Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

Cerita 28 - Pesona Tetangga

Part 5


Sekarang dia berbaring di depanku dengan tubuh hampir telanjang. Hanya jilbab hitam yang membingkai wajahnya menunjukkan kalau dia sebenarnya adalah istri yang baik.. tapi sayang sudah terjerumus ke dalam godaan setan yang terkutuk.

“Dek Han mau apa..?” Tanyanya tersentak saat aku mulai merangsang bagian depan kemaluannya dengan tanganku.
“Tenang saja, Mbak..” Aku menatap ke dalam matanya sambil terus membelai.

“Sekarang giliran saya untuk menyenangkan Mbak..”
“J-jangan, saya belum pernah..!” Jawabnya terengah-engah.
“Karena itu Mbak harus mencobanya..” bujukku tak menyerah.

Tanpa permisi kusibak semak tebal yang mengelilingi lubang kemaluannya.
Bisa kulihat bibir merah bengkak yang berkedut-kedut pelan saat kusentuh. Segera kujulurkan lidah untuk mencicipinya.

Clupp..! “Ouwhh..” Rissa langsung berteriak.. tubuhnya menggeliat-geliat tak karuan saat aku terus menjilati celahnya yang mungil.
Ia tidak bisa diam, terus saja menjerit dan mengaduh.
Untung saja kran di kamar mandi masih menyala.. sehingga istriku jadi tidak bisa mendengarnya.

Aku tersenyum melihat Rissa yang seperti sangat menikmati.
Penuh semangat terus kugerakkan lidahku melawan arah gerakan pinggulnya.. semakin lama menjadi semakin keras.

Yang terutama kuserang adalah bagian klitorisnya.. di mana benda itu semakin bertambah kaku dan menegang seiring setiap isapanku.

Aku bergeser lebih rendah saat kurasakan cairan jusnya mulai mengalir deras.
Kebanyakan masuk ke dalam mulutku, namun ada juga yang muncrat membasahi bulu-bulu kemaluannya.

Kusambar kedua pahanya yang putih mulus dan kuelus-elus ringan sementara semakin kulajukan lidahku masuk ke dalam liang kemaluannya.
“Hhh.. hhh.. ahh..” Rissa mengerang tak terkendali saat mulutku menemukan biji klitorisnya dan mengisap-isapnya rakus.

“Enak, Mbak..?” Aku tersenyum padanya.
“Oh, geli sekali..! Tapi enak.. Auwh..!”

Dia tersentak begitu kuposisikan satu jari di pintu masuk lubangnya yang basah dan sambil kembali mengisap klitorisnya.. perlahan-lahan aku mendorongnya masuk ke dalam.

“Oh, Dek Han..! Kamu mau apa..? J-jangan..!” Dia mengerang keras.

Namun tidak sesuai dengan kata-katanya.. saat aku meluncurkan jari semakin dalam –juga sambil terus menjilati biji klitorisnya..– dia mendorong pantatnya maju untuk menyambut tusukanku.. lalu mulai menggoyangkannya memutar untuk memenuhi hasrat birahinya yang tampaknya sudah semakin memuncak.
Aku bisa merasakan kalau dia sudah dekat dengan titik orgasme.

“Auww.. apa ini..!?” Jeritnya saat mencapai klimaks.
Tubuhnya terkejang-kejang pelan sementara dari liang vaginanya mengalir cairan bening yang amat banyak.

Aku terus merangsangnya dengan mulut dan jariku, sampai dia terlihat benar-benar puas.
Rissa pasti sangat menyukai tindakanku.. karena ketika dia selesai dia meletakkan tangan di kepalaku dan dengan lembut membelai-belai rambutku.

Kunikmati elusannya sambil memperhatikan dia yang menyebar kakinya semakin lebar.
Sebuah tanda yang cukup jelas bahwa dia benar-benar telah terangsang.. siap untuk kusetubuhi.

Saat melihatku cuma diam.. dia menggoyang-goyangkan pantatnya untuk menarik perhatianku.
Tidak ingin membuang kesempatan.. akupun mengambil tawaran itu dengan mengisap klitorisnya untuk yang terakhirkali.. sebelum kemudian berdiri tegak dan dengan kecepatan yang sangat mengagumkan.. segera melepaskan celana.

“Ahh..!” Rissa sedikit tersentak saat penisku yang sudah menegang dahsyat menampar bibir kewanitaannya.

Kami sama-sama senang.. telanjang.. dan dengan kemaluan sama-sama haus akan belaian.
Aku merangkak di antara kedua kakinya untuk menempatkan ujung penisku yang berbentuk jamur pada celah liang vaginanya yang sudah basah kuyup.
Membungkuk ke depan.. kutaruh semua berat tubuhku pada siku. Kupandangi wajah cantik Rissa yang memandangku dengan penuh gairah.

“Tadi itu nikmat sekali..” bisiknya sambil tersenyum.
“Percayalah.. yang ini akan lebih nikmat..” balasku tak kalah mesra.

Aku tak tahan untuk tidak mencium bibirnya yang merah tipis. Segera kami saling melumat dengan lidah menari-nari di mulut masing-masing.
Suara desahan kami bercampur dengan suara merdu istriku yang masih asyik bersenandung menikmati acara mandinya.. sama sekali tidak menyadari kalau di luar aku dan Rissa sedang sibuk bermain gila.

“Kalau begitu.. cepat lakukan, Dek Han..” kata Rissa dengan senyum sederhana.

Aku membungkuk dan perlahan-lahan mendorong pinggulku ke arah liang vaginanya.
Clebb.. Kutekan penisku yang mengacung sangat tegang dan keras ke dalam celahnya yang mungil.

Rissa menerimanya dengan mulut ternganga, dia mengerang dan tubuhnya menegang.
Aku terus mendorong dan dengan satu tekad yang kuat.. kuhentak secara cepat. Jlebb..

“P-pelan, Dek Han..!” Rengek Rissa saat bibir vaginanya yang tebal terpisah membelah oleh terjangan batang penisku.

Aku berhenti bergerak dan menatap matanya.. “Tahan, Mbak..”

Kami berdiam sejenak.. kubiarkan batang penisku mengisi kelembapan liang senggamanya.

Aku membungkuk untuk menciumnya. Rissa menanggapi sambil mendesah.. ia menekan lidahnya ke dalam mulutku.
Matanya melirik untuk melihat bagaimana batangku yang besar telah memenuhi seluruh lorong kewanitaannya yang mungil dan sempit itu.

“Duh Gusti..!" Rintihnya.. “Pelan-pelan aja Dek Han. Punyamu gede..!”

“I-iya, Mbak..” jawabku senang.

Slebb.. Pelan aku mendorong maju.. kali ini lebih lambat dan halus.. sebelum kemudian kutarik ke belakang hingga sebatas ujung.

Begitu kutusukkan lagi.. Jlebbh.. Rissa tanpa bisa menahan langsung mengeluarkan erangan nikmatnya.
“Ah, Dek Han.. enaknya! Saya belum pernah merasakan yang seperti ini..!”

“Enak, Mbak..?” Tanyaku sambil terus bergerak perlahan.
Ia mengangguk.. “Agak sakit, tapi enak..! Teruskan saja..” pintanya sambil tersenyum malu-malu.
Aku ikut tersenyum. Reaksinya jelas menunjukkan kalau dia sudah benar-benar pasrah.

Rissa melingkarkan lengannya di leherku.. sementara matanya dipenuhi oleh rasa takut sekaligus juga keinginan.
Aku membungkuk dan dengan lembut mencium bibirnya saat mendorong semakin keras.

Dia menerimanya dengan jus kental mulai mengalir deras.
Setiapkali aku menusuk ia melawannya dengan satu putaran pinggul yang membuat alat kelamin kami semakin bertaut erat.

“Ahh.. hah.. hah..” Dia juga tak sungkan-sungkan untuk merintih.
Desahannya memberitahuku bahwa dia sudah benar-benar terangsang sekarang.

Aku terus mendorong.. menikmati bagaimana penis tegangku memenuhi liang di tubuhnya yang sintal.
Rissa menatap mataku saat aku menunduk di antara bulatan payudaranya yang bergoyang-goyang lembut.
Sorot matanya menunjukkan kalau ia tidak percaya telah melakukan ini denganku.

“Ohh Tuhan.. Dek Han. Pelan-pelan..! Geli..!”
Dia menggelinjang, bibirnya jadi agak meringis saat aku terus memakan kedua putingnya dengan rakus.

“Aah..” aku ikut mengerang manakala merasakan himpitan lubang vaginanya yang seperti meremas-remas batang penisku.

Rangsangannya benar-benar tidak memungkinkan bagiku untuk mengendalikan diri.. sekuat tenaga aku harus menahan agar tidak cepat mencapai klimaks.
Aku tidak ingin mengecewakannya untuk yang keduakali.

Saat aku terus mendorong penisku lebih dalam dan lebih dalam lagi.. ia mulai meratap.
Liang vaginanya terasa mencengkeram erat.. sambil sesekali leher rahimnya mendorong balik hingga membuatku jadi tidak bisa bergerak.
Rasanya begitu geli dan ngilu hingga aku pasti akan langsung moncrot kalau tetap berusaha untuk melawan.

Jadi akupun diam dan bernapas pendek-pendek untuk beberapa saat.. sampai kulihat Rissa mulai tersenyum sambil menyampirkan lengannya ke leherku.. disodorkannya tonjolan payudaranya yang bulat ke arah mulutku.

Aku balas tersenyum dan segera mengecupnya secara bergantian.
Untuk sesaat aku menikmati posisi itu; berbaring menindih tubuh mulus perempuan paling cantik yang pernah kukenal.

Aku teringat bagaimana hanya beberapa minggu yang lalu aku mengaguminya sebagai istri tetanggaku.
Sekarang.. hanya dalam beberapa hari.. aku telah dapat membujuknya untuk telentang dan menyetubuhinya.. satu hal telah kuimpikan dalam beberapa hari terakhir.

Satu menit berlalu dengan cepat.. aku pun mulai menarik kembali batang penisku dan menikmati saat mendorongnya balik lagi ke dalam.
Clebb.. slebb.. clepp.. slepp.. clebb.. slebb.. Oughh.. Terasa geli-geli basah di sana.

Kuulangi lagi.. dan tusukan itu membuat Rissa menggelinjang panjang. Aku terus melakukannya dengan irama lembut namun sangat menggoda.
Setiapkali aku mendorong masuk vagina Rissa yang sudah sangat basah membuat bunyi seperti cairan tumpah.

Bisa kulihat kalau cairan jusnya mengalir semakin deras dan kini banjir ke mana-mana.. membuatku jadi semakin merasa nikmat.
Batangku jadi licin dan mengkilap.. basah sepenuhnya oleh cairan yang menetes-netes akibat persetubuhan kami berdua.

Terengah-engah.. Rissa bernapas tegang di telingaku. Aku membungkuk dan mencium bibirnya, lalu berbisik pelan.. “Enak, Mbak..?”
“Oh, Dek Han..” dia merintih.. “Ini bukan enak lagi, tapi sangat nikmat..”

“Mbak suka..?” tanyaku lagi sambil bergerak sedikit lebih cepat.
Dia mengangguk.. “Tapi ingat, jangan keluarin di dalam. Aku nggak pengen hamil..” ingatnya.

Kutingkatkan tempo seranganku saat mendengarnya dan balas berbisik.. “Tentu saja..”
Tapi dalam pikiran aku tidak punya niat sedikitpun untuk melakukannya.
Aku ingin meledak di dalam.. akan kuisi dia dengan kekentalan cairan spermaku.

Maka akupun semakin bergerak cepat. Slebb.. clebb.. slebb.. clepp.. slepp.. clebb.. slebb..
Rissa merintih bercampur menangis di setiap tusukanku.. padahal aku sudah berusaha melakukannya dengan selembut mungkin.

Mungkin ada sedikit kesadaran di hatinya.. namun kulihat dia berusaha untuk menekannya kuat-kuat.
Aku membantu dengan membelai lubang vaginanya semakin dalam.. hingga akhirnya kudengar ia berkata.. ”Goyang lebih cepat, Dek Han.. saya sudah hampir..!”

Mendengar dia mengemis untuk menikmati penisku adalah bagai mimpi yang menjadi kenyataan.
Kupenuhi permintaannya dengan mulai memompa secara sungguh-sungguh.. kecepatan dan kedalamannya juga terus kutambah sedikit demi sedikit..

Sampai akhirnya perempuan cantik yang sudah menikah ini terkejang-kejang pelan sambil melengking panjang.
“Nghhh.. hhhh..” Ia mengerang saat kuku panjangnya menggaruk punggungku.. meninggalkan goresan besar di sana.
Sementara kakinya mengait lebih erat ke pinggangku.. memintaku untuk memutar pinggul semakin cepat, merangsangnya ke titik hasrat yang tertinggi.

Aku jadi ikut berdebar oleh tindakannya.. apalagi saat kulihat ia menggeliat dan menggelinjang bingung di bawah tubuhku.. bagai belum pernah mengalami yang seperti ini sebelumnya.
Tonjolan payudaranya yang sejak tadi kuciumi kini bergerak naik-turun menggiurkan.. terlihat semakin putih dan mengkilap karena ditutupi oleh keringat.

Benda itu terus memantul bolak-balik seiring dorongan pinggulku.
Menatapnya membuatku jadi kesulitan menahan sperma yang seperti sudah berada di ujung.
Bisa kurasakan kalau cairan pre-cumku sudah keluar.. tinggal menunggu waktu sebelum aku meledak secara tiba-tiba.

Namun sebelum itu terjadi, Rissa sudah keburu menjerit duluan. “Aduh.. aduduh.. aghh..! Dek Han..!!”
Dengan teriakan penuh kegembiraan dia mengangkat kakinya tinggi ke udara.. kaku..

Dan.. srrr.. srr.. crrr.. crrr..! Meledaklah cairan orgasmenya membasahi perut dan penisku.
Bisa kurasakan dinding-dinding vaginanya berdenyut-denyut kuat menyambar batangku yang masih tertancap dalam di sana.
Menutup mata.. Rissa bernapas terengah-engah. Wajah cantiknya memerah.. sementara baju dan jilbabnya sudah basah oleh keringat dan cairan.

Tubuh sintalnya masih sedikit terkejang-kejang akibat sisa-sisa orgasme.
Kesenangan duniawi tampak merobek setiap saraf di dalam tubuhnya meninggalkan seulas senyum di bibirnya yang tipis dan basah.

Menatap wanita cantik berusia subur yang berbaring penuh kepuasan menikmati sentuhanku.. pelan membuat penisku jadi semakin menegang.
Bisa kurasakan kalau aku juga akan sampai dalam hitungan detik.

Maka.. sambil bersandar pada siku aku pun mulai bergerak kembali. Clobb.. slobb.. clebb.. slebb.. clepp..

Rissa menanggapi goyanganku dengan kembali mengerang dan melengkungkan punggungnya ke atas. Itu akibat dari gigitanku pada salahsatu tonjolan putingnya yang terlihat begitu bengkak dan menggemaskan.

Sambil memompa aku terus menggodanya dengan menenggelamkan lidahku di sana.. merasakan betapa licin dan manisnya benda itu akibat air susu yang terus mengalir keluar.

“Auwh.. Dek Han..!” Dia merintih.. menatap bekas gigitan kemerahan di seputar putingnya.
Aku tidak menjawab.. mulutku lebih sibuk menjilati putingnya daripada menanggapi.

Sementara di bawah kurasakan bolaku semakin menegang kencang.. mendorong penisku untuk semakin dekat ke arah klimaks.

Dan seperti yang sudah bisa diduga.. cratt.. crott.. crett.. crett.. crutt..!
Tanpa ampun batangku melepaskan cairannya.. mengisi liang rahim Rissa yang selama ini selalu terlindungi dan tak terjamah.
Dengan lapar aku menyiramnya hingga meluap.. mengisi setiap sudut dan celahnya yang sempit dengan cairan putih kental milikku.

Aku terus menggoyang untuk melepaskan sisa-sisanya.. membuat cairan itu sedikit mengalir keluar menjadi busa yang bercampur dengan cairan orgasme Rissa barusan.

Kami menikmati klimaks yang bagaikan berlangsung selamanya itu secara bersama-sama.. sebelum kemudian sensasinya mulai terkuras habis.. mengalir pelan meninggalkan tubuh kami berdua.. menyisakan sedikit energi yang hanya cukup untuk menarik napas.

Lemas namun sangat puas.. akupun jatuh di atas tubuh Rissa.
Kulihat dia nampaknya juga mengalami hal yang sama.. bernapas berat dan putus-putus seperti aku.. namun juga ikut tersenyum.

Kami berbaring seperti itu selama beberapa menit.. sampai Rissa menyadari apa yang telah kulakukan.
Dia langsung panik.. matanya membelalak tajam menatapku. “Kamu keluar di dalam..?” Tanyanya bingung.

“M-maaf, Mbak. Sudah saya coba untuk menarik keluar, tapi nggak sempat..” Aku berbohong.

Rissa terdiam.. seolah-olah tenggelam dalam pikirannya sendiri sebelum berbisik kemudian..
“Oh, Dek Han. Gimana ini.. aku sedang subur sekarang..!” Kulihat setetes air mata mulai bergulir di wajahnya yang cantik.

Aku membungkuk dan menciumnya.. “Tenang, Mbak. Kita hanya melakukannya satukali..”

“Tapi bisa saja kan terjadi..” Dia mendesis padaku.

“Kalau memang begitu, istriku pasti sudah hamil dari dulu..” aku berkilah.

Dia tampak berpikir.. “Ya, mudah-mudahan saja..” katanya kemudian.

Aku tersenyum padanya sambil mundur untuk menarik keluar batang penisku.
Rissa langsung mengulurkan tangan di antara kedua kakinya.. berusaha mengusap sisa-sisa cairan yang merembes dari celah vaginanya.

“Rasanya seperti banjir. Banyak sekali..!” Dia berbisik. Tapi sekeras apapun usahanya cairan itu tetap mengalir perlahan ke bawah kakinya.

Rissa akhirnya mengangkat bahu dan membiarkannya.
Lekas ia membenahi baju dan jilbabnya karena deru kran di kamar mandi sudah berhenti.. istriku sudah selesai mandi.
Begitu juga denganku.. cepat kupakai celana dan kuantar Rissa keluar sebelum istriku muncul.

“Sampai ketemu lain waktu, Mbak..” kataku sambil membungkuk dan memberinya ciuman ringan di bibir.

Dia tersenyum dan menyelinap pergi lewat pintu depan. Bersamaan dengan itu, istriku keluar dari kamar mandi.
“Siapa, Yah..?” Dia bertanya.. handuk kecil tampak menutupi tubuhnya yang basah.

“Hanya ibu-ibu pencari sumbangan..” jawabku sambil tersenyum dan kututup pintu depan agar dia tidak melihatnya.

Ah.. pagi ini sungguh spesial. Aku akhirnya bisa merasakan tubuh montok perempuan cantik tetanggaku meski harus dengan cepat dan terburu-buru.
Namun justru itu sensasi asyiknya, takut dipergoki malah membuat kami jadi sama-sama bergairah.
Dan buntutnya.. jadi sama-sama puas. Dan aku yakin ini bukan yang terakhir.

Kisah dan petualangan kami masih akan terus berlanjut di tempat dan situasi yang berbeda. Hanya tinggal masalah waktu dan kesempatan saja.
-------------

Tapi.. keberuntungan yang berbeda muncul di malam hari berikutnya.
Saat pulang dari membeli mie rebus untuk lauk makan malam.. kulihat Fenti sedang sibuk di kamar.

“Lho.. Bunda dandan cantik begini mau pergi ke mana..?” Tanyaku kaget.

“Izin pergi reuni bentar ya, Yah. Habis ini Bianti, sobatku, nyamperin..!” Katanya tak ingin dibantah.

Dan belum sempat aku mangap sekali pun, yang namanya Bianti itu sudah nglakson-nglakson di depan rumah, dan Fenti pun langsung ngacir pergi.
Aku bengong. Ingin main ke rumah Rissa, ada suaminya.

Jadi ya, terpaksa kuhabiskan sisa malam itu dengan makan mie rebus sendirian sambil nonton tv.
Tapi lama-lama bosan juga terus nongkrong di rumah. Maka kuputuskan untuk main sebentar ke pos ronda di pertigaan jalan.

Pintu sengaja tidak kugembok karena aku tahu Fenti tadi tidak membawa kunci.
Santai aku berjalan menuju pos ronda, dan sempit melirik ke ruang tamu rumah Rissa yang terang benderang.
Kelihatan ada yang berbeda, tapi aku tak tahu itu apa.

Hampir dua jam aku ngobrol sama bapak-bapak, sempat juga ntraktir mereka bakso dan pisang goreng.
Tapi meski tertawa-tawa, pikiranku tetap tertuju pada tubuh molek Rissa yang sempat kunikmati kemarin pagi.
Bisa merasakannya membuatku jadi terus-terusan terbayang, dan ujung-ujungnya aku jadi tak bisa konsentrasi.

Setelah kalah tigakali main catur dengan Mang Udang, aku pun pamit pulang.
Di depan rumah Rissa, kembali aku menoleh. Lampunya sudah padam. Mungkin dia sudah tidur sekarang. Aku rindu sekali kepadanya.

Kubuka pagar rumahku dan sriing.. begitu masuk ke dalam rumah, aku mencium bau semerbak. Jangan-jangan kuntilanak!
Tapi, ini seperti bau parfum mahal. Kuntilanak tak akan sanggup beli parfum semahal ini, dan ini juga bukan jenis yang biasa dipakai sama istriku. Apalagi Fenti kan masih reunian.. Jadi.. pelan aku melangkah masuk ke ruang tengah, dan kaget.

Di situ ada Sinta, adiknya Bianti, sedang tergolek pulas di sofa ruang tengah.
Aku kontan terkesiap. Dengan jins ketat dan kaos yang juga ketat, pesona ragawi Sinta amatlah luar biasa.
Mana si empunya bodi lagi pulas lagi. Tapi, ini kan mencurigakan!

Okelah.. selama ini aku sering dengar dari Fenti maupun Bianti, kalau Sinta itu memang sering banget ketiduran di sembarang tempat.
Tapi kalau bertamu ke rumahku lantas ketiduran, waduh.. itu namanya memberi ikan asin sama kucing lapar. Benar tidak..?

Enaknya diapain nih..? Aku mulai berpikir.
Kalau Sinta terus dibiarkan tidur di situ dalam keadaan seksi, lantas Fenti pulang, bisa terjadi salah pengertian.
Jadi, niatku akan kuselimuti saja dia, biar aman.

Eh, tapi.. aku berhenti begitu melihat botol yang tergeletak di atas meja.
Kuteliti botol itu. Dan yup, benar! Botol obat bius kucing, rupanya terminum oleh Sinta.

Walah.. pasti gadis itu menyangka itu minuman ringan, karena memang aku taruh di botol bekas Aq*a.
Padahal sama Ustadz Lilik, botol itu sudah diisi cairan pembius kucing. Kalau begini, berarti Sinta sudah terbius..!

“Hahaha..” aku pun lantas ngakak sendiri.
Kejadian tak terduga itu.. terbiusnya si Sinta di rumahku yang lagi sepi, tak urung malah memunculkan ide setan di kepala gundulku.
“Kalo sudah terbius gini, mestinya bisa diapa-apain ‘kan..?” Begitu hasrat kelelakianku ujuk-ujuk menggelegak.

Dan tidak sampai semenit kemudian aku pun langsung melakukan aksi obok-obok ngawur.

“Sinta.. Sinta.. kamu kebius minuman kucing ya..?” Kataku sambil buka sana.. buka sini.
Pegang sana.. pegang sini. Dan tak cuma melihat dan memegang.. ‘melon’ Sinta juga sempat kucucup dan kufoto-foto sepuas hati.

Ups.. tapi saat mau mengakses yang ada di bawah perut.. aku kontan berhenti.
Celana dalamnya kelihatan tebal, ada tampon yang nangkring di sana.
Kalo dibuka lantas bercak merahnya membanjir bakalan ketahuan kalau Sinta sudah kuapa-apain saat dia semaput.

Jadi.. aku pun cuma inspeksi sedikit saja.. sambil terus mengocok-ngocok penis.
Lalu berhenti sambil ngos-ngosan dan terduduk lemas di saat spermaku sudah bermuncratan di perutnya.
Setelah jeda sejenak cepat-cepat kurapihkan bajunya kembali. Dan aku lantas mandi membersihkan diri berlama-lama sampai istriku pulang.

“Maaf ya.. saya tadi ketiduran di sini..” Kata Sinta tanpa curiga. Aku hanya tersenyum-senyum saja.
Kalo adiknya sesempurna itu, kakaknya kayak gimana ya..? Batinku. Tapi langsung terdiam begitu Fenti memberi tatapan galak.

Setelah Sinta dan Bianti pulang Fenti segera mengajakku masuk ke kamar.
“Bener ayah nggak ngapa-ngapain dia..?” Tanya sambil melepas jilbab.

“Ah, Bunda. Dia kan masih kecil..” aku berkilah, padahal tadi sudah foto-foto dan sempat nyucup seenaknya.
Untung istriku tidak meneruskan penyelidikannya dan langsung mengajakku tidur. Dia kecapekan rupanya, dan hari memang sudah malam.

Sementara Sinta pulang ke rumah kayak orang linglung. Yah. Siapa orangnya yang nggak linglung..?
Perasaan cuma nenggak air putih.. eh, tahu-tahu bablas semaput sampai malam menjadi larut.
Mana posisi daleman jadi melintir nggak jelas pula..! Haha..

Paginya.. Fenti membangunkanku dengan sumringah.. “Suamiku tercinta, apa kabar..?” Begitu katanya.
“Oh, Bunda. Tumben..?” Aku nyengir dan mengucek-ucek mata.. tidak biasanya dia begini.
“Iya, dong..” Dia tersenyum manis.

“Tumben Bunda menyambut Ayah dengan tersenyum lebar..?”
“Iya, dong. Ini kan hari ulang tahun Ayah..!” Katanya mengerling.
“Oh..? Iya, ya..? Sampe lupa..”

“Selamat ulang tahun ya, Ayah. Nih, ada hadiah dari Bunda..”
Dia mengangsurkan sebuah jam tangan baru. Benar-benar tak disangka-sangka.

Langsung kupeluk Fenti dengan mesra, lalu berbisik lembut di telinganya.. “Bun, kalau minta hadiah tambahan boleh nggak..?”
“Hihihi.. ini ya..!?” Dia mengerling dan perlahan melepas bajunya.

“Oooh.. terimakasih, Bunda sayang. I love you..” desahku penuh kemesraan dan tanpa membuang waktu lekas kutindih dia yang telah bersiap-siap.
“I love you too, Ayah..” desah Fenti keenakan.

Dunia serasa terang benderang pagi itu.
Apalagi saat malamnya.. Fenti mengundang Rissa dan suaminya agar datang ke rumah untuk merayakan ulang tahunku.
Tapi hanya Rissa dan anak-anaknya yang datang.. karena ternyata Pak Amin sudah balik ke luar kota tadi sore.

Istriku menyambut mereka dengan senang hati.. sementara aku blingsatan sendiri membayangkan bisa berdekatan kembali dengan istri tetanggaku yang cantik itu tanpa perlu takut dipergoki oleh suaminya.

Malam itu Rissa mengenakan baju gamis panjang dan jilbab hitam lebar sepunggung.. wajahnya terlihat semringah dan makin cantik.
Aku yakin itu pasti karena kepuasan yang kuberikan kemarin pagi.

Malu-malu dia menatapku dan berusaha sebaik mungkin tidak menunjukkannya.
Sementara aku hanya menyapa sekedarnya.. pura-pura kalau kedatangannya bukanlah hal yang sangat kuharapkan.

“Undangannya mendadak sih, jadi nggak sempat bawa kado..” begitu dia beralasan kepada istriku.
“Kayak anak kecil aja pake kado..” kata istriku.. “Mbak Rissa mau datang aja, kita udah seneng kok. Bener nggak, Yah..?”
Aku hanya mengangguk saja. Entah kenapa kemunculan Rissa membuatku bingung dan kikuk.

Rissa tersipu malu.. “Maaf ya Dek Han.. besok deh kadonya menyusul..” kilahnya sambil tersenyum melirikku.
“Eh, a-apa.. enggak, nggak usah. J-jangan repot-repot..” aku tergagap, dengan muka memerah.

Bahkan butiran es yang sedang kutuang ke gelas sampai jatuh ke lantai. Kedua wanita itu langsung tertawa melihat kerikuhanku. Huh, dasar..!
Mereka kemudian ngobrol seru. Biasa wanita ketemu wanita.

Bayi Rissa tampak tertidur pulas dan sekarang ditaruh di kursi panjang yang ada di ruang tengah.
Sedang Raka Bagaskara.. anaknya yang sulung asyik menatap layar teve sampai matanya tiba-tiba menemukan mesin PS3 milikku.

“Bun..” dia menarik-narik baju ibunya.
“Apa, sayang..?” Tanya Rissa heran.

“Itu.. maen..” tangannya menunjuk.
“Hush, nggak boleh. Nanti dimarahi om Handoko..” kata Rissa.

“Biar aja, Mbak..” potong istriku.. “Namanya juga anak kecil..”
“Tapi ..” Rissa tampak tak enak hati.
“Nggak apa-apa..” istriku tersenyum.. “Iya kan, Yah..?” Dia menoleh kepadaku.

“Sebentar ya.. habis ini main sama om..” kataku bersemangat.. sadar kalau ini adalah cara terbaik untuk mendekati Rissa tanpa membuat istriku curiga.

Rissa cuma bisa mendesah pasrah dan akhirnya tidak membantah lagi saat aku mulai menghubungkan mesin game itu ke televisi.
“Hati-hati ya, Sayang. Jangan sampai rusak..” Pesannya kepada si sulung.

Bocah yang masih TK itu mengangguk dan dengan tidak sabar menerima stik game dari tanganku.
Kuajak dia main balap mobil, game yang menurutku paling mudah.

Raka nampak senang memainkannya. Rissa menatap kami sambil kembali ngobrol dengan istriku.
Tak kuperhatikan omongannya karena aku memang tidak tertarik dengan urusan wanita.
----

Selama setengah jam berikutnya aku malah lebih sibuk menatap gaun satin merah panjang yang ia kenakan.
Gaun itu ternyata begitu tipis dengan dihiasi renda-renda putih untuk menyamarkan.

Setiapkali Rissa bergerak.. belahan dadanya yang curam terlihat ikut bergoyang. Indah sekali.
Begitu juga dengan kekencangan pinggang dan bokongnya.. bisa kulihat semuanya dengan begitu jelas.

“Emm..” tanpa sadar penisku pun mulai berdenyut pelan. Terus terang saja aku jadi tidak bisa menjaga mata.
Dia terlihat begitu menggoda.. tubuhnya yang indah terus bergoyang memikat pandanganku.

Saat Rissa membungkuk.. hampir seperti gerak lambat.. dia menyajikan pemandangan yang benar-benar membuatku tak tahan.
Bahkan dengan jilbab lebar yang melingkar di seputar wajahnya.. aku masih sanggup membayangkan setiap lekuk dan jengkal dari tubuh mulus yang kemarin sempat kunikmati sebentar.

Selama setengah jam berikutnya aku masih sibuk main video game dengan Raka.
Lamat-lamat kudengar suara istriku menghilang.. dan saat aku menoleh kulihat ia sudah pulas di kursi sofa.

Rissa tersenyum menatapku.. “Mungkin dia kecapekan..” bisiknya.
Aku ikut tersenyum dan mengundangnya untuk mendekat.. “Ayo main sini, daripada sendirian di situ..” ajakku.
Rissa mengangguk.. “Ajari aku ya. Kalau di rumah aku kalah mulu sama Raka..” Raka tersenyum bangga mendengar pengakuan ibunya.

Segera kuberikan stik-ku pada ibu muda cantik itu dan kusuruh dia untuk duduk di depanku.
“Mau main apa..?”
“Terserah deh..” Rissa tampak memandang bingung pada tombol-tombol yang muncul pada stik.
“Balapan yang tadi aja, Om..” Raka usul.

Segera kupasang kaset yang dimintanya dan ku-set pada mode easy.
Sebelum kutekan tombol play.. kuajari Rissa sejenak tentang fungsi-fungsi tombol yang berada di jari-jarinya.

“Gimana, udah ngerti..?” Tanyaku sambil mengelus pelan jari-jarinya yang lentik.
“Sepertinya mudah..” Rissa mengangguk dan tidak berusaha untuk menarik lepas tangannya. Jadi aku terus saja memeganginya.

Permainan dimulai.. dan sebentar saja sudah terlihat kalau Raka lebih unggul.
“Tombolnya banyak banget, aku bingung..” Rissa menggeleng lucu.
“Sudah bagus kok. Terus aja..” Kubantu jari-jarinya untuk memencet tombol yang benar.

Namun aku juga tidak dapat berkonsentrasi.. karena menyadari tubuh montok Rissa yang sekarang duduk tepat di antara kedua kakiku.
Aroma parfumnya yang lembut namun memabukkan.. perlahan membuat penisku mulai mengeras.
Kulirik ke belakang.. istriku masih tetap tertidur pulas.. bahkan ia mulai mendengkur sekarang.

Merasa aman.. aku pun memutuskan untuk sedikit menggoda Rissa. Kuletakkan tanganku di punggungnya dan mulai membelai ringan.
Tubuh Rissa langsung tersentak karena terkejut.. tapi dia cuma melirikku sesaat. “Apaan sih, Dek Han..?” Protesnya ringan.
Aku hanya tersenyum dan menyuruhnya agar berkonsentrasi lagi ke permainan.

“Tuh.. Raka nyalip mobil mbak lagi. Sekarang mbak ketinggalan 1 lap..”

“Iya nih, mama payah..” kata si kecil dengan mata terus terpaku ke layar tivi.. sama sekali tidak mempedulikan keadaan ibunya yang mulai blingsatan karena sentuhanku.

Kini aku sudah sepenuhnya memangku tubuh montok Rissa dengan tangan terus membelai punggungnya.
Rissa tersentak dan memutar kepalanya untuk menatap mataku.. tapi langsung kuberi ia ciuman agar tidak memprotes.

Sementara dia gelagapan.. dengan cepat tanganku mencapai di sekitar dada untuk menangkup dua gundukan payudaranya yang sangat kenyal.
Kuremas dan kugenggam benda itu sambil mulutku terus melumati bibirnya yang tipis.

“Ahh.. Dek Han..!” Rissa mengerang.. permainannya jadi sepenuhnya kacau.
Saat Raka sudah menyentuh garis finish.. mobil Rissa masih terbalik di lap ke dua.

“Lagi, Om..” Raka meminta. Kulepaskan pagutanku sejenak untuk mengeset mesin PS.
Raka tampak tidak curiga menatap ibunya yang terengah-engah dengan wajah memerah di atas pangkuanku.

“Jangan pulang dulu ya, Ma.. Raka masih pingin main..” kata bocah kecil itu.. lugu. Rissa mengangguk bingung.. “I-iya, Sayang..”

Kusetel balapan itu ke mode adventure agar lama finishnya. Trus stik Rissa kuposisikan auto.. tapi Raka tidak kuberi tahu.
Biar aja ia mengira masih main dengan ibunya.. Rissa sengaja tetap kusuruh memencet-mencet tombol stik ketika mulut kami kembali saling berpagutan mesra.

“I-istrimu..” Rissa mengingatkan saat aku membuka bibirnya dan memain-mainkan lidahku di sana.

“Nggak papa, dia kalau tidur pulas banget..” sahutku menenangkan.

“Tapi..” Rissa melengkungkan punggungnya ketika tanganku kembali menangkup di kedua gundukan payudaranya.

“Sshh..” kubelai kembali tubuh sintalnya, dengan tak sabar tanganku memijiti putingnya melalui kain satin tipis yang ia kenakan.
Bahkan dengan beha yang masih menutupi, sama sekali tidak bisa menyembunyikan kenyataan kalau putingnya sudah mengeras kaku seperti besi.

Raka masih sibuk dengan permainannya, sementara aku juga sibuk dengan tubuh sintal ibunya.
Kupindahkan tanganku ke samping untuk menggelitiknya perut Rissa ringan.

Dia tertawa sedikit, tidak berani keras-keras karena takut membangunkan istriku.
Sementara itu pinggulnya mulai bergoyang di pangkuanku, berjuang untuk terus berpura-pura menggerakkan stik.. padahal aku asyik merangsang dirinya.

“Kamu nekad, Dek Han..” bisiknya serak.

“Kalau nggak begini, kapan lagi bisa menikmati tubuh hangat mbak..?”
Sahutku sambil menggunakan kesempatan itu untuk menangkup kembali gundukan payudaranya.

Entahlah, meski tidak padat-padat amat, tapi benda itu terus membuatku tergoda. Mungkin karena ukurannya yang begitu besar.

“Hore, aku menang..!” Teriak Raka saat mencapai finish di stage 1.
Rissa sempat menjatuhkan stik-nya karena terkejut.. tapi aku segera menenangkannya kembali.

“Masih ada 7 stage lagi, kita masih punya banyak waktu..” bisikku di telinganya yang masih terbungkus jilbab.

“K-kamu yakin, Dek Han..?” Desisnya gembira.

“Mbak percaya aja deh..” sahutku riang.

Begitu permainan berikutnya dimulai dan perhatian Raka kembali pada layar teve.. sekali lagi tanganku bergerak untuk meremas-remas bulatan payudara Rissa yang tadi sempat kulepaskan.
Kali ini ia tidak melawan.. dan malah menjatuhkan tubuhnya ke arahku.

Aku tersenyum dan terus membelainya.
Rissa menggeliat di pangkuanku seiring dengan jari-jariku yang terus menari-nari di atas gundukan payudaranya.
Perhatiannya kini sudah sepenuhnya teralihkan.. membuat penisku jadi semakin keras dan kaku di balik celana.

Aku mencondongkan tubuh ke depan.. sehingga bisa melihat ke bagian depan gaun satinnya.
Ritsleting mungil yang ada di sana kulepas dengan hati-hati.

Kukuak sedikit baju gamis itu hingga bisa kulihat bulatan payudara Rissa yang membengkak parah.
Tak berkedip aku menatap kehalusan dan kemulusan kulitnya. Meski masih tertutup beha, namun benda itu selalu sanggup membuatku terpesona.

“Dek Han..” Rissa merintih.. dan sekali lagi melirik ke belakang untuk menatap istriku yang masih tertidur lelap.

Merasa yakin.. ia pun akhirnya membiarkan saja saat tanganku meluncur turun menuju bagian bawah baju gamisnya yang sudah sedikit tersingkap.

Kuminta dia untuk mengangkat pinggulnya sedikit.. sehingga aku bisa menarik kain itu hingga ke pinggang.
Saat dia ingin melepas celana dalamnya.. aku segera melarang. “Jangan, mbak. Cukup diselipin aja..”

Aku merasa cara itu adalah yang paling aman untuk berjaga-jaga kalau sewaktu-waktu istriku tiba-tiba saja bangun.
Rissa mengangguk dan membantuku untuk menguak ritsleting celana.

Saat melihat penisku yang sudah mengacung keras ia tersenyum.
“Ini nih yang bikin kangen..” bisiknya sambil menggenggam dan mengocoknya sebentar.

“Cepetan, mbak..” bisikku sambil memutar kembali tubuhnya.
Kami memang tidak memiliki banyak waktu.. Raka sudah sampai di stage 3 sekarang.

Rissa segera menempatkan kembali tubuhnya di pangkuanku.
Sementara tanganku sibuk memilin-milin kedua putingnya.. dia dengan mendesah lembut berusaha mendorong pinggulnya agar bisa menduduki batang penisku tepat memasuki liang surganya.

“Sulit, Dek Han..” dia berbisik setelah aku terus meleset.

“Miring dikit, mbak..” aku memberi petunjuk.

Setelah beberapakali mencoba.. Jlegh..!
“Nghhh..” sebuah erangan kecil akhirnya terdengar begitu usaha kami berhasil.
Rissa terengah-engah.. namun nampak gembira karena tubuh sintalnya kembali kupenuhi dengan batang penisku.

Sebelum mulai menggoyang, dia sempat melirik ke arah istriku untuk yang terakhirkali.
Setelah yakin perbuatan kami benar-benar aman.. barulah ia mulai menggeliat di atas pangkuanku.
Pinggulnya bergerak turun-naik untuk mengocok batang kerasku yang terjepit erat di antara kedua bulatan pantatnya.

“Ehm.. terus, Mbak..!”
Kucium pipinya sambil tanganku berpindah untuk mengelus kemulusan kulit pahanya.

Rissa mencoba untuk mengabaikan tindakanku dan terus berkonsentrasi pada kocokannya karena tak jauh di sebelah kami.. Raka sudah sampai di stage 5.
Kami hanya punya waktu 3 stage lagi..!

Untungnya kulihat wajah Rissa yang masih berbalut jilbab kini sudah memerah, tanda kalau ia sudah tidak lama lagi.
Deru napasnya juga semakin berat.. sementara api gairah di matanya juga tambah menyala.

Tidak mau kalah, aku pun mulai merangsang diri sendiri. Kupenceti lagi kedua putingnya yang terasa semakin membesar dengan jari-jariku.
Kugelitik juga benda mungil itu dalam gerakan melingkar hingga kuncupnya yang berwarna coklat kemerahan jadi kelihatan bergetar.

Saat kupegang, rasanya yang kenyal dan lembut semakin membuatku terangsang. “Arghh..”
Rissa menanggapi dengan meremas kuat batang penisku menggunakan dinding-dinding liang vaginanya.

Gerakan ayunannya juga menjadi semakin cepat.. terus naik-turun dan berputar-putar hingga setelah beberapa waktu terasa lubang dalam dalam dirinya itu mulai mengetat kencang.

“Hmm.. mbak..” aku benar-benar tidak bisa menyangka akan senikmat ini.
Bersetubuh dengan diburu waktu.. plus takut dipergoki.. ternyata berlipat-lipat sensasinya. Kapan-kapan kami harus mengulanginya lagi.

“Arghh..” Rissa mulai mengerang.. namun segera kubungkam dengan menggunakan mulutku.

Aku terus menyetubuhinya.. menggerakkan penisku keluar-masuk di liang vaginanya yang sangat basah dengan istriku hanya berjarak 3 meter di belakang kami.

Usaha kami tidak sia-sia.. karena aku tahu Rissa sudah akan klimaks dalam hitungan detik.
Dia bernapas dengan sangat cepat dan tiba-tiba kurasakan jepitan kuat di sekitar batang penisku.

Aku tidak bisa menyembunyikan senyum ketika kulihat bagaimana Rissa yang mencoba untuk menyembunyikan orgasmenya.
Dia ingin berteriak.. tapi takut didengar oleh istriku. Jadi ia hanya bisa mengerang di dalam ciumanku..

“Sshh.. aarggh..!! Rasanya aku mau mati, Dek Han.. Rasanya enak banget..! Nikmat banget..!!” Desisnya muram.

Dia berhenti bergerak.. namun dengan penisku tetap menancap kuat di ke dalaman liang vaginanya yang basah.

Rissa tampak berusaha keras untuk mengendalikan emosi.. dia menghela napas panjang dengan tubuh masih terus gemetar seiring dengan cairan cintanya yang masih mengucur deras.

Penisku terasa berdenyut-denyut saat disiram oleh cairan hangat itu.. membuatku jadi tak tahan untuk segera ikut keluar juga.

“Hore, menang lagi..!” Raka berteriak. Waktuku tinggal 1 stage lagi. Sementara di sofa istriku menggeliat tapi tidak terbangun.

“Lanjutkan, mbak. Aku belum..” bisikku sambil berusaha menusuk lagi.
Di depan.. tanganku melingkar untuk memilin-milin puting Rissa yang menyembul indah melalui belahan baju gamisnya.

Tetanggaku yang cantik itu mulai bergerak kembali.
Payudaranya tampak bergoyang-goyang menggoda di setiap genjotannya, membuatku jadi semakin menggelinjang.

Aku pikir tidak usah lama-lama bersensasi.. tuntaskan saja sekarang.
Maka gerakan pantatku semakin kupercepat.. remasanku juga jadi bertambah kencang.

Rissa mencoba untuk meronta.. yang semua dilakukannya dengan sambil menutup mulut.. sampai tiba-tiba tubuhnya mengejang.
“Ahhh..!” Jeritan tertahannya menandakan dia mencapai puncak kembali. Hmm, cepat juga..!

Aku mempercepat kocokanku di bawah tubuh sintalnya. Dengan diam tanpa banyak reaksi Rissa menerima enjotanku.
Hanya wajahnya yang kadang-kadang meringis keenakan sambil napasnya tersengal-sengal akibat diterpa gelombang kenikmatan yang belum mereda.

Terus kupompa pinggulku.. dan sampailah saatnya ketika punyaku terasa mulai berkedut-kedut pelan.
Tanpa perlu repot-repot untuk mencabut.. "Ergghh..!" Kugencetkan batangku lebih dalam lagi sambil kusemburkan spermaku di sana.

Crutt.. crutt.. crett.. crett.. crutt..! Kuhitung ada limakali aku meludah.
Sekujur tubuh Rissa tampak berkeringat.. namun alhasil malah membuatnya semakin cantik.

“Ah..” Aku terkulai lemas penuh kenikmatan.. sementara Rissa berusaha bangkit sambil tergopoh-gopoh menadahi cairan spermaku yang merembes di celah-celah kulit pahanya.

“Banyak banget, Dek Han..” Dia tampak menyekanya dengan menggunakan celana dalam.

Aku tertawa dan lekas berpaling pada Raka yang sudah menyelesaikan seluruh tahap permainannya..
“Anak pintar..” pujiku tulus.. karena sudah memberi waktu dan kesempatan padaku untuk menikmati kehangatan tubuh ibunya.

“Pulang yuk, sayang. Udah malam..” kata Rissa sambil membenahi kembali jilbabnya yang awut-awutan, juga ritsleting baju gamisnya yang terbuka lebar.

“Iya, Bunda. Raka juga dah ngantuk..” Bocah kecil itu menguap.
-----------------------
 
Mantap mantap, sensasinya dapet banget. Pinter banget suhu ini seleksi cerita2 yang ada di thread ini, semuanya cerita terbaik
:jempol:
 
Mantap mantap, sensasinya dapet banget. Pinter banget suhu ini seleksi cerita2 yang ada di thread ini, semuanya cerita terbaik
:jempol:

Trims Adul + Komengnya brada..
Moga Terhibur n KEEP SEMPROT..!

:bye: Aishh.. bisa aja nih..
Maestro2 penulisnya yang Keren2..
Nubi cuma ngerangkum plus ngeditnya doank, brada..
 
Cerita 28 - Pesona Tetangga

Part 6


Rissa segera beranjak ke sofa untuk menggendong kembali bayinya. Kuantar dia ke pintu ke depan.
Sebelum berpisah, dia sempat berbisik.. “Aku sadar ini dosa, Dek Han. Tapi aku sangat menikmati apa yang kita lakukan.
Terus terang, Suamiku adalah lelaki pilihan orangtua. Dia belum pernah memberiku yang seperti barusan.. sungguh nikmat sekali. Jadi ..”

“Sshh..” Kucium bibirnya.. “Saya ngerti kok. Sampai jumpa besok ya..” Dia mengangguk dan segera masuk ke dalam rumahnya.

Tinggal aku yang berdiri sendirian di teras.. merenungi apa yang telah kulakukan.
Sementara istriku masih lelap saja di kursi sofa.. sama sekali tidak mengetaui perselingkuhan yang baru terjadi tepat di depan hidungnya.
*****

Ini adalah pagi yang cerah ketika Rissa mengajak bayinya pergi jalan-jalan.
Dia memakai kerudung hitam.. celana hitam.. dan baju gombrong lengan panjang kotak-kotak untuk menutupi kesintalan tubuhnya.

Dia berjalan menyusuri jalanan kompleks sambil mendorong kereta bayi.. berharap bisa bertemu dengan bakul sayur yang biasa mangkal di perempatan.
Rissa berencana untuk masak spesial hari ini.. tadi suaminya menelepon kalau mau pulang.

Meski hubungan mereka sudah tidak harmonis lagi.. tapi sebagai istri yang baik Rissa harus tetap melayani laki-laki tersebut.
Dia tidak berniat untuk berpisah.. apalagi meminta cerai. Biarlah sang suami berlaku sesuka hati.. toh Rissa juga sudah tidak suci lagi.

Perselingkuhannya denganku membuatnya jadi berpikir praktis; kalau suaminya bisa bersenang-senang, kenapa dia tidak..?
Mereka akan menjalani hidup sendiri-sendiri, yang penting rumah tangga mereka tetap utuh dan anak-anak mereka tidak terlantar.

Sambil memilih sayur-mayur yang tersedia di dalam gerobak Pak Yus.. Rissa berusaha untuk tidak memikirkan kelembaban yang perlahan mulai mengumpul di liang vaginanya.
Ia mencoba untuk tidak berpikir tentang kontol besarku yang tadi malam meluncur ke dalam dirinya. Itu membuatnya jadi gemetar dan basah.

Baru 12 jam berlalu, namun nampaknya Rissa sudah rindu kepadaku lagi.
Kini vaginanya terasa sakit dan seakan membentang lebar, meminta untuk diisi kembali.

“B-bawang merahnya nggak ada, bang..?” Tanyanya pada bang Iyus.

Lelaki tua yang selalu menikmati profesinya itu, tersenyum masam.
“Wah.. habis, neng. Tadi diborong sama bu Harti..” Sambil matanya jelalatan menjelajahi tubuh molek Rissa.

“Ini sayurnya juga dah layu-layu gini..” protes si Vira.. ibu muda berjilbab yang rumahnya tepat di pojokan.

Sekali lagi, Pak Yus memalingkan mukanya sambil tersenyum. “Saya korting deh, buat neng cukup lima ratus aja..”
Dipandanginya tetek si Vira yang tampak mengkal karena berisi air susu. Perempuan itu memang baru saja melahirkan.

“Seribu tiga ya..?” tawar Vira tanpa merasa curiga.
Pak Yus yang selalu senang menikmati keseksian ibu-ibu langganannya, mengangguk tanpa berpikir lagi.. “Iya deh..”

Ibu-ibu langsung pada berebutan. Rissa mengambil wortel dan kentang, dia berniat untuk membikin sayur sop saja.
Setelah membayar, dia pun berbalik pulang dengan diiringi tatapan nakal Pak Yus yang memandangi goyangan pantatnya tanpa berkedip.

Setelah menidurkan anaknya di rumah, Rissa lekas beranjak ke rumahku dan mengetuk pintu depan.
Jantungnya terasa berdebar gugup dan vaginanya terasa kesemutan penuh oleh semangat.
Dia meremas-remas kakinya mencoba untuk menenangkan diri.

“Sebentar..!” Sahutku dari dalam.

Tanpa mengetaui siapa yang datang, kubuka pintu dengan mata masih mengerjap mengantuk.
Aku memang baru bangun tidur, aku hanya mengenakan kaus putih dan celana pendek selutut.

“Pagi, Dek Han. Maaf mengganggu..” Rissa menyambutku. Dia tersenyum kikuk sambil berusaha untuk tetap berdiri tegak.
“Lho, mbak, nggak ngantar Raka ke sekolah..?” Tanyaku terpaku menatap kecantikannya.

Dia tampak malu.. “Sudah, kamu aja yang bangunnya kesiangan..”
Aku menggosok mata dan kuundang dia untuk masuk.. “Emang udah jam berapa sekarang..?”

“Hampir jam delapan..” Dia melepas sandalnya dan berjalan masuk ke ruang tamu.

“Istrimu ada..? Aku mau minta bawang merah dikit. Tadi kehabisan di Pak Yus..”
Aku duduk di sofa dan tersenyum.. “Kalo jam segini, ya dia pasti udah berangkat. Yakin cuma mau minta bawang merah..?” Godaku padanya.

“Ah, apaan sih..?” Dia terlihat grogi.. “Suamiku bentar lagi pulang..” katanya, entah kepada siapa.

“Terus, jam berapa dia datang..?” Tanyaku tak tertarik. Keberadaan suaminya berarti keterbatasan bagiku untuk mendekati Rissa.

“Sebentar lagi, mungkin sekarang baru nyampe terminal..” terangnya sambil duduk di sofa, tepat di sebelahku.

Dia tau bagaimana cara membuatku tertarik.. kakinya ia buka sedikit hingga baju gamisnya jadi agak tersingkap.. alhasil menampakkan kaki mulusnya yang putih kecokelatan.
Tonjolan di selangkanganku langsung terbentuk.

“Dari terminal ke sini kurang lebih 30 menit. Masih cukup kayaknya..” bisikku sambil mulai mencium mulutnya.
“Dek Han..” Rissa melenguh.. tapi tidak menolak.

Dengan vagina berdengung seperti orang gila.. malah tangannya perlahan mencengkeram batangku yang sudah setengah mengeras di balik celana.
Dan benda itu mulai tumbuh dengan pesat ketika Rissa meremas-remasnya halus.

“Mbak nggak lelah..?” Tanyaku sambil mengendus batang lehernya yang masih tertutup jilbab.
“Ughh..” dia mendesis.. dan cengkeraman tangannya menjadi semakin keras.

“S-sebentar lagi.. s-suamiku.. p-pulang..” katanya terbata-bata.. dan aku tau kalau itu hanya pura-pura.
Dia sama sekali tidak berniat untuk menghentikan sentuhanku.

”Iya, mbak. Saya tau..” Kuminta agar dia menurunkan celana boxer-ku ke bawah.. dan Rissa tanpa membantah melakukannya.

Wajahnya yang cantik tampak bergidik saat penis besarku yang sudah sepenuhnya ereksi meloncat keluar tepat ke dalam genggaman tangannya.
“Iihh..” Rissa gemetar.. tapi tetap berusaha untuk memegangi.

Jari-jarinya membungkus rapat.. terlihat begitu kontras dengan kulit penisku yang tebal dan kecoklatan.
Kemaluanku yang begitu besar juga seperti tidak sepadan bagi tangannya yang lentik dan mungil.

Terengah-engah.. kuperhatikan bagaimana Rissa mulai membelai pelan.
Ia menatap penisku penuh perhatian tanpa berkedip sama sekali.. seperti tidak ingin melewatkan setiap momennya.

Tangannya membelai lembut ke atas sampai ke kepala.. sebelum kemudian balik lagi ke pangkalnya yang tebal.
Menggunakan tangannya yang lain.. ia juga menangkup kedua telur-ku. Jelas sudah.. pagi ini ia ke sini memang untuk ini.

Maka pelan kuminta ia untuk berlutut di antara kedua kakiku. “K-kamu mau apa, Dek Han..?” Tanyanya bingung.
Dipandanginya batang penisku yang kini berdiri tegak tepat di depan hidungnya. Matanya yang gelap tampak menikmati apa yang kusajikan kepadanya.

“Emut, mbak..” pintaku lirih.
Dia langsung menatapku, mendelik. “Gila kamu..!” Teriaknya tertahan.. “Aku nggak pernah melakukannya..”

“Ya, sekarang biar pernah..” aku meringis.. “Itung-itung sambil belajar juga..”
“Nggak mau..” Dia memalingkan mukanya.. tidak mau memandangi penisku.. tapi tetap memeganginya.
Mungkin aslinya dia mau.. tapi masih malu-malu. Jadi kuputuskan untuk kembali mendesaknya.

“Ayolah, mbak. Siapa tau habis ini bisa mbak praktekin ke suami.. mungkin Pak Amin jadi suka dan akhirnya nggak selingkuh lagi..”

Rissa terdiam.. tampak menimbang-nimbang.
“Suamiku sudah sedari dulu pengen yang ginian.. tapi nggak pernah aku kasih. Habis jijik sih..”

“Cuma di awal-awal aja jijiknya.. atau coba begini: jangan anggap ini tempat keluarnya kencing.. tapi bayangkan kontolku ini adalah benda yang bisa memberi kenikmatan pada mbak. Gimana..?”

Pelan Rissa mengangguk.. tapi kemudian dia menggeleng lagi.. “Tapi tetap aja jijik..” kernyitnya.

“Coba dulu deh.. aku dulu aja nggak jijik jilat memek mbak. Enak lho, rasanya..” yakinku.
“Beneran..?” Dia mulai terlihat ragu.

“Mbak ngerasa enak nggak pas aku jilati..?” Dia mengangguk.

“Aku juga seneng jilat memek mbak. Nah sekarang, coba ganti jilatin punyaku. Selain aku enak.. mbak nanti juga ikutan enak..” aku terus berusaha membujuk.

Rissa terdiam.. namun setelah beberapa detik ia mulai merunduk rendah.
“Tapi nanti kalau nggak enak, nggak aku terusin ya..?” Pintanya dengan lidah terjulur keluar.
“Iya, terserah mbak aja..” kataku cepat.. tak sabar ingin segera merasakan kuluman bibirnya.

Pelan Rissa mulai menjilat bagian bawah telurku.
Tangannya yang kecil terus mengocok ringan sementara mulutnya berusaha untuk mengambil testisku ke dalam.
Dia mengisap-isapnya lembut dengan tangan terus meremas ketat, mengocok batangku ke atas dan ke bawah.

Saat aku mendesis, Rissa segera memindahkan ciumannya.
Ia mengecup pelan ujung kemaluanku yang berbentuk kepala jamur dan bisa merasakan kedutan di tangannya karena aku jadi begitu terangsang.

“Hmm..” Lidahnya kini terulur panjang dan perlahan-lahan mulai menjilat bagian bawah penisku, mengikuti alur otot-ototnya yang berliku.
Begitu mencapai dasar ia membalikkan arahnya.

“Auwh..!” Kontan aku langsung mengerang.. tanganku meraih ke bawah dan memegangi kepalanya yang masih terbalut jilbab.
Meski berusaha mati-matian agar Rissa lekas menelannya, namun nyatanya perempuan itu masih bersikukuh hanya menjilatinya saja.
Jadilah aku merintih frustasi sambil menggeliat pelan menikmati usapan lidahnya yang lembut pada ujung penisku.

Rissa mencium kepala penisku lagi dan tersenyum.
“Jangan memaksa ya. Aku mau begini aja juga dah bagus..” terangnya sambil membuka mulut dan menjilat kembali.

“Ohhh..” desahku tak tahan. Namun apa yang ia katakan memang benar.
Untuk ukuran seorang Rissa yang sangat pendiam dan lugu dalam urusan ranjang.. ini sudah merupakan lompatan yang sangat besar.

Aku melihat bibirnya meregang di sekitar batang panjangku.. ia terus menjilatinya dari atas ke bawah.. lalu balik lagi.. sebelum kemudian berlama-lama mengulum di puncakku yang gundul. Perlahan-lahan kepalanya bergerak naik-turun.

Rissa masih berpakaian lengkap.. mengenakan kemeja kotak-kotak dan celana panjang hitam. Jilbabnya juga hitam dan sekarang sedang kupegangi.

“Terus, mbakk.. aku.. s-sebentar lagi..” aku mengerang.. merasakan bola-ku mulai memanas.
Rissa terlihat tercekat oleh kata-kataku.. namun sudah terlambat untuk menghindar.

Begitu ia ingin melepas.. aku sudah keburu mengguyurnya dengan semburan pejuh yang sangat banyak. Loncatan pertama membasahi mulutnya.. sedang yang kedua dan yang berikutnya membasahi hidung.. mata.. jilbab.. dan baju panjangnya.

“Aiih..!” Rissa memekik.. campuran antara rasa kaget dan jijik.
Dia terbatuk-batuk saat sebagian spermaku ternyata berhasil masuk ke dalam tenggorokannya.

Pelan dia menjauh dan meludahkan cairanku ke karpet ruang tamu. Aku hanya tertawa melihat kelakuannya.

“Gila kamu.. keluar nggak bilang-bilang..!”
Dengusnya sambil berusaha membersihkan cairan putih yang menempel di mata dan hidungnya dengan menggunakan jilbab.

“Maaf, mbak..” hanya itu yang bisa kukatakan.

Jilatan Rissa memang biasa-biasa saja.. terasa sangat kaku dan hambar.. bukti kalau dia memang belum pernah melakukannya.
Namun justru karena itu aku jadi sangat bergairah.

Penampakan seorang perempuan berjilbab yang sehari-hari lugu dan alim.. tapi ternyata mau ngemut penis benar-benar membuatku tak tahan. Dan ujung-ujungnya.. aku jadi muncrat duluan. Rissa tampak kecewa.. tapi tidak mengatakannya.
Semua juga tau.. sehabis nyembur gini penisku jadi tidak bisa dipake lagi. Padahal memek Rissa lagi gatal-gatalnya saat ini.

Untung saja.. di saat kami masih duduk diam.. terdengar derum taksi yang berhenti di pintu depan. Pak Amin.. suami Rissa sudah datang..!

“Suamiku..!” Dia langsung jumpalitan kebingungan.
Segera dibenahinya baju gamisnya yang sedikit lecek dan lekas pamit kepadaku.. “Aku pulang dulu ya..” Rissa berdiri dan berjalan keluar.

“E.. tunggu, mbak. Bawang merahnya..?” Aku mengingatkan.

“Oh, iya..” sahutnya gemetar.. terlihat kalau masih sangat terangsang. Tapi kedatangan sang suami terpaksa harus memutus hasrat birahinya.

Kuberikan bawang merah yang ia butuhkan dan kulepas kepergiannya dari ruang tamu.
Pak Amin sudah masuk ke dalam rumah hingga tidak mengetaui Rissa yang berjingkat-jingkat pelan keluar dari rumahku.

“Lho, Ummi dari mana..?” Tanya laki-laki itu sambil meletakkan tas kopernya. Tersenyum terpaksa.. Rissa menjawab.. “Ini.. habis beli ke warung bu Arti..”
Ditunjukkannya bawang merah pemberianku. Dia lalu mencium tangan laki-laki itu dan mengajaknya untuk masuk ke dalam.

Di teras rumah.. aku tersenyum saat kulihat Pak Amin memeluk erat tubuh montok istrinya.
Mesra ia mencium bibir tipis Rissa dan mengisapnya rakus.. sama sekali tidak menyadari kalau 30 menit yang lalu bibir itu menempel ketat di ujung penisku..! Haha..
***

Minggu berikutnya berlaku bagai siksaan bagiku.
Aku tidak bisa berhenti terobsesi pada tubuh montok Rissa namun sama sekali tidak bisa menyentuhnya.

Pak Amin suaminya.. ternyata agak lama berada di rumah. Tidak seperti biasanya yang paling banter hanya 2 hari.
Aku jadi senewen sendiri. Penisku terus menegang keras.. dan akibatnya istrikulah yang jadi bahan pelampiasan.

Fenti sih senang-senang aja kuentoti tiap malam.. dia sama sekali tidak menyadari kalau di dalam kepalaku berseliweran bayangan tubuh bugil Rissa setiapkali aku menindih tubuhnya.

“Moga aku cepet hamil ya, Yah..” bisiknya begitu aku menumpahkan sperma untuk yang ketigakalinya malam itu.
Tubuh kami sudah sama-sama basah oleh keringat.. dan tak lama kami pun sudah tertidur pulas saling berangkulan.

Esoknya.. istriku berangkat kerja seperti biasanya. Aku yang kembali ngaceng hanya bisa melepasnya dengan kecewa.
Sehabis sarapan sebenarnya aku berniat untuk meminta jatah satukali lagi.. namun Fenti menolaknya dengan alasan dia harus berangkat pagi karena ada meeting penting dengan manajer yang baru.

Aku jadi pusing.. apalagi saat kudengar suara merdu Rissa yang sedang menawar sayur kepada Pak Yus.
Lekas aku berlari ke depan dan mengintip dari celah kelambu. Di sana dia berdiri dengan mengenakan baju panjang dan jilbab lebar.
Senyumnya terlihat sangat manis dan tubuhnya seperti semakin bersinar.

Tak tahan.. aku pun segera mengeluarkan penis dan mulai mengocoknya perlahan.
Sambil mencoba membayangkan tubuh telanjangnya yang begitu hangat dan memikat.. aku melakukan onani.
Namun belum sampai tuntas Rissa sudah keburu masuk ke dalam rumahnya.

Aku sama kecewanya dengan Pak Yus.. tukang sayur tua itu tampak memandangi goyangan pantat Rissa dengan sedikit terbengong.
Salahsatu pelanggannya yang tercantik kini telah pergi.

“Huh..” mendesah frustasi, aku pun pergi ke kamar mandi untuk meneruskan acara onaniku.
Namun ternyata.. kugosok dengan cara apapun spermaku tak kunjung keluar.

Rupanya penisku ini bandel juga.. ia baru meludah kalau dimasukkan ke dalam memek.
Terpaksa aku harus mengalah.. baiknya kutunggu nanti saja setelah istriku pulang kerja.

Duduk di ruang tamu.. kembali kupandangi jalanan di depan rumahku yang mulai sedikit rame.
Beberapa ibu-ibu kompleks tampak bersiap untuk mengantarkan anak-anak mereka ke sekolah.

Begitupula dengan Rissa.. sambil menggendong bayinya ia tampak sedang menstarter motor untuk mengantar Raka ke TK Pelangi di seberang kompleks.

Bergegas aku berdiri untuk menyapanya. Meski tidak bisa menyentuh.. minimal bisa ngobrol dengannya untuk sedikit cuci mata.
Namun baru saja akan membuka pintu pagar kulihat Pak Amin berbelok dari ujung gang.
Seperti biasa.. laki-laki itu baru pulang dari masjid. Aku jadi mengurungkan niat.

Laki-laki gendut itu mendekati istrinya.. “Sini.. Abi aja yang ajak si adek. Biar Ummi nggak kerepotan..”
Rissa mengangguk setuju dan menyerahkan bayinya. Selanjutnya.. tanpa menoleh kepadaku ia memutar gas motor dan beranjak pergi.

Pak Amin yang melihat kehadiranku langsung tersenyum. “Pagi, Pak. Tumben dah bangun..?” Sapanya ramah.
Memang.. sebagai seorang penulis.. aku terkenal lebih aktif di malam hari. Ide-ideku lebih banyak mengalir di saat semua orang sudah pulas dengan mimpinya. Akibatnya aku jadi sering bangun kesiangan. Dan Pak Amin tau itu.

Aku terpaksa membalas senyumnya.. “Iya nih.. pengen tau sejuknya suasana pagi..” jawabku asal.
Dia tertawa. Dan berikutnya kami pun terlibat dalam sedikit obrolan basa-basi yang sama sekali tidak menarik.
Awalnya aku hanya menanggapi dengan setengah hati.. sampai kemudian dia mengatakan sesuatu yang langsung membuatku tersenyum.

Pikiranku berpacu.. dan tak perlu waktu lama aku sudah menemukan cara bagaimana bisa meniduri Rissa sementara Pak Amin berada di rumah.
Dan rencana itu akan kujalankan besok.. kalau Fenti sudah berangkat kerja di pagi hari.

Yang tak kusangka.. sepulang kerja Fenti memberitauku sesuatu yang membuat seluruh rencanaku jadi berantakan.
Ternyata meetingnya sudah selesai dan besok dia akan berangkat kerja seperti biasanya.. jam tujuh lewat tigapuluh.

Aku jadi berpikir ulang.. akan sangat berbahaya menemui Rissa sementara istriku lagi berada di rumah.
Sementara di sisi lain aku juga sudah tak kuat menahan hasrat ke istri tetanggaku yang cantik itu. Jadi.. apa yang harus kulakukan..?

Malam itu kusetubuhi Fenti dengan gairah jauh menurun.. aku sudah terlanjur kecewa.
Untung istriku tidak mengetauinya dan tetap melayaniku dengan sepenuh hati.

Sebelum tidur ia sempat berkata.. “Sepertinya Pak Amin mau dimutasi ke kota ini.. karena itulah ia terus berada di rumah untuk mengurusi segala yang diperlukan..”

Hmm.. jadi begitu ya. Kata-kata itu langsung memberiku tekad.
Sepertinya aku harus menempuh sedikit risiko untuk merasakan kembali tubuh molek Rissa.. atau tidak akan pernah sama sekali kalau aku terus takut-takut seperti ini.

Sambil mendekap tubuh telanjang Fenti.. kususun kembali rencana-rencana ideal yang mungkin bisa kujalankan besok.
Dan sepertinya ada satu yang sangat bagus.

Esoknya.. setelah sholat shubuh aku tidak tidur lagi.
Dengan alasan ingin jalan-jalan menikmati sejuknya hawa dingin di pagi hari.. aku pamit kepada istriku yang sedang sibuk di dapur menyiapkan sarapan.
Tanpa curiga dia mengiyakannya.

Kususuri jalanan kompleks yang saat itu masih sepi.. tujuanku adalah ke sebuah bangunan besar yang terletak tepat di tengah-tengah perumahan.
Setelah kupastikan kalau orang yang kucari berada di sana.. aku pun bergegas memutar langkah.
Kali ini aku balik ke gang menuju rumahku. Atau lebih tepatnya ke rumah di sebelah rumahku.

Sambil celingak-celinguk untuk memastikan semuanya aman.. aku pun membuka pintu pagar rumah Rissa dan melangkah masuk.
Tepat seperti dugaanku.. pintu ruang tamunya tidak dikunci. Penisku langsung ngaceng begitu menyadari siapa yang akan kutemui sebentar lagi.

Melangkah berjingkat.. aku pun terus menyusup ke dalam. Pak Amin pasti tidak pernah menyangka.. sementara ia memberi ceramah di masjid.. istrinya yang cantik akan mengerang dan menggapai-gapai di dalam pelukan pria lain.. tetangganya sendiri..!

Seperti pencuri aku mengendap-endap melintasi ruang tengah.
Di kamar depan hanya kulihat Raka dan si bayi yang sedang tertidur pulas di sana.. jadi aku meneruskan langkah ke belakang.
Sekarang bisa kudengar bunyi gemericik dari arah kamar mandi.

Bayangan tubuh Rissa yang telanjang dan sedang mengguyur dirinya dengan air langsung membuatku tak tahan.
Apalagi aku juga belum pernah melihatnya telanjang meski sudah beberapakali menidurinya. Jadi memang inilah kesempatanku.

Pelan aku melepas semua bajuku dan menjatuhkannya di lantai. Lalu diam-diam aku mendorong pintu kamar mandi yang terbuka dan melangkah masuk.
Sementara itu.. Rissa yang tidak menyadari kedatanganku masih dengan tenang terus membilas sabun dari tubuhnya yang telanjang.

Kontras dengan kulitku yang kecoklatan.. tubuhnya masih tampak kencang dan putih mulus.
Bongkahan dada dan pantatnya terlihat begitu menggoda dengan kedua puting menegak kencang karena terkena air dingin.
Penisku jadi makin ngaceng saat melihatnya.

Tiba-tiba Rissa berbalik dan melihatku. Aku pun cepat bereaksi. Sebelum dia sempat berteriak.. lekas aku memeluk dan membungkam mulutnya.
“Sshh.. ini aku, mbak..” bisikku lirih.

Awalnya dia terkejut.. namun kemudian tersenyum dan berikutnya malah memasrahkan tubuh ke pelukanku.
“Ngapain Dek Han ke sini..? Dasar nekat..!” Ungkapnya sambil memeluk leherku dan berdiri di atas jari-jari kakinya.

Bibir kami dengan cepat saling menemukan dan saling melumat rakus satu sama lain.
Kunikmati gesekan tubuhnya yang hangat dengan meluncurkan tangan ke bawah.. kubelai belahan punggungnya yang terbuka.. juga kupegangi dan kuremas lembut pipi pantatnya sambil terus menciumi mulutnya berulang-ulang.

“Hhh.. hmm..” Rissa mengirimkan lidahnya dengan penuh semangat ke dalam mulutku.
Ia juga memelukku semakin erat.. terlihat jelas kalau juga merindukanku.

Sepertinya penis kecil Pak Amin tidak bisa memuaskannya tiga hari ini.. terbukti begitu merasakan batang kemaluanku yang setengah menggesek di kulit perutnya.. ia langsung mundur dan menurunkan tangan untuk menggenggamnya.

“Aku kangen sama mbak..” bisikku sambil terus menciuminya.. tanganku juga terus aktif membelai tubuh sintalnya.

Rissa mengerang dan tersenyum sambil terus membelai batang penisku.

“Kalau aku sih kangen yang ini..” bisiknya nakal sambil tiba-tiba saja berlutut.

Sebelum aku sempat menyuruh.. dia sudah membungkuk dengan lidah terjulur keluar dan mulai menjilati bagian bawah kantung telurku.

“Wow.. mbak..!” Seruku.. terkejut dengan keagresifannya.
Perempuan berjilbab yang sehari-hari santun dan kalem ini tiba-tiba saja berubah menjadi liar dan nakal. Rupanya deraan nafsu bisa mengubah sifat asli seseorang.

Rissa mulai menarik kedua telurku ke dalam mulutnya.. sementara tangannya yang kecil terus mengocok ringan.
Dia melepasnya.. dan kemudian mengisapnya lagi.

Terus seperti itu bergantian antara yang kiri dan yang kanan.. sebelum kemudian dia mulai menjilati dasar penisku dengan menggunakan lidah merah mudanya secara perlahan.

Jilatannya terus naik ke atas di sepanjang batangku hingga mencapai ujung kemaluanku yang berbentuk kepala jamur.
Lidahnya berputar di sekitar helm-ku sambil tangannya terus meremas-remas cepat. “Ahh.. mbak..!” Tak tahan.. aku pun merintih.

Dia mulai meluncurkan bibirnya perlahan ke atas dan ke bawah sambil tangannya terus membelai dengan ahli.
Bunyi shower yang masih mengucur tergantikan oleh kecipak isapannya yang cukup keras.
Slurp-slurp-slurp-slurp.. begitu saat mulutnya terus melahap. Sesekali tangannya juga membelai kedua telurku.

Air dari shower mengaliri punggung dan bahuku. Namun tidak kurasakan karena aku lebih sibuk memperhatikan bagaimana penisku hilang dan muncul kembali di wajah cantiknya secara berulang-ulang.

Lembut Rissa mengangkat dagu saat kemaluanku keluar dari mulutnya. Dia tersenyum dan bangkit berdiri.
Aku segera menciumnya, dan memaksanya menuju bagian belakang bak mandi. Kupeluk dan kutekan tubuhnya yang indah itu.

“Ahh..” Rissa mendesis saat merasakan penisku menekan perutnya.
Kubelai kedua gundukan payudaranya sambil kuciumi dagu dan lehernya. Kami sudah sama-sama terengah.

Ciumanku turun ke dadanya, dan kutelan putingnya sebagian sambil kujulurkan tanganku ke bawah; ke celah di antara kedua kakinya.
Kuusap lembut semak lebat yang ada di sana dan kurasakan celahnya sudah basah kuyup.

“Aughh..” Rissa kembali mendesah.. geli tampak menembaki tubuhnya saat jari-jariku menggesek di klitorisnya.

Perlahan-lahan aku berlutut dan menghujani bagian bawah perutnya dengan ciuman-ciuman ringan.
Rissa mengangkat kaki kirinya lalu menempatkannya di sisi bak mandi.. ia memberikan dirinya kepadaku sepenuhnya.

Sebentar aku menatap memeknya yang indah itu.
Bibirnya berwarna merah muda dan tampak bengkak serta bergetar mengundang, dikelilingi oleh rambut hitam lebat yang terawat rapi.

Pelan aku menempatkan mulut di atas vagina sempit itu dan menyelipkan lidahku di dalam belahannya.
Clupp..! “Ohh..” Rissa langsung mendesah. Dia meremas-remas rambut di belakang kepalaku.. seperti ingin membimbing.

Terus kuputar-putar lidahku di sekitar lubang kemaluannya.. mencicipi rasanya yang asam dan sedikit asin.
Sesekali juga kuisap dalam-dalam kalau aku sudah tak tahan.. atau kularikan lidahku ke atas dan ke bawah menyusuri biji klitorisnya sampai Rissa menggeliat dan merintih-rintih keenakan.

Tanganku mencengkeram pantatnya erat-erat.. memisahnya menjadi dua hingga bibir vaginanya jadi terbuka semakin lebar.
Kujilat lagi klitorisnya yang sensitif.. dan Rissa jadi tambah terengah-engah.
Tangannya mendorong kepalaku.. berharap aku dapat mengisap lebih keras karena di daerah itulah ia ingin terus disentuh.

Dadanya terlihat naik-turun saat ia berusaha bernapas dengan susah payah.
Sementara lidahku terus menggoda di atas klitorisnya.. membelainya naik dan turun dengan isapan ringan berkali-kali.

“Aghh..” Rissa menggeliat.. merasa orgasmenya mulai mendekat cepat.
Kuimbangi dengan terus mengisap biji mungilnya ke dalam mulutku.. memaksanya agar semakin tak berdaya di tepian.

“Ohhh.. Dek Han..” Rissa mengeluh.. dan mengusap vaginanya melawan arah jilatanku saat dia datang.
Jantungnya berdebar keras dan dia terengah-engah.. mencoba untuk pulih.
Namun perasaan itu begitu kuat.. hingga yang bisa ia lakukan hanya diam untuk sementara, menikmatinya.

Aku segera berhenti. Kutarik kepalaku ke belakang dan bangkit berdiri saat dia mengucurkan cairan klimaks ke lantai kamar mandi.
Rissa terengah-engah.. masih berusaha untuk memulihkan diri saat bibirnya kembali kupagut rakus.

Kulumat bibir yang masih terengah-engah itu dengan sembarangan. “Hmm..” Rissa membalas dengan tak kalah kasar.

Selanjutnya kuputar tubuhnya yang masih terkejang-kejang itu hingga dia membungkuk di depanku.
Tanpa berkata apa-apa.. kupandangi celah kemaluannya yang tampak bergerak-gerak indah.

“Cepat masukkan, Dek Han..!” Rissa menyentak, tampak tak sabar. Dia telah menunggu sepanjang minggu untuk ini..!

Slepp..! Kugesekkan penis tegang nan kerasku menyusuri celah pantatnya saat ia membungkuk lebih rendah.
Kusapukan ujungnya yang tumpul ke bawah celahnya.. sampai mencapai pintu masuk ke lorong harta yang paling nikmat.

Lalu kudorong pelan ke depan. Jlebbhh..!
“Ohhh..” Rissa mengerang begitu merasakan vaginanya yang panas dan ketat mulai kuterobos secara perlahan-lahan.
Bisa kulihat celahnya yang merah muda ikut terdorong ke dalam oleh penisku yang berlemak lembut.

Aku terus mendorong keras, sampai akhirnya terbenam mentok seluruhnya. “Ughhh..!!” Rissa kembali merintih.

Dengan air shower yang mengguyur di sekujur punggungnya.. aku pun mulai menggoyang.
Kusetubuhi istri Pak Amin itu sampai mendesis-desis keenakan.

“Ahh.. terus, Han..! Terus.. tusuk yang keras..! Ahh.. yah, begitu..!” Rintihnya penuh kenikmatan.
Liang vaginanya penuh oleh batang penisku.
Aku sendiri menikmati bagaimana vaginanya mencengkeram dengan begitu erat.. seperti milik perawan saja layaknya.

Benturan alat kelamin kami menimbulkan bunyi tamparan yang berulang-ulang.. menyebabkan pipi pantat Rissa jadi agak memerah terkena dampaknya.

“Ughh..!” Keluhnya.. mengisap penisku yang panjang ke dalam lorong vaginanya berkedut-kedut.
Lagi.. lagi.. dan lagi. Aku bisa merasakan orgasme lain mulai mendekat ke dalam dirinya.

Payudaranya yang berayun bolak-balik seirama dengan tusukan penisku segera kupegangi.
Dan Rissa mengeluarkan erangan panjang begitu aku menusuk lebih cepat dan lebih cepat.. membantunya meluncur ke tepian nikmatnya.

“Auwh..!!’ Dia tersentak.. suara dengusan keluar dari bibir tipisnya begitu orgasme menghinggapinya.
Rissa seperti hampir pingsan karena kenikmatan itu. Aku sendiri, merasa hampir meledak juga.

Setiap bagian tubuhku mulai kesemutan.. apalagi saat vagina Rissa berdenyut cepat di sekitar batangku sambil terus mengguyuri dengan cairannya yang panas dan lengket. Sungguh luar biasa..!

“Ohh..” Rissa mendesah.. mencoba untuk pulih. Sementara penis panjangku masih meluncur masuk dan keluar di dalam dirinya.
Memantul dari pangkal pahaku ke pantatnya yang bulat padat berdecak bunyinya.

Dia tersenyum.. tampak mencintai setiap detik yang berlalu bersamaku. Kutatap wajahnya yang cantik yang sehari-hari selalu tertutup jilbab lebar.
Seminggu tidak bertemu dengannya aku benar-benar merasa kehilangan. Perempuan ini terlalu panas.. sangat menggoda dan begitu menggairahkan.

Aku jadi punya pikiran licik. “Mbak..” aku menggumam.. “Boleh aku keluar di wajahmu..?” Tanyaku kasar. Aku sudah siap kalau seandainya ia menolak.

Namun nyatanya.. ”Terserah kamu, Dek Han..!” Dia tersenyum dan dengan napas masih terengah-engah segera menggeser tubuhnya.

Plopp..! Tautan alat kelamin kami pun terlepas. Batang panjangku keluar dari lorong vaginanya.. sedangkan Rissa bergegas berlutut di hadapanku.
Dia memegangi penisku, lalu mengocoknya sambil tersenyum ke arahku. Cantik sekali.

“Aughh.. Mbak..!!” Tak tahan.. aku pun mengerang.

Penisku menyentak di dalam genggaman tangannya dan arus tebal pejuh kental menyemprot keluar dari ujungnya yang tumpul.
Crutt.. crutt.. cratt.. cratt.. cratt..! Memercik dan membasahi wajah Rissa yang nampak telah siap.
Cairan putih lengket itu menempel di dahinya, di mata kanannya, juga di pipinya.

Rissa nyaris tak bisa berkedip. Hanya satu matanya yang terbuka. Kusingkirkan pejuhku yang menempel di hidungnya agar ia bisa bernapas.
Sementara yang menempel di mulutnya kubiarkan ia ludahkan.

Mesra.. Rissa terus membelai dan meremas penisku hingga tetesnya yang terakhir.
Sisanya-sisanya yang menempel di ujung kemaluan ia jilat kemudian ia ludahkan.
Dia masih jijik untuk menelannya. Aku tidak memaksa.. karena mau menjilat saja sudah lebih dari cukup menurutku.

“Enak, Dek Han..?” Rissa tersenyum kepadaku.. dengan pejuh masih mengotori seluruh wajahnya.
Aku mengangguk.. ”Nikmat banget, Mbak. Lain kali lagi ya..?” Dia tersenyum.

Saat itulah aku menyadari kalau hari sudah beranjak siang. Sebentar lagi Pak Amin pulang.
Aku harus bergegas pergi dari tempat ini. Lucu membayangkan ia lagi ceramah di masjid.. sementara istrinya yang cantik kupakai di rumah..!

Aku keluar dari kamar mandi dan bergegas mengenakan pakaian.. sedangkan Rissa menuju wastafel untuk mencuci air maniku yang menempel di wajah cantiknya.
Setelah menciumnya sejenak aku pun lekas balik ke rumah.

Baru membuka pintu pagar.. tau-tau aku diberi kabar gembira oleh Fenti.
“Berita gembira apa..?” Aku bertanya.
“Bunda positif, Yah..!” Teriaknya girang.

“Hah.. prestasi kerja Bunda di kantor memangnya selama ini negatif apa..?” Tanyaku ling-lung.
“Positif hamil, Yah..!” Jawabnya antusias.

“Ooh.. positif hamil. Syukurlah, bukan positif gila. Hehehe..” aku tersenyum dan memeluknya.
“Positif hamil, Ayah..! Becanda mulu ihh..”

“Astagfirullah..! Beneran Bunda positif hamil..!? Ooh.. alhamdulillah. Ini buat kebahagiaan kita..!” Kataku mendadak ikut jingkrak-jingkrak.
Ya.. ya. Bukankah selama ini kami memang menantikan datangnya seorang anak..?

Dan berita baik itu disusul oleh berita baik berikutnya.. yang datang kira-kira dua hari kemudian.
Sore hari.. aku terbangun oleh kedatangan Rissa.. tetangga cantik yang disia-siakan suaminya.

“Dek, Dek Han.. tolongin aku. Huwek..! Huwek..!!” Dia mual muntah-muntah.
“A-ada apa, Mbak..?” Tanyaku ragu sambil beranjak bangun dari tempat tidur. Fenti belum pulang dari kantor.

“Nggak tau ini..” rengeknya.. “Tapi, sepertinya.. aku lagi hamil..”
“Hah..?”

Saat muntah-muntahnya mereda Rissa segera menceritakan kalau sudah dua minggu telat.
Kalau dihitung-hitung dari pertamakali selingkuh.. sepertinya ini adalah anakku.

“Aku yakin sekali Dek Han..” dia berkata.
“Trus, gimana..?” Aku menggaruk-garuk rambutku yang tidak gatal.. jelas bingung.

“Ya nggak apa-apa..” dia tersenyum.
“Saya ‘kan punya suami. Lagian.. meski sudah nggak mesra.. saya masih melayani suami seperti biasa.
Jadi suamiku nggak akan curiga. Saya cuma pengen ngasih tau aja..”

“Oh syukurlah..” aku mendesah lega.
Kupeluk dia dan melihat Rissa yang tergolek cantik di ruang tamu.. imajinasiku jadi ke mana-mana.

Maka tanpa perlu diminta.. segera kusirami lahan gemburnya yang kini telah berisi calon bayiku.
Duakali aku ngecrot di wajah cantiknya yang tertutup jilbab.. baru setelah itu kami berpisah.
***

Makin besar kandungan Fenti.. makin erat kemesraan antara kami berdua. Walau begitu.. untuk urusan ranjang istriku makin sering minta dimaklumi.
Yah bagaimanapun.. melihat perutnya seleraku pun tidak lagi semenggebu saat istriku masih ramping.

Tapi untung ada Rissa. Meski sama-sama hamil tapi masih bisa dipakai.
Mungkin karena ini kehamilannya yang ketiga.. beda dengan istriku yang masih pengalaman pertama.. jadi Rissa tampak sedikit lebih kuat.

Malam itu kembali kami bertemu. Fenti sudah tidur.. sementara Pak Amin sudah seminggu ini tidak pulang. Aku nyengir.

Kami duduk berdua di ruang tamu rumahnya. Mata bertemu mata.
Dari mata lentiknya.. Rissa seolah mempertegas posisinya lagi bahwa dia senang dengan kedatanganku.
Dari sekedar saling curhat dan bercanda.. lama-lama mengarah ke hal yang lebih intim.

Dan saat aku sudah tak tahan lagi.. Rissa ho-oh ho-oh saja saat kuarahkan untuk berhasta karya di atas penisku.
Dia memang tidak bisa dimasuki.. tapi kalau sekedar mengocok dan meremas-remas masih mau.

“Oh, yeah..!” Begitu aku membatin sambil merem melek keenakan.
Kupegangi payudara bulatnya yang kini nampak semakin besar.. sampai sejenak kemudian aku menggelinjang hebat seperti ikan mujair dikeluarkan dari air.

Pasalnya.. biar lembut mengurut.. sebelumnya rupanya tangan Rissa barusan mencocol-cocol bumbu rujak yang ekstra pedas.
WAAAA..!!! Ya sudah.. dalam sekejap aku pun ngibrit ke rumah dengan super heboh.

“Ayah, ada apa..!?” Fenti istriku sampai bingung.
“Ayah dientup tawon..! Pas di bawah puser..!”
Begitu aku berbohong sambil masuk kamar mandi dan mengompres segala sesuatunya dengan air dingin. Gara-gara itu esoknya aku kapok dikocokin.

Saat bertandang lagi ke rumah Rissa kuminta dia untuk bermain karaoke tanpa speaker guna meredam segala hasratku.
Setelah spermaku tumpah ruah di mulutnya barulah aku melenguh puas.

Rissa sebetulnya amat jijik dan ingin muntah saat melayaniku.. namun dengan segenap kelembutannya dia terus bekerja keras.
Dan hasilnya tidak sia-sia.. aku benar-benar menjadi jinak dalam pelukannya.

“Sudah enakan sekarang..?” Tanya Rissa yang bibir merahnya merekah.
“Saya suka dengan bibirmu, Mbak. Cantik..” kataku.. dan menciuminya sebelum akhirnya pergi dengan terburu-buru.

“Makasih ya, Mbak. Hari ini saya tuntas..!” Aku tersenyum penuh kemenangan.
“Eh, sudah..! Sono pulang, nanti istrimu curiga..!” Rissa mengangkat dagu lancipnya.
Tanpa banyak bicara aku pun hengkang.

Di rumah aku berpikir; rumput tetangga memang nampak lebih hijau. Tapi yang di rumah juga nggak kalah seru.

Kutatap tubuh istriku yang sedang tertidur pulas. Dia terlihat mungil.. putih.. dan lincah.. seperti rusa.
Sementara Rissa itu kokoh.. bongsor.. seperti kuda balap. Memacu keduanya benar-benar memberi rasa sensasional.
Ada kenikmatan dan gairah tersendiri yang membuatku tak sanggup untuk melepas keduanya. Entah sampai kapan.

Dan pengakuan Fenti malam itu adalah titik balik.. di mana kehidupanku menjadi lebih menarik.
Sehabis sholat Isya, kami berpandangan lama sekali.

Fenti mengusap sudut matanya, lalu berbisik ragu-ragu.. ”Yah, supaya nggak jadi ganjelan di hati saya. Ada satu hal yang ingin Bunda sampaikan sama Ayah. Tolong dengerin dulu. Setelah ini terserahlah nanti apa reaksi Ayah. Bunda pasrahkan semuanya pada Allah..”

Aku tersenyum enteng.. “Memang ada apa, Bun..?”

“Ayah, Bunda sayang sama Ayah..” katanya lirih.
“Oh, makasih. Ayah juga sayang sama Bunda..” Kukecup ubun-ubunnya.

"Tapi, Yah.. sebelum Bunda hamil.. Mmm.. Bunda.. mm.. itu.. anu..” dia tergagap.
“Apa..?”

“Sebenernya.. waktu itu Bunda sempat masih ada perasaan mendalam sama mantan, si Iyon dan si Jujun ..” Fenti tercekat.
“Hah..!?” Aku pun ikut tercekat.

“Waktu reuni itu.. Bunda sempat mojok dengan mantan itu. Terus, yah.. rada-rada kelewat batas gitu deh..”
Dia menunduk.. tidak berani memandang wajahku.

“Waduh..!? Kelewat batas gimana, sempat korslet..?” Aku terhenyak.
“Enggak sejauh itu deh..” Dia menggeleng.

“Oooh.. cuma ada hati aja..?” Kuembuskan napas lega.
“Enggak juga sih, sampai touching juga..” Dia kembali menunduk.

“Ck.. ck.. udahlah. Kalo cuma touching ringan nggak usah diomongin lagi. Yang penting ke depannya enggak..” aku menyudahi.. karena bersama Rissa aku telah melakukan yang lebih parah.

Fenti terdiam sejenak, lalu dia nyeletuk lagi. “Yang Bunda maksud itu, nggak cuma touching ringan. Tapi.. ya.. sampai mimik cucu gitu deh..”
“HAH..!?” Aku terperangah.

“Pelakunya Iyon atau Jujun..!?”
“Dua-duanya..”

“Hah..!?” Gubrak..!! Aku pun tak bisa berkata apa-apa lagi.

Dan setelah Fenti menyampaikan pengakuannya kami lebih banyak diam. Pengakuannya itu benar-benar terasa pahit dan menusuk sekali bagiku.
Meski tidak baik-baik amat.. tapi dikhianati istri di luaran ternyata bikin puyeng juga. Apalagi ini sama dua mantan sekaligus. Siapa yang nggak nyesek..?

Fenti yang menangkap perubahan nuansa wajahku.. segera berbisik.. “Yah.. Bunda beneran nyesel sempat mengkhianati Ayah..”

“Hehehe.. sudahlah.. Bun. Ayah mau kok menerima Bunda apa adanya.. karena ya.. Ayah ini juga ada jelek-jeleknya juga sepanjang hidup. Banyak. Contohnya ..”

“Ssst.. jangan diceritain, Yah..! Bunda udah tau kok. Sama mbak Rissa ‘kan..?” Kata istriku.

“Hah..!?” Kembali aku tak bisa bernapas.

“Sudahlah..” Fenti merangkulku mesra.
“Sejak pertama, Bunda sudah ikhlas kok. Yang penting Ayah hati-hati aja.. dan jangan lupakan Bunda..”

Aku yang terperangah.. perlahan ikut tersenyum saat kulihat dia tersenyum. Apakah ini benar-benar terjadi..?

Tapi sebelum aku sempat menjawab, Fenti berkata lagi. “Tapi.. Bunda nggak mau ah kalau diajak main bertiga. Bunda malu..!”
Dan dengan itu.. dia melepas bajunya. Selang sebentar dia sudah merintih-rintih sambil menyusuiku.

“Ayah mencintaimu, Bun. Bagiku Bunda tetap yang utama..” jawabku dengan mulut penuh oleh putingnya.

Tampaknya hari ini bisa lebih baik dari hari kemarin. Dan hari esok bisa lebih baik dari hari ini.
Dan pada akhirnya nanti.. tercapai semua yang terbaik.

Setelah membubung ke langit ke tujuh yang penuh pelangi dan bintang-bintang.. kami pun pulas dengan sesekali terkekeh oleh mimpi indah yang entah apa isinya.

Batin kami tentram damai bersama.. meski tau kalau jalan masih sangat panjang.. END
-----------------------------------
 
Pesona tetangga ini yg cerita di sebelah bukan suhu ?

:beer: Yup.. bener banget, brada..
Nubi beraniin nge-share di mari karena pertama; -menurut Nubi..- ceritanya emang bagus.
Kedua.. Nubi udah nggak bisa masuk lagi ke 'sono'.
Entah karena ke-block atau memang udah 'almarhum'
Atau memang Nubinya yg nggak 'ngerti' cara masuk ke blog itu..

Intinya.. Tanpa Mengurangi Rasa Hormat kepada 'Maestro' Penulis Aslinya.. Nubi coba sharing di mari.
 
Bos,usul aja ya...
Sekalian ngedit,tolong dikasih mulustrasi ya...
 
Bos,usul aja ya...
Sekalian ngedit,tolong dikasih mulustrasi ya...

:panlok4: Wiiihhh.. usulan yang bagus brada..
Jujur.. Nubi sebenernya udah 'nggak inget' lagi gimana cara 'nyelipin' mulustrasi.
Bahkan bikin INDEX pun Nubi udah nggak inget..
Secara Nubi sempat lama nggak nongol n maen di Forum.
Tapi usulan itu tetep Nubi akan coba..
Mudah2an di cerita-cerita selanjutnya Nubi cobain.

Trims atas usulannya, brada.
KEEP SEMPROT..! :semangat:
 
Cerita 29 - Adik Iparku Tetanggaku

Maya

Dul adalah seorang lelaki berumur 34 tahun.. dengan posisi di pekerjaan yang menjamin dia dan keluarganya berkehidupan sangat layak.
Dul mempunyai seorang istri yang lebih dari cukup untuk memenuhi standar ibu yang baik untuk anak-anaknya dan bagai pelacur yang memuaskannya di tempat tidur.

Semua ia miliki di usianya sekarang.. namun tak seorangpun yang menyadari bahwa Dul selalu terobsesi dengan Maya.. adik iparnya sendiri yang tinggal di depan rumahnya bersama suami dan anaknya.
Maya adalah wanita berkulit putih bersih berusia setahun lebih muda dari istrinya.

Perasaan itu tidak pernah ada sewaktu Dul pacaran dengan istrinya.. tapi akhir-akhir ini bayangan adik iparnya itu terus menari-nari dalam benaknya.

Beberapakali sewaktu berhubungan seks dengan istrinya.. ia selalu membayangkan sedang menggauli adik iparnya itu..
Hal itu sedikit menghibur dirinya.. bagaimanapun kakak tidak jauh-jauh berbeda dengan adik.. begitu pikirnya.

Hari Sabtu pagi Dul berencana bangun sesiang-siangnya.. pekerjaan seminggu lalu sungguh menyita pikirannya.. bangun siang dan bermalasan satu hari penuh.. tiba-tiba istrinya membangunkannya dan mengingat-kan bila mereka harus menghadiri pernikahan kerabat di kota lain yang jaraknya 150an kilo dari pagar rumahnya.. hal itu benar-benar menjengkelkannya.

“Ayo dong pah.. kan kita sudah janji nih..” rengek istrinya.

“Aduh pusing banget nih.. takut nggak bisa nyetir jauh..” kata Dul sambil mengernyit-kan wajahnya

“Aaah alesan .. selalu gitu deh..” kata istrinya bersungut-sungut.. tepat ketika Dul hendak membuka mulutnya untuk membela diri.. telpon rumahnya berdering keras sekali.

“Sudah.. pokoknya aku gak mau tau.. selesai aku angkat telepon.. papa harus siap ke kamar mandi..” sembur istrinya dengan suara melengking.

“Aaaarrggh..” erang Dul.. Tuhan tidak adil.. aku hanya meminta satu hari khusus untuk diriku.. satu hari tidur sepanjang siang..
Tuhan maha adil..? Beuh..!
Gumamnya dalam hati..

“Pah.. pah..!” Panggil istrinya dari ruang tamu..

”Iya..iya.. ini udah sedang mandi..!!” Teriaknya dari kamar mandi sambil mengguyur tubuhnya dengan air serasa sedingin es..

Matanya terbelalak ketika mendengar istrinya berkata.. “Pah.. gak usah mandi.. lanjutin deh tidurnya.. aku dan anak-anak akan ikut ibuku. Beliau sudah charter bus..”

Tuhan hari ini membuktikan ketidakadilannya duakali.. dirinya sudah terguyur air sedingin es dan diminta kembali ke ranjangnya..

”Peduli setan..!“ Desisnya.. dengan cepat disambarnya handuk dan secepat angin ia memakai baju tidurnya lalu masuk ke dalam selimut hangatnya kembali.

Entah berapa lama ia tertidur.. sampai akhirnya ia terbangun ketika bunyi bel rumahnya berdentang-dentang.
Dengan sumpah serapah ia melangkah ke pintu dan membuka.. ternyata Anto.. suami adik iparnya berdiri sambil menggendong anak semata wayangnya..
Mau apa anak beranak monster ini kemari..? Pikirnya sambil mencoba tersenyum..

“Hey Bang.. sorry. Gini .. aku mau nitip kunci.. aku dan Rio ke rumah neneknya. Karena Maya belum pulang dari lari-lari paginya.. jadi biar nanti dia menyusul dengan taxi saja.. Ini kunci rumah.. titip ya.. makasih baaaanng..” kata Anto sambil menyerahkan kunci dan berlalu tanpa menunggu jawaban Dul yang sedang terlongo.

“Tuhan.. tigakali hari ini Kau menghancurkan Sabtu pagiku yang bernilai..” desisnya seolah tak percaya..

Dul benar-benar tidak bisa tidur sejak itu. Dengan gontai dinyalakan TVnya.. hanya ada layar biru berpendar-pendar dan tulisan: hubungi Costumer Service TV Kabel anda untuk menyelesaikan pembayaran bulan ini.

“Mengapaaaaa..!!??” Lengkingnya menyedihkan..

Dengan gontai dibukanya pintu rumahnya.. tujuannya hanya satu; bermalas-malasan di rumah adik iparnya.. sekaligus membalas dendam dengan menghabiskan persediaan bir Anto di kulkas.
Aah.. ide yang sangat bagus.. pikirnya.

Tak lama kemudian Dul telah berada di ruang tengah rumah adik iparnya itu.. dipandangi sekitar selama beberapa detik sebelum menyerbu ke pintu kulkas untuk meneguk bir dingin di sana.

Hmm.. tidak terlalu jelek.. pikirnya sambil merebahkan pantatnya ke sofa empuk di depan TV.
Matanya memutari keadaan di rumah itu sebelum berhenti di foto Maya bersama suami dan anaknya yang tergantung di dinding.

Pengaruh sedikit alkohol membuatnya sedikit terangsang ketika ia memandangi foto Maya..
Hmm.. dengan kulit yang putih bersih.. badan yang padat dan payudara yang membusung dan bibirnya yang ..
Ah.. aku terangsang sekali.. seharusnya aku bisa menikmati tubuh itu juga..
batinnya.

Ditepisnya bayangan itu.. lalu ia beranjak dari ruang tengah ia memasuki ruang tidur.. direbahkan tubuhnya ke ranjang empuk di sana.
“Hhmmm.. di sini Maya tidur dan bercinta..” bisiknya seperti pada dirinya sendiri.

Dielusnya sprei halus sambil membayangkan Maya tanpa pakaian sehelaipun di tubuhnya.. terayun-ayun disetubuhi oleh suaminya..
Dul semakin ereksi..

Dibongkarnya lemari pakaian.. dan ia mendapati beberapa celana dalam halus milik Maya.. sepertinya salahsatunya tidak tercuci.
Huff.. dihirupnya kain di tangannya.. Aroma tubuh Maya menyeruak memasuki hidung dan menetap di kepalanya..
“Sungguh bau dari genital wanita..” gumamnya parau.

Dijilatnya celana dalam itu tepat di tengah yang diperkirakan Dul adalah tempat kain itu bersentuhan langsung dengan Vagina Maya..
Penisnya semakin keras.. ia kemudian membuka celana pendeknya dan mengeluskan celana dalam itu ke kepala penisnya.. sungguh fantasi yang sangat menyenangkan Dul.. semua cairan bening dioleskannya ke celana dalam itu..

“Aah.. aku bisa gila kalau begini..” bayangan dirinya sedang bermasturbasi dengan celana dalam itu sangat menggelikan..
Ia lalu memutuskan untuk membatalkan niatnya menumpahkan spermanya di sana.

Dul lantas kembali ke ruang tengah.. tepat ketika pagar depan terbuka.. “Maya datang..!!” Serunya mendesis.

Penisnya mengecil kembali ke ukuran biasa sewaktu ia menyapa Maya.
“Hai May.. sorry aku masuk ke dalam. Di rumah tadi Anto nitip kunci.. dan aku mau numpang nonton TV di sini..” ujarnya berusaha santai.

“Ow Bang.. gak papa.. sekalian temenin bentar ya.. aku mo beres-beres bentar.. lalu mandi dulu dan nyusul Anto ke rumah ibunya..” kata Maya riang.

Dul menatap mata Maya yang indah.. mata yang ia kagumi semenjak ia berkenalan dengan kakaknya Maya..
Wajah yang merona terkena matahari dan keringat pada kaos putih sporty itu.. membuat kaos melekat di tubuhnya dengan sempurna..
Dengan tinggi 164/49 dan ukuran buah dada 34D.. maya lebih menyerupai dewi seks untuk Dul saat itu.

Ketika Maya melewati Dul.. Dul menarik nafas.. mencoba menghirup aroma badan Maya yang sedang berkeringat segar..
Aduh baunya alami sekali.. ya Tuhan..! Serunya dalam hati.

Dul lalu mengikuti Maya ke belakang rumah.. sambil menyambar beberapa kaleng bir.
Hmm.. hari ini.. bagaimana caranya aku harus berhasil menyentuh tubuhnya.. bantu aku setaan..! Pikir Dul Mupeng.

Sambil mengawasi Maya yang sedang melakukan beberapa kegiatan beres-beres.. Dul mencari-cari cara terbaik.

Maya tampaknya kesulitan ketika akan menjangkau peralatan di atas lemari.. Dul tersenyum licik.. Gotcha..!

Maya melirik memelas kepadanya.. “Bang.. Ambilin kursi dong..”

“May.. gak usah pakai kursi.. sini deh..!” Dul lantas melingkarkan tangannya di pantat Maya dan mengangkat tubuh Maya ke atas..
Dengan posisi seperti itu.. wajah Dul berhadapan langsung dengan perut Maya.. sementara tangannya menopang pantatnya.

“EEEeeh.. kok digendong sih..!?” Seru Maya panik.

“Udah cepetan ambil.. berat nih..” kata Dul jujur.

Ketika tangan Maya mencoba meraih barang-barang di atas.. di bawah Dul sedang mensyukuri apa yang terjadi pagi ini..
Wajahnya menempel ketat di perut Maya.. dahinya bersentuhan dengan bagian bawah payudara adik iparnya itu.. lalu dengan pelan digeserkan mulutnya ke samping kiri dan kanan.

“Aww..!? Jangan gerak-gerak kepalanya Bang.. geli tau..!?” Teriak maya.

“Udah.. cepetaaan..!” Kata Dul.. sambil membathin.. Jangan cepat-cepat.. pleaseee.. ini hanya awal..

Posisi sekarang ini membuat penis Dul mengeras kembali.. dengan payudara di kepala dan perut di wajah.. ia merasa sedang menyetubuhi adik iparnya,

Tepat waktu Maya mengangkat kedua belah tangannya.. kaos putih yang dikenakannya itu ikut tertarik.. hingga kulit putih bersih itu bersentuhan dengan bibir Dul..
Ooh Tuhan.. kutarik keluhanku hari ini.. desis Dul dalam hati..

Dijilatnya sedikit perut itu.. seakan itu tidak sengaja. Dul merasa penisnya sudah sangat mengeras..
Ia terhanyut oleh khayalannya sendiri.. otaknya tak sanggup menalar norma.. nafasnya kian memburu.

Lalu dilepaskan pegangan tangannya.. dan seketika tubuh Maya meluncur ke bawah.
“Aaw, gimana sih bang..? Kok dilepas..!?” Seru Maya kaget.. wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajah Dul.

“May dengar.. aku mau bicara.. beri aku 5 menit untuk bicara jujur.. bila kamu nggak suka.. kamu hanya perlu bilang dan aku pulang.. oke..?” Kata Dul dengan terbata-bata.

Maya mengangguk bingung.. dan Dul langsung menyambung.. “Aku sangat suka ke kamu sejak kamu remaja.. sejak aku kenal kamu.. aku suka kamu sekarang dan kapanpun.. aku mencintaimu.. aku ingin hatimu.. terserah kamu mau bilang apa..
Yang jelas aku bisa mengatakan ini langsung ke kamu sudah cukup bagiku.. aku nggak mau kamu berubah sikap ke aku setelah ini.. tapi aku hanya ingin kalau kamu tau, kalau aku cinta kamu..!”
Dul mengatakan dengan sungguh-sungguh.. bahkan ia heran dengan dirinya bisa mengatakan hal jujur ini ke adik iparnya.

"Boleh aku lanjut.. kan May..?” Kata Dul bergetar sambil menyentuh wajah adik iparnya.
Maya memundurkan wajahnya sedikit, mencoba mencerna omongan Dul tadi.. tak pernah terpikirkan hal seperti ini akan terjadi.

“Boleh aku lanjut-kan May..?” Ulang Dul.. kemudian Maya mengangguk pelan..

“Dari semua yang ingin kulakukan, tidak ada yang bisa melebihi ini..!”

Dul kemudian memeluk Maya pelan.. Maya berundur ke belakang sedikit.. namun tertahan tembok.

Lalu Dul mengendurkan pelukannya.. dan ia mengecup pipi adik iparnya itu..
Maya menutup matanya ketika Dul melakukan itu.. sedikit kecemasan mulai menyelimutinya.

Dul kemudian menarik bibirnya dari pipi adik iparnya.. dan memandang Mata Maya.
Ini saatnya Dul.. Ayo..!! Bisikan entah dari mana berdesir di kupingnya.

Kemudian Dul menyentuhkan bibirnya ke bibir sensual adik iparnya itu..
Ya Tuhan.. aku melakukannya.. kata Dul dalam hati.
Tidak ada reaksi dari Maya.. lalu Dul mulai mengisap bibir bawah adik iparnya pelan.

Maya merasa sangat bingung dan penasaran.. apa yang terjadi dengan kakak iparnya ini.
“Hhmmp sudah Bang..” kata Maya pelan.. tetapi justru ketika ia membuka bibirnya..

Slruupp.. Lidah Dul menerobos masuk.. menari-nari di permukaan lidahnya.. mengusik ujung lidahnya.. selang 2 detik iapun membalas lidah itu..

Begitu Lidah maya keluar dari mulutnya.. Dul seketika mengisap lidah Maya pelan dan teratur..
Maya mulai merasa dirinya lemas.. semua yang ada di otaknya mulai tertutup sesuatu.

Dul menyandarkan Maya di tembok.. lalu dengan pelan ia terus menjilati dan menyedot lidah Maya.
OOH Maya, kau milikkuu..! Pikir Dul liar.

Tangan Dul mulai meraba perut Maya.. disibakkannya kaos putih agak basah itu ke atas.. diraba pelan gundukan payudara kencang itu..

Kemudian Dul menekan pelan bahu Maya sampai adik iparnya itu terduduk di lantai.. dengan terus menciumi bibir Maya.. Dul membaringkan Maya di lantai belakang rumah itu.. kemudian ia melepas kaos Maya ke atas.

Maya menggigil sewaktu Dul melakukan hal itu.. ia berbisik pelan sewaktu Dul menciumi leher putihnya.. “Jangan bang Dul, sudah..!”
Lidah dul menjelajahi leher Maya.. kemudian giliran telinga Maya.. lubang bagian dalampun tak luput dari jilatannya.

Adik iparku sayang.. kutunjukkan betapa aku mencintaimu.. betapa aku menginginkanmu.. bathin Dul..

Lidah Dul merayapi leher.. kemudian ketiak Maya..
Seketika adik iparnya itu menggelinjang geli.. “Ouugh..” desis Maya.. nafasnya mulai memburu..

“Ooh Maya.. aku ingin menghirup semua bau tubuhmu..” bisiknya ke telinga Maya.

Maya mengangguk pelan.. Seketika itu Dul melepas Bra Maya..
Sewaktu Dul melakukan itu.. hatinya berdebar.. berpacu dengan keringatnya yang menetes deras..

Dibelainya Paha Maya sambil mengusap pelan dari luar Vagina Maya..
Dihentikannya sejenak kegiatan itu.

Ya Tuhan.. Maya cantik sekali dan sekarang kamu milikku..! Bathin Dul senang..

Maya tanpa bra jauh lebih menggairahkan kelelakian Dul.. payudaranya yang indah itu menyembul begitu Bra terlepaskan.
Slruuppp.. slruuppp..! Dul langsung menjilati puting payudara itu bergantian kiri dan kanan.

Tangan Maya meraba punggung Dul pelan.. lalu Dul memegang tangan itu.. perlahan mengarahkan ke penisnya.
Dul begitu leluasa.. sejenak pikirannya melintas.. Kunodai kamu Maya.. kunodai setiap senti tubuhmu, lihat saja..!

Kemudian Dul mulai menjilati perut Maya.. sembari tangannya mengelus payudara Maya bergantian..
Ia lalu berdiri dan menanggalkan kaosnya sendiri.
Maya yang terbuai dengan jilatan Dul mulai meremas penis Dul dari luar celana Dul..

Tak sabar Dul melolosi celana pendek Maya.. celana dalam hitam itu sangat sempurna di kulit perut dan pahanya yang putih.
Dengan rakus Dul menggigit dan menjilati vagina Maya dari luar.. kemudian ia segera membuka sedikit celana dalam Maya itu..

Srothh.. lidahnya segera menyeruak masuk ke dalam vagina Maya.
Ooooh.. inilah aroma yang kuimpi-impikan.. ini aroma yang membuat aku selalu membayangkan..
Inilah rasa vagina Maya.. inilah rasa tubuh Maya..!
Teriak Dul bahagia dalam hati.

Tak pelak.. mendapat serbuan begitu.. pinggul Maya terangkat-angkat seirama lidah dan bibir Dul menjilat dan mengisap klitorisnya.
Mata Maya menatap kepala Dul yang sedang bergerak-gerak liar di selangkangannya dengan sayu.

Ya Tuhan, apa yang aku lakukan..? Aku tidak mau..! Tuhaan.. aku tidak mauu..! Jerit Maya dalam hati.
Namun suara yang keluar adalah.. “Ooouuuh.. aaaa.. uuuuh.. isshhi isssh issh..!”
Desis itu membuat Dul semakin bersemangat..

Lalu setelah puas menjilati seluruh paha betis dan kaki Maya.. bibir dan lidahnya meninggalkan sedotan dan jilatannya.
Dul pun lantas menanggalkan celananya dan menatap tubuh adik ipar di bawah kakinya.

Kamu harus membayar utangmu yang membuat aku menunggu selama ini May.. kamu harus kunodai seluruh tubuhmu..!
Bathin Dul lagi sambil mengarahkan penisnya ke mulut Maya.

Maya menggeleng sewaktu Dul menyentuhkan penisnya yang telah basah ujungnya ke bibirnya.. namun Dul menekan kepalanya ke arah dalam..
Dengan menutup mata Maya mulai mengulum penis Dul yang mengeras itu.

Dul benar-benar terangsang melihat bibir Maya mengulum penisnya.. hatinya bagaikan dipenuhi oleh cinta.
Mata Maya yang indah itu menutup.. menambah sensasinya sewaktu mengulum penisnya.

Ya.. isap terus May.. isap Maya..! Isaplah kontolku yang kotor ini dengan bibirmu yang indah itu.
Kukotori seluruh ruang mulutmu.. seluruh lidah dan gigimu akan kusentuh dan kunodai dengan kontolku..!

Pekik Dul dalam hati.. ketika maya mulai mengisap penisnya.

Dul merasa cairan bening di dalam saluran kencingnya sudah masuk ke mulut Maya..
Lidah Maya yang bermain di kepala penisnya membuat penis Dul sangat mengeras.. ia bahkan sedetikpun tak pernah membayangkan Maya sejauh ini..

Clops..! Begitu lidah dan bibir Maya menjilati buah zakar Dul.. barulah Dul tersadar.. hatinya sangat puas..
Bibirmu sudah ternoda sayang.. bathin Dul..

Sudah cukup.. sekarang aku mau menodai tubuhmu..!
Desis Dul dalam hati sambil melepaskan penisnya dari mulut Maya.. Lalu direntangkan paha Maya..

Maya merasa inilah saatnya harus stop.. berhenti..!
Matanya terpejam.. mencoba berpikir.. akal sehatnya harus kembali.. dia tidak boleh meneruskan hal ini.. dia tidak menghendakinya..

Sementara Dul bergerak makin pasti. Dia lantas bangun dan mengatur posisinya.
Dul sedikit bergeser ke depan sambil mengarahkan penisnya yang ngaceng kaku itu ke lubang kemaluan Maya.

Dia tuntun ujung penisnya yang berkilatan itu untuk menyentuh vagina Maya yang menurutnya seakan tengah haus menunggu sodokan batang penisnya.

Bibir vagina itu nampak menegang dan memancarkan sedikit kilatan yang disebabkan dorongan darahnya yang menekan ke arah permukaannya kian melembab.

Sementara Maya berpikir bagaimana bila ia berguling ke samping dan .. Plebb..!
Tak pelak.. saat kepala penis itu menyentuh bibir vaginanya Maya terlonjak kaget dan merinding seketika.

Slebbh..! “Ouuh.. ouuuhh Ba-aanghh..!” Penis Dul ternyata lebih cepat daripada otak Maya.
Ujung penis Dul telah berhasil menerobos bibir vaginanya.. dan sebentar lagi tentu akan segera memasuki dirinya.

“J-ja-ngaan bang..!” Bisik Maya tak berdaya ketika kepala penis Dul yang keras dan kejal telah berhasil menyelusup masuk dan terjepit di belahan liang nikmatnya.. merangsek lipatan bibir vaginanya.

Dia tersadar situasi telah berubah seperdemikian ratus derajat. Dia tahu kepala penis Dul telah mulai menusuki liang vaginanya.
Dia tahu itu.. namun ia tak pernah ‘bersiap’ Dul akan menonjok-nonjokkan kemaluannya pada bibir vaginanya untuk bisa mulus menembusinya.

Namun itulah yang terjadi. Kepala penis Dul terasa mulai menekan belahan bibir vaginanya.
Bibir vagina atau gerbang vaginanya yang sudah demikian menanti.. seakan kini menjual mahal.

Akan tetapi sepertinya bibir itu tidak demikian saja mengizinkan penis Dul melorok masuk menjarah.
Bibir itu seakan merapat-kan barisan untuk menahan serbuan batang penis yang kejal mengeras.

Bibir itu merapat dan membuat liang vagina justru seperti menyempit.
Itulah kenikmatan luar biasa yang mengawali penetrasi penis seorang Dul ke vagina adik iparnya.. istri tetangganya yang telah lama dijatuhcintainya.

Tiba-tiba Maya tersadar.. bahwa sebentar lagi kenikmatan yang tak pernah terpikir atau diduganya.. namun nikmat tak terkirakan akan melandanya.

Di atas tubuhnya Dul pantang menyerah. Slepp.. clepp.. slepp.. clebb.. slebb..
Berkali-kali tonjokan penisnya di bidang cembung vagina Maya dia lakukan.

Berkali-kali serbuan penis tegang ngacengnya dilancarkan.. hingga akhirnya bibir vagina mulai kian terkuak.
Slebb..! Lubang vagina Maya mulai memberi kesempatan dan melepas sedikit demi sedikit cengkeramannya.

Gerbang vagina Maya memberikan ruang hingga kepala penis Dul melesak masuk sampai sebatas lehernya.
Bagi Dul hal ini sudah sangat cukup. Upaya berikutnya tak terlampau sulit.

Perlahan dikocok-kocokkannya kepala penisnya pada ruang sempit itu sampai cairan birahi Maya tak lagi terbendung.
Clepp.. slebb.. clepp.. slebb.. clebb.. slepp.. Kocokan-kocokan itu menghasilkan dinding pertahanan vagina jadi sangat licin.

Dan kondisi licin macam itulah yang membuat vagina Maya benar-benar tak mampu menahan desakan penis Dul.
Di bawah tindihan tubuh Dul.. Maya seperti kehilangan kesadaran dan akal sehatnya.

Tangan-tangannya yang setadian seperti lemas tak bertulang.. tanpa disadarinya mulai ‘membetoti’ susunya merangsangnya dan menarik-narik serta memilin puting-putingnya sendiri..

Bahkan kini disertai kepalanya yang terus bergoyang ke kanan dan ke kiri.. hingga rambutnya awut-awutan terlempar sana-sini.
Sodokan-sodokan penis Dul telah membuat Maya sama sekali kehilangan kontrol diri.

Dia tak mampu lagi membendung banjirnya cairan pelumas pada bibir vaginanya.
Dia kini merasakan betapa senti demi senti batang kemaluan Dul menembus gerbang vaginanya.

“Ngghhh.. banghh..!” Erang Maya seketika ruap.. saat liang nikmat vaginanya menggerus liat dan ganas benda pejal-keras-tumpul bersarang mantab di selorong vaginanya.

Maya kini merasakan betapa dinding-dinding vaginanya mulai mencengkeram dan menghambat setiap senti batang penis Dul untuk bergerak maju menembus lubangnya.

Dirasakannya betapa cengkeraman dinding vaginanya itu membuahkan nikmat syahwat yang tak terhingga.
Saraf-saraf peka yang menebar di seluruh permukaan dinding itu melakukan interaktif dan menjemput nikmat dengan remasan-remasannya.

Dul yang merasakan cengkeraman vagina Maya.. terkadang justru melambat-kan atau menghentikan sama sekali dorongan penisnya untuk menembus ke lebih dalam.
Dia ingin menikmati betapa cengkeraman itu menjadi empotan yang meremas.. mengemut batang penisnya.

Saat saraf-saraf itu berusaha menahan.. terjadilah pegangan erat pada batangnya.
Tetapi itu hanya sesaat. Berikutnya.. pegangan itu pasti kendor dan melemah sebelum kembali memegang erat.
Siklus itulah yang membuat rasa remasan empot-empot pada batang penis Dul.

Dul merasa kehangatan menyelimuti tubuhnya ketika ia memasukkan semua batang penisnya ke dalam vagina Maya.. seperti ada selimut kasat mata di punggungnya..

Hatinya merasa sangat bahagia melihat Maya.. adik iparnya yang selama ini diimpikannya.. menyatu dengan tubuhnya.. betapa bahagia melihat penisnya keluar-masuk di liang vagina Maya.

“Mayaa, tidak suka..? Panggil aku Dul saja, jangan abang.. bila kamu ingin semua cepat berakhir..” kata Dul parau.

Maya membuka matanya dan melihat lelaki yang dia hormati selama ini sedang terengah-engah di atas tubuhnya.

“I-iya Dul.. berhenti Duul..!” Kata maya lirih sambil menutup mata.

Dul semakin terangsang ketika Maya memanggil namanya.. ia merasa seperti kekasih pada Maya.
Dipercepatnya gerakan pinggulnya mengaduk liang senggama Maya .. Clebb.. crebb.. clebb.. clebb.. clebb.. clebb.. clebb.. clebb..

“Aahhs iihhs iisss issss issss..!” Erang Maya.. Ia membuka kembali matanya dan mendapati dirinya sedang terayun-ayun.
Ada sedikit gelombang kecil di perutnya.. awal dari orgasme..!

“Ahh ahhh aaahh..!” Desisnya seirama dengan hentakan penis Dul di dalam liang vaginanya.

Tetapi semua itu hanyalah sebuah 'awal' atau 'pembukaan'. Penis Dul akan terus bergerak maju.
Dan vagina Maya akan terus mengisap masuk bak rahang ular piton yang menelan mangsanya.. dan tak mungkin melepaskannya.

Pantat Maya kini malah menggoyang untuk menjemput dan melahap 'mangsa'-nya itu.
Pantat Maya juga menggoyang untuk mengurangi derita nikmat yang melandanya.

Pantat itu menggoyang seirama dengan gerak laju penis Dul yang terus bergerak merangsek dan menembus vaginanya.
Dan apabila 'pembukaan' itu telah lewat, maka yang dirasakan Maya kini adalah sebuah benda panas dan sangat kenyal memenuhi celah dinding vaginanya.

Tak ada celah kosong sejak gerbang.. lorong hingga mentok ke dinding rahimnya.
Batang itu dengan sesak pedat menembusi.. mengisi mantap dan sesak lorong penuh nikmat milik Maya.

Sesak itu terjadi karena ada dua arah penyebabnya; yaitu batang kemaluan Dul yang sangat gede dan dinding vagina Maya yang mencengkeram.. menyempit dan menjepit.
Tetapi anehnya kini tak ada satupun yang merasa dirugikan.
Maya dan terlebih Dul.. justru menemukan nikmat dari apa yang kini sedang berlangsung itu.

Kini kembali Dul membuat kemaluannya diam tanpa gerak dalam kepadatan ruang vagina Maya.
Ujung penisnya merasakan dinding batas. Itulah dinding rahim Maya.. terasa lembut hangat dan berdenyut-denyut di dalam sana.
Kemudian vagina Maya itu dengan cepat mengempot-empot bagai mulut bayi mengempeng.. berdenyut meremasi batang penisnya.

Maya kembali lagi tanpa ia sadar mengoyang-goyang pantatnya.. seolah berusaha memadat-kan sumpalan batang kejal di seluruh lorong liang vaginanya.
Dia dilanda rasa gatal yang sangat. Dia ingin penis Dul mulai menarik dan mendorong.

Dia ingin merasakan pompaannya kemaluan gede dan panjang milik Dul itu merojok dinding-dinding terdalam vaginanya.
Dia ingin merasakan gosokan atau gesekan batang penis dengan dinding-dinding lubang vaginanya.

Dan terjadilah. Sleppp.. Dul mulai pelan menarik. Hanya setengahnya.
Kemudian.. Jlebb..! Kembali Dul mendorong penisnya hingga mentok ke dinding rahim Maya.

Selanjutnya diulanginya rute batang penis di lorong vagina itu berkali-kali. Setiapkali pula Dul menambah kecepatan.
Dan pada setiap tusukan maupun tarikan desah dan rintih Maya menyertai dengan penuh iba derita nikmat.

Ketika penis Dul mulai memompa dengan ritmis dan tempo yang semakin sering.. kedua orang berstatus ipar itu saling memperdengarkan desahan dan nafas-nafasnya yang memburu.

Dan saat pompaan semakin sering dan cepat yang menjadikan bola mata Maya terpejam-membeliak, serta tubuh dipenuhi peluh syahwat.
Mulut Maya dan Dul memperdengarkan suara konser desah dan rintih penuh irama birahi.
Jangan tanya lagi tentang racauan. Semua kata-kata vulgar tumpah berserakan mengalir dari kedua mulut yang asyik masyuk itu.

Pada ghalibnya semua yang ada 'pembukaan' memang harus diikuti dengan 'akhiran'.
Dan siapa atau apapun saat menyongsong titik 'akhiran' itu selalu berusaha menumpahkan semua beban-beban agar pada 'pemberhentian' nanti bisa berlangsung lunak.. menyeluruh dan tuntas.

Saat Dul merasakan betapa air maninya tak mungkin bisa terbendung.. dan kini tengah merambati saraf-saraf di sekitar kemaluannya untuk muncrat.. dia menengadahkan wajahnya ke langit-langit.

Dia memusatkan seluruh dirinya untuk menyambut muncratnya spermanya.
Dia merasakan betapa nikmat dan legitnya vagina Maya yang kini sedang dalam pompaan penisnya.

Maya pun Sepertinya menghadapi kenyataan yang hampir serupa.
Hanya bedanya yang ditanggungnya adalah 'pernyataan cinta' tiba-tiba dari sang abang ipar mampu membangkitkan romansa dirinya yang nyaris tak pernah dia dapatkan lagi dari suaminya.

Ditambah kemudian limpahan birahi bagai air bah dari abang iparnya ini benar-benar tak mampu ia pertahankan..
Maka.. bagai bendungan jebol.. belai cumbu dari sang suami yang selama hari-hari terakhir ini tak dia dapatkan dan terlampiaskan.. menggiring dirinya untuk menapaki orgasme yang ternyata jarang dia dapatkan dari suaminya.

Dia merasakan sebuah sensasi erotik yang luar biasa saat penis Dul merasuki ruang sempit lubang vaginanya.
Dia merasakan betapa dinding-dinding lorongnya yang penuh saraf peka begitu mencengkeram untuk merasai betapa penis itu memberikan nikmat tak bertara pada dirinya.

Dia kini merasakan tonjokan yang semakin cepat dan mantap dari batang kemaluan Dul. Mengirimkan jutaan sinyal nikmat ke sekujur dirinya.
Dia merasakan bahwa Dul sedang mendekati muncratnya air maninya ke haribaan kemaluannya.

Dia merasakan betapa desahan Dul tak lagi mampu menahan muncratan itu.
Bak kuda betina yang sangat binal dan liar.. Maya berusaha menggantikan atau mempercepat pompaan Dul.

Lantai ruangan itu terdengar berdesit-desit tergilas gerakan tubuh Maya yang telah berpeluh menerima dorongan Dul di selangkangannya maupun karena goyangan yang dia buat sendiri.

Saat ini Maya ingin air mani Dul nyemprot di dalam vaginanya. Maya merindukan sperma yang panas melaburi dinding vaginanya.
Maya kini menginginkan Dul melampiaskan dendam birahinya dalam sekapan lubang vaginanya dan menyirami dinding rahimnya.

Dul sangat terpesona dengan wajah adik iparnya itu.. sangat seksi.. tak lama kemudian ia juga jadi lepas kendali.
“Mayaaa.. saayaangg.. enaknya vaginamuuu.. enaknya tubuhmu Maay.. oohh.. kontolku enak May..? Kontolku apa rasanya..?“
Cerocos Dul kian meracau.

“Apa May..? Kontolku apa Maaayyy..!?”

Maya merasa gelombang runtun itu menyebar dari vaginanya ke otot perutnya dan otot-otot kaki-kakinya.. melewati syaraf punggungnya.. lalu mulai menyerang kepalanya.. pandangannya mengabur.. nafasnya terasa pendek-pendek.

“Enaak Duuull.. enaakk.. kontolmu enaaakk..!” Erang Maya terdengar agak serak.. namun begitu merdu di telinga Dul.
Ahh.. Gelombang orgasme menerpa tubuhnya.. wajahnya terasa tertiup hawa panas..

Demi mendengar suara Maya berkata begitu.. Dul tidak dapat menahan lebih lama lagi.. dipercepatnya gerakan pinggulnya dengan kuat hingga terkesan kasar.
Clebb.. crebb.. clebb.. clebb.. clobb.. clobb.. clebb.. clebb.. clobb.. clobb.. Jlebhh..

“Oouuh Maya.. vaginamuuuuu milikkuuuu..!”
Crott.. crett.. crett.. crott.. crott..! Beberapakali Dul menyemprotkan spermanya ke dalam vagina Maya..

“Erghhhh..!” Dia berteriak tertahan. Penisnya lebih dia benamkan dengan menekannya kuat-kuat ke dinding rahim Maya.
Maya.. terimalah spermakuuu.. kubasahi seluruh liangmuu.. sampailah spermaku ke rahimmu Maayy..! Teriak batinnya.

Air mani Dul muncrat tak terbendung. Penisnya berkedutan memompa keluar cairan kentalnya.
Setiap semprotan dari penisnya selalu dibarengi oleh pikiran.. Kunodai Mayaaa.. kunodai adik iparkuu..!

Sementara Maya menerima apa yang berlangsung dengan tampilan yang ternyata lebih histeris.
Orgasmenya sendiri ternyata hadir membarengi semprotan air mani Dul.

Kedutan-kedutan batang penis Dul memuncratkan sperma di dalam kemaluannya disambut dengan semprotan hangat cairan birahinya.
Remasan tangannya pada buah dadanya mengencang.. seakan hendak mencopot susunya dari tempatnya.

Tanpa ia sadari bibirnya menggigit bibirnya sendiri hingga terluka dan mengalirkan darah kecil.
Pantatnya berputar-putar seakan ingin menelan seluruh kemaluan gede Dul itu.
Cairan birahi Maya terus bertumpahan. Dia mengalami apa yang sering orang sebut sebagai 'orgasme beruntun'.

Setiap tusukan kemaluan Dul disertai pula dengan muncratnya cairan birahi Maya.
Setiap kedutan pompa sperma Dul dia timpali dengan erang dan rintih nikmat orgasmenya.

Mungkin Dul menyemprotkan 6 atau 7 kali air maninya di lubuk liang nikmatnya.
Dan sebanyak itu pula Maya mengalami orgasme beruntunnya.

“Ohhh..”
“Enghhhh..”
Mereka langsung jatuh tersungkur lemas begitu segalanya usai.

Kaki Maya terlipat kaku di pinggang Dul sewaktu orgasme terakhir menerpanya..
Sedang Dul dengan tegas dan perkasa menanamkan batang penisnya sedalam-dalamnya.. tandas ke lubuk vagina Maya..

Ketika nafas keduanya mulai teratur.. Dul melihat Maya tersenyum sayu.. mata indah itu membuat penisnya sedikit bergetar kembali..
Cukup.. pikirnya. Tubuhmu sudah ternodai, sudah kukotori..

Dul bangkit dan memakai celana pendeknya, sambil berbisik ke Maya.. “Sebentar May.. jangan berpakaian dulu.. aku harus ke rumah untuk mengunci pintu.. nanti aku kembali..”
Maya mengangguk lemah sambil tersenyum lemas..

Dul kemudian segera melesat ke ruang makan.. menyambar 2 kaleng bir dari kulkas dan setengah berlari ke rumahnya..

Di depan rumahnya sendiri ia membuka sekaleng bir.. menenggaknya sekaligus dan melirik ke atas sambil mengacungkan jempol..
”Tuhan.. you are the best..!“ Sambil tersenyum bahagia. (. ) ( .)
-------------------------------------------
 
Luar biasa.....membangkitkan imajinasi dan birahi wkwkwkwkwk
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd