Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Keterusan

Bimabet
KETERUSAN
Part 07 – Awal Cerita


“Kamu suka ya dientotin Mantan kamu itu…?” Pikiranku Kembali ke beberapa saat lalu. Saat dimana Mela mengungkapkan alasan kenapa ia tak mengabariku selama berhari-hari.
“Kamu menikmati ya memek yang udah aku nikahin itu, ditengokin kontol lain…? Enak ya…? Hah…?”

Mela tak menjawab. Mata bulatnya hanya menatapku dalam-dalam, sebelum kemudian terdiam. Ia tak mampu berkata-kata. Yang bisa ia lakukan hanyalah bernafas cepat, kemudian sesenggukan.
“Maaf, Mas. Sumpah…Aku ga ingat, Mas.. Malam itu sepertinya aku benar-bener mabuk. Maaf…”

Memang, tak ada manusia yang sanggup berpikir jernih ketika mabuk. Sehebat apapun manusia itu mampu menenggak miras, tetap saja, ia tak berpikir jernih. Begitu pun dengan Mela. Tidur saja ia tak ingat jika diapa-apain, apalagi ketika mabuk.

“Ahhhrrggghhhh.. Dasar PEREK…!!!” Ucapku yang kemudian berjalan cepat keluar dari café.

- - - - - -​

“Please, Mas… Kamu jangan marah ya…” Ucap Mela sedikit khawatir ketika melihat ku menyetir secara ugal-ugalan. Ia juga beberapa kali teriak karena kubawa mengebut melewati batas kecepatan dalam kota. Bahkan Mela makin menangis, ketika aku melihatku menerobos lampu merah.

“Mas, Please.. Jangan kebut-kebutan seperti ini… Aku takut Mas.. Please… Hiks hiks hiks...” Tangis Mela menjadi-jadi karena tak sanggup menghadapi ketakutan dijalan, “Please Mas… Aku masih sayang kamu… Dan aku gamau mati konyol gara-gara ulah kebut-kebutanmu ini… “

Kuhela nafas dalam-dalam, sembari memelankan laju kendaraanku. Kubuka sedikit jendela mobilku dan kunyalakan rokok, sekedar untuk menstabilkan emosiku yang masih bergejolak.

“Uhuk.. Uhuk.. Uhukk…” Batuk Mela terdengar kencang, ketika aku baru dua kali menghisap rokok.
“Yaelah…” Kesalku yang lalu membuang puntung rokok yang baru saja terbakar itu keluar jendela.
“Uhuk uhuk… Makasih, Mas…” Ucap Mela disela batuk-batuknya.

Suasana didalam mobil, terasa begitu kikuk. Dingin. Dan tak nyaman. Kami berdua tenggelam dalam pikiran masing-masing. Ditambah macet dan hujan yang semakin deras, menjadikan perjalanan pulang malam itu, seperti tak berujung.

“Kalo aku jadi kamu… Kira-kira kamu bakal marah nggak…?” Ucapku membuka pertanyaan.
“Maksudnya..?”
“Iya. Kalo aku selingkuh dengan wanita lain… Kira-kira kamu bakalan marah apa tidak…?”

“Tergantung…” Jawab Mela singkat.
“Kok tergantung…?”
“Ya tergantung dari sudut mana kamu melihatnya…” Jelas istriku.
“Ahh. Itu mah bisa-bisaan kamu saja…”
“Makanya, dengerin dulu penjelasanku, Mas…”

“Penjelasan buat apa…?” Tanyaku, “Penjelasan supaya kamu bisa selingkuh lagi..?”
“……” Mela tak menjawab, ia hanya melengos menatap tetes hujan di jendela mobil.

Selama 30 menit, aku dan Mela kembali larut dalam diam. Hanya menatap kemacetan jalanan yang semakin menjadi-jadi. Sepanjang jalan, Mela hanya menatap kosong kearah tetes hujan yang makin membasahi bumi.

“Iya deh, aku nggak marah…” Ucapku lirih. Sambil menatap wajah cantik istriku dari pantulan kaca jendela. Meskipun muram, ia masih terlihat begitu cantik dimataku.

Mela menengok kearahku dengan pelan. Terdiam sejenak. Lalu berucap “Beneran…?”

Aku menganggukkan kepala. “Asal kamu mau kasih tahu aku yang sebenarnya… Aku bakal mencoba untuk menahan semua cemburu dan emosiku…” Balasku sambil memaksakan wajah kaku-ku, untuk dapat tersenyum.

Mela sejenak menghela nafas panjang.

“Aku cinta kamu, Mas…” Ucap Mela diawal cerita, “Bener-bener sayang ama kamu…”
“Kalo cinta dan sayang, kenapa kamu sampai selingkuh…?”

Ia Kembali menatap kekiri. Kearah tetasan hujan yang membasahi jendela mobil.

“Sebenarnya, aku juga ga tahu, Mas. Kenapa hal ini bisa terjadi kepadaku…” Ucap Mela membuka cerita. “Jauh-jauh aku terbang ke pernikahan Mila, bukan berarti ada niatan untuk bertemu dengan mantan, ataupun selingkuh… Semua ini terjadi begitu cepat. Tanpa adanya rencana ataupun niatan samasekali…”

“Aku juga tak tahu, kalo dia ada di daftar pendamping mempelai… Yang aku tahu, Mila membawa orang-orang terdekatnya untuk bisa menemani di hari spesialnya…”
“Dan Fadil adalah adalah salah satu orang terdekat Mila…?”
“Iya…” Jawab Mela mengangguk pelan
“Lalu…? Abis ketemuan…. Nostalgia…? Timbul rasa… Terus….”
“Ya…?” Heran Mela karena mendengar mulutku yang tiba-tiba terkatup. “Terus apa, Mas…?”

“NGENTOT..?” Akhirnya, kata ajaib itu muncul.
Seolah mendapat siraman emosi berjuta-juta gallon. Membuat emosi dan cemburuku tiba-tiba meluap.

Mendengar kata ngentot, Mela langsung menengok kearahku.
“Kamu kok berkata seperti itu, Mas..?”
“Lha emang IYA khan…? Kamu ngentot ama dia..?” Benar. Aku tak sanggup menahan emosi didadaku.

“Aku ga ada maksud sama sekali, Mas. Buat ngentot dengan dia…” Jawab Mela dengan isak tangis yang mulai terdengar kembali.
“Tapi nyatanya… Kamu ngentot khan…?”
“.…..” Mela tak menjawab. Ia hanya menatap tajam kearahku dengan mata yang semakin berkaca-kaca. Hidungnya merah, dan ingus hidungnya mulai menetes.
“Iya khan…? Jawab…!!! Ujung-ujungnya… Kamu ngentot dengannya khan…?” Ucapku dengan nada tinggi karena emosi yang tak sanggup kutahan-tahan lagi.

“Mungkin karena waktu itu, aku mabuk Mas…”
“Yaa. Yaaa.. Yaaa… Jawaban KLISE…” Sindirku lagi, “Mabuk… Lupa… Tak sadarkan diri… Setelah itu, kamu membiarkan selingkuhanmu itu mengaduk-aduk memekmu dengan kontol sialannya…”
“Aku ga selingkuh, Mas… Aku ga ada main hati sama sekali dengannya….“ Jelas Mela mencoba membela diri, “Seperti yang kukatakan kemarin.. Aku cuman khilaf…”

“Iya. Khilaf… Sampe mau dikontolin ama si BANGSAAATT itu berhari-hari…” Cerocosku dengan nada makin tinggi. “Terus… Gimana rasanya…? Enak…?”
“.……” Mela tak menjawab. Ia hanya menarik nafas panjang, lalu menatap tajam kearah hujan yang semakin deras dari jendela mobilku.

“Mell… Jangan diam aja… JAWAB… !!!“ Bentakku karena melihat istriku hanya berdiam diri, “Apa bedanya aku dengannya…?”
“Aku ga tahu jawabannya, Mas…”
“Kalo nggak tahu… Kenapa mau berhari-hari dengannya… Tanpa ngabarin sekalipun…”

“Disana ga ada sinyal, Mas…”
“TAI KUCING… Gausah ngomongin sinyal deh… “ Ucapku yang kemudian menepikan mobilku dan mengerem dengan tiba-tiba. “Kalo memang sinyalnya jelek, kenapa si Fadil sialan itu bisa posting story setiap saat. Kenapa…?” Tembakku mematahkan alasan Mela, “Hampir setiap satu jam sekali, Si Bangsat itu posting Mel. Posting. Dan tahu nggak isi postingan dia seperti apa..?”

Kutatap wajah bingung Mela dalam-dalam. Matanya membulat menatap cecaran pertanyaanku. Setelah itu, ia mengangkat kedua bahunya.
“Aku gak tahu, Mas…”

“Dia posting tentang dirimu… Semua... Postingannya… Tentang dirimu…” Jelasku dengan kalimat super tegas. “Bahkan, sampai-sampai, Bajingan itu posting segala gerak-gerikmu… Dari cara kamu senyum, cara kamu makan, cara kamu berpakaian, hingga cara kamu tidur, semua ada dipostingannya…”

“Bahkan asal kamu tau ya, Mel. Si monyet mesum itu, juga posting video kamu ketika sedang bersiap mandi… Memamerkan kemolekan tubuhmu di sosial media dia… Dan yang paling parah… “ Aku menatap tajam kearah mata teduh istriku, “Dia nunggu jandamu…”

Lagi-lagi, Mela terdiam.

“Emang kamu ada niatan cerai dari aku, Mel…?” Tanyaku sambil menatap mata istriku dalam-dalam.

“Kamu nyebelin banget, Mas..” Celetuk Mela lirih.
“Nyebelin…?” Ulangku, “Setelah tahu memek istri kesayangannya dientot berhari-hari oleh kontol lelaki lain… Kamu masih bisa bilang aku nyebelin…?”
“Iya… Kamu nyebelin… “ Ucap Mela sekali lagi, “Kamu ga pernah tahu kemauanku, Mas…”

“Kemauan yang mana…?” Heranku geram sambil berkali-kali menyeka wajah
“Ini nih, bedanya dirimu dengan dia…” Jelas Mela dengan wajah serius, “Kamu ga pernah mau tahu hal sepele seperti itu…”
“Ohhh. Jadi aku yang salah…?”
“Aku ga nyalahin kamu mas… Hanya saja”
“Emang kelebihan dia dimana…?” Potongku menyelak kalimat istriku, “Yang bikin kamu jadi tergila-gila olehnya dalam waktu singkat itu yang mana…?”

“Wanita, kadang suka diatur, Mas…” Kata Mela singkat.
“Apa…?” Bingungku
“Kamu tahu nggak…?” Tanya Mela
“Maksudnya…?”

Seolah mencibir, istriku tersenyum melihat kebingungan diwajahku. “Hal simpel seperti itu aja… Masa harus aku jelasin, Mas..?”
“Setelah sekian lama kita menikah, sepertinya Mas belom tahu seutuhnya tentang diriku…” Ucap Mela mulai membuka suara, “Karena pernikahan itu, tidak sepenuhnya mengenai dirimu, Mas…”

“Bukannya aku mau menyalahkan sifat dan pembawaan dirimu, Mas. Cuman akhir-akhir ini, entah kenapa, kamu berubah menjadi orang yang begitu membosankan. Egois, dan menyebalkan…”
“Jadi karena hal itu, kamu jadi selingkuh…?”
“Aku ga selingkuh, Mas…”
“Iya bener… Kamu ga selingkuh… Cuman rela aja dientot kontol lelaki lain…” Sindirku habis-habisan.

“Aku suka lelaki tegas…” Jawab Mela singkat, “Aku suka lelaki dominan….”
“Oke… Lalu…?” Tanyaku memasang wajah sedikit meremehkan.
“Ihhhhhssss….. Nyebelin banget deh mukamu…” Sewot Mela, “Sebenernya, kamu harus tahu Mas, Kadang, aku suka sifat cowok yang keras kepala, bandel, susah diomongin, dan diktatornya, Mas..

Dan kadang, itu yang membedakanmu, dengan semua pacar-pacarku. Jujur, aku suka dimanja, semua cewek suka diturutin semua permintaannya. Cuman ga selamanya, Mas. Karena untuk titik tertentu, aku ingin diatur, aku ingin dikerasin…”

Mendengar penuturan Mela, aku sedikit berpikir, jika apa yang kulakukan selama ini, tak sepenuhnya ia sukai. Ia terkadang ingin dikekang. Ia ingin dipaksa. Benar-benar seperti tuan dan pembantunya. Bukan. Seperti majikan dan budak-budaknya.

Mela bercerita, jika ia dan mantan-mantannya, suka melakukan seks yang dominan, dan itu yang sering mereka lakukan sepanjang waktu. Meskipun ia memuji kasih sayang & dan perhatianku. Akan tetapi, maksud dari percakapan kami adalah sebuah penghinaan padaku.

“DIMAS… LU GA JANTAN..”
“CARA NGENTOTLU DIRANJANG, KURANG HEBAT...”
“JADI LELAKI YANG NAKAL DONG…”
“SIKSA AKU, MAS DIMAS… KASARIN AKU…”

Kurang lebih, seperti itu kesimpulan yang aku dapatkan dari arah pembicaraan ini

Aku akui, aku memang bukan tipikal lelaki dominan. Bukan juga lelaki yang suka main kasar. Aku yang meskipun memiliki postur badan tinggi besar, akan tetapi jika diperhatikan lebih lanjut, lebih banyak gak tegaan. Ketimbang dimanjakan, aku lebih suka memanjakan oranglain.

Dan hal itu, sangat bertolak belakang dengan apa yang Mela inginkan dariku ketika berhubungan. Walhasil, ketika ia bertemu Kembali dengan Fadil, semua keinginan ‘anehnya’ itu, bisa terwujud seluruhnya.

“Lalu apa sih penyebabnya…? Yang membuatmu kemarin sampai selingkuh seperti itu…?” Tanyaku sedikit menginterogasi, “Apa pula kelebihan Bajingan itu hingga bisa membuatmu tak mengabariku sama sekali…?”

“……” Mela menghela nafas Panjang. Ia terdiam sejenak, sebelum akhirnya membuka mulut. “Fadil nggak kaya, Mas. Ia hanya pengusaha kecil-kecilan.. Ia juga belum punya rumah, hanya tinggal di apartemen tak jauh dari sini…” Jelas Mela sedikit memberikan gambaran mengenai mantannya, “Ia juga ga sepintar kamu. Ga seganteng kamu. Badannya juga ga sebagus kamu. Dia kurus…”

“TAPI KONTOLNYA BESAR…” Potongku dengan nada penuh emosi.
“….” Lagi-lagi, Mela terdiam.

“Iya khan…? Kamu suka COWOK YANG KONTOLNYA BESAR…?”
“.……..”
“Jangan diem aja Mel…”

“Modal Fadil, hanya tekad…” Ucap Mela mencoba melanjutkan kalimatnya, “Dan keberanian… “
“Iya, keberanian buat NGENTOTIN ISTRI ORANG…”

Sekali lagi, kubuka sedikit jendela mobilku. Kuambil sebatang rokok dan kuselipkan di bibirku. Aku benar-benar merasa begitu kusut, karena sulit sekali meminta otakku untuk berpikir. Begitupula dengan nafasku. Seolah ada sumbatan besar yang menghimpit paru-paruku. Aku butuh nikotin. Aku butuh pelampiasan.

Mela menatap serius wajah tegangku. Kemudian ia mengusap rambutku. Kemudian, ia tersenyum. Lalu, dengan dua jari lentiknya, ia mengambil rokok dari bibirku, dan mematahkannya menjadi dua.

“Maafin aku ya Mas… Sekali lagi… Aku minta maaf….” Bisik Mela yang kemudian mengamit tanganku yang masih menggenggam bungkus rokok. Setelah itu ia angkat tanganku, lalu mengecupnya pelan. Setelah itu, ia usap-usapkan punggung telapak tanganku kepipinya.

Mendapat perlakuan seperti itu dari istriku, dadaku berkecamuk. Antara kesal, namun juga sayang. Marah, namun juga tak mampu aku ungkap ataup luapkan. Aku hanya bisa mengatur nafas emosiku sembari meremas karet setir mobilku sekuat mungkin.

“Kamu marah ya..?”
“Kira-kira, aku harus jawab apa..?”
“Yaudah deh… Kalo Mas marah, mungkin aku bakal ceritain dilain waktu aja…” Ucap Mela sambil Kembali mengecup punggung tanganku sekali lagi.

“Aku…” Bibirku tercekat, melihat wajah cantik istriku yang waktu itu, entah kenapa terlihat begitu menawan. Dalam keremangan malam, aku masih bisa melihat kepolosan diwajahnya.

AAAHHHH… BANGSAAATTT
Mela jago banget mengaduk-ngaduk isi hatiku. Pintar sekali membolak-balik perasaanku. Disaat emosiku meledak-ledak tak karuan seperti ini, dengan mudahnya ia memutar balikkan situasi. Bahkan, dalam sekejap, ia mampu membuatku terombang-ambing dengan emosi yang kurasakan saat itu.

“Yaudah, kalo gitu… Kita pulang aja yuk, Mas…”
“Kita pulang…? Supaya kamu tak melanjutkan cerita perselingkuhan itu…?”

“Terus…? Kamu maunya seperti apa…?” Tanya Mela, “Sekarang gantian aku yang bingung, Mas…”
“Yaudah... Ceritain aja semuanya…”
“Bener…?”
“Jangan bikin aku emosi lagi…”

“Hhhhh…. Oke….” Ucap Mela yang kali ini sambil tersenyum.

Namun, setelah beberapa saat kemudian, Mela tak juga kunjung mengucap sepatah kata. Ia hanya menatap kearahku dengan bibir yang tak berhenti tersungging.

“Kenapa sih…? Liat-liat ga jelas kaya gitu…?” Tanyaku kesal, “Kamu jadi cerita nggak…?”
“Jadi kok…”
“Lalu…? Kenapa sekarang kamu diam aja…”
“Pengen aja… Liat raut wajahmu yang lucu ketika ngambek….”

“Aku ga ngambek kok…” Jawabku jutek
“Kalo gitu, marah…”
“SIAPA JUGA yang marah…” Balasku dengan nada tinggi.
“Tuuuuhh… Khan… Kamu emosi….”

“Fuuuuuhhhh… “ Kuhela nafas panjang. Mencoba mengatur semua rasa dan emosiku yang lagi-lagi mulai meledak, “Aku ga marah kok, Dek…”
“Bener…? Kamu ga marah atau emosi kalo aku ceritain tentang Fadil…?” Tanya Mela sambil mencolek ujung hidungku. Seolah aku adalah anak kecil.

Tak menjawab pertanyaan istriku, aku hanya mengangguk.

“Oke… Jadi….. Kemarin…..Ketika aku melihat Fadil ada disana… jujur, aku kaget, Mas… Aku tak mengira akan adanya dia disana… Mila hanya bilang kalo dia punya kejuatan untukku…Tapi aku benar-benar tak menyangka, jika kejutannya adalah dia…” Ucap Mela melanjutkan ceritanya, “Kami hanya bercakap-cakap biasa, tanpa adanya topik yang membahas mengenai masa lalu… Hingga akhirnya, setelah acara resepsi, Mila mengajakku untuk ke acara after partynya.. Dan mungkin, dari situlah semua bermula…”

“Jadi kamu nyalahin Mila…?”
“Entahlah, Mas…” Jawab Mela singkat, “Yang jelas, setelah itu kami semua mabuk… Aku mabuk, Mila mabuk, suaminya mabuk…”
“Termasuk Fadil…?”

Mela hanya mengangkat bahunya.

“Yang kutahu, tiba-tiba, aku dan dia sudah berciuman…”
“Dia tuh Fadil…?”

“Mas, kamu sebenernya nyimak ceritaku nggak sih…?” Sewot Mela karena selalu menyela ceritanya.
“Oke-oke.. Sok lanjut…”
“Iya, dia itu Fadil… “ Ucap Mela sambil mengamati reaksiku.

Sekuat tenaga, aku berusaha memendam gejolak cemburu hatiku. Sebisa mungkin, aku tak bertanya ataupun menyela semua cerita istriku. Dan juga, aku bertahan menahan mati-matian untuk tak menunjukkan gemuruh birahi yang perlahan muncul akibat bayangan yang muncul di benak pikiranku.

“Fadil menciumku, seolah aku adalah pelega dahaganya, Mas. Ciumannya begitu ganas, dan agresif. Karena tak perlu waktu lama, lidahnya sudah menyelinap kedalam mulutku… Ia juga mencumbu leherku, dadaku dan pundakku. Malam itu, Fadil terlihat begitu ganas, Mas…” Dengan sedikit rasa was-was, Mela melirik kearahku. Namun rasa khawatir itu segera sirna, ketika istriku melihat anggukan kepalaku yang menandakan supaya ia meneruskan ceritanya.

“Tangannya juga ga bisa diam… Karena setelah Fadil merasa bisa mencium dan mencumbuku, ia mengangkat tubuhku, kemudian menjatuhkanku ke sofa yang ada di sudut ruangan. Setelah itu, ia kembali melumat mulutku sambil meremas kedua tetekku dengan kasar...” Lagi-lagi, Mela menatap wajahku. Seolah berusaha membaca raut wajahku yang sudah penuh karena nafsu.

“Kamu beneran ga masalah, aku cerita seperti ini, Mas…?”

“Akan jadi masalah jika ada yang sengaja kamu tutup-tutupin dari ceritamu…”Ucapku yang akhirnya tak mampu lagi menahan desakan darah birahi yang mulai memenuhi organ kemaluanku. Berkali-kali aku berusaha membuat nyaman posisi dudukku. Dan hal itu, dapat ditangkap oleh Mela.

“Kamu ngaceng denger ceritaku, Mas…?” Tanya Mela yang berusaha meraba kearah selangkanganku.
“Tak usah kamu pedulikan…” Jawabku singkat, berusaha menepis tangannya.
“Bener…? Nggak usah aku peduliin…?” Senyum Mela genit sambil mencoba kembali untuk meraba selangkanganku. “Ehh.. Ini tititmu ngaceng loh Mas…” Sambungnya ketika mendapati jika kemaluanku sudah mengeras.

“Aku cuman pengen denger kejujuranmu…” Erangku yang entah kenapa, ikut menikmati usapan genit Mela pada tengah selangkanganku.
“Ga pengen yang lain…?”
“Entahlah…” Jawabku galau, “Kira-kira, apa yang kamu tawarkan kepadaku…?”
“Terserah…” Sahut Mela.

“Hihihi… Kalo begitu… Buka celanamu, Mas…”
“Maksudnya….?”
“Iya, buka celanamu… Aku pengen ngisep tititmu…”
“Disini…?” Tanyaku bingung.
“Emang kenapa…? Kamu takut…?” Goda istriku dengan senyum genitnya, “Ahhh… CEMEN…”

Mendengar cemo’oh dari mulut istriku, dengan satu tarikan kaki, langsung kuturunkan celanaku. Plus, celana dalamnya sekalian. Aku tak peduli dengan situasiku yang masih berada dipinggir jalan. Yang jelas, permintaan Mela itu, membuat batang penisku yang tersiksa, seketika menjelepat bebas menyapa wajah cantik istriku.

“Hallooo.. Jagoan besarku….” Ucap Mela ketika melihat batang penisku sudah membonggol besar karena desakan darah birahi, langsung menangkapnya gemas. Dan tanpa meminta ijin dariku, ia langsung melahapnya bulat-bulat

HAAAPPP… HAAAAEEEEMMM.
“Ohhh. Kamu benar-benar NAKAL…” Erangku spontan yang langsung mengawasi kondisi disekitarku.

Beruntung, curah hujan yang turun, semakin deras. Yang untuk beberapa saat, memburamkan kaca jendela mobilku. Hujan ini juga bakal menyibukkan orang-orang disekelilingku, ketika ingin melihat kedalam kabin.

“Aku nakal ya, Mas…?” Goda Mela sembari mulai mengocok batang penisku.
“Uhhhsss.. Ssshhh….Iya. Kamu… Ooohh… NAKAL…” Erangku mulai menikmati seks oral di luar ruangan yang diberikan oleh istri binalku.
“Kalo aku NAKAL… Kira-kira bakalan dihukum seperti apa, Mas..?”
“Dihukum…?”
“Iya… Kamu mau hukum aku apa…?”

“Nggggg…. “ Aku bingung, aku belum pernah ditanya hal seperti ini oleh istriku. Satu-satunya hal yang terlintas dibenakku adalah, “Kalo gitu… Ceritakan dengan detail, semua kejadian di pulau Dewata kemarin… Semua hal mesum bareng Fadil sialanmu itu..”

CLEEEEPPP
Kutusukkan jari tengahku kedalam vagina Mela. Dan betapa kagetnya aku ketika mendapati jika MEMEK Mela sudah membanjir BASAH.

“Kamu sange, Dek…?” Tanyaku
“Ga boleh…?” Jawab ketus Mela

“Kamu sange karena ngisepin kontolku…? Atau karena pengen nyeritain cerita mesummu…?”
“Hmmm…” Mela menghentikan hisapan mulutnya. Ditepuk-tepukkan batang penisku pada mulutnya, sebelum berucap, ”Aku memang lagi sange banget Mas…”
“Karena kontolku…? Atau kontol Fadil…?”

“Hihihi… Memangnya… Perlu aku jawab…?” Goda Mela yang kemudian mencengkram kantung zakarku dan menyedot buah pelerku kuat-kuat.

ANJIIIMMMM.
Jago banget nih cewek buat membuatku tersiksa.

“Ohhhh…. Sssshhh…” Erangku sambil mengurut dahi.
“Sluurrppp.. kamu suka ya Mas…? Denger cerita mesum aku bareng Fadil…? Sambil ngelihat istri tercintamu nyepong kontol kaya gini…?”

Kata kontol yang Mela ucapkan, terdengar begitu seksi ditelingaku. Memjadikan penisku makin mengeras.

“Uhhh.. Kok kontolmu… Jadi makin keras gini, Mas…?”
“Udah-udah… Gausah basah kontolku… Sekarang, ceritakan dengan DE.. TA.. IL…!”
“Hihihi… Bener…? Mau denger cerita detailnya, Mas…?” Goda Mela tanpa henti, “Karena setelah kamu denger cerita aku.. Kamu bakalan tahu, Mas… Kalo istrimu ini, tak seperti yang kamu bayangkan selama ini…” Bisik Mela sembari terus menggigit-gigit penisku.

“Emangnya… Ka.. Kamu seperti apa…?” Ucapku gugup, karena harap-harap cemas mendengar ulasan detail kegiatan cabul Mela bersama mantannya.
“Jadi… Aku dan Fadil…………”


bersambung,
by tolrat
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd