Hehehe.. siaaapppp brada..!!Wuihhh kudu lanjutin nich hu bang jack nya
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Cerita 161 – Para Pencari Kenikmatan [Part3]
Bang Jack sangat bahagia mendengarnya. Ia lalu memisahkan uang temuan itu menjadi tiga tumpuk
Kemudian memberikan salahsatunya kepada Udin. Sisanya ia masukkan kembali ke dalam tas kresek hitam.
Udin menaruh tumpukan uang itu ke dalam kantong kertas besar berwarna coklat..
Lalu menyimpannya rapi di dalam lemari. Setelah itu keduanya kembali ke ruang tamu.
“Lho.. ada Bang Jack rupanya..” sapa Herlina.. istri Udin.. yang entah baru balik darimana.
Perempuan cantik yang sehari-hari berjilbab itu sedang melepas sendalnya di depan teras.
“Iya.. kebetulan aku lewat sini tadi. Jadi sekalian aja mampir..”
Jawab Bang Jack sambil melirik bongkahan payudara Herlina yang bulat besar.
Perempuan itu memang begitu sempurna; selain cantik.. bentuk tubuhnya juga sangat bagus.
Beruntung sekali Udin yang berwajah hancur-hancuran bisa mendapatkannya.
Namun sekarang rumah tangga mereka sedang diterpa prahara.
Herlina sudah bosan hidup miskin.. ia ingin secepatnya berubah menjadi kaya.
Itulah yang membuatnya selalu bertengkar dengan Udin..
karena mana bisa penghasilan suaminya sebagai Hansip sanggup mengangkat derajat hidup mereka.
Herlina ingin bercerai.. tapi selalu dihalangi-halangi oleh Udin.
Lelaki itu masih belum sanggup kehilangan tubuh montok Herlina yang bisa menghangatkannya setiap malam.
Untungnya Herlina masih memberi kesempatan.
Asalkan Udin bisa membelikannya motor.. keinginannya untuk bercerai akan ia urungkan.
Permintaan yang wajar dan tidak muluk-muluk sebenarnya.
Tapi tetap saja terasa sangat berat bagi seorang Udin.
Namun kedatangan Bang Jack siang ini seperti menjadi solusinya.
Dengan uang imbalan dari Bang Jack.. ia bisa memenuhi permintaan Herlina.
Ke depan.. rumah tangganya akan tetap utuh dan hangat seperti biasa.
“Makasih, Bang..” kata Udin dengan wajah semringah.
“Ah.. aku yang harusnya berterimakasih, Din..” kata Bang Jack.
Herlina yang tidak mengetahui duduk masalah yang sebenarnya.. jadi terheran-heran.
“Heh, ada apaan sih..?”
Bang Jack dan Udin hanya tertawa sambil menggeleng.
“Enggak.. nggak ada apa-apa kok..” Bang Jack menepuk pundak Udin.
“Iya..!” Dan Udin hanya mengiyakannya saja.
Merasa diabaikan.. Herlina segera pergi ke belakang dengan muka ditekuk kaku.
“Dasar laki-laki..” sungutnya.
Bang Jack memandangi goyangan pantat Herlina yang menghilang di balik pintu dapur dengan muka pengin.
Udin yang tau istrinya sedang dipandangi segera menyenggol lengan Bang Jack.
“Istri saya cantik kan, Bang..?” Tanyanya memancing.
“Eh.. i-iya..” Bang Jack nyengir.
“Kamu sangat beruntung, Din..”
“Beri saya bagian setengah dari uang itu.. maka Bang Jack boleh menidurinya..” kata Udin menantang.
Bang Jack langsung memelototinya.
“Gila kamu. Dengan uang sebanyak itu.. aku bisa mendapatkan seratus perempuan seperti istrimu..”
“Hehe..” Udin tertawa.. ”Namanya juga usaha, Bang. Siapa tau Bang Jack mau..”
Bang Jack segera menceritakan kesepakatannya dengan Mira.. istri Asrul.
“Dia aja mau dengan imbalan sepuluh juta. Kalau untuk istrimu.. kutambah lima juta deh.
Kalau kamu setuju.. suruh Herlina ke musholla sehabis isya nanti.
Sekarang aku mau ke rumah Ustad Ferry dulu..” katanya, dan kemudian berpamitan.
“Kupikir-pikir dulu deh, Bang. Harus kurundingkan dengan Herlina..” sahut Udin riang.
“Kutunggu, Din..”
Sebelum meninggalkan rumah Udin.. Bang Jack sempat melirik kepada Hansip kampung tersebut..
dan menempelkan telunjuk di bibirnya;
meminta agar Udin tidak memberitahukan perihal uang temuannya kepada siapa pun..
Termasuk juga kepada Herlina.
“Siap.. Bang..” kata Udin menyanggupi.
----oOo----
Matahari masih bersinar terang saat Azzam pulang ke rumah.
Dilihatnya Aya sedang sibuk menyetrika setumpuk cucian kering di ruang tengah.
Di sebelahnya.. duduk di depan teve.. tampak Haifa yang sepertinya asyik menonton acara Tausiyah.
Bang Ferry tidak terlihat.. tapi dari bunyi guyuran air di kamar mandi.. sepertinya laki-laki itu sedang mandi.
”Tumben sudah pulang, Zam..?” Sapa Haifa ramah pada adik iparnya.
Azzam mengangguk. ”Iya, Kak. Badanku agak nggak enak.. meriang. Mungkin mau flu..”
”Cepat istirahat aja..” kata Haifa. ”Minta buatkan teh hangat sama Aya..” tambahnya.
”Iya, Kak..” Azzam tersenyum dan menghampiri sang istri. Dipeluknya Aya dari belakang.
”Kamu dengar kan apa kata kakakmu..?” Tanyanya menggoda.
”Jangan ganggu.. aku lagi nyetrika nih..!!” Ketus Aya.
”Hei.. suamimu ini lagi sakit lho..” sergah Azzam.
”Halahh.. sakit kok pake pegang-pegang segala..!?”
Aya melirik tangan Azzam yang perlahan melingkar di depan dadanya.
”Hehe..” Azzam tersenyum.
”Aku pengen, Sayang..” dipencetnya payudara Aya bergantian..
Ehmm.. terasa sangat empuk dan kenyal sekali. Azzam menyukainya.
”Nanti malem aja..” Aya menyingkirkan tangan itu. ”Aku lagi sibuk..!” Dengusnya.
Tidak ingin mundur.. Azzam berganti posisi. Kali ini bokong bulat Aya yang jadi sasaran.
Dengan nakal dibelainya daging montok itu.
”Zam..!” Aya mendelik.. jelas terlihat tidak suka.
”Hei.. kalau suami lagi pengen, istri nggak boleh menolak lho..” ancam Azzam.
”Itu kata Nabi..” tambahnya untuk meyakinkan.
Tapi Aya tetap tidak peduli. Dia terus berusaha menyingkirkan tangan Azzam dari atas tubuhnya.
”Aku capek, Zam. Tadi banyak kerjaan di kantor. Mengertilah sedikit..” mohon Aya.
”Aku juga capek.. Sayang. Tapi aku menginginkanmu..” Azzam terus memaksa.
Kali ini mulutnya menyerbu, menyosor bibir tebal Aya dan melumatnya dengan rakus.
”Hmph.. Zam..!” Sedikit berteriak.. Aya mendorong tubuh laki-laki itu. Ciuman mereka terlepas.
”Kak Haifa, Azzam nih.. nakal..” manja Aya pada Haifa.
Haifa yang sedang menonton teve jadi ikut tertawa melihat ulah dua anak muda itu.
”Sudahlah, Zam. Kasihan Aya, nanti kan juga masih bisa..” katanya kemudian.
”Tapi aku pengennya sekarang, Kak..” sahut Azzam penuh tekad.
”Dasar keras kepala..!” Sungut Aya sambil memalingkan mukanya..
kemudian kembali menekuri setrikaannya yang masih setumpuk.
”Ayolah, Aya sayang..” Azzam mencoba untuk merayu kembali. Dipegangnya pundak Aya.
”Tidak..!” Tapi Aya tetap bersikukuh pada pendiriannya.
Entah kenapa.. sore ini.. ia begitu malas melayani Azzam.
Biasanya ini tanda-tanda kalau siklus mens-nya bakal segera datang. Emosinya jadi gampang tersulut.
Azzam yang juga mengerti hal itu.. dengan terpaksa mengurungkan niat.
Tapi sebelum benar-benar mundur.. dia melontarkan ancaman terakhir pada Aya.
”Baiklah, kalau kamu nggak mau. Aku minta sama Kak Haifa aja..” gertaknya.
”Silakan, kalau Kak Haifa mau..!” Di luar dugaan.. Aya dengan enteng menanggapi..
membuat Azzam jadi tak tau harus berkata apa lagi.
”Ayo, lakukan sana..!” Semprot Aya sinis, tangannya kembali lincah bermain di papan setrikaan.
Menghela nafas, Azzam pun akhirnya berkata.
”Baiklah, tapi jangan nyesel ya kalau nanti malam kamu nggak aku urus..”
Sehabis berkata.. Azzam memutar tubuhnya..
dan melangkah mendekati Haifa yang memandangnya sambil tersenyum.
”Kenapa, nggak dikasih ya..?” Tanya wanita cantik itu.
”Iya nih. Lagi badmood dia..” Azzam duduk di sebelah Haifa dan membelai lembut tangan kakak iparnya.
”Kakak bisa bantu aku kan..?” Tanyanya kemudian, sedikit memaksa, tidak ingin ada penolakan.
Haifa tertawa. ”Kamu itu, nggak bisa banget nahan nafsu.
Coba itung, sudah berapakali kamu niduri Kakak minggu ini..? Lebih banyak kan daripada tidur dengan Aya..”
Azzam tercenung, lalu mengangguk. ”Iya, bener juga ya..” baru kemarin mereka main.
Dan sekarang, Azzam sudah minta lagi.
”Tapi nggak apa. Habis tubuh Kak Haifa seksi banget sih, bikin aku jadi pengen terus.
Lagian, Aya juga nggak keberatan. Iya kan, Sayang..!?” Teriak Azzam pada Aya.
”Tau ah..! Bodoh..!” Sahut Aya tanpa menoleh.
”Nah.. Kakak dengar sendiri kan..? Jadi bagaimana, Kak Haifa mau..?”
Sambil berkata.. Azzam memindah tangannya..
kini mengelus paha dan pinggul Haifa yang masih tertutup baju panjang.
Tapi karena kain itu sedikit tipis.. Azzam jadi bisa merasakan kulit paha Haifa yang halus dan mulus..
membuatnya semakin terangsang dan sungguh tak tahan.
”Aku tolak pun, kamu pasti akan memaksa. Jadi, ya.. terserah kamulah..!”
Haifa mengedikkan bahunya dan mengangguk.
Tersenyum senang.. Azzam segera mencium bibir kakak iparnya itu.
”Terimakasih, Kak..”
Ucapnya sambil dengan cepat membuka kancing baju panjang yang dikenakan oleh Haifa.
Menoleh kepada Aya.. dada Haifa terasa bergemuruh.. dirasakannya semua bulu kuduknya berdiri.
Sensasi ini telah lama ia rindukan.. main dengan Azzam di depan Aya..!
Sebelumnya mereka lebih sering main berdua.. sendiri-sendiri.. di kamar yang berlainan;
Azzam dengan dirinya.. sedangkan Aya dengan ustad Ferry.
Tidak pernah dalam satu ruangan seperti sekarang ini.
Meski Aya tidak menolak.. tapi Haifa tau..
kalau adiknya itu memperhatikan apa yang tengah ia lakukan bersama Azzam.
Namun karena tidak ada protes dari gadis itu.. Haifa pun meneruskannya.
Pasrah, ia biarkan jari-jari Azzam yang nakal bermain-main di atas gundukan bukit kembarnya.
Azzam yang sepertinya mendapatkan angin dari sang istri, terlihat tidak mau buru-buru.
Meski sudah sangat terangsang.. ia tidak lepas kendali dengan menelanjangi Haifa cepat-cepat.
Dinikmatinya tubuh molek sang kakak ipar inci demi inci.. pelan-pelan.. satu per satu.. bagian demi bagian.
Dimulai dari buah dada Haifa yang bulat dan montok.
Dengan sabar Azzam meremas-remasnya. Tangannya menangkup benda padat itu, dua-duanya.
Meski masih tertutup beha.. tapi ia bisa merasakan teksturnya yang empuk dan kenyal saat memijitinya.
”Oughh.. Zam..” rintih Haifa saat Azzam terus mempermainkan payudaranya.
Dalam beberapa detik, deru nafasnya mulai tidak teratur akibat perbuatan sang adik ipar.
Susah payah Haifa berusaha menahan gejolak dalam dirinya..
Tapi mana bisa kalau tanpa menepis tangan Azzam yang kini bergerak semakin liar..!
Tidak menjawab, Azzam perlahan membuka jilbab lebar yang dikenakan oleh Haifa.
Awalnya Haifa mencoba untuk menahan tangan laki-laki itu.. tapi Azzam segera menepisnya.
”Ssst.. aku nggak ingin nambah dosa, Kak..” bisiknya. Haifa pun menyerah.
Dibiarkannya Azzam menarik kain merah itu hingga rambut panjangnya jadi kelihatan.
”Kakak cantik..” Azzam mengusap rambut Haifa sebentar.. sebelum meraih dagu perempuan cantik itu..
kemudian mendekatkan mulutnya.. mengecup bibir tipis Haifa yang terasa hangat.
Uhhh..!! Bergetar hati Haifa saat menerimanya.
Perlahan ia membuka bibirnya dan mengulum lidah Azzam yang menerobos masuk.
Dengan cepat ia larut dalam pagutan panas itu..
terlihat dari mata Haifa yang tertutup rapat dan dengus nafasnya yang semakin cepat.
Di bawah, dengan kedua tangannya, Azzam berusaha menarik turun baju panjang Haifa.
Tanpa perlawanan.. Haifa membiarkannya. Tubuh moleknya sudah setengah telanjang sekarang.
Hanya tersisa bra putih tipis yang menutupi payudara montoknya. Dan itupun tidak bertahan lama.
Karena sembari terus berciuman, Azzam mencari pengaitnya di punggung Haifa.
Dan begitu sudah ditemukan.. segera dibukanya dengan cepat.
Beha itu jadi kendor sekarang, sedikit menumpahkan payudara Haifa yang bulat padat ke bawah.
Perlahan Azzam menurunkan tali penyangga yang melingkar di atas pundak Haifa..
ditariknya ke samping.. lalu disentakkannya ke depan dengan begitu cepat.
Haifa sedikit terhenyak saat bukit kembarnya yang masih kencang.. bulat dan padat, terburai keluar.
”Aiiih..” ia sedikit memekik, ingin menutupinya, tapi tangan Azzam sudah keburu mencegahnya.
Laki-laki itu dengan nanar menatap puting Haifa yang mengacung tegak menantang..
sebelum akhirnya merabanya tak lama kemudian.
“Ah, Zam.. aku malu..” lirih Haifa.
”Malu..? Bukankah sudah sering kakak telanjang di depanku..”
Kata Azzam tak mengerti.. jalan pikiran wanita memang begitu membingungkan.
”Iya.. tapi tidak di luar seperti ini..” Haifa melirik Aya yang masih tampak sibuk dengan pekerjaannya.
”Kak Haifa sungkan sama Aya..?” Tanya Azzam. Haifa mengangguk.
Azzam tertawa. Dan sebelum dia berkata, Aya sudah memotong duluan.
”Nggak usah sungkan, Kak. Aku nggak apa-apa kok..”
Azzam tertawa semakin lebar, sementara Haifa tersenyum malu-malu dengan muka memerah.
”Ah.. baiklah kalau begitu..” katanya kemudian.
”Baiklah apanya, Kak..?” goda Azzam. Tangannya masih hinggap di gundukan bukit kembar Haifa..
dan juga tak henti-henti meremas benda bulat padat itu.
”Ah.. kamu..! Masa harus dikatakan..!?” Sahut Haifa.. wajah cantiknya berubah jadi agak memerah.
”Hehe.. iya, Kak..” tersenyum gembira.. Azzam mengambil tangan kiri Haifah..
dan kemudian diletakkannya di bawah perut.. tepat di atas gundukan penisnya.
”Hm, Zam..!” Masih sedikit malu-malu.. Haifa mengelus-elus batang itu dari luar celana, naik-turun..
sambil sesekali menggenggam dan memencetnya pelan.
Sebentar mereka bertatapan.. saling memandang..
sebelum Azzam merengkuh bahu mulus Haifa dan perlahan-lahan merebahkannya ke sofa.
Azzam mulai meraba kedua bukit kembar milik sang kakak ipar.. sementara Haifah memegang tangan Azzam.
Bukan bermaksud untuk melarang.. tapi malah ingin meminta agar Azzam segera memanjakannya.
Mengangguk mengerti.. Azzam segera mengecup tubuh Haifah.
Dimulai dari leher jenjang wanita cantik itu.. kemudian perlahan turun ke dua bukit kembar Haifa..
yang masih terlihat membusung indah meski dalam posisi tiduran..
menunjukkan kalau benda itu benar-benar padat dan mengkal.
Sambil meremas-remasnya.. Azzam menjulur kan lidahnya dan mulia menjilat.
Ia susuri permukaannya yang halus dan mulus.. menggigit pelan di beberapa bagian..
menekan-nekan dengan hidungnya..
Dan kemudian diakhiri dengan sedotan kencang di ujung putingnya.
”Auwghh..!!” Terdengar erangan keras seorang wanita.. yang tentu saja keluar dari mulut manis Haifa.
Mendesis seperti kepedesan.. kedua tangannya meraih rambut gondrong Azzam.. sedikit menjambaknya..
sebelum kemudian menekannya kuat-kuat agar Azzam semakin cepat menjilat di atas putingnya.
Dengan lidahnya.. Azzam terus mempermainkan daging kemerahan itu; mulai dari mencucup.. mengisap..
sedikit menggigit.. hingga menariknya kuat-kuat saat Haifa menjambak rambutnya semakin keras.
Begitu terus bergantian.. kiri dan kanan.
Setelah keduanya basah dan mengkilat.. barulah Azzam meneruskan gerilyanya.
Lidahnya kini turun ke arah pusar Haifah, berputar-putar sejenak di sana.. sebelum semakin turun ke pusat sasaran;
Selangkangan kakak iparnya yang sempit dan legit.
Dengan cepat Azzam menelanjangi Haifa. Ditariknya baju panjang wanita cantik itu hingga terlepas..
Tak lupa juga celana dalam merah berenda yang dikenakannya.
Setelah Haifah telanjang.. Azzam juga melepas bajunya sendiri. Setelah sama-sama bugil..
Dibiarkannya Haifah memegangi penisnya sebentar.. –sekedar untuk mengagumi ukuran dan panjangnya..–
Sebelum ia menurunkan tubuh dan berjongkok di depan kemaluan Haifah yang berbulu lebat.
”Eh, Zam, kamu mau ngapain..?” Selidik Haifah di atas sana, curiga dengan tingkah laku sang adik ipar.
Tidak menjawab.. dengan tangan kanannya.. Azzam menyingkap bulu lebat yang menutupi selangkangan Haifa..
berusaha untuk menemukan pintu surganya.
”Jangan. Zaam..! Kotor..! Ahh..” erang Haifah menahan gejolaknya.
Ia tampak keberatan saat Azzam mulai menjilat vaginanya perlahan.. tapi tidak sanggup untuk menolak.
Sensasi yang diberikan oleh pemuda itu mustahil untuk dielakkan.
Azzam melirik zang kakak ipar.. dilihatnya mata wanita itu terpejam rapat penuh kenikmatan.
Ia pun meneruskan aksinya. ”Zaam.. uh, gila kamu..! Sshh.. ahh.. tapi enak..! Aghh..!!”
Haifa menjerit tertahan sembari menjambak rambut panjang Azzam.
Lidah pemuda itu sudah menemukan klitorisnya sekarang, dan menjilat rakus di sana.
Azzam mencucup dan memilinnya sambil sesekali mengisap lembut..
membuat Haifa kelojotan penuh kenikmatan.
”Zaam, aku nggak kuat..! Ughh.. rasanya mau pipis..!!” Teriak Haifa..
sambil berusaha menyingkirkan kepala sang adik ipar dari kemaluannya.
Tapi bukannya menjauh.. Azzam malah semakin kuat membenamkan mukanya.
Meski terasa agak sedikit sakit akibat jepitan paha Haifah.. ia tidak peduli.
Yang penting ia bisa mengantarkan istri ustad Ferry itu..
pada kenikmatan orgasme yang akan tiba sebentar lagi.
”Ahh.. emhh.. Zaamm..! Esss.. ahh..!” Menjerit tertahan..
Haifa merasa seolah semua persendian di tubuhnya meluruh..
memberinya sensasi nikmat yang tak mampu dicapai oleh pikirannya.
Wanita cantik itu terkapar, tubuhnya nampak basah oleh keringat..
sementara dari liang kemaluannya.. meleleh cairan orgasme yang amat banyak.
Tersenyum, Azzam memeluknya. Dielusnya rambut dan kepala Haifah.
Sementara Haifah yang kehabisan nafas, cuma bisa memejamkan mata sambil terdiam.
Dibiarkannya tangan nakal Azzam kembali bermain-main di puncak payudaranya.
----oOo----
Aya menoleh saat Ustad Ferry keluar dari kamar mandi.
Air masih tampak menetes-netes dari tubuhnya yang telanjang.
”Ai.. punya handuk..?” Tanya laki-laki itu tanpa merasa bersalah sedikit pun..
Padahal dia sudah membuat Aya rikuh dengan ketelanjangannya.
Belum sempat menjawab, mereka dikejutkan oleh teriakan Haifa dari ruang tengah..
”Ahh.. emhh.. Zaam..! Esss.. ahh..”
Tampak tubuh montok Haifa terkejang-kejang beberapakali sebelum akhirnya lemas di pelukan Azzam.
Ustad Ferry geleng-geleng kepala melihat perbuatan istrinya itu..
”Dasar..! Baru juga pagi tadi dikasih jatah.. sekarang sudah main lagi..” gumamnya.
”Mungkin dia nggak puas kali tadi, Bang..” celetuk Aya.
”Heh, sembarangan..! Kurus-kurus gini, aku masih mampu lho bikin kamu KO dalam tiga ronde..”
Ustad Ferry mendekati adik iparnya itu. Siluet tubuh Aya yang putih dan montok membuatnya tergoda.
”Iya, percaya-percaya..”
Aya melipat setrikaannya yang terakhir dan menaruhnya di tumpukan baju yang sudah tersusun rapi.
Dia kemudian menghadap pada Ustad Ferry. ”Ini handuknya, Bang..”
Diberikannya kain tebal berwarna merah di tangannya pada laki-laki itu.
Tapi bukannya menerima..
Ustad Ferry malah asyik memelototi bulatan payudara Aya yang terlihat membusung indah di depannya.
Benda itu tampak bergerak-gerak pelan naik-turun seiring dengus nafas Aya yang sepertinya sedikit agak memburu.
”Kamu nggak apa-apa, Ai..?” Tanya Ustad Ferry.
”Emm.. iya..” Aya menjawab dengan ragu.
Di ruang tengah.. rintihan dan lenguhan Haifa kembali terdengar.
Entah apa yang sekarang dilakukan Azzam pada wanita cantik itu..!
”Lihat, Ai.. asyik banget mereka..!” Seru Ustad Ferry..
”Bikin pengen aja..” diliriknya Aya yang sekarang mukanya kelihatan semakin memerah.
Aya mengangguk.. dan.. ”Sini, Bang. Biar Aya yang bersihkan tubuh abang..” kata gadis itu sambil berjalan mendekat.
Disekanya tetesan air yang ada di tubuh sang Ustad, dimulai dari lengannya.
Ustad Ferry tentu saja sangat surprise dengan tingkah adik iparnya ini.
Apalagi sambil menyeka.. tanpa sungkan Aya juga menempelkan toketnya yang bulat besar ke lengannya..
membuat pikiran sang Ustad jadi terpecah.
Kalo Haifah sama Azzam saja bisa melakukannya, kenapa dia tidak..?
Toh Aya sepertinya juga tidak keberatan.
Jadi.. sambil memandang sang adik ipar penuh nafsu.. ia pun berkata.. ”Ai.. bersihkan yang di bawah juga dong..!”
Dengan isyarat mata.. Ustad Ferry menunjuk burungnya yang sudah mulai sedikit tegang.
Tersenyum malu-malu.. Aya mengangguk.
Dia lalu jongkok dan memegangi burung sang Ustad dengan mata berbinar.
”Gede banget, Bang..” gumamnya sambil mengelus-ngelusnya mesra.
”Ah.. kamu, Ai. Kayak baru pertama ngeliat aja..?” Kata Ustad Ferry..
sambil menikmati tangan lentik Aya yang kini mulai mengocok pelan batang penisnya.
”Hehe..” Aya tersenyum.
”Isap, Ai..” Ustad Ferry mendorong maju.. sehingga kontolnya tepat berada di depan bibir Aya.
Tanpa menolak.. Aya segera membuka mulutnya dan melahap daging panjang itu.
”Aghh.. Ai..” lenguh Ustad Ferry keenakan.
Tangannya memegangi kepala Aya yang masih berbalut jilbab..
kemudian menggerakkannya maju mundur pelan-pelan.
”Hppmh.. hpmhhp.. hhmph..” Aya membuka bibirnya semakin lebar..
berusaha mengulum dan mengisap penis Ustad Ferry senikmat mungkin.
”Ouhh.. enak banget, Ai..! Terus, isap yang kuat..!”
Rintih Ustad Ferry di antara desahannya.
Kini.. sambil mengisap.. Aya juga menggunakan jari-jarinya untuk memainkan biji pelir sang Ustad..
membuat kakak iparnya itu makin merintih dan melenguh keenakan.
”Ouhh.. Ai..! Pinter banget kamu..! Ya, begitu.. terus..! Aghh..”
----oOo----
Tidak ingin kalah dengan Aya, Haifa juga berusaha memberikan isapan terbaiknya pada Azzam.
Setelah beristirahat sejenak.. sekarang tiba gilirannya untuk memuaskan laki-laki muda itu.
”Ahh.. Kak..” rintih Azzam. Terduduk di sofa..
Matanya terpejam merasakan sensasi bibir Haifa yang terus mengulas-ulas batang kemaluannya.
Wajah Haifa memang lugu.. tapi untuk urusan sedot-menyedot, dialah jagonya.
Azzam sudah merasakannya sejak pertamakali mereka bersetubuh.. tepat di malam pernikahannya dengan Aya.
Mungkin ini yang dinamakan bakat alam, tanpa dipelajari sudah pintar secara naluri.
Isapan dan kuluman itu terus berlangsung beberapa saat sampai akhirnya Haifa berhenti tak lama kemudian.
”Kenapa, Kak..?” Tanya Azzam keberatan.
”Mulutku kelu, Zam. Burungmu gede banget sih..” Haifa tersenyum malu-malu.
”Hehe..” Azzam terkekeh bangga. ”Kalau gitu, kak Haifa rebahan aja, aku masukin sekarang..”
Tidak membantah.. Haifa tiduran di sofa, telentang.. dengan kedua kaki terbuka lebar-lebar.
Menampakkan lubang vaginanya yang basah dan memerah.. siap untuk dimasuki.
”Tahan ya, Kak..” Azzam memasang posisi penisnya dan menusuk.
”Auw..! Pelan-pelan, Zam..!” Haifa meringis..
merasakan moncong senjata Azzam yang perlahan-lahan mendesak lubang kemaluannya.
Benda itu terus menerobos dan meluncur masuk hingga terbenam seluruhnya.
Mereka terdiam beberapa saat..
memberi waktu bagi alat kelamin mereka untuk saling menyapa dan berkenalan.
Setelah dirasa cukup akrab dan bisa saling menyesuaikan diri..
barulah Azzam mulai menggerakkan pinggulnya maju-mundur.
”Sshh.. enak, Zam..! Terus..! Tusuk lebih dalam..! Oughh..” erang Haifa keenakan.
Tubuhnya mulai berkeringat seiring dengan udara siang yang mulai beranjak panas.
”Gila..! Seret banget, Kak. Dipakein apa sih..!?” Kata Azzam di sela-sela genjotan nikmatnya.
”Ah.. mau tau aja kamu, Zam. Ini rahasia.. cuma wanita yang boleh tau.. hehe..” kekeh Haifa dengan bangga.
Mencium kembali bibir wanita cantik itu, Azzam semakin mempercepat goyangan pinggulnya.
”Nanti Aya ajari juga ya, biar sama-sama rapet kayak punya kak Haifa..”
Bisiknya dengan tangan meremas dan memijit-mijit bongkahan susu Haifa yang bulat besar.
”Ehss..” bergidik keenakan, Haifa mengangguk.
”Emang punya Aya nggak njepit ya..?” Tanyanya.
”Rapet juga sih, tapi lebih enak punya Kak Haifa.
Padahal kan kak Haifa sudah pernah melahirkan.. sedang Aya belum..” jelas Azzam.
Haifa mengangguk mengerti.. ”Iya deh, nanti aku ajari. Oughh.. shh..”
Sehabis berkata begitu, tubuhnya terlihat gemetar. Sensasi nikmat kembali melanda tubuh sintalnya.
”Aah.. Zam, aku mau pipis lagi..! Aaahhh..”
Untuk keduakalinya, Haifa melenguh panjang, pertanda telah mencapai orgasmenya yang kedua.
Ia menjepit pinggang Azzam kuat-kuat saat cairan cintanya menyembur keluar.
Azzam sedikit meringis merasakan jepitan kaki Haifa di tubuhnya..
Tetapi dia mengerti akan apa yang sedang dialami oleh wanita cantik itu.
Jadi dia menghentikan goyangannya dan membiarkan Haifah menikmati semburan klimaksnya.
Setelah beberapa saat, sesudah tigakali guyuran air hangat pada batang penisnya..
Barulah Azzam beraksi kembali. Tapi dia berinisiatif untuk mengubah gaya..
Sekarang disuruhnya Haifa untuk nungging membelakangi sambil berpegangan pada lengan sofa.
Dengan posisi seperti ini, lubang kemaluan Haifa jadi semakin jelas kelihatan.. begitu merah dan merekah.
Juga terasa basah sekali. Membuat sisa-sisa cairan cintanya yang masih meleleh..
keluar mengalir pelan menuruni bokong dan pahanya.
Slebbb.. clebbb.. Blesskk..!! Tanpa kesulitan.. Azzam memasukkan kembali penisnya.
Bahkan kini ia bisa dengan lancar menggenjot tubuh sintal Haifa..
sambil tangannya berpegangan pada payudara wanita cantik itu yang terayun-ayun indah seiring tusukannya.
”Ahh.. Zam..! Terus..! Tusuk yang dalam..! Enak, Zam..! Aku merasa enak..”
Rintih Haifa sambil memeluk bantalan sofa.
Semakin cepat Azzam menusuk.. maka semakin keras pula jeritan istri Ustad Ferry itu.
Azzam yang juga keenakan.. memacu pinggulnya semakin cepat.
Ia tidak peduli lagi meski di depannya Haifa merintih dan menjerit-jerit semakin brutal.
”Hei, lirih sedikit napa..!? Malu dong didengar sama tetangga..” tegur Ustad Ferry dari arah dapur.
Tersadar.. Azzam segera mengurangi kecepatannya. Tapi ia tetap menusukkan penisnya dalam-dalam..
Menyambangi lorong kemaluan Haifa yang selama ini belum ia capai.
”I-iya, Bang..!” Sahut Azzam pada kakak iparnya. Dari sudut mata..
Ia bisa melihat kalau laki-laki itu lagi merem-melek keenakan menikmati isapan Aya pada batang penisnya.
”Zam, aku mau pipis lagi..” desah Haifa tiba-tiba.
”Lho, cepet amat. Kakak sudah tiga kali, sedangkan aku masih belum sama sekali..” sahut Azzam.
”Habis enak banget sih..” kata Haifa dengan mata terpejam.
”Cepet keluarin, Zam. Kita sama-sama..” tambahnya lirih.
”Ahh.. iya, Kak..” mengangguk patuh.. Azzam pun tidak menahan gairahnya lagi.
Ia biarkan birahinya mengalir bebas.. menuruni syaraf dan aliran darahnya..
Dan berkumpul tepat di ujung kemaluannya.
”Aahh.. Zam..! Aku keluar..!!!” Jerit Haifa dengan tubuh gemetar dan kelojotan.
Bersamaan dengan saat itu.. Azzam juga melepas air maninya. Cratt.. cratt.. cratt.. cratt..!!
Sedikit menggeram.. ia peluk tubuh montok Haifa erat-erat.
Diciuminya leher dan pipi wanita cantik itu saat cairan kenikmatan mereka bertemu dan bercampur menjadi satu,,
memenuhi lubang rahim Haifa yang semakin terasa basah dan lengket.
”Ahh.. hh.. hh.. hh..!!” Keduanya terkapar di sofa dengan deru nafas yang saling berlomba.
Haifa memeluk Azzam.. sedang Azzam membelai mesra rambut lurus sang kakak ipar.
Mereka saling mendekap dalam diam.. lalu berpagutan sebentar.. sebelum saling tersenyum tak lama kemudian.
”Terimakasih, Kak. Nikmat sekali..” bisik Azzam tulus.
Haifa mengangguk dan menyandarkan kepalanya di dada laki-laki muda itu. CONTIECROTT..!!
-----------------------------------------------oOo-----------------------------------------
Siappppp.. masama brada @Sonic110 ..Makasih atas apdetnya om @Pecah Utak
kena copyright gak tuh pake nama nama karakter sinetron sebelah hihihiHerlina yang berdada besar terasa enak sekali ketika digenjot dalam posisi menungging.
Bang Jack terus mendorong dan meremasi kedua gundukan payudaranya kuat dan keras..
hingga membuat Herlina sampai menjerit-jerit.
“Baang.. aah.. pelan-pelan..!!“ Teriaknya..
namun Bang Jack sama sekali tak menggubris dan malah mempercepat ayunan pinggulnya.
Herlina memalingkan mukanya. “Ah, Bang.. aku.. nggak.. kuaaa.. aah..!!“ Jeritnya melengking.
Di bawah.. liang vaginanya menyempit dengan cepat.
Kepala perempuan itu mendongak ke atas dengan tubuh terkejang-kejang dan menegang kaku..
sebelum kemudian berkelojotan gemas begitu mendapatkan orgasmenya.
Dari dalam liang vagina Herlina mengucur cairan panas yang sangat banyak..
membasahi batang penis Bang Jack yang masih menancap kaku.
Berikutnya cairan itu merembes dari sela-sela tautan alat kelamin mereka dan turun membasahi sprei.
“Ah.. Bang..!” Tubuh montok Herlina langsung terjerembab ke ranjang..
sehingga membuat penis Bang Jack terlepas.
Napasnya berat dan putus-putus..
sementara terlihat penis Bang Jack mengkilap oleh cairan bening yang sangat menyilaukan.
Bang Jack membiarkan Herlina mengatur napasnya sejenak sebelum ia genjot lagi.
Ia bertekad akan membuat perempuan itu bertekuk lutut..
saat mendapatkan kepuasan seks yang tak terlupakan darinya.
Jam masih berada di angka sebelas, masih tersisa banyak waktu bagi Bang Jack..
untuk menuntaskan hasratnya sebelum subuh tiba.
Perjanjian dengan Udin tadi.. ia bisa menikmati tubuh Herlina semalaman.
Sampai puas. Sampai lemas.
Herlina perlahan mulai menggeliat pelan.. ia membuka matanya dan memandang Bang Jack..
yang memangkunya dengan posisi rebahan.
Laki-laki itu meremas-remas buah dadanya tanda masih terangsang..
sementara alat kelamin mereka saling bersentuhan erat.
Tinggal dimajukan sedikit saja.. penis Bang Jack pasti bisa masuk ke vagina sempit Herlina.
“Aku udah nggak tahan, Lin.
Jepitan memekmu yang kuat itu pasti bisa bikin aku klimaks di ronde selanjutnya..” bisik Bang Jack.
“Kalau begitu lakukan, Bang..” sahut Herlina dengan suara mendesah lemah.
“Iya, Lin..” jawab Bang Jack singkat.
“Sini kubantu..” Herlina yang kembali terangsang akibat remasan Bang Jack di buah dadanya yang montok..
serta elusan laki-laki itu di kulit pahanya yang mulus.. segera memundurkan pinggulnya sedikit.
Sambil memegangi batang penis Bang Jack.. pelan ia menggiring benda panjang itu agar masuk kembali..
ke liang senggamanya yang masih sangat basah.
Desakan alat kelamin mereka kembali membuat Herlina mendelik suka.
“Aduh, Bang.. gede banget..! Sampai seret rasanya...”
Dia menggeliat ke kiri dan mendongak ke belakang.. Slebb..
Seiring batang Bang Jack yang menusuknya mili demi mili sampai masuk setengahnya.
“Rasakan kenikmatan yang kuberikan.. Lin..“ kata Bang Jack sambil mulai menarik dan menekan.
Herlina menahan nafas merasakan batang kontol Bang Jack yang kembali menerobos semaksimal mungkin.
Tubuhnya bahkan sampai melengkung ke atas sebelum kemudian berdebam lagi.
“Auuh.. Baang..! Ahh.. luar biasa kontolmu ini.. eh, baru kali ini aku merasakan sangat senang disetubuhi orang lain.
Kontolmu.. besar dan panjang..!“ Herlina tersenyum nakal dan genit.
“Memang sebelumnya kamu pernah tidur sama siapa aja..?” Selidik Bang Jack sambil menekan keras..
sehingga batangnya mentok sampai bagian terdalam dari liang vagina Herlina.
“Nggak banyak sih,” Rambut panjang Herlina sudah berantakan..
namun malah membuatnya menjadi bertambah cantik.
“Cuma Ustad Ferry sama Azzam. Trus sama Asrul juga. Gerombolan RW. Bonte. Baha. Pak Jalal.
Dan yang terakhir sama ketiga murid abang.. sebelum mereka pergi..”
“Yee.. itu mah sama aja orang sekampung..” sungut Bang Jack dengan batang terus bergerak cepat.
“Hehe, iya-ya...” Herlina menggeliatkan tubuhnya ke sana-kemari..
merasakan batang yang sangat sesak terus mengoyak liangnya secara bertubi-tubi.
“Hhsss.. Bang.. nikmat.. enak.. terimakasih ya.. trims banget..!“ Katanya sambil memandang Bang Jack.
“Dari sekarang, bilang aku kalau kamu lagi butuh kontol. Aku akan langsung datang kemari..”
Laki-laki itu menyahut nakal.
“Gampang, ahh...“
Herlina kemudian memejamkan matanya menikmati batang Bang Jack yang masih terjepit erat.
Ia juga mengelus-elus bagian atas liang vaginanya yang terlihat menggelembung dengan tangannya sendiri..
sedang Bang Jack kembali bermain-main di tonjolan buah dadanya.
Yang sebelah kanan diremas-remas pelan.. sementara yang kiri dijilat-jilat dengan penuh perasaan..
hingga membuat Herlina jadi semakin menggelinjang ke sana kemari.
“Hhh, Bang.. aauh.. aah..” perempuan itu mengerang dan melenguh secara berulang-ulang..
ketika Bang Jack mengangkat kedua kakinya untuk ditopangkan ke pundak.
Dengan begini jepitan memek Herlina jadi lebih erat lagi.
“Remes susuku, Bang..!”
Herlina megap-megap sambil menarik tangan Bang Jack dan ditempatkan di atas gundukan buah dadanya.
“Terus..! Aah.. remes yang kuat, Baang..!“ teriaknya dengan tubuh semakin menggeliat.
Bang Jack segera mempermainkannya.
Ia tekan dan pijit-pijit kedua puting Herlina sambil pinggulnya mulai menggenjot ringan. Luar biasa nikmatnya.
Geliat dan gerakan Herlina semakin membuatnya bergairah.
Buah dada Herlina yang besar tampak bergerak indah berlawanan dengan rontaan tubuhnya..
perempuan itu montang-manting ke sana-kemari padahal Bang Jack cuma menggerakkan penisnya sedikit saja.
“Bang, aaah.. a-akuu.. biarkan aku menikmati dulu, jangan keburu digenjot..”
Pintanya sambil merem-melek keenakan.
“Masa' aku nggak boleh gerak..?” Bang Jack bertanya bingung.
“Boleh, tapi dikit aja..” Herlina menyahut cepat.
“Dari tadi juga cuma dikit..” Bang Jack mendengus.
“Lebih dikit lagi..” Herlina tersenyum manja.
“Segini..?“ Bang Jack menarik batangnya dan mendorong pelan.
“Aauh.. aah.. i-iya, segitu cukup..”
Erang Herlina dengan tubuh kembali montang-manting ke kanan dan ke kiri.
Bang Jack terus menggenjot pelan sampai Herlina terlihat menikmati.
“Bang.. aah.. uuh.. aah.. hhh..” erangan dan lenguhan perempuan itu meluncur silih berganti.
Kepalanya menggeleng-geleng.. lalu mendongak ke atas dengan dada membusung indah..
hingga menjadi santapan empuk Bang Jack.
“Nggak tahan aku, Bang.. cepetan dikit nggak papa..!?” Teriak Herlina.
Bang Jack jadi terkesima.. belum ada beberapa menit digenjot sudah hendak orgasme lagi.
Dia pun langsung menggenjot istri Udin itu dengan cepat hingga membuat Herlina berteriak-teriak kesetanan.
“Ampun, Bang.. uuh.. aah.. s-sudah.. a-aku mau.. aaah..!!“ Racau Herlina, tak jelas ke mana arah teriakannya.
Bang Jack terus melakukan genjotan dan sodokan yang cukup keras..
bahkan sampai membuat bola mata Herlina jadi terbalik. Jepitan liang vaginanya juga terasa kuat sekali.
Sementara remasan tangan perempuan itu di kain sprei kini bertambah erat.
“Aaaah..” tubuh montok Herlina menegang kaku ketika mendapat orgasmenya.
Bang Jack meremas-remas buah dada perempuan itu sekeras mungkin.. karena nyaris saja ia tak kuat..
menahan jepitan vagina Herlina yang mengatup cukup kencang ketika menyemburkan cairan klimaksnya.
Penisnya serasa diparut luar biasa.. namun Bang Jack mencoba mengalihkan perhatian..
dengan bermain-main di buah dada Herlina yang bulat kencang.
Ia mengelus-elus busungan dada itu.. juga memilin-milin dan memijit-mijit putingnya gemas..
sambil sesekali memberikan pagutan dan jilatan ringan.
Herlina sama sekali tidak merespon karena ia memang masih menikmati sisa-sisa orgasmenya.
Bang Jack memeluknya erat dan menghujani perempuan itu ciuman di leher dan bibir.
Tubuh mereka penuh oleh keringat birahi.
Napas Bang Jack juga berantakan.. tapi ia diamkan saja sambil menindih dan memeluk mesra Herlina.
Ia tunggu istri Udin itu bangun dan mulai lagi bersetubuh.
“Ahh, Bang.. kok bang Jack nggak keluar-keluar sih..?”
Dari deru nafasnya sudah kentara kalo Herlina pastilah tak kuat lagi.
Namun karena Bang Jack belum muncrat, jadi ia akan tetap memaksa.
“Bentar lagi. Tinggal dikit lagi kok..”
Bang Jack mencoba berpikir gaya apa yang sekiranya cocok untuk menghadapi Herlina yang pasif.
Sambil mengira-ngira, kembali ia menciumi leher jenjang perempuan itu pelan-pelan..
Ssambil menjilat sampai ke dada. Bang Jack mengulum puting Herlina dan menyedotnya perlahan-lahan.
“Bang, sudah ah.. aku nggak kuat lagi..” Herlina merintih.
“Tapi.. aku kan belum orgasme..” balas Bang Jack tak mau kalah.
“Kita istirahat dulu ya, nanti kita lanjut lagi..”
“Tenang, kamu diam aja. Yang penting biarkan aku menyemburkan pejuh ke dalam memekmu..”
Bang Jack menyeringai. Herlina terdiam.. lalu..
“Iya deh. Tapi diamkan dulu kontol abang di dalam, jangan keburu digerakkan. Sabar ya..“
Herlina memeluk dan membiarkan Bang Jack memagut bibirnya dengan rakus.
Sejenak mereka menata nafas dan tenaga untuk memulai ronde penghabisan.
Keduanya terdiam cukup lama dengan posisi masih saling bertindihan dan berpelukan.
Namun Bang Jack yang sudah tak tahan segera menggulingkan tubuhnya..
hingga membuat Herlina memekik kaget.
“Ntar dulu, Bang..!” Dia mencoba untuk menahan tangan Bang Jack yang memegangi pinggangnya.
Namun Bag Jack malah memaksanya bangun.
“Geser kakimu ke depan, Lin..” ajaknya yang disambut gerakan kaki oleh Herlina..
membuat batang panjang Bang Jack semakin terjepit dalam liang vaginanya yang sudah becek memerah.
“Aah..” Bang Jack mengerang kecil merasakan sensasi jepitan itu.
“Hihi.. enak ya, Bang, kujepit begini..?” Herlina melingkarkan kedua kakinya ke pinggang Bang Jack.
“Waduh.. aku bisa muncrat kalo lama-lama begini..” sungut Bang Jack..
sambil melingkarkan tangan ke belakang pantat Herlina dan meremas-remasnya gemas.
“Nggak nyesel kan keluar duit 15 juta buat tubuhku..?” Herlina menggelinjang.
“Yang kusesalkan cuma satu; kenapa nggak dari dulu aku ngentotin kamu..” seloroh Bang Jack.
“Aku juga, Bang. tau enak gini, sudah sejak dulu aku minta jatah dari abang..”
Balas Herlina yang disambut tawa oleh Bang Jack.
“Bisa aja kamu..” Bang Jack memeluknya erat dan merenggangkan kaki Herlina sedikit..
sehingga membuat penisnya jadi lebih nyaman..” Siap ya, Lin, kugenjot sekarang!“ ajaknya.
Pelan Bang Jack mulai menggerakkan pinggulnya naik-turun menyetubuhi Herlina untuk yang ketigakalinya.
Ia melumat dan memagut bibir perempuan itu..
sambil tangannya dengan nakal menempel di buah dada Herlina yang besar dan meremas-remasnya kuat.
“Bang, aaah..” lenguh Herlina.
“Tahan, Lin, aku juga mulai nggak tahan..” Bang Jack terus menggerakkan pantatnya.
Jika Herlina turun.. ia naik. Ketika Herlina ke atas, ganti ia yang turun ke bawah.
Kedua pertemuan itu menimbulkan bunyi kecipak yang sangat keras..
akibat bersatunya alat kelamin mereka yang semakin erat.
“Bang, terus remes susuku!“ lirih Herlina dengan nafas memburu
“Iya, Lin. Susumu enak, gede banget. Empuk lagi..”
Bang Jack menukar tangannya agar bisa meremas-remas buah dada Herlina secara bergantian.
“Remes juga bokongku, Bang.. ahh..!!” erang Herlina lebih lanjut.
Ia mendongak ke atas begitu merasakan batang Bang Jack yang kian liar mengoyak liang vaginanya..
”Terus, Bang. Keluarkan spermamu di dalam.. jangan di luar..!“ Desisnya dengan mata menatap jalang.
“Sabar ya, sedikit lagi..” terang Bang Jack.
“Iya, Bang. Luar biasa, enak banget bercinta denganmu..” Herlina tertawa.
“Sama, Lin. Aku juga enak..” sahut Bang Jack tak mau kalah.
Mereka mempercepat gerakan. Herlina kini semakin liar naik-turun di atas pangkuan Bang Jack.
Ia rasakan penis laki-laki itu mengoyak-ngoyak dinding rahimnya dengan luar biasa.
Meski sangat besar.. namun batang Bang Jack sangat lancar sekali ketika meluncur keluar masuk.
Akibatnya, bunyi kecipak yang terdengar kini kian keras.. semakin ramai juga erangan.. dengusan..
lenguhan dan teriakan mereka yang saling bersahut-sahutan.
Keduanya terus bergerak seirama sampai akhirnya Herlina merintih..
“A-aku nggak kuat lagi, Bang..!” Dia menahan gerakan Bang Jack agar berhenti dulu.
“Tahan napasmu, Lin.. tarik dan hembuskan..” perintah Bang Jack agar perempuan itu bisa menenangkan diri.
Bau keringat dan kelamin mereka sangat semerbak di sekitar ruangan kamar.
Tak berapa lama kemudian, Herlina kembali menggenjot.
“Ayo, keluarkan air manimu, Bang..” Dengan gemas ia melumat bibir hitam Bang Jack.
Detik demi detik berlalu dan mereka terus bergerak naik-turun..
Keduanya semakin tenggelam dalam arus lautan birahi.. sampai akhirnya Bang Jack tak tahan lagi.
“Ini, Lin.. aku udah hampir. Aaah..!!”
Dengan memegangi pinggang ramping Herlina, ia menggenjot dengan keras dan liar.
Tubuh gendut Bang Jack menegang tak karuan..
ketika menyemburkan air maninya dalam-dalam di jepitan vagina Herlina yang mengkerut tajam.
Mereka berpelukan sangat erat dengan Bang Jack menekan selangkangannya mentok di mulut rahim Herlina.
Creeett.. creeett.. creeett.. tubuh Bang Jack serasa seringan kapas.
Ia bagai bisa terbang ke langit.. namun matanya berkunang-kunang karena kecapekan.
Tubuh keduanya menjadi lemas dan mereka pun ambruk ke atas ranjang dengan Herlina menindih dada Bang Jack.
Terasa di penis Bang Jack banyak sekali lendir kental yang membasahi selangkangannya.
Nafas mereka masih sama-sama memburu.. dada Herlina terlihat turun-naik menggiurkan secara tidak teratur.
Peluh membasahi di mana-mana.. namun keduanya merasakan kepuasan yang tiada taranya.
Mereka tetap diam menikmati sisa-sisa orgasme itu selama lebih dari lima menit.
Barulah setelah itu mereka saling bertatapan mesra.
“Tidur yuk..?” ajak Bang Jack.
“Tapi.. biarin kontol abang tetap berada di dalam memekku, ya..” pinta Herlina.
“Oke, terserah kamu deh..” Bang Jack mencium perempuan itu untuk yang terakhirkali..
sebelum kemudian menutup mata dan tertidur pulas karena kecapekan.
Malam sudah sangat larut. Udin yang menunggu di teras sudah sejak tadi digigiti nyamuk.
Saat itu jam telah menunjukkan pukul satu lewat tigapuluh menit dinihari.
Udin segera bangkit dan berjalan menuju ke kamar.
Ia tak terkejut ketika mendapati lampu kamar masih menyala.. namun sama sekali tidak ada suara dari sana.
Cukup dengan mengintip sekilas.. Udin bisa melihat betapa berantakannya kamar itu.
Di atas ranjang..
tergeletak tubuh telanjang istrinya yang sedang asyik berpelukan dengan Bang Jack. Mereka tertidur pulas.
Tersenyum.. Udin segera pergi ke dapur dan membikin secangkir kopi untuk dirinya sendiri..
sambil menunggu waktu subuh tiba.
----oOo----
Pagi hari itu.. suasana masih gelap ketika sebuah mobil sedan berwarna merah berhenti..
di sudut jalan yang menuju rumah Pak Jalal.
Seorang gadis cantik berjilbab turun dan melangkah pelan. Itu adalah Kalila.
Ia memejamkan mata..
berdiri selama beberapa saat untuk menikmati angin sepoi-sepoi yang berdesir lembut.
Tubuhnya begitu ramping dengan balutan baju panjang dan jilbab modis nan sensual.
Wajahnya yang kekanak-kanakan sama sekali tidak menunjukkan usia yang sebenarnya.
Yang di balik itu semua, sebenarnya sudah sangat matang.
Dengan riang Kalila berjalan melewati pepohonan.
Embun pagi melembutkan rumput di jalan, mengeluarkan aroma dingin saat diinjak.
Burung-burung kecil terbang dari dahan ke dahan di atas kepalanya.
Seekor ayam berkotek-kotek.. sangat gembira, menyuruh Kalila agar lekas bergegas.
Lurus di depan sana, tampak rumah Pak Jalal.
Dikelilingi pagar tembok tinggi dan tanaman hias berbagai ukuran.
Sebuah bangku ukiran diletakkan di sebuah jalan setapak yang mengarah ke taman.
Kalila terus bergerak seolah berada dalam mimpi.
Ia berjalan pelan, membuka pintu gerbang dan melangkah masuk.
"Oom terlihat menjijikkan..”
kata Kalila ketika Pak Jalal membukakan pintu setelah ia mengetuk beberapakali.
"Aku nggak bisa tidur, Kal.." jawab Pak Jalal dengan tubuh bau.
“Ada masalah apa lagi..?” Kalila membuka semua tirai ruang tamu yang masih tertutup rapat.
Cahaya matahari pagi segera membanjir memenuhi ruangan mewah itu.
“Emm, begini..”
Pak Jalal kemudian segera menceritakan kepada Kalila bahwa dia telah kehilangan uang.
“Jumlahnya hampir 2 miliar, Kal. DUA MILIAR..!!” Seru Pak Jalal frustasi.
“Oom.. tenang dong..!!” Kalila menghardik.
“Dengar.. Oom harus tenang. Berpikir jernih. Siapa tau oom cuma salah taruh aja..”
"Enggak, Kal. Aku yakin membawa uang itu ke sawah kemarin pagi.
Niatnya setelah dari sawah, aku akan langsung pergi ke bank untuk menyetorkannya.
Tapi, nggak taunya ..” kata Pak Jalal, kemudian dengan nada memaksa..
"Kau harus menolongku, Kal. Temukan uang itu. Kalau nggak, aku bisa bangkrut.."
"Yee.. kok malah aku yang disuruh..?” Sergah Kalila..
”Lagian, memang oom udah nggak punya uang lagi sampai bilang mau bangkrut segala..?"
"Ada sih, tapi cuma dikit..” Pak Jalal mendesah pasrah.
“Itu aja gunakan dulu..” Kalila melepas celana dalamnya yang terasa mengganggu.
Dari dalam liang vaginanya.. ia mencabut sebuah vibrator kecil yang sedari tadi menancap di sana.
“Gila kamu.. pagi-pagi dah main gituan..!!”
Seru Pak Jalal dengan mata melotot menatap keindahan memek Kalila.
“Habis gatel, Oom. Nggak ada yang garukin..” Kalila tertawa menggemaskan.
“Mau oom garukin..?” Pak Jalal tersenyum mesum.
“Nanti aja, sekarang Kalila mau bantu oom nyari uang itu..”
Kalila merapikan bajunya kembali dan bersiap-siap beranjak pergi.
“Aku ikut, Kal..” kata Pak Jalal.
“Nggak usah.. oom di rumah aja..” kata Kalila.
"Jangan bilang pada siapa pun kalau oom telah kehilangan uang..
nanti orang sekampung jadi pada heboh. Aku akan mencari informasinya dengan diam-diam..”
"Dengar, Kal. Jika kau berhasil menemukannya, segera hubungi aku..” kata Pak Jalal.
“Iya, Oom..” Kalila mengangguk.
Pak Jalal melongo di depan pintu. Tanpa bisa berucap sepatah kata pun.. ia lepaskan kepergian Kalila..
untuk menelusuri jejak uangnya yang sudah beranjak dingin.
Kalila segera mengemudikan mobilnya, tujuan pertamanya adalah rumah Ustad Ferry.
Siapa pun yang menemukan uang itu.. asal dia penduduk asli kampung ini..
pasti akan pergi ke rumah Ustad Ferry untuk meminta petunjuk.
Dan Kalila berharap kejadiannya memang seperti itu.
----oOo----
Selepas kepergian Bang Jack.. bersama dengan istrinya..
Udin menghitung uang yang mereka gelar di meja dapur.
Selesai menghitung.. didapati jumlah keseluruhan uang tersebut sekitar 498 juta.
"Kok cuma segitu, bukankah seharusnya 500 juta..?" Tanya Udin.
Herlina tersenyum malu.. "Kemarin kuambil 2 juta buat nyaur utang-utang di warungnya mbok Sumi..”
Jawabnya santai seolah tidak merasa bersalah.
“Bilang dong..” Udin mendengus kesal. Ia lalu pergi ke dapur untuk mengambil sebuah kantung kertas.
"Aku akan pergi ke rumah Ustad Ferry. Kau simpan lagi semua uang ini. Jangan ke mana-mana..
sampai aku kembali sambil membawa motor baru..”
Udin mengambil uang bagian mereka sebesar 25 juta dan pamit pada istrinya.
"Hati-hati, Bang..” jawab Herlina mesra.
"Kamu cantik lho kalo nggak marah-marah mulu..”
Udin berkata dan untuk kali pertama pada hari itu.. keduanya tertawa terpingkal-pingkal bersama-sama.
----oOo----
Haifa sedang mencuci piring di dapur ketika ia mendengar pintu depan diketuk orang..
”Assalamu’alaikum..” itu suara Udin.
Cepat Haifa merapikan pakaiannya dan membukakan pintu.
Udin langsung masuk menuju ruang tamu tanpa perlu dipersilakan.
“Pagi, Bu Ustad. Ustad Ferry ada..?” Sapa Udin dengan nada riang..
namun dia langsung terdiam dan menatap tak percaya pada apa yang tengah dilihatnya.
Di sana.. tepat di depannya.. tampak bulatan payudara Haifa membayang jelas..
karena baju kurung yang dipakainya basah oleh cipratan air.
Karena kainnya yang begitu tipis.. juga karena memang Haifa tidak mengenakan beha..
Jadilah Udin bisa menatap kemengkalan payudarara perempuan berjilbab itu.
Haifa menatap Udin kemudian keduanya saling memandang.
"Apaan sih, Din..? Kayak nggak pernah lihat yang ginian aja..!!”
Udin terkekeh. “Sudah sering sih, bu Ustad.
Tapi yang bulat padet kayak punya Bu Ustad ya memang baru kali ini..”
"Emang punya Herlina nggak padet..?”
"Padet juga sih.. tapi tetap aja beda..”
"Itu mah karena pikiran kamu aja yang jorok..”
Udin tersenyum dan terus menatap bagian dada Haifa sambil menggeleng-gelengkan kepala takjub.
"Duduklah. Kubuatkan kopi dulu," kata Haifa.
"Nggak usah, Bu Ustad. Saya cuma sebentar kok.." jawab Udin.
"Apa Pak Ustad ada di rumah..?"
"Dia di kamar.. lagi ngajarin Aya mengaji. Memang ada perlu apa..?”
“Nggak penting juga, saya cuma minta diantar buat beli motor baru..” Udin nyengir bangga.
“Wah, banyak uang kamu rupanya.” Haifa ikut tertawa senang.
“Sana pergi, temui Pak Ustad..!”
"Baik, Bu Ustad. Saya permisi sebentar.."
Udin segera pergi ke kamar di mana tadi disebutkan Ustad Ferry dan Aya sedang ‘mengaji’ bersama.
----oOo----
Dengan hati dongkol.. Ustad Ferry membangunkan Haifa yang sedang tidur lelap di sofa ruang tengah.
Ditepuknya bahu wanita cantik itu.
”Hmm.. apa, Pah..?” Tanya Haifa sambil sedikit menggeliatkan tubuh sintalnya.
Ustad Ferry menunjukkan penisnya yang menegang pada sang istri.
”Bantuin dong, Mah. Pengen nih..” pintanya.
Haifa tersenyum.. ”Lho, tumben Aya nggak bisa bikin papa moncrot. Biasanya dia selalu berhasil..”
Ctapp..!! Tangannya meraih penis itu dan mulai mengocoknya pelan.
”Gara-gara Udin tuh. Tiba-tiba masuk dan ganggu keasyikan papa..” Ustad Ferry membuka paha Haifa..
memperhatikan memek istrinya yang selalu nampak basah menggiurkan.
”Ya sudah.. sini sama mamah aja. Tapi mama cuma berbaring aja ya, mama capek..”
Kata Haifa sambil tangannya membimbing penis sang suami agar segera memasuki liang vaginanya.
”Ehm.. ughh..” rintihnya pelan saat Ustad Ferry sudah menusuk dan mulai menyetubuhinya.
Laki-laki itu dengan giat menggenjot pinggulnya.. sementara Haifa cuma terbaring pasrah..
sambil sesekali merintih dan menjerit.. dia terlalu lelah untuk membalas.
Di saat mereka lagi asyik mengayun.. tepat saat itulah.. pintu depan tiba-tiba terbuka.
Masuklah Kalila dengan keceriannya seperti biasa.
”Hai, semua..! Aku datang..” ucapannya langsung berhenti begitu melihat apa yang tengah terjadi.
Tersaji vulgar di depan matanya.. tampak Ustad Ferry sedang menindih tubuh bugil sang istri..
mereka bercinta dengan segenap nafsu dan gairah.
Di kamar depan yang pintunya terbuka.. seperti tidak terganggu oleh kedatangannya..
Udin yang sedang menggenjot tubuh bugil Aya di atas ranjang.. menoleh dan tersenyum kepadanya.
”Ayo, Kalila. Gabung di sini..!!” Kata Hansip kampung itu.
”Ihh.. amit-amit, Bang. Lebih baik aku pulang aja daripada main sama abang..”
Kalila mengidikkan bahunya. Hari ini dia memakai baju putih lengan panjang..
yang menunjukkan keindahan payudaranya.. dengan rok panjang dari bahan sejenis.
”Kalau main sama aku, mau nggak..?” Tanya Ustad Ferry sambil menghentikannya goyangannya.
”Iya, Kalila. Tolong sebentar ya..? Aku masih capek.. habis main dua ronde sama Azzam tadi malam..”
pinta Haifa ikut mendukung sang suami.
Sebenarnya Kalila lebih suka main dengan Azzam.
Selain karena Azzam masih muda, juga karena Kalila mencintainya.
Bukankah lebih nikmat melakukannya dengan orang yang kita cintai..?
Tapi karena Azzam tidak ada, kontol Ustad Ferry yang panjang dan perkasa..
bolehlah jadi menu sarapannya.
Benda yang begitu kaku dan keras itu perlahan membuat Kalila tergoda..
dan ujung-ujungnya tak mampu untuk menolaknya.
Jadi.. saat tangan Ustad Ferry membimbingnya menuju sofa.. ia pun tidak melawan.
Kalila pasrah pada laki-laki itu.
”Kalila, hmph..” Ustad Ferry mendekap dan menciumi bibir tipis Kalila habis-habisan..
sampai membuat nafas gadis itu memburu.
"Ayo, Kalila..!” Dia dorong tubuh Kalila hingga telentang di sofa.
”Auw..!” Kalila menjerit kecil tapi tidak menolak.
Matanya tak berkedip menatap kontol Ustad Ferry..
yang masih mengacung tegak di depannya.. siap untuk pertempuran selanjutnya.
Sebelum Kalila sempat berkata..
Ustad Ferry sudah menerkam dan meremas-remas payudaranya yang masih terbungkus pakaian.
"Wow.. gede juga tetekmu, Kalila. Nggak kalah sama punya Aya..” komentarnya.
Dia kemudian menyingkap rok Kalila yang berwarna hitam..
sangat kontras dengan paha dan bokongnya yang putih mulus.
Dengan tak sabar, Ustad Ferry mengelus dan meremas-remasnya.
Tangannya terus naik hingga ke pangkal paha gadis itu.
Di sana.. jari-jarinya menyelinap..
kemudian mulai menggerayangi kemaluan Kalila yang tidak terbungkus celana dalam.
Dengan tangannya yang lain..
Ustad Ferry meraih tangan Kalila dan menggenggamkannya pada batang penisnya.
"Kocok, Kalila. Kocok yang cepat..!" Pintanya.
"Pak Ustad.. mhpmhh..” desah Kalila..
Di tengah cecaran bibir Ustad Ferry yang terus melumat bibirnya dengan rakus.
Dia sudah hanyut menikmati gairahnya, sepenuhnya tenggelam dalam hasrat seksualnya.
"Lepas ya, Kalila? Aku pengen ngeliat tubuh kamu..!"
Kata Ustad Ferry sambil mulai melucuti baju Kalila satu per satu.
Kalila tidak bisa menolak.. pakaiannya dengan cepat berjatuhan di lantai..
hingga akhirnya tak satu pun tersisa di tubuhnya yang indah.
Ustad Ferry memandangi tubuh telanjang Kalila tanpa berkedip.
"Mulus banget kulitmu, Kalila. Montok lagi..! Aku jadi nggak tahan..!"
Gumamnya sambil langsung melahap salahsatu payudara Kalila.
Dia remas dan jilati putingnya dengan penuh nafsu.
”Ughh..!!” Kalila merintih dan menggelinjang.
Dia pegangi kepala Ustad Ferry dan diarahkannya ke payudaranya yang lain.
"Yang ini juga, Pak Ustad.." pintanya genit. Dengan senang hati Ustad Ferry melakukannya.
Ia jilati payudara Kalila bergantian, kiri dan kanan..
sambil tak lupa terus memegangi dan meremas-remas bulatannya.
Setelah puas, baru ia turun ke bawah dan membuka lebar kedua belah paha gadis itu.
Tak berkedip ia memandangi daerah kemaluan Kalila yang berbulu lebat..
dengan belahan tengahnya yang memerah indah.
”Ehm.. ughh..!!” Rintih Kalila dengan tubuh menggelinjang hebat..
merasakan lidah Ustad Ferry yang mulai menggelitik lubang vaginanya.
Sambil menjilat, tangan laki-laki itu terus memilin-milin putingnya..
sesekali juga menelusuri punggung dan pantatnya..
membuat Kalila hanya bisa menggeliat-geliat hebat dirangsang seperti itu.
Setelah beberapa saat, Ustad Ferry merasa cukup dengan foreplay-nya.
Dipegangnya pundak Kalilah dan diputarnya tubuh gadis itu membelakanginya..
”Membungkuk sedikit, Kal. Pegangan di sofa..! Kakimu renggangkan sedikit..”
Pinta Ustad Ferry yang dituruti Kalila dengan sedikit bingung.
Berdiri di belakang bokong bulat Kalila yang tersaji indah di depannya..
Ustad Ferry meraba vagina Kalila dan membelahnya perlahan..
Merasakan kalau benda itu sudah begitu hangat dan basah..
membuat Kalila menjerit kecil, kaget tapi suka.