Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

-----------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 161 – Para Pencari Kenikmatan [Part3]

Bang Jack
sangat bahagia mendengarnya. Ia lalu memisahkan uang temuan itu menjadi tiga tumpuk
Kemudian memberikan salahsatunya kepada Udin. Sisanya ia masukkan kembali ke dalam tas kresek hitam.

Udin menaruh tumpukan uang itu ke dalam kantong kertas besar berwarna coklat..
Lalu menyimpannya rapi di dalam lemari. Setelah itu keduanya kembali ke ruang tamu.

“Lho.. ada Bang Jack rupanya..” sapa Herlina.. istri Udin.. yang entah baru balik darimana.
Perempuan cantik yang sehari-hari berjilbab itu sedang melepas sendalnya di depan teras.

“Iya.. kebetulan aku lewat sini tadi. Jadi sekalian aja mampir..”
Jawab Bang Jack sambil melirik bongkahan payudara Herlina yang bulat besar.

Perempuan itu memang begitu sempurna; selain cantik.. bentuk tubuhnya juga sangat bagus.
Beruntung sekali Udin yang berwajah hancur-hancuran bisa mendapatkannya.

Namun sekarang rumah tangga mereka sedang diterpa prahara.
Herlina sudah bosan hidup miskin.. ia ingin secepatnya berubah menjadi kaya.

Itulah yang membuatnya selalu bertengkar dengan Udin..
karena mana bisa penghasilan suaminya sebagai Hansip sanggup mengangkat derajat hidup mereka.

Herlina ingin bercerai.. tapi selalu dihalangi-halangi oleh Udin.
Lelaki itu masih belum sanggup kehilangan tubuh montok Herlina yang bisa menghangatkannya setiap malam.

Untungnya Herlina masih memberi kesempatan.
Asalkan Udin bisa membelikannya motor.. keinginannya untuk bercerai akan ia urungkan.

Permintaan yang wajar dan tidak muluk-muluk sebenarnya.
Tapi tetap saja terasa sangat berat bagi seorang Udin.
Namun kedatangan Bang Jack siang ini seperti menjadi solusinya.

Dengan uang imbalan dari Bang Jack.. ia bisa memenuhi permintaan Herlina.
Ke depan.. rumah tangganya akan tetap utuh dan hangat seperti biasa.

“Makasih, Bang..” kata Udin dengan wajah semringah.
“Ah.. aku yang harusnya berterimakasih, Din..” kata Bang Jack.

Herlina yang tidak mengetahui duduk masalah yang sebenarnya.. jadi terheran-heran.
“Heh, ada apaan sih..?”

Bang Jack dan Udin hanya tertawa sambil menggeleng.
“Enggak.. nggak ada apa-apa kok..” Bang Jack menepuk pundak Udin.
“Iya..!” Dan Udin hanya mengiyakannya saja.

Merasa diabaikan.. Herlina segera pergi ke belakang dengan muka ditekuk kaku.
“Dasar laki-laki..” sungutnya.

Bang Jack memandangi goyangan pantat Herlina yang menghilang di balik pintu dapur dengan muka pengin.
Udin yang tau istrinya sedang dipandangi segera menyenggol lengan Bang Jack.

“Istri saya cantik kan, Bang..?” Tanyanya memancing.
“Eh.. i-iya..” Bang Jack nyengir.

“Kamu sangat beruntung, Din..”
“Beri saya bagian setengah dari uang itu.. maka Bang Jack boleh menidurinya..” kata Udin menantang.

Bang Jack langsung memelototinya.
“Gila kamu. Dengan uang sebanyak itu.. aku bisa mendapatkan seratus perempuan seperti istrimu..”

“Hehe..” Udin tertawa.. ”Namanya juga usaha, Bang. Siapa tau Bang Jack mau..”
Bang Jack segera menceritakan kesepakatannya dengan Mira.. istri Asrul.

“Dia aja mau dengan imbalan sepuluh juta. Kalau untuk istrimu.. kutambah lima juta deh.
Kalau kamu setuju.. suruh Herlina ke musholla sehabis isya nanti.
Sekarang aku mau ke rumah Ustad Ferry dulu..” katanya, dan kemudian berpamitan.

“Kupikir-pikir dulu deh, Bang. Harus kurundingkan dengan Herlina..” sahut Udin riang.
“Kutunggu, Din..”

Sebelum meninggalkan rumah Udin.. Bang Jack sempat melirik kepada Hansip kampung tersebut..
dan menempelkan telunjuk di bibirnya;
meminta agar Udin tidak memberitahukan perihal uang temuannya kepada siapa pun..
Termasuk juga kepada Herlina.

“Siap.. Bang..” kata Udin menyanggupi.
----oOo----

Matahari masih bersinar terang saat Azzam pulang ke rumah.
Dilihatnya Aya sedang sibuk menyetrika setumpuk cucian kering di ruang tengah.

Di sebelahnya.. duduk di depan teve.. tampak Haifa yang sepertinya asyik menonton acara Tausiyah.
Bang Ferry tidak terlihat.. tapi dari bunyi guyuran air di kamar mandi.. sepertinya laki-laki itu sedang mandi.

”Tumben sudah pulang, Zam..?” Sapa Haifa ramah pada adik iparnya.
Azzam mengangguk. ”Iya, Kak. Badanku agak nggak enak.. meriang. Mungkin mau flu..”

”Cepat istirahat aja..” kata Haifa. ”Minta buatkan teh hangat sama Aya..” tambahnya.
”Iya, Kak..” Azzam tersenyum dan menghampiri sang istri. Dipeluknya Aya dari belakang.

”Kamu dengar kan apa kata kakakmu..?” Tanyanya menggoda.
”Jangan ganggu.. aku lagi nyetrika nih..!!” Ketus Aya.

”Hei.. suamimu ini lagi sakit lho..” sergah Azzam.
”Halahh.. sakit kok pake pegang-pegang segala..!?”

Aya melirik tangan Azzam yang perlahan melingkar di depan dadanya.
”Hehe..” Azzam tersenyum.

”Aku pengen, Sayang..” dipencetnya payudara Aya bergantian..
Ehmm.. terasa sangat empuk dan kenyal sekali. Azzam menyukainya.

”Nanti malem aja..” Aya menyingkirkan tangan itu. ”Aku lagi sibuk..!” Dengusnya.
Tidak ingin mundur.. Azzam berganti posisi. Kali ini bokong bulat Aya yang jadi sasaran.

Dengan nakal dibelainya daging montok itu.
”Zam..!” Aya mendelik.. jelas terlihat tidak suka.

”Hei.. kalau suami lagi pengen, istri nggak boleh menolak lho..” ancam Azzam.
”Itu kata Nabi..” tambahnya untuk meyakinkan.

Tapi Aya tetap tidak peduli. Dia terus berusaha menyingkirkan tangan Azzam dari atas tubuhnya.
”Aku capek, Zam. Tadi banyak kerjaan di kantor. Mengertilah sedikit..” mohon Aya.

”Aku juga capek.. Sayang. Tapi aku menginginkanmu..” Azzam terus memaksa.
Kali ini mulutnya menyerbu, menyosor bibir tebal Aya dan melumatnya dengan rakus.

”Hmph.. Zam..!” Sedikit berteriak.. Aya mendorong tubuh laki-laki itu. Ciuman mereka terlepas.
”Kak Haifa, Azzam nih.. nakal..” manja Aya pada Haifa.

Haifa yang sedang menonton teve jadi ikut tertawa melihat ulah dua anak muda itu.

”Sudahlah, Zam. Kasihan Aya, nanti kan juga masih bisa..” katanya kemudian.
”Tapi aku pengennya sekarang, Kak..” sahut Azzam penuh tekad.

”Dasar keras kepala..!” Sungut Aya sambil memalingkan mukanya..
kemudian kembali menekuri setrikaannya yang masih setumpuk.

”Ayolah, Aya sayang..” Azzam mencoba untuk merayu kembali. Dipegangnya pundak Aya.
”Tidak..!” Tapi Aya tetap bersikukuh pada pendiriannya.

Entah kenapa.. sore ini.. ia begitu malas melayani Azzam.
Biasanya ini tanda-tanda kalau siklus mens-nya bakal segera datang. Emosinya jadi gampang tersulut.

Azzam yang juga mengerti hal itu.. dengan terpaksa mengurungkan niat.
Tapi sebelum benar-benar mundur.. dia melontarkan ancaman terakhir pada Aya.

”Baiklah, kalau kamu nggak mau. Aku minta sama Kak Haifa aja..” gertaknya.
”Silakan, kalau Kak Haifa mau..!” Di luar dugaan.. Aya dengan enteng menanggapi..
membuat Azzam jadi tak tau harus berkata apa lagi.

”Ayo, lakukan sana..!” Semprot Aya sinis, tangannya kembali lincah bermain di papan setrikaan.
Menghela nafas, Azzam pun akhirnya berkata.

”Baiklah, tapi jangan nyesel ya kalau nanti malam kamu nggak aku urus..”
Sehabis berkata.. Azzam memutar tubuhnya..
dan melangkah mendekati Haifa yang memandangnya sambil tersenyum.

”Kenapa, nggak dikasih ya..?” Tanya wanita cantik itu.
”Iya nih. Lagi badmood dia..” Azzam duduk di sebelah Haifa dan membelai lembut tangan kakak iparnya.

”Kakak bisa bantu aku kan..?” Tanyanya kemudian, sedikit memaksa, tidak ingin ada penolakan.
Haifa tertawa. ”Kamu itu, nggak bisa banget nahan nafsu.

Coba itung, sudah berapakali kamu niduri Kakak minggu ini..? Lebih banyak kan daripada tidur dengan Aya..”
Azzam tercenung, lalu mengangguk. ”Iya, bener juga ya..” baru kemarin mereka main.
Dan sekarang, Azzam sudah minta lagi.

”Tapi nggak apa. Habis tubuh Kak Haifa seksi banget sih, bikin aku jadi pengen terus.
Lagian, Aya juga nggak keberatan. Iya kan, Sayang..!?” Teriak Azzam pada Aya.

”Tau ah..! Bodoh..!” Sahut Aya tanpa menoleh.
”Nah.. Kakak dengar sendiri kan..? Jadi bagaimana, Kak Haifa mau..?”

Sambil berkata.. Azzam memindah tangannya..
kini mengelus paha dan pinggul Haifa yang masih tertutup baju panjang.

Tapi karena kain itu sedikit tipis.. Azzam jadi bisa merasakan kulit paha Haifa yang halus dan mulus..
membuatnya semakin terangsang dan sungguh tak tahan.

”Aku tolak pun, kamu pasti akan memaksa. Jadi, ya.. terserah kamulah..!”
Haifa mengedikkan bahunya dan mengangguk.

Tersenyum senang.. Azzam segera mencium bibir kakak iparnya itu.
”Terimakasih, Kak..”
Ucapnya sambil dengan cepat membuka kancing baju panjang yang dikenakan oleh Haifa.

Menoleh kepada Aya.. dada Haifa terasa bergemuruh.. dirasakannya semua bulu kuduknya berdiri.
Sensasi ini telah lama ia rindukan.. main dengan Azzam di depan Aya..!

Sebelumnya mereka lebih sering main berdua.. sendiri-sendiri.. di kamar yang berlainan;
Azzam dengan dirinya.. sedangkan Aya dengan ustad Ferry.
Tidak pernah dalam satu ruangan seperti sekarang ini.

Meski Aya tidak menolak.. tapi Haifa tau..
kalau adiknya itu memperhatikan apa yang tengah ia lakukan bersama Azzam.

Namun karena tidak ada protes dari gadis itu.. Haifa pun meneruskannya.
Pasrah, ia biarkan jari-jari Azzam yang nakal bermain-main di atas gundukan bukit kembarnya.

Azzam yang sepertinya mendapatkan angin dari sang istri, terlihat tidak mau buru-buru.
Meski sudah sangat terangsang.. ia tidak lepas kendali dengan menelanjangi Haifa cepat-cepat.

Dinikmatinya tubuh molek sang kakak ipar inci demi inci.. pelan-pelan.. satu per satu.. bagian demi bagian.
Dimulai dari buah dada Haifa yang bulat dan montok.

Dengan sabar Azzam meremas-remasnya. Tangannya menangkup benda padat itu, dua-duanya.
Meski masih tertutup beha.. tapi ia bisa merasakan teksturnya yang empuk dan kenyal saat memijitinya.

”Oughh.. Zam..” rintih Haifa saat Azzam terus mempermainkan payudaranya.
Dalam beberapa detik, deru nafasnya mulai tidak teratur akibat perbuatan sang adik ipar.

Susah payah Haifa berusaha menahan gejolak dalam dirinya..
Tapi mana bisa kalau tanpa menepis tangan Azzam yang kini bergerak semakin liar..!

Tidak menjawab, Azzam perlahan membuka jilbab lebar yang dikenakan oleh Haifa.
Awalnya Haifa mencoba untuk menahan tangan laki-laki itu.. tapi Azzam segera menepisnya.

”Ssst.. aku nggak ingin nambah dosa, Kak..” bisiknya. Haifa pun menyerah.
Dibiarkannya Azzam menarik kain merah itu hingga rambut panjangnya jadi kelihatan.

”Kakak cantik..” Azzam mengusap rambut Haifa sebentar.. sebelum meraih dagu perempuan cantik itu..
kemudian mendekatkan mulutnya.. mengecup bibir tipis Haifa yang terasa hangat.

Uhhh..!! Bergetar hati Haifa saat menerimanya.
Perlahan ia membuka bibirnya dan mengulum lidah Azzam yang menerobos masuk.

Dengan cepat ia larut dalam pagutan panas itu..
terlihat dari mata Haifa yang tertutup rapat dan dengus nafasnya yang semakin cepat.

Di bawah, dengan kedua tangannya, Azzam berusaha menarik turun baju panjang Haifa.
Tanpa perlawanan.. Haifa membiarkannya. Tubuh moleknya sudah setengah telanjang sekarang.

Hanya tersisa bra putih tipis yang menutupi payudara montoknya. Dan itupun tidak bertahan lama.
Karena sembari terus berciuman, Azzam mencari pengaitnya di punggung Haifa.

Dan begitu sudah ditemukan.. segera dibukanya dengan cepat.
Beha itu jadi kendor sekarang, sedikit menumpahkan payudara Haifa yang bulat padat ke bawah.

Perlahan Azzam menurunkan tali penyangga yang melingkar di atas pundak Haifa..
ditariknya ke samping.. lalu disentakkannya ke depan dengan begitu cepat.

Haifa sedikit terhenyak saat bukit kembarnya yang masih kencang.. bulat dan padat, terburai keluar.
”Aiiih..” ia sedikit memekik, ingin menutupinya, tapi tangan Azzam sudah keburu mencegahnya.

Laki-laki itu dengan nanar menatap puting Haifa yang mengacung tegak menantang..
sebelum akhirnya merabanya tak lama kemudian.

“Ah, Zam.. aku malu..” lirih Haifa.
”Malu..? Bukankah sudah sering kakak telanjang di depanku..”
Kata Azzam tak mengerti.. jalan pikiran wanita memang begitu membingungkan.

”Iya.. tapi tidak di luar seperti ini..” Haifa melirik Aya yang masih tampak sibuk dengan pekerjaannya.
”Kak Haifa sungkan sama Aya..?” Tanya Azzam. Haifa mengangguk.

Azzam tertawa. Dan sebelum dia berkata, Aya sudah memotong duluan.
”Nggak usah sungkan, Kak. Aku nggak apa-apa kok..”

Azzam tertawa semakin lebar, sementara Haifa tersenyum malu-malu dengan muka memerah.
”Ah.. baiklah kalau begitu..” katanya kemudian.

”Baiklah apanya, Kak..?” goda Azzam. Tangannya masih hinggap di gundukan bukit kembar Haifa..
dan juga tak henti-henti meremas benda bulat padat itu.

”Ah.. kamu..! Masa harus dikatakan..!?” Sahut Haifa.. wajah cantiknya berubah jadi agak memerah.
”Hehe.. iya, Kak..” tersenyum gembira.. Azzam mengambil tangan kiri Haifah..
dan kemudian diletakkannya di bawah perut.. tepat di atas gundukan penisnya.

”Hm, Zam..!” Masih sedikit malu-malu.. Haifa mengelus-elus batang itu dari luar celana, naik-turun..
sambil sesekali menggenggam dan memencetnya pelan.

Sebentar mereka bertatapan.. saling memandang..
sebelum Azzam merengkuh bahu mulus Haifa dan perlahan-lahan merebahkannya ke sofa.

Azzam mulai meraba kedua bukit kembar milik sang kakak ipar.. sementara Haifah memegang tangan Azzam.
Bukan bermaksud untuk melarang.. tapi malah ingin meminta agar Azzam segera memanjakannya.

Mengangguk mengerti.. Azzam segera mengecup tubuh Haifah.

Dimulai dari leher jenjang wanita cantik itu.. kemudian perlahan turun ke dua bukit kembar Haifa..
yang masih terlihat membusung indah meski dalam posisi tiduran..
menunjukkan kalau benda itu benar-benar padat dan mengkal.

Sambil meremas-remasnya.. Azzam menjulur kan lidahnya dan mulia menjilat.
Ia susuri permukaannya yang halus dan mulus.. menggigit pelan di beberapa bagian..
menekan-nekan dengan hidungnya..

Dan kemudian diakhiri dengan sedotan kencang di ujung putingnya.
”Auwghh..!!” Terdengar erangan keras seorang wanita.. yang tentu saja keluar dari mulut manis Haifa.

Mendesis seperti kepedesan.. kedua tangannya meraih rambut gondrong Azzam.. sedikit menjambaknya..
sebelum kemudian menekannya kuat-kuat agar Azzam semakin cepat menjilat di atas putingnya.

Dengan lidahnya.. Azzam terus mempermainkan daging kemerahan itu; mulai dari mencucup.. mengisap..
sedikit menggigit.. hingga menariknya kuat-kuat saat Haifa menjambak rambutnya semakin keras.
Begitu terus bergantian.. kiri dan kanan.

Setelah keduanya basah dan mengkilat.. barulah Azzam meneruskan gerilyanya.
Lidahnya kini turun ke arah pusar Haifah, berputar-putar sejenak di sana.. sebelum semakin turun ke pusat sasaran;
Selangkangan kakak iparnya yang sempit dan legit.

Dengan cepat Azzam menelanjangi Haifa. Ditariknya baju panjang wanita cantik itu hingga terlepas..
Tak lupa juga celana dalam merah berenda yang dikenakannya.

Setelah Haifah telanjang.. Azzam juga melepas bajunya sendiri. Setelah sama-sama bugil..
Dibiarkannya Haifah memegangi penisnya sebentar.. –sekedar untuk mengagumi ukuran dan panjangnya..–

Sebelum ia menurunkan tubuh dan berjongkok di depan kemaluan Haifah yang berbulu lebat.
”Eh, Zam, kamu mau ngapain..?” Selidik Haifah di atas sana, curiga dengan tingkah laku sang adik ipar.

Tidak menjawab.. dengan tangan kanannya.. Azzam menyingkap bulu lebat yang menutupi selangkangan Haifa..
berusaha untuk menemukan pintu surganya.

”Jangan. Zaam..! Kotor..! Ahh..” erang Haifah menahan gejolaknya.
Ia tampak keberatan saat Azzam mulai menjilat vaginanya perlahan.. tapi tidak sanggup untuk menolak.

Sensasi yang diberikan oleh pemuda itu mustahil untuk dielakkan.
Azzam melirik zang kakak ipar.. dilihatnya mata wanita itu terpejam rapat penuh kenikmatan.

Ia pun meneruskan aksinya. ”Zaam.. uh, gila kamu..! Sshh.. ahh.. tapi enak..! Aghh..!!”
Haifa menjerit tertahan sembari menjambak rambut panjang Azzam.

Lidah pemuda itu sudah menemukan klitorisnya sekarang, dan menjilat rakus di sana.
Azzam mencucup dan memilinnya sambil sesekali mengisap lembut..
membuat Haifa kelojotan penuh kenikmatan.

”Zaam, aku nggak kuat..! Ughh.. rasanya mau pipis..!!” Teriak Haifa..
sambil berusaha menyingkirkan kepala sang adik ipar dari kemaluannya.

Tapi bukannya menjauh.. Azzam malah semakin kuat membenamkan mukanya.
Meski terasa agak sedikit sakit akibat jepitan paha Haifah.. ia tidak peduli.

Yang penting ia bisa mengantarkan istri ustad Ferry itu..
pada kenikmatan orgasme yang akan tiba sebentar lagi.

”Ahh.. emhh.. Zaamm..! Esss.. ahh..!” Menjerit tertahan..
Haifa merasa seolah semua persendian di tubuhnya meluruh..
memberinya sensasi nikmat yang tak mampu dicapai oleh pikirannya.

Wanita cantik itu terkapar, tubuhnya nampak basah oleh keringat..
sementara dari liang kemaluannya.. meleleh cairan orgasme yang amat banyak.

Tersenyum, Azzam memeluknya. Dielusnya rambut dan kepala Haifah.
Sementara Haifah yang kehabisan nafas, cuma bisa memejamkan mata sambil terdiam.

Dibiarkannya tangan nakal Azzam kembali bermain-main di puncak payudaranya.
----oOo----

Aya menoleh saat Ustad Ferry keluar dari kamar mandi.
Air masih tampak menetes-netes dari tubuhnya yang telanjang.

”Ai.. punya handuk..?” Tanya laki-laki itu tanpa merasa bersalah sedikit pun..
Padahal dia sudah membuat Aya rikuh dengan ketelanjangannya.

Belum sempat menjawab, mereka dikejutkan oleh teriakan Haifa dari ruang tengah..
”Ahh.. emhh.. Zaam..! Esss.. ahh..”

Tampak tubuh montok Haifa terkejang-kejang beberapakali sebelum akhirnya lemas di pelukan Azzam.
Ustad Ferry geleng-geleng kepala melihat perbuatan istrinya itu..

”Dasar..! Baru juga pagi tadi dikasih jatah.. sekarang sudah main lagi..” gumamnya.
”Mungkin dia nggak puas kali tadi, Bang..” celetuk Aya.

”Heh, sembarangan..! Kurus-kurus gini, aku masih mampu lho bikin kamu KO dalam tiga ronde..”
Ustad Ferry mendekati adik iparnya itu. Siluet tubuh Aya yang putih dan montok membuatnya tergoda.

”Iya, percaya-percaya..”
Aya melipat setrikaannya yang terakhir dan menaruhnya di tumpukan baju yang sudah tersusun rapi.

Dia kemudian menghadap pada Ustad Ferry. ”Ini handuknya, Bang..”
Diberikannya kain tebal berwarna merah di tangannya pada laki-laki itu.

Tapi bukannya menerima..
Ustad Ferry malah asyik memelototi bulatan payudara Aya yang terlihat membusung indah di depannya.
Benda itu tampak bergerak-gerak pelan naik-turun seiring dengus nafas Aya yang sepertinya sedikit agak memburu.

”Kamu nggak apa-apa, Ai..?” Tanya Ustad Ferry.
”Emm.. iya..” Aya menjawab dengan ragu.

Di ruang tengah.. rintihan dan lenguhan Haifa kembali terdengar.
Entah apa yang sekarang dilakukan Azzam pada wanita cantik itu..!

”Lihat, Ai.. asyik banget mereka..!” Seru Ustad Ferry..
”Bikin pengen aja..” diliriknya Aya yang sekarang mukanya kelihatan semakin memerah.

Aya mengangguk.. dan.. ”Sini, Bang. Biar Aya yang bersihkan tubuh abang..” kata gadis itu sambil berjalan mendekat.
Disekanya tetesan air yang ada di tubuh sang Ustad, dimulai dari lengannya.

Ustad Ferry tentu saja sangat surprise dengan tingkah adik iparnya ini.
Apalagi sambil menyeka.. tanpa sungkan Aya juga menempelkan toketnya yang bulat besar ke lengannya..
membuat pikiran sang Ustad jadi terpecah.

Kalo Haifah sama Azzam saja bisa melakukannya, kenapa dia tidak..?
Toh Aya sepertinya juga tidak keberatan.

Jadi.. sambil memandang sang adik ipar penuh nafsu.. ia pun berkata.. ”Ai.. bersihkan yang di bawah juga dong..!”
Dengan isyarat mata.. Ustad Ferry menunjuk burungnya yang sudah mulai sedikit tegang.

Tersenyum malu-malu.. Aya mengangguk.
Dia lalu jongkok dan memegangi burung sang Ustad dengan mata berbinar.
”Gede banget, Bang..” gumamnya sambil mengelus-ngelusnya mesra.

”Ah.. kamu, Ai. Kayak baru pertama ngeliat aja..?” Kata Ustad Ferry..
sambil menikmati tangan lentik Aya yang kini mulai mengocok pelan batang penisnya.

”Hehe..” Aya tersenyum.
”Isap, Ai..” Ustad Ferry mendorong maju.. sehingga kontolnya tepat berada di depan bibir Aya.

Tanpa menolak.. Aya segera membuka mulutnya dan melahap daging panjang itu.
”Aghh.. Ai..” lenguh Ustad Ferry keenakan.

Tangannya memegangi kepala Aya yang masih berbalut jilbab..
kemudian menggerakkannya maju mundur pelan-pelan.

”Hppmh.. hpmhhp.. hhmph..” Aya membuka bibirnya semakin lebar..
berusaha mengulum dan mengisap penis Ustad Ferry senikmat mungkin.

”Ouhh.. enak banget, Ai..! Terus, isap yang kuat..!”
Rintih Ustad Ferry di antara desahannya.

Kini.. sambil mengisap.. Aya juga menggunakan jari-jarinya untuk memainkan biji pelir sang Ustad..
membuat kakak iparnya itu makin merintih dan melenguh keenakan.

”Ouhh.. Ai..! Pinter banget kamu..! Ya, begitu.. terus..! Aghh..”
----oOo----

Tidak ingin kalah dengan Aya, Haifa juga berusaha memberikan isapan terbaiknya pada Azzam.
Setelah beristirahat sejenak.. sekarang tiba gilirannya untuk memuaskan laki-laki muda itu.

”Ahh.. Kak..” rintih Azzam. Terduduk di sofa..
Matanya terpejam merasakan sensasi bibir Haifa yang terus mengulas-ulas batang kemaluannya.

Wajah Haifa memang lugu.. tapi untuk urusan sedot-menyedot, dialah jagonya.
Azzam sudah merasakannya sejak pertamakali mereka bersetubuh.. tepat di malam pernikahannya dengan Aya.

Mungkin ini yang dinamakan bakat alam, tanpa dipelajari sudah pintar secara naluri.
Isapan dan kuluman itu terus berlangsung beberapa saat sampai akhirnya Haifa berhenti tak lama kemudian.

”Kenapa, Kak..?” Tanya Azzam keberatan.
”Mulutku kelu, Zam. Burungmu gede banget sih..” Haifa tersenyum malu-malu.

”Hehe..” Azzam terkekeh bangga. ”Kalau gitu, kak Haifa rebahan aja, aku masukin sekarang..”
Tidak membantah.. Haifa tiduran di sofa, telentang.. dengan kedua kaki terbuka lebar-lebar.
Menampakkan lubang vaginanya yang basah dan memerah.. siap untuk dimasuki.

”Tahan ya, Kak..” Azzam memasang posisi penisnya dan menusuk.
”Auw..! Pelan-pelan, Zam..!” Haifa meringis..
merasakan moncong senjata Azzam yang perlahan-lahan mendesak lubang kemaluannya.

Benda itu terus menerobos dan meluncur masuk hingga terbenam seluruhnya.
Mereka terdiam beberapa saat..
memberi waktu bagi alat kelamin mereka untuk saling menyapa dan berkenalan.

Setelah dirasa cukup akrab dan bisa saling menyesuaikan diri..
barulah Azzam mulai menggerakkan pinggulnya maju-mundur.

”Sshh.. enak, Zam..! Terus..! Tusuk lebih dalam..! Oughh..” erang Haifa keenakan.
Tubuhnya mulai berkeringat seiring dengan udara siang yang mulai beranjak panas.

”Gila..! Seret banget, Kak. Dipakein apa sih..!?” Kata Azzam di sela-sela genjotan nikmatnya.
”Ah.. mau tau aja kamu, Zam. Ini rahasia.. cuma wanita yang boleh tau.. hehe..” kekeh Haifa dengan bangga.

Mencium kembali bibir wanita cantik itu, Azzam semakin mempercepat goyangan pinggulnya.
”Nanti Aya ajari juga ya, biar sama-sama rapet kayak punya kak Haifa..”

Bisiknya dengan tangan meremas dan memijit-mijit bongkahan susu Haifa yang bulat besar.
”Ehss..” bergidik keenakan, Haifa mengangguk.

”Emang punya Aya nggak njepit ya..?” Tanyanya.
”Rapet juga sih, tapi lebih enak punya Kak Haifa.
Padahal kan kak Haifa sudah pernah melahirkan.. sedang Aya belum..” jelas Azzam.

Haifa mengangguk mengerti.. ”Iya deh, nanti aku ajari. Oughh.. shh..”
Sehabis berkata begitu, tubuhnya terlihat gemetar. Sensasi nikmat kembali melanda tubuh sintalnya.

”Aah.. Zam, aku mau pipis lagi..! Aaahhh..”
Untuk keduakalinya, Haifa melenguh panjang, pertanda telah mencapai orgasmenya yang kedua.

Ia menjepit pinggang Azzam kuat-kuat saat cairan cintanya menyembur keluar.
Azzam sedikit meringis merasakan jepitan kaki Haifa di tubuhnya..

Tetapi dia mengerti akan apa yang sedang dialami oleh wanita cantik itu.
Jadi dia menghentikan goyangannya dan membiarkan Haifah menikmati semburan klimaksnya.

Setelah beberapa saat, sesudah tigakali guyuran air hangat pada batang penisnya..
Barulah Azzam beraksi kembali. Tapi dia berinisiatif untuk mengubah gaya..

Sekarang disuruhnya Haifa untuk nungging membelakangi sambil berpegangan pada lengan sofa.
Dengan posisi seperti ini, lubang kemaluan Haifa jadi semakin jelas kelihatan.. begitu merah dan merekah.

Juga terasa basah sekali. Membuat sisa-sisa cairan cintanya yang masih meleleh..
keluar mengalir pelan menuruni bokong dan pahanya.

Slebbb.. clebbb.. Blesskk..!! Tanpa kesulitan.. Azzam memasukkan kembali penisnya.
Bahkan kini ia bisa dengan lancar menggenjot tubuh sintal Haifa..
sambil tangannya berpegangan pada payudara wanita cantik itu yang terayun-ayun indah seiring tusukannya.

”Ahh.. Zam..! Terus..! Tusuk yang dalam..! Enak, Zam..! Aku merasa enak..”
Rintih Haifa sambil memeluk bantalan sofa.

Semakin cepat Azzam menusuk.. maka semakin keras pula jeritan istri Ustad Ferry itu.
Azzam yang juga keenakan.. memacu pinggulnya semakin cepat.

Ia tidak peduli lagi meski di depannya Haifa merintih dan menjerit-jerit semakin brutal.
”Hei, lirih sedikit napa..!? Malu dong didengar sama tetangga..” tegur Ustad Ferry dari arah dapur.

Tersadar.. Azzam segera mengurangi kecepatannya. Tapi ia tetap menusukkan penisnya dalam-dalam..
Menyambangi lorong kemaluan Haifa yang selama ini belum ia capai.

”I-iya, Bang..!” Sahut Azzam pada kakak iparnya. Dari sudut mata..
Ia bisa melihat kalau laki-laki itu lagi merem-melek keenakan menikmati isapan Aya pada batang penisnya.

”Zam, aku mau pipis lagi..” desah Haifa tiba-tiba.
”Lho, cepet amat. Kakak sudah tiga kali, sedangkan aku masih belum sama sekali..” sahut Azzam.

”Habis enak banget sih..” kata Haifa dengan mata terpejam.
”Cepet keluarin, Zam. Kita sama-sama..” tambahnya lirih.

”Ahh.. iya, Kak..” mengangguk patuh.. Azzam pun tidak menahan gairahnya lagi.
Ia biarkan birahinya mengalir bebas.. menuruni syaraf dan aliran darahnya..

Dan berkumpul tepat di ujung kemaluannya.
”Aahh.. Zam..! Aku keluar..!!!” Jerit Haifa dengan tubuh gemetar dan kelojotan.

Bersamaan dengan saat itu.. Azzam juga melepas air maninya. Cratt.. cratt.. cratt.. cratt..!!
Sedikit menggeram.. ia peluk tubuh montok Haifa erat-erat.

Diciuminya leher dan pipi wanita cantik itu saat cairan kenikmatan mereka bertemu dan bercampur menjadi satu,,
memenuhi lubang rahim Haifa yang semakin terasa basah dan lengket.

”Ahh.. hh.. hh.. hh..!!” Keduanya terkapar di sofa dengan deru nafas yang saling berlomba.
Haifa memeluk Azzam.. sedang Azzam membelai mesra rambut lurus sang kakak ipar.

Mereka saling mendekap dalam diam.. lalu berpagutan sebentar.. sebelum saling tersenyum tak lama kemudian.

”Terimakasih, Kak. Nikmat sekali..” bisik Azzam tulus.
Haifa mengangguk dan menyandarkan kepalanya di dada laki-laki muda itu. CONTIECROTT..!!
-----------------------------------------------oOo-----------------------------------------
 
:halo:.. malaM dooG
Eperibadi..

Noh .. di atas Nubi posting Part 3 Cerita 161..

Sialkan dikenyot.. :nenen: n KEEP SEMPROT..!!
 
-----------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 161 – Para Pencari Kenikmatan [Part3]

Bang Jack
sangat bahagia mendengarnya. Ia lalu memisahkan uang temuan itu menjadi tiga tumpuk
Kemudian memberikan salahsatunya kepada Udin. Sisanya ia masukkan kembali ke dalam tas kresek hitam.

Udin menaruh tumpukan uang itu ke dalam kantong kertas besar berwarna coklat..
Lalu menyimpannya rapi di dalam lemari. Setelah itu keduanya kembali ke ruang tamu.

“Lho.. ada Bang Jack rupanya..” sapa Herlina.. istri Udin.. yang entah baru balik darimana.
Perempuan cantik yang sehari-hari berjilbab itu sedang melepas sendalnya di depan teras.

“Iya.. kebetulan aku lewat sini tadi. Jadi sekalian aja mampir..”
Jawab Bang Jack sambil melirik bongkahan payudara Herlina yang bulat besar.

Perempuan itu memang begitu sempurna; selain cantik.. bentuk tubuhnya juga sangat bagus.
Beruntung sekali Udin yang berwajah hancur-hancuran bisa mendapatkannya.

Namun sekarang rumah tangga mereka sedang diterpa prahara.
Herlina sudah bosan hidup miskin.. ia ingin secepatnya berubah menjadi kaya.

Itulah yang membuatnya selalu bertengkar dengan Udin..
karena mana bisa penghasilan suaminya sebagai Hansip sanggup mengangkat derajat hidup mereka.

Herlina ingin bercerai.. tapi selalu dihalangi-halangi oleh Udin.
Lelaki itu masih belum sanggup kehilangan tubuh montok Herlina yang bisa menghangatkannya setiap malam.

Untungnya Herlina masih memberi kesempatan.
Asalkan Udin bisa membelikannya motor.. keinginannya untuk bercerai akan ia urungkan.

Permintaan yang wajar dan tidak muluk-muluk sebenarnya.
Tapi tetap saja terasa sangat berat bagi seorang Udin.
Namun kedatangan Bang Jack siang ini seperti menjadi solusinya.

Dengan uang imbalan dari Bang Jack.. ia bisa memenuhi permintaan Herlina.
Ke depan.. rumah tangganya akan tetap utuh dan hangat seperti biasa.

“Makasih, Bang..” kata Udin dengan wajah semringah.
“Ah.. aku yang harusnya berterimakasih, Din..” kata Bang Jack.

Herlina yang tidak mengetahui duduk masalah yang sebenarnya.. jadi terheran-heran.
“Heh, ada apaan sih..?”

Bang Jack dan Udin hanya tertawa sambil menggeleng.
“Enggak.. nggak ada apa-apa kok..” Bang Jack menepuk pundak Udin.
“Iya..!” Dan Udin hanya mengiyakannya saja.

Merasa diabaikan.. Herlina segera pergi ke belakang dengan muka ditekuk kaku.
“Dasar laki-laki..” sungutnya.

Bang Jack memandangi goyangan pantat Herlina yang menghilang di balik pintu dapur dengan muka pengin.
Udin yang tau istrinya sedang dipandangi segera menyenggol lengan Bang Jack.

“Istri saya cantik kan, Bang..?” Tanyanya memancing.
“Eh.. i-iya..” Bang Jack nyengir.

“Kamu sangat beruntung, Din..”
“Beri saya bagian setengah dari uang itu.. maka Bang Jack boleh menidurinya..” kata Udin menantang.

Bang Jack langsung memelototinya.
“Gila kamu. Dengan uang sebanyak itu.. aku bisa mendapatkan seratus perempuan seperti istrimu..”

“Hehe..” Udin tertawa.. ”Namanya juga usaha, Bang. Siapa tau Bang Jack mau..”
Bang Jack segera menceritakan kesepakatannya dengan Mira.. istri Asrul.

“Dia aja mau dengan imbalan sepuluh juta. Kalau untuk istrimu.. kutambah lima juta deh.
Kalau kamu setuju.. suruh Herlina ke musholla sehabis isya nanti.
Sekarang aku mau ke rumah Ustad Ferry dulu..” katanya, dan kemudian berpamitan.

“Kupikir-pikir dulu deh, Bang. Harus kurundingkan dengan Herlina..” sahut Udin riang.
“Kutunggu, Din..”

Sebelum meninggalkan rumah Udin.. Bang Jack sempat melirik kepada Hansip kampung tersebut..
dan menempelkan telunjuk di bibirnya;
meminta agar Udin tidak memberitahukan perihal uang temuannya kepada siapa pun..
Termasuk juga kepada Herlina.

“Siap.. Bang..” kata Udin menyanggupi.
----oOo----

Matahari masih bersinar terang saat Azzam pulang ke rumah.
Dilihatnya Aya sedang sibuk menyetrika setumpuk cucian kering di ruang tengah.

Di sebelahnya.. duduk di depan teve.. tampak Haifa yang sepertinya asyik menonton acara Tausiyah.
Bang Ferry tidak terlihat.. tapi dari bunyi guyuran air di kamar mandi.. sepertinya laki-laki itu sedang mandi.

”Tumben sudah pulang, Zam..?” Sapa Haifa ramah pada adik iparnya.
Azzam mengangguk. ”Iya, Kak. Badanku agak nggak enak.. meriang. Mungkin mau flu..”

”Cepat istirahat aja..” kata Haifa. ”Minta buatkan teh hangat sama Aya..” tambahnya.
”Iya, Kak..” Azzam tersenyum dan menghampiri sang istri. Dipeluknya Aya dari belakang.

”Kamu dengar kan apa kata kakakmu..?” Tanyanya menggoda.
”Jangan ganggu.. aku lagi nyetrika nih..!!” Ketus Aya.

”Hei.. suamimu ini lagi sakit lho..” sergah Azzam.
”Halahh.. sakit kok pake pegang-pegang segala..!?”

Aya melirik tangan Azzam yang perlahan melingkar di depan dadanya.
”Hehe..” Azzam tersenyum.

”Aku pengen, Sayang..” dipencetnya payudara Aya bergantian..
Ehmm.. terasa sangat empuk dan kenyal sekali. Azzam menyukainya.

”Nanti malem aja..” Aya menyingkirkan tangan itu. ”Aku lagi sibuk..!” Dengusnya.
Tidak ingin mundur.. Azzam berganti posisi. Kali ini bokong bulat Aya yang jadi sasaran.

Dengan nakal dibelainya daging montok itu.
”Zam..!” Aya mendelik.. jelas terlihat tidak suka.

”Hei.. kalau suami lagi pengen, istri nggak boleh menolak lho..” ancam Azzam.
”Itu kata Nabi..” tambahnya untuk meyakinkan.

Tapi Aya tetap tidak peduli. Dia terus berusaha menyingkirkan tangan Azzam dari atas tubuhnya.
”Aku capek, Zam. Tadi banyak kerjaan di kantor. Mengertilah sedikit..” mohon Aya.

”Aku juga capek.. Sayang. Tapi aku menginginkanmu..” Azzam terus memaksa.
Kali ini mulutnya menyerbu, menyosor bibir tebal Aya dan melumatnya dengan rakus.

”Hmph.. Zam..!” Sedikit berteriak.. Aya mendorong tubuh laki-laki itu. Ciuman mereka terlepas.
”Kak Haifa, Azzam nih.. nakal..” manja Aya pada Haifa.

Haifa yang sedang menonton teve jadi ikut tertawa melihat ulah dua anak muda itu.

”Sudahlah, Zam. Kasihan Aya, nanti kan juga masih bisa..” katanya kemudian.
”Tapi aku pengennya sekarang, Kak..” sahut Azzam penuh tekad.

”Dasar keras kepala..!” Sungut Aya sambil memalingkan mukanya..
kemudian kembali menekuri setrikaannya yang masih setumpuk.

”Ayolah, Aya sayang..” Azzam mencoba untuk merayu kembali. Dipegangnya pundak Aya.
”Tidak..!” Tapi Aya tetap bersikukuh pada pendiriannya.

Entah kenapa.. sore ini.. ia begitu malas melayani Azzam.
Biasanya ini tanda-tanda kalau siklus mens-nya bakal segera datang. Emosinya jadi gampang tersulut.

Azzam yang juga mengerti hal itu.. dengan terpaksa mengurungkan niat.
Tapi sebelum benar-benar mundur.. dia melontarkan ancaman terakhir pada Aya.

”Baiklah, kalau kamu nggak mau. Aku minta sama Kak Haifa aja..” gertaknya.
”Silakan, kalau Kak Haifa mau..!” Di luar dugaan.. Aya dengan enteng menanggapi..
membuat Azzam jadi tak tau harus berkata apa lagi.

”Ayo, lakukan sana..!” Semprot Aya sinis, tangannya kembali lincah bermain di papan setrikaan.
Menghela nafas, Azzam pun akhirnya berkata.

”Baiklah, tapi jangan nyesel ya kalau nanti malam kamu nggak aku urus..”
Sehabis berkata.. Azzam memutar tubuhnya..
dan melangkah mendekati Haifa yang memandangnya sambil tersenyum.

”Kenapa, nggak dikasih ya..?” Tanya wanita cantik itu.
”Iya nih. Lagi badmood dia..” Azzam duduk di sebelah Haifa dan membelai lembut tangan kakak iparnya.

”Kakak bisa bantu aku kan..?” Tanyanya kemudian, sedikit memaksa, tidak ingin ada penolakan.
Haifa tertawa. ”Kamu itu, nggak bisa banget nahan nafsu.

Coba itung, sudah berapakali kamu niduri Kakak minggu ini..? Lebih banyak kan daripada tidur dengan Aya..”
Azzam tercenung, lalu mengangguk. ”Iya, bener juga ya..” baru kemarin mereka main.
Dan sekarang, Azzam sudah minta lagi.

”Tapi nggak apa. Habis tubuh Kak Haifa seksi banget sih, bikin aku jadi pengen terus.
Lagian, Aya juga nggak keberatan. Iya kan, Sayang..!?” Teriak Azzam pada Aya.

”Tau ah..! Bodoh..!” Sahut Aya tanpa menoleh.
”Nah.. Kakak dengar sendiri kan..? Jadi bagaimana, Kak Haifa mau..?”

Sambil berkata.. Azzam memindah tangannya..
kini mengelus paha dan pinggul Haifa yang masih tertutup baju panjang.

Tapi karena kain itu sedikit tipis.. Azzam jadi bisa merasakan kulit paha Haifa yang halus dan mulus..
membuatnya semakin terangsang dan sungguh tak tahan.

”Aku tolak pun, kamu pasti akan memaksa. Jadi, ya.. terserah kamulah..!”
Haifa mengedikkan bahunya dan mengangguk.

Tersenyum senang.. Azzam segera mencium bibir kakak iparnya itu.
”Terimakasih, Kak..”
Ucapnya sambil dengan cepat membuka kancing baju panjang yang dikenakan oleh Haifa.

Menoleh kepada Aya.. dada Haifa terasa bergemuruh.. dirasakannya semua bulu kuduknya berdiri.
Sensasi ini telah lama ia rindukan.. main dengan Azzam di depan Aya..!

Sebelumnya mereka lebih sering main berdua.. sendiri-sendiri.. di kamar yang berlainan;
Azzam dengan dirinya.. sedangkan Aya dengan ustad Ferry.
Tidak pernah dalam satu ruangan seperti sekarang ini.

Meski Aya tidak menolak.. tapi Haifa tau..
kalau adiknya itu memperhatikan apa yang tengah ia lakukan bersama Azzam.

Namun karena tidak ada protes dari gadis itu.. Haifa pun meneruskannya.
Pasrah, ia biarkan jari-jari Azzam yang nakal bermain-main di atas gundukan bukit kembarnya.

Azzam yang sepertinya mendapatkan angin dari sang istri, terlihat tidak mau buru-buru.
Meski sudah sangat terangsang.. ia tidak lepas kendali dengan menelanjangi Haifa cepat-cepat.

Dinikmatinya tubuh molek sang kakak ipar inci demi inci.. pelan-pelan.. satu per satu.. bagian demi bagian.
Dimulai dari buah dada Haifa yang bulat dan montok.

Dengan sabar Azzam meremas-remasnya. Tangannya menangkup benda padat itu, dua-duanya.
Meski masih tertutup beha.. tapi ia bisa merasakan teksturnya yang empuk dan kenyal saat memijitinya.

”Oughh.. Zam..” rintih Haifa saat Azzam terus mempermainkan payudaranya.
Dalam beberapa detik, deru nafasnya mulai tidak teratur akibat perbuatan sang adik ipar.

Susah payah Haifa berusaha menahan gejolak dalam dirinya..
Tapi mana bisa kalau tanpa menepis tangan Azzam yang kini bergerak semakin liar..!

Tidak menjawab, Azzam perlahan membuka jilbab lebar yang dikenakan oleh Haifa.
Awalnya Haifa mencoba untuk menahan tangan laki-laki itu.. tapi Azzam segera menepisnya.

”Ssst.. aku nggak ingin nambah dosa, Kak..” bisiknya. Haifa pun menyerah.
Dibiarkannya Azzam menarik kain merah itu hingga rambut panjangnya jadi kelihatan.

”Kakak cantik..” Azzam mengusap rambut Haifa sebentar.. sebelum meraih dagu perempuan cantik itu..
kemudian mendekatkan mulutnya.. mengecup bibir tipis Haifa yang terasa hangat.

Uhhh..!! Bergetar hati Haifa saat menerimanya.
Perlahan ia membuka bibirnya dan mengulum lidah Azzam yang menerobos masuk.

Dengan cepat ia larut dalam pagutan panas itu..
terlihat dari mata Haifa yang tertutup rapat dan dengus nafasnya yang semakin cepat.

Di bawah, dengan kedua tangannya, Azzam berusaha menarik turun baju panjang Haifa.
Tanpa perlawanan.. Haifa membiarkannya. Tubuh moleknya sudah setengah telanjang sekarang.

Hanya tersisa bra putih tipis yang menutupi payudara montoknya. Dan itupun tidak bertahan lama.
Karena sembari terus berciuman, Azzam mencari pengaitnya di punggung Haifa.

Dan begitu sudah ditemukan.. segera dibukanya dengan cepat.
Beha itu jadi kendor sekarang, sedikit menumpahkan payudara Haifa yang bulat padat ke bawah.

Perlahan Azzam menurunkan tali penyangga yang melingkar di atas pundak Haifa..
ditariknya ke samping.. lalu disentakkannya ke depan dengan begitu cepat.

Haifa sedikit terhenyak saat bukit kembarnya yang masih kencang.. bulat dan padat, terburai keluar.
”Aiiih..” ia sedikit memekik, ingin menutupinya, tapi tangan Azzam sudah keburu mencegahnya.

Laki-laki itu dengan nanar menatap puting Haifa yang mengacung tegak menantang..
sebelum akhirnya merabanya tak lama kemudian.

“Ah, Zam.. aku malu..” lirih Haifa.
”Malu..? Bukankah sudah sering kakak telanjang di depanku..”
Kata Azzam tak mengerti.. jalan pikiran wanita memang begitu membingungkan.

”Iya.. tapi tidak di luar seperti ini..” Haifa melirik Aya yang masih tampak sibuk dengan pekerjaannya.
”Kak Haifa sungkan sama Aya..?” Tanya Azzam. Haifa mengangguk.

Azzam tertawa. Dan sebelum dia berkata, Aya sudah memotong duluan.
”Nggak usah sungkan, Kak. Aku nggak apa-apa kok..”

Azzam tertawa semakin lebar, sementara Haifa tersenyum malu-malu dengan muka memerah.
”Ah.. baiklah kalau begitu..” katanya kemudian.

”Baiklah apanya, Kak..?” goda Azzam. Tangannya masih hinggap di gundukan bukit kembar Haifa..
dan juga tak henti-henti meremas benda bulat padat itu.

”Ah.. kamu..! Masa harus dikatakan..!?” Sahut Haifa.. wajah cantiknya berubah jadi agak memerah.
”Hehe.. iya, Kak..” tersenyum gembira.. Azzam mengambil tangan kiri Haifah..
dan kemudian diletakkannya di bawah perut.. tepat di atas gundukan penisnya.

”Hm, Zam..!” Masih sedikit malu-malu.. Haifa mengelus-elus batang itu dari luar celana, naik-turun..
sambil sesekali menggenggam dan memencetnya pelan.

Sebentar mereka bertatapan.. saling memandang..
sebelum Azzam merengkuh bahu mulus Haifa dan perlahan-lahan merebahkannya ke sofa.

Azzam mulai meraba kedua bukit kembar milik sang kakak ipar.. sementara Haifah memegang tangan Azzam.
Bukan bermaksud untuk melarang.. tapi malah ingin meminta agar Azzam segera memanjakannya.

Mengangguk mengerti.. Azzam segera mengecup tubuh Haifah.

Dimulai dari leher jenjang wanita cantik itu.. kemudian perlahan turun ke dua bukit kembar Haifa..
yang masih terlihat membusung indah meski dalam posisi tiduran..
menunjukkan kalau benda itu benar-benar padat dan mengkal.

Sambil meremas-remasnya.. Azzam menjulur kan lidahnya dan mulia menjilat.
Ia susuri permukaannya yang halus dan mulus.. menggigit pelan di beberapa bagian..
menekan-nekan dengan hidungnya..

Dan kemudian diakhiri dengan sedotan kencang di ujung putingnya.
”Auwghh..!!” Terdengar erangan keras seorang wanita.. yang tentu saja keluar dari mulut manis Haifa.

Mendesis seperti kepedesan.. kedua tangannya meraih rambut gondrong Azzam.. sedikit menjambaknya..
sebelum kemudian menekannya kuat-kuat agar Azzam semakin cepat menjilat di atas putingnya.

Dengan lidahnya.. Azzam terus mempermainkan daging kemerahan itu; mulai dari mencucup.. mengisap..
sedikit menggigit.. hingga menariknya kuat-kuat saat Haifa menjambak rambutnya semakin keras.
Begitu terus bergantian.. kiri dan kanan.

Setelah keduanya basah dan mengkilat.. barulah Azzam meneruskan gerilyanya.
Lidahnya kini turun ke arah pusar Haifah, berputar-putar sejenak di sana.. sebelum semakin turun ke pusat sasaran;
Selangkangan kakak iparnya yang sempit dan legit.

Dengan cepat Azzam menelanjangi Haifa. Ditariknya baju panjang wanita cantik itu hingga terlepas..
Tak lupa juga celana dalam merah berenda yang dikenakannya.

Setelah Haifah telanjang.. Azzam juga melepas bajunya sendiri. Setelah sama-sama bugil..
Dibiarkannya Haifah memegangi penisnya sebentar.. –sekedar untuk mengagumi ukuran dan panjangnya..–

Sebelum ia menurunkan tubuh dan berjongkok di depan kemaluan Haifah yang berbulu lebat.
”Eh, Zam, kamu mau ngapain..?” Selidik Haifah di atas sana, curiga dengan tingkah laku sang adik ipar.

Tidak menjawab.. dengan tangan kanannya.. Azzam menyingkap bulu lebat yang menutupi selangkangan Haifa..
berusaha untuk menemukan pintu surganya.

”Jangan. Zaam..! Kotor..! Ahh..” erang Haifah menahan gejolaknya.
Ia tampak keberatan saat Azzam mulai menjilat vaginanya perlahan.. tapi tidak sanggup untuk menolak.

Sensasi yang diberikan oleh pemuda itu mustahil untuk dielakkan.
Azzam melirik zang kakak ipar.. dilihatnya mata wanita itu terpejam rapat penuh kenikmatan.

Ia pun meneruskan aksinya. ”Zaam.. uh, gila kamu..! Sshh.. ahh.. tapi enak..! Aghh..!!”
Haifa menjerit tertahan sembari menjambak rambut panjang Azzam.

Lidah pemuda itu sudah menemukan klitorisnya sekarang, dan menjilat rakus di sana.
Azzam mencucup dan memilinnya sambil sesekali mengisap lembut..
membuat Haifa kelojotan penuh kenikmatan.

”Zaam, aku nggak kuat..! Ughh.. rasanya mau pipis..!!” Teriak Haifa..
sambil berusaha menyingkirkan kepala sang adik ipar dari kemaluannya.

Tapi bukannya menjauh.. Azzam malah semakin kuat membenamkan mukanya.
Meski terasa agak sedikit sakit akibat jepitan paha Haifah.. ia tidak peduli.

Yang penting ia bisa mengantarkan istri ustad Ferry itu..
pada kenikmatan orgasme yang akan tiba sebentar lagi.

”Ahh.. emhh.. Zaamm..! Esss.. ahh..!” Menjerit tertahan..
Haifa merasa seolah semua persendian di tubuhnya meluruh..
memberinya sensasi nikmat yang tak mampu dicapai oleh pikirannya.

Wanita cantik itu terkapar, tubuhnya nampak basah oleh keringat..
sementara dari liang kemaluannya.. meleleh cairan orgasme yang amat banyak.

Tersenyum, Azzam memeluknya. Dielusnya rambut dan kepala Haifah.
Sementara Haifah yang kehabisan nafas, cuma bisa memejamkan mata sambil terdiam.

Dibiarkannya tangan nakal Azzam kembali bermain-main di puncak payudaranya.
----oOo----

Aya menoleh saat Ustad Ferry keluar dari kamar mandi.
Air masih tampak menetes-netes dari tubuhnya yang telanjang.

”Ai.. punya handuk..?” Tanya laki-laki itu tanpa merasa bersalah sedikit pun..
Padahal dia sudah membuat Aya rikuh dengan ketelanjangannya.

Belum sempat menjawab, mereka dikejutkan oleh teriakan Haifa dari ruang tengah..
”Ahh.. emhh.. Zaam..! Esss.. ahh..”

Tampak tubuh montok Haifa terkejang-kejang beberapakali sebelum akhirnya lemas di pelukan Azzam.
Ustad Ferry geleng-geleng kepala melihat perbuatan istrinya itu..

”Dasar..! Baru juga pagi tadi dikasih jatah.. sekarang sudah main lagi..” gumamnya.
”Mungkin dia nggak puas kali tadi, Bang..” celetuk Aya.

”Heh, sembarangan..! Kurus-kurus gini, aku masih mampu lho bikin kamu KO dalam tiga ronde..”
Ustad Ferry mendekati adik iparnya itu. Siluet tubuh Aya yang putih dan montok membuatnya tergoda.

”Iya, percaya-percaya..”
Aya melipat setrikaannya yang terakhir dan menaruhnya di tumpukan baju yang sudah tersusun rapi.

Dia kemudian menghadap pada Ustad Ferry. ”Ini handuknya, Bang..”
Diberikannya kain tebal berwarna merah di tangannya pada laki-laki itu.

Tapi bukannya menerima..
Ustad Ferry malah asyik memelototi bulatan payudara Aya yang terlihat membusung indah di depannya.
Benda itu tampak bergerak-gerak pelan naik-turun seiring dengus nafas Aya yang sepertinya sedikit agak memburu.

”Kamu nggak apa-apa, Ai..?” Tanya Ustad Ferry.
”Emm.. iya..” Aya menjawab dengan ragu.

Di ruang tengah.. rintihan dan lenguhan Haifa kembali terdengar.
Entah apa yang sekarang dilakukan Azzam pada wanita cantik itu..!

”Lihat, Ai.. asyik banget mereka..!” Seru Ustad Ferry..
”Bikin pengen aja..” diliriknya Aya yang sekarang mukanya kelihatan semakin memerah.

Aya mengangguk.. dan.. ”Sini, Bang. Biar Aya yang bersihkan tubuh abang..” kata gadis itu sambil berjalan mendekat.
Disekanya tetesan air yang ada di tubuh sang Ustad, dimulai dari lengannya.

Ustad Ferry tentu saja sangat surprise dengan tingkah adik iparnya ini.
Apalagi sambil menyeka.. tanpa sungkan Aya juga menempelkan toketnya yang bulat besar ke lengannya..
membuat pikiran sang Ustad jadi terpecah.

Kalo Haifah sama Azzam saja bisa melakukannya, kenapa dia tidak..?
Toh Aya sepertinya juga tidak keberatan.

Jadi.. sambil memandang sang adik ipar penuh nafsu.. ia pun berkata.. ”Ai.. bersihkan yang di bawah juga dong..!”
Dengan isyarat mata.. Ustad Ferry menunjuk burungnya yang sudah mulai sedikit tegang.

Tersenyum malu-malu.. Aya mengangguk.
Dia lalu jongkok dan memegangi burung sang Ustad dengan mata berbinar.
”Gede banget, Bang..” gumamnya sambil mengelus-ngelusnya mesra.

”Ah.. kamu, Ai. Kayak baru pertama ngeliat aja..?” Kata Ustad Ferry..
sambil menikmati tangan lentik Aya yang kini mulai mengocok pelan batang penisnya.

”Hehe..” Aya tersenyum.
”Isap, Ai..” Ustad Ferry mendorong maju.. sehingga kontolnya tepat berada di depan bibir Aya.

Tanpa menolak.. Aya segera membuka mulutnya dan melahap daging panjang itu.
”Aghh.. Ai..” lenguh Ustad Ferry keenakan.

Tangannya memegangi kepala Aya yang masih berbalut jilbab..
kemudian menggerakkannya maju mundur pelan-pelan.

”Hppmh.. hpmhhp.. hhmph..” Aya membuka bibirnya semakin lebar..
berusaha mengulum dan mengisap penis Ustad Ferry senikmat mungkin.

”Ouhh.. enak banget, Ai..! Terus, isap yang kuat..!”
Rintih Ustad Ferry di antara desahannya.

Kini.. sambil mengisap.. Aya juga menggunakan jari-jarinya untuk memainkan biji pelir sang Ustad..
membuat kakak iparnya itu makin merintih dan melenguh keenakan.

”Ouhh.. Ai..! Pinter banget kamu..! Ya, begitu.. terus..! Aghh..”
----oOo----

Tidak ingin kalah dengan Aya, Haifa juga berusaha memberikan isapan terbaiknya pada Azzam.
Setelah beristirahat sejenak.. sekarang tiba gilirannya untuk memuaskan laki-laki muda itu.

”Ahh.. Kak..” rintih Azzam. Terduduk di sofa..
Matanya terpejam merasakan sensasi bibir Haifa yang terus mengulas-ulas batang kemaluannya.

Wajah Haifa memang lugu.. tapi untuk urusan sedot-menyedot, dialah jagonya.
Azzam sudah merasakannya sejak pertamakali mereka bersetubuh.. tepat di malam pernikahannya dengan Aya.

Mungkin ini yang dinamakan bakat alam, tanpa dipelajari sudah pintar secara naluri.
Isapan dan kuluman itu terus berlangsung beberapa saat sampai akhirnya Haifa berhenti tak lama kemudian.

”Kenapa, Kak..?” Tanya Azzam keberatan.
”Mulutku kelu, Zam. Burungmu gede banget sih..” Haifa tersenyum malu-malu.

”Hehe..” Azzam terkekeh bangga. ”Kalau gitu, kak Haifa rebahan aja, aku masukin sekarang..”
Tidak membantah.. Haifa tiduran di sofa, telentang.. dengan kedua kaki terbuka lebar-lebar.
Menampakkan lubang vaginanya yang basah dan memerah.. siap untuk dimasuki.

”Tahan ya, Kak..” Azzam memasang posisi penisnya dan menusuk.
”Auw..! Pelan-pelan, Zam..!” Haifa meringis..
merasakan moncong senjata Azzam yang perlahan-lahan mendesak lubang kemaluannya.

Benda itu terus menerobos dan meluncur masuk hingga terbenam seluruhnya.
Mereka terdiam beberapa saat..
memberi waktu bagi alat kelamin mereka untuk saling menyapa dan berkenalan.

Setelah dirasa cukup akrab dan bisa saling menyesuaikan diri..
barulah Azzam mulai menggerakkan pinggulnya maju-mundur.

”Sshh.. enak, Zam..! Terus..! Tusuk lebih dalam..! Oughh..” erang Haifa keenakan.
Tubuhnya mulai berkeringat seiring dengan udara siang yang mulai beranjak panas.

”Gila..! Seret banget, Kak. Dipakein apa sih..!?” Kata Azzam di sela-sela genjotan nikmatnya.
”Ah.. mau tau aja kamu, Zam. Ini rahasia.. cuma wanita yang boleh tau.. hehe..” kekeh Haifa dengan bangga.

Mencium kembali bibir wanita cantik itu, Azzam semakin mempercepat goyangan pinggulnya.
”Nanti Aya ajari juga ya, biar sama-sama rapet kayak punya kak Haifa..”

Bisiknya dengan tangan meremas dan memijit-mijit bongkahan susu Haifa yang bulat besar.
”Ehss..” bergidik keenakan, Haifa mengangguk.

”Emang punya Aya nggak njepit ya..?” Tanyanya.
”Rapet juga sih, tapi lebih enak punya Kak Haifa.
Padahal kan kak Haifa sudah pernah melahirkan.. sedang Aya belum..” jelas Azzam.

Haifa mengangguk mengerti.. ”Iya deh, nanti aku ajari. Oughh.. shh..”
Sehabis berkata begitu, tubuhnya terlihat gemetar. Sensasi nikmat kembali melanda tubuh sintalnya.

”Aah.. Zam, aku mau pipis lagi..! Aaahhh..”
Untuk keduakalinya, Haifa melenguh panjang, pertanda telah mencapai orgasmenya yang kedua.

Ia menjepit pinggang Azzam kuat-kuat saat cairan cintanya menyembur keluar.
Azzam sedikit meringis merasakan jepitan kaki Haifa di tubuhnya..

Tetapi dia mengerti akan apa yang sedang dialami oleh wanita cantik itu.
Jadi dia menghentikan goyangannya dan membiarkan Haifah menikmati semburan klimaksnya.

Setelah beberapa saat, sesudah tigakali guyuran air hangat pada batang penisnya..
Barulah Azzam beraksi kembali. Tapi dia berinisiatif untuk mengubah gaya..

Sekarang disuruhnya Haifa untuk nungging membelakangi sambil berpegangan pada lengan sofa.
Dengan posisi seperti ini, lubang kemaluan Haifa jadi semakin jelas kelihatan.. begitu merah dan merekah.

Juga terasa basah sekali. Membuat sisa-sisa cairan cintanya yang masih meleleh..
keluar mengalir pelan menuruni bokong dan pahanya.

Slebbb.. clebbb.. Blesskk..!! Tanpa kesulitan.. Azzam memasukkan kembali penisnya.
Bahkan kini ia bisa dengan lancar menggenjot tubuh sintal Haifa..
sambil tangannya berpegangan pada payudara wanita cantik itu yang terayun-ayun indah seiring tusukannya.

”Ahh.. Zam..! Terus..! Tusuk yang dalam..! Enak, Zam..! Aku merasa enak..”
Rintih Haifa sambil memeluk bantalan sofa.

Semakin cepat Azzam menusuk.. maka semakin keras pula jeritan istri Ustad Ferry itu.
Azzam yang juga keenakan.. memacu pinggulnya semakin cepat.

Ia tidak peduli lagi meski di depannya Haifa merintih dan menjerit-jerit semakin brutal.
”Hei, lirih sedikit napa..!? Malu dong didengar sama tetangga..” tegur Ustad Ferry dari arah dapur.

Tersadar.. Azzam segera mengurangi kecepatannya. Tapi ia tetap menusukkan penisnya dalam-dalam..
Menyambangi lorong kemaluan Haifa yang selama ini belum ia capai.

”I-iya, Bang..!” Sahut Azzam pada kakak iparnya. Dari sudut mata..
Ia bisa melihat kalau laki-laki itu lagi merem-melek keenakan menikmati isapan Aya pada batang penisnya.

”Zam, aku mau pipis lagi..” desah Haifa tiba-tiba.
”Lho, cepet amat. Kakak sudah tiga kali, sedangkan aku masih belum sama sekali..” sahut Azzam.

”Habis enak banget sih..” kata Haifa dengan mata terpejam.
”Cepet keluarin, Zam. Kita sama-sama..” tambahnya lirih.

”Ahh.. iya, Kak..” mengangguk patuh.. Azzam pun tidak menahan gairahnya lagi.
Ia biarkan birahinya mengalir bebas.. menuruni syaraf dan aliran darahnya..

Dan berkumpul tepat di ujung kemaluannya.
”Aahh.. Zam..! Aku keluar..!!!” Jerit Haifa dengan tubuh gemetar dan kelojotan.

Bersamaan dengan saat itu.. Azzam juga melepas air maninya. Cratt.. cratt.. cratt.. cratt..!!
Sedikit menggeram.. ia peluk tubuh montok Haifa erat-erat.

Diciuminya leher dan pipi wanita cantik itu saat cairan kenikmatan mereka bertemu dan bercampur menjadi satu,,
memenuhi lubang rahim Haifa yang semakin terasa basah dan lengket.

”Ahh.. hh.. hh.. hh..!!” Keduanya terkapar di sofa dengan deru nafas yang saling berlomba.
Haifa memeluk Azzam.. sedang Azzam membelai mesra rambut lurus sang kakak ipar.

Mereka saling mendekap dalam diam.. lalu berpagutan sebentar.. sebelum saling tersenyum tak lama kemudian.

”Terimakasih, Kak. Nikmat sekali..” bisik Azzam tulus.
Haifa mengangguk dan menyandarkan kepalanya di dada laki-laki muda itu. CONTIECROTT..!!
-----------------------------------------------oOo-----------------------------------------


sampe brp part hu?
 
----------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 161 – Para Pencari Kenikmatan [Part 4]

Di sela-sela isapannya..
samar-samar Aya bisa mendengar pernyataan Azzam ..
”Terimakasih, Kak. Nikmat sekali..”
Kata-kata yang sama yang sering diucapkan laki-laki itu setiapkali mereka selesai bercinta.

Tapi sekarang.. Azzam menujukannya untuk Haifa. Aya sedikit sakit hati.. tapi tidak bisa berbuat apa-apa.
Malah justru –entah kenapa..–
semakin menambah semangatnya untuk memperoleh kenikmatan yang sama dari Ustad Ferry.

Dia terus mengulum dan mengisap penis kakak iparnya itu semakin kuat dan nikmat.
“Ahh.. ahh.. terus, Ai..! Ya, begitu..! Ughh.. jilatanmu nikmat sekali, Ai..!”

Erang Ustad Ferry dengan badan melengkung ke belakang..
mendorong batang penisnya memasuki mulut sang adik ipar lebih jauh lagi.
“Hmph.. hppmh..” terus mengulum, Aya sama sekali tidak bisa menjawab.

Sementara di ruang tengah, sudah tidak terdengar suara lagi.
Mungkin Azzam dan Haifa sudah terkapar tidur kelelahan.

Saat itulah, terdengar ketukan dan salam di pintu depan. Suara Bang Jack.
Aya menoleh sebentar.. tapi segera melanjutkan kulumannya.

“Cuma Bang Jack..” katanya pada Ustad Ferry.
Mengangguk mengerti.. sang Ustad mempersilakan merbot musholla itu masuk.

”Masuk aja, Bang. Nggak dikunci kok..!!” Teriaknya pada Bang Jack.
Terdengar bunyi gagang pintu diputar dan Bang Jack pun masuk.

“Pak Ustad, saya ..”
Kata-katanya langsung terhenti begitu melihat apa yang terjadi di ruang tengah.

Berpelukan di depan televisi..
tampak Azzam dan Haifa yang tiduran mesra dengan tubuh masih sama-sama telanjang.
Kulit tubuh mereka yang putih begitu menyilaukan mata.

Haifa menoleh dan tersenyum kepadanya.. “Masuk aja, Bang. Tuh, Pak Ustad ada di belakang..!”
Tunjuknya tanpa mempedulikan aurat tubuhnya yang meleler ke mana-mana.

Tidak menjawab, Bang Jack malah memelototi Haifa, memperhatikan mulai dari atas hingga bawah.
Ia tampak terpesona oleh kecantikan alami Haifa, juga kemontokan tubuh wanita setengah baya itu.

Terutama bulatan payudaranya yang sekarang berada di dalam genggaman Azzam.
Tapi karena cuma yang kiri, jadi Bang Jack bisa melihat yang kanan dengan sangat jelas.

Benda itu tampak begitu bulat dan padat, dengan kulit putih kemerahan penuh bekas cupangan Azzam.
Putingnya yang menonjol mungil kecoklatan membuat tangan Bang Jack jadi gatal ingin memegang.

Tanpa sadar, penjaga musholla itu pun melangkahkan kakinya mendekat dan jongkok di depan Haifa.
”Hmm, Bu Ustad..” lirih Bang Jack sambil tangannya terulur dan memegang payudara Haifa yang satu lagi.

”Ahhh..” desahnya pelan saat mulai memijit dan meremasnya perlahan-lahan.
”Ah, Bang. Sudah. Jangan. Aku capek..” tolak Haifa halus.

Dia berusaha memirinkan tubuh untuk menyembunyikan tonjolan buah dadanya.
Di sebelahnya, Azzam yang sudah tertidur pulas, sama sekali tidak tau dengan apa yang terjadi.

”Ayolah, Bu. Saya juga pengen nih..” Bang Jack menarik tangan Haifa..
dan menaruhnya di atas tonjolan selangkangannya yang sudah menegang dahsyat.

”Iya, Bang. Tapi aku capek. Aku habis main dua ronde sama Azzam..”
Haifa menarik tangannya dan beringsut menjauh.

Bang Jack kembali membelai dan meraba-raba tubuh montok Haifa.
Kali ini bokong Haifa yang bulat dan kencang yang menjadi sasarannya.

”Tubuh Bu Ustad selalu bisa membangkitkan gairahku..” bisik Bang Jack lirih..
sambil tangannya memijiti bongkahan pantat Haifa kiri dan kanan.

Sedikit menggeliat.. Haifa menunjuk ke arah dapur.
”Sama Aya aja, Bang. Tubuhnya juga nggak kalah bagus sama punyaku..” dia menepis tangan Bang

Jack yang terasa mulai merambat menuju lubang vaginanya dengan halus.
”Tapi saya inginnya sama Bu Ustad..” desak laki-laki itu.

Kepalanya turun.. dan menyambar mulut tebal Haifa dan melumatnya dengan rakus untuk beberapa saat.
“Hmmph..!” Haifa cepat menarik kepalanya dan melotot.

”Jangan kurang ajar ya, Bang. Kalau nggak mau ya sudah..
lebih baik pergi aja dari rumah ini. Sekarang..!” semprotnya marah.

Diancam seperti itu.. Bang Jack langsung terdiam. Dari arah dapur.. terdengar suara Ustad Ferry memanggil.
”Sini napa, Bang..!? Sama aja kok. Jangan bikin istriku marah..”

Bang Jack menoleh. Dari tempatnya duduk.. bisa dilihatnya tubuh montok Aya..
Yang sedang asyik melumat kontol ustad Ferry. Tersenyum.. dia pun beranjak dan pergi ke dapur.

”Kalau Bu Ustad sudah kuat.. saya tunggu di dapur. Hehe..” kekehnya pada Haifa.
Cuma menjawab dengan dengusan..
Haifa mengeratkan pelukannya pada tubuh Azzam dan menutup mata, berusaha untuk ikut terlelap.

“Ada apa, Bang..? Sepertinya penting banget..” kata Ustad Ferry begitu Bang Jack berjalan mendekat.
Sambil memandangi tubuh molek Aya.. Bang Jack menghabiskan waktu sekitar limabelas menit..
berbicara dengan laki-laki itu. Ia tak bisa menahan diri untuk tidak menceritakan rahasia besarnya.

Bang Jack menceritakan tentang dirinya yang telah menemukan uang dalam jumlah yang sangat banyak..
dan menyatakan pada Ustad Ferry bahwa sekarang ia kaya raya.

Namun seperti sudah bisa ditebak..
tentu saja Ustad Ferry menyarankan untuk mengembalikan uang tersebut kepada pemiliknya.
Tidak perlu dipertanyakan lagi.

“Tapi.. saya juga nggak tau siapa pemiliknya, Pak Ustad..” kilah Bang Jack sambil langsung mengusap..
dan meremas-remas bokong bulat Aya yang tersaji indah di depannya.

“Kan bisa diumumkan di musholla, Bang..” kata Ustad Ferry tegas..
”Kalau selama satu tahun nggak ada yang datang untuk mengambilnya.. uang itu baru jadi milik abang..”

Usulan itu memang mungkin untuk dijalankan.. tapi Bang Jack terlalu malas untuk mencari tau..
siapa pemilik uang tersebut yang sebenarnya.
Kalau orang itu benar-benar muncul.. bisa-bisa gagal semua harapan dan impiannya.

Di pikiran setiap orang pasti akan terbersit suatu niat untuk menyimpan uang temuannya.
Dan itulah yang dirasakan oleh Bang Jack sekarang.

“Di mana uang itu sekarang, Bang..?” Tanya Ustad Ferry..
sambil mengelus lembut kepala Aya yang masih asyik mengulum batang penisnya.

Bang Jack menjelaskan bahwa ia telah mengamankan setengah bagian di rumah Asrul dan Udin.
Sedangkan sisanya dibawa ke sini untuk dititipkan seperempat bagian pada Ustad Ferry.

Sambil berbicara, Bang Jack mulai mengangkat rok lebar Aya hingga tersingkap ke pinggang..
memperlihatkan bokong lebar Aya yang masih tertutupi oleh celana dalam berwarna merah muda.

”Ai.. mulus sekali bokongmu..” lirih Bang Jack sambil mulai mengusap dan menciuminya.
”Pak Ustad.. saya boleh gabung nggak..? Saya pengen banget nih habis lihat tubuh telanjang Bu Ustad..”
Kata Bang Jack pada Ustad Ferry. “Untuk masalah uang bisa kita sambung nanti..”

”Gabung aja, Bang. Aya kayanya kuat kok muasin kita berdua. Hehe..” kekeh Ustad Ferry..
yang langsung disambut tatapan tajam oleh Aya.

Sedikit menggeliat.. gadis itu sama sekali tidak sanggup untuk menolak.
Dia terlalu sibuk berkonsentrasi memuaskan Ustad Ferry.
Penis laki-laki itu terasa semakin padat dan nikmat di dalam mulutnya.

Merasa mendapat angin, Bang Jack pun meneruskan aksinya. Ditelusurinya tubuh montok Aya sebentar..
sebelum memeluk dan mendekapnya erat dari arah belakang.
Dicumbunya leher istri Azzam itu dan dijilatinya dengan rakus saat sudah berhasil menyingkap jilbabnya.

Cuma menyingkap, tidak sampai melepasnya. Sementara kedua tangannya menyusup ke balik kemeja panjang..
yang dikenakan oleh Aya dan menuju kedua bukit kembar gadis itu.

Aya yang merasa kegelian saat Bang Jack mulai mengusap-usap bulatan payudaranya..
sedikit menggigit penis Ustad Ferry sembari melenguh pelan.

”Ahh.. bang..! Enak..! Shh.. tapi geli.. ughh..!”
Puting susunya terasa mengencang, mengeras di sela jemari Bang Jack.

Rona merah semakin terlihat di wajah cantiknya saat Bang Jack memilin dan memijitnya semakin keras.
"Ouw.. Bang..!” Aya menjerit gemas begitu laki-laki tua itu menjepit dan menarik putingnya kuat-kuat.

Tubuh montoknya menggelinjang, bahkan kontol Ustad Ferry sampai terlepas dari kulumannya.
”Haha..” Bang Jack terkekeh, sementara Ustad Ferry ikutan tersenyum.

Dia kembali menarik kepala Aya agar mengulum penisnya. ”Hmph.. shh..!” Aya mendesis..
menikmati tangan Bang Jack yang semakin gemas memijiti payudaranya.

Sambil melakukannya.. penjaga musholla At-Taufiq itu juga menjilati telinganya..
membuat nafsu Aya yang sudah terpancing jadi semakin menggelora.

Aya hanya diam.. ia menikmatinya dengan mata terpejam sambil terus mengisap kontol panjang Ustad Ferry.
Bahkan saat Bang Jack mulai menyingkap kemeja yang dikenakannya, ia juga menurut saja.

Aya malah mengangkat lengannya, membiarkan baju itu lolos dari tubuh sintalnya.
Istri Azzam itu kini tinggal memakai bra warna merah dan rok panjang yang sudah menumpuk di pinggang.

Jilbab lebarnya memang masih membingkai wajah cantiknya, tapi sudah diikat ke belakang oleh Bang
Jack, membuat payudaranya yang bulat padat terekspos dengan jelas.

"Ini dibuka aja ya, Ai?" kata Bang Jack, menunjuk kait beha yang ada di punggung Aya. Aya mengangguk..
Maka Bang Jack pun dengan cekatan membukanya.. sehingga dengan cepat Aya sudah bertelanjang dada.

Payudara yang bulat kencang dan putih mulus memantul-mantul indah di depan dadanya..
lengkap dengan putingnya yang menonjol pungil dan berwarna coklat kemerahan.

Tak tahan melihat benda sebagus itu, Bang Jack langsung mencucup dan melumatnya dengan rakus.
Dimulai dari yang kanan.. lalu beralih ke yang kiri, trus kembali lagi ke yang kanan, balik ke yang kiri lagi.

Begitu terus hingga membuat Aya merintih dan mendesis-desis kegelian.
”Bang.. ahh..! Shh.. ahh.. Hmpmhh ..!”
Tapi langsung terpotong begitu Ustad Ferry menjejalkan lagi batang penisnya.

"Pentilmu bagus banget, Ai. Kecil tapi kaku, merah lagi..!"
Komentar Bang Jack sambil memilin-milin puting Aya bergantian.

Dia menjulurkan lidahnya.. lalu menyapukannya pada leher jenjang Aya..
membuat adik Haifa itu merinding dan makin mendesis kegelian.

Bang Jack meneruskan rangsangannya dengan mengecupnya kuat-kuat berkali-kali..
sengaja membuatnya jadi memerah dan memberi banyak cupangan di daerah itu.
Jilbab Aya yang terikat ke belakang memudahkannya dalam melakukannya.

Tangan Bang Jack juga tak tinggal diam, terus bergerilya di payudara Aya dan anggota tubuh lainnya.
Tangan itu turun ke bawah.. menyusup ke balik celana dalam Aya.

”Eemhh..” perempuan itu kembali mendesis..
saat merasakan jari-jari Bang Jack meraba dan mengusap-usap permukaan kemaluannya.

"Walah.. lebat banget, Ai..” gumam Bang Jack merasakan bulu kemaluan Aya yang tumbuh lebat.
Tangannya terus berada di dalam celana dalam itu untuk beberapa saat dan mengobok-obok liar di sana.

”Sudah basah banget, Ai..” Bang Jack menarik keluar tangannya..
kemudian menunjukkan jari-jarinya yang basah oleh cairan lendir pada Aya.

Aya mengangguk.. dan sekali lagi tak bisa menolak..
saat Bang Jack beringsut ke belakang untuk menarik lepas celana dalamnya.
Kini dia sepenuhnya telanjang.. diapit oleh dua orang lelaki yang usianya terpaut jauh dari dirinya.

Bang Jack tampak tertegun melihat tubuh indah nan putih mulus yang tersaji di hadapannya.
Tampak kemaluan Aya dengan bulu-bulunya yang tebal mengintip malu-malu dari celah paha mulusnya.

"Duh.. Ai.. montok banget sih tubuhmu.. bikin aku jadi nggak tahan aja.."
Kata Bang Jack sambil mendekap erat tubuh istri Azzam itu dari belakang.

Bibirnya mulai mencium pipi Aya, lalu lidahnya menjulut untuk menjilati leher dan telinganya..
menikmati betapa licin dan mulusnya wajah gadis muda itu.

Sementara kedua tangannya juga tidak tinggal diam..
terus berpindah-pindah mengelusi paha dan payudara Aya.

”Shhh..” Tubuh Aya bergetar.. ketika jemari Bang Jack mulai menyentuh bibir kemaluannya..
dan membukanya secara perlahan-lahan.
Erangan tertahan terdengar dari mulutnya yang sedang mengisap penis Ustad Ferry.

Puas mengerjai bagian bawah..
Bang Jack segera membuka kaos dan celana gombrong yang dipakainya hingga dia bugil.

Menggenggam penis tuanya yang masih tampak perkasa.. dengan bangga ia memamerkannya pada Aya.
"Ini.. Ai. Jilat juga dong..!” Pintanya..
sambil menaruh tangan Aya pada benda itu.. meminta untuk dikocok dan dibelai.

"Gede banget, Bang. Keras lagi. Nggak nyangka punya abang seperti ini.."
Jawab Aya yang tangannya sudah mulai mengocoknya pelan maju-mundur.
Tersenyum bangga.. Bang Jack membungkuk dan kembali meremas-remas payudara gadis itu.

Sambil mengocok penisnya sendiri, Ustad Ferry berkata.. "Untung Bang Jack datang di saat yang tepat.
Kalau telat sedikit saja, abang nggak bakalan dapat nikmat seperti ini..” Dia lalu tertawa, diikuti oleh Bang Jack.

”Hehe.. iya, Pak Ustad. Beruntung sekali saya hari ini..” Sambil berkata..
Merbot gendut itu menyodorkan penisnya ke mulut Aya.

Aya tanpa ragu segera melahap dan mengisapnya. Ia melakukannya bergantian dengan kontol Ustad Ferry..
dengan sabar ia gilir dua kontol yang sama-sama haus akan kenikmatan itu.

Sampai akhirnya.. Ustad Ferry yang sudah tidak tahan.. menarik badannya berdiri..
kemudian merebahkannya di atas meja makan.

Tak berkedip dipandanginya memek Aya yang terbuka indah di depannya..
sebelum perlahan ia menurunkan kepala dan mulai menjilatinya.

”Ehm.. merah banget memekmu, Ai. Segar.. aku suka..!” Kata Ustad Ferry..
dengan lidah terjulur dan bergerak liar ke mana-mana.. menusuk dan membelah daging sempit itu..
hingga ke lorongnya yang terdalam yang bisa ia capai.

"Bang.. nggak mau lihat nih..? Bagus banget loh..!" Kata Ustad Ferry..
pada Bang Jack yang masih asyik berdiri dengan penis berada di dalam mulut Aya.

"Hmm.. nggak ah, Pak Ustad. Saya nggak mau mengganggu Pak Ustad.
Biar saya netek aja.. Ini juga dah enak kok..!" Kata Bang Jack sambil membungkukkan badan..
dan mulai menjilati payudara Aya.. mulai dari pangkal hingga ke putingnya.

Dia jilat puting mungil kemerahan itu lalu diisapnya kuat-kuat..
sementara tangannya memilin-milin putingnya yang lain.

"Hhnghh.. Bang, ooh..!" Jerit Aya dengan menggigit bibir.. sambil memeluk erat kepala Ustad Ferry..
yang menyusup makin dalam ke belahan vaginanya.

Dia makin menggelinjang saat lidah Ustad Ferry membelit klitorisnya dan mengisapnya kuat-kuat.
"Aahh..!” Desahnya panjang.. tubuhnya menggelinjang hebat..
sementara kedua pahanya mengapit kepala sang Ustad erat-erat.

Tanpa ampun, Ustad Ferry terus menyapu lorong vagina Aya. Lidahnya makin menyeruak masuk..
Menjilati segenap dindingnya yang basah dan lengket.. sampai akhirnya dia berhenti dan menyiapkan penisnya.
Dia sudah siap untuk menyetubuhi adik iparnya itu.

Aya masih mendesah hebat saat pelan-pelan Ustad Ferry mulai memasukkan batang penisnya.
Tubuhnya menekuk ke atas saat batang coklat panjang itu menembus belahan memeknya secara perlahan.

"Aahh..!” istri Azzam itu menjerit keras..
saat penis Ustad Ferry mulai menerobos, dan terus masuk hingga mentok ke dasar liang vaginanya.

”Hmm, nikmat sekali, Ai..” bisik Ustad Ferry sambil mulai menggoyangkan pinggulnya secara perlahan..
untuk kemudian makin lama semakin cepat.

"Ahh.. ahh.. uhh.. hmph..!" Desah Aya sebelum terdiam..
karena kontol besar Bang Jack kembali memenuhi mulutnya.

Dia terpaksa mengisap kembali penis itu sementara di bagian bawah..
Ustad Ferry terus menghajar liang memeknya secara bertubi-tubi.

"Enak ya, Ai?" tanya Bang Jack di dekat telinganya.
Laki-laki itu kembali asyik meremas dan menciumi payudara Aya.

Selama Ustad Ferry menggenjot tubuh bugil Aya.. Bang Jack menunggu giliran..
dengan menghujani kedua payudara Aya ciuman dan jilatan..

Membuat puting Aya yang sudah sangat keras menjadi lebih kaku lagi.
Benda itu berdiri tegak, seperti Monas mini saja layaknya, tapi yang ini kembar.

Aya membalas dengan menggenggam penis Bang Jack dan mengocoknya begitu cepat..
karena saking hornynya.

Dia juga terus menjilati penis itu hingga membuatnya jadi semakin licin dan mengkilat.
Di bawah.. kedua kakinya melingkar di pinggang Ustad Ferry, seolah minta disodok lebih dalam lagi.

Tapi Ustad Ferry tidak bisa melakukannya karena Bang Jack terus menarik-narik tubuh Aya ke atas.
Saat dia protes, Bang Jack cuma tertawa.

”Pak Ustad enak sudah dapat memek. Lha saya.. cuma dapat mulut.
Ngalah dikit napa, Pak Ustad..!?” Sindirnya.

Ustad Ferry terdiam. Daripada meladeni Bang Jack..
lebih baik dia berkonsetrasi memuaskan nafsunya pada tubuh Aya yang sangat molek ini.

Sambil menggoyang.. dia berniat untuk meremas-remas payudara Aya yang tersaji indah di depannya.
Tapi lagi-lagi Bang Jack mengganggunya.

”Ini punya saya, Pak Ustad. Pak Ustad di bawah saja. Masa' nggak kasian sama saya..?”
Kata Bang Jack sambil melindungi kedua payudara Aya dengan telapak tangannya.

Aya yang melihat tingkah kedua laki-laki itu.. cuma tertawa saja di antara desahannya.
Ia tidak bisa bersuara.. karena Bang Jack sekarang mencium bibirnya.. mengajaknya saling mencucup..
dan mengisap lidah.. sementara kedua buah dadanya kembali diremas-remas gemas.

Di bawah.. Ustad Ferry juga menusuk dan mengocok penis besarnya semakin cepat.
Tubuh Aya sampai terlonjak-lonjak dibuatnya.

Bang Jack kembali berdiri dan memberikan penisnya.. meminta Aya untuk mengulum dan mengisapnya.
Sesudah Aya menelan benda itu.. Bang Jack segera menggerakkannya maju-mundur dengan brutal.

"Emhh.. ehm.. Bang, aku.. mmm..!" Aya berusaha protes tapi suaranya tersendat-sendat..
karena mulutnya penuh dijejali oleh penis laki-laki tua itu.

"Mmm.. enak, Ai. Sudah lama aku nggak merasakan yang seperti ini, uhh.." rintih Bang Jack keenakan.
Ia melenguh dan merem-melek menikmati kuluman bibir Aya yang tipis.

Lain Bang Jack, lain pula Ustad Ferry. Sementara Bang Jack merintih-rintih penuh kepuasan..
laki-laki itu malah tidak bisa menikmati tubuh Aya secara total.

Adik iparnya itu lebih berkonsentrasi mengoral kontol Bang Jack daripada melayaninya.
Akibatnya.. Ustad Ferry jadi tidak merasa nikmat seperti tadi.

Goyangannya menjadi kaku dan putus-putus.. tidak lancar seperti pada awal-awal permainan.
Ia jadi frustasi dan uring-uringan.

Dan puncaknya.. saat Bang Jack menggeram keenakan..
sambil menusukkan penisnya dalam-dalam ke mulut Aya..
sang Ustad malah mencabut penisnya dan berlalu dari tempat itu.

Aya mengira kalau Ustad Ferry sudah mencapai klimaksnya.
Tapi kenapa dia tidak merasakan semprotan pejuh hangat seperti biasanya..?

Begitu melihat penis sang kakak ipar yang masih kaku dan menegang..
taulah dia kalau Ustad Ferry masih belum apa-apa.

Lalu, kenapa dia sudah keburu berhenti..? Tidak nikmatkah tubuhku..?

Aya sudah akan bertanya saat dengan tiba-tiba Bang Jack sudah membungkam mulutnya
sambil menusukkan penisnya kuat-kuat. JLEEBBB..!!!

”Auw..!!” Aya spontan menjerit,.. dan begitu Bang Jack mulai menggenjot tubuhnya..
ia pun sepenuhnya lupa pada Ustad Ferry yang sekarang berjalan pelan menuju ruang tengah..
menghampiri Haifa untuk ganti melampiaskan hasrat kepadanya.
----oOo----

Sore tiba dan hari sudah beranjak sejuk ketika Azzam mengiringi Ustad Ferry masuk ke ruang tamu.
Bang Jack sudah menunggu di sana, ia terlihat tegang dan senyumannya terlihat seperti milik lelaki tolol.

Mereka segera duduk-duduk sambil berbincang-bincang..
sementara Aya dan Haifa kini terlelap tidur di ruang tengah..
setelah teler dihajar oleh tiga lelaki secara bergiliran.

Azzam mengeluh karena lambannya perkembangan bisnis yang ia rintis.
Ia juga mengeluh soal rumahnya yang perlu direnovasi..
lalu pembayaran gaji para karyawan yang sudah telat.. Juga tagihan-tagihan lainnya.

“Tenang.. kamu nggak perlu cemas, Zam..” kata Bang Jack yang tiba-tiba merasa seperti dewa penolong.
”Aku akan mengurus semua itu. Aku bahkan akan memberi apa pun yang kamu minta..”

Azzam hanya tersenyum mendengarnya. Pikirnya: Bagaimana mungkin..
Bang Jack yang selalu berhutang kepadanya mampu membereskan kesusahan dirinya..?

“Pak Ustad, boleh saya cerita soal uang itu..?” Bang Jack bertanya pada Ustad Ferry.
“Silakan, terserah abang..” Ustad Ferry masih terlihat keberatan.

Ia masih berharap Bang Jack akan mengumumkan uang temuan itu..
dan bukan malah memilikinya secara pribadi seperti sekarang.

“Aku tadi menemukan uang, Zam..” Bang Jack menunjukkan buntelannya.
Azzam sudah pernah melihat marbot tua itu berbicara ngawur sebelumnya.

Kali ini pun, ia berpikir bahwa Bang Jack tengah bercanda.
Tapi sekarang ia hampir-hampir tidak bisa percaya atas apa yang sedang dilihatnya.

Tumpukan uang itu terlihat padat, seperti nya berisi lebih dari 500 juta.
Bang Jack serius dengan kata-katanya..!

“I-itu duit siapa, Bang..?” Tanya Azzam takjub. Bang segera menceritakan kisahnya.
Ia tidak tau uang ini milik siapa. Tapi yang jelas, jumlahnya lebih dari 2 Miliar.

Setengah dari uang itu kini dititipkan kepada Asrul dan Udin.
Selanjutnya..
Bang Jack akan menyerahkan setengah dari jumlah uang yang tersisa kepada Azzam untuk dikelola.

Ia tidak ingin uang sebanyak itu hanya akan sia-sia jadi makanan tikus.
Lebih baik diinvestasikan buat hal-hal yang berguna.

Kalau memang Ustad Ferry tidak mau, Bang Jack siap memberikannya kepada Azzam.
“Pikirkan lagi, Bang..” Ustad Ferry kembali mencoba mencegah..

”Jika barang temuan itu bernilai sedikit, maka tidak mengapa mengambilnya.
Tapi ini sangat banyak, Bang. Sebaiknya segera kembalikan uang itu sebelum masalahnya menjadi lebih rumit..!”

“Enggak, Pak Ustad. Uang ini adalah jaminan hidupku. Saya tidak ingin menderita selamanya..”
sergah Bang Jack keberatan.
“Bener itu, Bang..” dukung Azzam yang memang tertarik mendapatkan dana segar dari Bang Jack.

Suasana jadi panas. Masing-masing mempertahankan argumennya.
Ustad Ferry terlalu takut untuk mengambil risiko.

Ia ingin mengakhiri petualangan Bang Jack dan berharap laki-laki itu cukup dengan hanya menerima imbalan..
atas pengembalian uang Miliaran rupiah tersebut.

“Dari siapa..? Pemiliknya saja kita nggak tau..!” Kata Bang Jack kesal.
“Karena itu harus diumumkan biar yang punya muncul..” sela Ustad Ferry.

“Bagaimana kalau orang itu ternyata cuma ngaku-ngaku..? Di tasnya tidak tertulis nama siapa pun.
Artinya.. uang itu milik umum sekarang.. milikku..” bantah Bang Jack.

Ustad Ferry tetap pada pendiriannya. Ia tidak mau membantu Bang Jack..
tapi juga tidak akan memberitahukannya pada orang lain.
Biarlah Bang Jack sendiri yang menanggung segala akibatnya.

Azzam menengahi dengan bersedia membantu menyimpankan yang tersebut.
“Tapi aku pinjam sebagai modal usaha ya, Bang. Nanti aku kembalikan berikut jasanya sekalian..”

Bang Jack segera membagi sisa uangnya menjadi dua.. masing-masing limapuluh tumpukan.
Lalu memberikannya kepada Azzam. “Gunakan saja sesukamu, Zam..” pesannya.

Ustad Ferry hanya bisa melihat semuanya sambil menggeleng-geleng tak suka.
“Pokoknya, aku nggak ikut-ikut ya..”

“Pak Ustad tenang saja..” Bang Jack mengemasi seperempat bagian uangnya..
dan segera memasukkannya kembali ke dalam kresek hitam,

ia kemudian pulang balik kembali ke Musholla..
untuk beristirahat di kamarnya yang terletak di samping musholla.

Di sana.. Bang Jack membuka kemasan uangnya.
Ia memisahkan uang pecahan seratus ribuan itu menjadi lima puluh tumpuk..
masing-masing bundel bernilai seratus lembar. lalu mengikatnya dengan karet gelang.

Sembari menatap tumpukan uangnya yang berwarna merah..
Bang Jack tiba-tiba merasa takut kehilangan benda yang sedang berada di depannya ini.

Ketika kali pertama menemukan uang tersebut..
sekilas ia dapat membayangkan dirinya akan bahagia bergelimang uang banyak.

Uang menjanjikan kemakmuran.. status sosial yang tinggi.. serta kebahagiaan.
Dengan uang.. Bang Jack akan dapat membeli atau memperoleh apa pun yang diinginkannya di dunia ini.

Bang Jack bermaksud menghabiskan waktunya seharian, di sore itu dengan mencari cara..
untuk menyembunyikan bagian uangnya seaman mungkin.

Ia berdiri dan berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya.
Ia harus segera menemukan tempat aman untuk menyembunyikan uang senilai 500juta rupiah tersebut.
Tapi, di mana..?

Bang Jack segera memasukkan tumpukan uang itu ke dalam kantong kresek dan membawanya ke luar.
Di bawah lantai bedug.. dulu ia sempat membuat lubang untuk menyangga kaki-kaki bedug.. tapi urung digunakan.

Bang Jack segera memasukkan kantong uang itu ke dalam sana..
lalu menutup kembali dengan menggunakan lapisan kayu, rapi.. tepat berada di atasnya.

Akhirnya ia dapat menenangkan diri. Namun perasaan tenang itu hanya bertahan satu menit.
Rasa cemas kembali menghantui pikiran Bang Jack.

Rasa-rasanya lubang itu tidak akan cukup aman untuk menyembunyikan uang sebanyak itu.
Orang akan dengan mudah bisa menemukannya.

Maka kembali Bang Jack mengangkat penutup lubang tempat persembunyian uang cash itu..
lalu mengangkat kantongnya yang penuh berisi uang. Pasti ada tempat lain yang lebih aman.

Bang Jack melangkahkan kakinya di anak tangga menuju tempat wudhu..
mencari-cari tempat yang sekiranya cocok.

Ia berada di depan pancuran selama lebih kurang sepuluh menit..
lalu terbersit dalam benaknya untuk menyembunyikan uang tersebut di dalam pipa saluran air.

Bang Jack segera meletakkan kantong uang dan mengambil perkakas.
Setelah ia berhasil melepas pipa..

Bang Jack menyimpan uangnya di dalam ruang yang kini terbuka di bagian dalam..
lalu memasang kembali penutup fiberglass dan membetulkan pipa.
Tubuhnya bermandikan keringat, namun di bibirnya tersungging senyum puas.

Bang Jack kembali ke kamar dan membuatkan secangkir kopi instan untuk dirinya sendiri.
Saat itulah.. pikiran bawah sadar menyadarkannya.

Bagaimana jika uang itu menjadi basah dan berjamur..? Bisa-bisa tidak laku saat mau dipakai nanti..!
Tanpa menyentuh secangkir kopinya.. Bang Jack segera berlari ke tempat wudhu..
dengan terlebih dahulu menyambar kotak perkakas.

Ia melakukan hal sama seperti yang dilakukannya tadi ketika membuka saluran air..
kemudian menarik buntelan uangnya keluar dari sana.
Bang Jack baru berlalu setelah membetulkan pipa air tersebut.

Dua jam telah berlalu.. uang dalam kresek hitam masih tergeletak dekat kakinya.
Dengan sebelah tangan memegangi perkakas dan sebelah lagi memegangi tumpukan uang..
Bang Jack kembali ke kamarnya.

Ia bisa merasakan betapa sulitnya untuk menenangkan diri.
Setiap beberapa menit.. ia akan berdiri dan melangkah mondar-mandir di dalam kamarnya.

Bayangan tubuh molek Aya.. Mira dan Haifa yang sudah ia nikmati hari ini..
sama sekali tidak membantu meringankan bebannya.

Dalam pikiran Bang Jack.. tidak ada tempat yang aman untuk menyembunyikan uangnya. CONTIECROTT..!!
-----------------------------------------------oOo--------------------------------------------
 
:beer: .. malaM dooG
Eperibadi..

Noh.. di atas Nubi posting Part 4 Cerita 161..

Sialkan dikenyot..:nenen: n KEEP SEMPROT..!!
 
------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 161 – Para Pencari Kenikmatan [Part 5]

Sehabis Maghrib..
Sheila sedang mengumpulkan berkas-berkas penjualan..
yang sudah kadaluarsa dari meja ruang kerjanya untuk dibuang ke tempat sampah..
ketika merasakan ada tangan yang menahan bulatan pantatnya.

“Auw..!” Ia menjerit kaget dan lekas menoleh. Sheila tidak mendengar pintu depan terbuka sebelumnya.
Namun di sana, ia melihat Azzam melambaikan tangan ke arahnya sambil tersenyum jahil.

“Serius amat, Shel..!?” Kata si boss.
“Ah, Mas Azzam.. sukanya ngagetin orang aja..” Sheila tersenyum maklum.

“Ikut ke kantorku..” Azzam berbalik dan melangkah pergi.
Sheila segera meletakkan berkas-berkasnya di atas meja dan pergi mengikuti.

Di dalam.. Azzam memberi isyarat kepadanya untuk duduk dan kemudian meletakkan jari ke bibirnya..
menyuruh Sheila agar diam dan hanya mendengarkan.

Oh.. ini dia..! Pikir Sheila. Azzam pasti akan memberitahunya soal kondisi perusahaan yang terpuruk..
dan memutuskan untuk memecatnya.
Dia akan kehilangan pekerjaan.. dan akan menjadi orang pertama yang mendengar vonis..

"Kamu besok nggak usah masuk. Ini gaji terakhir kamu..!"
Sialan.. perut Sheila langsung melilit. Ia merasa seperti akan muntah di lantai kantor Azzam.

“Begini, Shel..” Azzam memulai.. ”Ini adalah salahsatu keputusan tersulit yang pernah aku ambil.
Antara kamu dan Dara.. sama-sama cantik dan pintar. Pekerjaan kalian juga sempurna. Tapi ..”

Ini dia.. batin Sheila getir.
".. Tapi.. aku merasa bersalah karena nggak bisa menggaji kalian dengan baik.." Azzam berkata.

Kemudian ia mengatakan sesuatu yang sangat tidak mungkin.
“Karena itulah.. setelah kubicarakan dengan Aya, kuputuskan untuk memberi kalian bonus di bulan ini.."

Sheila seperti ingin menangis. Ia mungkin lebih berbahagia mendengar kabar itu dibanding Azzam.
Sebuah aliran rasa lega yang luar biasa melandanya dan setiap otot di tubuhnya menjadi rileks.
Sekarang Sheila bisa santai.

Azzam berkata.. "Ini ada dua amplop. Satu untuk gajimu, dan satu lagi adalah bonus.
Mungkin kau bisa memanggil Dara agar segera datang mengambil bagiannya.."

Sheila tersenyum lebar saat Azzam menatapnya.
"Ah, i-iya. Makasih, Mas Azzam.
Akan kutelepon Dara sekarang.. dia tadi pamit pulang sebentar untuk berganti baju.."

Teruslah bernapas.. Sheila berkata pada dirinya sendiri karena saking senangnya.

“Ini, terimalah." Azzam meletakkan dua amplop berwarna coklat di meja.
"Ehm.. kalau boleh tau.. a-apa kita baru dapat tender besar..?" Tanya Sheila penasaran.

"Yah, bisa dibilang begitu..” Azzam tertawa.
“Wah, ini.. sangat menakjubkan, Mas. Makasih ya..”

Suara Sheila terdengar antusias.. tapi Azzam seperti tidak menyadarinya.
"Ini sudah menjadi kewajibanku sebagai pemilik perusahaan, Shel..”

Azzam berdiri dan mulai berjalan mendekat.. menghampiri Sheila yang langsung berubah menjadi gugup.
"Dan kau pasti juga tau kewajibanmu sebagai karyawan, kan..?" Dia menatap gadis cantik itu.

Perut Sheila mulai melilit lagi. "I-iya, Mas. Aku tau."
Ia lalu tersadar, bahwa mungkin Azzam memberikan gajinya pada malam hari seperti ini..
hanya agar bisa menikmati kesintalan tubuhnya.

Apakah itu benar..? Setiap langkah yang dibuat Azzam memancarkan kepercayaan diri, kewibawaan, dan seks.
Sheila tau.. kalau memang mau menolak.. sekaranglah saatnya. Namun ternyata ia tidak melakukannya.

Azzam mengulurkan tangan, mengundangnya, dan Sheila menyambutnya.
Suami Aya itu mengangkat lengannya dengan dramatis dan mengendus.

"Tubuhmu harum.. Shel. Pake parfum apa..?"
“Emm.. cuma parfum murahan kok..” Sheila berusaha menjaga suaranya agar tetap terdengar tenang..
padahal jauh di dalam dirinya ia mulai bergidik basah.

Azzam kini berdiri tepat di sebelahnya. Sheila bisa melihat kembali secara dekat pada mata laki-laki itu..
yang begitu dalam dan menghanyutkan, juga bentuk bibirnya yang terbingkai sempurna.

Azzam menaruh jari di bawah dagu lancip Sheila.
"Aku sudah nggak sabar menunggu melakukan ini denganmu, Shel.."
Dia membungkuk dan mencium gadis itu, ciuman lembut dengan sedikit sapuan lidah.

Ketika ia mundur kembali, Sheila berkata..
"Kita benar-benar harus menghentikan ini, Mas. S-sepertinya.. mbak Aya mulai curiga.."

"Dia nggak akan marah kok.. percayalah padaku.." Azzam selalu memiliki cara yang halus..
untuk menaklukkan wanita.. dan sekarang dia menggunakannya kepada Sheila.

“Tapi, Mas ..” Sheila mencoba untuk melawan.. namun tentu saja langsung takluk.
Tatapan Azzam yang melayang ke tubuh, ke dadanya.. dan kemudian ke kakinya..
untuk memandangi rok pendek yang dikenakan oleh Sheila.. benar-benar membuat gadis itu mendesah pasrah.

“Aku pengin kita bersama-sama lagi, Shel.. atau, kau memiliki ide yang lebih baik..?" Tanya Azzam menantang.
"Bersama-sama yang Mas maksud itu pasti adalah seks, iya kan..?" Tebak Sheila.

Azzam mengangkat bahu. "Terserah.. kalau memang itu yang kamu inginkan.."
Jawaban itu membuat Sheila kembali gugup.

Apalagi saat Azzam meletakkan tangan untuk bertumpu pada kakinya.
Sheila menunduk dan melihat laki-laki itu menggerakkan tangannya..
mengusap lututnya dengan punggung jari telunjuk.

Meski hanya beberapa detik.. Sheila mengagumi bagaimana sedikit sentuhan itu..
ternyata sanggup mengirimkan kejutan rangsangan di belahan kakinya.

Napas Sheila mulai terasa berat, dan ia merasa putingnya mengeras.
"Kita saling menginginkannya, Shel..” bujuk Azzam. "Aku bisa melihatnya di matamu.."

Sheila menoleh untuk menatapnya dan dalam sekejap wajah mereka bertemu.
Pelan bibir basah Azzam menyentuh bibirnya.
Mulut Sheila pun terbuka dan membiarkan lidah Azzam masuk mengikuti undangannya tanpa ragu-ragu.

Tak ada yang bisa menghentikan mereka sekarang, dan pada saat itu..
Sheila tak lagi memiliki keinginan untuk melakukan hal lain selain bercinta dengan bos gantengnya.

Azzam mengendalikan ciuman itu.. panas dan licin..
mendominasi dengan menjilat secara sensual sepanjang lidah tipis Sheila. Mulutnya sepenuhnya menguasai.

Di saat Sheila mendesis, Azzam segera meluncurkan tangan ke paha gadis itu secara perlahan.
Denyut jantung mereka meningkat.

Satu jari Azzam kini menggelincir ke lubang celana dalam Sheila..
dan mulai membelai lipatannya yang basah menggunakan ujung jari.

"Oh, Mas..!!” Jerit Sheila tertahan. Azzam terus menggodanya.
Ia menggelitik lembut, dan sedikit lebih jauh di setiapkali, tetapi tidak dekat dengan biji klitorisnya.

Sheila mengambil segenggam rambut dan meremas kuat. Terasa tebal.. namun lembut..
dan genggaman itu tampaknya semakin membangkitkan gairah Azzam lebih dalam lagi.

"Lepas, Shel. Aku pengin melihat tubuhmu.."

Sheila segera mempreteli baju kemejanya.. sementara Azzam membantu dengan melepaskan kait bra..
lalu mendorongnya ke samping hingga memperlihatkan bulatan payudara Sheila yang menggantung indah.

"Padet banget, Shel..” Suara Azzam menghilang saat dia menundukkan kepala..
kemudian mengatupkan bibir di sekitar puting Sheila yang mungil kemerahan.

“Hmm.. Mas..!” Sheila merintih sambil memperhatikan ujung lidah Azzam..
yang mulai menjilati putingnya dengan rakus..
sementara tangan laki-laki itu meremas-remas payudaranya yang lain tanpa henti.

Mulut Azzam lalu beralih ke putingnya yang lain, membuat benda itu jadi semakin ketat sekarang.
Selain karena rangsangan Azzam, juga karena udara dingin yang berhembus melalui lubang AC.

Rok Sheila sudah naik sampai ke pinggul.
Ibu jari Azzam dengan pintar meraih celana dalamnya.. dan mulai menariknya turun hingga ke mata kaki.
Sheila menunduk untuk melihat kain tipis itu yang dengan mudah terlepas.

Azzam segera meletakkan satu kaki Sheila ke lengan sofa dan menarik kaki yang lain ke pangkuannya.
Posisi itu membuat lorong kewanitaan Sheila yang telah basah jadi sangat terbuka untuknya.

“Tubuhmu indah, Shel. Hangat, dan.. putih mulus..”
Azzam menyeringai sambil tangannya mulai merayap kembali ke paha Sheila.

Jari-jari itu melingkar di bagian bawah.. meninggalkan ibu jarinya melayang tepat ke arah biji klitoris.
“Oughh.. Mas..!” Sheila menatap.

Ia memiringkan kepala ke sofa sebagai reaksi ketika ujung ibu jari bersentuhan dengan kelentinya.
Azzam memijat pelan membentuk lingkaran.. memberikan lebih banyak tekanan.. kemudian berkurang..

Kemudian lebih lagi.. dan berlanjut dengan mengusap berputar-putar serta sesekali naik-turun menggemaskan.
“Auw..! Ahh.. uhh..” Sheila menatap lurus ke langit-langit ruangan.

Sambil terus membelai.. mulut Azza m kini sudah berada di lehernya.
Lidah laki-laki itu menelusuri membentuk lingkaran kecil.. lalu kemudian sedikit mengisap rakus di sana.

Sheila menikmati bagaimana cara Azzam memperlakukan klitorisnya.. terasa begitu indah dan sempurna.
Ia bisa klimaks hanya dengan cara itu saja.. tapi itu tentu saja tidak cukup bagi Azzam.

Tangannya kini berpindah dengan menyelipkan satu jari di dalam lorong kewanitaan Sheila..
mengubahnya dari sekedar lembab jadi membanjir deras.

Dengan cepat Azzam meluncurkan masuk dan keluar dalam satu belaian pendek yang teramat nikmat.
"Gimana, Shel..?” Azzam menyelipkan masuk jarinya yang kedua.

“Oh, ya.. terus, Mas, tekan yang kuat di sana. Duh gusti..” Dengan kaki berada di atas pangkuannya..
Sheila bisa merasakan kejantanan Azzam yang mengeras tajam di balik celananya.

Ingin ia menyentuhnya.
Ingin membuat suami Aya itu merasa puas seperti yang tengah dilakukan Azzam kepada dirinya.

Pinggul Sheila melawan untuk mengimbangi jari-jari Azzam yang masih menusuk cepat.
Ia tidak dapat lagi menahan.

Sayu Sheila menatap sang majikan..
dia juga menatap ke bawah di antara kedua kakinya di mana keduanya telah terbuka lebar.

Kaki itu pasti akan menjadi kram. Tapi tak ada rasa sakit, justru malah nikmat.
Kenikmatan itu semuanya berasal dari tangan terampil milik Azzam yang terus saja membelai.

Caranya meraba sungguh lain.. terasa lebih baik daripada seks yang pernah dialami oleh Sheila.
Napas gadis itu sudah tercekat di tenggorokan dan tubuhnya mulai tersentak-sentak tak karuan.

Ini terlalu nikmat. Ia mulai menggerakkan kakinya yang berada di pangkuan Azzam..
Menggesek kejantanan laki-laki itu.
Berharap Azzam segera menurunkan celananya dalam hitungan detik dan bercinta dengannya.

"Sabar. Aku akan membuatmu orgasme terlebih dahulu..”
Itu adalah jawaban mengapa Azzam masih memakai celananya.

Mulutnya menekan bibir tipis Sheila.. memagut nikmat dan kuat.
Berikutnya Azzam menundukkan kepala untuk membelai kedua puting Sheila menggunakan lidahnya.

Kombinasi antara gigi atas dan lidah memberikan sensasi yang sedikit tajam namun juga lembut.
Sementara kocokannya di bawah menjadi semakin cepat..
Sambil telapak tangannya menempel di ujung kelentit Sheila. Sungguh sangat sempurna.

“Keluarkan, Shel. Klimakslah untukku..” Azzam berbisik mesra.
Sheila berada di titik di mana ia hampir tak bisa berkata-kata.
Hanya ada suara berdecit yang entah berasal dari mana.

Tangannya tanpa sadar meraih untuk mulai membelai dan mengusap-ngusap batang panjang Azzam..
yang semakin mengeras, bagai akan merobek celana jinsnya.

"Mas, kumohon.. aku mau .." Sheila menggelinjang.
"Mau apa..? Mau orgasme..? Keluarkan aja, Shel.." Azzam terus merangsangnya.

“A-aku.. mau.. k-kontolmu, Mas..” kata Sheila terbata-bata.
Senyum jahat muncul di sudut mulut Azzam. "Enggak. Belum saatnya."

"Ohh.. s-sudah, Mas. Hentikan..! Aku akan ..hhhhhh..”
Kata-kata Sheila terhenti saat kedahsyatan orgasme menghantam tubuh sintalnya.

Pinggulnya mendorong melawan tangan Azzam yang masih bergerak kencang.
Dua jari laki-laki itu tepat berada di tempat di mana Sheila sering menempatkan jari-jarinya sendiri.
Sebuah tempat yang kebanyakan pacarnya tidak pernah menemukannya.

Namun Azzam memang pintar..
dengan mudah ia mengetahui lokasinya dan memusatkan seluruh perhatian di sana.
Sungguh membuat Sheila jadi sangat tak tahan.

"Gimana.. enak, Shel..?"
Tanyanya dengan wajah sangat dekat, begitu dekat hingga dahi mereka bersentuhan.

Azzam menatap jauh ke dalam mata Sheila..
saat kabut orgasme yang pekat mulai terangkat dari pandangan gadis itu secara perlahan-lahan.

"E-enak banget, Mas..” Sheila membiarkan Azzam mencium keningnya..
dan kemudian memberinya sebuah ciuman panjang, pelan dan manis di bibirnya.

“Apakah sekarang giliranku..?” Ada nada penuh harap dalam pertanyaan itu.
Azzam mendongak seolah-olah sedang berusaha untuk menemukan jawabannya.

Namun belum sempat ia membuka suara.. mendadak mereka mendengar bunyi pintu yang terbuka.
Dara muncul di depan ruangan sebelum Sheila bisa merapikan diri.

Ia masih berada di dalam pelukan Azzam.. roknya masih naik sampai ke pinggul..
Sementara tonjolan payudaranya tetap terekspos jelas. Ahhhh..!! Benar-benar memalukan.

Dara terhenti. "Ups. Maaf. Aku akan pergi.." Sheila tidak mengatakan apa-apa.
"Enggak.. nggak.. nggak apa-apa kok..” Azzam menyeringai.

Dara menatapnya. "Benarkah..? Asyik, main bertiga nih..!”
Azzam mengangguk.. ”Ayo sini..”

“Hei.. kamu belakangan. Enak aja minta jatah duluan..!” Sungut Sheila dengan raut muka kesal.
Ia tidak mau Dara menganggu kenikmatannya.
“Tapi ..”

Kedua gadis itu segera terlibat dalam perang kecil.. sementara Azzam hanya tersenyum saja memperhatikan..
sambil perlahan-lahan mulai mencopoti bajunya satu per satu.

“Aah.. baiklah. Kutunggu di luar aja..” Dara akhirnya mengalah.
“Ntar kamu juga dapat jatah..” Sheila mendorong tubuh Dara agar minggir.

“Aku belum disemprot spermanya Mas Azzam. Pengin aku merasakannya menembak di rahimku.
Uuh.. biarkan kami bercinta dulu.. jangan gangguin..! Ntar setelah ini giliranmu..”
Azzam kini sudah telanjang bulat.

Sebelum Dara pergi.. dipeluknya gadis itu dari belakang dan meremas-remas buah buah dadanya..
yang bergelantungan indah dan masih tertutup jilbab.

“Jangan, Mas.. aah.. puasin Sheila dulu.. aku bisa nunggu..”
Tolak Dara tanpa melarang Azzam bermain-main di tonjolan buah dadanya.

“Cium dulu..” rayu Azzam sambil memutar tubuh Dara dan langsung menyerbu bibirnya.
Sejenak mereka terlibat dalam kuluman dan lumatan yang begitu rakus..
bahkan Azzam semakin nakal dengan meremas-remas pantat bulat Dara.

“Hhm.. s-sudah, Mas..!” Desis Dara sebelum dirinya terlena..
”Segera hajar Sheila.. kutunggu di luar ya..?“

Dia memegang sebentar batang Azzam yang ngaceng keras.. dan kemudian mundur teratur..
lalu mengedipkan matanya pada Sheila saat membuka pintu dan berlalu meninggalkan ruangan.

“Ayo, Mas. Naikin aku. Segera tindih tubuhku..” rengek Sheila dengan kaki mengangkang lebar..
memamerkan liang vaginanya yang sudah basah memerah. Ia nampak tak kuat lagi menahan nafsunya.

Azzam tertawa senang melihat Sheila yang memohon dan menghiba.
Ia segera membuka paha gadis itu lebar-lebar dan langsung memajukan penisnya.

Plepp..!! Azzam menempelkannya sebentar ke belahan memek Sheila yang merekah agar jadi sama-sama basah..
sebelum kemudian.. Slebbb.. ia mulai menekan pelan dengan tenaga besar..
hingga membuat Sheila sampai mendelik dan menggelinjang.

“Ooh.. Mas..! Teruus.. enaak.. ahh..!”
Lenguh Sheila merasakan batang panjang Azzam menerobos masuk dengan paksa.
Ia menggeleng-gelengkan kepala untuk menahan sensasinya yang begitu dahsyat.

Azzam terus melakukan penetrasi sampai batangnya mentok di liang vagina gadis cantik itu.
Diperhatikannya.. Sheila hanya bisa merem-melek keenakan menikmatinya.

“Kontolmu enak, Mas. Nikmat banget. Uuh.. luar biasa memang.. pantesan aku jadi ketagihan..”
kata Sheila dengan napas ngos-ngosan.

Azzam kini menindihnya dan memberikan pagutan mesra di bibir..
yang dibalas oleh Sheila dengan tak kalah panas.

Selama berciuman,, ia juga mulai melakukan tarikan pada batang penisnya..
Kemudian mendorong dengan pelan.. hingga membuat Sheila jadi menjerit-jerit tak karuan.

“Mass.. aah.. ahh.. auhh..!“ Erang gadis itu berulang-ulang.

Azzam terus melakukan genjotan demi genjotan.
Batang penisnya terus menghajar liang memek Sheila berulang-ulang.. walau tidak begitu keras.

Namun itu pun sudah sanggup membuat Sheila terpejam-pejam..
dengan kaki menjepit kuat pinggang Azzam yang tah henti bergerak naik-turun.

Azzam mengejar bibir gadis itu.. dan disambut dengan lumatan ganas oleh Sheila.
Lembut Azzam meremas-remas buah dada Sheila yang meski tidak begitu besar tapi sangat padat.

Sheila menggelinjang, namun Azzam segera memeluk dan mendekapnya kuat,,
agar ia bisa terus melakukan penetrasi.

Akibatnya Sheila hanya bisa berteriak-teriak merasakan tusukan dan genjotan Azzam..
yang mulai menghujam dengan begitu kuat.

“Maas.. a-aku nggak tahan..! Aah.. gimana dengan k-kamu..?“ Tanya Sheila terbata-bata.
“Iya, sama. Aku juga nggak tahan..” sahut Azzam dengan terus melakukan serangan.

“Aduh.. geli, tapi enak.. cepat keluarkan pejuhmu, Mas. Cepat..!“ Sheila berteriak.
“Iya, sabar ya..” balas Azzam sambil menggenjot lagi lebih kuat.

“Ganti gaya yuk..!?“ Ajak Sheila.
Azzam langsung menarik penisnya hingga membuat Sheila menjerit kecil.

“Kamu nungging.. cepat..!“ Perintahnya.. yang disambut dengan gerakan menggulingkan diri oleh Sheila.
Kemudian gadis itu menaikkan pantatnya, sedangkan kepalanya ia letakkan di sandaran sofa.

Betapa indah sekali pantat Sheila.. benar-benar membulat dan menegang sempurna.
Azzam meremas dan menciuminya sebentar..
sambil sekali lagi meraih kedua puting Sheila untuk dipilin-pilin gemas.

“Please.. Mas, cepet masukin..! Cepetan..!“ Teriak Sheila tidak sabaran.

Slebbb..!! Clebb..!! Azzam pun segera menusukkan batangnya..
Jlebb.. ia menekannya kuat hingga membuat Sheila kembali menjerit.

Dengan tarikan dan tekanan berulang-ulang, batang itu pun kembali amblas.
“Siap ya..?” Azzam langsung melakukan sodokan dari belakang.

Sheila hanya bisa menerimanya sambil meremas-remas sofa dengan kuat..
kadang ia juga mencakar-cakarnya begitu benar-benar tak tahan.

“Maas, hampir sampai nih.. cepat..!“ Jerit Sheila keras.
“Iya, sama..!“
Kata Azzam yang sudah merasakan sangat panas di dada dan menjalar sangat cepat ke perutnya.

Namun belum sampai muncrat.. memek Sheila keburu menyempit dengan cepat.
"Ohhhhhh..!!" Tubuh gadis itu menegang kuat saat mendapatkan orgasmenya.

Srrrrr.. srrrr.. srrrr.. srrrrr..!! Cairan cintanya yang bening menyembur deras..
Membasahi batang panjang Azzam yang masih menancap kaku.
Jumlahnya begitu banyak sampai ada yang meleleh keluar.

“Maaass..!!!“ Teriak Sheila panjang saat Azzam terus menghujamkan batangnya berulang-ulang dengan kuat.
Ia sudah kelojotan sebelum kemudian diam tak bergerak dengan nafas terputus-putus.

Azzam meremas-remas buah dada Sheila yang menggelantung indah sambil menggenjot semakin kuat.
“Sudah, Mas.. cepet keluarin, aah..” keluh Sheila yang sudah sangat lemas.

“Bentar lagi..“ Azzam menghujamkan batangnya beberapakali lagi..
sampai tiba-tiba tubuhnya menegang kaku begitu mendapatkan orgasmenya.

Ia mendongak ke atas saat cairan pejuhnya meledak di lorong rahim Sheila yang terdalam.
Crooott.. crooott.. crooott.. Tubuh Azzam menjadi sangat enteng dan ringan.
Pandangannya menggelap, sementara jiwanya terasa terbang ke langit tinggi.

Setelah puncak pendakian itu terlewati..
ia pun akhirnya ambruk menindih tubuh bugil Sheila yang sudah melemas.

Azzam merasakan cairan spermanya ada yang meleleh keluar dari sela-sela vagina Sheila..
saat penisnya yang mulai melembek tercabut keluar.

Mereka berdua diam lama sekali menikmati klimaks masing-masing. Hanya bibir tipis Sheila..
yang memperlihatkan sebuah senyuman setelah merasakan kepuasan disetubuhi oleh Azzam.

“Trims, Mas.. selain dapat uang, aku juga dapat enak..”
Kata Sheila gemas melihat ceceran air mani Azzam yang sangat banyak.

Mendadak Dara muncul kembali di depan pintu...” Udah selesai ya..?” Tanyanya lugu.
Melihat kemunculan gadis berjilbab itu, Azzam langsung memanggilnya.

“Kamu sini deh..!“ Dara mendekat sambil matanya tak terkedip..
memandangi batang penis Azzam yang penuh oleh ceceran air mani.

“Jika pengin merasakan kontolku..
jilatin sperma yang menempel di memek Sheila dan kontolku ini..“ tunjuk Azzam.

Dara awalnya memandang bingung.. namun kemudian langsung saja duduk berjongkok..
kemudian tanpa rasa jijik mulai menjilati batang Azzam dan belahan memek Sheila secara bergantian.

Ia menelan semua air mani Azzam yang bisa ia temukan hingga bersih..
Bahkan ceceran pejuh yang berada di sofa juga tak lupa dijilatinya.

Sheila hanya tersenyum kecil saja melihat Dara membersihkan liang vaginanya..
ternyata temannya yang berjilbab ini doyan sperma juga seperti dirinya.

“Hmm.. gurih sekali sperma mas Azzam. Aku suka..” Dara menelan tetesan terakhir..
dan selanjutnya menarik tangan Azzam untuk dibawa keluar.

“Giliranku untuk merasakan kontolmu, Mas..”
Sheila tersenyum dan mengangguk.. ”Pakai saja. Aku sudah selesai kok..”

Dara menggelandang Azzam menuju ruang depan. Sambil berjalan beriringan..
tangan Azzam mulai nakal meremas-remas pantat bulat Dara yang masih terbungkus baju panjang.

Tidak sebesar milik Sheila ataupun Aya.. tapi cukup empuk dan melebar juga. Azzam menyukainya.
“Nakal ah.. awas ya!“ Dara mendorong tubuh telanjang Azzam ke arah meja tengah.

“Beri aku kepuasan seperti Sheila, Mas. Buat aku merintih-rintih..” rengeknya tak kuat menahan libido.
Apalagi di depannya sekarang terlihat batang Azzam mulai ngaceng kembali.

Ia memperhatikan dengan seksama penis Azzam yang menegak bak tugu monas itu.
Dara memandang dengan penuh nafsu sambil menggeleng-gelengkan kepala seperti tak percaya.

Azzam menarik tangan Dara agar maju ke dalam pelukannya.
Gadis itu tersenyum nakal dan langsung merangkulnya erat.
Dengan cepat mereka saling melumat bibir dengan diselingi remasan dan usapan gemas pada tubuh pasangannya.

Dara merangkul pundak Azzam dengan dua tangan untuk lebih merapatkan diri..
sementara Azzam memijit bulatan payudara gadis itu penuh rasa birahi.

Mereka semakin terbakar gairah.. dengan wajah cantik Dara yang masih tertutup jilbab..
Menampakkan keinginan untuk segera disetubuhi. “Mas.. cepat lakukan..! Genjot aku..!“ Ajaknya tak tahan.

Namun Azzam dengan sabar menggodanya..
“Kayak ayam aja.. begitu ketemu langsung cepat-cepat minta digenjot..?”

Gemas ia mendorong tubuh ramping Dara dan menindihnya.
“Mas Azzam.. aah..!!“
Pekik gadis itu saat Azzam maju untuk menyerbu bibirnya.. mau tak mau Dara jadi harus melayani.

“Aauh.. mas..! Kamu ganas banget sih..? Ampuun.. aah..!!“ Lenguh Dara..
saat Azzam menarik buah dadanya berulang-ulang hingga jadi membulat dan melonjong tak berbentuk lagi.

Kedua kakinya berontak ingin menghindar.. namun Azzam dengan sekuat tenaga tetap menindihnya..
membuat Dara sampai megap-megap kepayahan.

“Ampun, Mas.. ampuun..!“
Ia seperti tak kuat lagi menahan serbuan Azzam yang rakus dan ganas.

“Itu upahmu karena meninggalkan kantor tanpa izin..”
Kata Azzam.. tanpa berhenti meremas-remas buah dada Dara.
Benda itu terasa empuk dan kenyal sekali, dia menyukainya.

“Maafin aku, Mas.. maafin..” Dara berkata menghiba, payudaranya benar-benar terasa ngilu sekarang.
“Aku memaafkanmu, Dara. Tetapi biarkan aku melumat bibirmu, meremas buah dadamu sesukaku.
Juga biarkan aku menikmati keindahan tubuhmu ini..”

Azzam lekas mempreteli kancing baju Dara dan mengeluarkan salahsatu tonjolan buah dadanya..
kemudian dengan rakus ia mengulumnya sambil tangannya meremas-remas yang sebelah lagi.

“Hhss.. l-lakukan, Mas..! Tubuhku milikmu malam ini.. terus, sedot lagi..“ lenguh Dara bertubi-tubi.
Tubuhnya menggelinjang liar, namun Azzam segera menahannya.

Ia tindih lagi gadis berjilbab itu dan menghujani wajah polos Dara dengan ciuman dan remasan gemas di buah dada.
“Maas.. auhh.. ahh..” desis Dara yang tak kuat menahan serbuan Azzam.

Ia pegangi kepala laki-laki itu seperti setengah meminta.. “Masukin kontolmu, Mas.. segera genjot aku.. cepetan..!“
Dara mendorong pundak Azzam dan membuka pahanya lebih lebar lagi.

Azzam tersenyum sambil menahan nafasnya. Setelah melepas celana dalam yang dipakai oleh Dara..
Ia segera memegangi batang penisnya..
dan mengarahkan ke lubang basah milik Dara yang sudah menganga memerah.

Azzam mendesakkannya hingga membuat Dara langsung mendelik suka.
“Pelan-pelan aja, Mas.. aah..!!“ Rintihnya.

Namun tanpa ampun.. Azzam terus menekan lebih kuat..
hingga membuat Dara sampai meremas dan mencakar-cakar taplak meja.

“Rasakan kontolku, Ra..” bisik Azzam..
sambil tetap mendesakkan batang penisnya sampai mentok di liang rahim Dara yang sempit.
Gadis itu kini sudah megap-megap tak karuan..” Ampun, Mas.. ampun..!!“

Namun dengan batang Azzam sudah sepenuhnya amblas ke dalam lubangnya..
Dara sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa.
Ia hanya bisa mendongak ke atas saat sambil menggoyang,

Azzam meremas-remas kembali bulatan buah dadanya agar dirinya semakin terangsang..
semakin merasa enak.. sampai mata Darah jadi memutih..
merasakan batang panjang Azzam yang mulai menembusi liang vaginanya.

Slepp.. Jlebb..!! Laki-laki itu menarik dan menekan lagi dengan kuat.
Sekuat teriakan Dara yang begitu kencang dan menghanyutkan.
“Aaah.. aaah.. aaah..” erang Dara tanpa henti.

Matanya melotot merasakan batang Azzam yang bagai mentok ke dasar lorong vaginanya.
Jilbabnya kini berantakan, sama seperti baju panjang bermotif bunga yang ia kenakan.

“Nah, enak kan..?” Goda Azzam.
Ia menjawil dagu gadis itu dan disambut dengan senyum manis oleh Dara.

“Iya, Mas. Aah.. kontolmu benar-benar beda.. lebih mantap daripada punya si Barong. Huh..!“
Maki Dara gemas.

“Selama kamu berkerja di sini.. aku siap menyetubuhimu kapan saja jika kamu mau..”
Tawar Azzam yang disambut pelukan oleh Dara.
“Oh.. makasih, Mas..” gadis itu tersenyum penuh arti.

Cleb-crebb-crebb-crebb-clekk-clekk-clekk-clekk.. Azzam semakin mempercepat genjotannya..
Ia terus bergerak naik-turun di vagina sempit Dara untuk melakukan sodokan demi sodokan.

Setiap hentakan selalu dijawab dengan lenguhan oleh gadis berjilbab itu.
Tangan Dara kini meremas kuat taplak meja..
karena merasakan batang Azzam seolah-olah mengoyak kuat di liang senggamanya.

Hujaman demi hujaman dilakukan Azzam dengan tempo lumayan cepat..
hingga membuat Dara sampai tak karuan dalam menggelinjang.

“Aauh.. Maas..!!“ Dara berusaha untuk menetralkan nafas.
Belum lama Azzam melakukan sodokan demi sodokan, dia sudah merasakan hendak akan klimaks.

“Mas, aah.. aku mau sampai. Aku nggak kuat lagi.. Aaah..!!” Pekik Dara kencang..
begitu Azzam menggenjot dengan lebih cepat dan kuat..
hingga menimbulkan bunyi merdu persetubuhan mereka di malam yang telah larut itu.

Berkali-kali batang penis Azzam menghujam ke bagian terdalam dari liang senggama Dara..
sampai akhirnya gadis itu mengerang kuat.

Geliat tubuhnya semakin menjadi, bahkan taplak meja sampai robek akibat tarikannya.
“Mas, aah.. aah.. aah..” lenguh terakhir Dara begitu mendapatkan orgasmenya.

Jlebbb.. jlebb.. jleghh..!! Azzam menghujamkan batangnya dalam-dalam..
Sampai membuat tubuh Dara menegang kaku dan melengkung serta mendesak ke atas.

Begitu lama tubuh itu menegang..
Seiring dengan cairan panas yang mengucur deras dari liang kewanitaan Dara. CONTIECROTT..!!
---------------------------------------------oOo--------------------------------------------
 
:perang: Serangannnn fajaaaaaaarrrrrr..!!

Noh.. di atas Nubi posting Part 5 Cerita 161..

Sialkan dikenyot..:nenen: n KEEP SEMPROT..!!
 
------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 161 – Para Pencari Kenikmatan [Part 6]

Setelah tuntas..

barulah Dara berdebam kembali ke bawah dengan sesekali masih berkelojotan ringan.

Lama sekali vaginanya terus terasa menjepit kuat..
hingga membuat Azzam harus menahan nafsunya agar tidak terbawa ikut orgasme.

Mata Dara masih terpejam erat.. namun remasan di kain taplak sudah terlepas.
Gadis itu sekarang berbaring telentang dengan badan sangat lemas.

Azzam menindih dan menciuminya. Ia rapikan jilbab Dara yang berantakan..
sambil tangannya terus membelai mesra bulatan payudara gadis itu.

Azzam yang masih belum puas.. menunggu hingga Dara membuka matanya kembali.
Ia merangsang bawahannya tersebut dengan meraba-raba dan mengelus bagian sensitifnya.

Ia memijit pelan buah dada Dara, meremas-remasnya hingga membuat Dara mulai tersadar.
Nafsunya kembali bangkit namun karena tindihan Azzam.. sehingga gadis itu susah untuk bangkit.

“Duh.. capek sekali rasanya tubuhku. Kontol Mas Azzam benar-benar terasa mantap di dalam memekku..”
Ujar Dara dengan mata memandang sayu.. pertanda ingin disetubuhi lagi.

Belum sempat Azzam menjawab.. Dara sudah bicara duluan..
“Keluarkan air manimu, Mas. Semprot aku seperti Sheila..” pintanya penuh harap.

Azzam langsung memeluknya dan menarik gadis itu untuk bangun.
Dara melingkarkan kakinya menjepit pinggang Azzam.

Ia menjerit kecil ketika posisinya kini berubah menjadi duduk dalam pangkuan Azzam..
dengan alat kelamin mereka tetap saling bertautan erat.

“Tarik dulu, Ra. Cabut.. kamu membelakangiku ya..?“ Pinta Azzam..
sambil membantu mengangkat pinggang ramping Dara.

Ahhh.. Terasa sekali batangnya saat tergesek di dinding-dinding vagina gadis cantik itu.
Benar-benar nikmat sekali.
Dara ikut terpekik saat merasakan gesekannya.. lalu penis Azzam pun terlepas dari jepitannya.

Segera ia berbalik membelakangi dan menurunkan selangkangannya..
Sleppp.. plepp.. sampai menyentuh kepala penis Azzam.

Slebbb..!! Pelan-pelan didesaknya batang itu agar kembali menembus liang vaginanya..
yang telah sangat basah oleh cairan orgasme.

“Aaah.. Mas Azzam..!!”
Lenguh Dara ketika pelan-pelan batang panjang Azzam mulai tenggelam mili demi mili.

Setelah tenggelam separo.. ia mendiamkannya sejenak untuk menarik napas.
“Ayo goyang, Ra..!” Azzam memegangi pinggang ramping Dara untuk membantu melakukan penetrasi.

Remasan di batang penisnya seakan melipat duakali lebih nikmat.
Azzam bagai seperti diperas dan diparut-parut, sungguh luar biasa enaknya.

Ia terpejam merasakan remasan dan pilinan itu..
sambil sesekali batangnya serasa disedot dari dalam untuk lebih membuatnya mentok.

Dipeluknya tubuh molek Dara dan dipeganginya buah dada gadis itu dengan tangan bersilangan.
“Nakal sekali kamu, Mas.
Dengan gaya ini.. kamu bisa bebas meremas-remas buah dadaku..” bisik Dara gemas.

“Justru itu.. aku gatal sekali pingin terus bermain-main dengan susumu ini, Ra.
Nggak terlalu gede seperti milik Aya.. hingga pas dalam genggaman tangan..”

Azzam memijit kembali kedua buah dada Dara..
hingga membuat gadis berjilbab itu menjerit lirih karena remasannya yang begitu kuat.

“Aah.. aduh..! Pelan-pelan aja, Mas. Sakit..!” Lenguhnya.
“Ayo gerak naik-turun..” perintah Azzam, yang disambut dengan goyangan pelan oleh Dara.

Azzam terus melakukan remasan demi remasan..
sambil sesekali mereka bertarung beradu bibir dengan rakus dan ganas.

Keduanya saling mengisap dan mencucup mesra.
Gerakan Dara yang pelan-pelan itu membuat dirinya semakin tak kuat menahan erangan demi erangan.

“Oouh.. Mas..hhhhh..” desis Dara dengan badan seolah-olah ingin berontak dalam pelukan Azzam.
Ia benar-benar tak tahan akan remasan dan sodokan penis laki-laki itu.

“Aduh.. Mas.. aku..” Dara mempercepat genjotannya.
Desisan serta lenguhannya terdengar sampai ke dalam ruangan di mana Sheila berada.

Terdengar tawa cekikikan gadis itu yang sekarang mengintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat.
“Rasain kamu, Ra..!!” Ledek Sheila pelan.

Azzam terus melakukan remasan.. sementara gerakan Dara kini menjadi semakin liar dan tak karuan.
Goyangan naik-turunnya kian cepat.

Hujaman demi hujaman yang ia lakukan sampai membuat Dara meronta-ronta..
genjotannya kini menjadi tak terkontrol; kadang miring, kadang juga berputar-putar.

Tetapi tetap saja batang Azzam keluar-masuk di liang vaginanya dengan sangat lancar.
“Mas.. a-aku.. nggak.. kuat..“ erang Dara dengan mata terpejam.

Genjotan demi genjotan membuat batang Azzam serasa seperti diperas-peras luar biasa..
namun ia tetap berusaha bertahan sekuat mungkin.

Kembali ia meremas-remas bongkahan buah dada Dara dengan kuat..
sementara gerakan naik-turun Dara kini menjadi semakin cepat.
Lorong vaginanya sudah begitu menjepit.. keras sekali.

Azzam menghujamkan lagi sekuat tenaga saat gadis itu mendapatkan orgasme untuk yang ketigakalinya.
Dia sebenarnya bisa saja menyusul.. namun Azzam masih mencoba untuk bertahan agar tidak keburu klimaks.

“Maas.. aah.. a-aku.. s-sampaai..!!“ Teriak Dara terbata.
Sekali lagi Azzam meremas-remas buah dadanya untuk memaksimalkan orgasme itu.

Tubuh indah Dara melengkung ke depan.. seolah-olah memberikan seluruh bongkahan susunya..
untuk diremas-remas lebih kuat..
Sementara dari vaginanya mengucur lagi cairan panas walau tidak sebanyak yang pertama.

Dara kemudian ambruk kelojotan dalam dekapan Azzam..
yang segera menghujaninya dengan ciuman dan bisikan lirih untuk menenangkan.
Azzam mendiamkan sejenak tubuh mulus yang penuh peluh birahi itu.

Dara benar-benar lemas tak berdaya melawannya yang masih menyisakan kekuatan untuk seronde lagi..
sampai nanti akhirnya ia muncrat di dalam liang vaginanya dalam-dalam.. jika perlu Dara dihamilinya sekalian.

Dara tetap terdiam dengan mata terpejam erat.. nafasnya berantakan..
Sementara dadanya naik-turun sedikit memburu. Buah dadanya masih berada dalam genggaman Azzam.

Saat membuka matanya..
Dara merasa pandangannya berkunang-kunang akibat pengaruh klimaksnya yang beruntun.
Ia memandang Azzam dan tersenyum.

“Mas, ampun.. nggak kuat aku..! Aah.. kamu perkasa banget sih? Sheila sudah kau hajar..
sekarang aku ikut kau hajar juga.. am pun deh..! Aku nggak kuat lagi..” Dara memohon.

“Heh.. kamu tega ya membiarkan aku tanpa orgasme..?” Tanya Azzam menuduh.
“Aah.. ya nggak gitu. Tapi cepetan ya, maaf kalo aku nggak kuat lagi dan cuman bisa pasif..”
Dara meminta pengertian Azzam.

“Tenang aja deh..” Azzam tersenyum..
”Aku juga hampir sampai kok.. akan kuberikan spermaku ke dalam memekmu, Ra..”

“Trims, Mas.. beri aku rehat sebentar ya, setelah itu genjot aku lagi..”
Dara merapatkan tubuhnya dan Azzam segera memeluk dengan erat serta mencium pipinya.

Dengan alat kelamin masih bertautan, Azzam mendekap tubuh mulus Dara di atas dadanya.
Sengaja ia melakukannya untuk memberikan ketenangan pada gadis itu agar bisa lebih rileks..
sehingga badannya jadi cepat pulih.

“S-sudah, Mas. Ayo lanjutkan lagi..”
Walau keletihannya masih sangat jelas kelihatan setelah disetubuhi Azzam duakali..

Namun demi memuaskan majikannya.. Dara berusaha untuk mengimbangi.
Padahal ia benar-benar kepayahan, tubuhnya sudah tidak kuat lagi diajak bercinta dan bersetubuh.

Azzam mendorong tubuh bugil Dara.. sehingga kini dalam posisi menungging..
dengan batangnya masih tertanam dalam vagina gadis cantik berjilbab itu.

Terdengar jeritan kecil dari Dara... ”Aah.. auuh..!“
Lenguhnya ketika kepalanya menempel di meja dan Azzam mengangkat kaki kirinya ke atas.

“Kamu menyamping, Ra.. jangan gitu..” Azzam memberikan instruksi.
“Begini, ya..?”

Dengan bertumpu pada pinggang sebelah kirinya.. Dara membuka selangkangannya..
dan memandangi penis Azzam yang masih tertanam dalam-dalam di sana..
hingga membuat bagian atas liang vaginanya jadi menggelembung indah.

“Siap ya, Ra..? Aku genjot nih..” ajak Azzam sambil menatap wajah cantik Dara yang terlihat pasrah.
“Kamu kuat sekali, Mas.. Barong aja ndak sekuat kamu.. dua ronde dia sudah megap-megap. Gila aaaaah ..!!”

Dara menggelengkan kepala untuk mengusir helaian jilbabnya yang terjuntai ke depan..
di saat Azzam mulai bergerak maju-mundur hingga membuatnya tergoncang-goncang.

“Mas, aah.. aauh.. enak..! Terus.. aah..!“ Lenguh Dara dengan kepala menggeleng-geleng ke sana-kemari..
Bahkan badannya ikut bergerak menggelinjang..

Namun Azzam sudah mengunci gerakan tubuhnya..
dengan melakukan remasan-remasan ke buah dadanya yang bulat padat secara bertubi-tubi.

“Mas, aaah.. aduuh..!” Erangan Dara terdengar sangat merdu mengundang birahi.
Azzam memperhatikan batangnya yang meluncur keluar-masuk dalam vagina Dara dengan sangat lancar.

Gesekan demi gesekan di lorong sempit itu membuat Azzam semakin merasa nikmat.
Selain memeras dan berkedut-kedut, memek Dara juga seperti memilin-milin cepat.

Terdengar bunyi keciplak berulang-ulang.. setiapkali alat kelamin mereka saling mengisi dan bersentuhan.
“Dara, aaah.. enak banget memekmu..!”

Erang Azzam yang terus menghujani gadis cantik bawahannya itu dengan sodokan demi sodokan..
yang sampai membuat Dara memekik keras karena hendak kembali klimaks.

“Gila kamu, Mas..! Aku ..hhhh..”
Ucapannya terputus oleh lesakan batang Azzam yang menembus masuk hingga ke mulut rahimnya.

Dara ingin meronta dan menggelinjang..
namun yang bisa dilakukannya cuma merintih dan menjerit tak karuan..
Karena Azzam terus menindih tubuhnya erat-erat.

“Aah.. nikmat sekali tubuhmu, Ra..!”
Desis Azzam yang sudah lupa berapa lama ia menggenjot gadis berjilbab ini.

Ia ingin membuktikan kepada Dara bahwa pilihan bercinta dengannya tidaklah salah.
Akan ia jadikan Dara sebagai salahsatu gadis pemuas nafsunya selain Sheila dan Kalila..
Juga akan dibuatnya gadis itu hanya mau bercinta dengannya saja.

Genjotan demi genjotan.. erangan demi erangan..
Desisan demi desisan mereka terus bersahutan di malam yang semakin larut itu.

Penis Azzam mengoyak-ngoyak liang vagina Dara tanpa henti.. tanpa sedikit pun terlihat bosan.
Dara sampai harus mengelus-elus bagian atas liang vaginanya yang kini mulai terasa sedikit kesakitan..
setelah senantiasa digenjot dan disodok sodok.

Namun sesekali rasa sakit itu juga berubah menjadi rasa nikmat yang sungguh luar biasa..
Begitu ia mulai mendekati klimaksnya yang keempat. “Terus, Mas.. aah.. enaak..!“

Dara memejamkan matanya merasakan nikmatnya batang kontol Azzam yang keluar-masuk di liang vaginanya.
“Aaah.. aku nggak kuat lagi..! Cepetan..! Tusuk yang keras..!“ Jeritnya menyusul.

Azzam jadi sedikit terkejut.. belum ada 2 menit tapi Dara sudah hendak orgasme lagi.
Tidak ingin ketinggalan..
Ia pun segera mempercepat genjotannya hingga membuat tubuh mulus Dara jadi semakin tergoncang-goncang.

Jeritan keras membahana dari mulut gadis itu dan membuat suasana ruangan jadi lebih berisik.
“Auw.. aduuh.. hhhs.. hhh.. arghh..!!“ Erang Dara yang dengan bulat total menyerahkan seluruh tubuhnya..
untuk terus digenjot Azzam dari arah belakang.

Riasan wajahnya sudah berantakan penuh oleh keringat, namun jilbab terus menutup di kepalanya.
Bunyi kecipak semakin ramai..
seiring dengan batang Azzam yang menyodok dan menusuk dengan begitu kuat.

Dara sudah tidak tahan lagi digenjot sekeras itu. Tangannya meremas taplak meja.. matanya terpejam erat.
Jika terbuka.. hanya terlihat warna putihnya saja.. bola matanya seakan terbalik..
karena tak kuasa menahan genjotan Azzam yang berkali-kali mengoyak ke dalaman liang vaginanya.

“Dara, aah.. sebentar lagi..!!“ Jerit Azzam dengan pinggul tetap bergerak maju-mundur.
Tidak ada sahutan dari Dara..
Hanya terdengar desisan dan lenguhan serta erangan saja dari mulut gadis manis itu.

Kepalanya yang masih berbalut jilbab semakin menempel erat di meja..
sementara tangannya kadang memukul-mukul pertanda sudah sangat kewalahan melawan keperkasaan Azzam.

“Nggh.. aah.. aah.. auuh..”
Jepitan liang vagina Dara sudah mulai menyempit lagi.. pertanda sebentar lagi akan orgasme.

Namun Azzam tetap menyodokinya dengan sangat cepat.
Meja kerja Dara menjadi saksi bagaimana ganasnya Azzam dalam menyetubuhinya.

Azzam menghujam lagi dan lagi.
Setiapkali bertambah keras dan dalam hingga membuat Dara sampai terlonjak-lonjak.

Tubuhnya menegang sangat kaku..
Dan terlambat bagi Azzam untuk menyadari kalau gadis itu kembali menjemput orgasmenya.
“Mas, aku.. arghhh....!!” Dara menjerit penuh kepuasan.

Namun Azzam segera menyusul dengan menusuk sangat cepat.. sampai akhirnya..
di saat cairan kewanitaan Dara masih mengucur deras, Azzam berhasil menuntaskan api birahinya.

Jlebb.. jlebb..!! Ia membenamkan batangnya lebih dalam dan ditarik-tariknya sebanyak limakali.
Jleghh..!! Di hujaman terakhir.. "Erghh..!!" Azzam pun berhasil menyemburkan air maninya..

Menyemprot deras ke dalam rahim Dara yang terasa begitu becek dan membanjir parah.
Creeett.. creeett.. creeett..! Azzam merasa pandangannya menjadi gelap dan tubuhnya jadi ringan sekali.

Terasa vagina Dara seperti menyedot-nyedot batang penisnya..
sehingga seluruh isi kantung zakarnya jadi terkuras habis.

“Mas..” erang Dara dengan tubuh masih menegang kaku.
Azzam menjadi lemas seketika dan ambruk ke depan menindih gadis berjilbab itu.

Dara juga luruh dan berdebam ke atas meja.. sehingga membuat penis Azzam terlepas.
Batang itu tampak penuh oleh lendir..

Demikian pula dengan liang kewanitaan Dara yang kini meneteskan cairan kental berwarna putih pucat.
Mereka berdua diam dengan pikiran masing-masing.

Azzam menyapu keringat di wajah Dara sementara gadis itu tetap memejamkan mata..
sebelum kemudian memeluknya untuk memberikan rasa nyaman.

Diciuminya pipi dan bibir Dara sampai tak lama kemudian gadis itu mulai membuka mata.
Dara tersenyum.

“Gimana..?” Tanya Azzam.
“Mas kuat sekali. Setiapkali main sama Mas Azzam, aku pasti jadi capek banget..” pujinya.

“Mau lagi..?“ Tawar Azzam menggoda.
“Aah.. Mas gila. Memekku sakit, tau..!!” Cubit Dara gemas.

“Kan sudah kewajiban bawahan untuk memuaskan majikannya..” Azzam berkilah.
“Tapi Mas itu ganas banget..” balas Dara tak mau kalah.

“Siapa coba karyawan di sini yang belum Mas tiduri..?”
Azzam tertawa..” Iya deh. Tapi, jilatin dulu sisa-sisa sperma di kontolku ya.. itu wajib hukumnya..!“

“Mas nakal..” sungut Dara.. namun tetap bangun dan langsung menjilati batang Azzam pelan-pelan.
Semua sperma yang berhasil ia dapatkan ditelannya tanpa rasa jijik sedikit pun.

Azzam bergidik karena merasa geli akibat jilatan Dara. Batangnya kini menjadi bersih.
Dara lalu kembali meringkuk di dalam pelukannya..
sambil membiarkan Azzam mempermainkan dua bongkahan payudaranya sesuka hati.
----oOo----

Bang Jack merasa sangat letih luar biasa malam itu, namun dia tidak bisa tidur.
Tubuhnya limbung dalam usahanya menenangkan diri.

Ia merebahkan diri di atas karpet kamar yang tipis..
memejamkan mata sembari merasakan ketegangan otot-ototnya.

Ia akan terjaga dari keadaan dirinya yang seperti tidur.. melihat waktu pada jam di tangannya..
dan menyadari hanya sepuluh menit saja waktu yang telah berlalu.

Bang Jack bermimpi ia menginvestasikan uang ratusan jutanya dalam bisnis bunga.
Dengan uang jutaan rupiah di tangan.. ia akan menjadi orang kaya di kampung..
dan barang dagangannya melimpah ruah.

Para pelanggan akan berdatangan. Untuk sedikit beramal..
Bang Jack akan menggunakan kekayaannya untuk memperbaiki musholla.
Namun mimpi itu berakhir dengan tragis.. Bang Jack terbangun dalam kebingungan dan ketakutan.

Di bawah sarung bantalnya.. uang sebesar lima ratus juta rupiah menuntut untuk segera disembunyikan.
Semakin ia memikirkan tentang uang itu.. semakin yakin diri Bang Jack..
bahwa pemiliknya yang asli akan datang mencari untuk merampas semuanya.

Di saat lagi melamun.. tiba-tiba terdengar teriakan Udin dari luar halaman.
“Bang..! Abang ada di rumah..?”

Bang Jack cepat-cepat bangkit dan berdiri.. ”Iya, ada apa, Din..?”
Dia membuka pintu.. ”Jangan keras-keras, udah malam..”

Udin menyeringai jelek.. ”Maaf ganggu, Bang. Begini.. soal Herlina..”
"Eh..?" Bang Jack menampakkan seulas senyumnya setelah Udin selesai mengutarakan maksud kedatangannya.

"Iya, Bang Jack mau kan..? Jarang-jarang lho ini..” Udin berkata.
“Tunggu sebentar, Din. Aku ganti baju dulu..!!” Seru Bang Jack buru-buru.

"Aku akan menunggu di rumah, Bang..” jawab Udin.
Bang Jack mengangguk, ia mencoba menenangkan diri.
“Aku nggak akan lama kok..”

Malam itu terasa dingin tapi tidak membuat tubuh menggigil. Bulan sabit menggantung di langit.
Di suatu tempat di atas kepala Bang Jack.. seekor burung malam mengeluarkan suara pekikan yang sangat keras.
Bang Jack memiringkan kepalanya tetapi tidak bisa melihat burung itu. Langit terlalu gelap.

Udin sudah sampai di rumah.. dan Bang Jack menyusul tak lama kemudian.
“Di mana istrimu, Din..?” Tanyanya tak sabar.

“Tenang dikit napa, Bang..?”
Udin mendekati meja dan menyeruput kopi panasnya yang sekarang sudah menjadi dingin.
“Dia nunggu abang di kamar..”

Setelah meletakkan gelasnya.. dengan berjinjit Udin mengajak Bang Jack..
menuju sebuah kamar yang berada di belakang.

“Masuk aja, Bang. Aku nunggu di depan..” kata Udin begitu sudah sampai di depan pintu.
Tanpa perlu repot-repot mengetuknya.. Bang Jack segera mendorongnya.

Pintu itu tak terkunci. Di atas ranjang.. dilihatnya Herlina sedang tertidur pulas dengan bertelanjang bulat.
Rupanya perempuan itu sudah sangat siap.

Tak berkedip.. Bang Jack memperhatikan buah dada Herlina yang besar dan kenyal.
Putingnya tampak mungil berwarna coklat kemerahan.
Di bawah.. bulu jembut di vaginanya terlihat tipis dan keriting.. lubangnya kelihatan sempit.

Cepat-cepat Bang Jack melepasi seluruh bajunya untuk ikutan telanjang.
Sesudah itu ia menarik kaki Herlina pelan-pelan agar bagian segitiga rahasianya terbuka lebih jelas.

Ia sudah tidak tahan lagi melihat kemontokan tubuh telanjang milik istri Udin itu.
Bang Jack langsung mendekatkan bibirnya ke vagina Herlina dan menjilatinya perlahan-lahan.

Beberapakali jilatan tidak membuat Herlina terbangun..
Lama-lama tubuh perempuan itu menggeliat dan mendesis tak karuan.. namun matanya tetap terpejam erat.

“Eh..!?” Bang Jack terkesiap ketika sedang asyik-asyiknya bermain dengan vagina Herlina..
perempuan itu tiba-tiba saja tersadar.

Mata Herlina membelalak menatap Bang Jack yang sudah berada di sampingnya..
namun dia segera menyambut dengan tersenyum manis.

“Ohh.. Bang. Sudah aku tunggu dari tadi lho..”
Bang Jack tersenyum. "Udin bilang.. kamu mau tambahan uang 15 juta ya..?”

Herlina mengangguk.
“Dan aku menyetujui semua syarat yang diajukan oleh Bang Jack..”

“Termasuk yang ini..!?”
Seru Bang Jack sambil menahan dan meremas-remas dada Herlina yang bulat besar..
hingga membuat perempuan itu jadi semakin suka.

Herlina mengucek matanya agar bisa lebih jelas..
melihat batang besar Bang Jack yang terayun-ayun di depan pinggulnya.

“Luar biasa penismu, Bang..” ia memuji.
“Itu namanya kontol, Lin..” sahut Bang Jack..

Sambil kembali menjilati liang vagina Herlina yang masih terasa sempit.
“Iih.. Bang Jack jorok..” Herlina tertawa gemas.

“Memohonlah agar memekmu segera kusodoki dengan kontolku ini..!”
Bang Jack memandang wajah cantik Herlina, ia sudah tidak tahan ingin melumat bibir tipis perempuan itu.

Sambil menindihnya.. Bang Jack pun memberikan lumatan ganas.
Herlina menanggapi dengan tak kalah rakus.

Sebentar saja.. mereka sudah terlibat dalam pagutan dan lumatan panas yang penuh gairah.
Tangan Bang Jack kembali menjalar di dada Herlina untuk meremasi buah dadanya sepuas hati.

Ia memijitnya kuat-kuat hingga membuat Herlina sampai menggelinjang tak karuan.
“Hhss..” desis istri Udin itu ketika Bang Jack melepas pagutannya.

Pandangan mata Herlina semakin sayu pertanda sudah tak tahan..
bahkan dengan nakal ia menggenggam batang penis Bang Jack erat-erat.

Bang Jack melumat sebentar bibir tebal Herlina..
sebelum ciumannya turun ke bongkahan dada Herlina yang membusung indah.

Di sana ia mencucupi kedua puting Herlina yang sudah nampak menegang kaku secara bergantian.
Tak lupa Bang Jack juga menjepit dan memilin-milinnya..
hingga membuat Herlina jadi semakin merintih penuh kenikmatan.

“Sini aku jilatin dulu kontolmu, Bang. Biar lancar nanti masuknya..” Istri Udin itu menawarkan.
“Enam sembilan donk..” sahut Bang Jack sambil melepaskan lumatannya pada dada ranum Herlina.

Ia kemudian memposisikan diri dengan berpindah mengangkangi tubuh perempuan cantik itu.
Herlina langsung menggenggam dan mengocok pelan-pelan batang penis Bang Jack..
yang kini berada tepat di depan hidungnya.

“Gede banget, Bang..!” Serunya sambil tertawa suka.
“Emut, Her..” Bang Jack meminta.

Langsung saja kepala Herlina menggelesot agar bisa memasukkan batang itu ke dalam mulutnya.
Pelan-pelan ia melakukannya sampai tenggorokannya jadi terasa sesak.

Di dalam.. Herlina mempermainkan penis Bang Jack menggunakan lidahnya yang basah..
sebelum kemudian mengeluarkan dan menelannya lagi secara berulang-ulang.

Sebentar saja.. benda panjang dan besar itu sudah belepotan oleh cairan liurnya.
Bang Jack menikmati sentuhan itu dengan ikut menyapu vagina lembut Herlina..
menggunakan ujung lidahnya hingga membuat istri Udin itu jadi sedikit menahan kuluman.

Ia sekarang hanya menjilati batang Bang Jack naik-turun secara perlahan-lahan.
“Hss.. hhh.. aauh..!!“ Desis Herlina ketika dengan nakal Bang Jack bermain di lubang vaginanya.

Marbot Musholla yang kini banyak uang itu mengisap begitu kuat..
bahkan sampai membuat Herlina menggigit gemas..
penis yang sedang berada di dalam mulutnya karena saking nikmatnya.

“Teruskan jilat kontolku, Lin..” dengus Bang Jack..
sambil mempermainkan klitoris Herlina yang tersembunyi dengan rapi.

“Geli ah.. kalo enam sembilan gini aku selalu nggak tahan. K-kita berhenti dulu..”
Sungut Herlina sambil berhenti mengulum.

Ia hanya memegangi batang Bang Jack sambil menyampirkan rambutnya yang panjang ke belakang.
Payudaranya yang besar terlihat naik-turun seiring dengan desah napasnya.

Bang Jack pun segera berpindah posisi, kini ia berada di samping Herlina yang masih rebahan.
Ia berlutut dan memberikan batangnya pada perempuan cantik itu..” Ini, Lin. Ayo emut..!”

“Nah.. begini baru enak. Remes saja susuku kalo Bang Jack mau..”
Herlina berbinar senang sambil langsung menjilati batang panjang Bang Jack dari bawah ke atas.

“Uang dariku nanti mau kau belikan apa..?“ Tanya Bang Jack tenang.
Tangannya memegangi kepala Herlina dan mengelus-elusnya mesra.

“Motor baru, Bang. Kalau cuma 10 juta mana dapat yang baru..”
Herlina berujar dengan mulut tersumpal penis.

“Karena itu kau menerima tawaranku..?”
Bang Jack senang melihat Herlina yang sangat bernafsu bermain dengan batang penisnya.

“Iya, malah..” Herlina terus mengeluar-masukkan batang panjang Bang Jack dengan rakus..
”Aku mau sering-sering melakukannya biar bisa cepat beli mobil.
Kan lumayan tuh, satu kali ngeseks dapat 15 juta. Tinggal dikalikan aja..” perempuan itu tertawa.

“Uuh.. bisa aja kamu..” lenguh Bang Jack tak tahan.
“Hhmm.. mmff.. hhhs.. nggh.. arggh..!!“
Dengus Herlina yang berkonsentrasi memandikan batang penis Bang Jack.

Setelah dirasa cukup, ia lalu melepaskannya dan membuka pahanya lebar-lebar ingin segera dimasuki.
Bang Jack pun lekas memposisikan diri.

“Bilang kalau kau suka kontolku.. atau aku nggak akan sodokin kamu..!“ Ancamnya sambil menatap tajam.
“Aah..” sungut Herlina..” Cepet masukin, aku sudah lama nggak digituan sama Bang Udin..” balasnya tak sabar.

“Bilang dulu..” Bang Jack menggesek-gesekkan ujung penisnya ke belahan vagina perempuan cantik itu.
“Genjot dulu, Bang. Aku mana tau rasanya kalau belum dimasukin..” Herlina mengelak.

“Oke, oke..” Bang Jack akhirnya mengalah.
“Cepetan, Bang. Memekku dah gatal nih pengin disodok sama kontol gede..!” desak Herlina.

“Apa pun yang kau minta..” Bang Jack memajukan pinggulnya.
“Nih.. terimalah..!” Jlebb..!! Blesskk..!!

Dan langsung menusukkan batangnya ke vagina sempit Herlina dalam satukali genjotan.
“Auhhhh..!” Herlina tentu saja menjerit tak karuan.

Namun bukan karena sakit.. melainkan karena batang panjang Bang Jack..
yang mendesak masuk ke lubang sempitnya dengan begitu nikmat.

“Kamu nungging, Lin..”
Bang Jack keluar dari ranjang, kemudian menarik pinggul Herlina agar sedikit terangkat.

Perempuan itu menurut.. posisinya sekarang membungkuk sangat eksotis dan menggairahkan.
Berdiri di belakangnya.. Bang Jack meremas-remas sebentar pantat bulat Herlina yang mengkal dan padat..

Sebelum mulai menggoyangnya dengan tusukan dan genjotan..
yang sanggup membuat Herlina merintih-rintih sambil menggoyangkan pantatnya memutar.

“Aauh...Bang Jack suka ya kalo aku nungging begini..?” Herlina mengerling manja.
“Tubuhmu enak dipakai gaya apa pun..” Bang Jack dengan gemas menyodokkan batangnya keras-keras.

“Aduh.. pelan-pelan, Bang.. aah..!!“ jerit Herlina keenakan.
“Rasain, punya tubuh kok montok banget..” dengus Bang Jack sambil terus menjejalkan batang penisnya.

“Kamu adalah perempuan impianku, Lin..” katanya lagi.
“Iya, aah.. sudah, genjot aja.. yang keras, Bang.. terus..!!”
Herlina meringis merasakan batang panjang Bang Jack yang begitu sesak di liang vaginanya.

“Tekan yang kuat, Bang..! Aah.. sampai mentok..! Terus..! Tekan lagi..!“
Sambung Herlina dengan kepala terangguk-angguk.

Tubuh mereka sudah sangat basah oleh keringat. Bang Jack mulai tidak ..t
ahan manakala batangnya seperti diperas-peras sangat hebat dalam liang rahim Herlina.

Vagina perempuan itu terasa masih sangat kencang..
Lebih kencang daripada milik Aya mau pun Haifa.. apalagi Mira yang sudah beranak empat.

Jlebb.. jlebb.. jleghh..!! Bang Jack mendesakkan batangnya lebih dalam lagi..
Kali ini sampai membuat Herlina menjerit-jerit dengan mata terpejam.

Rupanya istri Udin itu merasa enak disodoki dari belakang.. Herlina tampak menikmati..
setiap bagian batang panjang Bang Jack yang tenggelam di dalam lubang senggamanya.
Meski sangat becek.. tapi benda itu terasa menjepit kuat sekali.

Sambil terus menggoyang.. Bang Jack tak lupa memegangi buah dada Herlina..
yang menggantung indah dan meremas-remasnya dengan kedua tangan.

“Genjot yang cepat, Bang..” rintih Herlina tak tahan.
Clobb.. clebb.. clobb.. clebb.. clebb..!! Bang Jack terus mengayunkan penisnya maju-mundur..

Hingga membuat tubuh montok Herlina ikut tergoncang-goncang keras.
Splakk.. plakk.. plokk.. plokk.. plakk.. plakk.. plokk.. plokk.. plakk.. plakk..!!

Setiap desakan dan benturan pantat mereka menimbulkan bunyi nyaring..
yang sangat membangkitkan birahi mereka berdua.
“Bang.. aah.. aah.. aauh..!!“ Pekik lirih Herlina sambil menggigit bibirnya sendiri.

“Terus, Bang.. terus..! Enak banget, aah.. hhh.. arggh..!!“
Dia terus mengerang sambil tangannya meremas ranjang kuat sekali.

Bang Jack memaju-mundurkan pantatnya semakin cepat selama lima menit kemudian..
sampai akhirnya Herlina memekik panjang.
Huh..! Multi orgasme ternyata.. makanya perempuan itu sangat doyan seks.

Herlina memang mudah terangsang dan juga mudah orgasme..
apalagi bila disodok dari belakang seperti ini.. pasti akan cepat klimaks.

Selama ini Udin agak kewalahan juga melayani nafsu istrinya itu.
Dia tipe lelaki biasa yang memandang seks hanya cukup seminggu sekali..

Sedangkan Herlina mintanya tiap hari. Bahkan kalau perlu 3 kali sehari seperti minum obat.
Itulah yang sering memicu pertengkaran mereka selain masalah harta dan materi.
Beruntung Udin mendapat solusi dari Bang Jack.

Sekarang istrinya yang maniak seks itu..
mendapat kepuasan dari Marbot Musholla.. yang barusan kaya mendadak tersebut..

Sedang dia sendiri..
akan menerima imbalan yang tidak sedikit; 15 juta setiapkali main..! Ughh.. CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------oOo------------------------------------------------
 
------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 161 – Para Pencari Kenikmatan [Part 7]

Herlina
yang berdada besar terasa enak sekali ketika digenjot dalam posisi menungging.
Bang Jack terus mendorong dan meremasi kedua gundukan payudaranya kuat dan keras..
hingga membuat Herlina sampai menjerit-jerit.

“Baang.. aah.. pelan-pelan..!!“ Teriaknya..
namun Bang Jack sama sekali tak menggubris dan malah mempercepat ayunan pinggulnya.

Herlina memalingkan mukanya. “Ah, Bang.. aku.. nggak.. kuaaa.. aah..!!“ Jeritnya melengking.
Di bawah.. liang vaginanya menyempit dengan cepat.

Kepala perempuan itu mendongak ke atas dengan tubuh terkejang-kejang dan menegang kaku..
sebelum kemudian berkelojotan gemas begitu mendapatkan orgasmenya.

Dari dalam liang vagina Herlina mengucur cairan panas yang sangat banyak..
membasahi batang penis Bang Jack yang masih menancap kaku.
Berikutnya cairan itu merembes dari sela-sela tautan alat kelamin mereka dan turun membasahi sprei.

“Ah.. Bang..!” Tubuh montok Herlina langsung terjerembab ke ranjang..
sehingga membuat penis Bang Jack terlepas.

Napasnya berat dan putus-putus..
sementara terlihat penis Bang Jack mengkilap oleh cairan bening yang sangat menyilaukan.

Bang Jack membiarkan Herlina mengatur napasnya sejenak sebelum ia genjot lagi.
Ia bertekad akan membuat perempuan itu bertekuk lutut..
saat mendapatkan kepuasan seks yang tak terlupakan darinya.

Jam masih berada di angka sebelas, masih tersisa banyak waktu bagi Bang Jack..
untuk menuntaskan hasratnya sebelum subuh tiba.

Perjanjian dengan Udin tadi.. ia bisa menikmati tubuh Herlina semalaman.
Sampai puas. Sampai lemas.

Herlina perlahan mulai menggeliat pelan.. ia membuka matanya dan memandang Bang Jack..
yang memangkunya dengan posisi rebahan.

Laki-laki itu meremas-remas buah dadanya tanda masih terangsang..
sementara alat kelamin mereka saling bersentuhan erat.
Tinggal dimajukan sedikit saja.. penis Bang Jack pasti bisa masuk ke vagina sempit Herlina.

“Aku udah nggak tahan, Lin.
Jepitan memekmu yang kuat itu pasti bisa bikin aku klimaks di ronde selanjutnya..” bisik Bang Jack.

“Kalau begitu lakukan, Bang..” sahut Herlina dengan suara mendesah lemah.
“Iya, Lin..” jawab Bang Jack singkat.

“Sini kubantu..” Herlina yang kembali terangsang akibat remasan Bang Jack di buah dadanya yang montok..
serta elusan laki-laki itu di kulit pahanya yang mulus.. segera memundurkan pinggulnya sedikit.

Sambil memegangi batang penis Bang Jack.. pelan ia menggiring benda panjang itu agar masuk kembali..
ke liang senggamanya yang masih sangat basah.

Desakan alat kelamin mereka kembali membuat Herlina mendelik suka.
“Aduh, Bang.. gede banget..! Sampai seret rasanya...”

Dia menggeliat ke kiri dan mendongak ke belakang.. Slebb..
Seiring batang Bang Jack yang menusuknya mili demi mili sampai masuk setengahnya.

“Rasakan kenikmatan yang kuberikan.. Lin..“ kata Bang Jack sambil mulai menarik dan menekan.

Herlina menahan nafas merasakan batang kontol Bang Jack yang kembali menerobos semaksimal mungkin.
Tubuhnya bahkan sampai melengkung ke atas sebelum kemudian berdebam lagi.

“Auuh.. Baang..! Ahh.. luar biasa kontolmu ini.. eh, baru kali ini aku merasakan sangat senang disetubuhi orang lain.
Kontolmu.. besar dan panjang..!“ Herlina tersenyum nakal dan genit.

“Memang sebelumnya kamu pernah tidur sama siapa aja..?” Selidik Bang Jack sambil menekan keras..
sehingga batangnya mentok sampai bagian terdalam dari liang vagina Herlina.

“Nggak banyak sih,” Rambut panjang Herlina sudah berantakan..
namun malah membuatnya menjadi bertambah cantik.

“Cuma Ustad Ferry sama Azzam. Trus sama Asrul juga. Gerombolan RW. Bonte. Baha. Pak Jalal.
Dan yang terakhir sama ketiga murid abang.. sebelum mereka pergi..”

“Yee.. itu mah sama aja orang sekampung..” sungut Bang Jack dengan batang terus bergerak cepat.
“Hehe, iya-ya...” Herlina menggeliatkan tubuhnya ke sana-kemari..
merasakan batang yang sangat sesak terus mengoyak liangnya secara bertubi-tubi.

“Hhsss.. Bang.. nikmat.. enak.. terimakasih ya.. trims banget..!“ Katanya sambil memandang Bang Jack.
“Dari sekarang, bilang aku kalau kamu lagi butuh kontol. Aku akan langsung datang kemari..”
Laki-laki itu menyahut nakal.

“Gampang, ahh...“
Herlina kemudian memejamkan matanya menikmati batang Bang Jack yang masih terjepit erat.

Ia juga mengelus-elus bagian atas liang vaginanya yang terlihat menggelembung dengan tangannya sendiri..
sedang Bang Jack kembali bermain-main di tonjolan buah dadanya.

Yang sebelah kanan diremas-remas pelan.. sementara yang kiri dijilat-jilat dengan penuh perasaan..
hingga membuat Herlina jadi semakin menggelinjang ke sana kemari.

“Hhh, Bang.. aauh.. aah..” perempuan itu mengerang dan melenguh secara berulang-ulang..
ketika Bang Jack mengangkat kedua kakinya untuk ditopangkan ke pundak.
Dengan begini jepitan memek Herlina jadi lebih erat lagi.

“Remes susuku, Bang..!”
Herlina megap-megap sambil menarik tangan Bang Jack dan ditempatkan di atas gundukan buah dadanya.

“Terus..! Aah.. remes yang kuat, Baang..!“ teriaknya dengan tubuh semakin menggeliat.
Bang Jack segera mempermainkannya.

Ia tekan dan pijit-pijit kedua puting Herlina sambil pinggulnya mulai menggenjot ringan. Luar biasa nikmatnya.
Geliat dan gerakan Herlina semakin membuatnya bergairah.

Buah dada Herlina yang besar tampak bergerak indah berlawanan dengan rontaan tubuhnya..
perempuan itu montang-manting ke sana-kemari padahal Bang Jack cuma menggerakkan penisnya sedikit saja.

“Bang, aaah.. a-akuu.. biarkan aku menikmati dulu, jangan keburu digenjot..”
Pintanya sambil merem-melek keenakan.

“Masa' aku nggak boleh gerak..?” Bang Jack bertanya bingung.
“Boleh, tapi dikit aja..” Herlina menyahut cepat.

“Dari tadi juga cuma dikit..” Bang Jack mendengus.
“Lebih dikit lagi..” Herlina tersenyum manja.

“Segini..?“ Bang Jack menarik batangnya dan mendorong pelan.
“Aauh.. aah.. i-iya, segitu cukup..”
Erang Herlina dengan tubuh kembali montang-manting ke kanan dan ke kiri.

Bang Jack terus menggenjot pelan sampai Herlina terlihat menikmati.
“Bang.. aah.. uuh.. aah.. hhh..” erangan dan lenguhan perempuan itu meluncur silih berganti.

Kepalanya menggeleng-geleng.. lalu mendongak ke atas dengan dada membusung indah..
hingga menjadi santapan empuk Bang Jack.

“Nggak tahan aku, Bang.. cepetan dikit nggak papa..!?” Teriak Herlina.
Bang Jack jadi terkesima.. belum ada beberapa menit digenjot sudah hendak orgasme lagi.

Dia pun langsung menggenjot istri Udin itu dengan cepat hingga membuat Herlina berteriak-teriak kesetanan.
“Ampun, Bang.. uuh.. aah.. s-sudah.. a-aku mau.. aaah..!!“ Racau Herlina, tak jelas ke mana arah teriakannya.

Bang Jack terus melakukan genjotan dan sodokan yang cukup keras..
bahkan sampai membuat bola mata Herlina jadi terbalik. Jepitan liang vaginanya juga terasa kuat sekali.

Sementara remasan tangan perempuan itu di kain sprei kini bertambah erat.
“Aaaah..” tubuh montok Herlina menegang kaku ketika mendapat orgasmenya.

Bang Jack meremas-remas buah dada perempuan itu sekeras mungkin.. karena nyaris saja ia tak kuat..
menahan jepitan vagina Herlina yang mengatup cukup kencang ketika menyemburkan cairan klimaksnya.

Penisnya serasa diparut luar biasa.. namun Bang Jack mencoba mengalihkan perhatian..
dengan bermain-main di buah dada Herlina yang bulat kencang.

Ia mengelus-elus busungan dada itu.. juga memilin-milin dan memijit-mijit putingnya gemas..
sambil sesekali memberikan pagutan dan jilatan ringan.

Herlina sama sekali tidak merespon karena ia memang masih menikmati sisa-sisa orgasmenya.
Bang Jack memeluknya erat dan menghujani perempuan itu ciuman di leher dan bibir.

Tubuh mereka penuh oleh keringat birahi.
Napas Bang Jack juga berantakan.. tapi ia diamkan saja sambil menindih dan memeluk mesra Herlina.

Ia tunggu istri Udin itu bangun dan mulai lagi bersetubuh.
“Ahh, Bang.. kok bang Jack nggak keluar-keluar sih..?”

Dari deru nafasnya sudah kentara kalo Herlina pastilah tak kuat lagi.
Namun karena Bang Jack belum muncrat, jadi ia akan tetap memaksa.

“Bentar lagi. Tinggal dikit lagi kok..”
Bang Jack mencoba berpikir gaya apa yang sekiranya cocok untuk menghadapi Herlina yang pasif.

Sambil mengira-ngira, kembali ia menciumi leher jenjang perempuan itu pelan-pelan..
Ssambil menjilat sampai ke dada. Bang Jack mengulum puting Herlina dan menyedotnya perlahan-lahan.

“Bang, sudah ah.. aku nggak kuat lagi..” Herlina merintih.
“Tapi.. aku kan belum orgasme..” balas Bang Jack tak mau kalah.

“Kita istirahat dulu ya, nanti kita lanjut lagi..”
“Tenang, kamu diam aja. Yang penting biarkan aku menyemburkan pejuh ke dalam memekmu..”

Bang Jack menyeringai. Herlina terdiam.. lalu..
“Iya deh. Tapi diamkan dulu kontol abang di dalam, jangan keburu digerakkan. Sabar ya..“

Herlina memeluk dan membiarkan Bang Jack memagut bibirnya dengan rakus.
Sejenak mereka menata nafas dan tenaga untuk memulai ronde penghabisan.

Keduanya terdiam cukup lama dengan posisi masih saling bertindihan dan berpelukan.
Namun Bang Jack yang sudah tak tahan segera menggulingkan tubuhnya..
hingga membuat Herlina memekik kaget.

“Ntar dulu, Bang..!” Dia mencoba untuk menahan tangan Bang Jack yang memegangi pinggangnya.
Namun Bag Jack malah memaksanya bangun.

“Geser kakimu ke depan, Lin..” ajaknya yang disambut gerakan kaki oleh Herlina..
membuat batang panjang Bang Jack semakin terjepit dalam liang vaginanya yang sudah becek memerah.

“Aah..” Bang Jack mengerang kecil merasakan sensasi jepitan itu.
“Hihi.. enak ya, Bang, kujepit begini..?” Herlina melingkarkan kedua kakinya ke pinggang Bang Jack.

“Waduh.. aku bisa muncrat kalo lama-lama begini..” sungut Bang Jack..
sambil melingkarkan tangan ke belakang pantat Herlina dan meremas-remasnya gemas.

“Nggak nyesel kan keluar duit 15 juta buat tubuhku..?” Herlina menggelinjang.
“Yang kusesalkan cuma satu; kenapa nggak dari dulu aku ngentotin kamu..” seloroh Bang Jack.

“Aku juga, Bang. tau enak gini, sudah sejak dulu aku minta jatah dari abang..”
Balas Herlina yang disambut tawa oleh Bang Jack.

“Bisa aja kamu..” Bang Jack memeluknya erat dan merenggangkan kaki Herlina sedikit..
sehingga membuat penisnya jadi lebih nyaman..” Siap ya, Lin, kugenjot sekarang!“ ajaknya.

Pelan Bang Jack mulai menggerakkan pinggulnya naik-turun menyetubuhi Herlina untuk yang ketigakalinya.
Ia melumat dan memagut bibir perempuan itu..
sambil tangannya dengan nakal menempel di buah dada Herlina yang besar dan meremas-remasnya kuat.

“Bang, aaah..” lenguh Herlina.
“Tahan, Lin, aku juga mulai nggak tahan..” Bang Jack terus menggerakkan pantatnya.

Jika Herlina turun.. ia naik. Ketika Herlina ke atas, ganti ia yang turun ke bawah.
Kedua pertemuan itu menimbulkan bunyi kecipak yang sangat keras..
akibat bersatunya alat kelamin mereka yang semakin erat.

“Bang, terus remes susuku!“ lirih Herlina dengan nafas memburu
“Iya, Lin. Susumu enak, gede banget. Empuk lagi..”

Bang Jack menukar tangannya agar bisa meremas-remas buah dada Herlina secara bergantian.
“Remes juga bokongku, Bang.. ahh..!!” erang Herlina lebih lanjut.

Ia mendongak ke atas begitu merasakan batang Bang Jack yang kian liar mengoyak liang vaginanya..
”Terus, Bang. Keluarkan spermamu di dalam.. jangan di luar..!“ Desisnya dengan mata menatap jalang.

“Sabar ya, sedikit lagi..” terang Bang Jack.
“Iya, Bang. Luar biasa, enak banget bercinta denganmu..” Herlina tertawa.
“Sama, Lin. Aku juga enak..” sahut Bang Jack tak mau kalah.

Mereka mempercepat gerakan. Herlina kini semakin liar naik-turun di atas pangkuan Bang Jack.
Ia rasakan penis laki-laki itu mengoyak-ngoyak dinding rahimnya dengan luar biasa.

Meski sangat besar.. namun batang Bang Jack sangat lancar sekali ketika meluncur keluar masuk.
Akibatnya, bunyi kecipak yang terdengar kini kian keras.. semakin ramai juga erangan.. dengusan..
lenguhan dan teriakan mereka yang saling bersahut-sahutan.

Keduanya terus bergerak seirama sampai akhirnya Herlina merintih..
“A-aku nggak kuat lagi, Bang..!” Dia menahan gerakan Bang Jack agar berhenti dulu.
“Tahan napasmu, Lin.. tarik dan hembuskan..” perintah Bang Jack agar perempuan itu bisa menenangkan diri.

Bau keringat dan kelamin mereka sangat semerbak di sekitar ruangan kamar.
Tak berapa lama kemudian, Herlina kembali menggenjot.

“Ayo, keluarkan air manimu, Bang..” Dengan gemas ia melumat bibir hitam Bang Jack.
Detik demi detik berlalu dan mereka terus bergerak naik-turun..
Keduanya semakin tenggelam dalam arus lautan birahi.. sampai akhirnya Bang Jack tak tahan lagi.

“Ini, Lin.. aku udah hampir. Aaah..!!”
Dengan memegangi pinggang ramping Herlina, ia menggenjot dengan keras dan liar.

Tubuh gendut Bang Jack menegang tak karuan..
ketika menyemburkan air maninya dalam-dalam di jepitan vagina Herlina yang mengkerut tajam.

Mereka berpelukan sangat erat dengan Bang Jack menekan selangkangannya mentok di mulut rahim Herlina.
Creeett.. creeett.. creeett.. tubuh Bang Jack serasa seringan kapas.
Ia bagai bisa terbang ke langit.. namun matanya berkunang-kunang karena kecapekan.

Tubuh keduanya menjadi lemas dan mereka pun ambruk ke atas ranjang dengan Herlina menindih dada Bang Jack.
Terasa di penis Bang Jack banyak sekali lendir kental yang membasahi selangkangannya.

Nafas mereka masih sama-sama memburu.. dada Herlina terlihat turun-naik menggiurkan secara tidak teratur.
Peluh membasahi di mana-mana.. namun keduanya merasakan kepuasan yang tiada taranya.

Mereka tetap diam menikmati sisa-sisa orgasme itu selama lebih dari lima menit.
Barulah setelah itu mereka saling bertatapan mesra.

“Tidur yuk..?” ajak Bang Jack.
“Tapi.. biarin kontol abang tetap berada di dalam memekku, ya..” pinta Herlina.

“Oke, terserah kamu deh..” Bang Jack mencium perempuan itu untuk yang terakhirkali..
sebelum kemudian menutup mata dan tertidur pulas karena kecapekan.

Malam sudah sangat larut. Udin yang menunggu di teras sudah sejak tadi digigiti nyamuk.
Saat itu jam telah menunjukkan pukul satu lewat tigapuluh menit dinihari.

Udin segera bangkit dan berjalan menuju ke kamar.
Ia tak terkejut ketika mendapati lampu kamar masih menyala.. namun sama sekali tidak ada suara dari sana.

Cukup dengan mengintip sekilas.. Udin bisa melihat betapa berantakannya kamar itu.
Di atas ranjang..
tergeletak tubuh telanjang istrinya yang sedang asyik berpelukan dengan Bang Jack. Mereka tertidur pulas.

Tersenyum.. Udin segera pergi ke dapur dan membikin secangkir kopi untuk dirinya sendiri..
sambil menunggu waktu subuh tiba.
----oOo----

Pagi hari itu.. suasana masih gelap ketika sebuah mobil sedan berwarna merah berhenti..
di sudut jalan yang menuju rumah Pak Jalal.

Seorang gadis cantik berjilbab turun dan melangkah pelan. Itu adalah Kalila.
Ia memejamkan mata..
berdiri selama beberapa saat untuk menikmati angin sepoi-sepoi yang berdesir lembut.

Tubuhnya begitu ramping dengan balutan baju panjang dan jilbab modis nan sensual.
Wajahnya yang kekanak-kanakan sama sekali tidak menunjukkan usia yang sebenarnya.
Yang di balik itu semua, sebenarnya sudah sangat matang.

Dengan riang Kalila berjalan melewati pepohonan.
Embun pagi melembutkan rumput di jalan, mengeluarkan aroma dingin saat diinjak.

Burung-burung kecil terbang dari dahan ke dahan di atas kepalanya.
Seekor ayam berkotek-kotek.. sangat gembira, menyuruh Kalila agar lekas bergegas.

Lurus di depan sana, tampak rumah Pak Jalal.
Dikelilingi pagar tembok tinggi dan tanaman hias berbagai ukuran.
Sebuah bangku ukiran diletakkan di sebuah jalan setapak yang mengarah ke taman.

Kalila terus bergerak seolah berada dalam mimpi.
Ia berjalan pelan, membuka pintu gerbang dan melangkah masuk.

"Oom terlihat menjijikkan..”
kata Kalila ketika Pak Jalal membukakan pintu setelah ia mengetuk beberapakali.
"Aku nggak bisa tidur, Kal.." jawab Pak Jalal dengan tubuh bau.

“Ada masalah apa lagi..?” Kalila membuka semua tirai ruang tamu yang masih tertutup rapat.
Cahaya matahari pagi segera membanjir memenuhi ruangan mewah itu.

“Emm, begini..”
Pak Jalal kemudian segera menceritakan kepada Kalila bahwa dia telah kehilangan uang.

“Jumlahnya hampir 2 miliar, Kal. DUA MILIAR..!!” Seru Pak Jalal frustasi.
“Oom.. tenang dong..!!” Kalila menghardik.

“Dengar.. Oom harus tenang. Berpikir jernih. Siapa tau oom cuma salah taruh aja..”

"Enggak, Kal. Aku yakin membawa uang itu ke sawah kemarin pagi.
Niatnya setelah dari sawah, aku akan langsung pergi ke bank untuk menyetorkannya.
Tapi, nggak taunya ..” kata Pak Jalal, kemudian dengan nada memaksa..

"Kau harus menolongku, Kal. Temukan uang itu. Kalau nggak, aku bisa bangkrut.."
"Yee.. kok malah aku yang disuruh..?” Sergah Kalila..

”Lagian, memang oom udah nggak punya uang lagi sampai bilang mau bangkrut segala..?"
"Ada sih, tapi cuma dikit..” Pak Jalal mendesah pasrah.

“Itu aja gunakan dulu..” Kalila melepas celana dalamnya yang terasa mengganggu.
Dari dalam liang vaginanya.. ia mencabut sebuah vibrator kecil yang sedari tadi menancap di sana.

“Gila kamu.. pagi-pagi dah main gituan..!!”
Seru Pak Jalal dengan mata melotot menatap keindahan memek Kalila.

“Habis gatel, Oom. Nggak ada yang garukin..” Kalila tertawa menggemaskan.
“Mau oom garukin..?” Pak Jalal tersenyum mesum.

“Nanti aja, sekarang Kalila mau bantu oom nyari uang itu..”
Kalila merapikan bajunya kembali dan bersiap-siap beranjak pergi.

“Aku ikut, Kal..” kata Pak Jalal.
“Nggak usah.. oom di rumah aja..” kata Kalila.

"Jangan bilang pada siapa pun kalau oom telah kehilangan uang..
nanti orang sekampung jadi pada heboh. Aku akan mencari informasinya dengan diam-diam..”

"Dengar, Kal. Jika kau berhasil menemukannya, segera hubungi aku..” kata Pak Jalal.
“Iya, Oom..” Kalila mengangguk.

Pak Jalal melongo di depan pintu. Tanpa bisa berucap sepatah kata pun.. ia lepaskan kepergian Kalila..
untuk menelusuri jejak uangnya yang sudah beranjak dingin.

Kalila segera mengemudikan mobilnya, tujuan pertamanya adalah rumah Ustad Ferry.
Siapa pun yang menemukan uang itu.. asal dia penduduk asli kampung ini..
pasti akan pergi ke rumah Ustad Ferry untuk meminta petunjuk.

Dan Kalila berharap kejadiannya memang seperti itu.
----oOo----

Selepas kepergian Bang Jack.. bersama dengan istrinya..
Udin menghitung uang yang mereka gelar di meja dapur.
Selesai menghitung.. didapati jumlah keseluruhan uang tersebut sekitar 498 juta.

"Kok cuma segitu, bukankah seharusnya 500 juta..?" Tanya Udin.
Herlina tersenyum malu.. "Kemarin kuambil 2 juta buat nyaur utang-utang di warungnya mbok Sumi..”
Jawabnya santai seolah tidak merasa bersalah.

“Bilang dong..” Udin mendengus kesal. Ia lalu pergi ke dapur untuk mengambil sebuah kantung kertas.
"Aku akan pergi ke rumah Ustad Ferry. Kau simpan lagi semua uang ini. Jangan ke mana-mana..
sampai aku kembali sambil membawa motor baru..”

Udin mengambil uang bagian mereka sebesar 25 juta dan pamit pada istrinya.
"Hati-hati, Bang..” jawab Herlina mesra.

"Kamu cantik lho kalo nggak marah-marah mulu..”
Udin berkata dan untuk kali pertama pada hari itu.. keduanya tertawa terpingkal-pingkal bersama-sama.
----oOo----

Haifa sedang mencuci piring di dapur ketika ia mendengar pintu depan diketuk orang..
”Assalamu’alaikum..” itu suara Udin.

Cepat Haifa merapikan pakaiannya dan membukakan pintu.
Udin langsung masuk menuju ruang tamu tanpa perlu dipersilakan.

“Pagi, Bu Ustad. Ustad Ferry ada..?” Sapa Udin dengan nada riang..
namun dia langsung terdiam dan menatap tak percaya pada apa yang tengah dilihatnya.

Di sana.. tepat di depannya.. tampak bulatan payudara Haifa membayang jelas..
karena baju kurung yang dipakainya basah oleh cipratan air.

Karena kainnya yang begitu tipis.. juga karena memang Haifa tidak mengenakan beha..
Jadilah Udin bisa menatap kemengkalan payudarara perempuan berjilbab itu.

Haifa menatap Udin kemudian keduanya saling memandang.
"Apaan sih, Din..? Kayak nggak pernah lihat yang ginian aja..!!”

Udin terkekeh. “Sudah sering sih, bu Ustad.
Tapi yang bulat padet kayak punya Bu Ustad ya memang baru kali ini..”

"Emang punya Herlina nggak padet..?”
"Padet juga sih.. tapi tetap aja beda..”

"Itu mah karena pikiran kamu aja yang jorok..”
Udin tersenyum dan terus menatap bagian dada Haifa sambil menggeleng-gelengkan kepala takjub.

"Duduklah. Kubuatkan kopi dulu," kata Haifa.
"Nggak usah, Bu Ustad. Saya cuma sebentar kok.." jawab Udin.

"Apa Pak Ustad ada di rumah..?"
"Dia di kamar.. lagi ngajarin Aya mengaji. Memang ada perlu apa..?”

“Nggak penting juga, saya cuma minta diantar buat beli motor baru..” Udin nyengir bangga.
“Wah, banyak uang kamu rupanya.” Haifa ikut tertawa senang.

“Sana pergi, temui Pak Ustad..!”
"Baik, Bu Ustad. Saya permisi sebentar.."

Udin segera pergi ke kamar di mana tadi disebutkan Ustad Ferry dan Aya sedang ‘mengaji’ bersama.
----oOo----

Dengan hati dongkol.. Ustad Ferry membangunkan Haifa yang sedang tidur lelap di sofa ruang tengah.
Ditepuknya bahu wanita cantik itu.

”Hmm.. apa, Pah..?” Tanya Haifa sambil sedikit menggeliatkan tubuh sintalnya.
Ustad Ferry menunjukkan penisnya yang menegang pada sang istri.

”Bantuin dong, Mah. Pengen nih..” pintanya.
Haifa tersenyum.. ”Lho, tumben Aya nggak bisa bikin papa moncrot. Biasanya dia selalu berhasil..”
Ctapp..!! Tangannya meraih penis itu dan mulai mengocoknya pelan.

”Gara-gara Udin tuh. Tiba-tiba masuk dan ganggu keasyikan papa..” Ustad Ferry membuka paha Haifa..
memperhatikan memek istrinya yang selalu nampak basah menggiurkan.

”Ya sudah.. sini sama mamah aja. Tapi mama cuma berbaring aja ya, mama capek..”
Kata Haifa sambil tangannya membimbing penis sang suami agar segera memasuki liang vaginanya.

”Ehm.. ughh..” rintihnya pelan saat Ustad Ferry sudah menusuk dan mulai menyetubuhinya.
Laki-laki itu dengan giat menggenjot pinggulnya.. sementara Haifa cuma terbaring pasrah..
sambil sesekali merintih dan menjerit.. dia terlalu lelah untuk membalas.

Di saat mereka lagi asyik mengayun.. tepat saat itulah.. pintu depan tiba-tiba terbuka.
Masuklah Kalila dengan keceriannya seperti biasa.

”Hai, semua..! Aku datang..” ucapannya langsung berhenti begitu melihat apa yang tengah terjadi.
Tersaji vulgar di depan matanya.. tampak Ustad Ferry sedang menindih tubuh bugil sang istri..
mereka bercinta dengan segenap nafsu dan gairah.

Di kamar depan yang pintunya terbuka.. seperti tidak terganggu oleh kedatangannya..
Udin yang sedang menggenjot tubuh bugil Aya di atas ranjang.. menoleh dan tersenyum kepadanya.

”Ayo, Kalila. Gabung di sini..!!” Kata Hansip kampung itu.
”Ihh.. amit-amit, Bang. Lebih baik aku pulang aja daripada main sama abang..”

Kalila mengidikkan bahunya. Hari ini dia memakai baju putih lengan panjang..
yang menunjukkan keindahan payudaranya.. dengan rok panjang dari bahan sejenis.

”Kalau main sama aku, mau nggak..?” Tanya Ustad Ferry sambil menghentikannya goyangannya.
”Iya, Kalila. Tolong sebentar ya..? Aku masih capek.. habis main dua ronde sama Azzam tadi malam..”
pinta Haifa ikut mendukung sang suami.

Sebenarnya Kalila lebih suka main dengan Azzam.
Selain karena Azzam masih muda, juga karena Kalila mencintainya.
Bukankah lebih nikmat melakukannya dengan orang yang kita cintai..?

Tapi karena Azzam tidak ada, kontol Ustad Ferry yang panjang dan perkasa..
bolehlah jadi menu sarapannya.

Benda yang begitu kaku dan keras itu perlahan membuat Kalila tergoda..
dan ujung-ujungnya tak mampu untuk menolaknya.

Jadi.. saat tangan Ustad Ferry membimbingnya menuju sofa.. ia pun tidak melawan.
Kalila pasrah pada laki-laki itu.

”Kalila, hmph..” Ustad Ferry mendekap dan menciumi bibir tipis Kalila habis-habisan..
sampai membuat nafas gadis itu memburu.

"Ayo, Kalila..!” Dia dorong tubuh Kalila hingga telentang di sofa.
”Auw..!” Kalila menjerit kecil tapi tidak menolak.

Matanya tak berkedip menatap kontol Ustad Ferry..
yang masih mengacung tegak di depannya.. siap untuk pertempuran selanjutnya.

Sebelum Kalila sempat berkata..
Ustad Ferry sudah menerkam dan meremas-remas payudaranya yang masih terbungkus pakaian.

"Wow.. gede juga tetekmu, Kalila. Nggak kalah sama punya Aya..” komentarnya.
Dia kemudian menyingkap rok Kalila yang berwarna hitam..
sangat kontras dengan paha dan bokongnya yang putih mulus.

Dengan tak sabar, Ustad Ferry mengelus dan meremas-remasnya.
Tangannya terus naik hingga ke pangkal paha gadis itu.

Di sana.. jari-jarinya menyelinap..
kemudian mulai menggerayangi kemaluan Kalila yang tidak terbungkus celana dalam.

Dengan tangannya yang lain..
Ustad Ferry meraih tangan Kalila dan menggenggamkannya pada batang penisnya.

"Kocok, Kalila. Kocok yang cepat..!" Pintanya.
"Pak Ustad.. mhpmhh..” desah Kalila..

Di tengah cecaran bibir Ustad Ferry yang terus melumat bibirnya dengan rakus.
Dia sudah hanyut menikmati gairahnya, sepenuhnya tenggelam dalam hasrat seksualnya.

"Lepas ya, Kalila? Aku pengen ngeliat tubuh kamu..!"
Kata Ustad Ferry sambil mulai melucuti baju Kalila satu per satu.

Kalila tidak bisa menolak.. pakaiannya dengan cepat berjatuhan di lantai..
hingga akhirnya tak satu pun tersisa di tubuhnya yang indah.

Ustad Ferry memandangi tubuh telanjang Kalila tanpa berkedip.
"Mulus banget kulitmu, Kalila. Montok lagi..! Aku jadi nggak tahan..!"

Gumamnya sambil langsung melahap salahsatu payudara Kalila.
Dia remas dan jilati putingnya dengan penuh nafsu.

”Ughh..!!” Kalila merintih dan menggelinjang.
Dia pegangi kepala Ustad Ferry dan diarahkannya ke payudaranya yang lain.

"Yang ini juga, Pak Ustad.." pintanya genit. Dengan senang hati Ustad Ferry melakukannya.
Ia jilati payudara Kalila bergantian, kiri dan kanan..
sambil tak lupa terus memegangi dan meremas-remas bulatannya.

Setelah puas, baru ia turun ke bawah dan membuka lebar kedua belah paha gadis itu.
Tak berkedip ia memandangi daerah kemaluan Kalila yang berbulu lebat..
dengan belahan tengahnya yang memerah indah.

”Ehm.. ughh..!!” Rintih Kalila dengan tubuh menggelinjang hebat..
merasakan lidah Ustad Ferry yang mulai menggelitik lubang vaginanya.

Sambil menjilat, tangan laki-laki itu terus memilin-milin putingnya..
sesekali juga menelusuri punggung dan pantatnya..
membuat Kalila hanya bisa menggeliat-geliat hebat dirangsang seperti itu.

Setelah beberapa saat, Ustad Ferry merasa cukup dengan foreplay-nya.
Dipegangnya pundak Kalilah dan diputarnya tubuh gadis itu membelakanginya..

”Membungkuk sedikit, Kal. Pegangan di sofa..! Kakimu renggangkan sedikit..”
Pinta Ustad Ferry yang dituruti Kalila dengan sedikit bingung.

Berdiri di belakang bokong bulat Kalila yang tersaji indah di depannya..
Ustad Ferry meraba vagina Kalila dan membelahnya perlahan..

Merasakan kalau benda itu sudah begitu hangat dan basah..
membuat Kalila menjerit kecil, kaget tapi suka. CONTIECROTT..!!
-----------------------------------------------oOo---------------------------------------------
 
Bimabet
Herlina yang berdada besar terasa enak sekali ketika digenjot dalam posisi menungging.
Bang Jack terus mendorong dan meremasi kedua gundukan payudaranya kuat dan keras..
hingga membuat Herlina sampai menjerit-jerit.

“Baang.. aah.. pelan-pelan..!!“ Teriaknya..
namun Bang Jack sama sekali tak menggubris dan malah mempercepat ayunan pinggulnya.

Herlina memalingkan mukanya. “Ah, Bang.. aku.. nggak.. kuaaa.. aah..!!“ Jeritnya melengking.
Di bawah.. liang vaginanya menyempit dengan cepat.

Kepala perempuan itu mendongak ke atas dengan tubuh terkejang-kejang dan menegang kaku..
sebelum kemudian berkelojotan gemas begitu mendapatkan orgasmenya.

Dari dalam liang vagina Herlina mengucur cairan panas yang sangat banyak..
membasahi batang penis Bang Jack yang masih menancap kaku.
Berikutnya cairan itu merembes dari sela-sela tautan alat kelamin mereka dan turun membasahi sprei.

“Ah.. Bang..!” Tubuh montok Herlina langsung terjerembab ke ranjang..
sehingga membuat penis Bang Jack terlepas.

Napasnya berat dan putus-putus..
sementara terlihat penis Bang Jack mengkilap oleh cairan bening yang sangat menyilaukan.

Bang Jack membiarkan Herlina mengatur napasnya sejenak sebelum ia genjot lagi.
Ia bertekad akan membuat perempuan itu bertekuk lutut..
saat mendapatkan kepuasan seks yang tak terlupakan darinya.

Jam masih berada di angka sebelas, masih tersisa banyak waktu bagi Bang Jack..
untuk menuntaskan hasratnya sebelum subuh tiba.

Perjanjian dengan Udin tadi.. ia bisa menikmati tubuh Herlina semalaman.
Sampai puas. Sampai lemas.

Herlina perlahan mulai menggeliat pelan.. ia membuka matanya dan memandang Bang Jack..
yang memangkunya dengan posisi rebahan.

Laki-laki itu meremas-remas buah dadanya tanda masih terangsang..
sementara alat kelamin mereka saling bersentuhan erat.
Tinggal dimajukan sedikit saja.. penis Bang Jack pasti bisa masuk ke vagina sempit Herlina.

“Aku udah nggak tahan, Lin.
Jepitan memekmu yang kuat itu pasti bisa bikin aku klimaks di ronde selanjutnya..” bisik Bang Jack.

“Kalau begitu lakukan, Bang..” sahut Herlina dengan suara mendesah lemah.
“Iya, Lin..” jawab Bang Jack singkat.

“Sini kubantu..” Herlina yang kembali terangsang akibat remasan Bang Jack di buah dadanya yang montok..
serta elusan laki-laki itu di kulit pahanya yang mulus.. segera memundurkan pinggulnya sedikit.

Sambil memegangi batang penis Bang Jack.. pelan ia menggiring benda panjang itu agar masuk kembali..
ke liang senggamanya yang masih sangat basah.

Desakan alat kelamin mereka kembali membuat Herlina mendelik suka.
“Aduh, Bang.. gede banget..! Sampai seret rasanya...”

Dia menggeliat ke kiri dan mendongak ke belakang.. Slebb..
Seiring batang Bang Jack yang menusuknya mili demi mili sampai masuk setengahnya.

“Rasakan kenikmatan yang kuberikan.. Lin..“ kata Bang Jack sambil mulai menarik dan menekan.

Herlina menahan nafas merasakan batang kontol Bang Jack yang kembali menerobos semaksimal mungkin.
Tubuhnya bahkan sampai melengkung ke atas sebelum kemudian berdebam lagi.

“Auuh.. Baang..! Ahh.. luar biasa kontolmu ini.. eh, baru kali ini aku merasakan sangat senang disetubuhi orang lain.
Kontolmu.. besar dan panjang..!“ Herlina tersenyum nakal dan genit.

“Memang sebelumnya kamu pernah tidur sama siapa aja..?” Selidik Bang Jack sambil menekan keras..
sehingga batangnya mentok sampai bagian terdalam dari liang vagina Herlina.

“Nggak banyak sih,” Rambut panjang Herlina sudah berantakan..
namun malah membuatnya menjadi bertambah cantik.

“Cuma Ustad Ferry sama Azzam. Trus sama Asrul juga. Gerombolan RW. Bonte. Baha. Pak Jalal.
Dan yang terakhir sama ketiga murid abang.. sebelum mereka pergi..”

“Yee.. itu mah sama aja orang sekampung..” sungut Bang Jack dengan batang terus bergerak cepat.
“Hehe, iya-ya...” Herlina menggeliatkan tubuhnya ke sana-kemari..
merasakan batang yang sangat sesak terus mengoyak liangnya secara bertubi-tubi.

“Hhsss.. Bang.. nikmat.. enak.. terimakasih ya.. trims banget..!“ Katanya sambil memandang Bang Jack.
“Dari sekarang, bilang aku kalau kamu lagi butuh kontol. Aku akan langsung datang kemari..”
Laki-laki itu menyahut nakal.

“Gampang, ahh...“
Herlina kemudian memejamkan matanya menikmati batang Bang Jack yang masih terjepit erat.

Ia juga mengelus-elus bagian atas liang vaginanya yang terlihat menggelembung dengan tangannya sendiri..
sedang Bang Jack kembali bermain-main di tonjolan buah dadanya.

Yang sebelah kanan diremas-remas pelan.. sementara yang kiri dijilat-jilat dengan penuh perasaan..
hingga membuat Herlina jadi semakin menggelinjang ke sana kemari.

“Hhh, Bang.. aauh.. aah..” perempuan itu mengerang dan melenguh secara berulang-ulang..
ketika Bang Jack mengangkat kedua kakinya untuk ditopangkan ke pundak.
Dengan begini jepitan memek Herlina jadi lebih erat lagi.

“Remes susuku, Bang..!”
Herlina megap-megap sambil menarik tangan Bang Jack dan ditempatkan di atas gundukan buah dadanya.

“Terus..! Aah.. remes yang kuat, Baang..!“ teriaknya dengan tubuh semakin menggeliat.
Bang Jack segera mempermainkannya.

Ia tekan dan pijit-pijit kedua puting Herlina sambil pinggulnya mulai menggenjot ringan. Luar biasa nikmatnya.
Geliat dan gerakan Herlina semakin membuatnya bergairah.

Buah dada Herlina yang besar tampak bergerak indah berlawanan dengan rontaan tubuhnya..
perempuan itu montang-manting ke sana-kemari padahal Bang Jack cuma menggerakkan penisnya sedikit saja.

“Bang, aaah.. a-akuu.. biarkan aku menikmati dulu, jangan keburu digenjot..”
Pintanya sambil merem-melek keenakan.

“Masa' aku nggak boleh gerak..?” Bang Jack bertanya bingung.
“Boleh, tapi dikit aja..” Herlina menyahut cepat.

“Dari tadi juga cuma dikit..” Bang Jack mendengus.
“Lebih dikit lagi..” Herlina tersenyum manja.

“Segini..?“ Bang Jack menarik batangnya dan mendorong pelan.
“Aauh.. aah.. i-iya, segitu cukup..”
Erang Herlina dengan tubuh kembali montang-manting ke kanan dan ke kiri.

Bang Jack terus menggenjot pelan sampai Herlina terlihat menikmati.
“Bang.. aah.. uuh.. aah.. hhh..” erangan dan lenguhan perempuan itu meluncur silih berganti.

Kepalanya menggeleng-geleng.. lalu mendongak ke atas dengan dada membusung indah..
hingga menjadi santapan empuk Bang Jack.

“Nggak tahan aku, Bang.. cepetan dikit nggak papa..!?” Teriak Herlina.
Bang Jack jadi terkesima.. belum ada beberapa menit digenjot sudah hendak orgasme lagi.

Dia pun langsung menggenjot istri Udin itu dengan cepat hingga membuat Herlina berteriak-teriak kesetanan.
“Ampun, Bang.. uuh.. aah.. s-sudah.. a-aku mau.. aaah..!!“ Racau Herlina, tak jelas ke mana arah teriakannya.

Bang Jack terus melakukan genjotan dan sodokan yang cukup keras..
bahkan sampai membuat bola mata Herlina jadi terbalik. Jepitan liang vaginanya juga terasa kuat sekali.

Sementara remasan tangan perempuan itu di kain sprei kini bertambah erat.
“Aaaah..” tubuh montok Herlina menegang kaku ketika mendapat orgasmenya.

Bang Jack meremas-remas buah dada perempuan itu sekeras mungkin.. karena nyaris saja ia tak kuat..
menahan jepitan vagina Herlina yang mengatup cukup kencang ketika menyemburkan cairan klimaksnya.

Penisnya serasa diparut luar biasa.. namun Bang Jack mencoba mengalihkan perhatian..
dengan bermain-main di buah dada Herlina yang bulat kencang.

Ia mengelus-elus busungan dada itu.. juga memilin-milin dan memijit-mijit putingnya gemas..
sambil sesekali memberikan pagutan dan jilatan ringan.

Herlina sama sekali tidak merespon karena ia memang masih menikmati sisa-sisa orgasmenya.
Bang Jack memeluknya erat dan menghujani perempuan itu ciuman di leher dan bibir.

Tubuh mereka penuh oleh keringat birahi.
Napas Bang Jack juga berantakan.. tapi ia diamkan saja sambil menindih dan memeluk mesra Herlina.

Ia tunggu istri Udin itu bangun dan mulai lagi bersetubuh.
“Ahh, Bang.. kok bang Jack nggak keluar-keluar sih..?”

Dari deru nafasnya sudah kentara kalo Herlina pastilah tak kuat lagi.
Namun karena Bang Jack belum muncrat, jadi ia akan tetap memaksa.

“Bentar lagi. Tinggal dikit lagi kok..”
Bang Jack mencoba berpikir gaya apa yang sekiranya cocok untuk menghadapi Herlina yang pasif.

Sambil mengira-ngira, kembali ia menciumi leher jenjang perempuan itu pelan-pelan..
Ssambil menjilat sampai ke dada. Bang Jack mengulum puting Herlina dan menyedotnya perlahan-lahan.

“Bang, sudah ah.. aku nggak kuat lagi..” Herlina merintih.
“Tapi.. aku kan belum orgasme..” balas Bang Jack tak mau kalah.

“Kita istirahat dulu ya, nanti kita lanjut lagi..”
“Tenang, kamu diam aja. Yang penting biarkan aku menyemburkan pejuh ke dalam memekmu..”

Bang Jack menyeringai. Herlina terdiam.. lalu..
“Iya deh. Tapi diamkan dulu kontol abang di dalam, jangan keburu digerakkan. Sabar ya..“

Herlina memeluk dan membiarkan Bang Jack memagut bibirnya dengan rakus.
Sejenak mereka menata nafas dan tenaga untuk memulai ronde penghabisan.

Keduanya terdiam cukup lama dengan posisi masih saling bertindihan dan berpelukan.
Namun Bang Jack yang sudah tak tahan segera menggulingkan tubuhnya..
hingga membuat Herlina memekik kaget.

“Ntar dulu, Bang..!” Dia mencoba untuk menahan tangan Bang Jack yang memegangi pinggangnya.
Namun Bag Jack malah memaksanya bangun.

“Geser kakimu ke depan, Lin..” ajaknya yang disambut gerakan kaki oleh Herlina..
membuat batang panjang Bang Jack semakin terjepit dalam liang vaginanya yang sudah becek memerah.

“Aah..” Bang Jack mengerang kecil merasakan sensasi jepitan itu.
“Hihi.. enak ya, Bang, kujepit begini..?” Herlina melingkarkan kedua kakinya ke pinggang Bang Jack.

“Waduh.. aku bisa muncrat kalo lama-lama begini..” sungut Bang Jack..
sambil melingkarkan tangan ke belakang pantat Herlina dan meremas-remasnya gemas.

“Nggak nyesel kan keluar duit 15 juta buat tubuhku..?” Herlina menggelinjang.
“Yang kusesalkan cuma satu; kenapa nggak dari dulu aku ngentotin kamu..” seloroh Bang Jack.

“Aku juga, Bang. tau enak gini, sudah sejak dulu aku minta jatah dari abang..”
Balas Herlina yang disambut tawa oleh Bang Jack.

“Bisa aja kamu..” Bang Jack memeluknya erat dan merenggangkan kaki Herlina sedikit..
sehingga membuat penisnya jadi lebih nyaman..” Siap ya, Lin, kugenjot sekarang!“ ajaknya.

Pelan Bang Jack mulai menggerakkan pinggulnya naik-turun menyetubuhi Herlina untuk yang ketigakalinya.
Ia melumat dan memagut bibir perempuan itu..
sambil tangannya dengan nakal menempel di buah dada Herlina yang besar dan meremas-remasnya kuat.

“Bang, aaah..” lenguh Herlina.
“Tahan, Lin, aku juga mulai nggak tahan..” Bang Jack terus menggerakkan pantatnya.

Jika Herlina turun.. ia naik. Ketika Herlina ke atas, ganti ia yang turun ke bawah.
Kedua pertemuan itu menimbulkan bunyi kecipak yang sangat keras..
akibat bersatunya alat kelamin mereka yang semakin erat.

“Bang, terus remes susuku!“ lirih Herlina dengan nafas memburu
“Iya, Lin. Susumu enak, gede banget. Empuk lagi..”

Bang Jack menukar tangannya agar bisa meremas-remas buah dada Herlina secara bergantian.
“Remes juga bokongku, Bang.. ahh..!!” erang Herlina lebih lanjut.

Ia mendongak ke atas begitu merasakan batang Bang Jack yang kian liar mengoyak liang vaginanya..
”Terus, Bang. Keluarkan spermamu di dalam.. jangan di luar..!“ Desisnya dengan mata menatap jalang.

“Sabar ya, sedikit lagi..” terang Bang Jack.
“Iya, Bang. Luar biasa, enak banget bercinta denganmu..” Herlina tertawa.
“Sama, Lin. Aku juga enak..” sahut Bang Jack tak mau kalah.

Mereka mempercepat gerakan. Herlina kini semakin liar naik-turun di atas pangkuan Bang Jack.
Ia rasakan penis laki-laki itu mengoyak-ngoyak dinding rahimnya dengan luar biasa.

Meski sangat besar.. namun batang Bang Jack sangat lancar sekali ketika meluncur keluar masuk.
Akibatnya, bunyi kecipak yang terdengar kini kian keras.. semakin ramai juga erangan.. dengusan..
lenguhan dan teriakan mereka yang saling bersahut-sahutan.

Keduanya terus bergerak seirama sampai akhirnya Herlina merintih..
“A-aku nggak kuat lagi, Bang..!” Dia menahan gerakan Bang Jack agar berhenti dulu.
“Tahan napasmu, Lin.. tarik dan hembuskan..” perintah Bang Jack agar perempuan itu bisa menenangkan diri.

Bau keringat dan kelamin mereka sangat semerbak di sekitar ruangan kamar.
Tak berapa lama kemudian, Herlina kembali menggenjot.

“Ayo, keluarkan air manimu, Bang..” Dengan gemas ia melumat bibir hitam Bang Jack.
Detik demi detik berlalu dan mereka terus bergerak naik-turun..
Keduanya semakin tenggelam dalam arus lautan birahi.. sampai akhirnya Bang Jack tak tahan lagi.

“Ini, Lin.. aku udah hampir. Aaah..!!”
Dengan memegangi pinggang ramping Herlina, ia menggenjot dengan keras dan liar.

Tubuh gendut Bang Jack menegang tak karuan..
ketika menyemburkan air maninya dalam-dalam di jepitan vagina Herlina yang mengkerut tajam.

Mereka berpelukan sangat erat dengan Bang Jack menekan selangkangannya mentok di mulut rahim Herlina.
Creeett.. creeett.. creeett.. tubuh Bang Jack serasa seringan kapas.
Ia bagai bisa terbang ke langit.. namun matanya berkunang-kunang karena kecapekan.

Tubuh keduanya menjadi lemas dan mereka pun ambruk ke atas ranjang dengan Herlina menindih dada Bang Jack.
Terasa di penis Bang Jack banyak sekali lendir kental yang membasahi selangkangannya.

Nafas mereka masih sama-sama memburu.. dada Herlina terlihat turun-naik menggiurkan secara tidak teratur.
Peluh membasahi di mana-mana.. namun keduanya merasakan kepuasan yang tiada taranya.

Mereka tetap diam menikmati sisa-sisa orgasme itu selama lebih dari lima menit.
Barulah setelah itu mereka saling bertatapan mesra.

“Tidur yuk..?” ajak Bang Jack.
“Tapi.. biarin kontol abang tetap berada di dalam memekku, ya..” pinta Herlina.

“Oke, terserah kamu deh..” Bang Jack mencium perempuan itu untuk yang terakhirkali..
sebelum kemudian menutup mata dan tertidur pulas karena kecapekan.

Malam sudah sangat larut. Udin yang menunggu di teras sudah sejak tadi digigiti nyamuk.
Saat itu jam telah menunjukkan pukul satu lewat tigapuluh menit dinihari.

Udin segera bangkit dan berjalan menuju ke kamar.
Ia tak terkejut ketika mendapati lampu kamar masih menyala.. namun sama sekali tidak ada suara dari sana.

Cukup dengan mengintip sekilas.. Udin bisa melihat betapa berantakannya kamar itu.
Di atas ranjang..
tergeletak tubuh telanjang istrinya yang sedang asyik berpelukan dengan Bang Jack. Mereka tertidur pulas.

Tersenyum.. Udin segera pergi ke dapur dan membikin secangkir kopi untuk dirinya sendiri..
sambil menunggu waktu subuh tiba.
----oOo----

Pagi hari itu.. suasana masih gelap ketika sebuah mobil sedan berwarna merah berhenti..
di sudut jalan yang menuju rumah Pak Jalal.

Seorang gadis cantik berjilbab turun dan melangkah pelan. Itu adalah Kalila.
Ia memejamkan mata..
berdiri selama beberapa saat untuk menikmati angin sepoi-sepoi yang berdesir lembut.

Tubuhnya begitu ramping dengan balutan baju panjang dan jilbab modis nan sensual.
Wajahnya yang kekanak-kanakan sama sekali tidak menunjukkan usia yang sebenarnya.
Yang di balik itu semua, sebenarnya sudah sangat matang.

Dengan riang Kalila berjalan melewati pepohonan.
Embun pagi melembutkan rumput di jalan, mengeluarkan aroma dingin saat diinjak.

Burung-burung kecil terbang dari dahan ke dahan di atas kepalanya.
Seekor ayam berkotek-kotek.. sangat gembira, menyuruh Kalila agar lekas bergegas.

Lurus di depan sana, tampak rumah Pak Jalal.
Dikelilingi pagar tembok tinggi dan tanaman hias berbagai ukuran.
Sebuah bangku ukiran diletakkan di sebuah jalan setapak yang mengarah ke taman.

Kalila terus bergerak seolah berada dalam mimpi.
Ia berjalan pelan, membuka pintu gerbang dan melangkah masuk.

"Oom terlihat menjijikkan..”
kata Kalila ketika Pak Jalal membukakan pintu setelah ia mengetuk beberapakali.
"Aku nggak bisa tidur, Kal.." jawab Pak Jalal dengan tubuh bau.

“Ada masalah apa lagi..?” Kalila membuka semua tirai ruang tamu yang masih tertutup rapat.
Cahaya matahari pagi segera membanjir memenuhi ruangan mewah itu.

“Emm, begini..”
Pak Jalal kemudian segera menceritakan kepada Kalila bahwa dia telah kehilangan uang.

“Jumlahnya hampir 2 miliar, Kal. DUA MILIAR..!!” Seru Pak Jalal frustasi.
“Oom.. tenang dong..!!” Kalila menghardik.

“Dengar.. Oom harus tenang. Berpikir jernih. Siapa tau oom cuma salah taruh aja..”

"Enggak, Kal. Aku yakin membawa uang itu ke sawah kemarin pagi.
Niatnya setelah dari sawah, aku akan langsung pergi ke bank untuk menyetorkannya.
Tapi, nggak taunya ..” kata Pak Jalal, kemudian dengan nada memaksa..

"Kau harus menolongku, Kal. Temukan uang itu. Kalau nggak, aku bisa bangkrut.."
"Yee.. kok malah aku yang disuruh..?” Sergah Kalila..

”Lagian, memang oom udah nggak punya uang lagi sampai bilang mau bangkrut segala..?"
"Ada sih, tapi cuma dikit..” Pak Jalal mendesah pasrah.

“Itu aja gunakan dulu..” Kalila melepas celana dalamnya yang terasa mengganggu.
Dari dalam liang vaginanya.. ia mencabut sebuah vibrator kecil yang sedari tadi menancap di sana.

“Gila kamu.. pagi-pagi dah main gituan..!!”
Seru Pak Jalal dengan mata melotot menatap keindahan memek Kalila.

“Habis gatel, Oom. Nggak ada yang garukin..” Kalila tertawa menggemaskan.
“Mau oom garukin..?” Pak Jalal tersenyum mesum.

“Nanti aja, sekarang Kalila mau bantu oom nyari uang itu..”
Kalila merapikan bajunya kembali dan bersiap-siap beranjak pergi.

“Aku ikut, Kal..” kata Pak Jalal.
“Nggak usah.. oom di rumah aja..” kata Kalila.

"Jangan bilang pada siapa pun kalau oom telah kehilangan uang..
nanti orang sekampung jadi pada heboh. Aku akan mencari informasinya dengan diam-diam..”

"Dengar, Kal. Jika kau berhasil menemukannya, segera hubungi aku..” kata Pak Jalal.
“Iya, Oom..” Kalila mengangguk.

Pak Jalal melongo di depan pintu. Tanpa bisa berucap sepatah kata pun.. ia lepaskan kepergian Kalila..
untuk menelusuri jejak uangnya yang sudah beranjak dingin.

Kalila segera mengemudikan mobilnya, tujuan pertamanya adalah rumah Ustad Ferry.
Siapa pun yang menemukan uang itu.. asal dia penduduk asli kampung ini..
pasti akan pergi ke rumah Ustad Ferry untuk meminta petunjuk.

Dan Kalila berharap kejadiannya memang seperti itu.
----oOo----

Selepas kepergian Bang Jack.. bersama dengan istrinya..
Udin menghitung uang yang mereka gelar di meja dapur.
Selesai menghitung.. didapati jumlah keseluruhan uang tersebut sekitar 498 juta.

"Kok cuma segitu, bukankah seharusnya 500 juta..?" Tanya Udin.
Herlina tersenyum malu.. "Kemarin kuambil 2 juta buat nyaur utang-utang di warungnya mbok Sumi..”
Jawabnya santai seolah tidak merasa bersalah.

“Bilang dong..” Udin mendengus kesal. Ia lalu pergi ke dapur untuk mengambil sebuah kantung kertas.
"Aku akan pergi ke rumah Ustad Ferry. Kau simpan lagi semua uang ini. Jangan ke mana-mana..
sampai aku kembali sambil membawa motor baru..”

Udin mengambil uang bagian mereka sebesar 25 juta dan pamit pada istrinya.
"Hati-hati, Bang..” jawab Herlina mesra.

"Kamu cantik lho kalo nggak marah-marah mulu..”
Udin berkata dan untuk kali pertama pada hari itu.. keduanya tertawa terpingkal-pingkal bersama-sama.
----oOo----

Haifa sedang mencuci piring di dapur ketika ia mendengar pintu depan diketuk orang..
”Assalamu’alaikum..” itu suara Udin.

Cepat Haifa merapikan pakaiannya dan membukakan pintu.
Udin langsung masuk menuju ruang tamu tanpa perlu dipersilakan.

“Pagi, Bu Ustad. Ustad Ferry ada..?” Sapa Udin dengan nada riang..
namun dia langsung terdiam dan menatap tak percaya pada apa yang tengah dilihatnya.

Di sana.. tepat di depannya.. tampak bulatan payudara Haifa membayang jelas..
karena baju kurung yang dipakainya basah oleh cipratan air.

Karena kainnya yang begitu tipis.. juga karena memang Haifa tidak mengenakan beha..
Jadilah Udin bisa menatap kemengkalan payudarara perempuan berjilbab itu.

Haifa menatap Udin kemudian keduanya saling memandang.
"Apaan sih, Din..? Kayak nggak pernah lihat yang ginian aja..!!”

Udin terkekeh. “Sudah sering sih, bu Ustad.
Tapi yang bulat padet kayak punya Bu Ustad ya memang baru kali ini..”

"Emang punya Herlina nggak padet..?”
"Padet juga sih.. tapi tetap aja beda..”

"Itu mah karena pikiran kamu aja yang jorok..”
Udin tersenyum dan terus menatap bagian dada Haifa sambil menggeleng-gelengkan kepala takjub.

"Duduklah. Kubuatkan kopi dulu," kata Haifa.
"Nggak usah, Bu Ustad. Saya cuma sebentar kok.." jawab Udin.

"Apa Pak Ustad ada di rumah..?"
"Dia di kamar.. lagi ngajarin Aya mengaji. Memang ada perlu apa..?”

“Nggak penting juga, saya cuma minta diantar buat beli motor baru..” Udin nyengir bangga.
“Wah, banyak uang kamu rupanya.” Haifa ikut tertawa senang.

“Sana pergi, temui Pak Ustad..!”
"Baik, Bu Ustad. Saya permisi sebentar.."

Udin segera pergi ke kamar di mana tadi disebutkan Ustad Ferry dan Aya sedang ‘mengaji’ bersama.
----oOo----

Dengan hati dongkol.. Ustad Ferry membangunkan Haifa yang sedang tidur lelap di sofa ruang tengah.
Ditepuknya bahu wanita cantik itu.

”Hmm.. apa, Pah..?” Tanya Haifa sambil sedikit menggeliatkan tubuh sintalnya.
Ustad Ferry menunjukkan penisnya yang menegang pada sang istri.

”Bantuin dong, Mah. Pengen nih..” pintanya.
Haifa tersenyum.. ”Lho, tumben Aya nggak bisa bikin papa moncrot. Biasanya dia selalu berhasil..”
Ctapp..!! Tangannya meraih penis itu dan mulai mengocoknya pelan.

”Gara-gara Udin tuh. Tiba-tiba masuk dan ganggu keasyikan papa..” Ustad Ferry membuka paha Haifa..
memperhatikan memek istrinya yang selalu nampak basah menggiurkan.

”Ya sudah.. sini sama mamah aja. Tapi mama cuma berbaring aja ya, mama capek..”
Kata Haifa sambil tangannya membimbing penis sang suami agar segera memasuki liang vaginanya.

”Ehm.. ughh..” rintihnya pelan saat Ustad Ferry sudah menusuk dan mulai menyetubuhinya.
Laki-laki itu dengan giat menggenjot pinggulnya.. sementara Haifa cuma terbaring pasrah..
sambil sesekali merintih dan menjerit.. dia terlalu lelah untuk membalas.

Di saat mereka lagi asyik mengayun.. tepat saat itulah.. pintu depan tiba-tiba terbuka.
Masuklah Kalila dengan keceriannya seperti biasa.

”Hai, semua..! Aku datang..” ucapannya langsung berhenti begitu melihat apa yang tengah terjadi.
Tersaji vulgar di depan matanya.. tampak Ustad Ferry sedang menindih tubuh bugil sang istri..
mereka bercinta dengan segenap nafsu dan gairah.

Di kamar depan yang pintunya terbuka.. seperti tidak terganggu oleh kedatangannya..
Udin yang sedang menggenjot tubuh bugil Aya di atas ranjang.. menoleh dan tersenyum kepadanya.

”Ayo, Kalila. Gabung di sini..!!” Kata Hansip kampung itu.
”Ihh.. amit-amit, Bang. Lebih baik aku pulang aja daripada main sama abang..”

Kalila mengidikkan bahunya. Hari ini dia memakai baju putih lengan panjang..
yang menunjukkan keindahan payudaranya.. dengan rok panjang dari bahan sejenis.

”Kalau main sama aku, mau nggak..?” Tanya Ustad Ferry sambil menghentikannya goyangannya.
”Iya, Kalila. Tolong sebentar ya..? Aku masih capek.. habis main dua ronde sama Azzam tadi malam..”
pinta Haifa ikut mendukung sang suami.

Sebenarnya Kalila lebih suka main dengan Azzam.
Selain karena Azzam masih muda, juga karena Kalila mencintainya.
Bukankah lebih nikmat melakukannya dengan orang yang kita cintai..?

Tapi karena Azzam tidak ada, kontol Ustad Ferry yang panjang dan perkasa..
bolehlah jadi menu sarapannya.

Benda yang begitu kaku dan keras itu perlahan membuat Kalila tergoda..
dan ujung-ujungnya tak mampu untuk menolaknya.

Jadi.. saat tangan Ustad Ferry membimbingnya menuju sofa.. ia pun tidak melawan.
Kalila pasrah pada laki-laki itu.

”Kalila, hmph..” Ustad Ferry mendekap dan menciumi bibir tipis Kalila habis-habisan..
sampai membuat nafas gadis itu memburu.

"Ayo, Kalila..!” Dia dorong tubuh Kalila hingga telentang di sofa.
”Auw..!” Kalila menjerit kecil tapi tidak menolak.

Matanya tak berkedip menatap kontol Ustad Ferry..
yang masih mengacung tegak di depannya.. siap untuk pertempuran selanjutnya.

Sebelum Kalila sempat berkata..
Ustad Ferry sudah menerkam dan meremas-remas payudaranya yang masih terbungkus pakaian.

"Wow.. gede juga tetekmu, Kalila. Nggak kalah sama punya Aya..” komentarnya.
Dia kemudian menyingkap rok Kalila yang berwarna hitam..
sangat kontras dengan paha dan bokongnya yang putih mulus.

Dengan tak sabar, Ustad Ferry mengelus dan meremas-remasnya.
Tangannya terus naik hingga ke pangkal paha gadis itu.

Di sana.. jari-jarinya menyelinap..
kemudian mulai menggerayangi kemaluan Kalila yang tidak terbungkus celana dalam.

Dengan tangannya yang lain..
Ustad Ferry meraih tangan Kalila dan menggenggamkannya pada batang penisnya.

"Kocok, Kalila. Kocok yang cepat..!" Pintanya.
"Pak Ustad.. mhpmhh..” desah Kalila..

Di tengah cecaran bibir Ustad Ferry yang terus melumat bibirnya dengan rakus.
Dia sudah hanyut menikmati gairahnya, sepenuhnya tenggelam dalam hasrat seksualnya.

"Lepas ya, Kalila? Aku pengen ngeliat tubuh kamu..!"
Kata Ustad Ferry sambil mulai melucuti baju Kalila satu per satu.

Kalila tidak bisa menolak.. pakaiannya dengan cepat berjatuhan di lantai..
hingga akhirnya tak satu pun tersisa di tubuhnya yang indah.

Ustad Ferry memandangi tubuh telanjang Kalila tanpa berkedip.
"Mulus banget kulitmu, Kalila. Montok lagi..! Aku jadi nggak tahan..!"

Gumamnya sambil langsung melahap salahsatu payudara Kalila.
Dia remas dan jilati putingnya dengan penuh nafsu.

”Ughh..!!” Kalila merintih dan menggelinjang.
Dia pegangi kepala Ustad Ferry dan diarahkannya ke payudaranya yang lain.

"Yang ini juga, Pak Ustad.." pintanya genit. Dengan senang hati Ustad Ferry melakukannya.
Ia jilati payudara Kalila bergantian, kiri dan kanan..
sambil tak lupa terus memegangi dan meremas-remas bulatannya.

Setelah puas, baru ia turun ke bawah dan membuka lebar kedua belah paha gadis itu.
Tak berkedip ia memandangi daerah kemaluan Kalila yang berbulu lebat..
dengan belahan tengahnya yang memerah indah.

”Ehm.. ughh..!!” Rintih Kalila dengan tubuh menggelinjang hebat..
merasakan lidah Ustad Ferry yang mulai menggelitik lubang vaginanya.

Sambil menjilat, tangan laki-laki itu terus memilin-milin putingnya..
sesekali juga menelusuri punggung dan pantatnya..
membuat Kalila hanya bisa menggeliat-geliat hebat dirangsang seperti itu.

Setelah beberapa saat, Ustad Ferry merasa cukup dengan foreplay-nya.
Dipegangnya pundak Kalilah dan diputarnya tubuh gadis itu membelakanginya..

”Membungkuk sedikit, Kal. Pegangan di sofa..! Kakimu renggangkan sedikit..”
Pinta Ustad Ferry yang dituruti Kalila dengan sedikit bingung.

Berdiri di belakang bokong bulat Kalila yang tersaji indah di depannya..
Ustad Ferry meraba vagina Kalila dan membelahnya perlahan..

Merasakan kalau benda itu sudah begitu hangat dan basah..
membuat Kalila menjerit kecil, kaget tapi suka.
kena copyright gak tuh pake nama nama karakter sinetron sebelah hihihi
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd