Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

---------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------

Cerita 192 – Wasiat Harta Warisan [Part 13]

"Nggg.. Aaaahhh..!!"
Ratna langsung mendesah dan merintih dengan sangat histeris.
Ia kembali menangis dan mengucurkan air mata, namun kali ini karena nikmat.

Ia menggoyang-goyangkan pinggul dan pantatnya dalam irama nafsu birahi yang amat sangat.
Ratna tak mampu mengendalikan dirinya lagi.

Tubuhnya berguncang-guncang untuk memuaskan rasa gatal yang mulai menyerang lubang kemaluannya.
Apalagi saat Samolo dengan serta merta berusaha menjilati buah dadanya..
sambil terus melakukan kocokan dengan menggunakan tangan.

Ratna semakin menggelinjang nikmat.. ia merasakan betapa kecupan..
gigitan dan juga tusukan jari-jari Samolo membuat tubuhnya menggigil dan gemetar.

Membuatnya jadi lupa diri kalau dia adalah sebenarnya istri yang suci.
Sekarang yang ada hanyalah bayangan untuk meraih kenikmatan..

Karena Ratna sudah tak mampu lagi untuk menahannya. ”Ahhh.. Bang S-samolo..!!” Jeritnya.
Rintihan itu membuat Samolo mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu.

Dengan mulut belepotan darah ia isap rakus bibir tipis Ratna..
yang dibalas oleh gadis itu dengan sama-sama melumat rakus.

Mereka berpagut erat dengan tangan kekar Samolo..
terus membelai-belai seluruh tubuh mulus Ratna yang sudah berada di puncak birahi.
Gadis itu yang tadinya tidak mau, kini benar-benar gelisah dikejar gelombang syahwatnya.

Samolo yang mengetahui hal itu, segera melucuti seluruh bajunya.
Ratna yang sudah tidak sabar untuk dimasuki..
terlihat sedikit kaget saat menatap bagian tubuh Samolo yang begitu menarik perhatiannya.

Ia sama sekali tidak menduga jika kemaluan lelaki ini akan sedemikian gedenya.
Rasanya ingin tangan Ratna segera meraihnya, namun apa daya ia belum lepas dari ikatan.

Yang akhirnya bisa ia lakukan adalah sedikit mengangkat pinggul untuk menjemput kemaluan itu.
Ampun.. sungguh mengerikan sekaligus menggairahkan.

Rasanya seperti ada gagang pedang yang sedang menembusi liang memeknya.
Begitu kaku dan panjang sekali.. bahkan sampai membuat Ratna menjerit tertahan.

Namun tak bisa ia teruskan karena Samolo sudah keburu menerkam kembali bibirnya.
Sekali lagi mereka larut dalam ciuman panas yang penuh gairah.

Samolo berusaha menyeruakkan lidahnya ke rongga mulut Ratna yang tipis..
Sambil menekankan batang penisnya menguak bibir kemaluan gadis cantik itu.
Namun sepertinya terlalu sulit karena tak kunjung berhasil.

Ratna yang sudah demikian hausnya jadi senewen..
tanpa malu lagi ia mencoba merangsekkan pinggulnya ke benda panjang itu.
Namun hasilnya tetap sama, tak juga berhasil.

Samolo segera meludah ke tangannya dan kemudian melumurkannya ke bibir kemaluan Ratna agar menjadi lebih licin.
Dia melakukannya tigakali.. dan sesudahnya kembali berusaha..
menyorongkan ujung penisnya yang dengan penuh semangat disambut oleh Ratna.

Kali ini.. slepp.. Blessepphh..!!! Alat kelamin mereka bisa saling bertemu dan bertaut erat.
Ampun.. betapa nikmatnya..!!

Kombinasi sesak akibat cengkeraman kemaluan Ratna pada batang penis Samolo,,
menyuguhkan sensasi yang sungguh dahsyat. Ratna bagaikan terlempar melayang ke langit tujuh.

Ia meliuk-liukkan tubuhnya sambil meracau dan menggeliat-liat tak karuan.
Hanya dalam beberapakali goyangan.. orgasme dengan cepat menghampirinya.
Gadis itu kelenger dalam kenikmatan tak bertara.

Sementara Samolo terus menusuk dan menghujam semakin cepat.. cratt.. cratt.. crattt..!!
Sampai akhirnya memuntahkan cairan panas dalam rongga kemaluan Ratna yang sempit.

Mereka langsung roboh. Hening sesaat.
Aneh.. Ratna sama sekali tidak merasa menyesal.. apalagi takut dan khawatir.

Ia yang tadinya sama sekali tidak menerima hal ini.. kini malah merasa lapang dan lega.
Seakan ada beban berat yang baru saja diangkat dari tubuh sintalnya.

Ia tidak bisa berpikir apa-apa lagi selain peristiwa ranjang yang baru saja terjadi.
Tubuh Ratna terasa ringan bagai sedang terhanyut dalam sungai besar yang sangat dalam..
Sampai akhirnya Samolo tiba-tiba jatuh berlutut di hadapannya.

Ratna yang ikatannya sudah terlepas segera menubruk tubuh centeng perkasa itu dan memapahnya.
“Bang Samolo..” keluhnya dengan air mata berlinang-linang..
menatap tubuh Samolo yang penuh luka. Baru kini ia bisa berpikir dengan jernih.

“Aku tidak apa-apa, mari kita pergi ke rumah Nyi Londe..
Girin mungkin sedang menangis menunggumu untuk menyusu..” ujar Samolo dengan suara tetap mantap.
Padahal sudah sejak tadi ia menahan sakit saat menyetubuhi gadis itu.

Dengan penuh haru dan iba serta air mata penuh rasa terimakasih.. Ratna memapah Samolo..
sang centeng setia yang ternyata sangat perkasa itu..
berjalan meninggalkan gedung yang telah menjadi saksi atas peristiwa tragis mereka berdua.

Hujan turun rintik-rintik dibawa embusan angin..
ketika keduanya berjalan menembus kegelapan malam menuju hutan jati.
-----ooOoo-----

Demikianlah.. sebuah kisah panjang yang dituturkan oleh Nyi Londe kepada Giran..
Putra sulung Tuan Tanah Kedawung yang mendengarkannya dengan penuh perhatian.

“Begitulah kejadian sesungguhnya yang melanda keluarga besar ayahmu, Giran.
Kini terserah kepadamu.. mau percaya atau tidak. Yang pasti tugasku kini sudah selesai..”
Kata Nyi Londe sambil bangkit dari tempat duduknya. Pemuda ini terpaku, termenung dalam kebisuan.

“Peti pusaka itu telah selamat jatuh ke tangan pewarisnya yang berhak.
Kukira Ratna dan Samolo pun tidak perlu ucapan terimakasihmu.. andai pun kau mau mempercayai..
semua kenyataan itu secara jujur. Yang penting bagi mereka cumalah pengertian darimu.
Karena betapa pun mereka telah banyak menderita, sengsara, bahkan terlalu banyak, Giran..!”
Sambung pengasuh ini tanpa bermaksud membujuk.

Giran masih tunduk termenung di jendela, sementara Nyi Londe membungkus pakaiannya dengan buntalannya.
“Sebenarnya penderitaan Samolo belum berakhir sampai di situ. Ia ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara..
atas tuduhan pembantaian masal. Hampir dua tahun perkaranya berlangsung.
Berkat pembelaan gigih seorang pengacara kawakan.. juga para korban itu terbukti memang para buronan..
dan penjahat yang sedang dikejar-kejar polisi.. maka akhirnya Samolo terbebas dari hukuman seumur hidup..
atau tiang gantungan..” tutur Nyi Londe lebih lanjut.

“Dan untuk apakah Samolo sampai rela mempertaruhkan nyawanya sendiri..? Untuk siapakah semua pengorbanannya itu..?
Padahal dia pribadi sama sekali tidak mengharapkan apa pun. Aku tau pasti itu..”
Sambung Nyi Londe dengan suara agak tersendat.

Giran masih bungkam, namun sesungguhnya sebuah perang sedang berkecamuk di rongga dadanya.
“Dapatkah aku mempercayai semua cerita Uwak Londe..? Benarkah ibuku menyuruhku ke Borneo hanya siasat..
untuk menyingkirkan aku semata..? Semula aku mengira.. akulah yang bodoh tidak bertanya lebih jelas..
tentang letak kebun karet milik ayahku itu.. padahal ternyata pulau Borneo itu begitu luas..
dan beribu Onderneming karet ada di sana. Maka sia-sialah aku menemukan kebun karet ayahku..
yang katanya berada di pulau itu..” Giran bercerita dengan mata menerawang.

”Uang bekal habis sampai aku hidup terlunta seperti gelandangan. Entah berapapuluh suratku yang kukirim ke sini..
untuk meminta kiriman uang.. tanpa satu pun yang terbalas. Mungkin Samirun-lah yang menyita surat-suratku itu.
Akibatnya hidupku makin parah dan terpaksa jadi kuli kontrak sebagai penyadap karet. Kehidupan yang benar-benar pahit..
penuh pergumulan serta pertarungan seperti hewan liar. Kadang-kadang cuma demi sedikit uang..
nyawa manusia akan dipertaruhkan. Istri-istri mereka begitu mudah luntur kesetiaannya.. jatuh ke pelukan para controlir..
atau kepada laki-laki iseng.. siapa saja yang mau membayarnya hanya dengan sekeping uang..” Giran menghela napas.

”Begitu mudahnya manusia kehilangan martabat serta harga dirinya hanya demi sepotong logam itu.
Sejak itu luntur pula kepercayaanku terhadap yang namanya kesetiaan dan kejujuran.
Manusia tidak lebih hanya segumpal daging yang serakah dan tamak. Yang masih dipercayai hanyalah kasih ibu..
dan persaudaraan yang sejati. Hal itu kuperoleh dari orangtua angkatku, kepala suku Dayak Iban yang baik hati.
Atas pertolongannya aku masih bisa hidup sampai sekarang ini. Atas bantuan saudara-saudara suku Dayak itulah..
akhirnya aku bisa berlayar ke Batavia dan pulang ke rumah lagi..” papar Giran melanjutkan kisahnya.

”Ternyata peristiwa yang lebih tragis dari kebuasan hidup di belantara hutan karet itu telah terjadi di sini..
di tengah keluargaku sendiri..! Kini jelas sudah.. mengapa ayah tidak mencantumkan nama ibu dan Mirta..
di dalam surat wasiatnya itu sebagai ahli waris dari harta peninggalannya.
Rupanya ayah sudah mengetahui penyelewengan kedua orang itu. Namun demi menjaga nama baik..
serta keutuhan keluarganya.. ia rela menelan semua derita pahitnya itu dan dipendamnya rapat-rapat..
sampai ajalnya yang sangat menyedihkan itu. Oh, betapa mulia hatimu, ayah..!” Air mata Giran jatuh tanpa disadarinya.

Sebuah bayangan seolah-olah terpeta kembali di hadapan Giran.. sebuah pengalaman hidup yang begitu pahit..
yang pernah dialaminya di negeri seberang dan telah menempanya menjadi seorang berwatak keras dan tegas.

Kepalsuan serta kelicikan sesama manusia terlalu banyak dilihat dan dirasakannya.
Kini ia tak mudah lagi mau mempercayai apa saja tanpa bukti nyata.

Sikap itu pula yang diajarkan oleh bapak angkatnya yang membekalinya dengan ilmu beladiri cukup lumayan.
Hidup ini memang belantara buas.. orang harus cerdik dan pandai..
bila tidak mau jadi mangsa sesama makhluk yang hidup di atas bumi ini.
Demikian prinsip petuah itu tertanam dalam-dalam di dasar jiwa Giran.

Nyi Londe mulai berkemas dan memakai kerudungnya. Di luar badai masih mengamuk mesti tidak sedahsyat tadi.
“Uwak mau berangkat sekarang? Hujan masih belum reda, nanti Uwak sakit..” kata Giran pelan.
“Apalah artinya hujan sebegitu.. kami sudah terlalu terbiasa menghadapi badai sengsara dan derita dunia ini, Giran..”
jawab Nyi Londe tajam.

Dengan menjinjing buntalan, Nyi Londe menguak pintu. Tepat pada saat itu kilat menyambar.
Pohon di muka pondok itu tumbang mengepulkan asap.
Tapi tanpa gentar sedikitpun perempuan setengah tua ini melangkah terus.

"Kau mau ke mana, Wak..?” Tanya Giran melihat kekerasan hati pengasuhnya itu.
“Ke mana lagi kalau bukan menyusul Ratna dan Samolo..”
jawab Nyi Londe sambil berjalan terus di bawah deraan hujan lebat.

Sementara Giran berjalan mengikuti di sampingnya sambil mengempit kotak pusaka itu.
“Ke gedung kita..?”
“Buat apa ke situ lagi, mereka telah kau usir, bukan..?” Jawab Nyi Londe agak sinis. Giran tertunduk.

Mereka berjalan menembus hutan jati yang lebat itu. Cahaya kilat berkali-kali menerangi hutan itu.
Tiba-tiba di antara deru angin yang menerpa daun jati, terdengarlah suara teriakan seseorang..
suaranya mirip auman seekor anjing liar.

“Dengar, Wak, suara apa itu..?” Tanya Giran sambil memasang telinganya.
“Seperti salakan seekor anjing hutan, bukan..?” Tanya Giran lagi.

“Ya, suara seekor anjing hutan yang sangat liar. Mirta..!”
“Mirta..!?” Tanya Giran kaget.
Karena diketahuinya adiknya itu sudah tergeletak jadi mayat di tengah hutan jati tersebut.

Giran terperangah.. karena kini tampak olehnya Mirta sedang jalan terhuyung-huyung di tengah hutan jati itu,,
sambil berteriak dan tertawa terbahak-bahak.. seperti orang kemasukan setan.

“Hua.. ha.. ha.. ha.. Ke sini manisss..! Jangan lari, Ratna.. Ratnaaa.. Aku cinta padamu.. Hi.. hi.. hi..!”
Teriak Mirta menggapai-gapai entah kepada siapa.
“Mirta, dia tidak mati..?” Gumam Giran sambil mengintai dari balik pohon.

Mirta memang tidak mati.. tapi jiwanya sudah tidak waras lagi..
akibat pukulan pada kepalanya serta guncangan-guncangan hebat pada jiwanya.

Wajah Mirta yang berlumuran darah itu tiba-tiba berubah buas.
Ia menggeram. “Hei, Ratna..! Apa yang kau lakukan dengan si bedebah Giran di situ..?
Bocah keparat itu sudah mati, tau..!?” Teriak Mirta makin kalap.

“Ke sini kau Giran..! Kutelan hidup-hidup kau, Bangsat..! Kau memang selalu menyaingi aku.
Sekarang kau rebut Ratna dariku. Dasar setan laknat kau, Giraaannn..!”

Giran tersentak bagaikan disambar petir. Ia tertunduk dengan lunglai.
Sesaat kemudian Mirta membenturkan kepalanya ke pohon jati, lalu menangis sesengukan.

“Aduuuuh, Ratna.. Jangan tinggalkan aku, Ratna..!” Ratapnya tersedu-sedu seperti anak kecil.
Pada saat itu dari kejauhan tampak seorang nenek berambut putih berurai..
berjalan dengan tersuruk-suruk dan meraba-raba dengan tongkatnya, menghampiri Mirta.

“Mirta.. Mirta.. Di mana kau, Nak..!?” Lirih suara nenek ini memanggil-manggil nama anak kesayangannya.
Tapi pemuda yang dipanggil malah jadi ketakutan ketika melihat ibunya.. lalu menyelinap ke balik pohon..
Kemudian mengintai dengan mata terbelalak menakutkan.

“Sssssiapa lu..!?” Tanyanya dengan mata melotot tak berkedip.
“Mirta.. Kenapa kau, Nak..? Ini ibu..” Jawab Subaidah semakin lirih. Ia melangkah mendekat.

Mirta tersentak lalu lari berputar ke balik pohon. Ditatapnya ibunya tajam-tajam.
Ia menjerit dengan tiba-tiba. “Kau..!? Kau Samolo..! Ampuuun..! Ampuun, Samolo..! Jangan..!

Jangan bunuh aku..! Jangaaannn..! Bukan aku yang menyuruh membunuhmu, Ratna, Girin dan Nyi Londe..
Ibuku dan Samirun-lah yang punya maksud menguasai seluruh harta itu.
Sungguh mati, Samolo, bukan aku..” ratap Mirta terbata-bata ketakutan.

Subaidah mendekat.. lengannya menggapai-gapai ingin membelai kepala putranya yang semakin angot ini.
Tapi tangannya itu ditepis oleh Mirta yang menelungkup dan menggigil ketakutan.
“Ampun Samolo.. Ampun..!” jerit Mirta sambil menutupi kepala dengan lengannya.

Subaidah masih berusaha meraba tubuh anaknya.. tetapi malah membuat Mirta makin panik meronta..
dan lari bersembunyi ke balik pohon lagi. Subaidah pun menangis. “Ya, Allah, ya Gusti..!
Beginilah kiranya kutukan-Mu terhadap diriku yang penuh dosa dan noda ini..?”
Ratapnya tersedu-sedu penuh penyesalan.

“Ibu..!?” Teriak Mirta tiba-tiba seperti sadar.
“Oh Mirta.. ini ibu! Ibumu Nak..! Ke sinilah, jangan tinggalkan ibu, Mirta..!
Ibu tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini selain kau..!” seru Subaidah mengiba-iba.

Mirta menghampiri ibunya, mendekapnya sambil menangis.
“Ibu, kenapa kita jadi begini, Bu..!? Kenapa..!?” tanyanya sambil menangis.

Air mata Subaidah semakin deras tertumpah dari kelopak matanya yang sudah tak berbiji itu.
Mirta menatap wajah ibunya dengan pandangan aneh.
Tiba-tiba ia tersentak mundur dan jatuh terduduk di kaki ibunya, wajahnya kembali berubah jadi ketakutan.

“Haaaah..!? Kau bukan ibuku..! Muka ibuku tidak sejelek seperti hantu..! Ya kau hantu..! Hantu.. Hiiiii..!”
Suara Mirta menggigil seperti benar-benar melihat hantu yang amat mengerikan.

“Bukankah kau yang bersama-sama paman Samirun dan Sarkawi mencekik ayahku sampai mati..?
Kalian bertiga ramai-ramai membunuh dia.
Sekarang kau juga mau mencekik aku, seperti yang kau lakukan terhadap ayahku..!?”
Jerit Mirta tersendat sambil memegangi lehernya sendiri.

“Cukup Mirta..! Cukup..! Jangan kau siksa lagi ibu dengan kata-katamu itu..!”
Jerit Subaidah pilu sambil menekap wajahnya.

“Aku memang manusia iblis, Samirun juga setan. Aku diseretnya ke jurang paling nista dalam hidup ini.
Sekarang aku beritaukan kepadamu, kau sesungguhnya bukanlah anak kandung yang selama ini kau anggap ayah.
Dia ayah Giran, bukan ayahmu. Samirun-lah ayah kandungmu, Mirta..” kata Subaidah sambil menangis terisak-isak.

Giran memejamkan matanya, ia telah mendengar semuanya.
Setiap kata-kata itu seakan-akan lidah petir yang menyambar, menghanguskan serta mengoyak-ngoyak jantungnya.

Angin masih menderu-deru. Pohon jati meliuk-liuk mengeluarkan desau seperti rintihan yang sangat melirihkan..
selirih rintihan dan ratapan Mirta yang bergayut di tubuh ibunya.

“Pantas.. pantas Ratna tidak mau kepadaku.. dia lebih cinta kepada Giran..
karena bocah jahanam itu adalah asli dari Tuan Tanah yang kaya raya.. hartanya tak habis digegares tujuh turunan.
Tapi aku..? Aku cuma anak seorang kasir melarat.. si setan Samirun..!”
Begitu ratap Mirta sambil bergelayut di tubuh ibunya yang jadi limbung keberatan.

“Coba kalau dulu si Sarkawi berhasil memenggal kepala bocah sialan itu di kebun kelapa..
atau dia mati dihadang Mat Gerong tempo hari, waktu ibu tipu dia supaya berangkat ke Borneo..
sekarang Ratna pasti sudah jadi milikku. Oh.. dasar nasibku yang sial-dangkalan..”

Subaidah jatuh terduduk ke akar pohon ditindih oleh Mirta yang semakin angot gilanya.
Pemuda ini mulai bicara tidak karuan lagi. Sekarang ia memandang wajah ibunya sambil tersenyum-senyum genit.

Lengannya meraba-raba tubuh kurus itu dengan napas berdengus-dengus seperti hewan liar.
Membuat Subaidah jadi kelabakan dicumbu anaknya yang sinting ini.

“Ratna.. Ratna. Lu tambah botoh saja sekarang. Hihihihi..” rayu Mirta sambil meraba pipi ibunya yang sudah keriput itu.
“Sekarang gua sudah kaya, lu mau apa..? Kalung..? Gelang emas atau giwang..? Mau berapa gerobak..?
Gua beliin dan semuanya, asal.. hi.. hi.. hi..” cumbuan Mirta semakin panas.

“Sadar Nak..! Eliiiiiinnnggg..!” Jerit Subaidah ripuh.
“Apa lu bilang..? Maling..!? Lu katain gua maling..!? Lu yang maling si Ratna.
Biarin lu nyaru jadi nenek-nenek.. gua tau lu si Giran. Mau mengelabuhi mata gua, lu ya..? Gua mampusin lu..!”
Geram Mirta.. lengannya mencengkeram leher ibunya yang jadi megap-megap.

“Mirta! Ini ibu, Mirta.. Aakhhk..!” jerit Subaidah tersendat-sendat.
Lengannya berusaha melepaskan cekikan tangan Mirta yang makin kuat mencengkeram batang lehernya.

“Bangsat! Lu kira gua takut sama lu..? Lu betul-betul biang penyakit, Giran. Gara-gara lu, gua jadi sengsara begini.
Mampusss dah, lu..!” geram Mirta sambil mencekik leher ibunya sekuat-kuatnya.

Subaidah meronta-ronta berusaha membebaskan diri dari cekikan putranya yang sudah terganggu jiwanya.
Tapi usaha Subaidah sia-sia, cekikan Mirta malah semakin kuat, membuatnya tak bisa bersuara maupun bernapas lagi.
Matanya memuncratkan darah, lidahnya pun terjulur keluar. Tubuhnya kejang dalam sekarat.

Tangan Mirta masih terus mencekik lalu ditekan kepala ibunya hingga hampir terbenam..
ke dalam lumpur-daun jati yang membusuk itu.

Nyi Londe yang menyaksikan adegan yang sangat mengerikan itu..
tanpa terasa menjerit sambil membuang muka ke arah lain.

Giran tersentak lalu berusaha mencegah tindakan Mirta yang sudah tak waras lagi itu.
Tapi ia terlambat, karena tubuh Subaidah sudah terbujur kaku dengan lidah terjulur ke luar.
Giran jadi bergidik dan terpaku di tempatnya.

Sesaat kemudian dengan masih terengah-engah Mirta terdiam.. memandangi wajah ibunya yang diam membiru.
Ia tersentak gemetar. “Mati...!?” Gumamnya sambil melangkah mundur.

Dengan beringas ditatapnya kedua lengannya yang gemetar itu..
lalu pandangannya beralih lagi ke wajah ibunya. Wajahnya nampak makin pucat.

“Mati...? Ibu ma...ti..!?” Celotehnya berulang-ulang. Lalu ia tiba-tiba menelungkup memeluk kepalanya sendiri..
Menangis terisak-isak. “Ibuku sudah mati..! Hu.. hu.. hu..!” Mirta terus meratap.

Sekonyong-konyong ia menghempaskan tubuhnya ke batang pohon dan membenturkan kepalanya..
berkali-kali ke batang pohon itu dengan kerasnya hingga darah pun muncrat dari kepalanya yang memang sudah luka itu.
Ia menjerit melengking seakan-akan menyesali perbuatannya sendiri.

Giran dan Nyi Londe hanya bisa terpaku memandang kejadian itu dengan perasaan ngeri.
Mirta sudah terdiam tenang, hanya matanya saja yang masih nampak liar.

Namun sesaat kemudian ia senyum-senyum aneh dan terkekeh-kekeh geli sekali..
seakan-akan melihat suatu peristiwa yang sangat lucu. Kini tertawanya semakin keras dan terbahak-bahak seru.

“Dia sudah matiiiiiii.. Hua ha ha haha.. Matiiiiii..!”
Dia tertawa terpingkal-pingkal sambil menari-nari. Berputar-putar dari pohon ke pohon.

Giran menghampiri dan memanggil namanya.. tapi Mirta sudah tak dapat mengenali siapa pun.. termasuk dirinya sendiri.
Ia masih terus terbahak-bahak sambil menari. Kini suara tertawanya makin mirip lolongan anjing hutan..
melengking dan panjang. Ia terus menari-nari semakin jauh ke tengah hutan jati.
Hujan masih tumpah dengan derasnya, guntur dan halilintar berpecahan di angkasa.

Sekonyong-konyong secercah cahaya yang sangat menyilaukan mata menyambar sebatang pohon jati.
Disusul dengan sebuah dentuman dahsyat.. dan tumbanglah sebuah pohon jati besar.

“Mirta awasss..!” Teriak Giran secara refleks. Mirta terpaku memandang pohon besar itu rubuh tepat ke arahnya.
Beberapa detik kemudian tubuhnya lenyap tertindih batang pohon yang tumbang itu.

Giran memburu ke tempat itu, ia cuma melihat sebuah lengan Mirta terjulur di antara ranting dan daun jati.
Dibongkarnya daun-daun itu, terlihat tubuh Mirta tergencet cabang besar dan sudah tak bernapas lagi.

Giran berusaha mengangkat cabang pohon yang menghimpit tubuh Mirta tapi tak berhasil.
Ia menghela napas dan termenung di sisi pohon tumbang itu.

Kemudian melangkah ke arah tubuh ibu tirinya yang terbujur kaku. Nyi Londe pun sudah berdiri di situ.
“Kutukan Tuhan akhirnya datang menghukum mereka..” kata Nyi Londe pelan.

“Aku merasa seakan-akan baru sadar dari sebuah mimpi yang begitu menakutkan..”
Desah Giran sambil menghela napas dalam-dalam.

“Ke manakah kira-kira mereka pergi sekarang ini, Wak..!?” Tanya Giran.
“Maksudmu Neng Ratna, Girin dan Samolo..? Aku pikir mereka pergi ke Cengkareng.
Seorang bibi Ratna katanya tinggal di sana..” jawab Nyi Londe. Segores senyum kecil terlihat di wajahnya.

Setelah menutupi mayat Subaidah dengan dedaunan..
Giran merencanakan untuk mengerahkan penduduk agar mengubur jenazah ibu tiri dan Mirta itu dengan layak.

Setelah itu ia dan Nyi Londe akan menyusul anak-istrinya serta Samolo..
dan membawanya pulang ke gedung warisan ayahnya.

CONTIECROTT..!!
---------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------
 
---------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------

Cerita 192 – Wasiat Harta Warisan [Part 14]

Hujan masih turun berderai
dan angin pun menderu-deru.
Dengan langkah masih lunglai Giran berjalan mengiringi Nyi Londe ke luar dari hutan jati..
sebuah hutan yang telah membuka tabir rahasia yang selama ini menyelubungi keluarganya.

Matanya kini telah melihat dengan jelas.. juga mendengar dengan seksama..
semua peristiwa yang terjadi di balik tabir tersebut. Betapa terenyuh hatinya.

Sementara itu di sebuah kandang kerbau.. tampak Ratna dan Girin juga Samolo sedang berteduh..
dari serangan hujan deras.

Samolo melangkah ke luar kandang tersebut, tangannya menengadah.
“Hujan sudah reda dan sebentar lagi berhenti.
Mari kita berangkat sekarang Neng, agar tidak kemalaman di jalan..” kata Samolo.

Ratna dengan menggendong Girin keluar dari kandang kerbau tersebut..
lalu mereka berjalan menuju Cengkareng, seperti yang telah diduga oleh Nyi Londe.
Memang tidak ada sanak-saudara bagi Ratna kecuali bibinya yang di Cengkareng itu.

Dari jauh Giran melihat mereka. “Itu mereka, Wak. Di dekat kandang kerbau itu..!”
Kata Giran memberitau Nyi Londe.

“Mana..?” Tanya Nyi Londe menyipitkan matanya.. karena ia cuma melihat dua titik kecil saja di kejauhan.
Itupun hanya samar-samar tertutup kabut.

Giran segera berlari untuk menyusul mereka. “Ratnaaaa..! Samolooo..! Tunggu dulu..!”
Teriak Giran memanggil-manggil. Suaranya menggema dan memantul di dinding bukit.

Samolo tiba-tiba tersentak menghentikan langkahnya. Wajahnya jadi tegang dan beringas.
“Huh..! Bocah durhaka itu rupanya masih belum puas bila belum menghirup darah kita..” geram Samolo..
sambil berbalik menghadap dan menyongsong Giran.

“Kak Giran..!” Kata Ratna lirih.
“Jangan khawatir, Neng. Jagalah Den-Cilik..!” Seru Samolo.

Ratna jadi panik mendekap putranya. Hatinya menangis.. sakit rasanya..
karena sang suami yang sangat dicintai dengan sepenuh jiwa raganya itu ternyata tak punya perasaan.
Demikian anggapannya saat itu.

“Cepat lari ke atas bukit, Neng. Biarlah nyawa tuaku ini dilahapnya kalau dia masih penasaran..” seru Samolo lagi.
Dengan susah payah Ratna mendaki tebing bukit itu, sesaat kemudian ia berpaling kepada Samolo.

“Marilah Bang. Jangan ladeni dia..!” Teriak Ratna dengan suara gemetar. Tapi Giran sudah semakin dekat.
“Hei, Ratna.. tunggu..!” Teriak Giran sambil berlari semakin dekat.

Air mata Ratna deras mengalir.. didekapnya putranya erat-erat.
Ia bukan takut kepada suaminya, kalo toh ia harus mati. Ia rela mati di tangan suaminya itu.
Yang dikhawatirkan adalah keselamatan putranya yang masih kecil itu.

Giran tiba di hadapan Samolo yang tegak menghadangnya. Giran melangkah maju mendekat..
tapi Samolo sudah demikian nekat dan menyambutnya dengan sebuah babatan tongkatnya kepada Giran.

“Langkahi dulu mayatku, sebelum kau menjamah nyawa istri dan anakmu itu, keparat..!” Bentak Samolo.
Giran terhuyung-huyung ke belakang. Dadanya mengucurkan darah tergores ujung tongkat Samolo.

“Bang Samolo..” suara Giran tersendat dan gemetar. Samolo tertegun..
karena Giran tidak berusaha menangkis serangannya tadi.. bahkan kini suaranya terdengar lembut mengiba.

Sebelum hilang rasa heran Samolo.. Giran sudah menubruk kaki si centeng yang setia ini..
dan tersimpuh sambil menangis tersedu-sedu seperti anak kecil.

“Maafkan saya Bang Samolo. Saya telah berdosa terhadap Abang dan Ratna.. juga kepada anak saya sendiri..”
Giran tersedu-sedu memeluk kaki Samolo yang jadi tertegun.

Tanpa terasa matanya yang sudah tak dapat lagi melihat dunia ini pun jadi ikut berkaca-kaca.
Butiran-butiran air hangat jatuh menetes ke kepala Giran.

Nyi Londe yang sudah tiba di situ jadi ikut pula menepis air matanya.
Giran masih terisak-isak dengan penuh penyesalan.

“Sudahlah, Den. Sebagai manusia kita semua tak pernah luput dari kesilapan dan dosa..”
Suara Samolo parau bergetar di kerongkongannya.

Lengannya mengangkat tubuh majikan mudanya yang kini telah sadar dari kesalahpahaman itu.
“Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih, mau mengampunkan dosa-dosa semua hambanya..” kata Samolo lirih.

Giran tertunduk menghapus air matanya. “Kalian telah banyak menderita.
Entah bagaimana harus kuminta maaf padamu, Bang.. budi Abang begitu dalam seperti lautan..” suara Giran masih bergetar.

“Jangan Aden bicara begitu.. kalo soal budi mungkin aku-lah yang lebih banyak berhutang kepada mendiang ayahmu, Den..”
Ujar Samolo sambil menarik napas.

Giran pun meminta maaf kepada Nyi Londe dengan mencium tangan pengasuhnya itu.
“Aku gembira ternyata kau masih senang mendengar dongengku, Giran..”
kata Nyi Londe tersenyum dalam linangan air matanya.

“Neng, Neng Ratna..!” Tiba-tiba Samolo memanggil Ratna. “Bawalah Den Girin menjumpai ayahnya..!”
Tapi tidak terdengar jawaban Ratna. Senyum Samolo lenyap berganti rasa khawatir yang tergambar di wajahnya.

Begitupun dengan Giran dan Nyi Londe, mereka memandang ke sekitar tempat itu lalu ke atas tebing.
Namun tidak terlihat bayangan Ratna di manapun. Rasa cemas segera merayapi hati tiga orang ini.
Mereka segera berpencar ke tiga penjuru untuk mencari Ratna dan Girin.

Giran melompat ke atas tebing, memandang ke sekeliling dan terkesiaplah hatinya..
Karena di balik tebing itu terdapat jurang yang menganga dalam. “Ratnaaaaaaa..!”

Teriak Giran keras-keras. Suaranya menggema dan berkumandang ke seluruh penjuru.
Tapi tiada jawaban kecuali pantulan gema suaranya sendiri.

Samolo dan Nyi Londe pun memanggil-manggil nama Ratna dan Girin.. juga tiada jawaban.
Kecuali gemuruh air sungai yang mengalir sangat deras di bawah jurang terjal itu.

Giran dengan putus asa melompat dari tebing, wajahnya pucat dan muram.
Ia menghempaskan tubuhnya duduk di atas batu, membenamkan kepalanya di antara kedua sikunya.
Samolo dan Nyi Londe sama-sama lemah lunglai, masing-masing duduk di atas batu pula.

Langit mendung kian menggantung di angkasa. Sekelam hati ketiga insan yang tengah dirundung duka nestapa.
Wajah kedua abdi yang setia ini tenggelam dalam kepedihan yang sangat dalam.

Tiada nampak air mata lagi, karena kali ini yang menangis adalah hati mereka.
Wajah Samolo tampak kosong tak berekspresi, ia tafakur menunjang tubuhnya yang kokoh itu dengan tongkatnya.
Bagaikan sebuah patung arca yang menunggu kelapukannya dimakan zaman.

Mata Nyi Londe pun tampak hampa tak bersinar lagi. Dunia ini terasa begitu kosong bagi mereka.
Karena mereka sudah merasa pasti bahwa orang yang mereka sangat kasihi telah tiada lagi di dunia ini..
hanyut bunuh diri ke dalam sungai karena kecewa dan putus asa.

Membawa anaknya ikut bersamanya, daripada anak itu akan jadi korban kekejaman ayah kandungnya sendiri.
Ada rasa penyesalan terhadap sikap tuan mudanya ini..
namun mereka tak mau mengutarakannya karena sudah tak berguna lagi.

Mereka hanya menyesali nasib, mengapa harus mendera seorang wanita yang lembut hati itu sampai begitu kejam.
Bukankah ada orang lain yang lebih jahat dan buruk tetapi bisa hidup senang menikmati hasil kebusukannya..?
Oh, betapa tidak adilnya kehidupan ini. Demikian pikir Samolo dan Nyi Londe hampir bersamaan.

Angin berembus membawa titik-titik air sisa hujan.
Suasana terasa hening membeku seakan-akan seluruh permukaan bumi sudah tidak lagi dihuni manusia.
Giran terkulai bagaikan sebatang kayu yang layu. Hilanglah ketegaran jiwanya yang kokoh tak kenal kompromi.

Tadinya ia menganggap dirinya sudah demikian dewasa dan matang..
namun sesungguhnya ia pun tidak berbeda dengan orang-orang picik dan dungu, juga kekanak-kanakan.

Memandang corak dan warna kehidupan ini dari sudut yang begitu sempit..
lalu dengan gegabah memvonisnya tanpa kenal ampun.

Giran kini mengutuki dirinya sendiri.. ia merasa kerdil dan sangat berdosa..
karena telah menghukum orang-orang yang tidak bersalah.
Orang-orang yang sesungguhnya sangat mengasihinya.

Giran meremas-remas kepalanya penuh penyesalan.
Betapa pedih dan hancur hatinya bila mengingat nasib sang istri yang begitu setia dan sabar menantinya..
meski setiap hari menerima siksa dari sang mertua yang ternyata berhati iblis.

Yang lebih tragis lagi sepulangnya suami yang amat dirindukannya itu..
malah telah mendatangkan bencana yang lebih fatal lagi.

Tak sanggup lagi Giran memikirkan hal itu.
Ingin rasanya ia terjun ke dasar jurang untuk menyusul anak dan istrinya itu.
Semua yang dimilikinya kini terasa sudah tak berarti sama sekali.

Kehidupannya benar-benar sudah terasa hampa..
lebih pahit dari kehidupannya ketika harus bergumul di tengah belantara hutan Kalimantan yang buas itu.

Bahunya terguncang dalam isak penuh penyesalan.
Berkali-kali disebutnya nama Ratna sambil meremas-remas kepalanya sendiri.

Hingga pada suatu saat.. di antara linangan air matanya ia melihat sepasang kaki putih mulus..
melangkah mendekat dan berhenti di sisinya.

Giran pelan-pelan mengangkat wajahnya, ia seakan-akan tengah bermimpi..
Ditatapnya perempuan yang berdiri menggendong putranya itu..
Laksana bayangan fatamorgana yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

“Ratna..!?” Gemetar bibir Giran menyebut nama itu.
“Kak Giran..!” Lembut jawaban itu namun bagaikan awan mendung menjelang hujan.

Dengan perasaan takut kehilangan lagi.. Giran segera merangkul tubuh semampai itu..
yang sudah bertahun-tahun dirindukannya. Erat-ketat.. bagai tiada sesuatu pun yang dapat memisahkan mereka lagi.

Ratna menangis tersedu-sedu terbenam dalam pelukan suaminya. Girin menangis ketakutan.
Suatu pertemuan yang amat mengharukan.

Ketiganya berdekapan dalam sedu-sedan yang sangat melirihkan namun membahagiakan.
Samolo dan Nyi Londe pun ikut menepis air mata karena rasa haru dan bahagia yang menyesakkan dada mereka.

Giran membelai kepala putranya. “Girin, anakku..” katanya penuh kasih sayang, juga mengandung rasa bersalah.
Girin masih memangis dan memeluk ibunya erat-erat..
karena takut kepada laki-laki asing yang pernah menganiaya ibunya serta uwak-nya dengan garang itu.

“Ini ayah, Nak..! Ayahmu..” bujuk Ratna dengan mata berkaca-kaca. Tapi Girin masih meronta ketakutan.
“Biarkan saja dulu. Kelak kasih sayang jugalah yang akan melunakkan hati dan jiwanya..” ujar Samolo tersenyum.
“Betul, cuma kasih sayanglah yang bisa mempersatukan manusia..” sambung Nyi Londe seperti berfilsafat.

Samolo manggut-manggut menyetujui pendapat pengasuh yang telah membuktikan sendiri kata-katanya..
melalui kasih sayang yang dilimpahkan kepada anak asuhannya yaitu Giran.
Tanpa kasih sayangnya itu barangkali pamor keluarga Tuan Tanah akan hancur sama sekali.

Begitu pun Samolo, demi kasih sayang ia rela berkorban apa saja termasuk sepasang matanya itu.
Juga Ratna, dia begitu tabah dan setia, tahan segala derita. Semua demi kasih sayangnya.

Maka tak masuk di akal kalau ia menjadi nekat bunuh diri bersama Girin.
Hati kecilnya masih punya keyakinan bahwa Giran pada suatu saat akan sadar dari kekeliruannya.

Maka ia menyelinap turun dari tebing dan bersembunyi di balik batu.
Ia telah mendengar dan melihat perubahan sikap suaminya itu.

Dia-lah yang pertama-tama menangis di balik batu itu, tangis bahagia..
yang sudah bertahun-tahun tak pernah lagi menghinggapi hatinya semenjak malam terakhir Giran pergi meninggalkannya.

Kini masa lalu itu bagaikan sebuah mimpi yang amat menakutkan dan telah berakhir.
Mereka telah berkumpul kembali, sama-sama menghapus air mata.

Berganti dengan air mata bahagia yang mengalir dari relung hati serta wajah-wajah yang dihias senyum ceria.
Seceria cahaya fajar yang baru menyingsing di ufuk timur. Awan mendung pun telah buyar sudah.

Dengan langkah mantap mereka saling berpegangan berjalan pulang untuk menyongsong fajar kehidupan baru.
-----ooOoo-----

Pukul delapan malam.. Giran sudah selesai mandi.
Bayang-bayang tubuh Ratna yang baru saja ia peluk terus menggodanya.

Wanita itu kini berada di kamar mandi sehabis menidurkan Girin yang agak rewel.
Giran menunggunya dengan hanya mengenakan handuk yang melilit di bawah perut..
Ia merebahkan tubuh di atas tempat tidur.

Bayangan tubuh Ratna yang meski kini agak kurus masih mampu menggelorakan birahinya..
Dan tanpa terasa membuat kejantanannya menegak ke atas..
membayangkan hal-hal indah yang pernah mereka alami bersama.

Achh.. Ratna.. Giran berkata dalam hati sambil mengusap-usap handuknya..
yang menyembul ke atas menutupi kejantanannya.

Tak tahan, iapun segera bangkit dan mengetuk pintu kamar mandi. Ratna segera membukanya.
Ia sudah selesai mandi, rambutnya masih basah oleh air keramas, tubuh halusnya bau kembang.

Saat itu Ratna hanya mengenakan kain putih tipis yang menerawang.
Sesaat jantung Giran berdegup kencang ketika memperhatikan bayang-bayang tubuh indah..
yang nampak jelas karena terpaan sinar bulan dari arah belakang kamar mandi.

Wanita itu tampak tidak mengenakan bra dan celana dalam.
Kejantanan Giran semakin keras menyembul dari balik handuknya..
menyaksikan pemandangan indah itu.. membuatnya jadi semakin tak tahan.

"Ada apa, Kak..?" Begitu sapa Ratna tanpa rasa curiga sedikitpun. Giran berdiri tepat di depannya.
Bau harum tubuh dan rambutnya yang wangi semakin mengelorakan jiwa laki-laki itu.

Tanpa sadar Giran melangkah hingga istrinya itu bisa menyentuh handuknya yang menyembul keras sekali.
"Ahh, Kak..!" Lirih Ratna dengan gugup dan muka memerah.
Lama tidak berjumpa dengan Giran membuatnya jadi seperti pengantin baru.

Giran segera memegangi pergelangan tangan sang istri..
Gejolak birahi telah sedemikian menggelora dalam dirinya.

Dengan sisa-sisa kesadaran yang ada ia meremas jemari tangan Ratna sambil sedikit menarik tubuh gadis itu ke arahnya.
"Kak..” Ratna mendesah lirih, namun memejamkan matanya seolah menikmati belaian lembut tangan Giran di jari-jarinya.

Giran yang tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan.. segera mencium dan melumat bibir indah gadis itu.
Ia menggigit dengan lembut bibir tipis sang istri. Serangannya berhasil.. Ratna sama sekali tidak menolaknya..
bahkan kini tangan gadis itu memegang pipinya seolah berusaha agar Giran lebih kuat lagi menciuminya.

Sambil berpelukan, dengan jemari Giran berada di buah pantat Ratna yang indah, mereka terus saling melumat.
Giran memeluk istrinya mesra, seakan berusaha untuk menekan badan Ratna agar lebih merapat ke arahnya.

Posisi ini membuat Ratna bisa dengan jelas merasakan tonjolan kejantanan Giran di balik kain handuknya.
"Hhhmm..” gadis itu mendesah pelan ketika Giran menggesek-gesekkan kejantanan di sekitar daerah sensitifnya.

Kini bibir laki-laki itu telah turun ke arah leher Ratna yang putih jenjang.
Lidahnya menyapu-nyapu di belakang telinga gadis itu dan membasahi rambut-rambut halus di atas tengkuknya.

Tak mau kalah, tangan Ratna juga telah turun untuk menyusup ke dalam handuk sang suami.
Jemari itu terus bergerak ke bawah berusaha untuk menggenggam kejantanan Giran yang sudah mengacung keras.

"Ssshh..” Giran mendesis nikmat saat jemari tangan Ratna bergerak lembut melingkari kejantanannya yang telah mengeras.
Tangannya sendiri sekarang telah meraba-raba puting payudara gadis itu.

Dimulai dari yang kiri sambil mulutnya menciumi yang kanan.
Daster putih yang dikenakan Gadis itu jadi membasah di sekitar dada karena air liurnya.

Kini puting Ratna yang kecil, mungil.. dan berwarna merah kecoklatan tampak semakin jelas terlihat mencuat ke depan.
Bergantian Giran meraba dan menciuminya hingga membuat sang istri mulai mendesis-desis penuh kenikmatan.

"Ahh.. Kak, enak sekali..” rintih Ratna sambil tak berkutik mengikuti giringan Giran..
yang sekarang membimbingnya menuju tempat tidur.
Ia merebahkan sebagian badannya di atas ranjang, sementara kakinya yang indah masih terkulai lemas ke lantai.

Giran segera menyingkapkan daster yang dikenakan perempuan cantik itu.
Bisa ia saksikan indahnya bulu-bulu hitam lembut yang menutupi celah kewanitaan sang istri.
Sungguh sangat pandai Ratna merawat dirinya.. pikir Giran dalam hati.

Ia lalu berlutut diantara kedua paha indah gadis itu dan mengarahkan bibirnya yang sudah gatal ke arah bulu-bulu lembut itu.
Giran mulai mengecup dan mengembus-embuskan nafasnya hangat ke kewanitaan..
Ratna hingga membuat gadis itu berteriak kecil tanda kaget sekaligus senang.

"Auhh..” Ratna semakin mendesis ketika jilatan-jilatan lidah Giran mulai menyentuh kulit pahanya.
Tangannya meremas-remas rambut laki-laki itu seolah mengarahkan agar tepat di atas kemaluannya.

Bibir sang suami kini telah menempel di bibir kewanitaannya, lidah laki-laki itu menyelip..
kemudian menjilati dinding luar kewanitaannya.. hingga membuatnya jadi mengerang merasakan kenikmatan luar-biasa..
yang mulai menyebar dan membuat tubuhnya menegang.

Apalagi kemudian lidah Giran berputar-putar di bagian atas, tepat di tonjolan kecilnya yang kini jadi memerah tajam.
”Ohh..!” Ratna langsung menggeliat. "Aduh.. enak, Kak.." ia kembali mendesis.. sambil mengelinjangkan tubuhnya...
saat Giran dengan penuh nafsu terus mengisap-isap klitorisnya.. sehingga seakan-akan seluruh tubuhnya tersedot ke bawah.

Lelehan air wangi yang sedari tadi telah membasahi dinding kewanitaan Ratna kini semakin mengalir deras.
Bunyi lidah dan isapan-isapan Giran pada klitorisnya semakin menjadikan birahi Ratna kian memuncak.

Tangannya juga semakin cepat membenam-benamkan kepala laki-laki itu sambil terus berteriak-teriak lirih penuh kenikmatan.
"Terus, Kak.. terus.. jangan berhenti.. uhh..!!" Pekiknya melepas nikmat.

Kemudian salahsatu telunjuk Giran menerobos liang yang telah licin dan basah itu.
”Ohhh..!” Ratna menggelepar, merasakan kegelian sekaligus kehangatan dalam sentakan-sentakan tubuhnya yang menggelora.

Apalagi Giran melanjutkan dengan mencengkeram kedua kakinya, mengangkat dan mengangkangkannya lebar-lebar.
Oh.. tubuh Ratna langsung meregang. Kini Giran kembali memasukkan lidahnya -seluruh lidah..-
bahkan sampai ke pangkalnya, ke dalam liang Ratna yang terasa semakin melebar itu.

Sambil memutar-mutar, ia meraih langit-langit kewanitaan gadis itu yang telah berdenyut-denyut nikmat..
hingga air wangi yang sejak dari memancar keluar keluar.. kini semakin menyembur deras.

Setelah kewanitaan itu sudah basah kuyup, saat itulah tiba-tiba badan Ratna menegang.
Punggungnya melenting ke atas dan gadis itu menjerit.

"Ahh.. aku keluar, Kak..!!!" Ratna menggerang, menggelinjang dan bergetar hebat.
Tubuh mulusnya tersentak-sentak hingga menyebabkan ranjang jadi berderik.

Slrupp.. clrupp..!! Giran terus menyedot cairan yang keluar dari tubuh sang istri dengan seluruh mulutnya..
bagai sedang menyantap sebuah hidangan yang sangat nikmat.

"Ahh.. Kak, enak sekali! Uhh, enak sekali..” Ratna mendesis-desis lagi saat Giran terus menciumi mulut kecilnya itu..
sambil tangannya berusaha membelai-belai lembut biji klitorisnya.

Sejenak ia merebahkan diri di atas tempat tidur. Giran duduk di sampingnya..
sambil matanya dengan gemas mengamati seluruh tubuh sang istri yang begitu menggoda.

Meski sudah memberinya satu orang anak, tubuh Ratna masih tampak seperti perawan saja, begitu sintal dan menggoda.
Ratna yang tau kalau diperhatikan, segera balas menatap kejantanan Giran yang menjulang tinggi ke atas.

Ia segera meremas-remas lembut kejantanan itu sambil sesekali menciuminya.
Lidahnya yang basah menyapu-nyapu kepala kejantanan sang suami..
memberikan rasa geli bercampur nikmat yang sungguh luar biasa bagi Giran.

Pertama-tama Ratna memang cuma mengecup di sana-sini..
namun itu sudah cukup untuk membuat Giran tersentak-sentak kegelian.

Apalagi saat tak lama kemudian, dengan satu tangan meremas, Ratna mulai mengulum dan mengisap.
Wow..! Giran seperti dilambungkan ke langit ketujuh, kedua kakinya bagai tak menginjak bumi.

Ratna yang melihat ekspresi sang suami, jadi semakin bergairah..
bagai bayi yang kehausan ia mulai menyedot batang penis Giran secara berkepanjangan..
berusaha memasukkan semuanya ke dalam mulutnya yang kecil.

"Ouughh..” Giran langsung mendesah pelan..
ketika ujung lidah Ratna menyentuh-nyentuh lubang di ujung kejantanannya.

Sementara tangan gadis itu berusaha untuk mengocok-ngocok batangnya yang besar.
"Ooohh.. Sayang, aku tidak tahan. Benar-benar tidak tahan..!!"

Giran menjerit-jerit pelan.. sambil memegangi kepala gadis itu.. mengusap rambut Ratna yang legam..
yang di sana-sini menyentuh bagian dalam pahanya, menambah rasa kenikmatannya.

Kalau begini terus.. pikir Giran.. aku pasti akan menyebabkan Ratna tersedak..
Maka dengan lembut ia menarik tubuh istrinya agar segera berdiri.

Mereka berdua lalu berpelukan, Giran dengan buas.. kembali mengulum dan melumat bibir gadis itu.
Bagai menari, mereka bergoyangan perlahan, seirama menuju tempat peraduan.

Kini Ratna beringsut duduk di atas kejantanan Giran.
Buah pantatnya yang kecil tetapi padat itu ia geserkan pelan-pelan pada kepala kejantanan sang suami.

Setelah puas, ia kemudian membimbing kejantanan Giran agar segera menuju celah lubang kewanitaannya.
Begitu tepat berada di tengah.. Ratna lalu menekan badannya ke bawah secara perlahan-lahan..
sehingga batang yang begitu kokoh itu pelan-pelan terbenam ke dalam lubang kewanitaannya.

Slebb.. Blessekk..! ”Ahh..” Ratna kembali mengerang.. merintih penuh nikmat..
begitu merasakan otot perkasa yang panas membara menerobos masuk ke dalam tubuhnya.
Membuatnya jadi gemetar hebat, sakit sekaligus nikmat.

Giran yang juga sama-sama nikmat.. langsung meremas dada indah sang istri yang sangat sintal itu..
yang telah pula mengeras bagai hendak meledak.

Ratna menjerit kecil.. kedua tangannya terentang pasrah..
jari-jarinya meremas-remas seprai yang memang sudah berantakan tak karuan.
Nafasnya tersengal-sengal, matanya terpejam nikmat, mulutnya setengah terbuka.

Ratna mulai bergerak turun naik perlahan-lahan sambil tangannya mencengkeram dada Girang untuk menopang badannya.
"Oouugghh.. Kak..!" Ia berteriak nikmat sambil berusaha menggigit bibir bawahnya.

Lelehan air wangi kembali terasa membasahi kejantanan Giran..
hingga makin menambah licinnya gesekan-gesekan alat kelamin mereka berdua.

"Sshh.. enak, sayang..” Giran mendesis nikmat..
saat jepitan dinding-dinding kewanitaan sang istri terasa keras bergeser-geser di sepanjang kejantanannya.

Wanita itu kini bergerak turun naik dengan semakin cepat sambil matanya terpejam-pejam menikmati amukan birahinya.
Giran sangat menikmati ekspresi wajah itu..
dengan tangannya tak henti-henti memilin dua puting Ratna yang juga sudah amat mengeras.

"Teruss.. Sayang..! Teruskan, lebih dalam lagi..!!” Giran berteriak-teriak penuh rasa nikmat.
Ratna menanggapi dengan semakin cepat bergerak membenamkan seluruh pinggulnya.

"Ouhh.. Kak, enak.. enak sekali..!!” Ia menjerit-jerit kecil sambil mencakar-cakar lembut dada sang suami.
Dalam posisinya yang terbaring.. Giran berusaha mengimbangi gerakan itu dengan mengayun-ayunkan penisnya..
dalam sentakan-sentakan pendek namun sangat terasa.

Akibatnya, Ratna merasa bagai ditikam-tikam, tetapi tanpa rasa sakit, melainkan penuh berisi kenikmatan.
Pinggulnya mulai bereaksi bagaikan seorang penari.

Setiap hujaman dan dorongan Giran ia balas dengan goyangan yang tak kalah liar..
sehingga tubuh mereka yang berpeluh bertumbukan tepat di tengah-tengah.

Dan setiap tumbukan mengirimkan getaran-getaran nikmat ke seluruh penjuru tubuh.
Begitu terus hingga dua menit berselang, Ratna tiba-tiba mencengkeram erat lengan tangan Giran sambil berteriak..

"Ouhh.. Kak, enak sekali..!!” Dan seluruh badannya menegang seiring dengan tercapainya titik orgasme.
Ia terus merintih dan berteriak-teriak kecil sampai Giran melesakkan seluruh batang penis..

Jauh ke dalam tubuhnya dengan sekali hentak hingga menyentuh bagiannya yang paling dalam..
yang selama ini jarang dijamah. Ratna kembali berteriak nikmat dan meregang-menggelepar.

Takut membangunkan Girin yang tertidur pulas di sebelah mereka..
Giran segera membungkam mulut kecil sang istri dengan sebuah ciuman panjang.
Sementara di bawah, ranjang mereka berderit-derit bagai memprotes.

Setelah membiarkan Ratna sejenak tenggelam dalam gelombang orgasmenya..
Giran membantu mengangkat tubuh wanita itu agar tautan alat kelamin mereka terlepas.

Namun istrinya itu memprotes dengan lemah.. "Kak, jangan dikeluarkan dulu. Kamu kan belum..” pintanya.
Giran memang tidak bermaksud untuk berhenti.

Malah sebaliknya, ia ingin memberikan yang terbaik bagi wanita itu di malam yang dingin ini.
Kapan lagi kesempatannya kalau tidak sekarang, saat mereka baru saja berjumpa setelah berpisah hampir 5 tahun..?

Apalagi waktu baru menunjukkan pukul sembilan malam..
masih banyak kesempatan untuk sebuah percintaan yang penuh gairah.

Dengan kedua tangannya yang kokoh.. Giran menggulirkan tubuh molek sang istri..
sehingga kini Ratna berbaring tertelungkup dengan nafas yang masih memburu cepat.

Wanita itu diam saja, tampak pasrah menerima perlakuan Giran pada tubuh sintalnya.. saja.
Sementara Giran, dengan menggunakan kedua telapak tangannya, menyingkap kewanitaan Ratna..
yang sudah memerah basah.. lalu menghujamkan kemaluannya dengan sekali hentak dari arah belakang.

Langsung masuk sampai ke pangkalnya, membuat Ratna sedikit tersentak meski sudah mengantisipasi.
Jlebb..!! ”Ohh..!” Gadis itu mengerang,, membiarkan Giran berbuat sesuka hati..
karena kewanitaannya kini sudah jadi sangat-sangat sensitif.

Diapakan saja, Ratna pasti segera mencapai orgasme. Dan betul saja.
Belum lagi mencapai hitungan ke delapan, orgasme keduanya sudah datang lagi.

Kali ini terasa lebih hebat karena gosokan-gosokan kejantanan Giran sangat keras..
terasa di dinding-dinding kewanitaannya.
Dengan kedua kaki menyatu membuat batang itu jadi terjepit erat, terasa kuat sekali. Begitu nikmat.

Giran sendiri sama sekali tidak menghentikan hujaman kejantanannya.
Ia terus menusuk dengan nafas yang tak kalah menggemuruh. Ratna jadi merintih dan menjerit karenanya.

Ia menggigit seprei yang telah pula basah oleh keringat.
Kegelian yang tak tertahankan, bercampur kenikmatan yang meletup-letup, memenuhi seluruh tubuhnya..
yang terhimpit di antara kasur dan tubuh sang suami.

Wanita itu tak tahan, tapi juga tak ingin berhenti. Ratna membiarkan gelombang demi gelombang..
kenikmatan merajahi tubuh indahnya, mengantarnta ke nikmat orgasme yang ketiga.

Dan Giran pun merasakan kenikmatan luar biasa ketika sang istri mencapai puncak birahi untuk yang kesekiankalinya ini.
Ia merasakan betapa kejantanannya bagai dilumat oleh lapisan sutra yang sangat lembut dan hangat.

Juga bagai diremas-remas sambil disedot-sedot..
sehingga bagian ujungnya penisnya yang sangat sensitif jadi terasa ingin meledak.

Terus ia mengayun-ayunkan pinggul..
menghujam-hujam dengan begitu kuat dan dalam karena kini tak bisa lagi berhenti.
Sampai akhirnya Giran mengejang saat merasakan kenikmatan yang luar biasa menyergap tubuh kekarnya.

Dengan sebuah hujaman terakhir yang sangat dalam.. Jleghh..!! Iapun berteriak.. "Arghhh..!"
Dan Ratna menyambut dengan sebuah jeritan kecil.. lalu mengerang panjang..
ketika merasakan semprotan-semprotan hangat sang suami memenuhi seluruh rongga kewanitaannya. Nikmat sekali.

Giran mengeluarkan lava panasnya di dalam lubang kewanitaan gadis itu.
Dinding kewanitaan Ratna terasa memijat-mijat seluruh batang kemaluannya, erat tapi juga lembut, hangat sekali.

Ratna yang merasakan semprotan-semprotan itu, jadi seperti dipicu.
Gelombang-gelombang kenikmatan kembali menggetarkan tubuhnya yang kini lunglai lemas.

Kepala gadis itu menengadah, membiarkan Giran menciumi bibirnya penuh mesra, penuh rasa terimakasih.
Sementara di bawah, cairan cinta mereka berleleran memenuhi paha masing-masing.

Mereka terus berpelukan erat.. sambil Giran tak bosan-bosannya mengecupi tubuh sintal Ratna yang penuh keringat..
yang kini terkulai lemas di bawah tubuhnya.

Ah.. betapa liarnya kami malam ini.. gumam Giran dalam hati.

"Kak, tadi rasanya enak sekali. Aku sampai empatkali lho, kakak hebat..”
bisik Ratna dengan nada manja sambil merebah ke samping.

Giran tersenyum dengan bangga.. lalu mencium kening gadis itu.
Sambil tetap berpelukan.. mereka kemudian terlelap tanpa selembar benangpun menempel di kulit masing-masing. END
---------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------


End of Cerita 192..:pandajahat:

Disadur dari Tuan Tanah Kedawung karya Ganes TH.

Sampai Jumpa di Lain Cerita.. Adios.. :ciao:
 
-----------------------------------------------------ooOoo--------------------------------------------------

Cerita 193 – Bidadari Itu .. [Part 1]

Yumiko

Aku tiba di Jepang
pertamakali pada awal Februari.
Saat itu kota kecil tempat aku belajar tengah tertutup oleh timbunan salju.

Sewaktu mencari apartemen yang kemudian kutinggali..
aku hanya tau bahwa ibu pemilik apartemennya masih muda dan sangat cantik.

Waktu itu dia mengantarku menengok keadaan apartemen.
Dia mengenakan celana jins dan jaket bulu yang longgar dengan mengenakan penutup kepala..
yang menyatu dengan jaket yang dia kenakan.

Sesudah menandatangani kontrak sewa, aku tidak pernah berjumpa lagi dengannya hingga akhir Maret.
Walau pun dia tinggal di rumah besar yang hanya berada di samping kanan apartemen yang kusewa..
namun kesibukanku di kampus membuatku selalu pulang malam.

Juga kebiasaan orang yang hidup di negara empat musim..
Pada musim dingan rumah besar itu selalu menutup pintu dan jendelanya rapat-rapat.
Pada akhir pekan.. waktu kuhabiskan di dalam apartemen dengan menonton kaset video.

Pembayaran uang sewa apartemen kulakukan dengan transfer uang lewat bank ke rekening dia.
Dari situlah aku jadi hafal namanya: Yumiko Kawamura.

Yumiko ternyata sangat mengundang hasrat lelaki. Aku baru menyadarinya pada akhir bulan April.
Waktu itu hari Jumat, tanggal 30 April. Aku lupa pergi ke bank untuk membayar sewa apartemen.

Sementara kalau menunggu hari Senin, hari sudah menunjukkan tanggal 3 Mei.
Padahal sesuai perjanjian.. uang sewa bulan berikutnya..
harus sudah dibayarkan selambat-lambatnya pada hari terakhir bulan sebelumnya.

Maka pada malam itu aku membawa uang sewa apartemen ke rumahnya..
barangkali dia mau menerima uangnya secara langsung.

Dia sendiri yang membukakan pintu rumahnya saat itu. Aku mengemukakan alasanku:
Mengapa sampai aku menyalahi kontrak perjanjian, yakni tidak membayar lewat bank.

Ternyata dia berkata, hal tersebut tidak menjadi masalah.
Lewat bank atau langsung diantarkan, baginya tidak ada pengaruhnya.

Hanya saja orang Jepang biasanya tidak mau repot-repot atau belum tentu punya waktu..
sehingga mereka membayar uang sewa melalui transfer otomatis antar-rekening bank.

Waktu Yumiko menemuiku tersebut, aku terpesona dengan kecantikan dan kemolekan bentuk tubuhnya.
Tinggi tubuhnya sekitar 167 cm. Rambutnya tergerai sebahu.

Wajahnya putih mulus dengan bentuk mata, alis, hidung dan bibir yang indah.
Dari celana jins ketat dan sweater yang dia kenakan.. aku dapat melihat jelas postur tubuhnya.

Pinggangnya berlingkar sekitar 58 cm. Pinggulnya melebar indah, ukuran lingkarnya tidak kurang dari 98 cm.
Payudaranya amat montok dan membusung indah, lingkarnya sekitar 96 cm.

Kalau dibawa ke ukuran BH Indonesia pasti dia memakai BH dengan ukuran 38.
Suatu ukuran payudara yang enak diciumi, disedot-sedot dan diremas-remas.

Dari samping kulihat payudaranya begitu menonjol dari balik sweater yang dikenakannya.
Melihat dia sewaktu membelakangiku..
Ughhhh.. aku terbayang betapa nikmatnya bila tubuh kenyal indah tersebut digeluti dari arah belakang.

Perlu diketahui.. aku masih single. Walau pun aku gemar menonton video porno dan melakukan masturbasi..
namun aku belum pernah melakukan hubungan seks dengan pacar-pacarku.

Sejak mengetahui bahwa sewa apartemen dapat dibayarkan secara langsung..
Aku memutuskan untuk tidak membayar lewat transfer bank lagi.

Alasannya.. aku dapat menghemat ongkos transfer.
Di samping itu aku dapat menatap wajah cantik dan tubuh aduhai Yumiko.

Bulan Mei.. udara di kotaku sudah tidak terlalu dingin lagi. Sudah berubah menjadi sejuk.
Yumiko Kawamura pada hari Sabtu atau Minggu sering terlihat bekerja di halaman.

Kadang dia memotong rumput.. memangkas pepohonan kecil.. atau merapikan pot-pot tanamannya.
Aku paling suka menatap tubuhnya bila dia membelakangi jendela apartemenku.
Sungguh merupakan sosok yang enak digeluti.

Apalagi bila dia sedang menunggingkan pinggulnya yang padat.. aah.. hal itu membuatku teringat:
Adegan-adegan perempuan Jepang yang sedang digenjot dalam posisi menungging pada video-video
permainan seks yang sering kupinjam dari persewaan.

Lama-lama aku tau sedikit tentang keluarga dia.
Umur Yumiko adalah 30 tahun. Anaknya dua, perempuan semua.

Yang pertama berumur tujuh tahun, yang kedua lima tahun.
Suaminya bekerja di kota lain, pulangnya pada akhir pekan.
Sabtu dinihari dia tiba di rumah dan berangkat lagi hari Minggu tengah malam.

Di hari penutup bulan Mei, hari Senin, aku berniat membayar sewa apartemen di petang hari.
Karena itu aku pulang dari kampus lebih awal dari biasanya.

Saat itu tiba di apartemen baru jam 17:00.
Sesudah menyimpan tas punggung.. aku pergi ke rumah Yumiko Kawamura.

Kuketuk pintu, namun tidak ada jawaban dari dalam. Kupencet bel yang terpasang di kusen pintu.
Kutunggu sekitar satu menit, namun tidak ada suara apa pun dari dalam rumah.

Agaknya sedang tidak ada orang di rumah. Mungkin Yumiko dan anak-anaknya sedang ke supermarket.
Akhirnya aku kembali ke apartemen dan mandi.

Sehabis mandi aku menonton TV, sampai akhirnya aku tertidur di depan TV.
Aku terbangun jam setengah delapan malam.

Kutengok rumah Yumiko dari jendela apartemen. Lampu-lampu rumahnya sudah menyala.
Berarti mereka sudah datang. Aku pun membawa amplop berisi uang sewa apartemen.

Kupencet tombol bel pintunya, seraya mengucap, “Gomen kudasai..”
Sejenak hening, namun kemudian terdengar sahutan, “Hai. Chotto matte kudasai..”

Terdengar derap langkah di dalam rumah menuju pintu. Kemudian pintu terbuka. Aku terpana.
Di hadapanku berdiri Yumiko.. dengan hanya mengenakan baju kimono yang terbuat dari bahan handuk..
sepanjang hanya 15 cm di atas lutut.

Paha dan betis yang tidak ditutupi kimono itu tampak amat mulus. Padat dan putih.
Kulitnya kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yang pendek.

Pinggulnya yang besar melebar dengan aduhainya. Pinggangnya kelihatan ramping.
Sementara kimono yang menutupi dada atasnya belum sempat dia ikat secara sempurna..
menyebabkan belahan dada yang montok itu menyembul di belahan baju.

Payudara yang membusung itu dibalut oleh kulit yang putih mulus. Lehernya jenjang.
Beberapa helai rambut terjuntai di leher putih tersebut.

Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari tubuhnya.
Agaknya dia sedang mandi, atau baru saja selesai mandi.
Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal.. kontolku berdiri melihat kesegaran tubuhnya.

“A.. Bobby-san. Watashi no imoto to omotteta..” sapanya membuyarkan keterpanaanku.
Agaknya aku tadi dikiranya adik perempuannya. Pantas.. dia berpakaian seadanya.

Untuk selanjutnya.. percakapanku dengannya kutulis di sini langsung dalam bahasa Indonesia saja..
Agar semua pembaca mengetahuinya, walau pun percakapan yang sebenarnya terjadi dalam bahasa Jepang.

“Kawamura-san, maaf.. saya mau membayar sewa apartemen..” kataku.
“Hai, dozo.. Silakan duduk di dalam dan tunggu sebentar..” sahutnya.

Aku lantas berjalan mengikutinya menuju ruang tamu. Kuperhatikan gerak tubuhnya dari belakang.
Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah kakinya.

Edan..! Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat.
Ingin kutempelkan kontolku di liatnya gundukan pantat sekalnya.
Dan ingin rasanya kuremas-remas payudara montoknya habis-habisan.

Aku duduk di bantal duduk yang disediakan mengelilingi meja tamu.
Sementara dia naik tangga menuju lantai dua.
Langkah-langkah betis indah di anak-anak tangga itu tidak pernah lepas dari tatapan liar mataku.

Empat menit kemudian dia turun dari lantai dua. Baju yang dikenakan sudah ganti.
Sekarang dia mengenakan baju kimono tidur putih yang berbahan licin.

Srengg..!! Diterpa sorot lampu.. kain tersebut mempertontonkan tonjolan buah dada..
sehingga tampak membusung dengan gagahnya.

Dia tidak mengenakan bra di balik kimono tidurnya..
sehingga kedua puting payudaranya tampak jelas sekali tercetak di bahan kimononya.

“Ingin minum apa..? Kopi, teh, atau bir..?” Tanya Yumiko.
“Teh saja..” jawabku.

Selama ini aku memang belum pernah minum bir.
Bukan aku antialkohol atau menganggap bahwa bir itu haram..
Namun hanya alasan takut ketagihan minuman alkohol saja.

Yumiko kemudian membawa baki berisi poci teh hijau dan sebuah cangkir untukku.
Untuk itu dia sendiri.. diambilnya satu cangkir besar dan tiga botol bir dari kulkas.
Kemudian aku pun menikmati teh khas Jepang tersebut, sementara dia menikmati bir.

“Kok sepi..? Anak-anak apa sudah tidur..?” Tanyaku.

“Mereka sedang main ke rumah adik perempuan saya. Tadi perginya bersama-sama saya.
Lalu saya pulang duluan karena harus ke supermarket dulu untuk membeli sayur dan buah.
Mungkin sebentar lagi mereka akan tiba, diantar oleh adik perempuan..”

“Oh.. pantas, tadi saya ke sini tidak ada orang. Sepi..”

“Bobby-san berasal dari mana..? Thai..? Malaysia..? Filipina..?”
“Saya dari Indonesia..”

“Indonesia..” Yumiko tampak berpikir.. “.. dengan Pulau Bali..?”
“A.. itu. Bali adalah salahsatu pulau dari Indonesia..”

“O ya..? Sungguh pulau yang indah. Saya belum pernah ke sana, namun ingin dapat mengunjungi Bali.
Saya mempunyai brosurnya..”

Yumiko beranjak dari duduknya dan mengambil suatu buku tipis tentang pulau Bali dari rak buku.
Pada posisi membelakangiku, aku menatap liar ke tubuhnya.

Mataku berusaha menelanjangi tubuhnya dari kain kimono mengkilat yang dia kenakan.
Pinggangnya ramping. Pinggulnya besar dan indah.

Kemudian betis dan pahanya yang putih mulis tampak licin mengkilap di bawah sorot lampu TL.
Betapa harum dan sedapnya bila betis dan paha tersebut diciumi dan dijilati.

Yumiko kemudian membuka brosur tentang pulau Bali tersebut di atas meja tamu.
Dia bertanya-tanya tentang gambar yang ada dalam brosur tersebut sambil kadang-kadang meneguk bir.

Kini dari mulutnya yang indah tercium wanginya bau bir setiapkali dia mengeluarkan suara.
Kupikir sungguh kuat dia meminum bir. Tiga gelas besar sudah hampir habis diteguknya.

Perhatian dia ke foto-foto di brosur dan bir saja.
Ngomongnya kadang agak kacau, mungkin karena pengaruh alkohol.
Namun bagiku adalah kesempatan menatapnya dari dekat tanpa rasa risih.

Dia tidak menyadari bahwa belahan kain kimono di dadanya mempertontonkan keindahan..
Ya.. gumpalan payudara yang montok dan putih di kala dia agak merunduk.

Edan.. ranumnya..! Sontak Kontolku pun menegang dan terasa hangat.
Sebersit kenikmatan terasa di saraf-saraf kontolku.

Kring.. kring..!! Tiba-tiba telpon berdering. Yumiko bangkit dan berjalan menuju pesawat telpon.
Pengaruh kebanyakan minum bir mulai terlihat pada dirinya. Jalannya agak sempoyongan.

Sialan..!! Makiku dalam hati..
karena dering telpon tersebut memutus keasyikanku melihat kemontokan payudaranya.

Yumiko terlibat pembicaraan sebentar di pesawat telpon.
Kemudian kembali lagi ke bantal duduknya semula dengan jalan yang sempoyongan.

“Anak-anak tidak mau pulang..” Yumiko menjelaskan isi pembicaraan telponnya.
“Malam ini mereka bermalam di rumah adik perempuan saya.
Besok mereka diantarnya langsung ke sekolah mereka..”

Yumiko menuangkan bir ke gelasnya lagi. Sudah gelas yang keempat.
Edan juga perempuan Jepang ini. Jalannya sudah sempoyongan namun masih terus menambah bir.

“Bobby-san sudah menikah..?” Tanyanya.
“Belum..” jawabku.

“Sudah ada pacar..?”
“Sudah. Saat ini masih kuliah di Indonesia..”

“Syukurlah. Nikmati masa pacaran. Masa pacaran adalah masa yang indah.
Bagaimana permainan cinta sang pacar..?”

Kunilai kata-kata Yumiko semakin mengacau. Semakin berada di alam antara sadar dan tidak sadar.

“Permainan cinta..?”
“Iya.. permainan seks..”

“Saya belum pernah melakukan hubungan seks, termasuk dengan pacar saya.
Kebanyakan perempuan di negara saya masih menjaga kegadisan sampai dengan menikah..”

Yumiko tertawa lirih mendengar kata-kataku. Suara tawanya amat menantang kejantananku.

“Di Jepang gadis-gadis sudah melakukan hubungan seks dengan pacar mereka pada usia 17 atau 18 tahun.
Kalau belum melakukan hal tersebut, mereka belum merasa menjadi orang dewasa.
Mereka akan diejek kawan-kawannya masih sebagai anak ingusan..”

“O.. begitu. Baru tau saya..!”
“Kalau begitu Bobby-san masih perjaka..?”

“Saya tidak tau masih disebut perjaka atau tidak. Saya belum pernah melakukan hubungan seks.
Namun sejak usia 15 tahun saya suka melakukan masturbasi untuk mengatasi kebutuhan seks saya..!”

Yumiko tertawa lagi. Tawa yang membangkitkan hasrat.
Sialan. Aku diejek sebagai anak ingusan oleh pemilik bibir ranum sensual itu.

Ingin rasanya kubuktikan kedewasaan dan kejantananku.
Ingin rasanya kulumat habis-habisan bibir merekah itu.

Ingin rasanya kusedot-sedot payudara aduhai itu dengan penuh kegemasan.
Dan ingin rasanya kuremas-remas pantat kenyal Yumiko itu sampai dia menggial-gial keenakan.
Agar dia kapok.

“Kenapa tidak cari pacar yang dapat diajak berhubungan seks sekarang-sekarang ini..?
Bobby-san ganteng, badan tinggi-tegap dan berpenampilan jantan. Kalau di sini cari pacar..
pasti banyak perempuan Jepang yang mau. Sayang kalau energi pada usia muda tidak dinikmati..!”

Omongan Yumiko semakin ngelantur. Pasti karena kebanyakan minum bir.

“Sebab kalau Bobby-san berumur tua sedikit, energi akan berkurang. Atau bahkan loyo seperti suami saya.
Baru main empat atau lima menit sudah jebol pertahanannya. Dan langsung mendengkur..
Tidak mempedulikan saya yang baru setengah jalan.. Dasar laki-laki payah..!”

Nah.. benar terkaanku. Dia mulai tidak sadar. Bicaranya tambah mengacau.
Kebiasaan orang Jepang.. kalau mulai hilang kesadarannya karena kebanyakan minum bir atau sake..
apa yang dia pendam dalam hati akan dia keluarkan satu per satu.

Yumiko menenggak bir lagi. Habislah gelas yang keempat.
Dan dia mengisinya kembali sampai penuh. Padahal matanya sudah merah dan kelihatan mengantuk.

Namun dalam kondisi demikian kulihat keayuan aslinya.
Mata mungil yang setengah tertutup kelopak mata itu tampak sangat bagus.
Terus terang aku menyukai perempuan bermata sipit.. contohnya perempuan Jepang, Cina, atau Korea.

Bibir Yumiko yang sensual dan berwarna merah muda tanpa polesan lipstik itu..
kini mengeluarkan keluhan-keluhan tentang keloyoan suaminya dalam masalah sex.

Namun biarlah dia mengoceh..
bagiku yang terpenting adalah menatap bibir merekah itu tanpa rasa risih..

Karena yakin si empunya dalam keadaan tidak tersadar.
Wuih.. enak sekali kalau bibir ranum tersebut dilumat-lumat.

“A.. Bobby-san. Gomen.. sampai lupa ke masalah utama.
Sebentar, saya ambilkan kuitansi untuk pembayaran apartemen..“
Yumiko Kawamura menenggak bir lagi.

“Kawamura-san. Daijobu desu ka..?”
Aku mengkhawatirkan kesadarannya.. karena dia sudah kebanyakan minum bir.

“Daijobu desu. Saya sudah terbiasa minum bir banyak-banyak.
Semakin banyak minum bir dunia terasa semakin indah..”

Yumiko beranjak dari duduknya. Dia mencoba berdiri.. namun sempoyongan terjatuh.
Aku bersiap-siap menolongnya, namun dia berkata.. “Mo ii desho. Daijobu..!”

Yumiko berusaha berjalan menuju rak buku. Namun baru menapak dua langkah..
Gedebrug..! Dia terjatuh seperti yang kukhawatirkan.

Untung tangannya masih sempat sedikit menjaga badannya.. sehingga dia tidak terbanting di lantai kayu.
Walau pun lantai kayu tersebut ditutup karpet..
namun akan cukup sakit juga bila badan sampai jatuh terbanting di atasnya.

Namun tak ayal.. betis kanan Yumiko masih membentur rak kayu.
“Ak.. ittai..!!” Dia berteriak kesakitan. Aku segera menolongnya. Punggung dan pinggulnya kuraih.

Kubopong dia ke atas karpet bulu yang tebal. Kuletakkan kepalanya di atas bantal duduk.
Dalam waktu seperti itu, tercium bau harum sabun mandi memancar dari tubuhnya.

Kimono atasnya terbuka lebih lebar, sehingga mataku yang berada hanya sekitar 10 cm dari payudaranya..
melihat dengan leluasa kemontokan gumpalan daging kenyal di dadanya.

Alangkah merangsangnya. Nafsuku pun naik. Kontolku semakin tegang.
Dan ketika aku menarik tangan dari pinggulnya.. Ctapp..!
Tanganku tanpa sengaja mengusap pahanya yang tersingkap. Ahhhh..! Paha itu hangat, licin dan mulus.

“Ittai..” sambil masih pada posisi tiduran.. tangannya berusaha meraih betisnya yang terbentur rak tadi.
Namun pengaruh banyaknya bir yang sudah dia minum..
membuatnya tak mampu meliukkan badannya dalam menggapai betis.

Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis yang putih indah itu.
Aku pun berusaha membantunya. Kuraih betis tersebut seraya meminta permisi, “Sumimasen..!”

Kuraba dan kuurut bagian betis yang memar tersebut. “Ak.. ittai..” Yumiko meringis kesakitan.
Namun kemudian dia bilang..
“So-so-so-so-so.. Betul bagian situ yang sakit. Ah.. enak.. Ah.. ah.. terus.. terus..!” Lama-lama suaranya hilang.

Sambil terus memijit betis Yumiko, kupandang wajahnya. Matanya sekarang terpejam.
Nafasnya jadi teratur, dengan bau harum bir terpancar dari udara pernafasannya. Dia sudah tertidur.
Kantuk akibat kebanyakan minum alkohol sudah tidak mampu dia tahan lagi.

Aku semakin melemahkan pijitanku dan akhirnya kuhentikan sama sekali.
Aku pun bingung. Apa yang harus aku lakukan?

Kuambil uang sewa apartemen dari saku kemeja..
Kemudian kuletakkan di atas meja tamu di samping cangkir tehku.

Terus bagaimana dengan kuitansi pembayarannya..?
Kupandangi Yumiko yang tengah tertidur. Alangkah cantiknya wajah dia. Lehernya jenjang.

Daging montok di dadanya bergerak naik-turun dengan teratur mengiringi nafas tidurnya..
Seolah menantang kejantananku. Dan dada tersebut tidak dilindungi bra..
sehingga putingnya menyembul dengan gagahnya dari balik kain kimononya.

Pinggangnya ramping dan pinggulnya yang besar melebar dengan indahnya.
Kain kimono yang mengkilap tersebut..
tidak mampu menyembunyikan garis segitiga celana dalamnya yang kecil.

Sungguh kontras.. celana dalam minim membungkus pinggul yang maksimum.
Celana dalam yang di antara dua pahanya terlihat membelah. Pasti di situ letak lobang memeknya.

Terbayang dengan apa yang ada di balik celana dalamnya, kontolku menjadi semakin tegang.
Apalagi paha yang putih mulusnya dipertontonkan dengan jelas oleh kimono bagian bawah yang tersingkap.
Dan paha tersebut tersambung dengan betis yang indah. Edan..!

Melihat lekuk-liku tubuh aduhai yang tertidur itu nafsuku naik.
Terbangunkah dia bila kutiduri..?
Beranikah aku..?

Teman-teman Jepangku yang tertidur karena kebanyakan minum bir..
biasanya akan pulas sampai sekitar satu atau dua jam. Apakah Yumiko juga begitu..?
Akankah dia terbangun bila tubuhnya kugeluti tanpa memasukkan kontol ke liang memeknya..?

Hasratku semakin memuncak. Kuelus betis indah Yumiko.
Kemudian sedikit kuremas itu untuk memastikan bahwa dia cukup pulas. Ternyata dia tidak terbangun.

Keberanianku bertambah. Kusingkapkan bagian bawah kimononya sampai sebatas perut.
Kini paha mulus itu terhampar di hadapanku. Paha yang menantang kejantananku.

Di atas paha, beberapa helai bulu jembut keluar dari celana dalamnya yang minim.
Sungguh kontras warnanya. Jembutnya berwarna hitam, sedang tubuhnya berwarna putih.

Kueluskan tanganku menuju pangkal pahanya sambil kuamati wajah Yumiko. Dia tidak terbangun.
Kueluskan perlahan ibu jariku di bagian celana yang mempertontonkan belahan bibir memeknya.

Tiba-tiba jari-jari tangannya bergerak seperti tersentak. Aku kaget.
Segera kuhentikan aksiku karena khawatir bila Yumiko terbangun.

Namun dia tetap tertidur dengan nafas yang teratur. Keberanianku muncul kembali.
Kini kuciumi paha mulus tersebut berganti-ganti.. kiri dan kanan..
sambil tanganku mengusap dan meremasnya perlahan-lahan.

Kedua paha tersebut secara otomatis bergerak membuka agak lebar. Namun si empunya tetap tertidur.
Bau harum yang terpancar dari pahanya membimbing hasrat kejantananku untuk meneruskan pendakian.

Dia sedang tertidur pulas..!
Dia sedang tidak tersadar..!
Dia sedang di bawah pengaruh alkohol..!
Kenapa aku harus takut..?


Aku berjalan ke pintu dan menguncinya dari dalam.. untuk berjaga-jaga kalau ada orang dari luar mau masuk.
Kemudian aku melepas celana dalamku.
Celana dalam kulipat dan kumasukkan ke dalam kantong celana pendek yang kupakai.

Celana pendek yang kukenakan adalah longgar dan terbuat dari bahan yang tipis dan lemas..
sehingga tanpa lindungan celana dalam.. kontolku dapat bergerak bebas..
di salahsatu lobang kakinya yang memang lebar.

Kemudian kuhampiri Yumiko yang tertidur pulas.
Kembali kuciumi dan kujilati paha dan betis mulus yang berbau harum tersebut.

Setelah beberapa saat kukeluarkan kontol dari lobang kanan celana pendekku.
Errgghhh..!! Kontolku sudah begitu tegang.

Plepp..! Kutempelkan kepala kontolku di paha mulus tersebut.
Asshhh..!! Rasa hangat mengalir dari paha Yumiko ke kepala kontolku.

Srekk.. srekk.. Kemudian kugesek-gesekkan kepala kontol di sepanjang pahanya.
Rasa geli, hangat dan nikmat menyelimuti sel-sel kontolku.

Sleck.. sleck.. sleck..! Kontolku terus kugesek-gesekkan di paha sambil agak kutekan.
Ughhh..! Semakin terasa nikmat. Kontol semakin tegang. Nafsu seks-ku semakin tinggi.

Aku semakin nekad. Kulepaskan ikatan baju kimono tidur Yumiko..
Kemudian kusingkapkan baju itu ke kiri dan kanan.

Jreng..!! Tergoleklah tubuh mulus Yumiko tanpa helaian kimono menghalanginya.
Tubuh moleknya sungguh membangkitkan birahi.

Payudara yang besar membusung.. pinggang yang ramping..
dan ditambah juga pinggul yang besar melebar dengan bagusnya.

Payudaranya menggunung putih.. putingnya berdiri tegak berwarna pink kecoklat-coklatan..
dan dikelilingi oleh warna coklat kulit payudara di sekitarnya..
sampai dengan diameter sekitar dua setengah centimeter.

Clrup..! Perlahan-lahan kucium payudara montok Yumiko.
Hidungku mengendus-endus kedua payudara yang berbau harum..
sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahku.

Clropp..!! Kemudian puting payudara kanannya kulahap ke dalam mulutku.
"Ngghh.." Badannya sedikit tersentak ketika puting itu kugencet perlahan..
dengan menggunakan lidah dan gigi atasku.

Ahh..! Aku pun terperanjat.
Namun dia tetap tertidur. Kini kusedot-sedot puting payudaranya secara berirama.

Mula-mula lemah, lama-lama agak kuperkuat sedotanku. Kuperbesar daerah lahapan bibirku.
Kini puting dan payudara sekitarnya yang berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutku.

Kembali kusedot daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat.
Yang penting perlahan-lahan tanpa irama yang menyentak, agar dia tidak terbangun.

Namun walau pun tetap tertidur.. mimik wajah Yumiko tampak sedikit berubah..
seolah menahan suatu kenikmatan.

Kedua payudara harum itu kuciumi dan kusedot-sedot secara berirama.
Kontolku bertambah tegang.

Sambil terus menggumuli payudara dengan bibir, lidah dan wajahku..
aku terus menggesek-gesekkan kontol di kulit pahanya yang halus dan licin.

Rasa nikmat dan hanya merembes dari kontolku ke sel-sel otak di kepalaku.
Dan mulut kecil di kepala kontolku ikut-ikutan mencari rasa geli dan nikmat..
lewat kecupan-kecupan kecilnya di permukaan mulus kulit paha Yumiko.

Ahhh..!! Kubenamkan wajahku di antara kedua belah gumpalan dada Yumiko.
Kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah bawah.

Kugesek-gesekkan wajahku di lekukan tubuh yang merupakan batas..
antara gumpalan payudara dan kulit perutnya.
Kiri dan kanan kuciumi dan kujilati secara bergantian.

Keharuman yang terpancar dari badannya kuhirup dengan rakusnya, dengan habis-habisan..
seolah tidak rela bila ada bagian kulit tubuh yang terlewatkan barang satu milimeter pun.

Kecupan-kecupan bibirku.. jilatan-jilatan lidahku..
dan endusan-endusan hidungku pun beralih ke perut dan pinggang Yumiko.

Sementara gesekan-gesekan kepala kontolku kupindahkan ke betisnya.
Bibir dan lidahku menyusuri perut sekeliling pusarnya yang putih mulus.

Kemudian wajahku bergerak lebih ke bawah.
Dengan nafsu yang menggelora kupeluk pinggulnya secara perlahan-lahan.

Kecupanku pun berpindah ke celana dalam tipis yang membungkus pinggulnya tersebut.
Kususuri pertemuan antara kulit perut dan celana dalam.

Kemudian ke arah pangkal paha. Slipp.. slipp.. slipp..!
Kujilat helaian-helaian rambut jembutnya yang keluar dari celana dalamnya.

Lalu kuendus dan kujilat celana dalam pink itu..
di bagian yang tidak mampu menyembunyikan lekuk belahan bibir memeknya.

Kuhirup kuat-kuat bau khas yang terpancar dari balik celana dalam..
yang membuat nafsuku semakin meronta-ronta.

Setelah cukup puas.. aku mengakhiri kecupan dan jilatanku di celana dalam sekitar memeknya tersebut.
Lalu aku bangkit.

Dengan posisi berdiri di atas lutut kukangkangi tubuh mulus yang begitu menggairahkan tersebut.
Kontolku yang tegang kemudian kutempelkan di kulit payudara Yumiko.

Kepala kontol kugesek-gesekkan di kehalusan kulit payudara yang menggembung montok itu.
Kembali rasa geli, hangat dan nikmat mengalir di syaraf-syaraf kontolku.

Sambil kukocok batangnya dengan tangan kananku.. kepala kontol terus kugesekkan..
di gumpalan daging payudaranya, kiri dan kanan.

Uhmmm..!! Rasa nikmat semakin menjalar. Aku ingin berlama-lama merasakannya.
Setelah sekitar dua menit aku melakukan hal itu, nafsuku yang semakin tinggi mengalahkan rasa takut.

Kulepas celana pendekku. Tampak kontolku yang besar dan panjang berdiri dengan gagahnya.
Kuraih kedua belah gumpalan payudara mulus Yumiko yang montok itu.

Aku berdiri di atas lutut dengan mengangkangi pinggang ramping Yumiko..
dengan posisi badan sedikit membungkuk.

Batang kontolku kemudian kujepit dengan kedua gumpalan payudaranya.
Kini rasa hangat payudara Yumiko terasa mengalir ke seluruh batang kontolku.

Slepp.. slepp.. Perlahan-lahan kugerakkan maju-mundur kontolku di cekikan kedua payudara Yumiko.
Kekenyalan daging payudara tersebut serasa memijit-mijit batang kontolku..
memberi rasa nikmat yang luar biasa.

Di kala maju.. kepala kontolku terlihat mencapai pangkal lehernya yang jenjang.
Di kala mundur.. kepala kontolku tersembunyi di jepitan payudaranya.

Lama-lama gerak maju-mundur kontolku bertambah cepat dan kedua payudara montoknya kutekan..
semakin keras dengan telapak tanganku.. agar jepitan daging kenyal di batang kontolku semakin kuat.

Ughhh.. ughhh..!! Aku pun tak pelak merem melek menikmati enaknya jepitan payudara indah.
Bibir Yumiko pun terdengar mendesah-desah tertahan.. “Ah.. hhh.. hhh.. ah..!”

Mungkin walau pun tetap dalam keadaan tertidur pulas..
dia merasa geli dan ngilu-ngilu enak di kedua gumpalan payudaranya..
yang kutekan-tekan dengan telapak tanganku dan kukocok dengan kontolku.

Bibir mungil di kepala kontolku pun mulai melelehkan sedikit cairan.
Cairan tersebut membasahi belahan payudara Yumiko.

Oleh gerakan maju-mundur kontolku di dadanya yang diimbangi dengan tekanan-tekanan..
dan remasan-remasan tanganku di kedua payudaranya.. cairan itu menjadi teroles rata..
di sepanjang belahan dadanya yang menjepit batang kontolku.

Cairan tersebut menjadi pelumas..
yang memperlancar maju-mundurnya kontolku di dalam jepitan payudaranya.

Dengan adanya sedikit cairan dari kontolku tersebut..
aku merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa..
pada gesekan-gesekan batang dan kepala kontolku dengan kulit payudara indahnya.

CONTIECROTT..!!
-----------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------
 
-----------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------

Cerita 193 – Bidadari Itu .. [Part 2]

“Hih.. hhh.. edan..
edan.. Luar biasa enaknya..!” Aku tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi.
Sementara nafas Yumiko dalam tidurnya menjadi tidak teratur.

Desahan-desahan keluar dari bibirnya yang sensual.. yang kadang diseling desahan lewat hidungnya,
“Ngh.. ngh.. hhh.. heh.. eh.. ngh..!”

Desahan-desahan Yumiko baik yang lewat hidung mau pun lewat bibir..
semakin menuntun nafsuku untuk menaiki suatu perjalanan pendakian yang indah.

Gesekan-gesekan maju-mundurnya kontolku di jepitan gumpalan payudaranya semakin cepat.
Kontolku semakin tegang dan keras.

Kurasakan pembuluh darah yang melalui batang kontolku berdenyut-denyut..
menambah rasa hangat dan nikmat yang luar biasa.
“Sugoi.. edan.. oh.. hhh..” erangan-erangan keenakan keluar tanpa kendali dari mulutku.

“Sugoi.. sugoi.. Enak sekali, Yumiko.. Heh.. rasa cewek Jepang luar biasa..
Hhh.. enaknya payudara Jepang.. hhh.. enaknya gesekan kulit mulus Jepang.. ah..
Enaknya.. mulusnya.. hangatnya.. enak sekali payudara Jepang..!”

Aku menggerakkan maju-mundur kontolku di jepitan payudara Yumiko dengan semakin cepatnya.
Rasa enak yang luar biasa mengalir dari kontol ke syaraf-syaraf otakku.

Kulihat wajah Yumiko Kawamura. Walu pun tertidur.. namun alis matanya yang bagus bergerak naik-turun..
seiring dengan desah-desah perlahan bibir sensualnya akibat tekanan-tekanan..
remasan-remasan dan kocokan-kocokan di buah dadanya.

Ada sekitar lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan payudaranya itu.
Payudara sebelah kanannya kulepas dari telapak tanganku.

Tangan kananku lalu membimbing kontol dan menggesek-gesekkan kepala kontol..
dengan gerakan memutar di kulit payudaranya yang halus mulus.

Sambil jari-jari tangan kiriku terus meremas payudara kiri Yumiko..
kontolku kugerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut.

Dan di sekitar pusarnya.. kepala kontolku kugesekkan memutar di kulit perutnya yang putih mulus..
sambil sesekali kusodokkan perlahan di lubang pusarnya.

Ohhh.. Rasa hangat.. nikmat dan bercampur geli menggelitiki kepala kontolku.
Keberanianku semakin tinggi. Sekarang kedua tanganku mencopot celana dalam minimnya.

Pinggul yang melebar indah itu tidak berpenutup lagi.
Kulit perut yang semula tertutup celana dalam tampak jelas sekali. Licin, putih dan amat mulus.

Di bawah perutnya, jembut yang hitam lebat menutupi daerah sekitar lubang kemaluannya.
Srekk..!! Kedua paha mulus Yumiko kemudian kurenggangkan lebih lebar.

Wuihhh..!! Kini hutan lebat di bawah perut tadi terkuak, mempertontonkan alat kemaluannya.
Bibir memek Yumiko nampak berwarna coklat tua bersemu pink.

Aku pun mengambil posisi agar kontolku dapat mencapai alat kemaluan Yumiko dengan mudahnya.
Dengan tangan kanan memegang batang kontol..

slepp.. slepp.. kepalanya kugesek-gesekkan ke jembut Yumiko.
Errggghh..!! Rasa geli menggelitik kepala kontolku.

Slepp.. slepp.. Kemudian kepala kontolku bergerak menyusuri jembut menuju ke memeknya.
Kugesek-gesekkan kepala kontol ke sekeliling bibir memeknya. Terasa geli dan nikmat.

Kemudian kepala kontol kugesekkan agak ke arah lubang. Clebb..! Kemudian menusuk sedikit ke dalam.
Lama-lama dinding mulut lubang kemaluan itu menjadi basah.

Drrrtt.. drrtt..!! Kugetarkan perlahan-lahan kontolku sambil terus memasuki lubang memek.
Kini seluruh kepala kontolku yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut memek Yumiko.

Ahhhhh..!! Jepitan mulut memek itu terasa hangat dan enak sekali.

Sementara getaran perlahan dengan amplituda kecil tanganku pada batang kontol..
membuat kepala kontolku merasa geli dan nikmat..
dalam sentuhan-sentuhannya dengan dinding lubang memek.

Kembali dari mulut Yumiko keluar desisan kecil tanda nikmat tak terperi.
Kontolku semakin tegang. Sementara dinding mulut memek Yumiko terasa semakin basah.

Slebb.. clebb..!! Perlahan-lahan kontolku kutusukkan lebih ke dalam.
Ughhh..!! Kini tinggal separuh batang yang tersisa di luar.

Tusukan kuhentikan untuk memastikan bahwa Yumiko tidak terbangun.
Setelah yakin dia tidak terbangun.. kembali secara perlahan kumasukkan kontolku ke dalam memek.

Slebb.. blessskk..!! Terbenam sudah seluruh batang kontolku di dalam memek Yumiko. Uhhhh..!!
Sekujur batang kontol sekarang purna dan mantap dijepit oleh belahan daging hangat..

Dinding hangat membasah di dalam memek Yumiko.. dengan sangat enaknya. Sesaat aku diam.
Kulihat ekspresi wajah Yumiko kembali mengendur. Artinya dia tidak terbangun.

Kemudian secara perlahan-lahan kugerakkan keluar-masuk kontolku ke dalam memeknya.
Slebb.. clebb.. slebb.. crebb.. srebb.. clebb.. slebb.. clebb.. srebb.. clebb..

Sewaktu keluar.. yang tersisa di dalam memek hanya kepala kontol saja.
Sewaktu masuk seluruh kontol terbenam di dalam memek sampai batas pangkalnya.

Rasa hangat dan enak yang luar biasa kini seolah memijiti seluruh bagian kontolku.
Errgghhhh..!! Betapa aku menyukai rasa nikmat ini. Seolah menjalar ke seluruh tubuhku.

Clebb.. slebb.. clebb.. slebb..!! Aku terus memasuk-keluarkan kontolku ke lubang memeknya.
Namun semua gerakanku kujaga tidak menghentak-hentak agar Yumiko tidak terbangun.

Dalam keadaan tetap tertidur alis matanya terangkat naik..
setiapkali kontolku menusuk masuk memeknya secara perlahan.

Bibir segarnya yang sensual sedikit terbuka, sedang giginya terkatup rapat.
Dari mulut sexy itu keluar desis kenikmatan. “Sssh.. sssh.. hhh.. hhh.. ssh.. sssh..!”

Aku terus mempertahankan kenikmatan yang mengalir lewat batang kontolku..
dengan mengocok perlahan-lahan memek perempuan Jepang tersebut.

Lebih enam menit sudah hal itu berlangsung.
Lama-lama aku membutuhkan kocokan yang agak menghentak-hentak..
agar dapat mengakhiri perjalanan pendakian tersebut.

Namun bila kocokan itu kulakukan ke memek Yumiko bisa-bisa dia terbangun.
Jadi kocokan yang menghentak-hentak pada kontol harus kulakukan di luar memeknya.

Clebb.. clebb.. clebb.. Sebentar kocokan pada batang kontol itu kulakukan di luar memek.
Jlebb..!! Aku kembali memasukkan seluruh kontolku ke dalam memeknya.

Kembali kukocok secara perlahan memeknya. Kunikmati kehangatan daging dalam memeknya.
Kurasakan enaknya jepitan otot-otot memek pada kontolku.

Kubiarkan kocokan perlahan tersebut sampai selama dua menit.
Sleppp..!! Kembali kutarik kontolku dari memek Yumiko. Namun kini tidak seluruhnya..

Kepala kontol masih kubiarkan tertanam dalam mulut memeknya.
Sementara batang kontol kukocok dengan jari-jari tangan kananku dengan cepatnya.

Walaupin sudah berhati-hati.. namun kepala kontol itu menggelitiki dinding memek..
dengan amplituda kecil tetapi berfrekuensi tinggi akibat kocokan tanganku di batangnya.

Ahhhh..!! Hal tersebut menyebabkan rasa enak tak terperi. Geli.. hangat..dan nikmat.
Rasa enak itu agaknya dirasakan pula oleh Yumiko.

Terbukti walau pun dalam keadaan tidur.. dia mendesah-desah..
akibat sentuhan-sentuhan getar kepala kontolku pada dinding mulut memeknya.
“Sssh.. sssh.. zzz.. ah.. ah.. hhh..!” Erangannya kudengar lirih.

Tiga menit kemudian.. jlebb..!! Kumasukkan lagi seluruh kontolku ke dalam memek Yumiko.
Dan kukocok perlahan. Kunikmati kocokan perlahan pada memeknya kali ini lebih lama.

Sampai kira-kira empat menit. Lama-lama aku tidak puas.
Clebb-crebb-crebb-clebb-clebb-clebb..

Kupercepat gerakan keluar-masuk kontolku pada memeknya..
namun tetap kujaga agar jangan menyentak-sentak.

Kurasakan rasa enak sekali menjalar di sekujur kontolku.
Aku sampai tak kuasa menahan ekspresi keenakanku.

Sambil tertahan-tahan, aku mendesis-desis.
“Subarashii.. subarashii.. sugoi.. sugoi.. edan.. enaknya.. Edan..!!" Ceracauku tak menentu.

"Ughh.. hangatnya memek Jepang..! Edan jepitan memeknya.. ughh.. ughh..
Yumiko.. memekmu luar biasa.. Edan.. nikmatnya..!” Erangku lagi melepas nikmatku.

Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit.
Kemudian rasa gatal-gatal enak mulai menjalar di sekujur kontolku.

Wah.. berarti beberapa saat lagi aku akan mengalami orgasme. Ke mana harus kusemprotkan..?
Yang jelas jangan di dalam memeknya. Dapat diketahui Yumiko nantinya.
Apalagi kalau Yumiko sampai hamil dan terlahir anak Indonesia..!?

Plopp..!! Kucopot kontolku dari memek Yumiko.
Segera aku berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhnya.. agar kontolku mudah mencapai payudaranya.

Kembali kuraih kedua belah payudara montok itu..
untuk menjepit kontolku yang berdiri dengan amat gagahnya.

Agar kontolku dapat terjepit dengan enaknya.. aku agak merundukkan badanku.
Kemudian kontolku kukocokkan maju-mundur di dalam jepitan buah dada aduhai itu.

Cairan dinding memek Yumiko yang membasahi kontolku kini merupakan pelumas yang pas..
dalam memberi keenakan luar biasa pada gesekan-gesekan kontolku dan kulit buah dada yang mulus itu.

“Edan.. Yumiko. Edan.. luar biasa.. Enak sekali.. Payudaramu kenyal sekali..
Payudaramu indah sekali.. Payadaramu montok sekali.. Payudaramu mulus sekali..
Oh.. hangatnya.. Sssh.. nikmatnya.. Tubuhmu luarrr biasa..!!” Aku merintih-rintih keenakan.

Sementara di dalam tidurnya Yumiko juga mendesis-desis keenakan.
“Sssh.. sssh.. sssh..!!” Giginya tertutup rapat. Alis matanya bergerak ke atas ke bawah.

Slebb.. slepp.. slepp.. slepp.. Aku mempercepat maju-mundurnya kontolku.
Aku memperkuat tekananku pada payudaranya agar kontolku terjepit lebih kuat.

Rasa enak menjalar lewat kontolku. Rasa hangat menyusup di seluruh kontolku.
Karena basah oleh cairan memek..
kepala kontolku tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan buah dada Yumiko.

Leher kontol yang berwarna coklat tua dan helm kontol yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan payudaranya.
Lama-lama rasa gatal yang menyusup ke segenap penjuru kontolku semakin menjadi-jadi.

Slepp-slepp-slepp-slepp..!! Semakin kupercepat kocokan kontolku pada payudara Yumiko.
Rasa gatal semakin hebat. Rasa hangat semakin luar biasa. Dan rasa enak semakin menuju puncaknya.

Tiga menit sudah kocokan hebat kontolku di payudara montok itu berlangsung.
Dan ketika rasa gatal dan enak di kontolku hampir mencapai puncaknya..

Aku menahan sekuat tenaga benteng pertahananku..
sambil mengocokkan kontol di kempitan payudara indah Yumiko dengan sangat cepatnya.

Rasa gatal.. hangat dan enak yang luar biasa akhirnya mencapai puncaknya.
Aku tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahananku.

“Yumiko..!” Pekikku dengan tidak tertahankan.
Mataku membeliak-beliak. Jebollah pertahananku.

Urrgghhh..!! Rasa hangat dan nikmat yang luar biasa menyusup ke seluruh sel-sel kontolku..
saat menyemburkan cairan sperma. Crott..! Crott..! Crott..! Crott..!

Spermaku menyemprot dengan derasnya. Sampai empatkali.
Kuat sekali semprotannya, sampai menghantam rahang bagus Yumiko.

Sperma tersebut berwarna putih dan kelihatan sangat kental.
Dari rahang, sperma yang banyak sekali itu mengalir turun ke arah leher Yumiko yang putih dan jenjang.

Sperma yang tersisa di dalam kontolku pun menyusul keluar dalam tiga semprotan.
Crett..! Crett..! Crett..! Kali ini semprotannya lemah.

Semprotan awal hanya sampai pangkal batang leher mulus Yumiko..
sedang yang terakhir hanya jatuh di atas belahan payudaranya.

Sejenak aku terdiam. Aku menikmati akhir-akhir kenikmatan pada penghujung pendakianku ini.
“Sugoi.. luar biasa.. Yumiko, nikmat sekali tubuhmu..” aku bergumam lirih.

Baru kali ini aku mengalami kenikmatan seks yang indah luar biasa. Diri bagai terlempar ke langit ketujuh.
Jauh lebih indah daripada masturbasi dengan menghadapi gambar artis seksi yang bugil.

Setelah nafsuku menurun, kontolku pun mengecil.
Kulepaskan payudara Yumiko dari raupan telapak tanganku.

Kontolku sekarang tergeletak di atas belahan payudaranya.
Hmm.. suatu komposisi warna yang kontras pun terlihat..

Batang kontolku berwarna coklat dengan kepala kontol berhelm pink..
Sedangkan kulit payudara montok Yumiko adalah putih mulus.

Masih tidak puas aku memandangi payudara indah yang terhampar di depan mataku tersebut.
Kemudian mataku memandang ke arah pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang melebar indah.

Terus tatapanku jatuh ke memeknya yang dikelilingi oleh bulu jembut hitam jang lebat.
Kubayangkan betapa enaknya bila bermain seks dalam kesadaran penuh dengan Yumiko.

Aku dapat menggeluti dan mendekap kuat tubuhnya yang benar-benar menantang kejantanan.
Aku dapat mengocok memeknya dengan kontolku dengan irama yang menghentak-hentak kuat.

Dan aku dapat menyemprotkan spermaku di dalam memeknya..
sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya di saat orgasmeku.

“Engh..!!” Tiba-tiba Yumiko menggeliatkan badannya. Aku terkejut dan tersadar.
Cepat-cepat aku meraih celana pendekku dan berlindung di belakang meja tamu.

Sebentar menunggu reaksi.. namun Yumiko tertidur kembali dengan nafas yang teratur.

Aku segera mengelap kontol dengan tissue yang ada di atas meja dan memakai celana pendek.
Sementara kubiarkan celana dalamku tetap di dalam saku celana pendek..
agar kontolku segera tertutup kembali.

Kemudian beberapa lembar tissue kuambil..
untuk mengelap spermaku yang berleleran di rahang.. leher dan buah dada Yumiko.
Ada yang tidak dapat dilap.. yakni cairan spermaku yang sudah terlajur jatuh di rambut kepalanya.

Ah.. nggak apa-apalah. Masa’ dia tau. Dia kan hilang kesadarannya.
Mungkin juga dia baru terbangun besok pagi..
demikian pikirku.

Celana dalam pink kupakaikan kembali ke pinggul Yumiko.
Dan.. edan..! Kontolku mulai berdiri lagi melihat kemolekan tubuh Yumiko.
Namun aku tidak boleh melakukannya lagi. Salah-salah dia terbangun.

Cukup sudah sekali aku menikmati tubuhnya di saat dia tertidur pulas oleh pengaruh alkohol..
Aehingga berlangsung aman. Daripada aku menanggung risiko lagi.
Kurapikan kembali baju kimono tidurnya.

Tissue-tissue bekas pengelap kontol dan sperma di tubuh Yumiko kukumpulkan menjadi satu.
Akan kusimpan sebagai kenang-kenangan.. bahwa aku sudah berhasil menggeluti..
tubuh perempuan Jepang yang molek walau pun dia dalam keadaan tertidur.

Akhirnya aku memutuskan kembali ke apartemenku sendiri..
meninggalkan Yumiko yang tertidur pulas di atas karpet di samping meja tamu.

Sempat kulirik jam dinding di ruang tamu Yumiko..
jarum jam menunjukkan pukul sembilan kurang seperempat.

Kututup pintu rumah Yumiko sambil bergumam lirih.. “Terimakasih atas servis kenikmatannya, Yumiko-san..!”
------ooOoo-----

Jam duduk di atas TV menunjukkan pukul 22:30 ketika pesawat telpon berdering.
Aku bangun dari tidur-tiduran di depan TV.
Gagang telpon pun kuangkat dari pesawatnya yang tergeletak di samping TV.

“Hai, Bobby desu keredomo..” ucapku sambil menempelkan ujung gagang telpon ke telinga.
“A.. Kawamura Yumiko desu ga..” suara merdu perempuan menyahut di telpon.

Deg! Jantungku berdegup keras.
Telpon tersebut ternyata dari Yumiko. Dia sudah tersadar dari tidurnya.

Wah.. ada apa menelponku malam-malam begini?
Taukah dia dengan apa yang kuperbuat kepadanya dua jam yang lalu?


“A-ada apa..?” Tanyaku dengan suara agak bergetar.

“Gomenasai.. tadi saya terlalu banyak minum. Jadi saya jatuh tertidur..
sebelum membuat kuitansi pembayaran apartemen.
Uang sewa yang Bobby-san letakkan di atas meja sudah saya ambil..
dan sekarang sudah saya buatkan kuitansinya.
Harap datang ke sini sekarang untuk mengambilnya..”

Aku bernafas lega. Ternyata hanya urusan kuitansi. Suara Yumiko tetap lembut. Tidak bernada tinggi.
Berarti dia tidak sedang marah. Berarti dia tidak tau kalau tubuhnya kuesek-esek dua jam yang lalu.

Aku lalu menuruni tangga apartemen dan berjalan menuju pintu rumah Yumiko.
Sebelum aku menekan bel pintu, dia sudah membuka pintu.

Dia berdiri dengan menariknya, bagai bidadari yang turun dari kayangan.
Rambutnya sudah tersisir rapi, dengan bagian belakang dijepitkan ke atas.

Dengan gaya sisiran semacam itu.. leher jenjangnya yang putih mulus seolah dipamerkan dengan jelasnya.
Kimono yang dikenakan masih kimono yang tadi. Kimono yang terbuat dari bahan putih, lembut dan mengkilat.

Dadanya membusung dengan gagahnya.. dan putingnya tergambar jelas di kain kimono yang menutup dadanya.
Wow.. ada perubahan. Bau parfum! Kini bau parfum yang harum dan segar terpancar dari tubuhnya.
Bau harum yang berbeda dengan wangi sabun mandi yang tadi terpancar dari tubuhnya.

“Ayo, masuk. Saya ambilkan kuitansinya..!” Bibir sensual Yumiko menyunggingkan senyum.
Senyum manis yang amat menggoda nafsuku.

Dan berbeda dengan tadi, bibir sensualnya itu sekarang sudah berlapis lipstik tipis berwarna pink.
Sexy.. ranum dan segar sekali bibir tersebut.
Seolah menantang bibirku untuk melumat bibir tersebut habis-habisan.

Aku melangkah masuk. “Sumimasen..” kataku sambil menganggukkan kepala.
Pintu tertutup secara perlahan karena adanya pegas yang terpasang di dekat engselnya.

Aku kemudian berjalan di belakangnya menuju ruang tamu.
Kuperhatikan goyang pantatnya yang sungguh aduhai.

Gumpalan daging pantat itu tergambar jelas menggunduk di kimono tidurnya.
Gundukan tersebut menggial ke kiri-kanan di saat melangkah..
seolah menantang batang kejantananku untuk memijit-mijit kekenyalannya.

Yumiko mengambil buku kuitansi dari rak buku, kemudian menyobeknya selembar.
“Ini Bobby-san, kuitansinya..” kata Yumiko sambil memberikan lembaran itu padaku.

Bibirnya menyunggingkan senyum. Matanya menatap diriku tajam.
Namun menurut penilaianku.. sunggingan bibir dan tatapan mata itu menantang diriku.

Aku mengulurkan tangan kanan untuk menerima kuitansi itu.
Belum lagi kuitansi kupegang, Yumiko sudah melepaskan kertas kuitansi tersebut.

Akibatnya kertas kuitansi melayang jatuh. Secara refleks tanganku bergerak ke bawah..
berusaha menyelamatkan kuitansi sebelum menyentuh lantai.

Agaknya Yumiko pun melakukan gerak refleks yang sama denganku..
Bahkan dia bergerak sedikit lebih cepat. Tangan Yumiko berhasil menangkap kuitansi..
sementara tanganku dengan tidak sengaja menangkap jari-jari tangan Yumiko.

Aku terpana dengan ketidaksengajaanku.
Kehalusan jari-jari tangan Yumiko terasa benar di dalam genggaman tanganku.

Sementara posisi tubuh Yumiko yang agak membungkuk..
membuat mataku dapat melihat belahan payudara montok yang amat mulus itu dengan jelas..
Ya.. dari belahan baju kimononya. Edan.. kontolku berdiri lagi.

Yumiko menatap tanganku yang tanpa sengaja menggenggam jari tangannya.
Kemudian tatapan matanya beralih ke wajahku. Sinar matanya itu.. sinar mata meminta.
Sinar mata orang yang sedang kehausan. Sinar mata orang yang sedang penuh hasrat.

Tiba-tiba Yumiko merangkul pundakku. Buah dadanya menekan dadaku dengan hangatnya.
“Bobby-san. Buat apa kau berpura-pura..” kata Yumiko.

“Aku tau kau melakukan masturbasi di sini saat aku tertidur pulas tadi.
Saat aku terbangun.. rambutku ada yang basah oleh air mani. Dan itu pasti air manimu..!”

Yumiko mempererat rangkulannya pada bahuku. Dia berdiri sedikit berjinjit.
Bibir sensualnya yang berwarna pink merekah itu..
dengan ganasnya mendarat di bibirku dan melumat-lumat bibirku.

Nafasku jadi terengah-engah tidak beraturan.
“Kawamura-san..” kataku tersengal di saat bibirku sedikit terbebas dari bibirnya.
“Bobby-san.. jangan gunakan nama keluarga saat ini. Panggil saja namaku.. Yumiko..” pinta Yumiko.

“Bobby-san.. cumbulah diriku.. Sudah lama saya merindukan cumbuan hangat yang menggelora..
Cumbuan laki-laki jantan yang penuh tenaga..
Dan sejak pertamakali melihatmu saya mendambakan cumbuan geloramu.
Saya suka bermasturbasi dengan membayangkan tubuhmu yang tegap berisi..
Bila suamiku sedang menggelutiku, kubayangkan bahwa yang menggelutiku itu adalah dirimu..!”

Nafsuku terbakar. Ternyata hasratku untuk merasakan keaduhaian tubuhnya..
yang sudah cukup lama timbul dalam diriku tidak bertepuk sebelah tangan.
Ternyata dia juga menyimpan hasrat untuk bercinta denganku.

“Yumiko..” desahku penuh nafsu. Bibirku pun menggeluti bibirnya.
Bibir sensual yang menantang itu kulumat-lumat dengan ganasnya.
Tidak kusisakan satu milimeter pun bibir itu dari seranganku.

Sementara Yumiko pun tidak mau kalah. Bibirnya pun menyerang bibirku dengan dahsyatnya..
seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirku.

Kedua tanganku pun menyusup di antara lengan tangannya.
Tubuh sexy dan kenyal itu sekarang berada dalam dekapanku.

Aku mempererat dekapanku, sementara Yumiko pun mempererat pelukannya pada diriku.
Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, walau lembaran kain baju masih memerantarai kami.

Payudaranya yang membusung terasa semakin menekan dadaku.
Jari-jari tangan Yumiko mulai meremas-remas kulit punggungku dari sela-sela lubang leher T-shirt yang kupakai.

“Bobby-san.. kita langsung lepas pakaian dulu saja..” kata Yumiko sambil berusaha melepas T-shirtku.
Aku mengangkat kedua tangan ke atas untuk memberi kesempatan dia mencopot T-shirt.

Tercopot sudah kaos yang kupakai itu.
Kini kedua tangan Yumiko dengan sigap melepaskan ikatan tali celana pendekku.
Dan mencopotnya, sehingga aku kini tinggal memakai celana dalam saja.

Yumiko pun merangkul punggungku lagi.
Aku kembali mendekap erat tubuh Yumiko sambil melumat kembali bibirnya.

Sambil tangan kiri terus mendekap tubuh..
tangan kananku bergerak ke samping pinggang Yumiko dan melepaskan ikatan baju kimono tidurnya.

Begitu terbuka kusingkapkan bukaan kimono tadi. Kemudian kedua tanganku menyusup ke dalam kimono..
Kemudian langsung mendekap erat punggungnya yang berkulit halus.

Yumiko kemudian melepaskan rangkulannya ke tubuhku..
Lalu mengayunkan kedua tangannya satu per satu ke belakang agar kimononya terlepas dari tubuhnya.

Srekk..!! Dan terjatuhlah kimononya ke lantai. Kini dia seperti diriku, hanya mengenakan celana dalam saja.
Dalam keadaan hanya memakai celana dalam saja, kami kembali berpelukan erat dan saling melumat bibir.

Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung.
Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel.

Kini kurasakan payudaranya yang montok menekan nakal ke dadaku.
Dan ketika saling sedikit bergeseran, putingnya seolah-olah menggelitiki dadaku.

Ahhh..!! Kontolku terasa hangat dan mengeras di dalam celana dalam.
Kontolku serasa protes.. ingin ikut-ikutan menyerang tubuh mulus Yumiko.

Tangan kiriku pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar Yumiko..
kemudian menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutku.

Kini masih di dalam celana dalam..
kontolku tergencet perut bawahku dan perut bawah Yumiko dengan enaknya.

Sementara bibirku melepaskan diri dari bibir Yumiko dan bergerak ke arah lehernya.
Leher jenjang yang putih mulus dan berbau harum segar itu pun kuciumi..
kuisap-isap dengan hidungku dan kujilati dengan lidahku.

“Ah.. geli.. geli..” desah Yumiko sambil menengadahkan kepala..
agar seluruh leher sampai dagunya terbuka dengan luasnya.

Yumiko pun membusungkan dadanya dan melenturkan pinggangnya ke depan.
Dengan posisi begitu.. walau pun wajahku dalam keadaan menggeluti lehernya..
tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya.

Tangan kananku lalu bergerak ke dadanya yang montok..
kemudian meremas-remas payudara tersebut dengan perasaan gemas.

Setelah puas menggeluti lehernya, wajahku turun ke arah belahan dadanya.
Aku berdiri dengan agak merunduk.
Tangan kiriku pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi payudara.

Wajahku kemudian menggeluti belahan payudara Yumiko.. sementara kedua tanganku..
meremas-remas kedua belah payudaranya sambil menekan-nekankannya ke arah wajahku.

Segala kemulusan dan kehalusan belahan dada itu kukecupi dengan bibirku.
Segala keharuman yang terpancar dari belahan payudara itu kuhirup kuat-kuat dengan hidungku..
seolah tidak rela apabila ada keharuman yang tersisa sedikitpun.

Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan payudara itu.
Kemudian bibirku bergerak ke atas bukit payudara sebelah kiri.

Kuciumi bukit payudara yang membusung dengan gagahnya itu.
Dan kumasukkan puting payudara di atasnya ke dalam mulutku.

Kini aku menyedot-sedot puting payudara kiri Yumiko.
Kumainkan puting di dalam mulutku itu dengan lidahku.

Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit payudara di sekitar puting yang berwarna coklat.
“Ah.. ah.. Bobby-san.. geli.. geli..” mulut indah Yumiko mendesis-desis..
sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan, bagaikan desisan ular yang kelaparan mencari mangsa.

Clrupp.. slrupp..! Aku memperkuat sedotanku.
Sementara tanganku meremas kuat payudara montok yang kenyal Yumiko sebelah kanan.

Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya..
dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku..
pada puting di atas puncak bukit payudara kanan itu.

“Bobby-san.. hhh.. geli.. geli.. enak.. enak.. ngilu.. ngilu..!” Aku semakin gemas.
Payudara aduhai Yumiko itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan.

Bukit payudara kadang kusedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya..
kadang yang kusedot hanya putingnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah.

Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya..
kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil puting yang mencuat gagah di puncaknya.

“Ah.. Bobby-san.. terus Bobby-san.. terus.. hzzz.. ngilu.. ngilu..!!” Yumiko mendesis-desis keenakan.
Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya.

Sampai akhirnya Yumiko tidak kuat melayani serangan-serangan awalku.
Dia dengan gerakan cepat memelorotkan celana dalamku hingga turun ke paha.

Aku memaklumi maksudnya, segera kurapatkan lututku..
sehingga celana dalam melorot jatuh ke karpet ruang tamu.

Jari-jari tangan kanan Yumiko yang mulus dan lembut..
kemudian menangkap kontolku yang sudah berdiri dengan gagahnya.

Sejenak dia memperlihatkan rasa terkejut. “Sugoi.. Bobby-san, sugoi.. Batang kontolmu besar sekali..
Kontol pacar-pacarku dulu dan juga kontol suamiku tidak ada yang sebesar ini. Sugoi.. sugoi..!”
Ucapnya terkagum-kagum.

Sambil membiarkan mulut.. wajah dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah payudaranya..
jari-jari lentik tangan kanannya meremas-remas perlahan kontolku secara berirama..
seolah berusaha mencari kehangatan dan kenikmatan di liatnya menara kejantananku.

Remasannya itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kontolku.
“Bobby-san, kita main di dalam kamar saja..” ajak Yumiko dengan sinar mata yang sudah dikuasai nafsu birahi.

Tangan kirinya mendorong perlahan diriku untuk membebaskan payudaranya dari gelutan wajah dan tanganku.
Dia lalu mengunci pintu dari dalam dan membiarkan kunci tetap tertanam di lubangnya..
agar orang dari luar tidak dapat membukanya. Setelah itu dia menarik tanganku.

Aku dan Yumiko pun berjalan menuju menuju kamar yang ada di sebelah ruang tamu.
Kamar itu berukuran dua belas tatami.

Sebagaimana kamar-kamar tidur tradisional Jepang, kamar itu kelihatan kosong, tanpa perabotan rak atau lemari.
Namun di salah satu dindingnya, terdapat dua buah pintu geser..
di mana di dalamnya terdapat suatu ruang bersusun untuk menaruh futon.

Futon adalah kasur tidur yang gampang digulung.
Kebiasaan orang Jepang, bila mereka mau tidur mereka membuka futon..

Sedang bila selesai tidur maka futon tersebut mereka gulung kembali..
Kemudian mereka simpan di ruang bersusun yang menyatu dengan dinding tersebut.

Dengan cara inilah orang Jepang menghemat tempat..
karena di saat tidak tidur maka kamar tersebut dapat dipakai untuk acara lainnya.

Yumiko yang tinggal tertutup celana dalam itu berjalan di depanku.
Dari belakang, bentuk tubuhnya sungguh terlihat aduhai.

Rambut belakang yang diikatnya ke atas itu menyebabkan lehernya yang jenjang terlihat jelas bagian belakangnya.
Beberapa helai rambut bagian bawahnya yang pendek terlepas dari ikatan tersebut..
lalu terjatuh menghiasi lehernya yang jenjang.

Kulit punggungnya kelihatan licin. Tubuh tersebut meramping di bagian pinggangnya.

CONTIECROTT..!!
-----------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd