Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Tsunade Ero-Gaiden

Bimabet
kancrutkeuuuuuuuuuuuuuunnnnn.................
 
Terimakasih updatenya Suhu..
Ada rencana mau nglanjutin Nami ga Hu..?
 
Wow sadiiiiissssssa bagaimana dengan konti ane yg berukuran SNI wkwkwkwk
Bahkan untuk masuk ke anus tsunade pun kayak'y sdh tdk dapat dirasakan olehnya wkwkwkwkwk
 
Apakah Tsunade bakal diperlukan seperti Anjing di Konoha atau tangan dan kakinya dipotong lalu dijadikan Toilet Oleh Onihime.....

Makin enggk sbar tunggu kelanjutannya suhu :semangat::semangat::beer:
 
6. Kereta Kesengsaraan Tujuan Konoha

Selama satu malam, Tsunade dibiarkan tertancap di pohon tepat di luar rumah judi Onihime dengan dahan yang masih menusuk vaginanya. Tubuhnya menjadi tontonan bagi seluruh pengunjung tempat itu.

Tidak ada satu pun yang berani menolong Tsunade karena takut dengan Onihime. Kyou, orang terakhir yang membantu Tsunade di kota itu, kini menghilang tanpa jejak. Setelah dipaksa untuk berhubungan intim secara publik bersama Tsunade, Kyou bagaikan ditelan bumi.

Onihime keluar dari rumah judinya begitu fajar datang, dengan senyum sumringah ia sudah tidak sabar membawa Tsunade ke Konoha. Hal itu semakin ditegaskan dengan sebuah tali kekang dari kulit yang ia pegang.

“Selamat pagi, Putri Tsunade.” Sapa Onihime dengan senyuman ke arah Tsunade yang masih tertancap di pohon, “Apa tidurmu nyenyak? Aku yakin kau sudah tidak sabar untuk pulang ke rumahmu di Konoha.”

Dengan mata yang terlihat lemah dan dipenuhi dengan rasa trauma, Tsunade melirik ke arah Onihime, “Oni... hime... ampuni... aku...” ujar Tsunade sambil terbatuk-batuk.

“Tentu saja aku mengampunimu. Sudah kubilang kalau kita akan membawamu ke Konoha?”

Onihime memerintahkan Butadon untuk menurunkan Tsunade dari pohon, tetapi usahanya sia-sia karena dahan itu menusuk terlalu dalam di vagina dan rahim Tsunade. Karena usaha kejam melepaskan dirinya dari dahan itu, Tsunade hanya bisa berteriak-teriak kesakitan. Vaginanya menyipratkan darah tiap kali dahan itu tertarik keluar secara perlahan. Namun tetap saja hal itu sia-sia.

Tidak kekurangan akal, Onihime menyuruh Butadon utnuk memotong dahan itu dari pohonnya dan membiarkan Tsunade terbanting ke tanah. Kedua kaki Tsunade terbuka lebar dan mengejang hebat dengan darah serta cairan vagina yang terus menerus keluar dari vaginanya.

“Baiklah, sekarang ayo kita ke stasiun.” Kata Onihime sambil memasang tali kekang ke leher Tsunade yang masih terkapar.

“Aahh... Agghh...”

Tetapi Tsunade tidak mampu berdiri karena kedua kakinya sangat lemah.

“Cih, ada saja masalah si pelacur ini.” Onihime menyembuhkan kedua kaki Tsunade dan kemudian menarik tali kekangnya, “Ayo, cepat jalan, pelacur!”

Tsunade yang terseret-seret di tanah akhirnya berdiri, namun kedua kakinya harus mengangkang karena di selangkangannya masih tertancap patahan dahan pohon. Onihime mengarak Tsunade berkeliling Kota Tanzaku yang telanjang bulat. Kedua payudara besarnya menjadi tontonan seluruh orang di pusat kota, tetapi hal yang menjadi sorotan utama adalah bagian vaginanya.

Di dalam lubang kewanitaan Tsunade terdapat sebuah dahan pohon yang masih berlumuran darah dan cairan vaginanya. Dengan kedua tangan yang terlipat di belakang kepala, mantan Hokage Kelima itu harus menahan malu saat dirinya menjadi pusat perhatian.

“WUHUU!! Tsumiko pelacur di sini!!”

“Goyangkan susumu Tsumikooo!!”

“Kuda-kudaku siap membuat vaginamu lebih longgar lagi, Tsumiko!”


Olok-olok vulgar terus terus dilontarkan oleh warga Tanzaku yang menonton tubuh telanjang Tsunade. Sang Hokage itu menunduk karena malu, tetapi Onihime yang memegang tali kekangnya terus memaksa kepalanya untuk menatap ke depan.

Tidak hanya ucapan vulgar yang diberikan kepada Tsunade, beberapa orang di sana juga melemparkan kondom bekas yang berisikan sperma. Sebagian kondom itu ada yang pecah dan ada yang menempel di tubuh putih Tsunade.

Onihime yang melihat hal itu mulai tertawa lepas, “Ahahahaha! Fansmu banyak sekali! Kau begitu terkenal di sini.”

Perjalanan ke stasiun kereta itu memakan waktu satu jam. Tubuh Tsunade sudah berlumuran dengan sperma akibat terus dilempari dengan kondom-kondom bekas. Aroma tubuhnya sudah pekat dengan bau amis dari sperma, bahkan rambutnya pun sudah lengket akibat cairan lengket itu.

Di depan pintu stasiun, Onihime, Tsunade, dan Butadon yang mengikuti mereka sejak dari rumah judi dihentikan oleh petugas stasiun.

“Nona Onihime, aku minta maaf, tapi kau tidak bisa membawa hewan peliharaan yang kotor ke dalam kereta.” Kata petugas laki-laki itu.

“Oh, maafkan aku, anjing betina ini memang nakal.” Onihime menendang bagian belakang lutut Tsunade dan membuatnya jatuh berlututi, “Bersihkan dirimu, jalang.”

“Ba-bagaimana cara—“

“Jilat.” Onihime memotong kata-kata Tsunade, ”Jilati tubuh kotormu itu seperti seekor anjing.”

Tsunade menatap Onihime dengan tidak percaya, ia merasa sangat direndahkan begitu diperlakukan setara seperti seekor anjing di depan publik.

“Kenapa? Aku menguasai tubuhmu sepenuhnya,” Onihime membuat segel tangan dan memutus cakra yang ia berikan untuk Tsunade agar tubuhnya yang lumpuh bisa berjalan lagi.

“AAGHAAAHHH!!!” tubuh Tsunade seketika ambruk. Punggungnya yang patah akibat muscle buster Onihime kembali menghantui dirinya. Ia tidak mampu menopang seluruh tubuhnya karena rasa sakit menjalar di sekujur punggungnya.

Setelah mendengar suara rintihan dan permintaan ampun Tsunade, Onihime memberikan lagi cakranya, “Sekarang cepat lakukan apa yang kuperintahkan sebelum aku mematahkan punggungmu lagi.”

Tsunade yang berada di bawah ancaman Onihime akhirnya bangkit perlahan dan berlutut layaknya seekor. Ia mulai menjilati tubuhnya yang bermandikan sperma mulai dari tangan hingga kedua payudaranya. Bagian kakinya adalah tempat tersulit yang ia jilati karena dahan pohon yang masih menancap di vaginanya membuatnya harus menahan rasa sakit saat duduk.

Setelah bersusah payah menjilati sperma di tubuhnya, Tsunade jatuh tertelungkup, “Aah... aku tidak bisa... membersihkan... punggungku...”

“Tidak apa, itu sudah cukup.” Onihime menyuruh Butadon untuk menyiram Tsunade dengan ember air yang sudah ia siapkan dari tadi.

“Apa sekarang kami bisa masuk?” tanya Onihime pada penjaga stasiun, namun penjaga itu menggelengkan kepalanya.

“Ada sesuatu yang bisa membuat penumpang lain “tidak nyaman” di anjing peliharaanmu, Nona Tsumiko.”

“Ugghh... Angkat pelacur itu, Butadon.”

Butadon mematuhi perintah Onihime dan mengangkat tubuh Tsunade dengan posisi full nelson. Ia membuat vagina Tsunade yang masih tertanam patahan dahan pohon menghadap ke arah Onihime.

“Tidak... hentikan...! Apa yang akan kau lakukan!!?” perasaan takut menjalar ke sekujur tubuh Tsunade, ia melihat dua tangan Onihime sedang bersiap menarik dahan itu keluar dari vaginanya.

Dengan senyum sadisnya, Onihime berkata, “Tenang saja, aku seorang ninja medis, ini seratus persen aman. Anggap saja ini seperti latihan melahirkan seorang bayi.”

Kedua tangan Onihime menggenggam dahan itu dan menariknya perlahan-lahan.

“GYAAAAAAAAAAAAHHHHH!! HENTIKAN!!! HENTIKAAAAAANNNN!!!” Tsunade menjerit sejadi-jadinya, mulutnya bahkan sudah berbusa dan kedua matanya terbalik. Rasa sakit yang ia terima di vaginanya adalah akibat tekstur kasar dari dahan itu menggaruk bagian dalamnya.

Teriakan Tsunade terdengar begitu mengenaskan dan memancing perhatian kerumunan dengan cepat. Setelah disuguhi tontonan yang sadis kemarin, hari ini mereka kembali diberikan tontonan yang tidak kalah sadis.

“AAAAAGGGGHHAAAAAAAHHH!!! VAGINAKU!!! VAGINAKUUUUUU!!!!!!”

Onihime terus berusaha menarik dahan itu keluar sampai akhirnya dahan itu tertahan di tempat.

“Huh? Aku tidak bisa menariknya lagi.”

“Haahh... ampun... hentikan... haah... kumohon... Onihime...”

Sang Ratu Iblis tetap berusaha menarik dahan itu keluar, namun tetap saja seperti ada yang mengganjal di dalam vagina Tsunade, “Kurasa ada patahan ranting yang mengganjal di pintu rahimnya. Butadon, kau pegang dia erat-erat, aku akan mengeluarkannya dalam satu tarikan.”

Butadon mengangguk dan mengencangkan cengkeramannya di tubuh Tsunade.

“Baiklah. Satu...”

“Tidak... kumohon jangan...”

“Dua...”

“TIDAK! ONIHIME! KUMOHON HENTIKAN!!”

“TIGA!”

“TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKK!!!!!”

Dengan satu kali tarikan yang brutal, dahan itu berhasil keluar. Namun, tidak hanya itu yang keluar dari dalam vagina Tsunade, rahimnya juga ikut tertarik keluar. Dari dalam lubang rahim yang sudah koyak itu, mengalir darah bagaikan air terjun.

Jeritan terakhir Tsunade akibat rasa sakit di rahimnya membuatnya pingsan seketika. Mulutnya menganga dan memuntahkan darah. Namun tubuhnya seolah-olah mengkhianatinya, kedua putingnya malah semakin mengeras dan mengeluarkan air susu. Tidak ingin kalah dengan putingnya, klitoris Tsunade juga ikut mengacung tegak karena keenakkan.

“Akhirnya...” Onihime menghela nafasnya, “Bagaimana? Bukankah ‘melahirkan’ sebuah dahan pohon sangatlah menyenangkan?”

“Dia pingsan, Nona.” Ujar Butadon.

“Pelacur sialan!” Onihime membanting dahan yang berlumuran darah itu ke lantai, “Tidak tahu terima kasih! Padahal aku sudah membantunya mengeluarkan dahan ini!”

Setelah melepaskan kekesalannya, Onihime langsung mencengkeram rahim Tsunade yang menjulur keluar dari tempatnya. Ia memasukkannya kembali dengan kasar dan memulihkan keadaan vagina Tsunade seperti sedia kala.

Butadon menjatuhkan tubuh Tsunade, kemudian Onihime yang sedikit merasa kesal menginjak-injak perut wanita itu sampai terbangun. Tsunade terbatuk-batuk dengan nafas yang terengah, ia menggulingkan tubuhnya sambil memegangi perutnya.

“Cepat jalan.” Perintah Onihime.

Tsunade tidak berkata apa-apa, ia mencoba bangkit berdiri dengan kedua kakinya.

“Siapa yang menyuruhmu berjalan dengan dua kaki? Berjalanlah seperti anjing!” Onihime kembali menendang perut Tsunade yang sudah berdiri tegak hingga membuatnya jatuh berlutut.

“UOOGH!?”

“Kau adalah anjing betina sekarang,” Onihime menoleh ke arah penjaga stasiun, “Apa anjingku ini sudah bisa masuk ke dalam?”

“Tentu saja, Nona. Silahkan masuk.”

Onihime menarik tali kekang yang mengikat Tsunade dan membawanya masuk melewati gerbang tiket. Di dalam stasiun, orang-orang yang baru turun dari kereta melihat pemandangan yang mengenaskan itu. Seorang wanita cantik berdada besar berjalan merangkak seperti seekor anjing dengan tali kekang di lehernya. Tidak ingin melewatkan hal itu, beberapa dari mereka mulai merekam dan mengambil gambar.

Onihime dengan anggun menggiring ‘anjing betinanya’ masuk ke dalam kereta. Ia memasuki gerbong ketiga dari enam gerbong yang tersedia di kereta itu. Awalnya, gerbong itu kosong karena penumpang sudah turun semua, tetapi beberapa dari mereka kembali masuk agar bisa melihat wanita telanjang yang sedang dipermalukan.

Tidak berapa lama, seluruh gerbong tanpa kursi itu penuh sesak dan hanya menyisakan sedikit saja ruang kosong. Seluruh gerbong itu diisi oleh pria dan hanya ada tiga wanita di sana, Onihime, Butadon, dan tentu saja si anjing betina, Tsunade.

Setelah pintu gerbong tertutup, Onihime mulai berbicara, “Semuanya, dengarkan aku. Kalian yang ada di gerbong ini... kalian kuizinkan untuk memperkosa anjing betinaku sampai ke Konoha.”

Sorak sorai bergemuruh di dalam gerbong. Seluruh pria yang berada di sana mengerumuni Tsunade begitu Onihime melepas tali kekangnya.

“Ti-tidak... tidak... TIDAAAAKK!!!!”

Puluhan tangan mulai menggerayangi tubuh Tsunade. Payudaranya tidak luput dari tangan-tangan kasar para pria yang ada di sana, mulai dari yang muda sampai yang tua. Vaginanya juga sudah dimasuki jari-jari yang berebutan untuk mencobanya memuncratkan cairan vagina. Mulut Tsunade yang berteriak minta tolong kini disumpal dengan mulut salah seorang pria tua yang berdiri di sampingnya.

Lidah pria itu menari-nari di dalam mulut Tsunade, air liur mereka bercampur aduk dan membuat suara becek saat pria itu menyedot isi mulutnya. Kedua putingnya juga dicubit-cubit hingga berdiri tegak, klitorisnya pun mulai membesar seperti penis anak kecil akibat diraba terus menerus.

Lubang vagina Tsunade mulai dijilati oleh salah satu pria di sana, lidah pria itu menjelajahi seluruh sisi dinding lubang kewanitannya yang tidak lama sebelumnya sudah koyak akibat proses mengeluarkan dahan yang sangat menyakitkan. Berkat Onihime, vaginanya disembuhkan dan kembali berfungsi secara normal.

Onihime dan Butadon tersenyum melihat Tsunade sedang digerayangi oleh banyak orang. Perjalanan menggunakan kereta ke Konoha memakan waktu tiga jam dan berhenti di dua stasiun, selama tiga jam itu, para pria di sana akan mendapat giliran untuk memperkosa Tsunade.

Tidak berapa kemudian, Tsunade akhirnya mencapai orgasmenya setelah pria yang menjilati vaginanya menggigit klitorisnya hingga ia memuncratkan banyak cairan bening. Cairan cintanya menyembur dengan deras ke wajah pria itu sebelum dia sempat menghindar, hal itu menjadi tontonan dan olok-olok bagi seluruh penumpang di gerbong.

“Baiklah, baiklah...” Onihime melangkah maju mendekati Tsunade yang sedang klimaks, “Apa kalian keberatan jika aku yang memperkosanya duluan?”

Semua orang memberi jawaban yang sama, mereka tidak keberatan melihat aksi lesbian secara langsung di dalam kereta. Onihime kemudian mengangkat kimononya dan memamerkan vaginanya yang kini sudah basah.

“Sudah lama aku tidak menggunakan jutsu ini...” Onihime membuat segel tangan dan seketika klitorisnya mulai bertambah panjang dan membesar.

Klitoris Onihime perlahan-lahan berubah bentuk menjadi sebuah penis orang dewasa. Beberapa pria di sana terlihat malu dan tidak percaya diri setelah melihat ukuran penis Onihime yang melebihi milik mereka. Penis sepanjang dua puluh sentimeter itu berdiri kokoh di hadapan banyak orang, Onihime patut merasa bangga karena dia adalah seorang wanita yang mampu mengalahkan ukuran penis pria normal.

Melihat Tsunade yang masih mengalami kejang-kejang klimaks, Onihime merangkul tubuh Hokage Kelima itu dari belakang sambil meremas dua payudara besarnya. Ia mencubit puting Tsunade untuk mendengar suara desahan wanita itu agar menambah gairah seksualnya.

“Aaaahhnnn... Onihime... apa yang... kau lakukan...?”

“Tentu saja aku akan memperkosamu, bodoh. Kau lihat penis ini, dia sudah tidak sabar menjajah lubang vaginamu.”

Penis Onihime menyentuh bibir vagina Tsunade. Ujung penis itu perlahan membelah vagina basah sang Hokage saat Onihime mendorong dirinya ke depan.

“Ahaahhnn...”

Desahan Tsunade semakin panjang saat penis Onihime berhasil masuk setengahnya. Ia sempat berpikir kalau Onihime ingin bermain dengan halus, tetapi imajinasi itu langsung buyar ketika Onihime menghujamkan seluruh batang penis itu dengan kasar secara tiba-tiba.

“AHYAAAAHHHNN!? Ahh... aahhh... ahh...”

Gerakan menyodok Onihime semakin cepat, ia seperti binatang buas yang sedang melahap mangsanya. Desahan kenikmatan Tsunade berubah menjadi erangan panik dan takut, ia seketika tenggelam dalam gulungan ombak orgasme demi orgasme tiap kali kepala penis Onihime menyentuh dinding rahimnya.

“AHHH... AAHHH... PELAN... PELAN... ONIHIMEEEE!!!”

“Mana... mungkin... haah... aku bisa... memperkosamu... hah... pelan-pelan...”

Kedua desahan wanita itu saling bersahutan di dalam gerbong. Bagaikan pasangan yang tidak memiliki rasa malu sama sekali, mereka terus bersenggama di depan publik. Terutama Tsunade, air vaginanya terus muncrat kemana-mana tiap kali penis Onihime mendorong masuk ke dalam.

Onihime mulai mengulum bibir Tsunade yang menganga. Keduanya kini berciuman dengan bibir yang sudah sangat basah karena air liur. Lidah mereka saling bergulat di dalam mulut masing-masing dan suara becek yang erotis mengiringi desahan kenikmatan mereka.

“Mmmhh... mmhh... nnghh...”

Sang Putri Iblis terlihat sangat menikmatinya, tetapi tidak dengan Tsunade, ia berpikir kalau ini adalah kesempatan untuk membalikkan situasinya. Tanpa pikir panjang dan melihat kalau Onihime sedang lengah, Tsunade menggigit lidah Onihime yang berada di dalam mulutnya.

“AAGGH!!?” Onihme menjerit kesakitan dan melepas ciumannya. Gerakkan senggamanya berhenti dan ia memeriksa lidahnya yang kini mulai berdarah, “Pelacur sialan!!”

Onihime menjambak rambut Tsunade dari belakang dan membuat kepalanya mendongak, “Kau pikir kau yang punya kuasa di sini!? Kau merusak suasana hatiku...”

Setelah menyembuhkan lidahnya, Onihime mendorong tubuhnya agar jatuh ke depan bersamaan dengan tubuh Tsunade. Kedua wanita itu ambruk ke lantai gerbong dengan Onihime yang menindih Tsunade.

“Kau ingin bermain kasar, hah?? Ayo kita bermain kasar sekarang.” Wanita berambut merah itu melngkari leher Tsunade dengan lengan kanannya dan menariknya ke belakang.

“UUEEGHHH!?” jalur pernafasan Tsunade terpotong secara instan begitu lehernya dicekik oleh lengan Onihime.

Onihime kembali menggenjot vagina Tsunade dengan penisnya, namun kali ini dengan sebuah cekikan yang erat. Tsunade tidak mampu mengeluarkan desahan lagi, ia kesulitan bernafas. Tanpa ia sadari, hal itu membuatnya mengencangkan otot-otot di area selangkangannya, vaginanya kini membalut penis Onihime dengan erat.

Kedua matanya mulai terbalik, mulutnya megap-megap mencari oksigen dan kedua tangannya mencakar lengan Onihime. Di saat ia hampir kehilangan kesadarannya, Onihime melonggarkan cekikannya.

“FUAAAHH!! Aagh... ooghh... ueghh...”

Tetapi itu hanya sementara, Onihime adalah wanita sadistik, ia sangat suka ketika lawannya merasa tersiksa. Kekuatan lengannya kembali berkumpul dan mulai mencekik Tsunade lagi, hal itu terjadi berulang-ulang sampai akhirnya Tsunade mengeluarkan air kencing tanpa bisa ia kendalikan.

Di saat yang bersamaan, Onihime mulai menarik leher Tsunade semakin ke belakang, “Kau ingat apa yang kukatakan sebelumnya? Aku tidak akan ragu mematahkan punggungmu lagi dan inilah saatnya, kau sudah merusak kesenanganku.”

“UUEEEGHHH!! OOGGHHH!!”

Sambil terus memperkosa Tsunade, Onihime memperkuat tarikan lengannya. Tubuh Tsunade kini tertekuk ke belakang secara perlahan. Ia bisa merasakan punggungnya mulai terasa nyeri dan ngilu karena harus dipaksa menekuk ke sudut yang mustahil. Tidak lama kemudian, kekuatan punggungnya kini menemui batasnya dan di saat yang bersamaan Onihime juga akan mencapai klimaksnya.

“Rasakan ini, pelacur sialan!!!”

Dengan satu tarikan kencang dari lengannya serta dorongan terakhir dari penisnya, Onihime mematahkan punggung Tsunade sekali lagi sambil menyemprotkan sperma dalam jumlah besar ke dalam vagina Hokage Kelima itu.

“AAAGGGGHHHHHH!!!!!?”

Tubuh Tsunade ambruk begitu saja dan ia terkapar tanpa bisa menggerakkan tubuh bagian bawahnya sama sekali. Untuk kedua kalinya, tulang punggungnya berhasil dipatahkan Onihime, kali ini dengan perlahan dan memberikannya siksaan secara perlahan-lahan.

“U-uuh.... uurrgh... pu-punggungku...”

Onihime menjambak rambut Tsunade dan memaksanya berdiri dengan satu tangan, “Butadon, sekarang giliranmu.” Katanya sambil melempar wanita lumpuh itu ke pelukan Butadon yang langsung mendekapnya.

Dengan jutsu yang sama, Onihime membuatkan penis untuk Butadon. Dari balik celana wanita bertubuh besar dan kekar itu, muncul sebuah tonjolan yang perlahan-lahan merobek kain celananya. Klitoris berubah bentuk menjadi penis kuda sepanjang 70 sentimeter. Penis kuda itu berdiri dengan gagah dan dihiasi dengan urat-urat yang menonjol di sepanjang batangnya.

“Heheh, terima kasih, Nona Onihime. Dengan ini aku bisa menghancurkan pelacur sok kuat satu ini.”

Sambil memegangi kedua kaki Tsunade dan membuatnya mengangkang lebar, Butadon mengarahkan penis raksasanya ke arah lubang pantat wanita itu.

“TIDAK!! LEPASKAN AKU!! TIDAAAAAKKK!!!”

Dengan satu dorongan kuat, Butadon berhasil memasukkan penis kudanya ke dalam lubang pantat Tsunade. Sang Hokage Kelima itu langsung terkena syok dan pingsan di tempat. Perutnya mencetak bentuk penis Butadon dari dalam.

Butadon tidak membuang-buang waktu dan mulai menggerakkan tubuh Tsunade sambil mencengkeram kedua sisi pinggang wanita itu. Gerakkan maju mundur itu membuat penisnya bergerak-gerak di dalam perut Tsunade yang ikut kembang kempis mengikuti irama gerakannya.

Mulut Tsunade yang menganga mulai mengeluarkan busa, kedua payudaranya bergerak memantul-mantul tiap kali Butadon menggenjot lubang pantatnya. Air susunya menyembur ke segala arah akibat kenikmatan yang ia rasakan saat dirinya sedang tidak sadarkan diri.

Tidak lama kemudian, kesadaran Tsunade mulai pulih. Ia sempat lupa apa yang terjadi padanya, tetapi sebuah rasa sakit di area pantatnya kembali membuatnya teringat kalau dia sedang diperkosa oleh Butadon dengan penis kudanya.

“AAAGHH!! HENTIKAN!! HENTIKAN!! KUMOHON!!! AAAHHHHH!!”

Ceracau Tsunade tidak dihiraukan oleh Butadon, ia terlalu sibuk mengagumi ukuran penis yang ia dapat dari Onihime dan terus memperkosa lubang pantat Hokage Kelima. Tsunade bisa merasakan penis itu di dalam perutnya dan menyentuh bagian terdalamnya. Organ-organ tubuhnya seolah diaduk-aduk oleh batang penis itu.

“UOOGGHH!! Aku akan menyemprotkan banyak sekali sperma!!! Terima spermaku, pelacur!!!”

“TIDAAAAAKKK!!!”

Tubuh Butadon dan Tsunade mengejang hebat secara bersama-sama begitu mereka mencapai klimaks. Sperma yang dilepaskan Butadon perlahan mengisi perut Tsunade dari lubang pantatnya dan kemudian mengalir sampai akhirnya mengisi lambungnya. Perutnya semakin membesar dan menggembung seperti wanita yang sedang hamil.

“UURRGHHH!? UURGHH!!??!?”

Sperma Butadon ternyata tidak berhenti, cairan kental dan hangat itu memaksa keluar dari mulut Tsunade. Sang Hokage itu mencoba sekuat tenaga untuk menutup mulutnya, tetapi itu sia-sia karena cairan sperma Butadon terlebih dahulu keluar melewati hidungnya. Tidak mampu bernafas, akhirnya Tsunade menyerah dan membuka mulutnya agar sperma itu bisa keluar.

“FWUAAAAAHHH!!? OOHOEEGHHHH.... OOGGHHH....” Tsunade terbatuk-batuk dan memuntahkan sperma Butadon dari mulutnya.

Pemandangan itu mendapat sorak riuh dari para penumpang karena itu adalah hal yang jarang bahkan tidak pernah mereka lihat secara langsung. Butadon akhirnya mengeluarkan penisnya dari pantat Tsunade lalu menjatuhkan wanita itu ke lantai.

Tubuh Tsunade gemetaran dan kejang-kejang. Kedua kakinya terbuka lebar sambil memamerkan lubang pantatnya yang menganga. Cairan sperma Butadon keluar dari mulut serta lubang pantatnya. Onihime tertawa lepas melihat keadaan Tsunade yang menyedihkan itu.

“AHAHAHAHAHA!! Kau terlihat seperti kodok yang sedang sekarat! Tapi ini belum waktunya untuk istirahat, cepat layani semua orang di gerbong ini!” Onihime mengangkat kakinya tinggi-tinggi dan menginjak-injak perut kembung Tsunade.

“OGHHH!? UOOGGHH!?!? OOORRGHHH!!!”

Lubang pantat dan mulut Tsunade memuntahkan isi perutnya secara bersamaan. Perutnya kembali ke ukuran normal berkat injakan brutal dari Onihime. Tidak mampu bergerak karena punggung yang patah serta trauma psikis yang ia terima, Tsunade hanya bisa pasrah begitu para pria di gerbong mulai mengerumuninya.

Sesi gangbang Tsunade pun dimulai. Penis demi penis menikmati setiap lubang yang ada di tubuhnya. Kedua putingnya menjadi sumber pelepas haus karena terus mengeluarkan air susu tanpa henti. Bermacam-macam posisi seks diterapkan oleh para pria itu untuk memperkosa Tsunade.

Tiga orang, empat orang, lima orang sekaligus, Tsunade harus melayani mereka dengan tubuhnya secara bersamaan. Memuaskan nafsu para pria itu dengan mengorbankan kenikmatan seksualnya sendiri. Tidak mungkin ia merasakan hawa nafsu saat diperkosa bergilir oleh orang-orang yang tidak ia kenal, yang ada di pikirannya hanyalah rasa sakit dan berharap semua ini berakhir.

Begitu satu orang menyemburkan spermanya di dalam vagina Tsunade, mereka dengan sigap berganti giliran dan langsung mengisi lubang yang kosong. Onihime dan Butadon juga sesekali mengambil giliran dan menambah penderitaan Tsunade. Gerbong kereta itu menjadi tempat pesta seks selama perjalanan.

Akhirnya, kereta yang mereka tumpangi sampai di perhentian pertama sebelum ke Konoha. Sebuah stasiun di kota dengan penduduk yang padat. Dari jendela gerbong, terlihat orang-orang sedang mengantri menunggu giliran mereka untuk masuk ke kereta. Begitu pintu gerbong tempat Tsunade diperkosa bergilir terbuka, orang-orang di stasiun itu terkejut.

“Wuaah!? Apa-apaan itu???”

“Apa itu seorang wanita??”

“Baunya amis sekali! Apa dia korban perkosaan??”


Beragam reaksi bermuncula ketika orang-orang itu melihat Tsunade yang tangan dan kakinya diikat tali. Ia digantung di atas gerbong dengan tangan dan kaki yang terangkat. Sekujur tubuhnya bermandikan sperma dan selangkangannya disumbat oleh sebuah dildo. Tidak hanya itu, terlihat kabel-kabel kecil keluar dari dalam vaginanya, itu adalah kabel dari vibrator yang berbentuk telur kecil yang terbenam di dalam lubang kenikmatannya.

Kedua putingnya dijepit oleh penjepit kertas, akibatnya air susunya tertahan dan tidak mampu keluar. Bagian perutnya juga terlihat kembung karena banyak sperma yang tertimbun di dalam rahimnya.

“To...long...aku...” rintih Tsunade memintai pertolongan dari orang-orang di stasiun setelah ia diperkosa bergilir. Di tengah rintihannya, Tsunade merasa ingin muntah dan tentu saja, ia tidak mampu menahan sperma yang berada di perutnya.

“OEEEGGHHH!!!” sperma kental itu menyembur keluar dari mulut serta lubang vagina dan lubang pantatnya.

Beberapa pria akhirnya keluar dari dalam gerbong itu. Mereka menceritakan apa yang terjadi dan seketika sebagian orang di stasiun berbondong-bondong menaiki gerbong itu. Penumpang yang lama pun turun dan digantikan oleh penumpang yang baru.

Pintu gerbong akhirnya tertutup dan sesi gangbang yang baru pun di mulai...

Satu setengah jam kemudian...

“AHAHAHAHAHA!! Hei, pelacur, apa kau menikmatinya?” Onihime menginjak kepala Tsunade yang sedang terkapar di lantai yang dibanjiri sperma.

“Pelacur ini sudah rusak, sial. Padahal tinggal satu stasiun lagi sampai ke Konoha.” Onihime yang sudah puas memperkosa Tsunade dari Tanzaku akhirnya membiarkan para pria di gerbong melanjutkan pemerkosaan bergilirnya.

Ia hanya berdiri sambil terus tersenyum sadis menikmati kemenangan telaknya atas Tsunade. Kemenangan telak atas seorang wanita terkuat di Konoha yang ternyata juga seorang bintang porno bernama Tsumiko.

Kereta itu akhirnya sampai di stasiun selanjutnya. Tidak seperti sebelumnya, para pria di gerbong terus menggilir tubuh Tsunade yang sudah sekarat. Stasiun itu tidak ramai, namun hanya ada satu laki-laki yang berdiri di depan pintu gerbong.

“Hei! Kalau kau ingin bergabung cepatlah masuk! Kita punya pelacur kelas atas di sini!”

“Ayo bergabunglah! Kita perkosa dia sampai Konoha!”

Laki-laki berambut hitam itu hanya terdiam.

Onihime kemudian menghampirinya, “Kalau kau tidak mau bergabung, pergi saja sana!”

Laki-laki itu akhirnya membuka mulutnya, “Wanita itu milik desa Konoha. Cepat serahkan dia padaku atau kalian tahu sendiri akibatnya.”

Butadon yang tidak tinggal diam akhirnya bergabung dan melayangkan pukulan ke arah lelaki itu. Seketika saja Butadon tidak bergerak, dari punggungnya, tangan lelaki itu keluar menembus tubuhnya dari depan. Tangan itu terbalut oleh listrik berwarna biru. Butadon dikalahkan dengan satu pukulan.

Saat tubuh Butadon ambruk, akhirnya mata kanan laki-laki itu terlihat dengan jelas oleh Onihime, “Sharingan!? K-kau adalah...”

“Benar. Aku akan mengambil apa yang menjadi milik Konoha. Lebih baik aku membereskan kalian sekarang, Konoha tidak perlu kedatangan orang-orang kotor seperti kalian.”

Lelaki itu melangkah masuk bersamaan dengan menutupnya pintu gerbong dan menghunus pedangnya...
 
kancrutkeuuuuuuuuuuuunnnnnn.......
 
Jangan Sampai Sasuke juga Ikut perkosa Tsunade suhu 🙈

Krennnnn sihhhhhhh ceritanya 🔥🔥🔥
 
Wadidaw saske muncul.....saske tergoda nyobain tsunade ga ya:3some:...secara tsunade kan harus menyembuhkan diri dengan pejuh....behahahahah
 
Wadidaw saske muncul.....saske tergoda nyobain tsunade ga ya:3some:...secara tsunade kan harus menyembuhkan diri dengan pejuh....behahahahah
Mending jangan sihh, jangaah di ewe Sasuke 😂

Enaknya, Onihime kabur bawa Tsunade buat di jadiin peliharaan lagi 🤣
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd