Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tamu Yang Tak Diundang

Apakah imajinasi terliar yang pengen kalian baca di karya Tolrat?

  • Adik Cowo vs Kakak Cewe

    Votes: 199 14,9%
  • Adik Cewe vs Kakak Cowo

    Votes: 59 4,4%
  • Anak Cowo vs Ibu

    Votes: 342 25,7%
  • Anak Cewe vs Ayah

    Votes: 195 14,6%
  • Suami Istri vs Anak Cewe

    Votes: 92 6,9%
  • Suami Istri vs Anak Cowo

    Votes: 55 4,1%
  • Suami diselingkuhi Istri

    Votes: 290 21,8%
  • Suami vs rekan kerja/teman/relasi

    Votes: 100 7,5%

  • Total voters
    1.332
  • This poll will close: .
TAMU YANG TAK DIUNDANG
Part 18 - Keahlian Baru



“Jadi gimana? Boleh ya? Aku sepongin kontol besarmu ini? Ayah?” Sambung Febby tanpa menunggu lama, lamgsung meraih kemaluanku.
Tangannya terlihat begitu mungil jika dibandingkan dengan batang penisku, Jemarinya berusaha dengan susah payah, melingkari diameter kelaminku. Bahkan, ia perlu dua tangan, untuk bisa meremas belalai kejantananku secara penuh.

“Tebel sekali ya Yah, kontolmu ini. Berat ” Desah Febby memuji kebesaran kelaminku, "Boleh ya? Aku isep sekarang?"
Aku tidak menjawab. Dan seolah tahu jawabanku, Febby mendekatkan wajahnya ke penisku. Lalu menghirup lekat-lekat aroma kemaluanku. “Hihihi. Acem”

Melihat wajahnya yang hanya berjarak sekitar 10 cm dari selangkanganku, membuat batang penisku langsung mengeras dengan sempurna. Berkedut hebat dan berdetak seiring denyut jantungku.

“Biji pelernya besar juga ya Yah? Beneran kaya lato-lato. Hihihi” Canda Febby yang kemudian bergerak dari samping tubuhku, duduk diatas lututku. Membuat kulit kakiku, bisa merasakan
vaginanya yang mulai terasa lembab. Kuletakkan kedua lengan, dibelakang kepalaku. Menjadikannya sebagai bantai, supaya aku bisa melihat gerak-gerik mesum putriku dibawah sana.

“Aku isep sekarang ya, Yah?” Ucap Febby terus memainkan tangannya di batang penisku. Naik turun perlahan, sembari sesekali meremasnya gemes. Dikecupnya batang penisku, sembari menggigit manja biji zakarku dengan bibirnya.
“Uhhh. Geli” Batinku sambil memperhatikan kecantikan wajah putriku, yang tertutup oleh batang penisku yang menjulang.
"Mau enggak Yah? Kalo mau, aku isep nih.” Tanya Febby, “Tapi kalo Ayah nggak mau, yaudah aku mo tidur lagi.”

Sengaja, aku tak menjawab kalimat putriku. Aku bahkan tak berkata-kata sama sekali. Aku hanya melihat tingkah nakal Febby pada penisku.

“Ayaah. Mau nggaaaak?” Goda Febby yang mengoles-olehkan kepala penisku ke wajahnya yang mulus. Menggosokkan kepala kemaluanku ke hidung, dan bibirnya. Juga mencium serta mengecup mulut penisku dengan lembut, Membuat birahiku seketika meradang. “Ayah pengen ngga? Ssshhh. Ayo, bilang aja Yah. Bilang ‘Oh Febbyku, isep kontolku, Sayang. Sepong kontol Ayahmu ini. Ayah pengen ngecrot di mulutmu’. Bilang gitu Yah.Yuk”

ANJIM. Febby pintar sekali menyusun kata-kata nakal. Ia tahu sekali bagaimana mempermainkan emosiku, sehingga membuatku ingin menirukan kalimat nakalnya.

BANGSAT, aku memang menginginkannya. Dan untuk seperkian detik, aku seolah tidak peduli lagi dengan hubungan ayah anak ini. Dan, tanpa berpikir panjang, mulutku langsung mengucap, "Ohss Sshhhh.. SIAL, Kamu tahu banget, apa yang Ayah inginkan, Sayang. Iya. Ayah pengen kamu sepongin”

"Hhmmm. Kenapa Yah? Aku ga dengar? Hihihi” Goda Febby
“Ah kamu pura-pura”
“Bener, Yah. Aku ga denger permintaanmu. Ngomongnya, yang kenceng dong”
“Sepong kontolku, Sayang. Isep kontol Ayah”
“Hihihi. Oke. “ Ucap Febby senang, yang tanpa basa-basi lagi, menjulurkan lidahnya, dan mulai menjilat kepala penisku.

Oh. Sapuan lidah putriku, terasa begitu basah, dan lembut. Tangan kanannya memegang batang penisku dan tangan kirinya mempermainkan kedua zakarku. Kedua tangannya bergerak secara bersamaan. Satu mengurut, satu meremas. Dan, dengan mulut mungilnya, ia mulai melahap kepala penisku. Memasukkan bulat-bulat bonggolku yang sudah berwarna merah darah ke mulutnya.

“Hangat sekali mulutmu, Sayang” Erangku ketika merasakan hisapan mulut dan lidah Febby.
“Hmmm. Enak yah?” Tanya putriku
“Banget Sayang”
“Mau? Aku isep lagi?”

Aku tidak menjawab.

"Ayo Yah. Bilang. Biarin aku denger dari mulut Ayah sendiri. Kalo Ayah bener-bener pengen aku sepong kontol ini lebih jauh lagi”

Seperti terrhipnotis, akupun mengangguk. Menjulurkan tanganku dan memegang belakang kepala putriku, dan menekannya kebawah. Meminta Febby melahap penisku lebih dalam lagi. “Iya sayang, isep kontolku. Ayah pengen ngerasain sepongan nikmatmu. Ayo”

Febby tersenyum lalu menjilat lagi. Kali ini, ia juga mempermainkan zakarku dengan mulutnya. Menggigit bola pelerku pelan, kemudian mengunyah dengan bibirnya. Setelah itu, ia menjilati kejantananku beberapa kali dari bawah sampai ke atas. Membuka mulutnya, mengecup kepala penisku lagi, dan menghisapnya kuat-kuat. Hingga aku merasa, setengah nyawaku ikut masuk kedalam hisapan mulutnya. “Cuup Cuppp. Sluuurrp.”

“Kalo Ayah mau kontolnya kutelan, bilang aja ya Yah” Ucap Febby sambil tersenyum kearahku.
”Ditelan? Emang, kamu bisa?”
“Ya kalo aku ga nyoba, gimana caranya aku bisa menjawab pertanyaan Ayah?”

SIAL. Betul juga.

Febby lalu memegang penisku, meluruskan hingga sejajar dengan hidungnya. Setelah itu, ia membuka mulutnya lebar-lebar, lalu memasukkannya batang penisku bulat-bulat kearah tenggorokannya.

GLOOK GLOOK GLOOOK.
Suara batang penisku ketika merojoh tenggorokan Febby.

“OHHH. Nikmat sekali rasanya.” Erangku ketika merasakan jepitan nikmat dari tenggorokan Putriku. Nikmat ini, benar-benar seperti nikmat ketika sedang bersetubuh. Namun bedanya, rasa ini, aku dapatkan melalui mulut. “Ssshh. Bulu kuduku merinding karenanya”

GLOOK GLOOK GLOOOK.

Melalui mulutnya, aku bisa merasakan ada pijatan-pijatan aneh dari tenggorokannya. Menekan, dan mengurut batang penisku dengan kuat, seolah mengira jika penisku adalah makanan, yang harus segera ia telan. Menarik, dan mengajaknya masuk lebih dalam.

“PUAAHH. Yaahhh. Ga muat. Hhhh. Hhhh. Hhh. Kontolmu kepanjanganan, Yah” Ucap Febby ngos-ngosan dengan mulut penuh liur.
“Ssshh.. Oohh. Febby. Tapi enak banget rasanya, Sayang” Pujiku sambil menekan lagi belakang kepala putriku. “Masukin lagi lebih dalam ya”
“Oke. Demi-mu, Aku coba lagi ya, Yah” Ucap Febby semangat sambil membuka mulutnya lagi. Mencoba memasukkan kemaluanku lebih dalam lagi

GLOOK GLOOK GLOOOK.

Ohhh. Kali ini, jepitan tenggorokan putriku, dapat kurasakan lebih nyata lagi. Denyut peristaltik tenggorokannya juga terasa lebih dahsyat. Membuat rasa nikmat pada penisku, seolah membawaku melayang keudara.

KRIIING.. KRIIING. KRIIING.. KRIIING.
Tiba-tiba, suara telephoneku berdering kencang.

KRIIING.. KRIIING. KRIIING.. KRIIING. KRIIING.. KRIIING.

"Bangsat! Ngeganggu orang aja” Umpatku sambil mencari posisi dimana handphoneku berada.

KRIIING.. KRIIING. KRIIING.. KRIIING.

“Sebentar Sayang” Ucapku, sedikit menjauhkan kepala Febby, dari batang penisku. Membuatku sedikit kehilangan rasa nikmat karena pijatan dari mulutnya. Kuberanjak dari tiduranku, lalu mengambil handphone di atas lemari nakas. Dan tanpa melihat layar handphone-ku, aku menjawab panggilan itu sambil berteriak

KRIIING.. KRIIING. KRIIING.. KRIIING.

“Halo!!!” Bentakku kesal
"Halo? Mas? Baru aja aku telpon, kok kamu udah marah-marah gitu sih? Febby dimana? Aku mau ngobrol dengannya” Cerocos Yula

“Ah SIAL. Ini Yula” Erangku menyesal karena menjawab telephone tanpa melihat siapa orang yang mengubungiku.

“Hallo? Mas? Mana Febby?” Sambung istriku lagi karena tak mendapat jawaban dariku
“Eh Chaey” Kulirik putriku yang sedang duduk bersimpuh diatas kasur. Menatap kearahku dengan pandangan heran.

“Mama Yah?” Tanya Febby berbisik.
Aku mengangguk.

Melihat anggukanku, tiba-tiba raut wajah Febby berubah. Ia lalu turun dari tempat tidur. Menarik tanganku dan mengajakku kembali kearah pembaringanku.

“Rabahan lagi Yah.” Pinta Febby sedikit memaksa. Putriku memintaku tidur kembali ditempat semula. Lalu dengan seringai aneh, ia merangkak naik keatas pahaku. Membungkuk, lalu meraih batang penisku lagi. Setelah itu, dengan mulut mungilnya, ia membungkus kepala penisku lagi. Kemudian melahap kepala penisku dan memakannya bulat-bulat.

GLOOK GLOOK GLOOOK.

“ARggggHhhhh. ” Erangku tertahan. Merasakan nikmat yang begitu dahsyat karena sedotan mulut mungil Febby yang tiba-tiba. “Oohh.. Sssh. Kampreeett”
"MAS! Kenapa sih kamu selalu berkata kotor seperti itu Mas?” Tanya Yula,”Sumpah, mulutmu tuh ga pernah berubah ya Mas, Isinya kaya sampah semua gitu”

"Eh. Iya. Maaf, Chaey. Shhhh.. Ohhh. Bangsat.. Enak banget”
”Mas!!!”
“Eh. Iya. Maaf…”

Melihatku yang serba salah seperti itu, Febby hanya bisa tertawa geli. Ia terus mencoba memasukkan penis panjangku secara paksa. Mendorong terus batang penisku yang sudah berdenyut-denyut itu kedalam mulutnya. Hingga hidungnya, hampir menempel di perut bagian bawahku.

ANJIM. Enak sekali rasanya.

"Mas. Apakah Febby ada di sana?" Tanya Yula lagi.

Aku tak menjawab. Aku hanya bisa terus menikmati denyut tenggorokan putriku.

”Heeehh. Mas Bima? Hallo? Mas?? Denger suaraku nggak sih??” Omel Yula mulai tak sabaran.
"Eh…? Ya? Sshhh… Kenapa?”
“Febby ada disana nggak sih?”
“Eh iya. Ini, Oohh. Ada.” Jawabku dengan konsentrasi yang benar-benar terpecah. Karena tak kuat menahan kenikmatan dari mulut putriku.

"Mana-mana? Sini. Aku mau ngorbol dengannya.”
“Sebentar”

Segera kunyalakan speaker handphoneku. Lalu kuletakkan alat komunikasiku itu dikasur. Membiarkan suara Yula, juga terdengar oleh putriku.

“Mana Mas, aku mau ngomong dengannya”

Menderngar ucapan istriku, Febby pun mendongak. Lalu tersenyum lebar dan berbisik nakal “Bilang ke Mama, Yah. Kalo aku sedang nyepong kontolmu”

“GILA” Ucapku dengan tanpa suara

“Mana Mas? Lama amat” Celetuk Yula tak sabaran lagi.
“Nggg. Dia sedang menonton TV, Chaey"
”Yaudah, kalo gitu, berikan telphonmmu padanya” Pinta istriku, “Bilang, aku pengen ngobrol sebentar dengannya”

Kucolek pundak Febby, meminta dirinya untuk menjawab rasa penasaran ibunya.

"Ntar aja deh, Yah. “ Tolak Febby singkat, “Ayah nggak liat? Mulut aku khan sedang sibuk nyepongin kontol Ayah” Sambungnya sambil membungkus bibirnya lagi ke sekitar kepala penisku.

HAAP. SLUUURRRP. GLOOK GLOOK.
”Oooohhhh. KAMPREEET” Erangku dalam hati. Merasakan sambungan kenikmatan yang sempat tertunda tadi.

“Mana Mas. Aku pengen ngobrol bareng Febby. Buruan. Huuuhh. Lelet amat sih jadi laki-laki”

“Pedes banget tuh mulut” Batinku lagi sambil menghela nafas karena. "Febby lagi tidak bisa diajak bicara, Chaey. Dia sedang sibuk"
"HAH? Sibuk apaan? Emang dia disana sedang ngapain, Mas?”

"Ohhhh. Mulut Febby sedang penuh. Chaey. Shhhh.. Hhhhh…" Erangku makin terdengar nyata. Karena memang susah sekali menyembunyikan ekspresi seseorang, ketika ia sedang mendapatkan oral seks yang hebat. “Ohhh. Ngilu, Sayang. ”

"Ngilu? Apanya Mas? Hallo?” Tanya Yula sedikit curiga.
"Ehh… Maksudku, Febby, dia sedang makan malam"

"Lah tadi Mas bilang dia sedang menonton TV."
"Iya. Dia sedang ngelakuin keduanya. Kamu mau apa sih? Aku lagi sibuk."

"Aku ingin bicara dengan anak itu. Sekarang"

Lagipula aku tidak bisa melanjutkan percakapan. Aku mengulurkan telepon. Febby memutar matanya dengan penisku di mulutnya. Dia menarik lidahnya menjauh saat dia meletakkan telepon di telinganya.

"Ya? Kenapa Ma?" Ucap Febby dengan nada datar
"Febby?"

Febby mulai kembali menjilati batang penisku. Melahap kepala penisku sambil, bergumam. "Apa?"

"Kamu disana baik-baik aja?”
"Mmmhmm," Kata Febby dengan kepala penisku di mulutnya. Dia mendorong tenggorokannya ke bawah, sehingga membuatku mengerang keenakan. “Glookk. Gloookk Gloook”

"Febby, kamu sedang apa? Suara apakah itu?" Tanya Yula.
”Aku sedang nonton TV Ma. Mama ngapain sih telpon-telpon segala?” Ucap Febby yang terus menaik turunkan kepalanya. Bergerak ke atas dan ke bawah penisku, sejalan dengan arah penisku.

"Febby?"
"Hah?" Jawab Febby memberi jeda nafas. Sekedar mengambil nafas untuk beristirahat. Tangannya dengan lincah, memijat ke atas dan ke bawah penisku, sambil sesekali memelintirnya pelan.

"Febby, kamu disana digangguin Ayahmu ga?”
"Ngggg. Ngga. Mmmhmm," gumamnya, menggelengkan kepalanya. Menggesekkan kepala penisku di bagian lidahnya yang kasar.
"Sialan," gerutuku karena mendengar ucapan istriku.

"Itu bagus," Ucap Istriku. "Dia tidak memperlakukanmu dengan buruk, kan?"
Febby menarik mulutnya lagi. "Memperlakukan dengan buruk gimana? Seperti Alex maksud Mama?”

"Febby!" Pekik Yula. “Tak seharusnya kamu berkata seperti itu ke Alex”
“Lalu? Aku harus perlakukan pacar Mama itu seperti apa?”
“Seperti seorang Ayah pada umumnya.”

“Oke. Seperti Ayah..? Maksudmu, Ayah tiri yang suka sekali mengobel memekku ketika aku tidur
”FEBBY. JAGA MULUTMU” Bentak Yula.
"Mulut yang mana Ma? Atas atau bawah?" Febby tersenyum girang, “Sebaik-baiknya aku ketika menjaga kedua mulutku, tetap saja, Alex yang menikmatinya, Ma”

”Ya Gusti” Kagetku melihat ke bawah. Kearah Febby yang terlihat begitu sebal.

"Astaga. Parah sekali sih tuduhanmu. Alex ta mungkin berbuat senista itu”
“Ya. Ya. Ya”
“FEBBY!!!. Kamu tuh ya. Susah sekali sekarang kalo dibilangin..."

"Hehe. Iya. Aku bercanda, Ma" Kekeh Febby, menyeringai padaku, membelai batangku sambil mengedipkan mata bulatnya kepadaku.

"Itu tidak lucu, Febby!" Ucap YUla.
”Hmmmm” Gumam Febby karena penisku kembali masuk ke mulutnya, mendorong tenggorokannya hingga setengah panjang penisku masuk kedalam mulutnya

GLOOK GLOOK GLOOOK.

"Febby?" Panggil Yula
”Puaaahh. Ya Maa?” Jawab Febby. Yang berkali-kali harus mengeluarkan penisku dari mulutnya sebelum ia menjawab.
“Kamu sedang apa sih?”
“Aku sibuk Ma… Sluuurrpp..GLOOKK GLOOK GLOOK”
“Sibuk apaan? Febby?” Cecar Yula, “Kamu sibuk apaan sih? Jawab! Kamu sedang apa? Febby? Suara apa pula itu?”

”GLOOK GLOK. Puaahh. Sluuurp. Ma Udah dulu ya. Aku sambung lagi nanti”
"Heh. Febby!! Jangan macam-macam ya kamu. Jawab dulu. Kamu sedang apa? Kamu sibuk apa?”

Wajah Febby tiba-tiba terlihat berbinar. Dengan senyum yang terlihat begitu nakal. “Aku sibuk. Hmmm.” Sengaja, Febby memenggal-menggal kalimatnya, supaya Yula makin kesal.
“Sibuk apaan sih?”
“Aku sibuk… Nyepongin kontol besar Ayah”

”APPAAA?” Jerit Yula dan aku yang terdengar hampir bersamaan.

“Hahahahaha. “ Tawa Febby puas. Dengan senyum yang masih menyeringai kepadaku. “Kaget Ya Ma? Hihihihi.” Kekeh Febby yang terus membelai batang penisku ke atas dan ke bawah.

"Febby!! Sumpah, cara becandamu benar-benar menjijikkan. Murahan. Tingkahmu, beneran mirip perex. Dan itu, itu sama sekali tidak lucu" Bentak Yula..
”Enggak ah, bagi perek sepertiku, cara becandaku yang lucu kok Ma.” Sindir Febby yang segera mengecup dan menjilat batang penisku. Bermain dengan mulut dan lidahnya di organ kemaluanku. ”CUUUPP… SLUUURRRRPP SLUURRRRPP.... Oh Ayah” Ucap Febby dengan suara yang sama sekali tak ia kecilkan. “Besar sekali kontolmu, Yah”

“MAS BIMA!! “ Bentak Yula lantang dai ujung telephone, “Ini pasti gara-gara ulahmu ya? Febby jadi makin nakal seperti ini. ”
“Ehhh. Enggak. Ohhh. Aku tak berbuat apa-apa, Chaey”
“GA MUNGKIN!!! Febby tak mungkin menjadi seperti itu, kalo bukan karenamu. Aku tahu dirimu luar dalam mas, kamu tuh mesum yang setiap harinya mikir selangkangan mulu. Jadi ga heran, kalo Febby jadi seperti itu setelah dekat denganmu”

"Ohhh. Ayah… Pejuhin aku Yah, pejuhin wajah putri kandungmu ini. Sshhh. Aku siap kok nerima muntahan kontolmu”
“FEBBBYYY!!!! Jangan berkata-kata seperti itu!!. Mama jijik. Mama muak mendengarnya”
“SLUURP SLUUUURRRPPP. Oh Ayah, pejuhin mulutku juga ya Yah. GLOOK GLOOK GLOOK” Ulang Febby yang terus menyeruput batang penisku kuat-kuat.

“GILA kamu FEBBY! Kamu udah gila. Oh. Sumpah, Aku tak pernah tahu jika sekarang, putriku satu-satunya, benar-bener jadi seorang perek yang menjijikkan!"
”Sluurrp. Sluurp. Puaaahhh. Iya aku memang kotor, Ma. “ Balas Febby disela hisapan mulutnya di penisku, “Dan oleh sebab itu, Ma. Sekarang, aku memberitahukan Ayah, sekotor apa putri kandungnya ini. Hihihi.”

“DASAR PEREEEKK!!” Bentak Yula lantang.
“Sluuurrpp. Oh Ayah. Sumpah. Kontolmu ini besar sekali. Aku jadi susah nih nelen kontol besar Ayah ini ke mulutku”

“ANJIM. Kamu bener-bener cewek murahan.”
“Iya Ma. Aku murahan. Bahkan saking murahnya, bentar lagi aku minta Ayah buat ngentotin aku. Ya khan Yah, bentar lagi, Ayah bakalan masukin kontol besarmu ini ke memek sempitku?”

"ASTAGA. Febby benar-benar gila," Batinku kaget, sekaligus keenakan. Melihat Febby yang demi membuat emosi ke Yula, bisa berakting seheboh seperti ini.

"DASAR CEWEK LAKNAT!!”Hina Yula tanpa sungkan. “Ingat ya, Besok lusa, Mama dan Alex bakal menjemputmu. Dan ketika kamu udah dirumah, Mama akan menghukummu selama sebulan penuh! Ngerti? Kamu ga boleh ngapa-ngapain selama satu… Bulan…. Penuh!! Tanpa laptop. Tanpa handphone. Tanpa keluar rumah sekalipun."

”Terseraaahh… Toh, Mama juga ga tahu, sekarang aku tinggal dimana” Ucap Febby masa bodoh.
“Pokoknya, tunggu Mama disitu. Temen Alex pasti akan segera mendapatkan lokasimu”

"Mmmhmm. Oke deh Maa. Eh. Bentar-bentar. Ayah sepertinya udah mau ngecrot nih Ma. Kayanya, Ayah bentar lagi akan mejuhin, Jadi, udah dulu yaa, Ma. Byee”

Tanpa menunggu jawaban Yula, Febby langsung menelan batang penisku dalam-dalam ke tenggorokannya.

Sluuurrpp..GLOOKK GLOOK GLOOK
“Huuuooohhh..” Erangku merasakan kenikmatan paksaan dari mulut dan tenggorokan putriku.

“Kalian tak beneran melakukan hal itu khan? Hallo? Feeby? Mas…?” Teriak Yula penuh emosi. “Mas. Inget, besok lusa, kamu jangan kemana-mana. Aku akan jemput Febby ketempatmu”
“Ehh. Bentar ya Chaey, aku mau keluar. Ooohh. Febby”

“APA? MASS? Kamu beneran disepong Febby? Hallo? Mas? Mass?”

KLIK.
Kumatikan telephone Yula. Melempar handphoneku ke kasur, lalu menikmati sedotan serta jilatan Febby yang begitu heboh.

“Oooohhhh. Anjim. Rasanya, nikmat sekaaaaliiiii” Erangku yang tak pernah sedikitpun terpikirkan olehku, sejak kapan Febby bisa melakukan keahlian yang seperti ibunya miliki ini. Ia bisa melakukan hal yang sama persis. Baik rasa, maupun caranya.


ANJIM.
“Sayang. Oh enak banget hisapan mulutmu, Sayang. Kamu bener-bener bikin Ayah mau ngecrot”
“Sluuurp. Puuaahh. Yaudah. Ngecrot aja. Yah. Aku udah siap kok. Hihihi”

“OOOHH. Ssshh.. Febbyyyyku SAYAAANG. Ayah mau ngecrot nih Sayang. Ayah udah ga tahan lagi. Oooohhh. ANJIIIIINNGGG. Ayah KELUUUAAARRRR…”

CROOOT CROOOTT CROOOTCROOOT CROOOT CROOOOOOOOT
Aku meledak. Dalam hisapan mulut putriku.

Penisku menyemburkan berjuta-juta benih, keluar dengan deras dari kantung zakarku. Menyemprot ke mulut Febby yang begitu hebatnya, terus menyelomot batang penisku. Membuat seluruh spermaku, berpindah tempat, dari kantung peler kedalam mulutnya..

CROOOOOOOOT CROT CROT

“Ooohhh Febbyy Anjriiit. Enak sekali isepan mulutmu, Sayang.” Erangku yang secara reflek, menekan belakang kepala putriku, supaya terus mengisap sisa-sisa spermaku yang masih berhamburan di tenggorokannya.

CROOOOOTTTTTT

“Hap. Sluuurrpp.. Sluuurrpp. Cupp. Sluurrpp “ Suara mulut Febby terus menghisap sekujur batang penisku, hingga tak ada lelehan sperma yang tersisa. Putriku menyesap seluruh permukaaan batang kemaluanku hingga benar-benar bersih.

“Puuaaah. Gimana yah? Enak nggak seponganku?” Tanya Febby sambil tersenyum dan mengurut batang penisku yang masih berkedut

“Anjing. Enak sekali, Sayang. Cara menghisapmu benar-benar juara” Ucapku mengakui kehebatan Febby dalam memberikan oral seks padaku. Melihat kenakalannya, aku hanya bisa membiarkan putriku terus mempermainkan penisku, sambil sejenak, sedikit mengendorkan nafsu syahwatku.

"Enak mana, Yah? Cara nyepongku? Atau cara nyepong Mama?” Celetuk Febby yang masih saja mengurut batang penisku sambil sesekali mencium dan memeperkan sisa air madzi yang masih terus keluar ke sekujur wajahnya. Dari tingkahnya, aku bisa menebak jika putriku ini benar-benar menikmati berbuat nakal seperti itu

“Nggg. Enakan….” Mendadak aku bingung akan pertanyaan Febby barusan.

“Ya enakan caraku laaaah. Febby gitu loh, si perex pintar. Hihihi” Jawab Febby menyombongkan diri sambil tersenyum senang, “Oke, kalo gitu, bisa dong Yah. aku tinggal disini bersamamu” Sambung Febby yang langsung meminta keputusanku.

“Tinggal bersama. Hmmm. Ayah….” Otakku tak mampu memberi jawaban sama sekali. Benar-benar buntu, tanpa tahu harus berkata apa.

Sebenarnya, tak ada yang salah ketika membiarkan putriku tinggal disini. Hanya saja, ada banyak hal yang perlu aku ubah dari keseharianku. Mulai dari cara kerjaku, jam aktifitasku, pelampiasan hobbyku, hingga privasiku, perlu aku rombak agar aku dan putriku, dapat memiliki ‘kebebasan’ masing-masing. Walau Febby berkata, tak masalah dengan semua itu, akan tetapi aku masih belom bisa percaya 100 persen kepadanya.

Selain itu, aku yang sudah biasa hidup sendiri, secara finansial, bisa menghemat segala pengeluaranku. Aku bisa menerapkan hidup yang benar-benar effisien, jika hidup sendiri. Dan, ketika Febby memutuskan untuk tinggal disini, maka effisiensi mengenai hal itu akan jauh berbeda

Aku juga bukan orang pelit. Dan sekarang, aku juga bukan orang susah. Saldoku, jika dikalkulasi, bisa menghidupiku selama 10 tahun, meski tanpa bekerja. Hanya saja, entah kenapa, aku merasa ada beban ketika ada seseorang yang ikut tinggal bersamaku.

“Ayah? Kok Ayah diem aja?” Ucap Febby, memukul-mukulkan batang penisku yang sudah lemas ke pipinya. “Jangan-jangan?” Tiba-tiba, mata Febby membulat. Disusul dengan mulutnya yang melompong. Membentuk huruf A lebar.

“Jangan-jangan, Ayah udah ngebolehin aku tinggal disini ya, Yah? Aseeeek. Makasih ya Yah. Makasih” Girang Febby yang secara spontan, mengecup penisku, tanda ia berterimakasih, “Yaudah kalo gitu, tunggu sebentar ya, Yah, aku mo cuci muka dulu” Tutup Febby yang kemudian loncat dari tempat tidurku, dan berjalan ke kamar mandi sambil melompat-lompat riang.

Kepalaku mendadak pusing. Pikiranku linglung, dan tak bisa mememutuskan apa-apa. Satu-satunya hal yang bisa kulakukan ada berguling di tempat tidur, terkurap, dan menatap bayangan putriku dikamar mandi dari kejauhan. Aku merasa, aku sudah mengambil kesempatan dan keuntungan dari Febby. Dan hal itu, membuatku lebih merasa, benar-benar tak tahu malu karenanya.

“Makasih ya Yah, Aku benar-benar tak tahu harus berkata apa” Ucap Febby dari kamar mandi, menutup keran air, dan kembali dari kamar mandi

Mendengar langkah kakinya ketika berjalan kearahku. Aku masih tak tahu harus berkata apa. Yang aku bisa lakukan saat itu hanyalah, langsung pura-pura tidur.

"Ayah, aku tahu kamu tidak tidur" Ucap Febby ketika ia duduk di tepi tempat tidur. Dengan handuk yang tersampir di lehernya.

“Ayah…?” Panggil Febby lagi. Yang kali ini, ia merangkak naik ke tempat tidur. Menduduki pinggangku, dan mengecup pipiku. Membuat payudaranya yang bergelantungan seketika menyentuh punggung dan terhimpit diantaranya.

"Bimaku Sayang. Ayo dong buka matamu" Panggil Febby dengan desahan nada manja, “Ayah? Ayolah, buka matamu, Yah.”
“Hmmm. Aku ngantuk Sayang”
“Ihhhs Ayah. Jangan tidur dulu dong, “ Pinta Febby terus menciumi pipi dan leher belakangku, “Aku.. Aku juga horny nih, Yah. Bantu aku maen-maenin memekku” Sambung putriku yang kemudian menggoyang-goyangkan pinggulnya. Menggeseki pinggangku dengan selangkangannya yang perlahan membasah.

APAA? GILA!!
Aku ga salah dengar? Febby memintaku memberinya oral seks.

"Ayah, yuk. Bantu aku dong. Memekku udah makin becek nih, Yah” Desah Febby terus menggoyang selangkangannya di pinggangku. Makin lama makin naik ke punggungku. Hingga akhirnya, Febby bangun. Berdiri disampingku, lalu membalik tubuhku sekuat tenaga.

Membuat posisi tidurku, sekarang telentang menghadap kelangit-langit kamar.

“Ayah. Yuk, Jilat memekku ya, Yah?” Pinta Febby yang kemudian, menggagahi leherku. Berjongkok dan menyodorkan celah kemaluannya tepat di depan mulutku.

ANJIM…ANJIM…ANJIM…
Aku bisa melihat, betapa menggiurkannya vagina putriku. Merah merona dengan aromanya yang wangi memabukkan. Membuatku ingin membenamkan wajahku ke lipatan daging sempit yang sudah begitu membasah itu.

“Ayah, Ayo yah. Jilat memekku, Yah. Aku udah kegatelan banget nih.” Pinta Febby makin memelas

GILA. GILA. GILAAAA
Mendapat tawaran seperti itu, entah kenapa, aku tak bisa bereaksi. Tubuhku, tiba-tiba terasa membeku. Tak dapat kugerakkan sama sekali. Semakin aku ditawarkan, semakin tak bisa aku berbuat apa-apa.

Aku seperti lumpuh. Tak berkutik. Terjebak oleh rasa aneh yang membuat semua otot ditubuhku lunglai. Kemampuanku sebagai seorang pria normal, mendadak sirna.

“ihhhss Ayah. Ayoolah, Isep memek aku sekarang. Lubang kemaluanku ini juga perlu perhatian loh” Pinta Febby yang sekarang, makin menjejalkan kemaluannya tepat di mulutku.

Sekuat tenaga, ingin sekali aku menjulurkan lidah. Mencolek belahan vagina putriku yang begitu ranum. Mengais lelehan lendir kenikmatannya yang gurih. Serta mengecap buas liang kemaluannya yang begitu basah. Tapi tetap saja, aku hanya bisa mematung.

”AYAH. Beneran nih? Ayah gamau bantu aku?” Geram Febby padaku. ”Ayah benar-benar membuatku kesal. Kalo ga mau, bilang dong. Jangan bikin aku bertingkah seperti PEREK gini. Aaah. ANJING. Baiklah. Kalo emang itu maumu. Sana tidur ajalah. NGENTOT”

Febby menjatuhkan tubuhnya di sampingku. Menarik selimut hingga seluruh tubuhnya tertutup, lalu membalikkan badannya. Tidur dengan punggung yang seolah mengumpat ‘BANGSAT’ kearahku.


Bersambung,
By Tolrat
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd