Kembali ke pagi itu.
Pagi pertama honeymoon kami.
" Ini aja dech bagus, nggak terkesan nakal "
Akhirnya ku putuskan memilih sepasang bra dan panty transparan dengan model kupu kupu, model yang paling " sopan " diantara berbagai model dalaman yang tertata dan tergantung tapi di lemari kamar hotel ini.
Ya, peristiwa " pemerkosaan " ku semalam me warning aku, agar tidak berpenampilan nakal apalagi binal di depan suamiku.
Lingerie model jaring jaring one piece, aku abaikan, Two piece bikini swimsuit bertali dengan kain segitiga kecilnya yang hanya mampu menutup aeorola dan gundukan mewmew ini, sementara aku biarkan tergantung rapi di lemari.
Ku lirik lelaki yang masih pulas tidur di ranjang pengantin kami, dialah orang yang bertanggung jawab atas hal hal sexy ini.
" Kenapa sebulan lalu, kau hadiahkan semua ini padaku ? " Keluhku dalam hati
Satu hari usai lamaran.
Degh... Kaget...
Saat kubuka salah satu kotak hantaran lamaranku. Kotak itu berisi berbagai model pakaian dalam.
Diantara belasan pakaian dalam itu, hanya dua potong masuk kategori sopan dan setengah sopan. Kebanyakan nakal, beberapa binal bahkan ada yang Vulgar.
Wow... Surprise......
" Kelihatannya sopan dan alim, eh ternyata mesum juga otaknya, fantasi sex calon suamiku ini, dahsyat juga ternyata, hihihi "
Saat itu kusimpulkan, Azis bukan pria lugu, seperti yang selama ini ia tampilkan di depanku. Dia cukup berpengalaman dengan perempuan.
Berapa banyak perempuan, tentu tidak akan pernah ku tanyakan atau permasalahkan.
Setelah membuka kotak itu, beban berat yang kutanggung menjadi ringan. Keraguan dan ketakutan yang menghantui diriku, sirna seketika.
" Ok, bro... Let's me play with you.. hihihi "
Dengan gembira ku tunggu akad nikah ku. Dengan bahagia ku nanti malam pertamaku. Begitu cerah hari hari penantianku itu.
............
Jujur sebelum membuka kotak hantaran itu, aku menanggung beban yang teramat berat. Beban seorang perempuan yang lahir dan besar dalam budaya timur.
Budaya yang menjunjung kesucian sebuah pernikahan. Budaya yang mengharamkan sex sebelum pernikahan.
Ketika keperawanan begitu dipuja, ketika selaput dara bukan lagi hak seorang istri melainkan hak dari seorang suami.
Ya, privilege sang suami untuk merobek nya.
Dan peristiwa semalam menyeretku kembali dalam kegelisahan. Ya, peristiwa " perkosaan " ku semalam, membuatku kembali gelisah.
Fix, ia masih amatir, nol pengalaman. Sedangkan aku..., ah sudahlah....
Apakah Azis akan menerima keadaanku, ? aku pasrah hanya bisa pasrah
Nasi sudah menjadi bubur. Apa yang terjadi terjadilah........
Pagi itu, dalam gelisahku, kupanjatkan doa pada penciptaku...
Ya Tuhan kuatkan lah hambamu ini, hanya itu yang ku pinta dariMu.
.........
Pagi itu kurang lebih pukul 10 pagi.
Pagi pertama honeymoon kami.
Dalam kegelisahan ku, dengan berbalut bathrobe pink, ku sibukan diri menata hidangan di meja. Hidangan sarapan yang beberapa saat lalu di antarkan room service ke kamar kami.
Suamiku dengan handphonenya, asyik ngobrol sambil mondar mandir telanjang. Entah dengan siapa di seberang sana.
" Sayang, pakai celana dulu "
Kataku lirih sambil menunjuk boxer yang telah kusiapkan sedari tadi.
Ia menangkup hpnya sambil berkata lirih padaku.
" Pakaiin "
Bibirnya menyunggingkan senyum konyol.
" Manja "
Ku bantu dia, ku pakai kan celana pendek berbahan katun itu.
" Eh ...."
Ia melotot senang, saat kugoda jagonya dengan elusan sebelum karet boxer itu sempurna di pinggangnya.
" Gimana.. gimana... bro, ngomong apa tadi, nggak jelas aku dengar pertanyaanmu ... ? "
Suamiku meneruskan pembicaraannya yang terjeda karena ulah iseng ku.
" Hahahaha, oh itu... mantaplah pokoknya bro.., sampai menjerit jerit, perih katanya, hahaha "
" Hahaha, yakin lah ... 100% yakin segelan, emang istrimu sudah di unboxing orang dulu.. hahaha "
Degh...
Perih...Segelan ... Perawan.
Azis yakin aku masih perawan bahkan dengan bangga memamerkanya pada orang di seberang telpon.
Aku semakin gelisah. Jangan sampai masalah keperawanan jadi petaka bulan madu kami.
" Barang bukti, hahaha nggak lah ngapain, kan aku udah bilang doi merintih sakit dan perih kurang apa coba testimoniku, hahaha "
Sambil tetap berbicara, Azis bergerak menuju peraduan, ia memeriksa sprei tempat ia "memperkosaku" semalam. Ia tersenyum setelah memeriksa sprei itu.
" Hahaha, sudahlah bro, nggak usah lah itu. Ente percaya aja sama testimoniku "
Aku mulai panik, aku ingin pembicaraan telpon suamiku itu cepat selesai, sebelum arahnya merembet kemana mana.
Kudekati dirinya, Kubisikan pelan di telinganya, sambil ku gandeng tangannya dengan mesra.
" Sayang, sarapan dulu yuk, nanti dingin lo makanannya "
Suamiku pun tersenyum manis padaku, serius manis banget senyumannya.
" Udah dulu ya bro, istri tersayang ngajak sarapan nih, ngisi pertamax dulu kita, biar race nya makin kencang nanti, assalamualaikum. bye. hahaha "
.............
" Seru amat ngobrolnya, say ? "
" Hehehe, iya nih ngobrol sama si Ridwan "
" Ridwan tu siapa ? maklum aku kan belum kenal banyak ama saudara sayang, kecuali Anita, hehehe "
Dia melirikku sambil tersenyum
" Ridwan itu sohib aku beb, teman kuliah, teman kerja di Qatar juga, entar ku kenali deh"
" Hehehe, gini ni kalau nikahnya kecepatan jadi nggak kenal sama temen temennya sayang "
" Alah, gampang, sambil jalan kan bebeb bisa kenal sama teman dan saudara saudaranya abang "
" Hmm... Iya.. ya "
Suamiku masih sibuk dengan hpnya. Kalau tadi ngobrol, sekarang jemarinya bergerak lincah menyetuh layarnya.
" Ih .. sayang kok masih sibuk dengan HP sih, udah siang nih, sarapan yuk "
Ajakku.
" Eh bentar bentar, ini anak memang ngeyel, jatuh miskin gara gara keperawanan baru tahu rasa dia, hehehe "
Degh.... Ternyata belum selesai juga bahasan mereka, kembali gelisah menyapaku.
Ting.. HP suamiku berbunyi, sebuah notifikasi.
" Eh ini bocah nekat juga ya, dia transfer 25 minta barang bukti "
" Hahaha, kita dapat motor baru beb, dari si Ridwan, ah memang rejeki anak soleh ini, hahaha"
Aku diam gelisah, bingung harus berkata apa, detak jantungku terasa berdebar debar cemas.
Cekrek.. cekrek..
Azis beberap kali dan dari berbagai sudut, mefoto sebuah titik di sprei ranjang tempat " pemerkosaanku " tadi malam.
" Eh beb, pakaian kotor kita dimana ya ? Oh ya aku tahu, di kamar mandi kan ? Bebeb tenang saja disitu, biar kuambil sendiri, Hahaha "
Sekali lagi aku bingung mau ngapain, aku tak melakukan apa apa, hanya diam dalam gelisahku.
" Hahaha, rasain 25 lu melayang bro, makan tuh barbuk, hahaha "
Nampak girang suamiku, keluar dari kamar mandi.
" Rejeki pengantin baru ini beb, hehehe "
Azis mendatangiku di sofa, lalu mengecup keningku.
Sambil tertawa, Ia memperlihatkan foto yang telah dikirim ke sahabatnya.
Kaget, aku benar benar kaget.. kok bisa.. aku hampir tak percaya.
Di foto itu, walau terlihat samar, ada noda merah. Ya noda itu ada di sprei putih pembaringan kami, Sprei hotel bintang Lima yang sudah pasti kualitas laundry nya istimewa.
" Hehehe, ngremehin dia, katanya aku nggak bakalan bisa nyari istri yang masih perawan "
" Tenang beb, kalau dia masih ngeyel bakal ku kirim kartu trufku, foto yang ini, pasti habis dia hahaha "
Itu foto celana dalam putih ku yang semalam kupakai untuk menampung lelehan sperma suamiku. Bercak darah itu terlihat jelas diantara sperma yang mulai lengket mengering di celana dalam ku.
Bingung jelas bingung. Kok bisa ada darah, mungkinkah aku kembali perawan, itulah ketololanku.
Bahkan saat itu sempat aku bersyukur pada yang Kuasa, karena aku mengira Penguasa semesta ini telah merestui pernikahan kita.
" Alhamdulilah, terimakasih ya Tuhan.. ", bisiku dalam hati.
Tapi aku salah, karena kebodohanku yang tidak melakukan apa apa waktu itu, adalah awal bencana rumah tanggaku.
Ya alasan yang di pakai suamiku untuk membenarkan perselingkuhannya.
" Ya udah say, nggak usah di bahas hal seperti itu. Nggak lucu tahu.., sarapan yuk "
Kugandeng tangannya, kuajak menuju meja, dimana hidangan sarapan telah ku tata dengan rapi.
........