Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Love Is More - The Organization

Nice
Semoga lancar kedepannya dan dimohon jangan ilang-ilangan nantinya kayak kebanyakan penulis disini (termasuk yang ngetik ini)

Alias

Part 6, 7, 8 nya kok gak sekalian?
 
Nice
Semoga lancar kedepannya dan dimohon jangan ilang-ilangan nantinya kayak kebanyakan penulis disini (termasuk yang ngetik ini)

Alias

Part 6, 7, 8 nya kok gak sekalian?
Siap gan, part 678 yg sudah ane posting di latihan posting ada beberapa yang ane hilangin karena khusus untuk di posting sf ini gan
 
Wow karakternya (utk sf yg sekarang2) cukup anti-mainstream ya haha. Keren. Kaget saya liat ada "The Next Ratu" debut. Lanjut gan!
 

Chapter 6 - Delayed


Januari 2014, Minggu pertama

Liburan semester telah tiba, banyak hal yang Reno lalui dari awal semester hingga akhir semester ke-3 ini. Mulai dari Reno yang mengenal calon-calon arsitek masa depan yang sama sekali tidak terlihat seperti seorang arsitek, hingga terbentuknya Building Doctor.
Di semester 3 ini juga Reno mengenal sosok gadis yang sangat dia suka senyumannya. Lembut, cerdas, dan hal baik lainnya yang membuat gadis tersebut begitu istimewa di hati Reno. Beruntung Reno telah bersamanya untuk saat ini. Ya untuk saat ini.



- AIRPORT -


"Waaah ini nih adekku yang ganteng udah besar ya" sebuah suara yang mulai terdengar asing bagi Reno

"Kakak enggak ingat sudah berapa tahun menghilang??" tanya Reno dengan wajah sinis


Hari ini Reno, Melody dan Mama Reno menjemput seseorang, dia adalah Angelica Berlian Reinhart, kakak perempuan Reno. Penampilannya bisa dibilang berubah semenjak berangkat ke Australia untuk melanjutkan pendidikan S-2. Dia dulu termasuk gadis yang tomboy dan sering mengajak Reno bermain sepak bola, kini mendadak memakai dress dan sepatu high heels, serta penampilannya yang terkesan sangat feminim.


"Ma, ini kak Angel??" tanya Reno keheranan

"Iya Ren, kenapa?? Ada yang beda??" tanya Mama sambil memeluk anak perempuan satu-satunya

"Emang bisa main bola pake sepatu ginian??" ujar Reno seraya berjongkok dan memandangi high heels yang dipakai Angel

"Sstt.. ini cuma pencitraan. Ayo main bola lagi Ren!!" jawab Angel yang disertai tawa mamanya


Reno dan Angel ikut tertawa melihat tawa bahagia dari Mama mereka, terlebih lagi Angel yang memang tampak rindu dengan mama dan juga adik laki-laki kesayangannya


"Melody mana Ren??" tanya Mama Reno

"Tadi sih ke toilet ma, itu dia" tunjuk Reno kepada Melody yang berjalan menghampiri mereka

"Nah Angel, ini Melody" kata Mama Reno memperkenalkan kepada Angel

"Melody kak, senang bisa bertemu" ujar Melody sambil tersenyum

"Angelica, panggil aja Angel" kata Angel seraya membalas uluran tangan melody


Setelah berjabat tangan Angel terus melihat Melody dari atas sampai bawah. Melody pun akhirnya tersadar dan bertanya kepada Angel, "Maaf kak apa ada yang salah??"

"Oh enggak kok Mel, kakak cuma kaget kok Reno bisa dapetin cewek secantik kamu" ujar Angel sambil melirik ke arah Reno

"Haha aku yang dapetin Reno kak, bukan Reno yang dapetin aku" ujar Melody sambil tertawa yang diikuti oleh tawa Angel

"Kak, tanyanya yang bener ya nanti tak pesenin tiket ke Sydney lagi lho" timpal Reno dengan sinis

"Eh Mel beneran deh, kamu cantik kok mau sama Reno??" tanya Angel lagi dengan maksud menggoda Reno

"Hahah kalo itu rahasia hati Kak" jawab Melody

"Tuh khan" timpal Reno

"Sudah-sudah bercandanya, ayo sekarang kita pulang. Tapi mampir dulu ke rumah eyang ya Ren" ujar Mama Reno menyela candaan mereka bertiga

"Oke siap Mama bos!!" jawab Reno dengan sedikit bercanda


277319653abc415e5f595effccf8c709ae1031f4.jpg



Dari airport mereka tidak langsung pulang, namun menuju ke sebuah kompleks perumahan yang terletak agak jauh dari Rumah mereka. Setelah perjalanan sekitar 30 menit akhirnya mereka telah sampai pada sebuah rumah yang terletak di seberang sebuah lapangan basket yang berada di kompleks perumahan tersebut.


"Oleh-olehnya sudah ada ??", tanya Mama kepada Angel

"Oh ada kok Ma, ini" jawab Angel menunjukan sebuah bingkisan.


Setelah memarkir mobilnya, Reno dan mereka masuk ke sebuah rumah yang terlihat terpisah dari Rumah yang lain karena sisi kanan dan kiri Rumah tersebut masih berupa tanah kosong yang belum dibangun. Sepertinya memang tidak ada yang berniat membeli tanah disebelah Rumah tersebut.

Terdengar bunyi bel yang ditekan oleh mama Reno. Tidak lama berselang pintu terbuka dari dalam dan seorang wanita dengan ramah menyapa mereka.


"Oh Bu Stella, mari bu masuk, eyang ada di dalam" kata seorang wanita yang membukakan pintu rumah itu

"Iya mbok" jawab Mama Reno


Mereka masuk kedalam Rumah yang bercat putih dengan hiasan ornamen-ornamen khas Cina dan kaligrafi Arab. Hal ini tampaknya membuat Reno teringat akan sesuatu. "Rasanya aku tidak asing dengan rumah ini" gumam Reno dalam hati.


"Assalamualaikum eyang" ujar Mama Reno

"Waalaikumsalam, ayo sini duduk. Waah ini Angel ?? Sudah besar ternyata" jawab seorang kakek tua berjenggot putih yang tengah terduduk di kursi goyang sambil menghisap cerutu kesukaannya.

"Iya eyang" jawab Angel sembari mencium tangan kakek tua itu


Reno pun mencium tangan eyang itu dan diikuti oleh Melody, namun bau khas bekas cerutu dari tangan Kakek tersebut sedikit membuat Melody mual.


"Dan ini pasti, Reno" ujar kakek itu sembari mengingat-ingat

"Iya eyang" jawab Reno singkat


Setelah berbincang-bincang Angel memberikan bingkisan yang telah dipersiapkannya kepada Kakek tersebut sedangkan Reno mengajak Melody keluar dan duduk di bangku taman di dalam rumah itu.


"Kakakmu cantik yaa" ujar Melody

"Hahah cantik darimana, dulu paling gak suka pakai make up" timpal Reno

"Hahah sekarang jadi gak bisa kemana-mana kalau gak pake make up kayaknya" ujar Melody sambil tertawa.


Ditengah-tengah percakapan, mereka tidak sadar bahwa sedang diawasi oleh seseorang. Dia berbaju hitam di balik pos satpam yang terletak depan pagar Rumah Kakek tersebut. Sepasang mata tajam tengah memperhatikan mereka berdua. Tidak lama berselang sesosok tubuh keluar dari pos itu, dan menghampiri Reno.


"Reno Reinhart??" tanya orang yang keluar dari pos satpam itu

"Iya, ada apa??" jawab Reno

"Tidak ada apa-apa, itu benar Angel kakakmu yang ada di dalam??" tanya laki-laki itu

"Iya, ada apa??" jawab Reno untuk kedua kalinya

"Bisa minta tolong berikan ini padanya??" ujar laki-laki itu sambil mengeluarkan sebuah kotak bingkisan

"Baiklah" jawab Reno singkat


Laki-laki itu memberikan Reno sebuah kotak berukuran kardus sepatu, bersampul kertas kado berwarna ungu dengan hiasan pita berwarna ungu. Di balik kotak itu tertulis sebuah kalimat


17 Oktober 2006
Kereta yang berangkat akan kukejar
Pesawat yang terbang akan kujatuhkan

Cinta yang hilang akan kutemukan
Reno terdiam melihat bingkisan yang di terimanya, kemudian dia melihat ke arah laki-laki tersebut seraya bertanya, "Tunggu, jika dia bertanya ini dari siapa, aku harus berkata apa??"

Sambil bertanya kepada laki-laki itu, Reno memperhatikan sekujur tubuhnya, dari atas hingga bawah untuk berjaga-jaga. Kemudian pria itu berbalik dan tersenyum seraya berkata, "Bilang saja, dari cintanya yang tertunda, dia pasti tahu"

Reno dan Melody hanya terdiam melihat laki-laki itu pergi setelah memberikan bingkisan tersebut. Reno melihat kembali bingkisan tersebut dan mendekatkan telinganya ke bingkisan tersebut. "Aku kira isinya bom, ternyata bukan.." ujar Reno sambil menghela nafas panjang.


"Kamu jangan nakut-nakutin dong!!" ujar Melody dengan nada sedikit gusar.

"Tapi kira-kira siapa ya dia?? Aku gak ingat sama sekali siapa orang itu" ujar Reno

"Tadi dia bilang dari cintanya yang tertunda, jangan-jangan.." ujar Melody yang menunjukkan wajah serius

"Jangan-jangan apa Mel??" tanya Reno penasaran menanti jawaban Melody

"Iya jangan-jangan korban php kakakmu!!" ujar Melody dengan wajah serius penuh keyakinan


Wajah Reno tampak sinis mendengar jawab dari Melody, sambil terus melihat tulisan di bingkisan tersebut dia bergumam, "Kalau enggak salah ini kan..."



*****​
Keesokan harinya setelah Angel pulang dari Sydney dan pertemuan antara Reno dengan laki-laki yang menitipkan sebuah bingkisan untuk Angel, mereka berdua mengobrol di dalam kamar Angel.

"Kak, ada bingkisan dari seseorang" kata Reno

"Oh, dari siapa Ren?"

"Sebentar kak" ujar Reno seraya mengambil bingkisan tersebut di kamarnya.


Tidak lama berselang Reno masuk ke kamar Angel yang terlihat sedang membereskan baju-bajunya. Kemudian Reno tersadar akan sebuah foto waktu Angel masih SMA, dan tampaknya foto itu telah dirobek di bagian dimana Angel sedang berfoto bersama seseorang.


"Mana bingkisannya?? Dari siapa??" tanya Angel kepada Reno

"Dia tidak menyebutkan namanya Kak, dia hanya bilang...."

"Bilang apa Ren??" tanya Angel

"Dari cintanya yang tertunda" lanjut Reno


Mendadak suasana menjadi hening, dengan cepat Angel membuka bingkisan yang Reno bawa tadi, dia tidak sadar bahwa ada tulisan di balik kotak itu.


"Ini??" Angel terkejut

"Dibalik kotak itu ada tulisannya Kak"


Dia membalik kotak itu dan membaca tulisan yang berada di bingkisan tersebut.


"Seperti apa orangnya??" tanya Angel

"Orangnya tinggi berambut potongan cepak pendek gitu dengan kulit yang agak coklat. Mungkin dia adalah atlet basket, atau seseorang yang suka dengan basket.."

"Kenapa kamu bilang begitu??" tanya Angel

"Dia hanya menggunakan kaos singlet yang tidak berlengan, dari ototnya aku lihat tampak pembuluh darah yang agak melebar, pasti dia seseorang yang melakukan sesuatu dengan keras menggunakan tangannya"


Angel terdiam dan terus memandangi bingkisan tersebut, sedangkan Reno melanjutkan ceritanya. "Dia memakai sepatu basket, sepatu basket berwarna ungu, bertuliskan sebuah inisial ABR di sisi sepatu kanan, dan angka 17 di sisi sepatu kiri. Mungkin itu orang yang kakak kenal"


"Tidak salah lagi" gumam Angel


Wajah Angel bersedih, tatapannya kosong jauh menerawang sebuah ingatan yang seakan ingin dia lupakan.


"Ohya, dia kidal ya??" tanya Reno

"I-iya, kamu tahu sedetail itu?? Apa kalian ngobrol??"

"Tidak, dia hanya memberiku kotak itu dan berbicara yang aku katakan tadi. Dia menggunakan jam di tangan kanan, dan memberikan kotak itu dengan tangan kirinya, awalnya aku mengira orang itu tidak sopan, tapi setelah melihat jam tangan di tangan kanannya" ujar Reno panjang lebar

"Iya benar dia kidal" timpal Angel

"Jika kakak ingin bertemu akan kuantarkan, ada lapangan basket di dekat rumah eyang. Jika dugaanku benar, dia akan ada disana"

"Tidak perlu repot-repot" jawab Angel lirih


Setelah itu Reno meninggalkannya sendirian di kamar, dengan wajah penuh penasaran serta kekhawatiran terhadap kakaknya.



- LAPANGAN BASKET RONGGOLAWE -
Tiga hari setelah kepulangan kakaknya, Reno kembali menuju kompleks perumahan tersebut, namun dia tidak berkunjung ke rumah kakeknya melainkan menuju sebuah lapangan basket yang terletak tidak jauh dari sana. Dilapangan basket itu Reno melihat orang yang memberi bingkisan kepadanya sedang bermain basket bersama teman-temannya. Seorang lelaki bertubuh tinggi, cocok dengan permainan basket yang dia mainkan. Butuh waktu 2 hari bagi dia untuk mengingat kembali siapa laki-laki yang menitipkan bingkisan itu padanya, hingga pada waktu itu, setelah makan malam, dia membuka album foto yang tergeletak di gudang di salah satu sudut rumahnya di lantai dua. Dia melihat orang yang sama - dengan orang yang menitipkan bingkisan itu padanya - berfoto bersama kakaknya di dalam sebuah acara yang terlihat seperti pesta ulang tahun.

Reno memasuki area lapangan basket dan duduk disalah satu sudut lapangan, memperhatikannya bermain. Sepertinya dia seorang atlet, lagipula di sekitar tempat itu terdapat klub basket yang cukup terkenal dan mengikuti kompetisi reguler di kota ini


"Hai kak Bernard" sapa Reno

"Reno?? Apa yang kau lakukan disini?? Darimana kamu tahu aku berada disini??" tanya orang itu

"Terkadang aku hanya perlu ke sungai untuk mencari ikan, begitu juga dengan anda. Yang perlu kulakukan hanyalah mendatangi lapangan basket, tempat kesukaan anda" jawab Reno sambil tersenyum

"Begitu rupanya" ujarnya

"Ya, bingkisannya sudah aku berikan. Hanya saja sepertinya kakakku tidak suka" ujar Reno dengan polosnya


Bernard terdiam, dia hanya memutar bola basket yang berada di tangannya sambil berkata, "Andai dia tahu, aku mengaguminya semenjak pertama bertemu. Dan hubungan kami sangat baik pada awalnya, hingga kemudian dia menjauh secara perlahan dan menghilang begitu saja"


Reno terdiam dan melihat ke arah wajah Bernard yang menggambarkan rasa kekecewaan


"Ayo kalahkan aku di game basket ini Ren, akan kuceritakan sesuatu hal yang sangat menarik"

"Hahaha, aku tidak berminat dengan basket Kak. Lain waktu aja ya" jawab Reno seraya meninggalkan lapangan itu

"Bagaimana kabar papa mu?" tanya Bernard

"Beliau baik-baik saja. Aku kira anda hanya perhatian dengan kakakku saja" jawab Reno

"Itu sudah seharusnya, salam untuk kakakmu" ujarnya sambil melambaikan tangan ke arah teman-temannya yang memanggil dia untuk segera bergabung kembali ke dalam permainan

"Kenapa tidak kakak ucapkan saja sendiri?? Kurasa waktunya sudah tepat"


Bernard hanya terdiam melihat Reno yang pergi meninggalkan lapangan itu, dan akhirnya dia pun bergabung kembali bermain basket bersama teman-temannya.


Januari 2014, Hari keempat kepulangan Angel

Pagi itu sebelum berangkat ke rumah Melody, Reno dan Angel tengah sarapan di ruang makan. Sedangkan Mama mereka sudah sibuk dengan bisnis online shop yang baru-baru ini dikelolanya. Menu sarapan pagi itu adalah nasi goreng dengan serutan keju serta omlete yang menggugah selera makan.


"Aku kemarin bertemu dengannya kak.." ujar Reno

"Siapa??"

"Kak Bernard. Sepertinya dia orang yang baik"

"Bukankah dari kecil kau sudah mengenalnya??"

"Benarkah? Mungkin aku harus bertanya kepada temanku apakah mereka mengingat apa saja yang mereka lakukan sewaktu kecil"


Tiba-tiba Angel berhenti makan dan meletakkan sendok serta garpunya di atas piring. Kali ini wajah Angel mendadak serius.


"Ada sesuatu yang harus kamu tahu Ren, sesuatu yang sangat rahasia. Bahkan Mama pun kemungkinan tidak tahu" cerita Angel

"Rahasia apa kak??"


Sambil menghela nafas panjang Angel mulai bercerita, "Dia teman main kakak sewaktu masih SMA, dia sangat energik dan juga pintar. Dulu kakak sempat suka sama dia, tapi semua berubah ketika kakak menemukan sesuatu di kamar eyang."


Reno terdiam dan menunggu kelanjutan cerita dari Angel


"Apa itu kak??" tanya Reno

"Kau ingat bahwa Bernard dari kecil sudah bersama eyang bukan?? Disitu awal kecurigaan kakak"

"Iya sih, mungkin saja eyang memang merawatnya dari kecil" tukas Reno

"Memang benar eyang yang merawatnya dari kecil, tapi dia siapa? Cucu eyang? Anak eyang?" cerita Angel


Reno mengernyitkan dahinya seraya berpikir, "Kalau kemarin aku lihat mungkin umurnya sama seperti kakak. Bahkan mungkin lebih muda"


"Dia anak eyang Ren, dia seumuran dengan papa. Dia anak dari wanita lain yang pernah ditiduri oleh kakek" ujar Angel seraya mengambil jus jeruk yang berada di dekatnya


Reno terkejut dan hampir mengeluarkan bola matanya, "Seumuran dengan papa?? Darimana kakak tahu?"


"Karena akta kelahirannya kakak temukan di kamar eyang. Dari tahun kelahirannya lebih tua setahun dari tahun kelahiran papa."

"Tapi bukankah dulu waktu aku masih di sekolah dasar dia tidak terlalu tua? Bahkan pada saat itu bisa dibilang seumuran dengan kakak. Teman SMA kakak kan??"

"Kakak hanya bilang dia teman main kakak sewaktu SMA. Jadi belum tentu dia juga masih SMA waktu itu." lanjut Angel

"Tapi beneran dia masih muda kak sewaktu aku bertemu dengannya."

"Itulah yang membuat kakak penasaran, karena tak kunjung menemukan jawabannya akhirnya kakak hanya bisa memendam dalam hati. Sampai akhirnya kakak harus melanjutkan study ke Sydney. Dan itu hanya sekitar 3 tahun yang lalu bukan? Kau lihat bagaimana Bernard sekarang?"

"Dia terlihat seumuran dengan kakak, maksudku mungkin lebih tua setahun dua tahun kak" ujar Reno sambil berpikir

"Sewaktu di Sydney kakak mempunyai teman wanita yang hobi berselancar di dunia maya yang pada akhirnya kakak ketahui bahwa dia bisa membobol situs-situs dengan kemampuannya, waktu itu dia sedang membobol sebuah situs perusahaan obat terkenal di Amerika. Dan kakak tak sengaja melihat profil eyang pada biografi perusahaan tersebut"


Perbincangan mereka berdua menjadi sangat serius, Reno semakin penasaran dengan cerita Angel.


"Perusahaan tersebut sedang melakukan penelitian untuk menghambat penuaan. Subyek tes yang pertama adalah hewan mamalia seperti kera, simpanse. Sedangkan yang subyek tes yang kedua adalah..." Angel terdiam

"Manusia??" lanjut Reno dengan nada penasaran

"Iya benar. Namun laporannya belum dibuat pada saat itu sehingga kakak dan teman kakak belum bisa memastikan siapa saja yang merupakan subyek tes penelitian tersebut"


Reno terdiam dan berpikir sejenak. Setelah meminum jus jeruknya dia berkata, " Menghambat penuaan? Maksud kakak hidup abadi?"


"Seperti itulah.. Bayangkan apa yang bisa dilakukan manusia jika dia bisa hidup abadi. Paling tidak dia akan terhenti pada satu usia tertentu dan tidak akan pernah mengalami penuaan dan penurunan metabolisme tubuh" lanjut Angel

"Teman kakak bekerja untuk kepolisian??" tanya Reno

"Dia seorang freelance. Tergantung siapa yang membutuhkan jasanya, kalau harga cocok dia akan melakukan tugasnya" jelas Angel


Tiba-tiba Mama mereka datang dan suasana menjadi hening, Reno dan Angel segera melanjutkan sarapan mereka dan juga diikuti oleh mama mereka.


"Ayo dihabiskan, sebentar lagi Mama mau arisan"

"Iya ma" jawab Reno dan Angel hampir bersamaan

Sambil melahap sarapannya, Angel berkata "Mungkin lain kali kau harus memangilnya dengan sebutan 'paman'"




**To Be Continued**
 
Chapter 7 : Smallest Possibility (Part - 1)


Januari 2014, Minggu ketiga

Siang itu Reno dan Melody tengah menikmati makan siang di Member Cafe, Reno bercerita tentang acara yang akan di hadiri oleh kakaknya, tentu saja dia tidak lupa mengajak Melody untuk ikut.

"Jadi ikut ya, acaranya jam 3 sore, nanti kak Angel yang jemput"

"Loh kamu gak ikut??" tanya Melody sambil menikmati makanannya

"Ikut kok cuma aku nganter mama dulu, as always mama harus dianterin kalau mau kemana-mana seperti pesan papa" jawab Reno

"Oke deh"


Ditengah pembicaraan mereka berdua datanglah seorang wanita yang Reno kenal menyela obrolan.


"Ternyata memang kamu sering ke tempat ini ya.." ujar wanita itu

"Ratu?? Kamu kok bisa ada disini??" jawab Reno setengah terkejut

"Kamu pernah bilang kalau tempat ini sering kamu kunjungi, kamu sudah lupa??"

"Ah iya, ayo gabung sini.." jawab Reno sambil berpindah tempat ke sebelah Melody

"Mbak tolong menunya" ujar Ratu setengah berteriak


27731976d926657b3cab8ef674061d5427dfbbce.jpg


Dengan kemeja warna putih tulang serta rok span yang hanya beberapa jengkal di atas lututnya, Dia terlihat seperti pegawai kantor yang sedang menikmati jam istirahatnya. Dilepasnya ikatan rambut yang menahan rambut hitam miliknya, dia biarkan terurai dan menatanya kembali. Tidak berselang lama, Reno segera mengenalkan Melody kepadanya. Apa yang dilakukan Ratu selanjutnya merupakan respon terhadap rasa penasarannya setelah melihat sosok Melody. Dia terus memandangi wajah Melody yang tengah menikmati makanannya.


"Maaf sebelumnya, tapi rasanya aku pernah melihat wajahmu" ujarnya yang membuat Melody terkejut

"Benarkah?? Dimana?? Kalau aku sepertinya baru bertemu denganmu hari ini kak"


Ratu terdiam sebentar dan terlihat seperti mengingat-ingat sesuatu, kemudian dia mengambil ponselnya dan menunjukkan sebuah foto yang begitu Melody kenal.


"Brian Eduardo Lewis, kamu mengenalnya??" tanya Ratu


Reno dan Melody terkejut, dengan sedikit gugup Melody berkata, "Iya kak aku mengenalnya, kenapa memang??"


"Kenapa dengan dia??" timpal Reno

"Berarti memang benar ingatanku tidak salah. Aku pernah melihat foto wajahmu, waktu itu aku sedang memimpin aksi penangkapan kasus obat-obatan terlarang. Fotomu dan Brian terdapat di pigora kecil yang terletak di atas meja kamarnya." ujarnya sambil memasukkan kembali ponselnya

"Brian jadi tersangka??!!" ujar Melody setengah terkejut

"Brian yang waktu itu ya Mel??" tanya Reno

"Kau ingat dengan kasus yang terjadi di seberang cafe ini, Ren?? Kami sudah menemukan pelakunya. Dia tertangkap sedang menikmati obat-obatan terlarang tersebut. Waktu kami interogasi dia berkata mendapatkannya dari seseorang, dan dia memberi kami satu nama, yaitu Brian"

"Iya aku ingat. Lalu bagaimana kelanjutannya??"

"Waktu kami menyergap ke rumah Brian, dia sedang di bawah pengaruh obat-obatan tersebut, dia terbukti menyimpan sejumlah kecil barang itu. Setelah kami geledah rumahnya tidak ditemukan barang itu dalam jumlah besar, jadi tuduhan kami dia hanya sebagai pemakai saja. Namun yang terjadi setelahnya sangat aneh dan membuatku tidak habis pikir" lanjut Ratu sambil menikmati hot chocolate pesanannya


Melody terdiam dan terkejut mendengar cerita Anggun, dan Reno terlihat menenangkan Melody sambil menggandeng erat tangannya.


"Kantor tahanan tempat pelaku pembunuhan itu tiba-tiba terbakar dengan hebat. Dia ditemukan tewas terpanggang dan hampir tidak dikenali lagi. Beberapa tahanan yang lain sempat kabur namun berhasil ditangkap kembali. Seluruh data mengenai pelaku tersebut hilang dari database kami. Bahkan namanya juga hilang dari data pemerintah yang mengurusi tentang kependudukan. SIM dan KTP nya juga hilang beserta data-data mengenai dia. Riwayat rekening dan semuanya hilang bak ditelan bumi." ujar Ratu panjang lebar

"Dan itu terjadi setelah Brian ditangkap?? Sekarang bagaimana keadaannya??" tanya Reno

"Iya. Brian dibebaskan dan masuk pusat rehabilitasi karena dia terbukti ketergantungan. Kalau kau mau menjenguknya aku bisa mengantarkan" ujarnya menawarkan


Reno yang melihat Melody mendengarkan penuturan Ratu dengan seksama akhirnya mengiyakan tawaran itu dan mereka bertiga bergegas menuju tempat pusat rehabilitasi tersebut.


- Pusat Rehabilitasi Obat-obatan Terlarang -

Tidak ada yang spesial dari tempat rehabilitasi ini, hampir sama dengan rumah sakit kebanyakan. Tidak ada penjagaan khusus dari petugas kepolisian. Semua orang tampak bebas keluar masuk tempat ini.

Sesampainya di lobby, mereka bertiga bergegas menuju ruang kepala dan Ratu meminta ijin untuk menemui Brian dengan alasan penyelidikan.


"Hai sudah berapa lama aku tidak melihatmu" sapa Brian yang mencoba tersenyum


Melody hanya terdiam melihat keadaan Brian yang bertambah kurus dan juga wajahnya yang sedikit muncul keriput di sudut matanya.


"Kenapa kamu seperti ini?? Apa yang sudah kamu perbuat??"

"Aku tidak tahu, semuanya berjalan begitu cepat hingga akhirnya aku tersadar wanita itu sudah menahanku, di dalam rumahku sendiri" ujarnya sambil melihat ke arah Ratu yang tengah mengobrol dengan Reno

Air mata Melody jatuh, "Kamu janji akan berubah kan?? Kenapa??" tanyanya sambil menyeka air mata

"No no, stop it. Don't make me feel worst" ujar Brian sambil menghapus air mata Melody dan menatapnya dengan penuh arti

"Kamu akan berhenti kan??" tanya Melody dengan tatapan tajam ke arahnya


Brian menunduk, kekuatannya seperti dicabut dan suaranya menghilang. Dia hanya mengangkat pundaknya dengan rasa penyesalan yang teramat dalam.

Dari jauh terlihat Reno yang memandangi mereka berdua berbicara. Tidak lama kemudian Ratu mendekat dan bertanya lagi, "Apa hubungan mereka berdua sebenarnya??"

"Mereka dulu sepasang kekasih, maksudku mungkin masih sampai saat ini.." jawab Reno

"Bukankah dia kekasihmu?? Aku jadi bingung"

"Ceritanya panjang" jawab Reno singkat

"Sepertinya aku ketinggalan sebuah kisah cinta yang menyentuh. Oh iya, dia sudah berada di tempat ini sekitar 2 bulan. Mungkin sebentar lagi dia akan sembuh. Aku harap ini tidak berpengaruh kepada hubunganmu dan gadis itu."

"Tenang saja, ini tidak akan merubah apapun yang terjadi diantara kami. Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu??"

"Tentu saja" jawab Ratu

"Sebenarnya kamu dari awal memang berniat mempertemukan mereka berdua kan? Aku sedikit ragu terhadap ceritamu bahwa kau menemukan foto Brian dengan Melody di atas meja. Dan juga keberadaanmu yang tiba-tiba di cafe tersebut. Kau berusaha memanfaatkan sisi lain dari Brian dengan mendatangkan gadis itu agar kau memperoleh informasi lebih"


Ratu terdiam dengan sedikit terkejut dan sejenak memandang ke arah Reno. "Aku selalu tidak bisa membohongimu dari dulu rupanya. Ya benar aku sudah memperhatikan gadis itu sejak lama karena memang pihak intelijen negara menugaskanku untuk mengusut sebuah kasus yang rahasia. Dan dia, Brian Eduardo Lewis berada di urutan teratas dalam daftar hitam ku. Kuharap aku bisa memberitahumu, but not today"

"Katakan padaku, apa yang bisa gadis sepolos dan sebaik dia lakukan sehingga pihak intelijen menyeret dia masuk kedalam kasus??" tanya Reno

"I wish i could tell you. But, not today" jawabnya seraya meninggalkan Reno dan menuju ke arah Melody dan Brian. Dari tempat Reno terlihat bahwa Ratu memberi isyarat waktu sudah habis dan mengajak Melody pergi dari tempat itu. Brian sendiri terlihat dibawa oleh petugas ke dalam sebuah ruangan yang terlihat seperti kamar.

"Kamu baik-baik aja Mel??" ucap Reno ketika Melody menghampirinya dengan langkah gontai tanpa semangat

"Iya, aku cuma ingin pulang. Istirahat" jawab Melody pelan


Di sepanjang perjalanan mereka bertiga diam membisu, terlebih lagi Melody yang hanya terlihat melamun sambil menatap ke luar. Reno yang diam-diam memperhatikannya merasa tidak tenang dan tidak tahu harus berbuat apa. Sampai akhirnya mereka tiba di rumah Melody.


"Kamu istirahat ya, tidak usah terlalu dipikirkan. Semuanya baik-baik saja pastinya" ujar Reno yang mencoba menenangkan hati Melody

"Iya Ren, terima kasih banyak ya. Oh iya, aku minta maaf ya" ujar Melody

27731978f270e9bf797579c2b41924a870de013d.jpg


"Loh buat apa??" tanya Reno sedikit bingung

"Selalu merepotkan. Maaf ya" ujar Melody yang terlihat menahan tangis di matanya

Melihat itu semua membuat Reno beranjak memeluknya, dia tahu perasaan wanita yang ada di hatinya kini sedang tersiksa. Mereka berpelukan cukup lama sampai akhirnya Melody agak menjauh. Dia meletakkan tangannya di kedua pipi Reno dan dengan tatapan yang sayu dia berkata, "Aku minta maaf ya, benar-benar minta maaf" ucap Melody.

Chupp..

Sebuah ciuman mesra mendarat di bibir Reno dalam sekejap membuatnya diam mematung, kemudian dia melihat Melody masuk kedalam rumah dan meninggalkannya di depan pintu.

Reno kembali ke mobil dengan perasaan berkecamuk di hatinya. "Sesuatu sedang terjadi ya Ren??" tanya Ratu tiba-tiba.

"Ya, senyumannya menghilang" jawab Reno singkat.


Ratu terdiam disaat Reno menyalakan mobilnya dan bergegas mengantarnya ke apartemen


"Kau harus berhati-hati dengan Brian.." katanya tiba-tiba

"Apa maksudmu??" tanya Reno yang tidak mengerti dengan ucapan Ratu

"Dari catatan kejahatan yang pernah dia lakukan, dia pernah membunuh 3 orang sewaktu di Australia. Sempat ditahan beberapa bulan namun akhirnya dibebaskan karena bukti yang ada tidak cukup kuat. Aku sempat membaca profilnya. Dia ahli bela diri wingchun dan juga mahir menggunakan pistol. Entah darimana dia mendapatkan itu semua"

"Wingchun ya?? Aku sempat melihatnya, bahkan sempat hampir dipukul olehnya. Apa saja mengenai diriku yang kau ketahui??" tanya Reno

"Nothing, you're the same person that i was known"

"As you know, people may have changed, but their mind remain still" jawab Reno seraya tersenyum


Ratu terdiam dan tidak mengerti maksud ucapan laki-laki yang berada di balik kemudi tersebut. Laki-laki dengan rambut lurus dan potongan sedang itu terlihat keren di matanya. Laki-laki yang pernah menolaknya sewaktu di bangku SMA itu masih terlihat begitu mempesona. Tentu saja dibekali dengan kecerdasan dan pola pikir diatas anak-anak seusianya pada saat itu dan tetap sama hingga mereka bertemu kembali.



Januari 2014, Minggu ketiga - akhir pekan

Pagi itu sekitar pukul 9 pagi, Angel dan Reno terlihat duduk bersantai setelah mengantarkan mamanya keluar kota tadi pagi selepas fajar. Kedua mata mereka menatap lurus ke aras televisi yang sedang menyiarkan sebuah acara kuliner.

"Ren, nanti jangan lupa jemput Melody ya. Dia ikut kan??" tanya Angel tiba-tiba

"Mmm anu kak, Melody gak bisa ikut. Dia sedang ada acara" jawab Reno berbohong

"Oh gitu ya, kita berdua aja berarti" kata Angel seraya bangkit dan menuju kamar tidurnya

"Iya kak, acaranya mendadak." jawab Reno yang juga kembali ke kamar tidurnya


Waktu berlalu hingga menunjukkan pukul 12.00 dan tiba-tiba terdengar bunyi bel rumah. Reno segera membukakan pintu dengan langkah sedikit malas.


"Hai Ren" sapa seseorang yang berada di depan pintu Reno

"Mel?? Kamu kok ada disini?? Sendirian??"

"Tadi diantar kak Ratu. Jadi ngajak aku kan??" tanya Melody

"Ratu? Habis darimana kalian??"

"Tadi pagi kak Ratu menghubungiku, katanya Brian ingin bertemu dan berbicara sesuatu. Setelah itu aku ingat kalau kamu ngajak aku, makanya aku minta diantar kesini"

"Begitu ya, ayo masuk kak Angel masih mandi sih" ajak Reno

"Iya Ren"


Mereka berdua duduk di ruang tamu dan sesaat kemudian Reno pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman. Tiba-tiba Angel turun dari kamarnya dan terkejut melihat Melody yang duduk di ruang tamu.


"Loh Mel?? Sejak kapan ada disini??"

"Barusan kok kak, kata Reno kakak ngajak aku??"

"Iya Mel, sebenarnya yang dapat undangan papa, tapi papa lagi di luar negeri. Mama juga lagi ada acara di luar kota. Katanya kamu ada acara??" tanya Angel sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah

"Acara?? Oh iya sudah selesai kok kak, tadi langsung kesini sih aku pikir masih sempat" jawab Melody sambil tersenyum

"Baiklah, ayo iku kakak ke kamar" ajak Angel sambil menarik tangan Melody

"Eh kak...."


Reno kembali ke ruang tamu dan mendapati tidak ada siapa-siapa disana. Dengan sedikit kebingungan Reno menuju kamar Angel yang berada di lantai 2.


"Kak, Melody lagi sama kakak??" ujar Reno sambil mengetuk pintu kamar Angel

"Iyaa Ren" teriak Angel dari dalam kamar

"Oh, okee. Minumannya aku taruh di meja ruang tamu ya Mel"


Reno segera menuju kamarnya dan bersiap-siap. Tidak butuh waktu lama Reno sudah terlihat rapi dan menunggu di ruang tamu sambil melihat acara televisi.


"Kami sudah siap" ujar Angel tiba setelah turun dari kamarnya


Reno memalingkan wajahnya kepada sumber suara itu, terlihat Angel yang nampak menawan dengan balutan dress warna putih dan juga sebuah kalung di lehernya, dan juga...


"Mel??" kata Reno

"Kenapa Ren??"

27731984a6fbd7794f813518c7d687ca4cc1a917.jpg


Reno tidak bisa berkata apa-apa, dia terlihat bingung menggunakan kata apa yang pantas untuk menggambarkan keadaan gadis ini. Dia terlihat sangat cantik dan anggun serta mempesona. Dengan balutan dress berwarna sama dengan Angel, dan rambut yang berwarna agak kecoklatan.


"Kerja keras kakak sangat istimewa khan??" kata Angel

"Istimewa kak", ujar Reno yang masih tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Melody

"Ren, sudah jangan lama-lama. Nanti kamu jatuh cinta" ledek Angel seraya menggandeng tangan Melody keluar rumah


Reno segera menyusul Melody dan Angel dan bergegas menuju tempat berlangsungnya acara tersebut. "Aku sering melihatmu, tapi tidak seistimewa saat ini" gumam Reno


**To Be Continued**
 

Chapter 8 : Smallest Possibility (Part - 2)


- Gedung Pertemuan Empire Palace -

Setelah 30 menit lebih di perjalanan akhirnya mereka bertiga telah sampai di tempat acara. Gedung yang begitu megah dengan arsitektur Romawi ini terlihat dari pilar-pilar yang menjulang tinggi dan besar. Serta dihiasi dengan ornamen-ornamen khas bangsa Romawi kuno.


"Silahkan tanda tangannya, dari perusahaan mana?" tanya penerima tamu itu sembari menunjukkan buku hadir tamu kepada Angel

"Dari keluarga dokter Reinhart" ujar Angel

"Oh ini silahkan. Prof. DR. dr. Carlo Senes Reinhart SpB.KBD, SpB(K)Onk." kata penerima tamu tersebut membaca tulisan di buku tamu tersebut

"Oh anak-anak dari keluarga Reinhart ya?? Pak Carlo kok tidak ikut??" tanya seseorang yang tiba-tiba muncul dibelakang Angel

"Oh iya papa sedang di luar negeri" jawab Angel seraya bersalaman dengan orang tersebut

"Oh begitu ya, saya Andreas. Saya berhutang budi kepada pak Carlo, dia menyelamatkan anak saya waktu terjangkit virus yang menyerang tulangnya" ujar laki-laki tersebut

"Itu sudah menjadi tugasnya kok pak, papa pasti sangat senang bisa membantu" ujar Angel

"Iya, sampaikan terima kasih saya untuk beliau ya. Mari masuk" ajak laki-laki tersebut

"Iya pak terima kasih", jawab Angel


Mereka bertiga masuk ke dalam ruangan itu, terlihat dari dekorasi ruangan sekilas terlihat seperti acara perayaan sebuah perusahaan ternama. Banyak sekali karangan bunga dan juga papan ucapan berbaris rapi di depan ruangan.


"Papa seorang dokter bedah kenapa berurusan dengan orang-orang pengusaha macam ini yaa" tanya Angel

"Yaa namanya juga dokter, pasiennya juga berasal dari kalangan mana aja kak" jawab Reno


Melody yang daritadi hanya diam saja ternyata terlihat sedikit gelisah. "Kenapa Mel??..." tanya Reno. Melody menunjuk ke arah seorang laki-laki paruh baya dan berkata, "Mmmm, itu....".

Dia menunjuk seorang laki-laki dengan tato slayer merah di lehernya, dan dikelilingi oleh beberapa orang yang terlihat seperti pengawalnya.


"Siapa itu Mel??" tanya Reno

"Dia papanya Brian, Ren" jawab Melody singkat

"Jadi itu papanya Brian??"

"Iya Ren, dan sepertinya pengawalnya bertambah banyak"

"You should be relax, dia gak akan ngapa-ngapain kamu"


Reno mencoba menenangkan hati Melody yang gelisah, diajaknya dia berkeliling untuk melihat-lihat suasana di dalam gedung pertemuan tersebut. Mereka sempat mampir di bagian penitipan barang yang berada di salah satu sudut ruangan. Sedangkan Angel yang sedang berbincang-bincang dengan seorang laki-laki paruh baya menyadari kegelisahan Melody dan juga kehadiran seseorang yang sangat dikenalnya.


"Angel??" sapa seseorang

"Charles? Is that you??" jawab Angel sedikit terkejut

"Iya ini aku. Sedang apa kau disini?"

"Aku sedang menggantikan papaku, kamu apa kabar? It's been a long time"

"Haha, iya aku baik-baik saja. Kamu? Sepertinya ada yang berubah dari dirimu"

"Aku baik juga kok, apa maksudmu dengan berubah??" jawab Angel sedikit sinis

"Haha kamu terlihat sedikit seperti perempuan. Oh iya, kamu sendirian aja??"

"Ada Reno dan juga pacarnya, kamu sendiri kok disini?? Sedang dalam penyelidikan??"

"Ah Reno ya, lama tidak berjumpa dengannya. Aku kesini menemani pimpinan, dia juga diundang. Mmm, dan pacarmu??" tanya Charles

"Jangan bercanda, kau sendiri yang pernah bilang mana mungkin aku bisa punya pacar" jawab Angel


Charles tersenyum kecut mendengar jawaban Angel, baginya mungkin dulu iya kau tidak akan mendapatkan pacar. Tapi untuk sekarang, mungkin aku yang akan pertama kali mengajukan diri sebagai pacar.

Tidak lama berselang Reno dan Melody kembali menghampiri Angel yang tengah bersama dengan Charles. Reno dan Charles saling bertukar sapa, terlihat raut wajah Reno yang senang bertemu dengan salah satu anggota badan intelijen negara yang diakui oleh beberapa negara luar. Terlebih lagi aksinya dalam mengungkap beberapa kasus kejahatan internasional, tentu saja bekerja sama dengan badan intelijen serupa dari negara luar.

"Ah jadi ini pacarmu Ren?" tanya Charles tiba-tiba. Reno hanya terdiam dan tidak menjawab sedangkan Melody yang sudah diperkenalkan oleh Reno kepada Charles mengangguk seraya berkata, " Iya kak". "Kalian serasi dan cocok. Semoga terus bersama sampai tua ya" timpal Charles . "Semoga.." jawab Reno lirih


Sesaat kemudian Melody meninggalkan mereka untuk mengambil minuman, sedangkan Charles pergi menemui seseorang yang berada di seberang tempat mereka berdiri. Tinggal Angel dan Reno berdua yang tengah mengobrol.


"Melody kenal dengan orang itu?" tanya Angel seraya melihat kearah laki-laki paruh baya yang dikelilingi oleh laki-laki yang terlihat seperti pengawalnya. "Ya, dia papanya Brian kak." jawab Reno. Angel mengernyitkan dahinya, dengan rasa penasaran dia bertanya,"Brian? Siapa itu Ren?". "Dia pacar Melody kak" ujar Reno seraya meminum anggur yang berada di tangannya. Angel terkejut mendengar ucapan Reno, dia terlihat tidak percaya bahwa ternyata Reno dan Melody tidak memiliki hubungan apa-apa."Tapi tadi sewaktu Charles bertanya dia bilang kalian pacaran??" tanya Angel. "Entahlah, aku juga barusan mendengarnya kali ini." jawab Reno.

"Orang tua itu..." ujar Charles yang tiba-tiba muncul kembali dan bergabung dengan mereka. Angel dan Reno terdiam dan melihat ke arah laki-laki tua yang di maksud Charles. Ternyata laki-laki yang dimaksud Charles adalah papa Brian, pengusaha batu bara yang diketahui juga memiliki perusahaan di bidang advertising dan juga bidang farmasi. Belum lagi terdengar kabar bahwa dia sedang mencalonkan diri sebagai salah satu pemimpin di kota ini.

"Seperti itu ya latar belakangnya. Lalu ada siapa lagi di tempat ini??" tanya Angel kepada Charles

"Orang dengan wajah bulat dan kumis tebal yang berada di dekat meja itu. Dia sedang di selidiki oleh pihak kepolisian karena diduga terlibat dalam jaringan obat-obatan terlarang."


Reno dan Angel melihat ke arah orang yang dimaksud oleh Charles.


"Jorge Hernandez, seorang investor yang sedang berlibur disini. Dia satu-satunya orang yang memiliki akses ke bandara pribadi milik orang tua itu, Alfonso Orlando Lewis." jelas Charles


Tidak lama kemudian Melody kembali bergabung bersama mereka sambil membawa minuman di tangannya. "Aku cari jus jeruk dimana-mana gak ada, masa iya aku minum gituan Ren" sesal Melody. Reno tersenyum dan berkata, "Ah iya aku lupa, yang kamu minum itu apa?" .

Melody mengangkat gelasnya dan menunjukkan kepada Reno, segelas jus lemon yang ternyata dia minta langsung kepada pelayan yang kebetulan berada disana.


"Aku mau ke toilet sebentar, Mel temenin aku yaa..", ajak Angel sambil meraih tangan Melody

"I..iya kak...", ujar Melody

"Barusan kembali sudah diajak pergi lagi", ujar Reno sedikit sinis. Dia membiarkan mereka pergi ke toilet dan terlihat Melody tersenyum kepadanya

"I'm not going anywhere, cute", ujar Melody sambil mengusap pipi Reno


Reno hanya tersenyum melihat Melody bersama Angel, kemudian dia mendekatkan diri kepada Charles seraya berbisik, "Jadi, sebenarnya apa yang dilakukan kepolisan ditempat ini?? Bukankah ini hanya perkumpulan pengusaha biasa??"

"Seperti yang kukatakan tadi, beberapa pengusaha disini terindikasi terlibat dengan jaringan pengedaran obat-obatan terlarang. Dan dari informasi yang kami dapat, mereka akan melakukan transaksi besar di tempat ini. Kami ingin menangkap basah mereka karena mereka selalu bisa lolos dari penangkapan sebelumnya. Informasi ini kami dapat dari kakakmu loh, Ren", ujar Charles

"Kak Angel??!!" ujar Reno setengah tidak percaya

"Kamu belum mengetahuinya?? Kakakmu itu cerdas dan bisa di bilang jenius. Tidak salah dia kuliah di Australia waktu itu" ujar Charles

"Jadi sekarang kakakku seorang informan??" tanya Reno

"Begitulah, tentu saja aku sudah meminta izin kepada papamu" jelas Charles


Sesaat Reno terdiam dan suasana diantara mereka menjadi hening. Charles yang bercerita mengenai Angel mulai tersadar bahwa tidak semestinya dia menceritakan hal itu, namun karena dia begitu mengenal Reno mungkin hal ini tidak terlalu berdampak apa-apa ke depannya. Tidak lama berselang terdengar bunyi sebuah ledakan yang berasal dari ruang listrik, semua orang terkejut tidak terkecuali Reno dan Charles. Mendadak semua sorot lampu dan alunan musik yang mengalir terputus, keadaan ruang pada saat itu mendadak menjadi gelap tanpa pencahayaan sama sekali. Beberapa detik kemudian beberapa tamu yang hadir mulai menyalakan cahaya lampu yang berasal dari ponsel pintar mereka. Sayup-sayup dalam kepanikan dan kegaduhan terdengar jeritan Melody yang saat itu sedang berada di dalam kamar mandi bersama Angel.


"Kak kau mendengar sesuatu?!! Seperti orang berteriak!!" ujar Reno

"Aku mendengarnya!! Kakakmu dimana?!" jawab Charles

"Masih di kamar mandi kak! Ayo kita lihat!!" seru Reno


Charles hanya mengangguk, dan Reno berlari dibelakangnya menuju toilet dengan bantuan cahaya dari senter kecil yang dibawa olehnya. Sesaat setelah mereka sampai di toilet, lampu tiba-tiba menyala.

Mata Reno terbelalak.. Mereka memandang sesuatu yang mengerikan.. Sesuatu yang sama sekali tidak terpikirkan oleh mereka berdua.

Melody tergeletak pingsan, tertindih tubuh Angel.. Dan darah mengalir deras dari tubuhnya.

Beberapa detik tubuh Reno dan Charles tak bisa bergerak melihat apa yang ada di depan mereka. Kemudian Reno menghampiri Angel dan memegang pergelangan tangannya untuk memeriksa denyut nadinya..


"Kak Charles!! Ambulans sekarang juga!! Kakakku masih hidup!!!", teriak Reno


Setelah memeriksa denyut nadi Angel, Reno segera menghampiri tubuh Melody dan memeriksa denyut nadinya juga, masih ada namun tidak selemah denyut nadi Angel. Melody terlihat hanya pingsan, karena di tubuhnya tidak ada bekas tembakan sama sekali. Berbeda dengan tubuh Angel terdapat sekitar 6 bekas tembakan.


"Laporan petugas laporan petugas! Ada yang terluka disini, korban luka tembak namun masih hidup, segera kirim ambulans sekarang juga!! Dan tolong tutup semua pintu masuk dan cegah siapapun yang hendak meninggalkan gedung ini!!..", ujar Charles melalui alat komunikasi yg menyerupai microphone berbentuk kancing di kemejanya.


Reno memperhatikan keadaan di dalam kamar mandi tersebut. Terlihat sebuah senter yang menyala dan sebuah lemari dibawah wastafel yang telah terbuka. Pikiran Reno tidak bisa fokus karena keadaan Angel dan Melody yang seperti itu.


"Tidak akan sempat kak! Cepat kita bawa ke rumah sakit!" teriak Reno

"Akan kutugaskan seorang dari kepolisian untuk mengawal! Ayo kita bawa tubuh mereka!" ujar Charles


Mereka membawa tubuh Angel dan Melody dengan dibantu beberapa petugas keamanan untuk dibawa ke rumah sakit terdekat. Sementara Reno ikut didalam mobil tersebut namun Charles lebih memilih untuk tinggal, karena dia harus mengamankan kamar mandi tersebut dan orang-orang yang berada di dalam gedung itu.

Sesampainya di rumah sakit, Angel dan Melody segera ditangani oleh dokter dan perawat rumah sakit. Angel terlihat segera di pindah menuju ruangan operasi sedangkan Melody sedang diperiksa di ruang gawat darurat. Reno yang menunggu di ruang tunggu berusaha menghubungi mama dan papanya serta orangtua Melody. Saat seorang perawat keluar dari ruang gawat darurat Reno menghampirinya


"Suster bagaimana keadaan mereka!?"

"Kami akan segera melakukan operasi untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh pasien. Anda silahkan tunggu dengan tenang. Kami akan melakukan yang terbaik" ujar perawat itu menenangkan Reno

"Bagaimana dengan gadis yang satunya ??!!" tanya Reno

"Kami tidak melihat adanya bekas tembakan, jadi untuk sementara dia kami pindah di kamar pasien dan sedang diperiksa oleh dokter. Anda berdoa saja semoga keadaanya baik-baik saja" ujar perawat itu sambil meninggalkan Reno


Tidak lama berselang orang tua Melody tiba dengan wajah yang penuh kekhawatiran, Reno segera menuntun mereka menuju sebuah kamar dimana Melody terbaring. Di dalamnya terdapat seorang dokter yang telah selesai memeriksanya.


"Om, Tante. Reno minta maaf karena Melody jadi seperti ini" ujar Reno dengan rasa sesal yang tergambar di wajahnya

"Tidak apa-apa nak Reno, namanya juga musibah. Bagaimana keadaan kakakmu??"

"Masih di ruang operasi om, mohon doanya"

"Semoga kakakmu baik-baik saja nak"


Didalam kamar itu orangtua Melody melihat anak mereka yang tengah terpejam. Kemudian mereka berbicara pada dokter yang menanganinya dan ternyata keadaan Melody baik-baik saja, tidak terdapat luka apapun di tubuhnya. Kedua orangtuanya Melody tampak lega meskipun sedikit ada rasa khawatir di benak mereka.

Tiba-tiba Melody terbangun dan menyadarkan Reno yang menunggu di sebelahnya. Dia terduduk di tempat tidur dan menoleh ke arah Reno dengan pandangan penuh tanda tanya.


"Anda.. siapa?? Aku dimana...??", tanya Melody dengan lirih sambil memegang kepalanya karena rasa sakit yang muncul.


Semua yang ada diruangan itu terdiam dan keadaan menjadi hening. Dokter terkejut dan segera menghampiri Melody.


"Maaf, apa kau tidak bisa mengingat kejadian beberapa saat yang lalu??" tanya dokter itu

"Aku... Tidak tahu.." ujar Melody lirih

"Imel, ini mamamu nak" ujar Mama Melody seraya memeluk anak kesayangannya

"Mama? Apa benar? Aku tidak ingat" jawab Melody

"Iya nak, ini papamu"

"Hei putri kecilku, ini papa nak. Kau tidak ingat??" ujar lelaki itu sambil menatap dalam mata Melody yang berwarna biru

"Halo pa, tapi maaf aku tidak ingat apa-apa" jawab Melody


Reno yang sedari tadi terdiam mulai memberanikan diri menghampiri Melody, "Mel, ini aku Reno. Ingat kan??" tanya Reno dengan nada sedikit lirih


"Halo Reno, maaf aku tidak ingat apa-apa" ujar Melody sambil sesenggukan dan terlihat mulai meneteskan air mata

"Sudah nak sudah tidak apa-apa. Tenang ya sudah jangan menangis" ujar Mama Melody menenangkannya

"Iya, tapi namaku siapa. Aku bahkan tidak tahu namaku sendiri" ujar Melody

"Namamu Melody, nak.."

"Melody? Nama yang bagus ma, pa" ujar Melody sambil berusaha mengingat-ingat kembali

"Dokter, apa yang terjadi??" tanya papa Melody kepada dokter yang sedang melihat hasil ct scan di mejanya

"Ini aneh, tunggu sebentar" kata dokter


Dokter itu menghampiri Melody dan mengeluarkan sebuah bolpoint, "Nah, sekarang kau coba keluarkan isi dari bolpoint ini" pinta dokter
Dengan hati-hati Melody mengambil bolpoint itu dari tangan dokter dan mulai mengeluarkan isinya.


"Nah bagus.. Sekarang apa ibu kota Indonesia??" tanya Dokter

"Mmm Jakarta" jawab Melody datar

"Apa makanan favorit anda??"

"Mmm.. Entahlah, aku pikir sate"

"Baiklah, terimakasih. Sekarang kamu istirahat dulu" ujar dokter tersebut sambil memberikan kode kepada orang tua Melody untuk berbicara di luar.

"Baiklah, kemungkinan dia kehilangan beberapa ingatannya. Hal yang mungkin ini dikarenakan sebuah trauma psikis yang sangat berat, hasil pemeriksaan juga menunjukkan tidak ada bekas pukulan di daerah tengkoraknya" jelas dokter itu

"Ada kemungkinan dia bisa mengingat kembali semuanya dok??!!" tanya Mama Melody

"Kemungkinan masih ada, karena dari beberapa kasus seperti ini dengan penyebab trauma psikis berat, kebanyakan pasien akan mengingat dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu. Tentu saja dengan bantuan orang-orang terdekatnya" ujar dokter itu


Kedua orangtua Melody hanya mengangguk dan terus melakukan pembicaraan. Sedangkan Reno hanya melihat Melody yang tengah berbaring di tempat tidur. Tatapan kosongnya serta senyumannya yang hilang semakin membuat Reno tidak bisa menahan kesedihannya. Tidak lama berselang Reno keluar dari kamar dengan wajah tertunduk lalu duduk disebuah kursi sedangkan orangtua Melody masuk kembali kedalam kamar.


"Nak.."


Sebuah suara membuyarkan kesedihan Reno. "Tenang saja. Gadis itu akan baik-baik saja"


"Kak Bernard??!!" seru Reno

"Kau dicari mamamu, segeralah menemuinya"


Dengan bergegas Reno menemui mamanya yang sedang menunggu di depan ruang operasi. Tiba-tiba Dokter keluar dari ruang operasi itu, lalu menghampiri mereka berdua.


"Untuk sementara ini kami berhasil mengeluarkan peluru yang berada di dalam tubuhnya. Sekarang korban dalam keadaan kritis. Kita berdoa saja semoga yang terbaik akan terjadi. Saya pamit dulu" ujar dokter itu seraya pergi menuju keruangannya


Reno hanya tertunduk lesu dan terduduk di pojokan dinding disebelah kursi. Pikiran, hati dan tatapannya kosong.
Sesaat kemudian dia beranjak dari tempat duduk dan meninggalkan kerumunan kesedihan yang menggema di ruang tunggu itu. Telinganya menjadi tuli seketika dan juga pandangannya gelap. Dia tidak menghiraukan ketika mamanya meneriaki namanya.


Praaaakkkkk!!!


Sebuah tangan besar mendarat di pipi kanan Reno yang membuatnya tersadar. Di depannya berdiri Bernard yang telah menampar dan menyadarkan nya


"Kau mau kemana?? Disini mamamu dan kakakmu membutuhkanmu!!!" ujar Bernard


Reno tak berkata apa-apa, dia hanya melihat ke wajah Bernard yang lebih tinggi darinya.


"Kau mau kemana ha??!!!" ujar Bernard sembari menggoyang-goyangkan badan Reno

"Aku hanya perlu udara segar" ujar Reno dengan senyum yang sangat dipaksakan


Bernard hanya terdiam tak bisa berkata apa-apa, tapi pada akhirnya dia membiarkan Reno pergi.


"Tenang Ma, papa akan segera datang. Aku hanya butuh udara segar, sebentar. Hanya sebentar" pamit Reno kepada mamanya

Keadaan menjadi hening dan hanya terdengar suara langkah kaki kecil Reno yang perlahan menghilang. Langkah kaki penuh amarah dan kesedihan.



**To Be Continued**
 
Bimabet

Chapter 9 : Smallest Possibility (Part - 3)


Januari 2014, Minggu keempat - satu hari setelah penembakan


"Reno, ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu, datanglah ke cafe di dekat rumahmu"

Begitu bunyi pesan singkat yang diterima Reno melalui ponselnya. Tanpa butuh waktu yang lama Reno akhirnya sampai di tempat tersebut dan bertemu dengan Charles, orang yang mengirimkan pesan tersebut.


"Bagaimana perkembangan kasus kakak ku?"

"Itu yang akan aku sampaikan padamu saat ini"

"Baiklah kak, aku harap bisa mendengar hal yang bagus"

"Pertama-tama, soal ledakan itu. Sebuah bom rakitan sendiri, dibuat hanya untuk memberikan efek ledakan, tanpa ada efek membunuh karena tidak ditemukannya pecahan paku atau benda-benda tajam lainnya"

"Itu diletakkan di ruang generator listrik??"

"Yaa.. Dan yang kedua, saat kejadian ada 3 orang selain kakakmu dan gadis itu yang tidak berada di dalam ruang acara. Mereka adalah Jorge Hernandez, orang yang kuceritakan pada waktu itu. Steve Huth, salah satu pengawal Alfonso Lewis. Dan juga...."


Reno terdiam menanti nama ketiga yang disebutkan oleh Charles.


"Brian Eduardo Lewis"


Reno terkejut mendengar Charles menyebut nama itu. Bagaimana bisa seorang Brian berada di tempat seperti itu??


"Aku tahu kau akan terkejut, tapi faktanya dia baru saja keluar dari pusat rehabilitasi pada pagi hari sebelum kejadian itu. Di daftar tamu juga tertulis namanya lengkap dengan tanda tangan. Namun setelah kejadian dia tidak kunjung ditemukan. Dan sekarang dia jadi buronan pihak kepolisian"

"Tapi kak, apa ada saksi yang melihat Brian datang ke acara itu??"

"Wanita penerima tamu yang juga menjaga buku daftar tamu berani bersumpah bahwa Brian datang ke acara itu. Dia sendiri yang bilang bahwa dia yang membantu Brian mencarikan namanya dan melihat dia menandatangani buku tamu itu"

"Maaf kak, aku harus menghubungi seseorang"


Reno beranjak dari tempat duduknya untuk menghubungi seseorang melalui ponselnya. Dia menghubungi Ratu, menanyakan perihal alasan dia mengajak Melody waktu itu. Setelah 10 menit berlalu dia akhirnya kembali dan mereka melanjutkan diskusi mengenai kasus tersebut.


"Begitu ya kak, lalu apa lagi??"

"Dan ini yang menurutku penting bagimu untuk diketahui. Kakakmu, merupakan anggota NEOE milik badan intelijen swasta dalam negeri yang bekerja sama dengan badan intelijen negara"

"NEOE?" tanya Reno sedikit bingung

"Non Est Officialis Exploratorem. Sejenis mata-mata" kata Charles

"Mata-mata?? Siapa yang kakakku selidiki?? Dan untuk apa??"

"Pemerintah sempat kewalahan menghadapi peredaran obat-obatan terlarang, pada awalnya kasus itu hanya dalam lingkup obat-obatan terlarang. Namun semakin lama semakin jelas, ada organisasi rahasia yang membawahi itu semua. Organisasi ini hampir ada di setiap negara-negara besar yang memiliki peranan penting dalam menjaga perdamaian dunia dan juga mulai memasuki negara-negara berkembang"

"Jadi ini diluar wewenang kepolisian biasa??"

"Ya, badan intelijen negara yang berwenang, semuanya harus melalui prosedur yang sudah ditetapkan oleh badan intelijen negara. Kepolisian biasa tidak akan mampu untuk menangani ini"

"Terimakasih kepada badan intelijen negara yang sudah memasukkan kakakku ke lubang buaya. Terimakasih banyak!!" ujar Reno sedikit kesal

"Kakakmu sendiri yang memintanya. Dan karena dia dinilai memiliki kemampuan khusus, akhirnya dia diterima"

"Apa yang bisa dilakukan kakakku sampai dia bisa diterima??"

"Kakakmu.. Dia bisa membobol beberapa situs rahasia"


Reno terkejut mendengar perkataan Charles, di balik wajah kalem kakaknya tersimpan keahlian yang mengerikan. Dan untuk saat ini kakaknya berada di dalam situasi yang bisa dibilang berbahaya.


"Jadi karena itu kakakku ditembak??"

"Aku rasa bukan. Kakakmu sudah menjadi anggota organisasi tersebut. Khusunya di negara ini. Tentang alasan kenapa dia ditembak itu masih menjadi sebuah tanda tanya besar. Kalau pelaku merupakan anggota organisasi tersebut, seharusnya dia berada dalam masalah besar"

"Maksud kakak??"

"Kakakmu sudah jadi kepercayaan orang nomor satu organisasi tersebut, bisa jadi masalah besar jika organisasi tahu bahwa ada yang berusaha membunuh kakakmu, apalagi orang dari dalam organisasi itu sendiri"

"Jadi kakakku mata-mata di sebuah organisasi berbahaya? Darimana kakak tahu semua ini?"

"Kakakmu sendiri yang bercerita semuanya, sewaktu di Australia. Dan juga aku mendapatkan beberapa informasi lainnya dari seorang teman yang bekerja untuk Inteligensia de Nusa, mungkin dia hanya 2-3 tahun lebih muda dariku dan mungkin seumuran mu"


Suasana menjadi hening, terlihat Reno tengah larut dalam cerita Charles, beberapa saat kemudian Charles melanjutkan perkataannya, "Selanjutnya mengenai gadis yang kau kenalkan kepadaku, beruntung dia hanya pingsan dan tidak terluka. Aku pikir kakakmu telah melindunginya, terlihat dari tubuh kakakmu yang berada di atas tubuh gadis itu. Dia merupakan salah satu saksi kunci, dan aku harap dia cepat sadar"


"Gadis itu kehilangan ingatannya kak" ujar Reno yang membuat Charles terkejut

"Kau serius?!" ujar Charles setengah tidak percaya


Reno terdiam dan hanya menganggukkan kepalanya. Rasanya masih tidak dapat dipercaya Melody kehilangan ingatannya.


"Satu-satunya yang bisa kita harapkan adalah cepat sadarnya kakakmu, dan juga kesediaannya untuk berbagi informasi dengan kita"

"Maksud kakak??"

"Yang aku khawatirkan adalah bahwa yang diincar ternyata bukan kakakmu, melainkan gadis itu. Dan kakakmu mengetahuinya dan berusaha melindungi gadis itu"

"Aku harap bukan seperti itu kak, oh iya bagaimana dengan senjata? Apa tidak ditemukan di antara orang-orang yang kakak sebutkan tadi?"

"Senjatanya masih belum ditemukan, dan kami juga sudah melakukan serangkaian tes untuk menguji reaksi kimia dari bubuk mesiu pada tubuh para tamu. Dan semua hasilnya menunjukkan negatif"

"Berarti hanya Brian yang bisa melakukannya?" tanya Reno

"Sementara kesimpulan kami seperti itu. Dan terakhir, ditemukannya sebuah lampu senter yang menyala dan lemari di bawah wastafel yang terbuka"

"Apa didalam lemari itu ada sesuatu yang lain?" tanya Reno

"Ada sebuah ember berwarna biru" kata Charles

"Sudah aku duga, untuk hal itu aku sudah memikirkannya. Kemungkinan dari awal lampu senter itu sudah berada didalam lemari dan diletakkan di atas ember biru dalam keadaan menyala"

"Dan ketika kakakku dan Melody masuk ke toilet, bom dinyalakan untuk memutus aliran listrik. Seketika seluruh gedung menjadi gelap. Dan lampu senter yang ada didalam lemari itu sinarnya terlihat oleh Melody dan mengarahkannya ke kakakku, sehingga terlihat dengan jelas walaupun di dalam kegelapan.."

"Dan seketika itu pelaku menembaki kakakmu" sambung Charles

"Yaa.. Bagaimana menurutmu??" tanya Reno

"Mungkin, tapi bagaimana kalau yang terjadi adalah sebaliknya?? Misal kakakmu yang menemukan lampu senter tersebut dan mengarahkannya ke gadis itu?? Dan jika memang begitu, maka pelaku adalah orang yang ahli dalam senjata api"

"Apa tidak ada petunjuk lain??"

"Tidak ada, hanya sampai disini saja informasi yang kami kumpulkan, oh iya tentang alibi kedua orang lainnya mungkin kau ingin mendengarnya??" tanya Charles

"Aku siap mendengarkan kak" tukas Reno

"Jorge Hernandez, sebelum terjadinya ledakan sudah berada di kamar mandi, saat aliran listrik terputus sampai pembangkit listrik cadangan menghidupkan aliran listrik kembali dia tetap berada di kamar mandi. Dia berkata bahwa mendengar suara langkah kaki dan bunyi aneh seperti gesekan besi namun sangat pelan. Setelah itu terdengar bunyi tembakan dengan peredam suara. Lalu bunyi gesekan besi itu terdengar kembali"

"Dia di dalam kamar mandi bisa mendengarkan itu semua??" tanya Reno

"Pada saat aliran listrik terputus dan setelah mendengar langkah kaki dia mengintip dari balik pintu kamar mandi. Dia melihat seseorang berada di depan pintu kamar mandi wanita namun tubuhnya masih berada di luar sedangkan kedua tangannya berada di dalam kamar mandi. Setelah itu dia tidak berani keluar sampai aliran listrik kembali hidup"

"Bagaimana dengan Steve Huth??"

"Dia sedang merokok di smooking room dan berbicara dengan kekasihnya melalui ponsel. Dan memang benar dia berada di ruangan itu karena di sana terdapat kamera cctv"

"Berarti hanya tinggal Brian?? Apa belum ditemukan??" tanya Reno

"Belum, kami masih berusaha melakukan pencarian"

"Begitu ya. Oh iya kenapa kakak mau menceritakan ini semua kepadaku??" tanya Reno

"Kakakmu pernah berkata jika saatnya tiba, kau harus tahu semuanya. Dan aku pikir ini saatnya"


Reno terdiam dengan raut wajah sedikit kesal karena selama ini kakak yang disayanginya menyembunyikan hal semacam ini. Tanpa sadar mereka sudah menghabiskan waktu lebih dari 2 jam dan akhirnya mereka memutuskan untuk pulang.


"Terimakasih informasinya kak, mungkin aku akan menghubungi kakak lagi jika butuh bantuan" ucap Reno

"Aku pasti membantumu, tenang saja" jawab Charles seraya meninggalkan Reno di tempat parkir


Charles berlalu meninggalkan tempat itu, namun Reno masih bersandar pada mobilnya seraya memikirkan sesuatu. Tanpa disadarinya seseorang berjalan perlahan di belakangnya dan segera menodongkan senjata di kepala Reno. Seseorang yang hendak mencelakakan Reno itu memerintahkan Reno untuk masuk ke dalam mobil. Situasi Reno saat itu dalam keadaan genting, antara hidup atau mati!!



**To Be Continued**
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd