Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

Bimabet
Cerita 31 – Jadi Pacar Gelap Ibu dan Anak

Mba Dwi dan Ibunya


Kamar kostku sangat sederhana.. hanya dibatasi dinding papan yang sudah rapuh dari kamar pasangan suami istri yang belum punya anak.
Karena kondisi itulah.. sejak aku sewa kamar itu selama 2 bulan aku mempunyai kebiasaan mengintip dari sebuah lubang kecil di dinding ujung tempat tidurku.. yang makin lama semakin melebar karena ulah jariku.

Lubang itu kututup dengan poster.. sehingga tidak ada cahaya yang keluar dari kamarku.
Sedangkan di kamar sebelahku antara dinding dengan tempat tidur mereka hanya terhalang oleh kelambu.

Kegiatan mengintipku tidak mengenal batas waktu.. dari pagi.. siang ataupun malam.
Sehingga aku hafal benar kehidupan di kamar sebelah.. dari lekuk tubuh Mbak Dwi.. – nama samaran – sampai kehidupan seks mereka.

Walaupun kehidupan rumah tangga mereka tampak rukun.. tetapi aku tau.. bahwa Mbak Dwi selalu tidak terpuaskan dalam kehidupan seks.. karena suaminya hanya mampu 2 -3 menit dalam bertempur.. itu pun tanpa pemanasan yang cukup.

Sehingga sering aku melihat Mbak Dwi diam-diam melakukan masturbasi menghadap ke dinding.. – ke arahku..– setelah selesai bersenggama dengan suaminya.
Dan biasanya pada saat yang sama.. aku pun melepas hajatku.. tanpa berani bersuara sedikitpun.

Bahkan tidak jarang kulihat Mbak Dwi terlihat tidak bernafsu melayani suaminya dan menjadikan tubuhnya hanya untuk melepas birahi suaminya saja.

Aku kenal dekat dengan Mbak Dwi dan suaminya.. aku sering bertandang ke rumahnya untuk membaca koran.. karena kamar kontrakannya satu rumah denganku.. bedanya mereka mempunyai ruang tamu.. ruang tidur dan dapur.

Aku lebih akrab dengan Mbak Dwi. Di samping umurnya kuperkirakan tidak jauh terpaut banyak di atasku.. juga karena suaminya berangkat kerja sangat pagi dan pulang malam hari.. itulah yang membuatku dekat dengannya.

Mbak Dwi sebagai ibu rumah tangga lebih banyak di rumah.. sehingga kami lebih sering bertemu di siang hari.. karena kuliahku rata-rata 2 mata pelajaran sehari.. dan selama itu pula aktifitas mengintipku tidak diketahui oleh mereka.

Hingga pada suatu hari.. aku berniat pulang kampung dengan menggunakan Travel.. yaitu kendaraan jenis minibus yang dapat dimuati 8 orang.. dan dioperasikan dari kota S ke kotaku pulang pergi.
Aku selalu menggunakan jasa angkutan ini.. karena harganya tidak terlalu mahal dan juga diantar sampai ke rumah.

Namun hari itu aku kaget ketika masuk kendaraan.. ternyata di dalam sudah ada Mbak Dwi yang mendapat tempat duduk persis di sampingku.
"Eh Mbak Dwi.. mau ke mana..?” Sapaku sambil mengambil tempat duduk di sampingnya.

"Oh Dik Ton.. mau ke kota T. Ada saudara Mas yang sakit keras.. tapi Mas nggak bisa cuti. Jadi saya datang sendiri..”

Setelah itu kami pun terlibat obrolan yang menyenangkan.

Saat itu dia menggunakan rok dan baju lengan pendek.. sedangkan aku menggunakan t-shirt.. sehingga berkali-kali tanpa sengaja kulit lengan kirinya yang putih mulus bersentuhan dengan kulit lengan kananku.
Perjalanan malam yang akan memakan waktu 8 jam ini akan menyenangkan.. pikirku.

Kami sudah kehabisan obrolan.. kulihat Mbak Dwi memejamkan mata.. walaupun aku yakin dia belum tidur.
Gesekan lengan kami lama-lama menimbulkan rangsangan buatku.. sehingga kurapatkan dudukku ketika mobil berbelok.

Kini tidak hanya lenganku yang menempel.. tetapi pinggul kami pun saling menempel.
Mbak Dwi mencoba menjauh dari tubuhku.. dan aku pura-pura tidur.. tapi posisi menjauhnya menyulitkan duduknya.. sehingga pelan-pelan lengannya kembali menempel ke lenganku.

Aku diam saja dan menahan diri.. Lalu lama-lama kugesekkan lenganku ke kulit lengannya..
Pelan sekali.. setelah itu berhenti.. menunggu reaksinya.. ternyata diam saja.

Darahku mulai cepat beredar dan berdesir ke arah penisku yang mulai tegang mengeras.
Kuulangi lagi gesekanku.. kali ini lebih lama.. tetap tidak ada reaksi. Kuulangi lagi berkali-kali.. tetap tidak ada reaksi.

Kini aku merasa yakin bahwa Mbak Dwi juga menikmatinya.. kumajukan lenganku pelan-pelan.. kutindihkan lengan kananku di lengan kirinya.
Kulihat Mbak Dwi masih tidur –pura pura..?– dan kepalanya beberapakali jatuh ke pundakku.
Aku makin terangsang.. karena lenganku kini menempel pada buah dadanya.

Mbak Dwi masih diam saja ketika tangan kiriku mengelus-elus kulit lengannya yang mulus..
Hhhh.. aku sangat menikmati kulitnya yang halus itu.

Aku terkejut ketika dia tiba-tiba membetulkan duduknya.. tetapi tidak.. ternyata dia menarik selimut pembagian dari Travel yang tadinya hanya sampai perut.. sekarang ditutup sampai lehernya.

Aku mengerti isyarat ini.. walaupun duduk di barisan belakang dalam kegelapan.. tetapi kadang-kadang ada sinar masuk dari kendaraan yang berpapasan.
Kulihat ibu-ibu di samping Mbak Dwi masih terlelap dalam tidurnya.

Melihat isyarat ini.. kuletakkan tangan kiriku di atas buah dadanya.. tangannya menahan tanganku dan berusaha menyingkirkannya.. tetapi aku bertahan.. bahkan kuremas dadanya yang cukup besar itu dari luar bajunya.

Tidak puas dengan itu.. tanganku kumasukkan dalam bajunya.. kusingkapkan BH-nya ke atas dan kuremas dadanya yang kenyal dengan lembut.. langsung ke kulit payudaranya yang halus sekali.

Kembali tangannya mencengkeram tanganku ketika aku memelintir putingnya yang sudah mengeras.. tetapi hanya mencengkeram dan tidak menyingkirkan.

Kepala Mbak Dwi tersandar di bahuku.. sedangkan kemaluanku sudah sangat keras dan berdenyut.
Kuremas pelan dan kuelus buah dadanya yang kenyal dan licin dengan lembut sepuas-puasnya.. Kudengar deru nafasnya yang makin tak teratur.. Mbak Dwi terlihat sangat menikmatinya.

Permainan ini cukup lama.. ketika rangsanganku makin meningkat.. kurasakan penisku makin keras mendesak celanaku.
Tanpa aba-aba kugeser tanganku dari payudaranya ke perut dan pinggangnya yang langsing..
Dari pusar tanganku makin ke bawah mencoba menerobos ke bawah celana dalamnya.

Ctapp..! Mbak Dwi menahan tanganku dan menyingkirkannya dengan keras. Akhirnya aku harus puas mengelus perutnya.
Aku sudah sangat terangsang.. dalam kegelapan kubuka ritsleting celanaku.. kukeluarkan penisku yang sudah sangat keras dari celana.
Kubimbing tangan Mbak Dwi ke kemaluanku.

Pada awalnya dia menarik tangannya.. tetapi setelah kupaksa di tengah tatapan protesnya.. akhirnya dia mau juga menggenggam kemaluanku.
Sungguh nikmat sekali tangannya yang telah menyentuh barangku.. bahkan perlahan dengan lembut ia meremas-remasnya.

"Mbak Dwi jangan diremas.. dielus saja..!" Bisikku pelan. Bersamaan dengan itu.. kembali tanganku bergerak menyusup ke celana dalamnya.
Kali ini Mbak Dwi diam saja.. bahkan tanpa sadar diangkatnya kakinya.. menumpangkan paha kirinya ke atas pahaku.

Di tengah rimbun rambut kemaluan kucari celah vaginanya.. kujumpai vaginanya sudah mulai membasah.
Ketika jari tengahku mengelus dan memutar klitorisnya.. kulihat Mbak Dwi mendesis-desis menahan rintihan penuh nikmat.

Sementara elusan tangannya di batang kemaluanku telah berubah menjadi kocokan. Kenikmatan sudah melingkupi batang kemaluanku.. bahkan kini mulai menjalar ke pinggul.

Sementara itu.. ketika jariku sedang mengelus di dalam dinding dalam vaginanya.. kurasakan kedutan di kepala kemaluanku sudah semakin kencang.

Aku tidak tahan lagi. Crot.. cratt..cratt.. Akhirnya muncratlah air maniku beberapakali..
Bersamaan dengan itu pula terasa dinding vagina Mbak Dwi menjepit keras jariku.. punggungnya mengejang.. Hmm.. Mbak Dwi mengalami orgasme.

Srrrt.. Perlahan kutarik tanganku dan kurapikan selimutku dan juga selimutnya.
Setelah itu kami terlelap tidur lemas.. dengan kepala Mbak Dwi tersandar di pundakku.
*****

Aku terbangun ketika mobil berhenti di tempat parkir sebuah restoran yang sudah dipenuhi dengan bis malam.
Di tengah sawah yang gelap itu.. berdiri sebuah restoran Padang.. tempat para supir istirahat dan penumpang minum kopi dan makan.
Penumpang minibus beranjak turun.. Mbak Dwi kulihat masih terlelap tidur.

Dia bangun ketika ibu-ibu yang duduk di sebelahnya terpaksa membangunkannya.. karena mau lewat untuk turun dan dia hanya memiringkan tubuhnya untuk memberi jalan.
Mobil kami diparkir di paling ujung.. di sebelah sawah yang gelap.. di antara parkir bis-bis besar jurusan luar kota.

Semua penumpang telah turun.. kini aku hanya berdua dengan Mbak Dwi. Kupandangi wajah cantiknya.. kuraih lehernya ke arahku..
Dalam kantuknya kucium dengan lembut bibirnya.. kuisap dan kumasukkan lidahku mencari lidahnya.

Dia membalasnya setengah sadar.. tetapi ketika kesadarannya mulai pulih.. Mbak Dwi membalas ciumanku..
Lidahnya bergesekan dengan lidahku.. isapannya juga tumpang tindih dengan isapanku.

Tanganku sudah masuk ke dalam bajunya dan meremas buah dadanya.. nafasku dan nafasnya mulai memburu.
Batang penisku kembali menegang dengan besaran yang penuh. Kucium lehernya.. dia menggelinjang kegelian dan aku makin terangsang.

Dan kuberanikan diri untuk meminta kepadanya. "Mbak Dwi.. saya pengin dimasukkan.. boleh kan Mbak..?”
Dia hanya mengangguk dan mengangkat pantatnya ketika aku melepaskan celana dalamnya.
Segera pula kuperosotkan celanaku sampai ke lutut.. sehingga batang kemaluanku mendongak ke atas bebas.

Ketika sedang berpikir bagaimana posisi yang pas untuk menyetubuhinya pada posisi duduk di jok belakang yang sempit itu..
tiba-tiba Mbak Dwi bangkit.. mengangkangi kedua pahaku menghadap ke arahku.

Dengan mencincing roknya sampai ke pinggang.. dipegangnya batangku dan di bimbingnya ke arah kemaluannya.

Pleppp..! Disapukannya kepala penisku dari ujung klitorisnya sampai bibir vaginya yang paling bawah berkali-kali.
Ughh.. Kurasakan geli dan nikmat digeser-geser di daerah licin seperti itu.

“Esstthh..” Aku mendesis kenikmatan karena untuk pertamakali inilah aku berhubungan badan dengan seorang wanita.

"Enak Dik Ton..?” Tanyanya di tengah dia menatap wajahku yang keenakan.

"Mbak.. masukin Mbak.. saya pengen ngerasain..” aku meminta.

"Mbak masukin.. tapi jangan cepet dikeluarin ya..? Mbak pengen yang lama..” ujarnya memberi syarat.
Aku hanya mengangguk.. walaupun aku ragu apakah aku mampu lama. Aku terbayang suami Mbak Dwi yang hanya mampu 2 - 3 tiga menit saja.

Rrrttt.. Dia mulai menurunkan pantatnya pelan sekali.. Clebh..! Ughhh.. Terasa kepala penisku terjepit bibir yang lincin dan hangat.

Serr.. seerr.. slebb.. terus makin ke dalam.. Jlebb..! Sampai akhirnya sudah separuh kemaluanku terjepit di liang vaginanya.
Pada posisi itu dia berhenti.. kurasakan otot dalam vaginanya menjepit-jepit kemaluanku.. Oughh.. nikmat sekali rasanya.

Sebagai pemula.. aku berusaha mengocok kemaluannya dari bawah.. kusodok-sodokkan penisku ke vaginanya.. sehingga mobil terasa bergoyang.

"Dik Ton.. kamu diam aja.. biar Mbak yang mainin..” bisiknya setengah mendesah.
Aku menurut.. walaupun kadang aku kembali mengocoknya.. tapi dia menatapku dengan tajam dan menggelengkan kepala.

Aku menurut dan diam saja. Mbak Dwi mengocok kemaluanku dengan tempo sangat lambat.. dan lama kelamaan makin dalam.. sehingga pangkal paha kami saling menempel dengan ketat.

Dan ketika itulah Mbak Dwi merangkulku dan merintih-rintih.
Dia mengocok kemalauanku makin cepat dan kadang pinggulnya diputarnya.. sehingga menimbulkan sensasi yang demikian hebatnya.

Hampir aku tidak kuat menahan ejakulasi. "Mbak.. stop dulu Mbak.. aku mau muncrat..” bisikku sambil mengerang nikmat.
Dia berhenti sebentar.. tetapi segera mulai memutar dan mengocokkan pinggulnya lagi.

Aku sudah benar-benar hampir keluar.. maka kugigit lidahku.. kualihkan rasa nikmatku kerasa sakit yang menyerang lidahku.
Ternyata dengan cara ini aku dapat menahan pancaran spermaku.

Mbak Dwi makin menggelora.. dia merintih-rintih.. Kadang kupingku digigitnya.. kadang leherku dan juga jari tangannya mencakari punggungku.

"Dik Ton.. aku nikmat sekali.. oohh.. apa kamu juga enak..?” Katanya di sela rintihan nikmatnya.

"Iya Mbak.. sshhh..” balasku mendesis menahan nikmat yang makin menggelora.

"Sebelah mana..? Mbak sudah senut-senut sampai tulang punggung.. mungkin Mbak sudah nggak bisa lama lagi.
Aduh.. sshh.. nikmat sekali.. Mbak belum pernah seperti ini. Kontolmu besar dan nikmat sekali..” ceracaunya tak jelas.

Mbak Dwi menceracau.. berbicara sendiri.. aku tidak yakin apakah dia sadar atau tidak.. tetapi itu membuatku makin terangsang.

Aku ikut mengocok dari bawah.. pangkal kelamin kami yang becek oleh lendir beradu makin sering..
hingga menimbulkan bunyi ceprok.. ceprok.. ceprok.
Batangku sudah berdenyut kenikmatan.. sedang kepala penis kurasakan makin membesar dan siap memuntahkan lahar.

Ketika Mbak Dwi merintih makin keras dan ketika jarinya mencengkeram pundakku kencang sekali.. instingku mengatakan bahwa Mbak Dwi akan selesai.
Maka kuangkat pinggulku.. kutekan kemaluanku jauh ke dalam dasar vaginanya.. kuputar pinggulku.. sehingga rambut kemaluan kami terasa menjadi satu.

Pada saat itulah ledakan terjadi. "Dik Ton.. eekh.. eekh.. eekh.. eekh..!"
Lubang dalam vaginanya berkedut-kedut.. sementara otot dinding-dindingnya menjepit batangku.

Mbak Dwi melepas orgasmenya.. dan pada saat itu pulalah.. cratt..cratt..crett..crett..crett..!
Tanpa bisa kutahan lagi maniku menyembur deras ke dinding rahimnya.. banyak sekali.

Kami telah selesai.. tubuhku lemas dan kami istirahat serta pura-pura tidur berjauhan ketika penumpang lain mulai masuk mobil.
*****

Sejak kejadian itu.. aku sering melakukan hubungan seks dengannya pada siang hari ketika suaminya tidak di rumah.
Papan yang menyekat kamarku dengan kamarnya telah kulonggarkan pakunya.. sehingga 2 buah papan penyekat dapat kucopot dan pasang kembali dengan mudah.

Kami menyebutnya ‘Pintu Cinta’.. karena untuk masuk ke kamarnya aku sering melalui lubang papan tersebut.

Mbak Dwi kini tau bahwa aku sering mengintip ke kamarnya.. bahkan ketika dia melayani suaminya dan kelihatannya dia tidak keberatan.
Dan entah kenapa.. aku pun tidak pernah cemburu.. bahkan selalu terangsang jika mengintip Mbak Dwi sedang disetubuhi oleh suaminya.

Siang hari jika aku tidak ada kuliah dan Mbak Dwi sendirian di rumah.. aku sering menerobos melalui ‘Pintu Cinta’ untuk menyalurkan birahiku.. sekaligus birahinya yang tidak pernah dia dapatkan dari suaminya.

Tetapi sejak saat itu pulalah hubungannya dengan suaminya tambah mesra.. jarang marah-marah.. sering pula kulihat dia memijat suaminya mejelang tidur.

Pelayanan seksnya kepada suaminya juga tidak berkurang.. –dia melakukannya rata-rata duakali satu minggu..– tidak jarang pula suaminya hanya dilayani dengan oral seks.

Yang membuatku bingung adalah jika Mbak Dwi mengulum dan mengurut-urut penis suaminya.. suaminya mampu bertahan cukup lama..
tetapi kalau dimasukkan ke vagina hanya mampu 5 sampai 10 kocokan.. kemudian sudah tidak tahan.

Biasanya.. jika telah selesai melakukan tugasnya dan suaminya sudah pulas.. Mbak Dwi akan mengeser tidurnya ke arah dinding yang menempel ke kamarku.
Dengan posisi miring setengah telungkup.. tangannya menyusup melalui kelambu dan ‘Pintu Cinta’ yang sudah kubuka.

Dia akan mencari paha dan kemaluanku.. dan tanganku pun akan menyelusup ke arah selangkangannya untuk menuntaskan birahinya yang tidak pernah dicapainya dengan suaminya.

Setelah itu kami saling mengocok kemaluan kami sampai masing-masing orgasme.
Petting di samping suaminya yang tidur sungguh menegangkan.. tetapi nikmat sekali.
Bahkan pernah suatu malam.. di mana suaminya tertidur pulas.. kami melakukan persetubuhan yang sangat unik.

Setelah saling meraba melalui lubang cinta.. Mbak Dwi memasukkan separuh tubuhnya bagian bawah melalui kelambu dan lubang cinta ke kasurku.. sedangkan pinggang ke atas masih tetap di kamarnya bersebelahan dengan suaminya yang masih mendengkur.

Sebenarnya aku sangat kuatir kalau ketahuan suaminya.. tetapi karena nafsuku juga sudah tinggi.. melihat vagina yang merekah dan berlendir.. aku tidak tahan untuk tidak menjilatnya dan menyedot-nyedot kemaluannya.

Ketika nafsuku tidak terkendali dan berniat untuk memasukkan penisku yang sudah mengeras sejak tadi ke lubang vaginanya.. aku mengalami kesulitan posisi.

Maka tidak ada jalan lain.. kutarik tubuhnya makin ke dalam dan kuganjal pantatnya dengan bantal.
Walaupun buah dadanya dan kepalanya masih di kamarnya.. tetapi seluruh pinggangnya yang masih terbalut baju tidur.. sudah masuk ke kamarku.. pahanya mengangkang lebar-lebar.

Maka dengan setengah berjongkok.. kumasukkan kemaluanku ke arah bawah.
Memang ada sensasi lain. Jepitannya semakin kencang dan klitorisnya terlihat jelas dari sudut pandangku.

Clebb-slebb-crebb-slepp-clebb-slepp-clebb.. Aku mengocoknya pelan-pelan.. karena aku menjaga untuk tidak membuat bunyi apapun.
Sambil kukocok vaginanya yang menjepit terus menerus itu.. kuelus-elus klitorisnya dengan ibu jariku.

Pada saat Mbak Dwi mengalami orgasme yang pertama.. ternyata aku masih separuh perjalanan.
Kubiarkan kemaluanku tetap di lubangnya ketika pinggulnya diangkat ke atas tinggi-tinggi.. saat menikmati orgasmenya..
kedua pahanya menjepit keras pinggangku.

Setelah kubiarkan istirahat sejenak.. kembali kukocok vaginanya serta kuputar-putar klitorisnya dengan jempolku.
Dan kulihat pinggulnya berputar semakin liar.. aku segera tau bahwa Mbak Dwi akan segera orgasme yang kedua.

Jlebbh..! Kutekan kemaluanku ke dalam liang sanggamanya dan kupercepat putaran jempolku ke klitorisnya.. sampai kurasakan tangannya mencengkeram pahaku.
Biasanya pada saat orgasme aku mendengar rintihan dan melihat wajahnya menegang.. tapi kali ini aku tidak mendengar dan melihat wajahnya.

Kucabut penisku yang masih mengeras dan bersimbah lendirnya.. segera kukocok dengan tangan kananku kira-kira lima centi di atas lubangnya dan akhirnya aku tidak dapat menahan kenikmatan. crott.. crott.. cratt.. crett..

Kusemprotkan seluruh spermaku ke lubang vaginanya yang masih menganga.
Mbak Dwi segera menarik tubuhnya masuk ke kamarnya.. sedang aku menutup kembali papan yang terbuka.
Sebuah permainan seks yang berbahaya dan menegangkan namun penuh nikmat dan tidak terlupakan.

Sejak saat itu kami tidak pernah berani melakukannya lagi permainan seks di samping suaminya yang masih tidur.. walaupun permainan dengan tangan tetap dilakukan.
Apalagi seks di siang hari.. masih rutin kami lakukan.
*****

Sudah dua minggu ibunya Mbak Dwi yang tinggal di kota lain menginap di keluarga itu.
Umurnya kutaksir sekitar 45 tahun.. kulitnya putih seperti anaknya.. tubuhnya sudah tidak langsing.. tapi masih padat dan mulus..
terutama paha dan pinggulnya sungguh menggiurkan untuk lelaki normal.

Aku biasa memanggilnya Bu Ar.. dan aku sering mengobrol dengannya dengan bahasa Jawa yang sangat santun.. seperti kebanyakan orang Jawa berbicara kepada orang yang lebih tua.

Di rumah dia selalu menggunakan daster tanpa lengan.. sehingga pangkal lengannya yang mulus sering menjadi curian pandanganku.

Kehadirannya ini tentu mengganggu hubunganku dengan Mbak Dwi.. karena kami tidak dapat bebas lagi bercinta.
Sejak kedatangannya.. kami hanya melakukannya sekali ketika dia sedang pergi ke warung.. itu pun kami lakukan dengan terburu-buru.

Suatu Minggu pagi.. Mbak Dwi dan suaminya terlihat pergi berbonceng motor dan ibunya sendirian di rumah.
Karena kulihat koran minggu tergeletak di meja ruang tamunya.. dengan terlebih dulu minta ijin aku masuk ruang tamunya untuk ikut membaca di ruang tamunya.

Tidak berapa lama.. ibunya keluar membawa secangkir kopi dan singkong rebus.

"Nak Ton.. ini Ibu bikin singkong rebus.. dicobain..!" sambil meletakan cangkir dia duduk di depanku.
"Terimakasih Bu..”

"Anak muda koq hari minggu tidak ngelencer ke mana-mana..?”
"Ah enggak Bu.. badan saya lagi kurang sehat.. mungkin masuk angin.. saya mau istirahat saja di rumah..” jawabku.

"Mau Ibu kerokin supaya agak ringan..?” dia menawarkan jasanya.
"Terimakasih Bu.. saya nggak biasa kerokan..”

"Kalau gitu diurut saja.. masuk angin nggak boleh didiamkan. Nanti setelah diurut.. Ibu bikinkan minuman jahe..” nadanya memerintah.
Karena tidak enak menolaknya.. aku pun mengikuti dia masuk ke dalam rumah.

"Situ di kamar saja nak Ton dan kaosnya dicopot.. Ibu mau menyiapkan minyaknya dulu..!"

Aku lantas masuk ke kamar yang ditunjuknya.. melepas T-shirtku dan dengan hanya mengenakan celana training.. aku telungkup di kasur.

"Celananya diganti sarung saja nak Ton.. supaya mudah ngurut kakinya..!"
Dia masuk kamar sambil membawa mangkuk berisi minyak sambil menyerahkan sarung dari lemari.

Kuganti trainingku dengan sarung dengan extra hati-hati.. karena kebiasaanku kalau di rumah memakai training.. aku tidak pernah memakai celana dalam.

Tak lama kemudian dia mulai mengurut kakiku.. pijatannya sangat keras.. sehingga kadang aku harus meringis karena menahan kesakitan.

Dalam mengurut bagian ini.. kakiku ditumpangkan di atas pahanya.. sehingga gesekan kaki dengan pahanya yang tertutup oleh daster menimbulkan kenyamanan tersendiri.
Bahkan ujung jari kakiku menyentuh perutnya.. aku tidak bereaksi.. karena dianggap kurang ajar.

Selesai di bagian kaki.. dia mulai mengurut paha.. disingkapkannya sarungku ke atas.. sehingga separuh pantatku terbuka.. aku diam saja.

Pada mulanya mengurut dari paha bawah.. kemudian mengarah ke paha samping atas.. tetapi kemudian paha bagian dalam mulai diurutnya.. sampai di situ jantungku mulai berdegup.

Kadang-kadang tanpa sengaja jarinya menyenggol biji kemaluanku.. sehingga pelan-pelan penisku mulai membesar.
Kejadian itu makin sering.. sehingga aku berpikir bahwa ini kesengajaan.

Kemudian Bu Ar mulai memijit punggungku dan posisi duduknya pun berubah dari duduk di sampingku.. sekarang dia duduk –setengah berjongkok– di atas pahaku.

Dari posisiku memang aku tidak dapat melihatnya.. tetapi aku dapat merasakan.
Bahkan ketika dia menarik dasternya yang menghalangi pahaku dengan pahanya pun aku tau.
Pahaku dan kulit pahanya bergesekan dan aku lebih menikmati gesekan paha dari pada pijatannya.

Aku makin terangsang dan kemaluanku juga makin keras berdiri.. sehingga aku terpaksa membetulkan letak kemaluanku dengan mengangkat pinggulku dan meluruskannya dengan tanganku.

"Kenapa Nak Ton..?” Tanyanya pura-pura tidak tau.

"Ah enggak apa-apa Bu.. kejepit..” jawabku penuh malu.

"Tidak apa-apa.. Ibu ngerti koq.. anak muda memang gampang berdiri. Nah sekarang membalik.. tinggal depan yang mesti diurut..!"

Aku mengikuti perintahnya sambil berusaha menutupi burungku yang berdiri tegak dengan sarung. Tetapi Bu Ar justru melepaskan sarungku ke bawah.
"Nggak usah malu Nak Ton.. Ibu sering melihat ngeliat burung seperti ini koq. Itu punyaknya bapaknya Dwi..?”

"Besar mana Bu..?” Tanpa sadar aku bertanya.

"Kurang lebih sama koq.. cuman bedanya punyaknya Bapaknya Dwi kepalanya nggak sebesar ini..”

Kulihat Bu Ar melihat kemaluanku cukup lama.. dan dari nafasnya serta gerakannya kuyakini bahwa Bu Ar juga terangsang.
Sementara itu ia duduk di samping dan tangan kananku persis di bawah pantatnya.. karena aku sengaja tidak memindahkan tanganku.

Dengan hati yang tegang –karena takut kena marah–.. kutarik tanganku dan kupindahkan ke pahanya bagian dalam.. aku hanya memegang.. menunggu reaksinya.

Ketika kulihat dia tidak bereaksi dan tetap mengurut dadaku.. maka kuberanikan diri untuk mengelus pahanya.. dia menatapku sekilas tanpa ekspresi.

Elusanku kuteruskan ke arah pangkal pahanya dan ketika kusentuh celana dalam.. persis di liang vaginanya.
Plash..! Aku terkejut.. Ternyata celananya sudah basah. Wajahnya merah.. aku tidak tau apakah karena terangsang atau karena malu.

"Ah.. Nak Ton rupanya nakal ya.. Ibu kan sudah tua.. tidak pantas kalau sama anak muda..”
Katanya sambil tangannya mengeser dari pahaku.. kemudian mengelus dengan lembut pangkal kemaluanku.

"Ibu masih cantik.. pahanya masih kenceng dan mulus sekali.. aku sudah sangat terangsang sekali Bu.. gimana nih Bu.. Bu Ar mau kan ngajarin saya..?”
Aku mulai merayu dan jariku kucoba masuk ke dalam celananya.. tapi tidak berhasil karena terhalang celananya yang ketat.

"Loh koq diajarin..? Kan udah pinter.. sampai kemarin Dwi hampir pingsan kamu kocok-kocok. Kemarin Ibu ngintip kamu lagi main sama Dwi..” paparnya seolah tanpa beban.

Jgerr..! Aku kaget seperti disambar petir.. aku tidak menyangka bahwa hubungan seksku dengan Mbak Dwi kemarin diketahui oleh ibunya.

"I-ibu ngelihat..?” Tanyaku gugup.

"Ibu ngintip lama sekali lho. Hati-hati.. lain kali pintu depan harus dikunci dulu..”

Dia merebahkan dirinya di sampingku sambil tetap menggenggam kemaluanku.
Kubuka tali dasternya dan kuremas-remas buah dadanya yang mulus dan padat.

"Ibu nggak marah..?” Tanyaku sambil terus melucuti daster dan celana dalamnya.

"Tidak.. Aku kasihan sama si Dwi.. suaminya itu kan lemah.. Daripada dia pacaran dengan sembarang orang. Biarlah dia jadi pacar kamu..”

Langsung kulumat bibirnya.. sambil badanku sudah menindih badannya yang gempal. Nafsuku sudah tinggi.. begitu pula dia.

Pahanya sudah dibuka dengan lebar.. belahan vagina bagian dalam yang berwarna merah dan basah terpampang di depanku.

Sebenarnya aku ingin menjilat kemaluannya.. tapi dia mencegahnya. "Jangan ah..!" sambil dia menutupnya dengan tangan ke selangkangan.

Akhirnya kuarahkan batang kemaluanku ke bibir kemaluannya.. Bu Ar memejamkan matanya.. wajahnya sayu menahan gejolak birahinya.
Tangannya terkulai di samping badannya. Tubuhnya sudah pasrah untuk disetubuhi.

Slebb.. Kumasukkan pelan-pelan kemaluanku ke liang kemaluannya.. langsung menusuk sampai dasar..
Rrrrtt.. Kuputar pinggulku tanpa mengangkat pantat. Ini adalah teknik yang kusukai.. karena aku dapat memberikan rangsangan gesekan pada klitorisnya tanpa menimbulkan banyak gesekan pada penisku. Sehingga dengan begini aku dapat tahan cukup lama.

Bu Ar masih memejamkan mata.. hanya kadang-kadang lidahnya keluar untuk menyapu bibirnya sendiri.
Otot vaginanya mulai menjepit-jepit kemaluanku.. sehingga kenikmatan menjalar di kemaluanku.

Cukup lama aku melakukan putaran ke kiri dan ke kanan sambil menekan dalam-dalam kemaluanku ke liang vaginanya yang menyedot-nyedot kemaluanku itu.
Lama-lama Bu Ar makin sering mengeluarkan lidah dan mendesis-desis.

Kini kuangkat pinggulku tinggi-tinggi dan aku mulai mengocoknya.
Aku masih bertumpu pada tanganku.. sehingga hanya kelamin kami yang menempel.

Pada saat itulah tangannya mulai memegang pantatku.. mengelus.. menekan.. meremas..
Bahkan seringkali jari tangannya mengelus-elus anusku.. dan ini menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku.

Aku mengocoknya lama sekali. Tiapkali tarikan keluar.. selalu diikuti dengan jepitan liangnya sambil pingulnya diputar..
sehingaga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa ke seluruh batang penisku.
Desisnya makin mengeras dan kepalanya sering mendongak ke atas walaupun masih tetap memejamkan matanya.

Bila aku mempercepat kocokanku.. dia selalu menggigit bibir bawahnya serta membuka matanya dan memandangku mungkin menahan kenikmatan yang amat sangat.

Melihat tingkahnya itu.. aku menjadi makin terangsang. Segera kukocokkan kemaluanku dengan cepat dan lama.
Seperti biasa.. dia memandangku dengan sayu. Desis berubah menjadi rintihan dan ketika aku tetap tidak mengendorkan kocokanku..

Bu Ar mencengkeram bokongku dengan keras.. kedua kakinya dilibatkan ke pinggangku dengan rapat dan dahi mengkerut.

"Stop..! Berhenti Nak Ton.. Ibu nggak tahan.. sshh..!"

Kuhentikan sejenak gerakanku.. dengan jepitan kakinya di pinggangku.. aku pun hampir saja menumpahkan air mani.
Aku pun masih ingin lama bermain dengannya.. walaupun sekarang sebenarnya sudah cukup lama kami menikmati gesekan kelamin kami.

Kuhentikan gerakanku.. walaupun kakinya masih melingkar di pinggulku.. tapi wajahnya tampak mengendor.
Walaupun kami berdua belum orgasme.. kurasakan kedutan kecil-kecil di dinding kemaluannya maupun di kemaluanku.

Kurebahkan dadaku ke tubuhnya.. kami menjadi satu.. kulit kami yang berpeluh menempel seluruhnya.
Kurasakan kenyamanan dan kenikmatan yang tiada tara.

"Ibu hebat sekali.. jepitannya enak sekali..” aku memujinya sambil kucium bibirnya.
Tapi dia menghindar sambil memalingkan kepalanya. Akhirnya kuciumi pipinya.. kuelus-elus rambutnya.

Dia menolehku dan senyumnya merekah.
"Dik Ton.. aku sudah lama nggak mendapatkan seperti ini.. sejak bapaknya Dwi kerja di Malaysia.. dia jarang pulang..” katanya sambil mengelus-elus punggungku.

"Ibu mainnya hebat sekali.. bagaimana kalau aku ketagihan sama Ibu..?” Tanyaku merayu sambil kuremas buah dadanya.

Kami istirahat sejenak.. tubuhku menindih tubuhnya agak miring.. agar tidak terlalu membebaninya.
Kupandangi wajahnya. Wanita ini.. masih cantik dan lembut.. pikirku.

Kembali kuelus kulit wajahnya yang putih dan licin.. sekali-kali kukocokkan kemaluanku pelan pelan dan dibalas dengan sedotan vagina secara ringan.

"Bu.. gimana kalau aku ketagihan sama Ibu..?” Ulangku sambil kukocok pelan-pelan vaginanya.

"Lho kan ada Dwi..” jawabnya sambil tersenyum. Aku tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menjawabnya.

Kucium bibirnya secara paksa.. walaupun tadinya menolak.. akhirnya dia membalas ciumanku pula.
Sambil berciuman.. aku kembali menyodok-nyodokan kemaluanku kembali. Clebb-slepp-clopp-slobb-clepp-slebb-clebb..
Kali ini Bu Ar sangat aktif.. di tengah kocokanku.. vaginanya mengisap-isap penisku sambil memutar pinggulnya.

Kami merasakan kenikmatan yang lebih.. Bu Ar mengerang-erang dan mendesis.. aku pun tidak dapat menahan desisanku.

"Aduh.. nikmat sekali Dik Ton.. sshh.. sshh.. Ibu sudah hampir keluar.. oh..!" Erangnya penuh nikmat

"Saya juga Bu.. mau dikeluarin sekarang Bu..?” Kataku sambil kami masih berdekapan.

"Sebentar lagi Nak Ton.. uuhh.. sshh.. sshh.. eehh..!" Balasnya di sela-sela rintih dan erangnya.

Clebb-slepp-clopp-slobb-clepp-slebb-clebb.. Kukocokkan batang penis makin cepat dan makin cepat.. karena aku sudah tidak tahan lagi.

"Eekhh.. Ibu sudah nggak tahan lagi.. oohh.. eekhh.. ayo Nak Ton.. keluarin bareng. Ayo Nak Ton..! Ibu keluaar.. eekhh.. eekhh.. eekhh..!"

Dia mengalami orgasme yang hebat. Pinggulnya diangkat ke atas dan wajahnya mendongak ke atas..
Sementara kemaluanku menghujam jauh sekali ke dalam liang vaginanya.. sambil kuputar dan kutekan.

Satu detik kemudian.. aku pun menyemburkan spermaku beberapakali.. cratt.. cratt.. cratt..
Oohh nikmat sekali.. kenikmatan menyelusuri seluruh tulang belakangku.

Sebuah puncak kenikmatan dahsyat telah lewat beberapa detik yang lalu.. tubuhku masih menindih tubuhnya.

Kucium bibirnya dengan lembut.. kuusap-usap wajah dan rambutnya.. sementara aku tidak mencabut kemaluanku yang masih berdiri dari liang vaginanya.
Masih kunikmati sisa-sisa kedutan nyaman dari vaginanya di pori-pori kulit kelaminku.

Pagi itu aku sempat tertidur bersamanya hingga siang hari dengan tubuh telanjang dan aku kembali ke kamarku sebelum Mbak Dwi dan suaminya kembali.
*****

Besok harinya.. sebelum berangkat kuliah aku mampir ke rumahnya.. yang kujumpai hanya Mbak Dwi.

"Mbak Dwi, ke mana Ibu..?”

"Oh Ibu sudah pulang.. tadi pagi habis subuh minta diantar Mas ke terminal.. katanya besok ada urusan.. sehingga pulangnya dipercepat..”

Aku kecewa.. tapi kusembunyikan wajah kecewaku di hadapan Mbak Dwi.
Sejak itu aku tidak pernah lagi menjumpai.. kecuali dalam lamunanku. Kapankah kejadian ini dapat terulang..? (. ) ( .)
------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Cerita 32 – Tergoda Janda Seksi

Mbak Yati


Sebelumnya saya perkenalkan diri terlebih dahulu.. nama saya Alvi –samaran..– usia saya saat ini adalah 37 tahun.
Kejadian ini adalah kisah nyata hidup saya yang terjadi 10 tahun yang lalu.. jadi saat itu usia saya baru sekitar 27 tahun.

Sebelum saya ceritakan pengalaman saya dengan Mbak Yati.. perlu saya sampaikan juga bahwa –mungkin..– saya mengidap suatu kelainan..
–meskipun mungkin kadarnya masih sangat ringan..– yaitu saya lebih tertarik dengan wanita yang usianya sebaya dengan saya ataupun lebih tua..
meskipun saya tidak terlalu menolak dengan wanita yang usianya di bawah saya.

Hampir semua –tapi tidak 100 persen..– pacar-pacar saya ataupun teman-teman kencan saya biasanya memiliki usia sebaya ataupun lebih tua.
Tetapi istri saya saat ini memang lebih muda dari saya 5 tahun.

Saya menyenangi wanita yang lebih tua.. karena saya merasa kalau bermain cinta dengan mereka.. saya merasakan ada sensasi tersendiri.
Terlebih kalau teman kencan saya seorang janda.. saya akan semakin menikmati permainan-permainannya dengan baik.

Saya mempunyai seorang tetangga sekaligus kawan bermain.. tetapi usianya 3 tahun di bawah saya.. sebut saja namanya Tarno..
–tentunya juga nama samaran..– Saya berkawan dan bersahabat dengan dia sudah sejak kecil.

Hubungan saya dengan Tarno sudah seperti kakak beradik.
Kami saling bermain.. saya ke rumahnya ataupun dia yang ke rumahku. Makan dan terkadang tidur pun kami sering bersama.
Tarno ini anak tertua dari 4 bersaudara. Ayahnya meninggal dunia ketika dia berumur 15 tahun.

Tarno ini mempunyai ibu.. namanya Yati. Meskipun Mbak Yati ini ibu dari teman dekat saya..
tetapi saya memanggilnya tetap dengan panggilan mbak.. bukan tante..
–saya tidak tau kenapa memanggilnya mbak.. mungkin saya ikut-ikutan ibu saya..–

Karena saya sudah terbiasa bergaul dengan keluarga Mbak Yati.. maka Mbak Yati menganggap saya sudah seperti anaknya sendiri.
Sehingga Mbak Yati tidak merasa malu untuk bertingkah wajar di hadapanku..
terutama sekali dia sudah terbiasa berpakaian minim.. meskipun saya ada di depannya.

Apabila selesai mandi.. dan keluar dari kamar mandi.. Mbak Yati tanpa malu-malu jalan di hadapan saya..
hanya dengan melilitkan handuk di tubuhnya. Sehingga dengan jelas sekali terlihat kemolekan tubuhnya.

Warna kulitnya yang kuning bersih.. dengan bentuk pantat yang bulat dan sintal..
serta sepasang lengan yang indah dengan bebasnya dapat dipandangi.. meskipun saya pada saat itu masih SD ataupun SMP..
tetapi secara naluri.. saya sudah ingin juga melihat kemolekan tubuh Mbak Yati.

Hubungan dengan Tarno tetap baik.. meskipun saya sudah pindah rumah –meskipun dalam satu kota..–
dan meskipun saya sudah kuliah ke lain kota.. hubungan saya dengan keluarga Mbak Yati juga tetap tidak berubah.

Kalau saya pulang ke rumah sebulan sekali.. saya selalu sempatkan main ke rumah Tarno.
Setelah kematian suaminya.. Mbak Yati selama kurang lebih 8 tahun tetap menjanda.

Meskipun sebenarnya banyak laki-laki yang tertarik padanya.. karena Mbak Yati ini orangnya cantik..
seksi.. kulitnya kuning.. bicaranya ramah dan supel.
Penampilannya selalu nampak bersih –selalu bermake-up setiap saat..–

Tetapi semuanya ditolak.. karena alasan Mbak Yati pada saat itu katanya lebih berkonsentrasi untuk dia dalam mengasuh anak-anaknya.
Tetapi setelah 8 tahun menjanda.. akhirnya dia menikah dengan seorang duda tua yang meskipun kaya raya tetapi sakit-sakitan..
–Mbak Yati mau menikah dengan dia karena alasan ekonomi..–
Tetapi perkawinan ini hanya bertahan kurang lebih 2 tahun.. karena suaminya yang baru ini akhirnya juga meninggal.

Setelah saya Dewasa.. rasa tertarik saya dengan Mbak Yati semakin menggebu.
Tubuh yang seksi.. pantat yang padat.. dan betis yang kecil serta indah selalu menjadi sasaran mata saya.

Terkadang saya sering mencuri pandang dengan Mbak Yati.. pada saat ngobrol dengan Tarno dan kebetulan Mbak Yati lewat.
Apalagi kalau sedang ngobrol dengan Tarno dan Mbak Yati ikut.. wah rasanya jadi senang sekali.

Bahkan sering saya sengaja main ke rumah Tarno.. di mana pada saat Tarno tidak ada di rumah..
sehingga saya dengan leluasa dapat ngobrol berdua dengan Mbak Yati.

Meskipun keinginan untuk bercinta dengan Mbak Yati selalu menggebu.. tetapi saya masih kesulitan untuk mencari cara memulainya.
Terkadang rasa ragu dan malu selalu menghantui.. takut kalau nanti Mbak Yati menolak untuk diajak bercinta.
Tetapi kalau kemauan sudah kuat.. segala cara akan ditempuh demi tercapainya keinginan.

Hal ini terjadi secara kebetulan.. ketika suatu sore MBak Yati minta tolong saya..
untuk mengantarkan melihat kompleks perumahan yang baru di pinggiran kota..
karena dia bermaksud membeli rumah kecil di kompleks perumahan tersebut.

Kami berdua berangkat dengan memakai mobil saya. Karena lokasinya masih baru dan masih dalam tahap pembangunan..
sehingga sesampainya di lokasi.. suasananya terlihat sepi.. tidak ada seorang pun di tempat itu.

Kami berdua berkeliling-keliling dengan berjalan kaki melihat-lihat rumah-rumah yang baru dibangun.
Saya ajak Mbak Yati masuk ke salahsatu rumah yang sedang dibangun.. yang tentunya masih kosong.. kami melihat-lihat ke dalamnya.

Kami berjalan berdampingan.. dan setelah masuk ke salahsatu rumah yang sedang dibangun.
Dengan nekat.. tiba-tiba saya dekap pundaknya.. saya rekatkan ke dada saya.. perasaan saya pada saat itu tidak menentu..
antara senang.. takut kalau-kalau dia marah dan menampar saya.. dan perasaan birahi yang sudah sangat menggebu.

Tetapi syukur.. ternyata dia hanya tersenyum memandang saya.
Melihat tidak ada penolakan yang berarti.. saya mulai berani untuk mencium pipinya..
Lagi-lagi dia hanya tersenyum malu sambil pura-pura menjauhkan diri dan sambil berkata.. "Ach.. Alvi ini ada-ada saja..”

Saya berkata.. "Mbak Yati marah yaa..?" Dia hanya menjawab dengan gelengan kepala dan sambil tersenyum terus menundukkan kepala.
Melihat bahasa tubuh yang menunjukkan ‘lampu Hijau’ serangan saya semakin berani.

Saya mengejarnya dan mendekapnya.. dan akhirnya saya berhasil mencium bibirnya yang tipis..
mungil dan berkilat oleh lipstick yang selalu menghiasi bibirnya.

Sambil saya bersandar di dinding.. saya dekap dengan erat tubuh Mbak Yati.
Saya cium bibirnya.. "Uhhmm..” dia bergumam dan balas memeluk dengan erat.

Ternyata.. tanpa diduga Mbak Yati membalas ciuman saya dengan bergairah.
Saya kembali balas ciumannya yang sangat bergairah dengan permainan lidah saya.

Lidah kami sudah menari-nari. Kedua tangan saya sudah mencari sasaran-sasaran yang sensitif.
Bukit kembarnya yang mungil tapi masih padat dan terlihat seksi menjadi sasaran kedua tangan saya.
Kedua bukit kembar ini sudah lama kuidam-idamkan untuk menjamahnya. Kami berciuman agak lama. Nafas Mbak Yati semakin memburu.

Ciuman saya alihkan dari bibirnya yang mungil turun ke lehernya.
Dia menengadahkan wajahnya sambil matanya terpejam.. menikmati rangsangan kenikmatan yang sudah lama tidak dia rasakan.

"Uchmm.. mm..” mulutnya selalu bergumam.. tandanya dia menikmatinya.
Kedua tanganku saya dekapkan ke pantatnya yang bulat dan seksi. Sehingga tubuhnya semakin marapat ke tubuh saya.

Dekapan kedua tangannya ke leher saya semakin diperkuat.. seiring dengan lenguhan bibirnya yang semakin panjang.. "Uuucchmm.. mm..”
Batang kejantanan yang tegang sejak berangkat dari rumahnya Mbak Yati.. kini ditekan dengan kencang oleh tubuh Mbak Yati yang bergoyang-goyang.
Rasa nikmat menjalar dari batang kejantananku mengalir naik ke ubun-ubun.

Ciumanku terus turun setelah beberapa lama singgah di lehernya.. turun menuruni celah bukit kembarnya.
Behanya yang berwarna merah muda serasi dengan kulitnya yang langsat.. semakin menambah indahnya susu Mbak Yati.

Karena tubuh Mbak Yati agak kecil.. saya agak sedikit berjongkok agar mampu mencium kedua susunya yang sudah mengeras.
Kedua tangan saya pergunakan untuk menahan punggungnya yang mulai melengkung atas sensasi ciuman saya ke susunya.

Deru nafas Mbak Yati semakin memburu. Gesekan tubuhnya ke batang keperkasaan saya semakin cepat frekuensinya..
hingga akhirnya.. "Udach acch Alvii.. jangan di sini.. nggak enak kalau nanti ketahuan..”
ujarnya sambil berusaha melepaskan tubuhnya dari dekapan saya.

"Sebentar Mmmbbak..!" Jawab saya dengan mulut tidak bergeser dari susunya.

"Alvi.. nanti kita lannjuttkan saja di-llain ttemmpat..”
suaranya terputus-putus karena tersengal oleh nafasnya yang memburu.

"Oke dech Mbak.. tapi Mbak harus janji dulu.. kapan dilanjutkannya dan di mana..?"
Tanyaku sambil masih mendekap dengan erat tubuh Mbak Yati.

"Besok pagi saja di rumahku jam sepuluh. Karena kalau pagi rumahku sepi..”

"Oke dech.. besok pagi jam sepuluh saya datang lagi..”

"Yuk kita pulang.. anter aku dulu ke rumah.. anak nakaall..!" Pinta Mbak Yati manja sambil mencubit hidungku.

"Aku antar ke rumah.. tapi kasih dulu uang muka untuk besok pagi..”
Sambil mengarahkan ciuman saya ke bibirnya sekali lagi sebagai uang muka untuk besok pagi.
Dia belum sempat tersenyum karena bibirnya sudah kukulum dengan mesranya.

Hari mulai gelap dan gerimis mengiringi kepulangan kami. Kami berjalan pulang ke rumah Mbak Yati..
tetapi suasana dalam perjalanan pulang sudah jauh berbeda dengan suasana ketika kami berangkat tadi.

Karena ketika kami berangkat tadi.. perilaku kami sebagai seorang tante dengan ‘keponakannya’..
tapi sekarang sudah berubah menjadi perjalanan seorang tante dengan ‘keenakannya’.. hehe..

Selama perjalanan.. Mbak Yati menggoda saya.. "Waduh.. ternyata selama ini saya salah.. saya kirain Alvi itu orangnya alim.. tapi ternyata ..”

"Ternyata enak khan..?" Goda saya sambil mencubit dagunya yang menggemaskan. Kami berdua tertawa berderai.

"Kalau tau gitu.. mending dari dulu yaa..?" Kata Mbak Yati menggoda.

"Iya kalau dari dulu.. memek Mbak Yati mungkin tidak karatan ya..?" Balasku menggoda mulai berani.

"Emangnya besi tua..!" Jawab Mbak Yati bersungut.

"Bukan besi tua.. tapi besi pusaka..” jawab saya menimpali.

Selama perjalanan.. tangan Mbak Yati tidak henti-hentinya selalu meremas tangan saya yang sebelah kiri –sebelah kanan untuk pegang setir..–
Tangan saya baru dilepaskan ketika saya pergunakan untuk pindah gigi saja. Selebihnya selalu dipegang dan diremas-remas oleh Mbak Yati.

"Mbak.. jangan tanganku aja donk yang diremas-remas.." pinta saya dengan manja.

"Lha yang mana lagi yang minta diremas..?" Balasnya.. entah memang belum ngerti atau pura-pura tidak ngerti ke mana arah omongan.

"Ya yang nggak ada tulangnya donk yang diremas..”

"Dasar anak nakal..” Mbak Yati tersenyum.. tapi tangannya beralih untuk meremas rudal yang masih tegang belum tersalurkan.

Ternyata Mbak Yati tidak hanya meremas rudal saya saja.. melainkan juga menciuminya.
"Mbak.. bebas aja lho Mbak.. jangan sungkan-sungkan.. anggap aja milik sendiri..” goda saya sambil tersenyum.

"Terus minta diapakan lagi..?" Pancing Mbak Yati.

"Yaa.. kalau mau dikulum juga boleh..” jawab saya.

"Emangnya nggak kelihatan orang..?" Tanyanya ragu.

"Khan udah malem.. lagian hujan.. pasti nggak kelihatan..” bujukku memberi alasan.

Tanpa menunggu jawaban.. tangan Mbak Yati sudah mulai membuka ritsleting celana dan mengeluarkan rudal saya.
Saya geser kursi saya agak ke belakang.. agar Mbak Yati dapat leluasa mempermainkan rudal indah milik saya.

Dirabanya rudal itu dan diciuminya.. akhirnya bibirnya yang mungil mengulum dan menjilatinya.
Terasa mendapat aliran listrik yang menggetarkan ketika lidah Mbak Yati menjilati kepala rudal saya.

Dan terasa hangat dan basah ketika mulutnya mengulum batang kejantanan saya yang semakin menegang.
Dua perasaan yang penuh sensasi berganti-ganti saya rasakan.

Antara getaran karena jilatan lidah dan hangatnya kuluman saling berganti.
Kedua kaki terasa tegang.. dan pantat saya tidak terasa terangkat..
karena sensasi yang ditimbulkan oleh kuluman bibir Mbak Yati yang ternyata sangat ahli.

Untuk menghindari konsentrasi yang terpecah.. terpaksa saya meminggirkan mobil ke jalur lambat.. dan memberhentikan mobil.
Keadaan sangat mendukung.. karena pada saat itu tepat dengan turunnya hujan.. dan lalu lintas kendaraan agak sepi..
sehingga kami berdua tidak merasa terganggu untuk melanjutkan permainan di dalam mobil.

Mbak Yati mengulum kemaluan saya dengan semangat.
Kepalanya terlihat turun-naik-turun-naik yang terkadang cepat.. terkadang lambat.
Mulutnya terus bergumam.. sebagai tanda bahwa dia juga menikmatinya.

Kedua tangan saya memegang kepala Mbak Yati naik-turun mengikuti gerakannya.
Kaki semakin kejang dengan pantat saya yang naik-turun akibat rasa sensasi yang luar biasa.

Untuk mengimbangi permainannya.. pantat Mbak Yati yang terlihat nungging.. saya remas dengan tangan kiri..
sementara tangan kanan masih membelai susu Mbak Yati..
Saya remas dengan pelan kedua susunya bergantian dengan tangan kanan.

Ritsleting rok bawahnya yang ada di pantat.. mulai saya buka.. terlihat CD-nya yang berwarna merah muda.
Saya masukkan tangan kiri ke dalam CD-nya dan meremas dengan gemas pantatnya yang padat berisi.

Tangan saya bergerak turun menelusuri celah pantatnya.. dan sekarang menuju liang kemaluannya.
Kemaluannya saya sentuh dari belakang.. dan terasa sudah sangat basah dan merekah.
Saya belai-belai bibir luar kewanitaannya dan akhirnya saya belai-belai klitnya.

Merasa klitnya tersentuh oleh jari saya.. pantat Mbak Yati semakin dinaikkan.. dan terasa tegang..
kuluman ke batang kejantanan saya semakin kencang.
Tangan kanan saya masih meremas-remas susunya yang semakin tegak.

Melihat perpaduan antara belaian klitoris.. remasan susu dan kuluman rudal.. suara kami jadi semakin maracau.
Pantat kami semakin naik-turun. Erangan kenikmatan dan sensasi aliran listrik menjalar ke sekujur tubuh kami.

Tiba-tiba Mbak Yati melepaskan kulumannya. Dia kembali ke posisi duduk dan telentang..
sambil matanya tetap terpejam oleh kenikmatan yang sudah bertahun-tahun tidak dirasakan.

Saya tau maksudnya.. bahwa dia minta gantian agar kewanitaannya dijilati.
Saya singkapkan roknya.. dan Mbak Yati dengan tergesa-gesa melepaskan sendiri CD-nya..
seakan tidak sabar dan tidak ingin ada waktu luang yang terputus.

Kedua kakinya sudah ditelentangkan.. kemaluannya yang mungil dengan bulu-bulu halus dan terawat sudah kelihatan merekah.
Saya dekatkan mulut saya ke liang senggamanya.. tetapi saya baru akan menjilati kedua selangkangannya terlebih dahulu.

Dia meremas-remas rambut saya. Kedua kakinya mengejang-ngejang dan bergerak-gerak tidak terkontrol.
Pantatnya digerak-gerakkan naik-turun.

Ini artinya Mbak Yati sudah sangat penasaran dan sangat gemas agar kemaluannya ingin dijilati.
Dia kelihatan penasaran sekali.

Saya jilati bibir kemaluannya. Harumnya yang khas kemaluan wanita semakin merangsang saya.
Remasan-remasan di kepala saya semakin kuat.

Akhirnya saya buka bibir kemaluannya.. saya jilati klitorisnya.
Ketika lidah saya menyentuh klitorisnya.. nafas lega dan erangan kenikmatan keluar dari mulutnya.

"Uuuhh.. uhh.. uughh..!"
Terus menerus keluar dari mulutnya. Kepalanya selalu bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri.

Remasan remasan tangan kirinya sekarang beralih ke punggung saya..
sedangkan tangan kanannya berusaha mencari batang keperkasaan saya dan akhirnya meremas-remas dan mengocoknya.

Tangan yang lembut dengan kocokan dan remasan yang halus.. memijat-mijat batang kejantanan saya..
memberikan sensasi tersendiri pada rudal kebanggaan milik saya.

Lidah saya berputar-putar di klitorisnya.. usapan-usapan lidah di dinding vagina..
terkadang saya selingi dengan isapan dan gigitan halus di klitorisnya.. membuat dia semakin maracau..

"Uuugghh.. geellii banggeett..! Uuuff.. ggellii bannget..! Uuff ggllii..”

Dan secara tiba-tiba kedua tangannya mencakar punggung saya.. kedua kakinya menegang..
dadanya membusung naik diikuti dengan getaran tubuh yang hebat sambil mengerang..

"Uuugghhff Aaallvii.. uuff aku mmauu kkeelluua.. aarr..”
Nafasnya tersengal dan memburu.. tandanya dia sudah sampai di puncak kenikmatan seorang wanita.

"Aaallvii.. kamu belum yaa..? Sini kukulum biar cepet nyampai..” suara Mbak Yati sambil nafasnya masih memburu.

Dia lantas membungkuk di pangkuan saya.. saya telentang di jok.. kembali mengulum batang kejantanan saya.
Bibir yang manis dan mungil kembali mengocok-ngocok rudal saya. Lidahnya dengan lembut menyapu kepala kemaluan saya.

Sensasi yang tadi sempat terputus.. kembali dapat saya rasakan. Kaki saya menegang.. pantatku terangkat..
tangan saya meremas-remas kedua pipinya.
Aliran listrik menjalar dari kepala kejantanan saya.. naik ke ubun-ubun dan sekujur tubuh.

Aliran tersebut kembali lagi bersama-sama mengarah ke ujung rudal saya.. ke kepala kemaluan saya..
dan akhirnya keluar bersama-sama dengan cairan putih dan kental ke mulut Mbak Yati..
ke bibir Mbak Yati.. ke hidungnya dan ke pipinya.. banyak sekali.

Seakan-akan habis sudah cairan yang ada di tubuh ini.. lemas kedua tubuh kami.
Untuk sejenak kami berdua berdiam diri.. untuk menikmati sensasi kami..
untuk mengatur nafas kami dan untuk menenangkan emosi kami.

Kami berdua telentang di jok kami masing-masing.. dengan kemaluan kami yang masih terbuka.
Kami saling berpandangan dan tersenyum puas.

Tangan kanan Mbak Yati meremas tangan kiriku.. saya tidak tau apa artinya..
apakah ucapan terimakasih.. pujian ataukah janji untuk mengulangi lagi apa yang telah kami lakukan.

Setelah istirahat sejenak.. Mbak Yati mengambil tisue dan membersihkan cairan kental yang belepotan di perutku dan kemaluan saya.
Mbak Yati membersihkannya dengan mesra dan terkadang bercanda dengan mencoba meremas dan membangunkan kembali rudal saya.

"Mbak. Jangan digoda lagi lho.. kalau ngamuk lagi gimana..?" Kataku bercanda.
"Coba aja kalau berani.. siapa takut..!" Jawabnya sambil menirukan iklan di TV.

Setelah membersihkan kemaluanku.. dia juga membersihkan kemaluannya dengan tisue.. dan memakai kembali CD-nya..
merapikan rok.. blus dan BH-nya yang kusut. Sementara saya juga merapikan kembali celana saya.
Dia menyisir rambutnya dan merapikan kembali riasan wajahnya.. sambil melirik dan tersenyum ke saya penuh bahagia.

"Mbak.. besok tetap lho ya jam sepuluh pagi..” saya mengingatkan.
"Pasti donk.. mana sih yang nggak pengin sarang burungnya dimasukin burung..” canda dia.

"Apalagi sarangnya sudah kosong lama ya Mbak..?" Godaku.
"Pasti enak kok kalau udah lama..” jawab dia.

Setelah kami semua rapi.. Mbak Yati aku antar pulang dengan tetap berdekapan.. dia tertidur di dadaku..
tangan kiri saya untuk mendekap dia dan tangan kanan saya untuk pegang stir.

Sesampainya di rumah MBak Yati.. cuaca masih gerimis. Mbak Yati menawarkan untuk mampir sebentar di rumah.
"Vi.. masuk dulu yuk..! Aku buatkan kopi hangat kesukaanmu..” ajak Mbak Yati.
"Oke dech.. aku parkir dulu mobilnya ya..?"

Sampai di dalam rumah Mbak Yati.. ternyata Tarno tidak ada.
Menurut Bi Inah.. pembantu Mbak Yati.. katanya Tarno hari ini tidak pulang.. karena diminta atasannya dinas ke luar kota.

"Vi.. ternyata Tarno malam ini nggak pulang. Kamu tidur aja di sini.. di kamar Tarno..” pinta Mbak Yati sambil senyum penuh arti.
Aku tau ke mana arah pembicaraan Mbak Yati.
"Nggak mau kalau tidur di kamar Tarno.. aku takut sendirian..” godaku.

"Emangnya takut sama siapa..?"
"Ya takut kalau Mbak Yati nanti nggak nyusul ke kamarku..”

"Ssstt..! Jangan keras-keras.. nanti ada yang denger..” Mbak Yati cemberut.. takut kalau ada yang dengar.
"Ya udah.. aku tidur sendiri di kamar Tarno.. kalau nanti malam saya dimakan semut.. jangan heran lho Mbak.." saya pura-pura merajuk.

"Nggak usah ribut.. mandi sana dulu.. nanti malam kalau semua orang udah pada tidur..
kamu boleh nyusul aku ke kamar.. nggak saya kunci kamarku..” bisik Mbak Yati pelan.
"Siip dach..!" Aku ceria dan langsung pergi mandi.

Habis mandi.. badan saya terasa segar kembali. Saya langsung pergi ke kamar.. pura-pura tidur.
Tetapi di dalam kamar saya membayangkan apa yang akan saya lakukan nanti setelah berada di kamar Mbak Yati.
Saya akan bercinta dengan orang yang sudah bertahun-tahun saya idamkan.

Jam di kamar saya menunjukkan pukul 12:30 malam. Kudengarkan kondisi di luar kamar sudah kelihatan sepi.
Tidak terdengar suara apapun. TV di ruang keluarga juga sudah dimatikan Bi Inah kira-kira jam 11 tadi.
Bi Inah adalah orang yang terakhir nonton TV setelah acara Srimulat yang merupakan acara kegemaran Bi Inah.

Untuk mempelajari suasana.. saya keluar pura-pura pergi ke kamar mandi. setelah benar-benar sepi..
saya mengendap-endap masuk ke kamar Mbak Yati. Lampu di kamar Mbak Yati remang-remang.
Mbak Yati tidur telentang dengan mengenakan daster tipis yang semakin memperindah lekuk tubuh Mbak Yati.

Tubuh Mbak Yati yang mungil tapi padat berisi.. terlihat tampak sempurna dibalut daster tersebut.
Dengan tidak sabar saya dekap tubuh Mbak Yati yang sedang telentang..
bagaikan landasan yang sedang menunggu pesawatnya mendarat.

Mbak Yati saya dekap hanya tersenyum sambil berbisik.. "Sudah nggak sabar ya..?"
"Ya Mbak.. perasaan waktu kok berjalan pelaan sekali..”

Saya cium belakang telinganya yang mungil dan ranum.. kemudian ciuman saya bergeser ke pipinya..
dan akhirnya ke bibirnya yang mungil dan juga ranum.

Kedua tangan Mbak Yati mendekap erat di leher saya.
Tangan saya yang kiri saya letakkan di bawah kepala Mbak Yati untuk merangkulnya.
Sedangkan tangan kanan saya gunakan untuk membelai dan melingkari sekitar susunya.

Dengan perlahan dan lembut.. telapak tangan saya gunakan untuk meremas-remas lingkaran luar payudaranya..
dan ternyata Mbak Yati sudah tidak memakai BH lagi.

Erangan-erangan lembut Mbak Yati mulai keluar dari bibirnya..
sedangkan kedua kakinya bergerak-gerak menandakan birahinya mulai timbul.

Remasan-remasan tanganku di seputar susunya mendapatkan reaksi balasan yang cukup baik..
karena kekenyalan susu Mbak Yati kelihatan semakin bertambah.

Tangan kanan saya geserkan ke bawah.. sebentar mengusap perutnya.. beralih ke pusarnya..
dan akhirnya saya gunakan untuk mengusap kewanitaannya.

Ternyata Mbak Yati juga sudah tidak memakai CD.. sehingga kemaluannya yang bulat dan mononjol..
serta kelembutan rambut kemaluannya dapat saya rasakan dari luar dasternya.
Kedua kakinya semakin melebar.. memberikan kesempatan seluas-luasnya tangan saya untuk membelai-belai kewanitaannya.

Ciuman saya beberapa saat mendarat di bibirnya.. kemudian saya alihkan turun ke lehernya.. ke belakang telinganya..
dan akhirnya turun ke bawah.. melewati celah di bukit kembarnya.

Saya ciumi lingkaran luar bukit kembarnya.. sebelum akhirnya menyiumi puting susunya yang sudah mengacung.
Ketika lidah saya menyium sampai ke putingnya.. nafas Mbak Yati kelihatan mengangsur.. menunjukkan kelegaan. "Uuuccghh.. Allvii..!"

Tali daster yang menggantung di pundaknya.. saya pelorotkan..
sehingga menyembullah kedua bukit kembarnya yang kenyal.. dengan kedua putingnya yang sudah mengacung dan tegang.
Saya ciumi sekali lagi kedua bukit kembarnya.. dan saya jilati putingnya dengan lidah.

Sementara kedua jari dari tangan kanan saya secara bersamaan membelai-belai kedua selangkangannya..
yang terkadang diselingi dengan usapan kemaluan luarnya dengan telapak tangan kanan saya.

Belaian ini memberikan kehangatan di bibir kewanitaannya.. selain untuk meningkatkan rasa penasaran liang senggamanya.
Jari tengah saya gunakan untuk mebelai-belai bibir luar kemaluannya yang sudah sangat basah.

Saya usap klitorisnya dengan lembut dan pelan dengan menggunakan ujung jari..
membuat Mbak Yati semakin menikmati belaian lembut klitorisnya. Bibir kewanitaannya semakin merekah dan semakin basah.

Lidahku masih menari-nari di kedua putingnya yang semakin keras.. jilatan lidah saya memberikan sensasi yang kuat bagi Mbak Yati.
Terbukti dia semakin erat meremas rambut saya.. deru nafasnya semakin memburu dan lenguhannya semakin kencang. "
Uuuccgghh.. Aaallvii.. uugghh.. eennaaggkk..”

Saya jilati kedua putingnya kanan dan kiri bergantian..
sambil meremasi dengan lembut tetapi sedikit menekan kedua susunya dengan kedua tangan saya.

Setelah saya puas menciumi susunya.. ciuman saya geser ke arah perutnya.. saya jilati pusarnya..
kembali Mbak Yati sedikit menggelinjang.. mungkin karena kegelian.

Ciuman terus saya geser ke bawah.. ke arah pahanya.. turun ke bawah betisnya.. terus naik lagi ke atas pahanya..
kemudian ciuman saya arahkan ke rambut kemaluannya yang lebat.
Mendapat ciuman di rambut kemaluannya.. kembali Mbak Yati menggelinjang-gelinjang.

Saya buka bibir kemaluannya yang merekah.. saya ciumi dan jilati seputar bibir kewanitaannya..
terus lidah saya diusapkan ke klitorisnya.. dan bergantian saya gigit.. terkadang saya isap klitorisnya.

Setiap sentuhan lidah saya menjilat pada klitorisnya.. tangan Mbak Yati menjambak rambut saya.
Kepalanya menggeleng-geleng.. dengan dada yang dibusungkan.. kedua kakinya mendekap erat leher saya..
dan kicaunya semakin tidak karuan..

"Uuuccgghh.. Aaallvvii.. uughh.. ggeellii.. uuff.. ggeellii.. seekkaallii..”
Cairan yang keluar dari kemaluannya semakin banyak.. bau khas liang senggamanya semakin kuat menyengat.

Rintihan.. lenguhan yang keluar dari mulut Mbak Yati semakin kacau.
Gerakan-gerakan tubuh.. kaki dan gelengan-gelengan kepala Mbak Yati semakin kencang.

Dadanya tiba-tiba dibusungkan.. kedua kakinya tegang dan menjepit kepala saya.
Saya mengerti kalau saat ini detik-detik orgasme akan segera melanda Mbak Yati.

Untuk memberikan tambahan sensasi kepada Mbak Yati.. maka kedua putingnya saya usap-usap dengan kedua jari tangan..
dengan mulut tetap menyedot dan mengisap klitorisnya..

Maka tiba-tiba.. "Aaauughh.. Aallvvii aakk.. kkuu.. kkeelluuarr.. Aaacchh..!" Saya tetap mengisap klitorisnya.
Dan dengan nafas masih terengah-engah Mbak Yati bangun dan duduk.
"Ayo Alvi.. gantian kamu tiduran aja telentang..!" Kata Mbak Yati sambil menidurkan saya telentang.

Gantian Mbak Yati telungkup di samping saya.
Tangannya yang lembut sudah mulai mengelus-elus batang kemaluan saya yang sudah sangat tegang.

Mulutnya yang mungil mencium bibir.. terus turun ke puting. Saya merasa sedikit kegelian ketika dicium puting saya.
Mulutnya terus turun mencium pusar.. dan akhirnya saya rasakan ada rasa hangat.. basah dan sedikit sedotan sudah menjalar di rudal saya.

Ternyata Mbak Yati mulai mengocok dan mengulum kejantanan saya. Mbak Yati mengulumnya dengan penuh nafsu.
Matanya terpejam tetapi kepalanya turun-naik untuk mengocok rudal saya. Kepala kemaluan saya dijilatinya dengan lidah.
Tekstur lidah yang lembut tapi sedikit kasar.. membuat seakan ujung jari kaki saya terasa ada getaran listrik yang menjalar di seluruh kepala.

Jilatan lidah di kepala rudal memang sangat enak. Aliran listrik terus menerus menjalar di sekujur tubuh saya.
Kepala Mbak Yati yang naik-turun mengocok kejantanan saya yang saya bantu pegangi dengan kedua tangan.

Kocokannya semakin lama semakin kuat.. dan isapan mulutnya seakan meremas-remas seluruh batang keperkasaan saya.
Seluruh pori-pori tubuh saya seakan bergetar dan bergolak.

Getaran-getaran yang menjalar dari ujung kaki dan dari ujung rambut kepala..
seakan mengalir dan bersatu menuju satu titik.. yaitu ke arah rudal keperkasaan saya.

Getaran-getaran tersebut makin hebat.. akhirnya kemaluan saya menjadi seolah tanggul yang menahan air gejolak.
Lama-lama pertahanan kemaluanku seakan jebol.. dan tiba-tiba saya menjerit. "Mmmbbakk Yaattii.. aaggkkuu kkelluuaarr..!"

Mendengar saya mengerang mau keluar.. mulut Mbak Yati tidak mau melepaskan batang kejantanan saya..
tetapi malah kulumannya dipererat.

Mulut Mbak Yati menyedot-nyedot cairan yang keluar dari rudal saya dengan lahapnya.. seakan tidak boleh ada yang tersisa.
Batang kemaluan saya diisap-isapnya seakan mengisap es lilin.

Sensasinya sungguh sangat dahsyat. Ternyata Mbak Yati sangat ahli dalam permainan oral.

Nafas saya sedikit tersengal.. badan sedikit lemas.. karena seakan-akan semua cairan yang ada di tubuh..
mulai dari ujung kaki sampai dengan kepala.. habis keluar tersedot oleh Mbak Yati.

Mbak Yati tersenyum puas sambil menggoda.. "Gimana rasanya..?"
"Waduh.. Mbak luar biasa..” jawabku sambil masih terengah-engah.

"Nggak kalah kan dengan yang muda..?" Kata Mbak Yati dengan berbangga.
"Yaa jelas yang lebih pengalaman donk yang lebih nikmat..”

Kami istirahat sejenak sambil minum. Tetapi ternyata Mbak Yati memang luar biasa.
Baru istirahat beberapa menit.. tangannya sudah mulai bergerak-gerak di perut..
di paha dan di selangkangan saya.. membuat rasa geli di sekujur tubuh.

Tangannya kembali meremas-remas batang kemaluan saya. Karena masih darah muda.. maka hanya sedikit sentuhan..
kemaluan saya langsung berdiri dengan gagahnya mencari sasaran.

Melihat batang keperkasaan saya dengan cepatnya berdiri lagi.. wajah Mbak Yati kelihatan berseri-seri.
Sambil tangannya tetap mengocoknya.. kami saling berciuman.

Bibir Mbak Yati yang mungil memang sangat merangsang semua laki-laki yang melihatnya.
Ciuman yang lembut dengan usapan-usapan tangan saya ke arah putingnya.. membuat birahi Mbak Yati juga cepat naik.

Putingnya seakan-akan menjadi tombol birahi.
Begitu puting Mbak Yati disenggol.. lenguhan nafasnya langsung mengencang.. kedua kakinya bergerak-gerak..
pertanda birahinya menggebu-gebu.

Saya usap liang senggamanya dengan tangan.. ternyata liang kenikmatan Mbak Yati sudah sangat basah.
Gila bener cewek ini.. cepet sekali birahinya... pikir saya dalam hati.

Mbak Yati menarik-narik punggung saya.. seakan-akan memberi kode..
agar senjata rudal saya segera dimasukkan ke sarangnya yang sudah lama tidak dikunjungi burung pusaka.

"Ayo dong Vi..! Cepetan.. Mbak sudah nggak tahan nich..!"
Alat vital saya sudah semakin tegang.. dan saya sudah tidak sabar untuk merasakan kemaluan Mbak Yati yang mungil.

Saya sapukan perlahan-lahan kepala kejantanan saya di bibir kewanitaannya.
Kelihatan sekali kalau Mbak Yati menahan nafas.. tandanya agak sedikit tegang.. seperti gadis yang baru pertamakali main senggama.

Setelah menyapukan kepala rudal saya beberapakali di bibir kenikmatannya dan di klitorisnya.
Slebb.. blesepp..! Akhirnya saya masukkan burung saya ke sarangnya dengan sangat perlahan.

Kedua tangan Mbak Yati meremas pundak saya. Kepalanya sedikit miring ke kiri..
matanya terpejam dan mulutnya sedikit terbuka sangat seksi sekali..
tandanya Mbak Yati sangat menikmati proses pemasukan batang kejantanan saya ke liang senggamanya.

Lenguhan lega terdengar ketika kepala kemaluanku membentur di dasar liang kenikmatannya.
Saya diamkan beberapa saat rudal saya terbenam di liang senggamanya..
untuk memberikan kesempatan kemaluan Mbak Yati merasakan rudal kenikmatan dengan baik.

Saya pompakan batang kejantanan saya ke liang senggama Mbak Yati dengan metode 10:1..
yaitu sepuluhkali tusukan hanya setengah dari seluruh panjang batang kejantanan saya..
dan satukali tusukan penuh seluruh batang kejantanan saya sampai membentur ujung rahimnya.

Metoda ini membuat Mbak Yati merancau tidak karuan. Setiapkali tusukan saya penuh sampai ujung..
saya kocok-kocokkan kejantanan saya beberapa lama.. akhirnya saya rasakan kaki Mbak Yati melingkar kuat di pinggang saya.

Kedua tangannya mencengkram punggung saya.. dan dadanya diangkat membusung..
seluruh badannya tegang mengencang.. diikuti dengan lenguhan panjang..
"Aaacchh.. aauugghh.. Aallvvii.. aakku.. kkeelluuaa.. aa..rrhh..!"

Batang kemaluan saya terasa sangat basah dan dicengkram sangat kuat.
Merasakan remasan-remasan pada rudal saya yang sangat kuat..
membuat pertahanan saya juga seakan makin jebol dan akhirnya.. Ccrroot.. croot.. crrot..! Saya juga muncrat.

Setelah permainan itu.. saya sering melakukan hubungan seks berkali-kali..
bisa seminggu duakali saya melakukan hubungan seks dengan Mbak Yati.

Ternyata nafsu seks Mbak Yati cukup besar.. kalau satu minggu saya tidak bermain seks dengan Mbak Yati..
pasti Mbak Yati akan main ke rumah.. ataupun setelah bekerja dia akan menelpon saya di kantor untuk meminta jatah.

Saya melakukan hubungan seks dengan Mbak Yati bisa di mana saja.. asal tempatnya memungkinkan.
Baik di rumah saya.. di rumah dia.. di hotel.. di mobil.. di garasi.. di kamar mandi sambil berendam di bath-tub.. di dapur sambil berdiri..
Bahkan aku pernah bermain seks di atas kap mesin mobil saya.

Ternyata berhubungan seks itu kalau dengan perasaan agak takut atau khawatir dan terkadang tergesa-gesa..
memberikan pengalaman tersendiri yang cukup mengasyikkan. (. ) ( .)
----------------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Cerita 33 – Tetanggaku Cantik

Mba Rani


Sungguh aku tidak menduga.. kalau sepanjang aku tinggal di gang kontrakan Pak Amir.. aku akan mendapatkan sesuatu pengalaman yang mengasikkan.

Mulanya aku pindah ke situ karena kontrakan itu tergolong baru.. di pinggir sawah dan walau pun di pinggir persawahan.. tapi letaknya sangat bagus dan dekat dengan pusat kota.

Waktu itu aku memilih tempat paling ujung karena Kebetulan pemandangannya bagus serta dekat dengan tempat jemur pakaian.
Di belakang kontrakan ada pabrik roti yang mungkin ini adalah kekurangan dari kontrakan itu.. yaitu ada suara diesel untuk listrik pabrik itu.
Waktu masuk pertama.. baru ada beberapa keluarga saja yang mengontrak. Di depan ada sekitar 15 bedeng dan di deretanku ada 16.

Mulanya aku tidak begitu memperhatikan tetangga-tetanggaku.. karena aku selalu pergi pagi dan pulang malam.
Maklum aku kerja di daerah Tangerang yang lalu lintasnya selalu macet. Tapi sejak pagi itu.. aku benar-benar dibuat kaget dan ketagihan.

Pagi itu aku agak santai dan duduk di teras depan kamar.. sambil menikmati pemandangan sawah.
Saat itu aku baru saja di PHK dan tengah asik melamun memikirkan kelangsungan masa depanku.. sambil menunggu kabar dari beberapa lamaran kerja yang kulayangkan.

Suasana sekitarku tampak sepi.. maklum pagi hari menjelang siang begini kebanyakan tetanggaku sudah berangkat kerja.
Yang ada paling istri-istri mereka.. itu pun kalau tidak bekerja pula dan anak-anak yang belum sekolah.

Tiba-tiba kontrakan di depan kamarku terdengar pintunya terbuka dan kulihat seorang wanita dengan hanya mengenakan handuk terlilit.. keluar sambil membawa ember berisi cucian.

Yang membuat aku agak kaget.. wanita itu cantik sekali.. dengan kulit putih serta rambut panjangnya.
Mungkin wanita itu juga terkejut karena tidak biasanya aku duduk di situ pagi-pagi begini.

Wanita itu menuju samping kamar yaitu ke tempat menjemur pakaian.
Otomatis aku yang sedang memandang sawah jadi terhalang oleh pemandangan wanita yang sedang menjemur pakaian.
Dan sekitar sepuluh menit ke depan aku benar-benar menikmati tubuh wanita itu.. yang seolah-olah cuek atau disengaja memamerkan tubuhnya.

Aku agak tergila nafsu saat wanita itu membungkuk.. membelakangiku dan sudah tentu bongkahan pantatnya tampak.
"Sial..!” Umpatku karena pemandangan itu hanya sekilas-sekilas.. terhalang lembaran-lembaran pakaian yang tergantung.

Tapi sempat kulihat garis pantatnya yang kehitam-hitaman. Dan yang lebih hot.. saat cucian yang sudah dijemur habis.
Wanita itu seperti sengaja.. lalu membuang air di ember.. sehingga seperti tertarik.. handuk itu lepas lilitannya.

Aku sempat melihat buah dadanya yang mulus dan masih tegak.. serta serumpun bulu yang melingkari selangkangannya.
Sekali lagi sialnya. Suasana tambah tak menguntungkan dengan makin kencangnya tiupan angin.
Aku hanya diam saja ketika wanita itu lewat di depanku dan mengerling nakal lalu masuk ke dalam rumah kontrakannya.

Sore itu juga aku meniatkan diri untuk mengecek apakah wanita di depan kamarku itu gadis atau bagaimana.
Sekitar pukul 7.. aku mengintip dari gorden ketika kudengar suara motor. Kulihat seorang laki-laki serta dua orang anaknya turun dengan riang.

Wanita itu keluar dan.. sekali lagi cantik banget.. mengenakan daster terusan.. sehingga tampak seolah berkibar.
Sedikit kecewa aku bergumam. Wah sudah punya suami dan punya anak lagi.

Semenjak kejadian itu aku jadi rajin nongkrong di depan rumah di saat pagi menjelang siang.
Tapi seperti sudah tau.. wanita itu juga tidak sembarangan lagi memakai handuk.

Kata ibu tetangga sebelah kamar.. tumben aku kok kelihatan. Yach sedang tidak banyak kerjaan.. kubilang.
Seminggu aku jadi pusing sendiri. Walau pun sering bertemu tapi ya.. selalu pakai longdress atau rok yang panjang.. sehingga aku hanya menelan ludah.

Kini aku sudah tau namanya. Aku memanggilnya Mbak Rani. Baru nikah dengan duda beranak dua.
Wah berita gembira juga. Berarti masih enak.. dalam hati aku bergumam sambil memandang payudara wanita itu.

Yang dilihat risih juga. Lalu ngeloyor ke anaknya yang sedang bermain di gang.
Aku pun mulai akrab dengan anak-anak tirinya dan karena sering ngobrol.. Mbak Rani sudah cukup akrab pula denganku.. hingga suatu saat..

Waktu itu aku baru bangun tidur.. kesiangan dan sedang spanneng berat.. sehingga tanpa terkontrol aku melakukan hal yang fatal.
Saat itu aku mendengar suara Mbak Rani yang mungkin telah selesai menjemur pakaian dan sedang memberi makan anaknya.

Aku yang sedang ngaceng berat.. keluar dan duduk di sebelah Mbak Rani.
Sambil lihat ke kiri ke kanan.. kulihat hanya beberapa tetangga di ujung yang sedang duduk.

Aku lalu mencoba mengajaknya ngobrol. "Mbak.. suaminya pulang malam terus ya..?”

”Ya begitulah.. emang kenapa Ton..?”

Aku diam saja sambil melihat betis Mbak Rani yang mulus. "Nggak.. Mbak sudah lama nikah..?”

"Eh nanya itu melulu.. kenapa sih..?” Mbak Rani memandangku heran.

Aku yang sedang horni nekat mencoba mengelus tangan Mbak Rani.
Mbak Rani bereaksi. Ditepisnya tanganku. "Heh.. entar kelihatan tetangga..”

Wah.. girang aku melihat sikap dan mendengar alasan yang cuma segitu. Aku semakin berani dan mulai mengelus paha Mbak Rani.

"Eh.. apa-apaan.. jangan kurang ajar dong Ton..!” Mbak Rani berdiri sambil memandang tajam.
Sial..! Dalam hati aku merutuk. Kok tergesa-gesa amat.

Sejak itu Mbak Rani seperti berubah. Tapi sering kalau aku sedang nongkrong dia mengintip di gorden.
Hingga pagi itu.. kira-kira jam 10.. suasana di depan kamarku senyap saja. Sampai terdengar pintu kontrakan depan terbuka. aku mengintip.

Wah.. aku langsung deg-degan ketika melihat Mbak Rani keluar dengan handuk terlilit membawa ember besar.
Lalu seperti memandang ke kamarku.. Mbak Rani menuju ke tempat jemur pakaian. Aku seperti spanneng melihat itu. Lalu kucari akal.

Aku segera melepas seluruh pakaian dan menuju ke kamar mandi lalu mengguyur tubuhku asal basah.
Lalu kuambil handuk dan kulilitkan di pinggang serta kuambil ember kosong dan kuisi dengan beberapa pakaian yang sengaja kubasahi.

Lalu aku keluar menuju tempat jemuran juga. Mbak Rani kaget ketika kutegur.. "Njemur Mbak..?”

"Iya.. kok tumben njemur di sini..?” Datar suara Mbak Rani. Dia sempat melirik ke handukku.

"Iya biar ketemu Mbak Rani.. habis kangen sih..” jawabku sekenanya.

Aku hanya melampirkan satu baju saja dan lalu menuju ke Mbak Rani yang sedang membungkuk.
Dari belakang aku memeluk Mbak Rani.. sehingga Mbak Rani kaget.

Mulutnya hampir berteriak tapi tidak bisa karena aku segera membekapnya.
Mbak Rani meronta hingga handuknya jatuh dan karena gerakan menahan.. handukku juga terlepas. Tubuhku dan tubuh Mbak Rani menempel.

Mbak Rani terus meronta tapi aku berhasil mengelus puting Mbak Rani yang menonjol.
"Mbak.. diam dong.. nanti kalau ketahuan kita bisa sama-sama malu juga khan..” kataku.

Mbak Rani mengambil nafas dan berhenti meronta.. mungkin dia mulai tersadar akan kebenaran ucapanku atau mungkin juga karena dia merasa kemaluanku menggeser pantatnya.. sehingga menimbulkan sensasi.

Dan Mbak Rani semakin diam saja ketika tangan kiriku yang tadinya membekap mulutnya kini pindah ke susunya serta tangan kananku menuju ke pangkal pahanya.

Tampaknya Mbak Rani seperti pasrah ketika aku terus memeluk dari belakang dan menggiringnya ke tembok rumah.. mencari tempat yang lebih terlindung dan aku merasa banyaknya jemuran yang tergantung sangat membantu.

Mbak Rani semakin pasrah ketika kugesek-gesek kemaluanku di sela kedua pahanya.. seperti mencari jalan masuk ke kemaluannya yang kurasa sudah mulai basah.

Bahkan tiba-tiba Mbak Rani seperti memberi jalan dengan menjengkitkan pantatnya.. sehingga aku dengan mudah seperti menemukan jalan masuknya.
"Ton.. nanti ketahuan tetangga..” Desis Mbak Rani.

"Sebentar aja Mbak..” kataku.. sambil mengangkat kaki Mbak Rani sedikit dan.. Blesslepp..!

"Auuuuuuh Tonhh..” Mbak Rani melenguh ketika kemaluanku memasuki tubuhnya dalam posisi berdiri itu.

Aku mulai merasakan sebuah sensasi.. bagaimana tetanggaku yang selama ini baik di depan suami dan anaknya sekarang sedang kusetubuhi.
Aku mulai mengajaknya memainkan irama nafsu yang syahdu di pagi hari.

Mbak Rani merintih-rintih.. ketika kubalik tubuhnya.. sehingga aku dapat memasukkan kemaluanku dari depan.
Walau pun dalam posisi berdiri.. aku dapat merasakan lubang vaginanya yang sangat nikmat.
Dengan posisi itu pun kupikir Mbak Rani bisa merasakan kemaluanku demikian mantap menggesek dinding kemaluannya.

Aku memaju-mundurkan pantatku sedang Mbak Rani hanya pasrah.. namun tiba-tiba dia mencengkeram bahuku dan aku merasa lubang kemaluan Mbak Rani serasa lebih menjepit.

"Ooooh Ton.. aduuuhhh.. ukh.. ukh..”

Mbak Rani kulihat tidak bisa lagi menahan perasaannya dan dia segera mengkontraksikan lubang vaginanya.. desahannya pun tampak nyaring dan seperti tak sadar lagi.

Aku pun sampailah ke puncak nikmat. Crett.. crett.. crett.. crett.. crett.. maniku menyembur di liang vaginanya.
Kugendong tubuh Mbak Rani yang telanjang bulat dan kutancapkan kemaluanku dalam-dalam.

Hening sesaat. Dipandangnya mataku yang juga sedang menatapnya.
Lemas.. aku tersadar seperti kaget dengan kelakuanku yang barusan.. dan aku juga tak tau apa yang ada dalam pikiran Mbak Rani.

Perlahan Mbak Rani menurunkan kakinya dan kemaluanku pun tercabut.
Mbak Rani seperti menahan malu mengambil handuknya.. lalu melilitkan ke tubuhnya dan bergegas menuju kamarnya.

Aku pun dengan nafas masih terengah-engah melilitkan handukku dan lalu menuju kamarku sendiri.
Sejak kejadian itu.. Mbak Rani tampak jadi pendiam.

Beberapa hari berlalu hingga suatu pagi kulihat Mbak Rani keluar.. berdiri di depan pintu.. mengantarkan kepergian suaminya untuk berangkat kerja.

Sebelum dia sempat masuk lagi ke rumahnya.. aku segera menghampirinya. "Mbak..” panggilku. Kulihat Mbak Rani memandangku seperti marah.

"Saya mau minta maaf soal kemarin..” Mbak Rani berhenti sejenak.

"Kamu itu kurang ajar..” katanya tak acuh.

"Soalnya sudah nggak tahan Mbak..” kataku sambil mencoba meraih tangannya.

Mbak Rani diam saja.. sambil melihat ke sekeliling seolah takut ada yang melihat.

"Iya.. kamu itu kasar tau..!” Desis Mbak Rani.

"Maaf.. Mbak..” kataku sambil mencoba meremas pantatnya.

"Huss..!” Desis Mbak Rani sambil menepis.
Aku berteriak girang dalam hati. Dia tidak marah. Dia hanya memandangku lalu melengos masuk ke rumahnya.

Beberapa saat kemudian kulihat dari dalam kamarku Mbak Rani keluar lagi sambil membawa ember.
Kali ini dia memakai gaun panjang. Mbak Rani sepertinya terdiam sesaat ketika berdiri di depan kamarku.

Dalam hati aku bertanya.. mungkinkah ini sebuah undangan.. atau justru dia berusaha menghindar supaya tak tampak olehku.
Aku terus berpikir.. namun.. terus terang yang kemaren itu nikmat sekali.

Tanpa menunggu lebih lama dan dengan hanya menggunakan celana pendek.. aku berjalan mengendap di sela-sela jemuran.

"Mbak..!” Kupanggil dia setelah posisiku agak dekat.

Mbak Rani menoleh dan.. di luar dugaanku.. Mbak Rani justru menghampiriku sambil tersenyum.

Segera saja aku menarik tangan Mbak Rani menuju segerombolan semak di pinggir sawah dan kebetulan kulihat ada selembar tikar usang di situ.

Mbak Rani diam saja ketika aku melepas gaunnya dan membiarkan tubuhnya telanjang bulat terpapar di depanku.
Mbak Rani seolah pasrah ketika pagi itu aku membaringkan dirinya di alas tikar dan dengan mesra kujilati tubuhnya.

Mbak Rani akhirnya kusenggamai berulang-ulang di pinggir sawah itu dan merupakan sensasi tersendiri ketika aku menusuk kemaluannya dari belakang dengan posisi doggy style dan dengan langit sebagai atap. Erangan Mbak Rani seperti tertelan suara diesel.

Mbak Rani semakin tergila-gila ketika aku dengan posisi terlentang sedang dia dengan lembutnya mulai menelusupkan kemaluanku ke belahan kemaluannya. Ooooh.. sungguh nikmat. Mbak Rani pun kelihatan sungguh menikmati persetubuhan ini.

Tapi tiba-tiba.. ada deru sepeda motor datang.
"Oooh suamiku..” desis Mbak Rani terperanjat. Sambil melepaskan kemaluannya.. sehingga terdengar bunyi 'plops'.

"Ton.. gimana nih.. suamiku datang..!?”

"Sssst.. jangan keluar dulu. Masa’ mbak mau menemuinya dengan kondisi seperti ini..?” Mbak Rani seperti tersadar.. lalu diam.

Tapi dengan nakalnya aku kembali mengarahkan kemaluanku.. hingga slebb.. kembali batang kemaluanku menelusup ke kemaluan Mbak Rani yang masih duduk di atas tubuhku.

Mbak Rani terdiam menahan geli dan nikmat.. sambil mengintip suaminya sedang celingukan mencari.
Saat itu seperti ada sensasi lagi bagiku.. yaitu bersetubuh dengan orang lain sambil memperhatikan suaminya.

Aku mulai lagi menikmati tubuhnya dan kulihat Mbak Rani pun seperti kembali menikmati permainan dengan sedikit-sedikit menggerakkan pantatnya.

"Oooohhh..” desisnya sambil menurunkan bongkahan pantatnya.

"Mbak nakal ya.. tega.. ada suaminya kok ginian sama aku..?” Bisikku.

"Biarin Ton.. Mbak lagi terangsang sekali sekarang..” katanya.

Lalu seperti nekat.. Mbak Rani mencabut dan membalikkan badannya mengarah ke suaminya yang terpicing-picing melihat ke arah semak.

"Ton.. tusuk aku dari belakang..” bisiknya nyaris tak terdengar.

Aku tersenyum karena yakin biar pun sambil berdiri.. aku tak akan kelihatan suaminya.
Mbak Rani pun sepertinya menikmati hal itu ketika kemaluanku menyodok liangnya.

"Ton sodok yang keras Ton.. oooohhhh.. terus Ton..” sambil perlahan-lahan Mbak Rani mencoba untuk berdiri.

"Ton.. terus Ton.. kita sambil berdiri Ton..” dan masih seperti nekat Mbak Rani berdiri dengan sedikit menungging dan aku dengan mudah menyelusupkan kemaluanku yang panjang itu.

"Ooohhhh..” desis Mbak Rani sambil memperhatikan suaminya yang terlihat berdiri seolah-olah memandangnya.
Tapi karena keadaan semak yang rimbun.. dari jauh tentu tidak terlihat apa-apa.

Dan ketika Mbak Rani mencapai puncaknya.. aku mendesakkan kemaluanku sedalam-dalamnya ke lubang kemaluan Mbak Rani..
Jleggh..! "Adddduuuuuh Ton nikmat..” desis Mbak Rani.

Siang itu sepertinya Mbak Rani ingin terus bersenggama dan hendak melampiaskan nafsunya yang menggebu-gebu.

Mbak Rani seperti sudah kehilangan nalarnya ketika mengajakku berjalan ke arah belakang kontrakannya yang tertutup rimbunan tanaman dan pagar sebatas dada.. sehingga dari situ pandangan kita bebas ke jalan raya.

"Ton.. Mbak mau main lagi di sini Ton..”

"Hah..!? Ntar kelihatan orang..”

"Sudahlah. Ayo Ton..” katanya sambil membuka kakinya menghadap jalan.

Sambil sesekali menunduk.. aku lalu menyelusupkan batangku yang tegak perkasa ke belahan pantat Mbak Rani dan ketika sudah tepat kusodok kemaluan Mbak Rani.

Mbak Rani kembali tergial-gial dan semakin histeris ketika melihat suaminya mengendarai sepeda motor ke arah jalan raya.
"Oooooh Ton lebih keras Ton.. auuuuhhh..!”

Dan seperti sengaja ketika orgasme yang kesekiankali.. dengan beraninya disibakkan belukar di depannya.. seolah mau pamer ke orang-orang yang lalu lalang.

Mbak Rani kulihat mengejan sekuatnya ketika kurasakan pula cairan nikmatnya menyembur.. hampir bersamaan dengan semprotanku di lubuk kemaluannya.

Ketika semuanya selesai.. Mbak Rani kembali ke kamar kontrakannya dengan mengenakan gaun panjangnya.. sementara aku bersembunyi dulu di tempat jemuran.

Kudengar sayup-sayup Mbak Rani diberitahu tetangga sebelahnya bahwa tadi suaminya mencarinya. Hehe.. (. ) ( .)
---------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Cerita 34 – Sumi.. Anak Penjual Telur

Aku tinggal di dekat pasar tradisional. Rumahku tepat di belakang los-los yang ada di pasar itu.
Salahsatu los yang tepat di depan rumahku adalah los penjual telur ayam.
Bik Sari.. begitulah biasa kami memanggil penjual telur itu. Dia dari Madura.. dan dibantu oleh anaknya.. Sumi.

Sumi berumur 25 tahunan.. sudah bersuami dan punya seorang anak berumur 3 tahun.
Body montoknya sangat menawan. Dengan tinggi sekitar 165cm dan ukuran toket 36 C –taunya belakangan setelah tersingkap..:p– membuat sempurna penampilannya yang ditunjang dengan wajah yang lumayan manis.

Jujur saja.. aku sangat sering membayangkan tubuh moleknya ada dalam dekapanku.
Setiapkali berangkat kerja.. aku selalu menyempatkan diri memandang Sumi yang selalu mengenakan kaos ketat saat menjaga kiosnya.. dan itu membuat selangkanganku seringkali berontak kalau gak cepat-cepat berlalu dari hadapannya..

Kemarin pagi aku bolos ke kantor. Sementara istriku sudah berangkat bekerja.. aku pakai waktu pagiku dengan mencuci Ninja merahku setelah beberapa hari malas kubersihkan karena hujan turun terus menerus.

Sambil memandikan Ninja.. sesekali aku curi-curi pandang ke arah Sumi.. khususnya ke arah toket jumbonya..
Beberapakali sempat ketahuan kalo aku sedang curi-curi pandang.. dan aku hanya melempar senyum untuk menutupi kemaluan.. eh rasa maluku.

Tak berapa lama kemudian aku lihat Sumi beranjak menuju ponten umum.
Tapi gak lama kemudian.. dia kembali dan terlihat gelisah dan wajahnya pucat seperti menahan sesuatu.
Dan dia akhirnya celingak-celinguk di tepi jalan belakang kiosnya.. yang otomatis berada di depan rumahku.

Karena penasaran.. aku tanya ke Sumi. “Kenapa.. Sum..?” Tanyaku.

“Anu.. mas. Kebelet.. tapi ponten penuh..” jawabnya tanpa malu-malu.. karena kami juga udah kenal lama.

“Trus kamu mau ke mana..? Mau kencing di pinggir jalan ya..?” Godaku.

“Iihh mas ini.. ya gaklah. Aku mau pulang.. nunggu becak..” jawabnya.

“Wheleeh.. kamu pake kamar mandiku aja lho.. daripada keluar di becak..” kataku menawarkan jasa.. sambil mikir strategi buat ngintip..

“Gak apa-apa ya mas..?” Tanyanya.

“Udah.. daripada keburu keluar.. cepet masuk..” kataku.

Dan dia pun segera masuk ke rumahku.. dan aku tunjukkan kamar mandiku.
Setelah mengantarnya.. aku keluar untuk memastikan situasi di luar tidak sedang ramai.

Setelah yakin dengan perkiraanku bahwa saat Sumi masuk tidak ada orang yang melihat.. maka aku masuk ke rumah dalam rangka mengintip.
Pintu pagar pun aku tutup.

Hampir saja aku kecewa.. karena saat mendekati kamar mandi aku dengar Sumi sudah menyiramkan air tanda tuntasnya hajat yang tertahannya. Kentang nih.. pikirku..

Tapi tiba-tiba terdengar.. Gedebuuuk.. klothaaak..! “Aaaauuuuuuwwwww..!!” Rupanya Sumi terpeleset dan jatuh di kamar mandi.
Spontan aku ketuk pintu kamar mandi.. dan bertanya.. “Kenapa.. Sum..?” Dia menjawab.. “Aduh mass.. aku kepeleset.. sakit banget dengkulku..”

Tak lama kemudian dia membuka pintu.. sambil terpincang-pincang memegangi lututnya yang terlihat merah memar.
Dia terhuyung-huyung. Aku kasihan melihatnya.. dan bantu memapahnya. Dia gak menolaknya.
Aku peluk pinggulnya dengan tangan kananku dan membimbingnya ke ruang tengahku.

Karena dia terpincang-pincang.. tanpa sengaja gerakan tubuhnya naik turun.. dan saat itu pula tanganku terasa menyentuh toket jumbonya.. meskipun masih dari luar kaosnya.

Tanpa disadari.. saat kupapah.. sebagian kaosnya tersingkap.. dan menampakkan betapa putih dan mulus kulit Sumi.
Sampai di ruang tengah.. Sumi minta duduk di karpet sambil bersandar di sofa untuk meluruskan kakinya yang memar.

Nah.. saat mau duduk inilah aku manfaatkan kesempatan untuk meremas toketnya ketika aku membantunya duduk dengan memapahnya dari belakang.

Seolah gak kusengaja.. saat dia melorotkan tubuhnya.. dan tanganku mulai sampai di wilayah toketnya.. kusempatkan untuk sedikit meremasnya.
Dan Sumi pun melenguh.. “Uuuhh..” Aku gak tau itu lenguhan karena remasanku.. atau karena sakit di lututnya.
Sebodo amat ah.. yang penting aku bisa merasakan betapa kenyal dan kencangnya toket jumbo Sumi.

Aku mengambilkan air minum untuk Sumi sambil menawarkan menggosoknya dengan minyak gosok yang aku punya.
Sumi menerima tawaranku. Aku ambilkan minyak gosok dan sekaligus menawarkan diri untuk menggosokkan dan mengurut kakinya.
Dia mau saja. Maka.. mulailah ritual pijit memijit.. walau sebenarnya cuma mengelus dan mengusap.. hehehehe..

Karena kuatir Bik Sari curiga dengan kepergian Sumi.. aku bertanya.. “Kamu tadi pamit ke mana sama bik Sari..?”

Sumi menjawab.. “Aku pamit pulang.”

“Oo.. ya sudah. Takutnya ntar dicari..” jawabku.

Dari situ.. kami mulai perbincangan dengan gombalanku.. “Sum.. kamu ternyata manis juga.. bodymu bagus..” kataku menggombal.
“Coba kalo kenalnya masih sama-sama bujang.. pasti tak pacari kamu..”

“Ah.. sampeyan bisa aja mas..” kata Sumi sambil meringis saatku usap bagian yang memar.

“Iya.. bodymu mantap.. susumu joss.. bokongmu semok.. hehehe..” kataku.. “Pasti suamimu puas banget itu..” Lanjutku.. mengobral rayuan cap tempe.. hehe..

Sumi makin tersipu malu. “Ngomong apa sampeyan itu mas..?”

“Lho.. ya ngomong soal suami istri.. Kan udah tau sama tau urusan itu kan..?” kataku.

Dan tanpa sadar.. aku mulai hanyut.. saat memandang wajah Sumi yang tak berapa jauh dari wajahku sambil mengurutnya.. eh mengelus kakinya.. makin manis di pandanganku.
Lama-lama pandanganku turun ke arah dadanya.. dan terpaku di sana.. sambil tanganku terus mengelus betisnya.

Tak terasa.. tanganku telah beralih ke atas lututnya dan menarik ke atas legging hitam ketat yang dipakainya dan mengelus-elus bagian itu sambil terus memandang dadanya.

Tiba-tiba Sumi mengagetkan aku.. “Hayo.. lihat apa..?”

Kujawab spontan.. “Penasaran dengan isi di dalamnya..” Dia pun memukul lenganku.

Aku tertawa saja.. sambil terus mengelus pahanya.. sambil tangan kiriku memijit-mijit pangkal pahanya dari luar celananya.

Cukup lama kami berdiam diri.. sambil aku terus mengelus pahanya.. alih-alih mengurut. Tiba-tiba Sumi bergumam.. “Emmmhhh..”

Aku terkejut dan bertanya.. “Kenapa Sum..? Sakit..?”

Dia menjawab.. “Gak apa-apa mas” sambil nafasnya agak tersengal dan matanya mulai sendu. Aku tahu dia mulai horny akibat elusanku.
Segera saja wajahku mendekat ke wajahnya dan mencium bibirnya. Sumi membalas dengan lembut.

Aku menghentikan aktifitas tanganku di pahanya.. dan beralih ke dadanya.
Kuremas lembut toket jumbonya.. “Uuuuggghhh.. sssshhhhhh enak masssss..” rintih Sumi.

Aku pun tak menghentikan ciumanku sambil menyusupkan tanganku di balik kaosnya. Melingkari tubuhnya dan melepaskan kait Bhnya.
Lalu tangan kananku sampai pada dua bukit kembar montok yang selama ini ku impikan..

Kupilin putingnya yang tak seberapa besar.. dia makin kuat rintihannya.. “Mmasssss.. auuuggghh.. geliii.. nikmaatttt..”

Tak berlama-lama segera kuangkat kaos berikut BHnya. Blupp..! Tersembullah dua benda kenyal yang tegak mengacung dengan gagah di depanku.

“Wooowww.. susumu indah banget.. Sum..” kataku.

Segera kuremas dua benda impianku itu.. sambil mengarahkan bibirku mencumbu belakang telinga dan turun ke lehernya.
Sumi hanya mendesah-desah sambil tangannya memelukku dan menyelusup ke dalam kaosku.
Akhirnya kubuka kaosku. Kami berdua bertelanjang dada.

Segera saja aku sapukan lidahku ke sekitar puting coklat muda Sumi.. yang membuatnya makin mendesah sambil mengangkat pantatnya..
“Arghhh.. masss.. terusss.. iseeeeph maassshhh..”

Aku menuruti kemauannya.. aku jilat.. isap.. jilat.. isap bergantian yang membuat Sumi makin blingsatan.
Tangannya menggapai-gapai mencari tongkat ajaibku..

Dia berhasil menemukan dan merogoh celana boxerku.. yang pagi itu sedang tidak berlapis CD.
“Ooohh.. massssh.. gede banget kontolmu.. tempikku gak muat massssh..” rintihnya..
Aku tak peduli.. aku sibuk menikmati kenyalnya susu Sumi. Aku belum puas..

Perlahan-lahan.. aku arahkan tanganku ke dalam celana legging yang dipakainya.
Sampailah jariku di rimba belantara milik Sumi yang sudah mulai becek.. aku pijit-pijit bibir memeknya..

Aku telusuri belahan bukit rimbunnya untuk mencari sebiji kacang kenyal di dalamnya.

Begitu ketemu.. segera kupijit-pijit lembut butiran kenyal itu.. dan membuat Sumi makin blingsatan..
“Mmasssshhh.. kamu apain itilku.. uugghhh.. massshhh.. gak kuaattthh..!!”

Segera aku pelorot celananya.. Sumi membantu mempermudah dengan mengangkat pinggulnya.
Jadilah kami sama-sama bugil di ruang tengahku.

Perlahan.. Sumi aku baringkan di karpet.. dia nurut aja sambil terus mengocok lembut joy stick-ku.
Mulutku beralih dari toket ke perutnya hingga sampai ke memiawnya..
Sumi makin mendesah kencang saat hembusan nafasku menghangatkan memek tembemnya.

Kami mengambil posisi 69. Sumi segera meraih batangku dan memasukkan ke mulutnya..
bibir dan lidahnya terasa lembut menyentuh palkonku.. isapannya membuat aku beberapakali mengejang..
dan aku membalasnya dengan menjilat dan menyedot-nyedot lubang kenikmatannya..

Walaupun cuma penjual telur.. tapi meki Sumi baunya harum.. karena dia rajin mengonsumsi jamu ramuan Madura.
Kujilat dan kuisap-isap bibir mekinya.. Kukunyah-kunyah lembut clitorisnya.. dan ternyata itu membuat pertahanannya jebol..

“Massshhh.. kamu apain itilku masshhh.. aku mau dapeettth.. uughhh.. sshhhh..”
Dan.. terasa betapa makin beceknya memeknya disiram dengan cairan orgasmenya.

Sumi lemas sambil mendesis-desis keenakan. “Aduuuhh masshh.. enyaaakh.. udah lama aku gak beginian.. hhhh.. sshhh..”

“Hah..!? Masa’ sih..?” Tanyaku.

“Iya mash.. suamiku habis jatuh.. kontolnya gak bisa ngaceng lagi..” kata Sumi..

“Oalah Suuuumm.. kasihan banget kamu.. eman bangeeet.. Sini sekarang aku puasin..” kataku.

“Iyo massh.. puasin aku mashh..” balas Sumi.

Mendengar desahnya seperti itu.. langsung saja aku kenyot lagi susu montok itu.

“Uuuggghhh.. massshhh.. ayo masssshh.. puasin akuuuu..” Sumi mengerang.

Tangannya segera meraih dan mengocok kontolku. Aku sodorin ke mulutnya.
Dijilat.. diisap dari palkon sampai sun hole-ku.. membuat aku makin bergairah menggarap Sumi.

Setelah aku rasa cukup becek.. segera aku arahkan kontolku ke memek Sumi..
Sumi hanya mendesis-desis kenikmatan.. Slepp.. slebb.. aku usap-usapkan Palkon ke belahan meki Sumi..

Setelah beberapakali terasa makin lama makin licin.. maka kudoronglah batangku sampai amblas seluruhnya..
Blleeeepppsssph.. Gileeee..! Mekinya peret abiiiissss..! Ughh.. Emang bener kata orang.. empot-empot ayam Madura punya..

“Auuuughh.. mmaassshhh.. seseekkhhh.. gedhe bangeth kontol kamu masssshh.. punya bojoku gak segede iniiiihhh.. uuuughhh.. ssshhh..”

“Enakh ya Sum..? Tempik kamu peret dan legit Sum.. enak mana sama suami kamu..?”

“Eenakh ini masshh.. ayo masshh.. genjoth terussshh.. puasin akuuhh.. sshhhh..” kata Sumi sambil matanya merem melek keenakan..

Setelah 10 menit.. Sumi capek.. minta ganti posisi. Tanpa melepaskan diri.. kami berganti women on top.
Sumi sedikit mengernyit kesakitan seperti ngilu saat lututnya yang memar coba ditekuk karena dia ambil posisi jongkok.

Namun itu tak lama.. karena kalah dengan kenikmatan yang dia terima akibat meki legitnya diobok-obok sama belalai gajahku.. hehehehe..
Dalam posisi ini rupanya jepitan dan empotan Sumi makin terasa memijat-mijat batangku.

Dia menggoyang pinggulnya membuat kontolku berasa dipilin-pilin.. kombinasi empotan.. pijitan dan putaran membuatku hampir jebol.. namun aku mencoba bertahan..

Sumi terus bergoyang sambil mendesis-desis keenakan.. sampai akhirnya goyangannya makin tak beraturan.. dan tiba-tiba dia melenguh..

”Uuughhh.. massss.. aku nyampe lagiiii.. heeeghhhh..” katanya sambil aku merasakan kontolku seperti dijepit ama besi.. kenceng banget jepitannya..

Setelah beberapa kedutan.. tubuhnya ambruk menindihku.. sambil berbisik..
“Massh.. kamu kuat bangeth.. hhhuuuuffftttt..” aku Cuma tersenyum dan meremas-remas pantatnya..

“Sekarang kamu puasin aku ya Sum..?” Sumi hanya mengangguk.

Aku ajak Sumi ambil posisi DS.. tapi karena lututnya sakit.. maka aku suruh berdiri nungging sambil berpegangan pada sandaran sofa..

Wuuuuiiihhhh.. seksi banget Sumi dalam posisi begini.. Susunya gede menggantung namun tidak kendor..
Meki tembemnya mencuat di sela paha dengan rona merah muda di antara bulu-bulu hitam.. uuuhhh.. seksiiiii..

Tak lama.. setelah aku sedot-sedot dan kocok dengan jariku.. meki Sumi telah siap menerima tongkat ajaib pembawa nikmat..
Segera aku ambil posisi dan.. Blllessshhhppph.. “Ouughhhh..” Sumi kembali melenguh ketika kontolku memasuki mekinya..

Genjot.. genjot.. sambil meremas-remas susu Sumi yang seksi saat bergoyang-goyang karena genjotanku.. makin menambah seksi..
Clobb.. slobb.. clopp.. slopp.. clopp.. slobb.. clebb.. slebb.. clepp.. slekk.. crekk.. slekk..clekk.. slepp..

Sekitar 10 menitan dalam posisi DS.. aku merasakan meki Sumi berkedut-kedut lagi.. kayaknya mau orgasme yang ketigakalinya..
Maka kupercepat kocokanku di mekinya.. Clebb.-slebb-clekk-slekk-crekk-slekk-clekk-slepp-clepp-slebb-clebb..

Tak berapa lama kemudian .. Sumi menjerit.. ”Massssshhh.. mau nyampe lagiiii.. ayo masssshhhh.. genjooottthhh..”

“Iya Summmh.. aku juga udah mau nyampe.. sssshhhh.. kita barengan yaaa..?” Kataku.

“Ayo mashhh.. gak kuat lagi mashhhh.. mmmaaaashhhhhh.. uuuuffffttt..” Sumi makin meracau.

Pada saat yang sama.. kontolku udah berdenyut-denyut pula.
Kupercepat tempo kocokanku hingga akhirnyaa.. “Suuuummmhhh.. aku keluarrrrhhhh..” kataku.

“Semprot di dalam aja mash.. heeegghhh..”
Jawab Sumi sambil mengejang karena orgasmenya sudah sampai berbarengan dengan aku menyemprotkan spermaku beberapakali..
Crott.. crott.. crott.. crott.. crott..

Dalam posisi begitu.. aku masih merasakan kedutan dan pijitan yang luar biasa dari meki legit Sumi.
Sambil menunggu kontolku mengecil.. tetap saja kutancapkan di meki Sumi sambil terus meremas-remas toket idamanku..

Dan akhirnya.. Plooph..! Kontolku sudah mengkerut karena puas.. hehehe..
Lalu kami bersih-bersih diri di kamar mandi.. hanya saling gosok saat menyabuni.

Tidak main lagi.. karena takut Sumi ditunggu Bik Sari yang pastinya bersiap pulang karena hari sudah menjelang siang.
Tak terasa satu jam lebih kami bergumul.

Aku pergi ke jalan untuk kembali melihat situasi.
Karena sudah agak siang.. jalanan di depan rumah sudah mulai sepi.. maka aku beri kode pada Sumi untuk keluar dan kembali ke kiosnya.
Aku gak tau apa alasan Sumi pada bik Sari.. Yang penting aku tau satu hal; Sumi dan aku puas.

Sebelum berpisah.. kami berjanji untuk lebih sering berbagi kenikmatan..
Karena aku adalah orang yang baik hati.. membantu menyirami kegersangan rumput tetangga.. haha.. (. ) ( .)
-------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Mantep ni suhu..Akhirnya ada nyiram "sawah" milik Sumi..
 
Cerita 35 – Tetangga Yang Baik
Author: yusufpeyang

Part 1 – Hadiah Istimewa


Sebut saja namaku Fariz.. 25 tahun.. sekarang telah menjadi Guru. Bodiku seperti orang Indonesia pada umumnya.. dengan tinggi 170cm dan berat 65kg.

Kejadian yang aku ceritakan ini terjadi 5 tahun yang lalu.. yang mengakibatkan aku sangat tertarik dengan wanita yang gemuk tetapi syaratnya teteknya besar.

Waktu itu aku seorang mahasiswa salahsatu universitas swasta di Solo yang tinggal di Boyolali.
Karena dekat.. aku tidak kost.. tapi tinggal dengan orangtua. Aku mempunyai tetangga.. namanya Pak Slamet.. usianya 35 tahun.
Aku biasa memanggilnya mas Slamet.. seorang sopir truk gandeng yang mengangkut susu dari Boyolali ke Jakarta.

clip_image002.jpg
Mas Slamet mempunyai istri yang bernama mbak Lasmi.. 30 tahun.. seorang ibu rumah tangga yang baik.

Mbak Lasmi sangat cantik dengan kulit putih.. sedikit chubby tetapi proposional karena pantat dan teteknya sangat besar untuk ukuran .. aku tidak tau.. pokoknya menantang..!

Sebagai tetangga dekat.. aku sering main ke rumah mbak Lasmi ketika mas Slamet ada.
Aku sangat hormat kepada beliau karena aku sudah dianggap adiknya sendiri.

Dan aku waktu itu tidak sedikitpun berani menghayal ngentot dengan istrinya meskipun bodi mbak Lasmi sangat menggairahkan.

Kuakui.. aku gemar sekali onani.. maklum seusia itu dan aku berprinsip lebih baik onani daripada lebih dari itu.
***

Suatu malam.. karena memang belum mengantuk.. aku jalan-jalan mencari teman ngobrol. Setelah muter-muter.. tidak ada yang nongol.
Aku berpikir.. ke rumah mas Slamet saja karena beliau tidak bekerja.. mungkin dapat teman ngobrol.. untung-untung dapat makan minum gratis.

Pada waktu sampai di samping rumah mas Slamet.. aku melihat kaca nako yang belum tertutup.
Aku mendekati untuk melihat apakah kaca nako itu kelupaan ditutup atau ada orang jahat yang membukanya.

Dengan hati-hati kudekati.. tetapi ternyata kain korden tertutup rapi.
Kupikir kemarin sore pasti lupa menutup kaca nako.. tetapi langsung menutup kain kordennya saja.

Mendadak aku mendengar suara aneh.. seperti desahan seseorang. Kupasang telinga baik-baik.. ternyata suara itu datang dari dalam kamar.
Kudekati pelan-pelan.. dan darahku berdesir.. ternyata itu suara orang yang lagi bersetubuh. Nampaknya ini kamar tidur mas Slamet dan istrinya.

Aku lebih mendekat lagi.. suara dengusan nafas yang memburu dan gemerisik dari goyangan tempat tidur terdengar lebih jelas.
"Ssshh.. hhemm.. uughh.. ugghh..” terdengar suara dengusan dan suara orang seperti menahan sesuatu.

Jelas itu suara mbak Lasmi yang sedang ditindih suaminya.
Terdengar pula bunyi kecepak-kecepok.. nampaknya penis mas Slamet sedang mengocok liang vagina mbak Lasmi yang tembem.

Aduh.. darahku langsung naik ke kepala.. penisku sudah berdiri keras seperti kayu.
Aku betul-betul iri membayangkan mas Slamet menggumuli istrinya. Alangkah nikmatnya menyetubuhi mbak Lasmi yang cantik dan bahenol itu.

"Oohh.. sshh.. bune.. aku mau keluar..! Ssshh.. sshh..” terdengar suara mas Slamet yang tersengal-sengal. Suara kecepak-kecepok menjadi semakin cepat.. dan kemudian berhenti.
Nampaknya mas Slamet sudah ejakulasi dan pasti penisnya dibenamkan dalam-dalam ke dalam vagina mbak Lasmi.

Selesailah sudah persetubuhan itu.. aku pelan-pelan meninggalkan tempat itu dengan kepala berdenyut-denyut dan penis yang kemeng karena tegang daritadi.

Akhirnya aku kembali ke rumah.. ingin tidur tetapi ternyata sulit. Aku coba onani.. bayangan yang keluar adalah mbak Lasmi. Aku malam itu membayangkan ngentot mbak Lasmi.. malam itu onaniku begitu nikmat.
***

Sejak malam itu.. aku jadi sering mengendap-endap mengintip kegiatan suami-istri itu di tempat tidurnya.. kalau mas slamet pas ada di rumah.

Walaupun nako tidak terbuka lagi.. namun suaranya masih jelas terdengar dari sela-sela kaca nako yang tidak rapat benar. Aku jadi seperti detektif yang mengamati kegiatan mereka di sore hari.

Biasanya kalau mas Slamet tidak kerja.. pukul 21.00 mereka masih melihat siaran TV.. dan sesudah itu mereka mematikan lampu dan masuk ke kamar tidurnya.
Aku mulai melihat situasi apakah aman untuk mengintip mereka. Apabila aman.. aku akan mendekati kamar mereka.

Kadang-kadang mereka hanya bercakap-cakap sebentar.. terdengar bunyi gemerisik.. –barangkali memasang selimut–.. lalu sepi.
Pasti mereka terus tidur.. mungkin mbak Lasmi baru haid.

Tetapi apabila mereka masuk kamar.. bercakap-cakap.. terdengar ketawa-ketawa kecil mereka.. jeritan lirih mbak Lasmi yang kegelian –barangkali dia digelitik.. dicubit atau diremas buah dadanya oleh mas Slamet–.. dapat dipastikan akan diteruskan dengan persetubuhan.
Dan aku pasti mendengarkan sampai selesai.

Rasanya seperti kecanduan dengan suara-suara mas Slamet dan khususnya suara mbak Lasmi yang keenakan disetubuhi suaminya.
***

Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa. Apabila aku bertemu mbak Lasmi juga biasa-biasa saja.. namun tidak dapat dipungkiri.. aku jadi jatuh cinta sama istri mas Slamet itu.
Orangnya memang cantik.. dan badannya padat berisi.. sesuai dengan seleraku. Khususnya pantat dan buah dadanya yang besar dan bagus.

Aku menyadari bahwa hal itu tidak akan mungkin.. karena mbak Lasmi istri orang.
Kalau aku berani menggoda mbak Lasmi.. pasti jadi masalah besar di kampungku. Bisa-bisa aku dipukuli atau diusir dari kampungku.

Tetapi nasib orang tidak ada yang tau. Ternyata aku akhirnya dapat menikmati keindahan tubuh mbak Lasmi..!!
***

Pada suatu hari.. aku mendengar mas Slamet ditahan di Polresta Solo karena kecelakaan yang mengakibatkan korbannya meninggal.. sehingga mas Slamet harus bertanggung jawab meskipun dia tidak bersalah.. mungkin karena dia mengendarai kendaraan lebih besar.

Sebagai tetangga dan masih bujangan.. aku langsung diajak mbak Lasmi untuk menengok suaminya di Polresta Solo.
Dengan ikhlas aku mengantar mbak Lasmi dengan motornya karena beliau sedang kesusahan.
Dan yang penting.. aku mencoba membangun hubungan yang lebih akrab dengannya.

Hari itu aku terharu melihat mereka saling menangis meratapi nasib sial mas Slamet.
Dalam perjalanan pulang.. mbak Lasmi tetap sesenggukan menangis.

Aku hanya bisa diam saja. Karena kacau pikirannya.. mbak Lasmi membonceng seperti ketika dibonceng suaminya.. tangannya melingkar di pinggangku.. otomatis teteknya yang besar menekan kuat ke pundakku.. tapi tidak aku rasakan.
Jujur.. aku hari itu tidak terangsang karena akupun turut bersedih.
***

Dua hari aku sibuk kuliah dengan tugas yang menumpuk. Begitu tugas selesai.. aku setelah pulang kuliah pingin tau kabar mas Slamet karena kebetulan besok libur.
Aku sambangi rumah mbak Lasmi. Aku ketuk pintu rumahnya.

”Permisi.. mbak Lasmi..!!” Kataku.

”Ya.. sebentar. Siapa ya..!?” Teriak mbak Lasmi.. kedengaranya dari kamar mandi.

”Saya Fariz.. mbak..!” Kataku.

”Masuk dulu.. Riz..!” Teriak mbak Lasmi karena aku memang sudah dianggap adiknya sendiri.

Aku masuk dan duduk di meja tamu sambil membaca majalah yang ada di meja.

Lagi asik membaca.. mbak Lasmi menegur. ”Kebetulan.. Riz..”

Aku kaget.. dan lebih kaget lagi saat melihat mbak Lasmi yang berdiri di depan pintu hanya dengan menggunakan handuk besar tetapi tetap tidak bisa menutupi seluruh tubuhnya yang montok.. paha dan sebagian teteknya kelihatan. Aku tertegun.

”A-ada apa.. mbak..?” Jawabku gelagapan tanpa berkedip.
Mbak Lasmi hanya tersenyum.. mungkin menyadari kekagetanku dan padanganku yang penuh nafsu ABG.

”Maaf ngagetin.. mbak ganti baju dulu aja..” katanya sambil masuk ke dalam kamarnya.

Aku tidak berkedip memandang pahanya. Otomatis rudalku berdiri tegak. Pintu kamar ditutup.. tapi aku masih bengong memandanginya.

Tak lama.. mbak Lasmi keluar dari kamar. Ia kini mengenakan pakaian muslimah.. baju panjang dan jilbab lebar.. menutupi bentuk tubuhnya yang sempurna.. tapi tetap tidak bisa menyembunyikan kemontokannya.

Mbak Lasmi duduk di depanku sambil ngomong.. “Maaf.. tadi bikin kami gelagapan. Mbak nggak sadar kalau belum pakai baju.. karena mbak mau ajak kamu ke rumah manager pabrik di Solo Baru. Bisa nggak..? Untuk ngurus mas Slamet supaya cepat bebas..”

”Ok.. mbak. Untuk mbak Lasmi yang cantik.. apapun aku siap laksanakan..” kataku tanpa berpikir panjang.

”Oo.. sekarang adikku mulai bisa ngerayu ya..?” Katanya sambil ketawa.
***

Akhirnya kita berangkat ke Solo Baru. Setelah ketemu dengan managernya.. hasilnya sangat memuaskan.
Perusahaan akan mengurus penahanan mas Slamet.. maksimal seminggu sudah selesai.

Sehabis Isya.. aku bersama mbak Lasmi pulang. Hati mbak Lasmi kelihatan senang banget.
Dalam perjalanan.. kami ngobrol dan mbak Lasmi minta mampir di bebek goreng Wong Solo untuk makan dulu.. katanya.

Kami berhenti di warung bebek goreng.. kita cari yang lesehan.

“Riz.. kami mau dada apa paha..?” Kata mbak Lasmi sambil memegang dada dan pahanya yang montok.

“Ah.. a-anu.. mbak.. dada.. mbak..!” Kataku gelagapan.. karena membayangkan dada mbak Lasmi yang membusung indah.

Setelah pesanan diserahkan ke pelayan.. kita ngobrol. ”Kamu itu tadi kok jawabnya gelagapan.. kaya orang bingung.. Riz..?” Tanya mbak Lasmi.

“Maksud mbak Lasmi gimana..?” Tanyaku balik.

“Tadi lho.. ditanya paha apa dada kok bingung..?” Tanya mbak Lasmi lagi.

“Gimana ya.. mbak.. ngomongnya..? Lha tanya paha.. pegang paha. Ngomong dada.. pegang dada. Lha kalau jeroan.. pegang apa ya.. mbak..?” Jawabku asal-asalan

“Hahaha.. kamu ada-ada saja. Gimana ya.. nanti di rumah tak jelasin..!” Kata mbak Lasmi memancing.

Selanjutnya kami mulai mengobrol.. mengenai masalah Mas slamet. Katanya seminggu lagi sudah boleh pulang.
Aku mulai mencoba untuk berbicara lebih dekat lagi.. atau katakanlah lebih kurang ajar. Ini kan kesempatan bagus sekali untuk mendekati mbak Lasmi.

"Mbak.. maaf ya.. ngomong-ngomong.. mbak Lasmi kan sudah berkeluarga sekitar 3 tahun.. kok belum diberi momongan ya..?” Kataku hati-hati.

"Ya itulah.. Riz. Kami kan hanya menjalani. Barangkali Tuhan belum mengizinkan..” jawab mbak Lasmi.

"Tapi.. mbak.. anu.. itu.. mbak.. anuu.. bikinnya jalan terus to..?” Godaku.

"Ooh.. apa..!? Oh.. kalau itu sih iya.. Riz..” jawab mbak Lasmi agak kikuk.

Sebenarnya kan aku tau.. mereka setiap minggunya minimal 2 kali bersetubuh.
Terbayang kembali desahan mbak Lasmi yang keenakan. Darahku semakin berdesir-desir. Aku semakin nekad saja.

"Tapi.. kok belum berhasil juga ya.. mbak..?” Lanjutku.

"Ya itulah.. tapi kami tetap berusaha terus kok. Ngomong-ngomong.. cewek kamu kok nggak pernah diajak pulang..?” Kata mbak Lasmi.

“Saya nggak punya cewek.. mbak. Nggak ada yang mau..” jawabku.

“Mosok cowok cakep gini nggak ada yang naksir.. mungkin kamu jual mahal..?” Kata mbak Lasmi seolah tak percaya.

"Eh.. benar nih.. mbak.. aku cakep..? Ah kebetulan.. tolong carikan aku.. mbak. Tolong carikan yang kayak mbak Lasmi ini lho..” kataku menggodanya.

"Lho.. kok hanya kayak aku..? Yang lain yang lebih cakep kan banyak..! Aku kan sudah tua.. jelek lagi..” katanya sambil ketawa.

"Eh.. aku benar-benar tolong dicarikan istri yang kayak mbak Lasmi dong. Benar nih. Soalnya begini.. mbak.. tapi.. eeh.. nanti mbak Lasmi marah sama aku. Nggak usah aku katakan aja deh..” kubuat mbak Lasmi penasaran.

"Emangnya kenapa sih..?” Mbak Lasmi memandangku penuh tanda tanya.

"Tapi janji nggak marah lho..” kataku memancing. Dia mengangguk kecil.

"Anu.. mbak.. tapi janji tidak marah lho ya..?” Dia mengangguk lagi.

"Mbak Lasmi.. terus terang.. aku terobsesi punya istri seperti mbak. Aku benar-benar bingung dan seperti orang gila kalau memikirkan mbak Lasmi. Aku menyadari ini nggak betul. Mbak Lasmi kan istri tetanggaku yang harus aku hormati. Aduh.. maaf.. maaf sekali.. mbak. Aku sudah kurang ajar sekali..!” Kataku menghiba.

Mbak Lasmi melongo.. memandangiku. Sendoknya tidak terasa jatuh di piring.
Bunyinya mengagetkan dia. Dia tersipu-sipu.. tidak berani memandangiku lagi. Sampai selesai.. kami jadi berdiam-diaman. Kami lalu pulang.

Dalam perjalanan pulang.. aku berpikir.. ini sudah telanjur basah. Katanya laki-laki harus nekad untuk menaklukkan wanita.
Jadi sambil menahan nafas.. kucoba memegang tangannya dengan tangan kiriku.. sementara tangan kananku memegang kemudi.

Di luar dugaan.. mbak Lasmi balas meremas tanganku. Batinku bersorak.
Aku tersenyum penuh kemenangan. Tidak ada kata-kata.. batin kami.. perasaan kami.. telah bertaut. Pikiranku melambung.. melayang-layang.

Mendadak ada sepeda motor menyalib motorku. Aku kaget. "Awas..! Hati-hati..!” mbak Lasmi menjerit.

"Aduh.. nyalip kok nekad amat sih..?” Gerutuku.

"Makanya.. kalau naik motor jangan macam-macam..” kata mbak Lasmi menasihati.

Kami tertawa. Kami tidak membisu lagi.. kami ngomong.. ngomong apa saja. Kebekuan cair sudah.

”Besok kamu kuliah tidak.. Riz..?” Tanya mbak Lasmi.

“Tidak.. mbak. Kalaupun ke kampus.. hanya cuci mata. Mau ke mana.. mbak..? Aku siap mengantar..” jawabku penuh semangat.

“Nggak ke mana-mana.. cuma mbak perlu terimakasih ke kamu.. sehingga urusan mbak bisa ringan. Ada surprise untukmu..!” Kata mbak Lasmi.

”Nggak usah.. mbak. Aku tulus membantu.. mbak. Kita kan tetangga..” jawabku.

“Aku percaya itu.. tapi aku pengin merayakan keberhasilan ini.. sehingga mas Slamet segera bebas..” sambung mbak Lasmi.

“Ok.. mbak.. trus surprisenya apa..?” Tanyaku kaya orang bloon.

“Haha.. yang namanya surprise yang nggak dikasih tau dong..” sahut mbak Lasmi.

“Oke.. mbak.. asal jangan dikasih uang.. aku tak mau. Terus kapan..?” Tanyaku berharap.

“Kalau uang aku jelas tidak punya. Gini aja.. setelah ini kamu pulang. Nanti jam sembilan.. kamu ke rumah lewat samping.
Jangan ada yang lihat.. seperti biasa kamu main ke rumah. Pakai baju yang longgar.. kalau perlu pakai sarung..” jawab mbak Lasmi kaya sutradara.

“Kok suruh pakai sarung..? Apa saya disuruh jadi Satpam di rumah mbak..?” Jawabku ngaco.

“Nanti tak kasih ayam spesial.. kan kalau pakai sarung kekenyangan enak.. Kalau perlu tanpa daleman.. haha..” kata mbak Lasmi semakin bikin penasaran.

“Ok deh.. mbak.. bikin tambah penasaran ayamnya kayak apa..?” Jawabku makin penasaran.

“Ayam yang tidak akan kamu lupakan selamanya..!” Kata mbak Lasmi kembali berteka-teki.

Tak terasa.. kita sudah sampai di rumah. Aku antar mbak Lasmi sampai pintu masuk.. lalu aku pamit pulang.

“Tak tunggu lho.. jam sembilan.. lewat pintu samping..” kata mbak Lasmi sebelum turun.
Aku hanya mengangguk penuh tanda tanya.. mbak Lasmi hanya tersenyum penuh arti.

Sampai di rumah.. bapak dan ibuku sedang lihat TV. “Gimana.. Riz.. mas Slamet..?” Tanya bapakku.

“Anu.. pak.. bossnya yang tanggungjawab. Mungkin seminggu lagi keluar..” kataku sambil masuk kamar.

Aku malah bingung mau ngapain. Nanti mau dikasih apa sama mbak Lasmi..?
Aku hanya bisa tiduran di kamarku. Mending mandi saja dari pada harap-harap cemas.

Setelah mandi.. sesuai kata mbak Lasmi.. aku pakai kaos oblong dan kolor.
Jam sembilan terasa begitu lama.. aku akhirnya ikut nonton TV sama bapak ibu.

Jam setengah sembilan.. bapak ibu masuk kamar. Kelihatannya payah.. mungkin karena kerja seharian.
Seperempat jam kemudian.. kelihatannya mereka sudah tertidur. Aku semakin bingung.. waktu kok tambah lama ya.

Jam sembilan kurang.. aku masuk kamar. Kukunci semua pintu. Aku berpikir.. akan kuturuti semua perintah mbak Lasmi apapun yang terjadi.
Cepat kuganti kolorku dengan sarung.. tanpa daleman apapun.

Aku lewat jendela samping kamarku karena rumahku dengan rumah mbak Lasmi bersebelahan.
Aku lihat kondisi sekitar.. kelihatannya sepi. Aku berjalan ke rumah mbak Lasmi dengan hati-hati.

Sampai di depan rumah mbak Lasmi.. dengan ragu-ragu aku lewat pintu samping. Pintu itu masih terbuka sedikit.. aku dorong pelan-pelan.

“Tutup pintunya.. Riz..” perintah mbak Lasmi mengagetkanku.

“Ya.. mbak..” jawabku.

Aku masuk ke ruang tengah mengikuti mbak Lasmi.. tanpa berani melihatnya sedikitpun.
Setelah sampai di ruang tengah.. lampu dinyalakan. Aku duduk di kursi dekat TV.

Aku tidak berani ngomong apa-apa.. suasana terasa kikuk.
Kulihat mbak Lasmi memakai kain panjang dan kerudung dengan dandanan agak mencolok.

“Ayo kita rayakan keberhasilan tadi.. kamu harus mengikuti perintahku..” kata mbak Lasmi.

Aku mengangguk agak ragu. Mbak Lasmi menyadari itu. “Rileks aja.. Riz. Tidak kusakiti kok.. katanya mau ayam spesial..?” Aku mengangguk.

“Kamu sekarang duduk.. nanti hanya boleh bergerak atau berbicara ketika kutanya..” sambung mbak Lasmi.

“OK.. siap.. boss..!” Jawabku mantap.

“Lha gitu itu namanya lelaki sejati..” kata mbak Lasmi.
Aku duduk.. mbak Lasmi mengambil tali dan tanganku diikat di kursi. Aku pasrah saja.

“Ok.. sekarang terimalah pertunjukanku..!” Teriak mbak Lasmi sambil masuk ke kamarnya.
Aku bingung.. jantungku berdetak sangat kencang. Mungkin kalau dilihat.. aku kaya orang paling bloon di dunia.

Tak lama.. mbak Lasmi keluar dari kamarnya.. masih pakai pakaian lengkap tetapi bawa tulisan: 'Ayam Special ektra HOT..!!'
Sambil berjalan kaya pelayan genit.

Setelah berlenggak-lenggok.. mbak Lasmi berdiri di depanku sambil berkata.. “Mau ayam.. Riz?” Aku hanya mengangguk.

Mbak Lasmi kemudian mundur sambil berkata.. “Nikmati cakar special..!!” Sambil menyingkap kain bawahnya.

Dia masih menggunakan celana sedengkul.. kakinya yang putih tanpa cacat di dekatkan sambil berbicara.. “Selamat menikmati..!”

Kakinya benar-benar putih.. aku hanya bisa mengangguk-angguk pasrah.

“Kurang kenyang.. Riz..? Nikmati sajian berikutnya.. kepala spesial..” Kata mbak Lasmi sambil melepas kerudungnya.. rambutnya yang panjang terurai.. menambah kecantikannya.

Dia membelai rambutnya.. memperlihatkan tengkuknya yang putih sambil bergoyang mendekatiku. “Gimana.. Riz.. mau lagi..?” Kata mbak Lasmi.

Aku hanya menjawab.. ”Ya..” dengan penuh nafsu. Terasa rudalku mulai bergerak. Aku berpikir.. ini tujuannya pakai sarung..

“Ok.. Riz.. karena kamu mau.. jadi kukasih lagi.. sayap tanpa rambut spesial..” Kata mbak Lasmi sambil membelakangiku. Aku melihat tanpa sanggup berkedip.

Dari belakang.. kulihat tangan mbak Lasmi mulai melepas kancing bajunya.. dan melepas salahsatu dari tangan kanannya sambil menengok dan menjulurkan lidah ke arahku..
kemudian disusul lengan kirinya dan melemparkan bajunya begitu saja.. sehingga tali branya kelihatan dan punggungnya yang putih dan mulus terlihat dengan jelas.

Mbak Lasmi berjalan mundur mendekatiku semakin dekat dan hampir menabrakku.

Aku kaget.. dan langsung bilang. “Awas.. mbak..!!”

“Takut ketabrak.. ya..? Apa mbak dikira truk gandeng..?” Mbak Lasmi menjawab jenaka.

“Ini.. Riz.. nikmati sayap tanpa rambut..!” Lanjutnya sambil mengangkat kedua tangannya.. mendekatkan ke arah kepalaku.

Aku hanya bisa memandangi dan mencium aroma tubuh mbak Lasmi yang wangi.

“Gimana.. Riz.. mau yang lain atau sudah kenyang..?” Tanyanya.

”Belum.. mbak. Ayam seperti ini nggak bikin kenyang..!” Jawabku sambil menahan nafas birahi.

“Memang tidak bikin kenyang.. tapi bikin kentang..” ujarnya sambil menunjuk sarungku yang menonjol.
Aku sedikit malu.. tapi kupikir wajar saja.

“Kalau belum.. nih aku kasih paha putih dan gurih..” kata mbak Lasmi sambil berjalan menjauhiku.

Dengan gerakan erotis.. dia melepas celana pendeknya dan melemparnya entah ke mana.
Mataku hanya tertuju pada pahanya yang putih dan mulus.

Mbak Lasmi berjalan berlenggok-lenggok layaknya peragawati.. dengan hanya memakai bra dan celana dalam saja.
Aku tidak bisa berkedip dan berpikir.. body mbak Lasmi bener-bener sintal dan bahenol.
Aku pandangi dari atas sampai bawah tubuh yang mulus dan menggiurkan itu.

Mbak Lasmi yang mengetahuinya berkata.. “Riz.. kalau ditawari paha.. yang dilihat paha dong.. mosok matanya ke mana-mana..” sindirnya halus.

“Emm.. nggak bisa.. mbak. Soalnya yang lain juga menggoda.. besar dan mantap..!”
Jawabku jujur.. tapi aku ikuti perintah mbak Lasmi.. kufokuskan pandanganku melihat pahanya yang besar.. yang putih dan bersih.

Mbak Lasmi berjalan mendekatiku.. kaki paha kanannya di dekatkan ke mukaku.

Setelah puas kupandangi.. kemudian ganti paha kirinya yang di dekatkan.. sambil berkata.. “Gimana.. Riz.. pahaku. Bagus nggak..?”

“Mantap.. mbak. Aku jadi pengen menjilatnya..” jawabku penuh nafsu.. ingin sekali menyentuhnya.

“Sorry.. Riz.. belum saatnya. Nikmati dulu ini..” kata mbak Lasmi sambil menari dengan erotis.
Aku terpaksa hanya bisa diam.. tapi rudalku yang masih tertutup sarung sudah berdiri tegak seperti menara.

“Sekarang terimalah.. dada montok rasa susu..!!” kata mbak Lasmi sambil berjalan mundur satu langkah.

Tangan kirinya melingkar ke belakang untuk melepas kait behanya.
Ctas..! Sekali tarik.. lepaslah beha mungil itu. Isinya yang dari ditahan.. meloncat keluar dengan indahnya.. terlempar tepat ke mukaku.

“Ini yang kau suka kan.. Riz..?” Mbak Lasmi menggoyang-goyangkan teteknya.. menampar-nampar hidung dan pipiku.
Benda itu benar-benar besar.. juga sangat empuk. Rasanya juga hangat.
Aku jadi teringat film BF yang sering aku tonton. Bentuk dan besarnya sama.. tapi ini asli.. tanpa silicon.

“Riz.. mau minum susu ini..?” Tanya mbak Lasmi sambil menyodorkan teteknya yang bulat besar ke mulutku.
Benda itu terlihat belum menggantung.. dengan puting sebesar ibu jari yang mengacung tegak ke depan.. berwarna coklat kemerahan.. benar-benar mantab.

“Emm.. m-mau.. mbak..” jawabku menahan nafsu.

“Lihatlah wadahnya dulu.. gimana pendapatmu..?” kata mbak Lasmi.

Ia mendekatkan teteknya ke arahku. Begitu dekatnya hingga bisa kulihat urat-urat halus kehijauan yang tumbuh merata di seputar tonjolan bukitnya.

“Mantap.. mbak.. aku jadi pengen banget.. mbak..” kataku dengan mata tak berkedip.. tak ingin melewatkan pemandangan indah itu barang sedetik pun.

Aku ingin menjilat atau meremasnya.. tapi apa daya.. tanganku terbelenggu di kursi. Kelihatannya mbak Lasmi pengin mengujiku.

“Tetek mbak gede banget.. branya ukuran berapa.. mbak..?” Tanyaku.

“Emangnya kamu mau ngasih..?” Jawabnya sambil mengelus-elus permukaan teteknya yang halus dan mulus.

“Enggak.. mbak.. aku lebih suka isinya bra. Tapi aku pengin tau.. mbak..” jawabku.

Mbak Lasmi mengambil branya dan memperlihatkan ukurannya. Dia berlagak kaya guru.. menerangkan sambil memegang tetek dan branya.
“Ini lho.. Riz.. ukurannya 36D. Karena mbak besar.. maka lingkar dadanya juga besar.. 36. Sedangkan D itu menunjukkan cup atau mangkoknya.
Karena tetek mbak super montok.. maka pakai D. Gimana.. Riz.. jelas..?” Tanyanya.

“Jelas.. mbak. Jelas banget. Besok tak cari istri yang ukurannya kaya mbak Lasmi. Sudah cantik.. bahenol lagi..” pujiku.

Mbak Lasmi tertawa. “Aku jadi tersanjung.. Riz..” jawabnya dengan mimik muka bangga.

Dia masih memain-mainkan teteknya.. meremas-remasnya pelan sambil memilin-milin pentilnya.. membuat benda itu semakin kelihatan besar dan menonjol.. mungkin karena menahan nafsu juga.

“Riz.. mbak mau kasih tau semua milik mbak. Kamu orang yang kedua setelah mas Slamet. Kamu mau lihat memekku..?” Bisik mbak Lasmi dekat di telingaku.
Suaranya terdengar parau.

Aku mengangguk. “Please.. mbak. Aku sangat pengin melihat memek mbak..” jawabku penuh harap.

Mbak Lasmi mundur.. kemudian mengambil kursi dan melepas satu-satunya kain penutup yang masih menempel di tubuhnya.
Dia lalu mengangkang.. membuka kedua kakinya lebar-lebar. Jrengg..! Kini terpampanglah memeknya yang penuh dengan jembut.. tapi rapi.

Aku hanya bisa menelan ludah saat melihatnya.. sambil berkata.. “Hutannya kok rimbun banget.. mbak..?”

“Riz.. meskipun lebat.. tapi memek mbak tembem. Ini yang bikin laki-laki ketagihan..” sahut mbak Lasmi sambil menyibakkan jembutnya.

Kulihat belahan vaginanya tanpa berkedip.. tampak masih sempit dan memerah. Sontak rudalku langsung berontak ingin menerobos sarungku.
Mbak Lasmi yang mengetahuinya kemudian berdiri.. ia mendekatkan memeknya yang berbau sirih itu ke mukaku.
Kucium aromanya yang memabukkan dengan penuh nafsu.

“Gimana baunya.. Riz.. harum..?” Tanya mbak Lasmi.

“Wangi.. mbak..” jawabku. ”Tapi agak basah.. mbak pipis ya..?” Candaku pura-pura nggak tau.

“Kamu bisa aja.. Riz..” mbak Lasmi tertawa.. membuat teteknya yang besar berguncang-guncang indah karenanya.
”Karena kamu baru pertamakali.. akan mbak jelaskan..” katanya sambil kembali mengangkang.

Dia menunjuk-nunjuk memeknya.. seperti guru biologi saja. ”Ini yang dinamakan memek.. Riz.. atau vagina kalau kata orang kota.
Ini benda kenikmatan bagi para pria..” jelas mbak Lasmi sambil meraba memeknya. Aku mengangguk mengiyakan.

“Yang kecil ini disebut itil.. ini kelemahan wanita. Kalau disentuh atau dijilat.. semua wanita akan kelabakan dibuatnya..” mbak Lasmi menunjuk bulatan mungil kemerahan sebesar biji kacang yang berada di bagian atas kemaluannya.

”Yang bawah ini.. lubang tempat sarang burung..” mbak Lasmi membuka memeknya makin lebar.. menunjukkan lubangnya yang masih kelihatan sempit dan mungil.

”Baru satu burung yang bersangkar di lubangku ini..” tambahnya.

”Punya mas Slamet ya.. mbak..?” Tebakku.

Mbak Lasmi mengangguk. ”Aku sebenarnya pengin yang lain.. Riz.. yang lebih besar dan lebih panjang dari punya mas Slamet.
Aku pengen dipuaskan..” katanya sambil memegang itilnya dan memasukkan jarinya ke lubang memeknya berkali-kali.

“Mbak.. kok jarinya basah.. mbak..?” Tanyaku memancing.. mataku tak berkedip menatap tingkahnya.

“Iya.. Riz. Mbak akui.. mbak terangsang sekali sekarang.. jadi memek mbak agak becek. Coba kamu cium ini..” dengan agak malu malu.. mbak Lasmi mengoleskan jarinya di hidungku.

Aku kaget mencium aroma surgawi itu. “M-mbak.. aku pingin ngentot.. mbak..!” Kataku tanpa bisa dicegah lagi.
”Ngentot seperti mas Slamet..!” Seruku penuh nafsu.

“Jangan.. Riz.. belum saatnya..” jawab mbak Lasmi bijaksana meskipun aku yakin dia juga menginginkannya.

”Emang kenapa.. mbak..?” Aku tidak terima dengan penolakannya. Sudah menggodaku seperti ini.. dia malah nggak mau kuajak ngentot.
Maunya apa sih..?

Bukannya menjawab.. mbak Lasmi malah mengelus-elus tonjolan burungku dari luar sarung.
“Riz.. kasihan ini adikmu.. daritadi berdiri terus. Mbak pingin lihat.. boleh..?” Pintanya. Aku hanya mengangguk.

Dengan cepat.. mbak Lasmi segera menarik sarungku. Tuinkk..!
Kontolku yang sudah menegang tak karuan.. langsung meloncat keluar.. berdiri tegak bak tugu monas.

“Ehm.. gede juga kontolmu.. Riz..” gumanya kagum.

”Gede mana dari punya mas Slamet.. mbak..?” Aku bertanya.

”Lebih gede punyamu. Juga lebih panjang..” dengan tangan gemetar mbak Lasmi memegangnya.

”Lebih kaku juga. Terasa keras banget.. Riz..” bisiknya makin parau.
Matanya yang bulat tak berkedip menatap batang penisku.. terlihat sangat terpesona dan mengaguminya.

“Berarti boleh dong bersangkar di lubang mbak Lasmi..?” Kataku memancing.

“Jangan. Kapan-kapan aja. Nggak sekarang. Biar aku kocok aja. Mbak yakin.. anak seusiamu pasti sering onani. Bener kan..?” Kata mbak Lasmi sambil mulai membelai dan meremas penisku pelan.

Aku hanya bisa mengangguk dan menikmati sensasi ini. “Mbak.. mbak.. oughhh..” desisku keenakan.

”Kalau onani.. siapa yang biasanya kamu bayangkan..?” Tanya mbak Lasmi sambil tetap memainkan kontolku.
Dia terlihat senang sekali.. seperti mendapat mainan baru.

”Mbak. Mbak Lasmi yang aku bayangkan..!” Gumamku terus terang. Aku tidak perlu malu-malu lagi di depannya.

”Ah.. benarkah..?” Dia tampak gembira mendengar jawabanku. Kocokannya menjadi semakin cepat dan nikmat.

Aku hanya bisa bergerak-gerak menggelinjang tanpa perlawanan karena aku terikat.. tidak bisa membalasnya barang sedikit pun.
Padahal aku sangat ingin sekali menjamah dan membelai tubuh mulusnya itu.

Terutama payudaranya.. ingin aku meremas dan memijit-mijitnya dengan kedua tanganku.. merasakan betapa empuk dan kenyal bulatannya. Putingnya yang menonjol kemerahan.. akan kujilat dan kuisap-isap dengan mulutku. Ughh.. tapi sayang aku tak bisa.

“Kontol seperti ini nih yang bikin wanita ketagihan..” kata mbak Lasmi sambil mengocok batang kontolku semakin cepat.

Aku jadi makin tak tahan. Terasa ada sesuatu yang mau meledak keluar dari dalam sana. “M-mbak.. aku mau keluar..!!” Teriakku tertahan.

Mbak Lasmi bukannya berhenti.. malah mengocok lebih cepat. Membuatku makin tak bisa menahan diri. Tak sampai tiga detik.. aku pun meronta.

”M-mbak.. aku keluar! ARRGHHHHH..!!” Cratt.. crott.. critt.. crett.. crutt.. crutt..!
Kurasakan sesuatu yang hangat dan nikmat menyembur kencang dari lubang kontolku.
Spermaku yang kental berhamburan membasahi muka dan rambut mbak Lasmi.

Setelah semburan itu mereda.. aku pun lemas. Beban yang aku tahan daritadi lepaslah sudah.
Tubuhku terasa lelah.. tapi sangat puas. Kurasakan ada sesuatu yang basah menyentuh ujung kontolku.

Dengan nafas masih terengah-engah.. aku mengintipnya.
Ternyata mbak Lasmi yang tengah membersihkan sisa-sisa lelehan spermaku dengan menjilatinya lembut. Aku hanya diam saja.. menikmatinya.

Mbak Lasmi terus mengulum dan mengemutnya.. menampung semua cairanku di dalam mulutnya..
termasuk juga sperma yang menempel di muka dan rambutnya.. lalu menelan semuanya dalam sekali teguk.
Dia tidak menyadari kalau kuperhatikan.

Setelah sadar.. dengan agak malu mbak Lasmi berkata. ”Maaf.. Riz.. keterusan. Sperma perjaka.. bagus buat obat awet muda..” terangnya.

“Nggak jijik.. mbak..?” Tanyaku penaasran.

“Justru ini yang bikin ketagihan..” jawabnya sambil tetap mengelus kontolku.
Merasakan itu.. kontolku yang sudah lemas.. langsung berdiri kembali.

Mbak Lasmi kelihatan kaget saat melihatnya. ”Ini kontol kok nggak ada matinya ya..?” Katanya sambil nyengir.

Tanpa membuang waktu.. dia kembali menjilatinya.
Dengan tangan kanannya.. mbak Lasmi mengocok batangku. Sedang tangan kirinya.. sibuk mengobok-obok memeknya.

Aku pingin menjamah tubuh mbak Lasmi.. membantunya bermasturbasi.. tapi aku masih terkekang.
Akhirnya aku hanya bisa menikmati surprisenya sambil merem melek.

Tidak beberapa lama aku kembali orgasme.
Sambil menikmati sepongan mbak Lasmi.. aku berteriak. ”Mbak.. aku keluar! Aahhhh..!” Critt.. crutt. crutt..
Rasanya nikmat.. tapi tidak senikmat tadi. Spermaku yang muncrat juga tidak sebanyak tadi.. dan kali ini agak sedikit encer.

Dengan sengaja.. mbak Lasmi mengeluarkan kontolku dari mulutnya.. sehingga spermaku kembali bebas berhamburan mengenai wajah dan teteknya.

Mbak Lasmi menikmati dengan meratakan spermaku ke seluruh bulatan payudaranya.. sementara tangan satunya tetap mengobok-obok lubang memeknya.
Aku menikmati pertunjukan itu dengan mata sayu. Badanku benar-benar lemas. Aku kelelahan.

Tidak berapa lama.. mbak Lasmi berdiri di atasku. Memeknya tepat berada di atas batang kontolku.

Sambil tetap menusuk memeknya dengan jari.. dia merintih.. ”Aahhh.. aku keluar.. Riz.. ahh.. ahh..”

Tubuhnya berguncang-guncang saat cairan kenikmatannya menyembur dengan deras.. mengguyur kontolku hingga basah kuyup.
Rupanya begitu hebat orgasme yang diterima oleh istri tetanggaku itu. Setelahnya.. mbak Lasmi duduk di kursi di depanku sambil mengatur nafasnya.

Beberapa menit kita berdiam diri.. menikmati apa yang telah kita perbuat.
“Riz.. terimakasih ya.. mbak bisa puas meskipun tanpa kita ngentot..” kata mbak Lasmi. Dia tersenyum manis sekali.

“Sama-sama.. mbak. Ini tidak akan bisa kulupakan. Ini pengalaman paling menarik seumur hidupku..” sahutku.

“Maaf ya.. kamu seperti kayak tahanan. Tapi ini supaya kita bisa control diri..” kata mbak Lasmi.

“Nggak masalah.. mbak.. yang penting enak banget ayam spesialnya. Hahaha..” candaku.

“Jangan minta yang lebih dari ini ya..?” Pintanya. Aku mengangguk.

”Iya.. mbak. Gini aja sudah enak kok..”

”Sekarang kamu pulang. Tapi jangan sekali-kali sentuh aku kalau talimu aku lepas.. atau tidak ada lagi acara ayam spesial seperti ini lagi..!!”
Kata mbak Lasmi.. mengancam.

“Oke.. mbak. Kutunggu pelajaran selanjutnya dari mbak..” sahutku sambil mengangguk.

Mbak Lasmi kemudian melepas tali yang mengikatku.
Karena sudah janji.. lagian aku juga sudah sangat lelah.. meski saat itu mbak Lasmi masih telanjang.. aku tidak menyentuhnya sama sekali.
Malah.. dengan langkah gontai.. aku segera merapikan pakaianku.

“Mbak.. aku pulang dulu ya..” pamitku setelah kukenakan kembali sarung dan bajuku.

“Iya.. hati-hati ya.. jangan sampai ada yang ngelihat..” pesan mbak Lasmi di depan pintu.

“Ok.. mbak. Kalau perlu apa-apa.. bilang ke aku ya.. aku ikhlas bantu mbak. Syukur-syukur kalau dapat hadiah lagi.. hahaha..” candaku.

“Maunya..” mbak Lasmi memencet hidungku.

”Sana.. aku muak lihat kamu..” sambungnya sambil mendorongku.

“Muak..? Memang kalau muak itu bisa bikin memek muntah ya..?” Kataku sambil ngacir meninggalkan rumah mbak Lasmi.

Dengan tubuh masih bugil.. istri mas Slamet melepas kepergianku.

Dengan hati-hati.. aku masuk ke rumah lewat jendela kamarku.
Kulihat jam di dinding.. sudah pukul 12 malam. Berarti aku tadi main dengan mbak Lasmi hampir tiga jam.

Dengan perasaan puas.. aku rebahkan tubuh lelahku di kasur. Masih terbayang aroma memek mbak Lasmi.. aku jatuh tertidur sampai pagi.
--------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Mantul hu, makasih updatenya..
Cerita2 yang diupload bener-bener pilihan semua..
:jempol:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd