Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Digimon Frontier : Kazemon Hidden Stor

Bimabet
7. Kejutan Kecil Ranamon!

Pagi-pagi sekali, Ranamon berjalan di tengah Kota Alpha. Kota besar itu dihiasi oleh gedung-gedung tinggi yang mencakar langit. Kebanyakan gedung itu berfungsi sebagai tempat bisnis-bisnis kotor seperti perjudian dan prostitusi baik manusia maupun Digimon. Hotel, tempat perbelanjaan dan fasilitas umum lainnya juga berdiri dengan megahnya.

Ketika pagi, kota itu terlihat seperti kota beasr lainnya. Jam sibuk di pagi hari menghiasi jalanan, setiap orang sibuk mengurusi kegiatannya masing-masing. Kota itu juga terlihat suram disaat seperti itu, namun hal itu berubah 180 derajat ketika malam. Kesuraman di kota itu tiba-tiba menghilang saat malam. Kota itu menjelma menjadi dunia hiburan bagi para penduduknya. Lampu-lampu menerangi kota itu bagaikan matahari yang tidak dapat menyinari kota itu di pagi hari. Para prostitusi mulai memanggil dan dipanggil oleh pelanggan mereka, mereka, manusia dan Digimon, tidak memandang perbedaan. Asalkan mendapat kenikmatan, mereka menghilangkan perbedaan untuk sejenak.

Tempat perjudian pun dibuka pada saat itu. Wajah-wajah pagi hari yang suram kini telah berganti dengan wajah gembira seperti seseorang yang baru mendapatkan gaji pertamanya. Banyak sekali tempat perjudian bertebaran di kota, namun hanya ada satu tempat dimana hanya orang kaya dan orang nekat saja yang mau mempertaruhkan uang mereka dalam jumlah yang besar. Itulah arena turnamen tahunan yang akan diadakan dalam waktu dekat.

Turnamen "D-1", begitulah mereka menyebutnya, dimana Digimon yang tidak memiliki partner akan bertarung dan merebutkan kehormatan dan pengakuan dari Digimon lain. Turnamen ini diadakan oleh orang yang memiliki kedudukan paling tinggi di kota, ya, dialah Ranamon. Ia merombak turnamen ini dan menjadikannya ajang balas dendam. Ia mengumpulkan pengikut dan beraliansi dengan Digimon lain yang masih memiliki dendam dengan rivalnya yang pernah mengalahkan mereka di masa lalu. Beberapa peraturan juga ditambahkan dan diubah oleh Ranamon, jika dulu peserta hanya mendaftarkan dirinya, kini Ranamon sendiri yang akan mendatangi peserta dan mengundangnya secara langsung. Kebanyakan dari mereka memang berniat mengikuti turnamen itu dan bersukarela ikut. Namun ada beberapa dari mereka yang terpaksa ikut dan mendapat ancaman dari Ranamon.

Ranamon, yang di pagi hari itu memakai gaun hijau, mendatangi sebuah hotel dimana para peserta undangannya menginap. Ia mendatangi beberapa kamar dan menyapa para peserta di kamarnya.

"Ohhh.. Ruangan ini bau sekali." Kata Ranamon sambil menutup hidungnya di kamar Minotarumon.

"Oh! Ranamon!" Minotarumon yang sedang memainkan penisnya sambil menonton video Kazemon yang sedang diperkosa terkejut melihat Ranamon di kamarnya.

"Tak apa, lanjutkan saja. Sudah berapa lama kau 'memerah' dirimu?" Kata Ranamon yang masih menutup hidungnya sambil mengibaskan tangannya di depan wajahnya, berusaha menghilangkan aroma sperma Minotarumon yang masih bisa dia rasakan.

"Ugh... Entahlah... Sekitar empat jam..." Jawab Minotarumon sambil sibuk mengocok penisnya.

"Wow... Apa kau tidak lelah?"

"Tidak, ini bagian dari latihanku untuk menjaga stamina." Kata Minotarumon sambil tertawa.

Ranamon tertawa, "Berapa banyak sperma yang kau keluarkan sampai aromanya bisa memenuhi ruangan ini?"

"Uhh... Aku mengumpulkan spermaku... Uhhh... Di sana..." Minotarumon menunjuk ke arah dua galon yang ada di sudut ruangan.

Ranamon sedikit terkejut melihat banyaknya sperma itu.

Minotarumon mempercepat gerakan tangannya, "Uggghh... Tolong lemparkan gelas itu..."

"Yang ini?" Kata Ranamon sambil mengangkat gelas yang besar.

"Bu-bukan... Yang lebih besar... Ughhhh.. Cepatlah..."

Ranamon mengambil gelas yang lebih besar, yang ukuran sekitar seperempat galon dan melemparkannya ke Minotarumon. Minotarumon mengambil gelas besar itu dengan tangan kirinya dan menaruhnya di depan penisnya. Gerakan tangan kanannya semakin cepat hingga akhirnya dengan erangan panjang Minotarumon...

CROOOOTT CROOOTTT SPLURRTT SPLURRTT

Sperma Minotarumon mengalir deras ke dalam gelas itu. Ia terus memerah penisnya hingga tetes terakhir spermanya memenuhi gelas besar itu. Penisnya tidak mengecil seperti penis lainnya ketika mengalami orgasme, malahan penis itu tetap berdiri tegak dan keras. Minotarumon menuangkan isi gelas itu ke dalam galon ketiga yang masih kosong.

"Phew... Baiklah, videonya masih panjang, ayo lanjutkan lagi." Kata Minotarumon sambil duduk di depan TV dan mulai mengocok penisnya.

Ranamon menaikkan satu alisnya dan senyuman licik tersimpul di wajahnya, ia mendapat ide baru.

Tidak salah aku mengundangnya. Akan sangat menyenangkan jika dia bisa menang melawan si pelacur Kazemon itu. Memperkosanya tanpa ampun dan menghujaninya dengan banyak sperma di tengah arena dan di depan penonton banyak. Hmmm... sepertinya aku juga bisa menggunakan sperma yang dia kumpulkan untuk rencana baruku.

"Hei, Minotarumon. Bolehkah aku meminta galon-galon spermamu itu?" Kata Ranamon.

Minotarumon memandanginya dengan heran.

"Tenu saja ketika kau sudah selesai 'memerah' semua spermamu hari ini." Tambah Ranamon ketika melihat wajah Minotarumon.

"Tentu saja, ambillah sebanyak yang kau perlukan, aku dengan senang hati memerahnya untukmu." Katanya Minotarumon dengan senyuman.

"Baiklah, aku akan mengirimkan HoneyBeemon ke sini nanti siang." Kata Ranamon sambil menutup pintu, "Nikmati video itu,"

Senyum licik terukir di wajah Ranamon, "Oohhh aku benar-benar tidak sabar..."

Ia berjalan keluar hotel dan memanggil salah satu HoneyBeemon, "Cepat kumpulkan kawan-kawanmu dan suruh para peserta di hotel ini untuk mengumpulkan sperma mereka di dalam galon lalu bawa ke markas, kau mengerti?"

"Mengerti-bee!" HoneyBeemon itu pergi dan segera memanggil yang lain.

Ranamon melanjutkan jalan-jalan paginya dan duduk di sebuah cafe. Ia memesan secangkir kopi dan bersantai di sana, "Ahh.. Nikmat sekali..."

"Semua sudah siap-bee!"

Suara itu mengagetkan Ranamon yang sedang meneguk kopinya dan menyemprotkannya ke wajah HoneyBeemon, "Sialan!"

"...maaf-bee..." Kata HoneyBeemon sambil mengusap wajahnya dari kopi.

"Baiklah... panggil beberapa temanmu dan ikuti aku."

"Mereka sudah di sini-bee!"

"Hmm?" Ranamon menghitung jumlah HoneyBeemon, "20? Kurasa itu cukup karena kita tidak akan lama di sana. Ayo ikuti aku."

Ranamon membuka portal teleportasi dan berjalan memasukinya dengan para HoneyBeemon mengikutinya di belakang.

"Akan kubuat kau 'panas', pelacur."

"Hmmm... Benar, vaginamu kembali seperti sediakala, seperti belum tersentuh. Bahkan setelah kuas itu masuk, vaginamu kembali seperti semula setelah 24 jam," Kata Dokter Mayu sambil mengamati vagina Kazemon dan memegangi dagunya, "Obat itu sungguh aneh... dan hebat."

Kazemon memakai celana dalamnya dan duduk di kursi dekat meja kerja Dokter Mayu, "Apa yang harus kulakukan sekarang?"

"Tunggulah sampai aku menemukan obatnya. Bukankah menyenangkan jika vaginamu selalu rapat? Semua laki-laki akan menyukaimu," Kata Dokter Mayu sambil bercanda.

"..."

Melihat tidak ada reaksi apapun dari Kazemon, Dokter Mayu berjalan mendekatinya dan menepuk pundaknya, "Tenang saja, aku akan bekerja keras. Lebih baik sekarang kau berlatih bersama Mervamon."

Kazemon mengangguk, "Terima kasih, dokter. Mmmm.. Ngomong-ngomong Rin kemana?"

"Ah, anak itu selalu menghilang di pagi hari. Mungkin sebentar lagi dia pulang. Biarkan saja anak nakal itu." Kata Dokter Mayu santai.

Kazemon keluar dari ruangan itu dan menuju ke halaman belakang di mana Mervamon sedang berlatih dengan pedangnya.

"Hya! Hya!"

Ayunan pedang Mervamon membuat Kazemon kagum, "Kau hebat sekali dengan pedang itu, Mervamon."

"Oh? Kazemon, kau sudah selesai dengan Dokter Mayu?"

Kazemon mengangguk, "Ya, dia bilang dia akan berusaha menemukan obat untuk kita."

"Yah, kuharap dia bisa menemukannya dengan cepat. Aku tidak bisa membayangkan jika obat itu merangsang kita di tengah pertandingan."

Mereka berdua terdiam sejenak, "Hei, jangan wajah sedih seperti itu. Kau biasanya ceria dan bersemangat." Kata Mervamon.

"Eh? Tidak aku punya firasat buruk dengan hari ini..."

"Masa bodoh," Mervamon kembali melakukan latihannya, "

Kazemon yang tidak ingin mengganggu latihan Mervamon, segera terbang menuju pepohonan yang tidak jauh dari tempat latihan Mervamon.

"Hya! Hya! HURRICANE GALE!

Pusaran angin keluar dari jari-jarinya dan mengenai pohon, menumbangkan beberapa rantingnya. Ia menendang pohon itu berkali-kali hingga tumbang. Ia lalu melakukan salto ke belakang dan melesat dengan cepat ke pohon yang lainnya. Tendangan demi tendangan dia berikan ke pohon itu hingga akhirnya ia mengeluarkan jurus andalannya.

"TEMPEST TWIST!"

Kazemon membalikkan tubuhnya hingga kini ia bertumpu pada kedua tangannya dan kedua kakinya dia buka lebar-lebar. Ia berputar perlahan dan menambah kecepatannya putarannya dan akhirnya jurus itu berhasil menumbangkan pohon lagi.

Begitulah seterusnya, Kazemon berlatih sendirian dan mengeluarkan semua jurusnya. Nafasnya terengah-engah, ia membungkukkan tubuh berusaha mengatur nafasnya. Ia tersenyum karena berhasil menumbangkan beberapa pohon. Ia menegakkan tubuhnya dan mengepakkan sayap kupu-kupunya. Belum sempat Kazemon terbang, suara tawa kecil mengejutkannya.

"Wow... Kau berlatih keras untuk turnamen itu ya?"

Kazemon membalikkan tubuhnya dan melihat ke arah sumber suara itu.

"!"

Betapa terkejutnya dia ketika melihat Ranamon sedang berdiri di atas salah satu pohon yang ia tumbangkan.

"HURRICANE GALE!"

Tanpa pikir panjang, Kazemon menyerang Ranamon. Mudah saja Ranamon menghindari serangan itu, ia melompat ke belakang Kazemon. Kini sudah ada 10 HoneyBeemon sedang berdiri di belakang Ranamon.

"Hei, ingatlah keadaan tubuhmu saat ini. Kau tidak mungkin bisa melawanku dengan tubuh yang lelah," Kata Ranamon dengan nada mengejek, "Lagipula, aku tidak suka melawan orang yang sedang kelelahan. Apa kau mau kukalahkan seperti kemarin?"

"Lalu apa yang kau lakukan di sini?!" Dengan geram, Kazemon kembali menyerang Ranamon. Tapi, tetap saja, sejak Ranamon memiliki Batu Bulan itu, reflek tubuhnya bertambah dengan pesat dan dengan mudah menghindari serangan Kazemon.

Serangan bertubi-tubi dilancarkan Kazemon, namun Ranamon selalu dapat menghindarinya. Hingga akhirnya Kazemon jatuh terduduk karena kakinya sudah lemas akibat tendangan-tendangannya banyak yang meleset dan karena tenaganya terkuras saat latihan.

"Kau sudah selesai?" Kata Ranamon yang kini melipat kedua tangannya dan berdiri di hadapan Kazemon, "Santailah, aku hanya ingin memperlihatkan sesuatu. Tapi, pertama-tama aku ingin memberitahumu, aku baru saja mendatangi temanmu yang di sana. Mungkin dia sedang'berlatih' bersama para HoneyBeemon sekarang."

"!?" Kazemon segera mengkhawatirkan Mervamon.

"Ohohoho! Aku senang sekali melihat wajahmu yang terkejut itu. Membuatku bergairah. Aahhh~" Kata Ranamon sambil mengusapkan jarinya di selangkangannya.

"Kau menjijikan..."

"Terima kasih, kuanggap itu pujian, pelacur," Ranamon mengeluarkan sebuah kotak dan melemparkannya ke tanah, "Lihatlah itu baik-baik."

Kotak itu mengeluarkan cahaya, itu adalah sebuah proyektor. Kotak itu menampilkan sebuah wajah yang sangat familiar di mata Kazemon.

"Izumi!"

Kazemon berdiri dan memandang Ranamon dengan penuh amarah, "Apa yang kau lakukan pada Izumi!?"

"Oh tidak, si pelacur kecil mulai marah." Ejek Ranamon.

Proyektor itu menampilkan Izumi yang tidak sadarkan diri sedang diikat oleh rantai di kedua tangan dan kakinya. Kazemon yang melihat itu, mencoba menyerang Ranamon sekali lagi.

"Hey, hey, hey. Jika aku jadi kau, aku tidak akan melakukan itu." Kata Ranamon tepat sebelum Kazemon menyerangnya. Ia menaikkan tangannya dan seketika rantai yang mengikat tangan dan kaki Izumi mulai mengencang dan menarik tubuhnya.

"Izumi! Kau pengecut!"

"Uuh... Aku hanya memberimu sedikit motivasi," Kata Ranamon sambil mengangkat bahunya.

Ranamon berjalan ke arah proyektor itu dan mengambilnya, "Sedikit motivasi dan sedikit bantuan dalam latihan. HoneyBeemon, dia milikmu sekarang," Ia membuka portal teleportasi dan memasukinya, "Daaahh~"

Sepuluh HoneyBeemon segera mengelilingi Kazemon yang kini dalam kelelahannya mengambil posisi untuk bertarung.

Aku harus berhati-hati. Aku kalah dalam jumlah, beruntung staminaku bisa pulih dengan cepat. Aku hanya perlu bertahan dan menyerang balik jika ada kesempatan.

Tiga dari sepuluh HoneyBeemon itu melesat ke arah Kazemon bersamaan. Sengat mereka mengarah ke Kazemon.

"Hyaa!"

Kazemon menendang salah satunya dan berhasil mengalahkannya dengan sekali tendangan. Namun, hal itu membuat pertahanan menjadi lemah, dua HoneyBeemon itu berhasil menyayat tubuh Kazemon dengan sengat. Lukanya tidak terlalu dalam berkat kelincahan Kazemon dalam menghindari serangan.

"Ugh!" Ia memegangi luka yang berada di lengan kanannya. Pipinya juga mendapat luka yang sama.

"Rasakan ini-bee!"

Tepat di atas Kazemon, dua HoneyBeemon datang menyerangnya. Melihat itu, Kazemon melompat ke belakang hingga sengat kedua HoneyBeemon itu menusuk ke dalam tanah. Mereka terjebak di tanah dan tidak mampu mengangkat tubuhnya. Kazemon mengambil kesempatan ini dan menendang kedua HoneyBeemon itu. Fractal Code menyelimuti tubuh keduanya dan mereka menghilang.

Tujuh lagi. Aku bisa melakukannya.

Ketujuh HoneyBeemon itu mulai menjaga jarak dengan Kazemon. Tubuh mereka bergetar karena ketakutan. Enam dari mereka akhirnya terbang melarikan diri dan meninggalkan satu temannya di belakang. Kazemon berjalan mendekatinya dan siap memukul HoneyBeemon itu.

"Heheheh..."

HoneyBeemon itu tersenyum dan membuat Kazemon heran.

"Kenapa kau ter—"

SLIP!

"AAKH!"

Kazemon merasakan sakit di sekitar punggungnya. Ternyata keenam HoneyBeemon yang kabur itu kembali dan menyerangnya dari belakang.

SLIP! SLIP! SLIP! SLIP! SLIP!

"A...A..Ahh..." Rasa sakit dan serangan kejutan itu membuat Kazemon tidak mampu membuat Kazemon berteriak.

Lima HoneyBeemon menancap di punggungnya. Kazemon jatuh dan berlutut di hadapan HoneyBeemon yang memandangnya dengan penuh kepuasan.

"Kau tertipu-bee! Hahahaha!" HoneyBeemon itu tertawa. Ia lalu melesat maju dan menancapkan sengatnya di payudara kanan Kazemon, hanya beberapa centimeter dari putingnya, "Jangan remehkan kerja sama kami-bee!" HoneyBeemon itu menancapkan sengatnya semakin dalam ke payudara kenyal Kazemon.

"GAH!" Dibalik penutup mata yang ia pakai, mata Kazemon terbelalak.

Tidak terima dengan pertarungan yang tidak adil ini, dengan sisa tenaga yang ia miliki, Kazemon menangkap HoneyBeemon yang berada di payudaranya dan menariknya keluar. Darah mulai mengalir keluar.

"Apa yang—"

Kazemon meremas HoneyBeemon itu dan membuat Fractal Code menyelimuti tubuhnya. Keenam temannya terkejut dan mulai mengeluarkan sengat mereka dari punggung Kazemon. Kazemon berteriak seketika keenam HoneyBeemon itu mengeluarkan sengatnya. Wajah keenam HoneyBeemon itu berubah menjadi ketakutan, ketakutan yang sesungguhnya. Tidak mau membuang waktunya, Kazemon mengeluarkan angin topan kecil dari jari-jarinya.

"HURRICANE GALE!"

Angin-angin itu membuat keenam HoneyBeemon kehilangan keseimbangan. Kazemon lalu bertumpu pada kedua tangannya, membuka kedua kakinya lebar-lebar dan berputar seperti gasing.

"TEMPEST TWIST!"

Kakinya menghantam keenam HoneyBeemon itu dan membuat mereka menghilang. Kazemon jatuh terduduk sambil memegangi payudaranya, berusaha untuk menghentikan darah agar tidak keluar. Punggungnya terasa sakit dan ngilu, beruntung luka-lukanya tidak terlalu dalam, jadi darahnya tidak banyak keluar.

"Sialan kau Ranamon... Kuh!"

Seketika itu juga, Kazemon mulai ingat dengan Mervamon. Ia bangkit berdiri dan mulai terbang kembali ke halaman belakang rumah Dokter Mayu, tempat dimana Mervamon berlatih. Setelah sampai di sana, ia tidak dapat menemukan Mervamon di mana-mana. Tetapi pedang milik Mervamon tergeletak di tanah. Kekhawatiran Kazemon semakin bertambah. Ia kembali terbang dan mencoba mencarinya dari atas.

Tidak jauh dari tempatnya tadi, terlihat tubuh Mervamon sedang tergeletak tanpa pakaian. Tubuhnya dipenuhi dengan cairan kuning yang kental. Kakinya mengangkang lebar, tangannya direntangkan oleh tali yang diikat ke pohon. Kedua payudaranya terlihat membesar. Kedua lubang putingnya juga sedikit melebar dari biasanya, membuat cairan kuning itu keluar dari kedua putingnya. Terlihat perut Mervamon sedikit membesar seperti ada sesuatu yang mengisinya. Vaginanya dipenuhi dan mengeluarkan cairan kuning itu. Tidak hanya cairan kuning itu yang keluar dari vaginanya, darah juga ikut keluar dari sana. Cairan berwarna kuning bercampur dengan warna merah darah itu membuat genangan kental di sekitar tubuh bagian bawah Mervamon.

"Mervamon!" Kazemon mendekatinya dan memangku kepala Mervamon.

Mervamon hanya menatap kosong ke arah pepohonan sambil menggumam, "Ne.. Nene..."

Setelah berbicara dengan Kazemon sebentar, Mervamon melanjutkan latihan. Ia mengayunkan pedangnya ke pepohonan, membuat bekas-bekas sayatan.

"Hya! HEBI PUNCH!"

Mervamon menyerang dan menumbangkan pohon itu dengan ular Medullia di tangan kirinya. Tanpa menghentikan serangan sebelumnya, ia melompat ke depan dan menebang pohon lain dengan satu kali tebasan. Mata Mervamon terbelalak ketika pohon itu tumbang, di belakang pohon itu terlihat Ranamon yang sedang tersenyum kepadanya.

Mervamon yang terkejut dengan kemunculan Ranamon segera melompat ke belakang dan memegang pedangnya dengan erat, "A-apa yang kau lakukan di sini?"

Dengan santai Ranamon berjalan mendekatinya, "Ohoho... Jangan tegang seperti itu, aku tidak berniat bertarung hari ini."

"Jangan mendekat! Atau aku akan menyerangmu!"

Ranamon berhenti berjalan dan mengangkat tangannya ke atas, "Oke oke... Hmph, dasar wanita murahan." Dia menggumam.

"Baiklah, langsung saja ke intinya,"

Ranamon melemparkan sebuah kotak hitam dan dari kotak itu keluar cahaya. Cahaya itu membuat gambar di udara. Tubuh Mervamon menjadi lemas, genggaman tangan di pedangnya juga semakin longgar begitu juga kakinya yang bergetar melihat proyektor itu menampilkan Nene yang sedang diperkosa oleh empat Goblimon.

Mervamon tidak dapat berkata apa-apa. Ia tidak dapat berpikir dengan benar, semuanya kini hanya kemarahan untuk Ranamon. Tenaganya tiba-tiba kembali dan ia melesat ke arah Ranamon. Ia mengayunkan pedangnya dengan sekuat tenaga dan berhasil menebasnya.

"Fiuuh.. Hampir saja,"

Mervamon terbelalak ketika melihat Ranamon sudah berdiri di belakangnya. Ranamon berubah menjadi air ketika pedang itu menebasnya. Mervamon yang masih diselimuti kemarahan segera mengayunkan pedangnya ke belakang. Namun Ranamon dengan mudah menghindarinya dengan melompat ke belakang.

"Hei, hei, hei... Sudah kubilang kan kalau aku tidak ingin bertarung..." Kata Ranamon dengan nada malas, "Kau juga kelihatan sudah sangat kelelahan,"

Memang benar, Mervamon sudah terengah-engah. Genggaman tangan di pedangnya juga sudah mulai lemah. Ia sudah tidak tahan lagi dan akhirnya jatuh terduduk. Walaupun begitu, ia tetap mencoba untuk berdiri dengan bantuan pedangnya yang kini tertancap ke tanah.

Ranamon dengan cepat berpindah ke depan Mervamon dan menendang pedangnya, membuat Mervamon jatuh tersungkur di hadapannya. Ia mengambil pedang Mervamon dan melemparkannya sejauh mungkin.

"Aku tidak suka dengan orang suka memaksakan dirinya." Ranamon menginjak kepala Mervamon, "Kau beruntung hanya ada aku di sini, bayangkan jika kuajak Lilithmon, kau mungkin sudah babak belur."

Ia semakin menekan kakinya di kepala Mervamon, "HoneyBeemon! Kau bebas melakukan apapun kepadanya."

Sepuluh HoneyBeemon mengelilingi tubuh Mervamon. Mereka tersenyum, "Hohoho... Ini yang kutunggu-tunggu-bee!"

"Waktunya berpesta-bee!"

Ranamon mengambil kotak proyektor itu dan membuka portal teleportasi, "Baiklah, aku akan mendatangi si kupu-kupu pelacur, kau nikmatilah 'latihan'-mu dengan HoneyBeemon itu. Daaah~"

Ranamon menghilang. Kini, Mervamon sedang dalam keadaan yang tidak menguntungkan. Ia tidak dapat menemukan pedangnya dimana-mana. Tubuhnya sudah lelah karena latihan dan serangannya ke Ranamon yang sia-sia. HoneyBeemon itu mendekati Mervamon yang sedang terkapar. Mereka memegangi tangan dan kakinya.

Mereka mengangkat tubuh Mervamon, "H-hei, turunkan aku!"

Tanpa menghiraukan kata-kata Mervamon, mereka mengayun-ayunkan tubuhnya sambil menghitung mundur, "3...2...1!"

HoneyBeemon itu melempar tubuh Mervamon ke arah pohon besar. Punggung Mervamon menghantam pohon itu dengan sangat keras, membuat beberapa daun dan rantingnya berjatuhan.

"Uagh!"

Mervamon jatuh tersungkur sambil memegangi punggungnya, terlihat memar biru di sana. Empat HoneyBeemon memegangi kedua tangan Mervamon dan mengangkat tubuhnya. Kini, Mervamon melayang dan tertunduk lemah. Enam HoneyBeemon, segera menusukkan sengatnya ke tubuh Mervamon. Mulai dari kedua pahanya, perutnya, bongkahan pantatnya, juga kedua payudaranya.

"Kyaaaahh!"

HoneyBeemon itu terus menyengat tubuh Mervamon. Sengatan demi sengatan membuat Mervamon berteriak, air matanya juga mulai mengalir melewati pipinya.

"Kumohon.. Hentikan. Sakit.. sekali... Ahhhhnnn..."

Tanpa disadari, sengatan itu membuatnya terangsang. Putingnya mulai mengeras hingga tercetak di balik bra-nya. Vaginanya mulai basah hingga menembus celana pendeknya. Klitorisnya juga mengacung tegak dibalik celana pendek itu.

"Aku—Aku akan keluaar! Aaahhhnnn!"

Tubuh Mervamon menekuk ke depan bersamaan dengan sengatan dari enam HoneyBeemon itu. Cairan cintanya menyembur deras ke tanah dan mengalir melalui kedua pahanya. Ia mengejangkan daerah selangkangannya tiap kali cairan vaginanya menyemprot keluar. Setelah mengeluarkan tetes terakhir cairan vaginanya, ia tertunduk lesu.

"Uughhh..."

Keenam HoneyBeemon itu mengeluarkan sengatnya dari Mervamon, "Tidak kusangka dia akan keluar secepat ini-bee!"

"Ugh.. Sa-sakit sekali..." Mervamon mengangkat kepalanya dan terkejut karena tidak ada darah yang keluar dari bekas sengatan yang diberikan oleh HoneyBeemon.

"Kenapa darahmu tidak keluar?" Kata salah satu HoneyBeemon, "Itu karena kau sedang terangsang, begitu juga dengan kami. Kami bisa mengeluarkan cairan 'madu' dari sengat kami ketika kami terangsang dan jika lawan kami juga terangsang, darah mereka akan mengalir dan terpusat pada alat kelamin mereka-bee. Jadi hanya ada sedikit darah yang mengalir melalui tubuh yang lain dan juga, 'madu' kami dapat menutup luka kecil yang ada di tubuh lawan kami-bee!"

(NOTE: Mengenai penjelasan darah yang mengalir ke daerah 'itu' emang benar tapi kalau yang aliran darah jadi lebih sedikit ke daerah lain itu hanya fiksi ;D )

"Kuh?!"

"Bukankah itu menyenangkan-bee?"

"Aku—aku akan menghabisi kalian..." Geram Mervamon.

HoneyBeemon itu tidak mempedulikan ancaman Mervamon. Mereka melepaskan semua pakaiannya dan mematahkan satu batang pohon yang tebal lalu membersihkan ranting yang menempel di situ. Batang pohon sepanjang satu meter dan berdiameter 20 cm itu mereka tancapkan ke tanah. Mereka lalu mengangkat tubuh Mervamon dan mendudukannya di atas batang kayu itu.

"A-apa yang akan kalian lakukan?" Tanya Mervamon dengan nada ketakutan.

"Kami dengar kau masih perawan. Jadi kami ingin membuat kenangan yang indah untukmu-bee!" Kata salah satu HoneyBeemon itu sambil tertawa dan diikuti oleh yang lainnya.

"Tidak.. Hentikan.. Kumohon.. Hentika—"

Dengan cepat, dua HoneyBeemon yang memegangi kakinya segera menarik Mervamon ke bawah hingga batang pohon itu memasuki vaginanya dengan kasar.

"...Akkhh! Akkkhhh!" Mata Mervamon terbuka lebar dan mulutnya hanya bisa menganga tanpa mengeluarkan suara akibat sakit yang dirasakan vaginanya.

Batang pohon itu semakin dalam masuk ke dalam vaginanya. Darah mulai mengalir keluar diiringi dengan cairan vaginanya. Lalu dengan perlahan, kedua HoneyBeemon yang memegangi tangan Mervamon, mengangkat tubuhnya ke atas.

"Hnnggg.. Cu-cukup... Sakit..."

Mervamon yang memohon tidak dihiraukan oleh HoneyBeemon itu, mereka terus memaksakan batang pohon itu masuk lebih dalam ke vaginanya. Tiap kali batang itu memasuki vaginanya, perutnya terlihat membesar. Rasa perih di vaginanya tidak dapat tertahankan. Tangisan mengiringi desahan kenikmatan dan erangan kesakitannya.

Kenapa hal ini terjadi padaku?

Tidak banyak hal yang bisa dilakukan Mervamon kali ini selain menunggu HoneyBeemon memuaskan nafsu mereka. Mereka mulai menambah kecepatan gerakannya. Bagian dalam vagina Mervamon bergesekkan dengan batang pohon yang kasar itu. Rasa sakit yang ia rasakan semakin lama berubah menjadi kenikmatan. Ia kini sudah terbiasa dengan batang pohon itu walaupun darah terus mengalir dan membasahi kedua kakinya.

"Hentikan.. Ahh.. Aguu.. Aghh.. Ku-kumohon.. Huu.. Guhh..."

"Heh! Mulutmu bisa saja mengatakan 'tidak' tapi mulut bawahmu tidak bisa berbohong-bee!"

HoneyBeemon itu terus menaik-turunkan tubuh Mervamon, hingga akhirnya mereka menarik tubuhnya dengan kuat dan membiarkannya orgasme.

"Ahhhguuu! Aaaahhhh!"

Kenikmatan dan kesakitan bercampur jadi satu. HoneyBeemon melepaskan tangan dan kaki Mervamon. Membiarkannya terduduk di atas batang pohon yang masih tersangkut di dalam vaginanya. Air matanya mengalir deras.

"Kuharap kau bisa mengingat hal ini-bee!"

Sepuluh HoneyBeemon itu tertawa puas.

"Baiklah teman-teman, ronde selanjutnya-bee!"

Tanpa membiarkan Mervamon beristirahat, mereka mengangkat tubuh Mervamon hingga batang pohon itu keluar dari vaginanya dengan bunyi "Plop!" yang terdengar dengan jelas.

"Uggghhhh..."

Mervamon menatap kosong ke tanah. Kenikmatan, kesakitan, dan kekhawatirannya pada Nene membuat air matanya mengalir lebih deras. HoneyBeemon melemparkan tubuhnya ke tanah.

"Ugh!"

Mervamon menutup kedua pahanya dan memegangi vaginanya. Ia mengusapnya dan melihat banyak sekali darah di tangannya. Rasa sakit dan perih memenuhi selangkangannya. Tanpa membiarkannya beristirahat, dua HoneyBeemon langsung memegangi kedua kakinya dan merentangkannya. Kedua tangannya juga diikat menggunakan akar pohon dan diikat lagi ke batang pohon tadi.

"Hnnnggg! Gaahhh! Kumohon... Ahhh... Jangan lagi..."

Rasa sakit menjalar ke seluruh selangkangannya ketika HoneyBeemon itu membalikkan tubuhnya menjadi terlentang dan merentangkan kedua kakinya lebar-lebar. Seharusnya, tangannya bisa mengurangi rasa sakit yang ada di vaginanya, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan karena tangan yang terikat.

"To-tolong.. Hentikan... Nggghh..."

"Tidak ada ampun sampai kami puas-bee!"

Setelah itu, mereka mengikat kedua kaki Mervamon ke pohon terdekat. Seperti huruf 'Y', Mervamon yang terikat dengan erat tidak bisa bergerak. Dua HoneyBeemon mulai mendekati vaginanya. Tanpa basa-basi, kedua HoneyBeemon itu memasukkan sengatnya dengan cepat dan bersamaan ke dalam vagina Mervamon.

"Nngghiiii! Ahhhhhkkkk! Tidakk!"

HoneyBeemon itu mengeluar-masukkan sengatnya dengan sangat cepat. Gerakan mereka saling susul menyusul walaupun tidak seirama. Terkadang mereka masuk bersamaan, terkadang lebih cepat dari yang lain. Itu membuat Mervamon menerima sensasi yang luar biasa. Seperti tadi, sakit yang dirasakannya berubah menjadi kenikmatan. Walau erangan kesakitan yang dikeluarkan mulutnya, pikirannya sudah tertutup dengan nafsu dan kenikmatan atas perlakuan dua HoneyBeemon itu.

Melihat kedua temannya bersenang-senang, empat HoneyBeemon mulai mengerumuni payudara Mervamon. Mereka melihat putingnya yang kini mengacung dengan tegak dan mulai mengarahkan sengatnya ke sana. Dua HoneyBeemon berhasil memasukan sengatnya tepat di lubang puting Mervamon.

"Kyaaahhh! Huuaaahhhhnnn! Sa-sakit! Aaahhnnn!"

Dua HoneyBeemon yang lain hanya bisa memasukan sengat di sekitar areola payudara Mervamon. Mereka berempat memompa payudara Mervamon bagaikan mereka sedang menggenjot vagina. Mereka bergerak dengan cepat dan membuat puting Mervamon tertarik hingga titik maksimal. Enam HoneyBeemon kini sedang memperkosa daerah sensitifnya. Vaginanya juga semakin nyeri karena gerakan cepat dari dua sengat sekaligus.

"Ahh.. Ah.. Ahh.. Ahnn.. Uhh.." Setiap genjotan yang dilakukan enam HoneyBeemon membuat Mervamon hanya bisa mengerang. Entah itu erangan kesakitan atau kenikmatan.

Empat HoneyBeemon yang tersisa hanya bisa menganga melihat keenam temannya memperkosa Mervamon. Akhirnya mereka menyadari kalau mulut Mervamon masih belum ada yang menempati. Mereka akhirnya merebutkan posisi terakhir itu dengan mengundi. Setelah diundi, satu HoneyBeemon akhirnya dapat merasakan nikmatnya mulut Mervamon.

"Mmmpff! Mmppffhh!"

Begitulah, ketiga HoneyBeemon yang belum mendapat jatah harus menunggu karena semua lubang kenikmatan di tubuh Mervamon sudah dipenuhi dan tidak mungkin memasukkan sengat ke lubang anus Mervamon dalam posisi terlentang seperti saat ini.

"Mmmppffhh.. mmppfhhh.."

Ketujuh HoneyBeemon itu menggenjot Mervamon dengan semangat. Hal itu membuat pikiran Mervamon melayang. Nyeri di vaginanya sedikit demi sedikit mulai menghilang, vaginanya kini terasa semakin longgar. Lubang putingnya juga semakin membesar karena tusukan dari sengat HoneyBeemon. Sakit di payudaranya berubah menjadi kenikmatan begitu pula dengan mulutnya.

"Ggghhh... Mmpppffhhh... Sllrrpp..."

Ketiga HoneyBeemon yang menunggu itu mulai kehabisan kesabaran. Mereka mulai mengambil posisi di vagina dan kedua payudara Mervamon. Mereka melesak masuk ke dalam vagina dan memaksa masuk di kedua putingnya.

"Gaaaahhh! AAAKKKHH!"

Mervamon terpaksa melepaskan kulumannya dari sengat HoneyBeemon, membuat HoneyBeemon itu terjatuh. Namun, dengan cepat HoneyBeemon itu mengarahkan sengatnya ke mulut Mervamon.

"Mmmppfhh! MMpppfhh!"

Kini tiga HoneyBeemon sedang menikmati vaginanya secara bersamaan dan empat dari mereka juga menikmati masing-masing putingnya. Tanpa disadari, Mervamon sedari tadi sudah melepaskan berpuluh-puluh orgasme. Cairan vaginanya menyembur keluar setiap HoneyBeemon yang berada di vaginanya menarik keluar sengatnya dan tersumbat di dalam saat mereka memasukkannya kembali.

"Ohhh! Aku akan keluar-bee!"

"Aku juga-bee!"

"Ohhh!"

SPLURT SPLURRT SPLURTT

HoneyBeemon itu mengalami orgasme, namun yang keluar bukan sperma tapi cairan berwarna kuning kental yang tidak lain adalah madunya. Mereka menyemprotkan madu itu ke dalam liang vagina Mervamon. Banyak sekali yang mereka keluarkan hingga memenuhi rahim Mervamon dan membuat perutnya terlihat membesar. Rahimnya yang tidak mampu menampung semua madu itu menyemprotkan sisa-sisanya lewat vagina.

Begitu juga HoneyBeemon yang berada di mulut Mervamon, dia memasukkan sengat semakin dalam ke mulut Mervamon dan memaksanya meminum madu darinya.

"Mmmphh.. Glup.. glup glup..."

HoneyBeemon itu segera menarik keluar sengatnya dan menyemprotkan sisa madunya di seluruh perut Mervamon, "Aaaaaaaahhhhhhhhhhh... Oooooohhhhhhhhhhh..." Erang Mervamon.

HoneyBeemon yang berada di putingnya juga mengeluarkan madunya. Mereka menyemprotkan madunya ke dalam payudara Mervamon melalui putingnya. Banyak sekali yang mereka semprotkan hingga payudara Mervamon terlihat dua kali lebih besar. Saat mereka mengeluarkan sengat mereka, puting Mervamon bergoyang-goyang, terlihat lubang di putingnya semakin membesar. Mereka dengan iseng menyentil puting itu dan membuat Mervamon berteriak karena orgasme.

"HUUAAAAHAHHHH! AAHHHHHHNNNN!"

Bersamaan dengan orgasmenya, madu yang berada di dalam payudaranya menyembur keluar membuat payudaranya kembali seperti semula walaupun kelihatannya ukurannya sedikit bertambah besar.

"Ahhh.. Hahhh... Ahh.. Ahhh~" Setiap Mervamon mengerang, cairan madu itu keluar dari puting dan vaginanya. Belum pernah ia dilanda badai orgasme senikmat ini. Puluhan orgasme terus melandanya tanpa henti sedari tadi.

"Fiuuhhh... Lega sekali-bee.."

"Ayo kita lepaskan dia-bee,"

HoneyBeemon itu melepaskan ikatan Mervamon. Mereka melihat kedatangan Kazemon dan segera mempercepat pekerjaan mereka. Setelah selesai mereka terbang meninggalkan Mervamon dengan kondisi yang sangat parah. Puting payudaranya masih bergoyang-goyang berusaha mengeluarkan sisa madu dan vaginanya dipenuhi dengan cairan kuning yang bercampur dengan darah perawannya.

Ini adalah hal yang tidak bisa dilupakan Mervamon, keperawanannya harus hilang oleh sebatang kayu dan pembesaran payudara secara paksa yang dilakukan HoneyBeemon membuatnya shock. Namun, di sisi lain dia merasakan kenikmatan.

"Senang sekali bisa 'berlatih' denganmu-bee!"
 
Author's note : Untuk update chap selanjutnya sepertinya agak lambat karena ada masalah di kehidupan wkwkwkwkwk.

8. Penemuan dan Persiapan!

"Tenang saja, dia sudah tidak apa-apa sekarang." Dokter Mayu keluar dari kamar di mana Mervamon sedang beristirahat, "Sekarang kita obati luka-lukamu."

"Aku tidak apa-apa, dokter." Kata Kazemon.

"Tidak. Kau tidak terlihat baik-baik saja." Kata Dokter Mayu dengan nada kesal.

Ia mengambil obat untuk luka dan mengobati luka-luka di tubuh Kazemon. Kazemon merintih kecil ketika Dokter Mayu mengoleskan obat di lukanya.

"Nah, selesai. Jadi, bisa kau ceritakan lebih rinci apa yang telah terjadi?" Tanya Dokter Mayu yang kini duduk di depan Kazemon.

Kazemon menceritakan semua yang terjadi pada dirinya hingga ia menemukan Mervamon tergolek lemah setelah diperkosa oleh HoneyBeemon.

"Aku tidak tahu bagaimana Ranamon bisa menjadi sekuat itu." Tambah Kazemon.

"Kekuatan balas dendam memang mengerikan."

Kazemon terdiam.

"Kalau dilihat-lihat, turnamennya akan dimulai lima hari lagi. Jadi apa yang akan kau lakukan?"

Kazemon berdiri, "Aku akan mencari udara segar di luar," Katanya tanpa memperdulikan pertanyaan Dokter Mayu.

Kazemon berjalan keluar rumah Dokter Mayu dan terbang menuju pusat kota. Ia lalu duduk di kursi taman dan memikirkan tentang kejadian tadi. Ia masih tidak percaya kalau Ranamon menyandera Izumi. Bagaimana bisa Ranamon mendapat kekuatan seperti itu? Bagaimana obat itu bisa meningkatkan nafsu seksnya dan membuatnya kembali perawan?

Ia menyandarkan punggungnya dan menatap ke langit. Masih terbayang wajah Izumi yang sedang terikat tak berdaya. Tubuhnya lemas setiap ia memikirkan hal itu. Ia mengepalkan tangannya dan amarahnya mulai meningkat.

"Ranamon... Apa yang sebenarnya yang kau inginkan..." Geramnya.

Kazemon memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki agar dapat melihat-lihat kota Hospitown. Ia baru sadar kalau ia belum sempat berjalan-jalan semenjak kedatangannya ke kota ini. Walaupun hampir seluruh kota ini dipenuhi oleh segala hal yang berhubungan dengan rumah sakit dan obat-obatan, tidak sedikit juga pusat-pusat perbelanjaan dan tempat hiburan berdiri megah di tengah kota.

Tidak jarang juga, terlihat gelandangan menyembunyikan dirinya dari orang banyak dan tidur di gang-gang kecil yang kumuh. Kazemon melihat mereka dengan prihatin. Ia melanjutkan perjalanan pulangnya dan melewati gang kecil di mana bar dan rumah bordil berdiri.

"Hei, manis..."

"Duduklah sebentar di sini..."

Rayuan dari lelaki hidung belang yang duduk di bar hanya dibalas dengan senyuman oleh Kazemon. Memang sudah menjadi hal lumrah melihat manusia dan Digimon saling berinteraksi, bahkan berhubungan badan. Walaupun Digimon tidak bisa melahirkan anak seorang manusia ataupun sebaliknya, tetapi setiap orang dan Digimon mempunyai kebutuhan seks yang sama. Kazemon mempercepat langkahnya karena semakin banyak pria yang mulai mengikutinya. Ia akhirnya mencapai ujung gang kecil itu dan segera berjalan cepat ke arah kerumunan. Ia merasa lega ketika melihat para pria itu sudah berhenti mengikutinya.

Kazemon memutuskan untuk tidak mengunjungi banyak tempat kali ini. Ia memilih jalan yang ramai untuk pulang ke rumah Dokter Mayu. Tidak heran kalau para pria tadi mengikutinya, tubuhnya yang hanya terbalut bra dan celana dalam dapat memancing gairah dan nafsu lawan jenisnya. Semua orang yang baru pertama kali bertemu dengannya pasti akan mengira kalau dia adalah wanita murahan. Walaupun penampilannya terlihat murahan, Kazemon memiliki hati yang baik. Kepribadiannya yang ceria dan mudah bergaul membuat pikiran-pikiran jelek dari orang sekitarnya akan hilang begitu saja.

Ia melanjutkan perjalanan pulangnya melewati kerumunan orang-orang. Gedung-gedung perkantoran dan bangunan rumah sakit menghiasi pusat kota yang tengah dilewatinya. Tidak jarang Kazemon merasa ada yang menyentuh bagian-bagian sensitif tubuhnya. Tapi ia berpikir kalau bersenggolan itu hal yang wajar di tengah kerumunan ini.

Namun tetap saja, ia merasakan banyak sentuhan di daerah bokongnya. Ditengah badai sentuhan itu, obat yang diberikan Ranamon tiba-tiba aktif dan membuat tubuh Kazemon tersentak kecil. Wajahnya mulai memerah dan nafasnya terengah-engah. Tubuhnya mulai bergetar dan ia merasakan sensasi di vagina dan payudaranya.

Kenapa harus di tempat ramai seperti ini?

Kazemon menahan nafsu yang melandanya dengan tiba-tiba ini. Ia menunduk dan melihat kedua putingnya kini terlihat jelas dari balik bra-nya. Ia berjalan seperti biasa dan mengabaikannya. Vaginanya kini terasa panas, klitorisnya lama-kelamaan semakin membesar hingga terlihat menonjol di celana dalamnya.

Keringat turun dari kening Kazemon. Ia menggigit bibir bawahnya sekuat tenaga menahan agar ia tidak mengeluarkan erangan di tengah kenikmatan yang dialaminya. Tangannya mulai menutupi dadanya. Klitorisnya yang sensitif menambah keikmatan tersendiri ketika bergesakan dengan celana dalamnya.

Tidak hanya itu penderitaan Kazemon, tangan-tangan yang menggerayanginya membuat tubuhnya semakin terangsang. Sebuah sentuhan kecil tepat di putingnya membuatnya menjerit kecil. Orang-orang di sekitar melihat ke arahnya, namun mereka hanya cuek dan kembali ke aktivitas masing-masing.

Aku tidak boleh sampai orgasme di sini...

Kazemon mempercepat jalannya dan melihat ke seklilingnya. Ia menyadari kalau ada beberapa mata melihatnya dan mungkin sudah mengetahui keadaannya sekarang. Ia berjalan menjauhi kerumunan dan menghindari mata yang terus mengawasinnya. Sebuah tepukan keras di bokongnya membuat dia tersentak menjerit sedikit lebih keras yang tadi.

"Nghii!"

Ia memegangi bokongnya dan mengusap-usapnya.

Ini bahaya... aku harus cepat-cepat keluar dari sini...

Kazemon akhirnya dapat membebaskan dirinya dari kerumunan orang-orang itu. Ia berjalan ke arah hutan dan terbang menuju rumah Dokter Mayu. Di udara, dia dengan bebas mendesah dan mengerang kenikmatan. Cairan vaginanya mulai membasahi celana dalamnya dan menetes ke bawah.

Pandangan Kazemon mulai kabur. Ia dapat melihat rumah Dokter Mayu dari kejauhan. Cairan di vaginanya kini sudah mengalir deras membasahi seluruh kakinya. Puting payudaranya tercetak jelas di balik bra-nya. Nafasnya terengah-engah dan kini kecepatan terbangnya mulai melambat. Sayapnya seakan-akan tidak mampu menopang tubuhnya. Ia dapat merasakan bagaimana sensitifnya puting dan klitorisnya sekarang. Setiap gesekan dikedua bagian itu membuatnya seperti tersengat listrik.

Kazemon memegangi selangkangannya untuk menghambat banyaknya cairan yang keluar. Tubuhnya mulai tidak mampu terbang lagi. Kepakan sayapnya melemah dan ia menjatuhkan dirinya ke tanah.

"Ugh!"

Ia terjatuh tidak jauh dari rumah Dokter Mayu. Tangan kanannya kini sudah menyusup masuk di balik celana dalamnya dan tangan kirinya memainkan payudaranya. Pikirannya sudah tidak dapat dikendalikan, yang dia inginkan hanya memuaskan nafsu seksnya.

"Aaaahhh... Ooohhhh..."

Tangan kanannya terus memainkan vaginanya. Kakinya sudah terasa lemas, begitu juga tubuhnya akibat pertarungan melawan HoneyBeemon tadi membuat tenaganya terkuras. Entah sudah berapa lama dia menahan orgasmenya, yang pasti jika dia orgasme sekarang cairan vaginanya akan keluar dalam jumlah yang banyak. Bahkan untuk saat ini saja cairannya sudah membasahi seluruh celana dalamnya.

"Nhhaaahhh... Aaahhnnn... Oooohhh..."

Jari-jarinya kini memainkan puting dan klitorisnya. Perasaan seperti sengatan listrik terus menghampirinya ketika jarinya menyentuh klitorisnya, membuat orgasmenya tidak tertahan lagi.

"Kyaaaaaaaahhhhhh!"

Kazemon mengalami orgasme yang dahsyat. Cairan vaginanya menyembur keluar melalui celana dalamnya. Tubuhnya yang terbaring menekuk ke atas. Wajahnya memerah karena kenikmatan. Namun, hal itu belum berakhir. Dia merasakan gelombang orgasme yang kedua ketika tangannya masuk ke dalam vaginanya.

"Hyaaaaaaaaaaaahhhnnnn!"

Cairan vaginanya menyemprot keluar menembus celana dalamnya seperti air mancur. Kazemon menggeser celana dalamnya ke samping agar memudahkan cairan vaginanya keluar. Celana dalam yang menutupi vaginanya tadi menghambat keluarnya cairan. Kini cairan itu menyembur lebih deras dari yang tadi.

"Kyaaaaaaaaaaahahhhhhhnnnnn!"

Kazemon mengalami orgasme yang ketiga hanya beberapa detik dari orgasmenya yang kedua dan yang pertama. Penyebabnya adalah rumput yang panjang menggesek bibir vagina dan klitorisnya yang kini sangat sensitif. Cairan vaginanya menyembur lebih deras lagi membasahi seluruh kaki dan tanah di sekitar tubuhnya. Air susunya juga terlihat keluar menembus bra-nya.

Orgasme tiga kali berturut-turut cukup membuat Kazemon tidak sadarkan diri. Dengan nafas yang terengah-engah matanya mulai menutup. Dia masih bisa merasakan vaginanya terus mengeluarkan cairan. Begitu juga dengan payudaranya yang terus mengeluarkan air susu. Perlahan-lahan Kazemon menutup matanya. Hal terakhir yang dia bayangkan sebelum pingsan adalah wajah kemenangan Ranamon yang tertawa dan sedang menginjak tubuhnya. Bayangan itu terasa nyata baginya hingga akhirnya penglihatannya mulai gelap dan tidak sadarkan diri.

Beberapa jam kemudian...

"Oh bagus! Ini dia yang kita butuhkan!" Dokter Mayu melompat kegirangan sambil memegangi cairan berwarna kehijauan di sebuah gelas.

"Eh!? Ada apa dokter?" Tanya Rin terkejut.

"Aku menemukan obat penawarnya!" Kata Dokter Mayu

"Oh! Itu bagus, dokter!"

"Ayo kita berikan kepada mereka."

Dokter Mayu dan Rin berjalan ke arah kamar Kazemon dan Mervamon. Mereka membuka pintu kamar, terlihat di sana Mervamon sedang duduk dengan lemas dan Kazemon yang masih belum sadarkan diri.

"Ada apa, dokter?" Tanya Mervamon dengan lemas.

"Santai saja, aku membawa berita baik." Dokter Mayu mengambil kursi dan duduk di antara Kazemon dan Mervamon, "Ini adalah penawar untuk obat yang diberikan Ranamon. Penawar ini bisa mengurangi nafsu seks kalian untuk jangka waktu yang kurasa tidak cukup lama. Mungkin lima sampai sepuluh menit.."

"Uhh... Dokter?"

"Ah! Kazemon, kau sudah sadar," Dokter Mayu membalikkan tubuhnya menghadap Kazemon, "Lihat, ini adalah penawarnya."

"Penawar?" Tanya Kazemon yang masih kebingungan.

"Ya, penawar untuk obat dari Ranamon."

"Oh! Kau berhasil menemukannya dokter!" Teriak Kazemon dengan girang.

"Tapi tunggu dulu, menurut perkiraanku penawar ini hanya mampu bertahan sekitar lima atau sepuluh menit. Selanjutnya, kau harus meminumnya lagi." Kata Dokter Mayu.

"Memangnya berapa dosis yang kau anjurkan?" Tanya Mervamon.

"Yaah... karena penawar ini terlalu kuat, aku menganjurkan beberapa tetes saja. Satu atau dua mungkin?" Kata Dokter Mayu sambil menimbang-nimbang gelas yang berisi penawar itu.

"Terlalu kuat? Apa maksudnya?" Tanya Kazemon.

"Bahan dasar penawar ini adalah racun, racun yang menurutku sangat mematikan. Butuh campuran bahan lain untuk menetralkannya dan itu juga sangat sulit. Kutakutkan jika kalian meminumnya dengan berlebihan akan berdampak buruk pada tubuh kalian."

"Lalu, kapan kami harus meminumnya?"

"Karena kita tidak tahu pasti kapan obat Ranamon itu aktif, maka kusarankan kalian selalu membawanya dan meminumnya langsung saat obat itu aktif. Untuk saat ini, kurasa kalian harus meminumnya. Rin cepat ambilkan air."

"Baik, dokter." Rin pergi keluar kamar dan kembali dengan dua gelas air.

Dokter Mayu meneteskan penawar itu ke dalam air. Air itu berubah warna menjadi hijau muda, "Ini, minumlah kalian berdua."

Dokter Mayu memberikan penawar itu kepada Kazemon dan Mervamon. Mereka meminumnya sampai habis.

"Baik, kurasa penawar itu sudah bekerja. Kalian bisa beristirahat lagi, aku akan merubah cairan ini menjadi pil agar memudahkan kalian untuk membawanya." Dokter Mayu dan Rin keluar kamar dan meninggalkan kedua Digimon itu.

Dokter Mayu mengambil catatannya dan duduk di meja kerjanya. Ia membaca catatan tentang percobaan yang dilakukannya terhadap Kazemon dan Mervamon.

Hmmm... Mereka hanya mampu bertahan beberapa menit jika terangsang oleh obat itu. Juga, setelah orgasme yang pertama tubuh mereka langsung lemas. Tapi obat itu akan terus memaksa tubuh mereka untuk orgasme. Obatku hanya mampu menahannya sampai setengah jam saja.

Dokter Mayu menggigit jarinya.

Ini sangat sulit... jika saat bertarung nanti obat itu aktif, mereka harus cepat meminum penawar itu dan harus menyelesaikan pertarungan dalam waktu kurang dari sepuluh menit. Jadi, semuanya tergantung mereka berdua. Kurasa aku hanya mampu membantu sampai di sini saja.

Ia mengambil cairan yang ada di botol dan menuangkannya ke mesin pembuat pil.

Tenang saja... Ini pasti berhasil...

Beberapa jam kemudian di Kota Alpha...

Ranamon, Lilithmon, LadyDevimon dan beberapa HoneyBeemon di belakangnya, berjalan menuju penjara kecil di dalam 'dunia Ranamon'. Di sana terlihat Angewomon dan Sakuyamon yang diikat oleh tentakel milik Calmaramon. Dua tentakel terus memompa keluar masuk dari vagina mereka.

"Apa kabar kalian berdua?" Tanya Ranamon dengan senyuman, "Sudah berapa kali kalian orgasme hari ini?" Ranamon tertawa dan diikuti oleh Lilithmon dan LadyDevimon.

"Ugh..."

"Hari ini, aku sedang berbaik hati. Aku membawakan kalian makanan. Bawa makanan itu kemari, anak-anak!"

Para HoneyBeemon itu membawa dua buah mangkuk besar yang penuh dengan sperma. Mereka menaruhnya di lantai. Calmaramon melepaskan tentakel-tentakelnya yang melilit Angewomon dan Sakuyamon. Kedua Digimon itu jatuh, kaki mereka sudah lemas dan tidak mampu menopang tubuh mereka karena diperkosa terus menerus oleh Calmaramon.

"Kalian ingin memasangnya?" Ranamon bertanya ke LadyDevimon dan Lilithmon sambil memegang dua kalung rantai di tangannya.

"Dengan senang hati, Ranamon." Kata Lilithmon.

"Aku akan sangat menikmatinya." Kata LadyDevimon.

Mereka berdua mengambil kalung rantai itu dari Ranamon lalu mendekati Angewomon dan Sakuyamon yang sedang terbaring lemah. Lilithmon menarik rambut Sakuyamon dan segera memasangkan kalung rantai itu di lehernya.

"KLIK"

Di sisi lain, LadyDevimon sedang menyenangkan dirinya dengan menginjak-injak perut Angewomon.

"Rasakan!"

"Ini!"

"Dasar!"

"Kau!"

"Pelacur!"

"Murahan!"

"Dan ini yang terakhir..."

LadyDevimon mengangkat kakinya tinggi-tinggi.

"JALANG!"

Ia menginjakkan kakinya tepat di vagina Angewomon.

"A... A... Akkhhhhh..."

Angewomon melekukkan tubuhnya ke samping sambil memegangi perutnya.

"Uhhk! Kuh! Guhk!"

Darah keluar dari mulut Angewomon setiap kali ia batuk. LadyDevimon menarik rambutnya dan menampar pipi kirinya.

"Tidak ada yang bisa melindungimu sekarang, jalang!" Kata LadyDevimon sambil menampar pipi kanan Angewomon, "Kau hanya beruntung saat serangga bodoh itu melindungimu."

Mata biru Angewomon menatap lemah ke arah LadyDevimon yang kini tersenyum penuh kemenangan. Ia mengumpulkan kekuatannya dan meludahi wajah LadyDevimon dengan darah dari mulutnya.

"Kau... Makhluk rendahan!" Kata Angewomon.

"Beraninya kau!" Geram LadyDevimon sambil mengangkat tangannya yang bersiap memukul wajah Angewomon.

"Hentikan, LadyDevimon." Kata Ranamon tenang, "Pakaikan saja kalung itu di lehernya. Itu saja sudah membuatnya lebih rendah dari kita."

Wajah marah LadyDevimon mereda, "Kau dengar itu jalang?"

LadyDevimon memasangkan kalung rantai itu ke leher Angewomon dengan kasar. Setelah kalung itu terpasang, Lilithmon dan LadyDevimon menyeret Angewomon dan Sakuyamon ke mangkuk yang penuh dengan sperma itu. Angewomon dan Sakuyamon berjalan merangkak dengan kedua kaki dan tangannya. Ini adalah hal yang paling memalukan yang pernah terjadi pada mereka.

Diikat dan berjalan merangkak dengan diseret oleh musuh bebuyutan mereka adalah sesuatu yang tidak pernah mereka bayangkan dan tidak pernah mereka inginkan. Ini sama saja mengakui kekalahan dan kelemahan mereka.

"Mulai sekarang, sperma ini adalah makanan kalian." Kata Ranamon.

"A-apa?" Kata Angewomon dan Sakuyamon dengan ketakutan.

"Kenapa? Bukannya kalian suka ini? Atau mungkin kalian ingin meminumnya langsung dari penis seperti yang biasa kalian lakukan?" Ranamon tertawa lalu diikuti oleh Lilithmon dan LadyDevimon.

"Ti—tidak..." Kata Angewomon.

LadyDevimon menginjak punggung Angewomon dan membuatnya tersungkur, "Cepat makan saja sperma itu!"

"Akh!" Angewomon berusaha bangun.

Lilithmon menarik kalung rantai Sakuyamon dan membuatnya tercekik, "Itu juga berlaku untukmu."

"Uhhkk!"

Angewomon dan Sakuyamon yang tidak mampu berbuat apa-apa lagi, akhirnya menuruti kemauan ketiga Digimon kejam itu. Mereka mengumpulkan tenaga dan merangkak ke arah dua mangkuk besar itu. Aroma sperma yang sangat tajam menusuk hidung mereka ketika wajah mereka sudah dekat dengan mangkuk.

"Uuughh..."

Angewomon membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya. Secara perlahan lidahnya menyentuh permukaan dari sperma itu. Ia mencoba menahan bau sperma yang menyengat di hidungnya. Dengan jilatan perlahan, sperma itu masuk ke dalam mulutnya. Rasa asam dari sperma itu menyapu lidah Angewomon. Ingin sekali dia memuntahkan sperma itu.

"Bagaimana? Enak?" Kata Ranamon, "Cepat habiskan!"

"Kuh..."

Melihat Angewomon yang sudah memakan sperma itu, Sakuyamon juga mengikutinya. Lidahnya menyapu permukaan sperma itu dan menelannya. Sperma kental itu mengalir melewati tenggorokannya. Kepalanya sedikit pusing dan ia merasa mual akibat rasa sperma yang tidak enak itu.

"Mmpphh.. Sluurpp.. Slurrpp.."

Kedua Digimon itu menjilati sperma yang ada di dalam mangkuk dengan perasaan mual. Tidak jarang mereka berdua terbatuk-batuk karena rasa dan bau tidak enak sperma itu.

"Mmmpphh... Sluurpp... guuhh... Slurrpp..."

"Kalian berdua memang menyukai sperma ya?" Ejek Ranamon, "Kalian tahu? Sperma itu berasal dari Minotaurmon yang berbaik hati menyumbangkannya."

"Tidak heran mereka menyukainya. Sperma rendahan bagi pelacur rendahan." Kata Lilithmon sambil tertawa dan diikuti oleh dua temannya.

"Habiskan semua! Jangan sampai ada yang tumpah dan tersisa!" Bentak Ranamon ketika melihat Angewomon dan Sakuyamon terbatuk-batuk.

"Ti—tidak kuat..." Kata Angewomon sambil memuntahkan sedikit sperma ke lantai. "Uoohhkkk... Aku ti-tidak kuat lagi..."

"Uaahhkkk... Sudah cukup..." Sakuyamon juga memuntahkan spermanya.

Mereka berdua tersungkur di depan mangkuk yang masih terisi setengahnya. Dengan tatapan lemah, mereka memohon ampun kepada tiga Digimon itu. Tapi, ketiga Digimon itu memasanga wajah geram.

"Kau kira mudah meminta sperma sebanyak itu!?" Kata Ranamon sambil menginjak kepala Angewomon dan Sakuyamon bergantian, "Kau masih beruntung kuberi makanan daripada tidak sama sekali!"

Setelah puas menginjak-injak mereka, Ranamon mengambil cambuk yang sudah ia persiapkan untuk saat seperti ini, "Biar kubantu kalian menghabiskannya,"

Ranamon mengangkat cambuk itu dan mencambuk punggung Angewomon.

"SPLAT!"

"KYAAAAAHHH!"

"SPLAT!"

"KYAAAAAAAHHHH!

Cambukan demi cambukan diterima oleh Angewomon hingga punggungnya penuh dengan garis-garis merah. Ia tersungkur lemah dengan nafas terengah-engah. Air mengalir dari matanya.

"Sakit... Hhnnng..."

"Giliranmu..." Kata Ranamon sambil mengangkat cambuknya tinggi-tinggi dan mendekati Sakuyamon.

"Tidak... Tidak... Kumohon... Jangan..." Sakuyamon memohon dengan wajah yang ketakutan ketika Ranamon mendekatinya.

"SPLAT!"

"AAAAHHHHH!"

"SPLAT!"

"KYAAAAAHHHH!"

Cambuk itu mengenai punggungnya lebih keras dari Angewomon. Ranamon terus mencambuk Sakuyamon hingga darah keluar dari beberapa lukanya. Rasa perih dari luka itu menjalar di seluruh punggungnya hingga ia tidak bisa mengeluarkan suara saat menerima cambukan terakhir dari Ranamon.

Kedua Digimon itu tidak dapat bergerak dan berkata apa-apa setelah menerima cambukan demi cambukan di tubuhnya. Hanya suara nafas terengah-engah yang menyatu dengan tangisan.

"Itulah akibatnya jika menolak kebaikanku." Kata Ranamon sambil membersihkan cambuknya dari darah Sakuyamon, "Sekarang habiskanlanh makananmu sebelum kuberikan hal yang lebih buruk!"

Dengan tubuh gemetaran, Angewomon dan Sakuyamon kembali memakan sperma itu. Mereka terus menelan sperma itu dengan terpaksa walau perut mereka kini sudah penuh. Rasa takut dan rasa sakit membuat mereka terus memakan sperma itu.

Beberapa menit kemudian, Angewomon dan Sakuyamon sudah menghabiskan satu mangkuk besar sperma Minotaurmon. Mereka berdua terkapar lemah dengan mata yang sayu dan nafas yang terengah-engah.

"Haahh... Haahhh... Haahhh..."

"Hentikan... Cukup... Haaahhh..."

Kedua Digimon itu terus memohon kepada Ranamon, "Bagus. Kalian menghabiskannya. Calmaramon, ikat lagi kedua pelacur ini dan sekarang perkosa vagina mereka dengan tiga tentakelmu."

Calmaramon menarik kalung Angewomon dan Sakuyamon dengan tentakelnya. Ia menyeret mereka berdua dan melemparkannya ke tembok.

"Ugh!"

"Kuh!"

Kedua digimon itu terduduk lemah. Calmaramon lalu mengikat tangan mereka berdua dan mengangkatnya. Tidak lupa, ia melebarkan kaki kedua Digimon itu dan berusaha memasukkan tiga tentakelnya ke vagina Angewomon dan Sakuyamon.

"Tidak... Kumohon jangan..." Sakuyamon memohon.

"Itu tidak akan muat... Tolong..." Angewomon gemetaran melihat tiga tentakel besar yang akan masuk ke vaginanya.

Calmaramon tidak menjawab, ia terus fokus memasukkan tentakelnya.

"Tidak.. Tidak... Jangan... Tidaaaaakk!"

"Kyaaaaaahhh!"

Kedua Digimon itu berteriak keras ketika Calmaramon memasukkan tiga tentakelnya dengan kasar ke dalam vagina mereka. Angewomon dan Sakuyamon kehilangan kesadaran saat itu juga.

"Hiburan yang menyenangkan, iya kan?" Tanya Ranamon.

"Yah, acara yang bagus menuju Turnamen D-1." Kata Lilithmon.

"Tidak terasa tinggal lima hari lagi, aku harus mempersiapkan segalanya." Kata Ranamon sambil berjalan keluar ruangan diikuti oleh LadyDevimon dan Lilithmon.
 
9. Menuju Rencana!

"Ya! Akhirnya berhasil juga!" Dokter Mayu melompat kegirangan di dalam kantornya sambil memegangi sebuah pil. Ia berlari keluar ruangannya dan memanggil Rin.

"Eh!? Kau berhasil menemukan penawarnya?" Kata Rin terkejut.

Dokter Mayu menganggukkan kepalanya, "Tapi kurasa ini hanya untuk menahannya saja, obat ini belum terlalu kuat. Cepat panggil mereka Rin, kita lakukan percobaan hari ini."

""Baik Dokter!" Kata Rin sambil memberi hormat ke Dokter Mayu dan segera pergi.

Beberapa saat kemudian, ia kembali bersama Kazemon dan Mervamon.

"Ah, apa aku mengganggu latihan kalian?" Tanya Dokter Mayu.

"Tidak apa-apa, Dokter. Rin bilang kalau kau sudah menemukan penawarnya." Kata Kazemon.

"Yaaahh... Bukan penawar, tapi lebih ke penangkalnya saja." Kata Dokter Mayu sambil memperlihatkan dua buah pil yang ada di tangannya. "Kalau begitu, bagaimana kalau kita melakukan percobaan sekali lagi?"

"Ehh? Dengan kuas lagi?" Tanya Mervamon sambil terkejut.

"Tidak, tidak. Bukan dengan kuas. Kalian cukup bertarung saja. Kita lihat bagaimana reaksi kalian jika obatnya muncul saat kalian bertarung." Kata dokter Mayu.

Ia memberikan kedua pil itu kepada Kazemon dan Mervamon. Mereka menyimpannya di balik bra mereka.

"Pakaian kalian memang benar-benar kekurangan bahan ya sampai-sampai pil itu harus disimpan di sana" Dokter Mayu tertawa.

"Ini agar kami bisa bergerak dengan bebas." Kata Mervamon tersinggung.

"Dan menggoda para pria." Goda Dokter Mayu sambil tertawa lebih keras. "Cepatlah ke halaman belakang, kita akan melakukan percobaan di sana."

Kazemon dan Mervamon mengikuti Dokter Mayu ke halaman belakang rumahnya. Mereka berdua mengambil posisi bertarung dan saling tersenyum satu sama lain.

"Ayo kita mulai, Kazemon." Tantang Mervamon.

"Baik. Hurricane Gale!" Kazemon mengeluarkan angin dari jari-jarinya dan menembakkannya ke arah Mervamon. Mervamon dengan mudah melompat ke belakang menghindari serangan itu.

"Hyaaa!" Mervamon berlari ke arah Kazemon dan menganyunkan pedangnya. Belum sempat pedang itu mengenainya, Kazemon terbang ke atas dan menyerang Mervamon dengan kakinya.

"Haa!"

Mervamon dengan cepat menangkis tendangan itu dengan tangan kirinya. Ia mendorong Kazemon ke atas dan membuatnya hilang keseimbangan. Ia menemukan celah untuk menyerang Kazemon. Dengan mengayunkan pedangnya, Mervamon melompat ke arah Kazemon yang masih di udara.

"Hiaa!"

Bersamaan dengan ayunan pedang Mervamon, Kazemon memanfaatkan posisinya untuk melakukan serangan kejutan ke arah Mervamon.

"Hurricane Gale!"

Hembusan angin kencang dari Kazemon bertabrakan dengan pedang milik Mervamon. Mereka berdua terjatuh ke tanah.

"Tidak buruk, Kazemon." Kata Mervamon.

"Kau juga." Balas Kazemon sambil tersenyum, "Hya! Tempest Twist!"

Kazemon menopang tubuhnya dengan kedua tangannya dan melebarkan kedua kakinya. Ia memutar tubuhnya menuju ke arah Mervamon. Mervamon menahan serangan itu dengan pedangnya. Kazemon mengurangi kekuatan putarannya dan berdiri ke posisi semula.

"Hyaaa!" Ia lalu melancarkan serangan lain, namun belum sempat serangan itu mengenai Mervamon, tubuhnya menjadi lemas dan bagian vaginanya terasa panas. Ia jatuh terduduk sambil memegangi vaginanya dengan kedua tangannya.

"Ahh... Ahh... Ahhhhnn..."

"Kazemon!?" Mervamon mendekati Kazemon dan menyentuh pundaknya.

"Aaaaaaahhhhhhhhh!"

Kazemon mengalami orgasme dari sentuhan Mervamon.

"Cepat makan pil itu Kazemon!" Kata Dokter Mayu.

Kazemon mengambil pil itu dari balik bra-nya dan memakannya. Tidak berapa lama, Mervamon juga mengalami hal yang sama seperti Kazemon. Mervamon dengan cepat memakan pil itu.

Setelah memakan pil itu, tubuh Kazemon dan Mervamon kembali normal secara perlahan-lahan. Mereka berdua mencoba berdiri.

"Uugh..."

"Ngghh.."

Dokter Mayu mendekati mereka, "Bagaimana perasaan kalian?"

"Tubuhku terasa lemas setelah orgasme tadi." Kata Kazemon, "Tapi, efek dari ramuan itu sudah hilang."

"Begitu juga denganku," Kata Mervamon.

"Begitu ya..." Dokter Mayu memegang dagunya, "Kalau begitu, kita lihat berapa lama obat ini akan bertahan. Kita ke ruanganku sekarang."

Mereka berjalan menuju rumah Dokter Mayu dan memasuki ruangannya. Rin berlari keluar rumah.

"Aku pergi main dulu!"

Dengan sekejap ia menghilang dari hadapan ketiganya. Kazemon dan Mervamon duduk di atas tempat tidur pasien sedangkan Dokter Mayu sibuk meneliti obat yang baru ia buat.

"Pertandingan tadi sangat menyenangkan." Kata Mervamon sambil membaringkan tubuhnya di tempat tidur, "Kau kuat juga, Kazemon."

"Kau juga, Mervamon." Balas Kazemon dengan tersenyum, "Tapi, sekuat apapun kita, jika ramuan itu bereaksi saat kita bertarung, itu akan mengganggu konsentrasi kita."

"Kau benar. Ramuan itu benar-benar menyiksaku." Mervamon merenung.

"Bagaimana mungkin Ranamon bisa menemukan ramuan itu? Ia tidak mungkin bekerja sendirian." Kata Kazemon.

"Yah, setahuku dia bekerja dengan Lilithmon." Kata Mervamon, "Dia berhasil mengalahkanku dengan mudah. Aku merasa kekuatannya bertambah besar."

"Ranamon sudah benar-benar kelewatan." Geram Kazemon, "Dia menjadikan Izumi dan Nene sebagai sandera. Kali ini aku akan memastikannya tidak dapat kembali lagi."

"Aahh... Ahh..." Terdengar suara Mervamon mengerang.

"Eh? Ada apa?" Tanya Kazemon.

"Ra-ramuan itu aktif lagi... Ahhhhh~"

"Tidak mung— Aahhhhhh~" Kazemon juga merasa tubuhnya semakin sensitif.

"Apa? Obatku hanya bertahan selama tiga menit?" Dokter Mayu terkejut dengan cepatnya reaksi obat miliknya menghilang, "Aku sudah yakin kalau itu adalah takaran yang pas. Kelebihan sedikit saja malah akan memperlama efek ramuan itu."

"Ahhh... Ahhh.. Nggghhh..." Kazemon mulai memasukkan dua jari ke dalam vaginanya.

'Mhhaaahh... Nggghhh... Haaahhh..." Mervamon terjatuh dari tempat tidur dan berusaha bangun. Namun ia hanya mampu berlutut sambil memegangi tempat tidur dan menggesekkan vaginanya dengan jari-jarinya.

Erangan kedua Digimon yang kini penuh nafsu kini memenuhi ruangan Dokter Mayu, "Sial! Aku tidak tahu harus melakukan apa lagi..."

Kedua Digimon itu terus mengerang kenikmatan sambil memuaskan nafsunya. Dokter Mayu yang tidak tahu harus berbuat apa lagi, kini membongkar ruangannya dan mengambil dua vibrator miliknya.

"Setidaknya biar kubantu mereka memuaskan diri."

Ia menyalakan kedua vibrator itu dan memberikannya ke dua Digimon yang sedang terangsang berat di ruangannya.

"Oooohhhhhh..."

"Aaaaahhhhhhhnnnnn..."

Erangan panjang datang dari mulut Kazemon dan Mervamon akibat getaran dari vibrator yang mereka letakkan di vagina masing-masing.

"Lebih cepat.. ahhhhhh... dokter... ahhhhh..." Kazemon memohon ke Dokter Mayu untuk menaikkan kekuatan vibratornya.

Dokter Mayu menaikkan kekuatan vibrator Kazemon sampai maksimal hingga suara getarannya terdengar semakin keras.

"HAAAAAAHHHH! NIKMAT SEKALI! AAAAHAHHHHNNNN!" Kazemon mengalami orgasme yang dahsyat hingga menyemburkan cairan vaginanya ke segala arah. Tidak kalah dengan vaginanya, payudara Kazemon juga menyemburkan air susu yang sangat banyak.

"Ramuan itu bekerja dengan hebat di tubuh Kazemon." Pikir Dokter Mayu, "Apakah Ranamon memberikannya dengan dosis yang banyak atau memang tubuh Kazemon yang menginginkannya?"

Dengan itu, Kazemon sudah terlepas dari efek ramuan milik Ranamon. Ia menjatuhkan tubuhnya dengan kaki yang terbuka lebar dan vibrator yang masih menyala di dalam vaginanya. Vaginanya juga masih menyemprotkan sisa-sisa cairan orgasmenya, begitu juga dengan payudaranya juga masih mengeluarkan air susu.

"Haaahhh... Haaahh... Unngghh..."

Nafasnya terengah-engah. Tubuhnya bergetar tiap kali vagina dan payudaranya menyemprotkan cairannya masing-masing. Dokter Mayu mematikan vibrator milik Kazemon dan mengeluarkannya dari vaginanya.

"Hnnngggg... Aaahhhhh~"

Mervamon yang masih belum mencapai orgasmenya, terus merangasang vaginanya dengan vibrator.

"Aaahahhhh... Mmmmpphhh... Oooooohhhhhhh~~" Tidak perlu waktu lama bagi Mervamon agar bisa orgasme.

Seperti Kazemon, vaginanya menyemburkan banyak sekali cairan. Karena banyaknya cairan vagina itu, vibrator yang berada di dalam vaginanya sampai terdorong keluar.

"Aahh.. Hahhh... Haaa..."

Kedua Digimon itu kini sudah kehabisan tenaga. Mereka terbaring lemas tanpa bisa menggerakkan otot-otot di tubuhnya. Dokter Mayu mengangkat tubuh Mervamon yang berada di lantai ke tempat tidur dan menyelimutinya. Begitu juga dengan Kazemon, ia menyelimuti tubuhnya setelah merapatkan kedua kaki Kazemon yang mengangkang lebar.

"Akan kubiarkan kalian istirahat di sini." Kata Dokter Mayu sambil meninggalkan ruangannya, "Aku ada di ruang tamu, panggil saja kalau kalian butuh bantuan."

Kazemon dan Mervamon tidak menjawabnya dan segera tertidur pulas.

LadyDevimon memasuki ruangan dimana Sakuyamon dan Angewomon tekurung dan terikat, "Waktunya makan pelacur-pelacurku~" Kata LadyDevimon, "Hari ini kalian akan makan makanan spesial. Biar kuambilkan."

LadyDevimon keluar dari ruangan itu. Tidak berapa lama kemudian ia masuk kembali bersama tiga Digimon dibelakangnya,"Cepat, masuklah, jangan sungkan." Kata LadyDevimon.

"He-hei.. tempat apa ini?" Tanya Minotaurmon.

"Tenang saja, ini tempat di mana kalian bisa mendapatkan kenikmatan~" Kata LadyDevimon.

"I-itu kan..." Kata Leomon yang terkejut melihat Sakuyamon dan Angewomon.

"Sa-Sakuyamon dan Angewomon!" Kata Grumblemon.

"Apa maksud semua ini LadyDevimon?" Tanya Minotaurmon.

"Biar kujelaskan, Ranamon meminta kalian untuk mengumpulkan sperma, ya kan? Kalian adalah tiga peserta turnamen yang mengumpulkan sperma terbanyak dan ini adalah hadiah kalian. Sebenarnya Ranamon memilih enam Digimon, tapi kalian bertiga berhak memilih yang mana yang akan kalian 'beri makan' dengan sperma kalian."

"Jadi kami harus memilih diantara keduanya?" Tanya Grumblemon.

"Tepat sekali!" Kata LadyDevimon dengan tertawa.

"Woah! Ini benar-benar hari keberuntunganku!" Seru Leomon.

"Ternyata masturbasiku berguna juga." Kata Minotaurmon.

"Jadi siapa yang akan kita pilih?" Tanya Grumblemon pada dua Digimon yang sedang menikmati kegembiraannya masing-masing.

"Entahlah, mereka memiliki tubuh yang bagus." Kata Minotaurmon sambil memegang dagunya.

"Aku rasa Angewomon terlihat nikmat untuk saat ini." Kata Leomon.

"Hmmm... Kurasa begitu. Baiklah kita memilih Angewomon." Kata Grumblemon pada LadyDevimon.

"Baiklah! Nikmati hadiah kalian~" LadyDevimon menarik rantai Sakuyamon dan membawanya keluar ruangan itu.

"Kau bisa menikmati penis kami lain kali, rubah jalang." Kata Minotaurmon disertai tawa kedua temannya.

"Sekarang, bersiaplah untuk menyantap makananmu, Angewomon." Kata Leomon sambil membuka pakaiannya.

Mereka bertiga membuka pakaian mereka dan mengeluarkan penis yang terlihat besar bagi Angewomon.

"Ti-tidak... Kumohon.. Jangan... Kyah!" Leomon menarik rambut Angewomon dan memaksanya untuk menghisap penisnya.

"Hisaplah! Ini sesuatu yang sering kau lakukan, benar kan?" Kata Leomon sambil mendorong kepala Angewomon ke arah penisnya.

"Hmmp! Hmmmphh! Mmpph!" Angewomon menghisap penis besar itu di dalam mulutnya. Matanya terbuka lebar karena terkejut akan besarnya penis itu. Ia bisa merasakan penis itu menusuk sampai tenggorokannya.

"Uggh! Muuummhh! Uumph!"

Tanpa melepaskan penisnya dari mulut Angewomon, Leomon mendorong kepala Angewomon dan membuatnya terlentang di atas tubuh Grumblemon. Grumblemon mengarahkan penisnya ke lubang anus Angewomon.

"Hmmmph! Tidak! Tidak! Jangan di situ!" Angewomon bergidik ketakutan ketika ujung penis Grumblemon menyentuh lubang anusnya.

"Hehehe... Apakah ini pertama kalinya kau merasakan sebuah penis akan memasuki anusmu?" Tawa Grumblemon sambil terus menggesek-gesekkan penisnya di lubang anus Angewomon.

"Tidak.. Jangan... Di sa— Gaaakkhh!" Mata Angewomon terbelalak ketika merasakan penis Grumblemon memasuki anusnya dengan tiba-tiba.

"Aaahhh~ Ini masih sangat sempit." Kata Grumblemon dengan nada puas.

"Aakkh! Ahkk! Aahhkk!" Angewomon tidak dapat berkata apa-apa. Rasa sakit di lubang anusnya membuatnya kehilangan tenaga, ia merebahkan tubuhnya di atas Grumblemon.

"Hei! Siapa yang menyuruhmu berhenti menghisap penisku!" Leomon menarik rambut Angewomon dan memasukkan penisnya ke dalam mulut Angewomon.

"Hmmpph!"

"Sepertinya lubang terakhir jadi milikku." Kata Minotaurmon.

Penisnya yang sangat besar berdiri tegak di hadapan Angewomon. Rasa takut mulai menjalar di seluruh tubuh Angewomon, terutama di vaginanya. Penis itu sangat besar, Angewomon tidak yakin apakah vaginanya bisa menampung seluruh penis itu.

"Hmmppphh! Mmmpphhh!" Angewomon dengan sisa kekuatannya, mencoba melepas tangan Minotaurmon dari kedua kakinya.

Hal itu sia-sia, tangan besar Minotaurmon mencengkeram kakinya dengan sangat kuat. Tubuh kecil Angewomon juga tidak sebanding dengan tubuh Minotaurmon. Minotaurmon mengangkat dan membuka kedua kaki Angewomon lebar-lebar. Angewomon melihat penis itu dengan penuh ketakutan. Kepala penis itu menyentuh bibir vaginanya dan dengan cepatnya, Minotaurmon mendorong seluruh penisnya masuk ke dalam vagina Angewomon.

"HHMMPPHHH! HHHMMPPHH!" Angewomon menggelengkan kepalanya dan berteriak kesakitan akibat rasa sakit di vaginanya. Namun, dibalik rasa sakitnya ia merasakan kenikmatan orgasme pertamanya saat diperkosa oleh tiga Digimon.

Penis besar itu menghujam vaginanya. Walaupun tentakel Calmaramon sudah berhari-hari di dalam vaginanya, tapi vaginanya tetap rapat bagi Minotaurmon. Minotaurmon mulai menarik penisnya perlahan dari vagina Angewomon dan mendorongnya hingga masuk lebih dalam. Ia terus memompa penisnya ke dalam vagina Angewomon. Walaupun begitu, penis itu belum seluruhnya memasuki vagina Angewomon.

"Ayo kita lihat apakah rahimmu bisa muat dengan penisku ini." Kata Minotaurmon sambil tertawa.

Air mata Angewomon mulai mengalir. Ia akan merasakan penis besar Minotaurmon di dalam rahimnya. Angewomon menutup kedua matanya saat Minotaurmon menarik penisnya keluar dari vaginanya.

Minotaurmon melepas kedua kaki Angewomon dan kini memegang pinggangnya, "Bersiaplah!"

" HYYAARRGHH!" Minotaurmon mengerang dan dengan sekali dorongan kuat, penis itu masuk seluruhnya ke dalam vagina Angewomon.

Tubuh Angewomon mengejang, matanya terbelalak dan pandangannya terasa kabur. Itu adalah hal yang paling menyakitkan bagi dirinya. Baik secara fisik maupun secara mental. Pikirannya kosong, ia hampir tak bisa membedakan rasa sakit dan kenikmatan yang di dapatnya dari orgasme. Sebuah penis besar seukuran dua tangan manusia menghujam rahimnya dengan brutal.

Tangan dan kaki Angewomon mulai menggantung lemas. Sebuah gundukkan muncul di perutnya, itu adalah penis Minotaurmon yang terbentuk di dalam vagina dan rahimmnya. Minotaurmon memompa penisnya di dalam vagina Angewomon. Erangan panjanga dikeluarkan Angewomon karena penis Minotaurmon yang bergesekkan dengan dinding rahimnya.

"Hmmpph! Hmmmppp! Mmmpphh!"

Erangan Angewomon terus terdengar, penis Grumblemon dan Minotaurmon terus menggesek dinding pembatas anus dan vaginanya. Pikiran Angewomon sudah kacau, ia berharap agar ini semua cepat berakhir.

Sementara itu di ruangan sebelah, Sakuyamon juga sedang melayani tiga Digimon dengan tubuhnya.

"Hisap terus! Ayo! Hahahaha!" Etemon tertawa sambil mengeluarmasukkan penisnya di mulut Sakuyamon dengan cepat.

"Uhhkk! Uhhkk!" Sakuyamon terus tersedak karena begitu cepatnya Etemon memperkosa mulutnya.

Tidak beda dengan mulutnya, vaginanya juga sedang dihujam dengan penis Gigasmon yang terlentang di bawah tubuh Sakuyamon. Dengan posisi duduk di atas penis Gigasmon, Sakuyamon juga memainkan tangannya di penis di tangan Nanimon.

"Kocok lebih cepat dasar kau jalang!" Kata Nanimon sambil menendang perut Sakuyamon.

"Ghhk!" Tangan kirinya memegangi tempat di mana Nanimon menendangnya dan tangan kanannya tetap mengocok penis Nanimon.

"Uuuhh~ kau dengar itu pelacur?" Kata Gigasmon sambil memencet kedua puting Sakuyamon.

"Hmmmppphh!"

"Hahahaha! Dia orgasme hanya karena aku memencet putingnya!"

Ketiga Digimon itu tertawa puas melihat Sakuyamon yang sedang dilanda badai orgasme. Gigasmon lalu memegang pinggang Sakuyamon dan menggerakkannya ke atas dan ke bawah.

"Kau tidak menggerakkan pinggangmu dengan benar, biar aku saja yang melakukannya."

Gigasmon menekan ke bawah pinggang Sakuyamon hingga penisnya tertanam seutuhnya di dalam vagina Sakuyamon. Air mata mengalir di pipi Sakuyamon. Rasa sakit dari sebuah penis yang menembus rahimnya membuatnya tidak dapat menahan air mata.

Gigasmon terus menggerakkan pinggang Sakuyamon dengan cepat, membuat cairan vagina Sakuyamon bercipratan kemana-mana.

"Hahaha! Lihat ini, vaginanya sudah sangat basah!" Gigasmon tertawa melihat vagina Sakuyamon yang basah.

"Hmmpphh! HHHMMPPH! HHMMPPHH!" Sakuyamon meronta karena rasa sakit di vaginanya.

"Ooohhh! Telan semua spermaku! Orgghhh!" Etemon memegang kepala Sakuyamon dan mendorong penisnya lebih masuk ke dalam mulutnya, ia mengerang kenikmatan sambil menyemprotkan spermanya ke dalam mulut Sakuyamon.

Mata Sakuyamon terbuka lebar, ia terkejut karena banyaknya jumlah sperma yang dikeluarkan Etemon. Ia tidak mampu menelan semua sperma itu dan tersedak hingga memuntahkannya. Sperma itu juga keluar melalui hidungnya.

"Blleggh! Uhuk! Guhhkk!"

"Hahahaha! Pelan-pelan saja, aku tahu kau menyukai spermaku, tapi kau terlalu lahap memakannya." Kata Etemon yang kini kehabisan tenaga, " Mulut pelacur ini lumayan juga, apakah vaginamu juga seenak mulutmu?"

Mereka bertiga tertawa mendengar kata-kata Etemon, "Kau harus merasakannya, teman. Vagina ini terus menghisap penisku, sepertinya dia tidak ingin aku mengeluarkannya." Kata Gigasmon.

Sakuyamon terus terbatuk sambil mengerang. Rasa sakit yang ada di vaginanya berubah menjadi kenikmatan yang terus menggiringnya ke badai orgasme yang terus melandanya. Tangannya terus mengocok penis Nanimon.

"Oh sial, payudara besar itu terus menggodaku." Kata Nanimon tidak sabaran, "Cepat berbaring di atas Gigasmon."

Tubuh Sakuyamon gemetaran dan rasa nyeri mulai muncul di vaginanya karena hujaman penis Gigasmon yang tidak berhenti dari tadi. Sakuyamon terpaksa berbaring mengikuti perintah Nanimon.

"Unngghh..."

Nanimon lalu menduduki perut Sakuyamon dan menjepitkan penisnya diantara kedua payudaranya. Ia menggenggam kedua payudara itu dengan sekuat tenaga. Hampir sama seperti memeras spons basah. Sakuyamon berteriak kesakitan saat Nanimon menggerakkan penisnya diantara kedua payudaranya.

"Keluarkan lidahmu dan jilatlah penisku! Cepat!" Bentak Nanimon.

Sakuyamon dengan menahan sakit di payudaranya, mencoba mengeluarkan lidahnya. Ujung penis itu bertemu dengan ujung lidahnya. Melihat lidah Sakuyamon sudah menjulur keluar, Nanimon mendorong penis besarnya diantara kedua payudara itu dan memasukkannya ke dalam mulut Sakuyamon.

"Hmmpphh!?" Sakuyamon sekali lagi harus memasukkan penis besar ke dalam mulut kecilnya.

Nanimon menggerakkan pinggulnya ke depan dan ke belakang, membuat penisnya bergesekkan dengan kulit payudara Sakuyamon yang halus, "Ooohhh! Payudara ini luar biasa!" Jepitan erat kedua payudara Sakuyamon membuatnya semakin liar hingga mulut Sakuyamon tak mampu mengimbangi gerakkannya.

"Ooohh! Aku akan keluar!" Gigasmon mempercepat gerakan penisnya di dalam vagina Sakuyamon, "TERIMA INI! OOGGGHHH!"

Dengan sekali dorongan kuat, Gigasmon mengeluarkan spermanya di dalam rahim Sakuyamon.

"AAAHHHNNNN!" Sakuyamon mengalami orgasme yang dahsyat.

Sperma yang dari keluar dari penis Gigasmon terus mengisi rahimnya hingga perutnya terlihat membesar. Setelah satu semprotan terakhir, Gigasmon mengeluarkan penisnya. Spermanya menyembur keluar dari vagina Sakuyamon.

"Ooohhhh... Kau mengeluarkan... terlalu banyak.." Kata Sakuyamon dengan lemah, "NGGHII!"

Etemon dengan cepat memasukkan penisnya ke dalam vagina Sakuyamon yang masih menyemburkan sperma Gigasmon. Ia menggerakkan pinggulnya dengan cepat. Walaupun tidak sebesar penis Gigasmon, gerakkan cepat itu membuat Sakuyamon kelabakan.

"Haaann... Ahhhnn.. Ahhnn... Aku... Belum siap... Ahhh..." Sakuyamon terus mengerang mengikuti gerakan Etemon.

Gigasmon yang baru saja mengalami ejakulasi, mendekati tubuh Sakuyamon dan memaksanya untuk menghisap penisnya.

"Biar aku merasakan mulutmu." Ia menarik rambut Sakuyamon dan memasukkan penis dengan kasar.

Mereka bertiga terus memperkosa Sakuyamon terus menerus selama hampir lima jam penuh tanpa membiarkannya beristirahat. Sakuyamon hanya bisa merasakan sperma terkumpul di dalam mulutnya. Payudaranya terasa begitu nyeri dan perih, terutama di daerah putingnya. Perutnya membesar, ia terlihat seperti sedang hamil. Padahal semua itu hanya sperma yang mengisi perut dan rahimnya.

Vaginanya juga mati rasa. Ia hampir tidak dapat merasakan vaginanya. Ia tidak dapat membayang bagaimana longgarnya lubang vaginanya sekarang. Setiap penis yang masuk ke dalamnya membuatnya ingin merasakan orgasme, bahkan sperma yang menyembur keluar sekarang bisa membuatnya orgasme.

Tubuhnya terasa berat. Ini adalah hal terburuk yang pernah ia alami. Terlentang tak berdaya setelah diperkosa habis-habisan. Dia merasa lebih baik mati daripada mengalami hal ini lagi. Tapi sayang, Ranamon tidak akan membiarkannya mati. Dia sekarang sudah resmi menjadi pemuas nafsu para peserta Turnamen D-1 sepanjang sisa hidupnya.

Pintu Dunia Ranamon terbuka., LadyDevimon berjalan memasuki ruangan dimana Sakuyamon berada, "Bagaimana? Kalian sudah selesai?" Ia bertanya pada tiga Digimon itu.

"Pelacur ini menguras habis sperma kami!" Kata Gigasmon.

"Dia melahap sperma kami seperti makanan kesukaannya."

"Kurasa dia sudah kenyang."

Ketiga Digimon itu tertawa puas.

"Ahahahaha! Bagus bagus! Kalian boleh kembali ke kamar kalian. Aku sudah merekam video kalian dengan pelacur ini dan tiga Digimon lain dengan pelacur yang satunya. Kalian bisa mengambilnya di HoneyBeemon." Kata LadyDevimon.

"Terima kasih Nona LadyDevimon!"

"Kami akan membuat sperma yang banyak dengan video itu! Hahahahaha!"

Ketiga Digimon itu keluar dari ruangan dengan tawa bahagia meninggalkan LadyDevimon dan Sakuyamon.

"Ohhh... Lihatlah dirimu, sayang. Warna dan aroma sperma sangat cocok padamu hahahaha!" LadyDevimon menarik rambut Sakuyamon yang setengah sadar dan menyeretnya ke ruangan dimana Angewomon berada, "Kini kita lihat bagaimana keadaan temanmu."

LadyDevimon membuka pintu ruangan itu. Ia melihat keadaan Angewomon ternyata lebih buruk dari Sakuyamon. Perutnya terlihat lebih besar daripada Sakuyamon. Payudaranya berwarna kemerahan, seperti baru diremas dengan kuat. Vaginanya disumbat oleh kain bekas pakaiannya. Lidahnya menjulur keluar, tatapan matanya kosong dan sperma mengalir keluar dari mulut dan hidungnya.

"AHAHHAHAHHAHAH! KALIAN YANG TERBAIK!" Tawa LadyDevimon pecah melihat keadaan rivalnya, "AKU SUKA! AKU SUKA! AHAHAHAHA!"

Ia mendekati tubuh Angewomon dan menginjakkan kakinya di perut Angewomon yang terisi penuh oleh sperma.

"GUHK! UHK HUEK!" Angewomon memuntahkan sperma dari mulutnya begitu kaki LadyDevimon menginjakkan kakinya.

"Kau sudah hancur! Kau sudah kalah! Inilah hal yang pantas pelacur dapatkan!" LadyDevimon tertawa dengan keras, "Mennagislah! Memohon ampunlah padaku!"

LadyDevimon menginjak-injak perut Angewomon dengan penuh kebencian. Setiap injakkan membuat Angewomon memuntahkan sperma, dari mulut dan dari hidung. Satu injakkan terakhir membuat kain putih yang menyumbat vagina Angewomon terlempar keluar, sperma menyembur ke segala arah.

"HNGGG! HHNNN!" Angewomon mengalami orgasme. Ia mengiringi orgasmenya dengan tangisan akibat rasa sakit di perutnya dan rasa malu karena hinaan dari LadyDevimon.

"Jangan kau buang makananmu!" LadyDevimon mengangkat kakinya dari perut Angewomon dan mengambil kain putih itu lalu memasukkannya kembali ke dalam vagina Angewomon.

Ketiga Digimon yang memperkosa Angewomon tercengang melihat LadyDevimon yang begitu puas melihat keadaan Angewomon. Mereka sampai tidak dapat berkata apa-apa. LadyDevimon akhirnya menyadari keberadaan mereka bertiga.

"KALIAN!"

Ketiga Digimon itu terkejut.

"TERIMA KASIH! KAU MENGHANCURKAN PELACUR INI LEBIH DARI YANG KUHARAPKAN!"

Setelah memberitahu ketiga Digimon itu tentang hadiah rekamannya. LadyDevimon melepaskan tawanya yang mengisi seluruh ruangan.

"Aku tidak menyesal bergabung bersama Ranamon! Dia memberiku kekuatan dan keyakinan kalau balas dendam itu adalah hal yang paling memuaskan di dunia!"

Ia menarik rambut kedua Digimon itu dan membawanya ke tentakel Calmaramon. Tentakel itu seperti biasa mengikat tubuh mereka berdua dan masuk ke dalam vagina mereka. LadyDevimon keluar dari ruangan itu sambil tertawa puas.

"Bagaimana?" Ranamon yang sedang menunggu di luar bertanya pada LadyDevimon.

"Sempurna!" Jawabnya.

"Dua hari lagi kita akan memetik buah keberhasilan kita. Rencana sempurnaku, Turnamen D-1 akan menjadi akhir dari Kazemon." Tawa Ranamon dan LadyDevimon mengisi lorong di depan ruangan itu.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
10. Langkah Pertama!

"Baiklah, kami akan berangkat hari ini." Kata Mervamon.

"Kami pasti sampai ke kota Alpha dalam waktu satu hari. Terima kasih atas kebaikanmu Dokter." Tambah Kazemon.

"Sama-sama. Kalian berhati-hatilah di jalan..." Dokter Mayu terdiam.

"Ada apa, dokter?"

"Ermm... Tidak. Maafkan aku karena tidak mampu membuat obat yang sempurna dan juga sampai saat ini aku tidak tahu apa saja pemicu dari ramuan itu..."

"Tidak usah dipikirkan. Kami bisa mengatasinya sendiri." Kata Kazemon menenangkan hati Dokter Mayu.

"Lagipula, obat ini mampu menahan ramuan itu. Walaupun tidak begitu lama, tapi tetap saja itu berguna." Tambah Mervamon.

"Tapi tetap saja, obat itu tidak sepenuhnya sempurna..."

"Kami bisa mengatasinya, dokter." Mervamon meyakinkan Dokter Mayu.

"Baiklah, kami berangkat. Terima kasih atas semua bantuanmu, dokter." Kata Kazemon sambil membuka pintu.

"Selamat jalan..."

Kazemon dan Mervamon pergi meninggalkan rumah Dokter Mayu. Mereka pergi pada malam hari dan berencana menginap di penginapan di kota. Mereka tidak ingin merepotkan Dokter Mayu.

Sesampainya di kota, Kazemon dan Mervamon segera mencari penignapan yang dekat pintu gerbang kota. Mereka mendapatkan penginapan di dekat tempat pelacuran, tempat di mana Kazemon digodai oleh lelaki sebelumnya.

"Setidaknya ini dekat dengan gerbang dan lebih murah dari yang lainnya." Kata Mervamon

Mereka segera mengambil kunci dari pelayan penginapan yang sekaligus menjadi bartender. Tiap kali mereka berjalan melewati meja, mereka selalu digodai oleh para lelaki mesum yang sedang mabuk di sana.

"Hei, nona. Duduklah bersama kami~"

"Sepertinya kita kedatangan pelacur baru~"

"Benar, pakaian mereka memang seperti pelacur!"

"Heeei~ biarkan aku meremas dadamu~ aku punya banyak uang~"

Salah seorang pria mabuk itu mendekati Mervamon dan meremas kedua payudaranya dari belakang dan menggesekkan penisnya di bongkahan pantat Mervamon. Sambil meremas payudaranya, ia menyelipkan beberapa lembar uang di balik bra Mervamon. Mervamon yang menyadari hal ini langsung memegang tangan pria itu dan membantingnya ke meja terdekat.

"Lepaskan tangan kotormu dariku!"

Meja itu langsung hancur. Semua orang yang ada di tempat itu terdiam melihat kekuatan Mervamon. Setelah memberi pelajaran kepada pria itu, Mervamon dan Kazemon berjalan ke lantai atas dan masuk ke kamar mereka.

"He-hei? Apa kau baik-baik saja?" Tanya bartender ke pria yang baru saja dihajar Mervamon.

"Payudaranya terasa seperti balon~" Semua orang di tempat itu tertawa.

"Hei, apa kalian tidak menyadari sesuatu?" Kata seorang pria lain, "Digimon wanita berambut ungu itu, apa kalian tidak mengenalinya? Dia adalah Digimon yang diperkosa oleh Woodmon dan empat Goblimon itu!"

"Benarkah!? Aku tidak menyadarinya!"

"Tidak salah lagi, itu benar-benar dia!"

"Aku tidak tahu hal apa yang kalian pikirkan teman-teman, tapi kita memiliki kesempatan besar di sini. Kita bisa mendobrak kamar mereka dan menikmati tubuh mereka bersama-sama tanpa harus membayar!" Kata seorang pria yang duduk di meja di sudut ruangan.

"Benar! Mereka hanya berdua, sedangkan kita sepuluh kali lipat dari mereka!"

Semua lelaki di ruangan itu bersorak.

"Kurasa tidak teman-teman..." Kata seorang pria lain dengan lesu.

"Haah? Kenapa begitu?"

"Mereka berdua kelihatan seperti Digimon yang tangguh menurutku. Digimon dengan pedang besar itu kelihatannya sangat kuat, dia mengalahkan salah satu dari kita hanya dengan sekali serangan, itupun tanpa pedangnya."

"Dia benar, aku tidak mau mempertaruhkan nyawaku hanya demi kenikmatan sebentar. Lagipula, aku sudah punya semua kaset video pemerkosaan Digimon kupu-kupu itu."

"Benarkah?!"

"Dari mana kau dapat itu?"

"Kau pasti bercanda!"

Seluruh ruangan mulai ribut mendengar hal itu.

"Aku tidak bercanda! Seorang anak kecil membagikannya pada semua orang di sini siang tadi. Kalau mau, kita ke tempatku sekarang."

"Biar kuhabiskan minumanku dulu!"

"Baiklah! Ikut aku!"

Beberapa orang di ruangan pergi megikuti pria itu. Hanya tersisa lima orang termasuk bartender di ruangan itu. Empat orang lainnya terlalu mabuk untuk menyadari apa yang terjadi di sekitarnya, mereka seperti mempunyai dunia sendiri.

"Sepertinya aku harus menunggu mereka sadar." Kata bartender itu sambil membersihkan mejanya yang hancur karena kejadian tadi, "Padahal aku ingin sekali ikut menontonnya."

Sementara itu di kamar Kazemon dan Mervamon...

"Huh? Sepertinya di bawah sudah tenang." Kata Mervamon.

"Kurasa sebentar lagi bar akan tutup." Balas Kazemon yang baru saja selesai mandi.

"Tapi ini masih jam delapan." Kata Mervamon sambil melihat jam di dinding, "Biarkan saja, yang penting aku bisa tidur tenang sekarang."

Mervamon membaringkan dirinya di tempat tidur sambil menghela nafas. Ia menutup matanya sebentar sampai suara Kazemon membangunkannya.

"Hei Mervamon..."

"Hmmm...?"

"Apa kita akan baik-baik saja ketika bertarung di turnamen itu?" Kata Kazemon sambil memasang bra-nya.

"Apa yang kau takutkan? Kita pasti akan baik-baik saja." Mervamon mencoba menenangkan Kazemon.

"Bagaimana jika Ranamon dan yang lainnya menjadi lawan kita nanti?"

"Apa kau takut melawan dia?"

"Tidak... Bukan seperti itu." Kazemon terdiam dan mengingat kejadian saat Ranamon menghajarnya habis-habisan, bahkan hampir menghancurkan vaginanya dengan akar Woodmon. "Aku merasa kekuatannya seperti berlipat-lipat ganda, bahkan dia dapat mengalahkanku dengan mudah."

"Hei waktu itu dia mendapat bantuan dari Woodmon. Kalau kau melawannya sendiri, aku yakin kau pasti akan menang." Mervamon mencoba menenangkan Kazemon.

Kazemon terdiam sebentar, "Dia juga menahan Izumi..."

"Aku yakin Ranamon tidak akan melukainya. Izumi juga seorang anak yang kuat, dia tidak mungkin menyerah dengan mudah." Mervamon membalikkan tubuhnya dan menutup matanya, "Aku tidur duluan. Selamat malam."

"Ya, selamat malam." Kazemon mematikan lampu kamar itu dan berbaring di tempat tidur.

Dua hari lagi turnamen di mulai. Perjalanan dari tempatnya sekarang ke kota Alpha tidak memakan waktu yang lama. Ia berharap tidak ada kendala apapun di perjalanannya besok. Sambil menutup dirinya dengan selimut, Kazemon menutup matanya dan tertidur dengan pulas.

Beberapa jam kemudian di lantai bawah...

"Hoooi tuan... sudah berapa lama kami tertidur..?" Kata seorang pria yang mabuk itu ke bartender.

"Ah biar kulihat..." Bartender itu memeriksa jamnya, "Kalian datang sekitar jam dua siang, sekarang sudah jam satu... ya begitulah, kalian sudah hampir 12 jam di sini."

"Ughh.. Kepalaku sakit sekali..." Tiga pria mabuk lainnya mulai bangun satu persatu.

"Santai saja, jangan terburu-buru." Kata bartender itu.

"Maaf kami tidur terlalu lama..."

"Lebih baik kalian mabuk dan tertidur di sini daripada membuat onar di luar sana." Bartender itu tertawa, "Minuman kalian juga sudah dibayar, jadi pulihkan diri kalian sebentar."

"Terima kasih banyak... uugghh..."

"Aku mau ke toilet sebentar..." Kata pria dengan kepala botak sambil berjalan sempoyongan.

Pria botak itu masuk ke toilet untuk buang air kecil dan segera kembali ke teman-temannya. Baru saja dia membuka pintu toilet dan berjalan sebentar, ia ditabrak oleh seseorang yang turun dari tangga.

"Agh!" Pria itu terjatuh dan melihat ke orang yang menabraknya, "Kalau jalan lihat-li—"

Ia terdiam melihat Mervamon dengan pakaiannya yang setengah telanjang sedang terbaring di sebelahnya. Sesaat setelah melihat tubuh Mervamon, penisnya langsung berdiri tegak dri balik celananya. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

"Haaahh... Haaah..."

Pria itu dapat mendengar nafas Mervamon yang terengah-engah. Ia baru sadar kalau Mervamon dari tadi sedang meraba-raba payudara dan vaginanya yang masih tertutup pakaian. Penisnya semakin berdiri tegak sampai hampir merobek celananya. Tubuh Mervamon yang hanya terbalut dengan pakaian yang minim ditambah dua payudara yang besar membuat pria itu semakin terangsang.

"He-hei nona.. Kau ti-tidak apa-apa?" Tanya pria botak itu sambill mendekati dengan penis yang mengacung tegak dari balik celananya.

"Haaahh... Haaahh... Puaskan aku... Kumohon..." Kata Mervamon dengan pelan dan diikuti dengan desahan.

"A-aku tidak bisa mendengarmu nona..."

"Haahh... Penis... Aku ingin... haaahh... Penismu sekarang..."

"Pe-penisku?" Pria itu melihat penisnya, "He-hei! Apa yang kau lakukan!?"

Pria itu berteriak ketika Mervamon mendorong tubuhnya hingga jatuh ke tanah. Ia melihat Mervamon yang kini duduk tepat di atas penisnya sedang menggoyangkan pinggulnya dan menggesekkan vaginanya dengan penuh nafsu.

"Ahhh... Yahhh... Nikmat sekali... Aaahhh... Penis ini nikmat sekali..."

Mervamon terus menggoyangkan pinggulnya dan mempercepat gesekkan vaginanya di atas penis pria botak itu. Wajahnya mulai memerah, nafasnya juga sudah terengah-engah karena saat ini dia sudah sangat terangsang. Kedua puting payudaranya juga mulai berdiri dan bentuknya dapat terlihat dari balik bra-nya. Ia mengeluarkan satu payudaranya dan mulai meremas-remasnya.

"Aahhyahh... Ini sangat nikmat... Vaginaku terasa nikmat... Hyyaahh..."

"Agh... Nona... Kau terlalu cepat... Aku akan keluar jika seperti ini terus... Aghh.. Ughhh..." Pria botak itu mengerang dengan nikmat dan masih merasa terkejut dengan perlakuan Mervamon terhadap dirinya.

"Hyaaahh... Keluarkan semua... Ahhhh... Nikmat sekali... Mmppffhh... Sluurrp... Mmppfffhhh..." Mervamon mulai menghisap payudaranya sendiri.

"Oooohhh... Menyusui dirimu sendiri... Oogghh... Itu membuatku... Gooohh... Keluaaarr! Aaahhhhgghhh..." Pria botak itu menyemprotkan spermanya dari balik celananya.

"Aku juga! Aaaaahhhhhhaaahhhhnnnnn!" Secara bersamaan Mervamon mengalami orgasme juga menyemburkan cairan vaginanya yang keluar menembus celana pendeknya dan menyirami wajah pria botak itu .

Tubuh Mervamon langsung ambruk dan menindih pria botak itu. Dengan wajah yang menggoda dan masih terangsang, ia menjilati leher pria itu dan meminum cairan vaginanya sendiri.

"Sluurrppp... Mmmnncchhh... Ahhhnnn..."

Mervamon memainkan lidahnya di leher pria itu sambil menjilati cairan vaginanya sendiri. Setelah meminum habis semua cairan vaginanya, tanpa ragu ia melumat bibir pria itu sambil beradu lidah dengannya.

"Mmppffhh... Muncchhh... Sluuurpp... Mmmppfffhhh..."

Mervamon seolah melupakan hal yang ada di sekitarnya, ia hanya ingin memuaskan nafsu seksnya pada pria itu. Ia terus memainkan lidahnya di dalam mulut pria itu. Pria botak itu juga, tanpa ragu-ragu mulai memainkan payudara Mervamon yang sudah menyembul keluar pakaiannya.

Di sisi lain, teman-teman dari pria botak itu dan bartender merasa terganggu dengan suara berisik di dekat tangga. Mereka mendatangi tempat itu dan terkejut melihat temannya sedang memainkan lidah dengan seorang wanita.

"A-apa yang sedang terjadi di sini?" Kata bartender itu.

Terkejut dengan suara itu, Mervamon dengan terpaksa melepaskan ciumannya dan melirik ke arah bartender dan ketiga pria lainnya dengan nakal.

"Aahhh~ kita kedatangan empat tamu lagi~" Kata Mervamon sambil merangkak mendekati keempat pria itu dan berlutut tepat di hadapan bartender. Ia membuka seluruh pakaian yang menutup payudaranya dan menggoyang-goyangkannya dengan tangannya.

"Kau tidak ingin membuat payudaraku kesepian bukan?" Ia meremas kedua payudaranya sambil memberikan tatapan nakal dan menggoda ke arah bartender itu, "Ahhhnn~ cepat mainkan mereka~"

Bartender itu menelan ludah. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia melirik ke arah pria botak yang sedang terbaring di lantai. Pria botak itu menaikkan tangannya dan mengacungkan jempolnya sambil tersenyum mengisyaratkan kalau dia benar-benar menikmati pekayanan Mervamon.

"Baiklah!"

Bartender itu memeluk Mervamon dan mendorongnya hingga jatuh. Ia menindih tubuh Mervamon dan membenamkan kepalanya di payudara besar Mervamon. Sambil menggerakkan kepalanya, bartender itu juga menjilati payudara Mervamon dengan rakus.

"Slluurrpp... Slluurrppp..."

"Haaaahh... Ahhhhnn... Aahhnnn..."

Ia menjilat seluruh tempat di payudara Mervamon tanpa melewati satu titik pun. Mervamon mengerang liar karena merasakan kenikmatan dari jilatan bartender itu. Ia bahkan memegangi kepala bartender itu agar tidak menghentikan jilatannya.

"Oooohhh! Terus... jangan berhenti... Ooonnnnhhhh~"

Salah satu dari pria itu sudah tidak dapat menahan nafsunya karena mendengar erangan erotis Mervamon, langsung memegangi kedua kaki Mervamon dan membukanya lebar-lebar. Ia menusukkan dua jarinya ke dalam vagina Mervamon yang masih tertutup celana pendeknya.

"Mmmhhhhaahhahhhhhh~ Hyaaaahhhhnnn~" Mervamon semakin mengerang kenikmatan ketika dua jari itu bergerak di dalam vaginanya. Orgasme kembali melandanya, cairan vaginanya juga kembali menyembur keluar melalui kedua jari pria itu dan menembus celana pendeknya.

"Kau sudah tidak butuh ini lagi." Pria itu mengeluarkan jarinya dari vagina Mervamon dan menarik celana pendeknya, "Waaah~ jadi selama ini kau tidak memakai celana dalam? Kau sebaiknya menjadi pelacur saja hahahahaha!."

Pria itu tertawa sambil diikuti oleh teman-temannya. Ia lalu mengelus-elus vagina Mervamon yang bersih tanpa ada sehelai rambut pun.

"Hmmmm~ Kau sudah sangat basah, apa kau benar-benar ingin merasakan penisku?" Pria itu mulai menciumi bibir vagina Mervamon dan tidak ketinggalan menjilati cairan vaginanya.

"Yaaahhh~ Iyaaaaahh~ Ahhhnnnn~ Cepat masukkan penismu... Hnnnnggg..."

"Kau terlalu sering mendesah, pelacur." Seorang pria mendekatkan penisnya ke mulut Mervamon,"Dan itu membuatku sangat ingin menikmati mulutmu,"

Ia memegangi kepala Mervamon dan mengarahkan penisnya ke dalam mulutnya. Tanpa perlawanan, Mervamon melahap seluruh batang penis itu. Itu menghisap penis itu dengan senang hati, sama seperti anak kecil ketika diberi permen.

"Mmnncchhh... Sluuurrppp... Mhhnnchhh..."

Penis besar itu memenuhi seluruh mulut Mervamon. Ia memainkan lidahnya dengan liar di ujung penis itu. Suara air liur yang menggesek di penis itu terdengar sangat jelas.

"Ooohhhh... Oggghhh... Hooohh... Ini nikmat sekali..." Pria itu mulai mengerang kenikmati karena pelayanan Mervamon.

"He-hei biarkan aku menghisap payudaranya." Pria terakhir yang sedari tadi hanya melihat teman-temannya menikmati tubuh Mervamon kini mulai berbicara.

"Oh? Kukira kau tidak mau payudara milik pelacur ini hahahahahaha..." Bartender itu mengangkat kepalanya dari payudara Mervamon dan mulai menuntun tangan Mervamon ke penisnya, "Sebaiknya kau memuaskanku dengan tanganmu."

Mervamon menuruti perintah bartender itu dan mulai mengocok penisnya. Pria terakhir tadi kini mulai menaiki tubuh Mervamon dan menduduki perutnya. Ia menyelipkan penisnya di antara kedua payudara Mervamon. Ia menekan kedua payudara itu hingga menjepit penisnya. Dengan perlahan, ia menggerakkan pinggangnya ke depan dan ke belakang, membuat penis itu bergerak di sela-sela payudara Mervamon.

"Oooohhhhhh! Ini terasa seperti vagina!"

Penisnya kini mulai terbenam di antara kedua payudara Mervamon. Hanya ujung dari penis itu yang terlihat ketika ia mendorongnya. Sambil mempercepat gerakkannya, pria itu memainkan puting Mervamon dengan jempolnya. Ia menggerakan jempolnya dan memencet-mencet puting Mervamon seirama dengan gerakkan penisnya.

Pria botak tadi juga tidak mau kalah dengan teman-temannya. Ia mendekati Mervamon dan memintanya untuk mengocok penisnya. Mervamon mengerti keinginan pria botak itu. Kini tubuh Mervamon sedang bekerja sangat keras. Satu penis di mulut, satu lagi di payudaranya, dan dua di tangannya. Ia sudah terlihat seperti pelacur murahan, hanya saja ia tidak dibayar dan itu membuatnya terlihat lebih rendah dari pelacur. Ia terlihat seperti tempat pelampiasan nafsu kelima pria itu.

Namun, Mervamon tidak peduli akan hal itu. Yang dia inginkan hanya menghilangkan efek dari ramuan yang saat ini sedang aktif di tubuhnya. Walaupun ia terlihat murahan, tetap saja hal ini sangat dibutuhkannya. Lagipula, ia juga merasakan kenikmatan yang sama dengan kelima pria itu.

"Hei pelacur~ kau tidak lupa dengan vaginamu kan~?"

Pria yang dari tadi menjilati vaginanya mulai berbicara. Ia mengangkat kepalanya dan memencet klitoris Mervamon.

"AAAHHHHHNNNN~!" Mervamon mengeluarkan penis yang dihisapnya dari mulutnya dan mendesah kenikmatan karena orgasme mendadak yang dialaminya, "Kenapa tiba-tiba~? Ahhhnn..."

"Serangan kejutan memang nikmat kan?" Pria itu tertawa dan mulai mengarahkan penisnya ke vagina Mervamon. Ia menggesek-gesekan penisnya di sana, "Baiklah, ini dia~"

"HYYAA!"

BUKH!

Sebuah tendangan keras menghantam kepala pria yang ingin memasukan penisnya ke dalam vagina Mervamon. Ie terlempar ke salah satu meja di bar dan menghancurkannya. Keempat temannya terkejut melihat hal itu. Mereka semua ketakutan melihat Kazemon sedang berdiri di hadapan mereka.

"Apa yang kalian lakukan pada Mervamon!?" Kazemon berteriak sambil menarik baju pria yang duduk di atas perut Mervamon.

"Ka-kami bisa menjelas—" Kata pria itu dengan ketakutan.

Belum selesai pria itu berbicara, Kazemon melemparkannya ke arah meja yang hancur tadi. Pria itu menindih tubuh temannya yang sudah terlebih dahulu berada di sana.

"GAKH!"

Ketiga pria yang tersisa itu berusaha kabur dari amarah Kazemon. Namun sial bagi bartender, dialah yang paling dekat dengan Kazemon. Dengan mudah Kazemon menangkapnya dan mengarahkan tinjunya ke arah bartender itu.

"Hentikan, Kazemon..."

Tangan Kazemon berhenti tepat di depan wajah bartender. Ia melihat Mervamon sedang memegangi kakinya dan memandanginya dengan bingung. Kedua pria yang berlari itu terdiam di tempat mereka begitu mendengar suara Mervamon.

"Me-Mervamon?" Tanya Kazemon bingung.

"Je-jelaskan padanya." Kata bartender itu memohon.

"Aku yang menginginkannya..." Kata Mervamon pelan.

"A-apa... maksudmu..?"

"Aku menginginkan penis sekarang juga!" Mervamon melebarkan kedua kakinya dan membuka bibir vaginanya dengan jarinya, "Perkosa aku! Masukan penis kali ke dalam vagina murahanku ini!"

"Ramuan itu aktif lagi!" Kazemon menjatuhkan bartender itu dan mengambil obat yang tersimpan di balik bra-nya, "Cepat minum ini Mervamon!"

Ia memberikan obat itu pada Mervamon.

"Tidak!" Dengan cepat, Mervamon menepis tangan Kazemon dan menjatuhkan obatnya, "Aku hanya ingin penis sekaraaaahhnnn~"

"Tidak mungkin..."

Kazemon terdiam melihat keadaan Mervamon. Ketiga pria yang tersisa itu memanfaatkan kebingungan Kazemon. Mereka mengambil kayu dari meja yang rusak itu dan memukul Kazemon dengan sekuat tenaga.

"KYAH!"

Kayu itu menghantam punggung Kazemon dengan keras. Ketiga pria itu terus memukulinya beberapa kali dan membalikkan tubuhnya. Mereka mengangkat kayu itu tinggi-tinggi dan menghajar perut Kazemon secara bersamaan.

"OOFF!"

Kazemon memegangi perutnya dan menekuk tubuhnya. Semua udara seperti keluar dari mulutunya. Ketiga pria itu mendekati tubuh Kazemon. Dua dari ketiga pria itu memegangi tangan dan kakinya.

"Sudah tidak sekuat tadi kan, pelacur?" Bartender itu menduduki perut Kazemon dan menampar wajahnya, "Kau kira cuma kau saja yang bisa menyerang dari belakang?" Ia meremas kedua payudara Kazemon dengan kedua tangannya.

"Cepat perkosa aku!"

Bartender yang sedang menikmati payudara Kazemon, terkejut mendengar suara Mervamon. Ia melihat ke arah suara itu dan melihat Mervamon melompat ke arahnya. Ia terjatuh dari tubuh Kazemon dan Mervamon segera menindih tubuhnya.

Kazemon merasakan cengkraman di kedua tangan dan kakinya mulai melemah. Ia melepaskan diri dari dua pria itu dan melihat Mervamon sedang menciumi bartender itu dengan liar. Ia terdiam, begitu juga dengan kedua pria lainnya.

"Mervamon..." Kata Kazemon pelan.

Kazemon melihat kalau bartender itu dalam keadaan setengah sadar, sepertinya ia terkejut saat Mervamon melompat ke arahnya. Walaupun seperti itu, ia melihat kalau penis bartender itu masih berdiri tegak. Kazemon berusaha memalingkan wajahnya agar tidak melihat penis bartender itu.

"Dalam keadaan seperti itu dia masih tetap berdiri tegak. Menjijikan."

Mervamon yang menyadari keadaan penis bartender itu segera melepas celana pendeknya. Ia segera duduk di atas selangkangan bartender itu lalu memegangi penisnya dan mengarahkannya ke bibir vaginanya. Dengan sekali dorongan, penis itu masuk seluruhnya ke dalam vagina Mervamon.

"Ooohhhhhhh~ Penismu nikmat sekali~ Aaahhhhhnnnn~" Mervamon mendesah keenakan begitu ia menggerakkan tubuhnya ke atas dan ke bawah, "Ohh... Ohhh... Ahhnn... Ahhnn.."

Penis dan vagina mereka membuat suara begitu bersentuhan. Suara yang muncul karena vagina Mervamon yang terus menyemburkan cairannya membasahi daerah selangkangan bartender itu. Mervamon terus menggerakkan tubuhnya dan merasakan orgasme.

"Aaaahhhhhaaaahhhhnnnn~~"

Mervamon terus menggerakkan tubuhnya walaupun sedang orgasme, ia seakan tak mau berhenti sampai nafsunya terpuaskan. Cairan vaginanya menyembur semakin deras sampai mengenai wajah bartender yang sudah hampir tak sadarkan diri itu.

"Cepat keluarkan spermamu ke dalam vaginaku ahhhhnnnnn~"

Mervamon berhenti menggerakkan tubuhnya dan mendorong vaginanya ke bawah agar penis itu dapat masuk semuanya. Ia menggoyangkan pinggulnya dan membuat penis yang diselimuti oleh vaginanya ikut bergerak.

Kazemon melihat kedua pria lainnya dengan tatapan tajam agar mereka tidak ikut campur. Kedua pria itu hanya mampu melihat Mervamon dan bartender saling memuaskan nafsu mereka.

"Jangan sampai kalian berani masturbasi dan mengeluarkan sperma kalian di depanku," Kata Kazemon mengancam kedua pria itu.

Kedua pria itu hanya dapat berdiri ketakutan dengan penis yang mengacung tegak. Tak bisa berbuat apa-apa, mereka berdua segera membalikkan badan berusaha untuk tidak melihat Mervamon dan bartender itu.

"Aahhh~ Aahhhnn~ Ohhhh~ Aku akan keluaaahhhn~" Mervamon mempercepat gerakkannya begitu ia akan mencapai orgasmenya.

Tubuh bartender itu mengejang dan tersentak-sentak sampai akhirnya ia mengeluarkan spermanya di dalam vagina Mervamon. Bersamaan dengan itu, Mervamon juga mencapai orgasmenya dan menyemburkan cairan vaginanya lebih banyak dari yang tadi.

"Nngghhhh... Aahhhhhhhnnnnnnn~"

Cairan vagina dan sperma bercampur jadi satu di dalam vagina Mervamon. Ia ambruk di atas tubuh bartender itu dengan nafas terengah-engah dan tanpa tenaga tersisa sedikitpun. Orgasmenya yang hebat itu menghabiskan seluruh tenaganya hingga membuatnya tak sadarkan diri.

"Syukurlah semua sudah berakhir Mervamon..." Kazemon mendekati tubuh Mervamon dan memisahkannya dari bartender itu. Ia memakaikan Mervamon celana pendeknya dan menggendongnya kembali ke kamar, "Kalian! Cepat bereskan kekacauan ini!"

Kedua pria itu dengan ketakutan melaksanakan perintah Kazemon dan mengangkat tubuh bartender yang tak sadarkan diri itu ke kamarnya. Mereka membersihkan meja yang hancur di bar itu dan memastikan Kazemon kembali ke kamarnya.

"Bos, kelihatannya kita tidak beruntung hari ini." Kata seorang pria itu.

"Tenang saja Eru, aku baru saja mendapatkan ide bagus. Mendekatlah."

Pria yang dipanggil "Bos" itu mengeluarkan bola kristal seukuran genggaman tangan dari kantongnya.

"Aku mendapat benda ini dari HoneyBeemon setelah mereka masuk ke bar, mereka bilang aku bisa menggunakannya untuk Digimon peri itu."

"Apa maksudnya?"

"Entahlah, mereka bilang perlihatkan saja ini padanya dan dia akan menuruti semua keinginan kita."

Keesokan paginya...

"Kau baik-baik saja, Mervamon?" Kazemon bertanya pada Mervamon yang masih terbaring di tempat tidurnya.

"Maaf kau melihatku seperti itu semalam..." Kata Mervamon dengan pelan, "Aku tidak dapat menahannya. Aku tidak dapat menemukan obatku."

"Yaah, aku menemukan obatmu di bawah kolong tempat tidur. Jangan dipikirkan, kau akan baik-baik saja." Kata Kazemon berusaha menenangkan Mervamon sambil memberikan obat itu kepadanya.

"Tubuhku.. terasa lemas.." Kata Mervamon yang berusaha bangun dari tempat tidur.

"Jangan paksakan dirimu," Kata Kazemon sambil membantunya berdiri, "Apa kau masih bisa melanjutkan perjalanan?"

"Tentu saja..."

Kedua Digimon itu keluar dari kamar dan mengembalikan kuncinya.

"Umm... Ke mana pria yang kemarin?" Tanya Kazemon pada seorang wanita yang kini berada di meja bartender.

"Oh, dia sedang tidak enak badan. Aku adiknya." Jawab perempuan itu dengan ramah, "Terima kasih sudah menginap di tempat kami."

Kazemon dan Mervamon berjalan ke arah pintu bar. Namun belum sempat membuka pintu, Kazemon mendengar suara yang memanggilnya. Ia menoleh dan melihat itu adalah kedua pria yang semalam. Ia berusaha mengabaikan kedua pria itu, namun pria itu mendekatinya.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Kazemon dengan ketus.

"Hei hei hei... Tidak perlu seperti itu. Perkenalkan, namaku Bosco, panggil saja aku Bos dan ini adalah Eru. Kami di sini ingin menawarkan sesuatu. Kami tidak bermaksud buruk, benar kan Eru?"

"Benar, benar!"

"Apa yang akan kalian tawarkan?" Kazemon bertanya lagi.

"Kami tahu kalian akan ke Kota Alpha untuk mengikuti Turnamen D-1. Butuh satu hari untuk sampai ke sana, aku benar kan?" Kata Bos.

"Cepat saja ke intinya."

"Baiklah, baiklah~ Satu hari perjalanan itu jika kau berjalan kaki. Tapi bagaimana jika aku bisa membuatnya hanya dalam waktu enam sampai tujuh jam saja?"

"Apa maksudmu?"

"Yaah... maksudnya, aku bisa memberimu tumpangan ke sana." Kata Bos sambil melihat ke arah Mervamon yang terlihat sangat lemas, "Kulihat juga temanmu sangat kelelahan. Kalian bisa menumpang di kereta kudaku sampai di Kota Alpha dan dia bisa beristirahat di sana. Biar kuantar kau melihatnya."

Bos memimpin jalan keluar dari bar dan menuju ke gerbang utama Kota Hospitown. Di sana dia berbicara kepada penjaga gerbang yang sedang menjaga kereta kuda miliknya.

"Ini dia," Kata Bos sambil menunjukkan keretanya. "Kereta ini ditarik oleh empat kuda dan memiliki tiga gerbong di belakang. Gerbong pertama untuk barang-barang kami, gerbong kedua untuk tempat tidur bagi penumpang seperti kalian, dan gerbong ketiga untuk barang dagangan kami. Bagaimana? Apa kau tertarik dengan tumpangan yang kuberikan? Hmm?"

"Baiklah, aku setuju." Kata Kazemon yang diikuti anggukan Mervamon.

"Ah bagus!" Bos memberi isyarat pada Eru untuk mempersiapkan kudanya. "Oh iya aku lupa memberitahu kalian sesuatu, karena kami adalah pedagang, jasa yang kami tawarkan tidak gratis."

"Apa yang kalian inginkan?" Tanya Kazemon.

"Fufufu~ Jadi... Kau ingat kejadian semalam kan? Ya, kau melemparku dan Eru ke meja di bar. Well, saat itu kami sedang menikmati "bagian" kami dan kau menghancurkannya dalam sekejap."

"Lalu? Cepat saja ke intinya!"

"Biarkan kami menikmati tubuhmu sebagai gantinya." Kata Bos sambil menyeringai.

"Ap-apa yang kau bicarakan!?" Kazemon terkejut mendegar ucapan Bos, "Aku tidak mau melakukan hal itu. Lagipula, aku bisa mengambil keretamu dan membawanya sendiri ke Kota Alpha."

"Oh jadi kau ingin mengorbankan tubuh temanmu ya? Bukannya dia terlalu lemah sekarang?" Kata Bos dengan nada yang membuat Kazemon semakin kesal.

"Kau gila! Aku hanya perlu mengambil keretamu secara paksa sekarang! Hyaa!"

Kazemon menyerang Bos dengan tinjunya. Tinggal beberapa centimeter saja tinjunya mengenai wajah Bos, suara keluar dari dalam kantong celana Bos.

"Hentikan itu."

Dengan senyum lebar, Bos mengeluarkan bola kristal dari kantongnya dan menunjukkannya ke Kazemon.

"Kau tidak ingin melihat temanmu kesakitan kan Kazemon?"

"Ra-Ranamon..?"

Kazemon terkejut melihat wajah musuh bebuyutannya muncul di dalam kristal itu. Ditambah lagi, Ranamon tidak sendirian, dia melihat sebuah wajah yang sangat dikenalnya.

"IZUMI!" Kazemon berteriak karena khawatir dengan keadaan temannya, "Kau dengar aku Izumi? Aku akan menyelamatkanmu!"

"Wah.. Wah.. Reuni yang menyedihkan..." Kata Ranamon sambil menjilati wajah Izumi yang terikat dan tak sadarkan diri.

"Jangan kau menyentuhnya, Ranamon! Dia tidak ada hubungannya dengan masalah kita!"

"Oh, aku belum melakukan apapun padanya, well sampai saat ini memang belum. Kau lihat ini?" Ranamon menunjukkan sebuah selang yang terhubung ke dalam alat pernafasan yang terpasang di mulut Izumi, "Ini adalah penyalur untuk gas tidur. Yah, memang hanya gas tidur biasa jika kau menggunakannya sedikit. Tapi bagaimana jika aku ceroboh dan tidak sengaja menaikkan tekanannya? Mmmmhhh~ aku bisa merasakan ketakutanmu di sini, Kazemon."

"Apa yang kau inginkan!?" Suara Kazemon terdengar begitu panik. Ia mengerti pasti ada sesuatu yang tidak beres jika gas itu digunakan berlebihan.

"Mudah saja, kau cukup mengikuti permintaan pedagang itu. Jangan berusaha melawan, aku bisa melihatmu dari kristal itu. Sampai jumpa di turnamen." Dengan tertawa Ranamon menghilang dari bola kristal itu.

"Kau sudah dengar katanya kan? Sekarang naiklah ke kereta." Kata Bos sambil memukul pantat Kazemon begitu ia melewatinya.

"Kyah!"

Dengan tatapan tajam Kazemon melihat ke arah Bos yang sedang tertawa.

"Apa kau akan baik-baik saja Kazemon?" Tanya Mervamon yang mengkhawatirkan Kazemon.

"Aku tidak apa-apa. Kau sebaiknya beristirahat sampai kita tiba di Kota Alpha."

Kazemon berpisah dengan Mervamon yang menempati gerbong kedua.

"Kau bisa istirahat di sini." Kata Eru yang mengantar Mervamon ke gerbongnya. "Memang tidak mewah, tapi setidaknya nyaman. Kalau ada perlu, kau tinggal menarik tali ini. Ini sudah terhubung dengan lonceng kecil di depan."

Tidak ada yang aneh di gerbong kedua. Hanya ada beberapa matras dan bantal. Eru meninggalkan Mervamon sendirian di sana. Ia langsung tertidur pulas karena rasa lelah masih menghinggapi seluruh tubuhnya.

"Baiklah, kau bisa menaiki gerbong utama." Kata Bos sambil berusaha membantu Kazemon menaiki gerbong.

"Aku bisa sendiri." Kazemon menolak bantuan Bos.

"Sesukamu saja. Baiklah Eru, jalankan keretanya!" Bos menaiki gerbong utama bersama Kazemon dan memberi perintah pada Eru untuk menjalankan keretanya.

Kereta kuda itu berjalan dengan mulus di jalan setapak dari gerbang utama Kota Hospitown. Di dalam gerbong utama, Bos dengan senyuman lebar bersiap menikmati bayarannya.

"Jadi... Bisa kita mulai sekarang? Hehehe..."

Bos mendekati Kazemon dan meraba kedua payudaranya, "Ohohoho... Ini terasa besar dan kenyal. Tanganku saja tidak mampu memegang semuanya."

Ia terus memainkan kedua payudara Kazemon dengan tangannya. Dengan dorongan yang cepat, tubuh Kazemon terdorong ke belakang hingga menyentuh dinding kereta. Kazemon mengeluarkan sedikit desahan ketika tubuhnya bersentuhan dengan dinding itu.

"Apa ini? Kau mengeluarkan suara nakalmu? Apa kau sudah terangsang hanya karena ini?" Kata Bos sambil mempercepat gerakan tangannya.

"Kuh... Ahhhhnn.. Cepat selesaikan... Nhhahhnn... Urusanmu..."

"Kau sangat tidak sabaran ya~"

Terlihat jelas kalau Kazemon menikmati permainan tangan Bos. Tubuhnya menikmati setiap gerakan tangannya. Putingnya sudah mengeras hingga terlihat jelas dari balik bra-nya. Bos lalu menurunkan bra yang menutupi payudara Kazemon. Kedua payudara itu menyembul keluar dan memperlihatkan putingnya.

"Wah... Wah... Apa ini? Putingmu sudah sekeras ini." Kata Bos sambil terus memainkan dua "bola" besar Kazemon, "Katakan padaku, kau ingin mengikuti turnamen atau menjadi pelacur?"

"Ahhh... Aku ing— mmppffh!?"

"Biar kutebak," Dengan cepat Bos menutup mulut Kazemon dengan tangan kirinya.

"Kau ingin menjadi pelacur kan?"

Dengan satu jepitan keras dari Bos di putingnya, Kazemon membelalakan matanya dan mengerang seiring dengan orgasmenya yang dahsyat.

"Ahh... A... Aa... Aahhhnn..."

Ia menyemprotkan cairan vagina yang menembus celana dalamnya dan mengenai kaki Bos.

"Oh astaga, aku tidak tahu kalau kau bisa mengeluarkan sebanyak ini. Kurasa aku akan menikmati waktuku bersamamu."

Bos membuka seluruh pakaiannya dan membaringkan tubuh Kazemon di atas matras yang sudah disiapkan oleh Eru sebelum berangkat tadi. Terlihat sebuah penis besar dan panjang mengacung tegak di hadapan Kazemon. Ia melepas celana Kazemon dan segera menggesekkan-gesekkan penisnya di bibir vagina Kazemon yang tidak terdapat satu helai rambut pun.

"Kuh... Ahhhnn... Cepat masukkkan saja... Ahhhnn..." Kata Kazemon di tengah desagannya karena setiap kali penis Bos menyentuh bibir vaginanya, ia merasa akan orgasme lagi.

"Tidak, tidak, tidak. Aku yang berkuasa atas tubuhmu sekarang. Jadi biarkan aku menikmatinya."

Bos menindih tubuh Kazemon dan memainkan payudara kirinya dengan tangannya. Ia juga menghisap puting payudara kanan Kazemon sekuat tenaga. Ia relihat seperti seorang bayi yang sedang berusaha mengeluarkan air susu dari payudara ibunya.

"Oohhhh... Tidak... Jangan hisap... Oooohh... Seperti itu..."

Mendengar kata-kata itu, Bos semakin kuat menghisap puting Kazemon. Setiap hisapan yang dilakukannya membuat Kazemon mengerang semakin keras. Ini terasa sangat sakit karena Bos memaksa air susu itu untuk keluar. Namun rasa sakit itu berubah menjadi sebuah rangsangan kenikmatan di payudara dan vaginanya.

"Ooohh... Haaaahhh...Aaahhhnn... Sesuatu akan keluar..."

Semakin cepat Bos menghisapnya, semakin cepat juga air susunya akan mengalir keluar. Tidak, lebih tepatnya air susunya akan menyemprot keluar.

"OOOOHHHH! AAHAHAHHNNN! AKU KELUAR! MMHHAAAAHHHNNN!"

Kazemon menekuk badannya ke atas, vaginanya menyemprotkan cairan ke mana-mana. Air susunya mengalir masuk ke dalam mulut Bos. Tidak hanya itu, tangan Bos yang dari tadi memainkan payudaranya, kini mulai memerah air susunya.

Bos terus meneguk air susu Kazemon tanpa menghiraukan kata-katanya. Ia menikmati setiap tetesan yang mengalir ke tenggorokannya. Setelah puas meneguk air susu di payudara kanan Kazemon, ia pindah ke payudara kiri Kazemon yang sedari tadi ia perah seperti seekor sapi.

"Gluk.. Gluk... Gluk...Ahhh... Nikmat sekali..."

"Ahhnnn... Hentikan... Jangan diperah lagi..."

"Bagaimana aku bisa berhenti kalau air susumu saja masih mengalir keluar seperti ini?" Bos memerah payudara Kazemon dengan sekuat tenaga hingga air susunya keluar semakin banyak.

"Aaahhhhnnnn... Aaahhhh..." Kazemon terus mengerang sampai air susu berhenti mengalir dari payudaranya.

Setelah puas meminum air susu dari kedua payudara Kazemon. Bos berdiri dan berjalan ke arah selangkangan Kazemon. Ia membuka kaki Kazemon lebar-lebar dan melihat bibir vaginanya yang sudah basah kuyup.

"Hohoho... Tidak kusangka kau sudah sebasah ini hanya dengan memerah susumu saja. Eru pasti sangat senang menikmati tubuhmu. Kuharap kau masih punya jatah susu untuknya hahahahaha."

Bos menempelkan kepala penisnya tepat di bibir vagina Kazemon. Ia menggerakannya ke atas dan ke bawah. Ia seakan menggoda vagina Kazemon dengan penisnya.

"Ahhh... Haahh...Cepat masukkan saja! Ahh.. Ahhnnn..."

"Hohoho... Kau memang tidak sabar menikmati penisku ya?"

"Ahhh... Aku.. Ti-tidak ingin melihat wajah jelekmu lagi...Aahhhnnn..."

"Oh, kasar sekali. Tega sekali kau menyakiti perasaan orang jelek ini. Baiklah kalau kau memang sudah tidak sabar lagi. Rasakan ini!"

Bos mendorong penisnya yang memiliki panjang sekitar 24 cm itu ke dalam vagina Kazemon dengan tiba-tiba.

"Oooooohhh!"

Kazemon mengerang. Matanya terbelalak begitu penis besar itu masuk seluruhnya ke dalam vaginanya yang masih sempit dan kembali perawan itu. Rasa perih di vaginanya seakan tergantikan oleh kenikmatan ketika Bos memompa penisnya keluar masuk dengan cepat.

"Hohohoho! Kau masih perawan! Dengan tubuh dan pakaian seperti pelacur ini, tidak kusangka ternyata kau masih perawan."

"Ahhhn! Ahhnn! Ahhhhnn... Pelan... Pelan... Kau menyakitiku... Hyaahhhnn! Ahhhn!"

Bos terus mendorong penisnya keluar masuk vagina Kazemon. Ia tidak menghiraukan darah yang mengalir dan erangan kesakitan Kazemon. Tidak puas dengan vagina Kazemon, Bos kembali memainkan kedua payudara Kazemon dengan tangannya.

"Aahhh...Ahh... Ahhhh... Haaahh..."

"Hohoho... Kau sudah mulai menikmatinya ya? Jangan keluarkan desahan erotismu, kau membuatku ingin cepat keluar."

Bos mencium bibir Kazemon. Ia memainkan lidahnya di dalam mulut Kazemon. Bahkan, Kazemon pun tak mampu mengimbangi ciuman Bos. Tubuhnya pun seakan dikendalikan oleh Bos. Rangsangan demi rangsangan terus menerpa tubuhnya. Ia pun menyerah dan membiarkan Bos menguasai seluruh tubuhnya.

"Mmmhh... Mcnnhh..."

Suara air liur mereka saling beradu. Cipratan-cipratan kecil air susu muncul dari kedua puting Kazemon yang kini dipencet-pencet oleh Bos. Darah yang mengalir di vaginanya kini meliputi batang penis Bos. Kenikmatan dari setiap tusukan penis Bos membuatnya melupakan kalau dia sekarang sedang diperkosa. Kazemon harus mengakui kalau dia menikmati pemerkosaan ini.

"Ohohoho... Apa ini? Kau sudah menikmatinya? Kau suka penisku kan? Iya kan?"

"Ahhh... Tidak... Jangan bodoh... Ahhnn... Penismu bukan apa-apa... Ahhhnn..."

"Masih tidak jujur? Hohoho... Coba katakan bagaimana rasanya ini."

Bos memencet klitoris Kazemon.

"HYAAAAHHNN! AHHN! AHHN! AAHHHHHHH!"

Kazemon mengalami orgasme yang dahsyat. Cairan cintanya mengalir keluar melalui sela-sela penis Bos yang tertanam di dalam vaginanya. Walaupun tidak semua mengalir keluar, tapi cairan itu sudah sangat banyak bahkan sampai membasahi lantai kayu di gerbong itu.

"Hohoho... Aku bisa merasakan cairan kotormu mengalir melewati penisku. Kau memang maniak penis! Ahahahahaha!"

Sambil berkata seperti itu, Bos terus melanjutkan permainan jarinya di klitoris Kazemon. Ia juga memompa penisnya lebih cepat dari yang tadi. Tidak lupa, ia juga masih memainkan payudara besar Kazemon.

"Aahhh... Kuhhh... Ahhh... Haaahh..."

Setiap desahan dan erangan Kazemon membuat Bos semakin terangsang. Gerakannya semakin cepat, bahkan ia kini sampai mengangkat tubuh bagian bawah Kazemon dengan kedua tangannya. Payudara Kazemon bergerak ke atas dan ke bawah dengan cepat mengikuti gerakan penis Bos yang menghujam vaginanya.

"Guhh... Ohh... Ini dia... Aku akan mengeluarkan... Ohh... Spermaku..."

"Aahhh... Ahhhnn... Hyaahh... Aahhaahh..."

Suara erangan kenikmatan keduanya mengisi seluruh gerbong itu. Kazemon terus mengeluarkan suara-suara erotis seakan dia tidak menyadari kalau sekarang dia sedang diperkosa. Rasa malu dan perlawanannya tadi seakan hilang bersama kenikmatan di liang vaginanya. Semua yang ada pikirannya kini hanyalah cara untuk memuaskan nafsunya.

"Ahh.. Ahh.. Ahh.. Ahn.. Gyah.. Ahh.. Ahn.. Ohh.. Ohh.."

Desahan-desahan pendek keluar dari mulutnya karena gerakan Bos yang semakin liar. Penis itu menghujam vaginanya tanpa membiarkannya istirahat. Seakan-akan Bos ingin menghancurkan vaginanya dengan kenikmatan dari penisnya. Kazemon yang tidak dapat mengendalikan tubuhnya, hanya bisa mengerang dan mendesah. Ia hanya merasakan kenikmatan setiap penis itu menyentuh dinding rahimnya.

"Aahh.. Ahhh... Ooohh... Hyaahh... Uhhh... Aahh..."

Kazemon merasa sesuatu akan keluar dari vaginanya. Ia sudah tahu apa yang akan terjadi. Semakin ia tidak mencoba menahan orgasmenya, rasa nyeri yang menjalar di liang vaginanya membuatnya ingin segera orgasme. Kini vaginanya berkedut-kedut. Ia merasakan banyak cairan mengalir dari dalam lubang kenikmatannya.

"Ohhh! Aku keluar! Aaahhhhhhnnn!"

Kazemon menekuk tubuhnya ke atas sambil mengeluarkan erangan erotis karena orgasmenya. Vaginanya yang berkedut-kedut kini menyemburkan cairan vagina yang sangat banyak. Penis Bos yang menggesek dinding vaginanya seakan membawanya untuk mencapai orgasme selanjutnya. Cairan vaginanya yang menyembur keluar itu bercipratan kemana-mana setiap Bos memasukkan penisnya.

"Ohhh... Ohhh... Rasakan ini... Ohhh... Terima spermaku ini... Ooooohhhhhh..."

"Hyaaaaaaaaaaaaahhhhhnnnnn!"

Bos dan Kazemon mengerang bersamaan begitu kenikmatan yang mereka rasakan mencapai puncaknya. Cairan sperma hangat mengalir di dalam vagina basah Kazemon. Bos mengeluarkan seluruh spermanya hingga tetes terakhir, bahkan serma itu mulai mengalir keluar bersama cairan vagina Kazemon.

"Ohhhh... Itu yang terakhir..."

Bos menarik penisnya keluar dari vagina Kazemon.

"Ahhhhnnnn... Haah... Haahh.. Haah... Sudah cukup..."

Kazemon yang kelelahan segera mengistirahatkan tubuhnya. Ia berbaring di hadapan Bos dengan kedua kaki yang terbuka lebar dan mengeluarkan sisa-sisa sperma yang terkumpul di dalam vaginanya. Air susunya masih mengalir keluar walaupun hanya sedikit.

"Ohhh.. Sial... Melihatmu seperti ini membuatku bersemangat lagi..."

Kazemon dengan terkejut melihat penis Bos yang mulai berdiri tegak. Dengan ketakutan Kazemon menjauh dari Bos.

"Tidak... Kumohon jangan lagi... Apa kau tidak puas dengan yang tadi? Kumohon... Aku belum memuaskan temanmu..."

"Heh! Siapa yang peduli denganmu? Kemarilah dan puaskan aku sekali lagi!"

Bos menangkap kaki Kazemon. Ia membalikkan tubuh Kazemon dan membuatnya menungging di hadapannya.

"Sekarang kita coba doggy style hahahahaha!"

"Tidak! Hentikan! Jangan... Tidaaakk! Aaaahhhnnn!"

Bos kembali menghujamkan penisnya di lubang kenikmatan Kazemon. Namun, untuk saat ini lubang itu tidak menghasilkan kenikmatan bagi Kazemon. Ia merasakan perih karena gerakan Bos yang kasar seakan ingin menghancurkan vaginanya dengan penisnya.

"Tidaaak! Hyaahhn! Sakit! Ahhhhnn! Ahhhhn! Ahhhnn! Berhenti! Kyaahh!"

"Ohhh! Ohhh! Kali ini aku akan... Ugh... Cepat menyelesaikannya!"

Dengan gerakkan yang cepat itu, Bos tidak mampu menahan klimaksnya. Ia mengeluarkan erangan kenikmatan bersamaan dengan menyemburnya sperma dari penisnya. Kazemon juga mengeluarkan desahan lemah begitu cairan kental dan hangat itu mengalir di dalam vaginanya. Vaginanya terasa penuh dengan cairan hangat itu.

"Ooohhh... Kali ini benar-benar yang terakhir..."

Setelah menyemprotkan tetesan terakhir spermanya, Bos menarik keluar penisnya dan melepaskan tubuh Kazemon.

"Ohhhnnn... Ahhh... Ahhh... Haaahh.. Aku hancur... Haahh..."

Kazemon tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Semua tenaganya terkuras habis hanya untuk memberikan kenikmatan pada pria bejat yang baru saja dia kenal, tidak, dia bahkan tidak kenal sama sekali dengan pria itu.

"Fiuh~ Senang sekali rasanya bisa menikmati tubuhmu dengan gratis." Bos mulai memakai pakaiannya. "Kusarankan kau bersiap-siap, sebentar lagi Eru akan menggantikanku."

Bos berjalan ke arah pintu gerbong.

"Oh, lihat ini." Bos memungut celana dalam Kazemon yang dia lepaskan tadi dan mulai menciuminya, "Ohhhh~ Baunya nikmat sekali. Kau memiliki celana dalam yang imut untuk Digimon. Aku penasaran, bagaimana kau bisa bertarung setengah telanjang seperti itu?"

Bos terdiam sebentar, "Yah, aku juga tidak peduli. Dengan tubuh indah dan dibalut pakaian seperti itu tidak heran setiap orang yang berhadapan denganmu akan berusaha mati-matian untuk mencicipi vaginamu. Beruntung aku mendapatkannya dengan gratis hahahahahaha!"

Dengan tertawa, Bos melempar celana dalam Kazemon ke lantai dan pergi ke luar gerbong.

Kazemon yang sedang terbaring lemah berusaha menahan rasa malu karena hinaan yang diberikan Bos padanya. Ia memberikan tatapan kosong karena pemerkosaan yang terjadi padanya barusan. Nafasnya terengah-engah, air matanya sedikit demi sedikit mengalir keluar. Ia merasa tidak sanggup lagi jika harus melayani satu orang lagi. Tenaganya sudah terkuras habis karena permainan kasar dar Bos.

Tidak berapa lama setelah Bos keluar, pintu gerbong itu terbuka. Terlihat bayangan pria kurus memasuki gerbong itu dan mendekati Kazemon.

"Uhhh..." Kazemon melihat Eru dengan lemah, "Tidak... Jangan lagi..."

Melihat Kazemon yang tidak bisa melakukan perlawanan, Eru segera membuka pakaiannya dan mendekap tubuh Kazemon dengan nafsu. Ia menikmati tubuh Kazemon sepuasnya di dalam gerbong itu.

Beberapa jam kemudian di depan gerbang utama Kota Alpha...

"Cepat beritahu kedua Digimon itu kalau kita sudah sampai, aku akan pergi ke pos penjaga gerbang untuk melaporkan kedatangan kita." Kata Bos menyuruh Eru.

"Baik."

Eru membuka pintu gerbong kedua di mana Kazemon dan Mervamon sedang beristirahat. Ia melihat sepertinya tenaga Kazemon sudah kembali seperti semula. Hanya saja kelihatannya dia masih trauma karena harus diperkosa bergantian oleh dua orang yang bahkan ia saja sudah hampir lupa wajahnya.

Eru mengalihkan pandangannya pada Mervamon yang duduk di samping Kazemon dan kini sedang menatapnya dengan tatapan tajam. Ia dengan cepat mengalihkan matanya dari Mervamon.

"Ki-kita sudah sampai di Kota Alpha." Katanya dengan gugup, "Kalian bisa turun sekarang."

Kazemon dan Mervamon segera turun dari kereta kuda itu.

"Harus kuakui, kalian mengantar kami lebih cepat dari yang kubayangkan." Kata Mervamon, "Tapi tetap saja, hal yang kalian lakukan pada Kazemon tidak akan kumaafkan!"

Mervamon memukul wajah Eru sekuat tenaga hingga membuatnya terpental.

"AKH!"

Eru tersungkur di tanah dengan hidung yang patah. Darah mulau mengalir dari luka patahan itu.

"Hei! Apa yang terjadi di sana?" Seorang penjaga gerbang mendatangi mereka.

"Ti-tidak apa-apa. Dia tidak sengaja memukulku." Kata Eru berusaha berdiri.

"Kau pantas mendapatkannya. Kita pergi, Kazemon."

Kazemon mengangguk.

Kedua Digimon itu berjalan menuju gerbang utama Kota Alpha. Gerbang itu terlihat besar dan megah. Dipenuhi dengan penjaga dan pendatang juga para pedagang membuat kota itu terlihat ramai.

"Heeei!" Terdengar suara Bos memanggil mereka.

Kazemon dan Mervamon membalikkan badannya dan melihat Bos membawa sesuatu seperti jubah.

"Kurasa kalian harus memakai ini." Bos memberikan kedua jubah itu.

"Untuk apa ini?" Tanya Kazemon.

"Hohoho... Pakaian terbuka seperti itu bisa memancing bahaya bagi kalian sendiri, ditambah, kalian adalah peserta undangan Turnamen D-1. Kalian tidak ingin orang-orang mengerumuni kalian kan? Tutupilah diri kalian selama masih belum masuk kota."

Setuju dengan perkataan Bos, Kazemon dan Mervamon memakai jubah itu. Mereka menutupi kepala mereka dengan tudung yang ada di jubah itu.

"Terima kasih," Kata kedua Digimon.

"Hohoho... Ini bukan apa-apa. Sebagai pedagang, setiap orang yang melakukan transaksi denganku adalah temanku. Pelanggan adalah teman. Aku tidak memihak siapa pun. Aku akan mendukung kalian di turnamen itu, tapi aku tidak akan bertaruh untuk kalian. Aku lebih senang melihatmu dalam keadaan kalah hohohoho."

"Sialan kau!" Mervamon menggeram.

"Sudahlah, Mervamon. Tidak ada gunanya kita membuat keributan di sini." Kata Kazemon meredakan amarah Mervamon.

"Cih! Untuk kali ini, aku tidak akan menghajarmu karena aku menghargai hal ini." Kata Mervamon dengan kesal, "Kalau kita bertemu lagi, aku pasti akan menghajarmu karena perlakuanmu pada Kazemon."

"Hohohoho akan kutunggu~"

Dengan itu, Bos meninggalkan mereka.

"Baiklah..."

"Izumi, aku akan menyelamatkanmu."
 
Gan bagaimana kalau dikasih gambar dari bentuk2 digimon tersebut. Terlepas dari 2 karakter yang sudah agan berikan di page awal
Okeey, ane taruh sini aja sebagai referensi

1. Zephyrmon
shutumon-zephyrmon-digimon-frontier-180.jpg


2. Mervamon
latest



3. Lilithmon
Lilithmon.jpg

4. LadyDevimon
Digimon_adventure_-_episode_50_05.jpg


5. Sakuyamon
Sakuyamon_collectors2.png


6. Calmaramon
Calmaramon.jpg


7. Rosemon
Rosemon4.jpg


8. Angewomon
Angewomon_Advtri.jpeg
 
11. Kekuatan yang Sebenarnya

Kazemon dan Mervamon menghabiskan satu hari itu untuk beristirahat. Tidak ada gangguan yang berarti selama mereka menginap di penginapan pusat kota. Hari ini adalah hari terakhir menuju turnamen. Mereka tidak melakukan persiapan khusus, hari ini mereka hanya ingin menikmati waktu istirahat mereka dan mendatangi arena tempat bertarung mereka nanti.

Kedua Digimon itu keluar dari penginapan memakai jubah yang diberikan oleh Bos kemarin. Pemandangan pagi Kota Alpha tidak secerah matahari yang bersinar. Para manusia dan Digimon yang berlalu lalang terlihat suram. Wajar saja, Kota Alpha bagaikan kebalikan dari Hospitown, tempat kumuh mengelilingi pusat kota yang sedikit lebih bersih.

Mereka berjalan melewati kerumunan menuju ke bangunan besar yang berbentuk setengah lingkaran yang muncul dari dalam tanah. Itu adalah arena tempat Turnamen D-1 akan diadakan. Tempat di mana mereka akan bertarung dan menyelematkan orang yang penting bagi mereka. Tidak heran kalau di sekitar arena terlihat sangat bersih, tempat yang menjadi arena itu juga menjadi rumah bagi penguasa kota itu, Ranamon.

Kazemon mengatakan pada Mervamon untuk mengamati tempat itu dari kejauhan. Ia tidak ingin memancing keributan. Mereka melihat para HoneyBeemon keluar masuk arena itu sambil membawa galon yang berisikan sesuatu. Kazemon tidak dapat melihat dengan jelas apa yang dibawa oleh kumpulan HoneyBeemon itu. Ia melihat banyak sekali galon yang dibawa masuk oleh HoneyBeemon. Kazemon yang penasaran akhirnya memutuskan untuk melihat lebih dekat.

"Jangan pergi sendirian." Bisik Mervamon sambil mengikuti Kazemon.

Mereka tetap tidak bisa melihat apa yang dibawa oleh HoneyBeemon itu. Tapi yang pasti, galon itu berisi cairan. Mereka berdua akhirnya memutuskan kembali ke penginapan. Namun sebelum mereka sempat membalikkan badan, sebuah suara mengejutkan mereka.

"Kalau kau penasaran, kenapa tidak masuk saja?"

Kazemon mengenali suara itu dan mengayunkan tangannya ke belakang.

"Ranamon!"

Ranamon menghindari tangan Kazemon yang berayun cepat ke arahnya.

"Oh, ya ampun. Tidak kusangka kalau itu adalah Pelacur Kupu-Kupu Kazemon. Apa kabarmu, sayang?"

"Kau keterlaluan! Jangan bawa Izumi pada masalah kita!" Kazemon melepaskan jubahnya.

"Aduh, aduh~ Pelacur ini memang tidak tahu sopan santun. Kau belum menjawab pertanyaanku yang tadi."

Kazemon yang sudah sangat marah, langsung menerjang ke arah Ranamon.

"HAAAAAAA!"

Kazemon berlari ke arah Ranamon dengan kecepatan tinggi. Ia mengumpulkan semua kekuatan pada tinjunya dan mengarahkannya ke wajah Ranamon.

"Hmph..."

Ranamon tersenyum kecil. Dengan kecepatan yang menyamai kecepatan Kazemon, Ranamon menghindari pukulan itu, bahkan menghentikannya dengaan tangannya. Kazemon sangat terkejut melihat hal itu, selama ini Ranamon tidak dapat menyamai kecepatannya.

"A-apa?"

Ranamon menarik salah satu kakinya ke belakang. Kazemon yang melihat hal itu berusaha menjauhkan dirinya dari Ranamon. Namun, cengkraman Ranamon pada tangan kanannya membuatnya tidak bisa bergerak. Ia melihat kaki Ranamon yang menuju ke arahnya dengan sangat cepat, melebihi kecepatan miliknya.

"OOGH!"

Tidak dapat menghindar lagi, Kazemon menerima tendangan itu dengan perutnya. Tubuhnya menekuk bagaikan huruf 'C' begitu kaki Ranamon menghantam perutnya. Tendangan itu membuat Kazemon tidak dapat berkata apa-apa. Mulutnya menganga tanpa bisa mengeluarkan suara. Seluruh udara terasa keluar dari tubuhnya, bahkan ia kini kesulitan bernafas. Ranamon masih memegang tangannya, jika saja Ranamon tidak memegangi tangannya mungkin tubuhnya akan terpental jauh akibat tendangan itu. Kazemon merasakan kalau kekuatan Ranamon semakin kuat sejak pertemuan terakhirnya.

Ranamon menurunkan kakinya dari perut Kazemon. Ia kini melihat Kazemon sedang berlutut di hadapannya dengan satu tangan yang memegangi perutnya dan tangan yang satu lagi masih berada di cengkramannya. Senyuman muncul di wajahnya begitu melihat Kazemon masih tidak dapat bernafas dengan benar. Ia mengangkat tangan Kazemon yang lain dan mengangkatnya.

Kazemon kini tidak memiliki pertahanan apapun. Kedua tangannya terangkat ke atas. Ranamon mulai mengumpulkan tenaga di kedua kakinya. Ia melompat dan menghantamkan kakinya ke perut Kazemon.

"OOGHGH!"

Tubuh Kazemon melekuk ke belakang. Dia merasa seperti dihantam oleh bola raksasa yang beratnya mampu menghancurkan sebuah tembok. Bersamaan dengan tendangan itu, Ranamon melepaskan tangan Kazemon dan membiarkannya terpental ke belakang hingga ia menghantam tembok dengan punggungnya.

"GAH!"

Tubuh Kazemon membuat sebuah lubang di tembok itu. Ia tersangkut di dalam sana tanpa sadarkan diri. Terlihat asap muncul dari goresan-goresan di perutnya, tempat di mana Ranamon menendangnya hingga ia kehilangan kesadarannya. Tendangan itu membuatnya pingsan, hal itu membuktikan kalau kekuatan Ranamon sangat jauh di atas Kazemon.

"Kazemon!" pekik Mervamon saat melihat temannya tidak bergerak sedikit pun.

Ia membalikkan badan dan mengarahkan pedangnya ke Ranamon. Gerakan cepat Ranamon membuat pedang itu hanya memukul udara kosong. Mervamon kehilangan keseimbangan namun ia dapat mengendalikan tubuhnya dengan cepat dan berdiri dengan benar.

Untuk sebentar Mervamon kehilangan Ranamon. Sampai akhirnya sebuah tangan muncul tepat di depan wajahnya. Tangan itu mencengkram kepala Mervamon. Terkejut dengan hal itu, Mervamon tidak dapat melakukan apa-apa, ia seolah-seolah pasrah begitu tangan itu mendorong kepalanya hingga menghantam tembok di belakangnya.

"AGH!" Mervamon mengerang kesakitan begitu bagian belakang kepalanya membentur tembok dengan keras.

"Ya ampun...," Ranamon menghela nafasnya, "kenapa pelacur-pelacur ini tidak sabaran sekali?"

Ia mendorong kepala Mervamon ke belakang hingga membuatnya merintih kesakitan. Tidak kuat menahan rasa sakit di kepalanya, Mervamon akhirnya tidak sadarkan diri. Pedangnya terjatuh dari tangannya. Ia jatuh terduduk begitu Ranamon melepaskan tangannya.

Ranamon melihat banyak sekali orang yang melihat ke arahnya, "Tenang saja, mereka adalah peserta turnamen yang sudah tidak sabar untuk bertarung. Kalian bisa melanjutkan aktivitas kalian."

Ia berjalan ke arah pintu masuk arena dan menyuruh beberapa HoneyBeemon untuk mengangkat tubuh Kazemon dan Mervamon.

"Masukkan pelacur yang di sana ke kamar peserta," kata Ranamon sambil menunjuk Kazemon. Ia mengalihkan perhatiannya ke Mervamon, "lalu bawa pelacur satu ini ke Lilithmon,"

Para HoneyBeemon menuruti kata-kata Ranamon dan membawa kedua Digimon yang tidak sadarkan diri itu ke dalam arena. Mereka membawa Kazemon ke bawah tanah di mana terdapat deretan kamar seperti di dalam hotel. Tidak banyak peserta yang menempati kamar-kamar itu karena hanya peserta pilihan Ranamon saja yang bisa menginap di sana dan Kazemon adalah salah satu peserta spesial Ranamon.

HoneyBeemon itu membaringkan Kazemon di atas tempat tidur, mereka mengikat kedua tangan dan kakinya di setiap sudutnya. Mereka mengunci Digimon Kupu-Kupu yang tidak sadarkan diri itu di dalam kamar. Ruangan itu sangat nyaman, terdapat TV dan sofa besar di dalamnya. Sebuah lampu yang indah juga menghiasi kamar itu. Beberapa kamera terpasang di beberapa sudut ruangan untuk mengawasi pergerakkan peserta yang akan mengikuti turnamen. Tidak terkecuali kamar Kazemon.

HoneyBeemon membawa Mervamon yang sudah siuman ke ruang bawah tanah di mana Lilithmon berada. Mereka melempar tubuh Mervamon yang terikat di hadapan kaki Lilithmon.

"Ugh...," erang Mervamon yang kini dalam posisi tertelungkup dan melihat ke arah Lilithmon.

"Wah, wah, wah..." Lilithmon berjongkok di depan Mervamon yang kini menatapnya penuh kebencian, "Lihatlah siapa yang datang, Mervamon Sang Ksatria Pelacur. Apa yang kau lakukan di sini? Kau menawarkan tubuhmu untuk para pria di kota ini? Ahahahahaha!"

Mervamon merasa terhina dengan perkataan Lilithmon. Ia mendengus dan membuang mukannya sambil berkata, "Aku tidak murahan seperti itu!"

"Haaah? Apa katamu? Tidak murahan?" Lilithmon mengangkat kakinya dan menginjakkan kakinya di atas kepala Mervamon.

"Kuh!" Mervamon merintih kesakitan, namun ia tetap menahan rasa sakit di kepalanya, "Apa kau sudah tua? Kakimu terasa sangat lembek."

Lilithmon tidak menghiraukan perkataan Mervamon. Ia sama sekali tidak terlihat terprovokasi oleh hal itu. Malah, senyum lebar mulai terukir di wajahnya. Ia mengangkat kakinya dari kepala Mervamon dan berjalan ke samping tubuhnya.

"Kau bilang tadi kalau kau tidak murahan?" —Lilithmon menarik kakinya ke belakang— "coba kau jelaskan ini!"

Ia mengumpulkan seluruh kekuatannya di kakinya dan melepaskan tendangan ke perut Mervamon.

"GUOH!"

Dengan tangan dan kaki yang terikat, Mervamon tidak mampu menahan tendangan itu. Perutnya menerima seluruh kekuatan di kaki Lilithmon. Tanpa ia sadari, bersamaan dengan keluarnya seluruh udara dari tubuhnya, vaginanya mengeluarkan cairan berwarna kuning.

"Ahahahaha! Lihat pelacur ini! Dia sampai kencing karena satu tendanganku!" Lilithmon tertawa terbahak-bahak melihat keadaan Mervamon yang kini mengeluarkan air kencing dari balik celana pendeknya. "Murahan! Sang Ksatria Pelacur Murahan kencing di celananya! Apa kau tidak punya malu? Ahahahahaha!"

Wajah Mervamon memerah. Ia merasa sangat terhina karena dipermalukan oleh Lilithmon di depan banyak HoneyBeemon yang juga sedang tertawa melihat keadaannya. Setiap ia terbatuk karena kekurangan udara, air kencingnya ikut keluar dan terus mengalir membasahi area di sekitar tubuhnya.

"Ahahahaha! Lihatlah wajahnya! Lihat!" Lilithmon menunjuk ke wajah Mervamon, "Itulah wajah yang pantas untuk seorang pelacur! Apanya yang tidak murahan? Ahahahaha!"

Setelah bisa mengatur nafasnya kembali, Mervamon menekuk tubuhnya untuk meredam rasa sakit di perutnya. Air kencingnya juga sudah mulai berhenti mengalir keluar. Tubuhnya gemetaran karena rasa sakit itu belum hilang seluruhnya. Setelah air kencingnya benar-benar berhenti, Mervamon merasa lega. Di tengah rasa malunya, ia berniat memprovokasi Lilithmon lagi dan membuatnya kelelahan.

Namun, bagaikan melihat hantu yang menakutkan, Mervamon terdiam. Area di sekitar payudara dan vaginanya terasa begitu sensitif. Perlahan-lahan, tubuhnya juga menjadi semakin sensitif. Wajahnya mulai memerah dan juga rasa sakit di perutnya kini mulai menghilang. Ia sadar kalau efek ramuan Ranamon kembali bekerja. Tubuhnya menjadi sangat terangsang sekarang

"Eh? Kenapa berhenti?"—Lilithmon menendang perut Mervamon lagi—"keluarkan lagi!

"UGOH!" mata Mervamon terbuka lebar. Rasa sakit karena tendangan itu berubah menjadi kenikmatan yang membuatnya mengalami orgasme mendadak.

"Apa ini?" Lilithmon melihat cairan bening mengalir keluar dari balik celana pendek Mervamon, "Kau orgasme? Ahahahaha! Kau orgasme! Pelacur! Jalang! Murahan! Ahahahahaha!"

Suara tawa Lilithmon pecah di dalam ruangan yang dindingnya dilapisi oleh sesuatu yang terlihat seperti daging berwarna kelabu dengan beberapa warna ungu yang menghiasinya. Banyak tentakel kecil menjulur keluar dari balik gumpalan daging itu. Tidak salah lagi itu adalah salah satu ruangan di dalam Dunia Ranamon. Sebuah ruangan di mana pondasi utama dari dindingnya adalah bagian tubuh dari Calmaramon.

Lilithmon yang tertawa terbahak-bahak itu, mulai mengolok-olok dan merendahkan Mervamon dengan menyebutnya pelacur dan sebagainya.

"Kau senang orgasme ya? Biar kubantu kau mencapai kenikmatan! Rasakan ini!"

"Ti-tidak, kumohon jang—"

Tidak mendengar permintaan Mervamon, Lilithmon menendang perutnya tanpa ampun.

"OGH!"

"Ini!"

"UOGH!"

"Orgasme lagi!"

"GAAKH!"

"Lagi! Lagi! Lagi! LAGI!"

Berkali-kali Lilithmon melancarkan tendangan ke perut Mervamon. Berkali-kali pula Digimon berambut hijau itu mengalami orgasme setiap kali tendangan itu mengenai perutnya. Setiap tendangan itu seharusnya menyakitkan baginya, tapi karena ramuan itu merubah rasa sakit yang dikirim ke otaknya menjadi rasa nikmat yang merangsang tubuhnya menjadi sangat sensitif hingga mampu orgasme berkali-kali.

"Dan ini..."—Lilithmon menarik jauh kakinya dan melepaskan seluruh kekuatannya ke perut Mervamon—"yang terakhir!"

"Ah... A... Aaa... Aguuh..."

Mata Mervamon terbelalak lebar. Mulutnya menganga tanpa bisa mengeluarkan suara. Tangan dan kakinya yang terikat membuatnya tidak berdaya. Jari-jari tangan dan tubuhnya menggeliat di hadapan Lilithmon. Kedua kakinya yang terikat mulai mengejang dan menendang-nendang kecil. Tubuhnya yang melekuk ke depan mulai gemetaran.

"AAAHHHHNNN!"

Mervamon mengeluarkan desahan panjang. Cairan vaginanya menyembur keluar dengan kuat menembus celana pendeknya. Vaginanya seakan-akan meledak karena dahsyatnya semburan cairan itu. Ia merasa kalau tubuhnya seakan-akan sudah hancur, tidak jauh beda dengan harga dirinya.

"AAAAHHHHNN! AAAAHHHHNNN!"

Setelah menngeluarkan semburan terakhirnya, Mervamon terkulai lemah dengan nafasnya yang terengah-engah. Air mata mulai mengalir di wajahnya. Ia mengeluarkan isak tangis bersamaan dengan erangan setelah mengalami orgasme. Lilithmon benar-benar menghancurkan tubuhnya, terutama bagian perutnya. Dengan tangan yang terikat dan tidak bisa melawan, Mervamon benar-benar sudah kalah di tangan musuh bebuyutannya.

"Cepat kalian kurung dia di penjara bersama dengan teman-teman pelacurnya," perintah Lilithmon pada HoneyBeemon yang sudah puas tertawa melihat Mervamon menderita.

"Baik!"

HoneyBeemon itu mengangkat tubuh Mervamon dengan kasar, membuatnya mengerang kesakitan karena tubuhnya belum pulih akibat tendangan Lilithmon tadi. Para HoneyBeemon itu melepaskan ikatan di tangan dan kaki Digimon berambut kehijauan itu. Mereka meninggalkannya terkunci di dalam ruangan yang lebih sempit dari yang sebelumnya.

Di dalam sana Mervamon dapat melihat tembok yang sama seperti tadi, hanya saja kini ia melihat ada dua Digimon yang terikat oleh tentakel yang menjulur keluar dari dalam tembok. Kedua Digimon itu mengeluarkan erangan dan desahan karena vagina mereka kini dipenuhi oleh puluhan tentakel yang bergerak keluar masuk. Tentakel yang terhubung dengan sesuatu seperti tabung kini menempel di payudara kedua Digimon itu dan menghisap air susu yang keluar dari putingnya. Tentakel-tentakel itu seakan meminum air susu milik keduanya.

"Sa-Sakuyamon..? Angewomon..?"

Mervamon tidak percaya dengan apa yang dilihatny sekarang. Dua Digimon tangguh kini tidak berdaya karena kenikmatan yang diberikan oleh tentakel-tentakel itu. Mulut kedua Digimon itu terus memohon untuk berhenti, namun tetap saja tentakel itu tidak menghentikan pekerjaannya.

"Kau terkejut?"

Mervamon melihat ke arah belakang, "Ca-Calmaramon?"

Calmaramon tertawa melihat ekspresi ketakutan Mervamon, "Benar! Takutlah padaku! Itulah hasil karyaku, mereka sudah lupa dengan harga dirinya. Mereka hanya budak seks yang aku miliki sekarang. Setiap hari, selama berminggu-minggu ini, para peserta sudah memakai tubuh mereka, tubuh mereka sudah sangat sensitif. Entah sudah berapa penis yang sudah memasuki vagina kotor mereka.

"Mereka sudah tidak bisa membedakan rasa makanan yang biasa dengan sperma di mulut mereka. Vagina mereka akan selalu mengingat bentuk dari setiap penis yang sudah memasukinya. Mereka benar-benar budak seks terbaik milikku!"

Calmaramon tertawa puas.

"Sekarang, mereka membawakanku calon budak seks lainnya. Mulai sekarang, kau akan kulatih menjadi budak seks yang bisa memuaskan banyak penis..."

Calmaramon mengeluarkan banyak tentakel dari tubuhnya. Ia mengikat tangan dan kaki Mervamon yang berusaha merayap menjauhi dirinya.

"Kau.. Milikku... Sekarang..."

"Tidak! Kumohon! Ampuni aku! Tidak! TIDAAAAKKK!"

"Cepat ambilkan obat penawar itu!"

Melihat Ranamon yang berjalan dengan langkah kaki yang berat, HoneyBeemon di ruangan itu panik dan berhamburan mencari obat yang dimaksud.

"I-ini obatnya, nyonya..."

Ranamon mengambil obat penawar berupa cairan di dalam suntikan itu dan menyuntikkannya ke tangan kirinya. Ia menjatuhkan dirinya di sofa yang empuk dan mengeluarkan nafas panjang.

"Tidak kusangka efek kalung itu akan meningkatkan kekuatanku sampai berkali-kali lipat."

"Itu hanya sebagian saja dan masih dalam tahap percobaan." Kata seorang dokter laki-laki dengan jubah putih yang panjang.

"Kami menggunakan energi yang berada di pusat Batu Bulan yang kau pakai sekarang dan menyalurkannya ke seluruh tubuhmu. Itu hanya sebagian kecilnya saja. Tidak kusangka akan memiliki kekuatan seperti itu." Tambah dokter yang lain.

"Tubuhku terasa sangat ringan, tapi,"—Ranamon memandangi Batu Bulan yang kini mengalungi lehernya—"aku merasa cepat lelah."

"Itu efek yang wajar. Kekuatan besar butuh tenaga yang besar. Selama kau masih bisa mengendalikan tubuhmu, semua akan baik-baik saja."

"Benar, tanpa kekuatan Batu Bulan itu saja, kau bisa mengalahkan Kazemon dengan mudah, tapi itu hanya pemakaian pertama. Kita tidak tahu bagaimana kau bisa memakai kekuatan itu untuk kedua kalinya."

Ranamon tertawa, "Jangan bercanda, aku bisa mengalahkannya dengan atau tanpa kekuatan Batu Bulan ini."

"Tidak, menurut pengamatanku, tubuhmu mulai melemah setelah lima menit kau menggunakan kekuatan batu itu dan seharusnya kau bisa mengatur staminamu untuk menyicil kekuatannya. Kalau kau bersikeras memakai kekuatan itu berturut-turut, kemungkinan terburuknya tubuhmu tidak akan bisa digerakkan lagi."

"Jadi, kau bilang kalau tubuhku masih terlalu lemah untuk kekuatan sebesar ini?"

Kedua dokter yang berbicara pada Ranamon itu mengangguk bersamaan.

"Lalu, apa saran kalian?" tanya Ranamon.

"Ketika kau memakai kekuatan itu, kusarankan kau memakainya ketika kau sudah benar-benar akan menyelesaikan pertarungan."

"Ya, habiskan tenaga lawanmu, barulah kau bisa memakai kekuatan itu untuk menghajarnya habis-habisan."

"Akan kuambil saran itu. Tapi, aku tidak mau terus-menerus melakukan hal itu, aku ingin mendominasi dari awal pertandingan, aku ingin menghancurkan lawanku dari awal hingga akhir." Kata Ranamon.

"Kami akan berusaha meningkatkan kualitas pemakain batu itu."

"Tidak," terdengar suara wanita dari arah pintu masuk ruangan itu, "Kalian tidak perlu meningkatkannya."

"Ah, dokter kepala." Kata kedua dokter laki-laki itu sambil tertunduk.

"Tidak apa, santai saja." Dokter perempuan itu membakar rokoknya, "Aky punya ide yang lebih baik. Dari laporan yang kuterima, kalian menggunakan dua persen dari seluruh kekuatan Batu Bulan. Kekuatan sebesar itu saja sudah menguras tenaga, benar?"

"Benar, dokter." Jawab kedua dokter laki-laki itu bersamaan.

"Sekarang coba kau pikirkan, daripada meningkatkan kualitas kekuatan itu, kita pertahankan saja dua persen itu. Tapi, kita gunakan secara perlahan dan bertahap dari nol persen."

"Be-benar juga..."

"Itu bisa dicoba. Kepintaran dokter kepala memang tidak bisa diragukan lagi."

"Dengan pemakaian bertahap itu, tubuh si pemakai akan mulai terbiasa dengan kekuatannya. Kita dapat meningkatkan dua persen itu secara perlahan dan menaikkannya sampai maksimal."

Kedua dokter lain menyetujui perkataan dokter wanita itu. Mereka segera keluar dari ruangan dan memulai riset tentang kekuatan itu.

"Aku kagum padamu." Ranamon akhirnya mulai berkata setelah daritadi diam mendengarkan perkataan dokter itu.

"Tidak perlu kagum, aku hanya membantumu sebisaku." Dokter itu menghempaskan diri di sofa dan duduk di sebelah Ranamon, "Kekuatan batu itu sangat hebat, sangat disayangkan kalau tidak dimanfaatkan seperti ini. Kau bahkan bisa mengganti wajah dan tubuhmu menggunakan batu itu, aku penasaran apa lagi yang bisa dilakukan oleh batu itu."

"Aku serahkan urusan mengenai penelitian batu ini padamu, Dokter Mayu."

"Tenang saja. Kau bisa mengandalkanku, Rin."
 
12. Pendatang Baru

"Uhh.. Di mana aku?"

Kazemon akhirnya sadarkan diri setelah pingsan beberapa jam. Ia melihat sekeliling dan menyadari kalau tangan dan kakinya sekarang diikat di setiap sudut tempat tidur. Digimon berambut ungu terang itu berusaha melepaskan tubuhnya, namun usahanya sia-sia. Ikatan itu sangat kuat.

"Kau sudah bangun?" sebuah suara datang dari sisi atas tempat tidur di mana Kazemon terikat.

"LadyDevimon!" seru Kazemon ketika melihat Digimon yang berpakaian serba hitam itu, "Apa maksud semua ini? Lepaskan aku sekarang!"

"Sayang sekali, aku tidak bisa menerima perintah dari Digimon lemah." Kata LadyDevimon sambil melipat kedua tangannya dengan tatapan sombong.

"Mervamon!? Ke mana mereka membawanya!?" tanya Kazemon sambil mencari keberadaan Mervamon di kamar itu.

LadyDevimon mengitari tempat tidur di mana Kazemon terikat dan berdiri di sampingnya. Ia mengelus pelan pipi Kazemon dengan tangannya.

"Kau tidak usah khawatir, dia sedang bermain dengan Lilithmon." Kata LadyDevimon. "Lagipula, kau harus segera melihat ini."

LadyDevimon mengambil sebuah remote dari meja kecil di kamar itu. Ia memencet sebuah tombol ke arah tembok di depan tempat tidur Kazemon. Tembok itu terbelah menjadi dua dan sebuah layar hitam muncul dari baliknya. LadyDevimon memencet tombol lagi dan layar hitam itu memperlihatkan sesuatu pada Kazemon.

"Izumi!" Kazemon meronta melihat gambar Izumi dari kedua belahan dada besarnya. Ia melihat Izumi yang kedua tangannya terikat dan digantung di sebuah tiang besi, "Apa yang telah kau lakukan padanya!? Cepat lepaskan dia!"

"Sshh... Sshh... Tenanglah sedikit. Apa memang semua pelacur sangat tidak sabaran seperti ini?" LadyDevimon menenangkan Kazemon dengan sedikit mengejeknya, "Ini bagian terbaiknya."

Sebuah tentakel berwarna kemerahan mendekati tubuh Izumi yang terikat. Tentakel itu melilit tubuh Izumi dengan erat dan mencekik lehernya. Kazemon berteriak dan meminta LadyDevimon untuk menghentikan tentakel itu. Tentu saja hal itu tidak dihiraukan oleh LadyDevimon. Teriakan kesakitan Izumi terdengar begitu menyakitkan di telinga Kazemon. Ia mengeluarkan air matanya karena tidak tahan melihat hal itu.

"Fufufufu..."

Kazemon terkejut melihat Izumi yang sedang tercekik itu kini tertawa pelan. Ia tidak mampu berkata-kata dan mengira kalau Izumi baik-baik saja. Namun, senyuman Izumi terlihat seperti senyuman licik.

"Izumi..."

"Hmph... Mufufufu... Haha... HAHAHAHA! HAHAHAHAHA!"

"Izumi!? Ada apa denganmu? LadyDevimon! Jelaskan ini!"

LadyDevimon hanya tertawa melihat reaksi Kazemon yang penuh kebingungan.

"AHAHAHAHAHAHA!" Izumi terus tertawa sampai akhirnya dia berkata, "Kau mudah sekali tertipu, pelacur murahan!"

Tentakel yang melilit tubuh Izumi kini terlepas dari tubuhnya. Ikatan di kedua tangannya pun terlepas begitu ia menariknya sekuat tenaga. Gadis itu berjalan pelan dan kini seluruh tubuhnya terlihat jelas di depan layar.

"Seharusnya kau lihat wajahmu." Kata Izumi sambil menahan tawanya.

"Izumi? Kenapa kau—"

"Diam!"

LadyDevimon menaikkan kakinya tinggi-tinggi dan menjatuhkannya tepat di perut Kazemon.

"AGH!"

Kazemon tidak bisa menahan hantaman kaki LadyDevimon karena kedua tangan dan kakinya terikat. Perutnya pun akhirnya menjadi sasaran empuk bagi LadyDevimon.

Izumi tertawa, "Bagus, LadyDevimon. Tutup saja mulut pelacur itu."

"Terima kasih, Ranamon."

"Ugh... Ra-Ranamon?" ujar Kazemon sambil memulihkan tubuhnya karena rasa sakit di perutnya.

Izumi tertawa kecil. Tubuhnya kemudian diselimuti oleh pusaran air kecil dan berubah menjadi Ranamon dalam sekejap mata.

"A-apa?" Kazemon terkejut dan bingung dengan apa yang barusan dilihatnya.

"Ahahahahah!" LadyDevimon tertawa lepas, "Lihatlah itu! Mudah sekali kau tertipu!"

"Di mana Izumi!?" Kazemon masih tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi.

"Kau bodoh, ya?" kata LadyDevimon sambil terus tertawa.

"Katakan di mana dia!" Kazemon membentak LadyDevimon.

LadyDevimon menghentikan tawanya dan menatap tajam Kazemon. Ia mencengkram payudara Kazemon dengan tangannya.

"Akkh!" rintih Kazemon.

"Sebaiknya jangan bentak aku lagi atau aku akan merobek kulit payudara murahanmu ini!"

LadyDevimon melepaskan tangannya dari payudara Kazemon.

"LadyDevimon," terdengar suara Ranamon dari balik layar, "Aku tahu kau bisa mendengarku. Dengar baik-baik, kalau pelacur itu tidak bisa diam, kau tutup saja mulut atas dan mulut bawahnya, kau mengerti maksudku kan?"

"Tentu saja aku mengerti, aku tidak sebodoh Digimon murahan ini." jawab LadyDevimon.

LadyDevimon yang sempat bingung, akhirnya tahu bagaimana Ranamon dapat berinteraksi dengannya. Ia melihat sebuah kamera di sudut ruangan, lengkap dengan mikrofon kecil di bawahnya.

"Aku sudah siapkan alat-alatnya. Di bawah tempat tidur itu ada sebuah tas, ambillah dan gunakan pada pelacur itu." Setelah berkata seperti itu, Ranamon memutuskan sambungannya dan layar itu pun kembali menjadi hitam.

LadyDevimon mengikuti kata-kata Ranamon dan mengambil sebuah tas berukuran sedang dari bawah tempat tidur. Ia membuka tas itu. Sebuah senyum terlihat di bibirnya.

"Lihat dan ingatlah wajahku ini," kata LadyDevimon pelan, "Akulah yang membawa mimpi burukmu."

Digimon yang berwujud seperti iblis wanita itu mengangkat puluhan benda dengan kabel yang tergulung rapi. Benda itu berbentuk seperti kapsul sebesar dua ibu jari dan berwarna merah muda dengan kabel yang muncul dari salah satu ujungnya. Kabel itu terhubung oleh sebuah kotak yang kelihatannya berisi sebuah baterai dan sebuah tombol yang digunakan untuk mengaktifkannya.

"Lihatlah ini, Ranamon tahu benda yang paling kau sukai," kata LadyDevimon, "Warnanya juga cocok dengan pakaian murahanmu."

"Singkirkan itu dari hadapanku!" Kazemon memberontak.

"Tenanglah, ini cuma vibrator. Benda seperti ini tidak akan menyakitimu, malah ini akan memberikanmu kenikmatan. Bukankah kau sering menggunakan benda seperti ini setiap hari?"

"Jangan bercanda! Aku tidak pernah menggunakan benda seperti itu!"

"Oooh ayolah~ Kau kira kau bisa menipuku?" LadyDevimon mendekatkan wajahnya pada payudara Kazemon, "Payudaramu sangat sensitif kan? Bukankah itu saja sudah membuktikan kalau kau sering memainkannya, atau mungkin kau membiarkan para lelaki yang memainkannya? Aahhnn.. Kau nakal juga ya."

"Kuh!? Apa maksudmu!? Aku tidak seperti itu!"

LadyDevimon hanya tersenyum mendengar protes Kazemon. Ia mengeluarkan seluruh benda yang ada di tas itu.

"Hmmm... Banyak sekali, aku sampai bingung memilihnya." Kata LadyDevimon sambil memandangi dildo dan vibrator itu. Ia mengambil dua vibrator berbentuk seperti kapsul, "Kurasa ini akan kupasang di sini."

LadyDevimon menurunkan bra Kazemon hingga memperlihatkan dua bongkahan dada besar dan putingnya.

"Kuh!? Hentikan!"

"Besar sekali," kata LadyDevimon dengan kagum begitu melihat payudara besar Kazemon, "Putingmu juga berwarna merah muda. Tidak heran kalau kau bisa menghasilkan air susu dalam jumlah yang banyak. Payudara sebesar ini bisa menghasilkan susu untuk seluruh peserta turnamen hahahahaha!"

Kazemon merasa dipermalukan saat LadyDevimon membicarakan tentang ukuran payudaranya. Memang setelah menerima ramuan yang diberikan Ranamon, tubuhnya menjadi sepuluh kali lipat lebih sensitif dari biasanya. Payudaranya memang bisa mengeluarkan air susu jika ia benar-benar terangsang, namun setelah diberi ramuan oleh Ranamon, air susu itu jadi lebih mudah untuk keluar, bahkan dalam jumlah yang lebih banyak.

Untuk vaginanya sendiri, ramuan itu juga membuatnya jadi semakin sensitif. Ramuan itu juga membuat keperawanannya terus kembali seperti semula dalam waktu 24 jam. Cairan orgasme yang dikeluarkan juga lebih banyak dari biasanya. Karena ramuan itu, tubuhnya seakan-akan harus mengalah karena nafsu seksnya yang semakin meningkat.

LadyDevimon terus memainkan payudara Kazemon dan memilin putingnya, "Kelihatannya hanya dengan meremasnya seperti ini, air susumu bisa menyembur kapan saja."

LadyDevimon menjepit kedua puting Kazemon dengan jarinya dan memelintirnya. Wajah Kazemon memerah karena terangsang dan erangan kenikmatan yang bercampur dengan kesakitan keluar dari mulutnya. Dengan tangan dan kaki yang diikat, Kazemon tidak mampu melawan balik ataupun mempertahankan dirinya. Ia hanya bisa menunggu sampai LadyDevimon puas bermain dengan tubuhnya.

"Aku keluaaaar! AHHHHNNN!"

Kazemon mengerang dengan keras saat LadyDevimon menjepit kedua putingnya dengan sangat keras dan orgasme. Seperti biasa, rangsangan di payudaranya membuat air susunya memancar keluar seperti air mancur kecil dari putingnya yang sudah mengeras. Celana dalamnya juga mulai basah karena cairan orgasmenya.

"Hohoho~ tidak kusangka akan sebanyak ini." kata LadyDevimon, "Sekarang, biar kupasang vibrator ini di putingmu."

LadyDevimon mengambil selotip dari dalam tas itu. Ia menempelkan vibrator itu di kedua puting Kazemon dan merekatkannya dengan selotip yang baru saja ia ambil. Pengendali vibrator itu ia selipkan di antara sabuk yang mengikat tubuh Kazemon. Digimon iblis itu memutar pengendali di vibrator itu sampai setengah.

"Eh? Kenapa tidak menyala?" LadyDevimon yang kebingungan kini melihat lagi ke arah tas yang berisi banyak sekali dildo dan vibrator. Ia mengambil sesuatu dari tas itu, "Apa ini? remote?"

LadyDevimon mengangkat remote itu. Di remote itu terdapat satu tombol dan satu pengatur volume yang dapat diputar. Ia menekan tombol yang ada di remote itu.

"HAHHHNN! AAHHHNN!"

Terdengar suara getaran dari vibrator yang menempel di kedua puting Kazemon. Bersamaan dengan itu, suara erangan dan desahan Kazemon mengisi seluruh kamar itu. Tubuh Digimon yang berwujud seperti peri itu menggeliat dengan hebat di atas tempat tidurnya. Wajahnya dengan cepat memerah dan kini ia sudah sangat terangsang hanya karena getaran yang ada di kedua puting susunya yang sudah sangat sensitif.

"Ahahaha! Tidak kusangka reaksinya akan seperti ini." ucap LadyDevimon yang kini sudah memutar remote itu ke setelan maksimal. Setelah puas melihat Kazemon yang dilanda badai orgasme, ia mematikan kedua vibrator itu.

"Haaahhh... Haahhhh... Haahahhh..." lidah Kazemon menjulur keluar disertai dengan air liur yang mengalir dari antara bibirnya. Nafasnya terengah-engah karena kelelahan akibat getaran vibrator itu harus membuatnya berteriak dan mengejangkan tubuhnya yang terikat.

"Baiklah, aku sudah mengerti cara kerjanya," LadyDevimon mengambil vibrator yang sama dengan yang menempel di puting Kazemon dan menghitungnya, "Tujuh... Delapan... Sembilan... Sepuluh. Baiklah, sepuluh vibrator ini akan kumasukkan ke vaginamu."

Kazemon yang masih mengatur nafasnya terkejut mendengar kata-kata LadyDevimon yang bagaikan mimpi buruk baginya, "Tidak! Kumohon jangan! Jangan sebanyak itu! Hentikan! Tidak! Hentikaaaan!"

LadyDevimon tidak menghiraukan kata-kata Kazemon. Ia menarik turun celana dalam Kazemon dan mengamati vaginanya yang sudah sangat basah. Ia mencucupkan jarinya ke dalam vagina Kazemon.

"Kau menolaknya tapi vaginamu sudah sebasah ini." Ujar LadyDevimon.

Tanpa menunggu lama lagi, LadyDevimon memasukkan satu vibrator itu ke dalam vagina Kazemon.

"NNGGHH! MNHAAHHHNN!"

Dengan cepat, LadyDevimon memasukkan vibrator kedua. Desahan Kazemon semakin menjadi-jadi ketika ia memasukkan vibrator yang lain. Hal itu semakin membuatnya senang dan bernafsu untuk cepat-cepat menyalakan vibrator dan melihat reaksi Kazemon.

"Dan ini dua vibrator terakhir."

Digimon iblis itu memasukkan dua vibrator sekaligus ke dalam vagina Kazemon yang terlihat sudah sangat penuh dengan vibrator yang tertanam di dalamnya. Dengan susah payah, ia mendorong kedua benda berbentuk seperti telur berukuran kecil itu.

"Ngghh! Tinggal sedikit lagi..." LadyDevimon terus mendorong dua vibrator itu dengan jarinya ke dalam vagina Kazemon yang sudah dipenuhi dengan vibrator yang lain, "Kali ini pati bisa. Ini adalah yang terakhir!" Ia mendorong dua vibrator itu sekuat tenaga hingga dua jari yang ia gunakan untuk mendorong vibrator itu ikut masuk ke dalam vagina Kazemon.

"NHAAAHHNNNN!"

Kazemon mengalami orgasme secara instan begitu dua vibrator terakhir masuk ke dalam vaginanya. Kini, lubang kewanitaannya itu penuh sesak dengan vibrator. LadyDevimon mengatur kabel yang menjulur keluar dari vagina Kazemon agar tidak terlilit satu dengan yang lainnya. Ia kemudian menyelipkan kotak yang digunakan sebagai penyimpan baterai vibrator sekaligus pengendalinya di sepatu Kazemon yang tingginya mencapai pahanya.

"Ooohhnn... Ahhhnn... Mmmhnn... Keluarkan... Itu semua..." pinta Kazemon ketika ia merasakan kesepuluh vibrator itu bergerak dan menggesek dinding vaginanya.

LadyDevimon tidak menghiraukannya dan terus melanjutkan kegiatannya. Setelah selesai mengatur kabel-kabel itu, ia menaikkan celana dalam Kazemon agar vibrator itu tidak mudah keluar dari vaginanya.

"Baiklah, sudah selesai. Kuharap kau siap dengan mimpi burukmu, pelacur."

LadyDevimon mengambil remote pengendali utama vibrator-vibrator itu. Dia menekan tombol untuk menyalakan mainan-mainan seks itu dan memutarnya pengatur kekuatannya sedikit.

"MMNHHAAHHHNN! HHAAAHHHNNN!"

Getaran kecil dari sepuluh vibrator itu membuat Kazemon gila. Ia mengalami orgasme instan begitu vibrator-vibrator itu dinyalakan. Dinding vaginanya menjadi sangat sensitif, sedikit sentuhan di tubuhnya sekarang bisa membuatnya untuk orgasme lagi.

Masih belum puas dengan reaksi Kazemon barusan, LadyDevimon meningkatkan getaran vibrator itu hingga maksimal.

"HHYYAAAAHHHNN! HENTIKAN! AHHHHAANNHH! AKU TIDAK KUAT LAGI! HAAAHHHHNNN!:

Kazemon menjerit sejadi-jadinya. Suara berdengung vibrator itu terdengar sangat jelas dari vaginanya. Vibrator-vibrator itu bergerak dengan sangat cepat di dalam vagina Kazemon dan menyentuh setiap bagian sensitifnya. Orgasme Kazemon sudah tidak terbendung lagi, getaran itu membuat orgasme seakan tidak bisa berhenti.

"HAAAHHHNN! MATIKAN! KUMOHOOON! MATIKAANN! UUAAHHHHNN!"

Vagina Kazemon terasa seperti sedang dimasuki oleh penis yang memompa keluar masuk dengan sangat cepat. Kenikmatan dari getaran vibrator itu membuatnya tidak dapat berpikir dengan normal. Lidahnya kini menjulur keluar dan mengeluarkan air liur. Air matanya mengalir di kedua pipinya yang berwarna kemerahan karena rasa nikmat di vaginanya.

Erangan demi erangan orgasme terus keluar dari mulutnya. Vaginanya terus menyemburkan cairan bening ke sekitar tempat tidur, bahkan menetes hingga ke lantai. Tangan dan kaki yang terikat membuatnya tidak dapat melakukan apa-apa selain menggeliat dan membanting tubuhnya di atas kasur.

"MMMHHAAHHHNNN! KUUHH! AHHHHAAHHHNN! AKU KELUAR LAGIIII! HHAAHHHNN!"

Tidak hanya vaginanya yang basah, payudara Kazemon kini juga mengeluarkan air susu dari sela-sela vibrator yang menempel di putingnya. Cairan putih itu menyelimuti payudaranya dan membasahi tempat tidur. Aliran air susu itu bagaikan sungai yang mengalir di tubuhnya.

"KYAHAHAHAHA! AKHIRNYA AKU TAHU KENAPA RANAMON SENANG SEKALI MENYIKSA VAGINAMU! BIAR KUTAMBAH DERITAMU! RASAKAN INI!" LadyDevimon menampar keras vagina Kazemon yang sangat sensitif akibat stimulasi dari puluhan vibrator itu dengan tangannya.

"NGHI—! HII—! A—! AH—!" Kazemon tidak dapat berteriak lagi, ini adalah puncak kenikmatan yang ia rasakan dan batas tubuhnya untuk menahan hawa nafsu yang membuatnya sangat terangsang seperti ini.

Tubuhnya menekuk ke atas. Mulutnya menganga dan suaranya tersekat di tenggorokannya setiap kali dia berusaha berteriak. Kedua tangannya meremas tali yang mengikatnya. Di balik penutup matanya, mungkin akan terlihat jelas matanya yang terbalik hingga menyisakan bagian putihnya saja dan air mata yang entah muncul karena keputusasaan atau kenikmatan.

"Kau merekam ini, HoneyBeemon?" tanya LadyDevimon pada HoneyBeemon yang sejak tadi, tanpa sepengetahuan Kazemon, sedang merekam keadaannya sekarang.

"Yap," jawabnya tanpa melepas pandangan dari kamera yang sedang ia bawa, "Nona Ranamon juga sedang melihatnya-bee. Aku yakin dia pasti sedang tertawa puas melihat ini-bee!"

"Ranamon sedang menonton ini?" kata LadyDevimon, "Kau dengar itu, pelacur? Mari kita berikan dia tontonan yang bagus."

Sebuah tamparan sekali lagi mendarat di vagina Kazemon. Kali ini tidak hanya sekali, tapi berkali-kali hingga Kazemon harus mengangkat dan membanting tubuhnya di atas tempat tidur berulang-ulang. LadyDevimon bisa merasakan bentuk dari puluhan vibrator itu dari kulit luar Kazemon, ia terus mengincar bagian di mana vibrator itu berada.

"HA—! AHN—! NHAA—!"

LadyDevimon mengepalkan kedua tangannya dan mengangkatnya tinggi-tinggi, "Dan ini yang terakhir! HYAAARRGH!"

Kedua tangan yang dikepalkan menjadi satu itu tepat menghantam vagina Kazemon yang masih tertutup celana dalam basahnya.

"AGH—! KUH—! UHH... AHHN..." Kazemon mengalami syok berat begitu rasa sakit di vaginanya terkirim ke otaknya. Seluruh bagian tubuhnya langsung melemas dan jatuh terdiam di atas tempat tidur. Daerah di sekitar vaginanya terasa berdenyut. Rasa sakit dan kenikmatan menjadi satu di sana.

Kazemon mengerang ketika merasakan sesuatu akan keluar dari gemetaran karena kelelahan akibat orgasme berkali-kali yang melandanya. Air susunya kini semakin banyak, payudaranya tidak mau berhenti memproduksi susu akibat terus menerus menerima rangsangan seksual dari vibrator yang menempel di putingnya.

"MMHHHH! MMPPFFHHH!"

Kazemon semakin merasakan sensasi nikmat di vaginanya. Sesuatu benar-benar akan menyembur keluar. Dengan sekuat tenaga, ia menahan rangsangan demi rangsangan yang dihasilkan oleh vibrator di dalam vaginanya. Desahan erotisnya terus tertahan. Wajahnya semakin memerah, tangannya juga semakin kuat meremas tali yang mengikatnya.

"NNNGGHHH! MMMNNAHHH! AAAAAHHHNNNNNNGGGG! HAAAAAAHHHHH!"

Kazemon sudah tidak kuat lagi. Ia mengalami orgasme yang sangat hebat. Tubuhnya menekuk ke atas untuk bisa mengeluarkan cairan vaginanya. Cairan bening itu terus keluar bersamaan dengan air susunya. Ia bagaikan pelacur murahan dengan mendesah dan mengeluarkan cairan vaginanya secara bersamaan.

"HAAAAHHH! AAAAHHHNN! AAAAHHHHHHH!"

Tidak sampai di situ saja Kazemon merasa dipermalukan. Kini, cairan berwarna kekuningan mulai mengalir keluar mengikuti cairan vaginanya. Air kencingnya keluar bagaikan air mancur emas dan bercampur dengan cairan vaginanya.

"HAHAHAHA! Apa kau sudah tidak punya rasa malu lagi? Kau sampai tidak dapat menahan kencingmu sendiri karena kenikmatan vibrator itu? Ini akan menjadi rekaman yang bagus!" LadyDevimon terus mengejek dan mempermalukan Kazemon dengan kata-katanya.

"Salah satu Digimon Legendaris, tidak dapat menahan rasa malunya sampai harus kencing di celana! Tidak! Kau bahkan tidak memakai celana! Hanya celana dalam saja! Ahahahaha! Kau lebih cocok disebut Digimon Pelacur Legendaris!"

"AAAAAHHHH! MMNNAAHHHHNN! HHAAAAAHHHNNN!"

Kazemon terus berteriak dan mengeluarkan erangan kenikmatan. Belum selesai orgasme yang sebelumnya, orgasme yang lain datang melandanya. Dia tidak bisa beristirahat, hampir tidak ada jeda tiap kali dia mengalami orgasme.

"OOOHHH! GAAAHHH! AHHHHNNN!"

"HoneyBeemon, pastikan kau merekam ini sampai selesai. Aku akan meninggalkanmu di sini bersama pelacur ini."

"Baik-bee!"

"Dan kau, pelacur murahan," LadyDevimon mendekati Kazemon dan berbisik di telinganya, "Nikmati mimpi burukmu."

Setelah berkata seperti itu, LadyDevimon keluar ruangan sambil tertawa, meninggalkan Kazemon yang masih orgasme dan mengeluarkan air kencing serta air susu dalam jumlah yang banyak. Dengan puluhan vibrator menyala yang tertanam di dalam vaginanya dan HoneyBeemon yang terus merekamnya, Kazemon tidak dapat melakukan apa-apa dan terus mengerang seperti pelacur sampai baterai vibrator itu habis.

Kazemon menoleh ke arah pintu di mana LadyDevimon meninggalkannya, "Kumohooon... Matikaaahhnn... Ahhaahhnnn... Ah... Ahh.. Aku... Aku tidak kuat lagiii... Nggaaahhhnn..."

Warna celana dalam Kazemon kini sudah menjadi lebih gelap karena campuran air seni dan cairan vaginanya. Vaginanya terasa sangat nyeri dan berdenyut-denyut karena orgasme tanpa henti sejak tadi. Ditambah, payudaranya, tepatnya puting susunya, terasa sakit dan perih karena mengeluarkan air susu dalam jumlah yang banyak terus menerus.

"Kumohon... Matikan, aku sudah habis... Ahhhnn... Aku menyerah... Haah... Ooohhnn... Kumohon... Ogoohh.. Hoohhnn..."

Tangisan Kazemon mengisi ruangan itu. Ia terus memohon pada LadyDevimon yang sudah tidak berada di ruangan itu untuk mematikan vibrator yang menyiksanya dengan getaran di vaginanya. Melihat usahanya sia-sia, Kazemon akhirnya memohon pada HoneyBeemon yang merekamnya dengan kamera.

"Jangan rekam... Ahhhhnn, kumohon jangan rekaaahhhmm... Ini memalukan... Oooohh..."

HoneyBeemon tidak mendengarkan hal itu dan terus merekam reaksi Kazemon yang menurutnya, terlihat seperti pelacur daripada seorang peserta turnamen yang akan bertarung di arena.

"Kau datang ke sini ingin bertarung atau ingin menjual diri-bee? Pakaianmu seperti pelacur hahahaha!" HoneyBeemo mengejek pakaian Kazemon yang memang, terlihat seperti pelacur dengan hanya bra dan celana dalam saja.

"Tidaakkk... Aaahhhnn... Ra-Ranamon... Mnnaahhhnn.. Dia menipuku... Mmmhhnn... Untuk ikut turnamen ini..."

HoneyBeemon tertawa, "Ranamon menipumu? Kau saja yang bodoh! Tidak heran para Goblimon itu senang sekali bisa memperkosa wanita bodoh sepertimu!"

"GAAAHHNN! AAHHHNN! HAAAAAHHNN!"

Kazemon seakan tidak mendengar kata-kata HoneyBeemon barusan. Pikirannya teralihkan oleh orgasme yang baru saja dia rasakan. Vaginanya semakin lama menjadi mati rasa. Semakin lama tubuhnya menjadi sangat lemah. Ia bahkan tidak bisa menggerakkan kedua kakinya lagi karena sudah kehabisan tenaga untuk orgasme terus.

Matanya semakin lama semakin berat. Ia terus menerus hampir tidak sadarkan diri. Namun, orgasme demi orgasme membuatnya terus terjaga. Ia akhirnya hanya bisa mengeranda dan mendesah menikmati siksaan seksual yang diberikan oleh LadyDevimon.

Beberapa jam sudah berlalu. Entah sudah berapa banyak Kazemon mengalami multi-orgasme. Vaginanya sudah tidak mengeluarkan cairan dalam jumlah yang banyak lagi. Ia berpikir kalau cairan vaginanya kini sudah habis dan membuat vaginanya mengering. Tapi tidak, dia salah, vaginanya sudah sangat basah, membasahi seluruh tempat tidur dan lantai di bawahnya.

Aroma menyengat dari air kencingnya juga memenuhi seluruh ruangan itu. Cairan berwarna keemasan miliknya bercampur dengan air susu dan cairan dari vaginanya. Tidak dapat disangkal lagi, Kazemon benar-benar dalam kondisi yang terburuk. Dia sudah habis, benar-benar dikalahkan oleh LadyDevimon hanya dengan sepuluh vibrator.

"Fuuhheehh... Hwweeehh... Ssoloonnghh.. Hennssikaaan..." Kata-kata tidak jelas keluar dari mulut Kazemon. Ia merasa kalau dirinya sudah menjadi gila akibat orgasme.

Tidak ada siapa pun di ruangan itu sekarang. HoneyBeemon yang merekam dirinya sedang orgasme pun kini sudah pergi meninggalkan ruangan. Kamera yang dipakainya untuk merekam kini sudah bertambah menjadi lima buah. Kamera itu berdiri dengan alat penyangga di setiap sisi Kazemon. Tidak ada bagian tubuhnya yang tidak terekam kamera-kamera itu.

Sebelum meninggalkan ruangan itu, HoneyBeemon menyempatkan dirinya untuk bermain dengan tubuh Kazemon, tepatnya dengan vaginanya. Ia menepuk-nepuk vagina sensitif Kazemon. Tidak puas dengan menepuk vaginanya, HoneyBeemon juga memainkan klitoris Kazemon yang menonjol keluar dari balik celana dalamnya.

Ia menjepit dan menyentil klitoris yang kelihatan membesar itu dengan jarinya. Tidak hanya sekali, ia melakukan hal itu berkali-kali. Semakin Kazemon memohon untuk menghentikanya, semakin keras dia menyentil klitoris itu.

"Sahkit... Fuhueehh... Vajinnahhku... Kuhuu..."

Tubuhnya sudah tidak mampu melakukan apa-apa lagi. Dia benar-benar lumpuh untuk sementara ini. Walaupun orgasme hebat mendatanginya, tubuhnya tetap tidak bisa merespon, hanya suara mendesah yang keluar dari mulutnya yang penuh dengan gumpalan air liur. Sampai akhirnya, Kazemon dengan desahan terakhirnya, tidak sadarkan diri.

Lilithmon berjalan memasuki penjara yang terletak di Dunia Ranamon. Ia melihat Calmaramon sedang menikmati tubuh tiga Digimon yang sedang ia perkosa dengan tentakel-tentakelnya.

"Kurasa kau sedang menikmati waktumu, Calmaramon?" tanya Lilithmon pada Digimon yang berbentuk seperti wanita setengah cumi-cumi itu.

Calmaramon tersenyum, "Aku senang mendengar mereka mendesah dan memohon ampun. Rasanya seperti irama musik di telingaku."

"Kau benar-benar tidak pernah puas."

"Jadi, bagaimana? Apa persiapa turnamennya sudah selesai?" tanya Calmaramon.

Lilithmon mengangguk, "Semua peserta sudah datang, termasuk Kazemon."

"Hahahaha! Pelacur itu benar-benar datang? Dia mudah sekali terpancing dengan tipuan bodoh itu."

"Benar, Ranamon pintar sekali menggunakan wujud manusia itu sebagai umpan."

Mervamon yang mendengar hal itu, berkata di tengah desahannya, "Kalian benar-benar yang terburuk! Ahhh!"

Calmaramon menggeram, "Kau tidak bisa diam ya?"

Ia melilitkan tentakelnya di payudara Mervamon dengan sangat kuat.

"AAAKKHHH!"

Suara cairan vagina Mervamon yang menyembur keluar terdengar samar-samar di ruangan itu. Kini suara desahan Angewomon, Sakuyamon, dan Mervamon saling bersahutan karena Calmaramon semakin bernafsu dalam memperkosa mereka.

"Baiklah, aku hanya membawa makanan mereka ke sini," Lilithmon memberi isyarat pada HoneyBeemon di belakangnya yang membawa tiga mangkuk yang berisikan sperma, "Pastikan kalian siap untuk turnamen besok. Aku pergi."

Calmaramon melepaskan ketiga Digimon itu dari tentakelnya. Ia menyuruh ketiga mereka untuk segera memakan sperma itu langsung dari mangkuknya. Cambukan demi cambukan mengenai punggung ketiga Digimon yang sedang memakan makanan mereka.

Lilithmon pergi meninggalkan Dunia Ranamon menuju ke ruangan inti di mana Ranamon berada. Di ruangan itu sudah ada LadyDevimon yang sedang tertawa puas bersama Ranamon. Terlihat mereka sedang melihat video langsung Kazemon yang sedang tersiksa karena vibrator.

"Lihatlah dia! Pingsan karena orgasme? Kau bercanda kan, LadyDevimon? Hahahaha!"

"Kau harus melihatnya secara langsung! Aku tidak tahan dengan bau air kencingnya di sana! Hahahaha!"

"Wah, wah, wah. Apa yang aku lewatkan?" tanya Lilithmon.

"Oh, Lilithmon. Kau harus melihat video ini dari awal. Pelacur itu benar-benar habis, dia pingsan karena memakai vibrator itu berjam-jam." Jawab Ranamon dengan antusias. Kelihatannya dia sangat senang melihat Kazemon dalam keadaan yang benar-benar tidak menguntungkan.

"Well, itu sudah biasa. Seorang pelacur memang pantas mendapatkan siksaan seperti itu."

"Kau tahu? Vibrator-vibrator itu sudah dicampur oleh ramuan yang kuberikan pada pelacur itu dulu." Kata Ranamon.

"Apa maksudmu?" tanya LadyDevimon.

"Dokter Mayu, yang membuat ramuan itu, memperbarui bahan-bahannya dan menaruh ramuan itu di dalam kotak pengatur vibrator itu. Lalu, kabel pada vibrator itu juga berfungsi sebagai selang dan menyemprotkan ramuan itu dari ujung vibrator.

"Intinya, efek ramuannya akan berbeda. Ramuan pertama yang dia minum dulu akan meningkatkan nafsu seksualnya dalam waktu yang benar-benar acak. Sedangkan ramuan yang baru ini, akan memperlama durasinya dan merubah setiap rasa sakit yang dia terima menjadi kenikmatan seksual. Setiap pukulan akan menjadi rangsangan yang mampu membuat orgasme dirinya."

"Dokter Mayu hebat sekali, bisa meningkatkan ramuan itu dalam waktu singkat." Kata Lilithmon yang terperangah mendengar penjelasan Ranamon.

"Jadi singkatnya, tubuh akan menjadi lebih sensitif dari sebelumnya?" tanya LadyDevimon.

"Seribu kali lebih sensitif dari biasanya." Jawab Ranamon singkat. "Bisa kau bayangkan bukan, tiap kali dia dipukul, tidak, tiap kali tubuhnya disentuh bahkan oleh angin pun, dia akan orgasme. Tinggal menunggu waktu saja sampai ramuan itu bekerja saat dia bertarung nanti."

"Pantas saja dia bereaksi seperti itu saat orgasme. Ternyata ramuannya benar-benar bekerja dengan baik." Kata LadyDevimon.

Tidak berapa lama kemudian, Dokter Mayu masuk ke dalam ruangan di mana tiga Digimon itu sedang berbicara mengenai ramuannya.

"Kalian sedang membicarakan ramuan baruku?"

Ranamon melirik ke arah dokter itu, "Ah, dokter. Aku senang sekali dengan ramuannya."

"Tidak masalah. Aku kagum padamu, kau bisa memperkirakan rencanamu dengan tepat. Bagaimana kau tahu kalau Mervamon akan datang kepadaku?"

Ranamon mendengus, "Itu mudah. Lilithmon memberitahuku kalau Mervamon dekat denganmu, dokter. Jadi, aku memberikan ramuan itu padanya dan bertaruh kalau dia pasti akan datang padamu. Ternyata aku benar, beruntung aku sempat berbicara dengamu lebih dulu."

"Aku senang sekali bisa bekerja denganmu, Ranamon. Fasilitas yang kau berikan benar-benar hebat, aku tidak mampu menolaknya."

"Oh, kau terlalu memujiku." Kata Ranamon dengan sedikit bangga, "Rencanaku tidak akan berhasil tanpa bantuan Lilithmon dan LadyDevimon. Mereka benar-benar hebat."

Kedua Digimon yang disebut Ranamon itu memberi gestur yang seolah mengatakan 'tidak masalah' kepada Ranamon.

"Berkat percobaan yang kulakukan dengan mereka, aku bisa dengan mudah meneliti dan meningkatkan kinerja ramuan itu." Dokter Mayu diam sebentar, "Kau masih ingat dengan pil yang kuberikan pada mereka?"

"Tentu saja. Ada apa dengan pil itu?" tanya Ranamon.

"Itu adalah pil penenang obat itu. Tapi, pil itu memiliki efek samping."

"Apa itu?" kali ini LadyDevimon yang bertanya.

Dokter Mayu tersenyum, "Pil itu juga mengakumulasikan efek ramuan yang sempat terhenti. Jika mereka memakan pil itu ketika ramuan itu bekerja, maka efek ramuan itu akan berhenti seketika, kan?"

Ranamon mengangguk.

"Sebenarnya, pil itu tidak menghentikan efeknya secara langsung, pil itu hanya memberikan jeda pada efeknya. Jadi, efek ramuan itu akan berhenti sementara dan aktif kembali untuk efek yang selanjutnya. Durasi efek sebelumnya yang belum tercapai akan ditambahkan ke efek berikutnya."

"Maksudmu, durasi efek yang terakhir akan lebih lama karena ditambah dengan durasi dari efek yang sebelumnya?" Ranamon mengambil kesimpulan.

Dokter Mayu mengangguk, "Tepat sekali."

"Sebentar," sergah Lilithmon, "Apa kau tahu berapa lama durasi dari tiap efek ramuan itu?"

"Tidak pasti. Itu semua tergantung seberapa besar nafsu seks yang dimiliki oleh tubuh yang meminumnya. Bisa saja sangat lama, bisa juga sangat singkat. Semakin dia terangsang, semakin lama efeknya akan bekerja. Jadi, lebih baik membuatnya terangsang sebelum efeknya bekerja agar lebih lama."

"Tapi, efek ramuan itu muncul secara acak, kita tidak tahu kapan efek itu akan bekerja."

"Itulah gunanya vibrator yang kuberikan tadi." Kata Dokter Mayu, "Ramuan yang keluar dari vibrator itu masuk melalui vaginanya, tubuhnya akan menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan seksual. Itu akan membuat kombinasi yang sempurna dari kedua ramuan."

"Benar juga, ramuan pertama akan aktif dan membuatnya terangsang dan ramuan kedua akan membuatnya semakin terangsang ketika menerima rasa sakit dalam bentuk apapun. Kazemon akan menjadi pelacur yang haus akan seks ketika bertarung nanti."

Keempat wanita di ruangan itu tertawa puas membayangkan apa yang akan terjadi pada Kazemon nanti. Mereka sangat senang dengan hasil pencapaian mereka. Mulai dari memancing Kazemon dengan Izumi palsu sampai merubah tubuhnya menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan seksual.

"Tunggu sebentar," LadyDevimon mendadak terdiam, "Aku menaruh dua vibrator di putingnya. Apa itu juga berpengaruh padanya?"

Dokter Mayu menjawab kebingungan LadyDevimon, "Sebenarnya, itu ide yang brilian. Mungkin tadi kau tidak melihatnya, tapi ramuan itu pasti keluar dari vibrator itu dan mengalir ke seluruh payudaranya. Kau baru saja membuat Kazemon menjadi seekor sapi perah jika dia dipukul di daerah itu."

"Nona Ranamon!" HoneyBeemon masuk ke dalam ruangan, "Mereka sudah di sini."

"Oh, bagus, cepat panggil mereka kemari." Ranamon tersenyum.

"Baik-bee."

HoneyBeemon itu keluar dari ruangan itu.

"'Mereka'?" tanya LadyDevimon.

"Kau lihat saja nanti."

Pintu ruangan itu terbuka. Dua Digimon masuk ke dalam ruangan.

"Hmm... Kalian punya selera yang bagus." Kata Digimon yang berwujud seperti bunga mawar berwarna merah dengan sulur-sulur berduri melilit tubuhnya. Wajahnya tertutup oleh topeng yang berwujud seperi kelopak bunga mawar.

"Ruangan penjara tadi benar-benar mengesankan." Sahut Digimon dengan pakaian berwarna ungu yang membawa dua tongkat di tangannya.

Ranamon berjalan mendekati kedua Digimon itu, "Senang sekali kau bisa bergabung dengan kami, Rosemon." Ia menjabat tangan Rosemon lalu menoleh ke Digimon di sebelahnya, "Kau juga, Lotusmon."
 
Bimabet
12. Pendatang Baru

"Uhh.. Di mana aku?"

Kazemon akhirnya sadarkan diri setelah pingsan beberapa jam. Ia melihat sekeliling dan menyadari kalau tangan dan kakinya sekarang diikat di setiap sudut tempat tidur. Digimon berambut ungu terang itu berusaha melepaskan tubuhnya, namun usahanya sia-sia. Ikatan itu sangat kuat.

"Kau sudah bangun?" sebuah suara datang dari sisi atas tempat tidur di mana Kazemon terikat.

"LadyDevimon!" seru Kazemon ketika melihat Digimon yang berpakaian serba hitam itu, "Apa maksud semua ini? Lepaskan aku sekarang!"

"Sayang sekali, aku tidak bisa menerima perintah dari Digimon lemah." Kata LadyDevimon sambil melipat kedua tangannya dengan tatapan sombong.

"Mervamon!? Ke mana mereka membawanya!?" tanya Kazemon sambil mencari keberadaan Mervamon di kamar itu.

LadyDevimon mengitari tempat tidur di mana Kazemon terikat dan berdiri di sampingnya. Ia mengelus pelan pipi Kazemon dengan tangannya.

"Kau tidak usah khawatir, dia sedang bermain dengan Lilithmon." Kata LadyDevimon. "Lagipula, kau harus segera melihat ini."

LadyDevimon mengambil sebuah remote dari meja kecil di kamar itu. Ia memencet sebuah tombol ke arah tembok di depan tempat tidur Kazemon. Tembok itu terbelah menjadi dua dan sebuah layar hitam muncul dari baliknya. LadyDevimon memencet tombol lagi dan layar hitam itu memperlihatkan sesuatu pada Kazemon.

"Izumi!" Kazemon meronta melihat gambar Izumi dari kedua belahan dada besarnya. Ia melihat Izumi yang kedua tangannya terikat dan digantung di sebuah tiang besi, "Apa yang telah kau lakukan padanya!? Cepat lepaskan dia!"

"Sshh... Sshh... Tenanglah sedikit. Apa memang semua pelacur sangat tidak sabaran seperti ini?" LadyDevimon menenangkan Kazemon dengan sedikit mengejeknya, "Ini bagian terbaiknya."

Sebuah tentakel berwarna kemerahan mendekati tubuh Izumi yang terikat. Tentakel itu melilit tubuh Izumi dengan erat dan mencekik lehernya. Kazemon berteriak dan meminta LadyDevimon untuk menghentikan tentakel itu. Tentu saja hal itu tidak dihiraukan oleh LadyDevimon. Teriakan kesakitan Izumi terdengar begitu menyakitkan di telinga Kazemon. Ia mengeluarkan air matanya karena tidak tahan melihat hal itu.

"Fufufufu..."

Kazemon terkejut melihat Izumi yang sedang tercekik itu kini tertawa pelan. Ia tidak mampu berkata-kata dan mengira kalau Izumi baik-baik saja. Namun, senyuman Izumi terlihat seperti senyuman licik.

"Izumi..."

"Hmph... Mufufufu... Haha... HAHAHAHA! HAHAHAHAHA!"

"Izumi!? Ada apa denganmu? LadyDevimon! Jelaskan ini!"

LadyDevimon hanya tertawa melihat reaksi Kazemon yang penuh kebingungan.

"AHAHAHAHAHAHA!" Izumi terus tertawa sampai akhirnya dia berkata, "Kau mudah sekali tertipu, pelacur murahan!"

Tentakel yang melilit tubuh Izumi kini terlepas dari tubuhnya. Ikatan di kedua tangannya pun terlepas begitu ia menariknya sekuat tenaga. Gadis itu berjalan pelan dan kini seluruh tubuhnya terlihat jelas di depan layar.

"Seharusnya kau lihat wajahmu." Kata Izumi sambil menahan tawanya.

"Izumi? Kenapa kau—"

"Diam!"

LadyDevimon menaikkan kakinya tinggi-tinggi dan menjatuhkannya tepat di perut Kazemon.

"AGH!"

Kazemon tidak bisa menahan hantaman kaki LadyDevimon karena kedua tangan dan kakinya terikat. Perutnya pun akhirnya menjadi sasaran empuk bagi LadyDevimon.

Izumi tertawa, "Bagus, LadyDevimon. Tutup saja mulut pelacur itu."

"Terima kasih, Ranamon."

"Ugh... Ra-Ranamon?" ujar Kazemon sambil memulihkan tubuhnya karena rasa sakit di perutnya.

Izumi tertawa kecil. Tubuhnya kemudian diselimuti oleh pusaran air kecil dan berubah menjadi Ranamon dalam sekejap mata.

"A-apa?" Kazemon terkejut dan bingung dengan apa yang barusan dilihatnya.

"Ahahahahah!" LadyDevimon tertawa lepas, "Lihatlah itu! Mudah sekali kau tertipu!"

"Di mana Izumi!?" Kazemon masih tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi.

"Kau bodoh, ya?" kata LadyDevimon sambil terus tertawa.

"Katakan di mana dia!" Kazemon membentak LadyDevimon.

LadyDevimon menghentikan tawanya dan menatap tajam Kazemon. Ia mencengkram payudara Kazemon dengan tangannya.

"Akkh!" rintih Kazemon.

"Sebaiknya jangan bentak aku lagi atau aku akan merobek kulit payudara murahanmu ini!"

LadyDevimon melepaskan tangannya dari payudara Kazemon.

"LadyDevimon," terdengar suara Ranamon dari balik layar, "Aku tahu kau bisa mendengarku. Dengar baik-baik, kalau pelacur itu tidak bisa diam, kau tutup saja mulut atas dan mulut bawahnya, kau mengerti maksudku kan?"

"Tentu saja aku mengerti, aku tidak sebodoh Digimon murahan ini." jawab LadyDevimon.

LadyDevimon yang sempat bingung, akhirnya tahu bagaimana Ranamon dapat berinteraksi dengannya. Ia melihat sebuah kamera di sudut ruangan, lengkap dengan mikrofon kecil di bawahnya.

"Aku sudah siapkan alat-alatnya. Di bawah tempat tidur itu ada sebuah tas, ambillah dan gunakan pada pelacur itu." Setelah berkata seperti itu, Ranamon memutuskan sambungannya dan layar itu pun kembali menjadi hitam.

LadyDevimon mengikuti kata-kata Ranamon dan mengambil sebuah tas berukuran sedang dari bawah tempat tidur. Ia membuka tas itu. Sebuah senyum terlihat di bibirnya.

"Lihat dan ingatlah wajahku ini," kata LadyDevimon pelan, "Akulah yang membawa mimpi burukmu."

Digimon yang berwujud seperti iblis wanita itu mengangkat puluhan benda dengan kabel yang tergulung rapi. Benda itu berbentuk seperti kapsul sebesar dua ibu jari dan berwarna merah muda dengan kabel yang muncul dari salah satu ujungnya. Kabel itu terhubung oleh sebuah kotak yang kelihatannya berisi sebuah baterai dan sebuah tombol yang digunakan untuk mengaktifkannya.

"Lihatlah ini, Ranamon tahu benda yang paling kau sukai," kata LadyDevimon, "Warnanya juga cocok dengan pakaian murahanmu."

"Singkirkan itu dari hadapanku!" Kazemon memberontak.

"Tenanglah, ini cuma vibrator. Benda seperti ini tidak akan menyakitimu, malah ini akan memberikanmu kenikmatan. Bukankah kau sering menggunakan benda seperti ini setiap hari?"

"Jangan bercanda! Aku tidak pernah menggunakan benda seperti itu!"

"Oooh ayolah~ Kau kira kau bisa menipuku?" LadyDevimon mendekatkan wajahnya pada payudara Kazemon, "Payudaramu sangat sensitif kan? Bukankah itu saja sudah membuktikan kalau kau sering memainkannya, atau mungkin kau membiarkan para lelaki yang memainkannya? Aahhnn.. Kau nakal juga ya."

"Kuh!? Apa maksudmu!? Aku tidak seperti itu!"

LadyDevimon hanya tersenyum mendengar protes Kazemon. Ia mengeluarkan seluruh benda yang ada di tas itu.

"Hmmm... Banyak sekali, aku sampai bingung memilihnya." Kata LadyDevimon sambil memandangi dildo dan vibrator itu. Ia mengambil dua vibrator berbentuk seperti kapsul, "Kurasa ini akan kupasang di sini."

LadyDevimon menurunkan bra Kazemon hingga memperlihatkan dua bongkahan dada besar dan putingnya.

"Kuh!? Hentikan!"

"Besar sekali," kata LadyDevimon dengan kagum begitu melihat payudara besar Kazemon, "Putingmu juga berwarna merah muda. Tidak heran kalau kau bisa menghasilkan air susu dalam jumlah yang banyak. Payudara sebesar ini bisa menghasilkan susu untuk seluruh peserta turnamen hahahahaha!"

Kazemon merasa dipermalukan saat LadyDevimon membicarakan tentang ukuran payudaranya. Memang setelah menerima ramuan yang diberikan Ranamon, tubuhnya menjadi sepuluh kali lipat lebih sensitif dari biasanya. Payudaranya memang bisa mengeluarkan air susu jika ia benar-benar terangsang, namun setelah diberi ramuan oleh Ranamon, air susu itu jadi lebih mudah untuk keluar, bahkan dalam jumlah yang lebih banyak.

Untuk vaginanya sendiri, ramuan itu juga membuatnya jadi semakin sensitif. Ramuan itu juga membuat keperawanannya terus kembali seperti semula dalam waktu 24 jam. Cairan orgasme yang dikeluarkan juga lebih banyak dari biasanya. Karena ramuan itu, tubuhnya seakan-akan harus mengalah karena nafsu seksnya yang semakin meningkat.

LadyDevimon terus memainkan payudara Kazemon dan memilin putingnya, "Kelihatannya hanya dengan meremasnya seperti ini, air susumu bisa menyembur kapan saja."

LadyDevimon menjepit kedua puting Kazemon dengan jarinya dan memelintirnya. Wajah Kazemon memerah karena terangsang dan erangan kenikmatan yang bercampur dengan kesakitan keluar dari mulutnya. Dengan tangan dan kaki yang diikat, Kazemon tidak mampu melawan balik ataupun mempertahankan dirinya. Ia hanya bisa menunggu sampai LadyDevimon puas bermain dengan tubuhnya.

"Aku keluaaaar! AHHHHNNN!"

Kazemon mengerang dengan keras saat LadyDevimon menjepit kedua putingnya dengan sangat keras dan orgasme. Seperti biasa, rangsangan di payudaranya membuat air susunya memancar keluar seperti air mancur kecil dari putingnya yang sudah mengeras. Celana dalamnya juga mulai basah karena cairan orgasmenya.

"Hohoho~ tidak kusangka akan sebanyak ini." kata LadyDevimon, "Sekarang, biar kupasang vibrator ini di putingmu."

LadyDevimon mengambil selotip dari dalam tas itu. Ia menempelkan vibrator itu di kedua puting Kazemon dan merekatkannya dengan selotip yang baru saja ia ambil. Pengendali vibrator itu ia selipkan di antara sabuk yang mengikat tubuh Kazemon. Digimon iblis itu memutar pengendali di vibrator itu sampai setengah.

"Eh? Kenapa tidak menyala?" LadyDevimon yang kebingungan kini melihat lagi ke arah tas yang berisi banyak sekali dildo dan vibrator. Ia mengambil sesuatu dari tas itu, "Apa ini? remote?"

LadyDevimon mengangkat remote itu. Di remote itu terdapat satu tombol dan satu pengatur volume yang dapat diputar. Ia menekan tombol yang ada di remote itu.

"HAHHHNN! AAHHHNN!"

Terdengar suara getaran dari vibrator yang menempel di kedua puting Kazemon. Bersamaan dengan itu, suara erangan dan desahan Kazemon mengisi seluruh kamar itu. Tubuh Digimon yang berwujud seperti peri itu menggeliat dengan hebat di atas tempat tidurnya. Wajahnya dengan cepat memerah dan kini ia sudah sangat terangsang hanya karena getaran yang ada di kedua puting susunya yang sudah sangat sensitif.

"Ahahaha! Tidak kusangka reaksinya akan seperti ini." ucap LadyDevimon yang kini sudah memutar remote itu ke setelan maksimal. Setelah puas melihat Kazemon yang dilanda badai orgasme, ia mematikan kedua vibrator itu.

"Haaahhh... Haahhhh... Haahahhh..." lidah Kazemon menjulur keluar disertai dengan air liur yang mengalir dari antara bibirnya. Nafasnya terengah-engah karena kelelahan akibat getaran vibrator itu harus membuatnya berteriak dan mengejangkan tubuhnya yang terikat.

"Baiklah, aku sudah mengerti cara kerjanya," LadyDevimon mengambil vibrator yang sama dengan yang menempel di puting Kazemon dan menghitungnya, "Tujuh... Delapan... Sembilan... Sepuluh. Baiklah, sepuluh vibrator ini akan kumasukkan ke vaginamu."

Kazemon yang masih mengatur nafasnya terkejut mendengar kata-kata LadyDevimon yang bagaikan mimpi buruk baginya, "Tidak! Kumohon jangan! Jangan sebanyak itu! Hentikan! Tidak! Hentikaaaan!"

LadyDevimon tidak menghiraukan kata-kata Kazemon. Ia menarik turun celana dalam Kazemon dan mengamati vaginanya yang sudah sangat basah. Ia mencucupkan jarinya ke dalam vagina Kazemon.

"Kau menolaknya tapi vaginamu sudah sebasah ini." Ujar LadyDevimon.

Tanpa menunggu lama lagi, LadyDevimon memasukkan satu vibrator itu ke dalam vagina Kazemon.

"NNGGHH! MNHAAHHHNN!"

Dengan cepat, LadyDevimon memasukkan vibrator kedua. Desahan Kazemon semakin menjadi-jadi ketika ia memasukkan vibrator yang lain. Hal itu semakin membuatnya senang dan bernafsu untuk cepat-cepat menyalakan vibrator dan melihat reaksi Kazemon.

"Dan ini dua vibrator terakhir."

Digimon iblis itu memasukkan dua vibrator sekaligus ke dalam vagina Kazemon yang terlihat sudah sangat penuh dengan vibrator yang tertanam di dalamnya. Dengan susah payah, ia mendorong kedua benda berbentuk seperti telur berukuran kecil itu.

"Ngghh! Tinggal sedikit lagi..." LadyDevimon terus mendorong dua vibrator itu dengan jarinya ke dalam vagina Kazemon yang sudah dipenuhi dengan vibrator yang lain, "Kali ini pati bisa. Ini adalah yang terakhir!" Ia mendorong dua vibrator itu sekuat tenaga hingga dua jari yang ia gunakan untuk mendorong vibrator itu ikut masuk ke dalam vagina Kazemon.

"NHAAAHHNNNN!"

Kazemon mengalami orgasme secara instan begitu dua vibrator terakhir masuk ke dalam vaginanya. Kini, lubang kewanitaannya itu penuh sesak dengan vibrator. LadyDevimon mengatur kabel yang menjulur keluar dari vagina Kazemon agar tidak terlilit satu dengan yang lainnya. Ia kemudian menyelipkan kotak yang digunakan sebagai penyimpan baterai vibrator sekaligus pengendalinya di sepatu Kazemon yang tingginya mencapai pahanya.

"Ooohhnn... Ahhhnn... Mmmhnn... Keluarkan... Itu semua..." pinta Kazemon ketika ia merasakan kesepuluh vibrator itu bergerak dan menggesek dinding vaginanya.

LadyDevimon tidak menghiraukannya dan terus melanjutkan kegiatannya. Setelah selesai mengatur kabel-kabel itu, ia menaikkan celana dalam Kazemon agar vibrator itu tidak mudah keluar dari vaginanya.

"Baiklah, sudah selesai. Kuharap kau siap dengan mimpi burukmu, pelacur."

LadyDevimon mengambil remote pengendali utama vibrator-vibrator itu. Dia menekan tombol untuk menyalakan mainan-mainan seks itu dan memutarnya pengatur kekuatannya sedikit.

"MMNHHAAHHHNN! HHAAAHHHNNN!"

Getaran kecil dari sepuluh vibrator itu membuat Kazemon gila. Ia mengalami orgasme instan begitu vibrator-vibrator itu dinyalakan. Dinding vaginanya menjadi sangat sensitif, sedikit sentuhan di tubuhnya sekarang bisa membuatnya untuk orgasme lagi.

Masih belum puas dengan reaksi Kazemon barusan, LadyDevimon meningkatkan getaran vibrator itu hingga maksimal.

"HHYYAAAAHHHNN! HENTIKAN! AHHHHAANNHH! AKU TIDAK KUAT LAGI! HAAAHHHHNNN!:

Kazemon menjerit sejadi-jadinya. Suara berdengung vibrator itu terdengar sangat jelas dari vaginanya. Vibrator-vibrator itu bergerak dengan sangat cepat di dalam vagina Kazemon dan menyentuh setiap bagian sensitifnya. Orgasme Kazemon sudah tidak terbendung lagi, getaran itu membuat orgasme seakan tidak bisa berhenti.

"HAAAHHHNN! MATIKAN! KUMOHOOON! MATIKAANN! UUAAHHHHNN!"

Vagina Kazemon terasa seperti sedang dimasuki oleh penis yang memompa keluar masuk dengan sangat cepat. Kenikmatan dari getaran vibrator itu membuatnya tidak dapat berpikir dengan normal. Lidahnya kini menjulur keluar dan mengeluarkan air liur. Air matanya mengalir di kedua pipinya yang berwarna kemerahan karena rasa nikmat di vaginanya.

Erangan demi erangan orgasme terus keluar dari mulutnya. Vaginanya terus menyemburkan cairan bening ke sekitar tempat tidur, bahkan menetes hingga ke lantai. Tangan dan kaki yang terikat membuatnya tidak dapat melakukan apa-apa selain menggeliat dan membanting tubuhnya di atas kasur.

"MMMHHAAHHHNNN! KUUHH! AHHHHAAHHHNN! AKU KELUAR LAGIIII! HHAAHHHNN!"

Tidak hanya vaginanya yang basah, payudara Kazemon kini juga mengeluarkan air susu dari sela-sela vibrator yang menempel di putingnya. Cairan putih itu menyelimuti payudaranya dan membasahi tempat tidur. Aliran air susu itu bagaikan sungai yang mengalir di tubuhnya.

"KYAHAHAHAHA! AKHIRNYA AKU TAHU KENAPA RANAMON SENANG SEKALI MENYIKSA VAGINAMU! BIAR KUTAMBAH DERITAMU! RASAKAN INI!" LadyDevimon menampar keras vagina Kazemon yang sangat sensitif akibat stimulasi dari puluhan vibrator itu dengan tangannya.

"NGHI—! HII—! A—! AH—!" Kazemon tidak dapat berteriak lagi, ini adalah puncak kenikmatan yang ia rasakan dan batas tubuhnya untuk menahan hawa nafsu yang membuatnya sangat terangsang seperti ini.

Tubuhnya menekuk ke atas. Mulutnya menganga dan suaranya tersekat di tenggorokannya setiap kali dia berusaha berteriak. Kedua tangannya meremas tali yang mengikatnya. Di balik penutup matanya, mungkin akan terlihat jelas matanya yang terbalik hingga menyisakan bagian putihnya saja dan air mata yang entah muncul karena keputusasaan atau kenikmatan.

"Kau merekam ini, HoneyBeemon?" tanya LadyDevimon pada HoneyBeemon yang sejak tadi, tanpa sepengetahuan Kazemon, sedang merekam keadaannya sekarang.

"Yap," jawabnya tanpa melepas pandangan dari kamera yang sedang ia bawa, "Nona Ranamon juga sedang melihatnya-bee. Aku yakin dia pasti sedang tertawa puas melihat ini-bee!"

"Ranamon sedang menonton ini?" kata LadyDevimon, "Kau dengar itu, pelacur? Mari kita berikan dia tontonan yang bagus."

Sebuah tamparan sekali lagi mendarat di vagina Kazemon. Kali ini tidak hanya sekali, tapi berkali-kali hingga Kazemon harus mengangkat dan membanting tubuhnya di atas tempat tidur berulang-ulang. LadyDevimon bisa merasakan bentuk dari puluhan vibrator itu dari kulit luar Kazemon, ia terus mengincar bagian di mana vibrator itu berada.

"HA—! AHN—! NHAA—!"

LadyDevimon mengepalkan kedua tangannya dan mengangkatnya tinggi-tinggi, "Dan ini yang terakhir! HYAAARRGH!"

Kedua tangan yang dikepalkan menjadi satu itu tepat menghantam vagina Kazemon yang masih tertutup celana dalam basahnya.

"AGH—! KUH—! UHH... AHHN..." Kazemon mengalami syok berat begitu rasa sakit di vaginanya terkirim ke otaknya. Seluruh bagian tubuhnya langsung melemas dan jatuh terdiam di atas tempat tidur. Daerah di sekitar vaginanya terasa berdenyut. Rasa sakit dan kenikmatan menjadi satu di sana.

Kazemon mengerang ketika merasakan sesuatu akan keluar dari gemetaran karena kelelahan akibat orgasme berkali-kali yang melandanya. Air susunya kini semakin banyak, payudaranya tidak mau berhenti memproduksi susu akibat terus menerus menerima rangsangan seksual dari vibrator yang menempel di putingnya.

"MMHHHH! MMPPFFHHH!"

Kazemon semakin merasakan sensasi nikmat di vaginanya. Sesuatu benar-benar akan menyembur keluar. Dengan sekuat tenaga, ia menahan rangsangan demi rangsangan yang dihasilkan oleh vibrator di dalam vaginanya. Desahan erotisnya terus tertahan. Wajahnya semakin memerah, tangannya juga semakin kuat meremas tali yang mengikatnya.

"NNNGGHHH! MMMNNAHHH! AAAAAHHHNNNNNNGGGG! HAAAAAAHHHHH!"

Kazemon sudah tidak kuat lagi. Ia mengalami orgasme yang sangat hebat. Tubuhnya menekuk ke atas untuk bisa mengeluarkan cairan vaginanya. Cairan bening itu terus keluar bersamaan dengan air susunya. Ia bagaikan pelacur murahan dengan mendesah dan mengeluarkan cairan vaginanya secara bersamaan.

"HAAAAHHH! AAAAHHHNN! AAAAHHHHHHH!"

Tidak sampai di situ saja Kazemon merasa dipermalukan. Kini, cairan berwarna kekuningan mulai mengalir keluar mengikuti cairan vaginanya. Air kencingnya keluar bagaikan air mancur emas dan bercampur dengan cairan vaginanya.

"HAHAHAHA! Apa kau sudah tidak punya rasa malu lagi? Kau sampai tidak dapat menahan kencingmu sendiri karena kenikmatan vibrator itu? Ini akan menjadi rekaman yang bagus!" LadyDevimon terus mengejek dan mempermalukan Kazemon dengan kata-katanya.

"Salah satu Digimon Legendaris, tidak dapat menahan rasa malunya sampai harus kencing di celana! Tidak! Kau bahkan tidak memakai celana! Hanya celana dalam saja! Ahahahaha! Kau lebih cocok disebut Digimon Pelacur Legendaris!"

"AAAAAHHHH! MMNNAAHHHHNN! HHAAAAAHHHNNN!"

Kazemon terus berteriak dan mengeluarkan erangan kenikmatan. Belum selesai orgasme yang sebelumnya, orgasme yang lain datang melandanya. Dia tidak bisa beristirahat, hampir tidak ada jeda tiap kali dia mengalami orgasme.

"OOOHHH! GAAAHHH! AHHHHNNN!"

"HoneyBeemon, pastikan kau merekam ini sampai selesai. Aku akan meninggalkanmu di sini bersama pelacur ini."

"Baik-bee!"

"Dan kau, pelacur murahan," LadyDevimon mendekati Kazemon dan berbisik di telinganya, "Nikmati mimpi burukmu."

Setelah berkata seperti itu, LadyDevimon keluar ruangan sambil tertawa, meninggalkan Kazemon yang masih orgasme dan mengeluarkan air kencing serta air susu dalam jumlah yang banyak. Dengan puluhan vibrator menyala yang tertanam di dalam vaginanya dan HoneyBeemon yang terus merekamnya, Kazemon tidak dapat melakukan apa-apa dan terus mengerang seperti pelacur sampai baterai vibrator itu habis.

Kazemon menoleh ke arah pintu di mana LadyDevimon meninggalkannya, "Kumohooon... Matikaaahhnn... Ahhaahhnnn... Ah... Ahh.. Aku... Aku tidak kuat lagiii... Nggaaahhhnn..."

Warna celana dalam Kazemon kini sudah menjadi lebih gelap karena campuran air seni dan cairan vaginanya. Vaginanya terasa sangat nyeri dan berdenyut-denyut karena orgasme tanpa henti sejak tadi. Ditambah, payudaranya, tepatnya puting susunya, terasa sakit dan perih karena mengeluarkan air susu dalam jumlah yang banyak terus menerus.

"Kumohon... Matikan, aku sudah habis... Ahhhnn... Aku menyerah... Haah... Ooohhnn... Kumohon... Ogoohh.. Hoohhnn..."

Tangisan Kazemon mengisi ruangan itu. Ia terus memohon pada LadyDevimon yang sudah tidak berada di ruangan itu untuk mematikan vibrator yang menyiksanya dengan getaran di vaginanya. Melihat usahanya sia-sia, Kazemon akhirnya memohon pada HoneyBeemon yang merekamnya dengan kamera.

"Jangan rekam... Ahhhhnn, kumohon jangan rekaaahhhmm... Ini memalukan... Oooohh..."

HoneyBeemon tidak mendengarkan hal itu dan terus merekam reaksi Kazemon yang menurutnya, terlihat seperti pelacur daripada seorang peserta turnamen yang akan bertarung di arena.

"Kau datang ke sini ingin bertarung atau ingin menjual diri-bee? Pakaianmu seperti pelacur hahahaha!" HoneyBeemo mengejek pakaian Kazemon yang memang, terlihat seperti pelacur dengan hanya bra dan celana dalam saja.

"Tidaakkk... Aaahhhnn... Ra-Ranamon... Mnnaahhhnn.. Dia menipuku... Mmmhhnn... Untuk ikut turnamen ini..."

HoneyBeemon tertawa, "Ranamon menipumu? Kau saja yang bodoh! Tidak heran para Goblimon itu senang sekali bisa memperkosa wanita bodoh sepertimu!"

"GAAAHHNN! AAHHHNN! HAAAAAHHNN!"

Kazemon seakan tidak mendengar kata-kata HoneyBeemon barusan. Pikirannya teralihkan oleh orgasme yang baru saja dia rasakan. Vaginanya semakin lama menjadi mati rasa. Semakin lama tubuhnya menjadi sangat lemah. Ia bahkan tidak bisa menggerakkan kedua kakinya lagi karena sudah kehabisan tenaga untuk orgasme terus.

Matanya semakin lama semakin berat. Ia terus menerus hampir tidak sadarkan diri. Namun, orgasme demi orgasme membuatnya terus terjaga. Ia akhirnya hanya bisa mengeranda dan mendesah menikmati siksaan seksual yang diberikan oleh LadyDevimon.

Beberapa jam sudah berlalu. Entah sudah berapa banyak Kazemon mengalami multi-orgasme. Vaginanya sudah tidak mengeluarkan cairan dalam jumlah yang banyak lagi. Ia berpikir kalau cairan vaginanya kini sudah habis dan membuat vaginanya mengering. Tapi tidak, dia salah, vaginanya sudah sangat basah, membasahi seluruh tempat tidur dan lantai di bawahnya.

Aroma menyengat dari air kencingnya juga memenuhi seluruh ruangan itu. Cairan berwarna keemasan miliknya bercampur dengan air susu dan cairan dari vaginanya. Tidak dapat disangkal lagi, Kazemon benar-benar dalam kondisi yang terburuk. Dia sudah habis, benar-benar dikalahkan oleh LadyDevimon hanya dengan sepuluh vibrator.

"Fuuhheehh... Hwweeehh... Ssoloonnghh.. Hennssikaaan..." Kata-kata tidak jelas keluar dari mulut Kazemon. Ia merasa kalau dirinya sudah menjadi gila akibat orgasme.

Tidak ada siapa pun di ruangan itu sekarang. HoneyBeemon yang merekam dirinya sedang orgasme pun kini sudah pergi meninggalkan ruangan. Kamera yang dipakainya untuk merekam kini sudah bertambah menjadi lima buah. Kamera itu berdiri dengan alat penyangga di setiap sisi Kazemon. Tidak ada bagian tubuhnya yang tidak terekam kamera-kamera itu.

Sebelum meninggalkan ruangan itu, HoneyBeemon menyempatkan dirinya untuk bermain dengan tubuh Kazemon, tepatnya dengan vaginanya. Ia menepuk-nepuk vagina sensitif Kazemon. Tidak puas dengan menepuk vaginanya, HoneyBeemon juga memainkan klitoris Kazemon yang menonjol keluar dari balik celana dalamnya.

Ia menjepit dan menyentil klitoris yang kelihatan membesar itu dengan jarinya. Tidak hanya sekali, ia melakukan hal itu berkali-kali. Semakin Kazemon memohon untuk menghentikanya, semakin keras dia menyentil klitoris itu.

"Sahkit... Fuhueehh... Vajinnahhku... Kuhuu..."

Tubuhnya sudah tidak mampu melakukan apa-apa lagi. Dia benar-benar lumpuh untuk sementara ini. Walaupun orgasme hebat mendatanginya, tubuhnya tetap tidak bisa merespon, hanya suara mendesah yang keluar dari mulutnya yang penuh dengan gumpalan air liur. Sampai akhirnya, Kazemon dengan desahan terakhirnya, tidak sadarkan diri.

Lilithmon berjalan memasuki penjara yang terletak di Dunia Ranamon. Ia melihat Calmaramon sedang menikmati tubuh tiga Digimon yang sedang ia perkosa dengan tentakel-tentakelnya.

"Kurasa kau sedang menikmati waktumu, Calmaramon?" tanya Lilithmon pada Digimon yang berbentuk seperti wanita setengah cumi-cumi itu.

Calmaramon tersenyum, "Aku senang mendengar mereka mendesah dan memohon ampun. Rasanya seperti irama musik di telingaku."

"Kau benar-benar tidak pernah puas."

"Jadi, bagaimana? Apa persiapa turnamennya sudah selesai?" tanya Calmaramon.

Lilithmon mengangguk, "Semua peserta sudah datang, termasuk Kazemon."

"Hahahaha! Pelacur itu benar-benar datang? Dia mudah sekali terpancing dengan tipuan bodoh itu."

"Benar, Ranamon pintar sekali menggunakan wujud manusia itu sebagai umpan."

Mervamon yang mendengar hal itu, berkata di tengah desahannya, "Kalian benar-benar yang terburuk! Ahhh!"

Calmaramon menggeram, "Kau tidak bisa diam ya?"

Ia melilitkan tentakelnya di payudara Mervamon dengan sangat kuat.

"AAAKKHHH!"

Suara cairan vagina Mervamon yang menyembur keluar terdengar samar-samar di ruangan itu. Kini suara desahan Angewomon, Sakuyamon, dan Mervamon saling bersahutan karena Calmaramon semakin bernafsu dalam memperkosa mereka.

"Baiklah, aku hanya membawa makanan mereka ke sini," Lilithmon memberi isyarat pada HoneyBeemon di belakangnya yang membawa tiga mangkuk yang berisikan sperma, "Pastikan kalian siap untuk turnamen besok. Aku pergi."

Calmaramon melepaskan ketiga Digimon itu dari tentakelnya. Ia menyuruh ketiga mereka untuk segera memakan sperma itu langsung dari mangkuknya. Cambukan demi cambukan mengenai punggung ketiga Digimon yang sedang memakan makanan mereka.

Lilithmon pergi meninggalkan Dunia Ranamon menuju ke ruangan inti di mana Ranamon berada. Di ruangan itu sudah ada LadyDevimon yang sedang tertawa puas bersama Ranamon. Terlihat mereka sedang melihat video langsung Kazemon yang sedang tersiksa karena vibrator.

"Lihatlah dia! Pingsan karena orgasme? Kau bercanda kan, LadyDevimon? Hahahaha!"

"Kau harus melihatnya secara langsung! Aku tidak tahan dengan bau air kencingnya di sana! Hahahaha!"

"Wah, wah, wah. Apa yang aku lewatkan?" tanya Lilithmon.

"Oh, Lilithmon. Kau harus melihat video ini dari awal. Pelacur itu benar-benar habis, dia pingsan karena memakai vibrator itu berjam-jam." Jawab Ranamon dengan antusias. Kelihatannya dia sangat senang melihat Kazemon dalam keadaan yang benar-benar tidak menguntungkan.

"Well, itu sudah biasa. Seorang pelacur memang pantas mendapatkan siksaan seperti itu."

"Kau tahu? Vibrator-vibrator itu sudah dicampur oleh ramuan yang kuberikan pada pelacur itu dulu." Kata Ranamon.

"Apa maksudmu?" tanya LadyDevimon.

"Dokter Mayu, yang membuat ramuan itu, memperbarui bahan-bahannya dan menaruh ramuan itu di dalam kotak pengatur vibrator itu. Lalu, kabel pada vibrator itu juga berfungsi sebagai selang dan menyemprotkan ramuan itu dari ujung vibrator.

"Intinya, efek ramuannya akan berbeda. Ramuan pertama yang dia minum dulu akan meningkatkan nafsu seksualnya dalam waktu yang benar-benar acak. Sedangkan ramuan yang baru ini, akan memperlama durasinya dan merubah setiap rasa sakit yang dia terima menjadi kenikmatan seksual. Setiap pukulan akan menjadi rangsangan yang mampu membuat orgasme dirinya."

"Dokter Mayu hebat sekali, bisa meningkatkan ramuan itu dalam waktu singkat." Kata Lilithmon yang terperangah mendengar penjelasan Ranamon.

"Jadi singkatnya, tubuh akan menjadi lebih sensitif dari sebelumnya?" tanya LadyDevimon.

"Seribu kali lebih sensitif dari biasanya." Jawab Ranamon singkat. "Bisa kau bayangkan bukan, tiap kali dia dipukul, tidak, tiap kali tubuhnya disentuh bahkan oleh angin pun, dia akan orgasme. Tinggal menunggu waktu saja sampai ramuan itu bekerja saat dia bertarung nanti."

"Pantas saja dia bereaksi seperti itu saat orgasme. Ternyata ramuannya benar-benar bekerja dengan baik." Kata LadyDevimon.

Tidak berapa lama kemudian, Dokter Mayu masuk ke dalam ruangan di mana tiga Digimon itu sedang berbicara mengenai ramuannya.

"Kalian sedang membicarakan ramuan baruku?"

Ranamon melirik ke arah dokter itu, "Ah, dokter. Aku senang sekali dengan ramuannya."

"Tidak masalah. Aku kagum padamu, kau bisa memperkirakan rencanamu dengan tepat. Bagaimana kau tahu kalau Mervamon akan datang kepadaku?"

Ranamon mendengus, "Itu mudah. Lilithmon memberitahuku kalau Mervamon dekat denganmu, dokter. Jadi, aku memberikan ramuan itu padanya dan bertaruh kalau dia pasti akan datang padamu. Ternyata aku benar, beruntung aku sempat berbicara dengamu lebih dulu."

"Aku senang sekali bisa bekerja denganmu, Ranamon. Fasilitas yang kau berikan benar-benar hebat, aku tidak mampu menolaknya."

"Oh, kau terlalu memujiku." Kata Ranamon dengan sedikit bangga, "Rencanaku tidak akan berhasil tanpa bantuan Lilithmon dan LadyDevimon. Mereka benar-benar hebat."

Kedua Digimon yang disebut Ranamon itu memberi gestur yang seolah mengatakan 'tidak masalah' kepada Ranamon.

"Berkat percobaan yang kulakukan dengan mereka, aku bisa dengan mudah meneliti dan meningkatkan kinerja ramuan itu." Dokter Mayu diam sebentar, "Kau masih ingat dengan pil yang kuberikan pada mereka?"

"Tentu saja. Ada apa dengan pil itu?" tanya Ranamon.

"Itu adalah pil penenang obat itu. Tapi, pil itu memiliki efek samping."

"Apa itu?" kali ini LadyDevimon yang bertanya.

Dokter Mayu tersenyum, "Pil itu juga mengakumulasikan efek ramuan yang sempat terhenti. Jika mereka memakan pil itu ketika ramuan itu bekerja, maka efek ramuan itu akan berhenti seketika, kan?"

Ranamon mengangguk.

"Sebenarnya, pil itu tidak menghentikan efeknya secara langsung, pil itu hanya memberikan jeda pada efeknya. Jadi, efek ramuan itu akan berhenti sementara dan aktif kembali untuk efek yang selanjutnya. Durasi efek sebelumnya yang belum tercapai akan ditambahkan ke efek berikutnya."

"Maksudmu, durasi efek yang terakhir akan lebih lama karena ditambah dengan durasi dari efek yang sebelumnya?" Ranamon mengambil kesimpulan.

Dokter Mayu mengangguk, "Tepat sekali."

"Sebentar," sergah Lilithmon, "Apa kau tahu berapa lama durasi dari tiap efek ramuan itu?"

"Tidak pasti. Itu semua tergantung seberapa besar nafsu seks yang dimiliki oleh tubuh yang meminumnya. Bisa saja sangat lama, bisa juga sangat singkat. Semakin dia terangsang, semakin lama efeknya akan bekerja. Jadi, lebih baik membuatnya terangsang sebelum efeknya bekerja agar lebih lama."

"Tapi, efek ramuan itu muncul secara acak, kita tidak tahu kapan efek itu akan bekerja."

"Itulah gunanya vibrator yang kuberikan tadi." Kata Dokter Mayu, "Ramuan yang keluar dari vibrator itu masuk melalui vaginanya, tubuhnya akan menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan seksual. Itu akan membuat kombinasi yang sempurna dari kedua ramuan."

"Benar juga, ramuan pertama akan aktif dan membuatnya terangsang dan ramuan kedua akan membuatnya semakin terangsang ketika menerima rasa sakit dalam bentuk apapun. Kazemon akan menjadi pelacur yang haus akan seks ketika bertarung nanti."

Keempat wanita di ruangan itu tertawa puas membayangkan apa yang akan terjadi pada Kazemon nanti. Mereka sangat senang dengan hasil pencapaian mereka. Mulai dari memancing Kazemon dengan Izumi palsu sampai merubah tubuhnya menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan seksual.

"Tunggu sebentar," LadyDevimon mendadak terdiam, "Aku menaruh dua vibrator di putingnya. Apa itu juga berpengaruh padanya?"

Dokter Mayu menjawab kebingungan LadyDevimon, "Sebenarnya, itu ide yang brilian. Mungkin tadi kau tidak melihatnya, tapi ramuan itu pasti keluar dari vibrator itu dan mengalir ke seluruh payudaranya. Kau baru saja membuat Kazemon menjadi seekor sapi perah jika dia dipukul di daerah itu."

"Nona Ranamon!" HoneyBeemon masuk ke dalam ruangan, "Mereka sudah di sini."

"Oh, bagus, cepat panggil mereka kemari." Ranamon tersenyum.

"Baik-bee."

HoneyBeemon itu keluar dari ruangan itu.

"'Mereka'?" tanya LadyDevimon.

"Kau lihat saja nanti."

Pintu ruangan itu terbuka. Dua Digimon masuk ke dalam ruangan.

"Hmm... Kalian punya selera yang bagus." Kata Digimon yang berwujud seperti bunga mawar berwarna merah dengan sulur-sulur berduri melilit tubuhnya. Wajahnya tertutup oleh topeng yang berwujud seperi kelopak bunga mawar.

"Ruangan penjara tadi benar-benar mengesankan." Sahut Digimon dengan pakaian berwarna ungu yang membawa dua tongkat di tangannya.

Ranamon berjalan mendekati kedua Digimon itu, "Senang sekali kau bisa bergabung dengan kami, Rosemon." Ia menjabat tangan Rosemon lalu menoleh ke Digimon di sebelahnya, "Kau juga, Lotusmon."
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd