Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Love Is More - The Organization

Chapter 9 : Smallest Possibility (Part - 3)


Januari 2014, Minggu keempat - satu hari setelah penembakan


"Reno, ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu, datanglah ke cafe di dekat rumahmu"

Begitu bunyi pesan singkat yang diterima Reno melalui ponselnya. Tanpa butuh waktu yang lama Reno akhirnya sampai di tempat tersebut dan bertemu dengan Charles, orang yang mengirimkan pesan tersebut.


"Bagaimana perkembangan kasus kakak ku?"

"Itu yang akan aku sampaikan padamu saat ini"

"Baiklah kak, aku harap bisa mendengar hal yang bagus"

"Pertama-tama, soal ledakan itu. Sebuah bom rakitan sendiri, dibuat hanya untuk memberikan efek ledakan, tanpa ada efek membunuh karena tidak ditemukannya pecahan paku atau benda-benda tajam lainnya"

"Itu diletakkan di ruang generator listrik??"

"Yaa.. Dan yang kedua, saat kejadian ada 3 orang selain kakakmu dan gadis itu yang tidak berada di dalam ruang acara. Mereka adalah Jorge Hernandez, orang yang kuceritakan pada waktu itu. Steve Huth, salah satu pengawal Alfonso Lewis. Dan juga...."


Reno terdiam menanti nama ketiga yang disebutkan oleh Charles.


"Brian Eduardo Lewis"


Reno terkejut mendengar Charles menyebut nama itu. Bagaimana bisa seorang Brian berada di tempat seperti itu??


"Aku tahu kau akan terkejut, tapi faktanya dia baru saja keluar dari pusat rehabilitasi pada pagi hari sebelum kejadian itu. Di daftar tamu juga tertulis namanya lengkap dengan tanda tangan. Namun setelah kejadian dia tidak kunjung ditemukan. Dan sekarang dia jadi buronan pihak kepolisian"

"Tapi kak, apa ada saksi yang melihat Brian datang ke acara itu??"

"Wanita penerima tamu yang juga menjaga buku daftar tamu berani bersumpah bahwa Brian datang ke acara itu. Dia sendiri yang bilang bahwa dia yang membantu Brian mencarikan namanya dan melihat dia menandatangani buku tamu itu"

"Maaf kak, aku harus menghubungi seseorang"


Reno beranjak dari tempat duduknya untuk menghubungi seseorang melalui ponselnya. Dia menghubungi Ratu, menanyakan perihal alasan dia mengajak Melody waktu itu. Setelah 10 menit berlalu dia akhirnya kembali dan mereka melanjutkan diskusi mengenai kasus tersebut.


"Begitu ya kak, lalu apa lagi??"

"Dan ini yang menurutku penting bagimu untuk diketahui. Kakakmu, merupakan anggota NEOE milik badan intelijen swasta dalam negeri yang bekerja sama dengan badan intelijen negara"

"NEOE?" tanya Reno sedikit bingung

"Non Est Officialis Exploratorem. Sejenis mata-mata" kata Charles

"Mata-mata?? Siapa yang kakakku selidiki?? Dan untuk apa??"

"Pemerintah sempat kewalahan menghadapi peredaran obat-obatan terlarang, pada awalnya kasus itu hanya dalam lingkup obat-obatan terlarang. Namun semakin lama semakin jelas, ada organisasi rahasia yang membawahi itu semua. Organisasi ini hampir ada di setiap negara-negara besar yang memiliki peranan penting dalam menjaga perdamaian dunia dan juga mulai memasuki negara-negara berkembang"

"Jadi ini diluar wewenang kepolisian biasa??"

"Ya, badan intelijen negara yang berwenang, semuanya harus melalui prosedur yang sudah ditetapkan oleh badan intelijen negara. Kepolisian biasa tidak akan mampu untuk menangani ini"

"Terimakasih kepada badan intelijen negara yang sudah memasukkan kakakku ke lubang buaya. Terimakasih banyak!!" ujar Reno sedikit kesal

"Kakakmu sendiri yang memintanya. Dan karena dia dinilai memiliki kemampuan khusus, akhirnya dia diterima"

"Apa yang bisa dilakukan kakakku sampai dia bisa diterima??"

"Kakakmu.. Dia bisa membobol beberapa situs rahasia"


Reno terkejut mendengar perkataan Charles, di balik wajah kalem kakaknya tersimpan keahlian yang mengerikan. Dan untuk saat ini kakaknya berada di dalam situasi yang bisa dibilang berbahaya.


"Jadi karena itu kakakku ditembak??"

"Aku rasa bukan. Kakakmu sudah menjadi anggota organisasi tersebut. Khusunya di negara ini. Tentang alasan kenapa dia ditembak itu masih menjadi sebuah tanda tanya besar. Kalau pelaku merupakan anggota organisasi tersebut, seharusnya dia berada dalam masalah besar"

"Maksud kakak??"

"Kakakmu sudah jadi kepercayaan orang nomor satu organisasi tersebut, bisa jadi masalah besar jika organisasi tahu bahwa ada yang berusaha membunuh kakakmu, apalagi orang dari dalam organisasi itu sendiri"

"Jadi kakakku mata-mata di sebuah organisasi berbahaya? Darimana kakak tahu semua ini?"

"Kakakmu sendiri yang bercerita semuanya, sewaktu di Australia. Dan juga aku mendapatkan beberapa informasi lainnya dari seorang teman yang bekerja untuk Inteligensia de Nusa, mungkin dia hanya 2-3 tahun lebih muda dariku dan mungkin seumuran mu"


Suasana menjadi hening, terlihat Reno tengah larut dalam cerita Charles, beberapa saat kemudian Charles melanjutkan perkataannya, "Selanjutnya mengenai gadis yang kau kenalkan kepadaku, beruntung dia hanya pingsan dan tidak terluka. Aku pikir kakakmu telah melindunginya, terlihat dari tubuh kakakmu yang berada di atas tubuh gadis itu. Dia merupakan salah satu saksi kunci, dan aku harap dia cepat sadar"


"Gadis itu kehilangan ingatannya kak" ujar Reno yang membuat Charles terkejut

"Kau serius?!" ujar Charles setengah tidak percaya


Reno terdiam dan hanya menganggukkan kepalanya. Rasanya masih tidak dapat dipercaya Melody kehilangan ingatannya.


"Satu-satunya yang bisa kita harapkan adalah cepat sadarnya kakakmu, dan juga kesediaannya untuk berbagi informasi dengan kita"

"Maksud kakak??"

"Yang aku khawatirkan adalah bahwa yang diincar ternyata bukan kakakmu, melainkan gadis itu. Dan kakakmu mengetahuinya dan berusaha melindungi gadis itu"

"Aku harap bukan seperti itu kak, oh iya bagaimana dengan senjata? Apa tidak ditemukan di antara orang-orang yang kakak sebutkan tadi?"

"Senjatanya masih belum ditemukan, dan kami juga sudah melakukan serangkaian tes untuk menguji reaksi kimia dari bubuk mesiu pada tubuh para tamu. Dan semua hasilnya menunjukkan negatif"

"Berarti hanya Brian yang bisa melakukannya?" tanya Reno

"Sementara kesimpulan kami seperti itu. Dan terakhir, ditemukannya sebuah lampu senter yang menyala dan lemari di bawah wastafel yang terbuka"

"Apa didalam lemari itu ada sesuatu yang lain?" tanya Reno

"Ada sebuah ember berwarna biru" kata Charles

"Sudah aku duga, untuk hal itu aku sudah memikirkannya. Kemungkinan dari awal lampu senter itu sudah berada didalam lemari dan diletakkan di atas ember biru dalam keadaan menyala"

"Dan ketika kakakku dan Melody masuk ke toilet, bom dinyalakan untuk memutus aliran listrik. Seketika seluruh gedung menjadi gelap. Dan lampu senter yang ada didalam lemari itu sinarnya terlihat oleh Melody dan mengarahkannya ke kakakku, sehingga terlihat dengan jelas walaupun di dalam kegelapan.."

"Dan seketika itu pelaku menembaki kakakmu" sambung Charles

"Yaa.. Bagaimana menurutmu??" tanya Reno

"Mungkin, tapi bagaimana kalau yang terjadi adalah sebaliknya?? Misal kakakmu yang menemukan lampu senter tersebut dan mengarahkannya ke gadis itu?? Dan jika memang begitu, maka pelaku adalah orang yang ahli dalam senjata api"

"Apa tidak ada petunjuk lain??"

"Tidak ada, hanya sampai disini saja informasi yang kami kumpulkan, oh iya tentang alibi kedua orang lainnya mungkin kau ingin mendengarnya??" tanya Charles

"Aku siap mendengarkan kak" tukas Reno

"Jorge Hernandez, sebelum terjadinya ledakan sudah berada di kamar mandi, saat aliran listrik terputus sampai pembangkit listrik cadangan menghidupkan aliran listrik kembali dia tetap berada di kamar mandi. Dia berkata bahwa mendengar suara langkah kaki dan bunyi aneh seperti gesekan besi namun sangat pelan. Setelah itu terdengar bunyi tembakan dengan peredam suara. Lalu bunyi gesekan besi itu terdengar kembali"

"Dia di dalam kamar mandi bisa mendengarkan itu semua??" tanya Reno

"Pada saat aliran listrik terputus dan setelah mendengar langkah kaki dia mengintip dari balik pintu kamar mandi. Dia melihat seseorang berada di depan pintu kamar mandi wanita namun tubuhnya masih berada di luar sedangkan kedua tangannya berada di dalam kamar mandi. Setelah itu dia tidak berani keluar sampai aliran listrik kembali hidup"

"Bagaimana dengan Steve Huth??"

"Dia sedang merokok di smooking room dan berbicara dengan kekasihnya melalui ponsel. Dan memang benar dia berada di ruangan itu karena di sana terdapat kamera cctv"

"Berarti hanya tinggal Brian?? Apa belum ditemukan??" tanya Reno

"Belum, kami masih berusaha melakukan pencarian"

"Begitu ya. Oh iya kenapa kakak mau menceritakan ini semua kepadaku??" tanya Reno

"Kakakmu pernah berkata jika saatnya tiba, kau harus tahu semuanya. Dan aku pikir ini saatnya"


Reno terdiam dengan raut wajah sedikit kesal karena selama ini kakak yang disayanginya menyembunyikan hal semacam ini. Tanpa sadar mereka sudah menghabiskan waktu lebih dari 2 jam dan akhirnya mereka memutuskan untuk pulang.


"Terimakasih informasinya kak, mungkin aku akan menghubungi kakak lagi jika butuh bantuan" ucap Reno

"Aku pasti membantumu, tenang saja" jawab Charles seraya meninggalkan Reno di tempat parkir


Charles berlalu meninggalkan tempat itu, namun Reno masih bersandar pada mobilnya seraya memikirkan sesuatu. Tanpa disadarinya seseorang berjalan perlahan di belakangnya dan segera menodongkan senjata di kepala Reno. Seseorang yang hendak mencelakakan Reno itu memerintahkan Reno untuk masuk ke dalam mobil. Situasi Reno saat itu dalam keadaan genting, antara hidup atau mati!!



**To Be Continued**
Tau ga, ini sedikit mirip Detective Conan The Movies Captured in Her Eyes.. entah kebetulan atau terinspirasi dari sana.
 
Chapter 11 : Effort, Promise, And Hope (Part - 2)


- Sore Hari -

Ratu : Aku mengkhawatirkanmu, setidaknya biarkan urusan ini ditangani oleh kepolisian

Reno : Aku masih sama seperti Reno yang kau kenal sewaktu SMA, kau tidak lupa kan??

Ratu : no, i won't. Take care yourself. Aku mengkhawatirkanmu

Reno : ok



Sebuah pesan lewat aplikasi obrolan dari Ratu yang nyatanya tidak menyurutkan semangat Reno untuk membantu Brian

Reno memasukkan ponselnya setelah membaca pesan dari Ratu yang terus berkomunikasi dengannya. Tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore lewat 15 menit, ditempat dimana seharusnya dia bertemu dengan Brian yang tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Di tepi jalan raya yang dekat dengan cafe tempat dia terakhir bertemu dengan Brian, kendaraan yang lewat mulai berkurang jumlahnya. Sebuah panggilan video masuk melalui ponselnya.


"Tolong aku!! Mereka menangkap ku!!" terlihat seseorang tengah merayap sambil menatap layar ponsel yang tengah bersembunyi dibawah sebuah meja

"Kau dimana?? Cepat katakan!!" teriak Reno


Belum sempat orang itu menjawab, tiba-tiba terdengar suara pintu yang di buka dengan paksa, teriakan seseorang yang begitu kasar dan memekakkan telinga membuat orang itu dengan segera melemparkan ponselnya menjauh darinya. Sedangkan kini Reno hanya mampu mendengar suara dari ponsel tersebut.


"Tenanglah bajingan kecil, kita akan sedikit bermain-main" dengar Reno yang masih memperhatikan

"Kalian mau apa, aku tidak punya apa-apa sekarang"


Bruaaaakkkk!!


Sebuah suara yang terdengar seperti pukulan benda tumpul yang diikuti oleh suara seperti orang terjatuh. "Sudah lama aku tidak memukul orang dengan penuh semangat." ujarnya yang disambut oleh beberapa suara orang tertawa

Reno tertegun tidak bisa bereaksi apa-apa setelah kejadian yang terjadi, sebuah percakapan kembali terdengar

"Kalian tahu?? Rumah sakit mana yang membolehkan orang untuk membawa hewan peliharaannya??" ujar Brian yang menenangkan dirinya sambil menahan rasa sakit di tubuh yang terbaring meringkuk di lantai.


Praaakkk!!


Sebuah suara pukulan kembali terdengar dan sesaat kemudian suasana menjadi hening. "Jangan bermain-main dengan kami!!"

"Sebaiknya kalian periksa tubuhnya, pastikan tidak ada ponsel atau alat semacamnya" ujar seseorang yang terlihat seperti pimpinan

"Apakah kalian melihat bentuk telur ayam sama sepertiku?? Telur ayam berwarna biru dengan kilatan cahaya di permukaannya"

"Dia mengigau, cepat tutup mulutnya!!" perintah orang yang sama


Ya, hal yang dikhawatirkan Reno telah terjadi. Brian diculik dan disekap disebuah tempat yang tidak dia ketahui. Dia mencoba tenang dengan terus mendengarkan percakapan yang terjadi melalui ponselnya. Beberapa saat kemudian panggilan tersebut terputus. Tidak ada lagi terdengar suara yang mungkin bisa membantunya menemukan dimana Brian berada saat ini, kecuali...



"Kalian tahu?? Rumah sakit mana yang membolehkan orang untuk membawa hewan peliharaannya??"

"Apakah kalian melihat bentuk telur ayam sama sepertiku?? Telur ayam berwarna biru dengan kilatan cahaya di permukaannya"




"Ini sudah kelewatan, aku harus menghubungi kak Charles" ujar Reno seraya menghubungi Charles.

Raut wajah Reno semakin tidak karuan setelah mendengar bahwa Charles tidak bisa membantu karena sedang bertugas di luar kota. Untuk saat ini dia hanya sendirian, dan tidak bisa berbuat banyak. Dia terdiam beberapa saat, lalu terlintas perkataan Brian mengenai tempat dimana dia disekap. Tanpa pikir panjang dia segera memacu mobilnya untuk segera menyelamatkan Brian.




- RSH Veterinatary Care -

Akhirnya Reno sampai di sebuah rumah sakit hewan yang sudah lama terbengkalai. Satu-satunya rumah sakit hewan yang terletak di seberang sebuah gedung bertingkat yang berbentuk sama dengan namanya, yaitu Hotel Oval. Dengan di lapisi kaca khusus sehingga ruangan di dalamnya tidak terlihat dari luar, namun tidak sebaliknya. Suasana malam itu cukup sepi meskipun tidak terlalu larut karena memang lokasi rumah sakit tersebut cukup terpencil dari jalan besar. Reno memarkirkan mobilnya agak jauh dan berjalan mengendap-endap. Terlihat pintu pagar yang sedikit terbuka dan juga beberapa lampu ruangan di lantai 2 yang masih menyala. Dia tiba di lobby rumah sakit tersebut dan mengambil foto denah rumah sakit yang terpampang di dekat meja resepsionis dengan ponselnya.


"Serem juga, semoga tidak ada apa-apa disini selain orang-orang itu" gumam Reno menenangkan hatinya. Memang suasana saat itu begitu sepi dan mencekam, untuk orang yang pemberani sekalipun jika dihadapkan pada situasi seperti ini pasti bulu kuduknya juga berdiri.

"Kalau dilihat dari denah, sepertinya ruangan yang masih menyala adalah ruangan ini. Aku akan memeriksanya" ujar Reno sambil memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celana.


Dia berjalan dengan berhati-hati menuju lantai 2 dan menemukan sebuah ruangan dengan pintu sedikit terbuka. Reno mengintip kedalam ruangan dan terkejut mendapati Brian tengah dalam keadaan terikat kedua tangannya dan seutas tali melilit di lehernya serta ikatan kain yang membungkam mulutnya. Untung saja dia masih bisa berpijak pada bongkahan es yang hampir mencair. Dengan sigap Reno memotong tali yang melilit leher Brian dan segera melepaskan ikatan tali ditangannya.


"Kau tidak apa-apa??!!" ujar Reno

"Ya aku tidak apa-apa" jawab Brian sambil menenangkan dirinya

"Kemana mereka??" tanya Reno

"Mereka baru saja meninggalkan tempat ini, mereka ingin terlihat aku bunuh diri" jelas Brian

"Baiklah kita segera pergi dari tempat ini sebelum mereka kembali" ujar Reno sambil membantu Brian berdiri


Sosok laki-laki bertubuh tegap dengan setelan jas berdiri di depan pintu sambil menodongkan sebuah pistol membuat mereka sedikit terkejut. "Tidak usah terburu-buru, mari kita bicara sepatah dua patah kata" ujarnya


"Kau?!!" ujar Reno terkejut

"Ya, ini aku. Seharusnya aku tidak meremehkanmu. Dan aku cukup terkejut kau mampu menemukan tempat ini"

"Bukan hal sulit, dari perkataan Brian aku sudah bisa menebak dimana dia berada"

"Aku terlambat menyadarinya, ternyata kau adalah adik kandung dari wanita itu. Seharusnya kau yang aku bunuh!! Wanita itu dengan mudah memanipulasi semua data tentang dirinya. Tertulis bahwa dia memiliki satu adik perempuan dan mengaku yatim piatu"

"Aku pun terkejut ketika kau mampu mengelabui polisi dari pemeriksaan bubuk mesiu, benarkan Steve Huth??"

"Sekarang kalian berdua akan berakhir disini, sebenarnya aku ingin membuat semua ini terlihat alami dengan kau dibunuh oleh Brian, tapi tampaknya tidak mungkin. Anak dari bos ku ternyata tidak bisa diharapkan!!"

"Bos??!! Kau pengawal ayahku??!!" ujar Brian terkejut

"Aku selalu mendengar keluhan ayahmu tentang dirimu yang tidak bisa diandalkan. Jadi aku turut memasukkan dirimu dalam rencana ini"

"Brengsek kau!!" teriak Brian

"Tapi tenang saja, polisi hanya tahu kaulah pelaku semua kejadian ini. Termasuk kematian Reno Reinhart, yang akan terjadi setelah ini"

"Tidak semudah yang kau rencanakan, polisi akan tahu siapa pelaku sebenarnya. Lagipula aku kesini bukan tanpa rencana, aku juga tahu bahwa kau memang sengaja memancingku ke tempat ini"

"Apa maksudmu??"

"Dari perkataan mu sepertinya kau menaruh dendam pada kakakku, sehingga kau menargetkan aku, ah bukan, maksudku adik dari kakakku yang kau kira adalah gadis yang bersamanya."

"Kakakmu menghancurkan hidupku dan keluargaku, semuanya dihilangkan oleh organisasi itu. Dan itu karena peran serta kakakmu yang dengan kesadarannya memberikan informasi kepada organisasi!!"

"Apa yang dilakukan kakakku kepadamu dan keluargamu??"

"Dia membocorkan informasi bahwa aku adalah mata-mata organisasi swasta yang bekerja untuk pemerintahan Australia, dan seketika mereka membunuh keluargaku dan juga pekerjaanku!!"

Semua terdiam, sedangkan Steve Huth yang berwajah runcing di bagian dagu dan juga rambut dengan potongan rapi kembali bercerita tentang tindakan kakak Reno yang membuat keluarganya tewas terbunuh di malam hari. Sementara dia pada waktu itu ditugaskan untuk membunuh seseorang pemilik perusahaan farmasi namun gagal karena kesalahan dari rekannya sendiri yang berujung pada kematiannya. Sedangkan dia berhasil selamat namun pada akhirnya menjadi incaran organisasi tersebut. Dia melarikan diri ke negara ini dan bertemu dengan ayah Brian, Alfonso Orlando Lewis.

Tanpa melanjutkan perkataannya, Steve Huth menarik pelatuk pistol dan bersiap untuk membunuh Reno beserta Brian kemudian. Suara tembakan tidak terelakan lagi, namun kali ini Reno tidak merasakan sakit ataupun melihat bekas tembakan. Yang dilihatnya hanya tubuh Brian didepan matanya, melindungi Reno dari tembakan pertama yang kemudian disusul dengan 5 tembakan, menyebabkan tubuh Brian ambruk ke belakang dan langsung ditangkap oleh Reno.


"Bodoh!! Kenapa kau melindunginya??!!" teriak Steve Huth dengan penuh rasa kesal

"Ku titipkan Melody padamu. Percayalah dia menyayangimu.." ujar Brian di detik-detik terakhir hidupnya

"Sialan!! Kenapa kau lakukan ini!!" teriak Reno

"Karena aku tidak bisa menjaganya, dan aku yakin kau bisa melakukannya. Aku dengar mereka memasang bom di tempat ini, larilah secepatnya" ujar Brian yang tiba-tiba terdiam. Ya, Brian Eduardo Lewis kehilangan nyawanya karena tembakan yang dilepaskan oleh Steve Huth.

"Sekarang tinggal kau, matilah sekarang!!" teriaknya dengan wajah kemenangan


Ceklek...ceklek..


"Pelurumu sudah habis, bukankah seperti itu??" ujar Reno dengan tenang


Benar saja, pistol yang dibawa Steve Huth kehabisan peluru dan dia mulai panik. Dia mencoba mencari peluru cadangan di saku celananya namun nihil. Kesempatan untuk Reno kabur didepan mata!!


"Sial, seharunya tidak kuhabiskan peluruku untuk orang brengsek ini!! Benar-benar tidak bisa diandalkan!!"

"Aku sudah memanggil polisi, menyerahlah. Semua trikmu sudah dipecahkan dan kau akan masuk kedalam penjara" ujar Reno sambil berdiri dan meletakkan jasad Brian di sampingnya.

"Trik apa yang kau maksud??"

"Semuanya sudah jelas, kau menghubungi Brian yang keluar dari tempat rehabilitasi dan menyuruhnya untuk ke tempat kau ingin melukaiku. Selanjutnya kau menyiapkan setelan jas di mobil yang kau parkir di basement dan menyuruhnya masuk. Kau juga yang mengatur agar nama Brian berada di daftar tamu"

"Menarik.." ujar Steve Huth sambil berjalan ke samping kanan dari tempatnya

"Kau sudah memasang bom di tempat generator listrik untuk memutus arus listrik. Lalu kau menyuruh Brian untuk pergi ke smooking room. Kau memberinya setelan jas yang sama denganmu agar orang mengira dia adalah dirimu"


Steve Huth terdiam dan hanya memperhatikan sambil tangannya meraih sebuah tongkat baseball yang berada di atas meja. "Lanjutkan, aku mendengarkan" ujarnya


"Saat bom meledak dan memutus arus listrik, kau pergi ke toilet dimana kakakku dan gadis itu berada. Kau menghubungi kakakku agar pergi ke toilet karena ada hal penting dari organisasi yang ingin kau sampaikan"

"Hmm, lalu??" ujarnya seperti tertarik dengan penjelasan Reno

"Di dalam toilet, kau melihat gadis itu karena lampu senter yang dipegang kakakku mengarah ke arahnya. Namun kakakku tersadar ada orang lain di depan pintu dengan menodongkan sebuah pistol. Dan dia melindungi gadis itu sehingga dia yang tertembak"

"Jika aku yang menembakinya, kenapa aku bisa lolos dari tes mesiu yang dilakukan polisi waktu itu?? Kau jangan mengada-ada, lagipula aku berada di smooking room untuk merokok dan menghubungi kekasihku"

"Payung. Kau menggunakan payung yang telah di lubangi untuk memasukkan ujung pistol. Otomatis bubuk mesiu yang keluar tidak terpapar ke tubuhmu, namun ke payung tersebut. Oh iya, payungnya masih berada di tempat itu. Aku pikir kau tidak sempat mengambilnya karena akan menimbulkan kecurigaan, lagipula sekarang polisi mungkin sudah memeriksa sidik jari yang berada di payung tersebut. Karena tidak mungkin kau memakai sarung tangan"

"Teruslah mengada-ada, aku berada di smooking room untuk merokok. Dan kupastikan mereka telah memeriksa rekaman cctv yang berada di smooking room tersebut"

"Ya memang itu tujuanmu memanggil Brian, dia memang merokok diruang itu. Namun rokoknya berbeda dengan punyamu. Polisi sudah memberitahuku bahwa ada 2 jenis rokok berbeda di temukan di asbak tersebut. Satu punya Brian, dan satu lagi punyamu. Cleaning service memberikan keterangan bahwa sebelum acara dimulai dia sudah membersihkan asbak tersebut. Kau tidak bisa mengelak lagi, dan Brian sudah terbukti tidak bersalah" ujar Reno sambil menatap jasad Brian

"Bisa saja itu orang lain yang merokok di tempat itu!!" ujarnya yang masih berusaha mengelak

"Tes DNA dari air liur tidak akan bisa berbohong. Sekarang sudah jelas kau yang bersalah dengan bukti seperti itu apa kau masih mau mengelak??"

"Baiklah, memang aku yang melakukannya. Tapi siapa peduli?? Tidak ada orang lain disini yang mendengarkanmu. Ajalmu sudah tiba!!"


Tiba-tiba terdengar suara hentakan kaki yang berlari dan segera melumpuhkan Steve Huth, "Kami mendengarkan, dan sekarang kau tidak bisa bergerak!!" ujar seorang laki-laki yang masuk setelah beberapa personil pasukan khusus membekuk Steve Huth sehingga dia terjatuh ke lantai.


"Sial sejak kapan kau..!!" gumamnya

"Maafkan keterlambatan kami, setidaknya korban tidak bertambah satu lagi" ujar laki-laki tersebut sambil melihat jasad Brian dan memerintahkan beberapa anak buahnya segera memindahkan ke ambulan yang sudah berada di luar

"Ya, sedikit terlambat. Terimakasih" jawab Reno

"Bawa dia ke kantor segera!! Pada awalnya aku ragu dengan laporan yang kau buat, namun setelah aku mendapat telepon dari Charles, kuputuskan untuk bergerak."

"Oh, begitu. Terimakasih banyak. Tapi dia berkata bahwa ada bom di tempat ini!!"

"Kami sudah memeriksanya, dan aman. Sekarang ikutlah ke kantor untuk memberikan informasi terkait kejadian ini"

"Ya, terimakasih kak Charles" gumamnya dalam hati

Ketika hendak di bawa ke dalam mobil polisi, dia berkata kepada Reno yang masih memandangi jasad Brian. "Ada yang salah dengan penjelasanmu, kakakmu yang mengubungiku. Dia berkata bahwa Pistachio akan memberiku kesempatan lagi jika aku melakukan perintahnya. Dia juga bilang bahwa dia membutuhkanku, karena Almond akan lebih berguna dengan Glycine-Max bersamanya. Sampaikan pada kakakmu untuk berhati-hati"

Mereka membawa Steve Huth dan Reno ke kantor untuk di proses. Dan semua kejadian menjadi jelas dengan Steve Huth sebagai tersangka utama. Meskipun hanya Brian yang tewas, namun tindakan percobaan pembunuhan kepada Melody harus dipertanggungjawabkan, apalagi sekarang kakak Reno masih terbaring kritis di rumah sakit.



Februari 2014, Minggu kedua

Beberapa hari setelah persidangan, Steve Huth dijatuhi hukuman seumur hidup tanpa adanya pengurangan hukuman, Reno dan keluarganya tampak lega karena pelaku sudah mendapatkan balasan sesuai dengan hukum yang berlaku. Namun ayah Brian masih terlihat tidak terima dengan kematian anaknya, terlihat beberapa kali dia bersumpah akan menghabisi Steve Huth serta mengutuknya. Terlihat dengan jelas betapa dia sangat menyayangi Brian meskipun dalam beberapa hal dia tampak kecewa terhadapnya. Sedangkan berita tentangnya mulai didengar oleh organisasi tersebut, yang memaksa mereka untuk melakukan investigasi terhadap anggota-anggotanya yang terindikasi merupakan Denarios - atau yang sering mereka sebut dengan agen ganda.


Malam itu Reno terbaring di kasur rumahnya, memandang kosong ke arah ponselnya yang terpampang wallpaper foto dirinya dengan gadis yang sekarang berada jauh darinya. Sesaat kemudian dia mencari kontak gadis tersebut dan menghubunginya.

"Halo.."

"Hai, kamu tumben telepon, ada apa??"

"Bukan apa-apa, hanya ingin tahu kabarmu. Bagaimana disana??"

"Aku baik-baik saja kok, kamu?? Sepertinya aku sudah bisa mengingat beberapa hal"

"Oh, begitu ya baguslah. Aku hanya..."

"Kenapa?? Kok diem??"

"Aku hanya rindu, itu saja"

"Entahlah mungkin aku juga rindu.. Hanya saja..."

"Ah sudah jangan dipikirkan, cepat ingat semuanya ya!! Cepat kembali kesini. Ada yang mau aku omongin"

"Iya pasti aku akan berusaha mengingat semuanya. Oh iya kemarin aku mendengar nama Brian, namun aku tidak ingat apa-apa. Hanya saja nama itu seperti tidak asing bagiku. Kamu tahu sesuatu tentang orang yang bernama Brian?"

"Ah, iya dia temanku. Dia juga menyukaimu"

"Benarkah?? Seperti apa orangnya??"

"Dia.. dia sangat bertanggung jawab dan pemberani. Dia sangat ingin melindungimu. Dan aku rasa dia juga sangat menyayangimu. Jadi cepatlah ingat semuanya. Banyak orang yang menyayangimu"

"Iya pasti, aku akan berusaha. Oh iya kemarin ada kejadian menyeramkan. Temanku waktu masih kuliah disini ditusuk dari belakang. Untungnya ada anggota polisi yang membantu memecahkannya. Dan pelakunya juga teman kami sendiri. Aku sedih kenapa dia bisa berbuat seperti itu"

"Benarkah?? Kamu gak kenapa-kenapa kan??!!"

"Kalau aku sih nggak apa-apa kok kamu tenang aja. Semua sudah beres jadi udah nggak apa-apa"

"Syukurlah, kamu harus hati-hati ya. Banyak orang jahat yang tidak terduga"

"Iya makanya aku ingin segera ingat semua dan berada di sisimu"

"Tentu saja, di sisiku kau akan jauh lebih aman"

"Terimakasih, aku seneng dengernya. Eh sudah dulu ya, sepertinya aku butuh istirahat. See you when i see you.. soon"

"Iyaa see you"





Reno menutup teleponnya dan berbaring di kasur. Matanya terpejam, ada kelegaan di dalam hatinya ketika tahu bahwa Melody baik-baik saja. Seiring berjalannya waktu Reno terbuai dalam mimpi yang mengingatkannya pada kenangan manis bersama Melody..



**To Be Continued**
 
Chapter 12 : Remember Me, Won't You? (Part - 1)



Januari 2014, Minggu keempat - dua hari setelah penembakan

"Kau tahu, tampaknya hal ini akan membuat Reno sedih, tapi tetaplah tersenyum. Setidaknya dia akan terhibur dengan itu karena dia sangat menyukainya"


Perkataan itu terus terngiang di dalam pikiran Melody, kata-kata yang terucap dari seorang wanita yang mengunjunginya sebelum dia keluar dari rumah sakit.


"Nak, kau mau susu hangat? Biar papa pesankan" ujar seorang laki-laki yang ternyata adalah papa Melody

"Mmm, boleh pa. Kita sampai di bandara jam berapa pa??" tanya Melody

"Mungkin sekitar 20 menit lagi, kita juga barusan take off kan. Sabar ya nak"

"Iya pa" ujar Melody yang tengah merangkul bunga pemberian wanita yang mengunjunginya


Setelah papanya memesankan susu hangat, Melody tampak ingin pergi ke kamar mandi. Namun saat berdiri dia bertabrakan dengan salah satu penumpang wanita yang berjalan dari arah kamar mandi. Wanita itu meminta maaf dan begitu juga Melody, namun setelah melihat wajah wanita itu mendadak raut wajah Melody berubah. Segera dia berlalu dan menuju kamar mandi sedangkan wanita itu kembali ke tempat duduknya.


"Bagaimana? Sudah kau kirim gambarnya??" tanya wanita itu kepada laki-laki yang duduk di sampingnya

"Sudah, untuk analisa awal dariku, perubahan raut wajahnya menandakan bahwa dia terkejut dan sepertinya dia mengenalimu"

"Begitu ya, kalau memang benar dia kehilangan ingatannya seharusnya dia tidak benar-benar ingat terhadapku. Aku bertemu dengannya setelah kejadian itu hanya sekali, dan itupun aku mengganti model rambutku dan menambah beberapa make up di wajahku" ujar wanita itu

"Memang sedikit aneh, untung saja kau mengabariku bahwa gadis itu kenal dengan Brian." ujar laki-laki itu

"Dari awal aku sudah menaruh rasa curiga terhadap gadis itu, namun dia berada pada perlindungan teman dekat SMA ku" ujar wanita itu

"Dan kau masih menyimpan rasa terhadap teman SMA mu sampai sekarang bukan??"

"Ya, aku harus mengakuinya. Aku sangat mengagumi kecerdasan dan kepribadian yang dia miliki. Hanya saja.."

"Kenapa??"

"Kakak perempuannya membenciku" ujar wanita itu

"Sudahlah tidak usah dibahas, kita fokus kepada tugas kita." ujar laki-laki itu sambil memasukkan sebuah alat yang terlihat seperti ponsel kedalam sakunya


Tidak lama berselang Melody terlihat kembali ke tempat duduknya dan tidak sengaja melihat ke arah wanita tersebut. Namun Melody segera memalingkan wajahnya dan kembali duduk.


"Pa, aku minta masker ada?? Sepertinya aku terserang flu" pinta Melody

"Tunggu sebentar ya, kamu tidak merasa pusing??" tanya papa Melody seraya memanggil pramugari dan meminta masker padanya

"Sedikit sih pa, nanti langsung ke rumah ya pa. Aku mau istirahat"

"Iya nak, sekarang tidurlah nanti kalau sudah hampir sampai akan papa bangunkan"


Setelah landing Melody beserta keluarganya segera memanggil taksi dan bergegas pulang menuju rumah mereka, namun tidak begitu pula dengan wanita dan laki-laki yang mengikutinya. Mereka tampak tenang dan tidak terburu-buru untuk mengikuti Melody lebih jauh.


"Rangkaian bunga yang kau beri padanya berguna juga, selama dia tidak menyadarinya mungkin kita tidak akan kehilangan jejak"

"Sekalipun bunga itu dibuang, kita tidak akan kehilangan jejaknya. Aku sudah memasang GPS yang lainnya di kerah baju gadis itu sewaktu bertabrakan. Paling tidak baju itu akan berada di tempat yang akan dia tinggali" ujar wanita itu

"Baiklah, sekarang kita cari penginapan terlebih dahulu" ujar laki-laki itu sambil membuka ponselnya


Wanita itu terdiam dan memikirkan sesuatu. "Jika benar kau terlibat, aku tidak tahu apa yang akan terjadi dengan Reno" gumamnya dalam hati.



Februari 2014, Minggu pertama, akhir pekan

Pagi itu sekitar pukul 08.00 terlihat Melody beserta orangtuanya sedang sarapan di meja makan, tidak lama berselang adiknya, Frieska datang menyusul. Terlihat dia sudah bersiap-siap untuk mengajak kakaknya, Melody untuk kembali mengingat semua hal yang pernah terjadi di lingkungan kota tempat tinggalnya dulu, termasuk kampus tempat Frieska menimba ilmu yang merupakan kampus pertama Melody sebelum ikut orangtuanya pindah.


"Habis sarapan kakak siap-siap ya, hari ini aku mau ajak kak Imel jalan-jalan" begitu ucap Frieska

"Ah, jalan-jalan kemana atuh dek?? masih pagi juga" timpal Melody

"Ya pokoknya jalan-jalan kak. Ke kampus juga boleh" ajak Frieska

"Kenapa harus kesana dek??" tanya papa Melody tiba-tiba

"Mmm, ya gak kenapa-kenapa sih pa. Mungkin kak Imel bisa ingat sesuatu disana" ujar Frieska

"Kalau begitu hati-hati ya, kakakmu kan masih lemah" ujar mama mereka

"Kalian bisa pakai mobil yang berwarna hitam, karena yang satunya papa pakai untuk pergi ke tempat teman lama papa"

"Siap paa" jawab Frieska dengan bersemangat


Papa Melody merupakan direktur utama dari sebuah perusahaan yang menangani jasa konstruksi, kepindahannya dari kota ini dikarenakan sedang menangani sebuah proyek pembangunan hotel dan mall serta ruang terbuka hijau yang terintegrasi.

Di perjalanan Melody terdiam dan terlihat memikirkan sesuatu, sedangkan adiknya, Frieska menyetir mobil sambil bernyanyi menirukan suara lagu yang dia mainkan. "Kak Imel kenapa? Kok diem aja?" tanya Frieska. "Ah, gak kenapa-kenapa kok mpris, oh iya semalam kakak menemukan foto ini. Kamu kenal??" tanya Melody sambil mengeluarkan sebuah foto yang terbingkai dengan pigora berwarna biru. Frieska terdiam, hatinya bimbang antara harus jujur atau berkata bohong untuk kebaikan Melody. "Kenapa memangnya kak? Kakak ingat sesuatu tentang orang ini??" Frieska balik bertanya. "Justru sebaliknya, kakak tidak ingat apa-apa tentang orang ini, tapi fotonya ada di laci meja belajar kakak. Pastinya dia orang yang penting bagi kakak" jawab Melody. "Dulunya, tapi dia jahat sama kakak "jawab Frieska singkat. "Jahat kenapa mpris??" tanya Melody penasaran. "Waktu kakak masih jalan sama dia, dia juga jalan sama teman kakak. Aku yang memergoki mereka dan langsung cerita ke kakak, tapi kak Imel gak percaya dan malah belain dia. Akhirnya kita sempat berantem kan dulu" cerita Frieska.

Melody hanya terdiam mendengar cerita Frieska, "Sampai akhirnya kak Imel sendiri yang memergoki mereka jalan bareng, dan kak Imel kecewa banget waktu itu" ujar Frieska

"Begitu ya, tapi sepertinya sekarang sudah tidak apa-apa kalau kakak bertemu dengannya lagi. Oh iya ini mau kemana??" tanya Melody

"Ke kampusku, mantan kampus kak Imel juga hihihi" jawab Frieska sambil sedikit tertawa

"Loh bukannya aku ikut papa pindah??" tanya Melody sedikit bingung

"Baru kuliah 2 semester kak Imel minta ikut papa, katanya bosan sama kota ini. Padahal sebenernya masih sakit hati" jawab Frieska.


Melody terdiam dan sedikit tidak percaya dengan cerita adiknya, mungkinkah dia sangat kecewa sampai bertingkah seperti itu? Dan itu artinya dia pernah sangat menyayangi lelaki yang ada di dalam foto tersebut.


"Eh kakak sudah nyiapin kado?? Kata kak Mova nanti ada acara tukar kado juga" tanya Frieska

"Eh?? Belum nih, yuk cari kado dulu" ajak Melody


- Universitas Dewantaprana Sri Baduga Maharaja -

Sesampainya di kampus, Frieska langsung mengajak Melody ke sebuah tempat yang hampir mirip dengan pendopo, yang merupakan sebuah gazebo untuk bersantai bagi mahasiswa-mahasiswi. Di tempat itu sudah menunggu beberapa teman Melody yang dikenalnya sewaktu awal-awal kuliah di tempat ini.


"Hadeuh neng geulis lama tidak berjumpa makin cantik saja" ujar seorang wanita yang bernama Mova sambil memeluk Melody

27767299f0d949eec898579b7ca0c380b2fe10b7.jpg


"Ah iya. Maaf sebelumnya, namamu siapa ya??" tanya Melody

"Ah iya aku lupa, untung Frieska sudah bercerita. Aku Mova, ini Diasta, yang di sana Sendy, dan Cleo tapi dia belum datang mungkin sebentar lagi" ujar Mova memperkenalkan lagi dirinya dan teman-temannya

"Hai semua, maaf ya kalau keadaannya jadi seperti ini. Tapi kalian kelihatannya orang baik!!" ujar Melody sambil tersenyum

"Gak apa-apa kok Mel, kita disini untuk bantu kamu ingat semuanya. Ya meskipun gak semua sih" kata Sendy

27767300484fdde7fdf536c8fea054164eeccf58.jpg



Mereka bercanda dan berbagi obrolan tentang masalalu yang terjadi di antara mereka, dan ternyata mereka juga pernah satu sekolah.

"Ya udah, aku tinggal dulu ya kak Imel, nanti kalau sudah selesai kakak hubungi aku aja. Aku ada kuliah dan kerja kelompok nih" ujar Frieska

"Ah iya Mpris, hati-hati ya" jawab Melody kemudian disertai dengan beranjaknya Frieska meninggalkan mereka

"Hei itu Cleo datang!!" ujar Mova


Tidak lama berselang seorang wanita kurus dan postur tubuh agak tinggi dengan rambut sebahu datang sambil menggandeng seorang laki-laki. Dia adalah Cleo yang juga merupakan teman mereka dan Melody. "Halo Melody lama tidak berjumpa aduh kangen!!" ujar Cleo sambil memeluk Melody


27767301c29508bc9aeccba8ca1c79ff54d2a8d0.jpg


"Halo Cleo iya kangen banget lama gak ketemu" balas Melody sambil membalas pelukan Cleo

"Hai Mel, apa kabar??" sapa laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya

"Hai, baik. Kamu gimana??" jawab Melody

"Baik juga kok, lama tidak bertemu"

"Iya.. sepertinya" jawab Melody sambil tersenyum


Laki-laki itu adalah mantan pacar Melody yang sekarang sedang menjalin hubungan dengan Cleo. Dan teman Melody yang dimaksud Frieska pada saat dia bercerita tentang laki-laki itu adalah Cleo.

Mereka mengobrol sambil mengingat-ingat kembali masa-masa awal kuliah serta berkeliling kampus hingga waktu menunjukkan jam 5 sore. Tiba-tiba Cleo mengusulkan untuk pergi ke cafe yang berada di seberang kampus mereka. Tanpa pikir panjang mereka mengiyakan dan segera tiba di cafe tersebut.

Sesampainya di cafe tersebut mereka segera duduk dan memesan makanan. Cafe tersebut berukuran agak kecil dari cafe kebanyakan karena hanya ada sekitar 4 buah meja persegi panjang, masing-masing dengan 4 kursi memutarinya sehingga Cleo mengambil kursi lagi dan duduk berhadapan dengan Diasta di sisi meja yang lebih pendek dan tempat duduk Cleo membelakangi sebuah toilet. Sedangkan di sisi sebelah kanan Cleo merupakan tempat duduk Mova dan Melody. Sedangkan di sisi sebelah kiri Cleo merupakan tempat duduk kekasih Cleo yaitu Sam dan Sendy.


"Eh aku punya video kita waktu masih ospek loh, mau lihat?? Ada di laptop nih" ujar Cleo tiba-tiba

"Ah benarkah? Ayo kita lihat!" ujar Melody bersemangat

"Eits, tunggu dulu kita tukeran kado dulu yaa" ujar Cleo

"Oh iya benar" timpal Mova sambil mengeluarkan kado.


Mereka bertukar kado, Mova mendapat kado dari Cleo, sedangkan Diasta mendapat kado dari Mova. Melody sendiri mendapatkan kado dari Sam sedangkan Cleo mendapat kado dari Sendy.


"Selamat datang di cafe Reinkarnasi!!" teriak pegawai ketika dua orang masuk dan mengambil tempat duduk di seberang meja Melody dan teman-temannya. Mereka juga memesan makanan dan minuman dan tidak sengaja mendengar obrolan Melody dan teman-temannya.

"Ah kalian mahasiswi universitas Dewantaprana Sri Baduga Maharaja ?" tanya wanita yang barusan datang kepada mereka

"Ah iya, kakak juga??" jawab Mova dengan ramah

"Sudah lulus sih, kalian semua satu jurusan??" tanya wanita itu

"Kalau aku dan temanku ini jurusan komunikasi" ujar Mova sambil menunjuk Diasta dan Sendy

27767306e16e118101fc3f4ca1995b0576fdcedc.jpg


"Kalau aku jurusan pertanian kak" ujar Cleo

"Oh begitu ya, aku jurusan ilmu komputer. Kalau kamu??" tanya wanita itu kepada Melody

"Eh, aku??" ujar Melody kebingungan

"Iya, kamu mahasiswi Dewantaprana Sri Baduga Maharaja juga kan??" tanya Melody

"Dulu iya" jawab Sam yang daritadi hanya diam memperhatikan

"Dulu?? Oh sekarang sudah pindah??" tanya wanita itu

"Ah iya kak, pindah" jawab Melody

"Jadi ini reunian ya, haha baiklah" ujar wanita itu

"Ah iyaa kak" jawab Melody


Setelah itu Cleo mengeluarkan leptop dan chargernya, "Ini harus nancep listrik ya hehe, colokannya ada di bawah. Aku mau ke toilet sebentar". Mova mengambil leptop Cleo dan menancapkan kabel chargernya ke colokan yang berada di bawah meja. Namun tiba-tiba terlihat percikan listrik yang menyala dari colokan tersebut sehingga membuat arus listrik menjadi padam. Keadaan didalam cafe tersebut menjadi gelap dan tidak terlihat apa-apa. Beberapa saat kemudian pegawai cafe itu menyuruh temannya untuk memeriksa saklar listrik apakah voltasenya turun. Belum sempat diperiksa tiba-tiba terdengar suara teriakan Mova dan suara orang yang terjatuh. Semua yang berada di cafe tersebut menjadi panik tak terkecuali Melody. Beberapa saat kemudian listrik kembali menyala. Suasana menjadi hening dengan raut wajah dari Melody yang terkejut melihat Mova tersungkur di bawah dengan luka tusuk di punggungnya.


"Mo..Movaa??!!!!" teriak Melody yang disusul dengan tangisan dari Diasta dan Sendy. Mereka hendak memeriksa tubuh Mova apakah masih bisa diselamatkan atau tidak.

"Jangan mendekat!!! Jangan merusak TKP!!" teriak wanita yang berada di cafe itu

"Tapi dia..." ujar Melody sesenggukan


Terdengar suara rintihan Mova yang kesakitan, sepertinya dia masih bisa diselamatkan. "Dia belum mati, pegawai cepat panggil ambulans dan polisi!!" pinta wanita itu


Sesaat kemudian Cleo keluar dari toilet dan terkejut melihat Mova yang tersungkur bersimbah darah. "Movaa!!" teriak Cleo sambil menghampiri tubuhnya. "Sudah kubilang jangan mendekat!!" teriak wanita itu lagi


"Tapi kenapa??" ujar Cleo sesenggukan

"Kita tunggu ambulans dan polisi, yang lainnya silahkan berkumpul di sisi sebelah sini" pinta wanita itu


Melody terdiam dengan wajah penuh ketakutan, sedangkan Diasta dan Sendy hanya berpelukan saling menenangkan. Sam? Dia terdiam dan menatap tajam ke arah wanita yang baru saja keluar dari toilet yang merupakan kekasihnya, Cleo.



**To Be Continued**
 
Chapter 13 : Remember Me, Won't You? (Part - 2)


Garis polisi mengelilingi kafe setelah kejadian penusukan teman Melody. Terlihat 3 orang pihak kepolisian selesai melakukan interogasi kepada pengunjung yang berada di cafe tersebut. Petugas kepolisian melakukan olah TKP dan menemukan beberapa informasi dan barang bukti seperti pisau yang di perkirakan digunakan oleh pelaku untuk melakukan penusukan.

"Kau benar, dalam kegelapan tidak mungkin seseorang menusuk dengan tepat, kecuali dia berada di dekat korban" ujar salah satu petugas polisi kepada yang lainnya

Semua mata tertuju pada Melody yang masih terlihat shock dengan kejadian tersebut. Seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan petugas polisi barusan, Sam mencoba menghampiri petugas polisi tersebut dan membisikkan sesuatu.

"Aku tidak menyangka kau tega berbuat seperti itu!!" teriak Cleo tiba-tiba sambil mengarahkan tangannya ke Melody

"A..aku tidak melakukan apa-apa.." ujar Melody dengan sedikit ketakutan

"Kau punya dendam kepada Mova bukan??!! Mengakulah!!" teriak Cleo

Sam berusaha menenangkan Cleo dan menghentikan Cleo yang hendak menampar Melody. "Sudah hentikan!! Kau ini apa-apaan??? Kau tidak punya cukup bukti untuk menuduhnya!! Semuanya punya kesempatan dan alasan yang sama untuk melukai Mova!!" ujar Sam

"Kenapa kau malah membela dia??!! Apa kamu masih ada rasa sama dia??!!" teriak Cleo

Semua terdiam melihat perdebatan mereka termasuk petugas polisi yang menangani kasus ini. "Sudah hentikan, diharapkan semua tenang!!"

"Bagaimana dengan pisau yang ditemukan pak??" tanya gadis yang berada di kafe tersebut

"Pisau itu milik kafe ini, mereka berkata telah kehilangan pisau itu sejak 3 hari yang lalu. Bukankah kau satu kampus dengan mereka? Apa kau kenal dekat dengan mereka??" tanya polisi itu

"Tidak, aku berbeda jurusan dengan mereka dan aku sudah lulus dari kampus itu." ujar gadis tersebut

"Mmm kak, kalau boleh tahu nama kakak siapa ya??" tanya Melody tiba-tiba

"Namaku?? Panggil saja Ratu" jawabnya dengan tersenyum


277673173b59a7df12303af1eabc6a2600d0fda6.jpg

"Ratu??"

"Iya. Apa kau mengenalku??" tanyanya kepada Melody

"Oh tidak, sepertinya aku pernah mendengar nama itu." jawab Melody

"Begitu ya, kalau ini teman laki-laki ku. Panggil saja dia Brian"


Melody hanya mengangguk dan terus melihat ke arah laki-laki yang bersama gadis tersebut


"Baiklah, berdasarkan hasil interogasi kami sepertinya memang hanya anda yang bisa melakukannya" ujar polisi kepada Melody

"Tidak mungkin. Dia tidak punya alasan untuk melakukannya!!" ujar Sendy


Perdebatan terus terjadi hingga akhirnya Melody dibawa petugas kepolisian dan semua yang berada di cafe tersebut diperbolehkan untuk kembali ke rumah masing-masing dengan Melody sebagai pelakunya. Diasta dan Sendy mencoba menghubungi Frieska namun nomornya tidak aktif hingga terpaksa mereka berdua yang menemani Melody di dalam mobil kepolisian.

Kafe tersebut ditutup oleh pihak kepolisian ketika waktu menunjukkan pukul 9 malam. Seseorang terlihat mencurigakan masuk kedalam kafe tersebut. Dalam suasana yang gelap karena tidak ada lampu yang dihidupkan untuk menghindari perhatian orang, dia berjalan menuju toilet dan terlihat tengah mencari-cari sesuatu. Wajahnya mulai panik karena dia tidak berhasil menemukan apa yang dicarinya. Ketika keluar dari toilet terlihat lampu kafe sudah dihidupkan, dia menjadi panik dan ketakutan.


"Kau mencari ini kan??" ujar seorang gadis sambil melempar tempat gulungan tisu toilet yang terbuat dari kertas karton.


Dia terdiam dan menunjukkan wajah penuh ketakutan. "Tidak, aku kesini karena ponselku hilang. Aku pikir tertinggal disini jadi aku kembali lagi" elaknya


"Tidak usah mengelak, kau sudah tertangkap basah. Kau kemari untuk menghilangkan barang bukti. Kau tidak melihat siapa yang diluar?? Mereka polisi yang tadi sore menangani kasus ini" ujar gadis tersebut

"Apa maksudmu aku tidak mengerti!!" dia kembali mengelak dan berusaha menghindar serta keluar dari kafe tersebut

"Kau pelaku penusukan tadi sore. Benarkan pak polisi??" ujar gadis tersebut

"Ya, dengan sangat disayangkan Anda akan kami tahan" ujar polisi itu yang berjalan ke arahnya

"Ternyata memang kamu ya??" ujar Sam yang tiba-tiba muncul

"Sayang tolong aku!! Aku dituduh oleh mereka!!" ujarnya

"Aku tidak mengerti kenapa kau melakukan ini, Cleo" ujar Sam.

"Bagaimana bisa aku melakukannya?? Kalian sendiri yang bilang bahwa orang yang dekat dengan posisi korban lah yang mungkin melakukannya!!"

"Aku mendengar dari pelayan kafe ini kau sering kesini. 3 hari yang lalu kau juga kesini, tepat dengan hilangnya pisau yang kau gunakan untuk menusuk gadis itu. Kau tidak membawanya pulang, kau menyimpannya di balik tempat penutup flushing toilet. Kau membungkus pisau tersebut dengan kain agar tidak ada yang tahu."

"Aku tidak mengerti maksud perkataanmu!! Percayalah mana mungkin aku menusuknya dalam kegelapan!!" elaknya

"Kado yang kau berikan kepada Mova. Kau memberi hiasan yang menyala pada pembungkus kado tersebut menggunakan fosfor." lanjut Sam yang seakan memang sudah mengikhlaskan bahwa Cleo lah yang menjadi pelakunya

"Sayang, kau tidak percaya kepadaku??" ujar Cleo memelas

"Tidak. Karena yang kau tusuk adalah Mova" ujar Sam


Cleo terdiam dan tidak percaya, dengan sedikit menahan emosi dia mulai berkata bahwa ternyata selama ini kecurigaannya memang benar. Dia menganggap Sam telah berselingkuh dengan Mova, terlebih lagi setelah ucapan Sam barusan. " Kalau begini aku sudah lega sekarang. Ternyata kau memang ada hubungan khusus dengannya. Aku kecewa namun aku lega karena aku berhasil menusuknya. Sekarang dia mungkin sudah mati!!" ujar Cleo sambil merancau seperti orang yang tertekan

"Jadi kau mengakuinya??" tanya Ratu

"Ya!! Aku menusuknya menggunakan pisau yang aku ambil dari lemari kafe ini. Aku menyimpannya di dalam toilet. Dan aku menggunakan gulungan tempat tisu toilet itu untuk pelindung agar darah gadis penggoda itu tidak terciprat di tubuhku. Aku memberinya kado dengan bungkus yang bisa terlihat didalam kegelapan. Ya aku menusuknya!! Hahahaha!! Sekarang aku juga akan membunuhmu agar kalian bisa hidup bahagia!!" ujar Cleo sambil mengeluarkan sebuah pisau dari dalam tasnya dan menyerang Sam.


Bruaaaakkkk...


Tubuh Cleo tersungkur dan segera di amankan oleh petugas kepolisian. Dia dilumpuhkan dengan sekali serangan oleh Ratu. "Kurasa kau harus mempertanggungjawabkan semua yang kau lakukan" ujar Ratu


"Brengsek kau laki-laki brengsek!!!" ujar Cleo sambil meronta-ronta

"Maafkan aku, aku memang punya hubungan khusus dengan Mova. Tapi hubungan ini tidak seperti yang kau pikirkan" ujar Sam

"Apa maksudmu??!!" tanya Cleo yang masih tersungkur di lantai

"Karena kami adalah kakak adik berbeda ibu" ujar Sam


Cleo terkejut mendengar perkataan Sam. Dia tidak menyangka bahwa hubungan khusus mereka berdua adalah Kakak dan adik tiri. Dia terdiam beberapa saat dan mulai menangis. "Kenapa kau tidak mengatakan semuanya" ujar Cleo. "Tidak, karena aku tahu semuanya akan jadi runyam jika ada yang mengetahuinya. Kau harus bertanggung jawab." jawab Sam

"Kami akan mengurusnya di kantor polisi. Terimakasih atas bantuan kalian" ujar polisi tersebut kepada Ratu dan Sam


Cleo dibawa ke kantor polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya sementara Ratu dan Sam mampir disebuah kedai yang terletak beberapa meter setelah kafe tersebut.


"Terimakasih atas bantuannya." ujar Sam

"Kau tidak perlu berterimakasih. Bagaimana keadaan adikmu??"

"Dia sudah sadar, beruntung lukanya tidak terlalu dalam. Mungkin beberapa hari lagi dia bisa pulang. Bagaimana dengan Melody??" tanya Sam

"Ah gadis itu, dari tadi sore polisi tidak membawanya ke kantor polisi. Dia sudah berada dirumah sekarang. Kau tidak usah khawatir terhadapnya. Dia baik-baik saja" jawab Ratu

"Begitu ya?? Senang mendengar bahwa dia baik-baik saja. Aku benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa untuk melindunginya tadi" ujar Sam

"Kenapa kau ingin melindunginya??" tanya Ratu

"Karena dulu aku tidak sempat melindunginya. Bahkan dulu aku menyakitinya. Sampai sekarang pun sepertinya masih seperti itu. Aku terus saja menyakitinya" cerita Sam

"Selalu ada kesempatan kedua kalau kau mau berusaha. Lagipula dia sudah melupakan kejadian dulu dimana kau menyakitinya" ujar Ratu

"Darimana kau tahu?? Apa kau mengenalnya?? Kau hanya alumni kampus yang sama dengan dia kan? Dia juga tidak lama kuliah disitu" tanya Sam dengan sedikit heran

"Dunia ini sempit Sam, kau seharusnya menyadarinya. Sudah cepat raih kesempatan kedua yang sudah ada di depan mata" ujar Ratu memberi semangat

"Terimakasih, tapi mungkin semua butuh waktu." ujar Sam


Mereka terdiam beberapa saat dan yang terdengar hanya suara televisi yang menayangkan kampanye dari seorang walikota untuk periode yang akan datang. Mata Ratu terbelalak, dia melihat Sam berada di belakang calon walikota yang sedang berkampanye. "Kau??!!" ujar Ratu sedikit terkejut


"Benar, aku adalah anak calon walikota untuk pemilihan pekan depan" ujar Sam

"Jadi ini alasanmu merahasiakannya dari Cleo??" tanya Ratu

"Ya, aku harus diam hingga masa kampanye berakhir. Aku juga sudah berdiskusi dengan Mova jauh-jauh hari sebelum ayah kami mencalonkan diri. Bayangkan apa yang terjadi jika publik tahu calon walikota mereka pernah beristri 2. Aku harap kau mengerti apa yang aku maksud" cerita Sam

"Ya aku mengerti, aku juga tidak lama berada di kota ini. Karena aku sudah mendapat jawaban atas pertanyaanku." ujar Ratu

"Syukurlah kalau tujuanmu sudah tercapai. Sampai bertemu lagi, aku ada sedikit urusan. Terimakasih atas bantuanmu" ujar Sam yang berlalu meninggalkan Ratu sendiri

"Ya, semua sudah jelas. Aku akan menemui Reno.." ujarnnya dalam hati



**To Be Continued**
 
Terakhir diubah:

Chapter 14 : Fixed



Februari 2014, Minggu kedua


Untuk kamu, Yang sempat hadir.

Apa kabar? Sudah lama kita tak jumpa. Jangankan berjumpa, saling sapa pun sudah tidak. Aku maklumi itu semua. Aku menghargai kehidupanmu, dan kau? entahlah masih peduli dengan hidupku atau tidak.

Mungkin kamu akan bertanya, kenapa aku menulis ini semua? Jika kau mengira, karena aku ingin mencuri perhatianmu tentu tidak. Untuk apa. Lalu jika kau mengira, aku ingin mendramatisir keadaan itupun tidak. Sama sekali tidak.

Aku menulis semua ini hanya karena rindu. Tak pernahkah kau merasakannya juga? Aku harap kau sempat merindukanku walau hanya semalam. Setidaknya kau mengingat bagaimana aku tertawa lalu menangis. Setidaknya kau mengingat bagaimana susahnya berusaha dan mudahnya menyerah.

Cinta kita hanyalah cinta monyet. Cinta yang tumbuh dibawah atap sekolah. Cinta yang terus tumbuh hanya karena memandang dari jauh. Cinta yang terus tumbuh ketika kita bertukar sapa dan senyum. Cinta yang terus tumbuh karena pipiku merona setiap kali mendengar namamu.

Manis. Aku masih bisa merasakannya walaupun hanya sedikit mengingatnya. Aku masih ingat betapa lucunya saat pertama kali aku melihatmu. Kita terlihat canggung. Lalu saling tersenyum sesudahnya.

Aku juga masih ingat betapa indahnya hujan kala itu. kau terus melajukan motor dengan cepat agar aku tidak lama terkena hujan. Aku hanya bisa bersembunyi sambil mengeratkan pelukan dibalik punggungmu. Kau tidak tahu, seberapa banyak aku tersenyum saat itu..

Aku tidak peduli, apakah aku cinta pertamamu atau bukan. Aku menyimpan memori dalam hidupmu atau tidak. Yang aku tahu aku merasakannya. Cukup aku.
Kau juga bukan kekasih pertamaku atau kedua. Tapi percayalah. Kau membuatku mengenal banyak hal untuk pertama kalinya. Kau membuat aku belajar untuk pertama kalinya.
Kau orang pertama yang membuatku merasa berharga dan merasa dihargai. Kau membuat aku merasa bahwa aku adalah seseorang yang patut diperjuangkan. Bukan orang yang selalu menunggu, menanti bahkan meminta.

Untuk kamu, yang sempat hadir.

Maaf aku sempat membuatmu muak. Dengan sikapku yang kekanak-kanakan. Yang sering mengeluh, yang sering berdrama dengan segala masalah. Kau selalu mengingatkanku. Dan lagi, aku terlambat menyadarinya. Aku tau aku salah, tapi siapa yang peduli saat itu. Yang aku tau hanya, cinta itu menyakitkan ketika kamu pergi. Itu saja. Bodoh? Iya. Sangat bodoh. Kadang aku pun hanya tertawa bila mengingatnya. Perjalanan kita amat sangat lucu ternyata.

Aku ingat, kita memulai dengan cara yang salah. Entah aku, atau kamu. Tapi aku tak ingin menyalahkan siapapun, karena untuk masalah perasaan semua orang akan merasa benar. Meskipun penuh kebohongan dan ketidakpedulian. Cukup aku saja yang tau maksud semuanya.

Perjalanan memang kadang membuat aku terbang lalu jatuh. Dan terimakasih, kamu telah menjadi perjalananku. Hidup kadang terasa manis seperti gulali yang aku beli di taman hiburan, tapi ada masanya terasa pahit sama seperti aku yg tidak sengaja menyesap ampas kopi. Dan kamu telah menjadi keduanya di saat yang bersamaan. Sekali lagi, terimakasih. Untuk pernah hadir lalu pergi. Dan untuk sempat memulai lalu mengakhiri.

Untuk
kamu, yang sempat hadir.

Aku tadi bilang bahwa aku merindukanmu, tapi setelah aku menulis ini semua aku tak lagi merasakannya. Aku sedang tersenyum, percayalah. Aku bahagia. Tak perlu aku yang merindukanmu lagi. Tugasku sudah cukup. Tugasku kini pergi lalu menghilang. Untuk tak saling mengenal akan lebih baik, mungkin? Hahaha aku hanya bercanda. Aku tidak kekanak kanakan lagi. Aku hanya berharap aku dan kamu baik baik saja. Kita bahagia bersama, di jalan yang berbeda.
Dan harapan terakhirku adalah suatu saat aku dapat bertemu kamu, dengan senyuman. Tak ada lagi kecanggungan. Lalu berbincang. Dan aku akan mengenalkan seseorang padamu. Dan sebaliknya.
Iya, seseorang yang aku kenalkan adalah orang yang membuat aku tersenyum setelah kamu membuat aku menangis. Dan kamu, mengenalkan seseorang yang kamu ajak tersenyum ketika aku sedang menangis.


Untuk kamu. Yang sempat hadir.
Aku merasa cukup. Dan aku pergi
.


Selembar kertas berada di laci meja belajarnya, ditemukan kembali setelah sekian lama. Terbaca, kata-kata penuh arti kekecewaan yang memaksakan keikhlasan. Ditemani senandung detik jam dinding, tanpa sengaja meneteskan air mata. Tersadar bahwa perasaan yang ada dulu pernah begitu dalam, namun hancur tak berbekas.


"Apa yang dia pernah lakukan sehingga aku menjadi seperti itu??" tanya Melody pada dirinya sendiri

"Dan seperti apa rasa sayangku padanya, hingga aku sangat kecewa seperti itu??" Dia kembali bertanya pada dirinya


Melody memilih untuk merebahkan tubuhnya di tempat tidur, memeluk erat boneka beruang berwarna coklat dan mulai memejamkan mata. Berharap serpihan-serpihan ingatan tentang laki-laki itu kembali muncul di permukaan. Tiba-tiba dia teringat dengan Reno, laki-laki yang dia pamiti kembali ke kota ini. Laki-laki yang berkata bahwa dia akan menunggunya kembali mengingat semua tentang hubungan mereka. Berbeda dengan laki-laki yang dimaksud di dalam selembar kertas tadi, dia yang tampak dengan kejam menyakiti hatinya dan berbahagia diatas kekecewaannya.


"Nomor yang anda tuju sedang berada di luar servis area. Silahkan coba beberapa saat.....tuuuuut"

"Tidak bisa dihubungi ya, kuharap kau baik-baik saja" ujar Melody sambil berusaha tertidur. Tidak sampai 10 menit terdengar ponsel Melody berdering. Sebuah nama yang tidak asing bagi Melody terpampang di layar ponselnya.


"Halo.."

"Hai, kamu tumben telepon, ada apa??"

"Bukan apa-apa, hanya ingin tahu kabarmu. Bagaimana disana??"

"Aku baik-baik saja kok, kamu?? Sepertinya aku sudah bisa mengingat beberapa hal"



Mereka berbicara beberapa menit, dan kemudian Melody kembali memejamkan matanya. Kali ini pikirannya benar-benar sedikit lebih berat.


"Ikut aku ke toilet ya Mel..."

"Mel, Gimana perasaanmu ke Reno??"

"Ah, kakak lupa bawa tisu. Kamu bawa??"

"Aaah ini kenapa lampu mati segala!??"

"Lho kok ada senter yang nyala??"

"doorr..doorr.. doorr..doorr..doorr..doorr."


"Kamu harus tetap hidup, gadis cantik..."


Melody membuka matanya dan terbangun dari tidurnya dengan wajah panik dan ketakutan. Dia melihat mamanya yang duduk di tempat tidurnya dengan wajah sedikit panik. Tanpa pikir panjang dia memeluknya berharap agar anaknya kembali tenang. "Kamu ngigau sayang, sudah tenang ada mama" ujarnya kepada Melody"


"Melody mimpi buruk ma.." jawab Melody

"Sudah tenang ya sudah nggak apa-apa. Cuma mimpi kok. Kamu mau mama bawain teh hangat??"

"Iya ma boleh, terimakasih" ujar Melody sambil melepas pelukan mamanya


Sepeninggal mamanya ke dapur Melody kembali melamun, mencoba mengingat-ingat mimpi apa yang membuatnya sangat ketakutan. Dia berusaha keras mengingat kembali sembari memukul-mukul kepalanya dan kemudian menangis. Mamanya yang mengetahui hal itu segera menghampirinya dan memeluknya. "Kamu kenapa nangis sayang??" tanya mamanya. "Melody gak bisa ingat apa-apa ma. Rasanya sakit.." ujar Melody sambil sesenggukan. "Sudah sayang nggak apa-apa. Bagi kami kamu tetap anak kesayangan mama papa. Sudah cupcup ini teh hangatnya diminum" ujar mamanya sambil mengambilkan teh hangat untuk Melody

"Terimakasih ma. Oh iya mama kenal sama Reno? Seperti apa orangnya??" tanya Melody tiba-tiba

"Hmm Reno ya?? Dia laki-laki yang baik, bertanggung jawab. Menurut mama lumayan ganteng sih. Mama lebih suka kamu sama Reno sebenarnya" ujar mamanya kepada Melody

"Begitu ya.. Apa kami dulu pacaran??" tanya Melody

"Kamu nggak pernah cerita soal itu sama mama, tapi siapa-siapa yang lagi dekat sama kamu mama kenal semua. Udah gih istirahat dulu jangan banyak pikiran" ujar mamanya. Melody kembali tertidur dengan sedikit senyuman di wajahnya, membuat wanita itu menghela nafas panjang. Ditinggalkannya Melody yang tertidur untuk membereskan beberapa pakaian kotor. Malam itu ditutup dengan beberapa ingatan Melody yang mulai muncul kembali, namun masih samar-samar.



Februari 2014, Minggu ketiga

Beberapa hari kemudian tampak Melody sedikit lebih sehat dan kembali ceria, dia sering keluar bersama Mova dan Frieska untuk sekedar jalan bareng atau membantu Melody mendapatkan ingatannya kembali. Mova terkadang masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan Cleo terhadapnya, bahkan ketika dia tahu bahwa Cleo lah yang merebut kakaknya dari Melody, dia benar-benar kecewa dan shock. "Yang bener aja tuh cewek gila untung aku masih hidup.." keluh Mova. "Iya hampir saja, tidak semua orang yang terlihat baik itu baik ya" ujar Melody. Ditengah perbincangan mereka Melody pergi ke toilet dan tinggal Mova dan Frieska yang tersisa duduk di salah satu sudut food court di mall yang biasa mereka kunjungi. Mereka berdua berbicara mengenai keadaan Melody yang kehilangan ingatannya, termasuk bagaimana perasaan Melody terhadap Sam. "Entahlah kak Mova, kak Melody masih seperti itu keadaanya. Aku takut kalau dia kenapa-kenapa lagi." Mova terdiam seakan mengerti perasaan Frieska yang sangat mengkhawatirkan Melody, apalagi dia tahu bahwa kakaknya pernah menyakiti hati Melody dan secara tidak langsung melukai hati Frieska juga. "Ya aku harap sih semoga Melody cepat pulih ingatannya, biar semua bahagia" ujar Mova. "Semoga saja kak" ujar Frieska lirih.

Sore itu mall terlihat tidak seramai biasanya, mungkin karena hari itu bukan hari libur sehingga tampak lengang. "Maaf ya lama, tadi habis dari toilet aku bertabrakan dengan seseorang." ujar Melody sambil duduk di samping Frieska. "Loh terus kamu nggak apa-apa??" tanya Mova sedikit khawatir. "Nggak apa-apa kok tenang aja mungkin aku yang sedikit ceroboh karena tidak melihatnya. Eh katanya Sam mau ikut gabung ?? Dimana dia??" tanya Melody. Mova dan Frieska terkejut mendengar perkataan yang keluar dari mulut Melody. Untuk beberapa saat mereka masih diam terpaku seakan tidak percaya hingga Melody kembali menyadarkan mereka. "Ah iya dia masih di perjalanan kok Mel, mungkin sebentar lagi" jawab Mova. "Iya kak ditunggu aja" timpal Frieska.

Mereka bertiga mengobrol hingga Sam akhirnya tiba dan bergabung bersama mereka. Pada awalnya Sam terlihat canggung namun tidak dengan Melody, dia terlihat biasa-biasa saja. Hari itu dilalui Melody dengan bersenang-senang bersama ketiga orang tersebut hingga tiba waktunya untuk berpisah. Melody dan Frieska berpamitan pulang kepada Mova dan Sam yang masih harus mencari titipan ayahnya. Mereka berpisah dengan masih ada tawa serta keceriaan yang tertinggal, dan tanpa ada kesedihan yang terlihat di wajah Melody.


"Sepertinya kak Imel mulai nyaman ya sama kak Sam??" tanya Frieska tiba-tiba

"Nggak juga sih, kakak cuma mencari tahu seperti apa orangnya." jawab Melody


Tidak ada perasaan yang sama untuk Sam dari Melody ketika dia berhasil mengingat semuanya. Rasa sakit karena dikecewakan dan ditinggalkan tidak akan mampu terobati. Bukan karena sikapnya yang sangat menyakitkan, tapi lebih karena perasaan Melody sendiri kepada Sam yang terlalu dalam, sehingga sangat dalam pula luka yang ditinggalkan.


"Mpris kenal Reno??" tanya Melody tiba-tiba

"Sekedar tahu sih kak, belum pernah ketemu juga. Kenapa kak??" tanya Frieska

"Nggak apa-apa kok, tiba-tiba kepikiran dia." jawab Melody lirih

"Kalau kangen telfon aja kak" jawab Frieska

"Iyaa.." jawab Melody sambil mengeluarkan ponselnya


Tatapan Melody kosong, tangan yang sedang memegang ponsel hanya terdiam tanpa bergerak. "Kenapa kak??" tanya Frieska. "Ngg.. anu ini bukan ponsel kakak.." ujar Melody mulai bingung. "Loh?? Kok bisa itu bukan ponsel kakak?? Terus ponsel kakak dimana??" tanya Frieska yang mulai ikut bingung


Melody mencari ponselnya dengan mengeluarkan semua barang yang ada di dalam tasnya. Wajah Melody mulai panik karena tak kunjung menemukan ponselnya. "Duh mpris, gimana ini beneran nggak ada" ujar Melody panik.


Beberapa saat kemudian ponsel tersebut berdering, sebuah nomor yang tidak asing bagi Melody memanggil ponsel tersebut. Tanpa pikir panjang dia menjawab panggilan tersebut.


"Halo?? Sepertinya ponsel kita tertukar di kamar mandi. Anda berada di daerah mana kalau boleh tahu?"

"Ah iya, sepertinya tertukar. Aku belum jauh dari mall tadi, sepertinya kalau kembali ke mall masih bisa"

"Begitu ya, aku tunggu di food court ya, terimakasih.. tuuuut"



Sebuah percakapan antara Melody dengan seorang wanita yang ponselnya tertukar olehnya. Tanpa banyak bicara Frieska segera memutar kendaraannya kembali menuju mall.

Beberapa saat kemudian mereka sudah tiba di lobby mall dan terlihat Melody turun dari mobilnya. Cuaca hari itu tiba-tiba menjadi sedikit mendung dan terlihat mulai turun hujan dan banyak orang-orang yang memakai payung. Melody menunggu di lobby drop off sedangkan Frieska menuju tempat parkir.


"Hai.." sapa seorang wanita kepada Melody yang sedang menunggu

27767325a120e2f827b92d9b8d24be90961c0429.jpg



"Hai juga, kakak yang ponselnya tertukar denganku??" tanya Melody

"Iya, sepertinya ini punyamu" ujar wanita itu sambil memberikan ponsel kepada Melody

"Ah iya kak.." jawab Melody sambil memberikan ponsel wanita itu


Mereka mengembalikan ponsel masing-masing dan sedikit berbincang-bincang. Wanita itu mengaku bernama Sonya, seorang wanita karir yang kebetulan melepas penat. "Tadi ponselnya ada yang nelfon kak, dicek dulu siapa tahu penting" kata Sonya


27767331ffb6455aab90ef1fe7475a350f2e297a.jpg


Melody mengecek ponselnya dan ternyata panggilan dari Sam, "Oh bukan siapa-siapa kok kak. Tidak terlalu penting" jawab Melody singkat. Tidak lama berselang Frieska datang dan berkenalan dengan Sonya, mereka saling berbicara sebentar dan akhirnya berpamitan karena ternyata hujan cukup deras. Mereka takut pulangnya jadi kemalaman.

Mereka kembali ke parkiran dan harus melewati lobby drop off yang sama agar bisa menuju pintu keluar. Di dalam mobil tersebut Melody hanya menyandarkan kepalanya ke pintu mobil sambil melihat beberapa orang yang baru saja datang lewat lobby tersebut. Beberapa saat kemudian wajah Melody berubah, wajahnya berubah ketakutan dan hal ini membuat Frieska sedikit bingung. Dia berusaha menenangkan Melody yang berteriak kesakitan dan seperti orang yang tersiksa. Sambil memegang kepalanya dia masih mengerang kesakitan dan akhirnya tak sadarkan diri. Frieska yang panik pun mencoba menyadarkan Melody, hingga akhirnya dia memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit sambil berusaha menghubungi kedua orangtuanya.




**To Be Continued**
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd