pundakku, aku langsung mencium paha yang jenjang dari bawah sampai ke atas.

Mbak Ana menggelinjang keenakan.. "Aaahh..” desahan kenikmatan yang membuatku tambah bernafsu dan langsung bibir kemaluannya yang merah merekah itu kujilati sampai basah oleh air liur dan cairan yang keluar dari liang kenikmatan Mbak Ana.

Mataku terbelalak saat melihat di sekitar bibir kenikmatan itu ditumbuhi bebuluan yang halus dan lebat seperti rawa yang di tengahnya ada pulau merah merekah.

Tanganku mulai beraksi menyibak kelebatan bebuluan yang tumbuh di pinggir liang kewanitaan, begitu indah dan merangsangnya liang sorga Mbak Ana ketika klitoris yang memerah menjulur keluar dan langsung kujilati hingga Mbak Ana meronta-ronta kenikmatan.

Tangan Mbak Ana refleks memegangi kepalaku serta mendorong lebih ke dalam kedua pangkal pahanya sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya hingga aku kesulitan bernafas.

Tanganku yang satunya meremas-remas dan memelintir puting susu yang sudah mengeras hingga menambah kenikmatan bagi Mbak Ana.
"Ndik.. udah.. aahh, masukin.. ajaa.. oohh..” aku langsung berdiri dan siap-siap memasukkan batang kemaluanku ke lubang senggama Mbak Ana.

Begitu menantang posisi Mbak Ana dengan kedua kaki mengangkang hingga kemaluannya yang merah mengkilat dan klitorisnya yang menonjol membuatku lebih bernafsu untuk meniduri tubuh Mbak Ana yang seksi dan mulus itu.

Perlahan namun pasti, batang kemaluanku yang basah dan tegak kumasukkan ke dalam liang kewanitaan yang telah menganga menantikan kenikmatan sorgawi.

Setelah batang kemaluanku terbenam kami secara bersamaan melenguh kenikmatan, "Aaahh..” dan mulai kugoyangkan perlahan pinggulku maju-mundur, bagaikan terbang ke angkasa kenikmatan tiada tara kami reguk bersama.

Bibir kamipun mulai saling memagut dan lidah Mbak Ana mulai bermain-main di dinding rongga mulutku, begitu nikmat dan hanggat.
Liang senggama Mbak Ana yang sudah penuh dengan lendir kenikmatan itupun mulai menimbulkan suara yang dapat meningkatkan gairah seks kami berdua.

Tubuh kamipun bermandikan keringat. Tiba-tiba terdengar teriakan memanggil Mbak Ana. "Aaan.. Anaa..!!"
Kami begitu terkejut, bingung dan grogi dengan bergegas kami memungut pakaian yang berserakan di lantai dan memakainya.

Tanpa sadar kami salah ambil celana dalam, aku memakai celana dalam Mbak Ana dan Mbak Ana juga memakai celana dalam-ku.
Kemudian aku keluar dari pintu belakang dan Mbak Ana membukakan pintu untuk bapak dan ibunya.

Keesokan harinya aku baru berniat mengembalikan celana dalam milik Mbak Ana dan mengambil celana dalam-ku yang kemarin tertukar.
Aku berjalan melewati lorong sempit di antara rumahku dan rumah Mbak Ana.

Kulihat Mbak Ana sedang mencuci pakaian di dekat sumur belakang rumahku.
Setelah keadaan aman, aku mendekati Mbak Ana yang asyik mencuci pakaian termasuk celana dalam-ku yang kemarin tertukar.

Sambil mengisap rokok sampurna A Mild.. "Mbak nih celana dalam-nya yang kemarin tertukar..” sambil duduk di bibir sumur, sekilas kami bertatap muka dan meledaklah tawa kami bersamaan. "Haa.. Haa..” mengingat kejadian kemarin yang sangat menggelikan.

Setelah tawa kami mereda, aku membuka percakapan.. "Mbak kapan main lagi, kan kemarin belum puas..”
Dengan senyum yang manis.. "Kamu mau lagi Ndik, sekarang juga boleh..”

Aku jadi terangsang sewaktu posisi Mbak Ana membungkuk dengan mengenakan daster tidur dan dijinjing hingga di atas lutut.

"Emang ibu Mbak Ana sudah berangkat ke sawah, Mbak..” sambil menempelkan kemaluanku yang mulai mengeras ke pantat Mbak Ana.
"Eh..eh jangan di sini Ndik, entar diliat orang kan bisa runyam..”

Mbak Ana kemudian mengajakku masuk ke kamar mandi.. sesaat kemudian di dalam kamar mandi kami sudah berpelukan.
Seperti kesetanan aku langsung menciumi dan menjilati leher Mbak Ana yang putih bersih.

"Ohh nggak sabaran baget sih Ndik..!?” Sambil melenguh Mbak Ana berbisik lirih.
"Kan kemaren terganggu Mbak..”

Setelah puas mencium leher aku mulai mencium bibir Mbak Ana yang merah merekah, tanganku pun mulai meremas-remas kedua bukit yang mulai merekah dan tangan yang satunya lagi beroperasi di bagian kemaluan Mbak Ana yang masih terbungkus celana dalam yang halus.

Tangan Mbak Ana pun mulai menyusup di dalam celanaku, memainkan batang kemaluanku yang mulai tegak dan berdenyut.
Sesaat kemudian pakaian kami mulai tercecer di lantai kamar mandi hingga tubuh kami polos tanpa sehelai benangpun.

Tubuh Mbak Ana yang begitu seksi dan menggairahkan itu mulai kujilati mulai dari bibir turun ke leher dan berhenti tepat di tengah kedua buah dada yang ranum dengan ukuran yang cukup besar.

Kemudian sambil meremas-remas belahan dada yang kiri puting susu yang kecoklatan itu kujilati hingga tegak dan keras.
"Uhh.. ahh.. terus Ndik..” Mbak Ana melenguh kenikmatan ketika puting susu yang mengeras itu kugigit dan kupelintir menggunakan gigi depanku.

"Aaahh.. enak Mbak..” Mbak Anapun mengocok dan meremas batang kemaluanku hingga berdenyut hebat.

Kemudian aku duduk di bibir bak mandi dan Mbak Ana mulai memainkan batang kemaluanku dengan cara mengocoknya.
"Ahh.. uhh..” tangan yang halus itu kemudian meremas buah zakarku dengan lembut dan bibirnya mulai menjilati batang kemaluanku.
Terasa nikmat dan hangat ketika lidah Mbak Ana menyentuh lubang kencing dan memasukkan air liurnya ke dalamnya.

Setelah puas menjilati, bibir Mbak Ana mulai mengulum hingga batang kemaluanku masuk ke dalam mulutnya.
"Aahh.. uuhhff..” lidah Mbak Ana menjilat kemaluanku di dalam mulutnya, kedua tanganku memegangi rambut yang lembut dan harum yang menambah gairah sekaligus menekan kepala Mbak Ana supaya lebih dalam lagi hingga batang kemaluanku masuk ke mulutnya.

"Gantian dong Ndik..” Mbak Ana mengiba memintaku bergantian memberi kenikmatan kepadanya.
Kumainkan kedua puting susu Mbak Ana, mulutku mulai bergerak ke bawah menuju selakangan yang banyak ditumbuhi bebuluan yang halus dan lebat.

Mbak Anapun tanpa dikomando langsung mengangkangkan kedua kakinya hingga kemaluannya yang begitu indah merangsang setiap birahi laki-laki itu kelihatan dan klitorisnya yang kemerahan menonjol keluar, akupun menjilati klitoris yang kemerahan itu hingga berlendir dan membasahi bibir kemaluan Mbak Ana.

"Aaahh.. aahh.. terus.. enak..” Mbak Ana menggelinjang hebat dengan memegangi kepalaku, kedua tangannya menekan lebih ke dalam lagi.

Setelah liang kenikmatan bak Ana mulai basah dengan cairan yang mengkilat dan bercampur dengan air liur, kemudian aku memasukkan kedua jariku ke dalam liang kewanitaan Mbak Ana dan kumainkan maju-mundur hingga Mbak Ana menggelinjang hebat dan tidak tahan lagi.

"Ndik.. oohh.. uff cepetan masukin aja..”

Dengan posisi berdiri dan sebelah kaki dinaikkan ke atas bibir bak mandi..
Mbak Ana mulai menyuruh memasukkan batang kemaluanku ke liang senggamanya yang sejak tadi menunggu hujaman kemaluanku.

Kupegang batang kemaluanku.. Slebb.. mulai kumasukkan ke liang kewanitaan Mbak Ana.

Clebb.. "Aahh..” kami bersamaan merintih kenikmatan..

Slepp.. clebb.. slepp.. clebb.. slepp.. clebb.. slepp.. clebb.. slepp.. clebb..
Perlahan kuayunkan pinggulku maju-mundur dan Mbak Ana mengikuti dengan memutar-mutar pinggulnya yang mengakibatkan batang kemaluanku seperti disedot dan diremas daging hidup hingga menimbulkan kenikmatan yang tiada tara.

Kemudian kuciumi bibir Mbak Ana dan kuremas buah dadanya yang montok hingga Mbak Ana memejamkan matanya menahan kenikmatan. "Ahh.. uhh..”

Mbak Ana melenguh dan berbisik.. "Lebih kenceng lagi Ndik..!"

Tanpa diperintah duakali aku lebih mempercepat gerakan pantatku hingga menimbulkan kecipak becek..
Jreb.. crak.. jreb.. jreb.. bunyi yang menambah gairah dalam bermain seks hingga kami bermandikan keringat.

Setelah bosan dengan posisi seperti itu, Mbak Ana mengubah posisi dengan membungkuk, tangannya berpegangan pada bibir bak mandi kemudian aku memasukkan batang kemaluanku dari belakang.
Ahhhh.. Terasa nikmat sekali ketika batang kemaluanku masuk ke liang senggama Mbak Ana.
Rasanya lebih sempit dan terganjal pinggul yang empuk.

Kupegangi leher Mbak Ana dan tangan yang lain meremas puting susunya yang bergelantungan.
"Uuuhh.. ahh enak Ndik..” dan aku semakin mempercepat gerakan pantatku.

"Uuuhh.. uuhh Ndik, Mbak mau keluar..” akupun merasakan dinding kemaluan Mbak Ana mulai menegang dan berdenyut begitu juga batang kemaluanku mulai berdenyut hebat.

"Uuuhhk.. aahh.. aku juga Mbak..” tubuh Mbak Ana mengejang dan mempercepat goyangan pinggulnya lalu sesaat kemudian dia mencapai orgasme.. "Aaahh.. uuhh..”
Terasa cairan hangat membasahi batang kemaluanku dan suara decakan itupun semakin membecek

Jreeb.. crak.. jreb.. Akupun tak tahan lagi merasakan segumpalan sesuatu akan keluar dari lubang kencingku.
"Aaahh.. oohh.. Mbak Anaa..” Terasa tulang-tulangku lepas semua, begitu capek.

Akupun tetap berada di atas tubuh sintal Mbak Ana. Kukecup leher dan mulut Mbak Ana.. "Makasih Mbak, Mbak Ana memang hebat..”
Mbak Anapun cuma tersenyum manis.

Setelah kejadian itu. aku dan Mbak Ana selalu melakukan hubungan seks jika kami menginginkannya sampai sekarang dan kebetulan tepat tanggal 12 Agustus 2000 Mbak Ana terlambat bulan.

Tapi untungnya pada tanggal 4 Nopember 2000 Mbak Ana mengalami keguguran..
padahal kami telah sepakat akan membuka rahasia kami pada kedua orangtua.. tapi niat itu kami batalkan ketika terjadi keguguran itu.

Kami masih selalu melakukan hubungan seks itu sampai sekarang.
Rahasia ini hanya kami berdua yang tau. Kami berencana di awal taun 2001 akan melaksanakan pernikahan.
Kami minta doa restu kepada para pembaca semoga kami dapat membangun keluarga yang bahagia lahir dan batin. Aamiin.. (. ) ( .)
-----------------------------------------------


Good Siang All..;)

Nubi iseng ngeposting.. mumpung kantor sepi.. hehe..
Mohon mangap kalo masih rada 'amburadul' ..
Nubi nggak punya cukup waktu buat ngedit..
So.. met dikenyot aja dah..

C All of U.. :beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd