Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Tsunade Ero-Gaiden

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
2. Onihime

Dua tahun sebelum Tsunade diangkat menjadi Hokage...

"Baiklah, karena Shizune sedang menjalani latihan medis yang panjang, ini adalah kesempatanku untuk berjudi di kota Tanzaku." pikir Tsunade setelah meninggalkan Shizune di sebuah sekolah medis ninja di pinggiran kota Tanzaku.

Wanita berdada besar itu membawa koper yang berisi uang. Ia sudah sangat siap menghadapi berbagai macam permainan judi yang ada di kota itu. Uang itu dia dapatkan dari lintah darat yang memberikannya pinjaman secara instan, entah apa jaminan yang ditawarkan Tsunade pada mereka, yang pasti sudah banyak orang sedang mengejar-ngejar dirinya untuk segera melunasi hutangnya. Namun, setelah bermain dari pagi hingga malam, Tsunade sudah hampir menghabiskan seluruh uang di kopernya. Ia sudah kalah banyak di beberapa rumah perjudian, walau ia berhasil memenangkan sebagian, tetap saja itu tidak mampu mengembalikan modal awalnya dan malah berujung rugi.

"Sial! Ini benar-benar menyebalkan, aku yakin kalian bermain curang!" Tsunade dengan marah menendang pintu salah satu tempat perjudian yang bernama Oninoie.

Seorang pria yang menemani Tsunade keluar tempat itu merespon protesnya, "Kau hanya kurang beruntung saja, nona. Orang yang curang di sini lebih hina daripada yang kalah dan kami penghuni Oninoie tidak akan pernah bermain curang. Sebaiknya kau kembali saat kau sudah merasa beruntung."

Tsunade meludah, "Cih, aku akan masuk lagi sekarang!"

"Tentu saja, kami dengan senang hati menerima pelanggan. Selama kau tidak membuat onar seperti tadi."

"Baiklah," Tsunade kembali memasuki tempat itu dan berteriak, "Cepat panggilkan aku orang yang memegang rumah judi ini!"

Suara Tsunade mampu mengheningkan rumah judi berukuran sedang itu. Bangunan yang hanya terdiri dari dua lantai itu terasa penuh sesak karena meja-meja judi saling berdempetan tidak lebih dari satu meter. Dilengkapi dengan meja bar di dekat tangga menuju lantai dua dan kursi untuk para pelanggan yang hanya ingin menikmati minuman. Tidak ada pemisah antara lantai satu dan lantai dua, hanya sebuah balkoni selebar dua meter yang mengitari sekeliling tembok lantai dua. Meja dan kursi untuk minum juga ada di sana, terlihat beberapa pria sedang menikmati pelayanan dari wanita penghibur.

Di ujung tangga lantai dua yang sedikit menjorok ke dalam, terdapat sebuah pintu dengan dua daun yang tertutup rapat. Di depan pintu itu terdapat lampu berwarna merah dengan sinar yang remang-remang. Terdapat tulisan "鬼姫" (Onihime) di setiap daun pintunya. Itu adalah ruangan dari pemilik rumah judi itu, sang Putri Iblis, Onihime.

"No-nona, aku khawatir kau tidak dapat bertemu dengan Nyonya Onihime dengan cara yang seperti itu." ujar pelayan yang sedari tadi bersama Tsunade.

"Haah? Aku hanya ingin menghabiskan sisa uangku dengan menantangnya berjudi, tidak mungkin dia menolak uangku mentah-mentah." tantang Tsunade.

Pelayan itu menggelengkan kepalanya, "Nyonya Onihime adalah orang yang sibuk-"

Pintu di lantai dua itu terbuka dan seorang wanita dengan rambut pendek berwarna merah marun terlihat berdiri di ambang pintu, "Aku terima tantanganmu."

Wanita itu berjalan menuruni tangga dengan anggun, seketika seluruh ruangan itu menjadi hening. Bisikan-bisikan pujian dari para pengunjung terdengar samar-samar mengiringi wanita itu turun dari tangga. Dengan pipa kiseru yang berwarna emas di tangan kanannya, ia menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya ke arah Tsunade. Perawakannya sedikit lebih tinggi dari Tsunade, kulitnya yang putih bersih terbalut oleh kimono berwarna hitam dengan motif pohon sakura dengan daun berwarna merah darah. Bagian bawah kimono di kaki kirinya terbelah menjadi dua, memperlihatkan pahanya yang terbalut stoking hitam transparan dengan tato ular Ouroboros yang melingkari pahanya.

Setelah memandangi Tsunade dari ujung kaki sampai ujung kepalanya, wanita itu mulai berbicara dengan suara yang halus dan serius, "Kau punya nyali juga menantangku dengan uang terakhirmu."

"Kupikir sebagai penutup yang bagus aku harus menghabiskannya dengan cara yang istimewa." balas Tsunade.

Wanita itu tertawa pelan, "Namaku Onihime. Aku adalah pemilik rumah judi ini dan kudengar kau menuduh kami telah berbuat curang. Itu membuat hatiku sakit, kau tahu?"

"Bagus kalau begitu, bukankah ini akan menjadi permainan yang menarik?" tantang Tsunade.

"Kau pintar juga memprovokasi. Baiklah, silahkan pilih permainan yang akan kita mainkan."

Tsunade tanpa pikir panjang langsung memilih permainannya, "Kita bermain 10 ronde roulette dengan aturan sederhana. Aku mempertaruhkan seluruh uangku."

"Baiklah, apa yang kau inginkan kalau kau menang?"

Tsunade mengamati sekitarnya dan matanya tertuju pada pipa kiseru emas milik Onohime, "Bagaimana kalau pipa emas milikmu?"

"Oh? Pipa ini? Kurasa pipa ini jauh lebih mahal dari uang yang kau bawa kemari, tapi baiklah, aku terima tantanganmu nona..." Onihime menjulurkan tangannya untuk menjabat tangan Tsunade.

"Tsunade." kedua wanita itu bersalaman dan menandakan kalau permainan mereka sudah dimulai.

Mereka duduk di meja permainan roulette, Tsunade menaruh kopernya di meja taruhan dan Onihime menaruh pipa miliknya. Permainan yang mereka mainkan sangat sederhana, mereka hanya perlu menebak angka apa yang keluar dari 12 angka yang ada di putaran roulette. Warna merah dan hijau mewarnai setiap bilik angka secara selang-seling. Setiap pemain bisa bertaruh angka apa yang akan keluar atau menebak warna apa di mana jarum penunjuk berhenti. Jika kedua pemain menebak angka yang salah, maka pemenang dipilih dari angka yang terdekat dari angka yang jatuh di jarum penunjuk.

Permainan dimulai dengan Tsunade memutar putaran roulette itu. Pemutar itu berhenti dan jarum menunjuk tepat di angka 9, "Sepertinya ronde pertama menjadi milikku." kata Tsunade setelah melihat angka yang berhenti di jarum penunjuk itu. Dia memenangkan ronde pertama dengan memilih angka 7 yang hanya berjarak satu angka di belakang angka 9 sedangkan Onihime memilih angka 2 yang berjarak empat angka di depan.

"Keberuntunganmu ternyata tidak buruk juga." Onihime merespon dengan santai.

Tiga ronde selanjutnya juga berhasil dimenangkan Tsunade. Kini wanita itu hanya membutuhkan dua kali tebakan yang benar untuk memenangkan taruhan ini. Ketika pelayan akan memutar roulette itu, Onihime menghentikannya.

"Hentikan, bagaimana kalau kau yang memutarnya, Tsunade?" Onihime menatap ke arah Tsunade, "Kau sudah di ambang kemenangan, agar kau tidak curiga dengan kecurangan, bagaimana kalau yang melakukannya sendiri?"

Tsunade tanpa ragu menerima tawaran Onihime, "Baiklah. Akan kupastikan kemenanganku dengan putaran ini!"

Tsunade memutar roulette itu dan memperhatikan dengan tatapan yang tajam ke arah Onihime dengan penuh kecurigaan. Namun, sampai putaran berhenti, Onihime tidak melakukan apa-apa dan hanya duduk sambil tersenyu, "Sepertinya ronde ini aku yang menang." ujarnya untuk memecah keheningan.

Angka yang ditunjuk oleh jarum itu adalah angka 7 dan Onihime menebaknya dengan tepat.

"Kau hanya beruntung," ujar Tsunade ketus sambil memutar alat itu.

Di ronde seterusnya, Tsunade terus mengalami kekalahan berturut-turut. Onihime berhasil memenangkan taruhan itu. Ia sudah menang 6 kali sedang Tsunade hanya memenangkannya 4 kali.

Tsunade merapatkan giginya dan memukul meja dengan kesal karena merasa dicurangi, "Sialan!"

"Huh? Apa kau ingin menuduhku curang?" Onihime menatap rendah ke arah Tsunade, "Kau tahu hal yang lebih hina dari kecurangan? Menuduh orang lain curang tanpa ada bukti sama sekali."

"Kalau begitu sekali lagi!" tantang Tsunade.

Onihime menaikkan satu alisnya, "Sekali lagi? Apa yang kau pertaruhkan? Kau sudah tidak memiliki apa-apa. Selamat tinggal." Ia bangkit dari kursinya dan mengambil koper milik Tsunade serta pipa emasnya.

Tsunade berdiri dan merentangkan kedua tangannya, "Aku akan mempertaruhkan tubuhku!"

Onihime yang baru saja beranjak dari meja langsung berhenti dan berbalik badan. Sebuah senyuman lebar terukir di bibirnya, "Baiklah, kalau itu maumu."

Tsunade tersenyum melihat tawarannya disetujui, "Kalau aku kalah, aku akan menjadi wanita penghibur di sini."

Onihime mengangkat pipanya dan menggoyang-goyangkannya dengan isyarat tidak setuju, "Tidak, kau akan menjadi pelacur di sini jika kau menang."

"A-apa maksudmu!?"

"Biar kujelaskan padamu, kau sudah kalah dan mempertaruhkan tubuhmu. Kau juga sudah menghina tempatku ini dengan menuduh kami berbuat curang, tidak hanya sekali, tapi dua kali. Lalu, apa hal itu bisa membuatmu seenaknya saja mengatur taruhannya? Kali ini aku yang akan mengatur taruhan dan permainannya."

Tsunade kehabisan kata-kata, merasa sudah tidak ada jalan kembali untuk menarik kata-katanya, ia akhirnya menyetujui syarat Onihime, "Baiklah. Lalu bagaimana jika aku kalah?"

"Kau akan diperkosa oleh orang-orang di kota ini selama satu hari penuh." Jawab Onihime santai.

"A-apa!? Tunggu sebentar! Bukankah itu terlalu berlebihan!?"

"Kau yang ingin menantangku bermain lagi, kan? Kau juga sudah kuberikan kesempatan untuk menentukan permainan dan taruhannya. Sekarang giliranku. Kau ingin menarik kata-katamu? Bukankah kau salah satu dari Tiga Sannin Legendaris? Kau bahkan sudah mengotori gelarmu itu dengan berjudi, apa kau ingin membuatnya lebih hina lagi dengan menarik kata-katamu?"

Tsunade yang termakan provokasi Onihime, mengerutkan dahinya dengan penuh amarah, "Baiklah, aku akan bermain."

"Bagus. Bagaimana kalau kita bermain poker telanjang?" kata Onihime yang diikuti sorakan dari para pria yang ada di rumah judi itu.

"Woooww! Pertarungan poker telanjang antara wanita! Kita beruntung malam ini!"

Para pria itu sangat bersemangat karena mereka akan melihat dua orang wanita cantik berusaha saling menelanjangi dengan bermain poker.

"Kau hanya memakai empat pakaian, bukan? Kimono, obi, celana, dan celana dalam. Kau nakal juga ya tidak memakai bra untuk payudara besarmu itu."

"Benarkah? Apa kau yakin kau tidak iri dengan ukuranku?" ejek Tsunade.

"Hoo? Buat apa aku harus iri dengan susu sapi seperti itu?" Onihime membalasnya yang diiringi tawa dari para pria itu, "Baiklah, kita mulai saja. Aturannya sederhana, kita bermain poker biasa dan setiap putaran, yang kalah harus melepas pakaiannya satu per satu. Karena pakaianku lumayan banyak, aku akan mengimbangimu."

Onihime melepas obi dan kimono yang ia pakai. Di balik kimono-nya, ia memakai sebuah baju jarring-jaring berwarna hitam yang menjadi lapisan atas dari lilitan sarashi yang membungkus payudaranya. Ukurannya lebih besar dari milik Tsunade dan sarashi yang ia pakai membuat dadanya terlihat kecil. Ia juga memakai celana dalam hitam yang ditutupi oleh stoking panjang dan tipis

Namun, ada satu hal yang mengejutkan Tsunade begitu Onihime melepas kimono-nya. Sebuah tanda segel berwarna merah di dada Onihime dengan bentuk yang sama seperti miliknya.

"Kau juga memiliki segel Byakugou?" Tanya Tsunade.

Onihime menunduk ke bawah, melirik ke arah segel yang berada tepat di atas sarashi-nya, "Ini, huh? Benar, ini adalah segel Byakugou sama sepeti milikmu. Hanya saja milikku ini mampu memanipulasi dan menetralkan racun."

"Racun?"

"Benar, secara garis besar, cara kerja segel kita itu sama saja, yang menjadi perbedaan adalah aku mampu merubah racun apapun menjadi untuk cakra regenerasi atau melepaskannya menjadi racun yang aku inginkan."

"Biar kutebak, kuchiyose-mu adalah Umiyu, kan? Sang Siput Laut Beracun." Ujar Tsunade begitu menyadari kekuatan dari segel Onihime.

"Bingo! Umiyu adalah salah satu yang seharusnya tinggal di Hutan Shikkotsu, tetapi karena terlahir berbeda, ia terpaksa meninggalkan hutan itu dan hidup di lautan. Umiyu menjadi satu-satunya siput beracun yang berasal dari hutan Shikkotsu. Bukankah ini menarik? Dua pengguna segel Byakugou yang berbeda akhirnya bertemu."

Tsunade mulai khawatir dengan situasinya. Ia bertemu dengan musuh alaminya, jika diibaratkan dia adalah pengguna segel Byakugou positif, maka Onihime adalah pengguna segel yang negatif. Ia masih tidak tahu apa kekuatan sesungguhnya dari Onihime dan kali ini ia mulai berhati-hati dengan apa yang akan ia lakukan selanjutnya.

Onihime memecah keheningan dengan menepuk tangannya, "Baiklah! Bagikan kartunya, permainan dimulai sekarang."

Seorang pegawai rumah judi itu menjadi bandar poker untuk kedua orang wanita cantik yang sedang berduel. Ia membagikan masing-masing dua kartu untuk mereka. Tsunade mengintip kartunya dan berusaha menjaga ekspresinya. Untuk sekarang, ia mendapatkan kartu yang bagus.

Namun, kartu yang dimiliki Onihime jauh lebih baik darinya dan ia harus kalah di babak pertama. Tsunade melepaskan obi miliknya dan menjatuhkannya ke tanah. Para pria di sekitarnya berusaha mengintip puting Tsunade dari sisi kimono-nya yang longgar dan hal itu membuat konsentrasinya pecah.

Permainan berakhir dengan kekalahan telak Tsunade. Ia tidak mendapatkan kemenangan satu pun dan berakhir dengan telanjang bulat. Ia tidak bisa konsentrasi sama sekali begitu ia kalah di putaran kedua, dengan satu tangan di meja dan tangan yang lain harus menutupi payudaranya yang sudah tidak ditutupi kimono lagi.

Tsunade jatuh terduduk di hadapan Onihime, "Aku… kalah…."

Onihime memakai kimono-nya kembali dengan dibantu para pegawainya, "Jadi, apa kau sudah siap melayani ribuan penis di kota ini?"

"Kuh!?" Tsunade mengepalkan tangannya dan memukul tanah karena kesal, "Baiklah, aku akan melayani para pria di sini." Tsunade berbisik pelan.

Onihime menjambak rambut Tsunade dan memaksanya berdiri, "Hah? Tidak ada yang mendengarmu. Ulangi lagi."

Tsunade menahan rasa malu karena kedua tangannya kini memegangi rambutnya yang ditarik oleh Onihime dan terpaksa membuatnya memamerkan dua bongkahan payudara besar yang menggantung di dadanya, "Aku akan melayani semua pria di sini!"

Onihime mendaratkan sebuah tendangan keras dengan lututnya ke perut Tsunade, "Bukan seperti itu! Ulangi kata-kataku. 'Aku, pelacur Tsunade, menyerahkan tubuhku untuk diperkosa oleh ribuan orang di kota ini.'"

"Ugh! Aggh..!" Tsunade memulihkan rasa sakit di perutnya dan mengulangi kata-kata Onihime, "Aku… Pelacur Tsunade, menyerahkan tubuhku… Untuk diperkosa oleh ribuan orang di kota ini…"

Masih belum puas dengan hal itu, Onihime sekali menendang perut Tsunade, "Lebih keras lagi!"

"AAKHH!" Tsunade seharusnya jatuh berlutut kalau saja rambutnya tidak dipegangi oleh Onihime, "Aku, pelacur Tsunade, menyerahkan tubuhku untuk diperkosa— Kyaah!"

Onihime mendorong Tsunade hingga terjatuh ke tanah dan menginjak perutnya. Sepatu hak tingginya terbenam di perut Tsunade, "Sudahlah, ayo kita keluar dan sapa orang-orang di pusat kota."

Wanita berambut merah itu melucuti sepatu yang dipakai Tsunade. Ia sekali lagi menjambak rambut pirang Sannin itu dan menyeretnya keluar. Baru saja ia membuka pintu, puluhan orang dengan wajah garang sudah menunggu di depan rumah judinya.

"Siapa kalian?" Tanya Onihime.

Salah satu pria dengan badan paling besar menjawab, "Kudengar Tsunade sedang berjudi di sini, ia sudah banyak meminjam uang dari kami dan belum melunasi hutang-hutangnya."

Onihime tersenyum jahat, "Kebetulan sekali, wanita yang kau cari ada di sini," ia menyeret Tsunade keluar dengan kasar.

Tanah dan kerikil bergesekan dengan punggung Tsunade. Tubuh putihnya kini sudah kotor dan kakinya menendang-nendang ketika para pria di belakangnya berusaha untuk meraba tubuhnya, "Jauhkan tangan kalian dariku!"

"Oh! Apa yang terjadi?" Tanya salah seorang penagih hutang itu.

"Cerita yang panjang, kalian beruntung dating disaat aku akan mengeksekusinya." Jawab Onihime.

"Eksekusi?"

"Panggil teman-teman kalian, mulai hari ini dia akan menjadi bahan perkosaan di Tanzaku selama satu hari." Onihime kemudian menyeret Tsunade ke pusat kota.

Di tengah-tengah kota yang ramai, Onihime mempertontonkan tubuh telanjang Tsunade ke seluruh masyarakat kota. Para pria terlihat begitu antusias melihat wanita cantik dengan payudara super besar ditelanjangi dan dipamerkan di pusat kota. Puting wanita itu berwarna merah muda dengan ukuran seimbang dengan ukuran payudaranya. Kedua putingnya perlahan-lahan mengacung tegak dan membesar.

Sedangkan para wanita yang seluruhnya adalah pelacur dan wanita penghibur melihat Tsunade dengan jijik karena mereka tidak pernah dipermalukan sampai serendah itu. Wanita-wanita itu mulai berbisik sinis dan menghina Tsunade.

Onihime kemudian menjatuhkan tubuh Tsunade ke tanah dan membuatnya telentang di atas tanah. Kedua kaki Tsunade yang terbuka lebar saat ini diangkat oleh Onihime, kini tubuh bagian bawah Tsunade terangkat menghadap ke arah Onihime atau lebih tepatnya area vaginanya.

"Wanita ini adalah Tsunade, salah satu dari Tiga Sannin Legendaris, ia telah mempermalukan rumah judiku dengan menuduh kami bermain curang. Sekarang, pelacur ini dengan sukarela menyerahkan tubuhnya untuk diperkosa. Kalian semua bebas memasukkan apa pun ke dalam vagina Tsunade selama satu hari penuh!"

Seluruh pria yang berkumpul di pusat kota itu bersorak gembira. Ratusan orang mulai memadati area itu dan kelihatan masih terus bertambah. Beberapa dari mereka sudah membuka celana dan memamerkan penis yang sudah berdiri tegak.

"Sekarang, biar aku tunjukkan bagaimana memperlakukan pelacur hina ini dengan benar."

Onihime yang masih memegang kaki Tsunade, kini mulai mengangkat kakinya dan mengarahkan hak sepatunya yang tebal ke arah lubang vagina Tsunade. Hak sepatu itu perlahan memanjang dan cakra juga mulai menyelimutinya. Cakra itu berubah menjadi cairan berwarna ungu dan menetes tepat di atas bibir vagina Tsunade.

"Kau tahu, aku bisa memanipulasi racunku ke segala benda di sekitar, kini sepatuku sudah kuselimuti dengan racun penambah rasa sakit. Kau akan menerima rasa sakit 100 kali lipat dari biasanya di vaginamu." Ujar Onihime dengan senyum yang lebar.

"Tidaaaak! Hentikaaann! Kumohon, ampuni aku! Jangan di vaginaku!" Tsunade tidak pernah merasa setakut ini, ia tidak bisa membayangkan rasa sakit yang dilipatgandakan menjadi 100 kali.

"Ahahahahaha! Ucapkan selamat tinggal pada vaginamu!" Onihime dengan tawa penuh kejahatannya menginjak vagina Tsunade dengan hak sepatunya, membuat hak sepatu itu terbenam sebagian di dalam vaginanya.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAGGGGHHHHHHHHHHHHHHHHHH!" Teriakan panjang Tsunade membuat seluruh kota terdiam.

Hak sepatu yang semula hanya sepanjang 8 cm itu kini memanjang menjadi 15 cm dan lebarnya kini menjadi 9 cm. Vagina Tsunade yang belum basah dipaksa menelan benda besar itu. Hak sepatu itu dengan sekejap merobek bibir vagina Tsunade. Darah akibat luka robek terciprat ke tanah dan menyelimuti hak sepatu Onihime.

"Tenang saja, kau bisa menyembuhkannya lagi, kan? Kalau begitu, kau masih bisa menerima ini semua!"

Onihime tanpa ampun mendorong hak sepatunya semakin dalam. Dengan satu dorongan, hak sepatu sepanjang 15 cm itu terbenam seluruhnya di dalam vagina Tsunade. Luka robeknya juga bertambah sampai ke dalam dan selaput daranya robek secara instan.

"AAGHHHHH! HENTIKAAAANNN! VAGINAKU! KAU MEROBEK VAGINAKU!"

Penderitaan Tsunade tidak sampai di situ saja, Onihime menarik kedua kakinya ke atas dan memutar-mutar tumitnya. Hak sepatunya mengaduk-aduk isi dalam vagina Tsunade. Darah dari vaginanya bercipratan ke mana-mana. Bagian dalam vaginanya terasa sesak, ditambah rasa sakit yang dilipatgandakan dengan jumlah sangat tidak masuk akal.

"OOOOOGGGHHHHHHH! VAGINAKU HANCUUUURRR!"

Hak sepatu itu sudah menembus rahim Tsunade dan berputar-putar di dalamnya. Vaginanya sudah mati rasa, darah pun mengalir di atas tubuhnya. Onihime terus tertawa bahagia di atas penderitaannya. Ia membiarkan Tsunade kesakitan selama beberapa menit dan membiarkan darahnya membasahi tanah di sekitar. Tidak sekali pun Tsunade mencapai orgasmenya karena rasa sakit terus mengisi pikirannya.

"Sekarang, aku akan merubah racun ini menjadi racun perangsang seksual. Bagaimana jika 1.000 kali lipat? Kau akan orgasme hanya dengan sentuhan di area sensitifmu."

Onihime menekan kakinya lebih dalam dan mengeluarkan racun berwarna merah muda ke dalam vagina Tsunade. Racun itu bekerja secara instan hingga membuat Tsunade memuncratkan cairan vaginanya secara tak terkendali.

"AAAAAHHHHHHHHHH~!"

Tubuh Tsunade mengejang hebat begitu ia merasakan orgasme pertamanya yang dahsyat. Rasa sakitnya seketika menghilang dan digantikan dengan kenikmatan seksual. Onihime menarik keluar hak sepatunya yang sudah berlumuran darah. Ia melempar Tsunade ke tengah-tengah gerombolan pria yang sudah berbaris dan bersiap-siap memperkosanya.

"Tidak... Kumohon..." Tsunade merayap menjauhi kerumunan itu, ia meminta ampun pada Onihime. Tidak dapat dibayangkan salah satu Sannin Legendaris harus memohon ampun agar tidak diperkosa. Semua perlawanannya sia-sia, ia sudah dikendalikan oleh hawa nafsu yang tidak dapat ia kuasai lagi.

Tsunade harus menyerah di hadapan Onihime yang secara alami adalah musuh terkuatnya akibat perbedaan segel Byakugou. Segel milik Onihime lebih superior dibandingkan miliknya dan itu dibuktikan saat ini, ia tidak mampu menetralisir racun Onihime, bahkan ia tidak mampu mengaktifkan kemampuan regenerasinya.

"Minggir kalian semua! Wanita ini berhutang banyak pada kami, jadi kami lah yang berhak memperkosanya duluan!" kata seorang pria yang ternyata adalah seorang lintah darat. Ia meminjamkan Tsunade banyak sekali uang, tetapi wanita itu sampai saat ini belum menggantinya.

"Nikmati tubuh wanita itu, aku akan datang besok malam, tepat satu hari nanti." Kata Onihime sambil berjalan meninggalkan tempat pemerkosaan yang akan berlangsung itu.

Pria lintah darat itu mengeluarkan penisnya yang berukuran 40 cm. Wajar saja ia memiliki penis yang besar dengan tubuh raksasa seperti itu. Membiarkan Tsunade dalam posisi telentang, ia memasukkan penisnya dengan kasar ke dalam vagina Tsunade yang berlumuran darah dan cairan vagina.

"Ooooghhhhh~ Tidak... Kumohon... Keluarkan penismu! Aaaahhhh!"

Tsunade memohon ampun begitu penis itu menusuk vaginanya. Perutnya menjadi kembung karena ukuran penis itu. Tiap kali pria itu mendorong masuk penisnya, ujung dari penis itu menabrak mulut rahimnya. Satu kali dorongan kuat membuat penis itu berhasil menjebol rahim Tsunade.

"AAAAGGUHHHH! SAKIIITT! AAAAGGHHH!"

Pria itu terus memompa penisnya keluar masuk vagina Tsunade, desahannya dan desahan Tsunade saling bersahutan, "Oh ya? Jangan berbohong, kenapa aku merasa enak?"

Dengan tubuh yang lebih besar, pria itu memeluk Tsunade dan mendudukan wanita itu di pangkuannya. Ia memegang kedua pinggang Tsunade dan menggerakkannya naik turun. Payudara raksasa Tsunade juga tidak lepas dari bulan-bulanannya. Ia melahap puting susu sebelah kiri wanita seperti ingin mengeluarkan air susunya.

"Sluurpp... Ahhhhh~ Mmmmhhh~" pria itu memainkan lidahnya tepat di atas puting Tsunade sambil sesekali menghisapnya.

Tsunade hanya bisa mendesah pasrah di tangan pria itu. Sesi perkosaan bersama pria itu berlangsung lumayan lama, Tsunade yang sudah berkali-kali mencapai orgasme tidak mampu mengimbangi daya tahan pria itu. Butuh waktu 45 menit untuk pria itu mencapai ejakulasi pertamanya.

"Ogghh... yah~ Vaginamu memang yang terbaik! Terima benihku ini! OOOGGGHHH!"

"Tidak jangan di dalam! HHHHAAAAHHHHHHHHHHNNNNNNNNN!"

Kedua pria dan wanita itu mencapai klimaksnya bersamaan. Nafas Tsunade sudah tidak beraturan, begitu juga dengan pria itu. Tsunade dilempar begitu saja ke tanah begitu sang lintah darat itu sudah puas memakainya.

"Kalian bisa mengambil sisanya." Kata pria itu sambil duduk beristirahat di sebelah tubuh Tsunade yang tergolek lemas.

Kerumunan pria mulai datang bersamaan ke arah Tsunade. Tanpa memberi wanita itu waktu istirahat, lima pria sudah mulai menggerayanginya. Dengan posisi menungging, satu orang yang berbaring di bawah Tsunade sudah mengisi vaginanya dan menghisap payudaranya. Pria yang lain sudah mengisi lubang pantatnya. Mulut Tsunade pun tidak lepas dari penis pria yang lain. Satu orang lagi sedang menghisap puting yang masih menganggur. Lalu orang terakhir melilitkan rambut Tsunade di penisnya dan mulai mengocoknya.

Tsunade 'ditodong' penis dari segala macam arah. Kelima pria yang sedang memperkosanya itu tanpa henti memompa penis mereka di setiap lubang kenikmatan yang ia miliki. Begitu satu orang mengeluarkan spermanya, mereka langsung bergantian mengisi lubang yang kosong. Vagina dan pantat Tsunade sudah becek dengan sperma. Ia juga dipaksa meminum cairan putih kental itu dari mulutnya dan tentu saja, ia memuntahkan sebagian karena tersedak.

Merasa usahanya sia-sia, Tsunade akhirnya menyerah. Ia diperkosa bergilir oleh banyak orang, malam itu menjadi malam yang panjang baginya. Vaginanya sudah tidak mampu melayani banyak penis itu dan sudah mulai menganga lebar. Bahkan para pria itu memasukkan dua penis sekaligus ke dalam vaginanya.

Mereka melampiaskan seluruh hawa nafsu liar mereka ke tubuh Tsunade. Payudara wanita itu juga menjadi bulan-bulanan, tidak sedikit orang yang meremasnya dengan kasar dan mencakar kulit di dadanya. Kedua putingnya dijepit oleh penjepit baju dan klitorisnya disundut oleh rokok yang masih menyala.

Namun Tsunade tidak merasakan sakit sama sekali, ia malah terlihat keenakan saat tubuhnya disakit. Bahkan orgasmenya semakin menjadi-jadi ketika rasa sakitnya semakin besar, berkat racun Onihime, tubuhnya sudah melupakan apa itu rasa sakit.

Ribuan orang sudah memadati pusat kota Tanzaku sedari malam tadi. Kini, fajar mulai menjelang dan Tsunade masih terus digilir oleh banyak orang. Tempat tersibuk kota itu kini penuh dengan aroma sperma, seluruh tubuh Tsunade juga tidak luput dari cairan putih itu. Ia bermandikan sperma dari ujung kaki sampai ujung kepala. Bahkan, bagian dalam tubuhnya juga dipenuhi sperma.

Tidak ada kata istirahat bagi Tsunade, ia makan dan minum hanya dengan sperma. Air kencingnya juga terus menerus keluar tanpa terkendali. Ia sudah tidak mampu mengendalikan tubuhnya sendiri. Suaranya berubah menjadi serak karena harus mengerang dan mendesah satu malam penuh.

"Haaahh... Kumo... hon... Hentikan..."

Seorang pria yang sedang 'menunggangi' Tsunade menampar bongkahan pantat wanita itu, "Apa maksudmu, pelacur? Matahari baru terbit dan ini belum 24 jam! Kau harus melayani kami sampai nanti malam!"

Siang pun datang, di tengah terik matahari, Tsunade masih terus diperkosa tanpa henti. Onihime hanya melihat hal itu dari kejauhan sambil menghisap pipa rokoknya. Ia tersenyum puas melihat wanita angkuh yang baru semalam berada di rumah judinya kini menjadi pemuas nafsu ribuan pria.

Onihime melihat ke arah pundaknya, "Bagaimana, Umiyu? Apa kau pikir Katsuyu mampu menyembuhkan tubuh wanita itu?"

Seekor siput berwarna hitam dengan motif kemerahan yang memanjang di bagian belakangnya bersandar di pundak Onihime. Ia memiliki sirip yang berbentuk duri-duri halus di kedua sisi tubuhnya.

"Tentu saja dia bisa. Tapi, butuh waktu yang lama untuk menyembuhkan mentalnya. Kurasa itu tidak mungkin jadi masalah bagi seorang Sannin Legendaris." Ujar Umiyu.



Senja pun tiba, tubuh Tsunade sudah tidak mampu bergerak lagi. Kini ia dalam posisi menungging sambil berdiri dengan tangan yang masing-masing diikat ke atas. Bagian perutnya juga diikat dan digantung oleh kain agar membantunya menopang tubuh yang sudah hampir lumpuh itu.

Di belakang Tsunade, berdiri seekor kuda dewasa dengan penis yang sudah mengacung tegak. Penis sepanjang 60 cm itu mulai bangkit perlahan. Seolah memiliki pikiran dan hawa nafsu manusia, kuda itu mengarahkan penisnya ke bibir vagina Tsunade yang sudah acak-acakan itu. Kedua kaki depan kuda itu bersandar di pundak Tsunade dan siap mengambil ancang-ancang untuk mendorong penisnya masuk.

"Ogghhh... Tidak... Kumohon... Apa pun selain kuda... Tiddaaaaakkk!"

Kuda itu mendorong penisnya masuk, sekali hujaman, penis itu terbenam seluruhnya di dalam vagina Tsunade dan menembus rahimnya. Perut Tsunade mengembung besar saat penis itu berhasil menusuk vaginanya. Kuda itu perlahan menarik penisnya keluar dan dengan kasar mendorongnya masuk lagi.

Gerakan kuda itu semakin cepat, bunyi cairan vagina Tsunade dan suara tubuh kuda itu yang bertemu dengan bongkahan pantatnya terdengar begitu jelas. Para pria yang menonton pertunjukkan gila itu menyemangati sang kuda agar bergerak lebih cepat lagi. Sedangkan Tsunade hanya bisa menangis dan menjerit penuh kesengsaraan, ia tidak menyangka kalau ia harus melakukan hubungan seks dengan seekor kuda untuk pertama kalinya.

Cairan vagina Tsunade bercipratan kemana-mana, sudah tak terhitung jumlah ia orgasme selama ditunggangi kuda itu. Kedua payudaranya yang bergelantungan bergerak sesuai irama dengan sang kuda. Ia menutup kedua matanya dan berharap ini semua akan berakhir.

Tidak lama kemudian, kuda itu meringkik dan mengejang hebat. Kuda itu mengalami ejakulasi di dalam vagina Tsunade. Para pria mendorong pantat kuda itu agar penisnya terbenam lebih dalam di rahim Tsunade. Mereka memaksa kuda itu mengeluarkan seluruh spermanya ke dalam sana.

Rahim Tsunade sudah sangat penuh, perutnya perlahan seperti seseorang yang sedang hamil besar. Tubuhnya juga kejang-kejang dan kedua matanya terbalik, memperlihatkan bagian putihnya saja. Lidahnya menjulur keluar dengan air liur yang sudah tercampur air mata mengalir di wajahnya. Wanita malang itu pingsan seketika.

Tepat 24 jam setelah malam sebelumnya, Onihime datang ke lokasi pemerkosaan Tsunade. Orang-orang sudah tidak memadati area itu karena tidak tahan dengan aroma sperma yang menyengat. Tepat di tengah-tengah pusat kota itu, terdapat kerumunan pria yang sedang mengocok penisnya bersamaan. Mereka memandikan Tsunade yang terkapar tak berdaya dengan sperma.

Rambut Tsunade sudah sangat berantakan. Bagian bawah matanya sudah banyak kerutan dan kantung mata, menandai kalau dia sudah melewati kenyataan yang sangat kelam selama satu hari penuh. Ini adalah titik terendah dalam hidupnya, ia bahkan sekilas berpikir lebih baik mati daripada dipermalukan seperti ini.

Tubuh Tsunade bersandar pada seorang pria yang sedang memaksa dirinya untuk mengulum penis pria disebelahnya. Vaginanya kini 'disumbat' oleh sebuah botol bir besar dan menutup jalan keluar sperma yang terkumpul di dalam rahimnya. Perutnya sudah membesar akibat sperma yang menumpuk, kedua puting susunya yang masih mengacung tegak kini ditusuk oleh sebuah kayu kecil. Lubang pantatnya juga mengeluarkan sisa-sisa sperma dan tanah di sekitarnya menjadi warna kekuningan karena air kencing dan sperma tercampur jadi satu.

Seluruh tubuh Tsunade diselimuti cairan putih yang menjijikan itu. Beberapa pemerkosanya juga sempat mengencinginya sebelum pergi meninggalkan tempat itu. Mata Tsunade terbuka perlahan dan ia menatap dengan sayu ke arah Onihime yang berdiri di sebelahnya. Pria terakhir yang ia kulum penisnya kini sudah menyemburkan spermanya. Ia memuntahkan sperma itu karena sudah tidak sanggup lagi menelannya.

"Ugh, ya ampun. Kau berantakan sekali, Tsunade." Onihime kemudian mengendus tubuh Tsunade, "Huek! Kau juga bau! Yah, tapi itu cocok sekali dengan penampilanmu."

"Aghh... Ughhh... Uhh... Aagghh... Aahh..." Tsunade berusaha untuk berbicara tapi hanya erangan tidak jelas yang keluar dari mulutnya.

"Hah? Aku tidak mengerti maksudmu. Apa mulutmu sudah terlalu banyak menghisap penis sampai lupa caranya berbicara?" Onihime tertawa terbahak-bahak.

Ia kemudian berjongkok di sebelah Tsunade, "Inilah akibatnya kalau kau bermain-main denganku, kau menghina rumah judiku dan aku membalasnya dengan membuatmu menjadi boneka seks. Kini kita seimbang."

"Aku akan menetralisir racun seksual di tubuhmu," Onihime menggerakkan tangannya dengan lembut seperti menarik sesuatu. Dari dalam vagina Tsunade, cairan berwarna merah muda keluar dari sela-sela botol di vaginanya dan berubah menjadi cakra yang diserap oleh tangan Onihime.

Onihime kemudian memegang botol yang menyumbat vagina Tsunade dan menggoyang-goyangkannya. Ia berusaha menarik botol itu dan dengan sekali tarikan, botol itu keluar seluruhnya. Cairan vagina Tsunade yang tercampur dengan sperma mengalir keluar dengan deras. Namun, tetap saja, perutnya masih terlihat kembung karena tidak ada dorongan dari dalam yang membantu nya mengeluarkan sisa cairan kental di dalam rahimnya.

"Bawa dia ke rumah kosong di luar kota dan tinggalkan dia di sana. Jangan ada satu pun dari kalian yang sekali lagi memperkosanya, aku adalah orang yang menghormati taruhan, jika aku melihat salah satu dari kalian datang ke rumah itu, kalian tahu sendiri akibatnya,"

Onihime mengangkat botol kaca itu, "Sampai ketemu lagi, Tsunade," dengan ayunan keras, ia memukul kepala Tsunade hingga botol itu pecah dan membuat wanita korban perkosaan itu tidak sadarkan diri dengan darah yang mengucur dari luka di kepalanya.

Sang pemilik rumah judi itu menunjuk beberapa anak buahnya untuk membawa Tsunade ke rumah yang ia maksud tadi. Pria-pria itu menyempatkan diri untuk meraba-raba payudara Tsunade sebelum melemparkan pakaiannya dan pergi meninggalkan wanita itu.



Delapan jam kemudian...

Di dalam rumah kosong itu, tubuh Tsunade yang terkapar tidak berdaya dikerumuni oleh serangga-serangga kecil. Tsunade terbangun dengan lemah dan berusaha duduk bersandar di salah satu tembok rumah kayu itu.

Setelah susah payah merayap dan berhasil menyandarkan dirinya, Tsunade memanggil Katsuyu dengan darah di vaginanya, "Ku... Kuchiyo... Se... No... Jut... Su..."

"Tsu-Tsunade-sama!" Katsuyu terkejut melihat kondisi Tsunade, "Apa yang terjadi?"

"To...long... Aku..."

Katsuyu mengembalikan sebagian cakra Tsunade agar ia mampu bernafas dan berbicara dengan normal, "Ceritakan padaku, Tsunade-sama."

Setelah Tsunade menceritakan seluruh kejadian malang yang menimpanya, Katsuyu mengamati tubuh Tsunade, "Kau diperkosa oleh seribu tiga ratus lima puluh sembilan orang dalam satu hari... Ke-kejam sekali..."

Katsuyu terus berusaha menyembuhkan Tsunade, namun luka di tubuh wanita itu sangatlah banyak, "Tsunade-sama, seperti kau harus menggunakan Sozo Saisei untuk menyembuhkan dirimu."

"Aku... Sudah tidak kuat lagi, Katsuyu..." jawab Tsunade lemah.

"Tidak, kita bisa memanfaatkan sperma ini menjadi cakra, sama seperti Umiyu merubah cakranya menjadi racun."

Katsuyu menjelaskan *teknik itu ke Tsunade. Ia memberikan seluruh sisa cakra yang ia miliki sekarang ke wanita itu untuk membantunya beregenerasi. Setelah mentransfer cakranya, Katsuyu menghilang dan meninggalkannya sendirian.

Tsunade membuat segel tangan untuk mengumpulkan cakranya. Segel byakugou di dahinya bersinar terang saat ia mulai menyerap sperma yang ada di kulitnya menjadi cakra. Ia memusatkan cakra regenerasinya pada kedua putingnya yang masih tertancap kayu kecil tajam. Selama proses regenerasi, kedua kayu itu perlahan terdorong keluar dan terlihat kalau benda itu menancap sedalam 5 cm di dalam putingnya.

"Nggghhh! Aaahhh!" Tsunade mengerang kesakitan begitu kedua kayu itu terlepas dari putingnya.

Lubang yang dibuat kayu itu mulai tertutup rapat dan putingnya kembali seperti semula. Namun, perlahan-lahan kedua putingnya itu semakin membesar dan berdiri tegak. Ukurannya jadi dua kali lipat lebih besar dari ukuran semula. Tsunade merasakan sesuatu mengalir secara perlahan dari dalam payudaranya.

"Tidak mungkin!?" Tsunade mendesah panjang begitu air susunya menyemprot keluar, "Air susuku kenapa bisa keluar?"

Air susu yang menyembur keluar itu mengganggu konsentrasi Tsunade. Tetapi ia mencoba untuk mengabaikannya dan fokus untuk merubah sperma dalam jumlah banyak di rahimnya menjadi cakra. Perut Tsunade perlahan mengecil, ia berhasil merubah sperma itu menjadi cakra dan meregenerasi vaginanya yang babak belur setelah diperkosa.

Klitorisnya yang sempat mengalami luka bakar akibat tersundut rokok kini sudah pulih. Begitu juga dengan vaginanya yang sudah menganga lebar dan hampir tidak berbentuk itu. Sperma dari pria –dan seekor kuda- yang 'menghancurkan' tubuhnya ia ubah menjadi obat untuk menyembuhkan dirinya.

Tubuh Tsunade telah pulih seutuhnya, namun staminanya terkuras habis karena penggunaan teknik baru untuk pertama kalinya. Sisa sperma yang tidak terpakai ia ubah menjadi cakra dan dikumpulkan di segel byakugou-nya.

Tsunade menghabiskan malamnya di rumah kosong itu sendirian. Ia terus mempelajari teknik yang baru ia dapatkan dari Katsuyu agar bisa mengendalikan cakra yang ia serap dari sperma dan mengontrol hawa nafsunya. Namun tetap saja, trauma yang ia dapat masih belum bisa hilang, ia masih bisa merasakan nyeri di vaginanya.

Penis dengan berbagai macam ukuran sudah memasuki vaginanya. Masih teringat jelas rasa penis-penis itu di mulut dan vaginanya. Dalam satu hari itu, ia sudah mahir mengulum penis walau pun harus dipaksa untuk mempelajarinya.

Tsunade yang masih kelelahan akhirnya tidur seharian dan keesokan harinya, ia menjemput Shizune dan berpura-pura tidak peduli saat muridnya itu menceritakan tentang wanita malang yang menjadi korban pemerkosaan besar-besaran di kota Tanzaku.



*lihat di chapter pertama
Bikin kakasi x Tsunade dong hu, cocok tu mereka
 
2. Onihime

Dua tahun sebelum Tsunade diangkat menjadi Hokage...

"Baiklah, karena Shizune sedang menjalani latihan medis yang panjang, ini adalah kesempatanku untuk berjudi di kota Tanzaku." pikir Tsunade setelah meninggalkan Shizune di sebuah sekolah medis ninja di pinggiran kota Tanzaku.

Wanita berdada besar itu membawa koper yang berisi uang. Ia sudah sangat siap menghadapi berbagai macam permainan judi yang ada di kota itu. Uang itu dia dapatkan dari lintah darat yang memberikannya pinjaman secara instan, entah apa jaminan yang ditawarkan Tsunade pada mereka, yang pasti sudah banyak orang sedang mengejar-ngejar dirinya untuk segera melunasi hutangnya. Namun, setelah bermain dari pagi hingga malam, Tsunade sudah hampir menghabiskan seluruh uang di kopernya. Ia sudah kalah banyak di beberapa rumah perjudian, walau ia berhasil memenangkan sebagian, tetap saja itu tidak mampu mengembalikan modal awalnya dan malah berujung rugi.

"Sial! Ini benar-benar menyebalkan, aku yakin kalian bermain curang!" Tsunade dengan marah menendang pintu salah satu tempat perjudian yang bernama Oninoie.

Seorang pria yang menemani Tsunade keluar tempat itu merespon protesnya, "Kau hanya kurang beruntung saja, nona. Orang yang curang di sini lebih hina daripada yang kalah dan kami penghuni Oninoie tidak akan pernah bermain curang. Sebaiknya kau kembali saat kau sudah merasa beruntung."

Tsunade meludah, "Cih, aku akan masuk lagi sekarang!"

"Tentu saja, kami dengan senang hati menerima pelanggan. Selama kau tidak membuat onar seperti tadi."

"Baiklah," Tsunade kembali memasuki tempat itu dan berteriak, "Cepat panggilkan aku orang yang memegang rumah judi ini!"

Suara Tsunade mampu mengheningkan rumah judi berukuran sedang itu. Bangunan yang hanya terdiri dari dua lantai itu terasa penuh sesak karena meja-meja judi saling berdempetan tidak lebih dari satu meter. Dilengkapi dengan meja bar di dekat tangga menuju lantai dua dan kursi untuk para pelanggan yang hanya ingin menikmati minuman. Tidak ada pemisah antara lantai satu dan lantai dua, hanya sebuah balkoni selebar dua meter yang mengitari sekeliling tembok lantai dua. Meja dan kursi untuk minum juga ada di sana, terlihat beberapa pria sedang menikmati pelayanan dari wanita penghibur.

Di ujung tangga lantai dua yang sedikit menjorok ke dalam, terdapat sebuah pintu dengan dua daun yang tertutup rapat. Di depan pintu itu terdapat lampu berwarna merah dengan sinar yang remang-remang. Terdapat tulisan "鬼姫" (Onihime) di setiap daun pintunya. Itu adalah ruangan dari pemilik rumah judi itu, sang Putri Iblis, Onihime.

"No-nona, aku khawatir kau tidak dapat bertemu dengan Nyonya Onihime dengan cara yang seperti itu." ujar pelayan yang sedari tadi bersama Tsunade.

"Haah? Aku hanya ingin menghabiskan sisa uangku dengan menantangnya berjudi, tidak mungkin dia menolak uangku mentah-mentah." tantang Tsunade.

Pelayan itu menggelengkan kepalanya, "Nyonya Onihime adalah orang yang sibuk-"

Pintu di lantai dua itu terbuka dan seorang wanita dengan rambut pendek berwarna merah marun terlihat berdiri di ambang pintu, "Aku terima tantanganmu."

Wanita itu berjalan menuruni tangga dengan anggun, seketika seluruh ruangan itu menjadi hening. Bisikan-bisikan pujian dari para pengunjung terdengar samar-samar mengiringi wanita itu turun dari tangga. Dengan pipa kiseru yang berwarna emas di tangan kanannya, ia menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya ke arah Tsunade. Perawakannya sedikit lebih tinggi dari Tsunade, kulitnya yang putih bersih terbalut oleh kimono berwarna hitam dengan motif pohon sakura dengan daun berwarna merah darah. Bagian bawah kimono di kaki kirinya terbelah menjadi dua, memperlihatkan pahanya yang terbalut stoking hitam transparan dengan tato ular Ouroboros yang melingkari pahanya.

Setelah memandangi Tsunade dari ujung kaki sampai ujung kepalanya, wanita itu mulai berbicara dengan suara yang halus dan serius, "Kau punya nyali juga menantangku dengan uang terakhirmu."

"Kupikir sebagai penutup yang bagus aku harus menghabiskannya dengan cara yang istimewa." balas Tsunade.

Wanita itu tertawa pelan, "Namaku Onihime. Aku adalah pemilik rumah judi ini dan kudengar kau menuduh kami telah berbuat curang. Itu membuat hatiku sakit, kau tahu?"

"Bagus kalau begitu, bukankah ini akan menjadi permainan yang menarik?" tantang Tsunade.

"Kau pintar juga memprovokasi. Baiklah, silahkan pilih permainan yang akan kita mainkan."

Tsunade tanpa pikir panjang langsung memilih permainannya, "Kita bermain 10 ronde roulette dengan aturan sederhana. Aku mempertaruhkan seluruh uangku."

"Baiklah, apa yang kau inginkan kalau kau menang?"

Tsunade mengamati sekitarnya dan matanya tertuju pada pipa kiseru emas milik Onohime, "Bagaimana kalau pipa emas milikmu?"

"Oh? Pipa ini? Kurasa pipa ini jauh lebih mahal dari uang yang kau bawa kemari, tapi baiklah, aku terima tantanganmu nona..." Onihime menjulurkan tangannya untuk menjabat tangan Tsunade.

"Tsunade." kedua wanita itu bersalaman dan menandakan kalau permainan mereka sudah dimulai.

Mereka duduk di meja permainan roulette, Tsunade menaruh kopernya di meja taruhan dan Onihime menaruh pipa miliknya. Permainan yang mereka mainkan sangat sederhana, mereka hanya perlu menebak angka apa yang keluar dari 12 angka yang ada di putaran roulette. Warna merah dan hijau mewarnai setiap bilik angka secara selang-seling. Setiap pemain bisa bertaruh angka apa yang akan keluar atau menebak warna apa di mana jarum penunjuk berhenti. Jika kedua pemain menebak angka yang salah, maka pemenang dipilih dari angka yang terdekat dari angka yang jatuh di jarum penunjuk.

Permainan dimulai dengan Tsunade memutar putaran roulette itu. Pemutar itu berhenti dan jarum menunjuk tepat di angka 9, "Sepertinya ronde pertama menjadi milikku." kata Tsunade setelah melihat angka yang berhenti di jarum penunjuk itu. Dia memenangkan ronde pertama dengan memilih angka 7 yang hanya berjarak satu angka di belakang angka 9 sedangkan Onihime memilih angka 2 yang berjarak empat angka di depan.

"Keberuntunganmu ternyata tidak buruk juga." Onihime merespon dengan santai.

Tiga ronde selanjutnya juga berhasil dimenangkan Tsunade. Kini wanita itu hanya membutuhkan dua kali tebakan yang benar untuk memenangkan taruhan ini. Ketika pelayan akan memutar roulette itu, Onihime menghentikannya.

"Hentikan, bagaimana kalau kau yang memutarnya, Tsunade?" Onihime menatap ke arah Tsunade, "Kau sudah di ambang kemenangan, agar kau tidak curiga dengan kecurangan, bagaimana kalau yang melakukannya sendiri?"

Tsunade tanpa ragu menerima tawaran Onihime, "Baiklah. Akan kupastikan kemenanganku dengan putaran ini!"

Tsunade memutar roulette itu dan memperhatikan dengan tatapan yang tajam ke arah Onihime dengan penuh kecurigaan. Namun, sampai putaran berhenti, Onihime tidak melakukan apa-apa dan hanya duduk sambil tersenyu, "Sepertinya ronde ini aku yang menang." ujarnya untuk memecah keheningan.

Angka yang ditunjuk oleh jarum itu adalah angka 7 dan Onihime menebaknya dengan tepat.

"Kau hanya beruntung," ujar Tsunade ketus sambil memutar alat itu.

Di ronde seterusnya, Tsunade terus mengalami kekalahan berturut-turut. Onihime berhasil memenangkan taruhan itu. Ia sudah menang 6 kali sedang Tsunade hanya memenangkannya 4 kali.

Tsunade merapatkan giginya dan memukul meja dengan kesal karena merasa dicurangi, "Sialan!"

"Huh? Apa kau ingin menuduhku curang?" Onihime menatap rendah ke arah Tsunade, "Kau tahu hal yang lebih hina dari kecurangan? Menuduh orang lain curang tanpa ada bukti sama sekali."

"Kalau begitu sekali lagi!" tantang Tsunade.

Onihime menaikkan satu alisnya, "Sekali lagi? Apa yang kau pertaruhkan? Kau sudah tidak memiliki apa-apa. Selamat tinggal." Ia bangkit dari kursinya dan mengambil koper milik Tsunade serta pipa emasnya.

Tsunade berdiri dan merentangkan kedua tangannya, "Aku akan mempertaruhkan tubuhku!"

Onihime yang baru saja beranjak dari meja langsung berhenti dan berbalik badan. Sebuah senyuman lebar terukir di bibirnya, "Baiklah, kalau itu maumu."

Tsunade tersenyum melihat tawarannya disetujui, "Kalau aku kalah, aku akan menjadi wanita penghibur di sini."

Onihime mengangkat pipanya dan menggoyang-goyangkannya dengan isyarat tidak setuju, "Tidak, kau akan menjadi pelacur di sini jika kau menang."

"A-apa maksudmu!?"

"Biar kujelaskan padamu, kau sudah kalah dan mempertaruhkan tubuhmu. Kau juga sudah menghina tempatku ini dengan menuduh kami berbuat curang, tidak hanya sekali, tapi dua kali. Lalu, apa hal itu bisa membuatmu seenaknya saja mengatur taruhannya? Kali ini aku yang akan mengatur taruhan dan permainannya."

Tsunade kehabisan kata-kata, merasa sudah tidak ada jalan kembali untuk menarik kata-katanya, ia akhirnya menyetujui syarat Onihime, "Baiklah. Lalu bagaimana jika aku kalah?"

"Kau akan diperkosa oleh orang-orang di kota ini selama satu hari penuh." Jawab Onihime santai.

"A-apa!? Tunggu sebentar! Bukankah itu terlalu berlebihan!?"

"Kau yang ingin menantangku bermain lagi, kan? Kau juga sudah kuberikan kesempatan untuk menentukan permainan dan taruhannya. Sekarang giliranku. Kau ingin menarik kata-katamu? Bukankah kau salah satu dari Tiga Sannin Legendaris? Kau bahkan sudah mengotori gelarmu itu dengan berjudi, apa kau ingin membuatnya lebih hina lagi dengan menarik kata-katamu?"

Tsunade yang termakan provokasi Onihime, mengerutkan dahinya dengan penuh amarah, "Baiklah, aku akan bermain."

"Bagus. Bagaimana kalau kita bermain poker telanjang?" kata Onihime yang diikuti sorakan dari para pria yang ada di rumah judi itu.

"Woooww! Pertarungan poker telanjang antara wanita! Kita beruntung malam ini!"

Para pria itu sangat bersemangat karena mereka akan melihat dua orang wanita cantik berusaha saling menelanjangi dengan bermain poker.

"Kau hanya memakai empat pakaian, bukan? Kimono, obi, celana, dan celana dalam. Kau nakal juga ya tidak memakai bra untuk payudara besarmu itu."

"Benarkah? Apa kau yakin kau tidak iri dengan ukuranku?" ejek Tsunade.

"Hoo? Buat apa aku harus iri dengan susu sapi seperti itu?" Onihime membalasnya yang diiringi tawa dari para pria itu, "Baiklah, kita mulai saja. Aturannya sederhana, kita bermain poker biasa dan setiap putaran, yang kalah harus melepas pakaiannya satu per satu. Karena pakaianku lumayan banyak, aku akan mengimbangimu."

Onihime melepas obi dan kimono yang ia pakai. Di balik kimono-nya, ia memakai sebuah baju jarring-jaring berwarna hitam yang menjadi lapisan atas dari lilitan sarashi yang membungkus payudaranya. Ukurannya lebih besar dari milik Tsunade dan sarashi yang ia pakai membuat dadanya terlihat kecil. Ia juga memakai celana dalam hitam yang ditutupi oleh stoking panjang dan tipis

Namun, ada satu hal yang mengejutkan Tsunade begitu Onihime melepas kimono-nya. Sebuah tanda segel berwarna merah di dada Onihime dengan bentuk yang sama seperti miliknya.

"Kau juga memiliki segel Byakugou?" Tanya Tsunade.

Onihime menunduk ke bawah, melirik ke arah segel yang berada tepat di atas sarashi-nya, "Ini, huh? Benar, ini adalah segel Byakugou sama sepeti milikmu. Hanya saja milikku ini mampu memanipulasi dan menetralkan racun."

"Racun?"

"Benar, secara garis besar, cara kerja segel kita itu sama saja, yang menjadi perbedaan adalah aku mampu merubah racun apapun menjadi untuk cakra regenerasi atau melepaskannya menjadi racun yang aku inginkan."

"Biar kutebak, kuchiyose-mu adalah Umiyu, kan? Sang Siput Laut Beracun." Ujar Tsunade begitu menyadari kekuatan dari segel Onihime.

"Bingo! Umiyu adalah salah satu yang seharusnya tinggal di Hutan Shikkotsu, tetapi karena terlahir berbeda, ia terpaksa meninggalkan hutan itu dan hidup di lautan. Umiyu menjadi satu-satunya siput beracun yang berasal dari hutan Shikkotsu. Bukankah ini menarik? Dua pengguna segel Byakugou yang berbeda akhirnya bertemu."

Tsunade mulai khawatir dengan situasinya. Ia bertemu dengan musuh alaminya, jika diibaratkan dia adalah pengguna segel Byakugou positif, maka Onihime adalah pengguna segel yang negatif. Ia masih tidak tahu apa kekuatan sesungguhnya dari Onihime dan kali ini ia mulai berhati-hati dengan apa yang akan ia lakukan selanjutnya.

Onihime memecah keheningan dengan menepuk tangannya, "Baiklah! Bagikan kartunya, permainan dimulai sekarang."

Seorang pegawai rumah judi itu menjadi bandar poker untuk kedua orang wanita cantik yang sedang berduel. Ia membagikan masing-masing dua kartu untuk mereka. Tsunade mengintip kartunya dan berusaha menjaga ekspresinya. Untuk sekarang, ia mendapatkan kartu yang bagus.

Namun, kartu yang dimiliki Onihime jauh lebih baik darinya dan ia harus kalah di babak pertama. Tsunade melepaskan obi miliknya dan menjatuhkannya ke tanah. Para pria di sekitarnya berusaha mengintip puting Tsunade dari sisi kimono-nya yang longgar dan hal itu membuat konsentrasinya pecah.

Permainan berakhir dengan kekalahan telak Tsunade. Ia tidak mendapatkan kemenangan satu pun dan berakhir dengan telanjang bulat. Ia tidak bisa konsentrasi sama sekali begitu ia kalah di putaran kedua, dengan satu tangan di meja dan tangan yang lain harus menutupi payudaranya yang sudah tidak ditutupi kimono lagi.

Tsunade jatuh terduduk di hadapan Onihime, "Aku… kalah…."

Onihime memakai kimono-nya kembali dengan dibantu para pegawainya, "Jadi, apa kau sudah siap melayani ribuan penis di kota ini?"

"Kuh!?" Tsunade mengepalkan tangannya dan memukul tanah karena kesal, "Baiklah, aku akan melayani para pria di sini." Tsunade berbisik pelan.

Onihime menjambak rambut Tsunade dan memaksanya berdiri, "Hah? Tidak ada yang mendengarmu. Ulangi lagi."

Tsunade menahan rasa malu karena kedua tangannya kini memegangi rambutnya yang ditarik oleh Onihime dan terpaksa membuatnya memamerkan dua bongkahan payudara besar yang menggantung di dadanya, "Aku akan melayani semua pria di sini!"

Onihime mendaratkan sebuah tendangan keras dengan lututnya ke perut Tsunade, "Bukan seperti itu! Ulangi kata-kataku. 'Aku, pelacur Tsunade, menyerahkan tubuhku untuk diperkosa oleh ribuan orang di kota ini.'"

"Ugh! Aggh..!" Tsunade memulihkan rasa sakit di perutnya dan mengulangi kata-kata Onihime, "Aku… Pelacur Tsunade, menyerahkan tubuhku… Untuk diperkosa oleh ribuan orang di kota ini…"

Masih belum puas dengan hal itu, Onihime sekali menendang perut Tsunade, "Lebih keras lagi!"

"AAKHH!" Tsunade seharusnya jatuh berlutut kalau saja rambutnya tidak dipegangi oleh Onihime, "Aku, pelacur Tsunade, menyerahkan tubuhku untuk diperkosa— Kyaah!"

Onihime mendorong Tsunade hingga terjatuh ke tanah dan menginjak perutnya. Sepatu hak tingginya terbenam di perut Tsunade, "Sudahlah, ayo kita keluar dan sapa orang-orang di pusat kota."

Wanita berambut merah itu melucuti sepatu yang dipakai Tsunade. Ia sekali lagi menjambak rambut pirang Sannin itu dan menyeretnya keluar. Baru saja ia membuka pintu, puluhan orang dengan wajah garang sudah menunggu di depan rumah judinya.

"Siapa kalian?" Tanya Onihime.

Salah satu pria dengan badan paling besar menjawab, "Kudengar Tsunade sedang berjudi di sini, ia sudah banyak meminjam uang dari kami dan belum melunasi hutang-hutangnya."

Onihime tersenyum jahat, "Kebetulan sekali, wanita yang kau cari ada di sini," ia menyeret Tsunade keluar dengan kasar.

Tanah dan kerikil bergesekan dengan punggung Tsunade. Tubuh putihnya kini sudah kotor dan kakinya menendang-nendang ketika para pria di belakangnya berusaha untuk meraba tubuhnya, "Jauhkan tangan kalian dariku!"

"Oh! Apa yang terjadi?" Tanya salah seorang penagih hutang itu.

"Cerita yang panjang, kalian beruntung dating disaat aku akan mengeksekusinya." Jawab Onihime.

"Eksekusi?"

"Panggil teman-teman kalian, mulai hari ini dia akan menjadi bahan perkosaan di Tanzaku selama satu hari." Onihime kemudian menyeret Tsunade ke pusat kota.

Di tengah-tengah kota yang ramai, Onihime mempertontonkan tubuh telanjang Tsunade ke seluruh masyarakat kota. Para pria terlihat begitu antusias melihat wanita cantik dengan payudara super besar ditelanjangi dan dipamerkan di pusat kota. Puting wanita itu berwarna merah muda dengan ukuran seimbang dengan ukuran payudaranya. Kedua putingnya perlahan-lahan mengacung tegak dan membesar.

Sedangkan para wanita yang seluruhnya adalah pelacur dan wanita penghibur melihat Tsunade dengan jijik karena mereka tidak pernah dipermalukan sampai serendah itu. Wanita-wanita itu mulai berbisik sinis dan menghina Tsunade.

Onihime kemudian menjatuhkan tubuh Tsunade ke tanah dan membuatnya telentang di atas tanah. Kedua kaki Tsunade yang terbuka lebar saat ini diangkat oleh Onihime, kini tubuh bagian bawah Tsunade terangkat menghadap ke arah Onihime atau lebih tepatnya area vaginanya.

"Wanita ini adalah Tsunade, salah satu dari Tiga Sannin Legendaris, ia telah mempermalukan rumah judiku dengan menuduh kami bermain curang. Sekarang, pelacur ini dengan sukarela menyerahkan tubuhnya untuk diperkosa. Kalian semua bebas memasukkan apa pun ke dalam vagina Tsunade selama satu hari penuh!"

Seluruh pria yang berkumpul di pusat kota itu bersorak gembira. Ratusan orang mulai memadati area itu dan kelihatan masih terus bertambah. Beberapa dari mereka sudah membuka celana dan memamerkan penis yang sudah berdiri tegak.

"Sekarang, biar aku tunjukkan bagaimana memperlakukan pelacur hina ini dengan benar."

Onihime yang masih memegang kaki Tsunade, kini mulai mengangkat kakinya dan mengarahkan hak sepatunya yang tebal ke arah lubang vagina Tsunade. Hak sepatu itu perlahan memanjang dan cakra juga mulai menyelimutinya. Cakra itu berubah menjadi cairan berwarna ungu dan menetes tepat di atas bibir vagina Tsunade.

"Kau tahu, aku bisa memanipulasi racunku ke segala benda di sekitar, kini sepatuku sudah kuselimuti dengan racun penambah rasa sakit. Kau akan menerima rasa sakit 100 kali lipat dari biasanya di vaginamu." Ujar Onihime dengan senyum yang lebar.

"Tidaaaak! Hentikaaann! Kumohon, ampuni aku! Jangan di vaginaku!" Tsunade tidak pernah merasa setakut ini, ia tidak bisa membayangkan rasa sakit yang dilipatgandakan menjadi 100 kali.

"Ahahahahaha! Ucapkan selamat tinggal pada vaginamu!" Onihime dengan tawa penuh kejahatannya menginjak vagina Tsunade dengan hak sepatunya, membuat hak sepatu itu terbenam sebagian di dalam vaginanya.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAGGGGHHHHHHHHHHHHHHHHHH!" Teriakan panjang Tsunade membuat seluruh kota terdiam.

Hak sepatu yang semula hanya sepanjang 8 cm itu kini memanjang menjadi 15 cm dan lebarnya kini menjadi 9 cm. Vagina Tsunade yang belum basah dipaksa menelan benda besar itu. Hak sepatu itu dengan sekejap merobek bibir vagina Tsunade. Darah akibat luka robek terciprat ke tanah dan menyelimuti hak sepatu Onihime.

"Tenang saja, kau bisa menyembuhkannya lagi, kan? Kalau begitu, kau masih bisa menerima ini semua!"

Onihime tanpa ampun mendorong hak sepatunya semakin dalam. Dengan satu dorongan, hak sepatu sepanjang 15 cm itu terbenam seluruhnya di dalam vagina Tsunade. Luka robeknya juga bertambah sampai ke dalam dan selaput daranya robek secara instan.

"AAGHHHHH! HENTIKAAAANNN! VAGINAKU! KAU MEROBEK VAGINAKU!"

Penderitaan Tsunade tidak sampai di situ saja, Onihime menarik kedua kakinya ke atas dan memutar-mutar tumitnya. Hak sepatunya mengaduk-aduk isi dalam vagina Tsunade. Darah dari vaginanya bercipratan ke mana-mana. Bagian dalam vaginanya terasa sesak, ditambah rasa sakit yang dilipatgandakan dengan jumlah sangat tidak masuk akal.

"OOOOOGGGHHHHHHH! VAGINAKU HANCUUUURRR!"

Hak sepatu itu sudah menembus rahim Tsunade dan berputar-putar di dalamnya. Vaginanya sudah mati rasa, darah pun mengalir di atas tubuhnya. Onihime terus tertawa bahagia di atas penderitaannya. Ia membiarkan Tsunade kesakitan selama beberapa menit dan membiarkan darahnya membasahi tanah di sekitar. Tidak sekali pun Tsunade mencapai orgasmenya karena rasa sakit terus mengisi pikirannya.

"Sekarang, aku akan merubah racun ini menjadi racun perangsang seksual. Bagaimana jika 1.000 kali lipat? Kau akan orgasme hanya dengan sentuhan di area sensitifmu."

Onihime menekan kakinya lebih dalam dan mengeluarkan racun berwarna merah muda ke dalam vagina Tsunade. Racun itu bekerja secara instan hingga membuat Tsunade memuncratkan cairan vaginanya secara tak terkendali.

"AAAAAHHHHHHHHHH~!"

Tubuh Tsunade mengejang hebat begitu ia merasakan orgasme pertamanya yang dahsyat. Rasa sakitnya seketika menghilang dan digantikan dengan kenikmatan seksual. Onihime menarik keluar hak sepatunya yang sudah berlumuran darah. Ia melempar Tsunade ke tengah-tengah gerombolan pria yang sudah berbaris dan bersiap-siap memperkosanya.

"Tidak... Kumohon..." Tsunade merayap menjauhi kerumunan itu, ia meminta ampun pada Onihime. Tidak dapat dibayangkan salah satu Sannin Legendaris harus memohon ampun agar tidak diperkosa. Semua perlawanannya sia-sia, ia sudah dikendalikan oleh hawa nafsu yang tidak dapat ia kuasai lagi.

Tsunade harus menyerah di hadapan Onihime yang secara alami adalah musuh terkuatnya akibat perbedaan segel Byakugou. Segel milik Onihime lebih superior dibandingkan miliknya dan itu dibuktikan saat ini, ia tidak mampu menetralisir racun Onihime, bahkan ia tidak mampu mengaktifkan kemampuan regenerasinya.

"Minggir kalian semua! Wanita ini berhutang banyak pada kami, jadi kami lah yang berhak memperkosanya duluan!" kata seorang pria yang ternyata adalah seorang lintah darat. Ia meminjamkan Tsunade banyak sekali uang, tetapi wanita itu sampai saat ini belum menggantinya.

"Nikmati tubuh wanita itu, aku akan datang besok malam, tepat satu hari nanti." Kata Onihime sambil berjalan meninggalkan tempat pemerkosaan yang akan berlangsung itu.

Pria lintah darat itu mengeluarkan penisnya yang berukuran 40 cm. Wajar saja ia memiliki penis yang besar dengan tubuh raksasa seperti itu. Membiarkan Tsunade dalam posisi telentang, ia memasukkan penisnya dengan kasar ke dalam vagina Tsunade yang berlumuran darah dan cairan vagina.

"Ooooghhhhh~ Tidak... Kumohon... Keluarkan penismu! Aaaahhhh!"

Tsunade memohon ampun begitu penis itu menusuk vaginanya. Perutnya menjadi kembung karena ukuran penis itu. Tiap kali pria itu mendorong masuk penisnya, ujung dari penis itu menabrak mulut rahimnya. Satu kali dorongan kuat membuat penis itu berhasil menjebol rahim Tsunade.

"AAAAGGUHHHH! SAKIIITT! AAAAGGHHH!"

Pria itu terus memompa penisnya keluar masuk vagina Tsunade, desahannya dan desahan Tsunade saling bersahutan, "Oh ya? Jangan berbohong, kenapa aku merasa enak?"

Dengan tubuh yang lebih besar, pria itu memeluk Tsunade dan mendudukan wanita itu di pangkuannya. Ia memegang kedua pinggang Tsunade dan menggerakkannya naik turun. Payudara raksasa Tsunade juga tidak lepas dari bulan-bulanannya. Ia melahap puting susu sebelah kiri wanita seperti ingin mengeluarkan air susunya.

"Sluurpp... Ahhhhh~ Mmmmhhh~" pria itu memainkan lidahnya tepat di atas puting Tsunade sambil sesekali menghisapnya.

Tsunade hanya bisa mendesah pasrah di tangan pria itu. Sesi perkosaan bersama pria itu berlangsung lumayan lama, Tsunade yang sudah berkali-kali mencapai orgasme tidak mampu mengimbangi daya tahan pria itu. Butuh waktu 45 menit untuk pria itu mencapai ejakulasi pertamanya.

"Ogghh... yah~ Vaginamu memang yang terbaik! Terima benihku ini! OOOGGGHHH!"

"Tidak jangan di dalam! HHHHAAAAHHHHHHHHHHNNNNNNNNN!"

Kedua pria dan wanita itu mencapai klimaksnya bersamaan. Nafas Tsunade sudah tidak beraturan, begitu juga dengan pria itu. Tsunade dilempar begitu saja ke tanah begitu sang lintah darat itu sudah puas memakainya.

"Kalian bisa mengambil sisanya." Kata pria itu sambil duduk beristirahat di sebelah tubuh Tsunade yang tergolek lemas.

Kerumunan pria mulai datang bersamaan ke arah Tsunade. Tanpa memberi wanita itu waktu istirahat, lima pria sudah mulai menggerayanginya. Dengan posisi menungging, satu orang yang berbaring di bawah Tsunade sudah mengisi vaginanya dan menghisap payudaranya. Pria yang lain sudah mengisi lubang pantatnya. Mulut Tsunade pun tidak lepas dari penis pria yang lain. Satu orang lagi sedang menghisap puting yang masih menganggur. Lalu orang terakhir melilitkan rambut Tsunade di penisnya dan mulai mengocoknya.

Tsunade 'ditodong' penis dari segala macam arah. Kelima pria yang sedang memperkosanya itu tanpa henti memompa penis mereka di setiap lubang kenikmatan yang ia miliki. Begitu satu orang mengeluarkan spermanya, mereka langsung bergantian mengisi lubang yang kosong. Vagina dan pantat Tsunade sudah becek dengan sperma. Ia juga dipaksa meminum cairan putih kental itu dari mulutnya dan tentu saja, ia memuntahkan sebagian karena tersedak.

Merasa usahanya sia-sia, Tsunade akhirnya menyerah. Ia diperkosa bergilir oleh banyak orang, malam itu menjadi malam yang panjang baginya. Vaginanya sudah tidak mampu melayani banyak penis itu dan sudah mulai menganga lebar. Bahkan para pria itu memasukkan dua penis sekaligus ke dalam vaginanya.

Mereka melampiaskan seluruh hawa nafsu liar mereka ke tubuh Tsunade. Payudara wanita itu juga menjadi bulan-bulanan, tidak sedikit orang yang meremasnya dengan kasar dan mencakar kulit di dadanya. Kedua putingnya dijepit oleh penjepit baju dan klitorisnya disundut oleh rokok yang masih menyala.

Namun Tsunade tidak merasakan sakit sama sekali, ia malah terlihat keenakan saat tubuhnya disakit. Bahkan orgasmenya semakin menjadi-jadi ketika rasa sakitnya semakin besar, berkat racun Onihime, tubuhnya sudah melupakan apa itu rasa sakit.

Ribuan orang sudah memadati pusat kota Tanzaku sedari malam tadi. Kini, fajar mulai menjelang dan Tsunade masih terus digilir oleh banyak orang. Tempat tersibuk kota itu kini penuh dengan aroma sperma, seluruh tubuh Tsunade juga tidak luput dari cairan putih itu. Ia bermandikan sperma dari ujung kaki sampai ujung kepala. Bahkan, bagian dalam tubuhnya juga dipenuhi sperma.

Tidak ada kata istirahat bagi Tsunade, ia makan dan minum hanya dengan sperma. Air kencingnya juga terus menerus keluar tanpa terkendali. Ia sudah tidak mampu mengendalikan tubuhnya sendiri. Suaranya berubah menjadi serak karena harus mengerang dan mendesah satu malam penuh.

"Haaahh... Kumo... hon... Hentikan..."

Seorang pria yang sedang 'menunggangi' Tsunade menampar bongkahan pantat wanita itu, "Apa maksudmu, pelacur? Matahari baru terbit dan ini belum 24 jam! Kau harus melayani kami sampai nanti malam!"

Siang pun datang, di tengah terik matahari, Tsunade masih terus diperkosa tanpa henti. Onihime hanya melihat hal itu dari kejauhan sambil menghisap pipa rokoknya. Ia tersenyum puas melihat wanita angkuh yang baru semalam berada di rumah judinya kini menjadi pemuas nafsu ribuan pria.

Onihime melihat ke arah pundaknya, "Bagaimana, Umiyu? Apa kau pikir Katsuyu mampu menyembuhkan tubuh wanita itu?"

Seekor siput berwarna hitam dengan motif kemerahan yang memanjang di bagian belakangnya bersandar di pundak Onihime. Ia memiliki sirip yang berbentuk duri-duri halus di kedua sisi tubuhnya.

"Tentu saja dia bisa. Tapi, butuh waktu yang lama untuk menyembuhkan mentalnya. Kurasa itu tidak mungkin jadi masalah bagi seorang Sannin Legendaris." Ujar Umiyu.



Senja pun tiba, tubuh Tsunade sudah tidak mampu bergerak lagi. Kini ia dalam posisi menungging sambil berdiri dengan tangan yang masing-masing diikat ke atas. Bagian perutnya juga diikat dan digantung oleh kain agar membantunya menopang tubuh yang sudah hampir lumpuh itu.

Di belakang Tsunade, berdiri seekor kuda dewasa dengan penis yang sudah mengacung tegak. Penis sepanjang 60 cm itu mulai bangkit perlahan. Seolah memiliki pikiran dan hawa nafsu manusia, kuda itu mengarahkan penisnya ke bibir vagina Tsunade yang sudah acak-acakan itu. Kedua kaki depan kuda itu bersandar di pundak Tsunade dan siap mengambil ancang-ancang untuk mendorong penisnya masuk.

"Ogghhh... Tidak... Kumohon... Apa pun selain kuda... Tiddaaaaakkk!"

Kuda itu mendorong penisnya masuk, sekali hujaman, penis itu terbenam seluruhnya di dalam vagina Tsunade dan menembus rahimnya. Perut Tsunade mengembung besar saat penis itu berhasil menusuk vaginanya. Kuda itu perlahan menarik penisnya keluar dan dengan kasar mendorongnya masuk lagi.

Gerakan kuda itu semakin cepat, bunyi cairan vagina Tsunade dan suara tubuh kuda itu yang bertemu dengan bongkahan pantatnya terdengar begitu jelas. Para pria yang menonton pertunjukkan gila itu menyemangati sang kuda agar bergerak lebih cepat lagi. Sedangkan Tsunade hanya bisa menangis dan menjerit penuh kesengsaraan, ia tidak menyangka kalau ia harus melakukan hubungan seks dengan seekor kuda untuk pertama kalinya.

Cairan vagina Tsunade bercipratan kemana-mana, sudah tak terhitung jumlah ia orgasme selama ditunggangi kuda itu. Kedua payudaranya yang bergelantungan bergerak sesuai irama dengan sang kuda. Ia menutup kedua matanya dan berharap ini semua akan berakhir.

Tidak lama kemudian, kuda itu meringkik dan mengejang hebat. Kuda itu mengalami ejakulasi di dalam vagina Tsunade. Para pria mendorong pantat kuda itu agar penisnya terbenam lebih dalam di rahim Tsunade. Mereka memaksa kuda itu mengeluarkan seluruh spermanya ke dalam sana.

Rahim Tsunade sudah sangat penuh, perutnya perlahan seperti seseorang yang sedang hamil besar. Tubuhnya juga kejang-kejang dan kedua matanya terbalik, memperlihatkan bagian putihnya saja. Lidahnya menjulur keluar dengan air liur yang sudah tercampur air mata mengalir di wajahnya. Wanita malang itu pingsan seketika.

Tepat 24 jam setelah malam sebelumnya, Onihime datang ke lokasi pemerkosaan Tsunade. Orang-orang sudah tidak memadati area itu karena tidak tahan dengan aroma sperma yang menyengat. Tepat di tengah-tengah pusat kota itu, terdapat kerumunan pria yang sedang mengocok penisnya bersamaan. Mereka memandikan Tsunade yang terkapar tak berdaya dengan sperma.

Rambut Tsunade sudah sangat berantakan. Bagian bawah matanya sudah banyak kerutan dan kantung mata, menandai kalau dia sudah melewati kenyataan yang sangat kelam selama satu hari penuh. Ini adalah titik terendah dalam hidupnya, ia bahkan sekilas berpikir lebih baik mati daripada dipermalukan seperti ini.

Tubuh Tsunade bersandar pada seorang pria yang sedang memaksa dirinya untuk mengulum penis pria disebelahnya. Vaginanya kini 'disumbat' oleh sebuah botol bir besar dan menutup jalan keluar sperma yang terkumpul di dalam rahimnya. Perutnya sudah membesar akibat sperma yang menumpuk, kedua puting susunya yang masih mengacung tegak kini ditusuk oleh sebuah kayu kecil. Lubang pantatnya juga mengeluarkan sisa-sisa sperma dan tanah di sekitarnya menjadi warna kekuningan karena air kencing dan sperma tercampur jadi satu.

Seluruh tubuh Tsunade diselimuti cairan putih yang menjijikan itu. Beberapa pemerkosanya juga sempat mengencinginya sebelum pergi meninggalkan tempat itu. Mata Tsunade terbuka perlahan dan ia menatap dengan sayu ke arah Onihime yang berdiri di sebelahnya. Pria terakhir yang ia kulum penisnya kini sudah menyemburkan spermanya. Ia memuntahkan sperma itu karena sudah tidak sanggup lagi menelannya.

"Ugh, ya ampun. Kau berantakan sekali, Tsunade." Onihime kemudian mengendus tubuh Tsunade, "Huek! Kau juga bau! Yah, tapi itu cocok sekali dengan penampilanmu."

"Aghh... Ughhh... Uhh... Aagghh... Aahh..." Tsunade berusaha untuk berbicara tapi hanya erangan tidak jelas yang keluar dari mulutnya.

"Hah? Aku tidak mengerti maksudmu. Apa mulutmu sudah terlalu banyak menghisap penis sampai lupa caranya berbicara?" Onihime tertawa terbahak-bahak.

Ia kemudian berjongkok di sebelah Tsunade, "Inilah akibatnya kalau kau bermain-main denganku, kau menghina rumah judiku dan aku membalasnya dengan membuatmu menjadi boneka seks. Kini kita seimbang."

"Aku akan menetralisir racun seksual di tubuhmu," Onihime menggerakkan tangannya dengan lembut seperti menarik sesuatu. Dari dalam vagina Tsunade, cairan berwarna merah muda keluar dari sela-sela botol di vaginanya dan berubah menjadi cakra yang diserap oleh tangan Onihime.

Onihime kemudian memegang botol yang menyumbat vagina Tsunade dan menggoyang-goyangkannya. Ia berusaha menarik botol itu dan dengan sekali tarikan, botol itu keluar seluruhnya. Cairan vagina Tsunade yang tercampur dengan sperma mengalir keluar dengan deras. Namun, tetap saja, perutnya masih terlihat kembung karena tidak ada dorongan dari dalam yang membantu nya mengeluarkan sisa cairan kental di dalam rahimnya.

"Bawa dia ke rumah kosong di luar kota dan tinggalkan dia di sana. Jangan ada satu pun dari kalian yang sekali lagi memperkosanya, aku adalah orang yang menghormati taruhan, jika aku melihat salah satu dari kalian datang ke rumah itu, kalian tahu sendiri akibatnya,"

Onihime mengangkat botol kaca itu, "Sampai ketemu lagi, Tsunade," dengan ayunan keras, ia memukul kepala Tsunade hingga botol itu pecah dan membuat wanita korban perkosaan itu tidak sadarkan diri dengan darah yang mengucur dari luka di kepalanya.

Sang pemilik rumah judi itu menunjuk beberapa anak buahnya untuk membawa Tsunade ke rumah yang ia maksud tadi. Pria-pria itu menyempatkan diri untuk meraba-raba payudara Tsunade sebelum melemparkan pakaiannya dan pergi meninggalkan wanita itu.



Delapan jam kemudian...

Di dalam rumah kosong itu, tubuh Tsunade yang terkapar tidak berdaya dikerumuni oleh serangga-serangga kecil. Tsunade terbangun dengan lemah dan berusaha duduk bersandar di salah satu tembok rumah kayu itu.

Setelah susah payah merayap dan berhasil menyandarkan dirinya, Tsunade memanggil Katsuyu dengan darah di vaginanya, "Ku... Kuchiyo... Se... No... Jut... Su..."

"Tsu-Tsunade-sama!" Katsuyu terkejut melihat kondisi Tsunade, "Apa yang terjadi?"

"To...long... Aku..."

Katsuyu mengembalikan sebagian cakra Tsunade agar ia mampu bernafas dan berbicara dengan normal, "Ceritakan padaku, Tsunade-sama."

Setelah Tsunade menceritakan seluruh kejadian malang yang menimpanya, Katsuyu mengamati tubuh Tsunade, "Kau diperkosa oleh seribu tiga ratus lima puluh sembilan orang dalam satu hari... Ke-kejam sekali..."

Katsuyu terus berusaha menyembuhkan Tsunade, namun luka di tubuh wanita itu sangatlah banyak, "Tsunade-sama, seperti kau harus menggunakan Sozo Saisei untuk menyembuhkan dirimu."

"Aku... Sudah tidak kuat lagi, Katsuyu..." jawab Tsunade lemah.

"Tidak, kita bisa memanfaatkan sperma ini menjadi cakra, sama seperti Umiyu merubah cakranya menjadi racun."

Katsuyu menjelaskan *teknik itu ke Tsunade. Ia memberikan seluruh sisa cakra yang ia miliki sekarang ke wanita itu untuk membantunya beregenerasi. Setelah mentransfer cakranya, Katsuyu menghilang dan meninggalkannya sendirian.

Tsunade membuat segel tangan untuk mengumpulkan cakranya. Segel byakugou di dahinya bersinar terang saat ia mulai menyerap sperma yang ada di kulitnya menjadi cakra. Ia memusatkan cakra regenerasinya pada kedua putingnya yang masih tertancap kayu kecil tajam. Selama proses regenerasi, kedua kayu itu perlahan terdorong keluar dan terlihat kalau benda itu menancap sedalam 5 cm di dalam putingnya.

"Nggghhh! Aaahhh!" Tsunade mengerang kesakitan begitu kedua kayu itu terlepas dari putingnya.

Lubang yang dibuat kayu itu mulai tertutup rapat dan putingnya kembali seperti semula. Namun, perlahan-lahan kedua putingnya itu semakin membesar dan berdiri tegak. Ukurannya jadi dua kali lipat lebih besar dari ukuran semula. Tsunade merasakan sesuatu mengalir secara perlahan dari dalam payudaranya.

"Tidak mungkin!?" Tsunade mendesah panjang begitu air susunya menyemprot keluar, "Air susuku kenapa bisa keluar?"

Air susu yang menyembur keluar itu mengganggu konsentrasi Tsunade. Tetapi ia mencoba untuk mengabaikannya dan fokus untuk merubah sperma dalam jumlah banyak di rahimnya menjadi cakra. Perut Tsunade perlahan mengecil, ia berhasil merubah sperma itu menjadi cakra dan meregenerasi vaginanya yang babak belur setelah diperkosa.

Klitorisnya yang sempat mengalami luka bakar akibat tersundut rokok kini sudah pulih. Begitu juga dengan vaginanya yang sudah menganga lebar dan hampir tidak berbentuk itu. Sperma dari pria –dan seekor kuda- yang 'menghancurkan' tubuhnya ia ubah menjadi obat untuk menyembuhkan dirinya.

Tubuh Tsunade telah pulih seutuhnya, namun staminanya terkuras habis karena penggunaan teknik baru untuk pertama kalinya. Sisa sperma yang tidak terpakai ia ubah menjadi cakra dan dikumpulkan di segel byakugou-nya.

Tsunade menghabiskan malamnya di rumah kosong itu sendirian. Ia terus mempelajari teknik yang baru ia dapatkan dari Katsuyu agar bisa mengendalikan cakra yang ia serap dari sperma dan mengontrol hawa nafsunya. Namun tetap saja, trauma yang ia dapat masih belum bisa hilang, ia masih bisa merasakan nyeri di vaginanya.

Penis dengan berbagai macam ukuran sudah memasuki vaginanya. Masih teringat jelas rasa penis-penis itu di mulut dan vaginanya. Dalam satu hari itu, ia sudah mahir mengulum penis walau pun harus dipaksa untuk mempelajarinya.

Tsunade yang masih kelelahan akhirnya tidur seharian dan keesokan harinya, ia menjemput Shizune dan berpura-pura tidak peduli saat muridnya itu menceritakan tentang wanita malang yang menjadi korban pemerkosaan besar-besaran di kota Tanzaku.



*lihat di chapter pertama
Ayo Tsunade, hajar balik Onihime..
Bedanya, buat harga dirinya jatuh sepertimu tapiiii dibuat ketagihan.
Lakukan dengan caramu, dia pake judi, kamu pake obat :dance::dance::dance::dance::top::top:
Seorang pemilik rumah judi, digagahi semua lelaki yang bermain di tempatnya. Hahaha
 
3. Satu Malam dengan Kyou

Tsunade akhirnya kembali memijakkan kakinya di Kota Tanzaku setelah 10 tahun lebih. Ia kembali ke kota yang menjadi panggung utama dalam peristiwa pemerkosaan besar-besaran yang dialaminya. Namanya menjadi bahan pembicaraan di kota itu, bahkan ia sampai mendapat julukan Sang Penghisap Legendaris karena kemampuannya dalam menghisap penis baik dengan mulut atau vaginanya.

Saat ia menjadi Hokage, ia mengutus beberapa Anbu untuk menutup mulut orang-orang yang masih membicarakan kejadian itu. Akibatnya, tidak ada yang tahu cerita itu selain warga Tanzaku sendiri.

Banyak orang yang masih mengenalnya di kota itu, namun tidak ada yang berani menyinggung peristiwa pemerkosaannya. Mereka masih takut karena merasa seperti sedang diawasi Anbu. Faktanya, Tsunade tidak bersama siapa-siapa saat ini.

Tsunade berjalan melewati sebuah toko yang menjual barang-barang dewasa, mulai dari video porno hingga peralatan seks. Ia melihat ke sebuah etalase kaset video yang dipajang di depan toko dengan tulisan "Tsumiko" di atasnya. Jelas sekali kalau etalase itu dibuat untuk dirinya. Sudah puluhan video porno yang ia buat selama beberapa tahun terakhir.

Satu buah kotak dengan kumpulan kaset di dalamnya mendapatkan perhatian wanita itu. Kotak itu diberi label dagangan terlaris, wajar saja karena itu adalah kumpulan videonya saat ia diperkosa bergiliran selama satu hari penuh.

Mantan Hokage itu mengepalkan tangannya, harga dirinya benar-benar jatuh. Ia tidak hanya merasa kesal dan malu karena apa yang ia alami waktu itu, tetapi ia juga merasa sangat terhina karena tragedi itu diabadikan menjadi sebuah film porno yang panjang.

Tentu saja ia sudah menontonnya. Ia hanya bisa merasa frustasi melihat dirinya di masa lalu harus mengalami kejadian tragis itu. Melihat vaginanya yang dimasuki segala macam penis dengan bentuk dan ukuran yang berbeda saat masih berlumuran darah dan sisa sperma.

"Kuh! Onihime!" geram Tsunade pelan, ia terus memandangi kotak kaset itu dengan frustasi hingga akhirnya sebuah sentuhan kecil di tangannya memecah pikirannya.

"Ermm... Tsu-Tsumiko?"

Seorang anak bertubuh kecil melihat wanita itu dengan malu-malu. Rambutnya yang berwarna jingga mengingatkan Tsunade pada Naruto dulu. Wajah anak itu terlihat memerah ketika melihat Tsunade yang berdiri di depan toko.

Tsunade mengalihkan perhatiannya ke anak itu, "Kau tidak seharusnya membeli barang seperti itu, nak. Kau masih terlalu kecil untuk itu."

"Ta-tapi umurku sudah sembilan belas tahun." Jawab anak itu, lalu ia berkata dengan malu-malu, "Dan aku penggemar beratmu..."

"Benarkah?" kata Tsunade tersenyum sambil menepuk kepala anak itu dengan lembut, "Siapa namamu?"

"Namaku Kyou."

Tsunade membungkukkan badannya sedikit agar wajahnya sejajar dengan Kyou, "Apa kau benar-benar menyukaiku, Kyou-chan?"

Walau wajahnya sudah sejajar dengan Tsunade, mata Kyou tetap teralihkan oleh payudara wanita itu yang menggantung di hadapannya, "Y-ya! Aku mengoleksi semua koleksi kasetmu! Aku menyukaimu dari dulu," suara Kyou berubah jadi pelan, "Saat kau diperkosa pertama kali di sini."

"Begitu, ya..." Tsunade merenung sebentar, "Apa wanita itu masih di sini?"

"Apa yang kau maksud itu Onihime?" pertanyaan Kyou dibalas anggukan kecil Tsunade, "Untuk sekarang, dia sedang pergi keluar kota. Kurasa itu wajar karena ia menjadi sangat terkenal setelah kejadian yang menimpamu dulu."

Tsunade menegakkan tubuhnya dan melihat ke sekitar, di kejauhan, terlihat sebuah rumah megah dengan lampu berwarna merah yang menyala di atapnya, "Apa itu rumah judi miliknya?" kata Tsunade sambil menunjuk bangunan itu.

Kyou mengangguk, "Ya, Onihime merenovasi besar-besaran rumah judi itu setelah ia menjual videomu dan laku keras."

"Jadi setelah mempermalukanku, dia berani memanfaatkan nasib sialku untuk menghasilkan uang." Wanita pirang itu terlihat tidak senang setelah mendengar kata-kata Kyou.

"Apa kau ingin balas dendam, Tsumiko?" tanya Kyou.

Tsunade melirik ke laki-laki kecil berwajah seperti anak-anak itu, "Tentu saja, setelah apa yang dia lakukan padaku, sudah pasti aku ingin balas dendam."

"A-aku bisa membantumu..."

"Oh ya? Apa yang akan kau lakukan?"

Kyou mengangguk, "Aku bisa memberitahumu segala informasi tentang kekuatan Onihime selama ini."

Tsunade mulai tertarik dengan tawaran Kyou, "Dan bagaimana kau melakukannya?"

"Aku bekerja di rumah judi miliknya."

Wanita itu berpikir sejenak, "Baiklah, lalu bagaimana aku harus membayarmu?"

Wajah Kyou mulai memerah dan berkata pelan, "Bagaimana kalau dengan tubuhmu...?"

"Pikiran semua laki-laki sama saja. Tapi ini kesempatan yang bagus, aku butuh persiapan matang untuk melawan Onihime." Pikir Tsunade.

"Baiklah, aku setuju. Kalau begitu, biarkan aku tinggal di tempatmu."

"Be-benarkah!?" wajah Kyou mulai ceria, "Ba-baiklah, ayo kita ke tempatku sekarang! Aku tinggal sendirian, jadi tidak masalah."

Tsunade dan Kyou berjalan bersama-sama. Orang-orang di sekitar melihat mereka seperti seorang ibu dan anak, namun faktanya mereka adalah fans yang berjalan dengan bintang porno idolanya. Keduanya sampai di sebuah bangunan dengan tiga lantai, mereka memasuki sebuah kamar kos kecil.

"Maaf kalau sedikit berantakan, toilet ada di sebelah pintu masuk dan dapur ada di dekat balkoni." Kata Kyou sambil menunjuk tempat yang dimaksud.

Di lantai ruangan itu, terdapat banyak kaset video porno, tidak terkecuali kaset-kaset milik Tsunade. Bahkan Tsunade tahu betul kalau Kyou memiliki seluruh kaset videonya. Ia mengambil salah satu kaset miliknya dengan bercak sperma yang terlihat masih baru.

Tsunade mencolek sperma itu, "Kau benar-benar menyukaiku ya?"

"Ah! Maaf kau melihat hal yang menjijikan!" Kyou menjadi salah tingkah.

"Kenapa kau meminta maaf?" Tsunade mengulum jarinya yang diselimuti sperma itu, "Aku menyukainya."

Tsunade mendorong tubuh kecil Kyou hingga membuatnya terduduk di kasur. Terlihat jelas penisnya sudah berdiri tegak di balik celananya. Kyou mengerang kecil begitu Tsunade menyentuh penisnya, kemudian wanita itu membuka ritsleting celana Kyou.

Sebuah penis berukuran 13 cm mengacung tegak di hadapan Tsunade. Penis itu tidak sebesar yang ia harapkan, namun melihat ukuran tubuh Kyou yang kecil, hal itu wajar baginya. Tsunade yang termakan gairah, wajahnya kini mulai memerah. Kedua putingnya perlahan berdiri tegak dan tercetak jelas di balik pakaiannya.

Ia membuka kimono-nya tanpa ragu dan memamerkan dua bongkah dada raksasa miliknya. Putingnya yang berwarna merah muda cerah itu mulai mengeras dan sensitif. Nafas Tsunade mulai terengah-engah, ia secara tidak sabar mengemut ujung penis itu. Tsunade menyedot penis itu tepat di ujungnya bagaikan sedang menyedot minuman dengan sedotan. Lidahnya bergerak liar di lubang kencing Kyou dan membuat lelaki kecil itu mengejang keenakkan.

"Ooohhhh!? Tsumiko, pelan-pelan! Aku tidak kuat lagi! Oooooghhh!"

Kyou mengerang dengan keras, ia mengeluarkan spermanya hanya beberapa menit setelah Tsunade menghisap penisnya. Penis itu berkedut-kedut di dalam mulut Tsunade, ia menyimpan sperma Kyou di dalam mulutnya dan berkumur-kumur dengan itu. Setelah berkumur, Tsunade memuntahkan sperma itu ke tangannya dan mengoleskannya ke bongkahan payudaranya.

Kedua tangannya bergerak secara erotis saat melapisi kulit dadanya dengan sperma. Ia bermain-main dengan putingnya sendiri sembari membersihkan penis Kyou dengan mulutnya.

"Aaahhh~ Aku sudah melumasi kantung susuku, ceritakan tentang Onihime dan penismu akan mendapat kenikmatan di antara payudaraku." goda Tsunade.

Kyou menelan ludahnya, "Ba-baik. Beberapa saat setelah kau diangkat menjadi Hokage, Onihime semakin ditakuti di kota ini. Warga kota ini menjulukinya sebagai 'Sang Penakluk Hokage Kelima'."

Tsunade yang sedang memainkan penis Kyou tiba-tiba berhenti dan menatap laki-laki itu dengan tatapan tajam, "Jadi kau sudah tahu identitas asliku?"

Kyou mengangguk, "Semua orang di kota ini mengetahuinya, tentu saja itu karena Onihime. Ia menyombongkan dirinya tiap kali seseorang menyebut nama 'Tsumiko'. Dia selalu berkata kalau dialah yang menghancurkan hidup Hokage Kelima. Semakin sering ia menyombongkan diri, semakin banyak pula orang yang membencinya. Banyak yang berusaha untuk membelamu dan membunuh Onihime, namun mereka berakhir dengan kematian."

"Apa maksudmu? Tidak ada yang berhasil membunuhnya? Aku yakin dengan kekuatanku sekarang, aku bisa menang telak melawannya." kata Tsunade yang tidak terima harga dirinya dijatuhkan oleh seseorang yang baru sekali mengalahkannya.

Kyou menggeleng, "Kau tidak mengerti. Selama kau menjadi Hokage, Onihime menyadari kekuatanmu. Ia tidak tinggal diam, Onihime menyerap kekuatan para shinobi yang berusaha membunuhnya. Namun, yang paling mengerikan adalah, ia menghisap kekuatan seorang Jinchuriki."

"Ji-Jinchuriki!?"

"Mungkin aku sedikit berlebihan mengatakannya. Apa kau ingat cerita tentang Kinkaku dan Ginkaku? Jinchuriki ini memiliki asal usul yang sama seperti dua bersaudara itu, menurut cerita, dia memakan daging Bijuu Hachibi dan mendapatkan sebagian cakranya. Pria itu mendatangi rumah judi Onihime, ia mendapatkan 'pelayanan' spesial dari wanita itu. Onihime berhubungan badan dengan pria itu dan menghisap cakranya melalu penis. Kekuatan cakra itu terlalu kuat bagi Onihime, ia hanya mendapat sebagian kecil saja. Tetapi itu sudah cukup untuk menambah kekuatan Onihime dan kini ia setara bahkan melebihi seorang Kage. Dengan kekuatannya itu, Onihime menyebar ketakutan di seluruh kota, cakra Hachibi jatuh di tangan yang salah. Aku tidak yakin kau mampu menang melawan Onihime sekarang."

Tsunade terdiam. Setelah mendengar cerita Kyou, sempat terbesit dalam pikirannya untuk mundur dan menyerah pada balas dendamnya. Namun ia sudah sejauh ini, ia tidak bisa memaafkan Onihime yang sudah mempermalukannya, "Terima kasih, Kyou."

"Apa aku bisa menikmati hadiahku, Nona Tsunade?" tanya Kyou pelan yang tentu saja dibalas anggukan Tsunade.

Mantan Hokage itu mulai menjepit penis Kyou di antara kedua payudaranya. Kemaluan laki-laki itu berdiri tegak dan mulai terbenam saat Tsunade merapatkan bongkahan dadanya, hanya ujungnya saja yang berhasil muncul di sela-sela 'lembah kenikmatan' itu. Tsunade mulai menggerakkan kedua payudaranya naik turun untuk memberi kepuasan seksual pada Kyou.

"Ooogghhh!? Enak sekali! Payudaramu memang yang terbaik!"

Tsunade terus menggerakkan payudaranya, "Benarkah? Bagaimana kalau yang ini?"

Ia menjilat lubang kencing Kyou dengan lidahnya dan membuat sang pemilik penis itu mengejang keenakkan. Tsunade kemudian mengulum ujung penis itu dengan kuat, Kyou semakin merasa lemas dan seperti sedang terbang udara. Saking nikmatnya, Kyou merebahkan dirinya di kasur dan membiarkan Tsunade memangsa penisnya.

"Oooohhh! Ooogghhhh!"

Tubuh Kyou berlonjak-lonjak di kasur itu saat ia mengalami orgasme yang kedua kalinya. Spermanya menyembur di dalam mulut Tsunade dan tentu saja, wanita itu meneguk semua cairan putih lengket Kyou. Tsunade kemudian berdiri dan menduduki selangkangan Kyou, ia mengarahkan lubang vaginanya ke batang penis milik Kyou sudah tegang kembali.

"Ahhhhhh~" Tsunade mendesah begitu penis Kyou memasuki lubang kenikmatannya, ia kemudian bergoyang di atas tubuh Kyou.

Penis itu masuk seutuhnya dan menyentuh mulut rahim Tsunade. Kyou yang masih setengah sadar karena baru saja mengalami orgasme kini gelagapan, ia tidak pernah membayangkan seorang mantan Hokage yang cantik dan bintang porno favoritnya sedang menunggangi penisnya. Ini adalah pertama kalinya Kyou merasakan nikmatnya berhubungan seksual.

Tanpa basa-basi, Tsunade mulai bergerak naik turun. Vagina yang mengapit penis Kyou terasa hangat dan basah. Penisnya seolah meleleh di dalam lubang kewanitaan Tsunade. Kyou membayangkan kalau vagina Tsunade akan terasa longgar karena sudah dimasuki oleh banyak penis dan penis kuda, namun vagina wanita itu sangat rapat. Hal itu wajar karena Tsunade selalu meregenerasi vaginanya, walau pun ia diperkosa sampai berdarah-darah, vaginanya akan kembali seperti semula berkat jutsunya.

Kyou yang terlalu pasif sejak awal kini memberanikan diri untuk berinisiatif. Ia memaksa dirinya untuk duduk dan memeluk Tsunade. Wajahnya terbenam di antara kedua payudara Sannin Legendaris itu. Perbandingan tubuh mereka yang menonjol membuat mereka terlihat seperti ibu dan anak yang sedang berpelukan. Hanya saja, mereka sekarang bukan ibu dan anak, kini mereka adalah seorang bintang porno dan penggemarnya yang sedang bersenggama.

Desahan mereka saling bersahut-sahutan mengisi kamar Kyou yang kecil. Suara becek yang timbul akibat 'senjata' di selangkangan mereka yang saling mengadu mengiringi desahan-desahan itu. Tsunade yang bergerak naik turun mulai berkeringat, air susunya juga mulai bercipratan ke segala arah karena gerakannya yang begitu liar. Kyou tidak menyia-nyiakan air susu itu, ia menyedot langsung dari sumbernya. Lidahnya bermain-main di puting merah muda Tsunade selama ia menghisap cairan putih itu.

Kyou meneguk setiap tetes air susu dari payudara Tsunade. Mulutnya bergantian pindah dari puting yang kiri lalu ke puting yang satunya lagi. Ia memuaskan nafsunya yang membara itu dan melampiaskan seluruhnya ke Tsunade. Sejak dulu, hari demi hari ia habiskan untuk masturbasi dengan video Tsunade dan membayangkan dirinya menjadi salah satu pemerkosa wanita itu. Kini ia sudah mengeluarkan spermanya lebih dari tiga kali di dalam vagina Tsunade. Meskipun begitu, penisnya tetap berdiri tangguh menghadapi vagina rapat milik Sannin itu.

"Ahh... Ahhh.. Aaahh... Tidak... Kusangka... Kau mampu mengimbangiku, aahh... Sampai sejauh ini... Aaahh..." ujar Tsunade yang kagum dengan tenaga Kyou di tengah desahannya.

Dengan mulut yang berlumuran air susu, Kyou menjawab Tsunade, "Tentu saja, aghh... Vagina pelacurmu menelan penisku... Aggh... Dan seakan tidak mau... Nggh... Melepasnya... Aagghhh..."

"Pe-pelacur? Apa maksudmu... Aaahhh~"

Kyou yang dari tadi membiarkan Tsunade 'bekerja' sendirian akhirnya mengambil alih 'pertandingan' itu, "Ini yang aku maksud, pelacur!" dengan sisa tenaganya, ia membalikkan tubuh Tsunade dan membuat wanita itu dalam posisi menungging. Kini ia berada tepat di belakang Tsunade yang sedang menunggin dan mulai menggerayanginya dari belakang.

Kyou menunggangi Tsunade dengan menarik rambut panjangnya. Ia bergerak maju mundur dengan cepat dan agresif. Tangan kanannya menampar bongkahan pantat besar wanita itu.

"Aahh! Ahh! Ahh!" Tsunade menjerit keenakan setiap tamparan Kyou mengenai kulit di pantatnya.

Wajah Tsunade sudah memerah, ia tenggelam dalam hawa nafsu. Ia pun mengalami orgasme dan mulai menyemburkan cairan vaginanya. Namun Kyou tidak berhenti memompa penisnya dan terus menampar pantat wanita itu.

"Aaaaahhhhhh~!" Tsunade mendesah panjang begitu juga dengan Kyou. Mereka mencapai klimaks bersamaan.

Sperma hangat menyembur di dalam vagina Tsunade untuk sekian kalinya. Kyou yang sudah terengah-engah tidak ingin mengeluarkan penisnya. Dengan penis yang masih terbenam di vagina Tsunade, ia membalikkan tubuh wanita itu hingga membuatnya terlentang.

"Ka-kau masih ingin lagi!?" kata Tsunade dengan terkejut.

Kyou yang sudah tenggelam dalam nafsu langsung melahap bibir Tsunade. Ia mencium wanita itu dengan liar. Air liur mereka mengalir dari sudut-sudut bibir. Penis Kyou yang sempat menciut kini kembali tegang, ia mulai memompa penisnya keluar masuk vagina Tsunade sekali lagi. Vagina becek Tsunade mulai mengeluarkan percikan-percikan cairan vagina setiap Kyou mendorong penisnya masuk. Tanpa ia sadari, air kencingnya sudah mengalir keluar dan bercampur dengan cairan lainnya seperti air susu, cairan vaginanya, dan sperma Kyou.

"Oohhh~ Aaaahh~ Aahhh, aahh, aahhhhh~" Tsunade hanya mendesah dan menggeliat keenakan. Ia sudah hampir tidak sadarkan diri dan tenggelam di dalam nafsu birahi yang sangat dalam. Matanya berkedip-kedip mengikuti irama gerakan Kyou. Kedua payudara besarnya seolah tidak mau kalah ikut bergerak dan memantul-mantul dengan cepat.

Gerakan Kyou yang semakin cepat itu membuat Tsunade kelabakan, ia mengalami tiga kali orgasme dalam rentang waktu yang singkat dan hampir bersamaan. Aroma menyengat dari sperma yang tercampur dengan cairan lainnya seperti air susu dan cairang vagina Tsunade memenuhi kamar itu. Kyou semakin mempercepat gerakannya, ia memeluk Tsunade dengan erat dan diiringi oleh desahan erotis tanpa henti dari wanita itu.

"Ooogggghhh! Oooogghh! Oooogggghhh!"

Kyou mendorong penisnya masuk sampai titik terdalam vagina Tsunade. Ia menyemburkan spermanya yang masih hangat tepat ke dalam rahim Sannin itu. Tubuhnya mengejang tiap kali ia menyemprotkan cairan putih lengket miliknya. Itu adalah ejakulasi paling nikmat yang pernah ia rasakan. Bersamaan dengannya, Tsunade mengalami orgasme berkali-kali, ia menyemburkan cairan bening dari vaginanya. Cairan itu bercipratan kemana-mana, bahkan menghujani tembok dan kaset-kaset yang ada di lantai.

"Aaaahhhhhhhhh~!"

Kedua pasangan mesum itu mendesah panjang. Mereka sedang berada di puncak kenikmatan seksual. Kyou langsung terbaring lemas dan membenamkan wajahnya di payudara montok Tsunade. Nafas keduanya terengah-engah dan mereka sangat kelelahan. Kyou mendekap tubuh Tsunade seolah tidak ingin berpisah darinya. Sedangkan Tsunade menutupi wajah dengan lengannya sambil mengatur nafasnya yang berat.

Penis Kyou masih tertanam di dalam vagina Tsunade yang lembek karena banyaknya cairan sperma yang tertumpuk di dalam. Kyou yang tidak dapat menggerakkan tubuhnya kini beristirahat di atas tubuh Tsunade yang pikirannya sedang tercampur aduk dengan kenikmatan. Karena tidak mampu bergerak lagi, Kyou akhirnya mengeluarkan kencingnya di dalam vagina wanita itu. Tidak mau kalah, Tsunade juga ikut melakukan hal yang sama.

"Aaahhh~ Hangat sekali..." ujar Tsunade pelan sebelum akhirnya pingsan karena kelelahan.

Kyou melirik ke arah payudara Tsunade, ia melihat puting wanita itu masih mengacung tegak dan menyipratkan air susu. Tanpa pikir panjang, ia menghisap air susu itu dan akhirnya jatuh tertidur. Kedua pasangan itu akhirnya tidur bersama dengan posisi yang mesum, penis Kyou masih menancap di dalam vagina Tsunade dan mulut laki-laki itu menghisap putingnya seperti bayi.

Mereka menghabiskan waktu berhubungan seks selama lebih dari 4 jam. Sudah tak terhitung berapa kali Tsunade mengalami orgasme dan mengeluarkan cairvan vaginanya. Kamar Kyou menjadi saksi pemuasan nafsu mereka, bercak-bercak air dari vagina Tsunade menempel di tembok dan merembes ke lantai mengenai kumpulan kaset milik Kyou.

Keduanya terlelap karena kelelahan, mereka tertidur seharian dan terbangung keesokan malamnya. Tsunade bangun lebih dulu, ia mendorong tubuh Kyou dengan lembut dan mengeluarkan penis laki-laki itu dari vaginanya. Sperma merembes keluar saat penis itu berhasil ia cabut dari lubang kenikmatannya. Ia kemudian membuat segel tangan dan merubah sperma menjadi cakra untuk memulihkan vaginanya hingga menjadi perawan lagi.

Bagi Tsunade, penis Kyou bukan apa-apa dibandingkan dengan penis lain yang pernah ia layani. Walau ia merasa kurang puas dengan ukurannya, ia tetap mengagumi stamina Kyou yang mampu melebihi stamina miliknya. Saat diperkosa beramai-ramai dulu, para pemerkosanya hanya mampu setidaknya tiga kali menyemprotkan sperma ke dalam vaginanya. Namun Kyou berhasil melebihi mereka dan membuat Tsunade kewalahan.

Cakra yang dihasilkan dari Kyou ternyata menambah stamina milik Tsunade juga. Ia merasa segar kembali setelah selesai meregenerasi tubuhnya. Ia kemudian memakai kimononya dan bersiap untuk pergi. Namun, ketika ia berada di ambang pintu, ia mendengar suara Kyou.

"Apa kau akan pergi menemui Onihime?" tanya Kyou yang baru saja bangun.

Tsunade hanya terdiam, ia sempat memikirkan apakah ia akan melawan Onihime satu lawan satu. Jika benar Onihime memiliki kekuatan Hachibi di tubuhnya, maka kesempatan menang Tsunade menjadi sangat kecil. Namun, ia tetap yakin mampu mengalahkan Onihime karena ia adalah seorang mantan Hokage dan ia tidak ingin dipermalukan lagi seperti dulu.

"Tentu saja." jawab Tsunade dengan tenang.

Kyou tidak mampu menghentikan tekad Tsunade, ia hanya terduduk lemas di atas kasurnya, "Maukah kau 'bermain' bersamaku lagi setelah melawan Onihime?"

Tsunade tersenyum kecil, "Aku tidak begitu suka bermain dengan anak kecil sepertimu. Tapi, kau melebihi dugaanku, kita lihat saja nanti.

"Kumohon jangan kalah melawan Onihime... Kau tidak tahu apa kekuatan apa yang ia miliki sekarang."

Tsunade mengedipkan matanya dan tersenyum, "Tenang saja, aku tidak akan kalah di depan penggemarku. Lagi pula, aku seorang Hokage dan bintang porno favoritmu."

Ia kemudian berjalan keluar di tengah malam dan menuju ke sebuah penginapan. Di sana ia memesan satu kamar dan mempersiapkan dirinya bertarung melawan Onihime begitu ia kembali ke kota.
 
kancrutkeuuuuuuuuuuuunnnnnn.......
 
4. Tsunade vs Onihime

Kota Tanzaku, kota kecil yang memiliki Distrik Lampu Merah paling besar di Negara Api dan berada tidak jauh dari Konoha. Tempat di mana rumah bordil dan perjudian merajalela dengan bebas. Menjadi satu-satunya pusat dosa di Negara Api bukan berarti tempat itu tidak memiliki peraturan, semua kegiatan di kota itu kini diawasi oleh satu kelompok besar, Oninoie, yang dipimpin oleh seseorang bernama Onihime.

Onihime dijuluki sebagai Sang Putri Iblis, ia berkuasa di Tanzaku setelah secara mengejutkan berhasil mengalahkan dengan telak sang calon Hokage Kelima beberapa tahun lalu dalam pertandingan judi satu lawan satu. Ia bahkan mempermalukan lawannya, membuatnya menderita dengan menjadikannya objek pesta pemerkosaan terbesar di Tanzaku. Setelah kejadian itu, warga Tanzaku mengelu-elukan Onihime sebagai wanita terkuat yang mampu mengalahkan Hokage Kelima, mereka perlahan menaruh kepercayaan atas perlindungan diri mereka di bawah Onihime. Walau sebagian warga masih mendukung Tsunade kebanyakan dari mereka memilih untuk keluar dari Tanzaku karena tidak tahan dengan Onihime yang terus menyombongkan dirinya sebagai penakluk wanita terkuat di Konoha.

Meski demikian, Tanzaku menjadi kota yang lebih maju. Kastil besar yang berada di pusat kota disulap menjadi markas utama Onihime. Seluruh pusat kegiatan perjudian besar berada di tempat itu. Tembok besar yang awalnya melingkari kastil dirobohkan dan kini menjadi barisan pertokoan, salah satunya adalah toko tempat Tsunade melihat video pornonya dijual. Kini wanita berdada besar itu sedang berdiri tepat di depan kastil yang megah bertuliskan "鬼の家/Oni no Ie di atas papan yang diterangi oleh lampu yang berkelap-kelip yang mengelilingi tiap sisi papan itu.

Tsunade memakai pakaian yang biasa ia pakai sehari-hari, kimono hijau muda tanpa lengan dengan potongan rendah di dada yang memamerkan belahan dua aset besarnya. Dilengkapi dengan celana panjang biru gelap yang berhenti sampai betisnya dan obi yang melilit pinggangnya dengan warna yang sama. Bibirnya yang semalam baru saja mengulum penis Kyou kini terbalut lipstik merah yang tipis. Rambut pirang panjangnya ia kuncir dengan model ekor kuda yang terbagi menjadi dua. Wajahnya ia bilas dengan bersih pagi tadi setelah terkena sisa sperma dari Kyou, sinar matahari menyinari kulitnya yang putih dan mulus itu. Segel byakugou miliknya menjadi pelengkap penampilannya dan segel itu kini semakin tebal setelah menyerap cakra dari sperma Kyou yang ia kumpulkan semalam.

Berbekal cakra di segelnya, Tsunade siap menghadapi Onihime. Kali ini ia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama untuk kedua kalinya, ia akan menantang Onihime dalam pertarungan satu lawan satu.

Saat berdiri di depan pintu besar kastil, Sang Sannin Legendaris itu merasa semua mata tertuju padanya. Walaupun ia berusaha tidak tampil mencolok, warga di sekitar tentu saja masih mengenalinya, entah itu sebagai Tsumiko sang bintang porno terkenal atau Tsunade sang korban pemerkosaan besar-besaran. Namun, ada yang janggal dari tatapan mata orang-orang itu, mereka semua terlihat begitu aneh dan setelah ia perhatikan lagi, mereka tidak memandanginya, tetapi sesuatu yang ada di belakangnya.

Mantan Hokage itu seketika diam, tubuhnya terasa kaku dan aura dingin seolah menusuk tulang belakangnya. Jantungnya berdebar kencang dan keringat dingin mulai menetes di wajahnya, ia tidak pernah merasa setegang ini, bahkan ketakutannya sekarang lebih dari rasa takutnya pada darah. Tsunade berdiri terdiam, ia bagaikan seorang mangsa yang sedang diburu oleh predator utamanya. Aura dari makhluk berdarah dingin merambat ke sekujur tubuhnya, ia bisa merasakannya langsung, aura itu benar-benar nyata seakan seluruh kepercayaan dirinya runtuh tiba-tiba.

"Wah, wah. Lihat siapa yang datang." Suara seorang wanita terdengar dari belakang, "Tsumiko sang bintang porno terkenal di Negara Api."

Suara sepatu hak tinggi yang menapaki jalan setapak batu terdengar mendekat ke arah Tsunade yang masih tidak berani membalik badannya. Nafas harum dan dingin berhembus di dekat telinganya, "Atau bisa kubilang, Hokage Kelima Tsunade, pemeran utama pesta seks terbesar di Tanzaku."

Tsunade menggigit bibir bawahnya karena kesal setelah diingatkan dengan kejadian buruk yang menimpanya itu. Setelah mengumpulkan keberanian, ia membalikkan badan dan berhadapan langsung dengan Onihime. Penampilan Onihime masih tetap sama seperti dulu, hanya poni rambutnya yang semakin panjang hingga salah satu sisinya menutupi mata sebelah kanan. Bentuk tubuh Onihime juga sedikit berbeda, ia menjadi sedikit lebih kekar tetapi hal itu tidak menghilangkan sisi feminim dari perawakannya.

Kedua pemilik segel Byakugou itu masih terlihat muda, Tsunade kelihatan seperti berumur 20 tahun berkat banyaknya cakra dari sperma yang ia serap selam membuat film porno. Begitu juga dengan Onihime yang sama sekali tidak mengalami perubahan, kulitnya masih seputih salju dan bibirnya terbalut lipstik merah segar seperti buah ceri yang matang. Tangan kanannya dengan gemulai memegang pipa kiseru emas yang membakar tembakau kelas tinggi.

Kepala Tsunade harus mendongak agar bisa menatap mata Onihime, "Aku datang ke sini untuk menyelesaikan urusan kita."

Onihime menghembuskan asap tepat ke wajah Tsunade. "Oh? Jadi kau belum puas diperkosa ribuan orang di tempat ini dan kau mau lagi?"

"Kuh..." suara Tsunade bergetar mendengar ucapan menyebalkan Onihime. "Tidak usah berbasa-basi dengan mengungkit kejadian itu, ayo kita selesaikan dengan cara yang mudah dimengerti," lanjut Tsunade sambil mengepalkan tangannya ke arah Onihime.

"Hahaha! Kau wanita barbar yang suka kekerasan, ya?" Onihime tertawa setelah mendapat tantangan dari seorang Sannin Legendaris. "Sebenarnya, aku tidak suka melakukan pertarungan fisik dan lebih memilih judi. Tapi aku akan buat pengecualian untukmu, sudah lama juga aku tidak berolahraga."

Wanita yang disebut "Putri Iblis" itu membuka kimono bagian atasnya dan memamerkan baju dalam jaring-jaring hitam tipis yang menutupi lilitan sarashi di dadanya. Kini pundak lebar Onihime terlihat lebih jelas, tiap kali ia menggerakkan lengannya, otot-otot di sekitar tulang sayapnya mulai terbentuk. Segel Byakugou warna merah miliknya terlihat lebih tebal dan gelap, selain itu, segel yang berbentuk wajik di dada Onihime memiliki delapan cabang di tiap sisinya.

Tsunade terkejut melihat variasi dari segel Byakugou milik Onihime. "Apa-apaan segel itu?"

"Kau terkejut, kan? Ini adalah hasil dari campuran cakra milikku dan Bijuu Ekor Delapan. Tidak kusangka segel milikku tidak mampu menampung besarnya cakra milik Bijuu itu, cakra itu akhirnya merubah bentuk dan menambah daya tampung segelku. Praktis sekali, kan?"

"Jadi apa yang dikatakan Kyou benar. Ia memiliki cakra Bijuu dan segelnya mampu beradaptasi dengan cakra sekuat itu." Pikir Tsunade.

"Berkat cakra Bijuu ini," tambah Onihime. "Tubuhku menjadi lebih mudah untuk dibentuk dan aku dapat merasakan setiap gelombang kekuatannya di aliran darahku. Kau datang di waktu yang tepat untuk menjadi samsak tinjuku."

Tubuh Tsunade bergidik mendengar hal itu. Aura intimidasi Onihime semakin menjadi-jadi berkat cakra Bijuu Ekor Delapan yang dipancarkannya. Ia merasa begitu kecil di hadapan Onihime. Keraguan mulai muncul di wajahnya, ia melihat sekeliling dan dari sudut matanya, wanita terkuat di Konoha itu mendapati Kyou sedang memperhatikan dirinya bersama Onihime dengan tatapan penuh kekhawatiran di tengah-tengah kerumunan yang menjadikan mereka tontonan.

Onihime yang mendapati hal itu berkata, "Kurasa kau punya penggemar di antara mereka." Matanya melirik ke seluruh penonton di sekitar dan mendapati Kyou yang dengan jelas terlihat ketakutan, "Oh, ya ampun. Anak kecil itu menyukaimu. Tidak kusangka kau punya penggemar kecil yang loyal, apa dia jatuh cinta padamu setelah menonton video pornomu dengan kuda itu?"

"Aku tidak mengenalnya," Tsunade kembali fokus ke arah lawannya. "Dan videoku tidak ada hubungannya denganmu."

Sang Putri Iblis tertawa, "Tentu saja ada. Akulah yang membuatmu menjadi bintang porno pertama kali. Kau terkenal karena rekaman pemerkosaan itu, seharusnya kau berterima kasih padaku."

"Kuh! Diam!"

"Baiklah, baiklah. Kau tidak perlu berterima kasih, memang sifat pelacurmu itu alami, kau hanya ketagihan menghisap penis dengan mulut dan vaginamu. Atau jangan-jangan ... kau sudah menghisap cakra anak itu? Bukankah seleramu sedikit aneh? Dasar pelacur."

"Kubilang diam!" Tsunade melayangkan tinjunya ke wajah Onihime. Namun pukulan penuh tenaga dan dilapisi cakra itu ditangkap dengan satu tangan oleh Putri Iblis.

"Kekuatan kita jauh berbeda, pelacur. Akan kubuat kau mengingat kekuatanku di seluruh tubuhmu!" Onihime yang menahan Tsunade di tempat, menendang sisi kanan tubuh kanan Sannin itu.

"AAGH!?"

Tubuh Tsunade yang seharusnya terpental jauh kini hanya melayang ke samping dengan dua kaki di udara berkat cengkeraman kuat Onihime yang menahan tangannya. Kemudian, sebuah pukulan keras dari telapak tangan Onihime menghantam dada Tsunade. Bersamaan dengan itu, Onihime melepas tangan Tsunade dan membiarkan tubuhnya terbang menabrak tembok kastil.

"UGGH!?" Tsunade mengerang kesakitan saat punggungnya bertemu dengan tembok beton yang keras. Tabrakan antara Tsunade dan beton tebal itu membuat sebuah lubang di sekitar tubuhnya, ia tertanam di dalam tembok itu.

Orang-orang di sekitar mulai mengerumuni kedua wanita yang sedang bertarung itu, kebanyakan dari mereka adalah pegawai Oninoie yang keluar dari kastil karena mendengar keributan di luar. Jika saja yang membuat keributan adalah orang lain mereka pasti sudah mengusirnya, tetapi yang bertarung sekarang adalah Onihime jadi mereka mendukung orang yang memperkerjakan mereka. Ditambah, Onihime sedang berada di posisi menguntungkan, jadi mereka bisa membantu Putri Iblis meraih kemenangan atas Tsunade.

Tanpa membuang waktunya, Onihime menarik Tsunade yang kesakitan dari tembok dengan meremas kepalanya menggunakan satu tangan, "Inilah kombinasi kekuatan Ekor Delapan dan segel Byakugou. Jangan harap kau bisa mengalahkanku dengan mudah!"

Onihime kemudian membanting-banting kepala dan tubuh Tsunade ke tembok berkali-berkali hingga tembok itu hancur berkeping-keping. Seluruh bagian belakang tubuh Tsunade terasa remuk terutama di bagian kepala yang langsung berbenturan dengan beton keras. Sang Putri Iblis yang mendominasi pertarungan masih menggenggam kepala Tsunade di tangannya, ia mengangkat tubuh wanita itu dan memamerkannya bagaikan piala.

"Aahh... Ah... Uggh..." mulut Tsunade menganga karena terkejut setelah mendapat serangan brutal secara mendadak, tubuhnya terguncang dan nafasnya megap-megap mencari oksigen. Darah mulai membasahi wajahnya dan kesadarannya hampir hilang.

Onihime melempar Tsunade ke arah penonton dan mereka menangkap wanita itu. Tangan Tsunade dipegangi oleh beberapa orang dan dikunci ke bagian belakang tubuhnya, membuat bagian depannya menjadi sasaran empuk bagi Onihime. Wanita berambut merah itu berjalan mendekat ke arah Tsunade dan memukuli perutnya berkali-kali.

"Ogghh! Ouugh... Uggh!?"

Tsunade jatuh berlutut namun tangan-tangan yang memeganginya memaksanya untuk berdiri lagi. Para penonton yang kebanyakan laki-laki itu menelanjangi Tsunade, mereka melepas obi wanita itu kemudian kimononya. Pakaian Tsunade diarak-arak oleh mereka sampai robek. Mereka hanya menyisakan celana Tsunade yang kini menjadi sangat pendek karena mereka juga merobeknya. Tsunade yang telanjang dada mendapat sorakan dari penonton ketika mereka melihat payudara besar dan putingnya. Para pria itu juga bersorak setelah melihat hasil pukulan Onihime di perut Tsunade, perut wanita itu berwarna kebiruan dengan luka lecet merah.

Mereka membebaskan lengan Sannin itu dan membuatnya jatuh berlutut di hadapan Onihime. Tidak membiarkan Tsunade menyentuh tanah, Onihime memberikan hantaman lutut ke wajah Tsunade. Wanita setengah telanjang itu kembali jatuh ke tangan-tangan penonton walau Cuma sebentar sampai mereka mendorongnya lagi hingga jatuh ke tanah. Kaki Onihime yang memakai sepatu hak tinggi mendarat di atas kepala Tsunade yang terkapar lemah di tanah.

"Kukira kau akan memberi perlawanan yang lebih dari ini. Mengecewakan. Inikah kekuatan dari seorang Hokage Kelima?" Onihime mengejek Tsunade yang tidak mampu menjawab kata-katanya.

Namun, Tsunade yang kelihatannya sedang sekarat, masih bisa menggerakkan tangannya dan mencengkeram pergelangan kaki kiri Onihime. Ia menarik kaki Onihime hingga terjungkal dan terbebas dari pijakan di kepalanya.

"Uaah!" Onihime yang jatuh terduduk segera bangkit dan melompat ke belakang menjauhi musuhnya yang perlahan bangkit berdiri. "Hooo... Kau masih bisa bertarung ternyata. Baiklah, keluarkan seluruh kekuatanmu!"

Dengan wajah yang penuh darah, Tsunade berdiri sambil memegangi perutnya yang babak belur. Ia langsung mengaktifkan jutsu Souzou Saisei miliknya karena merasa organ dalam tubuhnya terasa hancur lebur setelah menerima pukulan berkali-kali dan bantingan keras ke tembok beton. Ia tidak menduga kalau dampak kerusakan dari serangan-serangan Onihime akan separah itu, untungnya ia mampu mengeluarkan jutsu ini terus menerus tanpa harus takut kekurangan cakra. Sperma yang ia kumpulkan selama ini di tubuhnya berperan penting dalam regenerasi tubuhnya dan cakra yang ia simpan di segelnya sudah lebih dari cukup untuk melakukan satu kali penggunaan Souzou Saisei.

Semua luka di tubuh Tsunade menghilang dan seluruh badannya kembali seperti semula. Namun, efek samping jutsu ini adalah meningkatnya sensitivitas tubuhnya, putingnya kini terlihat membesar dua kali lipat dan mengacung tegak. Klitorisnya seolah tidak mau kalah, ikut berdiri tegang hingga terlihat menonjol dari balik celananya, ukurannya hampir setara dengan ujung jari kelingking Tsunade.

"Kuh!? Klitoris dan putingku... Berdiri tegak di depan banyak orang... Habislah aku kalau Onihime menyerang dua bagian ini..." pikir Tsunade yang baru saja menggunakan jurus andalannya untuk beregenerasi.

Wanita berambut pirang itu berdiri tegak kembali dan siap menghadapi lawannya. Matanya yang terlihat berani tidak sebanding dengan penampilannya yang terlihat erotis. Berdiri telanjang dada dengan kedua puting yang ereksi tegak seolah baru menerima rangsangan seksual. Celananya yang ketat membuat cetakan jelas klitorisnya yang sedang bergairah, ia dengan sekuat tenaga menahan hasrat seksualnya dan berusaha fokus untuk bertarung.

"Kau bagaikan pelacur yang haus akan seks. Memamerkan puting dan klitoris seperti itu, lebih baik kita sudahi pertarungan ini dan kembalilah ke Konoha, penis para pria di Tanzaku sudah tidak layak untukmu." Onihime berbalik badan karena sudah yakin menang setelah melihat keadaan Tsunade yang terlihat lebih ingin bersenggama ketimbang bertarung.

Begitu ia berjalan ke depan pintu kastil, sebuah bayangan terlihat di bawah kakinya. Terkejut dengan serangan dadakan itu, Onihime berbalik badan, namun ia tidak mendapati Tsunade di tempat sebelumnya. Tidak sempat bereaksi, tumit Tsunade mendarat tepat di kepalanya.

Mantan Hokage itu memanfaatkan kelengahan musuhnya dan mendaratkan Tsuutenkyaku, sebuah tendangan tumit kapak dari udara dengan cakra yang terkumpul di kakinya. Serangan itu sangat efektif, terbukti dari suara dentuman keras begitu kepala Onihime bertemu dengan tanah dan meretakkan area di sekitar.

Melihat Onihime yang tidak bergerak, Tsunade kembali menyerang lawannya dengan penuh tenaga. Pukulan demi pukulan ia lancarkan tanpa henti, ia berusaha sebisa mungkin untuk menghilangkan kesadaran Onihime agar ia tidak bisa mengaktifkan segel Byakugo dan beregenerasi. Satu pukulan terakhir Tsunade mendarat tepat di kepala Onihime, lubang di tanah semakin dalam dan di ujung lubang itu ada tubuh Onihime yang terkapar.

"Haahh... Haahh..." nafas Tsunade terengah-engah setelah mengerahkan banyak cakra untuk melakukan serangan balik terhadap Onihime. "Ya... Aku akan kembali ke Konoha. Urusanku sudah selesai di sini."

Kesunyian menjalar ke seluruh area sekitar kastil. Semua penonton kehabisan kata-kata setelah melihat Onihime dibenamkan ke dalam tanah oleh kekuatan brutal milik Tsunade. Di tengah-tengah para penonton yang ketakutan, hanya satu orang yang tersenyum melihat kemenangan Tsunade, itu adalah Kyou.

Kyou sangat lega melihat bintang porno favoritnya bisa mengalahkan Onihime. Ia awalnya menyangka kalau Tsunade akan kalah telak melawan Sang Putri Iblis yang memiliki cakra Bijuu dan segel Byakugo unik, namun semua berakhir di luar dugaan. Kekuatan murni milik Hokage Kelima mampu melebihi lawannya yang di atas kertas lebih kuat darinya. Atau setidaknya itu yang terjadi saat ini...

"Kau mau pergi ke mana?"

Tsunade yang baru saja akan pergi dari kastil itu kini terdiam membeku di tempat. Tubuhnya mendadak gemetaran ketakutan setelah mendengar suara dingin yang seakan menusuk telinganya.

"Hanya karena kau berhasil mendaratkan beberapa pukulan, bukan berarti kau bisa berlagak keren seolah-olah urusanmu sudah selesai di sini."

Onihime perlahan bangkit dari dalam lubang,dirinya tampak berantakan dengan rambut acak-acakan dan pakaian yang sudah sobek di sana-sini. Darah juga mengucur dari kepalanya yang dihajar habis-habisan oleh Tsunade. Kulitnya yang seputih salju penuh dengan memar dan luka lecet kemerahan. Bibirnya yang terbalut lipstik kini berwarna merah darah karena sobek di bagian bawahnya. Namun, Onihime tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan maupun kesakitan, bahkan ia dengan mudahnya memanjat dari bawah lubang tanpa bantuan apa pun.

Putri Iblis itu membuka sisa pakaiannya yang rusak dan hanya menyisakan sarashi yang menyelimuti payudaranya. Di atas kain putih itu, segel Onihime mulai menyaladan meregenerasi tubuhnya secara instan. Berbeda dengan Tsunade, segel Onihime mengeluarkan aura merah yang kemudian meledak bersama dengan luka-lukanya. Tubuhnya kembali pulih seperti sedia kala dalam waktu kurang dari satu detik. Tidak ada efek samping yang dihasilkan dari proses regenerasi itu dan Onihime sudah siap bertarung lagi.

Baru kali ini Tsunade melihat jutsu medis tingkat tinggi seperti itu. Dibandingkan dengan milik Onihime, ia akhirnya sadar kalau segel Byakugou miliknya bukanlah apa-apa. Kali ini ia merasa lebih kecil dari musuhnya dan Onihime menunjukkan superioritasnya. Namun Tsunade tidak tinggal diam, ia yakin pasti ada kelemahan dari segel itu.

Tsunade berdiri dengan kuda-kuda bertahan ketika melihat Onihime berjalan ke arahnya.

"Bersiaplah, Tsunade!" Onihime menerjang ke arah Sannin setengah telanjang itu dan melayangkan pukulan yang diselimuti cakra.

Tinju bertemu dengan tinju. Kedua wanita itu saling bertukar serangan dengan kekuatan penuh. Saat Tsunade mendaratkan pukulan di perut lawannya, ia juga menerima serangan yang sama. Pertarungan jarak dekat itu bagaikan ajang kekuatan monster yang dibalut dengan taijutsu tingkat tinggi. Pada dasarnya, Tsunade dan Onihime sama-sama ninja medis, mereka tidak mahir menggunakan ninjutsu maupun genjutsu tingkat atas. Tetapi taijutsu mereka sudah berada di level tinggi dan fisik mereka juga sudah terlatih menerima pukulan langsung dari lawannya.

Tiap kali memar dan luka muncul, segel Byakugou milik mereka langsung mengaktifkan diri dan menyembuhkan tubuh mereka. Kedua pemilik segel dengan cakra yang hampir tidak terbatas itu saling beradu keahlian taijutsu mereka, stamina dan daya tahan keduanya terus pulih tak henti-henti.

Namun, pertarungan yang awalnya terlihat tidak ada habisnya itu mulai melambat. Kali ini terlihat jelas siapa yang kewalahan. Tsunade yang pertama kali menjatuhkan tangannya dan jatuh berlutut di hadapan Onihime. Melihat lawannya membuka pertahanannya, Onihime tidak tinggal diam, ia menunjukkan superioritas daya tahan segel miliknya di hadapan Tsunade. Sang Putri Iblis kemudian melancarkan kombinasi tendangan dan pukulan ke seluruh tubuh Tsunade.

Satu pukulan mendarat di tulang rusuk kiri Tsunade, kemudian diikuti tendangan lutut ke perutnya. Saat Tsunade merunduk untuk memegangi perutnya yang kesakitan, Onihime menghujani punggungnya dengan siku berkali-kali hingga Tsunade tertelungkup jatuh ke tanah.

Kondisi menyedihkan Tsunade membuat sifat sadis Onihime keluar, ia kini benar-benar ingin menghabisi lawannya itu sampai hancur. "Aku masih belum selesai! Bangun!"

Kedua tangan Onihime menjepit kepala Tsunade di kedua sisi tepat di telinganya. Ia membuat Tsunade berlutut di hadapannya dan menepuk kedua telinga Tsunade sekuat tenaga. Tsunade tidak mampu berteriak, kepalanya terasa seperti baru dihimpit dua buah batu besar dan terasa ingin pecah. Telinganya berdenging parah, ia bahkan tidak tahu apakah ia sedang berteriak atau tidak, sedangkan ia benar-benar merasa kalau mulutnya sedang terbuka lebar. Kedua matanya melotot karena syok, hidungnya pun mulai mimisan dan darah mengalir perlahan.

Lebih parahnya lagi, akibat menggunakan jutsu regenerasi miliknya, tubuh Tsunade menjadi lebih sensitif. Kedua puting merah muda yang awalnya membesar dua kali lipat kini semakin membesar hampir seukuran buah stroberi begitu pun dengan klitorisnya yang membengkak. Tubuhnya terus ia paksa untuk beregenerasi, namun harga yang dibayar sangatlah mahal, ia harus menukar rasa sakit menjadi kenikmatan birahi.

"Biar kutunjukkan bagaimana cara menggunakan Tsuutenkyaku dengan benar." Onihime meniru salah satu jutsu andalan Tsunade, ia melompat tinggi dan melakukan salto berkali-kali di udara dan menggunakan momentum serta gravitasi untuk mendaratkan sebuah tendangan tumit kapak ke kepala Tsunade.

Tumit yang terbalut cakra itu menghantam kepala Tsunade hingga ia jatuh bersujud. Benturan antara tanah dan tengkorak Tsunade tidak dapat terhindarkan, wajah sang Hokage Kelima itu terbenam ke dalam tanah dan lehernya seakan ingin patah. Onihime menjambak rambut Tsunade dan membuatnya kembali ke posisi duduk lagi. Wajah Tsunade kini berlumuran darah, namun luka-lukanya sembuh secara perlahan walau tidak secepat tadi. Segelnya mulai kesulitan menyembuhkan luka karena Tsunade sudah mencapai efek sensitivitas tubuh paling maksimal.

Onihime tersenyum sadis, ia menatap mata Tsunade dengan penuh kekejian dan tanpa belas kasih.

"Tu-tunggu! Jangan menghajarku lagi...! Tubuhku sensitif sekali saat ini—" Tsunade memohon kepada lawannya karena ia tahu kalau tubuhnya sudah berada di ujung tanduk untuk klimaks. Tetapi Onihime tidak menghiraukan itu dan langsung memberi tendangan lutut yang telak ke wajah Tsunade. Dibantu oleh kedua tangannya, ia menarik kepala Tsunade ke arah lututnya yang meluncur dengan cepat.

"OUGH!?" Tsunade terjungkal ke belakang, dada besarnya berayun mengikuti arah jatuh tubuhnya sambil mengeluarkan air susu dari putingnya yang sensitif dan mengacung tegak. Ia juga mengalami orgasme dengan menyemburkan cairan cintanya dan membasahi tanah setelah menerima tendangan keras Onihime.

"Tsumiko!" Kyou berteriak dari tengah-tengah kerumunan penonton yang membuat sorakan kemenangan untuk Onihime. Ia menatap dengan penuh horor saat bintang porno idolanya dihajar KO oleh Onihime dengan tendangan lutut yang brutal.

Dua tendangan keras mendarat di kepala Tsunade berturut-turut, ia terpaksa menerima kekalahan telak setelah KO di tangan Onihime. Masih tidak puas dengan kemenangan mutlaknya serta suara penonton yang masih belum puas dengan hasil pertarungan itu, Onihime memberi tanda untuk melakukan hal di luar nalar lainnya. Ia menginjak payudara kanan Tsunade yang sedang terkapar di tanah untuk memastikan apakah dia sudah pingsan atau belum.

"UOOGHH!?" ternyata Tsunade masih setengah sadar, tubuhnya masih bisa beregenerasi walaupun sangat lambat. "Haahh... Haaahh... Apa yang kau lakukan...?"

"Kuakui kekuatan segelmu memang cocok dengan apa yang dikatakan orang-orang. Tapi segelku jauh lebih unggul, itupun tanpa bantuan cakra Bijuu. Aku lebih kuat darimu, tentu saja, seorang pelacur tidak bisa mengalahkan petarung sepertiku."

"Kuh... Aku bukan pelacur!"

"BERISIK!" Onihime menginjak payudara Tsunade sekali lagi hingga sang pemiliknya mengerang kesakitan dan diikuti dengan semburan air susu. "Sekali pelacur tetaplah pelacur!"

"AAAHHH!"

"Apa kau tidak punya malu? Kau membuat banyak video porno dan kau berani menyebut dirimu bukan seorang pelacur? Lalu air susu ini apa, hah!? Kau menikmatinya, kan?" Putri Iblis itu menekan payudara Tsunade dengan kakinya seolah menguras balon yang berisi air hingga merubah bentuknya.

"UAAAAGHHH! HENTIKAAANN!" air susu kembali menyembur keluar diiringi dengan orgasme yang lain.

"Cuih!" Onihime meludahi wajah Tsunade yang sedang terombang-ambing di antara kesakitan dan birahi, "Ekspresimu menjijikkan. Kau kebingungan dan tidak bisa membedakan rasa sakit dengan kenikmatan seksual. Bagaimana jika aku memberikanmu keduanya?"

"Yang pertama adalah kenikmatan..." Kedua tangan Onihime menggenggam kedua puting besar Tsunade dalam satu kepalan. Air susu yang masih mengalir keluar akhirnya berhenti karena tersumbat oleh cengkeraman tangan Onihime. Wanita sadis itu menggerakkan kedua tangannya naik turun seolah sedang memerah susu sapi.

"Aaaahhnnn~ Aaahhh... Aaaahhh~" desahan panjang Tsunade yang keenakan beriringan dengan gerakkan tangan Onihime. "Susuku... Tidak bisa keluar... Aaaahhhh~ Hentikaahhhnn~ Biarkan susuku keluaaaarrrrhhhnn~~~!"

"Sabar sedikit, wanita sundal! Kau tidak sabaran sekali."

Tsunade menutup wajahnya karena sudah tidak tahan ingin mengeluarkan air susunya yang sudah menumpuk dan memaksa ingin keluar. Ia tenggelam dalam lautan kepuasan seksual, tubuhnya merespon dengan natural atas stimulasi yang diberikan Onihime di kedua puting sensitifnya.

Beberapa menit berlalu, Onihime merasa susu yang membludak di payudara Tsunade sudah cukup banyak, "Lalu yang kedua... adalah rasa SAKIT!" Ia mengangkat tubuh Tsunade menggunakan kedua putingnya sebagai pusat tumpuan.

"AAAAAAAAHHHHHHHHHHHH!" kedua kaki Tsunade yang tidak menyentuh tanah menendang-nendang tidak karuan, tangannya mencakar-cakar lengan Onihime namun semua itu sia-sia. Kedua puting yang dicengkeram dengan kuat serta dijadikan sebagai titik berat tubuhnya membuatnya sangat tersiksa.

Seluruh berat badan Tsunade dipusatkan pada kedua putingnya, ia diangkat ke udara oleh Onihime dan terjebak dalam posisi yang menyakitkan itu. Tubuhnya mulai gemetaran dan air susu yang menumpuk kini mulai menyembur bagaikan air mancur dari putingnya. Rasa sakit dan kenikmatan yang ia rasakan di payudaranya direspon kedua tangan dan kakinya yang kelojotan. Klitorisnya secara mengejutkan tumbuh semakin membesar akibat penggunaan Souzou Saisei secara terus menerus, organ yang seharusnya berukukran sebesar biji kacang itu kini ereksi tegak bagaikan penis anak kecil. Bahkan, bagian tubuh super sensitif milik wanita berhasil merobek celana ketatnya dan mengacung tegak di hadapan Onihime.

Kedua mata Tsunade berputar ke belakang kelopaknya dan lidahnya menjulur keluar karena keenakan. Pikirannya kosong dan ia bagaikan dibuat melayang ke udara akibat sensasi seksual yang diberikan Onihime. Tidak mampu mengontrol air susunya, Tsunade hanya bisa pasrah dengan keadaannya sekarang. Air liurnya merembes dari sisi mulutnya diikuti dengan air mata yang entah karena rasa sakit atau karena dia sudah berada di puncak kenikmatan. Sebagai pelengkap, cairan cintanya muncrat ke mana-mana tanpa henti menghujani tanah di sekitar dan kaki Onihime.

"Aaaaahhhhh~~! Ahhheeehhh~"

Hampir kehilangan kesadarannya, tubuh Tsunade perlahan berhenti mengejang. Kepalanya mendongak ke atas menandakan kalau dia sudah puas setelah klimaks tanpa tubuhnya seolah membohonginya, ia masih menjadi air mancur manusia yang terus menerus mengeluarkan air susu dan cairan vagina. Tidak sampai di situ saja, tubuhnya seakan ingin menyiksa dirinya lebih lanjut, air kencing yang ia tahan kini mulai berkumpul di kandung kemihnya.

Organ yang berada tepat di bawah pusarnya itu perlahan mengumpulkan urine. Tsunade yang menahannya dari tadi sudah menyerah total untuk mengendalikan dirinya, ia melepaskan beban di saluran kencingnya dan mengeluarkan cairan kekuningan bersamaan dengan cairan lainnya.

Onihime melihat hal itu dan melepaskan tangan kirinya dari payudara Tsunade, "Oh, tidak. Kau tidak boleh mengotori tempatku dengan air kencingmu. Rasakan ini!"

"AAAAHHGGGIIIYYY!" Tsunade menjerit kencang saat ia merasakan dua jari Onihime memaksa masuk uretranya dan menyumbat air kencingnya. "Ooooooghhhh!? Lepaskan~! Lepaskan jarimu dari situuuuuu~~~"

Sang Putri Iblis tidak mengacuhkan permohonan Tsunade, ia malah memasukkan dua jarinya lebih dalam dan mengangkat Tsunade lebih tinggi lagi. Hal itu tentu saja diiringi oleh sorakan para penonton, mereka seolah melihat pertunjukkan hiburan. Kekuatan fisik Onihime yang luar biasa mampu mengangkat Tsunade hanya dengan dua jari di saluran kencing setelah ia melepaskan tangan kanannya dari dada mantan Hokage itu. Ia menjangkau leher Tsunade dengan tangan kanan dan membanting tubuh wanita itu ke belakang.

"OUUUGHH!?"

Tsunade mendarat dengan lehernya setelah menerima bantingan brutal Onihime yang membuat tanah retak. Sannin Legendaris itu berakhir dengan posisi piledriver yang membuat tubuh menekuk seperti huruf 'C' dengan kepala di bawah. Kedua kakinya terbuka lebar ke atas dan melewati kepalanya hingga memamerkan vaginanya yang basah kuyup. Onihime menarik dua jarinya dari lubang kencing Tsunade yang kini lebih lebar dari ukuran normal. Akibat syok dari rasa sakit yang diterima saluran kencingnya, Tsunade sementara tidak mampu mengeluarkan air kencingnya lagi walau pun ia memaksakan diri untuk melepaskannya.

"Pemandangan yang memalukan, Tsunade. Kau begitu menyedihkan." Kata Onihime sambil mengangkat kakinya dan menjatuhkan hak sepatunya tepat ke lubang vagina Tsunade.

"AAAGUUUUHHHH!? VAGINAKUUUU!" Tsunade menangis kesakitan karena vaginanya ditusuk oleh hak sepatu Onihime untuk yang kedua kalinya setelah sekian lama.

Suara tawa kemenangan keluar dari mulut Onihime, "Nostalgia yang indah bukan?"

Darah bercipratan setelah hak sepatu panjang itu menembus keperawanan Tsunade dan dengan cakra, Onihime membuatnya jadi lebih panjang hingga menembus ke dalam rahim Tsunade.

"OOOOOOUUUGHHHH!" Tsunade melolong panjang saat ujung sepatu Onihime menyentuh bagian terdalam rahimnya.

Onihime kemudian memutar-mutar kakinya dengan kasar hingga membuat Tsunade membuat jeritan kesakitan yang penuh kesengsaraan. Mata Tsunade menatap dengan ngeri atas perlakuan Onihime ke vaginanya yang rapuh, di kondisi yang seperti, sudah tidak mungkin mengharapkan kekuatan regenerasi dari segelnya. Sebagai seorang juru medis yang handal, Tsunade sudah tahu nasib dari rahimnya. Onihime sengaja mengkoyak rahimnya agar ia tidak bisa hamil lagi, sebagai satu-satunya jalan terakhir, Tsunade mengaktifkan segelnya dan melepas semua cakra di dahinya untuk menghentikan pendarahan di rahimnya.

Segel Byakugou di dahi Tsunade membentuk pola hitam yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Tanpa perlu melakukan segel tangan, ia mengaktifkan jutsu medis andalannya untuk dirinya sendiri. Semua cakra dari sperma yang ia kumpulkan selama ini meluap ke sekujur tubuhnya, ia memfokuskan dirinya untuk menyembuhkan rahimnya yang hancur. Namun...

"Apa kau lupa kalau aku bisa mengehntikan regenerasimu?" kata Onihime dengan santai sambil membakar kiseru-nya dan mulai merokok. "Tidak akan kubiarkan! HANCURLAH, TSUNADEEEE!"

Onihime menusuk rahim Tsunade semakin dalam hingga menembus tepat ke pusat titik cakranya. Ia melepaskan racun yang mampu menghentikan kekuatan regenerasi Byakugou milik Tsunade.

"TIDAAAKK! TIDAAAAAAAAAKKK! AAAAAAGHHHHHHHHHHHH!" Tsunade memuntahkan darah dari mulutnya. Ia membanting-banting kepalanya ke tanah karena rasa sakit yang melebihi siksaan apapun. Matanya melotot dan terlihat ketakutan setengah mati.

Pola hitam dari segelnya perlahan menghilang, Onihime berhasil membatalkan jutsu miliknya. Sebagai efek sampingnya, tubuh Tsunade menjadi sangat sensitif, bahkan sudah melebihi batas yang bisa ditoleransi manusia. Itu dibuktikan dengan puting dan vaginanya yang tiba-tiba saja 'meledakkan' cairannya masing-masing.

"AAAAAAHHHHHHH! TOLONG! TOLONG AKUU!" Tsunade berteriak meminta tolong karena sudah tidak bisa mentolerir rasa sakit di vagina dan rahimnya. Tangannya menggapai-gapai udara seolah ingin membebaskan diri dari siksaan itu.

Onihime semakin tersenyum sadis setelah melihat reaksi Tsunade, ia menghisap pipa kiseru-nya dengan keras sampai membuat tembakaunya menyala merah. Ia kemudian mematikan rokoknya itu dengan cara mempertemukan ujung kiseru yang tembakaunya sedang menyala panas dengan bagian pucuk klitoris Tsunade yang mengacung tegak.

"AAAAAAAAAUUUUUGGGGHHHHHHH!" sontak saja benda panas yang menyentuh bagian paling sensitif miliknya membuat Tsunade semakin merana. Ia menangis sejadi-jadinya saat suara mendesis benda panas menyentuh daging klitorisnya. Aroma gosong mulai tercium dari asap yang dihasilkan. Onihime melepas ujung pipanya menempel di klitoris Tsunade dan hanya menyisakan batang kiseru yang dia masukkan ke dalam uretra Tsunade.

Melihat Tsunade yang sudah sekarat dan kejang-kejang, Onihime akhirnya mengangkat kakinya. Hak sepatunya berlumuran darah, begitu juga dengan keadaan vagina Tsunade yang berantakan. Mulut Tsunade mulai berceracau tidak jelas, yang ada di pikirannya saat ini hanyalah meminta ampun pada Onihime.

Sang Putri Iblis itu kelihatannya sudah puas dengan kemenangan telaknya atas Tsunade. Ia mengangkat tangannya sebagai bukti kalau ia sudah berhasil mengalahkan wanita terkuat di Konoha. Tetapi penonton masih belum puas, mereka masih ingin lagi. Mereka tahu kalau Onihime belum mengeluarkan jurus andalannya sebagai 'pukulan terakhir' untuk membuat KO Tsunade.

Para penonton dengan bersemangat menginjak-injak tanah dengan kaki mereka sambil meneriakkan nama jurus andalan Onihime.

"BUSTER! BUSTER! BUSTER!"

Onihime yang tersanjung dengan semangat para penonton tidak punya pilihan lain. Ia menyuruh mereka untuk diam, "Kalian benar-benar ingin aku mengeksekusinya dengan Buster?"

"YAA!" sorak penonton secara serentak.

"Baiklah, baiklah. Pelacur ini memang pantas mendapatkannya."

Onihime menarik rambut Tsunade yang terkapar di posisi piledriver, ia kemudian membuatnya berlutut di hadapannya. Lengan kanan Onihime melingkari leher Tsunade, sedangkan tangan kirinya mengangkat seluruh tubuh Tsunade sampai terbalik di pundaknya. Leher Tsunade kini bersandar di pundak Onihime secara terbalik, kedua kakinya dipaksa mengangkang lebar setelah Onihime memegangi bagian bawah lututnya.

Jurus andalan Onihime adalah teknik gulat muscle buster, sebuah gerakan yang memposisikan korbannya secara terbalik di pundaknya dan kedua kaki yang berada di atas, kemudian Onihime akan melompat tinggi bersama dengan korbannya dan jatuh ke tanah dengan kekuatan penuh. Secara teori, gerakan mematikan itu mampu membuat tulang punggung korbannya patah serta cedera parah di setiap persendian lengan dan kaki. Begitu pula dengan tulang leher yang akan patah secara instan, kelumpuhan adalah hasil yang pasti dari gerakan ini dan kematian adalah hasil yang paling buruk. Kini hidup dan mati Tsunade ada di tangan Onihime, pilihan terbaik yang ia miliki saat ini adalah hidup lumpuh selamanya dengan punggung yang patah.

"BUSTER! BUSTER! BUSTER!"

Kyou yang dari awal sampai akhir menonton penyiksaan Tsunade mulai menangis, ia tahu teriakannya tidak akan sampai ke telinga Tsunade yang sudah kritis, namun ia tetap berusaha menyampaikan suaranya. Tangannya mengepal berharap Tsunade bisa melawan balik, tetapi Onihime terlihat seratus persen akan mengeksekusi wanita idolanya dengan teknik andalannya yang mematikan.

Sang pemilik kasino terbesar di Tanzaku kini mengarak Tsunade di pundaknya dengan berkeliling di sekitar penonton. Kaki Tsunade yang mengangkang memamerkan vaginanya yang berdarah-darah, pemandangan mengerikan itu malah mendapat sorakan gembira dari penonton. Tsunade yang setengah sadar tidak tahu kalau dirinya sedang dipamerkan seperti piala, sisa-sisa air susu dan cairan cintanya menetes di setiap langkah Onihime.

Onihime berhenti tepat di hadapan Kyou yang menangis, "Kau lihat ini? Ini adalah pelacur favoritmu, dia tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa dan inilah hasilnya. Lihat baik-baik vagina ini, kotor dan menjijikan. Sayang sekali aku menghancurkan lubang ini, padahal aku bisa menggunakan pelacur ini untuk menghasilkan uang."

Kyou menjadi saksi bagaimana vagina Tsunade dibuat menjadi tidak karuan oleh Onihime. Padahal baru tadi pagi ia melihat Tsunade dalam keadaan yang sempurna, kini wajah cantik dan tubuh indah Tsunade sudah tidak ada lagi, yang tersisa hanyalah seorang wanita sekarat dan babak belur setelah dihajar oleh wanita lain yang kejam.

"Uhuk... K-Kyou... pergilah... aku... sudah kalah..." ujar Tsunade lemah setelah ia batuk darah. "Aku... menyesal... uugh... tidak mendengar... kata-katamu..."

"Oh? Kau masih sadar? Apa kau punya kata-kata terakhir sebelum aku menghabisimu?"

Tsunade hanya diam. Ia benar-benar sudah pasrah dan menyerah melawan Onihime. Setiap kata yang akan ia ucapkan pasti hanya jadi angin lalu bagi Onihime, ia tetap akan dieksekusi dengan brutal. Sudah terlambat baginya untuk memohon ampun.

Onihime berbalik dari hadapan Kyou sambil menggendong Tsunade. Anak muda itu sudah menunggu kesempatan ini, kesempatan saat Onihime lengah. Ia mengeluarkan sebuah pisau dan berlari ke arah Putri Iblis sambil menodongkan senjatanya. Sasarannya hanyalah punggung Onihime dan berharap bisa mengenai pusat cakranya dari belakang.

"Hyaaaaaa!"

Kyou yang menyerang sambil menutup matanya itu bisa merasakan pisaunya menusuk sesuatu. Saat ia membuka matanya, pisau itu tidak mengenai targetnya, melainkan sebuah tangan yang terbentuk dari cakra berwarna merah khas seorang Jinchuriki. Ia melihat ke atas dan bertatapan langsung dengan mata Onihime yang berubah menjadi merah darah.

"Tunggu giliranmu." Suara dingin Onihime membuat Kyou membeku di tempat. Wanita itu sudah memasuki mode Jinchuriki tanpa sepengetahuan Kyou. Ia menghancurkan pisau yang menusuk tangan cakranya dan mendorong anak itu hingga terjungkal.

Di hadapan seluruh penonton, Onihime menunjukkan kekuatan Bijuu Ekor Delapan miliknya, ia membuat lagi dua tangan dari cakra Bijuu itu dan mengarahkannya ke vagina Tsunade, sekarang ia memiliki tiga tangan tambahan. Jari-jari tangan itu memegangi bibir vagina Tsunade dan membukanya lebar-lebar. Onihime kemudian berjongkok untuk mengumpulkan momentum sebelum melompat setinggi 60 meter sambil membawa Tsunade. Kedua wanita itu jatuh dengan cepat berkat bantuan gravitasi dan Onihime yang memusatkan berat tubuhnya agar jatuh lebih kencang lagi.

"MATILAH, TSUNADEEEEE!'

"TIDAK, TIDAK, TIDAAAAAAAAAAAAAAKKKK!"

BOOOOMMM!

Sebuah muscle buster dari ketinggian 60 meter baru saja dilancarkan. Korbannya adalah Tsunade, sang Hokage Kelima yang nasibnya berubah drastis setelah diperkosa ramai-ramai di kota Tanzaku berkat perbuatan Onihime yang kejam. Kini, wanita yang sama, wanita yang telah menghancurkan hidupnya dan membuatnya menjadi bintang porno, mengeksekusi dirinya. Hidup dan mati Tsunade ditentukan oleh buster andalan Onihime.

Debu menutupi lahan di depan kastil. Para penonton tidak tahu bagaimana hasil dari jurus milik Onihime. Mereka menunggu nasib Tsunade.

Perlahan-lahan, debu itu tertiup angin. Onihime dan Tsunade akhirnya terlihat dengan jelas. Masih di posisi yang sama, Tsunade terjebak dalam pose terbalik di pundak Onihime. Kedua kakinya juga masih terbuka lebar, sekilas memang tidak ada perubahan. Namun, hal yang mencolok terlihat di vagina Tsunade.

Vaginanya menganga lebar, dua tangan cakra Onihime merobeknya saat jatuh dari udara. Pemandangan mengerikan itu semakin menjadi-jadi saat darah Tsunade mengalir di tubuh Onihime. Muscle buster Onihime berhasil mematahkan punggung Tsunade menjadi dua, setiap sendi di tangan dan kakinya juga sudah robek dan membuatnya tidak mampu bergerak. Untungnya, leher Tsunade tidak patah, dia berhasil selamat dari jurus mematikan Onihime walau harus membuat seluruh tubuhnya lumpuh.

Tapi tetap saja, ia tidak bisa mengaktifkan byakugou-nya untuk menyembuhkan diri. Walau pun nyawanya masih tertolong, tetapi tubuhnya sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Yang paling mengkhawatirkan adalah bagian reproduksinya, rahim sudah hancur akibat kebrutalan hak sepatu Onihime. Begitu pula dengan vaginanya yang sudah tidak bisa disebut lubang kewanitaan lagi. Saking mengerikannya wujud vagina Tsunade, beberapa penonton terlihat mual dan muntah di tempat dan beberapa dari mereka malah menikmatinya.

Sorakan kemenangan bersenandung di telinga Onihime. Sebagai penutup dan pelengkap kemenangan telaknya, Tsunade yang berada di antara hidup dan mati mengeluarkan air kencingnya setelah pipa kiseru terdorong keluar akibat vaginanya yang dirobek. Kedua mata Tsunade sudah terbalik dan memperlihatkan bagian putihnya saja, mulutnya terbuka lebar sambil mengeluarkan busa dan sekujur tubuhnya kejang-kejang. Onihime menjatuhkan tubuh Tsunade ke tanah dan membiarkan wanita itu sekarat di sana.

"Tsunade! Tidaaaakkk!" Kyou berlari ke arah Tsunade yang terkapar tidak bergerak. Ia jatuh berlutut kehabisan kata-kata saat melihat tubuh wanita, hatinya hancur berkeping-keping. "Aa... aa... AAAAAAAAAHHHHH!" Pemuda itu menangis sejadi-jadinya dan menjadi bahan olokan oleh penonton di sekitar.

"Fufufu... Anak muda, dia masih hidup. Wanita sundal ini hanya kritis, aku masih bisa menyembuhkannya, yah, walaupun dia masih tetap lumpuh. Setidaknya aku bisa memperbaiki vagina kotornya itu." Ujar Onihime.

Kyou merangkak ke arah kaki Onihime dan menciumnya, "Kumohon, selamatkan dia..."

Sambil mengangkat satu jarinya, Onihime berkata dengan pelan, "Dengan satu syarat."

"Akan kulakukan apapun, kumohon selamatkan dia..." tangis Kyou pecah begitu ia menjilati kaki Onihime.

"Bersetubuh dengannya. Sekarang."

Kyou terdiam. Ia terkejut mendengar syarat dari Onihime, "Ti-tidak... Tidak mungkin! Dia sedang sekarat! Aku tidak bisa—"

"Kalau begitu kubiarkan dia terkapar di sini sampai mati."

Mata Kyou mulai memerah, lehernya terasa seperti tercekik oleh kata-kata Onihime. Wajahnya berubah pucat pasi saat menatap Onihime untuk meyakinkan apakah dia benar-benar serius. Tatapan sadis Onihime membuatnya merinding, ia langsung tahu kalau wanita itu serius dengan kata-katanya.

Kyou meratapi tubuh sekarat Tsunade yang tidak sadarkan diri. Ia menelan ludahnya dan mulai membuka celananya. Penisnya sedang tidak ereksi sekarang, tentu saja hal itu mustahil setelah melihat wanita idamannya dikalahkan dalam pertarungan satu lawan satu. Sambil terisak, Kyou mencoba memberikan rangsangan pada penisnya agar bisa berdiri. Tindakan memalukan itu mendapat sorakan kecewa dan ejekan dari penonton, namun ia rela melakukannya demi menyelamatkan Tsunade.

"Bahahaha! Kalian berdua sama-sama memalukan!" Onihime mendekati Kyou dan menyentuh penisnya, "Biar kubantu kau."

Wanita sadis itu mengalirkan cakranya ke penis Kyou dan memberikannya stimulasi yang cukup untuk membuatnya berdiri. Tidak hanya itu saja, penis pemuda itu juga membesar dua kali lipat.

"AAAAHHH!? Apa ini!? Tubuhku terasa aneh!" teriak Kyou setelah melihat penisnya yang membesar dan nafsu seksualnya meningkat drastis. Nafasnya terburu-buru melihat tubuh telanjang Tsunade yang terbaring tidak sadarkan diri.

Dengan air mata yang berlinang, Kyou mencoba memasukkan penisnya ke sisa tubuh Tsunade yang masih bisa disebut sebagai vaginanya. Penis besar itu terlihat pas dengan ukuran robekan vagina Tsunade, sang pemilik penis itu mulai menggerakkan tubuhnya maju mundur dan mencoba mencari kenikmatan.

"Tsumiko... Aaahh... Tsumiko... Kau milikku... Aku mencintaimu... Aaaahhh!"

Kyou terus bersenggama dengan Tsunade yang pingsan. Ia terus menangis karena harus dipaksa bersetubuh wanita yang sedang kritis. Di tengah-tengah tangisan Kyou, suara tawa kemenangan Onihime menggelegar ke seluruh halaman kastil. Ia sudah puas menghabisi Tsunade sekaligus mempermalukannya. Tidak tanggung-tanggung, ia bahkan menghancurkan Tsunade sampai ke ambang kematian.

Sang Putri Iblis mengalahkan Tsunade dengan telak. Kini, ia menonton pertunjukkan yang menghibur di hadapannya sambil berpikir skenario sadis apa lagi yang akan dia berikan untuk Tsunade.
 
Bimabet
5. Tanpa Ampun

Dua tahun berlalu setelah pertarungan sengit antara Tsunade dan Onihime dengan hasil kemenangan telak Onihime. Tsunade yang saat itu datang ke kota Tanzaku dengan kepercayaan diri penuh, dihajar dengan brutal oleh sang Putri Iblis. Walaupun ia sudah tahu kalau Onihime memiliki cakra seekor Bijuu, dia tetap berani menantangnya bertarung dan berakhir dengan tubuh yang lumpuh akibat tulang punggung yang patah dan vagina yang dirobek secara sadis.

Berita kekalahan Tsunade hanya tersebar di kota Tanzaku, seantero Negara Api hanya mengetahui tentang berita kehilangannya. Rumor di Konoha mengatakan kalau Tsunade menghilang saat sedang mengembara mempelajari jutsu medis yang baru. Hal itu menarik perhatian para petinggi Konoha dan Naruto telah mengutus beberapa ninja dalam misi pencarian Hokage Kelima. Tetapi misi itu tidak membuahkan hasil selama dua tahun terakhir.

Bahkan Sakura dan Shizune sampai turun tangan mencari gurunya. Kedua wanita itu sudah satu setengah tahun tidak kembali ke Konoha dan akhirnya menyerah juga. Bantuan dari para ninja yang memiliki kemampuan sensor yang tinggi juga tidak mampu menemukan lokasi Tsunade. Isu tidak menyenangkan mulai bermunculan, orang-orang perlahan menganggap kalau Tsunade sudah mati.

Kota Tanzaku sendiri sempat dicurigai karena di situlah cakra Tsunade terakhir kali muncul. Kelompok Anbu yang sudah lama tidak beroperasi diutus untuk mencari informasi di sana. Warga di kota itu membenarkan kalau Tsunade sempat berkunjung ke sana untuk berjudi. Namun hal yang menarik perhatian para Anbu adalah sebuah fakta bahwa ada seorang wanita yang begitu mirip dengan Tsunade dan bekerja sebagai bintang porno.

Wanita itu dikabarkan pernah menjadi korban pemerkosaan besar-besaran di kota Tanzaku. Sebuah rahasia besar yang mengejutkan berhasil diungkap Anbu, mereka menelusuri lebih dalam tentang peristiwa itu dan mendapat nama wanita malang yang menjadi objek pemuas nafsu seluruh pria di sana. Wanita itu bernama Tsumiko, memiliki perawakan yang sama persis dengan Tsunade, para Anbu sembilan puluh persen yakin kalau itu adalah mantan Hokage mereka.

Berbekal berita itu, mereka kembali ke Konoha dan melaporkannya ke Naruto. Hal itu tentu saja ditolak mentah-mentah oleh sang Hokage Ketujuh. Naruto berpendapat kalau kemiripan antara Tsunade dan Tsumiko hanyalah kebetulan semata. Tetapi ia memberi perhatian lebih pada kejadian pemerkosaan itu, ia memutus tim investigasi yang dipimpin oleh Sai untuk menyelidiki kasus itu lebih dalam. Naruto tidak terima kejahatan keji itu terjadi tepat di era ia memimpin sebagai Hokage. Namun ia tetap menutupi kejadian itu agar tidak terjadi kepanikan massal di Konoha.

Selain itu, Naruto juga sudah menggunakan mode Senjutsu untuk mendeteksi cakra Tsunade, namun semua itu sia-sia karena terakhir kali ia merasakan cakra sang Hokage Kelima, ia sedang berada di Kota Tanzaku.

Sai dan timnya menginterogasi beberapa orang di Tanzaku yang berujung dengan dua nama mencurigakan, Suzuki dan Onihime. Mereka mencari orang yang bernama Suzuki itu namun tidak membuahkan hasil, mereka hanya tahu kalau dialah yang bertanggungjawab dalam produksi film porno Tsumiko. Tapi tetap saja, pria bernama Suzuki ini tidak dapat mereka temukan walau menurut informasi, ia masih memproduksi film dewasa.

Tim Sai kemudian lebih fokus ke Onihime. Mereka dengan mudah menemukan wanita itu karena ia memang sangat terkenal di Tanzaku. Onihime mengaku kalau ia pernah bertemu dengan Tsunade, ia berkata bahwa Tsunade adalah salah pelanggan yang sering bermain judi di tempatnya. Ia juga mengungkap kalau Tsunade sempat dikejar-kejar oleh lintah darat yang ia utus, tetapi setelah mendengar berita tentang kehilangan wanita itu, ia segera menarik orang-orangnya agar tidak ikut terjerat dalam kasus hilangnya sang Hokage Kelima itu.

Onihime juga menunjukkan catatan hutang Tsunade di tempatnya dan Sai mengambil kesimpulan kalau hal itu wajar mengingat hobi Tsunade yang suka berjudi dengan nasib sialnya. Namun, ada sebuah hal yang mengganjal Sai, disaat kejadian pemerkosaan sadis itu terjadi, Onihime tidak melakukan apa-apa, padahal ia dianggap sebagai orang terkuat di Tanzaku.

Putri Iblis itu mengatakan kalau ia tidak sedang berada di Tanzaku saat peristiwa itu terjadi. Ia menjelaskan kalau yang dimaksud sebagai ‘orang terkuat’ di kota itu adalah keahliannya sebagai ninja medis. Onihime beralasan kalau dia sedang berlatih untuk mendapatkan segel Byakugou, sebagai buktinya, ia menunjukkan segel yang berada di dadanya. Lalu saat kembali ke kota, ia mengaku geram dengan kejadian itu, walau pun Tanzaku disebut sebagai pusat tempat berdosa, ia menganggap kalau tempat itu masih memiliki aturan.

Ia juga menjelaskan tentang alasan mengapa dirinya tidak melaporkan hal itu ke Hokage. Onihime tidak mau Tanzaku ditutup karena satu kejadian yang tidak memerlukan campur tangan seorang Hokage, sebagai pebisnis ia tentu saja tidak ingin kehilangan sumber mata pencahariannya. Lagipula, ia sudah ‘membereskan’ kekacauan itu bertahun-tahun yang lalu dan kota Tanzaku sudah kembali tenang.

Sai tidak berhasil mendapat apa-apa karena menganggap Onihime sudah bersih dari semua tuduhan. Rumah judi miliknya juga memiliki surat-surat yang legal dan tidak ada yang ganjal dalam bisnisnya. Ia dan timnya menetap beberapa hari di Tanzaku untuk menggali info lebih dalam, keramahan Onihime membuat mereka tidak menaruh curiga sama sekali dan akhirnya pergi dengan info seaadanya.

Laporan Sai dan timnya diterima oleh Hokage. Mereka berkesimpulan bahwa Tsunade sedang dalam pelarian dan menyamar menjadi orang lain. Naruto akhirnya meminta bantuan para Kage negara lain untuk mencari Tsunade. Walaupun masih hilang, setidaknya ia merasa lega dengan fakta bahwa kalau memang Tsunade sudah mati, tubuhnya pasti sudah ditemukan. Ia menurunkan intensitas pencarian Tsunade di Negara Api karena ia yakin bahwa sang Hokage Kelima pasti akan kembali.



Beberapa jam setelah Sai dan timnya meninggalkan Tanzaku...

Onihime sedang duduk di dalam kastilnya, memandangi aktivitas yang berlangsung di rumah judinya sambil menghisap kiseru yang diisi oleh tembakau favoritnya, “Serangga-serangga Konoha itu menyusahkan sekali.” Ia membuat segel tangan dan seketika sebuah kubah transparan yang menyelimuti kota pecah menjadi berkeping-keping.

“Aku sudah melepas genjutsu-nya, kalian bisa bebas beraktivitas seperti semula.”

Kota yang semula tenang dan damai itu berubah menjadi kota yang penuh dosa. Pemerkosaan terjadi di sudut-sudut gang kecil, perkelahian ilegal, dan perdagangan manusia terjadi di setiap titik di kota. Onihime dari jauh hari sudah mengaktifkan genjutsu di seluruh kota itu untuk menyembunyikan kebusukannya. Faktanya, apa yang ia ucapkan ke investigator yang diutus dari Konoha hanyalah kebohongan semata. Ia mengendalikan seluruh isi kota dengan genjutsu miliknya berkat kontrol cakra yang luar biasa, mulai dari penampilan fisik kota itu dan ucapan orang-orang di Tanzaku ia kendalikan semuanya.

Onihime berjalan menuju ke pintu yang awalnya hanyalah sebuah tembok dengan ornamen dinding, ia mampu merubah interior rumah judinya dengan genjutsu dan menutup semua tempat-tempat rahasia di kastilnya. Genjutsu tingkat tinggi seperti itu bisa dia dapatkan dari suplai cakra yang tidak terbatas di segel Byakugou dan cakra Bijuu yang ia miliki. Ditambah, ia memiliki salah satu sumber cakra yang berada di balik pintu itu.

Pintu yang terkunci itu terbuka setelah Onihime membuat segel tangan, ia masuk ke dalam ruangan yang temboknya dilapisi benda lembek seperti daging mentah berwarna merah pucat. Tentakel dengan berbagai macam ukuran menjulur keluar di setiap sisi tembok daging itu. Di ujung ruangan, seseorang berambut pirang pendek sedang terduduk lemah dengan tangan yang diikat ke belakang dan kaki yang mengangkang membentuk huruf ‘M’.

Onihime mendekati wanita itu dan berjongkok di depannya, “Teman-temanmu datang berkunjung tadi, Tsunade.”

Tsunade yang tertunduk lesu perlahan menaikkan wajahnya, “...Onihime-sama... ampuni aku...”

Keadaan Tsunade begitu memprihatinkan, rambutnya yang kini dipotong pendek itu berantakan dan berlumuran dengan cairan putih kental. Tidak hanya rambutnya, bahkan seluruh tubuhnya bermandikan cairan itu, aroma sperma yang sangat menyengat menyebar dari badannya yang basah kuyup. Di bawah matanya terdapat lipatan-lipatan seperti orang yang sedang depresi dan bibir yang biasa dibalut dengan lipstik kini terlihat pucat pasi.

Di kedua putingnya, sebuah tabung penghisap yang terhubung dengan tentakel menyerupai selang yang terbuat dari tembok daging itu sedang menyedot air susunya, ia diperah bagaikan sapi tanpa henti setelah ia kalah bertarung melawan Onihime. Di dalam tabung itu terdapat sebuah tentakel yang menusuk masuk ke dalam lubang putingnya dan memberi stimulasi dari dalam agar ia terus memproduksi air susu. Tentakel itu bergoyang-goyang di dalam payudara Tsunade dan sesekali menarik diri keluar untuk memberi jalan air susu untuk dihisap melalui tabung.

Namun, pemandangan yang paling memprihatinkan adalah bagian perut Tsunade yang mengembang besar bagaikan sedang hamil. Tsunade ternyata sedang duduk di atas sebuah penis besar yang memenetrasi vaginanya hingga menembus sampai ke ujung rahimnya. Penis super besar itu sesekali bergerak naik turun untuk memperkosa Tsunade dan merusak rahim dan vaginanya, hal itu dimaksudkan untuk menambah rangsangan seksual di seluruh tubuhnya yang sudah terkena racun peningkat birahi milik Onihime.

Bibir vaginanya dipaksa terbuka lebar oleh penis raksasa itu hingga ke batas maksimal. Klitoris Tsunade yang dimodifikasi hingga melebihi batas normal kepekaan terhadap rangsangan seksual dari manusia biasa berdiri tegak dengan ukuran yang sama seperti jari tengahnya. Satu sentuhan saja di klitoris mampu membuatnya orgasme selama berkali-kali tanpa henti dan kehilangan akal sehatnya.

“Menyedihkan sekali. Mengaktifkan genjutsu untuk serangga-serangga Konoha itu membutuhkan banyak cakra, aku butuh cakra darimu sekarang.” Onihime berpaling dari Tsunade dan berjalan ke arah penampungan air susu yang berada di sisi kanan ruangan, “Apa!?? Hanya ini yang bisa kau hasilkan?? Kau sapi perah tidak berguna!”

Onihime mengambil cambuk kuda yang terbuat dari kulit yang menggantung di penampungan air susu itu. Ia terlihat begitu kesal setelah melihat air susu yang dihasilkan Tsunade tidak sebanyak yang ia harapkan. Ia melakukan pemanasan dengan memecut udara menggunakan cambuknya sambil berjalan mendekati Tsunade yang terlihat ketakutan. Wajah Tsunade terlihat pucat dan ekspresi wajahnya bagaikan sedang melihat hantu di depannya.

“Tidak! Kumohon, jangan pecut aku! Onihime-sama, ampuni aku... ampuni aku... ampuni akuuuu!!!”

“Kau pelacur murahan!” Onihime melayangkan sebuah cambukan telak ke arah klitoris Tsunade.

“HIGYYAAAAAAAAAAAAA!!!!” Tsunade menjerit sejadi-jadinya akibat cambukan itu. Klitorisnya bagaikan disambar oleh petir, rasa sakit di sekujur tubuhnya menjalar sampai ke otaknya dan berubah menjadi sensasi kenikmatan seksual. Tubuhnya mengejang tidak terkendali dan ia mengalami orgasme super dahsyat sampai menyemburkan cairan cintanya tanpa henti.

Tidak membiarkan Tsunade lepas dari penderitaannya, Onihime kembali memecut wanita itu. Ia mendaratkan cambukan keras ke perut Tsunade yang menggembung akibat penis raksasa yang mengisi rahimnya.

“OOOOOOGGGGHHHHH!!!???” dengan mata yang terbelalak, Tsunade memuntahkan air liurnya sambil meraung kesakitan, seluruh tubuhnya melonjak-lonjak ingin melepaskan diri dari penis yang menusuk vaginanya, namun cengkeraman tentakel-tentakel yang kuat di tangan dan kakinya terus menahannya di tempat.

Cambukan demi cambukan menyambar tubuhnya yang sensitif mulai dari payudara, perut, dan kedua tangan serta kakinya. Luka memar kemerahan akibat pecutan dari Onihime bermunculan, kepala Tsunade menengadah ke atas dengan mulut yang mengeluarkan busa dan mata yang terbalik.

“A... ahhh... aah... aakkh...”

Satu pecutan terakhir mendarat tepat di kepala Tsunade hingga membuatnya merasakan puncak kenikmatan seksual. Klitorisnya mengejang naik turun, kedua putingnya menyemburkan air susu dengan jumlah yang banyak dan vaginanya yang disumbat oleh penis berukuran besar itu mengeluarkan cairan cintanya. Batang penis yang berukuran setara dengan empat tangan orang dewasa itu mulai basah kuyup akibat cairan bening yang keluar dari vagina Tsunade.

Onihime ingin membuat Tsunade semakin menderita, ia membuat segel tangan dan mengendalikan ruangan yang dipenuhi tentakel itu. Lantai di bawah Tsunade mulai menggeliat, ia dapat merasakan sesuatu meraba-raba lubang pantatnya. Orgasme dahsyat yang baru saja ia rasakan masih menyisakan bekas di pikirannya, ia tidak mampu meresapi apa yang sedang terjadi dan hanya bisa menunggu siksaan selanjutnya.

Gerakan pelan di dekat lubang pantatnya kini berubah menjadi lebih kasar, sebuah tentakel baru muncul dari lantai dan ingin memaksa masuk ke dalam tubuhnya. Tidak bisa mempertahankan dirinya sendiri, Tsunade hanya bisa menyerah, tentakel itu memasuki pantatnya dan menggeliat di dalam tubuhnya.

“Ghiiiiii!? Uoooggghh!!! Ooogggghhhh!!?” rintihan Tsunade terdengar begitu menyedihkan, ia merasakan tentakel itu menjalar perlahan di dalam perutnya. Tentakel yang berlumuran lendir itu terus masuk lebih dalam hingga Tsunade dapat merasakannya melewati lehernya.

“Ooooghhh!?!? Ogghheeekkk!!” Tsunade mulai tercekik akibat tentakel yang masuk dari lubang pantatnya mulai mencari jalan keluar lewat mulutnya. Ia berusaha menutup mulutnya tetapi tentakel itu berhasil menguasai area itu dan akhirnya terbebas.

Pemandangan mengerikan itu membuat Onihime tertawa. Sebuah tentakel panjang berhasil menembus tubuh Tsunade dari lubang pantat hingga keluar lewat mulutnya. Benda lembek dan licin itu menari-nari di atas mulut Tsunade. Situasi di luar akal sehat itu mengacaukan pikirannya, ia dapat merasakan tiap gerakan tentakel itu di dalam perutnya.

Tsunade telah melalui penyiksaan itu selama dua tahun, ia selalu diperlakukan tidak manusiawi oleh Onihime. Ruangan daging itu adalah tempat di dalam tubuh Bijuu Ekor Delapan, setiap cairan yang dikeluarkan Tsunade seperti air susu dan cairan vaginanya ditampung di sebuah tempat penampungan khusus sebelum dirubah menjadi cakra untuk Onihime. Selama dua tahun itu, Tsunade menjadi mesin penghasil utama cakra bagi Putri Iblis.

Selain itu, Tsunade juga menjadi ladang uang bagi wanita sadis yang kini kekuatannya jauh lebih tinggi darinya. Hilangnya sang pembuat film porno terkenal Suzuki bukan tanpa sebab, Onihime menjanjikan jaminan perlindungan dan uang yang sangat banyak untuknya. Ia menyewa jasa Suzuki untuk merekam segala aktivitas seksual dan penyiksaan yang ia lakukan pada Tsunade. Dengan menjual rekaman itu di pasar gelap, Onihime lebih banyak mendapat keuntungan daripada rumah judinya. Sebagai tambahan, para konglomerat yang membeli rekaman-rekaman itu bisa mendapat pelayanan eksklusif meniduri Tsunade.

Entah sudah berapa banyak pria yang memperkosa Tsunade selama dua tahun itu, setiap bulannya diadakan festival pemerkosaan publik sama seperti saat Sannin Legendaris itu diperkosa pertama kali di kota Tanzaku. Tubuh Tsunade yang lumpuh mendapat bantuan dari Onihime agar ia bisa berjalan lagi. Ia diberikan sebagian cakra milik Onihime, namun ia tidak bisa menggunakan cakra itu untuk apa-apa karena Onihime memiliki kendali penuh atas cakra itu.

Cakra yang diletakkan di dalam tubuhnya itu membuat tato di kulit tepat di atas rahimnya. Motif tato itu menyerupai anatomi vagina dan berwarna ungu dengan tulisan ‘鬼’ (oni) di tengah-tengahnya. Saat cakra itu berada di dalam tubuhnya, ia menjadi lebih tunduk kepada Onihime bagaikan seorang budak, karena setiap kali ia berusaha melawan atau memberontak, cakra itu berubah menjadi listrik bertegangan tinggi yang siap menghanguskan rahimnya secara instan.

Tsunade tentu saja pernah mengalaminya sekali dan ia tidak mau lagi hal itu terjadi. Ia masih ingat saat rahimnya hangus terbakar oleh aliran listrik, bagaikan ribuan jarum menusuk-nusuk tempat yang seharusnya menjadi rumah seorang bayi sebelum dilahirkan. Onihime mengampuninya dengan menyembuhkan rahimnya menggunakan cakra. Semenjak saat itu, Tsunade lebih memilih menjilati kaki Onihime daripada harus disengat listrik.

Namun, karena siksaan keji Onihime yang terus menerus di rahimnya, sudah mustahil baginya untuk mengandung seorang anak. Rahimnya yang sering terluka parah akibat dihancurkan berkali-kali oleh Onihime membuat luka permanen yang tidak dapat disembuhkan lagi, sama seperti tubuhnya yang lumpuh. Setiap hari Tsunade berharap untuk mati, tetapi Onihime membiarkannya hidup untuk melewati mimpi buruk sebagai budak seksnya dan pemuas nafsu kesadisannya.

“Kau tahu... Hal ini semakin membosankan.” Ujar Onihime sambil menjetikkan jarinya, ruangan daging itu perlahan berubah menjadi normal. Tentakel-tentakel yang memperkosa Tsunade mulai menarik diri dan menghilang. Penis besar yang menghujam vagina Tsunade keluar pelan-pelan sambil membuat suara becek dan ikut menarik rahimnya keluar.

Tsunade terkapar lemah begitu penis besar yang menopang tubuhnya agar bisa duduk itu menghilang. Kedua kakinya terbuka lebar dengan rahim yang muncul keluar dari lubang vaginanya yang menganga. Seluruh tubuhnya mengejang hebat karena syok setelah mengalami trauma psikis dan fisik selama ia disiksa oleh Onihime. Ditambah, rahimnya yang kini tidak berada di tempat semestinya membuat Tsunade berharap ingin mati saja.

Di tengah penderitaannya, Tsunade menggumam, “Bunuh aku... Kumohon, bunuh saja aku...” secara berulang-ulang.

Onihime tertawa lepas, “Ahahahaha! Untuk apa aku harus membunuhmu?? Kau datang kemari sambil menggali lubang kuburmu sendiri dan aku membuatmu terus hidup sebagai penghasil uang utamaku. Seharusnya kau berterima kasih aku tidak membunuhmu sampai saat ini.”

Wanita sadis itu berjalan mendekati Tsunade sambil menarik rambutnya, “Dengarkan aku, pelacur. Ini pertama kalinya aku akan membebaskanmu keluar, kau seharusnya senang karena aku sudah berbaik hati melakukan hal ini.”

“A-apa maksudmu...?”

“Diam dan ikuti perintahku.” Onihime menggenggam rahim Tsunade yang terjulur keluar dan menggeret tubuh wanita itu.

“GYAAAAAAHHHHH!!!! TIDAK!! LEPASKAN!! LEPASKAN RAHIMKU!!!” Tsunade berteriak meminta ampun sambil menendang-nendang tidak karuan, kedua tangannya mencakar-cakar kepalanya seolah ingin memindahkan rasa sakit di rahimnya ke tempat lain.

Onihime menyeret wanita itu ke dekat tembok dan membuka sebuah ruangan baru. Di dalam ruangan itu terlihat orang-orang bawahan Onihime sedang memindahkan kotak-kotak kardus yang berisikan onahole atau vagina buatan yang akan dijual.

“Nona Onihime! Apa ini sudah waktunya?” tanya salah seorang pesuruh yang datang mendekati Onihime sambil membawa salah satu onahole itu.

Onihime mengangguk sambil mengangkat tubuh Tsunade, “Tentu saja. Pelacur ini sudah siap untuk diekstrak cakranya.”

“Baik, Nona,” pesuruh itu memberikan onahole di tangannya kepada Onihime.

“A-apa yang kau lakukan!?” Tsunade yang dalam posisi terbalik dengan rahim yang dicengkeram oleh Onihime menatap dengan horor ke arah mata sadis wanit itu.

“Tenang saja, ini tidak akan lama.” Jawab Onihime dengan tenang.

Dengan onahole di tangannya, Onihime membuat segel tangan dan mengekstrak cakra dari rahim Tsunade ke dalam onahole itu. Proses itu membuat Tsunade mengalami kejang yang diikuti dengan lonjakan birahi yang mendadak. Ia menyemburkan banyak cairan vagina saat proses itu berlangsung, kedua matanya terbalik ke belakang hingga menyisakan bagian putihnya saja. Mulutnya menceracau tidak jelas yang diiringi dengan desahan kenikmatan.

Secara perlahan, onahole itu berubah bentuk menyerupai vagina Tsunade. Hingga akhirnya, proses pemisahan cakra dari rahim Tsunade itu selesai, Onihime menjatuhkan tubuh Sannin itu dan membiarkannya terkapar di tanah.

Onihime mengangkat onahole yang terbuat dari silikon itu, “Akhirnya, mahakarya milikku selesai juga!. Tapi sebelum melakukan uji coba...”

Ia kemudian menyembuhkan seluruh tubuh Tsunade dan mengembalikan rahimnya kembali ke tempat semula. Tenaga Tsunade kembali seutuhnya walau pun tubuhnya masih lumpuh dan harus bergantung pada segel Onihime untuk bisa berjalan.

“Kuh... Apa yang kau lakukan... Pada tubuhku...?” tanya Tsunade.

“Kau tidak perlu khawatir, aku membebaskanmu. Kau bisa pergi dari sini sekarang juga. Kau yang di sana,” Onihime menunjuk ke arah pesuruhnya, “Cepat berikan wanita pakaian.”

Pesuruh itu segera mengambil pakaian milik Tsunade dan melemparkannya ke tanah. Pakaian itu terlihat sudah diperbaiki dan kembali seperti baru. Tsunade memungutnya dan segera memakai kimono itu. Setelah dua tahun ia akhirnya kembali merasakan hangatnya kain yang menutupi tubuhnya. Hidup telanjang bulat di bawah siksaan Onihime membuatnya depresi dan trauma.

“Sekarang pergilah. Kau bebas.”

Tsunade menggigit bibirnya, “Kau menyembunyikan sesuatu dariku...”

“Ahahahaha!! Hei, pelacur bodoh! Aku memberikanmu kebebasan dan kau kira itu kata-kata yang pantas keluar dari mulut penghisap penis milikmu? Kau seharusnya berterima kasih!”

Merasa tenaganya sudah kembali seutuhnya, Tsunade yang geram mulai mengepalkan tinjunya. Namun, di saat itulah dia tersadar, segel Onihime seharusnya sudah menyengatnya dengan listrik, ia benar-benar sudah bebas. Ia mencoba untuk berpikir untuk menyerang Onihime agar memastikan apakah segel itu benar-benar tidak akan menyengatnya dan tentu saja hal itu seperti dugaannya.

Tubuh Tsunade mulai bergetar, seluruh amarahnya yang menumpuk selama dua tahun akhirnya berada di puncak. Ia menerjang dengan cepat ke arah Onihime sambil melayangkan sebuah pukulan keras ke arah wanita itu.

“HYAAAAAGHH!!!!”

Tinju itu mendarat tepat di wajah Onihime dan membuatnya terpental jauh ke belakang.

“Onihime-sama!!” para pesuruh yang berada di ruangan itu segera mengerumuni Onihime yang kini terkubur di bawah tumpukan kardus, namun tidak ada balasan dari wanita pemilik rumah judi itu.

Melihat lawannya tidak bergerak lagi, Tsunade menghancurkan tembok ruangan dan berjalan keluar. Semua mata tertuju ke arahnya, rambut pendeknya yang terlihat berantakan mulai ia rapikan. Raut wajahnya terlihat sangat marah saat pesuruh Onihime berusaha menghentikan dirinya.

Tsunade mulai mengobrak-abrik rumah judi milik Onihime dan melepaskan semua kekesalannya yang ia pendam. Meja dan kursi ia hancurkan, begitu juga dengan tiang-tiang beton yang menopang bangunan rumah judi Onihime. Para pengunjung berlari keluar karena ketakutan melihat amarah Tsunade.

Ketika Tsunade akan memukul salah satu tiang itu, sebuah tangan menggenggam kepalanya dan melemparnya keluar dari dalam rumah judi. Tubuhnya sempat menghantam tembok sebelum akhirnya ia mendarat di halaman depan.

“Guuh!!” Tsunade berdiri sambil bersiap melawan orang yang baru saja melemparnya keluar.

Dari dalam bangunan yang hampir roboh itu, seorang wanita berbadan kekar berjalan keluar. Tinggi wanita itu sekitar dua meter dengan kulit gelap yang dibalut kimono berwarna merah. Bekas robekan di bagian lengan kimononya membuat otot lengan wanita itu terlihat lebih seperti seorang pria, ditambah otot kaki yang besar semakin melengkapi penampilannya yang seperti seorang monster.

Tsunade tentu saja tidak mudah terintimidasi oleh penampilan lawan yang ia hadapi sekarang, ia tahu kalau wanita itu tidak memiliki cakra dan bukanlah seorang shinobi, melainkan salah satu pengawal Onihime yang disebut Butadon. Bahkan sebenarnya, wanita itu menjadikannya samsak tinju saat Onihime sudah bosan menyiksanya. Tubuhnya sering berakhir babak belur karena tidak mampu melawan saat dipukuli habis-habisan. Kini Tsunade mendapat kesempatan untuk membalas perbuatan wanita itu.

“Jangan halangi jalanku!” teriak Tsunade sambil menggertakkan jarinya.

“Samsak tinju seharusnya tidak bisa bicara! Aku masih belum puas memukulimu!” balas wanita kekar itu sambil menerjang ke arah Tsunade dengan sebuah tinju.

Tsunade tidak gentar menghadapinya, ia siap beradu tinju dengan wanita itu dan berlari ke arahnya. Kedua tinju wanita itu saling bertemu dan membuat sebuah dentuman keras. Walau kelihatannya mereka seimbang, tetapi Tsunade adalah seorang shinobi dan mantan Hokage. Kepalan tangan yang diselimuti cakra miliknya mampu membuat Butadon terdorong ke belakang.

“Sebaiknya kau pergi sebelum aku menghajarmu.” Tantang Tsunade.

Butadon meludah ke tanah, “Cuih! Babi jalang sepertimu terlalu banyak bicara, mulutmu lebih pantas disumpal penis!”

Butadon kembali menerjang ke arah Tsunade, namun sang Hokage Kelima itu jauh lebih cepat darinya. Tsunade merunduk saat pukulan Butadon akan mengenai kepalanya lalu ia membalas dengan sebuah pukulan keras ke arah perut pengawal Onihime itu.

“GWAAH!!”

Tubuh besar Butadon terbang ke atas setelah menerima satu pukulan dari Tsunade. Di atas udara, Tsunade sudah lebih dulu melompat dan bersiap menendang kepala Butadon dengan tumitnya. Tendangannya mendarat dengan mulus dan membuat tubuh raksasa wanita itu menghantam tanah dengan keras.

Wanita berambut pirang itu tidak berhenti sampai di situ saja, dengan bantuan gravitasi, ia melayangkan sebuah tinju ke arah Butadon yang terkapar di tanah. Namun, hal itu berhasil diantisipasi oleh sang wanita raksasa, ia berhasil berguling ke arah samping untuk menghindari pukulan Tsunade yang menghancurkan tanah di sekitarnya.

Pukulan itu membuat debu yang sangat tebal hingga membuat pandangan kabur. Butadon yang tidak mampu melihat apa-apa dikejutkan oleh kemunculan Tsunade yang menyambar tubuhnya.

“Ugh!?” erang Butadon begitu Tsunade memeluk perutnya dan mendorongnya jatuh ke tanah.

“HAAAA!!” Tsunade berteriak dan mengerah kekuatannya untuk menghajar Butadon yang kini melindungi kepalanya dengan kedua tangan.

Pukulan demi pukulan mendarat di tangan Butadon. Tsunade terus mencari celah agar ia bisa mengenai wajah wanita itu dan berharap bisa membuatnya tidak sadarkan diri. Namun pertahanan Butadon begitu solid, tubuh kekarnya yang dianugerahi otot-otot bagaikan besi mampu mengimbangi pukulan Tsunade.

Tetap saja, Tsunade adalah shinobi terkuat di Konoha dan Butadon hanyalah orang biasa yang tidak memiliki cakra. Pertahanan yang terlihat kokoh itu kini mulai rapuh, kedua tangan Butadon sudah mencapai batasnya. Tsunade yang menyadari hal itu mulai mengumpulkan banyak cakra di tangan kanannya. Ia akan menghabisi Butadon saat itu juga.

“HYAAAAGGGHHH!!!” suara lantang Tsunade menggelegar saat ia akan melayangkan pukulan terbaiknya itu.

Tetapi...

“AAKH!?” pukulan Tsunade tiba-tiba berhenti begitu ia mengerang. Kedua matanya terbelalak lebar dengan mulut yang menganga. Tangannya yang ia gunakan untuk memukuli Butadon terkulai lemas di samping tubuhnya yang kini gemetaran.

Rasa sakit di bagian vagina membuat seluruh tubuh Tsunade berhenti. Ia memberanikan diri untuk melihat selangkangannya dengan perlahan. Namun ia mendapati tidak ada apa-apa di sana, di tempat ia duduk sekarang adalah tubuh Butadon yang masih diam tak bergerak. Tetapi bagian vaginanya terasa sakit sekali, seolah sebuah penis berukuran super besar sedang menusuk lubang vaginanya yang kecil.

“Va... vaginaku... kena... pa...?”

Secara perlahan, darah mulai merembes keluar dari selangkangannya. Rasa sakitnya berubah seolah seseorang sedang merobek vaginanya.

Tsunade mendongak ke atas akibat rasa sakit yang tiba-tiba berubah itu, “KUHAAAH!!? A-apa yang terjadi... dengan vaginakuuu!!??!?”

Darah yang keluar semakin banyak dan diiringi dengan cairan kenikmatannya. Kedua puting Tsunade mulai mengacung tegak dari balik pakaiannya begitu pula dengan klitorisnya yang kini hampir memaksa keluar dan merobek celana ketat yang ia pakai. Lidah Tsunade menjulur keluar dari mulutnya dan mengiringi aliran air liur dari ujung bibirnya. Belahan dadanya kini sudah basah dengan keringat dingin yang tercampur dengan liurnya sendiri.

Tidak lama kemudian, rasa sakitnya berubah menjadi sensasi kenikmatan. Ia merasakan seperti ada sesuatu yang memasuki lubang vaginanya. Tapi kenyataannya, tidak ada apa pun yang sedang mempenetrasi bagian sensitifnya itu. Vaginanya bagaikan sedang dimasuki ribuan penis secara bersamaan. Setiap bentuk dan ukuran penis bisa ia rasakan di dalam vaginanya. Tsunade memuncratkan cairan vagina secara tidak terkendali, ia membasahi perut Butadon yang kini menatapnya dengan tatapan aneh.

Melihat Tsunade menggeliat keenakan dan membuatnya basah kuyup dengan cairan cintanya, “Pelacur cabul! Berani-beraninya kau membasahiku dengan cairan kotormu!”

Butadon yang mengamuk meninju perut Tsunade tepat di rahimnya hingga membuat sang Hokage Kelima itu terpental ke belakang.

“UGYAAAAAAHHHHH!!” Tsunade terhempas sambil menyemburkan cairan kewanitaannya ke segala arah, tubuhnya berguling-guling di tanah sebelum akhirnya berhenti setelah menabrak sebuah pohon dan mematahkan beberapa dahannya.

Tubuh Tsunade berkejang-kejang saat terbaring di atas tanah. Kedua kakinya terbuka lebar, memamerkan selangkangan dan vaginanya yang tertutup celana. Tanah di sekitarnya mulai basah akibat semburan cairan vaginanya yang tidak berhenti. Klitorisnya pun kini sudah berdiri tegak bagaikan penis kecil hingga merobek celana ketatnya.

“AAAAHHHH!!! VAGINAKU!! AAAAHHHHHNNN! APA YANG TERJADI DENGAN VAGINAKUUUUUU!!!”

Rasa sakit dan kenikmatan terus menerus datang secara bergantian di area vaginanya. Ia terus disiksa oleh fenomena aneh itu. Darah pun mulai bercampur dengan cairan cintanya. Kelelahan karena terus berusaha melawan hal itu, Tsunade akhirnya menyerah dan hanya bisa membiarkan dirinya tenggelam dalam kenikmatan yang bercampur aduk dengan rasa sakit. Ia tidak mampu mengontrol dirinya lagi dan hanya bisa mengejang secara tidak sadarkan diri.

Disaat Tsunade hanyut dalam lautan gairah seksual yang menyiksa vaginanya, sebuah bayangan muncul di hadapan Tsunade.

“Kelihatannya kau suka dengan hadiahku, pelacur. Bagaimana keadaan vaginamu?”

Di tengah pandangan matanya yang sayu, Tsunade melihat Onihime sedang berdiri sambil berkacak pinggang dengan satu tangannya.

“Onyi... himhee... tcho... long... ahgu....” Tsunade berceracau tidak jelas karena lidah yang menjulur keluar.

“Haaa? Aku tidak mengerti apa yang kau katakan, pelacur.”

“Aahhh... ahmpun... ahkhu... me... nyeraaahh...”

“Bicara dengan jelas, pelacur murahan!” Onihime menginjak perut Tsunade dengan sekuat tenaga hingga membuat tubuh wanita itu terlipat. Ia kemudian memutar-mutar sepatu hak tingginya di atas kulit putih Tsunade untuk menambah rasa sakitnya.

“Kau lihat ini,” Onihime memperlihatkan onahole yang tadi kemudian membakar bagian bibir vaginanya dengan korek.

“HIIIGYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!! PANAS!!! VAGINAKU PANAAAAAASSSSSS!!!!!”

“Ahahahahahaha!! Bagaimana? Vaginamu akan hangus terbakar kalau kau tidak segera berbicara dengan jelas!”

“GYAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHH!!!!”

“Onahole ini dan puluhan ribu onahole yang lain sudah aku hubungkan dengan vaginamu. Cakra yang aku serap dari rahimmu terhubung secara langsung dengan onahole yang aku jual. Jadi seluruh orang yang memiliki benda ini bisa merasakan vaginamu secara tidak langsung dan melakukan apapun, jadi kau bisa diperkosa dari mana saja secara bersamaan! Ahahahahaha!!!”

“GUHAAAAA!!! AAAAAGGHHHH!!!” Tsunade tidak mampu merespon penjelasan Onihime karena vaginanya kini secara tidak langsung sedang dibakar, diperkosa ribuan orang, dan entah hal aneh apa saja yang dilakukan oleh para pengguna onahole itu.

Semua hal yang terjadi di onahole itu bercampur menjadi satu di vagina Tsunade. Ia kini berada di puncak kenikmatan dan kesakitan, tubuhnya meronta-ronta di tanah diiringi oleh teriakannya sendiri dan tawa lepas Onihime yang puas melihatnya sengsara.

“AHAHAHAHA!! Memalukan sekali, seorang Hokage Kelima memuncratkan cairan vagina ke segala arah di depan banyak orang. Aku jadi tidak tega melihatmu seperti ini, biar kubantu kau lepas dari penderitaanmu.” Onihime membuat segel tangan dan seketika penderitaan Tsunade berhenti.

“AAAAHHHHH!!!!” Diiringi dengan desahan panjang, tubuh Tsunade menjadi kaku dan tegang sambil menyemburkan tetes terakhir cairan vaginanya.

Setelah mengalami orgasme ekstrem itu, tubuh Tsunade ambruk dan kejang-kejang di tanah, “Ahh... ah... aahhh... ahh...”

Bibir vaginanya berdenyut-denyut tiap kali tubuhnya mengejang, membuat gerakan membuka dan menutup dengan sendirinya. Semua hal yang dirasakan vaginanya menghilang secara instan dan meninggalkan efek yang begitu luar biasa mulai dari rasa sakit serta kenikmatan.

Raut wajah Tsunade terlihat seperti “meleleh” setelah tenggelam dalam serbuan ombak kenikmatan yang dihasilkan dari orgasme berturut-turut tanpa henti. Lidahnya menjulur keluar dengan mata yang setengah terbuka dan bola mata yang terbalik. Di tengah nafasnya yang terengah-engah, ia berusaha memohon ampun pada Onihime, namun ia tidak dapat mengucapkannya karena sudah tidak ada tenaga lagi yang tersisa bahkan untuk berbicara.

Onihime menatap rendah Tsunade dengan kepala mendongak, “Pelacur dan bintang porno sepertimu seharusnya sangat suka memasukkan apapun ke dalam vagina. Kau sudah diperkosa oleh ribuan orang bahkan vaginamu sudah melahap penis kuda...”

Wanita pemilik rumah judi itu berjalan menjauhi Tsunade dan membuat segel tangan. Tanah di sekitar kaki Onihime bergetar setelah ia membuat segel tangan itu. Sebuah gundukkan tanah yang perlahan muncul dan menjulang tinggi ke atas, membentuk sebuah dildo yang terbuat dari tanah dan mengeras menjadi batu.

Batu yang berbentuk seperti penis itu berdiri tegak setinggi satu meter dengan diameter 10 sentimeter. Dengan tekstur yang kasar dan tidak beraturan, dildo batu itu terlihat mengerikan bagi siapa pun yang menyaksikan.

Senyum sadis Onihime mulai terbentuk di wajahnya, “Bagaimana kalau onahole vaginamu dimasuki batu? Kau belum pernah melakukannya, kan? Ini akan menjadi video pornomu yang paling menarik.”

Onihime berbalik badan, “Semuanya! Apa kalian sudah siap dengan kamera kalian?? Pastikan kalian merekam ini!”

Wanita berambut merah itu menempelkan lubang onahole yang ia pegang tepat di ujung dildo batu, “Butadon, bawa wanita jalang itu kemari, kita berikan dia kursi paling depan untuk menyaksikan saat batu ini menghancurkan vaginanya.”

Butadon mengangguk dan menggendong Tsunade yang sedang terkapar di tanah. Wanita kekar itu menahan Tsunade dalam posisi full nelson , ia mengangkat seluruh tubuh Tsunade dan kedua kakinya ke atas. Kedua lengannya mengunci bagian belakang lutut Tsunade dan membuatnya mengangkan lebar, memamerkan vagina yang sudah baasah kuyup itu ke semua orang. Kemudian Butadon berjalan mendekati Onihime yang sudah bersiap melakukan “eksekusi”.

“Tidak... kumohon... ampuni aku...” ujar Tsunade dengan lemah begitu ia melihat ujung dildo batu itu sudah berada di pintu masuk onahole yang terhubung dengan vaginanya.

“Kenapa? Bukannya ini pengalaman pertamamu bersetubuh dengan sebuah batu? Kau seharusnya senang.” Dengan dua jarinya, Onihime membuka bibir vagina onahole itu selebar mungkin.

“GGAAAAAAKKKHHHHH!!!!!!!” Tsunade tentu saja merasakan itu di vaginanya, ia merasa seperti vaginanya sedang dirobek. Hal itu juga membuat lubang vaginanya menganga lebar.

“Bersenang-senanglah, jalang!!!”

Onihime mendorong onahole itu ke bawah dan membuat dildo batu itu mempenetrasi lubang kewanitaan buatan yang ia pegang.

“AAAAAAAAAAAAAAAKKKHHH!?!?!?? AAAAAAAHKKHHHHHHH!!!!” Mulut Tsunade berbusa begitu ia merasakan tekstur kasar dari batu itu seolah-olah menggaruk bagian dalam vaginanya.

“Ini belum setengahnya! Rasakan ini!”

Batu itu masuk semakin dalam ke dalam onahole, batu dengan diameter 10 sentimeter mampu membuat onahole itu merenggang ke batas maksimalnya. Tsunade yang merasakan rasa sakitnya mulai menggeliat di pelukan Butadon yang sedang menggendongnya. Kedua tangannya mencakar-cakar lengan wanita bertubuh kekar itu dan kakinya mengejang-ngejang tidak karuan.

Dengan mata yang melotot, air mata Tsunade mulai mengalir deras dan busa di mulutnya mulai menetes di payudaranya. Kedua putingnya juga mulai berdiri tegak dan mengeluarkan air susu yang tidak terkendali. Klitorisnya membengkak dan mengacung tegak menandakan kalau ia sudah berada di puncak kenikmatan seksual.

Namun, hal yang paling mengenaskan dari pemandangan itu adalah lubang vaginanya yang kini berdarah. Walau onahole itu yang bersentuhan langsung dengan dildo batu, bagian dalam vagina Tsunade lah yang merasakan imbasnya. Permukaan kasar batu itu menggaruk bagian dalam dinding vagina dan menghasilkan banyak luka.

“GUAAAAAKKKHHHHH!!! AMPUNI AKUU!!! HENTIKAAAAAANNN!!!”

Tidak menghiraukan ceracau Tsunade, Onihime mendorong onahole itu semakin bawah. Ujung dildo batu itu akhirnya menyentuh lubang rahim Tsunade.

“UGGGGUUAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKHHHHHHHH!!!?!?!?”

Cairan vagina Tsunade mulai muncrat ke segala arah dan diiringi dengan air kencingnya. Tubuhnya mengejang dengan hebat tanpa henti. Namun, hubungan seks dengan batu yang sangat menyiksanya itu belum selesai. Onihime masih belum mengampuninya, satu dorongan terakhir membuat batu itu merusak onahole dan membolongi ujungnya.

“AAAAAAGGHHHHHHAAAAHHHHKKHHHHHHHHH!!!!!!!!”

Rahim Tsunade secara tidak langsung ditusuk oleh sebuah dildo batu. Seluruh vaginanya terasa hancur lebur, darah berceceran dan menetes di atas tanah. Cairan vagina dan air kencing juga bercampur jadi satu dengan tetesan darah. Kedua tangan yang mencakar-cakar Butadon kini jatuh lemas. Nyawa Tsunade sedang berada di ujung tanduk, tetapi Onihime masih belum puas melihat musuhnya yang sudah di ambang kematian itu.

Onihime menggerakkan onahole itu naik turun seolah-olah vagina Tsunade sedang bersenggama dengan batu. Gerakkan itu membuat Tsunade kembali sadar dan mengerang kesakitan.

“AAAGHH!!! HENTIKAN!! HENTIKAAAAAHHNN!!! AAAHHHHHHH!!!”

Tsunade tidak mampu berbuat apa-apa ketika vaginanya dipaksa merasakan rasa sakit saat bersenggama dengan sebuah batu. Dari ujung vagina hingga bagian terjauh di dalam rahimnya, semua tidak ada yang luput dari tekstur kasar dildo itu. Gerakkan itu semakin memperparah keadaan vaginanya yang terluka, chakra miliknya yang sudah tidak bisa digunakan untuk menyembuhkan tubuhnya membuat Tsunade berpikir kalau ini adalah akhir dari hidupnya.

Tsunade Senjuu sang Hokage Kelima, salah satu pahlawan saat Perang Dunia Shinobi, akan mati di tangan seorang pemilik rumah judi bernama Onihime yang berhasil mengalahkannya dengan telak dan membuatnya dipermalukan di depan publik. Lebih parahnya lagi, ia akan mati dan dikenal sebagai Tsumiko, sang bintang porno yang terkenal dengan seks ekstremnya. Tsumiko dan Tsunade harus berakhir dengan vagina yang tertancap oleh batu.

“Di mana kesenangannya kalau kau mati sekarang, Tsunade?” Onihime menjangkau vagina Tsunade dengan tangannya dan menyembuhkan seluruh tubuh wanita itu.

Tsunade yang sudah hampir mati, kini kembali sadar setelah tubuhnya disembuhkan oleh Onihime. Walau pun Onihime hanya menyembuhkan vaginanya, setidaknya itu mampu mengurangi penderitaan dan rasa sakit Tsunade. Namun, siksaan itu terus berlanjut selama tiga jam penuh.

Onihime terus mengulangi hal sama dengan onahole dan dildo batu itu. Ia menyiksa Tsunade dengan sadis hingga vaginanya berdarah-darah dan selalu menyembuhkannya. Onahole itu kini sudah hampir rusak, jika saja Tsunade yang berada di posisi onahole itu, maka vagina miliknya yang seharusnya hancur lebur.

Selama tiga jam itu, Butadon tidak hanya berdiri diam. Ia juga ikut andil dalam mempermalukan Tsunade. Ia berjalan mengelilingi kerumunan penonton sembari memamerkan vagina Tsunade yang sudah menganga lebar. Kerumunan penonton itu juga mengambil kesempatan untuk meraba-raba tubuh Tsunade, mulai dari payudara, vagina, dan klitorisnya, tidak ada satu pun yang luput dari tangan-tangan mesum orang-orang itu.

Hari semakin gelap, siksaan Tsunade juga sudah berakhir. Onahole yang dipakai untuk menyiksa Tsunade masih tertancap di dildo batu.

“Kuhuhuhu... HAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!” tawa bengis Onihime menggelegar, ia merasakan kemenangan telak atas Tsunade di sekujur tubuhnya. “Bagaimana, jalang? Bersetubuh dengan batu selama tiga jam sangatlah menyenangkan bukan?”

Tidak ada respon apa pun dari Tsunade yang masih setengah sadar. Hokage Kelima itu terlihat linglung dan sudah mabuk kenikmatan seksual. Beberapa kali berada di ambang kematian membuatnya depresi baik secara fisik maupun secara mental. Ia tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi di sekitarnya, ia hanya ingin mimpi buruk ini berakhir.

Onihime meludahi Tsunade, “Cuih! Kau habisi saja dia, Butadon. Pelacur ini sudah rusak.”

Butadon mengangguk dan melihat ke sekelilingnya. Ia berusaha mencari apa yang bisa ia gunakan untuk menyudahi siksaan Tsunade. Akhirnya, mata Butadon melihat ke arah sebuah pohon yang dahannya patah akibat berbenturan dengan tubuh Tsunade tadi. Dahan itu memiliki ketebalan seperti lengan manusia dan panjang lima belas sentimeter serta letaknya tidak terlalu tinggi dan mampu dijangkau oleh Butadon.

“Heheh... Tadi kau sudah merasakan batu, bagaimana kau rasakan pohon ini! HYAAAAAAAAA!”

Butadon yang masih menggendong Tsunade di posisi full nelson berlari dengan kencang ke arah poho. Ia mengarahkan lubang vagina Tsunade ke dahan patah itu. Dahan itu dengan brutal menghujam lubang vagina Tsunade hingga menembus rahimnya secara instan.

“AAAUGGGHHHHHH!!!!”

Dengan satu erangan terakhir, Tsunade hampir kehilangan kesadarannya. Tubuhnya tertancap di dahan pohon dengan posisi horizontal tepat di lubang vagina sebagai tumpuan utamanya. Seluruh tubuh wanita itu kejang-kejang, perutnya menggembung kmembentuk dahan yang terbenam di dalam vaginanya.

“Aah... ah... to-tolong... aku....” Tsunade dengan kekuatan terakhirnya berusaha menjangkau Butadon yang akan pergi meninggalkannya.

“Pelacur berisik!” Butadon menangkis tangan Tsunade lalu membentangkan kedua lengannya lebar-lebar. Ia menepuk kedua sisi kepala Tsunade dengan keras menggunakan kedua tangannya hingga membuatnya KO.

Tubuh Tsunade berhenti bergerak. Ia dipukul KO hingga tak sadarkan diri oleh Butadon. Kerumunan penonton yang dari tadi menyaksikan siksaan Tsunade mengambil foto dan video pemandangan tragis itu. Selama satu malam penuh, pemandangan Tsunade yang tertancap di pohon menjadi tontonan bagi dunia malam di Kota Tanzaku dan rumah judi Onihime.

Dari balkoni rumah judi itu, terlihat Onihime yang duduk dengan santai menyaksikan Tsunade yang sedang menjadi tontonan hina dan memalukan untuk orang-orang di jalanan.

“Bersiaplah, Tsunade, kita akan ke Konoha besok dan kau akan berakhir dengan memalukan di sana.”
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd