Chapter 6 - Delayed
Januari 2014, Minggu pertama
Liburan semester telah tiba, banyak hal yang Reno lalui dari awal semester hingga akhir semester ke-3 ini. Mulai dari Reno yang mengenal calon-calon arsitek masa depan yang sama sekali tidak terlihat seperti seorang arsitek, hingga terbentuknya Building Doctor.
Di semester 3 ini juga Reno mengenal sosok gadis yang sangat dia suka senyumannya. Lembut, cerdas, dan hal baik lainnya yang membuat gadis tersebut begitu istimewa di hati Reno. Beruntung Reno telah bersamanya untuk saat ini. Ya untuk saat ini.
- AIRPORT -
"Waaah ini nih adekku yang ganteng udah besar ya" sebuah suara yang mulai terdengar asing bagi Reno
"Kakak enggak ingat sudah berapa tahun menghilang??" tanya Reno dengan wajah sinis
Hari ini Reno, Melody dan Mama Reno menjemput seseorang, dia adalah Angelica Berlian Reinhart, kakak perempuan Reno. Penampilannya bisa dibilang berubah semenjak berangkat ke Australia untuk melanjutkan pendidikan S-2. Dia dulu termasuk gadis yang tomboy dan sering mengajak Reno bermain sepak bola, kini mendadak memakai
dress dan sepatu
high heels, serta penampilannya yang terkesan sangat feminim.
"Ma, ini kak Angel??" tanya Reno keheranan
"Iya Ren, kenapa?? Ada yang beda??" tanya Mama sambil memeluk anak perempuan satu-satunya
"Emang bisa main bola pake sepatu ginian??" ujar Reno seraya berjongkok dan memandangi high heels yang dipakai Angel
"Sstt.. ini cuma pencitraan. Ayo main bola lagi Ren!!" jawab Angel yang disertai tawa mamanya
Reno dan Angel ikut tertawa melihat tawa bahagia dari Mama mereka, terlebih lagi Angel yang memang tampak rindu dengan mama dan juga adik laki-laki kesayangannya
"Melody mana Ren??" tanya Mama Reno
"Tadi sih ke toilet ma, itu dia" tunjuk Reno kepada Melody yang berjalan menghampiri mereka
"Nah Angel, ini Melody" kata Mama Reno memperkenalkan kepada Angel
"Melody kak, senang bisa bertemu" ujar Melody sambil tersenyum
"Angelica, panggil aja Angel" kata Angel seraya membalas uluran tangan melody
Setelah berjabat tangan Angel terus melihat Melody dari atas sampai bawah. Melody pun akhirnya tersadar dan bertanya kepada Angel, "Maaf kak apa ada yang salah??"
"Oh enggak kok Mel, kakak cuma kaget kok Reno bisa dapetin cewek secantik kamu" ujar Angel sambil melirik ke arah Reno
"Haha aku yang dapetin Reno kak, bukan Reno yang dapetin aku" ujar Melody sambil tertawa yang diikuti oleh tawa Angel
"Kak, tanyanya yang bener ya nanti tak pesenin tiket ke Sydney lagi lho" timpal Reno dengan sinis
"Eh Mel beneran deh, kamu cantik kok mau sama Reno??" tanya Angel lagi dengan maksud menggoda Reno
"Hahah kalo itu rahasia hati Kak" jawab Melody
"Tuh khan" timpal Reno
"Sudah-sudah bercandanya, ayo sekarang kita pulang. Tapi mampir dulu ke rumah eyang ya Ren" ujar Mama Reno menyela candaan mereka bertiga
"Oke siap Mama bos!!" jawab Reno dengan sedikit bercanda
Dari airport mereka tidak langsung pulang, namun menuju ke sebuah kompleks perumahan yang terletak agak jauh dari Rumah mereka. Setelah perjalanan sekitar 30 menit akhirnya mereka telah sampai pada sebuah rumah yang terletak di seberang sebuah lapangan basket yang berada di kompleks perumahan tersebut.
"Oleh-olehnya sudah ada ??", tanya Mama kepada Angel
"Oh ada kok Ma, ini" jawab Angel menunjukan sebuah bingkisan.
Setelah memarkir mobilnya, Reno dan mereka masuk ke sebuah rumah yang terlihat terpisah dari Rumah yang lain karena sisi kanan dan kiri Rumah tersebut masih berupa tanah kosong yang belum dibangun. Sepertinya memang tidak ada yang berniat membeli tanah disebelah Rumah tersebut.
Terdengar bunyi bel yang ditekan oleh mama Reno. Tidak lama berselang pintu terbuka dari dalam dan seorang wanita dengan ramah menyapa mereka.
"Oh Bu Stella, mari bu masuk, eyang ada di dalam" kata seorang wanita yang membukakan pintu rumah itu
"Iya mbok" jawab Mama Reno
Mereka masuk kedalam Rumah yang bercat putih dengan hiasan ornamen-ornamen khas Cina dan kaligrafi Arab. Hal ini tampaknya membuat Reno teringat akan sesuatu. "Rasanya aku tidak asing dengan rumah ini" gumam Reno dalam hati.
"Assalamualaikum eyang" ujar Mama Reno
"Waalaikumsalam, ayo sini duduk. Waah ini Angel ?? Sudah besar ternyata" jawab seorang kakek tua berjenggot putih yang tengah terduduk di kursi goyang sambil menghisap cerutu kesukaannya.
"Iya eyang" jawab Angel sembari mencium tangan kakek tua itu
Reno pun mencium tangan eyang itu dan diikuti oleh Melody, namun bau khas bekas cerutu dari tangan Kakek tersebut sedikit membuat Melody mual.
"Dan ini pasti, Reno" ujar kakek itu sembari mengingat-ingat
"Iya eyang" jawab Reno singkat
Setelah berbincang-bincang Angel memberikan bingkisan yang telah dipersiapkannya kepada Kakek tersebut sedangkan Reno mengajak Melody keluar dan duduk di bangku taman di dalam rumah itu.
"Kakakmu cantik yaa" ujar Melody
"Hahah cantik darimana, dulu paling gak suka pakai make up" timpal Reno
"Hahah sekarang jadi gak bisa kemana-mana kalau gak pake make up kayaknya" ujar Melody sambil tertawa.
Ditengah-tengah percakapan, mereka tidak sadar bahwa sedang diawasi oleh seseorang. Dia berbaju hitam di balik pos satpam yang terletak depan pagar Rumah Kakek tersebut. Sepasang mata tajam tengah memperhatikan mereka berdua. Tidak lama berselang sesosok tubuh keluar dari pos itu, dan menghampiri Reno.
"Reno Reinhart??" tanya orang yang keluar dari pos satpam itu
"Iya, ada apa??" jawab Reno
"Tidak ada apa-apa, itu benar Angel kakakmu yang ada di dalam??" tanya laki-laki itu
"Iya, ada apa??" jawab Reno untuk kedua kalinya
"Bisa minta tolong berikan ini padanya??" ujar laki-laki itu sambil mengeluarkan sebuah kotak bingkisan
"Baiklah" jawab Reno singkat
Laki-laki itu memberikan Reno sebuah kotak berukuran kardus sepatu, bersampul kertas kado berwarna ungu dengan hiasan pita berwarna ungu. Di balik kotak itu tertulis sebuah kalimat
17 Oktober 2006
Kereta yang berangkat akan kukejar
Pesawat yang terbang akan kujatuhkan
Cinta yang hilang akan kutemukan
Reno terdiam melihat bingkisan yang di terimanya, kemudian dia melihat ke arah laki-laki tersebut seraya bertanya, "Tunggu, jika dia bertanya ini dari siapa, aku harus berkata apa??"
Sambil bertanya kepada laki-laki itu, Reno memperhatikan sekujur tubuhnya, dari atas hingga bawah untuk berjaga-jaga. Kemudian pria itu berbalik dan tersenyum seraya berkata, "Bilang saja, dari cintanya yang tertunda, dia pasti tahu"
Reno dan Melody hanya terdiam melihat laki-laki itu pergi setelah memberikan bingkisan tersebut. Reno melihat kembali bingkisan tersebut dan mendekatkan telinganya ke bingkisan tersebut. "Aku kira isinya bom, ternyata bukan.." ujar Reno sambil menghela nafas panjang.
"Kamu jangan nakut-nakutin dong!!" ujar Melody dengan nada sedikit gusar.
"Tapi kira-kira siapa ya dia?? Aku gak ingat sama sekali siapa orang itu" ujar Reno
"Tadi dia bilang dari cintanya yang tertunda, jangan-jangan.." ujar Melody yang menunjukkan wajah serius
"Jangan-jangan apa Mel??" tanya Reno penasaran menanti jawaban Melody
"Iya jangan-jangan korban php kakakmu!!" ujar Melody dengan wajah serius penuh keyakinan
Wajah Reno tampak sinis mendengar jawab dari Melody, sambil terus melihat tulisan di bingkisan tersebut dia bergumam, "Kalau enggak salah ini kan..."
*****
Keesokan harinya setelah Angel pulang dari Sydney dan pertemuan antara Reno dengan laki-laki yang menitipkan sebuah bingkisan untuk Angel, mereka berdua mengobrol di dalam kamar Angel.
"Kak, ada bingkisan dari seseorang" kata Reno
"Oh, dari siapa Ren?"
"Sebentar kak" ujar Reno seraya mengambil bingkisan tersebut di kamarnya.
Tidak lama berselang Reno masuk ke kamar Angel yang terlihat sedang membereskan baju-bajunya. Kemudian Reno tersadar akan sebuah foto waktu Angel masih SMA, dan tampaknya foto itu telah dirobek di bagian dimana Angel sedang berfoto bersama seseorang.
"Mana bingkisannya?? Dari siapa??" tanya Angel kepada Reno
"Dia tidak menyebutkan namanya Kak, dia hanya bilang...."
"Bilang apa Ren??" tanya Angel
"Dari cintanya yang tertunda" lanjut Reno
Mendadak suasana menjadi hening, dengan cepat Angel membuka bingkisan yang Reno bawa tadi, dia tidak sadar bahwa ada tulisan di balik kotak itu.
"Ini??" Angel terkejut
"Dibalik kotak itu ada tulisannya Kak"
Dia membalik kotak itu dan membaca tulisan yang berada di bingkisan tersebut.
"Seperti apa orangnya??" tanya Angel
"Orangnya tinggi berambut potongan cepak pendek gitu dengan kulit yang agak coklat. Mungkin dia adalah atlet basket, atau seseorang yang suka dengan basket.."
"Kenapa kamu bilang begitu??" tanya Angel
"Dia hanya menggunakan kaos singlet yang tidak berlengan, dari ototnya aku lihat tampak pembuluh darah yang agak melebar, pasti dia seseorang yang melakukan sesuatu dengan keras menggunakan tangannya"
Angel terdiam dan terus memandangi bingkisan tersebut, sedangkan Reno melanjutkan ceritanya. "Dia memakai sepatu basket, sepatu basket berwarna ungu, bertuliskan sebuah inisial ABR di sisi sepatu kanan, dan angka 17 di sisi sepatu kiri. Mungkin itu orang yang kakak kenal"
"Tidak salah lagi" gumam Angel
Wajah Angel bersedih, tatapannya kosong jauh menerawang sebuah ingatan yang seakan ingin dia lupakan.
"Ohya, dia kidal ya??" tanya Reno
"I-iya, kamu tahu sedetail itu?? Apa kalian ngobrol??"
"Tidak, dia hanya memberiku kotak itu dan berbicara yang aku katakan tadi. Dia menggunakan jam di tangan kanan, dan memberikan kotak itu dengan tangan kirinya, awalnya aku mengira orang itu tidak sopan, tapi setelah melihat jam tangan di tangan kanannya" ujar Reno panjang lebar
"Iya benar dia kidal" timpal Angel
"Jika kakak ingin bertemu akan kuantarkan, ada lapangan basket di dekat rumah eyang. Jika dugaanku benar, dia akan ada disana"
"Tidak perlu repot-repot" jawab Angel lirih
Setelah itu Reno meninggalkannya sendirian di kamar, dengan wajah penuh penasaran serta kekhawatiran terhadap kakaknya.
- LAPANGAN BASKET RONGGOLAWE -
Tiga hari setelah kepulangan kakaknya, Reno kembali menuju kompleks perumahan tersebut, namun dia tidak berkunjung ke rumah kakeknya melainkan menuju sebuah lapangan basket yang terletak tidak jauh dari sana. Dilapangan basket itu Reno melihat orang yang memberi bingkisan kepadanya sedang bermain basket bersama teman-temannya. Seorang lelaki bertubuh tinggi, cocok dengan permainan basket yang dia mainkan. Butuh waktu 2 hari bagi dia untuk mengingat kembali siapa laki-laki yang menitipkan bingkisan itu padanya, hingga pada waktu itu, setelah makan malam, dia membuka album foto yang tergeletak di gudang di salah satu sudut rumahnya di lantai dua. Dia melihat orang yang sama - dengan orang yang menitipkan bingkisan itu padanya - berfoto bersama kakaknya di dalam sebuah acara yang terlihat seperti pesta ulang tahun.
Reno memasuki area lapangan basket dan duduk disalah satu sudut lapangan, memperhatikannya bermain. Sepertinya dia seorang atlet, lagipula di sekitar tempat itu terdapat klub basket yang cukup terkenal dan mengikuti kompetisi reguler di kota ini
"Hai kak Bernard" sapa Reno
"Reno?? Apa yang kau lakukan disini?? Darimana kamu tahu aku berada disini??" tanya orang itu
"Terkadang aku hanya perlu ke sungai untuk mencari ikan, begitu juga dengan anda. Yang perlu kulakukan hanyalah mendatangi lapangan basket, tempat kesukaan anda" jawab Reno sambil tersenyum
"Begitu rupanya" ujarnya
"Ya, bingkisannya sudah aku berikan. Hanya saja sepertinya kakakku tidak suka" ujar Reno dengan polosnya
Bernard terdiam, dia hanya memutar bola basket yang berada di tangannya sambil berkata, "Andai dia tahu, aku mengaguminya semenjak pertama bertemu. Dan hubungan kami sangat baik pada awalnya, hingga kemudian dia menjauh secara perlahan dan menghilang begitu saja"
Reno terdiam dan melihat ke arah wajah Bernard yang menggambarkan rasa kekecewaan
"Ayo kalahkan aku di
game basket ini Ren, akan kuceritakan sesuatu hal yang sangat menarik"
"Hahaha, aku tidak berminat dengan basket Kak. Lain waktu aja ya" jawab Reno seraya meninggalkan lapangan itu
"Bagaimana kabar papa mu?" tanya Bernard
"Beliau baik-baik saja. Aku kira anda hanya perhatian dengan kakakku saja" jawab Reno
"Itu sudah seharusnya, salam untuk kakakmu" ujarnya sambil melambaikan tangan ke arah teman-temannya yang memanggil dia untuk segera bergabung kembali ke dalam permainan
"Kenapa tidak kakak ucapkan saja sendiri?? Kurasa waktunya sudah tepat"
Bernard hanya terdiam melihat Reno yang pergi meninggalkan lapangan itu, dan akhirnya dia pun bergabung kembali bermain basket bersama teman-temannya.
Januari 2014, Hari keempat kepulangan Angel
Pagi itu sebelum berangkat ke rumah Melody, Reno dan Angel tengah sarapan di ruang makan. Sedangkan Mama mereka sudah sibuk dengan bisnis online shop yang baru-baru ini dikelolanya. Menu sarapan pagi itu adalah nasi goreng dengan serutan keju serta omlete yang menggugah selera makan.
"Aku kemarin bertemu dengannya kak.." ujar Reno
"Siapa??"
"Kak Bernard. Sepertinya dia orang yang baik"
"Bukankah dari kecil kau sudah mengenalnya??"
"Benarkah? Mungkin aku harus bertanya kepada temanku apakah mereka mengingat apa saja yang mereka lakukan sewaktu kecil"
Tiba-tiba Angel berhenti makan dan meletakkan sendok serta garpunya di atas piring. Kali ini wajah Angel mendadak serius.
"Ada sesuatu yang harus kamu tahu Ren, sesuatu yang sangat rahasia. Bahkan Mama pun kemungkinan tidak tahu" cerita Angel
"Rahasia apa kak??"
Sambil menghela nafas panjang Angel mulai bercerita, "Dia teman main kakak sewaktu masih SMA, dia sangat energik dan juga pintar. Dulu kakak sempat suka sama dia, tapi semua berubah ketika kakak menemukan sesuatu di kamar eyang."
Reno terdiam dan menunggu kelanjutan cerita dari Angel
"Apa itu kak??" tanya Reno
"Kau ingat bahwa Bernard dari kecil sudah bersama eyang bukan?? Disitu awal kecurigaan kakak"
"Iya sih, mungkin saja eyang memang merawatnya dari kecil" tukas Reno
"Memang benar eyang yang merawatnya dari kecil, tapi dia siapa? Cucu eyang? Anak eyang?" cerita Angel
Reno mengernyitkan dahinya seraya berpikir, "Kalau kemarin aku lihat mungkin umurnya sama seperti kakak. Bahkan mungkin lebih muda"
"Dia anak eyang Ren, dia seumuran dengan papa. Dia anak dari wanita lain yang pernah ditiduri oleh kakek" ujar Angel seraya mengambil jus jeruk yang berada di dekatnya
Reno terkejut dan hampir mengeluarkan bola matanya, "Seumuran dengan papa?? Darimana kakak tahu?"
"Karena akta kelahirannya kakak temukan di kamar eyang. Dari tahun kelahirannya lebih tua setahun dari tahun kelahiran papa."
"Tapi bukankah dulu waktu aku masih di sekolah dasar dia tidak terlalu tua? Bahkan pada saat itu bisa dibilang seumuran dengan kakak. Teman SMA kakak kan??"
"Kakak hanya bilang dia teman main kakak sewaktu SMA. Jadi belum tentu dia juga masih SMA waktu itu." lanjut Angel
"Tapi beneran dia masih muda kak sewaktu aku bertemu dengannya."
"Itulah yang membuat kakak penasaran, karena tak kunjung menemukan jawabannya akhirnya kakak hanya bisa memendam dalam hati. Sampai akhirnya kakak harus melanjutkan study ke Sydney. Dan itu hanya sekitar 3 tahun yang lalu bukan? Kau lihat bagaimana Bernard sekarang?"
"Dia terlihat seumuran dengan kakak, maksudku mungkin lebih tua setahun dua tahun kak" ujar Reno sambil berpikir
"Sewaktu di Sydney kakak mempunyai teman wanita yang hobi berselancar di dunia maya yang pada akhirnya kakak ketahui bahwa dia bisa membobol situs-situs dengan kemampuannya, waktu itu dia sedang membobol sebuah situs perusahaan obat terkenal di Amerika. Dan kakak tak sengaja melihat profil eyang pada biografi perusahaan tersebut"
Perbincangan mereka berdua menjadi sangat serius, Reno semakin penasaran dengan cerita Angel.
"Perusahaan tersebut sedang melakukan penelitian untuk menghambat penuaan. Subyek tes yang pertama adalah hewan mamalia seperti kera, simpanse. Sedangkan yang subyek tes yang kedua adalah..." Angel terdiam
"Manusia??" lanjut Reno dengan nada penasaran
"Iya benar. Namun laporannya belum dibuat pada saat itu sehingga kakak dan teman kakak belum bisa memastikan siapa saja yang merupakan subyek tes penelitian tersebut"
Reno terdiam dan berpikir sejenak. Setelah meminum jus jeruknya dia berkata, " Menghambat penuaan? Maksud kakak hidup abadi?"
"Seperti itulah.. Bayangkan apa yang bisa dilakukan manusia jika dia bisa hidup abadi. Paling tidak dia akan terhenti pada satu usia tertentu dan tidak akan pernah mengalami penuaan dan penurunan metabolisme tubuh" lanjut Angel
"Teman kakak bekerja untuk kepolisian??" tanya Reno
"Dia seorang freelance. Tergantung siapa yang membutuhkan jasanya, kalau harga cocok dia akan melakukan tugasnya" jelas Angel
Tiba-tiba Mama mereka datang dan suasana menjadi hening, Reno dan Angel segera melanjutkan sarapan mereka dan juga diikuti oleh mama mereka.
"Ayo dihabiskan, sebentar lagi Mama mau arisan"
"Iya ma" jawab Reno dan Angel hampir bersamaan
Sambil melahap sarapannya, Angel berkata "Mungkin lain kali kau harus memangilnya dengan sebutan 'paman'"
**To Be Continued**