Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

Bimabet
Nice stories....
Gw suka bgt ini stories nya...
Cewek2 nya binal, liar semua...
Apalagi adegan Kalila sama Oom nya... Ada incest nya dikit... Love it...
Mayang ketemu di Bis juga seruu... Kyk pengalaman pribadi gw...
Sekali ketemu cewek, kebetulan Hyper.. Langsung kejadian...

Lancrotannya selalu gw tunggu suhuuuu.....
:mantap: :panlok2:
 
Nice stories....
Gw suka bgt ini stories nya...
Cewek2 nya binal, liar semua...
Apalagi adegan Kalila sama Oom nya... Ada incest nya dikit... Love it...
Mayang ketemu di Bis juga seruu... Kyk pengalaman pribadi gw...
Sekali ketemu cewek, kebetulan Hyper.. Langsung kejadian...

Lancrotannya selalu gw tunggu suhuuuu.....
:mantap: :panlok2:
:hore: Ahayy..
Hehehe.. trims Adul + Komeng n Apresiasinya brada..

Mudah2an ntaran lagi Nubi lanjrotin..
 
Cerita yang tokoh utama namanya joki ini lucu ya, dari alur dan cara bercerita masih pola tahun 80an yang udah jarang keliatan lagi di forum cerita panas

Tx udah sharing om @Pecah Utak ditunggu update dan cerita lain
:panlok2: Siappppp.. brada @pandamen ..

Ho-oh.. makanya Nubi beraniin nge-share di mari..
Sekalian nostalgila buat readers n mupengers di mari.. hehehe..
 
---------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 163 – Karma..!? [Part 05]

Bunga di taman rumah Tohir menguarkan wewangian. Semilir angin terasa nyaman.
Langit di barat masih menyisakan warna merah. Bagus sekali. Bunga-bunga berwarna ungu.

Ada mawar berwarna ungu..? Bagus sekali. Wanginya melebihi wangi parfum mana pun.
Harum sekali. Angin menggoyang ranting mawar itu.

Dan, tiba-tiba pintu rumah terkuak. Bayangan tubuh perempuan mengisi bingkai pintu.
“Lho..! Kamu, Jok.. sudah lama..?” Tanya Ningsih, istri Tohir.

Mata Joki berkedip-kedip, mencoba menatap wajah perempuan itu.
“Mana suamimu, Ning..?”

“Dia pergi ke kampung sebelah bersama Pak Lurah. Kamu kok nggak ikut..?”
Joki tak menjawab. Cantik juga perempuan ini..!

Joki menutup matanya,
mencoba mengusir bayangan hitam yang mulai menguasai pikirannya.
Tapi pesona badan sintal Ningsih terus melayang-layang di dalam benaknya.

Ah.. kenapa begini gampang aku tergoda..? Batin Joki dalam hati.
Cuma satu lirikan.. langsung terasa ke selangkangan.

“Kamu sakit, Jok..?” Tanya Ningsih hati-hati.
“Tidak..!” Gumam Joki. “Aku Cuma ..”

“Maghrib.. jangan di luar..!” Perempuan berjilbab itu mendekati Joki.
“Ayo masuk..” undangnya. “Nanti aku pijit kalau kamu memang sakit..”

Joki tak menjawab. Dipijit memang enak, pikirnya.
Maka dia diam saja..
ketika Ningsih membimbingnya berbaring di sofa dan memijit-mijit kakinya.

Jari-jari perempuan itu kuat mencengkeram otot-otot..
mengirim rambatan-rambatan aneh dari bagian yang dipijit..
kian mengarah ke batang panjang Joki.

Suasana rumah yang remang-remang ikut mendukung semuanya.
Dan.. ketika perempuan itu memijit bagian paha..
bayangan tubuh montok Ningsih pun menjelma menjadi bidadari.

Lebih-lebih karena jari-jari perempuan itu telah menyusur ke mana-mana.
Joki merasa dirinya melayang-layang.
Dan ia tau.. napas Ningsih juga terengah-engah.

Tidak seperti Widuri..
istri Tohir itu sama sekali tidak sanggup menolak pesona kelelakiannya.

Joki senang melihat Ningsih mengunci pintu rumah. Tanpa sadar dia tertawa.
Ningsih cemberut..
sebab mengira Joki menertawakan dirinya yang berpantat besar. Dia cemberut.

Maksudnya merajuk.. tetapi Joki tak peduli.
Lekas ia rengkuh tubuh montok itu ke dalam pelukan..
Dan kemudian.. keringat mereka pun sama-sama mengalir deras.

“Ehm.. Jok..!” Ningsih mengeluh.
“Aku pengen bercinta denganmu, Jok..! Puaskan aku..!”

Perasaan malu telah lenyap..
berganti dengan gairah tabu yang sanggup membakar apa saja.
Ningsih mulai mencium telinga Joki, kemudian leher laki-laki itu.

“Ahh..” Joki mendesah. Lembut ia sambut ciuman Ningsih dengan mengulum bibirnya..
lidahnya terjulur untuk menjalari rongga mulut perempuan itu.

Kemudian ia jilat telinganya.. setelah terlebih dahulu mencopot jilbabnya..
dan menelusuri leher Ningsih yang putih bak pualam.

Istri Tohir itu pun mendesah nikmat.. “Ahh.. Jok..!”
Mendengar desahannya, Joki jadi semakin bernafsu.

Tangannya mulai menjalar ke belakang..
Ke dalam daster Ningsih.. dan terus menuju ke pengait beha-nya.

Ctikk..!! Dengan sekali sentakan, benda itu pun terlepas.
Kemudian ia mencium bibir perempuan itu lagi.

Kali ini ciumannya sudah agak beringas..
mungkin karena nafsu yang sudah mencapai ubun-ubun.

Lidah Ningsih disedotnya sampai perempuan itu mengaduh kesakitan..
tetapi sakitnya karena nikmat.

“Jok, buka bajumu..” kata Ningsih manja.
“Bukain..” kata Joki.

Sambil mencium.. Ningsih membuka satu per satu kancing kemeja Joki.
Juga kaos dalamnya.. kemudian ia lemparkan ke samping tempat duduk.

Joki langsung mencium lehernya.. terus ke arah puting susunya yang masih tertutup kain..
hingga Ningsih hanya bisa mendesah karena nikmat.

“Ahh.. Jok..!!” Ningsih cepat-cepat membuka sabuk Joki.. dan celananya juga.
Sampai yang tertinggal cuma celana dalam saja.

Ningsih tersenyum ketika melihat kepala penis Joki yang menyembul ke atas.
Pelan ia ciumi benda tumpul seperti jamur itu.. sambil dengan perlahan..
menurunkan celana dalam Joki.. kemudian dia lemparkan seenaknya.

Dengan penuh nafsu Ningsih mulai menjilati cairan bening..
yang keluar dari kemaluan Joki.. rasanya nikmat sekali.

Setelah puas menjilati..
kemudian dia mulai memasukkan kemaluan Joki ke dalam mulutnya.

“Ohh.. nikmat sekali..”
kata Joki tertahan begitu kemaluannya terasa seperti disedot-sedot.

Ningsih terlihat sangat menikmatinya.. sesekali juga dia gigit-gigit kemaluan itu.
“Auw..!! S-sakit, Ning..!” Joki agak meringis.

Namun Ningsih seperti tidak mendengar ucapan itu.
Dia masih tetap saja memaju-mundurkan kepalanya.. mengelomoti batang kejantanan Joki..
hingga membuatnya jadi semakin basah dan mengkilap.

Mendapat perlakuan itu, Joki jadi tak kuat juga. Ia sudah tak tahan lagi.
“Ning, berhenti dulu. Nanti aku keluar.. ahh..!!”

Ningsih cuek saja.. malah dia mengisap batang kemaluan Joki lebih keras lagi.
Akibatnya.. Croott.. croott.. croott..! Tanpa bisa dicegah lagi..

Joki pun menyemburkan lahar panasnya ke dalam mulut perempuan cantik itu.
Glug..! Ningsih menelan semuanya, terasa agak amis tetapi juga nikmat.

Setelah benar-benar bersih.. Ningsih kemudian berdiri dan membuka seluruh pakaiannya.
Sampai akhirnya dia telanjang bulat.

Sambil tersenyum.. ia menghampiri Joki dan mencium bibirnya.
“Puaskan aku, Jok..!”
Katanya sambil memeluk erat.. kemudian dia berbaring telentang di lantai.

Joki segera mendekatinya. Ia tindih tubuh yang elok dan harum itu.. ia ciumi bibirnya..
kemudian menjilati belakang telinga Ningsih yang tertutup oleh rambut panjang.

Joki menyibaknya agar ia bisa mengisapnya rakus.
Ningsih kontan mendesah keenakan.. “Ahh.. geli, Jok..!”

Tapi dia tidak ingin berhenti.
Dibiarkannya lidah nakal Joki yang mulai menjalar ke arah bulatan payudaranya.

Joki menjilati putingnya yang sebelah kiri..
sedangkan tangannya meremas-remas yang sebelah kanan..

Sambil tak lupa kadang-kadang memilin-milin keduanya gemas.
“Ohh.. Jok, terus..! Ohh..” desah Ningsih mulai tak menentu.

Puas dengan bukit kembar.. Joki menggeser badannya.
Kini ia menjilati pusar Ningsih, dan jilatannya makin turun ke bawah.

Setelah mengisap di sekitar paha.. Joki mulai mengelus-elus bukit kemaluan perempuan itu..
hingga membuat Ningsih jadi melenguh hebat.

Apalagi saat jari Joki menusuk..
lalu bergerak-gerak seperti mencari sesuatu yang kata orang adalah klitoris.

Ningsih semakin melenguh hebat.. dia menggelinjang bak ikan yang kehabisan air.
Disusul kemudian oleh jilatan Joki yang begitu rakus..

Maka makin lengkaplah ‘penderitaan’ yang dialami oleh Ningsih.
“Aahh.. Jok..!!” Ningsih menjerit agak keras.. rupanya dia sudah orgasme.

Joki merasakan cairan hangat menyemprot di hidungnya..
ketika ia menguak sedikit kemaluan Ningsih dan mengisap klitorisnya kuat-kuat.

Sempat kaget juga.. namun Joki dengan tanggap segera menjilat dan menelan semuanya.
“Jok..! Masukkan, Jok..! Masukkan punyamu..!!”
Pinta Ningsih dengan wajah memerah menahan nafsu.

Joki yang sudah kembali terangsang.. segera bangkit dan mengarahkan senjatanya..
yang telah kembali mengeras ke mulut kemaluan perempuan cantik itu.

Slepp.. slepp.. slepp.. Ia gesek-gesekkan dulu sebentar di sekitar bibir kemaluan Ningsih..
Sebelum kemudian.. Slebb.. mulai mendorongnya masuk secara perlahan-lahan.

“Tekan yang keras, Jok..! Cepat masukkan..!!” Kata Ningsih tak tahan.

Hmm.. rupanya wanita ini tipe yang nggak sabaran.. kata Joki dalam hati..
sambil menarik tubuh Ningsih ke bawah.. sehingga kakinya menjuntai ke lantai.

Terlihat kemaluan perempuan itu jadi menyembul semakin indah.
Melebarkan paha Ningsih sedikit.. Joki kembali mengarahkan batang kemaluannya.

Jlebbh..!! “Aaahh.. Jok..! Pelan-pelan..!” Desah Ningsih..
kaget oleh sentakan kemaluan Joki yang langsung menerobos..
Masuk membelah ke arah liang senggamanya yang sudah merekah memerah.

Setelah terbenam seluruhnya.. Joki mulai mengerakkannya naik-turun.
Makin lama makin cepat.. clebb-clebb-crebb-crebb-clekk-clekk-clepp-clepp..

Tusukan dan sodokan batang kemaluan Joki kian mantap dan cepat..
Menghentak-hentak dan mengobrak-abrik liang nikmat kemaluan NIngsih.

Joki mengkombinasikan tusukan-tusukan batang kemaluannya dengan lihai..
kadang-kadang sambil meremas-remas kedua bukit kembar Ningsih..
yang terpantul-pantul indah di depan sana.

Joki juga membungkukkan badannya..
untuk dapat mengisap kedua putingnya yang terlihat semakin kaku dan menegang.

“Ahh.. terus, Jok..! Terus..!!” Erang Ningsih sambil tangannya memegangi kedua pipi Joki..
saat pemuda itu masih terus menggenjot tubuhnya..

Sampai beberapa saat kemudian tiba-tiba tubuh molek Ningsih mengejang.
“Aaahh.. Jookii..!!” Ternyata perempuan itu sudah mencapai puncaknya duluan.

“A-aku.. udah keluar, Jok..” kata Ningsih terbata.
“Aku masih lama, Ning..” bisik Joki sambil kembali menggenjot perlahan.

Secara spontan.. kaki Ningsih melingkar di pinggangnya..
diikuti oleh goyangan pantat perempuan cantik itu.

“Ahh.. Ning.. punya kamu enak banget..” kata Joki memuji..
Ningsih hanya tersenyum saja. Joki juga heran.. kenapa ia bisa lama keluarnya.

Padahal tubuh telanjang mereka sudah sama-sama basah oleh keringat..
namun keduanya tetap mengayuh bersama menuju puncak kenikmatan.

Sampai akhirnya.. Joki tak kuat juga menahan rasa itu.
“Ahh, Ning.. aku hampir sampai..” katanya agak serak.

“Aku juga, Jok..! Kita keluarin sama-sama ya..?”
Sahut Ningsih sambil menggoyangkan pantatnya yang bahenol.

Goyangannya menjadi semakin liar.
Tak ingin kalah.. Joki juga mempercepat frekuensi genjotannya.

Sampai pada akhirnya.. “Aaahh.. Jookk..!!”
Jerit Ningsih sambil menancapkan kukunya ke pundak Joki.

“Aahh, Ningsih.. tubuh kamu enak..!!” Crett.. crett.. crett.. crett..!!
Joki balas mendekap erat tubuh sintal perempuan cantik itu.

Mereka terdiam beberapa saat..
dengan nafas yang tersengal-sengal seperti habis berlari marathon.

“Kamu hebat sekali, Jok..!” Puji Ningsih.
“Kamu juga, Ning..!” Puji Joki juga setelah agak lama mereka berpelukan.

Kemudian cepat-cepat keduanya memakai pakaian masing-masing..
karena takut suami Ningsih yang juga teman Joki keburu datang.
----oOo----

Duduk melamun sepanjang pagi.. Joki tampak merenung muram.
Selama di kampung.. hasratnya akan tubuh perempuan memang terpenuhi.

Selain Ningsih.. juga ada beberapa wanita..
– baik yang sudah menikah maupun masih gadis – bertekuk lutut di hadapannya.

Dengan modal sorot mata tajam dan pesona kata-kata yang tak mungkin dapat dielakkan..
Joki berhasil membawa mereka ke tempat tidur.

Namun entah kenapa.. semua itu tidak dapat mengisi kekosongan hatinya.
Bayangan wajah sendu Widuri selalu melintas..
dan ujung-ujungnya selalu membuat batin Joki menjerit rindu.

Ia menarik napas dalam-dalam..
kemudian tersentak ketika ada bayang-bayang yang berhenti tepat di depannya.

Joki melirik kaki orang itu. Bukan sendal lelaki. Dan, jari-jari itu.. ah..!
Alangkah halusnya. Juga begitu kuning dan mulus.

Joki menaikkan pandangan dan melihat rok panjang warna biru tua.
Dadanya bergetar.

Lebih ke atas lagi dia menaikkan pandang matanya.
Blus biru muda. Jantungnya menggelepar.

Dan.. ah, ya.. yang berdiri di situ memang adalah.. Widuri..!
Gadis berjilbab merah itu tersenyum menatapnya.

“Eh..?” Joki tergagap bangkit.
“Kok ngelamun..?” Tanya Widuri. Suaranya lunak.

“Ya..? Ah.. tidak.. tidak. Mau berangkat..?”
Jilbab panjang Widuri bergerak saat dia mengangguk.

Jantung Joki langsung menggelepar-gelepar.
Telapak kakinya panas. Dan, telapak tangannya basah.

Namun Widuri melihat secercah matahari di wajah lelaki itu.
Seperti langit yang nampak setelah awan disibak angin.

Joki menatap hiasan jilbab Widuri yang menggelombang hingga bahu..
seakan membuat darahnya ikut menggelombang mengalir.

Untuk beberapa saat mereka hanya bisa saling menatap.

“Hari ini aku pulang lebih awal. Jam satu kantor sudah tutup..” kata Widuri.
“Ooo..” Joki mengangguk. Tetapi, kemudian.

“Eh..?” Dia menatap gadis itu. Widuri menunduk.
“Kalau begitu, aku tunggu di sini jam satu ya..? Kita jalan-jalan ya..?”
Kata Joki dengan napas terengah. Widuri tetap menunduk.

“Kalau aku tak boleh ke rumahmu, kita bisa jalan-jalan, ‘kan..?”
Sergah Joki lagi. Gadis itu tak menjawab.

“Aku ingin omong-omong denganmu. Boleh, ‘kan..?”
Widuri mengangkat kepala.. menatap sesaat, lalu mengangguk.

“Kutunggu di sini jam satu ya..?”
“Ya..” desah gadis itu.

Dan.. jantung Joki menggelepar. Sungguh-sungguh menggelepar.
Belum pernah sekeras itu geleparnya. Lalu gadis itu tersenyum, dan tersenyum lagi.

Lalu melangkah pelan menyusuri jalan.
Dan tersenyum lagi sebelum menghilang di belokan.
Joki ikut tersenyum meski sendirian.

Akhirnya dia mau juga.. pikir Joki. Akhirnya dia cair juga.
Kebekuan itu akhirnya berakhir juga.

Dan.. Joki ingat bagaimana gadis itu tertunduk tadi.
Widuri menggigit bibir setelah berkata..
“Hari ini aku pulang lebih awal. Jam satu kantor sudah tutup..”
----oOo----

Di dekat kaki Joki berserakan banyak puntung rokok.
Tak tau entah sudah berapa lama waktu berlalu.

Yang jelas, Joki merasa menit demi menit berjalan begitu lambat.
Rasanya, hari ini matahari malas sekali beringsut.

Sesekali dia melontarkan pandang ke ujung jalan.. tempat di mana kantor desa berada.
Ah.. alangkah lamanya waktu bergerak. Alangkah banyaknya semut di sini.
Alangkah bisingnya suara anak-anak kecil bermain.

Cuma.. apalah artinya itu semua..
dibandingkan dengan kesediaan Widuri untuk berjalan-jalan dengannya siang ini..!

Bayangkan..! Sepanjang siang dan sore hari.. berada di dekat gadis cantik berjilbab itu.
Bayangkan..!

Joki akan berusaha sebaik mungkin agar Widuri merasa senang selama berada di dekatnya.
Harus ia usahakan agar mendapatkan cintanya.

Dengan begitu.. Joki berharap dapat menghilangkan kemurungan nasibnya..
yang selama ini mengintai.

Joki mengangkat kepala.. tak terasa Widuri telah berada di depannya.
Apakah sekarang sudah jam satu siang..?

Bibir gadis itu terkuak.. mau mengucapkan sesuatu, tetapi tak ada suara yang keluar.
Barangkali dia bilang.. ‘Assalamau’alaikum’.. atau ‘Hai’.. atau ‘Hallo’.. atau ‘Joki’..
Atau ‘Sayang’.. atau apa saja untuk menyapa.

Widuri tidak memakai baju biru muda seperti biasanya.
Blusnya kini berwarna kuning telur.. dan rok panjangnya berwarna jingga.

Dan.. dia tidak kelihatan rikuh seperti biasanya pula. Cuma.. tetap malu-malu.
Warna kuning dan jingga..
membuat hari lebih cerah dari hari kapan pun yang pernah dihuni Joki di dunia ini.

“Ke mana kita..?” Kata gadis itu. Suaranya berdesah.
“Kamu ingin ke mana..?”
Widuri menggeleng. “Terserah..” katanya kemudian.

“Aku ingin ke pantai..” kata Joki.
Mata gadis itu menyala sekejap.

“Kamu suka..?” Lanjut Joki.
Gadis itu mengangguk cepat. “Ayolah ke sana..”

“Tapi jalannya jelek..”
“Tidak apa-apa..”

Maka mereka pun melangkah.

“Aku senang melihat laut..” kata Widuri.
“Ooo, aku juga..” kata Joki dengan suara lunak.. mengimbangi merdunya suara Widuri.

Angin yang mengalun mengibar-ngibarkan jilbab Widuri.
Mereka melewati jalan yang di kiri-kanannya berdiri banyak pohon kelapa.

“Kamu sering ke pantai..?” Tanya Widuri.
“Sering. Kalau pikiran ruwet.. biasanya aku pergi ke sini..”

“Ngapain di situ..?”
“Tak ngapa-ngapain. Soalnya, aku sering tertekan batin. Ibuku memaksaku agar segera menikah..
sedangkan aku masih belum menemukan gadis yang cocok..”

Widuri mengangguk mengerti seraya menoleh.
“Ya, deburan ombak memang bisa menenangkan pikiran..”

“Iya.. ah, kenapa ngomong serius begini..?” Kata Joki sembari tertawa.
Widuri pun tertawa.

“Lebih baik ngomong tentang dirimu..” kata Joki.
“Atau tentang dirimu..?” Kata Widuri.

“Aku lebih ingin mengenalmu..” ujung jilbab gadis itu mengelus-elus leher Joki.
Maka lelaki itu berterimakasih kepada angin yang menerpa-nerpa.
Parfum Widuri menyelinapkan keharumannya ke hidung Joki.

“Ah.. sebaiknya jangan..!” Kata gadis itu tiba-tiba. Joki menoleh dan menatap tajam.
“Kenapa..?” Widuri hanya tersenyum samar.
Lantas dia menatap pucuk-pucuk pohon kelapa.

Bau lumpur pantai mulai tercium.
Mata gadis itu nanar.. memandang ke kejauhan. Ke masa lampau.
Ke kehidupannya yang sudah tertinggal. Ke kehidupan yang manis sekaligus getir.

Mereka melintasi gerumbulan-gerumbulan pohon nipah.
Kilau permukaan laut mengerdip-ngerdip.

Mereka berjalan di bawah pohon-pohon kelapa.
Sendal Widuri terbenam dalam pasir. Langkahnya berat.

Lantas Joki memegang tangan Widuri. Tangan gadis itu lunak. Halus. Hangat.
Mereka menyusuri pantai. Lidah laut menjilat-jilat ke dekat kaki mereka.

Joki menendang-nendang sarung siput laut.
Telapak tangan Widuri terasa nyaman di telapak tangannya.

Dan.. kenyamanan itu mengkilik-kilik lekuk hati Joki..
Membuat dadanya berdeburan, dan jantungnya gemetaran.

Widuri pun merasakan hal serupa. Malahan lebih keras lagi.
Tak pernah dia mengalami saat-saat seperti ini. Masa lalunya berjalan dalam sepi.

Masa remajanya selalu diisi oleh keragu-raguan. Alangkah dinginnya masa lalu.
Mengenang masa lalunya..
Widuri merasa bagai masuk ke dalam ruangan yang lembab.. tanpa hawa.. dan kelam.

Alangkah terlambatnya.. keluh gadis itu diam-diam.
Alangkah lambat tibanya saat-saat seperti ini. Tapi, apakah memang benar-benar terlambat..?

Maka Widuri menarik napas sepenuh dada.
Dan.. dadanya yang menyekap keluhan itu terasa sesak.

Dia menoleh ke arah lelaki di sampingnya.
Joki berbuat hal serupa.. sehingga Widuri cepat-cepat menatap pasir.

“Ada apa..?” Lelaki itu memijit jari Widuri.
“Ah.. tidak..” jawab Widuri pendek.

“Ada yang kau pikirkan..?”
“Ah.. tidak..”

Mereka bertatapan. Mata Joki menghujam tajam sekali.
Oh.. jangan menatap seperti itu..! Widuri cepat-cepat mengawasi kakinya.

Pasir beserpihan tertendang ujung sendal.
Mereka meninggalkan jejak yang memanjang di belakang.

“Aku haus..” kata Joki. “Ayo, kita cari minuman..” Gadis itu tak menjawab.
Matahari membuat permukaan laut berkilauan. Pasir yang putih pun mengkilat.

Mereka melintasi nelayan-nelayan yang sedang memperbaiki jaring.
Anak-anak kecil berlarian tanpa baju.. bahkan ada yang sama sekali telanjang.

Apa yang sebenarnya aku lakukan ini..? Kata hati Widuri.
Aku seharusnya jauh dari lelaki ini.. tetapi aku merasa senang berada di dekatnya.

Apa sebenarnya yang terjadi dalam diriku..? Ini salah.
Tetapi aku senang melihat matanya yang tidak lagi semurung pertamakali dia kulihat..?
Ya.. mata itu tidak selayu dulu..


Lantas Widuri ingat pada lelaki dari masa lampaunya.
Masa yang selalu mengikatnya hingga jadi tidak bisa bergerak bebas.

Banyak terjadi kegetiran yang menghimpitnya. Alangkah membingungkan.
Dan.. Widuri semakin takut jika Joki semakin masuk ke hatinya. Dia takut akan terjebak.

Widuri ingin jauh-jauh.. menyingkir sejauh mungkin.
Tetapi.. ya ampun.. dia bahkan tak kuasa untuk mengatakan itu kepada dirinya sendiri.
Sebab ..

Sore berikutnya.. Joki telah menunggunya lagi di dekat kantor desa.
Lalu.. tak kuasa Widuri menolak ajakannya.. sebab dia pun ingin menatap mata lelaki itu.

Menatapnya.. walau kemudian dia harus tertunduk..
begitu menerima hujaman pandangan Joki yang begitu tajam.
Dan mereka berpisah di pertigaan.. karena Widuri tidak mau diantar sampai ke rumah.

Dan, esok sorenya, lagi-lagi Joki telah tegak berdiri di bawah pohon.
Dan Widuri.. senang bertemu dengan lelaki itu. Di pertigaan mereka berpisah.

Perpisahan yang semakin tidak nyaman.
Ingin rasanya waktu yang mereka pakai bersama terulur lebih lama.

Ah.. ini berbahaya. Ini berbahaya. Ini berbahaya. Berbahaya..! Berbahaya..! Berbahaya..!
Tetapi.. tak kuasa gadis itu mencegah dirinya agar tidak merasa senang bertemu dengan Joki.

Sebagai gadis dewasa.. Widuri tau maksud lelaki itu. Juga makna tatapannya.
Lantas.. kenapa dia tak bisa menampik..?

Sekarang mereka bertemu.. setelah sepanjang malam dan sepanjang siang keduanya gelisah.
Bagi Widuri.. pada usianya yang mendekati duapuluh tujuh tahun..
Ini memang bukan cinta pertamanya. Tapi tetap terasa mendebarkan..!

Burung-burung yang melintas di atas mereka, sama sekali tak menarik perhatian Joki.
Bukan lantaran dia sudah kerap melihat, melainkan lantaran dadanya berdebar-debar.

Tangannya hangat menggenggam telapak tangan Widuri.
Jilbab gadis itu menempel di pipinya.. sebab kepala mereka rapat berendeng.
Sabun Widuri yang harum.. bedak yang wangi.. membuat jantung Joki bagai meloncat-loncat.

Widuri pun mengalami hal yang sama. Telapak kakinya panas.
Darahnya mengalir menyentak-nyentak. Berdesir-desir darah yang panas itu.

Lebih-lebih ketika napas hangat Joki meniup batang hidungnya.
Dan.. pipi mereka bergesekan. Widuri langsung terperangah.

“Aku kepingin menciummu.. tapi aku khawatir jilbabmu kusut..” bisik Joki.
Terkejut.. dan tercekat. Itulah yang dialami oleh Widuri.
Dadanya seakan meluap. Tetapi, dia membisu.

Napas Joki hangat meniup pipinya. Wajah lelaki itu bergeser.
Joki merasa telapak kakinya bagai digelitik.

Widuri merasa bulu romanya meremang. Oh.. mulut lelaki itu menempel di bibirnya.
Widuri bisa merasakan kehangatannya kala mulut Joki perlahan mengisap bibirnya.

Widuri membalasnya. Mula-mula ragu..
Tetapi kemudian kuat pula isapannya manakala langit cekung berwarna kelam.

Di sekitar mereka.. gelap sudah mulai merekah.
Angin menggoyang daun pohon kelapa.

Widuri masih merasakan sisa-sisa gemetar tubuhnya..
ketika mereka berjalan di antara pohon-pohon itu.

Dia berjalan sambil menekuri sendalnya.
Tak berani dia menatap lelaki yang berjalan di sampingnya.
Joki menggenggam jemari gadis itu erat-erat.

Ciuman pertama yang datang dari lelaki yang aku inginkan.. pikir Widuri getir.
Kehangatan pertama yang diterima oleh bibirnya setelah hampir dua tahun tak terjamah.
Tidakkah ini terlambat..?

Mereka berjalan memijak rumput.
Tetapi Joki masih mengenang-ngenang bibir gadis yang melangkah di sisinya.

Betapa hangat. Betapa manis. Betapa harum. Betapa kenyal.
Betapa berbeda dengan semua bibir yang pernah ia pagut. Apakah ini karena cinta..?

Di antara rumpun bunga di dekat pertigaan, Joki menahan langkah gadis itu.
Mereka berhenti. Maka Widuri tengadah menatap. Lalu Joki menciumnya, lagi. Dan lagi.

Lalu lagi.. hingga tigakali. Namun sama sekali tidak ada nafsu di sana.
Yang ada hanya kasih dan kerinduan.

Barangkali lantaran Widuri tak pernah tertawa lebar..
sehingga Joki jadi tak sampai hati untuk memperlakukannya sebagaimana gadis yang lain.

Atau barangkali karena make-up Widuri sangat tipis maka dia kelihatan anggun.
Lantas membuat Joki hormat kepadanya. Atau barangkali juga lantaran matanya yang dingin..

Atau senyumnya yang murung..
Yang membuat gadis itu mempunyai pembawaan untuk dihormati.

Tetapi.. itu dulu.
Karena sekarang Joki melihat Widuri sebagai gadis yang tak lagi tersenyum getir.
Dia semakin kelihatan cantik.. dan tidak sekadar indah.

Pikiran yang selama ini tak pernah singgah di benak Joki.. mulai mengganggunya.
Widuri bagai seorang dewi yang membalut dirinya dengan misteri yang tak terduga.

Itulah bedanya ia dengan gadis yang lain. CONTIECROTT..!!
------------------------------------------oOo-------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd