Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

Bimabet
:beer: .. eroS dooG
Eperibadi..

Noh di atas Nubi posting Part 9 Cerita 161..

Sialken dikenyot.. :nenen: n KEEP SEMPROT..!!
 
-----------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 161 – Para Pencari Kenikmatan [Part 9]




“Saya tau kalau Bu Ustad sebenarnya doyan seks..” kata Pak Jalal..
”Di kampung ini sudah tersebar rumor kalau Bu Ustad sering main dengan Azzam dan Bang Jack.
Namun orang-orang nggak berani mengonfirmasi kebenarannya..”

“Dan saya dengar Aya juga gampang ‘dipakai’.. bener nggak, Bu Ustad..?” Tanya Mira.
“Iya, sama kayak kamu..!” Umpat Haifa masih sedikit marah.

scene yg ini ada khusus kan ya om cerita tersendiri....
 
scene yg ini ada khusus kan ya om cerita tersendiri....
Siappp.. bener banget brada @ivan_cacing .. :jempol:

Judulnya kalo ngga salah.. 'Pervert Family'

97% diambil dari beberapa scene Cerita Ini.. lalu disatukan n ditambahi Satu SS antara Azzam ama Kalila,.

Nih.. SS Tambahannya..

-----oOo-----

Azzam terpaku memandangi Kalila yang sedang merangkak mendekati dirinya.
Ia melihat betapa gadis itu belum terpuaskan oleh permainan ustad Ferry.

”Gimana, Zam, udah segeran dong habis tidur lama?” tanya Kalila membuka percakapan.
Ia naik ke atas tubuh Azzam dan menggesek-gesekkan bulatan payudaranya ke dada laki-laki itu.

”Masih pengen ya?” kata Azzam sembari menarik tangan Kalila dan ditaruhnya di atas batang penisnya.

”Iya, ustad Ferry cepet banget keluarnya.” sambil tersenyum manis, Kalila menunjuk ustad Ferry yang sekarang terkapar kelelahan di karpet.
”Aku mau sama kamu, Zam. Nih udah bangun.” dia mengenggam batang penis Azzam dan mulai mengocoknya pelan.

”Setiap kali lihat tubuhmu, aku selalu terangsang, Kal.” jawab Azzam.
”Kalau gitu... entot aku, Zam. Punyaku gatel nih liat kontolmu.” Kalila mendesah.

”Gila kamu, Kal. Nggak ada capek-capeknya.” Azzam merengkuh leher gadis itu, kemudian ditempelkannya bibirnya ke bibir tipis Kalilah.
Tampak sekali kerinduan Kalila akan cumbuan Azzam, dia membalas rabaan serta ciuman Azzam dengan tidak kalah ganasnya.
Mereka melepas rindu dengan saling memagut dan melumat mesra.

Azzam menjilati leher jenjang Kalila diiringi desahan nakal Kalila dan rabaan tangan gadis itu di belakang punggungnya.
Kemudian Kalila jongkok dan tanpa sungkan lagi meraih penis Azzam untuk dikulum layaknya anak kecil yang rindu akan es krim kegemarannya. Azzam tersenyum melihat tingkah sahabatnya.

Setelah beberapa saat, Kalila berdiri dan kembali mencium bibir Azzam.
Bisa dirasakannya tangan Azzam meraba payudaranya yang sebelah kiri, lalu meremas lembut sembari memainkan putingnya.
”Ughhh...” Kalila mendesah keenakan. Dia membalas dengan menggesek-gesekkan kemaluannya pada batang penis Azzam.

”Kal,” berbisik memanggil, Azzam mengangkat kedua paha Kalila.
Seolah menggendong anak kecil, ia putar tubuh Kalila untuk kemudian ditidurkannya di atas sofa.

Dengan rakus dijilatinya kedua payudara Kalila, kiri dan kanan, bergantian. Kalila menggelinjang keenakan.
Diraihnya kepala Azzam dan diacak-acaknya rambut laki-laki itu.

”Auw! Zam...” Kalilah memekik saat lidah Azzam sampai pada lubang kemaluannya.
”Ughhh... ya, jilat yang dalam, Zam! Sshhh...” racaunya tanpa peduli keadaan sekitar.

Azzam terus memainkan lidahnya pada klitoris Kalila.
Dengan diiringi decakan lidah, ia adu mulutnya dengan vagina Kalila yang telah basah membanjir.

”Ahhh... ahhh... mmhhh... sshhh... aahhh... Zaammm!!!”
Kalila menjerit histeris. Di dapur, dua pasang telinga mendengar desahan itu dan tersenyum.

”Kalila kayaknya lagi enak banget tuh.” kata bang Jack.
”Biasa ah, Kalila memang suka teriak-teriak gitu.” sahut Aya.

Mereka sedang perpelukan duduk di meja dapur.
Dengan nakal bang Jack meraba-raba selangkangan Aya, digosok-gosoknya lembut, terasa benda itu begitu hangat dan lembab.

Sementara tangan yang sebelah lagi meremas pelan payudara Aya yang membusung indah, yang diakhiri dengan pijitan keras di putingnya.
Aya yang diperlakukan seperti itu jadi resah kembali.

Sekuat tenaga, berusaha ia atur nafasnya yang mulai memburu agar tidak terdengar oleh bang Jack.
Kalau sampai laki-laki itu tahu, bisa-bisa ia minta lagi. Padahal Aya masih sangat lelah saat ini.

Tiba-tiba terdengar jeritan Kalila dari ruang tengah. Rupanya gadis itu sudah mencapai klimaksnya..
”Zaamm! Aahhh... hheggghhh... ssshhh... aaahhh...”
Didekapnya kepala Azzam yang masih berada di depan selangkangannya, dijepitnya dengan dua paha erat-erat. Azzam jadi tidak bisa menghindar saat memek Kalila berkedut-kedut kencang dan menyemburkan cairan cintanya.
Dengan terpaksa Azzam menerima dan menelan semuanya.

Setelah tubuh Kalila melemas dan terkapar dalam kepuasan yang tiada terkira, Azzam bangkit dan merengkuhnya.
Diciumnya kening gadis itu dan diusapnya rambut Kalila yang panjang penuh rasa sayang.

”Zam, oughh… enak banget!” ujar Kalila di sela-sela nafasnya yang masih tersengal.
”Aku juga pengen enak, Kal. Sekarang aku yang tiduran ya, kamu yang berada di atas.” pinta Azzam kepada Kalila.
”Ahh, terserah kamu, Zam!” kata Kalila pasrah.

Azzam segera merebahkan tubuhnya di sofa, perlahan ia bimbing Kalila untuk jongkok di atas perutnya.
Kalila yang paham, sembari tersenyum, meraih penis Azzam dan perlahan dimasukkannya ke dalam belahan kemaluannya.

Ia menurunkan pinggulnya hingga perlahan batang penis Azzam menusuk masuk ke dalam liang vaginanya.
Setelah mentok, Kalila menarik dan menurunkan pinggulnya lagi. Begitu terus hingga lama kelamaan gerakan itu menjadi lancar dan cepat.

Menikmati goyangan gadis itu, Azzam memegangi payudara Kalila yang jatuh menggelantung indah.
Diremas-remasnya pelan sambil sesekali meraih bokong besar Kalila di bawah sana dan mengusap-usapnya mesra.

Kalila yang merasakan sensasi baru dalam bersetubuh, merintih suka. ”Ahhh... Zam, enak banget! Ughhh... terus setubuhi aku, Zam!”
Ia merasakan gesekan klitorisnya pada batang penis Azzam begitu nikmat dan menggelikan.

Tak butuh waktu lama baginya untuk mencapai orgasmenya kembali.
”Ouhhh... aku keluar, Zam! Kontolmu enak sekali!” racau Kalila dengan tubuh mengejang dan cairan cinta menyembur deras.

Azzam segera mencabut penisnya. Diberikannya benda yang masih menegang dahsyat itu pada Kalila.
”Isap sampai keluar, Kal!” perintahnya.

Tapi Kalila menolak. ”Nggak ah. Keluarin aja di memek Kalila. Entot aku lagi, Zam!”
Sehabis berkata begitu, ia membaringkan tubuh mulusnya di sofa dan membuka kedua pahanya lebar-lebar sehingga terlihat jelas bentuk vaginanya yang sudah merah merekah.

Azzam segera menancapkan lagi kontolnya ke lubang sempit itu.
Lalu perlahan-lahan mulai ia goyang maju mundur hingga alat kelamin mereka kembali bergesekan.

”Oouchh... nikmat banget, Zaam! Setubuhi aku sampai kamu keluar. Siram rahimku dengan sperma, Zam.”
Birahi Kalila yang kembali memuncak membuat gadis itu meracau tidak karuan, kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan di sofa yang sempit itu sehinga terlihat sangat seksi. Azzam pun memompa tubuhnya semakin cepat.

”Goyang terus, Zam. Tusuk memekku dengan kontolmu. Aku mau keluar lagi, Sayang! Ouchhh... ahh!”
Kalila kelojotan saat cairan cinta kembali menyembur dari liang vaginanya.
Sementara Azzam yang juga sudah tidak tahan lagi, mencabut penisnya dan mengarahkannya ke wajah imut Kalila.

Croot! Croot! Croot! Spermanya keluar membasahi wajah gadis itu.
Azzam lalu mendorong kontolnya masuk ke dalam mulut Kalila untuk menyuruh gadis itu agar membersihkan sisanya.

Kalila langsung menjilatnya dengan lahap. Azzam mengusap sperma yang berlelehan di wajah Kalila dengan menggunakan jari-jarinya, kemudian ia berikan jari itu pada kalila.
Tanpa membantah, Kalila langsung menjilatinya.
Ia bersihkan jari-jari Azzam yang penuh dengan sperma itu hingga bersih, dan menelan semuanya tanpa sungkan.

Mereka berciuman sejenak sebelum akhirnya berpelukan tertidur berdua di sofa.
Haifa yang selesai mandi membangunkan ustad Ferry dan mengajaknya pindah ke dalam kamar.
Sementara Aya dan bang Jack, mandi bareng berdua dan memulai babak baru permainan mereka.
END
 
--------------------------------------------------------------------------

Cerita 161 – Para Pencari Kenikmatan [Final = Part 10]

Tapi
kalau sudah dijanjikan imbalan seperti ini.. Haifa jadi punya alasan untuk melayani Pak Jalal.
Maka sekarang.. dengan sangat rakusnya ia melakukan jilatan demi jilatan..
hingga penis Pak Jalal yang berada di dalam mulutnya terasa semakin kaku dan menegang.

Haifa tidak ingin orang yang telah membayarnya mahal.. kecewa dengan pelayanannya.
Malah kalau bisa Pak Jalal jadi ketagihan dan terus menyetubuhinya dengan imbalan 20 juta tiapkali main.
Bisa kaya mendadak dia..! Tanpa sadar Haifa jadi tersenyum dalam hati.

“Terus, Bu Ustad.. ada bonus kalau kamu memang memuaskan..” kata Pak Jalal..
yang disambut dengan delikan mata oleh Mira..
dan langsung melepaskan rongga kewanitaan Haifa yang sedang diisapnya.

“Bonus buatku juga ada nggak..? Saya kan sudah muasin Pak Jalal tadi..” tanya istri Asrul itu.
“Ada..!” Sergah Pak Jalal.

”Pokoknya kalian bakal pulang sambil bawa uang banyak kalau bisa memuaskanku..!”
“Wah.. terimakasih ya, Pak Jalal. Senang deh kalau Pak Jalal murah hati gini..” Mira tertawa senang.

“Sudah.. cepet isap lagi memeknya..!” Suruh Pak Jalal.
Mira segera menunduk untuk mengerjai vagina Haifa.. sementara Pak Jalal dengan gemas..
mempermainkan buah dada Haifa yang berukuran luar biasa dengan mereremas-remasnya lembut.

Diserang atas-bawah seperti itu membuat Haifa akhirnya terbius dalam amukan api birahi.
Ia pun lupa akan segalanya. “Aah.. aduh.. aduduh..” lenguhnya dengan nafas ngos-ngosan.

Erangan Haifa semakin menjadi akibat kuluman sangat rakus dan ganas dari Pak Jalal..
di kedua puting susunya yang kini sudah terlihat mengacung tegak.

“Sudah.. sekarang gantian..!“ Seru Pak Jalal dengan suara cemprengnya.
Mira segera berbaring untuk mengoral penis Pak Jalal.. sementara Haifa berjongkok..
menikmati ketebalan memek Mira yang sudah pernah dilewati oleh empat bayi.

Mereka terus saling merangsang seperti itu sambil sesekali Pak Jalal menggapai kewanitaan Haifa..
yang mengganggur untuk diusap dan dikocok-kocoknya ringan.

“Luar biasa ngacengnya kontolmu, Pak..!“
Kata Mira yang terus menelan batang penis Pak Jalal ke dalam mulutnya.

Lidahnya bergerak dengan cepat ke sana kemari untuk memberikan rangsangan pada batang panjang itu.
Sungguh tak karuan nikmatnya.
Apalagi saat beberapakali Mira memberikan kesempatan pada Haifa untuk ikut mengulumnya.

Dijilati berdua seperti itu membuat batang penis Pak Jalal jadi semakin basah..
penuh oleh air liur.. siap untuk digunakan.

“Segera lakukan, Pak.. setubuhi Bu Ustad..!“
Mira melepaskan penis Pak Jalal dan lalu mendorong tubuh bugil Haifa menuju ke sofa.

Haifa segera melebarkan pahanya dan membiarkan Pak Jalal yang sudah tak tahan untuk menindihnya.
Laki-laki itu meremas-remas buah dadanya dan berbisik..

“Hhm.. susu Bu Ustad memang montok. Sekarang, rasakan kontolku yang besar ini..!!“
Sehabis berkata.. sambil mengangkat tubuhnya.. Pak Jalal membiarkan Mira memegangi penisnya..
untuk dibantu diarahkan ke lubang kewanitaan Haifa yang sudah menganga lebar.

Haifa sedikit melotot melihat penis Pak Jalal yang meski tidak seberapa besar tapi sangat panjang.
“Hmm.. pelan-pelan aja, Pak..!” Iba Haifa.

Slebb..!! Pak Jalal segera menekan lembut..
begitu merasakan ujung penisnya sudah menempel ke lubang yang tepat.

Haifa merem melek merasakan sensasinya.. sementara Mira tersenyum gembira..
menatap batang panjang Pak Jalal yang perlahan mulai tenggelam mili demi mili.

Jlebb..!! “Aawh..!!“ Jerit Haifa begitu kontol Pak Jalal mentok di dalam lorong rahimnya.
“Rasakan, Bu Ustad.. rasakan gimana enaknya kontol Pak Jalal..!!” Seru Mira sambil tertawa keras.

Pak Jalal kini mulai menarik dan menekan pinggulnya..
”Ehmm..” Dia mengerang begitu merasakan kenikmatan vagina milik Haifa.

Jepitannya ternyata sangat kencang, jauh bila dibanding dengan Mira yang sudah bobol empatkali.
Pak Jalal pun mulai tak tahan..
Slebb.. jlebb.. ia tekan terus pinggulnya sampai lancar dalam melakukan sodokan demi sodokan.

“Ampun, Pak Jalal. Pelan-pelan aja..” rengek Haifa.
“Tindih dia, Pak.. remas buah dadanya, serbu bibirnya. Lumat dia!!“ seru Mira dari belakang.

Pak Jalal langsung menindih dan menggenjot dengan sekuat tenaga.
Dorongannya yang keras membuat Haifa hendak menjerit..
namun sudah keburu dibekapnya menggunakan mulut.

Rakus Pak Jalal melumat bibir tipis Haifa sambil tangannya mempermainkan bulatan dada perempuan cantik itu.
Menit demi menit berlalu, Pak Jalal terus melakukan genjotan demi genjotan.

Lenguhan Haifa yang keenakan membuat Mira tertawa senang..
sementara Pak Jalal nampak sudah tak tahan lagi menerima jepitan vagina Haifa yang begitu luar biasa.

Dengan tenaga sudah terkuras habis, ia terus memacu tubuh kurusnya di atas tubuh bugil Haifa.
“Aaaahh..!!“ Teriak Haifa begitu mendapatkan orgasmenya.

Tubuhnya menegang kencang saat cairan panas mengucur deras dalam rongga kewanitaannya..
membasahi batang penis Pak Jalal yang masih bergerak kencang menusuk-nusuk.

Beruntung Haifa sudah keluar duluan hingga Pak Jalal pun tidak malu..
ketika ia melepas klimaksnya tak lama kemudian.. Crooott.. crooott.. crooott..!!
Tubuhnya terasa enteng sekali begitu air maninya mengalir ke dalam liang vagina Haifa.

“Wah, sperma Pak Jalal masih tetep banyak..” Mira tersenyum memandangi lelehan air mani Pak Jalal..
yang merembes melalui celah kewanitaan Haifa begitu laki-laki itu mencabut batang penisnya.

“Iya, habis enak banget sih..” sahut Pak Jalal dengan badan lemas.
Di bawahnya.. Haifa terbangun dan menatapnya..

“Hhm.. aku juga enak, Pak. Andai Pak Jalal meminta baik-baik, pasti aku mau tadi..”
“Lho, mana saya tau.. Bu Ustad..” Pak Jalal terkekeh.

“Ide siapa itu..?” Selidik Haifa pengin tau.
“Tuh, dia..” Pak Jalal menunjuk Mira.

Yang dituding hanya tersenyum saja.
“Dasar kamu, Mir..” ujar Haifa dengan sedikit kesal.

“Berikutnya, siapa yang kira-kira akan datang..?” Tanya Pak Jalal.
“Emm.. mungkin Aya, tapi nggak tau juga sih..” sahut Haifa.

“Aya atau pun Herlina nggak akan ada bedanya, sama-sama cantik dan montok..” kekeh Pak Jalal.
“Edan..! Pak Jalal mau nidurin mereka juga..?” Desis Haifa tak percaya.

“Kenapa enggak..? Semua yang sudah pegang uangku harus setor tubuh kepadaku..!“ Ujarnya santai.
“Peraturan dari mana itu..?” Cibir Haifa.

Pak Jalal hanya memandang dengan mata berbinar, dan kemudian mencium bibir Haifa sekilas..
”Peraturanku.. orang paling kaya sekampung, haha..!” Dia tertawa keras.

Haifa berusaha menata jilbabnya yang berantakan.
Selama bercinta tadi.. selain baju, Pak Jalal memang tidak melepasnya.

Dia kemudian memandang laki-laki itu dengan mata nanar..
”Oke, kita buktikan aja, apa Pak Jalal mampu dikeroyok sama kita berempat..?” Tantang Haifa.

“Siapa takut..!?” Seru Pak Jalal..
”Jangan menyesal nanti kalo ternyata kalian ketagihan kontolku..” balasnya tak mau kalah.

“Aku sudah ketagihan kontolnya Pak Jalal..” sahut Mira yang kembali menunjukkan kenalakannya.
Pak Jalal menanggapinya dengan terkekeh pelan.
----oOo----

Aya menyempatkan diri pulang ke rumah setelah menjemput Azzam ke kantor.
Ia menemukan suaminya itu terbaring seperti zombie di sofa ruang depan dengan tubuh telanjang.

Di kanan-kirinya, terlihat Dara dan Sheila juga bergelimpangan pulas.
Rupanya mereka telah berpesta seks semalam suntuk. Pantas saja Azzam tak sempat pulang ke rumah.

Sudah menjadi kebiasaan Azzam untuk mengajak karyawannya bercinta setelah menggaji mereka.
Terutama Dara dan Sheila yang memang paling muda dan cantik.

Aya tau itu dan sama sekali tidak bisa melarang.. karena sejujurnya ia juga beberapakali..
tidur dengan karyawan laki-laki di kala Azzam sedang sibuk pergi ke luar kota.

Sambil menahan rasa dongkolnya.. Aya menggeledah jaket Azzam yang tergulung rapi di atas meja..
untuk menemukan buntelan uang milik Pak Jalal.

Jumlahnya sudah berkurang karena sudah digunakan.. entah untuk apa saja.
Aya menukar pakaiannya karena udara siang itu sangat panas.

Bang Jack tidak terdengar mengumandangkan adzan di musholla.. padahal waktu duhur sudah sejak tadi tiba.
Mungkin dia masih kecewa setelah kehilangan semua uangnya.

Melangkah santai.. Aya melintas di bawah teriknya cahaya matahari yang dihiasi butiran debu tipis.
Di pergantian musim seperti saat ini.. debu akan terus bertebaran selama 24 jam setiap hari..
Sampai musim hujan tiba. Dan itu sudah tidak lama lagi.

Sambil membawa tas berisi uang..
Aya pergi ke mobilnya yang terparkir di seberang jalan dan langsung melaju menuju rumah Pak Jalal.

Ia terobos hamparan rumput yang menghalangi..
di mana beberapa orang tampak menebasnya untuk digunakan sebagai pakan kambing.

Di situasi seperti ini.. bahkan daun alang-alang yang menguning pun jadi rebutan.
Aya menyapa mereka dan terus mengemudikan mobilnya.

Beberapa orang berdiri dan tersenyum..
beberapa lagi menggeleng-geleng menatap kecantikan dan kemolekan tubuh istri Azzam itu.

Pak Jalal sudah nampak menunggunya sembari duduk di kursi teras depan.
Aya bergegas turun dan menghampirinya.

Setelah berbasa-basi sejenak, ia pun memperlihatkan isi tasnya.
Di dalam.. terdapat uang tunai sebesar 467 juta.
Hanya itu jumlah yang tersisa dari total 500 juta.

“Nggak apa-apa, santai aja..” jawab Pak Jalal saat Aya berkali-kali meminta maaf.
Dia masih nampak menyisakan kelelahan yang amat sangat..
setelah memacu birahi dengan Mira dan Haifa.

Namun kedatangan Aya kembali membangkitkan gairahnya..
dan tanpa bisa dicegah kontolnya pun mulai mengacung keras.

“Ngomong-ngomong, di mana Kak Haifa..?” Tanya Aya.
“Oh.. Bu Ustad masih di dalam. Ayo, mari masuk..” Pak Jalal mengundangnya.

Tanpa curiga sedikit pun..
Aya melangkahkan kakinya ke ruang tengah mengikuti Pak Jalal yang berada di depan.

Pak Jalal sendiri sudah bergidik daritadi gara-gara mencium wangi tubuh Aya.
Bisa ditebaknya kalau gadis ini doyan seks juga.

Ditambah body mulus Aya yang memang montok sekali..
membuat Pak Jalal jadi semakin bersemangat untuk bersetubuh dengannya.

Terasa batangnya terus berkedut-kedut seiring detik-detik terakhir yang sangat menentukan itu.
“Di mana Kak Haifa..?” Tanya Aya saat melihat ruang tengah ternyata kosong melompong.

“Aku di sini, Ai..!!”
Sergah Haifa mengagetkan sambil menepuk pipi Aya dan menjawil hidungnya dari arah belakang.

Aya langsung berbalik.. namun saat itulah..
“Kak, apa-apaan ini..!?” Jerit Aya ketika Haifa mencekal kedua tangannya erat-erat.
“Sudah, diamlah..!” Paksa Haifa sambil mulai mempreteli satu per satu kancing baju Aya.

Di depan mereka.. Pak Jalal mendekat sambil menyeringai. Matanya tak berkedip..
menatap bulatan buah dada Aya yang bergerak naik-turun seiring dengan embusan nafasnya.

Begitu besarnya benda itu hingga beha kuning tipis yang dikenakannya jadi nampak sesak.
Kehangatan tubuh Aya yang menguar juga membuat Pak Jalal jadi ingin segera bercinta dengannya.

Terlihat sekali kalau laki-laki itu sudah tak sabar ingin orgasme di dalam memek sempit Aya..
dan menyemburkan semua isi kantong pelirnya ke dalam kewanitaan Aya yang legit dan sempit.

Pilinan dinding-dinding vagina Aya pasti akan membuat Pak Jalal tersiksa..
tapi justru itu yang ia sukai. Akan ia buat istri Azzam ini terkapar minta ampun..
karena sudah berani-berani menghabiskan sebagian uangnya.

“Kak, lepaskan..! Jangan..!!” Pekik Aya ketika Haifa menyingkap baju panjang yang ia kenakan..
kemudian memelorotkan celana dalamnya ke bawah.

Lalu dengan buru-buru Haifa langsung mengoral vagina miliknya..
Itu membuat Aya jadi menggeliat tak karuan karena merasakan sensasi yang sungguh luar biasa.

Sementara Pak Jalal ikut mengulurkan tangan untuk mulai meremas-remas buah dada Aya..
yang terlontar-lontar indah ketika ia memberontak.

”Ouh.. padet sekali susumu, Ai..” bisiknya puas.
Di bawah, Haifa semakin lama semakin tenggelam dalam oralnya.

Penuh nafsu ia menjilat liang memek Aya ke atas dan ke bawah..
membikin Aya sampai megap-megap ketika merasakan kuluman itu.

Ditambah Pak Jalal yang tampak suka dengan ukuran buah dadanya yang besar..
Aya pun jadi makin tak bisa berbuat apa-apa.

“Kalian benar-benar gila, ughh..!!”
Maki Aya dengan tubuh telanjang bulat, hanya jilbab merahnya yang sekarang tersisa.

Pak Jalal menggelandang gadis itu ke ranjang. Tangan kanan dan kirinya dipegangi oleh Haifa..
sedang Pak Jalal cepat-cepat mencopoti seluruh pakaiannya.

“Kak Haifa..! Kenapa melakukan ini padaku..!?” Teriak Aya tak percaya..
matanya membelalak menatap batang penis Pak Jalal yang sudah nampak mengacung keras.

“Ssh.. setiap hutang itu harus dilunasi, Adikku sayang..” bisik Haifa.
”Uang Pak Jalal sudah kamu pinjam, Sekarang kamu harus membayarnya dengan tubuhmu..”

“Kumohon.. lepaskan..! Aku nggak mau..” Aya berusaha meronta.
Namun Pak Jalal segera memeganginya untuk terus memperdayanya..

”Tapi kok memekmu udah basah gini..?” Ejek lelaki tua itu. Haifa tertawa..
”Iya, Ai. Daripada ditagih di akhirat, mending kamu ngasih kepuasan pada Pak Jalal.
Biarkan ia menyetubuhimu..” katanya, lalu berpaling pada Pak Jalal..

”Cepat, Pak. Masukin kontolmu ke memeknya.. beri dia sodokan yang mantap..
semprot lubangnya sama spermamu..!!“

Pak Jalal segera mengangkangkan paha mulus Aya dengan paksa walau gadis itu tidak mau..
ia lalu maju ke depan sambil memegangi batang penisnya yang panjang.

Aya melotot melihat kejantanan itu, mukanya kemudian ia buang ke samping.
“Bajingan kalian..!“ Makinya untuk terakhirkali.

Tidak menjawab.. Pak Jalal menempelkan penisnya ke belahan memek Aya yang nampak basah memerah.
Benda itu terlihat indah sekali.. sangat sempit dan juga tipis karena memang masih belum dilalui bayi.

Haifa ikut membantu dengan mendorong pantat Aya pelan-pelan..
menekan kontol Pak Jalal agar segera memasukinya.

“Aauwh..!!“ Jerit Aya kaget begitu tusukan batang itu mulai menembus ke dalam liangnya.
Ini ibarat perkosaan..
Namun Aya harus menerimanya kalau memang ingin utangnya dianggap lunas oleh Pak Jalal.

Lelaki itu kini menusukkan penisnya lagi dan lagi hingga batangnya bisa menancap penuh.
Aya jadi semakin tak kuasa lagi untuk melawan, rontaan dan berontakan tubuhnya kini menjadi lemah.
Hanya dari air mata yang menetes melalui celah-celah pipinya karena merasa dikadali oleh Pak Jalal.

“Kak Haifa, aku malu..!“ Kata Aya dengan wajah memerah.
“Ssh.. sudahlah.. nikmati saja kontol Pak Jalal. Kamu pasti akan ketagihan..” bisiknya.

“Aku aja yang awalnya nolak.. sekarang jadi suka kok..” hibur Haifa.
“Bener itu, Ai..” dukung Pak Jalal sambil terus menggoyang.

Diremas-remasnya buah dada Aya yang montok seperti buah semangka dengan kedua tangannya..
belum lagi vagina gadis itu yang penuh dengan jembut terasa sangat enak ketika dimasuki oleh batang penisnya.

“Sodok terus, Pak Jalal. Dia mulai suka tuh..” ujar Haifa menyemangati.
“Dan biar kamu makin suka..” Pak Jalal langsung menarik penisnya dan mendorongnya lagi lebih kuat..
sampai semua batangnya amblas ke liang rahim Aya yang sempit dan menggigit.

”Selain semua hutangmu lunas, kamu juga akan kukasih hadiah 20 juta. Bagaimana..?”
“Aaauh..!!“ Erang Aya keras, sama sekali tak sanggup untuk menjawab.

Tapi dari responnya sih.. sepertinya dia sudah menerima.
Ngentot gratis aja dia mau, apalagi dibayar mahal seperti ini.. Aya pasti tidak akan menolak.

Terbukti dari gerakan pinggulnya yang kini mulai mengayun maju-mundur..
untuk mengimbangi tusukan Pak Jalal yang bertubi-tubi..
hingga membuat lelaki paling kaya di kampung itu mulai mengerang dan melenguh penuh kenikmatan.

“Yah.. begitu dong, Ai. Kan jadi nikmat sekali rasanya..” desis Pak Jalal penuh kemenangan.
Tubuh Aya sampai bergoncang-goncang seiring sodokannya..
dengan buah dada terus ia remas-remas dan dipijit-pijitnya gemas.

Putingnya yang mungil tak lupa ia pilin-pilin hingga membuat nafsu Aya jadi semakin naik.
“Terus, Pak Jalal. Hajar adikku yang nakal ini. Semprotkan air manimu segera.. akan kujilati nanti..”
Haifa tertawa gembira menyemangati.

Clokk..clebb.. clebb..crebb..crebb.. crebb..!! Pak Jalal pun terus melakukan sodokan demi sodokan.
Ia terus mengayun maju-mundur menggenjoti selangkangan Aya yang sudah terdiam pasrah.
Bunyi kecipak terdengar keras sekali.

Dan Pak Jalal terkejut ketika merasakan jepitan Aya semakin menyempit..
pertanda gadis itu akan segera orgasme.

“Mau sampai dia..!“ Pak Jalal tertawa senang..
sambil melakukan remasan kuat di buah dada Aya yang terayun-ayun indah..

Sementara pinggulnya terus menggenjot..
kuat hingga membuat Aya hanya bisa megap-megap tanpa bisa bersuara.

Pak Jalal terus menghujamkan batangnya dalam-dalam berulang-ulang sampai mentok..
rupanya ia juga sudah tidak tahan.

“Aku.. aah..!!“ Teriak Pak Jalal..
namun justru malah disambut tegangnya tubuh Aya yang sudah mendapatkan orgasmenya duluan.

Pak Jalal bergidik ketika merasakan penisnya disiram oleh cairan panas.. ia pun terlena..
Dan detik berikutnya.. Jleghh.. tubuhnya menegang sambil menghujamkan batangnya keras-keras..
ke liang rahim Aya yang masih berkedut-kedut pelan.

Crott.. crott..!! Dengan pandangan serasa gelap.. Pak Jalal menyemburkan air maninya banyak-banyak..
Bahkan sampai ada yang moncrot keluar dari sela-sela tautan alat kelamin mereka berdua.

“Auwh..! Ahh.. ahh..” Aya terus megap-megap.
Tubuhnya terasa lemas dan tanpa bisa dicegah ia pun terkapar di bawah tubuh Pak Jalal.

Laki-laki itu mengelus-elus bulatan payudaranya dengan mesra..
sambil sesekali menciumi putingnya yang menonjol indah.

“Utang kita lunas, Ai..” bisiknya. “saatnya aku ganti menggarap kakakmu.
Aku puas melampiaskan birahi kepada kalian berdua..” kata Pak Jalal yang disambut tawa oleh Haifa.

Istri Ustad Ferry itu tampak asyik menjilati liang memek Aya yang masih tersumpal kontol panjang Pak Jalal.
“Hemat tenaga, Pak Jalal..” kata Haifa sambil menelan semua sperma yang bisa ia temukan.
”Ingat.. sebentar lagi Mira datang bersama Herlina. Kami akan mengeroyok Pak Jalal..”

Pak Jalal terkekeh dan mengangkat tubuhnya namun tanpa menggerakkan pantat..
agar penisnya tetap berada di dalam genggaman lubang memek Aya yang terasa licin dan hangat.

Mereka diam dalam posisi itu.. sama-sama tak bisa berucap..
karena masih asyik menikmati sisa-sisa orgasme yang masih melanda.
“Gurih juga sperma Pak Jalal.. nanti aku minta lagi ya..?“ Kata Haifa sambil tersenyum.

Diperlukan waktu sedikit lebih lama bagi Pak Jalal untuk memulihkan staminanya.
Namun saat Herlina datang dengan diantar oleh Mira tak lama kemudian, ia telah benar-benar siap.

Berkat jamu kuat dan pil ginseng yang ia minum tiap 2 jam..
Pak Jalal sanggup menggilir keempat wanita itu secara berkelanjutan.

Untuk tiap masing-masing orang ia kasih 2 kali semprotan sperma di mulut dan memek.
Setelah semuanya terisi, barulah ia berhenti.
----oOo----

Di atas meja depan.. Pak Jalal menghitung jumlah keseluruhan uang yang berhasil terkumpul. Ada 19.
420 lembar uang kertas nominal seratus ribuan dari total 20.000 lembar yang seharusnya kembali.

Mira mengembalikan sebanyak 495 juta. Haifa 500 Juta. Aya 467 juta. Dan terakhir Herlina 480 Juta.
Istri Udin itu sebenarnya membawa utuh 500 juta.. tapi dia sengaja meminta 20 juta untuk biaya beli motor baru.

Sebagai gantinya.. Herlina akan memberikan tubuhnya kepada Pak Jalal sebanyak 4 kali..
atau 5 juta rupiah tiapkali main.
Tarif yang sama seperti Mira manakala melunasi hutangnya.

Sedangkan untuk Aya dan Haifa.. Pak Jalal memberi mereka masing-masing 20 juta.
Jadi total uang yang masih tersisa adalah 1,902 Miliar. “Hmm.. lumayan..” Pak Jalal terkekeh.

Ia menganggap jumlah uang itu masih cukup banyak.
Dari keseluruhan uangnya yang terjatuh.. hanya sekitar 5% saja yang hilang.

Nilai presentasi yang cukup bagus.. mengingat bisa saja semua uang itu raib tak bersisa.
Anggap saja ini sebagai biaya pengembalian uangnya yang hilang.

Lagian, ia juga mendapatkan kepuasan..
dengan berhasil meniduri perempuan-perempuan cantik yang sudah mengambil uangnya.
Tidak seorang pun yang merasa dirugikan.. kecuali Bang Jack tentunya.

Peristiwa ini membuat banyak pihak senang dan puas. Mira dan Herlina kebanjiran rezeki dari Pak Jalal..
Sedangkan Aya dan Haifa senang atas uang jasa yang mereka terima.

Setelah memeriksa kantong uangnya.. untuk memastikan ia bahwa tas-tas itu masih baru dan tidak rusak..
sehingga tidak akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan..

Pak Jalal segera memindahkan uangnya ke sana. Satu kantong berisi 900 juta rupiah..
dan kantong satunya senilai 1 Miliar..
Kemudian menyimpannya di brankas kecil yang tersembunyi di dalam almari.

Segalanya aman sudah. Semua sudah selesai..
kecuali keberadaan Kalila yang tersenyum-senyum genit di sebelahnya..

”Apaan sih, Kal..?” Tanya Pak Jalal heran.
“Hehe..” Kalila hanya tertawa.

Dan Pak Jalal langsung terpaku memandangi gadis manis itu..
ketika Kalila dengan perlahan merangkak mendekati dirinya.

Ia melihat betapa gadis itu sangat membutuhkan sentuhan..
untuk menuntaskan hasrat mudanya yang lagi menggelegak.

”Gimana, Oom, sudah selesai ngitungnya..?” Tanya Kalila membuka percakapan.
Ia lalu naik ke atas tubuh kurus Pak Jalal yang cuma berkain sarung..
dan menggesek-gesekkan bulatan payudaranya ke dada laki-laki itu.

”Kamu pengen ya..?” Kata Pak Jalal sembari menarik tangan Kalila..
kemudian ditaruhnya di atas bentangan batang penisnya.
”Iya..” angguk Kalila sambil tersenyum manis..

“Tadi sudah kubantu oom nyari uangnya, sekarang bantu Kalila muasin hasrat ya..?”
Dia mengenggam batang penis Pak Jalal dan mulai mengocoknya pelan.

”Setiapkali ngelihat tubuhmu, aku selalu terangsang, Kal..” jawab Pak Jalal.
”Kalau gitu.. cepetan entotin aku, Oom. Punyaku gatel nih liat kontol Oom..” Kalila mendesah.

”Nakal kamu, Kal. Nggak ada bosan-bosannya..” Pak Jalal merengkuh leher keponakannya itu..
kemudian ditempelkannya bibirnya ke bibir tipis Kalila.

Tampak sekali kerinduan Kalila akan cumbuan Pak Jalal..
dia membalas rabaan serta ciuman laki-laki itu dengan tidak kalah ganasnya.

Mereka melepas rindu dengan saling memagut dan melumat mesra.
Pak Jalal menjilati leher jenjang Kalila diiringi desahan nakal dari gadis itu..
dan rabaan tangan Kalila di belakang punggungnya.

Kemudian Kalila jongkok dan tanpa sungkan lagi meraih penis Pak Jalal untuk dikulum..
layaknya anak kecil yang rindu akan es krim kegemarannya.

Pak Jalal tersenyum melihat tingkah keponakannya ini.
Setelah beberapa saat, Kalila berdiri dan kembali mencium bibir Pak Jalal.

Bisa dirasakannya tangan Pak Jalal meraba payudaranya yang sebelah kiri..
lalu meremas lembut sembari memainkan putingnya yang sebelah kanan.

”Ughhh..” Kalila mendesah keenakan.
Dia membalas dengan menggesek-gesekkan kemaluannya pada batang penis Pak Jalal.

”Kal..” berbisik memanggil, Pak Jalal mengangkat kedua paha Kalila.
Seolah menggendong anak kecil..
ia putar tubuh Kalila untuk kemudian dibaringkannya di atas sofa.

Dengan rakus dijilatinya kedua payudara Kalila, kiri dan kanan, bergantian.
Sontak saja Kalila jadi menggelinjang keenakan.

Diraihnya kepala Pak Jalal dan diacak-acaknya rambut laki-laki tua itu.
”Auw..! Oom..” Kalilah memekik saat lidah Pak Jalal sampai pada lubang kemaluannya.

”Ughh.. yah, jilat yang dalam, Oom..! Sshhh..” racaunya tanpa peduli keadaan sekitar.
Pak Jalal terus memainkan lidahnya pada klitoris Kalila.

Dengan diiringi decakan lidah, ia adu mulutnya dengan vagina Kalila yang telah basah memerah.
”Ahh.. ahh.. mmhh.. sshh.. aah.. Ooom..!!!” Kalila menjerit histeris.

Rupanya ia sudah mencapai klimaksnya, ”Oom..! Aah.. heghh.. ssh.. aah..!!”
Didekapnya kepala Pak Jalal yang masih berada di depan selangkangannya..
dijepitnya dengan dua paha erat-erat.

Pak Jalal jadi tidak bisa menghindar..
saat memek Kalila berkedut-kedut kencang dan menyemburkan cairan cintanya.
Dengan terpaksa Pak Jalal menerima dan menelan semuanya.

Setelah tubuh Kalila melemas dan terkapar dalam kepuasan yang tiada terkira..
Pak Jalal bangkit dan merengkuhnya.
Diciumnya kening gadis itu dan diusapnya rambut Kalila yang panjang penuh rasa sayang.

”Oom, ough.. enak banget..” ujar Kalila di sela-sela nafasnya yang masih tersengal.
”Aku juga pengen enak, Kal. Sekarang aku yang tiduran ya, kamu yang berada di atas..”

Pinta Pak Jalal kepada Kalila.
”Ahh, terserah Oom aja..” kata Kalila pasrah.

Pak Jalal segera merebahkan tubuhnya di sofa..
Perlahan ia bimbing Kalila untuk jongkok di atas perutnya.

Kalila yang paham.. sembari tersenyum..
meraih penis Pak Jalal dan perlahan dimasukkan ke dalam belahan kemaluannya.

Ia menurunkan pinggulnya hingga perlahan batang penis itu menusuk masuk ke dalam liangnya.
Setelah mentok, Kalila menarik dan menurunkan pinggulnya lagi.
Begitu terus hingga lama kelamaan gerakan itu menjadi lancar dan cepat.

Menikmati goyangan keponakannya yang cantik..
Pak Jalal memegangi payudara Kalila yang jatuh dan menggelantung indah.

Diremas-remasnya pelan benda ranum itu..
sambil sesekali meraih bokong besar Kalila di bawah sana dan mengusap-usapnya mesra.

Kalila yang merasakan sensasi baru dalam bersetubuh, merintih suka.
”Ahh.. Oom, enak banget..! Ughh.. terus setubuhi aku, Oom..!”

Ia merasakan gesekan klitorisnya pada batang penis Pak Jalal begitu nikmat dan menggelikan.
Tak butuh waktu lama baginya untuk mencapai orgasmenya kembali.

”Ouhh.. aku keluar, Oom..! Kontol oom enak sekali..!”
Racau Kalila dengan tubuh mengejang dan cairan cinta menyembur deras.

Plopp..!! Pak Jalal segera mencabut penisnya dari cepitan vagina Kalila.
Diberikannya benda yang masih menegang dahsyat itu pada Kalila.

”Isap sampai keluar, Kal..!” perintahnya.
Tapi Kalila menolak. ”Nggak ah. Keluarin aja di memek Kalila. Entot aku lagi, Oom..!”

Sehabis berkata begitu.. ia membaringkan tubuh mulusnya di sofa..
Kemudian membuka kedua pahanya lebar-lebar..
sehingga terlihat jelas bentuk vaginanya yang sudah merah merekah.

Pak Jalal segera menancapkan lagi kontolnya ke lubang sempit itu.
Lalu perlahan-lahan mulai ia goyang maju-mundur hingga alat kelamin mereka kembali bergesekan.

”Oouh.. nikmat banget, Oom..! Terus setubuhi aku sampai Oom keluar. Siram rahimku dengan spermamu, Oom..”

Birahi Kalila yang kembali memuncak membuat gadis itu meracau tidak karuan..
kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan di sofa yang sempit itu..

Sehingga terlihat sangat seksi. Pak Jalal pun memompa tubuhnya semakin cepat.
”Goyang terus, Oom. Tusuk memekku dengan kontolmu. Aku mau keluar lagi, Oom..! Ouhh.. ahh..!”

Kalila kelojotan saat cairan cinta kembali menyembur dari liang vaginanya.
Sementara Pak Jalal yang juga sudah tak tahan lagi..

Ia segera mencabut penisnya dan mengarahkannya ke wajah imut Kalila.
Croot..! Croot..! Croot..! Spermanya keluar membasahi wajah gadis muda itu.

Pak Jalal lalu mendorong kontolnya masuk ke dalam mulut Kalila..
untuk menyuruh gadis itu agar membersihkan sisa-sisanya.
Slrupp.. slrupp.. Kalila langsung menjilatinya dengan lahap.

Pak Jalal mengusap sperma yang berlelehan di wajah Kalila dengan menggunakan jari-jarinya..
kemudian ia berikan jari itu pada kalila.

Tanpa membantah.. Kalila langsung menjilatinya.
Ia bersihkan jari-jari Pak Jalal yang penuh dengan sperma hingga bersih.. dan glugg..!!
Glugg.. glekk..!! Menelan semuanya tanpa ragu.

Mereka berciuman sejenak..
Sebelum akhirnya Pak Jalal mengajak Kalila pindah ke dalam kamar.. untuk beristirahat sejenak..

Sebelum memulai babak baru permainan mereka yang berkali-kali lipat lebih panas. END (. ) ( .)
-------------------------------------------------oOo---------------------------------------------

End of Cerita 161..

Sampai Jumpa di Lain Cerita.. Adios.. :bye:
 
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 162 – Rezeki Berbuat Baik..

Mobil Ertiga
putih sukses parkir di ruang parkir yang telah kusediakan.
Beberapa orang turun dari mobil tersebut.

Ada seorang laki-laki setengah baya yang kutafsir usianya sudah 60 tahun..
lalu ada pria seumuran denganku.. kira-kira 29 tahun umurnya.

Ada juga seorang gadis.. mungkin usianya kisaran 13 tahunan..
dan seorang wanita berjilbab yang umurnya lebih muda dariku.

“Rame mas..?” Kata sang bapak yang terlihat rambutnya rata dengan uban.
“Lumayan pak.. tapi masih ada tempat yang kosong kog..” jawabku.

Aku lalu mengantar mereka hingga pintu masuk kedai makan yang aku jaga lahan parkirnya.
Saat itu aku berdiri tepat di belakang rombongan keluarga tadi..
sambil memperhatikan postur tubuh mereka.

Ketika mataku menatap sang wanita berjilbab, aku menelan ludahku.
Karena dia terlihat sangat seksi..
dengan balutan gamis berbahan kaos yang cukup ketat di bagian pinggul dan pantatnya.

Tubuhnya bagaikan gitar lokal yang sering aku mainkan di kamar kost saat hati merasa galau.
Gilaaa..!! Pantatnya bikin ngiler.. gumamku dalam hati.

Setelah itu aku kembali menjaga lahan parkir dan duduk di kursi plastik..
sambil menyeruput kopi panas yang kubeli dari warung kopi dekat kedai makan itu.

Tak lama kemudian wanita yang kuperhatikan tadi datang..
menghampiri mobil Ertiga yang ditumpanginya dengan agak berlari..
sehingga membuat payudaranya gundal-gandul berayun-ayun indah.

Siapa sangka kalau ternyata payudaranya lumayan besar..
dan.. hmm.. terlihat kencang serta menantang untuk diremas.

Aku berdiri seraya bertanya.. “Ada apa mbak..? Kog lari-lari..?” Tanyaku.
“Ini mas.. kayaknya kunci mobil tertinggal di dalam, deh..” jawabnya dengan wajah panik.

Dia lalu menempelkan badan dan wajahnya ke pintu mobil..
dengan tujuan melihat lebih jelas ke arah dalam kabin mobil tersebut.

Sementara aku terpaku memandangi tubuh semoknya dari belakang.
Gamis berwarna pink sungguh membuatku menelan ludah kembali.

Lalu dengan pikiran agak mesum aku mendekatkan tubuhku ke arah tubuhnya..
dengan modus juga ingin melihat kondisi kunci mobilnya.

Kemudian dengan sengaja aku merapatkan tubuhku.. Jded..!!
Dengan modus memberinya penerangan melalui senter yang kupegang. Hehehe..

“Aihh..!?” Mbaknya kaget saat tubuhnya kuhimpit dengan badanku. Tapi kemudian..
“Pinjam senternya sebentar ya mas..?” Katanya tanpa risih mau pun marah atas kelakuanku.

Kusodorkan senter itu tanpa melonggarkan himpitan badanku..
Tapi malah lebih kutekankan daerah kejantananku ke pantatnya.

“Tuh.. bener kan.. kuncinya tertinggal di dalam..” katanya.
Aku semakin menghimpitnya dan ikut melihat kunci yang masih tergantung di bawah kemudinya.
“Kog bisa tertinggal sih, mbak..?” Kataku sambil menghirup parfum tubuhnya.

Sebenarnya aku masih ingin menghimpit tubuhnya dengan berusaha menggesek pantatnya itu..
dengan batang kejantananku meski di luar celana.

Tapi mengingat situasi yang tidak memungkinkan..
akhirnya aku menjauh mencari sebatang kawat untukku buat sebagai alat pengait.

Setelah menemukan sebatang kawat.. aku kembali menuju mobil.
Seluruh anggota keluarga mobil Ertiga pun tampak sudah berkumpul dengan muka panik.

“Permisi.. maaf.. bolehkah saya membantu..?” Tanyaku meminta izin.
“Oh iya mas.. silakan..” jawab pak tua itu.

Dengan berbekal ilmu yang kupunya.. aku mencoba mengaitkan kawat tadi di sela-sela kaca jendela.
Ceklekkk..!! “Nah, sudah bisa dibuka nih..” kataku sambil menarik tuas pintu mobil itu.

Semua keluarga itu tersenyum dan bernapas lega.
“Hebat mas.. makasih ya..” kata mas-mas yang umurnya seumuran denganku.
“Sama-sama mas..” jawabku.

Kemudian aku meninggalkan mereka karena ada 2 buah mobil mencoba mencari tempat parkir.
Setelah selesai menempatkan kedua mobil itu aku kembali ke tempat dudukku.

Semua anggota keluarga Ertiga tadi nampaknya melanjutkan santap malamnya di kedai itu.
Selang 10 menit mereka kembali ke parkiran guna beranjak pergi.

Tapi kayaknya ada yang kurang.. penumpang yang semula ada 4 orang kini hanya 3 orang.
Wanita berjilbab tadi tak terlihat olehku. Aku pun berdiri guna memberi sapaan.
“Sudah selesai makan malamnya.. udah dicek.. tidak ada barang yang ketinggalan, kan..?” Tanyaku.

“Ehhmm.. kalo barang sih kayaknya ga ada yang tertinggal mas.. cuma istri saya yang masih di dalam.
Katanya mau ketemu pembeli di kedai ini.. jadi kami tinggal. Biar nanti dia pulang naik go-jek aja..”
Tegas pria yang ternyata suami dari wanita berjilbab yang aku cabuli tadi.

“O.. begitu.. ini mau ke arah mana, pak..?” Tanyaku.
“Ke kanan ya mas..” jawab bapak beruban itu.

Setelah semua penumpang masuk, aku mengarahkan mobil sesuai tujuan..
dan ternyata mereka memberiku uang 50 ribu sebagai rasa terimakasih.

“Waahh.. makasih banyak mas..!” Kataku kepada pria yang sedang menyupir.
-----oOo-----

Tak terasa malam telah larut kulihat waktu menunjukkan sudah pukul 23:00 di layar hapeku.
Lahan parkir pun sudah tak ada lagi mobil maupun motor pembeli.
Yang ada hanya motor para karyawan saja.

Aku lantas bergegas masuk untuk berpamitan pada pemilik kedai..
Karena tugasku sudah selesai di jam ini.

Saat aku melangkahkan kaki masuk.. aku melihat wanita berjilbab semok tadi masih di dalam..
Nampaknya masih bercengkrama dengan 2 orang wanita.. mungkin temannya.
Dan ternyata juga masih ada 3 meja yang masih diduduki pelanggan.

“Bos.. saya pulang dulu ya.. di luar udah beres semua..” kataku pada pemilik kedai tersebut.
“Oke.. makasih bro..!” Jawabnya sambil memberiku kantong plastik sebagai jatah makan malam.
“Sama-sama bos.. sampai ketemu besok..” kataku.

Aku berjalan menuju parkiran motorku.. lalu menungganginya dan menyalakan mesinnya.
Saat ingin meninggalkan tempat itu.. aku melihat ada taksi berhenti.

Rupanya taksi tersebut menjemput 3 orang wanita.. yang salahsatunya wanita berjilbab tersebut.
Tapi setelah taksi berlalu.. ternyata wanita berjilbab tidak ikut masuk.

Dia masih berdiri sambil memainkan hapenya.
Iseng-iseng aku lantas menghampirinya.

“Selamat malem mbak. Kog ga pulang bareng taksi tadi..?” Tanyaku sopan.
“Ga mas, saya lagi nunggu GO-JEK nih..” jawabnya.

“O.. sebaiknya nunggu di dalam aja mbak, biar aman..” saranku
“Ga ah mas.. di sini aja. Lagian ga enak sama pemiliknya..” jawabnya sambil tersenyum manis

“Ya.. udah.. kalo gitu biar saya temeni di luar sini ya..?” Kataku berbasa-basi.
“Boleh mas, asalkan masnya ga keberatan..” katanya.

“Oh.. ga kog mbak.. mbaknya ga berat kog.. hehehe..” candaku.
“Hahahaha.. mas ini bisa aja..” tawanya .

Kami pun ngobrol hingga sekira 30 menitan.
Wanita berjilbab terlihat mulai panik karena GO-JEKnya ga kunjung tiba.

Maka.. dengan hati pahlawan aku menawarinya tumpangan untuk pulang.
Dengan agak cemas dia pun menyetujui.

Aku lalu meluncur untuk mengantarnya pulang. Kami masih bertetangga rupanya. Yup.
Kebetulan ternyata rumahnya juga berada di perumahan yang sama kutempati..
cuma berbeda blok saja.

Saat melewati pos Satpam di pintu gerbang perumahan..
Terlihat para Satpam melihat kami dengan muka heran dan bertanya tanya.

“Malem pak bos..!!” Sapaku pada para Satpam.
“Iya.. malem mas..!!” Jawabnya kompak.

Tak lama aku akan sampai di rumah yang kusewa.
“Ini rumah saya mbak. Mau mampir dulu mbak..?” Tanyaku basa-basai.
“Besok aja mas.. ini kan udah malem.” jawabnya.

Setelah rumahku terlewat aku harus memotong jalan.
Maka aku harus lewat jalur lapangan badminton di kompleks ini.

Lapangan sungguh gelap.. karena malam ini tak ada kegiatan badminton.
Apalagi kanan kiri lapangan ini hanya rumah kosong yang terbengkalai..
karena belum ada pembelinya.

Tiba-tiba hape si mbak berdering..
Aku lantas menghentikan laju motor di tengah lapangan badminton ini.
Dia turun untuk mengangkat telfon dengan agak menjauhiku. Kumatikan mesin motorku.

Setelah dia selesai menerima telfon dia kembali ke arahku.
“Gelap banget mas.. kenapa mesin motornya dimatiin..?” Tanyanya sedikit panik.
“Biar ga ganggu mbak nerima telfon..” jawabku.

“Oh gitu.. Ya udah.. kita lanjutin yuk.. aku takut sama tempat sepi dan gelap..”
Katanya sambil meremas lenganku.

Ughhh..!! Sialnya dia juga merapatkan dadanya di lenganku juga.
Jdudd..!! Rasa kenyal dan empuk aku nikmati meski sebentar.

Selanjutnya aku melajukan motorku ke rumahnya yang berada di blok paling ujung.
Setelah sampai di pagar depan rumahnya.. kembali mesin motorku matikan.

Dia mengucapkan terimakasih dan melambaikan tangannya.
Kemudian aku kembali menuju rumah untuk istirahat.
-----oOo-----

Pagi harinya aku dikejutkan dengan suara berisik di pintu pagar rumahku.
Ternyata wanita berjilbab yang sedari tadi berisik di pintu pagar.

“Ada apa mbak pagi-pagi sudah sampai sini..?” Sapaku sopan.
“Ke mana aja sih.. dari tadi aku gedor pintunya ga ada jawaban..!?”
Kata wanita tersebut dengan sewot.

“Maaf mbak.. masih tidur..” kataku sambil membuka pintu pagar dan mempersilakannya masuk.
“Jam segini masih tidur..?” Imbuhnya saat masuk ke dalam ruang tamu.

“Hehehe.. iya mbak.. silakan duduk mbak..” jawabku.
“Iya.. makasih.. oya mas.. ini ada sarapan buat kamu..” katanya.

“Wah.. ngrepotin nih mbak..? Mbok ya setiap hari kayak gini..! Hahaha..” gurauku.
“Yeee.. maunya..!!” Ucapnya menanggapi gurauanku.

“O ya.. mbak mau minum apa..? Biar aku bikinkan..” kataku.
“Udah.. ga usah. Makasih..” katanya sambil melihat ke arah batang kejantananku..

Yang kala itu menonjol karena kebiasaan anak laki-laki di pagi hari.
Saat itu aku hanya memakai celana sepak bola dari bahan jersey yang agak kekecilan.

Ketika aku melihat jam dinding.. ternyata sudah pukul 9 pagi..
Dan kulihat dia semakin serius memandang batang kontolku yang masih menegang..
dan bersembunyi di balik celana yang tak bercelana dalam itu.

“Sudah lama mbak..?” Tanyaku.
“Ehmm.. Apanya..?” Tanyanya balik sambil terpaku melihat ereksiku.

“Lihat batangku..” kataku to the point.
“Lumayan gede juga ya..?” jawabnya. “Eh.. maaf maaf..!” Imbuhnya sambil menutup matanya.
“Hehehe..” jawabku hanya terkekeh.

“Ya udah.. kalo gitu aku pamit dulu ya..” katanya sambil bangkit dan berjalan melewatiku.
Erghh..!! Ingin rasanya menghentikan dia..

Tapi karena aku masih berpikiran jernih jadi kubiarkan dia pergi.
Mataku hanya menatap bongkahan pantat semoknya yang menjauh dari pandanganku.

Aku lantas kembali duduk dan membuka rantang yang dia berikan tadi.
Segera kusantap lalu kembali ke kamar tidur untuk melanjutkan istirahat.
-----oOo-----

Waktu menunjukkan pukul 4 sore. Dering jam weker di meja kamar membangunkanku.
Saatnya mandi dan berbenah diri..

Selanjutnya aku mencuci rantang untuk kukembalikan kepada si wanita berjilbab.
Setelah siap dan memakai rompi parkir.. aku menuju rumahnya.

Setibanya di sana.. rumah itu tampak sepi.
Kucoba langsung memasuki halaman depan dengan menggeser pintu pagarnya..
lalu menoleh ke arah taman.

Ada sesosok wanita sedang jongkok memakai kaos berwarna kuning..
dengan rambut di kuncir ekor kuda.

Aku mencoba untuk menyapanya.. saat dia menjawab sambil membalikkan badannya..
Jder..!! Betapa kagetnya aku ketika menatapnya tanpa jilbab dan gamis.

Padahal.. saat dia datang ke rumahku tadi pagi dia cukup sopan.
Mungkin karena di rumah.. maka pakaiannya seperti itu.

Kutatap seluruh tubuhnya dari atas hingga bawah.
Glekk..!! Saat mataku tengah menatap bagian bawahnya aku menelan ludah.

Dia hanya memakai hotpants berbahan jersey sangat pendek.. berwarna putih.
Terlihat lipatan garis di pangkal pahanya.. yang menandakan ia tak memakai celana dalam.

Kedua tangannya memakai sarung tangan kaos..
dan menggenggam sebuah gunting tanaman di tangan kirinya.

“Lagi berkebun ya, mbak..?” Tanyaku mengalihkan pandangan..
sebelum ketauan kalau aku menatap gundukan memeknya.
“Iya nih.. buat kesibukan aja..” jelasnya.

Pagar rumahnya cukup tinggi..
jadi saat kami ngobrol tak terlihat oleh tetangga di dekat rumahnya.

Dia melemparkan gunting tanaman ke arah ember plastik.. lalu membuka sarung tangannya.
“Ada apa mas..?” Tanya dia.

“Ini nih mbak.. mau mgembalikin rantang..” jawabku.
“O ya.. masuk yuk, mas..” katanya.. sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

Aku mengikutinya dari belakang. Adduhh..!! Sungguh indah pemandangan sore ini.
Meski bagian paha terlihat gumpalan-gumpalan lemak..
tapi kulit putihnya tak sedikit pun nampak cela.

Aku mengikutinya hingga ke dapur.
Selanjutnya dia mengambil minuman di kulkas.

Nah.. entah karena botol minumnya berada di rak bawah.. atau sengaja memancing nafsuku..
dia menungginggkan pantatnya..
Hingga jelas saja bentuknya nan bulat bak bola.. padat kenyal dan besar sangat kentara.

“Wow.. pantatmu semok banget sih, mbak..!?” Seruku spontan.
“Apa mas..?” Tanyanya masih dengan posisi menungging.

Tanpa menjawab terlebih dahulu.. aku lantas mendekatinya..
Lalu berjongkok untuk mendekatkan mukaku ke pantatnya sambil berkata..

“Kamu seksi sekali mbak.. membangkitkan nafsuku..” kataku.
Jlubb..!! Tanpa basa basi.. langsung kubenamkan mukaku..
sambil memegang dan kucengkram kedua pinggulnya dengan tanganku.

“Aaahh.. jangan masss..!?” Katanya kaget.
Tapi anehnya dia tak sedikitpun mencoba menghindar.

Slrupp.. slrupp..!! Kuisap dalam-dalam bau pantatnya yang beraneka aroma itu.
Lalu dengan sigap kedua tanganku aktif meraba paha dan sekitarnya.

"Udah mas.. hentikan..” pintanya.. namun dengan nada 'malas'.
Karena hidungku sudah kenyang menghirup aroma pantatnya.. aku menyudahi perbuatanku.

Lalu aku berdiri guna melepas celana jins belelku.. serta celana dalamku yang bolong.
Tuink..!! Batang kontolku sudah tegang perkasa dan siap untuk digunakan.

Aku kembali mendekatinya dan memeluk tubuhnya..
yang kini berdiri menghadap kulkas yang masih terbuka.

“Aahhh.. maass.. jangan maaasss..” elaknya manja.
“Habisnya.. mbak seksi banget sih. Akunya jadi terangsang donk..”
Kataku sambil meremas susunya dari luar kaosnya.

Dia menggeliat.. hingga pantat semoknya bergesekan mesra dengan kontolku.
Kuciumi mesra lehernya dari belakang.. tangannya merangkulku dan meremasi rambutku.

Kemudian tangan itu kuarahkan ke kontolku.. dia dengan tanggap langsung mengelusnya.
“Kita pindah yuk, mas..!?” Ajaknya.

Rupanya dia sudah terbawa arus di bawah alam nafsu.
Jadi dia telah mengikhlaskan tubuhnya untukku cicipi.

Kubuka kaosnya perlahan lalu kulempar entah ke mana.. dia membalikan badannya.
Terlihat wajahnya memerah tanda nafsunya sudah menguasai otaknya.

Tak kusia-siakan momen ini dengan mengulum bibirnya yang basah.
“Ehmm.. suamimu kalo pulang jam berapa mbak..?”

Tanyaku sambil membuka kaitan behanya.
“Emmff.. ga tentu maaaasss..” jawabnya manja sambil membantu membuka beha.

Aku langsung menikmati putingnya yang sebesar kacang atom itu dengan beringas.
“Sssthhh.. aahhh.. enak maasss..” desahnya.

Tak menyiayiakan waktu.. aku memegang kedua bahunya untuk kutekan ke bawah..
Agar ia berjongkok.

Rupanya dia paham maksudku.. Ctapp..!!
Dengan cepat dia pun meraih batang kontolku lalu mengulum mesra dari ujung hingga pangkalnya.

Tak hanya itu.. buah pelirku pun dia mainkan seperti bermain bola pingpong.
Aku yang diperlakukan seperti itu hanya bisa mendesah menahan nikmat.
Hawa dingin dari kulkas yang terbuka menambah sensasi tersendiri dalam permainan ini.

Lima menit kemudian aku menghentikan kulumannya yang semakin mantab itu.
“Udah ya mbak..?” Kataku sambil mengangkat tubuhnya berdiri.

“Kenapa mas..? Ngga enak ya..?” Katanya sambil mengelap lelehan liur di bibirnya.
“Enak banget kog.. sekarang gantian.. aku mau jilati memek kamu, mbak..”

Kataku sambil jongkok untuk menarik turun hotspant miliknya yang terlihat basah di area miss V-nya.
Celana sudah terlepas dan memeknya langsung kujilati. Slrupp.. clrupp.. slrupp..

Wuihh..!! Jembutnya lebat sekali..
hingga saat aku menyedoti bibir memeknya ada yang ikut kusedot.

Setelah memeknya basah kuyup aku berdiri..
guna mengarahkan kontolku untuk masuk ke lubang memeknya.

“Ke kamar aja yuk, mas..!?” Pintanya.
“Udah.. di sini aja..” kataku yang sudah nggak tahan lagi.

Kugesek-gesekkan kepala kontolku di sela-sela lipatan bibir memeknya..
Lalu tanpa halangan yang berat.. aku mendorongnya.. clebb.. dan masuklah semua kontolku.

Sleebb.. Jlebbb..!! “Ooohh.. maaasss.. aahhh..!!” Jeritnya pelan.
Langsung saja aku goyang memeknya sesuka hatiku.

Jlebb.. jlebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. clebb.. clebb..
Memek yang basah ini kurasakan agak mengedut-ngedut..
hingga membuat aku dan dia saling mendesah lirih.

Hawa dingin kulkas yang terbuka seakan menambah suasana sex yang bagiku cukup enak.
Tak berapa lama aku menyuruhnya berbalik badan..
Agar kontolku bisa kutusukan lebih dalam di posisi doggy.

Setelah kucabut aku kembali menggesek memeknya dalam posisi menungging ini.
Dan tak lama kutancapkan lagi secara cepat agar dia menjerit nikmat.

Clebb.. blesskk..!! “Aaaahhh.. yeesss..!!” Desahnya keenakan.
Genjotanku semakin kupercepat. Jlebb-jlebb-clebb-clebb-crebb-crebb-clebb..

Kedua tangannya menopang pada pintu kulkas dan bagian frezzernya..
–kulkasnya dua pintu, atas dan bawah..–
Susunya kenyalnya bergoyang-goyang indah dan sesekali kuremasi meski terasa dingin.

“Aaahhh.. maaasss.. aku mau pipisss..!! Teriaknya lirih.
“Pipisin aja mbak..” kataku sambil terus menggenjot memeknya.

Lalu dia mendorong tubuhku dan memajukan pantatnya agar kontolku terlepas.
Kemudian mengalirlah cairan mirip air kencing itu keluar deras dari memeknya.

Gila.. bisa gitu ya memeknya..!? Gumamku dalam hati.
Tubuhnya menggelepar macam ikan yang keluar dari kolamnya.
Aku menatap kontolku yang memerah.. lalu dengan sigap kutusuk lagi memeknya.

Setelah kugenjot dan kugoyang sekitar 5 menit.
Kontolku menunjukkan tanda-tanda ingin muncrat.

“Auhh..!! Aku mau keluar mbak.. tumpahin di dalam memek kamu ya, mbak..!?”
Kataku sambil tetap menggenjot kontolku di liang memeknya yang makin basah..
namun kian menjepit.

“Terseraaahhhhaaahhh..!!” Desahnya. Tak lama.. Crooot.. crooot.. crooott..!!
Menyemburlah seluruh sperma hangatku menyemprot di dalam memeknya.

“Ohhhh..!!” Tubuhnya kembali bergetar. Aku memeluknya erat di bagian perutnya.
Sengaja aku tak langsung melepas kontolku..
menikmati kedutan-kedutan di dalam liang memeknya.

Dia sedikit menghadapku dengan membelai rambut ikalku.
“Makasih ya mas..” ucapnya.
“Sama-sama mbak cantik nan seksi..” balasku.

Slepppp..!! “Ahhh..!” Desahnya saat kutarik perlahan kopntolku keluar dari memeknya.
Kami pun langsung mandi bersama dan saling menyabuni satu sama lain.

Selanjutnya kami bercinta lagi di dalam kamar mandi.. hingga berbagai macam gaya..
dan kembali kumuncratkan spermaku di dalam memeknya.

Setelah itu kami kembali mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai mandi aku memakai pakaianku dan duduk di ruang tamu.
Kulihat jam menunjukkan pukul 17:15. “Wah.. telat parkir nih..” gumamku.

Tak lama dia datang dengan busana gamis komplit dengan hijabnya.
“Kog makai jilbab..?” Tanyaku.

“Biar suamiku ga marah pas dia dateng..” jelasnya.
Aku hanya mengangguk
“Soalnya kalo ada tamu, aku wajib berhijab..” tambahnya.

“Hahaha.. padahal habis dicabuli sama tukang parkir..!?” Kataku menggoda.
“Hussshhh..!!” Sergahnya.

Kami terlibat lagi ngobrol ngalor ngidul..
Sampai dia curhat kalau mereka belum dikaruniai momongan setelah 5 tahun menikah.

“Wah.. entar kalo hamil gimana..?” Tanyaku.
“Ya.. bersyukur donk.. meskipun hamil dengan kamu, mas..” jawabnya sambil mencubitku.

Akhirnya.. karena petang mulai datang..
aku lantas berpamitan setelah berhasil memeluk dan mencium bibirnya.

“Ya udah.. aku berangkat parkir dulu, ya..?” Pamitku.
“Iya mas.. ati-ati di jalan ya..” katanya sambil mengantarku keluar dari ruang tamu.

Dalam perjalanan aku senyam senyum sendiri mengingat kejadian tadi. Hehehe.. (. ) ( .)
------------------------------------------------oOo------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
-----------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 163 – Karma..!?

Ketika pintu rumah
itu tertutup perlahan..
Joki meremas pelan batang penisnya yang masih terasa sedikit ngilu.

Helaan napasnya terasa tersendat. Dia mengawasi pintu tebal bercat coklat tua itu sesaat..
sebelum kemudian membalik badan dan berjalan perlahan menjauhinya.

Inilah ganjaran buat keberanian. Inilah kenyataan yang harus diterima oleh seorang Don Juan:
Selembar pintu yang menyembunyikan kebusukannya.. dan suara rintihan si pemilik..
yang lebih lembut dari suara seribu kepakan kupu-kupu.

Terseok-seok Joki berjalan di bawah kerindangan pepohonan. Semakin jauh dia melangkah..
semakin reda tusukan rasa terkejut di dadanya. Cuma.. berangsur lenyapnya rasa itu..
tidaklah menghilangkan rangsangan gairahnya yang masih datang melanda.

Hari ini ia terlalu berani. Datang di saat suami perempuan itu akan pulang ke rumah.
Joki sama sekali tidak menduga, dan dia tidak siap untuk menghadapi kenyataan pahit itu.

Tetapi untung semuanya berlalu dengan aman.
Tidakkah itu lebih baik; menelan empedu yang paling pahit sekarang, daripada kecewa belakangan..?

Ah.. sebaiknya ia lekas melupakan peristiwa barusan..?
Gagal dengan Narsih.. toh masih ada Yanti dan Winda yang selalu siap menemaninya.

Pada usia duapuluh empat.. Joki harus berbangga pada dirinya sendiri.
Ia telah tumbuh menjadi manusia kreatif menurut versinya.

Menjadi manusia paling berani menurut gayanya..
Dan menjadi manusia paling tak berharga menurut hatinya.

Memang ia tidak tampan. Tapi dengan modal rayuan dan kata-kata gombal yang selalu disenangi..
oleh sebagian wanita.. maka dengan mudah ia menaklukkan salahsatu makhluk ciptaan Tuhan itu.

Jangan salahkan dirinya.. karena Joki tidak pernah berencana untuk memilih jalan seperti ini.
Salahkan perempuan-perempuan itu.. kenapa mau saja mendengarkan segala ocehannya..
yang kalau dipikir-pikir.. sungguh sangat kampungan dan tidak masuk akal.

Narsih.. si istri pengusaha.. langsung takluk begitu di-apeli untuk yang keduakalinya.
Dengan mudah.. tubuh montoknya yang sehari-hari tertutup jilbab lebar..
menggelepar di bawah tubuh kurus Joki.. yang malam itu hanya bersendal jepit saja.

Begitu juga dengan Yuli dan Winda. Keduanya meringkuk..
begitu Joki selesai menyemprotkan sperma ke liang rahim mereka berdua yang sama-sama sempit dan ketat.
Padahal mereka adalah gadis-gadis alim lulusan pondok pesantren di kota itu.

Hanya Aisyah yang sedikit agak sulit.. karena gadis itu memang istri seorang ustadz.
Mungkin dinding imannya lebih tebal dari yang lain.

Tapi ujung-ujungnya tetap saja. Dengan bermodal bujuk rayu..
Joki akhirnya bisa membawa perempuan itu ke atas kasur.. begitu suaminya pamit berangkat berdakwah.

Di belakang mereka.. sudah mengantre beberapa gadis lain.
Mulai dari Lastri.. Mimin.. Jaenab.. Likha.. Ida dan Maimunah.

Juga Hesti dan Mirza.. serta adik Mirza yang bernama.. ah.. entahlah. Joki sampai lupa karena saking banyaknya.
Semuanya berjilbab. Karena Joki memang suka yang berjilbab.

Entahlah.. seperti ada kepuasan tersendiri bila sanggup menaklukkan gadis-gadis yang terlihat anggun itu.
Dari luar.. mereka memang terkesan sulit.

Tapi nyatanya.. setelah beberapakali dibujuk.. mereka mau juga menyerahkan mahkotanya.
Dan memang itulah yang dicari oleh Joki.. bukannya yang lain.
----oOo----

Dinn.. diinn..!! Klakson mobil mengejutkan lamunan Joki.
Kembali dia sadar bahwa dirinya sedang berada di jalanan kota yang ramai.

Gerimis bulan Maret mulai mengusap mukanya. Sendalnya yang sudah butut terseret-seret di trotoar.
Langit terlihat murung disaput mendung. Sore ini tampaknya akan menjadi basah.

Joki menendang biji salak di trotoar yang tak sengaja dipijaknya.
Gerimis telah berubah menjadi rintik-rintik yang semakin deras.

Tetapi.. Joki terlindung oleh pepohonan yang rindang. Cuma sesekali butiran mungil memukuli wajahnya.
Angin sejuk menyusup ke balik kulit. Angin itu juga menggoyang daun-daun dan ranting-ranting pohon.

Beberapa tetes tadahannya menimpa Joki ketika ia keluar dari kerindangan pohon dan melompat ke dalam bus kota.
Hangat. Tetapi.. pakaiannya tetap basah.

Bus begitu penuh sesak. Joki menatap sekeliling, tak ingin membasahi orang lain.
Terutama gadis manis di depan sana. Gadis yang juga sama-sama berdiri. Sangat tidak sopan jika sampai dia tepercik.

Sangat tidak layak berbuat tidak sopan di depan gadis yang punya mata seteduh itu.
Seteduh air di saat lagi tak ada angin. Bening.

Ada titik di ujung hidung gadis itu. Barangkali keringat. Ah.. ya, di dalam bus kota ini tentunya pengap.
Jendela-jendela tertutup. Manusia berjubel. Bus menyentak. Sopirnya kelewat kasar saat menginjak gas.

Gadis itu bergoyang.. dan tubuhnya yang tertutup gamis panjang bersentuhan dengan lelaki di sampingnya.
Bangsat..! Beruntungnya lelaki tua itu. Dan.. Joki hanya bisa menghela napas dalam-dalam. Iri sekali.

Joki kembali mengawasi gadis bermata teduh itu.. yang juga berhidung mancung..
berbibir halus seperti kelopak bunga mawar.. dan berwajah tirus nan indah mempesona.
Persis seperti model di dalam majalah-majalah muslimah. Joki bagai berada dalam mimpi saat melihatnya.

Tiapkali bus tersentak, gadis itu hampir kehilangan keseimbangan.
Tangannya memegang tiang penyangga atap bus. Sampai kemudian bus berhenti.
Ada lagi penumpang yang naik.

“Maju sedikit. Maju sedikit..!!” Kata kondektur. Joki tersenyum.
Kini ia punya alasan untuk semakin rapat pada gadis itu.

Sekali lagi bus berguncang dan berjalan pelan. Kini Joki berada tepat di sebelahnya.
Kulit lengannya bersentuhan langsung dengan bahu gadis itu. Bukan main hangatnya. Wah..!

Di luar.. hujan masih turun menyerpih-nyerpih.
Gadis itu mengipas-ngipaskan saputangan ke lehernya yang tertutup jilbab.
Dan.. teruai keharuman yang menyejukkan dari sana.

Seorang laki-laki berdiri untuk bersiap-siap turun.
Sambil tersenyum.. Joki segera menyuruh gadis itu untuk mengambil kursi yang barusan lowong.

“Silakan, Mbak..” katanya. Gadis itu beringsut.. tetapi dia tidak duduk.
Dia berpaling ke arah perempuan tua yang berdiri di belakangnya.

“Silakan, Bu..” katanya.
Seraya mendesiskan terimakasih.. perempuan tua itu menyelinapkan tubuhnya, lalu duduk.

Joki menatapnya, dan tersenyum kecut. “Ke mana, Mbak..?” Tanyanya mulai membuka perbicaraan.
Gadis itu melirik. Sekejap. Terlihat tak sabar akan lambatnya laju bus. Dia ingin secepatnya tiba di tujuan.
Tetapi, anehnya.. ekspresi mukanya tetap seperti semula. Teduh.

“Mbak turun di mana..?” Tanya Joki, tak berputus asa.
Gadis itu mengalihkan tatapannya ke depan, ke arah sopir.
Namun tiba-tiba berbisik.. “Gang Kramat..” katanya kemudian.

Joki bersorak dalam hati. “Hujan begini, repot ya..?” Kejarnya lagi. Gadis itu mengangguk.
Joki melirik tas gadis itu. “Pulang kerja..?” Tanyanya menebak. Gadis itu mengangguk lagi.

“Di perusahaan apa..?” Gadis itu tak bereaksi.
Dia kembali menatap ke depan lewat kisi-kisi kepala orang-orang.

Pandangannya membentur kaca jendela bus yang diperciki air hujan.
Mesin bus menderu menggetarkan kaki para penumpang.

“Kamu banyak bertanya, kayak wartawan aja..” kata gadis itu.
“Hehe..” senyum Joki. “Saya seneng bisa ketemu Mbak..”
“Oh, ya..?” Kata gadis itu datar.

“Kapan-kapan boleh saya main ke rumah mbak..?” Tanya Joki bergumam.
Bus terguncang. Gadis itu terseok. Tubuhnya menghimpit Joki. “Maaf..” desisnya.

Dahi gadis itu berpeluh.. tetapi dia tak berani mengusap..
sebab satu tangannya memegang tas dan satu lagi berpegangan pada besi.
Ehhmm.. Bau gadis itu harum.

Dan.. Joki teringat pada Mirza. Boleh jadi parfum mereka serupa mereknya.
Joki pernah memeluk anak Pak RT itu di sudut teras rumahnya. Juga menciumnya.
Dan.. mengentotinya.

Ah.. penisnya jadi bangun lagi kalau mengingat akan hal tersebut.
Apalagi ditambah dengan kehadiran si bidadari yang ada di depannya..
makin lengkaplah penderitaan si Joki.

“Ah..!” Tanpa sadar Joki mengeluh dan menghela napas dalam-dalam.
Berharap udara itu bisa menyegarkan dadanya yang sesak.

Gadis itu mengira bahwa keluhan itu sebagai protes himpitan tak sengaja tadi.
Dia melirik pemuda itu. Joki sedang menatap jilbabnya yang terurai hingga perut.
Dan.. gadis itu menunduk. Malu.

“Gimana.. boleh saya main ke rumah mbak..?” Tanya Joki lagi.
Gadis itu tetap terdiam, namun kemudian berbisik. “Berani sekali kamu. Namaku aja kamu nggak tau..”

Joki mengekeh.. mengakui kesalahannya.
Sementara bus terus meluncur terseok-seok membawa beban yang melebihi kapasitas.

Pemerintah telah berusaha memperbaiki sarana angkutan di kota.. tetapi hujan yang turun di sore itu..
membuat manusia berjejalan di dalam bus kota.. melanggar peraturan yang dibuat oleh gubernur.
Apa boleh buat.

Gadis itu mengangkat kepalanya kembali. Matanya bentrok dengan mata Joki.
Khawatir dianggap sebagai orang yang kurang ajar.. Joki cepat-cepat mengalihkan tatapannya.

Melewati bahu gadis itu.. dia memandang lurus ke depan.
Ke arah jalanan yang kini mulai tertutup genangan banjir.
Hmm.. satu lagi pe-er pemerintah yang belum tuntas.

“Di mana tinggalnya, Mbak..?” Tanya Joki.
Gadis itu tak bereaksi.. hanya menatap Joki dan terdiam saja.

“Ah..!” sergah Joki. “Pertanyaanku salah ya..?”
Dia terkekeh dan kemudian mengganti pertanyaannya.

“Nama mbak siapa..? Perkenalkan, saya Joki..”
“Mayang..” jawab gadis itu diiringi senyum.

Beginilah Joki.. selalu berhasil melemparkan jeratnya.
Namun ia berusaha untuk tidak memandang gadis bernama Mayang tersebut.

Bukan apa-apa. Soalnya.. dia tidak ingin lekas-lekas menarik jeratnya.
Semakin halus ia memasang perangkap.. semakin besar hasil yang akan ia peroleh.

Joki sudah belajar itu dari pengalaman.
Dengan menyorotkan pandangan lunak.. ia mulai menebar keromantisan.

Inilah yang membuat Joki tak ragu-ragu untuk mendekati seorang gadis..
karena setiap mangsa pasti akan menyukainya.

Sama halnya dengan Mayang yang berdiri di depannya ini.
Sesekali melintaskan pandangannya manakala dia berpura-pura melihat ke depan..
Joki menurunkan pandangannya.

Dan.. matanya langsung tertancap di dada Mayang yang.. Wow, membusung sekali..!!
Padahal masih tertutup jilbab lebar. Tonjolannya tidak hanya berupa bukit.

Tetapi gunung besar.. dan seperti siap meletus kapan saja.
Tonjolan itu ditutupi oleh jilbab biru muda yang sangat cerah.

Mata Joki turun lagi. Dia menemukan gamis biru tua yang panjang hingga mata kaki.
Tidak terlalu lebar.. agak ketat sedikit.. hingga pinggang Mayang yang ramping jadi melekuk indah.
Seperti kura-kura yang hendak bertelur.. bus kini memasuki terminal.

Mayang memintaskan sekilas pandangannya ke arah Joki. Dan.. bentroklah pandangan mereka.
Gadis itu tak berkedip begitu menemukan wajah Joki yang berwarna coklat..
alis yang tebal.. dagu yang kehijau-hijauan bekas cukuran.

Lekukan di dagu Joki mengingatkan Mayang akan biji salak yang dibelah dua.
Juga mata hitam Joki yang lebar.. sehingga membuat pupilnya jadi terlihat sangat kelam..
kontras dengan bagian putih mata itu.

Hmm.. mata itu indah sekali.. pikir Mayang.
Dia memang tak menyukai lelaki yang bermata kesayu-sayuan.

Apalagi lelaki yang berbibir merah dan basah. Kayak banci..!
Kebetulan Joki bibirnya coklat.. dan itulah yang ia cari.

Dengan menyentak bus berhenti. Tentu saja Mayang cepat-cepat menundukkan pandangannya.
Sekali lagi tubuhnya menghimpit badan Joki. Parfumnya harum. Lunak. Segar. Sejuk.
Wah..! Andaikan bisa berhimpitan terus-menerus.

Penumpang berebut turun. Namun Mayang nampak sabar sekali menunggu luangnya jalan..
seperti ingin memberikan kesempatan pada Joki untuk menarik kailnya.

Dan Joki menyambar umpan itu sambil memberi Mayang kesempatan untuk lewat.. dia bertanya..
“Mau kuantar, Mbak..?” Katanya mencoba.

Gadis itu tersenyum. “Rumahku tak jauh kok..”
“Karena itu harus kuantar. Jadi saya tak perlu jauh-jauh kalau mau balik ke terminal ini..” sergah Joki.
Gadis itu tersenyum dan mengangguk. “Bolehlah.. kalau tidak merepotkan..”

Lampu-lampu telah menyala.
Kesibukan di terminal tak terasakan oleh Joki yang hatinya tengah berbunga-bunga.

Gagal dengan Narsih.. dia malah mendapatkan ganti yang jauh lebih menggoda.
Beberapa saat dia mengawasi tubuh anggun Mayang..
sebelum kemudian mulai mengikutinya menjauhi terminal.

Matahari tak lagi panas. Cahayanya hanya mengintaikan kemerahan di langit barat.
Sebentar lagi lampu-lampu akan menyala. Lalu malam akan menggeser senja.

Dan.. ketika sebuah bus lagi masuk ke terminal..
Joki menajamkan pandangan untuk mengawasi Mayang yang melangkah pelan.

Ayunan kakinya.. aduhai lunak. Mereka melintas berdekatan. Sekejap pandangan mereka beradu.
Mata Mayang seperti tersibak.. dan Joki termangu-mangu. Ah.. alangkah indahnya.

Bus berangkat. Bus datang. Terminal itu bising. Semua ingin bersuara.
Penumpang.. kondektur.. petugas LLJR yang marah-marah.. semua bising.

Hanya Joki yang senyap oleh pesona Mayang di tengah kehiruk-pikukan itu.
Sampai kemudian bahunya ditepuk seseorang.

Mayang berkata.. “Ayo cepat. Kalau di sini terus.. kapan aku sampai di rumah..?”
Maka.. sore itu,
Dengan jantung yang berdegupan.. Joki benar-benar mengantar Mayang pulang ke rumahnya.

Banyak percakapan permulaan yang sudah ia lontarkan di sepanjang perjalanan..
sampai akhirnya mereka berdiri menghadap sebentuk bangunan mungil..
bercat merah yang terletak di ujung gang.

"Mari masuk..” Mayang mempersilakan dengan bibir menyimpan senyum samar.
“Emang boleh..?” Suara Joki tersendat.
Gadis itu mengawasi mukanya, lalu dia mengangguk.

“Sini, biar aku yang pegang..”
kata Joki saat melihat Mayang kerepotan membuka pintu sambil membawa tas.
Sekilas tangan mereka bersentuhan.. dan alamak.. halusnya telapak tangan ini.

“Ayo..!” Mayang melangkah masuk. Jilbabnya yang panjang melambai lembut.
Tonjolan buah dadanya mengintai dari sela-sela kain itu..
uhhh.. membuat Joki yang mengikuti dari belakang jadi bergidik pelan.

“Kamu tinggal sendiri..?” Joki bertanya.. Mayang menatapnya.. lalu tersenyum. Hanya itu.
Sama sekali tak memberikan jawaban.

Namun dia terlihat bersinar di bawah sorotan lampu neon yang tergantung di langit-langit ruangan.
Sejak tadi Joki ingin memujinya. Meski berbalut seragam kantor.. Mayang terlihat anggun.

Sekejap gadis itu melintaskan pandangan ke arah Joki.
Dan.. lelaki itu pun terpana Mereka bertatapan. Joki sudah lupa untuk mengeluarkan pujian.

Dia memegang tangan gadis itu.. dan jari-jari Mayang melunak dalam genggamannya.
“Kamu tak ada rencana untuk pulang cepat, kan..?” Tanya gadis itu.
Joki menggeleng dalam keremangan senja. “Memang kenapa..?”

Mereka bertatapan.
Terdengar nyanyian kawanan kelelawar yang terbawa angin dari arah depan. Keduanya membisu.

Mayang menarik napas dalam-dalam dan tersenyum. Perlahan ia merapatkan tubuhnya ke badan Joki.
Joki tetap tak acuh. Tetapi.. barangkali justru ketakacuhan ini membuat Mayang semakin geregetan.

Kemudian itulah..! Entah siapa yang mendahului.. mereka sudah berciuman.
Terus terang.. Joki memang sudah sedari tadi ingin mencium gadis itu.

Tetapi.. dia dengan rapi menyimpan perasaannya di balik ketidakacuhan.
Barangkali itu yang menyebabkan gadis-gadis jadi tak sabar untuk segera diciumnya.
Kita memang harus pintar menarik dan mengulurkan senar untuk memenangkan adu layang-layang..!

Matahari telah condong ke barat. Sinarnya yang merah masuk ke dalam rumah..
menimpa wajah Mayang yang menyiratkan keinginan yang teramat sangat.

Bibirnya yang panas dan tubuhnya yang lunak menjadikan dia tidak sejinak tadi.
Beberapa saat ruangan itu hening. Joki bisa mendengarkan suara napasnya sendiri.

Juga jantungnya yang menggelepar-gelepar. Seperti merpati disembelih.. menerjang-nerjang.
Darahnya pun panas.

“Kamu kesepian, ‘kan..?” Kata Joki. Mayang melengak dan tersenyum.
Joki membelai lembut jilbab gadis itu yang tergerai hingga bahu. Harum.

Tubuhnya pun menguarkan parfum, entah Melati atau apa.
Mereka bersitatap. Joki merasa rumah itu sungguh-sungguh sepi.

Mayang tersenyum.. mulus dan segar. Mengingat bahwa bulan demi bulan dia tersimpan di rumah ini..
disembunyikan oleh seorang lelaki tua untuk melampiaskan hasrat sesatnya.

Maka gadis itu menatap nanar ke lelaki muda di sampingnya.
Dia tersenyum. Mereka tersenyum. Jantung Joki berdenting-denting.

Tulang punggungnya menggigil manakala Mayang mengajaknya untuk berpindah ke kamar.
Kelambunya merah jambu. Halus. Spreinya warna biru muda. Licin. Semuanya menimbulkan imaji sejuk.

Tetapi.. toh tak menyejukkan darah Joki yang membilas-bilas panas.
Apalagi saat ia melihat Mayang telah menutup pintu kamarnya dan menarik tirai..
menghalangi siapa pun untuk melihat apa yang akan mereka lakukan.

Selanjutnya gadis itu mulai menarik lepas kancing baju seragamnya satu per satu..
menggesernya melewati bahu dan membiarkannya jatuh di lantai.

Bra hitam yang masih menutupi..
ikut terjatuh pula begitu Mayang menjangkau kaitannya yang terletak di belakang punggung.

Jilbab Mayang yang masih terpasang..
mengalir indah menutupi dua tonjolan payudaranya yang nampak kaku dan menegang.

Ukurannya begitu besar.. membengkak oleh segala kemontokannya.
Urat-urat menyebar jelas memenuhi seluruh permukaannya yang putih mulus..
dan bermuara di kedua putingnya yang menempel di aerola indah berwarna pink muda.

Tetesan keringat perlahan-lahan menitik ke bawah dari belahannya yang begitu halus dan curam.
Sungguh mempesona sekali

“Kamu mau ini..?” Mayang mengangkat kedua tonjolan buah dada itu.
“Ahh..!!” Menggumamkan sesuatu yang tidak bisa didengar oleh Mayang..

Joki menyaksikan bagaimana jilbab gadis itu menyelinap di tubuhnya yang ramping..
lalu jatuh ke lantai saat Mayang melepasnya.

Sementara itu.. sambil tersenyum Mayang melingkarkan tangan di depan dada..
untuk mulai memilin-milin kedua putingnya..
mendorongnya ke depan dengan jari-jari tangannya yang lentik untuk menggoda Joki.

Aliran keringat semakin deras membanjir..
tetesannya menutupi permukaan payudara besar itu dan bergulir ke bawah..
membuatnya jadi semakin basah dan mengkilap menakjubkan.

“Ough..!!” Tangan Joki segera merogoh celananya secara naluri.
Tanpa sadar ia mulai menggosok-gosok batang penisnya secara perlahan-lahan.

Benda itu dengan cepat menjadi keras.. dan menuntut untuk dilepaskan dari kungkungan celana jinsnya.
Tak berkedip Joki menatap paha ramping lembut yang kini tersaji indah di hadapannya.

Juga perut Maya yang tampak langsing dan indah.
Ditambah pantat ketat gadis itu yang begitu padat dan bulat..

Maka makin berkedutlah batang penis Joki begitu ia terus memandanginya.
Tanpa sadar Joki mulai membuka ritsleting celana dan mengeluarkan batang hitamnya..
yang sudah banyak menaklukkan memek perempuan.

Lalu dengan terang-terangan ia membelainya di depan Mayang.. seperti ingin memamerkannya.
Gadis itu menatap dengan ekspresi ketakjuban yang tidak dibuat-buat.

Wajahnya menyiratkan segala keinginan.
Melihat Joki tepat di mata.. Mayang pun mengucapkan satu kata. “Lakukanlah, Jok..!!”

Ada jeda panjang sebelum Joki menikmati tubuh paling erotis yang pernah ia lihat sepanjang hidupnya.
Payudara Mayang benar-benar menakjubkan..!
Meski ukurannya begitu besar.. namun sama sekali tidak terkulai.

Benda itu begitu penuh dan bulat.. serta makin sempurna..
dengan keberadaan puting mungil kemerahan yang menempel di kulitnya yang halus lembut.

“Cepat, Jok. Aku sudah basah..” Bibir Mayang terbuka sedikit..
mengisi kepala Joki dengan gambaran-gambaran gadis itu ketika mengisap batang penisnya.

“Lakukan segera.. sebelum aku berubah pikiran..!” Dia berbisik dan meraih bantal..
untuk diletakkan di bawah tubuhnya..
kemudian ia berbaring hingga payudaranya yang megah tersaji mantab di depan Joki.

Joki melangkah mendekat untuk memendekkan jangkauan.
Sambil tersenyum ia meraih ke bawah dan mulai mengelus bulatan payudara Mayang yang sebelah kanan.

Terasa sangat empuk dan kenyal. Ia memijit-mijitnya lagi sebelum kemudian membungkuk..
untuk menempelkan bibirnya di seputaran puting Mayang yang sudah membengkak kaku.

Clrupp.. clrupp.. clrupp.. Joki mengisapnya bagai bayi yang kelaparan..
dengan tangan kanannya secara naluriah memegangi payudara yang lain.

“Augh..!!” Mayang mendapat ganjarannya.
Dia mulai tersentak-sentak merasakan remasan lembut Joki.. juga isapan mulutnya yang begitu rakus dan kencang.

Gerakan jari dan mulut pemuda itu perlahan-lahan membuatnya mengerang pelan.
Penis Joki terasa tegang menyakitkan di dalam celana.

Tanpa berpikir ia meraih tangan Mayang yang terentang bebas dan meletakkannya di atas tonjolan panjang itu.
Dengan lembut Mayang menggosok-gosoknya.. dan itu menyebabkan Joki jadi ikut mengerang juga.

“Hmm..” menemukan puting Mayang yang membengkak parah..
Joki segera mencubit dan memilin-milinnya lembut secara bergantian. Kiri dan kanan.

“Auw..!!” Mayang langsung mengerang keras dan tangannya mencengkeram penis Joki lebih erat lagi.
Bahkan ia mulai membuka kancing dan ritsleting jins pemuda itu..
lalu diikuti dengan memelorotkan celana Joki ke bawah.

Dalam waktu singkat, ia pun sudah memiliki kontol telanjang Joki di antara jari-jarinya.
Perlahan-lahan Mayang terus membelainya, dari atas ke bawah..
sama seperti yang dilakukan Joki pada kedua puting susunya.

“Ini dibuka ya..?” Kata Joki sambil mengulurkan tangan memegangi celana dalam Mayang.
Tanpa menunggu persetujuannya, Joki menariknya ke bawah dengan lembut.

Mayang menatapnya, Joki bisa melihat keinginan dan gairah di wajah gadis itu.
Tetapi ada sedikit keraguan juga, namun sudah sangat terlambat.

Perlahan Joki menurunkan kepala, membungkuk untuk menciumi perut Mayang yang langsing dan lembut..
sebelum kemudian lidahnya meluncur jauh ke dalam pusat kewanitaannya.

“Auw.. arghh..!!” Mayang langsung mengerang kuat.
Jelas.. di sana jelas adalah zona tubuhnya yang paling sensitif.

Joki terus menjilat dan menekan-nekan lidahnya dalam-dalam..
sambil mempertahankan tekanan lembut pada tonjolan buah dada Mayang yang membulat indah. CONTIECROTT..!!
----------------------------------------------oOo--------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd