Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

Bimabet
Aihh.. ;) DoPost..

Mohon mangap n dipaklumi yaa..
Biasa.. koneksi sedang 'galau'.. hehehe..

Nubi ganti dgn Cerita selanjutnya aja ya..
Ntar lagi Nubi coba posting..

C All of U..:beer:
 
Terakhir diubah:
Cerita 47 – Bi Nah, Istri Tukang Beca

Pengalaman ini terjadi sekitar tujuh tahun lalu. Saat itu aku masih bujangan dan tinggal bersama orangtuaku di kota X.
Di sebuah kawasan yang tergolong padat penduduk. Jarak antara satu rumah dengan lainnya berhimpitan dan cenderung kumuh.
Maklum kebanyakan yang tinggal dari kalangan ekonomi papan bawah. Persis di belakang rumahku, tinggal keluarga Pak Was.

Pria yang berprofesi sebagai penarik becak ini hidup bersama Bi Nah istrinya dan anak bungsunya Karni yang masih Balita.
Sedang kedua anak mereka yang lain.. Sri dan Drajat telah merantau ke Jakarta dalam usia yang masih cukup belia.

Bi Nah punya usaha sampingan menjual kupon judi, semacam ‘Togel’ yang populer sekarang ini.
Hingga di rumahnya selalu banyak orang.. baik untuk merumus maupun memasang taruhan.
Termasuk aku yang sering diminta untuk menulis dan mencatat taruhan pemasang dengan upah beberapa ribu rupiah.

Sedang Pak Was, kalau sedang tidak narik becak lebih senang mabuk dengan Pak Dal, temannya yang berprofesi sebagai tukang kayu.
Rumah Pak Dal berjarak sekitar delapan rumah dari rumah Pak Was.

Lama bergaul dengan keluarga Pak Was aku merasakan adanya keganjilan.
Yakni soal hubungan Pak Dal dan Bi Nah. Keakraban keduanya, sepertinya tidak lazim.

Di samping mereka sering ngobrol intim dan berbisik-bisik..
beberapakali aku memergoki tangan Pak Daliri meraba dan meremas pantat Bi Nah. Tentu saja saat Pak Was tidak di rumah.

Saat itu usia Bi Nah menjelang 40 tahun. Memang sih wajahnya tidak tergolong cantik dan berkulit sawo matang.
Namun dengan sosoknya yang tinggi besar dan berbuah dada menantang.. wanita itu memang masih mampu menggetarkan syahwat laki-laki.

Aku malah sering dibuat kelabakan bila melihat kancing dasternya yang terbuka mempertontonkan sebagian busungan payudaranya.
Cara berpakaian Bi Nah memang sering sembarangan dan sembrono.

Tetapi apa mungkin Pak Dal punya hubungan khusus dengan Bu Nah.. mengingat ia teman akrab Pak Was..?
Pikiran dan pertanyaan semacam itu sering melintas-lintas dalam anganku yang akhirnya terjawab juga.

Malam itu, sekitar pukul 22.30 WIB, terlihat Pak Was menaiki sepada onthel milik Pak Dal. Ia melintas melewati depan rumahku.

"Mau ke mana Pak..?" Sapaku.
Ia berhenti.. "Ini Rin mau beli sate dan anget-anget..” jawabnya.

Lalu sebelum kembali menggenjot pedal sepada yang dinaikinya..
"Nanti kamu ke rumah ya, ikut makan sate..” ujarnya lagi dan aku mengiyakan.

Aku senang dengan tawarannya itu karena memang sedang lapar. Tetapi ke mana membeli sate dan minuman keras di malam selarut ini..?

Memang ada, tetapi jaraknya lebih dari tiga kilometer. Apa Pak Was harus pergi ke tempat sejauh itu..?
Ah, masa bodo yang penting kalau dapat bisa ikut makan.

Karena tawaran Pak Was.. kendati aku yakin ia belum sampai, aku bermaksud ke rumah tetanggaku itu.
Aku keluar lewat pintu dapur dengan membawa kunci agar mudah kalau mau pulang.

Rumah Pak Was memang behimpit dengan pintu dapur rumahku dan hanya dibatasi lontrong sempit.
Saat berada di lontrong kudengar suara mencurigakan. Suara mendesah Bi Nah yang diselingi suara lain dari laki-laki.
Sepertinya suara Pak Dal. Arah suara itu datangnya dari kamar Pak Was dan istrinya.

Aku jadi ingin tahu. Bercampur kecurigaan yang selama ini kupendam..
dengan berjingkat kudekati bagian kamar rumah Pak Was yang berdinding bambu.
Aku merapat ke dinding. Jelas kudengar arahnya dari dalam kamar.

Maka segera kucari lubang untuk mengintip yang tidak begitu sulit kudapatkan karena cukup banyak dindingnya yang berlubang.
Ah, benar seperti yang kukira. Bi Nah dengan Pak Dal memang selingkuh.

Di kamar itu kulihat Bi Nah duduk di pangkuan Pak Dal yang terduduk di tepian ranjang.
Keduanya sama-sama telanjang tanpa sehelai benang menutupi tubuh.

Bahkan mulut Pak Dal tengah asyik mengulum dan mengisapi puting susu sebelah kiri Bi Nah.
Sedang tangannya menggerayang dan meremasi yang sebelah kanan.
Sesekali dipilin-pilinnya putingnya yang coklat kehitaman dan tampak mencuat.

Beberapakali memang aku sempat melihat buah dada wanita itu. Tetapi hanya sebagian.
Terutama bila ia tidak mengancingkan semua kancing dasternya. Terlebih bila di rumah, ia memang kerap tidak mengenakan kutang.

Tetapi melihat keseluruhannya jauh lebih indah. Besar dan nampak masih kenyal.
Pantas Pak Dal begitu asyik dengan mainannya itu sampai Bi Nah mendesah dan menggelinjang.

Jakunku turun naik dan degup jantungku kian terpacu saat Pak Dal mengganti permainan.
Lepas dari buah dada Bi Nah, tangan Pak Dal merosot dan merayap ke paha dan selangkangan wanita itu.

Bi Nah merenggangkan kaki. Seperti memberi kemudahan pada pasangannya untuk beraksi.
Kini, kemaluan wanita itulah yang menjadi sasaran obok-obok tangan Pak Dal.

Karena keterbatasan penerangan di dalam kamar, aku memang tidak bisa melihat secara detail bentuk kemaluan Bi Nah.
Terlebih segera tertutup tangan Pak Dal yang mulai mengusap dan mungkin mencolek-coleknya.

Namun sepintas.. dari kehitaman yang nampak, aku yakin memek Bu Nah lebat tertutup oleh rambut yang tumbuh di sekitarnya.
Keseluruhan bangun tubuh Bi Nah memang aduhai. Setidaknya begitu pendapatku saat itu.

Betapa tidak.. postur tubuhnya tinggi besar montok dan berisi. Susunya juga besar, mengkal, meskipun agak turun.
Serasi dengan pinggangnya yang ramping namun makin ke bawah makin membesar.

Kakinya panjang indah menyerupai kaki belalang dengan paha yang nampak kekar.
Ah.. ingin rasanya aku jadi Pak Dal.. bisa memangku dan mengusap apa yang ingin kupegang.
Tak terasa kontolku jadi ikut tegang dan nafas menjadi tak teratur.

Bi Nah turun dari pangkuan Pak Dal. "Kang ayo kita mulai. Nanti Kang Was keburu datang lho..” kata wanita itu.
Malam itu Bi Nah nampak lebih cantik dengan rambut panjangnya yang dibiarkan terurai. Biasanya rambutnya lebih banyak digelung.

"Ah, tidak mungkin.. Nah. Beli sate dan minumannya kan cuma di tempat biasa.
Paling dia belum sampai ke tukang sate itu. Dan katanya kamu mau ngemut iniku..?"
Pak Dal menjawab sambil menunjukkan kontolnya yang mengacung di selangkangannya.

Ternyata punya Pak Daliri tidak besar-besar amat. Hanya ukurannya memang cukup panjang.
Namun dibandingkan dengan milikku.. aku yakin masih kalah jauh.

Punyaku, di samping berukuran besar, pernah kuukur diameternya sampai 5 CM lebih.
Panjangnya juga mendekati 20 CM. Mungkin karena tubuhku yang bongsor.

"Ah besok saja. Takut Kang Was keburu datang. Makanya kalau mau diemut tidak usaha gerayangan dulu jadinya lama.
Dan lagi aku sudah pengin..” ujar Bi Nah.

Ia lantas naik ke ranjang dan langsung tiduran mengangkang.
Melihat lawannya sudah bersiap Pak Dal tak bisa menolak. Disusulnya Bi Nah dan langsung menindih wanita itu.

Untung posisi tiduran mereka persis membelakangi tempatku mengintip.
Hingga aku bisa melihat semuanya, seperti close up yang sering tampil dalam film BF yang pernah kutonton.

Meski tak cukup jelas terlihat, kulihat penis Pak Dal dengan mudah menerobos masuk ke lubang vagina Bi Nah.
Lalu seiring dengan pantat Pak Dal yang mulai naik turun, penisnya menjadi terayun keluar-masuk dalam lubang memek itu.

Penis Pak Dal nampak mengkilat, mungkin karena terlumuri cairan yang ada di dalam liang sanggama pasangannya.
Keduanya nampak mendesah, menikmati permainan yang tengah dilakukannya.

Sambil terus mengayun pantatnya.. tangan Pak Dal tak henti bermain di payudara istri Pak Was.
Sesekali tangan Bi Nah meremas pantat Pak Dal dan mencoba menekannya. Mungkin agar hujaman penis pasangannya masuk lebih dalam.

Permainan menjadi semakin panas ketika kulihat pinggul Bi Nah mulai bergoyang. Goyangan pinggul dan pantatnya nampak memutar berirama.
Ia bergoyang sambil merintih dan mendesah. Tak urung aku jadi makin terpengaruh.

Sambil terus menatap ke dalam kukocok dan kuremas-remas sendiri kontolku seraya membayangkan nikmatnya digoyang istri Pak Was.
Pengaruh goyang pinggul Bi Nah rupaya juga berimbas pada Pak Dal.
Pria itu mulai merintih-rintih dan tusukan kontolnya pada memek pasangannya menjadi kian cepat.

Akhirnya, tubuhnya mengajang dan ia melenguh panjang. Rupanya ia telah mendapatkan puncak kenikmatannya.
Dan itu bersamaan dengan keluarnya mani dari kontolku yang membaur dengan rasa nikmat yang ikut kurasakan.

Sedang Bi Nah yang terus menggoyang tubuh bagian bawahnya, setelah sesaat mengejang dijambaknya rambut kepala Pak Dal.
Kepala pria pasangannya itu dibenamkannya ke payudarannya untuk akhirnya sama-sama terdiam..
dan ambruk dengan peluh berleleran di sekujur tubuh mereka.

Suasana terasa hening sesaat.

Bi Nah yang telah turun dari ranjang memungut dasternya yang teronggok di lantai.
Namun Pak Dal berusaha mencegah. Pantat besar wanita itu diremasnya dan berusaha ditariknya mendekat.

"Sudah ah, nanti gampang diulang lagi. Dan jangan lupa ya janjimu untuk membelikanku cincin..” kata Bi Nah sambil keluar dari kamar.
Mungkin ke kamar mandi membersihkan diri.
Sedang Pak Dal, dengan ogah-gahan turun dari ranjang dan kembali mengenakan pakaiannya.

Aku tidak langsung masuk ke rumah Pak Was.. kendati kudengar Bi Nah dan Pak Dal telah bercengkerama di ruang depan dengan pintu yang sengaja dibuka.
Kutunggu Pak Was di ujung jalan, baru bersama laki-laki itu aku masuk menemui pasangan selingkuh yang baru menikmati indahnya sorga dunia.

Aku bersikap seolah tidak mengetahui apa yang telah terjadi hingga Bi Nah dan Pak Dal tidak curiga.
Hanya.. aku sering tidak bisa mengalihkan tatapanku pada busung dada istri Pak Was.

Pukul 02.00 dinihari aku keluar dengan Pak Dal yang mulai mabuk karena minuman keras yang ditenggaknya.
Pak Dal tidak hanya mendatangi Bi Nah saat suaminya beli sate dan arak.
Tapi di siang hari, saat suaminya mencari penumpang bisa saja ia melakukannya.

Sebab sebagai penjual kupon judi.. rumah Pak Was selalu dikunjungi mereka yang hendak merumus dan menebak angka jitu yang akan dipasangnya.. termasuk Pak Dal. Bisa saja saat sepi mereka jadi punya kesempatan untuk melakukannya.

Aku pernah melihat Pak Dal keluar dari rumah Pak Was suatu siang..
namun saat aku masuk kulihat Bi Nah hanya membalut tubuh dengan kain panjang dengan rambut acak-acakan dan tengah bersiap mandi.

Mangintip kamar Bi Nah akhirnya menjadi kebiasaanku di malam hari. Memang tidak selalu kutemukan adegan wanita itu tengah bersenggama.
Sebab hubungan seks Pak Was dan istrinya tergolong jarang. Mungkin karena usia atau kerja keras yang harus dilakukannya.

Tetapi kalau Pak Was beli sate atas perintah Pak Dal.. dipastikan ada permainan panas..
Dan itu telah kubuktikan lebih dari sepuluhkali.. dan menjadikanku kian terobsesi pada wanita setengah baya itu.

Suatu hari.. seperti biasa semenjak sore aku membantu Bi Nah melayani pembeli kupon judi.
Sampai akhirnya harus membuat rekapan angka-angka yang dibeli para pemasang.
Namun hingga pukul 21.00 malam Pak Was tak kunjung datang. Padahal dia yang biasanya menyetor uang dan data rekapan pada agen.

"Kok Pak Wasjud belum datang Bi..?" Bi Nah tengah menidurkan Karni.. si bungsu anaknya di kamarnya.

"Pak Was diajak Pak Dal nonton wayang. Paling mereka pasang judi kopyok sampai pagi.
Nanti yang setor Bibi. Dibonceng kamu ya Rin pakai sepedanya Pak Dal..?"

Aku mengangguk. Inilah kesempatan itu, pikirku membathin.

Ya kesempatan meminta layanan dari Bi Nah. Tetapi bagaimana caranya..? Apa dia tidak marah..?
Sebab mungkin di matanya aku masih remaja ingusan kendati sosokku tinggi besar.
Ah.. yang penting aku berani menyampaikan, pikirku lagi tanpa terucapkan.

Dalam perjalanan pulang dari menyetor ke agen kupon judi aku sengaja memperlambat kayuhan pedal.
"Kalau Pak Dal dan Pak Was nonton wayang.. jadi tidak ada acara makan sate ya, Bi..?" Ujarku memberanikan diri.

"Iya memang. Kalau kamu pengin sate, upahmu kan bisa digunakan untuk membeli beberapa tusuk.
Nanti biar Bi Nah tambahi sedikit..” jawab Bi Nah, tak tahu arah pembicaraanku.

"Tetapi kan kurang asyik..” ujarku lagi.

"Kurang asyik bagaimana..?"

"Kalau yang beli sate Pak Was kan aku bisa asyik nonton film BF-nya Bi Nah dan Pak Dal..” kataku lebih menegaskan.

Jleg..! Bi Nah langsung turun dari boncengan tetapi sambil memegangi sepeda yang kukendarai.

"Maksudmu soal film BF itu apa Rin..!? Bibi benar tidak tau..!” Ujarnya keras. Ia agak panik.

"Anu lho Bi.. sebenarnya aku sering ngintip Bibi saat begituan dengan Pak Dal.." ungkapku nekat.

Reaksinya seperti yang kukira. Ia sangat kaget. Dan dengan merajuk dipeganginya tanganku sambil berucap..
"Rin Bibi minta tolong. Kamu jangan cerita sama siapa-siapa.. apalagi pada Pak Was. Tolong ya Rin. Nanti Bibi lah yang belikan sate..”

"Aku tidak kepingin sate kok Bi. Tetapi kepingin begituan sama Bi Nah..” aku menandaskan.

Ia terperanjat.. tetapi cuma sesaat. Beberapa saat ia terdiam sambil menatapiku.. sampai akhirnya..
"Kalau maumu begitu, nanti kamu boleh melakukannya sepuasmu..” katanya dan kembali membonceng sepedaku.

Sepanjang perjalanan ia banyak bertanya. Soal apakah aku pernah berhubungan dengan perempuan lain dan sebagaimanya.
Bahkan tangannya sempat iseng menggerayang ke selangkanganku dan membelai-belai milikku.

"Rupanya punya kamu besar juga ya Rin. Belum berdiri saja sudah begini besar.."
Aku senang dengan pujian Bi Nah. Pedal sepeda kukayuh kencang agar cepat sampai dan dapat melakukan segala yang ingin kulakukan.

Di rumah, Bi Nah langsung menarikku ke kamarnya. Tetapi aku jadi bingung harus memulai dari mana.
Canggung karena belum pernah punya pengalaman intim dengan wanita.
Apalagi perbedaan usia kami yang cukup jauh karena saat itu aku belum genap 19 tahun.

Hingga aku cuma duduk tercenung di tepian ranjang, sedang Bi Nah duduk di sisi yang lain mengawasiku.
Mungkin ia menunggu reaksi dan keberanianku.

Lama aku tak bergeming, Bi Nah akhirnya mengambil insiatif. Ia turun dari ranjang dan mulai mepreteli sendiri pakaiannya.
Setelah melepasi kancing-kancingnya, dipelorotkannya daster lusuh yang dikenakannya. Terjatuh dan dibiarkannya teronggok di lantai.

Busung dadanya yang besar nampak menggunung karena masih tersangga oleh kutang hitam yang dipakai.
Namun begitu BH-nya dilepas, ketahuan bahwa bukit kembar itu telah agak melorot.
Putingnya yang coklat kehitaman nampak mencuat menantang.

Aku jadi ingat adegan penari striptease dalam film porno.. karena Bi Nah seperti sengaja mempertontonkan bagian-bagian tubuhnya yang merangsang secara perlahan.

Aku menjadi tidak sabar untuk melihat semuanya..
karena setelah membuka kutangnya, Bi Nah tidak segera melanjutkan dengan membuka celana dalamnya.

Ia asyik meraba dan meremasi sendiri buah dadanya.
Ia tahu.. mataku mulai tertuju gundukan di selangkangannya yang masih terbungkus celana dalam.

Namun seperti sengaja ia tidak segera memelorotkan celana dalamnya yang berwarna hitam itu.

"Kalau ingin melihat yang ini, kamu harus membuka sendiri celana dalam Bi Nah..” ujarnya tersenyum sambil merabai sendiri kemaluannya dari luar celana dalam-nya.

Bi Nah mendekatiku yang tetap duduk di bibir ranjang.
Di hadapanku.. dalam jarak yang sangat dekat, sepasang buah dadanya nyaris menyentuh wajahku.

Maka aku langsung menyambutnya dengan mengecup salah satu puting dari susu montok itu.
Lalu dengan rakus kukulum dan kupermainkan dengan lidahku. slrupp.. kcupp.. kcupp.. slruup..

"Ssshh.. aahh.. ookkhh..” Bi Nah mendesah, ketika aku mulai mengisapnya.

Tubuhnya kian merapat dan diraihnya kepalaku untuk dibenamkan di kehangatan payudaranya.
Sambil terus melumati puting susunya bergantian kiri dan kanan, tanganku meliar ke bagian lain tubuh bahenolnya.
Kuraba-raba pinggulnya dan kemudian beralih dengan meremasi pantatnya.

Sedikit demi sedikit kuturunkan celana dalamnya yang juga berwarna hitam. Celana dalam Bi Nah sangat longgar, mungkin karena terlalu sering dipakai.
Maka setelah karetnya melewati pinggul dan bongkahan bokongnya.. celana dalam itu merosot turun dengan sendirinya.

Benar.. rambut kemaluan istri Pak Was itu tumbuh sangat lebat. Terdengar bunyi kemerisik saat telapak tanganku mengusap-usapnya.
Mungkin karena gesekan tanganku pada rambut lebat dan keriting kecil-kecil itu.

Perhatianku jadi beralih ke vaginanya. Turun dari ranjang, aku langsung berjongkok.
Sementara Bi Nah mengangkat salahsatu kakinya untuk bertumpu pada bibir ranjang.

Dalam posisi seperti aku jadi bisa melihat memeknya sampai ke detilnya.
Lubangnya yang sedikit menganga dengan bibir kemaluan yang telah berkerut-kerut, juga tonjolan daging kelentitnya.
Berbeda dengan bibir luar memeknya yang berwarna kehitaman, di bagian dalam lubang nikmatnya nampak memerah.

"Ayo Rin.. memek Bi Nah bukan tontonan. Jangan cuma dilihati saja. Kamu bisa menjilati atau mengisapnya..” ujarnya tak sabar.

Maka kembali kuturuti perintahnya. Tanpa diminta, sebenarnya aku sudah mau melakukannya.
Dengan penuh nafsu kujilati memek wanita setengah baya itu. Baunya sangat khas, sulit kutemukan padanannya.

Ketika lidahku menyapu lebih ke dalam bagian lubang nikmatnya, sedikit terasa asin dan berlendir.
Tetapi tidak kupedulikan. Lidahku terus kugunakan untuk menyapu sampai ke bagian yang dapat dijangkau.
Bahkan kelentitnya yang menonjol berkali-kali kuisap.

"Aahhkkhh.. enak sekali Rin. Ternyata kamu sangat pintar. Ya.. ya.. begitu.. aahh.. sshh.. oohh..”

Bi Nah memintaku melanjutkan adegan itu sambil berbaring di ranjangnya. Tetapi sebelumnya dibantunya aku melepasi pakaianku.
Dan atas perintahnya posisi kepalaku diminta berada di bagian bawah tubuhnya dengan bagian tubuhku yang lain berada dekat kepalanya.
Seperti membentuk hurup 69.

Rupanya dengan posisi itu, kami jadi sama-sama memperoleh nikmat.
Aku bisa tetap menilat dan mengisapi kemaluannya, namun ia juga bisa mengulum dan menjilati kontolku sekaligus.

Lidah Bi Nah yang menyapu ujung kepala penisku terasa panas, namun sangat nikmat.
Terlebih saat mulutnya mulai mengulum dan mengisap-isapnya.
Maka setelah ia telentang dalam posisi mengangkang, aku segera menubruknya dan kembali menjilati kemaluannya.

Cukup lama kami tenggelam dalam kenikmatan posisi 69. Seperti menari lidahku menyapu dan menjilat di kebasahan memek Bi Nah. Menimbulkan bunyi kecipak yang sangat khas.. craap.. croop.. srusuup..

Bi Nah terengah, aku pun sesekali mengerang menahan nikmat karena sedotan-sedotan mulut wanita itu pada penisku.
Terlebih saat ia mengulum dan melumasi biji pelirku dari luar kantongnya.
Sampai akhirnya.. tubuh wanita itu mengajang dan kepalaku dijepitnya kencang dihimpit kedua pahanya.

"Aahh..ahh..aauuhh, enak sekali Rin, akhh Bi Nah sudah keluar Rin.. sshh.. aahhkkhh..” Rintihnya sambil menggoyang pantat dan pinggulnya.
Ia telah mendapatkan puncak kepuasannya.

Dan tak lama berselang, aku pun mulai merasakan dorongan sangat kuat di penisku. Dorongan yang telah lama kutahan agar tidak jebol.

"Aaa.. aku juga Bi. Akhh.. sshh.. auhh..” aku merintih.

Berbarengan dengan itu.. crott.. crott.. crott.. crott.. crott.. dari ujung penisku memancar kuat air maniku.

Rupanya Bi Nah terlambat mengeluarkan penisku dari mulutnya saat aku mendapatkan itu..
hingga sebagian air maniku yang kental berwarna keputihan masuk ke dalam mulutnya. Sebagian yang lainnya berleleran di wajahnya.

Wajah Bi Nah tampak puas dengan apa yang diperolehnya. Sesuai dengan bentuk tubuhnya yang bongkok udang, nafsu Bi Nah tergolong besar.
Terbukti beberapa saat setelah itu, ia kembali melancarkan serangannya.

Kontolku yang kembali mengecil dan layu mulai diisap-isapnya dengan mulutnya.
Bahkan entah disengaja atau, tanpa merasa jijik sapuan lidahnya sampai ke lubang anusku.

Geli dan rasanya sangat aneh, namun sungguh sangat nikmat. Rudalku kembali mendongak tegak. Besar, keras dan siap tempur.
Senang karena hanya sesaat bisa membangkitkan kembali, dengan gemas dikocok-kocoknya pelan tonggak daging milikku itu.
Wajah Bi Nah tampak puas, senyumnya terlihat mengembang.

Adegan berikutnya, sesuatu yang sangat kunanti akhirnya terjadi.
Ia bangkit lalu mengambil posisi berjongkok persis di atas pinggangku yang terbaring telentang.
Tepatnya persis pada posisi di atas batang zakarku yang mengacung.

Saat itu.. di mataku.. sosok Bi Nah menjadi sangat indah.
Belahan memeknya nampak terbuka di antara kaki dan kedua pahanya yang kekar menyangga.

Aku dibuatnya sedikit tegang dan berdebar saat dengan pelan ia mulai menurunkan pantatnya.
Ctepp.. Ujung penisku terasa mulai menyentuh bukit kemaluannya yang membusung.

Sambil menggenggam batang penisku.. diarahkannya ujungnya tepat di liang sanggamanya.

Ssslleesseepp.. bbllees..! Sedikit demi sedikit kontolku masuk di lubang memeknya.

Wuahhh..! Rasanya hangat dan basah. Aku mendesis menahan nikmat yang baru pertamakali kurasakan.

"Enak Rin..?” Ujarnya menanggapi reaksi nikmatku.
Aku mengangguk. Terlebih saat ia mulai menggoyang pelan pantatnya. Milikku serasa diremas-remas dalam kehangatan lubang memeknya.

Sepasang payudaranya yang besar dan menggelantung terlihat ikut bergoyang mengundang.
Menarikku untuk kembali memegang dan membelai susu-susunya itu.

Putingnya kupilin-pilin dan di saat yang lain kuremas-remasnya daging yang terasa kenyal di tangkupan telapak tanganku.
"Ayo Rin.. remas terus susu Bi Nah.. ah.. ah..shh akh, enaknya kontolmu..”
Ia terus mendesah sambil menggoyang-goyang pantatnya. Aku jadi kian bersemangat.

Saat posisinya kian membungkuk, langsung kusambar putingnya dengan mulutku. Kujilat-jilat dan kuisap dengan rakus. Bi Nah tambah histeris.
Goyangan pinggul dan pantatnya kian menjadi. Keringatnya berleleran, ikut membasahi tubuhku.
Baunya sangat khas, bau wanita dewasa yang entah kenapa sangat kusuka.

Beberapa saat dalam posisi di atas, rupanya membuatnya cepat kehabisan tenaga. Ia akhirnya meminta berganti posisi.
"Gantian Rin, kamu yang di atas. Mungkin karena Bi Nah sudah tua ya, jadi cepat cape..” katanya.

"Bi Nah belum tua, kok. Masih cantik dan montok..”

"Ah bisa saja kamu..”

"Bener. Saya pengin terus bisa begini sama Bi Nah..” kataku lagi.

"Bisa Rin, bisa. Pokoknya kalau lagi tidak ada Pak Was dan Pak Dal, Bi Nah pasti siap ngentot sama kamu kapan saja..” ujarnya.

Masih di atas tempat tidur, kini aku bersiap menindih Bi Nah yang telentang mengangkang.
Namun tidak seperti sebelumnya.. penisku kali ini sulit masuk.. kendati telah kutekan ke lubang vaginanya.

Ia memang sempat menyeka dan membersihkan memeknya menggunakan kain sprei.
Mungkin karena itu lubang kemaluannya jadi kering dan menjadi sulit diterobos.

"Sini Rin kontolmu Bi Nah kulum dulu biar basah. Jadi nanti masuknya mudah..”
kata Bi Nah setelah aku berkali-kali tak berhasil menusuk liang sanggamanya.

Ia lantas bangkit dan mulai mengulum batang penisku yang keras dan berotot melingkar di sekujurnya.
Oleh Bi Nah.. sekujur batang penisku seolah diguyurinya dengan ludah.

Hasilnya.. saat kutusukkan.. penis berlumur ludah itu jadi lebih gampang masuk.
Maka mulailah aku menggoyang dan memain-mainkan penisku di lubang nikmatnya.

Hempasan tubuhku yang mulai naik-turun di atas tubuhnya menimbulkan bunyi seperti decakan karena kemaluan kami yang beradu.
kpyekk.. cpyekk.. cpyekk.. pyekk.. pyekk.. pyekk.. cpyekk..

Dan sambil melakukan itu, tidak puas-puasnya aku meremasi sepasang susunya yang besar. Putingnya kujilati dan kusedot-sedot penuh nikmat.
Variasi sodokan kontolku dan remasan di payudaranya membuat Bi Nah menggelinjang dan merintih.

"Aauuhh.. aauuhh.. oohh.. oohh enak sekali kontol kamu Rin. Ya.. terus sedot susu Bi Nah.. aahh.. ookkhh..”
rintihnya sambil menahan nikmat yang dirasakan.

Ia terus merintih dan mendesah setiapkali batang penisku kusentakkan di lubang vaginanya.
Serangan balik Bi Nah tak kalah garang. Mengikuti irama turun naik penisku di lubang memeknya, pantatnya kembali digoyang.

Bahkan dinding-dinding vaginanya seperti ikut bekerja. Menjepit dan meremas mengikuti irama goyangannya.
Akibatnya kami sama-sama terbuai dengan kenikmatan yang tengah kami ciptakan.
Kepala penisku mulai berdenyut setiap menerima reaksi jepitan dinding vaginanya.

Sampai akhirnya, gerakan kami menjadi liar. Goyangan pinggul dan pantat Bi Nah semakin cepat dan seolah kehilangan irama.
Sama dengan gerakan turun naik tubuhku yang kian terpacu. Dan puncaknya, pertahanan kami sama-sama ambrol.

Bi Nah memeluk erat tubuhku setelah mengejang hebat dan cengkeraman di lubang memeknya berubah menjadi menyedot dengan kuat.
Maka seiring dengan itu, muncrat pula mani yang kutahan.

Kami sama-sama mengerang menahan nikmat yang tiada tara dan akhirnya ambruk terkulai.
Saat itu sumsum tulangku serasa dilolosi dan tenagaku habis terkuras.

Sejak malam itu.. seperti halnya Pak Dal, aku menjadi kekasih gelap Bi Nah.
Dan seperti janjinya, Bi Nah memang tidak pernah menolak setiap aku meminta layanannya.

Bahkan ia yang lebih sering mengajak bila tengah tidak melayani Pak Was suaminya atau Pak Dal.
Kami leluasa melakukannya di siang hari saat keduanya mencari nafkah.

Hubunganku dengan Bi Nah terputus setelah aku merantau dan menetap di kota lain.
Ah, Bi Nah.. Apa kabarmu kini..? (. ) ( .)
-------------------------------------------------
 
Cerita 48 – Komputerku Yang Berjasa

Peristiwa ini terjadi sekitar setahun yang lalu, waktu aku masih kuliah di PTN di kota X. Aku bersama 6 temanku, kost di sebuah rumah bersama pemiliknya. Empat kamar ada di bagian belakang rumah, sedangkan dua kamar di bagian samping rumah.

Karena aku penghuni baru.. maka terpaksa aku menempati kamar yang di bagian samping rumah. Letaknya memang strategis.
Untuk keluar rumah, aku tinggal melangkah beberapa meter melewati pintu keluar.

Praktis memang, tapi rawan. Karena itulah hanya aku yang selalu mengunci pintu kamar setiapkali pergi.
Sedangkan teman-temanku tidak perlu.. karena antara kamarku dan kamar mereka masih ada satu pintu lagi.

Oh iya.. di sebelah kamarku masih ada satu kamar lagi yang ditempati karyawan bar.
Karena tugasnya selalu malam hari.. maka waktu malam hari aku seperti tinggal sendirian.. tidak seperti teman-temanku yang di bagian dalam rumah.

Namun justru karena sepi akhirnya aku mengalami masa-masa indah dalam hidupku. Ceritanya begini..
Toto yang tinggal di kamar sebelah mempunyai kakak perempuan. Namanya Henny.
Dia kuliah di kota Q jurusan pariwisata. Tugas kuliah membuat dia sementara ikut adiknya.

Maklum.. kota tempatku kuliah terkenal dengan daerah pariwisata. Sehingga data-data yang dia butuhkan akan mudah dia dapatkan.
Hari pertama sampai hari kelima hubunganku dengan Henny biasa-biasa saja.

Kami hanya saling senyum. Barulah hari keenam kami mulai dekat. Itu saja tidak sengaja.
Hari itu aku pulang jam 11 malam. Ternyata Henny masih sibuk dengan tugasnya.

"Kok belum tidur..? Masih banyak ya tugasnya..?" Tanyaku.
"Iya nih. Mana belum diketik lagi..” jawabnya.

"Perlu dibantu nggak..?" Aku menawarkan jasa.
"Boleh make komputernya nggak..? Kalo bisa sih sekarang, biar besok bisa dikirim..”

"Boleh aja.." jawabku. "Tapi ngetik sendiri bisa, kan. Aku udah ngantuk..”
Dia menggangguk sambil tersenyum.

Tiba-tiba dia menyalami dan mencium tanganku. Aku pun refleks membalasnya dengan mencubit pipinya.
Dia tidak marah.. malah menarik hidungku. Benar-benar bikin gemas. Hih..

Paginya aku bangun jam empat. Ada yang aneh dengan kasur yang kutiduri. Barulah aku sadar kalau semalam kami tukar tempat tidur.

Aku segera keluar dan pasang telinga. Sukurlah yang lain masih tidur. Aku menghampiri kamarku.
Kuketuk pintunya tigakali tidak ada jawaban. Akhirnya kuberanikan diri membuka pintunya. Toh ini kamarku.

Aku menahan napas melihat keadaan kamarku. Sungguh aku hampir-hampir tidak percaya.
Seperti mimpi saja aku ini.. Henny tidur telentang di depan komputerku.

Kimono yang dikenakannya terbuka dari atas sampai bawah. Dia tidak mengenakan BH.
Buah dadanya yang besar terpampang indah seperti dua buah gunung yang menjulang.

Belum lagi, oohh..! Aku tersadar.. aku belum menutup pintu.
Segera setelah aku menutup pintu.. mataku kembali menjelajah tubuh Henny yang putih mulus tanpa penutup.

Tapi aku tidak dapat melihat vaginanya.
Kakinya agak merapat.. sehingga aku hanya dapat melihat bulu-bulu halus yang menutupinya. Tapi itu sudah untung.

Dadaku berdebar-debar. Penisku mulai mengencang. Gairah mulai naik.
Aku ingin sekali telanjang dan menikmati tubuh mulus ini. Tapi hari sudah pagi.
Sebentar lagi yang lain pasti bangun. Belum lagi reaksi Henny. Sungguh penuh dengan risiko.

Akhirnya aku mengurungkan niatku. Kutahan gejolak birahiku.
Tapi aku tidak ingin kehilangan kesempatan. Aku berlutut. Henny masih pulas.

Kemudian tatapanku terpaku pada buah dada yang montok. Sungguh meskipun telentang.. tapi bentuk indahnya tidak hilang.
Benar-benar indah sekali. Tanganku gatal ingin meremasnya.

Dengan menahan napas kusentuh puting yang masih berwarna merah itu dengan ujung jariku.
Tidak ada reaksi. Henny tetap pulas. Sekali lagi kusentuh putingnya.. kali ini jariku berputar-putar mempermainkan putingnya.

Kemudian melebar ke daerah yang lebih terang dan terus sampai menyentuh kulit payudara.
Oh.. halus sekali. Akhirnya aku tidak sabar. Dengan kelima jariku aku mengelus-elus buah dadanya.

Sementara tangan kananku sibuk meraba-meraba payudaranya.. tangan kiriku meluncur ke bawah menyisir bulu kemaluannya.
Tubuhku panas.. tidak kuat menahan gejolah. Kini aku sudah tidak ambil pusing.

Kudekatkan wajahku.. kujulurkan lidahku menyentuh puting satunya. Aku diam sebentar. Ternyata tidak ada reaksi.
Kini aku lebih berani. Lidahku mulai berputar-putar mengitari puting yang merah itu.
Bahkan sesekali aku mengulumnya dengan pelan. Kuremas dengan lembut buah dada yang montok itu.

"Nghh..” terdengar rintihan pelan.
Aku tidak peduli. Aku terus asyik dengan kulumanku. Aku mulai berani menyedotnya tapi pelan.

Bahkan jariku yang mengelus bulu kemaluannya.. kini mulai merambat ke celah-celah vaginanya.
Aku berharap dia membuka pahanya. Tapi harapanku sia-sia. Ah.. coba kubuka saja pahanya pelan-pelan.. siapa tau aku berhasil.

Sambil berpikir mencari cara.. aku tidak lagi mengulum putingnya..
tapi menyusuri perutnya yang putih dan terus sampai lidahku menyentuh bulu kemaluannya.
Kumasukkan kedua tanganku ke celah pahanya. Sedikit memaksa aku berusaha membuka pahanya.

Akhirnya aku berhasil juga membukanya. Meskipun tidak selebar yang kuharapkan.. tapi lumayan.
Aku tetap memegangi kedua pahanya agar tidak menutup. Dengan ujung lidahku aku menembus bulu-bulu yang menutupi kelentitnya.

"Ngghh.. nghh..” rintihannya lebih keras dari yang pertama. Bahkan pantatnya ikut bergoyang. Apakah dia terangsang..?

Tiba-tiba.. byarr..! Pahanya terbuka lebar. Dalam hati aku bersorak gembira.
Kini aku berputar dan berjongkok menghadap vagina yang merah menganga.

Setelah kupandangi vaginanya dengan penuh kagum.. aku mulai beraksi lagi. Kini tidak lagi dengan ujung lidah tapi dengan semua lidahku.
Gairahku sudah tidak tertahankan. Penisku sudah tegang. Aku berdiri mengagumi tubuh indah yang merangsang birahiku.

Kulepas kaosku.. kemudian menyusul celana panjangku.. sampai akhirnya aku telanjang bulat.
Kemudian aku merangkak di atas tubuh Henny. Kugesek-gesekkan ujung penisku.

Henny menggelinjang sambil merintih. Pantatnya bergoyang ke kiri ke kanan mengikuti irama gesekanku.
Hebat.. sambil tidur saja dapat merasakan rangsangan. Buktinya ujung penisku saja sampai basah..! Sorakku dalam hati

Lantas kuarahkan penis yang sudah tegang ini ke mulut vagina. Penisku yang sudah licin mengarah tepat di depan lubang vaginanya.

Clebb.. Kudorong sedikit pantatku. Entah sengaja atau tidak.. paha Henny terbuka lagi semakin lebar.
Kudorong lagi pelan-pelan. Slebb.. Aku merasakan penisku sudah masuk sekitar 2 cm.

Tok.. tok.. tok..! "Mas, ada telepon dari Kakak..!” Suara Ibu kos memanggilku.
Wah gawat..! Anjrittt..! Gagal deh aksi penjarahanku yang baru saja akn kumulai.
"Ya sebentar..” jawabku. Spontan aku berdiri.. kusambar sarung yang terlipat di kursi.

Setelah kumatikan lampu.. segera kubuka pintu dan kututup dengan cepat.
Aku tidak peduli bebunyian keras akan membangunkan semua penghuni rumah.. termasuk Henny.
Dalam hati aku kesal. Di saat-saat menentukan malah ada provokator. Pagi-pagi begini kok telpon..? Kurang ajar. Hush.. gitu-gitu kakakku.

Sekembalinya terima telpon. Henny sudah tidak ada. Mungkinkah dia tau apa yang kuperbuat..?
Ah biar saja. Salah sendiri posisinya merangsang. Aku khan laki-laki normal. Apalagi momennya memang menentukan sekali.
Gara-gara telpon kurang ajar itu aku jadi kehilangan kesempatan.

Jam lima.. tapi langit masih gelap. Berkas-berkas milik Henny masih berserakan di depan komputer.
CPU masih menyala. Rupanya semalam dia tertidur. Iseng saja kugeser mousenya. Aku penasaran. Sudah seberapa banyak dia ngetiknya.

Tapi lagi-lagi aku terkejut. Dari monitor aku tau dia habis nyetel CD.
Dan aku semakin terkejut ternyata CD yang dia setel adalah CD porno yang kupinjam kemarin.
Dari mana dia tau..? Jangan-jangan masih tersimpan di CD-room waktu kusetel kemarin. Pikirku menganalisis.

Aku tersenyum. Rupanya dia juga suka dengan CD porno. Hmmm.. Baiklah kalau begitu.
Sekarang aku tidak perlu terkejut lagi.. bahkan kalau suatu saat terbukti dia sudah tidak perawan.

Tok.. tok.. tok..! Pintu kamarku diketuk. Wadoohh.. ada apa lagi ini..?
Belum sempat aku beranjak.. Henny masuk dengan gaun yang dia kenakan tadi. Bedanya dia sudah pake BH dan celana dalam.

"Mau ngambil berkas, Mas.." katanya.

Sementara dia menata berkasnya aku beranjak ke meja.. mengambil tas.
Aku ingin melihat reaksi Henny dengan CD satunya. Setelah kudapatkan CD-nya.. segera saja kusetel.

Adegan pertama masih biasa saja. Henny pun nampaknya cuek saja.
Adegan berikutnya membuat jantungku berdegub kencang. Dua pria sama satu wanita.

Pria yang satu duduk di sofa. Si wanita merangkak di depannya. Penisnya dikocok dan dikulum dengan penuh nafsu.
Sementara pria yang satu memasukkan penisnya dari arah belakang.

Sambil meremas pantat si wanita dengan gerakan maju-mundur.. si pria menusuk-nusuk vaginanya.
Terdengar erangan-erangan yang menaikkan birahi.

Penisku mulai tegang lagi. Henny mulai terusik. Berkali-kali matanya melihat ke arah layar. Napasnya pun mulai tidak teratur.

"Henny.. coba lihat ..” kataku.

Aku berdiri di hadapannya. Sarung yang melilit tubuhku kulepas begitu saja. Penisku terayun bebas.
Henny melihat ke penisku. Dia terkejut.. tidak menyangka aku akan telanjang di depannya.

Dia memandangku.. tapi sesekali dia melirik ke penisku. Apalagi saat penis yang semakin tegang ini kukocok-kocok.
Setiapkali matanya melihat penisku.. dia selalu menelan ludah. Kini dia lebih sering melihat penisku daripada mataku.
Napasnya yang tidak beraturan menandakan dia juga terangsang.

Aku berjalan mendekatinya. Sehingga penisku persis di depan wajahnya.
Kuayunkan penisku ke depan agar mengenai wajahnya. Henny berdiri menghindar.

Tapi aku segera meraih tangannya dan membimbing ke arah penisku.
Dia berusaha menahan tangannya. Ketika tangannya menyentuh penisku barulah dia pasrah.

Dia memandangku. Kugesek-gesekkan punggung tangannya ke penisku.
"Hhh.. pegang donk..!" Aku mengharap dia meremas penisku.

Perlahan tangannya yang lembut meraih penisku. Dia meremas pelan. Itu saja sudah membuatku tidak berdaya.
Aku berusaha memeluk tubuhnya. Tapi dia menggelengkan kepalanya.

Tiba-tiba dia berlutut. Matanya menatap penisku. Dia melirikku. Ada senyum tersungging di sudut bibirnya.
Kesempatan emas buatku. Kusorongkan penisku ke wajahnya.

Matanya terpejam saat penisku menyentuh pipinya. Tangannya yang lembut menangkap penisku.
Diciumnya penisku beberapakali. Penisku semakin tegang saja.

Setelah dia puas mencium seluruh bagian penisku.. dia membuka mulutnya.
Pelan tapi pasti penisku dilahapnya. Lidahnya yang hangat berputar, melumat penisku.

"Oohh.. sshh..” aku hanya dapat merintih menikmati hangatnya kuluman mulutnya.
Kemudian dia menarik mulutnya. Bibirnya menjepit batang penisku.

"Auu.. Heenn..!" Dia melepaskan kulumannya.. tapi kemudian melahap lagi penisku.
Sekarang dia menjepit kencang penisku. Tidak hanya itu. Penisku disedot-sedot dan dikocok-kocok.

"Auu.. sshh.. uuhh..!" Aku benar-benar tidak berdaya. Penisku semakin keras saja.

Sementara Henny semakin menggila. Dia semakin keras mengocok penisku.
Dia semakin kuat menyedot penisku. Dia semakin cepat menggerakkan kepalanya.

"Auu.. oohh.. Heenn..!" Eranganku tidak membuat dia berhenti. Justru dia semakin bertambah nafsu.
Aku sudah tidak tahan lagi. Aku hampir keluar.

"Hennyy..” crroott.. ccroott.. croott.. “Aaouhh.. oohh..!" Spermaku menyembur ke mulutnya.
Sebagian malah ada yang ke wajahnya. Kakiku lemas. Oohh.. aku duduk meluruskan kaki.

Henny tersenyum penuh kemenangan. Disekanya sperma yang membasahi wajahnya. Kemudian dia keluar sambil membawa berkas-berkasnya.
Tinggal aku sendirian yang tergolek lemas tidak berdaya. Kulihat sudah jam lima lewat.
Aku terpaksa memperpanjang tidurku.. tentunya setelah kukunci pintu kamarku.

Aku terbangun ketika ada seseorang yang menyusupkan kertas dari bawah pintu. Ternyata dari Henny.

Isinya:
Maafkan Henny ya, Mas.. atas kelancangan Henny nyetel CD yang Mas punya tanpa ijin.
Dan Henny juga minta maaf atas kejadian tadi pagi.


Henny harap peristiwa itu jangan membuat Mas menganggap Henny murahan.
Jujur saja gara-gara lihat CD porno.. Henny jadi nggak bisa nahan diri.
Sekali lagi.. maafkan Henny.
-HENNY-

-------------------------------

Jam enam sore Henny pulang. Dia diantar temannya. Kebetulan waktu itu aku di depan kamar.
Henny langsung menyapaku dan mengenalkan temannya. Namanya Susi. Wajahnya memang cantik.. tapi sayang buah dadanya kecil.

"Kok baru pulang..?" Tanyaku.
"Ini aja musti berangkat lagi..” jawabnya.

"Kamu mau berangkat lagi..?" Tanyaku.
"Iya..” jawabnya singkat.

Kemudian Henny memandangku dengan wajah memelas.. "Mas, bantuin Henny ngetik, donk..!"
Sebenarnya aku ingin menolak. Tapi karena tadi pagi dia mengabulkan keinginanku.. akhirnya aku mengiyakan.
Lagian siapa lagi yang dapat membantu. Toto tidak bisa karena dia harus kerja. Teman-teman kost juga tidak mungkin. Ya sudah.. aku saja.

Jam sepuluh malam tepat. Tinggal 7 halaman lagi yang belum kuketik.
Padahal mataku sudah mulai lelah. Ingin rasanya aku tidur saja. Biarlah kuteruskan besok pagi saja.

Tapi aku tidak enak sama Henny. Dia khan sudah memberikan kenikmatan tadi pagi.
Meskipun hanya mengulum penisku.. tapi aku dibuatnya lemas.

Ingatanku jadi terbayang pada Henny.
Tubuhnya yang putih mulus.. buah dadanya yang montok.. juga vaginanya yang ditumbuhi bulu-bulu halus.

Andaikan tidak ada panggilan telpon.. aku tentu sudah merasakan kehangatan tubuhnya.
Meremas-remas buah dadanya.. mengulum putingnya.. melahap vaginanya.

Bayangan keindahan tubuhnya membuat penisku langsung bangkit. Sarung yang melilit tubuhku tidak mampu menahan desakan penisku.
Suara bisik-bisik membuyarkan lamunanku. Dari balik korden aku melihat Henny dan Susi berdiri di depan pintu kamarku.
Mereka melihatku.. kemudian tersenyum.

Tanpa kupersilakan Henny membuka pintu dan menarik Susi masuk ke kamarku.
Mereka melihatku.. tidak menatap mataku.. tapi memperhatikan tonjolan di balik sarungku.

Karena ada Susi.. aku langsung duduk menghadap komputer.
Kukatakan padanya tinggal 6 halaman lagi. Henny menjawab tidak apa-apa.

Kemudian dia bilang katanya dia kecapean.. jadi tidak dapat membantu mengetik.. Susi yang mau membantu.
Setelah itu mereka pindah ke kamarnya sendiri.

Sambil menunggu Susi.. aku mulai mengetik. Setengah jam berlalu.. Susi tidak kunjung datang.
Mungkin dia juga lelah. Mataku semakin lelah. Aku tidak kuat lagi. Akhirnya kuputuskan untuk tidur saja.

Aku beranjak ke tempat tidur. Kulepas kaosku. Kurebahkan tubuhku di atas kasur yang kuhamparkan di lantai.
Belum sempat mataku terpejam.. terdengar ketukan pintu.

Itu pasti Susi. Ah.. biarin saja, aku mau tidur. Dia pasti tidak berani masuk kamarku.
Tebakanku meleset. Pintu kamarku terbuka. Wajah Susi muncul.
Dengan mengenakan rok sebatas lulut dia tersenyum kemudian melangkah masuk duduk di depan komputer.

Susi memandangku. Dia minta maaf tidak lekas datang. Alasannya ngobrol dulu sama Henny dan sekarang Henny sudah tidur.
Aku bangkit menghampiri Susi. Kutunjukkan berkas yang belum diketik.

Sekitar limabelas menit kami saling diam. Yang terdengar hanya bunyi jari-jarinya yang menekan keyboard.
Kelihatan sekali dia agak malas. Dia menoleh padaku sambil menggelengkan kepala.

Tiba-tiba dia beranjak ke tempat tidurku. Dia duduk bersila di pinggir kasur.
Dia hanya tersenyum ketika aku melihat roknya tersingkap sampai kelihatan celana dalamnya.

Aku menarik napas. Penisku yang hanya tertutup sarung bangun dari tidurnya.
Aku berusaha mengubah posisi dudukku.. tapi dia sudah terlanjur melihat tonjolan di balik sarungku. Lagi-lagi dia hanya tersenyum.

"Baru lihat begini aja udah bangun..” sindirnya. "Asyik ya tadi pagi sama Henny..?" Lanjutnya.
Aku terkejut.. dia kok tau kejadian tadi pagi..?

"Henny ngomong apa ke kamu..?"
"Nggak ngomong apa-apa. Aku cuma baca diary-nya aja. Kenapa..? Penasaran, ya..? Baca aja sendiri..”

Matanya melirik ke daerah kemaluanku. Aku bingung harus ngomong apa.
Akhirnya kudekati saja Susi yang masih menatapku. Aku berjongkok di depannya.
Dia diam saja ketika kupegang lututnya. Kubalas tatapan matanya sambil tersenyum.

"Siapa yang penasaran. Jangan-jangan malah kamu yang penasaran. Atau.. kamu pingin kayak Henny, kali..” jawabku menggoda.

Kugerakkan tanganku meraba pahanya. Susi memegang tanganku tapi tidak mencegahku.
Kuteruskan rabaanku ke vaginanya. Belum sempat jariku menyentuh celana dalamnya..

Tiba-tiba dia meremas penisku dan mendorongku.. "Kecil aja. Sok lu..!"
Aku terjengkang.. tapi aku berhasil memegang tangan Susi yang beranjak menuju pintu.

Aku berdiri.. menarik tangan Susi kemudian memeluk tubuhnya dari belakang.
"Jangan bilang punyaku kecil kalau belum lihat..”

Tangan Susi kutarik ke penisku, sementara tanganku yang satu memeluk perutnya.
Susi meronta berusaha lepas dari pelukanku. Tenagaku lebih kuat.

Kuseret tubuh Susi dan kuhempaskan ke kasur. Susi jatuh telentang.. roknya tersingkap menampakkan celana dalamnya.
Gairahku mendadak bangkit. Penisku mulai mengeras. Aku mendekati Susi yang bersandar ke dinding.

Mata Susi tertuju ke arah penisku, kemudian ke mataku. "Mas, aku mau ke Henny. Kasihan dia sendirian..”
"Kamu di sini aja sama aku. Jangan ganggu orang tidur..”

Kumasukkan tanganku ke balik sarung. Kuraih penisku yang sudah tegang.
Dari balik sarung, tanganku meremas-remas penisku. Susi melihat gerakan tanganku.

"Mas mau apa..?" Tanya Susi penasaran.
"Kamu pingin tau..?" Aku balik bertanya.. "Perhatiakan baik-baik..”

Kuhentikan permainanku sejenak. Tanganku memegang gulungan sarung di perutku.
Pelan-pelan aku membuka gulungan sampai longgar. Sambil memandang Susi.. kulepaskan pegangan sarungku.

Tidak sampai dua detik sarung yang melilit tubuhku langsung jatuh ke bawah.
Susi menahan napas. Mulutnya terbuka, matanya melotot menyaksikan aku telanjang. Penisku yang keras mencuat dan mengarah ke Susi.

Aku berlutut.. lalu maju selangkah.. sehingga jarakku dengan Susi dekat sekali.
Susi masih bersandar ke dinding. Kedua kakinya berada di antara lututku. Matanya menatap penisku.

"Gimana menurut kamu, besar nggak..?" Kataku sambil menyorongkan penisku ke wajahnya.
Ujung penisku menyentuh bibirnya. Tidak ada reaksi. Susi diam saja.

Tapi aku tidak putus asa. Kugesek-gesekan penisku menyelusuri wajahnya dan terus ke bawah menggelitik lehernya.
Mungkin karena geli dia segera meraih penisku.

Agak lama Susi memandangi penisku. Aku menunggu apa yang akan dilakukan Susi.
Entah apa yang ada dalam pikirannya.. yang jelas aku melihat Susi tersenyum.

Kudorong pantatku ke depan. Ayunan penisku menyadarkannya.
Akhirnya dengan gerakan yang lembut.. tangan Susi yang mulai mengelus-elus batang panisku.

Ohh.. lembut sekali.

Susi membuka mulutnya. Hup..! Dalam sekejap penisku sudah masuk ke mulutnya.
Kemudian lidahnya menari-nari melumat penisku. Sesekali dia menyedot penisku.

"Ohh.. sshh..” aku merintih nikmat. Kugerakkan pantatku ke depan dan ke belakang.

Bibir Susi yang menjepit kuat bergesek-gesekkan dengan penisku. Oh.. mulutnya terasa hangat mengulum penisku.
Birahiku langsung meninggi. Kutahan sebentar mulut Susi yang asyik dengan penisku.
Posisi begini sulit bagiku untuk bergerak. Aku mundur selangkah sambil menarik Susi.

Sekarang aku dan Susi sama-sama berlutut saling berhadapan. Tangannya masih masih menggenggam penisku. Matanya menatapku sayu.
Bibirnya terbuka menantangku berciuman. Kudekatkan wajahku. Bibirku menyentuh bibirnya.
Kulumat bibirnya dengan lembut. Susi menyambutku dengan gigitan kecil di bibirku.

Aku tidak mau kalah. Tanganku bergerak ke belakang.. melepas kaitan roknya.
Dengan gerakan lembut kuturunkan roknya. Kemudian tanganku menyusup ke balik celana dalam-nya.
Jariku langsung menyentuh bulu kemaluannya.

Susi tidak menolak. Dia malah membuka pahanya memudahkanku menyentuh vaginanya yang sudah lembab.
Dengan satu jari aku menggesek-gesek kelentitnya.

"Ngmm.. mmhhm..” rintihan Susi tertelan kuluman bibirku.
Tangannya balas meremas kuat penisku.

Setiapkali kugesek kelentitnya, dia langsung membalas meremas penisku.
Kini tidak hanya satu jari. Dengan tiga jari tengahku, aku mengesek-gesek kelentitnya.

Semakin lama gerakan jariku semakin cepat. Pantatnya bergoyang mengikuti irama jariku.
Dari vaginanya keluar cairan pelumas membasahi vaginanya. Kenikmatan yang dirasakan Susi membuatnya melepaskan ciumannya.

"Nghh.. oohh.. uhh..!" Rintihannya membangkitkan gairahku.
Tangannya mengocok kencang penisku. Agak lama juga adegan ini.

Tiba-tiba Susi melepaskan genggamannya. Ditariknya tanganku yang asyik meraba vaginanya.
Dengan sedikit tenaga dia mendorong tubuhku. Pantatku terhenyak di kasur.


Napas Susi memburu. Matanya memandang penisku. Kemudian tangannya bergerak cepat melepas celana dalamnya.
Vaginanya yang berbulu lebat menyembul keluar.

Susi mendekatiku.. kemudian duduk di pahaku. Tangan kanannya memegang pundakku dan tangan kirinya meraih penisku.
Matanya menyiratkan nafsunya yang tidak dapat ditahan.

Susi mengangkat pantatnya. Diarahkannya penisku ke tepat di bawah vaginanya.
Kurasakan ujung penisku menyentuh mulut vaginanya. Susi menurunkan pantatnya.

Slebbb.. Sedikit demi sedikit penisku menembus vaginanya. Susi menahan napas sambil merintih.
Matanya terpejam merasakan kenikmatan tusukan penisku di vaginanya.

"Oohh..!" Akhirnya liang vagina Susi melahap habis batang penisku.
Vaginanya yang basah oleh pelumas mudah sekali bagi penisku menembus vaginanya.

Susi merangkul leherku. Wajahnya mendekat. Bibirnya yang terbuka segera kusambut dengan kuluman.
Kami saling melumat lagi. Disedotnya bibirku dengan bernafsu. Kakinya menjepit pantatku.

Tubuhnya mulai bergerak. Pelan tapi pasti dia mengangkat pantatnya.
"Aaahh..!" Liang dan dinding vaginanya bergesekan dengan batang penisku. Urgghh.. Nikmat sekali.

Tanganku meremas dan menarik pantatnya. Penisku kembali menembus vaginanya.
Meskipun pelan, tapi gesekkannya nikmat sekali. Birahiku semakin meninggi.

Tanganku bergerak cepat melepas kaos dan BH Susi yang masih melekat di tubuhnya.
Buah dada Susi memang tidak besar, tapi masih kencang, terpampang indah siap disantap.
Putingnya yang hitam mencuat keluar menandakan birahinya menggelora.

Kedua tanganku langsung menyambutnya. Kuremas bukit kembar itu dengan pelan.
Bibirku dan bibir Susi tidak lagi saling mengulum. Mulutku mendarat di buah dadanya.
Puting susunya tidak kuberi ampun. Kulumat puting susunya, kemudian kusedot-sedot.

Sesekali aku menggigitnya dengan bibirku. "Ohh.. aahh.. sshh..!" Tubuh Susi menggelinjang hebat.

Gerakan pantatnya semakin cepat. Vaginanya menjepit penisku kuat-kuat. Penisku berdenyut hebat. Benar-benar nikmat gesekan vaginanya.

"Ahh.. oohh.. sshh.. nikmat..”
"Auu.. terus Mas.. enak sekali..”
"Uughh.. oohh..!"

Tiba-tiba susi mendorong badanku, kemudian menindih tubuhku. Tangannya menjambak rambutku.
Napasnya kian memburu. Keringat hangat membasahi seluruh tubuhnya.
Aku tidak lagi mengulum putingnya. Hanya tanganku saja yang beringas meremas-meremas buah dadanya.

Susi mendorong kuat-kuat pantatnya. Penisku terasa menghujam menyentuh bagian dasarnya.
Kuremas dan kutarik pantatnta kuat-kuat setiapkali Susi menurunkan pantatnya.

"Uughh.. oohh.. sshh..”
"Teruss.. teruuss..!"
"Oohh.. ohh.. Mass..!"

Rintihan-rintihannya membuat birahiku memuncak. Penisku sudah maksimal.
Aku benar-benar sudah tidak tahan. Aku sudah tidak tahan ingin menembakkan spermaku.

Pantatku ikut bergoyang hebat mengimbangi gerakan pantatnya.
Setiapkali Susi mendorong pantatnya ke bawah.. aku menyambutnya dengan mendorong pantatku ke atas.

Kupercepat gerakanku dengan kecepatan maksimal. Susi juga mempercepat gerakannya.
Tubuh kami sudah sama-sama panas. Aku memeluk tubuh Susi kuat-kuat.

Aku meraskan spermaku mengalir di penisku.
Jlegh..! Kudorong ke atas pantatku kuat-kuat.. menyambut hentakan vagina Susi yang menjepit penisku.

Crett.. Srrr.. crett.. srrr.. crett.. srrr.. crett.. srrr.. crett.. Cairan nikmat dari dua kelamin kami bertemu di dalam liang vaginanya..
Ohh.. sungguh luar biasa. Nikmat sekali. Tubuh Susi terhempas di atasku.
Kupeluk tubuhnya yang bersimbah keringat. Kucium pipi dan telinganya.

"Nikmat sekali.. makasih, Sayank..” bisikku.

Susi mengangguk pelan. Napasnya masih tersengal. Kemudian dia berguling ke samping.
Tubuhnya telentang di sampingku. Tangannya langsung menggenggam penisku.

"Kamu hebat..!" Dia memandangku sambil tersenyum.
"Mas.. aku tidur sini aja, ya..?"
"He-eh..”

Aku tidak sempat melihat jam. Yang pasti sudah malam. Setelah itu kami tertidur pulas.
-------------------------------

Tengah malam aku terbangun. Aku melirik jam. Pukul tiga lewat 12 menit.
Di sebelahku Susi terbaring pulas. Lelah karena kenikmatan yang dia reguk bersamaku.. membuat dia tidak sempat mengenakan apa-apa.
Buah dadanya kecil seperti telur mata sapi. Vaginanya tertutup bulu yang lebat.

Tidak kusangka aku dapat menikmati tubuh indah Susi.
Tidak pernah kubayangkan penisku dapat merasakan jepitan vaginanya yang hangat.

Susi yang berniat membantu mengetik.. malah melayani nafsu birahiku yang selalu membara setiap melihat bagian vital wanita cantik.
Penisku kencang. Bukan karena terangsang.. tapi karena ingin pipis. Segera aku beranjak.

Cukup dengan sarung aku ke kamar mandi. Tidak sampai lima menit aku sudah kembali.
Di depan pintu kamarku aku menginjak sesuatu. Setelah kulihat.. ternyata jepitan rambut.

Aku merenung. Susi yang berambut pendek tidak mungkin mengenakan jepit rambut.
Jadi ini pasti milik Henny. Tapi kapan jatuhnya..? Sewaktu di kamarku.. rambut Henny dibiarkan terurai.

Aku mengerutkan kening. Jangan-jangan semalam dia terbangun karena terusik suara rintihan Susi.. lantas keluar.
Korden kamarku memang tidak dapat tertutup rapat.

Aku yakin Henny pasti mengintip aku yang sedang berasyik masyuk dengan Susi.
Ah.. biarin saja. Aku malah senang Henny dapat melihat adegan-adegan mesraku dengan Susi.

Tiba-tiba aku merasa mendapat firasat baik. Kemarin saja Henny mengulum penisku..
Padahal saat itu hanya melihat CD porno. Sedangkan tadi malam dia melihat langsung.

Aku yakin dia pasti ingin merasakan kenikmatan seperti yang kuberikan pada Susi.
Aku segera menuju kamar Henny. Aku beruntung.. kamarnya tidak dikunci.. mungkin dibiarkan untuk Susi masuk nantinya.. pikirku

Tanpa kesulitan sedikit pun aku masuk kamar Henny kemudian kututup lalu kukunci. Kulihat Henny tidur pulas. Kimono-nya tertutup rapat.
Tapi aku melihat celana dalam dan BH-nya berserakan di lantai menutupi buku kecil yang terbuka.
Ternyata buku diary. Buku inikah yang dimaksud Susi.

Kubaca buku diary itu sambil duduk membelakangi Henny. Tidak perlu dari awal. Cukup bagian yang berkaitan dengan diriku.
Kusimpulkan saja begini.. sebelum peristiwa yang kuceritakan di bagian pertama kisahku ini.. ternyata Henny sudah tau banyak tentang diriku. Dari siapa lagi kalau bukan dari Toto, adiknya.

Dari Totolah.. Henny tau aktivitas-aktivitasku yang berkaitan dengan pelampiasan nafsu birahiku.
Akhirnya Henny menyimpulkan bahwa aku ini tergolong laki-laki yang besar nafsu seks-nya.

Kemudian dia menambahkan dengan tinta merah..
"Tapi aku lebih percaya bukti nyata daripada kata-kata adikku. Dan aku akan membuktikannya sendiri..”

Aku tersenyum membacanya. Pada halaman berikutnya lebih seram lagi.

Kemarin.. sewaktu aku melihatnya telanjang di depan komputerku..
Ternyata sebelum tidur dia sempat memutar CD pornoku dan menggerayangi vaginanya sampai dia klimaks.

Karena lelah Henny langsung tertidur dan tersadar saat aku meraba-raba buah dadanya..
menjilat vaginanya.. menggesek-gesekkan penisku ke vaginanya.

Dia juga pura-pura ngecek pekerjaanku.. padahal dia ingin menuntaskan permainan birahinya yang sempat terputus.
Yang terbayang di matanya hanyalah kenikmatan penisku yang tegang menembus vaginanya.

Dan kemarin Henny terpaksa hanya mengulum penisku dan menelan spermaku. Alasannya sudah pagi.
Aku menghela napas. Tinggal selembar lagi yang belum kubaca. Yaitu catatan hari ini.

Sepanjang siang Henny tidak dapat konsentrasi. Yang diingat selalu penisku.
Katanya.. pacar pertama dan yang kedua penisnya tidak sebesar penisku.

Karena itulah dia berencana malam harinya ingin mengetik lagi di kamarku dengan harapan aku menggodanya.
Tapi ternyata gagal karena ada Susi. Aku menarik napas panjang.

Masih ada halaman terakhir. Halaman inilah yang membuat jantungku berdebar-debar.
Bagaimana tidak. Dugaanku ternyata benar. Henny melihat adegan mesraku dengan Susi.

Dan dia benar-benar terangsang.
Dia mengaku.. setelah puas menikmati tontonan yang mengasyikkan.. dia segera ke kamar kemudian melepas semua pakaiannya.

Sambil membayangkan penisku..
Henny mengocok sendiri vaginanya dengan pisang setengah matang yang dia ambil di dapur sebelum dia masuk ke kamar.

Di akhir halaman diary-nya dia menutup dengan kalimat..
"Aku sungguh berharap seandainya Mas Alif ada di kamar ini.. aku akan pasrah mereguk kenikmatan dari penisnya yang kukagumi kehebatannya..”

Hampir-hampir aku tidak percaya membaca tulisan Henny. Benarkah dia menginginkan penisku..?
Bukankah sekarang aku ada di kamarnya. Kututup buku diary Henny dan kuletakkan di sampingku.

Bulu romaku merinding. Bukan karena membayangkan ucapan Henny di diarinya.. tapi karena ada sesuatu yang merambat di tubuhku.
Sepasang tangan lembut menggerayang dadaku dan meraba puting susuku.
Sepasang bibir mengecup tengkukku. Desahan napasnya terasa hangat mengembus sampai ke telinga.

"Mass..” Hanny memelukku erat. Buah dadanya yang besar terasa kenyal mengganjal punggungku.

Aku menoleh ke belakang. Henny menatapku. Bibirnya tersenyum kemudian terbuka.
Kumiringkan badanku. Kusambut bibir Henny dengan mengecupnya.

Henny balas mengulum dan menyedot bibirku. Aku merinding. Jari Henny mengelus-elus puting susuku.
Sesekali dia memijatnya pelan. Sambil menyedot lidahku, tangan Henny meluncur ke perut.

Dibukanya gulungan sarungku, kemudian tangannya meraih penisku. Dengan lembut Henny meremas-remas penisku.
Birahiku bangkit. Penisku mulai mengeras. Semakin diremas semakin kencang.

Aku juga tidak mau ketinggalan. Tanganku ke belakang meraih buah dadanya.
Kuremas buah dadanya yang menggelantung indah. Oh.. empuk sekali.
Saking montoknya buah dada Henny sampai telapak tanganku tidak sanggup meremas semuanya.

Tanganku menggerayangi buah dada satunya. Bukit kembar Henny terasa mulus saat tanganku berputar-putar merabanya.
Puting susunya yang mencuat merah kupilin-pilin dan kutekan-tekan.
Tubuh Henny bergoyang. Putingnya bergesekan dengan punggungku. Oh.., lembut sekali.

Kutarik tanganku ke bawah. Jariku langsung menyentuh bulu kemaluannya.
Henny mengangkat pantatnya saat jariku menekan kelentitnya.

Kutekan lagi kelentitnya sambil kujepit dengan dua jari. "Nggmm.. Mass.." Henny balas meremas penisku.

Bibirnya terus berpagutan dengan bibirku. Matanya terpejam menikmati gesekan-gesekan jariku di kelentitnya.
Kutekan jariku agak ke bawah menyentuh liang vaginanya.
Tubuh Henny menggelinjang saat ujung jariku menyusup ke dalamnya. Tangannya meremas kuat penisku.

Saat remasan di penisku agak melemah, jariku yang masuk sedalam satu centi kuputar mengelilingi liang vaginanya.
"Aaahh.. sshh.." Henny merintih nikmat sambil mengocok penisku.

Kulirik penisku sangat tegang. Botak penisku membesar seperti mau meledak.
Pantatku bergoyang mengikuti irama kocokan tangannya. Kudorong lagi jariku menembus vaginanya.

"Oohh.." pantat Henny bergoyang ke depan menyambut tusukan jariku.

Vaginanya menelan jariku sampai ke pangkal.
Cairan pelumas yang mengalir keluar memudahkan gerakkan jariku keluar masuk menggesek vaginanya.
Henny mengerang merasakan kenikmatan gesekan jariku.

Tiba-tiba Henny melepaskan penisku. Tanganku yang asyik mengocok vaginanya ditarik sampai lepas.
Aku segera membalikkan badan. Di depanku, Henny duduk menyandarkan kedua tangannya ke belakang. Kaki terbuka lebar.

Aku terpana melihat tubuh Henny yang telanjang bulat. Matanya sayu memandangku.
Buah dadanya montok menggelantung menggodaku untuk meremasnya. Puting susunya mencuat menantang mulutku.

Kemudian mataku terpaku pada bukit kecil yang ditumbuhi rambut-rambut kecil. Posisi duduknya membuat vaginanya terkuak.
Kelentitnya yang merah mengkilat karena basah oleh cairan pelumasnya. Liang vaginanya juga basah. Aku menelan ludah.
Penisku berdenyut-denyut ingin cepat-cepat menyusup ke vaginanya.

"Maass..” Henny menatapku sayu. Pahanya dibuka lebar-lebar. Vaginanya terpampang indah. Benar-benar pemandangan yang menggairahkan.

Aku merangkak mendekatinya. Kudekatkan bibirku ke wajahnya. Henny menyambut mengulum bibirku.
Kemudian bibirku merambat turun ke dadanya. Kujulurkan lidahku berputar menyapu bulatan buah dadanya.

Semakin lama putaran lidahku semakin ke tengah. Henny mengelus kepalaku saat lidahku menyapu puting susunya.
"Nghh.. sshh.. uuhh.." Henny mengerang nikmat merasakan lidahku menari-menari membasahi putingnya.

Kugerakkan lidahku menyusuri buah dada satunya. Kali ini mulutku langsung melahap putingnya.
Kusedot pelan-pelan puting susunya yang sudah mengeras itu.

"Oohh.. Mass.. nikmat.." Henny membenamkan wajahku ke bukit kembarnya.

Aku langsung membalasnya. Kuremas buah dadanya sambil kusedot puting susunya kuat-kuat.
"Aauugh.. eengghh.. sshh..”

Sekitar lima menit mulutku bermain-main di buah dadanya. Sambil terus meremas buah dadanya, aku merebahkan tubuh Henny.
Pahanya terbuka menantang memancing birahiku melumat vaginanya.

Aku menundukkan kepala mencium vaginanya. Erangannya mengiringi lidahku yang menjilat-jilat kelentitnya.
Aroma vaginanya membangkitkan nafsuku.
Cairan pelumas yang mengalir keluar menyatu dengan liurku menambah kenikmatan tersendiri bagiku.

"Oohh.. sshh.. eehh.." pantat Henny bergoyang merasakan ujung lidahku menggelitik liang vaginanya.
Erangan-erangannya semakin membuatku beringas. Cairan yang keluar dari vaginanya semakin banyak.

Dari mulutku terdengar seruputan di vaginanya. Kusedot vaginanya kuat-kuat.
Aku tidak peduli dengan wajahku yang basah karena belepotan cairan vaginanya.
Yang kuinginkan hanya satu.. aku ingin memberikan kepuasan dengan sedotan-sedotanku.

Henny masih berusaha menarik pantatnya. Tapi aku menahannya dengan memeluk pahanya erat-erat.
Tiba-tiba tubuhnya mengejang. Tangannya menjambak rambutku.

"Ooohh.. Mas.. uughh..!" Henny mengerang panjang. Ssyurr.. ssyurr..
“Oohh..!" Cairan hangat mengalir dari vaginanya.

Lidahku langsung menyambutnya dengan menghirup dan menjilatnya. Oh.. sedap sekali.
Babak pertama telah usai. Cukup dengan melahap vaginanya, Henny kubuat kelabakan.

Sekarang babak kedua. Aku merangkak di atas tubuh montok yang telentang pasrah.

Pahanya terbuka siap menerima serangan berikutnya. Matanya melirik penisku yang terayun-ayun.
Diraihnya penisku dan diarahkan ke vaginanya. Penisku yang sudah keras itu digesek-gesekkan ke kelentitnya.

Setelah dirasa cukup barulah ditancapkan di liangnya. Henny membuka pahanya lebar-lebar.
Kudorong pantatku pelan-pelan. Clebb.. slebb..! Tanpa mengalami kesulitan penisku amblas menembus sampai ke dasar.

“Nghhh..” Henny merintih pelan. Matanya sayu menatapku. Buah dadanya naik-turun mengikuti irama napasnya.

Aku tidak mau buang-buang waktu. Kulahap buah dada montok itu.
Kusedot-sedot dan kugigit-gigit puting susunya. Kuangkat pantatku sedikit.

Gesekan penisku dan jepitan vaginanya terasa nikmat sekali. Henny meremas dan menarik pantatku.
Penisku amblas lagi menembus vaginanya. Oh.. enak sekali.

Aku terus menggerakan pantatku naik-turun. Penisku yang mengocok-ngocok vaginanya terasa berdenyut-denyut.
Cairan pelumas yang meleleh dari vaginanya menghangatkan penisku.

Meski vaginanya terasa licin, tapi tetap saja enak. Penisku lebih leluasa keluar masuk.
Tusukan-tusukanku jadi semakin cepat. Kudorong pantatku kuat-kuat. Ujung penisku menyentuh bagian yang terdalam.

Henny menggelinjang hebat. Pantatnya bergoyang ke kiri ke kanan menyambut kocokan penisku.
"Auuhh.. ooghh.. uughh..!" Kocokan penisku yang semakin cepat membuat Henny mengerang-erang.

"Gigit Mass..! Sedot yang kuat Mass.. Oogh..!" Jerit Henny sambil membenamkan wajahku ke buah dadanya.

"Oughh.. augh.. Mass.. enak sekali.. Mas Alif..!" Tubuh Henny meliuk-liuk seperti cacing kepanasan.

Keringatnya bercucuran sampai membasahi sprei kasurnya. Napasnya tersengal-sengal. Henny benar-benar merasakan kenikmatan yang sangat.

"Mass.. oogghh Mas.. oogghh..!" Tiba-tiba Henny memelukku erat sekali.

Kakinya diangkat kemudian menjepitku. Penisku jadi agak seret. Kudorong penisku lebih kuat.
Pantatnya terangkat tinggi-tinggi menyambut penisku yang menghujam kuat.

"Mass.. Hennyy nggaakk kuaatt.. uughh..!" Goyangan pantatnya semakin menggila.

Sodokan-sodokan penisku disambut dengan jepitan vaginanya. "Maas.. Oogghh.. yang cepat lagi..!"

Aku mengerahkan seluruh energiku. Kudorong pantatku kuat-kuat. Kepala penisku terasa membesar.
Denyutannya terasa semakin hebat. Aku semakin tidak sabar menanti lama-lama.

Henny sudah seperti orang kesurupan. Wajahnya mendongak ke atas menikmati kocokan penisku.
Mulutnya mengerang keenakan semakin membuatku beringas.

Tubuhnya tiba-tiba mengejang hebat. "Ooghh.. aauu.. shh.. enak sekali.. ohh..! Mass.. uughh.. Henny.. ugghh.. Nggak kuat.. Mas..
Uugh.. Mass.. Hennyy ngaak kuatt.. aughh.." vaginanya menjepit kencang sekali.

Serr.. serr.. serr.. srrrr.. dari dalam vaginanya cairan hangat menyembur menyiram penisku.
"Ough.. Henyy.." aku ikut merintih nikmat.

Penisku berdenyut kuat. Spermaku sudah di ujung penis.
Sebentar lagi detik-detik kenikmatan akan kureguk bersama semprotan spermaku di vaginanya.

Aku sudah tidak kuat lagi. Cairan hangat dari vagina Henny memaksaku menyudahi permainkanku.
"Ouhh.. uugghh.. Henny.. aku nggak kuat lagi..!"

Jleghh..! Kubenamkan dalam-dalam penisku menghujam vaginanya. Akhirnya pertahananku bobol.
Crott.. cratt.. crat.. crett.. crett..! Spermaku menyembur deras menembak kuat di liang vaginanya.

Jeritan kenikmatan mengiringi semburan spremaku. Aku terkulai lemas di atas tubuh Henny.
Buah dadanya yang montok mengganjal hangat dadaku. Henny tersenyum sambil mencubit hidungku.

"Mas.. nghmm..!" Mulutnya mendesah mengulum bibirku. Kusambut kulumannya dengan mesra.

"Makasih ya, Mas..” Henny melepas ciumannya.. "Nikmaat.. banget..”

"Aku juga Henn..”

Aku berguling ke samping. Kulirik buah dadanya yang montok itu. Sungguh luar biasa.
Akhirnya kesampaian juga aku menikmati tubuh Henny yang seksi.
Buah dadanya benar-benar kenyal. Apalagi vaginanya. Jepitannya kuat dan hangat sekali.

Aku terpejam, ngantuk sekali. Aku tidak sempat melihat jam.
Kupejamkan mataku menutup malam kenikmatan bersama gadis cantik di sampingku.

Begitulah teman-teman. Akhirnya Henny kembali sibuk dengan kuliahnya, meninggalkan kenikmatan indah yang tidak mungkin kulupa.
Adapun Susi, setelah peristiwa itu menghilang entah ke mana. Kabar terakhir dari surat Henny, sekarang dia tengah hamil 6 bulan.

Saat itulah aku baru tau ternyata Susi sudah menikah saat berhubungan badan denganku. Alamakk..! (. ) ( .)
-------------------------------------------------------
 
Mantap suhu updatenya si Heny dan Susi ini..Kira2 Heny hamil gak tuh?hehehe..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd